7/21/2019 E10apr2
1/71
7/21/2019 E10apr2
2/71
PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN BOKASHI TERHADAP
PERTUMBUHAN JABON (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)
AJENG PRISTYANINGRUM
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
7/21/2019 E10apr2
3/71
AJENG PRISTYANINGRUM. Pengaruh Dosis Pupuk NPK
dan Bokashi Terhadap Pertumbuhan
Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)
Dibimbing oleh Dr. Ir. Irdika Mansur, M. For. Sc.
Jabon merupakan jenis pohon yang cepat tumbuh dan mempunyai banyak
kegunaan. Jabon tergolong tumbuhan yang cepat tumbuh sehingga memiliki daur pendek,
sehingga menguntungkan dari segi produksi yang tinggi dalam waktu yang singkat. Jabon
juga tergolong jenis pohon cahaya (light-demander) dan cepat tumbuh pada usia yangmasih muda. Penanaman jabon mudah dikerjakan, mudah mendapatkan benih dalam
jumlah yang banyak serta tidak ada hambatan dalam pengadaan bibit secara besar-
besaran. Jabon akan memiliki prospek yang cukup baik pada masa depan dalam
pembuatan pulp dan kertas (Direktorat Jenderal Kehutanan 1980). Jabon umumnya
tumbuh pada tanah aluvial lembab di pinggir sungai dan di daerah peralihan antara tanah
rawa dan tanah kering yang kadang-kadang digenangi air. Kayu jabon dapat digunakan
untuk korek api, peti pembungkus, cetakan beton, pulp, kayu lapis (Martawidjaya et al.
1989). Untuk mempercepat pertumbuhan jabon dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya yaitu dengan pemberian pupuk yang bertujuan meningkatkan ketersediaan
unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan yang optimum. Dalam
penelitian ini digunakan pupuk NPK dan Bokashi dalam berbagai dosis untuk mengetahui
pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan jabon. Diharapkan dengan pemberian dosis pupukyang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan jabon.
Penelitian ini dilakukan di kebun milik Yayasan Al Ikhsan Desa Tawakkal,
Bubulak, Jalan Cifor Kelurahan Bubulak RT 01/RW 05 dari bulan Februari sampai Mei
2009. Pelaksanaan penelitian diawali dengan persiapan pupuk NPK dan Bokashi,
pemberian pupuk di lapangan, pengukuran dan pemeliharaan. Rancangan percobaan yang
dilakukan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktorial. Ada 9 perlakuan dan
pengulangan dilakukan 10 kali setiap perlakuan. Dengan demikian terdapat 90 tanaman
jabon yang ditanam di lapangan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter
tanaman, jumlah ruas, jumlah daun dan jumlah cabang yang tumbuh. Analisis ragam dari
data yang diperoleh dalam tiap pengujian dengan menggunakan program SPSS 15.0.
Hasil penelitian menunjukkan pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah ruas dan jumlah cabangyang tumbuh. Interaksi antara pupuk NPK dan Bokashi memberikan pengaruh nyata
terhadap pertumbuhan diameter tanaman. Dosis pupuk NPK yang lebih baik dalam
meningkatkan pertumbuhan jabon adalah 100 gram per pohon. Sedangkan dosis pupuk
NPK dan Bokashi yang baik dalam meningkatkan pertumbuhan diameter adalah dosis
pupuk NPK 100 gram dan pupuk Bokashi 1 kg per pohon.
Kata kunci:Anthocephalus cadamba, Bokashi, NPK.
7/21/2019 E10apr2
4/71
7/21/2019 E10apr2
5/71
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Dosis
Pupuk NPK dan Bokashi Terhadap Pertumbuhan Jabon (Anthocephalus cadamba
Roxb Miq.) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan Dr.
Ir. Irdika Mansur, M. For. Sc dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah
pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Ajeng Pristyaningrum
E44052491
7/21/2019 E10apr2
6/71
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Bokashi Terhadap
Pertumbuhan Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb
Miq.)
Nama : Ajeng Pristyaningrum
NIM : E44052491
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Irdika Mansur, M. For. Sc.
NIP. 19660523 199002 1 001
Mengetahui :
Ketua Departemen Silvikultur
Prof.Dr.Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr.NIP. 19641110 199002 1 001
Tanggal Lulus :
7/21/2019 E10apr2
7/71
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan
Bokashi Terhadap Pertumbuhan Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb
Miq.). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Bogor, Januari 2010
Penulis
7/21/2019 E10apr2
8/71
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Boyolali pada tanggal 14 Februari 1987 dari
pasangan Bapak Edy Mulyowasito dan Ibu Tutik Pudjiwati, merupakan anak
sulung dari tiga bersaudara. Pendidikan penulis dimulai dari SDN 1 Juwangi dan
lulus tahun 1999 kemudian pada tahun 2002 menyelesaikan pendidikan di SLTPN
1 Juwangi dan pada tahun 2005 penulis lulus dari SMU Bhinneka Karya 2
Boyolali.
Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan
Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB IPB) melalui jalur USMI, tahun
berikutnya penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Silvikultur, Fakultas
Kehutanan IPB. Pada tahun 2007, penulis melakukan Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan (P2EH) di Cilacap dan Baturaden selama 2 minggu. Pada tahun
2008 penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat (HPGW) selama 1 bulan. Pada tahun 2009 penulis
melaksanakan Praktek Kerja Profesi (PKP) di pertambangan batubara PT. Adaro
Indonesia selama 2 bulan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa(BEM) Fakultas Kehutanan IPB sebagai sekretaris divisi PSDM pada tahun 2006-
2007. Himpunan Profesi (HIMPRO) Tree Grower Comunity (TGC) sebagai
sekretaris divisi PSDM pada tahun 2007-2008 dan Forum Komunikasi Mahasiswa
Boyolali (FKMB) sebagai anggota. Penulis juga aktif ikut serta dalam kepanitiaan
kegiatan yang diadakan oleh HIMPRO TGC seperti Orientasi Mahasiswa
Silvikultur (BELANTARA), Pelatihan Jamur Tiram, Seminar Jabon. Penulis juga
pernah mengikuti Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional (PIKNAS), Go Green Bekasi
Planting Project, Seminar 30 Secret at Work, Seminar Nasional JIMMKI,
Training ESQ 165, Proyek penanaman 500.000 pohon oleh Bank Mandiri.
Penulis melakukan penelitian berjudul Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan
Bokashi Terhadap Pertumbuhan Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)
dibimbing oleh Dr.Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB.
7/21/2019 E10apr2
9/71
UCAPAN TERIMA KASIH
Banyak pihak yang telah memberikan kontribusi kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada :
1.
Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang, doa
yang tulus, dukungan moril, materi serta adik-adik tercinta yang selalu
memberikan motivasi.
2. Bapak Dr.Ir. Irdika Mansur, M. For.Sc selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan, saran serta pengarahan selama penelitian
sampai penyusunan skripsi.
3. Bapak Prof.Dr.Ir. Surdiding Ruhendi, M.Si, Dr.Ir. Dodik Ridho N., M.Sc.F.
Trop, Ir. Rachmad Hermawan, M.Sc.F selaku dosen penguji yang telah
memberikan nasehat, saran serta pengarahan dalam penyempurnaan skripsi.
4. Keluarga besar Departemen Silvikultur (Ibu Aliyah, Bapak Ismail, Bapak
Dedi, Bapak Agus, Bapak Atang, Ibu Kokom, Ibu Arum, Ibu Atikah, Ibu
Tutin).
5.
Keluarga besar Silvikultur 42 (Chandra, Risna, Rifa, Fidry, Emma, Maretha,Tatik, Sambang, Bramas, Marta, Fai, Devi, Wery, Agus, Asep).
6. Bapak Tohir yang telah membantu selama penelitian di lapangan.
7. Keluarga besar PT. Adaro Indonesia (Bapak Agus Subandrio, Bapak
Sukarman, Bapak Budi Supriyanto beserta keluarga, Bapak Aris beserta
keluarga, Bapak Heri, Bapak Ade Hidayat serta team nursery.
8. Keluarga besar Himpro TGC (Tree Grower Community).
9. Keluarga Besar Wisma Agung 2 (Mbak Nanda, Mbak Poppy, Rahmah,
Rahel, Galuh, Fitri, Eli, Indah, Mair) atas tawa, canda, kebersamaan dan
kekeluargaannya selama ini.
10. Teman-teman Praktek Pengelolaan Ekologi Hutan dan Praktek Pengelolaan
Hutan yang telah memberikan semangat dan motivasi.
11.
Anton Kisworo, Sopi, Dwita, Dessy, Tanzil, Rani, Cici, Fitri, Lilik, Lilis,
Yudha, Yani, Eka.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
7/21/2019 E10apr2
10/71
vi
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jabon ...................................................... 32
2. Tinggi Tanaman Jabon Sebelum Pemupukan Umur 3 bulan .................. 33
3. Tinggi Tanaman Jabon Setelah Pemupukan Umur 6 bulan .................... 33
7/21/2019 E10apr2
11/71
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan .......................................................................................... 2
1.3 Manfaat ........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan umum Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) .... 3
2.1.1 Taksonomi Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) .... 3
2.1.2 Sifat Botani .......................................................................... 4
2.1.3 Penyebaran alami dan Syarat Tumbuh Jabon ..................... 4
2.1.4 Kegunaan ............................................................................. 5
2.1.5 Silvikultur ............................................................................ 6
2.1.6 Pengadaan biji dan bibit ...................................................... 6
2.1.7 Penanaman .......................................................................... 7
2.1.8 Pemeliharaan ....................................................................... 8
2.1.9 Hama dan Penyakit .............................................................. 8
2.2 Pemupukan .................................................................................. 8
2.2.1 Pupuk NPK ......................................................................... 12
2.2.2 Pupuk Bokashi .................................................................... 14
2.3 Insektisida Decis .......................................................................... 16
2.4 Sifat Fisik Tanah ......................................................................... 17
2.4.1 Tekstur Tanah .................................................................... 18
2.5 Sifat Kimia Tanah ....................................................................... 19
2.5.1 pH Tanah ........................................................................... 19
2.5.2 C-Organik (%) ................................................................... 20
2.5.3 N Total (%) ........................................................................ 20
7/21/2019 E10apr2
12/71
iii
2.5.4 P-Bray (ppm) ..................................................................... 21
2.5.5 Kalium ............................................................................... 21
2.5.6 Rasio Karbon dan Nitrogen (C/N) ..................................... 21
2.6 Pengaruh Pemupukan Terhadadap Pertumbuhan Jenis Pohon
Hutan .......................................................................................... 22
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 25
3.2 Bahan dan Alat ......................................................................... 25
3.3 Metode Penelitian ..................................................................... 25
3.3.1 Persiapan Pupuk NPK ...................................................... 25
3.3.2 Persiapan Pupuk Bokasi ................................................... 25
3.3.3 Pemberian Pupuk di Lapangan ......................................... 25
3.3.4 Pemeliharaan dan pengukuran .......................................... 26
3.3.5 Pengambilan sampel tanah ............................................... 26
3.4 Rancangan Penelitian dan Analisis Data ................................. 27
BAB IV KONDISI UMUM
4.1 Letak Geografis ....................................................................... 29
4.2 Wilayah Administrasi .............................................................. 29
4.3 Iklim dan Topografi ................................................................ 29
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jabon ........................... 30
5.1.2 Diameter Tanaman jabon .............................................. 34
5.1.3 Jumlah Ruas Tanaman Jabon ........................................ 365.1.4 Jumlah Daun Tanaman Jabon ....................................... 38
5.1.5. Jumlah Cabang yang Tumbuh ...................................... 40
5.1.6 Hasil Analisa Tanah ...................................................... 41
5.2 Pembahasan ............................................................................ 42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 47
7/21/2019 E10apr2
13/71
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Tabel Pertumbuhan Tinggi Setiap Pengamatan .............................. 50
2. Pengaruh pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Tinggi Tanaman
... 52
3.
...... 53
Setiap Pengamatan Setelah Pemupukan ......................................
Rata-rata Pertumbuhan Diameter, Jumlah ruas, Jumlah daun,
Jumlah cabang yang tumbuh .....................................................
7/21/2019 E10apr2
14/71
iv
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Hasil Penelitian Lain Tentang Pemupukan ................................................ 23
2. Bagan Analisa Keragaman (ANOVA) ....................................................... 28
3. Hasil Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan Bokashi terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman Jabon ........................................................... 30
4. Pengaruh pupuk Bokashi terhadap pertumbuhan tinggi tanaman Jabon ... 30
5. Hasil Uji Duncan pengaruh pupuk NPK terhadap pertumbuhan
tinggi tanaman setiap pengamatan ............................................................ 31
6. Hasil sidik ragam pengaruh pupuk NPK dan Bokashi terhadap
pertumbuhan diameter tanaman Jabon ...................................................... 34
7. Hasil uji Duncan pengaruh pupuk NPK terhadap pertumbuhan
diameter tanaman Jabon ............................................................................. 34
8. Pengaruh pupuk Bokashi terhadap pertumbuhan diameter tanaman
Jabon .......................................................................................................... 35
9. Hasil uji Duncan pengaruh interaksi antara pupuk NPK dengan Bokashi
terhadap pertumbuhan diameter tanaman Jabon dan persentase terhadap
kontrol ...................................................................................................... 36
10. Hasil sidik ragam pengaruh pupuk NPK dan Bokashi terhadap
penambahan jumlah ruas tanaman Jabon .................................................. 37
11. Hasil uji Duncan pupuk NPK terhadap penambahan jumlah ruas pada
tanaman Jabon .......................................................................................... 37
12. Pengaruh Bokashi terhadap penambahan jumlah ruas dan
persentase peningkatan terhadap kontrol .................................................. 38
13. Hasil sidik ragam pengaruh pupuk NPK dan Bokashi terhadap
penambahan jumlah daun tanaman Jabon ................................................. 38
14. Pengaruh pupuk NPK terhadap penambahan jumlah daun tanaman
Jabon ......................................................................................................... 39
15. Pengaruh pupuk Bokashi terhadap penambahan jumlah daun
tanaman jabon ............................................................................................ 39
16. Hasil sidik ragam pengaruh pupuk NPK dan Bokashi terhadap
penambahan jumlah cabang tanaman Jabon yang tumbuh ....................... 40
7/21/2019 E10apr2
15/71
v
17. Hasil Uji Duncan pupuk NPK terhadap penambahan jumlah
cabang yang tumbuh pada tanaman Jabon ................................................ 40
18. Pengaruh pupuk Bokasi terhadap penambahan jumlah cabang
tanaman Jabon ........................................................................................... 41
19. Hasil analisis tanah .................................................................................... 41
7/21/2019 E10apr2
16/71
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia memiliki hutan yang sangat luas dan beraneka ragam
sumberdaya alam di dalamnya sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan
manusia, tetapi apabila hutan tersebut telah rusak maka ekosistem yang ada tidak
akan seimbang. Hutan Indonesia memiliki sumberdaya alam yang dapat
memenuhi kebutuhan penduduk akan hasil hutan baik untuk industri pertukangan,
pulp dan kertas, untuk kayu bakar serta hasil hutan bukan kayu seperti getah,
rotan, bambu, dan sebagainya.
Menurut Mansur (2009) salah satu jenis pohonfast growingadalah sengon
(Paraserianthes falcataria). Jenis ini sangat populer di kalangan masyarakat
karena pertumbuhannya cepat, kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan, sengon juga digunakan dalam hutan rakyat. Budidaya sengon sangat
menguntungkan karena pertumbuhannya cepat, di bawah tegakan sengon dapat
digunakan untuk budidaya tanaman pertanian yang menguntungkan karena daun
sengon tidak rimbun. Tidak selamanya budidaya sengon itu akan bagus karena
untuk sekarang ini adanya serangan hama boktor, ulat kantong, dan karat puru.
Serangan tersebut mengakibatkan pohon sengon mati dan merusak bentuk batang.
Serangan hama maupun penyakit yang terjadi pada sengon harus segera
diantisipasi karena pohon sengon tersebut telah menjadi pohon rakyat. Oleh
karena itu diperlukan alternatif lain jenis fast growing yaitu jenis jabon
(Anthocephalus cadamba Roxb Miq.) sebagai pengganti sengon. Alasan dipilih
jenis ini karena jabon cepat tumbuh serta cukup berpotensi, berumur panjang,sebagai bahan pulp dan kertas.
Menurut Pratiwi (2003) jabon merupakan jenis pohon yang cepat tumbuh
dari famili Rubiaceae dan mempunyai kegunaan. Karena tergolong tumbuhan
yang cepat tumbuh maka jabon memiliki daur lebih pendek, sehingga
menguntungkan dari segi produksi yang tinggi dalam waktu yang singkat. Jabon
juga tergolong jenis pohon cahaya (light-demander) dan cepat tumbuh pada usia
yang masih muda. Penanaman jabon mudah dikerjakan, mudah mendapatkan
7/21/2019 E10apr2
17/71
2
benih dalam jumlah yang banyak serta tidak ada hambatan dalam pengadaan bibit
secara besar-besaran. Jabon akan memiliki peran yang cukup penting pada masa
yang akan datang, terutama jika pasokan kayu untuk pertukangan dan industri
kehutanan dari hutan alam mulai menurun.
Upaya untuk meningkatkan pertumbuhan jabon dapat dilakukan melalui
pengelolaan tanaman yang sesuai dan manipulasi tanah yang tepat , salah satunya
yaitu dengan pemberian pupuk yang bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan
unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan yang optimum.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui pengaruh pemberian pupuk NPK dan Bokashi terhadap
pertumbuhan jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.).
2. Mengetahui dosis pupuk yang tepat untuk pertumbuhan jabon yang ditanam
di lapangan.
1.3. Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi tentang dosis pupuk
NPK dan Bokashi untuk meningkatkan pertumbuhan jabon yang ditanam di
lapangan serta rekomendasi pupuk yang akan digunakan dalam kegiatan
pemeliharaan tanaman jabon.
7/21/2019 E10apr2
18/71
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)
2.1.1 Taksonomi Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.)
Menurut Pratiwi (2003) nama botanis jabon adalah Anthocephalus
cadamba Miq. (Roxb.) atau sinonim dengan Anthocephalus indicus Rich
(Helingga 1950) dan Anthocephalus chinensis Lamk. (Madamba 1975). Jabon
tergolong suku Rubiaceae. Nama daerah jabon lainnya antara lain jabun, hanja,
kelampeyan, kelampaian (Jawa); galupai, galupai bengkal, harapean, johan,
kelempi, kiuna, selapaian, serebunaik (Sumatera); ilan, taloh, tawa telan, tuak,
tuneh, tuwak (Kalimantan); bance pute, pontua, suge manai, pekaung, toa
(Sulawesi); gumpayan, kelapan, mugawe, sencari (Nusa Tenggara Barat);
aparabire, masarambi (Irian Jaya). Nama jabon di daerah lain yaitu kadam,
cadamba, common bur-flower tree(Inggris), Kadam (Perancis), bangkal, kaatoan
bangkal (Brunei), Kelempayan (Peninsular), laran (Sabah), selimpoh (Sarawak),
labula (Papua New Guinea), kaatoan bangkal (Philippina), mau-lettan-she,
maukadon, yeman (Burma), thkoow (Kamboja), koo-somz, sako (Laos), krathum,
krathum bok, takko (Thailand), caay gaso, caftom, gao trawsng (Vietnam).
Berdasarkan taksonominya jabon digolongkan sebagai berikut (Plantamor
2008):
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (berbunga)Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Familia : Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus :Anthocephalus
Spesies :Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.
7/21/2019 E10apr2
19/71
4
2.1.2 Sifat Botani
Menurut Martawidjaya et al. (1989) jabon berupa pohon, dapat mencapai
tinggi sekitar 45 m dengan panjang bebas cabang 30 m, diameter dapat mencapai
160 cm. Batang silindris, bertajuk tinggi, dengan cabang mendatar, berbanir
sampai ketinggian 1,5 m, kulit luar berwarna kelabu-coklat sampai coklat, sedikit
beralur dangkal. Tajuk pohon jabon meninggi, tidak lebat dan agak gepeng
dengan sistem percabangannya melingkar yang mengambil ruang secara teratur,
sehingga baik sekali pada pelingkarannya, cabang-cabang primernya biasanya
agak mendatar dan gugur daun di dalam hutan musim (Direktorat Jenderal
Kehutanan 1980).
Jabon memiliki daun yang saling berhadapan, tumpul, kira-kira duduk
hingga bertangkai. Bentuk daun bulat telur hingga lonjong dengan ukuran panjang
15-50 cm dan lebar 8-25 cm. Bagian pangkal berbentuk agak menyerupai jantung,
bagian ujung lancip (Sutisna et al. 1998). Pada pohon muda yang diberi pupuk
kadang-kadang sangat lebih besar ukurannya, di bagian pangkal agak berbentuk
jantung dan lancip di ujungnya. Penumpu antar tangkai berbentuk segitiga sempit
dan mudah rontok. Perkembangbiakan jabon dimungkinkan dengan regenerasi
alam dari biji, dengan semai yang ditumbuhkan di tempat pembibitan, dengan
tunggul dan stek batang. Diperlukan teknik-teknik khusus untuk memperoleh biji-
biji jabon yang sangat kecil (Soerianegara dan Lemmens 1994).
2.1.3 Penyebaran Alami dan Syarat Tumbuh Jabon
Daerah penyebaran jabon tumbuh mulai dari India sampai ke kepulauan
Malaynesia. Terdapat di Nepal, Bengal, Assam, Ceylon, Vietnam, Burma,
Semenanjung Malaya, Serawak, Sabah, Indonesia, Filipina, Papua New Guinea,dan Australia. Di Indonesia terdapat di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sumba,
Sumbawa, dan Irian Jaya. Sedangkan daerah penyebaran jabon di Indonesia antara
lain Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
seluruh Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Irian Jaya (Martawidjaya et al. 1989).
Menurut Direktorat Jenderal Kehutanan (1980) jabon dapat tumbuh
mulai dari dataran rendah pinggir laut sampai ke daerah pegunungan rendah
dengan ketinggian 0-1.000 m dpl, di Jawa pada umumnya tumbuh di bawah 1.000
7/21/2019 E10apr2
20/71
5
m dpl. Jabon dapat tumbuh pada tanah dengan drainase cukup baik, seperti pada
tanah-tanah yang periodik kering atau selalu basah yang secara tidak teratur
tergenang air dan mengering. Tumbuhan jabon yang masih muda, perakarannya
dapat tahan terhadap kekurangan zat asam (O2) selama 27 hari. Jabon pada
umumnya tumbuh di tanah aluvial lembab di pinggir sungai dan di daerah
peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang kadang-kadang digenangi air.
Jabon juga dapat tumbuh dengan baik di tanah liat, tanah lempung podsolik
cokelat, tanah tuft halus atau tanah berbatu yang tidak sarang. Jenis ini dapat
tumbuh pada kondisi lahan marginal, namun dengan drainase yang cukup baik.
Jenis jabon tumbuh di hutan primer dan banyak terdapat di hutan
sekunder. Anakan berasal dari biji, banyak dijumpai di tanah-tanah terbuka seperti
tanah bekas traktor. Jenis ini menyukai tanah liat atau tanah berpasir yang kering
atau selalu basah, selain itu jenis ini juga tahan terhadap kekeringan (Lembaga
Biologi Nasional 1980).
Sistem perakaran jabon tidak banyak diketahui, pada tempat-tempat basah
diduga perakarannya dangkal dan banyak mempunyai akar permukaan. Daun-
daun yang lebar baik sekali untuk menguapkan air (transpirasi), oleh karena itu
jabon baik pula ditanam untuk mengeringkan tanah-tanah yang basah (Direktorat
Jenderal Kehutanan 1980).
Jabon memerlukan iklim basah sampai kering dengan tipe curah hujan A
sampai D (Schmidt & Ferguson 1951), mulai dari dataran rendah sampai
ketinggian 1.000 mdpl. (Martawidjaya et al. 1989). Menurut Nurhasybi et al.
(2003) kondisi curah hujan tempat tumbuh jabon kurang dari 1920 mm/tahun.
Toleran terhadap tanah asam dan berdrainase jelek tetapi bukan pada tanah
tererosi.
2.1.4 Kegunaan
Menurut Martawijaya et al. (1989) Jabon merupakan jenis kayu yang
mempunyai berat jenis rata-rata 0,42 (0,29-0,56), kelas kuat III-IV dan kelas awet
V. Kayu jabon banyak digunakan untuk korek api, kayu lapis, peti pembungkus,
cetakan beton, mainan anak-anak, pulp dan kertas, kelompen. Kayunya mudah
dibuat venir tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut kupas 920 untuk tebal
7/21/2019 E10apr2
21/71
6
venir 1,5 mm. Jabon mempunyai riap yang besar maka daurnya pendek. Di
Indonesia daur maksimal adalah 30 tahun yang menghasilkan riap kayu
pertukangan rata-rata 24 m3/ha/tahun. Menurut Direktorat Jenderal (1980) untuk
menghasilkan kayu kupas (venir dan kayu lapis) diperkirakan daur pada umur 20
tahun. Sedangkan untuk keperluan pulp dan kertas hanya diperlukan daur 10
tahun.
2.1.5 Silvikultur
Menurut Direktorat Jenderal Kehutanan (1980) bibit jabon dapat diperoleh
dari permudaan alam maupun buatan. Permudaan alam dijumpai di tempat-tempat
terbuka terutama di hutan bekas tebangan, jalan sarad atau bekas perladangan.
Sedangkan permudaan buatan dilakukan dengan menyemaikan biji. Perbanyakan
jabon dapat dilakukan dengan stump maupun stek pucuk dan relatif mudah
dilakukan. Jarak tanam yang dapat digunakan adalah 3 x 2 m dapat digunakan
untuk penanaman jabon (Martawidjaya et al.1989).
2.1.6 Pengadaan biji dan bibit
Menurut Direktorat Jenderal Kehutanan (1980) pohon jabon berbuah
dalam bulan Juni-Agustus. Cara untuk mengumpulkan biji jabon adalah buah-
buah yang sudah masak diperam pada saringan halus dan membiarkan daging
buah melunak di dalam baskom yang berisi air selama 5-7 hari kemudian digosok-
gosok dengan kedua tangan sampai hancur, biji-biji yang baik akan berkumpul di
dasar baskom kemudian dibuang yang terapung, biji-biji dikumpulkan dan
disaring untuk menghilangkan airnya. Pengeringan dilakukan kering udara selama
2 hari dan dibersihkan dengan saringan halus. Biji dimasukkan ke dalam kalengatau botol yang tertutup rapat. Penyimpanan benih dilakukan di tempat yang sejuk
agar daya kecambahnya dapat bertahan selama 1 tahun 25-35% sedangkan biji
yang disimpan selama 2,5 bulan mempunyai daya kecambah 70%.
Menurut Direktorat Jenderal Kehutanan (1980) penyemaian benih
dilakukan dalam bak penaburan. Pada bagian bawah bak penaburan diberi lubang
halus yang cukup banyak agar air yang berlebihan dapat mengalir keluar dan
untuk memasukkan air waktu perendaman. Bak penaburan dapat dibuat dari papan
7/21/2019 E10apr2
22/71
7/21/2019 E10apr2
23/71
8
2.1.8 Pemeliharaan
Menurut Direktorat Jenderal (1980) kegiatan pemeliharaan yang dapat
dilakukan adalah penyiangan dan penyulaman tujuannya untuk membebaskan
tanaman pokok dari tumbuhan semak belukar, rumput, penjalangan yang melilit
tumbuhan pengganggu lainnya sehingga memberikan kesempatan kepada tanaman
pokok untuk tumbuh dengan baik dan dapat membebaskan dari persaingan
terutama persaingan tajuk. Bersamaan dengan kegiatan penyiangan dilakukan
penyulaman yaitu kegiatan mengganti bibit yang telah mati dengan bibit yang
berada di persemaian. Penyulaman dilakukan dalam musim hujan. Ulat daun,
tidak mematikan tetapi mengurangi laju pertumbuhan pohon karena daun dimakan
(batang mudah patah waktu kecil, daun dapat dimakan ternak). Penyiangan
dilakukan 3-4 kali dalam satu tahun dengan membersihkan secara jalur.
Penjarangan dilakukan jika tajuk sudah bersentuhan secara rapat.
2.1.9 Hama dan Penyakit
Menurut Direktorat Jenderal Kehutanan (1980) hama yang menyerang
bibit jabon pada saat di persemaian antara lain semut (dari family Formicidae),
bekicot. Penyakit yang sering menyerang bibit Jabon di persemaian adalah
dumping off yang disebabkan oleh cendawan Fusarium spp., Rhizoctonia spp.,
dan Phytium spp. Sedangkan hama yang menyerang jabon di lapangan adalah
rayap batang dan ulat kukuk (di akar), sedangkan sumber penyakit berasal dari
cendawan Gloosperium anthocephali yang menyebabkan mati pucuk dan
Margara-niopsis tocalis yang menyebabkan daun gugur.
2.2 PemupukanPengertian pupuk dalam sehari-hari adalah suatu bahan yang digunakan
untuk memperbaiki kesuburan tanah. Arti luas pemupukan adalah penambahan
bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah misalnya pemberian
pasir dalam tanah liat, penambahan bahan mineral pada tanah organik,
pengapuran dan sebagainya (Hardjowigeno 2007).
Menurut Mansur et al. (2004) pohon memerlukan unsur hara untuk
pertumbuhannya. Unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak
7/21/2019 E10apr2
24/71
9
disebut unsur hara makro yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium
(Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S). Unsur hara yang diperlukan dalam jumlah
sedikit disebut hara mikro yaitu Besi (Fe), Tembaga (Cu), Klorin (Cl), Mangan
(Mn), Boron (B), Seng (Zn), dan Molibdenum (Mo). Pemupukan dilakukan
apabila terjadi defisiensi hara pada pohon karena tumbuh pada tanah yang kritis,
siklus nutrisi kurang baik, adanya pencucian oleh air hujan, dan tidak adanya
cendawan mikoriza atau rhizobium. Waktu pemberian pupuk sebaiknya
disesuaikan dengan perkembangan pohon seperti pupuk diberikan beberapa saat
setelah penanaman, setelah penanaman sampai penutupan kanopi dan
menunjukkan tanda-tanda defisiensi, saat awal penjarangan, dan 3-10 tahun
sebelum rotasi tebang (Mansur et al. 2004).
Alasan perlunya pemupukan di daerah tropis antara lain pertumbuhan
pohon sangat cepat sehingga kebutuhan nutrisi juga tinggi, rotasi pendek sehingga
pemupukan akan lebih ekonomis, meningkatnya proyek rehabilitasi dan
penghutanan kembali, penggunaan satu atau dua jenis saja untuk mempermudah
pengelolaan dan lebih seragam produk akhirnya, pada beberapa tapak
penambahan sedikit nutrisi dapat memperlihatkan perbaikan pertumbuhan yang
luar biasa (Ramapana et al. dalam Mansur 2004). Menururt Marsono (1992) cara
yang paling umum untuk meningkatkan produktivitas adalah melalui pemupukan
yang dapat meningkatkan modal hara tempat tumbuh dengan menambahkan
sumber hara yang langsung tersedia. Jenis yang berbeda mempunyai persyaratan
hara yang berbeda, dan konsekuensinya jenis dapat sangat berbeda
kemampuannya untuk merespon perlakuan pemupukan.
Pemupukan artinya pemberian pupuk kepada tanaman ataupun tanah dan
substrat lainnya (Leiwakabessy, 1998). Menurut Novizan (2002) pemupukan yangefektif melibatkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan kuantitatif
adalah dosis pupuk sedangkan persyaratan kualitatif paling tidak meliputi 4 hal
yaitu :
1. Unsur hara yang diberikan dalam pemupukan relevan dengan masalah nutrisi
yang ada.
2. Waktu dan tempat pemupukan harus tepat.
7/21/2019 E10apr2
25/71
10
3. Unsur hara yang diberikan berada pada waktu yang tepat untuk dapat diserap
oleh tanaman
4. Unsur hara yang diserap harus dapat digunakan tanaman untuk meningkatkan
produksi dan produksinya.
Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah atau
tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Di dalam
tanah unsur hara tersebut saling berinteraksi. Keragaman reaksi dan interaksi
unsur-unsur tersebut berpengaruh pada efisiensi pemberian pupuk. Faktor-faktor
yang mempengaruhi efektivitas pemupukan antara lain kondisi tanah, karakter
tanaman dan tingkat pertumbuhannya, jenis dan harga pupuk, dosis pupuk serta
waktu dan cara penempatan pupuk. Cara pemupukan dapat dilakukan berbagai
cara, salah satu cara pemberian pupuk dengan cara dibenamkan di dalam tanah.
Cara tersebut lebih efektif dan efisien karena dapat menghindari kehilangan hara
akibat tercuci atau menguap (AgroMedia 2007).
Menurut Marsono (1992) pengertian klasifikasi pupuk dapat dilihat dari
beberapa segi yaitu atas dasar pembentukannya yang terdiri dari pupuk alam dan
pupuk buatan, atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya yang terdiri
dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk, dan atas susunan kimiawi yang
mempunyai hubungan penting dengan perubahan-perubahan di dalam tanah.
Pupuk alam diantaranya terdiri dari pupuk kandang pupuk hijau, kompos dan
guano.
Salah satu cara untuk mengembalikan unsur hara dalam jumlah cukup
diperlukan pemupukan. Pemupukan merupakan satu-satunya cara yang dapat
dilakukan untuk memenuhi ketersediaan unsur hara tanah yang dibutuhkan
tanaman. Dengan adanya pemupukan, tanaman dapat tumbuh optimal danberproduksi makasimal (AgroMedia 2007). Menurut Hardjowigeno (2007)
pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor antara lain sinar
matahari, suhu, udara, air, dan unsur-unsur hara dalam tanah (N,P,K, dan lain-
lain).
Unsur hara merupakan unsur-unsur mineral anorganik yang diperoleh dari
tanah melalui proses penyarapan oleh sistem perakaran untuk digunakan dalam
7/21/2019 E10apr2
26/71
11
proses pertumbuhan atau perkembangan tanaman. Menurut Kramer dan
Kozlowsky dalam Pribadi (2003) secara umum peranan unsur hara adalah:
a. Sebagai komponen jaringan penyusun jaringan makanan
b.
Sebagai katalisator dalam berbagai reaksi
c. Sebagai alat pengatur tekanan osmosis
d.
Sebagai komponen penyangga
e. Sebagai alat pengatur permebelitas membran.
Pada umumnya terdapat tiga cara penggunaan pupuk, baik pupuk padat
atau pupuk cair, yaitu ditaburkan secara merata di atas permukaan tanah,
ditempatkan di dalam lubang atau secara larikan, dan diberikan melalui daun
(dalam hal ini caranya dengan menyemprotkan larutan hara melalui daun).
Metode mana yang lebih sesuai digunakan sangat tergantung pada jenis pupuk,
jenis tanaman, dan tujuan penanaman (Soepardi 1983).
Menurut Mansur et al. (2004) secara umum pohon yang kekurangan
nutrisi mempunyai tanda-tanda diantaranya pertumbuhan tanaman stagnant dan
vigornya rendah, terjadi perubahan warna pada daun, terjadi perubahan anatomi,
keguguran pucuk dan mata tunas serta keriting.
Menurut Leiwakabessy et al. (2003) ketersediaan unsur hara bagi tanaman
ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tanah
menyediakan unsur hara bagi tanaman dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan menyerap/memanfaatkan unsur hara yang telah disediakan oleh
tanah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tanah menyediakan
unsur hara bagi tanaman yaitu sumber ion hara (mineral primer, bahan organik,
pupuk, udara, rembesan/air irigasi) dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengikatan, pengendapan, pergerakan ion ke akar, pencucian maupun imobilitasdari unsur-unsur (pH, redoks potensial, tekstur, KTK, kejenuhan ion tersebut pada
kompleks jerapan). Sedangkan faktor -faktor yang mempengaruhi kemampuan
menyerap/memanfaatkan unsur hara yang telah disediakan oleh tanah antara lain
kadar oksigen dalam udara, tanah, kelembaban dan suhu tanah, zat beracun,
kesehatan tanaman, sifat genetik dan juga reaksi-reaksi antagonistik antar unsur.
7/21/2019 E10apr2
27/71
12
2.2.1 Pupuk NPK
NPK tergolong pupuk majemuk. Pupuk majemuk adalah pupuk yang
mengandung dua atau tiga unsur hara primer. Jika unsur hara makro primer
(N,P,K), unsur hara makro sekunder (Mg, Ca, dan S), dan dilengkapi dengan
unsur hara mikro, pupuk tersebut dikategorikan sebagai pupuk majemuk lengkap
(AgroMedia 2007).
Menurut Novizan (2002) unsur hara makro diperlukan tanaman dalam
jumlah lebih besar. Unsur hara makro terdiri dari Nitrogen (N), Fosfor (P),
Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S).
1. Nitrogen ( N )
Menurut Leiwakabessy et al. (2003) nitrogen diserap tanaman dalam bentuk
ion nitrat dan ion amonium. Sebagian besar nitrogen diserap dalam bentuk ion
nitrat karena ion tersebut bermuatan negatif sehingga selalu berada di dalam
larutan tanah dan mudah terserap oleh akar. Karena selalu berada di dalam larutan
tanah, ion nitrat lebih mudah tercuci oleh aliran air. Nitrogen tidak tersedia dalam
bentuk mineral alami seperti unsur hara lainnya. Nitrogen yang ada di dalam tanah
dapat hilang karena terjadinya penguapan, pencucian oleh air, atau terbawa
bersama tanaman pada saat panen. Fungsi nitrogen di dalam tanah antara lain:
a.
Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
b. Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri
c. Untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman
d. Merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau ) seperti daun
Menurut Dwidjoseputro (1984) tanaman kekurangan unsur nitrogen
mengakibatkan daun tidak tampak hijau segar, melainkan agak kekuning-
kuningan. Jika tanaman banyak kekurangan nitrogen, tanaman akan menjadikuning dan akhirnya gugur.
2. Fosfor ( P )
Menurut Leiwakabessy et al. (2003) fosfor sebagian besar berasal dari
pelapukan batuan mineral alami, sisanya berasal dari pelapukan bahan organik.
Walaupun sumber fosfor di dalam tanah mineral cukup banyak, tanaman masih
dapat mengalami kekurangan fosfor. Ketersediaan fosfor di dalam tanah
ditentukan oleh banyak faktor yaitu pH tanah, aerasi, temperatur, bahan organik,
7/21/2019 E10apr2
28/71
13
dan unsur hara lain. Fungsi Fosfor di dalam tanaman antara lain (Hardjowigeno
2007) :
a. Pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
b.
Merangsang pembungaan dan pembuahan
c. Merangsang pertumbuhan akar
d.
Merangsang pembentukan biji
e. Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya antara lain lambat dan kerdil,
perkembangan akar lambat.
3. Kalium ( K )
Menurut Leiwakabessy et al. (2003) persediaan kalium di dalam tanah dapat
berkurang karena tiga hal yaitu pencucian kalium oleh air, pengambilan kalium
oleh tanaman dan erosi tanah. Biasanya tanaman menyerap Kalium lebih banyak
daripada unsur hara lain kecuali nitrogen. Fungsi kalium antara lain:
a. Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan
mineral termasuk air.
b. Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
Menurut Dwidjoseputro (1984) kalium terdapat di dalam tubuh tanaman
sebagai garam anorganik pada bagian-bagian tanaman dalam pertumbuhan lebih
banyak diperoleh Kalium daripada di dalam daun-daun yang sudah tua. Unsur K
mempunyai peranan penting sebagai katalisator terutama pada pengubahan
protein dan asam amino. Tanaman kekurangan Kalium mengakibatkan
fotosintesis terhambat dan respirasi bertambah.
Menurut Novizan (2002) kalium mempunyai peranan yang penting dalam
proses-proses fisiologis seperti : (1) metabolisme karbohidrat, pembentukan,pemecahan dan translokasi pati, (2) metabolisme nitrogen dan sintesa protein, (3)
mengawasi dan mengatur aktivitas beragam unsur mineral, (4) netralisasi asam-
asam organik yang penting bagi proses fisiologis, (5) mengaktifkan berbagai
enzim, (6) mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik, dan (7) mengatur
pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan air. Kalium disini tidak
terlibat sebagai komponen penyusun tetapi hanya sebagai bentuk anorganik saja
(Hakim et al. 1986). Ismunadji et al.(1976) mengatakan bahwa kalium berperan
7/21/2019 E10apr2
29/71
14
dalam metabolisme air dalam tanaman, mempertahankan turgor, membentuk
batang yang lebih kuat dan sangat berpengaruh terhadap hasil. Menurut
Nursyamsi (2006) apabila ketersediaan kalium tanah rendah maka pertumbuhan
tanaman terganggu dan tanaman akan memperlihatkan gejala kekahatan.
Menurut Novizan (2002) biasanya tanaman menyerap kalium lebih banyak
daripada unsur hara lainnya kecuali nitrogen. Kalium di dalam jaringan tanaman
tetap berbentuk ion K+. Tidak ditemukan dalam bentuk senyawa organik. Kalium
bersifat mudah bergerak sehingga siap dipindahkan dari satu organ ke organ lain
yang membutuhkan. Secara umum peran kalium berhubungan dengan proses
metabolisme seperti fotosintesis dan respirasi. Peran kalium antara lain translokasi
(pemindahan) gula pada pembentukan pati dan protein, membantu proses
membuka dan menutup stomata (mulut daun), efisiensi penggunaan air (ketahanan
terhadap kekeringan), memperluas pertumbuhan akar, meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, memperkuat tubuh tanaman.
Pengaruh kekurangan kalium secara keseluruhan baik terhadap
pertumbuhan maupun terhadap kualitasnya merupakan akibat pengaruhnya
terhadap proses-proses fisiologis. Proses fotosintesis dapat berkurang bila
kandungan kaliumnya rendah dan pada saat respirasi bertambah besar. Hal ini
akan menekan persediaan karbohidrat yang tentu akan mengurangi pertumbuhan
tanaman. Peranan kalium dan hubungannya dengan kandungan air dalam tanaman
adalah penting dalam mempertahankan turgor tanaman itu yang sangat diperlukan
agar proses-proses fotosintesa dan proses-proses metabolisme lainnya dapat
berkurang dengan baik (Leiwakabessy 2003).
2.2.2 Pupuk BokashiMenurut Nasir (2008) Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari
proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective
Microorganisms 4). Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk
organik (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan
dengan cara konvensional. EM4 sendiri mengandung Azotobacter sp.,
Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa. Bahan
untuk pembuatan bokasi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian,
7/21/2019 E10apr2
30/71
15
seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk
gergajian. Namun bahan yang paling baik digunakan sebagai bahan pembuatan
Bokashi adalah dedak karena mengandung zat gizi yang sangat baik untuk
mikroorganisme.
Menurut Nasir (2008) beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam
pupuk Bokashi tersebut adalah sebagai berikut:
a. memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman
b. memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan
pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah
c. meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman
d. menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang lebih baik
e. meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk
Menurut Sarbini (2008) sebagai pupuk Bokashi mempunyai keunggulan.
Adapun keunggulan dari Bokashi antara lain:
a. dapat dibuat sendiri oleh petani, sehingga tidak tergantung kepada pupuk kimia
yang harganya semakin mahal.
b.biaya pembuatannya lebih murah.
c.
memperbaiki struktur tanah. Tanah menjadi gembur, perembesan air lebih
cepat, daya tahan terhadap erosi lebih kuat dan tanah lebih mudah diolah.
d. mengandung unsur hara yang lebih lengkap, baik mikro maupun makro.
e. melepaskan unsur-unsur hara yang terikat oleh tanah dan menahannya dari
tercuci oleh air hujan.
f. memberikan suasana lingkungan yang baik bagi kehidupan jasad renik dalam
tanah, sehingga bahan organik tanah dapat diurai oleh jasad renik untuk
dimanfaatkan oleh tanaman.Menurut Nuryadin (2009) pupuk Bokashi adalah pupuk organik (dari bahan
jerami, pupuk kandang, sampah organik, dll) hasil fermentasi dengan teknologi
EM-4 yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan
pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Bahan dasar pupuk organik, baik dalam
bentuk kompos maupun pupuk kandang dapat berasal dari limbah pertanian,
seperti jerami, dan sekam padi, kulit kacang tanah, ampas tebu, batang jagung,
7/21/2019 E10apr2
31/71
16
dan bahan hijauan lainnya. Sedangkan kotoran ternak yang banyak dimanfaatkan
adalah kotoran sapi, kerbau, kambing, ayam, itik dan babi. Disamping itu, dengan
berkembangnya pemukiman, perkotaan dan industri makan bahan dasar kompos
makin beranekaragam seperti dari tinja, limbah cair, sampah kota dan pemukiman.
Menurut Nuryadin (2009) salah satu bentuk pupuk organik yang sekarang
sedang banyak digunakan adalah pupuk Bokashi. Bokashi adalah suatu kata
dalam bahasa Jepang yang berarti bahan organik yang telah difermentasikan.
Pupuk Bokashi dibuat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik (dedak,
ampas kelapa, tepung ikan, dll) dengan EM (Efektive Microorganism). Biasanya
Bokashi ditemukan dalam bentuk serbuk atau butiran. Menurut Sani (2007)
Bokashi sudah digunakan para petani Jepang dalam perbaikan tanah secara
tradisional untuk meningkatkan keragaman mikroba dalam tanah dan
meningkatkan persediaan unsur hara bagi tanaman. Secara tradisional Bokashi
dibuat dengan cara menfermentasikan bahan organik seperti dedak dengan tanah
dari hutan atau gunung yang mengandung berbagai jenis mikroorganisme. Akan
tetapi , saat ini telah dikenal Bokashi EM yaitu Bokashi dengan bahan organik
yang difermentasikan dengan mikroorganisme efektif, bukan dengan tanah dari
hutan atau gunung. EM yang digunakan dalam pembuatan Bokashi adalah suatu
kultur campuran berbagai mikriorganisme yang bermanfaat (terutama bakteri
fotosintetik dan bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes, dan jamur peragian) dan
dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba
tanah. Penggunaan EM dalam pembuatan bokashi selain dapat memperbaiki
kesehatan dan kualitas tanah juga bermanfaat memperbaiki pertumbuhan serta
jumlah dan mutu hasil tanaman.
2.3 Insektisida Decis
Decis adalah insektisida non sistemik, yang bekerja pada serangga dengan
cara kontak dan pencernaan. Decis menguasai spektrum besar dari serangga hama
yang berbeda seperti Lepidoptera, Homoptera, dan Coleoptera.
Decis juga aktif untuk beberapa serangga hama dari kelas lain sepertiHemiptera
(hama), Orthoptera (belalang), Diptera (lalat) dan Thysanoptera (thrips.)
Sekarang ini hampir semua Pyrethroid terdiri atas beberapa isomers yang
7/21/2019 E10apr2
32/71
17
antaranya aktif, dan beberapa diantaranya tidak aktif.
Bahan aktif Decis yang terdiri atas hanya satu isomer, yaitu isomer murni D-CIS
selalu lebih baik untuk memakai isomer yang paling aktif daripada campuran
optik isomer untuk melakukan perawatan pada tanaman (Anonim 2009).
Keunggulan dari Decis antara lain :
a. Dosis penggunaan yang rendah
b. Kerja yang sangat cepat, efek knock downyang sangat baik
a. Spektrum kerja yang luas
b. Aktif dalam kondisi iklim apapun
c. Isomer murni tunggal dengan daya kerja yang luar biasa
d.
Efek anti feedingmelindungi tanaman yang sedang diobati
e.
Efek penolak sementara
f.
Peningkatan di hasil dan kualitas panen
g. Ada kerja residu yang baik
h. Tidak larut dalam air, mobilitas yang sangat terbatas di lingkungan
i. Tidak cepat hilang dan mengurangi kemungkinan mencemarkan lingkungan
j. Tekanan uap yang sangat rendah dan tidak ada penguapan produk
k.
Tidak ada penumpukan di lingkungan.
2.4 Sifat Fisik Tanah
Secara keseluruhan sifat fisik tanah ditentukan oleh beberapa hal berikut :
1. Ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah
2. Jenis dan proporsi komponen-komponen penyusun partikel-partikel
3. Keseimbangan antara suplai air, energy dan bahan dengan kehilanganya
4. Intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang berlangsungDengan beberapa hal tersebut maka dapat diketahui kualitas sifat fisik tanah
(Hanafiah 2005).
Sifat fisik tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar didalam tanah, retensi air,
drainase, aerasi dan nutrisi tanaman. Sifat fisik tanah tergantung pada jumlah,
ukuran, bentuk, susunan dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah,
macam dan jumlah bahan organik, volume dan bentuk pori-pori serta
7/21/2019 E10apr2
33/71
18
perbandingan air dan udara menempati pori-pori pada waktu tertentu (Hakim et
al 1986). Beberapa sifat fisik utama tanah yaitu tekstur tanah, struktur tanah,
bobot isi tanah, warna tanah, konsistensi tanah, dan kadar air tanah.
2.4.1 Tekstur Tanah
Menurut Marsono (1992) analisis tekstur tanah untuk menentukan
distribusi ukuran partikel biasanya mengehendaki banyak usaha untuk menjamin
bahwa agregat tanah diperhalus menjadi partikel komponennya. Tanah yang
bertekstur lebih kasar biasanya kurang mempunyai struktur dibanding dengan
tanah bertekstur halus. Tanah berpasir berkurang sifat-sifat kohesinya, sedangkan
lempung dan debu tanah yang bertekstur halus cenderung membentuk agregat.
Menurut Madjid (2007) tekstur tanah tersusun dari tiga komponen, yaitu:
pasir, debu dan liat. Ketiga komponen tersebut dibedakan berdasarkan ukurannya
yang berbeda. Partikel pasir berukuran antara 200 mikrometer sampai dengan
2000 mikrometer. Partikel debu berukuran antara 2 mikrometer sampai dengan
kurang dari 200 mikrometer. Partikel liat berukuran kurang dari 2 mikrometer.
Makin halus ukuran partikel penyusun tanah tersebut akan memiliki luas
permukaan partikel per satuan bobot makin luas. Partikel tanah yang memiliki
permukaan yang lebih luas memberi kesempatan yang lebih banyak terhadap
terjadinya reaksi kimia. Partikel liat persatuan bobot memiliki luas permukaan
yang lebih luas dibandingkan dengan kedua partikel penyusun tekstur tanah lain
(seperti: debu dan pasir). Reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada permukaan patikel
liat lebih banyak daripada yang terjadi pada permukaan partikel debu dan pasir
persatuan bobot yang sama. Dengan demikian, partikel liat adalah komponen
tanah yang paling aktif terhadap reaksi kimia, sehingga sangat menentukan sifatkimia tanah dan mempengaruhi kesuburan tanah.
Menurut Madjid (2007) tanah disusun dari butir-butir tanah dengan
berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut
bahan kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu. Bagian butir tanah yang
berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan halus tanah.
Bahan halus tanah dibedakan menjadi :
7/21/2019 E10apr2
34/71
19
a. pasir, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm.
b. debu, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050
mm.
c. liat, yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm.
Menurut Hardjowigeno (2007) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya
tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan
liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur
dibedakan berdasarkan prosentase kandungan pasir, debu dan liat.
Menurut Darmawijaya (1997) tanah bertekstur kasar biasanya kurang
mengandung hara tersedia dibandingkan dengan yang halus. Tata air serta tata
hujan sangat berpengaruh pada tekstur tanah yang kasar.
2.5 Sifat Kimia Tanah
Menurut Madjid (2007) beberapa sifat kimia tanah yang penting untuk
diketahui dan dipahami, meliputi: (1) pH tanah, (2) kandungan karbon organik,
(3) kandungan nitrogen, (4) rasio karbon dan nitrogen (C/N), (5) kandungan fosfor
tanah, terdiri dari: P-tersedia dan P-total tanah, (6) kandungan kation basa dapat
dipertukarkan, (7) kandungan kation asam, (8) kejenuhan basa (KB), dan (9)
kapasitas tukar kation (KTK), mencakup: KTK liat, KTK tanah, KTK efektif,
KTK muatan permanen dan KTK muatan tergantung pH tanah, serta (10)
kejenuhan aluminium.
2.5.1 pH Tanah
Menurut Hardjowigeno (2007) reaksi tanah adalah suatu ciri atau
parameter yang menunjukkan keadaan masam-basa dalam tanah. Reaksi masam-basa dalam tanah dapat mempengaruhi tingkat penguraian mineral dan bahan
organik, pembentukan mineral liat, aktivitas jasad renik, ketersediaan hara bagi
tanaman, dan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau
keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila
konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan
tanah menjadi asam, sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada
7/21/2019 E10apr2
35/71
20
konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi basa. pH tanah sangat menentukan
pertumbuhan dan produksi tanaman. PH tanah yang optimal bagi pertumbuhan
kebanyakan tanaman adalah antara 5,6-6,0.
Pada tanah pH lebih rendah dari 5,6 pada umumnya pertumbuhan tanaman
menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor
dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4,0 pada umumnya terjadi kenaikan Al3+
dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran,
terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat
(Leiwakabessy 2003).
2.5.2 C-Organik (%)
Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik
dan biotik dalam ekosistem tanah. bahan organic tanah mempunyai peranan yang
sangat penting dalam tanah terutama pada kesuburan tanah, serta sifat-sifat fisik,
kimia, dan biologi yang secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi pula
oleh bahan organik tanah. Kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di
tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, agar kandungan bahan
organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi
mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak
harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat
berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK
tanah (Mustofa dalam Abadi 2009).
2.5.3 N Total (%)
Nitrogen adalah unsur hara yang paling banyak terdapat di udara. Bagitanaman, nitrogen digunakan untuk pembentukan akar awal dan pertumbuhan
vegetatif. Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk nitrat (NO3-) dan
amonium (NH4+). Di dalam tanah, nitrogen lebih banyak dalam bentuk organik
yang dapat mengalami amonifikasi dan nitrifikasi. Pada umumnya kandungan N
total pada tanah di lapisan 0 20 cm adalah antara 2000 4000 Kg/ha, namun
yang tersedia bagi tanaman adalah kurang dari 3 % dari keseluruhan jumlah
tersebut (Hardjowigeno 2007). Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik
7/21/2019 E10apr2
36/71
21
tanah (halus dan kasar), pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara, pupuk,
dan air hujan (Hardjowigeno 2007).
2.5.4 P-Bray (ppm)
Di dalam tanah, fosfor berasal dari batuan induk atau bahan organik. Fosfor
merupakan unsur hara yang mobilitasnya tinggi dan dapat bergerak mendekati
permukaan akar melalui mekanisme difusi, karena fosfor di dalam tanah sering
ditemui dalam bentuk terikat oleh mineral tanah. Agar P di dalam tanah bisa
tersedia, biasanya pada tanah masam dilakukan penambahan kapur , sehingga pH
tanah menjadi meningkat sehingga P dapat dilepas dari agen pengingatnya seperti
Fe dan Al. Bentuk yang tersedia bagi tanaman adalah berupa ion fosfat (PO4-).
Pada tanah unsur P berasal dari bahan organik, pupuk dan mineral-mineral.
Ketersediaan unsur P dipengaruhi oleh pH tanah (Hardjowigeno 2007).
2.5.5 Kalium (K)
Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Di dalam tanah, ion
tersebut bersifat sangat dinamis. Persediaan kalium di dalam tanah dapat
berkurang karena tiga hal yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian
kalium oleh air, dan erosi tanah. Menurut Hardjowigeno (2007), unsur K dalam
tanah berasal dari mineral-mineral primer tanah (feldspar dan mika) dan pupuk
buatan (ZK). Kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk K+dan dijumlahkan
dalam berbagai kadar di dalam tanah (Leiwakabessy et al. 2003).
Menurut Hanafiah (2005) kadar unsur K dalam larutan tanah merupakan
hasil keseimbangan antara suplai dari hasil pelarutan mineral-mineral K, K
tertukar dari permukaan koloid-koloid tanah dan K hasil mineralisasi bahanorganik/pupuk dengan kehilangan akibat adanya serapan tanaman (immobilisasi),
K-terfiksasi akibat terjerap oleh ruang dalam koloid-koloid dan pelindian.
2.5.6 Rasio Karbon dan Nitrogen (C/N)
Menurut Hardjowigeno (2007) rasio C/N merupakan perbandingan antara
kadar C dan N. Nilai C/N dari tanaman, humus ataupun tanah memberikan
gambaran tentang mudah tidaknya bahan tersebut dilapuk, tingkat kematangan
7/21/2019 E10apr2
37/71
7/21/2019 E10apr2
38/71
23
Tabel 1 Hasil Penelitian Lain Tentang Pemupukan
Judul Penelitian Peneliti Hasil Penelitian
Pengaruh Pemupukan NPK dan
PPC Terhadap Pertumbuhan
Anakan Palahlar (Dipterocarpus
hasseltii BL) Di Persemaian.
Dondy Anugrah
(2003)
memberikan hasil yang
sangat nyata pada taraf
nyata 99% terhadap
pertambahan tinggi dan
diameter anakan Palahlar
dan tidak berbeda nyata
terhadap pertambahan
jumlah daun anakan
Palahlar.
Pengaruh Dosis dan Frekuensi
Aplikasi Pemupukan NPKTerhadap Pertumbuhan Bibit
Shorea ovalisKorth. (Blume.)
Asal Anakan Alam di
Persemaian.
Nanang
Herdiana,Abdul Hakim
Lukman, Kusdi
Mulyadi
(2008)
perlakuan dosis pupuk
NPK berbeda sangat nyatatrehadap parameter tinggi,
indeks kualita semai
persentase hidup dan
pertambahan jumlah daun
Pengaruh Media dan Pupuk
NPK Terhadap Pertumbuhan
dan Mutu Bibit Eboni
(Diospyros celebica Bakh).
Durrahim dan
Hendromono
(2006)
memberikan pengaruh
nyata terhadap
pertambahan diameter
bibit dengan medium topsoil+sabut kelapa sawit =
1:1 (v/v) dipupuk NPK 0,5
gr/wadah
Pengaruh pemberian bermacam
macam pupuk pada saat tanam
terhadap pertumbuhan tanaman
Murbei.
Samsijah dan
Sudrajat
(1976)
Pemberian pupuk N,
pupuk P, pupuk K
berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman
campuran pupuk N,P,K
dari umur 13 bulan/19
bulan dan terhadap jumlah
cabang dan jumlah daunpada umur tanaman 13
bulan.
Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan
Kompos Terhadap Pertumbuhan
Bibit Salam (Eugenia polyantha.
Wight)
Mutia
Handayani
(2009)
Pemberian pupuk NPK
memberikan pengaruh
nyata terhadap diameter,
berat kering pucuk, berat
kering akar, berat kering
total, kadar air pucuk,
kadar air akar, dan vigor
semai.
7/21/2019 E10apr2
39/71
24
Hasil penelitian tentang Pemupukan NPK di atas menunjukkan bahwa
pemupukan NPK sangat dibutuhkan oleh tanaman khususnya tanaman kehutanan.
Selain itu menunjukkan bahwa pupuk NPK diperlukan untuk memenuhi unsur
hara dan menunjang pertumbuhan tanaman. Dengan melakukan pemupukan NPK
dapat menunjukkan peningkatan terhadap pertumbuhan tanaman kehutanan baik
di persemaian maupun di lapangan.
7/21/2019 E10apr2
40/71
25
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kebun milik Yayasan Al Ikhsan, Desa
Tawakkal, Bubulak, Jalan Cifor Kelurahan Bubulak RT 01/RW 05 dari bulan
Februari sampai Mei 2009.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tanaman Jabon
(Anthocephallus cadamba Roxb Miq.), pupuk NPK, pupuk Bokashi, pestisida
Decis, cat. Sedangkan alat yang diperlukan adalah cangkul, ajir, golok, plastik,
timbangan analitik, timbangan, alat tulis, penggaris, tali rafia, kertas label, kaliper,
bambu, cat, kamera digital.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Persiapan pupuk NPK
Pupuk NPK yang digunakan adalah pupuk NPK 15-15-15 dengan masing-
masing dosis sebesar 0 gram, 50 gram, 100 gram. Masing-masing dosis berjumlah
30 bungkus. Cara membuatnya adalah pupuk NPK ditimbang dengan timbangan
analitik.
3.3.2 Persiapan pupuk Bokashi
Pupuk Bokashi yang digunakan adalah pupuk Bokashi yang telah jadi dan
matang ditimbang dengan dosis masing-masing 0 kg, 1 kg, 2 kg. Setelah
ditimbang kemudian pupuk Bokasi dimasukkan ke dalam kantong plastik.3.3.3 Pemberian pupuk di lapangan
Pupuk NPK dan Bokashi diberikan pada 90 bibit Jabon yang sebelumnya
telah ditanam di lapangan dengan jarak tanam 3x3 pada lahan seluas 810 m2.
Pemupukan dilakukan 1 bulan setelah penanaman di lapangan. Tanaman jabon
yang dipupuk berumur 3 bulan. Sebelum pemupukan dilakukan pengukuran
terlebih dahulu pada tanaman jabon yang telah ditanam. Satu hari sebelum
7/21/2019 E10apr2
41/71
26
pemupukan, pupuk Bokashi yang telah ditimbang diletakkan di sekitar tanaman
Jabon sesuai dengan layout penanaman Jabon.
Sebelum dilakukan pemberian pupuk, dilakukan penggemburan tanah dan
pembersihan tanaman bawah disekitar tanaman dengan diameter 10 cm.
Pemberian pupuk NPK dan Bokashi dilakukan dengan cara membenamkan pupuk
Bokashi pada kedalaman 5-10 cm disekeliling tanaman kemudian ditutup dengan
tanah secukupnya. Setelah itu, pupuk NPK ditaburkan di atas tanah penutup
pupuk Bokashi dan selanjutnya ditutup dengan tanah kembali.
Pemberian pupuk NPK dan Bokashi dilakukan pada sore hari untuk
mencegah penguapan yang berlebihan dibandingkan jika dilakukan pada siang
hari.
3.3.4 Pemeliharaan dan pengukuran
Parameter yang diukur adalah tinggi tanaman, diameter tanaman, jumlah
daun, jumlah ruas, jumlah cabang yang tumbuh. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan 2 minggu sekali dengan menggunakan penggaris 50 cm. Pengukuran
diameter tanaman dilakukan setiap 1 bulan sekali dengan menggunakan kaliper.
Diameter tanaman diukur pada batang dengan jarak 10 cm di atas permukaan
tanah. Tinggi tanaman diukur dari 5 cm di atas permukaan tanah hingga pucuk.
Pengukuran jumlah daun dilakukan setiap 2 minggu sekali. Pengukuran jumlah
ruas dan jumlah cabang yang tumbuh dilakukan pengukuran setiap 1 bulan sekali.
Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyemprotan pestisida Decis setiap
2 minggu sekali. Total contoh tanah yang diambil sebanyak 2 yang cukup untuk
mewakili masing-masing perlakuan. Masing-masing contoh beratnya 1 kg.
3.3.5 Pengambilan sampel tanah
Data tanah yang diperlukan adalah beberapa fisik dan sifat kimia tanah
dilakukan secara acak. Alat yang digunakan untuk pengambilan contoh adalah
sekop, plastik, kertas label. Cara pengambilan contoh dengan cara permukaan
tanah dibersihkan dari rumput, batu, atau kerikil dan sisa-sisa tanaman atau bahan
organik atau serasah. Pengambilan tanah dilakukan dengan cara menggali tanah
dengan menggunakan sekop atu cangkul dengan diameter 10 cm dan kedalaman
7/21/2019 E10apr2
42/71
27
20 cm. Berat contoh tanah yang diambil adalah 1 kg dari setiap contoh..
Pengambilan tanah dilakukan pada kondisi tanah yang tidak dilakukan
pemupukan sebanyak 3 contoh dan pada kondisi tanah yang diberi perlakuan
diambil 3 contoh. Kemudian ketiga contoh tersebut dicampur menjadi satu dan
diaduk kemudian diambil sebanyak 1 kg.
3.4 Rancangan Penelitian dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola
faktorial yang terdiri atas 2 faktor. Penomoran setiap perlakuan dengan berbagai
ulangan dilakukan dengan cara pengocokan. Hasil pengocokan terlampir. Faktor
pertama adalah pemupukan dengan menggunakan pupuk NPK (A), faktor kedua
adalah pemupukan menggunakan pupuk bokashi (B) yang terdiri atas :
A : A0 = Pemberian pupuk NPK 0 gr (kontrol)
A1 = Pemberian pupuk NPK 50 gr
A2 =Pemberian pupuk NPK 100 gr
B : B0 = Pemberian pupuk Bokashi 0 kg (kontrol)
B1 = Pemberian pupuk Bokashi 1 kg
B2 = Pemberian pupuk Bokashi 2 kg
Model rancangan yang digunakan adalah (Mattjik 2006):
Yijk = + Ai + Bj + (AB)ij + ijk
Keterangan :
Yijk = Nilai respon pengamatan pada faktor perlakuan pemupukan NPK ke-i
dan faktor pemupukan Bokashi ke-j dan ulangan ke-k
= Nilai rata-rata umum
Ai = Pengaruh perlakuan pupuk NPKBj = Pengaruh perlakuan pupuk Bokashi ke-j
(AB)ij = Pengaruh interasi pupuk NPK ke-i dan perlakuan pupuk Bokashi ke- j
ijk = Pengaruh acak (galat) yang menyebar normal yang diberi perlakuan
penurunan pupuk NPK ke-i dan perlakuan pupuk Bokashi ke-j pada
ulangan ke-k.
Model rancangan tersebut digunakan pada percobaan pengaruh pemupukan
NPK dan dengan perlakuan pemupukan Bokashi.
7/21/2019 E10apr2
43/71
28
Analisis data dilakukan dengan uji F. Analisis sidik ragam dengan Uji F
terhadap variabel yang diamati dilakukan untuk mengetahui pengaruh interaksi
antara berbagai perlakuan yang diberikan, dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 = Perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap pemupukan
H1 = Perlakuan berpengaruh nyata terhadap pemupukan
Kriteria pengambilan keputusan untuk kriteria yangdiuji adalah :
F hitung < F tabel ; terima H0
F hitung > F tabel ; tolak H0
Tabel yang digunakan untuk rekapitulasi data kelompok setiap paremeter
yang di ukur adalah seperti tabel 2 berikut:
Tabel 2 Bagan Analisa Keragaman (ANOVA)
Sumber Keragaman Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Keragaman F Hitung
Perlakuan
Pupuk NPK (A)
Pupuk Bokashi (B)
Interaksi (A x B)
Sisa
(nm-1)
(n-1)
(m-1)
(n-1) (m-1)
nm (r-1)
JK perl
JK A
JK B
JK AB
JK S
JK p/db p
JK A/db A
JKB/db B
JK AB/db AB
JK S/db S
Kp/Ks
Ka/Ks
Kb/Ks
Kab/Ks
Total Nm r 1 Jkt
7/21/2019 E10apr2
44/71
29
BAB IV
KONDISI UMUM
4.1 Letak Geografis
Menurut Bappeda (2009) Secara geografis Kota Bogor terletak di antara
106 48 BT dan 6 26 LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah
wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara,
merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi,
pariwisata.
4.2 Wilayah Administrasi
Luas Wilayah kota Bogor sebesar 11.850 ha yang terdiri dari 6 kecamatan
dan 68 kelurahan. Secara Administratif kota Bogor terdiri dari 6 wilayah
kecamatan, 31 kelurahan dan 37 desa, 210 dusun, 623 RW, 2.712 RT dan
dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor (Bappeda 2009).
4.3 Iklim dan Topografi
Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan
maksimum 330 m dpl. Curah hujan rata-rata di wilayah kota Bogor berkisar antara
3.000 sampai 4.000 mm/tahun. Curah huan bulanan berkisar antara 250-335 mm
dengan waktu curah hujan minimum terjadi pada bulan September sekitar 128
mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi di bulan Oktober sekitar 346 mm.
Temperatur rata-rata wilayah kota Bogor 260C. Jenis tanah hampir di seluruh
wilayah Bogor adalah latosol cokelat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah
lebih dari 90 cm dan tekstur tanah yang halus dan bersifat agak peka terhadaperosi (Bappeda 2009).
7/21/2019 E10apr2
45/71
30
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Pertumbuhan tinggi tanaman Jabon
Hasil sidik ragam (Tabel 3) menunjukkan bahwa NPK berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jabon, pada taraf uji F 0,05. Namun
Bokashi dan interaksi antara NPK dan Bokashi tidak berpengaruh nyata. Untuk
mengetahui dosis NPK yang terbaik maka dilakukan uji Duncan (Tabel 4).
Tabel 3 Hasil sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan Bokashi terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman Jabon
Sumber
Keragaman Db JK KT F-Hit Pr > F
NPK
Bokasi
Interaksi
Galat
Total
2
2
4
81
90
1354,702
35,054
746,156
12696,226
191420,800
677,351
17,527
186,539
156,144
4,321*
0,112
1,190
0,016
0,894
0,321
Keterangan: * : Perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05
Perlakuan pupuk Bokashi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
tinggi tanaman Jabon ( Tabel 4).
Tabel 4 Pengaruh pupuk Bokashi terhadap pertumbuhan tinggi tanaman Jabon
Perlakuan Tinggi (cm)
B0 (0 kg) 45,15ns
B1 (1 kg) 43,68ns
B2 (2 kg) 44,04ns
Keterangan: ns = tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05
Tabel 4 menyajikan pengaruh pupuk Bokashi terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman jabon menunjukkan bahwa ketiga dosis pupuk Bokashi tidak signifikan,
7/21/2019 E10apr2
46/71
7/21/2019 E10apr2
47/71
32
Gambar 1 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jabon.
Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk NPK 0 gram
(A0), dosis pupuk NPK 50 gram (A2) dan 100 gram (A2). Pada gambar 1 terlihat
bahwa dosis pupuk 50 gram (A1) pada minggu ke-4 mengalami pertumbuhan
tinggi yang signifikan, tinggi tanaman jabon yang diberikan pupuk dengan dosis
50 gram (A1) pada minggu ke-4 sebesar 55,94 cm (Lampiran 2). Tinggi tanaman
dengan dosis pupuk NPK 50 gram (A1) pada pengamatan minggu ke-6 sebesar
65,94 cm (Lampiran 2) dan pada minggu ke-8 sebesar 90,67 cm (Lampiran 2).
Tinggi tanaman pada perlakuan dosis NPK 100 gram (A2) pada minggu ke-2
mengalami pertambahan tinggi yang signifikan dibandingkan tinggi tanaman pada
perlakuan 0 gram (A0) dan 50 gram (A1). Pada dosis pupuk NPK 100 gram (A2)
pada minggu ke-2 tinggi tanaman sebesar 56,09 cm, pada minggu ke-4 sebesar
63,09, minggu ke-6 sebesar 79,09 cm serta minggu ke-8 tinggi tanaman sebesar
93,03 cm (Lampiran 2).
Gambar 2 adalah tinggi tanaman jabon sebelum pemupukan pada umur 3
bulan. Sebelum dilakukan pemupukan dilakukan pembuatan layout pemupukan
yang dilakukan secara acak atau pengocokan.
7/21/2019 E10apr2
48/71
33
5 cm5 cm
(a)
(b) (c)
5 cm
Gambar 2 Tinggi Tanaman Jabon Sebelum Pemupukan Umur 3 bulan.
Pada Gambar 2(a) yaitu tanaman jabon pada umur 3 bulan sebelum
pemupukan sesuai dengan layout pemupukan yang akan diberikan pupuk NPK
dengan dosis 0 gram (A1) yang tingginya sebesar 46,32 cm. Sedangkan Gambar
2(b) adalah tanaman jabon sebelum dilakukan pemupukan pada umur 3 bulan
yang akan diberikan perlakuan dosis pupuk NPK 50 gram (A1) yang tingginya
sebesar 46,79 cm. Pada Gambar 2(c) adalah tanaman jabon sebelum pemupukan
berumur 3 bulan yang akan diberikan perlakuan dosis pupuk NPK 100 gram (A2),
tinggi tanaman tersebut sebesar 45,65 cm.
Tinggi tanaman jabon setelah pemupukan pada usia 6 bulan dapat dilihat
pada Gambar 3.
20 cm 20 cm20 cm
(a) (b) (c)
Gambar 3 Tinggi Tanaman Jabon Setelah Pemupukan Umur 6 bulan.
7/21/2019 E10apr2
49/71
34
Tinggi tanaman jabon pada yang tidak diberikan perlakuan yaitu dosis
pupuk NPK 0 gram (A0) sebagai kontrol pada Gambar 3(a) adalah 81,45 cm.
Gambar 3(b) tanaman jabon yang diberi perlakuan pupuk NPK dengan dosis 50
gram (A1) tingginya sebesar 90,1 cm. Sedangkan pada Gambar 3(c) yaitu
tanaman jabon yang diberi perlakuan pupuk NPK dengan dosis 100 gram (A2)
tingginya mencapai 93 cm.
5.1.2 Diameter tanaman Jabon
Pengaruh perlakuan pupuk NPK dan Bokashi terhadap pertumbuhan
diameter tanaman Jabon ditunjukkan oleh Tabel 6.
Tabel 6 Hasil sidik ragam pengaruh pupuk NPK dan Bokashi terhadappertumbuhan diameter tanaman Jabon
Sumber
Keragaman Db JK KT F-Hit Pr > F
NPK
Bokasi
Interaksi
Galat
Total
2
2
4
81
90
0,932
0,205
0,691
3,259
162,194
0,466
0,102
0,173
0,40
11,58*
2,541
4,293*
0,000
0.085
0,003
Keterangan : * : Perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05
Hasil sidik ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa pupuk NPK dan
interaksi antara pupuk NPK dan Bokashi berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan diameter tanaman jabon pada taraf uji 0,05. Sedangkan Bokashi
tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter. Untuk mengetahui
perlakuan yang terbaik maka dilakukan uji Duncan (Tabel 7) :
Tabel 7 Hasil uji Duncan pengaruh pupuk NPK terhadap pertumbuhan diameter
tanaman Jabon
Keterangan : huruf sama di belakang angka menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata padataraf uji F 0,05
Perlakuan Diameter (cm) Peningkatan Terhadap Kontrol (%)
A0 (0 gr) 1,23a 0
A1 (50 gr) 1,28a 4,06
A2 (100 gr) 1,46 18,70
7/21/2019 E10apr2
50/71
35
Hasil uji Duncan pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk
NPK dengan dosis 100 gram (A2) menghasilkan rata-rata pertumbuhan diameter
yang paling besar yaitu 1,46 cm jika dibandingkan dengan dosis pupuk NPK
lainnya. Pupuk NPK dengan dosis 0 gram (A0) menghasilkan rata-rata
pertumbuhan diameter terkecil yaitu 1,23 cm sedangkan pemberian pupuk NPK
dengan dosis 50 gram (A1) yaitu 1,28 cm. Dari Tabel diatas menunjukkan bahwa
perlakuan pupuk NPK 0 gram (A0) tidak berpengaruh nyata dengan pupuk NPK
dengan dosis 50 gram (A1). Tetapi pertambahan diameter pada dosis 0 gram
berpengaruh nyata dengan dosis 100 gram (A2). Pada tabel 8 menunjukkan bahwa
persentase peningkatan terhadap kontrol terbesar adalah dosis 100 gram (A2)
sebesar 18,70%. Sedangkan dosis pupuk 50 gram (A1) mengalami peningkatan
rata-rata pertambahan tinggi terhadap kontrol sebesar 4,06%.
Tabel 8 merupakan pengaruh pupuk Bokashi tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan diameter tanaman jabon.
Tabel 8 Pengaruh pupuk Bokashi terhadap pertumbuhan diameter tanaman jabon
Perlakuan Diameter (cm)B0 (0 kg) 1,305ns
B1 (1 kg) 1,386ns
B2 (2 kg) 1,273ns
Keterangan: ns = tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05
Tabel 8 juga menunjukkan bahwa hasil rata-rata pertumbuhan diameter
dengan menggunakan pupuk Bokasi 0 gram (A0) sama dengan dosis pupuk
Bokashi 1 kg (A1) dan 2 kg (A2).
Tabel 9 menunjukkan hasil uji Duncan pengaruh interaksi antara pupuk
NPK dengan Bokashi terhadap pertumbuhan diameter tanaman jabon dan
peningkatan terhadap kontrol yang dinyatakan dalam persentase.
7/21/2019 E10apr2
51/71
36
Tabel 9 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi antara pupuk NPK dengan Bokashi
terhadap pertumbuhan diameter tanaman Jabon dan persentase
peningkatan terhadap kontrol
Keterangan : huruf sama di belakang angka menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata padataraf uji F 0,05
Perlakuan Diameter (cm) Peningkatan Terhadap Kontrol (%)
A0B2 1,062a -19,667
A1B2 1,237ab -6,43
A0B1 1,284 -2,874
A2B0 1,287 -2,648
A1B1 1,296 -1,967
A1B0 1,306 -1,210
A0B0 1,322 0
A2B2 1,519c 14,902
A2B1 1,578c 19,365
Tabel 9 menunjukkan interaksi antara pupuk NPK 50 gram dengan
Bokashi 1 kg (A2B1) menghasilkan diameter tertinggi yaitu sebesar 1,578 cm
sedangkan perlakuan dosis pupuk NPK 0 gram dengan dosis pupuk Bokashi 2 kg
(A0B2) menghasilkan diameter terkecil yaitu sebesar 1,062 cm. Persentase
peningkatan pertumbuhan diameter terhadap kontrol pada perlakuan dosis pupuk
NPK 100 gram dan Bokashi 2 kg sebesar 14,902%. Apabila dosis pupuk Bokashi
diturunkan dosisnya menjadi 1 kg dan dosis pupuk NPK tetap 100 gram,
perlakuan A2B1 dapat meningkatkan pertumbuhan diameter sebesar 19,365%.
5.1.3 Jumlah ruas tanaman Jabon
Pengaruh perlakuan pupuk NPK dan Bokashi terhadap penambahan
jumlah ruas tanaman Jabon ditunjukkan pada Tabel 11
7/21/2019 E10apr2
52/71
37
Tabel 10 Hasil sidik ragam pengaruh pupuk NPK dan Bokashi terhadap
penambahan jumlah ruas tanaman Jabon
Sumber
Keragaman Db JK KT F-Hit Pr > FNPK
Bokasi
Interaksi
Galat
Total
2
2
4
81
90
16,800
2,067
5,733
206,300
603,000
8,400
1,033
1,433
2,547
3,298*
0,406
0,563
0,042
0,668
0,690
Keterangan: * : Perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05
Hasil sidik ragam pada Tabel 10 menunjukkan bahwa pupuk NPK
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah ruas tanaman Jabon pada taraf
uji 0,05. Sedangkan Bokashi dan interaksi antara pupuk NPK dan Bokashi tidak
berpengaruh nyata. Untuk mengetahui perlakuan yang terbaik maka dilakukan uji
Duncan (Tabel 11).
Tabel 11 Hasil uji Duncan pupuk NPK terhadap pertumbuhan jumlah ruas pada
tanaman Jabon
Keterangan : huruf sama di belakang angka menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada
taraf uji F 0,05
Perlakuan Jumlah ruas Peningkatan terhadap kontrol (%)
A0 (0 gr) 1a 0
A1 (50 gr) 2ab 55,83
A2 (100 gr) 2 69,78
Hasil uji Duncan pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk
NPK dengan dosis 100 gram (A2) menghasilkan rata-rata pertumbuhan jumlah
ruas yang paling besar yaitu 2 jika dibandingkan dengan dosis pupuk NPK
lainnya. Sedangkan perlakuan pupuk NPK dengan dosis 0 gram (A0)
menghasilkan rata-rata pertumbuhan jumlah ruas terkecil yaitu sebesar 1. Tabel 11
menunjukkan bahwa perlakuan dosis NPK 0 gram (A0) memberikan pengaruh
nyata dengan dosis pupuk 100 gram (A2). Sedangkan dosis 0 gram (A0) tidak
memberikan pengaruh nyata dengan dosis pupuk 50 gram (A1). Tabel 12
menunjukkan bahwa perlakuan dosis NPK 100 gram (A2) memberikan
7/21/2019 E10apr2
53/71
7/21/2019 E10apr2
54/71
39
Tabel 13 menunjukkan perlakuan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata
terhadap penambahan jumlah daun, pemberian dosis pupuk NPK dalam dosis 0
gram, 50 gram maupun 100 gram pengaruhnya akan sama.
Tabel 14 menunjukkan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan jumlah daun tanaman Jabon.
Tabel 14 Pengaruh pupuk NPK terhadap penambahan jumlah daun tanaman jabon
dan persentase peningkatan terhadap kontrol
Perlakuan Jumlah daun
A0 (0 gr) 15ns
A1 (50 gr) 20nsA2 (100 gr) 23ns
Keterangan: ns : Perlakuan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05
Tabel 14 menunjukkan perlakuan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata
terhadap penambahan jumlah daun, dosis pupuk NPK dalam dosis 0 gram, 50
gram maupun 100 gram pengaruhnya akan sama.
Tabel 15 menunjukkan pengaruh pupuk Bokashi terhadap penambahan
jumlah daun tanaman jabon.
Tabel 15 Pengaruh pupuk Bokashi terhadap penambahan jumlah daun tanaman
jabon
Perlakuan Jumlah daun
B0 (0 kg) 21ns
B1 (1 kg) 19ns
B2 (2 kg) 18ns
Keterangan: ns : Perlakuan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05
Tabel 15 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk Bokashi tidak berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun, dosis pupuk Bokashi dalam dosis 0 kg
(B0), 1 kg (B1) maupun 2 kg (B2) yang diberikan pengaruhnya akan sama.
7/21/2019 E10apr2
55/71
40
5.1.5 Jumlah cabang yang tumbuh
Pengaruh perlakuan pupuk NPK dan Bokashi terhadap penambahan
jumlah cabang ditunjukkan oleh Tabel 16 berikut :
Tabel 16 Hasil sidik ragam pengaruh pupuk NPK dan Bokashi terhadap
penambahan jumlah cabang tanaman Jabon yang tumbuh
Keterangan: *: Perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05
Sumber
Keragaman Db JK KT F-Hit Pr > F
NPK
Bokasi
Interaksi
GalatTotal
2
2
4
8190
44,600
2,600
11,800
553,1001757,000
22,300
1,300
2,950
6,828
3,266*
0,190
0,432
0,043
0,827
0,785
Hasil sidik ragam pada Tabel 16 menunjukkan bahwa pupuk NPK
berpengaruh nyata terhadap penambahan jumlah ruas tanaman jabon pada taraf uji
0,05. Sedangkan pupuk Bokashi dan interaksi antara pupuk NPK dan Bokashi
tidak berpengaruh nyata. Untuk mengetahui perlakuan yang terbaik maka
dilakukan uji Duncan (Tabel 17).
Tabel 17 Hasil Uji Duncan pupuk NPK terhadap penambahan jumlah cabang
yang tumbuh pada tanaman Jabon
Perlakuan Jumlah cabang yang tumbuh
A0 (0 gr) 3a
A1 (50 gr) 4a
A2 (100 gr) 4Keterangan : huruf sama di belakang angka menunjukan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada
taraf uji F 0,05
Hasil uji Duncan pada Tabel 17 dapat diketahui bahwa perlakuan pupuk
NPK dengan dosis 100 gram (A2) menghasilkan rata-rata penambahan jumlah
cabang yang paling besar yaitu 4 jika dibandingkan dengan dosis pupuk NPK
lainnya. Perlakuan pupuk NPK dosis 0 gram (A0) memberikan pengaruh nyata
dengan dosis pupuk NPK 100 gram (A2).
7/21/2019 E10apr2
56/71
41
Tabel 18 menunjukkan pupuk Bokashi tidak berpengaruh nyata terhadap
penambahan jumlah cabang tanaman jabon, namun nilai jumlah cabang per dosis
perlakuan pupuk Bokashi dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Pengaruh pupuk Bokashi terhadap penambahan jumlah cabang tanaman
jabon
Keterangan: ns : Perlakuan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05
Perlakuan Jumlah cabang
B0 21ns
B1 19ns
B2 18ns
Tabel 18 menunjukkan bahwa bahwa perlakuan pupuk Bokashi tidak
berpengaruh nyata terhadap penambahan jumlah cabang yang tumbuh, dosis
pupuk Bokashi dalam dosis 0 kg (B0), 1 kg (B1) maupun 2 kg (B2) yang
diberikan pengaruhnya akan sama.
5.1.6 Hasil Analisis Tanah
Analisis tanah dilakukan untuk menentukan sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah, sehingga dapat diketahui tingkat kesuburan tanah. Hasil analisis tanah
dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Hasil analisis tanah
A0B0 A2B2
pH H2O 4,8 4,3
pH CaCl2 4,4 3,9
C Org (%) 0,89 1,21
N Total (%) 0,15 0,16
Rasio C/N 5,9 7,6
P tersedia (ppm) 9,90 36,58
K (me/100gr) 0,57 1,86
Pasir (%) 14,4 12,8