Download - Filsafat Pendidikan Islam

Transcript
Page 1: Filsafat Pendidikan Islam

akbar putra abdisiapa banyak kebaikannya banyak pula saudaranya

Selasa, 08 November 2011

Filsafat Pendidikan Islam

A.   Pendahuluan

Salah satu unsur pembangun peradaban bangsa adalah melalui pendidikan. Sedangkan

hasil akhir sebuah pendidikan tergantung pada tujuan awal pendidikan itu sendiri. Islam dan

Barat memiliki pandangan berbeda mengenai hal tersebut. Paham rasionalisme yang berkembang

di Barat dijadikan dasar pijakan bagi konsep-konsep pendidikan Barat. Ini jauh berbeda dengan

Islam yang memiliki al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad para ulama sebagai konsep pendidikannya.

Hal inilah yang membedakan ciri pendidikan yang ada di Barat dengan pendidikan Islam.

Masing-masing peradaban ini memiliki karakter yang berbeda sehingga produk yang ‘dihasilkan’

pun saling memiliki ciri.

Pendidikan sebagai proses menolong manusia menjadi manusia pada konteks kekinian

menjadi hal yang urgen. Mengingat pertumbuhan jumlah manusia yang semakin banyak dan

kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Termasuk kebutuhan manusia akan pendidikan.

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal  yang dapat

dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara

dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh

lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar

nasional pendidikan.[1]

B.   Pembahasan

Page 2: Filsafat Pendidikan Islam

1.      Perbedaan mendasar filsafat pendidikan dengan ilmu pendidikan islam

Filsafat pendidikan adalah usaha memanusiakan manusia atau menolong manusia

menjadi manusia. Manusia dalam arti memiliki sifat manusia yang sesuai dengan fitrah. Maksud

dari menolong adalah, pendidik mengetahui bahwa pada manusia ada potensi yang dapat

dikembangkan untuk menjadi manusia. Tetapi ada juga potensi untuk menjadi bukan manusia.

Sehingga kata “menolong” bahwa perbuatan mendidik itu hanya sekedar menolong. Sehingga,

pendidik jauh sebelum berbuat telah mengetahui bahwa muridnya itu nanti ada yang berhasil

menjadi manusia ada pula yang tidak.

Filsafat pendidikan juga bisa diartikan sebagai aktifitas pikiran yang teratur yang

menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan

proses pendidikan. Artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan

maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya, maka filsafat pendidikan dan

pengalaman kemanusian merupakan faktor yang integral atau satu kesatuan. Sementara itu,

filsafat juga didefinisikan sebagai pelaksana pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam

bidang pendidikan, falsafah tersebut menggambarkan satu aspek dari aspek-aspek pelaksana

falsafah umum dan menitik beratkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang

menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan

secara praktis.

Filsafat pendidikan membahas tentang ide-ide, asas-asas, landasan-landasan pendidikan

yang logis dan ideal untuk memanusiakan manusia agar dapat menjadi khalifah dimuka bumi

dengan sempurna. Tetapi akal bukan satu-satunya alat untuk mencari kebenaran, buktinya dari

masa dulu sampai saat ini banyak orang mencari kebenaran dengan akal, pada satu waktu akal

membenarkan sesuatu, pada waktu yang lain dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi, akal

akan menyebutkan hal tersebut tidak benar, begitu seterusnya, sehingga kebenaran akan bersifat

relatif. Disamping itu ada kebenaran yang hakiki yaitu kebenaran mutlak yang datang dari Dzat

yang memiliki kebenaran itu yaitu sang Pencipta kebenaran melalui wahyu.[2]

Sedangkan perbedaannya dengan ilmu pendidikan adalah, Ilmu pendidikan memiliki

paradigma rasional, empiris dan sistematis. Rasional artinya semua kebijakan yang menyangkut

pendidikan baik hakikat, tujuan, teori, metode, maupun strategi pendidikan harus melalui cara-

cara yang masuk akal. Empiris artinya semua komponen dan elemen yang berhubungan dengan

Page 3: Filsafat Pendidikan Islam

pendidikan harus dapat diamati oleh panca indra, sehingga orang lain dapat mengamati, menilai

dan mengkritisi apa yang digunakan dalam pendidikan.

Filsafat merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan

dalam penyusunan hakikat, tujuan, teori-teori, metode-metode, dan memecahkan problematika

pendidikan. Berarti ilmu pendidikan merupakan turunan dari pandangan hidup pendidikan itu

sendiri, yaitu membahas tentang praktek lapangan melalui penyusunan teori, metode, strategi

pendidikan dan lain sebagainya. 

Alhasil filsafat membahas tentang hakikat, tujuan, teori, metode, kebijakan, dan hal-hal

yang terkait dengan pendidikan secara idealnya. Sedangkan ilmu pendidikan meneruskan ide-ide

tersebut yang diaplikasikan dengan penyususnan tujuan, teori, metode dan lain sebagainya yang

sudah berupa terapan yaitu sudah berupa juklak dan juknis mengenai pendidikan.

2.      Fungsi filsafat pendidikan bagi ilmu pendidikan.

Fungsi filsafat pendidikan bagi ilmu pendidikan adalah, pendidikan Islam bertugas untuk

memberikan penganalisaan secara mendalam dan terinci tentang problema-problema

kependidikan Islam sampai kepada penyelesaiannya. Pendidikan Islam sebagai ilmu, tidak

melandasi tugasnya pada teori-teori saja, akan tetapi memperhatikan juga fakta-fakta empiris

atau praktis yang berlangsung dalam masyarakat sebagai bahan analisa. Oleh sebab itu, masalah

pendidikan akan dapat diselasaikan bilamana didasarkan keterkaitan hubungan antara teori dan

praktek, karena pendidikan akan mampu berkembang bilamana benar-benar terlibat dalam

dinamika kehidupan masyarakat. Antara pendidikan dan masyarakat selalu terjadi interaksi

(saling mempengaruhi) atau saling mengembangkan sehingga satu sama lain dapat mendorong

perkembangan untuk memperkokoh posisi dan fungsi serta idealisasi kehidupannya. Ia

memerlukan landasan ideal dan rasional yang memberikan pandangan mendasar, menyeluruh

dan sistematis tentang hakikat yang ada dibalik masalah pendidikan yang dihadapi. Dengan

demikian filsafat pendidikan menyumbangkan analisanya kepada ilmu pendidikan Islam tentang

hakikat masalah yang nyata dan rasional yang mengandung nilai-nilai dasar yang dijadikan

landasan atau petunjuk dalam proses kependidikan.

Tugas filsafat adalah melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis (bahkan

spekulatif) secara mendalam dan mendasar melalui proses pemikiran yang sistematis, logis, dan

Page 4: Filsafat Pendidikan Islam

radikal (sampai keakar-akarnya), tentang problema hidup dan kehidupan manusia. Selain itu,

fungsi filsafat pendidikan bagi ilmu pendidikan di antaranya adalah sebagai pandangan,

paradigma dan asas-asas dalam memberi kebijakan pendidikan seperti pandangan filsafat

idealisme akan melahirkan teori-teori pendidikan beraliran idealisme, begitu pula aliran realisme,

materialisme dan lain sebagainya. Fungsi lain dari filsafat adalah memberi arah teori pendidikan

agar mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata, yaitu dapat memilih dan mengarahkan teori-

teori pendidikan yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup

masyarakat itu sendiri. Filsafat dapat memberikan fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah

dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan (paedagogik).[3]

3.      Perbedaan mendasar filsafat pendidikan islam dengan filsafat barat

Yang menjadi perbedaan mendasar dari filsafat pendidikan islam dan filsafat barat adalah

terletak pada paradigma. Filsafat barat memiliki paradigma rasional, yaitu segala sesuatu yang

berhubungan dengan kebenaran pendidikan harus logis, seperti yang dikemukakan tokoh besar

filsafat barat Immanuel Kant, mengatakan bahwa filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala

pengetahuan yang mencakup 4 persoalan, yaitu;

a.    apakah yang dapat diketahui? Maka akan dijawab oleh metafisika.

b.    apakah yang boleh kita kerjakan? Dijawab oleh etika.

c.    sampai dimanakah harapan kita? Dijawab oleh agama.

d.    apakah yang dinamakan manusia? Dijawab oleh antripologi.

Sedangkan filsafat pendidikan islam selain logis juga tidak bertentangan dengan ajaran

islam. Apabila dianalisa tidak semua yang logis itu sesuai dengan ajaran keimanan yang

didoktrin oleh Dzat Yang Maha Pemilik ilmu. Artinya filsafat barat perpedoman pada akal

sedangkan filsafat pendidikan islam berpegang pada akal yang dipandu oleh wahyu. Oleh sebab

itu dalam filsafat pendidikan islam bercirikan penggunaan wahyu (al-Quran) sebagai sumber dan

pembimbing berfilsafat, sebagai contoh dalam al-Quran bertebaran ayat-ayat yang mendorong

manusia untuk menggunakan ra’yu (akal), bertafakur, bertafaqquh, pengadakan penyelidikan

(tabayun), penelitian, dan sebagainya.[4]

Page 5: Filsafat Pendidikan Islam

4.      Tujuan pendidikan islami dan sekuler

Sebelum membahas tujuan, ada baiknya bila kita fahami apa tujuan. Tujuan adalah

sesuatu hal ideal yang menjadi idaman untuk diwujudkan, dalam tujuan pendidikan suasana ideal

tersebut akan tergambar dari tujuan akhir yang biasanya dirumuskan secara padat dan singkat,

matang, integritas dan sempurna.

Di antara tujuan pendidikan islami adalah membantu dan menolong manusia untuk

menjadi manusia yang baik dan kaffah, insan kamil dengan pola taqwa (utuh rohani dan jasmani,

hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Tuhan Yang Maha

Esa).  Sedangkan baiknya seseorang akan ditentukan oleh filosofinya (pandangan hidup), artinya

apabila filosofinya agama, maka akan membantu manusia menjadi seseorang yang baik menurut

agama.

Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia

sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia

yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada

Allah.

Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan

hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut

Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat a Dzariyat ayat 56 :

“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.

Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan

shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan

syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang

dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam

untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.

Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang

dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan

Allah.

Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :

a.         Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah

laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus

dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.

Page 6: Filsafat Pendidikan Islam

b.         Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku

individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman

masyarakat.

c.         Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai

seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.

Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi

a.         Pembinaan akhlak.

b.         menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.

c.         Penguasaan ilmu.

d.         Keterampilan bekerja dalam masyrakat.

Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :

a.         Tujuan keagamaan.

b.         Tujuan pengembangan akal dan akhlak.

c.         Tujuan pengajaran kebudayaan.

d.         Tujuan pembicaraan kepribadian.

Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :

a.         Bahagia di dunia dan akhirat.

b.         menghambakan diri kepada Allah.

c.         Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.

d.         Akhlak mulia.[5]

Berbeda dengan pendidikan islam, pendidikan barat atau sekuler memilki tujuan yang

terbagi menjadi tiga yaitu;

a.    Tujuan individu yang berkaitan dengan individu-individu yaitu perubahan tingkah laku,

aktivitas, proporsi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat, mempersiapkan adaptasi

dengan lingkungan agar dapat diakui status sosialnya oleh masyarakat.

b.    Tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat.

c.    Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni,

sebagai profesi, dan sebagai suatu aktivitas di antara aktivitas-aktivitas masyarakat.[6]

Page 7: Filsafat Pendidikan Islam

Sedangkan menurut UNESCO pendidikan bertujuan: mendidik agar siswa tahu (learning

to know), tahu cara melakukan ilmu tersebut (learning to do), menjalankan kehidupan sesuai

dengan ilmu pengetahuannya tersebut (learning to be), dan learning to live together.[7]

5.      Kesesuaian antara tujuan pendidikan nasional tujuan pendidikan islami

Tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, kecerdasan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan

mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan

yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas

pembangunan bangsa.[8]

Dengan demikian, bisa difahami bahwa setiap negara memiliki pandangan hidup

(filosofis/falsafah negara), falsafah tersebutlah yang menjadi dasar tujuan pendidikan nasional

setiap negara, dengan demikian bisa dartikan bahwa tujuan pendidikan Indonesia adalah

mencetak manusia pancasilais. Berarti mencetak lulusan berkeTuhanan Yang Maha Esa.

Sebagaimana yang telah dibahas diatas tentang tujuan pendidikan islam yaitu membantu

dan menolong manusia untuk menjadi manusia yang baik dan kaffah, insan kamil dengan pola

taqwa (utuh rohani dan jasmani, hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena

taqwanya kepada Tuhan Yang Maha Esa).  Sedangkan baiknya seseorang akan ditentukan oleh

filosofinya (pandangan hidup), artinya apabila filosofinya agama, maka akan membantu manusia

menjadi seseorang yang baik menurut agama. Sehingga tujuan pendidikan menurut islam

memang tidak ada yang diperintah kecuali berbakti kepada Tuhan Yang Esa (bertauhid),

berkemanusiaan yang beradab, bersatu, berprikemanusiaan, adil, dan lain sebagainya. Sehingga

ada kesesuaian antara pendidikan islam dan nasional. Hanya perlu diperbaiki pada tataran

praktisnya saja.

6.      Ciri khas kurikulum islami.

Kurikulum adalah niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program

pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah. Isi kurikulum adalah pengetahuan ilmiah,

termasuk kegiatan dan pengalaman belajar, yang disusun sesuai taraf perkembangan siswa.

Disini ada dua subjek dominan yaitu subjek yang dibina dan subjek yang membina.[9]

Menurut Prof. Dr. A. Tafsir (2006: 99), “Program dalam mencapai tujuan pendidikan”.

Dalam definisi di atas ada beberapa kata kunci, yaitu: niat, harapan, dan tujuan, dituangkan

dalam rencana atau program, untuk dilaksanakan oleh guru. Berarti kurikulum itu sangat erat

Page 8: Filsafat Pendidikan Islam

dengan niat, harapan atau tujuan yang hendak dicapai setelah selesai pendidikan dalam suatu

jenjang. Tujuan tersebut tidak akan dapat tercapai dengan maksimal apabila tidak dituangkan

dalam rencana atau program kerja pendidikan.

Begitu pula harapan dan tujuan seideal apapun yang berbentuk kurikulum ideal tidak

akan tercapai apabila para guru tidak melaksanakan program tersebut. Pertanyaannya, apa tujuan

pendidikan dalam islam? Tujuan pendidikan dalam islam adalah membentuk manusia yang baik,

sehingga dapat merumuskan indikator sebagai berikut: akhlaknya baik yang berdasarkan iman

yang kuat, memiliki pengetahuan yang benar, keterampilan kerja yang kompetitif, menghargai

keindahan.[10] Al-hasil ciri khas kurikulum islami adalah mengintegrasikan akhlak,

ilmu/keterampilan dan seni secara seimbang dengan bingkai tidak bertentangan pada al-Quran

dan al-Hadits.

7.      Karakteristik pendidik dan peserta didik dalam kajian filsafat pendidikan islam.

Sa’id Hawwa (terjemah Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, lc. 2000:15-32), mengatakan

karakteristik yang harus dimiliki siswa adalah:

a.        Mendahulukan kesucian jiwa,  karena ilmu adalah cahaya dan akan memasuki hati yang suci,

sehingga sebagai siswa yang menginginkan ilmu yang bermanfaat harus mendahulukan hati.

b.        Mengurangi keterikatan dengan dunia, karena hati ini hanya bisa fokus berfikir satu, maka jika

ikatan-ikatan dunia merasuk hati dan pikiran maka fokus dalam belajar akan hilang, jika sudah

begitu sulit mendapatkan ilmu secara maksimal, sesuai firman Allah SWT dalam QS al-Ahzab: 4

artinya: “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya.

c.         Tidak bersikap sombong kepada orang yang berilmu dan guru, karena sikap tersebut akan

menjauhkan kemanfaatan ilmu. Seperti kisah Ibnu Abbas yang menghormati seorang ulama yaitu

Zaid ibn Tsabit dengan menuntun kendali bighal dan Zaid berkata wahai anak paman Rasulullah

SAW jangan berbuat begitu, Ibnu Abbas menjawab, beginilah kami diperintahkan Rasulullah

SAW memperlakukan seorang ulama, kemudian Zaid bin Tsabit mencium tangan Ibnu Abbas

seraya berkata, begiilah kami diperintahkan oleh Rasulullah SAW memperlakukan kerabat

Rasulullah SAW.

d.        Bagi siswa pemula hindari menekuni ilmu yang bertentangan (khilafiyah) di antara manusia

karena akan membingungkan akal siswa itu sendiri.

Page 9: Filsafat Pendidikan Islam

e.        Harus mempelajari seluruh cabang ilmu yang bermanfaat, tidak boleh palah-pilih cabang ilmu

tertentu, karena akan mengakibatkan pemikiran yang parsial dan tidak utuh.

f.          Tidak menekuni seluruh cabang ilmu, karena ilmu itu ada hirarkinya disesuaikan dengan

keilmuan dan tingkat kedewasaannya, seperti ilmu ma’rifatullah tidak akan bisa disampaikan

secara mendetail kepada orang yang baru belajar atau masih kecil.

g.        Tidak memasuki ilmu selanjutnya, sebelum ilmu sebelumnya dikuasai, karena suatu ilmu

bersifat urut, apabila satu cabang ilmu satu belum terkuasai akan mengakitkan ilmu yang lain

kurang terkuasai juga. Kedelapan, hendaknya mengetahui faktor-faktor penyebab mendapat ilmu

yang bermanfaat.

h.        Hendaknya seorang siswa memiliki tujuan dunia yaitu mempercantik akhlak dan amalnya, dan

memiliki tujuan akhirat yaitu mendapat ridha Allah SWT, dan jangan bertujuan mendapatkan

kekuasaan, harta, mengelabui orang-orang tidak tahu, dan berdepat dengan orang yang berilmu

lainnya.

i.          Hendaknya mengetahui kaitan ilmu dengan tujuan, karena tujuan adalah suatu harapan yang

ingin dicapai dan direalisasikan.

Selain siswa, guru pun harus memiliki standar karakteristik yang sesuai dengan tujuan

diselenggarakannya pendidikan terutama pendidikan yang islami. Adapun karakteristik yang

harus dimiliki guru, di antaranya:

a.        Kasih sayang terhadap siswa, sesuai sabda Rasulullah SAW: ”sesungguhnya aku bagi kalian

adalah bagaikan bapak kepada anaknya”. Kasih sayang seorang bapak kepada anaknya bukan

tidak pernah marah, karena marah seorang bapak bukan karena marah tetapi peringatan dan

pendidikan agar anak menjadi lebih baik.

b.        Ikhlas karena Allah. Artinya tidak bertujuan mencari upah, sesuai firman Allah SWT dalam QS

Hud: 29, artinya: “Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi

seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang

telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku

memandangmu suatu kaum yang tidak Mengetahui".

c.         Selalu menasehati siswa jangan tergesa-gesa ingin mempelajari ilmu lain sebelum ilmu yang

dihadapi dikuasai, juga mengingatkan siswa bahwa tujuan mencari ilmu adalah untuk taqarub

kepada Allah SWT, bukan untuk meraih kekuasaan, harta dan lain sebagainya.

Page 10: Filsafat Pendidikan Islam

d.        Membina akhlak dengan kasih sayang bukan dengan celaan.

e.        Seorang guru yang profesional tidak boleh mencela cabang ilmu yang lain, seperti apabila dia

seorang profesional guru fiqih, tidak boleh mencela pada ilmu tarikh.

f.          Mengajarkan suatu ilmu disesuaikan dengan kemampuan pemahaman siswa, sesuai dengan HR

Muslim, artinya: “Janganlah seseorang berbicara kepada suatu kelompok dengan suatu

pembicaraan yang tidak mampu dijangkau oleh akal mereka melainkan akan menjadi fitnah bagi

sebagian mereka.” Karena apabila guru mengajarkan sesuatu yang tidak mampu dijangkau oleh

pemahaman siswa, tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.

g.        Memberi perlakuan khusus bagi siswa yang kurang dalam kemampuannya, dan berikan

pengetahuan yang jelas serta yang cocok dengan siswa tersebut.

h.        Mampu memberikan contoh yang baik (uswah hasanah), karena apabila guru tidak sesuai antara

yang diajarkan dengan perilakunya akan mengurangi kewibawaan dan reputasi guru tersebut

hilang.[11]

8.      Kelebihan dan kekurangan pesantren secara filosofis

Pesantren atau lebih dikenal dengan pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan

tertua di Indonesia, setelah rumah tangga. Sebagai lembaga pendidikan pesantren telah banyak

memberikan konstribusi yang besar terhadap berbagai lini kehidupan. Namun terlepas dari itu

sebagaimana lembaga pendidikan lain yang diatur oleh manusia pesantrenpun memiliki berbagai

kelebihan dan kekurangan dan di antara kelebihan pesantren adalah:

a.    Mengajarkan kebijaksanaan sesuai ajaran islam, anak dibantu agar mampu memahami makna

hidup, keberadaan, peranan, serta tanggung jawabnya dalam kehidupan.

b.    Menerapkan sistem kebebasan yang terpimpin. Kebebasan harus terpimpin, karena santri masih

mentah pengalaman sehingga masih perlu bimbingan dalam menentukan sikap dan sifat agar

tidak terjerumus.

c.    Mampu mengurus diri sendiri. Di pesantren siswa dituntut untuk bisa mengatasi semua

keperluan diri dengan sendiri, sehingga akan tertanam tanggung jawab, kebebasan dan

kemandirian dalam diri para siswa.

d.    Rasa kebersamaan yang tinggi. Para santri hidup bersama, makan bersama, tidak makan pun

bersama-sama. Sehingga akan muncul sifat saling menghargai dan menghormati satu sama lain.

Page 11: Filsafat Pendidikan Islam

e.    Ta’dhim (penghormatan) terhadap orang tua atau yang dituakan (senior) dan guru, seperti

sungkem (mencium tangan sebagai bentuk penghormatan), tidak membantahnya dan selalu

berusaha ta’at terlebih bila itu perintah dari kyainya. Penomena ini sudah jarang ditemukan di

lembaga pendidikan di luar pesantren.

f.     Cinta kepada ilmu, siswa di pesantren menganggap mencari ilmu adalah suatu pekerjaan yang

suci dan luhur, sehingga tercermin dari menghormati orang yang brilmu, dan sikap dalam

mencari ilmu di dalam kelas dengan tidak arogan terhadap guru, salah satu karakter siswa

pesantren, mereka sudah akan bersiap menerima pelajaran sebelum kiayinya datang, hal ini agak

sulit ditemukan diluar pesantren.

g.    Mandiri, seperti penjelasan di atas di pesantren dituntut untuk mandiri mengurus dirinya, mulai

dari memikirkan makan, mandi, berlajar tidaknya, mengurus keuangan, memenej waktu,

menentukan pakaian dan lain sebagainya, metode sorogan juga memberikan pendidikan

kemandirian.

h.    Kesederhanaan, para siswa memandang dunia dengan sikap yang professional dan tidak

berlebihan, hal ini dapat tercermin dari perilaku sehari-hari mulai dari berpakaian, makan, dan

tidur mereka.

i.      Kemampuan pesantren dalam mengontrol perubahan nilai dan mampu merekayasa budaya,

seperti para santri berusaha menjaga kehormatan pesantren dan kiayinya.[12]

Sebagai lembaga pendidikan yang diatur oleh manusia tentu tidak akan sempurna akan

ada beberapa kelemahan yang justru bisa dijadikan bahan perbaikan dan evaluasi bagi

perkembangan pendidikan islam dan diantara kelemahan dari pesantren menurut hemat penulis

adalah:

a.    Pada umumnya mempelajari hanya hal ukhrawi, tanpa diimbangi dengan pembekalan lifeskill

sehingga lulusan pesantren akan dihadapkan dengan kebingungan ketika mencari sumber

kehidupan.

b.    Seorang santri akan lebih mempercayai kiayinya dari pada ulama atau ilmuan lain, sehingga

kebenaran akan subjektif, karena menurut dia kyainyalah yang paling benar.

c.    Metode yang digunakan pada umumnya di pesantren salafi masih klasik, sehingga santri akan

membutuhkan waktu yang lama dalam memahami pelajaran.

Page 12: Filsafat Pendidikan Islam

Selain beberapa hal di atas juga ada beberapa permasalahan pertentangan pada setiap

ilmuwan yang spesial, seperti ulama fikih menganggap bahwa orang filsafat sering

meninggalkan ajaran ritual, dan orang tashawuf banyak melakukan bid’ah, menurut ahli filsafat

ulama fiqih terlalu dangkal dalam pemikirannya, dan orang tashawuf mengatakan bahwa ahli

fiqih hanya mementingkan kulit luar, bukan isi yang esensi, sehingga tidak akan merasakan

lezatnya agama, perang sengit tersebut telah berlangsung lama dalam sejarah, sehinga apabila

masing-masing mampu objektif, bahwa ilmu ada hirarkinya yaitu dia tidak akan mencapai

derajat tashawuf atau filosof apabila tidak diawali dengan pengetahuan fiqih, dan apabila ulama

fiqih merasa cukup dengan memperdalam hal yang dhahir maka esensi core agama akan sulit

didapat, sehingg sebetulnya antara ilmu fiqih, tashawuf dan filsafat saling memerlukan dan

saling mendukung, sehigga jangan menjadi perdebatan mana yang lebih utama, semua utama

sesuai dengan kemampuan siswa yang akan mempelajarinya.

C.   Penutup

Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan

kepribadian manusia secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal

pikiran (inteletual), diri manusia yang rasional; perasaan indera. Karena itu, pendidikan

hendaknya menacakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek spritual,

intelektual, ianajinasi, fisik, ilmiah, dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif; dan

mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaiakn dan kesempurnaan. Tujuan

terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yangsempurna kepada Allah,

baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia. Wallahu a’lam.

                                         Daftar Pustaka

Ahmad Tafsir., Filsafat Pendidikan Islami, PT. Remaja Rosdakarya., Bandung , 2005

Ahmad Tafsir., Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam., PT. Remaja Rosdakarya., Bandung, 2005

Page 13: Filsafat Pendidikan Islam

Nur Uhbiyati., Ilmu Pendidikan Islam., CV. Pustaka Setia., Bandung, 1998

Sa’id Hawa.,mensucikan jiwa., Aunur Rafiq Shaleh, Lc. Terj. Pustaka Dini., Shah Alam. 2000.

Zuhairini. Dra, dkk.,Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.

http://hidayatulhaq.wordpress.com/2008/06/14/tujuan-pendidikan-islam/

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformal

[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_nonformal

[2] Prof. A. Tafsir (2006), Filsafat Pendidikan Islam, hal. 1-48[3] Dra. Zuhairini, (1992). Filsafat Pendidikan Islam. Hal 16-18[4] Ibid. Hal 107-109[5] http://hidayatulhaq.wordpress.com/2008/06/14/tujuan-pendidikan-islam/[6] Ibid hal 162[7] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, (2006), Filsafat Pendidikan Islam, hal 91[8] Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, hal 39 [9] Nana Sudjana. (1988). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Hal 4-5[10] Prof. Dr. A. Tafsir (2006). Filsafat Pendidikan Islam. Hal 101[11] Sa’id Hawwa. (2000). Mensucikan Jiwa. Hal 15-32[12] Prof. Dr. A. Tafsir. (2005). Ilmu Pendidikan Islam. Hal 193-202

Diposkan oleh agus waluya di 22.18Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Label: Makalah PAIReaksi: 

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Label

Makalah PAI (13)

Page 14: Filsafat Pendidikan Islam

Ilmu Agama Islam (12) kisah inspiratif (11) senyum (10) Gontor (5) Refreshing (2) bloging (2) goresan singkat (2) tausiah (2) Tokoh (1) gambar (1)

Cari Blog Ini

Arsip Blog

►   2013 (1)

►   2012 (12)

▼   2011 (47) o ►   Desember (5) o ▼   November (25)

Wawancara Kodok, Kura kura dan kaki seribu Jum'at pagi yang misterius Orang gila, jagung dan ayam buku horror Tebak-tebakan Beberapa Ciri Khas Film, India, Cina, Robot Jepang... Term Al 'Aalam dalam Pendidikan Islam Konsep Khalifah Dalam Pendidikan Islam IMPLEMENTASI TERM AL-NAFS DALAM PENDIDIKAN Belajar dari Keledai Isteri Yang Taat Kepada Suami Bangunan Yang Tidak Rusak dan Pemilik Yang Tidak B... ahli batu Delapan Dirham Kisah Inspiratif, Gadis bernama Li-Li Taushiah KH. Hasan Abdullah Sahal foto2 lucu (just for fun) Akbar Jihadi Fillah Rumahku Syaikh Abdul Qadir Jaelani Filsafat Gontor

Page 15: Filsafat Pendidikan Islam

FIQH, USHUL FIQH KOMPLEKSITAS DAN FUNGSINYA Filsafat Pendidikan Islam konsep Al-Ruh dalam Pendidikan

o ►   Mei (7) o ►   April (7) o ►   Maret (3)

Akbar Jihadi Fillah

Ada kesalahan di dalam gadget ini

My Lovely Wife

Bd Ka Bojongsalam

masjid Gontor

tiap pagi dan petang kita beramai sembahyang....

Masjid Jami Tegalsari masa kini

Cikal Bakal Pondok Gontor Lama

Page 16: Filsafat Pendidikan Islam

khabaruna

Apple Google Microsoft Samsung Kembali Ejek Apple Lewat Iklan Baru Galaxy S4 Liputan6.comLiputan6.com, Islandia : Perseteruan antara Samsung dan Apple entah sampai kapan akan berakhir. Setelah terus-menerus 'berperang' saling rebut hak paten di meja hijau, perseteruan terbuka antar kedua raksasa di jagat teknologi ini pun dipertontonkan ...Artikel Terkait   » Apple Gratiskan Lima Game Metro TV NewsMetrotvnews.com: Apple menggratiskan beberapa aplikasinya jelang ulang tahun App Store yang kelima. Ada 10 aplikasi yang bisa diunduh secara cuma-cuma hingga waktu yang ditentukan oleh Apple dan lima diantaranya adalah game. Infinity Blade II ...Artikel Terkait   » Apple Hadapi Hambatan Kuasai Merek Dagang iWatch OkezoneCALIFORNIA - Keinginan Apple untuk mendapatkan merek dagang "iWatch" rupanya tidak berjalan mulus. Perusahaan harus menghadapi masalah merek dagang "iWatch" di Amerika Serikat (AS), wilayah Eropa, dan China karena telah ada perusahaan ...Apple Puaskan Pelanggan di Kampung Halaman Samsung dan LG Liputan6.comoleh Denny Mahardy. Posted: 08/07/2013 09:09. Apple Puaskan Pelanggan di Kampung Halaman Samsung dan LG. Liputan6.com, Seoul :Apple memang dikenal piawai membuat perangkat yang menarik konsumen, dan disertai dengan kinerja mumpuni.didukung oleh

Follow by Email

Aula Gontor

Page 17: Filsafat Pendidikan Islam

Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM)

Masjid Kampus Gontor 2

awal perjalanan calon pelajar Gontor

Gontor

PM Daarussalaam Gontor

Entri Populer

Dakwah Rasulullah saw Periode Makkah

Page 18: Filsafat Pendidikan Islam

I.               Oleh ; Agus Ruswandi                                    PENDAHULUAN Ada dua periode dalam kehidupan nabi Muhamma...

PROSES MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

Oleh : Wildan Baihaqi, SAg. Pendahuluan Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Ras...

Pulo Merah keindahan pantai selatan Banyuwangi

Waktu saya masih ngabdi (istilah mengajar guru Gontor) di Gontor 5, yang berlokasi di Kabupaten Banyuwangi. Saya sempat dibuat tercengang ...

SEJARAH SINGKAT PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR

A. LATAR BELAKANG SEJARAH 1. Pondok Tegalsari Pada paroh pertama abad ke-18, hiduplah seorang kyai besar bernama Kyai Ageng Has...

Pembelajaran Khat Al-Qur’an Pesantren LEMKA

Abstrak Khat atau kaligrafi Al-Qur’aan pada saat ini sudah menjadi primadona para pecinta seni islami, baik yang murni maupun kon...

karakteristik Masyarakat di Pedesaan

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal usul dan...

Page 19: Filsafat Pendidikan Islam

Fiqh, Ushul Fiqh dan Kompleksitasnya

Agus Waluya, SHI. Agama ( al-dien ) adalah ide murni, atau s i stem ide dan kepercayaan yang bersifat Ilahiyah , berkenaan dengan k...

Arab Pra Islam

Ade Hidayat A.    Pendahuluan Penelusuran sejarah, khususnya sejarah mengenai Arab sebelum Islam, merupakan diskursus yang mena...

Filsafat Pendidikan Islam

A.    Pendahuluan Salah satu unsur pembangun peradaban bangsa adalah melalui pendidikan. Sedangkan hasil akhir sebuah pendidikan terga...

Konsep Khalifah Dalam Pendidikan Islam

Oleh : Agus Ruswandi Kata khalifah dalam bentuk tunggal terulang dua kali dalam Al-Quran, yaitu dalam Al-Baqarah ayat 30 dan Shad aya...

Pengikut

Agus Waluya

agus waluya Lihat profil lengkapku

curug malela

Page 20: Filsafat Pendidikan Islam

Desa Cicadas Kec. Rongga Kab. Bandung Barat

Pasca Sarjana UIN SGD

Institut Study Islam Darussalam Padepokan Guru Indonesia Pascasarjana UIN SGD Bandung Pondok Modern Darussalam Gontor UIN Sunan Gunung Djatu

Label

Makalah PAI Ilmu Agama Islam kisah inspiratif senyum Gontor Refreshing bloging goresan singkat tausiah Tokoh gambar

Tampilan slide