Fibroadenoma Mammae

33
I. PENDAHULUAN Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum ditemukan. Fibroadenoma terbentuk dari sel – sel epitel dan jaringan ikat, dimana komponen epitelnya menunjukkan tanda – tanda aberasi yang sama dengan komponen epitel normal. Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan berkaitan dengan aktivitas estrogen. Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah aktivitas ovarium dimulai dan terjadi terutama pada remaja muda. (1,2,3,4,5,6) Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama dengan usia di bawah 30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita postmenopause. Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun tersering pada quadran atas lateral. Penyakit ini bersifat asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala ringan berupa benjolan pada payudara yang dapat digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit ini terdeteksi secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan fibroadenoma adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor. Fibroadenoma harus diekstirpasi karena tumor jinak ini akan terus membesar. (2, 3, 5, 6) 1

description

Referat Bedah tentang Fibroadenoma Mammae (FAM)

Transcript of Fibroadenoma Mammae

Page 1: Fibroadenoma Mammae

I. PENDAHULUAN

Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum

ditemukan. Fibroadenoma terbentuk dari sel – sel epitel dan jaringan ikat, dimana

komponen epitelnya menunjukkan tanda – tanda aberasi yang sama dengan komponen

epitel normal. Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan

berkaitan dengan aktivitas estrogen. Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah

aktivitas ovarium dimulai dan terjadi terutama pada remaja muda.(1,2,3,4,5,6)

Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama dengan usia di

bawah 30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita postmenopause.

Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun tersering pada quadran

atas lateral. Penyakit ini bersifat asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala ringan

berupa benjolan pada payudara yang dapat digerakkan, sehingga pada beberapa kasus,

penyakit ini terdeteksi secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan

fibroadenoma adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor. Fibroadenoma harus

diekstirpasi karena tumor jinak ini akan terus membesar.(2, 3, 5, 6)

Gambar 1. Juveline Fibroadenoma, pada remaja usia 13 tahun. Menstruasi dimulai sejak tiga bulan yang

lalu. Sembilan bulan sebelumnya, ukuran kedua payudara relatif sama. Pembesaran yang cepat pada

payudara kanan mengacu pada tumor halus tanpa kapsul dengan ukuran 20 x 15 x 15 cm. Pengangkatan

tumor dengan curved incision.(3)

Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab

sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh

1

Page 2: Fibroadenoma Mammae

hormonal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae, hal

ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau

pada saat kehamilan. Perlu diingat bahwa tumor ini adalah tumor jinak, dan

fibroadenoma ini sangat jarang atau bahkan sama sekali tidak dapat menjadi kanker

atau tumor ganas. Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda,

yaitu pada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW

Breats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25

tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari

9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast

Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25

tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami fibroadenoma dalam

hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia yang

lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih

kecil dibanding pada usia muda. (7,8,9)

Di Amerika Serikat, fibroadenoma merupakan lesi payudara yang paling

umum, yang terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun. Fibroadenoma dapat

terjadi pada wanita segala usia, selama masa reproduksi aktif dan mengecil setelah

menopause. Fibroadenoma jarang terjadi pada wanita postmenopause. Prevalensi

fibroadenoma pada wanita usia di atas 40 tahun kira-kira hanya 8 – 10 %. Sekitar 10 –

15 % kasus fibroadenoma merupakan multipel. Pada wanita berkulit gelap,

fibroadenoma lebih sering terjadi di usia lebih muda dibandingkan wanita berkulit

putih.(4,6)

Fibroadenoma merupakan hasil biopsi yang paling sering ditemukan di

Jamaica, yaitu sekitar 39,4% dari seluruh biopsi yang dilakukan, yang diikuti oleh

penyakit fibrokistik, sekitar 19, 3 %.(7)

Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan

kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap

tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang

lebih 175.000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2

juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya.

Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari

rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama di

antara kanker lainnya pada wanita. (7)

2

Page 3: Fibroadenoma Mammae

II. EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, fibroadenoma merupakan lesi payudara yang paling

umum, yang terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun. Fibroadenoma dapat

terjadi pada wanita segala usia, selama masa reproduksi aktif dan mengecil setelah

menopause. Fibroadenoma jarang terjadi pada wanita postmenopause. Prevalensi

fibroadenoma pada wanita usia di atas 40 tahun kira-kira hanya 8 – 10 %. Sekitar 10 –

15 % kasus fibroadenoma merupakan multipel. Pada wanita berkulit gelap,

fibroadenoma lebih sering terjadi di usia lebih muda dibandingkan wanita berkulit

putih.(4,6)

Fibroadenoma merupakan hasil biopsi yang paling sering ditemukan di

Jamaica, yaitu sekitar 39,4% dari seluruh biopsi yang dilakukan, yang diikuti oleh

penyakit fibrokistik, sekitar 19, 3 %.(7)

Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan

kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap

tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang

lebih 175.000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2

juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya.

Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari

rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama di

antara kanker lainnya pada wanita. (7)

3

Page 4: Fibroadenoma Mammae

III. ANATOMI

Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan ikat

memisahkan payudara dari otot – otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus

anterior. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papila mamaria),

tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola. Puting mempunyai perforasi pada

ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus laktiferosa. Tuberkel –

tuberkel Montgomery adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola.(8)

Jaringan kelenjar membentuk 12 hingga 25 lobus yang tersusun radier di

sekitar puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang

mengelilingi jaringan ikat (stroma) di antara lobus – lobus. Setiap lobus berbeda,

sehingga penyakit yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus lainnya.

Drainase dari lobus menuju sinus laktiferosa, yang kemudian berkumpul di duktus

pengumpul dan bermuara ke puting. Jaringan ikat di banyak tempat akan memadat

membentuk pita fibrosa yang tegak lurus terhadap substansi lemak, mengikat lapisan

dalam dari fasia subkutan payudara pada kulit. Pita ini, yaitu ligamentum Cooper

merupakan ligamentum suspensorium payudara.(8)

Jika dilihat melalui potongan sagital, maka struktur payudara terdiri atas

beberapa lapisan, dari luar ke dalam, yaitu : kulit, jaringan lemak subkutaneus,

stroma (jaringan fibroglandular) yang di dalamnya terdapat pula duktus laktiferus,

fascia pektoralis, m. pektoralis dan tulang iga.(9)

4

Page 5: Fibroadenoma Mammae

Gambar 2. Anatomi Payudara. Potongan Sagital. (9)

Gambar 3. Anatomi Payudara. Struktur Lobus Payudara. (9)

Vaskularisasi kelenjar mamae terutama berasal dari cabang arteri aksilaris,

ramus perforata intercostalis 1 – 4 dari arteri mammaria interna dan ramus perforata

arteri intercostalis 3 – 7. Cabang arteri aksilaris dari medial ke lateral adalah arteri

torakalis lateralis. Agak ke lateral dari arteri torakalis lateralis terdapat arteri

subskapularis. Vena dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yakni superfisial dan profunda.

Vena superfisial terletak di subkutis, mudah tampak, bermuara ke vena mammaria

interna atau vena superfisial leher. Vena profunda berjalan seiring dengan arteri yang

senama, dan secara terpisah bermuara ke vena aksilaris, vena mammaria interna dan

vena azigos atau vena hemiazigos.(10)

5

Page 6: Fibroadenoma Mammae

Saluran limfe kelenjar mammae terutama berjalan mengikuti vena kelenjar

mammae, drainasenya terutama melalui : (10)

1. Bagian lateral dan sentral masuk ke kelenjar limfe fosa aksilaris

2. Bagian medial masuk ke kelenjar limfe memmaria interna.

3. Saluran limfe subkutis kelenjar mammae umumnya masuk ke pleksus imfatik

subareolar.

Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi intercostal ke 2 – 6 dan 3 – 4 rami

dari pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan dengan terapi bedah adalah : (10)

1. Nervus torakalis lateralis. Kira-kira di tepi medial m.pektoralis minor melintasi

anterior vena aksilaris, berjalan ke bawah, masuk ke permukaan dalam m.

pektoralis mayor.

2. Nervus torakalis medialis. Kira – kira 1 cm lateral dari nervus torakalis lateralis,

tidak melintasi vena aksilaris, berjalan ke bawah masuk ke m. pektoralis minor

dan m. pektoralis mayor.

3. Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis. Menempel rapat pada dinding

toraks berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus anterior.

4. Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakhialis. Berjalan bersama pembuluh

darah subskapularis, mempersarafi m. subskapularis, m. teres mayor.

6

Page 7: Fibroadenoma Mammae

IV. FISIOLOGI

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh hormon.

Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa

fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen

dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan juga hormon hipofise, telah

menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. (5)

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke –

8 haid, payudara jadi lebih besar dan beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi

pembesaran maksimal. Kadang – kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.

Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga

pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu,

pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar.

Begitu haid mulai, semuanya berkurang. (5)

Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,

payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi,

dan tumbuh duktus baru. (5)

Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu

diproduksi oleh sel – sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui

duktus ke puting susu.(5)

7

Page 8: Fibroadenoma Mammae

V. ETIOLOGI

Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat beberapa

faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan mutlak aktivitas

estrogen, yang diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Selain itu, diperkirakan

terdapat prekursor embrional yang dormant di kelenjar mammaria yang dapat memicu

pembentukan fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium.(2,3)

VI. PATOFISIOLOGI.

Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses

hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya dihubungkan

dengan suatu proses aberasi perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak

diketahui, diperkirakan sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang

memengaruhi sel epitel. Peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan

8

Page 9: Fibroadenoma Mammae

dalam pembentukannya. Kira – kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara

spontan tiap tahunnya dan kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah

mencapai diameter 2 – 3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.(2,4)

Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami

postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya,

fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada terapi

pergantian hormon, dan pada orang – orang yang mengalami penurunan kekebalan

imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan keganasan. Pada pasien –

pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh, perkembangan fibroadenoma

berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr.(4)

Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi pada wanita

remaja dan Myxoid Fibroadenoma yang terjadi pada pasien dengan Carney complex.

Carney complex merupakan suatu sindrom neoplasma autosomal dominan yang

terdiri atas lesi pada kulit dan mukosa, myxomas dan kelainan endokrin.(4)

VII. DIAGNOSIS

VII.1. DIAGNOSIS KLINIK

VII.1.a. GAMBARAN KLINIK

Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak

menunjukkan gejala dan terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan

fisik. Pertumbuhan fibroadenoma relatif lambat dan hanya

9

Page 10: Fibroadenoma Mammae

menunjukkan sedikit perubahan ukuran dan tekstur dalam beberapa

bulan. Fibroadenoma memiliki gejala berupa benjolan dengan

permukaan yang licin dan merah. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri,

tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan.(3,5)

VII.1.b. PEMERIKSAAN FISIK.

Secara klinik, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai

massa soliter, diskret, dan mudah digerakkan, selama tidak terbentuk

jaringan fibroblast di sekitar jaringan payudara, dengan diameter kira-

kira 1 – 3 cm, tetapi ukurannya dapat bertambah sehingga membentuk

nodul dan lobus. Fibroadenoma dapat ditemukan di seluruh bagian

payudara, tetapi lokasi tersering adalah pada quadran lateral atas

payudara. Tidak terlihat perubahan kontur payudara. Penarikan kulit

dan axillary adenopathy yang signifikan pun tidak ditemukan.(2,3,11)

SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri). Tujuan dari

pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila terdapat

benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga

dapat menurunkan angka kematian. Meskipun angka kejadian kanker

payudara rendah pada wanita muda, namun sangat penting untuk

diajarkan SADARI semasa muda agar terbiasa melakukannya di kala

tua. Wanita premenopause (belum memasuki masa menopause)

sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah siklus

menstruasinya selesai.

Cara melakukan SADARI adalah :

1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi

duduk atau berdiri menghadap cermin.

2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara,

kerutan pada kulit payudara, dan puting yang masuk.

3. Angkat lengannya lurus melewati kepala atau

lakukan gerakan bertolak pinggang untuk

mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk

memperjelas kerutan pada kulit payudara.

10

Page 11: Fibroadenoma Mammae

4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan

tangan sebelahnya.

5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba

payudara dan ketiak.

6. Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada

cairan.

VII.1.c. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI

Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan

warna cokelat – putih pada irisan, dengan bercak – bercak kuning –

merah muda yang mencerminkan daerah kelenjar.(2)

Gambar 4. Makroskopik Fibroadenoma Payudara (2)

Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat dan

kelenjar dengan berbagai proporsi dan variasi. Tampak storma

fibroblastik longgar yang mengandung rongga mirip duktus berlapis

sel epitel dengan ukuran dan bentuk yang beragam. Rongga yang

mirip duktus atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel

yang reguler dengan membran basal jelas dan utuh. Meskipun di

sebagian lesi duktus terbuka, bulat hingga oval dan cukup teratur

(fibroadenoma perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh

proliferasi ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang rongga

tersebut tampak sebagi celah atau struktur ireguler mirip – bintang

(fibroadenoma intrakanalikularis).(2, 11)

11

Page 12: Fibroadenoma Mammae

Gambar 5. Gambaran Mikroskopik Fibroadenoma (2)

VII.2. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK

VII.2.a. MAMMOGRAFI

Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma digambarkan

sebagai massa berbentuk bulat atau oval dengan batas yang halus dan

berukuran sekitas 4 – 100 mm. Fibrodenoma biasanya memiliki

densitas yang sama dengan jaringan kelenjar sekitarnya, tetapi, pada

fibroadenoma yang besar, dapat menunjukkan densitas yang lebih

tinggi. Kadang-kadang, tumor terdiri atas gambaran kalisifikasi yang

kasar, yang diduga sebagai infraksi atau involusi. Gambaran

kalsifikasi pada fibroadenoma biasanya di tepi atau di tengah

berbentuk bulat, oval atau berlobus – lobus. Pada wanita

postmenopause, komponen fibroglandular dari fibroadenoma akan

berkurang dan hanya meninggalkan gambaran kalsifikasi dengan

sedikit atau tanpa komponen jaringan ikat.(4,11,12)

12

Page 13: Fibroadenoma Mammae

Gambar 6. Gambaran mamografi fibroadenoma. Tampak massa yang berbentuk bulat dan berbatas tegas. (13)

Gambar 7. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi fibroadenoma yang yang kasar

dan membentuk gambaran Pop-corn Appearence (dikutip dari kepustakaan 14)

13

Page 14: Fibroadenoma Mammae

Gambaran 8. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi Pop Corn Appearence (11)

VII.2.b. ULTRASONOGRAPHY (USG)

Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata,

berbatas tegas, berbentuk bulat, oval atau berupa nodul dan lebarnya

lebih besar dibandingkan dengan diameter anteroposteriornya.

Internal echogenicnya homogen dan ditemukan gambaran dari

isoechoic sampai hypoechoic. Gambaran echogenic kapsul yang tipis,

merupakan gambaran khas dari fibroadenoma dan mengindikasikan

lesi tersebut jinak. Fibroadenoma tidak memiliki kapsul, gambaran

kapsul yang terlihat pada pemeriksaan USG merupakan

pseudocapsule yang disebabkan oleh penekanan dari jaringan di

sekitarnya.(4,11)

14

Page 15: Fibroadenoma Mammae

Gambar 9. Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang rata, batas tegas pada

sebagian lobus merupakan khas dari fibroadenoma (4)

VII.2.c. MAGNETIC RESONANCES IMAGING (MRI)

Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak

sebagai massa bulat atau oval yang rata dan dibandingkan

dengan menggunakan kontras gadolinium-based.

Fibroadenoma digambarkan sebagai lesi yang hypointense atau

isointense, jika dibandingkan dengan jaringan sekitarnya dalam

gambaran T1-weighted dan hypointense and hyperintense

dalam gambaran T2-weighted.(4)

15

Page 16: Fibroadenoma Mammae

Gambar 10. Seorang wanita 47 tahun, dengan lesi 1cm yang terohat dari mamografi. Dari

pemeriksaan USG dan FNA, menujukkan gambaran fibroadenoma. Pemeriksaan dengan MRI post-

contras, memperlihatkan penyerapan yang cepat tanpa pembersihan, yang merupakan ciri khas dari

fibroadenoma. (15)

16

Page 17: Fibroadenoma Mammae

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari fibroadenoma, antara lain :

1. Cystosarcoma Phyllodes. Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan dan

diperkirakan berasal dari stroma intralobulus. Tumor ini berdiameter kecil,

sekitar 3 – 4 cm, tetapi sebagian besar terus tumbuh dan membesar sehingga

menyebabkan payudara membesar. Tumor ini terdapat pada semua usia,

namun kebanyakan ditemukan pada usia 45 tahun. Gambaran radiologis

(mammografi) dari tumor ini berupa massa berbentuk bulat dan berbatas

tegas.(2,5,13)

Gambar 11. Mamografi Cystosarcoma Phyllodes. Tampak massa berbatas tegas tanpa

kalsifikasi (14)

Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic dengan batas

yang masih tegas, echo-internal dapat homogen atau sedikit inhomogen serta

adanya penyangatan akustik posterior lemah, hal ini mungkin disebabkan

struktur kistik pada tumor tersebut.(16)

17

Page 18: Fibroadenoma Mammae

Gambar 12. Gambaran USG Cystosarcoma Phylloides. Lesi hypoechoic tampak besar ,

berlobulasi dengan echo-internal inhomogen, sering ampak struktur anechoic yang

menandakan adanya proses degeneresi kistik. (16)

2. Kista Payudara. Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika lamina

duktus dan acini mengalami dilatasi dan dibatasi oleh jaringan epitel.

Gambaran mamografinya berupa massa bulat atau oval yang berbatas tegas.

Tepi kista ini dapat berbatasan dengan jaringan fibroglandular, baik sebagian

maupun seluruhnya.(11)

Gambar 13. Gambaran Mamografi Kista Payudara. Tampak massa bulat atau oval dengan

densitas yang lebih terang dibandingkan dengan parenkim payudara. (13)

Gambaran USG pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat atau oval,

mempunyai batas tegas dan teratur, an-echoic dan adanya penyangatan

akustik posterior.(16)

18

Page 19: Fibroadenoma Mammae

Gambar 14. Gambaran USG Kista Payudara. Tumor ini akan tampak sebagai suatu lesi an-

echoic dengan batas teratur serta tampak penyangatan akustik posterior. (16)

3. Papilloma. Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75%

tumbuh di bawah areola mamma. Papilloma memberikan gejala berupa

sekresi cairan serous atau berdarah, adanya tumor subareola kecil dengan

diameter beberapa milimeter atau retraksi puting payudara (jarang

ditemukan). Biasanya, ukuran lesi papilloma sangat kecil, hanya beberapa

milimeter, sehingga pada mamografi, terlihat gambaran sedikit

pengembungan atau normal dari duktus retro-areolar. .(2,5,11)

Gambar 15. Mamografi Papilloma. Tampak gamabran heterogen dari payudara dengan

kalsifikasi yang menyebar tanpa gambaran massa (14)

19

Page 20: Fibroadenoma Mammae

Gambaran USG kelainan ini adalah suatu lesi intraduktal dengan

pelebaran duktus laktiferus.(16)

Gambar 16. Gambaran USG Papiloma. Tampak lesi iso-echoic dengan pelebaran duktus

laktiferus. (14)

IX. PENATALAKSANAAN.

Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma.

Operasi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara

dan untuk menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan

ukuran dan lokasi dari lesi di payudara. Terdapat 3 tipe insisi yang biasa

digunakan, yaitu (3)

1. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.

2. Circumareolar Incision

3. Curve/Semicircular Incision

Tipe insisi yang paling sering digunakan adalah tipe radial. Tipe

circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi

hanya memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk

20

Page 21: Fibroadenoma Mammae

fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas

areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang

besar dan berada di daerah lateral payudara.

Dengan pembiusan general, punggung penderita diganjal bantal tipis,

sendi bahu diabduksikan ke arah kranial. Lokasi tumor ditandai dengan

spidol/tinta. Desinfeksi lapangan operasi (dibawah klavikula), midsternal, linea

aksilaris posterior sela iga torakal 8, dengan larutan desinfektan povidone iodine

105. Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril.

Bila memungkinkan insisi dikerjakan sirkumareolar, tetapi bila lokasi

tumor cukup jauh dari areola (>4 cm), maka insisi dikerjakan di atas tumor sesuai

dengan garis Langer atau diletakkan pada daerah-daerah yang tersembunyi.

Untuk insisi sirkumarelar maka puting susu dipegang dengan jari telunjuk dan ibu

jari, dilakukan marker insisi.

Dengan pisau dilakukan insisi periareolar sampai fasia superfisialis

subkutan. Flap kulit diangkat ke atas dengan bantuan hak tajam, dengan gunting

dilakukan undermining sepanjang fasia superfisial kearah lokasi tumor. Rawat

perdarahan lalu identifikasi tumor. Jepit jaringan sekitar tumor pada 3 tempat

dengan kocher, lalu dilakukan eksisi tumor sesuai tuntunan kocher. Rawat

perdarahan lagi, orientasi seluruh bed tumor lalu dipasang redon drain dengan

lubang di kuadran lateral bawah (bila menggunakan penrose drain, darin

dikeluarkan di garis insisi). Jahit subkutan fat dengan plain cat gut 3.0. Jahit

kulit dengan prolene 4.0. Luka operasi ditutup dengan kasa betadine. Dilakukan

dressing luka operasi dengan teknik suspensi payudara (BH buatan) tanpa

mengganggu gerakan sendi bahu. (3)

21

Page 22: Fibroadenoma Mammae

X. PROGNOSIS.

Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang

tinggi untuk menderita kanker payudara. Bagian yang tidak diangkat harus diperiksa

secara teratur.(6)

22

Page 23: Fibroadenoma Mammae

BAB XIII KESIMPULAN.

1. Fibroadenoma terbentuk dari sel – sel epitel dan jaringan ikat, dimana komponen epitelnya

menunjukkan tanda – tanda aberasi yang sama dengan komponen epitel normal. Etiologi

penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan berkaitan dengan aktivitas

estrogen.

2. Untuk menegakkan diagnosis, kita dapat melakukan beberapa pemeriksaan, dimulai dari

gejala klinis, pemeriksaan fisik, sampai dengan pemeriksaan penunjang seperti

mammografi, USG, dan MRI.

3. Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma. Operasi

dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara dan untuk

menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan lokasi

dari lesi di payudara. Terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu Radial Incision,

Circumaleolar Incision, dan Semicircular Incision.

23

Page 24: Fibroadenoma Mammae

DAFTAR PUSTAKA

1. Kuijper Arno., Mommers Ellen C.M., Van der Wall Elsken., Van Diest Paul J.

Histopathology of Fibroadenoma of The Breast. Available from :

http://ajcp.ascpjournals.org/.

2. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia Perempuan dan

Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay., Cotran Ramzi S. Robbins Buku

Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007. Hal.

793 – 794.

3. Farrow Joseph H. Fibroadenoma of The Breast. Available from :

http://caonline.amcancersoc.org/.

4. Roubidoux Marilyn A. Breast, Fibroadenoma. Available from :

http://emedicine.medscape.com/. Update on July 26, 2009.

5. Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. Hal. 388 – 393.

6. Zieve David., Wechter Debra G. Fibroadenoma – Breast. Available from :

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/. Update on December 17, 2009.

7. Shirley S.E., Mitchell D.I.G., Soares D.P., James M., Escoffery C.T., Rhodrn A.M.,

Wolff C., Choy L., Wilks R.J. Clinicopathologic Features of Breast Disease in Jamaica :

Findings of the Jamaican Breast Disease Study. 2000 – 2002. Available from :

http://lib.bioinfo.pl/ .

8. Hillegas Kathleen Branson. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam :

Anderson, Sylvia Price., Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses

– Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006.

Hal. 1301 – 1302.

24

Page 25: Fibroadenoma Mammae

9. Ryan Stephanie., McNicholas Michelle., Eustace Stephen. In : Anatomy for Diagnostic

Imaging. Saunders, Elsevier Health. Philadephia. 2004. Hal. 308 – 310.

10. Desen Wan. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

2008. Hal. 366 – 369.

11. Fleischer Arthur C., Cullinan Jeanne A. Ultrasonography in Obsetrics and Gynaecology;

Obsetric Radiology. In : Grainger Ronald G., Allison David. Grainger & Allison’s

Diagnostic Radiology : A Textbokk of Medical Imaging. Third Edition. Churchill

Livingstone. New York. 1997, Hal. 2003 – 2011.

12. Gravelle I.H. Mammography. In : Sutton David. A Textbook of Radiology and Imaging.

Volume 2. Churchill Livingstone. Great Britain. London. 1993, Hal. 1364 – 1366.

13. Eisenberg Ronald L. In : Clinical Imaging An Atlas of Differential Diagnosis. Fifth

Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2010. Hal. 1392 – 1395.

14. Muttarak Malai. Breast Imaging : A Comprehensive Atlas. Booknet Company.

Thailand. 2002. Hal. 33 – 177.

15. Kelcz Fred. Breast Imaging Using 3D-GRE. Available from :

http://www.gehealthcare.com/.

16. Makes Daniel. Atlas Ultrasonografi Payudara dan Mamografi. Balai Penerbit FKUI.

Jakarta. 1992. Hal 16 – 19.

25