FORMULASI MASKER CLAY EKSTRAK ETANOL
KENTANG (Solanum tuberosum)
SEBAGAI ANTI AGING
SKRIPSI
Oleh:
BETARI KHAIRANI LUBIS
1601012010
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
FORMULASI MASKER CLAY EKSTRAK ETANOL
KENTANG (Solanum tuberosum)
SEBAGAI ANTI AGING
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm)
Oleh:
BETARI KHAIRANI LUBIS
1601012010
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Judul Skripsi : Formulasi Masker Clay Ekstrak Etanol
Kentang (Solanum tuberosum) sebagai Anti
Aging
Nama Mahasiswa : Betari Khairani Lubis
Nomor Induk Mahasiswa : 1601012010
Menyetujui
Komisi Pembimbing:
Medan, Oktober 2018
Pembimbing I
(Mandike Ginting, S.Si., M.Si., Apt.)
Pembimbing II
(Leny, S.Farm.,M.Si., Apt.)
Mengetahui
Dekan Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia Medan
Dekan,
(H.Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt.)
NIDN. 012509660
Telah diuji pada tanggal: Oktober 2018
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Mandike Ginting, S.Si., M.Si., Apt.
Anggota : 1. Leny, S.Farm., M.Si., Apt.
2. Zola Eva Harnis, S.Farm., Apt
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia.
2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan tim penelaah
tim penguji.
3. Isi skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya
peroleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
Medan, Oktober 2018
Yang membuat pernyataan
(Betari Khairani Lubis)
1601012010
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : Betari Khairani Lubis
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 15 Agustus 1991
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Jamin Ginting Gg. Dame No. 8a Medan
Agama : Islam
Nama Ayah : Empi Syahrin Lubis
Nama Ibu : Wati Pasaribu
Anak Ke : 1 dari 3 Bersaudara
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 1997 – 2003 : SDN 060891 Medan
2. Tahun 2003 – 2006 : SMP Negeri 10 Medan
3. Tahun 2006 – 2009 : SMK Farmasi Pharmaca Medan
4. Tahun 2012 – 2015 : D3 Farmasi Poltekkes Kemenkes Medan
5. Tahun 2016 – 2018 : S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia
i
ABSTRACT
FORMULATION OF CLAY MASKS FROM ETHANOL EXTRACT OF
POTATO (Solanum tuberosum) AS ANTI AGING
BETARI KHAIRANI LUBIS
NIM: 1601012010
Study Program: Pharmacy of Health Institut of Helvetia
Everyday skin experiences free radical exposure from the environment
that can resulting in premature aging. The process of premature aging is
characterized by decreased production of sweat glands, decreased skin moisture
due to skin elasticity and the ability of the skin to hold water has been reduced.
The aging process can cause the formation of wrinkles, dry and rough skin, black
spots and decreased skin elasticity.
This study aims to formulate potato ethanol extract in the form of clay
mask. This research method was conducted experimentally. Potato sampling was
taken by purposive sampling. Potatoes used are organic potatoes purchased from
Simalem Farm. The study included making clay mask preparations using ethanol
extract of potatoes with a concentration of 6%, 8% and 10%. The blank is used as
a clay mask base without potato ethanol extract and Viva Face Mask as a positive
control. Evaluation of physical quality of preparations such as homogeneity test,
stability test, pH test and effectiveness test as anti aging using skin analyzer.
Parameters measured include water content, pore size, skin smoothness, number
of stains and wrinkles. Treatment is carried out for four weeks by applying a mask
once a week.
The results showed that the ethanol extract of potatoes could be
formulated into clay mask preparations, there was an improvement in the skin
condition to be better and effective as an anti aging.
It was suggested to further researchers to examine masks of potato
ethanol extract in other forms such as peel off, sheet, gel and others.
Keywords: Clay Mask, Potato Ethanol Extract, Anti Aging
The Leitimate Right by:
Helvetia Language Centre
ii
ABSTRAK
FORMULASI MASKER CLAY EKSTRAK ETANOL KENTANG
(Solanum tuberosum) SEBAGAI ANTI AGING
BETARI KHAIRANI LUBIS
NIM: 1601012010
S1 FARMASI
Kulit setiap hari mengalami paparan radikal bebas dari lingkungan yang
dapat mengakibatkan penuaan dini. Proses penuaan dini ditandai dengan
menurunnya produksi kelenjar keringat, kelembaban kulit yang menurun karena
daya elastisitas kulit dan kemampuan kulit untuk menahan air sudah berkurang.
Proses penuaan yang meningkat dapat menyebabkan terbentuknya kerut/keriput,
kulit kering dan kasar, timbul noda hitam dan kekenyalan kulit menurun.
Penelitian ini bertujuan menformulasikan ekstrak etanol kentang dalam
bentuk sediaan masker clay. Metode penelitian ini dilakukan secara
eksperimental. Sampel kentang diambil secara purposive sampling. Kentang yang
digunakan adalah kentang organik yang dibeli dari Simalem Farm. Penelitian
meliputi pembuatan sediaan masker clay menggunakan ekstrak etanol kentang
dengan konsentrasi 6%, 8% dan 10%. Sebagai blanko digunakan dasar masker
clay tanpa ekstrak etanol kentang dan Viva Face Mask sebagai kontrol positif.
Evaluasi mutu fisik sediaan seperti uji homogenitas, uji stabilitas, uji pH dan uji
efektivitas sediaan sebagai anti aging menggunakan skin analyzer. Parameter
yang diukur meliputi kadar air, besar pori, kehalusan kulit, jumlah noda dan
banyaknya kerutan. Perawatan dilakukan selama empat minggu dengan
mengaplikasikan masker satu kali seminggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kentang dapat
diformulasikan menjadi sediaan masker clay, terdapat peningkatan kondisi kulit
menjadi lebih baik dan efektif sebagai anti aging.
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti masker ekstrak
etanol kentang dalam bentuk lain seperti peel off, sheet, gel dan lain-lain.
Kata Kunci : Masker Clay, Ekstrak Etanol Kentang, Anti Aging
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Formulasi Masker Clay Ekstrak Etanol Kentang (Solanum tuberosum)
sebagai Anti Aging”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Selama penulisan skripsi, penulis banyak mendapatkan bimbingan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Hj. Dr. dr. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Penasehat Yayasan
Institut Kesehatan Helvetia Medan.
2. Bapak Iman Muhammad, S.E., S.Kom., M.M., M.Kes., selaku Ketua Yayasan
Institut Kesehatan Helvetia Medan.
3. Bapak Dr. H. Ismail Efendy, M.Si., Apt. selaku Rektor Institut Kesehatan
Helvetia Medan.
4. Bapak Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Institut Kesehatan Helvetia Medan.
5. Ibu Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt. selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi
Institut Kesehatan Helvetia Medan.
6. Ibu Mandike Ginting, S.Si., M.Si., Apt. selaku dosen Pembimbing I yang telah
banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Leny, S.Farm., M.Si., Apt. selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
iv
8. Ibu Zola Efa Harnis, S.Farm., M.Si., Apt. selaku dosen penguji dalam
penyusunan skripsi ini.
9. Staf dosen Farmasi yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis menerima saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Oktober 2018
Penulis,
Betari Khairani Lubis
v
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PANITIA PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK .................................................................................................... i
ABSTRAC ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Hipotesis ..................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
1.6 Kerangka Konsep ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6
2.1 Uraian Tumbuhan ....................................................................... 6
2.1.1 Daerah Tumbuh ................................................................ 6
2.1.2 Nama Daerah .................................................................... 7
2.1.3 Klasifikasi Tumbuhan ...................................................... 7
2.1.4 Deskripsi ........................................................................... 7
2.1.5 Kandungan Kimia ............................................................. 8
2.1.6 Kegunaan .......................................................................... 9
2.2 Kulit ......................................................................................... 10
2.2.1 Struktur Kulit .................................................................... 10
2.2.2 Fungsi Kulit ...................................................................... 12
vi
2.2.3 Jenis-jenis Kulit Wajah .................................................... 12
2.3 Penuaaan Dini ............................................................................ 13
2.3.1 Pengertian Penuaan Dini ................................................ 13
2.3.2 Proses Terjadinya Penuaan Dini .................................... 14
2.3.3 Tanda-tanda Penuaan Dini ............................................. 14
2.4 ANTI AGING .............................................................................. 16
2.4.1 Pengertian Anti Aging .................................................... 16
2.4.2 Fungsi dan Manfaat Anti Aging ..................................... 16
2.4.3 Anti Oksidan pada Produk Anti Aging ........................... 17
2.5 Masker ....................................................................................... 17
2.6 Skin Analyzer ............................................................................. 19
2.6.1 Pengukuran Kondisi Kulit dengan Skin Analyzer .......... 20
2.6.2 Parameter Pengukuran ................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 23
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................... 23
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 23
3.2.1 Waktu Penelitian ............................................................ 23
3.2.2 Tempat Penelitian .......................................................... 23
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................. 23
3.3.1 Populasi .......................................................................... 23
3.3.2 Sampel ........................................................................... 24
3.4 Alat dan Bahan .......................................................................... 24
3.4.1 Alat .................................................................................. 24
3.4.2 Bahan .............................................................................. 24
3.5 Prosedur Kerja .......................................................................... 24
3.6 Pembuatan Ekstrak Sampel ...................................................... 24
3.7 Formulasi Sediaan Masker Clay ............................................... 25
3.7.1 Formula Standar ............................................................ 25
3.7.2 Formula Modifikasi ....................................................... 26
3.7.3 Formula Modifikasi dengan Ekstrak Etanol Kentang ... 26
3.7.4 Formula Pembuatan Masker Clay ................................. 27
vii
3.8 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan .................................................... 27
3.8.1 Pengujian Homogenitas ................................................ 27
3.8.2 Pengamatan Stabilitas Sediaan ...................................... 27
3.8.3 Pengukuran pH Sediaan ................................................ 28
3.8.4 Pengukuran Lama Pengeringan Masker ....................... 28
3.8.5 Uji Iritasi terhadap Sukarelawan ................................... 28
3.9 Pengujian Efektifitas Anti Aging ............................................... 28
3.10 Analisis Data ............................................................................ 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 31
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 31
4.1.1 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Clay .......................... 31
4.1.2 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan ................................. 31
4.1.2.1 Pengujian Homogenitas ..................................... 31
4.1.2.2 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan ................. 31
4.1.2.3 Hasil Pengukuran pH Sediaan............................ 32
4.1.2.4 Hasil Pengukuran Lama Pengeringan Masker ... 33
4.1.3 Hasil Uji Iritasi terhadap Sukarelawan ........................... 33
4.1.4 Hasil Pengujian Efektifitas Anti Aging ........................... 34
4.1.4.1 Kadar Air............................................................ 34
4.1.4.2 Pori ..................................................................... 37
4.1.4.3 Kehalusan ........................................................... 38
4.1.4.4 Noda ................................................................... 40
4.1.4.5 Keriput ............................................................... 43
4.2 Pembahasan .............................................................................. 44
4.2.1 Sediaan Masker Clay .................................................... 44
4.2.2 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan ......................................... 45
4.2.2.1 Pengujian Homogenitas ................................... 45
4.2.2.2 Pengamatan Stabilitas Sediaan ......................... 45
4.2.2.3 Pengukuran pH Sediaan ................................... 45
4.2.2.4 Lama Pengeringan Masker ............................... 46
4.2.3 Uji Iritasi terhadap Sukarelawan .......................................... 46
viii
4.2.4 Pengujian Efektifitas Anti Aging .......................................... 46
4.2.4.1 Kadar Air ................................................................. 46
4.2.4.2 Pori .......................................................................... 47
4.2.4.3 Kehalusan ................................................................ 47
4.2.4.4 Noda ........................................................................ 47
4.2.4.5 Keriput ..................................................................... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 49
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 49
5.2 Saran ......... ................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 50
LAMPIRAN..................................................................................................... 51
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kentang .............................................................................. 6
Gambar 2.2 Struktur Kulit ....................................................................... 11
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap Kadar
Air (Moisture) pada Kulit Punggung Tangan Sukarelawan
............................................................................................. 35
Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap Pori
(Pore) pada Kulit Punggung Tangan Sukarelawan ............. 38
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap
Kehalusan (Evenness) pada Kulit Punggung Tangan
Sukarelawan ......................................................................... 40
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap Noda
(Spot) pada Kulit Punggung Tangan Sukarelawan .............. 42
Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap Keriput
(Wrinkle) pada Kulit Punggung Tangan Sukarelawan ........ 44
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Parameter Hasil Pengukuran dengan Skin Analyzer ............. 22
Tabel 3.1 Komposisi Formula Masker clay ........................................... 26
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan .................................... 31
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran pH Sediaan ............................................... 31
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Lama Pengeringan Masker ...................... 32
Tabel 4.4 Hasil Uji Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan ........................ 33
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Kadar Air (Moisture) pada Kulit
Punggung Tangan Sukarelawan ............................................ 34
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Besar Pori (Pore) pada Kulit
Punggung Tangan Sukarelawan ............................................ 37
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Kehalusan (Evenness) pada Kulit
Punggung Tangan Sukarelawan ............................................ 39
Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Banyaknya Noda (Spot) pada Kulit
Punggung Tangan Sukarelawan ............................................ 41
Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Keriput (Wrinkle) pada Kulit
Punggung Tangan Sukarelawan ........................................... 44
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
La,piran 1 Gambar Bahan dan Alat .......................................................... 49
Lampiran 2 Maserasi Kentang Organik ................................................... 51
Lampiran 3 Sediaan Masker Clay ............................................................ 52
Lampiran 4 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan ................................................ 53
Lampiran 5 Surat Pernyataan Persetujuan (Informed Consent) ............... 56
Lampiran 6 Pemakaian Masker pada Punggung Tangan Sukarelawan ... 57
Lampiran 7 Data Skin Analyzer ............................................................... 58
Lampiran 8 Data Hasil Uji Statistik ......................................................... 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh dan meliputi wilayah yang sangat luas.
Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling tipis
pada wajah; ini penting untuk penggunaan kosmetik yang harus mampu
menembus kulit.(1) Kulit menutupi seluruh tubuh dan melindungi dari berbagai
jenis rangsangan eksternal dan kerusakan serta dari hilangnya kelembaban. Luas
permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m2.(2)
Kulit setiap hari mengalami paparan radikal bebas dari lingkungan yang dapat
mengakibatkan penuaan dini.(3) Berbagai faktor lingkungan seperti cuaca, rokok,
makanan, stress, alcohol dan kelelahan dapat menjadi penyebab gangguan
kesehatan pada kulit. Menurut survei, penyebab utama penuaan dini yang dialami
orang Indonesia adalah aktivitas berlebihan dibawah sinar matahari.(4) Dengan
demikian diharapkan ada sediaan kosmetik yang dapat berfungsi sebagai
penangkal radikal bebas.(3)
Penuaan merupakan proses alamiah dalam kehidupan manusia erat kaitannya
dengan berbagai proses degeneratif. Proses penuaan ditandai dengan menurunnya
produksi kelenjar keringat, lalu diikuti dengan kelembaban kulit yang menurun
karena daya elastisitas kulit dan kemampuan kulit untuk menahan air sudah
berkurang. Proses pigmentasi kulit semakin meningkat dari wajah biasanya
terlihat kerut/keriput, kulit kering dan kasar, bercak hitam dan kekenyalan kulit
menurun.(5)
1
2
Terapi anti aging akan lebih baik dilakukan sedini mungkin di saat seluruh
fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik. Dengan kemajuan
teknologi dan ilmu kosmetika, penurunan dan penghambatan penuaan dapat
dilakukan, sehingga kulit dapat terlihat lebih muda dan juga terawat. (6)
Tanaman kentang merupakan komoditas sayuran yang mendapat prioritas
utama dalam pengembangannya karena dapat mendatangkan keuntungan yang
tinggi bagi yang membudidayakannya. Tanaman kentang sudah dikenal di
Indonesia (Pengalengan, Lembang dan Karo) sejak sebelum Perang Dunia II yang
disebut Eugenheimer. Kentang juga merupakan salah satu komoditi yang murah
dan mudah di dapat di sepanjang musim.(7)
Kentang banyak mengandung karbohidrat, sumber mineral (fosfor, besi,
kalium dan kalsium), mengandung vitamin B, vitamin C dan vitamin A.(7)
Kentang juga mengandung asam folat, karotenoid dan polifenol. Kandungan
vitamin dan mineral berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan imunitas
tubuh.
Masker wajah saat ini memiliki banyak bentuk seperti serbuk, pasta, ada
juga yang berbentuk gel. Masyarakat saat ini banyak yang beralih pada produk
yang berbahan alami, keistimewaan masker dari bahan alami ini adalah tidak
menimbulkan iritasi dan efek samping.(8)
Masker wajah dengan tipe clay telah banyak digunakan karena
kemampuannya yang mampu meremajakan kulit. Perubahan kulit terasa ketika
masker mulai memberikan efek yang menarik lapisan kulit ketika masker
mengering. Sensasi ini menstimulasi sensasi penyegaran kulit dimana clay jenis
3
pasta mampu mengangkat kotoran dari wajah. Kotoran dan komedo terangkat
ketika sediaan dicuci dari kulit wajah. Efek setelah penggunaan masker adalah
kulit yang tampak cerah dan bersih.(9) Keuntungan tipe masker ini adalah
mengandung surfaktan dan air sehingga mampu melunakkan dan membersihkan
sebum kulit yang telah mengeras.(10)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang formulasi sediaan masker clay berbahan dasar kentang
(Solanum tuberosum) sebagai anti aging.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah ekstrak etanol kentang dapat diformulasikan dalam sediaan masker
clay yang stabil?
b. Apakah penggunaan sediaan masker clay yang mengandung ekstrak etanol
kentang menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama
empat minggu perawatan?
c. Apakah konsentrasi dari ekstrak etanol kentang mempengaruhi efektifitas
anti aging?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
a. Ekstrak etanol kentang dapat diformulasikan dalam sediaan masker clay
yang stabil.
4
b. Penggunaan sediaan masker clay yang mengandung ekstrak etanol kentang
menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat
minggu perawatan.
c. Perbedaan konsentrasi ekstrak etanol kentang dalam sediaan masker clay
mempengaruhi efektifitas anti aging.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol kentang dapat diformulasikan
dalam sediaan masker clay.
b. Untuk mengetahui apakah penggunaan sediaan masker clay yang
mengandung ekstrak etanol kentang menunjukkan peningkatan kondisi
kulit menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan.
c. Untuk mengetahui apakah perbedaan konsentrasi ekstrak etanol kentang
dalam sediaan masker clay mempengaruhi efektivitas anti aging.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak etanol
kentang dapat diformulasi dalam formula masker clay yang memiliki efek sebagai
anti aging dengan waktu pemulihan satu bulan serta meningkatkan daya dan hasil
guna dari kentang (Solanum tuberosum) yang merupakan salah satu tanaman dari
tanah Karo yang dimanfaatkan dalam bidang kosmetika yaitu sebagai masker
clay.
5
1.6 Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Formula masker
clay wajah
-F0 : Blanko
-F1 : Masker Clay
Ekstrak Etanol
Kentang 6 %
-F2 : Masker Clay
Ekstrak Etanol
Kentang 8 %
-F3 : Masker Clay
Ekstrak Etanol
Kentang 10 %
-Kontrol Positif :
Viva Masker
Kentang
Organoleptik
- Warna
- Bau
- Homogenitas
Stabilitas
Derajat Keasaman
Waktu Kering
Masker
Iritasi
Pengukuran
Efektivitas Anti
Aging
Perubahan warna, bau dan konsistensi
Nilai pH
Lama sediaan
mengering di kulit
Erithema dan
Edema
Skin Analyzer
(moisture, pore,
evenness spot dan
wrinkle)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
Uraian tumbuhan meliputi daerah tumbuh (habitat), nama daerah, klasifikasi
tumbuhan, kandungan kimia dan kegunaan tumbuhan.
2.1.1 Daerah Tumbuh
Keadaan iklim sangat berpengaruh terhadap budidaya tanaman kentang. Suhu
yang tinggi, keadaan berawan dan kelembaban udara rendah menghambat
pertumbuhan, pembentukan umbi dan bunga kentang. Panjang hari yang relatif
lebih pendek di daerah tropik apabila dikombinasikan dengan suhu yang dingin
dapat memberikan pembentukan dan perkembangan umbi kentang yang baik.(7)
Gambar 2.1 Kentang
Di Indonesia, tanaman kentang diusahakan di daerah yang memiliki
ketinggian 500-3000 m di atas permukaan laut dan pada ketinggian optimum
antara 1000-2000 m di atas permukaan laut.(7)
7
Suhu yang paling tepat bagi pertumbuhan kentang adalah 20-24oC pada siang
hari dan 8-12oC pada malam hari.(7)
2.1.2 Nama Daerah
Jawa Barat : luwi kumeli
Aceh : gantang
Karo : gentang atau gadung lepar
Lampung : ketang atau ubi mandira
Palembang : ubi kumanden
2.1.3 Klasifikasi Tumbuhan
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Solanales
Suku : Solanaceae
Marga : Solanum
Jenis : Solanum tuberosum
2.1.4 Deskripsi
Habitus : Semak, 50-120 cm.(7)
Batang : Tegak, dapat juga menyebar dan menjalar. Penampang lintang
batang berbentuk bulat atau bersudut. Batang yang bersudut dapat
bersayap atau tidak bersayap. Pada batang yang bersayap,
sayapnya dapat lebar > 0,5 cm atau sempit < 0,5 cm dan tepi
sayap dapat lurus atau bergelombang.(7)
8
Bunga : Zygomorph (mempunyai bidang simetris), berjenis kelamin dua
(hermaproditus atau bunga sempurna), corolla berwarna putih,
merah jambu atau ungu. Daun kelopak (calyx), daun mahkota
(corolla) dan benang sari (stamen) masing-masing berjumlah lima
buah dengan satu buah putik (pistilus). Mahkota berbentuk
terompet dengan ujung seperti bintang, lima buah benang sari
berwarna kuning melingkari tangkai putiknya.(7)
Buah dan biji : Buah berwarna hijau tua sampai keunguan, berbentuk bulat,
bergaris tengah 2,5 cm dan berongga dua. Buah kentang
mengandung 500 bakal biji dan yang dapat berkembang menjadi
hanyalah berkisar antara 10-300 biji.(7)
Akar : Tidak terdapat akar utama tetapi hanya akar halus atau akar
serabut saja yang panjangnya dapat mencapai 60 cm. Dalam
tanah, akar-akar banyak terdapat pada kedalaman 20 cm.(7)
2.1.5 Kandungan Kimia
Komposisi umbi kentang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
varietas, keadaan tanah yang ditanami, pupuk yang digunakan, umur umbi ketika
dipanen, waktu dan suhu penyimpanan. Perubahan komposisi umbi selama
pertumbuhan meliputi naiknya kadar pati dan sukrosa serta turunnya kadar air dan
gula pereduksi.(7)
Susunan kimia umbi kentang mentah adalah sebagai berikut:
Air : 72,10-80,00%
Bahan padat kering : 23,00 %
9
Protein : 2,00 %
Lemak : 0,056-0,11 %
Karbohidrat : 12,40-17,80 %
Gula : 0,20-6,80 %
Abu : 0,96 %
Serat kasar : 0,4-1,00 %
Kandungan gizi dari tiap 100 gram kentang bersih adalah sebagai berikut:
Protein : 2,0 g
Lemak : 0.1 g
Karbohidrat : 19,1 g
Vitamin B1 : 0,085 mg
Vitamin B2 : 0,040 mg
Vitamin C : 17,0-25,0 mg
Fosfor : 60,0 mg
Besi : 0,8 mg
Kalsium : 10,0 mg
Air : 77,8 g
Kalori : 83,0-85,0 kal
Bagian dapat dimakan : 85,0 %
2.1.6 Kegunaan
Dalam ilmu kedokteran, kulit umbi kentang dapat digunakan sebagai obat
luka bakar. Selain itu kentang dijadikan pengganti nasi bagi penderita penyakit
kencing manis (diabetes melitus). Hal ini disebabkan kentang sebagai sumber
10
karbohidrat dengan kalori yang rendah. Kentang biasanya diolah menjadi
perkedel, keripik dan tepung.(11)
2.2 Kulit
Kulit merupakan salah satu organ tubuh berada pada bagian luar tubuh
manusia. Organ ini merupakan organ yang akan bersentuhan langsung dengan
lingkungan. Perannya adalah sebagai pelindung tubuh dari kerusakan atau
pengaruh lingkungan yang buruk. Kulit memiliki peran penting dalam
memproteksi bagian dalam tubuh dari kontak langsung dengan lingkungan luar,
baik secara fisik atau mekanis, kimiawi, sinar matahari (ultra violet) dan
mikroba.(12)
Kulit merupakan organ yang terluas, yaitu antara 1,5-2,0 m2
dengan berat
kurang lebih 20 kg, sedangkan bagian kulit yang kelihatan dari luar yang disebut
epidermis beratnya 0,05-0,5 kg.(13)
2.2.1 Struktur Kulit
Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan hipodermis (subkutan).
Lapisan epidermis merupakan lapisan kulit bagian luar. Lapisan epidermis terdiri
atas lima lapisan, yaitu stratum korneum (lapisan tanduk) merupakan lapisan
paling luar di permukaan kulit; stratum lusidum yang terdapat langsung di bawah
lapisan stratum korneum; stratum granulosum terdiri atas sel-sel bergranula yang
lama-kelamaan akan mati, kemudian terdorong ke atas menjadi bagian lapisan
tanduk; stratum spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar; dan stratum
basalis (stratum germinativum) merupakan lapisan yang mengandung sel-sel yang
aktif membelah diri untuk membentuk sel-sel kulit baru, menggantikan sel-sel
11
mati dan mengandung pigmen melanin. Pigmen inilah yang menentukan warna
kulit seseorang dan melindungi jaringan kulit dari bahaya sinar ultraviolet.(14)
Gambar 2.2 Struktur Kulit
Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang terletak di bawah lapisan
epidermis. Lapisan dermis dikenal pula sebagai kulit jangat.14
Pada lapisan ini,
serabut kolagen dan elastin yang paralel membentuk struktur penunjang pada
kerangka dasar kulit. Protein tersebut berperan terhadap kekencangan, kekenyalan
dan kelenturan kulit. Di dalam dermis juga terdapat jaringan saraf dan sistem
pembuluh darah atau kapiler yang sangat banyak. Pembuluh darah ini akan
mensuplai nutrisi penting ke sel dan membuat kulit tampak berkilau merona.(15)
Lapisan hipodermis atau jaringan subkutis mengandung jaringan lemak,
pembuluh darah dan serabut saraf. Fungsi dari jaringan subkutis atau lapisan
12
hipodermis adalah sebagai penyekat panas, bantalan terhadap trauma dan tempat
penumpukan energi.(14)
2.2.2 Fungsi Kulit
Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh yaitu fungsi
perlindungan atau proteksi dimana kulit berfungsi melindungi bagian dalam tubuh
dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan sinar matahari, polusi,
bakteri, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan, dan tarikan.(14) Dapat
membantu menjaga agar suhu tubuh tetap optimal dengan cara melepaskan
keringat ketika tubuh merasa panas, lalu keringat akan menguap dan tubuh akan
terasa dingin kembali. Kulit juga mempunyai daya mengikat air yang sangat kuat,
yaitu mencapai empat kali beratnya, sehingga mampu mempertahankan tekstur
atau bentuknya sendiri. Kulit juga memiliki sistem saraf yang sangat peka
terhadap pengaruh atau ancaman dari luar. Oleh karena itu, kulit akan segera
memberikan reaksi bila ada peringatan awal dari sistem saraf tersebut seperti rasa
gatal dan kemerahan.(13)
2.2.3 Jenis-jenis Kulit Wajah
Kulit dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:
a. Kulit Normal: memiliki pH normal, kadar air dan kadar minyak seimbang,
tekstur kulit kenyal, halus dan lembut, pori-pori kulit kecil.
b. Kulit Berminyak: kadar minyak berlebihan, bahkan bisa mencapai 60%,
kulit wajah tampak mengkilap, memiliki pori-pori besar; cenderung mudah
berjerawat.
13
c. Kulit Kering: kulit kasar dan kusam, mudah bersisik, pori-pori tidak
kelihatan dan mulai tampak kerutan-kerutan.
d. Kulit Kombinasi: merupakan kombinasi antara kulit wajah kering dan
berminyak, pada area T cenderung berminyak, sedangkan area pipi
berkulit kering.
e. Kulit Sensitif: mudah iritasi, kulit wajah lebih tipis, sangat sensitif.(16)
2.3 Penuaan Dini
2.3.1 Pengertian Penuaan Dini
Penuaan dini merupakan proses penuaan kulit yang lebih cepat dari
seharusnya 4. Proses penuaan dini dapat terjadi saat memasuki usia 20-30 tahun.
Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28-30 hari. Memasuki usia 50
tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari. Regenerasi semakin melambat seiring
dengan bertambahnya usia.(16)
Seiring bertambahnya usia, proses penuaan akan terus terjadi. Secara garis
besar fase penuaan pada wanita dibagi menjadi 3 fase kehidupan, yaitu fase
subklinis, fase transisi dan fase klinis. Fase subklinis terjadi pada usia 25-35
tahun. Dimana produksi hormon mulai mengalami penurunan produksi hingga
14%. Sel-sel tubuh mengalami kerusakan dan penyebabnya adalah stress, diet
yang tidak sehat dan adanya polusi udara. Fase transisi terjadi pada usia 35-
45tahun, dimana produksi hormon sudah menurun sebanyak 25%. Tubuh mulai
mengalami penuaan. Fase klinis merupakan fase terakhir dalam proses penuaan
pada wanita. Fase ini terjadi pada usia 45 tahun ke atas. Tanda-tandanya adalah
berkurangnya produksi hormon dan akhirnya berhenti sama sekali.(12)
14
Kulit aging adalah kulit yang telah menampakkan garis kerutan dan ketuaan.
Untuk perawatannya perlu produk kosmetik yang bertekstur ringan dan lembut,
yaitu yang dapat membersihkan dan mengangkat sel-sel kulit mati serta
membantu memberikan perlindungan, mempertahankan kelembaban dan
elastisitas kulit, juga merangsang pertumbuhan kulit baru.(13)
2.3.2 Proses Terjadinya Penuaan Dini
Gejala dan tanda penuaan dini dapat terjadi disemua organ tubuh manusia,
terutama pada kulit.(4) Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar,
yaitu penuaan kronologi (chronological aging) dan photo aging. Penuaan
kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan struktur dan fungsi serta metabolik
kulit seiring berlanjutnya usia. Proses ini termasuk kulit menjadi kering dan tipis,
munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit (age spot). Sedangkan proses
photo aging adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat
elastin kulit akibat dari paparan sinar UV yang berlebihan. Paparan sinar UV yang
berlebihan dapat menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim
proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini selanjutnya memecahkan
kolagen serta jaringan penghubung di bawah kulit dermis.(17)
2.3.3 Tanda-tanda Penuaan Dini
Tanda-tanda penuaan dini lebih sering terlihat pada kulit, terutama kulit
wajah, yaitu berupa :
1. Munculnya bercak hitam (age spot)
Pada umumnya bercak hitam ini muncul pada bagian tubuh yang sering
terpapar sinar matahari. Selain menimbulkan bercak-bercak hitam, penuaan dini
15
juga sering menunjukkan kelainan pigmen, terutama di kulit wajah 4. Bintik hitam
ini akan terlihat jelas pada mereka yang berkulit putih, sedangkan pada kulit yang
gelap tidak begitu tampak.(12)
2. Tekstur kulit tampak kasar
Kering dan kasar juga merupakan tanda umum yang dialami saat kita
mengalami penuaan dini. Ketika kulit terlalu sering terpapar matahari, kolagen
dan elastin yang berada dalam lapisan kulit akan rusak.(4) Rusaknya kolagen dan
elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit kering dan kasar.(16)
3. Pori-pori kulit tampak membesar
Akibat penumpukan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar.(16)
Pembesaran pori-pori juga terkait dengan penuaan dini. Seiring dengan
bertambahnya usia, pori-pori tumbuh lebih besar karena penumpukan sel kulit
mati di sekitar pori-pori. Pembesaran pori-pori dapat dikurangi dengan
pengelupasan kulit secara teratur. Namun jika sering terkena sinar matahari secara
terus-menerus, bisa membuat pori-pori membesar, karena sel-sel kulit mati
menumpuk.(4)
4. Keriput
Efek lain dari sinar ultraviolet adalah terjadi keriput pada kulit sebelum
waktu yang seharusnya dan terlihat tua. Efek ini tidak bisa langsung terjadi
kerutan, tetapi lebih karena terjadi akumulasi sinar ultraviolet dalam jangka lama.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 80% tanda-tanda
penuaan kulit pada orang dewasa adalah hasil akumulasi sinar ultraviolet pada
saat masa remaja, sebelum usia 18 tahun. Sinar ultraviolet dalam waktu panjang
16
akan menimbulkan efek kerusakan kulit, kulit mulai melorot, merenggang dan
kehilangan kemampuannya untuk kembali ke tempatnya setelah
perenggangan.(12) Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya fungsi kolagen dan
elastin pada kulit, hingga kulit terlihat merosot dan kehilangan elastisitasnya.(4)
2.4 Anti Aging
2.4.1 Pengertian Anti Aging
Produk-produk yang populer digunakan untuk menghambat proses penuaan
dini adalah produk anti aging. Anti aging atau anti penuaan adalah sediaan yang
berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga
mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit.(3)
2.4.2 Fungsi dan Manfaat Anti Aging
Fungsi dari produk anti aging, yaitu:
a. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit
b. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit
c. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit
d. Merangsang produksi kolagen dan glikosaminoglikan
e. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet.(3)
Manfaat dari produk anti aging, yaitu:
a. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit
terlihat kusam dan keriput.
b. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.
c. Kulit tampak kenyal, elastis dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini.(3)
17
2.4.3 Anti Oksidan sebagai Bahan Aktif pada Produk Anti Aging
Anti oksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan
kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak
jaringan kulit. Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat kimianya sangat
tidak stabil. Senyawa ini memiliki satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan, sehingga senyawa ini cenderung reaktif menyerang molekul lain
untuk mendapatkan elektron guna menstabilkan atom atau molekulnya sendiri.
Serangan ini menyebabkan timbulnya senyawa abnormal yang memicu terjadinya
reaksi berantai sehingga merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh. Radikal bebas
juga disinyalir sebagai penyebab penuaan dini pada kulit, karena serangan radikal
bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas,
sehingga kulit menjadi kering dan keriput. Anti oksidan berperan aktif
menetralkan radikal bebas, dimana pada jaringan senyawa radikal bebas ini
mengorbankan dirinya teroksidasi menstabilkan atom atau molekul radikal bebas,
sehingga sel-sel pada jaringan kulit terhindar dari serangan radikal bebas. Oleh
karena itu, produk-produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa anti
oksidan sebagai salah satu bahan aktif. Termasuk produk-produk anti aging, yang
juga mengandalkan anti oksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal
bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini.(3)
2.5 Masker
Pada orang dewasa, pemakaian masker wajah perlu dilakukan minimum
sebulan sekali agar kondisi kulit tetap baik. Masker wajah perlu untuk semua jenis
kulit, terlebih untuk wajah yang berminyak. Ketika memakai masker, hati-hati
18
jangan sampai mengenai mata. Sebaiknya sekitar mata diberi krim mata (eye
cream).(13)
Pada kulit berminyak dapat dipakai masker untuk kulit normal sampai
berminyak dengan banyak sekali pelumas, sedangkan pada kulit kering dengan
titik (spot) dapat digunakan masker yang bervitamin. Sebelum menggunakan
masker, kulit muka dipijat-pijat (massage) dahulu. Gerakan massage pada kulit
muka pada umumnya melingkar dan mengarah ke atas.(13)
Perawatan kulit wajah dengan masker bertujuan sebagai berikut:
1. Memperlancar peredaran darah dengan cara memperbaiki dan merangsang
peredaran darah kulit muka.
2. Membersihkan dan mengecilkan pori-pori.
3. Mengencangkan kulit muka.
4. Mencegah timbulnya kerutan-kerutan di muka.
5. Menghilangkan dan mengangkat sel-sel tanduk dan minyak berlebihan,
bintik-bintik hitam dan putih sehingga kulit menjadi bersih dan licin.
6. Menyegarkan kulit muka, menghilangkan rasa lelah pada wajah,
menghaluskan dan menenangkan kulit yang tegang.(13)
Jenis-jenis masker wajah adalah sebagai berikut:
1. Masker Clay: sangat baik untuk kulit wajah tipe berminyak dan rentan
berjerawat karena mampu membersihkan kulit secara mendalam atau deep
cleansing. Masker clay akan menyerap kelebihan minyak dari wajah
sekaligus menarik kotoran dari dalam pori-pori. Saat memakai masker
clay, usahakan jangan sampai keras dan kering total untuk menghindari
19
iritasi dan dehidrasi pada kulit. Saat masker mulai mengering dan retak,
segera basuh wajah dengan air hangat hingga bersih.
2. Masker Peel Of: tidak hanya menggangkat komedo maupun kotoran, peel
of mask juga efektif dalam melembapkan kulit karena masker
diaplikasikan secara menyeluruh dan didiamkan selama beberapa saat. Jika
sudah kering, masker ini biasanya bentuknya tipis dan mudah dikelupas.
Tapi bagi pemilik kulit sensitif yang reaktif, sebaiknya cek terlebih dahulu
seberapa sensitif kulit agar tidak terjadi iritasi atau kulit memerah dan
mengelupas.
3. Sheet Mask: masker yang identik dengan lembaran kertas yang praktis
dipakai. Masker berbentuk lembaran ini terbuat dari kertas khusus masker
yang terendam dalam essence dengan berbagai macam kandungan.
Sayangnya, masker wajah ini hanya bisa digunakan sekali pakai dengan
kemasan yang higienis dan mudah digunakan.
4. Gel Mask: masker ini digunakan untuk kulit berminyak karena kandungan
minyaknya lebih sedikit. Masker gel juga bisa membantu mendinginkan
kulit wajah yang panas dan iritasi ringan.
2.6 Skin Analyzer
Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan
kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat menjadikan diagnosis menjadi
bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi pada dokter. Pemeriksaan seperti
ini memiliki kekurangan pada sisi analisis-instrumental dan tidak adanya rekaman
hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien.(18)
20
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi
untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas,
melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit.
Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer
menampilkan hasil dengan cepat dan akurat.(18)
2.6.1 Pengukuran Kondisi Kulit dengan Skin Analyzer
Menurut Aramo, beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan
menggunakan skin analyzer, yaitu:
1. Moisture (kadar air)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture
checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan
menekan tombol power dan dilekatkan pada permukaan kulit. Angka yang
ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur.
2. Sebum (kadar minyak)
Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil checker
yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan
menempelkan bagian sensor yang telah terpasang spons pada permukaan kulit.
Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar minyak dalam
kulit yang diukur.
3. Evenness (kehalusan)
Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat skin analyzer
pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera
21
diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol
capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit
yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.
4. Pore (pori)
Pengukuran perbesaran pori pada kulit secara otomatis akan muncul pada
saat melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto pada
pengukuran kehalusan kulit juga akan muncul pada kotak bagian pori-pori kulit.
Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori akan secara otomatis keluar pada
layar komputer.
5. Spot (noda)
Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan perangkat skin analyzer
pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (terpolarisasi).
Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur, kemudian tekan
tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan
penentuan banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.
6. Wrinkle (keriput)
Pengukuran keriput dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa
perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan
pada permukaan kulit yang diukur kemudian tekan tombol capture untuk
memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang
didapatkan akan tampil pada layar komputer. Pada pengukuran ini, tidak hanya
jumlah keriput yang dapat diukur, akan tetapi kedalaman keriput juga dapat
terdeteksi dengan alat skin analyzer.
22
2.6.2 Parameter Pengukuran
Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan
menampilkan hasil dalam bentuk angka yang didapatkan akan secara langsung
disesuaikan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa pada alat. Ketika
hasil muncul dalam bentuk angka, secara bersamaan kriteria hasil pengukuran
muncul dan dapat dimengerti dengan mudah oleh operator yang memeriksa
ataupun pasien. Parameter hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 2.1 Parameter Hasil Pengukuran dengan Skin Analyzer
Pengukuran Parameter
Kadar air
(Moisture)
Dehidrasi Normal Hidrasi
0-29 30-50 51-100
Kehalusan
(Evenness)
Halus Normal Kasar
0-31 32-51 52-100
Pori
(Pore)
Kecil Besar Sangat besar
0-19 20-39 40-100
Noda
(Spot)
Sedikit Sedang Banyak
0-19 20-39 40-100
Keriput
(Wrinkle)
Tidak berkeriput Berkeriput Berkeriput parah
0-19 20-52 53-100
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian meliputi
pembuatan sediaan masker clay anti aging, menggunakan ekstrak etanol kentang
dengan konsentrasi 6%, 8% dan 10%. Evaluasi terhadap mutu fisik sediaan
seperti uji homogenitas, uji stabilitas sediaan, uji pH dan uji efektivitas sediaan
sebagai anti aging. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika Institut
Kesehatan Helvetia dan Laboratorium Kosmetologi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 16 minggu mulai dari Mei 2018 sampai
Agustus 2018.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Institut Kesehatan Helvetia dan
Laboratorium Kosmetologi USU.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Sukarelawan berjumlah 15 orang dengan kriteria sebagai berikut:
1. Wanita berbadan sehat.
2. Usia antara 25-35 tahun.
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi.
24
4. Memiliki tanda-tanda penuaan dini.
5. Bersedia menjadi sukarelawan.
3.3.2 Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu tanpa
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang
digunakan adalah umbi kentang organik yang dibeli dari Simalem Farm.
3.4 Alat dan Bahan
3.4.1 Alat
Alat-alat gelas, lumpang porselin, stamper, cawan porselin, kertas
perkamen, penangas air, spatula, sudip, pot kaca, batang pengaduk, aluminium
foil, rotary evaporator, skin analyzer dan moisture checker (Aramo Huvis), pH
meter dan timbangan digital.
3.4.2 Bahan
Umbi kentang, etanol 96%, bentonite, xanthan gum, kaolin, gliserin, sodium
lauril sulfat, titanium dioksida, nipagin, BHT, akuadest, parfum mawar, larutan
dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01).
3.5 Prosedur Kerja
3.6 Pembuatan Ekstrak Sampel
Pembuatan ekstrak etanol kentang (Solanum tuberosum) dilakukan secara
maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70% menurut Farmakope Herbal
Indonesia Edisi I (2013).
Cara pembuatan: sebanyak 1 kg kentang dibersihkan lalu dibelah, dikupas
kulitnya dan dihaluskan dengan blender. Ditimbang 0,5 kg (500 g) purre kentang
25
dimasukkan ke dalam wadah, dituangi dengan 5 liter etanol 70%, ditutup,
dibiarkan selama 6 jam terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk, kemudian
diamkan kembali selama 18 jam. Pisahkan maserat dengan cara disaring
menggunakan kain flanel. Ampas diremaserasi dengan etanol 70% sebanyak 2,5
liter. Dipindahkan ke dalam wadah tertutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung
dari cahaya selama 1 hari, disaring. Pemekatan ekstrak dilakukan dengan
menggunakan rotary evaporator pada suhu 50○C sampai diperoleh ekstrak kental.
3.7 Formulasi Sediaan Masker Clay
Sediaan basis masker dibuat berdasarkan formula standar yang kemudian di
modifikasi. Formula standar dapat dilihat pada 3.7.1 dan formula modifikasi dapat
dilihat pada 3.7.2.
3.7.1 Formula Standar
Formula standar yang digunakan: (9)
R/ Bentonite 1 to 8%
Xanthan Gum 0,1 to 1,0%
Kaolin 5 to 40%
Gliserin 2 to 10%
Sodium Lauril Sulfat 2 to 20%
TiO2 < 1%
Nipagin < 1%
Parfum q.s
Aquadest ad 100%
26
3.7.2 Formula Modifikasi
R/ Bentonite 1%
Xanthan Gum 0,8%
Kaolin 34%
Gliserin 2%
Sodium Lauril Sulfat 1 %
TiO2 0.5%
Nipagin 0.1%
BHT 0.2%
Aquadest ad 100%
3.7.3 Formula Modifikasi dengan Tambahan Ekstrak Etanol Kentang
Konsentrasi ekstrak etanol kentang yang digunakan adalah 6% (F1), 8% (F2)
dan 10% (F3). Formula dasar tanpa ekstrak etanol kentang dibuat sebagai blanko
(F0).
No
Bahan
Jumlah (g)
F0 F1 F2 F3
1 Ekstrak Etanol Kentang - 6 8 10
2 Bentonite 1 1 1 1
3 Xanthan Gum 0,8 0,8 0,8 0,8
4 Kaolin 34 34 34 34
5 Gliserin 2 2 2 2
6 Sodium Lauril Sulfat 1 1 1 1
7 TiO2 0,5 0,5 0,5 0,5
8 Nipagin 0,1 0,1 0,1 0,1
9 BHT 0,2 0,2 0,2 0,2
10 Aquadest ad 100 100 100 100
27
3.7.4 Formula Pembuatan Masker Clay
Cara Pembuatan masker clay yaitu aquadest dituangkan dalam lumpang
dan ditambahkan bentonit. Bentonit dibiarkan terbasahi lalu ditambahkan
Xanthan gum dan digerus cepat sampai seluruh Xanthan gum melarut. Kaolin
ditambahkan sedikit demi sedikit dalam lumpang sambil digerus dan ditambahkan
TiO2 dan Gliserin dalam lumpang. Disamping itu dilarutkan BHT dan Nipagin
dalam air panas (Larutan A) dan juga Sodium Lauril Sulfat dilarutkan dalam
Aquadest (Larutan B ). Larutan A dituangkan kemudian digerus pelan setelah itu
tuangkan perlahan-lahan larutan B dan gerus perlahan kemudian ditambahkan
ekstrak etanol kentang dan gerus sampai terbentuk pasta homogen.
3.8 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan
3.8.1 Pengujian Homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar.
3.8.2 Pengamatan Stabilitas Sediaan
Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik.
Pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai dimasukkan dalam pot
plastik dan dilakukan selama 12 minggu penyimpanan dengan interval
pengamatan pada minggu ke 0, 1, 4, 8 dan 12. Pengujian fisik masker yang telah
dibuat meliputi pengamatan perubahan bau dan warna selama 12 minggu pada
kondisi suhu penyimpanan 25ºC.
28
3.8.3 Pengukuran pH Sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral (pH7,01)
dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut.
Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tisu.
Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu di timbang 1 gram sediaan dan
dilarutkan dalam 99 ml akuades. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan
tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang
ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan.
3.8.4 Pengukuran Lama Pengeringan Masker
Pengukuran lama pengeringan dilakukan pada suhu kamar ± 25°C dengan
mengambil sediaan masker clay ± 5g dan dioleskan pada daerah punggung tangan
lalu diukur waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering. Dilakukan 3 kali
pengukuran lama pengeringan dengan sukarelawan yang berbeda-beda.
3.8.5 Uji Iritasi terhadap Sukarelawan
Percobaan ini dilakukan pada 15 orang sukarelawan. Sediaan sebanyak
500 mg dioleskan dibelakang telinga dengan diameter 3 cm, kemudian dibiarkan
selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa kemerahan, gatal, dan
pembengkakan pada kulit.(19)
3.9 Pengujian Efektivitas Anti Aging
Pengujian efektivitas anti aging dilakukan terhadap sukarelawan wanita
sebanyak 15 orang. Pengujian dilakukan pada daerah kulit punggung tangan.
Pengelompokan dibagi menjadi:
29
a. Kelompok I : 3 orang sukarelawan formula blanko.
b. Kelompok II : 3 orang sukarelawan formula 6%.
c. Kelompok III : 3 orang sukarelawan formula 8%.
d. Kelompok IV : 3 orang sukarelawan formula 10%.
e. Kelompok V : 3 orang sukarelawan viva facial mask (kontrol positif).
Semua sukarelawan diukur terlebih dahulu kondisi kulit awal/sebelum
perlakuan dengan menggunakan perangkat skin analyzer. Parameter pengukuran
meliputi:
1. Kelembaban (moisture), dengan menggunakan alat moisture checker yang
terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo.
2. Pori wajah (pore), menggunakan lensa perbesaran 60x (normal lens) dengan
sensor warna biru.
3. Noda (spot), menggunakan lensa perbesaran 60x (polarizing lens) dengan
sensor warna jingga.
4. Keriput (wrinkle), menggunakan lensa perbesaran 10x (normal lens) dengan
sensor warna biru.
Sediaan masker clay dioleskan pada wajah sukarelawan yang dibiarkan
mengering. Setelah itu wajah dibersihkan dengan air hangat dan dikeringkan.
Dilakukan kembali pengecekan kondisi kulit wajah setelah pemakaian masker.
Pengukuran kondisi kulit wajah dilakukan setiap minggu selama empat minggu
dengan pemberian sediaan masker seminggu sekali secara rutin.
30
3.10 Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solution). Data terlebih dahulu dianalisis distribusinya
menggunakan Shapiro-Wilk Test. Selanjutnya data dianalisis menggunakan
Kruskal-Wallis Test untuk mengetahui efektivitas anti aging pada kulit di antara
formula. Selanjutnya untuk menganalisis pengaruh formula terhadap kondisi kulit
selama empat minggu perawatan digunakan Mann-Whitney Test.
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Clay
Sediaan masker clay anti aging dibuat dengan menggunakan formula standar
clay face mask neutral pH.(9) Formula standar ini dimodifikasi agar sesuai
dengan bentuk masker clay dengan penambahan ekstrak etanol kentang sebagai
anti aging. Konsentrasi ekstrak etanol kentang yang digunakan adalah konsentrasi
6%, 8% dan 10%. Sediaan yang dihasilkan berbentuk pasta dengan warna putih.
4.1.2 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan
4.1.2.1 Pengujian Homogenitas
Hasil pemeriksaan homogenitas terhadap sediaan masker clay yang
diformulasi menunjukkan bahwa semua sediaan tidak memperlihatkan adanya
butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan.
4.1.2.2 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan
Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama 12 minggu penyimpanan dengan
interval pengamatan pada minggu ke 1, 4, 8 dan 12. Sediaan masker clay dengan
ekstrak etanol kentang disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahan bau dan
warna. Hasil pengamatan menunjukan bahwa bau dan warna dari setiap formula
tidak mengalami perubahan selama 12 minggu penyimpanan pada suhu kamar.
32
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan
Formula Minggu Pengamatan
Bau Warna Bentuk
F0 0 Khas Putih Pasta
1 Khas Putih Pasta
4 Khas Putih Pasta
8 Khas Putih Pasta
12 Khas Putih Pasta
F1 0 Khas Putih Pasta
1 Khas Putih Pasta
4 Khas Putih Pasta
8 Khas Putih Pasta
12 Khas Putih Pasta
F2 0 Khas Putih Pasta
1 Khas Putih Pasta
4 Khas Putih Pasta
8 Khas Putih Pasta
12 Khas Putih Pasta
F3 0 Khas Putih Pasta
1 Khas Putih Pasta
4 Khas Putih Pasta
8 Khas Putih Pasta
12 Khas Putih Pasta
Keterangan :
F0 : Blanko
F1 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 6%
F2 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 8%
F3 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 10%
4.1.2.3 Hasil Pengukuran pH Sediaan
Pengukuran pH sediaan diukur dengan menggunakan pH meter dengan
pengulangan sebanyak tiga kali dan diukur selama 12 minggu penyimpanan.
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran pH Sediaan
Formula Waktu (Minggu)
0 1 4 8 12
F0 6,6 6,6 6,5 6.4 6,1
F1 6,5 6,5 6,4 6,4 6,4
F2 6,5 6,5 6,5 6,4 6,4
F3 6,6 6,5 6,5 6,4 6,4
33
Keterangan :
F0 : Blanko
F1 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 6%
F2 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 8%
F3 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 10%
4.1.2.4 Hasil Pengukuran Lama Pengeringan Masker
Pengukuran lama pengeringan dilakukan pada suhu ruangan yaitu ± 25°C
dengan cara mengoleskan sediaan masker clay ± 3g pada kulit punggung tangan
sukarelawan dan diukur waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering.
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan sukarelawan yang
berbeda-beda. Hasil pengukuran lama pengeringan dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Berdasarkan hasil pengukuran lama pengeringan pada Tabel 4.3 diperoleh hasil
berkisar 10 -12 menit.
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Lama Pengeringan
Formula Pengukuran
1 2 3 Rata-Rata
F0 (menit) 14 14 14 14
F1 (menit) 14 14 13 13,6
F2 (menit) 14 14 14 14
F3 (menit) 13 12 14 13
Keterangan :
F0 : Blanko
F1 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 6%
F2 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 8%
F3 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 10%
4.1.3 Hasil Uji Iritasi terhadap Sukarelawan
Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dilakukan dengan
mengoleskan masker clay pada kulit belakang telinga. Hasil uji iritasi terhadap
kulit sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.4.
34
Tabel 4.4 Hasil Uji Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan
Pengamatan Sukarelawan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kemerahan - - - - - - - - - - - - - - -
Gatal-gatal - - - - - - - - - - - - - - -
Bengkak - - - - - - - - - - - - - - -
Keterangan:
+ : Terjadi iritasi
- : Tidak terjadi iritasi
4.1.4 Hasil Pengujian Efektifitas Anti Aging
Pengujian efektivitas anti aging dilakukan terhadap sukarelawan wanita
sebanyak 15 orang. Pengujian dilakukan pada daerah kulit punggung tangan.
Semua sukarelawan diukur terlebih dahulu kondisi kulit awal/sebelum perlakuan
dengan menggunakan perangkat skin analyzer. Parameter pengukuran meliputi:
kadar air (moisture), kehalusan (evenness), pori (pore), noda (spot) dan keriput
(wrinkle). Data yang diperoleh pada setiap parameter anti aging akan dianalisis
dengan menggunakan program statistik dengan metode Kruskal-Wallis.
Selanjutnya untuk menganalisis pengaruh formula terhadap kondisi kulit selama
empat minggu perawatan digunakan Mann-Whitney Test.
4.1.4.1 Kadar Air (Moisture)
Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit punggung tangan
sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Kadar Air (Moisture) pada Kulit Sukarelawan
Formula Kondisi
Awal
Waktu Perawatan (Hari) %
Pemulihan 7 14 21 28
F0
31 31 32 32 32 3,2%
30 30 30 31 32 6,6%
30 31 32 32 32 6.6%
Rata-rata 30,3 30,6 31,3 31,6 32 5,6%
35
F1
27 28 30 33 35 29,6%
28 31 34 35 35 25%
25 25 30 32 35 40%
Rata-rata 26,6 28 31,3 33,3 38,3 43,9%
F2
18 26 29 30 34 88,8%
29 31 33 35 37 27,5%
28 29 30 33 37 32,1%
Rata-rata 25 28,6 30,6 32,6 36 44%
F3
25 28 31 32 35 40%
29 31 32 35 38 31,03%
21 27 29 31 36 71,4%
Rata-rata 25 28,6 30,6 32,6 36,3 45,2%
VFM
26 29 32 34 35 34,6%
25 27 33 34 35 40%
22 26 30 34 35 59%
Rata-rata 24,3 27,3 31,6 34 35 44%
Keterangan:
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012).
F0 : Blanko
F1 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 6%
F2 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 8%
F3 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 10%
VFM : Viva Face Mask
Data pada Tabel 4.5 menunjukkan selama empat minggu perawatan
dengan pemberian sediaan masker seminggu sekali secara rutin, kadar air pada
kulit sukarelawan mengalami peningkatan terutama dari Formula 3 dengan rata-
rata persen pemulihan sebesar 45,2%. Formula blanko mengalami peningkatan
sebesar 5,6%. Grafik pengaruh pemakaian masker clay terhadap kadar air kulit
sukarelawan selama empat minggu perawatan dapat dilihat pada Gambar 4.1.
36
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap Kadar Air (Moisture)
pada Kulit Punggung Tangan Sukarelawan
Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik
Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap kadar air kulit
sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 pada penggunaan 14 hari, 21 hari dan 28
hari yang menunjukkan bahwa perubahan kadar air pada kulit signifikan. Untuk
mengetahui perbedaan tiap konsentrasi formula mempengaruhi peningkatan kadar
air pada kulit maka dilakukan uji Mann-Whitney. Dari hasil uji Mann-Whitney
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kadar air yang
signifikan antara F0 dengan F1, F2, dan F3, F1 dengan F2 dan F3, dan F2 dengan
F3 (nilai p < 0,05).
37
4.1.4.2 Pori (Pore)
Hasil pengukuran pori pada kulit punggung tangan sukarelawan dapat
dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Besar Pori (Pore) pada Kulit Punggung Tangan
Sukarelawan
Formula Kondisi
Awal
Waktu Perawatan (Hari) %
Pemulihan 7 14 21 28
F0
43 36 34 34 59 -37%
80 55 76 72 55 31%
56 43 31 44 44 21%
Rata-rata 59,6 44,6 47 50 52 12%
F1
87 76 84 56 59 32%
80 61 56 40 41 48%
80 54 57 57 63 21%
Rata-rata 82,3 63,6 65,6 51 54,3 34%
F2
50 26 45 52 29 42%
40 46 40 38 28 30%
63 63 48 43 82 -30%
Rata-rata 51 45 44,3 44,3 46,3 9%
F3
92 88 90 90 90 2%
94 91 96 82 68 27%
45 62 58 50 53 -17%
Rata-rata 77 80,3 81,3 74 70,3 8%
VFM
93 89 80 80 81 12%
56 47 53 50 35 37%
52 41 31 46 11 78%
Rata-rata 67 59 54,6 58,6 42,3 36%
Keterangan:
Pori berukuran kecil 0-19; pori berukuran besar 20-39; pori berukuran sangat
besar 40-100
F0 : Blanko
F1 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 6%
F2 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 8%
F3 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 10%
VFM : Viva Face Mask
Data pada Tabel 4.6 menunjukkan selama empat minggu perawatan
dengan pemberian sediaan masker seminggu sekali secara rutin, kelompok blanko
memberikan pengecilan ukuran pori (12%) sedangkan pada F1, F2, F3
38
menunjukkan adanya pengecilan ukuran pori masing-masing sebesar 34%, 9%
dan 8%. Grafik pengaruh pemakaian masker clay terhadap pori kulit sukarelawan
selama empat minggu perawatan dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap Pori (Pore) pada
Kulit Punggung Tangan Sukarelawan
Data selanjutnya dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dan diperoleh nilai p
< 0,05 pada 14 hari, 21 hari dan 28 hari perawatan.
4.14.3 Kehalusan (Evenness)
Hasil pengukuran evenness pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat
pada Tabel 4.7.
39
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Kehalusan (evenness) pada Kulit Punggung Tangan
Sukarelawan
Formula Kondisi
Awal
Waktu Perawatan (Hari) %
Pemulihan 7 14 21 28
F0
32 32 32 32 29 9,3%
37 37 36 35 35 5,4%
37 35 35 32 32 13,5%
Rata-rata 35,3 34,6 34,3 33 32 9,3%
F1
38 38 35 33 30 21,05%
41 38 34 32 30 26,8%
38 38 37 37 30 21,05%
Rata-rata 39 38 35,3 34 30 23,07%
F2
35 30 28 25 24 31,4%
36 33 30 29 27 25%
38 37 28 28 27 28,9%
Rata-rata 36,3 33,3 28,6 27,3 26 28,3%
F3
44 39 38 36 33 25%
44 40 37 36 30 31,8%
37 29 29 28 22 40,5%
Rata-rata 41,6 36 34,6 33,3 28,3 31,9%
VFM
44 42 41 36 35 20,4%
40 36 29 29 27 32,5%
25 25 24 23 20 20%
Rata-rata 36,3 34,3 31,3 29,3 27,3 24,7%
Keterangan:
Kulit halus 0-31; Normal 32-51; Kasar 52-100
F0 : Blanko
F1 : Masker clay dengan minyak kacang kedelai konsentrasi 6%
F2 : Masker clay dengan minyak kacang kedelai konsentrasi 8%
F3 : Masker clay dengan minyak kacang kedelai konsentrasi 10%
VFM : Viva Face Mask
Data pada Tabel 4.7 menunjukkan selama empat minggu perawatan
dengan pemberian sediaan masker seminggu sekali secara rutin, kelompok blanko
sedikit memberikan kehalusan pada kulit (9,3%) sedangkan pada F1, F2, F3
menunjukkan adanya peningkatan kehalusan masing-masing sebesar 23,07%,
28,3% dan 31,9%. Grafik pengaruh pemakaian masker clay terhadap kehalusan
kulit sukarelawan selama empat minggu perawatan dapat dilihat pada Gambar 4.2.
40
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap Kehalusan
(Evenness) pada Kulit Punggung Tangan Sukarelawan
Data selanjutnya dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dan dan diperoleh
nilai p < 0,05 pada 14 hari, 21 hari dan 28 hari perawatan yang menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan antar formula dalam peningkatan kehalusan
kulit sukarelawan. Data selanjutnya diuji menggunakan Mann-Whitney untuk
mengetahui formula mana yang berbeda. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara blanko F0 dengan F1, F2, dan F3, F1
dengan F2 dan F3, dan F2 dengan F3.
4.1.4.4 Noda (Spot)
Hasil pengukuran banyaknya noda kulit punggung tangan dari
sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.8.
41
Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Banyaknya Noda (Spot) pada Kulit Punggung
Tangan Sukarelawan
Formula Kondisi
Awal
Waktu Perawatan (Hari) %
Pemulihan 7 14 21 28
F0
27 25 24 23 23 14,8%
30 30 29 28 25 16,6%
36 34 30 30 28 22,2%
Rata-rata 31 29,6 27,6 27 25,3 18,3%
F1
36 29 27 23 20 44,4%
35 32 28 24 22 37,1%
34 29 29 25 25 26,4%
Rata-rata 35 30 28 24 22,3 36,2%
F2
28 23 23 22 12 57,1%
38 37 26 23 18 52,6%
26 20 15 14 13 50%
Rata-rata 30,6 26,6 21,3 19,6 14,3 53,2%
F3
71 50 41 35 31 56,3%
60 57 44 38 31 48,3%
38 30 24 18 10 73,6%
Rata-rata 56,3 45,6 36,3 30,3 24 57,3%
VFM
41 36 34 27 21 48,7%
37 22 15 13 8 78,3%
34 28 25 16 12 64,7%
Rata-rata 37,3 28,6 24,6 18,6 13,6 63,5%
Keterangan:
Jumlah noda sedikit 0-19; Jumlah noda sedang 20-39; Jumlah noda banyak 40-
100
F0 : Blanko
F1 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 6%
F2 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 8%
F3 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 10%
VFM : Viva Face Mask
Hasil pengukuran noda kulit sukarelawan pada Tabel 4.8 menunjukkan
bahwa pada kondisi awal, semua kelompok sukarelawan memiliki sejumlah noda
pada kulit punggung tangannya. Setelah penggunaan masker clay dapat dilihat
bahwa formula blanko sedikit memberikan efek pengurangan jumlah noda dengan
persentase pemulihan 18,3%. F1, F2, dan F3 menunjukkan adanya efek
pengurangan noda dengan persentase pemulihan 36,2%%, 53,2%, dan 57,37%.
42
Grafik pengaruh pemakaian masker clay terhadap banyak noda kulit punggung
tangan sukarelawan selama empat minggu perawatan dapat dilihat pada Gambar
4.4.
Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisa statistik menggunakan
uji Kruskal Wallis dan diperoleh nilai p < 0,05 yang menunjukkan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan antar formula dalam mengurangi noda pada kulit
sukarelawan pada penggunaan 14 hari, 21 hari dan 28 hari. Kemudian data diuji
menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda.
Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan banyaknya noda kulit sukarelawan antara blanko dengan F1, F2, dan
F3, F1 dengan F2 dan F3, F2 dengan F3 (nilai p < 0,05).
43
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap Noda (Spot) pada
Kulit Punggung Tangan Sukarelawan
4.1.4.5 Keriput (Wrinkle)
Hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kulit punggung tangan sukarelawan
dapa tdilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Keriput (Wrinkle) pada Kulit Punggung Tangan
Sukarelawan
Formula Kondisi
Awal
Waktu Perawatan (Hari) %
Pemulihan 7 14 21 28
F0
5 5 5 5 5 0
5 5 5 5 5 0
5 5 5 5 5 0
Rata-rata 5 5 5 5 5 0
F1
5 5 5 5 5 0
8 7 5 5 5 37,5%
5 5 5 5 5 0
Rata-rata 6 5,6 5 5 5 16,6%
F2
5 5 5 5 5 0
5 5 5 5 5 0
5 5 5 5 5 0
Rata-rata 5 5 5 5 5 0
F3
5 5 5 5 5 0
45 26 22 22 22 51,1%
5 5 5 5 5 0
Rata-rata 18,3 12 10,6 10,6 10,6 41,8%
VFM
16 10 5 5 5 68,7%
5 5 5 5 5 0
5 5 5 5 5 0
Rata-rata 8,6 6,6 5 5 5 42,2%
Keterangan: Tidak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52;Berkeriput parah 53-100.
F0 : Blanko
F1 : Masker clayekstrak etanol kentang konsentrasi 6%
F2 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 8%
F3 : Masker clay dengan ekstrak etanol kentang konsentrasi 10%
VFM : Viva Face Mask
Hasil pengukuran jumlah keriput pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa
terdapat sukarelawan memiliki keriput pada kulit punggung tangan pada F1 dan
44
F3 . Setelah penggunaan masker, dapat dilihat bahwa F1 dan F3 memberikan
persen pemulihan sebesar 16,6% dan 41,8%.
Grafik pengaruh pemakaian masker clay terhadap kerutan sukarelawan
selama empat minggu perawatan dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap Keriput (Wrinkle)
pada Kulit Punggung Tangan Sukarelawan
4.2 Pembahasan
4.2.1 Sediaan Masker Clay
Sediaan masker clay berbentuk pasta dengan warna putih. Warna sesuai
dengan warna base formula masker yang digunakan. Warna dari ekstrak etanol
kentang tidak terlalu berpengaruh pada warna sediaan masker secara keseluruhan.
KE
RIP
UT
Waktu (Hari)
F0 (Blanko)
F1 (6%)
F2 (8%)
F3 (10%)
VFM
45
4.2.2 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan
4.2.2.1 Pengujian Homogenitas
Pada sediaan masker clay yang dibuat tidak terdapat butiran kasar saat
dioleskan pada kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat
memiliki susunan yang homogen. Hal ini sesuai dengan standar pengujian
homogenitas.(21)
4.2.2.2 Pengamatan Stabilitas Sediaan
Pengamatan menunjukan bahwa bau dan warna dari setiap formula tidak
mengalami perubahan selama 12 minggu penyimpanan pada suhu kamar. Hal ini
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada Farmakope Indonesia Edisi III.
Tidak terjadinya perubahan bau dan warna pada sediaan masker menunjukkan
bahwa sediaan masker clay stabil dalam penyimpanan.
4.2.2.3 Pengukuran pH Sediaan
Pada pemeriksaan pH sediaan masker clay, didapatkan pH berkisar antara
6,1-6,6. Persyaratan pH yang diizinkan adalah 5-8.(9) Dengan demikian, pH
sediaan masker clay yang diformulasi masih memenuhi persyaratan yang
dizinkan. Kestabilan pH merupakan salah satu parameter penting yang
menentukan stabil atau tidaknya suatu sediaan. Derajat keasaman (pH) merupakan
pengukuran aktivitas hidrogen dalam lingkungan air. Nilai pH tidak boleh terlalu
asam karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit sedangkan nilai pH terlalu basa
dapat menyebabkan kulit bersisik.
46
4.2.2.4 Lama Pengeringan Masker
Berdasarkan hasil pengukuran lama pengeringan masker clay pada Tabel 4.3
diperoleh hasil berkisar 10-12 menit. Hasil ini menunjukkan bahwa waktu
pengeringan yang dibutuhkan masker clay yang dibuat lebih baik daripada kontrol
positif yang dimana membutuhkan waktu antara 10-15 menit.
4.2.3 Uji Iritasi terhadap Sukarelawan
Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 15 sukarelawan,
menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan hasil negatif terhadap
parameter reaksi iritasi. Parameter yang diamati yaitu adanya kulit merah, gatal,
ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji iritasi tersebut yang disimpulkan
bahwa sediaan masker clay yang dibuat aman untuk digunakan.
4.2.4 Pengujian Efektifitas Anti Aging
4.2.4.1 Kadar Air
Perawatan selama 4 minggu menggunakan masker clay ekstrak etanol kentang
dapat meningkatkan kadar air pada kulit. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Apabila kadar air menurun secara drastis, kulit akan kekurangan asupan nutrisi
dan menyebabkan kulit menjadi kering, kasar, pecah-pecah serta terkelupas.
Peningkatan kadar air kulit dapat dipengaruhi oleh mineral dan vitamin yang
terdapat pada kentang. Kentang merupakan sayuran yang kaya akan potasium,
vitamin c, beta karoten dan serat. Selain itu, kentang juga termasuk alat pembersih
dan pelembab paling efektif bagi kulit sensitif.(20)
47
4.2.4.2 Pori
Hasil uji pori menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula
dalam mengecilkan ukuran pori kulit sukarelawan. Bogadenta menyebutkan,
bahwa tanda-tanda penuaan dini salah satunya pori-pori kulit tampak membesar.
Hal ini disebabkan selain karena bertambahnya usia pori-pori kulit akan menjadi
semakin besar karena semakin berkurangnya elastisitas juga dikarenakan sering
terkena sinar matahari secara terus menerus sehingga sel-sel kulit mati
menumpuk. Banyaknya aktivitas meningkatkan suhu tubuh yang akan
memperbesar ukuran pori.(4)
4.2.4.3 Kehalusan
Masker clay dengan ekstrak etanol kentang memberikan angka kehalusan
yang signifikan selama empat minggu perawatan. Hal ini dapat dibandingkan
dengan formula blanko dan kontrol postif.
Kandungan vitamin dan mineral dalam kentang dapat memperbaiki tingkat
kekasaran kulit menjadi lebih halus.
4.2.4.4 Noda
Penyebab flek hitam di kulit yang paling umum adalah karena kulit terlalu
banyak terpapar sinar matahari, dapat menyebabkan kerusakan serius pada kulit
seperti menjadi terbakar, memerah, dan timbul bintik- bintik noda berwarna coklat
pada kulit. Semakin banyak sinar matahari yang terkena kulit, semakin aktif
48
pembentukan melanin. Melanosom mengandung bokroma coklat yang disebut
melanin yang berfungsi dalam penentuan warna dari kulit.(4)
Penggunaan masker clay ekstrak etanol kentang selama 4 minggu perawatan
dapat mengurangi banyaknya noda hitam pada kulit. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 4.8.
4.2.4.5 Keriput
Kulit merupakan organ tubuh yang secara langsung terpajan sinar UV dari
matahari. Sinar UV dapat menyebabkan penurunan sintesis kolagen. Kolagen
merupakan penyusun lapisan dermis juga berperan dalam proses regenerasi kulit.
Seiring bertambahnya usia, kolagen kulit mulai pecah dan kaku sehingga kulit
kehilangan elastisitasnya. Akibatnya, kulit tampak berkerut dan mengendur.(4)
Masker clay ekstrak etanol kentang memberikan pengaruh pada kulit dimana
banyaknya keriput berkurang selama empat minggu perawatan. Hal ini
membuktikan bahwa masker clay ekstrak etanol kentang berfungsi sebagai anti
aging.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
a. Ekstrak etanol kentang dapat diformulasikan dalam sediaan masker clay dan
mempunyai pH 6,1 – 6,6 homogen, tidak mengiritasi dan stabil dalam
penyimpanan.
b. Perbedaan konsentrasi ekstrak etanol kentang yang diformulasikan dalam
masker clay memberikan efektifitas anti aging yang berbeda. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak etanol kentang semakin tinggi efektifitas anti aging nya.
Konsentrasi paling tinggi yang dipakai adalah 10%.
c. Penggunaan sediaan masker clay yang mengandung ekstrak etanol kentang
konsentrasi 10% selama 4 minggu menunjukkan perubahan kondisi kulit
menjadi lebih baik dengan kadar air meningkat (persen pemulihan 45,2%),
pori-pori semakin mengecil (persen pemulihan 8%), banyak noda semakin
berkurang (persen pemulihan 57,37%) serta kerutan yang semakin berkurang
(persen pemulihan 41,8%).
5.2 Saran
50
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti masker ekstrak
etanol kentang dalam bentuk lain seperti peel off, sheet, gel dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Young A. Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited;
1972.
2. Mitsui T.New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier Science B.V; 1997
3. Muliyawan D. dan Suriana, N.Tentang Kosmetik. Jakarta: Komputindo;
2013.
4. Bogandenta A.Antisipasi Gejala Penuaan Dini dengan Kesaktian Ramuan
Herbal. Yogyakarta: Buku Biru; 2012.
5. Ardhie, M.A. Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah
Penuaan. Jakarta:Scientific Journal of Pharmaceutical Development and
Medical Application; 2011.
6. Fauzi A. R. dan Nurmalina R. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo; 2012.
7. Soelarso. Budi Daya Kentang Bebas Penyakit. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius; 2008.
8. Surtiningsih Surtiningsih. Cantik dengan Bahan Alami. Jakarta: PT. Alex
Media Komputindo; 2015.
9. Harry R. G. Harry’s Cosmeticology Edisi VIII. Newyork: Chemical
Publishing Co. Inc; 2000.
10. Lu, J. B. The Development of Formula and Quality Control Method for
Tranexamic Acid Hydrogel Mask Thesis. Taiwan:Departement of Applied
ChemistryChaoyang University of Technology; 2010.
11. Sunarjono. Bertanam 36 Jenis Sayur. Jakarta Timur: Penebar Swadaya; 2015.
12. Darmawan A. B. Anti-Aging Rahasia Tampil Muda di Segala Usia.
Yogyakarta: Media Pressindo; 2013.
13. Putro, D.S. Agar Awet Muda. Purwodadi: Trubus Agrisarana; 1997.
14. Achroni K. Semua Rahasia Kulit Cantik dan Sehat Ada Di sini. Jakarta: PT.
Buku Kita; 2012.
15. Bentley V. Siasat Jitu Awet Muda. Jakarta: Erlangga; 2006.
16. Noormindhawati L. Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta: Kompas
Gramedia; 2013.
17. Suryadi S. Tips Agar Tetap Awet Muda. Yogyakarta: Hanggar Kreator; 2012.
18. Aramo. Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea Ltd;
2012.
19. Wasitaatmadja, S.M. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press;
1997.
20. Al-Husaini A, Cantik Tanpa Makeup. Jakarta: Penerbit Almahira; 2010.
51
21. Ditjen POM. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 1979.
52
Lampiran 1. Gambar Bahan dan Alat
Kentang Organik Mortir dan Stamper
Timbangan Sayur Alat Gelas
53
Lanjutan (Lampiran 1)
Rotavapor Skin Analyzer
Moisture Checker Lensa Perbesaran 10x dan 60x
54
Lampiran 2. Maserasi Kentang Organik
Puree Kentang Ekstrak Cair Kentang
Pengentalan Ekstrak Ekstrak Kental Kentang
55
Lampiran 3. Sediaan Masker Clay
56
Lampiran 4. Evaluasi Mutu Fisik Sediaan
Pengujian Homogenitas
Uji pH F0 Uji pH F1
57
Lanjutan (Lampiran 4)
Uji pH F2 Uji pH F3
58
Lanjutan (Lampiran 4)
Uji Iritasi pada Belakang Telinga Sukarelawan (pada saat pemakaian dan setelah
pemakaian)
59
Lampiran 5. Surat Pernyataan Persetujuan (Informed Consent)
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi sukarelawan untuk uji iritasi
dan uji efektifitas anti aging dalam penelitian Betari Khairani Lubis dengan
Formulasi Masker Clay Ekstrak Etanol Kentang (Solanum tuberosum) sebagai
Anti Aging. Apabila terjadi hal- hal yang tidak diinginkan selama pengujian, saya
tidak akan menuntut kepada peneliti.
Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Medan, Agustus 2018
(sukarelawan)
60
Lampiran 6. Pemakaian Masker pada Sukarelawan
Kondisi Awal sebelum Pemakaian
Lanjutan (Lampiran 6)
61
Kondisi Saat Pemakaian Masker
Kondisi Setelah Pemakaian Masker
Lampiran 7. Data Skin Analyzer
Kadar Air
62
Kondisi Awal
Minggu 1
Minggu 2
63
Minggu 3
Minggu 4
Kehalusan dan Pori
64
Kondisi Awal
Minggu 1
Minggu 2
65
Minggu 3
Minggu 4
Noda
66
Kondisi Awal
Minggu 1
Minggu 2
67
Minggu 3
Minggu 4
Kerutan
Kondisi Awal
68
Minggu 1
Minggu 2
69
Minggu 3
Minggu 4
Lampiran 8. Data Hasil Uji Statistik
70
Kadar Air
Kadar Air berdasarkan 5 Perlakuan
Descriptive Statistics
Mean
Std.
Deviation N
0 Hari 26.2667 3.69298 15
7 Hari 28.6667 2.12692 15
14 Hari 31.1333 1.55226 15
21 Hari 32.8667 1.59762 15
28 Hari 34.8667 1.80739 15
Selanjutnya dilakukan pengujian asumsi homogenitas (asumsi sphericity).
Berikut hasil dari uji asumsi sphericity.
Mauchly's Test of Sphericityb
71
Measure:KadarAir
Within
Subjec
ts
Effect Mauchly's W
Approx. Chi-
Square df Sig.
Epsilona
Greenhouse-
Geisser Huynh-Feldt Lower-bound
Hari .037 41.040 9 .000 .398 .440 .250
Tests the null hypothesis that the error covariance matrix of the orthonormalized transformed dependent
variables is proportional to an identity matrix.
a. May be used to adjust the degrees of freedom for the averaged tests of significance. Corrected tests
are displayed in the Tests of Within-Subjects Effects table.
b. Design: Intercept
Within Subjects Design: Hari
Berdasarkan hasil uji asumsi sphericitity, diketahui nilai p = 0,000 < 0,05,
maka asumsi sphericity (homogenitas) tidak dipenuhi.
Repeated-Measures ANOVA
Tests of Within-Subjects Effects
Measure:KadarAir
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Hari Sphericity Assumed 690.213 4 172.553 48.856 .000
Greenhouse-Geisser 690.213 1.590 433.980 48.856 .000
Huynh-Feldt 690.213 1.761 391.888 48.856 .000
Lower-bound 690.213 1.000 690.213 48.856 .000
Error(Hari) Sphericity Assumed 197.787 56 3.532
Greenhouse-Geisser 197.787 22.266 8.883
Huynh-Feldt 197.787 24.658 8.021
Lower-bound 197.787 14.000 14.128
Gio dan Rezzy (2018:161) menyatakan jika asumsi sphericity (homogenitas)
tidak dipenuhi, maka perhatikan baris hasil pada Greenhouse-Geisser. Diketahui
nilai p = 0,000 < 0,05, maka disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari
kadar air.
Selanjutnya digunakan uji Bonferroni untuk menguji:
72
Apakah terdapat perbedaan kadar air yang signifikan antara 0 hari dan 7
hari.
Apakah terdapat perbedaan kadar air yang signifikan antara 0 hari dan 14
hari.
Apakah terdapat perbedaan kadar air yang signifikan antara 0 hari dan 21
hari.
Apakah terdapat perbedaan kadar air yang signifikan antara 0 hari dan 28
hari.
Berikut hasil dari Uji Bonferroni
Pairwise Comparisons
Measure:KadarAir
(I)
Hari
(J)
Hari
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.a
95% Confidence Interval for
Differencea
Lower Bound Upper Bound
1 2 -2.400* .584 .001 -3.652 -1.148
3 -4.867* .798 .000 -6.578 -3.155
4 -6.600* .888 .000 -8.505 -4.695
5 -8.600* 1.133 .000 -11.030 -6.170
2 1 2.400* .584 .001 1.148 3.652
3 -2.467* .424 .000 -3.376 -1.558
4 -4.200* .545 .000 -5.369 -3.031
5 -6.200* .751 .000 -7.810 -4.590
3 1 4.867* .798 .000 3.155 6.578
2 2.467* .424 .000 1.558 3.376
4 -1.733* .300 .000 -2.377 -1.089
5 -3.733* .597 .000 -5.015 -2.452
4 1 6.600* .888 .000 4.695 8.505
2 4.200* .545 .000 3.031 5.369
3 1.733* .300 .000 1.089 2.377
5 -2.000* .414 .000 -2.888 -1.112
5 1 8.600* 1.133 .000 6.170 11.030
73
2 6.200* .751 .000 4.590 7.810
3 3.733* .597 .000 2.452 5.015
4 2.000* .414 .000 1.112 2.888
Based on estimated marginal means
*. The mean difference is significant at the .05 level.
a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent
to no adjustments).
Terdapat perbedaan kadar air yang signifikan antara 0 hari dan 7 hari (Sig
0,001 < 0,05).
Terdapat perbedaan kadar air yang signifikan antara 0 hari dan 14 hari (Sig
0,000 < 0,05).
Terdapat perbedaan kadar air yang signifikan antara 0 hari dan 21 hari (Sig
0,000 < 0,05).
Terdapat perbedaan kadar air yang signifikan antara 0 hari dan 28 hari (Sig
0,000 < 0,05).
Kehalusan
74
Kehalusan berdasarkan 5 Perlakuan
Descriptive Statistics
Mean
Std.
Deviation N
0 Hari 37.7333 4.93481 15
7 Hari 35.2667 4.62086 15
14 Hari 32.8667 4.71876 15
21 Hari 31.4000 4.28952 15
28 Hari 28.7333 4.36654 15
Selanjutnya dilakukan pengujian asumsi homogenitas (asumsi sphericity).
Berikut hasil dari uji asumsi sphericity.
Mauchly's Test of Sphericityb
Measure:Kehalusan
Within
Subjects
Effect
Mauchly's
W
Approx.
Chi-
Square Df Sig.
Epsilona
Greenhouse-
Geisser
Huynh-
Feldt
Lower-
bound
Hari .177 21.483 9 .011 .531 .629 .250
Tests the null hypothesis that the error covariance matrix of the orthonormalized
transformed dependent variables is proportional to an identity matrix.
a. May be used to adjust the degrees of freedom for the averaged tests of
significance. Corrected tests are displayed in the Tests of Within-Subjects Effects
table.
b. Design: Intercept
Within Subjects Design: Hari
Berdasarkan hasil uji asumsi sphericitity, diketahui nilai p = 0,011 < 0,05,
maka asumsi sphericity (homogenitas) tidak dipenuhi.
75
Berikut hasil dari repeated-measures ANOVA.
Tests of Within-Subjects Effects
Measure:Kehalusan
Source
Type III Sum
of Squares Df Mean Square F Sig.
Hari Sphericity Assumed 721.867 4 180.467 47.284 .000
Greenhouse-Geisser 721.867 2.125 339.672 47.284 .000
Huynh-Feldt 721.867 2.516 286.903 47.284 .000
Lower-bound 721.867 1.000 721.867 47.284 .000
Error(Hari) Sphericity Assumed 213.733 56 3.817
Greenhouse-Geisser 213.733 29.753 7.184
Huynh-Feldt 213.733 35.225 6.068
Lower-bound 213.733 14.000 15.267
Gio dan Rezzy (2018:161) menyatakan jika asumsi sphericity
(homogenitas) tidak dipenuhi, maka perhatikan baris hasil pada Greenhouse-
Geisser. Diketahui nilai p = 0,000 < 0,05, maka disimpulkan terdapat pengaruh
yang signifikan dari kehalusan.
Selanjutnya digunakan uji Bonferroni untuk menguji:
Apakah terdapat perbedaan kehalusan yang signifikan antara 0 hari dan 7
hari.
Apakah terdapat perbedaan kehalusan yang signifikan antara 0 hari dan 14
hari.
Apakah terdapat perbedaan kehalusan yang signifikan antara 0 hari dan 21
hari.
Apakah terdapat perbedaan kehalusan yang signifikan antara 0 hari dan 28
hari.
76
Berikut hasil dari uji Bonferroni.
Pairwise Comparisons
Measure:Kehalusan
(I)
Hari
(J)
Hari
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.a
95% Confidence Interval for
Differencea
Lower Bound Upper Bound
1 2 2.467* .624 .014 .392 4.541
3 4.867* .910 .001 1.842 7.892
4 6.333* .929 .000 3.243 9.424
5 9.000* 1.005 .000 5.659 12.341
2 1 -2.467* .624 .014 -4.541 -.392
3 2.400* .675 .032 .156 4.644
4 3.867* .646 .000 1.717 6.016
5 6.533* .639 .000 4.408 8.658
3 1 -4.867* .910 .001 -7.892 -1.842
2 -2.400* .675 .032 -4.644 -.156
4 1.467* .363 .012 .258 2.675
5 4.133* .524 .000 2.390 5.877
4 1 -6.333* .929 .000 -9.424 -3.243
2 -3.867* .646 .000 -6.016 -1.717
3 -1.467* .363 .012 -2.675 -.258
5 2.667* .558 .003 .812 4.522
5 1 -9.000* 1.005 .000 -12.341 -5.659
2 -6.533* .639 .000 -8.658 -4.408
3 -4.133* .524 .000 -5.877 -2.390
4 -2.667* .558 .003 -4.522 -.812
Based on estimated marginal means
*. The mean difference is significant at the .05 level.
a. Adjustment for multiple comparisons: Bonferroni.
Terdapat perbedaan kehalusan yang signifikan antara 0 hari dan 7 hari (Sig
0,014 < 0,05).
77
Terdapat perbedaan kehalusan yang signifikan antara 0 hari dan 14 hari
(Sig 0,001 < 0,05).
Terdapat perbedaan kehalusan yang signifikan antara 0 hari dan 21 hari
(Sig 0,000 < 0,05).
Terdapat perbedaan kehalusan yang signifikan antara 0 hari dan 28 hari
(Sig 0,000 < 0,05).
Pori
Pori berdasarkan 5 Perlakuan
Descriptive Statistics
Mean
Std.
Deviation N
0 Hari 47.8667 16.47611 15
7 Hari 42.7780 14.65759 15
14 Hari 40.9333 15.91497 15
78
21 Hari 39.0000 14.21849 15
28 Hari 36.0660 14.29320 15
Selanjutnya dilakukan pengujian asumsi homogenitas (asumsi sphericity).
Berikut hasil dari uji asumsi sphericity.
Mauchly's Test of Sphericityb
Measure:Pori
Within
Subjects
Effect
Mauchly's
W
Approx.
Chi-
Square Df Sig.
Epsilona
Greenhouse-
Geisser
Huynh-
Feldt
Lower-
bound
Waktu .409 11.112 9 .272 .722 .930 .250
Tests the null hypothesis that the error covariance matrix of the orthonormalized
transformed dependent variables is proportional to an identity matrix.
a. May be used to adjust the degrees of freedom for the averaged tests of
significance. Corrected tests are displayed in the Tests of Within-Subjects Effects
table.
b. Design: Intercept
Within Subjects Design: Waktu
Berdasarkan hasil uji asumsi sphericitity, diketahui nilai p = 0,272 > 0,05,
maka asumsi sphericity (homogenitas) dipenuhi.
Berikut hasil dari repeated-measures ANOVA.
Tests of Within-Subjects Effects
Measure:Pori
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Waktu Sphericity Assumed 1171.810 4 292.952 21.015 .000
Greenhouse-Geisser 1171.810 2.890 405.503 21.015 .000
Huynh-Feldt 1171.810 3.721 314.877 21.015 .000
Lower-bound 1171.810 1.000 1171.810 21.015 .000
Error(Waktu Sphericity Assumed 780.635 56 13.940
79
) Greenhouse-Geisser 780.635 40.457 19.296
Huynh-Feldt 780.635 52.101 14.983
Lower-bound 780.635 14.000 55.760
Diketahui nilai p = 0,000 < 0,05, maka disimpulkan terdapat pengaruh
yang signifikan dari pori.
Selanjutnya digunakan uji Bonferroni untuk menguji:
Apakah terdapat perbedaan pori yang signifikan antara 0 hari dan 7 hari.
Apakah terdapat perbedaan pori yang signifikan antara 0 hari dan 14 hari.
Apakah terdapat perbedaan pori yang signifikan antara 0 hari dan 21 hari.
Apakah terdapat perbedaan pori yang signifikan antara 0 hari dan 28 hari.
Berikut hasil dari uji Bonferroni.
Pairwise Comparisons
Measure:Pori
(I)
Waktu
(J)
Waktu
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.a
95% Confidence Interval for
Differencea
Lower Bound Upper Bound
1 2 5.089* 1.473 .039 .189 9.989
3 6.933* 1.377 .002 2.353 11.513
4 8.867* 1.782 .002 2.941 14.792
5 11.801* 1.722 .000 6.072 17.529
2 1 -5.089* 1.473 .039 -9.989 -.189
3 1.845 .801 .371 -.818 4.507
4 3.778* 1.099 .040 .124 7.432
5 6.712* 1.433 .004 1.947 11.477
3 1 -6.933* 1.377 .002 -11.513 -2.353
2 -1.845 .801 .371 -4.507 .818
4 1.933 1.154 1.000 -1.906 5.773
5 4.867* 1.266 .018 .657 9.078
4 1 -8.867* 1.782 .002 -14.792 -2.941
80
2 -3.778* 1.099 .040 -7.432 -.124
3 -1.933 1.154 1.000 -5.773 1.906
5 2.934 1.241 .331 -1.194 7.062
5 1 -11.801* 1.722 .000 -17.529 -6.072
2 -6.712* 1.433 .004 -11.477 -1.947
3 -4.867* 1.266 .018 -9.078 -.657
4 -2.934 1.241 .331 -7.062 1.194
Based on estimated marginal means
*. The mean difference is significant at the .05 level.
a. Adjustment for multiple comparisons: Bonferroni.
Terdapat perbedaan pori yang signifikan antara 0 hari dan 7 hari (Sig
0,039 < 0,05).
Terdapat perbedaan pori yang signifikan antara 0 hari dan 14 hari (Sig
0,002 < 0,05).
Terdapat perbedaan pori yang signifikan antara 0 hari dan 21 hari (Sig
0,002 < 0,05).
Terdapat perbedaan pori yang signifikan antara 0 hari dan 28 hari (Sig
0,000 < 0,05).
81
Noda
Noda berdasarkan 5 Perlakuan
Descriptive Statistics
Mean
Std.
Deviation N
0 Hari 38.0667 12.13299 15
7 Hari 32.1333 10.03470 15
14 Hari 27.6000 7.89937 15
21 Hari 23.9333 7.10600 15
28 Hari 19.9333 7.53531 15
Selanjutnya dilakukan pengujian asumsi homogenitas (asumsi sphericity).
Berikut hasil dari uji asumsi sphericity.
82
Mauchly's Test of Sphericityb
Measure:Noda
Within
Subjects
Effect
Mauchly's
W
Approx.
Chi-
Square df Sig.
Epsilona
Greenhouse-
Geisser
Huynh-
Feldt
Lower-
bound
Waktu .026 45.197 9 .000 .369 .402 .250
Tests the null hypothesis that the error covariance matrix of the orthonormalized
transformed dependent variables is proportional to an identity matrix.
a. May be used to adjust the degrees of freedom for the averaged tests of
significance. Corrected tests are displayed in the Tests of Within-Subjects Effects
table.
b. Design: Intercept
Within Subjects Design: Waktu
Berdasarkan hasil uji asumsi sphericitity, diketahui nilai p = 0,000 < 0,05,
maka asumsi sphericity (homogenitas) tidak dipenuhi.
Berikut hasil dari repeated-measures ANOVA.
Tests of Within-Subjects Effects
Measure:Noda
Source
Type III
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Waktu Sphericity
Assumed
2994.533 4 748.633 37.409 .000
Greenhouse-
Geisser
2994.533 1.475 2030.804 37.409 .000
Huynh-Feldt 2994.533 1.606 1864.362 37.409 .000
Lower-bound 2994.533 1.000 2994.533 37.409 .000
Error(Waktu) Sphericity
Assumed
1120.667 56 20.012
Greenhouse-
Geisser
1120.667 20.644 54.286
Huynh-Feldt 1120.667 22.487 49.837
Lower-bound 1120.667 14.000 80.048
83
Gio dan Rezzy (2018:161) menyatakan jika asumsi sphericity
(homogenitas) tidak dipenuhi, maka perhatikan baris hasil pada Greenhouse-
Geisser. Diketahui nilai p = 0,000 < 0,05, maka disimpulkan terdapat pengaruh
yang signifikan dari noda.
Selanjutnya digunakan uji Bonferroni untuk menguji:
Apakah terdapat perbedaan noda yang signifikan antara 0 hari dan 7 hari.
Apakah terdapat perbedaan noda yang signifikan antara 0 hari dan 14 hari.
Apakah terdapat perbedaan noda yang signifikan antara 0 hari dan 21 hari.
Apakah terdapat perbedaan noda yang signifikan antara 0 hari dan 28 hari.
Berikut hasil dari uji Bonferroni.
Pairwise Comparisons
Measure:Noda
(I)
Waktu
(J)
Waktu
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.a
95% Confidence Interval for
Differencea
Lower Bound Upper Bound
1 2 5.933* 1.422 .009 1.203 10.664
3 10.467* 1.968 .001 3.920 17.013
4 14.133* 2.301 .000 6.481 21.785
5 18.133* 2.631 .000 9.383 26.883
2 1 -5.933* 1.422 .009 -10.664 -1.203
3 4.533* 1.032 .006 1.101 7.966
4 8.200* 1.381 .000 3.608 12.792
5 12.200* 1.792 .000 6.240 18.160
3 1 -10.467* 1.968 .001 -17.013 -3.920
2 -4.533* 1.032 .006 -7.966 -1.101
4 3.667* .695 .001 1.356 5.977
5 7.667* 1.157 .000 3.817 11.516
4 1 -14.133* 2.301 .000 -21.785 -6.481
2 -8.200* 1.381 .000 -12.792 -3.608
3 -3.667* .695 .001 -5.977 -1.356
84
5 4.000* .750 .001 1.507 6.493
5 1 -18.133* 2.631 .000 -26.883 -9.383
2 -12.200* 1.792 .000 -18.160 -6.240
3 -7.667* 1.157 .000 -11.516 -3.817
4 -4.000* .750 .001 -6.493 -1.507
Based on estimated marginal means
*. The mean difference is significant at the .05 level.
a. Adjustment for multiple comparisons: Bonferroni.
Terdapat perbedaan noda yang signifikan antara 0 hari dan 7 hari (Sig
0,009 < 0,05).
Terdapat perbedaan noda yang signifikan antara 0 hari dan 14 hari (Sig
0,001 < 0,05).
Terdapat perbedaan noda yang signifikan antara 0 hari dan 21 hari (Sig
0,000 < 0,05).
Terdapat perbedaan noda yang signifikan antara 0 hari dan 28 hari (Sig
0,000 < 0,05).
Kerutan
85
Kerutan berdasarkan 5 Perlakuan
Descriptive Statistics
Mean
Std.
Deviation N
0 Hari 8.6000 10.47309 15
7 Hari 6.8667 5.46243 15
14 Hari 6.1333 4.38938 15
21 Hari 6.1333 4.38938 15
28 Hari 6.1333 4.38938 15
Selanjutnya dilakukan pengujian asumsi homogenitas (asumsi sphericity).
Berikut hasil dari uji asumsi sphericity.
Mauchly's Test of Sphericityb
Measure:Kerutan
Within
Subjects
Effect
Mauchly's
W
Approx.
Chi-
Square df Sig.
Epsilona
Greenhouse-
Geisser
Huynh-
Feldt
Lower-
bound
Waktu .000 . 9 .000 .258 .260 .250
Tests the null hypothesis that the error covariance matrix of the orthonormalized
transformed dependent variables is proportional to an identity matrix.
a. May be used to adjust the degrees of freedom for the averaged tests of
significance. Corrected tests are displayed in the Tests of Within-Subjects Effects
table.
b. Design: Intercept
Within Subjects Design: Waktu
Berdasarkan hasil uji asumsi sphericitity, diketahui nilai p = 0,000 < 0,05,
maka asumsi sphericity (homogenitas) tidak dipenuhi.
86
Berikut hasil dari repeated-measures ANOVA.
Tests of Within-Subjects Effects
Measure:Kerutan
Source
Type III Sum
of Squares Df Mean Square F Sig.
Waktu Sphericity Assumed 68.613 4 17.153 2.216 .079
Greenhouse-Geisser 68.613 1.034 66.366 2.216 .158
Huynh-Feldt 68.613 1.042 65.862 2.216 .158
Lower-bound 68.613 1.000 68.613 2.216 .159
Error(Waktu
)
Sphericity Assumed 433.387 56 7.739
Greenhouse-Geisser 433.387 14.474 29.942
Huynh-Feldt 433.387 14.585 29.715
Lower-bound 433.387 14.000 30.956
Gio dan Rezzy (2018:161) menyatakan jika asumsi sphericity
(homogenitas) tidak dipenuhi, maka perhatikan baris hasil pada Greenhouse-
Geisser. Diketahui nilai p = 0,158 > 0,05, maka disimpulkan tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dari kerutan.
Selanjutnya digunakan uji Bonferroni untuk menguji:
Apakah terdapat perbedaan kerutan yang signifikan antara 0 hari dan 7
hari.
Apakah terdapat perbedaan kerutan yang signifikan antara 0 hari dan 14
hari.
Apakah terdapat perbedaan kerutan yang signifikan antara 0 hari dan 21
hari.
Apakah terdapat perbedaan kerutan yang signifikan antara 0 hari dan 28
hari.
87
Berikut hasil dari uji Bonferroni.
Pairwise Comparisons
Measure:Kerutan
(I)
Waktu
(J)
Waktu
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.a
95% Confidence Interval for
Differencea
Lower Bound Upper Bound
1 2 1.733 1.296 1.000 -2.578 6.045
3 2.467 1.644 1.000 -3.002 7.935
4 2.467 1.644 1.000 -3.002 7.935
5 2.467 1.644 1.000 -3.002 7.935
2 1 -1.733 1.296 1.000 -6.045 2.578
3 .733 .419 1.000 -.661 2.128
4 .733 .419 1.000 -.661 2.128
5 .733 .419 1.000 -.661 2.128
3 1 -2.467 1.644 1.000 -7.935 3.002
2 -.733 .419 1.000 -2.128 .661
4 .000 .000 . .000 .000
5 .000 .000 . .000 .000
4 1 -2.467 1.644 1.000 -7.935 3.002
2 -.733 .419 1.000 -2.128 .661
3 .000 .000 . .000 .000
5 .000 .000 . .000 .000
5 1 -2.467 1.644 1.000 -7.935 3.002
2 -.733 .419 1.000 -2.128 .661
3 .000 .000 . .000 .000
4 .000 .000 . .000 .000
Based on estimated marginal means
a. Adjustment for multiple comparisons: Bonferroni.
Tidak Terdapat perbedaan kerutan yang signifikan antara 0 hari dan 7 hari
(Sig 1,000 < 0,05).
Tidak Terdapat perbedaan kerutan yang signifikan antara 0 hari dan 14
hari (Sig 1,000 < 0,05).
88
Tidak Terdapat perbedaan kerutan yang signifikan antara 0 hari dan 21
hari (Sig 1,000 < 0,05).
Tidak Terdapat perbedaan kerutan yang signifikan antara 0 hari dan 28
hari (Sig 1,000 < 0,05).
89
Lampiran 9. Permohonan Pengajuan Judul Skripi
90
Lampiran 10. Lembar Bimbingan Pembimbing I Proposal Penelitian
91
Lampiran 11. Lembar Bimbingan Pembimbing II Proposal Penelitian
92
Lampiran 12. Lembar Persetujuan Perbaikan Seminar Proposal
93
Lampiran 13. Lembar Bimbingan Skripsi Pembimbing I
94
Lampiran 14. Lembar Bimbingan Skripsi Pembimbing II
95
Lampiran 15. Lembar Persetujuan Perbaikan Skripsi
96
Lampiran 16. Surat Izin Penelitian Lab. Kosmetologi USU
97
Lampiran 17. Surat Izin Penelitian Lab. Farmasetika Institut Kesehatan Helvetia
98
Lampiran 18. Surat Balasan Penelitian