i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN BANK
UMUM SYARIAH DI SEKTOR UMKM PERIODE 2015-2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (SE)
RT. SHIFNI MAFAZATAL HAYAT
1112046100117
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M / 1439 H
iv
ABSTRAK
Rt. Shifni Mafazatal Hayat, 1112046100117, Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pembiayaan Bank Umum Syariah di Sektor UMKM Periode
2015-2017, Strata 1 (S1) Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa faktor-faktor
yang mempengaruhi nasabah dalam melakukan pembiayaan di Bank Umum
Syariah pada sektor UMKM. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data
sekunder berupa laporan keuangan triwulan dari 8 Bank Umum Syariah (BUS),
yaitu: Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, BRI Syariah, Bank Syariah
Bukopin, BNI Syariah, BCA Syariah, Bank Victoria Syariah, dan BTPN Syariah.
Untuk menganalisa data selanjutnya penulis menggunakan alat analisis yaitu
dengan metode Ordinary Least Square dengan bantuan program SPSS versi 16.
Hasil penelitian ini adalah variabel yang berpengaruh positif dan signifikan
pada pembiayaan di Bank Umum Syariah pada sektor UMKM adalah CAR, ROA,
dan FDR. Sedangkan variabel DPK dan NPF memiliki pengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap pembiayaan di Bank Umum Syariah pada sektor UMKM.
Kata Kunci : Pembiayaan, UMKM, OLS
Pembimbing : Dr. Nurhasanah, M. Ag
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
"Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bank Umum Syariah di
Sektor UMKM Periode 2015-2017".Shalawat dan salam semoga tetap tercurah
kepada tauladan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita menuju
jalan yang penuh rahmat. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada
ayahanda tercinta Bapak H. TB.Najib Fahmi dan ibunda Hj. Siti Malihah, selaku
orang tua penulis yang telah sabar mendidik dengan kasih sayang selama ini serta
memberikan dukungan baik moril dan materiil. Begitu pula dengan seluruh
anggota keluarga penulis.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak sekali kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari materi penelitian yang disajikan.Semua ini
didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis.Penulis menyadari bahwa
skripsi ini jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran dari
semua pihak. Selanjutnya dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini. oleh karena
itu, dalam kesempatan ini penulis dengan tulus hati mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada:
vi
1. Bapak Asep Saipudin, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan para Wakil Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum.
2. Bapak AM Hasan Ali, MA. Ketua Program Studi Muamalat, Bapak H.
Abdurrauf, Lc, MA. Sekretaris Prodi Muamalat.
3. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA, Ketua Program Studi Perbankan
Syariah.
4. Ibu Dr. Nurhasanah, M.Ag, dosen pembimbing skripsi yang telah
membantu, mengarahkan dan meluangkan waktunya untuk membimbing
dalam penyelesaian penelitian ini. Juga kepada Bapak Sofyan Rizal, selaku
dosen pembimbing akademik.
5. Seluruh Dosen Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh Staf Tata Usaha Serta Karyawan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mempermudah syarat, administrasi, dll.
7. Seluruh anggota kelas Perbankan Syariah angkatan 2012 khususnya kelas
C,yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah memberikan
dukungan moril.
8. Adik dan sepupu yang menjadi teman seperantauan dan seperjuangan
selama ini. Ratu Ana Najihatul Mamduhah (Ndul) yang bersedia menjadi
editor pribadi dalam penyusunan penelitian ini, tanpamu apa jadinya aku.
vii
Ratu Wardatul Ashriyah (te Lis) sebagai teman konsultasi dalam berbagai
hal.
9. Teman seperjuangan yang telah memakai toga terlebih dahulu: Ani
Nurmuliyani, SE.Sy, Ayu Dwi Adani, SE.Sy, Elly Nurdiana, SE.Sy, dan
Rabiahtul Addawiyah, SE.Sy, yang telah mewarnai masa-masa kuliah dulu.
Dan tetap memberikan dukungan sampai saya menyelesaikan penelitian ini.
10. Dini Fakhriah, SE.Sy, Resti Hartati, SE.Sy, dan teman-teman KKN
AKSARA 2015 yang lainnya, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
11. Dan seluruh hal yang terkait dengan penulis yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Semoga penelitian ini bermanfaat dan semoga rahmat Allah SWT selalu
mengiringi langkah kita, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Jakarta, 24 September 2017
Penulis
Rt. Shifni Mafazatal Hayat
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………….…..…i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI …………………………...……..….ii
LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………….........iii
ABSTRAK ………….…………………………………………………….…....iv
KATA PENGANTAR ……………………..…………….………………...v
DAFTAR ISI ……………………………………….…………………..viii
DAFTAR TABEL ……………………………..………………………………xi
DAFTAR GAMBAR ………...…………..………………………………xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……..……...……………………..……........1
B. Identifikasi Masalah ...…………………..……………..………....6
1. Pembatasan Masalah ……………………….….….....……5
2. Rumusan Masalah …...…………...………..……...……7
C. Tujuan Penelitian ………………...………….……..….7
D. Manfaat Penelitian ……………………….……..……………....8
E. Kerangka Konsep …..………………………..…...........9
F. Review Studi Terdahulu ...…………………...….......10
G. Metode Penelitian ……….……..……………..………………13
H. Sistematika Penulisan …………………….………………………15
ix
BAB II PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH
A. Konsep Dasar Pembiayaan Syariah .…………………..….....….17
1. Pembiayaan dengan Prinsip Jual beli ……..……...………18
2. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa ………………...…..20
3. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil ……..……………..21
4. Pembiayaan dengan Akad Pelengkap ……...……..…..….23
B. Pembiayaan Mikro ……..………..……...……………………..25
1. Lembaga Keuangan Mikro Syariah ….……..…..25
2. Usaha Mikro Kecil dan Menengah ……...…......29
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan di Sektor Mikro...34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ………..……….......41
B. Populasi ……..………………...........................……..……..41
C. Jenis dan Sumber Data …….……...………………..……..41
D. Teknik Pengumpulan Data …...…………..…………..………..42
E. Variabel Penelitian ……………………………………..……..42
F. Teknik Analisis Data ………………………………………...…..43
BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA
A. Uji Asumsi Klasik ……………………………..……...48
1. Uji Normalitas …….......................................................…..48
2. Uji Multikolinearitas ……...……............................……..50
3. Uji Autokorelasi ……..…...........................................51
x
4. Uji Heteroskedastisitas ……………………………...……..51
B. Uji Signifikansi ……………………….…………….……...52
1. Uji F …………………………..…………..…....52
2. Uji t ……………………….……………………………53
3. Uji Koefisien Determinasi ……….....…..……….…….55
C. Analisis Regresi Berganda …………………………………….56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………...…………………………….…….57
B. Saran …………………………..………………………….……..58
DAFTAR PUSTAKA ……………………………..………………...…....59
LAMPIRAN ……………….…………….……………………………...62
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan UMKM di Indonesia …………………………...…4
Tabel 1.3 Penelitian Terdahulu ………………………………………….…10
Tabel 2.1 Kriteria UMKM Menurut Jumlah Karyawan ………….....32
Tabel 2.2 Kriteria UMKM Menurut Omzet Jenis Usaha ………….....33
Tabel 4.1 Uji Multikolinearitas …………………………………………….50
Tabel 4.2 Uji Autokorelasi …………………………………………….51
Tabel 4.3 Uji F …………………………………………………………….52
Tabel 4.4 Uji t …………………………………………………………….53
Tabel 4.5 Uji Koefisien Determinasi …………………………………….55
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Konsep ……………………………………...………9
Gambar 4.1 Uji Normalitas Histogram …………………...……………..…48
Gambar 4.2 Uji Normalitas P-Plot …………………………………….49
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas …………………………………….51
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diatur dalam UU No. 10, Tahun 1998 tentang Perbankan, yang
dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kembali
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.1 Bank sebagai lembaga intermediasi
keuangan yaitu sebagai penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak
yang kekurangan dana, dengan menghimpun dana pihak ketiga yaitu para nasabah
atau deposan lalu menyalurkannya kepada para debitur (pihak yang memerlukan
dana segar).2
Bank syariah atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga
keuangan/ perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berdasarkan
Alquran dan Hadits. Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip syariat islam3. Fungsi mendasar dari perbankan termasuk
1Undang-undang Republik Indonesia No. 10, Tahun 1998 tentang Perbankan (Perubahan
atas Undang-undang No. 7, Tahun 1992).
2 Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: Rajawali Pers, 2004, hal. 5.
3 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, 2002, hal 1.
2
perbankan syariah ialah menyalurkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan
dana (surplus of fund) kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit of fund).4
Pembiayaan, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak
lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri
maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan5. Menurut sifat
penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut:6
1. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
2. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi
kebutuhan.
Dalam penelitian ini memfokuskan kepada pembiayaan produktif mengenai
pembiayaan investasi dalam sektor UMKM.
Di Indonesia, Usaha Mikro Kecil dan Menengah sering disingkat (UMKM),
UMKM saat ini dianggap sebagai cara yang efektif dalam pengentasan
kemiskinan. Dari statistik dan riset yang dilakukan, UMKM mewakili jumlah
kelompok usaha terbesar.UMKM telah diatur secara hukum melalui Undang-
4 M. Nur Rianto Al Arif dan Yuke Rahmawati, Manajemen Risiko Perbankan Syariah,
Jakarta: UIN Press, cet. Pertama, 2015, hal. 83 5 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, 2002, hal 17. 6 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani
Press, Cet. 1, 2001, hal. 160.
3
Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
UMKM merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian
Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam
masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis
ekonomi.Selain menjadi sektor usaha yang paling besar kontribusinya terhadap
pembangunan nasional, UMKM juga menciptakan peluang kerja yang cukup
besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat membantu upaya
mengurangi pengangguran.
Pada umumnya permasalahan yang dihadapi oleh usaha mikro kecil, dan
menengah (UMKM), meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu
faktor internalnya adalah modal. Kurangnya permodalan merupakan faktor utama
yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan
UMKM, oleh karena pada umumnya usaha mikro kecil dan menengah merupakan
usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup yang mengandalkan pada
modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman
dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperolah, karena persyaratan
secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.
Kondisi usaha yang buruk tersebut tentu akan berimbas pada sektor mikro,
kecil, dan menengah di Indonesia. Apalagi mengingat usaha sektor mikro, kecil,
dan menengah ini merupakan mayoritas pelaku usaha di Indonesia (data BPS,
tahun 2002 jumlah UMKM di Indonesia adalah 99,9 persen dari total pengusaha
4
di Indonesia)7. Sebagai pengusaha yang bergerak di bidang usaha informal,
persoalan permodalan menjadi kendala dalam pengembangan akses
usaha.Struktur permodalan yang bersumber dari kredit perbankan, baik berupa
kredit modal kerja maupun kredit investasi, menjadi sangat penting bagi
pengembangan UMKM di Indonesia. Namun, bila penyaluran kredit perbankan
kepada sektor UMKM terus menurun, bukan tidak mungkin bila usaha untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi akan terhambat.8
Dengan mencermati permasalahan diatas yang dihadapi oleh UMKM, maka
ke depan perlu diupayakan usaha seperti: Bantuan Permodalan Pemerintah.
Bantuan permodalan pemerintah perlu memperluas skim kredit khusus dengan
syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UMKM, untuk membantu peningkatan
permodalannya, baik itu melalui sektor jasa financial formal, sektor jasa financial
informal, skema penjaminan, leasing dana modal ventura.
Tabel 1.1
Perkembangan UMKM di Indonesia
Periode Jumlah Usaha (unit) Jumlah Tenaga Kerja Pangsa (%)
2009 52.764.750 98.885.997 99,99%
2010 54.114.821 98.238.913 99,99%
7Badan Pusat Statistik. Statistik Indonesia Tahun 2000. Jakarta.
8Luh Gede Meydianawathi, Analisis perilaku penawaran kredit perbankan kepada sektor
UMKM di Indonesia (2002-2006)hal. 1.
5
2011 55.206.444 101.722.458 99,99%
2012 56.534.592 107.657.509 99,99%
2013 57.895.721 114.144.082 99,99%
2014 57.900.000 118.555.007 99,99%
Sumber : Badan Pusat Statistik ( BPS ) dan Kementerian Koperasi dan UMKM(data
diolah)
Peran UMKM merupakan hal yang sangat penting dalam perekonomian
suatu Negara dan tidak jarang UMKM diharapkan sebagai mesin pertumbuhan. Di
Indonesia sendiri perhatian terhadap UMKM telah menjadi agenda penting dalam
rangka bukan saja untuk memperkuat struktur perekonomian nasional, tetapi juga
untuk penyerapan tenaga kerja dan sebagai wahana yang sangat strategi untuk
distribusi barang dan jasa. Kehadiran UMKM ini semakin dirasakan dampaknya
di Indonesia selama terkena krisis moneter yang akhirnya berkembang menjadi
krisis multi dimensi. Pada tahun 1998, UMKM mampu bertahan dibandingkan
industri-industri besar.9
Berdasarkan latar belakang seperti yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
berminat untuk melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang
menentukan pembiayaan perbankan syariah khususnya di sektor UMKM.
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Bank Umum Syariah
di Sektor UMKM periode 2015-2017”
9Nazaruddin Malik, dan M. Sr I Wahyudi, Peran Pembiayaan Perbankan Syariah terhadap Peningkatan
Keunggulan Kompetitif Sektor UMKM, Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.
6
B. Identifikasi Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan penelitian ini fokus dan tidak melebar, penulis membatasi
pembahasan skripsi ini pada faktor-faktor yang mempengaruhi pada sisi
penawaran (supply) saja. Penelitian ini bersifat untuk memverifikasi bahwa
kurangnya informasi atau tidak adanya cara yang paling efektif untuk mengetahui
jumlah pembiayaan produktif pada sektor UMKM. Setelah melakukan tinjauan
pustaka dan mengkaji variabel-variabel yang masuk dalam kajian teori yang
berhubungan dengan Y (pembiayaan produktif sektor UMKM), maka peneliti
menetapkan lima variabel independen yang diduga berpengaruh terhadap
pembiayaan produktif yakni:
1). Data Dana Pihak Ketiga (DPK) yang digunakan adalah keseluruhan jumlah
tabungan, giro dan deposito pada sisi penghimpunan dana di bank syariah periode
2015-2017.
2). Data CAR (Capital Adequecy Ratio) yang digunakan adalah modal awal
disektor UMKM dari bank syariah periode 2015-2017.
3). Data ROA (Return On Assets) yang digunakan adalah dengan membandingkan
laba terhadap total asset untuk mengukur tingkat keuntungan di bank syariah
periode 2015-2017.
4). Data FDR (Financing in Deposits Ratio) yang digunakan adalah keseluruhan
tingkat FDR dari bank syariah periode 2015-2017.
5). Data NPF (Non Performing Finance) yang digunakan adalah keseluruhan
tingkat NPF sektor UMKM dari bank syariah periode 2015-2017.
7
2. Rumusan Masalah
Adapun penulis menuliskan perumusan sebagai berikut:
a. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan Bank Syariah
pada sektor UMKM di Indonesia?
b. Apakah variabel DPK, CAR, ROA, FDR dan NPF berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan pada sektor UMKM?
c. Seberapa besar pengaruh variabel DPK, CAR, ROA, FDR dan NPF
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan pada sektor UMKM?
d. Variabel independent manakah yang paling dominan mempengaruhi
pembiayaan pada sektor UMKM?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan utama sebagai berikut:
a. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan Bank
Syariah pada sektor UMKM di Indonesia.
b. Mengetahui bagaimana pengaruh DPK, CAR, ROA, FDR dan NPF
berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembiayaan produktif bank syariah
pada sektor UMKM.
c. Mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel DPK, CAR,
ROA, FDR dan NPF berpengaruh signifikan terhadap jumlah pembiayaan
produktif bank syariah pada sektor UMKM.
8
d. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bank syariah
pada sektor UMKM.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan fenomena perbedaan yang
terjadi antara teori dalam perkuliahan dengan kenyataan di lapangan. Serta
dapat memuaskan rasa keingin tahuan penulis mengenai pembiayaan
produktif bank syariah pada sektor UMKM.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis dan
bermanfaat untuk perusahaan perbankan, khusunya Bank Umum Syariah.
Serta dapat menjadi masukan yang berarti bagi institusi bank syariah di
Indonesia dalam rangka analisa pasar serta memprediksi perkembangan
pembiayaan produktif di sektor UMKM.
9
E. Kerangka Konsep
Gambar 1.1
Kerangka Konsep
Faktor-Faktor Yang Mempengeruhi Pembiayaan Bank Syariah Di Sektor
UMKM
Pendahuluan Variabel Dependen:
Pembiayaan Sektor UMKM
UMKM LandasanTeori
Variabel Independen:
1. DPK
2. CAR
3. ROA
4. FDR
5. NPF
Metode Penelitian
Analisis Hasil Penelitian
Penutup
10
F. Review Studi Terdahulu
Tabel 1.2
Penelitian Terdahulu
1.
Judul Penelitian
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran
Pembiayaan Bank Syariah Pada Sektor Industri (Periode
Juli 2008-Juni 2013)
Peneliti
Ichsan Galih Prabowo
Instansi/Lembaga
Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan adalah adalah dengan metode
analisis Regresi Linear Berganda dengan persamaan
kuadrat terkecil dan biasa atau OLS (Ordinary Least
Square).
Hasil Penelitian
Hasil Penelitian yang diperoleh adalah Dana Pihak Ketiga
(DPK), FDR, NPF, tingkat margin rata-rata bank, umum
syariah, bonus SBIS, indeks harga produksi dan nilai tukar
rupiah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
Pembiayaan.
Dan yang paling berpengaruh terhadap jumlah penawaran
pembiayaan adalah variabel DPK, FDR dan NPF.
Perbedaan
Penelitian selanjutnya lebih terfokus pada sektor UMKM.
Jadi hanya berbeda di objeknya saja.
11
2.
Judul Penelitian
Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada
Sektor UMKM di Indonesia (2002-2006)
Peneliti
Luh Gede Meydianawathi
Instansi/Lembaga
Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana Denpasar
Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data regresi
berganda digunakan untuk menguji adanya pengaruh
variabel DPK, ROA, NPLs, dan CAR terhadap penawaran
kredit investasi dan kredit modal kerja yang dikeluarkan
bank umum kepada sektor UMKM di Indonesia.
Hasil Penelitian
Pertama, pulihnya kepercayaan terhadap sistem perbankan
dengan adanya program penjaminan pemerintah telah
mendorong kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Kedua, secara serempak variabel-variabel DPK, ROA,
NPLs, dan CAR berpengaruh nyata dan signifikan
terhadap penawaran kredit investasi dan kredit modal
kerja bank kepada sektor UMKM di Indonesia.
Ketiga, secara parsial variabel DPK, ROA, dan CAR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran
kredit investasi dan kredit modal kerja bank kepada sektor
UMKM di Indonesia. Sebaliknya, NPLs berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi
dan kredit modal kerja bank umum kepada sektor ini.
12
Perbedaan
Peneliti menggunakan variabel yang lebih banyak. Namun
metode penelitian yang sama.
3.
Judul Penelitian
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada
Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2007-2013
Peneliti
Muhammad LuthfiQolby
Instansi/Lembaga
Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Semarang, Indonesia.
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error
Correction Model dengan uji prasyarat yaitu uji
stasioneritas, uji statistik dan uji asumsi klasik.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa dalam
jangka panjang secara bersama-sama Dana Pihak Ketiga
(DPK), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan
Return On Assets (ROA) berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap Pembiayan. Dalam jangka pendek
Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai ECT yang signifikan
menunjukkan bahwa model jangka pendek dapat
digunakan.
Perbedaan
Variabel yang digunakan dalam penelitian selanjutnya
berbeda, yakni DPK, CAR, ROA, FDR, dan NPF. Juga
menggunakan metode yang berbeda yakni menggunakan
model (Ordinary Least Square) dengan aplikasi SPSS.
13
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu data dinyatakan dalam
bentuk angka yang akan diolah dalam statistika karena dalam penelitian ini
akan menganalisis laporan keuangan tahun 2015-2017 yang menjadi sampel
penelitian ini.10
Data-data yang telah diperoleh akan di interpretasikan
dalam bentuk analisa dan penjelasan sehingga penulis dapat memberikan
kesimpulan di dalamnya.
2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder tersebut berupa laporan keuangan triwulan 8 bank umum syariah
yang dipublikasikan dalam situs resmi bank Indonesia. Ke-8 BUS tersebut
adalah: Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, BRI Syariah, Bank Syariah
Bukopin, BNI Syariah, BCA Syariah, Bank Victoria Syariah, dan BTPN
Syariah.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagi berikut:
a. Studi kepustakaan, yaitu telaah terhadap sumber-sumber teks, melalui
buku-buku, penelitian-penelitian terdahulu yang terkait baik skripsi tesis
maupun jurnal serta artikel-artikel yang terkait dengan penelitian ini.
10
Wirarttha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, (Yogyakarta:ANDI,2006),hal. 160.
14
b. Men-download data-data yang terkait dari berbagai website terutama
situs Bank Indonesia dan pencarian jurnal-jurnal.
4. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan aplikasi SPSS dengan metode Ordinary Least Square
dilanjutkan dengan uji signifikansi secara parsial dan serempak melalui uji t
dan uji F.
Uji Asumsi Klasik:
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolinearitas
c. Uji Autokorelasi
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Signifikansi:
a. Uji Simultan (Uji F)
b. Uji Parsial (Uji t)
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Analisis Regresi Berganda
15
H. Sistematika Penulisan
Secara garis besar skripsi ini terdiri dari lima bab dengan beberapa sub bab. Agar
mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis berikut ini
sistematika penulisannya secara lengkap:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah. Tujuan dan manfaat
penelitian, hipotesis, kerangka pemikiran teoritis, review studi
terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tinjauan pustaka terhadap perbankan syariah, dan
sektor UMKM
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang sumber-sumber data dan analisisnya
untuk menjawab permasalahan yang ada dengan menggunakan
metode yang sesuai.
BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA
Bab ini berisi tentang perhitungan data-data yang diperoleh dalam
penelitian sehingga didapat hasilnya yang kemudian dilakukan
16
pembahasan terhadap hasil yang didapat guna mendapatkan
kesimpulan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian serta
beberapa saran yang akan ditujukan kepada para pihak terkait dan
berkepentingan dengan tema yang diteliti.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pembiayaan Syariah
Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang
dikembangkan berdasarkan hukum islam. Dimana usaha ini didasari oleh
larangan islam untuk memungut maupun meminjam dengan perhitungan
bunga dan larangan berinvestasi dalam usaha-usaha yang berkaitan dengan
media dan barang yang tidak halal.11
Berdasarkan Pasal 1 angka 12 UU No. 10 Tahun 1998 tentang
perbankan, dijelaskan bahwa pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil.
Aktivitas penyaluran dana Bank Syariah kepada nasabah dilakukan
dengan beberapa cara. Secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi
11
Rahadi Kristiyanto, Konsep pembiayaan dengan prindip syariah dan aspek hukum dalam pemberian pimbiayaan pada PT. BRI Tbk semarang, tesis, universitas diponegoro semarang, 2008.
18
dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan pengguanaannya,
yaitu :12
1. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli13
Pembiayaan yang dilakukan dengan prinsip jual beli dilakukan
sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda
(transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan
menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Adapun produk pembiayaan
yang menggunakan prinsip ini seperti Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan
Salam, Pembiayaan Istishna’. Jenis pembiayaan ini termasuk ke dalam
natural certainty contracts (NCC), yaitu kontrak dalam bisnis yang
memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah maupun
waktunya.
a. Murabahah yang berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah
transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank
bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga
jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan
(marjin). Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka
waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan
jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad.
Dalam perbankan, murabahah selalu dilakukan dengan cara
12
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h.87-97
13 Adiwarman Karim. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan.Ed. 5. Cet. 9 (Jakarta : Raja
Grafindo Persada. 2007) hal. 98-100.
19
pembayaran cicilan (bi tsaman ajil atau muajjal). Dalam transaksi ini
barang diserrahkan segera setelah akad, sementara pembayaran
dilakukan secara tangguh/cicilan.
b. Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan
belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh
sementara pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai
pembeli, sementara nasabah penjual. Dalam praktik perbankan, ketika
barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akan menjualnya
kepada rekanan nasabah atau kepada nasabah itu sendiri secara tunai
atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh bank adalah harga
beli bank dari nasabah ditambah keuntungan. Dalam hal bank
menjualnya secara tunai biasanya disebut pembiayaan talangan
(bridging financing). Sedangkan dalam hal bank menjualnya secara
cicilan, kedua pihak harus menyepakati harga jual danjangka waktu
pembayaran.
Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati
tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Umumnya transaksi ini
diterapkan dalam pembiayaan barang yang belum ada seperti pembelian
komoditi pertanian oleh bank untuk kemudian dijual kembali secara
tunai atau secara cicilan.
c. Istishna, produk istishna menyerupai produk salam tapi dalam istishna
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali
20
(termin)pembayaran. Skim istishna dalam bank syariah umumnya
diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan kontruksi.
Ketentuan umum pembiayaan istishna adalah spesifikasi barang
pesananharus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya.
Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad istishna dan
tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika ada perubahan dari
criteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad di
tandatangani, seluruh biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.
2. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Al Ijarah)
Pembiayaan yang dilakukan sesuai dengan prinsip sewa (Ijarah).
Transaksi ini dilandasi adanya perpindahan manfaat. Hampir sama dengan
prinsip jual beli, namun dalam prinsip ini objek yang ditransaksikan yaitu
jasa. Adapun produk pembiayaan yang sering menggunakan prinsip ini
yaitu Pembiayaan Ijarah, dan Pembiayaan IMBT. Jenis pembiayaan ini
termasuk ke dalam natural certainty contracts (NCC), yaitu kontrak dalam
bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah
maupun waktunya.14
Al ijarah adalah akad perpindahan hak guna atas
barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
kepindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Al Ijarah terbagi
kepada dua jenis:15
14
Adiwarman Karim Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h.101-102.
15
Muhammad Rifki, Akuntansi Keuangan Syaria, 2008, hal. 139.
21
a. Ijarah, transaksi sewa dilandasi dengan adanya perpindahan manfaat
(hak guna), bukan perpindahan kepemilikan. Pada dasarnya prinsip
ijarah sama dengan prinsip jual beli tapi perbedaannya terletak pada
objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah
barang, sedangkan pada ijarah objek transaksinya adalah barang atau
jasa.
b. Ijarah Muntahia Bi at-Tamlik (IMBT), merupakan rangkaian dua
buah akad yaitu akad al ba’i dan akad ijarah muntahia bittamlik
(IMBT). Al ba’i merupakan akad jual beli, sedangkan IMBT
merupakan kombinasi antara sewa menyewa dan jual beli atau hibah di
akhir masa sewa.
3. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil16
Pembiayaan yang dilakukan dengan menggunakan prinsip bagi hasil.
Transaksi ini pada dasarnya merupakan pembiayaan yang tidak dapat
dipastikan keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing pihak.
Keuntungan dari hasil usaha dibagi sesuai kesepakatan yang telah disetujui
bersama. Adapun pembiayaan yang lazim menggunakan prinsip bagi hasil
diantaranya: Pembiayaan Musyarakah, dan Pembiayaan Mudharabah. Jenis
pembiayaan ini termasuk ke dalam natural uncertainty contracts (NUC),
yaitu kontrak dalam bisnis yang tidak memberikan kepastian pembayaran,
baik dari segi jumlah maupun waktunya.
16
Adiwarman Karim. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan.Ed. 5. Cet. 9 (Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2007) hal. 101-103.
22
a. Pembiayaan Musyarakah
Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang
bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara
bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau
lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk
sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Musyarakah
merupakan penanaman dana dari pemilik dana untuk mencampurkan
dana mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan
kerugian ditanggung oleh para pemilik dana berdasarkan bagian dana
masing-masing.
b. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak
dimana pemilik modal (shahib al maal) mempercayakan sejumlah
modal kepada pengelola (mudhorib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam paduan
kontribusi 100% modal kas dari shahib al maal dan keahlian dari
mudhorib.
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al maal
dalam manajemen proyek.Sebagai orang kepercyaan, mudhorib harus
bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang
terjadi akibat kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahib al maal dia
23
diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu unutk
menciptakan laba optimal.
4. Pembiayaan dengan Akad Pelengkap17
Pembiayaan yang dilakukan utnuk melengkapi dan mempermudah
pelaksanaan pembiayaan lainnya. akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk
mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan
pembiayaan lainnya. Namun pembiayaan ini dibolehkan untuk meminta
pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini.
Adapun akad yang sering digunakan diantaranya Hiwalah, Rahn, Qard,
Wakalah, dan Kafalah.
a. Hiwalah, Merupakan pengalihan piutang nasabah kepada bank syariah
untuk membantu nasabah mendapatkan modal tunai agar dapat
melanjutkan produksinya dan bank mendapat imbalan atas jasa
pengalihan piutang tersebut. Hiwalah secara umum merupakan anjak
piutang.
b. Rahn, Merupakan transaksi gadai antara bank syariah dengan pemilik
barang yang membutuhkan dana dimana pemilik barang tersebut dapat
menggadaikan barang yang dimilikinya untuk menjadikan barang
tersebut sebagai jaminan hutang kepada bank, hingga pemilik barang
yang bersangkutan boleh mengambil barangnya setelah melunasi
17
Adiwarman Karim. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan.Ed. 5. Cet. 9 (Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2007) hal. 104-107.
24
hutangnya kepada bank. Bank akan membebankan jasa gadai sesuai
dengan kesepakatan.
c. Qard, Merupakan kontrak antara bank syariah dengan nasabahnya
untuk memfasilitasi nasabah yang membutuhkan dana talangan segera
untuk jangka waktu yang sangat pendek. Dalam hal ini, bank
menyediakan fasilitas pinjaman dana kepada nasabah yang patut, dan
nasabah hanya berkewajiban mengembalikan sejumlah pinjaman,
sedangkan bank dilarang meminta imbalan apapun dari nasabah,
kecuali nasabah memberikan dengan suka rela.
d. Wakalah, wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah
memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan
pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer
uang.
Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa
harus cakap hukum. Khusus untuk pembukaan L/C, apabila dana
nasabah ternyata tidak cukup, maka penyelesaian L/C dapat dilakukan
dengan pembiayaan murabahah, salam, ijarah, mudharabah, atau
musyarakat.
e. Kafalah (Garansi Bank), garansi bank dapat diberikan dengan tujuan
untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat
mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana unutk
fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut
25
dengan prinsip wadi’ah. Untuk jasa-jasa ini, bank mendapatkan
pengganti biaya atas jasa yang diberikan.
B. Pembiayaan Mikro
1. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)
Upaya pemerintah mendorong pemberdayaan masyarakat,
khususnya masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dan usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) diperlukan dukungan yang
komprehensif dari lembaga keuangan.Selama ini UMKM terkendala
akses pendanaan ke lembaga keuangan formal.Untuk mengatasi kendala
tersebut, di masyarakat telah tumbuh dan berkembang banyak lembaga
keuangan non-bank yang melakukan kegiatan usaha jasa
pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik yang
didirikan pemerintah atau masyarakat. Lembaga-lembaga tersebut
dikenal dengan sebutan lembaga keuangan mikro (LKM).Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga keuangan yang khusus
didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan
pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan
dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan
simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha
yang tidak semata-mata mencari keuntungan.18
Dengan diterbitkannya
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
18
Undang-unndang Republik Indonesia No. 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
26
Mikro, memperkuat keberadaan LKM untuk memperluas usaha
keuangannya.
Di Indonesia, LKM dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok,
yaitu yang bersifat formal dan informal. Lembaga yang bersifat formal
ada yang berbentuk bank ada pula yang berbentuk lembaga non bank.
LKM yang berwujud bank adalah BRI Unit Desa, BPR dan BKD
(Badan Kredit Desa).
Sedangkan yang bersifat non bank adalah koperasi simpan pinjam
(KSP), unit simpan pinjam (USP), lembaga dana kredit pedesaan
(LDKP), baitul mal wattanwil (BMT), lembaga swadaya masyarakat
(LSM), arisan, pola pembiayaan Grameen, pola pembiayaan ASA,
kelompok swadaya masyarakat (KSM), dan credit union.19
Sedangkan
LKM yang bersifat informal biasanya berbentuk lembaga swadaya
masyarakat, kelompok swadaya masyarakat, baitul maal wat tamwil
(BMT), serta berbagai bentuk institusi yang pengelolaannya ditangani
langsung oleh masyarakat.
Indonesia menerapkan dual system dalam penyelanggaraan lembaga
keuangan. Begitu pula dengan penyelenggaraan keuangan di sektor
mikro yang dalam hal ini lembaga keuangan mikro yang menjadi
pelakunya. Hampir semua lembaga keuangan mikro juga menjalankan
usahanya dengan sistem syariah. Begitu pula dengan Bank Perkreditan
19
Khusniati, “Peran Lembaga Keuangan Miro Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Kabupaten Ponorogo”, (Kodifikasia, vol. 5 No. 1, 2011), h.119
27
Rakyat yang menjadi salah satu lembaga keuangan mikro formal yang
berazas perbankan. BPR yang menjalannkan kegiatannya dengan sistem
syariah selanjutnya disebut BPRS.
UMKM mampu bertahan dalam krisis dan memberikan kontribusi
besar karena sektor tersebut memiliki karakter yang unit , yaitu :20
1. Dapat berkembang di hampir semua sektor usaha di seluruh Indonesia.
2. Pemerataan tenaga kerja.
3. Umumnya sangat fleksibel, karena skala usaha, spesifikasi dan
teknologi relatif kecil dan sederhana sehingga fleksibel (mudah
menyesuaikan) terhadap setiap perubahan.
4. Produk-prroduk yang dihasilkan sebagian besar merupakan kebutuhan
primer masyarakat.
5. Lebih sesuai dan lebih dekat dengan kehidupan tingkat bawah
(grassroot economy), sehingga upaya mengentaskan masyarakat dari
keterbelakangan pendapatan akan lebih efektif melalui pengembangan
sektor UMKM.
Ketidakstabilan nilai tukar rupiah, inflasi, kelangkaan bahan baku
dan faktor makro lainnya tidak menghambat perkembangan UMKM.
Namun ada beberapa hal yang menghambat kontribusi
UMKM.Hambatan ini merupakan permaslahan dalam pengembangan
UMKM.Masalah permodalan, sistem birokrasi, kualitas SDM, dan
pemasaran hasil UMKM menjadi hambatan klasik UMKM di Indonesia
20
Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit,Indonesia. Usaha Kecil dan Menengah di Jerman.diterjemahkan oleh Rainer Heufers, dkk. (Jakarta: Mitra Alembana Grafika. 2008) h. 124.
28
bahkan di dunia. Berbagai macam cara telah dilakukan untuk mengurangi
dan menghapuskan halangan tersebut. Baik dengan analisis dalam negeri
maupun belajar dari kesuksesan negara lain.
Keberadaan LKMS setidaknya telah menjembatani masyarakat kecil
untuk mendapat akses dari lembaga keuangan.Masyarakat miskin yang
tergolong dalam unbankable, bukan berarti tidak memiliki aset sebagai
penjaminan pembiayaan yang diajukan.Masyarakat telah memiliki aset
namun aset yang dimiliki masih tergolong death capital21
.Oleh karena itu
lembaga keuangan masih mengabaikan kebutuhan dasar dari sektor ini.
LKMS hadir sebagai pelaksana keuangan disektor mikro,
berkerjasama dengan pemerintah, lembaga keuangan lainnya, dan
stakeholder lainnya mendorong pemenuhan kebutuhan masyarakat kecil
di sektor keuangan.Adapun kegiatan usaha LKMS meliputi jasa
pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui
pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan
masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi
pengembangan usaha.22
Dalam menjalankan kegiatan pengelolaan Simpanan, LKMS wajib
mengadministrasikan simpanan dan memberikan tanda bukti
simpanan.LKMS dilarang menolak batas nilai minimum untuk layanan
21
Yusron Wahid, Keuangan Inklusif: Membongkar Hegemoni Keuangan, Jakarta: Gramedia, 2014, hal.3-10.
22Peraturan OJK No. 62/POJK.05/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 13/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Lembaga Keuangan Mikro.
29
pembukaan simpanan. Batas nilai minimum ditetapkan sebesar Rp5.000,-
(lima ribu Rupiah).23
LKMS dilarang menerima pinjaman kecuali dari
warga negara Indonesia dan/atau badan usaha yang didirikan dan
beroperasi di wilayah Republik Indonesia berdasarkan perjanjian pinjam
meminjam.
Berbagai variasi dan modifikasi jenis kegiatan LKMS diharapkan
menciptakan sistem yang inklusif bagi sektor keuangan.Dimana sistem
keuangan mampu diakses oleh semua lapisan masyarakat termasuk
masyarakat miskin. Sehingga efek bola salju akan dirasakan secara
berkepanjangan. Dengan akses kredit permodalan yang mudah akan
membuka peluang usaha dan investasi bagi para pengusaha kecil.24
2. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
a. Pengertian UMKM
UMKM didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda
tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya. Oleh karena itu, perlu
dilakukan tinjauan khusus terhadap definisi-definisi tersebut agar dapat
diperoleh pengertian yang sesuai tentang UMKM, yakni menganut
ukuran kuantitatif yang sesuai dengan kemajuan ekonomi.
23
Peraturan OJK No. 13/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Lembaga Keuangan Mikro
24 Yusron Wahid, Keuangan Inklusif: Membongkar Hegemoni Keuangan, Jakarta:
Gramedia, 2014, h. 65-66
30
Di Indonesia, terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai
UMKM berdasarkan kepentingan lembaga yang memberi definisi,
definisi tersebut diantaranya :
1) Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, yang dimaksud
dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI) adalah
entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha,dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp
1.000.000.000,-. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan
entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki
kekayaan bersih antara Rp 200.000.000 s.d. Rp10.000.000.000,-
tidak termasuk tanah dan bangunan.25
2) Badan Pusat Statistik Nasional (BPS)
UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil
merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d.
19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha
yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.
3. Bank Indonesia (BI)
UMKM adalah perusahaan atau industri dengan karakteristik
berupa:
(a) Modalnya kurang dari Rp. 20 juta.
(b) Satu putaran dari usahanya membutuhkan dana Rp 5 juta.
25
UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
31
(c) Aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan.
(d) Omzet tahunan ≤ Rp 1 miliar.
4. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) :
(a) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
(b) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
(c) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
32
Berbagai macam peraturan ditetapkan oleh beberapa lembaga negara,
maupun lembaga internasional mengenai pengertian maupun ciri khas dari
UMKM. Walaupin ada perbedaan secara detail, namun pada intinya telah
disepakati bahwa UMKM merupakan unit usaha yang bergerak di sektor
masyarakat menengah ke bawah. Dengan barbagai macam potensi dan
masalah yang dihadapi.
b. Kriteria UMKM
Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM seperti
yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2008 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Selain
menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga
pemerintah, seperti World Bank dan Badan Pusat Statistik (BPS),
selama ini juga menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk
membedakan skala usaha antara usaha mikro, usaha kecil, usaha
menengah, dan usaha besar.
Tabel Error! No text of specified style in document.
Kriteria UMKM Menurut Jumlah Karyawan
No Lembaga Jenis Usaha
Mikro Kecil Menengah
1. World Bank < 10 orang < 30 orang < 300 orang
2. BPS RI < 5 orang 5-19 orang 20-99 orang
Sumber Data : worldbank.org, bps.go.id (data dioleh)
33
Tabel Error! No text of specified style in document.
Kriteria UMKM Menurut Omzet Jenis Usaha
No Uraian Kriteria
Asset Omzet
1. Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta
2. Usaha Kecil > 50 Juta - 500 Juta > 300 Juta - 2,5 Miliar
3. Usaha Menengah > 500 Juta - 10 Miliar > 2,5 Miliar - 50 Miliar
Tidak menutup kemungkinan ada lembaga lain yang memberikan
acuan yang berbeda mengenai karakter UMKM. Begitu pula dengan
pemerintah atau lembaga pemerintahan di Indonesia.Seiring
perkembangan UMKM yang meningkat pesat, ada potensi dan
kemungkinan untuk pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan
baru yang melengkapi ataupun memperbaharui kebijakan yang
ada.Perhatian dari pemerintah ini diharapkan terus berpihak kepada
pelaku UMKM.
Perbedaan kebijakan mengenai batasan UMKM bukan menjadi
suatu hal yang mampu mengurangi kinerja UMKM.UMKM menginduk
kepada Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.Sehingga
dari segi payung hukum pelaku UMKM lebih mengerucut kepada
kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah. Begitu pula dengan penelitian yang akan
dilakukan. Kategori atau batas UMKM yang digunaan merujuk pada
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
34
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan di Sektor UMKM
1). Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana Pihak Ketiga atau biasa di singkat dengan DPK adalah
seluruh dana yang berhasil dihimpun sebuah bank yang bersumber dari
masyarakat luas26
. Menurut Wibowo27
, besar kecilnya penyaluran dana
yang diberikan bank syariah sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya Dana
Pihak Ketiga (DPK). Salah satu sumber dana yang dapat digunakan untuk
pembiayaan adalah simpanan masyarakat (DPK). Semakin besar DPK
yang berhasil dihimpun oleh bank, maka semakin besar pula pembiayaan
yang disalurkan28
. Dalam UU Perbankan No. 10, tahun 1998 dana yang
dihimpun bank umum dari masyarakat tersebut biasanya berbentuk
simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito.
Dana Pihak Ketiga = Giro + Deposito + Tabungan
a. Giro (Demand Deposits)
Giro merupakan simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro,
sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah
pemindah bukuan.
26
Kasmir, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
27 Wibowo, 2007. Potret Perbankan Syariah Indonesia Terkini. Yogyakarta: Biruni Press.
28 Syafi’i Antonio, 2001. Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek. Jakarta : Gema Insani.
35
b. Deposito (Time Deposits)
Deposito merupakan investasi dana berdasarkan akad mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan akad antara Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan
atau UUS.
c. Tabungan (Saving)
Tabungan merupakan simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau
investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan
alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Secara umum, bila
semakin besar simpanan maka bank semakin banyak dalam
menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat.
2). Capital Adequecy Ratio (CAR)
Modal bank yang cukup atau banyak menjadi sangat penting
karena modal bank dapat berfungsi untuk memperlancar operasional
sebuah bank. Dana atau modal bank dipergunakan untuk modal kerja dan
penjamin likuiditas bank bersangkutan. Tingkat kecukupan modal pada
perusahaan perbankan tersebut diwakilkan pada rasio CAR.
36
Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya
finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan
mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit
atau pembiayaan29
. Dengan demikian CAR diprediksi berpengaruh positif
terhadap penyaluran kredit UMKM.
Menurut peraturan bank Indonesia nomor 3/21/PBI/2001, bank
wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang
menurut risiko yang dinyatakan dalam Capital Adequecy Ratio (CAR).
Rasio ini bertujuan untuk memastikan bahwa jika dalam aktifitasnya bank
mengalami kerugian, maka ketersediaan modal yang dimiliki oleh bank
mampu mengcover kerugian tersebut.
a. Modal
Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik atau owner.
Modal merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan
dan kemajuan bank sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat..
Modal bank dibagi ke dalam modal inti dan modal pelengkap.
b. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva yang tercantum
dalam neraca dan aktiva yang bersifat administratif. Langkah-
langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah
sebagai berikut;
29
Dendawijaya, 2000. Manajemen Perbankan. Edisi 2. Bogor: Ghalia Indonesia.
37
ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai
nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan
bobot risiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut.
ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara
mengalikan nilai nominal rekening administratif yang
bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos
rekening tersebut.
Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva
administratif
Rasio kecukupan modal tersebut dihitung dengan;
CAR = Modal Bank x 100%
Total ATMR
Hasil perhitungan rasio di atas, kemudian dibandingkan
dengan kewajiban modal minimum yang ditentukan oleh
Bank International Settlement yaitu sebesar 8%.
3). Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) adalah salah satu metode penilaian yang
digunakan untuk mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat
keuntungan yang dicapai oleh sebuah bank dengan seluruh dana yang ada
di bank. ROA dirumuskan sebagai berikut:30
30
Kasmir, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
38
ROA = Laba setelah Bunga dan Pajak x 100%
Total Asset
Jika ROA suatu bank semakin besar, maka semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik posisi
bank tersebut dari segi pengamanan asset31
. Dan semakin besar tingkat
keuntungan (ROA) yang didapat oleh bank, maka semakin besar pula
upaya menejemen menginvestasikan keuntungan tersebut dengan berbagai
kegiatan yang menguntungkan manajemen, terutama dengan penyaluran
pembiayaan.
Suseno dan Piter (2003)32
menyatakan bahwa aspek lain yang
berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan kredit kepada
debitur adalah rentabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam
Return On Assets (ROA).
4). Financing to Deposits Ratio (FDR)
Financing to Deposits Ratio (FDR) adalah perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah dengan Dana Pihak Ketiga
yang berhasil dikerahkan oleh bank33
. Rasio ini berupaya mengukur
seberapa besar dana yang disalurkan oleh perbankan syariah relatif
31
Sofriza Syofyan. Pengaruh Struktur Pasar. 32
Suseno dan Abdullah, Piter. 2003. Sistem Dan Kebijakan Perbankan di Indonesia. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI.
33 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN, 2002, hal 55.
39
terhadap dana yang dihimpunnya34
. Kemampuan menjalankan fungsi
intermidiasi secara baik dapat menggunakan rasio FDR sebagai
indikatornya. Semakin tinggi rasio FDR maka bank tersebut semakin baik
dalam menjalankan fungsi intermediasinya.
Semakin tinggi FDR maka pembiayaan yang disalurkan juga
semakin meningkat. Demikian sebaliknya jika terjadi penurunan FDR
maka pembiayaan yang disalurkan juga mengalmi penurunan. Sehingga
FDR juga berpengauh positif terhadap pembiayaan35
.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
FDR = Jumlah Dana yang Diberikan x 100%
Total Dana Pihak Ketiga
5). Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan
yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank
syariah. Berdasarkan Bank Indonesia, kategori yang termasuk dalam NPF
adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet.
NPF = Pembiayaan Bermasalah x 100%
Total Pembiayaan
NPF akan berdampak pada menurunnya tingkat bagi hasil yang
dibagikan pada pemilik dana. Hubungan antara bank dan nasabah
didasarkan pada dua unsur yang saling terkait, yaitu hukum dan
34
M. Nur Rianto Al Arif dan Yuke Rahmawati, Manajemen Risiko Perbankan Syariah, Jakarta: UIN Press, cet. Pertama, 2015, hal. 83
35 Ahmad Faisol, Analisis Kinerja Keuangan Bank Pada PT. Bank Muamalat Indonesia
Tbk. Jurnal Bisnis Managemen, Vol. 3 No. 2, Jakarta: 2007.
40
kepercayaan. Suatu bank hanya dapat melakukan kegiatan dan
mengembangkan usahanya apabila nasabah percaya untuk menempatkan
uangnya.
Pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap kinerja
lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat NPF maka akan
semakin kecil jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank, begitupun
sebaliknya36
. NPF merupakan rasio yang terkait dengan penyewaan
pembiayaan. Jika semakin rendah tngkat NPF maka semakin tinggi jumlah
pembiayaan yang disalurkan oleh bank.
36
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, Cet. 1, 2001.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu metode
penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran
variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data
dengan prosedur statistik. Adapun pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah verikatif kausalitas, yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh antar variabel dan untuk mengetahui hubungan sebab akibat
diantara variabel.
B. Populasi
Menurut R. Gunawan Sudarmanto (2013), populasi merupakan suatu
keseluruhan dari objek atau individu yang merupakan sasaran penelitian.
Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum
Syariah di Indonesia, yaitu: Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, BRI
Syariah, Bank Syariah Bukopin, BNI Syariah, BCA Syariah, Bank Victoria
Syariah, dan BTPN Syariah dengan periode penelitian dari tahun 2015
sampai tahun 2017.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang bersifat time series. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara
tidak langsung melainkan melalui data dokumentasi atau arsip-arsip resmi.
42
Adapun bersifat time series, maksudnya adalah data yang
dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk melihat perkembangan kejadian
atau kegiatan selama periode tersebut. data yang digunakan dalam penelitian
ini diantaranya laporan keuangan Bank Umum Syariah, DPK, CAR, ROA,
FDR, dan NPF. Data tersebut diperoleh dari website Bank Indonesia dari
tahun 2015 sampai tahun 2017.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagi berikut:
1). Studi kepustakaan, yaitu telaah terhadap sumber-sumber teks, melalui
buku-buku, penelitian-penelitian terdahulu yang terkait baik skripsi tesis
maupun jurnal serta artikel-artikel yang terkait dengan penelitian ini.
2). Men-download data-data yang terkait dari berbagai website terutama situs
Bank Indonesia dan pencarian jurnal-jurnal.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen (Y) merupakan variabel yang variasinya
dipengaruhi oleh variasi variabel lain (variabel independen). Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah pembiayaan bank umum syariah
di sektor UMKM (Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat dan Bank
BRI Syariah).Jumlah pembiayaan UMKM merupakan salah satu
kodifikasi Bank Indonesia tentang pembiayaan berdasarkan objek
43
pembiayaannya. Pembiayaan yang ditujukan untuk pelaku UMKM
guna menambah ketersediaan modalnya untuk operasional dan
pengembangan usahanya.
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
menjadi penyebab besar kecilnya nilai variabel yang lain. Adapun
variabel independen dalam penelitian ini antara lain:
X1 = Dana Pihak Ketiga (DPK)
X2 = Capital Adequacy Ratio (CAR)
X3 = Return On Assets (ROA)
X4 = Financing to Deposits Ratio (FDR)
X5 = Non Performing Financing (NPF)
F. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan aplikasi SPSS dengan metode Ordinary Least Square
dilanjutkan dengan uji signifikansi secara parsial dan serempak melalui uji t
dan uji F.
44
1). Uji Asumsi Klasik:
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah suatu model
regresi linear ganda sudah memenuhi kriteria BLUE. BLUE adalah
singkatan dari Best Linear Unbiased Estimation. kriteria BLUE dapat
tercapai apabila asumsi-asumsi klasik telah terpenuhi. Adapun asumsi-
asumsi klasik adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual normal. Model regresi yang
baik adalah memiliki distribusi dan data normal mendekati normal.
Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan dua cara apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan
uji statistic. Uji statistic yang digunakan antara lain, normal probability
plots (Normal P-Plot).
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas untuk mengetahui penyimpangannya dengan
melihat adanya pengaruh linear antar variabel independen dalam model
regresi. Metode pengujian yang digunakan dengan melihat nilai Inflation
Factor (VIF) pada model regresi. Jika nilai VIF > 10, maka terdapat
persoalan pada model regresinya.
45
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi
antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel
sebelumnya37
. Autokorelasi terjadi jika terdapat kesalahan observasi
yang ada berkorelasi satu sama lain. Menurut Singgih, untuk mendeteksi
ada tidaknya autokorelasi, melalui metode Durbin-Watson yang dapat
dilakukan melalui program SPSS, dimanan secara umum dapat diambil
patokan yaitu:
a. Jika angka D-W dibawah -2, berarti autokorelasi positif
b. Jika angka D-W diatas +2, berarti autokorelasi negatif
c. Jika angka D-W diantara -2 sampai dengan +2, berarti tidak
ada autokorelasi
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi
klasik heterokedastisitasresidual untuk semua pengamatan pada model
regresi. Salah satu cara untuk mendeteksi adalah dengan melihat scatter
plotnya. Jika scatter plotnya tidak membentuk pola titik-titiknya
menyebar di daerah +/-, maka bisa dikatakan tidak terdapat masalah
heterokedastisitas.
37
Wiratna Sujarweni, SPSS Untuk Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, Cet. I),
2014, h. 186.
46
2). Uji Signifikansi
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel-variabel
bebas terhadap variabel terikat secara simultan atau keseluruhan. Uji F
dilakukan dengan cara membandingkan antara F hitung dengan F tabel.
Variabel bebas dikatakan berpengaruh secara simultan apabila F hitung
lebih kecil dari F tabel dan nilai signifikansi lebih keccil dari 0.05.
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk melihat apakah masing-masing dari variabel bebas
memiliki pengaruh secara individu terhadap variabel terikat. uji t
dilakukan dengan membandingkan antara nilai t hitung dengan t tabel
dan melihat probabilitas yaitu 0.05. jika nilai t hitung > t tabel dan nilai
probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka dapat dikatakan
variabel-variabel bebas berpengaruh secara parsial terhadap variabel
terikat.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Dalam model regresi linear, koefisien determinasi diartikan sebagai
seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. untuk
mengurangi kelemahan, maka digunakan nilai koefisien determinasi yang
sudah disesuaikan atau Adjusted R Square (R2
adj).
47
3). Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda bertujuan untuk melihat pengaruh atau
hubungan dari beberapa variabel bebas terhadap suatu variabel terikat.
Model persamaan analisis regresi berganda dalam penelitian ini adalah
sebagai beikut :
Y= a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + Ɛ
Keterangan ;
Y= Pembiayaan dalam sektor UMKM
a = konstanta
b1 = koefisien DPK X1 = Dana Pihak Ketiga (DPK)
b2 = koefisien CAR X2 = Capital Adequacy Ratio (CAR)
b3 = koefisien ROA X3 = Return On Assets (ROA)
b4 = koefisien FDR X4 = Financing to Deposits Ratio (FDR)
b5 = koefisien NPF X5 = Non Performing Financing (NPF)
Ɛ = Nilai Residu
48
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS DATA
A. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
a). Histogram
Gambar 4.1
Uji Normalitas Histogram
Berdasarkan tampilan histogram, terlihat bahwa kurva dependen dan
regression standardized residual membentuk gambar seperti lonceng.
Oleh karena itu berdasarkan uji normalitas, maka diketahui bahwa
terdistribusi secara normal sehingga analisis regresi layak digunakan.
49
b). Normal P-Plot Regression Standardized
Gambar 4.2
Uji Normalitas P-Plot
Berdasarkan tampilan P-Plot terlihat bahwa titik menyebar
disekitar garis diagonal. Maka, dapat disimpulkan bahwa model yang
digunakan dalam analisis ini telah memenuhi asumsi normalitas.
50
2. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.1
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model t Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) 5.170 .000
DPK 1.279 .204 .522 1.915
CAR 3.523 .001 .481 2.081
ROA 2.085 .040 .517 1.935
FDR 3.734 .000 .805 1.242
NPF 1.192 .237 .465 2.150
a. Dependent Variable: PEMBIAYAAN
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai VIF DPK adalah
1.915, VIF CAR sebesar 2.081, VIF ROA sebesar 1.935, VIF FDR
sebesar 1.242, dan VIF NPF sebesar 2.150. Dari kelima variabel bebas
diatas, semuanya memiliki nilai VIF < 10. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak mengalami gejala
multikolinearitas.
51
3. Uji Autokorelasi
Tabel 4.2
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Mod
el R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .669a .447 .416 754362.429 .495
a. Predictors: (Constant), NPF, DPK, FDR, ROA, CAR
b. Dependent Variable:
PEMBIAYAAN
Berdasarkan tabel tersebut, nilai Durbin-Watson adalah sebesar
0,495. Yang berarti nilai tersebut berada diantara -2 sampai dengan
+2, berarti tidak terjadi autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.3
Uji Heteroskedastisitas
52
Berdasarkan tampilan pada scatterplot terlihat bahwa plot
menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah angka nol pada
sumbu Regression Studentized Residual. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak mengalami gejala
heteroskedastisitas.
B. Uji Signifikansi
1. Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat bagaimana variabel-variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat secara bersamaan atau secara simultan. Uji F
dilakukan dengan membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel. Variabel-
variabel bebas dikatakan berpengaruh secara simultan apabila Fhitung > Ftabel
dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05.
Tabel 4.3
Uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.093 5 8.186 14.384 .000a
Residual 5.065 89 5.691
Total 9.157 94
a. Predictors: (Constant), NPF, DPK, FDR, ROA, CAR
b. Dependent Variable: PEMBIAYAAN
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa nilai Fhitung 14.384
dengan tingkat signifikansi 0.000. karena Ftabel diperoleh hasil sebesar 2.320
maka Fhitung > Ftabel yaitu 14.384 > 2.320 dan tingkat signifikansi lebih kecil
53
dari 0.05 maka disimpulkan bahwa variabel bebas secara simultan
berpengaruh terhadap variabel terikat dan dapat digunakan untuk
memprediksi variabel terikatnya.
2. Uji t
Uji t digunakan untuk melihat apakah masing-masing dari variabel
bebas memiliki pengaruh secara individu terhadap variabel terikat. Uji t
dilakukan dengan membandingkan antara t hitung dengan t tabel dan melihat
probabilitas yaitu 0.05. Apabila t hitung > t tabel dan nilai signifikansi lebih
kecil dari 0.05, maka dapat dikatakan variabel-variabel bebas berpengaruh
secara parsial terhadap variabel terikat. uji t dilakukan dengan menggunakan
uji satu sisi dengan ɑ = 5% maka diperoleh t tabel 1.986.
Tabel 4.4
Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6.624 1.281 5.170 .000
DPK .159 .124 .139 1.279 .204
CAR .506 .074 .401 3.523 .001
ROA .329 .835 .229 2.085 .040
FDR .580 .810 .328 3.734 .000
NPF .051 .298 .138 1.192 .237
a. Dependent Variable: PEMBIAYAAN
54
a). Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dari hasil uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 1.279 dengan
nilai signifikansi sebesar 0.204. Dengan demikian maka nilai t hitung < t tabel
yakni 1.279 < 1.986 dan nilai signifikansi lebih besar dari 0.05. maka
dapat disimpulkan bahwa secara parsial DPK tidak berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan di sektor UMKM.
b). Capital Adequacy Ratio (CAR)
Dari hasil uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 3.523 dengan
nilai signifikansi sebesar 0.001. Dengan demikian maka nilai t hitung > t tabel
yakni 3.523 > 1.986 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05. maka dapat
disimpulkan bahwa secara parsial CAR berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan di sektor UMKM.
c). Ratio On Assets (ROA)
Dari hasil uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 2.085 dengan
nilai signifikansi sebesar 0.040. Dengan demikian maka nilai t hitung > t tabel
yakni 2.085 > 1.986 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05. maka dapat
disimpulkan bahwa secara parsial ROA berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan di sektor UMKM.
d). Finance to Deposite Ratio (FDR)
Dari hasil uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 3.734 dengan
nilai signifikansi sebesar 0.000. Dengan demikian maka nilai t hitung > t tabel
yakni 3.734 > 1.986 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05. maka dapat
55
disimpulkan bahwa secara parsial FDR berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan di sektor UMKM.
e). Non Performing Financing (NPF)
Dari hasil uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 1.192 dengan
nilai signifikansi sebesar 0.237. Dengan demikian maka nilai t hitung < t tabel
yakni 1.192 < 1.986 dan nilai signifikansi lebih besar dari 0.05. maka
dapat disimpulkan bahwa secara parsial NPF tidak berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan di sektor UMKM.
3. Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.5
Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Mod
el R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .669a .447 .416 754362.429
a. Predictors: (Constant), NPF, DPK, FDR, ROA, CAR
b. Dependent Variable: PEMBIAYAAN
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai adjusted R square 0.416, hal
ini berarti 41.6% variabel pembiayaan dapat dijelaskan oleh variabel
independen DPK, CAR, ROA, FDR dan NPF. Sedangkan 58.4% sisanya
dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
56
C. Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan tabel coefficient di atas, didapat model regresi sebagai berikut :
Pembiayaan = 6.624 + 0.159 DPK + 0.506 CAR + 0.329 ROA + 0.580
FDR + 0.051 NPF + e
Persamaan di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
1). Konstanta sebesar 6.624 yang artinya jika DPK (X1), CAR (X2), ROA
(X3), FDR (X4), dan NPF (X5) konstan, maka BUS memiliki tingkat
pembiayaan sebesar 6.624.
2). Koefisien regresi DPK adalah 0.159 yang berarti bahwa setiap
penambahan 1 poin DPK akan meningkatkan pembiayaan sebesar 0.159
dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
3). Koefisien regresi CAR adalah 0.506 yang berarti bahwa setiap
penambahan 1 poin CAR akan meningkatkan pembiayaan sebesar
0.506 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
4). Koefisien regresi ROA adalah 0.329 yang berarti bahwa setiap
penambahan 1 poin CAR akan meningkatkan pembiayaan sebesar
0.329 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
5). Koefisien regresi FDR adalah 0.580 yang berarti bahwa setiap
penambahan 1 poin CAR akan meningkatkan pembiayaan sebesar
0.580 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
6). Koefisien regresi NPF adalah 0.051 yang berarti bahwa setiap
penambahan 1 poin CAR akan meningkatkan pembiayaan sebesar
0.051 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
57
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil uji F menunjukkan variabel bebas yakni DPK, CAR, ROA, FDR
dan NPF secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan
di sektor UMKM pada Bank Umum Syariah (BUS) periode 2015-
2017 dengan hasil pengujian signifikansi statistik sebesar 0.00 < 0.05.
2. Hasil uji t menunjukkan bahwa secara parsial variabel-variabel bebas
yakni CAR, ROA, dan FDR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pembiayaan di sektor UMKM pada Bank Umum Syariah
(BUS) periode 2015-2017, sedangkan variabel DPK dan NPF
memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pembiayaan
di sektor UMKM pada Bank Umum Syariah (BUS) periode 2015-
2017.
3. Adapun nilai adjusted R square 0.416, hal ini berarti 41.6% variabel
pembiayaan dapat dijelaskan oleh variabel independen DPK, CAR,
ROA, FDR dan NPF. Sedangkan 58.4% sisanya dijelaskan oleh faktor
lain di luar model penelitian ini.
58
2. SARAN
Berdasarkan hasil yang ditemukan dalam penelitian tentang “Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Bank Umum Syariah di Sektor
UMKM periode 2015-2017” maka peneliti dapat memberikan beberapa
saran/masukan agar penelitian ini dapat berguna kedepannya, diantaranya:
1. Bagi manajemen BUS agar mengutamakan pengawasan yang lebih baik
dalam penyaluran pembiayaan untuk meminimalisir pembiayaan
bermasalah.
2. Bagi akademisi dan peneliti, diharapkan adanya penelitian selanjutnya
yang bisa menemukan faktor- faktor lainnya yang dianggap lebih
berpengaruh dari hasil penelitian ini. serta menggunakan metode
penelitian yang berbeda.
59
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, Jakarta:
Gema Insani Press, Cet. 1, 2001.
Badan Pusat Statistik. Statistik Indonesia Tahun 2000. Jakarta.
Dendawijaya, 2000. Manajemen Perbankan. Edisi 2. Bogor: Ghalia Indonesia.
Faisol, Ahmad , Analisis Kinerja Keuangan Bank Pada PT. Bank Muamalat
Indonesia Tbk. Jurnal Bisnis Managemen, Vol. 3 No. 2, Jakarta: 2007.
Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit,Indonesia, 2008. Usaha Kecil dan
Menengah di Jerman.diterjemahkan oleh Rainer Heufers, dkk. (Jakarta:
Mitra Alembana Grafika).
Gede, Luh Meydianawathi, Analisis perilaku penawaran kredit perbankan kepada
sektor UMKM di Indonesia (2002-2006).
Karim ,Adiwarman, 2007. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan.Ed. 5. Cet. 9
(Jakarta: Raja Grafindo Persada).
Kasmir, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Revisi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: Rajawali Pers, 2004.
Khusniati, 2011. “Peran Lembaga Keuangan Miro DalamPemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Di Kabupaten Ponorogo”, (Kodifikasia, vol. 5 No. 1).
60
Kristiyanto ,Rahadi, 2008. Konsep pembiayaan dengan prindip syariah dan aspek
hukum dalam pemberian pimbiayaan pada PT. BRI Tbk semarang, tesis,
universitas diponegoro semarang.
Malik, Nazaruddin dan M. Sr I Wahyudi, Peran Pembiayaan Perbankan Syariah terhadap
Peningkatan Keunggulan Kompetitif Sektor UMKM, Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN, 2002.
Nur Rianto, M. Al Arif dan Yuke Rahmawati, Manajemen Risiko Perbankan
Syariah, Jakarta: UIN Press, cet. Pertama, 2015.
Peraturan OJK No. 62/POJK.05/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 13/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan
Lembaga Keuangan Mikro.
Peraturan OJK No. 13/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Lembaga
Keuangan Mikro
Rifki, Muhammad, 2008. Akuntansi Keuangan Syaria,. Yogyakarta; P3EI Press.
Sujarweni, Wiratna, SPSS Untuk Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,
Cet. I), 2014.
Suseno dan Abdullah, Piter. 2003. Sistem Dan Kebijakan Perbankan di Indonesia.
Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI.
61
Syofyan, Sofriza, Pengaruh Struktur Pasar.
Undang-unndang Republik Indonesia No. 1 tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro.
Undang-undang Republik Indonesia No. 10, Tahun 1998 tentang Perbankan
(Perubahan atas Undang-undang No. 7, Tahun 1992).
UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
Wahid, Yusron, 2014. Keuangan Inklusif: Membongkar Hegemoni Keuangan,
Jakarta: Gramedia.
Wibowo, 2007. Potret Perbankan Syariah Indonesia Terkini. Yogyakarta: Biruni
Press.
Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, (Yogyakarta:ANDI,2006).
63
Coefficientsa
Model t Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) 5.170 .000
DPK 1.279 .204 .522 1.915
CAR 3.523 .001 .481 2.081
ROA 2.085 .040 .517 1.935
FDR 3.734 .000 .805 1.242
NPF 1.192 .237 .465 2.150
a. Dependent Variable: PEMBIAYAAN
Model Summaryb
Mod
el R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .669a .447 .416 754362.429 .495
a. Predictors: (Constant), NPF, DPK, FDR, ROA, CAR
b. Dependent Variable:
PEMBIAYAAN
64
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.093 5 8.186 14.384 .000a
Residual 5.065 89 5.691
Total 9.157 94
a. Predictors: (Constant), NPF, DPK, FDR, ROA, CAR
b. Dependent Variable: PEMBIAYAAN
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6.624 1.281 5.170 .000
DPK .159 .124 .139 1.279 .204
CAR .506 .074 .401 3.523 .001
ROA .329 .835 .229 2.085 .040
FDR .580 .810 .328 3.734 .000
NPF .051 .298 .138 1.192 .237
a. Dependent Variable: PEMBIAYAAN
Model Summaryb
Mod
el R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .669a .447 .416 754362.429
a. Predictors: (Constant), NPF, DPK, FDR, ROA, CAR
b. Dependent Variable: PEMBIAYAAN
NO
BANK
TAHUN
TRIWULAN
PEMBIAYAAN
(jt)
DPK
(jt)
CAR
(%)
ROA
(%)
FDR
(%)
NPF
(%)
1.
Syariah Mandiri
2015
I
895601
1628556
15.12
0.81
81.67
6.81
II
3357705
1750901
11.97
0.55
85.01
6.67
III
3138566
1888909
11.84
0.42
84.49
6.89
IV
2289241
2289241
12.45
0.56
81.99
6.89
2016
I
2755182
2107823
13.39
0.56
80.16
6.42
II
3597704
1885098
13.60
0.62
82.31
5.58
III
3347510
2363047
13.50
0.60
80.40
5.43
IV
3151261
2592437
14.01
0.59
79.19
4.92
2017
I
3055212
2647623
14.40
0.60
77.75
4.91
II
3503390
2789215
14.27
0.59
80.02
4.85
III
3593178
2889215
14.92
0.56
78.29
4.69
IV
3398751
3193558
15.89
0.59
77.66
4.53
2.
Muamalat
2015
I
938412
1841650
14.61
0.62
95.11
6.34
II
1435868
1594262
14.91
0.51
99.05
4.93
III
1356741
1757477
13.71
0.36
96.09
4.67
IV 1146881 1955721 12.36 0.20 90.30 7.11
2016
I
1081797
2075112
12.10
0.25
97.30
6.07
II
901570
2058197
12.78
0.15
99.11
7.23
III
846564
2125369
12.75
0.13
96.47
4.43
IV
828761
2238617
12.75
0.22
95.13
3.83
2017
I
920679
2347604
12.83
0.12
90.93
4.56
II
828601
2252571
12.84
0.10
84.20
4.54
III
853063
2923515
11.58
0.11
86.14
4.54
IV
737156
2727999
13.62
0.11
84.41
4.43
3.
BRI Syariah
2015
I
350048
1107669
13.22
0.53
88.24
4.96
II
985198
1178873
11.03
0.78
92.05
5.31
III
1064186
1119116
13.82
0.80
86.61
4.90
IV
1121467
938831
13.94
0.76
84.16
4.86
2016
I
1182976
989448
14.66
0.99
82.73
4.84
II
1356304
1487285
14.06
1.03
87.92
4.87
III
1348919
906268
14.30
0.98
83.98
5.22
IV
1285582
1129560
20.63
0.95
81.42
4.57
2017 I 1209727 1269428 21.14 0.65 77.56 4.71
II
1094125
1406310
20.36
0.71
76.79
4.82
III
968464
1456071
20.98
0.82
73.14
4.82
IV
858019
1769344
20.29
0.51
71.87
6.43
4.
Syariah Bukopin
2015
I
1600976
475096
14.50
0.35
95.12
4.52
II
1692430
517478
14.10
0.49
93.82
3.03
III
1794732
588159
16.26
0.66
91.82
3.01
IV
2100583
681966
16.30
0.79
90.56
2.99
2016
I
2308259
510541
15.62
1.13
92.14
2.89
II
2470227
658743
14.82
1.00
92.25
2.88
III
2504106
601031
15.06
0.99
87.95
2.59
IV
2527173
731449
17.00
0.76
88.18
3.17
2017
I
2721729
615706
16.71
0.53
91.58
2.22
II
2934237
572001
16.41
0.39
89.42
2.80
III
2790251
545961
18.68
0.27
84.24
3.67
IV
2753373
774087
19.20
0.02
82.44
7.85
5.
BNI Syariah
2015
I
1102744
1202511
15.40
1.20
90.10
2.22
II 1253877 1139741 15.11 1.30 96.65 2.42
III
1288057
1071341
15.38
1.32
89.65
2.54
IV
1279950
1070897
15.48
1.43
91.94
2.53
2016
I
1233878
1141537
15.85
1.65
86.26
2.77
II
1296899
1160982
15.56
1.59
86.92
2.80
III
1293605
1289553
15.82
1.53
85.79
3.03
IV
1198408
1533147
14.92
1.44
84.57
2.92
2017
I
1102866
1388399
14.44
1.40
82.32
3.16
II
1162679
1493555
14.33
1.48
84.44
3.38
III
991129
1606475
14.90
1.44
81.40
3.29
IV
888794
1838113
20.14
1.31
80.21
2.89
6.
BCA Syariah
2015
I
172752
90406
25.53
0.71
100.11
0.92
II
189843
69350
23.56
0.79
94.13
0.60
III
195104
109753
36.60
0.86
102.09
0.59
IV
200427
145376
34.40
1.0
91.40
0.70
2016
I
180311
141000
39.16
0.76
92.76
0.59
II
199432
158736
37.93
0.90
99.60
0.55
III 287176 144164 37.10 1.0 97.60 1.10
IV
345821
143864
36.78
1.13
90.12
0.50
2017
I
273839
191925
35.26
0.99
83.44
0.50
II
233629
150033
30.99
1.05
91.51
0.48
III
234244
147540
31.99
1.12
88.70
0.53
IV
225577
153080
29.39
1.17
88.49
0.32
7.
Victoria Syariah
2015
II
609686
78154
20.39
1.37
85.73
5.03
III
632660
111234
19.87
0.05
102.11
6.56
IV
712541
141528
16.14
-2.36
95.29
4.80
2016
I
590155
29364
16.05
-3.23
95.07
11.06
II
601512
57759
15.88
-7.46
95.93
12.03
III
621415
88223
14.20
-6.19
97.79
11.61
IV
949606
118967
15.98
-2.19
100.67
7.21
2017
I
817140
35392
24.44
0.26
86.19
8.49
II
859443
70809
22.36
0.27
92.13
4.92
III
944724
109584
21.03
0.29
79.60
4.63
IV
932212
147829
19.29
0.36
83.59
4.59
8. BTPN Syariah 2015 I 177568 327416 31.56 3.21 93.73 1.81
II
139577
698829
20.57
4.09
94.69
1.21
III
143512
1117993
21.29
4.88
94.18
1.30
IV
169583
1562647
19.96
5.24
96.54
1.25
2016
I
177568
482402
22.03
6.98
96.38
1.22
II
195969
1025767
21.47
7.57
91.91
1.18
III
204829
1606710
23.82
8.40
97.47
1.41
IV
232243
2226482
23.80
8.98
92.75
1.53
2017
I
239555
652577
23.88
9.97
90.82
1.74
II
257253
1362278
24.47
10.38
96.82
1.70
III
263706
2116197
27.26
10.74
93.31
1.66
IV
298837
2905253
28.91
11.19
92.47
1.67
NO
BANK
TAHUN
TRIWULAN
PEMBIAYAAN
(jt)
DPK
(jt)
CAR
(%)
ROA
(%)
FDR
(%)
NPF
(%)
1.
Syariah Mandiri
2015
I
895601
1628556
15.12
0.81
81.67
6.81
II
3357705
1750901
11.97
0.55
85.01
6.67
III
3138566
1888909
11.84
0.42
84.49
6.89
IV
2289241
2289241
12.45
0.56
81.99
6.89
2016
I
2755182
2107823
13.39
0.56
80.16
6.42
II
3597704
1885098
13.60
0.62
82.31
5.58
III
3347510
2363047
13.50
0.60
80.40
5.43
IV
3151261
2592437
14.01
0.59
79.19
4.92
2017
I
3055212
2647623
14.40
0.60
77.75
4.91
II
3503390
2789215
14.27
0.59
80.02
4.85
III
3593178
2889215
14.92
0.56
78.29
4.69
IV
3398751
3193558
15.89
0.59
77.66
4.53
2. Muamalat 2015 I 938412 1841650 14.61 0.62 95.11 6.34
II
1435868
1594262
14.91
0.51
99.05
4.93
III
1356741
1757477
13.71
0.36
96.09
4.67
IV
1146881
1955721
12.36
0.20
90.30
7.11
2016
I
1081797
2075112
12.10
0.25
97.30
6.07
II
901570
2058197
12.78
0.15
99.11
7.23
III
846564
2125369
12.75
0.13
96.47
4.43
IV
828761
2238617
12.75
0.22
95.13
3.83
2017
I
920679
2347604
12.83
0.12
90.93
4.56
II
828601
2252571
12.84
0.10
84.20
4.54
III
853063
2923515
11.58
0.11
86.14
4.54
IV
737156
2727999
13.62
0.11
84.41
4.43
3.
BRI Syariah
2015
I
350048
1107669
13.22
0.53
88.24
4.96
II
985198
1178873
11.03
0.78
92.05
5.31
III
1064186
1119116
13.82
0.80
86.61
4.90
IV
1121467
938831
13.94
0.76
84.16
4.86
2016
I
1182976
989448
14.66
0.99
82.73
4.84
II 1356304 1487285 14.06 1.03 87.92 4.87
III
1348919
906268
14.30
0.98
83.98
5.22
IV
1285582
1129560
20.63
0.95
81.42
4.57
2017
I
1209727
1269428
21.14
0.65
77.56
4.71
II
1094125
1406310
20.36
0.71
76.79
4.82
III
968464
1456071
20.98
0.82
73.14
4.82
IV
858019
1769344
20.29
0.51
71.87
6.43
4.
Syariah Bukopin
2015
I
1600976
475096
14.50
0.35
95.12
4.52
II
1692430
517478
14.10
0.49
93.82
3.03
III
1794732
588159
16.26
0.66
91.82
3.01
IV
2100583
681966
16.30
0.79
90.56
2.99
2016
I
2308259
510541
15.62
1.13
92.14
2.89
II
2470227
658743
14.82
1.00
92.25
2.88
III
2504106
601031
15.06
0.99
87.95
2.59
IV
2527173
731449
17.00
0.76
88.18
3.17
2017
I
2721729
615706
16.71
0.53
91.58
2.22
II
2934237
572001
16.41
0.39
89.42
2.80
III 2790251 545961 18.68 0.27 84.24 3.67
IV
2753373
774087
19.20
0.02
82.44
7.85
5.
BNI Syariah
2015
I
1102744
1202511
15.40
1.20
90.10
2.22
II
1253877
1139741
15.11
1.30
96.65
2.42
III
1288057
1071341
15.38
1.32
89.65
2.54
IV
1279950
1070897
15.48
1.43
91.94
2.53
2016
I
1233878
1141537
15.85
1.65
86.26
2.77
II
1296899
1160982
15.56
1.59
86.92
2.80
III
1293605
1289553
15.82
1.53
85.79
3.03
IV
1198408
1533147
14.92
1.44
84.57
2.92
2017
I
1102866
1388399
14.44
1.40
82.32
3.16
II
1162679
1493555
14.33
1.48
84.44
3.38
III
991129
1606475
14.90
1.44
81.40
3.29
IV
888794
1838113
20.14
1.31
80.21
2.89
6.
BCA Syariah
2015
I
172752
90406
25.53
0.71
100.11
0.92
II
189843
69350
23.56
0.79
94.13
0.60
III
195104
109753
36.60
0.86
102.09
0.59
IV 200427 145376 34.40 1.0 91.40 0.70
2016
I
180311
141000
39.16
0.76
92.76
0.59
II
199432
158736
37.93
0.90
99.60
0.55
III
287176
144164
37.10
1.0
97.60
1.10
IV
345821
143864
36.78
1.13
90.12
0.50
2017
I
273839
191925
35.26
0.99
83.44
0.50
II
233629
150033
30.99
1.05
91.51
0.48
III
234244
147540
31.99
1.12
88.70
0.53
IV
225577
153080
29.39
1.17
88.49
0.32
7.
Victoria Syariah
2015
II
609686
78154
20.39
1.37
85.73
5.03
III
632660
111234
19.87
0.05
102.11
6.56
IV
712541
141528
16.14
-2.36
95.29
4.80
2016
I
590155
29364
16.05
-3.23
95.07
11.06
II
601512
57759
15.88
-7.46
95.93
12.03
III
621415
88223
14.20
-6.19
97.79
11.61
IV
949606
118967
15.98
-2.19
100.67
7.21
2017
I
817140
35392
24.44
0.26
86.19
8.49
II 859443 70809 22.36 0.27 92.13 4.92
III
944724
109584
21.03
0.29
79.60
4.63
IV
932212
147829
19.29
0.36
83.59
4.59
8.
BTPN Syariah
2015
I
177568
327416
31.56
3.21
93.73
1.81
II
139577
698829
20.57
4.09
94.69
1.21
III
143512
1117993
21.29
4.88
94.18
1.30
IV
169583
1562647
19.96
5.24
96.54
1.25
2016
I
177568
482402
22.03
6.98
96.38
1.22
II
195969
1025767
21.47
7.57
91.91
1.18
Top Related