1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk
hidup, zat, energi dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga
bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan
proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukkannya. Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap
lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan
pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu
lingkungan. Pencemaran terhadap lingkungan dapat terjadi dimana saja dengan laju
yang sangat cepat, dan beban pencemaran yang semakin berat akibat limbah
industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.
Oleh karena itu, para ilmuan diseluruh dunia telah berupaya untuk mencari
cara agar seluruh pencemaran dimuka bumi dapat diminimalisir dengan biaya yang
minim. Seperti yang kita ketahui, kemajuan jaman membuat seluruh hal menjadi
instan dan menghasilkan zat sisa yang dapat merusak lingkungan. Fitoremediasi
adalah sebuah cara yang instan dan efisien dalam menurunkan kadar polutan yang
terdapat di lingkungan saat ini.
Fitoremediasi merupakan salah satu teknologi yang secara biologi yang
memanfaatkan tumbuhan atau mikroorganisme yang dapat berasosiasi untuk
mengurangi polutan lingkungan baik pada air, tanah dan udara yang diakibatkan oleh
logam atau bahan organik. Salah satu keuntungan utama dari fitoremediasi adalah
biaya yang relatif rendah dibandingkan dengan metode perbaikan lainnya seperti
penggalian. Dalam banyak kasus fitoremediasi telah ditemukan kurang dari setengah
harga dari metode alternatif.
1
1.2 Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Fitoremediasi?
2. Apakah bahaya merkuri bagi kehidupan?
3. Apa khasiat yang terdapat pada Bayam Duri?
4. Bagaimana mekanisme Fitoremediasi dengan Bayam Duri?
5. Apakah keunggulan Bayam Duri dibanding tanaman lain dalam mengakumulasi
Merkuri?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui difinisi dari Fitoremediasi
2. Untuk mengetahui bahaya dari Merkuri
3. Untuk mengetahui khasiat yang ada pada Bayam Duri
4. Untuk mengetahui mekanisme fitoremediasi di Bayam Duri
5. Untuk mengetahui keunggulan Bayam Duri dibanding tanaman lain
1.4 Ruang Lingkup
Makalah ini ditujukan kepada Mahasiswa S-1 Manajemen Sumberdaya Perairan
dan seluruh pihak yang membutuhkan informasi mengenai Fitoremediasi pada Bayam
Duri (Amaranthus spinosus L.)
2
2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi fitoremediasi
Phyto berasal dari kata Yunani/ greek “phyton” yang berarti
tumbuhan/tanaman (plant), Remediation asal kata
latin remediare ( to remedy) yaitu memperbaiki/
menyembuhkan atau membersihkan sesuatu. Jadi
Fitoremediasi (Phytoremediation) merupakan suatu
sistim dimana tanaman tertentu yang bekerjasama
dengan micro-organisme dalam media (tanah, koral
dan air) dapat mengubah zat kontaminan
(pencemar/pollutan) menjadi kurang atau tidak
berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi.
Fitoremediasi merupakan salah satu teknologi yang secara biologi yang
memanfaatkan tumbuhan atau mikroorganisme yang dapat berasosiasi untuk
mengurangi polutan lingkungan baik pada air, tanah dan udara yang diakibatkan oleh
logam atau bahan organik. Salah satu keuntungan utama dari fitoremediasi adalah
biaya yang relatif rendah dibandingkan dengan metode perbaikan lainnya seperti
penggalian. Dalam banyak kasus fitoremediasi telah ditemukan kurang dari setengah
harga dari metode alternatif. Fitoremediasi juga menawarkan
remediasi permanen bukan sekadar pemindahan masalah.
Namun fitoremediasi bukan tanpa kesalahan, itu adalah proses yang
bergantung pada kedalaman akar dan toleransi tanaman terhadap kontaminan.
Paparan dari hewan ke tanaman yang bertindak sebagai hyperaccumulators juga dapat
menjadi perhatian lingkungan sebagai hewan herbivora dapat terakumulasi
mengkontaminasi partikel dalam jaringan mereka yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi rantai makanan secara keseluruhan.
Fitoremediasi adalah proses bioremediasi yang menggunakan berbagai
tanaman untuk menghilangkan, memindahkan, dan atau menghancurkan
kontaminandalam tanah dan air bawah tanah. Konsep penggunaan tanaman untuk
penanganan limbah dan sebagai indikator pencemaran udara dan air sudah lama ada,
3
yaitu fitoremediasidengan sistem lahan basah, lahan alang-alang dan tanaman apung.
Selanjutnya konsepfitoremediasi berkembang untuk penanganan masalah pencemaran
tanah.(Subroto, MA. 1996)
Fitoremediasi teknologi saat ini tersedia untuk hanya sebagian kecil masalah
polusi, seperti arsenik. Pengurangan arsen mempekerjakan alami dipilih pakis
hiperakumulator, yang menghimpun konsentrasi yang sangat tinggi arsenik khusus
pada jaringan atas tanah. Elegan dua gen pendekatan transgenik telah dirancang untuk
pengembangan teknologi fitoremediasi merkuri atau arsen. Pada tanaman yang secara
alami hyperaccumulates seng dalam daun, sekitar sepuluh gen logam kunci
homeostasis disajikan pada tingkat yang sangat tinggi. Ini menguraikan tingkat
perubahan dalam kegiatan gen yang dibutuhkan dalam rekayasa tanaman transgenik
untuk tanah pembersihan.(Kramer, Ute.2005)
Gambar 2. Mekanisme Fitoremediasi
Fitoremediasi menggunakan bantuan tumbuhan atau tanaman untuk
membersihkan lingkungan yang tercemar atau polutan berbahaya (logam berat,
pestisida, dan senyawa organik beracun dalam tanah atau air) karena biayanya murah.
(Ludang dkk, 2008 dalam Irsyad, 2014). Beberapa jenis tanaman tingkat tinggi
memiliki kemampuan untuk mengakumulasi logam berat dalam kisaran yang tinggi
sehingga disebut sebagai tanaman yang toleran terhadap logam berat. Lokasi
akumulasi logam berat pada tanaman terdistribusi hampir di seluruh bagian tanaman,
yaitu akar, daun, dan bunga (Krause dkk dalam Azidi dkk, 2008).
4
2.2 Bahaya merkuri
Merkuri merupakan logam berat bahan
pencemar yang paling berbahaya. Salah satu sumber
pencemaran logam merkuri dalam tanah dapat
berasal dari proses pelapukan batuan termineralisasi
atau akibat penggarangan pada penambangan atau
pengolahan emas dalam tahap penggilingan,
pencucian maupun penggarangan. Penggilingan
menyebabkan merkuri terpecah menjadi butiran
halus yang sifatnya sukar dipisahkan, sehingga dapat lepas dari tromol atau
gelendung. Pencemaran tersebut terjadi ketika sebagian merkuri yang digunakan
sebagai bahan pengikat unsur emas, terbuang bersama air limbah pencucian ke lokasi
pembuangan, baik di tanah maupun di air sungai (Juliawan dkk, 2005 dalam Irsyad,
2014).
Pertambangan adalah aktivitas pembongkaran, penggalian, serta
pengangkutan endapan mineral yang terkandung dalam suatu area. Pertambangan ini
mempunyai beberapa tahapan kegiatan secara efektif dan ekonomis menggunakan
beberapa peralatan mekanis dan beberapa peralatan sesuai yang dibutuhkan dengan
mengikuti teknologi saat ini. Pada hakikatnya, pembangunan sektor pertambangan
dan energy adalah mengupayakan suatu proses pengembangan energi dan sumber
daya mineral yang memiliki potensial yang dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat.
Sumber daya mineral ini bersifat tidak terbaharui (wasting asset or unrenewable).
Dengan demikian dalam aplikasinya diharapkan dapat keselamatan kinerja dan
kelestarian lingkungan hidup serta masyarakat sekitar (Warino, 2015)
Sebagai contoh proses penambangan emas dengan teknik amalgamasi adalah
dengan menggunakan merkuri (Hg). Setiap satu lokasi pengolahan bijih emas
menggunakan 1–6 gelondong (setiap gelondong dapat mengolah 12-25 kg bijih dalam
sehari). kemudian bijih dimasukkan ke dalam gelondong yang ditambahkan air dan
merkuri (diputar selama 4-8 jam) dengan menggunakan mesin diesel (mesin
generator). Setelah proses amalgamasi selesai, kemudian amalgam dipisahkan dari
tailingnya (diperas dengan kain parasut). Setelah itu tailingnya dialirkan ke sungai
5
dan tanah sehingga menyebabkan lingkungan tersebut tercemar(terkontaminasi).
Penambangan yang dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan
terakumulasinya merkuri pada lingkungan sehingga kadar merkuri akan semakin
tinggi. Konsentrasi atau kadar merkuri disebabkan oleh pelarutan dari sedimen sungai
yang mengandung merkuri serta partikel halus yang terbawa oleh limbah akibat
proses amalgamasi. Jangka waktu yang cukup lama, logam merkuri dapat teroksidasi
dan terlarut dalam air permukaan sehingga membahayakan lingkungan.
Logam merkuri atau air raksa (Hg) berwarna perak cair dengan nama kimia
hydrargyrum. Merkuri bersifat sangat beracun sehingga U.S. Food and
Administration (FDA) menentukan Nilai Ambang Batas (pembakuan) kadar merkuri
yang berada dalam jaringan tubuh yaitu sebesar 0,005 ppm. Merkuri adalah suatu
jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan senyawa organik dan anorganik
yang terkandung dalam batu-batuan, bijih tambang, tanah, air dan udara.
Pada umumnya kadar merkuri dalam tanah, air dan udara relatif rendah. Akan
tetapi karena adanya aktivitas manusia sehingga dapat meningkatkan kadar ini
misalnya aktivitas penambangan. Aktivitas penambangan dapat menghasilkan
merkuri sebanyak 10.000 ton /tahun. Apabila pekerja terpapar secara terus menerus
terhadap kadar 0,05 Hg mg / menyebabkan neutratenia, sedangkan pada kadar 14 0,1
– 0,2 akan menyebabkan Tremor (Penyakit gemetar). Sedangkan dosis fatal adalah 1
gram merkuri.
Merkuri dengan konsentarasi yang tinggi sangat berbahaya untuk lingkungan
maupun manusia sendiri. Dengan adanya merkuri dengan konsentrasi yang tinggi
pada tanah, air dan udara menyebabkan organisme yang berada di daerah tersebut
mengandung merkuri atau bahkan menyebabkan organism e mengalami kematian
karena tidak bisa bertahan hidup karena adanya merkuri yang bersifat toksik. Ikan
atau bahan lainnya yang mengandung merkuri dikonsumsi oleh manusia juga sangat
berbahaya dan apabila mengkonsumsi terus menerus akan menyebabkan penyakit
yang berujung pada kematian.
Apabila merkuri masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan
kerusakan permanen pada hati, otak dan ginjal. Efek toksitas merkuri tergantung jalan
masuknya ke dalam tubuh, pada bentuk komposisi merkuri dan lamanya berkembang.
6
Sebagai contoh bentuk merkuri (HgCl2) lebih beracun (toksik) dari bentuk merkuri
(HgCl). Dampak adanya merkuri yang teraakumulasi pada lingkungan akan
mempunyai dampak terhadap ekonomi yaitu penurunan hasil panen disebabkan
berkurang produksi pertanian (pendapatan menurun), ikan dan hasil sungai lainnya
yang terkontaminasi (tidak dapat dipasarkan) dengan demikian mengurangi
pendapatan dari sektor perikanan serta biaya program kesehatan dan pendidikan
khusus akan mengalami peningkatan.
2.3 Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.)
Bayam (Amaranthus spp.) merupakan tumbuhan yang biasa
ditanam untuk dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau.
Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun sekarang
tersebar ke seluruh dunia. Tumbuhan ini dikenal sebagai
sayuran sumber zat besi yang penting. Bayam sebagai sayur
hanya umum dikenal di Asia Timur dan Asia Tenggara,
sehingga disebut dalam bahasa Inggris sebagai Chinese
amaranth. Di Indonesia dan Malaysia, bayam sering
disalahartikan menjadi "spinach" dalam bahasa Inggris (mungkin sebagai akibat
penerjemahan yang dalam film kartun Popeye), padahal nama itu mengacu ke jenis
sayuran daun lain - lihat Bayam (Spinacia).
Tanaman ini termasuk familia Amaranthaceae. Tumbuhan ini banyak tumbuh
liar di kebun-kebun, tepi jalan, tanah kosong dari dataran rendah sampai dengan
ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. Tingginya dapat mencapai 1 meter.
Tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan melalui bijinya yang bulat, kecil dan
hitam.Sebagai tanda khas dari tumbuhan bayam duri yaitu pada pohon batang,
tepatnya di pangkal tangkai daun terdapat duri, sehingga orang mengenal sebagai
bayam duri. Bayam duri tumbuh baik di tempat-tempat yang cukup sinar matahari
dengan suhu udara antara 25 - 35 Celcius.
Akar tanaman bayam duri sama seperti akar tanaman bayam pada umumnya,
yaitu memiliki sistem perakaran tunggang. Batang tanaman bayam duri ini kecil
berbentuk bulat, lunak dan berair. Batang tumbuh tegak bisa mencapai satu meter dan
percabangannya monopodial. Batangnya berwarna merah kecoklatan. Yang menjadi
7
ciri khas pada tanaman ini adalah adanya duri yang terdapat pada pangkal batang
tanaman ini. Memiliki daun tunggal. Berwarna kehijauan, bentuk bundar telur
memanjang (ovalis). Panjang daun 1,5 cm sampai 6,0 cm. Lebar daun 0,5 sampai 3,2
cm. Ujung daun obtusus dan pangkal daun acutus. Tangkai daun berbentuk bulat dan
permukaannya opacus. Panjang tangkai daun 0,5 sampai 9,0 cm. Bentuk tulang daun
bayam duri penninervis dan tepi daunnya repandus. Bunga terdapat di axilaar batang.
Merupakan bunga berkelamin tunggal, yang berwarna hijau. Setiap bunga memiliki 5
mahkota. panjangnya 1,5-2,5 mm. Kumpulan bunganya berbentuk bulir untuk bunga
jantannya. Sedangkan bunga betina berbentuk bulat yang terdapat pada ketiak batang.
Bunga ini termasuk bunga inflorencia.
Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Hamamelidae Ordo : Caryophyllales Famili : Amaranthaceae (suku bayam-bayaman) Genus : Amaranthus Spesies : Amaranthus spinosus L
Kandungan pada Bayam Duri : Amarantin, rutin, spinasterol, hentriakontan,
tanin, kalium nitrat, kalsium oksalat, garam fosfat, zat besi, serta vitamin. Bayam
duri, terkadang dianggap sebelah mata. Di bandingkan bayam sayur biasa, meski
rasanya sama, tumbuhan ini jarang disentuh. Padahal, banyak yang tidak menyadari,
selain enak, tumbuhan ini penuh khasiat, menyembuhkan berbagai macam penyakit
seperti disentri, bisul, keputihan, gangguan pernafasan, bronchitis, serta mperlancar
dan memperbanyak produksi ASI. Tanaman ini juga mempunyai sifat masuk
meridien jantung dan ginjal. Menghilangkan panas (anti piretik), peluruh kemih
(diuretik), menghilangkan racun (anti-toksin) menghilangkan bengkak, menghentikan
diare dan membersihkan darah. Tanaman ini juga bersifat : Rasa manis, pahit dan
sejuk.
8
Menurut Mohamad (2011) dalam Irsyad (2015) tanaman bayam duri dapat
meremediasi kadmium, namun penelitian tentang remediasi merkuri dalam tanah
pernah dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian itu dilakukan penggunaan jenis
tanaman bayam duri sebagai fitoremediator merkuri dalam tanah.
2.4 Mekanisme Fitoremediasi Bayam Duri
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Irsyad (2015), tentang
Translokasi Merkuri (Hg) Pada Daun Tanaman Bayam Duri (Amaranthus Spinosus
L) Dari Tanah Tercemar, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan acuan bahwa
translokasi merkuri pada daun Tanaman Bayam Duri telah terjadi. Beberapa hal yang
diperhatikan adalah: ; Memperhitungkan kadar Merkuri (Hg) awal, Waktu Remediasi,
dan Jumlah Merkuri (Hg) yang Terakumulasi.
a. Kadar Awal Merkuri di Tanah
Secara alami merkuri merupakan salah satu unsur yang terdistribusi pada lapisan
kerak bumi dengan kelimpahan rata – rata 0,08 mg/Kg (Larkin dalam Khalifah,
2007). Selain pengaruh alam, keberadaan Hg di lingkungan dapat berasal dari
berbagai aktivitas manusia yang menghasilkan limbah Hg di lingkungan dapat
meningkat seiring dengan kemajuan teknologi dan pertambahan jumlah penduduk
(Ruslan dalam sutriono 2012).
Tekstur tanah sangat penting untuk penentuan karakteristik tanah, air yanng
tersimpan, ukuran pori dan perkembangan akar tanaman akan mempengaruhi
kecepatan penarikan air, aerasi dan kesuburan tanah (Hayati, 2010). Sedangkan pH
tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman bayam yaitu pH
berkisar 6 – 7 (Ecko, 2006). Hasil analisis pH tanah untuk penelitian ini adalah 6,8.
Jadi sesuai digunakan untuk penanaman.
Berdasarkan data uji tingkat kesuburan tanah yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa tanah yang telah diuji layak dijadikan sebagai media tumbuh tanaman bayam
duri (A. spinosus L), Suriadi dkk dalam Sutriono (2012) mengemukakan bahwa
umumnya pupuk anorganik yang dihasilkan dari bahan galian tambang mengandung
berbagai macam unsur ikutan seperti logam Cd, Cr, Hg Pb dan U dengan kadar yang
9
cukup tinggi, sehingga analisis kuantitatif perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya
konsentrasi merkuri.
Kandungan merkuri yang terdapat dalam tanah dan pupuk anorganik, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 2. Komposisi tekstur tanah Sampel
Konsentrasi merkuri (mg/kg)
TanahTSPKClUrea
0.23020.00840.03070.0003
b. Waktu Remediasi (Durasi)
Pengaruh waktu remediasi terhadap konsentrasi merkuri pada daun bayam duri
dalam penelitian ini diperoleh konsentrasi merkuri yang terdistribusi pada daun bayam
duri meningkat dan mencapai waktu maksimum pada waktu remediasi 14 hari dan
mengalami penurunan pada waktu remediasi selanjutnya yaitu 21 hari dan 42 hari.
Gambar 3. Hubungan waktu remediasi terhadap konsentrasi rata- rata merkuri pada daun tanaman
bayam duri
Peningkatan konsentrasi tersebut disebabkan tanaman bayam duri berada dalam
proses pertumbuhan sehingga proses penyerapan dan akumulasi merkuri masih
berlangsung hingga tercapai kondisi optimum (jenuh) (Chussetijowati dkk, 2012).
Penurunan konsentrasi pada waktu remediasi selanjutnya, terjadi disebabkan oleh akar
tanaman yang mengalami stres atau jenuh sehingga penyerapan merkuri berkurang yang
akibatnya transfer ke bagian daun tanaman pada minggu tersebut sangat kecil dan juga
10
diakibatkan karena tanaman telah mengalami dampak toksisitas dari konsentrasi logam
berat yang tinggi sehingga mengganggu penyerapan pada tanaman tersebut (Munawar,
2010). Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa waktu remediasi 14 hari, 21 hari
dan 42 hari berbeda nyata
c. Jumlah Merkuri yang Terakumulasi
Jumlah merkuri yang terakumulasi pada daun tanaman bayam duri sebagai fungsi
konsentrasi yang ditambahkan dalam media tanam ditunjukan pada gambar 2. Variasi
konsentrasi yang digunakan adalah 25, 50, 75 dan 100 ppm dan waktu remediasi
dilakukan mulai 14 hari, 21 hari dan 42 hari. Dari hasil penelitian diperoleh konsentrasi
rata-rata tertinggi merkuri pada daun bayam duri pada waktu remediasi 14 hari sehingga
waktu remediasi dilakukan mulai 14 hari sesuai dengan konsentrasi maksimum merkuri
yang dapat diakumulasi oleh daun bayam duri pada variasi waktu.
Gambar 4. Hubungan konsentrasi rata -rata merkuri pada daun tanaman bayam duri terhadap
konsentrasi media
Hubungan antara konsentrasi merkuri pada daun bayam duri terhadap konsentrasi
media tanam menunjukkan bahwa jumlah konsentrasi merkuri yang terakumulasi
oleh tanaman dan ditranslokasikan ke bagian daun meningkat dengan naiknya
konsentrasi merkuri yang ditambahkan. Hal ini dapat disebabkan pula karena pada
media tanam dengan konsentrasi 100 ppm kepadatan populasi logam lebih besar
dibandingkan pada konsentrasi 25 ppm, 50 ppm dan 75 ppm. Pada grafik di atas,
hasil yang diperoleh dalam penelitian sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Sukamto (1995) menyatakan bahwa konsentrasi logam yang ditambahkan dalam
11
media penanaman mempengaruhi penyerapan tanaman, dimana jumlah konsentrasi
logam yang ditambahkan dalam media tanam berbanding lurus dengan akumulasi
logam pada tanamannya.
Syahputra (2005) menyatakan akumulasi logam merkuri ke dalam tanaman
tergantung pada konsentrasi logam tersedia, semakin tinggi jumlah merkuri dalam
media tanam akan semakin besar konsentrasi yang diserap oleh tanaman.
Berdasarkan hasil uji Duncan menunjukkan bahwa konsentrasi media tanam dalam
meningkatkan serapan merkuri yang terdistribusi ke bagian daun tanaman bayam duri
berada pada kolom subset yang berbeda. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan
bahwa konsentrasi media tanam 75 ppm dan 100 ppm berbeda nyata sedangkan 25
ppm dan 50 ppm tidak berbeda nyata.
2.5 Alasan Penggunaan Tanaman Bayam Duri Remediator
Sifat hipertoleran terhadap logam berat adalah kunci karakteristik yang
mengindikasikan sifat hiperakumulator suatu tumbuhan. Suatu tumbuhan dapat
disebut hiperakumulator apabila memiliki karakter-karakter sebagai berikut: (i)
Tumbuhan memiliki tingkat laju penyerapan unsur dari tanah yang lebih tinggi
dibanding tanaman lainnya, (ii) Tumbuhan dapat mentoleransi unsur dalam tingkat
yang tinggi pada jaringan akar dan tajuknya dan (iii) Tumbuhan memiliki laju
translokasi logam berat dari akar ke tajuk yang tinggi sehingga akumulasinya pada
tajuk lebih tinggi dari pada akar (Brown dalam Juhaeti dkk, 2005).
Semua tumbuhan memiliki kemampuan menyerap logam tetapi dalam jumlah
yang bervariasi. Sejumlah tumbuhan dari banyak famili terbukti memiliki sifat
hipertoleran, yakni mampu mengakumulasi logam dengan konsentrasi tinggi pada
jaringan akar dan daunnya sehingga bersifat hiperakumulator (Hardiani, 2009).
Beberapa karakteristik tanaman hiperakumulator yaitu pertumbuhannya cepat,
biomassa besar, termasuk hasil panen, dan mampu mengakumulasi logam ke bagian
daun tanaman (Reeves dalam Hidayati, 2004).
Dari hasil Penelitian menunjukkan bahwa nilai penarikan merkuri (Hg) atau
kemampuan merkuri yang terdistribusi ke daun tanaman bayam duri baik pengaruh
waktu remediasi maupun konsentrasi memberikan nilai lebih besar dari 10 mg/Kg,
12
dengan konsentrasi merkuri (Hg) yang ditarik untuk pengaruh waktu remediasi yaitu
waktu remediasi pertama (14 hari) pada kontaminasi merkuri (Hg) 100 ppm sebesar
70.6901 mg/kg BK. Dari data tersebut, bahwa tanaman bayam duri dikategorikan
sebagai tanaman hiperakumulator merkuri. Menurut Lasat dkk dalam Sabaruddin
(2011), tanaman hiperakumulator merkuri adalah tanaman yang dapat menarik logam
merkuri dalam jumlah konsentrasi yang sangat tinggi yaitu 10 ppm Hg.
Hasil Penelitian yang telah dilakukan terhadap translokasi mekuri ke bagian
tanaman bayam duri dapat disimpulkan bahwa kemampuan penyerapan maksimum
merkuri (Hg) pada daun bayam duri terjadi pada remediasi 14 hari dengan jumlah
konsentrasi daun rata-rata 70.6901 mg/kg BK, konsentrasi merkuri (Hg) yang
terdistribusi pada daun bayam duri berbanding lurus dengan konsentrasi media tanam,
dan tanaman bayam duri berpotensi sebagai tanaman hiperakumulator terhadap
merkuri (Hg).
13
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa referensi penelitian, dapat disimpulkan bahwa Tanaman Bayam
Air dapat mengakumulasi Merkuri (Hg) melalui pengamatan terhadap daunnya.
Terdapat beberapa hal yang diperhatikan ketika melakukan pengukuran penurunan
kadar Merkuri (Hg) di tanah, yaitu dengan memperhatikan kadar Hg awal, Durasi
waktu penelitian, dan Penghitungan kadar Hg akhir pada media tanaman dengan
perlakuan-perlakuan khusus.
3.2 Saran
Merkuri ditanah yang terpapar dialam sebagian besar disebabkan oleh
pemurnian emas, oleh sebab itu sebaiknya kita kalangan akademisi dan pemerintah
saling bekerja sama menemukan cara yang lebih efektif dan efisien dimasa depan
dalam meminimalisir bahaya polusi yang terjadi akibat peambangan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Azidi, I., Noer, K., dan E. N. Yenny. 2008. Kajian penyerapan logam Cd, Ni, dan Pb dengan
Varietas Konsentrasi Pada Akar, Batang dan Daun tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L). Program Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan.
Chussetijowati, J., Tjahaya, P. I., dan P. Sukmabuana, 2012. Fitoremediasi Radionuklida 134Cs
dalam Tanah Menggunakan Tanaman Bayam (Amaranthus sp). Hasil Seminar Nasional ke – 16 Teknologi dan Kesehatan PLTN serta Fasilitas Nuklir : 282 – 289.
Hardiani, H. 2008. Pemulihanm Lahan Terkontaminasi Limbah B3 dari Proses Deinking Industri
Kertas Secara Fitoremediasi. Jurnal Riset Industri 2 (2) : 64-75
Hayati, F. 2010. Karakterisasi Abu Terbang (FLY ASH) dan Eksplorasi Vegetasi Fitiremediator di
Area Langfill Abu Terbang untuk Pengelolaan Ramah Lingkungan. Tesis Program
Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Bandung.
Irsyad,M., Rismawati, S., Dan Musafira. Translokasi merkuri (hg) pada daun tanaman Bayam duri (Amaranthus spinosus l) Dari Tanah Tercemar. Jurnal Universitas Tadulako Fakultas MIPA. Palu. Vol.3(1): 8-17
Juhaeti, T., Hidayati, N., dan F. Syarif. 2005. Inventarisasi Tumbuhan Potensial Untuk Fitoremediasi
Lahan dan Air Terdegradasi Penambangan Emas. Biodiversitas 6 (1) : 31-33.
Juliawan, N., Widiayatna, D., dan J, Jatim. 2005. Pendataan Penyebaran Unsur Merkuri Pada
Wilayah Pertambangan Cibaliung, Kabupaten Pandegelan, Provinsi Banten. Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA.
15
Khalifah, S, N. 2007. Studi Keseimbangan adsorpsi Merkuri (II) pada Biomassa Daun Enceng Gondok (Eichornia crasipes) yang Diimmobilisasi pada Matriks Polisiklat. Skripsi Sarjana Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang. Malang. Ludang,
Mohamad, E. 2011. Fitoremediasi Logam Berat Kadmium (Cd) dalam Tanah dengan Menggunakan Bayam Duri (Amaranthus spinosus L). Tesis Program Pascasarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya. Malang.
Munawar., dan A. Rina. 2010. Kemampuan Tanaman Mangrove Untuk Menyerap Logam Berat Merkuri (Hg) dan Timbal (Pb). J. ilmu Teknik Lingkungan 2 (2)
Sabaruddin. 2011. Kajian kemampuan Akar Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptan poir) dalam Menyerap Logam Merkuri pada Tanah Tercemar. Skripsi sarjana FMIPA UNTAD. Palu.
Sukamto. 1995. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Penanaman Terhadap Penyerapan Logam Berat vCd dan Pb oleh Kangkung Air (Ipomoea aquatica. Skripsi Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin, Makassar.
Sutriono, D. 2012. Translokasi Merkuri (Hg) Pada Daun Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir) Dari Tanah Tercemar. Skripsi sarjana FMIPA UNTAD. Palu.
Syahputra, R. 2005. Fitoremediasi Logam Cu dan Zn dengan Tanaman Enceng Gondok (Eichhornia Crassipes (Mart.) Solms). Fakultas MIPA Jurusan Kimia. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta
16
Top Related