E-JPTM
Elektronik Jurnal Pendidikan Teknik Mesin
Penerbit:
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
Penanggung Jawab : Dr. Wagiran, M.Pd.
Redaksi
Ketua : Arianto Leman Soemawidagdo, M.T.
Anggota : 1. Tiwan, M.T.
2. Febrianto Amri Ristadi, S.T.
3. Aan Ardian, M.Pd.
Administrasi : Martanto, A.Md.
Mitra Bestari : 1. Drs. Bambang SHP,M.Pd.
2. Dr. Wagiran, M.Pd.
3. Riswan Dwi Djatmiko, M.Pd.
4. Dr. B. Sentot Wijanarko, MT.
5. Prof. Pardjono, M.Sc., Ph.D.
6. Dr. Widarto, M.Pd.
7. Edy Purnomo, M.Pd.
8. Arif Marwanto, M.Pd.
9. Drs. Nurdjito, M.Pd.
Alamat Redaksi : Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta, Karangmalang, Yogyakarta, 55281
E-JPTM
Elektronik Jurnal Pendidikan Teknik Mesin
Volume 3, Nomor 7, Desember 2015
DAFTAR ISI
Pengaruh Fasilitas Bengkel dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas
XI M ..........................................................................................
Anang Suprayogo
Studi Kelayakan Fasilitas Bengkel Pemesinan Bidang Keahlian Teknik Pemesinan
SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta ..........................
Lalu Irfan Waspadali
Hubungan Prestasi Belajar Praktik Las dan Lingkungan Keluarga terhadap Minat
Berwirausaha di Bidang Pengelasan .............................................
Dedy Dwi Prasetyo
Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa di SMK Muhammadiyah Prambanan .........
Lingga Jati Nurogo
Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Gambar Teknik Jurusan Teknik
Fabrikasi Logam di SMK N 1 Seyegan ....................................
Gusti Bagus Jaya
Implementasi Lesson Study untuk Meningkatkan Aktivitas, Motivasi dan Prestasi
Belajar pada Pelajaran Teknologi Mekanik Kelas X SMK Muhammadiyah
Prambanan .............................................................................................................
Sholhan Efendy
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa melalui Metode Diskusi pada Mata Pelajaran
Computer Aided Drawing di SMKN 2 Depok Yogyakarta ......................
Ficky Fristiar
Pengaruh Penggunaan Video Pembelajaran terhadap Prestasi Praktik Pemesinan
di SMK Muhammadiyah Prambanan ........................................................................
Wawan Sabtono
Pengembangan Job Sheet Mata Diklat Pengelasan SMK Piri 1 Yogyakarta ........
Gunawan Risdiyanto
Hubungan Fasilitas Bengkel dan Lingkungan Praktik terhadap Prestasi Praktik
Pemesinan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta ..........................
Hakim Oka Pratama
459 - 466
467 - 472
473 - 480
481 - 488
489 - 494
495 - 500
501 - 510
511 - 518
519 - 526
527 - 534
Pengaruh Fasilitas Bengekel (Anang Suprayogo)
459
PENGARUH FASILITAS BENGKEL DAN KREATIVITAS TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI M
THE EFFECT OF WORKSHOP FACILITIES AND CREATIVITY ON STUDENTS ACADEMIC ACHIEVEMENT OF CLASS XI M
Oleh: Anang Suprayogo, Prodi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail: anang_suprayogo@yahoo. com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fasilitas bengkel dan kreativitas terhadap prestasi
praktik pemesinan. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional dengan jenis penelitian ex post facto.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI program keahlian pemesinan SMK PIRI Sleman dengan subjek
penelitian sebanyak 17 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Teknik analisis
data menggunakan analisis regresi ganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat fasilitas
bengkel dan kreativitas siswa, maka semakin tinggi prestasi praktik pemesinan siswa dengan persamaan regresi Y=
0,60 + 0,61 X2 4,11.
Kata kunci: fasilitas bengkel, kreativitas, prestasi belajar praktik pemesinan
Abstract
This study aims to determine the effect of workshop facilities and creativity on the achievement of machining
practices. This research uses a correlational approach with an ex post facto type of research. The population was class XI students of machining skills program of SMK PIRI Sleman and the research subjects were 17 students.
Data were collected using questionnaires and documentation. Data were analyzed using multiple regression
analysis. Results indicate that the higher the level of workshop facilities and the creativity of the students, the higher
the student achievement in machining practices, with the regression equation as Y= 0,60 + 0,61 X2 4,11.
Keywords: workshop facility, creativity, achievement, machining practices
PENDAHULUAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan berkembang sesuai peradaban
manusia bentuk perkembangan penyelenggaraan
pendidikan, ini sejalan dengan kemajuan
manusia dalam pemikiran dan ide-ide tentang
pendidikan.
Pendidikan mempunyai peran yang amat
menentukan bagi perkembangan dan perwujudan
diri individu, terutama bagi pembangunan
bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan
bergantung pada cara kebudayaan tersebut
mengenali, menghargai dan memanfaatkan
sumber daya manusia. Hal ini berkaitan erat
dengan kualitas pendidikan yang diberikan
kepada peserta didik.
Kualitas pendidikan yang baik didapat di
sekolah melalui proses belajar. Proses belajar
adalah proses dimana siswa mempelajari suatu
hal, untuk mendapat prestasi yang baik dibantu
dengan bimbingan guru. Guru memberi bekal
ilmu untuk meningkatkan siswanya untuk
mendapat prestasi yang baik namun, masih
terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajarnya. Siswa seperti ini membutuhkan
dorongan semangat dalam belajar. Pendidikan
yang diterapkan di sekolah sangat
mempengaruhi hasil belajar yang dicapai pada
siswa-siswanya. Bentuk keterlibatan sekolah
yang mendukung kegiatan belajar berupa
fasilitas yang memadai.
Fasilitas merupakan suatu sarana
prasarana yang dimiliki untuk mempermudah
E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Volume 3, Nomor 7, Tahun 2015 460
dan menunjang suatu kegiatan. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 42
menyatakan: setiap satuan pendidikan wajib
memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber
belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lainnya yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran dan
berkelanjutan.
Selain dari sarana dan prasarana seperti
fasilitas bengkel, prestasi belajar juga
dipengaruhi oleh kreativitas masing-masing
siswa didik. Anak kreatif biasanya mempunyai
kebutuhan dan masalah khusus. Anak didik
apabila mendapat pembinaan yang tepat pasti
dapat mengembangkan bakat dan
kemampuannya secara optimal. Siswa yang
memiliki kreativitas dapat memberi dampak
yang baik kepada masyarakat namun, pada
kenyataannya siswa dalam proses belajar masih
menggunakan cara yang kurang bervariasi.
Menurut Imam Musbikin (2006: 6),
Kreativitas adalah kemampuan melalui ide,
melihat hubungan yang baru atau tak diduga
sebelumnya, kemampuan formulasikan konsep
yang tak sekedar menghafal, menciptakan
jawaban baru untuk soal-soal yang ada dan
mendapatkan pertanyaan baru yang perlu
dijawab. Kreativitas ini menyangkut cara
berpikir kreatif. Kreativitas biasanya diartikan
sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu
produk (Conny Setiawan dkk, 2012: 8). Ciptaan
tidak perlu harus produk baru, bisa saja suatu
gabungan atau kombinasi, sedangkan unsur-
unsurnya sudah ada sebelumnya. Dalam Utami
Munandar (2012: 8) Guilford (1950) mengatakan
dengan pidatonya bahwa pengembangan
kreativitas ditelantarkan dalam pendidikan
formal padahal ini amat bermakna bagi
pengembangan potensi individu secara utuh dan
bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan seni
budaya.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan di SMK PIRI Sleman menunjukan
bahwa masih banyak siswa yang belum
mempunyai kompetensi yang memadai,
khususnya pada keahlian pemesinan. Kondisi
tersebut dimungkinkan dipengaruhi oleh fasilitas
bengkel yang kurang, dan kreativitas siswa
masih belum muncul, khususnya untuk mata
pelajaran praktik pemesinan. Selain itu masih
rendahnya prestasi siswa pada mata pelajaran
tersebut.
Melihat pentingnya kreativitas perlu
dilakukan usaha untuk memunculkan kreativitas.
Kreativitas muncul dari diri masing-masing
individu. Kreativitas muncul apabila individu
dapat permasalahan baru yang dapat merangsang
munculnya kreativitas, namun pada kenyataan di
lapangan hal itu belum sepenuhnya dilakukan.
Di lapangan masih banyak ditemui proses belajar
yang belum maksimal dalam mengembangkan
kreativitas.
Melihat fasilitas bengkel yang belum
memadai. Sekolah belum bisa memenuhi
peralatan bengkel tersebut. Sekolah belum bisa
mengadakan mesin-mesin atau perlatan yang
baru. Hal inilah yang menyebabkan proses
belajar siswa menjadi kurang maksimal,
akibatnya hasil belajar yang diperoleh belum
bisa mencapai kriteria yang diharapkan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh fasilitas bengkel dan kreativitas
terhadap prestasi praktik pemesinan. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi SMK PIRI Sleman dalam kegiatan proses
belajar, khususnya Program Keahlian
Pemesinan, sehingga nantinya diharapkan
memberikan informasi berkaitan dengan tingkat
fasilitas bengkel, kreativitas maupun prestasi
praktik pemesinan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian
korelasional. Penelitian ini bersifat ex-post facto,
artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian
yang dipersoalkan berlangsung/lewat (Sumadi
Pengaruh Fasilitas Bengekel (Anang Suprayogo)
461
Suryabrata, 2013: 85). Dalam penelitian ini tidak
dilakukan manipulasi pada variabel-variabel
penelitian, akan tetapi mengungkap fakta dengan
melakukan pengukuran variabel yang diteliti dan
hal itu telah ada pada diri responden sebelum
penelitian ini dilakukan.
Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu di SMK PIRI
Sleman khususnya Program Keahlian Pemesinan
yang beralamat di Jalan Kaliurang Km 7,8
Sinduharjo Ngaglik Sleman. Waktu penelitian
dilaksanakan pada Bulan Mei 2015 hingga
Agustus 2015.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah siswa kelas XI
M di SMK PIRI Sleman. Sampel diambil secara
acak yaitu dipilih secara kebetulan, subjek
penelitian berjumlah 17 siswa.
Prosedur
Penelitian ini dilakukan dengan
membagikan angket penelitian pada siswa.
Angket di validasi dengan mengkonsultasikan
instrumen kepada para ahli dalam penelitian ini
dikonsultasikan dengan dua dosen validator.
Angket diberikan secara dua tahap. Tahap
pertama sebagai uji coba, kemudian tahap ke dua
sebagai bahan penelitian.
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
Data
Dalam penelitian ini instrumen yang
digunakan adalah angket dan dokumentasi.
Angket ini digunakan unruk mengungkap data
variabel penelitian, yaitu tentang fasilitas
bengkel dan kreativitas siswa kelas XI M pada
mata pelajaran praktik pemesinan di SMK PIRI
Sleman.
Angket pertama di berikan pada 4 siswa
sebagai bahan uji coba, kemudian setelah di uji
coba dibagikan angket tahap ke dua sebagai
bahan penelitian, diberikan pada 17 siswa sebgai
subyek penelitian.
Dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data mengenai jumlah siswa, data
prestasi belajar praktik pemesinan yang
mencakup nilai rapor semester gasal tahun ajaran
2014/2015.
Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
analisis regresi untuk menguji hipotesis adanya
pengaruh fasilitas bengkel dan kreativitas
terhadap prestasi praktik pemesinan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data penelitian, maka
deskripsi data penelitian selengkapnya pada
Tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Data Penelitian
Fasilitas
Bengkel Kreativitas
Prestasi
Praktik
Pemesinan
Mean 73,17 65,11 79,51
Median 73,00 66,00 79,12
Modus 72,00 62,00 79,12
SD 4,34 4,58 5,76
Skor min 63,00 57,00 70,87
Skor max 80,00 74,00 91,50
Distribusi frekuensi data penelitian
selengkapnya pada Tabel 2, 3 dan 4.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Fasilitas Bengkel
No. Interval Frekuensi Persentase (%)
1 63-66 1 5,89
2 67-70 2 11,75
3 71-74 7 41,18
4 75-78 5 29,43
5 79-82 2 11,75
6 83-86 0 0
Jumlah 17 100,0
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kreativitas
No. Interval Frekuensi Persentase (%)
1 57-60 2 11,76
2 61-64 4 23,54
3 65-68 2 11,76
4 69-72 6 35,29
5 73-76 2 11,76
6 77-80 1 5,89
Jumlah 17 100,00
E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Volume 3, Nomor 7, Tahun 2015 462
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Prestasi Praktik
Pemesinan
No Interval Frekuensi Persentase (%)
1 70-73 2 11,75
2 74-77 3 17,66
3 78-81 7 41,18
4 82-85 3 17,66
5 86-89 0 - 6 90-93 2 11,75
Jumlah 17 100,00
Berdasarkan distribusi data penelitian pada
Tabel 2, 3 dan 4, maka dapat dibuat histogram
data penelitian pada Gambar 1, 2 dan 3.
Gambar 1. Histogram Fasilitas Bengkel
Gambar 2. Histogram Kreativitas
Gambar 3. Histogram Prestasi Praktik
Pemesinan
Uji Prasyarat Analisis
Pengujian normalitas dilakukan dengan
perhitungan uji normalitas Chi-Kuadrat (x).
Distribusi data penelitian dikatakan normal
apabila nilai x(hitung) < x(tabel). Berdasarkan uji
normalitas yang telah dilakukan, hasilnya dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Uji Normalitas Chi-Kuadrat
Variabel 2 (hitung) 2 (tabel) Kesimpulan
X1 1,55
11,070
Normal
X2 7,94 Normal
Y 8,58 Normal
Uji linieritas dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis regresi. Dasar
pengambilan keputusan ang dipergunakan adalah
jika nilai F(hitung) lebih kecil dari F(tabel) dengan
taraf signifikasi 5% maka terjadi hubungan yang
linier antara variabel bebas dengan variabel
terikat. Ringkasan uji linearitas selengkapnya
pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji Linearitas
Variabel F(hitung) F(tabel) Kesimpulan
X1-Y -2,72
5,07 Linear
X2-Y 0,87 Linear
Dengan uji ini maka dapat diketahui
apakah pada model regresi ditemukan adanya
kolerasi antara variabel-variabel bebas.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai
Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-
masing variabel independen harus kurang dari
10, dan nilai toleransi yang terbentuk sebaiknya
di atas 10%. Hasil uji multikolinearitas dengan
SPSS-16 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Uji Multikolinearitas
Variabel Collinearity Statistics
Keterangan Tolerance VIF
X1 0,915 1,093 Tidak terjadi
Multikolinearitas
X2 0,915 1,093 Tidak terjadi
Multikolinearitas
Pengaruh Fasilitas Bengekel (Anang Suprayogo)
463
Dari hasil uji multikolinearitas dengan
program SPSS-16 pada Tabel 7, diperoleh nilai
tolerance 0,915>0,100 dan nilai VIF 1,0930,482 (rtabel), maka
disimpulkan hipotesis pertama dapat diterima.
Hasil analisis regresi uji hipotesis kedua
selengkapnya pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Uji Hipotesis Kedua
Koefisien X2 Y
a 0,67
k 35,89
Korelasi (r) 0,55
r tabel (17) 0,482
r 0,30
Keterangan Positif Signifikan
Dari hasil analisis regresi pada Tabel 9,
diperoleh nilai (rhitung) 0,55>0,482 (rtabel), maka
disimpulkan hipotesis kedua dapat diterima.
Hasil analisis regresi uji hipotesis ketiga
selengkapnya pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Analisis Regresi (X1, X2-Y)
Sumber Koe-
fisien r r F
Konstanta
X1
X2
-4,11
0,60
0,61
0,69
0,47
6,24
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 10
menunjukkan bahwa koefisien korelasi X1 dan
X2 terhadap Y ( ) sebesar 0,69. Hasil
tersebut dikonsultasikan dengan pada taraf
signifikan 5%, maka lebih besar dari
(0,69>0,482).
Pengujian signifikansi menggunakan uji
F diperoleh nilai Fhitung (6,2) dibandingkan
dengan nilai Ftabel (3,74) pada taraf signifikan
5%, maka Fhitung lebih besar dari Ftabel
(6,2>3,74).
Persamaan regresi ganda untuk variabel
fasilitas bengkel dan kreativitas terhadap prestasi
praktik pemesinan yaitu Y=0,60X1+0,61X24,11.
Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif
Hasil ringkasan perhitungan Sumbangan
Efektif (SE) dan Sumbangan Relatif (SR)
selengkapnya pada Tabel 11.
Tabel 11. Sumbangan Relatif (SR) dan
Sumbangan Efektif (SE)
No. Variabel Sumbangan %
Relatif Efektif
1 Fasilitas Bengkel 52,48 15,22
2 Kreativitas 47,52 13,78
Total 100 28,00
Berdasarkan hasil sumbangan relatif dan
sumbangan efektif pada Tabel 11, dapat
diketahui bahwa fasilitas bengkel memberikan
sumbangan relatif sebesar 52,48% dan
kreativitas siswa memberikan sumbangan relatif
sebesar 47,52% terhadap prestasi praktik
pemesinan siswa.
Sumbangan efektif fasilitas bengkel
sebesar 15,22% dan sumbangan efektif prestasi
teori pemesinan sebesar 13,78%. Total
sumbangan efektif sebesar 28,00% terhadap
prestasi praktik bubut, sedangkan 72,00% dari
variabel lain yang tidak diteliti.
Pengaruh Fasilitas Bengkel dan Kreativitas
Terhadap Prestasi Praktik Pemesinan
Prestasi belajar merupakan suatu cara
sebagai tolok ukur yang digunakan untuk
mengukur keberhasilan siswa dalam belajar di
E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Volume 3, Nomor 7, Tahun 2015 464
sekolah. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar di
sekolah ialah untuk memberikan pengalaman
serta ilmu belajar kepada peserta didik yang
berguna di masa mendatang. Prestasi belajar di
sini dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan
kegiatan belajar mengajar. Bagi siswa, prestasi
belajar digunakan sebagai acuan untuk mengukur
sampai mana pemahaman siswa tersebut dalam
menguasai materi yang diberikan dalam belajar
mengajar. Bagi guru prestasi belajar dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi tingkat
keberhasilan guru dalam menyampaikan materi
belajar kepada siswanya. Apabila prestasi belajar
siswa menurun, perlu dilakukan evaluasi apakah
materi pelajarannya yang terlalu sulit, karena
siswa yang tidak memiliki kreativitas dalam
belajar, atau karna metode penyampaian materi
oleh guru yang kurang menarik, dan lain
sebagainya. Sehingga prestasi belajar sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor atau variabel,
sehingga pada penelitian ini prestasi belajar
dijadikan sebagai variabel terikat, atau variabel
yang dipengaruhi oleh varibel lain yang berkaitan
dengan keberhasilan proses belajar mengajar.
Kaitannya dengan fasilitas bengkel dan
kreativitas, kedua variabel tersebut dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa yang dalam
hal ini yaitu prestasi belajar praktik pemesinan
siswa kelas XI Program Keahlian Pemesinan di
SMK PIRI Sleman. Siswa dapat mencapai
prestasi belajar yang tinggi apabila dalam
kegiatan belajar mengajar memiliki fasilitas
bengkel tinggi dan memiliki kreativitas yang
tinggi pula. Kedua hal tersebut harus senantiasa
berjalan beriringan dan terus dimiliki pada diri
setiap siswa. Prestasi belajar yang tinggi
merupakan tujuan dari kegiatan pembelajaran
yang dilakukan siswa di sekolah.
Tanpa adanya fasilitas bengkel dan
kreativitas, sulit bagi siswa untuk berprestasi
secara maksimal. Hal itu dikarenakan, tanpa
adanya fasilitas bengkel yang dimiliki sekolah,
maka siswa tidak dapat mengembangkan
kemampuan dan keterampilannya, sehingga
mereka bisa tertinggal dengan sekolah lain. Sama
halnya dengan kreativitas, seorang siswa yang
tidak memiliki kreativitas akan sulit mengikuti
dalam belajarnya. Kreativitas sangat penting
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan analisis data yang telah
dilakukan, diketahui bahwa terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan antara tingkat fasilitas
bengkel dan tingkat kreativitas terhadap prestasi
belajar praktik pemesinan siswa dengan melihat
hasil koefisien korelasi (rhitung) yaitu 0,69 dan
Fhitung 6,20. Koefisien determinasi kedua variabel
bebas terhadap variabel terikat sebesar 0,47 atau
47%. Berdasarkan analisis di atas dapat ditarik
keputusan bahwa hipotesis yang menyatakan
terdapat pengaruh positif dan signifikan secara
bersama-sama antara fasilitas bengkel dan
kreativitas terhadap prestasi belajar praktik
pemesinan siswa kelas XI Program Keahlian
Pemesinan SMK PIRI Sleman dapat diterima.
Persamaan garis regresi X1,X2-Y yaitu
Y=0,60X1+0,61X24,11. Persamaan regresi
tersebut dapat digambarkan garis regresinya
dengan asumsi nilai X1 dan X2. adalah sama pada
persamaan regresi tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Terdapat pengaruh fasilitas bengkel dan
kreativitas terhadap prestasi praktik pemesinan
siswa kelas XI Program Keahlian Pemesinan
sebesar 28%, sedangkan 72% ditentukan oleh
variabel lain yang tidak diteliti dan diperoleh
persamaan regresi Y=0,60X1+0,61X24,11, hal
ini menunjukan bahwa setiap kenaikan skor dari
fasilitas bengkel (X1) meningkat satu satuan
maka skor dari prestasi praktik pemesinan (Y)
meningkat sebesar 0,60 dengan asumsi (X2)
tetap. Sebaliknya, apabila kreativitas (X2)
meningkat satu satuan maka skor dari variabel
prestasi praktik pemesinan (Y) meningkat
sebesar 0,61 dengan asumsi (X1) tetap. Jadi
dapat disimpulkan semakin tinggi tingkat
fasilitas bengkel dan kreativitas, maka semakin
tinggi pula prestasi praktik belajar praktik
Pengaruh Fasilitas Bengekel (Anang Suprayogo)
465
pemesinan siswa kelas XI Program keahlian
Pemesinan SMK PIRI Sleman.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan, dapat disampaikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Sebagai lembaga pendidikan, SMK PIRI
Sleman lebih mengupayakan peningkatan
kualitas pembelajaran praktik pemesinan
dengan menyediankan peralatan yang
menunjang dalam proses pembelajaran
praktik pemesinan sehingga siswa
mendapatkan pengalaman menggunakan
mesin dengan baik.
2. Dalam proses belajar praktik pemesinan, guru
harus mengupayakan agar setiap siswa sudah
memiliki langkah kerja sebelum praktik
sehingga dalam pelaksanaannya siswa tidak
merasa bingung dengan job yang akan
dikerjakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. tth. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Diakses dari
http://www.inherent-
dikti.net/files/sisdiknas.pdf. Hari Senin, 17
Agustus 2015 jam 19:00 WIB.
Conny Semiawan. (2012). Memupuk Bakat dan
Kreativitas. Jakarta: Gramedia.
Imam Musbikin. (2006). Mendidik Anak Kreatif.
Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Peraturan Menteri. (2008). Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 40 tahun 2008
Tentang Standar Sarana dan Prasarana
Sekolah Menengah kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan (SMK.MAK). Diakses
tanggal 17 Agustus 2015 dari
https://www.google.co.id/search?q=Peratur
an+Menteri+Pendidikan+Nasional+No.+4
0+tahun+2008+Tentang+Standar+Sarana+
dan+Prasarana+Sekolah+Menengah+kejur
uan%2FMadrasah+Aliyah+Kejuruan+(SM
K.MAK).&oq=Peraturan+Menteri+Pendid
ikan+Nasional+No.+40+tahun+2008+Tent
ang+Standar+Sarana+dan+Prasarana+Seko
lah+Menengah+kejuruan%2FMadrasah+A
liyah+Kejuruan+(SMK.MAK).&aqs=chro
me..69i57.1491j0j8&sourceid=chrome&es
_sm=93&ie=UTF-8.
Sumadi Suryabrata. (2013). Metedologi
Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.
Utami Munandar. (2012). Crativity and
Education. Jakarta: Depdikbud.
E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Volume 3, Nomor 7, Tahun 2015 466
Studi Kelayakan Fasilitas (Lalu Irfan Waspadali) 467
STUDI KELAYAKAN FASILITAS BENGKEL PEMESINAN BIDANG
KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA
FEASIBILITY STUDY ON THE FACILITIES OF MACHINING WORKSHOP IN THE
MACHINING STUDY PROGRAM OF SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA
Oleh: Lalu Irfan Waspadali, Prodi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kelayakan fasilitas bengkel pemesinan
Bidang Keahlian Teknik Pemesinan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif. Data yang diperoleh menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat ketercapaian kelayakan ditinjau dari persentase pencapaian kelayakan tertinggi adalah
pada aspek perabot yaitu 88,5% (sangat layak). Sedangkan aspek yang digolongkan dalam katagori layak yaitu
aspek media pembelajaran 75% (layak), perlengkapan pendukung 73,3% (layak), lahan ruang praktik 70,35%
(layak), dan sarana praktik pemesinan 64% (layak).
Kata kunci: Kelayakan, Fasilitas, Bengkel Pemesinan.
Abstract
This study aims to determine the feasibility of the machining workshop in the machining study program at
SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. This is a descriptive research. Data were collected by means of observation,
documentation and interviews. The level of feasibility is presented with a percentage. Result shows that the highest
percentage is from the furnishing with 88,5% (highly feasible). Other aspects are considered as feasible, namely
learning media with 75%; supporting equipments with 73,3%; practice area with 70,35% and machining facilities
with 64%.
Keyword: feasibility, facility, machining, workshop
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan sarana yang secara
sengaja dirancang untuk melaksanakan
pendidikan guna meningkatkan kualitas generasi
muda dalam memasuki masyarakat sehingga bisa
dikatakan salah satu upaya dalam meningkatkan
kualitas manusia indonesia adalah melalui
pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomer 19
Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan
Nasional, menjelaskan bahwa Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) secara lebih spesifik adalah
pendidikan pada jenjang pendidikan menengah
yang mengutamakan pengembangan kemampuan
siswa untuk jenis pekerjaan tertentu. Pendidikan
menengah kejuruan pada dasarnya bertujuan
untuk menyiapkan tenaga kerja yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai
dengan sifat spesialisasi kejuruan dan persyaratan
dunia industri dan dunia usaha.Dalam
menghadapi dunia indutrialisasi dan persaingan
bebas dibutuhkan tenaga kerja yang produktif,
efektif, disiplin dan bertanggung jawab sehingga
mereka mampu mengisi, menciptakan, dan
memperluas lapangan kerja.
Hal ini tentunya merupakan tantangan
tidak hanya bagi SMK program keahlian teknik
pemesinan, tetapi juga bagi dunia pendidikan
untuk dapat mempersiapkan lulusannya menjadi
seorang tenaga kerja yang profesional
dibidangnya.Selanjutnya berdasarkan keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Republik
IndonesiaNomor 129a/u/2004 tentang Standar
Pelayanan Minimal bidang pendidikan (SPM)
untuk SMK pasal 4 ayat 2 (Keputusan Menteri,
2004: 5) menjelaskan bahwa 90% sekolah harus
memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai
dengan standar teknis yang ditetapkan secara
nasional. Sarana dan prasarana termasuk dalam
fasilitas.Fasilitas adalah segala sesuatu yang
E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Volume 3, Nomor 7, Tahun 2015 468
dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan
sesuatu, Suharsimi Arikunto (1989).
Pada Permendiknas Nomor 40 Tahun
2008 termuat berbagai aturan mengenai fasilitas
baik sarana maupun prasarana yang harus
dipenuhi pada setiap jurusan yang ada pada setiap
lembaga pendidikan SMK/MAK secara umum.
Peraturan ini memuat standar minimal untuk
ruang bengkel pemesinan yaitu: (1) Luas ruang
bengkel pemesinan; (2) Rasio per-peserta didik;
(3) Daya tampung ruang; (4) Luas penyimpanan
dan infrastruktur; (5) Perabot ruang bengkel
pemesinan; (6) Media pendidikan di ruang
bengkel pemesinan; dan (7) Perlengkapan ruang
bengkel penyimpanan
Peraturan ini menjelaskan bahwa setiap
satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan. Dari sisi lainnya kelengkapan
sarana dan prasarana dapat berdampak positif
bagi keberhasilan siswa dalam memperoleh
informasi sebagai upaya untuk membentuk
karakter di bidang profesi yang siap terjun ke
dalam dunia kerja.
Pentingnya pengadaan sarana praktik yang
memenuhi kriteria pemakaian merupakan suatu
masalah yang cukup penting, namun kenyataannya
masih banyak terdapat permasalahan akan
keterbatasan fasilitas praktik baik sarana maupun
prasarana di SMKyang menimbulkan kesulitan
besar dalam proses belajar mengajar yaitu berupa
keterbatasan fasilitas bengkel pemesinan. Salah
satu sekolah yang mengalami adalah Sekolah
Menengah Kejuruan Muhammadiyah 3
Yogyakarta. Sehubungan dengan keaadaan itulah
penelitian tentang Kelayakan Fasilitas Bengkel
Praktik Pemesinan Program Keahlian Teknik
Pemesinan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta ini
dilakukan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
diskriptif dengan menggunakan metode
observasi, dokumentasi dan wawancara.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
menyajikan fakta dan menganalisis secara
sistematik sehingga dapat lebih mudah dipahami
dan disimpulkan. Metode observasi digunakan
untuk menggambarkan keadaan atau mencari
fakta dan keterangan secara faktual dengan cara
membandingkan keadaan sarana dan prasarana
pada bengkel pemesinan yang digunakan dalam
menunjang praktikum.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di bengkel
pemesinan Bidang Keahlian Teknik Pemesinan
SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Beralamat
di Jln. Pramuka No.62 Giwangan Umbulharjo,
Yogyakarta.Waktu penelitian dilakukan pada 1-
10 Juni 2015.Peneliti mengadakan survei terlebih
dahulu di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta
pada tanggal 27 30 Mei 2015 sebelum
dilakukan penelitian sebagai studi pendahuluan.
Target/Subjek Penelitian
Target penelitian ini adalah bengkel
pemesinan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
Pengambilan data dalam penelitian ini
menggunakan metode observasi, dokumentasi
dan wawancara. Observasi dan dokumentasi
dilakukan pada fasilitas bengkel pemesinan,
sedangkan wawancara dilakukan kepada kepala
bengkel dan guru praktik pemesinan.
Prosedur
Prosedur penelitian ini adalah: (1)
melakukan kajian terhadap masalah dan
menyusun landasan teori, (2) menyusun
instrumen, (3) melakukan pengambilan data, (4)
membandingkan data sesuai dengan kriteria
PERMENDIKNAS No. 40 Tahun 2008 yang
ditetapkan, (5) melakukan penilaian terhadap
hasil yang diperoleh, (6) memasukkan data
kedalam teknik persentase, (7) membuat
kesimpulan.
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian
ini menggunakan beberapa teknik yaitu observasi
Studi Kelayakan Fasilitas (Lalu Irfan Waspadali) 469
secara langsung mengenai kelayakan sarana dan
prasarana yang ada di lapangan dan kemudian
didokumentasikan, wawancara dilakukan kepada
kepala bengkel dan guru praktik guna
mencocokkan informasi fasilitas yang ada terhadap
kelayakan sarana dan prasarana bengkel
pemesinan di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2009:
220). Obsevasi atau pengamatan merupakan suatu
teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang
sedang berlangsung. Dalam menggunakan metode
observasi ini peneliti memegang check-list untuk
mencari variabel yang sudah ditentukan. Apabila
terdapat atau muncul veriabel yang dicari, maka
peneliti tinggal membutuhkan tanda check atau
tally di tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal
yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam
daftar variabel, peneliti dapat menggunakan
kalimat bebas.
Yang dimaksud dengan metode
dokumentasi menurut Suharsimi Arikunto (2006:
231) adalah metode yang digunakan untuk
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku,surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
sebagainya. Menurut Sugiyono (2006: 270)
menyatakan bahwa dokumentasi merupakan
teknik pengumpulan data melalui kategorisasi dan
klasifikasi bahan-bahan tertulis bersumber dari
dokumen-dokumen, catatan atau peristiwa yang
sudah berlalu. Dalam penelitian ini, dokumentasi
digunakan untuk menjaring data yang berkenaan
dengan kelayakan fasilitas bengkel pemesinan
baik ditinjau dari sarana maupun prasarana
bengkel pemesinan meliputi kondisi dan
ketersediaannya.
Wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu untuk mendapatkan suatu
informasi yang diinginkan. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interview) yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai (interviewer) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexi J.
Moleong, 199:135). Wawancara juga digunakan
untuk memperoleh informasi dari data yang tidak
terungkap melalui observasi ataupun
dokumentasi. Pengumpulan data ini digunakan
untuk menjaring data tentang kondisi dan
ketersediaan dari sarana dan prasarana bengkel
pemesinan yang digunakan untuk menunjang
kegiatan praktikum.
Teknik Analisis Data
Teknik analisi data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif.
Statistik deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membut kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi (Sugiyono 2010:
207-208). Analisis deskriptif bertujuan untuk
memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian
berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari
kelompok subjek yang diteliti dan tidak
dimaksudkan untuk pengujian hipotesis.
Menurut Sugiyono, analisi data ini
menggunakan skala persentase yaitu perhitungan
dalam analisis data yang akan menghasilkan
persentase yang selanjutnya dilakukan
interpretasi pada nilai yang diperoleh. Proses
perhitungan persentase dilakukan dengan cara
mengalikan hasil bagi skor rill terhadap skor ideal
dengan seratus persen (Sugiyono, 2006: 99) dan
berikut ini adalah rumusnya yang dapat dilihat
ada Persamaan 1. Kriteria pencapaiannya dapat
dilihat pada Table 1.
Tabel 1. Tabel Kriteria Penilaian Penelitian.
Bobot Definisi
persentase Kriteria Pencapaian
1
2
3
4
76% - 100%
51% - 75%
26% - 50%
0% - 25%
Sangat Layak
Layak
Tidak Layak
Sangat Tidak Layak
Dari Tabel 1 maka kriteria pencapaian
kelayakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu:
sangat layak 76% - 100%; layak 51% - 75%;
E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Volume 3, Nomor 7, Tahun 2015 470
tidak layak 26% - 50%; sangat tidak layak 0% -
25%. Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut,
selanjutnya skor yang diperoleh (dalam %)
dengan analisis deskriptif persentase
dikonsultasikan dengan tabel kriteria.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kelayakan sarana dan prasarana bengkel
pemesinan di SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta. Untuk mengetahui tingkat kelayakan
maka peneliti menggunakan metode penelitian
dengan metode observasi, dokumentasi dan
wawancara dengan mengumpulkan data yang ada
di bengkel pemesinan mengenai fasilitas bengkel
pemesinan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta
kemudian dibandingkan dengan standar yang
telah ditetapkan oleh pemerintah yang ada di
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
40 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana dan
Prasarana. Hasil data tersebut kemudian
disesuaikan dengan Tabel Kriteria Penilaian
Penelitian dengan cara mengalikan hasil bagi data
skor rill terhadap skor ideal dengan seratus persen
(Sugiyono, 2006: 99). Sehingga persentase
penilaian kelayakan terhadap fasilitas bengkel
pemesinan dapat diketahui.
Cara yang digunakan dalam pengumpulan
data pada penelitian ini ada 3 cara yaitu dengan:
(1) observasi; (2) wawancara; (3) dokumentasi.
Dari ke 3 cara tersebut yang digunakan dalam
pengumpulan data sehingga perolehan data tidak
semuanya berupa data kuantitatif yang dapat di
persentasekan tetapi ada juga yang merupakan
data kualitatif.
Kondisi Prasarana Bengkel Pemesinan
Dari hasil observasi dan wawancara
diperoleh data berupa luas lahan bengkel
pemesinan maka area kerja mesin bubut 93,7%
(sangat layak), area kerja mesin frais 34,2%
(tidak layak), area kerja bangku 87,5% (sangat
layak), area kerja pengepasan 41,6% (tidak
layak), area ruang penyimpanan dan infrastruktur
93,7% (sangat layak). Dari hasil penelitian
tersebut maka prasarana luas bengkel pemesinan
bidang keahlian Teknik Pemesinan SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta bisa dikatakan
layak (70,3%).
Kondisi Sarana Bengkel Pemesinan
Perabot
Dari hasil observasi diperoleh data berupa
perabot bengkel pemesinan dimana meja kerja
85,7% (sangat layak), kursi 94,2% (sangat layak),
dan lemari simpan alat dan bahan 85,7% (sangat
layak). Dari hasil penelitian tersebut maka sarana
perabot bengkel pemesinan bidang keahlian
Teknik Pemesinan SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta bisa dikatakan sangat layak (88,5%).
Media Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No. 40 Tahun 2008 telah
menyebutkan tentang spesifikasi papan tulis yang
harus tersedia dalam ruang bengkel pemesinan
yaitu dalam setiap ruang harus memiliki minimal
satu set papan tulis yang berfungsi untuk
mendukung minimal 15 peserta didik pada
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang
bersifat teoritis. Dari hasil penelitian ketersediaan
media pendidikan adalah 75% (layak).
Perlengkapan Pendukung
Permendiknas RI No. 40 Tahun 2008
menyebutkan bahwa yang termasuk dalam
kategori perlengkapan lain di bengkel adalah
kontak kontak dan tempat sampah. Berikut data
yang telah didapat melalui metode observasi
maupun dokumentasi. Maka hasil yang diperoleh
adalah kotak kontak 80% (sangat layak), tempat
sampah 66,6% (layak). Dari hasil penelitian
tersebut maka sarana perlengkapan pendukung
bengkel pemesinan bidang keahlian Teknik
Pemesinan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta
bisa dikatakan sangat layak (73,3%).
Sarana Praktik
Permendiknas No. 40 Tahun 2008
menyebutkan bahwa yang termasuk dalam
kategori peralatan pendidikan pada bengkel
pemesinan adalah sarana area kerja mesin bubut,
area kerja mesin frais, dan area kerja bangku,
Studi Kelayakan Fasilitas (Lalu Irfan Waspadali) 471
sarana ruang penyimpanan alat dan bahan.
Adapun data yang diperoleh dari pada bengkel
pemesinan adalah mesin bubut 70,3% (layak),
mesin frais 47,3% (tidak layak), kerja bangku
74,2% (layak). Dari hasil penelitian tersebut
maka sarana praktik bengkel pemesinan bidang
keahlian Teknik Pemesinan SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta bisa dikatakan
layak (64%).
Dari seluruh diskripsi tentang sarana dan
prasarana bengkel pemesinan Bidang Keahlian
Teknik Pemesinan SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta dapat dibuat diagram batang untuk
perhitungan persentase yang telah didapat.
Berikut adalah hasil dari pembahasan mengenai
Studi Kelayakan Fasilitas Bengkel Pemesinan
Bidang Keahlian Teknik Pemesinan SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Kelayakan Fasilitas Bengkel
Pemesinan SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta
Berdasarkan Gambar 1 maka diperoleh
aspek yang mempunyai persentase tertinggi
maupun aspek yang mendekati standar kriteria
dan aspek apa saja yang harus dipenuhi oleh
sekolah khususnya bengkel pemesinan bidang
keahlian Teknik Pemesinan SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta dalam rangka
pemenuhan standar minimal sarana dan prasarana
yang dipersyaratkanoleh Peraturan Menteri
Pendidikan Republik Indonesia No.40 Tahun
2008 dan instrument verifikasi dari BSNP No.
1289-P2-14/15.
Dari data yang disajikan pada gambar 1 di
atas maka persentase pencapaian kelayakan
tertinggi adalah pada aspek perabot yaitu 88,5%
(sangat layak). Sedangkan aspek yang
digolongkan dalam katagori layak yaitu aspek
media pembelajaran 75% (layak), perlengkapan
pendukung 73,3% (layak), lahan ruang praktik
70,35% (layak), dan sarana praktik pemesinan
64% (layak).
Dari hasil penelitian di atas maka dapat
dikatakan bahwa fasilitas bengkel pemesinan
Bidang Keahlian Pemesinan SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta dapat dikatakan
layak (74,2%). Data tersebut diperoleh dari hasil
data observasi, dokumentasi, wawancara
kemudian dibandingkan dengan
PERMENDIKNAS No. 40 Tahun 2008 Tentang
Standar Sarana Dan Prasarana Sekolah Menengah
Kejuruan, dan selanjutnya disesuaikan terhadap
Tabel Kriteria Penilaian Penelitian dengan cara
mengalikan hasil bagi data skor rill terhadap skor
ideal dengan seratus persen (Sugiyono, 2006: 99).
Sehingga persentase penilaian kelayakan fasilitas
pemesinan dapat diketahui.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang
telah disajikan di depan, kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tingkat kelayakan fasilitas ditinjau dari
prasarana Bengkel Pemesinan Bidang
Keahlian Teknik Pemesinan SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta dilihat dari segi
Luas Ruang Bengkel Pemesinan adalah
70,35% (layak).
2. Tingkat kelayakan fasilitas ditijau dari segi
sarana bengkel pemesinan SMK
E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Volume 3, Nomor 7, Tahun 2015 472
Muhammadiyah 3 Yogyakarta adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat kelayakan ditinjau dari Perabot
pada ruang Bengkel Pemesinan Bidang
Kehalian Teknik Pemesinan SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta adalah
88,5% (sangat layak).
b. Tingkat kelayakan ditinjau dari Sarana
Praktik Bengkel Pemesinan Bidang
Kehalian Teknik Pemesinan SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta adalah
64% (layak).
c. Tingkat kelayakan ditinjau dari Media
Bengkel Pemesinan Bidang Kehalian
Teknik Pemesinan SMK Muhammadiyah
3 Yogyakarta adalah 75% (layak).
d. Tingkat kelayakan ditinjau dari Perangkat
Pendukung Bengkel Pemesinan Bidang
Kehalian Teknik Pemesinan SMK
Muhammadiyah 3 Yogyakarta adalah
73,3% (layak).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, maka ada beberapa saran yang
diberikan peneliti bagi pihak sekolah dan peneliti
yang akan datang, yaitu:
1. Perlunya penambahan luas area kerja mesin
frais sehingga rasio minimal per peserta didik
bisa tercapai yaitu 8 m2/siswa.
2. Perlunya penambahan luas area kerja
pengepasan sehingga rasio minimal per peserta
didik bisa tercapai yaitu 6 m2/siswa.
3. Perlunya penambahan kapasitas sarana
bengkel kerja mesin frais agar rasio pemakaian
komponen mesin sesuai dengan jumlah siswa
praktikan.
4. Diharapkan adanya perawatan yang berkala terhadap komponen dan alat-alat pemesinan
sehingga keawetan dan keoptimalisasian
komponen mesin dan alat selalu terjaga
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Indonesia. (2014).
Instrumen Verifikasi SMK Penyelenggara
Ujian Praktik Kejuruan No. 1254-P1-
14/15.
Nana Syaodih Sukmadinata. (2009). Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Keputusan Menteri. (2004). Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia
No. 129a/U/2004 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan.
Lexy J Moleong. (1991). Metodelogi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya..
Peraturan pemerintah. (2005). Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Peraturan Menteri. (2008). Lampiran Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 40
Tahun 2008 Tanggal 31 Juli 2008 Standar
Sarana Dan Prasarana Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan (SMK/MAK).
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi
VI). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto. (1989). Manajemen
Penelitian. Jakarta: Depdikbud.
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Asdy Mahasatya
Undang-Undang Republik Indonesia.(2003).
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Hubungan Prestasi Belajar (Dedy Dwi Prasetyo) 473
HUBUNGAN PRESTASI BELAJAR PRAKTIK LAS DAN LINGKUNGAN
KELUARGA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA DI BIDANG
PENGELASAN
CORRELATION BETWEEN LEARNING ACHIEVEMENT OF WELDING PRACTICE AND
FAMILY ENVIRONMENT AND THE INTEREST IN WELDING ENTREPRENEURSHIP
Oleh: Dedy Dwi Prasetyo, Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan dan sumbangan prestasi belajar praktik las dan lingkungan
keluarga terhadap minat berwirausaha di bidang pengelasan pada peserta didik jurusan teknik pemesinan di SMKN
3 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI sebanyak 117 siswa dengan jumlah sampel 84 responden. Analisis data dilakukan dengan analisis korelasi
product moment dan regresi linier ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan
antara prestasi belajar praktik las dan lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha di bidang pengelasan
sebesar 0,546 dengan signifikansi 0,000 dan sumbangan sebesar 29,8%.
Kata kunci: prestasi belajar, lingkungan keluarga, minat berwirausaha
Abstract
This research aims to determine the relation and contribution between learning achievement of welding
practice and family environment; and the interest in entrepreneurship of welding on mechanical engineering
students of SMK N 3 Yogyakarta. This is a descriptive-quantitative research. The population are 117 students of XI
(eleven) grade and the sample are 84 respondents. Data were analyzed using product moment correlation and
multiple linear regression. The results show a positive and significant correlation between learning achievement of
welding practice and family environment and interest in entrepreneurship in the welding field with a factor of
0,546; 0,000 significance, and 29,8 % contribution.
Keywords: academic achievement, family environment, interest in entrepreneurship
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang pada masa sekarang ini giat
melakukan berbagai pembangunan khususnya pada
sektor industri. Salah satu upaya yang dapat
digunakan untuk menghadapi industrialisasi
tersebut adalah dengan cara berwirausaha. Ditinjau
dari segi manapun berwirausaha dapat memberikan
peluang untuk diri sendiri dan orang lain.
Mengingat pada zaman sekarang ini kesempatan
kerja dengan orang yang mencari kerja lebih
banyak orang yang ingin mencari kerja, sehingga
banyak orang yang tidak mendapatkan pekerjaan.
Dilihat dari macam-macam persyaratan tersebut
tentunya akan menimbulkan persaingan yang
sangat ketat dalam dunia kerja. Salah satu upaya
yang dapat digunakan untuk menghadapi
insdustrialisasi tersebut adalah dengan cara
berwirausaha. Ditinjau dari segi manapun
berwirausaha dapat memberikan peluang untuk
diri sendiri dalam mencapai kesuksesan dan
mampu memberikan peluang kerja bagi orang
lain, lingkungan dan masyarakat. Mengingat pada
zaman sekarang ini kesempatan kerja dengan
orang yang mencari kerja lebih banyak orang
yang ingin mencari kerja, sehingga banyak orang
yang tidak mendapatkan pekerjaan.
Melihat keadaan yang seperti itu yaitu
sulitnya mencari pekerjaan menyebabkan peserta
didik lulusan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) yang tidak melanjutkan keperguruan
tinggi akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan
sehingga hal tersebut dapat menambah semakin
banyaknya jumlah pengangguran di Indonesia.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik, Suryamin
(Tempo:2014), Jumlah tenaga kerja Indonesia per
E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Volume 3, Nomor 7, Tahun 2015 474
Agustus 2014 mencapai 182,99 juta orang. Dari
jumlah itu, 7,24 juta orang di antaranya berstatus
pengangguran terbuka. Jumlah pengangguran
lulusan SMK adalah 11,24 persen dari total
jumlah pengangguran. Pengangguran lulusan
SMK ini naik tipis dibandingkan Agustus 2013
yang mencapai 11,21 persen. Jumlah lulusan
SMK yang menganggur ini persentasenya lebih
besar dibanding persentase lulusan SMA biasa
yang mencapai 9,55 persen.
SMKN 3 Yogyakarta merupakan SMK
dimana lulusannya kurang memiliki minat untuk
berwirausaha, hal tersebut didapat dari bagian
bimbingan konseling yang menyebutkan bahwa
tidak terdapat data lulusan siswa yang
berwirausaha. Menurut Hendro (2011:61)
terdapat beberapa faktor seseorang memilih jalur
berwirausaha diantaranta: individual, suasana
kerja, tingkat pendidikan, kepribadian, prestasi
pendidikan, dorongan keluarga, lingkungan dan
pergaulan, serta ingin lebih dihargai.
Tohirin (2006;151) menjelaskan bahwa
prestasi belajar diartikan sebagai sesuatu yang
diperoleh dari apa yang telah dicapai oleh siswa
setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Las
sendiri memiliki pegertian adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam atau logam
paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer
atau cair, dari definisi tersebut dapat dijabarkan
lebih lanjut bahwa las adalah sambungan
setempat dari beberapa batang logam dengan
menggunakan energi panas (Harsono
Wiryosumarto dan Toshie Okomura, 1994:1).
Menurut Hasbullah (2006;38) lingkungan
keluarga adalah pendidikan anak yang pertama
karena dalam keluarga inilah anak pertama
kalinya mendapat didikan dan bimbingan, juga
dikatakan yang utama karena sebagian besar dari
kehidupan anak adalah dalam keluarga.
M. Ngalim Purwanto (2006;56)
menjelaskan pengertian minat adalah perbuatan
yang mengarahkan kepada suatu tujuan dan
merupakan suatu dorongan bagi perbuatan itu.
Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan
(motif-motif) yang mendorong manusia untuk
berinteraksi dengan dunia luar, dan apa yang sudah
menjadi minat seseorang mendorongnya untuk
berbuat lebih giat dan lebih baik.
Menurut Buchari Alma (2013;22) istilah
wirausaha berasal dari kata entrepreneur (Bahasa
Perancis) yang diterjemahkan ke dalam Bahasa
Inggris dengan arti between taker atau go-
between. Seorang wirausaha adalah orang yang
melihat adanya peluang kemudian menciptakan
sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang
tersebut. Proses kewirausahaan meliputi semua
kegiatan fungsi dan tindakan untuk
memanfaatkan peluang dengan menciptakan
suatu organisasi.
Menurut penelitian Reza Agung Pribadi
(2014) mengenai Hubungan Antara Prestasi
Belajar Praktik Las Busur Manual Dan Bimbingan
Karir Dengan Minat Berwirausaha Siswa,
menunjukkan bahwa Terdapat hubungan positif
dan signifikan antara prestasi belajar praktik las
busur manual dan bimbingan karir dengan minat
berwirausaha siswa kelas X program keahlian
Teknik Pemesinan SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta dengan koefisien korelasi Ry.x1x2 =
0,755. Namun yang terjadi adalah lulusan SMK
belum banyak yang berani membuka usaha
meskipun sudah memiliki minat.
Terlepas dari hal tersebut minat siswa
untuk membuka usaha baru tidak hanya
dipengaruhi dari faktor di sekolah, namun dapat
juga muncul dari luar sekolah dan merupakan
faktor terdekat dari dalam diri seseorang tersebut,
yaitu lingkungan keluarga. Dikatakan demikian
karena, keluarga merupakan unit sosial terdekat
dimana anak didik menjalin interaksi yang jauh
lebih intensif dan lebih lama dibandingkan di
sekolah.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu
dilakukan penelitian untuk memperoleh informasi
mengenai adanya hubungan prestasi belajar
praktik las dan lingkungan keluarga terhadap
minat berwirausaha di bidang pengelasan pada
peserta didik jurusan teknik pemesinan di SMKN
3 Yogyakarta. Hasil yang diperoleh dari penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu
memberikan gambaran mengenai minat siswa
SMKN 3 Yogyakarta dalam berwirausaha dan
Hubungan Prestasi Belajar (Dedy Dwi Prasetyo) 475
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
terhadap masalah-masalah yang dapat
mempengaruhi minat berwirausaha peserta
didiknya saat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar praktik kejuruan pendidikan ketrampilan
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Best dalam Sukardi (2003;157)
menyatakan bahwa penelitian deskriptif
merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterprestasi objek
sesuai dengan apa adanya.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri
3 Yogyakarta. Waktu pelaksanaan penelitian akan
dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai
Agustus 2015.
Target/Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas XI SMKN 3 Yogyakarta yang
berjumlah 117 siswa. Penentuan sampel mengacu
pada Tabel Issac dan Michael dengan taraf
kesalahan 5%. Jumlah sampel adalah 84 siswa.
Prosedur
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi
untuk variabel prestasi belajar praktik las,
sedangkan variabel lingkungan keluarga dan
minat berwirausaha di bidang pengelasan dengan
kuesioner.
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang diambil dalam penelitian ini
adalah prestasi belajar praktik las, lingkungan
keluarga dan minat berwirausaha di bidang
pengelasan. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah kuesioner dan dokumentasi. Instrumen
kuesioner berjumlah 43 item. Penyekoran yang
digunakan pada kuesioner adalah skala likert
dengan ketentuan 4 (sangat setuju), 3 (setuju/), 2
(tidak setuju), 1 (sangat tidak setuju).
Pengumpulan data dengan kuesioner digunakan
untuk data lingkungan keluarga dan minat
berwirausaha di bidang pengelasan. Dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data prestasi
belajar praktik las.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik analisis deskriptif yang berfungsi
untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran
terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel
atau populasi sebagaimana adanya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian ini terdiri dari dua
variabel bebas yaitu prestasi belaja praktik las
(X1) dan lingkungan keluarga (X2) serta satu
variabel terikat yaitu minat berwirausaha di
bidang pengelasan (Y). Pengujian yang dilakukan
adalah dengan korelasi product moment dan
regresi linier ganda dengan menggunakan
bantuan SPSS versi 16.0 for windows. Analisis
tersebut digunakan untuk mengetahui koefisien
korelasi baik secara sendiri-sendiri maupun
secara bersamaan antara variabel bebas (prestasi
belajar praktik las dan lingkungan keluarga)
terhadap variabel terikat (minat berwirauasaha di
bidang pengelasan)
Pada pengujian ini dilakukan dengan
menguji hipotesis. Hasil pengujian didapatkan
jika koefisien korelasi bernilai positif maka dapat
dilihat adanya hubungan yang positif antara
variabel bebas dan variabel terikat. Sedangkan
untuk menguji signifikansi adalah dengan
membandingkan nilai dengan pada
taraf signifikansi 5%. Jika nilai lebih besar
dari nilai maka hubungan tersebut
signifikan, sebaliknya jika nilai lebih kecil
dari maka hubungan tersebut tidak
signifikan.
Hubungan Prestasi Belajar Praktik Las
Terhadap Minat Berwirausaha Di Bidang
Pengelasan
Tabel 1 dan Gambar 1 terlihat bahwa
kelompok yang mempunyai skor terbanyak
E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Volume 3, Nomor 7, Tahun 2015 476
terdapat pada interval 79-91 dengan jumlah
frekuensi absolutnya 23 dan frekuensi relatifnya
27,38%, sedangkan skor yang paling sedikit
terdapat pada interval 70-72 dengan jumlah
frekuensi absolutnya 5 dan frekuensi relatifnya
5,95% Analisis pada Tabel 1 diperoleh hasil
prestasi belajar praktik las dengan skor tertinggi
89 dan skor terendah 70, dari data tersebut dapat
diperoleh rata-rata (Mean) skor siswa 80,2,
standar deviasi 4,9, median 80 dan modus 80.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Prestasi
Belajar Praktik Las
Interval Frekuensi F relatif %
70 72 5 5,95
73 75 12 14,29
76 78 13 15,48
79 81 23 27,38
82 84 14 16,67
85 87 10 11,90
88 - 90 7 8,33
Total 84 100
0
5
10
15
20
25
70 - 72 73 - 75 76 - 78 79 - 81 82 - 84 85 - 87 88 - 90
Frek
uen
si
Interval
Gambar 1. Histogram Frekuensi Data Prestasi
Belajar Praktik Las
Pengujian dalam penelitian ini
menggunakan analisis korelasi product
moment antara variabel prestasi belajar praktik
las (X1) terhadap minat berwirausaha di bidang
pengelasan (Y). Dalam penelitian ini terdiri dari
dua macam hipotesis yaitu:
Ho = Tidak ada hubungan positif dan signifikan
antara prestasi belajar praktik las terhadap
minat berwirausaha di bidang pengelasan
pada peserta didik jurusan teknik
pemesinan di SMKN 3 Yogyakarta.
Ha = Ada hubungan positif dan signifikan antara
prestasi belajar praktik las terhadap minat
berwirausaha di bidang pengelasan pada
peserta didik jurusan teknik pemesinan di
SMKN 3 Yogyakarta.
Tabel 2. Hasil Korelasi Product Moment
R-hit R-tab Sig.
0,483 0,213 0,000
Tabel 2 di atas memperlihatkan bahwa R-
hit lebih besar dari R-tab (0,483>0,213) yang
juga berarti koefisien korelasi bernilai positif
antara prestasi belajar praktik las terhadap minat
berwirausaha di bidang pengelasan sebesar 0,483,
dengan signifikansi 0,000, oleh karena nilai
signifikansi < 0,05 maka dapat diambil
kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima
yang berarti bahwa ada hubungan positif dan
signifikan antara prestasi belajar praktik las
terhadap minat berwirausaha di bidang
pengelasan pada peserta didik jurusan teknik
pemesinan di SMKN 3 Yogyakarta.
Hubungan Lingkungan Keluarga Terhadap
Minat Berwirausaha Di Bidang Pengelasan
Tabel 3 dan Gambar 2, menunjukkan
bahwa kelompok yang mempunyai skor
terbanyak terdapat pada interval 51-54 dengan
jumlah frekuensi absolutnya sebesar 22 dan
frekuensi relatifnya 26,19% sedangkan skor
yang paling sedikit terdapat pada interval 67-
70 dengan jumlah frekuensi absolutnya 1 dan
frekuensi relatifnya 1,19%
Hubungan Prestasi Belajar (Dedy Dwi Prasetyo) 477
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data
Lingkungan keluarga
Interval Frekuensi F relatif %
39 42 2 2,38
43 46 3 3,57
47 50 14 16,67
51 54 22 26,19
55 58 18 21,43
59 62 16 19,05
63 - 66 8 9,52
67 - 70 1 1,19
Total 84 100
0
5
10
15
20
25
39 - 4243 - 4647 - 5051 - 5455 - 5859 - 6263 - 6667 - 70
Feku
en
si
Interval
Gambar 2. Histogram Frekuensi Data
Lingkungan Keluarga
Pengujian dalam penelitian ini
menggunakan analisis korelasi product
moment antara variabel lingkungan keluarga
(X2) terhadap minat berwirausaha di bidang
pengelasan (Y). Dalam penelitian ini terdiri dari
dua macam hipotesis yaitu:
Ho = Tidak ada hubungan positif dan signifikan
antara lingkungan keluarga terhadap minat
berwirausaha di bidang pengelasan pada
peserta didik jurusan teknik pemesinan di
SMKN 3 Yogyakarta.
Ha = Ada hubungan positif dan signifikan antara
lingkungan keluarga terhadap minat
berwirausaha di bidang pengelasan pada
peserta didik jurusan teknik pemesinan di
SMKN 3 Yogyakarta.
Tabel 4. Hasil Korelasi Product Moment
R-hit R-tab Sig.
0,281 0,213 0,010
Tabel di atas memperlihatkan bahwa R-hit
lebih besar dari R-tab (0,281>0,213) yang juga
berarti koefisien korelasi bernilai positif antara
lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha
di bidang pengelasan sebesar 0,281, dengan
signifikansi 0,010 oleh karena nilai signifikansi
< 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada
hubungan positif dan signifikan antara
lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha
di bidang pengelasan pada peserta didik jurusan
teknik pemesinan di SMKN 3 Yogyakarta.
Hubungan Antara Prestasi Belajar Praktik
Las dan Lingkungan Keluarga Terhadap
Minat Berwirausaha di Bidang Pengelasan
Tabel 5 dan Gambar 3 Menunjukkan
bahwa kelompok yang mempunyai skor
terbanyak terdapat pada interval 76 8` dengan
jumlah frekuensi absolutnya sebesar 24 dan
frekuensi relatifnya 28,57%. sedangkan skor
yang paling sedikit terdapat pada interval 52-
57 dengan jumlah frekuensi absolutnya 1 dan
frekuensi relatifnya 1,19%
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Data Minat
Berwirausaha di Bidang Pengelasan
Interval Frekuensi F relatif %
52 57 1 1,19
58 63 7 8,33
64 69 16 19,05
70 75 19 22,62
76 81 24 28,57
82 87 11 13.10
88 93 76 7,14
Total 84 100
E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Volume 3, Nomor 7, Tahun 2015 478
Gambar 3. Histogram Frekuensi Data Minat
Berwirausaha di Bidang Pengelasan
Pengujian dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi linier berganda
antara variabel prestasi belajar praktik las (X1)
dan lingkungan keluarga (Y) terhadap minat
berwirausaha di bidang pengelasan (Y). Dalam
penelitian ini terdiri dari dua macam hipotesis
yaitu:
Ho = Tidak ada hubungan positif dan signifikan
antara prestasi belajar praktik las dan
lingkungan keluarga terhadap minat
berwirausaha di bidang pengelasan pada
peserta didik jurusan teknik pemesinan di
SMKN 3 Yogyakarta.
Ha = Ada hubungan positif dan signifikan antara
prestasi belajar praktik las dan lingkungan
keluarga terhadap minat berwirausaha di
bidang pengelasan pada peserta didik
jurusan teknik pemesinan di SMKN 3
Yogyakarta.
Tabel 6. Hasil Regresi Linier Ganda
R-hit R-tab R square Sig.
0,546 0,213 0,298 0,000
Tabel di atas memperlihatkan bahwa R-hit
lebih besar dari R-tab (0,546>0,213) yang juga
berarti koefisien korelasi bernilai positif antara
prestasi belajar praktik las terhadap minat
berwirausaha di bidang pengelasan sebesar 0,546,
dengan signifikansi 0,000. Oleh karena nilai
signifikansi < 0,05 maka dapat diambil
kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima
yang berarti bahwa ada hubungan positif dan
signifikan antara prestasi belajar praktik las dan
lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha
di bidang pengelasan pada peserta didik jurusan
teknik pemesinan di SMKN 3 Yogyakarta.
Persamaan regresi yang didapat adalah Y= -9,319
+ 0,800 X1 + 0,361 X2. Persamaan tersebut
dapat diartikan bahwa jika tidak ada
(penambahan) prestasi belajar praktik las dan
lingkungan keluarga maka minat berwirausaha di
bidang pengelasan akan sebesar -9.319 (a).
koefisien regresi X1 (b) sebesar 0,800 yang
berarti bahwa setiap penambahan 1 kali prestasi
belajar praktik las maka minat berwirausaha di
bidang pengelasan akan meningkat sebesar 0,800.
Koefisien regresi X2 (b) yaitu sebesar 0,361 yang
mempunyai arti bahwa setiap penambahan 1 kali
lingkungan keluarga maka minat berwirausaha di
bidang pengelasan akan meningkat sebesar 0,361.
Sumbangan Hubungan Antara Prestasi
Belajar Praktik Las dan Lingkungan
Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha di
Bidang Pengelasan
Pengujian dalam penelitian ini dapat
dilihat berdasarkan tabel 6 dengan
memperhatikan nilai R square. Nilai R square
diketahui sebesar 0,298. Berdasarkan pengujian
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa besarnya
sumbangan hubungan antara prestasi belajar
praktik las dan lingkungan keluarga terhadap
minat berwirausaha di bidang pengelasan pada
peserta didik jurusan teknik pemesinan di SMKN
3 Yogyakarta adalah sebesar 29,8%, sedangkan
sisanya berasal dari variabel lain yang tidak
termasuk dalam penelitian.
Hubungan Prestasi Belajar (Dedy Dwi Prasetyo) 479
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Ada hubungan positif dan signifikan antara
prestasi belajar praktik las terhadap minat
berwirausaha di bidang pengelasan pada
peserta didik jurusan teknik pemesinan di
SMKN 3 Yogyakarta sebesar 0,483 dengan
signifikansi 0,000.
2. Ada hubungan positif dan signifikan antara
lingkungan keluarga terhadap minat
berwirausaha di bidang pengelasan pada
peserta didik jurusan teknik pemesinan di
SMKN 3 Yogyakarta sebesar 0,281 dengan
signifikansi 0,010.
3. Ada hubungan positif dan signifikan antara
prestasi belajar praktik las dan lingkungan
keluarga terhadap minat berwirausaha di
bidang pengelasan pada peserta didik jurusan
teknik pemesinan di SMKN 3 Yogyakarta
sebesar 0,546 dengan signifikansi 0,000
4. Sumbangan hubungan antara prestasi belajar
praktik las dan lingkungan keluarga terhadap
minat berwirausaha di bidang pengelasan
pada peserta didik jurusan teknik pemesinan
di SMKN 3 Yogyakarta sebesar 29,8%
Saran
1. Sebagai lulusan SMK jurusan pemesinan yang
memiliki bagian rumah atau sisi rumah yang
tidak digunakan, manfaatkanlah bagian
tersebut untuk digunakan agar bermanfaat,
seperti untuk berwirausaha di bidang
pengelasan.
2. Mulailah dengan melihat usaha-usaha yang ada
di sekitar tempat tinggal untuk menumbuhkan
rasa minat untuk berwiruasaha.
3. Berwirausaha di bidang pengelasan bagi
lulusan SMK jurusan pemesinan dapat
dilakukan untuk menumbuhkan keadaan
ekonomi keluarga menjadi lebih baik.
4. Berwirausaha di bidang pengelasan bagi
lulusan SMK jurusan pemesinan tidak harus
dari lingkungkungan keluarga yang memiliki
kondisi ekonomi mencukupi, karena modal
yang digunakan untuk awal memulai usaha di
bidang pengelasan tidak begitu besar.
DAFTAR PUSTAKA
Buchari Alma. (2013). Kewirausahaan. Bandung:
Alfabeta
Harsono Wiryosumarto & Toshie Okomura.
(1994). Teknologi Pengelasan Logam.
Jakarta: PT Pradnya Paramita
Hasbullah. (2006). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Hendro. (2011). Dasar-dasar Kewirausahaan.
Jakarta: Erlangga
Tempo.co. (2014). Lulusan SMK Mendomisili
Jumlah Pengangguran. Diakses tanggal
20 januari 2015, 11.00 WIB dari http://
www.tempo.co/read/news/2014/11/05/090
619808/lulusan-smk-mendominasi-jumlah
-pengangguran.
M. Ngalim Purwanto. (2006). Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Reza Agung Pribadi. (2014). Hubungan Prestasi
Belajar Praktik Las Busur Manual Dan
Bimbingan Karir Dengan Minat
Berwirausaha Siswa. E-jurnal Pendidikan
Teknik Mesin Volume 2. Nomor 3. Hlm.
201-208.
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Tohirin. (2006). Psikologi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Volume 3, Nomor 7, Tahun 2015 480
Penerapan Metode Pembelajaran (Lingga Jati Nurogo)
481
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK MUHAMMADIYAH
PRAMBANAN
APPLICATION OF PROJECT BASED LEARNING METHOD TO IMPROVE STUDENTS ACADEMIC ACHIEVEMENT IN SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN
Oleh: Lingga Jati Nurogo dan Bernadus Sentot Wijanarka, Prodi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta, E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI TPA SMK Muhammadiyah Prambanan tahun pelajaran 2013/2014 yang
berjumlah 27 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan penilaian hasil praktik dengan pelaksanaan metode
pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Analisis data penelitian dilakukan melalui analisis
deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa pada mata diklat
Teknik Permesinan Bubut melalui implementasi pembelajaran berbasis proyek. Pada Siklus I, hasil belajar
meningkat dari rata-rata 7,76 menjadi rata-rata sebesar 8,67 dengan ketuntasan 66,67% menjadi 81,48%. Pada
siklus II, hasil belajar kembali mengalami peningkatan rata-rata dari 8,67 menjadi rata-rata sebesar 9,19 dengan
ketuntasan 81,48% menjadi 100%. Penerapan metode pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada pembelajaran Teknik permesinan bubut di kelas XI TPA SMK Muhammadiyah Prambanan.
Kata Kunci: pembelajaran berbasis proyek, project based learning, hasil belajar
Abstract
The objective of this study was to determine the improvement of students academic achievement in lathe machining technique subjects in class XI TPA in SMK Muhammadiyah Prambanan after being trained with project-
based learning methods. This research uses classroom action research incorporating two cycles. The subjects are
27 students of class XI of SMK Muhammadiyah Prambanan in the academic year of 2013/2014. Data were
collected by assessment of practices results from the application of project based learning method. Data were
analyzed using quantitative-descriptive analysis. The results show that there was an improvement in students achievement in the Lathe Machining Technique subject with the application of project-based learning methods. In
the first cycle, the learning achievement improved from an average of 7.76 to 8.67; with mastery criteria improved
from 66.67% to 81.48%. In the second cycle, student learning achievement improved from an average of 8.67 to
9.19; with the matery criteria improved from 81.48% to 100%. The application of project-based learning method
has sucesfully improved students learning achievement in Lathe Machining Techniques in class XI TPA SMK Muhammadiyah Prambanan.
Keywords: project-based learning, student achievement, quantitative-descriptive
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan bagian penting
dari proses pembangunan nasional yang ikut
menentukan pertumbuhan suatu negara.
Pendidikan juga merupakan investasi dalam
pengembangan sumber daya manusia, dimana
peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini
sebagai factor pendukung upaya manusia dalam
mengarungi segala sisi kehidupan. Dalam
kerangka inilah pendidikan diperlukan dan
dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi
masyarakat yang ingin maju, demikian pula
halnya bagi masyarakat Indonesia yang memiliki
wilayah yang sangat luas. Pendidikan dalam
konteks resmi dapat diartikan sebagai suatu
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Volume 3, Nomor 7, Tahun 2015 482
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan pendidikan, hal
utama yang perlu mendapatkan perhatian adalah
proses belajar mengajar. Dimyati dan Mudjiono
(2009: 18) menyatakan bahwa belajar
merupakan proses internal yang kompleks, dan
melibatkan seluruh mental yang meliputi ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Kompleksitas belajar tersebut tentunya dapat
dipandang dari dua subjek, yaitu siswa dan guru.
Proses belajar mengajar tentunya turut
melibatkan beberapa komponen lain selain guru
dan siswa, yaitu tujuan, bahan, metode, evaluasi,
dan situasi. Faktor-faktor tersebut terkait satu
sama lain dan saling berhubungan dalam aktifitas
pendidikan. Komponen-komponen tersebut
sangat penting dalam suatu proses belajar
mengajar.
Beberapa SMK untuk mencapai hal
tersebut masih dihadapkan dengan berbagai
permasalahan. Salah satu sekolah yang
menghadapi permasalahan tersebut adalah SMK
Muhammadiyah Prambanan. Berdasarkan hasil
observasi yang dilaksanakan pada pembelajaran
mata diklat Teknik permesinan bubut beberapa
permasalahan dalam pembelajaran antara lain
terkait dengan kurangnya variasi metode
pembelajaran diterapkan guru. Peran guru
selama proses pembelajaran adalah sebagai
penyampai materi tunggal, sehingga guru
memiliki peran yang lebih dominan. Peran guru
yang sangat dominan dalam proses pembelajaran
menyebabkan siswa menjadi pendengar pasif
satu arah. Hanya sesekali timbul interaksi karena
ada siswa yang bertanya. Permasalahan lain yang
terjadi adalah kurangnya keaktifan siswa selama
pembelajaran berlangsung. Minimnya aktivitas
siswa dapat dilihat dari sedikitnya jumlah siswa
yang menjawab pertanyaan dari guru,
mengemukakan pendapat atau ide, menanggapi
pendapat siswa lain, serta mempresentasikan
gagasan di depan kelas.
Selama observasi dilaksanakan juga
terlihat bahwa siswa seringkali menunjukkan
perilaku bosan ketika mengikuti pembelajaran.
Hal ini dapat diketahui dari adanya siswa yang
mengantuk atau berbicara dengan temannya
selama pembelajaran berlangsung. Penggunaan
materi Teknik permesinan bubut yang secara
teknis adalah praktik, maka tidak ada
kemungkinan akan menggunakan metode
ceramah sebagaimana yang biasanya
dilaksanakan guru. Selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung, diskusi juga masih
kurang. Ketika mengerjakan tugas, sebagian
besar siswa hanya mencontoh jawaban siswa
lain.
Salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
menempuh pendidikan adalah guru. Seorang
guru dituntut untuk mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran. Guru merupakan ujung
tombak pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Oleh karena itu, baik atau tidaknya kualitas
lulusan dalam banyak hal dipengaruhi oleh
faktor guru. Kualitas guru dapat ditinjau dari dua
segi, yaitu segi proses dan dari segi hasil (E.
Mulyasa, 2006: 13). Guru dapat dikatakan
berhasil dari segi proses apabila mampu
melibatkan sebagian besar peserta didik secara
aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam
pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil, guru
dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang
diberikannya mampu mengubah perilaku
sebagian besar peserta didik kearah penguasaan
kompetensi dasar yang lebih baik.
Proses belajar mengajar merupakan hal
utama yang perlu mendapatkan perhatian dalam
mencapai tujuan belajar. Proses belajar mengajar
tentunya turut melibatkan beberapa komponen
pembelajaran. Komponen pembelajaran terdiri
dari tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran,
kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan
sumber, serta evaluasi (Syaiful Bahri Djamarah
dan Aswin Zain, 2010: 41). Faktor-faktor
tersebut terkait satu sama lain dan saling
berhubungan dalam aktifitas belajar mengajar.
Pendekatan pembelajaran berbasis
proyek (Project based learning) didukung teori
belajar konstruktivistik. Konstruktivisme adalah
teori belajar yang mendapat dukungan luas yang
Penerapan Metode Pembelajaran (Lingga Jati Nurogo)
483
bersandar pada ide bahwa siswa membangun
pengetahuannya sendiri di dalam konteks
pengalamannya sendiri. Oleh karena itu,
pembelajaran berbasis proyek direkomendasikan
oleh banyak ahli pendidikan. Pembelajaran
berbasis proyek adalah sebuah model atau
pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang
menekankan belajar kontektual melalui kegiatan-
kegiatan yang kompleks (Saidun Hutasuhut,
2010: 197). Melalui pembelajaran berbasis
proyek, siswa melakukan investigasi bersama
dengan kelompoknya. Hal ini akan mampu
meningkatkan dan menambah nilai sosial antar
siswa. Melalui pengalaman langsung, yaitu
melakukan penelitian dan melihat kondisi
lingkungan yang nyata diharapkan akan mampu
menambah wawasan siswa.
Berangkat dari permasalahan ini
penerapan metode pembelajaran berbasis proyek
dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar siswa. Pelaksanaan pembelajaran
Teknik permesinan bubut dengan metode
pembelajaran berbasis dilakukan di kelas XI
Jurusan Teknik Mesin SMK Muhammadiyah
Prambanan. Dengan menerapkan pembelajaran
berbasis proyek pada pembelajaran Teknik
permesinan bubut di kelas XI Jurusan Teknik
Mesin SMK Muhammadiyah Prambanan
diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa.
METODE PENELITIAN
JenisPenelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan
rancangan penelitian tindakan kelas (classroom
action reseach). Penelitian tindakan kelas
dilakukan dengan mengkombinasikan prosedur
penelitian dengan tindakan substantif. Penelitian
tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian
yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan.
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan rasional dari tindakan-tindakan
dalam melaksanakan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana
pembelajaran dilakukan.
Waktu danTempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16
Maret sampai dengan 30 Maret 2015. Lokasi
penelitian berada di SMK Muhammadiyah
Prambanan
Target/Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas XI TPA SMK Muhammadiyah Prambanan
tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan
pertimbangan dari guru mata pelajaran Teknik
permesinan bubut di SMK Muhammadiyah
Prambanan, maka dalam penelitian ini memilih
kelas XI TPA Adapun objek yang diteliti dalam
penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran,
aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran teknik permesinan bubut.
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
Data
Metode pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini adalah observasi
dan tes. Metode observasi digunakan untuk
mengetahui aktivitas belajar siswa. Pada
penelitian ini, observasi dilakukan melalui proses
pencatatan pola perilaku subjek, objek atau
kejadian yang sistematik tanpa adanya
pertanyaan atau komunikasi dengan individu-
individu yang diteliti. Tes dilakukan untuk
mengetahui hasil belajar siswa pada
pembelajaran Teknik permesinan bubut. Tes
dilakukan secara praktik yaitu melakukan
pekerjaan bubut dengan mengerjakan job sheet
yang sudah dibuat.
Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian dilakukan
melalui analisis deskriptif kuantitatif. Analisis
kuantitatif dilakukan untuk mejabarkan data
kuantitatif yang diperoleh dari pelaksanaan
penelitian. Alat-alat analisis yang digunakan
pada penelitian ini adalah analisis deskriptif.
Analisis Analisis deskriptif digunakan untuk
mengetahui gambaran mengenai data penelitian.
E-Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Volume 3, Nomor 7, Tahun 2015 484
Analisis deskriptif dilakukan terhadap hasil tes
yang diberikan pada siswa.
Hasil tes prestasi belajar yang diberikan
kepada siswa kemudian digambarkan melalui
nilai rata-rata, nilai minimal dan nilai maksimal.
Selain deskripsi data prestasi belajar melalui
nilai rata-rata, nilai minimal dan nilai maksimal,
juga dilakukan pengkategorian nilai siswa
dengan Pendekatan Acuan Patokan (PAP). Jenis
PAP yang digunakan adalah PAP tipe I. Dalam
Penilaian Acuan Patokan tipe I ini batas minimal
(passing score) yang dianggap dapat meluluskan
dari derajat penguasaan kompetensi yang
dituntut minimal 65%. Derajat penguasaan
kompetensi minimal 65% diberi nilai cukup
(Widanarto, 2006). Untuk tingkat dan kriteria
skor pada penguasaan kompetensi PAP1 dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Penguasaan Kompetensi PAP I
Tingkat
PenguasaanKompetensi Kriteria
90%-100% SangatBaik
80%-89% Baik
65%-79% KurangBaik
< 64% TidakBaik
Bila nilai dikoreksi dengan Penilaian
Acuan Patokan tipe I, maka diperoleh hasil
sebagai kompetensi nilai dengan skor maksimal
100.
HASIL PENELITIAN
Siklus 1
Hasil pengamatan siklus I dicatat dalam
lembar observasi yang telah dipersiapkan.
P