EFISIENSI TEKNIS PERBANKAN INDONESIA PADA BANK
YANG MERGER - AKUISISI DAN SPIN OFF
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
ANGGIT WICAKSONO
NIM 109046100154
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM (MUAMALAT)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014 M./1435 H.
i
ii
iii
Lembar pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan untuk memenuhi gelar starata satu (S1) di Universitas Islam
Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 28 Maret 2014
Anggit Wicaksono
109046100154
iv
ABSTRAK
Anggit Wicaksono, NIM 109046100154. Efisiensi Teknis Perbankan
Indonesia pada Bank yang Merger – Akusisi dan Spin Off. Konsentrasi Perbankan
Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014.
Skripsi ini membahas tetang pengukuran efisiensi perbankan Indonesia yang
terbentuk dari hasil Merger – Akusisi dan Spin Off. Kelompok perbankan yang
terbentuk dari hasil Merger dan Akusisi terdiri dari Bank Mandiri, Bank Permata dan
Bank Artha Graha Internasional sedangkan kelompok perbankan yang terbentuk dari
hasil Spin Off terdiri dari Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah dan Bank Mega
Syariah. Periode waktu pengururan yang digunakan dalam penelitian ini adalah enam
tahun selama 24 triwulan, kecuali BRI Syariah yang ketersediaan laporan
keuangannya hanya lima tahun.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data
Envelopment Analysis (DEA), dengan menggunakan asumsi Constant Return to Scale
(CRS) dengan menggunakan dua orientasi pengukuran yaitu orientasi input dan
output. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPK, aset tetap, beban
tenaga kerja sebagai variabel input serta penyaluran dana dan pendapatan operasional
sebagai output.
Hasil dari penelitian ini adalah kedua kelompok perbankan ini memiliki hasil
efisiensi yang cenderung fluktuatif, dimana perbankan yang terbentuk dari hasil Spin
Off memiliki hasil efisiensi yang lebih tinggi. Penelitian ini juga memeberikan
analisis potential improvement, dengan melihat nilai To Gain sebagai saran atau
alternatif yang dapat digunakan supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien.
Kata Kunci : Merger – Akusisi, Spin Off, Efisiensi, DEA, Potential Improvement,
Nilai To Gain
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam
penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW semoga kelak kita termasuk
kedalam umat yang mendapatkan syafaat dari beliau di hari akhir kelak.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Program Studi Muamalat
Konsentrasi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. JM Muslimin, MA selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum
yang saya hormati.
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku ketua Program Studi Muamalat yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan kepada seluruh mahasiswa prodi Muamalat.
3. Bapak Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MSC, Ph.D selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran, yang telah memberikan
banyak ilmu, serta menjadi figur yang sangat memotivasi tak hanya dalam
penyusunan skripsi ini, tetapi juga selama kegiatan perkuliahan.
vi
4. Kedua orang tua Bp. Yatino dan Ibu Suratmi yang telah memberikan dukungan
baik doa, materi, moral dan kesabarannya menunggu terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada kalian.
5. Bapak Mu’min Raur, MA. Selaku sekretaris prodi, yang selalu bersedia yang
telah bersedia untuk direpotkan, serta ibu Oke di bagian akademik yang tanpa
lelah mengurus berkas-berkas mahasiswa.
6. Kepada dosen penguji bapak Arif Fauzan, SE, MM dan bapak Nur Rianto Al
Arif, SE, M.Si terima kasih atas bimbingannya saat sidang skripsi, yang insya
allah akan membuat skripsi ini menjadi lebih baik.
7. Kakak Sari Ardiyanti selaku Kepala Cabang IPOT UIN, keluarga besar IPOT
dan perpustakaan utama yang telah direpotkan selama pembuatan skripsi ini.
8. Kawan-kawan PS E 2009 Sdr. Frizan Donovan, Qisti Amruna, Dini Aulia,
Mizan Skuroni, Irfan Hilmy, Asep Saifullah, Ridha Danjanny, Farhan Rabani
yang telah bersedia merekap data dan banyak membantu dari hal-hal non teknis.
9. Kawan-kawan lainnya Tika Astuti, Ananda Pratama, Mirriam, Desi Tria, Nizar,
Romi Agung, yang telah menjadi tempat untuk menyegarkan pikiran.
10. Keluarga besar KKN FLASH 2012 dan Desa Pancawati yang telah menjadi
keluarga kedua.
vii
11. Seluruh pihak yang telah membantu penulis menjalankan perkuliahan dan
penyusunan skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis mendoakan agar Allah SWT membalas segala dukungan
dan kebaikan kalian selama yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya dan
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 28 Maret 2014
penulis
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………… .. i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA ………………………………………… ii
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………..... iii
ABSTRAK ……………………………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. v
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. viii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. xi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………………………... 9
C. Perumusan dan Pembatasan Masalah …………………………………… 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………………... 11
E. Kerangka Pemikiran Teoritis ……………………………………………. 13
F. Metodologi Penelitian ……………………………………………………. 15
G. Sistematika Penulisan …………………………………………………..... 16
ix
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Landasan Teori
1. Restrukturisasi ..................................................................................... 18
2. Merger ……………………………………………………………….. 21
3. Akusisi ………………………………………………………………..23
4. Spin Off ………………………………………………………………. 25
5. Konsep Pengukuran Efisiensi ………………………………………... 28
6. Data Envelopment Analysis ………………………………………….. 33
7. Orientasi Model DEA ………………………………………………... 37
8. Optimasi Model DEA ………………………………………………... 40
B. Review studi terdahulu …………………………………………………... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Opersional ………………………………………………………. 52
B. Jenis dan Sumber Data …………………………………………………… 54
C. Input dan Output …………………………………………………………. 55
D. Populasi dan Sampel ……………………………………………………... 61
E. Metode Analisis ………………………………………………………….. 64
BAB IV HASIL ANALISIS DATA
A. Hasil Efisiensi Keseluruhan Perbankan ………………………………….. 74
B. Hasil Efisiensi Kelompok Perbankan Yang Merger Dan Akusisi ……….. 79
C. Hasil Efisiensi Kelompok Perbankan Yang Spin Off ………………..….... 83
D. Efisiensi Rata-Rata Perbankan yang Merger – Akusisi dan Spin
x
Off ……………………………………..………………………………… 86
E. Analisis Potential Improvement Menggunakan Orientasi Input ………… 91
F. Analisis Potential Improvement Menggunakan Orientasi Output ……….. 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………….... 108
B. Saran ……………………………………………………………………... 110
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 115
LAMPIRAN …………………………………………………………………….. 120
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ilustrasi DEA ……………………………………………………… 35
Tabel 2.2 Ilustrasi DEA dengan Pembobotan ……………………………….. 36
Tabel 2.3 Ilustrasi Input Oriented …………………………………………… 38
Tabel 2.4 Ilustrasi Output Oriented ………………………………………….. 39
Tabel 3.1 Variabel Input-Output …………………………………………….. 59
Tabel 3.2 Bank Hasil Merger dan Aksuisi …………………………………… 63
Tabel 3.3 Bank Hasil Spin Off ……………………………………………….. 64
Tabel 4.1 Hasil Efisiensi Keseluruhan Perbankan …………………………… 74
Tabel 4.2 Efisiensi Rata-rata Perbankan yang Merger – Akusisi dan Spin
Off …………………………………………………………………. 87
Tabel 4.3 Nilai To Gain Pada Bank yang Merger dan Aksusisi orientasi input …… 92
Tabel 4.4 Nilai To Gain Pada Bank Yang Spin Off Orientasi Input ………… 96
Tabel 4.5 Nilai To Gain Pada Bank Yang Merger Dan Akusisi Orientasi
Output …………………………………………………………….. 100
Tabel 4.6 Nilai To Gain Pada Bank Yang Spin Off Orientasi Output ……… 104
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ……………………………………... 14
Gambar 3.1 Persamaan DEA …………………………………………………… 67
Gambar 3.2 Model DEA CRS ………………………………………………….. 70
Gambar 3.3 Model DEA VRS ………………………………………………….. 71
Gambar 4.1 Grafik Hasil Efisiensi Keseluruhan ……………………………….. 76
Gambar 4.2 Grafik Hasil Efisiensi Bank yang Merger dan Akuisisi ……………80
Gambar 4.3 Grafik Hasil Efisiensi Bank yang Spin Off ………………………... 83
Gambar 4.4 Efisiensi Rata-rata Perbankan yang Merger – Akusisi dan Spin
Off ………………………………………...…………………………88
Gambar 4.5 Grafik Nilai To Gain Bank Yang Merger Dan Akusisi Orientasi
Input ……………………………………………………………..… 93
Gambar 4.6 Diagram Nilai To Gain Bank Yang Merger Dan Akuisisi Orientasi
Input ……………………………………………………………..… 95
Gambar 4.7 Grafik Nilai To Gain Perbankan Yang Spin Off Orientasi Input ….. 97
Gambar 4.8 Diagram Nilai To Gain Bank Yang Spin Off Orientasi Input ….… 99
xiii
Gambar 4.9 Grafik nilai to gain pada bank yang merger dan akusisi orientasi
Output …………………………………………………………… 101
Gambar 4.10 Diagram Nilai To Gain Bank Yang Merger dan Akuisisi Orientasi
Output …………………………………………………………… 103
Gambar 4.11 Grafik nilai to gain pada bank yang Spin Off Orientasi Output … 105
Gambar 4.12 Diagram nilai to gain pada bank yang Spin Off Orientasi
Output ……………………………………………………………. 107
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik
penghimpunan dana maupun penyaluran dana memberikan imbalan atas dasar
prinsip syariah, yaitu bagi hasil dan jual beli.1 Peraturan yang menjelaskan
tentang keberadaan perbankan syariah adalah UU No.10/1998 yaitu:
Salah satu bentuk usaha bank adalah menyediakan pembiayaan dan
atau melakukan kegiatan hal lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan bank Indonesia.
Perkembangan lembaga keuangaan syariah di Indonesia dimulai sejak
lama, yaitu sejak lembaga keuangan bukan bank hadir dalam konsep bagi
hasil. Namun demikian, lembaga perbankan syariah secara formal hadir pada
tahun 1992 dengan hadirnya perbankan syariah pertama, yaitu Bank
Muamalat Indonesia yang didirikan berdasarkan undang-undang nomor 7
tahun 1992.
Selama tahun 2012, perbankan syariah Indonesia mengalami tantangan
yang cukup berat dengan mulai dirasakannya dampak melambatnya
pertumbuhan perekononomian dunia yang mengakibatkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia tidak setinggi yang diharapkan, walaupun Indonesia
1 Ade Arthesa, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (Jakarta : Indeks,2006), hal. 77
2
termasuk negara yang masih mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil di
dunia. Selain itu, faktor lain seperti dampak penurunan DPK antara lain
karena penarikan dana haji dari perbankan syariah juga merupakan salah satu
hal yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan perbankan syariah. Oleh
karena itu, pertumbuhan aset perbankan syariah tidak setinggi pertumbuhan
pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Hingga bulan Oktober 2012
pertumbuhan aset perbankan syariah mencapai ± 37% dan total asetnya
menjadi ± Rp179 triliun. Meskipun demikian Bank Indonesia memperkirakan
pertumbuhan perbankan syariah tahun 2013 tetap mengalami pertumbuhan
yang relatif cukup tinggi berkisar antara 36% - 58%. Sementara perekonomian
Indonesia di tahun depan masih tetap mengalami pertumbuhan yang cukup
tinggi dalam kisaran 6,3% - 6,7%. 2
Perkembangan perbankan syariah hingga tahun 2012 ini
memperlihatkan kemajuannya, total Bank Umum Syariah hingga saat ini
berjumlah 11 Bank Umum Syariah (BUS), sedangkan untuk Unit Usaha
Syariah (UUS) berjumlah 24 dan untuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) sebanyak 156. Jumlah BUS, UUS dan BPRS untuk tahun-tahun
mendatang sangat mungkin untuk terus bertambah. Pertama, karena memang
sejak diterbitkannya UU No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah adanya
tuntutan UUS yang sudah mencapai 50% harus melakukan spin off dari
induknya hingga pada tahun 2023 batasnya. Belum lagi bank konvensional
2 www.bi.go.id diakses pada 15 april 2013
3
yang resmi berubah menjadi bank syariah tidak boleh kembali lagi ke status
konvensionalnya.3
Lebih lanjut dalam UU No. 19 tahun 2003 diatur dalam bab khusus
tentang restrukturisasi dan privatisasi. Dalam pasal 72 disebutkan dengan jelas
maksud dan tujuan restrukturisasi salah satunya adalah agar badan usaha
dapat beropresi secara efisien.4 Untuk menilai apakah suatu bank termasuk
kategori bank sehat atau bank sakit maka harus dilihat dari kinerja
operasionalnya. Kinerja dapat diukur salah satunya dengan melihat efisiensi
pengelolaan dana bank tersebut. Untuk itu dengan semakin efisien suatu bank
maka akan mengindikasikan tingkat kesehatan bank.5
Perkembangan perbankan di Indonesia khususnya perbankan syariah
tidak lepas dari kebijakan restrukturisasi yang dilakukan perbankan di
Indonesia khususnya strategi spin off. Secara teoritis yang dimaksud dengan
restrukturisasi adalah pembenahan suatu badan usaha yang menyangkut
struktur, organisasi, aspek hukum, komposisi kepemilikan aset, dan intern
manajemen yang pada dasarnya mempunyai tujuan untuk membentuk badan
usaha menjadi pelaku ekonomi yang efisien, efektif, produktif dan dikelola
secara professional bisnis sehingga mampu mendapatkan keuntungan.6
3 www.fossei.org diakses pada 15 april 2013
4 Marwah M Diah, Restrukturisasi BUMN di Indonesia (Jakarta : Literata Lintas Media,
2003), hal. 190 5 Suseno Priyonggo, Analisis Efisiensi dan Skala Ekonomi Pada Industri Perbankan Syariah
di Indonesia (P3EI, 2004), hal. 37 6 Marwah M Diah, Restrukturisasi BUMN di Indonesia (Jakarta :Literata Lintas Media,
2003), hal. 203
4
Spin off adalah organisasi, objek atau entitas baru yang merupakan
hasil pemisahan atau pemecahan dari bentuk yang lebih besar.7 Landasan
hukum yang, mengatur tentang spin off adalah Pasal 68 Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008, yakni:
1. Dalam hal Bank Umum Konvensional memiliki UUS yang nilai
asetnya telah paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari total nilai
aset bank induknya atau 15 (lima belas) tahun sejak berlakunya
Undang-Undang ini, maka Bank Umum Konvensional dimaksud
wajib melakukan Pemisahan.
2. UUS tersebut menjadi Bank Umum Syariah. Ketentuan lebih
lanjut mengenai Pemisahan dan sanksi bagi Bank Umum
Konvensional yang tidak melakukan Pemisahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.8
Houston dan Ryngaert, menjelaskan bahwa banyak yang
memperdebatkan bahwa merger dan akuisisi bank merupakan refleksi tekanan
pasar untuk mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi. Oleh karena itu,
terdapat perdebatan panjang tentang sifat khusus yang mendatar mengenai
lembaga perbankan. Namun demikian, dalam perekonomian modern
perbankan merupakan lembaga ekonomi yang memiliki kedudukan strategis
karena kontribusinya pada penentuan arah dan perkembangan ekonomi suatu
kawasan atau Negara. Pendapat para akademisi dan, peneliti, pembuat
kebijakan, dan paraktisi pasar secara luas mengakui bahwa bank merupakan
7 www.wikipedia.org diakses pada tanggal 15 april 2013
8 www.digilib.petra.ac.id diakses pada tanggal 15 april 2013
5
lembaga ekonomi yang khusus atau berbeda dibandingkan dengan lembaga
lainnya9.
Menurut Mardanugraha, sebelum melakukan merger atau diakusisi,
perbankan secara internal terlebih dahulu harus efisien dan yang dapat
dilakukan antara lain dengan meningkatkan produktivitas karyawan atau
peningkatan penggunaan teknologi. Sebagai keputusan strategis, merger dan
akuisisi bukan merupakan jaminan bahwa perusahaan terkonsolidasi atau
terakusisi akan tercatat sebagai perusahaan yang sukses dalam menapaki
bisnis pasca akusisi10
.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
restrukturisasi adalah untuk meningkatkan kinerja. Kenyataan yang terjadi
dalam dunia perbankan adalah restrukturisasi dilakukan perbankan
konvensional dengan tujuan untuk menyelamatkan perbankan dari
kemungkinan kepailitan yaitu dengan melakukan merger dan akusisi dengan
bank yang lebih sehat supaya perbankan dapat terus beroperasi. Pada
perbankan syariah restrukturisasi dilakukan dengan dengan cara spin off yang
bertujuan untuk mengembangkan usaha serta menjalankannya usahanya
dengan prinsip yang murni syariah tanpa campur tangan perbankan
konvensional. Selain tujuan tersebut restrukturisasi juga dilakukan untuk
9 Bambang Mulyana, Merger dan Akuisis Bank di Indonesia Tahun 1995-2008 (MB-IPB,
2012), hal. 2-3 10
Ibid
6
meminimalisir biaya pembentukan perbankan baru, dimana restrukturisasi
diyakini akan menghemat biaya dalam usaha pendirian perbankan.
Hampir semua pendapat menyatakan bahwa restrukturisasi dapat
meningkatkan efisiensi perbankan. Bahkan Mardanugraha menyatakan bahwa
untuk melakukan merger dan akusisi perbankan diharuskan supaya terlebih
dahulu dapat beroperasi dengan efisien. Beberapa cara restrukturisasi yang
biasa dilakukan dalam pendirian perbankan adalah dengan cara merger dan
akusisi serta spin off. Yang menarik dari hal tersebut adalah jika perbankan
yang malakukan restrukturisasi harus efisien, maka mana sajakah perbankan
yang sudah beroperasi dengan efisien. Dalam hal ini efisiensi perbankan
dikelompokan kedalam perbankan yang merger dan akusisi serta spin off. Dari
kedua kelompok perbankan tersebut ingin dilihat manakah cara pendirian
perbankan yang masing-masing perbankannya dapat beroperasi dengan
efisien antara kelompok perbankan yang merger dan akusisi serta kelompok
perbankan yang spin off.
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis
mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan
output yang maksimal dengan input yang ada merupakan ukuran kinerja yang
diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan. pada
kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat
7
input yang ada, atau menggunakan tingkat input minimum untuk
menghasilkan tingkat output tertentu.11
Sebagai lembaga intermediasi, dunia perbankan harus bertindak
rasional dan efisiensi merupakan salah satu kunci yang harus selalu
diperhatikan. Iswandoro S. Permono dan Darmawan menyatakan bahwa,
masalah efisiensi perbankan dirasakan sangat penting saat ini maupun dimasa
mendatang, karena antara lain: (1) kompetisi yang bertambah ketat; (2)
permasalahan yang timbul sebagai akibat berkurangnya sumber daya; (3)
meningkatnya standar kepuasan nasabah. Oleh karena itu, analisis efisiensi
perbankan mendesak dilakukan untuk mengetahui dan menentukan penyebab
perubahan tingkat efisiensi serta selanjutnya mengambil tindakan korektif
supaya dapat melaksanakan peningkatan efisiensi sebagaimana seharusnya.12
Pengukuran efisiensi perbankan Indonesia secara operasional dapat
dilihat dari rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Menurut
pendapat yang dikemukakan oleh pengamat ekonomi Eugenia Mardanugraha
mengungkapkan bahwa salah satu indikator efisiensi perbankan secara
operasional dari sisi biaya adalah rasio antara Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO). Semakin rendah rasio BOPO menunjukan
11
Muliaman. D Hadad, dkk., Pendekatan Parametrik Untuk Efisiensi Perbankan Indonesia
(2003), hal. 1 12
Wilson Arafat, Manajemen Perbankan Indonesia (Jakarta : LP3ES, 2006), hal. 138
8
bahwa bank tersebut sudah melakukan efisiensi dalam mengeluarkan biaya-
biaya operasionalnya.13
Metode pengukuran efisiensi yang banyak digunakan dalam penelitian
adalah metode parametrik yaitu Stochastic Frontier Approach (SFA) dan
metode non parametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Dalam penelitian
ini yang digunakan adalah metode non parametrik data envelopment analysis.
Metode ini dipilih karena dapat menjelaskan berapa maksimalisasi output dan
minimalisasi input yang dapat dilakukan perbankan.
Efisiensi merupakan salah satu alternatif parameter yang dapat
digunakan lembaga perbankan untuk menilai kinerja perbankan, dan
restrukturusasi adalah hal yang dianggap beberapa ahli dalam teori dan
penelitiannya dapat meningkatkan efisiensi perbankan. Salah satu strategi
restrukturisasi yang digunakan untuk pendirian perbankan adalah Merger,
Akuisisi, dan spin off. Dalam hal ini, penulis tertarik untuk mengangkat tema
tentang efisiensi perbankan sebagai bentuk masukan yang dapat digunakan
pemerintah untuk mengembangkan perbankan di Indonesia. Untuk itu, penulis
tertarik untuk meneliti lebih jauh tema efisiensi dengan judul penelitian
“Efisiensi Teknis Perbankan Indonesia Pada Bank yang Merger - Akusisi
dan Spin off”
13
Edy Hartono, Analisis Efisiensi Biaya Industri perbankan Indonesia dengan Menggunakan
Pendekatan parametrik (2009), hal. 7
9
B. Identifikasi Masalah
Untuk menghadapai persaingan ketat antar bank, maka Bank Syariah
dituntut supaya beroperasi dengan efisien. Apabila bank-bank umum yang
memiliki modal dan aset yang besar, bukan masalah berarti bagi mereka bila
beroperasi dengan tidak efisien, karena apabila bank-bank tersebut melakukan
kegiatan penyaluran dana sedangkan penyaluran dana mereka mengalami
defisit, maka mereka dapat menggunakan modal dan aset mereka untuk
membayar kewajiban-kewajibannya. Apabila masalah efisiensi terjadi pada
Bank Syariah yang modal dan asetnya masih relatif kecil, ketika penyaluran
dana yang mereka lakukan mengalami defisit apakah modal dan aset mereka
cukup untuk membayar kewajiban-kewajiban mereka.
Masalah yang terkait dengan restrukturisasi yaitu, saat ini Peraturan
Bank Indonesia tentang bank syariah yang terkait dengan pemisahan
cenderung terfokus pada startegi spin off, apabila aset telah mencapai 50%
dari bank induk atau 15 tahun setelah peraturan ini keluar maka Unit Usaha
Syariah harus di spin off. Kenyataannya tidak semua Unit Syariah memiliki
kinerja yang baik. Bahkan dalam Ida Savitri (2006), tidak semua perbankan
yang melakukan merger dan akusisi memiliki efisiensi yang lebih baik jika
dibandingkan dengan sebelum merger dan akusisi. Untuk itu perlu dilakukan
pengukuran dari kinerja efisiensi, salah satunya untuk mengetahui kesalahan
penggunaan biaya.
10
C. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah-masalah yang
hendak dibahas dalam penelitian ini, dan untuk memfokuskan masalah-
masalah yang akan diteliti untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka
penulis perlu memberikan perumusan dan batasan masalah terhadap objek
yang hendak dikaji. Berikut perumusan masalah yang akan dikaji:
1. Berapa tingkat efisiensi perbankan di Indonesia yang berdiri dari
hasil Merger, Akuisisi dan Spin off pada interval waktu enam
tahun semenjak dilakukannya restruktuturisasi perbankan, dengan
periode waktu yang paling dekat berdasarkan ketersediaan laporan
keuangan publikasi. Menggunakan metode non parametrik (DEA)?
2. Berapakah rata-rata tingkat inefisiensi perbankan di Indonesia
yang berdiri dari hasil Merger - Akuisisi dan Spin off dengan
menggunakan pendekatan non parametrik (DEA) ?
Selanjutnya untuk mempermudah pembahasan, penulis memberikan
batasan-batasan penelitian. Pertama, penulis hanya akan meneliti perbankan
yang terdaftar dalam Bank Indonesia. Tidak termasuk unit usaha syariah dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah yang akan digunakan
dikelompokan kedalam Bank yang berdiri dari hasil Spin off yaitu Bank
Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah dan BRI Syariah. Sedangkan bank yang
terbentuk melalui merger dan akusisi terdiri dari bank konvensional yaitu,
Bank Mandiri, Bank Permata, dan Bank Artha Graha Internasional.
11
Kedua, perbankan yang dikatakan sehat menurut CAMEL, belum
tentu dapat beroperasi dengan efisien, karena indikator efisien menurut
CAMEL hanya diwakili oleh rasio BOPO. Dalam penelitian ini penulis akan
menggunakan pendekatan non parametrik yang biasa disebut dengan Data
Envelopmet Analysis (DEA), karena pendekatan ini dapat menganalisa banyak
Input dan Output, serta dapat menganalisis maksimalisasi output dan
minimalisasi input yang harus dilakukan supaya perbankan dapat efisien.
Maka penulispun mempercayakan pengukuran efisiensi ini menggunakan
DEA dengan menggunakan software W-DEA.
Ketiga, untuk mendapatkan hasil yang valid, maka penulis akan
menggunakan periode waktu yang paling dekat dengan restrukturisasi
pendirian perbankan, berdasarkan ketersediaan laporan keuangan publikasi
dengan interval waktu enam tahun selama 24 triwulan.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setelah melihat judul yang diangkat dan latar belakang masalah yang
ada serta perumusan masalah yang ingin didapatkan, penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis tingkat efisiensi antara perbankan yang berdiri dari hasil
merger - akusisi dan spin off, sehingga bisa menjadi evaluasi, masukan dan
bahan pertimbangan bagi investor, Bank Indonesia dan pemerintah dalam
mengambil kebutusan untuk mengembangkan Perbankan Syariah di
Indonesia.
12
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Selain menambah khasanah pengetahuan baru bagi penulis,
penelitian ini juga menjadi sarana bagi penulis untuk
mengaplikasikan teori yang didapatkan dalam kegiatan
perkuliahan selama ini. Serta dapat memberikan solusi terhadap
masalah perbankan yang terjadi selama ini.
2. Akademisi dan Pembaca
Memberikan pengetahuan tentang masalah perbankan
khususnya efisiensi dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi
penelitian selanjutnya yang akan membahas tentang masalah
perbankan
3. Bagi Perbankan Syariah, Bank Indonesia, dan Pemerintah
Menjadi tambahan informasi dan masukan terkait efisiensi
perbankan di Indonesia terkait dengan kebijakan restrukturisasi
melalui strategi merger - akuisisi dan spin off. Keputusan dan
peraturan apa yang harus dibuat dan diambil dalam
mengembangkan perbankan di Indonesia.
4. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat, gambaran
tentang merger - akusisis dan spin off perbankan di Indonesia
13
terkait keefisienannya dan memberikan kepercayaan bagi
masyarakat untuk menempatkan dananya di lembaga perbankan.
E. Kerangka Pemikiran Teoritis
Pada penelitian ini, penulis mencoba membangun sebuah kerangka
pemikiran yang tepat untuk mengukur tingkat efisiensi perbankan di
Indonesia yang terbentuk dari hasil merger - akusisi dan spin off. Dalam
pengukuran ini peneliti menggunakan pendekatan intermediasi menggunakan
Data Envelopment Analysis (DEA) dimana harus terlebih dahulu menentukan
variabel-variabel Input dan Outputnya.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada penelitian
Ascarya (2007), Donsyah, Yudisthira (2004) dan Sufian Faldzan (2004).
Variabel-variabel ini terdiri dari : Variabel Output yaitu, Total Pembiayaan
(Y1) dan Total Pendapatan Operasional (Y2), sementara variabel Input terdiri
dari Total Simpanan / DPK (X1), Beban Tenaga kerja (X2), dan Aset Tetap
(X3). Variabel-variabel tersebut dipilih karena variabel tersebut merupakan
variabel yang mencerminkan karakteristik perbankan yang memiliki fungsi
intermediasi. Dimana fungsi intermediasi yang sesungguhnya
menggambarkan karakteristik bank islam yang menyalurkan dana ke sektor
riil. Hubungan alur berpikir dan interaksi dalam analisis yang akan diteliti
oleh penulis dalam menentukan tingkat efisiensi antara perbankan yang
14
terbentuk dari hasil merger - akusisi dan spin off. Dapat dilihat pada gambar
analisis sistematis di bawah ini:
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Bank Indonesia
Laporan keuangan
Merger dan Akuisisi Spin off
Variabel
Input
DPK
Aset tetap
Beban
tenaga kerja
Variabel Output
Total pembiayaan
Pendapatan
operasional
Variabel Input
DPK
Aset tetap
Beban tenaga
kerja
Variabel Output
Total pembiayaan
Pendapatan
operasional
DEA
Efisiensi perbankan yang terbentuk dari Merger - akusisi dan spin off
Pengelompokan perbankan berdasarkan :
15
F. Metodologi Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek Dalam penelitian ini yaitu perbankan di Indonesia yang
berdiri dari hasil merger - akusisi dan spin off dengan interval waktu enam
tahun.
2. Jenis dan Sumber data
Terkait jenis data merupakan data sekunder berupa laporan
keuangan perbankan di Indonesia yang berdiri dari hasi merger - akusisi
dan spin off dengan interval waktu yang paling dekat dengan
restrukturisasi pendirian perbankan, berdasarkan ketersediaan data. serta
berbagai literatur ilmiah yang berhubungan dengan efisiensi pada
perbankan. Untuk sumber data pada penelitian ini diperoleh dari laporan
keuangan perbankan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan laporan keuangan
resmi dari Bank Indonesia yang terkait dengan penelitian ini, serta
mencari sejarah terbentuknya bank tersebut untuk menentukan apakah
perbankan di Indonesia yang berdiri dari hasi merger - akusisi dan spin
off, melalui situs resmi Bank Umum Syariah yang bersangkutan.
4. Metode Analisa Data
Metode yang digunakan dalam Penelitian ini menggunakan
metode non parametrik Data Envelopment Analysis dengan melakukan
16
pengolahan variabel Input dan Output yang tersedia dalam laporan
keuangan publikasi bank, dimana dalam proses pengolahannya
menggunakan software WDEA.
5. Teknik Penulisan
Teknik penulisan penelitian ini berpedoman pada pedoman
akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009-2010, terkait tentang
penulisan skripsi.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang; latar belakang, perumusan dan
pembatasan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian, review
studi terdahulu, kerangka pemikiran teoritis, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang gambaran umum tentang perbankan
syariah yang terbentuk berdasarkan pendiriannya antara yang
berdiri dari hasi merger - akusisi dan spin off. Serta
menjelaskan tentang konsep efisiensi pengukuran Data
Envelopment Analysis (DEA).
17
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang sumber data yang digunakan dan
penjelasan terkait variabel Input dan Outputnya serta metode
analisis yang digunakan untuk menjawab perumusan masalah
yang akan menjadi bahan penjelasan di bab pembahasan,
metode tersebut adalah dengan pengkuran efisiensi non
parametrik menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA).
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan hasil olahan data secara
mendalam, sehingga akan didapatkan sebuah hasil penelitian
yang baik sehingga nantinya akan merujuk pada sebuah
kesimpulan dan rekomendasi apa yang seharusnya dilakukan
oleh Bank Indonesia dan pemerinah untuk mengembangkan
perbankan syariah.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan
analisis dari hasil olahan data dan berisi saran atau
rekomendasi yang tepat diberikan berdasarkan hasil penelitian
sebagai solusi.
18
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Landasan Teori
1. Restrukturisasi
a. Pengertian Restrukturisasi
Adapun pengertian restrukturisasi menurut Suad Husnan dan
Enny Pudjiastuti bahwa: “restrukturisasi merupakan kegiatan untuk
merubah struktur perseroan”. Restrukturisasi yang terjadi pada
perseroan meliputi restrukturisasi sumber daya manusia dan
restrukturisasi keuangan. Dimana hal ini diberlakukan agar
pengelolaan perseroan sendiri dapat lebih optimal dalam
meningkatkan kinerja keuangan. Dari kedua pengertian diatas pula,
bahwa restrukturisasi dapat diartikan makin membesar atau makin
mengecilnya struktur organisasi suatu perseroan. Apabila diartikan
dalam pengertian pertama, maka kegiatan Merger, Akusisi dan Spin
Off juga merupakan upaya untuk melakukan restrukturisasi.
Bentuk dari Restrukturisasi perseroan menurut Gunadi adalah sebagai
berikut1 :
1) Merger (penggabungan usaha).
1 Gunadi, Beberapa Tinjauan Tentang Permasalahan Hukum Perseroan, (Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2005), hal. 83.
19
2) Konsolidasi (peleburan usaha).
3) Likuidasi (pembubaran usaha)
4) Kepailitan (kebangkrutan usaha)
5) Split off (pemecahan usaha)
6) Spin off (pemekaran usaha)
7) Revaluasi (penilaian kembali aktiva tetap usaha)
8) Rekapitalisasi (penataan kembali permodalan usaha)
9) Reorganisasi (perubahan struktur usaha).
b. Tujuan Restrukturisasi
Adapun tujuan restrukturisasi sebagaimana di tetapkan dalam
Pasal 72 ayat (2) Undang- Undang No 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) adalah untuk kepentingan sebagai
berikut:
1) Meningkatkan kinerja dan nilai perseroan.
2) Memberikan manfaat berupa deviden dan pajak kepada
Negara.
3) Menghasilkan produk dan layanan dengan karya yang
kompetitif kepada konsumen.
4) Memudahkan privatisasi.
c. Bentuk Restruturisasi
Untuk kasus-kasus tertentu kadang-kadang diperlukan
kombinasi strategi restrukturisasi. Restrukturisasi melibatkan para
pemilik perseroan secara langsung. Dalam menjalankan tugas tersebut
20
mereka dapat dibantu dewan komisaris, manajemen perseroan.
Adapun bentuk restrukturisasi yang banyak dipergunakan untuk
mengatasi krisis keuangan perseroan adalah sebagai berikut :
1) Restrukturisasi harta (reorganization of assets)
Salah satu cara untuk memperbaiki likuiditas keuangan
perseroan adalah menata kembali harta yang dimiliki perseroan.
Hal itu dilakukan dengan jalan megurangi jenis atau jumlah harta
tetap, termasuk sarana produksi yang kurang berguna atau tidak
efisien lagi. Harta tetap seperti itu dapat jual kepada pihak ketiga.
Dengan menjual harta tetap yang kurang berguna atau tidak efisien
bagi perseroan akan mendapat injeksi dana segar. Dana tersebut
dapat dipergunakan untuk mendanai kebutuhan modal kerja dan
melunasi utang-utang yang berbunga tinggi.
2) Restrukturisasi Perseroan
Restrukturisasi perseroan dilakukan dengan jalan memperkecil
skala organisasi perseroan memangkas sumber pemborosan dan
dan merasioanalisasi jumlah karyawan yang berlebihan. Apabila
menurunnya kinerja bisnis perseroan juga disebabkan karena
pengelapan uang, perlu juga dilakukan penggantian personalia
manajemen dan karyawan yang terbukti telah merugikan
perseroan. Apabila dirasa perlu restrukturisasi juga dapat
21
dilakukan dengan jalan menata kembali atau menciutkan ruang
lingkup usaha perseroan.
Tujuan utama restrukturisasi adalah menurunkan jumlah
beban biaya tetap dan meningkatkan efesiensi kegiatan bisnis
perseroan. Disamping itu rerorganisasi dijalankan guna
menciptakan manajemen perseroan yang lebih proposional dan
bersih.
2. Merger
a. Pengertian Merger
Istilah “merger” berasal dari kata kerja “merge” yang berarti
“menggabungkan atau memfungsikan”. Menurut pakar hukum bisnis
Indonesia memberikan pengertian merger, seperti berikut :
(a) Bacelius Ruru, mengartikan merger sebagai penggabungan usaha
dari dua atau lebih perusahaan yang pada akhirnya bergabung ke
dalam salah satu perusahaan yang telah ada sebelumnya.
(b) Christian Wibisono, menggartikan merger sebagai penggabungan
dua badan usaha yang relatif berimbang kekuatannya, sehingga
terjadi kombinasi baru yang saling mengguntungkan.
Dari beberapa pengertian merger yang telah disebutkan, pada
dasarnya ada kesamaan di dalam unsur-unsur pengetian merger, yaitu :
(a) Merger atau penggabungan perusahaan adalah salah satu cara
penyatuan perusahaan, di samping peleburan perusahaan (konsolidasi)
22
dan pengambilalihan perusahaan (akuisisi); (b) Merger melibatkan dua
pihak, yaitu satu perusahaan yang menerima penggabungan dan satu
atau lebih perusahaan yang menggabungkan diri; (c) Perusahaan yang
menerima penggabungan akan menerima pengambilalihan seluruh
saham, harta kekayaan, hak, kewajiban, dan utang perusahaan yang
menggabungkan diri. Jika dianalisis dalam berbagai aspek, sebenarnya
banyak alternatif latar belakang mengapa perlunya tindakan merger
bagi perusahaan-perusahaan, baik perusahaan dalam kondisi sehat
maupun tidak sehat.
b. Faktor Merger
Secara umum merger perusahaan dilatarbelakangi oleh beberapa
faktor yaitu :
(a) Meningkatkan Efisiensi
(b) Penganekaragaman Bidang Usaha atau
(c) Meningkatkan Penguasaan Pangsa Pasar (Market Share)
(d) Pengurangan Kewajiban Pembayaran Pajak
(e) Penilaian harta yang lebih rendah dari yang sebenarnya
(f) Ingin meningkatkan prestige.
Mekanisme merger sebenarnya dapat dilaksanakan baik
untuk tujuan penyelamatan (Rescue) maupun untuk tujuan
pengembangan usaha (Improving Business). Bagi bank
bermasalah, merger dengan bank lain yang lebih besar dan sehat
23
merupakan pilihan yang menguntungkan, penyelamatan oleh
bank lain yang kuat akan mengurangi masalah likuiditas karena
memperoleh tambahan dana segar (Fresh Money). Untuk
pengembangan usaha maka merger bertujuan mempercepat
berkembangnya bisnis dan operasi serta keuntungan lebih cepat
jika dibandingkan dengan perkembangan alamiah. Menurut
Smith (1996), merger bank dimaksudkan untuk mengurangi
biaya tenaga kerja , biaya overhead dan mengombinasikan antara
efisiensi yang telah dicapai oleh partner merger, dan mengurangi
jumlah cabang yang tingkat operasionalnya overlapping antara
satu cabang dengan cabang lain.
3. Akuisisi
Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan suatu bank yang
mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap bank.2
Pengambilalihan kepemilikan dapat berupa pembelian sebagian
terbesar atau seluruhnya saham-saham dari perusahaan lainnya itu.
Masing-masing perusahaan baik perusahaan yang mengambil alih
maupun perusahaan yang diambil alih tetap mempertahankan
aktivitasnya, identitasnya, dan kedudukannya sebagai perusahaan-
perusahaan yang mandiri. Pengambilalihan perusahaan ini sering
diistilahkan dengan “Acquisition”, “Take Over”, dan “Overname”,
2 SK Dir. BI No. 32/51/KEP/DIR pasal 1
24
yaitu pengambilalihan suatu perusahaan (perusahaan target) oleh
perusahaan lainnya (perusahaan raider) melalui penawaran untuk
membeli sebagian atau seluruh saham dari perusahaan target dengan
harga yang lebih tinggi dari nilai harga pasar yang normal. Disini
tampak adanya tindakan atau mekanisme yang mengakibatkan adanya
aset oleh satu pihak, dan pihak yang mengabilalih ini dapat mengelola
aset yang ada secara lebih efisien dibandingkan jika hal itu dilakukan
oleh perseroan sebelumnya. Pengertian secara luas dari akuisisi adalah
pembelian hak atas suatu bagian perusahaan lain, sehingga akuisitor
(perusahaan pembeli) dapat menguasai atau mengambil alih
perusahaan lain (target company) dengan melalui control terhadapnya.
Dapat juga dikatakan bahwa akuisisi adalah pengambilalihan
perusahaan oleh perusahaan lainnya yang dapat ditempuh dengan dua
cara, yaitu yang pertama dengan mengambil alih aset perusahaan yang
diambil alih. Misalnya, mesin-mesin, pabrik-pabrik.
Sementara cara kedua, adalah membeli saham-saham dari
perusahaan yang mengambil alih. Akuisisi saham perusahaan
merupakan salah satu bentuk akuisisi yang paling umum ditemui
dalam kegiatan akuisisi. Perusahaan yang mengakuisisi itu biasanya
merupakan perseroan besar yang mempunyai dana yang cukup kuat,
luas operasi usahanya, memiliki manajemen yang baik, serta biasanya
tergolong dalam kelompok konglomerat. Ada perbedaan antara
25
akuisisi saham dan akuisisi aset perseroan, akuisisi saham akan
mengakibatkan perubahan mayoritas kepemilikan saham dan ada
kemungkinan campur tangan dalam manajemen, karena segala untung
rugi dan tanggung jawab serta risiko beralih kepada pemegang saham
dan manajemen baru . Sebaliknya, bila dilakukan akuisisi terhadap
aset perseroan yang biasanya berupa tanah, bangunan, mesin yang
semuanya berupa aktiva tetap, maka pemegang saham lama akan
memperoleh dana segar hasil akuisisi tersebut yang akan dipergunakan
untuk membayar utangnya kepada pihak kreditur, setelah itu bisa saja
perseroan tersebut dilikuidasi.
Tujuan akuisisi umumnya antara lain memperoleh akses pada
teknologi baru atau teknologi yang lebih baik yang dimiliki oleh
perusahaan yang menjadi obyek akuisisi, menciptakan penguasaan
pangsa pasar yang luas, mendorong harga saham di pasar modal,
memperkuat struktur permodalan, dan menjamin kelangsungan
perusahaan.
4. Spin Off
a. Pengertian Spin Off
Yang dimaksud dengan spin off adalah apabila unit kegiatan
tersebut kemudian dipisahkan dari sebuah perseroan dan berdiri
sebagai suatu perseroan baru yang terpisah. Dengan demikian
perseroan tersebut akan mempunyai direksi sendiri dan independen
26
dalam mengambil keputusan, serta kepemilikan perseroan baru
tersebut berada di tangan para pemegang saham. Pemisahan ini
dimaksudkan agar unit tersebut dapat mengambil keputusan dengan
lebih cepat, lebih efisien dan ada yang secara khusus bertanggung
jawab.
Sebenarnya praktek spin off telah cukup lama dikenal sebagai
satu bagian konstruksi yang banyak digunakan dalam
merestrukturisasi hukum, akan tetapi hal ini baru dilegislasikan setelah
diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Meskipun pengaturan spin off dalam UU Perbankan Syariah ini secara
spesifik lebih ditujukan untuk menerapkan substansi UU Perbankan
Syariah (menjamin terpenuhinya prinsip-prinsip syariah), khususnya
terhadap Unit Usaha Syariah (UUS) yang secara korporasi masih
berada dalam satu entitas dengan Bank Umum Konvensional, namun
kontruksi hukum spin off ini dapat dimanfaatkan oleh industri
perbankan dalam melakukan restrukturisasi usahanya.
Dalam pemisahan perseroan dikenal ada 2 (dua) macam
pemisahan, kedua jenis pemisahan tersebut dipengaruhi oleh cara
pemisahan dengan memperhatikan kuntitas usaha yang dipisahkan
oleh perseroan. Hal ini diatur dalam dalam Pasal 135 UU Nomor 40
Tahun 2007 (UUPT) yaitu:
27
1. Pemisahan murni (zuivere splitsing = absolute division) adalah
pemisahan usaha perseroan yang mengakibatkan seluruh aktiva
dan pasiva perseroan yang beralih karena hukum kepada 2 (dua)
perseroan atau lebih yang menerima peralihan dan akibatnya
perseroan yang melakukan pemisahan tersebut menjadi berakhir
karena hukum.
Dalam pemisahan jenis ini yang menjadi ciri pokoknya
perseroan mengalihkan seluruh harta kekayaannya, sehingga akan
berakibat perseroan harus tutup demi hukum karena sudah tidak ada
lagi usaha yang diurusi.
2. Pemisahan tidak murni (afsplitsing=spin off). Pemisahan tidak
murni mengakibatkan sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih
karena hukum kepada 1(satu) perseroan lain atau lebih yang
menerima peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan
tersebut tetap ada.
Dari 2 (dua) definisi tersebut di atas, jelas bahwa pemisahan
aset dan kewajiban dari suatu perseroan menjadi perseroan baru yang
independen (entitas yang terpisah) merupakan unsur yang paling
penting dalam proses hukum spin off. Dalam prakteknya, pemisahan
aset dan kewajiban tersebut umumnya adalah berupa pemisahan unit
usaha (divisi) tertentu menjadi sebuah perseroan baru yang kegiatan
usahanya bisa sama atau berbeda dengan perseroan awalnya.
Pemisahan tidak murni adalah pemisahan perseroan yang
mengakibatkan sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena
hukum kepada 1 (satu) perseroan lain atau lebih yang menerima
peralihan dan perseroan yang melakukan pemisahan tersebut tetap ada.
28
Dalam pemisahan ini tidak sampai mengakibatkan perseroan
yang pemisahan menjadi bubar, karena harta kekayaan yang dialihkan
hanya sebagian saja.Perseroan tersebut masih mempunyai harta
kekayaan sehingga masih dapat menjalankan usaha. Berbeda dengan
pemisahan murni yang berakibat perseroan yang melakukan
pemisahan menjadi bubar, karena harta kekayaannya dialihkan
seluruhnya. Pada pemisahan tidak murni penerima pengalihan cukup
minimal satu perseroan, sedangkan untuk pemisahaan umum
sedikitnya dua perseroan sedangkan untuk pemisahan murni
sedikitnya dua perseroan sebagai penerima pengalihan harta kekayaan.
5. Konsep pengukuran efisiensi
Efisiensi adalah suatu parameter kinerja dimana suatu perusahaan
dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki atau dalam pandangan
matematika didefinisikan sebagai perhitungan rasio output (keluaran) dan
atau input (masukan) atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input
yang digunakan. Suatu perusahaan dikatakan efisien apabila : 3
a. Menggunakan jumlah unit input yang lebih sedikit bila dibandingkan
dengan jurnlah unit input yang digunakan oleh perusahaan lain dengan
menghasilkan jumlah output yang sama
3 Haryum Muharam, dan Rizki Pusvitasari, Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di
Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, vol.II, no.3
(2005), hal. 85.
29
b. Menggunakan jumlah unit input yang sama, dapat menghasilkan
jumlah output yang lebih besar. Sama halnya dengan bentuk
perusahaan, efisiensi dalam perbankan juga merupakan suatu tolak
ukur dalam mengukur kinerja bank dimana efisiensi merupakan
jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran
kinerja seperti tingkat efisiensi alokasi, teknis maupun total efisiensi.
Jadi unit ekonomi untuk beroperasi pada tingkat nilai produk marginal
(marginal value product) sama dengan biaya marginal (marginal cost)
Cara lain yang bisa digunakan untuk mencapai efisiensi yang lebih
tinggi adalah dengan menerapkan teknologi manajemen yang dapat
mengurangi input maupun meningkatkan kemampuan dalam
menghasilkan lebih banyak output. Beberapa konsep mengenai efisiensi
antara lain yang dikemukan oleh Ramesh Bhat (2001) dalam Retno
Wulansari (2010) sebagai berikut4:
a. Efisiensi Teknis
Efisiensi ini berkaitan dengan penggunaan tenaga kerja, modal,
dan mesin sebagai input untuk menghasilkan output maksimum.
Dengan menerapkan teknologi yang sama pada semua unit maka
diharapkan tidak akan ada input yang sia-sia dalam memproduksi
kuantitas output tertentu. Sebuah organisasi yang beroperasi lebih baik
4 Retno Wulansari, DEA : Alat Analisis Untuk Mengkaji Efisiensi Relatif (FE UI : 2010)
30
daripada semua organisasi lain yang disampel, maka bisa dikatakan
bahwa organisasi ini telah efisien secara teknis.
b. Efisiensi Alokatif
Berkaitan dengan meminimalkan biaya produksi dengan pilihan
input yang tepat untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu
dengan mempertimbangkan tingkat harga input, dengan asumsi bahwa
organisasi yang diuji sudah sepenuhnya efisien secara teknis. Efisiensi
alokatif dinyatakan sebagai skor persentase, dimana skor 100 persen
menunjukkan bahwa organisasi telah menggunakan inputnya dalam
proporsi yang akan meminimalkan biaya. Sebuah organisasi yang
beroperasi pada praktek terbaik secara teknis masih bisa secara
alokatif dikatakan tidak efisien karena tidak menggunakan input dalam
proporsi yang meminimalkan biaya, pada harga input relatif tertentu.
c. Efisiensi biaya/ keseluruhan
Berkaitan dengan kombinasi efisiensi teknis dan alokatif. Sebuah
organisasi dikatakan melakukan efisien biaya jika dia bisa efisien baik
secara alokatif maupun secara teknis. Efisiensi biaya dihitung sebagai
produk dari nilai efisiensi teknis dan efisiensi alokatif (ditunjukkan
dalam persentase), sehingga organisasi hanya dapat mencapai 100
persen nilai efisiensi biaya jika telah mencapai 100 persen efisiensi
baik teknis dan alokatif.
31
Salah satu metode yang banyak digunakan dalam pengukuran
efisiensi adalah metode frontier. metode frontier dalam mengukur
efisiensi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pendekatan frontier
parametrik dan non parametrik. Pendekatan frontier parametrik
dapat diukur dengan tes statistik parametrik seperti menggunakan
metode Stochastic Frontier Approach (SFA) dan Distribution Free
Approach (DFA). Pendekatan frontier non parametrik diukur
dengan tes statistik non parametrik yaitu dengan menggunakan
metode Data Envelopment Analysis (DEA). Tes parametrik adalah
suatu tes yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu
tentang parameter populasi yang merupakan sumber penelitiannya,
sedangkan tes statistik non parametrik adalah tes yang modelnya
tidak menetapkan syarat-syarat mengenai parameter populasi yang
merupakan induk sampel penelitiannya.
Dalam melakukan pengukuran efisiensi terdapat tiga
pendekatan utama yang biasa digunakan. Pendekatan tersebut
terdiri dari : 5
a. Pendekatan Produksi : Pendekatan produksi menjelaskan
bahwa aktivitas perbankan adalah pelayanan terhadap deposan
dan kreditor menggunakan seluruh faktor produksi, seperti
5 Ascarya, Diana Yumanita, dan Guruh S. Rohimah, Efficiency Analysis of Conventional and
Islamic Banks in Indonesia Using Data Envelopment Analysist (2007), hal. 10
32
pegawai dan modal tenaga kerja. Untuk mencapai tujuannya,
yaitu memproduksi output yang diinginkan. Pendekatan ini
deperkenalakan oleh bentson (1965) , bell dan Murphy (1968),
bank sebagai pemilik deposit akun dari deposan dan
memberikan dana kepada kreditor.
b. Pendekatan Intermediasi : Pendekatan intermediasi
menjelaskan tentang aktivitas perbankan sebagai agen
intermediasi yang mentransformasikan penyaluran dana dari
deposan (pihak yang kelebihan dana) kepada kreditor (pihak
yang kekurangan dana). Dengan kata lain, dana pihak ketiga
yang cenderung likuid, berjangka pendek, dengan resiko
rendah yang ditransformasikan menjadi pembiayaan yang lebih
beresiko, tidak likuid dan berjangka pamjang. Oleh karena itu
pendekatan ini mendefinisikan input sebagai financial capital
dan output sebagai volume pembiayaan atau investment
outstanding.
c. Pendekatan Modern : Pendekatan modern mencoba untuk
mengembangkan dua pendekatan yaitu manajemen resiko
kegiatan usaha, system informasi dan pemecahan masalah
kedalam teori klasik perusahaan. Pendekatan ini
memperkenalkan perbedaan antara manajer bank dan pemilik
bank dalam prilakunya memaksimalkan keuntungan.
33
Pendekatan ini diperkenalkan oleh hughes dan mester (1994)
yang dilakukan pada bank yang ingin lebih besar dan ingin
mengembangkan ukurannya.
6. Data Envelopment Analysis
Data envelopment analysis (DEA) ditemukan oleh Farell (1957).
DEA merupakan model pemrograman linier yang menjelaskan penerapan
dari pemrograman matematika untuk menjelaskan pembatasan data yang
digunakan untuk mengevaluasi efisiensi dari organisasi dalam
menjelaskan jumlah output dan input. Dimana teknik pemrograman liner
ini menggunakan fungsi objektif dan fungsi kendala dalam melakukan
pengukuran efisiensi.6
DEA diperkenalkan pertama kali oleh Charnes, Cooper dan
Rhoades pada 1978, aplikasi DEA digunakan untuk mengevaluasi kinerja
dari entitas berbeda yang berhubungan dengan banyak aktivitas yang
berbeda. Dasar dari DEA membadingkan efisiensi dari unit organisasi
yang sama, DEA pertama kali digunakan dalam sektor perbankan oleh
Sherman & Gold (1985). DEA bekerja untuk menghitung efisiensi relatif
dari banyak input dan banyak output tiap unit produksi. Skor efisiensi
biasanya dinotasikan kedalam bilangan 0 hingga 1 atau 1 hingga 100
6 Izah Mohd Tahir, Nor Mazlina Abu Bakar, dan Sudin Haron, Evaluating Efficiency of
Malaysian Banks Using Data Envelopment Analysis, (2009)
34
persen dalam desimal. Skor efisiensi yaitu 1 atau 100% dari decision
making unit menunjukan bahwa decision making unit itu memiliki nilai
efisiensi relatif bila dibandingakan dengan decision making unit lainnya
yang nilainya dibawah itu diantara sampel yang digunakan. DEA di desain
untuk mencari dan memperkirakan sumber ketidak efisienan yang
ditunjukan dari vektor input dan output. Keuntungan dari penggunaan
DEA adalah ia merupakan metode ekonometrika tradisional yang tidak
membutuhkan asumsi utama (seperti acuan dalam bentuk analisis statistik
regresi). DEA hanya menghitung efisien dari decision making unit yang
yang bekerja menggunakan banyak input dan output. DEA merupakan alat
untuk menilai karena dia mengidentifikasi ketidak efisienan dari decision
making unit dengan membandingkan dengan decision making unit
lainnya.7
a. Menghitung kinerja terbaik dari decision making unit yang
menghasilkan output terbaik dengan sedikit input. Menunjukan hasil
dari kinerja nilai DEA dari data yang digunakan. Memasukan decision
making unit kedalam nilai efisiensi
b. Menghitung hasil DEA dari keseluruhan decision making unit. Seperti
nilai yang ditampilkan dari efisiensi yang kurang baik dibandingakan
7 Ahmet Akin, Merve Kilic, dan Selim Zaim, Determinants of Bank Efficiency in Turkey: A
Two Stage Data Envelopment Analysis (2009)
35
dengan efisiensi terbaik. Decision making unit merupakan kumpulan
dari beberapa input yang dapat menghasilkan output.
Secara matematis pengukuran efisiensi menggunakan DEA dapat
digambarkan sebagai berikut :
a) Ketika pengukuran efisiensi menggunakan satu input dan satu
output, dengan asumsi bahwa DMU yang efisien ditunjukan oleh
nilai rasio maksimal.
Tabel 2.1 ilustrasi DEA
Sumber : Data yang telah diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa DMU 4
memiliki rasio output/input yang paling tinggi. Pada pendekatan
ini efisiensi ditunjukan dari nilai maksimal, maka DMU 4
merupakan DMU yang efisien. Maka untuk mengetahui skor
efisiensi DMU lain, harus dibandingkan dengan DMU 4 untuk
mengukur skor efisiensinya. Contoh untuk DMU 3 (4 : 4.5 x 100)
= 89%. Maka skor efisiensi DMU 3 adalah 89%. Kelemahan
model pengukuran ini adalah tidak dapat melakukan pengukuran
efisiensi jika menggunakan banyak input dan output, serta tidak
Unit Input Output Output/Input Efisiensi
DMU 1 3 6 2 0.49 (49%)
DMU 2 4 13 3.25 0.72 (72%)
DMU 3 4 16 4 0.89 (89%)
DMU 4 4 18 4.5 1 (100%)
36
dapat mengidentifikasi berapa maksimalisasi output dan
minimalisasi input yang harus dilakukan supaya DMU efisien.
b) Supaya dimungkinkan untuk melakukan pengukuran efisiensi
dengan menggunakan banyak input dan output, serta untuk
mengidentifikasi maksimalisasi output dan minimalisasi input
supaya DMU efisien. Maka input-output harus dibuat pembobotan
supaya dapat diketahui persentasenya. Maka itulah motode ini
dinamakan Data Envelopment Analysis, karena nilai-nilai input
diamplopkan kedalam pembobotan.
Tabel 2.2 ilustrasi DEA dengan pembobotan
Sumber : data yang diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai DMU 4 menunjukan hasil
efisiensi yang sama yang ditunjukan oleh rasio output/input dan bobot
output/bobot input. DMU 4 menunjukan rasio yang paling tinggi. Pada
model ini untuk melakukan pengukuran efisiensi dengan banyak input-
output makan dibuat penjumlahan dari masing-masing bobot input-
output. Selanjutnya untuk mengidentifikasi apakah yang harus
dilakukan supaya DMU efisien maka harus dilihat rasio dari
pembobotannya. Contoh : jika efisiensi ditinjukan dengan bobot 1 : 1,
Unit Input
Bobot
Input Output
Bobot
Output
Bobot Output/Bobot
Input Efisiensi
DMU 1 3 0.75 6 0.37 0.49 49%
DMU 2 4 1 13 0.72 0.72 0.72%
DMU 3 4 1 16 0.89 0.89 0.89%
DMU 4 4 1 18 1 1 100%
37
maka yang harus dilakukan DMU 3 adalah jika bobot DMU 3 (0.89 :
1), supaya mencapai bobot 1 :1, maka 1 – 0.89 = 0.11. Maka supaya
DMU 3 efisien, ia harus melakukan maksimalisasi output sebesar 11%.
7. Orientasi Model DEA
Farrell (1957) menjelaskan bahwa, efisiensi sebuah perusahaan
terdiri dari dua komponen, yaitu: technical efficiency dan efisiensi biaya
atau yang lebih dikenal dengan allocative efficiency. Technical efficiency
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mencapai tingkat output
yang maksimum dengan menggunakan tingkat input tertentu. Technical
efficiency mengukur proses produksi dalam menghasilkan sejumlah output
tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin8. Untuk itu dalam
analisis pendekatan DEA terdapat dua pengklasifikasian dasar model
berdasarkan orientasinya yaitu DEA dengan orientasi input dan DEA
dengan orientasi Output. Orientasi ini tergantung pada keterbatasan
kontrol oleh manajemen/ pengguna model DEA baik terhadap input atau
output yang dimiliki oleh unit tersebut.9
a. Pengukuran Berorientasi Input
Pengukuran berorientasi input digunakan bila, manajemen
memiliki kontrol yang terbatas pada output. Yaitu ketika perusahaan
diminta memproduksi barang dengan biaya yang minimal. Misalnya
8 M. J. Farrell, The Measurment of Productive Efficiency, hal. 260-261.
9 Houda Ben Said, Tunisian Bank Mergers and Acquisitions Efficiency: A Joint Analysis of
Financial Ratios and Non Parametric Approaches (2013)
38
pengurangan jumlah beban personalia suatu perusahaan untuk
memproduksi barang dengan jumlah yang sama. Maka model DEA
yang dipilih adalah yang berorientasi pada input. Dengan kata lain
DMU yang inefisien memungkinkan untuk menurunkan input tanpa
mengurangi salah satu output dan tanpa meningkatkan setiap input
lainnya.
Dengan input oriented, sesungguhnya memungkinkan untuk
memperkirakan seberapa besar input yang dapat dikurangi dengan
mempertahankan tingkat output yang ada.
Pada pengukuran berorientasi input, melihat seberapa besar biaya
minimal dapat menghasilkan sejumlah output tertentu. Sehingga
fungsi objektif yang digunakan pada pengukuran ini adalah Rasio
antara input/output dimana nilai efisiensi dilihat dari rasio
minimalnya. Seperti yang digambarkan sebagai berikut :
Tabel 2.3 ilustrasi input oriented
Sumber : Data yang telah diolah
Unit Input Output Rasio
Input/Output
Efisiensi(Nilai Minimum
Input/Output)
DMU1 1 5 0.2 1(100%)
DMU2 3 6 0.5 0.4(40%)
DMU3 6 3 2 0.1(10%)
DMU4 5 2 2.5 0.08(8%)
39
b. Pengukuran berorientasi output
Pengukuran berorientasi pada output, digunakan pada unit yang
telah memiliki input yang memadai sehingga manajemen unit tersebut
hanya berfokus pada peningkatan output. Misalnya pada perbankan
yang memiliki dana pihak ketiga dengan jumlah tertentu, perusahaan
tersebut dituntut untuk meningkatkan pendapatan operasional. Maka
model yang dipilih adalah pengukuran yang berorientasi pada output.
Dengan kata lain DMU yang inefisien memungkinkan untuk
meningkatkan jumlah output tanpa meningkatkan salah satu input dan
tanpa mengurangi output lainnya. Dengan output oriented,
seseungguhnya dimungkinkan untuk memperkirakan seberapa besar
output yang dapat ditingkatkan, dengan tingkat input tertentu.
Pengukuran berorientasi output bertujuan untuk melihat seberapa besar
output maksimal yang dapat dihasilkan dengan jumlah input tertentu.
Sehingga fungsi objektif yang digunakan pada pengukuran ini adalah
rasio antara output/input dimana nilai efisiensi ditunjukan pada rasio
maksimal. Seperti yang digambarkan sebagai berikut :
Tabel 2.4 ilustrasi output oriented
Sumber : Data yang telah diolah
Unit Input Output Rasio
output/input
Efisiensi(nilai max
output/input)
DMU1 1 5 5 1(100%)
DMU2 3 6 2 0.4(40%)
DMU3 6 3 0.5 0.1(10%)
DMU4 5 2 0.4 0.08(8%)
40
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, bahwa pengukuran
berorientasi input ataupun pengukuran berorientasi output memberikan
skor efisiensi yang sama. Jika sebuah organisasi secara teknis tidak
efisien dari suatu perspektif yang berorientasi input, maka dia juga
akan secara teknis tidak efisien dari suatu perspektif yang berorientasi
output. Hail ini dikarenakan kedua pengukuran ini beroperasi pada
frontier yang sama.
Tidak seperti model parametrik Stochastic Frontier Approach
(SFA), DEA tidak memungkinkan adanya random error dan beberapa
penyimpangan dari frontier efisiensi. Ketika terdapat random error dan
penyimpangan maka hal ini akan diidentifikasi sebagai inefisiensi
dalam pengukuran efisiensi menggunakan DEA.
8. Optimasi Model DEA
Dalam melakukan pengukuran efisiensi menggunakan metode
DEA, terdapat dua pendekatan optimasi atau asumsi yang biasa digunakan
para ahli dalam melakukan pengukuran efisiensi sebuah Decision Making
Unit atau yang lebih dikenal dengan Unit Kegiatan Ekonomi. Asumsi
tersebut yaitu constant return to scale (CRS) dan variable return to scale
(VRS). Yang dijelaskan sebagai berikut10
:
10
Fitria Maharani, Pengukuran Efisiensi Perbankan dengan Menggunakan Pendekatan DEA
dan Pengaruh Efisiensi Perbankan Terhadap Stock Return Pada Bank Umum Konvensional yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Program Studi manajemen,
Universitas Indonesia, 2012), hal. 15-16.
41
a. Constant Return to Scale (CRS) : Model DEA ini pertama kali
diperkenalkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes pada tahun 1978.
Model yang berorientasi input berdasarkan asumsi constant return to
scale sehingga dikenal dengan model CCR. Dalam model constant
return to scale setiap UKE akan dibandingkan dengan seluruh UKE
yang ada di sampel dengan asumsi bahwa kondisi internal dan
eksternal UKE adalah sama. Kritik terhadap asumsi ini adalah bahwa
asumsi constant return to scale hanya sesuai untuk kondisi dimana
seluruh UKE beroperasi dalam skala optimal. Namun, dalam
kenyataannya meskipun UKE tersebut beroperasi dengan sumber daya
(input) yang sama dan menghasilkan output yang sama pula tetapi
dengan kondisi internal dan eksternalnya mungkin berbeda sehingga
dapat menyebabkan sebuah UKE tidak berada dalam skala optimal.
Asumsi dalam model CRS hanya sesuai digunakan ketika semua UKE
beroperasi dalam skala optimal. Konsep pendekatan model ini adalah
constant return to scale yang artinya penambahan satu input harus
menambah satu output. Jika input ditambah sebesar x kali, maka
output akan meningkat sebesar x kali juga. Model ini dapat
menunjukan technical efficiency secara keseluruhan dari profit
efficiency utuk setiap DMU.
b. Variable Return to Scale (VRS) : Kelemahan asumsi constant return
to scale memunculkan asumsi lain yaitu variabel return to scale.
42
Model ini diperkenalkan oleh Banker, Charnes dan Cooper. Sehingga
model ini dikenal dengan model BCC. Asumsi yang terdapat dalam
asumsi ini adalah penambahan input sebesar X kali tidak akan
menyebabkan output meningkat sebesar X kali, bisa lebih kecil atau
lebih besar. Pendekatan ini relatif lebih tepat digunakan dalam
menganalisis efisiensi kinerja pada perusahaan jasa termasuk bank.
Variabel return to scale merupakan asumsi yang lebih tepat digunakan
untuk sampel besar. Variabel return to scale menggambarkan
technical efficiency secara keseluruhan yang terdiri dari dua
komponen: pure technical efficiency dan scale efficiency. Pure
technical efficiency menggambarkan kemampuan manajer perusahaan
atau UKE untuk memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.
Sedangkan scale efficiency menggambarkan suatu UKE atau
perusahaan dapat beroperasi pada skala produksi yang tepat. Nurul
Komaryatin berpendapat bahwa asumsi CRS hanya cocok jika semua
perusahaan beroperasi pada skala yang optimal. Persaingan tidak
sempurna, kendala keuangan dan sebagainya mungkin menyebabkan
sebuah perusahaan tidak beroperasi pada skala yang optimal. Bankers,
Charnes dan Cooper pada tahun 1984 menganjurkan sebuah perluasan
dari model CRS DEA dengan menerapkan perhitungan VRS (variable
return to scale). Penggunaan dari spesifikasi CRS ketika tidak semua
perusahaan beroperasi pada skala yang optimal, akan menghasilkan
43
pengukuran efisiensi teknis (technical efficiency/ TE) yang berbaur
atau dikacaukan dengan hasil pengukuran efisiensi-efisiensi skala
(scale efficiency/ SE). Kegunaan dari spesifikasi VRS ini akan
memungkinkan perhitungan TE yang dapat menghilangkan sama
sekali efek dari SE ini.
B. Review Studi Terdahulu
Penelitian tentang efisiensi banyak dilakukan diberbagai Negara,
khusususnya dalam pengukuran efisiensi perbankan. Salah satu metode
yang banyak digunakan di berbagai Negara untuk mengukur tingkat
efisiensi perbankan adalah metode non parametrik Data Envelopment
Analysis (DEA). DEA merupakan teknik pengukuran efisiensi non
parametrik yang baik yang digunakan secara ekstensif di lebih dari 400
penelitian tentang efisiensi dalam ilmu manajemen selama sepuluh tahun
terakhir.11
a) The Efficiency Effects of Bank Mergers and Acquisitions: A Non-
Stochastic Window Event Analysis Approach. Oleh Sufian Fadlzan,
guru besar University of Malaya tahun, 2006. Penelitian ini bertujuan
untuk menginvestigasi efek dari merger dan akuisisi dari efisiensi
kelompok perbankan domestik di Singapura. Dalam jangka waktu tiga
tahun untuk mengukur relatif overall, pure technical dan scale
11
Mohd. Azmi Omar, Abdul Rahim Abdul Rahman, Rosylin Mohd. Yusof, M. Shabri Abd.
Majid, dan Mohd. Eskandar Shah Mohd. Rasid, Efficiency Of Commercial Banks In Malaysia (2006)
44
efficiency, sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Dengan
menggunakan Pendekatan non parametrik, data envelopment analysis
(DEA), untuk mengetahui efisiensi yang dicapai dan efisiensi yang
tidak tercapai yang terjadi karena merger dan akuisisi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi ke dalam
dua model. Penelitian ini menggunakan, variasi dari pendekatan
intermediasi dan asset yang dikembangakan, penelitian ini
menggunakan dua model alternatif. Model 1, perbankan singapura
sebagai perusahaan multi produk, dimana variabel yang digunakan
diantaranya : total dana pihak ketiga (X1) sebagai input, total
pinjaman (Y1), dan pendapatan bunga (Y2) digunakan sebagai output.
pada model 2, penelitian ini mengikuti penelitian dari fare et al. (2004)
termasuk didalamnya modal kepemilikan saham (X1) sebagai variabel
input , mengikuti Drake dan Hall (2003) dan Isik dan Hassan (2003)
antara lain Pendapatan non Bunga (Y1) bersama dengan pendapatan
Bunga (Y2) sebagai output.
Hasil dari kedua model ini menunjukan bahwa merger
memberikan hasil yang lebih tinggi terhadap overall efficiency
perbankan di singapura sebelum merger tehadap sesudah merger.
Meskipun merger memberikan hasil lebih efisien terhadap sektor
perbankan di Singapura, penelitian ini menemukan bahwa ukuran
perbankan merupakan faktor terbesar yang menghasilkan inefisiensi di
45
perbankan Singapura, untuk selanjutnya, dalam perspektif scale
efficiency, kedua model tersebut tidak mendukung adanya konsolidasi
sektor perbankan di singapura. Hasil ini mendukung hipotesis bahwa,
pengambilalihan perbankan memberikan peningkatan terhadap overall
efficiency setelah merger hasil merger dapat membuat bank lebih atau
kurang efisien.
Persamaan dengan penelitian ini salah satunya sama-sama
mengukur kinerja efisiensi pada perbankan yang melakukan merger
dan akuisisi serta menggunakan interval waktu yang sama. Perbedaan
dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan serta penelitian
ini tidak mengukur kinerja efisiensi perbankan yang melakukan spin
off.
b) Determinants of Bank Efficiency in Turkey: A Two Stage Data
Envelopment Analysis. (International Symposium on Sustainable
Development jurnal). Oleh Ahmet Akin dkk, (2009). Penelitian,
mencoba menganalisis efisiensi industry perbankan di Turki
menggunakan data envelopment analysis (DEA) antara tahun 2002
hingga 2007, tidak termasuk bank investasi dan bank pembangunan.
Ada empat kategori bank yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
bank pemerintah, bank swasta, bank asing dan bank asing yang
membuka cabang di Turki. Penelitian ini menggunakan beban tenaga
kerja, beban bunga, beban non bunga dan dana pihak ketiga sebagai
46
input, total penyaluran dana, pendapatan bunga dan pendapatan lainnya
sebagai output.
Hasil dari pengukuran efisiensi yang dilakukan dengan
menggunakan input oriented model CCR. Rata-rata skor efisiensi
perbankan adalah 87% pada tahun 2002, 89% pada tahun 2003, 84%
pada tahun 2004, 91% pada tahun 2005, 92% pada tahun 2006 dan
88% pada tahun 2007. Level dari efisiensi meningkat setelah tahun
2002 dan mencapai nilai tertinggi pada tahun 2006 sebesar 92%,
hingga akhirnya efisiensi menurun pada tahun 2007 sebesar 88%. Ada
perbaikan pada kegiatan produksi perbankan. Berdasarkan hasil dari
regresi tobit pengaruh dari ukuran, jenis kepemilikan, asal negara dan
pelayanan publik, menunjukan hasil yang signifikan yaitu 95% . hal
ini menunjukan bahwa semua variabel memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap efisiensi perbankan.
Persamaan dengan penelitian ini, sama-sama mengukur kinerja
efisiensi perbankan menggunakan metode DEA. Perbedaan dengan
penelitian ini terletak pada pengelompokan perbankan, variabel yang
digunakan dan penggunaan waktunya.
c) Efficiency of the Banking Sector Of Bosnia–Herzegovina with
Special Reference to Relatif Efficiency of the Existing Islamic Bank.
(International Conference on Islamic Economics and Finance
jurnal). Oleh Velid Efendic, 2010. Inti dari penelitian ini adalah untuk
47
mengukur seberapa efisien satu-satunya bank syariah yang ada di
Bosnia dan Herzegovina apabila dibandingkan dengan efisiensi rata-
rata bank lain. Analisis ini menggunakan sampel 18 bank konvensional
Dan satu bank syariah yang datanya dipublikasikan oleh federasi
perbankan Bosnia Herzegovina pada tahun 2009. Penelitian ini
menggunakan teknik non parametrik DEA (Data Envelopment
Analysis). Penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi,
variabel yang digunakan yaitu Dana pihak ketiga, Asset tetap, Beban
tenaga kerja sebagai input. Penyaluran dana, Pendapatan asset lainnya
sebagai variabel output.
Hasil dari penelitian efisiensi DEA, berdasarkan sampel yang
digunakan didapat hasil bank dengan technical efficiency terbaik dan
yang terburuk. Bank dengan technical efficiency terburuk ada pada
level 55,%.. dari penelitian ini juga didapat bahwa bank syariah
mendapatkan efisiensi yang rendah dalam semua indikator. Salah satu
efisiensi biaya terendah adalah 46%, artinya bank syariah memiliki
biaya yang besar dalam melaksanakan aktivitas perbankan, dan
memiliki sumberdaya potensial yang disimpan sebesar 54%. Juga
dalan technical efficiency sangat tidak efisien yaitu dengan , PTE 57%
dan OTE 68% yang artinya mereka harus meningkatkan efisiensinya
lebih dari 30% dengan menajerial dan solusi teknologi.
48
Persamaan dengan penelitian ini sama sama mengukur kinerja
efisiensi perbankan, dimana didalamnya terdapat perbankan syariah
dan konvensional, serta sama-sama menggunakan metode DEA .
Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada penggunaan variabel,
pengelompokan perbankan dan penggunaan waktunya.
d) The Impact of the Global Financial Crisis on European Banking
Efficiency. (CFCM jurnal). Oleh Haider Alzoubaidi dan Spires
Bougheas, (2012). Penelitian ini menggunakan metode non parametrik
Data Envelopment Analiysis (DEA), Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari data 255 bank dengan variasi asset dari 15
negara uni eropa (EU-15) pada periode 2005-2010. Penelitian ini
menggunakan pendekatan intermediasi dimana variabel yang
digunakan terdiri dari empat input (total dana pihak ketiga, asset tetap,
total beban operasional dan provisi kerugian pinjaman) dan tiga output
(total pendapatan asset lainnya, total pendapatan lainnya dan total
penyaluran dana.
Hasil kinerja efisinsi dari seluruh sampel Didapat rata-rata
overall technical efficiency, yang diasumsikan menggunakan constant
return to scale, adalah 62.1 persen, menandakan bahwa keseluruhan
perbankan di EU-15 negara dapat menyimpan biaya hingga 37.9
persen yang merupakan jumlah yang besar. Yang paling menarik,
penurunan OTE dari 65 persen menjadi 58.5 persen antara tahun 2007
49
dan 2008, Tingkat rata-rata pure technical efficiency dengan output-
oriented relatif tinggi dibandingkan dengan pengukuran menggunakan
input-oriented, dengan skor 86,2 persen.
Keseluruhan hasil ini menunjukan kejatuhan hasil efisiensi
antar sampel dalam periode yang di anlisis. Juga didapatkan hasil
bahwa krisis memiliki dampak yang berbeda antar Negara dan
spesialisasi perbankan. Perbankan dari swedia dan Denmark menjadi
yang paling efisien dalam sampel periode penelitian, ketika perbankan
mendapatkan pengaruh yang buruk dari krisis yaitu dari Belgia dan
Denmark, diikuti Irlandia dan Yunani. Selain itu, hasil ini juga
mengindikasi bahwa perbankan komersial mendapatkan dampak
paling buruk jika dibandingkan dengan spesialisasi perbankan lainnya.
Persamaan dengan penelitian ini sama-sama menggunakan
metode DEA untuk mengukur kinerja efisiensi perbankan. Perbedaan
dengan penelitian ini terdapat pada penggunaan variabel, penggunaan
waktu serta pengelompokan perbankan yang didasarkan pada periode
krisis.
e) Analisis Efisiensi Operasional Dan Efisiensi Profitabilitas Pada
Bank Yang Merger Dan Akuisisi Di Indonesia. (tesis digilib indip).
Oleh Ida Savitri Kusumargiani, (2006). Penelitian ini mengukur
efisiensi operasional dan profitabilitas bank sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi yang diolah dengan metode DEA (Data
50
Evelopment Analysis). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bank mandiri, bank danamon, bank artha graha dan bank
permata dengan ketentuan : Bank yang melakukan aktivitas Merger dan
Akuisisi di Indonesia tahun 1991-2002, Bank Merger yang masih
operasional sampai dengan tahun 2005, Bank yang melakukan Merger
dan Akuisisi setelah program penyehatan perbankan berupa
rekapitalisasi dan retrukturisasi. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini dibagi kedalam dua pendekatan efisiensi yaitu efisiensi
operasional dan efisiensi profitabilitas.
Efsiensi Operasional
Input : Jumlah pegawai, Jumlah ATM, Jumlah kantor cabang,
Jumlah dana pihak ketiga.
Output : kredit yang disalurkan
Efisiensi Profitabilitas
Input : beban bunga, beban non bunga.
Output : laba sebelum pajak
Hasil penelitian ini, Bank Mandiri, Bank Danamon, Bank
Artha Graha dan Bank Permata Satu Tahun dan Dua Tahun Setelah
Merger dan Akuisisi. Bilamana diperbandingkan Bank-bank yang
merger dan akuisisi dua tahun dan satu tahun sesudah merger. Untuk
rata-ratanya efisiensi operasional satu tahun sesudah merger dan
akuisisi 73.07% tidak efisien sedangkan dua tahun sesudah merger dan
51
akuisisi 89.53% ada kenaikan persentase akan tetapi masih tidak
efisien. Untuk efisiensi profitabilitas satu tahun sesudah merger dan
akuisisi 50.77% artinya tidak efisien dan dua tahun sesudah merger
dan akuisisi 72.53% meski ada kenaikan prosentase akan tetapi masih
tidak efisien.pada bank setelah program rekapitalisasi dan
restrukturisasi yaitu Bank Mandiri, Bank Danamon, Bank Permata dan
Bank Arta Graha.
Hasil pengujian hipotesis dengan uji Peringkat Tanda
Wilcoxon menunjukkan tidak adanya perbedaan efisiensi operasional
dan efisiensi profitabilitas sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
Persamaan dengan penelitian ini sama-sama mengukur kinerja
efisiensi salah satunya pada perbankan yang merger dan akuisisi.
Perbedaan dengan penelitian ini, penelitian ini tidak mengukur
efisiensi perbankan yang spin off serta penggunaan periode waktu
pada penelitian ini yang hanya melihat kinerja efisiensi hingga dua
tahun pertama merger dan akuisisi, dimana dalam penelitian ini
dianggap masih belum mencerminkan menggambarkan efek
sepenuhnya dari merger dan akuisisi dilihat dari rentang waktunya.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi operasional
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA), dalam mengukur tingkat
efisiensi perbankan. Dimana dalam mengukur tingkat efisiensi suatu Decision
making unit (DMU) metode ini membutuhkan perbandingan antara input dan
output. Berikut ini adalah definisi dari variabel input-output tersebut :
1. Dana Pihak Ketiga (DPK) : Dana pihak ketiga adalah dana yang
dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian
penyimpanan dana. Pada bank syariah dana pihak ketiga juga
dapat diimplementasikan sebagai penghimpunan dana. Baik bank
syariah maupun bank konvensional sama-sama
mengimplementasikan dana pihak ketiga kedalam bentuk giro,
tabungan, dan deposito dan atau bentuk lain yang dipersamakan
dengan itu. Dalam penelitian ini dana pihak ketiga dinyatakan
dalam jutaan rupiah.
2. Aset Tetap : Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang
berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan,
aktiva tetap, aktiva yang tak terwujud, dan lain-lain. Sedangkan
53
yang dimaksud asset tetap yaitu meliputi semua barang yang
dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dipakai secara aktif
dalam operasi perusahaan, dan mempunyai masa kegunaan relatif
permanen. Yang termasuk dalam golongan aktiva ini adalah
bangunan, mesin, alat-alat kantor, kendaraan dan alat-alat
transport.
3. Biaya/beban Tenaga Kerja : Biaya tenaga kerja atau disebut juga
beban personalia adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai
penggunaan tenaga kerja (manusia) dalam proses produksi. Biaya
tenaga kerja dapat berupa biaya gaji, provisi maupun fee yang
diberikan perusahaan kepada karyawan.
4. Pembiayaan atau Penyaluran Dana : Pembiayaan adalah pendanaan
yang dilalakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah
dan dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan kepada nasabah. Sedangkan pada perbankan
konvensional pembiayaan ini lebih dikenal dengan istilah kredit,
kredit sendiri merupakan suatu fasilitas dari pihak bank untuk
melakukan pemberian atau pengadaan pinjaman dengan perjanjian
pembayaran dalam jangka waktu yang telah disepakati.
5. Pendapatan Operasional : Pengertian pendapatan menurut PSAK
No.23 (IAI 2002, paragraf 6) mendefinisikan sebagai berikut :
54
Pendapatan sebagai arus masuk bruto dari manfaat ekonomi
yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu
periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan, yang
tidak berasal dari kontribusi peranan modal. Sedangkan yang
dimaksud dengan pendapatan operasional yaitu pendapatan
yang dihasilkan dari kegiatan utama, rutin, dan
berkesinambungan yang dilakukan oleh perusahaan.
B. Jenis dan sumber data
Pada penelitian ini data yang digunakan adalah jenis data sekunder,
dengan menggunakan tipe data panel dalam mengukur tingkat efisiensi
perbankan dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Yang
dimaksud dengan data panel adalah penggabungan antara dua data time series
dan cross section yang mampu menyediakan data yang lebih banyak, serta
penggabungan dari kedua jenis data ini dapat mengatsi masalah yang timbul
ketika ada penghilangan variabel.1
Data panel ,menyediakan informasi time series yang menggambarkan
perubahan pada objek waktu dan cross section yang menggambarkan
perbedaan antar objek yang diteliti. Data time series adalah data pola data
yang disusun secara teratur berdasarkan urutan waktu kejadian, waktu
kejadian tersebut dapat berupa tahunan, kuartal, triwulan, bulanan atau
mingguan.
1 J. Supranto, Stastistik: Teori dan Aplikasi, Edisi ke 7 (Jakarta:Erlangga,2008), hal. 11
55
Sedangkan cross section atau runtun waktu silang adalah pola data
yang disusun pada kasus atau objek penelitian yang berbeda (orang,
perusahaan, kejadian dan lain-lain) yang diamati pada suatu periode waktu.
Data diperoleh dari berbagai sumber, yaitu Laporan Keuangan Publikasi Bank
Indonesia (BI), Statistik Perbankan Bank Indonesia (BI), dan Laporan
Keuangan Bank Syariah dan bank konvensional yang bersangkutan. Data
yang digunakan merupakan data Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank
Umum Konvensional mulai dari periode tahun 2002-2013 yang diambil
secara triwulan.
C. Input Dan Output
Ketika mengukur efisiensi dengan metode DEA langkah penting yang
dilakukan adalah penentuan variabel-variabel input dan variabel-variabel
output. Selanjutnya menentukan orientasi model, apakah bertujuan untuk
memaksimalkan output atau meminimalkan input. Hubungan antara input
dengan output, apakah bersifat Variable return to scale atau constant return to
scale juga merupakan aspek yang penting dalam teknik DEA. Dalam hal
hubungan antara input dengan output bersifat constant return to scale efisiensi
teknis yang hendak dicapai tidak mencerminkan skala ekonomi yang efisien.
Sedangkan dalam hubungan input dan output yang Variable return to
scale menganggap efisiensi yang dicapai juga menggambarkan efisiensi
dalam skala ekonomi. Artinya bank yang tidak efisien dalam teknis juga tidak
56
efisien dalam skala ekonomi, bank yang efisien dalam teknis juga efisien
dalam skala ekonomi.
Pada penelitian Ascarya dan Yumanita2, mereka menggunakan
pendekatan intermediasi karena memandang bahwa pendekatan ini sesuai
dengan karakteristik bank islam, namun input dan output yang dipilih harus
mencerminkan nilai-nilai dari bank islam. Modifikasi variabel Input dan
output yang dipilih oleh sufian (2006) sudah paling mendekati cerminan dari
bank islam, hal ini membuatnya representatif untuk digunakan. Penelitian ini
memodifikasi pendekataan intermediasi untuk mendapatkan cerminan
kegiatan bank islam yang lebih baik, hal ini juga diadaptasi oleh Sufian
(2006) asumsi yang digunakan bank islam dan bank konvensional total
pinjaman/total pembiayaan (Y1) pendapatan (Y2) dana pihak ketiga (X1)
beban tenaga kerja (X2) dan asset tetap (X3). Asset lancar tidak termasuk
dalam penggunaan variabel, hal ini selayaknya dengan fungsi bank yang
sesungguhnya, bukan untuk melakukan kegiatan pasar keuangan , tapi
melakukan kegiatan pada sektor riil.
Pada penelitian Haider Alzubaidi dan Spires Bougheas3, penelitian ini
menjelaskan tentang pendekatan yang digunakan pada penelitian Berger dan
Humprey (1997) bahwa poin dari pendekatan intermediasi mungkin lebih
2 Ascarya, Diana yumanita, dan Guruh S Rohimah, Efficiency Analysis of Conventional and
Islamic Banks in Indonesia using Data Envelopment Analysis (2007), hal. 5 3 Haider Alzubaidi, dan Spires, Impact of the Global Financial Crisis on European Banking
Efficiency (2012) hal. 11
57
sesuai ketika mengevaluasi efisiensi sebagai seluruh lembaga keuangan. Ini
karena inklusi dari beban bunga yang membuat proporsi yang signifikan dari
beban. Dimana, pendekatan produksi lebih cocok untuk mengevaluasi
efisiensi dari cabang lembaga keuangan. Untuk itu model DEA
memcerrminkan estimasi dari standar pendekatan intermediasi dan terdiri dari
empat input total dana pihak ketiga (X1), asset tetap (X2), total beban
operasional (X3) dan provisi kerugian pinjaman (X4) dan tiga output yang
terdiri dari total pendapatan asset lainnya (Y1), total pendapatan lainnya (Y2)
dan total pinjaman (Y3).
Pada penelitian Sufian4, penelitian ini menggunakan kombinasi antara
pendekatan intermediasi dan pendekatan asset. Dengan menggunakan tiga
variabel input dan dua variabel output. Dimana variabel input terdiri dari
beban tenaga kerja (X1), asset tetap (X2) dan dana pihak ketiga (X3),
sesedangkan variabel output yang digunakan terdiri dari total penyaluran dana
(Y1) dan investasi pada sekuritas (Y2).
Pada penelitian Donsyah dan Yudisthira5, penelitian ini menggunakan
pendekatan intermediasi, alasan menggunakan pendekatan intermediasi adalah
karena karakter bank syariah. Prinsip keuangan syariah adalah partisipasi
perusahaan dalam menggunakan dana perbankan berdasarkan prinsip bagi
4 Sufian Fadzlan, The Efficiency Effects Of Bank Mergers And Acquisitions In A
Developing Economy: Evidence From Malaysia (2004), hal. 64 5 Donsyah Yudistira, Efficiency In Islamic Banking: An Empirical Analysis Of
Eighteen Banks (2004), hal. 9
58
hasil hal ini menyiratkan pentingnya fungsi intermediasi bagi kegiatan bank
syariah. Struktur keuangan perbankan syariah adalah berbasis modal karena
didominasi oleh dana pihak ketiga dan dana yang diinvestasikan yang
didasarkan pada prinsip bagi hasil. Dimana tingkat pengembalian modal
ditentukan setelah dilakukannya kegiatan ekonomi ketika dana tersebut
digunakan.
Oleh karena itu penggunaan input dan output yang digunakan dalam
DEA harus mencerminkan prilaku dari kegiatan perbankan syariah. Maka
dalam penelitian ini menggunakan tiga input dan tiga output. Dimana input
terdiri dari beban tenaga kerja (X1), asset tetap (X2) dan dana pihak ketiga
(X3). Sedangkan output yang digunakan total penyaluran dana (Y1),
pendapatan lainnya (Y2) dan asset lancar (Y3).
Masalah utama dalam menginvestigasi efisiensi perbankan adalah
sulitnya mendefiniskan dan mengukur konsep output perbankan, terutama
sebagai prilaku dan fungsi dari intermediasi keuangan. Hal yang menjadi
perdebatan adalah tentang peran dana pihak ketiga : disatu sisi, ada yang
berpendapat bahwa input sebagai proses dari proses produksi (pendekatan
intermediasi dan asset) ; disisi lain, ada yang menjelaskan bahwa dana pihak
ketiga sebagai output (pendekatan produksi), hal ini kerena dana nasabah akan
59
menghasilkan nilai tambah, dan dana nasabah merupakan biaya peluang
(pendekatan value added, pendekatan user cost)6.
Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel input dan dua variabel
output, dimana variabel-variabel ini ditunjukan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.1 Variabel Input-Output
No. Variabel Akun Simbol
1 Input 1 Dana pihak ketiga X1
2 Input 2 Asset tetap X2
3 Input 3 Beban tenaga kerja X3
4 Output 1 Penyaluran dana Y1
5 Output 2 Pendapatan operasional Y2
Alasan penggunaan variabel-variabel tersebut dalam penelitian adalah
karena variabel tersebut dianggap dapat mewakili fungsi dan prilaku yang
dapat mencerminkan kegiatan perbankan sebagai perbankan islam. Penelitian
ini menggunakan pendekatan intermediasi, dimana dalam pendekatan ini
variabel input yang dipilih adalah DPK, asset tetap dan beban tenaga kerja.
Mengapa variabel ini yang dipilih sebagai veriabel input, karena
secara teknis variabel ini dianggap sebagai pengorbanan atau sumber daya
yang harus dikeluarkan dalam kegiatan perbankan untuk menghasilkan suatu
hasil atau output, dalam pemilihan variabel ini juga harus memperhatikan
nilai-nilai dari perbankan islam dimana salah satu variabel yang dipilih adalah
asset tetap, bukan total asset. Dalam hal ini bukan total asset yang digunakan
6 Barbara Casu, dan Philip Molyneux, A Comparative Study of Efficiency in
European Banking (2000), h. 12
60
melainkan asset tetap, karena dikhawatirkan apabila total asset yang
digunakan, akan terjadi penjumlahan antara asset tetap dan asset lancar.
Dimana asset lancar kecenderungannya didapatkan dari hasil investasi pasar
uang dan sekuritas. Sedangkan fungsi perbankan adalah menyalurkan dana
pada sektor riil. Variabel output yang dipilih dalam penelitian ini adalah
penyaluran dana/pembiayaan dan pendapatan operasional. Dalam pendekatan
ini penggunaan kedua variabel ini berkaca pada fungsi intermediasi perbankan
dimana output perbankan tidak hanya dilihat dari nilai efisiensi yang
dihasilkan dari rasio input terhadap pendapatan optimal yang dapat dihasilkan
perbankan saja, tetapi harus memperhatikan jumlah dana yang disalurkan
pada masyarakat.
Berkaca pada nilai-nilai bank islam variabel pendapatan yang
digunakan dalam penelitian ini hanya pendapatan operasional saja. Karena
secara teknis pendapatan operasional dianggap sebagai pendapatan yang
dihasilkan dari aktivitas kegiatan ekonomi perbankan terhadap sector riil.
Serta tidak memasukan pendapatan lain-lain dan pendapatan non halal, karena
bukan dihasilkan dari kegiatan ekonomi perbankan terhadap sector riil dan
dikawatirkan pendapatan tersebut akan tercampur dengan pendapatan bunga.
61
D. Populasi dan sampel
1. Populasi
Penelitian ini menggunakan populasi seluruh bank umum yang
beroperasi dan mempunyai kantor pusat di Indonesia (Bank Nasional) dan
telah melakukan Merger dan Akusisi pada periode tahun 1991-2002
sebanyak 48 bank dan masih operasional sampai dengan tahun 2006 yang
semuanya merupakan Bank Umum Konvensional (BUK). Sedangkan
popolasi untuk bank yang melakukan Spin Off pada periode 1999–2012
sebanyak 10 bank dan masih beroperasi hingga tahun 2013 yang
semuanya merupakan Bank Umum Syariah (BUS). Dimana keseluruhan
jumlah perbankan tersebut berdasarkan laporan keuangan publikasi Bank
Indonesia.
2. Sampel
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode non probabilitas atau
secara tidak acak, elemen-elemen populasi tidak mempunyai kesempatan
yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Adapun teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan cara pemilihan sampel bertujuan (purposive
sampling) dengan metode pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan
(judgement sampling) yakni pengambilan sampel yang didasarkan pada
penilaian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang
62
disesuaikan dengan maksud penelitian. Mudrajad Kuncoro (2003), dalam
Ida Kusmargiani7.
Kriteria - kriteria yang harus dipenuhi pada sampel bank yang
Merger dan Akusisi adalah berikut ini:
a. Bank hasil Merger dan Akuisisi yang masih operasional
sampai pada tahun 2013
b. Tersedianya data laporan keuangan pada bank yang melakukan
Merger dan Akuisisi dengan periode waktu paling dekat
setelah Merger dan Akuisisi dengan interval waktu enam
tahun.
c. Data keuangan yang digunakan pada bank yang Merger dan
Akusisi menggunakan interval waktu enam tahun, secara
triwulan.
d. Bank yang melakukan Merger dan Akusisi setelah program
penyehatan perbankan berupa rekapitalisasi dan retrukturisasi
kecuali bank artha graha internasional yang melaukan Merger
pada tahun 2006.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka terdapat 3 (tiga)
perusahaan perbankan yang dipilih sebagai sampel untuk bank yang
melakukan Merger dan Akusisi adalah sebagai berikut:
7 Ida Savitri Kusmargiani, Analisis Efisiensi Operasional Dan Efisiensi Profitabilitas
Pada Bank Yang Merger Dan Akusisi Di Indonesia (2006), hal. 64
63
Tabel 3.2 Bank hasil Merger dan Akusisi
No. Nama Bank Periode Merger -
Akusisi Periode Perhitungan Efisiensi
1 Bank Mandiri 1999 2002-2007
2 Bank Permata 2002 2005-2010
3 Bank Artha Graha
International 2006 2006-2011
Kriteria - kriteria yang harus dipenuhi pada sampel bank yang Spin
Off adalah berikut ini:
a. Bank hasil Spin Off yang masih operasional pada tahun 2013.
b. Tersedianya data laporan keuangan pada bank yang melakukan
Spin Off dengan periode yang paling dekat setelah Spin Off.
Hal ini dilakukan mengikuti perbankan yang melakukan
Merger dan Akusisi.
c. Data keuangan yang digunakan pada bank yang Spin Off
menggunakan interval waktu enam tahun tahun, secara
triwulan. Kecuali BRIS yang laporan keungannya hanya
tersedia lima tahun.
Berdasarkan kriteria- kriteria tersebut, maka terdapat 3 (tiga)
perusahaan perbankan yang dipilih sebagai sampel adalah sebagai
berikut:
64
Tabel 3.3 Bank hasil Spin Off
No. Nama Bank Periode Merger -
Akusisi Periode Perhitungan Efisiensi
1 Bank Syariah Mandiri 1999 2002-2007
2 Bank Mega Syariah 2004 2006-2011
3 BRI Syariah 2008 2009-2013
E. Metode Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Data Envelopment Analysis (DEA), yang basisnya pemrograman linier (Linier
Programming). Setelah mendapatkan skor efisiensi dari masing-masing
perbankan, kemudian dilihat perbedaan efisiensi antara perbankan yang
terbentuk dari hasil Merger dan Akusisi dan perbankan yang terbentuk dari
hasil Spin Off. Untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan
antara kedua model pendirian perbankan tersebut dilihat dari skor
efisiensinya. Secara teknis perhitungan dibantu dengan paket-paket software.
Untuk menghitung skor efisiensi DEA menggunakan DEAWIN.
1. Data Envelopment Analysis : Data Envelopment Analysis (DEA)
merupakan model non-parametrik, pendekatan pemrograman linier
untuk mengukur efisiensi teknis relatif, dimana cara pengukuran
standar efisiensi didapatkan dari data yang di obeservasi. DEA
menggunakan satu input dan output untuk mengukur efisiensi teknis
yang diperkenalkan oleh Farell (1957), dan untuk mengukur banyak
input dan output yang dikembangkan oleh Charnes dkk (1994).
65
Analisis menggunakan DEA dapat menggunakan kombinasi input dan
output dari satu atau beberapa perusahaan, selama prosesnya
menggunakan teknologi dan kinerja yang sejenis.
Inti dari DEA adalah menentukan bobot (weights) atau
timbangan untuk setiap input dan output DMU. Bobot tersebut
memiliki sifat tidak bernilai negative dan bersifat universal, artinya
setiap DMU dalam sampel harus dapat menggunakan seperangkat
bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya (total weighted
output/total weighted input) dan rasio tersebut tidak boleh lebih dari
satu (total weighted output/total weighted input ≤ 1).
DEA berasumsi bahwa setiap DMU akan memilih bobot yang
memaksimumkan rasio efisiensinya (maximize total weighted
output/total weighted input). Karena setiap DMU menggunakan
kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi output
yang berbeda pula, maka setiap DMU akan memilih seperangkat bobot
yang mencerminkan keragaman tersebut. Bobot-bobot tersebut bukan
merupakan nilai ekonomis dari input dan outputnya, melainkan
sebagai penentu untuk memaksimumkan efisiensi dari suatu DMU.
Cara pengukuran yang digunakan dalam DEA adalah dengan
membandingkan antara output yang dihasilkan dengan input yang ada,
yang digambarkan sebagai berikut :
66
Dalam kenyataannya, baik input maupun output bisa terdapat
lebih dari satu input dan output dalam suatu decision making unit
(DMU). Dalam membandingkan output dan input, digunakan bobot
untuk masing-masing input dan output yang ada, sehingga dapat
digambarkan sebagai berikut : 8
Pada tahun 1957, farell memperkenalkan ide efisiensi
menggunakan unit produksi, dengan menggunakan konsep input
oriented. Ini merupakan model pemrograman linear, yang berasumsi
tidak ada kesalahan secara acak, dan digunakan untuk mengukur
efisensi teknis. Efisiensi teknis merupakan pengukran efektifitas yang
memberikan serangkaian input untuk menghasilkan output. DMU
hanya merupakan efisiensi teknis yang menggunakan level minimum
dari input untuk menghasilkan maksimum output atau ini dapat
digunakan untuk meredam tingkat input ketika diberikan jumlah
output yang sama. Persamaan matematis yang digunakan :
8 James T Shanon. Productivity, Cost, and Technical Efficiency Evaluation of Southeastern
U.S. Logging Contractors.(1998).h.13
Efisiensi =𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
Technical Efficiency = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡𝑒𝑑 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
67
Gambar 3.1 Persamaan DEA
Dari persamaan diatas dapat didefinisikan kedalam beberapa
notasi. Dengan asumsi bahwa sigma i adalah input dan sigma r adalah
output untuk setiap perusahaan, atau seringkali disebut dengan
Decision Making Unit dalam literatur DEA. Untuk DMU ke-I diwakili
secara berturut-turut oleh vektor x1 dan y1. Dalam hal, x adalah matrik
input i x n, dan Y adalah matriks output r x n, maka representasi
tersebut merupakan cara merumuskan data dalam bentuk matriks dari
semua n UKE.
Tujuan dari DEA adalah membentuk sebuah frontier non-
parametric envelopment terhadap suatu data dari titik pengamatan
yang berada di bawah frontier. Cara terbaik untuk memperkenalkan
DEA adalah melalui bentuk rasio. Untuk setiap UKE, kita akan
mendapatkan ukuran rasio dari semua output terhadap inputnya,
Maksimal h = 𝑢𝑟 𝑦𝑟𝑗0𝑟
𝑣𝑖 𝑥𝑖𝑗0𝑖
batasan
𝑢𝑟 𝑦𝑟𝑗𝑟
𝑣𝑖 𝑥𝑖𝑗𝑖 ≤ 1
j = 1,…..,n (untuk
keseluruhan j)
Ur , vi ≥ 𝜀
Keterangan :
h : efisiensi teknis perbankan
yrj : merupakan jumlah output r yang
diproduksi oleh bank s.
xij : jumlah input i yang digunakan oleh
bank s
ur : merupakan bobot output r yang di
hasilkan oleh bank s
vi : bobot input i yang diberikan oleh
bank s, dan r dihitung dari 1 ke m
serta i dihitung dari 1 ke n.
68
seperti uryr / vixi, dimana u mrupakan vektor r yl dari output tertimbang
(weight output) dan v adalah vektor i xl dari input tertimbang (weight
input).
Untuk penimbang yang optimal harus dispesifikasikan kedalam
problema matematis (the mathematical programming problem). dalam
hal ini, termasuk juga menemukan nilai untuk u dan v, sebagai sebuah
pengukuran efisiensi h yang maksimal. Dengan tujuan untuk kendala
bahwa semua ukuran efisiensi haruslah kurang atau sama dengan satu,
salah satu masalah dengan formulasi atau rumusan rasio ini adalah
bahwa ia memiliki sejumlah solusi yang tidak terbatas (infinite). Untuk
menghindari hal ini, maka kita dapat menentukan kendala yang akan
menspesifikasikan dan memudahkan dalam proses selanjutnya
menggunkan teknik komputasi. dimana n menunjukkan jumlah bank
dalam sampel. Pertidaksamaan pertama menunjukkan adanya efisiensi
rasio untuk perusahaan lain tidak lebih dari 1, sementara
pertidaksamaan kedua berbobot positif. Angka rasio akan bervariasi
antara 0 sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien apabila memiliki
angka rasio mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya jika mendekati 0
menunjukkan efisiensi bank semakin rendah. Pada DEA, setiap bank
dapat menentukan pembobotnya masing-masing dan menjamin bahwa
pembobot yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja yang
terbaik.
69
Dalam model DEA terdapat dua pendekatan optimasi atau
asumsi yang biasa digunakan, pendekatan optimasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah constant return scale (CRS) dan Variable
return to scale (VRS).9
a. Constant return to scale
Model constant return to scale dikembangkan oleh Charnes,
Cooper dan Rhoades dan disebut juga model CCR pada tahun 1978.
Model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan
output adalah sama, artinya jika ada penambahan input sebesar X kali,
maka output akan meningkat sebesar X kali juga. Asumsi lain yang
digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap perusahaan atau DMU
beroperasi secara optimal. Untuk itu fungsi objektif dan fungsi kendala
pada DEA model constant return to scale dapat digambarkan pada
persamaan berikut ini :
9 Retno Wulansari, Dea : Alat Analisis Untuk Mengkaji Efisiensi Relatif (2010), hal. 18
70
Gambar 3.2 Model DEA CRS
b. Variable return to scale
Model Variable return to scale (VRS) dikembangkan oleh
Banker, Charnes, dan Rhoades (model BCC) pada tahun 1984 dan
merupakan pengembangan dari model CCR. Model ini beranggapan
bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang
optimal. Asumsi dari model ini adalah rasio antara penambahan input
dan otput tidaj sama. Artinya, penambahan input sebasar X kali tidak
akan memyababkan output meningkat sebasar X kali, bias lebih kecil
atau lebih besar dari X kali pendekatan BCC lebih baik dalam
menghitung tingkat efisiensi teknis yang sebenarnya tanpa dibatasi
kendala apapun, karena pendekatan BCC menghitung tingkata
Keterangan :
yrj = jumlah output r yang diproduksi oleh
DMU j
xij = jumlah input i yang digunakan oleh
DMU j
ur = bobot yang diberikan kepada output
r, (r=1,...,t dan t adalah jumlah output)
vi = bobot yang diberikan kepada input i,
(i=1,..., m dan m adalah jumlah input)
n = jumlah DMU,
j0 = DMU yang diberi penilaian
𝐸𝑓𝑓 = 𝑀𝑖𝑛 𝑉𝑖 𝑋𝑖𝑗0
𝑟
𝑈𝑖,𝑉𝑖
𝑆, 𝑡
𝑈𝑟 𝑌𝑟𝑗
𝑟
− 𝑉𝑖 𝑋𝑖𝑗
𝑖
≤ 0 ; ∀𝑗
𝑈𝑟 𝑌𝑟𝑗0
𝑖
= 1
𝑈𝑟 ,𝑉𝑖 ≥ 0 ; ∀𝒓 ∀𝒊
71
efisiensi secara lokal bukan secara global. Untuk itu fungsi objektif
dan fungsi kendala pada DEA model Variable return to scale dapat
digambarkan pada persamaan berikut ini :
Gambar 3.3 Model DEA VRS
Rumus pendekatan DEA diatas memiliki fungsi tujuan untuk
memaksimalkan nilai efisiensi dari masing-masing DMU dengan
meminimalisir input dan menggunakan dengan faktor kendalanya
bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada nilai efisien DMU yang
lebih besar dari 100%, penjumlahan setiap output akan sama dengan 1
dan semua variabel keputusan tidak sama dengan 0. DEA menghitung
rasio perbandingan output terhadap input untuk setiap unit, dengan
Keterangan :
yrj = jumlah output r yang diproduksi oleh
DMU j,
xij = jumlah input i yang digunakan oleh
DMU j,
ur = bobot yang diberikan kepada output r,
(r = 1 ,..., t dan t adalah jumlah output),
vi = bobot yang diberikan kepada input i, (i
= 1,..., m dan m adalah jumlah input),
n = jumlah DMU,
j0 = DMU yang diberi penilaian
𝐸𝑓𝑓 = 𝑀𝑎𝑥 𝑉𝑖 𝑋𝑖𝑗0
𝑟
+ 𝑈0
𝑈𝑖,𝑉𝑖
𝑆, 𝑡
𝑈𝑟 𝑌𝑟𝑗
𝑟
− 𝑉𝑖 𝑋𝑖𝑗
𝑖
+ 𝑈0 ≤ 0 ; ∀𝑗
𝑈𝑟 𝑌𝑟𝑗0
𝑖
= 1
𝑈𝑟 ,𝑉𝑖 ≥ 0 ; ∀𝒓 ∀𝒊
72
skor dinyatakan sebagai 0-1 atau 0 sampai 100 persen. Sebuah unit
kesehatan dengan skor kurang dari 100% akan tidak efisien bila
dibandingkan dengan unit lain.
Dalam penentuan input dan output dalam metode DEA, salah
satu yang harus ditentukan adalah pendekatan yang akan digunakan.
Pendekatan yang terdapat dalam pengukurun efisiensi terdiri dari 3
(tiga) pendekatan yaitu, pendekatan asset, pendekatan produksi dan
pendekatan intermediasi. Untuk menentukan pendekatan mana yang
akan dipilih dilihat dari teknologi yang karakteristik dari perbankan
yang akan diteliti. Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan intermediasi, dimana pendekatan ini dianggap
sesuai dengan fungsi perbankan yang sebenarnya yaitu sebagai
lembaga penyaluran dana dari pihak yang kelebihan dana kepada
pihak yang membutuhkan dana serta penelitian ini juga bertujuan
untuk melihat apakan perbankan sudah efisien apabila dilihat dari sisi
intermediasinya. Dilihat dari hal inilah maka dapat ditentukan variabel
input dan output apa saja yang akan digunakan dalam penelitian.
Pada penelitian ini asumsi yang digunakan adalah constant
return to scale (CRS). Asumsi ini digunakan karena penelitian ini
mencoba untuk melihat apa saja sumber ketidakefisiensian, berapa
besar persentase ketidak efisiensian dan berapa persentase To Gain
yang harus ditingkatkan supaya perbankan dalam penelitian ini dapat
73
beroperasi dengan efisien. Untuk itu penelitian ini memberikan dua
alternatif orientasi pengukuran yaitu keadaan dimana perbankan harus
memaksimalkan outputnya (output oriented) dan ketika perbankan
harus minimimalisir penggunaan input (input oriented). Maka kedua
alternatif inilah yang akan digunakan perbankan sebagai gambaran dan
langkah apa yang harus dilakukan perbankan supaya dapat beroperasi
dengan efisien.
Untuk menggunakan kedua orientasi pengukuran ini, maka
asumsi yang digunakan harus constant return to scale (CRS) agar tidak
memberikan hasil yang berbeda dalam pengukuran efisiensi. Hal ini
dikarenakan ketika melakukan pengukuran menggunakan orientasi
input maupun orientasi output maka akan menghasilkan nilai efisiensi
yang sama ketika menggunakan asumsi constant return to scale. Hal
ini terjadi dikarenakan DMU beroperasi pada frontier yang sama jika
menggunakan asumsi CRS. Berbeda hasilnya jika DMU menggunakan
asumsi variable return to scale (VRS) hal ini akan mengakibatkan
DMU memberikan hasil efisiensi yang berbeda antara pengukuran
menggunakan orientasi input dan pengukuran menggunakan orientasi
output hal ini juga dijelaskan dalam Sufian Faldzan (2012), ketika
malakukan pengukuran cost, profit dan revenue efisiensi
menggunakan VRS dua orienteasi, hasil efisiensinya menjadi berbeda-
beda.
74
BAB IV
Hasil Analisis Data
A. Hasil Efisiensi Keseluruhan Perbankan
Berikut ini adalah tabel skor efisiensi dari kelompok perbankan yang
terbentuk dari hasil merger dan akusisi serta kelompok perbankan yang
terbentuk dari hasil spin off secara keseluruhan.
Tabel 4.1 Hasil Efisiensi Keseluruhan
Triwulan Nama Bank
Mega Sy BRIS BSM Artha Inter Mandiri Permata
1 100 100 88.11 75 100 55.84
2 97.69 95.04 84.09 65.59 100 55.5
3 100 100 89.15 76.68 100 60.79
4 100 100 85.02 83.76 100 65.96
5 100 88.36 71.51 64.91 75.09 62.96
6 100 76.73 66.41 61.05 74.34 58.77
7 100 81.12 65.47 65 76.62 68.93
8 100 79.74 68.12 73.67 80.52 84.58
9 84.13 80.18 69.98 69.03 46.99 54.66
10 63.13 75.49 66.86 68.44 49.03 54.75
11 64.95 72.98 72.11 66.8 55.23 59.93
12 70.45 77.95 74.58 78.22 60.54 71.95
13 68.03 78.05 84.79 74.83 54.02 75.46
14 64.72 66.52 74.63 67.85 47.64 67.55
15 74.53 70.68 76.83 72.63 52.87 65.25
16 84.88 72.56 79.32 82.7 57.84 66.97
17 91.64 80.8 74.84 77.58 50.94 67.58
18 88.69 75.15 71.29 66.98 55.02 62.9
19 99.28 73.99 74.35 69.11 61.81 68.55
20 100 75.41 82.22 71.85 70.7 76.32
21 79.22 74.24 77.19 72.64 52.84 70.39
75
Dari tabel diatas maka dapat dirinci secara keseluruhan skor rata-rata tingkat
efisiensi perbankan yang merger-akusisi dan spin off selama rentang waktu 5-6 tahun,
yaitu sebagai berikut :
1. Bank Mega Syariah dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 87.34%
2. BRI Syariah dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 80.16%
3. Bank Syariah Mandiri dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 76.23%
4. Bank Artha Graha Internasional dengan skor efisensi rata-rata sebesar 71.43%
5. Bank Mandiri dengan skor efsiensi rat-rata sebesar 65.7%
6. Bank Permata dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 65.64%
Dari skor diatas dapat diketahui bahwa skor efisiensi tertinggi diraih oleh
Bank Mega Syariah dengan skor 87.34% dan BRI Syariah dengan skor 80.16%
dimana ketiga bank dengan efisensi tertinggi tersebut terbentuk dari hasil spin off
dan kedua bank tersebut adalah bank syariah. Kemudian skor efisiensi terendah
diraih oleh bank permata dengan skor efisiensi sebesar 65.64%.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perubahan efisiensi perbankan serta
perbandingan efisiensi antar bank setiap triwulannya maka dapat dilihat melalui
grafik yang menggambarkan skor efisiensi dalam 24 triwulan secara keseluruhan,
yang digambarkan pada grafik dibawah ini.
22 79.09 73.17 74.77 68.12 47.02 67.2
23 89.17 79.04 75.96 69.81 53.46 64.24
24 96.59 76.68 81.99 72.09 54.15 68.23
Rata-rata 87.34 80.16 76.23 71.43 65.7 65.64
76
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sko
r Ef
isie
nsi
Triwulan
Skor Efisiensi Keseluruhan Perbankan
Mega Sy BRIS BSM Artha Inter Mandiri Permata
Gambar 4.1 grafik Hasil Efisiensi keseluruhan
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa skor efisiensi perbankan tiap
triwulannya cenderung fluktuatif . walaupun skor efisiensi rata-rata Bank Mega
Syariah paling tinggi, hanya BRI Syariah dan Bank Artha Internasional yang
memiliki skor efisiensi dengan trend yang cenderung stabil, jika dibandingkan
dengan perbankan lainnya. Bahkan Bank Mandiri yang memiliki asset dan dana
pihak ketiga yang cenderung besar tidak menjamin bank tersebut mampu
beroperasi dengan skor efisiensi yang stabil. Disisi lain walaupun BRI Syariah
dan Bank Mega Syariah merupakan bank baru dan dengan jumlah asset dan DPK
77
dibawah bank lainnya namun kedua bank ini memiliki skor efisiensi rata-rata
paling tinggi dimana BRI Syariah memiliki trend efisiensi yang cenderung stabil.
Adapun perbankan yang dikategorikan efisien secara penuh adalah perbankan
yang memiliki skor efisiensi sebesar 100% dan skor dibawah itu dianggap
inefisien. Bank yang memiliki skor efisiensi 100% adalah bank yang mampu
beroperasi dengan tepat, dimana ia dapat menggunakan sumber dayanya dengan
tepat untuk menghasilkan output.
Berikut ini adalah perbankan yang beroperasi dengan efisien dalam penelitian
ini. Bank Mega Syariah, BRI Syariah dan Bank Mandiri beroperasi dengan
efisiensi pada triwulan 1. Bank Mandiri pada triwulan 2. Bank Mega Syariah,
BRI Syariah dan Bank Mandiri pada triwulan 3. Bank Mega Syariah, BRI Syariah
pada triwulan 5. Bank Mega Syariah berturut-turut pada triwulan 6,7,8 dan
terakhir pada triwulan 20.
Dari hasil diatas Bank Mega Syariah mengalami efisiensi penuh paling
banyak yaitu selama delapan triwulan. Bank Mandiri dengan empat triwulan dan
BRI Syariah selama tiga triwulan. Sedangkan Bank Syariah Mandiri, Bank Artha
Internasional dan Bank Permata tidak pernah mencapai efisiensi penuh sekalipun.
Setelah melihat hasil efisiensi keseluruhan diatas, maka dapat diketahui
bahwa, Perbankan yang terbentuk dari hasil spin off memiliki efisiensi keseluruhan
yang lebih besar dari pada perbankan yang terbentuk dari merger dan akusisi.
78
Yang artinya, perbankan yang terbentuk dari hasil spin off dapat memanfaatkan
sumber daya yang ada (input) untuk menghasilkan output yang optimal. Jika
dibandingkan dengan perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi.
Faktor utama yang diduga mempengaruhi hasil efisiensi kedua kelompok
perbankan tersebut adalah penggunaan variabel yang digunakan dalam pengukuran
efsiensi. Penggunaan variabel yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
karakteristik bank islam dimana, penggunaan variabel ini tidak memungkinkan
perbankan bermain pada sektor surat berharga, pasar uang antar bank serta
kegiatan usaha yang tidak mengacu pada sektor riil. Tentu saja hal ini tidak
memihak pada perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi.
Pada bank yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi yang keseluruhannya
merupakan bank konvensional, tentu mereka memiliki karakteristik untuk bermain
pada sektor non penyaluran dana seperti surat berharga, transaksi valas dll.
keseluruhan biaya yang mereka gunakan (input), tentu tidak hanya dialokasikan
pada sektor riil saja tetapi juga pada sektor non riil.
Pada penelitian ini karena variabel yang digunakan mengacu pada
karakteristik bank islam maka output yang digunakan hanya penyaluran dana ke
sektor riil. Hal ini akan mengakibatkan rasio antara output terhadap input menjadi
lebih kecil, sehingga efisiensi pada bank yang terbentuk dari hasil merger dan
akusisi akan menjadi berkurang. Hal ini sesuai dengan penelitian Supachet
79
Chansarn (2008), bahwa Bank Komersial yang hanya melakukan kegiatan inti
perbankan (penyaluran dana) tidak akan pernah efisien jika dibandingkan dengan
perbankan yang bermain pada sektor-sektor baru (sekuritas dan pasar keuangan).
Berbeda dengan bank yang terbentuk dari hasil spin off yang keseluruhannya
merupakan bank syariah. Dimana bank syariah idealnya hanya menyalurkan dana
pada sektor riil. Keseluruhan biaya (input) yang mereka miliki, mereka fokuskan
dialokasikan pada penyaluran dana. Hal ini akan mengakibatkan idealnya rasio
antara output terhadap input, sehingga akan menghasilkan efisiensi yang besar.
Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, suatu perbankan akan
efisien, apabila dengan jumlah input tertentu penyaluran dana, pendapatan
operasional besar tetapi jumlah NPL nya kecil.
Setelah mengetahui skor efsiensi perbankan secara keseluruhan. Selanjutnya
adalah merinci berapakah skor efsiensi perbankan yang melakukan merger-
akusisi dan spin off. Untuk itu maka akan ditunjukan pada grafik berikut ini.
B. Hasil Efisiensi Kelompok perbankan yang merger dan akusisi
Perbankan yang melakukan merger dan akusisi pada penelitian ini terdapat
tiga sampel yaitu : Bank Mandiri, Bank Artha Internasional dan Bank Permata.
Untuk lebih jelas mengetahui tentang skor efisiensinya berikut ini adalah grafik
yang menampilkan skor efisiensi perbankan yang merger dan akuisisi.
80
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sko
r Ef
isie
nsi
Triwulan
Skor Efisiensi Pada Bank yang Merger dan Akusisi
Artha Inter Mandiri Permata
Gambar 4.2 grafik hasil efisiensi bank yang merger dan akusisi
Keterangan : perhitungan lap. Keuangan Artha Inter pada 2006-2011, Mandiri 2002-2007, Permata
2005-2010.
Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata urutan skor efisiensi
terbaik pada kelompok perbankan yang merger dan akusisi dapat dirinci sebagai
berikut :
1. Bank Artha Graha Internasional dengan skor efisiensi rata-rata sebesar
71.43%
2. Bank Mandiri dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 65.7
3. Bank Permata dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 65.64
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa skor rata-rata efisiensi tertinggi pada
kelompok ini diraih oleh bank Artha Graha Internasional dengan skor sebesar
81
71.43% dan skor rata-rata efisiensi terendah diraih oleh Bank Permata dengan skor
efisiensi sebesar 65.64% . pada kelompok perbankan yang merger dan akusisi,
pergerakan skor efisiensi masing-masing perbankan cenderung menunjukan trend
yang fluktuatif. Hanya Bank Artha Graha Internasional yang cenderung memiliki
skor efisiensi paling tinggi dengan trend pergerakan yang relatif stabil bila
dibandingkan dengan bank lainnya.
Pada kelompok perbankan yang merger dan akuisisi terlihat hal yang menarik
pada Bank Mandiri, dimana selama empat triwulan pertama Bank Mandiri
mengalami efisiensi penuh secara berturut-turut. Kemudian mengalami penurunan
pada triwulan lima, dengan skor efisiensi sebesar 75.09%. Hal ini disebabkan
karena Bank Mandiri hanya dapat mengefisiensikan penggunaan DPK nya sebesar
75.1%, asset tetap sebesar 58%, beban tenaga kerja sebesar 75.1% serta
mengefisensikan output yaitu penyaluran dana dan pendapatan operasional masing-
masing sebesar 75.1%. setelah triwulan keempat Bank Mandiri beroperasi dengan
cukup stabil hingga mencapai efisiensi sebesar 80.52% pada triwulan 8, dan
puncaknya mengalami penurunan efisiensi terendah pada triwulan Sembilan dengan
skor 46.99% diakibatkan karena Bank Mandiri hanya dapat mengefisiensikan
penggunaan seluruh variabel input dan outputnya sebesar 47%. Secara keseluruhan
efisiensi rata-rata Bank Mandiri sebesar 65.7% dengan rata-rata efisiensi pengunaan
DPK sebesar 65.67%, aset tetap sebesar 43.03%, beban tenaga kerja sebesar
65.67% serta kemampuan memaksimalkan ouput penyaluran dana sebesar 64.33%
dan pendapatan operasional sebesar 65.67%.
82
Pada Bank Permata, walaupun Bank permata memiliki efisiensi rata-rata
paling rendah namun bank ini memiliki trend efisiensi yang cenderung naik diakhir
triwulannya. Efisiensi puncak permata diraih pada triwulan delapan dengan skor
84.58% dimana Bank permata dapat mengefisiensikan penggunaan DPKnya
sebesar 84.6%, asset tetap 47%, beban tenaga kerja 84.6% dan hasil output
penyaluran dana sebesar 84.6% serta pendapatan operasional sebesar 84.5%. Secara
keseluruhan efisiensi rata-rata Bank Permata sebesar 65.64% dengan rata-rata
efisiensi pengunaan DPK sebesar 65.64%, aset tetap sebesar 54.65%, beban tenaga
kerja sebesar 64.74% serta kemampuan memaksimalkan ouput penyaluran dana
sebesar 65.64% dan pendapatan operasional sebesar 62.88%.
Pada Artha Graha Internasional, Bank ini memiliki trend efisiensi yang
cenderung stabil jika dibandingkan dengan kedua bank lainnya. Efisiensi terendah
Bank Artha Graha Internasional diraih pada triwulan keenam dengan skor 61.05%.
hal ini disebabkan karena bank ini hanya dapat memaksimalkan keseluruahan input
dan outputnya sebesar 61.05%. efisiensi tertinggi bank ini diraih pada triwulan
keempat dengan skor 83.76%. Secara keseluruhan efisiensi rata-rata Bank Artha
Graha Internasional sebesar 71.43% dengan rata-rata efisiensi pengunaan DPK
sebesar 71.42%, aset tetap sebesar 70.66%, beban tenaga kerja sebesar 70.33% serta
kemampuan memaksimalkan ouput penyaluran dana sebesar 71.42% dan
pendapatan operasional sebesar 63.46%.
Setelah melihat efisiensi dari masing masing bank yang melakukan merger
dan akusisi. Selanjutnya adalah mengetahui skor rata-rata efisiensi dari keseluruhan
83
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sko
r Ef
isie
nsi
Triwulan
Skor Efisiensi Pada Bank yang Spin off
Mega Sy BRIS BSM
perbankan yang merger dan akusisi. Dari keseluruhan perbankan yang merger dan
akusisi didapat skor efeisiensi rata-rata sebasar 67.59%.
C. Hasil Efisiensi Kelompok perbankan yang Spin off
Perbankan yang berdiri dari hasil Spin off pada penelitian ini terdapat tiga
sampel yaitu : BRI Syariah, Bank Mega Syariah dan Bank Syariah Mandri. Untuk
lebih jelas mengetahui tentang skor efisiensinya berikut ini adalah grafik yang
menampilkan skor efisiensi perbankan yang terbentuk dari hasil spin off.
Gambar 4.3 grafik hasil efisiensi bank yang spin off
Keterangan : perhitungan lap. Keuangan Mega Sy 2006-2011, BRIS 2009-2013, BSM 2002-2007.
84
Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata urutan skor efisiensi
terbaik pada kelompok perbankan yang berdiri dari hasil Spin off dapat dirinci
sebagai berikut :
1. Bank Mega Syariah dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 87.34%
2. BRI Syariah dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 80.16%
3. Bank Syariah Mandiri dengan skor efisiensi rata-rata sebesar 76.23%
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa skor efisiensi rata-rata tertinggi
diraih oleh Bank Mega Syariah dengan skor rata-rata efsiensi sebesar 87.34%, dan
skor efisiensi rata-rata terendah diraih oleh Bank Syariah Mandiri dengan skor
efsiensi rata-rata sebesar 76.23%. Dari hasil efisiensi tiap triwulan pada perbankan
yang terbentuk dari hasil Spin off. Dapat dilihat walaupun efisiensi rata-rata BSM
dan BRIS dibawah Bank Mega Syariah namun kedua bank ini menunjukan trend
yang lebih stabil jika dibandingkan dengan Bank Mega Syariah. Namun dari ketiga
bank tersebut BRI Syariah cenderung terlihat paling stabil.
Pada Bank Mega Syariah, bank ini beroperasi pada efisiensi penuh selama
tujuh triwulan pertama. Kemudian mengalami penurunan pada triwulan Sembilan
dan mengalami efisiensi terendah pada triwulan 10 dengan skor 63.13%
diakibatkan bank ini hanya dapat mengefisnesikan penggunaan DPK sebesar
63.1%, asset tetap sebasar 42.7, beban tenaga kerja sebesar 63.1 serta hanya bisa
memaksimalkan penyaluran dana dan pendapatan operasional sebasar 63.1%. mulai
85
dari triwulan 11 trend efisiensi bank ini cenderung naik hingga mencapai efisiensi
penuh lagi pada triwulan 20. Secara keseluruhan efisiensi rata-rata Bank Mega
Syariah sebesar 87.34% dengan rata-rata efisiensi pengunaan DPK sebesar 87.33%,
aset tetap sebesar 84.71%, beban tenaga kerja sebesar 84.80% serta kemampuan
memaksimalkan ouput penyaluran dana sebesar 87.33% dan pendapatan
operasional sebesar 82.32%.
Pada BRI Syariah, bank ini mengalami efisiensi penuh selama tiga triwulan di
awal, dan mengalami penurunan pada triwulan lima. Kemudian pada triwulan enam
trend efisiensi BRIS cenderung stabil. Kecuali pada triwulan 14, dimana BRIS
mengalami efisiensi terendah dengan skor 66.52 diakibatkan karena bank ini hanya
mampu mengefisiensikan DPK, asset tetap dan beban tenaga kerjanya sebesar
66.5% serta memaksimalkan penyaluran dana sebasar 66.5% dan pendapatn
operasional sebesar 50.1%. Secara keseluruhan efisiensi rata-rata BRI Syariah
sebesar 80.16% dengan rata-rata efisiensi pengunaan DPK sebesar 80.2%, aset tetap
sebesar 80.02%, beban tenaga kerja sebesar 76.16% serta kemampuan
memaksimalkan ouput penyaluran dana sebesar 80.2% dan pendapatan operasional
sebesar 68.86%.
Pada Bank Syariah Mandiri, BSM beroperasi dengan trend stabil di tiga bulan
pertama, kemudian mulai mengalami penurunan efisiensi pada triwulan 4. Pada
triwulan 6 efisiensi BSM cenderung bergerak stabil, puncaknya pada triwulan 13
dengan skor efisiensi mencapai 84.79% dimana pada periode ini BSM mampu
mengefisiensikan penggunaan DPKnya sebesar 84.8%, asset tetap 76.9%, beban
86
tenaga kerja 84.8% serta dapat memaksimalkan penyaluran dana sebesar 84.8% dan
pendapatan operasional sebesar 76.9%. Secara keseluruhan efisiensi rata-rata Bank
Syariah Mandiri sebesar 76.23% dengan rata-rata efisiensi pengunaan DPK sebesar
76.23%, aset tetap sebesar 60.66%, beban tenaga kerja sebesar 76.23% serta
kemampuan memaksimalkan ouput penyaluran dana sebesar 75.14% dan
pendapatan operasional sebesar 74.68%.
Setelah melihat skor efisiensi dari masing-masing bank yang terbentuk dari
hasil Spin off. Selanjutnya adalah mengetahui skor rata-rata efisiensi dari
keseluruhan perbankan yang terbentuk dari hasil Spin off. Dari keseluruhan
perbankan yang yang terbentuk dari hasil Spin off didapat skor efeisiensi rata-rata
sebesar 81.25%.
D. Hasil Efisiensi Rata-rata Bank yang Merger – Akusisi dan Spin Off
Untuk melihat perbandingan dari skor efisiensi rata-rata setiap triwulan dari
keseluruhan perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi serta spin off,
maka akan dijelaskan kedalam sebuah tabel dan digambarkan kedalam sebuah
grafik. Hal ini untuk melihat bagaimana perbandingan skor efisiensi rata-rata dari
keseluruhan perbankan tiap triwulannya antara kedua kelompok perbankan. Untuk
lebih jelas mengetahui perbandingan skor efisiensi dari kedua kelompok perbankan
berikut ini adalah tabel yang menampilkan skor efisiensi dari kedua kelompok
perbankan tersebut.
87
Tabel 4.2 Efisiensi Rata-rata Bank yang Merger – Akusisi dan Spin Off
Triwulan
Bank yang Terbentuk dari
Merger dan Akuisi Spin off
1 76.95 96.04
2 73.7 92.27
3 79.16 96.38
4 83.24 95.01
5 67.65 86.62
6 64.72 81.05
7 70.18 82.2
8 79.59 82.62
9 56.89 78.1
10 57.41 68.49
11 60.65 70.01
12 70.24 74.33
13 68.1 76.96
14 61.01 68.62
15 63.58 74.01
16 69.17 78.92
17 65.37 82.43
18 61.63 78.38
19 66.49 82.54
20 72.96 85.88
21 65.29 76.88
22 60.78 75.68
23 62.5 81.39
24 64.82 85.09
Rata-rata 67.59 81.25
Untuk mengetahui pergerakan rata-rata efisiensi kedua kelompok perbankan,
makan akan digambarkan pada grafik dibawah ini.
88
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sko
r Ef
isie
nsi
Triwulan
Efisiensi Rata-rata Bank yang Merger – Akusisi dan Spin Off
Merger-Akusisi Spin Off
Gambar 4.4 grafik Efisiensi Rata-rata Bank yang Merger – Akusisi dan Spin Off
Dari grafik perbandingan dua kelompok perbankan dapat diketahui bahwa
perbankan yang terbentuk dari hasil spin off memiliki pergerakan efisiensi rata-rata
dengan trend yang lebih stabil jika dibandingkan dengan kelompok perbankan
yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi. Pada kelompok perbankan yang
terbentuk hasil spin off mengalami rata-rata efisiensi tertinggi pada triwulan ketiga
sebesar 96.38% dan triwulan keempat sebesar 95.01%. efisiensi rata-rata terendah
dialami perbankan yang terbentuk dari hasil spin off pada triwulan kesepuluh
sebesar 68.49%.
Pada kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi
terlihat cenderung memiliki trend pergerakan efisiensi rata-rata yang fluktiatif.
89
Namun kelompok perbankan ini selalu mengalami peningkatan efisiensi setiap
empat triwulan kemudian mengalami penurunan pada triwulan berikutnya
kemudian mengalami peningkatan lagi hingga triwulan terakhir. Skor efsiensi rata-
rata tertinggi pada kelompok perbankan ini diraih pada triwulan keempat sebesar
83.24% dan triwulan kedelapan sebesar 79.59%. Serta efisiensi terendahnya
dialami pada triwulan kesembilan sebesar 56.89%.
Setelah melihat grafik dari pergerakan efisiensi rata-rata dari kedua kelompok
perbankan. Untuk mengetahui kelompok perbankan manakah yang beroperasi
lebih efisien diantara keduanya, maka dibuat rata-rata dari seluruh triwulan untuk
melihat hasil efisiensi keseluruhannya. Hasil efsiensi keseluruhan dari perbankan
yang terbentuk dari hasil merger dan akusisi adalah sebesar 67.59%, dengan rata-
rata efisiensi penggunaan DPK sebesar 67.58%, asset tetap 56.12, beban tenaga
kerja 66.92% serta kemampaun menghasilkan penyaluran dana sebesar 67.13%
dan pendapatan operasional sebesar 64.68%. Hasil efisiensi perbankan yang
terbentuk dari hasil spin off adalah sebesar 81.25%, dengan rata-rata efisiensi
penggunaan DPK sebesar 81.26%, asset tetap 75.13%, beban tenaga kerja 79.07%
serta kemampuan memaksimalkan penyaluran dana sebesar 80.89% dan
pendapatan operasional sebesar 75.29%.
Dari kedua hasil efisiensi keseluruhan ini diketahui bahwa kedua kelompok
perbankan ini memiliki kecenderungan yang sama yaitu mereka memiliki memiliki
efisiensi yang tinggi dari jumlah DPK, dikarenakan jumlah DPK yang akan
90
digunakan dalam penyaluran dana sudah ditentukan batasnya oleh Bank Indonesia,
apabila penggunaan DPK tidak sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia maka
perbankan yang bersangkutan akan mendapatkan tambahan dari perhitungan
jumlah GWM (giro wajib minimum) yang harus disetorkan kepada Bank
Indonesia. Untuk itu perbankan pastinya akan menghindari uangnya untuk masuk
kedalam sektor-sektor yang kurang produktif.
Serta kedua kelompok perbankan ini memiliki efisiensi yang buruk dari sisi
aset tetap dikarenakan aset tetap merupakan komponen yang sulit untuk diatur
penggunaannya, dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa bank yang memiliki
jumlah kantor sangat banyak akan mengalami inefisiensi dari sisi penggunaan aset
tetap. Berbeda dengan Bank Mega Syariah dan BRI Syariah yang jumlah
kantornya lebih sedikit mereka memiliki efisiensi penggunaan aset tetap yang lebih
baik. Apabila terjadi inefisiensi dari sisi asset tetap maka perbankan tidak akan
semudah itu untuk mengurangi jenis input yang satu ini, seperti melakukan
penjualan gedung dan kantor. Biasanya hal ini terjadi dikarenakan perbankan
terlalu banyak memiliki jumlah kantor, namun kantor-kantor tersebut tidak dapat
memberikan output yang optimal terhadap perbankan.
Untuk itu, seperti yang telah dijelaskan oleh Wilson Arafat (2006), diperlukan
pengukuran efisiensi pada kantor cabang perbankan agar dapat diketahui masalah
apa yang terjadi terkait inefisiensinya dan tidakan apa yang harus dilakukan
supaya perbankan dapat efisien.
91
Berikutnya, suatu unit akan dikatakan efisien adalah, ketika suatu unit dapat
beroperasi secara tepat. Secara matematis dapat dijelaskan ketika setiap rasio input
ideal akan menghasil output yang ideal, dan rasio ideal itulah yang dikatakan
sebagai efisiensi. Untuk itu maka harus dilihat berapakah potential improvement
yang harus dilakukan suatu perbankan untuk mencapai hasil yang efisien. Dalam
penelitian ini potential improvement tersebut dilihat dari nilai to gain yang harus
dicapai perbankan. Nilai to gain adalah persentase yang harus dicapai perbankan
supaya input dan outputnya dapat menghasilkan rasio yang efisien.
Dalam penelitian ini nilai to gain dilihat dari dua orientasi pengukuran.
Orientasi tersebut terdiri dari pengukuran berorientasi input dan pengukuran
berorientasi output. Berikut ini dapat dijelaskan bagaimana potential improvement
tersebut menggunakan pengukuran berorientasi input dan pengukuran berorientasi
output.
E. Analisis Potential Improvement Menggunakan Orientasi Input
Analisis ini adalah melihat berapakah nilai input yang harus dikurangi setiap
DMU untuk menghasilkan sejumlah output tertentu, agar dapat beroperasi dengan
efisien. Dalam hal ini adalah melihat seberapa besar biaya (input) yang dapat
diminimalisir oleh kedua kelompok perbankan supaya mereka dapat beroperasi
dengan efsien. Untuk lebih jelasnya analisis ini akan dijelaskan dalam tabel dan
digambarkan kedalam grafik serta diagram.
1. Analisis nilai to gain pada perbankan yang merger dan akuisisi
92
Berikut ini adalah grafik yang menggambarkan nilai to gain pada masing-
masing input yang dapat diminimalisir, serta rata-rata input yang harus
diminimalisir dan masing-masing output yang harus dimaksimalkan, serta rata-rata
output yang harus dimaksimalkan supaya kelompok perbankan yang merger dan
akusisi dapat beroperasi dengan efisien.
Tabel 4.3 Nilai To Gain Pada Bank yang Merger dan Aksusisi orientasi input
Triwulan DPK Aset Tetap Beban Tenaga
Kerja rata-rata
input Peny Dana
Pend Operasional
rata-rata output
1 23.07 31.93 23.07 26 0 0 0
2 26.3 30.8 26.3 27.8 0 0 0
3 20.83 26.63 20.83 22.8 0 0 0
4 16.73 17.43 16.73 17 0 0 0
5 32.33 47.23 32.33 37.3 0 5.03 2.52
6 35.3 60.77 35.3 43.8 0 0 0
7 29.83 53 29.83 37.6 0 0 0
8 20.4 43.13 20.4 28 16.03 0 8.02
9 43.1 53.5 43.1 46.6 0 11.67 5.84
10 42.6 50.9 42.6 45.4 0 5.1 2.55
11 39.37 48.07 39.37 42.3 0 0.43 0.22
12 29.8 40.8 29.8 33.5 0 0 0
13 31.9 53.17 31.9 39 0 12.17 6.09
14 38.97 51.27 38.97 43.1 0 0.63 0.32
15 36.4 52.8 36.4 41.9 0 0 0
16 30.83 37.3 30.83 33 0 0 0
17 34.63 52.33 34.63 40.5 0 19.1 9.55
18 38.37 48.43 38.37 41.7 0 4.76 2.38
19 33.53 44 34.17 37.2 0 1.16 0.58
20 27.07 34.23 27.07 29.5 3.2 0 1.6
21 34.73 46.3 34.73 38.6 0 34.4 17.2
22 39.23 49.1 39.23 42.5 0 17.87 8.94
23 37.5 43.83 42.07 41.1 0 5.03 2.52
24 35.2 36.17 45.63 39 0 0.36 0.18
Rata-rata 32.42 43.88 33.07 36.5 0.8 4.9 2.85
93
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sko
r Ef
isie
nsi
Triwulan
Nilai To Gain Bank Merger-Akusisi
DPK(-) Aset Tetap(-) Beban Tenaga Kerja(-)
Peny Dana(+) Pend Operasional(+)
Untuk mengetahui pergerakan dari rata-rata nilai to gain input yang dapat
diminimalisir dan nilai to gain output yang dapat dimaksimalkan, maka akan
digambarkan pada grafik berikut.
Gambar 4.5 grafik nilai to gain bank yang merger dan akusisi orientasi input
Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat dari sisi penggunaan DPK, pada
triwulan 9 kelompok perbankan ini paling boros dalam penggunaan DPK. Tercatat
dalam nilai to gain sebesar 43.1%. hal ini menandakan bahwa pada triwulan 9
seharusnya perbankan dapat meminimalisir penggunaan DPK sebesar 43.1%
supaya dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan DPK paling baik terlihat pada
94
triwulan 4 dimana perbankan hanya harus mengurangi biaya input sebesar 16.73%
supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien.
Dari sisi penggunaan aset tetap, dapat dilihat bahwa penggunaan aset tetap
paling boros terjadi pada triwulan 6. Tercatat dalam nilai to gain perbankan ini
harus meminimalisir penggunaan aset tetap sebesar 60.77% supaya dapat beroperasi
dengan efisien. Penggunaan aset tetap paling baik terlihat pada triwulan 4 dimana
perbankan hanya harus mengurangi penggunaan aset tetap sebasar 17.43% supaya
dapat beroperasi dengan efisien.
Dari sisi penggunaan beban tenaga kerja, terlihat bahwa penggunaan beban
tenaga kerja paling boros terjadi pada triwulan 24. Dimana tercatat dalam nilai to
gain perbankan harus meninimalisir penggunaan beban tenaga kerja sebesar 45.63%
supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan beban tenaga kerja
paling baik terlihat pada triwulan 4, dimana tercatat dalam nilai to gain sebesar
16.73%. Artinya kelompok perbankan ini hanya harus meminimalisir penggunaan
beban tenaga kerja sebesar 16.73% supaya dapat beroperasi dengan efisien.
Setelah melihat nilai to gain dari masing-masing input dan output tiap
triwulan. Selanjutnya adalah melihat berapakan rata-rata dari masing-masing input
yang harus diminimalisir dan berapakah output yang harus dimaksimalkan pada
kelompok perbankan yang merger dan akuisis supaya dapat beroperasi dengan
efisien. Untuk itu maka akan dijelaskan pada diagram berikut.
95
(-)DPK; 32.42
(-)Aset tetap ; 43.88
(-)B.T.Kerja ; 33.07
(+)Peny Dana ;
0.8
(+)Pend Operasional ;
4.9
Rata-rata Nilai To Gain Bank yang Merger - Akusisi
(-)DPK (-)Aset tetap (-)B.T.Kerja (+)Peny Dana (+)Pend Operasional
Gambar 4.6 diagram nilai to gain bank yang merger dan akuisisi orientasi input
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa untuk mencapai efisiensi kelompok
perbankan yang merger dan akusisi harus meminimalisir rata-rata DPK sebesar
32.42%. aset tetap sebesar 43.88% dan beban tenaga kerja sebasar 33.07% serta
memaksimalkan penyaluran dana sebesar 0.8% dan pendapatan operasional sebesar
4.9%. atau jika dibuat rata-rata maka kelompok perbankan ini harus meminimalisir
biaya input sebesar 36.5% dan memaksimalkan output sebesar 2.85% supaya dapat
beroperasi dengan efisien.
2. Analisis nilai to gain pada perbankan yang spin off
Berikut ini adalah grafik yang menggambarkan nilai to gain pada masing-
masing input yang dapat diminimalisir, serta rata-rata input yang harus
diminimalisir dan masing-masing output yang harus dimaksimalkan, serta rata-rata
96
output yang harus dimaksimalkan supaya kelompok perbankan yang terbentuk dari
hasil spin off dapat beroperasi dengan efisien.
Tabel 4.4 nilai to gain pada bank yang spin off orientasi input
Triwulan DPK Aset
Tetap Beban Tenaga
Kerja rata-rata
input Peny Dana
Pend Operasional
rata-rata output
1 3.96 19.83 3.9 9.23 0 0 0
2 7.73 22.57 7.73 12.68 0 1.1 0.55
3 3.6 16.77 3.6 7.99 0 0 0
4 4.66 18 5 9.22 0 0 0
5 13.37 24.87 13.2 17.15 0 0 0
6 18.97 30.8 18.97 22.91 0 0 0
7 17.8 26.17 17.8 20.59 0 0 0
8 17.4 21.1 17.4 18.63 0 13.53 6.77
9 21.9 42.17 21.9 28.66 0 22.13 11.1
10 31.5 38.37 31.5 33.79 0 2.9 1.45
11 29.97 29.97 33.5 31.15 0 0.23 0.12
12 25.7 28.9 25.7 26.77 0 0 0
13 23.03 25.67 23.03 23.91 0 32.53 16.3
14 31.4 31.4 31.4 31.4 0 12.5 6.25
15 26 28.87 34.03 29.63 0 3.4 1.7
16 21.07 21.07 26.97 23.04 0 0 0
17 17.6 22.7 17.6 19.3 0 55.1 27.6
18 21.3 21.3 31.23 24.61 0 16.53 8.27
19 17.47 20.93 26.5 21.63 0 1.3 0.65
20 14.13 14.13 15.97 14.74 0 0 0
21 23.13 27.9 23.13 24.72 0 31.43 15.7
22 24.3 24.63 28.33 25.75 0 20.37 10.2
23 18.6 23.8 28.83 23.74 0 2.13 1.07
24 14.9 14.9 14.9 14.9 0 0 0
Rata-rata 18.73 24.87 20.93 21.51 0 8.96 4.48
Untuk mengetahui pergerakan dari rata-rata nilai to gain input yang dapat
diminimalisir dan nilai to gain output yang dapat dimaksimalkan, maka akan
digambarkan pada grafik berikut.
97
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sko
r Ef
isie
nsi
Triwulan
Nilai To Gain Bank Spin off
DPK(-) Aset Tetap(-)Beban Tenaga Kerja(-) Peny Dana(+)Pend Operasional(+)
Gambar 4.7 grafik nilai to gain perbankan yang spin off orientasi input
Dari tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa, dari sisi pengguanaan
DPK pada triwulan 14 perbankan pada kelompok ini beroperasi paling boros
dalam penggunaan DPK tercatat nilai to gainnya sebesar 31.4% , yang artinya
perbankan pada kelompok ini harus meminimalisir penggunaan DPK sebesar
31.4% supaya dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan DPK paling baik
terjadi pada triwulan 3, dimana nilai to gainnya tercatat sebesar 3.6% yang artinya
perbankan akan beroperasi secara efisien hanya dengan meminimalisir penggunaan
DPK sebesar 3.6%.
98
Dari sisi penggunaan asset tetap, penggunaan asset tetap paling boros terjadi
pada triwulan 9, dimana tercatat dalam nilai to gain perbankan dapat
meminimalisir penggunaan asset tetap sebesar 42.17% supaya perbankan pada
kelompok ini dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan asset tetap paling baik
terjadi pada triwulan 20, dimana nilai to gainnya tercatat sebesar 14.13%, yang
artinya perbankan hanya harus meminimalisir penggunaan asset tetap sebesar
14.13% supaya dapat beroperasi dengan efisien.
Dari sisi penggunaan beban tenaga kerja, penggunaan beban tenaga kerja
paling boros terjadi pada triwulan 15, dimana tercatat pada nilai to gainnya untuk
beroperasi secara efisien perbankan pada kelompok ini harus mengurangi
penggunaan beban tenaga kerja sebesar 34.03. penggunaan beban tenaga kerja
paling baik tercatat pada triwulan 3, dimana supaya beroperasi dengan efisien
perbankan hanya harus meminimalisir penggunaan beban tenaga kerja sebesar
3.6%.
Setelah melihat nilai to gain dari masing-masing input dan output tiap
triwulan. Selanjutnya adalah melihat berapakan rata-rata dari masing-masing input
yang harus diminimalisir dan berapakan output yang harus dimaksimalkan pada
kelompok perbankan yang merger dan akuisis supaya dapat beroperasi dengan
efisien. Untuk itu maka akan dijelaskan pada diagram berikut.
99
(-)DPK; 18.73
(-)Aset tetap ; 24.87
(-)B.T.Kerja ; 20.93
(+)Peny Dana ; 0
(+)Pend Operasional ;
8.96
Rata-rata Nilai To Gain Bank yang Spin off
(-)DPK (-)Aset tetap (-)B.T.Kerja (+)Peny Dana (+)Pend Operasional
Gambar 4.8 diagram nilai to gain bank yang spin off orientasi input
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa untuk mencapai efisiensi kelompok
perbankan yang terbentuk dari hasil spin off harus meminimalisir rata-rata DPK
sebesar 18.73%. aset tetap sebesar 24.87% dan beban tenaga kerja sebasar 20.93%
serta memaksimalkan pendapatan operasional sebesar 8.96%. pada kelompok
perbankan ini penyaluran dana tercatat sudah efisien. Atau jika dibuat rata-rata
maka kelompok perbankan ini harus meminimalisir biaya input sebesar 21.51%
dan memaksimalkan output sebesar 4.48% supaya dapat beroperasi dengan efisien.
F. Analisis Potential Improvement Menggunakan Orientasi Output
Analisis ini melihat berapakah nilai output yang dapat dimaksimalkan DMU
dengan sejumlah input tertentu, agar dapat beroperasi dengan efisien. Dalam hal
ini adalah melihat seberapa besar hasil/keluaran (output) yang dapat
100
dimaksimalkan kedua kelompok perbankan agar mereka dapat beroperasi dengan
efisien. Untuk lebih jelasnya analisis ini akan dijelaskan dalam tabel dan
digambarkan kedalam grafik serta diagram.
1. Analisis nilai to gain pada perbankan yang merger dan akuisisi
Berikut ini adalah grafik yang menggambarkan nilai to gain pada masing-
masing output dan rata-rata output yang dapat dimaksimalkan, serta nilai to gain
pada masing-masing input dan rata-rata input yang harus diminimalisir. supaya
kelompok perbankan yang merger dan akusisi dapat beroperasi dengan efisien.
Tabel 4.5 nilai to gain pada bank yang merger dan akusisi orientasi output
Triwulan DPK Aset
Tetap Beban Tenaga
Kerja rata-rata
input Peny Dana
Pend Operasional
rata-rata output
1 0 14.7 0 4.9 37.47 37.5 37.5
2 0 7.17 0 2.39 44.23 44.2 44.2
3 0 9.57 0 3.19 31.63 31.6 31.6
4 0 1.03 0 0.34 23.67 23.7 23.7
5 0 22.2 0 7.4 48.7 56.4 52.6
6 0 38.1 0 12.7 56.13 56.1 56.1
7 0 31.6 0 10.5 43.3 43.3 43.3
8 0 27.5 0 9.17 45.97 26 36
9 0 22.1 0 7.37 60.3 72.5 66.4
10 0 17 0 5.67 59.9 67.4 63.7
11 0 15.8 0 5.27 65.9 66.5 66.2
12 0 17.3 0 5.77 44.13 44.1 44.1
13 0 34.3 0 11.4 50.4 66.7 58.6
14 0 25 0 8.33 49.27 50.2 49.7
15 0 28.4 0 9.47 60 60 60
16 0 11.2 0 3.73 47.7 47.7 47.7
17 0 31.7 0 10.6 57.73 65 61.4
18 0 17.9 0 5.97 63.33 70.4 66.9
19 0 16.5 0.93 5.81 50.8 52.5 51.7
101
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sko
r Ef
isie
nsi
Triwulan
Nilai To Gain Bank Merger-Akusisi
DPK(-) Aset Tetap(-) Beban Tenaga Kerja(-)
20 0 10.1 0 3.37 41.77 37.2 39.5
21 0 21.9 0 7.3 56.33 66.8 61.6
22 0 21 0 7 49.53 75.9 62.7
23 0 11.9 6.63 6.18 62 69.5 65.8
24 0 1.8 15 5.6 56.67 57.2 56.9
Rata-rata 0 19 0.94 6.65 50.29 53.7 52
Untuk mengetahui pergerakan dari rata-rata nilai to gain output yang dapat
dimaksimalkan dan nilai to gain input yang harus diminimalisir, maka akan
digambarkan pada grafik berikut.
Gambar 4.9
Grafik nilai to gain pada bank yang merger dan akusisi orientasi output
Setelah melihat tabel dan grafik diatas maka dapat diketahui, jika dilihat dari sisi
penyaluran dana. Hasil dari penggunaan sejumlah input untuk menghasilkan
penyaluran dana. Terlihat paling buruk pada triwulan 11, dimana tercatat pada
102
nilai to gain sebesar 65.9%, yang artinya perbankan harus memaksimalkan
penyaluran dananya sebesar 65.9% supaya perbankan dapat beroperasi dengan
efisien. Penggunaan sejumlah input untuk menghasilkan penyaluran dana paling
baik. Terlihat ketika perbankan beroperasi pada triwulan 4, dimana tercatat pada
nilai to gain sebesar 23.67%. Artinya perbankan hanya harus memaksimalkan
penyaluran dananya sebesar 23.67%, supaya perbankan dapat beroperasi dengan
efisien.
Dilihat dari sisi pendapatan operasional. Hasil dari penggunaan sejumlah
input untuk untuk menghasilkan pendapatan operasional. Terlihat paling buruk
ketika perbankan beroperasi pada triwulan 22 dimana tercatat pada nilai to
gainnya perbankan harus memaksimalkan pendapatan operasionalnya sebesar
75.9% supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan sejumlah
input untuk menghasilkan pendapatan operasional paling baik. Tercatat ketika
perbankan beroperasi pada triwulan 4, dimana tercatat pada nilai to gain sebesar
23.7%. Artinya perbankan hanya harus memaksimalkan pendapatan
operasionalnya sebesar 23.7% supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien.
Setelah melihat nilai to gain dari masing-masing output dan input tiap
triwulan. Selanjutnya adalah melihat berapakan rata-rata dari masing-masing
output yang harus dimaksimalkan dan berapakah rata-rata input yang harus
diminimalisir pada kelompok perbankan yang merger dan akuisisi supaya dapat
beroperasi dengan efisien. Untuk itu maka akan dijelaskan pada diagram berikut.
103
(-)DPK; 0 (-)Aset tetap ; 19
(-)B.T.Kerja ; 0.94
(+)Peny Dana ; 50.29
(+)Pend Operasional ;
53.7
Rata-rata Nilai To Gain Bank yang Merger - Akusisi
(-)DPK (-)Aset tetap (-)B.T.Kerja (+)Peny Dana (+)Pend Operasional
Gambar 4.10
diagram nilai to gain bank yang merger dan akuisisi orientasi output
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa untuk mencapai efisiensi kelompok
perbankan yang merger dan akusisi harus mamaksimalkan rata-rata penyaluran
dana sebesar 50.29%. dan pendapatan operasional sebesar 53.7% serta harus
meminimalisir rata-rata aset tetap sebesar 19% dan beban tenaga kerja sebasar
0.94%, dimana dalam hal ini rata-rata DPK sudah efisien. Atau jika dibuat rata-rata
maka kelompok perbankan ini harus memaksimalkan output sebesar 52% dan
meminimalisir input sebesar 6.65% supaya dapat beroperasi dengan efisien.
2. Analisis nilai to gain pada perbankan yang spin off
Berikut ini adalah grafik yang menggambarkan nilai to gain pada masing-
masing output dan rata-rata output yang dapat dimaksimalkan, serta nilai to gain
pada masing-masing input dan rata-rata input yang harus diminimalisir. supaya
104
kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil spin off dapat beroperasi dengan
efisien.
Tabel 4.6 nilai to gain bank yang spin off orientasi output
Triwulan DPK Aset Tetap Beban Tenaga
Kerja rata-rata
input Peny Dana
Pend Operasional
rata-rata output
1 0 0 0 0 13.43 13.4 13.4
2 0 1.9 0 0.63 13.77 19.1 16.4
3 0 14.8 0 4.93 4.06 4.07 4.07
4 0 15.3 0 5.1 5.86 5.87 5.87
5 0 16.1 0 5.37 17.67 17.7 17.7
6 0 17.8 0 5.93 26.97 27 27
7 0 12.8 0 4.27 25.33 34.6 30
8 0 5.43 0 1.81 24.07 41 32.5
9 0 25.6 0 8.53 28.83 55.6 42.2
10 0 10.9 0 3.63 46.83 50.7 48.8
11 0 0 4.83 1.61 43.23 43.6 43.4
12 0 4.3 0 1.43 34.77 34.8 34.8
13 0 3.1 0 1.03 31 60.7 45.9
14 0 0 0 0 46.27 64.8 55.5
15 0 3.77 11.3 5.02 35.3 40.1 37.7
16 0 0 8.13 2.71 27.23 27.2 27.2
17 0 6.83 0 2.28 22.17 46.4 34.3
18 0 0 11.2 3.73 28.1 49.8 39
19 0 4.67 10.9 5.19 23.47 25.2 24.3
20 0 0 2.4 0.8 18.07 18.1 18.1
21 0 6.17 0 2.06 28.8 56.8 42.8
22 0 0.43 5.1 1.84 32.27 38.2 35.2
23 0 6.83 12.6 6.48 23.43 26.1 24.8
24 0 0 4.37 1.46 18.63 18.6 18.6
Rata-rata 0 6.52 2.95 3.16 25.82 34.1 30
Untuk mengetahui pergerakan dari rata-rata nilai to gain output yang dapat
dimaksimalkan dan nilai to gain input yang harus diminimalisir, maka akan
digambarkan pada grafik berikut.
105
Gambar 4.11 grafik nilai to gain bank yang spin off orientasi output
Setelah melihat tabel dan grafik diatas maka dapat diketahui, jika dilihat dari sisi
penyaluran dana. Hasil dari penggunaan sejumlah input untuk menghasilkan
penyaluran dana. Terlihat paling buruk ketika perbankan beroperasi pada triwulan
10, dimana tercatat pada nilai to gain sebesar 46.83%, yang artinya perbankan
harus memaksimalkan penyaluran dananya sebesar 46.83% supaya perbankan
dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan sejumlah input untuk menghasilkan
penyaluran dana paling baik. Terlihat ketika perbankan beroperasi pada triwulan 3,
dimana tercatat pada nilai to gain sebesar 4.06%. Artinya perbankan hanya harus
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sko
r Ef
isie
nsi
Triwulan
Nilai To Gain Bank Spin off
DPK(-) Aset Tetap(-)Beban Tenaga Kerja(-) Peny Dana(+)Pend Operasional(+)
106
memaksimalkan penyaluran dananya sebesar 4.06%, supaya perbankan dapat
beroperasi dengan efisien.
Dilihat dari sisi pendapatan operasional. Hasil dari penggunaan sejumlah
input untuk untuk menghasilkan pendapatan operasional. Terlihat paling buruk
ketika perbankan beroperasi pada triwulan 14 dimana tercatat pada nilai to gainnya
perbankan harus memaksimalkan pendapatan operasionalnya sebesar 64.8%
supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien. Penggunaan sejumlah input
untuk menghasilkan pendapatan operasional paling baik. Tercatat ketika
perbankan beroperasi pada triwulan 3, dimana tercatacat pada nilai to gain sebesar
4.07%. Artinya perbankan hanya harus memaksimalkan pendapatan
operasionalnya sebesar 4.07% supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien.
Setelah melihat nilai to gain dari masing-masing output dan input tiap
triwulan. Selanjutnya adalah melihat berapakan rata-rata dari masing-masing
output yang harus dimaksimalkan dan berapakah rata-rata input yang harus
diminimalisir pada kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil spin off supaya
dapat beroperasi dengan efisien. Untuk itu maka akan dijelaskan pada diagram
berikut.
107
Gambar 4.12 diagram nilai to gain bank yang spin off orientasi output
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa untuk mencapai efisiensi kelompok
perbankan yang terbentuk dari hasil spin off harus mamaksimalkan rata-rata
penyaluran dana sebesar 25.82%. dan pendapatan operasional sebesar 34.1% serta
harus meminimalisir rata-rata aset tetap sebesar 6.52% dan beban tenaga kerja
sebesar 2.95%, dimana dalam hal ini rata-rata DPK sudah efisien. Atau jika dibuat
rata-rata maka kelompok perbankan ini harus memaksimalkan output sebesar 30%
dan meminimalisir input sebesar 3.16% supaya dapat beroperasi dengan efisien.
(-)DPK; 0 (-)Aset tetap ;
6.52
(-)B.T.Kerja ; 2.95
(+)Peny Dana ; 25.82
(+)Pend Operasional ;
34.1
Rata-rata Nilai To Gain Bank yang Spin off
(-)DPK (-)Aset tetap (-)B.T.Kerja (+)Peny Dana (+)Pend Operasional
108
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada penelitian ini, dapat
disimpulkan beberapa hasil yaitu:
1. Dari keseluruhan pengukuran efisiensi perbankan, dapat dirinci hasil
efisiensi rata-rata sebagai berikut :
Urutan Nama Bank Skor Efisiensi
1 Bank Mega Syariah 87.34%
2 BRI Syariah 80.16%
3 Bank Syariah Mandiri 76.23%
4 Bank Artha Graha Internasional 71.43%
5 Bank Mandiri 65.70%
6 Bank Permata 65.64%
Setelah melihat hasil efisiensi keseluruhan diatas, maka dapat diketahui
bahwa, Perbankan yang terbentuk dari hasil spin off memiliki efisiensi
keseluruhan yang lebih besar dari pada perbankan yang terbentuk dari
merger dan akusisi.
Faktor utama yang diduga mempengaruhi hasil efisiensi kedua kelompok
perbankan tersebut adalah penggunaan variabel yang digunakan dalam
109
pengukuran efsiensi. Penggunaan variabel yang digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada karakteristik bank islam dimana, penggunaan
variabel ini tidak memungkinkan perbankan bermain pada sektor surat
berharga, pasar uang antar bank serta kegiatan usaha yang tidak mengacu
pada sektor riil.
Pada bank konvensional alokasi biaya (input) tidak hanya difokuskan pada
sektor riil saja tetapi juga sektor non riil, Sedangkan bank syariah alokasi
biaya hanya difokuskan pada sektor riil saja. Hal ini tentu akan
berpengaruh terhadap besaran rasio output terhadap rasio input yang akan
membentuk hasil efisiensi. Sehingga dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa, suatu perbankan akan efisien, apabila dengan jumlah
input tertentu penyaluran dana, pendapatan operasional besar tetapi jumlah
NPL nya kecil.
2. Dari hasil analisis potential improvement, maka dapat diketahui inefisiensi
rata-rata sebagai berikut :
Pada kelompok perbankan yang merger dan akusisi, jika dilihat dari
dari orientasi input maka inefisiensi penggunaan DPK sebesar
32.42%, aset tetap sebesar 43.88% dan beban tenaga kerja sebesar
33.07%. jika dilihat dari orientasi output maka inefisiensi
penyaluran dana sebesar 50.29% dan pendapatan operasional
sebesar 53.7%.
110
Pada kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil spin off, jika
dilihat dari dari orientasi input maka inefisiensi penggunaan DPK
sebesar 18.73%, aset tetap sebesar 24.87% dan beban tenaga kerja
sebesar 20.93%. jika dilihat dari orientasi output maka inefisiensi
penyaluran dana sebesar 25.82% dan pendapatan operasional
sebesar 34.1%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran
yang dapat penulis berikan terhadap beberapa pihak terkait, diantaranya:
1. Bagi manajemen bank
a. Diharapkan dari hasil penelitian ini supaya manajeman perbankan
memperhatikan kinerjanya, agar dapat beroperasi dengan efisien. yaitu
agar dengan input tertentu perbankan dapat memaksimalkan penyaluran
dana dan pendapatan operasional serta meminimalisir jumlah NPL.
b. Berdasarkan gambaran dari perhitungan nilai To Gain berikut ini
adalah alternatif yang dapat dilakukan perbankan supaya dapat
beroperasi dengan efisien :
Menggunakan orientasi input, kelompok perbankan yang merger dan
akusisi harus mengurangi penggunaan rata-rata DPK sebesar
32.42%. aset tetap sebesar 43.88% dan beban tenaga kerja sebesar
111
33.07% serta memaksimalkan penyaluran dana sebesar 0.8% dan
pendapatan operasional sebesar 4.9%. atau jika dibuat rata-rata maka
kelompok perbankan ini harus meminimalisir biaya input sebesar
36.5% dan memaksimalkan output sebesar 2.85% supaya dapat
beroperasi dengan efisien.
kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil Spin Off harus
mengurangi penggunaan rata-rata DPK sebesar 18.73%. aset tetap
sebesar 24.87% dan beban tenaga kerja sebesar 20.93% serta
memaksimalkan pendapatan operasional sebesar 8.96%. pada
kelompok perbankan ini penyaluran dana tercatat sudah efisien. Atau
jika dibuat rata-rata maka kelompok perbankan ini harus
meminimalisir biaya input sebesar 21.51% dan memaksimalkan
output sebesar 4.48% supaya dapat beroperasi dengan efisien.
Menggunakan orientasi output, kelompok perbankan yang merger
dan akusisi harus mamaksimalkan rata-rata penyaluran dana sebesar
50.29%. dan pendapatan operasional sebesar 53.7% serta harus
meminimalisir rata-rata aset tetap sebesar 19% dan beban tenaga
kerja sebasar 0.94%, dimana dalam hal ini rata-rata DPK sudah
efisien. Atau jika dibuat rata-rata maka kelompok perbankan ini
harus memaksimalkan output sebesar 52% dan meminimalisir input
sebesar 6.65% supaya dapat beroperasi dengan efisien.
112
kelompok perbankan yang terbentuk dari hasil Spin Off harus
mamaksimalkan rata-rata penyaluran dana sebesar 25.82%. dan
pendapatan operasional sebesar 34.1% serta harus meminimalisir
rata-rata aset tetap sebesar 6.52% dan beban tenaga kerja sebesar
2.95%, dimana dalam hal ini rata-rata DPK sudah efisien. Atau jika
dibuat rata-rata maka kelompok perbankan ini harus memaksimalkan
output sebesar 30% dan meminimalisir input sebesar 3.16% supaya
dapat beroperasi dengan efisien.
c. Selain hal tersebut seperti yang telah dilihat pada BAB IV salah satu
hal yang paling tidak efisien adalah penggunaan aset tetap. Dari kedua
kelompok perbankan, keduanya memiliki efisiensi yang rendah dari sisi
penggunaan aset tetap. Untuk itu diharapkan perbankan melakukan
pengukuran efisiensi pada tiap kantor cabang yang mereka miliki
supaya dapat diketahui masalah apa dan tidakan apa yang harus mereka
lakukan supaya perbankan dapat beroperasi dengan efisien.
Serta memilih alternatif antara orientasi input atau orientasi output
sesuai dengan tujuan dan pencapain yang ingin dilakukan oleh
perbankan yang bersangkutan. Contohnya seperti penetapan beban
tenaga kerja maksimum dan minimum. Misalnya ketika target output
telah tercapai seperti penyaluran dana dan pendapatan operasional
maka perbankan harus menaikan beban tenaga kerja ke level
maksimum berdasarkan perhitungan potential improvement.
113
Namun apabila target output tidak tercapai maka beban tenaga kerja
harus diturunkan ke level minimum. Hal ini dilakukan karena tak hanya
untuk mengerjar efisiensi saja, namun perbankan juga harus
menghargai hak-hak pekerjanya.
2. Bagi masyarakat / nasabah bank
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran dan
menjadi rujukan bagi masayarakat apabila ingin menjadi nasabah di bank
tertentu dan apabila ingin mempercayakan uangnya untuk diinvestasikan di
bank tertentu.
3. Bagi penelitian-penelitian berikutnya
Bagi peneliti berikutnya apabila menggunakan metode DEA penulis
menyarankan supaya memperhatikan penggunaan variabel input-output
serta menambahkan akun beban operasional sebagai variabel input karena
beban operasional merupakan 2/3 dari total beban yang harus dikeluarkan
perbankan. Apabila ingin melakukan perbandingan pengukuran efisiensi
antara bank syariah dan bank konvensional, supaya memperhatikan
pertimbangan lain dalam melakukan pengukuran. Seperti penggunaan akun
yang berhubungan dengan pasar modal, serta akun yang memungkinkan
bank konvensional bermain dipasar non riil, karena hal tersebut termasuk
karakteristik bank konvensional.
114
Sehingga akan terlihat seluruh kemampuan bank konvensional. Serta dapat
kita ketahui secara menyeluruh bagaimanakan kinerja efisiensi antara bank
konvensional dan bank syariah, dan dapat diketahui bagaimana kenyataan
yang terjadi.
120
LAMPIRAN
Tabel Input-output laporan keuangan
Bank Artha Internasional
periode DPK asset tetap beban tenaga kerja peny dana pend operasional
maret 2006 trw 1 8,428,286 222,720 43,154 7,320,230 325,102
juni 2006 trw 2 8,399,929 222,709 83,968 7,013,098 649,129
september 2006 trw 3 8,143,190 218,015 133,066 7,066,510 971,249
desember 2006 trw 4 8,786,060 215,900 164,350 7,062,348 1,276,476
maret 2007 trw 5 8,797,721 224,994 52,281 6,865,037 280,571
juni 2007 trw 6 8,616,776 224,799 112,018 6,960,789 560,788
september 2007 trw 7 8,666,194 224,543 159,177 6,938,379 829,751
desember 2007 trw 8 9,161,544 225,263 200,655 7,601,928 1,087,854
maret 2008 trw 9 9,499,524 221,579 49,677 7,613,719 262,162
juni 2008 trw 10 9,267,373 217,494 107,149 8,236,631 547,258
september 2008 trw 11 9,895,453 218,843 157,578 8,706,313 852,119
desember 2008 trw 12 10,508,336 234,085 204,488 9,853,698 1,214,842
maret 2009 trw 13 11,873,237 225,056 57,039 9,966,931 417,923
juni 2009 triwulan 14 12,098,771 224,091 121,915 10,369,286 835,114
september 2009 triwulan 15 12,276,630 223,624 182,027 10,463,589 1,240,889
desember 2009 triwulan 16 13,100,312 229,221 212,612 11,016,610 1,628,587
maret 2010 triwulan 17 12,699,954 227,254 55,502 10,819,935 370,612
juni 2010 triwulan 18 13,314,904 241,133 116,487 11,130,414 733,099
september 2010 triwulan 19 12,969,133 239,793 175,105 11,449,231 1,094,951
desember 2010 triwulan 20 14,683,981 234,742 217,608 11,211,984 1,505,177
maret 2011 triwulan 21 14,346,777 230,683 53,493 11,068,442 376,598
juni 2011 triwulan 22 14,120,203 230,422 125,727 11,940,392 756,414
september 2011 triwulan 23 14,471,498 231,222 189,991 12,619,992 1,142,619
desember 2011 triwulan 24 16,304,475 231,055 241,903 13,421,148 1,545,676
121
Bank Mandiri
periode DPK asset tetap beban tenaga kerja peny dana
pend operasional
maret 2002 triwulan 1 186,351,590 2,760,075 327,627 47,182,174 8,429,146
juni 2002 triwulan 2 182,839,797 2,789,655 700,479 49,667,461 16,673,522
september 2002 triwulan 3 183,679,153 2,961,514 1,121,411 55,701,155 24,449,733
desember 2002 triwulan 4 183,433,396 3,069,976 1,592,372 63,905,335 31,793,694
maret 2003 triwulan 5 186,302,099 3,364,244 382,736 67,030,545 7,013,663
juni 2003 triwulan 6 183,035,424 6,704,259 840,562 64,884,464 13,881,835
september 2003 truwulan 7 177,658,398 6,772,119 1,306,940 70,219,575 20,079,655
desember 2003 triwulan 8 177,252,730 7,166,623 1,960,368 73,442,941 25,210,866
maret 2004 triwulan 9 168,845,087 7,023,460 501,357 73,955,015 5,017,995
juni 2004 triwulan 10 167,193,422 7,114,989 1,070,926 77,545,123 9,602,112
september 2004 triwulan 11 162,971,933 7,151,664 1,536,280 81,338,713 13,845,772
desember 2004 triwulan 12 169,994,388 7,414,849 2,206,887 88,544,603 18,386,964
maret 2005 trw 13 164,935,213 7,449,282 540,819 92,847,594 4,522,809
juni 2005 trw 14 176,481,941 7,494,618 1,156,321 97,152,135 8,910,838
september 2005 trw 15 180,268,972 7,549,217 1,756,165 100,081,490 13,936,954
desember 2005 trw 16 199,037,097 7,732,414 2,914,602 100,325,751 19,683,023
maret 2006 trw 17 190,943,441 7,714,917 625,109 98,069,898 6,233,176
juni 2006 trw 18 189,495,690 7,506,289 1,296,190 100,082,959 12,713,854
september 2006 trw 19 186,800,146 7,503,986 1,932,909 100,852,650 18,969,110
desember 2006 trw 20 197,438,261 7,657,033 2,739,083 109,379,723 25,088,553
maret 2007 trw 21 189,369,059 7,695,174 722,115 105,609,365 6,397,175
juni 2007 trw 22 197,173,168 7,796,795 1,561,855 106,894,525 11,594,836
september 2007 trw 23 199,819,505 7,841,816 2,525,673 111,381,010 16,838,980
desember 2007 trw 24 235,802,393 8,012,809 3,711,714 126,826,445 22,333,111
122
Bank Permata
periode DPK asset tetap beban tenaga kerja peny dana pend operasional
maret 2005 triwulan 1 23,266,477 1,060,791 163,531 16,080,106 740,832
juni 2005 triwulan 2 24,126,199 1,132,656 343,177 18,748,634 1,495,789
september 2005 triwulan 3 26,357,822 1,216,518 515,293 21,473,978 2,344,653
desember 2005 triwulan 4 28,301,829 1,274,992 683,195 22,217,345 3,366,656
maret 2006 triwulan 5 29,041,656 1,332,525 184,573 22,233,230 1,123,272
juni 2006 triwulan 6 29,804,121 1,354,224 365,324 22,043,255 2,274,638
september 2006 triwulan 7 28,810,347 1,771,537 547,991 22,091,339 3,420,750
desember 2006 triwulan 8 28,660,308 1,649,056 724,089 23,831,136 4,578,185
maret 2007 triwulan 9 27,242,125 1,632,023 730,963 23,819,315 1,058,200
juni 2007 triwulan 10 29,831,555 1,493,913 676,146 24,773,023 2,051,547
september 2007 triwulan 11 29,382,851 1,503,643 863,166 24,671,325 3,073,264
desember 2007 triwulan 12 30,092,194 1,550,242 965,104 26,454,502 4,083,176
maret 2008 trw 13 30.195.792 1,605,326 209.312 28,293,277 1.030.265
juni 2008 trw 14 33.322.239 1,641,220 444.222 31,250,171 2.100.360
september 2008 trw 15 37.311.836 1,653,795 689.874 33,743,013 3.332.413
desember 2008 trw 16 42.768.849 1,683,116 940.858 35,026,303 4.841.508
maret 2009 trw 17 42.595.738 1,679,352 278.412 35.260.697 1.602.806
juni 2009 trw 18 43.104.635 1,690,326 566.171 36.844.779 3.135.155
september 2009 trw 19 43.288.479 1,695,449 856.735 37.871.638 4.599.707
desember 2009 trw 20 45.720.638 1,681,412 1,155,230 41,470,324 6.069.599
maret 2010 trw 21 47.232.384 1.176.431 298.581 40.361.127 1.387.012
juni 2010 trw 22 50.031.182 1.184.786 612.754 43.939.695 2.839.354
september 2010 trw 23 54.979.156 1.194.836 905.755 46.408.865 4.348.439
desember 2010 trw 24 59,385,311 1,246,028 1,281,960 52,893,987 5,195,777
123
Bank Syariah Mandiri
periode DPK asset tetap beban tenaga kerja peny dana pend operasional
maret 2002 triwulan 1 543,138 73,560 8,517 701,342 36,712
juni 2002 triwulan 2 687,678 76,076 18,141 916,448 78,600
september 2002 triwulan 3 775,193 80,770 27,989 1,026,607 127,300
desember 2002 triwulan 4 1,117,420 88,487 38,270 1,145,747 182,119
maret 2003 triwulan 5 1,348,297 93,585 11,873 1,236,616 61,487
juni 2003 triwulan 6 1,659,321 95,768 20,879 1,452,874 133,863
september 2003 triwulan 7 2,046,303 113,731 38,573 1,602,093 216,263
desember 2003 triwulan 8 2,332,195 119,953 55,913 1,987,307 275,292
maret 2004 triwulan 9 3,246,420 126,904 19,510 2,763,013 107,112
juni 2004 triwulan 10 4,373,331 147,282 40,691 3,762,776 226,909
september 2004 triwulan 11 5,054,085 156,792 64,640 4,876,134 391,424
desember 2004 triwulan 12 5,676,739 169,651 84,978 5,253,985 600,515
maret 2005 trw 13 6,057,763 181,596 32,806 6,100,188 207,545
juni 2005 trw 14 6,130,766 188,106 68,969 6,045,027 414,660
september 2005 trw 15 5,938,723 203,343 106,070 5,948,969 659,888
desember 2005 trw 16 7,067,757 218,177 151,565 5,866,876 986,398
maret 2006 trw 17 7,039,882 226,434 35,936 6,145,974 239,368
juni 2006 trw 18 7,397,275 228,459 76,937 6,873,466 497,017
september 2006 trw 19 7,569,592 235,229 117,469 7,092,501 796,083
desember 2006 trw 20 7,892,282 239,159 140,593 7,511,352 1,032,625
maret 2007 trw 21 8,788,944 245,040 40,955 7,692,005 327,205
juni 2007 trw 22 8,851,332 251,460 87,343 8,505,722 676,651
september 2007 trw 23 9,308,095 257,325 123,157 9,051,792 924,341
desember 2007 trw 24 11,105,978 262,933 207,798 10,361,619 1,407,193
124
Bank Mega Syariah
periode DPK asset tetap beban tenaga kerja peny dana pend operasional
maret 2006 trw 1 697,027 20,179 4,042 845,077 30,854
juni 2006 trw 2 1,039,827 20,424 8,147 1,255,149 75,978
september 2006 trw 3 1,567,691 25,080 12,495 1,930,892 145,350
desember 2006 trw 4 2,156,103 27,102 16,431 2,610,629 256,271
maret 2007 trw 5 2,319,115 27,703 4,798 2,253,029 108,495
juni 2007 triwulan 6 2,059,756 42,250 10,700 2,038,985 205,926
september 2007 triwulan 7 2,108,488 46,419 17,446 1,977,880 297,005
desember 2007 triwulan 8 2,169,456 58,227 25,081 1,842,887 384,752
februari 2008 triwulan 9 1,917,311 61,479 5,595 1,655,444 52,652
juni 2008 triwulan 10 1,882,302 64,523 22,440 1,541,818 145,635
september 2008 triwulan 11 2,208,250 63,155 50,323 1,798,510 221,349
desember 2008 triwulan 12 2,626,471 68,888 88,912 2,093,972 331,257
maret 2009 triwulan 13 2,662,761 69,353 36,250 2,410,246 143,106
juni 2009 triwulan 14 3,171,804 93,579 78,543 2,706,932 311,217
september 2009 triwulan 15 3,573,217 100,176 127,633 2,937,593 496,929
desember 2009 triwulan 16 3,947,370 103,118 188,979 3,195,253 702,227
maret 2010 trw 17 3,629,026 104,293 65,840 4,601,908 233,006
juni 2010 trw 18 3,816,896 107,891 131,770 4,681,494 475,604
september 2010 trw 19 3,766,162 118,898 211,951 4,726,032 725,828
desember 2010 trw 20 4,040,981 123,910 293,340 4,460,327 971,497
maret 2011 trw 21 3,821,143 128,669 67,177 4,244,615 235,695
juni 2011 trw 22 3,848,390 129,392 140,502 4,333,296 467,375
september 2011 trw 23 4,180,325 130,266 220,650 4,738,207 707,686
desember 2011 trw 24 4,928,442 132,284 310,735 5,487,546 982,607
125
Bank BRISyariah
periode DPK asset tetap beban tenaga kerja peny dana pend operasional
maret 2009 trw 1 595,622 57,438 15,010 1,020,797 60,652
may 2009 trw 2 620,885 55,981 25,960 1,098,035 89,567
juni 2009 trw 3 701,645 56,696 35,419 1,359,517 130,118
agustus 2009 trw 4 1,042,767 57,134 48,856 1,758,229 180,472
september 2009 trw 5 1,529,565 57,487 62,072 1,838,200 241,628
desember 2009 trw 6 2,151,086 110,723 90,176 2,636,647 284,942
maret 2010 trw 7 3,015,398 113,430 35,691 3,293,029 128,730
april 2010 trw 8 3,334,807 117,879 48,346 3,653,720 192,995
juni 2010 trw 9 3,674,356 130,896 78,678 4,273,156 307,061
agustus 2010 trw 10 4,573,508 145,254 116,306 4,926,197 455,565
september 2010 trw 11 4,861,164 146,371 136,042 4,996,423 498,096
desember 2010 trw 12 5,762,953 156,816 196,604 5,496,519 769,630
maret 2011 triwulan 13 5,553,071 173,560 63,555 5,774,679 219,863
juni 2011 triwulan 14 6,577,958 192,628 143,301 6,109,186 457,431
september 2011 triwulan 15 8,370,114 205,720 238,325 7,963,197 720,790
desember 2011 triwulan 16 9,906,411 218,670 312,778 9,128,752 1,050,924
maret 2012 triwulan 17 8,899,482 239,292 76,054 9,078,444 317,577
juni 2012 triwulan 18 9,383,923 242,661 168,146 9,691,558 639,307
september 2012 triwulan 19 10,153,407 257,848 254,463 10,180,432 978,136
desember 2012 triwulan 20 11,948,889 267,368 323,383 11,417,499 1,338,401
maret 2013 triwulan 21 13,064,181 281,261 100,616 11,991,722 379,496
juni 2013 triwulan 22 13,832,170 304,211 208,351 13,301,763 814,389
september 2013 triwulan 23 12,976,533 309,141 328,920 13,717,547 1,284,806
desember 2013 triwulan 24 14,349,700 355,727 431,326 13,959,999 1,740,238
126
Hasil Efisiensi Keseluruhan
Triwulan Nama Bank
Mega Sy BRIS BSM Artha Inter Mandiri Permata
1 100 100 88.11 75 100 55.84
2 97.69 95.04 84.09 65.59 100 55.5
3 100 100 89.15 76.68 100 60.79
4 100 100 85.02 83.76 100 65.96
5 100 88.36 71.51 64.91 75.09 62.96
6 100 76.73 66.41 61.05 74.34 58.77
7 100 81.12 65.47 65 76.62 68.93
8 100 79.74 68.12 73.67 80.52 84.58
9 84.13 80.18 69.98 69.03 46.99 54.66
10 63.13 75.49 66.86 68.44 49.03 54.75
11 64.95 72.98 72.11 66.8 55.23 59.93
12 70.45 77.95 74.58 78.22 60.54 71.95
13 68.03 78.05 84.79 74.83 54.02 75.46
14 64.72 66.52 74.63 67.85 47.64 67.55
15 74.53 70.68 76.83 72.63 52.87 65.25
16 84.88 72.56 79.32 82.7 57.84 66.97
17 91.64 80.8 74.84 77.58 50.94 67.58
18 88.69 75.15 71.29 66.98 55.02 62.9
19 99.28 73.99 74.35 69.11 61.81 68.55
20 100 75.41 82.22 71.85 70.7 76.32
21 79.22 74.24 77.19 72.64 52.84 70.39
22 79.09 73.17 74.77 68.12 47.02 67.2
23 89.17 79.04 75.96 69.81 53.46 64.24
24 96.59 76.68 81.99 72.09 54.15 68.23
Rata-rata 87.34 80.16 76.23 71.43 65.7 65.64
127
Tabel Nilai archive pada bank yang merger dan akusisi
DPK
Triwulan Artha Inter Mandiri Permata Rata
1 75 100 55.8 76.93333
2 65.6 100 55.5 73.7
3 76.7 100 60.8 79.16667
4 83.8 100 66 83.26667
5 64.9 75.1 63 67.66667
6 61 74.3 58.8 64.7
7 65 76.6 68.9 70.16667
8 73.7 80.5 84.6 79.6
9 69 47 54.7 56.9
10 68.4 49 54.8 57.4
11 66.8 55.2 59.9 60.63333
12 78.2 60.5 71.9 70.2
13 74.8 54 75.5 68.1
14 67.9 47.6 67.6 61.03333
15 72.6 52.9 65.3 63.6
16 82.7 57.8 67 69.16667
17 77.6 50.9 67.6 65.36667
18 67 55 62.9 61.63333
19 69.1 61.8 68.5 66.46667
20 71.8 70.7 76.3 72.93333
21 72.6 52.8 70.4 65.26667
22 68.1 47 67.2 60.76667
23 69.8 53.5 64.2 62.5
24 72.1 54.1 68.2 64.8
Rata-rata 71.425 65.6792 65.6417 67.58194
128
Aset Tetap
Triwulan Artha Inter Mandiri Permata Rata
1 67.2 100 37 68.06667
2 55.2 100 52.4 69.2
3 76.7 100 43.4 73.36667
4 83.8 100 63.9 82.56667
5 64.9 58 35.4 52.76667
6 61 30.1 26.6 39.23333
7 65 35.5 40.5 47
8 73.7 49.9 47 56.86667
9 69 15.8 54.7 46.5
10 68.4 24.1 54.8 49.1
11 66.8 29.8 59.2 51.93333
12 78.2 37.8 61.6 59.2
13 74.8 19 46.7 46.83333
14 67.9 14.7 63.6 48.73333
15 72.6 24.8 44.2 47.2
16 82.7 38.4 67 62.7
17 77.6 16.6 48.8 47.66667
18 67 29.6 58.1 51.56667
19 69.1 38.4 60.5 56
20 71.8 49.2 76.3 65.76667
21 72.6 18.1 70.4 53.7
22 68.1 17.4 67.2 50.9
23 69.8 34.5 64.2 56.16667
24 72.1 51.2 68.2 63.83333
Rata-rata 70.666667 43.0375 54.6542 56.11944
129
B.T.Kerja
Triwulan Artha Inter Mandiri Permata Rata
1 75 100 55 76.66667
2 65.6 100 55.5 73.7
3 76.7 100 60.8 79.16667
4 83.8 100 66 83.26667
5 64.9 75.1 63 67.66667
6 61 74.3 58.8 64.7
7 65 76.6 68.9 70.16667
8 73.7 80.5 84.6 79.6
9 69 47 54.7 56.9
10 68.4 49 54.8 57.4
11 66.8 55.2 59.9 60.63333
12 78.2 60.5 71.9 70.2
13 74.8 54 75.5 68.1
14 67.9 47.6 67.6 61.03333
15 72.6 52.9 65.3 63.6
16 82.7 57.8 67 69.16667
17 77.6 50.9 67.6 65.36667
18 67 55 62.9 61.63333
19 67.2 61.8 68.5 65.83333
20 71.8 70.7 76.3 72.93333
21 72.6 52.8 70.4 65.26667
22 68.1 47 67.2 60.76667
23 57.4 53.5 62.9 57.93333
24 60.2 54.1 48.8 54.36667
Rata-rata 70.333333 65.6792 64.7458 66.91944
130
Peny Dana
Triwulan Artha Inter Mandiri Permata Rata
1 75 100 55.8 76.93333
2 65.6 100 55.5 73.7
3 76.7 100 60.8 79.16667
4 83.8 100 66 83.26667
5 64.9 75.1 63 67.66667
6 61 74.3 58.8 64.7
7 65 76.6 68.9 70.16667
8 73.7 54.4 84.6 70.9
9 69 47 54.7 56.9
10 68.4 49 54.8 57.4
11 66.8 55.2 59.9 60.63333
12 78.2 60.5 71.9 70.2
13 74.8 54 75.5 68.1
14 67.9 47.6 67.6 61.03333
15 72.6 52.9 65.3 63.6
16 82.7 57.8 67 69.16667
17 77.6 50.9 67.6 65.36667
18 67 55 62.9 61.63333
19 69.1 61.8 68.5 66.46667
20 71.8 64.5 76.3 70.86667
21 72.6 52.8 70.4 65.26667
22 68.1 47 67.2 60.76667
23 69.8 53.5 64.2 62.5
24 72.1 54.1 68.2 64.8
Rata-rata 71.425 64.3333 65.6417 67.13333
131
Pend Opr
Triwulan Artha Inter Mandiri Permata Rata
1 75 100 55.8 76.93333
2 65.6 100 55.5 73.7
3 76.7 100 60.8 79.16667
4 83.8 100 66 83.26667
5 56.4 75.1 63 64.83333
6 61 74.3 58.8 64.7
7 65 76.6 68.9 70.16667
8 73.7 80.5 84.5 79.56667
9 51.2 47 30.9 43.03333
10 59.3 49 54.8 54.36667
11 66 55.2 59.9 60.36667
12 78.2 60.5 71.9 70.2
13 57 54 71.6 60.86667
14 66.6 47.6 67.6 60.6
15 72.6 52.9 65.3 63.6
16 82.7 57.8 67 69.16667
17 49.3 50.9 67.6 55.93333
18 58.6 55 62.9 58.83333
19 66.8 61.8 68.5 65.7
20 71.8 70.7 76.3 72.93333
21 46.7 52.8 47.7 49.06667
22 51 47 55.9 51.3
23 64.1 53.5 60.6 59.4
24 72.1 54.1 67.5 64.56667
Rata-rata 65.466667 65.6792 62.8875 64.67778
132
Nilai archive pada bank yang spin off
DPK
Triwulan Mega Sy BRIS BSM Rata
1 100 100 88.1 96.03
2 97.7 95 84.1 92.27
3 100 100 89.2 96.4
4 100 100 85 95
5 100 88.4 71.5 86.63
6 100 76.7 66.4 81.03
7 100 81.1 65.5 82.2
8 100 79.7 68.1 82.6
9 84.1 80.2 70 78.1
10 63.1 75.5 66.9 68.5
11 65 73 72.1 70.03
12 70.4 77.9 74.6 74.3
13 68 78.1 84.8 76.97
14 64.7 66.5 74.6 68.6
15 74.5 70.7 76.8 74
16 84.9 72.6 79.3 78.93
17 91.6 80.8 74.8 82.4
18 88.7 76.1 71.3 78.7
19 99.3 74 74.3 82.53
20 100 75.4 82.2 85.87
21 79.2 74.2 77.2 76.87
22 79.1 73.2 74.8 75.7
23 89.2 79 76 81.4
24 96.6 76.7 82 85.1
Rata-rata 87.3375 80.2 76.23333 81.26
133
Aset Tetap
Triwulan Mega Sy BRIS BSM Rata
1 100 100 40.5 80.17
2 97.7 90.8 43.8 77.43
3 100 100 49.7 83.23
4 100 100 46 82
5 100 88.4 37 75.13
6 100 76.7 30.9 69.2
7 100 81.1 40.4 73.83
8 100 79.7 57 78.9
9 41.5 80.2 51.8 57.83
10 42.7 75.5 66.7 61.63
11 65 73 72.1 70.03
12 70.4 77.9 65 71.1
13 68 78.1 76.9 74.33
14 64.7 66.5 74.6 68.6
15 74.5 70.7 68.2 71.13
16 84.9 72.6 79.3 78.93
17 91.6 80.8 59.5 77.3
18 88.7 76.1 71.3 78.7
19 99.3 74 63.9 79.07
20 100 75.4 82.2 85.87
21 79.2 74.2 62.9 72.1
22 79.1 73.2 73.8 75.37
23 89.2 79 60.4 76.2
24 96.6 76.7 82 85.1
Rata-rata 84.7125 80.025 60.6625 75.13
134
B.T.Kerja
Triwulan Mega Sy BRIS BSM Rata
1 100 100 88.1 96.03
2 97.7 95 84.1 92.27
3 100 100 89.2 96.4
4 100 100 85 95
5 100 88.4 71.5 86.63
6 100 76.7 66.4 81.03
7 100 81.1 65.5 82.2
8 100 79.7 68.1 82.6
9 84.1 80.2 70 78.1
10 63.1 75.5 66.9 68.5
11 65 62.4 72.1 66.5
12 70.4 77.9 74.6 74.3
13 68 78.1 84.8 76.97
14 64.7 66.5 74.6 68.6
15 74.5 46.6 76.8 65.97
16 84.9 54.9 79.3 73.03
17 91.6 80.8 74.8 82.4
18 58.9 76.1 71.3 68.77
19 88.5 57.7 74.3 73.5
20 100 69.9 82.2 84.03
21 79.2 74.2 77.2 76.87
22 67 73.2 74.8 71.67
23 81.1 56.4 76 71.17
24 96.6 76.7 82 85.1
Rata-rata 84.804167 76.1666667 76.23333 79.07
135
Peny Dana
Triwulan Mega Sy BRIS BSM Rata
1 100 100 71.3 90.43333
2 97.7 95 74.8 89.16667
3 100 100 89.2 96.4
4 100 100 85 95
5 100 88.4 71.5 86.63333
6 100 76.7 66.4 81.03333
7 100 81.1 65.5 82.2
8 100 79.7 68.1 82.6
9 84.1 80.2 70 78.1
10 63.1 75.5 66.9 68.5
11 65 73 72.1 70.03333
12 70.4 77.9 74.6 74.3
13 68 78.1 84.8 76.96667
14 64.7 66.5 74.6 68.6
15 74.3 70.7 76.8 73.93333
16 84.9 72.6 79.3 78.93333
17 91.6 80.8 74.8 82.4
18 88.7 76.1 71.3 78.7
19 99.3 74 74.3 82.53333
20 100 75.4 82.2 85.86667
21 79.2 74.2 77.2 76.86667
22 79.1 73.2 74.8 75.7
23 89.2 79 76 81.4
24 96.6 76.7 82 85.1
Rata-rata 87.329167 80.2 75.14583 80.89167
136
Pend Opr
Triwulan Mega Sy BRIS BSM Rata
1 100 100 71.3 90.43333
2 87.1 92 74.8 84.63333
3 100 100 89.2 96.4
4 100 100 85 95
5 100 88.4 71.5 86.63333
6 100 76.7 66.4 81.03333
7 100 48.8 65.5 71.43333
8 100 56.7 68.1 74.93333
9 59.4 64.2 70 64.53333
10 63.1 69.4 66.9 66.46667
11 65 72.5 72.1 69.86667
12 70.4 77.9 74.6 74.3
13 51.5 41.7 76.9 56.7
14 64.7 50.1 71.4 62.06667
15 74.3 64.1 76.8 71.73333
16 84.9 72.6 79.3 78.93333
17 47.6 46.8 74.8 56.4
18 88.7 50.9 71.3 70.3
19 99.3 71.2 74.3 81.6
20 100 75.4 82.2 85.86667
21 55 36.9 77.2 56.36667
22 79.1 45.4 74.8 66.43333
23 89.2 74.3 76 79.83333
24 96.6 76.7 82 85.1
Rata-rata 82.329167 68.8625 74.68333 75.29167
137
Tabel nilai to gain pada bank yang merger dan akusisi orientasi input
Triwulan DPK Aset Tetap Beban Tenaga
Kerja rata-rata
input Peny Dana
Pend Operasional
rata-rata output
1 23.07 31.93 23.07 26 0 0 0
2 26.3 30.8 26.3 27.8 0 0 0
3 20.83 26.63 20.83 22.8 0 0 0
4 16.73 17.43 16.73 17 0 0 0
5 32.33 47.23 32.33 37.3 0 5.03 2.52
6 35.3 60.77 35.3 43.8 0 0 0
7 29.83 53 29.83 37.6 0 0 0
8 20.4 43.13 20.4 28 16.03 0 8.02
9 43.1 53.5 43.1 46.6 0 11.67 5.84
10 42.6 50.9 42.6 45.4 0 5.1 2.55
11 39.37 48.07 39.37 42.3 0 0.43 0.22
12 29.8 40.8 29.8 33.5 0 0 0
13 31.9 53.17 31.9 39 0 12.17 6.09
14 38.97 51.27 38.97 43.1 0 0.63 0.32
15 36.4 52.8 36.4 41.9 0 0 0
16 30.83 37.3 30.83 33 0 0 0
17 34.63 52.33 34.63 40.5 0 19.1 9.55
18 38.37 48.43 38.37 41.7 0 4.76 2.38
19 33.53 44 34.17 37.2 0 1.16 0.58
20 27.07 34.23 27.07 29.5 3.2 0 1.6
21 34.73 46.3 34.73 38.6 0 34.4 17.2
22 39.23 49.1 39.23 42.5 0 17.87 8.94
23 37.5 43.83 42.07 41.1 0 5.03 2.52
24 35.2 36.17 45.63 39 0 0.36 0.18
Rata-rata 32.42 43.88 33.07 36.5 0.8 4.9 2.85
138
Tabel nilai to gain pada bank yang spin off orientasi input
Triwulan DPK Aset
Tetap Beban Tenaga
Kerja rata-rata
input Peny Dana
Pend Operasional
rata-rata output
1 3.96 19.83 3.9 9.23 0 0 0
2 7.73 22.57 7.73 12.68 0 1.1 0.55
3 3.6 16.77 3.6 7.99 0 0 0
4 4.66 18 5 9.22 0 0 0
5 13.37 24.87 13.2 17.15 0 0 0
6 18.97 30.8 18.97 22.91 0 0 0
7 17.8 26.17 17.8 20.59 0 0 0
8 17.4 21.1 17.4 18.63 0 13.53 6.77
9 21.9 42.17 21.9 28.66 0 22.13 11.1
10 31.5 38.37 31.5 33.79 0 2.9 1.45
11 29.97 29.97 33.5 31.15 0 0.23 0.12
12 25.7 28.9 25.7 26.77 0 0 0
13 23.03 25.67 23.03 23.91 0 32.53 16.3
14 31.4 31.4 31.4 31.4 0 12.5 6.25
15 26 28.87 34.03 29.63 0 3.4 1.7
16 21.07 21.07 26.97 23.04 0 0 0
17 17.6 22.7 17.6 19.3 0 55.1 27.6
18 21.3 21.3 31.23 24.61 0 16.53 8.27
19 17.47 20.93 26.5 21.63 0 1.3 0.65
20 14.13 14.13 15.97 14.74 0 0 0
21 23.13 27.9 23.13 24.72 0 31.43 15.7
22 24.3 24.63 28.33 25.75 0 20.37 10.2
23 18.6 23.8 28.83 23.74 0 2.13 1.07
24 14.9 14.9 14.9 14.9 0 0 0
Rata-rata 18.73 24.87 20.93 21.51 0 8.96 4.48
139
Tabel nilai to gain pada bank yang merger dan akusisi orientasi output
Triwulan DPK Aset
Tetap Beban Tenaga
Kerja rata-rata
input Peny Dana
Pend Operasional
rata-rata output
1 0 14.7 0 4.9 37.47 37.5 37.5
2 0 7.17 0 2.39 44.23 44.2 44.2
3 0 9.57 0 3.19 31.63 31.6 31.6
4 0 1.03 0 0.34 23.67 23.7 23.7
5 0 22.2 0 7.4 48.7 56.4 52.6
6 0 38.1 0 12.7 56.13 56.1 56.1
7 0 31.6 0 10.5 43.3 43.3 43.3
8 0 27.5 0 9.17 45.97 26 36
9 0 22.1 0 7.37 60.3 72.5 66.4
10 0 17 0 5.67 59.9 67.4 63.7
11 0 15.8 0 5.27 65.9 66.5 66.2
12 0 17.3 0 5.77 44.13 44.1 44.1
13 0 34.3 0 11.4 50.4 66.7 58.6
14 0 25 0 8.33 49.27 50.2 49.7
15 0 28.4 0 9.47 60 60 60
16 0 11.2 0 3.73 47.7 47.7 47.7
17 0 31.7 0 10.6 57.73 65 61.4
18 0 17.9 0 5.97 63.33 70.4 66.9
19 0 16.5 0.93 5.81 50.8 52.5 51.7
20 0 10.1 0 3.37 41.77 37.2 39.5
21 0 21.9 0 7.3 56.33 66.8 61.6
22 0 21 0 7 49.53 75.9 62.7
23 0 11.9 6.63 6.18 62 69.5 65.8
24 0 1.8 15 5.6 56.67 57.2 56.9
Rata-rata 0 19 0.94 6.65 50.29 53.7 52
140
Tabel nilai to gain pada bank yang spin off orientasi output
Triwulan DPK Aset Tetap Beban Tenaga
Kerja rata-rata
input Peny Dana
Pend Operasional
rata-rata output
1 0 0 0 0 13.43 13.4 13.4
2 0 1.9 0 0.63 13.77 19.1 16.4
3 0 14.8 0 4.93 4.06 4.07 4.07
4 0 15.3 0 5.1 5.86 5.87 5.87
5 0 16.1 0 5.37 17.67 17.7 17.7
6 0 17.8 0 5.93 26.97 27 27
7 0 12.8 0 4.27 25.33 34.6 30
8 0 5.43 0 1.81 24.07 41 32.5
9 0 25.6 0 8.53 28.83 55.6 42.2
10 0 10.9 0 3.63 46.83 50.7 48.8
11 0 0 4.83 1.61 43.23 43.6 43.4
12 0 4.3 0 1.43 34.77 34.8 34.8
13 0 3.1 0 1.03 31 60.7 45.9
14 0 0 0 0 46.27 64.8 55.5
15 0 3.77 11.3 5.02 35.3 40.1 37.7
16 0 0 8.13 2.71 27.23 27.2 27.2
17 0 6.83 0 2.28 22.17 46.4 34.3
18 0 0 11.2 3.73 28.1 49.8 39
19 0 4.67 10.9 5.19 23.47 25.2 24.3
20 0 0 2.4 0.8 18.07 18.1 18.1
21 0 6.17 0 2.06 28.8 56.8 42.8
22 0 0.43 5.1 1.84 32.27 38.2 35.2
23 0 6.83 12.6 6.48 23.43 26.1 24.8
24 0 0 4.37 1.46 18.63 18.6 18.6
Rata-rata 0 6.52 2.95 3.16 25.82 34.1 30
Top Related