BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Operasi Produksi
2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Produksi
Menurut Handoko T. Hani dalam bukunya (2011a:3) yaitu :
“Manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan
secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya (atau sering disebut
faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan
mentah dan sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan
tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa.”
Operasi Produksi merupakan suatu fungsi yang penting bagi pencapaian
sasaran suatu organisasi.Salah satu sasaran dari suatu organisasi adalah dapat
hidup secara berkesinambungan, disamping selalu dapat tumbuh dan berkembang
secara berkesinambungan.Melalui kegiatan operasi produksi, suatu organisasi
perusahaan harus dapat menghasilkan barang atau jasa secara efektif dengan biaya
yang efisien, kualitas produk yang baik dan layanan yang cepat.
Manajemen Operasi Produksi menurut Assauri Sofjan (2016:6) yaitu: “Manajemen Operasi Produksi adalah kumpulan kegiatan yang berkaitan dengan penciptaan nilai dari barang, jasa dan gagasan, dengan mentransformasikan input menjadi output. Tanpa memperhatikan apakah akhit adalah barang, jasa ataupun gagasan, kegiatan yang dilakukan dalam organisasi tersebut sebagai manajemen produksi.” Pengertian produksi lainnya menurut Heizer dan Render (2009:4), yaitu :
“Produksi adalah proses penciptaan barang dan jasa”
Dari definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa produksi adalah suatu tugas atau aktivitas dikatakan memiliki
nilai tambahan apabila penambahan beberapa input pada tugas itu akan
memberikan nilai tambahan produk (barang dan/ jasa).
Menurut Ishak (2010:3) konsep dasar sistem produksi terdiri dari :
1. Element input dalam sistem produksi dapat diklasifikasikan dalam dua jenis,
yaitu: input tetap dan input variable. Input tetap didefinisikan sebagai suatu
input bagi sistem produksi yang tingkat penggunaanya tidak tergantung pada
jumlah output yang akan diproduksi. Input variable didefinisikan sebagai
suatu input bagi sistem produksi yang tingkat penggunaannya bergantung
pada jumlah output yang akan diproduksi.
2. Proses dalam sistem produksi
Proses dalam sistem produksi didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari
tenaga kerja, material informasi, metode kerja, dan mesin atau peralatan,
dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambahan bagi produk agar
dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar.
3. Element output dalam sistem Produksi
Output dari proses dalam sistem produksi dapat berbentuk barang dan jasa,
yang disebut produk.
Dari konsep dasar sistem produksi diatas maka dapat dilihat bahwa yang
dimaksud dengan pengertian produksi adalah suatu kegiatan penciptaan barang
dan jasa dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki dengan
mempertimbangkan pula kegiatan-kegiatan pendukung lainnya.
Menurut Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano dalam buku T. Hani
Hanodoko (2011b:8) “Manajemen operasi-operasi dapat juga didefinisikan
sebagai pelaksanaan kegiatan manajerial yang dibawakan dalam pemilihan,
perancangan, pembaharuan, pengoperasian dan pengawasan sistem-sistem
produktif.”
Kegiatan-kegiatan ini secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
4. Pemilihan : keputusan strategic yang menyangkut pemilihan proses melalui
mana berbagai barang atau jasa akan diproduksi atau disediakan
5. Perancangan : keputusan-keputusan taktikal yang menyangkut kreasi metoda-
metoda pelaksaan suatu operasi produktif.
6. Pengoperasian : keputusan-keputusan perencanaan tingkat keluaran jangka
panjang atau dasar forecast permintaan dan keputusan-keputusan scheduling
pekerjaan dan pengalokasian karyawan jangka pendek.
7. Pengawasan : prosedur-prosedur yang menyangkut pengambilan tindakan
korektif dalam operasi-operasi produksi barang atau penyedia jasa
8. Pembaharuan : implementasi perbaikan-perbaikan yang diperlukan dalam
sistem produktif berdasarkan perubahan-perubahan permintaan, tujuan
organisasional, teknologi dan manajemen.
Sasaran operasi produksi dalam organisasi akan selalu dihadapkan dengan
kegiatan produksi. Hal ini karena organisasi itu haruslah dapat menunjukkan hasil
kerjanya berupa output dari organisasi. Output yang dihasilkan organisasi
haruslah sesuai dengan rencana waktu, dengan kualitas yang diinginkan dan biaya
yang rendah, sehingga harus dikerjakan secara efektif dan efisien, tanpa ada
kegiatan pengerjaan kembali akibat terdapatnya kesalahan.
Pelaksanaan tugas dari suatu unit operasi produksi mencakup tiga kebutuhan
dasar operasi produksi, yaitu :
1. Menghasilkan dan menyerahkan produk sebagai tanggapan atas permintaan
pelanggan pada waktu penyerahan yang terjadwal.
2. Menyerahkan atau menyampaikan produk dengan tingkat mutu atau kualitas
yang dapat diterima.
3. Memberikan hasil pada tingkat biaya yang serendah mungkin.
Untuk melaksanakan tugas itu, seorang manajer unit operasi produksi
melakukan kegiatan yang mencakup proses pengambilan keputusan atas faktor-
faktor input, dan menggunakannya untuk menghasilkan barang, jasa, dan
gagasan. Dapat diilustrasikan pada gambar berikut :
Sumber : Sofjan Assauri; Operational Strategic; hlm.2
Gambar II.1 Kegiatan Manajemen Operasi Produksi
Sasaran dari unit operasi produksi dalam suatu organisasi adalah untuk
daapat dihasilkannya perbaikan-perbaikan yang dramatis dalam meningkatkan
pemberian jasa pelanggan dan upaya menurunkan biaya.Peran dari setiap manajer
operasi produksi haruslah dapat mendukung tercapainya tujuan dan sasaran
organisasi.Dalam rangka ini, maka setiap manajer operasi produksi haruslah dapat
menggerakkan orang-orang yang berkerja di dalam unit operasi produksi untuk
bekerja secara optimal dan terarah guna pencapaian tujuan dan sasaran unit
operasi produk bagi keberhasilan organisaasi bisnisnya.
2.1.2 Strategi Operasi Produksi
Strategi Operasi Produksi umumnya berkaitan dengan penetapan
kebijakan secara luas dari suatu organisasi dan rencana yang berkaitan dengan
INPUTS Lahan/Tanah Tenaga Kerja
Modal Kewirusahaan Pengetahuan
PENGENDALIAN PRODUKSI
Planning Routing
Scheduling Dispatching Follow-up
OUTPUTS Barang
Jasa Gagasan
penggunaan sumber-sumber daya organisasi perusahaan itu. Strategi Operasi
Produksi suatu perusahaan adalah bersifat komrehensif, melalui upaya
pengintegrasian dengan strategi korporasi. Strategi yang disusun meliputi suatu
proses jangka panjang, yang dilakukan untuk mempercepat upaya menghadapi
perubahan yang tidak dapat dihindarkan.
Suatu strategi operasi produksi umumnya meliputi keputusan yang
berkaitan dengan perancangan atau desain proses dan infrastruktur yang
dibutuhkan untuk mendukung proses. Desain proses mencakup pemilihan
teknologi yang tepat, besarnya overtime dari proses, besarnya peranan inventori
dalam proses, dan kegiatan melokalisasi dari proses. Kapabilitas operasi produksi
suatu organisasi perusahaan, dapat digambarkan sebagai suatu portofolio yang
terbaik, untuk mana diperlukan penyesuaian guna dapat mengadaptasi perubahan-
perubahan kebutuhan produk dan/atau jasa dari para pelanggan perusahaan.
Kunci dari keberhasilan dalam strategi operasi produksi terletak pada
pengidentifikasian dari pemilihan prioritas apa, dan pemahaman tentang
konsekuensi dari setiap pilihan, serta memandu jaminan terjadinya trade-offs dari
pertukaran.
Strategi manajemen operasi produksi harus dilandasi strategi organisasi,
yang menetapkan arah dan sasaran organisasi bisnis jangka panjang.Arah
pengembangan organisasi bisnis jangka panjang didasarkan pada misi dan visi
organisasi.Strategi operasi produksi organisasi bersifat komprehensif melalui
strategi pengintegrasian, yang menekankan pada keunggulan bersaing organisasi
itu.
Strategi operasi produksi merupakan pendekatan yang harus konsisten
dengan strategi organisasi, yang digunakan untuk memandu jalannya fungsi
operasi produksi.Karena itu, strategi operasi produksi mempersempit lingkup
perlakuan utama aspek operasi prosuksi dari suatu organisasi. Maka strategi
operasi produksi berkaitan dengan produk, proses, metode, sumber-sumber daya
operasi produksi, kualitas biaya, lamanya waktu tunggu layanan pelanggan atau
lead-times dan scheduling.
Organisasi dalam jangka panjang didasarkan pada misi dan visi organisasi itu.
Visi merupakan pernyataan yang sederhana, mau diarahkan ke mana jalannya
organisasi atau unit organisasi, dan apa yang diinginkan pimpinan atau unit
organisasi tersebut pada masa yang akan datang. Sedangkan misi merupakan
pernyataan tentang berdirinya atau terbentuknya suatu organisasi atau unit
organisasi.Dari misi dan visi organisasi, maka dikembangkan tindakan aktivitas
yang mendasari perbaikan bagi peningkatan kinerja organisasi dan posisi
bersaingnya.
Manajemen Operasi Produksi yang efektif didasarkan pada upaya
didasarkan pada upaya yang mengharuskan organisasi mempunyai misi untuk
mengetahui dimana upaya organisasi harus beroperasi dan strategi yang
dijalankan guna mengtahui bagaimana upaya pencapaiannya.Keberhasilan
organisasi susungguhnya didasarkan pada kemampuan menjaga kelangsungan
usaha atau dapat berkesinambungannya organisasi, sebagai imbalan yang
diperoleh dari dapat diterimanya hasil organisasi oleh pelanggan.
2.1.3 Ruang Lingkup dan Hubungan Fungsi Manajemen Operasi Produksi
Lingkup atau cakupan manajemen operasi produksi bergerak dalam lintas
organisasi.Orang-orang manajemen operasi produksi berperan dalam desain
produk (mencakup barang, jasa, dan gagasan), penseleksian dan manajemen
teknologi, desain sistem kerja, perencanaan lokasi, perencanaan fasilitas dan
peningkatan kualitas organisasi produk yang mencakup barang, jasa, dan
gagasan.Fungsi operasi produksi meliputi banyak kegiatan yang terkait, seperti
peramalan atau prakiraan, perencanaan kapasitas, skeduling, manajemen
persediaan, jaminan, kualitas, motivasi para pekerja, penetapan lokasi dan lainnya.
Sedangkan manajemen operasi bertugas untuk mengukur, mengendalikan
dan mengawasi kegiatan produksi atau operasi agar dapat berjalan dengan lancar
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Manajemen operasi mempunyai ruang
lingkup yang digunakan untuk menghasilkan efektifitas dan efisiensi produksi.
Ruang lingkup manajemen operasi terdiri dari :
1. Desain produk dan jasa
Operasi perlu membuat keputusan mengenai desain produk atau jasa
menyesuaikan dengan kebutuhan, keinginandan selera konsumen.
2. Perencanaan proses produksi
Fungsi operasi perlu membuat keputusan yang berkenaan dengan bagaimana
mengimplementasikan desain produk dan jasa dalam suatu proses operasi.
3. Penentuan lokasi fasilitas/pabrik dan material handling
Manejeman operas imencangkup tentang penentuan lokasi pabrik dimana
dalam penentuan tersebut mempertimbangkan beberapa faktor. Sedangkan
material handling/pengangkutan merupakan cara yang dilakukan dalam
mengenai perpindahan bahan dan produk.
4. Layout fasilitas
Layout merupakan pengaturan tata letak fasilitas operasi dalam perusahaan
agar proses operasi berjalan dengan lancar.
5. Desain tugas dan pekerjaan
Desain tugas dan pekerjaan meliputu kinerja, mesin dan juga peralatan yang
digunakan dalam produksi.
6. Peramalan produk atau jasa
Peramalan merupakan suatu hal penting dalam manajemen operasi, dimana
peramalan digunakan sebagai dasar penentuan jumlah produksi maupun
kebutuhan bahan baku yang digunakan.
7. Penjadwalan dan perencanaan produk
Penjadwalan (schedulling) yaitu penyusunan jadwal kapan produksi dimulai
dan diakhiri, dimana salah satu metode yang digunakan adalah network
planning. Selain itu manajemen operasi juga mencangkup perencanaan tentang
apa, berapa, dan bagaimana produk dihasilkan.
Dalam hampir semua organisasi, produksi adalah suatu fungsi internal
yang berhubungan dengan lingkungan eksternal melalui “penyangga” (buffer)
fungsi-fungsi organisasi lainnya. Penyangga fungsi produksi dari pengaruh
lingkungan secara langsung diperlukan untuk beberapa alasan yaitu :
1. Interaksi dengan unsru-unsur lingkungan (yaitu, langganan dan tenaga
penjualan ditempat produksi) dapat mengganggu proses transformasi.
2. Proses transformasi teknologik sering lebih efisien daripada proses yang
diperlukan dalam pengadaan masukan-masukan dan penjualan produk-produk
akhir.
3. Keterampilan-keterampilan manajerial yang diperlukan untuk keberhasilan
operasi proses transformasi sering berbeda dengan yang diperlukan untuk
keberhasilan operasi pemasaran, pesonalia atau keuangan.
Tentu tidak semua fungsi produksi tertutup rapat dari lingkungannya.
Seperti telah disebutkan, fungsi produksi hendaknya mentaati peraturan-peraturan
pemerintah atau mengikuti keinginan konsumen, memperhatikan tuntutan-
tuntutan lembaga atau kelompok-kelompok konsumen, daan sebagainya dalam hal
penjagaan kelestarian lingkungan , keamanan produk dan perlindungan
konsumen, dan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan lainnya.
Menurut Sofjan Assauri (2008 : 34 ) secara umum fungsi produksi terkait
dengan pertanggung jawaban dalam pengolahan dan pentransformasian
masukan (inputs) menjadi keluaran (outputs) berupa barang atau jasa yang akan
dapat memberikan hasil pendapatan bagi perusahaan.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut,diperlukan serangkaian kegiatan yang
merupakan keterkaitan dan menyatu serta menyeluruh sebagai suatu sistem.
Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan fungsi produksi dan operasi ini
dilaksanakan oleh beberapa bagian yang terdapat dalam suatu perusahaan,baik
perusahaan besar maupun perusahaan-perusahaan kecil.
Empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi dan operasi adalah :
1. Proses pengolahan,merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk
pengolahan masukan (inputs).
2. Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian yang
perlu untuk menetapkan teknik dan metode yang akan dijalankan,sehingga
proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
3. Perencanaan,merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari
kegiatan produksi dan operasi yangakan dilakukan dalam suatu dasar waktu
atau periode tertentu.
4. Pengendalian atau pengawasan,merupakan fungsi untuk menjamin
terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan,sehingga maksud dan
tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan (inputs) pada kenyataanya
dapat dilaksanakan.
2.1.4 Perancangan Proses Produksi
Setelah berbagai produk dan jasa dirancang, spesifikasi-spesifikasinya
harus diterjemahkan ke berbagai sistem pemrosesan yang menciptakan produk
atau menyediakan jasa. Desain proses fisik untuk produksi barang-barang dan
jasa-jasa ini menyangkut serangkaian keputusan tentaang seleksi proses,
pemilihan teknologi dan perencanaan proses. Keputusan-keputusan harus dibuat
tentang tipe proses, derajat otomatisasi, macam mesin yang akan digunakan, dan
sebagainya. Desaain proses tidak semaata-mata hanya merupakan masalah teknik
tetapi juga menyangkut pertimbangan-pertimbangan sosial, ekonomi dan
lingkungan.
Proses produksi dapat dibedakan baik atas dasar karakteristik aliran
prosesnya maupun tipe pesanan langganan. Dimensi klasifikasi proses produksi
pertama adalah aliran produk atau urutan operasi-operasi. Ada tiga tipe aliran
yaitu :
1. Aliran Garis
Aliran garis mempunyai cirri bahwa aliran proses dari bahan mentah sampai
menjadi produk akhir dan urutan operasi-operasi yang digunakan untuk
menghasilkan produk atau jasa selalu tetap.
2. Aliran intermiten (job shop)
Suatu proses aliran intermiten mempunyai cirri produksi dalam kumpulan-
kumpulan atau kelompok-kelompok barang yang sejenis pada interval-interval
waktu yang terputus-putus.
3. Aliran Proyek
Bentuk opersai proyek digunakan untuk memproduksi produk-produk khusus
atau untuk seperti kapal, pesawat terbang, peluru, jembatan, gedung, dan
sebagainya.
2.1.5 Manajemen Persediaan
Persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendaliaan bahan baku
maupun barang jadi dalam suatu aktifitas perusahaan. Secara teknis, inventory
atau persediaan adalah suatu teknik yang berkaitan dengan penetapan terhadap
besarnya persediaan bahan yang harus diadakan untuk menjamin kelancaran
dalam kegiatan operasi produksi, serta menetapkan jadwal pengadaan dan jumlah
pemesanan barang yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan. Ciri khas dari
model persediaan sendiri adalah solusi optimalnya selalu difokuskan untuk
menjamin persediaan dengan harga serendah rendahnya.
Menurut Handoko T.Hani (2011c:333) “pengendalian persediaan
merupakan fungsi manajerial yang sangat penting,karena persediaan phisik
banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancar”.
Menurut Rudianto (2012:222) “Persediaan merupakan salah satu asset
perusahaan yang sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap
kemampuan perusahaan untuk memperoleh pendapatan. Karena itu, persediaan
harus dikelola dan dicatat dengan baik agar perusahaan dapat menjual produknyua
serta memperoleh pendapatan sehingga tujuan perusahaan tercapai.
Agar lebih mengerti maksud dari persediaan, maka penulis akan
mengemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian dari persediaan.
Sedangkan menurut Ristono (2009:2) “Persediaan merupakan suatu model
yang umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha
pengendalian bahan baku maupun barang jadi dalam suatu aktifitas perusahaan.
Ciri khas dari model persediaan adalah solusi optimalnya difokuskan untuk
menjamin persediaan dengan biaya yang serendah-rendahnya.”
Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam
persediaan,menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan dan mungkin
mempunyai dana dapat ditanamkan dalam investasi yang lebih menguntungkan
(opportunity cost). Demikian pula ,bila perusahaan tidak mempunyai persediaan
yang mencukupi,dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya kekurangan
bahan.
Ada beberapa jenis persediaan,dan setiap jenis mempunyai karakteristik
khusus tersendiri dan cara pengelolaanya yang berbeda. Menurut
jenisnya,persediaan dapat dibedakan atas :
1. Persediaan bahan mentah (raw materials) yaitu persediaan barang berwujud
seperti baja,kayu dan komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam
proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari alam atau dibeli dari para
supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan dalam proses produksi selanjutnya.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased part/components) yaitu
persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang
diperoleh dari perusahaan lain,dimana secara langsung dapat dirakit menjadi
suatu produk.
3. Persedian bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-
barang yang diperlukan dalam proses produksi,tetapi tidak merupakan bagian
atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang dalam proses (work in proces) yaitu persediaan barang-
barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi
atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk,tetapi malah masih perlu diproses
lebih lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu persediaan barang-barang yang
telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau
dikirim dalam langganan.
Efisiensi opersional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai
fungsi penting persediaan. Pertama harus diingat bahwa,persediaan
adalah sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari
bahan mentah ke barang dalam proses,dan kemudian barang jadi menurut T.Hani
Handoko (2011 : 335).
1. Fungsi “Decoupling”
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi perusahaan
internal dan eksternal mempunyai “kebebasan” (independence). Persediaan
“decouples” ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan
langganan tanpa tegantung pada supplier.
2. Fungsi “Ekonomi Lot Sizing”
Melalui penyimpanan persediaan,perusahaan dapat memproduksi dan membeli
sumber daya-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya
per unit.
3. Fungsi Antisipasi
Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan juga ketidak pastian
jangka waktu pengiriman akan barang selama periode persamaan
kembali,sehingga membutuhkan kuantitas persediaan ekstra yang sering
disebut persediaan pengaman(safety inventories).
2.2 Merchandise
2.2.1 Pengertian Merchandise
Merchandise adalah produk-produk yang dijual peritel dalam gerainya,
sedangkan merchandising adalah kegiatan pengadaan barang-barang yang sesuai
dengan bisnis yang dijalani toko (produk berbasis makanan, pakaian,
barang kebutuhan rumah, produk umum, dan lain-lain, atau kombinasi) untuk
disediakan dalam toko pada jumlah, waktu, dan harga yang sesuai untuk mencapai
sasaran toko atau perusahaan.
Berman dan Evans dalam Sujana, 2005 ”The merchandising consists of the
activities involved in acquiring particuler goods and or services and making them
available at the places, time, and prices, and in the quantity that will enable the
retailer to reach its goals”
Artinya ”merchandising terdiri atas aktivitas-aktivitas yang mencakup
pengadaan barang dan jasa tertentu dan membuatnya tersedia pada tempat, waktu,
harga, dan dalam jumlah tertentu sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen.
Merchandising adalah perencanaan yang berkenaan dengan memasarkan barang
dan jasa yang tepat pada tempatnya yang tepat, waktu yang tepat, jumlah yang
tepat dan dengan harga yang tepat”.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa merchandising
merupakan serangkaian kegiatan pengadaan produk dalam jumlah, waktu, harga
dan tempat yang tepat untuk mencapai tujuan perusahaan peritel.
1. Manajemen Merchandise
Manajemen merchandise atau pengelolaan merchandise berkaitan dengan
pembelian atau pembelanjaan, penanganan, dan keuangannya. Hal-hal yang
berkenaan dengan manajemen merchandise antara lain: target pasar, jenis
gerai, lokasi dimana gerai berada, value chain, kemampuan pemasok, biaya,
kecenderungan mode produk (product trend).
2. Perencanaan Merchandise
a. Peramalan, dengan memperhatikan data-data masa lalu, faktor siklus
hidup produk, faktor musiman.
b. Inovasi, produk ritel harus diciptakan secara inovatif. Pengertian
inovatif adalah hal-hal baru baik dalam cara pakai, fitur baru, model
baru, penggunaan baru, ataupun produk yang sama sekali baru.
c. Assortment (keragaman) Produk :
1. Wide/lebar, yaitu banyaknya variasi kategori produk yang dijual.
2. Deep/dalam, yaitu banyaknya item pilihan dalam masing-masing
kategori produk.
3. Pelaksanaan Manajemen Merchandise
Manajemen merchandise dilaksanakan dengan cara-cara berikut ini :
a. Mengumpulkan informasi : pihak pertama yang dapat memberi
informasi adalah pelanggan, dengan cara mencatat dan meneliti
keadaan demografi mereka dan perubahannya, gaya hidup, dan potensi
rencana belanja. Sumber lainnya adalah pemasok.
b. Memilih dan berhubungan dengan pemasok, yaitu : produsen,
agen/distributor, dan perantara.
c. Mengevaluasi : kehandalan, harga dan mutu yang terbaik, waktu,
pelayanan ekstra, informasi, etika, hubungan jangka panjang, investasi,
resiko.
d. Mengevaluasi merchandise, ada tiga cara menguji yaitu memeriksa
barangnya langsung, sampling, dan deskripsi.
e. Melakukan negosiasi.
f. Melakukan pemesanan.
g. Menerima dan menyimpan stok merchandise.
h. Melakukan pesanan ulang.
i. Mengevaluasi ulang.
Merchandising berasal dari kata merchandise. Merchandise berarti barang
yang diperdagangkan, dengan demikian merchandising dapat didefinisikan
sebagai seni dan ilmu pengelolaan merchandise sehingga dalam distribusi
merchandise tersebut tercapai, produk yang tepat, waktu yang tepat, tempat yang
tepat, harga yang tepat, kuantitas yang tepat, kualitas yang tepat, dijual dengan
cara yang tepat.Terdapat berbagai pengertian dari kreatif dan merchandising,
namun definisi diatas diharapkan dapat mewakili berbagai definisi dari kreatif dan
merchandising tersebut. Untuk menunjang keefektifan proses pembuatan visual
merchandising terdapat juga elemen dasar desain grafis yang harus ada.
Merchandising dalam konteks kekinian harus dipandang bukan sekedar
sebagai suatu proses internal,melainkan sebagai suatu rangkaian dari upaya
retailer dalam penyaluran barang atau jasa dari manufacture dan atau distributor
kepada konsumen sesuai dengan tingkat kebutuhannya, melainkan suatu
kolaborasi aksi secara simultan dengan supplier dalam suatu consumer driven
supply chain dan category management.
Secara singkat merchandising dapat diartikan sebagai upaya pengadaan
dan penanganan barang. Davidson(1988) menyebutkan bahwa terminology :
1. Right merchandise berarti jenis,model,merek,warna,ukuran,dan lainnya yang
ingin dibeli oleh konsumen.
2. Right place merujuk bukan hanya pada lokasi toko, melainkan barang apa yang
selayaknya ada disuatu toko dan tempat pajangan didalam toko itu sendiri.
3. Right time berarti bahwa keberadaan barang di tokopada saat mana konsumen
membutuhkannya.
4. Right quantities berarti bahwa keberadaan barang dalam jumlah sesuai dengan
kebutuhan konsumen
5. Right prices adalah tingkat harga barang yang pantas dan bersaing pada tingkat
mana masih memberikan keuntungan bagi retailer.
Dari beberapa devinisi merchandising relative sama,yakni :
1. Merujuk pada proses pengadaan dan penanganan barang dalam internal
retailer
2. Merujuk pada kondisi-kondisi jenis,harga, jumlah/kuantitas,waktu,dan tempat
merchandise yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen
3. Secara implicit menunjukkan bahwa konteks pemenuhan kebutuhan konsumen
merupakan kepentingan retailer sebagai pusat penyedia kebutuhan.
Ada 3 fungsi merchandising yaitu pengadaan barang (merchandise
Purchasing). Kodifikasi dan system informasi (Merchandise codificatiob&
information system). Penjualan barang (Merchandise Hadling process,khususnya
toko). Keempat fungsi tersebut digambarkan sebagai keempat sisi luar dari
trapezium internal bisnis retail. Berikut dari keempat fungsi tersebut :
1. Merchandise Purchasing
Fungsi Purchasing ditujukan untuk mendapatkan sumber dari merchandise
yang dibutuhkan oleh konsumen pada suatu tingkat harga yang pantas dengan
melakukan dealing trading term condition dengan supplier yang bersangkutan.
2. Merchandise Condification Process
Keberadaan codification dept (coding center) adalah sebagai konsekuensi dari
implementasi komputerisasi merchandising sistem dan upaya atau bentuk
perhatian terhadap tuntutan category menegement. Dengan adanya spesifikasi
penugasan codification dalam me-manage data merchandising system yang
kemudian secara otomatis akan berimplikasi pada akurasi informasi,analisis
dan pelaporan (reporting) dari seluruh aspek dan bagian dari retailer yang
bersangkutan.
3. Proses Penjualan barang
Kegiatan penjualan barang merupakan hal terpenting dalam kehidupan retailer
karena disitulah lading penghasilannya. Tempat retailer menanamkan
harapannya untuk bisa bertahan hidup.Penjualan barang merupakan proses
antara untuk mendapatkan keuntungan.
2.2.2 Merchandise di Bidang Garment
Merchandiser diartikan orang-orang yang mengurus barang dagangan.
Ruang lingkup orang-orang yang mengurusi barang dagangan ini memang sangat
luas, dimulai dari proses design (pemilihan model baju, jenis bahan yang
digunakan, warna, pemilihan asesoris, range size, dll) , pembuatan prototype
design (sample proses : Pola, jahit), menghitung harga jual dan harga produksi,
mengatur proses penempatan produksi, mengurus pembelian bahan baku dan
asesoris yang dipakai, mengawasi proses produksi, mengurus pengiriman barang ,
sampai mengatur tata ruang toko saat penjualan. Merchandiser adalah fungsi
terpenting di Bisnis garmen, karena melalui mereka rantai suplly dan rantai proses
bisnis ini bisa berjalan dengan baik. Peran dari para merchandiser ini sangat
penting oleh sebab itu menjadi bagian terpenting dalam pembahasan ilmu garmen.
Merchandiseatau lebih sering disingkat dengan MD, pada industri garment
sering kita dengar istilah tersebut.Merchandising artinya adalah kegiatan yang
melibatkan perencanaan, pengembangan, dan pengadaan busana / pelengkap
busana sesuai kelompok pasar yang dituju, memenuhi apa yang pelanggan
butuhkan, kapan mereka butuhkan, mutu dan harga sesuai jangkauan pelanggan,
serta jumlah yang tepat. Namun, Merchandiser juga bermakna orang yang
bertanggung jawab dalam memilih,membeli, dan mendistribusikan berbagai jenis
produk mode ke berbagai toko / butik, termasuk mengkoordinasi dan
merencanakan penjualan maupun promosi. Selain memahami seluk beluk mode,
ia diharapkan mampu mengantisipasi apa yang akan diminati konsumen. Dalam
mempertemukan mode dan bisnis, seorang fashion merchandiser dituntut untuk
juga memiliki pengetahuan tentang berbagai teknik dan strategi pemasaran. Tiga
hal utama yang harus dilakukan MD yaitu :
1. Best price, Maksudnya adalah seorang MD harus mampu mendapatkan harga
terbaik untuk sebuah barang. Seorang MD harus mampu bernegosiasi dengan
pihak penyuplai barang untuk mendapatkan harga terbaik. Karena masalah
harga beli akan berhubungan nantinya dengan harga jual barang tersebut ke
konsumen. Dalam setiap perusahaan memiliki hitungan sendiri untuk
menentukan harga jualnya, dan harga jual tersebut tidak dapat sewaktu-waktu
dinaikkan sesuka hati. Bila MD membeli barang dengan harga tinggi dapat
berakibat harga jual barang ke konsumen menjadi tinggi juga.
2. Quality, Maksudnya adalah seorang MD harus mampu menyeimbangkan
antara harga dan qualitas barang. Hanya barang dengan qualitas bagus yang
dapat diterima. Disini diperlukan kerja sama dengan berbagai pihak, dari mulai
pihak intern perusahaan yaitu development sample dan quality control, dan
kerja sama dengan pihak luar yaitu supplier yang diberi kepercayaan untuk
mengerjakan order pesanan MD.
3. Delivery time, Maksudnya delivery time atau ketepatan waktu saat pengiriman
barang. Pengiriman barang harus sesuai timing yang diperlukan. Seperti kita
ketahui dalam industri fashion kita mengenal saat ramai (peak season) dan saat
sepi (low season). Peak season selalu berhubungan dengan momen tertentu
misalnya saat Lebaran Idul Fitri, Natal, dan Imlek. Saat-saat tersebut penjualan
sangat ramai, dan tugas MD menjaga supaya delivery barang yang akan dijual
tepat waktu datangnya. Bila barang yang dibeli lewat datangnya dari saat peak
season tentu saja dapat merugikan, karena barang datang disaat penjualan
sedang sepi.
Untuk menjadi seorang Merchandise juga harus memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik, sebab pekerjaannya berhubungan langsung dengan
pihak lain, terutama pihak diluar perusahaan yang diajak bekerja sama untuk
mengerjakan order-order perusahaan. Selain itu seorang Merchandise harus dapat
luwes saat berbicara negosiasi harga, dan harus tegas saat berbicara mengenai
quality produk dan delivery time. Tapi tegas bukan berarti galak ya, karena
bagaimanapun Merchandise mewakili perusahaan tempat dia bekerja. Cara
berkomunikasi seorang MD dapat membuat nyaman dan dapat membuat tidak
nyaman pihak lain yang diajak bekerja sama. Tidak jarang pihak di luar
perusahaan dapat setia bekerja sama karna keluwesan seorang MD, dan dapat juga
tidak mau bekerja sama karena merasa tidak nyaman bekerja sama dengan
MDnya.
Top Related