i
FORMULASI SEDIAAN HIDROGEL SCARLESS WOUND DENGAN
ZAT AKTIF PIROXICAM SEBAGAI ANTIINFLAMASI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Lalitya Adhiati Kanya
NIM: 138114003
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
FORMULASI SEDIAAN HIDROGEL SCARLESS WOUND DENGAN
ZAT AKTIF PIROXICAM SEBAGAI ANTIINFLAMASI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Lalitya Adhiati Kanya
NIM: 138114003
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Parut luka terjadi pada proses inflamasi, karena pembentukan kolagen dalam
jumlah yang tidak sesuai yang diakibatkan oleh sekresi COX-2. Untuk mengatasi
masalah parut luka dibuat gel scarless wound dengan zat aktif piroxicam untuk
menghambat COX-2. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kadar gelling
agent carbopol efektif sehingga dihasilkan formulasi sediaan hidrogel scarless
wound dengan zat aktif piroxicam yang stabil dengan pelepasan obat yang baik serta
dapat menyembuhkan luka tanpa meninggalkan parut luka. Metode yang dilakukan
untuk melihat kestabilan sediaan adalah data viskositas dan daya sebar dengan
sebaran data normal dan homogen diuji ANOVA taraf kepercayaan 95% serta
sebaran data yang tidak normal atau tidak homogen diuji kruskal wallis dengan
software R 3.2.4. Formula optimum didapat dari data disolusi obat yaitu dengan
menghitung persen kadar obat yang terdisolusi pada waktu tertentu. Semua gel
stabil secara fisik dan formula yang optimum adalah formula dengan konsentrasi
carbopol 1% (formula 1), diaplikasikan kepada luka eksisi tikus setiap 12 jam,
didapat % wound closure nya, dan kulit diuji histopatologi. Menurut % wound
closure dan histopatologi, formula dengan konsentrasi carbopol 1% terbukti dapat
menyembuhkan luka.
Kata kunci: COX 2, hidrogel, piroxicam, scarless wound healing
ABSTRACT
Scar occurs in the inflammatory process because of formation of collagen
in an incorrect amount caused by the secretion of COX-2. To overcome the problem
of scar, scarless wound gel with active ingredient piroxicam is made to inhibit COX-
2. The purpose of this study was to determine the effective concentration of gelling
agent carbopol resulted stable hydrogel scarless wound with an active ingredient
piroxicam with the greatest drug release that can heal wounds without leaving a
scar. The methods performed to see the stability of hydrogel is viscosity and the
spreadability. The normal and homogeneous data distribution is tested with
ANOVA 95% and if data distribution were not normal or not homogenous, Kruskal
Wallis test is used with the software R 3.2.4. The optimum formula was from the
drug dissolution data to calculate the amount of drug dissolved at a given time. All
hydrogels are physically stable and the optimum formula is a formula with 1%
carbopol concentration (formula 1). The optimum formula was applied to the rats’
wounds every 12 hours. From % wound closure and histopathology test, formula 1
is proven to heal wounds with good quality.
Keywords: COX 2, hydrogel, piroxicam, scarless wound healing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan skripsi ini untuk Tuhan YME yang
selalu menuntun saya menapaki jalan kehidupan,
bapak, ibu, serta adik yang terus mendoakan dan
memberikan kasih sayang pada saya,
teman-teman terkasih yang memberikan
motivasi dan semangat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala anugrah dan
rahmat yang telah diberikan sehingga skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan
Hidrogel Scarless Wound dengan Zat Aktif Piroxicam Sebagai Antiinflamasi” dapat
dikerjakan dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
campur tangan berbagai pihak. Kesempatan ini penulis gunakan untuk
mengungkapkan rasa terima kasih kepada:
1. Tuhan yang Maha Esa, Maha Pengasih, serta Maha Penyayang yang telah
memberikan rahmat dan kuasanya atas penyusunan skripsi ini;
2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma;
3. Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt., selaku dosen pembimbing
yang selalu memberikan saran, memotivasi, dan bersabar selama penelitian dan
penyusunan skripsi;
4. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt., yang telah mendukung dan memberi banyak
panduan serta saran dalam penyusunan skripsi ini;
5. Ibu Wahyuning Setyani, M. Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang sangat berarti pada penyusunan skripsi
ini;
6. Bapak Yohanes Ratijo, yang telah banyak bersabar dalam mendampingi
penelitian, selalu mendukung, memotivasi, dan meluangkan waktu, tempat,
dan tenaga yang ekstra dalam penelitian ini;
7. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. dan Ibu Dr. Dewi Setyaningsih,
M.Sc.,Apt., selaku kepala laboratorium yang telah memberikan ijin penelitian;
8. Pak Agung, Pak Musrifin, Pak Mukmin, dan Pak Wagiran, selaku laboran
laboratorium Fakultas Farmasi yang telah mengijinkan penulis untuk
melaksanakan penelitian di laboratorium;
9. Pak Dwi, Pak Sarwanto, dan Pak Narto, selaku karyawan bagian Sekretariat
Fakultas Farmasi yang telah mempermudah dalam urusan berkas-berkas;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
10. Penelitian ini sebagian didanai oleh DP2M DIKTI berdasarkan kontrak Surat
Perjanjian Pelaksanaan Hibah No.010/HB/LIT/III/2016 tanggal 15 Maret
2016;
11. Keluarga tercinta, orang tua penulis, Bapak Hari Prabowo, Ibu Sandra Daya
Laksmi, Adik Dwitiya Ken Saraswati dan keluarga besar penulis yang selalu
memberikan doa, pertolongan, motivasi demi kelancaran studi dan penyusunan
naskah skripsi;
12. Kenny dan Dhuta yang sama-sama merasakan suka duka dari awal sampai akhir
penelitian hingga penulisan naskah skripsi ini;
13. Teman-teman seperjuangan lain, Hesti, Nilla, Ivana, Dipta, Ryan, Elwy,
Fidel yang telah membantu dan mau bekerjasama dalam penelitian;
14. Teman-teman terdekat penulis: Teman terdekat FST 2013: Maria, Aven,
Monita, dan Indri; Teman terdekat FSM A 2013: Tiara, Sekar, Oline, Herna,
Atika, dan Enggar; Teman semasa sekolah: Cathrin, Lia, Dewi, Bunga, Dinda,
Ayesha, dan Budi yang memberikan keceriaan serta semangat selama
penulisan skripsi ini;
15. Teman-teman FST 2013, FSM A 2013, dan seluruh angkatan 2013;
16. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan
sehingga penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata, penulis
berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di
bidang ilmu farmasi.
Yogyakarta, 16 Januari 2017
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................viii
PRAKATA..............................................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
ABSTRAK............................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
METODE PENELITIAN........................................................................................ 3
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................... 6
Pembuatan gel scarless wound healing .................................................................. 6
Uji sterilitas............................................................................................................. 7
Uji sifat fisis.............................................................................................................7
Uji stabilitas...........................................................................................................10
Perlakuan terhadap hewan uji ............................................................................... 10
Kecepatan penyembuhan luka .............................................................................. 11
Uji histopatologi ................................................................................................... 12
KESIMPULAN ..................................................................................................... 14
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
LAMPIRAN .......................................................................................................... 16
BIOGRAFI PENULIS ...........................................................................................48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Formula Gel Scarless Wound ....................................................................4
Tabel II. Hasil Uji Sifat Fisis dan Kinetika Pelepasan Obat.................................. 8
Tabel III. Hasil Pengamatan Histopatologi..............................................................1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Piroxicam ................................................................................ 2
Gambar 2. Hasil Uji Sterilitas ................................................................................. 7
Gambar 3. Grafik Pelepasan Obat............................................................................9
Gambar 4. Preparat Hasil Uji Histopatologi ..........................................................12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Proposal Penelitian .................................................................... 16
Lampiran 2. Ethical Clearance Penelitian ..................................................... 29
Lampiran 3. Certificate of Analysis Piroxicam .............................................. 30
Lampiran 4. Data Sifat Fisis Hidrogel ........................................................... 31
Lampiran 5. Kurva baku piroxicam dan data uji pelepasan obat................... 32
Lampiran 6. Data hasil uji stabilitas .............................................................. 35
Lampiran 7. Data %Wound Closure dan Kecepatan Penyembuhan.............. 42
Lampiran 8. Hasil Uji Histopatologi.............................................................. 44
Lampiran 9. Foto dokumentasi kegiatan penelitian....................................... 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
FORMULASI SEDIAAN HIDROGEL SCARLESS WOUND DENGAN
ZAT AKTIF PIROXICAM SEBAGAI ANTIINFLAMASI
FORMULATION OF HYDROGEL PIROXICAM SCARLESS WOUND
HEALING AS ANTI-INFLAMMATORY DRUG
Lalitya Adhiati Kanya
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan, Maguwoharjo, Depok,
Sleman, Yogyakarta, Indonesia 55282
Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
ABSTRAK Parut luka terjadi pada proses inflamasi, karena pembentukan kolagen
dalam jumlah yang tidak sesuai yang diakibatkan oleh sekresi COX-2. Untuk
mengatasi masalah parut luka dibuat gel scarless wound dengan zat aktif piroxicam
untuk menghambat COX-2. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kadar
gelling agent carbopol efektif sehingga dihasilkan formulasi sediaan hidrogel
scarless wound dengan zat aktif piroxicam yang stabil dengan pelepasan obat yang
baik serta dapat menyembuhkan luka tanpa meninggalkan parut luka. Metode yang
dilakukan untuk melihat kestabilan sediaan adalah data viskositas dan daya sebar
dengan sebaran data normal dan homogen diuji ANOVA taraf kepercayaan 95%
serta sebaran data yang tidak normal atau tidak homogen diuji kruskal wallis
dengan software R 3.2.4. Formula optimum didapat dari data disolusi obat yaitu
dengan menghitung persen kadar obat yang terdisolusi pada waktu tertentu. Semua
gel stabil secara fisik dan formula yang optimum adalah formula dengan
konsentrasi carbopol 1% (formula 1), diaplikasikan kepada luka eksisi tikus setiap
12 jam, didapat % wound closure nya, dan kulit diuji histopatologi. Menurut %
wound closure dan histopatologi, formula dengan konsentrasi carbopol 1% terbukti
dapat menyembuhkan luka.
Kata kunci: COX 2, hidrogel, piroxicam, scarless wound healing
ABSTRACT Scar occurs in the inflammatory process because of formation of collagen
in an incorrect amount caused by the secretion of COX-2. To overcome the problem
of scar, scarless wound gel with active ingredient piroxicam is made to inhibit
COX-2. The purpose of this study was to determine the effective concentration of
gelling agent carbopol resulted stable hydrogel scarless wound with an active
ingredient piroxicam with the greatest drug release that can heal wounds without
leaving a scar. The methods performed to see the stability of hydrogel is viscosity
and the spreadability. The normal and homogeneous data distribution is tested with
ANOVA 95% and if data distribution were not normal or not homogenous, Kruskal
Wallis test is used with the software R 3.2.4. The optimum formula was from the
drug dissolution data to calculate the amount of drug dissolved at a given time. All
hydrogels are physically stable and the optimum formula is a formula with 1%
carbopol concentration (formula 1). The optimum formula was applied to the rats’
wounds every 12 hours. From % wound closure and histopathology test, formula 1
is proven to heal wounds with good quality.
Keywords: COX 2, hydrogel, piroxicam, scarless wound healing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
PENDAHULUAN
Parut luka terbentuk pada saat pematangan luka karena kolagen tak bisa
menghasilkan kulit yang sama seperti sebelum luka (Enoch dan Leaper, 2008).
Gambar 1. Struktur Piroxicam
Piroxicam merupakan nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAIDs) non
selektif yang memiliki aktivitas antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik (Abd-allah
et al., 2011). Menurunnya jumlah COX-1 berpengaruh pada menurunnya produksi
prostaglandin yang akan memicu penutupan luka dari tepi luka dan mengurangi
jaringan granulasi (Lee et al., 2003). COX-2 bertanggung jawab atas peningkatan
proliferasi fibroblas dan produksi kolagen yang jika berlebih menyebabkan parut
luka (Blomme et al., 2003), sehingga dengan diberi piroxicam yang merupakan
inhibitor non selektif diharapkan dapat menghindari terbentuknya parut luka
(Eligini et al., 2009). Karakteristik wound dressing yang ideal adalah melindungi
dari bakteri, mengontrol penguapan air serta difusi oksigen dan karbondioksida,
mengabsorpsi eksudat luka, dan ini merupakan ciri dari hidrogel (Sun, 2011).
Pada penelitian ini dilakukan variasi konsentrasi carbopol terhadap hidrogel
yang akan dilihat seberapa banyak pengaruhnya terhadap pelepasan obat. Carbopol
merupakan gelling agent yang akan berpengaruh pada viskositas, karena jika
viskositas sediaan semakin tinggi maka zat aktif dalam sediaan akan semakin sulit
dilepaskan (Anggraeni et al., 2012). Carbopol memiliki sifat dalam mengontrol
pelepasan obat dengan fungsi sebagai pengikat sehingga penambahan carbopol
diduga dapat berpengaruh dalam pelepasan obat (Rowe et al., 2009).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar gelling agent carbopol yang
mampu menghasilkan formulasi sediaan hidrogel scarless wound dengan zat aktif
piroxicam dengan pelepasan obat yang besar serta dapat menyembuhkan luka tanpa
meninggalkan parut luka pada hewan uji tikus putih (Rattus norvegicus) galur
Wistar dengan menggunakan metode uji histopatologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental murni. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah piroxicam (Kalbe Farma) sebagai zat aktif
pada sediaan hidrogel, piroxicam (Kalbe Farma), piroxicam working standar (Dexa
Medica), etanol 96% (Aldrich) yang digunakan sebagai kosolven, kalium sorbat
(Brataco) dan asam borat (Brataco) yang digunakan sebagai pengawet pada basis
gel, carbopol (Brataco); CMC-Na (Brataco); dan Ca-alginat (Brataco) yang
digunakan sebagai gelling agent, gliserol (Aldrich) digunakan sebagai humektan,
trietanolamin (Brataco) digunakan sebagai peningkat pH, akuades (Tirta Amarta)
digunakan sebagai pelarut, etanol 70% (Aldrich) digunakan untuk sterilisasi
ruangan, Nutrien Agar (Oxoid) digunakan sebagai media uji sterilisasi, ketamin
10% digunakan sebagai anestesi dan euthanasia tikus, krim depilatori (Reckitt
Benckiser) digunakan sebagai pencukur bulu tikus, formalin 10% (Aldrich)
digunakan untuk mengawetkan jaringan, membrane filter GVWP 02500 0.22μm
(millipore) digunakan saat uji disolusi.
Alat yang digunakan meliputi gelas beker, hotplate magnetic stirrer
(Cenco), batang pengaduk, pipet ukur, timbangan analitik (Ohaus), kabinet LAF,
ose, labu ukur, tabung sentrifugasi, tabung reaksi, bunsen, cawan petri, mortir,
stamper, spuit injeksi, pinset, gunting, skalpel, biopsy punch, gelas ukur, kaca
objek, pipet tetes, kaca bundar, mikroskop (Olympus), serta Franz diffusion cell
(Logan VT-300).
Pada penelitian ini digunakan tikus Wistar jantan sehat dan belum pernah
digunakan untuk percobaan lain, tidak ada kelainan pada bagian tubuh, dengan usia
2 bulan, bobot 150-180 g agar memiliki ketebalan kulit yang sama dan tidak
menjadi pengacau saat uji aktivitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Pembuatan sediaan hidrogel scarless wound
Tabel I. Formula Gel Scarless Wound
Hidrogel yang sudah dibuat kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf
pada suhu 121ºC selama 30 menit. Setelah itu secara aseptis dicampur dengan
piroxicam yang dilarutkan etanol dilakukan di dalam LAF.
Uji sterilitas
Uji sterilitas dilakukan dengan menggoreskan hidrogel yang dihasilkan ke
media Nutrient Agar pada cawan petri menggunakan jarum ose secara zig zag pada
LAF. Tiap petri kemudian dibungkus plastic wrap dan diinkubasi terbalik selama
24 jam.
Pengamatan organoleptis
Pengamatan dilakukan setelah 48 jam pembuatan gel selesai dengan
mengamati bentuk, warna, dan bau sediaan gel.
Uji pH
Uji pH dilakukan 48 jam setelah pembuatan gel dengan mengambil
sejumlah sediaan gel dengan batang pengaduk dan dioleskan pada pH universal,
kemudian dilihat warna pH stick dan disesuaikan dengan pengemasan.
Uji homogenitas
Sediaan gel secukupnya diletakkan pada object glass dan ditutup dengan
object glass lainnya.
Uji viskositas
Sediaan secukupnya diletakkan pada plate rheosys dan uji viskositas
Formula Basis (g) Formula 1 (g) Formula 2 (g) Formula 3 (g)
Carbopol 940 0,75 1 1,25 1,5
CMC-Na 0,5 0,5 0,5 0,5
Ca-alginat 0,5 0,5 0,5 0,5
TEA Sampai pH 7 Sampai pH 7 Sampai pH 7 Sampai pH 7
Gliserin 12,5 12,5 12,5 12,5
Asam borat 0,5 0,5 0,5 0,5
Kalium
sorbat
0,2 0,2 0,2 0,2
Etanol 10 10 10 10
Akuades Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100
Piroxicam - 5 5 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dijalankan menggunakan alat rheosys dengan sistem cone and plate.
Uji daya sebar
Uji dilakukan 48 jam setelah pembuatan gel. Gel ditimbang 0,5 gram
diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Kaca bulat lain dengan pemberat 125 g
diletakkan di atas gel dan didiamkan 1 menit, lalu dilihat diameter penyebarannya.
Uji pelepasan obat
Dilakukan uji disolusi gel menggunakan cell diffusion model. 0,05mL gel
dimasukkan ke dalam franz diffusion cell, digunakan membran selulosa dengan
medium disolusi buffer fosfat pH 7,4, dan dijaga jangan sampai ada gelembung.
Sampel dari uji disolusi diambil pada menit ke 15, 30, 45, 60, 75, 90, 120, 180, 240,
300, 360. Tiap sampel diambil, diberi buffer fosfat dengan volume yang setara
untuk menjaga volume tetap konstan. Banyaknya obat yang terlepas dideterminasi
secara spektrofotometri pada panjang gelombang 354 nm (Masthanamma, 2015).
Uji stabilitas gel scarless wound dengan zat aktif piroxicam
Setiap formula disimpan pada suhu 4ºC selama 24 jam, kemudian disimpan
pada suhu 25ºC selama 24 jam. Dilakukan penyimpanan sampai 6 siklus dan setiap
akhir siklus dilakukan pengamatan uji viskositas, pH, daya sebar (Thanasukarn, et
al., 2004).
Uji scarless wound
Tiga ekor tikus ditimbang dan dicukur. Pada punggung tikus diberi krim
depilatory dan didiamkan 5 menit, dibilas dengan kapas basah sampai kulit tampak,
lalu dibiarkan selama 48 jam. Tikus diberi anestesi ketamine dosis 50mg/kgBB
melalui injeksi i.m. dan ditunggu hingga tikus tertidur. Kulit punggung tikus
dibasahi dengan etanol 70% dan dilakukan luka eksisi dengan biopsy punch 3 mm
sebanyak 3 lubang tiap tikus. Setiap lubang diberi perlakuan kontrol tanpa gel,
basis, dan formula optimum. Gel scarless wound sebanyak 0,05 mL dioleskan pada
luka tiap 12 jam hingga luka sembuh. Tikus dieutanasia dengan injeksi ketamin
dosis letal 100mg/kgBB, kemudian kulit punggung diambil dan disimpan dalam pot
berisi formalin 10%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Uji histopatologi-Pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE)
Sampel berupa jaringan kulit dari perlakuan diambil dan dilakukan
pengecatan dengan hematoxylin eosin, dilihat di bawah mikroskop untuk melihat
perubahan histopatologi. Uji hematoxylin-eosin dilakukan oleh Laboratorium
Patologi Anatomi Universitas Gadjah Mada.
Tata Cara Analisis
Analisis kuantitatif
Data viskositas dan daya sebar dengan sebaran data normal dan homogen
diuji ANOVA taraf kepercayaan 95% dengan software R 3.2.4. Nilai p-value < 0,05
menunjukan ada perbedaan signifikan yang kemudian diuji lanjut dengan
TukeyHSD. Jika data tidak normal atau tidak homogen, pengujian menggunakan
Kruskall Wallis.
Kadar obat yang lepas dari uji disolusi, absorbansi yang didapat dimasukkan
ke dalam persamaan kurva baku. Dari kurva baku didapat banyaknya obat yang
lepas dari sediaan, lalu dihitung pelepasan obat dengan persamaan:
Drug release (%) = jumlah obat pada aseptor
jumlah obat awal pada donor x 100%
Pengukuran efek penyembuhan luka pada tikus dihitung dengan persamaan:
Wound closure (%) = area luka pada hari ke 0-area luka pada hari ke n
area luka pada hari ke 0 x 100%
Pengukuran luas parut luka dengan persamaan:
Scar Index (µm) = luas area scar (µm2)
rata-rata ketebalan kulit (µm) x 100%
Analisis kualitatif
Pengamatan uji histopatologi dengan membandingkan hasil secara
mikroskopis antara struktur kulit dari penyembuhan luka eksisi dengan struktur
kulit normal pada tikus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan gel scarless wound healing
Hidrogel diformulasikan sesuai dengan formula modifikasi dari formula
acuan (Divadi, 2015). Formulasi dilakukan secara aseptis di dalam LAF yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dibersihkan etanol dan disinari UV selama 24 jam. Basis gel disterilisasi dengan
autoklaf pada suhu 121ºC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit, yang dengan
kondisi ini dapat mematikan mikroorganisme dengan adanya degradasi asam
nukleat dan denaturasi enzim (Aulton, 2013). Zat aktif dilarutkan dalam etanol lalu
dicampur ke dalam basis yang sudah disterilisasi, pencampuran dilakukan pada
LAF secara aseptis. Penambahan zat aktif secara aseptis bukan sterilisasi terminal
agar zat aktif tidak terdegradasi karena adanya panas sterilisasi.
Uji Sterilitas
Uji sterilitas dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang sudah dibuat
dapat mempertahankan sterilitasnya atau tidak. Sediaan harus steril karena
diaplikasikan pada kulit terbuka yang sangat rentan untuk infeksi. Hasil
menunjukkan bahwa semua hidrogel dapat mempertahankan sterilitasnya, dapat
dilihat dari tidak adanya mikroba pada hasil uji.
(a) (b)
(b) (d)
Gambar 2. Hasil Uji Sterilitas: Basis (a); FI (b); FII (c); FIII (d)
Uji Sifat Fisis
Uji sifat fisis pada penelitian ini adalah dilakukan uji organoleptis, uji
viskositas, uji daya sebar, uji homogenitas, dan uji disolusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Tabel II. Hasil Uji Sifat Fisis dan Kinetika Pelepasan Obat
Sediaan Basis Formula 1 Formula 2 Formula 3
pH 7 6 5 6
Organoleptis Bening
tidak berbau
Kuning keruh
tidak berbau
Kuning keruh
tidak berbau
Kuning keruh
tidak berbau
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen
Viskositas
(Pa.s)
0,95523±
0,02125
1,37556±
0,06170
3,35172±
0,18370
4,44757±
0,40103
Daya Sebar
(cm)
6,170±
0,159
5,120±
0,202
4,010±
0,140
3,140±
0,193
Viskositas
akhir siklus
(Pa.s)
0,92424±
0,10952*
1,43914±
0,07590*
3,13029±
1,05836*
4,07133±
0,77286*
Daya Sebar
akhir siklus
(cm)
5,865±
0,397*
5,090±
0,070*
3,950±
0,068*
3,320±
0,105*
Orde 0 - 0,994993 0,984735 0,972809
Orde 1 - 0,981478 0,968246 0,941329
Higuchi - 0,972034 0,945118 0,920232
Konstanta
Difusi
- 0,2351±
0,00050
0,1944±
0,00061
0,1671±
0,00051 *Perubahan viskositas dan daya sebar awal siklus sampai akhir siklus tidak berbeda bermakna
(p>0,05)
Uji organoleptis untuk mengetahui sifat sediaan secara kasat mata. Uji
homogenitas dilakukan untuk mengetahui sediaan hidrogel yang dibuat homogen,
memastikan setiap gel yang diaplikasikan memiliki dosis yang sama untuk
terabsorpsi kulit, yang dapat dilihat dari adanya butiran kasar yang menyatu pada
sediaan hidrogel. Pengukuran daya sebar dilakukan untuk menjamin penyebaran
hidrogel saat diaplikasikan di kulit dan untuk melihat stabilitas sediaan. Uji
viskositas dilakukan untuk mengetahui nilai viskositas dari sediaan hidrogel
sehingga dapat mengetahui pengaruh piroxicam terhadap pelepasan obat dan untuk
melihat stabilitas sediaan.
Uji pelepasan obat
Uji pelepasan obat dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan
sediaan dalam melepaskan obat. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang
354 nm yang didapat berdasarkan scanning panjang gelombang maksimum,
panjang gelombang tersebut adalah panjang gelombang piroxicam (Masthanamma,
2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Gambar 3. Grafik Pelepasan Obat
Dari grafik pelepasan obat dapat dilihat pelepasan obat mengacu pada orde
0. Orde 0 menunjukkan bahwa pelepasan obat perlahan dengan kecepatan konstan.
Orde 1 menunjukkan bahwa jumlah obat yang lepas per satuan waktu berkurang.
Kinetika pelepasan higuchi menunjukkan bahwa obat lebih cenderung tertahan di
matriks, sehingga kecepatan pelepasan obat di awal lambat (Jeon et al., 2005).
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa pelepasan obat mengikuti orde
0 yang memiliki linearitas paling baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin
bertambahnya waktu maka jumlah obat yang dilepas bertambah secara konstan.
Pelepasan obat yang paling baik adalah Formula 1. Formula 1 memiliki jumlah obat
lepas yang paling banyak dibandingkan Formula 2 dan Formula 3, dilihat dari slope
yang didapat. Slope menunjukkan konstanta difusi (D), semakin besar slope yang
dihasilkan, maka menunjukkan semakin banyak jumlah obat yang dilepaskan.
Konstanta difusi diuji secara statistik dan didapatkan hasil berbeda bermakna pada
setiap formula.
Pelepasan obat dipengaruhi oleh viskositas, dengan bertambahnya
viskositas maka jumlah obat yang dilepas dalam satuan waktu tertentu akan
semakin sedikit. Rumus konstanta difusi adalah:
D = kT
6πηr
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 50 100 150 200 250 300 350 400
% d
rug
rele
ase
Waktu (menit)
Formula 1 Formula 2 Formula 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
K adalah konstanta boltzman, T adalah temperature absolut, 𝜂 adalah
viskositas, r adalah jari-jari solute yang sperish (Avramov, 2009). Dengan
meningkatnya viskositas maka dapat disimpulkan akan menurunkan kecepatan
pelepasan obat karena akan menahan zat aktif dalam sediaan (Anggraeni et al.,
2012). Hal ini sesuai, bahwa formula 1 yang memiliki viskositas paling rendah
melepaskan konsentrasi obat paling besar, diikuti dengan formula 2 yang memiliki
viskositas lebih besar, pelepasan obat lebih kecil, lalu formula 3 yang memiliki
viskositas paling besar memiliki pelepasan obat dalam jumlah paling kecil.
Uji Stabilitas
Uji stabilitas dilakukan dengan menyimpan sediaan hidrogel pada suhu 4ºC
selama 24 jam, kemudian disimpan pada suhu 25ºC selama 24 jam sampai 6 siklus.
Viskositas serta daya sebar diamati pada setiap siklus. Pada setiap siklus dilakukan
uji statistik untuk melihat adanya perbedaan rata-rata viskositas dan daya sebar
antar siklusnya. Menurut data uji statistik didapatkan hasil bahwa sediaan stabil,
dari siklus 0 sampai siklus 6 tidak berbeda bermakna atau p>0,05. Disimpulkan
bahwa sediaan stabil terhadap perubahan suhu ekstrim (Arieta, 2009).
Perlakuan Terhadap Hewan Uji
Tikus yang digunakan memiliki kriteria sebagai berikut: Tikus spesies
Rattus norvegicus dengan galur Wistar, usia 2 bulan, bobot berkisar antara 150-
180 g. Usia dan berat badan dikontrol dengan baik agar meminimalisir variabel
pengacau tak terkendali pada tikus. Berat badan dengan deviasi 30 g agar tidak
menyebabkan perbedaan ketebalan kulit yang signifikan yang dapat memengaruhi
kecepatan penyembuhan luka dan menyebabkan hasil penelitian menjadi bias.
Pencukuran dilakukan dengan menggunting bulu tikus sampai tipis lalu
diberikan krim depilatori. Bulu tikus harus tipis sebelum diaplikasikan krim
depilatori karena jika bulu masih tebal krim depilatori tidak bisa sampai ke kulit.
Tikus yang sudah dicukur didiamkan selama 48 jam agar dipastikan tidak ada krim
depilatori yang tersisa pada kulit sehingga tidak mempengaruhi penyembuhan pada
kulit.
Tikus dianastesi dengan suntik pada paha agar tidak merasa sakit saat
dilakukan eksisi pada punggung tikus. Luka eksisi diatur sedemikian rupa agar tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
saling bertumpang tindih. Luka tidak diberikan di dekat leher agar tidak terpengaruh
dengan gerakan, karena leher banyak bergerak saat beraktivitas, dan luka tidak
diberikan terlalu jauh di dekat ekor agar meminimalisir tikus dapat menjilat gel
hingga terhapus. Pemberian gel dilakukan segera setelah tikus diberi luka eksisi
dan kemudian setiap 12 jam berikutnya hingga luka sembuh.
Setelah luka menutup sempurna atau %wound closure mencapai 100%
untuk tiap luka pada tikus, dilakukan pengambilan kulit tikus. Tikus kemudian
dieutanasia dan kulit punggung tikus diambil, kemudian sampel kulit disimpan
dalam pot berisi formalin 10% untuk selanjutnya dibuat preparat dengan
pengecatan Hematoxylin-Eosin dan diamati di bawah mikroskop.
Kecepatan Penyembuhan Luka
Lama luka mencapai % wound closure hingga 100% pada tikus adalah
10-12 hari. Data yang diambil untuk analisis statistik adalah data hari % wound
closure mencapai 100%, yaitu saat luka sudah menutup sepenuhnya, data
ditunjukkan pada tabel III.
Dilakukan analisis statistik untuk mengetahui adanya perbedaan kecepatan
penyembuhan luka. Hasil statistik menyatakan bahwa rata-rata data hari
penyembuhan 100% wound closure pada kontrol = basis = formula atau p>0,05.
Hasil dari kecepatan penyembuhan luka yaitu tidak ada perbedaan kecepatan
penyembuhan luka antara kontrol, basis, dan formula. Hal ini terjadi karena luas
luka pada tikus yang kecil, sehingga penyembuhan tidak terlihat berbeda,
penghitungan penutupan luka juga sangat subjektif karena dilihat dari penutupan
luka secara kasat mata. Penutupan luka yang terlihat adalah luka di bagian luar
yaitu bagian epidermis, untuk penyembuhan luka di kulit bagian dalam dapat
dilihat pada hasil uji histopatologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Uji Histopatologi
Uji histopatologi ini dilakukan untuk melihat struktur kulit secara
mikroskopis dan dilakukan jika kulit sudah menutup sempurna. Hasil histopatologi
ditunjukkan pada gambar 3.
(a) (b)
(c) (d)
Keterangan:
e = epidermis f =folikel rambut
g = jaringan granulasi h = jaringan ikat
i = pembuluh darah j = kolagen
garis kuning menandakan scar
Gambar 4. Preparat hasil uji histopatologi Hematoxylin-Eosin: Kontrol
(a); Basis (b); Piroxicam (c); Kulit Normal Tanpa Perlakuan (d)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Tabel III. Hasil Pengamatan Histopatologi
Scar index Hari
Penyembuhan
Keterangan
Kontrol 243890 μm
11 ± 1 Penyembuhan dalam tahap
proliferasi ditandai dengan
adanya jaringan granulasi,
walaupun sudah terbentuk
sedikit kolagen dan jaringan
ikat.
Basis 53552,97 μm
10,667 ±
0,57735 Penyembuhan dalam tahap
proliferasi karena masih ada
sedikit jaringan granulasi,
tetapi sudah ada sedikit
kolagen dan jaringan ikat.
Piroxicam 2949,587 μm
10,333 ±
0,57735 Sudah terbentuk adanya
kolagen dan jaringan ikat,
namun masih ada jaringan
granulasi meskipun hanya
sedikit sehingga dapat
disimpulkan bahwa sudah
memasuki tahap awal
remodeling dilihat dari
susunan kolagen mulai
teratur.
Kulit
Normal
Tanpa
Perlakuan
- - Susunan kolagen sangat
teratur, sel lengkap dengan
adanya folikel rambut,
jaringan ikat, dan
epidermis.
Hasil nilai scar index yang didapat dari yang paling besar adalah kontrol,
basis, lalu piroxicam. Luka yang meninggalkan scar paling banyak adalah kontrol,
lalu disusul basis, dan yang terakhir adalah piroxicam. Formula dengan piroxicam
adalah yang paling baik karena hanya meninggalkan paling sedikit scar jika
dibandingkan dengan basis dan kontrol. Maka dapat disimpulkan bahwa formula
dengan piroxicam mampu menyembuhkan luka dan mengurangi bekas luka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
KESIMPULAN DAN SARAN
Formula optimum adalah formula 1 yang mengandung carbopol 1%.
Formula 1 memiliki jumlah pelepasan obat yang paling besar dan terbukti mampu
menyembuhkan luka dan mengurangi bekas luka.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah untuk menguji formula optimum
secara in vivo.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih ditujukan kepada PT. Dexa Medica atas sumbangan working
standar piroxicam, serta Grant penelitian dari DP2M DIKTI.
DAFTAR PUSTAKA
Abd-allah, F.I., et al., 2011. Evaluation of The Antiinflammatory and Analgesic
Effects of Piroxicam Loaded Microemulsion in Topical Formulations.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Cairo, 66-
70.
Abd-allah, F.I., Dawaba, H.M. & Ahmed, A.M.S., 2010. Loaded Microemulsions
In Topical Formulations. 4(4), 267–275.
Anggraeni. Y., Hendradi. E. & Purwanti. T., 2012. Diklofenak Dalam Sistem
Niosom Dengan Basis Gel . 1(1),1–15.
Arieta, A.G., 2009. Analytical Considerations. WHO
Avramov, I., 2009. Relationship Between Diffusion, Selfdiffusion, and Viscosity.
Bulgarian Academy of Science.
Blomme. E.A.G., et al., 2003. Selective Cyclooxigenase-2 Inhibition Does Not
Affect The Healing of Cutaneous Full-Thickness Incisional Wounds in SKH-
1 Mice. British Journal of Dermatology, 14, 211–223.
Divadi. A., 2015. Pembuatan dan Uji Aktivitas Sediaan Gel Scarless Wound dengan
Esktrak Binahong dan Zat Aktif Piroxicam. Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
Eligini, S., et al., 2009. Cyclooxigenase-2 Mediates Hydrogen Peroxide-Induced
Wound Repair in Human Endothelial Cells. Elsevier, Amsterdam, 1428-
1436.
Enoch, S., and Leaper, D.J., 2007. Basic Science of Wound Healing. Elsevier,
Amsterdam, 31-37.
Jeon, O., Kang, S.W., Lim, H.W., Chung, J.H., Kim, B.S., 2005. Long Term and
Zero Order Release of Basic Fibroblast Growth Factor krom Heparin-
Conjugated Poly(L-lactide-co-glycolide) Nanospheres and Fibrin Gel.
Biomaterial, 27, 1598-1607.
Lee, J.L., Mukhtar, H., Bickers, D.R., Kopelovich, L., Athar, M., 2003.
Cyclooxygenases in the skin: pharmacological and toxicological
implications. Toxicology and Applied Pharmacology, 192: 294-306.
Masthanamma, S.K., et al., 2015. Uv-spectrophotometric determination of
piroxicam in bulk and pharmaceutical dosage form using hydrotropic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
solubilization technique. International journal of biological and
pharmaceutical research, Pradesh, 6(4), 273-278.
Rowe, R.C., et al., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed..
Pharmaceutical Press, London, 465-469.
Sun, G., et al., 2011. Dextran hydrogel scaffolds enhance angiogenic responses and
promote complete skin regeneration during burn wound healing. Proceedings
of the National Academy of Sciences, 108(52), 20976–20981.
Thanasukarn, P., Pongsawatmanit, R. & McClements, D.J., 2004. Influence of
emulsifier type on freeze-thaw stability of hydrogenated palm oil-in-water
emulsions. Food Hydrocolloids, 18(6),1033–1043.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
LAMPIRAN
Lampiran 1. Proposal Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini banyak sekali orang yang memperhatikan penampilan,
terutama pada bagian yang tampak, seperti kulit. Kulit yang kita harapkan adalah
kulit yang halus, tanpa parut luka. Parut luka terbentuk karena adanya proses
penyembuhan luka. Secara umum proses penyembuhan luka terjadi dalam 3 tahap
yaitu inflamasi, proliferasi, dan remodelling (Beldon, 2010). Penyembuhan luka
yang tidak sempurna dapat menyebabkan parut luka yang terbentuk pada saat fase
inflamasi. Pada akhir fase inflamasi terbentuk kolagen, elastin, dan produksi
matriks ekstraselular oleh fibroblast yang berperan dalam penutupan luka. Pada
saat pematangan luka, kolagen akan semakin meningkat, namun serat kolagen ini
tidak dapat menghasilkan kulit yang sama dengan sebelum terjadi luka (Enoch
dan Leaper, 2008).
Piroxicam merupakan nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAIDs)
yang memiliki aktivitas antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. Mekanisme kerja
piroxicam adalah sebagai inhibitor prostaglandin yang menghambat enzim-enzim
siklooksigenase (COX-1 dan COX-2) (Abd-allah et al., 2011). Siklooksigenase-2
(COX-2) adalah enzim yang diproduksi oleh sel endothelial yang akan terekspresi
pada saat fase inflamasi (Eligini et al., 2009). COX-2 yang memiliki peran
penting bertanggung jawab atas peningkatan proliferasi fibroblas dan produksi
kolagen yang menyebabkan bekas pada luka (Blomme et al., 2003). Sehingga
dengan menghambat COX-2 diharapkan dapat menghindari terbentuknya parut
luka (Blomme et al., 2003; Eligini et al., 2009).
Sediaan yang akan dibuat adalah sediaan gel. Gel merupakan sistem
semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh satu cairan (Depkes RI,
2014). Digunakan hidrogel yaitu gel dengan bahan pembawa dari air.
Karakteristik hidrogel sebagai sediaan scarless wound adalah semipermeabel, non
aderen, serta semi transparan dengan polimer hidrofilik. Karakteristik wound
dressing yang ideal adalah dapat melindungi dari bakteri, mengontrol penguapan
air, oksigen dan karbondioksida dapat berdifusi, mengabsorpsi eksudat luka (Sun,
2011). Wound dressing yang baik juga harus bersifat non adherent, memfasilitasi
autolytic debridement atau pembersihan luka, mudah menempel pada kulit namun
tidak sulit dicuci, serta tentunya ekonomis. Hidrogel sendiri sudah dianggap
sebagai “ideal wound dressing” (Boateng, 2008). Hidrogel dapat digunakan
sebagai scarless wound karena memberi efek dingin pada kulit, memfasilitasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
autolytic debridement, serta bersifat semipermeabel sehingga memungkinkan
oksigen dan karbondioksida berdifusi, tetapi hidrogel membutuhkan pengolesan
ulang serta dapat menjadi media pertumbuhan bakteri (Okan et al., 2007).
Pada penelitian ini dilakukan variasi konsentrasi carbopol. Pada variasi
carbopol ini akan dilihat seberapa banyak pengaruhnya terhadap pelepasan obat.
Carbopol merupakan gelling agent yang akan berpengaruh pada viskositas, karena
jika viskositas sediaan semakin tinggi maka zat aktif dalam sediaan akan semakin
sulit dilepaskan (Anggraeni et al., 2012). Selain sebagai gelling agent carbopol
memiliki sifat dalam mengontrol pelepasan obat karena dapat berfungsi sebagai
pengikat sehingga penambahan carbopol diduga dapat berpengaruh dalam
pelepasan obat (Rowe et al., 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Berapa kadar gelling agent carbopol yang efektif sehingga dihasilkan
formulasi sediaan hidrogel scarless wound dengan zat aktif piroxicam dengan
pelepasan obat yang baik serta dapat menyembuhkan luka tanpa meninggalkan
parut luka?
1.3 Tujuan
Mengetahui kadar gelling agent carbopol efektif sehingga dihasilkan
formulasi sediaan hidrogel scarless wound dengan zat aktif piroxicam dengan
pelepasan obat yang baik serta dapat menyembuhkan luka tanpa meninggalkan
parut luka.
1.4 Urgensi Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mengembangkan dan menentukan kadar
gelling agent carbopol yang menghasilkan sediaan hidrogel piroxicam dengan
pelepasan obat yang baik dan dapat mempercepat proses penyembuhan luka tanpa
meninggalkan parut luka.
1.5 Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang kefarmasian berkaitan dengan formulasi
sediaan hidrogel scarless wound dengan zat aktif piroxicam dalam proses
penyembuhan luka tanpa meninggalkan parut luka, sehingga dapat pula dijadikan
sumber acuan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
1.6 Luaran yang Diharapkan
Kadar gelling agent efektif pada sediaan hidrogel scarless wound dengan
zat aktif piroxicam dengan pelepasan obat yang baik dan memiliki aktivitas
penyembuhan luka tanpa meninggalkan parut luka
1.7 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara ilmiah mengenai
formulasi efektif hidrogel dengan zat aktif piroxicam dengan pelepasan obat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
baik dan memiliki aktivitas penyembuhan luka dengan efek pengurangan parut
luka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Luka
2.1.1 Penyembuhan luka
Luka adalah perusakan pada kulit yang akan merubah struktur dan fungsi
dari jaringan yang normal. Luka dapat terjadi karena adanya operasi, sayatan, dan
tusukan (Ariani, et al., 2013). Luka harus disembuhkan agar struktur kulit dapat
kembali seperti semula dan berfungsi seperti sedia kala (Enoch dan Leaper, 2008).
Penyembuhan luka terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah fase inflamasi, lalu
tahap kedua adalah proliferasi atau fase pembentukan jaringan, dan fase ketiga
atau fase terakhir adalah fase remodelling yang berarti penyusunan ulang jaringan
(Beldon, 2010). Pada saat luka terjadi, hal pertama adalah mengeluarkan darah.
Histamin akan dilepaskan dari sel mast dan akan meningkatkan vasodilatasi dan
meningkatkan permeabilitas vaskular, untuk memfasilitasi terjadinya fase
inflamasi di sekitar luka (Harper et al. 2014).
Pada fase inflamasi terjadi selama 1-2 hari terjadi aktivasi interleukin dan
sinyal transforming growth factor-b (TGF-b), sehingga akan merangsang
neutrofil. Neutrofil akan menghancurkan serpihan luka dan bakteri, serta
mengeluarkan zat-zat asing yang tidak dibutuhkan hingga luka menjadi steril
(Enoch dan Leaper, 2007; Harper et al. 2014). Fase kedua adalah fase proliferasi.
Fase ini terjadi pada hari ketiga sampai minggu kedua. Pada fase ini terjadi
pembentukan jaringan (Enoch dan Leaper, 2007). Terjadi angiogenesis atau
pembentukan pembuluh darah baru sehingga pembuluh darah akan permeabel dan
siap untuk memfasilitasi granulasi jaringan. Setelah itu terjadi migrasi fibroblas
sehingga dapat diproduksi fibronectin dan kolagen, lalu akan terjadi epitelisasi
sehingga luka mengencang atau terjadi atraksi luka (Harper et al. 2014). Fase
ketiga adalah fase remodelling. Pada fase ini terjadi penyusunan ulang jaringan
dan pematangan jaringan (Enoch dan Leaper, 2007). Fase ini dapat terjadi sampai
2 tahun setelah luka terjadi. Pada fase ini luka akan sembuh tetapi tidak akan sama
seperti sebelum luka terjadi. Pada saat luka mematang, bekas luka akan berubah
warna dari kemerahan menjadi merah keabuan seiring berjalannya waktu (Harper
et al. 2014).
2.1.2 Parut Luka
Parut luka adalah penyembuhan luka yang tidak sempurna sehingga akan
meninggalkan bekas di kulit (Harper et al. 2014). Penyembuhan luka yang tidak
sempurna dapat menyebabkan parut luka yang terbentuk pada saat fase inflamasi.
Pada akhir fase inflamasi terbentuk kolagen, elastin, dan produksi matriks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
ekstraselular oleh fibroblast yang akan berperan dalam penutupan luka.
Selanjutnya terjadi fase proliferasi. Pada fase proliferasi, proliferasi sel epitel
berlanjut, sehingga dapat menyebabkan penebalan lapisan epidermal, yang
menyebabkan hipertrofi, penebalan pada bekas luka atau yang biasa disebut
keloid. Setelah itu terjadi pematangan luka dan kolagen akan semakin meningkat.
Namun, serat kolagen ini tidak dapat menghasilkan kulit yang sama dengan
sebelum terjadi luka (Enoch dan Leaper, 2008).
Yang sangat mendasari terbentuknya parut luka adalah fase inflamasi,
karena pembentukan kolagen terjadi pada fase inflamasi. Maka pengurangan parut
luka dapat dilakukan dengan mengurangi proses inflamasinya. Pada saat
inflamasi, sel endothelial akan memproduksi siklooksigenase-2 (COX-2) yang
akan berpengaruh pada produksi kolagen, sehingga dengan menghambat COX-2
diharapkan parut luka akan berkurang (Blomme et al., 2003).
2.2 Piroxicam
Gambar 1. Struktur Piroxicam
Piroxicam merupakan nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAIDs) yang
memiliki aktivitas antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. Aktivitas piroxicam
adalah sebagai inhibitor prostaglandin yang menghambat enzim-enzim
siklooksigenase (COX-1 dan COX-2) (Abd-allah et al., 2011).
Siklooksigenase-2 (COX-2) adalah enzim yang diproduksi oleh sel
endothelial yang akan terekspresi pada saat fase inflamasi. COX-2 memiliki peran
penting bertanggung jawab atas peningkatan proliferasi fibroblas dan produksi
kolagen yang menyebabkan bekas pada luka. Sehingga dengan menghambat
COX-2 dapat disimpulkan dapat menghindari terbentuknya parut luka (Blomme et
al., 2003; Eligini et al., 2009).
2.3 Hidrogel
2.3.1 Definisi
Sudah dibuktikan bahwa penyembuhan luka yang baik adalah dalam
keadaan lembab, dibandingkan dengan keadaan kering. Pada keadaan lembab
akan mengurangi dehidrasi pada luka serta mengurangi rasa sakit (Richard et al.,
2007). Karakteristik wound yang ideal adalah dapat melindungi dari bakteri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
mengontrol penguapan air, oksigen dan karbondioksida dapat berdifusi,
mengabsorpsi eksudat luka (Sun, 2011). Wound dressing yang baik juga harus
bersifat non adherent, memfasilitasi autolytic debridement atau pembersihan luka,
mudah menempel pada kulit namun tidak sulit dicuci, serta tentunya ekonomis.
Hidrogel sendiri sudah dianggap sebagai “ideal wound dressing” (Boateng, 2008).
Hidrogel dapat digunakan sebagai scarless wound, memberi efek dingin pada
kulit, semipermeabel sehingga dapat memfasilitasi difusi dari oksigen dan
karbondioksida, serta memfasilitasi autolytic debridement, tetapi hidrogel
membutuhkan pengolesan ulang setelah beberapa saat dipakai karena mudah
tercuci. Selain itu hidrogel juga ada potensi untuk dapat menjadi media
pertumbuhan bakteri (Okan et al., 2007).
Gel merupakan sistem semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi
oleh satu cairan. Sedangkan hidrogel sendiri adalah gel, tetapi dengan pembawa
air (Depkes RI, 2014). Untuk zat aktif piroxicam dapat digunakan hidrogel
(Depkes RI, 2014).
2.3.2 Komponen Gel
Gambar 2. Struktur Carbopol (Rowe et al., 2009).
Carbopol merupakan kelompok acrylic polymer cross-linked dengan poly
alkenyl ether. Nama lain carbopol adalah acitamer, acrylic Acid pilymer,
carbomer, carboxyvinyl polymer. Carbopol berperan besar dalam menambah
viskositas dan sebagai suspending agent dalam gel, krim, dan salep. Carbopol juga
memiliki sifat sebagai buffering agent (Liu et al., 2008). Selain sebagai gelling
agent carbopol memiliki sifat dalam mengontrol pelepasan obat karena dapat
berfungsi sebagai binder sehingga penambahan carbopol diduga dapat
berpengaruh dalam pelepasan obat (Rowe et al., 2009). Carbopol merupakan
gelling agent yang akan berpengaruh pada penambahan viskositas, karena jika
viskositas sediaan semakin tinggi maka zat aktif dalam sediaan akan semakin sulit
dilepaskan (Anggraeni et al., 2012).
Carbopol memiliki pemerian serbuk putih, asam, higroskopis, dan berbau
khas. Carbopol digunakan sebagai pembentuk gel dengan konsentrasi 0,5-2%
(Rowe et al., 2009). Carbopol sering digunakan sebagai gelling agent karena
stabilitasnya yang tinggi, kompatibel dengan bahan lain, dan toksisitas rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Carbopol bersifat asam dan sebelum digunakan dinetralkan dengan penambahan
basa triethanolamine (TEA).
2.4 Landasan Teori
Pada proses penyembuhan luka terjadi 3 tahap yaitu tahap inflamasi,
proliferasi, dan remodelling. Parut luka terjadi pada proses inflamasi, terjadi
pembentukan kolagen. Pembentukan kolagen pada fase inflamasi ini diakibatkan
oleh sekresi COX-2. Maka untuk menghambat COX-2 digunakan piroxicam yang
merupakan NSAIDs antiinflamasi, antipiretik, dan analgesik yang akan
menghambat enzim COX-2 sehingga menghambat sintesis prostaglandin. Akan
dibuat gel scarless wound dengan zat aktif piroxicam dengan variasi gelling agent
carbopol. Penelitian ini bertujuan untuk melihat formulasi sediaan gel scarless
wound terbaik yang stabil dengan pelepasan zat aktif piroxicam yang baik.
Carbopol sebagai gelling agent akan berpengaruh pada viskositas hidrogel.
Semakin besar viskositas pada gel maka akan berpengaruh pada pelepasan obat
karena viskositas yang tinggi akan membuat zat aktif sulit dilepaskan sehingga
dengan melakukan variasi carbopol diharapkan akan didapatkan sediaan yang
stabil serta dapat memiliki profil pelepasan obat yang baik.
2.5 Hipotesis
Formulasi sediaan hidrogel dengan kadar efektif carbopol dengan
penambahan zat aktif piroxicam dapat dihasilkan sediaan yang stabil dengan
pelepasan obat yang baik, serta diduga dapat menyembuhkan luka tanpa
meninggalkan parut luka pada hewan uji tikus putih (Rattus norvegicus) galur
Wistar dengan menggunakan metode uji histopatologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang berjudul “Formulasi sediaan hidrogel scarless wound
dengan zat aktif piroxicam” ini termasuk eksperimental murni.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah viskositas, daya sebar, pH,
homogenitas, stabilitas gel, dan pelepasan zat aktif.
3.2.2 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah variasi kadar gelling agent
carbopol serta penambahan piroxicam 5% ke dalam sediaan gel penyembuh luka.
3.2.3 Variabel Pengacau
a. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali pada penelitian
ini adalah tempat penyimpanan, cara penyimpanan gel, wadah gel, kecepatan
dan cara pembuatan gel, berat badan tikus, galur tikus, jenis kelamin tikus,
dan asupan gizi tikus.
b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali pada
penelitian ini adalah suhu ruangan, kelembaban ruangan, kondisi patologis
hewan uji (tikus).
3.2.4 Definisi Operasional
a. Formulasi sediaan. Formulasi hidrogel dengan variasi kadar gelling agent
carbopol
b. Basis hidrogel. Menggunakan basis carbopol, CMC-Na, Ca-alginate dengan
pelarut akuades.
c. Gelling agent. Bahan pembentuk gel dengan carbopol, serta gelling agent lain
yaitu CMC-Na dan Ca-alginate.
d. Formula optimum. Formula gel dengan standar sediaan semisolid sesuai
syarat (daya sebar 5-7 cm dan viskositas 200-300 dPa.s), serta dapat melepas
zat aktif dengan maksimal.
e. Sifat fisik gel. Parameter acuan yang digunakan adalah organoleptis, pH,
homogenitas, viskositas, dan daya sebar gel.
f. Stabilitas gel. Parameter untuk mengetahui stabilitas gel scarless wound
meliputi viskositas dan persen sineresis setelah sediaan gel melewati siklus
freeze thaw.
g. Parut luka. Parut luka ialah jaringan yang terbentuk dari hasil proses
penyembuhan luka akibat fase inflamasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
h. Uji disolusi. Uji disolusi adalah suatu metode in vitro yang digunakan untuk
mengetahui pelepasan obat dari bentuk sediaan gel.
i. Uji Hispatologi. Suatu pengamatan kulit tikus menggunakan mikroskop
cahaya dengan adanya bantuan zat pewarna tertentu.
3.3 Bahan Penelitian
Piroxicam, kalium sorbat, asam borat, carbopol 940, CMC-Na, Ca-alginat,
gliserin, TEA, akuades, etanol 96% (Labora), etanol 70%, Nutrien Agar (Oxoid),
kloroform teknis, ketamine, krim depilatori, kapas, formalin 10%, larutan Harris
Hematoxylin, larutan acid alcohol, larutan ammonium, larutan stok Eosin alcohol
1%, larutan working Eosin.
3.4 Alat Penelitian
Beaker glass, kabinet LAF, pipet tetes, plastic wrap, kaca bundar, object
glass, corong, alumunium foil, ose, spuit injeksi, pinset, gunting, blade, scalpel,
plat besi, mikroskop cahaya, mantle heater, stirrer, magnetic stirrer, labu ukur,
pompa vakum, batang pengaduk, corong buchner, sentrifuge, sentrifuge tube,
viskometer, mortir, stamper, sudip, thermometer, biopsy punch.
3.5 Tata Cara Penelitian
3.5.1 Sterilisasi ruangan
Ruangan dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan etanol 70%
dan didiamkan selama 24 jam sebelum pembuatan gel scarless wound, dalam hal
Sterilisasi ruangan dan tube
Pembuatan gel scarless wound
Uji sifat fisik gel scarless wound
1. viskositas
2. daya sebar
3. sterilitas
4. disolusi
Uji stabilitas gel scarless wound
Uji aktivitas formula optimum gel scarless
wound
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
ini termasuk setiap sudut dan lantai ruangan. Saat didiamkan 24 jam sebelum
pembuatan gel, lampu UV pada LAF dan ruangannya dinyalakan selama 24 jam.
3.5.2 Sterilisasi tube
Plastik filling gel dibiarkan dibawah sinar UV pada LAF selama 24 jam
bersamaan dengan tube yang akan dipakai yang sudah dicuci dengan etanol 70%
bersamaan dengan proses sterilisasi ruangan.
3.5.3 Pembuatan gel scarless wound
Tabel I. Formula gel scarless wound acuan (Divadi, 2015)
Formula Jumlah (g)
Carbopol 940 1
CMC-Na 0,5
Ca-alginat 0,5
TEA Sampai pH 7
Gliserin 12,5
Asam borat 0,5
Kalium sorbat 0,2
Etanol 10
Akuades Ad 100
Piroxicam 5
Tabel II. Formula gel scarless wound
CMC-Na dikembangkan dalam akuades selama 24 jam, Ca-alginat
ditambahkan dan diaduk hingga homogen (campuran A). Asam borat dan kalium
sorbat yang sudah terlarut pada akuades serta larutan carbopol ditambahkan pada
campuran A. Lalu ditambah gliserin pada campuran tersebut dan diaduk hingga
homogen. TEA ditambahkan sedikit demi sedikit diikuti dengan pengadukan
sampai homogen hingga mencapai pH 7 (campuran B). Campuran B kemudian
Formula Formula 1 (g) Formula 2 (g) Formula 3 (g) Formula 4 (g)
Carbopol 940 0,75 1 1,25 1,5
CMC-Na 0,5 0,5 0,5 0,5
Ca-alginat 0,5 0,5 0,5 0,5
TEA Sampai pH 7 Sampai pH 7 Sampai pH 7 Sampai pH 7
Gliserin 12,5 12,5 12,5 12,5
Asam borat 0,5 0,5 0,5 0,5
Kalium
sorbat 0,2 0,2 0,2 0,2
Etanol 10 10 10 10
Akuades Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100
Piroxicam 5 5 5 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC selama 30 menit. Setelah itu
dicampur dengan piroxicam yang dilakukan di dalam LAF.
3.5.4 Uji sifat fisik gel scarless wound dengan zat aktif piroxicam
a. Pengamatan organoleptis
Pengamatan dilakukan setelah 48 pembuatan gel selesai dengan
mengamati bentuk, warna, dan bau sediaan gel.
b. Uji pH
Uji pH dilakukan 48 jam setelah pembuatan gel dengan mengambil
sejumlah sediaan gel dengan batang pengaduk dan dioleskan pada pH
universal, kemudian dilihat warna pH stik dan disesuaikan dengan
pengemasan. pH yang diharapkan adalah 4,5-6,5 (Tranggono dan Latifah,
2007).
c. Uji homogenitas
Sediaan gel secukupnya diletakkan pada object glass dan ditutup dengan
object glass lainnya.
d. Uji viskositas
Digunakan alat Rheosys yang menggunakan cone and plate. Diambil gel
sedikit dan ditaruh pada plate, Pengujian viskositas dilakukan sebanyak 5
replikasi, dilakukan 48 jam setelah pembuatan gel. Respon yang
diinginkan adalah 200-300 dPa.s (Garg et al., 2002).
e. Uji daya sebar
Uji dilakukan 48 jam setelah pembuatan gel. Gel ditimbang 0,5 gram
diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Kaca bulat lain dengan pemberat
125 g diletakkan di atas gel dan didiamkan 1 menit, lalu dilihat diameter
penyebarannya. Pengujian daya sebar dilakukan sebanyak 5 replikasi.
Respon yang dikehendaki adalah diameter penyebaran 5-7cm (Garg et al.,
2002).
f. Uji sterilitas
Kabinet LAF dibersihkan dengan etanol 70%, Lampu UV dinyalakan
selama 24 jam. Peralatan yang digunakan juga disterilkan sebelumnya
menggunakan autoklaf pada 121ºC selama 15 menit. Ditimbang sebanyak
21 gram Nutrient Agar (Oxoid)dan ditambahkan pada 750 mL akuades,
diaduk hingga homogen. Media NA dipanaskan sampai homogen dengan
hotplate magnetic stirrer, dan dituang ke tabung reaksi sebanyak 15 mL
tiap tabungnya dan ditutup dengan penutup yang sesuai. Media NA
tersebut disterilisasi menggunakan autoklaf pada 121ºC selama 15 menit
dengan tekanan 1 atm. Media NA yang telah steril dituang pada cawan
petri, didekat bunsen. Biarkan media NA memadat di cawan petri. Sediaan
gel yang akan diuji disiapkan, kemasan dibersihkan dengan etanol 70%.
Jarum ose dipanaskan di atas bunsen hingga memijar, dan didinginkan.
Kemasan gel dibuka secara aseptis didekat nyala bunsen, kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
diambil 1 ose gel dan digoreskan secara zigzag pada permukaan media
NA. Tiap tahap dilakukan di dalam LAF. Cawan petri dibungkus dengan
plastic wrap dan diberi label, diinkubasi terbalik dalam LAF tanpa nyala
bunsen 24 jam dan dilakukan pengamatan setelahnya (Divadi, 2015).
g. Uji disolusi
Dilakukan uji disolusi gel menggunakan cell diffusion model. 2 gram gel
dimasukkan ke dalam franz diffusion cell, di dalamnya terdapat membran
selofan poros yang sebelumnya direndam air suling 100ºC selama 5 menit.
Keadaan dijaga jangan sampai ada gelembung. Uji dilakukan dengan 300
mL buffer fosfat pH 7,4 dengan kecepatan 120 rpm. 2 mL sampel dari uji
disolusi diambil dengan interval tiap 15 menit selama 90 menit. Tiap
sampel diambil, diberi buffer fosfat dengan volume yang setara untuk
menjaga volume tetap konstan. Banyaknya obat yang terlepas
dideterminasi secara spektrofotometri pada panjang gelombang 350 nm
(Abd-allah et al., 2010)
3.5.5 Uji stabilitas gel scarless wound dengan zat aktif piroxicam
a. Uji sineresis
Uji dilakukan setelah 48 jam setelah pembuatan gel untuk melihat
pemisahan fase pada sediaan. Sampel uji dimasukkan ke dalam tabung
sentrifugal dan disentrifugasi selama 5 jam dengan kecepatan 3750 rpm
dan setiap 1 jam diamati ada tidaknya pemisahan fase. Uji ini untuk
prediksi kestabilan sediaan selama penyimpanan satu tahun akibat
pengaruh gravitasi (Elya et al., 2013).
b. Siklus freeze-thaw
Setiap formula disimpan pada suhu 4ºC selama 24 jam, kemudian
disimpan pada suhu 25ºC selama 24 jam. Dilakukan penyimpanan sampai
6 siklus dan setiap akhir siklus dilakukan pengamatan uji viskositas, pH,
daya sebar (Thanasukarn, et al., 2004).
3.5.6 Uji scarless wound
Tiga ekor tikus ditimbang dan dicukur. Pada punggung tikus diberi krim
depilatory dan didiamkan 5 menit, dibilas dengan kapas basah sampai kulit
tampak, lalu dibiarkan selama 48 jam. Tikus diberi anestesi ketamine melalui
injeksi i.m. pada paha dan ditunggu hingga tikus tertidur. Kulit punggung tikus
dibasahi dengan etanol 70% dan dilakukan luka eksisi dengan biopsy punch. Gel
scarless wound sebanyak 0,1 mL dioleskan pada luka tiap 12 jam hingga luka
sembuh. Tikus dieutanasia dengan inhalasi kloroform teknis, kemudian kulit
punggung diambil dengan ukuran 2x2 cm dan disimpan dalam pot berisi formalin
10% (Divadi, 2015; DiPietro, 2003).
3.5.7 Uji histopatologi-Pengecatan Hematoxylin-Eosin (HE)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Dilakukan pengecatan yang diawali dengan trimming atau pemotongan
jaringan menggunakan scalpel. Lalu dilakukan dehidrasi, dikeluarkan air dari
jaringan menggunakan reagen pembersih. Setelah itu dilakukan penetrasi parafin
ke dalam jaringan atau impregnasi. Jaringan diletakkan di sebuah balok kayu
(embedding), jaringan dipotong dengan pisau mikrotom (cutting), dan pengecatan
(staining) mrnggunakan xylol, alkohol absolut, akuades, harris hematoxylin, acid
alkohol, eosin, dan alkohol 96%. Terakhir dilakukan penutupan dengan object
glass dengan cover glass (mounting) dan hasil histopatologinya diamati pada
mikroskop cahaya (Olympus tipe BH-2, Olympus Corp., Jepang) (Jones, 2014).
3.6 Tata Cara Analisis
3.6.1 Analisis kuantitatif
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data sifat fisik, stabilitas
fisik, dan aktivitas pengurangan parut luka sediaan scarless wound dengan zat
aktif piroxicam. Untuk mengetahui signifikansi data yang diperoleh adalah
dengan analisis statistik data menggunakan software R 3.2.3. Data sifat fisik
viskositas dan daya sebar dihitung rata-rata serta standar deviasi dianalisis
menggunakan uji ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%.
Data viskositas dan daya sebar dengan sebaran data normal dan homogen
diuji ANOVA taraf kepercayaan 95% dengan software R 3.2.3. Nilai p-value <
0,05 menunjukan ada perbedaan signifikan yang kemudian diuji lanjut dengan
TukeyHSD. Jika data tidak normal atau tidak homogen, pengujian menggunakan
Kruskall Wallis.
Kadar obat yang lepas dari uji disolusi, absorbansi yang didapat dimasukkan
ke dalam persamaan kurva baku. Dari kurva baku didapat banyaknya obat yang
lepas dari sediaan.
Pengukuran efek penyembuhan luka pada tikus dihitung dengan persamaan:
Wound closure (%) = area luka pada hari ke 0−area luka pada hari ke n
area luka pada hari ke 0 x 100%
3.6.2 Analisis kualitatif
Pengamatan uji histopatologi dengan membandingkan hasil secara
mikroskopis antara struktur kulit dari penyembuhan luka eksisi dengan struktur
kulit normal pada tikus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 2. Ethical Clearance Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 3. Certificate of Analysis Piroxicam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 4. Data hasil uji sifat fisis
Hasil Uji Sterilitas
(a) (b)
(c) (d)
Hasil Uji Sterilitas: Basis (a); FI (b); FII (c); FIII (d)
Data Hasil Uji Viskositas
Sediaan Basis FI FII FIII
Replikasi 1 0,92556 1,40065 3.45437 4,42362
Replikasi 2 0,95468 1,36061 3,40067 4,52475
Replikasi 3 0,94504 1,31849 3,28567 4,42780
Replikasi 4 0,97723 1,32825 3,54774 3,86701
Replikasi 5 0,97362 1,46978 3,07017 4,99467
Rata-rata 0,95523 1,37556 3,35172 4,44757
SD 0,02125 0,06170 0,18370 0,40103
Data Hasil Uji Daya Sebar
Sediaan Basis FI FII FIII
Replikasi 1 6,375 5,050 3,925 3,400
Replikasi 2 6,250 4,900 3,850 2,875
Replikasi 3 6,175 5,400 3,975 3,075
Replikasi 4 6,100 5,000 4,200 3,125
Replikasi 5 5,950 5,250 4,100 3,225
Rata-rata 6,170 5,120 4,010 3,140
SD 0,159 0,202 0,140 0,193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 5. Kurva baku piroxicam dan data uji pelepasan obat
Kurva baku piroxicam
Konsentrasi
(µg/mL)
Rata-Rata
Absorbansi
SD CV %Recovery
2 0,173 0,001 0,578% 91,247%
4 0,264 0,001 0,218% 100,380%
6 0,351 0,007 1,999% 101,692%
8 0,438 0,005 1,054% 102,348%
10 0,515 0,001 0,112% 100,344%
12 0,596 0,001 0,194% 99,674%
14 0,690 0,009 1,339% 101,536%
16 0,738 0,002 0,207% 96,038%
18 0,865 0,004 0,440% 101,754%
Parameters Values
Slope 0,0417
Intercept 0,0969
Correlation coefficient (r) 0,9987
LOD (µg/mL) 0,4259
LOQ (µg/mL) 1,6690
y = 0.0417x + 0.0969
R² = 0.9974
0.000
0.200
0.400
0.600
0.800
1.000
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Abso
rban
si
Konsentrasi (ppm)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Data uji pelepasan obat
Formula I Formula II Formula III
Waktu % Drug Release % Drug Release % Drug Release
15 3,623683994 0,96563593 0,930858212
30 5,639862783 1,384618364 1,149122839
45 6,84036758 2,289778528 1,432058466
60 9,229664934 2,38859514 1,597777904
75 11,65577219 4,03290356 3,529824042
90 13,89364699 4,645566553 3,687459606
120 22,25953408 9,235400537 7,66553452
180 39,20045544 24,94724181 17,95226553
240 58,19729355 42,66110764 26,97184912
300 66,56318064 47,60193823 41,03779171
360 79,69762338 65,50750828 60,92412434
Koefisien difusi
Uji normalitas
* Nilai p-value>0,05 menunjukkan bahwa setiap formula memiliki koefisien
difusi yang normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Uji Homogenitas dan Anova
*p-value>0,05 pada uji homogenitas leveneTest menunjukkan data homogen.
Pada uji anova didapatkan bahwa rata-rata koefisien difusi pada ketiga formula
berbeda bermakna dengan p-value<0,05 dan pada uji post-hoc TukeyHSD
didapatkan bahwa ketiga formula memiliki koefisien yang berbeda bermakna,
dilihat dari antar ketiga formula memiliki p-value<0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Lampiran 6. Data hasil uji stabilitas
1. Pergeseran Daya Sebar selama ke-6 freeze thaw cycle
Formula/
Siklus
Basis
(cm)
FI
(cm)
FII
(cm)
FIII
(cm)
Siklus 0 6,375 5,050 3,925 3,400
6,250 4,900 3,850 2,875
6,175 5,400 3,975 3,075
6,100 5,000 4,200 3,125
5,950 5,250 4,100 3,225
Rata-rata ± SD 6,170±0,159 5,120±0,202 4,010±0,140 3,140±0,193
Siklus 1 6,200 5,125 4,000 3,325
6,225 4,875 4,100 3,125
5,975 5,000 4,125 3,475
5,900 5,025 4,025 3,250
6,000 5,075 4,200 3,375
Rata-rata ± SD 6,060±0,144 5,020±0,094 4,090±0,080 3,310±0,132
Siklus 2 5,200 5,350 3,875 3,250
5,950 5,050 4,050 3,025
5,700 5,125 4,100 3,075
5,925 5,150 4,025 3,125
6,150 5,225 4,075 3,175
Rata-rata ± SD 5,785±0,364 5,180±0,114 4,025±0,088 3,130±0,087
Siklus 3 5,950 4,950 3,975 3,200
6,100 5,075 3,625 3,075
6,325 5,800 4,075 3,025
6,200 5,125 4,325 3,300
6,225 5,125 4,550 3,425
Rata-rata ± SD 6,160±0,142 5,215±0,335 4,110±0,352 3,205±0,163
Siklus 4 6,000 5,500 4,050 3,375
6,025 5,375 4,125 3,300
5,975 5,400 4,100 3,300
6,075 5,325 4,075 3,325
6,050 4,875 4,150 3,325
Rata-rata ± SD 6,025±0,040 5,295±0,243 4,100±0,040 3,325±0,031
Siklus 5 5,975 5,150 4,025 3,100
5,800 5,150 4,075 3,125
6,050 5,125 3,950 3,150
5,075 5,050 3,900 3,250
6,150 5,125 3,850 3,350
Rata-rata ± SD 5,810±0,430 5,120±0,041 3,960±0,091 3,195±0,104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Uji Normalitas
*p-value > 0,05 menunjukkan data terdistribusi normal,
Uji Homogenitas
Formula p-value*
Basis 0,02411
FI 0,05598
FII 0,003398
FIII 0,1876
Formula/
Siklus
Basis
(cm)
FI
(cm)
FII
(cm)
FIII
(cm)
Siklus 6 5,475 5,125 3,875 3,200
6,125 5,075 3,975 3,325
6,425 4,975 3,950 3,250
5,700 5,125 3,900 3,475
5,600 5,150 4,050 3,350
Rata-rata ± SD 5,865±0,397 5,090±0,070 3,950±0,068 3,320±0,105
Formula Siklus
0
Siklus
1
Siklus
2
Siklus
3
Siklus
4
Siklus
5
Siklus
6
GEL 0,9989 0,2991 0,4307 0,8544 0,9672 0,09836 0,4749
FI 0,7079 0,7828 0,8457 0,02547 0,07202 0,05368 0,1798
FII 0,8455 0,7941 0,1536 0,9754 0,9672 0,8838 0,8327
FII 0,9868 0,9909 0,9761 0,8095 0,1458 0,3903 0,8591
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
*p-value > 0,05 menunjukkan varians data homogen dan dilanjutkan dengan Uji
ANOVA, varians data yang tidak homogen dilanjutkan dengan Uji Kruskal
Wallis,
Uji Kruskal Wallis
*p-value > 0,05 menunjukkan data tidak berbeda secara signifikan,
Uji ANOVA
*p-value > 0,05 menunjukkan data tidak berbeda secara signifikan,
Formula p-value*
Basis 0,1557
FI 0,2742
FII 0,1305
Formula p-value*
FIII 0,0658
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2. Pergeseran Viskositas selama ke-6 freeze thaw cycle
Formula/
Siklus
Basis
(Pa.s)
FI
(Pa.s)
FII
(Pa.s)
FIII
(Pa.s)
Siklus 0 0,92556 1,40065 3,45437 4,42362
0,95468 1,36061 3,40067 4,52475
0,94504 1,31849 3,28567 4,42780
0,97723 1,32825 3,54774 3,86701
0,97362 1,46978 3,07017 4,99467
Rata-rata ± SD 0,95523±
0,02125
1,37556±
0,06170
3,35172±
0,18370
4,44757±
0,40103
Siklus 1 0,61596 1,30671 4,48720 3,76821
1,06900 1,26949 2,67180 3,21077
0,98132 1,48465 4,47415 4,04804
1,43401 2,00423 4,00936 5,67666
0,91459 1,34385 2,03314 5,78309
Rata-rata ± SD 1,00298±
0,29505
1,48179±
0,30319
3,53513±
1,11964
4,49735±
1,16541
Siklus 2 0,95871 1,19927 2,67484 4,68274
0,97086 1,7677 4,31141 4,44123
0,89623 1,25781 3,54677 4,43993
1,34881 1,27493 3,39517 4,27953
0,85967 1,46738 3,70207 5,09045
Rata-rata ± SD 1,00686±
0,19650
1,39342±
0,23221
3,52605±
0,58947
4,58678±
0,31678
Siklus 3 0,94452 1,04421 3,40398 4,28911
1,07283 1,09880 3,63166 4,74887
1,28693 1,50240 3,47372 4,76383
1,12249 1,79168 3,52430 4,08325
0,97588 1,45287 3,10570 4,39814
Rata-rata ± SD 1,18053±
0,20568
1,37799±
0,30886
3,42787±
0,19830
4,45664±
0,29609
Siklus 4 0,82817 1,82972 3,23662 4,21050
0,95332 1,02164 2,95694 4,11146
1,12777 1,64060 3,48256 4,25075
0,96443 1,45365 2,93154 4,24160
0,81247 1,57599 3,08797 4,42667
Rata-rata ± SD 0,93723±
0,12724
1,50432±
0,30213
3,13913±
0,22713
4,24820±
0,11404
Siklus 5 0,75933 1,22672 4,53615 2,95246
0,95156 1,41657 1,78990 3,15054
0,98562 1,30673 2,75361 6,25269
0,99043 1,50556 4,55937 4,25024
0,90861 1,39095 2,21455 4,33413
Rata-rata ± SD 0,91911±
0,09514
1,36931±
0,10667
3,17072±
1,30266
4,18801±
1,31254
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Uji Normalitas
*p-value > 0,05 menunjukkan data terdistribusi normal,
Uji Homogenitas
Formula p-value*
Basis 0,1775
FI 0,07332
FII 0,00001398
Formula/
Siklus
Basis
(Pa.s)
FI
(Pa.s)
FII
(Pa.s)
FIII
(Pa.s)
Siklus 6 0,95412 1,41578 2,22879 4,90183
1,03786 1,41302 4,00365 3,11855
0,83555 1,38413 4,43460 4,63016
0,78545 1,57302 2,05089 4,29132
1,00821 1,40977 2,93354 3,41477
Rata-rata ± SD 0,92424±
0,10952
1,43914±
0,07590
3,13029±
1,05836
4,07133±
0,77286
Formula Siklus
0
Siklus
1
Siklus
2
Siklus
3
Siklus
4
Siklus
5
Siklus 6
GEL 0,6757 0,871 0,03849 0,6385 0,4535 0,1146 0,493
FI 0,4978 0,043 0,1972 0,5649 0,5848 0,9638 0,009569
FII 0,738 0,1986 0,8825 0,4756 0,4777 0,1924 0,4331
FII 0,6033 0,2545 0,3705 0,2169 0,5546 0,3667 0,4983
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
FIII 0,002767
*p-value > 0,05 menunjukkan varians data homogen dan dilanjutkan dengan Uji
ANOVA, varians data yang tidak homogen dilanjutkan dengan Uji Kruskal
Wallis,
Uji Kruskal Wallis
*p-value > 0,05 menunjukkan data tidak berbeda secara signifikan,
(a)
0.00000
1.00000
2.00000
3.00000
4.00000
5.00000
0 1 2 3 4 5 6
Vis
ko
sita
s (P
a.s)
Siklus
Perubahan Viskositas
Basis
F1
F2
F3
Formula p-value*
Basis 0,6818
FI 0,8385
FII 0,8971
FIII 0,6365
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
(b)
Grafik stabilitas viskositas selama freeze thaw cycle (a); Grafik stabilitas daya
sebar selama freeze thaw cycle (b)
0.000
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
0 1 2 3 4 5 6
Day
a S
ebar
(cm
)
Siklus
Perubahan Daya Sebar
Basis
F1
F2
F3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Lampiran 7. Data %Wound Closure dan Kecepatan Penyembuhan
% Wound Closure
Kecepatan Penyembuhan
Kontrol Basis Piroxicam
Tikus 7 11 10 10
Tikus 8 10 11 10
Tikus 9 12 11 11
Uji Normalitas
*p-value > 0,05 menunjukkan data terdistribusi normal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Uji Homogenitas
*p-value > 0,05 menunjukkan varians data homogen,
Uji ANOVA
*p-value > 0,05 menunjukkan data tidak berbeda secara signifikan
Data Scar Index
Tebal
1 (µm)
Tebal
2 (µm)
Tebal
3 (µm)
Tebal
4 (µm)
Rata-
rata
(µm)
Luas
jaringan
granulasi
(µm2)
scar
index
(µm)
Basis 2017 2258 2738 3619 2658 1423438 53552,97
Pirox 1998 1842 1793 1873 1876,5 55349 2949,587
Kontrol 818 993 1696 1639 1286,5 3137645 243890
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Lampiran 8. Hasil Uji Histopatologi
(a) (b)
(c) (d)
Keterangan:
e = epidermis f =folikel rambut
g = jaringan granulasi h = jaringan ikat
i = pembuluh darah j = kolagen
garis kuning menandakan scar
Gambar. Preparat hasil uji histopatologi Hematoxylin-Eosin: Kontrol
(a); Basis (b); Piroxicam (c); Kulit Normal Tanpa Perlakuan (d)
Scar Index (µm) = luas area scar (µm2)
rata-rata ketebalan kulit (µm) x 100%
Luas area ditandai dengan garis kuning, rata-rata ketebalan kulit diambil dari 4
tebal kulit dari epidermis hingga jaringan ikat ditandai dengan garis merah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Lampiran 9. Foto dokumentasi kegiatan penelitian
Orientasi Sediaan
Formulasi Sediaan hidrogel scarless wound healing piroxicam
Sediaan hidrogel scarless wound healing piroxicam:
A. Basis; B. FI; C. FII; D. FIII
A. B. C. D.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Uji Viskositas
Uji Sterilitas
Uji Homogenitas
Uji Daya Sebar
Uji Pelepasan Obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Pot berisi sampel kulit punggung tikus dalam
formalin 10%, siap diuji histopatologi histopatologi
Kandang tikus
Tikus diberi perlakuan luka punggung
Proses pengambilan kulit punggung tikus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Formulasi Sediaan Hidrogel
Scarless Wound dengan Zat Aktif Piroxicam Sebagai Anti
Inflamasi” memiliki nama lengkap Lalitya Adhiati Kanya,
Dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1995 dari
pasangan Bapak Hari Prabowo dan Ibu Sandra Daya
Laksmi, Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara, Penulis telah menyelesaikan pendidikan di TK
Charitas Jakarta pada tahun 1999 hingga 2001, lalu
melanjutkan pendidikan di SD Katolik Charitas Jakarta pada tahun 2001 hingga
2007, Penulis menempuh sekolah menengah di SMP Katolik Charitas Jakarta
pada tahun 2007 hingga 2010 kemudian melanjutkan ke tingkat menengah atas di
SMA Katolik Charitas Jakarta pada tahun 2010 hingga 2013, Penulis melanjutkan
pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
Selama menempuh pendidikan S1, penulis terlibat dalam berbagai kepanitian
antara lain Angkringan Lintas Iman 2014 sebagai koordinator sie perlengkapan
dan dekorasi, Donor Darah JMKI 2015 sebagai koordinator sie publikasi,
dekorasi, dan dokumentasi, serta Makrab JMKI 2015 sebagai sie konsumsi
Penulis juga pernah menjadi asisten farmasetika (2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI