LAPORAN KINERJADINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG
(SATKER APBN DEKONSENTRASI 03)TAHUN 2019
PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
DINAS KESEHATAN
KATA PENGANTAR
Tahun 2019 merupakan tahun yang sangat krusial dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan bidang kesehatan karena tahun tersebut merupakan tahun terkahir untuk mengevaluasi pealksanaan target RPJMD. Selama beberapa tahun telah dilakukan berbagai macam upaya untuk meningatkan dan mencapai target pembangunan tersebut. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung sebagai koordinator pembangunan kesehatan di provinsi Lampung dan sebagai satuan kerja perangkat daerah dari Pemerintah Provinsi Lampung memiliki kewajiban untuk melaksanakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Salah satu komponen SAKIP adalah membuat Laporan Kinerja yang menggambarkan kinerja yang dicapai atas pelaksanaan program dan kegiatan yang menggunakan APBN.
Penyusunan laporan kiner ja berpedoman pada Peraturan Menter i Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi (Permenpan) Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan kinerja ini merupakan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai. Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Dinas Kesehatan Provinsi Lampung khususnya program Kesehatan Masyarakat, untuk meningkatkan kinerjanya pada masa mendatang.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung telah menyelesaikan Laporan Kinerja Tahun 2019 sebagai bentuk akuntabilias perjanjian kinerja yang dibuat pada awal tahun 2019. Secara garis besar laporan berisi informasi tentang tugas dan fungsi organisasi; rencana kinerja dan capaian kinerja sesuai dengan Rencana Stategis (Renstra) Pemerintah Provinsi Lampung di Bidang Kesehatan tahun 2015-2019, disertai dengan faktor pendukung dan penghambat capaian, serta upaya tindak lanjut yang dilakukan.
Peningkatan kualitas laporan kinerja ini menjadi perhatian kami, masukan dan saran membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan penyusunan laporan di tahun yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan program di masa mendatang.
Bandar Lampung, Februari 2020
iii | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
IKHTISAR EKSEKUTIF
Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dalam Peraturan Menteri Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi dan dalam PermenPAN Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Dinas Kesehatan Provinsi Lampung menyusun laporan kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja yang telah dilakukan pada tahun 2019.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan program dan kegiatan Kesehatan Masyarakat di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2019 mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan berbagai kegiatan yang dilaksanakan masing-masing seksi di Bidang Kesmas Dinkes Provinsi Lampung.
Laporan kinerja disusun berdasarkan capaian kinerja tahun 2019 sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang terdiri dari Indikator Kerja Utama (IKU). Sumber data dalam laporan ini diperoleh dari masing-masing program di lingkup Bidang Kesmas Tahun 2019.
Berdasarkan Perjanjian Kinerja tahun 2019 antara Dinas Kesehatan dengan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi Lampung memiliki 28 indikator dengan target yang telah disepekati. Namun dari 28 target tersebut hanya 16 indikator yang capaiannya lebih dari target, 8 indikator yang capaiannya mendekati target dan 4 indikator yangcapaiannya jauh dari target yang diharapkan.
Realisasi anggaran pada Satker Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (03) Dekonsentrasi yaitu 91.58 % (Laporan E Monev DJA Tahun 2019) sebanding dengan capaian kinerja program yang direpresentasikan melalui 3 Indikator Kinerja yang telah tercapai diatas 100%. Keseluruhan indikator kinerja utama program kesehatan masyarakat dilaksanakan di tingkat Puskesmas. Oleh karena itu alokasi anggaran di provinsi bertujuan untuk memastikan indikator tersebut berjalan sebagaimana mestinya mulai dari level kebijakan, standar, pedoman dan evaluasi.
Masalah dalam pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran di tahun 2019 dikarenakan adanya perubahan kebijakan di tingkat pusat sehingga beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan dan tidak dapat direvisi karena adanya pembatasan alokasi perjalanan dinas. Di samping itu terdapat kegiatan yang pelaksanaannya bergantung kepada pelaksanaan kegiatan program lain namun karena program lain tidak melaksanakan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang ada tidak dapat dilaksanakan. Untuk perbaikan ke depan diperlukan koordinasi lebih baik antar Dinas
iv | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Unit Eselon I Dirjen Kesmas dalam penyusunan rencana operasional kegiatan sehingga rencana kegiatan yang dibuat dapat terlaksana dengan baik.
v | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. iiIKHTISAR EKSEKUTIF..........................................................................................
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
DAFTAR GRAFIK..................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................vii
DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
A. Latar Belakang ................................................................................. 1B. Maksud dan Tujuan..............................................................................C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi.........................................................D. Tugas Pokok dan Fungsi......................................................................E. Potensi dan Permasalahan..................................................................F. Sistematika.............................................................................................
BAB II PERENCANAAN KINERJA ...........................................................................A. Perjanjian Kinerja ................................................................................B. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat...............................
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ..........................................................................A. Capaian Kinerja Organisasi...............................................................9
1. Indikator Kinerja Program.............................................................B. Realisasi Anggaran............................................................................76
C. Kesimpulan...........................................................................................82LAMPIRAN …………………………………………………………………………… 83
vi | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator kinerja Program Kesehatan Masyarakat…… 7Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat
Tahun 2019…………………………………10
Tabel 3.2 Kebijakan PHBS di Kab/Kota Provinsi Lampung dan Kabupaten/Kota Tahun 2019
59
Tabel 3.3 Persentase Desa Yang Memanfaatkan Dana Desa Untuk UKBM di Provinsi Lampung Tahun 2019
65
Tabel 3.4 Data Dunia Usaha/Swasta Yang Sudah Bekerja sama di Provinsi Lampung dan Kab/Kota Tahun 2019
67
Tabel 3.5 Data Organisasi Kemasyarakatan Yang Sudah Bekerja sama di Provinsi Lampung Tahun 2019
69
Tabel 3.6 Ringkasan Capaian Indikator Program Kesmas Per Kegiatan Di Provinsi Lampung Tahun 2019
74
Tabel 3.7 Alokasi Pagu Dana Dekonsentrasi Program Kesmas Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2019…………………
76
Tabel 3.8 Realisasi anggaran dana Dekonsentrasi Program Kesehatan Masyarakat Dinkes Provinsi LampungTahun 2019 ……………………………………………………….
76
Tabel 3.9 Realisasi Per Komponen Kegiatan Anggaran Dana Dekonsentrasi Program Kesehatan Masyarakat Dinkes Provinsi LampungTahun 2019
78
vii | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Trend Cakupan bumil KEK mendapat makanan tambahan Provinsi Lampung Tahun 2015 – 2019
13
Grafik 3.2 Cakupan bumil KEK mendapat makanan tambahan per Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung Tahun 2019
13
Grafik 3.3 Trend Cakupan bumil mendapat TTD Provinsi Lampung Tahun 2015 – 2019
14
Grafik 3.4 Cakupan bumil mendapat Tablet tambah Darah (TTD) per Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung Tahun 2019
14
Grafik 3.5 Trend capaian bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif Provinsi Lampung Tahun 2016-2019
17
Grafik 3.6 Capaian bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif per kabupaten/kota seProvinsi Lampung Tahun 2016-2019
17
Grafik 3.7 Trend capaian bayi baru lahir mendapat IMD di Provinsi Lampung Tahun 2015-2019
19
Grafik 3.8 Capaian bayi baru lahir mendapat IMD per kabupaten/kota se provinsi Lampung tahun 2019
19
Grafik 3.9 Trend capaian balita kurus mendapat makanan tambahan dari tahun 2015 sampai 2019
20
Grafik 3.10 Capaian Balita Kurus Mendapat Makanan Tambahan per Kabupaten/Kota seProvinsi Lampung Tahun 2019
20
Grafik 3.11 Trend Cakupan Remaja Puteri Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) di Provinsi Lampung tahun 2016-2019
22
Grafik 3.12 Trend Cakupan Remaja Puteri Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) per kab/kota di Provinsi Lampung tahun 2019
23
Grafik 3.13 Trend Cakupan KN1 Provinsi Lampung Tahun 2014 - 2019
25
Grafik 3.14 Cakupan KN1 per Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung Tahun 2019
26
Grafik 3.15 Cakupan K4 per Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung Tahun 2019
29
Grafik 3.16 Trend Cakupan K4 Provinsi Lampung Tahun 2014-2019 29Grafik 3.17 Capaian Cakupan Penjaringan Anak Kelas I SD per
kab/Kota se Provinsi Lampung Tahun 201931
Grafik 3.18 Trend Cakupan Penjaringan Anak Kelas I SD Provinsi Lampung Tahun 2014-2019
31
Grafik 3.19 Capaian Cakupan Penjaringan Anak Kelas 9 & 10 Per Kab/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2019
33
viii | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Grafik 3.20 Trend Cakupan Penjaringan Anak Kelas 7 & 10 Provinsi Lampung Tahun 2014-2019
33
Grafik 3.21 Capaian Cakupan Puskesmas melaksanakan Yankes Remaja Per Kab/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2019
35
Grafik 3.22 Trend Capaian Puskesmas melaksanakan Yankes Remaja di Provinsi Lampung Tahun 2016 - 2019
35
Grafik 3.23 Capaian Cakupan Puskesmas melaksanakan Kelas Ibu Per Kab/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2019
37
Grafik 3.24 Trend Cakupan Puskesmas melaksanakan Kelas Ibu di Provinsi Lampung Tahun 2016 - 2019
37
Grafik 3.25 Capaian Cakupan Puskesmas melaksanakan orientasi P4K Per Kab/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2019
39
Grafik 3.26 Trend Cakupan Puskesmas melaksanakan orientasi P4K di Provinsi Lampung Tahun 2016-2019
39
Grafik 3.27 Trend Capaian Indikator Persentase Puskesmas Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar di Provinsi Lampung Tahun 2014 – 2019
41
Grafik 3.28 Capaian Indikator Persentase Puskesmas Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar per Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung Tahun 2019
42
Grafik 3.29 Trend Capaian Indikator Jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/ TPI di Provinsi Lampung Tahun 2015 - 2019
44
Grafik 3.30 Capaian Indikator Jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/ TPI per Kabupaten/Kota daerah PPI/TPI se-Provinsi Lampung Tahun 2019
44
Grafik 3.31 Capaian Indikator Fasiltas pemeriksaan kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang memenuhi standar di Provinsi Lampung Tahun 2019
47
Grafik 3.32 Trend Capaian Indikator Persentase puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya di Provinsi Lampung Tahun 2015 - 2019
48
Grafik 3.33 Capaian Indikator Persentase Puskesmas Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar per Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung Tahun 2019
49
Grafik 3.34 Persentase TTU Sehat per Kota/Kab Propinsi LampungTahun 2014-2019
51
Grafik 3.35 Cakupan Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan tahun 2015-2019
52
Grafik 3.36 Persentase TTU Sehat per Kota/Kab Propinsi Lampung Tahun 2015-2019
53
Grafik 3.37 Trend presentasi RS yang melakukan pengelolaan limbah Medis sesuai standar tahun 2015 – 2019
55
ix | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Grafik 3.38 Trend Jumlah TPM Yang Terdaftar Dalam E Monev HSP Per Kabupaten Kota Th 2015 – 2019
56
Grafik 3.39 Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat tahun 2015 - 2019
58
Grafik 3.40 Capaian Pelaksanaan Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di Provinsi Lampung Tahun 2019
73
x | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Indikator kinerja Program Kesehatan Masyarakat 9
xi | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
DAFTAR SINGKATAN
KEK : Kurang Energi KaloriKN1 : Kunjungan Neonatal Pertama
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PN : Persalinan NakesPF : Persalinan di Fasilitas Kesehatan
TTD : Tablet Tambah DarahK4 : Kunjungan ke empat kali selama masa kehamilan
xii | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangSetiap Pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk mmelaksanakan
pembangunan sesuai dengan kewenanganannya. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu dari tugas pemerintah daerah yang merupakan kewenanganan konkurent antara pemerinth pusat dan daerah. Dalam melaksanakan pembangunan bidan kesehatan, pemeritnah daerah dibantu pelaksanannya oleh Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, senantiasa membangun akuntabilitas yang dilakukan melalui pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan terukur. Diharapkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kesehatan dapat berlangsung dengan bijaksana, transparan, akun, efektif, dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good governance sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Berakhirnya pelaksanaan tugas tahun 2016 yang merupakan awal tahun implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK 02.02/ Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, yang mempunyai visi “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung merupakan unit yang sangat berperan di daerah dalam mewujudkan pilar pertama dalam “Program Indonesia Sehat”.
1 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan kewenangan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan laporan kinerja.
Laporan kinerja ini akan memberikan gambaran pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung pada Program Kesehatan Masyarakat dalam satu tahun anggaran beserta dengan hasil capaian indikator kinerja dari masing-masing unit kegiatan.
Dengan perubahan Susunan Organisasi baru Permenkes Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan maka dilakukan perubahan dalam penyusunan perjanjian kinerja. Perjanjian kinerja yang ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan dan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat dengan Menteri Kesehatan terdiri dari 1 sasaran dan 3 indikator kinerja, yang sebelumnya terdiri dari 3 sasaran dan 6 indikator kinerja.
B. Maksud dan TujuanPenyusunan laporan kinerja Satker Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
(03) merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja pada tahun 2019 dalam mencapai target dan sasaran program seperti yang tertuang dalam rencana strategis, dan ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung (03) oleh pejabat yang bertanggungjawab.
C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi1. Visi
Berdasarkan RPJMD Provinsi Lampung tersebut maka disusunlah Rencana Strategik Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2015 – 2019 dengan Visinya “Masyarakat LAMPUNG yang SEHAT dan MANDIRI”
2. MisiMisi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung mendukung kepada misi Pemerintah Provinsi Lampung yaitu:1) Menjamin Upaya Kesehatan yang Merata, Bermutu dan Terjangkau.2) Menjamin Ketersediaan Sumber Daya Kesehatan3) Meningkatkan Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat
3. Tujuan Tujuan terselengaranya pembangunan kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat lampung. Derajat kesehatan yang diharapkan akan tercapai akhir tahun 2019 adalah sebagai beikut :a) Umur Harapan Hidup (UHH) diharapkan tercapai menjadi 72 tahunb) Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup diharapkan akan
tercapai menjadi 149 per 100.000 kelahiran hidupc) Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup diharapkan akan
tercapai menjadi 25 per 1000 kelahiran hidup
2 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
d) Prevalensi gizi kurang dan buruk kurang dari 15%.
4. Nilai-nilaiGuna mewujudkan visi dan misi serta rencana strategis
pembangunan kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Lampung menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah dirumuskan dalam Renstra Pemerintah Provinsi antara lain:
a) Pro Rakyat;b) Inklusif;c) Responsif ;d) Efektif;e) Bersih.
5. Strategi Pembangunan Kesehatan MasyarakatKebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan
upaya kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan.Strategi pembangunan kesehatan masyarakat tahun 2015-2019 meliputi:a. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja,
dan Lanjut Usia yang Berkualitas.b. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.c. Meningkatkan Penyehatan Lingkungan.d. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
6. Sasaran Sasaran pembangunan kesehatan adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat.
7. Indikator KinerjaIndikator kinerja Program Kesmas Dinkes Provinsi Lampung yaitu:a. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF);b. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK).c. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1).
D. Tugas Pokok dan FungsiSesuai dengan Pergub Tugas Pokok Bidang Kesmas adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang kesehatan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas, Bidang Kesehatan Masyarakat menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Menyiapkan perumusan kebijakan operasional di bidang kesehatan keluarga, gizi, promosi kesehatan, pemberdayaan kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga.
3 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
2. Menyiapkan penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan keluarga, gizi, promosi kesehatan, pemberdayaan kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga
3. Menyiapkan bimbingan teknis di bidang kesehatan keluarga, gizi, promosi kesehatan, pemberdayaan kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga.
4. Melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan keluarga, gizi, promosi kesehatan, pemberdayaan kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga.
5. Menyelenggarakan tugas-tugas yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota dan
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasanFungsi tersebut dilaksanakan oleh seksi-seksi yang meliputi :
a) Seksi Kesga dan Gizi;b) Seksi Promosi Kesehatan;c) Seksi Kesling dan Kesjaor
E. Potensi dan PermasalahanPotensi dan permasalahan pembangunan kesehatan akan menjadi input
dalam menentukan arah kebijakan dan strategi Dinas Kesehatan dalam bidang kesehatan masyarakat.
Saat ini akses ibu hamil, bersalin dan nifas terhadap pelayanan kesehatan sudah cukup baik, akan tetapi kasus Kematian Ibu masih cukup tinggi. Kondisi ini kemungkinan disebabkan antara lain karena kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum, selain itu penyebab karena lain-lain juga semakin meningkat. Penyebab ini dapat diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik, sehingga mampu menskrining kelainan pada ibu hamil sedini mungkin.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, TB, HIV, Hepatitis B dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua >35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 tahun). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan dibawah usia 20 tahun telah melahirkan, sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak 207 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data yang menunjukkan masih adanya umur perkawinan pertama pada usia yang amat muda (<20 tahun) sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang telah kawin.
Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah jumlah tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan sudah relatif tersebar ke seluruh desa di provinsi Lampung, namun kompetensi masih belum memadai. Di samping itu distribusi tenaga kesehatan yang menumpuk di daerah perkotaan juga menjadi salah satu kendala kurangnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan khususnya di daerah terpencil.
4 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Demikian juga secara kuantitas, jumlah Puskesmas PONED dan RS PONEK meningkat namun belum diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan karena jumlah Tim yang tidak lengkap dan sisitem rujukan yang belum efektif. Peningkatan kesehatan ibu sebelum hamil terutama pada masa remaja, menjadi faktor penting dalam penurunan AKI dan AKB.
Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni 19/1000 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, angka kematian anak balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian pada kelompok perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death (IUFD) sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 11,2%, ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi bayinya. Tantangan ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-benar siap untuk hamil dan melahirkan dan menjaga agar terjamin kesehatan lingkungan yang mampu melindungi bayi dari infeksi. Untuk usia di atas neonatal sampai satu tahun, penyebab utama kematian adalah infeksi khususnya pnemonia dan diare. Ini berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat ibu dan juga kondisi lingkungan setempat.
Untuk status gizi remaja, hasil Riskesdas 2014, secara nasional prevalensi remaja usia 13-15 tahun yang pendek dan amat pendek adalah 35,1% dan pada usia 16-18 tahun sebesar 31,4%. Sekitar separuh remaja mengalami defisit energi dan sepertiga remaja mengalami defisit protein dan mikronutrien.
Pelaksanaan UKS harus diwajibkan di setiap sekolah dan madrasah mulai dari TK/RA sampai SMA/ SMK/MA, mengingat UKS merupakan wadah untuk mempromosikan masalah kesehatan. Wadah ini menjadi penting dan strategis, karena pelaksanaan program melalui UKS jauh lebih efektif dan efisien serta berdaya ungkit lebih besar. UKS harus menjadi upaya kesehatan wajib Puskesmas. Peningkatan kuantitas dan kualitas Puskesmas melaksanakan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang menjangkau remaja di sekolah dan di luar sekolah. Prioritas program UKS adalah perbaikan gizi usia sekolah, kesehatan reproduksi dan deteksi dini penyakit tidak menular.
Selain penyakit tidak menular yang mengancam pada usia kerja, penyakit akibat kerja dan terjadinya kecelakaan kerja juga meningkat. Jumlah yang meninggal akibat kecelakaan kerja semakin meningkat hampir 10% selama 5 tahun terakhir. Proporsi kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada umur 31-45 tahun. Oleh karena itu program kesehatan usia kerja harus menjadi prioritas, agar sejak awal faktor risiko sudah bisa dikendalikan. Prioritas untuk kesehatan usia kerja adalah mengembangkan pelayanan kesehatan kerja primer dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, selain itu dikembangkan Pos Upaya Kesehatan Kerja sebagai salah satu bentuk UKBM pada pekerja dan peningkatan kesehatan kelompok pekerja rentan seperti Nelayan, TKI, dan pekerja perempuan.
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Selain itu kita dihadapi dengan masalah stunting. Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh tidak tepat, yang mengakibatkan
5 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Seribu hari pertama kehidupan seorang anak adalah masa kritis yang menentukan masa depannya, dan pada periode itu anak Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius. Yang menjadi masalah, lewat dari 1000 hari, dampak buruk kekurangan gizi sangat sulit diobati. Untuk mengatasi stunting, masyarakat perlu dididik untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita. Secara aktif turut serta dalam komitmen global (SUN-Scalling Up Nutrition) dalam menurunkan stunting, maka Indonesia fokus kepada 1000 hari pertama kehidupan (terhitung sejak konsepsi hingga anak berusia 2 tahun) dalam menyelesaikan masalah stunting secara terintegrasi karena masalah gizi tidak hanya dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja (intervensi spesifik) tetapi juga oleh sektor di luar kesehatan (intervensi sensitif). Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
F. SistematikaSistematika penulisan laporan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung adalah sebagai berikut :o Ringkasan Eksekutifo Kata Pengantaro Daftar Isi
- BAB IPenjelasan umum organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, penjelasan aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.
- BAB II
Menjelaskan uraian ringkasan/ ikhtisar perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2019.
- BAB III
Penyajian capaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi, dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut: Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini; Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi; Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan; Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya; Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja dan melakukan analisa realisasi anggaran.
- BAB IV
Penutup, Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan
6 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
- LAMPIRAN
Formulir PK: Pengukuran Kinerja
BAB IIPERENCANAAN KINERJA
A. Perjanjian KinerjaPerjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung telah ditetapkan
dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu dengan didukung sumber daya yang tersedia.
Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan yang mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat Indonesia. Perjanjian penetapan kinerja tahun 2019 yang telah ditandatangani bersama oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat berisi Indikator, antara lain:
B. Indikator Kinerja Program Kesehatan MasyarakatIndikator kinerja program Kesehatan Masyarakat terdiri dari tiga indikator yang
dianggap dapat merefleksikan kinerja program, yang meliputi:a. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF)b. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK)c. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)
Cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan menggambarkan indikator pelayanan kesehatan terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Indikator PF menjadi penting karena penyebab kematian ibu di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh karena perdarahan dan infeksi pada saat persalinan. Menurunkan angka kematian ibu merupakan bagian dari kesepakatan global terhadap pembangunan kesehatan berkelanjutan (SDGs).
Persentase ibu hamil Kurang energi Kronik (KEK) menggambarkan risiko yang akan dialami ibu hamil dan bayinya dalam masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.
Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) menggambarkankeberlangsungan neonatal pada 6 jam sampai dengan 48 jam. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi atau skreening diawal kehidupan bayi.
Ketiga indikator diatas diharapkan dapat menjadi daya ungkit terhadap keberhasilan dalam pencapaian renstra Kementerian Kesehatan tahun
7 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
2015-2019.
Tabel 2.1 Indikator Kinerja Program Kesmas Dinkes Provinsi LampungTahun 2015-2019
Program IndikatorTarget
2015 2016 2017 2018 2019
Pembinaan Gizi Masyarakat
Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan
50 50 50 95 50
Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
84 87 90 98 95
Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif
2.
30 35 40 50 50
Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
33 36 39 50 55
Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan
35 40 45 90 45
Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD
10 15 20 30 30
Pembinaan Kesehatan Keluarga
Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) 87 88 89 90 91
Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)
74 76 78 80 82
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1
64 66 68 70 72
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10
45 50 55 60 65
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja
30 35 40 45 50
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil 84 86 88 90 92
Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
100 100 100 100 100
8 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar
40 50 60 70 80
Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI 230 355 480 605 730
Persentase fasiltas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar
100 100 100 100 100
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di
20 30 40 50 60
Penyehatan Lingkungan
Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
25000 30000 35000 40000 2636
Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan 30% 35% 40% 45% 50%
Persentase Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan
50% 52% 54% 56% 58%
Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar
10% 15% 21% 28% 36%
Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan
8% 14% 21% 28% 32%
Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
364 356 366 376 386
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat
Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS 40 50 60 70 80
Persentase desa yang memanfaatkan dana desa untuk UKBM
20 30 30 40 50
Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan
3 3 3 3 3
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung
3 3 3 3 3
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat 91 92 93 94 95
9 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja OrganisasiPerkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup
hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen baru, pemerintahan yang baik (good governance) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi penerapan pemerintahan yang baik di Indonesia. Pengukuran kinerja dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target kinerja sebagaimana telah ditetapkan dalam penetapan kinerja pada awal tahun anggaran dengan realisasi kinerja yang telah dicapai pada akhir tahun anggaran.
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja1. Indikator Kinerja Program
Program Kesehatan Masyarakat adalah salah satu program Dinas Kesehatan dengan upaya prioritas untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan prevalensi gizi kurang. Sebagaimana telah termuat dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2019, indikator kinerja Program Kesehatan Masyarakat terdiri dari:
PersentasePersalinan di
Fasilitas PelayananKesehatan
Persentase IbuHamil Kurang Energi
Kronik (KEK)
PersentaseKunjungan Neonatal
Pertama (KN1)
Gambar 3.1 Indikator Kinerja Utama Program Kesehatan Masyarakat
10 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Capaian kinerja program dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Target Capaian Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat Provinsi LampungTahun 2019
No. Sasaran Program/Kegiatan
Indikator Kinerja Target Target Provinsi
(1) (2) (3) (4) (5)1. Pembinaan Gizi
Masyarakat1.
2.
3.
4.
5.
6.
Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
95%
98%
50%
50%
90%
30%
50%
95%
50%
55%
45%
30%
2. Pembinaan Kesehatan Keluarga
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remajaPersentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamilPersentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
90%
80%
70%
60%
45%
90%
100%
93%
90%
85%
85%
70%
95%
100%
3. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
1.
2.
3.
4.
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasarJumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI Persentase fasiltas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standarPersentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya
80%
730
100%
60%
80%
19
100%
60%
4. Penyehatan Lingkungan
1.
2.
Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan
45.000
50%
58%
2636
50%
58%
11 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
3.
4.
5.
6.
Persentase Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatanPersentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standarPersentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatanJumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
36%
32%
386
36%
32%
13
5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1.
2.
3.
4.
Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBSPersentase desa yang memanfaatkan dana desa untuk UKBMJumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatanJumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan
80%
50%
20
15
80%
50%
3
3
6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
1. Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat
94% 95%
1) Pembinaan Gizi Masyarakata) Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan
tambahanCakupan ibu hamil kurang Energi Kronik yang mendapat makanan
tambahan adalah cakupan yang menggambarkan penanganan terhadap bumil KEK dengan pemberian makanan tambahan, pada kelompok ibu hamil baik di pedesaan maupun perkotaan lebih dari separuhnya mengalami defisit asupan energi dan protein, berdasarkan hal tersebut pemberian makanan tambahan yang berfokus baik pada zat gizi makro maupun zat gizi mikro bagi balita dan ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka pencegahan Bayi Berat Lahir (BBLR) dan balita pendek (Stunting). Perhitungan cakupan ini adalah dengan membandingkan jumlah bumil KEK yang mendapat makanan tambahan dengan seluruh sasaran bumil KEK yang ada kemudian dikonversi dalam bentuk persentase.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian indikator ibu hamil KEK mendapat makanan tambahan dari tahun ke tahun cenderung naik sejak tahun 2015 sampai dengan 2017 namun pada tahun 2018 mengalami penurunan dan ditahun 2019 meningkat sebagaiman terlihat pada grafik berikut :
12 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Grafik 3.1 Trend Cakupan bumil KEK mendapat makanan tambahan Provinsi Lampung Tahun 2015 – 2019
2015 2016 2017 2018 20190.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
53.0
76.9
73.4
92.9 93.1
Dengan melihat capaian tersebut maka bisa dipastikan bahwa target Renstra di tahun 2019 yaitu 50 % tercapai. Beberapa kabupaten telah mencapai cakupan 100%. sebagaimana bisa dilihat pada grafik berikut.
Grafik 3.2 Cakupan bumil KEK mendapat makanan tambahan per Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung Tahun 2019
Pesawara
n
Tangg
amus
Tulan
g B Bara
t
Pringse
wu
Lampung B
arat
Mesuji
Way
Kanan
PROPINSI
Metro
Lampung S
elatan
Lampung U
tara
Tulan
g Baw
ang
Pesisir
barat
Lampung T
imur
Lampung T
enga
h
Bandar
Lampung
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
71.55
80.36 85.79 86.33 86.39
91.54 92.66 93.10 94.55 94.84 95.42 95.45 96.67 100.00 100.00 100.00
Target : 50%
Analisa keberhasilanCakupan seluruh kabupaten/kota menunjukkan lebih dari target hal tersebut menunjukkan bahwa hampir bumil KEK mendapat makanan tambahan. Hal-hal yang menyebabkan peningkatan capaian cakupan bumil KEK mendapat makanan tambahan yaitu :
1. penyediaan PMT pabrikan yang disediakan melalui Hibah Kementerian Kesehatan RI setiap tahunnya sudah mencukupi kebutuhan PMT Bumil
13 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
KEK di Puskesmas2. Tersedianya ditribusi makanan tambahan bagi bumil KEK.
Analisa kegagalanCakupan bumil KEK mendapat makanan telah mencapai target bahkan ada beberapa kabupaten yang telah terpenuhi 100%, namun perlunya pembenahan dalam pengarsipan dokumen dan pencatatan yang belum optimal.
Alternatif solusiBeberpa alternative solusi dalam penghambatan bumil KEK mendapat makanan tambahan yaitu :
1. Perlunya monitoring dan evaluasi secara rutin tentang pemantauan pemberian makanan tambahan bagi bumil KEK
2. Perlunya penyimpanan Dokumen yang berkaitan dengan indicator makanan tambahan bagi bumil KEK seperti foto, SBBK, format pemantauan dan dokumen lainnya yang diperlukan.
3. Pencatan dan pelaporan yang valid 4. Membuat usulan kebutuhan yang sesuai dengan sasaran.
b) Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)Cakupan ibu hamil mendapat tablet tambah darah (TTD) merupakan satu intervensi untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu selama proses kehamilan. Sebaiknya ibu hamil mulai mengkonsumsi TTD sejak konsepsi sampai akhir trimester III. Indikator ini sebagai evaluasi kinerja apakah TTD sudah diberikan kepada seluruh sasaran. Perhitungan cakupan ini adalah dengan membandingkan ibu hamil yang mengkonsumsi TTD minimal 90 tablet dibandingkan dengan seluruh ibu hamil dan dikonversi dalam persentase. Anemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain defisiensi zat besi, defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat, penyakit infeksi, faktor bawaan dan perdarahan. Di negara sedang berkembang 40% anemia disebabkan karena defisiensi zat besi (The World Bank, 2006) yang dikenal dengan istilah anemia gizi besi. Pola makan yang miskin zat gizi besi, tingginya prevalensi kecacingan, dan tingginya prevalensi malaria di daerah endemis merupakan faktor-faktor yang sering dikaitkan dengan tingginya defisiensi besi di negara berkembang. Khusus untuk ibu hamil, kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilannya adalah lebih kurang 1000 mg, yang diperlukan untuk pertumbuhan janin, plasenta dan perdarahan saat persalinan yang mengeluarkan rata-rata 250 mg besi. Anemia pada ibu hamil berisiko terhadap terjadinya hambatan pertumbuhan janin sehingga bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), perdarahan pada saat persalinan dan dapat berlanjut setelah persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya (WHO, 2001). Prevalensi BBLR di Indonesia pada kurun waktu tahun 2007 sampai tahun 2010 cenderung tetap yakni sebesar 11% (Riskesdas 2007 dan 2010). Berdasarkan data laporan rutin tahun 2013, sekitar 32% kematian ibu disebabkan karena pendarahan. kebutuhan zat besi pada wanita hamil meningkat 25% dibandingkan wanita yang tidak hamil. Kebutuhan tersebut sangat sulit dipenuhi hanya dari makanan saja. Oleh karena itu, diperlukan Tablet Tambah darah (TTD) untuk mencegah dan menanggulangi anemia gizi besi.
14 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Analisis capaian kinerja Capaian bumil mendapat tablet tambah darah meningkat dari tahun 2015 sampai tahun 2019 terlihat dalam grafik berikut :
Grafik 3.3 Trend Cakupan bumil mendapat TTD Provinsi Lampung Tahun 2015 – 2019
2015 2016 2017 2018 20190.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
82.9
89.5
79.190.1
98.7
Dari cakupan bumil mendapat TTD didapat bahwa 2 Kabupaten yang tidak tercapai target yaitu Way Kanan dan Lampung Barat, seperti dalam grafik dibawah ini :
Grafik 3.4 Cakupan bumil mendapat Tablet tambah Darah (TTD) per Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung Tahun 2019
Way Kanan
Lampung B
arat
Bandar Lam
pung
Tulang B
Barat
PROPINSI
Tangga
musMesu
ji
Pesisir
barat
Lampung T
engah
Tulang B
awang
Lampung T
imur
Lampung U
tara
Lampung S
elatan
Pesawara
n
Pringse
wuMetr
o 86.0
88.0
90.0
92.0
94.0
96.0
98.0
100.0
91.2 93.7
94.7 94.9
98.7 99.1 99.3 99.4 99.4 99.5 99.5 99.7
99.9 100.0 100.0 100.0
Target 95%
15 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Analisa keberhasianHal-hal yang menyebabkan capaian bumil mendapat TTD adalah sebagai berikut :
1. Tersedianya tablet tambah darah bagi ibu hamil2. Meningkatnya pengetahuan petugas tentang 1000 hpk yang dimulai
pada masa kehamilan dengan pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil.
Analisa kegagalan1. Pencatatan dan pelaporan pada bidan praktek swasta (BPS) tidak
terlapor2. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pemberian tablet
tambah darah bagi ibu hamil.3. Permintaan kebutuhan tablet tambah darah tidak sesuai dengan
sasaran yang ada.
Alternatif solusi :1. Perlunya koordinasi antar program terutama dengan BPS mengenai
pencatatan dan pelaporan.2. Permintaan kebutuhan tablet tambah darah memperhatikan stok dan
sasaran yang ada.3. Pentingnya penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil.
c) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif Anak-anak yang diberi ASI Eksklusif 14 kali lebih kecil kemungkinanya untuk meninggal dalam enam bulan pertama daripada anak yang tidak disusui. ASI juga dapat mengurangi kematian akibat infeksi saluran pernapasan akut dan diare (Lancet, 2008). WHO merekomendasikan ibu diseluruh dunia untuk menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal. Selanjutnya, mereka harus memberi makanana pendamping yang bergizi dan terus menyusui hingga bayi berusia dua tahun atau lebih. Perhitungan cakupan ini adalah dengan membandingkan bayi usia 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif dibandingkan seluruh bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dikonversi dalam bentuk persentase. Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan memiliki banyak manfaat bagi bayi dan ibu. Manfaat bagi bayi diantaranya adalah perlindungan terhadap infeksi gastrointestinal baik dinegara berkembang dan di negara industri. Menyusui meningkatkan IQ, kehadiran di sekolah dan dikaitkan dengan pendapatan yang lebih tinggi ketika kehidupan dewasa. Indikator ini bertujuan untuk mengetahui penurunan persentase ASI Eksklusif berdasarkan kelompok umur sehingga dapat merencanakan edukasi gizi pada saat yang tepat bagi ibu hamil dan menyusui. Pada Renstra Tahun 2015 – 2019 salah satu indikator adalah ASI Ekslusif dengan dua kriteria yaitu ASI yang diberikan pada bayi 0 – 6 bulan dan yang lulus sampai pemberian usia 6 bulan, data yang bisa terpenuhi yaitu mulai tahun 2016. Trend capaian bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif menunjukkan trend peningkatan dari tahun 2016-2019 seperti dalam grafik berikut :
16 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Analisa capaian Kinerja
Tren capaian bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusi terlihat meningkat dari tahun 2016 sampai tahun 2019, untuk tahun 2019 terjadi penurunan dibandingkat tahun sebelumnya seperti grafik berikut :
Grafik 3.5 Trend capaian bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif Provinsi Lampung Tahun 2016-2019
2015 2016 2017 2018 20190.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
82.9
46.461.4 61.6 58.4
Cakupan bayi kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif sudah mencapai target dan perkabupaten/kota telah mencapai target seperti dalam grafik berikut :
Grafik 3.6 Capaian bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif per kabupaten/kota seProvinsi Lampung Tahun 2019
Lampung S
elatan
Pesawara
n
Bandar
Lampung
Lampung T
engah
Lampung U
tara
PROPINSI
Tulang B
Barat
Tulan
g Baw
ang
Way Kan
anMetr
oMesu
ji
Lampung T
imur
Lampung B
arat
Pesisir
barat
Tangga
mus
Pringse
wu -
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
41.7 48.4 49.2 52.1 53.7
58.4 60.8 62.1 65.6 65.6 66.4 68.0 71.5 73.9 75.4 77.6
Target 45%
17 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Analisis keberhasilan1. Tenaga kesehatan telah banyak dilatih konseling menyusui2. Masyarakat mulai memahami pentingnya pemberian ASI
Eksklusif3. Beberapa faskes sudah menjalankan LMKM
Analisis kegagalanhal-hal yang menyebabkan kegagalan capaian bayi usia 6 bulan mendapat ASI Eksklusif :1. Masih ada tenaga terlatih yang belum melaksanakan konseling
menyusui dan mensosialisasikannya kepada teman sejawat di wilayah kerjanya
2. Sulit merubah kebiasaan dan menghilangkan mitos dalam masyarakat
3. Masih ada susu formula untuk bayi 0-6 bulan yang tersedia di fasilitas kesehatan baik faskes pemerintah ataupun swasta
4. Masih ada faskes pemerintah dan swasta yang belum melaksanakan 10 LMKM
5. Tidak ada pengawasan mengenai PERDA ASI nomor 17 tahun dan peraturan Gubernur tentang pemberian ASI Eksklusif nomor 10 tahun 2016
Alternatif solusi 1. Penyegaran tenaga kesehatan mengenai konseling menyusui2. Penyuluhan yang rutin mengenai pentingnya ASI Eksklusif3. Dibentunya pengawas tentang perda dan pergub ASI Eksklusif4. Diberlakukannya sanksi kepada pelanggar berdasarkan Perda
dan Pergub ASI Eksklusif.5. Diberlakukannya 10 LMKM sebagai syarat akreditasi
dipelayanan kesehatan
d) Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)Cakupan bayi baru lahir mendapat IMD menggambarkan bayi baru lahir yang mendapat IMD dalam waktu 1 jam setelah kelahiran, melindungi bayi yang baru lahir dari tertular infeksi dan mengurangi angka kematian bayi baru lahir. IMD merupakan salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan pada ibu hamil. Perhitungan cakupan ini adalah membandingkan jumlah bayi baru lahir yang mendapat IMD dengan seluruh bayi baru lahir hidup dikonversi dalam persentase.
Analisis capaian kinerja Trend capaian bayi baru lahir mendapat IMD terjadi peningkatan tahun 2018 namun tahun 2017 mengalami penurunan ditahun 2019 mengalami peningkatan seperti dalam grafik berikut :
18 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Grafik 3.7 Trend capaian bayi baru lahir mendapat IMD di Provinsi Lampung Tahun 2015-2019
2015 2016 2017 2018 20190
10
20
30
40
50
60
70
80
90
43.1
6660.4
70.6
84.2
Cakupan bayi baru lahir mendapat IMD semua kabupaten berada di atas target. seperti terlihat dalam grafik berikut :
Grafik 3.8 Capaian bayi baru lahir mendapat IMD per kabupaten/kota se provinsi Lampung tahun 2019
Metro
Lampung S
elatan
Pesisir
barat
Lampung T
imur
Lampung T
enga
h
Tulan
g B Bara
t
Pringse
wu
Lampung B
arat
Mesuji
Pesaw
aran
PROPINSI
Way
Kanan
Tulan
g Baw
ang
Lampung U
tara
Tangg
amus
Bandar
Lampung
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
66.54 71.27
77.10 79.37 79.61 80.42 81.37 82.18 82.78 83.26 84.20 86.22 91.72 93.00 95.39 97.58
Target 50 %
Analisis keberhasilan 1. Fasilitas kesehatan terutama di tempat praktek bidan sudah dilakukan
IMD 2. Masyarakat ada yang memahami pentingnya IMD
Analisa kegagalan1. Penolong persalinan tidak melakukan IMD karena tidak memiliki
kompetensi dalam melakukan IMD
19 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
2. Ibu tidak memiliki pengetahuan tentang IMD3. Ibu tidak bersedia dilakukan IMD4. Tempat persalinan tidak bersedia melakukan IMD dengan alasan pasien
cukup banyak.
Alternatif solusi1. perlunya pelatihan nakes dalam prosedur IMD2. Perlunya konseling ibu dalam pemberian IMD3. Dilakukannya bimbingan terhadap fasilitas kesehatan persalinan
e) Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan Cakupan balita kurus mendapat makanan tambahan menggambarkan intervensi terhadap balita kurus dengan pemberian makanan tambahan. Di banyak negara, kurang dari seperempat anak balita usia 6-23 bulan dengan frekuensi makan dan kriteria keragaman makanannya sesuai untuk usianya. Berdasarkan data survei Diet Total (SDT) tahun 2014 diketahui bahwa lebih dari separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi yang kurang dari angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan. Pemberian makanan tambahan khususnya bagi kelompok rawan merupakan salah satu strategi suplementasi dalam mengatasi masalah gizi. Perhitungan cakupan ini adalah membandingkan balita kurus yang mendapat makanan tambahan terhadap jumlah seluruh balita kurus dikonversi dalam persentase.
Analisis capaian kinerja Trend capaian balita kurus mendapat makanan tambahan dari tahun 2015 sampai 2019 mengalami peningkatan seperti terlihat dalam grafik berikut :
Grafik 3.9 Trend capaian balita kurus mendapat makanan tambahan dari tahun 2015 sampai 2019
2015 2016 2017 2018 20190
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
47.9
57.1
78.585.1
89.4
Capaian balita kurus mendapat makanan tambahan semua kabupaten mencapai target. tiga kabupaten bahkan telah mencapai 100 % seperti terlihat dalam grafik berikut :
20 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Grafik 3.10 Capaian Balita Kurus Mendapat Makanan Tambahan per Kabupaten/Kota seProvinsi Lampung Tahun 2019
Lampung B
arat
Tangga
musMetr
o
Pesawara
n
Bandar
Lampung
Way Kan
an
PROPINSIMesu
ji
Lampung T
engah
Lampung U
tara
Tulang B
Barat
Lampung S
elatan
Tulan
g Baw
ang
Lampung T
imur
Pringse
wu
Pesisir
barat
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
57.16
72.22 73.47
82.54 86.30 87.30 89.45 91.88 93.78 94.03 94.51 95.86 96.85
100.00 100.00 100.00
Target 50%
Analisis keberhasilan 1. Penyediaan PMT pabrikan yang disediakan melalui Hibah Kementerian
Kesehatan RI setiap tahunnya sudah mencukupi kebutuhan PMT Balit Kurus di Puskesmas
2. Tersedianya distribusi mp asi sehingga memudahkan masyarakat menerima mp asi
Analisa kegagalan :1. Pemberian MP ASI tidak tepat sasaran yang diperuntukkan bagi balita
kurus.2. Pengarsipan dokumen masih belum berjalan optimal.3. Beberapa balita masih ada yang tidak menyukai mp asi dikarenakan
kurangnya konseling nakes dalam pemberian MP ASI.
Alternatif solusi :1. Perlunya monitoring dan evaluasi secara rutin tentang pemantauan
pemberian makanan tambahan bagi balita kurus2. Perlunya penyimpanan Dokumen yang berkaitan dengan indicator
makanan tambahan bagi balita kurus seperti foto, SBBK, format pemantauan dan dokumen lainnya yang diperlukan.
3. Perlunya refresing nakes dalam konseling MP ASI
f) Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)Prevalensi anemia di Indonesia pada perempuan usia 15 tahun keatas sebesar 22,7%. Remaja yang menderita anemia akan mengalami gangguan kehamilan jika tidak segera ditangani. Pemberian TTD pada remaja putri (rematri) usia 12-18 tahun sebagai upaya pencegahan anemia sejak dini.
21 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Pemberian TTD rematri yang diikuti dengan KIE gizi dan kesehatan diharapkan akan memperbaiki masalah-masalah pada priode berikutnya. Perhitungan cakupan ini dengan membandingkan jumlah remaja puteri yang mendapat TTD terhadap seluruh remaja puteri 12-18 tahun disekolah kemudian dikonversi dalam persentase. Remaja putri (rematri) rentan menderita anemia karena banyak kehilangan darah pada saat menstruasi. Rematri yang menderita anemia berisiko mengalami anemia pada saat hamil. Hal ini akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan serta berpotensi menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan, bahkan menyebabkan kematian ibu dan anak. Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup dan penyebab utama kematian ibu adalah pre-eklampsia dan eklampsia (32,4%) serta perdarahan paska persalinan (20,3%) (Sensus Penduduk, 2010). Sesuai rekomendasi WHO tahun 2011, upaya penanggulangan anemia pada rematri dan WUS difokuskan pada kegiatan promosi dan pencegahan, yaitu peningkatan konsumsi makanan kaya zat besi, suplementasi TTD, serta peningkatan fortifikasi bahan pangan dengan zat besi dan asam folat. Organisasi profesi dan sektor swasta diharapkan dapat berkontribusi mendukung kegiatan komprehensif Promotif dan Preventif untuk menurunkan prevalensi anemia pada rematri dan WUS.
Analisis capaian kinerja Trend cakupan remaja puteri mendapat tablet tambah darah (TTD) terlihat menigkat dari tahun 2016 sampai tahun 2019 untuk data tahun 2015 tidak ada dikarenakan indikator tersebut masih baru, capaian TTD rematri dari tahun 2016 s.d 2019 terus meningkat.
Grafik 3.11 Trend Cakupan Remaja Puteri Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) di Provinsi Lampung tahun 2016-2019
2016 2017 2018 20190
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
14.2
32.9
67.5
90.3
Capaian remaja puteri mendapat TTD ada satu kabupaten dengan capaian rendah yaitu kabupaten Tulang Bawang Barat dan kabupaten lain telah mencapai target seperti dalam grafik berikut :
22 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Grafik 3.12 Trend Cakupan Remaja Puteri Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) per kab/kota di Provinsi Lampung tahun 2019
Way
Kanan
Tulan
g B Bar
at
Tangg
amus
Lampung T
imur
Lampung B
arat
Pesisir
barat
Mesuji
Metro
PROPINSI
Tulan
g Baw
ang
Lampung S
elatan
Lampung T
enga
h
Bandar
Lampung
Lampung U
tara
Pesaw
aran
Prings
ewu
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
26.56
67.29 71.38
75.50 77.77 83.51
88.27
89.72
90.30
90.79
95.10 96.75 99.63 100.00 100.00 100.00
Target 30%
Analisa keberhasilan :1. Komitmen pemerintah dalam penanggulangan stunting dimulai pada
sasaran remaja puteri dengan pemberian tablet tambah darah sehingga dalam perencanaan kebutuhan TTD telah tercukupi.
2. Alokasi anggaran meningkat untuk memenuhi keberhasilan dalam cakupan ttd remaja puteri.
3. Lintas sektor di pendidikan telah terjalin sehingga pemberian ttd rematri telah berjalan optimal.
4. Beberapa kabupaten (sekolah) menerapkan satu hari makan bersama TTD
Analisa kegagalan :1. Kurangnya pengetahuan remaja putri dalam pentingnya tablet tambah
darah.2. Kurangan konseling oleh tenaga kesehatan.3. Kurangnya komitemen antar lintas sektor terkait.
Alternatif solusi1. Perlunya konseling oleh nakes pada remaja puteri dalam pentingnya
pemberian TTD2. Perlunya pertemuan untuk memfasilitasi linsek tertama pendidikan dalam
membangun komitmen program secara bersama.
2) Pembinaan Kesehatan Keluargaa) Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau yang dikenal dengan sebutan dengan KN1, merupakan indikator yang menggambarkan upaya
23 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6 - 48 jam setelah lahir, dengan cara mendeteksi sedini mungkin permasalahan yang mungkin dihadapi bayi baru lahir, sekaligus memastikan pelayanan yang seharusnya didapatkan oleh bayi baru lahir yang diantaranya terdiri dari konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian Vitamin K1 injeksi (bila belum diberikan) dan Hepatitis B 0 (nol) injeksi (bila belum diberikan). Kunjungan ini dilakukan dengan pendekatan MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda).
Perhitungan cakupan ini dilakukan dengan cara membandingkan bayi baru lahir yang mendapatkan kunjungan neonatal pertama dengan jumlah seluruh bayi baru lahir di wilyahnya yang kemudian dikonversi dalam bentuk persentase.
Masa Neonatal merupakan masa yang sangat kritis karena pada masa ini banyak terjadi kematian. Masalah utama bayi baru lahir pada masa perinatal dapat menyebabkan kematian, kesakitan dan kecacatan. Hal ini merupakan akibat dari kondisi kesehatan ibu yang jelek, perawatan selama kehamilan yang tidak adekuat, penanganan selama persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta perawatan neonatal yang tidak adekuat. Bila ibu meninggal saat melahirkan, kesempatan hidup yang dimiliki bayinya menjadi semakin kecil. Kematian neonatal tidak dapat diturunkan secara bermakna tanpa dukungan upaya menurunkan kematian ibu dan meningkatkan kesehatan ibu. Perawatan antenatal dan pertolongan persalinan sesuai standar, harus disertai dengan perawatan neonatal yang adekuat dan upaya-upaya untuk menurunkan kematian bayi akibat bayi berat lahir rendah, infeksi pasca lahir (seperti tetanus neonatorum, sepsis), hipotermia dan asfiksia. Sebagian besar kematian neonatal yang terjadi pasca lahir disebabkan oleh penyakit – penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan biaya yang tidak mahal, mudah dilakukan, bisa dikerjakan dan efektif. Intervensi imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil menurunkan kematian neonatal hingga 33-58% (The Lancet Neonatal Survival 2005).
Di negara berkembang, sekitar 3% bayi mengalami asfiksia lahir tingkat sedang dan berat. Bayi asfiksia yang mampu bertahan hidup namun mengalami kerusakan otak, jumlahnya cukup banyak. Hal ini disebabkan karena resusitasi tidak adekuat atau salah prosedur. Resusitasi yang dilaksanakan secara adekuat dapat mencegah kematian dan kecacatan pada bayi karena hipoksia. Intervensi post natal terhadap peningkatan ketrampilan resusitasi bayi baru lahir dapat menurunkan kematian neonatal hingga 6-42% (The Lancet Neonatal Survival 2005).
Sekitar 11,5 % bayi lahir dengan berat lahir rendah kurang dari 2500 gram (Riskesdas 2007). Data dari SKRT 2001 menunjukkan bahwa Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor terpenting kematian neonatal. Penyumbang utama kematian BBLR adalah prematuritas, infeksi, asfiksia lahir, hipotermia dan pemberian ASI yang kurang adekuat. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kematian karena hipotermia pada bayi berat
24 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
lahir rendah (BBLR) dan bayi prematur jumlahnya cukup bermakna. Perilaku/kebiasaan yang merugikan seperti memandikan bayi segera setelah lahir atau tidak segera menyelimuti bayi setelah lahir, dapat meningkatkan risiko hipotermia pada bayi baru lahir. Intervensi untuk menjaga bayi baru lahir tetap hangat dapat menurunkan kematian neonatal sebanyak 18-42% (The Lancet Neonatal Survival 2005).
Salah satu penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian bayi baru lahir adalah Pneumonia, suatu infeksi yang dapat terjadi saat lahir atau setelah lahir. Faktor risiko terpenting terjadinya Pneumonia adalah perawatan yang tidak bersih, hipotermia dan pemberian ASI yang kurang adekuat. Pneumonia pada bayi baru lahir gejalanya tidak jelas dan seringkali tidak diketahui sampai keadaannya sudah sangat terlambat.
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi hingga berusia 6 bulan.Walaupun proporsi bayi yang pernah mendapat ASI cukup tinggi yaitu 95,7% (SDKI 2007), namun proporsi ASI eksklusif pada bayi 0 - 6 bulan masih rendah yaitu 32,4% (SDKI 2007), demikian juga dengan proporsi bayi mendapat ASI sekitar 1 jam setelah lahir yaitu 43,9% (SDKI 2007). Tidak memberikan kolostrum merupakan salah satu kebiasaan merugikan yang sering ditemukan. Pemberian ASI dapat menurunkan kematian neonatal hingga 55-87% (The Lancet Neonatal Survival 2005).
Penurunan Angka Kematian Neonatal memerlukan upaya bersama tenaga kesehatan dengan melibatkan dukun bayi, keluarga dan masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi ibu dan bayi baru lahir. Untuk mengukur keberhasilan penerapan intervensi yang efektif dan efisien, dapat dimonitor melalui indikator cakupan pelayanan yang mencerminkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Penurunan angka kematian neonatal dapat dicapai dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan sejak bayi dalam kandungan, saat lahir hingga masa neonatal.
Analisa Capaian Kinerja
Capaian indicator KN1 dari tahun ke tahun cenderung naik sejak tahun 2015 sampai dengan 2019 sebagaiman terlihat pada grafik berikut :
Grafik 3.13 Trend Cakupan KN1 Provinsi LampungTahun 2015 - 2019
25 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
2015 2016 2017 2018 2019
96.07 95.68
97.60
95.39
98.48
95.00
96.00 96.00
93.00 93.00
KN1 TARGET
Sumber : Laporan KIA Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2019
Dengan melihat capaian tersebut maka bisa dipastikan bahwa target Renstra di tahun 2019 yaitu 93 % kemungkinan besar akan tercapai. Namun begitu bila kita melihat capaian indicator per kabupaten/kota masih terlihat ada beberapa kabupaten yang capaiannya lebih rendah dari provinsi sebagaimana bisa dilihat pada grafik berikut.
Grafik 3.14 Cakupan KN1 per Kabupaten/Kota se-Provinsi LampungTahun 2019
Lampung BaratTanggamus
Lampung SelatanLampung Timur
Lampung TengahLampung Utara
Way KananTulangbawang
PesawaranPringsewu
MesujiTulangbawang Barat
Pesisir BaratKota Bandar Lampung
Kota MetroProvinsi
86 88 90 92 94 96 98 100 102 104 106100.28
103.5699.98
102.0593.11
96.1197.69
94.998.56
97.02100.33
96.9795.33
100.87100
98.48
Sumber : Laporan KIA Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2019
26 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Walapun secara umum hampir seluruh kabupaten/kota sudah mencapai target yang diharapkan namun ada beberapa kabupaten yang capaiannya masih di bawah provinsi yaitu Kabupaten Lampung Tengah dan Tulang Bawang. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi geografis yang sulit, infrastruktur yang masih kurang dan distribusi faskes dan nakes yang tidak merata sehingga menghambat akses masyarakat ke fasilitas kesehatan.
Di beberapa kabupaten cakupan program lebih dari 100 %, hingal ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan sasaran jumlah penduduk atau system pencataan dan pelaporan yang belum optimal sehingga terjadi duplikasi pencatatan terutama di wilayah perkotaan atau wilayah lintas kabupaten/kota. Kesulitan dalam menentukan sasaran penduduk menjadi salah satu kendala karena ada beberapa versi jumlah penduduk yaitu menurut BPS, Pusdatin datertn Pemerintah Daerah. Walaupun jumlah penduduk menurut BPS dan Pusdatin tidak syarat dengan kepentingan tertentu namun kelemahannya jumlah penduduk hanya bisa ditentukan sampai level kabupaten sedangkan sampai level kecamatan dan desa harus dihitung kembali. Ini menjadi salah satu masalah tersediri bagi pengelola program Puskesmas karena terkadang sasaran mereka terlampau tinggi atau terlampau rendah.
Analisa Keberhasilan
Trend positif kenaikan kunjungan neonatal dari tahun ke tahun menunjukkan telah semakin meningkatnya akses masyarakat khususnya neonatal terhadap pelayanan kesehatan. Dengan adanya desentralisasi maka alokasi anggaran Negara sudah menyebar di seluruh kabupaten sehingga perbaikan infrastruktur termasuk fasilitas kesehatan semakin memudahkan akses masyarakat menuju fasilitas kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan yang sudah semakin banyak yang tidak hanya terfokus di daerah perkotaan juga berkontribusi terhadap peningkatan kunjungan neonatal.Hal-hal yang menyebabkan peningkatan capaian cakupan KN1 yaitu :1) Peningkatan penggunaan buku KIA mendorong peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pelayanan kesehatan bagi baru baru lahir yang mendorong mereka untuk memeriksakan bayinya ke fasilitas kesehatan.
2) Perbaikan infrastruktur terutama di daerah dengan akses sulit memudahkan masyarakat untuk mengakses fasilitas pelayanan kesehatan.
3) Meningkatnya jumlah fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan serta distribusi fasilitas dan tenaga kesehatan di seluruh kabupaten/kota.
4) Meningkatnya alokasi pembiayaan kesehatan bagi masyarakat khususnya masyarakat yang tidak mampu seperti adanya Jampersal dan APBD Kabupaten/Kota dan juga BOK di Puskesmas yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan untuk kunjungan
27 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
rumah kepada bayi yang tidak datang ke faskes.
5) Peningkatan pemanfaatan kohort bayi dan Balita mendukung perbaikan system pencatatan dan pelaporan pelayanan pada bayi dan Balita.
6) Peningkatan peran aktif lintas program dan lintas sektor dalam mendukung pelayanan kesehatan bagi bayu baru lahir dan neonatal.
7) Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam pelayanan kesehatan mendorong peningkatan kualitas pelayanan sehingga masyarakat merasa puas dengan pelayanan di fasilitas kesehatan.
8) Terlaksananya program kemitraan bidan dan dukun mendorong peran aktif masyarakat untuk mendorong ibu bersalin ke nakes dan memeriksakan bayi baru lahir ke petugas kesehatan
Analisa KegagalanHal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:1) Pemanfaatan buku KIA yang masih belum optimal menyebabkan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pelayanan kesehatan pada bayi dan Balita
2) Pemanfaatan dana BOK yang tidak optimal menyebabkan tidak tercapainya indikator output walaupun anggarannya terealisasi semuanya
3) Infrastruktur yang belum baik di beberapa wilayah terutama di daerah terpencil
4) Keterbatasan sarana dan prasarana di beberapa wilayah menyebabkan rendahnya kualitas pelayanan
5) System pencatatan dan pelaporan yang belum terpadu dan berbasis computer dapat menyebabkan missed record terhadap pelayanan yang diberikan.
6) Kurangnya kebijakan di tingkat pengambil keputusan dalam mendukung pelayanan kesehatan bayi yang berkualitas.
Alternatif solusiAlternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:
1. Meningkatkan sosialisasi kebijakan, peraturan dan pedoman kesehatan anak.
2. Meningkatkan dukungan pemda dalam membuat peraturan dan kebijakan yang mendukung pelayanan kesehatan.
3. Memfasilitasi pengadaan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan dengan menggunakan anggaran yang bersumber dana dekonsentrasi, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten.
4. Sinkronisasi kegiatan antara provinsi dan kabupaten dalam pemanfaatan dana BOK sehingga kegiatan yang disusun fokus pada peningkatan indikator program/Resntra.
28 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
5. Meningkatkan koordinasi lintas sektor di semua jenjang untuk mengatasi berbagai penyebab masalah yang memerlukan dukungan lintas sektor.
b) Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)Indikator ini memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan minimal 4 kali, sesuai dengan ketetapan waktu kunjungan. Disamping itu, indikator ini menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, Melalui kegiatan ini diharapkan ibu hamil dapat dideteksi secara dini adanya masalah atau gangguan atau kelainan dalam kehamilannya dan dilakukan penanganan secara cepat dan tepat.Pada saat ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan, tenaga kesehatan memberikan pelayanan antenatal secara lengkap (10 T) yang terdiri dari: timbang badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi (ukur LiLA), ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin, skrining status imunisasi TT dan bila perlu pemberian imunisasi Td, pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), test lab sederhana (Golongan Darah, Hb, Glukoprotein Urin) dan skrining terhadap Hepatitis B, Sifilis, HIV, Malaria, TBC, tata laksana kasus, dan temu wicara/ konseling termasuk P4K serta KB PP.Melalui konseling yang aktif dan efektif, diharapkan ibu hamil dapat melakukan perencanaan kehamilan dan persalinannya dengan baik serta memantapkan keputusan ibu hamil dan keluarganya untuk melahirkan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.Capaian kunjungan antenatal tahun 2019 digambarkan dalam grafik berikut :
Grafik 3.15 Cakupan K4 per Kabupaten/Kota se-Provinsi LampungTahun 2019
Kota Metro
Lampung Timur
Lampung Selatan
Tanggamus
Pesawaran
Tulangbawang Barat
Kota Bandar Lampung
Mesuji
Lampung Barat
Pesisir Barat
Provinsi
Lampung Utara
Pringsewu
Tulangbawang
Lampung Tengah
Way Kanan
- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
100.00
97.81
96.57
96.33
95.29
95.03
94.48
93.90
93.70
93.03
91.88
91.52
85.44
84.37
83.49
82.95
Grafik di atas memperlihatkan masih ada beberapa kabupaten dengan
29 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
cakupan kunjungan antenatal yang rendah seperti Kabupaten Way Kanan, Lampung Tengah, tulang Bawan dan Pringsewu. Sedangkan data trend tahunan juga menunjukkan adanya fluktuasi cakupan dari tahun ke tahun sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
Grafik 3.16 Trend Cakupan K4 Provinsi LampungTahun 2014-2019
2014 2015 2016 2017 2018
89.62
93.09 91.40
93.36 91.88
80.00 81.00 82.00 83.00 85.00
K4 TARGET
Analisis keberhasilanCapaian sebagian besar kabupaten/kota dalam pelayanan antenatal telah cukup baik. Beberapa hal yang menyebabkan tingginya capaian tersebut adalah :1. Peningkatan pemahaman nakes tentang pentingnya melaksanakan
pemeriksaan antenatal secara teratur2. Perbaikan kualitas pelayanan mendorong masyarakat untuk datang lagi
ke fasilitas kesehatan3. Sistem pencatatan dan pelaporan yang lebih baik4. Peningkatan kapasitas nakes mendorong peningkatan kualitas pelayanan5. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung pelayanan mendukung
petugas kesehatan dalam pemberian pelayanan sesuai standar6. Meniingkatkan jumlah masyarakat yang memiliki pembiayaan kesehatan
meningkatkan akses mereka ke fasilitas kesehatan.
Analisis Kegagalan1. Sistem pencatatan dan pelaporan yang belum baik sehingga ibu yang
berkunjung ke fasilitas kesehatan terutama swasta tidak terdata2. Belum adanya sistem monitoring PUS3. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan sehingga masyarakat enggan
berkunjung lagi ke petugas kesehatan4. Insrastruktur yang belum baik membuat akses masyarakat ke petugas
kesehatan menjadi sulit terutama di daerah terpencil dan jauh dari petugas kesehatan
5. Distribusi tenaga kesehatan yang belum merata.
Alternatif solusi1. Penggunaan kohort oleh tenaga bidan untuk memantau ibu2. Peningkatan kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan pada ibu hamil
yang tidak datang ke faskes karena alasan tertentu
30 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
3. Peningkatan kapasitas nakes dalam pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas
4. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan dasar.
c) Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1Penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1 adalah pemeriksaan kesehatan secara yang dilaksanakan pada peserta didik kelas satu baik di SD maupun MI milik pemerintah dan swasta. Penjaringan kesehatan peserta didik meliputi :1. Pemeriksaan Keadaan Umum 2. Pengukuran Tekanan darah dan denyut nadi3. Penilaian status gizi4. Pemeriksaan gigi dan mulut5. Pemerikasaan indera ( Penglihatan dan pendengaran )6. Pemeriksaan laboratorium7. Pengukuran kesegaran jasmani8. Deteksi dini penyimpangan mental emosional
Capaian indikator tahunan tahun 2019 digambarkan dalam grafik di bawah ini Grafik 3.17 Capaian Cakupan Penjaringan Anak Kelas I SD per
kab/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2019
Tanggamus
Lampung Selatan
Lampung Timur
Lampung Tengah
Lampung Utara
Way Kanan
Tulangbawang
Pesawaran
Pringsewu
Mesuji
Tulangbawang Barat
Kota Bandar Lampung
Kota Metro
Provinsi
Lampung Barat
Pesisir Barat
0 20 40 60 80 100 120
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
98.01
80
66.67
Dari grafik di atas terlihat bahwa hanya kabupaten Pesisir barat dan Lampung Barat yang belum melaksanakan penjaringan pada anak kelas 1 SD. Kondisi wilayah yang sulit dan keterbatasan sarana prasarana pelayanan kemungkinan menjadi penyebab rendahnya capaian cakupan.
31 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Sedangkan trend cakupan tahunanan dapat dilihat pada grafik berikut :Grafik 3.18 Trend Cakupan Penjaringan Anak Kelas I SD
Provinsi Lampung Tahun 2014-2019
2014 2015 2016 2017 2018
93.76 89.96
99.67 100.00 98.01
81 82 83 84 85
PENJARINGAN SD TARGET
Grafik di atas menunjukkan bahwa capaian cakupan walaupun fluktuasi tetapi telah mencapai target yang diharapkan.
Analisis keberhasilan :1) Dengan masuknya indikator ini menjadi SPM maka kegiatan menjadi
kegiatan priortas di Puskesmas sehingga terdapat alokasi anggaran untuk melaksanakan kegiatan tersebut
2) Dengan semakin banyaknya nakes dilatih dalam melaksanakan penjaringan maka jumlah tenaga yang melaksanakan semakin banyak.
3) Adanya pangadaan UKS Kit yang diberikan kepada beberapa Puskesmas.
Analisis Kegagalan :1) Kurangnya dukungan lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan
penjarinagn di beberapa sekolah terutama sekolah swasta2) Tidak adanya biaya transport petugas kesehatan menuju sekolah dan
biaya operasional karena tidak dialokasikan di dana BOK.3) Kondisi geografis di wilayah-wilayah tertentu yang sulit untuk menuju
sekolah serta letak sekolah yang jauh dari faskes
Alternatif Solusi :1) Kegiatan yang masuk di dalam SPM seharusnya masuk dalam pelayanan
kesehatan esensial di Puskesmas termasuk kegiatan penjaringan anak usia sekolah.
2) Perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung untuk pelaksanaan kegiatan penjaringan anak usia sekolah seperti UKS Kit, transport, bahan reagent, dll.
3) Perlu dukungan lintas sektor agar kegiatan tersebut mendapat dukungan dari sekolah saat pelaksanaan kegiatan dan sekolah dapat menindaklanjuti.
32 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
d) Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10Penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10 adalah pemeriksaan kesehatan secara yang dilaksanakan pada peserta didik kelas satu baik di SMP/MTs dan SMA/SMK/MA atau sederajat baik milik pemerintah dan swasta. Penjaringan kesehatan peserta didik meliputi :1. Pemeriksaan Keadaan Umum 2. Pengukuran Tekanan darah dan denyut nadi3. Penilaian status gizi4. Pemeriksaan gigi dan mulut5. Pemerikasaan indera ( Penglihatan dan pendengaran )6. Pemeriksaan laboratorium7. Pengukuran kesegaran jasmani8. Deteksi dini penyimpangan mental emosional
Grafik 3.19 Capaian Cakupan Penjaringan Anak Kelas 9 & 10 Per Kab/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2019
Tanggamus
Lampung Selatan
Lampung Timur
Lampung Tengah
Lampung Utara
Way Kanan
Tulangbawang
Pesawaran
Pringsewu
Mesuji
Tulangbawang Barat
Kota Bandar Lampung
Kota Metro
Provinsi
Lampung Barat
Pesisir Barat
0 20 40 60 80 100 120
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
97.68
73.33
66.67
Grafik di atas menunjukkan bahwa cakupan terendah ada di kabupaten Pesisir barat dan Lampung Barat. Grafik trend capaian tahunan menunjukkan
33 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
ternd sebaga berikut :
Grafik 3.20 Trend Cakupan Penjaringan Anak Kelas 7 & 10 Provinsi Lampung Tahun 2014-2019
2016 2017 2018 75.00
80.00
85.00
90.00
95.00
100.00
96.31
90.90
97.68
8384
85
PENJARINGAN SMP/SMA TARGET
Walaupun capaian kegiatan naik turun namun capaian indiaktor lebihd ari target yang diharapkan.
Analisis keberhasilan :1) Dengan masuknya indikator ini menjadi SPM maka kegiatan menjadi
kegiatan priortas di Puskesmas sehingga terdapat alokasi anggaran untuk melaksanakan kegiatan tersebut
2) Dengan semakin banyaknya nakes dilatih dalam melaksanakan penjaringan maka jumlah tenaga yang melaksanakan semakin banyak.
3) Adanya pangadaan UKS Kit yang diberikan kepada beberapa Puskesmas.
Analisis Kegagalan :1) Kurangnya dukungan lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan
penjarinagn di beberapa sekolah terutama sekolah swasta2) Tidak adanya biaya transport petugas kesehatan menuju sekolah dan
biaya operasional karena tidak dialokasikan di dana BOK.3) Kondisi geografis di wilayah-wilayah tertentu yang sulit untuk menuju
sekolah serta letak sekolah yang jauh dari faskes
Alternatif Solusi :1) Kegiatan yang masuk di dalam SPM seharusnya masuk dalam pelayanan
kesehatan esensial di Puskesmas termasuk kegiatan penjaringan anak usia sekolah.
2) Perlu penyediaan sarana dan prasarana pendukung untuk pelaksanaan kegiatan penjaringan anak usia sekolah seperti UKS Kit, transport, bahan reagent, dll.
3) Perlu dukungan lintas sektor agar kegiatan tersebut mendapat dukungan dari sekolah saat pelaksanaan kegiatan dan sekolah dapat
34 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
menindaklanjuti.
e) Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remajaCakupan Puskesmas yang menyelenggaran pelayannan kesehatan remaja adalah Puskesmas yang memberikan pelayanan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang harus diberikan secara komprehensif di semua tempat yang akan melakukan pelayanan remaja dengan pendekatan PKPR
Fokus sasaran layanan puskesmas PKPR adalah berbagai kelompok remaja, antara lain: 1) Remaja di sekolah: sekolah umum, madrasah, pesantren, sekolah luar
biasa. 2) Remaja di luar sekolah: karang taruna, saka bakti husada, palang merah
remaja, panti yatim piatu/rehabilitasi, kelompok belajar mengajar, organisasi remaja, rumah singgah, kelompok keagamaan.
3) Remaja putri sebagai calon ibu dan remaja hamil tanpa mempermasalahkan status pernikahan.
4) Remaja yang rentan terhadap penularan HIV, remaja yang sudah terinfeksi HIV, remaja yang terkena dampak HIV dan AIDS, remaja yang menjadi yatim/piatu karena AIDS,
5) Remaja berkebutuhan khusus, yang meliputi kelompok remaja sebagai berikut: Korban kekerasan, korban traficking, korban eksploitasi seksual Penyandang cacat, di lembaga pemasyarakatan (LAPAS), anak jalanan, dan remaja pekerja Di daerah konflik (pengungsian), dan di daerah terpencil
Capaian cakupan Puskesmas melaksanakan Yankes Remaja di provinsi Lampung tahun 2019 dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik 3.21 Capaian Cakupan Puskesmas melaksanakan Yankes Remaja Per Kab/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2019
35 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Tanggamus
Lampung Selatan
Lampung Timur
Lampung Utara
Way Kanan
Tulangbawang
Pesawaran
Pringsewu
Mesuji
Tulangbawang Barat
Kota Bandar Lampung
Kota Metro
Provinsi
Lampung Barat
Pesisir Barat
Lampung Tengah
0 20 40 60 80 100 120
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
92.72
80
66.67
58.97
Sedangkan trend tahun capaian cakupan puskesmas yang melaksanakan yankes remaja dapat dilihat pada grafik berikut :Grafik 3.22 Trend Capaian Puskesmas melaksanakan Yankes Remaja di
Provinsi Lampung Tahun 2016 - 2019
2016 2017 20180
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
78.86
87.2192.72
66 68 70
PUSKESMAS YANKES REMAJA TARGET
Analisis keberhasilan :1) Meningkatnya jumlah Puskesmas yang terlatih dalam PKPR2) Tersedianya paket PKPR Kit di sebagain besar Puskesmas3) Yankes Remaja telah menjadi salah satu kegiatan prioritas sehingga
mendapatkan pembiayaan dari dana BOKAnalisis Kegagalan :1) Belum semua Puskesmas menjadi pelayanan kesehatan remaja sebagai
salah satu kegiatan prioritas2) Rendahnya minat remaja untuk mengunjungi fasiliatas kesehatan3) Kurangnya sarana dan prasarana di Puskesmas dalam memberikan
pelayanan kesehatan remaja
36 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
4) Kurangnya kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelayanan kesehatan remaja terutama di sekolah
Solusi Alternatif :1) Pengadaan PKPR Kit untuk seluruh puskesmas2) Penyediaan reagen pemeriksaan sesuai dengan sasaran remaja3) Penyediaan biaya operasional bagi petugas untuk pelayanan kesehatan
remaja di luar gedung.
f) Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamilKelas Ibu Hamil ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, nifas, KB pasca persalinan, pencegahan komplikasi, perawatan bayi baru lahir dan aktivitas fisik/ senam ibu hamil.Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, dan Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil.
Adapun capaian cakupan puskesmas melaskanakan kelas ibu di proinsi Lampung tahun 2019 dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik 3.23 Capaian Cakupan Puskesmas melaksanakan Kelas Ibu Per Kab/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2019
37 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Lampung Barat
Tanggamus
Lampung Selatan
Lampung Timur
Lampung Tengah
Lampung Utara
Way Kanan
Tulangbawang
Pesawaran
Pringsewu
Mesuji
Tulangbawang Barat
Pesisir Barat
Kota Bandar Lampung
Kota Metro
Provinsi
0 20 40 60 80 100 120
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Sedangkan tren cakupan puskesmas yang melaksanakan kelas ibu tahun 2016-2019 dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Grafik 3.24 Trend Cakupan Puskesmas melaksanakan Kelas Ibu di Provinsi Lampung Tahun 2016 - 2019
2016 2017 201888
90
92
94
96
98
100
102
99.33100 100
93 94
95
PUSKESMAS KELAS IBU TARGET
Analisis keberhasilan :1) Meningkatnya jumlah nakes yang terlatih dalam pelaksanaan kelas ibu2) Tersedianya paket pengadaan kelas ibu baik dari pusat ataupun dari
provinsi3) Adanya pembinaan yang berkesinambungan dari kabupaten/kota ke
Puskesmas4) Meningkatnya peran serta masyarakat dalam kegiatan di bidang
kesehatan
38 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Analisis Kegagalan :1) Belum semua Puskesmas memiliki paket kelas ibu sampai ke level bidan
di desa2) Rendahnya partisiasi masyarakat terutama di daerah perkotaan3) Infrastruktur yang kurang menyebabkan ibu tidak dapat mengakses lokasi
pelaksanaan kelas ibu.
Solusi Alternatif :1) Penyediaan paket kelas ibu sesuai dengan jumlah desa2) Mengembangkan pelaksanaan kelas ibu sesuai dengan kebutuhan
wilayah dimana dengan mengatur jadwal pelaksanaan kelas ibu 3) Meningkatkan jumlah nakes dalam orientasi kelas ibu.
g) Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)Orientasi P4K menitikberatkan pada kegiatan monitoring terhadap ibu hamil dan bersalin. Pemantauan dan pengawasan yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil dan bersalin yang dilakukan diseluruh Indonesia dalam ruang lingkup kerja Puskesmas setempat serta menyediakan akses dan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama yang sekaligus merupakan kegiatan yang membangun potensi masyarakat khususnya kepedulian masyarakat untuk persiapan dan tindakan dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.Dalam pelaksanaan P4K, bidan diharapkan berperan sebagai fasilitator dan dapat membangun komunikasi persuasif dan setara diwilayah kerjanya agar dapat terwujud kerjasama dengan ibu, keluarga dan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir dengan menyadarkan masyarakat bahwa persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan akan menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.
Capaian cakupan Puskesmas yang melaksanakan P4K di Provinsi Lampng tahun 2019 dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Grafik 3.25 Capaian Cakupan Puskesmas melaksanakan orientasi P4K
39 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Per Kab/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2019
Lampung Barat
Tanggamus
Lampung Selatan
Lampung Timur
Lampung Utara
Way Kanan
Tulangbawang
Pesawaran
Pringsewu
Mesuji
Tulangbawang Barat
Pesisir Barat
Kota Bandar Lampung
Kota Metro
Provinsi
Lampung Tengah
96 96.5 97 97.5 98 98.5 99 99.5 100 100.5
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
99.67
97.44
Sedangkan tren capaian cakupan puskesmas yang melaksanakan orientasi P4K tahun 2016 – 2019 dapat dilihat pada garik berikut :
Grafik 3.26 Trend Cakupan Puskesmas melaksanakan orientasi P4K di Provinsi Lampung Tahun 2016-2019
2016 2017 201891
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
94.63
10099.67
100 100 100
PUSKESMAS ORIENTASI P4K TARGET
Analisis keberhasilan :1) Tersedianya buku KIA dalam jumlah yang cukup meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya bersalin ke tenaga kesehatan
40 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
2) Meningkatnya jumlah nakes yang telah dilatih dalam P4K3) Dukungan ketersediaan dana BOK untuk kegiatan dan faslitasi
pelaksanaan P4K
Analisis Kegagalan :1) Kurangnya dukungan lintas sektor dalam pelaksanaan kegiatan P4K
terutama di wilayah desa2) Tidak adanya alokasi anggaran di Puskesmas untuk melaksanakan
Orientasi P4K.
Alternatif Solusi :1) Optimalisasi pemanfaatan dana desa untuk mendukung kegiatan P4K di
tingkat desa2) Peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor di Puskesmas
untuk mendukung pelaksanaan kegiatan P4K
3) Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahragaa) Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar
Indikator persentase puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja
dasar menurut definisi operasional adalah puskesmas yang menyelenggarakan Kesehatan kerja dasar, dan atau memberikan pelayanan kesehatan terhadap pekerja di wilayah kerjanya.
Puskesmas dikatakan menyelenggarakan kesehatan kerja dasar minimal menerapkan salah satu kriteria :1. Memiliki kebijakan mengenai Keselamatan dan kesehatan kerja, yang
dikeluarkan oleh pimpinan Puskesmas2. Mempunyai tim K3 Puskesmas3. Implementasi K3 di Puskesmas minimal menerapkan kewaspadaan
standar (standart precaution)4. Pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan pekerja yang dibuktikan
dengan Laporan Bulanan Kesehatan Pekerja (LBKP-1) Puskesmas
Analisa Capaian KinerjaCapaian indikator persentase puskesmas yang menyelenggarakan
kesehatan kerja dasar dari tahun ke tahun cenderung naik sejak tahun 2014 sampai dengan 2019 sebagaiman terlihat pada grafik berikut :
Grafik 3.27 Trend Capaian Indikator
41 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Persentase Puskesmas Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar di Provinsi Lampung Tahun 2014 - 2019
2014 2015 2016 2017 20180
10
20
30
40
50
60
70
80
90
42.4
49.3
68.8
77.774.4
40
50
60
70
Lampung Target Nasional
Sumber : Laporan Kesehatan Kerja Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2019
Dengan melihat capaian tersebut maka bisa dipastikan bahwa target Renstra di tahun 2019 yaitu 80% kemungkinan besar akan tercapai. Namun begitu bila kita melihat capaian indicator per kabupaten/kota masih terlihat ada beberapa kabupaten yang capaiannya lebih rendah dari provinsi sebagaimana bisa dilihat pada grafik berikut.
Grafik 3.28 Capaian Indikator Persentase Puskesmas Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar
per Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung Tahun 2019
Bandar LampungMetro
Lampung UtaraLampung Tengah
Lampung TimurLampung Selatan
Lampung BaratPesawaranPringsewu
TanggamusTulang Bawang
Tulang Bawang BaratWay Kanan
MesujiPesisir Barat
Provinsi
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.086.7
58.351.9
39.5100.0
80.866.7
91.7100.0100.0
72.2100.0
52.6100.0
44.4
74.4
Sumber : Laporan Kesehatan Kerja Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2019
Walapun secara umum hampir seluruh kabupaten/kota sudah mencapai
42 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
target yang diharapkan, namun ada beberapa kabupaten yang capaiannya masih di bawah provinsi yaitu Kabupaten Pesisir Barat, Way Kanan, Lampung Barat, Lampung Tengah, Lampung Utara dan Metro.
Analisa KeberhasilanHal-hal yang menyebabkan peningkatan capaian indikator persentase puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar yaitu :1) Alokasi dana dekonsentrasi kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan
Kerja dan Olahraga untuk Provinsi Lampung yang mencukupi untuk mengakomodir seluruh kegiatan kesehatan kerja dan olahraga yang selaras dengan kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, karena Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi prioritas.
2) Meningkatnya alokasi pembiayaan kegiatan kesehatan kerja karena nomenklatur Kesehatan Kerja dan Olahraga pada SOTK baru menjadi langkah untuk mengajukan kegiatan Kesehatan Kerja pada APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota
3) Meningkatnya jumlah tenaga pengelola kesehatan kerja yang sudah dilatih Kesehatan Kerja baik melalui pelatihan teknis kesehatan kerja maupun orientasi kesehatan kerja dan olahraga
4) Sosialisasi berkelanjutan dan jaringan pencatatan pelaporan melalui social media
Analisa KegagalanHal yang menyebabkan rendahnya capaian indikator persentase puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar antara lain:1) Pergantian petugas pengelola kesehatan kerja baik di tingkat
Kabupaten/Kota maupun Puskesmas saat penerapan SOTK baru2) Tingginya tingkat mutasi petugas pengelola kesehatan kerja yang
sudah dilatih3) Kegiatan kesehatan kerja bukan merupakan kegiatan UKM esensial
(hanya kegiatan UKM Pengembangan) sehingga sering belum menjadi prioritas pendanaan kegiatan, baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota maupun puskesmas
4) Belum terlaksananya koordinasi dan komunikasi yang baik antara Lintas Program dan Lintas Sektor yang mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja
5) System pencatatan dan pelaporan yang belum terpadu dan berbasis computer.
Alternatif solusiAlternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:1. Dukungan dana dekosentrasi kegiatan Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga agar provinsi terus dapat mensosialisasikan dan melaksanakan pembinaan kesehatan kerja.
2. Advokasi dan pembentukan tim koordinasi kesehatan kerja yang melibatkan Lintas Program dan Lintas Sektor terkait, baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota maupun puskesmas.
43 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
3. Terus mengadakan pelatihan teknis maupun orientasi kepada petugas pengelola kesehatan kerja.
4. Fasilitasi pendanaan kegiatan dan sarana pendukungnya dari Kabupaten/kota dan Puskesmas.
5. Sinkronisasi kegiatan antara provinsi dan kabupaten dalam pemanfaatan dana BOK sehingga kegiatan yang disusun fokus pada peningkatan indikator program/Renstra.
b) Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI Indikator jumlah Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) yang terbentuk di daerah Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) /Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
menurut definisi operasional adalah jumlah pos UKK di daerah PPI/TPI yang dibentuk dan dibina masyarakat yang difasilitasi oleh Puskesmas. Indikator ini menjadi prioritas dalam pembentukan pos UKK secara keseluruhan sehingga masuk ke dalam indikator resntra karena merupakan merupakan salah satu arah kebijakan Kementerian Kesehatan pada renstra 2015-2019 yaitu intervensi berbasis risiko kesehatan pada kelompok rentan (vulnerable) yaitu masyarakat nelayan. Masyarakat nelayan memiliki karakteristik khusus mulai dari mudah terkena gangguan kesehatan hingga lingkungan sekitar yang kumuh miskin.
Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, data PPI di Provinsi Lampung berjumlah 20 PPI yang terdapat di :1. Kota Bandar Lampung 2 PPI2. Kab. Lampung Selatan 8 PPI3. Kab. Tanggamus 5 PPI4. Kab. Lampung Timur 2 PPI5. Kab. Tulang Bawang 1 PP6. Kab. Pesisir Barat 2 PPI
Analisa Capaian KinerjaCapaian indikator jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/ TPI
dari tahun ke tahun cenderung naik sejak tahun 2015 sampai dengan 2019 sebagaimana terlihat pada grafik berikut :
Grafik 3.29 Trend Capaian Indikator Jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/ TPI
44 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
di Provinsi Lampung Tahun 2015 - 2019
2015 2016 2017 20180
5
10
15
20
25
3
9 9
12
20 20 20 20
Lampung Series2 Target
Sumber : Laporan Kesehatan Kerja Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2019
Grafik 3.30 Capaian Indikator Jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/ TPI
per Kabupaten/Kota daerah PPI/TPI se-Provinsi Lampung Tahun 2019
Bandar Lampung
Lampung Selatan
Tanggamus
Lampung Timur
Tulang Bawang
Pesisir Barat
Provinsi
0 20 40 60 80 100 120
100
62.5
20
100
100
50
60
Sumber : Laporan Kesehatan Kerja Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2019
Dari 6 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki daerah PPI/TPI, terdapat 2 (dua) kabupaten yang capaiannya masih di bawah provinsi yaitu Kabupaten Pesisir Barat dan Tanggamus.
Analisa KeberhasilanHal-hal yang menyebabkan peningkatan capaian indikator indikator jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/ TPI yaitu :
45 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
1) Dukungan alokasi dana dekonsentrasi kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga untuk Provinsi Lampung yang mengakomodir kegiatan Pembinaan Kesehatan Nelayan secara bertahap tiap tahunnya. Dimulai dengan kegiatan Sosialisasi Kesehatan Nelayan di tingkat Kabupaten/Kota, tahapan Pembentukan Pos UKK yang diawali Pertemuan Tingkat Desa hingga ke Musyawarah Masyarakat Desa dan dilengkapi dengan kegiatan monitoring evaluasi.
2) Pemenuhan sarana prasarana Kit Pos UKK dan Kit Alat Pelindung Diri (APD) khusus untuk Pos UKK Nelayan sebagai stimulan dari Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
3) Meningkatnya jumlah tenaga pengelola kesehatan kerja yang sudah dilatih Kesehatan Kerja baik melalui pelatihan teknis kesehatan kerja maupun orientasi kesehatan kerja dan olahraga baik ditingkat Kabupaten maupun puskesmas
4) Sosialisasi berkelanjutan mengenai Pembentukan Pos UKK
Analisa KegagalanHal yang menyebabkan rendahnya capaian indikator jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/ TPI antara lain:1) Puskesmas dan Kabupaten/kota tidak memiliki basis data jumlah
kelompok pekerja informal, jenis-jenis pekerjaan maupun penyebarannya
2) Puskesmas belum melakukan mapping jumlah pekerja formal dan pekerja informal disertai segala karakteristiknya
3) Kegiatan kesehatan kerja bukan merupakan kegiatan UKM esensial (hanya kegiatan UKM Pengembangan) sehingga sering belum menjadi prioritas pendanaan kegiatan, baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota maupun puskesmas
4) Belum terlaksananya koordinasi dan komunikasi yang baik antara Lintas Program dan Lintas Sektor yang mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja khususnya bagi masyarakat pekerja informal
5) Kurangnya advokasi kepada pihak Desa sebagai pemilik Pos UKK untuk mendukung dan memfasilitasi segala sarana prasana pendukung pelaksanaan kegiatan di Pos UKK
Alternatif solusiAlternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:1. Dukungan dana dekosentrasi kegiatan Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga agar provinsi terus dapat mensosialisasikan dan melaksanakan pembentukan dan pembinaan pos UKK
2. Terus mengadakan pelatihan teknis maupun orientasi kepada petugas pengelola kesehatan kerja.
3. Advokasi dan pembentukan jaringan komunikasi antara Pemerintah Desa, Petugas Puskesmas dan Kader Pos UKK
4. Fasilitasi pendanaan kegiatan pelayanan kesehatan dan
46 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
pembinaan dari Kabupaten/kota dan Puskesmas.5. Integrasi pelaksanaan kegiatan dengan Lintas Program dan Lintas
sektor dalam pelayanan kesehatan di Pos UKK
c) Persentase fasiltas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standarIndikator fasiltas pemeriksaan kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang
memenuhi standar menurut definisi operasional adalah Rumah Sakit atau klinik utama yang ditetapkan Menteri Kesehatan dan telah dibina oleh kementerian kesehatan yang dapat menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan calon TKI sesuai standar pemeriksaan yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI.
Provinsi Lampung merupakan kantong TKI no. 4 di Indonesia dengan distribusi terbesar calon TKI berasal dari Kabupaten Lampung Timur. Salah satu permasalahan utama yang selalu terjadi pada TKI adalah rendahnya kualitas pemeriksaan kesehatan di sarana kesehatan pemeriksa calon TKI, sehingga calon TKI sering dipulangkan kembali dari negara penempatan karena masalah kesehatan. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan melalui Permenkes No. 29 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan CTKI mengatur standar minimal yang harus dimiliki oleh sarana kesehatan (baik itu rumah sakit maupun klinik utama) agar dapat memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan kepada calon TKI yang memenuhi standar.
Berdasarkan data dari Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI, sarana kesehatan yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan sebagai sarana kesehatan Pemeriksa CTKI di Provinsi Lampung adalah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hj. Abdoel Moeloek (RSUDAM) dan Klinik Utama As-Salam Medical Center.
Analisa Capaian KinerjaCapaian fasiltas pemeriksaan kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
yang memenuhi standar dapat dilihat sebagaimana grafik berikut :
Grafik 3.31 Capaian Indikator Fasiltas pemeriksaan kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang
47 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
memenuhi standar di Provinsi Lampung Tahun 2019
RSUDAM
Klinik As-Salam
Nasional
0 20 40 60 80 100 120
100
100
100
Sumber : Laporan Kesehatan Kerja Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2019
Analisa KeberhasilanHal-hal yang menyebabkan stabilnya capaian indikator fasiltas pemeriksaan kesehatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang memenuhi standar yaitu :1) Proses perizinan sebagai sarana kesehatan pemeriksa CTKI sudah
mengacu pada Permenkes No. 29 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan CTKI
2) Alokasi dana dekonsentrasi kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga untuk Provinsi Lampung yang mengakomodir kegiatan pembinaan ke sarana kesehatan pemeriksa CTKI
3) Integrasi lintas program khususnya dengan pengelola perizinan di provinsi dalam pembinaan ke sarana kesehatan pemeriksa CTKI
Analisa KegagalanHal yang menyebabkan rendahnya tingkat utilitas pemeriksaan kesehatan di sarana kesehatan yang resmi ditunjuk Kementerian Kesehatan antara lain:1) Banyaknya PPTKIS yang langsung membawa calon TKI ke
Jakarta tanpa diperiksa kesehatannya terlebih dahulu di provinsi asal
2) Adanya modus dan oknum PPTKIS nakal yang meminta fee kepada sarana kesehatan yang ditunjuk
3) Perda tarif RSUDAM yang membuat tarif pemeriksaan kesehatan CTKI di RSUDAM lebih mahal dibandingkan Permenkes No, 26 tahun 2015 tentang Pola Tarif
Alternatif solusi
48 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:1. Dukungan dana dekosentrasi kegiatan Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga agar provinsi terus dapat mensosialisasikan dan melaksanakan pembinaan ke sarana kesehatan TKI dan Kabupaten/Kota Kantong TKI
2. Advokasi kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigasi Provinsi agar PPTKIS membawa CTKI nya untuk memeriksakan kesehatannya ke sarana kesehatan yang sudah ditunjuk
3. Pembinaan terintegrasi lintas program dan lintas sektor
d) Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya
Indikator persentase puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya menurut definisi
operasional adalah puskemas yang menyelenggarakan upaya kesehatan olahraga melalui pembinaan kelompok olahraga (meliputi pendataan kelompok/klub olahraga, pemeriksaan kesehatan pada kelompok dan penyuluhan kesehatan pada kelompok; dan atau pelayanan kesehatan olahraga di wilayah kerjanya (meliputi konsultasi kesehatan olahraga, pengukuran tingkat kebugaran jasmani, pelayanan cedera olahraga akut serta pelayanan kesehatan atlet pada event olahraga).
Analisa Capaian KinerjaCapaian indikator persentase puskesmas yang menyelenggarakan
kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya dari tahun ke tahun cenderung naik sejak tahun 2015 sampai dengan 2019 sebagaiman terlihat pada grafik berikut :
Grafik 3.32 Trend Capaian IndikatorPersentase puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya
di Provinsi Lampung Tahun 2015 - 2019
2015 2016 2017 20180
10
20
30
40
50
60
70
20 20.3
34.6
58.6
20
30
40
50
Lampung Series2 Target Nasional
Sumber : Laporan Kesehatan Olahraga Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2019
Dengan melihat capaian tersebut maka bisa dipastikan bahwa target
49 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Renstra di tahun 2019 yaitu 60% kemungkinan besar akan tercapai. Namun begitu bila kita melihat capaian indicator per kabupaten/kota masih terlihat ada beberapa kabupaten yang capaiannya lebih rendah dari provinsi sebagaimana bisa dilihat pada grafik berikut.
Grafik 3.33 Capaian Indikator Persentase Puskesmas Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar
per Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung Tahun 2019
Bandar LampungMetro
Lampung UtaraLampung Tengah
Lampung TimurLampung Selatan
Lampung BaratPesawaranPringsewu
TanggamusTulang Bawang
Tulang Bawang BaratWay Kanan
MesujiPesisir Barat
Provinsi
0 20 40 60 80 100 12090
1002929
857373
50100
078
1000
8389
59
Sumber : Laporan Kesehatan Olahraga Dinkes Provinsi Lampung Tahun 2019
Walapun secara umum hampir seluruh kabupaten/kota sudah mencapai target yang diharapkan, namun ada beberapa kabupaten yang capaiannya masih di bawah provinsi yaitu Kabupaten Way Kanan, Tanggamus, Pesawaran, lampung Tengah dan Lampung Utara
Analisa KeberhasilanHal-hal yang menyebabkan peningkatan capaian persentase puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya yaitu :1) Alokasi dana dekonsentrasi kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan
Kerja dan Olahraga untuk Provinsi Lampung yang mencukupi untuk mengakomodir seluruh kegiatan kesehatan olahraga yang selaras dengan kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, karena Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi prioritas.
2) Meningkatnya alokasi pembiayaan kegiatan kesehatan olahraga karena nomenklatur Kesehatan Kerja dan Olahraga pada SOTK baru menjadi langkah untuk mengajukan kegiatan Kesehatan Olahraga pada APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota
50 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
3) Meningkatnya jumlah tenaga pengelola kesehatan olahraga yang sudah dilatih melalui orientasi kesehatan kerja dan olahraga
4) Sosialisasi berkelanjutan dan jaringan pencatatan pelaporan melalui social media
Analisa KegagalanHal yang menyebabkan rendahnya capaian indikator persentase puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya antara lain:1) Pergantian petugas pengelola kesehatan olahraga baik di tingkat
Kabupaten/Kota maupun Puskesmas saat penerapan SOTK baru2) Tingginya tingkat mutasi petugas pengelola kesehatan olahraga
yang sudah diorientasi3) Kegiatan kesehatan olahraga bukan merupakan kegiatan UKM
esensial (hanya kegiatan UKM Pengembangan) sehingga sering belum menjadi prioritas pendanaan kegiatan, baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota maupun puskesmas
4) Belum terlaksananya koordinasi dan komunikasi yang baik antara Lintas Program dan Lintas Sektor yang mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan olahraga
5) System pencatatan dan pelaporan yang belum terpadu dan berbasis computer.
6) Belum adanya reward bagi pengelola kesehatan olahraga yang telah dengan baik melaksanakan semua kegiatan hingga ke pencatatan pelaporan
Alternatif solusiAlternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:1. Dukungan dana dekosentrasi kegiatan Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga agar provinsi terus dapat mensosialisasikan dan melaksanakan pembinaan kesehatan olahraga.
2. Advokasi Lintas Program dan Lintas Sektor terkait, baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota maupun puskesmas.
3. Terus mengadakan pelatihan teknis maupun orientasi kepada petugas pengelola kesehatan olahraga.
4. Fasilitasi pendanaan kegiatan dan sarana pendukungnya dari Kabupaten/kota dan Puskesmas.
5. Sinkronisasi kegiatan antara provinsi dan kabupaten dalam pemanfaatan dana BOK sehingga kegiatan yang disusun fokus pada peningkatan indikator program/Renstra
6. Pembinaan berkelanjutan
51 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
4) Penyehatan Lingkungana) Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat)Tabel 3.34 Capaian Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasisi
Masyarakat (STBM) Provinsi Lampung Tahun 2019
Analisa Keberhasilan
Trend Capaian Desa melaksanakan STBM yang selalu meningkat disetiap tahunnya disebabkan karena kemitraan yang baik antara tenaga Provinsi, tenaga Kabupaten/kota, Lintas Sektor/Program/Mitra terkait dan Sanitarian Puskesmas dalam melakukan Pemicuan di Masyarakat (Desa/Kelurahan) yang berdampak pada peningkatan akses terhadap sanitasi layak.
Analisa KegagalanHal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:1) Kurangnya Komitment dan Dukungan Kepala Daerah terhadap Program
STBM 2) Masih terbatasnya anggaran APBD dan sumber daya manusia (Tenaga
Kesling) pada Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Puskesmas sehingga pelaksanaan program tidak tercapai secara maksimal.
3) Belum maksimalnya koordinasi dan sinergitas lintas program dan mitra terkait.
4) Untuk pelaporan triwulan Desa melaksanakan STBM secara online/berbasis web masih banyak kendala, dikarenakan signal, kurangnya kompetensi petugas kesling dalam pelaporan online
Alternatif Solusi1) Refresing / Orientasi Peningkatan Kapasitas Petugas Puskesmas &
Kabupaten dalam advokasi dan pencatatan pelaporan triwulan/online
52 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
2) Meningkatkan komitment kepala daerah dan dukungan pemda terhadap Sanitasi (STBM)
3) Memfasilitasi pengadaan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan program dengan menggunakan anggaran yang bersumber dana dekonsentrasi, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten.
4) Sinkronisasi kegiatan antara provinsi dan kabupaten dalam pemanfaatan dana BOK sehingga kegiatan yang disusun ecto pada peningkatan ectoror program/Resntra.
5) Meningkatkan koordinasi lintas ector / lintas program / mitra terkait di semua jenjang untuk mengatasi berbagai penyebab masalah yang memerlukan dukungan & komitment mereka.
b) Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasanCakupan Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.35 Cakupan Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan tahun 2015-2019
Lampung B
arat
Tangg
amus
Lampung s
elatan
Lampung T
imur
Lampung T
enga
h
Lampung u
tara
Way
kanan
Tulan
g Baw
ang
Pesawara
n
Pringse
wuMesu
ji
Tlb Bara
t
Pesisir
Barat
Bandar
Lampung
Metro
Provin
si0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
20152016201720182019
Analisa KeberhasilanTrend Capaian Persentase Sarana Air Minum yang dilakukan pengawasan cendrung fluktuatif (naik turun) disebabkan karena proporsi pembagian anggaran yg fluktuatif dan kurangnya tenaga kesling pukesmas yang berkompeten (program kesling masih banyak dikelola oleh tenaga bidan/perawat/kesehatan lainnya), namun jika di lihat realisasi pertahun sudah mencapai target yang di harapkan.
Analisa KegagalanHal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:1) Masih terbatasnya anggaran APBD/BOK non fisik (proporsi pembagian
anggaran yg fluktuatif) dan sumber daya manusia (Tenaga Kesling) pada Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Puskesmas sehingga pelaksanaan program tidak tercapai secara maksimal.
2) Belum maksimalnya koordinasi dan sinergitas lintas sektor/lintas program dan mitra terkait.
53 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
3) Untuk pelaporan secara online masih banyak kendala, dikarenakan signal dan kurangnya kompetensi petugas kesling dalam pelaporan online
Alternatif SolusiAlternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:1) Refresing / Orientasi Peningkatan Kapasitas Petugas Puskesmas &
Kabupaten dalam advokasi dan pencatatan pelaporan triwulan/online2) Memfasilitasi pengadaan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung
pelaksanaan program dengan menggunakan anggaran yang bersumber dana dekonsentrasi, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten.
3) Sinkronisasi kegiatan antara provinsi dan kabupaten dalam pemanfaatan dana BOK sehingga kegiatan yang disusun fokus pada peningkatan indikator program/Resntra.
4) Meningkatkan koordinasi lintas sektor / lintas program / mitra terkait di semua jenjang untuk mengatasi berbagai penyebab masalah yang memerlukan dukungan & komitment mereka.
c) Persentase Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan
Trend Capaian indikator cakupan Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan digambarkan pada grafik di bawah ini :
Grafik 3.36 Persentase TTU Sehat per Kota/Kab Propinsi LampungTahun 2015-2019
BL LS Lte LU LB TB Tgm
Lti Me Wk Pswu
Msji
TBB
Pswr
PssrBrt
Propinsi
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
2015 2016 2017 2018 2019 Target
Analisa Keberhasilan1) Secara nasional bahwa Provinsi Lampung tahun 2019 sudah melebihi
capaian target Tempat –tempat umum sehat (capaianan sebesar 72, 70 %) dari target Kemenkes RI sebesar 58 %
54 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
2) Laporan rutin kegiatan program TTU sehat sudah aktif dikirim ke Provinsi lampung setiap Triwulan.
Analisa KegagalanHal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:1. Keterbatasan anggaran dari berbagai sumber dana untuk kegiatan TTU
sehat2. Ego program dari sektor dan program terkait TTU sehat3. Belum semua Kota/Kabupaten memiliki petugas khusus yang mengelola
Program Penyehatan Tempat-Tempat Umum, rata-rata pengelola program merangkap/mengelola beberapa program, sehingga pengelolaan Program Penyehatan Tempat-Tempat Umum belum maksimal.
4. Belum maksimalnya kerjasama dengan lintas program maupun dengan lintas sektor terkait dalam operasional maupun pemantauan
5. Relatif masih kurangnya sarana prasarana serta buku panduan/pedoman formulir observasi/chesklist serta peralatan untuk pengukuran di lapangan.
6. Belum ada dana khusus yang mendukung petugas Pengelola Progam Penyehatan Tempat-Tempat Umum Kota/Kabupaten dan Puskesmas, untuk melakukan pembinaan ke sasaran (Tempat-Tempat Umum ) yang ada diwilayah kerjanya sesuai dengan standar pelayanan minimal Program Penyehatan Lingkungan.
Alternatif Solusi1. Pembinaan dan Advokasi Program Penyehatan Tempat-Tempat Umum
oleh Petugas Penyehatan Lingkungan Propinsi secara intensif ke 15 Kota/Kabupaten se Propinsi Lampung, agar kegiatan Program Penyehatan Tempat-Tempat Umum/institusi memperoleh dukungan dana.
2. Mengusulkan adanya petugas khusus yang mengelola Program Penyehatan Tempat-Tempat Umum pada Seksi Kesehatan Lingkungan dimasing-masing Kota/Kabupaten se Propinsi Lampung.
3. Memberikan feed back ke Kota/Kabupaten atas laporan hasil kegiatan yang telah dicapai, maupaun laporan yang telah dikirimkan ke Propinsi.Lampung secara berkesinambungan dan berjenjang sampai tingkat puskesmas.Mengevaluasi kegiatan program bersama petugas pengelola program Kota/Kabupaten se Propinsi Lampung, pada saat Rapat Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan di Propinsi.
4. Memberikan feed back ke Kota/Kabupaten atas hasil kegiatan yang telah dicapai, maupaun laporan yang telah dikirimkan ke Propinsi.
5. Menyeragamkan format laporan rutin triwulan baik yang dikirim dari puskesmas maupun Dinkes Kabupaten Kota.
6. Menambah keterangan jumlah puskesmas yang ada dan jumlah puskesmas yang melapor pada formulir pelaporan.
7. Mensinergikan kegiatan penyehatan Tempat-Tempat Umum dengan program kesehatan lingkungan yang lain serta kesehatan kerja dan olahraga.
55 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
d) Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standarTrend presentasi RS yang melakukan pengelolaan limbah edis sesuai standar tahun 2015 – 2019 digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.37 Trend presentasi RS yang melakukan pengelolaan limbah Medis sesuai standar tahun 2015 – 2019
Analisa Keberhasilan
Trend positif Persentase Rumah Sakit yang melakukan Pengelolaan Limbah Medis sesuai satandar disebabkan karena kemitraan yang baik antara tenaga Provinsi, tenaga Kabupaten/ kota maupun di Fasyankes tentang dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis Fasyankes dan Rumah Sakit
Analisa KegagalanHal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:1) Untuk pelaporan triwulan pengelolaan limbah medis sesuai standar
secara on line berbasis web masih banyak kendala, dikarenakan server di pusat sering bermasalah / ada gangguan, sehingga bagi rumah sakit yang akan melaporkan pengelolaan limbah medis secara on line tidak bisa mengupload datanya
2) Masih ada Fasilitas Pelayanan Kesehatan ( Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Bersalin dan lain-lain) yang belum mengelola limbahnya padat/cair medis dengan baik dan sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
3) Kegiatan program kesehatan lingkungan di Rumah Sakit belum terlaksana dengan maksimal, sesuai dengan Kepmenkes 1204 Tahun 2004, tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit
4) Masih terbatasnya pendanaan dan sumber daya manusia di setiap Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, sehingga pengawasan terhadap Fasilitas Pelayanan Kesehatan ( Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Bersalin dan lain-lain) belum maksimal
56 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Alternatif Solusi1) Orientasi Pengelolaan Limbah Medis Fasyankes bagi petugas kesling
Dinkes Kabupaten /Kota dan Rumah Sakit se - Provinsi Lampung2) Monitoring Pengelolaan Limbah Medis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Bersalin dan lain-lain) di Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung
3) Pengkajian terhadap dokumen AMDAL bagi kegiatan/usaha yang berpotensi menimbulkan dampak pencemaran terhadap lingkungan.
4) Peningkatan kerjasama lintas sektor terkait terutama dengan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Lampung dalam rangka pengawasan dampak pencemaran limbah padat/cair medis yang ditimbulkan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Bersalin dan lain-lain) terhadap lingkungan.
e) Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan
Grafik 3.38 Trend Jumlah TPM Yang Terdaftar Dalam E Monev HSPPer Kabupaten Kota Th 2015 – 2019
Analisis keberhasilanTrend positif kenaikan TPM yang terdaftar pada e monev HSP th 204 – 2019
menunjukkan peningkatan, diketahui bahwa kab/kota yang sudah mengupload
data TPM ecara bertahap hingga tahun 2019 sudah 15 Kab yang ada di
provinsi Lampung, hal ini menunjukkan adanya keseriusan tenaga sanitarian
dalam mengelola program HSP melalui website.
57 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Analisa KegagalanHal yang menyebabkan rendahnya cakupan program antara lain:1) Masih terbatasnya dana dalam rangka pembinaan program Penyehatan
Makanan dan Minuman di kabupaten/kota , sehingga pencapaian
indikator sangat tergantung dengan ketersediaan anggaran dan aktifitas
2) Kurang adanya Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka kegiatan
Penyehatan Makanan dan Minuman di kabupaten/kota.
3) Kesulitan dalam hal pengumpulan data – data dan informasi tentang TPM.
Dikarenakan Belum optimalnya kinerja petugas teknis dalam pembinaan
dan pengawasan TPM di tingkat kabupaten/kota, belum tersedianya
peralatan, dukungan logistik, media fasilitasi,dan medaia sosialisasi, serta
belum dilakukannya Pemetaan faktor risiko akibat pangan siap saji yang
dilakukan oleh puskesmas belum merata sehingga sulit untuk menentukan
target kegiatan.
4) Sistim informasi penyampaian laporan data dari kabupaten ke Provinsi
belum tepat waktu sehingga sangat lama untuk mengetahui
perkembangan capaian target per daerah.
5) Koordinasi Lintas sektor dan lintas program dalam mendukung kegiatan
pelaksanaan program Hygiene sanitasi pangan masih belum optimal, hal
ini dikarenakan program belum mendapatkan prioritas.
Alternatif Solusi1) Melakukan Inventarisasi/PendaftaranTempat Pengelolaan PanganSiap
Saji dengan Melaksanakan Inspeksi Sanitasi di Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM) sebagai syarat utama untuk pemenuhan persyaratan
higiene sanitasi dalam rangka mendapatkan sertifikat laik higiene sanitasi.
2) Provinsi/Kab/Kota diharapkan dapat melaksanakan Pengadaan Peralatan
Pemeriksa Kontaminasi Pangan.
3) Peningkatan Sistim informasi Higiene Sanitasi Pangan dalam mendukung
program HSP dengan mengembangkan dan melaksanakan e monev HSP
yang akan dimulai serentak di 15 Kab/kota pada tahun 2015.
4) Penguatan Sumber Daya Petugas baik di kabupaten/kota, puskesmas
58 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
f) Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
Grafik.3.39 Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat tahun 2015 - 2019
Analisis Keberhasilan
Trend positif kenaikan program STBM, TPM dan PLR dari tahun ke tahun menunjukkan telah semakin meningkatnya kemampuan petugas dalam melaksanakan kegiatan puskesmas dan dalam pengiriman laporan secara website. Hal-hal yang menyebabkan peningkatan capaian cakupan Kesehatan Lingkungan :
1) Meningkatnya jumlah fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan serta distribusi fasilitas dan tenaga kesehatan di seluruh kabupaten/kota.
2) Peningkatan peran aktif lintas program dan lintas sektor dalam mendukung program kesehatan lingkungan.
3) Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam program kesehatan lingkungan sehingga target tercapai.
.
Analisis KegagalanMasalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program kabupaten kota sehat
adalah :
1) Masih ada kabupaten yang belun mepunyai Forum Kabupaten/Kota sehat yaitu sebanyak 6 Kabupaten/Kota.
2) Masih adanya Persepsi bahwa program kabupaten kota sehat adalah milik Dinas Kesehatan, baik di tingkat Propinsi maupun di tingkat kabupaten
3) Beberapa dari Kabupaten/Kota yang sudah terbentuk forum sudah tidak aktif lagi dalam program Kabupaten/Kota Sehat.
59 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Alternatif Solusi Alternatif solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan antara lain:1) Pembinaan Kegiatan Kabupaten Kota Sehat tetap diperlukan agar
kabupaten/kota tetap termotivasi untuk melaksanakan Program Kabupaten/Kota Sehat terutama bagi kabupaten/kota yang sudah memiliki forum.
2) Perlunya sosialisasi bagi Kabupaten/Kota yang belum memiliki forum agar segera membentuk Kabupaten/Kota Sehat.
3) Perlunya workshop Kabupaten/Kota Sehat dengan mengundang 9 (sembilan Kabupaten/Kota) yang sudah memiliki forum Kabupaten/kota Sehat. Ini dimaksudkan untuk menguatkan forum yang sudah ada.
4) Perlunya reward bagi Kabupaten/Kota yang telah mengikuti verifikasi dan mendapatkan penghargaan Swasti Saba.
5) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
a) Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS
Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS (%) adalah persentase kabupaten/kota yang membuat kebijakan yang mendukung PHBS minimal 1 kebijakan baru per tahun. Kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan yang mendukung kesehatan/PHBS/gaya hidup sehat dalam bentuk Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Walikota, Instruksi Bupati/Walikota, Surat Keputusan Bupati/Walikota, dan/atau Surat Edaran/Himbauan Bupati/Walikota pada tahun pelaporan. Adapun pencapaian kabupaten/kota di Provinsi Lampung yang telah mengeluarkan kebijakan terkait PHBS pada Tahun 2019 ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kebijakan PHBS di Kab/Kota Provinsi Lampung dan Kabupaten/Kota Tahun 2019
Provinsi KabKota
Bentuk Kebijakan
Nomor dan Tahun
Uraian
1 PROVINSI Peraturan Gubernur Lampung
Nomor 19 tahun 2019
Pembentukan Lampung Stunting Agent (LSA) dalam pencapaian 1000 HPK dan penurunan status stunting di Provinsi Lampung
Surat Edaran Gubernur
Nomor 19 tahun 2019
Pencanangan ECO office
2 LAMPUNG SELATAN
Peraturan Bupati 15 TAHUN 2019 PENGAWASAN DEPOT AIR MINUM
60 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Provinsi KabKota
Bentuk Kebijakan
Nomor dan Tahun
Uraian
Surat Edaran 224 TAHUN 2019 PERCEPATAN AKSES SANITASI LAYAK
Surat Edaran 449 tanggal 23 April 2019
Penggunaan 5 Jenis Tempat Sampah
Peraturan Bupati 82 Tahun 2019 Tata Cara penediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan atau memerah air susu ibu , susu formula bayi dan produk bayi lainnya
Peraturan Bupati 78 Tahun 2019 program gerakan percepatan seribu hari pertama kehidupan melalui pendekatan keluarga
Peraturan Bupati 85 Tahun 2019 persalinan di tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan
3 Lampung Timur
Surat Edaran Bupati Lampung Timur
Nomor : 40/ 009/ 03-SK/Bid./I/2019
Himbauan Senam Peregangan, Makan Buah dan Sayur Di Tempat Kerja
SURAT EDARAN 4255/03-SK/2019 implementasi komunikasi perubahan perilaku masyarakat dalam pencegahan stunting
SK Bupati B294/22/SK2019 tanggal 17 juni 2019
penetapan lokus intervensi stunting
SK Bupati 440/1058.a/03-SK/Bid-III.01/Vii/2019 tanggal 10 juli 2019
Tim Binwil PIS- PK Kab.Lampung Timur
4 Metro Surat Keputusan Walikota
296/KPTS/D-2/2019 Tanggal 22 April 2019
Penetapan Puskesmas Ramah Anak Kota Metro
61 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Provinsi KabKota
Bentuk Kebijakan
Nomor dan Tahun
Uraian
Surat Edaran Walikota
331/KPTS/D-2/2019 Tanggal 3 Mei 2019
Pemanfatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak
Surat Keputusan Walikota
331/KPTS/D-2/2019 Tanggal 7 Mei 2019
Penetapan Klinik Tumbuh Kembang Anak di Rumah Sakit Kota Metro
Surat Keputusan Walikota
361/KPTS/D-2/2019 Tanggal 15 Mei 2019
Pembentukan Tim Pelaksanan Kegiatan Peningkatan Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) Kota metro Tahun 2019
Surat Keputusan Walikota
345/KPTS/D-2/2019 Tanggal 10 Mei 2019
Pembentukan Tim Audit Maternal Perinatal Kota Metro
Surat Keputusan Walikota
377/KPTS/D-2/2019 Tanggal 22 Mei 2019
Penetapan Model Sekolah Sehat dan Pembentukan Tim Pembina Model Sekolah Sehat Kota Metro
Surat Keputusan Walikota
390/KPTS/D-2/2019 Tanggal 27 Mei 2019
Pembentukan Pokja Akselerasi Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka kematian bayi dan Tim Manual Rujukan Serta Jejaring Rujukan Kegawadaruratan Maternal dan neonatal Kota Metro
Surat Edaran Walikota
441.1/25/SE/D-2/2019
Penetapan Hari Cuci Tangan bersama Pakai Sabun dan Air mengalir, Sarapan Bersama Dengan Gizi Seimbang, Sikat Gigi Bersama dan Minum Tablet Tambah darah (TTD) Bersama untuk Remaja Putri
6 Mesuji Peraturan Bupati 1.Perbub No 40 Tahun 2019
Peraturan Bupati Mesuji Tentang Sanitasi Total
62 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Provinsi KabKota
Bentuk Kebijakan
Nomor dan Tahun
Uraian
Tanggal 1 Juli 2019
Berbasis Masyarakat Kabupaten Mesuji
2.Perbub No 31 tahun 2019 Tanggal 20 mei 2019
peraturan bupati mesuji tentang Penurunan stunting
7 Pesisir Barat Surat Edaran Bupati Pesisir Barat
SE No. 440/1367/1V.02/2019
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (BDB) di Kabupaten Pesisir Barat 2019
8 Pringsewu Perda Perda no 1 tahun 2019
tentang STBM Berkelanjutan
9 Tanggamus Surat Edaran Noomor:440/3664/23/2019
Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Sekolah se Kabupaten Tanggamus
Peraturan Bupati Tanggamus
Nomor :26 tahun 2019
Pedoman Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) di kabupaten Tanggamus
10 Tulang Bawang Barat
Perbup No. 06 tahun 2019
Kawasan Tanpa Rokok
11 Way Kanan Keputusan Bupati Waykanan
B.11/V.01-WK/HK/2019
Pembentukan Kelompok Kerja Sanitasi / Air Minum dan Penyehatan Lingkungantahun 2019
Keputusan Bupati Waykanan
660/ 131.b/IV.12-WK/2019
Penerapan Eco Office di Pemda Way Kanan
SE Bupati 800/77/IV.02-WK/I/2019
Penerapan kawasan tanpa rokok
Perbup Way kanan
No. 25 tahun 2019 Pedoman pelaksanaan Germas di kab Way Kanan
SK Bupati B. 430/IV.02-WK/HK/2019
Forkom Germas kab. Way Kanan
Dinas Kesehatan Provinsi telah melakukan berbagai sosialisasi dan pembinaan yang terintegrasi di kegiatan yang ada dalam rangka mendorong
63 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
dinas kesehatan kabupaten/kota untuk menginisiasi keluarnya kebijakan PHBS di Kabupaten/Kota. Pada tahun 2019 di Provinsi Lampung telah mengeluarkan 2 kebijakan terkait PHBS yaitu tentang terbitnya Surat Edaran Pelaksanaan Eco Office Di Provinsi Lampung dan Peraturan Peraturan Gubernur tentang pembentukan Lampung Stunting Agent (LSA) di Provinsi Lampung.
Dari 15 kabupaten/kota, ada 11 kabupaten/kota (73,33 %) yang memiliki minimal satu kebijakan baru terkait PHBS yang dikeluarkan pada Tahun 2019 ini. Adapun target capaian untuk indikator kabupaten/kota yang mengeluarkan kebijakan PHBS pada tahun 2019 ini adalah sebesar 80% .Dengan demikian, capaian indikator kinerja kegiatan untuk indikator Kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS pada tahun 2019 ini belum mencapai target yang ditetapkan. Kendala dalam pencapaian target kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS di antaranya minimnya dana untuk advokasi ke pengambil kebijakan di kabupaten/kota secara langsung serta inventarisir data pada lintas program dan lintas sektor yang belum maksimal . Oleh karena itu, upaya pencapaian target yang dilakukan pada Tahun 2019 diarahkan untuk dapat lebih mendorong dan dan melakukan sosialisasi ke petugas di dinas kesehatan dan beberapa sektor terkait kabupaten/kota yang terintegrasi melalui pertemuan yang mengundang kabupaten/kota melalui dana APBN dalam kegiatan Penguatan Pelaksanaan Kebijakan PHBS yang telah di keluarkan dengan tujuan agar cakupan ini dapat meningkat .
Analisis KeberhasilanSecara program kegiatan, dalam meningkatkan cakupan capain Provinsi telah melakukan :
1. Dalam meningkatkan cakupan kebijakan PHBS di Provinsi dan Kab/Kota , provinsi telah melakukan advokasi kepada kab/kota agar dapat mengadvokasi lintas program, lintas sektor dan pimpinan daerah agar dalam meningkatkan cakupan PHBS dapat mengeluarkan penguatan kebijakan terkait PHBS di setiap pertemuan yang dilaksanakan di Provinsi maupun pelaksanaan kegiatan di Kab/Kota.
2. Telah di bentuk Forum Komunikasi Germas melalui Peraturan Gubernur Lampung tahun 2017 dan beberapa Kab/kota telah terbentuk Forum Komunikasi Germas yang bertujuan untuk meningkatkan implementasi prilaku hidup sehat di masyarakat dan mendorong para pimpinan daerah dan anggota Forkom Germas untuk melalukan melukakan penguatan dalam bentuk kebijakan terkait PHBS dan kebijakan berwawasan kesehatan di Provinsi dan Kab/Kota.
64 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Analisis Kegagalan1. Lemahnya SDM di daerah dan Kurangnya advokasi di daerah kepada
pimpinan daerah sehingga kebijakan PHBS capaian nya belum mencapai target yang diharapkan .
2. Minimnya dana untuk advokasi ke pengambil kebijakan dan mengambil langkah tindakan implementasi kebijakan di kabupaten/kota secara langsung .
3. Kurangnya koordinasi dan inventarisir kebijakan di lintas program, lintas sektor dan Badan pengelola Hukum di daerah , sehingga banyak kebijakan yang tidak terinventarisir oleh pengelola program di daerah.
Alternatif Solusi1. Mengefektifkan peran Forum Komunikasi Germas atau sejenisnya di
Provinsi dan Kab/Kota .2. Melakukan Koordinasi dengan BiroHukum/Bagian Hukum terkait
kebijakan yang dilakukan oleh lintas program, dan Lintas sektor.3. Mendorong Kab/Kota agar dapat mendorong pimpinan daerah terntang
kebijakan PHBS dan pentingnya implementasi kebijakan PHBS di daerah
b) Persentase desa yang memanfaatkan dana desa untuk UKBM
Dana desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Dana Desa digunakan untuk mendanai keseluruhan kewenangan desa dengan prioritas untuk mendukung program pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat.
Tabel 3.3 Persentase Desa Yang Memanfaatkan Dana Desa Untuk UKBMdi Provinsi Lampung Tahun 2019
65 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
KABUPATENJumlah
Desa Jumlah Dana Desa
Jumlah Dana Desa yang
Dimanfaatkan untuk UKBM
Jumlah Desa yang
memanfaatkan dana desa
untuk UKBM
% desa yang
memanfaatkan dana
desa untuk UKBM
1 Lampung Selatan
256 307.268.215.000 28.278.415.000 244 95,31%
2 Lampung Barat 131 127.188.856.000 12.718.885.600 131 100,00%
3 Lampung Tengah
301 3.954.487.750 301 100,00%
4 Lampung Timur
264 88.777.154.750 26.840.239.850 264 100,00%
5 Mesuji 105 229.503.356.079 1.282.782.594 44 41,90%
6 Pesawaran 170 170 100,00%
7 Pesisir Barat 116 40.477.679.859 2.870.720.100 32 27,59%
8 Tanggamus 299 0,00%
9 Pringsewu 126 94.089.245.640 6.404.598.933 126 100,00%
10 Tulang Bawang Barat
103 28.883.767.323 2.172.200.902 - 0,00%
11 Tulang Bawang 151 79.153.556.395 3.166.129.662 116 76,82%
12 Lampung Utara 231 71.737.338.525 3.946.825.395 231 100,00%
13 Way Kanan 221 183.883.610.000 5.744.972.257 221 100,00%
2173 1.067.079.169.571 97.380.258.043 1.579 72,66%
Dari 2.173 desa yang ada di Provinsi Lampung, sudah ada 1579 desa (72,66 %) yang telah memanfaatkan dana desa. Pada Tahun 2019 ini untuk pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) dengan persentase sebesar 72,66 %. dengan target pada tahun 2019 ini sebanyak 80% desa di Lampung telah memanfaatkan dana desa minimal 10% untuk UKBM belum dapat tercapai .
Analisis Keberhasilan Meskipun persentase dana desa yang memanfaatkan yang memanfaatkan
dana desa telah mencapai target yang ditetapkan di beberapa desa, pemanfaatan dana desa untuk kesehatan atau UKBM sudah ada, sebagain besar desa sudah mencapai 10% dari dana desa yang ada.
Advokasi terhadap Pimpinan Daerah dan Lintas program serta sosilisasi sampai ke tingkat desa sangat mempengaruhi peningkatan cakupan ini. Pada tahun 2018 Dinas kesehatan Provinsi telah melaksanakan dan merencakan kegiatan malalui sumber dana APBN yaitu kegiatan advokasi penguatan dana desa di Provinsi dan Kabupaten.
Provinsi telah mengadakan penggandaan buku pedoman dana Desa untuk Kesehatan yang di alokasikan bagi Kab/Kota agar meningkatnya
66 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
pemahaman di Kab/Kota sampai desa tentang pemanfaatan dana desa yang dapat dilakukan untuk kegiatan UKBM.
Analisis Kegagalan Masih belum maksimalnya target ini disebabkan alokasi pemanfaatan dana desa belum semua disosialisasikan kepada kepala desa sehingga pemanfaatan dana desa sebagaian besar masih diperuntukkan pembangunan sarana/prasarana desa. Selain itu, masalah terbesar adalah dalam pengumpulan data dan pelaporan data pemanfaatan dana desa masih terkendala, yaitu ada sebagian bidan desa atau petugas puskesmas yang tidak dapat mengakses data tersebut di sebagian besar desa, padahal pemanfaatan dana desa tersebut untuk kesehatan sudah ada. Hal ini menyebabkan data % dana desa yang dimanfaatkan untuk kesehatan tidak dapat diketahui.
Alternatif Solusi Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pencapaian target dana desa
yaitu melakukan sosialisasi mengenai juknis pemanfaatan desa yang terintegrasi pada kegiatan:
Melakukan advokasi kepada kepala desa dan BPMD agar pengalokasian dana desa untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan RPJMDes tahun 2020 dapat ditingkatkan.
Mendorong petugas puskesmas dan bidan desa dalam ikut serta dalam musrembangdes utnuk menetapkan prioritas penggunaan dana desa bagi kesehatan.
Mendorong Dinas Kesehatan Kabupaten agar melakukan koordinasi dengan BPMPD dan Lintas program teruntuk mengetahui realisasi dana desa untuk UKBM.kait
Melakukan advokasi kepada BPMD dan kepala desa tentang penggunaan dana desa untuk UKBM agar dapat dialokasikan pada tahun berikutnya.
Melaksanakan kegiatan di Kabupaten Lokus berupa pertemuan Sosialisasi Prioritas Pemanfaatan Dana Desa Untuk Kesehatan Tahun 2019 dengan alokasi dana APBN.
c) Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatanSesuai dengan Strategi Global Promosi Kesehatan, selain mendorong kebijakan publik berwawasan kesehatan, reorientasi pelayanan kesehatan serta gerakan masyarakat, kegiatan utama Promosi Kesehatan lainnya adalah bina suasana dengan mengembangkan jaringan kemitraan dan memberikan edukasi kepada masyarakat. Dunia usaha dan swasta juga memilikik ewajibanuntukturutserta dalam pembangunan kesehatan. Melihat peluang besar dari dunia usaha melalui programCorporateSocialResponsibility(CSR)-nya,Pusat promosi Kesehatanmenggalangkemitraan denganduniausaha.
67 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Jumlahduniausaha yang memanfaatkanCSR-nyauntukprogram kesehatan adalahjumlahduniausaha yangtelah melakukanPerjanjian KerjaSama (MOU/PKS) di Provinsi, Kab dan kotauntukmemanfaatkan CSR-nyauntuk programkesehatan.
Tabel 3.4 Data Dunia Usaha/Swasta Yang Sudah Bekerja sama di Provinsi Lampung dan Kab/Kota Tahun 2019
N
o
Nama Dunia Usaha
yang Bekerjasama
Nomor dan Tahun
MoU dan/ PKS
Bentuk Kerjasama Wilayah
kerjasama
1 Chandra Super Store No. 890/1006/III.03.2/XII/2015 dan No. 180/CHD-TJK/12/2015 Tanggal 21 Desember 2015 (jangka waktu: 5 th)
Penyampaian pesan kesehatan di kantong belanja chandra superstore dan chandra mart
Provinsi Lampung
2 Prima Agung UMKM 440/1229/IV.02/2019 Pesan-Pesan Kesehatan
Kabupaten Pesisir Barat
3 JAPFA 443 /108 / IV.03 / III / 2019
Health School Intervention
Kec. Katibung Lampung Selatan
4 PT BUKIT ASAM, Tbk Unit Pelabuhan Tarahan Bandar Lampung
B/827 /26400/KH.03/IX/2019
Perjanjian kerjasama
Bandar lampung
440 / 1677 / III.02 / 09 /IX / 2019
5 PTPN 7 Bunga Mayang 119/01/1/2016 (selama 5 tahun s.d 2021)
Transport Kader Posyandu & Pemberian PMT
PTPN 7 Bunga Mayang Lampung Utara
6 PT Nakau 093/HR/NAK/SKB X/2019
Pemberian PMT pada balita di posyandu dalam program bantuan Nakau peduli kesehatan (NPK)
Lampung Utara desa kemala abung
7 Kopi HELER 800/ 530.a /IV.02-WK/IV/2017 (berlaku 5 tahun)
Pesan Kesehatan di Kemasan
Kabupaten Way Kanan
Berdasarkan data tabel di atas, terlihat bahwa upaya kemitraan dengan dunia usaha atau lintas sektor yang sudah memiliki dasar hukum (MoU atau PKS) sudah berjalan di Kota Bandar Lampung, Kab. Lampung Utara, Kab.
68 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Way Kanan , Kab lampung Selatan dan Kab. Pesisir Barat, serta Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Kemitraan tersebut di antaranya dilakukan dengan Bebeberapa perusahaan Swasta di Kabupaten, dan pusat perbelanjaan (Chandra Superstore) .
Di beberapa kabupaten/kota lainnya, kemitraan dengan usaha baru bersifat insidentil saja, seperti sponsorship dalam acara kesehatan, belum dibuat dalam jangka panjang yang memiliki dasar hukum berupa MoU atau PKS kedua belah pihak. Selain itu, beberapa kemkitraan yang sudah berjalan belum dibuatkan MoU/PKSnya. Oleh karena itu, ke depannya pembinaan ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan sosialisasi program kesehatan kepada calon dunia usaha potensial harus dioptimalkan sehingga dapat terjalin kemitraan yang lebih langgeng dan berdampak pada peningkatan status kesehatan masyarakat.
Analisis Keberhasilan Tahun 2019 , melalui anggaran APBN telah di dilaksanakan kegitan berupa Penggalangan Kemitraan dengan Ormas dan Dunia Usaha untuk Mendukung Program Kesehatan di tingkat Provinsi dan meliatkan Kab/Kota dengan mengundang berbagai dunia usaha di Provinsi Lampung dan Kab/Kota guna menggalang kemitraan di berbagai dunia usaha. Dalam meningkatkan cakupan dikalakukan sosialisasi program-program kesehatan kepada dunia usaha sehingga diharapkan dunia usaha dapat mendukung dalam bentuk apapun dan mau bermitra dengan dinas kesehatan Provinsi Lampung.
Analisis Kegagalan.1. Di beberapa kabupaten/kota lainnya, kemitraan dengan usaha baru bersifat
insidentil saja, seperti sponsorship dalam acara kesehatan, belum dibuat dalam jangka panjang yang memiliki dasar hukum berupa MoU atau PKS kedua belah pihak.
2. Beberapa kemitraan yang sudah berjalan belum dibuatkan MoU/PKSnya. 3. Dunia usaha yang ada , ingin melakukan kerjasama , tetapi tdak ingin ada
nya ikatan dalam bentuk MOU ( teikat dalam jangka waktu tertentu) bantuan hanya bersifat dalam kondisi event tertentu.
Alternatif Solusi
69 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Provinsi akan melalukan pembinaan secara berkesinambungan ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan sosialisasi program kesehatan kepada dunia usaha dengan melibatkan unsur yang ada di daerah.kepada calon dunia usaha potensial harus akan lebih dioptimalkan sehingga dapat terjalin kemitraan yang lebih langgeng dan berdampak pada peningkatan status kesehatan masyarakat.
d) Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatanOrganisasikemasyarakatanmerupakan kelompokpotensialuntuk meningkatkan perilakusehatmasyarakat karena merekamemiliki sumberdayasampai digrassroot.Pusat promosi Kesehatanmenggalang peran serta ormas baik ormas keagamaan, kepemudaan, dan wanita untuk meningkatkanjangkauanaksesinformasikesehatandan pemberdayaan programkesehatanprioritas terhadapmasyarakatluas.
Jumlah ormas yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan adalah jumlah organisasi kemasyarakatan yang melakukan kerjasama (MoU/PKS) dengan Pemerintah Provinsi/Dinas Kesehatan Provinsi yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung program kesehatan.
Tabel 3.5 Data Organisasi Kemasyarakatan Yang Sudah Bekerja samadi Provinsi Lampung Tahun 2019
No
Nama Dunia Usaha yang
Bekerjasama
Nomor dan Tahun MoU dan/ PKS
Bentuk Kerjasama Wilayah kerjasama
1 PW Aisyiyah Provinsi Lampung
No. 890/1000/III.03.2/XII/2015 dan No. 01/SK-PWA/A/XI/2015 Tanggal 21 Desember 2015 ( MOU 5 tahun)
meningkatnya pengendalian penyakit menular dan tidak menular, Peningkatan status kesehatan masyarakat
Provinsi Lampung
PW Fatayat Nahdlatul Ulama Provinsi Lampung
No. 890/1001/III.03.2/XII/2015 dan No. 01/MoU/PW.FNU/XII/2015 Tanggal 21 Desember 2015 ( MOU 5 tahun)
meningkatnya pengendalian penyakit menular dan tidak menular, Peningkatan status kesehatan masyarakat
Provinsi Lampung
PW Muslimat No. meningkatnya Provinsi
70 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
No
Nama Dunia Usaha yang
Bekerjasama
Nomor dan Tahun MoU dan/ PKS
Bentuk Kerjasama Wilayah kerjasama
Nahdlatul Ulama Provinsi Lampung
890/1004/III.03.2/XII/2015 dan No. 001/MoU/ PAMI.LAMPUNG/XI/2015 Tanggal 21 Desember 2015 ( MOU 5 tahun)
pengendalian penyakit menular dan tidak menular, Peningkatan status kesehatan masyarakat
Lampung
Pergerakan Anggota Muda IAKMI (PAMI) Lampung
No. 890/1004/III.03.2/XII/2015 dan No. 001/MoU/ PAMI.LAMPUNG/XI/2015 Tanggal 21 Desember 2015 ( MOU 5 tahun)
meningkatnya pengendalian penyakit menular dan tidak menular, Peningkatan status kesehatan masyarakat
Provinsi Lampung
Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Lampung
No. 890/1005/III.03.2/XII/2015 dan No. 024.A/PRSSNI-LPG/XI/ 2015 Tanggal 21 Desember 2015( MOU 5 tahun)
meningkatnya pengendalian penyakit menular dan tidak menular, Peningkatan status kesehatan masyarakat
Provinsi Lampung
PW Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Provinsi Lampung
'No. 890/1003/III.03.2/XII/2015 dan No. 105/LKNU-LPG/XII/2015 Tanggal 21 Desember 2015
meningkatnya pengendalian penyakit menular dan tidak menular, Peningkatan status kesehatan masyarakat
Provinsi Lampung
DAMAR 440/062/III.02/III/IX/2019
Perjanjian Kerjasama dalam kegiatan-kegiatan program kesehatan
Kota Bandar Lampung ( 30 puskesmas)
09/PKS/IX/2019
PKK 800/2193/II.02.2/ Upaya Kesehatan Posyandu
71 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
No
Nama Dunia Usaha yang
Bekerjasama
Nomor dan Tahun MoU dan/ PKS
Bentuk Kerjasama Wilayah kerjasama
TUBABA/2019 Masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tulang Bawang Barat
3 Shaka bakti husada
900/298/10.02/VIII/2018 permenkes No.1172 th 2010
13 puskesmas wilayah Pesawaran
4 Majelis Taklim 102/MOU/MSJ-LK/TUBABA/V/2019
Penyuluhan BAB Sembarangan
Gilang Tunggal Makarta Tulang Bawang Barat
Fatayat Nahdatul Ulama
443/ 2416/IV.o3/X/2019 Kampanye Germas untuk Penurunan Stunting
10 Desa Lokus Stunting Kabupaten Lampung Selatan
Di Provinsi Lampung, sudah ada 5 MOU dengan Ormas yang telah terlalin dengan masa kerjasama selama 5 tahun . Kabupaten/kota yang sudah bekerja sama dengan organisasi kemasyarakatan dan memiliki dasar hukum yang legal seperti MoU atau PKS, yaitu Kota Bandar Lampung Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Pesawaran dan Kab. Lampung Selatan . Kota Bandar Lampung telah bermitra dengan pehimpunan Ormas damar guna penyampaian pesan-pesan kesehatan di wilayah Kota Bandar Lampung, sedangkan kab. Pesawaran, Tulang bawang barat dan Lampung Selatan telah bermitra dengan ormas PKK dan ormas lainnya guna mengatasi permasalahan kesehatan.
Di Provinsi sendiri, pada tahun 2019 ini , melalui anggaran APBN telah di dilaksanakan kegitan berupa Penggalangan Kemitraan dengan Ormas dan Dunia Usaha untuk Mendukung Program Kesehatan di tingkat Provinsi dan Kab/Kota .
Analisa Keberhasilan
72 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
1. Di Provinsi Lampung kemitraan dengan ormas sudah terjalin sebanyak 5 ormas (dengan mou selama 5 tahun) melebihi dari target yang ditetapkan yaitu sebanyak 3 ormas yang .menjalin kerjasama di bidang kesehatan, hal ini dikarenakan provinsi telah melakukan advokasi dan melakukan pendekatan intensif kepada beberapa ormas agar ormas mau melakukan kerjasama di bidang kesehatan.
2. Tahun 2019 telah dilaksanakan kembali kegiatan Penggalangan Kemitraan dengan Ormas dan Dunia Usaha untuk Mendukung Program Kesehatan di tingkat Provinsi dan Kab/Kota .
Analisa Kegagalan1. Di Kabupaten kemitraan dengan ormas terkendala masih kurangnya
advokasi dan pendekatan yang dilakukan dan kurangnya memanfaatkan sumber daya yang ada (pendekatan pimpinan daerah dan sumber lainnya) kepada ormas secara intensif, hal ini disebabkan kurangnya SDM pengelola program di Kabupaten dan kurangnya anggaran pelaksaan kegiatan sehingga beberapa kabupaten masih banyak yang belum menjalin kerjasama dengan ormas di daerah.
2. Kurangnya anggaran kegiatan pada ormas sehingga banyak ormas yang sulit melakukan MOU secara terikat di bidang kesehatan.
Alternatif solusi 1. Provinsi akan melalukan pembinaan secara berkesinambungan ke dinas
kesehatan kabupaten/kota dan sosialisasi program kesehatan kepada ormas di daerah dengan melibatkan unsur yang ada di daerah.
6) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakata) Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan MasyarakatPada kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya terdapat dua belas kegiatan yang meliputi :1) Honor Pengelola Keuangan Satker2) Administrasi Keuangan3) Pertemuan Penyusunan Laporan Keuangan4) Pertemuan Penyusunan dan Perencanaan Program Kesmas Tingkat
Provinsi5) Review RKAKL6) Konsultasi Pusat7) Rapat Koordinasi Penyusunan Anggaran8) Pembinaan Teknis Program Kesmas ke Kab/Kota9) Pendampingan Tim Evaluasi dan Pemantauan Capaian Indikator
Program10) Rapat Koordinasi Program Kesmas
73 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Adapun capaian pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Grafik 3.40 Capaian Pelaksanaan Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di Provinsi Lampung
Tahun 2019
Target Realisasi88
89
90
91
92
93
94
95
94
90
Series 1
Analisis Kegagalan :1) Adanya perubahan kebijakan menyebabkan beberapa kegiatan harus
dilakukan revisi2) Kebijakan pembatasan perjadin menyebabkan proses revisi tidak dapat
dilakukan3) Kegiatan bergantung pelaksanaannya pada kegiatan di pusat atau di
program lain sehingga saat kegiatan tersebut tidak dilaksanakan atau dibatalkan menyebakan kegiatan tidak dapat dilaksanakan sedangkan waktu untuk melakukan revisi terbatas
Alternatif Solusi :1) Kegiatan yang melibatkan pusat sebaiknya dibiayai seluruhnya oleh pusat2) Pembatasan perjadin sebaiknya difokuskan kepada program-program
tertentuyang fokus pada pengadaan namun untuk anggaran yang bersifat operasional sebaiknya tidak ada pembatasan perjadin
3) Paket meeting sebaiknya tidak dihitung sebagai komponen akun perjadin sehingga mengurangi beban pembatasan akun perjadin.
Secara ringkas capaian masing-masing indikator untuk setiap kegiatan pada program Kesmas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.6 Ringkasan Capaian Indikator Program Kesmas Per
74 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Kegiatan Di Provinsi Lampung Tahun 2019
Program IndikatorCapaian Indikator Kesmas thun
2019Target Capaian Keterangan
Pembinaan Gizi Masyarakat
Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan
50 93,01
Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
95 98,7
Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif
3.
50 58,4
Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
55 84,2
Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan 45 89,4
Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD
30 90,3
Pembinaan Kesehatan Keluarga
Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) 91 95,89
Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)
82 91,88
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1
72 98,01
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10
65 97,68
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja
50 92,72
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil 95 100
Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
100 100
Pembinaan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar
80 87,42
Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI 730 12
75 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Persentase fasiltas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar
100 100
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya
60 85,09
Penyehatan Lingkungan
Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
2636 1832
Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan 50% 91,38
Persentase Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan
58% 54
Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar
36% 64
Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan
32% 29,34
Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
13 6
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat
Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS 80 100
Persentase desa yang memanfaatkan dana desa untuk UKBM
50 72,66
Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan
3 6
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan
3 5
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat 95 90
Keterangan :Lebih dari targetMendekati targetJauh di bawah target
76 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
B. Realisasi Anggaran
Alokasi PAGU Anggaran yang diperjanjikan antara Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dengan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyakat sebesar Rp 9.092.695.000,-. dengan rincian per kegiatan sebagai berikut :
Tabel 3.7 Alokasi Pagu Dana Dekonsentrasi Program KesmasDinkes Provinsi Lampung Tahun 2019
NO KEGIATAN PAGU 2019
1 Pembinaan Gizi Masyarakat 2.112.363.000
2Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis lainnya
776.960.000
3Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
683.844.000
4 Pembinaan Upaya Kesehatan Keluarga 1.723.500.000
5Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
3.058.329.000
6 Penyehatan Lingkungan 737.699.000 Total 9.092.695.000
Sumber : Laporan Dekonsentrasi APBN Provinsi Lampung (03) Tahun 2019
Sumber daya anggaran merupakan unsur utama selain SDM dalam menunjang pencapaian indikator kinerja. Peranan pembiayaan sangat berpengaruh terhadap penentuan arah kebijakan dan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan upaya pembangunan Program Kesehatan Masyarakat. Lebih terperinci alokasi dan realisasi anggaran menurut jenis anggaran dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.8 Realisasi anggaran dana Dekonsentrasi Program Kesehatan Masyarakat Dinkes Provinsi LampungTahun 2019
No Kegiatan Alokasi Realisasi SP2D% Realisasi
SP2D
1 Pembinaan Gizi Masyarakat
2.112.363.000 1.985.530.896 94,00
2Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis lainnya
776.960.000 691.491.836 89,00
77 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
3Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
683.844.000 680.224.600 99,47
4 Pembinaan Upaya Kesehatan Keluarga
1.723.500.000 1.509.675.700 87,59
5Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
3.058.329.000 2.887.934.194 94,43
6 Penyehatan Lingkungan
737.699.000 706.665.600 95,79
Total 9.092.695.000 8.461.522.826 93,06 Sumber Data: Laporan E Monev DJA Tahun 2019
Capaian realisasia keuangan secara umum masih di bawah target yang diharapkan yaitu > 95 %, hal ini disebabkan :
1. Keterlambatan dalam proses SK Penanggungjawab Keuangan menyebabkan kegiatan baru dapat dilaksanakan mulai bulan April 2019
2. Adanya perubahan kebijakan di tingkat pusat menyebkan beberapa kegiatan harus dirubah dan menunggu proses revisi untuk dapat dilaksanakan
3. Proses revisi yang sulit karena adanya pembatasan perjadin menyebabkan beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan
4. Beberapa kegiatan pelaksanaannya tergantung pada pelaksanaan kegitan di pusat atau program terkait lainnya sehingga saat kegiatan tersebut dibatalkan oleh pihak lain, satker tidak memiliki waktu untuk melakukan revisi.
5. Adanya keterlambatan pencaian anggaran dana BOK Provinsi menyebabkan kegiatan menumpuk di akhir tahun menyebabkan perubahan rencana pelaksanaan kegiatan di dana BOK.
Tabel di atas juga menunjukkan adanya realisasi anggaran yang rendah pada kegiatan Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis lainnya dimana hal tersebut disebabkan ada kegiatan yang pelaksanaannya bergantung kepada program lain dimana kegiatan dukungan manajemen hanya menyiapkan paket meeting, uang harian dan transport tetapi ternyata program lain tidak mengusulkan kegiatan sebagaimana diinstruksikan oleh Kementrian Kesehatan akibatnya kegiatan yang ada tidak dapat direalisasikan. Sedangkan pada kegiatan program gizi karena adanya perubahan kebijakan dimana kegiatan yag bersifat paket tidak dapat dapat dilaksanakan karena tidak dapat direvisi karena akan menyebabkan penambahan alokasi PAGU Perjadin maka kegiatan tersebut tidak dapat dilaksanakan dan berdampak pada realisasi anggaran. Sedangkan capaian yang rendah pada kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat disebabkan adanya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di kabupaten/kota dan kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak kedua tidak dapat dilaksanakan karena terkendala dalam proses pelaksanaan kegiatan karena tidak dapat direvisi akibat pembatasan perjadin. Namun bila dilihat dari realisasi output, seluruh capaian output telah tercapai 100 %
78 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
walaupun ada beberapa komponen yang tidak dilaksanakan. Adapun realisasi per kommponen kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.9 Realisasi Per Komponen Kegiatan Anggaran Dana Dekonsentrasi Program Kesehatan Masyarakat Dinkes Provinsi LampungTahun 2019
NO NOMENKELATUR KOMPONEN VOL SATUANFISIK
KINERJATOTAL
Realisasi Kinerja
1 2080.504.002.052 15 15 100,00 91,06%
Pelacakan dan Konfirmasi Masalah Gizi dan Monev %
Kegiatan Gizi
2 2089.040.001.053 1 1 100,00 98,48%
- Melakukan bimbingan teknis dan evaluasikegiatan kesehatan kerja termasuk GP2SP
%
3 2089.040.001.052 5 5 100,00 99,64%
- Melakukan koordinasi/sosialisasi kegiatan kesehatan kerja termasuk GP2SP
%
4 2089.038.001.055 15 Laporan 15 100,00 100,00
Melakukan bimbingan teknis dan evaluasikegiatan kesehatan kerja
% %
5 2089.038.001.054 1 1 100,00 99,26%
- Menyediakan dukungan sarana dan prasarana kegiatan kesehatan kerja
%
6 2089.038.001.053 30 Orang 30 100,00 99,21%
- Melakukan orientasi, pelatihan, dan TOTkegiatan kesehatan kerja
%
7 2089.037.001.052 290 Dokumen 30 10,34 55,17%
- Melakukan koordinasi/sosialisasi kegiatan kesehatan olahraga termasuk pembinaan kesehatan olahraga bagi anak
%
Sekolah 8 2089.035.001.053 300 Laporan 176 58,67 79,33%
#NAME? %
79 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
9 2085.950.001.092 1 Dokumen 1 100,00 93,04%
Penggerakan Propinsi dan Kabupaten dalam pelaksanaan Program
%
Kesehatan Masyarakat 10 2085.950.001.091 4 Dokumen 4 100,00 95,10%
Pembinaan kepadaProvinsi dan Kabupaten dalam bidang Kesehatan
%
Masyarakat 11 2085.950.001.072 4 Dokumen 4 100,00 97,64%
Penyusunan Rencana Anggaran % 12 2085.950.001.071 1 Dokumen 1 100,00 97,61%
Penyusunan Rencana Program % 13 2085.950.001.061 12 Dokumen 12 100,00 94,86%
Pengelolaan Keuangan dan BMN % 14 2080.504.002.051 15 15 100,00 97,88%
Pelaksanaan Surveilans gizi menggunakan e-
%
PPGBM 15 2080.003.001.051 15 Layanan 15 100,00 98,37%
Penguatan Intervensi Suplementasi Gizi Ibu
%
Hamil dan Balita di 34 Provinsi 16 2080.007.001.051 66 Orang 66 100,00 98,75%
Pelatihan PMBA untuk Puskesmas di Kab/Kota %
Priroirtas Stunting 17 2080.007.001.052 38 Orang 38 100,00 99,88%
Orientasi Asuhan Gizi Pusskesmas %
18 5834.506.001.052 40 Orang 40 100,00 98,84%
Melakukan Orientasi SDM terkait Pengelolaan %
Limbah Medis di RS 19 5834.505.001.054 1 Laporan 1 100,00 89,78%
- Melakukan Bimbingan Teknis STBM %
20 5834.505.001.053 2 Dokumen 1 50,00 61,25%
- Melakukan Koordinasi, Advokasi dan Sosialisasi terkait STBM
%
21 5834.504.001.052 36 Orang 36 100,00 97,39%
Melakukan Orientasi SDM dalam Pengawasan
%
Sarana Air Minum 22 5834.503.001.054 1 Laporan 1 100,00 99,89%
Melakukan Bimbingan Teknis Pengawasan TTU %
23 5834.503.001.052 47 Orang 47 100,00 98,59%
80 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Melakukan Orientasi SDM dalam Pengawasan TTU %
24 5834.502.001.052 57 Orang 57 100,00 94,43%
Melakukan Orientasi SDMdalam Pengawasan Pasar
%
Sehat 25 5834.501.001.052 44 Orang 44 100,00 99,34%
Melakukan Orientasi SDM dalam Pengawasan TPM %
26 5833.002.001.051 1 Layanan 8 100,00 96,57%
Memproduksi dan Menyebarluaskan Informasi Tema Prioritas
%
Nasional dan Spesifik Lokal 27 5833.001.001.055 1 Laporan 2 100,00 94,74%
Model Intervensi Promosi Kesehatan %
28 5833.001.001.054 1 Provinsi 3 100,00 97,10%
Koordinasi LS/LP terkait % Pemanfaatan Dana Desa untuk Kesehatan
29 5833.001.001.053 3 Kabupaten/Kota 4 100,00 99,45%
Melakukan Penguatan % Implementasi Germas 30 5833.001.001.052 3 Kabupaten/Kota 5 100,00 95,05%
Koordinasi Lintas Sektor terkait Pelaksanaan
%
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat 31 5832.005.001.051 39 Orang 39 100,00 99,66%
Orientasi Tata Kelola Klinis Pelayanan Kesehatan %
Keluarga 32 5832.002.001.051 48 Orang 48 100,00 90,74%
Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit %
(MTBS) 33 5832.001.001.052 1 Layanan 12 100,00 99,72%
Penguatan Audit Maternal Perinatal (AMP)
%
Terintegrasi Dalam Surveilans Kematian Ibu (SKI) 34 5832.001.001.053 2 Layanan 2 100,00 96,90%
Pendampingan Kesehatan Keluarga %
35 5832.002.001.053 1445 Paket 896 62,01 58,84%
Paket Pemeriksaan SHK % 36 5832.015.001.051 30 Orang 30 100,00 98,57%
Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lansia dan
%
81 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Geriatri bagi Petugas Puskesmas 37 5832.018.001.052 2 Layanan 2 100,00 97,04%
Koordinasi Kesehatan Keluarga % 38 5834.507.001.052 1 Provinsi 1 100,00 98,74%
Melakukan Koordinasi, Advokasi dan Sosialisasi terkait Kab/Kota Sehat
%
39 5832.004.001.052 28 Orang 28 100,00 99,75%
Orientasi Tim Pembina UKS/M Tingkat Provinsi %
(Lintas Sektor Terkait Peraturan Bersama 4 Menteri Tentang UKS) 40 5833.004.001.051 1 Provinsi 1 100,00 95,72%
Melakukan Advokasi untuk % Mendorong Kebijakan PHBS di Kab./Kota 41 5833.004.001.052 1 Mitra/Jejaring 1 100,00 92,91%
MelakukanKemitraan/Jejaring Kerja dengan Sektoral
Kerja %
42 5833.004.001.053 2 Laporan 2 100,00 98,67%
Penguatan Pemberdayaan Masyarakat %
43 2089.036.001.055 7074 5.729 80,99 90,46%
Melakukan bimbingan teknis dan evaluasi kegiatan kesehatan olahraga termasuk kebugaran jasmani jamaah haji
%
.Koordinasi antara pusat dan daerah dalam meonitoring pelaksanaan
anggaran serta meminimalisir adanya perubahan kebijakan di tahun berjalan akan mendorong capaian realisasi anggaran yang lebih baik.
Efisiensi yang telah dilakukan
Dinas Kesehatan Provinsi lampung telah menerapkan kebijakan pengintegrasian kegiatan yang dilakukan antara lain:
a) Rapat Koordinasi teknis yang biasanya dilakukan di masing-masing program telah digabungkan pada kegiatan Dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya dan hanya dilaksanakan satu kali.
b) Kegiatan Konsultasi Program juga hanya dialokasikan di Dukungan Manajemen dan tugas teknis lainnya sehingga kegiatan mengurangi jumlah anggaran dan kegiatan menjadi lebih terintegrasi.
c) Beberapa kegitan dilakukan di kab/kota untuk mengurangi biaya perjalanan dinas yang terlampau besar dan menjangkau sasaran yang lebih banyak.
82 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
C. Kesimpulan1. Indikator yang disepakati untuk dicapai oleh satker Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung sebanyak 28 indikator dengan target yang telah disepakati. Namun dari 28 target tersebut baru tercapai 22 indikator yang capaiannya lebih dari target, 3 indikator yang capaiannya mendekati target dan 3 indikator yangcapaiannya jauh dari target yang diharapkan..
2. Untuk beberapa indikator sudah lebih dari target yang ditetapkan namun capaian masing-masing indikator mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Perbedaan jumlah sasaran menjadi salah satu penyebab fluktuasi capaian dari tahun ke tahun.
3. Analisa keberhasilan indikator terutama adalah karena adanya dukungan sumber daya kesehatan dan tenaga kesehatan yang memadai, peningkatan pembiayaan kesehatan, sistem pencatatan dan pelaporan yang lebih baik, perbaikan infrastruktur di beberapa wilayah dengan adanya otonomi daerah dan meningkatnya dukungan pemerintah daerah.
4. Untuk analisa penghambat, beberapa point yang perlu digaris bawahi adalah belum adanya sistem pencatatan dan pelaporan terintegrasi satu pintu dan masih berjalan berdasarkan program masing-masing, kondisi beberapa wilayah yang sulit, distribusi tenaga kesehatan yang belum merata di beberapa wilayah dan belum adanya reward dan punishment dalam sistem penilaian kinerja pegawai di daerah.
5. Alternatif solusi yang dapat diberikan antara lain peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di wilayah tertentu khususnya yang jauh dari faskes rujukan, distribusi tenaga khususnya di daerah terpencil dan penyediaan sarana dan pra sarana yang diperlukan untuk peningkatan keualitas pelayanan serta peningkatan peran pemerintah daerah daam mendukung pembangunan infrastruktur yang mendukung peningkatan akses masyarakat ke fasilitas kesehatan.
6. Pada tahun 2019, Satker Dinas Kesehatan Provinsi Lampung mendapatkan alokasi PAGU anggaran sebesar 15.810.782,000 dengan
realisasi sebesar Rp. 14.479.879.204 (91,58%). Hal ini dapat dikatakan sejalan dengan capaian indikator kinerja, dimana telah mencapai target.
83 | LAPORAN KINERJA DINKES PROVINSI LAMPUNG
Top Related