EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN DAN
KONSELING DALAM MENGATASI KENAKALAN
SANTRIWAN/TI (Studi Kasus di Pondok Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)
Oleh
WIGUNA MIHARJA
NIM : 1111011000091
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
i
ABSTRAK
Wiguna Miharja (1111011000091). Efektivitas Program Bimbingan dan
Konseling dalam Mengatasi Kenakalan Santriwan/ti (Studi Kasus di Pondok
Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor). Skripsi. Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai efektivitas
program bimbingan dan konseling dalam mengatasi kenakalan santriwan dan
santriwati di Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif. Dalam hal ini peneliti akan mendeskripsikan atau memberikan
gambaran mengenai efektivitas program bimbingan dan konseling dalam
mengatasi kenakalan santriwan/ti di Pesantren Modern Daarul Uluum I
Banterkemang Bogor.
Adapun Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan (field
research). Populasi dalam penelitian ini merupakan santriwan/ti Pondok
Pesantren Modern Daarul Uluum I Banterkemang Bogor dengan jumlah 242
orang. Dan sempel yang digunakan sebanyak 48 orang. Adapun teknik
pengumpulan dan analisis data menggunakan observasi, angket dan wawancara.
Untuk analisisnya menggunakan metode Importance Performance Analys (IPA)
dan metode Customer Statisfaction Index (CSI)
Berdasarkan metode lapangan dengan menggunakan analisis CSI bahwa
program BK di Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor
sudah efektif dalam menangani kenakalan santriwan/ti dengan hasil nilai CSI dari
penelitian ini adalah 67,76%. Berdasarkan tabel kriteria nilai CSI, nilai 67,76%
berada diantara 50,01-70,00%, nilai tersebut menunjukkan bahwa pendapat
responden efektivitas program BK dalam mengatasi kenakalan santriwan/ti di
Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor berpendapat rata-rata puas
(sudah efektif) dengan kualitas program BK yang telah dilakukan di Pondok
Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor.
Kata kunci: Bimbingan Konseling, Kenakalan Satriwan/ti.
ii
ABSTRACT
Wiguna Miharja (1111011000091). Efectivity of Guidance and Counseling
Program in Overcoming the Student Deliquency (Study Case at Modern
Islamic College Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor). Thesis. Education of
Islamic Religion Major, Faculty of Educational Science, State IslamicUniversity
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
This research has purpose to get the informations about the efectivity of
guidance and counseling program in overcoming the islamic student deliquency at
Modern Islamic College Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor.
The methode used in this research is qualitatif descriptif methode.
Therefore, the researcher will discribe or give a perspective about the efectivity of
guidance and counseling program in overcoming islamic student delinquency at
Modern Islamic College Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor.
The type of this research is field research. The population is 242 students
of Modern Islamic College Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor. And sample
used is 48 students. The technical collection and analysis data use observasion,
poll and inteview. To analyze, researcher uses Importance Performance Analys
(IPA) adn Customer Satisfaction Index (CSI) methode.
According to field methode which use CSI analysis, explain that BK
program at Modern Islamic College Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor is
effectically succeed to overcome the student delinquency with the 67,76% CSI
percentage result. As the table of value criteria, 67,76% is in between 50,01-
70,00%, that percentage shows that respondens are satisfied at the efectivity of
guidance and counseling program in overcoming the student delinquency at
Modern Islamic College Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor which have
applied at Modern Islamic College Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor by the
quality of BK program.
Keynote: Guidance and Counseling, Student Delinquency
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullâhi Wabarakâtuh
Kiranya tiada kalimat yang pantas diucapkan selain Alhamdulillâh, yang
merupakan kalimat terindah yang dapat penulis sampaikan. Segala puji hanya
bagi Allah, merupakan manifestasi rasa syukur terhadap kehadirat Ilâhi Rabbi
dengan rahmat dan hidâyahnya telah menghadiahkan anugerah yang begitu
mahal nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Şalawat dan
salâm semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw,
orang yang begitu mencintai kita sehingga diakhir hayatnya yang beliau sebut
dan kenang hanyalah kita umatnya.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menyadari bahwa suksesnya penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
bukan semata-mata karena usaha penulis sendiri, melainkan tidak lepas dari
bantuan beberapa pihak, baik bantuan moril ataupun materil. Oleh karena itu
sudah menjadi kepatutan untuk penulis sampaikan penghargaan yang tulus
dan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK).
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA.
Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. Semoga
kebijakan yang telah dilakukan selalu mengarah kepada kontinuitas
eksistensi mahasiswanya.
3. Dr. Sururin, MA. Pembimbing skripsi yang telah memberikan
perhatian, bimbingan, nasehat, kritik dan saran, serta motivasi yang
besar dalam proses penulisan skripsi ini.
iv
4. Dr. Jejen Musfah, MA. Dosen pebimbing akademik yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan konsultasi bagi
penulis.
5. Orang tua penulis, yaitu Ayahanda H. Atu Ansyori, SE dan Ibunda Hj.
Yulia yang telah merawat, mendidik putra-putranya dengan tulus
ikhlas, dan mencukupi kebutuhan moril dan materil serta
membimbing, memotivasi dan mendo’akan penulis dalam menempuh
kehidupan ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat memahami berbagai
materi perkuliahan.
7. Al-Ustadz Iqbal Harafa, S.Ag. Pimpinan Pondok Pesantren Modern
Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor, dewan guru dan seluruh staf
serta santriwan dan santriwati yang telah memberikan izin dan
bantuannya kepada penulis untuk melakukan penelitian di Pondok
Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor.
8. Adik-adik penulis yaitu Asep Kurnia, M Triliana Mulyadi dan
Luqmanul Hakim yang selalu memberikan semangat kepada penulis,
semoga kita selalu menjadi anak-anak yang bisa membanggakan
kedua orang tua kita.
9. Sahabat Abdul Rosid, Arif Fadillah, Ahmad Irfan, Achmad Widadi,
Muta’aliyah, Ade Esa Nur Iskandar, Fikri Aziz, Tezar, Ari DNA,
Faisal Zami, Debby dan Faisal Azhari, tanpa jasa-jasa kalian penulis
bukanlah apa-apa dan bukan siapa-siapa.
10. Sahabat-sahabat CMPS Abdul Aziz, Ahmad Syauqi, Firman, Haikal
Al-Yusdi, Ali Zuhdan, Arfin Syadzi serta Sahabat PAI C Angkatan
2011 yang selalu ada untuk menemani, membimbing dan terus
memberikan semangat kepada penulis.
11. Teman-teman seperjuangan PAI A dan PAI B Angkatan 2011 yang
sama-sama menepuh studi pada jurusan PAI UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
v
12. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu
persatu karena sedemikian banyaknya orang yang memberikan
bantuan dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis hanya berharap
semoga semuanya mendapatkan balasan yang terbaik dan terindah
dari Allah SWT. Amin.
Akhirnya penulis sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah
semata. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih atas perhatian
dan bantuan semua pihak. Semoga Allah SWT memberikan barokah-Nya atas
segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
Akhir kata, penulis berharap walaupun skripsi ini jauh dari
kesempurnaan, semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Âmîn Yâ Robbal `Âlâmîn.
Jakarta, 19 Juli 2017
Wiguna Miharja
vi
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
UJI REFERENSI
ABSTRAK ................................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 7
D. Perumusan Masalah .................................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8
F. Kegunaan Penelitian .................................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Bimbingan dan Konseling ........................................................................... 10
B. Kenakalan Remaja ...................................................................................... 28
C. Efektivitas ................................................................................................... 41
D. Kerangka Berfikir ........................................................................................ 42
E. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................................... 45
F. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 46
vii
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 47
B. Metode Penelitian ........................................................................................ 47
C. Populasi dan Sampel ................................................................................... 48
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 49
E. Variabel Penelitian ...................................................................................... 51
F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum 1 Bogor ....... 56
B. Efektivitas Program Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi
Kenakalan Santriwan/Ti Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum 1
Bogor ........................................................................................................... 70
C. Analisis Data ............................................................................................... 75
D. Importance Performance Analysis (IPA) .................................................... 81
E. Analisis Efektivitas Program BK dalam Mengatasi Kenakalan
Santriwan/ti di Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bantarkemang Bogor dengan Customer Statification Index (CSI) ............. 88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 91
B. Saran-Saran ................................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 93
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pengambilan Sampel ........................................................................ 49
Tabel 3.2 Skala Likert ...................................................................................... 50
Tabel 3.3 Instrumen Penelitian ......................................................................... 51
Tabel 3.4 Kriteria Nilai CSI ............................................................................. 55
Tabel 4.1 Data Keadaan Tenaga Pengajar dan Karyawan Pondok Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor Tahun Ajaran
2016-2017 ......................................................................................... 63
Tabel 4.2 Data Keadaan Santri Tahun Ajaran 2016-2017 ................................ 65
Tabel 4.3 Data Pelanggaran Santri Tahun Ajaran 2016-2017 ......................... 65
Tabel 4.4 Data Keadaan Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Modern
Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor .............................................. 66
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Pertama Melalui Program SPSS 24 (Item-
Total Statistics) ................................................................................. 75
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Kedua Melalui Program SPSS 24 (Item-Total
Statistics) ........................................................................................... 78
Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Melalui Program SPSS 24 (Reliability
Statistics) ........................................................................................... 80
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Efektivitas Program BK .................................................. 44
Gambar 3.1 Diagram Kartesius ...................................................................... 53
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BK Pondok Pesantren Modern Daarul
Uluum I Bogor ............................................................................. 73
Gambar 4.2 Diagram Kartesius Importance Performance Analysis Pondok
Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor .......... 83
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jumlah Tingkat Kenyataan (X) dan Jumlah Tingkat
Kepentingan (Y)
Lampiran 2. Kesenjangan Antar Skor Kenyataan Dengan Skor
Harapan/Kepentingan
Lampiran 3. Perhitungan Rata-rata Tingkat Kenyataan/Realitas
(Performance)
Lampiran 4. Perhitungan Rata-rata Tingkat Kepentingan (Importance)
Lampiran 5. Perhitungan Responden dengan Costumer Statification
Index (CSI)
Lampiran 6. Instrumen (Angket)
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian
Lampiran 8. Lembar Uji Referensi
Lampiran 9. Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam kehidupan sosial guna
menjamin perkembangan kehidupan masyarakat. Pendidikan juga merupakan
suatu upaya untuk menjadikan manusia yang berkualitas. Semua manusia
berhak mendapatkan pendidikan, sehingga dalam kehidupannya mempunyai
tendensi kearah kemajuan yang positif, yaitu menuju kehidupan yang baik.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal satu, ayat satu, dikemukakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. 1
Hal penting pada kutipan di atas adalah: pertama, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana, artinya bahwa penyelenggaraan pendidikan
memerlukan proses perencanaan sehingga dapat memberikan pijakan, arah,
dan tujuan. Kedua, pendidikan memiliki tujuan, sehingga diperlukan
perencanaan untuk merumuskannya, menyusun langkah sistematis dan
strategis untuk mencapainya.
Pada pasal tiga disebutkan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk
“Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.2
Pendidikan mengambil peranan penting dan memberikan konstribusi
yang sangat besar dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
1 UU No 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: DPR.RI), h. 1.
2 Ibid., h. 3.
2
Dengan pendidikan yang dilaksanakan secara benar, profesional, dan
berkualitas, akan menghasilkan siswa/sumber daya manusia yang berkualitas.
Bagi bangsa Indonesia, kontribusi pendidikan yang diharapkan bagi
perkembangan siswa tercatat dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab
II pasal 3 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi sebagai
berikut:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3
Pada hakikatnya kegiatan pendidikan dan pengajaran telah ada dari
zaman dahulu, hanya pada zaman sekarang proses pendidikkan dan
pengajaran diselenggarakan di sekolah dan pada masa lalu kegiatan tersebut
dilaksanakan di dalam kelompok-kelompok masyarakat, yang pada zaman
sekarang ini sering dikenal dengan pendidikan formal. Pendidikan dasar
merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan pendidikan nasional.
Untuk itu aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang
melimpah, tetapi terletak pada sumber daya manusia yang berkualitas, maka
diperlukan peningkatan sumber daya manusia Indonesia sebagai kekayaan
negara yang kekal dan sebagai investasi untuk mencapai kemajuan bangsa.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan lembaga formal dari
pemerintah agar tercapai apa yang diinginkan, dalam hal ini
sekolah/madrasahlah sebagai lembaga yang dimaksud.
Sekolah/madrasah merupakan lembaga pendidikan yang sangat penting
dalam rangka membentuk manusia seutuhnya yang berkembang secara
optimal dalam berbagai aspek baik kognitif, afektif dan psikomotorik, saat
anak berada di jenjang sekolah/madrasah maka dirasakan sangat berarti bagi
kehidupannya, karena tambahan tuntutan belajar sebagai seorang siswa lebih
berat dan akan mengalami banyak perubahan dalam diri sendiri. Secara
3 Ibid.
3
berangsur-angsur siswa akan berusaha untuk melepaskan diri dari
pengawasan orang tuanya, dan akan dihadapkan pada rangkaian perubahan
jasmani pada dirinya.4
Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, sehingga
bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus menerus dan terarah
kepada tujuan tertentu dengan demikian bimbingan bukanlah kegiatan yang
dilakukan secara kebetulan, insidental atau sewaktu-waktu. Sedangkan
konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di mana
proses pemberian bantuan itu berlansung dan tatap muka antara guru
pembimbing dengan klien, dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh
pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya.5 Menurut Prayitno Erman
Amti, “Bimbingan dan Konseling memiliki pemberian layanan yang meliputi
layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran,
konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok”.6
Sedangkan bimbingan dan konseling Islam adalah upaya membantu
individu belajar mengembangkan fitrah-iman atau kembali kepada fitrah-
iman, dengan cara memberdayakan fitrah (jasmani, rohani, nafs dan iman)
serta mempelajari dan melaksanakan tuntunan Allah dan rasul-Nya, agar
fitrah yang ada pada individu berkembang dan berfungsi dengan baik dan
benar. Pada akhirnya, individu diharapkan agar selamat memperoleh
kebahagiaan yang sejati di dunia dan akhirat.7
Bimbingan dan konseling di sekolah sangatlah diperlukan
keberadaannya, hal ini salah satunya disebabkan oleh beragam problem,
permasalahan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa saat belajar
yang tidak dapat atau kurang sesuai jika diselesaikan dengan/oleh kegiatan
pengajaran dan pelatihan, namun melalui BK.
4 Winkel, WS & M.M.Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta:
PT Grasindo, 1997), h. 162.
5 Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 5 dan 11.
6 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), h. 35.
7 Achmad Farid, Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, (Vol. 6, No. 2,
Desember 2015), h. 386.
4
Selain permasalahan di atas, kurangnya perhatian orang tua juga sangat
berpengaruh terhadap siswa. Orang tua lebih memusatkan perhatian kepada
karir (mencari nafkah) mengakibatkan hubungan antara anak dengan orang
tua semakin renggang. Orang tua kurang memiliki waktu untuk memberikan
perhatian kepada anaknya. Keadaan semacam ini tampak jelas di kota-kota
besar. Kemudian permasalahan lain yang biasa dihadapi siswa di sekolah
cukup beragam, diantaranya; terbiasa berbicara kotor, sering bolos sekolah,
suka bertindak kasar kepada sesama temannya, mudah tersinggung, jarang
ikut shalat berjamaah, malas belajar, kurang perhatian terhadap pelajaran,
selalu membuat masalah di kelas, dan perilaku-perilaku negatif lainnya.
Apabila hal tersebut dibiarkan berlarut-larut akan mengakibatkan penurunan
prestasi belajar mereka. Pada saat itulah peranan BK sangat diperlukan untuk
menangani permasalahan pada siswa.
Bimbingan dan Konseling tidak hanya diterapkan di sekolah/madrasah
saja akan tetapi ada beberapa yayasan pesantren yang menerapkan program
BK di dalam kesehariannya, salah satunya adalah Yayasan Pesantren Modern
Daarul Uluum Bogor. Keberadaan BK diharapkan dapat menjadi suatu alat
atau media yang dapat memecahkan masalah yang dimiliki oleh siswa, lebih
dari itu BK dapat membantu siswa dalam mengembangkan potensi mengenai
dirinya dan menyesuaikan dengan sekolah. Proses pembentukan,
pendampingan, dan pemeliharaan pribadi, terutama di sekolah, adalah bagian
dari peran BK, maka perlu disadari bahwa sebetulnya BK memegang peranan
yang cukup menentukan dalam peningkatan kualitas di sekolah, dan tentu saja
berimbas pada peningkatan kualitas pendidikan.
Menurut Elfi Mu’awanah, Bimbingan dan Konseling dijalankan di
sekolah dalam rangka menunjang keberhasilan program pendidikan. Artinya,
apapun yang dilakukan dalam bimbingan merupakan usaha pendidikan.
Terlebih dalam setiap kurikulum yang lahir disebutkan wajibnya pelaksanaan
5
BK.8 Dengan adanya BK di sekolah/madrasah diharapkan dapat mengurangi
kenakalan yang dilakukan oleh remaja pada setiap harinya.
Menurut Sarlito W. Sarwono, “Kenakalan anak adalah tindakan oleh
seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang
diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.9 Dalam mengetahui
arti kenakalan, maka dapat diketahui bahwa kenakalan merupakan tingkah
laku anak yang menimbulkan persoalan bagi orang lain, namun agar lebih
jelas lagi kenakalan terbagi dua yaitu: Pertama, Kenakalan semu. Kenakalan
yang dapat disebut kenakalan semu merupakan tingkah laku yang dalam
bahasa sehari-harinya disebut kenakalan dan dinyatakan keterlaluan, tetapi
sebenarnya masih terletak dalam batas-batas normal. Hanya dalam kenakalan
semu ini maka yang dilampaui adalah batas kesabaran orang tua, batas
sensitifitas orang yang memberi penilaian itu justru hanya keterbatasan dalam
hal pengetahuan mengenai anak-anak pada umumnyalah yang menyebabkan
timbulnya kekesalan, kekhawatiran dan kemarahan terhadap anak yang
bertingkahlaku nakal itu. Kedua, Kenakalan sebenarnya. Kenakalan
sebenarnya merupakan tingkahlaku yang melanggar nilai-nilai sosial sehingga
merugikan diri sendiri ataupun merugikan orang lain. Tingkahlaku ini sering
mengkhawatirkan dan menimbulkan kegelisahan orang tua.10
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bagian pengasuhan dan
urusan asrama santriwan/ti, selalu ada saja santriwan/ti yang melanggar
peraturan yang telah ditetapkan pesantren. Kenakalan santriwan/ti pun
beragam, mulai dari kabur pada saat pelajaran, kabur meninggalkan asrama,
mencuri, berkelahi, merokok dan lain sebagainya. Untuk menangani masalah-
masalah tersebut, pengasuh pesanteren dan para guru menggunakan program
BK, hal ini diharapkan agar santriwan/ti yang melanggar dapat jera dan tidak
mengulanginya, kemudian bagi santriwan/ti yang lainnya supaya menjadi
pembelajaran agar tidak melanggar peraturan-peraturan pesantren.
8 Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islami di Sekolah Dasar, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), h. 60.
9 Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 251.
10
Singgih D Gunarsa, Psikologi Anak Bermasalah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), h. 15.
6
Yayasan Pesantren Modern Daarul Uluum didirikan oleh Tokoh KH.
Elon Syuja’i. Saat ini unit kegiatan utama Yayasan Pesantren Modern Daarul
Uluum adalah program pendidikan MTs-MA Terpadu yang bertempat di
Kampus 1 Kelurahan Baranangsiang Kota Bogor, dan SMP-SMA Terpadu
yang bertempat di Kampus 2 Desa Nagrak Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Bogor. Namun fokus penelitian yang penulis lakukan hanya pada Pesantren
Modern Daarul Uluum 1 Bantarkemang yang bertempat di Kelurahan
Baranangsiang Kota Bogor dengan jumlah siswa 242 orang. Adanya program
BK di pesantren modern Daarul Uluum 1 Bantarkemang Bogor diharapkan
dapat mengatasi kenakalan santriwan/ti yang melanggar peraturan yang ada.
Jika berkurangnya santriwan/ti yang melanggar maka dapat dinyatakan
program BK di pesantren modern Daarul Uluum 1 Bantarkemang Bogor
berjalan secara efektif. Adapun efektivitas program BK merupakan tingkat
keberhasilan/ketercapaian tujuan dari program BK yang dilaksanakan.
Keefektifan program BK terhadap santriwan/ti, dapat dilihat dari beberapa
indikator, seperti santriwan/ti secara efektif mampu mengaktualisasikan
dirinya dalam setiap dimensi kehidupannya, mampu secara efektif mengatasi
permasalahan yang dihadapi, pengembangan diri yang optimal, dan mampu
merencanakan masa depan secara realistik.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bermaksud mengadakan
penelitian dengan judul: “Efektivitas Program Bimbingan dan Konseling
dalam Mengatasi Kenakalan Santriwan/ti (Studi Kasus di Pondok
Pesantren Modern Daarul Uluum 1 Bantarkemang Bogor)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, beberapa
masalah diidentifikasikan, sebagai berikut:
1. Belum optimalnya guru BK dalam melaksanakan program bimbingan dan
konseling di pesantren
2. Kurangnya pemberian punishment kepada santriwan/ti yang melanggar
peraturan pesantren.
7
3. Rendahnya ketaatan santriwan/ti terhadap peraturan-peraturan di
pesantren.
C. Pembatasan Masalah
Untuk mengatasi masih belum optimalnya kenakalan satriwaan/ti,
peneliti ingin memberikan solusi melalui program bimbingan dan konseling
yang intensif.
1. Yang dimaksud dengan BK dalam penelitian ini adalah suatu proses
pemberian bantuan individu secara berkelanjutan dan sistematis yang
dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu,
dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya,
serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan dengan lingkungan untuk
mengembangkan potensinya secara optimal. Pelaksanaan BK di Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor yang dilakukan oleh Guru
BK berada di bawah naungan Bagian Kepengasuhan Santri dan dibantu
oleh Pengurus Santri (santri kelas XI MA).
2. Yang dimaksud kenakalan dalam penelitian ini adalah kenakalan yang
dilakukan santriwan/ti di Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bantarkemang Bogor yang memiliki kecenderungan untuk melakukan
tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan
kerusakan terhadap dirinya sendiri dan orang lain, seperti kabur pada saat
pelajaran, kabur meninggalkan asrama, mencuri, berkelahi, merokok dan
lain sebagainya.
8
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka masalah yang akan
diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja jenis kenakalan santri di Pondok Pesantren Modern Daarul
Uluum 1 Bantarkemang Bogor?
2. Apakah program bimbingan dan konseling efektif dalam mengatasi
kenakalan santriwan dan santriwati di Pondok Pesantren Modern Daarul
Uluum I Bantarkemang Bogor?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai efektivitas
Bimbingan dan Konseling serta dampak kegiatannya dalam mengatasi
kenakalan santriwan/ti Pondok Pesantren Daarul Uluum I Bantarkemang
Bogor. Sejalan dengan penelitian tersebut maka penelitian ini diarahkan
untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui jenis kenakalan santri di Pondok Pesantren Modern
Daarul Uluum 1 Bantarkemang Bogor.
2. Untuk mengetahui efektivitas Program Bimbingan dan Konseling dalam
mengatasi kenakalan santriwan dan santriwati di Pondok Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor.
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian dapat memberikan suatu pemikiran khususnya bagi para
guru di pesantren dalam mengatasi kenakalan santriwan/ti.
2. Memberikan dampak positif pada santriwan/ti agar lebih semangat belajar
dan tidak merasa malu dalam berkonsultasi dengan guru BK saat
memiliki permasalahan.
3. Agar dapat digunakan untuk bahan pertimbangan dalam memberikan
layanan bimbingan dan konseling di pondok pesantren.
9
4. Memberikan sumbangsih pemikiran melalui tulisan ini agar bisa
dimanfaatkan oleh peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian
tentang bimbingan dan konseling di pesantren.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling (BK)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bimbingan adalah petunjuk
(penjelasan) cara mengerjakan sesuatu; tuntunan. Sedangkan konseling
adalah pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang dengan
menggunakan metode psikologis dan sebagainya; pengarahan; pemberian
bantuan oleh konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga
pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam
memecahkan berbagai masalah; penyuluhan.1
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-
anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada, dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.2
Bimbingan memiliki makna sebagai berikut:
a. Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan bukan
kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan
serangkaian kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah
kepada pencapaian tujuan.
b. Bimbingan merupakan “helping”, yang identik dengan “aiding”,
“assisting”, atau “availing”, yang berarti bantuan dari pertolongan.
1 http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id, diakses pada hari Minggu, 23 September 2014, pada
pukul 20.34 WIB
2 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), h. 99.
11
c. Individu yang dibantu adalah individu yang sedang berkembang
dengan segala keunikannya.3
Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan,
sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus
menerus dan terarah kepada tujuan tertentu dengan demikian bimbingan
bukanlah kegiatan yang dilakukan secara kebetulan, incidental atau
sewaktu-waktu. Sedangkan konseling merupakan salah satu teknik dalam
pelayanan bimbingan di mana proses pemberian bantuan itu berlansung
dan tatap muka antara guru pembimbing dengan klien, dengan tujuan agar
klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap
dirinya.4
Dari berbagai pendapat diatas bimbingan konseling dapat diartikan
sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,
maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
Konseling dapat diartikan semua bentuk hubungan antara dua orang,
di mana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu
menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan
lingkungannya.5 Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua
orang individu dimana yang seorang (counselee), supaya ia dapat lebih
baik memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah-masalah hidup
yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.6
3 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung:
Remaja Rosadakarya, 2006), h. 6-7.
4 Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 5 dan 11.
5 Yusuf dan A. Jutinka Nurihsan, op. cit., h. 7.
6 Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling : Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 116-117.
12
Counseling dalam arti luas adalah segala ikhtiar pengaruh
phsychologis yang dapat diadakan terhadap sesama manusia. Arti yang
sesungguhnya counseling merupakan suatu hubungan yang sengaja
diadakan dengan manusia lain, dengan maksud agar dengan berbagai cara
phsychologis kita dapat mempengaruhi berbagai faktor kepribadiannya
sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sesuatu effect tertentu.7
Kesimpulannya bahwa konseling adalah usaha membantu konseli
atau klien dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab
sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus yang
dihadapinya dan berujung pada pemecahan masalah tersebut. Jadi BK
adalah sebuah layanan yang berorientasi pada siswa. Bimbingan
konseling berusaha memahami keberadaan dan kebutuhan siswa, serta
membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Berikut ini adalah beberapa pendapat mengenai pengertian BK dari
beberapa pakar atau ahli: Bimbingan dan konseling adalah suatu proses
pemberian bantuan individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang
dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu,
dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya,
serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk
kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan rakyat.8
Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau
pertolongan yang diberikan pembimbing (konselor) kepada individu
(konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara
keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan
menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari
pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap
muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap
7 Koestoer Partowisastro, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-Sekolah Jilid II, (Jakarta:
Erlangga, 1987), h. 15.
8 Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h. 16.
13
masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri,
mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu
memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.9
Jika diambil benang merah antara bimbingan (guidance) dan
konseling (counseling), maka bisa dikatakan bahwa masing-masing
mempunyai peranan yang khas namun saling melengkapi satu sama lain.
Bimbingan lebih bersifat membantu secara preventif (menentukan
langkah atau mengambil keputusan kedepan untuk menghindari
munculnya masalah atau problem), sedangkan konseling merupakan
bantuan yang lebih bersifat represif (mengupayakan solusi setelah
mengalami masalah atau problem).
2. Jenis Bimbingan dan Konseling (BK)
Menurut jenisnya, bimbingan dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut:
a. Bimbingan pendidikan adalah usaha bimbingan yang ditujukan kepada
siswa untuk mengatasi kesulitan dalam bidang pendidikan. Bentuk
bimbingan pendidikan ini misalnya menyediakan informasi mengenai
jurusan, informasi mengenai kelanjutan studi, menyelenggarakan
layanan orientasi kepada siswa baru, dan sebagainya.
b. Bimbingan belajar adalah usaha bimbingan kepada siswa untuk
mengatasi kesulitan dalam bidang belajar. Bentuk bimbingan belajar
misalnya membentuk kelompok belajar, memberikan informasi cara
mengatur jadwal belajar, cara memusatkan perhatian belajar,
memberikan informasi tentang pola belajar, dan sebagainya.
c. Bimbingan pribadi adalah usaha bimbingan yang ditujukan kepada
siswa dalam usahanya mengatasi kesulitan pribadi. Bentuk bimbingan
ini misalnya memberikan konseling, role playing, psikodrama,
informasi cara bergaul, dan sebagainya.
9 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), h. 26.
14
d. Bimbingan sosial adalah usaha bimbingan yang bertujuan membantu
siswa mengatasi kesulitannya dalam bidang sosial. Bentuk bimbingan
ini misalnya informasi cara berorganisasi, cara bergaul agar disenangi
kelompok, cara-cara mendapatkan biaya sekolah tanpa harus
mengorbankan belajar, dan sebagainya.
e. Bimbingan pekerjaan adalah usaha bimbingan dalam membantu siswa
untuk mengatasi kesulitan dalam bidang pekerjaan, karya wisata ke
pabrik, ke perusahaan, cara melamar pekerjaan, cara memilih dan
menentukan pekerjaan dan sebagainya.10
f. Bimbingan agama adalah membantu individu belajar mengembangkan
fitrah-iman atau kembali kepada fitrah-iman, dengan cara
memberdayakan fitrah (jasmani, rohani, nafs dan iman).11
Untuk memenuhi fungsi dan tujuan bimbingan perlu dilaksanakan
berbagai kegiatan layanan bantuan. Beberapa jenis layanan bantuan
bimbingan itu diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan pengumpulan data tentang siswa dan lingkungannya.
b. Konseling. Layanan ini memfasilitasi siswa untuk memperoleh
bantuan pribadi secara langsung.
c. Penyajian informasi dan penempatan. Penyajian informasi dalam arti
menyajikan keterangan (informasi) tentang berbagai aspek kehidupan
yang diperlukan individu.
d. Penilaian dan penelitian. Layanan ini dilaksanakan untuk mengetahui
tujuan program bimbingan apa saja yang telah dilaksanakan dapat
dicapai.12
10 Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islami di Sekolah Dasar, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), h. 80-83.
11 Achmad Farid, Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, (Vol. 6, No. 2,
Desember 2015), h. 397.
12 Yusuf dan A. Jutinka Nurihsan, op. cit., h. 20.
15
Jenis bimbingan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance)
Bantuan yang diberikan kepada siswa dalam bimbingan pendidikan
dapat berupa informasi pendidikan, cara belajar yang efektif,
pemilihan jurusan, lanjutan sekolah, mengatasi masalah belajar,
mengembangkan kemampuan dan kesanggupan secara optimal dalam
pendidikan atau membantu agar para siswa dapat sukses dalam belajar
dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan sekolah.
b. Bimbingan Pekerjaan
Bimbingan pekerjaan atau bimbingan karir sebagai proses bantuan
kepada siswa agar memperoleh pemahaman diri dan dunia kerja agar
ia mampu mengarahkan diri ke suatu bidang kehidupan yang sesuai
dan selaras dengan dirinya dan masyarakat.
c. Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi memberikan bantuan kepada siswa untuk
mengembangkan hidup pribadinya, seperti motivasi, persepsi tentang
diri, gaya hidup, perkembangan nilai-nilai moral/agama dan sosial
dalam diri, kemampuan mengerti dan menerima orang lain, serta
membantunya untuk memecahkan masalah-masalah pribadi yang
ditemuinya.13
Berdasarkan dari penjelasan di atas mengenai jenis-jenis BK, maka
dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis BK terdiri dari bimbingan
pendidikan, bimbingan belajar, bimbingan pribadi, bimbingan sosial,
bimbingan pekerjaan, dan bimbingan agama.
3. Tujuan Bimbingan dan Konseling (BK)
Tujuan BK adalah agar klien:
a. Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya.
b. Mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya kearah
tingkat perkembangan yang optimal.
13 Gunawan, op. cit., h. 46-49.
16
c. Mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.
d. Mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang
objektif tentang dirinya.
e. Dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya
sendiri maupun lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan
dalam hidupnya.
f. Mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
g. Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan perilaku salah suai.14
Tujuan umum BK adalah untuk membantu individu
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan
dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar
belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai
dengan tuntutan positif lingkungannya. Adapun tujuan khusus BK
merupakan penjabaran tujuan utama tersebut yang dikaitkan secara
langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang
bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu.15
Tujuan bimbingan yang merupakan penjabaran dari tujuan umum
lebih banyak dirumuskan dalam definisi bimbingan, antara lain
bimbingan dinyatakan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu
tersebut:
a. Mengerti dirinya dan lingkungannya.
b. Mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidupnya secara
bijaksana baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan sosial-pribadi.
c. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya secara maksimal.
d. Memecahkan masalah yang dihadapi secara bijaksana.
14 Tohirin, op. cit., h. 36.
15
Prayitno, op. cit., h. 114.
17
e. Mengelola aktivitas kehidupannya, mengembangkan sudut
pandangnya dan mengambil keputusan serta mempertanggung
jawabkannya.
f. Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersikap
sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungannya.16
Berdasarkan dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan BK adalah untuk membantu individu
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan yang dimilikinya seperti kemampuan dasar dan bakat,
berbagai latar belakang yang ada seperti latar belakang keluarga,
pendidikan, dan status sosial ekonomi.
4. Prinsip Bimbingan dan Konseling (BK)
Secara umum, prinsip-prinsip BK diantaranya adalah:
a. Bimbingan berhubungan dengan sikap dan perilaku individu.
b. Pembimbing perlu memahami perbedaan individu yang dibimbing.
c. Individu yang dibimbing diharapkan dapat mengarahkan dirinya dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
d. Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing.
e. Masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah harus diserahkan
kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang.
f. Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang
dirasakan oleh individu yang dibimbing.
g. Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan
masyarakat.
h. Program bimbingan haru sesuai dengan program pendidikan.
i. Program bimbingan harus dipimpin oleh petugas yang ahli dan dapat
bekerja sama dengan pihak sekolah dan pihak lain.
j. Pelaksanaan bimbingan perlu penilaian secara teratur.17
16 Gunawan, op. cit., h. 41-42.
17
Ibid., h. 53-54.
18
Sedangkan prinsip-prinsip konseling secara umum diantaranya
adalah:
a. Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbingnya.
b. Bimbingan diarahkan kepada memberikan bantuan agar individu yang
dibimbing mampu mengarahkan dirinya dan menghadapi kesulitan
dalam hidupnya.
c. Pemberian bantuan disesuaikan dengan kebutuhan individu (siswa)
yang dibimbing.
d. Bimbingan berkenaan dengan sikap dan tingkah laku individu.
e. Pelaksanaan bimbingan dan konseling dimulai dengan
mengidentifikasi kebutuhan yang dirasakan individu yang dibimbing.18
Berikut adalah 12 prinsip bimbingan:
a. Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang
dewasa, dan orang-orang yang sudah tua.
b. Tiap aspek daripada kepribadian seseorang menentukan tingkah laku
orang itu.
c. Usaha-usaha bimbingan dalam prinsipnya harus menyeluruh ke semua
orang karena semua orang mempunyai berbagai masalah yang butuh
pertolongan.
d. Berhubungan dengan prinsip kedua, maka semua guru di sekolah
seharusnya menjadi pembimbing karena semua siswa juga
membutuhkan bimbingan.
e. Sebaiknya semua usaha pendidikan adalah bimbingan sehingga alat-
alat dan teknik mengajar juga sebaiknya mengandung.
f. Dalam memberikan suatu bimbingan harus diingat bahwa semua orang
meskipun sama dalam kebanyakan sifat-sifatnya.
g. Supaya bimbingan dapat berhasil dengan baik dibutuhkan pengertian
yang mendalam mengenai orang dibimbing.
18 Tohirin, op. cit., h. 70.
19
h. Harus diingat bahwa pergejolakan-pergejolakan sosial, ekonomi dan
politik dapat menyebabkan timbulnya tingkah laku yang sukar atau
penyesuaian yang salah (maladjustment).
i. Bagi anak-anak haruslah kita ingat bahwa sikap orang tua dan suasana
rumah sangat mempengaruhi tingkah laku mereka.
j. Fungsi bimbingan ialah menolong orang supaya berani dan dapat
memikul tanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesukaran yang
dialaminya, yang hasilnya dapat berupa kemajuan daripada
keseluruhan pribadi orang yang bersangkutan.
k. Usaha bimbingan harus bersifat lincah (flexible) sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan masyarakat serta kebutuhan individual.
l. Berhasil atau tidaknya suatu bimbingan sebagian besar tergantung
kepada orang yang minta tolong itu sendiri, pada kesediaan dan
kesanggupan dan proses-proses yang terjadi dalam diri orang itu
sendiri.19
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan prinsip-
prinsip BK pada umumnya ialah berkenaan dengan sasaran pelayanan,
masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program
pelayanan, penyelenggaraan pelayanan.
5. Fungsi Bimbingan dan Konseling (BK)
Secara umum layanan BK mempunyai fungsi sebagai fasilitator baik
bagi individu maupun lembaga, dalam arti bahwa BK berfungsi untuk
mempermudah bagi individu dalam mencapai kehidupan yang bahagia
dan sejahtera baik di dunia maupun akhirat; dan BK sebagai alat untuk
mempermudah bagi lembaga dalam upaya pencapaian tujuan yang ingin
dicapai dari lembaga yang didirikan.
Dalam hubungan ini BK berfungsi sebagai pemberi layanan kepada
siswa agar masing-masing siswa dapat berkembang secara optimal
19 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier), (Yoygakarta: ANDI, 2004), h.
30-31.
20
sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Oleh karena itu
pelayanan BK mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui
kegiatan BK. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi pemahaman, fungsi
pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan, dan pengembangan
dan fungsi advokasi. Uraian berikut ini akan menjelaskan makna masing-
masing fungsi BK tersebut.
a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi BK yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan
kepentingan pengembangan siswa.
b. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi BK yang akan menghasilkan
tercegahnya atau terhindarnya siswa dari berbagai permasalahan yang
mungkin timbul dan akan dapat mengganggu, menghambat ataupun
menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses
perkembangannya.
c. Fungsi pengentasan, melalui fungsi pengentasan ini pelayanan BK
akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai
permasalahan yang dialami oleh siswa.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, adalah fungsi BK yang
menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi
siswa dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan
berkelanjutan.
e. Fungsi advokasi, yaitu fungsi BK yang akan menghasilkan teradvokasi
atau pembelaan terhadap siswa dalam rangka upaya pengembangan
seluruh potensi secara optimal.20
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi BK
menurut Hallen terdiri dari fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi
pengentasan, fungsi pemeliharaan, dan fungsi advokasi.
20 Hallen, op. cit., h. 56-57.
21
6. Kriteria Guru Bimbingan dan Konseling (BK)
Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting
dalam konseling, di samping faktor pengetahuan tentang dinamika
perilaku dan keterampilan terapeutik atau konseling.
Seorang pembimbing harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Seorang guru BK atau pembimbing harus mempunyai pengetahuan
yang cukup luas, baik segi teori maupun segi praktik.
b. Seorang pembimbing dapat mengambil tindakan yang bijaksana,
seperti minat bekerja sama dengan orang lain.
c. Seorang pembimbing harus memiliki kode etik yang baik dan
berperilaku profesional.
d. Seorang pembimbing harus memiliki nilai-nilai yang diakui
kebenarannya.
e. Seorang pembimbing harus menunjukkan sifat yang penuh toleransi.
f. Seorang pembimbing harus lemah lembut dalam memahami dan
memperlakukan secara psikologis tanpa tekanan-tekanan sosial untuk
memaksa klien menyesuaikan dirinya.21
Kriteria atau persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang guru
konselor diantaranya adalah:
a. Memiliki sifat/akhlak yang baik, setidaknya sesuai ukuran klien;
b. Bertawakal, mendasarkan sesuatu atas nama Allah;
c. Sabar, utamanya tahan menghadapi klien yang menentang keinginan
untuk diberikan bantuan;
d. Tidak emosional, artinya tidak mudah terbawa emosi dan dapat
mengatasi emosi diri sendiri dan klien;
e. Retorika yang baik, mengatasi keraguan klien dan dapat meyakinkan
bahwa ia dapat memberikan bantuan;
21 Gunawan, op. cit., h. 227-228.
22
f. Dapat membedakan tingkah laku klien yang berimplikasi terhadap
hukum wajib, sunnah, mubah, makruh, haram terhadap perlunya taubat
atau tidak.22
Supaya pembimbing dapat menjalankan pekerjaannya dengan sebaik-
baiknya, maka pembimbing harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu:
a. Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas,
baik segi teori maupun segi praktik.
b. Di dalam segi psikologis, seorang pembimbing akan dapat mengambil
tindakan yang bijaksana jika pembimbing telah cukup dewasa secara
psikologis.
c. Seorang pembimbing harus sehat jasmani maupun rohaninya.
d. Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap
pekerjaannya dan juga terhadap anak atau individu yang dihadapinya.
e. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga
dapat diharapkan usaha BK berkembang ke arah keadaan yang lebih
sempurna demi untuk kemajuan sekolah.
f. Karena bidang gerak dari pembimbing tidak terbatas pada sekolah saja,
maka seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, sopan santun di
dalam segala perbuatannya.
g. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat
menjalankan prinsip-prinsip serta kode etik bimbingan dan konseling
dengan sebaik-baiknya.23
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, kriteria
seorang guru BK adalah sebagai berikut: memahami diri sendiri dan
klien, kompeten, sehat psikis, dapat dipercaya, bersikap hangat,
pendengar yang baik, sabar, dan peka.
22 Mu’awanah dan Rifa Hidayah, op. cit., h. 142.
23
Walgito, op. cit., h. 40.
23
7. Peranan Guru Bimbingan dan Konseling (BK)
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar.
Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK
sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran yang dirumuskan.
Ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:
a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar
informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi
kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus,
jadwal pelajaran dan lain-lain.
c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan
serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa,
menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas)
sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam
pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam
proses belajar-mengajar.
h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi siswa
dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga
dapat menentukan bagaimana siswanya berhasil atau tidak.24
24 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012),
h. 144.
24
Peranan guru dalam bimbingan itu meliputi: (a) mengembangkan
iklim kelas sehat, (b) mengarahkan belajar yang efektif, (c) menemukan
potensi kelemahan siswa, (d) penyuluhan tidak resmi, (e) menyajikan
informasi pendidikan dan jabatan, (f) mendorong pertumbuhan siswa, (g)
melakukan pelayanan rujukan, (h) melaksanakan bimbingan kelompok di
kelas, (i) memperlakukan siswa secara manusiawi, (j) melengkapi upaya
penyuluh, (k) menyelenggarakan pelajaran sesuai dengan kebutuhan
siswa, (l) mengarahkan kebiasaan belajar yang baik, (m) menilai hasil
belajar secara keseluruhan dan berkesinambungan, (n) melakukan
perbaikan pengajaran perbaikan, (o) mempersiapkan pembicaraan kasus,
(p) bekerja sama dalam membantu siswa, (q) mengikuti kebijaksanaan
sekolah dalam pelayanan bimbingan.25
Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahawa
guru BK/konselor memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dalam
pelaksanaan pelayanan BK terhadap siswa. Tugas guru BK/konselor
terkait dengan pengembangan diri siswa yang sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, minat, dan kepribadian siswa.
8. Kode Etik Bimbingan dan Konseling (BK)
Yang dimaksud dengan kode etik ialah ketentuan-ketentuan atau
peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh siapa saja yang berkecimpung
dalam bidang BK demi kebaikan, dengan adanya kode etik di dalam BK
dimaksudkan agar BK tetap dalam keadaan baik dan diharapkan menjadi
semakin baik, maka untuk menjadi konselor profesional tidak cukup
hanya memiliki ilmu, keterampilan, dan kepribadian belaka, akan tetapi
harus pula memahami dan mengaplikasikan kode etik konseling. Berikut
beberapa kode etik BK menurut Bimo Walgito dalam bukunya
Bimbingan dan Konseling di Sekolah:
25 Moh. Surya dan Rochman Natawidjaja, Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta:
Universitas Terbuka, Depdikbud, 2004), h. 141.
25
a. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang
BK harus memegang teguh prinsip-prinsip BK.
b. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat
mencapai hasil yang sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada
keahliannya atau wewenangnya. Karena itu pembimbing jangan
sampai mencampuri wewenang serta tanggung jawab yang bukan
wewenang serta tanggung jawabnya.
c. Oleh karena pekerjaan pembimbing berhubungan langsung dengan
kehidupan pribadi orang maka seorang pembimbing harus:
1) Dapat memegang teguh atau menyimpan rahasia klien dengan
sebaik-baiknya.
2) Menunjukkan rasa hormat kepada klien.
3) Menghargai sesama terhadap bermacam-macam klien. Jadi di
dalam menghadapi klien pembimbing harus menghadapi klien
dalam derajat yang sama.
d. Pembimbing tidak diperkenankan:
1) Menggunakan tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
2) Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggung
jawabkan.
3) Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin akan menimbulkan
hal-hal yang tidak baik bagi klien.
4) Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien.
e. Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain di luar kemampuan
atau di luar keahliannya ataupun di luar keahlian stafnya yang
diperlukan dalam bimbingan dan konseling.26
Beberapa kode etik BK sebagai berikut:
a. Kerahasiaan, masksudnya ialah pembimbing harus dapat
merahasiakan segala isi pembicaraannya dengan klien sehubungan
dengan masalah klien tersebut.
26 Walgito, op. cit., h. 37.
26
b. Kesukarelaan, maskudnya ialah proses bimbingan itu berlangsung
harus atas dasar kesukarelaan antara kedua belah pihak. Klien rela
masalahnya dipecahkan/diselesaikan berarti tidak merasa terpaksa
untuk datang dan mengemukakan masalahnya serta segala informasi
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kemudian
juga pembimbing harus dengan rasa tidak terpaksa untuk membantu
klien tersebut. Hendaknya pembimbing merasa terpanggil untuk
melaksanakan bimbingan serta konseling umumnya, dan membantu
kilen khususnya.
c. Keahlian, ialah usaha pelayanan BK perlu dilakukan dengan teratur,
sistematis dan dengan mempergunakan teknik serta alat yang
memadai.
d. Normatif, maksudnya ialah usaha pemberian bantuan itu harus
didasarkan pada norma-norma yang berlaku di mana bimbingan itu
dilaksanakan atau tidak boleh lagi bertentangan dengan norma-norma
yang berlaku.
e. Alih tangan, ialah pembimbing dalam usahanya membantu kliennya
jangan sampai pada tingkat kemampuannya yang tinggi
(semampunya).
f. Atas kegunaan, maksudnya ialah jangan menggunakan sesuatu
sehubungan dengan pelayanan BK kalau tidak ada gunanya.27
Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kode etik profesi konseling meliputi hal-hal yang bersangkut-paut dengan
kompetensi yang dimiliki, kewenangan dan kewajiban tenaga profesi
konseling, serta cara-cara pelaksanaan layanan yang dilakukan dalam
kegiatan profesi. Ruang lingkup dan materi kode etik profesi konseling
diadopsi dari kode etik konseling yang diberlakukan.
27 Slameto, Bimbingan di Sekolah, (Jakarta: Bina Akasara), h. 29.
27
9. Langkah-Langkah Bimbingan dan Konseling (BK)
Dalam memberikan bimbingan, terdapat langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Langkah identifikasi
b. Langkah diagnosis
c. Langkah-langkah prognosis
d. Langkah terapi
e. Langkah evaluasi dan follow up28
Proses konseling akan menempuh beberapa langkah, yaitu:
a. Menentukan masalah
Menentukan masalah dalam konseling dapat dilakukan terlebih dahulu
melakukan identifikasi masalah (identifikasi kasus-kasus) yang dialami
oleh klien (siswa).
b. Pengumpulan data
Setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling,
selanjutnya adalah mengumpulkan data siswa yang bersangkutan.
c. Analisis data
Data-data siswa yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data hasil
tes dapat dianalisis secara kuantitatif dan data nontes dapat dianalisis
secara kualitatatif.
d. Diagnosis
Diagnosis merupakan usaha pembimbing (konselor) menetapkan latar
belakang masalah atau faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada
siswa.
e. Prognosis
Setelah diketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada
siswa selanjutnya pembimbing atau konselor menetapkan langkah-
langkah bantuan yang akan diambil. Jenis bantuan apa bisa yang
diberikan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh siswa.
28 Salahudin, op. cit., h. 95.
28
f. Terapi
Setelah ditetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian bantuan,
selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang telah ditetapkan.
Pembimbing atau konselor melaksanakan bantuan belajar yang telah
ditetapkan untuk memecahkan masalah.
g. Evaluasi atau follow up
Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang telah
diberikan memperoleh hasil atau tidak.29
Pelaksanaan program layanan bimbingan, sebagai berikut:
a. Melaksanakan identifikasi kasus
b. Melaksanakan diagnosis
c. Melaksanakan prognosis
d. Melaksanakan langkah pemberian bantuan
e. Melaksanakan tindak lanjut
f. Melaksanakan pendekatan30
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-
langkah melaksanakan BK yaitu identifikasi masalah, diagnosis,
prognosis, pemberian bantuan, evaluasi dan tindak lanjut.
B. Kenakalan Remaja
1. Pengertian Kenakalan Remaja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Kenakalan adalah sifat
nakal; perbuatan nakal; tingkah laku secara ringan yang menyalahi norma
yang berlaku dalam suatu masyarakat: salah satu sebab kenakalan remaja
adalah kerenggangan ikatan kasih dengan orang tuanya.31
Menurut Sarlito
W. Sarwono, “Kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang
29 Nana Syaodih Sukmadinata, Bimbingan dan Konseling dalam Praktek, (Bandung: Maestro,
2007), h. 91.
30 Afifudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h. 148.
31
http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id, diakses pada hari Minggu, 23 September 2014, pada
pukul 20.34 WIB
29
belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh
petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.32
Dalam Pasal 1 angka 2 UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan
Anak menyatakan bahwa anak nakal adalah:
a. Anak yang melakukan tindak pidana; atau
b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak,
baik meniru peraturan perundang-undangan maupun peraturan hukum
lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.33
Dalam mengetahui arti kenakalan, maka dapat diketahui bahwa
kenakalan merupakan tingkah laku anak yang menimbulkan persoalan
bagi orang lain, namun agar lebih jelas lagi kenakalan terbagi dua yaitu:
a. Kenakalan semu
Kenakalan yang dapat disebut kenakalan semu merupakan tingkah
laku yang dalam bahasa sehari-harinya disebut kenakalan dan
dinyatakan keterlaluan, tetapi sebenarnya masih terletak dalam batas-
batas normal. Hanya dalam kenakalan semu ini maka yang dilampaui
adalah batas kesabaran orang tua, batas sensitifitas orang yang
memberi penilaian itu justru hanya keterbatasan dalam hal
pengetahuan mengenai anak-anak pada umumnyalah yang
menyebabkan timbulnya kekesalan, kekhawatiran dan kemarahan
terhadap anak yang bertingkahlaku nakal itu.
b. Kenakalan sebenarnya
Kenakalan sebenarnya merupakan tingkahlaku yang melanggar nilai-
nilai sosial dan nilai-nilai sehingga merugikan diri sendiri ataupun
merugikan orang lain. Tingkahlaku-tingkahlaku ini sering
mengkhawatirkan dan menimbulkan kegelisahan orang tua.34
32 Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), h. 251.
33
UU No 3 Tahun 1997, Tentang Pengadilan Anak, (Jakarta: DPR.RI), h. 2.
34 Singgih D Gunarsa, Psikologi anak bermasalah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), h. 15.
30
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk
melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan
kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain
yang dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun.
2. Jenis-Jenis Kenakalan Remaja
Bentuk-bentuk kenakalan remaja dalam hal ini berhubungan dengan
keberadaan kenakalan remaja itu sendiri, bahwa kenakalan remaja itu
tidak mungkin dilakukan dalam proses hampa. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka dikenal berbagai pembagian kenakalan remaja ini
berdasarkan pendapat para ahli, bahwa pengelompokan kenakalan
tersebut dalam berbagai tipe, antara lain:
a. Delinkuensi Individual
Delinkuensi individual lebih ditekankan pada kondisi pribadi pelaku.
Kelompok kenakalan jenis ini banyak dilakukan oleh mereka yang
mempunyai kelainan jasmaniah dan mental yang dibawa sejak lahir.
b. Delinkuensi Situasional
Kenakalan tipe ini dilakukan oleh anak yang yang normal, tetapi
banyak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan situasional, stimulasi
sosial dan tekanan lingkungan yang kesemuanya memberikan
pengaruh menekan-memaksa pada pembentukan perilaku buruk.
c. Delinkuensi Sistematik
Delinkuensi sistematik di sini berkaitan dengan kejahatan anak-anak
remaja yang disistematisir dalam bentuk suatu organisasi, yaitu gang.
Kumpulan tingkah laku delinkuen yang disistematisir itu disertai
pengaturan, status formal, peranan tertentu, nilai-nilai, norma-norma,
rasa kebanggaan, dan moral delinkuen yang berbeda dengan yang
umum berlaku.
31
d. Delinkuensi Kumulatif
Status sosial dan kondisi kultural buruk yang mempengaruhi terus
menerus dan berlangsung berulang kali dapat menginsentifkan
perbuatan jahat remaja, sehingga kumulatif sifatnya, yaitu terdapat di
mana-mana, tidak hanya di ibu kota negara saja, tetapi sampai di
daerah pinggiran.35
Kenakalan remaja menjadi empat jenis yaitu:
a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain:
perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian,
pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain:
pelacuran, penyalahgunaan. Di Indonesia mungkin dapat juga
dimasukkan hubungan seks sebelum menikah dalam jenis ini.
d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak
sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua
dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah meraka, dan
sebagainya.36
Jenis-jenis kenakalan remaja dalam beberapa keadaan, adalah:
a. Neurotic delinquency
Remaja bersifat pemalu, terlalu perasa, suka menyendiri, gelisah dan
mengalami perasan rendah diri. Mereka mempunyai dorongan untuk
berbuat sesuatu kenakalan seperti mencuri dan melakukan tindkan
yang agresif secara tiba-tiba tanpa alasan karena dikuasai khayalan dan
fantasi sendiri.
35 Soenarjati, Anang Priyanto dan Suripno, Kriminologi dan Kenakalan Remaja, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007), h. 624.
36 Sarwono, op. cit., h. 256-257.
32
b. Unsocialized delinguent
Suatu sikap yang melawan kekuasaan seseorang, suka bermusuhan dan
pendendam, tidak pernah merasa salah dan tidak pula menyesali
perbuatan yang telah dilakukan.
c. Pseudo social delinguent
Remaja yang mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap kelompok
sehingga sikap-sikapnya tampak patuh, setia dan kesetiakawanan yang
baik, sehingga jika melakukan tindakan kenakalan bukan atas dasar
kesadaran sendiri.37
Dari beberapa jenis kenakalan pada remaja di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa semuanya menimbulkan dampak negatif yang tidak
baik bagi dirinya sendiri dan orang lain, serta lingkungan sekitarnya.
Adapun aspek-aspeknya terdiri dari aspek perilaku yang melanggar aturan
dan status, perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain,
perilaku yang mengakibatkan korban materi, dan perilaku yang
mengakibatkan korban fisik.
3. Karakteristik Kenakalan Remaja
Menurut Anwar Sutoyo karakteristik kenakalan remaja itu ada yang
“nakal” dan ada yang “tidak nakal”. Dilihat dalam segi al-Qur’an dan
hadis pada ilmu psikologi anak yang nakal itu dari: Pertama, Usia 12-13,
Kedua, Yang akhirnya relatif pada usia 15-18 atau 22-23 dan, Ketiga,
dilihat dari usia remaja, pada usia yang rasional, Jadi kalau pada usia yang
rasional apa-apa harus dijelaskan dengan masuk akal, seperti contoh
mengapa harus puasa, dan mengapa puasa dianggap menyehatkan?.38
Karakter kenakalan remaja juga dipandang dari sisi Psikologi dan
Agama yang disebabkan oleh:
37 Hasan Basri, Remaja Berkualitas, Probelamtika Remaja dan Solusinya, (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2004), h. 16.
38 Farid, op. cit., h. 390.
33
a. Pengaruh lingkungan dipandang dalam ilmu Psikologi, seperti dalam
teori behaviorisme kenakalan remaja itu dikarenakan pengaruh
lingkungan, namun menurut Anwar Sutoyo lingkungan itu tidak
sepenuhnya menentukan, karena lingkungan itu tidak maha kuasa.
b. Pengaruh setan dipandang dalam ilmu Agama, seperti remaja yang
berharap sesuatu yang tidak mungkin bisa dicapai, lebih suka
berkhayal dan tidak menggunakan akal, dan diperparah lagi dengan
minum-minuman keras (khamar)
c. Pengaruh makanan dipandang dalam ilmu Agama, Anwar Sutoyo
menjelaskan bahwa kenakalan remaja yang dilihat dari sudut pandang
agama dikarenakan faktor konsumsi makanan yang tidak halal
sehingga dapat menumbuhkan daging yang haram atau dosa dalam
tubuh manusia. Makanan yang haram dapat menyebabkan manusia
melakukan perbuatan yang kotor dan berbau dosa yang tidak disukai
Allah SWT.39
Anak Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa,
bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga rohani dan fisiknya.
Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan
anak remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara
lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik. Menurut Sarlito W.
Sarwono karakter kenakalan remaja dipengaruhi dari perubahan fisiknya,
antara perubahan-perubahan fisik, yang terbesar pengaruhnya pada
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh, mulai dari
berfungsinya alat-alat reproduksi dan tanda-tanda seksual sekunder yang
tumbuh secara lengkap.40
Sementara itu Aristoteles merumuskan pertumbuhan kanak-kanak
menuju remaja adalah:
Perkembangan anak dengan 3 (tiga) fase perkembangan yakni: Fase I
pada usia 0-7 tahun yang disebut masa anak kecil dan kegiatan pada fase
39 Ibid, h. 392 dan 393.
40
Sarwono, op. cit., h. 62
34
ini hanya bermain. Fase II yaitu pada usia 7-14 yang disebut masa anak
atau masa sekolah dimana kegiatan anak mulai belajar di sekolah dasar.
Fase III yaitu pada usia 14-21 tahun yang disebut dengan masa remaja
atau pubertas, masa ini adalah masa peralihan dari anak menjadi dewasa.
Aristoteles menyebutkan pada periodesasi ini disebut sebagai periodesasi
yang berdasarkan pada biologis karena antara fase I dengan fase II itu
ditandai dengan adanya pergantian gigi, sedangkan antara fase II dengan
fase III ditandai dengan mulai bekerjanya organ kelengkapan kelamin.41
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
kenakalan remaja menurut Anwar Sutoyo dapat dilihat dari dua sudut
pandang; pertama, dari sudut pandang psikologi yang menggunakan teori
behaviorisme yang menyatakan bahwa kenakalan remaja itu dikarenakan
pengaruh lingkungan, kedua, dari sudut pandang agama disebabkan oleh
pengaruh setan dan makanan.
Senada dengan Sarlito W. Sarwono mengatakan bahwa masa remaja
adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa, bukan dalam artian
psikologisnya saja tetapi juga rohani dan fisiknnya, bahkan antara
perubahan-perubahan fisik yang terbesar pengaruhnya pada
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuhnya. Sarlito juga
mengutip penjelasan perubahan remaja menurut Aristoteles yaitu;
perubahan yang terjadi pada anak-anak umumnya, dan hampir semua
aspek perkembangannya yaitu meliputi perkembangan fisik, kognitif,
kepribadian, dan sosial. Dengan demikian periodesasi berdasarkan
biologis adalah periodesasi yang pembahasannya berdasarkan pada
kondisi atau proses pertumbuhan biologis anak, karena pertumbuhan
biologis ikut berpengaruh terhadap perkembangan kejiwaan seorang anak.
Dikatakan remaja apabila “Fase transisi dari kanak-kanak menjadi remaja,
usia 10-12 tahun sampai dengan 18 tahun merupakan tahapan awal
pertumbuhan menuju remaja”.
41 Ibid., h. 103.
35
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja
Dalam kenyataan, banyak sekali faktor yang menyebabkan kenakalan
remaja maupun kelainan perilaku remaja pada umumnya. Berbagai teori
yang mencoba mejelaskan penyebab kenakalan remaja, dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Rational choice: teori ini mengutamakan faktor individu daripada
faktor lingkungan. Kenakalan yang dilakukannya adalah atas pilihan,
interes, motivasi atau kemauannya sendiri.
b. Social disorganization: kaum positivis pada umumnya lebih
mengutamakan faktor budaya. Yang menyebabkan kenakalan remaja
adalah berkurangnya atau menghilangnya pranata-pranata masyarakat
selama ini menjaga keseimbangan atau harmoni dalam masyarakat.
c. Strain: pada teori ini disimpulkan bahwa tekanan yang besar dalam
masyarakat, misalnya kemiskinan, menyebabkan sebagian dari anggota
masyarakat yang memilih jalan rellibion melakukan kejahatan atau
kenakalan remaja.
d. Differential association: menurut teori ini, kenakalan remaja adalah
akibat salah pergaulan.
e. Labeling: ada pendapat yang menyatakan bahwa anak nakal selalu
dianggap atau dicap (diberi label) nakal. Di Indonesia, banyak orang
tua (khususnya ibu-ibu) yang ingin berbasa-basi dengan tamunya,
sehingga ketika anaknya muncul di ruang tamu, ia mengatakan pada
tamunya, “ini loh, mbakyu, anak sulung saya. Badannya saja yang
tinggi, tetapi nakalnya bukan main”. Kalau terlalu sering anak diberi
label nakal seperti itu, maka ia akan betul-betul menjadi nakal.
f. Male phenomenon: teori ini percaya bahwa anak laki-laki lebih nakal
daripada perempuan.42
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa berbagai teori yang
menjelaskan penyebab kenakalan remaja ialah; rational choice
42 Ibid., h. 255.
36
(mengutamakan faktor individu), social disorganization (mengutamakan
faktor budaya), strain (faktor kemiskinan yang menyebabkan memilih
untuk melakukan kejahatan/kenakalan remaja), differential association
(akibat salah pergaulan), labeling (akibat anak selalu dicap nakal) dan
male phenomenon (percaya bahwa anak laki-laki lebih nakal dari anak
perempuan) jika hal tersebut terjadi atau dilakukan pada anak remaja
maka akan banyak sekali remaja yang nakal bahkan sampai melampaui
batas kewajaran anak remaja pada umumnya.
Kenakalan remaja adalah suatu penyesuaian diri yaitu respon yang
dipelajari terhadap situasi lingkungan yang tidak cocok atau lingkungan
yang memusuhinya. Kenakalan remaja dapat disebabkan oleh:
a. Identitas diri yang negatif
b. Kontrol diri yang rendah
c. Pengaruh pengawasan orang tua yang rendah
d. Pengaruh ketahanan diri yang rendah
e. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal43
Mungkin timbulnya kenakalan remaja bukan karena murni dari dalam
remaja itu sendiri, tetapi mungkin kenakalan itu merupakan efek samping
dari hal-hal yang tidak dapat ditanggulangi oleh remaja dalam
keluarganya. Bahkan orang tua sendiri pun tidak mampu mengatasinya,
akibatnya remaja menjadi korban dari keadaan keluarga. Faktor-faktor
terjadinya kenakalan remaja antara lain:
a. Kondisi keluarga yang berantakan (Broken Home);
b. Kurangnya perhatian dan kasih-sayang dari orang tua;
c. Status sosial ekonomi orang tua rendah;
d. Penerapan disiplin keluarga yang tidak tepat.44
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa faktor yang paling berperan menyebabkan timbulnya
43 Sri Esti W. Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), h. 112.
44
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 109.
37
kecenderungan kenakalan remaja adalah faktor keluarga yang kurang
harmonis dan faktor lingkungan terutama teman sebaya yang kurang baik,
karena pada masa ini remaja mulai bergerak meninggalkan rumah dan
menuju teman sebaya, sehingga minat, nilai, dan norma yang ditanamkan
oleh kelompok lebih menentukan perilaku remaja dibandingkan dengan
norma, nilai yang ada dalam keluarga dan masyarakat.
5. Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
Telah kita ketahui bahwa masa remaja secara umum merupakan
peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa, yang mana pada masa ini
banyak sekali perubahan yang terjadi baik segi psikis maupun fisiknya.
Menurut Sarlito perubahan fisik merupakan gejala primer dalam
pertumbuhan anak remaja, dan perubahan fisik yang paling berpengaruh
ialah perubahan pada pertumbuhan tubuhnya, sedangkan perubahan
psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan fisik.45
Kenakalan-kenakalan yang dilakukan remaja oleh anak-anak dan
remaja seyogyanya diupayakan penanggulangannya secara sungguh-
sungguh, dalam arti penanggulangan yang setuntas-tuntasnya. Upaya ini
merupakan aktivitas yang pelik apabila ditinjau secara intergral, akan
tetapi apabila ditinjau secara terpisah-pisah maka upaya ini merupakan
kegiatan yang harus dilakukan secara profesional yang menuntut
ketekunan dan berkesinambungan dari satu kondisi menuju kondisi yang
lain.
Masa remaja merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan
dan sangat rentan munculnya masalah, maka perlu adanya perhatian
khusus, pemahaman yang baik serta pananganan yang tepat oleh guru BK
terhadap remaja, hal ini merupakan faktor penting demi keberhasilan
remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa remaja merupakan
masa yang paling menentukan. Selain itu perlu adanya kerja sama dari
remaja itu sendiri, oranag tua, guru BK khususnya dan pihak-pihak lain
45 Sarwono, op. cit., h. 62
38
yang terkait agar perkembangan remaja di bidang pendidikan dan bidang-
bidang lainnya dapat dilalui secara terarah, sehat dan bahagia.
Langkah perdana dalam upaya kompleks ini dapat dilakukan dengan
tindakan preventif (usaha pencegahan dan pembinaan) sebagai berikut:
a. Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja
b. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para
remaja
c. Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan
persoalan yang dihadapinya
d. Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan
dan keterampilan melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui
pengajaran agama seperti di pesantren
e. Menyediakan sarana-sarana dan meciptakan suasana yang optimal
demi perkembangan pribadi yang wajar
f. Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar dalam hal ini di
lingkungan pesantren46
Usaha pencegahan yang dipaparkan di atas tentunya dilakukan oleh
guru BK bersama dengan para pendidik lainnya dalam hal ini yang ada di
pesantren modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor, dengan usaha
pembinaan yang terarah akan mengembangkan diri remaja dengan baik
sehingga menimbulkan keseimbangan yang akan menciptakan hubungan
yang serasi antara aspek rasio dan aspek emosi pada diri remaja sehingga
menjadikan mereka mengenali dirinya.
Langkah selanjutnya ialah dengan melakukan tindakan
represif/kuratif (usaha menyembuhkan), dengan usaha menindak
pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan
mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran. Seperti di
rumah, remaja harus menaati peraturan dan tata cara yang berlaku, di
samping itu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orang tua
46 Rustam Mahmuddin, Dua Langkah Mengatasi Kenakalan Remaja, (http://rustam-
mahmuddin20.blogspot.co.id) diakses pada 23 September 2014, pada pukul 20.50 WIB.
39
terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Pelaksanaan tata
tertib harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama
harus dikenakan sanksi yang sama.
Selain hal tersebut dilakukan di rumah, perlu juga dilakukan di
sekolah atau pesantren. Di sekolah atau pesantren, Kepala Sekolah (di
lingkup sekolah) atau pimpinan pesantren (di lingkup pesantren) yang
berwenang dalam pelaksanan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib,
dalam beberapa hal guru juga berhak bertindak khususnya guru BK di
sekolah atau pesantren tersebut. Akan tetapi hukuman yang berat seperti
skorsing maupun pengeluaran dari sekolah atau pesantren merupakan
wewenang kepala sekolah atau pimpinan pesantren, guru BK dan stafnya
bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran dan kemungkinan-
kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya.
Pada umumnya tindakan represif/kuratif diberikan dalam bentuk
peringatan secara lisan maupun tertulis kepada peserta didik dan orang
tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah atau pimpinan
pesantren dan tim guru BK, dan melarang bersekolah (jika di sekolah) dan
dipulangkan (jika di pesantren) untuk sementara atau seterusnya
tergantung dari macam pelanggaran tata tertib sekolah atau pesantren
yang digariskan.47
Langkah terakhir ialah dengan melakukan tindakan rehabilitasi,
tindakan ini dilakukan setelah tindakan pencegahan dan penyembuhan
lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkahlaku remaja
yang melakukan pelanggaran dengan memberikan pendidikan lagi.
Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus, hal mana sering
ditanggulangi oleh lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam
bidang ini. Mengenai penanggulangan masalah kenakalan remaja ini perlu
ditekankan bahwa segala usaha harus ditujukan ke arah tercapainya
kepribadian yang mantap, serasi dan dewasa. Remaja diharapkan akan
menjadi orang dewasa yang memiliki kepribadian kuat, sehat badani dan
47 Ibid.
40
rohani, teguh dalam kepercayaan dan beriman sebagai anggota
masyarakat, bangsa dan tanah airtercinta.48
Langkah-langkah positif tersebut memerlukan partisipasi banyak
pihak agar manfaat maksimal dapat tercapai. Upaya preventif, kuratif, dan
rehabilitasi yang relevan perlu keikutsertaan masyarakat sekitar baik yang
ada di lingkungan rumah maupun di lingkungan pesantren agar
penyebarluasannya mencapai sebagian besar anggota masyarakat,
khususnya anak-anak remaja.49
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa cara mengatasi
kenakalan remaja dilakukan dengan tiga tahapan tindakan, pertama,
tindakan preventif (usaha mencegah) yang mana dalam tindakan ini
remaja diberikan perhatian khusus, pemahaman yang baik serta
pananganan yang tepat oleh guru BK dan lainnya yang bersangkutan demi
keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, menjadikan perkembangan
remaja di bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya dapat dilalui
secara terarah, sehat dan bahagia. Kedua, tindakan represif/kuratif (usaha
menyembuhkan) dengan usaha menindak pelanggaran norma-norma
sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap
setiap perbuatan pelanggaran. Tindakan ini umumnya diberikan dalam
bentuk peringatan secara lisan maupun tertulis kepada peserta didik dan
orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah atau
pimpinan pesantren dan tim guru BK, dan melarang bersekolah (jika di
sekolah) dan dipulangkan (jika di pesantren) untuk sementara atau
seterusnya tergantung dari macam pelanggaran tata tertib sekolah atau
pesantren yang digariskan. Ketiga, tindakan rehabilitasi yang dilakukan
setelah tindakan pencegahan dan penyembuhan lainnya dilaksanakan dan
dianggap perlu mengubah tingkahlaku remaja yang melakukan
pelanggaran dengan memberikan pendidikan lagi.
48 Ibid.
49
Sudarsono, Kenakalan Remaja: Prevensi, Rehabilitasi dan Resosialisasi, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004), h. 7.
41
C. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas berarti ketepatan guna, hasil guna, atau menunjang
tujuan.50
Efektivitas adalah keberhasilan guna dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi rencana atau program ketentuan atau aturan dan tujuan kondisi
ideal.51
2. Aspek-aspek Efektivitas
Efektivitas suatu program dapat dilihat dari aspek-aspek sebagai
berikut:
a. Aspek tugas dan fungsi
Suatu lembaga atau seseorang dikatakan efektif jika melaksanakan
tugas atau fungsinya. Begitu juga suatu program BK akan efektif jika
tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik. Sedangkan yang
dimaksud dengan tugas atau fungsi adalah tugas guru BK memberikan
bimbingan dengan baik dan tugas peserta didik belajar dengan baik.
b. Aspek rencana atau program
Yang dimaksud rencana atau program adalah rencana pembelajaran
yang terprogram yaitu berupa materi yang terwujud dalam sebuah
kurikulum yang telah ditetapkan. Jika rencana atau program
dilaksanakan dengan baik, maka rencana atau program dikatakan
efektif.
c. Aspek ketentuan atau aturan
Efektivitas suatu program juga dapat dilihat dari sudut berfungsi atau
tidaknya ketentuan atau aturan yang telah dibuat. Aspek ini mencakup
aturan-aturan baik yang berhubungan dengan guru maupun peserta
didik. Jika ketentuan ini dilaksanakan berarti ketentuan dan aturan
telah berlaku secara efektif.
50 Pius A Purtanto dan M Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arlaka, 1994), h.
128.
51 Aswarni Sujud, Matra Fungsional Administrasi Pendidikan (Yogyakarta: Purbasari, 1989),
h. 154.
42
d. Aspek tujuan atau kondisi ideal
Suatu program atau kegiatan dikatakan efektif jika tujuan atau kondisi
ideal program tersebut dicapai. Penilaian aspek ini dapat dilihat dari
prestasi yang dicapai oleh peserta didik.52
D. Kerangka Berfikir
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 3, ayat 1, dikemukakan bahwa tujuan pendidikan
adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.53
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Kenakalan adalah sifat nakal;
perbuatan nakal; tingkah laku secara ringan yang menyalahi norma yang
berlaku dalam suatu masyarakat: salah satu sebab kenakalan remaja adalah
kerenggangan ikatan kasih dengan orang tuanya.54
Kenakalan yang dapat disebut kenakalan semu merupakan tingkah laku
yang dalam bahasa sehari-harinya disebut kenakalan dan dinyatakan
keterlaluan, tetapi sebenarnya masih terletak dalam batas-batas normal.
Hanya dalam kenakalan semu ini maka yang dilampaui adalah batas
kesabaran orang tua, batas sensitifitas orang yang memberi penilaian itu
justru hanya keterbatasan dalam hal pengetahuan mengenai anak-anak pada
umumnyalah yang menyebabkan timbulnya kekesalan, kekhawatiran dan
kemarahan terhadap anak yang bertingkahlaku nakal itu.
Macam-macam kenakalan santriwan/ti yang terjadi di Pesantren Modern
Daarul Uluum 1 Bantarkemang Bogor sangat beragam antara lain: kabur pada
saat jam pelajaran, kabur meninggalkan asrama, mencuri, berkelahi, merokok
dan lain sebagainya.
52 Ibid.
53
UU No 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: DPR.RI), h. 1 dan 3.
54 http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id, diakses pada hari Minggu, 23 September 2014, pada
pukul 20.34 WIB
43
Berdasarkan masalah-masalah yang terjadi di Pesantren Modern Daarul
Uluum 1 Bantarkemang Bogor diperlukan adanya bimbingan dan konseling
secara intensif, terus-menerus dan berkesinambungan supaya masalah-
masalah yang terjadi dapat diatasi dan diberikan solusi yang terbaik.
Bimbingan dan Konseling di Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bogor berada di bawah naungan Bagian Kepengasuhan Santri, adapun guru
BK itu hanya satu orang yaitu Ibu Lulu Zahroh, S.Psi. Bagian pengasuhan ini
terdiri dari enam orang guru, yang dalam pelaksanaannya langsung diawasi
oleh Ibu Dede latifah, S.Ag. dalam hal ini beliau menekankan tiga hal yang
harus diperhatikan yaitu peningkatan di segala bidang terutama dalam hal
disiplin, kebersamaan dan kontrol terhadap santriwan dan santriwati harus
lebih diperhatikan.
Bagian Pengasuhan memberikan pelayanan untuk santriwan dan
santriwati agar bisa mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan
pribadi, belajar dan organisasi, dengan cara memandirikan santriwan dan
santriwati dan menegembangkan potensi-potensi mereka melalui
pembelajaran kepribadian, kewanitaan dan berorganisasi secara optimal.
Bagian pengasuhan juga membantu mengatasi berbagai permasalahan yang
mengganggu dan menghambat perkembangannya agar bisa terwujud
kemandirian santriwan dan santriwati dalam menjalani kehidupan sehari-hari
sebagai santriwan dan santriwati secara efektif, kreatif dan dinamis serta
memiliki kecakapan hidup untuk masa depan.
Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan
yang diberikan pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar
konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan
masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Proses pemberian
bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada
konseli (siswa) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik
antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli sehingga konseli
mampu melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai
44
dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri masalah yang
dihadapinya.55
Diharapkan dengan penelitian ini menjadi bahan pembelajaran baik untuk
tenaga pendidik khususnya mata pelajaran bimbingan dan konseling, siswa
dan stakeholder untuk mencapai visi dan misi Pesantren Modern Daarul
Uluum 1 Bantarkemang Bogor.
Sistematika pengambilan penelitian metode deskriptif kuantitatif, yakni
mendeskripsikan atau memberikan gambaran sejelas mungkin tanpa adanya
perlakuan terhadap objek yang diteliti.56
Dalam hal ini peneliti akan
mendeskripsikan atau memberikan gambaran mengenai efektivitas program
bimbingan dan konseling dalam mengatasi kenakalan santriwan/ti di
Pesantren Modern Daarul Uluum I Banterkemang Bogor. Penelitian
Deskriptif merupakan dasar bagi semua penelitian yang dapat dilakukan
secara kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik.
Secara ringkas, kerangka berpikir untuk penelitian ini tertera pada bagan
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Bagan Efektivitas Program BK
55 Tohirin, op. cit., h. 26.
56
Moh. Nazir, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Bandung: Ghalia Indonesia, 2009), h. 63.
Bimbingan Konseling
Kenakalan Remaja
Kondisi Ideal Kondisi Empiris
Efektivitas Program BK
45
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang BK sebenarnya sudah banyak yang membahas. Seperti
pada karya Renti Yasmar “Bimbingan dan Konseling terhadap Siswi
Bermasalah di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta”57
penelitian ini menggunakan pendekatan psikologis untuk menganalisa
dampak psikologis pada diri siswi setelah diberikan bimbingan dan konseling,
kemudian metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif
dengan menggunakan teknik triangulasi sumber ganda untuk menguji
keabsahan data yang diperoleh. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
di Madrasah Mu’allimaat memerlukan kerjasama yang baik antara staf
pimpinan, guru, musrifah dan pamong supaya tercapai tujuan dari bimbingan
itu sendiri.
Selain itu skripsi Nurul Ainna, dengan judul “Efektivitas Kerjasama
antara Guru BK dengan Guru PAI dalam Mengatasi Kenakalan Remaja
(Studi Kasus Tiga SMA di Ambarawa)”.58
Penelitian ini menggunakan
metode penelitian lapangan (field Research) yang bersifat deskriptif kualitatif.
Pengumpulan datanya menggunakan observasi, angket, wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas kerjasama
antara guru BK dengan guru PAI dalam mengatasi kenakalan remaja dari
ketiga SMA di Ambarawa, semuanya memiliki rata-rata tingkat kenakalan
yang rendah, selain itu tingkat efektivitas kerjasama antara guru BK dengan
guru PAI juga rendah atau kurang efektif.
Setelah melakukan penelitian yang relevan penulis belum menemukan
penelitian yang membahas tentang Efektivitas Program Bimbingan dan
Konseling dalam Mengatasi Kenakalan Santriwan/ti (Studi Kasus di Pondok
Pesantren Modern Daarul Uluum 1 Bantarkemang Bogor). Yang dilakukan
dalam penelitian ini, yaitu: pertama, peneliti mewawancara atau berdiskusi
57 Renti Yasmar, “Bimbingan dan Konseling terhadap Siswi Bermasalah di Madrasah
Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta”, Skripsi pada Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Yogyakarta, 2009.
58 Nurul Ainna, “Efektivitas Kerjasama antara Guru BK dengan Guru PAI dalam Mengatasi
Kenakalan Remaja (Studi Kasus Tiga SMA di Ambarawa)”, Skripsi pada Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, 2013.
46
dengan pengembang program BK Pondok Pesantren Daarul Uluum 1
Bantarkemang Bogor, kedua, peneliti melakukan observasi pada santriwan/ti
serta memberikan angket berupa pertanyaan tentang bimbingan dan konseling
terhadap keseharian mereka di Pondok Pesantren Daarul Uluum 1
Bantarkemang Bogor. Dengan demikian agar mendapatkan keabsahan data.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari dua penggalan kata, yaitu “hypo” yang artinya
“dibawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Dari dua kata tersebut,
hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.59
Hipotesis penelitian ini adalah:
H0: Program bimbingan dan konseling dalam mengatasi kenakalan santriwan
dan santriwati di Pesantren Modern Daarul Uluum 1 Bogor belum efektif.
H1: Program bimbingan dan konseling dalam mengatasi kenakalan santriwan
dan santriwati di Pesantren Modern Daarul Uluum 1 Bogor sudah efektif.
59 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), h. 71.
47
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Rencana waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini
mulai dari bulan April-Mei 2017. Lokasi penelitian ini di Pondok Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor. Bertempat di Jl. Durian Raya
No.76 Bantarkemang Kota Bogor 16143. Waktu pelaksanaan penelitian
lapangan (penyebaran angket) dilakukan pada semester genap pada bulan
April-Mei Tahun Ajaran 2016/2017.
B. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai efektivitas
program bimbingan dan konseling dalam mengatasi kenakalan santriwan dan
santriwati di Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang
Bogor.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif. Penelitian Deskriptif merupakan dasar bagi semua penelitian yang
dapat dilakukan secara kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik,
sehingga dapat mendeskripsikan atau memberikan gambaran sejelas mungkin
tanpa adanya perlakuan terhadap objek yang diteliti.1 Dalam hal ini peneliti
akan mendeskripsikan atau memberikan gambaran mengenai efektivitas
program bimbingan dan konseling dalam mengatasi kenakalan santriwan/ti di
Pesantren Modern Daarul Uluum I Banterkemang Bogor.
Adapun Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan (field
research) merupakan langkah terpenting karena akan diperoleh data-data
yang akan diolah untuk memperoleh data jawaban dan kesimpulan yaitu
dengan mengadakan penelitian secara langsung di Pondok Pesantren Modren
Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor.
1 Moh. Nazir, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Bandung: Ghalia Indonesia, 2009), h. 63.
48
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang,
peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara
berencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.
Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih
untuk sumber data2
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Sedangkan menurut
Sugiyono Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak murid MTs dan MA
Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor yang
berjumlah 242 orang.
2. Sampel
Riduwan mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi”.4
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai
sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Dalam kaitannya
dengan penarikan sampel, Suharsimi mengatakan “Apabila subjeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjek besar,
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Karena dalam
penelitian ini subjeknya lebih dari 100 orang, maka penulis mengambil
sampelnya sebanyak 20% dari jumlah populasi dengan perhitungan (20 x
242) : 100 = 48 orang.
Teknik sampling atau pengambilan sampel ini dapat menggambarkan
populasi sebenarnya. Untuk teknik sampling, penulis menggunakan
2 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2004) h.53-54.
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi VI, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2006), h.130.
4 Riduwan, Metode dan Teknik Penyusunan Tesis. (Bandung: Alfabeta, 2010), h.56.
49
sampel random, atau sampel acak, atau sampel campur. Dengan demikian,
peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh
kesempatan dipilih menjadi sampel yang tidak mengistimewakan satu atau
beberapa subjek untuk dijadikan sampel.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.1 Pengambilan Sampel
NO KELAS POPULASI SAMPEL (20%)
1 VII 50 10
2 VIII 44 9
3 IX 43 9
4 X 41 8
5 XI 32 6
6 XII 32 6
JUMLAH 242 48
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan sebagai bahan
kajian, peneliti mencoba menggunakan beberapa teknik/metode pengumpulan
data. Moh. Nazir mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan
alat-alat ukur yang diperlukan untuk melaksanakan suatu penelitian.5 Data
yang dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi
lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang
diteliti. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejela yang tampak pada objek yang dilakukan terhadap objek
untuk memperoleh gambaran umum tentang kondisi di lokasi penelitian
serta mengamati lingkungan sekolah. Maka penulis akan melakukan
pengamatan dan pencatatan terhadap segala hal yang berkaitan dengan
penelitian, mulai dari profil tempat penelitian, program BK, dsb.
5 Nazir, op. cit., h. 174.
50
2. Angket
Angket (kuesioner). Angket atau kuesioner secara umum sering
disebut daftar pertanyaan. Menurut Moh. Nazir kuesioner adalah daftar
pertanyaan yang cukup terperinci dan lengkap.6 Jenis angket yang
digunakan adalah angket tertutup, yaitu responden diberi sejumlah
pertanyaan yang menggambarkan hal-hal yang ingin diungkapkan dari
variabel-variabel yang disertai alternatif jawaban. Kuesioner menggunakan
skala likert, skala ini berhubungan dengan pertanyaan tentang sikap
seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak
senang, baik-tidak baik. Dengan rumusan sebagai berikut: 7
Tabel 3.2 Skala Likert
Bobot Kategori
5 Sangat Penting/Sangat Puas
4 Cukup Penting/ Cukup Puas
3 Penting/Puas
2 Tidak Penting/Tidak Puas
1 Sangat Tidak Penting/Sangat Tidak Puas
Dengan menggunakan skala likert 5 poin. Skala ini digunakan dengan
cara memberikan daftar pertanyaan pada responden, dengan menjawab
berdasar tingkatan jawaban yang tersedia. Mulai dari sangat setuju, setuju,
ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju.
Koesioner ini diberikan oleh peneliti kepada siswa MTs dan MA
Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor, dengan
maksud untuk mengetahui bentuk bimbingan dan konseling yang disukai
oleh responden dan untuk mengetahui pengaruh kegiatan bimbingan
konseling dalam mengatasi kenakalan santriwan dan santriwati.
6 Ibid., h. 203.
7 Husein Umar, Metodelogi Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), h. 70
51
3. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan
menggunakan komunikasi langsung yang dilakukan pewawancara kepada
kepala sekolah dan guru bimbingan konseling yang bertujuan untuk
mengetahui program bimbingan dan konseling yang ada di Pondok
Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel yang diteliti
Variabel bebas : Program Bimbingan Konseling
Variabel terikat : Kenakalan Santriwan/ti (Studi Kasus di Pondok
Pesantren Modern Daarul Uluum 1 Bantarkemang Bogor)
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa yang menjadi sampel
penelitian, guru mata pelajaran BK, dan peneliti.
3. Instrumen penelitian
Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi mengenai hal-hal
yang ingin dikaji dalam penelitian, maka dibuat seperangkat instrumen.
Adapun instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
instrumen tes dan instrumen non tes sebagai berikut:
Tabel 3.3 Instrumen Penelitian
NO VARIABEL INDIKATOR NO SOAL JUMLAH
1 Program Bimbinan dan
Konseling
- Program Bimbingan dan Konseling
- Jenis Bimbingan dan Konseling
- Tujuan Bimbingan dan Konseling
- Prinsip Bimbingan dan Konseling
- Fungsi Bimbingan dan Konseling
- Petugas Bimbingan dan Konseling
- Kode Etik Bimbingan dan Konseling
- Langkah Bimbingan dan Konseling
1-16
17-20
21
22-27
28-32
33-52
53-63
64-66
16
4
1
6
5
20
11
3
52
2 Kenakalan Remaja
(Santriwan/ti)
- Macam-macam Kenakalan
- Karakteristik Kenakalan Remaja
- Faktor yang Mempengaruhi
Kenakalan Remaja
- Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
67-71
72-75
76-81
82-87
5
4
6
6
3 Efektivitas - Aspek Efektivitas 88-92 5
Jumlah 92
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam
suatu daftar pertanyaan. Validitas mengukur sejauh mana suatu alat ukur
itu mengukur apa yang ingin anda ukur. Sehingga dapat dikatakan mampu
memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti. Kriteria dari
validitas yaitu bila koefisien korelasi masing-masing pertanyaan dengan
nilai Corrected Item Total Correlation lebih besar atau sama dengan r
tabel. Maka, instrumen dinyatakan valid.
Sedangkan reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau
keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Setiap alat ukur
seharusnya memberikan hasil pengukuran yang konsisten.8 Menurut
Ghazali Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha lebih
besar dari 0,5.9
2. Importance Performance Analysis (IPA)
Importance Performae Analysis (IPA) adalah sebuah metode untuk
memetakan tingkat kepentingan atas kinerja tertentu dari sebuah produk.
Kemudian tingkat kepentingan tersebut dipetakan dalam diagram kartesius
yang disebut Matriks IPA.10
Menurut Basri analisis kuadran atau
8 Ibid., h. 58
9 Arif Fadilah, “Efektivitas Program Pendistribusian Dana Zakat di BAZNAS Kota Bogor”,
Skripsi pada Universitas Djuanda Bogor. Bogor, 2015, h. 49, tidak dipublikasikan.
10 Nur Cahya, “Efektifitas Sosialisasi Asuransi Syariah PT. PRU Syariah Bogor (Studi pada
Pasar di Bogor)”, Skripsi pada Universitas Djuanda Bogor. Bogor, 2014, h. 48, tidak
dipublikasikan.
53
Importance Performance Analysis (IPA) merupakan teknik analisis
deskriptif yang pertama kali diperkenalkan oleh John A. Martilla dan John
C. James pada tahun 1977.11
Dalam penelitian ini, teknik Importance
Performance Analysis (IPA) bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh
mana efektifitas program bimbingan dan konseling dalam mengatasi
kenakalan santriwan/ti di Pesantren Modern Daaarul Uluum I Bogor,
sehingga Pesantren tersebut dapat mengetahui seberapa besar efektifitas
program-program bimbingan dan konseling yang ada.
Analisis kuadran atau Importance Performance Analysis (IPA) ini
mengaitkan antara tingkat kepentingan (importance) suatu atribut yang
dimiliki obyek tertentu dengan kenyataan (performance) yang dirasakan
oleh pengguna. Dalam penelitian ini, tingkat kepentingan (importance)
yang ditujukan adalah program BK yang ada di Pesantren Modern Daarul
Uluum I Bogor, sedangkan kenyataan (performance) adalah implementasi
program BK yang telah dilaksanakan dalam teknik IPA ini dapat dilakukan
dengan menggabungkan faktor (klausul) program BK dan tingkat
implementasi yang telah dilaksanakan dalam grafik dua dimensi yang
memudahkan penjabaran data. Grafik IPA menurut Supranto dibagi
menjadi empat buah kuadran berdasarkan hasil pengukuran Importance
Performance Analysis sebagaimana terlihat pada gambar 3.1 berikut ini.12
A
B
C D
Gambar 3.1 Diagram Kartesius
Supranto menjelaskan interpretasi masing-masing kuadran pada
gambar 3.1 sebagai berikut:
11 Arif Fadilah., op. cit., h. 49
12
Cahya. Op. cit., h. 49
Tingkatkan
Kinerja Pertahankan
Kinerja
Prioritas
Rendah
Cenderung
Berlebihan
Sangat Penting
Kurang Penting Rendah Persepsi/Kinerja Aktual Tinggi
Har
apan
/Kep
enti
ng
an
54
a. Kuadran A, Tingkatkan Kinerja (high importance & low performance)
Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai faktor
yang sangat penting oleh Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor.
Namun program BK tersebut kurang dari yang diharapkan sehingga
guru BK berkewajiban mengimplementasikan BK melalui program
yang efektif untuk meningkatkan efektifitas program BK, berbagai
faktor tersebut yang terletak pada kuadran ini merupakan prioritas
untuk ditingkatkan.
b. Kuadran B, Pertahankan Kinerja (high importance & high
performance)
Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai faktor
penunjang sehingga guru BK berkewajiban untuk memastikan program
BK yang dibuat dan diimplementasikannya dapat terus
mempertahankan efektivitas yang telah dicapai.
c. Kuadran C, Prioritas Rendah (low importance & low performance)
Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini mempunyai tingkat
kepentingan yang rendah dan sekaligus dianggap tidak perlu
memprioritaskan atau terlalu memberikan perhatian pada faktor-faktor
tersebut.
d. Kuadran D, Cenderung Berlebihan (low importance & high
performance)
Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini dianggap tidak terlalu
penting sehingga guru BK perlu mengimplementasikan program BK
dari faktor-faktor tersebut kepada faktor-faktor lain yang mempunyai
prioritas penanganan efektifitas program lebih tinggi yang masih
membutuhkan peningkatan.
Rumus yang digunakan dalam IPA adalah sebagai berikut:
Tki = Xi
= X 100% Yi
Keterangan:
TKi = Tingkat kesesuaian responden
55
Xi = Skor penelitian tingkat kinerja/kepuasan
Yi = Skor penilaian kepentingan13
3. Analisis Efektivitas Program BK dalam Mengatasi Kenakalan Santriwan/ti
di Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor dengan Customer
Statisfaction Index (CSI)
Menurut Andi metode analisis CSI ini bertujuan untuk mengukur dan
mengetahui sejauh mana kepusan responden terhadap kinerja atau
kenyataan yang telah dilakukan oleh Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bogor. CSI merupakan alat analisis yang bertujuan untuk mengetahui
kepuasan responden. Analisis CSI ini di mulai dengan menentukan Mean
Importance Score (MIS) dan Mean Satification Score (MSS). Cara untuk
untuk menentukan CSI ini adalah sebagai berikut:
a. MIS, didapatkan dari rata-rata, dari tingkat harapan dibagi dengan
jumlah responden.
b. MSS, didapatkan dari rata-rata, dari tingkat kenyataan atau kinerja
dibagi dengan jumlah responden.
c. WF, didapatkan dengan cara menghitung nilai MIS perfaktor dibagi
dengan total MIS seluruh atribut.
d. WS, didapatkan dari mengalikan WF dengan MSS.
e. CSI, didapatkan dari menjumlahkan seluruh faktor WS atau disebut
dengan WT dan membaginya dengan skala nominal 5 dikalikan
100%.14
Tabel 3.4 Kriteria Nilai CSI
No. Indeks CSI Parameter
1 90,01 – 100% Excellent
2 70,01 – 90,00% Statisfied
3 50,01 – 70,00% Average
4 25,01 – 50,00% Unstatisfied
5 0 – 25,00% Very Unstatisfied
13 Ibid., h. 48-49
14
Ibid., h. 50-51
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bogor
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor
Pada awalnya Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor
adalah majelis pengajian agama di sebuah mushalla kecil yang didirikan
oleh KH Elon Syuja’i di kampung halamannya, Bantarkemang, Bogor
sejak tahun 1960-an. Dari waktu ke waktu para santri yang belajar agama
kepadanya semakin bertambah banyak. Nama Mu’allim Elon, demikian
KH Elon Syuja’i sering dipanggil, semakin dikenal banyak orang. Santri-
santri dari luar daerah pun mulai banyak berdatangan untuk turut belajar
kepadanya.
Semakin banyaknya santri dari luar daerah yang datang belajar
mengharuskan KH Elon Syuja’i menyiapkan tempat-tempat penampungan
untuk mereka menginap. Pada masa inilah asrama-asrama santri, walaupun
masih sangat sederhana, mulai dibangun secara gotong royong. Pada masa
ini pulalah majelis pengajian Mu’allim Elon ini mulai menampakkan
dirinya sebagai sebuah lembaga pesantren yang sesungguhnya. Atas usul
para santrinya, komunitas pengajian ini kemudian diberi nama “Pondok
Pesantren Sukamanah”. Sukamanah yang berarti “tentram”, diambil dari
nama salah satu pesantren di Tasikmalaya, tempat di mana KH Elon
Syuja’i pernah menimba ilmu.
Beberapa tahun kemudian, Pesantren Sukamanah berubah nama
menjadi “Pondok Pesantren As-Syuja’iyyah”. Perubahan nama inipun
dilakukan atas usul para santrinya untuk mengokohkan posisi dan nama
pendirinya, yaitu Elon Syujai. “As-Syuja’iyyah” diambil dari “Syujai”
yang berarti “keberanian”. Pada periode awal ini, Pondok Pesantren As-
Syuja'iyyah lebih banyak memfokuskan diri kepada pengajaran ilmu-ilmu
57
keagamaan. KH Elon Syuja'i menjadi guru utama yang waktunya nyaris
habis selama 27 tahun lebih untuk mengajar para santri. Namun demikian,
di sela-sela waktunya, KH Elon Syuja’i masih menyempatkan diri
mengurus dan mengembangkan beberapa unit usaha komersial bersama
beberapa sahabatnya. Di antara unit-unit usaha yang dikembangkannya
adalah kerajinan kopiah dan pertanian. Untuk kerajinan kopiah, merk
dagang kopiah “Haji Iming” sangat terkenal di wilayah Bogor pada
masanya.
Dalam perkembangannya kemudian, semangat kewirausahaannya ini
ditularkan kepada santri-santrinya. Dengan demikian, selain mendalami
ilmu-ilmu keagamaan, para santri di Pondok Pesantren As-Syuja’iyah pun
belajar skill kewirausahaan dan sekaligus mempraktekkannya. Di sela-sela
waktu belajar, para santri sering kali dilibatkan dalam pengurusan usaha
kerajinan kopiah serta penggarapan lahan-lahan pertanian yang
dimilikinya. Di bidang pertanian, harapan KH Elon Syuja’i bahkan
berkembang lebih jauh lagi. Ia menginginkan pesantren yang diasuhnya
dikembangkan menjadi sebuah pesantren politeknik dengan konsentrasi
agribisnis. Para lulusan pesantrennya diharapkan menjadi orang-orang
yang memiliki pengetahuan agama yang dalam sekaligus memiliki skill
dan keahlian yang memadai, khususnya di bidang pertanian.
Untuk memuluskan cita-citanya, KH Elon Syuja’i banyak bersahabat
dan bertukarpikiran dengan tokoh-tokoh IPB (Institut Pertanian Bogor)
serta para mahasiswanya. Tidak terkecuali beberapa tokoh LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat) di sekitar Kota Bogor. Mereka banyak dilibatkan
dalam rencana pengembangan program pesantren politeknik ini. Terlihat
di sini bahwa KH Elon Syuja’i adalah seorang ulama yang sangat terbuka
menerima ide-ide segar pengembangan pesantren dari siapapun juga.
Baginya, pesantren haruslah menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam
konprehensif. Di dalamnya, para santri tidak saja mendalami ilmu-ilmu
keagamaan, tetapi juga sains, teknologi, dan keterampilan kemasyarakatan
58
yang memadai. Dialog-dialog intensif sangat sering dilakukan oleh KH
Elon Syuja’i sehingga pesantren yang dipimpinnya itu, tanpa disadari, juga
menjadi tempat berkumpulnya para tokoh dengan latar belakang yang
berbeda-beda.
Semua visi KH Elon Syuja’i itu kemudian mengerucut ke dalam satu
rencana besar untuk mendirikan sebuah pesantren politeknik dengan
konsentrasi agribisnis sebagaimana telah disebutkan di atas. Untuk
memuluskan rencananya itu, langkah awal yang dilakukan oleh KH Elon
Syuja’i adalah merubah nama Pesantren As-Syuja’iyah dan menata seluruh
unsur kelembagaan yang ada di dalamnya. Hal itu mulai dilakukan pada 26
Juli 1971 saat pesantren yang dipimpinnya ini resmi berbadan hukum
yayasan. Nama Pesantrennya itupun secara resmi berubah menjadi
“Yayasan Pesantren Ilmu-Ilmu Pertanian (YPIP) Daarul Uluum”.
Beberapa tokoh penting di Kota Bogor yang mendukung visi besarnya itu
kemudian dilibatkan sebagai pengurus-pengurus inti yayasan.
Nama As-Syuja’iyah diganti menjadi Daarul Uluum karena beberapa
pertimbangan: pertama, untuk menghilangkan kesan terlalu
mengkultuskan pribadi. Pesantren ini adalah milik ummat Islam, bukan
milik KH Elon Syuja’i secara pribadi karena ia sudah mewakafkannya.
Kedua, “Daarul Uluum” yang berarti “istana pengetahuan” lebih mewakili
apa yang menjadi spirit dan visi KH Elon Syuja’i sendiri. Tidak cukup
sampai di situ, KH Elon Syuja’i bahkan meminta seorang insinyur untuk
membuatkan site plane rencana pendirian Komplek Pesantren Politeknik
Daarul Uluum di atas tanahnya yang lain seluas 2 hektar. Tanah tersebut
adalah warisan dari orang tuanya yang berjarak 2 kilometer dari lokasi
pesantren yang sudah ada.
Sambil menanti datangnya kesempatan yang baik untuk
merealisasikan pesantren politektik tersebut, KH Elon Syuja’i, bersama
dengan menantunya, Drs. Achmad Dimyati, melakukan perombakan
kembali atas sistem pendidikan di Daarul Uluum pada tahun 1983. Sistem
59
dan kurikulum pendidikan yang menjadi standar pemerintah mulai
diterima dan masuk ke dalam sistem pendidikan pesantren. Untuk
diketahui, sebelum perubahan ini, Pesantren Daarul Uluum masih
menganut sistem pendidikan yang murni “salafi”. Santri datang ke pondok
hanya untuk tinggal dan belajar agama (ditambah sesekali mengikuti
pendidikan kewirausahaan). Kebanyakan santri merangkap belajar di
sekolah-sekolah formal, seperti SMP, SMA, MTs, MA, STM, atau bahkan
sambil kuliah di beberapa perguruan tinggi.
Sistem pendidikan semacam tersebut di atas kemudian dirubah total.
Kurikulum sekolah-sekolah pemerintah (khususnya tingkat MTs dan MA)
dipadukan dengan kurikulum salafi yang sudah berjalan selama ini.
Pendidikan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris ditonjolkan dengan cara
mengadopsi pula sebagian kurikulum pendidikan dari Pesantren Modern
Daarussalam, Gontor, Ponorogo, dan Pondok Pesantren Daar El-Qalam,
Balaraja, Tangerang. Guru-guru dari kedua pesantren tersebut banyak
didatangkan untuk membantu pengajaran Bahasa Arab dan Inggris.
Kurikulum semacam tersebut di atas terus berlaku sampai saat ini, dengan
beberapa penajaman di berbagai sisi sesuai dengan perkembangan yang
terjadi di masa berikutnya. Sementara itu, gagasan pembangunan komplek
pesantren politeknik masih belum menemukan jalannya sampai, akhirnya,
KH Elon Syuja’i wafat pada tanggal 5 April 1990 dan kepemimpinan
pesantren berganti ke generasi berikutnya.
Wafatnya KH Elon Syuja’i menimbulkan guncangan psikologis yang
sangat besar, tidak saja di kalangan pengurus dan penghuni pesantren,
tetapi juga di kalangan masyarakat secara umum. Keguncangan terjadi
karena begitu kuatnya pengaruh dan kharisma almarhum selama hidupnya
di banyak sendi kehidupan pesantren dan masyarakat. Situasi itu diperberat
lagi dengan menyusul wafatnya anak tertua KH Elon Syuja’i, Abdul Latif,
setahun kemudian. Penghuni dan masyarakat di sekitar pesantren seperti
menjadi “pohon besar yang tiba-tiba kehilangan akarnya”.
60
Kelembagaan pesantren baru kokoh kembali saat generasi kedua dan
ketiga merapatkan diri dan secara bersama melakukan reorientasi dan
reformasi pesantren agar apa yang menjadi cita-cita almarhum dapat terus
diperjuangkan. Visi dan arah perjalanan lembaga pun disegarkan dan
dibangun kembali. Daarul Uluum akan diarahkan ke depan untuk secara
konsisten memerankan dirinya sebagai pusat kegiatan pendidikan,
kaderisasi, dan pemberdayaan masyarakat, khususnya ummat Islam. Di
bidang pendidikan, pesantren akan terus menyempurnakan sistem dan
kurikulum pendidikannya agar dapat melahirkan lulusan-lulusan yang
memiliki moralitas luhur (al-Akhlaq al-Karimah) serta memiliki skill dan
keterampilan yang cukup untuk dapat memberdayakan diri dan
masyarakatnya. Manusia-manusia yang bermoral luhur, berpengetahuan
luas, dan berskill baik (al-Insan al-Kamil) hanya dapat dibentuk dalam
suatu sistem pendidikan “nabawi” yang sepenuhnya bersandarkan kepada
ajaran-ajaran luhur Islam.
Di bidang pemberdayaan masyarakat, pesantren akan terus mereposisi
perannya agar masyarakat dapat merasakan langsung sentuhannya dalam
mengangkat harkat dan martabat hidup mereka. Secara bertahap, pesantren
akan semakin memantapkan kelembagaan aksi-aksinya di bidang sosial,
ekonomi, politik, hukum, seni, dan budaya. Saat ini unit kegiatan utama
Yayasan Pesantren Daarul Uluum adalah program pendidikan MTs-MA
Terpadu yang bertempat di Kampus 1 Kelurahan Baranangsiang Kota
Bogor, dan SMP-SMA Terpadu yang bertempat di Kampus 2 Desa Nagrak
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor.1
1 Hasbulloh, dkk. Wawasan Pesantrenan, Buku Panduan Masa Pengenalan Pondok, (Bogor :
Daarul Uluum Press, 2015), h. 29.
61
2. Profil Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor
a. Nama Yayasan : Yayasan Pesantren Daarul Uluum
b. Alamat Yayasan : Jalan Sukaraja-Nagrak Km 1
Desa Nagrak Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Bogor - Jawa Barat
c. Akta Pendirian
Notaris : Supiah Nurbaiti, SH
Nomor : 6
Tanggal : 2 Agustus 2006
d. Nama Ketua Pengurus : KH. NASRUDIN LATIF
e. Nomor Pokok Wajib Pajak : 02.595.019.7-404.000
f. Sumber Pembiayaan Operasional :
1. Iuran Siswa
2. Yayasan
3. Zakat, Infaq, Shadaqah
4. Bantuan Lainnya2
3. Visi Misi Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor
Dalam sebuah organisasi atau suatu lembaga, visi dan misi merupakan
sebuah kunci utama untuk menjalankan segala kegiatan dalam
organisasi/lembaga tersebut. Visi dan misi berada dalam urutan paling atas
sebelum perencanaan dalam organisasi. Berikut adalah visi dan misi
Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor.
a. Visi : Menjadi lembaga pendidikan Islam terpadu yang unggul, sehat,
berdisiplin untuk melahirkan pelajar-pelajar muslim yang ahli fikir dan
ahli dzikir serta berwawasan global.
2 Sumber : Arsip Kesekretariatan Pondok Pesantren Modren Daarul Uluum I Bantarkemang
Bogor Tahun Ajaran 2016-2017
62
b. Misi : Untuk mencetak Alumni-alumni yang:
1) Senantiasa Istiqomah menjalankan seluruh ajaran-ajaran luhur Islam
serta senantiasa menjunjung tinggi al-akhlaq al-karimah.
2) Cerdas, kreatif, mandiri, bertanggung jawab, berkesadaran sosial
tinggi.
3) Menguasai secara aktif bahasa Arab sebagai bahasa ilmu dan bahasa
persatuan dunia Islam, serta bahasa Inggris sebagai bahasa ilmu
bahasa komunikasi internasional.
4) Menguasai skill kependidikan sehingga senantiasa dapat
memerankan fungsi pendidik, pemimpin, dan penjaga nilai-nilai
Islam di tengah mayarakat.
5) Menguasai dasar-dasar pengembangan sains dan teknologi sehingga
senantiasa dapat mengikuti perkembangan dunia yang selalu berubah
dengan cepat.3
4. Keadaan Guru dan Siswa Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bogor
a. Data Keadaan Guru/Karyawan
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Pondok Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bogor dibina oleh Kepala Sekolah Madrasah
Aliyah dan Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah, dengan 43 Tenaga
Pengajar beserta staf Tata Usaha dan lainnya. Untuk lebih lengkapnya,
dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 4
3 Hasbulloh, dkk., op. cit., h. 48.
4 Sumber : Arsip Kesekretariatan Pondok Pesantren Modren Daarul Uluum I Bantarkemang
Bogor Tahun Ajaran 2016-2017
63
Tabel 4.1
Data Keadaan Tenaga Pengajar dan Karyawan
Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor
Tahun Ajaran 2016-2017
No Nama Pendidikan Jabatan Bidang Studi
1 Abdullah Abbas, S.Pd.I S1 Guru Tafsir, Aqidah
Akhlak. Ulumul
Qur’an
2 Abdul Rasyid, M.H.I S2 Guru Fiqih, Tarbiyah
3 Abdul Rosyid, M.Pd S2 Guru dan Kepala
Sekolah MTs
Tafsir
4 Aep Saepuddin Diploma Guru dan Penasehat Matematika, Faraid
5 Dede Latifah, S.Ag. S1 Guru/Ketua Bidang
Asrama
Bahasa Indonesia
6 Dasep Angga, S.Pd S1 Guru/Wali Kelas Penjaskes dan
Kesenian
7 Euis Laela, S.Pd S1 Guru Bahasa Inggris
8 Harun Al-Rasyid, Mpd. S2 Guru Bahasa Arab, Nahu
Sharf
9 Hamdi Gunawan, M.Pd. S2 Guru Bahasa Inggris,
Gramar
10 Hasbulloh, SE., MA., Ek. S2 Guru dan Kepala
Sekolah MA
TIK, Ekonomi
11 Dra. Zurhaya Dra Guru Matematika
12 Ihsan Muharrik, S.Kom S1 Guru dan Ketua
Laboratorium
Komputer dan IPA
Fisika, Matematika
13 Iqbal Harafa, S.Ag S1 Direktur Pesantren Balagah, Tarjamah
14 Lukman, S.H.I S1 Guru Aqidah Akhlak
15 Lulu Zahrah, S.Ps.I S1 Guru BK Bimbingan
Konseling,
Sosiologi
16 Matroni, S.Pd S1 Guru Hadits, Ulumu
Hadits
17 Mukholil, S.Ag S1 Guru Bahasa Arab, Insya
18 Nasrudin Ghozali SE. M.Pd S2 Guru TIK, Ekonomi,
Biologi
19 Nining Sartika, S.Pd. S1 Guru/Wali Kelas SKI, IPS
20 Rizal Azizi, S.Pd S1 Kepala TU Sejarah, Bahasa
Inggris
21 Syahidin, S.H.I S1 Guru/Wali Kelas Fiqih, Sejarah Islam
22 Maesaroh Anwar, S.Pd. S1 Guru dan Kabid
Kurikulum
Tarjamah, Insya dan
Tamrinat
64
23 Tabroni, S.Pd S1 Guru Sejarah
24 Uun Unairoh, S.Pd. S1 Guru Bahasa Indonesia
25 Lenny Wulandari, S.E. S1 Wakabid TU -
26 Zahroh Zakiyah, S.Ag S1 Guru Mutholaah dan
Mahfudzot
27 Fikri Azis, S.Pd.I S1 Guru dan Pembina
OSIS
Penjaskes
28 Siti Nurohmah Lanjut Studi Guru/Wali Kelas IPA
29 Fauzi Ba’ats Diploma Wakil Direktur
Pesantren
-
30 Edi Sofyan SLTA Guru Pencak Silat
31 Alphi Parati MA Staf Administrasi -
32 Debinair Lilianita Lanjut Studi Guru/Wali Kelas Bahasa Inggris
33 Dr. Suharti S1 Kepala Klinik
Pesantren
-
34 Rizki Hakiki El-Yasier, S.Pd.I S1 Guru/Wali Kelas Tauhid
35 Inayatoel Samsiah, S.Ag S1 Guru Bahasa Arab
36 Harakatullael Rodhiyya, S.Pd.I S1 Guru/Wali Kelas Qur’an Hadits
37 Wahyu Cahyono Lanjut Studi Guru/Wali Kelas dan
Kepala Bagian
Pramuka
IPS
38 Agus Setiawan Lanjut Studi Staf Bidang Sarana
dan Prasarana
-
39 Siti Kholisoh Lanjut Studi Guru/Wali Kelas Fiqih
40 Sarah Sayyidah Lanjut Studi Staf TU -
41 Zaenudin Ihsan Lanjut Studi Staf Administrasi -
42 Danil Fazriansyah Lanjut Studi Wakabid Kurikulum IPA
43 Yaser Arusyi, ST S1 Kabid Sarana dan
Prasarana
-
b. Data Keadaan Santri Tahun 2016-2017
Berdasarkan data keadaan santri Pondok Pesantren Daarul Uluum
bahwa jumlah siswa pada Tahun Pelajaran 2016-2017 sebanyak 242
santriwan dan santriwati, dengan perincian pada tabel dibawah ini: 5
5 Sumber : Arsip Kesekretariatan Pondok Pesantren Modren Daarul Uluum I Bantarkemang
Bogor Tahun Ajaran 2016-2017
65
Tabel 4.2
Data Keadaan Santri Tahun Ajaran 2016-2017
Kelas Jumlah
VII 50
VIII 44
IX 43
X 41
XI 32
XII 32
Jumlah 242
c. Data Pelanggaran Santri Tahun 2016-2017
Berdasarkan data pelanggaran santri Pondok Pesantren Daarul Uluum
bahwa jumlah santri yang melanggar pada Tahun Pelajaran 2016-2017
dengan perincian pada tabel dibawah ini: 6
Tabel 4.3
Data Pelanggaran Santri Tahun Ajaran 2016-2017
Semester I
KELAS KABUR MEROKOK MENCURI BERKELAHI BOLOS
SEKOLAH
JUMLAH
VII 8 - - 1 6 15
VIII 5 - 1 2 6 14
IX 8 - 1 4 7 20
X 5 3 - - 5 13
XI 2 3 1 2 5 13
XII 2 3 2 2 5 14
Jumlah 30 9 5 11 34 89
6 Sumber : Arsip Kesekretariatan Pondok Pesantren Modren Daarul Uluum I Bantarkemang
Bogor Tahun Ajaran 2016-2017
66
Semester II
KELAS KABUR MEROKOK MENCURI BERKELAHI BOLOS
SEKOLAH
JUMLAH
VII 5 - - 1 5 11
VIII 2 - 1 2 3 8
IX 3 - 1 2 3 9
X 2 3 - - 5 10
XI 2 2 1 2 4 11
XII 2 3 2 2 4 13
Jumlah 16 8 5 9 24 44
5. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bogor
Untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan, perlu ditunjang
oleh berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana
Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor dapat dilihat pada tabel
dibawah ini: 7
Tabel 4.4
Data Keadaan Sarana dan Prasarana
Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor
NO JENIS JUMLAH KEADAAN
1 Kantor Yayasan 1 Unit Baik
2 Ruang Kelas 10 Unit Baik
3 Ruang Kamad 2 Unit Baik
4 Ruang Guru 2 Unit Baik
5 Ruang Tata Usaha 1 Unit Baik
6 Laboratorium 2 Unit Baik
7 Perpustakaan 1 Unit Baik
8 Ruang Seni/Studio 1 Unit Baik
9 Ruang BK 1 Unit Baik
7 Sumber : Wawancara dengan Kabid Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Daarul Uluum I
Bogor, Ustadz Yaser Arusyi, ST, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 14.00 WIB.
67
10 Klinik 1 Unit Baik
11 Aula Serbaguna 2 Unit Baik
12 Masjid 1 Unit Baik
13 Koperasi 1 Unit Baik
14 Kantor Osis 1 Unit Baik
15 Rumah Dinas Kamad 1 Unit Baik
16 Asrama Guru 6 Unit Baik
17 Asrama Santri 15 Unit Baik
18 Lapangan Serbaguna 1 Unit Baik
6. Susunan Organisasi Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bogor
Pengasuh dan Pembina Pondok Pesantren : KH. Aep Saepudin
Drs. Kyai Nasrudin Latief
Ketua Yayasan Pondok Pesantren : Drs. Kyai Nasrudin Latief
Direktur Pondok Pesantren : Iqbal Harafa, S.Ag
Wakil Direktur Ponpes : Fauzi Ba’ats
Kepala Sekretariat Ponpes/Kamad MA : Hasbulloh, SE., MA., Ek.
Kamad MTs : Abdul Rosid, S.Pd.I., M.Pd
Kabid Keuangan Ponpes : Rizal Azizi, S.Pd
Kabid Kurikulum Ponpes : Siti Maisaroh Anwar, S.Pd.I
Kabid Kesiswaan Ponpes : Fikri Aziz, S.Pd.I
Kabid Sarana dan Prasarana Ponpes : Yaser Arusyi, ST
Kabid Laboratorium Ponpes : Ihsan Muharrik, S.Kom
Kabid Ibadah, Tahfizh, dan Tilawah : Syahidin, S.HI
Kabid Asrama : Dede Latifah, S.Ag
Kabid Pramuka : Wahyu Cahyono8
8 Sumber : Wawancara dengan Sekretaris Direktur Pondok Pesantren Daarul Uluum I Bogor,
Hasbulloh, SE., MA., Ek., pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 17.00 WIB.
68
7. Prestasi Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor
Prestasi sekolah dapat diartikan sebagai penilaian hasil belajar dari
proses kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
dicapai oleh setiap siswa dalam periode selama masih dalam bangku
sekolah sehingga dapat membawa perubahan baik dari segi kognitif,
afektif, dan psikomotorik yang dinyatakan dalam angka menurut
kemampuan siswa dalam mengerjakan tes pelajaran. Bila demikian halnya,
prestasi sekolah dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu
dapat memberikan kepuasan pada bangku sekolah. Berikut adalah prestasi
yang pernah dicapai oleh Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bogor tahun 2016 - 2017:
a. Juara II Pos Wide Game Tingkat SMA/MA Se-Jabodetabek di Bogor
Utara (Pon-Pen Al-Inayah).
b. Juara I Pionering Tingkat SMA/MA Se-Jabodetabek di Bogor Barat
(MAN 1 Bogor).
c. Juara III Pidato Bahasa Arab Tingkat SMA/MA di Universitas
Djuanda Bogor
d. Juara I Pionering Tingkat MTs/SMP Se-Jabodetabek di Bogor Barat
(MAN 1 Bogor).
e. Juara II Pos Wide Game Tingkat MTs/SMP Se-Jabodetabek di Bogor
Utara (Pon-Pen Al-Inayah).
f. Juara I Seni Budaya Tingkat MTs/SMP Se-Jabodetabek di Bumi
Perkemahan Cimandala.
g. Juara I Pidato Bahasa Inggris Se-Kota Bogor di Bogor Utara (Pon-Pen
Al-Inayah).
h. Juara I Senam Smapohore Tingkat MTs/SMP Se-Jabodetabek di Bumi
Perkemahan Cimandala.
i. Juara III Qosidah Tingkat MTs/SMP Se-Jabodetabek di MAN 1
Bogor dan Pon-Pes Sirajul Huda.
69
j. Juara I Volly Tingkat MTs/SMP di Pondok Pesantren Al-Inayah.
k. Juara II LCT Tingkat MTs/SMP Se-Kota Bogor di Pondok Pesantren
Al-Inayah.
l. Juara II Kaligrafi Putra Tingkat MTs/SMP Se-Jabodetabek di
Universitas Djuanda Bogor.
m. Juara I Qosidah Tingkat SMA/MA Se-Jabodetabek di Podok
Pesantren Sirajul Hhuda.
n. Juara II Pidato Bahasa Inggris Tingkat SMA/MA Se-Jabodetabek di
Universitas Djuanda Bogor.
o. Juara I Senam Smaphore Tingkat SMA/MA Se-Jabodetabek di
Pondok Pesantren Al-Inayah Bogor.
p. Juara Pencak Silat Tingkat SMA/MA Se-Kabupaten Bogor di GOR
Padjajaran.
q. Juara II Marawis Putra Tingkat SMA/MA Se-Jabodetabek di Pondok
Pesantren Sirojul Huda.
r. Juara I Pramuka Putri Se-Jabodetabek di SMPN 9 Bekasi.
s. Juara I Lomba Lintas Alam tingkat SMP/MTs Se-Kota Bogor di
Pondok Pesantren Al-Inayah.
t. Juara II Adzan tingkat SMP/MTs Se-Kota Bogor
u. Juara II Pidato Bahasa Indonesia Tingkat MTs/SMP Se-Jabodetabek
di Daarul Uluum Lido.
v. Juara III Nasyid Se-Kota Bogor MAN 2 Kota Bogor.
w. Juara II Nasyid Se-Kota Bogor di PGRI.
x. Juara I Tenis Meja Tingkat SMA/MA Se-Kota Bogor di MAN 2 Kota
Bogor
y. Juara III Marawis Tingkat Umum Se-Jabodetabek Piala DPD KNPI
Kota Bogor9
9 Sumber : Wawancara dengan Kabid Kesiswaan Pondok Pesantren Daarul Uluum I Bogor,
Fikri Aziz, S.Pd.I, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 15.00 WIB.
70
B. Evektivitas Program Bimbingan dan Konseling dalam
Mengatasi Kenakalan Santriwan dan Santriwati Pondok
Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor
Bimbingan dan konseling di Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bogor berada di bawah naungan Bagian Kepengasuhan Santri (Bagian
Asrama), adapun guru BK itu hanya satu orang yaitu Ibu Lulu Zahroh, S.Psi.
Bagian pengasuhan santri (Bagian Asrama) di Pondok Pesantren Modern
Daarul Uluum I Bogor bertugas mengontrol seluruh kegiatan dan memberi
bimbingan konseling kepada santri. Bagian pengasuhan ini terdiri dari 6
orang guru, yang dalam pelaksanaannya langsung diawasi oleh Ibu Dede
Latifah, S.Ag. Dalam hal ini beliau menekankan 3 hal yang harus
diperhatikan yaitu Peningkatan di segala bidang terutama dalam hal disiplin,
kebersamaan dan kontrol terhadap santriwan dan santriwati harus lebih
diperhatikan.
Bagian Pengasuhan memberikan pelayanan untuk santriwan dan
santriwati agar bisa mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan
pribadi, belajar dan organisasi, dengan cara memandirikan santriwan dan
santriwati dan mengembangkan potensi-potensi mereka melalui pembelajaran
kepribadian, kewanitaan dan berorganisasi secara optimal. Bagian
pengasuhan juga membantu mengatasi berbagai permasalahan yang
mengganggu dan menghambat perkembangannya agar bisa terwujud
kemandirian santriwan dan santriwati dalam menjalani kehidupan sehari-hari
sebagai santriwan dan santriwati secara efektif, kreatif dan dinamis serta
memiliki kecakapan hidup untuk masa depan.
Adapun program-program kerja bagian pengasuhan adalah sebagai
berikut:
1. Program Kerja Harian
a. Mengontrol pelaksanaan sholat fardlu
Mengontrol Sholat 5 waktu seluruh santriwan dan santriwati setiap
waktu shubuh dan maghrib.
71
b. Mengontrol aktivitas santri
Mengontrol seluruh aktivitas santriwan dan santriwati dari mulai
bangun tidur sampai tidur kembali.
c. Memberi bimbingan dan konseling kepada santriwan dan santriwati
Memberikan bimbingan dan konseling kepada santriwan dan santriwati
apabila menemukan kesulitan dalam hal pribadi, belajar dan organisasi
dengan cara mengadakan kontrol, dan musyawarah mingguan dalam hal
bimbingan serta pengarahan kepada Himpunan Santri Daarul Uluum
dan Koordinator.
d. Mengontrol santriwan dan santriwati sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan
Pengontrolan secara bergilir sesuai jadwal yang telah ditentukan dan
mewajibkan kepada setiap Koordinator untuk mengabsen anggotanya
setiap malam dan dikumpulkan di pengasuhan. Di setiap pagi hari
sebelum berangkat ke sekolah untuk mendata anggotanya yang tidak
masuk sekolah karena sakit, pulang, atau kabur (meninggalkan pondok
tanpa izin).
e. Mengontrol bimbingan membaca Al-Qur’an
Mengadakan bimbingan membaca Al-Qur’an setiap bada’ maghrib
yang bekerjasama dengan koordinator peribadatan dalam pengontrolan
dan mengadakan pemilihan bagi santriwan dan santriwati yang belum
bisa mengaji dengan lancar.
f. Mengontrol belajar santriwan dan santriwati pada malam hari
Bekerjasama dengan Ustaadzat asrama dalam pengontrolan belajar
malam, serta memberikan bimbingan kepada santriwan dan santriwati
yang mengalami kesulitan dalam pelajaran.
72
2. Program Kerja Mingguan dan Bulanan
a. Mengontrol muhadlarah setiap malam kamis dan malam jum’at,
bekerjasama dengan Bagian Penggerak Bahasa dalam kelancaran
program muhadlarah.
b. Mengontrol kegiatan kesenian dan keterampilan santri setiap selasa,
rabu, kamis dan jum’at, bekerjasama dengan pembimbing kesenian
pusat.
c. Mengontrol kegiatan muhatdasah (pengembangan bahasa arab dan
inggris) setiap hari selasa dan jum’at bekerjasama dengan koordinator
bahasa pusat.
d. Perizinan setiap hari Jum’at
Mengadakan perizinan hari Jum’at apabila tidak ada kegiatan pondok
yang dibuka pada jam 09.00 WIB sampai dengan jam 16.30 WIB.
e. Mengontrol perizinan perpulangan (pertengahan dan akhir tahun)
Mengontrol perizinan pertengahan tahun dan akhir tahun bagi santriwan
dan santriwati yang akan diberangkatkan oleh konsulatnya masing-
masing, dan penjemputan santriwan dan santriwati setelah liburan di
terminal Baranangsiang yang dikoordinir oleh Bagian Keamanan.
f. Mengadakan Kuliah Umum tentang Etiket (kuliah adab sopan santun)
menjelang liburan.
Seluruh santriwati wajib mengikuti kuliah ini sebelum perpulangan
sebagai salah satu pendidikan tentang adab sopan santun agar santriwati
bisa menjaga akhlak dan bertingkah laku dengan baik layaknya seorang
santriwati, baik selama di perjalanan maupun di rumah.
g. Mengontrol kegiatan munaqosyah atau diskusi ilmiah yang diadakan
pada hari senin, bekerjasama dengan koordinator perpustakaan.
h. Mengontrol kegiatan pengajian kitab kuning yang diadakan setiap hari
ba’da subuh, bekerjasama dengan koordinator peribadatan. 10
10 Sumber : Wawancara dengan Bagian Kepengasuhan Santri/Kabid Asrama Pondok Pesantren
Daarul Uluum I Bogor, Dede Latifah, S.Ag, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 19.00 WIB.
73
Adapun Struktur Organisasi Bimbingan Konseling Pondok Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bogor adalah:11
Gambar 4.1
Struktur Organisasi BK Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Kepengasuhan dan Guru
BK, didapat kemajuan dan hambatan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Kemajuan
a. Segi kuantitas
Dari segi kuantitas, dapat disimpulkan cukup baik karena dari segi
kuantitas, pelaksanaan pelayanan program bimbingan dan konseling
11 Sumber : Wawancara dengan Koordinator Bimbingan Konseling Pondok Pesantren Daarul
Uluum I Bogor, Lulu Zahroh, S.Psi, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 20.00 WIB.
Direktur Pesantren
Iqbal Harafa, S.Ag
Kepala Madrasah Aliyah
Hasbulloh, SE., MA. Ek
Kepala Madrasah Tsanawiyah
Abdul Rosid, S.Pd.I., M.Pd
Guru Mata
Pelajaran
Bagian Asrama
Putra dan Putri
Koor. Bimbingan Konseling
Lulu Zahroh S. Psi
Kood. BK Kelas VII Koord. BK Kelas VIII
Koord. BK Kelas IX
SISWA-SISWI MA dan MTS. DAARUL ULUUM BOGOR
Kepala Bagian Kepengasuhan
Dede Latifah, S.Ag
Kood. BK Kelas X
Koord. BK Kelas XI
Koord. BK Kelas XII
74
diadakan setiap hari jika ditemukan masalah pada santriawan dan
santriawati.
b. Segi kualitas
Dari segi kualitas, dapat disimpulkan cukup baik karena pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling dapat menyelesaikan permasalahan
santriawan dan santriwati, sehingga berdampak positif bagi perubahan
sikap dan semangat kerja santri.
2. Hambatan
Hambatan yang ditemui lembaga pendidikan Islam sudah tentu
banyak terutama hambatan yang ditemui bagian kepengasuhan dalam
mendidik santri menjadi lebih baik. Berikut adalah hambatan-hambatan
yang ditemui bimbingan konseling di Pondok Pesantren Modern Daarul
Uluum I Bogor:
a. Kurangnya personil guru bimbingan konseling.
b. Kurang memadainya ruang bimbingan konseling.
c. Minimnya fasilitas penunjang.
d. Minimnya santri yang mau untuk berkonsultasi dengan guru bimbingan
konseling disebabkan takut atau malu.
e. Kurangnya kerjasama antara wali kelas dengan guru bimbingan
konseling. 12
Berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan kepada 48 (20% dari
242) santriwan dan santriwati Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bantarkemang Bogor pada bulan Mei 2017, maka dapat diketahui jumlah
tingkat kenyataan (X) dan jumlah tingkat kepentingan (Y) dari setiap butir
soal yang telah dibuat, berikut datanya (lampiran 1).
12 Sumber : Wawancara dengan Koordinator Bimbingan Konseling Pondok Pesantren Daarul
Uluum I Bogor, Lulu Zahroh, S.Psi, pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 21.00 WIB.
75
C. Analisis Data
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menguji kuesioner layak untuk
digunakan sebagai instrument penelitian. Valid berarti instrument tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas
dalam penelitian ini menggunakan bantuan Software SPSS versi 24 for
Windows untuk memperoleh hasil yang terarah.
Kriteria dari validitas yaitu bila koefisien kolerasi masing-masing
pertanyaan dengan nilai Corrected Item Total Correlation lebih besar atau
sama dengan r tabel. Hasil uji validitas melalui program SPSS 24
diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.5
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation Keterangan
VAR00001 307.8542 1430.510 .466 Valid
VAR00002 307.9167 1428.674 .472 Valid
VAR00003 307.8958 1433.500 .411 Valid
VAR00004 307.9792 1428.957 .476 Valid
VAR00005 307.4375 1422.677 .556 Valid
VAR00006 307.7708 1440.521 .254 Tidak Valid
VAR00007 307.8958 1446.478 .199 Tidak Valid
VAR00008 308.1875 1450.411 .135 Tidak Valid
VAR00009 307.5417 1435.871 .381 Valid
VAR00010 308.3750 1448.452 .152 Tidak Valid
VAR00011 307.6458 1450.148 .131 Tidak Valid
VAR00012 308.2292 1452.989 .081 Tidak Valid
VAR00013 308.0417 1423.317 .557 Valid
VAR00014 307.6250 1441.644 .280 Tidak Valid
VAR00015 308.0417 1445.402 .202 Tidak Valid
VAR00016 308.1250 1429.941 .391 Valid
VAR00017 308.0000 1428.936 .381 Valid
VAR00018 308.0625 1431.422 .407 Valid
VAR00019 307.9792 1430.234 .394 Valid
VAR00020 308.5208 1432.127 .378 Valid
76
VAR00021 308.1042 1426.861 .419 Valid
VAR00022 308.3542 1431.936 .385 Valid
VAR00023 307.9375 1427.209 .371 Valid
VAR00024 308.1458 1415.106 .553 Valid
VAR00025 308.1667 1436.525 .373 Valid
VAR00026 307.9792 1427.127 .426 Valid
VAR00027 307.8958 1444.223 .258 Tidak Valid
VAR00028 308.1042 1417.500 .536 Valid
VAR00029 307.7917 1433.573 .357 Valid
VAR00030 308.1458 1428.680 .402 Valid
VAR00031 308.1458 1415.234 .597 Valid
VAR00032 308.0625 1438.400 .318 Valid
VAR00033 307.9167 1440.801 .286 Valid
VAR00034 307.6458 1426.702 .450 Valid
VAR00035 307.4792 1444.638 .246 Tidak Valid
VAR00036 307.8958 1427.585 .422 Valid
VAR00037 308.1667 1431.589 .384 Valid
VAR00038 307.6250 1425.984 .424 Valid
VAR00039 307.7708 1426.819 .428 Valid
VAR00040 308.0625 1440.485 .314 Valid
VAR00041 307.8750 1426.580 .401 Valid
VAR00042 307.9167 1414.333 .583 Valid
VAR00043 307.9375 1430.953 .408 Valid
VAR00044 307.8750 1427.516 .413 Valid
VAR00045 307.9583 1407.743 .673 Valid
VAR00046 308.0208 1428.659 .411 Valid
VAR00047 307.8125 1422.198 .545 Valid
VAR00048 307.9167 1421.610 .472 Valid
VAR00049 307.9167 1437.695 .360 Valid
VAR00050 307.7917 1431.147 .441 Valid
VAR00051 308.2292 1426.946 .440 Valid
VAR00052 308.0417 1425.232 .415 Valid
VAR00053 307.7083 1424.041 .445 Valid
VAR00054 308.0417 1422.296 .543 Valid
VAR00055 307.9167 1412.716 .581 Valid
VAR00056 307.8750 1424.537 .491 Valid
VAR00057 308.1667 1449.972 .163 Tidak Valid
VAR00058 308.3750 1435.729 .347 Valid
VAR00059 307.7917 1420.381 .423 Valid
77
VAR00060 308.2083 1412.126 .616 Valid
VAR00061 307.9375 1426.783 .436 Valid
VAR00062 308.1250 1442.963 .305 Valid
VAR00063 308.0417 1418.551 .612 Valid
VAR00064 308.1042 1416.861 .579 Valid
VAR00065 307.9167 1429.397 .475 Valid
VAR00066 307.8958 1424.436 .519 Valid
VAR00067 307.8333 1423.333 .530 Valid
VAR00068 307.6458 1441.255 .263 Tidak Valid
VAR00069 307.6458 1442.914 .268 Tidak Valid
VAR00070 307.5625 1439.911 .338 Valid
VAR00071 307.4792 1439.617 .322 Valid
VAR00072 307.7083 1434.254 .374 Valid
VAR00073 307.4792 1446.851 .235 Tidak Valid
VAR00074 307.6458 1434.617 .345 Valid
VAR00075 307.3125 1433.964 .315 Valid
VAR00076 307.7500 1436.021 .324 Valid
VAR00077 307.6875 1429.496 .358 Valid
VAR00078 307.2917 1424.083 .505 Valid
VAR00079 307.4792 1436.042 .365 Valid
VAR00080 307.4792 1431.702 .441 Valid
VAR00081 307.2292 1434.861 .429 Valid
VAR00082 307.9792 1408.361 .668 Valid
VAR00083 307.8958 1428.904 .480 Valid
VAR00084 307.6458 1430.021 .488 Valid
VAR00085 307.7292 1434.797 .366 Valid
VAR00086 307.5833 1431.184 .385 Valid
VAR00087 307.7083 1430.934 .470 Valid
VAR00088 307.6875 1428.858 .451 Valid
VAR00089 307.8750 1436.707 .326 Valid
VAR00090 307.5417 1428.211 .484 Valid
VAR00091 307.6458 1431.468 .451 Valid
VAR00092 307.3125 1440.858 .264 Tidak Valid
Sumber: Hasil penelitian (diolah tahun 2017)
Dari hasil pengolahan data, dapat dilihat bahwa koefisien korelasi dari
92 butir pertanyaan, dikatakan 15 yang tidak valid dengan nilai r
hasil/output < r tabel (0,284), agar data dapat diolah lebih lanjut maka 15
butir pertanyaan tersebut harus dibuang. Pada tahap selanjutnya saya akan
78
kembali menguji validitas namun dengan butir pertanyaan yang valid
sebanyak 77 butir pertanyaan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.6
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation Keterangan
VAR00001 256.5000 1201.915 .478 Valid
VAR00002 256.5625 1202.336 .450 Valid
VAR00003 256.5417 1205.232 .413 Valid
VAR00004 256.6250 1201.899 .465 Valid
VAR00005 256.0833 1195.610 .554 Valid
VAR00009 256.1875 1209.134 .355 Valid
VAR00013 256.6875 1196.900 .543 Valid
VAR00016 256.7708 1202.521 .384 Valid
VAR00017 256.6458 1203.255 .353 Valid
VAR00018 256.7083 1206.509 .360 Valid
VAR00019 256.6250 1202.239 .396 Valid
VAR00020 257.1667 1203.887 .381 Valid
VAR00021 256.7500 1198.830 .424 Valid
VAR00022 257.0000 1203.787 .387 Valid
VAR00023 256.5833 1200.504 .359 Valid
VAR00024 256.7917 1187.275 .569 Valid
VAR00025 256.8125 1207.517 .383 Valid
VAR00026 256.6250 1200.793 .408 Valid
VAR00028 256.7500 1191.170 .529 Valid
VAR00029 256.4375 1206.336 .344 Valid
VAR00030 256.7917 1201.530 .393 Valid
VAR00031 256.7917 1188.339 .601 Valid
VAR00032 256.7083 1210.551 .307 Valid
VAR00033 256.5625 1212.719 .276 Tidak Valid
VAR00034 256.2917 1197.871 .468 Valid
VAR00036 256.5417 1198.296 .445 Valid
VAR00037 256.8125 1201.815 .410 Valid
VAR00038 256.2708 1197.521 .437 Valid
VAR00039 256.4167 1198.248 .441 Valid
VAR00040 256.7083 1209.998 .343 Valid
79
VAR00041 256.5208 1197.191 .425 Valid
VAR00042 256.5625 1187.826 .583 Valid
VAR00043 256.5833 1201.652 .429 Valid
VAR00044 256.5208 1198.212 .436 Valid
VAR00045 256.6042 1181.308 .679 Valid
VAR00046 256.6667 1200.950 .410 Valid
VAR00047 256.4583 1196.168 .527 Valid
VAR00048 256.5625 1195.230 .461 Valid
VAR00049 256.5625 1208.294 .376 Valid
VAR00050 256.4375 1202.762 .448 Valid
VAR00051 256.8750 1200.282 .426 Valid
VAR00052 256.6875 1197.028 .424 Valid
VAR00053 256.3542 1197.808 .430 Valid
VAR00054 256.6875 1193.964 .561 Valid
VAR00055 256.5625 1185.188 .596 Valid
VAR00056 256.5208 1196.255 .504 Valid
VAR00058 257.0208 1207.510 .345 Valid
VAR00059 256.4375 1192.932 .427 Valid
VAR00060 256.8542 1185.659 .617 Valid
VAR00061 256.5833 1199.780 .427 Valid
VAR00062 256.7708 1213.670 .312 Valid
VAR00063 256.6875 1191.666 .612 Valid
VAR00064 256.7500 1188.830 .597 Valid
VAR00065 256.5625 1202.081 .467 Valid
VAR00066 256.5417 1195.998 .536 Valid
VAR00067 256.4792 1196.680 .520 Valid
VAR00070 256.2083 1210.934 .344 Valid
VAR00071 256.1250 1212.069 .303 Valid
VAR00072 256.3542 1205.638 .380 Valid
VAR00074 256.2917 1207.105 .334 Valid
VAR00075 255.9583 1207.828 .288 Valid
VAR00076 256.3958 1208.627 .310 Valid
VAR00077 256.3333 1200.227 .376 Valid
VAR00078 255.9375 1196.613 .507 Valid
VAR00079 256.1250 1207.218 .372 Valid
VAR00080 256.1250 1203.261 .449 Valid
VAR00081 255.8750 1206.580 .429 Valid
VAR00082 256.6250 1181.261 .683 Valid
VAR00083 256.5417 1200.892 .484 Valid
80
VAR00084 256.2917 1201.658 .497 Valid
VAR00085 256.3750 1205.644 .380 Valid
VAR00086 256.2292 1203.074 .387 Valid
VAR00087 256.3542 1202.659 .477 Valid
VAR00088 256.3333 1201.674 .442 Valid
VAR00089 256.5208 1206.553 .351 Valid
VAR00090 256.1875 1201.347 .471 Valid
VAR00091 256.2917 1203.956 .444 Valid
Sumber: Hasil penelitian (diolah tahun 2017)
Dari hasil uji validitas yang kedua, dapat dilihat bahwa koefisien
korelasi dari 77 butir pertanyaan, dikatakan 1 yang tidak valid dengan nilai
r hasil/output < r tabel (0,284), sperti yang telah diucapkan di atas bahwa
agar data dapat diolah lebih lanjut maka 1 butir pertanyaan tersebut harus
dibuang. Pada tahap selanjutnya saya akan melakukan uji reliabilitas
dengan butir pertanyaan yang valid sebanyak 76 butir pertanyaan.
2. Uji Reliabilitas
Uji realiabilitas dari masing-masing faktor menggunakan Cronbach’s
Alpha. Kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha
yang lebih besar > 0,5. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.7
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.951 76
Sumber: Hasil penelitian (diolah tahun 2017)
Tabel 4.7 di atas memiliki nilai Cronbach’s Alpa sebesar 0,951 di atas
0,5 maka instrumen dinyatakan reliabel. Dari hasil pengujian instrumen
maka semua instrumen dikatakan reliabel karena nilai koefisien Cronbach
Alpha yang diperoleh lebih besar dari 0,5 (a > 0,5).
81
D. Importance Performance Analysis (IPA)
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan instrumen wawancara
dan angket. Masing-masing instrument tersebut berguna untuk melengkapi
data yang diperoleh peneliti.
Setelah mengkategorikan hasil angket, perhitungan yang peneliti gunakan
adalah untuk mengetahui besar kecilnya efektifitas program BK dalam
mengatasi kenakalan santriwan dan santriwati di Pondok Pesantren Modern
Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor, maka teknik analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Importance
Performance Analysis (IPA). Metode ini digunakan untuk menganalisis
tingkat kepentingan dan kenyataan. Responden memberikan penilaian
terhadap indikator program BK sesuai dengan skor yang diberikan.
Analisis Importance Performance Analysis (IPA) juga dapat memberikan
hasil kesenjangan dari setiap atribut, kesenjangan tersebut diperoleh dari skor
kenyataan kinerja dari setiap atribut. Kesenjangan atribut ini diperoleh dari
skor kenyataan (ei) yang dilakukan dan kepentingan (bi) yang didapatkan.
Rumus yang digunakan untuk mendapatkan kesenjangan (GAP) adalah:
“Gap adalah Rata-rata kenyataan - Rata-rata kepentingan”. Jika nilai ei-bi =
0, maka dapat diartikan bahwa indikator program BK saat ini diasumsikan
telah efektif. Jika nilai (ei-bi) positif atau ei ≥ bi, maka dapat diasumsikan
bahwa indikator lebih baik dibandingkan dengan yang diharapkan Pondok
Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor, sebaliknya jika nilai
(ei-bi) negatif atau ei ≤ bi, maka dapat diasumsikan belum memenuhi
indikator kepentingan Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bantarkemang Bogor. Berikut merupakan tabel yang menunjukkan tentang
kesenjangan antara skor kenyataan dengan skor kepentingan (lampiran 2).
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel tersebut, terlihat bahwasannya
variabel-variabel yang ada saat ini belum sepenuhnya sesuai dengan harapan
karena rata-rata dari hasil gap semuanya menunjukkan kurang dari angka nol.
Dengan demikian, maka Guru BK Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
82
Bantarkemang Bogor dapat mengetahui bahwa nilai kenyataan dari
kepentingan masih banyak terdapat kekurangan yang bisa menjadi masukan
untuk perbaikan kedepannya.
Setelah menghitung tingkat analisis gap dari variabel yang ada, maka
selanjutnya adalah melakukan analisis Importance Performance Analysis
(IPA). Analisis IPA dimulai dengan menghitung rata-rata tingkat realitas atau
kenyataan (X) dan tingkat harapan atau kepentingan (Y). Setelah menghitung
tingkat rata-rata X dan Y, selanjutnya ratakan kembali nilai X dan Y, dimana
nilai rata-rata tersebut akan menjadi pembatas dalam diagram IPA. Adapun
hasil rata-rata tingkat kenyataan (X) adalah sebagai berikut (lampiran 3).
Dari hasil perhitungan pada tabel berikut menunjukkan bahwa rata-rata
nilai kenyataan adalah 3.38. Nilai tersebut akan digunakan sebagai batas
kuadran dalam analisis IPA pada sumbu X. Untuk itu, setelah mengetahui
hasil perhitungan rata-rata performance, maka selanjutnya akan mencari rata-
rata tingkat kepentingan (importance), maka perhitungan rata-rata tingkat
kepentingan sebagai berikut (lampiran 4).
Dari hasil perhitungan pada tabel berikut menunjukkan bahwa nilai rata-
rata dari tingkat kepentingan adalah 3.93. Nilai tersebut akan digunakan
sebagai batas kuadran IPA pada sumbu Y. Nilai-nilai tersebut akan
dimasukkan kedalam Diagram Kartesius Importance Performance Analysis
(IPA) pada gambar 4.2 di bawah ini:
83
Sumber: Hasil penelitian (diolah tahun 2017)
Gambar 4.2
Diagram Kartesius Importance Performance Analysis (IPA)
Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor
Pada gambar 4.2 diagram kartesius IPA di atas menunjukkan bahwa
efektivitas program BK Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bantarkemang Bogor dibagi menjadi 4 kuadran diantaranya yaitu:
1. Kuadran A
Pada kuadran ini (A) menunjukan faktor atau atribut yang dianggap
mempengaruhi efektivitas program BK dalam mengatasi kenakalan
santriwan/ti di Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang
Bogor, namun pada kenyataannya faktor pada kuadran ini belum
diimplementasikan dengan baik, sehingga faktor-faktor dalam kuadran ini
perlu ditingkatkan kembali, yang termasuk dalam kuadran ini adalah:
Pertama, dalam variabel program BK yaitu mengontrol aktivitas santri
dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali (2), memberi bimbingan dan
84
konseling kepada santri (3) dan mengontrol santri sesuai yang ditetapkan
(4). Kedua, dalam variabel jenis BK yaitu menyediakan informasi
mengenai jurusan, kelanjutan studi dan menyelenggarakan orientasi
kepada siswa baru (17), membentuk kelompok belajar, memberikan
informasi cara mengatur jadwal belajar dan memberikan cara untuk
mengatasi masalah dalam belajar (18) dan memberikan konseling untuk
mengembangkan hidup dan membantu memecahkan masalah dari segi
agama dan sosial (19). Ketiga, dalam variabel prinsip BK yaitu
mengarahkan santri dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi
(23) dan memahami setiap individu santri (24). Kempat, dalam variabel
fungsi BK yaitu teratasinya berbagai permasalahan yang dialami (30).
Kelima, dalam variabel petugas BK yaitu pembimbing atau guru BK
mempunyai kecintaan yang penuh pada pekerjaannya dan terhadap anak
atau individu yang dihadapinya (36), guru BK membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai tujuan yang dicita-citakan (45)
dan guru BK memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-
mengajar (48) dan Keenam, dalam variabel cara mengatasi kenakalan
remaja yaitu guru BK Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas
remaja dalam mengatasi kenakalannya (82).
2. Kuadran B
Pada kuadran ini (B) ”High Importance High Performance” dianggap
sebagai faktor yang penting atau diharapkan oleh BK di Pondok Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor dan pada kenyataannya
faktor-faktor ini telah diimplementasikan pada program BK, maka dari itu,
faktor-faktor yang berada pada kuadran ini wajib dipertahankan, yang
termasuk dalam kuadran ini adalah: Pertama, dalam variabel program BK
yaitu mengontrol sholat fardlu setiap waktu shubuh dan maghrib (1),
mengadakan bimbingan membaca Al Qur’an setiap ba’da maghrib
kerjasama dengan bagian peribadatan (5) dan mengontrol kegiatan
muhadatsah setiap selasa dan jum’at bekerjasama dengan koordinator
85
bahasa pusat (9). Kedua, dalam variabel fungsi BK yaitu pencegahan
terhadap siswa (santri) dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul
dan dapat mengganggu dalam proses perkembangannya (29). Ketiga,
dalam variabel petugas BK yaitu seorang pembimbing dapat mengambil
tindakan yang bijaksana (34), pembimbing memiliki akhlak yang yang
baik dan bertawakal yang mendasarkan sesuatu atas nama Allah (38),
pembimbing memiliki kesabaran yang maksimal dalam menghadapi
kliennya (39), pembimbing sebagai pendengar yang baik bagi kliennya
(41) dan guru BK mempunyai otoritas untuk menilai prestasi siswa dalam
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya (50). Keempat, dalam
variabel kode etik BK yaitu guru BK harus memegang teguh prinsip BK
(53) dan guru BK memiliki rasa hormat dan menghargai sesama terhadap
bermacam-macam klien (56). Kelima, dalam variabel macam-macam
kenakalan yaitu tidak adanya kerenggangan ikatan kasih antara orang tua
dan remaja (67), pencegahan terhadap siswa yang melakukan kenakalan
yang mengakibatkan korban materi (70) dan pencegahan terhadap siswa
yang melakukan kenakalan yang mengakibatkan korban fisik (71).
Keenam, dalam variabel karakteristik kenakalan remaja yaitu dalam hal
penjelasan suatu apapun harus dijelaskan dengan masuk akal terhadap
remaja (72) dan mengonsumsi makanan yang baik lagi halal (75). Ketujuh,
dalam variabel faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja yaitu anak
remaja tidak salah dalam pergaulannya (77), orang tua tidak mencap jelek
anaknya di depan tamunya ketika berbasa-basi (78), remaja memiliki
identitas diri yang positif (79), remaja memiliki kontrol terhadap dirinya
dengan maksimal (80) dan penerapan disiplin keluarga yang tepat (81).
Kedelapan, dalam variabel cara mengatasi kenakalan remaja yaitu
Penguatan sikap mental remaja sehingga mampu menyelesaikan persoalan
yang dihadapinya (84) dan menindak pelanggaran norma-norma sosial dan
moral dengan hukuman yang sesuai tingkat kenakalan (86). Kesembilan,
dalam variabel aspek efektivitas yaitu tugas dan fungsi BK dapat
86
dilaksanakan dengan baik oleh guru BK dan timnya di Pesantren Modern
Daarul Uluum I Bogor (88), berfungsinya ketentuan atau aturan yang telah
dibuat oleh guru BK dan timnya di Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bogor (90) dan kondisi ideal program BK di Pesantren Modern Daarul
Uluum I Bogor tercapai dengan baik (91).
3. Kuadran C
Pada kuadran ini (C) memiliki tingkat yang rendah dan dianggap tidak
penting oleh BK di Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bantarkemang Bogor, dan tingkat implementasi pada faktor-faktor ini
biasa-biasa saja, sehingga Guru BK Pondok Pesantren Modern Daarul
Uluum I Bantarkemang Bogor tidak perlu memprioritaskan faktor-faktor
tersebut. Pada kuadran ini, faktor-faktor tersebut adalah: Pertama, dalam
variabel program BK yaitu mengontrol kegiatan munaqosyah (diskusi
ilmiah) pada hari senin (13) dan program bimbingan harus dipimpin oleh
petugas yang ahli dan dapat bekerjasama dengan pihak pesantren dan
lainnya (16). Kedua, dalam variabel jenis BK yaitu pemahaman dunia
kerja yang selaras (20). Ketiga, dalam variabel tujuan BK yaitu membantu
santri memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan yang dimilikinya (21). Keempat, dalam variabel prinsip BK
yaitu bimbingan berpusat pada individu yang dibimbing (22), pemberian
bimbingan disesuaikan dengan kebutuhan santri yang dibimbing (25) dan
bimbingan diadakan untuk pengembangan pribadi santri (26). Kelima,
dalam variabel fungsi BK yaitu pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-
pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan siswa (santri)
(28), terpelihara dan terkembangkan berbagai potensi siswa (santri) secara
terarah, mantap dan berkelanjutan (31) dan pembelaan terhadap siswa
dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal (32).
Keenam, dalam variabel petugas BK yaitu pembimbing atau guru BK
mempunyai inisiatif yang cukup baik (37), pembimbing dapat meyakinkan
klien dalam memberikan bantuan (40), guru BK sebagai informator yang
87
baik dalam kegiatan akademik maupun umum (42), guru BK sebagai
pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain (43),
guru BK sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar (46), guru
BK sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa (49), guru BK
melaksanakan bimbingan kelompok di kelas (51) dan guru BK mengikuti
kebijaksanaan sekolah dalam pelayanan bimbingan (52). Ketujuh, dalam
variabel kode etik BK yaitu pembimbing BK tidak mencampuri wewenang
serta tanggung jawab yang bukan wewenang dan tanggung jawabnya (54),
guru BK dapat memegang teguh atau menyimpan rahasia klien dengan
sebaik-baiknya (55), guru BK tidak menggunakan alat-alat yang kurang
dapat dipertanggung jawabkan (58), guru BK tidak dapat mengalihkan
klien pada konselor lain tanpa persetujuan dari klien (60), proses
bimbingan berlangsung atas dasar kesukarelaan antara klien dan
pembimbing (61), usaha pelayan BK dilakukan dengan teratur, sistematis
dan dengan mempergunakan teknik serta alat yang memadai (62) dan
usaha pemberian bantuan didasarkan pada norma-norma yang berlaku dan
tidak boleh bertentangan (63). Kedelapan, dalam variabel langkah BK
yaitu guru BK melakukan langkah-langkah yang ada dalam proses
konseling dengan teratur (64), langkah awal dalam proses konseling guru
BK melakukan identifikasi masalah yang dialami klien (siswa) (65) dan
langkah akhir dalam proses konseling guru BK melakukan evaluasi (follow
up) terhadap klien (siswa) yang bermasalah (66). Kesembilan, dalam
variabel cara mengatasi kenakalan remaja yaitu guru BK mengetahui
kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh remaja (83).
4. Kuadran D
Pada kuadran ini (D) dianggap sebagai faktor-faktor yang kurang
penting atau kurang diharapkan oleh BK di Pondok Pesantren Modern
Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor, akan tetapi implementasi yang
dirasakan dari faktor-faktor pada kuadran ini sangatlah berlebihan, maka
dari itu Guru BK di Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
88
Bantarkemang Bogor harus mengalokasikan sumberdayanya kepada
faktor-faktor lain yang mempunyai prioritas lebih tinggi untuk
peningkatan. Adapun yang termasuk dalam kuadran ini adalah: Pertama,
dalam variabel petugas BK yaitu guru BK sebagai seorang motivator yang
baik (44) dan guru BK bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam
pendidikan dan pengetahuan (47). Kedua, dalam variabel kode etik BK
yaitu guru BK tidak dapat mengambil tindakan yang mungkin
menimbulkan hal-hal yang tidak baik bagi klien (59). Ketiga, dalam
variabel karakteristik kenakalan remaja yaitu remaja melakukan aktifitas
yang positif untuk menghindari dari suka mengkhayal berlebihan (74).
Keempat, dalam variabel faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja
yaitu tingginya status sosial ekonomi orang tua (76). Kelima, dalam
variabel cara mengatasi kenakalan remaja yaitu usaha pembinaan yang
terarah dengan baik dalam perkembangan diri remaja (85) dan melakukan
tindakan rehabilitasi jika tahap pencegahan dan penyembuhan telah
dilakukan dan dianggap perlu (87). Keenam, dalam variabel aspek
efektivitas yaitu rencana atau program BK dapat dilaksanakan dengan baik
oleh guru BK dan timnya di Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor (89)
E. Analisis Efektivitas Program BK dalam Mengatasi Kenakalan
Santriwan/ti di Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bantarkemang Bogor dengan Customer Statification Index
(CSI)
Metode analisis CSI ini bertujuan untuk mengukur dan mengetahui
tingkat efektivitas program BK dalam mengatasi kenakalan santriwan/ti di
Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor. Metode
analisis CSI ini merupakan suatu indeks yang berfungsi untuk mengukur
tingkat efektivitas program BK yang telah dilakukan oleh Pondok Pesantren
89
Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor dalam mengatasi kenakalan
santriwan/ti.
Metode analisis CSI ini dimulai dengan menentukan Mean Importance
Score (MIS) dan Mean Statification Score (MSS). Cara menentukan metode
analisis CSI adalah sebagai berikut:
1. MIS, didapatkan dari rata-rata, dari tingkat harapan dibagi dengan jumlah
responden.
2. MSS, didapatkan dari rata-rata, dari tingkat kenyataan atau kinerja dibagi
dengan jumlah responden.
3. WF (Weight Factors), didapatkan dengan cara menghitung nilai MIS
perfaktor dibagi dengan total MIS seluruh atribut.
4. WS (Weight Score), didapatkan dari mengalikan WF dengan MSS.
5. CSI, didapatkan dari menjumlahkan seluruh factor WS atau disebut
dengan WT dan membaginya dengan skala nominal 5 dikalikan 100%.
Berikut data hasil perhitungan responden Efektivitas Program BK dalam
Mengatasi Kenakalan Santriwan/ti di Pondok Pesantren Modern Daarul
Uluum I Bantarkemang Bogor dengan Customer Statification Index (CSI)
(lampiran 5).
Berdasarkan data hasil perhitungan Customer Statification Index (CSI)
pada tabel yang terlampir berikut, responden efektivitas program BK dalam
mengatasi kenakalan santriwan/ti di Pondok Pesantren Modern Daarul
Uluum I Bantarkemang Bogor, dapat disimpulkan bahwa hasil pengelolaan
data dengan metode analisis CSI ini adalah 67,76%. Menurut Cahya
(118:2014) berdasarkan tabel kriteria nilai CSI, nilai 67,76% berada diantara
50,01-70,00%, nilai tersebut menunjukkan bahwa pendapat responden
efektivitas program BK dalam mengatasi kenakalan santriwan/ti di Pondok
Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor berpendapat rata-
rata puas (sudah efektif) dengan kualitas program BK yang telah dilakukan di
Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor, maka dari
90
itu Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor harus
tetap mempertahankan kualitas program BK yang telah diterapkan dan harus
berusaha untuk meningkatkan kinerja guru BK dan tim dalam
mengimplementasikan program BK tersebut, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dan dapat mengatasi berbagai kenakalan santriwan/ti
di Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor.
91
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode penyebaran
kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Tujuan dari penyebaran
kuesioner ini untuk mengetahui bagaimana tanggapan responden mengenai
efektivitas program bimbingan dan konseling dalam mengatasi kenakalan
santriwan/ti di Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang
Bogor.
Dari hasil pengumpulan data dan hasil analisisnya, maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kenakalan yang dilakukan oleh santriwan/tiwan dan santriwan/tiwati
Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor seperti
tidak masuk kelas atau bolos sekolah, keluar asrama tanpa izin atau kabur,
mencuri atau memakai barang orang lain tanpa izin, berkelahi, merokok
dan tidak mengikuti kegiatan kepesantrenan tanpa izin.
2. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode analisis
Customer Statification Index (CSI) bahwa program BK di Pondok
Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor sudah efektif
dalam mengatasi kenakalan santriwan/ti, dengan hasil nilai CSI dari
penelitian ini adalah 67,76%. Berdasarkan tabel kriteria nilai CSI, nilai
67,76% berada diantara 50,01-70,00%, nilai tersebut menunjukkan bahwa
pendapat responden efektivitas program BK dalam mengatasi kenakalan
santriwan/ti di Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang
Bogor berpendapat rata-rata puas (sudah efektif) dengan kualitas program
BK yang telah dilakukan guru BK beserta tim BK di Pondok Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor.
92
B. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dan pengalaman yang didapat selama
proses penelitian, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Untuk guru atau koordinator BK serta rekan timnya agar lebih
memperbanyak mengadakan pelatihan atau kegiatan yang positif untuk
santriwan/ti, baik dari segi bidang akademik maupun non-akademik
sehingga mampu mengurangi timbulnya daya fikir santriwan/ti dan rasa
ingin melakukan hal-hal negatif yang melanggar peraturan pesantren.
2. Sebaiknya dibuatkan ruang khusus untuk bimbingan dan konseling, yang
bertujuan agar santriwan/ti mau dan bersedia untuk berkonsultasi tanpa
harus malu atau takut karena berkonsultasi di tempat terbuka. Pembuatan
ruangan baru diharapkan dapat menyelesaikan seluruh permasalahan yang
dihadapi oleh santriwan/ti.
3. Bagi pondok pesantren agar menyediakan guru atau koordinator BK lebih
dari satu orang supaya lebih terkontrolnya aktivitas santriwan/ti dalam
kesehariannya.
4. Bagi peneliti lain diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai BK
di pesantren tetapi dalam indikator yang berbeda.
93
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010.
Ainna, Nurul. “Efektivitas Kerjasama antara Guru BK dengan Guru PAI dalam
Mengatasi Kenakalan Remaja”, Skripsi pada Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: 2013.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi
VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.
Arsip Kesekretariatan Pondok Pesantren Modren Daarul Uluum I Bantarkemang
Bogor Tahun Ajaran 2016-2017, 25 Mei 2017.
Arusyi, Yaser. Wawancara. Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bantarkemang Bogor, 25 Mei 2017.
Aziz, Fikri. Wawancara. Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bantarkemang Bogor, 25 Mei 2017.
Basri, Hasan. Remaja Berkualitas, Probelamtika Remaja dan Solusinya.
Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004.
Cahya, Nur. “Efektifitas Sosialisasi Asuransi Syariah PT. PRU Syariah Bogor
(Studi pada Pasar di Bogor)”, Skripsi pada Universitas Djuanda Bogor:
2014. tidak dipublikasikan.
Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.
Djiwandono, Sri Esti W. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo, 2004.
Fadilah, Arif. “Efektivitas Program Pendistribusian Dana Zakat di BAZNAS Kota
Bogor”, Skripsi pada Universitas Djuanda Bogor: 2015. Tidak
dipublikasikan.
Farid, Achmad. Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol. 6, No.
2, Desember 2015.
Gunarsa, Singgih D. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2004.
Gunawan, Yusuf. Pengantar Bimbingan dan Konseling : Buku Panduan
Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992.
94
Hallen. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Press, 2005.
Hasbulloh, dkk. Wawasan Pesantrenan, Buku Panduan Masa Pengenalan
Pondok. Bogor: Daarul Uluum Press, 2015.
Hasbulloh. Wawancara. Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bantarkemang Bogor, 25 Mei 2017.
http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id, 23 September 2014.
Mahmuddin, Rustam. “Dua Langkah Mengatasi Kenakalan Remaja”,
http://rustam-mahmuddin20.blogspot.co.id, 23 September 2014.
Mu’awanah, Elfi dan Hidayah, Rifa. Bimbingan dan Konseling Islami di Sekolah
Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Nazir, Moh. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Ghalia Indonesia,
2009.
Partowisastro, Koestoer. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-Sekolah Jilid II.
Jakarta: Erlangga, 1987.
Prayitno dan Amti, Erman. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta, 2004.
Purtanto, Pius A dan Al Barry, M Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Arlaka, 1994.
Riduwan. Metode dan Teknik Penyusunan Tesis. Bandung: Alfabeta, 2010.
Salahudin, Anas. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010.
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012.
Sarwono, Sarlito W. Psikologi Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012.
Slameto. Bimbingan di Sekolah. Jakarta: Bina Akasara.
Soenarjati, dkk. Kriminologi dan Kenakalan Remaja. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007.
Sudarsono. Kenakalan Remaja: Prevensi, Rehabilitasi dan Resosialisasi. Jakarta:
Rineka Cipta, 2004.
95
Sujud, Aswarni. Matra Fungsional Administrasi Pendidikan. Yogyakarta:
Purbasari, 1989.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Bimbingan dan Konseling dalam Praktek. Bandung:
Maestro, 2007.
Surya, Moh. dan Natawidjaja, Rochman. Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan.
Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 2004.
Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Umar, Husein. Metodelogi Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
Rajawali Pers, 2009.
UU No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: DPR.RI.
UU No 3 Tahun 1997. Tentang Pengadilan Anak. Jakarta: DPR.RI.
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier). Yoygakarta: ANDI,
2010.
WS, Winkel dan Hastuti, M. M. Sri. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo, 1997.
Yasmar, Renti. “Bimbingan dan Konseling terhadap Siswi Bermasalah di
Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta”, Skripsi pada
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2009.
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, A. Juntika. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Remaja Rosadakarya, 2006.
Zahroh, Lulu. Wawancara. Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bantarkemang Bogor, 25 Mei 2017.
Lampiran 1
Jumlah Tingkat Kenyataan (X) dan Jumlah Tingkat Kepentingan (Y)
Variabel Atribut Pernyataan Kenyataan Kepentingan
Program
Bimbingan
dan Konseling
Mengontrol sholat fardlu setiap waktu shubuh dan
maghrib 163 210
Mengontrol aktivitas santri dari mulai bangun tidur
sampai tidur kembali 160 200
Memberi bimbingan dan konseling kepada santri 161 205
Mengontrol santri sesuai yang ditetapkan 157 189
Mengadakan bimbingan membaca Al Qur’an
setiap ba’da maghrib kerjasama dengan bagian
peribadatan
183 207
Mengontrol belajar santri pada malam hari 167 187
Mengontrol muuhadlarah setiap malam kamis dan
malam jum’at 161 178
Mengontrol kegiatan kesenian dan keterampilan
santri bekerjasama dengan pembimbing kesenian 147 169
Mengontrol kegiatan muhadatsah setiap selasa dan
jum’at bekerjasama dengan koordinator bahasa
pusat
178 193
Mengadakan perizinan hari jum’at jika tidak ada
kegiatan 138 173
Mengontrol perizinan perpulangan pada
pertengahan dan akhir tahun 173 193
Mengadakan kuliah umum tentang etiket setiap
menjelang liburan 145 153
Mengontrol kegiatan munaqosyah (diskusi ilmiah)
pada hari senin 154 172
Mengontrol pengajian kitab kuning setiap ba’da
shubuh bekerjasama dengan bagian peribatan 174 193
Program bimbingan sesuai dengan program
pendidikan 154
185
Program bimbingan harus dipimpin oleh petugas
yang ahli dan dapat bekerjasama dengan pihak
pesantren dan lainnya
150 180
Jenis
Bimbingan
dan Konseling
Menyediakan informasi mengenai jurusan,
kelanjutan studi dan menyelenggarakan orientasi
kepada siswa baru
156 192
Membentuk kelompok belajar, memberikan
informasi cara mengatur jadwal belajar dan
memberikan cara untuk mengatasi masalah dalam
belajar
153 192
Memberikan konseling untuk mengembangkan
hidup dan membantu memecahkan masalah dari
segi agama dan sosial
157 205
Pemahaman dunia kerja yang selaras 131 160
Tujuan
Bimbingan
dan Konseling
Membantu santri memperkembangkan diri secara
optimal sesuai dengan tahap perkembangan yang
dimilikinya
151 185
Prinsip
Bimbingan
dan Konseling
Bimbingan berpusat pada individu yang dibimbing 139 166
Mengarahkan santri dalam menghadapi kesulitan-
kesulitan yang dihadapi 159 198
Memahami setiap individu santri 149 190
Pemberian bimbingan disesuaikan dengan
kebutuhan santri yang dibimbing 148 181
Bimbingan diadakan untuk pengembangan pribadi
santri 157 187
Berhasil atau tidaknya bimbingan sebagian besar
tergantung pada orang yang minta bimbingan
dengan kesediaan dan kesanggupan pada proses-
proses yang terjadi dalam dirinya
161 177
Fungsi
Bimbingan
dan Konseling
Pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan
siswa (santri)
151 168
Pencegahan terhadap siswa (santri) dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul dan dapat
mengganggu dalam proses perkembangannya
166 204
Teratasinya berbagai permasalahan yang dialami 149 193
Terpelihara dan terkembangkan berbagai potensi
siswa (santri) secara terarah, mantap dan
berkelanjutan
149 182
Pembelaan terhadap siswa dalam rangka upaya
pengembangan seluruh potensi secara optimal 153 174
Petugas
Bimbingan
dan Konseling
Seorang guru BK mempunyai pengetahuan yang
cukup luas, baik segi teori maupun praktik 160 192
Seorang pembimbing dapat mengambil tindakan
yang bijaksana 173 208
Pembimbing harus sehat fisik maupun rohaninya 181 197
Pembimbing atau guru BK mempunyai kecintaan
yang penuh pada pekerjaannya dan terhadap anak
atau individu yang dihadapinya
161 191
Pembimbing atau guru BK mempunyai inisiatif
yang cukup baik 148
184
Pembimbing memiliki akhlak yang yang baik dan
bertawakal yang mendasarkan sesuatu atas nama
Allah
174 213
Pembimbing memiliki kesabaran yang maksimal
dalam menghadapi kliennya 167 197
Pembimbing dapat meyakinkan klien dalam
memberikan bantuan 153 179
Pembimbing sebagai pendengar yang baik bagi
kliennya 162 191
Guru BK sebagai informator yang baik dalam
kegiatan akademik maupun umum 160 180
Guru BK sebagai pengelola kegiatan akademik,
silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain 159 169
Guru BK sebagai seorang motivator yang baik 162 186
Guru BK membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai tujuan yang dicita-citakan 158 193
Guru BK sebagai pencetus ide dalam proses
belajar-mengajar 155 181
Guru BK bertindak selaku penyebar kebijaksanaan
dalam pendidikan dan pengetahuan 165 182
Guru BK memberikan fasilitas atau kemudahan
dalam proses belajar-mengajar 160 190
Guru BK sebagai penengah dalam kegiatan belajar
siswa 160 175
Guru BK mempunyai otoritas untuk menilai
prestasi siswa dalam bidang akademik maupun
tingkah laku sosialnya
166 194
Guru BK melaksanakan bimbingan kelompok di
kelas 145 166
Guru BK mengikuti kebijaksanaan sekolah dalam
pelayanan bimbingan 154 182
Kode Etik
Bimbingan
dan Konseling
Guru BK harus memegang teguh prinsip BK 170 194
Pembimbing BK tidak mencampuri wewenang
serta tanggung jawab yang bukan wewenang dan
tanggung jawabnya
154 162
Guru BK dapat memegang teguh atau menyimpan
rahasia klien dengan sebaik-baiknya 160 183
Guru BK memiliki rasa hormat dan menghargai
sesama terhadap bermacam-macam klien 162 193
Guru BK tidak menggunakan tenaga pembantu
yang tidak ahli atau tidak terlatih 148
161
Guru BK tidak menggunakan alat-alat yang kurang
dapat dipertanggung jawabkan 138
167
Guru BK tidak dapat mengambil tindakan yang
mungkin menimbulkan hal-hal yang tidak baik
bagi klien
166 3.92
Guru BK tidak dapat mengalihkan klien pada
konselor lain tanpa persetujuan dari klien 146 4.58
Proses bimbingan berlangsung atas dasar
kesukarelaan antara klien dan pembimbing 159 3.52
Usaha pelayan BK dilakukan dengan teratur,
sistematis dan dengan mempergunakan teknik serta
alat yang memadai
150 4.08
Usaha pemberian bantuan didasarkan pada norma-
norma yang berlaku dan tidak boleh bertentangan 154 4.33
Langkah
Bimbingan
dan Konseling
Guru BK melakukan langkah-langkah yang ada
dalam proses konseling dengan teratur 151 4.31
Langkah awal dalam proses konseling guru BK
melakukan identifikasi masalah yang dialami klien
(siswa)
160 4.21
Langkah akhir dalam proses konseling guru BK
melakukan evaluasi (follow up) terhadap klien
(siswa) yang bermasalah
161 4.48
Macam-
macam
Kenakalan
Tidak adanya kerenggangan ikatan kasih antara
orang tua dan remaja 164 4.06
Siswa diberikan pengetahuan tentang macam
kenakalan yang dilarang di sekolah 173 3.90
Mencegah siswa untuk melanggar nilai-nilai agama
dan sosial sehingga merugikan diri sendiri dan
orang lain
173 4.23
Pencegahan terhadap siswa yang melakukan
kenakalan yang mengakibatkan korban materi 177 3.92
Pencegahan terhadap siswa yang melakukan
kenakalan yang mengakibatkan korban fisik 181 4.04
Karakteristik
Kenakalan
Remaja
Dalam hal penjelasan suatu apapun harus
dijelaskan dengan masuk akal terhadap remaja 170 3.77
Terciptanya lingkungan yang baik 181 4.06
Remaja melakukan aktifitas yang positif untuk
menghindari dari suka mengkhayal berlebihan 173 3.88
Mengonsumsi makanan yang baik lagi halal 189 4.23
Faktor yang
Mempengaruhi
Kenakalan
Remaja
Tingginya status sosial ekonomi orang tua 168 4.00
Anak remaja tidak salah dalam pergaulannya 171 4.38
Orang tua tidak mencap jelek anaknya di depan
tamunya ketika berbasa-basi 190 4.17
Remaja memiliki identitas diri yang positif 181 4.27
Remaja memiliki kontrol terhadap dirinya dengan
maksimal 181
3.94
Penerapan disiplin keluarga yang tepat 193 4.31
Cara
Mengatasi
Guru BK Mengenal dan mengetahui ciri umum dan
khas remaja dalam mengatasi kenakalannya 157 4.02
Kenakalan
Remaja
Guru BK mengetahui kesulitan-kesulitan yang
secara umum dialami oleh remaja 161 3.58
Penguatan sikap mental remaja sehingga mampu
menyelesaikan persoalan yang dihadapinya 173 3.75
Usaha pembinaan yang terarah dengan baik dalam
perkembangan diri remaja 169 4.00
Menindak pelanggaran norma-norma sosial dan
moral dengan hukuman yang sesuai tingkat
kenakalan
176 4.00
Melakukan tindakan rehabilitasi jika tahap
pencegahan dan penyembuhan telah dilakukan dan
dianggap perlu
170 4.27
Aspek
Efektivitas
Tugas dan fungsi BK dapat dilaksanakan dengan
baik oleh guru BK dan timnya di Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bogor
171 3.33
Rencana atau program BK dapat dilaksanakan
dengan baik oleh guru BK dan timnya di Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bogor
162 3.85
Berfungsinya ketentuan atau aturan yang telah
dibuat oleh guru BK dan timnya di Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bogor
178 3.46
Kondisi ideal program BK di Pesantren Modern
Daarul Uluum I Bogor tercapai dengan baik 173 4.13
Siswa mampu bersaing dan berprestasi dari
berbagai bidang baik di dalam maupun di luar
lingkungan pesantren
189 3.96
Lampiran 2
Kesenjangan Antar Skor Kenyataan Dengan Skor Harapan/Kepentingan
No Variabel Kenyataan Kepentingan Hasil GAP
1 Mengontrol sholat fardlu setiap waktu
shubuh dan maghrib 3.40 4.38 -0.98
2 Mengontrol aktivitas santri dari mulai
bangun tidur sampai tidur kembali 3.33 4.17 -0.83
3 Memberi bimbingan dan konseling
kepada santri 3.35 4.27
-0.92
4 Mengontrol santri sesuai yang ditetapkan 3.27 3.94 -0.67
5
Mengadakan bimbingan membaca Al
Qur’an setiap ba’da maghrib kerjasama
dengan bagian peribadatan
3.81 4.31 -0.50
9
Mengontrol kegiatan muhadatsah setiap
selasa dan jum’at bekerjasama dengan
koordinator bahasa pusat
3.71 4.02 -0.31
13 Mengontrol kegiatan munaqosyah
(diskusi ilmiah) pada hari senin 3.21 3.58 -0.38
16
Program bimbingan harus dipimpin oleh
petugas yang ahli dan dapat bekerjasama
dengan pihak pesantren dan lainnya
3.13 3.75 -0.63
17
Menyediakan informasi mengenai
jurusan, kelanjutan studi dan
menyelenggarakan orientasi kepada
siswa baru
3.25 4.00 -0.75
18
Membentuk kelompok belajar,
memberikan informasi cara mengatur
jadwal belajar dan memberikan cara
untuk mengatasi masalah dalam belajar
3.19 4.00 -0.81
19
Memberikan konseling untuk
mengembangkan hidup dan membantu
memecahkan masalah dari segi agama
dan sosial
3.27 4.27 -1.00
20 Pemahaman dunia kerja yang selaras 2.73 3.33 -0.60
21
Membantu santri memperkembangkan
diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan yang dimilikinya
3.15 3.85 -0.71
22 Bimbingan berpusat pada individu yang
dibimbing 2.90 3.46 -0.56
23 Mengarahkan santri dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi 3.31 4.13 -0.81
24 Memahami setiap individu santri 3.10 3.96 -0.85
25 Pemberian bimbingan disesuaikan
dengan kebutuhan santri yang dibimbing 3.08 3.77 -0.69
26 Bimbingan diadakan untuk
pengembangan pribadi santri 3.27 3.90 -0.63
28
Pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-
pihak tertentu sesuai dengan kepentingan
pengembangan siswa (santri)
3.15 3.50 -0.35
29
Pencegahan terhadap siswa (santri) dari
berbagai permasalahan yang mungkin
timbul dan dapat mengganggu dalam
proses perkembangannya
3.46 4.25 -0.79
30 Teratasinya berbagai permasalahan yang
dialami 3.10 4.02 -0.92
31
Terpelihara dan terkembangkan berbagai
potensi siswa (santri) secara terarah,
mantap dan berkelanjutan
3.10 3.79 -0.69
32
Pembelaan terhadap siswa dalam rangka
upaya pengembangan seluruh potensi
secara optimal
3.19 3.63 -0.44
34 Seorang pembimbing dapat mengambil
tindakan yang bijaksana 3.60 4.33 -0.73
36
Pembimbing atau guru BK mempunyai
kecintaan yang penuh pada pekerjaannya
dan terhadap anak atau individu yang
dihadapinya
3.35 3.98 -0.63
37 Pembimbing atau guru BK mempunyai
inisiatif yang cukup baik 3.08 3.83 -0.75
38
Pembimbing memiliki akhlak yang yang
baik dan bertawakal yang mendasarkan
sesuatu atas nama Allah
3.63 4.44 -0.81
39 Pembimbing memiliki kesabaran yang
maksimal dalam menghadapi kliennya 3.48 4.10 -0.63
40 Pembimbing dapat meyakinkan klien
dalam memberikan bantuan 3.19 3.73 -0.54
41 Pembimbing sebagai pendengar yang
baik bagi kliennya 3.38 3.98 -0.60
42 Guru BK sebagai informator yang baik
dalam kegiatan akademik maupun umum 3.33 3.75
-0.42
43
Guru BK sebagai pengelola kegiatan
akademik, silabus, jadwal pelajaran dan
lain-lain
3.31 3.52 -0.21
44 Guru BK sebagai seorang motivator yang
baik 3.38 3.88
-0.50
45
Guru BK membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai tujuan yang
dicita-citakan
3.29 4.02 -0.73
46 Guru BK sebagai pencetus ide dalam
proses belajar-mengajar 3.23 3.77 -0.54
47
Guru BK bertindak selaku penyebar
kebijaksanaan dalam pendidikan dan
pengetahuan
3.44 3.79 -0.35
48
Guru BK memberikan fasilitas atau
kemudahan dalam proses belajar-
mengajar
3.33 3.96 -0.63
49 Guru BK sebagai penengah dalam
kegiatan belajar siswa 3.33 3.65 -0.31
50
Guru BK mempunyai otoritas untuk
menilai prestasi siswa dalam bidang
akademik maupun tingkah laku sosialnya
3.46 4.04 -0.58
51 Guru BK melaksanakan bimbingan
kelompok di kelas 3.02 3.46 -0.44
52 Guru BK mengikuti kebijaksanaan
sekolah dalam pelayanan bimbingan 3.21 3.79
-0.58
53 Guru BK harus memegang teguh prinsip
BK 3.54 4.04 -0.50
54
Pembimbing BK tidak mencampuri
wewenang serta tanggung jawab yang
bukan wewenang dan tanggung
jawabnya
3.21 3.38 -0.17
55
Guru BK dapat memegang teguh atau
menyimpan rahasia klien dengan sebaik-
baiknya
3.33 3.81 -0.48
56
Guru BK memiliki rasa hormat dan
menghargai sesama terhadap bermacam-
macam klien
3.38 4.02 -0.65
58
Guru BK tidak menggunakan alat-alat
yang kurang dapat dipertanggung
jawabkan
2.88 3.48 -0.60
59
Guru BK tidak dapat mengambil
tindakan yang mungkin menimbulkan
hal-hal yang tidak baik bagi klien
3.46 3.88 -0.42
60
Guru BK tidak dapat mengalihkan klien
pada konselor lain tanpa persetujuan dari
klien
3.04 3.79 -0.75
61
Proses bimbingan berlangsung atas dasar
kesukarelaan antara klien dan
pembimbing
3.31 3.75 -0.44
62
Usaha pelayan BK dilakukan dengan
teratur, sistematis dan dengan
mempergunakan teknik serta alat yang
memadai
3.13 3.67 -0.54
63
Usaha pemberian bantuan didasarkan
pada norma-norma yang berlaku dan
tidak boleh bertentangan
3.21 3.71 -0.50
64
Guru BK melakukan langkah-langkah
yang ada dalam proses konseling dengan
teratur
3.15 3.73 -0.58
65
Langkah awal dalam proses konseling
guru BK melakukan identifikasi masalah
yang dialami klien (siswa)
3.33 3.81 -0.48
66
Langkah akhir dalam proses konseling
guru BK melakukan evaluasi (follow up)
terhadap klien (siswa) yang bermasalah
3.35 3.90 -0.54
67 Tidak adanya kerenggangan ikatan kasih
antara orang tua dan remaja 3.42 3.94
-0.52
70
Pencegahan terhadap siswa yang
melakukan kenakalan yang
mengakibatkan korban materi
3.69 4.02 -0.33
71
Pencegahan terhadap siswa yang
melakukan kenakalan yang
mengakibatkan korban fisik
3.77 4.06 -0.29
72
Dalam hal penjelasan suatu apapun harus
dijelaskan dengan masuk akal terhadap
remaja
3.54 3.98 -0.44
74
Remaja melakukan aktifitas yang positif
untuk menghindari dari suka mengkhayal
berlebihan
3.60 3.92 -0.31
75 Mengonsumsi makanan yang baik lagi
halal 3.94 4.58
-0.65
76 Tingginya status sosial ekonomi orang
tua 3.50 3.52 -0.02
77 Anak remaja tidak salah dalam
pergaulannya 3.56 4.08 -0.52
78 Orang tua tidak mencap jelek anaknya di
depan tamunya ketika berbasa-basi 3.96 4.33 -0.38
79 Remaja memiliki identitas diri yang
positif 3.77 4.31 -0.54
80 Remaja memiliki kontrol terhadap
dirinya dengan maksimal 3.77 4.21 -0.44
81 Penerapan disiplin keluarga yang tepat 4.02 4.48 -0.46
82
Guru BK Mengenal dan mengetahui ciri
umum dan khas remaja dalam mengatasi
kenakalannya
3.27 4.06 -0.79
83 Guru BK mengetahui kesulitan-kesulitan
yang secara umum dialami oleh remaja 3.35 3.90 -0.54
84
Penguatan sikap mental remaja sehingga
mampu menyelesaikan persoalan yang
dihadapinya
3.60 4.23 -0.63
85 Usaha pembinaan yang terarah dengan
baik dalam perkembangan diri remaja 3.52 3.92 -0.40
86
Menindak pelanggaran norma-norma
sosial dan moral dengan hukuman yang
sesuai tingkat kenakalan
3.67 4.04 -0.38
87
Melakukan tindakan rehabilitasi jika
tahap pencegahan dan penyembuhan
telah dilakukan dan dianggap perlu
3.54 3.77 -0.23
88
Tugas dan fungsi BK dapat dilaksanakan
dengan baik oleh guru BK dan timnya di
Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor
3.56 4.06 -0.50
89
Rencana atau program BK dapat
dilaksanakan dengan baik oleh guru BK
dan timnya di Pesantren Modern Daarul
Uluum I Bogor
3.38 3.88 -0.50
90
Berfungsinya ketentuan atau aturan yang
telah dibuat oleh guru BK dan timnya di
Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor
3.71 4.23 -0.52
91
Kondisi ideal program BK di Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bogor tercapai
dengan baik
3.60 4.00 -0.40
Sumber: Hasil penelitian (diolah tahun 2017)
Lampiran 3
Perhitungan Rata-rata Tingkat Kenyataan atau Realitas (Performance)
Efektivitas Program BK dalam Mengatasi Kenakalan Santriwan/ti
Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor
Variabel Atribut Pernyataan Rata-rata
Program
Bimbingan
dan Konseling
Mengontrol sholat fardlu setiap waktu shubuh dan
maghrib 3.40
Mengontrol aktivitas santri dari mulai bangun tidur
sampai tidur kembali 3.33
Memberi bimbingan dan konseling kepada santri 3.35
Mengontrol santri sesuai yang ditetapkan 3.27
Mengadakan bimbingan membaca Al Qur’an
setiap ba’da maghrib kerjasama dengan bagian
peribadatan
3.81
Mengontrol kegiatan muhadatsah setiap selasa dan
jum’at bekerjasama dengan koordinator bahasa
pusat
3.71
Mengontrol kegiatan munaqosyah (diskusi ilmiah)
pada hari senin 3.21
Program bimbingan harus dipimpin oleh petugas
yang ahli dan dapat bekerjasama dengan pihak
pesantren dan lainnya
3.13
Jenis
Bimbingan
dan Konseling
Menyediakan informasi mengenai jurusan,
kelanjutan studi dan menyelenggarakan orientasi
kepada siswa baru
3.25
Membentuk kelompok belajar, memberikan
informasi cara mengatur jadwal belajar dan
memberikan cara untuk mengatasi masalah dalam
belajar
3.19
Memberikan konseling untuk mengembangkan
hidup dan membantu memecahkan masalah dari
segi agama dan sosial
3.27
Pemahaman dunia kerja yang selaras 2.73
Tujuan
Bimbingan
dan Konseling
Membantu santri memperkembangkan diri secara
optimal sesuai dengan tahap perkembangan yang
dimilikinya
3.15
Prinsip
Bimbingan
dan Konseling
Bimbingan berpusat pada individu yang dibimbing 2.90
Mengarahkan santri dalam menghadapi kesulitan-
kesulitan yang dihadapi 3.31
Memahami setiap individu santri 3.10
Pemberian bimbingan disesuaikan dengan
kebutuhan santri yang dibimbing 3.08
Bimbingan diadakan untuk pengembangan pribadi
santri 3.27
Fungsi
Bimbingan
dan Konseling
Pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan
siswa (santri)
3.15
Pencegahan terhadap siswa (santri) dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul dan dapat
mengganggu dalam proses perkembangannya
3.46
Teratasinya berbagai permasalahan yang dialami 3.10
Terpelihara dan terkembangkan berbagai potensi
siswa (santri) secara terarah, mantap dan
berkelanjutan
3.10
Pembelaan terhadap siswa dalam rangka upaya
pengembangan seluruh potensi secara optimal
3.19
Petugas
Bimbingan
dan Konseling
Seorang pembimbing dapat mengambil tindakan
yang bijaksana 3.60
Pembimbing atau guru BK mempunyai kecintaan
yang penuh pada pekerjaannya dan terhadap anak
atau individu yang dihadapinya
3.35
Pembimbing atau guru BK mempunyai inisiatif
yang cukup baik 3.08
Pembimbing memiliki akhlak yang yang baik dan
bertawakal yang mendasarkan sesuatu atas nama
Allah
3.63
Pembimbing memiliki kesabaran yang maksimal
dalam menghadapi kliennya 3.48
Pembimbing dapat meyakinkan klien dalam
memberikan bantuan 3.19
Pembimbing sebagai pendengar yang baik bagi
kliennya 3.38
Guru BK sebagai informator yang baik dalam
kegiatan akademik maupun umum 3.33
Guru BK sebagai pengelola kegiatan akademik,
silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain 3.31
Guru BK sebagai seorang motivator yang baik 3.38
Guru BK membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai tujuan yang dicita-citakan 3.29
Guru BK sebagai pencetus ide dalam proses
belajar-mengajar 3.23
Guru BK bertindak selaku penyebar kebijaksanaan
dalam pendidikan dan pengetahuan 3.44
Guru BK memberikan fasilitas atau kemudahan
dalam proses belajar-mengajar 3.33
Guru BK sebagai penengah dalam kegiatan belajar
siswa
3.33
Guru BK mempunyai otoritas untuk menilai
prestasi siswa dalam bidang akademik maupun
tingkah laku sosialnya
3.46
Guru BK melaksanakan bimbingan kelompok di
kelas 3.02
Guru BK mengikuti kebijaksanaan sekolah dalam
pelayanan bimbingan 3.21
Kode Etik
Bimbingan
dan Konseling
Guru BK harus memegang teguh prinsip BK 3.54
Pembimbing BK tidak mencampuri wewenang
serta tanggung jawab yang bukan wewenang dan
tanggung jawabnya
3.21
Guru BK dapat memegang teguh atau menyimpan
rahasia klien dengan sebaik-baiknya 3.33
Guru BK memiliki rasa hormat dan menghargai
sesama terhadap bermacam-macam klien 3.38
Guru BK tidak menggunakan alat-alat yang kurang
dapat dipertanggung jawabkan 2.88
Guru BK tidak dapat mengambil tindakan yang
mungkin menimbulkan hal-hal yang tidak baik
bagi klien
3.46
Guru BK tidak dapat mengalihkan klien pada
konselor lain tanpa persetujuan dari klien 3.04
Proses bimbingan berlangsung atas dasar
kesukarelaan antara klien dan pembimbing 3.31
Usaha pelayan BK dilakukan dengan teratur,
sistematis dan dengan mempergunakan teknik serta
alat yang memadai
3.13
Usaha pemberian bantuan didasarkan pada norma-
norma yang berlaku dan tidak boleh bertentangan 3.21
Langkah
Bimbingan
dan Konseling
Guru BK melakukan langkah-langkah yang ada
dalam proses konseling dengan teratur 3.15
Langkah awal dalam proses konseling guru BK
melakukan identifikasi masalah yang dialami klien
(siswa)
3.33
Langkah akhir dalam proses konseling guru BK
melakukan evaluasi (follow up) terhadap klien
(siswa) yang bermasalah
3.35
Macam-
macam
Kenakalan
Tidak adanya kerenggangan ikatan kasih antara
orang tua dan remaja 3.42
Pencegahan terhadap siswa yang melakukan
kenakalan yang mengakibatkan korban materi 3.69
Pencegahan terhadap siswa yang melakukan
kenakalan yang mengakibatkan korban fisik 3.77
Karakteristik
Kenakalan
Dalam hal penjelasan suatu apapun harus
dijelaskan dengan masuk akal terhadap remaja 3.54
Remaja Remaja melakukan aktifitas yang positif untuk
menghindari dari suka mengkhayal berlebihan 3.60
Mengonsumsi makanan yang baik lagi halal 3.94
Faktor yang
Mempengaruhi
Kenakalan
Remaja
Tingginya status sosial ekonomi orang tua 3.50
Anak remaja tidak salah dalam pergaulannya 3.56
Orang tua tidak mencap jelek anaknya di depan
tamunya ketika berbasa-basi 3.96
Remaja memiliki identitas diri yang positif 3.77
Remaja memiliki kontrol terhadap dirinya dengan
maksimal 3.77
Penerapan disiplin keluarga yang tepat 4.02
Cara
Mengatasi
Kenakalan
Remaja
Guru BK Mengenal dan mengetahui ciri umum dan
khas remaja dalam mengatasi kenakalannya 3.27
Guru BK mengetahui kesulitan-kesulitan yang
secara umum dialami oleh remaja 3.35
Penguatan sikap mental remaja sehingga mampu
menyelesaikan persoalan yang dihadapinya 3.60
Usaha pembinaan yang terarah dengan baik dalam
perkembangan diri remaja 3.52
Menindak pelanggaran norma-norma sosial dan
moral dengan hukuman yang sesuai tingkat
kenakalan
3.67
Melakukan tindakan rehabilitasi jika tahap
pencegahan dan penyembuhan telah dilakukan dan
dianggap perlu
3.54
Aspek
Efektivitas
Tugas dan fungsi BK dapat dilaksanakan dengan
baik oleh guru BK dan timnya di Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bogor
3.56
Rencana atau program BK dapat dilaksanakan
dengan baik oleh guru BK dan timnya di Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bogor
3.38
Berfungsinya ketentuan atau aturan yang telah
dibuat oleh guru BK dan timnya di Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bogor
3.71
Kondisi ideal program BK di Pesantren Modern
Daarul Uluum I Bogor tercapai dengan baik 3.60
Rata-rata 3.38 Sumber: Hasil penelitian (diolah tahun 2017)
Lampiran 4
Perhitungan Rata-rata Tingkat Kepentingan (Importance)
Efektivitas Program BK dalam Mengatasi Kenakalan Santriwan/ti
Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor
Variabel Atribut Pernyataan Rata-rata
Program
Bimbingan
dan Konseling
Mengontrol sholat fardlu setiap waktu shubuh dan
maghrib 4.38
Mengontrol aktivitas santri dari mulai bangun tidur
sampai tidur kembali 4.17
Memberi bimbingan dan konseling kepada santri 4.27
Mengontrol santri sesuai yang ditetapkan 3.94
Mengadakan bimbingan membaca Al Qur’an
setiap ba’da maghrib kerjasama dengan bagian
peribadatan
4.31
Mengontrol kegiatan muhadatsah setiap selasa dan
jum’at bekerjasama dengan koordinator bahasa
pusat
4.02
Mengontrol kegiatan munaqosyah (diskusi ilmiah)
pada hari senin 3.58
Program bimbingan harus dipimpin oleh petugas
yang ahli dan dapat bekerjasama dengan pihak
pesantren dan lainnya
3.75
Jenis
Bimbingan
dan Konseling
Menyediakan informasi mengenai jurusan,
kelanjutan studi dan menyelenggarakan orientasi
kepada siswa baru
4.00
Membentuk kelompok belajar, memberikan
informasi cara mengatur jadwal belajar dan
memberikan cara untuk mengatasi masalah dalam
belajar
4.00
Memberikan konseling untuk mengembangkan
hidup dan membantu memecahkan masalah dari
segi agama dan sosial
4.27
Pemahaman dunia kerja yang selaras 3.33
Tujuan
Bimbingan
dan Konseling
Membantu santri memperkembangkan diri secara
optimal sesuai dengan tahap perkembangan yang
dimilikinya
3.85
Prinsip
Bimbingan
dan Konseling
Bimbingan berpusat pada individu yang dibimbing 3.46
Mengarahkan santri dalam menghadapi kesulitan-
kesulitan yang dihadapi 4.13
Memahami setiap individu santri 3.96
Pemberian bimbingan disesuaikan dengan
kebutuhan santri yang dibimbing 3.77
Bimbingan diadakan untuk pengembangan pribadi
santri 3.90
Fungsi
Bimbingan
dan Konseling
Pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan
siswa (santri)
3.50
Pencegahan terhadap siswa (santri) dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul dan dapat
mengganggu dalam proses perkembangannya
4.25
Teratasinya berbagai permasalahan yang dialami 4.02
Terpelihara dan terkembangkan berbagai potensi
siswa (santri) secara terarah, mantap dan
berkelanjutan
3.79
Pembelaan terhadap siswa dalam rangka upaya
pengembangan seluruh potensi secara optimal 3.63
Petugas
Bimbingan
dan Konseling
Seorang pembimbing dapat mengambil tindakan
yang bijaksana 4.33
Pembimbing atau guru BK mempunyai kecintaan
yang penuh pada pekerjaannya dan terhadap anak
atau individu yang dihadapinya
3.98
Pembimbing atau guru BK mempunyai inisiatif
yang cukup baik 3.83
Pembimbing memiliki akhlak yang yang baik dan
bertawakal yang mendasarkan sesuatu atas nama
Allah
4.44
Pembimbing memiliki kesabaran yang maksimal
dalam menghadapi kliennya 4.10
Pembimbing dapat meyakinkan klien dalam
memberikan bantuan 3.73
Pembimbing sebagai pendengar yang baik bagi
kliennya 3.98
Guru BK sebagai informator yang baik dalam
kegiatan akademik maupun umum 3.75
Guru BK sebagai pengelola kegiatan akademik,
silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain 3.52
Guru BK sebagai seorang motivator yang baik 3.88
Guru BK membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai tujuan yang dicita-citakan 4.02
Guru BK sebagai pencetus ide dalam proses
belajar-mengajar 3.77
Guru BK bertindak selaku penyebar kebijaksanaan
dalam pendidikan dan pengetahuan 3.79
Guru BK memberikan fasilitas atau kemudahan
dalam proses belajar-mengajar
3.96
Guru BK sebagai penengah dalam kegiatan belajar
siswa
3.65
Guru BK mempunyai otoritas untuk menilai
prestasi siswa dalam bidang akademik maupun
tingkah laku sosialnya
4.04
Guru BK melaksanakan bimbingan kelompok di
kelas 3.46
Guru BK mengikuti kebijaksanaan sekolah dalam
pelayanan bimbingan 3.79
Kode Etik
Bimbingan
dan Konseling
Guru BK harus memegang teguh prinsip BK 4.04
Pembimbing BK tidak mencampuri wewenang
serta tanggung jawab yang bukan wewenang dan
tanggung jawabnya
3.38
Guru BK dapat memegang teguh atau menyimpan
rahasia klien dengan sebaik-baiknya 3.81
Guru BK memiliki rasa hormat dan menghargai
sesama terhadap bermacam-macam klien 4.02
Guru BK tidak menggunakan alat-alat yang kurang
dapat dipertanggung jawabkan 3.48
Guru BK tidak dapat mengambil tindakan yang
mungkin menimbulkan hal-hal yang tidak baik
bagi klien
3.88
Guru BK tidak dapat mengalihkan klien pada
konselor lain tanpa persetujuan dari klien 3.79
Proses bimbingan berlangsung atas dasar
kesukarelaan antara klien dan pembimbing 3.75
Usaha pelayan BK dilakukan dengan teratur,
sistematis dan dengan mempergunakan teknik serta
alat yang memadai
3.67
Usaha pemberian bantuan didasarkan pada norma-
norma yang berlaku dan tidak boleh bertentangan 3.71
Langkah
Bimbingan
dan Konseling
Guru BK melakukan langkah-langkah yang ada
dalam proses konseling dengan teratur 3.73
Langkah awal dalam proses konseling guru BK
melakukan identifikasi masalah yang dialami klien
(siswa)
3.81
Langkah akhir dalam proses konseling guru BK
melakukan evaluasi (follow up) terhadap klien
(siswa) yang bermasalah
3.90
Macam-
macam
Kenakalan
Tidak adanya kerenggangan ikatan kasih antara
orang tua dan remaja 3.94
Pencegahan terhadap siswa yang melakukan
kenakalan yang mengakibatkan korban materi 4.02
Pencegahan terhadap siswa yang melakukan
kenakalan yang mengakibatkan korban fisik 4.06
Karakteristik
Kenakalan
Dalam hal penjelasan suatu apapun harus
dijelaskan dengan masuk akal terhadap remaja 3.98
Remaja Remaja melakukan aktifitas yang positif untuk
menghindari dari suka mengkhayal berlebihan 3.92
Mengonsumsi makanan yang baik lagi halal 4.58
Faktor yang
Mempengaruhi
Kenakalan
Remaja
Tingginya status sosial ekonomi orang tua 3.52
Anak remaja tidak salah dalam pergaulannya 4.08
Orang tua tidak mencap jelek anaknya di depan
tamunya ketika berbasa-basi 4.33
Remaja memiliki identitas diri yang positif 4.31
Remaja memiliki kontrol terhadap dirinya dengan
maksimal 4.21
Penerapan disiplin keluarga yang tepat 4.48
Cara
Mengatasi
Kenakalan
Remaja
Guru BK Mengenal dan mengetahui ciri umum dan
khas remaja dalam mengatasi kenakalannya 4.06
Guru BK mengetahui kesulitan-kesulitan yang
secara umum dialami oleh remaja 3.90
Penguatan sikap mental remaja sehingga mampu
menyelesaikan persoalan yang dihadapinya 4.23
Usaha pembinaan yang terarah dengan baik dalam
perkembangan diri remaja 3.92
Menindak pelanggaran norma-norma sosial dan
moral dengan hukuman yang sesuai tingkat
kenakalan
4.04
Melakukan tindakan rehabilitasi jika tahap
pencegahan dan penyembuhan telah dilakukan dan
dianggap perlu
3.77
Aspek
Efektivitas
Tugas dan fungsi BK dapat dilaksanakan dengan
baik oleh guru BK dan timnya di Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bogor
4.06
Rencana atau program BK dapat dilaksanakan
dengan baik oleh guru BK dan timnya di Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bogor
3.88
Berfungsinya ketentuan atau aturan yang telah
dibuat oleh guru BK dan timnya di Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bogor
4.23
Kondisi ideal program BK di Pesantren Modern
Daarul Uluum I Bogor tercapai dengan baik 4.00
Rata-rata 3.93 Sumber: Hasil penelitian (diolah tahun 2017)
Lampiran 5
Perhitungan Responden Efektivitas Program BK dalam Mengatasi
Kenakalan Santriwan/Ti di Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum I
Bantarkemang Bogor dengan Costumer Statification Index (CSI)
Variabel Atribut Pernyataan MIS MSS WF WS
Program
Bimbingan
dan Konseling
Mengontrol sholat fardlu setiap waktu shubuh
dan maghrib 4.38 3.40 0.01 0.05
Mengontrol aktivitas santri dari mulai bangun
tidur sampai tidur kembali 4.17 3.33 0.01 0.05
Memberi bimbingan dan konseling kepada
santri 4.27 3.35 0.01 0.05
Mengontrol santri sesuai yang ditetapkan 3.94 3.27 0.01 0.04
Mengadakan bimbingan membaca Al Qur’an
setiap ba’da maghrib kerjasama dengan bagian
peribadatan
4.31 3.81 0.01 0.06
Mengontrol kegiatan muhadatsah setiap selasa
dan jum’at bekerjasama dengan koordinator
bahasa pusat
4.02 3.71 0.01 0.05
Mengontrol kegiatan munaqosyah (diskusi
ilmiah) pada hari senin 3.58 3.21 0.01 0.04
Program bimbingan harus dipimpin oleh petugas
yang ahli dan dapat bekerjasama dengan pihak
pesantren dan lainnya
3.75 3.13 0.01 0.04
Jenis
Bimbingan
dan Konseling
Menyediakan informasi mengenai jurusan,
kelanjutan studi dan menyelenggarakan
orientasi kepada siswa baru
4.00 3.25 0.01 0.04
Membentuk kelompok belajar, memberikan
informasi cara mengatur jadwal belajar dan
memberikan cara untuk mengatasi masalah
dalam belajar
4.00 3.19 0.01 0.04
Memberikan konseling untuk mengembangkan
hidup dan membantu memecahkan masalah dari
segi agama dan sosial
4.27 3.27 0.01 0.05
Pemahaman dunia kerja yang selaras 3.33 2.73 0.01 0.03
Tujuan
Bimbingan
dan Konseling
Membantu santri memperkembangkan diri
secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan yang dimilikinya
3.85 3.15 0.01 0.04
Prinsip
Bimbingan
dan Konseling
Bimbingan berpusat pada individu yang
dibimbing 3.46 2.90 0.01 0.03
Mengarahkan santri dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi 4.13 3.31 0.01 0.05
Memahami setiap individu santri 3.96 3.10 0.01 0.04
Pemberian bimbingan disesuaikan dengan
kebutuhan santri yang dibimbing 3.77 3.08 0.01 0.04
Bimbingan diadakan untuk pengembangan
pribadi santri 3.90 3.27 0.01 0.04
Fungsi
Bimbingan
dan Konseling
Pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu sesuai dengan kepentingan
pengembangan siswa (santri)
3.50 3.15 0.01 0.04
Pencegahan terhadap siswa (santri) dari
berbagai permasalahan yang mungkin timbul
dan dapat mengganggu dalam proses
perkembangannya
4.25 3.46 0.01 0.05
Teratasinya berbagai permasalahan yang
dialami 4.02 3.10 0.01 0.04
Terpelihara dan terkembangkan berbagai
potensi siswa (santri) secara terarah, mantap dan
berkelanjutan
3.79 3.10 0.01 0.04
Pembelaan terhadap siswa dalam rangka upaya
pengembangan seluruh potensi secara optimal 3.63 3.19 0.01 0.04
Petugas
Bimbingan
dan Konseling
Seorang pembimbing dapat mengambil tindakan
yang bijaksana 4.33 3.60 0.01 0.05
Pembimbing atau guru BK mempunyai
kecintaan yang penuh pada pekerjaannya dan
terhadap anak atau individu yang dihadapinya
3.98 3.35 0.01 0.04
Pembimbing atau guru BK mempunyai inisiatif
yang cukup baik 3.83 3.08 0.01 0.04
Pembimbing memiliki akhlak yang yang baik
dan bertawakal yang mendasarkan sesuatu atas
nama Allah
4.44 3.63 0.01 0.05
Pembimbing memiliki kesabaran yang
maksimal dalam menghadapi kliennya 4.10 3.48 0.01 0.05
Pembimbing dapat meyakinkan klien dalam
memberikan bantuan 3.73 3.19 0.01 0.04
Pembimbing sebagai pendengar yang baik bagi
kliennya 3.98 3.38 0.01 0.04
Guru BK sebagai informator yang baik dalam
kegiatan akademik maupun umum 3.75 3.33 0.01 0.04
Guru BK sebagai pengelola kegiatan akademik,
silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain 3.52 3.31 0.01 0.04
Guru BK sebagai seorang motivator yang baik 3.88 3.38 0.01 0.04
Guru BK membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai tujuan yang dicita-
citakan
4.02 3.29 0.01 0.04
Guru BK sebagai pencetus ide dalam proses
belajar-mengajar 3.77 3.23 0.01 0.04
Guru BK bertindak selaku penyebar
kebijaksanaan dalam pendidikan dan
pengetahuan
3.79 3.44 0.01 0.04
Guru BK memberikan fasilitas atau kemudahan
dalam proses belajar-mengajar 3.96 3.33 0.01 0.04
Guru BK sebagai penengah dalam kegiatan
belajar siswa 3.65 3.33 0.01 0.04
Guru BK mempunyai otoritas untuk menilai
prestasi siswa dalam bidang akademik maupun
tingkah laku sosialnya
4.04 3.46 0.01 0.05
Guru BK melaksanakan bimbingan kelompok di
kelas 3.46 3.02 0.01 0.03
Guru BK mengikuti kebijaksanaan sekolah
dalam pelayanan bimbingan 3.79 3.21 0.01 0.04
Kode Etik
Bimbingan
dan Konseling
Guru BK harus memegang teguh prinsip BK 4.04 3.54 0.01 0.05
Pembimbing BK tidak mencampuri wewenang
serta tanggung jawab yang bukan wewenang
dan tanggung jawabnya
3.38 3.21 0.01 0.04
Guru BK dapat memegang teguh atau
menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya 3.81 3.33 0.01 0.04
Guru BK memiliki rasa hormat dan menghargai
sesama terhadap bermacam-macam klien 4.02 3.38 0.01 0.05
Guru BK tidak menggunakan alat-alat yang
kurang dapat dipertanggung jawabkan 3.48 2.88 0.01 0.03
Guru BK tidak dapat mengambil tindakan yang
mungkin menimbulkan hal-hal yang tidak baik
bagi klien
3.88 3.46 0.01 0.04
Guru BK tidak dapat mengalihkan klien pada
konselor lain tanpa persetujuan dari klien 3.79 3.04 0.01 0.04
Proses bimbingan berlangsung atas dasar
kesukarelaan antara klien dan pembimbing 3.75 3.31 0.01 0.04
Usaha pelayan BK dilakukan dengan teratur,
sistematis dan dengan mempergunakan teknik
serta alat yang memadai
3.67 3.13 0.01 0.04
Usaha pemberian bantuan didasarkan pada
norma-norma yang berlaku dan tidak boleh
bertentangan
3.71 3.21 0.01 0.04
Langkah
Bimbingan
dan Konseling
Guru BK melakukan langkah-langkah yang ada
dalam proses konseling dengan teratur 3.73 3.15 0.01 0.04
Langkah awal dalam proses konseling guru BK
melakukan identifikasi masalah yang dialami
klien (siswa)
3.81 3.33 0.01 0.04
Langkah akhir dalam proses konseling guru BK
melakukan evaluasi (follow up) terhadap klien
(siswa) yang bermasalah
3.90 3.35 0.01 0.04
Macam-
macam
Kenakalan
Tidak adanya kerenggangan ikatan kasih antara
orang tua dan remaja 3.94 3.42 0.01
0.05
Pencegahan terhadap siswa yang melakukan
kenakalan yang mengakibatkan korban materi 4.02 3.69 0.01 0.05
Pencegahan terhadap siswa yang melakukan
kenakalan yang mengakibatkan korban fisik 4.06 3.77 0.01 0.05
Karakteristik
Kenakalan
Remaja
Dalam hal penjelasan suatu apapun harus
dijelaskan dengan masuk akal terhadap remaja 3.98 3.54 0.01 0.05
Remaja melakukan aktifitas yang positif untuk
menghindari dari suka mengkhayal berlebihan 3.92 3.60 0.01 0.05
Mengonsumsi makanan yang baik lagi halal 4.58 3.94 0.02 0.06
Faktor yang
Mempengaruhi
Kenakalan
Remaja
Tingginya status sosial ekonomi orang tua 3.52 3.50 0.01 0.04
Anak remaja tidak salah dalam pergaulannya 4.08 3.56 0.01 0.05
Orang tua tidak mencap jelek anaknya di depan
tamunya ketika berbasa-basi 4.33 3.96 0.01 0.06
Remaja memiliki identitas diri yang positif 4.31 3.77 0.01 0.05
Remaja memiliki kontrol terhadap dirinya
dengan maksimal 4.21 3.77 0.01 0.05
Penerapan disiplin keluarga yang tepat 4.48 4.02 0.01 0.06
Cara
Mengatasi
Kenakalan
Remaja
Guru BK Mengenal dan mengetahui ciri umum
dan khas remaja dalam mengatasi kenakalannya 4.06 3.27 0.01 0.04
Guru BK mengetahui kesulitan-kesulitan yang
secara umum dialami oleh remaja 3.90 3.35 0.01 0.04
Penguatan sikap mental remaja sehingga mampu
menyelesaikan persoalan yang dihadapinya 4.23 3.60 0.01 0.05
Usaha pembinaan yang terarah dengan baik
dalam perkembangan diri remaja 3.92 3.52 0.01 0.05
Menindak pelanggaran norma-norma sosial dan
moral dengan hukuman yang sesuai tingkat
kenakalan
4.04 3.67 0.01 0.05
Melakukan tindakan rehabilitasi jika tahap
pencegahan dan penyembuhan telah dilakukan
dan dianggap perlu
3.77 3.54 0.01 0.04
Aspek
Efektivitas
Tugas dan fungsi BK dapat dilaksanakan
dengan baik oleh guru BK dan timnya di
Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor
4.06 3.56 0.01 0.05
Rencana atau program BK dapat dilaksanakan
dengan baik oleh guru BK dan timnya di
Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor
3.88 3.38 0.01 0.04
Berfungsinya ketentuan atau aturan yang telah
dibuat oleh guru BK dan timnya di Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bogor
4.23 3.71 0.01 0.05
Kondisi ideal program BK di Pesantren Modern
Daarul Uluum I Bogor tercapai dengan baik 4.00 3.60 0.01 0.05
Total 298.77 256.56 1.00 3.39
CSI 67.76%
Sumber: Hasil penelitian (diolah tahun 2017)
KISI-KISI ANGKET
Efektivitas Program Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kenakalan
Santriwan/ti (Studi Kasus di Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum 1
Bantarkemang Bogor)
NO VARIABEL INDIKATOR NO SOAL JUMLAH
1 Program Bimbinan dan
Konseling
- Program Bimbingan dan Konseling
- Jenis Bimbingan dan Konseling
- Tujuan Bimbingan dan Konseling
- Prinsip Bimbingan dan Konseling
- Fungsi Bimbingan dan Konseling
- Petugas Bimbingan dan Konseling
- Kode Etik Bimbingan dan Konseling
- Langkah Bimbingan dan Konseling
1-16
17-20
21
22-27
28-32
33-52
53-63
64-66
16
4
1
6
5
20
11
3
2 Kenakalan Remaja
(Santriwan/ti)
- Macam-macam Kenakalan
- Karakteristik Kenakalan Remaja
- Faktor yang Mempengaruhi
Kenakalan Remaja
- Cara Mengatasi Kenakalan Remaja
67-71
72-75
76-81
82-87
5
4
6
6
3 Efektivitas - Aspek Efektivitas 88-92 5
Jumlah 92
LEMBAR ANGKET
I. PETUNJUK
1. Tulis nama dengan lengkap terlebih dahulu!
2. Pilih alternatif jawaban dengan tanda () pada jawaban yang dianggap benar,
sesuai dengan hati nurani!
Indikator Kepentingan Indikator Kenyataan
1 = Sangat Tidak Penting 1 = Sangat Tidak Puas
2 = Tidak Penting 2 = Tidak Puas
3 = Cukup Penting 3 = Cukup Puas
4 = Penting 4 = Puas
5 = Sangat Penting 5 = Sangat Puas
3. Jawablah dengan jujur, tanpa terpengaruh oleh teman!
4. Kalau ada hal kurang jelas dalam menjawab, tanyakan kepada petugas!
II. IDENTITAS SISWA
Hari/Tanggal :
Nama :
Kelas :
III. PERTANYAAN
NO PERNYATAAN Kepentingan Kenyataan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Mengontrol sholat fardlu setiap waktu shubuh
dan maghrib
2 Mengontrol aktivitas santri dari mulai bangun
tidur sampai tidur kembali
3 Memberi bimbingan dan konseling kepada santri
4 Mengontrol santri sesuai yang ditetapkan
5
Mengadakan bimbingan membaca Al Qur’an
setiap ba’da maghrib kerjasama dengan bagian
peribadatan
6 Mengontrol belajar santri pada malam hari
7 Mengontrol muuhadlarah setiap malam kamis
dan malam jum’at
8 Mengontrol kegiatan kesenian dan keterampilan
santri bekerjasama dengan pembimbing kesenian
9
Mengontrol kegiatan muhadatsah setiap selasa
dan jum’at bekerjasama dengan koordinator
bahasa pusat
10 Mengadakan perizinan hari jum’at jika tidak ada
kegiatan
11 Mengontrol perizinan perpulangan pada
pertengahan dan akhir tahun
12 Mengadakan kuliah umum tentang etiket setiap
menjelang liburan
13 Mengontrol kegiatan munaqosyah (diskusi
ilmiah) pada hari senin
14 Mengontrol pengajian kitab kuning setiap ba’da
shubuh bekerjasama dengan bagian peribatan
15 Program bimbingan sesuai dengan program
pendidikan
16
Program bimbingan harus dipimpin oleh petugas
yang ahli dan dapat bekerjasama dengan pihak
pesantren dan lainnya
17
Menyediakan informasi mengenai jurusan,
kelanjutan studi dan menyelenggarakan orientasi
kepada siswa baru
18
Membentuk kelompok belajar, memberikan
informasi cara mengatur jadwal belajar dan
memberikan cara untuk mengatasi masalah
dalam belajar
19
Memberikan konseling untuk mengembangkan
hidup dan membantu memecahkan masalah dari
segi agama dan sosial
20 Pemahaman dunia kerja yang selaras
21
Membantu santri memperkembangkan diri
secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan yang dimilikinya
22 Bimbingan berpusat pada individu yang
dibimbing
23 Mengarahkan santri dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi
24 Memahami setiap individu santri
25 Pemberian bimbingan disesuaikan dengan
kebutuhan santri yang dibimbing
26 Bimbingan diadakan untuk pengembangan
pribadi santri
27
Berhasil atau tidaknya bimbingan sebagian besar
tergantung pada orang yang minta bimbingan
dengan kesediaan dan kesanggupan pada proses-
proses yang terjadi dalam dirinya
28
Pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu sesuai dengan kepentingan
pengembangan siswa (santri)
29
Pencegahan terhadap siswa (santri) dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul dan dapat
mengganggu dalam proses perkembangannya
30 Teratasinya berbagai permasalahan yang dialami
31
Terpelihara dan terkembangkan berbagai potensi
siswa (santri) secara terarah, mantap dan
berkelanjutan
32 Pembelaan terhadap siswa dalam rangka upaya
pengembangan seluruh potensi secara optimal
33 Seorang guru BK mempunyai pengetahuan yang
cukup luas, baik segi teori maupun praktik
34 Seorang pembimbing dapat mengambil tindakan
yang bijaksana
35 Pembimbing harus sehat fisik maupun rohaninya
36
Pembimbing atau guru BK mempunyai
kecintaan yang penuh pada pekerjaannya dan
terhadap anak atau individu yang dihadapinya
37 Pembimbing atau guru BK mempunyai inisiatif
yang cukup baik
38
Pembimbing memiliki akhlak yang baik dan
bertawakal yang mendasarkan sesuatu atas nama
Allah
39 Pembimbing memiliki kesabaran yang maksimal
dalam menghadapi kliennya
40 Pembimbing dapat meyakinkan klien dalam
memberikan bantuan
41 Pembimbing sebagai pendengar yang baik bagi
kliennya
42 Guru BK sebagai informator yang baik dalam
kegiatan akademik maupun umum
43 Guru BK sebagai pengelola kegiatan akademik,
silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain
44 Guru BK sebagai seorang motivator yang baik
45
Guru BK membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai tujuan yang dicita-
citakan
46 Guru BK sebagai pencetus ide dalam proses
belajar-mengajar
47
Guru BK bertindak selaku penyebar
kebijaksanaan dalam pendidikan dan
pengetahuan
48 Guru BK memberikan fasilitas atau kemudahan
dalam proses belajar-mengajar
49 Guru BK sebagai penengah dalam kegiatan
belajar siswa
50
Guru BK mempunyai otoritas untuk menilai
prestasi siswa dalam bidang akademik maupun
tingkah laku sosialnya
51 Guru BK melaksanakan bimbingan kelompok di
kelas
52 Guru BK mengikuti kebijaksanaan sekolah
dalam pelayanan bimbingan
53 Guru BK harus memegang teguh prinsip BK
54
Pembimbing BK tidak mencampuri wewenang
serta tanggung jawab yang bukan wewenang dan
tanggung jawabnya
55 Guru BK dapat memegang teguh atau
menyimpan rahasia klien dengan sebaik-baiknya
56 Guru BK memiliki rasa hormat dan menghargai
sesama terhadap bermacam-macam klien
57 Guru BK tidak menggunakan tenaga pembantu
yang tidak ahli atau tidak terlatih
58 Guru BK tidak menggunakan alat-alat yang
kurang dapat dipertanggung jawabkan
59
Guru BK tidak dapat mengambil tindakan yang
mungkin menimbulkan hal-hal yang tidak baik
bagi klien
60 Guru BK tidak dapat mengalihkan klien pada
konselor lain tanpa persetujuan dari klien
61 Proses bimbingan berlangsung atas dasar
kesukarelaan antara klien dan pembimbing
62
Usaha pelayan BK dilakukan dengan teratur,
sistematis dan dengan mempergunakan teknik
serta alat yang memadai
63
Usaha pemberian bantuan didasarkan pada
norma-norma yang berlaku dan tidak boleh
bertentangan
64 Guru BK melakukan langkah-langkah yang ada
dalam proses konseling dengan teratur
65
Langkah awal dalam proses konseling guru BK
melakukan identifikasi masalah yang dialami
klien (siswa)
66
Langkah akhir dalam proses konseling guru BK
melakukan evaluasi (follow up) terhadap klien
(siswa) yang bermasalah
67 Tidak adanya kerenggangan ikatan kasih antara
orang tua dan remaja
68 Siswa diberikan pengetahuan tentang macam
kenakalan yang dilarang di sekolah
69
Mencegah siswa untuk melanggar nilai-nilai
agama dan sosial sehingga merugikan diri sendiri
dan orang lain
70 Pencegahan terhadap siswa yang melakukan
kenakalan yang mengakibatkan korban materi
71 Pencegahan terhadap siswa yang melakukan
kenakalan yang mengakibatkan korban fisik
72 Dalam hal penjelasan suatu apapun harus
dijelaskan dengan masuk akal terhadap remaja
73 Terciptanya lingkungan yang baik
74 Remaja melakukan aktifitas yang positif untuk
menghindari dari suka mengkhayal berlebihan
75 Mengonsumsi makanan yang baik lagi halal
76 Tingginya status sosial ekonomi orang tua
77 Anak remaja tidak salah dalam pergaulannya
78 Orang tua tidak mencap jelek anaknya di depan
tamunya ketika berbasa-basi
79 Remaja memiliki identitas diri yang positif
80 Remaja memiliki kontrol terhadap dirinya
dengan maksimal
81 Penerapan disiplin keluarga yang tepat
82 Guru BK Mengenal dan mengetahui ciri umum
dan khas remaja dalam mengatasi kenakalannya
83 Guru BK mengetahui kesulitan-kesulitan yang
secara umum dialami oleh remaja
84 Penguatan sikap mental remaja sehingga mampu
menyelesaikan persoalan yang dihadapinya
85 Usaha pembinaan yang terarah dengan baik
dalam perkembangan diri remaja
86
Menindak pelanggaran norma-norma sosial dan
moral dengan hukuman yang sesuai tingkat
kenakalan
87
Melakukan tindakan rehabilitasi jika tahap
pencegahan dan penyembuhan telah dilakukan
dan dianggap perlu
88
Tugas dan fungsi BK dapat dilaksanakan dengan
baik oleh guru BK dan timnya di Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bogor
89
Rencana atau program BK dapat dilaksanakan
dengan baik oleh guru BK dan timnya di
Pesantren Modern Daarul Uluum I Bogor
90
Berfungsinya ketentuan atau aturan yang telah
dibuat oleh guru BK dan timnya di Pesantren
Modern Daarul Uluum I Bogor
91 Kondisi ideal program BK di Pesantren Modern
Daarul Uluum I Bogor tercapai dengan baik
92
Siswa mampu bersaing dan berprestasi dari
berbagai bidang baik di dalam maupun di luar
lingkungan pesantren
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : Wiguna Miharja
NIM : 1111011000091
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Efektivitas Program Bimbingan dan Konseling dalam
Mengatasi Kenakalan Santriwan/ti (Studi Kasus di Pondok
Pesantren Modern Daarul Uluum I Bantarkemang Bogor)
No Judul Buku No.
Footnote
Halaman
Skripsi
Paraf
Pembimbing
BAB I
1
UU No 20 Tahun 2003, Sistem
Pendidikan Nasional, (Jakarta:
DPR.RI), h. 1 dan 3
1,2 dan 3 1 dan 2
2
Winkel, WS & M.M.Sri Hastuti,
Bimbingan dan Konseling di
Institusi Pendidikan (Jakarta: PT
Grasindo, 1997), h. 162
4 3
3
Hallen, Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 5
dan 11
5 3
4
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-
Dasar Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 35
6 3
5
Achmad Farid, Konseling Religi:
Jurnal Bimbingan Konseling Islam,
(Vol. 6, No. 2, Desember 2015), h. 386 7 3
6
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah,
Bimbingan Konseling Islami di
Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), h. 60
8 5
7 Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2012), h. 251 9 5
8 Singgih D Gunarsa, Psikologi Anak
Bermasalah, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2004), h. 15 10 5
BAB II
9
http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id,
diunduh pada hari Minggu, 23
September 2014, pada pukul 20.34
WIB
1, 31,
dan 54
10, 28,
dan 42
10
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-
Dasar Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 99
dan 114
2 dan 15 10 dan 16
11
Syamsu Yusuf dan A. Juntika
Nurihsan, Landasan Bimbingan
dan Konseling, (Bandung: Remaja
Rosadakarya, 2006), h. 6, 7 dan 20
3, 5 dan
12 11 dan 14
12
Hallen, Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 5,
11 dan 56-57
4 dan 20 11 dan 20
13
Yusuf Gunawan, Pengantar
Bimbingan dan Konseling : Buku
Panduan Mahasiswa, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1992), h.
116-117, 46-49, 41-42, 53-54 dan
227-228
6, 13, 16,
17 dan
21
11, 15, 17
dan 21
14
Koestoer Partowisastro, Bimbingan
dan Penyuluhan di Sekolah-
Sekolah Jilid II, (Jakarta: Erlangga,
1987), h. 15
7 12
15
Anas Salahudin, Bimbingan dan
Konseling, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2010), h. 16, dan 95
8 dan 28 12 dan 27
16
Tohirin, Bimbingan dan Konseling
di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi), (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), h. 26, 36, 70 dan 26
9, 14, 18
dan 55
13, 16, 18
dan 44
17
Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah,
Bimbingan Konseling Islami di
Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), h. 80-83 dan 142
10 dan
22 14 dan 22
18
Achmad Farid, Konseling Religi:
Jurnal Bimbingan Konseling Islam,
(Vol. 6, No. 2, Desember 2015), h.
397, 390, 392 dan 393
11, 38
dan 39
14, 32 dan
33
19
Bimo Walgito, Bimbingan dan
Konseling (Studi & Karier),
(Yogyakarta: ANDI, 2010), h. 30-
31, 40 dan 37
19, 23
dan 26
19, 22 dan
25
20
Sardiman, Interaksi dan Motivasi
Belajar-Mengajar. (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2012), h. 144
24 23
21
Moh. Surya dan Rochman
Natawidjaja, Pengantar Bimbingan
dan Penyuluhan, (Jakarta:
Universitas Terbuka, Depdikbud,
2004), h. 141
25 24
22 Slameto, Bimbingan di Sekolah,
(Jakarta: Bina Akasara), h. 29 27 26
23
Nana Syaodih Sukmadinata,
Bimbingan dan Konseling dalam
Praktek, (Bandung: Maestro, 2007),
h. 91
29 28
24
Afifudin, Bimbingan dan
Konseling, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2010), h. 148
30 28
25
Sarlito W. Sarwono, Psikologi
Remaja, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2012), h. 251, 256-257,
62, 103, 255 dan 62
32, 36,
40, 41,
42 dan
45
29, 31, 33,
34, 35,
dan 37
26
UU No 3 Tahun 1997, Tentang
Pengadilan Anak, (Jakarta:
DPR.RI), h. 2
33 29
27
Singgih D Gunarsa, Psikologi anak
bermasalah, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2004), h. 15
34 29
28
Soenarjati, Anang Priyanto dan
Suripno, Kriminologi dan
Kenakalan Remaja, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007), h. 624
35 31
29
Hasan Basri, Remaja Berkualitas,
Probelamtika Remaja dan
Solusinya, (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2004), h. 16
37 32
30
Sri Esti W. Djiwandono, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo,
2004), h. 112
43 36
31
Agoes Dariyo, Psikologi
Perkembangan Remaja, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2004), h. 109
44 36
32
Rustam Mahmuddin, Dua Langkah
Mengatasi Kenakalan Remaja,
(http://rustam-
mahmuddin20.blogspot.co.id)
diunduh pada 23 September 2014,
pada pukul 20.50 WIB
46, 47
dan 48
38, 39 dan
40
33
Sudarsono, Kenakalan Remaja:
Prevensi, Rehabilitasi dan
Resosialisasi, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004), h. 7
49 40
34
Pius A Purtanto dan M Dahlan Al
Barry, Kamus Ilmiah Populer
(Surabaya: Arlaka, 1994), h. 128
50 41
35
Aswarni Sujud, Matra Fungsional
Administrasi Pendidikan
(Yogyakarta: Purbasari, 1989), h.
154
51 dan
52 41 dan 42
36
UU No 20 Tahun 2003, Sistem
Pendidikan Nasional, (Jakarta:
DPR.RI), h. 1 dan 3
53 42
37
Moh. Nazir, Metodologi Penelitian
Pendidikan. (Bandung: Ghalia
Indonesia, 2009), h. 63
56 44
38
Renti Yasmar, “Bimbingan dan
Konseling terhadap Siswi
Bermasalah di Madrasah
Mu’allimaat Muhammadiyah
Yogyakarta”, Skripsi pada Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Yogyakarta, 2009
57 45
39
Nurul Ainna, “Efektivitas
Kerjasama antara Guru BK dengan
Guru PAI dalam Mengatasi
Kenakalan Remaja (Studi Kasus
Tiga SMA di Ambarawa)”, Skripsi
pada Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Yogyakarta, 2013
58 45
40
Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian suatu Pendekatan
Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), h. 71
59 46
BAB III
41 Moh. Nazir, Metodologi Penelitian
Pendidikan. (Bandung: Ghalia
Indonesia, 2009), h. 63, 174 dan 203
1, 5 dan
6
47, 49 dan
50
42
Sukardi, Metodologi Penelitian
Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi
Aksara.2004) h.53-54
2 48
43
Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian suatu Pendekatan
Praktek, Edisi Revisi VI, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2006), h.130
3 48
44
Riduwan, Metode dan Teknik
Penyusunan Tesis. (Bandung:
Alfabeta, 2010) h.56
4 48
45
Husein Umar, Metodelogi
Penelitian untuk Skripsi dan Tesis
Bisnis, (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), h. 70 dan 58
7 dan 8 50 dan 52
46
Arif Fadilah, “Efektivitas Program
Pendistribusian Dana Zakat di
BAZNAS Kota Bogor”, Skripsi
pada Universitas Djuanda Bogor.
Bogor, 2015, h. 49
9 dan 11 52 dan 53
47
Nur Cahya, “Efektifitas Sosialisasi
Asuransi Syariah PT. PRU Syariah
Bogor (Studi pada Pasar di
Bogor)”, Skripsi pada Universitas
Djuanda Bogor. Bogor, 2014, h. 48,
49 dan 50-51
10, 12,
13 dan
14
52, 53 dan
55
BAB IV
48
Hasbulloh, dkk. Wawasan
Pesantrenan, Buku Panduan Masa
Pengenalan Pondok, (Bogor :
Daarul Uluum Press, 2015), h. 29,
48
1 dan 3 60 dan 62
49
Arsip Kesekretariatan Pondok
Pesantren Modren Daarul Uluum I
Bantarkemang Bogor Tahun Ajaran
2016-2017
2, 4, 5
dan 6
61, 62, 63
dan 65
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Wiguna dilahirkan di Kampung Rawakaso Desa Jatisari Rt 009/019
Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor pada hari Ahad, 14 Robiul Awal
1415 H/21 Agustus 1994 M.
Nama lengkapnya adalah Wiguna Miharja, telah lahir dari pasangan Bapak
Atu Ansyori dan Ibu Yulia, Ia Merupakan anak Pertama dari Empat bersaudara yaitu: Asep
Kurnia, M Triliana Mulyadi dan Luqmanul Hakim. Pendidikan Sekolah Dasar di SDN
Kubang 02 yang tidak jauh dari rumah kediamannya, sejak lulus SD Ia sudah tinggal jauh
dari kedua orang tua dan keluarganya, karena Ia sudah tinggal di Pesantren daerah Kota
Bogor sambil melanjutkan studi nya di MTs Daarul Uluum I Bogor dan MA Daarul Uluum I
Bogor. Setelah Lulus Aliyah Ia Melanjutkan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengambil
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Pria yang Pemalu ini dikenal sebagai Mahasiswa yang
Humoris dan sangat akrab dengan teman-temannya. Pria yang akrab disapa Wiguna ini
masih terus menjalankan aktifitasnya sebagai seorang santri di Pondok Pesantren Al-
Ghazaliyah Nagrak-Gunungputri-Bogor.
Top Related