I. PENDAHULUAN
Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum
ditemukan. Fibroadenoma terbentuk dari sel – sel epitel dan jaringan ikat, dimana
komponen epitelnya menunjukkan tanda – tanda aberasi yang sama dengan komponen
epitel normal. Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan
berkaitan dengan aktivitas estrogen. Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah
aktivitas ovarium dimulai dan terjadi terutama pada remaja muda.(1,2,3,4,5,6)
Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama dengan usia di
bawah 30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita postmenopause.
Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun tersering pada quadran
atas lateral. Penyakit ini bersifat asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala ringan
berupa benjolan pada payudara yang dapat digerakkan, sehingga pada beberapa kasus,
penyakit ini terdeteksi secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan
fibroadenoma adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor. Fibroadenoma harus
diekstirpasi karena tumor jinak ini akan terus membesar.(2, 3, 5, 6)
Gambar 1. Juveline Fibroadenoma, pada remaja usia 13 tahun. Menstruasi dimulai sejak tiga bulan yang
lalu. Sembilan bulan sebelumnya, ukuran kedua payudara relatif sama. Pembesaran yang cepat pada
payudara kanan mengacu pada tumor halus tanpa kapsul dengan ukuran 20 x 15 x 15 cm. Pengangkatan
tumor dengan curved incision.(3)
Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab
sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh
1
hormonal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae, hal
ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau
pada saat kehamilan. Perlu diingat bahwa tumor ini adalah tumor jinak, dan
fibroadenoma ini sangat jarang atau bahkan sama sekali tidak dapat menjadi kanker
atau tumor ganas. Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda,
yaitu pada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW
Breats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25
tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari
9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast
Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25
tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami fibroadenoma dalam
hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia yang
lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih
kecil dibanding pada usia muda. (7,8,9)
Di Amerika Serikat, fibroadenoma merupakan lesi payudara yang paling
umum, yang terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun. Fibroadenoma dapat
terjadi pada wanita segala usia, selama masa reproduksi aktif dan mengecil setelah
menopause. Fibroadenoma jarang terjadi pada wanita postmenopause. Prevalensi
fibroadenoma pada wanita usia di atas 40 tahun kira-kira hanya 8 – 10 %. Sekitar 10 –
15 % kasus fibroadenoma merupakan multipel. Pada wanita berkulit gelap,
fibroadenoma lebih sering terjadi di usia lebih muda dibandingkan wanita berkulit
putih.(4,6)
Fibroadenoma merupakan hasil biopsi yang paling sering ditemukan di
Jamaica, yaitu sekitar 39,4% dari seluruh biopsi yang dilakukan, yang diikuti oleh
penyakit fibrokistik, sekitar 19, 3 %.(7)
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan
kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap
tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang
lebih 175.000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2
juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya.
Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari
rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama di
antara kanker lainnya pada wanita. (7)
2
II. EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, fibroadenoma merupakan lesi payudara yang paling
umum, yang terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun. Fibroadenoma dapat
terjadi pada wanita segala usia, selama masa reproduksi aktif dan mengecil setelah
menopause. Fibroadenoma jarang terjadi pada wanita postmenopause. Prevalensi
fibroadenoma pada wanita usia di atas 40 tahun kira-kira hanya 8 – 10 %. Sekitar 10 –
15 % kasus fibroadenoma merupakan multipel. Pada wanita berkulit gelap,
fibroadenoma lebih sering terjadi di usia lebih muda dibandingkan wanita berkulit
putih.(4,6)
Fibroadenoma merupakan hasil biopsi yang paling sering ditemukan di
Jamaica, yaitu sekitar 39,4% dari seluruh biopsi yang dilakukan, yang diikuti oleh
penyakit fibrokistik, sekitar 19, 3 %.(7)
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan
kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap
tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang
lebih 175.000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2
juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya.
Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari
rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama di
antara kanker lainnya pada wanita. (7)
3
III. ANATOMI
Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan ikat
memisahkan payudara dari otot – otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus
anterior. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila mamaria),
tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola. Puting mempunyai perforasi pada
ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus laktiferosa. Tuberkel –
tuberkel Montgomery adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola.(8)
Jaringan kelenjar membentuk 12 hingga 25 lobus yang tersusun radier di
sekitar puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang
mengelilingi jaringan ikat (stroma) di antara lobus – lobus. Setiap lobus berbeda,
sehingga penyakit yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus lainnya.
Drainase dari lobus menuju sinus laktiferosa, yang kemudian berkumpul di duktus
pengumpul dan bermuara ke puting. Jaringan ikat di banyak tempat akan memadat
membentuk pita fibrosa yang tegak lurus terhadap substansi lemak, mengikat lapisan
dalam dari fasia subkutan payudara pada kulit. Pita ini, yaitu ligamentum Cooper
merupakan ligamentum suspensorium payudara.(8)
Jika dilihat melalui potongan sagital, maka struktur payudara terdiri atas
beberapa lapisan, dari luar ke dalam, yaitu : kulit, jaringan lemak subkutaneus,
stroma (jaringan fibroglandular) yang di dalamnya terdapat pula duktus laktiferus,
fascia pektoralis, m. pektoralis dan tulang iga.(9)
4
Gambar 2. Anatomi Payudara. Potongan Sagital. (9)
Gambar 3. Anatomi Payudara. Struktur Lobus Payudara. (9)
Vaskularisasi kelenjar mamae terutama berasal dari cabang arteri aksilaris,
ramus perforata intercostalis 1 – 4 dari arteri mammaria interna dan ramus perforata
arteri intercostalis 3 – 7. Cabang arteri aksilaris dari medial ke lateral adalah arteri
torakalis lateralis. Agak ke lateral dari arteri torakalis lateralis terdapat arteri
subskapularis. Vena dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yakni superfisial dan profunda.
Vena superfisial terletak di subkutis, mudah tampak, bermuara ke vena mammaria
interna atau vena superfisial leher. Vena profunda berjalan seiring dengan arteri yang
senama, dan secara terpisah bermuara ke vena aksilaris, vena mammaria interna dan
vena azigos atau vena hemiazigos.(10)
5
Saluran limfe kelenjar mammae terutama berjalan mengikuti vena kelenjar
mammae, drainasenya terutama melalui : (10)
1. Bagian lateral dan sentral masuk ke kelenjar limfe fosa aksilaris
2. Bagian medial masuk ke kelenjar limfe memmaria interna.
3. Saluran limfe subkutis kelenjar mammae umumnya masuk ke pleksus imfatik
subareolar.
Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi intercostal ke 2 – 6 dan 3 – 4 rami
dari pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan dengan terapi bedah adalah : (10)
1. Nervus torakalis lateralis. Kira-kira di tepi medial m.pektoralis minor melintasi
anterior vena aksilaris, berjalan ke bawah, masuk ke permukaan dalam m.
pektoralis mayor.
2. Nervus torakalis medialis. Kira – kira 1 cm lateral dari nervus torakalis lateralis,
tidak melintasi vena aksilaris, berjalan ke bawah masuk ke m. pektoralis minor
dan m. pektoralis mayor.
3. Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis. Menempel rapat pada dinding
toraks berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus anterior.
4. Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakhialis. Berjalan bersama pembuluh
darah subskapularis, mempersarafi m. subskapularis, m. teres mayor.
6
IV. FISIOLOGI
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen
dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan juga hormon hipofise, telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. (5)
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke –
8 haid, payudara jadi lebih besar dan beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang – kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu,
pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar.
Begitu haid mulai, semuanya berkurang. (5)
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi,
dan tumbuh duktus baru. (5)
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel – sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu.(5)
7
V. ETIOLOGI
Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat beberapa
faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan mutlak aktivitas
estrogen, yang diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Selain itu, diperkirakan
terdapat prekursor embrional yang dormant di kelenjar mammaria yang dapat memicu
pembentukan fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium.(2,3)
VI. PATOFISIOLOGI.
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses
hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya dihubungkan
dengan suatu proses aberasi perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak
diketahui, diperkirakan sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang
memengaruhi sel epitel. Peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan
8
dalam pembentukannya. Kira – kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara
spontan tiap tahunnya dan kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah
mencapai diameter 2 – 3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.(2,4)
Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami
postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya,
fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada terapi
pergantian hormon, dan pada orang – orang yang mengalami penurunan kekebalan
imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan keganasan. Pada pasien –
pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh, perkembangan fibroadenoma
berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr.(4)
Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi pada wanita
remaja dan Myxoid Fibroadenoma yang terjadi pada pasien dengan Carney complex.
Carney complex merupakan suatu sindrom neoplasma autosomal dominan yang
terdiri atas lesi pada kulit dan mukosa, myxomas dan kelainan endokrin.(4)
VII. DIAGNOSIS
VII.1. DIAGNOSIS KLINIK
VII.1.a. GAMBARAN KLINIK
Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak
menunjukkan gejala dan terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan
fisik. Pertumbuhan fibroadenoma relatif lambat dan hanya
9
menunjukkan sedikit perubahan ukuran dan tekstur dalam beberapa
bulan. Fibroadenoma memiliki gejala berupa benjolan dengan
permukaan yang licin dan merah. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri,
tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan.(3,5)
VII.1.b. PEMERIKSAAN FISIK.
Secara klinik, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai
massa soliter, diskret, dan mudah digerakkan, selama tidak terbentuk
jaringan fibroblast di sekitar jaringan payudara, dengan diameter kira-
kira 1 – 3 cm, tetapi ukurannya dapat bertambah sehingga membentuk
nodul dan lobus. Fibroadenoma dapat ditemukan di seluruh bagian
payudara, tetapi lokasi tersering adalah pada quadran lateral atas
payudara. Tidak terlihat perubahan kontur payudara. Penarikan kulit
dan axillary adenopathy yang signifikan pun tidak ditemukan.(2,3,11)
SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri). Tujuan dari
pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila terdapat
benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga
dapat menurunkan angka kematian. Meskipun angka kejadian kanker
payudara rendah pada wanita muda, namun sangat penting untuk
diajarkan SADARI semasa muda agar terbiasa melakukannya di kala
tua. Wanita premenopause (belum memasuki masa menopause)
sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah siklus
menstruasinya selesai.
Cara melakukan SADARI adalah :
1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi
duduk atau berdiri menghadap cermin.
2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara,
kerutan pada kulit payudara, dan puting yang masuk.
3. Angkat lengannya lurus melewati kepala atau
lakukan gerakan bertolak pinggang untuk
mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk
memperjelas kerutan pada kulit payudara.
10
4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan
tangan sebelahnya.
5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba
payudara dan ketiak.
6. Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada
cairan.
VII.1.c. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan
warna cokelat – putih pada irisan, dengan bercak – bercak kuning –
merah muda yang mencerminkan daerah kelenjar.(2)
Gambar 4. Makroskopik Fibroadenoma Payudara (2)
Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat dan
kelenjar dengan berbagai proporsi dan variasi. Tampak storma
fibroblastik longgar yang mengandung rongga mirip duktus berlapis
sel epitel dengan ukuran dan bentuk yang beragam. Rongga yang
mirip duktus atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel
yang reguler dengan membran basal jelas dan utuh. Meskipun di
sebagian lesi duktus terbuka, bulat hingga oval dan cukup teratur
(fibroadenoma perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh
proliferasi ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang rongga
tersebut tampak sebagi celah atau struktur ireguler mirip – bintang
(fibroadenoma intrakanalikularis).(2, 11)
11
Gambar 5. Gambaran Mikroskopik Fibroadenoma (2)
VII.2. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
VII.2.a. MAMMOGRAFI
Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma digambarkan
sebagai massa berbentuk bulat atau oval dengan batas yang halus dan
berukuran sekitas 4 – 100 mm. Fibrodenoma biasanya memiliki
densitas yang sama dengan jaringan kelenjar sekitarnya, tetapi, pada
fibroadenoma yang besar, dapat menunjukkan densitas yang lebih
tinggi. Kadang-kadang, tumor terdiri atas gambaran kalisifikasi yang
kasar, yang diduga sebagai infraksi atau involusi. Gambaran
kalsifikasi pada fibroadenoma biasanya di tepi atau di tengah
berbentuk bulat, oval atau berlobus – lobus. Pada wanita
postmenopause, komponen fibroglandular dari fibroadenoma akan
berkurang dan hanya meninggalkan gambaran kalsifikasi dengan
sedikit atau tanpa komponen jaringan ikat.(4,11,12)
12
Gambar 6. Gambaran mamografi fibroadenoma. Tampak massa yang berbentuk bulat dan berbatas tegas. (13)
Gambar 7. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi fibroadenoma yang yang kasar
dan membentuk gambaran Pop-corn Appearence (dikutip dari kepustakaan 14)
13
Gambaran 8. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi Pop Corn Appearence (11)
VII.2.b. ULTRASONOGRAPHY (USG)
Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata,
berbatas tegas, berbentuk bulat, oval atau berupa nodul dan lebarnya
lebih besar dibandingkan dengan diameter anteroposteriornya.
Internal echogenicnya homogen dan ditemukan gambaran dari
isoechoic sampai hypoechoic. Gambaran echogenic kapsul yang tipis,
merupakan gambaran khas dari fibroadenoma dan mengindikasikan
lesi tersebut jinak. Fibroadenoma tidak memiliki kapsul, gambaran
kapsul yang terlihat pada pemeriksaan USG merupakan
pseudocapsule yang disebabkan oleh penekanan dari jaringan di
sekitarnya.(4,11)
14
Gambar 9. Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang rata, batas tegas pada
sebagian lobus merupakan khas dari fibroadenoma (4)
VII.2.c. MAGNETIC RESONANCES IMAGING (MRI)
Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak
sebagai massa bulat atau oval yang rata dan dibandingkan
dengan menggunakan kontras gadolinium-based.
Fibroadenoma digambarkan sebagai lesi yang hypointense atau
isointense, jika dibandingkan dengan jaringan sekitarnya dalam
gambaran T1-weighted dan hypointense and hyperintense
dalam gambaran T2-weighted.(4)
15
Gambar 10. Seorang wanita 47 tahun, dengan lesi 1cm yang terohat dari mamografi. Dari
pemeriksaan USG dan FNA, menujukkan gambaran fibroadenoma. Pemeriksaan dengan MRI post-
contras, memperlihatkan penyerapan yang cepat tanpa pembersihan, yang merupakan ciri khas dari
fibroadenoma. (15)
16
VIII. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari fibroadenoma, antara lain :
1. Cystosarcoma Phyllodes. Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan dan
diperkirakan berasal dari stroma intralobulus. Tumor ini berdiameter kecil,
sekitar 3 – 4 cm, tetapi sebagian besar terus tumbuh dan membesar sehingga
menyebabkan payudara membesar. Tumor ini terdapat pada semua usia,
namun kebanyakan ditemukan pada usia 45 tahun. Gambaran radiologis
(mammografi) dari tumor ini berupa massa berbentuk bulat dan berbatas
tegas.(2,5,13)
Gambar 11. Mamografi Cystosarcoma Phyllodes. Tampak massa berbatas tegas tanpa
kalsifikasi (14)
Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic dengan batas
yang masih tegas, echo-internal dapat homogen atau sedikit inhomogen serta
adanya penyangatan akustik posterior lemah, hal ini mungkin disebabkan
struktur kistik pada tumor tersebut.(16)
17
Gambar 12. Gambaran USG Cystosarcoma Phylloides. Lesi hypoechoic tampak besar ,
berlobulasi dengan echo-internal inhomogen, sering ampak struktur anechoic yang
menandakan adanya proses degeneresi kistik. (16)
2. Kista Payudara. Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika lamina
duktus dan acini mengalami dilatasi dan dibatasi oleh jaringan epitel.
Gambaran mamografinya berupa massa bulat atau oval yang berbatas tegas.
Tepi kista ini dapat berbatasan dengan jaringan fibroglandular, baik sebagian
maupun seluruhnya.(11)
Gambar 13. Gambaran Mamografi Kista Payudara. Tampak massa bulat atau oval dengan
densitas yang lebih terang dibandingkan dengan parenkim payudara. (13)
Gambaran USG pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat atau oval,
mempunyai batas tegas dan teratur, an-echoic dan adanya penyangatan
akustik posterior.(16)
18
Gambar 14. Gambaran USG Kista Payudara. Tumor ini akan tampak sebagai suatu lesi an-
echoic dengan batas teratur serta tampak penyangatan akustik posterior. (16)
3. Papilloma. Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75%
tumbuh di bawah areola mamma. Papilloma memberikan gejala berupa
sekresi cairan serous atau berdarah, adanya tumor subareola kecil dengan
diameter beberapa milimeter atau retraksi puting payudara (jarang
ditemukan). Biasanya, ukuran lesi papilloma sangat kecil, hanya beberapa
milimeter, sehingga pada mamografi, terlihat gambaran sedikit
pengembungan atau normal dari duktus retro-areolar. .(2,5,11)
Gambar 15. Mamografi Papilloma. Tampak gamabran heterogen dari payudara dengan
kalsifikasi yang menyebar tanpa gambaran massa (14)
19
Gambaran USG kelainan ini adalah suatu lesi intraduktal dengan
pelebaran duktus laktiferus.(16)
Gambar 16. Gambaran USG Papiloma. Tampak lesi iso-echoic dengan pelebaran duktus
laktiferus. (14)
IX. PENATALAKSANAAN.
Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma.
Operasi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara
dan untuk menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan
ukuran dan lokasi dari lesi di payudara. Terdapat 3 tipe insisi yang biasa
digunakan, yaitu (3)
1. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.
2. Circumareolar Incision
3. Curve/Semicircular Incision
Tipe insisi yang paling sering digunakan adalah tipe radial. Tipe
circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi
hanya memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk
20
fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas
areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang
besar dan berada di daerah lateral payudara.
Dengan pembiusan general, punggung penderita diganjal bantal tipis,
sendi bahu diabduksikan ke arah kranial. Lokasi tumor ditandai dengan
spidol/tinta. Desinfeksi lapangan operasi (dibawah klavikula), midsternal, linea
aksilaris posterior sela iga torakal 8, dengan larutan desinfektan povidone iodine
105. Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril.
Bila memungkinkan insisi dikerjakan sirkumareolar, tetapi bila lokasi
tumor cukup jauh dari areola (>4 cm), maka insisi dikerjakan di atas tumor sesuai
dengan garis Langer atau diletakkan pada daerah-daerah yang tersembunyi.
Untuk insisi sirkumarelar maka puting susu dipegang dengan jari telunjuk dan ibu
jari, dilakukan marker insisi.
Dengan pisau dilakukan insisi periareolar sampai fasia superfisialis
subkutan. Flap kulit diangkat ke atas dengan bantuan hak tajam, dengan gunting
dilakukan undermining sepanjang fasia superfisial kearah lokasi tumor. Rawat
perdarahan lalu identifikasi tumor. Jepit jaringan sekitar tumor pada 3 tempat
dengan kocher, lalu dilakukan eksisi tumor sesuai tuntunan kocher. Rawat
perdarahan lagi, orientasi seluruh bed tumor lalu dipasang redon drain dengan
lubang di kuadran lateral bawah (bila menggunakan penrose drain, darin
dikeluarkan di garis insisi). Jahit subkutan fat dengan plain cat gut 3.0. Jahit
kulit dengan prolene 4.0. Luka operasi ditutup dengan kasa betadine. Dilakukan
dressing luka operasi dengan teknik suspensi payudara (BH buatan) tanpa
mengganggu gerakan sendi bahu. (3)
21
X. PROGNOSIS.
Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang
tinggi untuk menderita kanker payudara. Bagian yang tidak diangkat harus diperiksa
secara teratur.(6)
22
BAB XIII KESIMPULAN.
1. Fibroadenoma terbentuk dari sel – sel epitel dan jaringan ikat, dimana komponen epitelnya
menunjukkan tanda – tanda aberasi yang sama dengan komponen epitel normal. Etiologi
penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan berkaitan dengan aktivitas
estrogen.
2. Untuk menegakkan diagnosis, kita dapat melakukan beberapa pemeriksaan, dimulai dari
gejala klinis, pemeriksaan fisik, sampai dengan pemeriksaan penunjang seperti
mammografi, USG, dan MRI.
3. Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma. Operasi
dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara dan untuk
menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan lokasi
dari lesi di payudara. Terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu Radial Incision,
Circumaleolar Incision, dan Semicircular Incision.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuijper Arno., Mommers Ellen C.M., Van der Wall Elsken., Van Diest Paul J.
Histopathology of Fibroadenoma of The Breast. Available from :
http://ajcp.ascpjournals.org/.
2. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia Perempuan dan
Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay., Cotran Ramzi S. Robbins Buku
Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007. Hal.
793 – 794.
3. Farrow Joseph H. Fibroadenoma of The Breast. Available from :
http://caonline.amcancersoc.org/.
4. Roubidoux Marilyn A. Breast, Fibroadenoma. Available from :
http://emedicine.medscape.com/. Update on July 26, 2009.
5. Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. Hal. 388 – 393.
6. Zieve David., Wechter Debra G. Fibroadenoma – Breast. Available from :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/. Update on December 17, 2009.
7. Shirley S.E., Mitchell D.I.G., Soares D.P., James M., Escoffery C.T., Rhodrn A.M.,
Wolff C., Choy L., Wilks R.J. Clinicopathologic Features of Breast Disease in Jamaica :
Findings of the Jamaican Breast Disease Study. 2000 – 2002. Available from :
http://lib.bioinfo.pl/ .
8. Hillegas Kathleen Branson. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam :
Anderson, Sylvia Price., Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses
– Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006.
Hal. 1301 – 1302.
24
9. Ryan Stephanie., McNicholas Michelle., Eustace Stephen. In : Anatomy for Diagnostic
Imaging. Saunders, Elsevier Health. Philadephia. 2004. Hal. 308 – 310.
10. Desen Wan. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
2008. Hal. 366 – 369.
11. Fleischer Arthur C., Cullinan Jeanne A. Ultrasonography in Obsetrics and Gynaecology;
Obsetric Radiology. In : Grainger Ronald G., Allison David. Grainger & Allison’s
Diagnostic Radiology : A Textbokk of Medical Imaging. Third Edition. Churchill
Livingstone. New York. 1997, Hal. 2003 – 2011.
12. Gravelle I.H. Mammography. In : Sutton David. A Textbook of Radiology and Imaging.
Volume 2. Churchill Livingstone. Great Britain. London. 1993, Hal. 1364 – 1366.
13. Eisenberg Ronald L. In : Clinical Imaging An Atlas of Differential Diagnosis. Fifth
Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2010. Hal. 1392 – 1395.
14. Muttarak Malai. Breast Imaging : A Comprehensive Atlas. Booknet Company.
Thailand. 2002. Hal. 33 – 177.
15. Kelcz Fred. Breast Imaging Using 3D-GRE. Available from :
http://www.gehealthcare.com/.
16. Makes Daniel. Atlas Ultrasonografi Payudara dan Mamografi. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 1992. Hal 16 – 19.
25
Top Related