HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN BENTUK
BUMI DENGAN KUAT MEDAN MAGNET BUMI
Esai ini Disusun sebagai Guna Melengkapi Tugas Besar Mata Kuliah Fisika Dasar Dua Semester II Tahun Ajaran 2012/2013
Disusun oleh
Ahmad Fauzan
Annisa Saputri (1206216853)
Ghanis Mahdiana Inka Afiata (1206261604)
Hanif Audina Rahmawati (1206218013)
Muhammad Akbar Faereza (1206218032)
Septiyan Eka Wibisana (1206217824)
Romaita Ardzillah (1206216834)
Departemen Teknik SipilFakultas Teknik
Universitas IndonesiaDepok
2013
HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN BENTUK BUMI DENGAN KUAT MEDAN
MAGNET BUMI
A. Pendahuluan
Bumi terbentuk sejak ratusan juta tahun yang lalu dengan berbagai teori. Teori
pertama adalah teori bigbang, dimana alam semesta ini dibentuk oleh gumpalan kabut
raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut memungkinkan adanya bagian-
bagian kecil yang terlempar. Lama-kelamaan gumpalan tersebut akan meledak dengan
dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula.
Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku
dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti,
kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar
ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang
mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-
planet, termasuk planet bumi.
Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap
hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan
bumi, yaitu:
1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum
mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya
diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan
yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan
3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel
dalam, mantel luar, dan kerak bumi.
Perubahan di bumi disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca.
Dalam proses pembentukkan bumi mengalami banyak perubahan. Berdasarkan
teori diatas bumi awal mula berbentuk cair yang kemudian membeku hingga
membentuk bumi yang seperti sekarang. Sekarangpun bumi masih mengalami
perubahan berdasarkan perubahan lempeng bumi yang mengakibatkan bumi berubah
bentuk.
Bumi yang sudah terbentuk sedemikian rupa memiliki dua kutub yaitu kutub
utara dan kutub selatan, dimana yang kita ketahui adalah kedua kutub ini selalu
sebagai arah acuan dari kompas. Kompas dibuat dengan menggunakan magnet yang
selalu menunjuk kearah utara dan selatan sehingga seperti yang kita ketahui bahwa
bumi pun merupakan sebuah magnet yang sangat besar. Banyak sekali bukti yang
menunjukkan bahwa bumi merupakan magnet yang sangat besar yaitu, adanya gaya
tari atau grafitasi bumi yang mengakibatkan manusia tidak jatuh ketika menapakkan
kakinya ditanah, kompas yang selalu menunjukkan kearah utara dan selatan, serta
adanya segitiga bermuda yang sering menghisap benda-benda yang di atasnya ke
dalam lubang tersebut.
Berdasarkan bukti tersebut, bagaimana hubungan proses pembentukkan serta
perubahan bumi terhadap kuat bumi sebagai magnet? Faktor apa saja yang
mempengaruhi sehingga bumi memiliki medan magnet?
B. Bumi sebagai Magnet
Dalam percobaan menggantungkan magnet batang di langit-langit dapat dilihat
bahwa magnet tersebut selalu menunjuk ke arah utara dan selatan. Selain itu juga
kompas yang terbuat magnet selalu menunjuk ke arah utara dan arah selatan. Hal ini
menunjukkan bahwa bumi memiliki medan magnet.
Beberapa teori pembentukkan medan magnet bumi, yaitu:
1. William Gilbert (1600), melakukan sebuah percobaan yang menghasilkan variasi
arah gaya magnet pada mineral lodestoe yang termagnetisasi secara alami yang
dipotong sehingga berbentuk menyerupai bola. Variasi inklinasi sama dengan apa
yang dia ketahui pada medan magnet bumi, yang disimpulkan bahwa medan
magnet bumi yang ada disebabkan dari dalam bumi bukan dari sumber lain yang
di perkirakan waktu.
2. Gauss (1839), medan magnet bumi berasal dari dalam yang disesuaikan dengan
teori model dipole.
3. Telford (1976), kuat medan magnet berbeda-beda sesuai dengan bentuk
permukaannya, yaitu dari luar dan bentuk bebatuannya
4. W.M. Elasasser dan E.C. Bullard, dinyatakan bahwa di dalam inti bumi terdapat
aliran fluida (yang meterialnya berupa besi yang memilki sifat sebagai konduktor
yang baik dan diamagnetik) yang terionisasi sehingga menimbulkan aksi dinamo
oleh dirinya sendiri (Self-exiting dynamo action) yang dapat menimbulkan medan
magnet utama bumi
Medan magnet bumi utama yaitu medan magnet yang berasal dari aktifitas inti
bumi yang suatu ketika dapat berubah seiring berjalannya waktu. Teori pembentukkan
bumi yang berasal dari sebuah ledakan, dan mengalami pembekuan dari bentuk cair
menuju padat, sehingga masih ada bentuk bagian inti bumi yang berbentuk cair.
Semua material pembentuk bumi diasumsikan adalah material besi yang memilik sifat
konduktor yang sangat baik. Besi merupakan material yang memiliki sifat
diamagnetik atau memiliki gaya magnetic yang sangat kuat. Bentuk inti bumi yang
berbentuk cair, mengakibatkan terjadinya arus listrik yang berbeda-beda. Arus listrik
yang dihasilkan menimbulkan terjadinya medan magnet yang terjadi di bumi.
Medan magnet luar yaitu medan magnet yang dihasilkan oleh aktifitas ionisasi
gelombang ultraviolet melalui atmosfer lebih tepatnya ionosfer yang berasal dari
radiasi sinar matahari. Ionisasi zat tersebut menghasilkan arus listrik kuat yang
disebut elektroject, yang mengalir dari barat ke timur melalui sebuah sabuk sempit
yang sangat panjang sepanjang equator. Sumbangan medan luar ini terhadap medan
magnet bumi hanya sebesar kira kira 1% dari medan total. Matahari memancarkan
arus tetap yang terdiri dari atom hydrogen terionisasi (proton) dan elektron yang
menjalar melalui tata surya dengan kecepatan supersonik. Angin matahari yang
muncul seperti ini berinteraksi secara kuat dengan medan magnet bumi yang
menyebabkan terjadinya badai magnetik sehingga nilai medan magnet bumi
mengalam perubahan
C. Perbedaan Kuat Medan Bumi
Medan magnet bumi menghasilkan fluks magnet yang berbeda-beda pada setiap
wilayah, dimana fluks pada daerah kutub lebih besar dibandingkan fluks di daerah
khatulistiwa. Hal ini disebabkan perbedaan aliran fluida dalam bumi (magma) serta
jenis bebatuan yang menyusunnya, perbedaan komponen material, perbedaan bentuk
permukaan bumi seperti kutub dan khatulistiwa. Selain faktor dalam faktor luarpun
mempengaruhi perbedaan medan magnet bumi yaitu perbedaan radiasi penyinaran
cahaya matahari yang menghasilkan gelombang elektromagnetik.
Perbedaan aliran fluida dalam bumi sangat mempengaruhi besar medan magnet
pada permukaan bumi serta perubahan waktu yang mengubah aliran tersebut menjadi
bebatuan. Hal ini dianalisis dari super computer, geodynamo, yang di temukan oleh
Akira Kageyama dari University of Tokyo dan rekan kerja, Paul H. Roberts U.C.L.A.
dan salah satu dari kami (Glatzmaier); dan Christopher A. Jones dari Universitas
Exeter di Inggris dan rekannya. Ketika kecepatan fluida dalam bumi besar, maka akan
menghasilkan medan magnet yang sangat besar, sesuai dengan bilangan reynold yang
dihasilkan yang semakin besar pula. Perubahan fluida menjadi bebatuan melalui
proses pembekuan,dimana bebatuan di daerah kutub selatan dan utara menghasilkan
besar fluks magnet yang mengarah keluar dari inti bumi. Sehingga besar medan
magnet di daerah kutub lebih besar dibandingkan di daerah khatulistiwa. Inti bumi
yang seluruhnya berupa cairan, selalu berkomunikasi dengan mantel bumi yang
mayoritas berbentuk batuan untuk dapat menimbulkan medan magnet. Sehingga
bebatuan serta aliran fluidsa mempengaruhi besar medan magnet bumi.
Batuan adalah pembentuk utama lempeng bumi, dimana tercatat bahwa lempeng
disediakan oleh batuan magnetisasi. Jadi perubahan lempeng pun memperngaruhi
kuat medan magnet bumi. Ketika terjadi pergeseran bumi maka akan menimbulkan
aliran electron yang menghasilkan arus, sehingga menimbulkan medan magnet yang
cukup kuat. Ketika terjadi lipatan lempengan pun akan menimbulkan medan magnet.
Perbedaan komponen material bumi yang memiliki kerapatan yang berbeda
menimbulkan perbedaan magnet. Bumi terbentuk oleh material seperti Fe, Na, K, O,
Si, Al, Mg dan lain-lain. Fe atau besi yang memiliki sifat konduktor yang besar dan
diamagnetik yang besar menimbulkan perbedaan medan magnet. Fe ini material
pembentuk utama inti bumi, dimana ketika terjadi aliran, atau percikan besi yang
sangat besar akan menimbulkan arus listrik sehingga dapat menghasilkan medan
magnet yang cukup besar. Na atau Natrium disebut juga sodium sebagai pembentuk
bumi memiliki konduktivitas yang tinggi dan rendahnya titik lelehnya. Natrium
digunakan dalam percobaan menetukan bilangan Reynold, yang merupakan bilangan
penentu besar medan magnet. Mg atau Magnesium memiliki sifat yaitu merupakan
elektroda yang kuat, dimana dapat memberikan electron dengan mudah sehingga akan
menghasilkan arus listrik yang besar. oleh karena itu, medan magnet bumi terbentuk
oleh magnesium. Magnesium adalah pembentuk bumi terbanyak ketiga, sehingga
lumayan mendominasi keberdaannya. K atau Kalium memiliki sifat mudah bergerak.
Kalium yang merupakan unsur golongan Alkali mudah sekali untuk melepas electron
sehingga dengan mudah dia akan menghasilkan arus listrik. Timbulnya arus listrik
menghasilkan medan magnet. O atau Oksigen memiliki sifat mudah terbakar. Ketika
lava bergerak maka akan menimbulkan kobaran api yang sangat besar sehingga
menimbulkan percikan api yang menghasikan arus listrik dan magnet. Selain
material-material tersebut masih ada Si, Al yang memiliki sifat isolator, namun tidak
terlalu banyak, sehingga medan magnet tetap dihasilkan oleh seluruh material-
material pembentuk bumi.
Perpendaran fluks magnet yang menembus dari dalam bumi ke luar,lebih kuat di
daerah selatan dan daerah utara, namun untuk daerah khatulistiwa tidak begitu besar.
Sehingga magnet yang dihasilkan di daerah kutub lebih besar dibandingkan daerah
khatulistiwa. Dalam hal inipun terlihat bahwa gaya gravitasi yang ada di daerah kutub
lebih besar dibandingkan daerah khatulistiwa. Hal ini disebabkan permukaan kutub
lebih renggang dan memiliki luas yang cukup besar dibandingkan daerah
khatulistiwa. Sesuai dengan rumus fluks magnet bahwa semakin luas daerah sentuh
maka akan semakin luas fluk magnet yang dihasilkan.
Selain faktor dalam, faktor luarpun mempengaruhi besar medan magnet bumi.
Faktor luar yang mempengaruhi medan magnet bumi adalah radiasi gelombang
elektromagnetik yang dihasilkan oleh sinar matahari. Hal yang sering memperngaruhi
kuat medan magnet dari luar bumi yaitu matahri, dengan adanya peristiwa erupsi
(Solar Flarer), bintik hitam matahari (sun spot), dan badai magnetic. Erupsi atau solar
flarer adalah loncatan bunga api matahari sejauh beberapa kilometer dari
permukaannya. Materi yang dipancarkan ini mengganggu keseimbangan ionosfer,
sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan medan listrik yang selanjutnya akan
mengakibatkan gangguan medan magnet. Bintik hitam atau sun spot terjadi karena
penurunan suhu di salah satu lapisan matajri, yaitu fotosfer dari 6000 K menjadi 4000
K. Kejadian ini mengakibatkan terjadinya gangguan pada frekuensi gelombang radio
dan arah tunjuk jarum kompas. Badai megnetik terjadi setelah terjadinya bintik hitam,
yaitu ketika terjadi partikel bermuatan listrik yang sampai ke permukaan bumi dari
matahari sehingga menimbulkan gaya magnet yang sangat besar.
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa bumi merupakan magnet terbesar yang
kuat magnetnya berbeda-beda pada setiap permukaannya. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar, sehingga menimbulkan banyak hal
yang kemungkinan merubah berapa besar gaya grafitasi bumi pada permukaan yang
berbeda.
REFERENSI
Jurnal
- Esai “Probing the Geodynamo” by Gary A. Glatzmaier dan Peter Olson
- Esai “ Hotspots Unplugged” oleh John A. Tarduno
Skripsi
- Aprihandono, Galuh. 2006. Penentuan Azimuth dan Inklinasi dalam Pengeboran
Sumur Migas dengan Powerpulse Menggunakan Prinsip Pengukuran Medan Magnet
dan Gravitasi Bumi. Program Studi Fisika. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia (Bab Dasar Teori)
- Effendi, Nuz. 1991. Analisis Spektrum Magnet Bumi di Stasiun Geomagnetik
Tangerang-Jawa Barat. Program Studi Fisika. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia (Bab Dasar Teori)
Web
- http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Geofisika/Magnet_Bumi/Default.bmkg
Top Related