FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DUKUNGAN ORANG TUA DALAM KEMANDIRIAN
ANAK USIA SEKOLAH DI KEMUKIMAN LIMA KECAMATAN SAMALANGA
KABUPATEN BIREUEN
KARYA TULIS ILMIAH
Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Jabal Ghafur Sigli
Oleh
FONNA NURLINANIM : 092001S10008
YAYASAN PEMBANGUNAN KAMPUS JABAL GHAFURAKADEMI KEPERAWATAN JABAL GHAFUR SIGLI
TAHUN 2013YAYASAN PEMBANGUNAN KAMPUS JABAL GHAFUR AKADEMI KEPERAWATAN JABAL GHAFUR SIGLI
KARYA TULIS ILMIAH September 2013
FONNA NURLINA092001S10008
”Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dukungan Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah” Di Kemukiman Lima Kecamatan
Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013.
XIV + 57 halaman + 7 daftar tabel + 2 daftar gambar + 6 lampiran
ABSTRAK
Dukungan orang tua adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemandirian anak. Dengan adanya dukungan orang tua, keputusan dan rencana yang akan disusun oleh seorang anak dan yang akan dilakukan oleh seorang anak tercermin dari berbagai perlakuan yang diberikan orang tua kepada individu anak tersebut.Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Adapun tujuan umum penelitian ini, yaitu Diketahuinya Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dukungan Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah Di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013 berdasarkan pendidikan orang tua, umur orang tua dan pendapatan orang tua pengambilan sampel dengan accidental sampling dengan jumlah 75 responden. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 17 September – 19 September 2013 didapatkan hasil penelitian yaitu pendidikan orang tua paling banyak adalah yang berpendidikan rendah yaitu (90,7%), umur orang tua paling banyak adalah 38 tahun dan pendapatan orang tua paling banyak adalah yang berpendapatan rendah yaitu (93,3%). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan, umur dan pendapatan orang tua dengan dukungan orang tua dalam kemandirian anak usia sekolah. Diharapkan kepada orang tua untuk mengetahui persiapan dalam menghadapi kemandirian anak usia sekolah.
Kata kunci :Dukungan Orang Tua, Pendidikan Orang Tua, Umur Orang Tua dan Pendapatan Orang Tua.
Daftar Pustaka : 23 buku (2002-2013) + 5 online/internet
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan diperiksaUntuk diperrtahankan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Keperawatan Jabal Ghafur Sigli
Pembimbing
(Drs. HASBALLAH, MY, M.Pd )
Mengesahkan :Direktur Akademi Keperawatan
Jabal Ghafur Sigl
(H. ANTASARI IDRIS, SKM. MNSc)
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disetujui, Diperiksa dan DipertahankanDihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Keperawatan Jabal GhafurSigli
Sigli, 3 Oktober 2013
Moderator
( Drs. HASBALLAH, MY, M.Pd )
Penguji I Penguji II
(Ns. SRI MAWATI, S.Kep ) (IRWANNAZI, SKM)
MOTTOThe biggest miracle in life is to find hope from hopelessness
Beranilah..………….Jangan menunggu senyuman, baru mau berbuat baikJangan menunggu dicintai, baru mau dicintaiJangan menunggu kesepian melanda, baru mau menghargai persahabatanJangan menunggu pekerjaan terbaik, baru mau sungguh bekerjaJangan menunggu mendapatkan banyak, baru mau berbagiJangan menunggu kegagalan tiba, baru ingat dengan nasihat – nasihatJangan menunggu kesulitan muncul, baru mau percaya dengan do’aJangan menunggu adanya waktu, baru mau melayaniJangan menunggu orang lain terluka, baru mau minta maafJangan menunggu………Karena kamu tak tahu berapa lama waktuJangan menunggu…....Beranilah….!!!!
Especially Dedicated to :
Setiap tetesan keringat, pengorbanan, cinta, kasih sayang, dan pelajaran hidup yang Bapak
dan Ibu berikan .....
Fonna nurlina
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
Nama : Fonna Nurlina
Tempat/Tanggal Larih : Samalanga, 6 Mei 1992
Alamat : Desa Mns.Meuria, Kecamatan Sp.Mamplam, Kabupaten Bireuen
Email : [email protected]
Motto : If he can, why I can’t!!
Nama Orang Tua
Nama Ayah : Muhammad, ST
Pekerjaan : PNS
Nama Ibu : Kamariah, S.pd
Pekerjaan : PNS
Riwayat Pendidikan
Tahun 1998 -2004` : SD N 1 Sp.Mamplam
Tahun 2004 – 2007 : MTsN Modern Darul ‘Ulum Banda Aceh
Tahun 2007 – 2010 : SMA N 1 Samalanga
Tahun 2010 – 2013 : Akademi Keperawatan Jabal Ghafur Sigli
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena Rahmat dan
HidayahnNYA peneliti telah dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dukungan Orang Tua Dalam
Kemandirian Anak Usia Sekolah Di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga
Kabupaten Bireuen Tahun 2013”. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan Diploma III Keperawatan Jabal Ghafur Sigli.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih yang
tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberiakan bantuan dan
dukungannya baik moril maupun material, terutama kepada:
1. H. Antasari Idris, SKM, MNSc, Selaku Direktur Akademi Keperawatan Jabal
Ghafur Sigli.
2. Drs. Hasballah, MY. M.Pd selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk, saran-saran dan perhatian selama penyusunan KTI ini.
3. Kepala Mukim Lima yang telah memberikan waktu dan kesempatan serta izin
bagi peneliti untuk mengambil data.
4. Para dosen dan staf Akademi Keperawatan Jabal Ghafur yang telah
membantu dan memberikan bimbingan serta ilmu pengetahuan kepada
penulis selama mengikuti pendidikan di Akademi Keperawatan Jabal Ghafur.
5. Para dewan penguji, dalam memberikan masukan dan kritikan untuk
memperbaiki karya tulis ilmiah ini.
6. Terimakasih buat ayahanda dan ibunda serta seluruh keluarga tercinta yang
telah memberikan semangat serta do’a, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
7. Serta rekan-rekan Akademi Keperawatan Jabal Ghafur Sigli yang saling
bahu membahu dalam mencari ilmu dalam bangku kuliah sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Peneliti telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penulisan karya
tulis ilmiah ini jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan dari semua pihak. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat dan
dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lainnya. Akhirnya atas segala bantuan
dan dorongan dari semua pihak yang membantu semoga mendapat karunia Allah
SWT.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin
Sigli, September, 2013
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
ABSTRAK.......................................................................................................... ii
LEMBARAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
LEMBARAN PENGESAHAN......................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................... v
MOTTO.............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR........................................................................................ vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 9
1.3. Pertanyaan Penelitian................................................................. 9
1.4. Tujuan Penelitian........................................................................ 10
1.4.1. Tujuan Umum.................................................................. 10
1.4.2. Tujuan Khusus................................................................. 10
1.5. Manfaat Penelitian...................................................................... 10
1.6. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................... 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dukungan Orang Tua.................................................... 12
2.1.1. Pengertian Dukungan..................................................... 12
2.1.2. Jenis-Jenis Dukungan..................................................... 12
2.1.3. Sumber Dukungan Sosial............................................... 13
2.2. Konsep Anak.............................................................................. 14
2.2.1 Pengertia Anak............................................................... 14
2.2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.......................... 16
2.3. Hubungan Dukungan Orang Tua Pada Anak Usia
sekolah........................................................................................ 18
2.4 Konsep Kemandirian Anak........................................................ 19
2.4.1 Definisi Kemandirian Anak............................................... 19
2.4.2. Ciri-Ciri Kemandirian Anak........................................... 22
2.4.3. Aspek-Aspek Kemandirian Anak................................... 23
2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak............ 25
2.6. Faktor-Faktor Dukungan Orang Tua terhadap
Kemandirian Anak........................................................................ 27
2.6.1. Pendidikan.......................................................................... 27
2.6.2 Usia Orang Tua.................................................................... 28
2.6.3 Pendapatan........................................................................... 30
2.7. Kerangka Teoritis........................................................................ 32
BAB III KERANGKA KONSEPSIONAL................................................... 33
3.1. Kerangka Konsep....................................................................... 33
3.2. Hipotesis Penelitian.................................................................... 34
3.3. Pengukuran Variabel.................................................................. 34
3.4. Definisi Operasional................................................................... 35
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 36
4.1. Desain Penelitian........................................................................ 36
4.2. Populasi dan Sampel................................................................... 36
4.3. Lokasi dan Waktu....................................................................... 38
4.4. Instrumen Penelitian................................................................... 38
4.5. Tekhnik Pengumpulan Data....................................................... 38
4.6. Pengolahan Data......................................................................... 39
4.7 Analisa Data dan Penyajian Data................................................ 40
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................ 42
5.1.1 Data Geografis....................................................................... 42
5.1.2 Data Demografis.................................................................... 42
5.2 Hasil Penelitian................................................................................ 42
5.2.1 Analisis Univariat.................................................................. 43
5.2.2 Analisis Bivariat.................................................................... 45
BAB VI PEMBAHASAN
6.1.1 Hubungan Antara Pendidikan Orang Tua Dengan Dukungan
Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah........................ 50
6.1.2 Hubungan Antara Umur Orang Tua Dengan Dukungan
Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah........................ 52
6.1.3 Hubungan Antara Pendapatan Orang Tua Dengan Dukungan
Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah........................ 53
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan............................................................................... 56
7.2 Saran......................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER
OUTPUT/HASIL OLAHAN DATA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis Penelitian........................................................ 32
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian......................................................... 33
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.2 : Definisi Operasional............................................................... 35
Tabel 5.1 : Distribusi Responden Menurut Dukungan Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah Di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013............................................................................................................................................................................................ 43........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Tabel 5.2 : Distribusi Responden Menurut Pendidikan Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah Di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013..............................................................................................................................................................................................44
Tabel 5.3 : Distribusi Responden Menurut Umur Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah Di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013
44
Tabel 5.4 : Distribusi Responden Menurut Pendapatan Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah Di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013……………………….
45
Tabel 5.5 : Distribusi Responden Menurut Pendidikan Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah Di Kemukiman
Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013………………………………………………………..
46
Tabel 5.6 : Distribusi Responden Menurut Umur Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah Di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013………………………………………………………..
47
Tabel 5.7 : Distribusi Responden Menurut Pendapatan Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah Di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013………………………………………………………..
48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Format Pengumpulan Data Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Dukungan Orang Tua Dalam Kemandirian
Anak Usia Sekolah Di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga
Kabupaten Bireuen Tahun 2013.
Lampiran 2 : Surat Izin Pengambilan Data Dari Akademi Keperawatan Jabal
Ghafur Sigli Tahun 2013.
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian Dari Akademi Keperawatan Jabal Ghafur
Sigli Tahun 2013.
Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian Dari
Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen
Tahun 2013.
Lampiran 5 : Lembaran Konsultasi KTI Mahasiswa Akademi Keperawatan
Jabal Ghafur Sigli.
Lampiran 6 : Lembaran Konsultasi KTI Mahasiswa Akademi Keperawatan
Jabal Ghafur Sigli.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara mengenai masalah anak dalam konteks kemandirian dan
kreativitas, setiap orang tua mengharapkan agar putra-putrinya menjadi orang yang
sukses, berguna bagi nusa dan bangsa, berhasil dalam karir, menjadi insan yang
shaleh, berilmu, dan bertakwa. Bila dilihat kondisi nyata anak dewasa ini, ada
sebagian anak yang mandiri dengan telah memutuskan pilihannya sendiri seperti:
bekerja sambil sekolah guna membiayai kebutuhan pribadinya dengan cara
menjadi pelayan toko, pengantar koran, bekerja di pabrik, dan lain-lain. Tetapi
disisi lain, ada sebagian anak yang belum mandiri. Mereka masih bergantung
dalam menentukan pilihannya pada orang tua atau teman-temannya, misalnya
dalam memilih organisasi, kesenian, dan cabang olahraga.( Ali Qaimi, 2004)
Adanya anak yang mandiri dan tidak mandiri tersebut, dipengaruhi oleh
faktor lingkungan keluarga dan faktor di luar keluarga. Menurut (Friedman, 2010)
salah satu faktor lingkungan keluarga yang berpengaruh terhadap tingkat
kemandirian anak yaitu pola pengasuhan orang tua dalam mendidik anaknya.
Dalam pola pengasuhan orang tua menurut Baumrind (1978, 1989) terdapat tiga
pengasuhan, yaitu: authoritarian, permissive, dan authoritative. Sikap perilaku
orang tua secara tidak langsung akan mendorong pada perkembangan kemandirian
anak. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan kemandirian anak tergantung
pada pola pengasuhan yang ditetapkan orang tua melalui interaksinya dengan
anaknya, sehingga pola pengasuhan orang tua yang berbeda akan menghasilkan
tingkat perkembangan kemandirian yang berbeda pula.
Namun perlu senantiasa diingat bahwa anak-anak sebagai generasi yang
unggul tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka sungguh memerlukan
lingkungan subur yang sengaja diciptakan untuk itu, yang memungkinkan potensi
mereka dapat tumbuh dengan optimal. Dengan demikian, para orang tua
memegang peranan penting untuk menciptakan lingkungan tersebut guna
merangsang segenap potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal.
Ini semua dapat dimulai sejak masa bayi. Bayi-bayi yang memperoleh berbagai
rangsang mental dalam bentuk pengalaman yang kaya, juga cenderung akan
memiliki perkembangan jiwa yang sehat. Pengalaman tersebut dapat berupa
sentuhan yang hangat, dekapan, belaian, senandung lagu-lagu yang merdu atau
dongeng-dongeng indah yang dibacakan ibu dalam suasana kasih sayang yang
hangat. Bayi-bayi yang memperoleh sentuhan emosional demikian akan tumbuh
sehat dan cerdas di kelak kemudian hari.(Edward, 2006)
Suasana yang penuh kasih sayang, mau menerima anak sebagaimana adanya,
menghargai potensi anak, member rangsang-rangsang yang kaya untuk segala
aspek perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik,
semua itu merupakan jawaban bagi tumbuhnya generasi unggul di masa depan.
(Bobak,2004)
Keluarga merupakan unsur terpenting dalam perawatan anak mengingat
anak bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan
keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat
tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak. Anak juga sangat
membutuhkan dukungan yang sangat kuat dari keluarga, hal ini dapat terlihat bila
dukungan keluarga pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan
pada dirinya yang dapat mengganggu psikologis anak. Tetapi, jika dukungan
keluarga terhadap anak sangat baik, maka pertumbuhan dan perkembagan anak
akan stabil. Dukungan kepada anak akan tercermin salah satunya melalui pola
asuh (Edwards, 2006).
Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
terhadap kemandirian anak. Dengan adanya dukungan orang tua, keputusan dan
rencana yang akan disusun oleh seorang anak dan yang akan dilakukan oleh
seorang anak tercermin dari berbagai perlakuan yang diberikan orang tua kepada
individu anak tersebut. Missal saja, memberikan masukan-masukan mengenai
pilihan mana yang terbaik, serta mengawasi segala usaha yang anak lakukan
untuk kemandirian anak baik dalam meraih pekerjaan maupun dalam meraih
pendidikan (Afifah, 2011).
Program pendidikan anak lazimnya dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui berbagai jalur baik jalur
formal, nonformal, maupun informal. Sebagaimana dipahami bahwa pendidikan
anak merupakan jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar sekaligus
merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan
pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik yakni
koordinasi motorik dan kecerdasan yang meliputi; daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, kondisi sosio emosional (sikap dan
perilaku serta agama) serta bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan
tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Perkembangan yang
dimaksud adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pemantangan
fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan
proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan dari
lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju dewasa.
( Frida Fidayanti, 2011).
Pola asuh keluarga sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter
anak. Setiap keluarga biasanya memiliki pola asuh terhadap anak yang berbeda-
beda. Pola asuh juga berpengaruh terhadap keberhasilan keluarga dalam
mentransfer dan menanamkan nilai-nilai agama, kebaikan, dan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat. Pola asuh anak meliputi interaksi antara orang tua dan
anak dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis (Edwards, 2006).
Kemandirian pada anak umumnya dikaitkan dengan kemampuan anak
untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Apakah itu makan sendiri, memakai
baju sendiri, dan menalikan sepatunya sendiri tanpa harus tergantung pada
bantuan orang lain. Anak yang mempunyai rasa mandiri akan mampu
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan dapat mengatasi kesulitan
yang terjadi. Disamping itu anak yang mempunyai kemandirian akan memiliki
stabilitas emosional dan ketahanan yang mantap dalam menghadapi tantangan dan
tekanan didalam kehidupannya (Anita, 2003).
Edwards (2006) mengatakan bahwa pola asuh merupakan interaksi anak
dan orang tua dalam mendidik, membimbing, dan mendisplinkan serta melindungi
anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
masyarakat. Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang
tua yang diterapkan pada anak.
Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak adalah bagian penting dan
mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik. Terlihat bahwa
pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang diterapkan
bedasarkan nilai-nilai keluarga, karena pola asuh anak sangat berhubungan
terhadap nilai-nilai yang dimiliki dalam suatu keluarga. Pengasuhan terhadap anak
berupa suatu proses interaksi antara orang tua dengan anak. Peran pengasuhan
atau perawatan anak lebih banyak dipegang oleh ibu meskipun mendidik anak
merupakan tanggung jawab bersama. Dalam hal pengasuhan, proses yang utama
diberikan oleh keluarga kepada anak adalah pendidikan yang dapat menumbuhkan
kemandirian anak (Supartini, 2004).
Pendidikan kemandirian untuk anak dalam keluarga merupakan awal dan
pusat bagi seluruh pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menjadi dewasa
yang mandiri, dengan demikian menjadi hak dan kewajiban orang tua sebagai
penanggung jawab yang utama dalam mendidik anak-anaknya. Tugas orang tua
adalah melengkapi anak dengan memberikan pengawasan yang dapat membantu
anak agar dapat menghadapi kehidupan dengan sukses. Pola asuh pada dasarnya
diciptakan oleh adanya interaksi antara orang tua dan anak dalam hubungan
sehari-hari yang berevolusi sepanjang waktu, sehingga orang tua akan
menghasilkan anak-anak sealiran, karena orang tua tidak hanya mengajarkan
dengan kata-kata, contoh-contoh tetapi juga dengan nasehat-nasehat yang mudah
dimengerti oleh anak (Hidayat, 2005).
Beberapa hasil penelitian mengenai keterkaitan dukungan orang tua
dengan kemandirian anak usia sekolah menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara kemandirian anak dengan dukungan orang tua yang dirasakan.
Hasil penelitian Jannah (2004) mengenai “Dukungan Orang Tua Dalam
Kemandirian Anak Usia Sekolah” bahwa terdapat rasa ketergantungan pada orang
tua di kalangan anak-anak Indonesia lebih besar lagi, karena memang dikehendaki
demikian oleh orang tua. Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh
psikolog bangsa Turki bernama C.Kagitcibasi yang meneliti sejumlah 20.403
orang tua d seluruh dunia. Dalam penelitian itu terbukti bahwa ibi-ibu dari suku
Jawa dan Sunda mengharapkan anak agar menuruti orang tua (Jawa: 88%, Sunda:
81%).
Gambaran kondisi kemandirian anak-anak Indonesia sebagaimana
dipaparkan pada hasil penelitian C.Kagitcibasi, menunjukkan kemandirian anak-
anak Indonesia terkait dengan dukungan orang tua merupakan salah satu masalah
yang patut mendapatkan perhatian.
Mengenai kondisi kemandirian anak-anak Indonesia, Sarwono:2008
mengungkapkan bahwa masih terdapat siswa yang sangat tergantung kepada
orang lain terutama orang tua. Bentuk ketergantungan siswa diantaranya siswa
harus dibangunkan pagi untuk berangkat sekolah sehingga jika tidak ada yang
membangunkan siswa terlambat datang, siswa menyerahkan keputusan mengenai
pemilihan jurusan di sekolah kepada orang tua, siswa menyerahkan keputusan
mengenai pemilihan perguruan tinggi dan jurusannya kepada orang tua, dan siswa
meminta bantuan teman atau orang tua untuk mengurus keperluan siswa di
sekolah. Kondisi bergantungnya siswa kepada orang lain merupakan indikasi
rendahnya kemandirian siswa. Kemudian masih ada siswa yang tidak kunjung
mendapatkan dukungan dari orang tua dalam meraih kemandirian. Orang tua
kerap kali memaksakan kehendaknya kepada anak. Sikap orang tua yang
memaksakan kehendaknya kepada anak disebabkan ketidakpercayaan orang tua
terhadap keputusan-keputusan anaknya.
Terkait dengan dukungan dan kemandirian anak, sebuah penelitian yang
dilakukan Suseno (2010) tentang hubungan antara dukungan orang tua dengan
kemandirian anak usia sekolah di SD Aisyiyah Mendungan Sukoharjo. Dengan
sampel yang digunakan sebanyak 20 siswa. Didapatkan hasil bahwa ada hubungan
positif yang sangat signifikan antara dukungan dan kemandirian dengan
kemampuan menyelesaikan masalah.
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan pada tanggal 18 bulan Mei
Tahun 2012 dengan jumlah anak usia sekolah 360 siswa bahwa di Kemukiman
Lima masih ada orang tua yang tidak memberikan batasan kepada anak-anak
mereka. Orang tua tidak perhatian terhadap anaknya sehingga, apa pun yang mau
dilakukan anak diperbolehkan seperti, tidak sekolah, bandel, bermain secara terus
menerus dan sebagainya. Orang tua juga masih membiarkan atau pun menyuruh
anaknya untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Serta masih
ada orang tua ketika berinteraksi dengan anaknya yang pada umumnya sangat
ketat dan kaku dalam pengasuhan anak. Anak-anak tidak diberi kebebasan untuk
menentukan keputusan karena semua keputusan berada ditangan orang tua
(Regestrasi Kantor Camat Kecamatan Samalanga, 2013).
Kemudian dari hasil pengambilan data awal yang peneliti dapat dari
observasi terhadap 7 anak di Kumukiman Lima Kecamatan Samalanga
Kabupaten Bireuen, bahwa 4 orang anak terlihat mandiri dan 3 anak terlihat
kurang mandiri. Setelah dilakukan wawancara dengan 7 orang tua anak tersebut, 4
dari orang tua yang anaknya tampak aktif dan lebih mandiri mengatakan bahwa
dirumah mereka sering membiasakan anak untuk melakukan atau memilih sesuatu
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh anak. Seperti, berpakaian sendiri,
memakai sepatu sendiri, belajar makan sendiri dan kadang-kadang orang tua
mengajak anak untuk melakukan hal-hal kecil dalam membantu pekerjaan rumah.
Sementara 3 orang tua dari anak yang tampak kurang aktif dan kurang mandiri,
mereka mengatakan bahwa mereka jarang melibatkan anak dalam memilih atau
melakukan sesuatu hal untuk anak lebih banyak ditentukan oleh orang tua.
Seperti, pada saat makan di rumah orang tua selalu menyuapinya, dan ketika anak
meminta sesuatu, orang tua selalu menuruti apa yang diinginkan oleh anak.
Dengan hasil survey awal didapatkan bahwa rata-rata anak kurang
mendapatkan perhatian yang khusus dari orang tua, rata-rata anak tidak disiplin
dalam pendidikan, baik itu pendidikan formal dan informal, orang tua
kebanyakan sibuk dengan bekerja dan sebagainya. Dan kurang memberi
dukungan kemandirian terhadap anak-anaknya.
Berdasarkan paparan diatas, maka peneliti tertarik melakukan penilitian
dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dukungan Orang
Tua dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah di Kemukiman Lima
Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian adalah Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Dukungan Orang Tua dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah di Kemukiman
Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013.
1.3. Pertanyaan penelitian
1.3.1. Adakah hubungan faktor pendidikan dengan dukungan orang Tua
Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah di Kemukiman Lima
Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen.
1.3.2. Adakah hubungan faktor umur dengan Dukungan Orang Tua Dalam
Kemandirian Anak Usia Sekolah di Kemukiman Lima Kecamatan
Samalanga Kabupaten Bireuen.
1.3.3. Adakah hubungan faktor pendapatan dengan Dukungan Orang Tua
Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah di Kemukiman Lima
Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Untuk Mengatahui Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Dukungan Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah di
Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen
1.4.1 Tujuan khusus
a. Untuk diketahui adanya hubungan faktor pendidikan dengan
Dukungan Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah
di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten
Bireuen.
b. Untuk diketahuai adanya hubungan faktor umur dengan
Dukungan Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah
di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten
Bireuen.
c. Untuk diketahui adanya hubungan faktor pendapatan dengan
Dukungan Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah
di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten
Bireuen.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1 Untuk penulis
a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan melatih penulis dalam
mengembangkan pengetahuan berfikir secara objektif dan menjadi
bahan untuk penelitian lebih lanjut.
b. Untuk menerapkan dan memperdalam ilmu yang dipelajari di bangku
kuliah dengan membandingkan teori yang didapat dengan kenyataan
dilapangan.
1.5.2 Untuk Institusi pendidikan
a. Dapat dimamfaatkan dan menambah perbendaharaan perpustakaan yang
ada.
b. Dapat dijadikan masukan dalam pengembangan peran kesehatan dalam
pendidikan.
1.5.3 Untuk Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi masyarakat di
wilayah kabupaten Bireuen. Dan khususnya bagi orang tua yang
mempunyai anak di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten
Bireuen.
1.5.4 Untuk Peneliti Lain
Dapat digunakan untuk menambah informasi serta menambah bahan daftar
pustaka sebagai pedoman dalam penelitian selanjutnya. Dan untuk memperdalam
pengetahuan tentang dukungan orang tua dalam kemandirian anak.
1.6. Ruang lingkup penelitian
Mengingat luasnya permasalahan yang ada maka penelitian membatasi
ruang lingkup penelitian ini pada Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Dukungan Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah Di Kemukiman
Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013 ditijau berdasarkan
Pendidikan, Usia orang tua dan Pendapatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dukungan Orang Tua
2.1.1. Pengertian dukungan
Pengertian dari dukungan adalah informasi verbal atau non verbal, saran,
bantuan, yang nyata atau tingkah laku diberikan oleh orang-orang yang akrab
dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-
hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah
laku penerimanya atau dukungan adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari
orang-orang yang diandalkan, menghargai dan menyayangi kita (Kuntjoro, 2002).
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan
terutama suami (Friedman, dkk, 2010).
2.1.2. Jenis Dukungan
a. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari
dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk
afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan
(Friedman, dkk, 2010).
b. Dukungan instrumental
Dukungan merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan
konkrit,diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan
minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan dan kebutuhan
finansial (Friedman, dkk, 2010).
c. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator
(penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran,
sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.
Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor
karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang
12
khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat,
usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi (Friedman, dkk, 2010).
d. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan
validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,
penghargaan, perhatian (Friedman, dkk, 2010).
2.1.3. Sumber dukungan sosial
Menurut Rook Febriasari (2007) dalam Erika 2011 ada dua yaitu:
a. Sumber dukungan sosial, yaitu :Sumber natural adalah dukungan
sosial yang diterima seseorang melalui interaksi sosial secara spontan
dengan orang-orang yang berada di sekitarnya,misalnya anggota
keluarga (anak, istri, suami), teman dekat atau relasi.
b. Dukungan sosial ini bersifat non formal.Sumber artificial adalah
dukungan sosial untuk kebutuhan primer seseorang,misalnya
dukungan sosial akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan.
2.2. Konsep Anak
2.2.1. Pengertian Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun)
hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang
lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang
perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat.
Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep
diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin
pertumbuhan fisik yang sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan
pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan kognitif juga mengalami
perkembangan yang tidak sama. Adakalanya anak dengan perkembangan kognitif
yang cepat dan juga adakalanya perkembangan kognitif yang lambat. Hal tersebut
juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep diri ini
sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan akan
mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan usia pada anak. Demikian
juga pola koping yang dimiliki anak hamper sama dengan konsep diri yang
dimiliki anak. Bahwa pola koping pada anak juga sudah terbentuk mulai bayi, hal
ini dapat kita lihat pada saat bayi anak menangis.Salah satu pola koping yang
dimiliki anak adalah menangis seperti bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan
keinginannya, dan lain sebagainya. Kemudian perilaku sosial pada anak juga
mengalami perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku
social pada anak sudah dapat dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang
lain, dengan orang banyak dengan menunjukkan keceriaan. Hal tersebut sudah
mulai menunjukkan terbentuknya perilaku social yang seiring dengan
perkembangan usia. Perubahan perilaku social juga dapat berubah sesuai dengan
lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain dengan
kelompoknya yaitu anak-anak (Azis, 2005).
Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang
terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga
secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki
pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan persepsi mereka
mengenai dunia. Awitan penyakit bagi mereka seringkali mendadak, dan
penurunan dapat berlangsung dengan cepat. Faktor kontribusinya adalah sistem
pernapasan dan kardiovaskular yang belum matang, yang memiliki cadangan
lebih sedikit dibandingka n orang dewasa, serta memiliki tingkat metabolisme
yang lebih cepat, yang memerlukan curah jantung lebih tinggi, pertukaran gas
yang lebih besar dan asupan cairan serta asupan kalori yang lebih tinggi per
kilogram berat badan dibandingkanorang dewasa. Kerentanan terhadap
ketidakseimbangan cairan pada anak adalah akibat jumlah dan distribusi cairan
tubuh. Tubuh anak terdiri dari 70-75% cairan, dibandingkan dengan 57-60%
cairan pada orang dewasa. Pada anak-anak, sebagian besar cairan ini berada di
kompartemen cairan ekstrasel dan oleh karena itu cairan ini lebih dapat diakses.
Oleh karena itu kehilangan cairan yang relatif sedang dapat mengurangi volume
darah, menyebabkan syok, asidosis dan kematian (Slepin, 2006).
2.2.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek
yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan
aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara
fisik maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini,
terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang
relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak
tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama ( Nursalam,
2005).
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam
arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiflikasi sel-sel tubuh dan juga
karena bertambah besarnya sel. Adanya multiflikasi dan pertambahan ukuran sel
berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya
konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa (IDAI, 2000).
Jadi, pertumbuhan lebih ditekankan pada bertambahnya ukuran fisik seseorang,
yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti bertambahnya
ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Pertumbuhan pada masa
anak mengalami perbedaan yang bervariasisesuai dengan bertambahnya usia anak.
Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki. Kematangan
pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian
secara berangsur angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Pada masa fetal
pertumbuhan kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu
merupakan 50 % dari total panjang badan. Selanjutnya, pertumbuhan bagian
bawah akan bertambah secara teratur. Pada usia dua tahun, besar kepala kurang
dari seperempat panjang badan keseluruhan, sedangkan ukuran ekstremitas bawah
lebih dari seperempatnya ( Nursalam, 2005).
b. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan
diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ,
dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2000). Dengan demikian, aspek
perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari
masing-masing bagian tubuh. Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung untuk
memompakan darah, kemampuan untuk bernafas, sampai kemampuan anak untuk
tengkurap, duduk, berjalan, memungut benda -benda di sekelilingnya serta ke
matangan emosi dan sosial anak ( Nursalam, 2005).
2.3. Hubungan Dukungan Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah
Dalam proses perkembangan yang meliputi perkembangan sikap, perilaku
atau keterampilan sebagainya dimiliki oleh anak sesuai dengan usia atau fase
perkembangan-nya. Perkembangan yang lazim dialami oleh seorang anak
berkaitan dengan perubahan, persekolahan, pengalaman dan hal lainnya sebagai
prasyarat untuk pemenuhan dan kehidupan hidupnya. Pada usia 0 sampai 6 tahun
anak-anak sebenarnya menghadapi sejumlah proses perkembangan dan tahapan
aktivitas yang meliputi; (a). aktivitas belajar berjalan; (b). belajar memakan
makanan padat; (c). belajar berbicara (d). belajar buang air kecil dan air besar; (e)
belajar mengenal perbedaan jenis kelamin; (f). mencapai kestabilan jasmaniah
fisiologis dan (g). belajar untuk membentuk konsep-konsep (pengertian)
sederhana kenyataan sosial dan alam serta (h). belajar mengadakan hubungan
emosional dengan orang tua, saudara serta orang lain (Frida Fidayanti,2011)
Merespon tahapan perkembangan anak seperti ini oleh karenanya
pendidikan anak usia dini merupakan kebutuhan dasar yang diharapkan dapat
memfasilitasi dan mendukung perkembangan anak-anak baik secara fisik, psikis
maupun perkembangan sosial secara optimal. Diakui bahwa kendala dan
hambatan yang dialami baik anak maupun orangtua dalam menghadapi fase
perkembangan selama ini relative cukup kompleks dan tidak mudah untuk
mengatasinya.Tetapi dengan keyakinan bahwa setiap anak pasti memiliki sisi
positif dan mereka bisa berubah kearah yang jauh lebih baik maka segala upaya
untuk mengembangkan sikap dan perilakunya harus ditangani secara serius
(Nilam,2003)
Sikap dan perilaku resisten kerapkali ditemui seperti; seorang anak ketika
memasuki ruang belajar dengan menangis dan meronta terus ingin didampingi
oleh orang tuanya. Sementara itu anak yang lain tidak bisa berkomunikasi atau
bermain dengan teman sebayanya, pendiam, tidak bisa membaca, berhitung dan
berbagai jenis kasus lainnya. Namun demikian setelah beberapa bulan mengikuti
pendidikan anak-anak ini mulai terbiasa dalam kegiatan dan permainan yang
diberikan oleh pengajar atau pendamping sehingga tidak jarang anak-anak
semakin enjoy beraktivitas dan bermain pada lembaga pendidikan anak usia dini.
(Sujiono, 2009)
Menurut Nursalam (2011) mengatakan bahwa jawabannya berupa data
ordinal, diperiksa dan digolongkan menjadi dua kategori yaitu :
a. Mendukung : jika nilai > median
b. Tidak Mendukung : jika nilai < nilai median
2.4. Konsep Kemandirian Anak
2.4.1. Definisi Kemandirian Anak
Kemandirian anak merupakan kemampuan anak untuk melakukan
kegiatan dan tugas sehari-hari sendiri atau dengan sedikit bimbingan, sesuai
dengan tahap perkembangan dan kemampuan anak (Prasasti & Lie, 2005).
Menurut Familia (2006), Kemandirian anak adalah anak yang mampu berpikir
dan berbuat untuk dirinya sendiri. Seorang anak yang mandiri biasanya aktif,
kreatif, kompeten, tidak tergantung pada orang lain, dan tampak spontan.
Kemandirian pada anak sangat penting karena mereka salah satu life skil yang
perlu dimiliki.
Kemandirian diartikan sebagai suatu sikap yang harus dikembangkan oleh
seorang anak untuk dapat menjalani kehidupan tanpa ketergantungan pada orang
lain. Kemandirian tidak hanya berlaku bagi anak tetapi juga pada semua tingkatan
usia. Setiap manusia perlu mengembangkan kemandirian dan melaksanakan
tanggung jawab sesuai dengan kapasitas dan tahapan perkembangannya. Secara
alamiah anak mempunyai dorongan untuk mandiri dan bertanggung jawab atas
diri sendiri. Tanggung jawab merupakan perilaku anak yang menentukan
bagaimana anak bereaksi terhadap situasi setiap hari, yang memerlukan beberapa
jenis keputusan yang bersifat moral di dalam membentuk kemandirian (Prasasti &
Lie, 2005).
Brammer & shostrom (1982, dalam Ali & Asrori, 2010) mengatakan,
bahwa pembahasan mengenai kemandirian tidak terlepas dari pembahasan
mengenai perkembangan kemandirian anak itu sendiri. Soelaeman (1988, dalam
Wong, 2010) mengatakan bahwa perkembagan kemandirian merupakan proses
yang menyangkut unsur-unsur normatif, yang mengandung makna bahwa
kemandirian merupakan suatu proses yang terarah. Peran orang tua dalam
pengasuhan anak usia prasekolah sangat penting karena orang tua adalah guru
pertama dalam pendidikan anak untuk mengembangkan kemandiriannya.
Wong et al. (2010) mengungkapkan bahwa usaha pendidikan yang
dilakukan secara sungguh-sungguh oleh orang tua untuk mengembangkan
kemandirian anak menjadi sangat penting karena selain problema anak dalam
bentuk perilaku negatif juga terdapat gejala negatif yang dapat menjauhkan anak
dari kemandirian diusia selanjutnya yang berdampak negatif bagi anak.
Kartadinata (1988, dalam Wong et al., 2010) mengemukakan gejala-gejala
tersebut sebagai berikut.
a) Ketergantungan disiplin kepada kontrol luar dan bukan karena nilai sendiri
yang ikhlas. Perilaku seperti ini akan mengarah kepada perilaku formalistik
dan ritualistik serta tidak konsisten. Situasi seperti ini akan menghambat
pembentukan etos kerja dan etos kehidupan yang mapan sebagai salah satu ciri
dari kualitas sumber daya dan kemandirian anak.
b) Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup. anak mandiri bukanlah anak
yang lepas dari keluarganya melainkan anak yang bertranseden terhadap
keluarganya. Ketidakpedulian terhadap lingkungan hidup merupakan gejala
perilaku impulsif yang menunjukkan bahwa kemandirian anak masih rendah.
c) Sikap hidup kompromistik tanpa pemahaman dan kompromistik dengan
mengorbankan prinsip. Gejala mitos bahwa segala sesuatunya dapat diatur
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat merupakan petunjuk
ketidakjujuran berfikir dan bertindak serta kemandirian yang masih rendah.
Gejala-gejala yang dipaparkan Kartadina di atas merupakan sebagian
kendala utama dalam mempersiapkan kemandirian anak dalam kehidupan dimasa
mendatang yang penuh tantangan. Oleh sebab itu, perkembangan kemandirian
anak menuju kearah kesempurnaan menjadi sangat penting untuk diikhtiarkan
secara serius, sistematis dan terprogram. Sebab, masalah kemandirian
sesungguhnya bukanlah hanya masalah dalam generasi (intergeneration), tetapi
juga masalah antargenerasi (between generation). Perubahan tata nilai yang terjadi
dalam generasi dan antargenerasi akan tetap memposisikan kemandirian sebagi
isu aktual dalam perkembangan anak (Wong et al., 2010).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian anak merupakan
suatu kemampuan untuk berfikir, merasakan, serta anak melakukan sesuatu atas
dorongan diri sendiri dan mampu mengatur diri sendiri sesuai dengan
kewajibannya dalam kehidupan sehari-hari tanpa dibantu oleh orang lain.
2.4.2. Ciri-Ciri Kemandirian Anak
Adapun ciri khas kemandirian pada anak, diantaranya (Familia, 2006).
a. Anak yang mandiri mempunyai kecenderungan memecahkan masalah dari
pada berkutat dalam kekhawatiran bila terlibat masalah.
b. Anak yang mandiri tidak takut dalam mengambil resiko karena sudah
mempertimbangkan hasil sebelum berbuat.
c. Anak percaya terhadap penilaian sendiri, sehingga tidak sedikit-sedikit
bertanya atau meminta bantuan.
d. Anak mempunyai kontrol yang lebih baik terhadap kehidupannya.
Masrun, dkk (1986) membagi kemandirian ke dalam lima komponen yaitu
sebagai berikut.
1) bebas, artinya bertindak atas kehendaknya sendiri bukan karena orang lain
dan tidak bergantung pada orang lain.
2) progresif, artinya berusaha untuk mengejar prestasi, tekun dan terencana
dalam mewujudkan harapannya.
3) inisiatif, yaitu mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan
penuh inisiatif.
4) terkendali dari dalam, dimana individu mampu mengatasi masalah yang
dihadapi, mampu mengendalikan tindakannya serta mampu mempengaruhi
lingkungan, dan atas usahanya sendiri.
5) kemantapan diri (harga diri dan percaya diri), termasuk dalam hal ini
mempunyai rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menerima dirinya
dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
2.4.3. Aspek-Aspek Kemandirian Anak
Havighurst (1972, dalam Agus, Ds. 2009) menkategorikan aspek-aspek
kemandirian anak sebagai berikut.
a. Aspek intelektual, yaitu kemauan untuk berfikir dan menyelesaikan masalah
sendiri.
b. Aspek sosial, yaitu kemauan untuk membina relasi secara aktif.
c. Aspek emosi, yaitu kemauan untuk mengelola emosinya sendiri.
d. Aspek ekonomi, yaitu kemauan untuk mengatur ekonomi sendiri.
Sedangkan menurut Ara (1998). Aspek-aspek kemandirian anak sebagai
berikut.
a) Kebebasan
Kebebasan merupakan hak asasi bagi setiap manusia, begitu juga seorang
anak. Anak cenderung akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan
kemampuan dirinya dan mencapai tujuan hidupnya, bila tanpa kebebasan.
Perwujudan kemandirian seseorang dapat dilihat dalam kebebasannya
membuat keputusan.
b) Inisiatif
Inisiatif merupakan suatu ide yang diwujudkan ke dalam bentuk tingkah laku.
Perwujudan kemandirian seseorang dapat dilihat dalam kemampuannya untuk
mengemukakan ide, berpendapat, memenuhi kebutuhan sendiri dan berani
mempertahankan sikap.
c) Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan sikap individu yang menunjukkan keyakinan
bahwa dirinya dapat mengembangkan rasa dihargai. Perwujudan kemandirian
anak dapat dilihat dalam kemampuan untuk berani memilih, percaya akan
kemampuannya dalam mengorganisasikan diri dan menghasilkan sesuatu yang
baik.
d) Tanggung Jawab
Aspek tanggung jawab tidak hanya ditunjukkan pada diri anak itu sendiri
tetapi juga kepada orang lain. Perwujudan kemandirian dapat dilihat dalam
tanggung jawab seseorang untuk berani menanggung resiko atas konsekuensi
dari keputusan yang telah diambil, menunjukkan loyalitas dan memiliki
kemampuan untuk membedakan atau memisahkan antara kehidupan dirinya
dengan orang lain di lingkungannya.
e) Ketegasan Diri
Ketegasan diri menunjukkan adanya suatu kemampuan untuk mengandalkan
dirinya sendiri. Perwujudan kemandirian seeorang dapat dilihat dalam
keberanian seseorang untuk mengambil resiko dan mempertahankan pendapat
meskipun pendapatnya berbeda dengan orang lain.
f) Pengambilan Keputusan
Dalam kehidupannya, anak selalu dihadapkan pada berbagai pilihan yang
memaksanya mengambil keputusan untuk memilih. Perwujudan kemandirian
seseorang anak dapat dilihat di dalam kemampuan untuk menemukan akar
permasalahan, mengevaluasi segala kemungkinan di dalam mengatasi masalah
dan berbagai tantangan serta kesulitan lainnya, tanpa harus mendapat bantuan
atau bimbingan dari orang yang lebih dewasa.
g) Kontrol Diri
Kontrol diri memiliki pengertian yaitu suatu kemampuan untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan sosialnya, baik dengan mengubah tingkah laku atau
menunda tingkah laku, tanpa peraturan atau bimbingan dari orang lain.
Dengan kata lain, sebagai kemempuan untuk mengontrol diri dan perasannya,
sehingga seseorang tidak merasa takut, tidak cemas, tidak ragu atau tidak
marah yang berlebihan saat dirinya berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan.
2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak
Basri (1995). berpendapat bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pembentukan kemandirian anak sebagai berikut.
a) Faktor Internal
Faktor internal merupakan semua pengaruh yang bersumber dari dalam diri
anak itu sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak lahir
dengan segala perlengkapan yang melekat padanya.
1) Faktor Peran Jenis Kelamin
Secara fisik anak laki-laki dan wanita tampak jelas perbedaan dalam
perkembangan kemandiriannya. Dalam perkembangan kemandirian anak
laki-laki biasanya lebih aktif dari pada anak perempuan.
2) Faktor Kecerdasan atau Intelegensi
Anak yang memiliki intelegensi yang tinggi akan lebih cepat menangkap
sesuatu yang membutuhkan kemampuan berfikir. Sehingga, anak yang cerdas
cenderung cepat dalam membuat keputusan untuk bertindak, dibarengi
dengan kemampuan menganalisis yang baik terhadap resiko-resiko yang akan
dihadapi. Intelegensi berhubungan dengan tingkat kemandirian anak. Artinya,
semakin tinggi intelegensi seseorang anak maka semakin tinggi pula tingkat
kemandiriannya.
3) Faktor Perkembangan
Kemandirian akan banyak memberikan dampak yang positif bagi
perkembangan anak. Oleh sebab itu, orang tua perlu mengajarkan
kemandirian sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak.
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan pengaruh yang berasal dari luar anak, sering
pula dinamakan faktor lingkungan. Lingkungan kehidupan yang dihadapi anak
sangat mempengaruhi perkembangan keperibadian seseorang, baik dalam segi-
segi positif maupun negatif. Biasanya, jika lingkungan keluarga, sosial, dan
masyarakatnya. Meskipun cenderung akan berdampak positif dalam hal
kemandirian anak terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupan.
1) Faktor Pola Asuh
Untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan dan
dorongan dari keluarga serta lingkungan di sekitarnya. Pada saat ini orang tua
dan respon dari lingkungan sangat diperlukan bagi anak untuk setiap perilaku
yang telah dilakukannya.
2) Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya merupakan salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi kemandirian anak, terutama di Indonesia yang terdiri dari
berbagai macam suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya yang
beragam.
Wong (2001, dalam Supartini, 2004) mengatakan faktor-faktor yang
mempengaruhi pola asuh orang tua sebagai berikut.
2.6. Faktor-faktor Dukungan Orang Tua terhadap Kemandirian Anak
2.6.1. Pendidikan
Dari segi istilah pendidikan berasal dari bahasa Latin educatus (educare)
yang berarti merawat dan membimbing. Tingkat pendidikan merupakan dasar
dalam pengembangan wawasan serta sarana untuk memudahkan bagi seseorang
untuk menerima pengetahuan, sikap dan perilaku yang baru. Tingkat pendidikan
merupakan dasar pengembangan daya nalar seseorang untuk menerima motivasi.
Latar belakang pendidikan seseorang berpengaruh pada beberapa kategori
kompetensi di mana semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula
tingkat keterampilan dalam hubungan interpersonal serta semakin tinggi tingkat
pendidikan yang dicapai seseorang, maka besar keinginan untuk memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan(Azwar, 1995 dalam Notoatmodjo, 2007).
Menurut Dachlia (2000) pendidikan dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
a. Pendidikan Rendah : Apabila pendidikan dasar berbentuk sekolah
dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang
sederajat serta sekolah menengah pertama(SMP) dan madrasah
tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
b. Pendidikan Tinggi : Pendidikan menengah berbentuk sekolah
menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah
kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk
lain yang sederajat dan pendidikan diploma, sarjana, magister, dokter
dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Menurut Dachlia (2000), untuk kepentingan analisis, variable pendidikan
disederhanakan menjadidua kategori yaitu : tinggi meliputi SMA atau lebih dan
rendah meliputi SMP atau kurang. Batasan ini mengikuti ketentuan bahwa
pendidikan dasar meliputi pendidikan minimal Sembilan tahun.
2.6.2. Usia Orang tua
Umur adalah usia ibu yang menjadi indikator dalam kedewasaan dalam
setiap pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang mengacu pada
setiap pengalamannya. Pengalaman mengasuh berdasarkan umur sangat
berpengaruh terhadap kemampuan dalam mengasuh. (Notoatmodjo, 2009).
Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai dengan batas
akhir hidupnya. Umur sangat mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan suatu
kegiatan maupun aktifitas (Pinem, 2010).
Umur/usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia
madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial
serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua
sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :
1. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai
dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya.
2. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua
karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan
bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada
beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan
umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun
cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia. (Anonim dalam duniabaca,
2011)
Menurut Hurlock (1993) dalam Erika (2011) mengatakan Umur dewasa
dibagi menjadi 3 kategori yaitu: dewasa muda (19-29 tahun), dewasa madya (30-
49 tahun), dan dewasa akhir (50-69 tahun).
Umur adalah lama waktu hidup individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai saat dilakukan penelitian. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseoarang akan lebih matang dalam berpikir dalam
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan
lebih dewasa akan lebih di percaya dari orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.
Semakin tua umur seseorang maka makin bertambah dalam memberikan
dukungan (Taufik, 2007).
Pengukuran variable umur diukur dalam bentuk data numerik ( nilai skor).
2.6.3. Pendapatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu
yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI,1996:958). Sedangkan dalam konsep
sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia
tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang laindisekitarnya. Sehingga
kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan,
kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan
penghasilan. Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi Melly G. Tan mengatakan
adalah pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Berdasarkan ini masyarakat
tersebut dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang,
dan tinggi (Noor, 2007).
Menurut Pratama (2002) tingkat ekonomi yang tinggi memungkinkan
anggota keluarga untuk memperoleh kebutuha yang lebih, misalnya bidang
pemeliharaan kesehatan, kebutuhan untuk berobat, mematuhi prosedur
pengobatan yang harus dijalankan, mengikuti anjuran dalam pengobatan dan lain
sebagainya yang membutuhkan biaya yang tinggi.
Berikut informasi Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum
Provinsi (UMP) yang telah dikeluarkan pada tahun 2013. salah satunya Propinsi
Aceh. Penghasilan menurut PerGup Aceh No. 12 Tahun 2013 ada 2 kategori
yaitu:
- Tinggi : apabila penghasilan > Rp 1.550.000 /bulan / Orang
- Rendah : apabila penghasilan < Rp. 1.550.000 /bulan / Orang
Apabila penghasilan dibawah Rp.1.550.000, maka kebutuhan keluarga
akan kurang terpenuhi (PerGup Aceh, 2013).
2.7. Kerangka Teoritis
Dachlia, 2000- Pendidikan
Notoatmodjo, 2007 dan Taufik, 2007
- Usia orang tuaDukungan Orang Tua dalam Kemandirian anak
BAB III
KERANGKA KONSEPSIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan acuan dari teori yang dikemukakan oleh Edwards (2006), dan
Widyarini, (2003). Maka hubungan antara konsep tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
(Bebas) (Terikat)
PerGub Aceh, 2013- Pendapatan
Dukungan Orang Tua dalam Kemandirian Anak
Pendidikan Orang Tua
Umur Orang Tua
Pendapatan Orang Tua
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
3.2 Hipotesis Penelitian
3.2.1 Ada hubungan pendidikan dengan dukungan orang tua dalam
kemandirian anak di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten
Bireuen.
3.2.2 Ada hubungan usia orang tua dengan dukungan orang tua dalam
kemandirian anak di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten
Bireuen.
3.2.3 Ada hubungan pendapatan dengan dukungan orang tua dalam kemandirian
anak di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen.
3.3 Pengukuran Variabel
Berdasarkan skala pengukuran tersebut diatas, maka pengukurannya dapat
dilakukan sebagai berikut :
3.2.1. Dukungan Orang Tua Terhadap Kemandirian Anak
Menurut Nursalam (2011) mengatakan bahwa jawabannya berupa data
ordinal, diperiksa dan digolongkan menjadi dua kategori yaitu :
c. Mendukung : jika nilai > median
d. Tidak Mendukung : jika nilai < nilai median
3.2.2. Pendidikan Orang Tua
Menurut Dachlia (2000), untuk kepentingan analisis, variable pendidikan
disederhanakan menjadidua kategori yaitu : tinggi meliputi SMA atau lebih dan
rendah meliputi SMP atau kurang. Batasan ini mengikuti ketentuan bahwa
pendidikan dasar meliputi pendidikan minimal Sembilan tahun.
3.2.3. Umur Orang Tua
Pengukuran variabel umur diukur dalam bentuk data numerik (nilai skor).
3.2.4. Pendapatan (PerGub, 2013)
- Tinggi, jika pendapatan responden perbulan > Rp.1.550.000,-
- Rendah, jika pendapatan responden perbulan < Rp.1.550.000.-
3.4 Definisi Operasional
No
Variabel Definisi Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur
Hasil Ukur
Dependen 1.
Dukungan Orang Tua dalam Kemandirian Anak
Dukungan orang tua dalam mengasuh anaknya untuk menjadi anak yang mandiri di dalam
Wawancara Kuesioner Ordinal - Mendukung- Tidak mendukung
kehidupan.Independen 1.
2.
3.
Pendidikan Orang tua
Umur Orang Tua
Pendapatan
Tingkatan pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden pada saat penelitian dan mempunyai ijazah.
Jumlah lamanya hidup seseorang.
Penghasilan yang dimiliki responden untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dihitung perbulan.
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Ordinal
Rasio
Ordinal
- Tinggi
-Rendah
Numerik
- Tinggi- Rendah
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional yang berarti
suatu rancangan peneliti untuk mempelajari variabel peneliti dengan cara
pendekatan, observasi atau pengukuran atau pengumpulan data sekaligus pada
saat bersamaan (point time approach). dimana pengumpulan data variable
Dependen dan Independen dilakukan penelitian disaat yang bersamaan
(Notoatmodjo, 2003).
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasai adalah keseuruhan objek penelitian yang berada dalam wilayah
penelitian (Arikunto, 2006)
Populasi pada penelitian ini diambil dari semua orang tua yang memiliki
anak usia sekolah sebanyak 300 orang di Kemukiman Lima Kecamatan
Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu
untuk bisa memilih / mewakili populasi. Dalam penelitian, pada umumnya tidak
menggunakan seluruh obyek sebagai obyek penelitian. Penentuan jumlah sampel
dengan menggunakan rumus (Nursalam, 2003).
N
n = 1+N (d2)
Keterangan :
n = Sampel
N = Populasi
d = presentasi/tingkat kepercayaan ( 1%, 5%,10%).
Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel yang akurat penelitian ini
dengan menggunakan tingkat kepercayaan 10% adalah sebagai berikut:
300n =
1+300 (0,12)
36
300n =
1+300 (0,01)
300n =
1+ 3
300n =
4
n = 75 orang
Jadi sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 75 orang dengan
pengambilan sampel non random yang berupa accidental Sampling yaitu
pemilihan sampel didasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap
mempunyai hubungan dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui
sebelumnya.
4.3. Lokasi dan Waktu
4.3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga
Kabupaten Bireuen Tahun 2013. Terdiri dari sembilan desa yaitu Pante Rheng,
Meuliek ,Namploh Baro, Namploh Mayang, Namploh Blang Garang, Namploh
Krueng dan Namploh Papeun.
4.3.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 september s.d 19 September
2013.
4.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah berupa
kuesioner, yang berisi 11 pertanyaan, yang terdiri dari 9 pernyataan tentang
dukungan orang tua, 1 pertanyaan tentang tingkat pendidikan orang tua, 1
pertanyaan tentang pendapatan orang tua. Dimana alternatif jawaban diberikan
nilai.
4.5. Tekhnik Pengumpulan Data
4.5.1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden di
Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013 dan
referensi yang berhubungan dengan penelitian ini dan penelitian ini menggunakan
tehnik pengumpulan data dengan wawancara dan dalam bentuk koesioner.
4.5.2. Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan diperoleh dari Dinas kesehatan provinsi
NAD, Dinas Kesehatan Bireuen, dan Kecamatan Samalanga tahun 2012 serta
referensi yang berkaitan dengan penelitian.
4.6. Pengolahan Data
Semua proses analisa data dalam penelitian ini menggunakan aplikasi
computer/software. Pelaksanaanya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (Notoatmodjo, 20032)
4.6.1. Editing
Kegiatan pengecekan isian formulir atau kuesioner,apakah sudah
lengkap,jelas,relevan dan konsisten.
4.6.2. Coding
Proses untuk mengklasifikasikan data dan memberi kode untuk masing-
masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data.
4.6.3. Structure and File Data
Proses ini dikembangkan sesuai dengan analisis data dan program komputer
yang akan digunakan, dengan menetapkan nama, skala, dan jumlah digit untuk
masing-masing variabel.
4.6.4. Entry Data
Data seluruhnya dientry ke komputer dengan software statistik.
4.6.5.Cleaning Data
4.7. Analisa Data dan Penyajian Data
4.7.1.Analisa Data
Data yang sudah diolah pada tahap sebelumnya, selanjutnya untuk
kepentingan penelitian ini dianalisis menggunakan sofwer statistik dengan batuan
fasilitas komputer. Proses analisis yang akan dilakukan terdiri dari 2 langkah yaitu
sebagai berikut.
a. Analisa Univariat.
Analisa univariat digunakan untuk mengetahui prevalence rate dukungan
suami dalam kesiapan ibu hamil menghadapi persalinan dan distribusi proporsi
dari masing-masing variabel meliputi umur suami, pendidikan suami, pekerjaan
suami dan paritas.
b. Analisa Bivariat (Cross Seksional)
Analisa bivariat merupakan hasil dari variabel-variabel bebas yang diduga
mempunyai hubungan dengan variabel terikat untuk mengetahui hubungan dari
masing-masing variabel. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk
menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan mengunakan uji kategori Chi
square text (x2) pada tingkat kemaknaannya adalah 95% (P α 0.05) sehingga
dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna secara stasistik,
dengan mengunakan program komputer. Melalui pemilihan uji chisquare
selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila P lebih kecil atau sama dengan nilai alpa
(0.05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan adanya hubungan
bermakna antara variebel terikat dengan variabel bebas dan menggunakan uji
Independent Simple T Test.
4.7.2.Penyajian Data
Penyajian data dilakukan bertujuan untuk memudahkan pembaca dan
penulis dalam rangka menjawab tujuan khusus dalam penelitian ini. Dalam
penyajian data hasil penelitian ini, penulis akan menyajikan data dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang dan dibahas dalam bentuk narasi.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1 Data Geografis
Kemukiman Lima merupakan salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen dengan luas wilayah 5.800 m3 dengan
jumlah desa ,Pante Rheng, Meuliek ,Namploh Baro, Namploh Mayang, Namploh
Blang Garang, Namploh Krueng dan Namploh Papeun dengan jumlah penduduk
5.595 jiwa. Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Bagian Utara dengan laut.
2. Bagian Selatan dengan desa Mns.Lueng.
3. Bagian Timur dengan desa Arongan.
4. Bagian Barat dengan desa Gampong Baro.
5.1.1 Data Demografis
Kemukiman Lima mempunyai 9 desa dengan Jumlah penduduk sebanyak
5.595 jiwa serta dengan jumlah KK sebanyak 2.405 KK.
5.2 Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 17 september
s.d 19 september 2013 dengan objek penelitian orang tua yang mempunyai anak
usia sekolah dengan jumlah responden 75 orang dan diperoleh hasil penelitian
sebagai berikut :
5.2.1. Analisa Univariat
Analisa univariat dengan mengunakan tabel distribusi frekuensi
dan presentase, baik variabel bebas dan variabel terikat akan di jabarkan
secara deskriptif.
a. Dukungan Orang Tua Dalam Kemandirian Anak
Tabel 5.1
Distribusi Responden Menurut Dukungan Orang Tua Dalam Kemandirian
Anak Usia Sekolah Di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga
Kabupaten Bireuen Tahun 2013
No Dukungan Frekuensi persentase
1. Mendukung 21 28,0
2. Tidak Mendukung 54 72,0
Total 75 100,0
Sumber: data primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat disimpulkan bahwa dari 75 orang
responden di jumpai lebih banyak orang tua yang tidak mendukung terhadap
kemandirian anak yaitu 72,0% (54 orang).
b. Pendidikan
Tabel 5.2
Distribusi Responden Menurut Pendidikan Orang Tua Dalam Kemandirian
Anak Usia Sekolah Di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga
Kabupaten Bireuen Tahun 2013
No Pendidikan Frekuensi Persentase
1. Tinggi 7 9,3
2. Rendah 68 90,7
Total 75 100
Sumber: data primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 5.2 di atas dapat disimpulkan bahwa dari 75 orang
responden di jumpai lebih banyak orang tua yang berpendidikan rendah yaitu
90,7% (68 orang).
c. Umur
Tabel 5.3
Distribusi Responden Menurut Umur Orang Tua Dalam Kemandirian Anak
Usia Sekolah Di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga
Kabupaten Bireuen Tahun 2013
No Variabel Mean Median Min-Max St. Deviasi 95%CI
1 Umur 38 37 28-50 7,205 36,12-39,43
Sumber : data primer (diolah, 2013)
Dari tabel 5.3 diatas, berdasarkan hasil analisis didapatkan rata-rata umur
responden adalah 38 tahun , median 37 tahun dan standar deviasi 7,205. Untuk
estimasi interval 95% kita yakin bahwa rata-rata umur responden berada rentang
36,12-39,43.
d. Pendapatan
Tabel 5.4
Distribusi Responden Menurut Pendapatan Orang Tua Dalam Kemandirian
Anak Usia Sekolah Di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga
Kabupaten Bireuen Tahun 2013
No Pendapatan Frekuensi Persentase
1. Tinggi 5 6,7
2. Rendah 70 93,3
Total 75 100
Sumber: data primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat disimpulkan bahwa dari 75 orang
responden di jumpai lebih banyak orang tua yang berpendapatan rendah yaitu
90,7% (68 orang).
5. 2. 2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel
dependent dan variabel independent dengan menggunakan statistik sederhana
yaitu: chi square ( ) pengambilan keputusan ada hubungan atau tidak pada
tingkat kepercayaan 95% Melalui uji chisquare bila p value lebih
kecil atau sama dengan alpa 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya tidak
ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas dan variabel terikat.
a. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Dukungan Orang Tua Dalam
Kemandirian Anak Usia Sekolah
Tabel 5.5
Distribusi Responden Menurut Pendidikan Dengan Dukungan Orang Tua
Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah Di Kemukiman Lima
Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013
No Pendidikan
Dukungan
JumlahP
valueOR (95%)
Mendukung Tidak
Mendukung
F % F % F %
1. Tinggi 4 57,1 3 42,9 7 100
0,091
4,000
(0,812 -
19,702)2. Rendah 17 25,0 51 75,0 68 100
Jumlah 21 28,0 54 72,0 75 100
Sumber data primer (di olah 2013)
Berdasarkan tabel 5.5 hasil analisa ada hubungan pendidikan dengan
dukungan orang tua dalam kemandirian anak usia sekolah dapat dilihat bahwa
persentase mendukung lebih banyak di dapatkan pada orang tua yang
berpendidikan tinggi 57,1 % (4 orang). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi
square didapatkan P value = 0,091, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan dengan dukungan orang tua dalam kemandirian
anak usia sekolah.
Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 4,000, artinya orang tua
yang berpendidikan tinggi mempunyai peluang 4,000 kali mendukung
dibandingkan dengan orang tua yang berpendidikan rendah.
b. Hubungan Antara Umur Dengan Dukungan Orang Tua Daam
Kemandirian Anak Usia Sekolah
Tabel 5.6
Distribusi Responden Menurut Umur Dengan Dukungan Orang Tua Dalam
Kemandirian Anak Usia Sekolah Di Kemukiman Lima Kecamatan
Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013
Dukungan Orang Tua dalam kemandirian
Anak
Nilai z P value
Umur mendukung Tidak mendukung -1,129 0,259
Data primer (diolah 2013)
Dari tabel 5.6 di atas hasil analisis didapatkan bahwa rata-rata umur
responden yang mendukung adalah (33,45%), sedangkan umur responden yang
tidak mendukung rata-rata umurnya adalah (39,77%), artinya untuk mendapatkan
nilai z = -1,129. Hasil uji statistik didapatkan nilai P value = 0,259.
Hipotesa yang menyatakan tidak terdapat hubungan dukungan orang tua
dalam kemandirian anak usia sekolah dengan umur orang tua dapat di terima
artinya tidak ada hubungan umur orang tua dengan dukungan orang tua dalam
kemandirian anak usia sekolah.
c. Hubungan Antara Pendapatan Dengan Dukungan Orang Tua Dalam
Kemandirian Anak Usia Sekolah
Tabel 5.7
Distribusi Responden Menurut Pendapatan Dengan Dukungan Orang Tua
Dalam Kemandirian Anak Usia Sekolah Di Kemukiman Lima
Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireun Tahun 2013
No Pendapatan Dukungan Jumlah P
value
OR (95%)
Mendukung Tidak
Mendukung
F % F % F %
1. Tinggi 3 60,0 2 40,0 5 100
0,130
4,333
(0,669 –
28,053)2. Rendah 18 25,7 52 74,3 70 100
Jumlah 21 28,0 54 72,0 75 100
Sumber data primer (di olah 2013)
Berdasarkan tabel 5.7 hasil analisa hubungan pendapatan dengan
dukungan orang tua dalam kemandirian anak usia sekolah dapat dilihat bahwa
persentase mendukung lebih banyak di dapatkan pada orang tua yang
berpendapatan rendah 25,7 % (18 orang). Setelah dilakukan uji statistik dengan
chi square didapatkan P value = 0,130.
Hipotesa yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara pendapatan
dengan dukungan orang tua dalam kemandirian anak usia sekolah dapat di terima
artinya tidak ada hubungan dukungan orang tua dalam kemandirian anak usia
sekolah dengan pendapatan orang tua.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Pembahasan
Pembahasan adalah kesenjagaan yang muncul setelah peneliti melakukan
penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tentang Faktor- Faktor Yang
Berhubungan Dengan Dukungan Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia
Sekolah Di Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan
cross sectional, dimana variabel terbagi atas dua yaitu variabel bebas
( independen) dan variabel terikat ( dependen) yang terjadi pada objek penelitian
diukur atau dikumpulkan secara stimultan atau dalam waktu yang bersamaan
(point time approch). Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 75
orang.
6.1.1. Hubungan Antara Pendidikan Orang Tua Dengan Dukungan Orang
Tua Dalam Kemandirian Anak Di Kemukiman Lima Kecamatan
Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013.
Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa dari 75 orang responden
di jumpai lebih banyak orang tua yang berpendidikan rendah yaitu 90,7% (68
orang).
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah
yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang dari individu, kelompok dan
masyarakat. Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai
makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup dalam
masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan
(lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu) (Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan hasil analisa ada hubungan pendidikan dengan dukungan
orang tua dalam kemandirian anak usia sekolah dapat dilihat bahwa persentase
mendukung lebih banyak di dapatkan pada orang tua yang berpendidikan tinggi
57,1 % (4 orang). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P
value = 0,091, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara pendidikan dengan dukungan orang tua dalam kemandirian anak
usia sekolah.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak selalu pendidikan dapat
mendukung terhadap kemandirian anak karena kemungkinan orang tua tidak ada
kesempatan untuk memberi dukungan terhadap anak mereka.
6.1.2. Hubungan Antara Umur Orang Tua Dengan Dukungan Orang Tua
Dalam Kemandirian Anak Di Kemukiman Lima Kecamatan
Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan rata-rata umur responden adalah
38 tahun , median 37 tahun dan standar deviasi 7,205. Untuk estimasi interval
95% kita yakin bahwa rata-rata umur responden berada rentang 36,12-39,43.
Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan.
Umur juga berpengaruh terhadap psikis seseorang dimana umur muda sering
menimbulkan ketegangan, kebingungan, rasa cemas dan rasa takut sehingga dapat
berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Biasanya semakin dewasa maka
cenderung semakin menyadari dan mengetahui tentang permasalahan yang
sebenarnya. Semakin bertambah umur maka semakin banyak pengalaman yang
diperoleh, sehingga seseorang dapat meningkatkan kematangan mental dan
intelektual sehingga dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam
bertindak, Sehingga memungkinkan semakin baik dukungan yang diberikan
kepada anak dalam kemandiriannya (Notoadmodjo, 2007).
Dari tabel 5.6 di atas hasil analisis didapatkan bahwa rata-rata umur
responden yang mendukung adalah 33,45 tahun, sedangkan umur responden
yang tidak mendukung rata-rata umurnya adalah 39,77 tahun. Hasil uji statistik
didapatkan nilai P value = 0,259.
Hipotesa yang menyatakan tidak terdapat hubungan dukungan orang tua
dalam kemandirian anak usia sekolah dengan umur orang tua dapat di terima
artinya tidak ada hubungan umur orang tua dengan dukungan orang tua dalam
kemandirian anak usia sekolah.
6.1.3. Hubungan Antara Pendapatan Orang Tua Dengan Dukungan Orang
Tua Dalam Kemandirian Anak Di Kemukiman Lima Kecamatan
Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun 2013.
Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat disimpulkan bahwa dari 75 orang
responden di jumpai lebih banyak orang tua yang berpendapatan rendah yaitu
90,7% (68 orang).
Menurut Faizal Noor (2007) hampir semua aktifitas manusia terkait
dengan pendapatan, karena pada umumnya semua aktifitas manusia berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) dalam
kehidupannya. Di sisi lain juga terlihat bahwa apapun profesi dan pekerjaan yang
dilakukan seseorang tujuannya tidak terlepas dari pemenuhan keperluan hidup
baik sekarang maupun masa depan, baik untuk keperluan sendiri atau generasi
berikutnya.
Menurut Ramadhan (2009) status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Berdasarkan tabel 5.7 hasil analisa tidak ada hubungan pendapatan
dengan dukungan orang tua dalam kemandirian anak usia sekolah dapat dilihat
bahwa persentase mendukung lebih banyak di dapatkan pada orang tua yang
berpendapatan rendah 25,7 % (18 orang). Setelah dilakukan uji statistik dengan
chi square didapatkan P value = 0,130.
Hipotesa yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara pendapatan
dengan dukungan orang tua dalam kemandirian anak usia sekolah dapat di terima
artinya ada hubungan dukungan orang tua dalam kemandirian anak usia sekolah
dengan pendapatan orang tua.
6.2. Keterbatasan Peneliti
Adapun Keterbatasannya adalah sebagai berikut:
6.2.1. Keterbatasan dalam pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dalam
bentuk angket, dimana keakuran data yang diperoleh antara variabel-variabel
sangat tergantung pada kejujuran dan keterbukaan responden serta sangat
dipengaruhi oleh kemampuan dalam menggali data dari responden sehingga
faktanya dapat dijamin keakuratannya.
6.2.2. Keterbatasan dalam validitas instrumen penelitian
Kuesioner baru pertama kali digunakan walaupun hasil uji validitas
dan ujireabilitas cukup baik, namun baru terbatas pada beberapa desa hingga akan
menjadi lebih valid apabila dilakukan dan dicoba pada desa lain atau pada
kabupaten.
6.2.3. Keterbatasan rancangan penelitian
Rancangan penelitian digunakan adalah cross sectional dimana kedua
variabel diteliti secara bersamaan, melakukan uji chi square dan Independent-
Samples T Test.
6.2.4. Keterbatasan peneliti
Peneliti merupakan peneliti pemula yang masih asing dengan dunia
penelitian, sehingga masih banyak yang harus dipelajari secara bersama jalannya
penelitian.
6.2.5. Keterbatasan dana
Sebagai seorang mahasisiwi yang sudah tentu biaya menjadi kendala
utama bagi peneliti. Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan dana yang
cukup untuk mendukung kelancaran penelitian.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Dukungan Orang Tua Dalam Kemandirian Anak Usia
Sekolah Di Kemukiman Lima Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen Tahun
2013 dapat diambil kesimpulan bahwa :
7.1.1. Dukungan orang tua paling banyak adalah orang tua yang tidak
mendukung yaitu 72,0% (54 responden).
7.1.2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan orang tua dengan
dukungan orang tua.
7.1.3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur orang tua dengan
dukungan orang tua.
7.1.4. Tiadak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan dukungan
orang tua.
7.2. Saran
7.2.1. Untuk Institusi pendidikan
Bagi institusi pendidikan agar hasil penelitian dapat digunakan sebagai
sumber informasi dan juga dapat dijadikan sebagai referensi perpustakaan serta
sebagai penambahan bahan khususnya dukungan orang tua dalam kemandirian
anak usia sekolah.
7.2.2. Untuk peneliti
Untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang telah dipelajari dibangku
kuliah serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam penyusunan karya
tulis ilmiah.
7.2.3. Untuk respondent
Kepada orang tua dan keluarga dalam melakukan persiapan untuk
kemandirian anak dan orang tua agar selalu memberi dukungan kepada anak usia
sekolah supaya mereka siap dalam menghadapi segala proses kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
, 2003 B,Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasiny, Rineka Cipta, Jakarta.
, 2007, kesehatan masyarakat ilmu dan seni, Rineka Cipta, Jakarta.
_______, 2005, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Ali Qaimi. Dr. 2004. Keluarga dan Anak Bermasalah. Ciomas Bogor : Cahaya
Basri (1995, di akses melalui www.papers.gunadarma.ac.id diperoleh pada
tanggal 13 November 2011).
Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi
4, EGC, Jakarta.
Edwards Drew.C. 2006. Ketika Anak Sulit Diatur. Bandung : Pt. Mizan Pustaka.
Erika Herry, 2011, Tingkat Kecemasan, Dukungan Sosial, Dan Mekanisme
Koping Terhadap Kelentingan Keluarga Pada Keluarga Dengan Tb
Paru Di Kecamatan Ciomas Bogor 2011 [ Skripsi]. Departemen Ilmu
Keluarga Dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian
Bogor.
Friedman Marily.M ,et al, 2010, Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 5 ,
EGC, Jakarta.
Hurlock, 2007, Psikologi Perkembangan, EGC, Jakarta.
Kuntjoro, 2002, Dukungan sosial pada lansia,
http://www.epsikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=179 [diakses
Tanggal 17 Juni 2013].
Muliani, 2012, Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Dukungan Sosial
Keluarga Terhadap Tingkat Depresi Padaa Lansia Di Desa Gampong
Mesjid Keumala Kabupaten Pidie 2011 [KTI]. Yayasan Pembanguna
Kampus Jabal Ghafur Sigli Akademi Keperawatan Jabal Ghafur Sigli.
Nilam Widyarini. M.M. 2003. Relasi Orang Tua dan Anak. Jakarta : Pt. elex
Media Komputindo.
Notoatmodjo S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam, 2011, Konsep Penerapan metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Rochaety, 2009, Metode Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, Edisi Revisi, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Saryono, 2010. Catatan kuliah kebutuhan dasar manusia (KDM). Huka Medika: Yogyakarta.
Sayuti, 2008. Patologi untuk mahasiswa keperawatan. TIM: Jakarta.
Setiawati, 2008, Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan, Trans Info Media, Jakarta.
Sudrajat, 2011, Metode Meningkatkan Kualitas Pendidikan Nasional. PT. Lentera Abadi : Jakarta.
Sujiono, Yuliani N. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta :
Indeks
Syafruddin, dkk, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Mahasiswa. Trans info Media, Jakarta.
Tirtarahardja. 2005, Pengantar Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta.
Tugiman, 2006, Pengantar Audit Sistem Informasi, Canasius, Jakarta.
Wijaya, 2008, Dari: http://wijayalabs.wordpress.com/2008/09/19/belajar-pembelajaran-dan-sumber-belajar-2/. (diakses Mei 2013).
Wong et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Agus S, Neti J, HY
Kuncara, penerjemah; Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Wong’s
Essentials of Pediatric Nursing 6 thed.
www.papers.gunadarma.ac.id
www.papers.gunadarma.ac.id diperoleh pada tanggal 13 November 2012
Yupi Supartini. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta. EGC.
Zaidin, Ali 2010, Dasar – Dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan Promosi Kesehatan, Trans Info Media, Jakarta.
Top Related