i
PENGGUNAAN MODEL PORTOFOLIO SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN DAYA KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN
PKN DI KELAS VIII E SMP NEGERI 1 MOJOSONGO BOYOLALI
TAHUN 2008
Skripsi
Oleh :
Kurniawati Nugroho
NIM K6404037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008
ii
PENGGUNAAN MODEL PORTOFOLIO SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN DAYA KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN
PKN DI KELAS VIII E SMP NEGERI 1 MOJOSONGO BOYOLALI
TAHUN 2008
Oleh :
Kurniawati Nugroho
NIM K6404037
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. H. Utomo, M.Pd
NIP. 130 789 673
Pembimbing II
Drs. Suyatno, M.Pd
NIP. 130 814 559
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Machmud Al Rasyid, S.H, M.Si 1. ...................
Sekretaris : Winarno, S. Pd, M.Si 2. ..................
Anggota I : Drs. H. Utomo, M.Pd 3......................
Anggota II : Drs. Suyatno, M.Pd 4. ..................
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP. 131 658 563
v
ABSTRAK
Kurniawati Nugroho. PENGGUNAAN MODEL PORTOFOLIO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DAYA KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII E SMP NEGERI 1 MOJOSONGO BOYOLALI TAHUN 2008. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Desember 2008
Tujuan penelitian ini adalah untuk : Mengetahui apakah model pembelajaran portofolio dapat meningkatkan daya kritis siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research), sedangkan strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah informan, dokumen, serta tempat dan peristiwa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, analisis dokumen dan tes atau pemberian tugas. Validitas data dilakukan dengan cara trianggulasi metode. . Teknik pengumpulan data yang diterapkan, yaitu: (1) observasi/pengamatan, (2) teknik In-dept interview(wawancara mendalam), dan (3) teknik tugas. Uji validitas yang digunakan adalah: triangulasi sumber data, dan review informan. Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan dalam dua siklus, melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahapan yaitu : (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap pengamatan, dan (4) tahap analisis dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa pelaksanaan Pembelajaran portofolio merupakan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik karena siswa mendapatkan pengalaman belajar yang sangat bermakna, tidak hanya dari guru saja tetapi juga didapat dari nara sumber langsung di lapangan, lingkungan, masyarakat, dan media lain.
Dengan diterapkannya pembelajaran portofolio di SMPN 1 Mojosongo Boyolali, siswa menjadi lebih kreatif dan kritis, ini terlihat dari kemampuan siswa memahami fenomena peristiwa di masyarakat, menanggapi masalah tersebut dengan penuh tanggung jawab.Selain itu juga siswa lebih berani menyampaikan gagasan, siswa mampu menggali dan menganalisa informasi utuk dipakai membuat keputusan.
Peningkatan daya kritis siswa tidak hanya dilihat dari meningkatnya daya kritis siswa secara individu, tetapi juga dari meningkatnya prosentase siswa yang memiliki daya kritis tinggi. Pada siklus I siswa yang memiliki daya kritis rendah 44%, siswa yang mempunyai daya kritis sedang 31%, siswa yang memiliki daya kritis tinggi 25%. Kemudian pada siklus II siswa yang memiliki daya kritis rendah 17%, siswa yang mempunyai daya kritis sedang 42%, siswa yang memiliki daya kritis tinggi 55%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran portofolio dapat meningkatkan daya kritis siswa.
vi
ABSTRACT
Kurniawati Nugroho, THE USING OF PORTFOLIO MODEL AS AN EFFORT
TO INCREASE STUDENT CRITICAL CAPABILITY ON PKN (CITIZENSHIP
EDUCATION) SUBJECT IN THE CLASS OF VIII E SMP NEGEI I
MOJOSONGO (STATE SECONDARY SCHOOL) -BOYOLALI IN 2008,
Thesis, Surakarta: Teaching and Education Science of Sebelas Maret University ,
December 2008.
The goal of the research is to know if learning model of portfolio can increase student critical capability in learning process of citizenship education.
The form of the research is Classroom action research, while strategy which is used in this research is qualitative-descriptive strategy. Data resources used in this research, are interview, document, location and events. Data collecting technique used is interview, document analyze, and test or task giving. Data Validity Measurement which performed is method triangulation. Data Collecting Technique which is applied include: (1) Observation, (2) In depth interview, (3) task giving technique. Validity test used is triangulation of data sources and information review. The procedure of classroom action research (PTK) is performed in two cycle, trough process of compound assessment which consists of 4 stages , those are : (1) planning stage, (2). Action research perceiving stage, (3). Observation stage and ($) analyze stage and reflection .
Based on the result of this research , it can be stated that the Applying ofPortfolio learning constitutes comfort learning and interesting , because students can obtain meaningful learning experience , not only for the teacher, but can also be adopted from recourses on the spot , environment, community and another media.
With the applying of portfolio in SMPI Mojosongo-Boyolali, student become more creative and critic, it can be seen from student capability in understanding phenomenon of the events in the community , in responding capability with full of responsibility .Except of that , student has more courage for delivering ideas. , students are able to dig and analyze information for making decisions.
The increasing of student critic capability is not only seen from the increasing of individual , but also from the increasing of the student percentage whose have high critic capability . On cycle 1 , student whose low critic capability 44% , student whose moderate critic capability is 31 %, student whose high critic capability is 25 %. Then on cycle 2 , students whose low critic capability is 17 %, , students whose moderate critic capability is 42 %, students whose high critic capability is 55 5. It shows that the using of learning portfolio model can enhance students critic capability.
vii
MOTTO
“ Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupan..”
(Q.S AL Baqarah : 286)
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain “.
(Q.S. Al Insyiroh : 6)
Belajarlah sepanjang hayat
(Penulis)
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
Bapak dan Ibu atas doa, semangat, dan
kasih sayangnya
Mas Agung Nugroho tercinta
Afrihayana CP terkasih
Teman-Teman PKn Angkatan 2004
Almamater
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Untuk itu segala bentuk bantuannya, disampaikan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
penyusunan skripsi dan penelitian lapangan
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi
3. Dr. Sri Haryati, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan,
FKIP UNS yang telah memberikan izin untuk menyusun skripsi
4. Bapak Drs. H Utomo, M.Pd, Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan dan saran selama penulis menempuh pendidikan
di Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Dan memberikan curahan pikiran, mengarahkan dan
membimbing serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi ini
5. Bapak Drs. Suyatno, M.Pd, Pembimbing II yang telah mengarahkan dan
membimbing serta memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi, dan
menyelesaikan studi ini.
6. Segenap Dosen Pengajar Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
x
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal
ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis
7. Bapak Drs, Joko Sawidji Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali
yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian, sehingga diperoleh data
yang berhubungan dengan skripsi dari penulis.
8. Bapak Suwadi guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri 1 Mojosongo
untuk wawancaranya sehingga diperoleh data yang berhubungan dengan
skripsi dari penulis.
9. Bapak Sunyoto dan Bapak Joko terima kasih atas bantuan dan informasinya
sehingga diperoleh data yang berhubungan dengan skripsi dari penulis.
Penulis berharap, semoga Allah SWT selalau memberikan barokah dan
anugrah yang terbaik atas jasa yang diberikan.
Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena
keterbatasan penulis, meski demikian diharapkan sudah dapat memenuhi
persyaratan yang wajib penulis penuhi. Dengan segala rendah hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan
skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta, Desember 2008
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ......................................................................................................... i
PENGAJUAN.................................................................................................. ii
PERSETUJUAN........................................................................................... iii
PENGESAHAN............................................................................................ iv
ABSTRAK…………………………………………………………………... v
MOTTO……………………………………………………………………... vi
PERSEMBAHAN…………………………………………………………… vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………. viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………... xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Perumusan Masalah.............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .................................................................. 5
1. Belajar Dan Pembelajaran ............................................... 5
2. Model Pembelajaran Portofolio………………................. 6
3. Daya Kritis Siswa............................................................. 13
4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)................. 15
5. Pendidikan Kewarganegaraan .......................................... 21
6. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)...................................... 26
B. Kerangka Berpikir ...................................................................... 28
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian.................................................................. 31
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................. 32
C. Subjek Penelitian ……………………………………………... 33
D. Sumber Data Penelitian ........................................................ 33
1.Tempat dan Peristiwa……………………………………… 33
2. Informan………………………………………………….. 33
3. Dokumen…………………………………………………. 34
E. Teknik Pengumpulan data..................................................... 34
1. Observasi…………………………………………………. 34
2. Wawancara Mendalam……………………………………. 35
3. Pemberian Tugas……………………………….............. .. 36
4. Analisis Dokumen………………………………………... 36
F. Uji Validitas Data................................................................. 36
G. Teknik Analisis Data……………………………………….. 37
H. Prosedur Penelitian............................................................... 37
BAB. IV HASIL PENELITIAN
A .Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................... 40
1. Sejarah SMP N 1 Mojosongo Boyolali…………………… 40
2. Keadaan Fisik SMP N 1 Mojosongo Boyolali…………… 40
3. Keadaan SMP N 1 Mojosongo Boyolali………………….. 41
B. Deskripsi Hasil Penelitian ………………………… . ........... 49
1. Siklus I .............................................................................. 49
2. Siklus II………………………………………………….... 67
C. Pembahasan…………………………………………………. 74
D. Indikator Keberhasilan…………………………………….... 77
E. Temuan Studi………………………………………………… 77
BAB. V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………... 79
B. Implikasi…………………………………………………….. 80
C. Saran………………………………………………………… 81
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 82
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.Jadual Kegiatan Penelitian ............................................................... 31
Tabel 2.Daftar Guru dan Karyawan SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali ....... 41
Tabel 3.Data Siswa SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali dalam 1 Tahun
Terakhir……................................................................................... 45
Tabel 4.Daftar Masalah dan Pemungutan Suara untuk Kajian Kelas Tahap Satu 50
Tabel 5.Daftar Masalah dan Pemungutan suara untuk Kajian Kelas Tahap Dua. 51
Tabel 6.Hasil ujian formatif mata pelajaran PKn............................................. 62
Tabel 7.Hasil observasi daya kritis siswa kelas VIII E siklus I....................... 64
Tabel 8. Hasil observasi daya kritis siswa kelas VIII E siklus II.................... . 72
Tabel 9. Presentase daya kritis siswa.......................................………. 74
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Belajar…………………………………….. 12
Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir ........................................................... 30
Gambar 3.Alur penelitian tindakan kelas....................................................... 38
Gambar 4. Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali .............. 47
Gambar 5. Sruktur Organisasi TU SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali……. 48
Gambar 6. Kunjungan siswa ke kantor DPRD Kab. Boyolali………………. 52
Gambar 7.Siswa antusias berdiskusi dengan Hakim Ketua Bapak Tumpak
Situmorang............................................................................... 53
Gambar 8. Siswa mengikuti proses persidanagan yang berlangsung............ 54
Gambar 9. Gelar kasus(show case) masing-masing kelompok portofolio 57
Gambar 10 . Pentas seni saat gelar kasus portofolio……………………... 58
Gambar 11 . Peneliti merefleksi pengalaman belajar portofolio………... 61
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Petikan Hasil Wawancara ..................................................... 85
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ............... 86
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II .............. 90
Lampiran 4. Hasil Refleksi Pengalaman Belajar………………………… 93
Lampiran 5.Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan FKIP
UNS ..................................................................................... 95
Lampiran 6. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS Tentang Ijin
Penyusunan Skripsi/Makalah ............................................... 96
Lampiran 7. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out Kepada Rektor
UNS ..................................................................................... 97
Lampiran 8. Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada Kepala SMP
Negeri 1 Mojosongo Boyolali ............................................... 98
Lampiran 9. Surat Keterangan Pemberian Ijin Penelitian di Kabupaten
Boyolali…………………………………………………... .... 99
Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP
Negeri 1 Mojosongo Boyolali ............................................... 100
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri sebagai warga negara Indonesia yang
memahami dan mampu melaksanakan hak- hak dan kewajibannnya untuk menjadi
warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
oleh Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting untuk mendidik generasi
bangsa untuk secara sukarela mengikatkan pada norma atau nilai-nilai moral.
Sebagai bidang studi ilmiah, pendidikan kewarganegaraan bersifat interdisipliner
(antar-bidang) bukan monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan yang
membangun ilmu kewarganegaan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu, seperti
ilmu politik, ilmu hukum, ekonomi, psikologi, sosiologi, administrasi negara, tata
negara, sejarah, filsafat dan berbagai bahan kajian lainnya yang berasal dari nilai
budi pekerti, hak-hak asasi manusia dengan penekanaan kepada hubungan antar
warga-negara, warga dengan pemerintahan, serta hubungan antar negara (Arnie
Fajar, 2005:144).
Kegiatan pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan
guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Metode pembelajaran
merupakan strategi yang digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Metode pembelajaran yang dipilih guru harus sesuai dengan rencana dan tidak
boleh asal-asalan. Guru berperan penting dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan karakteristik dan tujuan mata pelajaran tersebut di atas, jelas
bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bukan merupakan mata
pelajaran hafalan, para siswa harus diajak untuk ikut menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu cara yang yang ditempuh adalah menggunakan
model yang inovatif, yakni model pembelajaran yang mampu menempatkan siswa
sebagai subyek belajar, peristiwa dan masalah sosial sebagai sumber belajar,
sedangkan guru bertindak sebagai director of learning, yakni pihak yang
2
mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk belajar.Hal ini siswa dituntut untuk
lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat menumbuhkembangkan
pemikiran dalam menyelesaikan masalah.
Kamii dalam Arnie Fajar (2005 : 43) menyebutkan ada beberapa pembelajaran menurut beberapa aliran. Pembelajaran menurut aliran behavioristik, pembelajaran menurut aliran kognitif, humanistic serta kontemporer. Pembelajaran menurut aliran kontemporer yang dimaksud adalah berdasarkan teori belajar kontruktivisme. Model pembelajaran portofolio merupakan teori belajar kontruktivisme yang pada prinsipnya menggambarkan bahwa si belajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungannya.
Prinsip yang paling umum dan paling essensial yang dapat diturunkan dari konstruktivisme bahwa dalam merancang suatu pembelajaran adalah anak-anak(siswa) memperoleh banyak pengetahuan diluar sekolah (kelas). Pemberian pengalaman belajar yang beragam memberikan kesempatan siswa untuk mengelaborasikanya. (Arnie Fajar, 2005:43)
Bapak Suwadi, guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMP
Negeri 1 Mojosongo menyampaikan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII E
dapat dikatakan memiliki daya kritis rendah dibanding dengan kelas lain hal ini
dibuktikan dengan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kurang
mendapatkan perhatian yang baik dari siswa, kurangnya respon dari siswa apabila
guru sedang memberikan materi di kelas, jarang sekali ada feedback dari siswa.
Kebanyakan siswa menganggap materi dalam pendidikan kewarganegaaraan
cenderung menghafal saja sehingga siswa merasa bosan. Saat guru menerangkan
tidak ada umpan balik dari para siswa kadang siswa malah ramai sendiri dan
membuat suasana gaduh dikelas, mereka cenderung pasif, motivasi belajar rendah,
saat diberi pertanyaan hanya ada beberapa siswa saja yang menjawab.
Wina Sanjaya (2006: 216) menjelaskan bahwa “Metode Pembelajaran
Portofolio dianggap dapat meningkatkan daya kritis siswa yang dalam hal ini
terlihat dari keterampilan intelektual siswa dalam berfikir kritis pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan seperti keterampilan dalam memecahkan
masalah sosial.”
3
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan minat siswa terhadap
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah dengan menggunakn model
portofolio. Melalui model pembelajaran portofolio, siswa dapat meningkatkan
daya kritisnya yang hal ini terlihat dari seberapa dalam siswa mampu
memecahkan masalah sosial yang dilakukan melalui analisis ilmiah terhadap isu-
isu strategis yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara seperti norma hukum dan peraturan, sistem hukum dan peradilan
nasional dan internasional kemudian hak dan kewajiban warga negara serta
kekuasaan dan politik dalam pemerintahan yang terkait dengan penyelesaian
masalah sosial budaya yang berkembang dimasyarakat.
Isu-isu masyarakat sosial yang berkembang dimasyarakat tersebut perlu
dianalisis dan hasil analisis ini merupakan alternatif tindakan dan atau kebijakan
baru yang lebih baik. Siswa dalam proses ini ditempatkan dan diperlakukan
sebagai subyek, yang harus secara aktif berperan dalam proses pembejaran,
sehingga siswa akan menemukan kebermaknaan belajar. Kebermaknaan belajar
akan diperoleh apabila siswa mencari, menemukan dan mengalami sendiri
berbagai hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Portofolio dalam pembelajaran berarti menempatkan siswa pada posisi sentral dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan menerapkan metode portofolio sangat memperhatikan dan melakukan suatu pemecahan masalah dengan cara isu atau masalah sosial yang muncul dalam lingkungan sekitar atau yang sedang menjadi sorotan digunakan sebagai dasar pembahasan, diskusi dan investigasi kegiatan di dalam atau di luar kelas. (Yager dalam Arnie Fajar, 2005: 16)
Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk megadakan penelitian
tindakan kelas dengan model pembelajaran portofolio karena portofolio
menempatkan siswa pada posisi sentral dalam pembelajaran sehingga diharapkan
kemampuan daya kritis siswa akan meningkat karena siswa sebagai sentral dalam
proses pembelajaran. Sehubungan dengan uraian tersebut, penulis bermaksud
mengangkat permasalahan ini dalam penelitian berjudul “Penggunaan Model
Portofolio Sebagai Upaya Meningkatkan Daya Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII SMP NEGERI 1 Mojosongo Boyolali
Tahun 2008”.
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka penulis dapat
memberikan rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut:
Apakah penerapan model pembelajaran portofolio dapat meningkatkan
daya kritis siswa dalam proses pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
Mengetahui apakah model pembelajaran portofolio dapat meningkatkan daya
kritis siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diambil dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritik akan memperkaya khasanah
pengetahuan mengenai model pembelajaran portofolio sehingga model
pembelajaran lebih inovatif.
2. Manfaat Praktis
1 Bagi peneliti, penelitian ini akan meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman kongkrit dalam mengembangkan model pembelajaran
portofolio yang inovatif.
2 Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan guru dalam mengajar
secara lebih professional.
3 Sebagai masukan sekolah untuk mengadakan variasi model
pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi
belajar.
4 Sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan kebijakan-kebijakan
baru dalam dunia pendidikan.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum Tentang Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Menurut J. Gino (2000: 6) mengatakan bahwa belajar diartikan “Sebagai
proses tingkah laku dalam arti luas yang diubah melalui praktek atau latihan,
“Learnimg is a process which behavior (in the broader sense) is originated
through practise or training”.
Sedangkan J. Gino ( 2000 : 6) mengatakan bahwa, “belajar adalah aktivitas
mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan
nilai sikap”. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas.
Jadi belajar menurut penulis adalah perubahan perilaku akibat
pengalaman.
b. Pengertian Pembelajaran
“Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun dari unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi guna mencapai tujuan pembelajaran”. (Oemar Hamalik, 1995 :
57).
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang berarti
self instruction dan external instruction. Pembelajaran yang external datangnya
dari guru yang disebut “teaching” atau pengajaran. Dalam pembelajaran yang
bersifat external prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-
prinsip pembelajaran. Sesuatu yang dikatakan prinsip biasanya berupa ketentuan
dasar yang bila dilakukan secara konsisten, sesuatu itu akan efektif atau
sebaliknya. Pembelajaran yang berorientasi bagaimana perilaku guru yang efektif
mendeskripsikan pembelajaran sebagai usaha guru membentuk tingkah laku yang
diinginkan dengan menyediakan lingkungan kondusif agar terjadi hubungan
stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar (behavioristik).
6
Tujuan (goals) pembelajaran adalah “rumusan yang luas mengenai hasil-
hasil pendidikan yang diinginkan. Di dalamnya mengandung tujuan yang menjadi
target pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman
belajar” (Oemar Hamalik, 1995 :76).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut diperlukan suatu strategi
yang diyakini efektivitasnya. Penerapan stategi pembelajaran tidak asal memilih
tetapi, seorang guru perlu memilih suatu model pembelajaran yang tepat. Model
pembelajaran yang sesuai dengan teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan
model mengajar.
Kamii dalam Arnie Fajar (2005 : 43) menyebutkan ada beberapa pembelajaran menurut beberapa aliran. Pembelajaran menurut aliran behavioristik, pembelajaran menurut aliran kognitif, humanistic serta kontemporer. Pembelajaran menurut aliran kontemporer yang dimaksud adalah berdasarkan teori belajar kontruktivisme. Model pembelajaran portofolio merupakan teori belajar kontruktivisme yang pada prinsipnya menggambarkan bahwa si belajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungannya.
Jadi dapat disimpulkan pembelajaran menurut penulis adalah siasat,
strategi guru agar peserta didik mau belajar dan mau memahami subyek belajar
sehingga peserta didik mengalami perubahan perilaku akibat pengalaman dari
pembelajaran tersebut.
2. Tinjauan Umum Tentang Model Pembelajaran
Portofolio
a. Pengertian Portofolio
Portofolio berasal dari “bahasa inggris “portfolio” yang artinya dokumen atau surat-surat dan dapat juga diartikan sebagai kumpulan kertas-kertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. Pengertian portofolio disini adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. (Arnie Fajar, 2005:47)
Dasim Budimansyah (2003: 7) menjelaskan bahwa “Portofolio diartikan
sebagai wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai
adjective.”
7
Adapun ssebagai suatu adjective, portofolio seringkali disandingkan
dengan konsep lain, misalnya dengan konsep pembelajaran dan penilaian. Jika
disandingkan dengan konsep pemebelajaran maka dikenal istilah pembelajaran
berbasis portofolio (portofolio based kearning), sedangkan jika disandingkan
dengan konsep penilaian maka dikenal istilah penilian berbasis portofolio
(portofolio based assesment). Sebagai wujud benda fisik portofolio itu adalah
bundel, yakni kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang
disimpan pada suatu bendel.
Pada dasarnya portofolio sebagai model pembelajaran adalah usaha yang dilakukan guru agar siswa memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu atau kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar, sehingga memiliki kemampuan mengorganisasi informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan yang ada dalam pikirannya, selanjutnya dituangkan secara penuh dalam pekerjaannya atau tugas-tugasnya. (Arnie Fajar, 2005:47)
Strategi intruksional yang digunakan dalam model ini pada dasarnya bertolak dari stategi “ inquiri learning discovery learning, problem solving learning, research-oriented learning” yang dikemas dalam model “Project” oleh Jonh Dewey.
Di dalam setiap langkah, siswa belajar mandiri dalam kelompok kecil
dengan fasilitas dari guru dan menggunakan ragam-sumber belajar di sekolah
maupun di luar sekolah (masyarakat).
Sumber belajar atau informasi dapat diperoleh dari :1. Manusia (pakar, tokoh agama, tokoh masyarakat).2. Kantor penerbitan surat kabar, bahan tertulis.3. Bahan terekam.4. Bahan tersiar (TV, Radio).5. Alam sekitar.6. Situs sejarah, artefak, dan lain-lain (Arnie Fajar, 2005: 48)
b. Landasan Pemikiran Pembelajaran Portofolio.
Model pembelajaran berbasis portofolio dilandasi oleh beberapa landasan
pemikiran sebagai berikut (Budimansyah, 2003 : 9-12) :
8
1) Empat Pilar PendidikanEmpat pilar pendidikan sebagai pendidikan landasan model pembelajaran
berbasis portofolio adalah Learning to do, learning to know, learning to live together yang dicanangkan UNESCO.
a) Learning to DoPeseta didik seharusnya diberdayakan agar mau dan mampu
berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Peserta didik hanya menerima materi dari guru tetapi harus aktif mau dan mampu menambah pengetahuan untuk pribadinya dimana belajar dari pengalaman dalam kehidupanya.
b) Learning to Know Pengetahuan yang didapat peserta didik selain dari sekolah juga
didapatkan dari dunia luar sekolah. Peserta didik dapat meningkatkan interaksinya dengan lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya, sehingga peserta didik mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap dunia sekitarnya.
c) Learning to Be Diharapkan hasil interksi dengan lingkungannya dapat
membangun pengetahuan dan kepercayaan diri. Karena banyak peserta didik yang tidak mempunyai kepercayaan diri, mereka merasa bahwa tidak mempunyai kemampuan dan ketrampilan yang bisa dibanggakan, sehingga terjadi kemandekan belajar.
d) Learning to live TogetherKesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau
kelompok yang bervariasi akan membentuk kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup
2) Pandangan KonstruktivismePandangan Kontruktivisme sebagai filosofi pendidikan mutakhir
menganggap semua peserta didik mulai dari usia taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan atau pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa atau gejala lingkungan disekitarnya. Para ahli pendidikan bepandapat bahwa inti kegiatan pendidikan adalah memulai pelajaran dari “apa yang diketahui peserta didik”.
Beberapa bentuk kondisi belajar yang sesuai filosofi kontruktivisme antara lain : diskusi yang menyediakan kesempatan agar semua peserta didik mau mengungkapkan gagasan, pengujian dan hasil penelitian sederhana, demokrasi dan peragaan prosedur ilmiah, dan kegiatan praktis lain yang memberi peluang peserta didik mempertajam gagasan.3) Democratic Teaching
Democratic Teaching adalah suatu bentuk upaya menjadikan sekolah sebagai pusat kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis. Secara singkat, democratic teaching adalah proses pembelajaran yang didasari oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik.
9
c. Prinsip Dasar Metode Pembelajaran Portofolio
Prinsip dasar model pembelajaran portofolio sekurang-kurangnya ada
lima prinsip menurut Budimansyah (2003 : 13-20) yaitu :
1) Prinsip Belajar Siswa AktifProses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
portofolio berpusat pada siswa. Dengan demikian model ini menganut prinsip belajar siswa aktif. Aktivitas siswa hampir diseluruh proses pembelajaran, dari mulai fase perencanaan di kelas kegiatan lapangan dan pelaporan. Hal ini tampak terlihat pada saat siswa mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran, kemudian setelah masalah terkumpul, siswa melakukan voting untuk memilih masalah untuk kajian kelas.
Untuk menjawab permasalahan yang dikaji, maka siswa mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dengan cara wawancara, pengamatan serta mengambil foto atau membuat kliping. Setelah itu, aktivitas siswa terfokus pada pembuatan portofolio kelas. Segala bentuk data dan informasi disusun secara sistematis dan disimpan pada sebuah bundel. Data dan informasi yang penting dan menarik ditempel pada seksi penayangan, setelah portofolio dibuat, dilakukan public hearing dalam kegiatan show case dihadapan dewan juri.
2) Kelompok Belajar KooperatifProses pembelajaran yang berbasis kerja sama antar siswa dan komponen
lain di sekolah, termasuk kerja sama sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait. Kerja sama terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah untuk bahan kajian bersama. Semua pekerjaan disusun, orang-orangnya ditentukan, siapa yang mengerjakan apa, merupakan bentuk kerja sama itu. Kerja sama dengan lembaga terkait diperlukan saat siswa merencanakan mengunjungi lembaga tertentu atau meninjau kawasan yang menjadi tanggung jawab tertentu.
3) Pembelajaran PartisipatorikModel pembelajaran berbasis portofolio juga menganut prinsip dasar
pembelajaran partisipatorik, sebab melalui model ini siswa belajar sambil melakoni(learning by doing). Salah satu bentuk pelakonan itu adalah siswa belajar hidup berdemokrasi. Siswa pada saat memilih masalah untuk kajian kelas memiliki makna bahwa siswa dapat menghargai pendapat yang didukung suara terbanyak dan pada saat diskusi siswa belajar mengemukakan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain.
4) Reactive TeachingGuru perlu menciptakan strategi yang tepat agar motivasi belajar tinggi.
Motivasi akan dapat tercipta kalau guru dapat meyakinkan siawa akan kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan nyata. Oleh karena itu guru harus dapat menciptakan situasi sehingga materi pelajaran selalu menarik dan tidak membosankan. Caranya adalah memberikan penghargaan atau reward pada pendapat siswa bagaimana pun kualitasnya. Jika pendapat siswa dihargai, maka pada diri siswa akan muncul kepercayaan diri untuk tidak malu-malu lagi mengemukakan pendapat.
10
5) Joyfull LearningSalah satu teori belajar menegaskan bahwa sesulit apapun materi
pelajaran bila dipelajari dalam suasana yang menyenangkan, penuh daya tarik dan penuh motivasi pelajaran akan akan mudah dipahami, sebaliknya bila suasana belajar membosankan, maka pelajaran akan sulit dipahami
d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Portofolio
Model pembelajaran portofolio merupakan salah satu model pembelajaran
yang menekankan belajar siswa untuk aktif dan kreatif. Dalam hal ini siswa harus
peka terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat dan ikut serta
berusaha untuk mencari dan menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dengan
cara-cara positif.
Langkah-langkah model pembelajaran portofolio menurut Arnie Fajar
(2005 : 48) adalah sebagai berikut
1) Mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakatDalam tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan guru
bersama siswa yaitu : mendiskusikan tujuan, mencari masalah, apa saja yang siswa ketahui, tentang masalah- masalah yang ada di lingkungan masyarakat yang mereka anggap penting sesuai dengan kemampuan siswa.
Dalam mengerjakan pekerjaan rumah tersebut siswa diharapkan untuk mencari informasi tentang masalah yang akan dikaji dengan cara : a) mewawancarai orang tua atau keluarga, teman, tetangga, dan orang lain yang dianggap menguasai masalah yang dikaji, b) melalui sumber-sumber cetak seperti majalah, koran dan tabloid, c) melalui media elektronik seperti radio, TV dan internet. Semua informasi yang diperoleh harus dicatat untuk didiskusikan di kelas.
2) Memilih Masalah untuk Kajian KelasSebelum memilih masalah yang akan dikaji hendaknya para siswa
mengkaji terlebih dahulu pengetahuan yang telah mereka miliki tentang masalah di masyarakat, dengan langkah sebagai berikut :
a) Mengkaji masalah yang telah dikumpulkan.b) Mengadakan pemilihan secara demokratis tentang masalah yang akan
mereka kaji dengan cara memilih salah satu masalah yang telah ditulis di papan tulis.
c) Melakukan penelian lanjutan tentang masalah yang terpilih untuk dikaji dengan mengumpulkan informasi.
3) Mengumpulkan Informasi masalah yang akan dikaji oleh KelasLangkah-langkah dalam tahap ini adalah sebagai berikut :
a). Mengidentifikasi sumber-sumber informasi.b) Tinjau ulang untuk memperoleh dan mendokumentasikan informasi.c) Pengumpulan informasi.
11
4) Mengembangkan Portofolio KelasPada tahap ini siswa hendaknya telah menyelesaikan penelitian yang memadai untuk memulai membuat portofolio kelas, dengan langkah sebagai berikut :
Kelas dibagi dalam 4 kelompok dan setiap kelompok akan bertanggung jawab untuk membuat satu bagian portofolio.
a) Guru mengulas tugas-tugas rinciannya untuk portofolio.b) Guru menjelaskan bahwa informasi yang dikumpulkan oleh tim
peneliti seringkali akan bermanfaat bagi lebih dari satu kelompok portofolio.
5) Penyajian PortofolioDalam menyelenggarakan gelar kasus (show case), guru sebagai pihak
penyelenggara hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut :a) Persiapan show case.b) Pembukaan show case.c) Penyajian oleh kelompok yang telah dibentuk disertai tanya-jawab
oleh dewan juri.d) Selingan.e) Tanggapan audiens.f) Pengumuman dewan juri.g) Kriteria dan format penilaian.Penyajian portofolio (show case) dilaksanakan setelah kelas
menyelesaikan portofolio tampilan maupun portofolio dokumentasi. 6) Merefleksi pada Pengalaman Belajar
Arnie Fajar (2005:87) menjelaskan bahwa “Dalam kegiatan refleksisiswa diajak melakukan evaluasi tentang apa dan bagaimana mereka belajar. Tujuan refleksi adalah untuk belajar menghindari kesalahan di masa yang akan dating dan meningkatkan kinerja siswa. Dengan merefleksi pengalaman belajar siswa maka sangat mendukung modus pengalaman belajar.” Pengalaman belajardigambarkan melalui kerucut dibawah ini dengan dijelaskan sebagai berikut :
12
Yang Kita Ingat: modus
10%
20%
30%
40%
70%
90%
Verbal
Visual
berbuat
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Belajar
Sumber : Sheal, Peter (dalam Fajar,2004 : 88)
e. Penilaian Portofolio
Yang dimaksud dengan indikator adalah unsur-unsur pokok yang
dapat menjelaskan kemampuan peserta didik setelah menyelesaikan satuan-
satuan pendidikan tertentu. Banyak indikator yang dapat dipilih, tetapi
dipandang paling sensitif adalah :
1) Hasil ulangan harian dan ulangan umum yang biasanya dicatat dalam buku nilai siswa.
2) Tugas-tugas tersruktur biasanya dikumpulkan dalam sebuah map atau loker khusus untuk tugas-tugas siswa.
3) Catatan perilaku harian para siswa biasanya tersimpan dalam buku khusus yang disebut dengan catatan anekdot.
4) Laporan kegiatan siswa di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar, Biasanya dikumpulkan pada guru dan selanjutnya didokumentasikan. (Dasim Budimansyah, 2003: 45)
bacaa
dengar
lihat
Lihat dan dengar
katakan
Katakan dan lakukan
13
3. Tinjauan Umum Tentang Daya Kritis Siswa
Dasim Budimansyah (2003: 3) menjelaskan bahwa “Daya kritis adalah
kemampuan berfikir secara tajam dalam penganalisaan terhadap suatu hal,
mencermati dengan seksama, tidak lekas percaya akan hal itu, sehingga ada rasa
ingun tahu yang besar dan tidak cepat puas atas jawaban yang telah ada.”
R. Swarts dan D.N. Perkins dalam Zaleha izhab( 2007 : 86) mengatakan
bahwa berfikir kritis berarti :
a. Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhaap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan yang logis
b. Memakai standar penilaian sebagai hasil dari berfikir kritis dalam membuat keputusan
c. Menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar tersebut
d. Mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian.
Radno Harsanto (2005 : 62) menjelaskan bahwa “Daya kritis adalah
kemampuan berfikir secara tajam dalam penganalisaan terhadap suatu hal,
mencermati dengan seksama, tidak lekas percaya akan hal itu, sehingga ada rasa
ingun tahu yang besar dan tidak cepat puas atas jawaban yang telah ada.”
Pada dasarnya sejak kanak-kanak manusia sudah memiliki kemampuan berfikir kritis. Sebagai makhluk rasional dan pemberi makna, manusia selalu terdorong untuk memikirkan hal-hal di sekelilingnya. Dengan kemampuan berfikir kritisnya diharapkan dapat menggali kemampuan siswa yakni kemampuan membedakan fakta dan non fakta, kemampuan membedakan antara kesimpulan definitif dan kesimpulan sementara, kemampuan menguji tingkat kepercayaan sumber-sumber informasi, kemampuan membuat keputusan, kemampuan mengidentifikasi sebab dan akibat, kemampuan memecahkan masalah yang ada disekelilingnya, kemampuan mempertimbangkan wawasan lain (Radno Harsanto, 2005 : 62)
Kemampuan siswa berfikir kritis tidak begitu saja muncul tetapi harus
diasah sejak dini. Tidak semua siswa mempunyai kemampuan berfikir kritis,
sebab berfikir kritis adalah salah satu sisi menjadi orang kritis. Siswa cenderung
hanya menerima materi yang diberikan oleh guru dan kurang kreatif dalam
berpikir, mereka kurang bisa mengeksplorasi kemampuan berfikir kritis terhadap
suatu hal.
14
Radno Harsono 2005 : 45-62 mengemukakan bahwa kemampuan berfikir kritis meliputi :
a. Kemampuan membedakan antara fakta, non fakta dan pendapatPada saat kita membaca sebuah koran atau majalah, apakah setiap kalimat
yang tertera di dalamnya merupakan suatu fakta yang terjadi atau hanya sebuah pendapat dari si penulis saja. Di sinilah kemampuan siswa akan dilatih bahwa suatu berita yang ada tidak langsung kita yakini kebenarannya tetapi siswa harus jeli dalam membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat seseorang, sehingga jika siswa mampu membedakan maka siswa dapat menjelaskan kepada orang lain bagaimana sebuah pernyataan itu merupakan fakta atau pendapat.
b. Kemampuan membedakan antara kesimpulan Definitif dan SementaraBanyak orang langsung mengambil suatu kesimpulan ketika melihat atau
menyaksikan atau membaca berita. Mereka tidak berfikir apakah sesuatu yang dibaca atau disaksikan itu merupakan hal yang dapat diyakini kebenaran dan keakuratan datanya. Dalam membahas suatu masalah, mampu membedakan antara kesimpulan definitif dan kesimpulan sementara adalah hal yang sangat penting, sebab bila salah memberikan kesimpulan, maka akan timbul satu masalah baru bukannya menyelesaikan masalah.
c. Kemampuan Menguji Tingkat Kepercayaan Sumber InformasiPada saat kita membaca berita di surat kabar, hal pertama yang perlu
dipertanyakan atas berita tersebut adalah sejauh mana berita itu dapat dipercaya atau sejauh sejauh mana si penulis artikel dapat dipercaya. Pada dasarnya kita membutuhkan bukti atau kejelasan tertentu sebelum klaim seseorang diakui kebenarannya. Siswa yang kritis mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menguji kebenarannya sehingga didapatkan kebenaran yang jelas dari sumber yang jelas pula.
d. Kemampuan Membuat KeputusanMembuat keputusan adalah bagaimana menggunakan kriteria yang
relevan untuk memilih berbagai alternatif kemungkinan. Kedua, kita harus mengidentifikasi pilihan-pilihan dan memberikan penilaian baik buruknya masing-masing pilihan, mengidentifikasi kriteria yang relevan untuk mengambil keputusan dari pilihan-pilihan yang ada. Yang terakhir memeriksa kembali pilihan-pilihan tersebut jika dibandingkan dengan ukuran yang ada.
e. Kemampuan Mengidentifikasi Sebab dan AkibatSeorang pemikir kritis mencoba untuk mengklarifikasi setiap informasi
yang didapatnya. Siswa yang kritis apabila mendapatkan suatu masalah maka ia akan mencari sebab dari masalah yang timbul serta mencari apa akibat dari masalah tersebut. Dan tidak langsung menerima informasi tersebut tanpa diidentifikasi terlebih dahulu.
f. Kemampuan Mempertimbangkan Wawasan LainRealitas yang ada sebagian orang ketika akan mengambil keputusan
hanya mempertimbangkan alasan yang ia miliki. Jarang sekali mereka mau mendengar dan mempertimbangkan pendapat orang lain dan mengapa orang lain berpendapat seperti itu. Seorang siswa yang berfikir kritis sangat memberi ruang
15
untuk pertimbangan-pertimbangan di luar dirinya dan selalu terbuka untuk mendengarkan pendapat orang lain. Terkadang permusuhan yang terjadi disebabkan tidak mau mendengarkan dan menyimak pendapat masing-masing orang.
g. Kemampuan Memecahkan MasalahPemecahan masalah dapat dilakukan dengan kemampuan siswa
menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada, siswa dapat menentukan prioritas masalah, siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang akan diselesaikan, siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang akan diselesaikan, siswa cakap mengumpulkan data dan memilahnya, siswa cakap memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan.
4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
a. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan upaya untuk
menyempurnakan kurikulum agar lebih famliar dengan guru, karena mereka
banyak dilibatkan dan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Menurut Mulyasa, (2006:8) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
”kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah
atau daerah, karakteristik sekolah atau daerah, sosial budaya masyarakat setempat
dan karakteristik peserta didik". KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kalender pendidikan, dan silabus.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum yang disusun,
dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap
dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-Undang No.20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Terkait dengan hal tersebut
pasal 36 Undang-Undang No 20 Tahun 2003 menetapkan:
1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
16
dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah dan peserta didik.
3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada
standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan
kurikulum yang dibuat oleh BSNP.
Mulyasa, (2006:12) menyatakan bahwa :
”Kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dengan memperhatikan peningkatan iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi,kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangun daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; agama; dinamika pekembangan global; persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan”.
Sehubungan dengan itu, kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematik,
IPA, IPS, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olah raga, ketrampilan/
kejujuran, dan muatan lokal.
b. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Mulyasa (2006 : 22-23) menjelaskan bahwa secara umum tujuan
diterapkan KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan
dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Sedangkan secara khusus tujuan
diterapkannya KTSP adalah untuk :
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3) Meningkatkan kompetisi yang sehat satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.
17
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dapat dipandang sebagai
suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum dalam konteks
otonomi daerah yang sedang bergulir dewasa ini. Oleh karena itu, KTSP perlu
diterapkan oleh setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuh hal,
sebagai berikut :
1) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan lembaganya.
2) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
peserta didik.
3) Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok
untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang
paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
4) Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum menciptakan trasparansi dan demokrasi
yang sehat, serta lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh
masyarakat setempat.
5) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-
masing kepada pemerintah, orang tua, peserta didik, dan masyarakat
pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin
untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP.
6) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-
sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-
upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat,
dan pemerintah daerah setempat.
7) Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan
lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasinya
dalam KTSP.
18
c. Landasan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pengembangannya
agar dapat berjalan dengan semestinya dilandasi oleh undang-undang dan
peraturan pemerintah, sebagai berikut :
1) Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
3) Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi4) Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan5) Permendiknas No.24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan permendiknas
no 22 dan 23. Mulyasa (2006 : 24)
d. Proses Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Proses penyusunan KTSP perlu diawali dengan melakukan analisis
konteks terhadap hal-hal sebagai berikut :
1). Analisis potensi, kekuatan, dan kelemahan yang ada di sekolah dan satuan
pendidikan, baik yang berkaitan dengan peserta didik, guru, kepala sekolah dan
tenaga administrasi, sarana dan prasarana, serta pembiayaan, dan program-
program yang ada di sekolah.
2). Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan
sekitar, baik yang bersumber dari komite sekolah, dewan pendidikan, dinas
pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri dan dunia kerja, serta sumber daya
alam dan sosial budaya.
3). Mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai acuan
dalam menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Selanjutnya melakukan School review, dan Benhcmarking. School review
merupakan suatu proses untuk mengembangkan seluruh komponen sekolah agar
dapat bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli)
untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas lembaga, serta mutu lulusan.
Benhcmarking merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target
yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu.
19
Benhcmarking dapat diaplikasikan dalam proses penyusunan KTSP
melalui tiga pertanyaan mendasar yang akan dijawab oleh Benhcmarking sebagai
berikut :
a) Seberapa baik kondisi satuan pendidikan/sekolah kita?
b) Harus menjadi seberapa baik satuan pendidikan/sekolah kita ini?
c) Bagaimana cara untuk mencapai yang baik tersebut?
Untuk kepentingan tersebut, sedikitnya terdapat tujuh langkah yang
harus dilaksanakan dalam proses penyusunan KTSP.
(1) Menentukan fokus atau kompetensi dasar
(2) Menentukan variabel atau indikator
(3) Menentukan standar
(4) Membandingkan standar dan kompetensi
(5) Menentukan kesenjangan yang terjadi
(6) Merencanakan target untuk mencapai standar
(7) Merumuskan cara-cara dan program untuk mencapai target
Kegiatan analisis konteks, school review, dan benhcmarking di atas
dilakukan oleh Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan SD, SMP,
SMA dan SMK terdiri atas guru, konselor, kepala sekolah, komite sekolah, dan
nara sumber, dengan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota, di bawah
pengawasan dinas kabupaten/kota dan provinsi yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan. Mulyasa (2006 : 172-174)
e. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
Mulyasa (2006 : 151-153) Kurikulum tingkat satuan pendidikdn jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP, dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut (Permendiknas, No. 22 Tahun 2006)
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi
20
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2) Beragam dan terpaduKurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seniKurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupanPengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5) Menyeluruh dan berkesinambunganSubstansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6) Belajar sepanjang hayatKurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
21
5. Tinjauan Umum Tentang Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
a. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Peraturan Mentri Pendidika Nasional RI . No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah menetapkan bahwa “Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu memiliki hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945(PERMENDIKNAS RI No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah) Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan sebagai berikut ;
1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dengan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa serta anti korupsi.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung/tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Pendidikan demokrasi di sekolah dalam pendidikan kewarganegaraan
diwujudkan dengan cara kesempatan belajar pada siswa secara aktif pada
pembelajaran. Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana
siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator
merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru untuk
mengembangkan nilai-nilai demokrasi di sekolah. Siswa dengan bebas
mengungkapkan gagasan dan pikirannya tanpa ada rasa ketakutan terhadap guru.
Hal ini akan tercipta menumbuhkan demokratisasi dalam kelas, yang akan
mendorong terciptanya suasana yang kondusif dalam meningkatkan keaktifan
siswa dalam pembelajaran yang optimal.
Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan hendaknya mengutamakan
proses pembinaan nilai, sikap dan perilaku-perilaku yang positif supaya dapat
internalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan harus dibuat pada suatu kondisi yang menyenangkan sehingga
siswa akan termotifasi sampai akhir proses pembelajaran. Siswa akan belajar
22
dengan baik serta mudah mengikuti proses pembelajaran dengan model
pembelajaran yang sesuai.
Arnie Fajar (2005: 141) meguraikan bahwa “Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkrakter yang diamanatkan oleh pncasila dan UUD 1945.” Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang mengandung niai-
nilai moral yang akan mempengaruhi cara berfikir dan bertingkah laku anak, baik
yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Bidang studi ini
telah ditetapkan oleh MPR dengan Tap MPR No. II / MPR / 1998 yang mana
sebagai realisasinya dalam GBHN sebagai berikut :
Bahwa pendidikan kewarganegaraan termasuk pendidikan pancasila dan unsur-unsurnya yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa dan nilai-nilai 45 kepada generasi muda dimasukkan dalam kurikulum di sekolah-sekolah, mulai dari TK sampai Universitas baik negeri maupun swasta. (Depdikbud, 2006:53).Peryataan tersebut menunjukkan bahwa perhatian pemerintah sangat besar
terhadap bidang studi ini, sehingga pemerintah menetapkan untuk diadakan mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan disetiap jenjang pendidikan mulai dari
Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi.
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang
digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur
dan moral tersebut diharapkan dapat mewujudkan dalam bentuk perilaku
kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat dan mahkluk ciptaan Tuhan.
Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan membekali siswa dengan budi
pekerti, pengetahuan kemanusiaan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga
Negara dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara agar menjadi
warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.
Pendidikan kewarganegaraan adalah”pendidikan yang mengembangkan
semangat kebangsaan dan cinta tanah air”.(penjelasan pasal 37 Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional)
Pendidikan Kewarganegaraan dianggap sebagai pendidikan demokrasi.
23
yang menjadi strategis dan mutlak bagi perwujudan masyarakat dan negara
demokrasi. Demokrasi dalam suatu negara hanya akan tumbuh subur apabila
dijaga oleh warga negara yang demokratis. Warga Negara yang demokratis bukan
hanya dapat menikmati hak kebebasan individu, tetapi juga harus memikul
tanggung jawab secara bersama-sama dengan orang lain untuk membentuk masa
depan yang cerah. Sesungguhnya, kehidupan yang demokratis adalah cita-cita
yang dicerminkan dan diamanatkan oleh para pendiri bangsa dan negara ketika
mereka pertama kali merumuskan Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan agar setiap warga Negara
memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola
pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan
Pancasila, semua itu diperlukan demi tetap utuh dan tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil, akan membuahkan sikap
mental bersifat cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik dengan
perilaku yang :
1) Beriman dan bertagwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati
nilai-nilai falsafah bangsa.
2) Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermayarakat, bangsa dan
Negara.
3) Bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai
warga Negara.
4) Bersifat professional yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara.
5) Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk
kepentingan kemanusiaan, bangsa dan Negara.
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan ini diharapkan mampu untuk
memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten
dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan
UUD 1945.
Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam mengisi kemerdekaan
24
menghadapi pengaruh global , maka setiap warga negara harus tetap pada jati
dirinya yang berjiwa patriotik dan cinta tanah air di dalam perjuangan non fisik
sesuai dengan bidang profesi masing-masing di dalam disemua aspek kehidupan,
khususnya untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial,
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna memiliki daya
saing/kompetitif, transpran dan memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa, berpikir obyektif rasional dan mandiri, sehingga menjadi bangsa yang
dapat diperhitungkan dalam peraturan global dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia tetap utuh, tegak dan jaya sepanjang masa.
Pendidikan Kewarganegaraan berkaitan dengan misi dan tugasnya memiliki fungsi. :
1) Sebagai pendidikan kewarganegaraan dalam arti sesungguhnya yaitu civic education. Pendidikan Kewarganegaraan bertugas membina dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan peserta didik berkenaan dengan peranan, tugas, hak, kewajiban dan tanggung jawabsebagai warga negara dalam berbagai aspek kehidupan bernegara.
2) Sebagai pendidikan nilai dan karakter. Dalam hal inipendidikan kewarganegaraan bertugas membina dan mengembangkan nilai / kepribadian kewarganegaraan yang dianggap baik sehingga terbentuk warga Negara yang berkarakter baik bagi bangsa yang bersangkutan.
3) Sebagai pendidikan demokrasi (politik). Pendidikan Kewarganegaraan mengemban tugas menyiapkan peserta didik menjadi warga negara yang demokratis untuk mendukung tegaknya demokrasi Negara. Dengan pendidikan kewarganegaraan maka akan ada sosialisasi, diseminasi dan penyebarluasan nilai-nilai demokrasi pada masyarakat.
4) Sebagai pendidikan bela negara. Pendidikan Kewarganegaraan bertugas membentuk peserta didik agara memiliki kesadaran bela negara sehingga diandalkan untuk menjaga kelangsungan negara dari berbagai ancaman.(Winarno,2005:10)
b. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi
aspek-aspek sebagai berikut :
1) Persatuan dan kesatuan bangsa meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan,
Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa indonesi , Sumpah pemuda,
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipsi dalam
25
pembelaan Negara, Sikap posiif terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.
2) Norma hukum dan peraturan, meliputi: Tertip dalam kehidupan keluarga,
Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-
peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan
internasional.
3) Hak asasi manusia meliputi: Hak dan Kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM,
Pemajuan, Penghormatan dan perlindungan HAM.
4) Kebutuhan warga Negara meliputi: Hidup gotong-royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,
Persamaan kedudukan warga negara.
5) Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
Hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6) Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintah desa dan kecamatan,
Pemerintah daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem
politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,
Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
7) Pancasila meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar Negara dan
ideologi Negara, Proses perumusan pancasila sebagai dasar Negara,
Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila
sebagai ideologi terbuka.
8) Globalisasi meliputi: Gobalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Hubungan intrenasional dan organisasi
internsional, dan mengevaluasi globalisasi.
26
c. Sejarah dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia mengalami perkembangan dan
perubahan seiring dengan tuntutan zaman dan pergantian rezim.
“Pendidikan kewraganegaraan dimulai dengan mata pelajaran kewarganegaraan (1957), Civic (1961), Pendidikan Kewargaan Negara (1968), Pendidikan Moral Pancasila / PMP (1975 dan 1984), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan/PPKn (1994) dan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (2004)”. (Winarno, 2005:8)
“Pendidikan Kewarganegaraan yang kita kenal sekarang telah mengalami perjalanan panjang dan melalui kajian kritis sejak tahun 1960-an yang dikenal dengan mata pelajaran “Civic” di sekolah dasar dan merupakan embrio dari “Civic Education” sebagai “the body Of knowledge”. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai instrument pengetahuan diarahkan untuk membangun masyarakat demokrasi yang beradab”. (Syahrial, 2006:3)
6. Tinjauan Pustaka Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Menurut Balai Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah Depdikbud, Dirjen Dikti, Jakarta (1999 : 6) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat diartikan sebagai bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.
Sedangkan Zainal Aqib (2006 : 127) menjelaskan bahwa “Penelitian
Tindakan Kelas (Clasroom Action Research), merupakan penelitian yang
dilakukan oleh guru di kelasnya (sekolah) tempat ia mengajar dengan penekanan
pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran”.
b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Ditinjau dari karakteristiknya, PTK mempunyai karakteristik antara lain : 1) Didasarkan masalah yang dihadapi guru dalam instruksional.2) Adanya kolaborasi dalam pelaksanaan.3) Peneliti sekaligus praktisi yang melakukan refleksi.4) Bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik instruksional.5) Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. ( Zainal Aqib, 2006 : 16)
27
c. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Menurut Hopkins, ada 6 prinsip dalam PTK. pekerjaan utama guru adalah
mengajar, dan apapun metode PTK yang diterapkan seyogyanya tidak
mengganggu komitmen sebagai pengajar:
1) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
2) Metodologi yang digunakan harus reliable, sehingga memungkinkan gurumengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakannya.
3) Masalah program yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukan,
4) Dalam menyelenggarakan PTK guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaanya.
5) Dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom prespective, dalam permasalahan tidak terlihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu, melainkan prespektif misi sekolah secara keseluruhan. dalam (Zainal Aqib, 2006 : 17)
d. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu cara yang strategis bagi
guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam
konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara
keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan mengingat tujuan penelitian tindakan kelas
adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara
berkesinambungan. Tujuan ini melekat pada diri guru dalam penuaian misi
profesional kependidikannya.
Manfaat yang dapat dipetik jika guru mau dan mampu melaksanakan
penelitian tindakan kelas terkait dengan komponen pembelajaran, antara lain :
1) Inovasi pembelajaran
2) Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan tingkat kelas, dan
3) Peningkatan professional guru (Zainal Aqib, 2006 : 17)
28
e. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggambarkan empat tahapan : 1). Penyusunan rancangan tindakan (perencanaan), yang menjelaskan tentang apa,mengapa, kapan, di mana, dan bagaimana tindakan tersebut dilaksanakan.2). Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi isi rancangan di dalam kancah, mengenai tindakan di kelas.3). Pengamatan pelaksanaan pengamatan oleh pengamat4). Refleksi atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. (Zainal Aqib, 2006 : 17)
B. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran portofolio merupakan suatu inovasi pembelajaran
yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori dan memecahkan
masalah melalui pengalaman belajar praktik empirik, tidak terkecuali implikasi
pengalaman belajar dalam masyarakat. Langkah-langkah pembelajaran portofolio
diharapkan mampu meningkatkan daya kritis siswa. Peningkatan daya kritis ini
dapat dilihat dari keterampilan intelektual siswa dalam berfikir kritis pada mata
pelajaran Pendidikan kewarganegaraan seperti keterampilan dalam memecahkan
masalah sosial.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran portofolio adalah
Mengidentifikasi masalah yang ada dalam masyarakat, Memilih suatu masalah
untuk dikaji di kelas, Mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang
dikaji. Membuat portofolio kelas, Membuat portofolio dengar pendapat (show
case), Melakukan refleksi pengalaman belajar.
Di dalam setiap langkah, siswa belajar mandiri dalam kelompok kecil
dengan fasilitas dari guru dan menggunakan ragam-sumber belajar di sekolah
maupun di luar sekolah (masyarakat). Diluar sekolah siswa dapat memperoleh
sumber belajar dari tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat, informasi baik dari
media cetak maupun media elektronik, lingkungan kehidupan dll. Dengan
demikian siswa akan aktif berinteraksi dan bersosialisasi langsung dengan
lingkungan mereka.
Kemampuan siswa berfikir kritis tidak begitu saja muncul tetapi harus
diasah sejak dini. Tidak semua siswa mempunyai kemampuan berfikir kritis,
29
sebab berfikir kritis adalah salah satu sisi menjadi orang kritis. Siswa cenderung
hanya menerima materi yang diberikan oleh guru dan kurang kreatif dalam
berpikir, mereka kurang bisa mengeksplorasi kemampuan berfikir kritis terhadap
suatu hal.
Pembelajaran portofolio dapat diterapkan pada mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan, karena pembelajaran portofolio merupakan pembelajaran yang
menyeluruh sehingga mudah untuk dipahami oleh siswa. Mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga
yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia pada bangsa dan Negara
Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak
sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD45. Berdasarkan fungsi tersebut, mata
pelajaran Kewarganegaraan harus dinamis dan mampu menarik perhatian peserta
didik, yaitu dengan cara sekolah membantu peserta didik mengembangkan
pemahaman baik materi maupun keterampilan intelektual dan partisipatori dalam
kegiatan sekolah yang berupa intra kurikuler dan ekstra kurikuler.
Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
30
Gambar.2
Model Portofolio Daya Kritis
PENINGKATAN DAYA KRITIS SISWA :1. Membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat
2. Membedakan antara kesimpulan definitif dan
sementara
3. Menguji tingkat kepercayaan
4. Memecahkan masalah
5. Membuat keputusan
6. Mengidentifikasi sebab dan akibat
7. Mempertimbangkan wawasan lain
Siswa :a. Memilih masalahb. Memilih masalah untuk kajian
kelasc. Mengumpulkan informasid. Membuat portofolio kelase. show casef. pengalaman belajar
Data Kritis Meningkat
Pendidikan Kewarganegaraan
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali. SMP ini
dipimpin oleh Drs.Joko Sarwidji yang bertindak sebagai kepala sekolah dan
membawahi 44 tenaga pengajar.Di SMP Negeri 1 Mojosongo terdapat beberapa
bangunan antara lain terdiri dari 18 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang
keterampilan, 1 ruang pertemuan (aula), 1 ruang UKS, 1 ruang komputer, 1 ruang
kepala sekolah, 1 ruang guru-guru,1 ruang tata usaha,1 ruang gudang, 3 ruang
kantin, 4 kamar mandi, dan 1 mushola.
Alasan pemilihan sekolah dan kelas VIII-E ini sebagai tempat penelitian
adalah karena pertama, peneliti sudah memiliki hubungan yang cukup baik
dengan guru kelas VIII-E yang mengampu mata pelajaran Pendidikan
Kewarganeraraan. Kedua, sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek
penelitian sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Ketiga
berdasarkan survey pendahuluan kekritisan dan keaktifan siswa dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih kurang terutama dalam hal
memahami praktek berwarganegara di masyarakat.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2008 sampai dengan Oktober
2008. Untuk lebih jelasnya, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian
Bulan
Mar.
Apr. Mei. Juni. Juli. Agt. Sep. Okt. Nov Des
1. Pengajuan Judul
2. Proposal Penelitian
3. Pengurusan Ijin Penelitian
32
4. Pengumpulan Data
5. Analisis Data
6. Penyusunan Laporan
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK)
atau classroom action research. Suwandi Sarwiji (2004: 119) mengungkapkan
bahwa “PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian
berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar
mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecah masalahnya dan
ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur”.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas,menurut Suharsimi Arikunto, Sudjanto dan Supardi (2006:16), yakni:1. Perencanaan : Kegiatan ini meliputi identifikasi masalah, identifikasi
penyebab masalah dan pengembangan masalah atau solusi.2. Pelaksanaan : Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya
memperbaiki peningkatan atau perubahan yang diinginkan.3. Pengamatan : Mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan pada siswa.4. Refleksi : Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil dari refleksi ini, peneliti bersama guru dari melaksanakan revisi atau perbaikan terhadap rencana awal yang mungkin saja masih bisa sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Keempat komponen tersebut merupakan langkah-langkah yang harus
ditempuh setiap peneliti yang akan melaksanakan penelitian tindakan kelas.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan
untuk menjelaskan atau menggambarkan realita atau kenyataan yang ada. Peneliti
menjabarkan keadaan di lapangan dengan disertai data yang diperoleh selama
proses penelitian.
33
C. Subjek Penelitian
Akibat adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya peneliti tidak
mencari semua informasi sebagai objek kajian dalam penelitian ini. Peneliti hanya
mengambil informasi Guru kelas sekaligus guru bidang studi PKn Kelas VIII
SMPN 1 Mojosongo Boyolali (Bapak Suwadi), serta siswa kelas VIII sebagai
subjek penelitian. Pengumpulan data dari siswa dilakukan dengan wawancara dan
tugas-tugas siswa untuk kemudian dianalisis sebagai sumber data.
D. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu: tempat dan
peristiwa, informan, dan dokumen.
1. Tempat dan Peristiwa
Tempat yang dipilih penulis dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 1
Mojosongo Boyolali. Lokasi ini dipilih karena kasus yang hendak dipelajari
berkaitan dengan lembaga pendidikan formal. Tempat ini juga memiliki relevansi
yang kuat dengan peristiwa yang diamati yaitu proses pembelajaran yang terjadi
di kelas VIII-E pada mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan dengan
menggunakan model portofolio..
2. Informan
Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang hal-hal
yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, posisi sumber data
manusia atau narasumber sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki
informasinya. Peneliti dan narasumber di sini memiliki posisi yang sama dan
narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti,
tetapi ia lebih lebih bisa memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi
yang ia miliki (H.B. Sutopo, 2002: 50). Yang menjadi informan dalam penelitian
ini adalah Bapak Suwadi, S.Pd selaku guru mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di kelas VIII-E dan siswa kelas VIII-E.
34
3. Dokumen
Dokumen dan arsip adalah segala hal yang dapat dijadikan sumber data
yang bersifat tertulis. Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang
bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu (H.B. Sutopo, 2002: 54).
Dokumen yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari SMP
Negeri 1 Mojosongo, yaitu :
a. Buku Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII, Pengarang Wiyono
Hadi.
b. Silabus pengajaran Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Semester ganjil Tahun ajaran 2007/2008 yang dibuat oleh Bapak
Suwadi, S.Pd.
c. Hasil Pekerjaan siswa kelas VIII-E.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diterapkan sebagai alat untuk
mengumpulkan data, yaitu :
1. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang
berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda. Observasi dapat dilakukan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Observasi dilakukan dengan mengamati
secara cermat interaksi pembelajaran yang terjadi antara peneliti dengan siswa di
dalam kelas.
Pada penelitian ini, observasi yang dilakukan adalah :
a. Pengamatan langsung di dalam kelas yaitu : menerangkan materi yang
berkaitan dengan masalah yang akan dibahas, memberikan tugas baik
tugas individu atau tugas kelompok, Evaluasi dengan mengadakan tes
tertulis.
b. Pengamatan langsung di luar kelas yaitu : Kunjungan ke Pengadilan
Negeri Boyolali dan Kunjungan ke DPRD Kabupaten Boyolali.
35
2. Wawancara Mendalam
Esterberg dalam Sugiyono (2005: 72) mendefinisikan interview sebagai
berikut, “ a meeting of two persons to exchange information and idea throught
queation and responses, resulting in communication and joint construktion of
meaning about particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Tujuan wawancara
semistruktur/mendalam (in-depth interview) adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat, dan ide-idenya.
Dalam penelitian, sumber data yang paling penting adalah informan.
Wawancara dilakukan secara bebas, dalam suasana informal dan pertanyaan tidak
terstruktur namun tetap mengarah pada fokus masalah penelitian. Informan yang
dipilih adalah informan yang dianggap tahu tentang topik permasalahan yang
bersangkutan. Peneliti menerapkan teknik face to face sehingga peneliti dapat
mengungkap secara langsung keterangan dari informan tanpa melalui perantara,
kemudian penulis mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi berkaitan
dengan masalah yang ingin dibahas kepada narasumber.
Pada penelitian ini penulis melaksanakan teknik wawancara sebagai
berikut :
a. Penulis mengajukan pertanyaan kepada narasumber dengan
mengacu pada panduan wawancara yang telah dibuat.
b. Narasumber manjawab pertanyaan yang diajukan penulis.
c. Apabila dari hasil jawaban narasumber terdapat hal-hal yang
kurang jelas maka penulis mengajukan pertanyaan tambahan tetapi
tetap mengacu pada panduan wawancara.
d. Setelah narasumber memberikan jawaban, penulis mengulangi lagi
jawaban narasumber untuk menguatkan kembali jawaban tersebut.
e. Narasumber menguatkan jawabannya.
36
3. Pemberian Tugas
Usaha yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mengetahui hasil dari
kegiatan pembelajaran siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan penelitian. Dalam
penelitian ini, peneliti melaksanakan dua kali tes, yakni pre-tes dilakukan dengan
cara memberikan tugas mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan materi,
tujuannya untuk mengetahui keterampilan awal siswa dalam proses pembelajaran
portofolio, serta post-tes untuk mengetahui keterampilan siswa setelah mengikuti
pembelajaran portofolio dengan mengidentifikasi dan memecahkan masalah
4. Analisis Dokumen
Teknik analisis dokumen yang digunakan peneliti untuk memperoleh data
atau informasi bersumber dari dokumen atau arsip yang berupa buku pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, silabus mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan rencana pembelajaran, dan hasil pekerjaan siswa.
F. Uji Validitas Data
Validitas data adalah keabsahan data yang diperoleh di dalam penelitian
atau suatu data yang diakui kebenarannya. Jadi dalam penelitian ini untuk
menjamin keabsahan data yang diperoleh, maka uji validitas data dapat dilakukan
berbagai cara, yaitu: trianggulasi, informan review, dan member chek.
1. Trianggulasi
Menurut Lexy J. Moleong (2004 : 330)“Trianggulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan datanya memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data itu”.
Dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, H. B. Sutopo (2002: 78-
82) menyebutkan bahwa ada empat macam trianggulasi yaitu:
a. Trianggulasi data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap
kebenarannya bisa digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
b. Trianggulasi metode, jenis trianggulasi ini biar dilakukan oleh seorang peneliti
dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik dan
metode pengumpulan data yang berbeda.
37
c. Trianggulasi peneliti, adalah hasil peneliti yang baik data atau simpulan
mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari
beberapa peneliti.
d. Trianggulasi teori, trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan persepektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan
yang dikaji. (H. B. Sutopo, 2002: 78-82)
Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut;
Trianggulasi sumber data yaitu membandingkan dan mengecek kembali derajat
kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda. Selain itu.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kritis, yaitu
membandingkan hasil dari tindakan dalam tiap siklus dengan indikator kerja yang
telah ditetapkan. Hasil dari analisis ini adalah kelebihan dan kekurangan dalam
tiap siklus.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari
awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur
sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto
(2006:74). Prosedur ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan tindakan
(planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan
(4) refleksi (reflecting).
38
Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas
(Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto, dkk., “Penelitian Tindakan Kelas “
2006:74)
Adapun prosedur penelitian tindakan kelas ini secara rinci diuraikan
sebagai berikut:
1) Siklus Pertama (Siklus I)
a) Merencanakan tindakan yang dilakukan pada siklus I
b) Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan pada siklus I
c) Melakukan observasi/pengamatan terhadap tindakan/pelaksanaan
pembelajaran (KBM) antara guru dan siswa.
d) Membuat refleksi atau tindakan pada siklus I oleh peneliti dan guru.
e) Melakukan revisi atau perbaikan oleh peneliti.
Perencanaan tindakan I
Pelaksanaan tindakan I
Pengamatan/ pengumpulan data I
Refleksi I
Pengamatan/ pengumpulan data II
Perencanaan tindakan II
Refleksi II
Pelaksanaan tindakan II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
PERMASALAHAN
PERMASALAHAN BARU HASIL
REFLEKSI
APABILA PERMASALAH
BELUM TERSELESAIKAN
39
2) Siklus Kedua (Siklus II)
a) Merencanakan tindakan pada siklus II yang mendasarkan pada
revisi/perbaikan pada siklus I
b) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah diperbaiki pada
siklus sebelumnya (siklus I).
c) Mengamati atau mengobservasi tindakan kegiatan belajar-mengajar antara
peneliti dengan siswa
d) Melakukan perbaikan atau revisi oleh peneliti.
40
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Deskripsi penelitian merupakan tahapan dimana data yang diperoleh
peneliti di lapangan penelitian yaitu di SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali
dikumpulkan, kemudian data tersebut diolah dan dianalisis sehingga dapat
disajikan secara sistematis. Adapun aspek yang diteliti dapat dijabarkan lebih rinci
dalam sub bab sebagai berikut : sejarah singkat SMP Negeri 1 Mojosongo
Boyolali, keadaan fisik SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali, keadaan tenaga
pangajar dan karyawan, dan struktur organisasi
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali
SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali berdiri pada 1 Mei 1984 dan langsung
beroperasi. Sekolah ini beralamatkan di jalan Tambak, Tambak Mojosongo ,
Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali. Surat keputusan berdirinya sekolah
ini bernomor 187/ SKB III/25 Mei 1985. Berikut ini Kepala Sekolah yang pernah
menjabat di SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali, yaitu:
a. Herlani : Periode tahun 1984-1985
b. Suratman : Periode tahun 1985-1992
c. Soekandar, BA : Periode tahun 1992-1995
d. Warnindah WK, BA : Periode tahun 1995-1999
e. Drs. Joko Minarto : Periode tahun 1999-2005
f. Drs. Djoko Sarwidji : Periode tahun 2005-Sampai Sekarang
2. Keadaan Fisik SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali
Secara umum keadaan SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali dalam keadaan
baik dan memenuhi syarat sebagai tempat berlangsungnya kegiatan proses belajar
mengajar, disamping tanahnya yang luas juga didukung dengan tersedianya
ruang-ruang kegiatan yang mendukung fasilitas belajar-mengajar, yaitu 18 ruang
kelas, 1 ruang guru, 1 ruamg BP, 1 laboratorium komputer, 1 ruang perpustakan, 1
ruang laboratorium IPA, 4 kamar mandi, 1 lapangan upacara, 3 kantin, 1 rumah
41
penjaga, 1 ruang ganti, 1 masjid, 2 gudang, 1 lapamgan tenis dan bola basket, 1
lapangan sepak bola, 1 lapangan bola voly, 1 lapangan lompat tinggi, 1 ruang
koperasi, 1 ruang UKS, 2 tempat parkir.
SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali ini merupakan sekolah yang cukup
luas dan fasilitas pendukungnya pun baik. Sekolah yang berada di tengah
perkampungan dan cukup strategis untuk tempat pendidikan. Transportasi cukup
mudah bagi para siswanya. Ruang kelas yang cukup untuk menampung jumlah
siswa yang banyak.
3. Keadaan Tenaga Pengajar dan Karyawan
SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali merupakan sekolah yang cukup lama
berdiri. Dengan berdirinya sekolah ini tentunya tidaklah mungkin dapat berfungsi
sebagaimana mestinya tanpa adanya guru, staf tata usaha, dan tentunya saja siswa.
Jumlah guru, karyawan, dan siswa mengalami peningkatan seiring dengan
semakin sadarnya orang tua akan pendidikan.
Guru yang bertugas di SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali pada saat ini
berjumlah empat puluh lima guru dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 2. Daftar Guru dan Karyawan SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali
No Nama Tempat Tgl Lahir Jabatan
1 Drs. Djoko Sarwiji Boyolali, 21-03-1559 Kepala
sekolah
NIP 131 626 372
2 Drs. Wahyudi Solo, 24-09-1559 Guru
NIP 131 611 854
3 Drs. Joko Purwanto Boyolali, 21-04-1959 Guru
NIP 131 630 550
4 Drs. Suyadi Boyolali, 13-09-1964 Guru
131 784 487
5 Drs. Slamet Wiyono Sukoharjo,15-12-1959 Guru
NIP 130 921 615
6 Drs. Mahmudi Boyolali, 08-07-1958 Guru
42
NIP 131 648 462
7 Dra. Siti Muslimatun Klaten, 01-03-1948 Guru
NIP 131 930 192
8 Sumanto, S.Pd Boyolali, 04-08-1960 Guru
NIP 131 100 263
9 Suji, S. Pd Boyolali, 04-12-1962 Guru
NIP 131 468 986
10 Tri Suyanto Klaten, 13-08-1961 Guru
NIP 131 261 666
11 Haryono, S.Pd Sukoharjo,05-07-1958 Guru
NIP 131 265 787
12 Suwadi, S.Pd Klaten, 03-05-1965 Guru
NIP 131 647 783
13 Yohanes Sutrisno Klaten, 29-11-1959 Guru
NIP 131 698 950
14 Supriyadi, A. Md. Pd Boyolali, 17-08-1948 Guru
NIP 131 792 536
15 Sri Haryatun, S.Pd Klaten, 24-01-1966 Guru
NIP 131 792 536
16 Endang Sri W, A.Md.Pd Semarang, 18-06-1960 Guru
NIP 131 100 202
17 Tutik Karyani, S.Pd Boyolali, 03-03-1965 Guru
NIP 131 680 092
18 Luki Widyaningrum Blora, 02-06-1963 Guru
NIP 131 430 233
19 Samiyem Sukoharjo,25-01-1965 Guru
NIP 131 678 785
20 Giyanto Sudarno Boyolali, 16-09-1957 Guru
NIP 131 253 652
43
21 Muryanti, S.Pd G. Kidul, 08-09-1966 guru
NIP 131 771 539
22 Ma’arif, S.Pd Cilacap, 16-03-1960 Guru
NIP 131 665 806
23 Dalari, S.Pd Boyolali,03-05-1958 Guru
NIP 131 569 179
24 Sapto Nugroho Boyolali, 15-02-1960 Guru
NIP 131 098 971
25 Sutanto Joko Triyono Boyolali, 04-03-1963 Guru
NIP 131 278 995
26 Riyantini, A.Md.Pd Kendal, 09-071964 Guru
NIP 131 565 415
27 Sri Mulyani, S.Pd Klaten, 14-08-1964 Guru
NIP 131 429 555
28 Sunyoto Klaten, 27-07-1955 Guru
NIP 130 815 416
29 Wasiati, S.Pd Klaten, 17-05-1965 Guru
NIP 131 618 442
30 Nur Panti Hayuningsih Surakarta, 05-09-1964 Guru
NIP 131 669 468
31 Sri Endah W, S.Pd Klaten, 06-08-1968 Guru
NIP 131 995 341
32 Sri Sudarmi Boyolali, 05-05-1965 Guru
131 460 270
33 Drs. Adi Suranto Boyolali, 20-04-1967 Guru
NIP 132 193 137
34 Aniti Wismayasari, S.Pd Boyolali, 19-06-1969 Guru
NIP 132 193 137
35 Djoko Walujo, S.Pd Boyolali, 28-03-1971 Guru
44
NIP 132 197 527
36 Kun Nuryatun Boyolali, 12-11-1967 Guru
NIP 132 116 843
37 Sri Marningsih, S.Pd Surakarta, 22-09-1968 Guru
NIP 500 112 859
38 Sri Pratiwi Handiastuti Kediri, 13-02-1967 Guru
NIP 132 119 816
39 Sri Wahyuni, S.Pd Boyolali, 10-08-1963 Guru
NIP 131 400 057
40 Hendraningsih, S.Pd Boyolali,13-03-1978 Guru
NIP 500 179 373
41 Fikta Devit Rendra, S. Pd Sleman, 30-03-1978 Guru
NIP 500 130 479
42 Tri Hastuti, S.PD Boyolali, 07-08-1972 Guru
NIP 500 182 898
43 Lasmini, S.Pd Grobokan,05-05-1976 Guru
44 Sarman Boyolali, 04-02-1975 Guru
45 Yahmin Boyolali, 06-02-1963 Karyawan
NIP 131 402 534
46 Widoyo Boyolali, 30-12-1959 Karyawan
NIP 132 048 088
47 Suwartini Boyolali, 08-03-1965 Karyawan
NIP 131 584 868
48 Sri Hartati Klaten, 24-03-1954 Karyawan
NIP 131 583 409
49 Suwardi Boyolali, 25-06-1959 Karyawan
NIP 131 641 311
45
50 Sunarto Boyolali, 13-07-1953 Karyawan
NIP 131 687 570
51 Aristyaningsih Boyolali, 28-03-1972 Karyawan
52 Ngadini Boyolali, 02-08-1961 Karyawan
53 Suroto Boyolali, 05-02-1958 Karyawan
54 Triana Yuni Lestari Purworejo,23-06-1983 Karyawan
Tidak lepas juga dari peran serta siswa SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali
dalam proses belajar mengajar, berikut adalah data siswa , yaitu :
Tabel. 3 Data Siswa SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali Tahun 2008
L P Jumlah
Kelas VII A
B
C
D
E
F
20
20
20
22
22
22
20
19
20
18
18
18
40
39
40
40
40
40
Jumlah 126 113 239
Kelas VIII A
B
C
D
E
F
18
20
18
18
18
19
18
16
16
18
18
17
36
36
34
36
36
36
Jumlah 111 103 214
Kelas IX A
B
18
18
16
16
34
34
46
C
D
E
F
18
16
17
18
16
18
16
16
34
34
33
34
Jumlah 105 98 203
Jumlah Seluruhnya : 656
Sumber : Data Monografi SMP N 1 Mojosongo
Stuktur organisasi yang ada di SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali
berbentuk vertikal yang memberikan wujud atau realisasi pembagian tugas dari
mulai Kepala Sekolah hingga staf Tata Usaha. Struktur organisasi ini berlaku bagi
seluruh pegawai yang terkait dengan SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali,
sehingga setiap karyawan atau guru mendapatkan hasil yang sesuai dengan
keahliannya.
Struktur organisasi ini sangat diperlukan di dalam suatu instansi/ lembaga
pemerintahan karena dengan begitu Kepala Sekolah dapat mengawasi pekerjaan
pegawainya dan lebih mudah terkontrol.
47
GAMBAR 4 : STRUKTUR ORGANISASISMP NEGERI 1 MOJOSONGO
TAHUN 2008/2009
KOMITESEKOLAH
GAMBAR 4 :
KEPALA SEKOLAH Drs.DJOKO
KASUBAG TU YAHMIN
WAKASEKDrs.SUYADI
W.URUSANKESISWAAN
Drs. MAHMUDI
W.URUSAN KURIKULUM
SUTANTO JOKO T
W.UR SARANAPRASARANA
SAPTO NUGROHO
W.URUSANHUMAS
SUWADI, S.Pd
WALI KELAS
BP/BK GURU MAPEL
SISWA
48
GAMBAR 5 : STRUKTUR ORGANISASI TATA USAHA
SMP NEGERI 1 MOJOSONGO
TAHUN 2008/2009
Urusan Perlengkapan
Sri Hartati
Urusan Kebersihan :1. Suwardi2. Sunarto
Ur. Agenda/Pengetik :1. Sri Hartati2. Triana Yuni Lestari
Ur. Keamanan/Pesuruh :1. Suroto2. Ngadini
Urusan Keuangan :1.Sri Haryatun, S.Pd2.Suji, S.Pd3.Tri Marningsih, S.Pd
Kasubag. Tata UsahaYahmin
Urusan Kepegawaian
Yahmin
Urusan KesiswaanSuwartini
49
B. Diskripsi Hasil Penelitian
Data yang terkumpul dari lapangan selanjutnya akan dianalisis oleh
peneliti. Untuk memudahkan dalam melakukan analisis maka data yang diperoleh
perlu dideskripsikan secara sistematis agar dapat dilakukan penarikan hasil
kesimpulam sebagai hasil penelitian. Sesuai dengan masalah yang dikaji yaitu
tentang Penggunaan model portofolio sebagai upaya meningkatkan daya kritis
siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali Tahun Ajaran 2007/2008.
1. Penggunaan Model Portofolio Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya
Kritis Siswa Kelas VIII E SMPN 1 Mojosongo Boyolali
SIKLUS 1
a. Merencanakan tindakan yang dilakukan pada siklus 1
Pada tahap yang pertama dalam siklus I ini adalah merencanakan
tindakan. Peneliti membuat Rencana Pembelajaran. Selain itu penaliti juga
menyiapkan topik-topik yang akan diberikan kepada siswa untuk dikaji di
kelas oleh tiap kelompok.
Bapak Suwadi, S.Pd. guru mata pelajaran PKn, SMP N 1
Mojosongo menyampaikan bahwa pembelajaran yang baik dan diharapkan
akan memberikan hasil maksimal adalah pembelajaran yang secara
administratif sudah terencana sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat
ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Pada saat awal pertemuan dengan siswa, peneliti memberikan
penjelasan tentang apa dan bagaimana pembelajaran portofolio dan apa
yang harus dipersiapkan oleh siswa. Persiapan peneliti secara administratif
sebelum mengajar adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Hal itu diperlukan agar materi yang akan diajarkan dapat runtut dan
terarah serta mudah dipahami oleh siswa.
b. Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan
Pada tahap ini, peneliti menjelaskan apa yang telah dibuat dalam
rencana pembelajaran misalnya menjelaskan materi, pemeberian tugas
kepada siswa dalam bentuk tugas kelompok atau individu. Sebagai
50
puncaknya, peneliti menyuruh siswa untuk menentukan dan memilih
topik-topik yang telah disediakan pada tahap pertama untuk dikaji siswa.
Tahap awal peneliti menerangkan materi yang berkaitan dengan
pokok bahasan “Korupsi” serta memberikan contoh-contoh korupsi yang
ada di masyarakat misalnya fakta yang terjadi saat ini bahwa ada kasus
korupsi di DPRD Kabupaten Boyolali.
Peneliti membantu,membimbing dan memotivasi siswa
mengemukakan pendapat, isu-isu dan permasalahan yang sedang
berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan korupsi berdasarkan
pengetahuan yang telah dimiliki.
Tabel 4 : Daftar Masalah dan Pemungutan Suara untuk Kajian Kelas Tahap SatuNo Memilih untuk Kajian Kelas Jumlah
1 LPJ APBD 2007 tak bisa dipercaya 6
2 Kejari terima aduan penyimpangan dana penerimaan siswa baru di sekolah
8
3 Kasus Korupsi di DPRD Boyolali 11
4 Dugaan Kasus Penyalahgunaan Jabatan untuk pilgub 5
5 Pungutan liar mewarnai pembagian paket konversi di sejumlah wilayah Klaten
4
6 Korban desak kasus penggelapan uang KPS Giriroto segera dituntaskan
2
36
Catatan : Pemilih 36 SiswaSumber : Data Primer
Pada tahap mengidentifikasi masalah, seluruh siswa membaca dan
mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan di masyarakat. Siswa dibagi
menjadi 6 kelompok yang terdiri 6 siswa yang bertugas meyakinkan bahwa
masalah yang ditentukan adalah masalah yang penting, menyangkut banyak orang
dan perlu penanganaan. Akhirnya berdasarkan suara terbanyak maka kasus yang
dijadikan kajian kelas adalah kasus korupsi di DPRD Kabupaten Boyolali.
51
Hasil pemilihan tahap pertama dipilih tiga masalah yang akan dikaji.
Masalah yang paling banyak dipilih siswa, yaitu (1) Kejari terima aduan
penyimpangan dana penerimaan siswa baru di sekolah, (2) Kasus Korupsi di
DPRD Boyolali, (3). LPJ APBD 2007 tak bisa dipercaya. Tahap kedua, siswa
menentukan satu masalah. Untuk itu diadakan pemungutan suara lagi secara
terbuka. Hasil pemilihan tahap kedua terlihat pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel 5 : Daftar Masalah dan Pemungutan suara untuk Kajian Kelas Tahap Dua.
No Masalah untuk kajian kelas jumlah
1 Kejari terima aduan penyimpangan dana penerimaan siswa
baru di sekolah
12
2 Kasus Korupsi di DPRD Boyolali 14
3 LPJ APBD 2007 tak bisa dipercaya 10
Jumlah 36
Catatan : Pemilih 36 siswa
Sumber : Data Primer
Dari pemilihan tahap kedua, masalah yang paling banyak dipilih siswa
adalah Kasus Korupsi di DPRD Boyolali dan secara otomatis masalah ini menjadi
kajian kelas.Dari proses pemungutan suara dapat diambil satu nilai moral yaitu
kehidupan demokratis dalam kelas, sebab suara siswa yang tidak terpilih harus
menghargai dan menghormati pilihan suara terbanyak. Dalam pembelajaran ini
siswa diharapkan berfikir lebih kritis dalam pembelajaran PKn dengan model
portofolio, model ini menuntut siswa untuk belajar dalam bentuk teori atau dalam
bentuk praktek langsung.
c. Melakukan observasi/pengamatan terhadap tindakan/pelaksanaan
pembelajaran antara guru dan siswa
Setelah siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti maka tahap
selanjutnya adalah mendiskusikan permasalahan yang sudah dikaji pada tahap
merencanakan tindakan.
52
Langkah selanjutnya setelah siswa melakukan pemilihan masalah adalah
membagi kelompok atau tim. Kelas dibagi ke dalam 4 (empat) tim. Setiap tim
mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri untuk mengumpulkan informasi
sebanyak dan seakurat mungkin dari sumber yang berbeda.
Kegiatan pengumpulan informasi ini dilakukan di luar kelas dan diluar jam
pelajaran karena dilakukan setelah pulang sekolah, sehingga tidak mengganggu
kegiatan belajar mengajar. Siswa mencari data tentang kasus korupsi yang ada di
DPRD dengan cara mendatangi berbagai sumber informasi, diantaranya di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Boyolali, Pengadilan Negeri (PN)
Kabupaten Boyolali.
Lokasi pertama yang dikunjungi siswa dalam rangka memperoleh
informasi berkenaaan dengan masalah yang menjadi kajian kelas adalah di kantor
DPRD Kabupaten Boyolali yang dilakukan pada hari Senin 21 Juli 2008.
Kedatangan siswa di kantor DPRD di Jalan Pandanaran disambut baik oleh Bapak
Heru.
Gambar 6 : Kunjungan siswa ke kantor DPRD Kab. Boyolali
Dalam Kunjungan ini siswa mendapatkan banyak informasi, antara lain
tentang sebab-sebab korupsi, syarat-syarat menjadi anggota DPRD. Pada
kesempatan ini siswa juga menanyakan “Bagaimanakah sanksi yang pantas
apabila ada anggota DPRD yang korupsi?”.
Mengenai sanksi yang pantas Bapak Heru menjawab “Hal itu sepenuhnya
diserahkan kepada pihak yang berwenang untuk menangani kasus korupsi tersebut
dan sanksi yang setimpal sesuai dengan pelanggaran yang telah dilakukan.
53
Kunjungan ke Kantor DPRD Kab. Boyolali ini memberikan pengalaman
berharga bagi siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hakim berperan penting dalam
menegakkan keadilan. Hakim adalah orang yang bertugas mengadili dan
memutuskan perkara. Jadi dalam hal ini siswa menjadi lebih paham tentang apa
itu korupsi, bahaya korupsi dan sanksinya. Siswa secara nyata mendapat materi
bukan hanya lewat teori yang disampaikan oleh peneliti, namun juga dari praktek
dalam kehidupan bernegara.
Selain berkunjung langsung ke Kantor DPRD Kab. Boyolali siswa juga
berkunjung ke (PN) Pengadilan Negeri Kab. Boyolali di Jalan Perintis
Kemerdekaan pada tanggal 22 Juli 2008. Dalam kunjungan ini, para siswa ingin
melihat secara langsung proses persidangan kasus korupsi yang dilakukan oleh
salah satu anggota DPRD Kab. Boyolali.Sebelum sidang dimulai para siswa
diberikan pengarahan oleh Bapak Tumpak Situmorang selaku Hakim Ketua. Para
siswa diperbolehkan mengikuti jalannya persidangan dan Bapak Tumpak
Situmorang menjelaskan apa itu hukum dan sanksi bagi pelanggar hukum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku selain itu juga kasus-kasus
yang sidangnya terbuka untuk umum dan sidang yang tertutup untuk umum
Gambar 7 : Siswa antusias berdiskusi dengan Hakim Ketua Bapak Tumpak
Situmorang.
54
Gambar 8 : Siswa saat mengikuti proses persidanagn berlangsung
Dalam kunjungan ini, para siswa berdialog langsung dengan pihak yang
berkompeten dalam masalah yang dikaji. Siswa juga menanyakan “Apakah sanksi
yang pantas apabila anggota DPRD korupsi?”. Bapak Tumpak Situmorang
menjawab “Untuk mengatasi masalah sanksi apa yang pantas bagi pelanggaran
oleh anggota DPRD tersebut maka sebelumnya dilakukan penyelidikan terlebih
dahulu secara teliti baru setelah bukti-bukti terkumpul dengan jelas maka Hakim
baru memutuskan sanksi/hukuman yang pantas dan setimpal.misalnya dengan
diberikan sanksi yaitu harus mengembalikan uang yang telah dipergunakan,
dipecat dari jabatannya, hukuman penjara, dll sesuai dengan pelanggaran yang
telah diperbuat. Dalam kasus korupsi Salah satu anggota DPRD ini para siswa
diperbolehkan mengikuti jalannya persidangan tetapi tidak boleh ramai agar tidak
mengganggu jalannya persidangan, karena sidang dibuka untuk umum jadi siapa
saja diperbolehkan untuk mengikuti jalannya persidangan.
Dalam kunjungan ke Pengadilan Negeri (PN) para siswa mendapatkan
pengalaman yang sangat berarti. Mereka dapat secara langsung mengetahui
jalannya proses persidangan dan sebelum sidang dimulai para siswa diberikan
pengarahan yang baik oleh Bapak Tumpak Situmorang, dan siswa merasa senang
karena merasa diperhatikan, apalagi bisa berdialog dengan Bapak Hakim. Ini
merupakan pengalaman pertama para siswa bisa belajar diluar kelas sambil
bermain.
Data-data yang diperoleh siswa cukup banyak dan dapat dipertangggung
jawaban karena langsung diperoleh dari sumber yang berkompeten di lapangan.
55
Selanjutnya para siswa berkelompok membuat laporan untuk portofolio tayangan
dan dokumentasi. Kegiatan kunjungan ke lokasi sumber informasi merupakan
salah satu sarana melatih keberanian dan kepercayaan diri siswa untuk
mengemukakan pendapatnya dimuka umum, tanpa malu melakukan wawancara,
padahal mereka masih tergolong anak kecil. Dengan demikian secara tidak
langsung siswa belajar sambil bermain.
Hal yang perlu ditekankan dari serangkaian kunjungan tersebut adalah
siswa dapat memahami bahwa segala sesuatu memiliki keterkaitan dan perlu
kerjasama antar kelompok, tidak hanya mementingkan kepentingannya sendiri.
Sebagai contoh kasus korupsi salah satu anggota DPRD Kab. Boyolali yang hanya
memperkaya dirinya sendiri tanpa mengutamakan kepentingan rakyat. Maka dari
itu diperlukan kesadaran para pemimpin agar senantiasa mementingkan
kepentingan umum bukan kepentingan individu semata agar dapat tercipta
kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
Selain itu, yang perlu dipahami siswa bahwa sebagai warga negara yang baik
harus benar-benar taat hukum dan mau melaksanakan tugasnya dengan baik.
Kegiatan kunjungan tersebut juga menyadarkan siswa bahwa apa yang mereka
pelajari di sekolah sangat bermanfaat dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan
bermasyarakat pada masa mendatang setelah mereka terjun langsung.
Langkah selanjutnya diadakan Gelar kasus (show case) yang dilaksanakan
pada hari Selasa 29 Juli 2008 dari pukul 08.00-09.30 WIB yang merupakan jam
pelajaran PKn, sehingga tidak mengganggu jam pelajaran lain.
Dalam gelar kasus (show case) tiap kelompok portofolio satu persatu
mempresentasikan hasil karya portofolio tayangan secara lisan dihadapan dewan
juri dan siswa lain.
Acara gelar kasus dimulai dengan pembukaan acara yang dilakukan oleh
peneliti selaku moderator. Moderator menginformasikan kepada siswa dan juri
mengenai masalah yang akan dikaji. Setelah itu, juri mengamati portofolio kelas
kurang lebih 10 menit.
56
Gelar kasus Kelompok I,
Juru bicara kelompok I menjelaskan masalah yang menjadi kajian kelas
yaitu tentang korupsi yang dilakukan oleh Bpk Agus Setiyoko dihadapan juri
sekitar 5 menit. Hal itu disebabkan karena terdakwa menggunakan uang Setwan
senilai Rp 173,7 juta untuk kepentingan pribadinya, sehingga dapat merugikan
negara. Setelah itu diadakan Tanya jawab. Ada 2 siswa yang bertanya dan juri
juga mengajukan pertanyaan, yaitu: sebab bapak itu melakukan korupsi (jawab:
terdesak tuntutan kehidupan), untuk apa uang itu (untuk membiayai kuliah
anaknya,biaya hidup sehari-hari), adakah pihak-pihak lain yang terlibat (tidak
ada). Pada sesi Tanya jawab kelompok I ini kurang terlihat maksimal, hal ini
dibuktikan dengan sedikitnya respon dan pertanyaan dari juri atau siswa yang lain.
Setelah sesi tanya jawab selesai, Tahap selanjutnya adalah kelompok ini
menjelaskan kebijakan alternatif untuk memecahkan masalah. Korupsi merupakan
suatu perbuatan yang melanggar hukum dan bahkan sebagian besar masyarakat
sudah menganjurkan pelaku tindak korupsi harus dihukum dengan hukuman mati.
Selain hukuman mati, biasanya pelaku tindak pidana korupsi juga dikucilkan dari
pergaulan dalam masyarakat.
Pada tahapan ke 3 yaitu mengusulkan kebijakan publik untuk mengatasi
masalah, maka kelompok ini berpendapat bahwa sesuai dengan Undang-undang
Nomor 3 jo Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi maka Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Agus
Setyoko dapat dibuktikan adanya unsur kerugian keuangan negara sehingga
pelaku dijerat dengan Pasal 2 ayat (1) UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
yang berbunyi “Setiap orang yang secara melawan hukum nelakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangna negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000 (Dua
Ratus Juta Rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah)”
Pada tahap ke 4 membuat rencana tindakan, maka kelompok ini
berpendapat kalau korupsi dapat diberantas apabila ada kerjasama yang baik
57
antara masyarakat dan para aparat penegak hukum dalam mengamalkan Undang-
Undang Korupsi yang sebenarnya sudah bagus materinya.
Gambar 9 : Gelar kasus(show case) masing-masing kelompok portofolio
Gelar Kasus Kelompok II,
Juru bicara kelompok II menjelaskan masalah yang menjadi kajian kelas
yaitu tentang korupsi yang dilakukan oleh Bpk Agus Setiyoko dihadapan juri
sekitar 5 meni
Setelah itu diadakan Tanya jawab, pada sesi tanya jawab ini hanya ada
satu anak yang bertanya yaitu “dalam kasus korupsi oleh Bapak agus ini apakah
ada perintah dari atasan untuk menggunakan uang negara?”, kelompok ini
menjawab, berdasarkan bukti-bukti yang dikemukakan dalam persidangan maka
tidaka ada perintah dari atasan untuk menggunakan uang negara.
Seperti pada kelompok I, gelar kasus kelompok II diawali dengan
presentasi mengenai kebijakan alternatif untuk menghadapi masalah oleh wakil
dari kelompok II dihadapan juri sekitar 5 menit. Siswa itu mengemukakan
kebijakan untuk mengatasi masalah antara lain : apabila ada seseorang yang
melakukan korupsi maka harus dihukum sesuai dengan kesalahannya yang
setimpal. Dalam hal ini bapak Agus terbukti telah melakukan korupsi maka harus
diberi hukuman seperti dipenjara, mengembalikan uang yang sudah dimanfaatkan,
langsung dipecat karena sudah mencemarkan nama baik, dikucilkan. Setelah
presentasi maka diadakan Tanya jawab. Antara lain, bagaimana caranya untuk
mengurangi agar tidak ada korupsi( meningkatkan iman dan tagwa kepada Tuhan
YME, memberlakukan sanksi yang tegas.) Menurut anda hukuman apa yang
paling tegas agar tidak ada yang korupsi lagi (itu susah karena tergantung individu
masing-masing kalau menurut saya hukuman mati saja agar para koruptor takut
58
dan jera). Apa ada undang-undang khusus tentang korupsi(ya ada misalnya UU
No. 20 Tahun 2000 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, UU No. 20
Tahun 2001 tentang komisi anti korupsi), apa ada lembaga yang mencegah dan
memberantas korupsi (ada, salah satunya adalah KPK) apa KPK itu sudah
menjalankan tugasnya dengan baik (belum sepenuhnya menjalankan tugasnya
karena masih banyak kasus-kasus korupsi yang belum ditindak lanjuti). Pada gelar
kasus kelompok II ini menunjukan respon yang lumayan meningkat dari
kelompok I karena ada diskusi yang menarik dari siswa juri-kelompok II. Sesi
Tanya jawab ini dilakukan sekitar 15 menit.
Acara gelar kasus tidak menjenukan, maka setelah gelar kasus kelompok II
diselingi dengan pentas seni siswa yaitu ada siswa yang menyanyi.
Gambar 10 : Pentas seni saat gelar kasus portofolio.
Setelah acara selingan selesai maka acara gelar kasus selanjutnya
dilanjutkan untuk gelar kasus kelompok III.
Gelar kasus kelompok III
Diawali dengan presentasi yaitu negara indonesia adalah negara yang kaya
budaya tersebut akan membentuk suatu peraturan mengikat dan sanksi tegas yang
disebut hukum. Tanpa adanya Hukum maka kehidupan berbangsa dan bernegara
akan mengakibatkan kekacauan. Seperti halnya Kasus Korupsi yang menjadi
masalah di Indonesia haruslah ada peraturan yang tegas, karena korupsi dapat
mengakibatkan kerugian negara dan rusaknya moral warga negara. Dalam hal ini
perlu adanya Kebijakan alternatif agar korupsi dapat diberantas, kebijakan
alternatif tersebut meliputi mempertegas sanksinya tanpa memandang status
59
seseorang, bagi para pejabat wajib melaporkan kekayaannya, ganti rugi yang
berlipat dari jumlah yang sudah dikorupsi, dilaporkan langsung ke pengadilan
tindak pidana korupsi. Setelah juru bicara selesai melaksanakan tugasnya
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara lain : apa harus ada kebijakan
alternatif itu(ya, karena dengan adanya kebijakan tersebut disamping untuk
menekan adanya korupsi selain itu membuat efek jera pada koruptor) untuk apa
kekayaan itu harus dilaporkan (agar dapat dipantau apabila ada pejabat yang
melakukan korupsi), apa ada lembaga tersendiri yang memeriksa kekayaan
negara (ada yaitu Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN), apa
tugas dari pengadilan tindak pidana korupsi (memeriksa dan memutus perkara
tindak korupsi) apa dengan adanya kebijakan alternatif itu masyarakat sudah
mentaatinya dengan baik (belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik karena
masih banyak para pejabat-pejabat yang melakukan korupsi). Pada sesi Tanya
jawab kelompok III ini, anggota kelompok III aktif menjawab setiap pertanyaan
yang diajukan audiens.
Gelar Kasus Kelompok IV,
Pada tahap ini, kelompok 3 mengusulkan, karena unsur kerugian negara sudah
terbukti maka uang negara yang sudah dikorupsi harus dikembalikan akan tetapi
pengembalian uang tersebut tidak menghapuskan dipidanya seseorang (pelaku
tindak korupsi).
Seperti pada kelompok-kelompok sebelumnya, gelar kasus kelompok IV
diawali dengan presentasi mengenai kebijakan alternatif untuk menghadapi
masalah oleh wakil dari kelompok IV dihadapan juru sekitar 5 menit.Korupsi
adalah suatu tindakan penyelewengan wewenang yang diberikan kepadanya yang
dapat merugikan pihak lain. Dalam hal ini Indonesia adalah negara yang banyak
melakukan korupsi, ini dapat ditunjukkan Indonesia adalah negara terkorup nomer
2 dunia setelah RRC. Korupsi perlu diberantas karena dengan adanya korupsi
negara akan menjadi miskin selain itu, berpengaruh pada moral warga negaranya.
Proses pemberantasan dapat dilakukan dengan beberapa macam antara lain dalam
bentuk preventif dan represif. Pemerintah Indonesia telah mempunyai peraturan
perundang-undangan yang lebih tegas dan mengikat tentang korupsi, hal ini
60
diharapkan mempunyai efek jera pada para pelaku. Dari peran aktif pemerintah
dalam memberantas korupsi, lingkungan dan diri sendiri juga sangat menunjang.
Kadar iman dan takwa seseorang sangat penting, karena mereka dapat
membedakan hal itu baik atau buruk. Jadi dalam hal ini perlu adanya peningkatan
dan perbaikan terhadap Iman dan takwa, yaitu melalui penyuluhan, ceramah dan
renungan keagamaan. Setelah preesentasi maka diadakan Tanya jawab. Sesi
Tanya jawab yaitu : bagaimana cara mencegah adanya korupsi (yaitu dengan
peningkatan iman dan takwa dan memketat peraturan hukum), bagaimana cara
pemberlakuan peraturan tentang korupsi (pemberlakuan dilakukan semua aspek
kehidupan antara lain politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan),
bagaimana peraturan itu dapat dikatakan tegas dan mengikat (tegas yaitu suatu
peraturan yang mengandung efek jera bagi para pelakunya sehingga tidak
mengulangi kesalahan yang sama, mengikat yaitu berlaku pada semua orang tanpa
kecuali)
Setelah semua kelompok mempresentasikan kasusnya, moderator meminta
para siswa secara keseluruhan dan dewan juri untuk menyampaikan tanggapan
atas presentasi dari masing-masing kelompok. Pada sesi ini, ada siswa yang
sangat antusias sampai ada yang memberikan tanggapan kepada salah satu
kelompok dengan menggebu-gebu dan sangat mempertahankan argumennya.
Kejadian tersebut mendapat respon yang beranekaragam dari audiens, ada yang
terlihat sebal bahkan ada juga yang tertawa melihat penyampaian tanggapan yang
terlihat menggebu-gebu itu. Sembari menunggu sesi tanggapan dari udiens, dewan
juri menggunakan waktu tersebut untuk menyelesaikan penilaian yang belum
selesaii.
Pada akhir acara gelar kasus, dewan juri mengumumkan hasil penilaian
terhadap penampilan para siswa yang meliputi keseluruhan aspek dan kelompok
terbaik adalah kelompok IV.
61
d. Membuat refleksi atau tindakan pada siklus 1 oleh peneliti dan guru.
Setelah gelar kasus (show case) selesai, siswa melakukan kegiatan
refleksi pengalaman belajar, bercermin pengalaman yang baru saja
diperoleh baik secara individual maupun kelompok. Dalam kegiatan
refleksi ini peneliti mengajak siswa untuk mengevaluasi tentang apa dan
bagaimana mereka belajar.
Gambar 11 : Peneliti merefleksi pengalaman belajar portofolio.
Dalam refleksi pengalaman belajar, peneliti menanyakan beberapa hal
kepada siswa antara lain :
(1) Apakah yang siswa (individu/kelompok) pelajari dan siswa peroleh dari
belajar diluar kelas, seperti di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) dan Pengadilan Negeri (PN) Kab. Boyolali.
(2) Apa yang telah siswa (individu/kelompok) pelajari tentang bagaimana cara
membuat kebijakan untuk mengatasi masalah yang dikaji di kelas.
(3) Keterampilan apa yang telah siswa peroleh melalui kegiatan belajar PKn
dengan menggunakan model pembelajaran portofolio.
(4) Apakah keuntungan dan kerugian belajar secara kelompok.
(5) Bagaimana apresiasi siswa terhadap penggunaan model pembelajaran
portofolio pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
(6) Apa yang akan dilakukan kelas pada portofolio di masa mendatang.
62
Hasil refleksi pengalaman belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 4
halaman 89. Setelah refleksi pengalaman belajar dilaksanakan, siswa dan guru
memperoleh kesimpulan bahwa betapa pentingnya siswa mengembangkan
keterampilan-keterampilan mempengaruhi pembuatan kebijakan publik dan
memecahkan masalah. Hal tersebut dapat diketahui setelah siswa mengadakan
refleksi pengalaman hasil belajar dimana para siswa mengetahui bagaimana cara
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan ketrampilan mempengaruhi
pembuatan kebijakan publik dan memecahkan masalah karena hal tersebut
merupakan salah satu perwujudan warga negara yang kritis sesuai dengan misi
pendidikan kewarganegaraan. Dengan adanya keterampilan tersebut, siswa secara
tidak langsung memiliki daya kritis yang cukup baik.
Kemampuan yang dimiliki dan dapatkan akan dapat bermanfaat dimasa
yang akan datang pada saat siswa menjadi dewasa dan berperan sebagai warga
negara yang baik. Setiap saat masalah-masalah baru akan terus bermunculan dan
berkembang sangat cepat, oleh karena itu diperlukan pemecahan masalah dan
kebijakan publik yang baru, dan itu merupakan tanggung jawab warga negara
dalam masyarakat yang demokratis.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
portofolio dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan daya kritis siswa
khususnya kelas VIII E. Dalam kegiatan intrakulikuler peneliti menerangkan
pokok bahasan “Korupsi” di kelas seperti biasanya. Setelah selesai dilakukan tes
formatif untuk mengetahui apakah siswa sudah paham dengan materi yang
diajarkan. Hasil tes formatif yang dicapai rata-rata kelas adalah nilai 88,88 yang
terlihat pada tabel 4 di bawah ini :
Tabel 6 : Hasil Ujian Formatif Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas VIII E SMP N 1 Mojosongo
No Nama Siswa Nilai
1 AGUS SETIAWAN 90
2 ANTON SUGIYANTO 80
3 ARY NURJANAH 70
63
4 AULIA NUR CAHYANTO 60
5 DEWI KURNIAWATI 10
6 DWI AJI MERIAWAN 70
7 DWI NOFITASARI 90
8 ELFA FARDIANI PUTRI 10
9 FAJAR NUGROHO 80
10 FITRI SUSIYANTI 10
11 GERRY MUH SANTOSO 70
12 IRWAN RUDI SETIAWAN 60
13 JONI KRISTIYONO 90
14 LAILA WULAN MAGHFIROH 70
15 MARSINI 60
16 MUHAMMAD SHOLEH 90
17 NOVA ADI SETIAWAN 70
18 NUNIK SUPRIYANTI 90
19 PERMADI JOKO CAHYONO 60
20 PUPUT HANDAYANI 80
21 RISA UTAMI 90
22 ROMADHONI 90
23 SARMIDI 60
24 SITI HIDHAYATI 80
25 SLAMET WAHYUNI 40
26 SRI MURNI 80
27 SRI WAHYUNI 90
28 SUGIYANTO 80
29 TRI ENDAH APRIANI 90
30 TRI SANTOSO 80
31 TUTIK HANDAYANI 90
32 WAHYU ARDIANTO 60
64
33 WIDHI HASTUTI 90
34 WINDARYANI 10
35 YOGA DEVANGGA 70
36 YULIANI WAHYU AFTIKA.S 70
Rata-rata 78,89
Tabel 7: Hasil Observasi Daya Kritis Siswa Kelas VIII E 1 Mojosongo Siklus I
Aspek yang diamati Kriteria
No 1 2 3 4 5 6 7 R S T
1 Agus setiawan √ √
2 Anton Sugiyanto √ √ √ √
3 Ary Nurjanah √ √
4 Aulia nur cahyanto √ √
5 Dewi kurniawati √ √ √ √ √ √ √
6 Dwi Aji Meriawan √ √
7 Dwi Novitasari √ √
8 Elfa Fardiani Putri √ √ √ √ √ √
9 Fajar Nugroho √ √ √ √
10 Fitri Susiyanti √ √ √ √ √ √
11 Gerry Muh Santoso √ √ √ √
12 Irwan Rudi Setiawan √ √
13 Joni Kristiyono √ √
14 Laila Wulan M √ √ √ √
15 Marsini √ √ √ √
16 Muhammad Sholeh √ √ √ √
17 Nova Adi Setiawan √ √ √ √
18 Nunik Supriyanti √ √
19 Permadi Joko C √ √ √ √
20 Puput Handayani √ √ √ √ √
21 Risa Utami √ √
65
22 Romadhoni √ √ √ √
23 Sarmidi √ √
24 Siti Hidhayati √ √ √ √
25 Slamet Wahyuni √ √
26 Sri Murni √ √ √ √ √ √ √ √
27 Sri Wahyuni √ √ √ √
28 Sugiyanto √ √ √ √ √
29 Tri Endah Apriani √ √ √ √ √ √ √ √
30 Tri Santoso √ √
31 Tutik Handayani √ √ √ √ √ √ √ √
32 Wahyu Ardianto √ √
33 Widhi Hastuti √ √
34 Windaryani √ √ √ √ √ √ √ √
35 Yoga Devangga √ √
36 Yulianie wahyu aftika √ √
Sumber : Data Primer
Keterangan :
Aspek yang diamati
1. Membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat
2. Membedakan antara kesimpulan definitif dan sementara
3. Menguji tingkat kepercayaan
4. Memecahkan masalah
5. Membuat keputusan
6. Mengidentifikasi sebab dan akibat
7. Mempertimbangkan wawasan lain
Kriteria
1. Aspek Rendah (R) : 0-1
dapat ditunjukkan dengan tidak adanya respon dari siswa terhadap masalah yang
sedang dibahas.
66
2. Aspek Sedang (S) : 2-3
dapat ditunjukkan dengan adanya respon dari siswa atas masalah yang sedang
dibahas, akan tetapi respon dari siswa hanya berupa pertanyaan dan komentar-
komentar yang sifatnya mengomentari masalah.
3. Aspek Tinggi (T) : 4-7
dapat ditunjukkan dengan adanya opini-opini yang sangat tajam dari siswa
dalam menenggapi masalah sehingga terjadi perdebatan diskusi antar siswa karena
masing-masing siswa saling mempertahankan pendapatnya.
Ketujuh unsur daya kritis siswa tidak semuanya dimiliki oleh siswa kelas
VIII SMP N 1 Mojosongo. Ini bukan berarti siswa tidak mempunyai daya kritis,
sebab kemampuan masing-masing siswa berbeda-beda. Lembar pengamatan daya
kritis siswa sangat bermanfaat bagi peneliti untuk mengetahui siswa mana yang
memiliki daya kritis rendah dan siswa yang memiliki daya kritis tinggi, sehingga
peneliti dapat memotivasi siswa yang memiliki daya kritis rendah untuk dapat
ditingkatkan dalam pelaksanaan pembelajaran PKn dengan model portofolio pada
siklus yang selanjutnya.
Berdasarkan pengamatan, peneliti mampu menggunakan model portofolio
dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan daya kritis siswa. Siswa sangat
tertarik dengan penggunaan model portofolio dalam pembelajaran PKn karena
tidak membosankan baik saat di kelas maupun saat di luar kelas (Pengadilan
Negeri dan Kantor DPRD Boyolali) dan siswa mempresentasikan apa yang
mereka peroleh di depan kelas. Ini dapat melatih mereka dalam mengemukakan
gagasan, ide yang mereka miliki sehingga melatih keberanian mereka tanpa takut
ataupun malu. Hal itu terlihat dengan raut wajah mereka yang sangat antusias
melihat temannya dari masinh-masing kelompok mempresentasikan di depan
kelas yang disuguhkan.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar tersebut dapat
dinyatakan bahwa :
1) Siswa yang mempunyai daya kritis rendah berjumlah 16 orang atau 44 %
2) Siswa yang mempunyai daya kritis sedang berjumlah 1 1 orang atau 31%
3) Siswa yang mempunyai daya kritis Tinggi berjumlah 9 orang atau 25 %
67
e. Melakukan revisi atau perbaikan oleh peneliti
Meskipun sudah mencapai tolok ukur ketuntasan individu yaitu 70, hasil
pembelajaran masih belum bisa dikatakan maksimal, dikarenakan masih ada
beberapa siswa yang kurang menguasai materi, siswa kurang antusias terhadap
materi pelajaran, saat kegiatan diskusi kelompok masih ada yang bercanda sendiri
dan tidak fokus pada materi.
Setelah peneliti merefleksi pengalaman belajar yang telah dilakukan oleh para
siswa maka peneliti merasa masih ada kekurangan-kekurangan, diantaranya
adalah posisi peneliti selama pelajaran berlangsung harus senantiasa berotasi agar
peneliti dapat mengamati perilaku seluruh siswanya, baik yang duduk di kursi
bagian depan maupun di bagian belakang.
Sedangkan, untuk mengurangi kekurangan dari sisi siswa, terutama
keengganan siswa untuk mengemukakan respon atas stimulus dari peneliti serta
mengemukakan pendapat, komentar, dan tanggapan disepakati adanya pemberian
reward/hadiah kepada siswa yang aktif di kelas. Reward yang direncanakan
berupa: nilai tambahan, ungkapan-ungkapan pujian seperti; bagus sekali, baik
sekali, baik, tepat sekali, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar siswa
menunjukkan eksistensinya selama pembelajaran berlangsung. Jadi ada hubungan
timbal balik antara peneliti dan siswa dan pembelajaran tidak berlangsung searah.
SIKLUS II
a. Merencanakan tindakan pada siklus II yang mendasarkan pada
revisi/perbaikan pada siklus I
Pada tahap yang pertama dalam siklus pertama ini adalah merencanakan
tindakan. Peneliti membuat Rencana Pembelajaran. Selain itu penaliti juga
menyiapkan topik-topik yang akan diberikan kepada siswa untuk dikaji di kelas
oleh tiap kelompok. Akan tetapi masalah yang akan dikaji sedikit berbeda pada
siklus I tetapi topiknya sama.
Pada saat awal pertemuan dengan siswa, peneliti mereview kembali
tentang apa dan bagaimana pembelajaran portofolio dan apa yang harus
dipersiapkan oleh siswa. Persiapan peneliti secara administratif sebelum mengajar
68
adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal itu diperlukan
agar materi yang akan diajarkan dapat runtut dan terarah serta mudah dipahami
oleh siswa.
b. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah diperbaiki pada
siklus sebelumnya (siklus I)
Pada tahap ini, peneliti menjelaskan apa yang telah dibuat dalam rencana
pembelajaran misalnya menjelaskan materi, pemeberian tugas kepada siswa
dalam bentuk tugas kelompok atau individu. Sebagai puncaknya, peneliti
menyuruh siswa untuk menentukan dan memilih topik-topik yang telah
disediakan pada tahap pertama untuk dikaji siswa.
Tahap awal peneliti menerangkan materi yang berkaitan dengan pokok
bahasan “Korupsi” serta memberikan contoh-contoh korupsi yang ada di
masyarakat misalnya fakta yang terjadi saat ini bahwa ada kasus korupsi di DPRD
Kabupaten Boyolali.
Peneliti membantu,membimbing dan memotivasi siswa mengemukakan
pendapat, isu-isu dan permasalahan yang sedang berkembang di masyarakat yang
berkaitan dengan korupsi berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki.
Pada tahap ini siswa secara aklamasi menentukan kasus korupsi dana
purnabakti DPRD Kabupaten Boyolali 1999-2004 dengan tersangka Miyono cs
mengingat kasus ini sedang up to date dan banyak diperbincangkan oleh
masyarakat boyolali.
c. Mengamati atau mengobservasi tindakan kegiatan belajar-mengajar antara
peneliti dan siswa.
Setelah siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti maka tahap
selanjutnya adalah mendiskusikan permasalahan yang sudah dikaji pada tahap
merencanakan tindakan.
Langkah selanjutnya setelah siswa melakukan pemilihan masalah adalah
membagi kelompok atau tim. Kelas dibagi ke dalam 4 (empat) tim. Setiap tim
mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri untuk mengumpulkan informasi
sebanyak dan seakurat mungkin dari sumber yang berbeda.
69
Kegiatan pengumpulan informasi ini dilakukan di luar kelas dan diluar jam
pelajaran karena dilakukan setelah pulang sekolah, sehingga tidak mengganggu
kegiatan belajar mengajar. Siswa mencari data tentang kasus korupsi yang ada di
DPRD dengan cara mendatangi berbagai sumber informasi, diantaranya di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Boyolali, Kejaksaan Negeri
Boyolali. Dalam gelar kasus (show case) tiap kelompok portofolio satu persatu
mempresentasikan hasil karya portofolio tayangan secara lisan dihadapan dewan
juri dan siswa lain.
Acara gelar kasus dimulai dengan pembukaan acara yang dilakukan oleh
peneliti selaku moderator. Moderator menginformasikan kepada siswa dan juri
mengenai masalah yang akan dikaji. Setelah itu, juri mengamati portofolio kelas
kurang lebih 10 menit.
Gelar kasus Kelompok I
Juru bicara kelompok I menjelaskan masalah yang menjadi kajian kelas
yaitu tentang korupsi yang dilakukan oleh Bpk Miyono dihadapan juri sekitar 5
menit. Selaku Ketua DPRD pada periode 1999-2004 Bpk Miyono telah
melakukan penyimpangan wewenang yaitu dana purnabakti yang diperkirakan
merugikan negara Rp 3,2 milyar. Dalam kaitannya pelaku tidak dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Bpk Miyono tidak melakukannya
sendiri melainkan ada oknum lain yang juga menikmatinya. Perbuatan Bapak
Miyono telah mencemarkan nama baik di DPRD Boyolali karena selaku ketua
tidak bisa memberikan contoh yang baik bagi para anggotanya. Dilaksanakan sesi
tanya jawab yaitu : kenapa bapak itu bisa melakukan korupsi? (karena bapak tidak
mempunyai jiwa pemimpin yang baik, tidak mempunyai rasa tanggungjawab,
tidak mempunyai pengendalian diri dalam dirinya dan mudah tergiur dengan uang
untuk memperkaya dirinya sendiri. Mengapa di Indonesia korupsi sangat
merajalela? (karena kurangnya penegakan hukum dan kesadaran masyarakat
terhadap hukum)
Pada tahap ke 2, kelompok ini mengusulkan alternatif untuk memecahkan
masalah. Agar korupsi tidak merajalela seperti sekarang ini maka pemerintah
harus tegas menindak para pelaku tindak korupsi.
70
Setelah kelompok tiga mengusulkan kebijakan alternatif maka tahap
selanjutnya adalah mengusulkan kebijakan publik. Salah satu kebijakan publik
yang diusulkan oleh kelompok ini dalam memberantas korupsi adalah dengan
menggunakan Undang-udang pemberantasan tindak pidana korupsi dan
menggunakan lembaga KPK (Komisi Pemberantasan korupsi)
Gelar kasus kelompok II
Seperti pada kelompok I, gelar kasus kelompok II diawali dengan
menjelaskan kasus posisi. presentasi mengenai kebijakan alternatif untuk
menghadapi masalah oleh wakil dari kelompok II dihadapan juri sekitar 5 menit.
Dengan banyaknya korupsi seperti saat ini maka peraturan hukum harus lebih di
tegakkan agar tercipta suasana yang tertip dan kondusip. Sehingga suatu
pelanggaran itu dapat terkurangi seperti halnya korupsi, bila suatu pelanggaran itu
dibiarkan maka hal itu akan menjadi kebiasaan yang tidak baik. Di Indonesia
contohnya, dimana Negara tersebut sangat kental dikenal sebagai Negara
terkorup. Dari hal tersebut perlu adanya penanggulangan lewat pencegahan/
preventif dan juga represif. Setelah presentasi maka diadakan Tanya jawab, yaitu
Bagaimana menciptakan suatu keadaan yang tertib dan teratur itu? (yaitu dengan
adanya kesadaran dari semua pihak antara lain pemerintah dan rakyat).
Kebijakan publik yang diusulkan oleh kepolmpok ini adalah,
mengimplementasikan Undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi
dengan maksimal.
Gelar Kasus Kelompok III
Sebelumnya dilakukan presentasi yaitu Indonesia adalah Negara terkorup
nomer 2 dunia, dimana aparatur Negara dan masyarakat juga sangat berperan
dalam berkembangnya korupsi di Indonesia. Hal ini menjadikan Indonesia
menjadi Negara yang bobrok di segala bidang. Penanggulangan yang sangat tepat
dilakukan dengan peran aktif masyarakat dan aparatur Negara demi tegaknya
Indonesia yang beradap. Selanjutnya dilakukan Tanya jawab, yaitu Bagaimana
suatu peraturan tersebut dapat ditaati? (dengan adanya hukum yang mengikat,
tegas dan kesadaran semua pihak terhadap hukum).
71
Kelompok ini mengusulkan kebijakan alternatif yaitu agar setiap warga
negara menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik dengan
tidak melakukan perbuatan yang melanggar norma masyarakat dan hukum di
Indonesia seperti tidak melakukan korupsi, dan lebih mempertebal iman.
Gelar Kasus IV
Diawali dengan presentasi, yaitu Korupsi adalah penyimpangan hukum
yang berbahaya. Dimana hal tersebut dapat merugikan Negara dan merugikan
orang lain. Hal ini dapat diminimalisir dengan cara penegakan hukum yang lebih
tegas dan mengikat. Masyarakat dan aparatur negara hendaknya juga ikut serta
dalam penegakan hukum tersebut. Kebijakan alternatif yang diusulkan oleh
kelompok ini adalah dibuat kantin kejujuran untuk membiasakan jujur dimulai
dengan hal-hal yang kecil. Selanjutnya dilanjutkan dengan Tanya jawab, yaitu
Apa di Boyolali sudah ada kantin kejujuran? Kalau sudah di mana tempatnya?(di
Boyolali sudah ada kantin kejujuran misalnya di Kejaksaan Negeri Boyolali yang
letaknya berdekatan dengan SMPN 2 Boyolali jadi selain pegawai dari kejari ada
juga siswa-siswi SMPN 2 Boyolali yang membeli di kantin kejujuran milik kejari.
Kantin ini didirikan pada bulan Desember 2008 yang bertujuan untuk
menanamkan kejujuran pada semua orang dan sindiran bagi masyarakat yang
selama ini tidak jujur dalam melaksanakan tugasnya sehingga mereka sadar dan
mau berbuat baik lagi sesuai dengan tugasnya.
Untuk mengevaluasi apakah siswa telah berfikir secara kritis sangatlah
sulit,karena berfikir merupakan fenomena yang abstrak. Kekritisan siswa tidak
dapat dinilai hanya dengan melihat sepintas lalu, tetapi harus ada kriteria daya
kritis siswa. Penilaiannya dapat melalui lembar pengamatan daya kritis siswa
dengan mengamati unsur atau indikator daya kritis siswa meliputi : a)
Membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat, b) Membedakan antara
kesimpulan definitif dan sementara, c) Menguji tingkat kepercayaan, d)
Memecahkan masalah, e) Membuat keputusan, f) Mengidentifikasi sebab dan
akibat, dan g) Mempertimbangkan wawasan lain.
Hasil observasi daya kritis siswa kelas VIII E SMP N 1 Mojosongo terlihat pada
tabel di bawah ini :
72
Tabel 8: Hasil Observasi Daya Kritis Siswa Kelas VIII E 1 Mojosongo Siklus II
Aspek yang diamati Kriteria
No 1 2 3 4 5 6 7 R S T
1 Agus setiawan √ √ √ √ √
2 Anton Sugiyanto √ √ √ √
3 Ary Nurjanah √ √ √
4 Aulia nur cahyanto √ √ √
5 Dewi kurniawati √ √ √ √ √ √ √ √
6 Dwi Aji Meriawan √ √ √ √
7 Dwi Novitasari √ √ √ √ √ √ √
8 Elfa Fardiani Putri √ √ √ √ √ √ √ √
9 Fajar Nugroho √ √ √ √
10 Fitri Susiyanti √ √ √ √ √ √ √ √
11 Gerry Muh Santoso √ √ √ √ √ √
12 Irwan Rudi Setiawan √ √ √ √
13 Joni Kristiyono √ √ √ √ √ √ √
14 Laila Wulan M √ √ √ √ √
15 Marsini √ √ √ √
16 Muhammad Sholeh √ √ √ √ √ √ √
17 Nova Adi Setiawan √ √ √ √
18 Nunik Supriyanti √ √ √ √ √ √ √
19 Permadi Joko C √ √ √ √
20 Puput Handayani √ √ √ √ √ √ √
21 Risa Utami √ √ √ √ √ √ √ √
22 Romadhoni √ √ √ √ √ √ √ √
23 Sarmidi √ √ √
24 Siti Hidhayati √ √ √ √ √ √
25 Slamet Wahyuni √ √
26 Sri Murni √ √ √ √ √ √ √ √
27 Sri Wahyuni √ √ √ √ √ √ √ √
73
28 Sugiyanto √ √ √ √ √
29 Tri Endah Apriani √ √ √ √ √ √ √ √
30 Tri Santoso √ √ √ √ √ √ √ √
31 Tutik Handayani √ √ √ √ √ √ √ √
32 Wahyu Ardianto √ √ √
33 Widhi Hastuti √ √ √ √ √ √ √ √
34 Windaryani √ √ √ √ √ √ √ √
35 Yoga Devangga √ √ √ √
36 Yulianie wahyu aftika √ √ √ √
Sumber : Data Primer
Keterangan :
Aspek yang diamati
1. Membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat
2. Membedakan antara kesimpulan definitif dan sementara
3. Menguji tingkat kepercayaan
4. Memecahkan masalah
5. Membuat keputusan
6. Mengidentifikasi sebab dan akibat
7. Mempertimbangkan wawasan lain
Kriteria
1. Aspek Rendah (R) : 0-1
dapat ditunjukkan dengan tidak adanya respon dari siswa terhadap masalah
yang sedang dibahas.
2. Aspek Sedang (S) : 2-3
dapat ditunjukkan dengan adanya respon dari siswa atas masalah yang sedang
dibahas, akan tetapi respon dari siswa hanya berupa pertanyaan dan
komentar-komentar yang sifatnya mengomentari masalah.
3.Aspek Tinggi (T) : 4-7
dapat ditunjukkan dengan adanya opini-opini yang sangat tajam dari siswa
dalam menenggapi masalah sehingga terjadi perdebatan diskusi antar
siswa karena masing-masing siswa saling mempertahankan pendapatnya
74
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar tersebut
dapat dinyatakan bahwa :
1) Siswa yang mempunyai daya kritis rendah berjumlah 1 orang atau 3 %
2) Siswa yang mempunyai daya kritis sedang berjumlah 15 orang atau 42 %
3) Siswa yang mempunyai daya kritis Tinggi berjumlah 20 orang atau 55%
d. Melakukan perbaikan atau revisi oleh peneliti
Pada tahap ini, peneliti tidak menemukan kesulitan-kesulitan yang dialami
oleh siswa dalam mengkaji masalah yang sudah ditentukan oleh siswa yaitu, kasus
korupsi dana purnabakti tahun 1999-2004 karena pada siklus I, para siswa juga
sudah mengkaji dan menganalisis topik yang sama yakni kasus korupsi DPRD
Boyolali meskipun kasusnya berbeda, akan tetapi pada dasarnya siswa sudah
memiliki gambaran-gambaran berkaitan dengan kasus-kasus tersebut.
C.Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan tindakan I dan II dapat dinyatakan bahwa
terjadi peningkatan daya kritis siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 9: Presentase Daya Kritis Siswa
Presentase
No. Daya kritis siswa
Siklus I Siklus II
1. Kriteria Daya Kritis Rendah44 % 3%
2. Kriteria Daya Kritis Sedang31 % 42%
3. Kriteria Daya Kritis Tinggi 25 % 55 %
Peneliti menyusun rencana guna melaksanakan siklus I. Siklus pertama
merupakan tindakan awal untuk memperbaiki pembelajaran PKn dengan
menggunakan model portofolio. Berdasarkan siklus pertama ini dapat
75
dideskripsikan hasil pembelajaran PKn dengan model portofolio. Dari deskripsi
tersebut ternyata masih didapat beberapa kekurangan/kelemahan dalam
pelaksanaannya.
Siklus II merupakan siklus untuk memberikan solusi yang dilaksanakan
untuk mengatasi kekurangan/kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran
PKn dengan model portofolio pada siklus I. Berdasarkan pelaksanaan siklus II
dapat dilihat peningkatan proses dan hasil jika dibandingkan siklus I. Pada Siklus
II dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan/kekurangan yang terjadi dalam proses
pembelajaran PKn dengan model portofolio pada siklus II. Selain itu, siklus II
merupakan siklus terakhir dalam tindakan penelitian ini. Dalam siklus ini peneliti
berusaha memperkecil segala kelemahan yang terjadi selama pembelajaran PKn
dengan menggunakan model portofolio. Siklus II menguatkan hasil dari siklus I
bahwa penggunaan model portofolio terbukti dapat meningkatkan daya kritis
siswa pada mata pelajaran PKn. Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, peneliti
berhasil melaksanakan pembelajaran yang mampu menarik minat siswa, yang
berakibat pada meningkatnya daya kritis siswa. Selain itu, penelitian ini juga
bermanfaat untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran
yang efektif dan menarik di kelas. Keberhasilan penggunaan model portofolio
sebagai upaya meningkatkan daya kritis siswa dapat dilihat dari indikator-
indikator sebagai berikut
a) Proses Pembelajaran Menyenangkan dan Menarik
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Suwadi dan angket dari siswa
bahwa pembelajaran portofolio pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
(Pkn) menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan menarik. Selain mendapat
teori mata pelajaran juga dapat belajar belajar sambil bermain. Siswa tidak merasa
jenuh dengan pembelajaran yang hanya di kelas tetapi juga ikut turun langsung ke
lapangan mencari data dan informasi, siswa dapat leluasa menuangkan ide dan
pendapat sehingga siswa terdorong untuk aktif, kreatif dan kritis terhadap masalah
yang dikaji. Siswa mendapatkan ruang yang cukup luas untuk berapresiasi dan
berkreasi, dengan demikian kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran portofolio
memberi tantangan tersendiri bagi siswa karena siswa terlibat, mencari,
76
mengalami, bahkan menemukan kebermaknaan belajar dan mendapatkan
pengalaman berharga yang tidak didapatkan dalam kelas.
b). Kebermaknaan Belajar
Suatu pembelajaran yang hanya berpusat pada guru tanpa melibatkan
siswa aktif di dalamnya mengakibatkan siswa kurang memiliki kebermaknaan
belajar. Dengan pembelajaran satu arah saja, siswa akan mendapatkan
pengalaman belajar yang sangat terbatas, karena hanya mendengar materi dari
guru. Sheal, Peter (dalam Fajar, 2004:88) mengatakan bahwa siswa belajar 10%
dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50%
dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan dan 90% dari apa
yang dikatakan dan dilakukan. Dengan metode portofolio yang berpusat pada
siswa maka kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna karena siswa
diberikan kebebasan untuk menentukan dan menyelesaikan suatu permasalahan
yang ada di masyarakat.Ini menjadikan pembelajaran portofolio benar-benar
bermakna bagi siswa.
c). Meningkatkan Daya Kritis
Model pembelajaran portofolio mampu mengajak siswa untuk praktek
sebagai warga Negara yang cerdas, terampil dan kritis dalam menanggapi masalah
yang ada di masyarakat sekitar. Mereka belajar untuk memecahkan masalah yang
ada di masyarakat bahkan mereka mencari, mengumpulkan informasi atau data
langsung dari sumbernya. Pembelajaran portofolio melatih siswa untuk berani
tampil di muka umum menyampaikan pendapat dan bertanya pada sumber dengan
pertanyaan yang kritis tanpa diajari guru. Selain itu, pada saat diskusi siswa
mampu membuat kebijakan-kebijakan alternatif yang dapat dijadikan masukan
kepada pemerintah. Dengan lembar pengamatan, guru dapat mengetahui siswa
yang memiliki tingkat kritis yang tinggi dan yang rendah sehingga dapat
memotivasi siswa. Pembelajaran prtofolio di SMP N 1 Mojosonggo Boyolali
khususnya kelas VIII E berjalan cukup sukses dan berhasil meningkatkan daya
kritis siswa.
77
D. Indikator Keberhasilan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini memiliki dampak positif terhadap kegiatan
belajar-mengajar di dalam kelas, kemampuan guru dan rencana yang telah
ditetapkan oleh pihak sekolah. Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung secara
konvensional dimana guru bertindak sebagai penceramah yang memberikan
materi, berubah menjadi suatu kegiatan dua arah. Peneliti memberikan stimulus
dan siswa merespon stimulus tersebut. Siswa yang tadinya tidak begitu aktif mau
aktif dalam pembelajaran seperti menjawab pertanyaan dari peneliti dan
memperhatikan penyampaian materi dari peneliti.
Sedangkan, dari segi kemampuan peneliti semula peneliti masih
mengalami kebingungan untuk membangkitkan siswa agar mau ikut aktif dalam
pembelajaran yang sedang berlangsung, Setelah tindakan penelitian ini, peneliti
mulai dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengaktifkan siswa.
E. Temuan Studi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai “Penggunaan Metode
Portofolio Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Daya Kritis Siswa Kelas VIII E
SMPN 1 Mojosongo Boyolali”.
Pada pertemuan pertama dalam proses belajar mengajar, peneliti
menerangkan secara klasikal pokok bahasan mengenai “Korupsi” dan sub pokok
bahasan “ pengertian korupsi, dampak korupsi dan undang-undang tentang
korupsi”.
Pada pertemuan kedua siswa melaksanakan identifikasi masalah
(memberikan contoh korupsi yang ada di masyarakat), dari contoh yang mereka
cari dipilihlah Kasus korupsi anggota DPRD Boyolali sebagai kajian kelas
dengan persetujuan bersama. Dilanjutkan dengan mengumpulkan informasi dan
mencari nara sumber yang berkaitan dengan kasus tersebut diatas, dipilihlah
Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pengadilan Negeri Boyolali
sebagai objek survey dan narasumber informasi. Pada pertemuan ke-4 siswa
mengembangkan portofolio kelas yaitu dengan menyusun dan menyelesaikan
78
portofolio tayangan dan dokumentasi (pertemuan ke 5-7). Dan puncaknya adalah
pada pertemuan ke-8 yaitu saat gelar kasus (adanya presentasi dan dilanjutkan
tanya jawab oleh masing-masing kelompok) dan refleksi pengalaman belajar yang
bertujuan memberikan kesimpulan tentang pelaksanaan pembelajaran portofolio
yang dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Metode Pembelajaran
Portofolio dianggap dapat meningkatkan daya kritis siswa yang dalam hal ini
terlihat dari keterampilan intelektual siswa dalam berfikir kritis pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan seperti keterampilan dalam memecahkan
masalah social.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Radno Harsono yang mengemukakan bahwa
kemampuan berfikir kritis meliputi :
1. Membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat
2. Membedakan antara kesimpulan definitif dan sementara
3. Menguji tingkat kepercayaan
4. Memecahkan masalah
5. Membuat keputusan
6. Mengidentifikasi sebab dan akibat
7. Mempertimbangkan wawasan lain
79
BAB VSIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas, kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis adalah
sebagai berikut:
Penggunaan Metode Portofolio sebagai upaya meningkatkan daya kritis
siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Mojosongo Boyolali.
Pembelajaran portofolio merupakan pembelajaran yang menyenangkan
dan menarik karena siswa mendapatkan pengalaman belajar yang sangat
bermakna, tidak hanya dari guru saja tetapi juga didapat dari nara sumber
langsung di lapangan, lingkungan, masyarakat, dan media lain.
Model pembelajaran portofolio belum pernah dilaksanakan di SMPN 1
Mojosongo Boyolali. Penelitian ini merupakan pertama kalinya model
pembelajaran portofolio dilaksanakan di SMPN 1 Mojosongo Boyolali sebagai
upaya untuk meningkatkan daya kritis siswa. Langkah-langkah pembelajaran
portofolio berupa identifikasi masalah; memilih masalah untuk kajian kelas;
mengumpulkan informasi (data); mengembangkan portofolio kelas; menyajikan
portofolio dalam diskusi kelas dan penyajian tayangan dan dokumentasi; serta
merefleksi pengalaman belajar telah dilaksanakan secara terencana dan sistematis.
Untuk mengevaluasi apakah siswa telah berfikir secara kritis sangatlah
sulit, karena berfikir merupakan fenomena yang abstrak. Kekritisan siswa tidak
dapat dinilai hanya dengan melihat sepintas lalu, tetapi harus ada kriteria daya
kritis siswa. Penilaiannya dapat melalui lembar pengamatan daya kritis siswa
dengan mengamati unsur atau indikator daya kritis siswa yang meliputi:
1. Membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat
2. Membedakan antara kesimpulan definitif dan sementara
3. Menguji tingkat kepercayaan
4. Memecahkan masalah
5. Membuat keputusan
6. Mengidentifikasi sebab dan akibat
7. Mempertimbangkan wawasan lain
80
Peningkatan daya kritis siswa tidak hanya dilihat dari meningkatnya daya
kritis siswa secara individu, tetapi juga dari meningkatnya prosentase siswa yang
memiliki daya kritis tinggi. Pada siklus I siswa yang memiliki daya kritis rendah
44 %, siswa yang memunyai daya kritis sedang 31 %, siswa yang memiliki daya
kritis tinggi 25 %. Kemudian pada siklus II siswa yang memiliki daya kritis
rendah 17 %, siswa yang memunyai daya kritis sedang 42 %, siswa yang memiliki
daya kritis tinggi 55 %. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran portofolio dapat meningkatkan daya kritis siswa.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan kesimpulan diatas, serta berbagai fenomena yang ditemukan
berkaitan dengan penelitian ini yakni “Penggunaan Metode Portofolio Sebagai
Upaya Meningkatkan Daya Kritis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Mojosongo
Boyolali Tahun Ajaran 2007/2008”.
Dalam pembelajaran portofolio siswa diharapkan dapat lebih mengerti dan
memahami tentang masalah yang dibahas selama proses pembelajaran. Dengan ini
tujuan belajar pembelajaran dapat terwujudkan dengan baik dan benar. Dalam hal
ini tidak hanya guru yang berperan aktif dalam proses pembelajaran, tetapi siswa
juga dituntut lebih aktif terlebih dalam pembelajaran portofolio. Siswa tidak hanya
mengetahui teori yang dikemukakan guru melainkan pengamatan secara langsung
tentang masalah yang dibahas. Dengan pembelajaran portofolio siswa
memperoleh banyak pengalaman belajar yang sangat bermakna. Pengalaman
tersebut antara lain pengalaman sosial dalam kerja kelompok (cooperation
learning), pengalaman akademik melalui pemecahan masalah (problem solving),
menyusun portofolio dokumen sebagai publikasi yang menarik serta
mempresentasikannya dengan membuat portofolio tayangan. Selain itu siswa
mendapatkan wawasan substansial seperti pemahaman tentang kebijakan publik,
belajar tentang masalah-masalah yang ada di masyarakat, memahami bagaimana,
menyadari kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki perhatian terhadap
81
masalah publik. Semua itu harus diselesaikan siswa sendiri dan guru hanya
sebagai fasilitator saja. Hal ini menjadikan pembelajaran portofolio benar-benar
bermakna dan dapat meningkatkan daya kritis siswa.
C.SARAN
Berdasarkan implikasi dari hasil penelitian yang dikemukakan diatas dapat
disampaikan saran-saran yang diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan
pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik SMP Negeri 1 Mojosonggo Boyolali
kepada khususnya antara lain sebagai berikut :
1. Model pembelajaran portofolio merupakan model pembelajaran yang
menyenangkan, menarik dan dapat meningkatkan daya kritis siswa. Para guru
dan sekolah hendaknya menerapkan model pembelajaran portofolio dengan
memperhatikan dan menyesuaikan kondisi, sarana prasarana dan fasilitas yang
ada, terlebih lagi bagi yang kesulitan dalam meningkatkan semangat belajar
siswa.
2. Bagi para siswa dalam kegiatan belajar mengajar senantiasa aktif dan kritis
agar proses belajar berjalan dengan kondusif dan bermakna sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Masalah dan tantangan dalam kehidupan bermasyarakat
akan lebih banyak dan lebih berat dibanding dengan masalah di kelas.
82
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. “Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional” .
Anonim. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata PelajaranPKn. Surakarta : Laboratorium PKn FKIP UNS.
Arnie Fajar. 2005. Portofolio. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Dasim Budimansyah. 2003 . Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis
Portofolio. Bandung : PT Ganesindo.
Depdiknas. 2004. Praktek Belajar Pengetahuan Sosial Berbasis Portofolio.
Bandung: CV. Mini Jaya Abadi.
Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
PKn. Bandung: CV. Mini Jaya Abadi.
H.B Sutopo.2002. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
J. Gino. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.
Lexy J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesdional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
83
Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 1995. Kurikulum dan Pengajaran. Bandung : Bumi Aksara.
Radno Harsanto. 2005. Melatih Anak Berfikir Analitis, Kritis, dan Kreatif. Jakarta
: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Sarwiji Suwandi. 2004. “Penelitian Tindakan Kelas sebagai Strategi Peningkatan
Profesionalisme Guru”, Dalam Jurnal Pendidikan, Volume 10, Nomor 2,
Desember 2004.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto,Sudjanto dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Angkasa.
Sumarsono,dkk.2002. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Suwarsih Madya. 2006. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung:
Alfabeta.
Syahrial Syarbaini. 2006. Membangun Karakter dan Kepribadian Melalui
Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Winarno. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Surakarta : Universitas Sebelas
Maret.
Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media.
84
Zainal Aqib. 2006. Penelitian tindakan Kelas. Bandung : CV. Yrama Widya.
Zaleha Izhab. 2005. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung : Nuansa.
85
Lampiran no. 1
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Bapak Suwadi, S.Pd
Pekerjaan : Guru PKn SMP N 1 Mojosongo
1. Menurut Bapak, apakah kriteria dari proses belajar yang baik?
Jawab : Pembelajaran yang baik dan diharapkan akan memberikan hasil
maksimal adalah pembelajaran yang secara administratif sudah
terencana sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2. Metode pembelajaran apa saja yang sudah pernah Bapak terapkan di Kelas
VIIIE?
Jawab : Metode pembelajaran yang saya gunakan yang yang standar,
misalnya metode ceramah. Jadi, saya sebagai guru menerangkan dan
para siswa menyimak.selain itu, saya juga biasanya memberikan PR
atau tugas kepada para siswa diakhir jam pelajaran.
3. Kenapa Bapak belum pernah menggunakan metode portofolio?
Jawab : Saya memang belum pernah menggunakan metode tersebut
mengingat waktu yang tersedia tidak imbang dengan jumlah meteri
yang banyak selain itu penerapan metode terebut terlalu rumit.
4. Apakah tanggapan Bapak setelah metode portofolio ini digunakan sebgai
metode pembelajaran di kelas VIII E?
Jawab : Sebelum penerapan model pembelajaran portofolio dapat dikatakan
rendah bila dibandingkan dengan kelas lain. Saat guru menerangkan
tidak ada umpan balik, siswa cenderung pasif, motivasi belajar
rendah. Saat diberi pertanyaan hanya ada beberapa siswa saja yang
menjawab, tidak ada kerja sama kelompok yang baik, hanya siswa
tertentu yang aktif, siswa kurang mengemukakan pendapat, lambat
dalam menganalisa masalah dan membuat keputusan.
86
Lampiran no. 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SILKUS I
Nama Sekolah : SMP N 1 Mojosongo, BoyolaliMata Pelajaran : PKnKelas/Semester : VIII/1Standar Kompetensi : Menampilkan ketaatan terhadap Perundang-undangan nasionalKompetensi Dasar :
1 Mengidentifikasi kasus korupsi dan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia
2 Mengidentifikasi pengertian anti Korupsi dan instrumen hukum serta kelembagaan di Indonesia
Indikator 1. Menjelaskan pengertian korupsi2. Mengidentifikasi akibat korupsi bagi kehidupan masyarakat3 Menyebutkan contoh dan upaya pemeberantasan
korupsi di Indonesia4 Menyebutkan lembaga pemberantasan korupsi
Alokasi Waktu : 16 x 40 menit ( 8x pertemuan )
A. Tujuan PembelajaranSetelah selesai pembelajaran siswa dapat :1. Menunjukkan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia2. Merumuskan pengertian korupsi dengan benar3. Menyebutkan landasan hukum pemberantasan korupsi4. Menyebutkan lembaga pemberantasan korupsi
B. Materi Pokok1. Upaya pemberantasan korupsi2. Landasan hukum pemberantasan korupsi3. Lembaga pemberantasan korupsi
C. TemaKasus korupsi di daerah Boyolali
D. Kontektualisasi Materi (Topik)1. LPJ APBD 2007 tak bisa dipercaya2. Kejari terima aduan penyimpangan dana penerimaan siswa baru di sekolah3. Dugaan kasus penyalahgunaan untuk pilihan gubernur4. Kasus korupsi di DPRD Boyolali5. Pungutan liar mewarnai pembagian paket konversi di sejumlah wilayah
87
klaten6. Korban desak kasus penggelapan uang KPS Giriroto segera dituntaskan
E. Skenario Pembelajaran
Perte-muan
Tahap-tahap Waktu Kegiatan pembelajaran
1 Apersepsi
Inisiasi/Eks-plorasi
10
70
Peneliti menjelaskan tentang meteri berkenaan dengan pokok bahasan kasus korupsi dan upaya pemberantasannya di Indonesia,serta memberikan contoh pada kehidupan nyataPeneliti membimbing dan memotovasi siswa untuk mengemukakan isu/masalah yang berkaitan dengan korupsi yang terjadi di Indonesia
2 Identifikasi & memilih masalah
80 Tes formatifPeneliti meminta siswa untuk mencari Koran yang
berisi artikel berkaitan dengan konsep yang dibahas, menjelaskan portofolio dan langkahnya
Siswa dibagi menjadi 4-8 kelompok masing-masing diberi sumber bacaan sebagai wacana/ sumber dalam menjawab/ mencari solusi sementara terhadap isu/ masalah yang telah dikemukakan siswa
3 Mengumpul-kan Informasi
80 Peneliti melanjutkan materi berikutnya Peneliti membimbing siswa untuk membagi tugas
dalam pencarian informasi atau data diluar kelas sebagai tugas kokuler yang berkenaan dengan masalah yang dikaji
Guru menutup pelajaran4 Mengembang-
kan portofolio kelas
80 Peneliti menanyakan tugas yang diberikan minggu lalu Siswa dibagi 4 kelompok masing-masing diberikan
tugas sebagai berikut:Kelompok I Penjelasan MasalahKelompok II Kebijakan Alternatif untuk mengatasi
masalahKelompok III Usulan kebijakan untuk mengatasi
masalahKelompok IV Rencana Tindakan
Peneliti bersama siswa berdiskusi tentang tugas yang harus dilakukan diluar kalas antara lain :Membuat daftar pertanyaan untuk wawancara
dengan nara sumber yang berkaitanMengumpulkan data/informasi dari Koran,
internet,lembaga pemerintah,swasta,masyarakatMenyusun laporan
5,6&7 Penyusunan & 80 Peneliti menanyakan tugas minggu lalu
88
pembuatan portofolio
Peneliti memancing siswa untuk aktif dalam diskusi dan kerja kelompok
Peneliti membimbing untuk memilah,mengkaji dan merumuskan data/ informasi yang didapat
Peneliti membimbing siswa dalam penyusunan portofolio tayangan dan dokumentasi
Peneliti dan siswa berdiskusi merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Show Case
Peneliti menutup pelajaran8 Gelar
kasus(Show Case) & refleksi pengalaman belajar.Catatan1Show Case
dilaksanakan setelah siswa menyelesai-kan tugasnya dalam membuat/me-nyusun portofolio tayangan dan dokumentasi
2Waktu Menyesuai-kan kesiapan siswa
80 Peneliti menanyakan kesiapan siswa Peneliti menjelaskan pada juri tentang tugasnya Peneliti bertindak sebagai moderator,mempersiapkan
dewan juri (guru lain) untuk mengamati portofolio baik tayangan maupun dokumentasi
Peneliti mempersiapkan kelompok I untuk menyajikan secara lisan portofolionya kurang lebih 5menit dan dilanjutkan sesi tanyajawab dengan dewan juri kurang lebih 10menit. Selanjutnya sampai kelompok IV
Setelah seluruh peserta menyajikan secara lisan portofolionya,peneliti mempersilahkan siswa untuk beristirahat
Pengumuman pemenang oleh dewan juri dan pemberian hadiah/penghargaan
Peneliti menutup acara Show Case Peneliti memberikan pertanyaan sesuai dengan
pedoman pertanyaan dalam langkah model pembelajaran portofolio
Peneliti dan siswa menyimpulkan
F. Sumber Alat/ BahanBudimansyah, Dasim.2003. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio.
Bandung :PT.Ganesindo.Fajar, Arni.2004. Portofolio : Dalam Pembelajaran IPS. Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya.Wiyono, Hadi.2007. Kewarganegaraan. Jakarta : Ganeca Exact.Tim. 2008. LKS Pendidikan Kewarganegaraan. Boyolali : CV.Harapan
Baru.
G. PenilaianPenilaian Proses (selama Proses Pembelajaran)Penilaian Produk (portofolio tampilan, presensi, dokumentasi)
89
Boyolali, Juli 2008
MengetahuiGuru Pengampu
Guru Praktikan
Suwadi,S.PdNIP 131 647 783
Kurniawati NugrohoK6404037
90
Lampiran no. 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II
Nama Sekolah : SMP N 1 Mojosongo, BoyolaliMata Pelajaran : PKnKelas/Semester : VIII/1Standar Kompetensi : Menampilkan ketaatan terhadap Perundang-undangan nasionalKompetensi Dasar :
1.Mengidentifikasi kasus korupsi dan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia
2. Mengidentifikasi pengertian anti Korupsi dan instrumen hukum serta kelembagaan di Indonesia
Indikator 1. Mengembangkan sikap mematuhi perundang-undangan dalam kehidupan di sekolah, keluarga, masyarakat, dan negara
2. Menjelaskan pengertian korupsi3. Mengidentifikasi akibat korupsi bagi kehidupan
masyarakat 4. Menyebutkan contoh dan upaya pemeberantasan
korupsi di Indonesia 5. Menyebutkan dasar hukum pemberantasan dan
pencegahan korupsi 6. Menyebutkan lembaga pemberantasan anti korupsi
Alokasi Waktu : 16 x 40 menit ( 8x pertemuan )
A. Tujuan PembelajaranSetelah selesai pembelajaran siswa dapat :
1. Menunjukkan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia2. Merumuskan pengertian korupsi dengan benar3. Menyebutkan landasan hukum pemberantasan korupsi4. Menyebutkan lembaga pemberantasan korupsi
B. Materi Pokok1. Upaya pemberantasan korupsi2. Landasan hukum pemberantasan korupsi3. Lembaga pemberantasan korupsi
C. TemaKasus korupsi di daerah Boyolali
D. Kontektualisasi Materi (Topik)1. Korupsi Ketua DPRD Boyolali Tahun 1999-2004
91
E. Skenario PembelajaranPerte-muan
Tahap-tahap Waktu Kegiatan pembelajaran
1 Apersepsi
Identifikasi & memilih masalah
50
30
Peneliti menjelaskan tentang pembelajaran dengan model portofolio secara detail kepada siswa kemudian memberikan tugas sesuai dengan kelompok masing-masingPeneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan permasalahan yang ada di masyarakat. Siswa memilih kasus korupsi yang ada di DPRD Boyolali
2 Mengumpulkan informasi
80 Peneliti meminta masing-masing kelompok untuk menunjukkan tugasnya dan menjelaskan apabila ada kekurangan-kekurangan dan memberi tahu apa saja yang harus dikerjakan lagiPeneliti melanjutkan materi berikutnya
3 Mengembang-kan portofolio kelasPenyusunan & pembuatan portofolio
80 Peneliti membimbing siswa dalam pembuatan portofolio yang akan di presentasikan pada saat gelar kasus berkenaan dengan masalah yang dikajiPeneliti mengadakan ulangan harianPeneliti penutup pelajaran dan mengingatkan siswa untuk mengerjakan tugasnya dengan sungguh-sungguh
4 Gelar kasus(Show Case) & refleksi pengalaman belajar.Catatan1Show Case
dilaksanakan setelah siswa menyelesai-kan tugasnya dalam membuat/me-nyusun portofolio tayangan dan dokumentasi
2Waktu Menyesuai-kan kesiapan siswa
80 Guru menanyakan kesiapan siswa Guru menjelaskan pada juri tentang tugasnya Guru bertindak sebagai moderator,mempersiapkan
dewan juri (guru lain) untuk mengamati portofolio baik tayangan maupun dokumentasi
Guru mempersiapkan kelompok I untuk menyajikan secara lisan portofolionya kurang lebih 5menit dan dilanjutkan sesi tanyajawab dengan dewan juri kurang lebih 10menit. Selanjutnya sampai kelompok IV
Setelah seluruh peserta menyajikan secara lisan portofolionya,guru mempersilahkan siswa untuk beristirahat
Pengumuman pemenang oleh dewan juri dan pemberian hadiah/penghargaan
Guru menutup acara Show Case Guru memberikan pertanyaan sesuai dengan pedoman
pertanyaan dalam langkah model pembelajaran portofolio
Guru dan siswa menyimpulkan
92
F. Sumber Alat/ BahanBudimansyah, Dasim.2003. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio.
Bandung :PT.Ganesindo.Fajar, Arni.2004. Portofolio : Dalam Pembelajaran IPS. Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya.Wiyono, Hadi.2007. Kewarganegaraan. Jakarta : Ganeca Exact.Tim. 2008. LKS Pendidikan Kewarganegaraan. Boyolali : CV.Harapan
Baru.
G. PenilaianPenilaian Proses (selama Proses Pembelajaran)Penilaian Produk (portofolio tampilan, presensi, dokumentasi.
Boyolali, Juli 2008
MengetahuiGuru Pengampu
Guru Praktikan
Suwadi,S.PdNIP 131 647 783
Kurniawati NugrohoK6404037
93
Lampiran no. 4
HASIL REFLEKSI PENGALAMAN BELAJAR
No. Pertanyaan Pengalaman Belajar
1. Apa yang kalian
pelajaridanperolehdari
belajar diluar kelas?
Mengetahui Tugas dan Tanggungjawab instansi
pemerintahan(DPRD dan Pengadilan Negeri)
Bagaimana menyelesaikan permasalahan
Bagaimana memilih wakil rakyat yang
berkualitas
2. Apa yang kalian
pelajari tentang
kebijakan publik ?
Memahami cara membentuk kebijakan publik
Masalah publik merupakan masalah bersama
Pengetahuan tentang kebijakan publik
bertambah
Memahami kebijakan publik secara lebih baik
3. Keterampilan apa
yang siswa peroleh
dari pembelajaran
portofolio ?
Keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan mengumpulkan informasi
Keterampilan berkomunikasi, berdiskusi
Keterampilan bekerjasama, bermusyawarah
Keterampilan Mempengaruhi orang lain
Keterampilan Berbicara di depan umum
Keterampilan Membuat keputusan
4. Apa keuntungan
belajar secara
berkelompok ?
Banyak memperoleh masukan dalam
menyelesaikan masalah
Saling Bantu membantu, tugas cepat selesai
Melatih bekerjasama dan demokratis dalam
menyelesaikan masalah
5. Apa kerugian belajar
secara berkelompok ?
Tidak semua siswa aktif, ada yang
menggantungkan tugas dan tanggungjawab
kepada orang lain
Jika terlalu banyak pendapat akan kesulitan
94
mencari kesepakatan
6. Apa yang akan
dilakukan kelas
dengan lain di
kemudian hari ?
Mengerjakan sebaik mungkin
Meningkatkan upaya dalam mencari informasi
Melakukan persiapan yang lebih matang
Memilih masalah kajian kelas yang aktual
Guru Pengampu Peneliti
Suwadi S.Pd Kurniawati Nugroho
NIP. 131 647 783 K6404037
Top Related