EVALUASI PAJAK REKLAME TERHADAP PENDAPATAN ASLI
DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLA KEUANGAN
DAN ASET DAERAH
KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2005 - 2009
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli
Madya Program Studi Diploma III Akuntansi Keuangan
Oleh:
Lisnayanti Ekatiwi
F.3307073
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN
SUKOHARJO
1. Lokasi Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu dari 35 daerah Kabupaten
atau Kotamadya di Jawa Tengah bagian timur yang terletak antara:
Bagian ujung sebelah timur : 11° 52° 30° Bujur timur
Bagian ujung sebelah barat : 11° 37° 30° Bujur timur
Bagian ujung sebelah utara : 7° 37° 30° Bujur selatan
Bagian ujung sebelah selatan : 7° 45° 00° Bujur selatan
2. Batas wilayah Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo, antara lain:
Sebelah utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar
Sebelah selatan : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunung Kidul
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
3. Pembangunan Daerah Kabupaten Sukoharjo
Pembangunan di Kabupaten Sukoharjo dilaksanakan secara terpola dan
terpadu dengan mengelompokkan sub wilayah pembanguan yang terdiri dari:
a. Sub Wilayah Pembangunan I
Meliputi wilayah Kecamatan Kartasura dan Kecamatan Gatak dengan
pusat pengembangan di Kecamatan Kartasura.
Potensi pengembangan: pertanian tanaman pangan, industri, perdagangan,
perhubungan, pemukiman/perumahan dan pariwisata.
b. Sub Wilayah Pembangunan II
Meliputi wilayah Kecamatan Grogol dan Kecamatan Baki dengan pusat
pengembangan di Kecamatn Grogol. Potensi pengembangan: pertanian,
tanaman pangan, industri, perdagangan, pemukiman/perumahan dan
pariwisata.
c. Sub Wilayah Pembangunan III
Meliputi wilayah Kecamatan Mojolaban, Kecamatan Polokarto dan
Kecamatan Bendosari bagian utara, selatan dan timur dengan pusat
pengembangan di Kota Mojolaban. Potensi pengembangan: pertanian
tanaman pangan, perikanan, perkebunan, peternakan, industri,
perdagangan, perhubungan, pemukinan/perumahan dan pariwisata.
d. Sub Wilayah Pembangunan IV
Meliputi wilayah Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Bendosari bagian
barat dengan pusat pengembangan di Kota Sukoharjo. Potensi
pengembangan : Pertanian tanaman pangan, perikanan, perdagangan,
pemerintahan, pemukiman/perumahan dan pariwisata, industri, pariwisata
dan pendidikan.
e. Sub Wilayah Pembangunan V
Meliputi wilayah Kecamatan Nguter dengan pusat pengembangan di Kota
Nguter. Potensi Pengembangan : Industri, pertanian tanaman pangan,
peternakan dan perdagangan.
f. Sub Wilayah Pembangunan VI
Meliputi wilayah Kecamatan Tawangsari, Kecamatan Bulu dan Kecamatan
Weru dengan pusat pengembangan di kota Tawangsari. Potensi
pengembangan: adalah pertanian tanaman pangan, perikanan, peternakan,
perkebunan, perdagangan, perhubungan, pertambangan/bahan galian, indistri
kecil dan pariwisata.
B. PROFIL DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN
ASET DAERAH ( DPPKAD ) KABUPATEN SUKOHARJO
1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Kabupaten Sukoharjo
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, ditegaskan bahwa perangkat daerah terdiri dari unsur staf
yang mempunyai tugas membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi yang
diwadahi dalam bentuk inspektorat, unsur perencana yang diwadahi dalam
bentuk badan, unsur pendukung tugas bupati dalam penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik diwadahi dalam lembaga
teknis daerah dalam bentuk badan/ kantor/ rumah sakit, dan unsur pelaksana
urusan daerah yang diwadahi dalam dinas daerah.
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
maka sejak tahun 2009 terbentuklah Organisasi Dinas Daerah yaitu Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah atau disingkat menjadi
DPPKAD.
2. Tugas Pokok dan Fungsi DPPKAD Kabupaten Sukoharjo
Berdasarkan Peraturan Daerah ( Perda ) Kabupaten Sukoharjo Nomor
3 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten
Sukoharjo, Pasal 11 menyebutkan bahwa Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan
pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan
dibidang pengelolaan keuangan dan aset-aset daerah.
Berdasarkan Peraturan Bupati Sukuharjo Nomor 44 tahun 2008
tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Jabatan Strutural
Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Sukoharjo, Pasal 3 menyebutkan bahwa DPPKAD dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas yang mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan
pemerintahan daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset
daerah. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, maka DPPKAD
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan
dan aset daerah,
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah,
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan, pengelolaan
keuangan dan aset daerah,
4. Pengkoordinasian, fasilitasi, dan pembinaan kegiatan di bidang pendapatan,
pengelolaan keuangan dan aset daerah,
5. Pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah,
6. Pengelolaan urusan ketatausahaan.
3. Visi dan Misi DPPKAD Kabupaten Sukoharjo
DPPKAD Kabupaten Sukoharjo mempunyai visi yaitu Terwujudnya
peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya pengelolaan
keuangan Daerah dan peningkatan pendapatan Daerah dengan semangat
desentralisasi, demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas dalam rangka
peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu
DPPKAD Kabupaten Sukoharjo mempunyai misi – misi yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas sumber daya pengelolaan keuangan Daerah.
b. Meningkatkan fungsi perencanaan dan penyusunan anggaran Daerah.
c. Meningkatkan fungsi pemungutan pendapatan Daerah dan efisiensi belanja
Daerah
d. Meningkatkan fungsi pengendalian kas Daerah, perbendaharaan umum
Daerah dan verifikasi serta perhitungan anggaran, pertanggungjawaban
keuangan Daerah.
4. Struktur Organisasi dan Deskripsi Jabatan DPPKAD Kabupaten
Sukoharjo
Berdasarkan Peraturan Bupati Sukuharjo Nomor 44 tahun 2008
tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Jabatan Strutural
Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Sukoharjo, Pasal 2 menyebutkan bahwa susunan organisasi DPPKAD
Sukoharjo terdiri dari:
a. Kepala Dinas
Mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di
bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah.
b. Sekretariat
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi kesekretariatan meliputi
keseluruhan aktivitas mengenai umum dan kepegawaian, program, serta
keuangan yang diserahkan dan menjadi tanggung jawab pada Sekretariat.
1) Sub Bagian Program
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian kegiatan perencanaan,
monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan.
2) Sub bagian Keuangan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian kegiatan administrasi keuangan
dan pelaporan pertanggungjawaban keuangan.
3) Sub bagian Umum dan Kepegawaian
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian kegiatan administrasi umum
organisasi dan tata laksana, pengurusan rumah tangga, perlengkapan
dokumentasi, perpustakaan dan kearsipan serta pengelolaan
administrasi kepegawaian.
c. Bidang Anggaran
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi perencanaan, penyusunan
anggaran dan meliputi sebagian aktivitas mengenai pelaksanaan anggaran,
anggaran penerimaan, penyusunan anggaran belanja dan pelaksanaan
anggaran yang diserahkan dan menjadi tanggung jawab pada bidang
anggaran.
1) Seksi Perencanaan Anggaran
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang perencanaan anggaran.
2) Seksi Penyusunan Anggaran
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang penyusunan anggaran.
3) Seksi Pelaksanaan Anggaran
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang penyusunan anggaran.
d. Bidang Pendapatan
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi pendapatan meliputi keseluruhan
aktvitas mengenai pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan
penagihan pendapatan yang diserahkan dan menjadi tanggung jawab pada
Bidang Pendapatan.
1) Seksi Pendapatan Asli Daerah
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang pendapatan asli daerah.
2) Seksi Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang dana perimbangan dan lain-lain pendapatan.
3) Seksi Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan.
e. Bidang Perbendaharaan
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi perbendaharaan meliputi
keseluruhan aktivitas Penerbitan Surat Pencairan Dana ( SP2D ) untuk
pembayaran berdasarkan Surat Perintah Membayar ( SPM ) dari
permintaan pengguna anggaran SKPD atas beban rekening kas umum
daerah.
1) Seksi Perbendaharaan I
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang Perbendaharaan I.
2) Seksi Perbendaharaan II
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang Perbendaharaan II.
3) Seksi Perbendaharaan III
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang Perbendaharaan III.
f. Bidang Akuntansi
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi akuntansi meliputi keseluruhan
aktivitas mengenai pembukuan, pelaporan, analisis data keuangan, dan
sistem akuntansi serta fasilitasi penyusunan laporan keuangan yang
diserahkan dan menjadi tanggung jawab pada Bidang Akuntansi.
1) Seksi Verifikasi
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang verifikasi.
2) Seksi Akuntansi
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang akuntansi.
3) Seksi Fasilitasi Penyusunan Laporan Keuangan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang fasilitasi penyusunan laporan keuangan.
g. Bidang Kas
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi kas meliputi keseluruhan aktivitas
mengenai penerimaan, pengeluaran, pengendalian, dan pelaporan yang
diserahkan dan menjadi tanggung jawab pada bidang Kas.
1) Seksi Penerimaan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang penerimaan.
2) Seksi Pengeluaran
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang pengeluaran
3) Seksi Pengendalian dan Pelaporan
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang pengendalian dan pelaporan.
h. Bidang Aset dan Investasi Daerah
Mempunyai tugas melaksanakan fungsi inventarisasi dan penghapusan,
pengelolaan aset daerah, dan investasi daerah yang diserahkan dan menjadi
tanggung jawab pada bidang Aset dan Investasi Daerah.
1) Seksi Penatausahaan Aset Daerah
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang penatausahaan aset daerah.
2) Seksi Pendayagunaan Aset Daerah
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang pendayagunaan aset daerah.
3) Seksi Investasi Daerah
Mempunyai tugas pokok dalam penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengendalian dan pemberian bimbingan di
bidang investasi daerah.
i. Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi, baik dalam lingkungan unit organisasi masing-masing
maupun antar satuan organisasi di lingkungan Pemerintah Daerah dengan
instansi lain di luar Pemerintah Daerah.
GAMBAR 1.1 BAGAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (
DPPKAD ) KABUPATEN SUKOHARJO
SUBBAG UMUM
DAN KEPEGA- WAIAN
SUBBAG
KEUANGAN
SEKSI PENYUSU-
NAN ANGGARAN
SEKSI PERENCA-
NAAN ANGGARAN
BIDANG
PENDAPATAN
BIDANG
ANGGARAN
SEKRETARIAT
BIDANG
PERBENDAHA-RAAN
SUBBAG
PROGRAM
BIDANG ASET DAN INVESTASI
DAERAH
SEKSI PELAKSA-
NAAN ANGGARAN
SEKSI DANA
PERIMBANG-AN DAN LAIN-
LAIN PENDAPATAN
SEKSI PENDAPATAN ASLI DAERAH
SEKSI INTENSIFIKA-
SI DAN EKSTENSIFI-
KASI PENDAPATAN
SEKSI PERBENDA- HARAAN II
SEKSI PERBENDA- HARAAN I
SEKSI PERBENDA- HARAAN III
SEKSI PENDAYAGUN
AAN ASET DAERAH
SEKSI PENATAUSA-HAAN ASET
DAERAH
SEKSI INVESTASI DAERAH
BIDANG
AKUNTANSI
SEKSI AKUNTANSI
SEKSI
VERIFIKASI
SEKSI FASILITASI
PENYUSUNAN LAPORAN
KEUANGAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
BIDANG
KAS
SEKSI PENGEN
DALI-AN DAN PELAPO
SEKSI PENGELUAR-
AN
SEKSI PENERIMAAN
KEPALA DPPKAD
C. LATAR BELAKANG MASALAH
Otonomi daerah merupakan pemberdayaan daerah dalam pengambilan
keputusan daerah yang lebih leluasa untuk mengelola sumber daya yang
dimiliki dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. Dengan otonomi
daerah yang luas, nyata, dan bertanggungjawab, setiap daerah dituntut untuk
meningkatkan kemandirian. Salah satu tolak ukur untuk melihat kesiapan
daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah dengan mengukur seberapa
besar kemampuan keuangan suatu daerah untuk menyelenggarakan otonomi
daerah atau pemerintahan sendiri. Sumber keuangan tersebut salah satunya
berasal dari Pendapatan Asli Daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber
penerimaan daerah yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah. Hasil pajak daerah perlu diusahakan agar menjadi pemasukan
yang potensial terhadap PAD. Pajak daerah merupakan aset pemerintah daerah
yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah.
Dari penerimaan sektor pajak daerah diharapkan dapat mendukung
sumber pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan pembangunan daerah,
sehingga akan meningkatkan dan meratakan perekonomian serta kesejahteraan
masyarakat di daerahnya. Upaya peningkatan PAD dapat dilakukan salah
satunya dengan meningkatkan efisiensi sumber daya dan sarana yang terbatas
serta meningkatkan efektifitas pemungutan yaitu dengan mengoptimalkan
potensi yang ada, serta terus diupayakan menggali sumber-sumber pendapatan
baru yang potensinya memungkinkan, sehingga dapat dipungut pajak sesuai
dengan ketentuan yang ada.
Pemungutan pajak daerah merupakan perwujudan dari pengabdian
dan peran wajib pajak untuk langsung dan bersama-sama melaksanakan
kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan
pemungutan pajak daerah sebagai pencerminan kewajiban dibidang perpajakan
berada pada anggota masyarakat wajib pajak. Pemerintah dalam hal ini
aparatur perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan
pembinaan, pelayanan dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban
perpajakan berdasarkan ketentuan yang telah digariskan dalam Peraturan
Perundang – undangan Perpajakan.
Pada tahun 2009, salah satu penerimaan pajak daerah terbesar kedua
di Kabupaten Sukoharjo adalah pajak reklame yaitu sebesar Rp 1.433.384.200.
Dibandingkan dengan pajak daerah lain, penerimaan pajak reklame lebih tinggi
daripada pajak restoran sebesar Rp 300.090.268, pajak hotel sebesar Rp
72.620.000, pajak hiburan sebesar Rp 56.025.000, pajak parkir sebesar
36.350.000, dan pajak pengambilan bahan galian golongan C sebesar Rp
17.850.000.
Pajak reklame memiliki potensi untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, misalnya untuk
tahun 2007 dari Rp 1.188.706.860 menjadi Rp 1.421.996.725 untuk tahun
2008. Peningkatan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan
pengaruh positif bagi perkembangan pembangunan di Kabupaten Sukoharjo
meskipun masih memerlukan evaluasi yang bertujuan untuk lebih
meningkatkan dan mempertahankan penerimaan pajak daerah dari sektor pajak
reklame.
Evaluasi penerimaan pajak reklame perlu dilakukan untuk mengetahui
jumlah realisasi yang diperoleh dan apakah target penerimaan pajak reklame
dapat tercapai serta mengetahui kontribusi dan tingkat pertumbuhan
penerimaan pajak reklame. Mengingat pajak reklame merupakan salah satu
penerimaan daerah yang sangat potensial, maka Pemerintah Daerah perlu
mengupayakan untuk mengoptimalkan pendapatan dari sektor pajak reklame
yang ada. Dari uraian diatas maka penulis bermaksud mengambil judul :
EVALUASI PAJAK REKLAME TERHADAP PENDAPATAN ASLI
DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLA KEUANGAN DAN
ASET DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2005 - 2009.
D. RUMUSAN MASALAH
Pemerintah Daerah yang dalam hal ini adalah Sukoharjo harus mampu
menggali semua sumber PAD-nya. Salah satunya yang bersumber dari pajak
daerah, yaitu pajak reklame. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Seberapa besar kontribusi pajak reklame terhadap PAD di Kabupaten
Sukoharjo selama tahun 2005 - 2009?
2. Bagaimana target dan realisasi penerimaan pajak reklame di Kabupaten
Sukoharjo selama tahun 2005 - 2009?
3. Seberapa besar tingkat pertumbuhan pajak reklame terhadap PAD di
Kabupaten Sukoharjo selama tahun 2005 - 2009?
4. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan DPPKAD Kabupaten Sukoharjo
untuk mengoptimalkan realisasi penerimaan pajak reklame tahun 2005-
2009?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kontribusi pajak reklame terhadap PAD di Kabupaten Sukoharjo
selama tahun 2005 - 2009.
2. Mengetahui bagaimana target dan realisasi penerimaan pajak reklame di
Kabupaten Sukoharjo selama tahun 2005 - 2009.
3. Mengetahui tingkat pertumbuhan pajak reklame terhadap PAD di Kabupaten
Sukoharjo selama tahun 2005 - 2009.
4. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan DPPKAD Kabupaten Sukoharjo
untuk mengoptimalkan realisasi penerimaan pajak reklame tahun 2005- 2009.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi Pemerintah Daerah Sukoharjo, dapat digunakan sebagai sumbangan
pemikiran dan bahan pertimbangan bagi DPPKAD Kabupaten Sukoharjo
dalam upaya untuk meningkatkan PAD khususnya dari sektor pajak reklame.
2. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan menerpakan ilmu
pengetahuan di bidang perpajakan yang telah diperoleh dibangku kiliah ke
dalam kenyataan yang sesungguhnya serta menambah wawasan tentang pajak
reklame, terutama dalam memberikan kontribusi terhadap PAD Kabupaten
Sukoharjo.
3. Bagi pembaca, dapat digunakan sebagai acuan atau bahan referensi bagi
peneliti selanjutnya, serta untuk menambah pengetahuan pembaca, khususnya
tentang potensi pajak reklame.
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen
prestatie) yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum (Rochmat Soemitro, 1990: 5).
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-
unsur sebagai berikut:
a. Iuran dari rakyat kepada negara
Yang berhak memungut pajak adalah negara. Iuran tersebut berupa uang
(bukan barang).
b. Berdasarkan Undang-Undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya.
c. Tanpa jasa timbal balik atau kontrasepsi dari negara secara langsung
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara
Untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi
masyarakat luas.
2. Fungsi pajak
Ada dua fungsi pajak, yaitu:
a. Fungsi budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
b. Fungsi mengatur (regulated)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial ekonomi.
3. Pengelompokan pajak
a. Menurut golongannya:
1.) Pajak langsung adalah pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
2.) Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
b. Menurut sifatnya:
1.) Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak
tersebut.
2.) Pajak obyektif adalah pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan dari wajib pajak.
c. Menurut lembaga pemungutannya:
1.) Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
2.) Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
4. Sistem pemungutan pajak
a. Official Assesment System
Merupakan sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak.
b. Self Assessment System
Merupakan sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada wajib
pajak untuk menghitung sendiri besarnya pajak yang terutang.
c. With Holding System
Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga (bukan fiskus dan dan bukan wajib pajak yang bersangkutan)
untuk menghitung dan menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak.
5. Pajak Daerah
a. Pengertian Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pajak yang wewenang pemungutannya
berada pada Pemerintah Daerah, baik tingkat propinsi, Kabupaten, dan
Kotapraja yang hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah
tangga daerahnya (Munawir, 1990: 21).
Sedangkan menurut UU No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang.
Pajak daerah dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang yang berlaku,
dimana hasilnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah
Daerah dan Pembangunan Daerah.
b. Penggolongan pajak Daerah
Pajak daerah termasuk klasifikasi pajak menurut wewenang
pemungutnya. Artinya, pihak yang berwenang dan berhak memungut pajak
daerah adalah Pemerintah Daerah. Selanjutnya, pajak daerah ini
diklasifikasikan kembali menurut wilayah kekuasaan pihak pemungutnya.
Menurut wilayah pemungutannya, pajak daerah dibagi menjadi:
1) Pajak Propinsi
Merupakan pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat
propinsi. Pajak propinsi yang berlaku di Indonesia sampai saat ini terdiri
dari:
a) Pajak Kendaraan Bermotor
Merupakan pajak yang dikenakan terhadap pemilikan dan atau
penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua
kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan
di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknis berupa
motor atau peralatan lainnya.
b) Pajak Kendaraan diatas Air
Merupakan pajak yang dikenakan terhadap pemilikan dan atau
penguasaan kendaraan diatas air. Kendaraan diatas air adalah semua
kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau
peralatan lainnya yang digunakan diatas air.
c) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Merupakan pajak yang dikenakan terhadap penyerahan hak milik
kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan
sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah,
warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.
d) Bea Balik Nama Kendaraan diatas Air
Merupakan pajak yang dikenakan terhadap penyerahan hak milik
kendaraan diatas air sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan
sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah,
warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.
e) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Merupakan pajak atas bahan bakar yang disediakan atau dianggap
digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang
digunakan untuk kendaraan diatas air.
f) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan
Merupakan pajak yang dikenakan terhadap pengambilan dan
pemanfaatan air, baik air bawah tanah maupun air permukaan untuk
digunakan bagi orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar
rumah tangga dan pertanian rakyat.
2) Pajak Kabupaten/Kota
Merupakan pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat
kabupaten/kota. Pajak kabupaten/kota yang berlaku di Indonesia sampai saat
ini terdiri dari:
a) Pajak Hotel
Merupakan pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang
khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat,
memperoleh pelayanan, dan/atau fasilitas lainnya yang menyatu, dikelola
dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali utuk pertokoan dan
perkantoran.
b) Pajak Restoran
Merupakan pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah tempat
menyantap makanan dan/atau minuman yang disediakan dengan
dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga/catering.
c) Pajak Hiburan
Merupakan pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua
jenis pertunjukkan, permainan, dan/atau keramaian dengan nama dan
bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan
dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas olahraga.
d) Pajak Reklame
Merupakan pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda,
alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk susunan dan corak
ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan,
menganjurkan, atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun
untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa, atau orang
yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan atau didengar dari
suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah.
e) Pajak Parkir
Merupakan pajak yang dikenakan atas tempat parkir yang disediakan
oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan atas pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garansi kendaraan
bermotor yang memungut bayaran.
f) Pajak Penerangan Jalan
Merupakan pajak atas penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan
umum dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia
penerangan jalan dan rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.
Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh PLN, maka pemungutannya
dilakukan oleh PLN.
g) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
Merupakan pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian yang terdiri
dari asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu
permata, marmer, pasir, kerikil, tanah liat,dll.
6. Pengertian Pajak Reklame
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 12 tahun
2003 Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame
adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk susunan dan
corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk
memperkenalkan, menganjurkan, atau memujikan suatu barang, jasa atau
orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa,
atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan atau
didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh
Pemerintah. Maksud dan tujuan pelaksanaan pajak reklame adalah sebagai
berikut:
a. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang kota dalam hal pemasangan reklame
b. Menciptakan ketertiban dan keindahan kota dengan menggunakan
standar reklame yang telah ditentukan
c. Memberikan kepastian hukum bagi pemasangan reklame
d. Meningkatkan Pendapatan Asli daerah
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 12 tahun
2003 tentang pajak reklame, jenis-jenis penyelenggaraan reklame meliputi:
a. Reklame papan/billboard/megatron,
b. Reklame baliho,
c. Reklame bersinar,
d. Reklame kain,
e. Reklame melekat (stiker),
f. Reklame selebaran,
g. Reklame berjalan (termasuk pada kendaraan),
h. Reklame udara,
i. Reklame suara,
j. Reklame peragaan,
k. Reklame film/slide,
l. Reklame neon sign,
m. Reklame neon box.
7. Dasar Hukum Pajak Reklame
Dasar hukum yang dipakai untuk pajak reklame meliputi:
a. Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 12 tahun 2003 tentang
pajak reklame,
b. Peraturan Bupati Kabupaten Sukohaharjo Nomor 53 tahun 2006 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 12
tahun 2003 tentang pajak reklame,
c. Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
8. Subjek dan Objek Pajak Reklame
Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame. Sedangkan objek
pajak reklame dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu:
a. Reklame tetap atau permanen adalah reklame yang bersifat tetap atau
tidak berubah selama bertahun-tahun kecuali ada bencana atau
perusahaan mengalami kebangkrutan. Pembayaran pajaknya adalah
dibayar dimuka dan untuk jangka waktu 1 tahun atau 12 bulan. Harus
dibayar lunas setelah melalui perizinan.
b. Reklame insidental adalah pemasangan reklame yang dilakukan secara
temporer dengan durasi waktu harian, mingguan, dan bulanan.
Pembayaran pajaknya dilakukan sesuai kebutuhan. Yang termasuk dalam
katagori reklame insidental seperti spanduk, umbul-umbul, cover board,
banner, baliho, balon udara, dan selebaran. Serta yang dikecualikan dari
objek pajak reklame antara lain sebagai berikut:
1) Penyelenggaraan reklame oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah,
2) Penyelenggaraan reklame melalui televisi, radio, dan warta harian,
3) Penyelenggaraan reklame oleh organisasi
politik/sosial/kemasyarakatan yang semata-mata untuk kepentingan
politik/sosial/kemasyarakatan yang bersangkutan,
4) Penyelenggaraan reklame suara oleh pengusaha
kecil/bakul/penjaja/pedagang kaki lima.
9. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Reklame
Tarif pajak reklame ditetapkan adalah sebesar 25%. Besarnya pajak
terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar
pengenaan pajak, yaitu nilai sewa reklame. Nilai sewa reklame dihitung
dengan menjumlahkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan nilai strategis.
Perhitungan NJOP berdasarkan biaya pemasangan, biaya pemeliharaan, lama
pemasangan, lokasi dan jenis pajak reklame. Nilai strategis lokasi reklame
merupakan ukuran nilai yang ditetapkan pada titik lokasi pemasangan
reklame tersebut berdasarkan kriteria kepadatan pemanfaatan tata ruang kota
untuk berbagai aspek kegiatan usaha. Hasil perhitungan nilai sewa reklame
merupakan jumlah dari unsur nilai sewa reklame sesuai dengan data masing-
masing jenis reklame yang dipasang.
10. Tata Cara Pengajuan Permohonan Izin Reklame
a. Wajib pajak mengajukan permohonan secara tertulis dengan mengisi
formulir dengan menyebutkan sekurang-kurangnya:
a) Tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan,
b) Nama dan alamat wajib pajak,
c) Jenis dan isi reklame yang akan dipasang,
d) Bunyi, kata-kata, kalimat, dan penjelasannya (dengan surat
pernyataan),
e) Pernyataan kesanggupan memasang lampu penerangan untuk papan
reklame jenis billboard,
f) Pernyataan kesanggupan mencantumkan tulisan “Kabupaten
Sukoharjo”,
g) Lokasi yang dimohon dan telah mendapatkan persetujuan dari instansi
terkait,
h) Tanda tangan dan nama terang wajib pajak.
b. Surat permohonan tersebut harus disampaikan selambat-lambatnya 7 hari
sebelum dipasangnya reklame.
c. Izin penyelenggaraan reklame baru dikeluarkan setelah dibayarnya pajak
reklame dan pembayaran lain sesuai ketentuan yang berlaku.
Penyelenggaraan reklame harus memenuhi ketentuan antara lain:
1.) Reklame jenis billboard dengan ukuran 24 meter atau lebih harus
dipasangi lampu (bersinar) dan ada logo serta tulisan “Kabupaten
Sukoharjo”,
2.) Jarak pandang antara reklame satu dengan yang lain tidak boleh
saling menutupi,
3.) Materi reklame tidak boleh berisi tulisan yang mendiskreditkan
pemerintah dan bersifat politis serta gambar porno.
11. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Reklame
a. Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan SSPD (Surat Setoran
Pajak Daerah) di kas daerah.
b. Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil
penerimaan pajak harus disetor ke kas daerah paling lambat 1x24 jam
atau dalam waktu yang ditentukan Bupati melalui Kepala Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD).
c. Wajib pajak dapat mengangsur pajak terutang secara teratur dan berturut-
turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% setiap bulan dari jumlah pajak
yang belum atau kurang bayar.
d. Persyaratan untuk dapat mengangsur pajak terutang atau menunda
pembayaran pajak adalah sebagai berikut:
1) Wajib pajak mengajukan surat permohonan secara tertulis kepada
Bupati melalui Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPPKAD) dengan menyebutkan sekurang-kurangnya:
a) Tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan,
b) Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD),
c) Nama dan alamat wajib pajak,
d) Besarnya pajak terutang,
e) Alasan yang jelas,
f) Kurun waktu pembayaran angsuran atau batas waktu penundaan
pembayaran yang dimohonkan,
g) Tanda tangan dan nama terang wajib pajak,
2) Surat permohonan tersebut harus disampaikan selambat-lambatnya 7
hari sejak tanggal diterima SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) dan
dibuktikan dengan tanda terima.
e. Pembayaran atas penundaan tersebut dilakukan dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) di kas daerah atau pemegang kas
penerima.
Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban membayar pajak dan biaya
lain-lain, maka petugas Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPPKAD) berhak melakukan penagihan, yaitu sebagai berikut.
a. Surat teguran atau surat peringatan dikeluarkan Kepala Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) sebagai awal
tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 hari sejak saat jatuh
tempo pembayaran.
b. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam
jangka waktu 7 hari setelah tanggal surat teguran atau surat peringatan
atau surat lain yang sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih
dengan surat paksa yang diterbitkan oleh Kepala Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD). Surat paksa
tersebut diterbitkan setelah lewat 21 hari sejak tanggal surat teguran atau
surat peringatan atau surat lain yang sejenis.
c. Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu
2x24 jam sesudah tanggal pemberitahuan surat paksa, Kepala Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) segera
menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP).
d. Setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belum juga melunasi utang
pajaknya, setelah lewat 10 hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan (SPMP), Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) mengajukan permintaan
penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
Gambar II.1 Mekanisme pembayaran dan Penagihan Pajak Reklame
tidak membayar Surat Penagihan surat peringatan surat paksa SPMP lelang
Mengangsur bunga 2%
SSPD WP
B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1. Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun
2005 - 2009
Pajak reklame merupakan pajak daerah penyumbang terbesar kedua
setelah Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Sukoharjo. Untuk itu, perlu
diketahui besarnya kontribusi atau sumbangan pajak daerah terhadap PAD,
yaitu dengan membandingkan antara pajak reklame dengan PAD. Untuk
menghitung kontribusi realisasi penerimaan pajak reklame dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Kontribusi = realisasi pajak reklame x 100% PAD Perkembangan pajak reklame dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009
dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel II.1 Kontribusi pajak reklame tahun 2005 – 2009
(dalam rupiah) Tahun
Anggaran Realisasi Penerimaan
Pajak Reklame Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kontribusi
2005 889.819.400 30.384.474.927 2,93% 2006 1.035.985.325 44.008.080.723 2,35%
2007 1.188.706.860 42.449.908.063 2,80%
2008 1.421.996.725 41.785.061.436 3,40%
2009 1.433.384.200 48.842.498.340 2,93% Sumber: Bagian Pendapatan DPPKAD Kab. Sukoharjo
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa besarnya kontribusi pajak
reklame terhadap PAD dari tahun 2005-2009 mengalami fluktuasi. Besarnya
kontribusi yang diberikan terhadap PAD selama kurun waktu 2005 – 2009
adalah 2,93%, 2,35%, 2,80%, 3,40%, 2,93%. Selama kurun waktu tersebut
terjadi penurunan sebesar 0,57% tahun 2006 atas tahun 2005 dan 0,47%
untuk tahun 2009 atas tahun 2008. Namun demikian, terjadi peningkatan
0,45% tahun 2007 atas tahun 2006 dan 0,60% tahun 2008 atas tahun 2007.
Penurunan dan peningkatan kontribusi pajak reklame terhadap PAD
dipengaruhi oleh kenaikan dan penurunan kontribusi PAD jenis lainnya yaitu
hasil pajak daerah non pajak reklame, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan yang
sah.
Kenaikan PAD misalnya untuk tahun 2005 ke tahun 2006 sebesar
Rp 13.623.605.723 penyebabnya antara lain:
a. Dari sektor pajak daerah non pajak reklame, terjadi kenaikan pajak
penerangan jalan dari Rp 10.703.396.815 menjadi Rp 12.169.551.511
b. Dari sektor retribusi daerah, terjadi kenaikan retribusi pelayanan kesehatan
dari Rp 4.873.473.500 menjadi Rp 7.432.069.083.
c. Dari sektor hasil pengelolaan kekayan daerah yang dipisahkan, terjadi
kenaikan laba milik daerah dari Rp 132.374.595 menjadi Rp 357.620.850
d. Dari sektor lain-lain pendapatan yang sah, terjadi kenaikan penerimaan
jasa giro dari Rp 2.836.614.179 menjadi Rp 4.388.274.443.
Penurunan PAD misalnya untuk tahun 2006 ke tahun 2007 sebesar
Rp 1.558.172.660 penyebabnya antara lain:
a. Dari sektor pajak daerah non pajak reklame, terjadi penurunan pajak
restoran dari Rp 246.870032 menjadi Rp 129.846.996
b. Dari sektor retribusi daerah, terjadi penurunan retribusi pasar dari
Rp 1.580.505.750 menjadi Rp 828.434.200
c. Dari sektor hasil pengelolaan kekayan daerah yang dipisahkan, terjadi
penurunan bagian laba lembaga keuangan bank sebesar Rp 2.308.229.433
menjadi Rp 1.519.685.686
d. Dari sektor lain-lain pendapatan yang sah, terjadi penurunan hasil
penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan sebesar Rp 641.177.387
menjadi Rp 193.002.000
2. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2005-2009
Pajak reklame merupakan salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang cukup potensial. Keberhasilan suatu daerah dapat diukur dengan melihat
kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD yang kemudian digunakan
untuk pembiayaan pengeluaran daerah.
Penerimaan pajak reklame dapat diketahui dengan membandingkan
target terhadap realisasi penerimaan pajak reklame. Target pajak reklame
adalah kemampuan maksimum yang ingin dicapai dari penerimaan pajak
reklame dalam satu tahun anggaran. Realisasi merupakan jumlah total
penerimaan yang telah dicapai dalam satu tahun anggaran.
Penetapan target pajak reklame pada Dinas Pendapatan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sukoharjo hanya berdasarkan trend
realisasi tahun sebelumnya. Penulis akan menganalisis tingkat efektivitas
penerimaan pajak reklame berdasar laporan target dan realisasi pendapatan
pajak reklame kabupaten Sukoharjo periode 2005-2009. Efektivitas adalah
suatu ukuran yang digunakan untuk menilai apakah pemungutan yang
dilakukan sudah maksimal sehingga dapat diperoleh hasil yang
memuaskan/ditargetkan. Sedangkan pengertian efektivitas menurut Handoko
(1984:7) adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat untuk
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Kebijakan akan tampak efektif
apabila mampu menaikkan pajak reklame dalam prosentase terbesar. Semakin
besar efektivitas, maka semakin tinggi tingkat efektivitasnya penerimaan.
Untuk menghitung tingkat efektivitas penerimaan pajak reklame
menggunakan rumus:
Ratio efektifitas = RPPR x 100% TPPR
Keterangan: RPPR : Realisasi Penerimaan pajak Reklame TPRR : Target Penerimaan Pajak Reklame
Berikut adalah tabel yang menyajikan perbandingan antara target yang
telah ditetapkan dan realisasi penerimaan pajak reklame dalam kurun waktu 5
tahun yang bertujuan untuk mengetahui ratio efektivitas.
Tabel II.2 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Tahun 2005-2009
(dalam rupiah)
Tahun Anggaran
Target Penerimaan
Pajak Reklame
Realisasi Penerimaan
Pajak Reklame
Tingkat efektivitas
Penerimaan Pajak Reklame
2005 853.110.000 889.819.400 104,30%
2006 1.000.000.000 1.035.985.325 103,60%
2007 1.350.000.000 1.188.706.860 88,05%
2008 1.562.078.000 1.421.996.725 91,03%
2009 1.552.404.000 1.433.384.200 92,33%
Sumber: Bagian Pendapatan DPPKAD Kab. Sukoharjo
Dengan melihat tabel II.2 di atas, selama tahun 2005-2006 penerimaan
pajak reklame sudah efektif, sedangkan tahun 2007 sampai dengan tahun
2009 penerimaan pajak reklame belum efektif, hal ini dapat dilihat dari
pencapaian penerimaan pajak reklame belum 100% terpenuhi sesuai target
yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Banyaknya spanduk ilegal yang tidak berijin didukung dengan
keterbatasan petugas dalam melakukan pengawasan dan penertiban,
b. Poster dan spanduk yang berukuran kecil dalam jumlah banyak yang
tidak membayar pajak,
c. Wajib pajak tidak disiplin membayar pajak reklame sesuai yang
ditetapkan dalam ketentuan, karena tingkat kesadaran wajib pajak masih
rendah,
d. Minimnya kualitas dan kuantitas petugas dalam pemungutan pajak
reklame sehingga penerimaan pajak reklame kurang optimal,
e. Kurangnya sarana dan prasarana bagi para petugas dalam pemungutan
pajak reklame, sehingga hasil kerja para petugas kurang maksimal.
3. Tingkat Pertumbuhan Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Tahun 2005-2009
Penerimaan target dan realisasi pajak reklame merupakan dasar untuk
mengetahui seberapa besar laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan ini
digunakan untuk mengukur kenaikan atau perkembangan penerimaan pajak
reklame dari tahun ke tahun. Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan
pajak reklame menggunakan rumus sebagai berikut ( Halim, 2001:155).
G = Rtn – Rto x 100 % Rto
Keterangan:
G : Laju pertumbuhan
Rtn : Realisasi tahun ke-n
Rto : Realisasi tahun sebelumnya
Untuk mengetahui bagaimana tingkat pertumbuhan penerimaan pajak
reklame selama 5 tahun terakhir dapat diketahui dalam tabel berikut.
Tabel II.3 Realisasi Penerimaan Pajak Reklame tahun 2005-2009
(dalam rupiah) Tahun
Anggaran Realisasi
Penerimaan Pajak Reklame
Kenaikan/ Penurunan (Prosentase)
Kenaikan/ Penurunan (Rupiah )
2005 889.819.400 - -
2006 1.035.985.325 16,43% 146.165.925
2007 1.188.706.860 14,74% 152.721.535
2008 1.421.996.725 19,63% 233.289.865
2009 1.433.384.200 0,80% 11.387.475
Sumber: Bagian Pendapatan DPPKAD Kab. Sukoharjo
Berdasarkan tabel II.3 dapat diketahui bahwa pertumbuhan cenderung
mengalami kenaikan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu
sebesar 19,63% dan tingkat pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2009
yaitu sebesar 0,80%.
Secara keseluruhan, tingkat pertumbuhan pajak reklame mengalami
kenaikan setiap tahunnya, yaitu sebesar Rp 146.165.925 atau 16,43% untuk
tahun 2006 atas tahun 2005, sebesar Rp 152.721.535 atau 14,74% untuk
tahun 2007 atas tahun 2006, sebesar Rp 233.289.865 atau 19,63% untuk
tahun 2008 atas tahun 2007, sebesar Rp 11.387.475 atau 0,80% untuk tahun
2009 atas tahun 2008.
Prosentase tingkat pertumbuhan penerimaan pajak reklame dalam hal
kenaikan realisasi penerimaan pajak reklame tidak selalu sama setiap
tahunnya, hal ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang sedang lesu,
sehingga para pengusaha mengurangi biaya promosi dengan media reklame.
4. Upaya-Upaya Yang Dilakukan DPPKAD Kabupaten Sukoharjo Untuk
Mengoptimalkan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Tahun 2005-
2009
Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Sukoharjo berupaya untuk mengoptimalisasi realisasi penerimaan pajak
reklame dengan melakukan berbagai usaha sebagai berikut:
a. Membuka titik-titik tempat pemasangan reklame baru di tempat-tempat
yang strategis sehingga para pengusaha akan tertarik memasang reklame
untuk menginformasikan dan mengenalkan produk mereka kepada
masyarakat,
b. Intensifikasi pendataan dan pemungutan dalam hal pemasangan reklame
baru,
c. Melakukan penertiban terhadap pemasangan reklame yang telah habis
masa ijinnya dengan bekerja sama dengan Satpol PP Kabupaten
Sukoharjo,
d. Melakukan kerjasama antara pemerintah daerah dengan biro iklan dalam
mengembangkan dunia periklanan dengan cara memberikan peluang
pengelolaan lokasi titik-titik reklame pada pihak swasta, misalnya dalam
pemasangan reklame di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Pasar
Kartasura.
BAB III TEMUAN
A. KELEBIHAN
1. Kontribusi yang diberikan pajak reklame terhadap PAD pada tahun 2006
sampai tahun 2008 mengalami kenaikan. Kontribusi pajak reklame
terhadap PAD terjadi peningkatan 0,45% tahun 2007 atas tahun 2006 dan
0,60% tahun 2008 atas tahun 2007.
2. Pada tahun 2005 dan 2006 penerimaan pajak reklame sudah efektif dan
memenuhi target yang diharapkan, yaitu 104,30% untuk tahun 2005 dan
103,60% untuk tahun 2006.
3. Selama kurun waktu 2005 sampai tahun 2009 pertumbuhan penerimaan
pajak reklame mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu sebesar Rp
146.165.925 untuk tahun 2006 atas tahun 2005, sebesar Rp 152.721.535
untuk tahun 2007 atas tahun 2006, sebesar Rp 233.289.865 untuk tahun
2008 atas tahun 2007, sebesar Rp 11.387.475 untuk tahun 2009 atas tahun
2008.
4. Adanya kerja sama antara pemerintah daerah dalam hal ini DPPKAD
Kabupaten Sukoharjo dengan biro iklan untuk meningkatkan penerimaan
pajak reklame dengan cara memberikan peluang pengelolaan lokasi titik-
titik reklame pada biro iklan.
5. Semakin banyaknya titik-titik tempat pemasangan reklame baru di
tempat-tempat yang strategis sehingga para pengusaha akan tertarik
memasang reklame untuk menginformasikan dan mengenalkan produk
mereka kepada masyarakat.
6. DPPKAD Kabupaten Sukoharjo selalu melakukan pendataan dan
pemungutan dalam hal pemasangan reklame baru.
7. DPPKAD Kabupaten Sukoharjo selalu melakukan penertiban terhadap
pemasangan reklame yang telah habis masa ijinnya dengan bekerja sama
dengan Satpol PP Kabupaten Sukoharjo.
B. KELEMAHAN
1. Kontribusi penerimaan pajak reklame terhadap PAD mengalami
penurunan sebesar 0,57% tahun 2006 atas tahun 2005 dan 0,47% untuk
tahun 2009 atas tahun 2008.
2. Penerimaan pajak reklame selama tahun 2007 sampai tahun 2009 belum
efektif, hal ini dapat dilihat dari pencapaian penerimaan pajak reklame
belum 100% terpenuhi sesuai target yang diharapkan.
3. Prosentase tingkat pertumbuhan penerimaan pajak reklame selama tahun
2005 sampai dengan tahun 2009 dalam hal kenaikan realisasi penerimaan
pajak reklame tidak selalu sama setiap tahunnya, hal ini dipengaruhi oleh
kondisi perekonomian yang sedang lesu, sehingga para pengusaha
mengurangi biaya promosi dengan media reklame.
4. Banyak spanduk ilegal yang tidak berijin didukung dengan keterbatasan
petugas dalam melakukan pengawasan dan penertiban.
5. Poster dan spanduk yang berukuran kecil dalam jumlah banyak yang tidak
membayar pajak.
6. Wajib pajak tidak disiplin membayar pajak reklame sesuai yang ditetapkan
dalam ketentuan, karena tingkat kesadaran wajib pajak masih rendah.
7. Minimnya kualitas dan kuantitas petugas dalam pemungutan pajak
reklame sehingga penerimaan pajak reklame kurang optimal.
8. Kurangnya sarana dan prasarana bagi para petugas dalam pemungutan
pajak reklame, sehingga hasil kerja para petugas kurang maksimal.
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kontribusi yang diberikan terhadap PAD selama kurun waktu 2005 –
2009 mengalami fluktuasi. Selama kurun waktu tersebut terjadi
penurunan 0,57% tahun 2006 atas tahun 2005 dan 0,47% untuk tahun
2009 atas tahun 2008 dan terjadi peningkatan 0,45% tahun 2007 atas
tahun 2006 dan 0,60% tahun 2008 atas tahun 2007. Penurunan dan
peningkatan prosentase kontribusi ini dipengaruhi besar kecilnya
kontribusi jenis PAD lainnya yaitu hasil pajak daerah non pajak reklame,
hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah.
2. Selama tahun 2005 dan 2006 penerimaan pajak reklame sudah efektif.
Namun demikian, pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009
penerimaan pajak reklame belum efektif, hal ini dapat dilihat dari
pencapaian penerimaan pajak reklame belum 100% terpenuhi sesuai
target yang diharapkan, yaitu hanya 88,05% untuk tahun 2007, 91,03%
untuk tahun 2008, 92,33% untuk tahun 2009.
3. Tingkat pertumbuhan mengalami peningkatan setiap tahunnya, tetapi
prosentase kenaikan realisasi penerimaan pajak reklamenya tidak selalu
sama setiap tahunnya, hal ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian
yang sedang lesu, sehingga para pengusaha mengurangi biaya promosi
dengan media reklame.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak reklame tidak
optimal dan tidak seperti yang ditargetkan disebabkan oleh banyaknya
spanduk ilegal yang tidak berijin didukung dengan keterbatasan petugas
dalam melakukan pengawasan dan penertiban, poster dan spanduk yang
berukuran kecil dalam jumlah banyak yang tidak membayar pajak, Wajib
pajak tidak disiplin membayar pajak reklame sesuai yang ditetapkan
dalam ketentuan, karena tingkat kesadaran wajib pajak masih rendah,
minimnya kualitas dan kuantitas petugas dalam pemungutan pajak
reklame sehingga penerimaan pajak reklame kurang optimal, kurangnya
sarana dan prasarana bagi para petugas dalam pemungutan pajak
reklame, sehingga hasil kerja para petugas kurang maksimal.
5. Upaya-upaya yang dilakukan DPPKAD Kabupaten Sukoharjo untuk
mengoptimalkan realisasi penerimaan pajak reklame adalah membuka
titik-titik tempat pemasangan reklame baru di tempat-tempat yang
strategis, intensifikasi pendataan dan pemungutan dalam hal pemasangan
reklame baru, melakukan penertiban terhadap pemasangan reklame yang
telah habis masa ijinnya dengan bekerja sama dengan Satpol PP
Kabupaten Sukoharjo, dan melakukan kerjasama antara pemerintah
daerah dengan biro iklan dalam mengembangkan dunia periklanan.
B. REKOMENDASI
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan
rekomendasi atau saran sebagai berikut:
1. Perlu adanya peningkatan pendayagunaan aparatur khususnya yang terkait
dalam hal pendataan dan penagihan pajak reklame serta peningkatan
dalam koordinasi antar sub bagian yang ada di DPPKAD Kabupaten
Sukoharjo yang selama ini masih menunjukkan rendahnya koordinasi
tersebut. Hal ini dapat dilakukan melalui peran serta Kepala DPPKAD
dalam melaksanakan kontrol terhadap tugas pokok dan fungsi masing-
masing sub bagian.
2. DPPKAD Kabupaten Sukoharjo hendaknya mengenakan sanksi yang
tegas terhadap wajib pajak yang menunggak membayar pajak agar
memberi efek jera bagi wajib pajak dan wajib pajak lainnya tidak ingin
mencoba melanggar peraturan yang telah ditetapkan.
3. Peningkatan sarana dan prasarana bagi petugas. Dengan adanya sarana
dan prasarana yang baik akan memberikan hasil kerja yang maksimal dari
para petugas.
4. Peningkatan pelayanan yang baik sehingga akan memberikan tingkat
kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah.
Yogyakarta:UPP AMP YKPN Prakoso, Kesit Bambang. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah.Yogyakarta: UII Pers Mardiasmo. 2003. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi _____________.2003. Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 12 tahun 2003 tentang pajak reklame. _____________.2006. Peraturan Bupati Kabupaten Sukohaharjo Nomor 53 tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 12 tahun 2003 tentang pajak reklame.
Top Related