i
EFEKTIVITAS METODE INVENTORI MEMBACA INFORMAL
(INFORMAL READING INVENTORY) TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN ANAK TUNARUNGU
WICARA TINGKAT VII DI SLB-B YRTRW
SURAKARTA TAHUN 2009
Skripsi
Oleh :
Mohammad Anwar
NIM K 5105018
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
EFEKTIVITAS METODE INVENTORI MEMBACA INFORMAL
(INFORMAL READING INVENTORY) TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN ANAK TUNARUNGU
WICARA TINGKAT VII DI SLB-B YRTRW
SURAKARTA TAHUN 2009
Oleh :
Mohammad Anwar
NIM K 5105018
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Rachmad Djatun, M.Pd NIP. 130814588
Pembimbing II
Drs. Hermawan, M.Si NIP. 19590818 198603 1 002
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. A. Salim Ch., M.Kes (......................)
Sekretaris : Drs. Maryadi, MAg (......................)
Anggota I : Drs. Rachmad Djatun, M.Pd (......................)
Anggota II : Drs. Hermawan, M.Si (......................)
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
v
ABSTRAK
Mohammad Anwar. EFEKTIVITAS METODE INVENTORI MEMBACA INFORMAL (INFORMAL READING INVENTORY) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN ANAK TUNARUNGU WICARA TINGKAT VII DI SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN 2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2009.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode inventori membaca informal terhadap peningkatan kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu wicara tingkat VII di SLB-B YRTRW Surakarta tahun 2009.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasinya adalah siswa kelas VII SLB–B YRTRW Surakarta sebanyak 10 siswa. Dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan sampel, karena jumlah populasi kecil sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Teknik pengumpulan data variabel metode inventori membaca informal dan kemampuan membaca pemahaman menggunakan test sebagai teknik pokoknya dan observasi sebagai teknik pelengkapnya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pola one group pre- test post – test design yaitu sekelompok subyek dikenai perlakuan untuk jangka waktu tertentu, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan diberikan dan pengaruh perlakuan diukur dari perbedaan antara pengukuran awal dan pengukuran akhir.
Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat diperoleh Z hitung -2, 814, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikan 5 %. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “metode inventori membaca informal efektif terhadap peningkatan kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu wicara tingkat VII di SLB-B YRTRW Surakarta tahun 2009” adalah signifikan.
vi
MOTTO
“… sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga ia
merubah keadaan yang ada pada diri mereka …”
(Terjemahan, Qur’an Surat Ar-Ra’du: 11)
Kita tidak bisa mengajari orang apapun
Kita hanya bisa membantu mereka menemukannya di dalam diri mereka
(Galileo Galilei)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan
kepada :
Bapak dan Ibu tercinta, dengan
segala hormat dan baktiku
Kakakku Ike Juni Susana
yang selalu mendukungku
Teman-teman PLB angkatan 2005
Almamaterku
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan segala hormat dan penuh kerendahan hati, penulis
mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan naskah
skripsi ini. Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Bapak Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si yang telah
memberikan izin untuk penelitian.
3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta Bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum yang telah
memberikan izin untuk penelitian.
4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta Bapak Drs. R. Indianto, MPd.
5. Sekretaris Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta Bapak Drs. Sukarno, M.Pd.
6. Ketua Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta Bapak Drs. A. Salim Ch., M.Kes.
7. Sekretaris Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta Bapak Drs. Maryadi, M.Ag.
8. Drs. Rachmad Djatun, MPd. selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi.
9. Drs. Hermawan, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi.
ix
10. Misdi, S.Pd selaku Kepala Sekolah SLB B YRTRW Surakarta yang telah
memberikan izin penulis untuk dapat melaksanakan penelitian di sekolah
yang dipimpinnya.
11. Wiyanta, S.Pd dan siswa-siswi di kelas VII yang telah bersedia meluangkan
waktunya dalam memberikan data penelitian.
12. Suroso dan Sri Mulyani orang tuaku yang telah mendukung dan senantiasa
mendoakan keberhasilanku.
13. Teman-teman angkatan 2005 yang selalu bersama saat kuliah.
14. Semua teman-teman penulis yang penulis kenal baik di kampus maupun di
luar kampus.
15. Berbagai pihak yang penulis tidak mungkin sebutkan satu persatu. Semoga
amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.
Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun
diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga
dunia pragmatika.
Surakarta, 31 Desember 2009
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 3
D. Perumusan Masalah ....................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian............................................................................ 4
F. Manfaat Penelitian.......................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 5
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 5
1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Rungu Wicara ........................... 5
2. Tinjauan Tentang Kemampuan Membaca Pemahaman............ 7
3. Tinjauan Tentang Kemampuan Berbahasa ............................... 14
4. Tinjauan Tentang Metode Iventori Membaca Informal............ 18
B. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 20
C. Hipotesis......................................................................................... 21
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 22
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 22
1. Tempat Penelitian ..................................................................... 22
2. Waktu Penelitian ....................................................................... 22
B. Metode Penelitian.......................................................................... 22
C. Variabel Penelitian ........................................................................ 23
D. Populasi ......................................................................................... 24
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 25
1. Tes............................................................................................. 25
2. Observasi................................................................................... 26
3. Dokumentasi ............................................................................. 26
F. Validitas dan Reliabilitas............................................................... 27
1. Validitas Tes ............................................................................. 27
2. Reliabilitas ................................................................................ 28
G. Teknik Analisis Data..................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN...................................................................... 32
A. Deskripsi Data............................................................................... 32
B. Pengujian Hipotesis....................................................................... 34
C. Pembahasan Hasil Penelitian......................................................... 36
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ................................ 39
A. Kesimpulan ................................................................................... 39
B. Impikasi ......................................................................................... 39
C. Saran.............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 41
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pre Test dan Post Test........................................................................ 33
Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif.................................................................... 34
Tabel 3. Hasil Analisis Data Wilcoxon Signed Ranks Test............................. 35
Tabel 4. Hasil Test Statistik.............................................................................. 36
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian......................................................... 20
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Penghitungan Validitas dan Reliabilitas Try Out ....................... 43
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)..................................48
Lampiran 3. Daftar Nilai Ulangan Harian....................................................... 68
Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian........................... 69
Lampiran 5. Surat-Surat Perijinan................................................................... 70
Lampiran 6. Foto-Foto Kegiatan Penelitian..................................................... 72
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan suatu sarana guna menyampaikan informasi
kepada orang lain. Komunikasi dapat dilakukan secara verbal dan non-verbal. Dalam dunia pendidikan komunikasi merupakan sesuatu yang penting. Komunikasi yang baik antara guru dan siswa akan memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah sehingga hasil belajar siswa dapat maksimal.
Dalam melakukan komunikasi yang baik perlu adanya penggunaan kalimat yang baik dan benar. Guru menggunakan kalimat yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Siswa juga harus mampu menggunakan kalimat yang baik saat berkomunikasi dengan orang lain sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Seperti anak normal lainnya, anak tuna rungu juga harus menguasai penggunaan kalimat yang baik dan benar dalam kegiatan belajar mengajar. Namun, anak tunarungu mengalami hambatan dalam berkomunikasi karena terbatasnya perbendaharaan kata yang dikuasai.
Heward & Orlansky ( 1994: 25 ) memberikan batasan ketunarunguan sebagai berikut :
Tuli (deaf) diartikan sebagai kerusakan yang menghambat seseorang untuk menerima rangsangan semua jenis bunyi dan sebagai suatu kondisi dimana suara-suara yang dapat dipahami, termasuk suara pembicaraan tidak mempunyai arti dan maksud-maksud kehidupan sehari-hari. Orang tuli tidak dapat menggunakan pendengarannya untuk dapat mengartikan pembicaraan, walaupun sebagian pembicaraan dapat diterima, baik tanpa maupun dengan alat bantu mendengar.
Sedangkan tunarungu menurut Sudibyo Markus yang dikutip Sardjono ( 1998 : 5 ) adalah:
Pengertian anak tunarungu adalah mereka yang mengalami kekurangan tetapi masih mampu (tidak kehilangan kemampuan berbicara). Maka dapat disimpulkan anak tunarungu adalah anak yang mempunyai hambatan dalam menerima rangsang bunyi dan berbagai jenis suara yang menyebabkan kesulitan dalam memahami maksud dari suatu informasi yang diterima namun tidak kehilangan kemampuan berbicara sehingga masih dapat dilatih kemampuan berbicaranya.
Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan sarana belajar menggunakan kalimat yang baik dan benar. Salah satunya dengan belajar membaca. Dengan membaca siswa dapat mengenal kalimat yang baik dan benar serta dapat memahami maksud dari kalimat tersebut. Anak tunarungu mengalami
xvi
kesalahan dalam membaca kalimat dalam suatu bacaan. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain: sebagian kata tidak terbaca, salah ucap, terbaca terbalik, dan sebagainya.
Sampai saat ini belum adanya penanganan yang intensif bagi anak tunarungu yang mengalami kesalahan dalam membaca kalimat suatu cerita pendek. Guru hanya membetulkan sekali dan setelah itu menganggap anak tunarungu sudah mampu mengatasi kesalahan dalam membaca. Padahal anak tunarungu cenderung hanya membeo, saat itu mungkin sudah dapat membaca dengan baik karena mengikuti perkataan guru, namun setelah diminta mengulang membaca sendiri kembali, ternyata masih terjadi kesalahan yang sama.
Hal ini menyebabkan anak tuna rungu sulit untuk memahami maksud dari bacaan. Mereka menunggu guru menjelaskan maksud bacaan. Anak tuna rungu menjadi kurang mandiri dalam memahami suatu bacaan.
Dalam kaitan pentingnya membaca pemahaman kalimat dengan baik dan benar seperti yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul Efektivitas Penggunaan Metode Inventori Membaca Informal (Informal Reading Inventory) Terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Wicara Tingkat VII Di SLB-B YRTRW Surakarta Tahun 2009.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
Anak Tuna Rungu mengalami keterbatasan perbendaharaan kata, sehingga
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
Anak tunarungu kesulitan dalam memahami maksud dari suatu informasi yang
didapat dari aktivitas membaca pemahaman.
Anak tunarungu lebih mengandalkan indera penglihatan dalam menangkap
informasi yang diberikan.
Pembatasan Masalah
Guna menghindari penafsiran yang salah mengenai latar belakang serta identifikasi masalah diatas maka penulis memberi batasan pada penelitian ini yaitu :
xvii
Kemampuan membaca dengan baik dan benar serta memahami bacaan yang
dimaksud disini adalah tentang kebenaran siswa membaca dan memahami isi
atau maksud dari bacaan. Dalam penelitian ini, penulis membatasi kebenaran
membaca kalimat setiap proses membaca.
Metode Inventori Membaca Informal ( Informal Reading Inventory ), yaitu suatu
metode dimana guru memberikan seperangkat daftar atau teks bacaan yang
mudah sampai sukar untuk dibaca siswa, kemudian guru mencatat kesalahan-
kesalahan siswa dalam membaca dan pada akhir bacaan guru memberikan
pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan
tersebut.
Subyek penelitian adalah siswa kelas VII SLB-B YRTRW Surakarta Tahun 2009
yang berjumlah 10 (sepuluh) anak.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
“Apakah Penggunaan Metode Inventori Membaca Informal ( Informal Reading Inventory ) efektif terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Wicara Tingkat VII Di SLB-B YRTRW Surakarta Tahun 2009”.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah :
Untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode inventori membaca informal ( Informal Reading Inventory ) terhadap peningkatan kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu wicara tingkat VII di SLB-B YRTRW Surakarta tahun 2009.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
xviii
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan guru dalam
penggunaan metode inventori membaca informal ( Informal Reading
Inventory ) untuk memperbaiki kesalahan membaca dan memahami
maksud dari bacaan.
Dapat digunakan sebagai bahan kajian atau penelitian yang terkait dengan
kemampuan membaca anak tunarungu.
Manfaat Praktis
Pemilihan bacaan yang tepat dan menarik lebih memotivasi anak tunarungu
untuk memahami isi bacaan.
Dapat digunakan oleh guru SLB-B khususnya dalam pemilihan metode belajar
yang tepat guna meningkatkan kemampuan membaca pemahaman anak
tunarungu.
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Anak Tunarungu
a. Pengertian Anak Tunarungu
Menurut Sudibyo Markus yang dikutip Sardjono ( 1998 : 5 ),
pengertian anak tunarungu adalah sebagai berikut :
1) Tuna Rungu adalah mereka yang menjalani kekurangan tetapi masih mampu ( tidak kehilangan kemampuan berbicara )
2) Tuna Wicara adalah mereka yang menderita tuna rungu sejak bayi / lahir, yang karenanya tidak dapat manangkap pembicaraan orang lain, sehingga tak mampu mengembangkan kemampuan bicaranya meskipun tak mengalami gangguan pada alat suaranya.
Menurut pendapat Sardjono (1998:7), “Anak tuna rungu adalah anak
yang kehilangan pendengaran sejak lahir atau kehilangan pendengaran sebelum
belajar bicara atau kehilangan pendengaran pada saat anak mulai belajar bicara,
karena sesuatu gangguan pendengaran, suara, dan bahasanya seolah-olah
hilang’’.
xix
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu
wicara adalah anak yang mengalami keterbatasan / kehilangan pendengaran
sehingga mengganggu kemampuan bahasa dan bicara yang menyebabkan anak
mengalami hambatan.
b. Faktor Penyebab Ketunarunguan
Sebab-sebab kelainan pendengaran atau tunarungu dapat terjadi
sebelum anak dilahirkan, atau sesudah anak dilahirkan. Menurut Sardjono
(1997: 10-20) mengemukakan bahwa faktor penyebab ketunarunguan dapat
dibagi dalam:
1) Faktor-faktor sebelum anak dilahirkan (pre natal) a) Faktor keturunan b) Cacar air, campak (Rubella, Gueman measles) c) Terjadi toxaemia (keracunan darah) d) Penggunaan pilkina atau obat-obatan dalam jumlah besar e) Kekurangan oxygen (anoxia) f) Kelainan organ pendengaran sejak lahir
2) Faktor-faktor saat anak dilahirkan (natal) a) Faktor rhesus (Rh) ibu dan anak yang sejenis b) Anak lahir pre mature c) Anak lahir menggunakan forcep (alat bantu tang) d) Proses kelahiran yang terlalu lama
3) Faktor-faktor sesudah anak dilahirkan (post natal) a) Infeksi b) Meningitis (peradangan selaput otak) c) Tunarungu perseptif yang bersifat keturunan d) Otitis media yang kronis e) Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan
Faktor penyebab merupakan sesuatu yang menjadikan suatu akibat.
Menurut Whet nall dalam Soewito (1998:17), mengemukakan faktor penyebab
ketunarunguan adalah sebagai berikut :
1) Pre natal a) Heriditer yaitu ketunarunguan yang disebabkan faktor keturunan b) Non heriditer misalnya infeksi rubella, Defisiensi nutrisi, Obat-
obatan oktosis yang dapat merusak pendengaran, Gangguan kelenjar endoktrin.
2) Neo natal ( pada saat kelahiran ) a) Kelainan faktor RH dalam darah ibu dan anak b) Trauma persalinan
xx
c) Anoksemia d) Kelahiran prematur
3) Post natal a) Infeksi parotitis, otitis media, meningitis b) Trauma fisik dan akustik c) Proses ketuaan
Dari pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa penyebab
ketunarunguan dapat terjadi saat sebelum kelahiran (pre natal), saat kelahiran
(natal), dan setelah kelahiran (post natal).
c. Klasifikasi Anak Tunarungu
Menurut Emon Sastrowinoto (dalam Sardjono,1998:30)
mengklasifikasikan ketunarunguan sesuai sengan dasar-dasarnya yaitu:
1) Klasifikasi secara etiologis a) Tuna rungu endogen atau turunan b) Tuna rungu eksogen atau disebabkan penyakit atau kecelakaan
2) Secara anatomis fisiologis tuna rungu dapat dibagi menjadi: a) Tuna rungu hantaran ( konduktif ) b) Tuna rungu saraf ( perceptif) c) Tuna rungu campuran
3) Klasifikasi menurut terjadinya ketuna runguan a) Tuna rungu yang terjadi pada waktu dalam kandungan ( pre natal
) b) Tuna rungu yang terjadi pada saat kelahiran ( neo natal ) c) Tuna rungu yang terjadi setelah kelahiran ( post natal )
4) Klasifikasi menurut taraf ketunarunguan atas dasar ukuran audiometer a) Tuna rungu taraf ringan antara 5-25 dB b) Tuna rungu taraf sedang antara 26-50 dB c) Tuna rungu taraf berat anatara 51-75 dB d) Tuli total >75 dB
Sedangkan menurut Dr. Conninx dalam Sardjono (1997:73)
menggolongkan ketunarunguan sebagai berikut:
1) Kehilangan pendengaran 0-30 dB tergolong normal 2) Kehilangan pendengaran 31-50 dB tergolong tuna rungu ringan. 3) Kehilangan pendengaran 51-70 dB tergolong tuna rungu ringan 4) Kehilangan pendengaran 71-90 dB tergolong tuna rungu berat
xxi
5) Kehilangan pendengaran > 90 dB tergolong tuli
Dari pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada
beberapa jenis ketunarunguan yang berdasarkan etiologis, anatomis fisiologis,
waktu terjadi ketunarunguan, dan pengukuran dengan audiometer.
2. Tinjauan Tentang Kemampuan Membaca Pemahaman
a. Pengertian Membaca
Membaca merupakan salah satu ketrampilan yang berkaitan erat
dengan ketrampilan dasar terpenting manusia yaitu bahasa. Membaca dapat
dianggap sebagai suatu proses untuk memahami kata-kata yang terkandung
dalam tulisan,dan menyuarakan atau melafalkan lambang-lambang tertulis
dalam bentuk kata-kata. Interpretasi orang pada tulisan yang dibaca akan
berbeda-beda sesuai tingkat pengalamannya.
Membaca tidak hanya menyuarakan lambang-lambang tertulis saja
atau hanya proses untuk memahami kata-kata dalam bacaan. Membaca dalam
arti sesungguhnya adalah suatu proses untuk memahami dan melafalkan apa
yang telah tertulis kedalam kata-kata untuk mendapatkan pengertian yang
terkandung didalamnya.
Menurut H. G. Tarigan (1994:7), ˝Membaca adalah suatu proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan
yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata. ”
M Shodiq A.M. ( 1996 :118) mengemukakan pengertian membaca
sebagai berikut:
Membaca adalah suatu proses mental dan fisik. Sebagai proses mental membaca bukan hanya sekedar mengenal kata dan melafalkannya melainkan harus tahu apa yang dibacanya. Sementara yang dimaksud proses fisik adalah dalam aktifitas membaca tidak terlepas dari peran organ fisik yaitu mata untuk mengidentifikasi bacaan dan pengucapan kata-kata melalui organ bicara.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa membaca adalah suatu kegiatan melihat, memikirkan, dan melafalkan
apa yang tertulis kedalam bentuk kata-kata/lambang untuk mendapatkan
pengertian (informasi) yang terkandung di dalamnya ( bahan bacaan ).
xxii
b. Jenis-Jenis Membaca
Menurut H. G. Tarigan (1994:22) pembagian jenis membaca
didasarkan dari tinjauan segi terdengar atau tidaknya suara pembaca pada saat
melakukan aktifitas membaca yaitu :
1) Membaca dalam hati, Pada membaca dalam hati pembaca hanya menggunakan ingatan visual dalam arti keaktifan terletak pada mata dan ingatan
2) Membaca bersuara, Pada membaca jenis ini selain menggunakan penglihatan dan ingatan masih dituntut adanya keaktifan organ bicara dalam melafalkan kata-kata.
Berdasarkan tujuan jenis membaca menurut Suyatmi ( 1992:50)
jenis-jenis membaca yaitu :
1) Membaca intensif yaitu jenis membaca yang dilakukan dengan titik tekan pada pemahaman isi bacaan sampai pada hal sekecil-kecilnya
2) Membaca kritis yaitu jenis membaca yang bertujuan untuk menemukan fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan untuk kemudian memberikan penilaian terhadap fakta-fakta tersebut
3) Membaca pemahaman yaitu suatu aktifitas membaca yang bertujuan untuk memahami atau memperoleh informasi dalam bacaan melalui pengucapan simbol bahasa.
4) Membaca cepat yaitu jenis membaca yang menitik beratkan pada kecakapan menangkap gagasan pokok bacaan dalam waktu yang relatif singkat.
5) Membaca indah, yaitu jenis membaca yang menitik beratkan pada pengungkapan segi keindahan yang terhadap dalam karya sastra
6) Membaca tekhnik, yaitu jenis membaca yang bertujuan agar pembaca memiliki ketrampilan membaca dengan lagu kalimat yang benar, intonasi kalimat yang benar sehinga pembaca dapat membaca kalimat dengan baik dan lancar
7) Membaca praktis jenis membaca yang bertujuan untuk memperoleh sesuatu guna keperluan praktis dalam kehidupan sehari-hari
8) Membaca untuk keperluan studi jenis membaca yang bertujuan menambah pengetahuan untuk mempelajari sesuatu.
c. Unsur-Unsur Membaca
Menurut Suhartin ( 2008 : 20 ) membaca melibatkan beberapa unsur
dalam pelaksanaanya unsur-unsur tersebut antara lain:
1) Memahami kata
xxiii
Dalam memahami kata ada dua hal yang harus ada diantaranya yaitu: a) Mengingat kata
Kemampuan mengingat kata sangat berperan dalam pemahaman kata, ingatan kata yang baik akan menambah perbendaharaan kata sehingga pemahaman kata dapat tercapai dengan baik.
b) Mengenal petunjuk konteks Mengenal petunjuk konteks berkaiatan dengan tanda baca,struktur kata atau kalimat, konteks ketatabahasaan. Ketiga hal tersebut harus dikuasai dan dikenal dengan baik oleh pembaca tanpa mengenal ketiganya akan mengakibatkan kesalahan dalam membaca.
2) Menganalisis kalimat Produktifitas membaca sangat ditentukan unsur interpretasi
kata atau analisis kata Interpretasi terkait pada penganalisaan hipotesis akankata-kata, kosakata yang belum dikenal, sedangkan penganalisaan kata merujuk pada penganalisaan faktual akan kata atau kalimat yang sudah dikenal atau dipahami sebelumya.
3) Mengaplikasikan informasi Kegiatan aplikasi informasi yang dilakukan dapat berupa
membuka kamus untuk mendapatkan pengertian kata yang tidak di pahami, menggunakan daftar kata untuk memperoleh gambaran makna kata atau istilah tertentu, menggunakan informasi untuk kepentingan tertentu misal resume atau membuat laporan.
4) Memahami wacana tertulis Pada unsur ini proses mental banyak berperan di banding
yang lain. Ketrampilan yang di perlukan dalam unsur ini antara lain pemahaman harfiah, pengorganisasian, penyimpulan, evaluasi, berfikir kritis dan kreatif.
Unsur-unsur membaca menurut Slamet ( 2003: 80 ), ”unsur-unsur
membaca meliputi: pemahaman kata/kalimat/paragraf dalam suatu bacaan,
analisis, dan pengaplikasian”.
Dari kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa unsur-
unsur membaca meliputi: pemahaman kata, analisis kalimat, pengaplikasian,
dan pemahaman wacara tertulis sehingga pembaca dapat memahami maksud
dari bacaan.
d. Tahapan Membaca
xxiv
Tahapan membaca menurut Andreas Samudra (2007:11) adalah sebagai berikut:
1) Membaca untuk belajar suatu huruf 2) Membaca untuk belajar suatu kata 3) Membaca untuk belajar suatu kalimat 4) Membaca untuk belajar suatu tema yang baru 5) Membaca untuk mengetahui pendapat orang lain 6) Membaca untuk membandingkan pendapat orang lain
Sedangkan menurut Mustakim ( 1994: 25 ) membaca memerlukan
beberapa tahapan untuk menuju pada kemampuan membaca yang sebenarnya.
Tahapan perkembangan membaca terbagi menjadi 6 tahap yaitu :
1) Tahap pra baca Tahap pra baca merupakan tahap awal dimana anak mulai
membaca huruf. Pada tahap ini anak masih sangat bergantung pada lingkungan. Lingkungan yang merespon positif akan memberikan dampak baik pada perkembangan membaca selanjutnya.Pada tahap ini anak masih sering melakukan kesalahan dalam membaca tapi kesalahan ini masih dianggap wajar. Tahap ini juga disebut tahap identifikasi awal untuk seberapa jauh kemampuan awal anak dalam membaca.
2) Tahap membaca permulaan Pada tahap ini anak tidak terlalu bergantung pada lingkungan.
Kemampuan membaca yang dimiliki anak tidak lebih dari tujuh baris, Jumlah kata yang dikuasai masih sangat terbatas. Tahap membaca permulaan merupakan tahap yang strategis untuk dikembangkan pada kemampuan membaca. Tahap ini berlangsung pada saat anak berusia 6 sampai 7 tahun.
3) Tahap membaca mandiri awal Pada tahap ini kemandirian anak pada saat membaca sudah
mulai ada tetapi anak masih memrlukan bimbingan dalam membaca. Pada tahap ini biasanya anak sudah tidak lagi melakukan kesalahan pada saat membaca abjad-abjad.
4) Tahap membaca transisi Pada tahap ini anak sudah dapat dilepas sepenuhnya saat
membaca. Cara membaca anak sedikit berubah dari membaca bersuara beralih menjadi membaca dalam hati pertanyaan pemahaman yang menyertai bacan dapat diselesaikan dengan baik. Tahapan membaca ini berlangsung pada saat anak kelas 3 SD akhir dan kelas 4SD.
5) Tahap membaca menengah Ciri umum pada tahap ini adalah tujuan membaca untuk
mencari informasi yang diperlukan biasanya terkait dengan
xxv
membaca studi. Tahapan ini terjadi pada saat anak kelas 6 SD dan awal SMP.
6) Tahap membaca tingkat tinggi Tahap ini merupakan tahap membaca tertinggi. Pada tahap ini
pembaca sudah pada taraf penyimpulan apresiasi dan evaluasi terhadap bahan bacaan, terjadi pad saat anak kelas 2 SMP.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
pengajaran membaca harus memperhatikan beberapa tahapan yang disesuaikan
dengan usia dan karakteristik anak sehingga kegiatan pembelajaran berjalan
dengan baik dan lebih efektif.
e. Membaca Pemahaman
Menurut Slamet ( 2003:74 ), ˝Membaca pemahaman adalah aktifitas
membaca yang bertujuan untuk memahami arti dalam suatu bacaan melalui
tulisan atau bacan yang diwujudkan dalam pengucapan simbol bahasa dan
simbol grafis.”
Menurut Nurhadi (1995:214), ˝Membaca pemahaman adalah
kegiatan membaca yang bertujuan untuk memahami isi bacaan. ”
Mulyono Abdurrahman (1998:60) mengemukakan bahwa: Membaca
pemahaman adalah aktivitas membaca yang bertujuan untuk mencapai 7
kemampuan yaitu:
1) Mengenal ide pokok paragraf 2) Mengenail detail dari bacaan yang penting 3) Mengembangkan imajinasi verbal 4) Meramalkan hasil 5) Mengikuti petunjuk 6) Mengenal organisasi bacaan 7) Membaca kritis
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa membaca
pemahaman adalah kegiatan membaca yang bertujuan untuk memahami arti
atau memperoleh informasi dari bahan bacaan melalui pengucapan simbol
bahasa.
f. Kemampuan Membaca Pemahaman
xxvi
Kemampuan membaca pemahaman merupakan suatu kemampuan
untuk memahami informasi atau wacana yang disampaikan pihak lain melalui
tulisan. Proses pemahaman informasi tersebut berlangsung melalui kerjasama
pengidentifikasian bacaan melalui indera penglihatan (mata) dan pelafalan kata
atau kalimat yang menuju pada pemahaman informasi oleh pembaca. Hal ini
sesuai dengan pendapat M. Shodiq A.M. (1996:120) yang menyatakan tahapan
perolehan informasi dalam membaca pemahaman bacaan sebagai berikut :
1) Pembaca memberikan sambutan terhadap simbol tertulis melalui kegiatan identifikasi dan pengenalan kata yang proses itu di namakan proses penginderaan visual
2) Pembaca melafalkan kata-kata tertulis yang disebut proses vokalisasi motorik
3) Pembaca memaknai atau memahami simbol tertulis (informasi) yang terkandung dalam bacaan.
Menurut Slamet ( 2003:78), ˝Kemampuan membaca pemahaman
merupakan hasil dari sejumlah ketrampilan dasar yaitu kemampuan mengingat
kata-kata, memiliki kosakata yang memadai, dan kemampuan menggunakan
struktur bahasa beserta konteksnya. ” Dengan demikian kemampuan yang
harus dimiliki dalam membaca pemahaman meliputi :
1) Kemampuan memahami dan mengucapkan simbol-simbol bahasa dan
grafis
2) Kemampuan memahami ide pokok
3) Kemampuan mengenal sikap penulis terhadap pokok masalah.
Sementara itu beberapa ketrampilan membaca pemahaman menurut
Suwaryono W (1989:9) adalah sebagai berikut:
1) Perluasan konsep kata yang meliputi a) Menggunakan konteks untuk menentukan arti b) Menjodohkan arti kata-kata c) Meletakkan kata-kata dalam kelompok d) Memilih sinonim e) Mengenal urutan pikiran dalam kalimat f) Mengenal ketrampilan kata ganti
2) Menemukan dan mengingat perincian-perincian 3) Mengerti dan mengikuti petunjuk-petunjuk
xxvii
Lanier dan Davis sebagaimana di kutip dalam M Shodiq (1996:33)
menyatakan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan dalam membaca
pemahaman adalah sebagai berikut:
1) Ketrampilan lateral yang menyangkut pengorganisasian dan pengungkapan kembali fakta bagian penjelasan ide pokok.
2) Ketrampilan interpretatif yang meliputi penggambaran konklusi, pendugaan, penggeneralisasian, pengambilan makna dari bahasa kiasan, pemprediksian, pengantisipasian, dan peringkasan
3) Ketrampilan kritis meliputi pemberian rumusan, penganalisisan tujuan penulisan buku
4) Ketrampilan kreatif yang meliputi pengaplikasian informasi dan sambutan berdasarkan emosi
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan membaca merupakan kombinasi antara teknik membaca dan
pemahaman terhadap isi bacaan. Ketrampilan membaca merupakan suatu
kesinambungan yang berlangsung secara berangsur-angsur dan sistematis.
Dengan melihat beberapa faktor yang menentukan pemahaman membaca di
harapkan pembaca dapat mengkondisikan faktor-faktor di atas secara baik
sehingga pemahaman dalam membaca dapat tercapai dengan baik
3. Tinjauan Tentang Kemampuan Berbahasa
a. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan alat atau sarana komunikasi yang paling penting
bagi setiap individu.Tanpa adanya bahasa tidak akan terdapat suatu komunikasi
diantara individu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:80) dikemukakan
bahwa, “Bahasa adalah sistem lambang bunyi bahasa yang berarti artikulasi
yang dihasilkan alat ucap yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional,
dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan pikiran dan perasaan.”
Y.S. Badudu dalam Tarmansyah (1996:33) mengemukakan bahwa,
“Bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat yaitu
xxviii
individu-individu sebagai manusia yang berfikir, merasa dan berkeinginan.
Pikiran, perasaan, dan keinginan akan terwujud apabila dinyatakan, sedangkan
alat untuk menyatakannya adalah bahasa.”
Dari beberapa definisi diatas dapat di simpulkan bahwa bahasa
adalah sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan memahami pikiran,
perasaan yang di hasilkan alat ucap manusia yang berupa lambang bunyi yang
bermakna.
b.Fungsi Bahasa
Bahasa mempunyai beberapa fungsi. Menurut Mustakim (1994:4)
bahasa mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Bahasa sebagai alat komunikasi Bahasa digunakan oleh anggota masyarakat penuturnya untuk
menjalin hubungan dengan anggota masyarakat lain yang
mempunyai kesamaan bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi juga
dapat dipergunakan untuk bertukar pendapat, berdiskusi, atau
membahasa suatu persoalan yang sedang di hadapi.
2) Bahasa sebagai alat ekspresi diri Bahasa merupakan sarana untuk mengekspresikan atau
mengungkapkan apa yang terdapat dalam dunia batin seseorang baik
berupa pikiran, perasaan maupun pengalaman yang di milikinya.
3) Bahasa sebagai alat adaptasi, dan integrasi sosial. Sebagai alat integrasi bahasa memungkunkan setiap
penuturnya merasa terikat dengan kelompok sosial atau masyarakat
yang menggunakan bahasa yang sama. Sebagai alat adaptasi bahasa
memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan anggota
masyrakat yang menggunakan bahasa yang sama.
xxix
4) Bahasa sebagai alat kontrol sosial Bahasa dapat digunakan untuk mengatur berbagai aktifitas
sosial, merencanakan berbagai kegiatan, dan mengarahkannya
kedalam suatu tujuan yang di inginkan.
Menurut J. Daniel Parera dalam Tarmansyah (1996:50) fungsi
bahasa anak secara universal adalah sebagai berikut:
1) Ujaran yang dipergunakan untuk menempatkan dan menyebutkan nama benda atau obyek
2) Ujaran yang dipergunakan untuk memerintah, meminta, atau menyatakan keinginan
3) Ujaran yang dipergunakan untuk menolak atau menyangkal 4) Ujaran yang dipergunakan untuk melukiskan suatu kejadian 5) Ujaran yang digukan untuk menunjukkan pemilikan 6) Ujaran yang dipergunakan untuk melukiskan sesuatu 7) Ujaran yang dipergunakan untuk bertanya
Dari beberapa fungsi bahasa di atas dapat di simpulkan bahwa secara
garis besar fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan
informasi, atau mengungkapkan segala sesuatu, misalnya menyalurkan pikiran
dan perasaan. Selain itu bahasa juga digunakan sebagai sarana adaptasi
seseorang dalam masyarakat sehingga dapat menjaga relasi sosial antar
anggota msyarakat. Dengan bahasa manusia dapat saling berhubungan dalam
arti dapat menyatakan kehendak, perasaan, dan pikirannya kepada orang lain
baik secara lisan maupun tertulis.
c. Jenis-jenis Bahasa
Sebagai alat komunikasi bahasa mempunyai jenis–jenis antara lain :
1) Bahasa lisan, yaitu bahasa yang berbentuk lisan
2) Bahasa tulis, yaitu bahasa yang berbentuk lambang bunyi
3) Bahasa abjad jari yaitu bahasa yang di nyatakan dengan lambang huruf
yang berbentuk dengan jari
4) Bahasa isyarat, yaitu bahasa yang berbentuk gerakan anggota tubuh, bunyi,
benda tertentu
xxx
5) Bahasa combinet sistem, yaitu bahasa yang berupa perpaduan antara
bahasa lisan dan bahasa isyarat.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa tidak terlepas dari faktor-faktor
pembentuknya. Seperti yang di kemukakan oleh Sunarto dkk (1994:15) bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa adalah sebagai
berikut:
1) Umur anak Semakin bertambahnya umur, manusia akan semakin matang
pertumbuhan fisiknya, bertambahnya pengalaman, dan meningkat
kebutuhannya. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan
pertambahan pengalaman dan kebutuhannya.
2) Kondisi lingkungan Lingkungan mempunyai andil yang cukup besar dalam
perkembangan bahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan
akan berbeda dengan lingkungan pedesaan, Begitu pula
perkembangan bahasa di lingkungan pantai, pegunungan, dan daerah-
daerah terpencil menunjukkan perbedaan. Lingkungan yang dimaksud
juga termasuk lingkungan yang berbentuk kelompok-kelompok seperti
kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok yang lain.
3) Kecerdasan Untuk melakukan peniruan bunyi, gerakan, dan mengenal tanda-
tanda dari lingkungan diperlukan kemampuan intelektual yang baik.
Kemampuan intelektual atau tingkat berfikir yang baik membuat
xxxi
proses peniruan tersebut berlangsung lebih baik dan cepat, sehingga
perkembangan bahasanya juga berlangsung baik.
4) Status sosial ekonomi keluarga Anggota keluarga yang mempunyai status sosial tinggi berbeda
dengan keluarga berstatus sosial ekonomi rendah. Hal ini akan lebih
nampak pada perbedaan perkembangan bahasa dari kedua keluarga
tersebut
5) Kondisi fisik Kondisi fisik yang dimaksud adalah keadaan seluruh fisik anak.
Seseorang yang cacat, terganggu kemampuan berkomunikasinya
seperti bisu, tuli, gagap, organ suara tidak sempurna akan menganggu
perkembangan komunikasi dan akan menggangu dalam
perkembangan bahasa.
e. Pengaruh Kemampuan Berbahasa Dalam Kehidupan Anak Tuna Rungu
Anak tuna rungu mengalami gangguan atau kelainan pendengaran
yang mengakibatkan terganggunya perkembangan bahasa. Tanpa pendengaran
yang baik perkembangan bahasa seseorang akan terhambat atau bahkan
terhenti ama sekali. Perkembangan bahasa akan berjalan dengan baik apabila
didukung faktor pendengaran yang baik.Akibat kecacatannya anak tuna rungu
mengalami kesulitan dalam menyatakan kehendak, perasaan, dan pikiran
kepada orang lain
Kemampuan berbahasa akan memudahkan anak tuna rungu dalam
kehidupannya baik didalam pendidikan maupun diluar pendidikan. Karena
dengan kemampuan yang dimliki anak dapat mengadakan kontak dengan dunia
luar serta menempatkan diri dalam kehidupan sosialnya.
Kemampuan berbahasa yang baik dapat mengembangkan aspek
kepribadian anak tuna rungu seperti suasana gembira, tidak mudah curiga,
xxxii
percaya diri, serta dapat mengendalikan emosi dengan baik. Untuk dapat
membantu pemecahan masalah kemampuan berbahasa, anak tuna rungu perlu
untuk memiliki ketrampilan dalam membaca pemahaman dengan baik karena
melalui membaca anak tuna rungu dapat melakukan proses penerimaan
informasi maupun kosa kata atau makna dari kata yang diperlukan untuk
mendukung kemampuan berbahasa secara visual, hal ini sangat membantu
mengingat anak tuna rungu tidak dapat menerima rangsangan melalui indera
pendengaran sehingga akan lebih efektif apabila rangsangan tersebut diperoleh
secara visual. Selain itu melalui membaca anak tuna rungu dapat melatih
pengucapan bunyi-bunyi vokal maupun konsonan sehingga dalam
berkomunikasi anak dapat lebih jelas dan mudah dipahami lawan bicaranya.
4. Tinjauan Tentang Metode Inventori Membaca Informal
a. Pengertian Metode Infentori Membaca Informal
Sunardi ( 1996 : 43 ) mengemukakan bahwa “Inventori Membaca
Informal ( Informal Reading Inventory ) adalah seperangkat daftar atau teks
bacaan, mulai dari materi yang mudah sampai sukar. Guru memantau
penampilan dan mencatat kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak, misal :
kata yang tidak terbaca, salah ucap, dan terbaca terbalik.”
Menurut Suherli ( 2008:1 ) yang dimaksud inventori membaca
informal, yaitu seperangkat pertanyaan pilihan berganda yang mengikuti
sebuah teks yang akan diukur tingkat keterbacaannya.
(http://suherlicentre.blogspot. com/2008/10/ hut-70-tahun-profdryus-
rusyana.html ).
Sedangkan menurut Munawir Yusuf, Sunardi, dan Mulyono
Abdurrahman (2003:153), inventori membaca informal merupakan assessment
yang berupa beberapa bacaan yang masing- masing terdiri antara 50 kata
(untuk tingkat permulaan) sampai 200 kata (untuk tingkat lanjut) mulai dari
yang paling mudah ke materi yang lebih sulit. Materi bacaan haruslah yang
belum dibaca oleh anak.
xxxiii
Dari ketiga pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud Inventori Membaca Informal adalah suatu assessment yang berupa
daftar atau teks bacaan yang terdiri dari 50 sampai 200 kata dari tingkat yang
paling mudah hingga tingkat yang paling sulit untuk mengukur memperbaiki
tingkat kemampuan membaca siswa.
b. Kategori Hasil Assesment dengan Inventori Membaca Informal
Hasil assessment dengan metode inventori membaca informal dapat
menempatkan anak pada beberapa kategori yaitu:
1) Tingkat Mandiri Anak dapat membaca benar minimal 98 % dari jumlah kata dalam bacaan dan dapat menjawab minimal 90 % dari jumlah pertanyaan yang diajukan.
2) Tingkat Bimbingan Anak dapat membaca benar antara 95 % - 98 % dari jumlah kata dalam bacaan dan dapat menjawab antara 70% - 90 % dari jumlah pertanyaan yang diajukan.
3) Tingkat Frustasi Anak-anak yang tidak memenuhi kriteria dari tingkat mandiri dan
tingkat bimbingan.(Munawir Yusuf, dkk, 2003: 154 )
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan intisari yang merupakan kesimpulan dari
sejumlah uraian mengenai pembatasan masalah. Berikut adalah kerangka berfikir
dari penelitian ini :
xxxiv
Keterangan:
Peneliti melakukan pre test sehingga didapatkan data awal tingkat kemampuan
membaca pemahaman siswa. Setelah itu peneliti melakukan treatment dengan
menggunakan metode inventori membaca informal dalam rangka peningkatan
kemampuan membaca pemahaman siswa ATR tingkat VII SLB-B YRTRW
Surakarta. Langkah selanjutnya peneliti memberikan post test. Hasil yang didapat
dibandingkan dengan hasil awal pre test. Hasil akhirnya, Kemampuan membaca
pemahaman siswa ATR tingkat VII SLB-B YRTRW setelah treatment naik.
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan sebuah kesimpulan/jawaban sementara atas sebuah
perumusan masalah. Hipotesis dimaksudkan sebagai tuntunan sementara dalam
penyelidikan untuk mencari jawaban yang sebenarnya. Berdasar uraian diatas
Pre Test
Kemampuan membaca pemahaman siswa ATR tingkat VII SLB-B YRTRW sebelum treatment rendah
Treatment dengan menggunakan metode inventori membaca informal dalam pembelajaran membaca
pemahaman
Post Test
Kemampuan membaca pemahaman siswa ATR tingkat VII SLB-B YRTRW setelah treatment naik
xxxv
maka hipotesis yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Metode Inventori Membaca Informal ( Informal Reading Inventory )
efektif terhadap Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Anak
Tunarungu Wicara Tingkat VII Di SLB-B YRTRW Surakarta Tahun 2009”.
BAB III
METODE DAN PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di SLB – B YRTRW Surakarta. Adapun
pemilihan tempat tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:
xxxvi
a. SLB-B YRTRW Surakarta belum menerapkan Metode Inventory Membaca
Informal dalam pembelajaran membaca pemahaman anak tuanrungu wicara.
b. Siswa-siswa di SLB-B YRTRW Surakarta mempunyai kesulitan belajar
membaca pemahaman.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester I bulan Oktober 2009, adapun
jadwal penelitian sebagai berikut:
a. Memasukkan ijin : Minggu I September 2009
b. Mengadakan Try-out : Minggu II September 2009
c. Pre-Test : Minggu I Oktober 2009
d. Memberikan perlakuan : Minggu II Oktober - Minggu I Nopember
2009
e. Post-Test : Minggu I Nopember 2009
f. Pengolahan dan analisis data : Minggu I Nopember 2009
g. Penulisan Laporan : Minggu II Nopember 2009
B. Metode Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai metodologi dari penelitian yang
dilakukan. Metode yang tepat dalam mengungkapkan data sesuai dengan masalah
yang akan diteliti sangat menentukan hasil penelitian sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kebenaranya. Berikut beberapa pendapat para ahli
mengenai metode penelitian :
Menurut Suharsimi Arikunto ( 2002 : 51 ),”Metode merupakan suatu jalan
atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”.
Menurut Sutrisno Hadi ( 1983 : 4 ), “penelitian merupakan usaha untuk
menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha
mana yang dilakukan dengan metode – metode ilmiah”.
Sedangkan menurut Ramayulis, dalam bukunya “Metodologi pendidikan
agama Islam” mendefinisikan bahwa metode eksperimen ialah suatu metode
mengajar yang di lakukan murid untuk melakuka percobaan-percobaan pada mata
xxxvii
pelajaran tertentu. ( http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-
demonstrasi-dan-eksperimen/ )
Menurut Sumanto ( 1995 : 113 ),”Metode eksperimen adalah satu –
satunya cara metode penelitian yang dianggap paling dapat untuk menguji
hipotesis hubungan sebab-akibat”.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian adalah suatu cara utama yang digunakan untuk mencari jawaban ilmiah
tentang suatu hal yang diteliti dengan melakukan suatu percobaan sebagai
pembuktian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode eksperimen One
Group Pre Test-Post test Design, yaitu :
1. Tes sebelum perlakuan (treatment)
2. Pemberian treatment
3. Tes setelah perlakuan (treatment)
C. Variabel Penelitian
Variabel merupakan suatu istilah yag berasal dari kata “vary” dan “able”
yang berarti “berubah” dan “dapat”. Jadi kata variabel berarti dapat berubah. Oleh
sebab itu setiap variabel dapat diberi nilai, dan nilai itu berubah-ubah. Nilai itu
berupa nilai kuntitatif maupun kualitatif. Ukuran kuantitatif maupun kualitatif
suatu variabel adalah jumlah dan derajat atributnya. Variabel selalu ada dalam
suatu penelitian, termasuk juga dalam penelitian ini. Berikut ini beberapa
pendapat para ahli :
Menurut Suharsimi Arikunto ( 1996 : 99 ) menyatakan “Variabel
penelitian adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian”. Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata ( 1992 : 72 ) menyatakan
bahwa “variabel sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan
peneliti”.
Maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu gejala /
konsep yang menjadi obyek dalam penelitian dengan diobservasi dan dapat
diukur.
xxxviii
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas
Metode inventori membaca informal.
2. Variabel terikat
Kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu kelas VII SLB-B
YRTRW Surakarta.
D. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto ( 1996 : 115 ), “populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian”.
Menurut Sutrisno Hadi ( 1996 : 220 ), “populasi adalah sejumlah
penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama”.
Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas, populasi adalah kumpulan/
keseluruhan anggota dari obyek penelitian dan memenuhi kriteria tertentu yang
telah ditetapkan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa tingkat
VII di SLB-B YRTRW Surakarta yang teridentifikasi tunarungu sejumlah 10
anak.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tes berarti ujian atau percobaan.
Menurut Anas Sudijono ( 1996 : 66 ), “tes merupakan suatu alat atau prosedur
yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian”.
Pendapat Sumadi Suryabrata ( 1984 : 21 ),
Tes adalah pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah – perintah yang harus dijalankan, yang berdasar atas bagaimana teste menjawab pertanyaan – pertanyaan dan atau melakukan perintah –
xxxix
perintah itu penyidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkannya dengan standart atau testee yang lain.
Menurut Bimo Walgito ( 1987 : 87 ),
Tes adalah suatu metode atau alat untuk mengadakan penyelidikan yang
menggunakan soal-soal, pertanyaan atau tugas-tugas yang lain dimana persoalan -
persoalan atau pertanyaan-pertanyaan itu telah dipilih dengan seksama dan telah
distandisasikan (http://www.google.com./2008/testing/).
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
tes adalah suatu alat atau metode pengumpulan data dalam bentuk soal-soal,
pertanyaan atau tugas-tugas yang sudah distandardisasikan untuk mengukur /
mengevaluasi kemampuan atau kecakapan seseorang.
Penelitian ini penulis menggunakan bentuk tes tertulis. Tes yang
pelaksanaanya secara tertulis dalam bentuk soal-soal yang dijawab secara tertulis
juga. Jenis pertanyaan dalam penelitian ini meliputi pertanyaan ingatan ( literal ),
simpulan ( inferensial ), dan arti kosa kata.
Bentuk tes dalam penelitian ini adalah bacaan dan pertanyaan yang
berhubungan dengan bacaan tersebut. Aspek yang dinilai yaitu pertama, salah
baca : penghilangan, penambahan, penggantian, pengulangan, dan terbalik.
Kedua, tingkat pemahaman bacaan.
2. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi ( 2000 : 36 ), “observasi adalah pengamatan dan
pencatatan dengan sistematik fenomena – fenomena yang diselidi”.
Menurut Kartini Kartono ( 1990 : 157 ), “observasi adalah studi yang
disengaja dan sistematis tentang fenomena social dan gejala – gejala alam dengan
jalan pengamatan dan pencatatan”.
Dari pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa observasi
adalah suatu kegiatan pengamatan yang disengaja dan sistematis guan
menyelidiki suatu fenomena-fenomena dan gejala-gejala.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan metode observasi untuk
mengumpulkan informasi kesulitan membaca anak tunarungu. Selain itu sebagai
xl
pembanding terhadap hasil penilaian dengan menggunakan metode infentori
membaca informal. Aspek yang diamati adalah meniat dan motivasi membaca,
kemampuan membaca teknis, dan membaca pemahamam.
3. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto ( 1998 : 26 ) “dokumentasi adalah mencari
data mengenai hal variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya”. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dokumentasi berarti mendata /
mengabadikan.
Kesimpulan dari kedua pendapat diatas, dokumentasi adalah suatu
kegiatan mencari data yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini peneliti mendokumentasi hasil observasi dengan hasil
pre test-post test yang berisi bacaan dan 20 soal, foto-foto kegiatan, dan nilai
ulangan harian siswa.
F. Validitas dan Reabilitas
1. Validitas Tes
Menurut Sumadi Suryabrata (2004 : 60), validitas instrumen
didefinisikan sejauh mana instrument itu merekam atau mengukur apa yang
dimaksudkan untuk direkam atau diukur.
Menurut Suharsimi Arikunto (1996 : 158), “validitas adalah ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”.
Berdasarkan kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu
instrument yang direkam atau diukur.
xli
Beberapa jenis validitas menurut Sumanto (1995 : 59) yaitu sebagai
berikut :
a. Validitas Isi
Validitas isi adalah tingkat dimana suatu tes mengukur lingkup isi
yang dimaksudkan. Validitas item bertitik tolak pada pertanyaan apakah
item-item tes itu mewakili ukuran ruang lingkup isi yang dikehendaki.
Dalam memilih (menyusun) suatu instrumen untuk penelitian,
peneliti dapat berkonsultasi atau menerima peran dari ahli yang
menentukan apakah instrument itu valid dalam hal isi.
b. Validitas Construct
Validitas construct berdasarkan perilaku individu sangat
beragam, tetapi perilaku yang sangat beragam ini diteorikan didasari
oleh sejumlah kecil faktor saja. Faktor - faktor ini yang sering disebut
dimensi atau komponen itu sudah tercermin dalam spesifikasi instrument
yang disusun pada tahap awal pengembangan instrument. Melalui
analisis faktor diperiksa atau dikonfirmasikan apakah data yang diambil
memang mengandung faktor - faktor atau dimensi - dimensi yang
diteorikan.
c. Validitas Berdasarkan Kriteria
Validitas berdasarkan, kriteria penting bagi validitas jenis
prediktif. Validitas prediktif penting karena setiap perekaman data
atau pengukuran selalu mengandung harapan untuk melakukan prediksi.
Penelitian ini menggunakan validitas isi, dimana validitas isi
merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes
dengan analisa rasional mengenai sejauh mana item-item dalam tes
mencakup keseluruhan kawasan isi obyek yang hendak diukur atau
sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur.
Sebelum tes diberikan kepada siswa anak tuna rungu yang akan
dijadikan subject penelitian, peneliti melakukan try out di SLB Negeri
Surakarta untuk mengetahui validitas item-item dalam tes.
xlii
Untuk mengetahui kevalidan instrumen, penelitian ini
menggunakan korelasi antara item dan total item atau korelasi product
moment dengan bantuan penghitungan menggunakan komputer
program SPSS.
2. Reliabilitas Tes
Menurut Sumadi Suryabrata (1984: 29), reliabilitas adalah
keajegan suatu tes.
Menurut Suharsimi Arikunto, (1996 : 168), realiabilitas adalah sesuatu
instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alas
pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik.
Pendekatan-pendekatan dalam menguji reliabilitas menurut Sumanto,
(1995: 60) antara lain sebagai berikut :
a. Reliabilitas uji-ulang
Reliabilitas uji-ulang adalah tingkatan pada mana nilai-nilai
konsisten "over time". Reliabilitas uji-ulang diciptakan dengan
menentukan korelasi antara nilai-nilai hasil pengadministrasian tes yang
sama, pada kelompok yang sama dan pada kesempatan yang sama pula.
b. Reliabilitas bentuk- bentuk ekuivalen
Bentuk-bentuk ekuivalen tes adalah dua tes yang identik pada
setiap aspek, yang berbeda hanyalah item-item yang tercantum.
Reliabilitas bentuk - bentuk ekuivalen ditentukan dengan menciptakan
hubungan antara nilai-nilai hasil pengadministrasian dua bentuk tes
yang berbeda dari tes yang sama, terhadap kelompok yang sama pada
waktu yang bersamaan.
c. Reliabilitas belah dua
Reliabilitas belah dua ditentukan dengan mencari korelasiantara
xliii
nilai-nilai pada dua tengahan ekuivalen dari tes yang diadministrasikan
pada nilai kelompok keseluruhan pada watku yang bersamaan.
d. Reliabilitas ekuivalen yang rasional
Reliabilitas ekuivalen yang rasional tidak diciptakan melalui
korelasi tetapi melewati estimasi konsisten internal yang menentukan
seberapa jauh item-item pada suatu tes berkaitan dengan semua item
yang lain dan dengan tes keseluruhan.
e. Reliabilitas penilai
Reliabilitas antara penilai bertitik tolak dari dua penilai atau lebih
yang terpisah. Reliabilitas antar penilai bertitik tolak pada reliabilitas
pemberian nilai dari penilai.
Penelitian ini menggunakan pendekatan ulang, pendekatan test-retest
relibility yaitu menguji reliabilitas tes akhir. Pendekatan ulang, tes-retest ini
dilakukan dengan cara memberikan tes yang dicari reliabilitasnya kepada
sekelompok subyek. kemudian selang beberapa waktu tes itu akan diberikan
kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui reliabilitas tes, peneliti
menggunakan rumus Spearman Brown dan diolah dengan komputer
program SPSS.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis Sign Test Wilcoxon.
Pertimbangan menggunakan teknik ini adalah berkaitan dengan jenis statistik non
parametrik, tujuan analisis, jenis variabel, dan berkaitan dengan jenis data.
Adapun langkah-langkah analisis menurut Anton Sukarno (2002 : 98 100)
adalah sebagai berikut:
1. Perumusan hipotesis
Ho:Tx = T y (Metode inventori membaca informal (Informal Reading
xliv
Inventory) tidak efektif dalam peningkatan kemampuan
membaca pemahaman anak tunarungu wicara tingkat VII
di SLB-B YRTRW Surakarta tahun 2009 )
Ho:Tx ≠ Ty (Metode inventori membaca informal (Informal Reading
Inventory) efektif dalam peningkatan kemampuan
membaca pemahaman anak tunarungu wicara tingkat VII
di SLB-B YRTRW Surakarta tahun 2009 )
2. Pemilihan Taraf Signifikansi (α)
Dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikansi (α) 5 %
3. Penentuan Statistik Uji
Statistik uji yang digunakan adalah Sign Test Wilcoxon yang diberi simbol
T.
4. Keputusan Uji
Keputusan uji dalam penelitian ini adalah
a. Jika To > Tt maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian hipotesis dalam penelitian yang berbunyi : metode
inventori membaca informal (Informal Reading Inventory) dalam
Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu
Wicara Tingkat VII Di SLB-B YRTRW Surakarta Tahun 2009 adalah
signifikan.
b. Jika To < Tt maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Dengan demikian hipotesis dalam penelitian yang berbunyi : metode
inventori membaca informal (Informal Reading Inventory) dalam
Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu
Wicara Tingkat VII Di SLB-B YRTRW Surakarta Tahun 2009 adalah
tidak signifikan.
xlv
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Pembahasan dalam deskripsi data dimulai dengan tahap persiapan
penelitian yang terdiri dari dua tahap utama persiapan, yaitu persiapan
administratif dan persiapan instrumen penelitian.
1. Persiapan Administratif
Pengurusan administrasi antara lain perijinan lapangan, pembuatan
proposal penelitian, pengadaan try out, dan sosialisasi rencana penelitian
dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian di SLB – B YRTRW Surakarta.
.
2. Persiapan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian disusun berdasarkan teori-teori yang telah
dikembangkan. Instrumen penelitian berupa tes kemampuan membaca
pemahaman. Selanjutnya tes kemampuan membaca pemahaman diujicobakan
guna mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Uji coba dan analisis validitas dan
reliabilitas tes kemampuan membaca pemahaman dilaksanakan pada tanggal 14
September 2009.
Item soal dalam tes kemampuan membaca pemahaman ini sebanyak 20
soal. Uji coba dilakukan di SLB Negeri Surakarta. Data hasil uji coba alat tes
kemampuan membaca pemahaman setelah dilakukan analisis dengan rumus
korelasi product moment menggunakan komputer program SPSS 15. dinyatakan
20 item valid semua. Koefisien reliabilitas diperoleh 0, 979 yang berarti instrumen
yang dikembangkan termasuk andal. Selanjutnya tes kemampuan membaca
pemahaman digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya.
3. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan setelah penyusunan instrumen dan persiapan
lapangan selesai. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
xlvi
a. Pre test kemampuan membaca pemahaman awal sebelum perlakuan
dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2009.
b. Kegiatan perlakuan atau treatment dilaksanakan sebanyak 6 kali
pertemuan pada tanggal 2 Nopember 2009 s/d 14 Nopember 2009,
dengan materi bacaan persahabatan binatang dan lingkungan.
c. Post test kemampuan membaca pemahaman setelah perlakuan yaitu
tanggal 17 Nopember 2009.
4. Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan memperoleh data keefektifan metode inventori
membaca informal (Informal Reading Inventory) terhadap peningkatan
kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu wicara tingkat VII di SLB
YRTRW Surakarta tahun 2009.
Kemampuan membaca pemahaman adalah suatu kemampuan untuk
memahami informasi atau wacana yang disampaikan pihak lain melalui tulisan.
Dalam penelitian ini tema yang diambil adalah kisah persahabatan binatang. Tema
ini dipilih karena binatang dalam bacaan sering dijumpai siswa-siswa dalam
kehidupan sehari-hari dan tema ini lebih menarik sehingga meningkatkan motivasi
berlajar siswa anak tunarungu wicara.
Dibawah ini adalah data kemampuan membaca pemahaman anak
tunarungu wicara tingkat VII di SLB YRTRW Surakarta sebelum dan sesudah
pembelajaran menggunakan metode inventori membaca informal (Informal
Reading Inventory).
Tabel 1. Nilai Pre Test dan Post Test
Nilai No
Nama
Pretest Postest
1. A 19 45
2. B 16 47
3. C 21 50
xlvii
4. D 30 56
5. E 21 54
6. F 31 58
7. G 8 33
8. H 22 48
9. I 27 54
10. J 19 52
Hasil analisis deskriptif data kemampuan membaca pemahaman sebelum
dan sesudah pembelajaran adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif
Nilai Variasi
Jumlah
Siswa Rata-rata Standar Deviasi
Terendah Tertinggi
Pre test
Post test
10
10
21, 40
49, 70
6, 82
7, 16
8, 00
33, 00
31, 00
58, 00
Berdasarkan deskripsi data tersebut di atas, diketahui bahwa rata-rata
kemampuan membaca pemahaman pada saat pre test diperoleh nilai 21,40 dan
nilai rata-rata post test kemampuan membaca pemahaman diperoleh nilai 49,70.
Selisih nilai rata-rata yang cukup banyak memperlihatkan bahwa ada perbedaan
kemampuan membaca pemahaman sebelum dan sesudah perlakuan. Apakah
perbedaan itu bermakna secara statistik, akan diuji pada analisis data.
B. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis “metode inventori membaca informal (Informal
Reading Inventory) efektif terhadap peningkatan kemampuan membaca
pemahaman anak tunarungu wicara tingkat VII di SLB YRTRW Surakarta tahun
2009 “, dilakukan dengan menganalisis data yang telah terkumpul menggunakan
statistik non parametrik yaitu Wilcoxon Sign Ranks Test. Adapun analisisnya
xlviii
Ranks
0a .00 .00
10b 5.50 55.00
0c
10
Negative Ranks
Positive Ranks
Ties
Total
Post Test - Pre TestN Mean Rank Sum of Ranks
Post Test < Pre Testa.
Post Test > Pre Testb.
Pre Test = Post Testc.
adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis
a. Jika To > Tt maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian hipotesis dalam penelitian yang berbunyi : Metode
inventori membaca informal efektif terhadap peningkatan kemampuan
membaca pemahaman anak tunarungu wicara tingkat VII di SLB YRTRW
Surakarta tahun 2009 adalah signifikan.
b. Jika To < Tt maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Dengan demikian hipotesis dalam penelitian yang berbunyi : Metode
inventori membaca informal efektif terhadap peningkatan kemampuan
membaca pemahaman anak tunarungu wicara tingkat VII di SLB YRTRW
Surakarta tahun 2009 adalah tidak signifikan.
2. Pemilihan taraf signifikansi
Dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikansi (α) 5 %
3. Perhitungan dengan Wilcoxon Sign Ranks Test
4. Keputusan Uji dan pembuat kesimpulan
Hasil uji kemampuan membaca pemahaman dengan teknik analisis
statistik non parametrik dapat disajikan sebagai berikut:
Wilcoxon Signed Ranks Test
xlix
Test Statisticsb
-2.814a
.005
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Post Test- Pre Test
Based on negative ranks.a.
Wilcoxon Signed Ranks Testb.
Hasil test statistik
Hasil uji hipotesis tentang kemampuan membaca pemahaman diketahui
bahwa dihasilkan negatif rank mean sebesar 0 dengan sum of rank sebesar 0 dan
positif rank mean sebesar 5,5 dengan sum of rank sebesar 55, pada test statistik
dihasilkan Z hitung sebesar -2,814 dengan probabilitas sebesar 0,005. Oleh
karena nilai probabilitas Z hitung dari Wilcoxon Signed Rank Test lebih kecil dari
pada probabilitas kesalahan 5% ( = 0,05) , dan dari hasil analisis deskriptif
diperoleh rata-rata pretest 21, 4 dan post test 49, 7; maka dapat dikatakan bahwa
Metode inventori membaca informal efektif terhadap peningkatan kemampuan
membaca pemahaman anak tunarungu wicara tingkat VII di SLB YRTRW
Surakarta tahun 2009.
Dengan demikian hipotesis dalam penelitian yang berbunyi : “Metode
Inventori Membaca Informal ( Informal Reading Inventory ) efektif terhadap
Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Anak Tunarungu Wicara
Tingkat VII Di SLB-B YRTRW Surakarta Tahun 2009”.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil analisis data tes kemampuan membaca pemahaman
menunjukkan adanya peningkatan setelah diberikan pembelajaran menggunakan
metode inventori membaca informal. Hal ini dibuktikan dengan melihat hasil
l
rerata tes kemampuan membaca pemahaman sebelum dan sesudah pembelajaran.
Rerata sebelum pembelajaran diperoleh 21,4 sesudah pembelajaran 49,7. Rerata
sesudah pembelajaran lebih besar daripada sebelum pembelajaran, dengan
demikian penggunaan metode inventori membaca informal efektif meningkatkan
penguasaan membaca pemahaman anak tunarungu wicara tingkat VII di SLB-B
YRTRW Surakarta.
Kemampuan membaca pemahaman adalah suatu kemampuan untuk
memahami informasi atau wacana yang disampaikan pihak lain melalui tulisan.
Penggunaan metode inventori membaca informal memberikan keuntungan untuk
anak, karena cerita yang berkesinambungan menarik siswa untuk terus
membacanya. Selain itu, anak membaca bersuara yang sesuai dengan tingkatnya.
Jika terlalu sulit baginya, materi assessment dapat diturunkan ke tingkat di
bawahnya, tetapi jika anak dapat menguasainya tanpa kesulitan, assessment dapat
diturunkan ke tingkat di atasnya. Kata-kata yang dirangkai dalam kalimat adalah
kata-kata yang sering dibaca anak sebelumnya.
Hasil penelitian yang diungkapkan dalam Ishaa (2009 : 1) “Dalam
perkembangan bahasa, anak-anak yang orang tuanya melibatkan mereka dengan
cara membaca, lebih cepat belajar membaca dibanding anak yang orang tuanya
hanya membacakan teks di buku.” Melalui penelitian ini telah terbukti metode
inventori membaca informal (Informal Reading Inventory) membantu
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman anak, bahkan dalam paparan di
atas dapat membantu perkembangan bahasa anak.
Kelebihan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode inventori membaca informal (Informal Reading Inventory) dapat
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa anak tunarungu
wicara. Karena bacaan yang digunakan adalah bacaaan dengan kata-kata yang
mudah dipahami anak dan dengan cerita yang menarik yanitu berupa cerita
persahabatan binatang.
2. Jika ada kesalahan membaca, peneliti mencatat kesalahan-kesalahan baik itu
kesalahan mengucap, pengulangan suku kata/kata, penambahan,
penguarangan, penghilangan, maupun terbalik sehingga peneliti dapat
li
mengetahui letak kesalahan membaca siswa tunarungu wicara.
3. Dapat dilakukan langkah untuk menindaklanjuti data yang diperoleh, peneliti
menyediakan materi bacaan pelengkap untuk kegiaan membaca rekreatif
secara ekstensif.
4. Materi inventori membaca informal juga dapat diberikan untuk membaca
dalam hati dengan tekanan pada kemampuan pemahaman anak dan untuk
mengukur kemampuan mendengar anak.
Kekurangan dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan one by one sehingga membutuhkan waktu lama dalam
pembelajaran
2. Waktu penelitian hanya enam kali pertemuan. Sehingga pemberian
pembelajaran menggunakan metode inventori membaca informal dalam
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman belum optimal
3. Kata-kata yang digunakan sudah diketahui/dipahami anak sebelumnya,
sehingga sulit untuk melakukan pengembangan bacaan dengan kata-kata baru
pada saat perlakuan.
Kelebihan dan kekurangan penelitian ini dapat dijadikan acuan dan dapat
dikembangkan dalam penggunaan metode inventori membaca informal dalam
pembelajaran bahasa bagi anak tunarungu wicara dengan kesulitan belajar
membaca.
lii
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah peneliti lakukan mengenai keefektifan metode
inventori membaca informal (informal reading inventory) terhadap peningkatan
kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu wicara tingkat VII di SLB-B
YRTRW Surakarta tahun 2009 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan metode inventori membaca informal (informal reading inventory)
sangat efektif terhadap peningkatan kemampuan membaca pemahaman anak
tunarungu wicara tingkat VII di SLB-B YRTRW Surakarta tahun 2009. Hal ini
dapat dibuktikan dari hasil uji hipotesis tentang kemampuan membaca
pemahaman diketahui bahwa dihasilkan negatif rank mean sebesar 0 dengan sum
of rank sebesar 0 dan positif rank mean sebesar 5,5 dengan sum of rank sebesar
55, pada test statistik dihasilkan Z hitung sebesar -2,814 dengan probabilitas
sebesar 0,005. Oleh karena nilai probabilitas Z hitung dari Wilcoxon Signed Rank
Test lebih kecil dari pada probabilitas kesalahan 5% ( = 0,05) , dan dari hasil
analisis deskriptif diperoleh rata-rata pretest 21, 4 dan post test 49, 7. Nilai rata-
rata siswa mengalami peningkatan sebesar 28,3.
B. IMPLIKASI
Implikasi dari penelitian, perbedaan kemampuan membaca pemahaman
sebelum dengan sesudah pembelajaran adalah sebagai berikut:
Metode inventori membaca informal sangat efektif digunakan guru dalam
mengatasi permasalahan yang dialami oleh anak tunarungu wicara untuk
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.
liii
C. SARAN
Saran-saran yang dapat peneliti sampaikan kepada siswa, guru, orang tua,
dan peneliti lanjut adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa dapat menggunakan metode Inventori Membaca Informal
(Informal Reading Inventory) untuk belajar bersama dengan guru ataupun sendiri,
sehingga kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki semakin meningkat.
2. Bagi guru
Guru dapat menggunakan metode Inventori Membaca Informal
(Informal Reading Inventory) untuk mengidentifikasi kesalahan-kesalahan anak
dalam membaca sekaligus dapat mengatasi kesulitan membaca pemahaman.
Selain itu, memberikan peluang guru untuk membuat bacaan baru dan memberi
kesempatan siswa untuk melatih kemampuan diri dalam membaca pemahaman.
3. Bagi orang tua
Orangtua diharapkan dapat memantau dan memberi dorongan kepada
anaknya untuk belajar meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan
menggunakan Inventori Membaca Informal (Informal Reading Inventory).
4. Bagi peneliti lanjut
Peneliti lain dapat menggunakan metode Inventori Membaca Informal
(Informal Reading Inventory) untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman terhadap siswa tunarungu wicara dan siswa berkesulitan belajar
membaca.
liv
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono.2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Andreas Samudra.2007. Tahap Awal Membaca Untuk Anak-Anak. Surakarta: PT.
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Anton Sukarno.2002. Pengantar Statistik. Surakarta: Departemen Pendidikan
Nasional RI FKIP UNS.
Bimo Walgito. 1987 Metode-Metode Dalam Pengumpulan Data
Penelitian.Jakarta: Balai Pustaka.
(http://www.google.com./2008/testing/).
H. Suherli.2008. Kajian Keterbacaan Berdasarkan Perspektif Peristiwa
Membaca. (http://suherlicentre.blogspot.com/2008/10/hut-70-tahun-
profdryus rusyana.html ).
Henry Guntur Tarigan.1994. Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Heward & Orlansky.1994. Special Needs Education.Jakarta:Gramedia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.1990. Depdikbud. Jakarta: Balai Pustaka.
Kartini, Kartono.1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar
Maju.
Muhammad Shodiq.1996. Pendidikan Bagi Anak Disleksia. Jakarta: Depdikbud.
Mulyono Abdurahman.1998. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Depdikbud.
Munawir Yusuf, dkk,2003. Pendidikan Bagi Anak dengan Problema Belajar.
Surakarta: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Mustakim.1994. Membina Kemampuan Berbahasa. Jakarta: Gramedia Utama.
Nurhadi.1995. Tata Bahasa Pendidikan ( Landasan Buku Pengajaran Bahasa ).
Semarang: IKIP Semarang.
Ramayulis.2008.Metodologi Pendidikan Agama Islam.(Error! Hyperlink
reference not valid. )
lv
Sardjono,1997. Orthopaedagogiek Tuna Rungu I (Seri Pendidikan Bagi Anak
Tunarungu). Surakarta: UNS Press.
__________.1998. Orthopaedagogik Anak Tuna Rungu. Surakarta: UNS Press.
Slamet. 2003. Jurnal Paedagogie. Surakarta: FKIP UNS.
Soewito.1998. Pembangunan Pola Layanan Tuna Rungu Secara Profesional dan
Terpadu di Indonesia. Surakarta: Lokakarya Perhati.
Suharsimi Arikunto.1996. Penelitian Program Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
__________.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi
Aksara.
__________.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suhartin.2008.Belajar Membaca Dengan Mudah. Yogyakarta: Andi Offset.
Sumadi Suryabrata.1984. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali.
__________.2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sumanto.1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Sunardi.1996. Menangani Anak Berkesulitan Belajar Membaca. Jakarta:
Depdikbud.
Sunarto dan Agung B Hartono.1994. Perkembangan Komunikasi Anak. Jakarta:
Depdikbud.
Sutrisno Hadi.1983. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
__________.2000. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM.
Suwaryono W.1989.Membangun Budaya Belajar Sejak Dini. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Suyatmi.1992. Membaca I. Surakarta: UNS Press.
Tarmansyah.1996. Gangguan Komunikasi. Jakarta: Depdikbud
Top Related