JURNAL
AKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN PEDAGANG
KONVENSIONAL DI BTC TAHUN 2017
(Studi kualitatif tentang aktivitas komunikasi pemasaran pedagang konvensional
di BTC menggunakan media sosial Whatsapp, LINE, dan Instagram kepada
reseller online)
Oleh:
EVELYN RIFQI BHIKUNING
D1215019
Disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat guna memperoleh
gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta Jurusan Ilmu Komunikasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
AKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN PEDAGANG
KONVENSIONAL DI BTC TAHUN 2017
(Studi kualitatif tentang aktivitas komunikasi pemasaran pedagang
konvensional di BTC menggunakan media sosial Whatsapp, LINE,
dan Instagram kepada reseller online)
Evelyn Rifqi Bhikuning, NIM D1215019, “Marketing Communicaton Activity by Conventional Traders in BTC 2017 (Analysis study of marketing communication activity by conventional traders in BTC using social media Whatsapp, LINE and Instagram to distribute the products towards online reseller)”, Thesis, Communication Science Department, Faculty of Social and Political Science, Sebelas Maret University Surakarta.
Abstract
The background of this research is this late couple years, e-commerce has been tren on worldwide market. Social media like Whatsapp, LINE and Instagram have been choosen by conventional traders at BTC in order to distribute their products.
Methods of data collection using research methods in depth interview. In order to get datas the author using sampling techniques: purposive sampling to 4 conventional traders in BTC. The result of this research there’s kind of marketing communication activity on Whatsapp, LINE and Instagram. Those activities are formed of reseller grup communication on social media Whatsapp and LINE, where is all marketing activity like adding people, share a product picture, share a price and product details, persuasive activity, customers service and all transaksion are occur on that grup. Whereas on Instagram is a place to publish online store to audiences: introduce a product by uploading picture on Instagram, use features like comment; likers, and search engine as the indirect advertising.
Conclusion and suggestion based on this research have been found that there are some brand new marketing communication activities such as reseller group activity on Whatsapp and LINE, whereas Instagram used to publicity. All marketing communication activities on social media are based on AISAS theory which close meaning to a process of purchase and had been elaborated to marketing communication activity on conventional traders. Besides, Instagram has been media with a powerful effects of lifiting a brand.
Keywords: marketing communication activity, conventional traders, social media, Whatsapp, LINE, Instagram.
1
Pendahuluan
Pada dasarnya, manusia membutuhkan barang dan jasa guna memenuhi
kebutuhan dan keperluan hidupnya sehari-hari. Kebutuhan itulah yang mendorong
orang atau kelompok atau perusahaan menawarkan berbagai barang dan jasa.
Namun, untuk menjalankan bsnis/jueal beli dibutuhkan sebuah tempat dimana
orang-orang dari berbagai tempat dapat datang dan mencari serta menemukan apa
yang mereka butuhkan. Maka dari itu, hadirlah kedai, warung, toko dan pasar
konvensional/tradisional.
Untuk dikenal oleh khalayak, seorang pedagang perlu menyusun
rancangan penjualan agar produk yang dipasarkan dikenal dan dibeli oleh
konsumen. Seorang pedagang harus memiliki relasi yang baik dengan
konsumennya. Komunikasi yang baik dengan konsumen akan menimbulkan
kepercayaan dari konsumen kepada pedagang. Perencanaan penjualan dengan
menggunakan media komunikasi inilah yang disebut komunikasi pemasaran
(marketing communications).
Media sosial saat ini sedang megalami pertumbuhan yang sangat pesat
secara signifikan dan bisa dikatakan sedang booming dalam dunia maya. Seiring
bertumbuhnya jumlah pengguna sosial media dari berbagai kalangan dan usia
maka pandangan masyrakat telah berubah tentang media sosial. Yang awalnya
mungkin hanya dipergunakan sebagai alat menjalin tali silaturrahmi dengan
keluarga da kerabat sekarang media sosial telah berubah fungsi oleh para
penggunanya khususnya bagi para pedagang konvensional dan onlineshop beralih
menjadi ajang promosi bisnis atau mencari peluang untuk mendapatkan reseller
sebanyak-banyaknya.
Beberapa media sosial yang digunakan antara lain adalah seperti
Whatsapp, LINE, dan Instagram. Salah satu keuntungan Whatsapp dan LINE
adalah memiliki fitur group sebagai peluang yang tak terbatas dan lingkup bisnis
yang efektif bagi para pedagang konvensional dalam memasarkan produknya
kepada reseller online yang tergabung dalam group tersebut. Sedangkan
Instagram yang pada umumnya digunakan para online shop sebagai sarana
memasarkan produknya, namun hal ini tidak diterapkan oleh para pedagang
konvensional. Instagram digunakan sebagai sarana publikasi produk pedagang
2
konvensional agar dikenal oleh calon konsumen yang akan membeli produk
mereka lewat para reseller online.
Rumusan Masalah
Bagaimana aktivitas komunikasi pemasaran pedagang konvensional di
BTC melalui media sosial Whatsapp, LINEdan Instagram kepada para reseller
online ?
Telaah Pustaka
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik
secara lisan (langsung) maupun tidak langsung (melalui media) (Effendy, 2004 :
4).
Effendy (dalam Liliweri, 1997: 12) mengemukakan bahwa pada
hakikatnya komunikasi antarpribadi atau interpersonal adalah komunikasi antara
seorang komunkator dengan seorang komunikasn. Jenis komunikasi tersebut
dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia
beruubung prosesnya yang dialogis.
Model komunikasi interpersonal menurut Wood (2013: 19-20) dibagi
menjadi tiga, yaitu Model Linear, Model Interaktif dan Model Transasksional.
Di dalam BTC itu sendiri, sudah terdapat banyak pedagang konvensional
yang menggunakan media sosial sebagai sarana baru untuk berdagang. Mereka
memasarkan produk mereka melalui media sosial dengan membuat sebuah akun
sebagai identitas toko mereka. Lewat akun tersebut, mereka melakukan aktivitas
pemasaran dengan strategi-strategi pemasaran guna menaikkan penjualan dari
yang hanya secara offline kini bertambah secara online. Komunikasi kelompok
atau group communication adalah komunikasi anatara seseorang (komunikator)
dengan sejumlah orang (komunikator) yang berkumpul bersama-sama dalam
bentuk kelompok (Effendy, 1998: 5)
Little John menawarkan definisi yang baru mengenai komunikasi massa,
merupakan proses dimana organisasi-organisasi media memproduksi dan
menyampaikan pesan-pesan kepada khalayak luas dan proses di mana pesan-
3
pesan dicari, digunakan, dipahami, dan dipengaruhi oleh khalayak ( Little John
dalam Pawito, 2007 : 16).
Munculnya new media seperti LINE serta Instagram yang menawarkan
fasilitas Ads memberikan pandangan baru terhadap media massa tradisional
menjadi media massa elektronik yang dapat dibawa kemanapun dan diakses
kapanpun.
Komunikasi pemasaran adalah proses pertukaran informasi yang
dilakukan secara persuasif sehingga proses pemasaran dapat berjalan secara
efektif dan efisien (Purba, 2006 : 126).
Satu hal lagi yang perlu ditekankan dalam melihat sifat dari komunikasi
pemasaran yaitu komunikasi pemasaran bukanlah suatu proses sistem yang
berjalan satu arah melainkan dua arah (Prisgunanto, 2006 : 14).
Disamping hal tersebut di atas, ada juga kegunaan lain yang dikategorikan
tidak langsung dalam komunikasi pemasaran, tujuan ini sebenarnya menyangkut
dalam upaya menjaga hubungan dengan pelanggan. Pola pemasran tidak langsung
erat dengan kerja public relations yang pada perkembangan selanjutnya akan
memunculkan kajian baru dalam perpaduan ilmu pemasaran dengan public
relations. Kegunaan komunikasi menurut Prisgunanto (2006 : 59-60) adalah
kegunaan langsung (direct benefit) dan tidak langsung (indirect benefit).
Pemasaran Media Sosial
Menurut Kotler (2004 : 256) pemasaran online adalah pemasaran yang
dilakukan melalui sistem komputer online interaktif yang menghubungkan
konsumen dan penjual secara elektronik. Jasa online komersial adalah jasa yang
menawarkan jasa informasi dan pemasran online kepada pelanggan yang
membayar iuran bulanan.
Teknologi baru memudahkan semua orang utnuk membuat dan yang
terpenting menyebarluaskan konten mereka sendiri. Post di Instagram yang dapat
dilihat oleh jutaan orang ataupun di group pada Whatsapp dan LINE.
Disaat aliran teknologi sudah semakin deras, Dentsu mencoba
merekomendasikan sebuah proses pembelian yang dikenal dengan nama AISAS
(Awareness, Interest, Search, Action, Sharing).
4
Model AISAS memiliki peran yang sangat penting untuk menghadapi
perilaku pasar di era internet in. Para pemasar harus cukup jeli menggunakan
model ini dengan strategi yang mumpuni sehingga bisa dengan mudah menangkap
para pelanggan yang tidak sekedar membeli produk saja, akan tetapi mampu
mempengaruhinya sehingga dia bisa menceritakan produk tersebut kepada orang
lain.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitin ini adalah deskriptif-
kualitatif. Penelitian deskriptif pada dasarnya adalah mempertimbangkan
kesesuaian metode dengan tujuan serta subjek penelitian (Pawito, 2007 : 84).
Deskriptif kualitatif adalah usaha untuk mengungkapkan suatu masalah, keadaan,
peristiwa, sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkap fakta.
Peneliti bertindak sesuai pengamat, dimana ia membuat kategori perilaku,
mengamati gejala dan mencatat informasi yang didapatkan dari sumber data
sekunder yang berbentuk dokumentasi.
Teknik pengumpulan data secara wawancara yang dilakukan secara offline
berlokasi di kios-kios pedagang terpilih di BTC. Sedangkan yang bersifat online,
peneliti mengamati aktivitas media sosial LINE, Whatsapp dan Instagram yang
dimiliki oleh kios pedagang terpilih.
Penelitian ini menggunakan sampling techniques dimana peneliti
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dimana peneliti mengambil 4
sampel pedagang di BTC untuk diwawancara. Untuk memudahkan penulis dalam
memilih pedagang yang akan diwawancara, penulis menetapkan kriteria sebagai
berikut:
a. Bertempat kios di BTC
b. Aktif berjualan selama 3 bulan terakhir
c. Menggunakan media sosial Whatsapp, LINE dan Instagram atau
minimal satu dari ketiga media tersebut
d. Memiliki reseller aktif
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisa data dari Miles
dan Huberman yaitu interactive modle. Pada teknik analisa data ini terdiri tiga
komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan
5
serta pengujian kesimpulan (drawing and verivying conclusions) (Punch, 1998 :
202-204 dalam Pawito, 2007 : 104)
Sajian dan Analisis Data
Hasil penelitian yang disajikan dibawah ini sudah dikategorisasi oleh
penulis sesuai dengan pernyataan dari para responden penelitian. Kategori
aktivitas yang tersaji merupakan kategori-kategori yang penulis susun sedemikian
rupa untuk memudahkan penulis dalam mengkaji dan menganalisa hasil temuan
dari penelitian ini yang selanjutnya pada dianalisa menggunakan model AISAS.
Model AISAS menjelaskan bagaimana target audiens Whatsapp, LINE, dan
Instagram dalam melakukan notifikasi dan atensi (awareness) terhadap objek
yang kemudian muncul ketertarikan (interest) dan akhirnya melakukan pencarian
informasi terhadap produk terkait secara lengkap (search), kemudian dilanjutkan
dengan melakukan pembelian (action) dan yang terakhir, membagi
pengalamannya kepada khlayak setelah melakukan pembelian (share)
Pada penelititan ini penulis menemukan fenomena baru dalam komunikasi
pemasaran online yaitu grup penjualan atau dalam penelitian ini disebut dengan
grup reseller. Grup reseller merupakan inovasi terbaru dari kombinasi yang
terjadi di antara personal selling dan komunikasi kelompok. Pedagang di BTC
memanfaatkan grup reseller sebagai alat beriklan, publikasi serta berjualan secara
elektronik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendy (1998 : 5) mengenai
komunikasi kelompok yaitu komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan
sejumlah orang yang berkumpul bersama dalam bentuk kelompok.
1. Komunikasi Pemasaran melalui Whatsapp
Hasil wawancara penulis dengan pedagang mengenai media Whatsapp
menunjukkan adanya klasifikasi aktivitas komunikasi pemasaran yang
digolongkan oleh penulis sesuai dengan AISAS. Klasifikasi tersebut
diperoleh penulis dari beragamnya akivitas yang dilakukan oleh pedagang
dan disesuaikan dengan teori AISAS. Dimulai dari Group Expansion dimana
pedagang memperluas jaringan personal calon reseller yang bertujuan untuk
mengumpulkan reseller sebanyak-banyaknya dengan cara adding and inviting
people. Disamping itu, secara tidak langsung kegiatan pedagang ini
menimbulkan bias kepada orang lain dimana reseller akan melakukan
6
percakapan persuasif kepada temannya melalui media sosial. Aktivitas
tersebut disebut penulis sebagai electronic WOM .
Selanjutnya pada tahap Interest, penulis menemukan bentuk aktivitas
persuasif yang berasal dari gambar produk. Dari hasil wawancara dengan
pedagang, gambar produk merupakan senjata utama mereka dalam menjual
produk. Gambar yang bagus akan menarik perhatian calon pembeli.
Disamping itu, pedagang selalu melontarkan kalimat persuasif untuk
memberikan ikatan emosional kepada reseller yang tergabung dalam grup
reseller. Hal ini dilakukan pedagang secara berkala sebagai reminding kepada
reseller. Jika reseller kesulitan dalam mencari produk, mereka dapat
menggunakan search engine pada halaman chat mereka dengan menuliskan
nama produk yang dimaksud. Tersedianya search engine ini tentunya
memudahkan pedagang dalam bentuk personal selling secara tidak langsung.
Dari hasil wawancara dengan pedagang dan aktivitas di dalam grup,
penulis mendapatkan bentuk jual beli elektronik baru berupa product keep,
dimana reseller melakukan keep pada produk yang mudah terjual dengan
cepat.
Hasil temuan penulis menemukan proses keep ini dimulai dari reseller
memilih produk padapesan gambar produk yang dikirimkan lewat grup.
Setelah itu, resellermelakukan booking (pemesanan) produk kepada admin
grup melalui personal chat, kemudian untuk menjamin sebuah pemesanan
tersebut reseller perlu melakukan pembayaran via transfer ke rekening
pedagang. Selanjutnya resellermengirimkan bukti transfer berupa foto kepada
admin toko. Proses jual beli ini dianggap selesai ketika reseller berhasil pergi
ke kios untuk mengambil barang ‘keep’ miliknya.
Selanjutnya, reseller dalam grup membantu pedagang memberikan
informasi kepada reseller lain ketika admin grup sedang sibuk. Kondisi ini
terjadi ketika pertanyaan yang dilontarkan berkaitan dengan sesuatu yang
penting ataudisaat informasi yang dibagikan di dalam grup tidak jelas.
Mengingat ada grup reseller yang tidak memperbolehkan anggota grup yang
saling berkomunikasi secara langsung di dalam grup. Bentuk bantuan yang
dilontarkan oleh reseller ini menunjukkan bentuk loyalitas pembeli, dimana
7
pembeli mempercayai toko online terkait sehingga tanpa berat hati membantu
reseller lain yang sedang dalam kesulitan. Kemurahan hati reseller yang
membantu reseller lain dalam memberikan informasi ini menunjukkan bahwa
terjadi sebuah feedback secara tidak langsung menceritakan kebaikan toko
dan atau produk kepada orang lain.
2. Komunikasi Pemasaran melalui LINE
Grup reseller LINE merupakan grup kedua setelah kehadiran grup
reseller Whatsapp. Kegiatan komunikasi pemasaran yang terjadi di dalam
grup LINE ini tidak akan terjadi jika Riri tidak memperkenalkan grup ini
kepada reseller-nya yang berada di Whatsapp. Melalui broadcast message
yang di bagikan melalui grup di Whatsapp merupakan salah satu bentuk awal
dari aktivitas awareness yang dilakukan Riri kepada para reseller.
Melalui grup reseller di LINE ini Riri menunjukkan kemudahannya
dalam memperkenalkan produk terbaru yang ia keluarkan melalui foto album
yang akan dibahas pada poin photo albums LINE dalam Interest.
Fitur album foto yang terdapat pada LINE biasa digunakan para
pengguna (user) untuk membagikan serta mengabadikan foto mereka di
sesama chat room atau group. Bentuk aktivitas komunikasi pemasaran
melalui foto album ini merupakan bentuk promosi penjualan melalui sebuah
gambar. Fitur ini digunakan oleh Riri sebagai sarana berjualan virtual.
Pemanfaatannya adalah Riri mengunggah foto produk miliknya yang
kemudian digolongkan menjadi beberapa album sesuai dengan harga dan
nama produk. Bentuk komunikasi pemasaran yang seperti ini memberikan
kemudahan seorang reseller dalam mendapatkan foto produk. Disamping itu
kualitas foto produk yang diunduh adalah kualitas tinggi yang nantinya
berguna bagi reseller untuk mengunggah foto-foto tersebut di toko online-
nya.
Di era yang serba praktis ini, penulis menemukan cara bagaimana
pembeli atau pada penelitian ini reseller menegetahui operasional toko
langganannya, mengingat aktivitas komunikasi pemasaran pedagang BTC
yang dilakukan di media sosial. Adanya grup reseller dimanfaatkan pedagang
sebagai sarana untuk memberikan informasi mengenai kapan toko buka dan
8
kapan toko tutup. Hal ini cukup sering dilakukan oleh pedagang Riri yang
menggunakan LINE sebagai sarana kedua untuk membuat grup reseller.
Hasil wawancara dan observasi penulis kepda Riri dan grup reseller
nya, menunjukkan Riri rajin memberikan informasi mengenai list barang
yang selesai dijahit dan siap untuk dijual di toko. Hal ini tentunya
memudahkan reseller yang mencari barang yang sudah sold out tapi kembali
restock melalui produk yang datang hari itu juga.
Keterbukaan antara penjual dan pembeli memberi dampak positif
untuk kelangsungan jual dan beli di antara mereka. Hasil wawancara dengan
pedagang Riri, menunjukkan Riri menerima feedback positif dari para
reseller berupa pujian mengenai jahitan produknya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan reseller yang mengatakan jahitan Riri adalah jahitan terbagus
diantara pedagang lain yang penulis wawancarai.
3. Komunikasi Pemasaran melalui Instagram
Instagram sebagai sebuah aplikasi sosial media digunakan sebagai
alat publisitas personal yang dikelola oleh satu orang atau lebih. Hasil
wawancara penulis dengan reseller menunjukkan bahwa hal yang dilakukan
mereka setelah mengetahui keberadaan toko fisik di BTC adalah membuka
Instagram nya untuk mengetahui lebih jauh mengenai produk apa saja yang
dijual oleh toko terkait.
Untuk membuat seorang calon konsumen tertarik dan coba mengenal
suatu produk memerlukan sebuah kepercayaan terhadap produk terkait.
Bentuk aktivitas awareness yang berkaitan dengan kepercayaan ini terjadi di
Instagram, dimana followers (pengikut) merupakan bentuk simbolik dari
kepercayaan calon pembeli.
Hasil wawancara penulis dengan pedagang menunjukkan bahwa
pedagang menggunakan media sosial Instagram sebagai sarana mereka
dalam menarik perhatian pembeli. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cision
Navigator (2013) bahwa “Instagram as an effective way to build brands and
increase customer loyalty.” (Cision Navigator dalam jurnal Jeanine D.
Guidry, "From #mcdonaldsfail to #dominossucks: An analysis of Instagram
images about the 10 largest fast food companies", CCIJ 2015, hal 345)
9
Pedagang memanfaatkan fitur foto likes dan followers untuk menarik
perhatian calon konsumen. Penulis menemukan, foto yang bagus dan menarik
akan dengan mudah mendapatkan likes dari khalayak Instagram. Semakin
banyak likes suatu foto, semakin menarik perhatian pula produk yang terdapat
dalam foto tersebut. Hasil wawancara penulis dengan seorang reseller
menunjukkan bahwa reseller mendapati pembeli mereka tertarik dengan foto
yang memiliki banyak likes. Menurut mereka, semakin banyak likes yang
didapat suatu foto, maka semakin terpercaya dan menarik perhatian calon
konsumen.
Ketertarikan calon konsumen juga didukung oleh caption foto yang
dilampirkan di bawah foto produk. Caption foto merupakan sarana yang
bagus bagi pedagang untuk memaparkan keterangan produk yang tidak
terdapat pada gambar. Kalimat persuasif melalui hashtag juga menjadi salah
satu faktor yang dapat menarik perhatian calon konsumen.
Untuk mendapatkan informasi mengenai produk maupun toko yang
dicari, pedagang mengandalkan search engine ini dengan harapan calon
konsumen dapat menemukan toko yang dicari.
Diketahui hasil wawancara dengan seorang reseller Elsire yang
menyatakan bahwa dia mengetahui keberadaan Elsire melalui Instagram
dengan cara mengetikkan nama ‘Elsire’ di kolom search. Aktivitas
komunikasi pemasaran yang secara tidak langsung tersirat pada fitur search
engine ini membawa calon reseller untuk mengikuti akun Elsire yang
kemudian akan berakhir pada tahap action atau pembelian.
Fitur Instagram lain yang berfungsi sangat fleksibel dan mudah
adalah hashtag atau tagar. Tagar ini merupakan fitur dimana penggunaan
simbol # menjadi tanda pengenal sebagai kata kunci suatu bahasan tertentu.
Penulis menemukan Wulan menggunakan tagar #suppliersolo sebagai sarana
Wulan untuk beriklan secara gratis agar profil serta fotonya dapat dilihat dan
mudah ditemukan oleh reseller dan calon pembelinya.
Tombol like dan komentar berada tepat dibawah unggahan foto,
dimana bentuk like dan komentar baik itu dari calon pembeli maupun reseller
merupakan salah satu bentuk feedback yang diberikan reseller untuk
10
pedagang. Sedangkan kolom komentar dapat mengekspresikan salah satu
bentuk feedback ke dalam kalimat dan dapat dilihat oleh khalayak luas.
Dimana ini merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran tidak
langsung yang dimanfaatkan oleh pedagang untuk memberikan kesan positif
bagi siapa saja yang berkunjung ke akun Instgaram milik pedagang.
Dalam dunia toko online, reseller menggunakan Instagram sebagai
sarana mereka untuk menjual kembali produk yang dipasarkan oleh para
pedagang. Hasil wawancara dan observasi peneliti mengenai akun Instagram
reseller, menunjukkan feedback berupa produk-produk yang berasal dari
pedagang diunggah melalui toko online pada Instagram milik para reseler.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap aktivitas
pemasaran pedagang konvensional di BTC, penulis mendapatkan kesimpulan
dimana bentuk personal selling, advertising, serta sales promotion pada
komunikasi pemasaran terdahulu mulai mengalami transformasi dengan kehadiran
media sosial serta e-commerce. Teori AISAS yang penulis terapkan pada
penelitian ini melahirkan sebuah bentuk komunikasi pemasaran baru di dunia
perdagangan konvensional.
Publisitas melalui Instagram memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam
membentuk karakter dan citra toko dari pedagang konvensional kepada khalayak
luas. Publisitas di Instagram ditujukan kepada calon pembeli, calon reseller, serta
calon pembeli toko online dari reseller pedagang di BTC. Sejak pemanfaatan
media sosial Whatsapp dan LINE dengan membuat grup reseller sebagai sarana
para pedagang memasarkan produknya, penulis menilai hal ini menjadi praktis
dan mudah dilakukan melalui media sosial.
Penulis tidak bisa menjelaskan lebih jauh mengenai berapa besar pedagang
konvensional yang telah menggunakan media sosial tersebut, karena hal ini diluar
dari jangkauan penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menemukan beragam
pedagang konvensional yang menggunakan media sosial sebagai sarana
komunikasi dan terdapat banyak hal yang dapat dikaji mengenai karakteristik
pedagang konvensional dan reseller yang terlibat dalam komunikasi pemasaran
digital ini seperti usia, gender, latar belakang, dan temuan korelasi lainnya
11
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, Jessie Donaghey, Joanna Hare, and Peta Hopkins. (2013)."An Instagram is worth a thousand words: an industry panel and audience Q&A". Library Hi Tech News. Vol. 30 Issue: 7, Hal 1-6.
Alexander, Morissan. (2010). Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Ramdina Prakarsa.
Anonim. (2017). Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Kbbi.web.id. diakses pada tanggal 27 Desember 2017, pukul 12.25 Wib. Surakarta.
Anonim. (2017). www.dictionary.com. Diakses pada tanggal 27 Desember 2017, pukul 12.57 Wib. Surakarta.
Budyatna, Muhammad & Ganiem, Leila Mona. (2011). Teori Komunikasi Antar. Pribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Cangara, Hafied. (2006). PengantarIlmuKomunikasi. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Castranovo, Cristina and Lei Huang. 2012. Social Media in Alternative Marketing Communication Model. Canada.
D. Guidry, Marcus Messner, Yan Jin, and Vivian Medina-Messner. (2015).From #mcdonaldsfail to #dominossucks: An analysis of Instagram images about the 10 largest fast food companies. Corporate Communications: An International Journal, Vol. 20 Issue: 3, pp.344-359.
Effendy,Onong Uchjana.(1998).Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Edisi 1).Bandung : PT. RemajaRosdaKarya.
Effendy, UchjanaOnong. (2004). IlmuKomunikasiTeoridanPrkatek (Edisi 2). Bandung: PT. RemajaRosda Karya
Effendy, Onong Uchjana. (2000). Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Elson Anderson, Katie. (2016).Getting acquainted with social networks and apps: Instagram’s instant appeal. Library Hi Tech News, Vol. 33 Issue: 3. Hal11-15
Gitosudarmo. Indriyo. (2010). Manajemen Pemasaran. Yogyakarta : BPFE
Gibbs, James Meese, Michael Arnold, Bjorn Nansen & Marcus Carter.(2015).#Funeral and Instagram: death, social media, and platform vernacular. Australia: Information, Communication & Society.Vol 18 No. 3. Hal: 255-268.
Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks.
12
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. (2007). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang.
Kotler, Philip danKevin Lane Keller. (2012). Marketing Management (14th Edition). New Jersey : Pearson Education, Inc.
Lasmadiarta, Made. (2011). Extreme Facebook Marketing for Giant Profits. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Liliweri. (1997). Komunikasi Antarpribadi. Bandung, PT. Citra Aditya Bakti
Lupiyoadi, Hamdani. (2006). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Selemba Empat.
Mayzlin, Dina and Judith Chevalier. (2006). The Effect of Word of Mouth on Sales: Online Book Reviews. Journal of Marketing Research: August, Vol. 43, No. 3, pp. 345-354.
Mc Quail, Dennis. (2000). Mc Quail’s Communication Theory (4th Edition). London: Sage Publications.
Miles, Matthew dan Huberman,Michael. (2007). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : PT. Lkis.
Prisgunanto, Ilham. (2006). Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Puntoadi, Danis, (2011). MenciptakanPenjualanMelalui Social Media, Jakarta : PT ElexKomputindo.
Purba, Amir,Suwardi Lubis, dan Nurbani. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan: Pustaka Bangsa.
Rosen, Emanuel. (2004). Kiat Pemasaran dari Mulut ke Mulut (Zoelkifli). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Soemanagara, Dermawan. (2006). Marketing Communication - Taktik dan Strategi. Jakarta: Buana Ilmu Populer.
Stuart, Ema, David Stuart, Mike Thelwall.(2016).An investigation of the online presence of UK universities on Instagram. United Kingdom: Emerald Insight.
Tubbs, dan Sylvia Moss. (2001). Human Communication. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Ward, Ian.(1995). Politics of The Media. Melbourne: Mac Milan.
Wiryanto. (2000). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Balai Pustaka.
Wood, Julia.(2013). Komunikasi Interpersonal: Komunikasi Kesehatan(Edisi: 6). Jakarta: Salemba Humanika.
13
Top Related