8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
1/23
TUGAS MAKALAH FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI
OBAT-OBAT ANESTESI & HIPERLIPIDEMIA
DOSEN :
KHOERUL ANWAR, S. F., Apt.
OLEH:
NOORMAHDI RIDUANSYAH
J1E109041
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
FAKULATAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2011
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
2/23
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan bagi Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat-Nya sehingga tugas mata kuliah Farmakologi-Toksikologi
yaitu makalah yang berjudul Obat-Obat Anestesi & Hiperlipidemia ini dapat
terselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya
kepada rekan-rekan yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian
makalah ini. Tiada gading yang tak retak, dalam pembuatan makalah ini pun
masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan
saran yang membangun sehingga nantinya dalam pembuatan makalah selanjutnya,
dapat dilaksanakannya dengan lebih baik lagi.Semoga Makalah Farmakologi-Toksikologi Obat-Obat Anestesi &
Hiperlipidemia ini berguna bagi semua civitas akademika yang memerlukan
tambahan referensi dalam memahami mata kuliah Farmakologi-Toksikologi.
Banjarbaru, Desember 2011
Penyusun
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
3/23
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
I.1 LATAR BELAKANG ...............................................................
I.2 TUJUAN ...................................................................................
BAB II ISI ................................................................................................
II.1 DEFINISI ANESTESI .............................................................
II.2 OBAT-OBAT ANESTESI .......................................................
II.3 DEFINISI HIPERLIPIDEMIA .................................................
II.4 OBAT-OBAT HIPERLIPIDEMIA...........................................BAB III PENUTUP.....................................................................................
III.1 KESIMPULAN .....................................................................
III.2 SARAN .................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
4/23
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 LATAR BELAKANG
Tindakan anestesia telah dikenal sejak lama sebagai upaya untuk
mempermudah orang melakukan tindakan operasi. Orang Mesir
menggunakan narkotik, sementara orang Cina menggunakan Canabis indica
(ganja) untuk menghilangkan kesadaran sehingga si pasien tidak merasakan
nyeri-nya. Tindakan fisik juga pernah dipraktekkan untuk menghilangkan
sensasi nyeri, misalnya dengan mmembungkus anggota badan dengan
kantong es atau membuatnya iskemik dengan memasang turniket, bahkan
dengan memukul kepala si pasien dengan tongkat kayu untuk membuatnya
tidak sadar (Zunilda & Elysabeth, 2009).
Anestetik yang pertama dikenal adalah gas N2O yang disintesis
pada tahun 1776. Beberapa puluh tahun kemudian ditemukan dietil eter
yang juga berbentuk gas, tetapi baru pada pertengahan abad ke-19 kedua zat
ini digunakan pada manusia. Operasi pertama yang menggunakan anestetik
umum berlangsung di kamar bedah RS Massachussets pada tahun 1846.
William TG Morton, seorang dokter gigi yang juga mahasiswa kedokteran
di Boston, setelah mencobanya pada hewan dan pada dirinya sendiri, yakin
bahwa eter lebih baik daripada N2O (Zunilda & Elysabeth, 2009).
Kloroform adalah anestetik berikutnya, yang diperkenalkan oleh
Sir James Simpson, tetapi zat ini ternyata hepatotoksik, dapat menimbulkan
aritmia jantung dan depresi nafas, sehingga sebaiknya tidak dipakai lagi.
Dalam upaya memperoleh zat yang lebih aman dikembangkanlah berbagai
anestetik lain seperti yang kita kenal sekarang (Zunilda & Elysabeth, 2009).
Akhir-akhir ini opiat, kalsium, dan NO diduga berperanan dalam
mekanisme kerja anestetik ini. Pada akhir 1970-an berkembang teori opiat
yang menyatakan bahwa anestetik inhalasi bekerja melalui reseptor opiat.
Teori ini didukung oleh data klinis dan eksperimental yang memperlihatkan
bahwa narkotik sintetis dapat menurunkan kebutuhan akan anestetik
inhalasi. Selain itu, anestesia inhalasi ternyata merangsang dilepaskannya
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
5/23
opiat endogen di SSP. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang
memperlihatkan bahwa N2O meningkatkan peptida opioid di cairan otak
kanan (Zunilda & Elysabeth, 2009).
Hubungan antara aterosklerosis dan metabolisme lemak telah
menjadi perhatian para ahli patologi dalam abad ke-19, dan semakin
mendapat perhatian setelah Getler (1950) melaporkan bahwa kadar plasma
kolesterol pada pasien penyakit jantung koroner lebih tinggi daripada orang
normal. Gofman (1950) mendapatkan peningkatan lipoprotein ringan (low
density lipoprotein, LDL) pada pasien penyakit koroner. Albrink dan Mann
(1959) mendapatkan bahwa kadar trigliserida pada pasien penyakit koroner
juga meningkat. Penelitian prospektif di Framingham menunjukkan bahwa
insidens dan kasus baru penyakit koroner paling tinggi jumlahnya padakelompok dengan kadar lemak dan lipoprotein plsama yang paling tinggi
(Suyatna, 2009).
Insidens penyakit koroner lebih rendah di negara yang sedang
berkembang dibanding dengan dengan negara yang sudah maju dan hal ini
dihubungkan antara lain dengan diet lemak yang jauh lebih tinggi di negara
yang sudah maju. Penelitian selama perang dunia ke-2 dan peneltian pada
hewan coba memberikan harapan bahwa aterosklerosis bersifat reversibel.
Atas dasar tersebut di atas dilakukan usaha untuk mencegah dan
memperbaiki aterosklerosis antara lain dengan menurunkan kadar kolesterol
dan trigliserida dalam plasma (Suyatna, 2009).
I. 2 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui tentang anestesi dan obat-obat anestesi2. Mengetahui tentang hiperlipidemia obat-obat hiperlipidemia
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
6/23
BAB II
ISI
II.1 DEFINISI ANESTESI
Istilah anestesia yang artinya hilangnya sensasi nyeri (rasa sakit) yang
disertai maupun yang tidak disertai hilang kesadaran, diperkenalkan oleh Oliver
W. Holmes pada tahun 1846. Obat yang digunakan dalam menimbulkan
anestesia disebut anestetik, dan kelompok obat ini dibedakan dalam anestetik
umum dan anestetik lokal. Bergantung pada dalamnya pembiusan, anestetik
umum dapat memberikan efek analgesia yaitu hilangnya sensasi nyeri, atau efek
anestesia yaitu analgesia yang disertai hilangnya kesadaran, sedangkan
anestetik lokal hanya dapat menimbulkan efek analgesia. Anestetik umum
bekerja di susunan saraf pusat sedangkan anestetik lokal bekerja langsung pada
serabut saraf di perifer(Zunilda & Elysabeth, 2009).
Gejala fisiologis dari anestetik umum secara khas meliputi analgesia,
amnesia, hilang kesadaran, inhibisi perasaan, refleks otonom dan relaksasi
otot skeletal. Penggunaan anestesi umum dapat mengakibatkan
ketergantungan pada obat secara spesifik, dosis, maupun keadaan klinis
(Katzung, 2009).
Anestetik umum kini dibedakan atas 2 cara, yaitu secara inhalasi dan
intravena. Walaupun demikian, secara tradisional anestetik umum dapat
diberikan dengan menggunakan berbagai jenis sistem anestesia, yakni
dengan sistem tetes terbuka (open-dro p system), tetes setengah terbuka
(semi-open-dro p system), semi-tertutup/sistem Mappleson (semi-closed-
drop system), dan tertutup (closed system) (Zunilda & Elysabeth, 2009).
Anestetik inhalasi mengubah denyut jantung dengan mengubah
depolarisasi nodus sinus secara langsung atau dengan mengubah
keseimbangan saraf ototnom. Bradikardi mungkin terlihat pada halotan yang
mungkin akibat depresi langsung atas kecepatan atrium. Sebaliknya,
metoksifluran dan ensifluran meningkatkan denyut jantung. Semua
perubahan dalam denyut jantung tersebut telah ditentukan pada orang
normal yang menjalani operasi. Pada penderita prabedah atau trauma
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
7/23
operasi selama operasi berlangsung sering mengubah respon jantung
terhadap anestetik inhalasi (Katzung, 2009).
Semua obat anestetik inhalasi cenderung meningkatkan tekanan
atrium kanan yang bergantung pada dosis dan sekaligus menggambarkan
depresi fungsi miokardium. Anestetik inhalasi mengurangi konsumsi
oksigen jantung, terutama dengan menurunkan variable yang menegontrol
kebutuhan oksigen, seperti tekanan darah arteri dan kekuatan kontraktilitas
(Katzung, 2009).
Banyak faktor yang mempengaruhi efek kardiovaskular pada
pemberian anestetik inhalasi. Perangsangan selama operasi, hiperkapnia,
dan lamanya operasi berlangsung akan menurunkan efek depresi obat
anestetik inhalasi. Hiperkapnia akan membebaskan katekolamin yangmelemahkan penurunan tekanan darah. Tekanan darah menurun lebih
sedikit 5 jam pemberian anestesi dibandingkan setelah pemberian 1 jam.
Halotan dapat mensensitasi otot jantung terhadap katekolamin dan dapat
terjadi aritmia ventrikel pada penderita dengan penyakit jantung yang
diberikan obat simpatomimetik yang bekerja langsung atau tidak langsung
yang tinggi dalam darah. Obat inhalasi modern lainnya sudah jarang
menimbulkan aritmia. (Katzung, 2009).
Anestetik lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila
dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Anestetik
lokal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara
permanen. Kebanyakan anestetik lokal memenuhi syarat ini. Batas
keamanan harus lebar, sebab anestetik lokal akan diserap dari tempat
suntikan. Mula kerja harus sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus
cukup lama sehingga cukup waktu untuk melakukan tindakan operasi, tetapi
tidak demikian lama sampai memperpanjang masa pemulihan. Zat anestetik
lokal juga harus larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa
mengalami perubahan (Katzung, 2009).
Umumnya obat anestesi lokal terdiri dari sebuah gugus lipofilik
(biasanya sebuah cincin aromatik) yang berikatan dengan sebuah rantai
perantara (umumnya termasuk suatu ester atau amida) yang terikat pada satu
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
8/23
gugus terionisasi (biasanya suatu amin tersier). Aktivitas optimal
memerlukan keseimbangan yang tepat antara gugus lipofilik dan kekuatan
hidrofilik. Penambahan sifat fisik molekul, maka konfigurasi stereokimia
spesifik menjadi penting, misalnya perbedaan potensi stereoisomer telah
diketahui untuk beberapa senyawa. Karena ikatan ester (seperti prokain)
lebih mudah terhidrolisis dari ikatan amida maka lama kerja ester biasanya
lebih singkat. Anestesi lokal bersifat basa lemah. Untuk aplikasi terapeutik,
biasanya dibuat sebagai garam agar mudah larut dan lebih stabil. Di dalam
tubuh obat akan menjadi basa tanpa muatan atau sebagai kation (Katzung,
2009).
Absorbsi sistemik suntikan anestesi lokal dari tempat suntikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain dosis, tempat suntikan , ikatanobat-jaringan, adanya bahan vasokonstriktor dan sifat fisikokimia obat.
Aplikasi anestesi lokal pada daerah yang kaya vaskularisasinya seperti
mukosa trakea menyebabkan penyerapan obat yang sangat cepat dan kadar
obat dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan tempat yang perfusinya
jelek seperti tendon. Untuk anestesi regional yang menghambat saraf yang
sangat besar kadar darah maksimum anestesi lokal menurun sesuai dengan
tempat pemberian yaitu : interkostal (tertinggi) > caudal > epidural >
pleksus brachialis > saraf ischiadicus (terendah). Bahan vasokonstriktor
seperti epinefrin mengurangi penyerapan sistemik anestesi lokal dari tempat
tumpukan obat dengan mengurangi aliran darah di daerah ini. Keadaan ini
menjadi nyata terhadap obat yang masa kerjanya singkat atau lemah seperti
prokain, lodokain, dan mepivakain (tidak untuk prilokain). Ambilan obat
oleh saraf diduga diperkuat oleh kadar obat lokal yang tinggi dan efek
toksik sistemik obat akan berkurang karena kadar obat yang masuk dalam
darah hanya sepertiganya saja. Kombinasi pengurangan penyerapan sistemik
dan peningkatan ambilan saraf inilah yang memungkinkan perpanjangan
efek anestesi lokal sampai 50%. Vasokonstriktor kurang efektif dalam
memperpanjang sifat anestesi obat yang mudah larut dalam lipid dan bekerja
lama (bupivakain, etidokain) mungkin karena molekulnya sangat erat terikat
dalam jaringan. Selain itu katekolamin mungkin mempengaruhi fungsi
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
9/23
neuronal antara lain meningkatkan analgesia terutama pada medulla spinalis
(Katzung, 2009).
Anestesi lokal amida disebar meluas dlam tubuh setelah pemberian
bolus intravena. Bukti menunjukkan bahwa penyimpanan obat mungkin
terjadi dalam jaringan lemak setelah fase distribusi awal yang cepat yang
mungkin menandakan ambilan kedalam organ yang perfusinya tinggi seperti
otak, hati, ginjal, dan jantung, diikuti oleh fase distribusi lambat yang terjadi
karena ambilan dari jaringan yang perfusinya sedang seperti otot dan usus .
karena waktu paruh plasma yang sangat singkat dari obat tipe ester, maka
distribusinya tidak diketahui (Katzung, 2009).
Anestesi lokal diubah alam hati dan plasma menjadi metabolit yang
mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan ke dalam urin.K
arenaanestesi lokal yang bentuknya tak bermuatan mudah berdifusi melalui lipid
maka sedikit atau tidak ada sama sekali bentuk netralnya yang
diekskresikan. Pengasaman urin akan meningkatkan ionisasi basa tersier
menjadi bentuk bermuatan yang mudah larut dalam air, sehingga mudah
diekskresikan karena bentuk ini tidak mudah diserap kembali oleh tubulus
ginjal. Tipe ester anestesi lokal dihidrolisis sangat cepat di dalam darah oleh
butirilkolinesterase. Oleh karena itu, obat ini khas sekali mempunyai waktu
paruh yang sangat singkat, kurang dari 1 menit untuk prokain dan
kloroprokain (Katzung, 2009).
Ikatan amida dari anestesi lokal amida dihidrolisis oleh enzim
mikrosomal hati. Kecepatan metabolisme senyawa amida didalam hati ini
bervariasi bagi setiap individu, perkiraan urutannya adalah prilokain
(tercepat) > etidokkain > lidokain > mepiyakain > bupiyakain (terlambat).
Akibatnya toksisitas dari anestesi lokal tipe amida ini akan meningkat pada
pasien dengan gangguan fungsi hati. Penurunan pembersihan anetesi lokal
oleh hati ini harus diantisipasi dengan menurunkan aliran darah ke hati.
Sebagai contoh, pembersihan lidokain oleh hati pada binatang yang
dianestesi dengan halotan lebih lambat dari pengukuran binatang yang
diberi nitrogen oksida dan kurare. Penurunan pembersihan ini berhubungan
dengan penurunan aliran darah ke dalam hati dan penekanan mikrosom hati
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
10/23
karena halotan. Propanolol dapat memperpanjang waktu paruh anestesi
lokal amida (Katzung, 2009).
Membran yang mudah terangsang dari akson saraf, mirip dengan
membran otot jantung dan badan sel saraf, mempertahankan potensial
transmembran sekitar -90 sampai -60 mV. Selama eksitasi, saluran natrium
terbuka, dan arus natrium yang masuk cepat ke dalam sel dengan cepat
mendepolarisasi membran ke arah keseimbangan potensial natrium (+40
mV). Sebagai akibat depolarisasi ini, maka saluran natrium akan menutup
(inaktif) dan saluran kalium akan terbuka (Katzung, 2009).
II.2 OBAT-OBAT ANESTESI
1. Nitrogen Monoksida (N2O = Gas Gelak) Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa, dan lebih berat daripada udara. Gas ini tidak mudah
terbakar, tetapi bila dikombinasi dengan zat anestetik yang mudah
terbakar akan memudahkan terjadinya ledakan, misalnya campuran eter
dan N2O (Zunilda & Elysabeth, 2009).
Nitrogen monoksida sukar larut dalam darah, dan merupakan
anestetik yang kurang kuat sehingga kini hanya digunakan sebagaiadjuvan untuk atau sebagai pembawa anestetik inhalasi lainnya. Karena
kelarutannya yang buruk, masa induksi dengan N2O segera dicapai, tetapi
dengan KAM yang >100 diperlukan tekanan parsial yang tinggi. Dengan
perbandingan N2O : O2 (85:15) stadium induksi akan cepat dilewati,
tetapi pemberiannya tidak boleh terlalu lama karena mudah terjadi
hipoksia yang dapat dicegah dengan memberikan O2 100% setelah N2O
dihentikan (Zunilda & Elysabeth, 2009).
Kadar N2O 80% hanya sedikit mendepresi kontraktilitas otot jantung
sehingga peredaran darah tidak terganggu. Efeknya terhadap pernafasan
tidak begitu besar, dikatakan induksi dengan pentotal dan inhalasi N2O
menyebabkan berkurangnya respons pernafasan terhadap CO2. Pada
anestesia yang lama N2O dapat menyebabkan mual, muntah dan lambat
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
11/23
sadar. Gejala sisa hanya terjadi bila ada hipoksia atau alkalosis karena
hiperventilasi (Zunilda & Elysabeth, 2009).
2. SiklopropanSiklopropan merupakan anestetik inhalasi yang kuat, berbentuk gas,
berbau spesifik, tidak berwarna dan disimpan dalam bentuk cairan
bertekanan tinggi. Gas ini mudah terbakar dan meledak karena itu hanya
digunakan dengan sistem lingkar tertutup. Siklopropan relatif tidak larut
dalam darah sehingga dalam 2-3 menit induksi dilalui. Pemberian dengan
kadar 1% volume dapat menimbulkan analgesia tanpa hilangnya
kesadaran. Siklopropan menimbulkan relaksasi otot cukup baik dan
sedikit sekali mengiritasi saluran nafas. Namun, depresi pernapasan
ringan dapat terjadi pada anestesia dengan siklopropan (Zunilda &
Elysabeth, 2009).
Siklopropan tidak menghambat kontraktilitas otot jantung; curah
jantung dan tekanan arteri tetap atau sedikit meningkat sehingga
siklopropan merupakan anestetik terpilih pada pasien syok. Siklopropan
dapat menimbulkan fibrilasi atrium, brakikardia sinus, ekstrasistol
atrium, aritmia atrio-ventrikular, ekstrasistol ventrikel, dan ritme
bigemini. Aliran darah kulit ditingkatkan oleh siklopropan sehingga
mudah terjadi perdarahan waktu operasi. Siklopropan tidak menimbulkan
hambatan terhadap sambungan saraf otot. Pada masa pemulihan sering
timbul mual, muntah, dan delirium (Zunilda & Elysabeth, 2009).
3. Eter (Dietileter)Eter merupakan cairan tidak berwarna yang mudah menguap, berbau
tidak enak, mengiritasi saluran nafas, mudah terbakar dan mudah
meledak. Di udara terbuka eter teroksidasi menjadi peroksida dan
bereaksi dengan alkohol membentuk asetaldehid, maka eter yang sudah
terbuka beberapa hari sebaiknya tidak digunakan lagi. Eter merupakan
anestetik yang sangat kuat. Sifat analgesiknya kuat sekali; dengan kadar
dalam darah arteri 10-15 mg sudah terjadi analgesia tetapi pasien masih
sadar. Eter pada kadar tinggi dan sedang menimbulkan relaksasi otot dan
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
12/23
hambatan neuromuskular yang tidak dapat dilawan oleh neostigmin. Zat
ini meningkatkan hambatan neuromuskular oleh antibiotik seperti
neomisin, streptomisin, polimiksin dan kanamisin. Eter menyebabkan
iritasi salurannafas dan merangsang sekresi kelenjar bronkus. Pada
induksi dan waktu pemulihan, eter menimbulkan salivasi, tetapi pada
stadium yang lebih dalam, salivasi akan dihambat dan terjadi depresi
nafas (Zunilda & Elysabeth, 2009).
Eter menekan kontraktilitas otot jantung, tetapi in vivo efek ini
dilawan oleh meningkatnya aktivitas simpatis sehingga curah jantung
tidak berubah atau meninggi sedikit. Eter tidak menyebabkan sensitisasi
jantung terhadap katekolamin. Pada anestesia ringan, seperti halnya
anestetik lain, eter menyebabkan dilatasi pembuluh darah kulit sehinggatimbul kemerahan terutama di darerah muka, pada anestesia yang lebih
dalam kulit menjadi lembek, pucat, dingin, dan basah. Terhadap
pembuluh darah ginjal, eter menyebabkan vasokonstriksi sehingga
terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus dan produksi urin menurun
secara reversibel. Sebaliknya pada pembuluh darah otak, eter
menyebabkan vasodilatasi (Zunilda & Elysabeth, 2009).
Eter menyebabkan mual dan muntah terutama pada waktu
pemulihan, tetapi ini dapat pula terjadi pada waktu induksi. Ini
disebabkan oleh efek sentral atau akibat iritasi lambung oleh eter yang
tertelan. Aktivitas saluran cerna dihambat selama dan sesudah anestesia.
Eter diekskresi melalui paru ; sebagian kecil diekskresi juga melalui
urin, air susu, dan keringat serta melalui difusi kulit utuh. (Zunilda &
Elysabeth, 2009).
4. HalotanHalotan merupakan anestetik golongan hidrokarbon yang
berhalogen. Halotan menjadi standar bagi anestetik lain yang kini
banyak dipakai karena dari zat inilah semua itu dikembangkan. Halotan
berbentuk cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar dan
tidak mudah meledak meskipun dicampur dengan oksigen. Halotan
merupakan anestetik yang kuat dengan efek analgesia yang lemah.
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
13/23
Induksi dan tahapan anestesia dilalui dengan mulus, dan pasien segera
bangun setelah anestetik dihentikan. Halotan diberikan dengan alat
khusus dan penentuan kadar harus dapat dilakukan dengan cepat
(Zunilda & Elysabeth, 2009).
Halotan secara langsung menghambat otot jantung dan otot polos
pembuluh darah serta menurunkan aktivitas saraf simpatis. Penurunan
tekanan darah terjadi akibat dua hal, yaitu (1) depresi langsung pada
miokard dan (2) dihambatnya refleks baroreseptor terhadap hipotensi.
Namun, respons simpatoadrenal tidak dihilangkan oleh halotan.
Rangsangan yang sesuai, misalnya peningkatan PCO2 atau adanya
pembedahan akan memicu respons simpatis. Makin dalam anestesia,
makin jelas turunnya kekuatan kontraksi otot jantung, tekanan darah,dan resistensi perifer. Bula kadar halotan ditingkatkan dengan cepat,
maka tekanan darah akan tidak terukur dan dapat terjadi henti jantung.
Halotan juga menyebabkan bradikardia, karena aktivitas vagal yang
meningkat. Halotan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah di otot
rangka dan otak sehingga aliran darah ke otak dan otot bertambah
(Zunilda & Elysabeth, 2009).
Halotan meningkatkan automatisitas miokard yang akan diperkuat
dengan pemberian agonis adrenergik dan dapat menimbulkan aritmia
jantung. Oleh karena itu suntikan epinefrin untuk hemostasis pada
pembiusan dengan halotan hanya boleh diberikan dengan syarat (1)
ventilasi memadai; (2) kadar epinefrin tidak lebih dari 1:100.000; dan
(3) dosis orang dewasa tidak lebih dari 10 mL larutan 1:100.000 dalam
10 menit, atau 30 mL dalam satu jam (Zunilda & Elysabeth, 2009).
Depresi nafas terjadi pada kadar halotan yang menimbulkan
anestesia. Halotan dapat mencegah spasme laring dan bronkus, batuk,
serta menghambat salivasi, sedangkan relaksasi otot maseter cukup baik,
sehingga intubasi mudah dilakukan. Nafas buatan harus dilakukan
dengan hati-hati karena dapat menyebabkan dosis halotan yang
berlebihan (Zunilda & Elysabeth, 2009).
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
14/23
5. EnfluranEnfluran adalah anestetik eter berhalogen yang tidak mudah
terbakar. Enfluran menyebabkan fase induksi anestesia yang relatif
lambat. Sekresi kelenjar saliva dan bronkus hanya sedikit meningkat
sehingga tidak perlu menggunakan atropin sebagai medikasi pra-
anestetik. Kadar yang tinggi menyebabkan depresi kardiovaskular dan
perangsangan SSP; untuk menghindari hal ini enfluran diberikan dengan
kadar rendah bersama N2O. Enfluran menyebabkan relaksasi otot rangka
lebih baik daripada halotan, sehingga dosis obat pelumpuh otot non-
depolarisasi harus diturunkan (Zunilda & Elysabeth, 2009).
6. IsofluranIsofluran adalah eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Secara
kimiawi isofluran mirip enfluran, tetapi secara farmakologis sangat
berbeda. Isofluran berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara
inspirasi membuat pasien menahan nafas dan terbatuk. Setelah
pemberian medikasi pra-anestetik, stadium induksi dilalui kurang dari
10 menit dengan lancar dan sedikit eksitasi bila diberikan bersama N2O-
O2. Isofluran merelaksasi otot rangka lebih baik dan meningkatkan efek pelumpuh otot depolarisasi maupun non-depolarisasi lebih dari yang
ditimbulkan oleh enfluran. Dengan demikian dosis isofluran maupun
pelumpuh ototnya dapat dikurangi. Selain itu, meningkatnya aliran darah
ke otot rangka dapat mempercepat eliminasi pelumpuh otot (Zunilda &
Elysabeth, 2009).
7. DesfluranDesfluran adalah cairan yang mudah terbakar tetapi tidak mudah
meledak, bersifat absorben, dan tidak korosif untuk logam. Berbeda
dengan kelompoknya, desfluran relatif lebih sukar menguap sehingga
dibutuhkan vaporizer khusus dalam penggunaanya. Gugus klorin pada
isofluran diganti dengan fluorin pada desfluran, dan ini membuat
kelarutannya menjadi lebih rendah, mendekati kelarutan N2O, dengan
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
15/23
potensi yang lebih rendah daripada isofluran dan memberikan induksi
dan pemulihan yang cepat dibandingkan dengan isofluran. Setelah 5-10
menit obat dihentikan pasien sudah dapat memberi tanggapan terhadap
rangsangan verbal. Oleh karena itu desfluran lebih disukai untuk
prosedur bedah singkat atau pada bedah rawat jalan. Desfluran bersifat
iritatif sehingga menimbulkan batuk, sesak nafas, atau bahkan spasme
laring sehingga biasanya desfluran tidak digunakan untuk induksi dan
diganti dengan anestetik intravena (Zunilda & Elysabeth, 2009).
8. SevofluranSevofluran adalah anestetik inhalasi baru yang memberikan induksi
dan pemulihan lebih cepat dari pendahulunya. Sayangnya, zat ini tidak
stabil secara kimiawi. Bila terpajan absorben CO2, sevofluran akan
terurai menghasilkan zat yang bersifat nefrotoksik. Metabolismenya di
hati pun menghasilkan ion fluor yang juga merusak ginjal. Oleh karena
itu kedudukan zat ini sebagai anestetik inhalasi belum jelas (Zunilda &
Elysabeth, 2009).
9. FluroksenFluroksen merupakan eter berhalogen, dengan sifat seperti eter,
mudah terbakar, tetapi tidak mudah meledak. Fluroksen menimbulkan
analgesia yang baik, tetapi relaksasi otot sangat kurang baik (Zunilda &
Elysabeth, 2009).
10.XenonXenon ditemukan pada tahun 1951 sebagai gas anestetik, tetapi tidak
banyak dipakai karena sulit didapatkan dan mahal. Namun, xenon
adalah gas anestetik yang ideal untuk kondisi kritis karena mempunyai
efek samping yang minimal. Xenon sangat tidak larut dalam darah dan jaringan, sehingga induksi dan masa pemulihannya sangat cepat.
Biasanya diberikan bersama O2 30% (Zunilda & Elysabeth, 2009).
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
16/23
II.3 DEFINISI HIPERLIPIDEMIA
Hiperlipidemia adalah tingginya kadar lipid plasma (kolesterol,
trigliserida, fosfolipid dan asam lemak) dalam darah. Hiperlipidemia primer
dibagi dalam 2 kelompok besar : (a) Hiperlipoproteinemia monogenik
karena kelainan gen tunggal yang diturunkan. Sifat penurunan ini mengikuti
hukum Mendel; (b) Hiperlipoproteinemia poligenik/multifaktorial. Kadar
kolesterol pada kelompok ini ditentukan oleh gabungan faktor-faktor
genetik dengan faktor lingkungan. Diet lemak jenuh dan kolesterol
mempengaruhi kadar kolesterol pada pasien-pasien ini (Suyatna, 2009).
Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang kaya energi, yang
berfungsi sebagai sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh.
Lemak diperoleh dari makanan atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di
hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel lemak untuk digunakan di kemudian
hari. Sel-sel lemak juga melindungi tubuh dari dingin dan membantu
melindungi tubuh terhadap cedera. Lemak merupakan komponen penting
dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus sel-sel saraf serta
empedu. Dua lemak utama dalam darah adalah kolesteroldan trigliserida.
Lemak mengikat dirinya pada protein tertentu sehingga bisa larut dalam
darah; gabungan antara lemak dan protein ini disebutlipoprotein.
Lipoprotein yang utama adalah :
1.Kilomikron2. VLDL(Very Low Density Lipoproteins)3. LDL (Low Density Lipoproteins)4. HDL(High Density Lipoproteins)(Katzung, 2009).
Sintesis dan metabolism :
1. KilomikronKilomikron adalah lipoprotein yang paling besar, dibentuk di usus
dan membawa trigliserida yang berasal dari makanan. Beberapa ester
kolestril juga terdapat pada kilomikron. Kilomikron melewati duktus
toraksikus ke aliran darah. Trigliserida dikeluarkan dari kilomikron pada
jaringan ekstrahepatis melalui suatu jalur yang berhubungan dengan
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
17/23
VLDL yang mencakup hidrolisi oleh sistem lipase lipoprotein (LPL),
suatu penurunan progresif pada diameter partikel terjadi ketika
trigliserida di dalam inti tersebut dikosongkan. Lipid permukaan , yakni
apo-A-1, apo-A-II, dan apo-C, ditransfer ke dalam hepatosit.
2. Lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL)
Hati mensekresikan VLDL yang berfungsi sebagai sarana untuk
mengekspor trigliserida ke jaringan perifer. VLDL mengandung Apo-B-
100 dan Apo-C. trigliserida VLDL dihidrolisis oleh lipase lipoprotein
menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan didalam jaringan seperti
di otot jantung dan otot rangka. Hasil dari deplesi trigliserida
menghasilkan sisa yang disebut lipoprotein berdensitas menengah (IDL).
Partikel LDL mengalami endositosis secara langsung oleh hati, sisa HDLdikonversi menjadi LDL dengan menghilangkan trigliserida yang
diperantaraioleh lipase hati. Proses tersebut menjelaskan fenomena klinis
pergeseran beta (beta shift). Peningkatan VLDL dalam plasma dapat
disebabkan karena peningkatan sekresi precursor VLDL dan juga
penurunan katabolisme LDL.
3. Lipoprotein berdensitas rendah (LDL)
Katabolisme LDL terutama terjadi didalam hepatosit dan dalam
sebagian besar sel bernukleus melibatkan endositosis yang diperantarai
oleh reseptor berafinitas tinggi. Ester kolesteril dari inti LDL kemudian
dihidrolisis, yang menghasilkan kolesterol bebas untuk sintesis
membrane sel. Ses-sel juga mendapatkan kolesterol dari sintesis de-novo
melalui suatu jalur yang melibatkan pembentukan asam mevalonat yang
dikatalisis oleh HMG koA reduktase. Hati memainkan peran utama
dalam pengolahan kolesterol tubuh. Tidak seperti sel lainnya, hepatosit
mampu mengeliminasi kolesterol dari tubuh melalui sekresi kolesterol
dalam empedu dan mengkonversikan kolesterol menjadi asam empedu
yang juga disekresikan dalam empedu.
4. Lipoprotein Berdensitas Tinggi (HDL)
Apolipoprotein disekresi oleh hati dan usus. Sebagian besar lipid
dari permukaan satu lapis kilomikron dan VLDL selama liposis. HDL
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
18/23
juga mendapatkan kolesterol dari jaringan perifer dari suatu jalur yang
melindungi homeostasis kolesterol sel. HDL juga dapat membawa ester
kolestril langsung ke hati melalui suatu reseptor pengait/ docking
(reseptor scavenger, SR-BI) yang tidak melakukan endositosis terhadap
lipoprotein
(Katzung, 2009).
Individu dengan hiperlipoproteinemia primer juga mungkin
menderita hiperlipidemia sekunder yang menimbulkan perubahan gambaran
lipidnya. Hiperlipoproteinemia sekunder berhubungan dengan diabetes
melitus yang tidak terkontrol, minum alkohol, hipotiroidisme, penyakit
obstruksi hati, sindrom nerfotik, uremia, penyakit penimbunan glikogen,
atau disproteinemia.K
eberhasilan pengobatan penyakit dasar biasanyamemperbaiki hiperlipoproteinemia. Hiperlipoproteinemia sekunder juga
dapat disebabkan oleh pemberian kortikosteroid, estrogen, androgen,
diuretik, atau penghambat adrenoreseptor beta (Suyatna, 2009).
Pengetahuan mengenai kadar kolesterol dan trigliserida dapat
digunakan untuk menduga jenis lipoprotein mana yang meningkat, sehingga
bermanfaat dalam menegakkan diagnosis genetik. Jika kadar kolesterol
meningkat sedangkan trigliserida normal, maka hal ini hampir selalu
disebabkan oleh kenaikan kadar LDL dan merupakan hiperkolesterolemia
poligenik. Jika ditemukan peningkatan kadar trigliserida (200-800 mg/dL)
dengan kadar kolesterol normal, maka hal ini hampir selalu menunjukkan
adanya kenaikan VLDL. Peningkatan kadar trigliserida di atas 1000 mg/dL
biasanya menunjukkan adanya kilomikron dengan atau kenaikan VLDL
(Suyatna, 2009).
Perbedaan antara hipertrigliserida primer dengan sekunder sulit
dilakukan, karena adanya beberapa faktor ikutan. Kenaikan moderat
kolesterol dan trigliserida menunjukkan adanya kenaikan LDL dan VLDL;
hal ini biasanya ditemukan pada hiperlipoproteinemia familial jenis
multipel, hiperkolesterolemia familial atau adanya disbetalipoproteinemia
familial (Suyatna, 2009).
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
19/23
II.4 OBAT-OBAT HIPERLIPIDEMIA
1. Asam Fibrat
Klofibrat sebagai hipolipidemik digunakan di Amerika Serikat tahun
1967. Tetapi penggunaannya menurun secara dramatis dan tidak
digunakan lagi karena studi WHO 1978 menunjukkan bahwa walaupun
terjadi penurunan kolesterol, obat ini tidak menurunkan kejadian
kardiovaskular fatal, walaupun infark non fatal berkurang. Selain itu pada
kelompok klofibrat ditemukan peningkatan angka mortalitas. Derivat
asam fibrat yang masih digunakan saat ini adalah gemfibrozil, fenofibrat,
dan bezafibrat (Suyatna, 2009).
Sebagai hipolipidemik obat-obat ini diduga bekerja dengan cara
berikatan dengan reseptorperoxisome proliferator activated receptors
(PPARs), yang mengatur transkripsi gen. Akibat interaksi obat ini dengan
PPAR isotipe (PPAR), maka terjadilah peningkatan oksidasi asam
lemak, sintesis LPL dan penurunan ekspresi Apo C-III. Peninggian
kadar LPL meningkatkan klirens lipoprotein yang kaya trigliserida.
Penurunan produksi Apo C-III hati akan menurunkan VLDL. HDL
meningkat secara moderat karena peningkatan ekspresi Apo A-I dan
Apo-II (Suyatna, 2009).
2. ResinResin menurunkan kadar kolesterol dengan cara mengikat asam
empedu dengan saluran cerna, mengganggu sirkulasi enterohepatik
sehingga ekskresi steroid yang bersifat asam dalam tinja meningkat.
Penurunan kadar asam empedu ini oleh pemberian resin akan
menyebabkan meningkatnya produksi asam empedu yang berasal dari
kolesterol. Karena sirkulasi enterohepatik dihambat oleh resin maka
kolesterol yang diabsorpsi lewat saluran cerna akan terhambat dan keluar
bersama tinja. Kedua hal ini akan menyebabkan penurunan kolesterol
dalam hati. Selanjutnya penurunan kadar kolesterol dalam hati akan
menyebabkan terjadinya 2 hal : pertama, meningkatnya jumlah reseptor
LDL sehingga katabolisme LDL meningkat dan meningkatnya aktivitas
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
20/23
HMG CoA reduktase. Peningkatan aktivitas HMG CoA akan mengurangi
efek penurunan kolesterol oleh resin. Dari sini tampak pula bahwa efek
resin tergantung dari kemampuan sel hati dalam meningkatkan junlah
reseptor LDL fungsional sehingga tidak efektif untuk pasien dengan
hiperkolesterolemia familial hozigot dimana reseptor LDL fungsional
tidak ada. Efek resin akan meningkat bila diberikan bersama penghambat
HMG CoA reduktase. Peningkatan produksi asam empedu akan diikuti
oleh meningkatnya sintesis trigliserida dalam hati (Suyatna, 2009).
3. Asam NikotinatAsam nikotinat (niasin) merupakan salah satu vitamin B-kompleks
yang hingga kini digunakan secara luas di Amerika Serikat untuk
pengobatan dislipidemia. Untuk mendapatkan efek hipolipidemik, asam
nikotinat harus diberikan dalam dosis yang lebih besar daripada yang
diperlukan untuk efeknya sebagai vitamin. Pada jaringan lemak, asam
nikotinat menghambat hidrolisis trigliserida oleh hormone-sensitive
lipase, sehingga mengurangi transport asam lemak bebas ke hati dan
mengurangi sintesis trigliserida hati. Penurunan sintesis trigliserida hati
ini akan menyebabkan berkurangnya produksi VLDL sehingga kadar
LDL menurun. Selain itu asam nikotinat juga meningkatkan aktivitas
LPL yang akkan menurunkan kadar kilomikron dan trigliserida VLDL.
Kadar HDL meningkat sedikit sampai sedang karena menurunnya
katabolisme Apo AI oleh mekanisme yang belum diketahui. Obat ini
tidak mempengaruhi katabolisme VLDL, sintesisi kolesterol total atau
ekskresi asam empedu (Suyatna, 2009).
4. ProbukolProbukol dianggap sebagai obat pilihan kedua pada pengobatan
hiperkolesterolemia dengan peninggian LDL. Obat ini menurunkan kadar
LDL dan HDL tanpa perubahan kadar trigliserida. Efek penurunan LDL
obat ini kurang kuat dibandingkan resin. Probukol menurunkan LDL dan
mengecilkan xanthoma pada pasien hiperkolesterolemia familial
homozigot (Suyatna, 2009).
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
21/23
Obat ini dapat dikombinasi dengan hipolipidemik lainnya.
Pemberian bersama resin meningkatkan efek hipolipidemiknya; probukol
menimbulkan konsistensi tinja yang lunak sehingga memperbaiki efek
samping resin yang menimbulkan konstipasi. Kombinasi probukol
dengan klofibrat tidak boleh dilakukan karena kadar HDL akan lebih
rendah (Suyatna, 2009).
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
22/23
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yakni sebagai
berikut:
1. Anestesia adalah hilangnya sensasi nyeri (rasa sakit) yang disertaimaupun yang tidak disertai hilang kesadaran
2. Obat-obat anestesi antara lain nitrogen monoksida, siklopropan,eter(dietileter), halotan, isofluran, desfluran, sevofluran, fluroksen dan
xenon.
3. Hiperlipidemia adalah tingginya kadar lipid plasma (kolesterol,trigliserida, fosfolipid dan asam lemak) dalam darah.
4. Obat-obat hiperlipidemia antara lain asam fibrat, resin, asam nikotinatdan probukol.
III.2 SARAN
Perlu referensi lebih banyak mengenai obat-obatan anestesia dan
hiperlipidemia sehingga dapat menjadi referensi baku tentang obat-obatananestesia dan hiperlipidemia tersebut.
8/3/2019 Fartok Noormahdi.r - (j1e109041)
23/23
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, B.G, Susan, B.M & Trevor A.J. 2009. Basic and Clinical Pharmacology
11th edition. McGraw-Hill Medical. New York
Suyatna, F.D. 2009. Hipolipidemik, dalam buku Farmakolo gi & Terapi Edisi 5.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Jakarta
Zunilda D.S. & Elysabeth. 2009. Anestetik Umum, dalam buku Farmakolo gi &
Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Jakarta