e-Journal
Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
e-journal
FAPET UNUD Universitas
Udayana
Elektronik Jurnal Peternakan Tropika
dipublikasikan oleh:
Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Jl. P. B. Sudirman, Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1
Telp. 0361-235231/222096
email: [email protected]
Volume Nomor Tahun
VIII 2 2020
DAFTAR ISI
Effect of Replacement of Commercial Ration with Mung Bean Sprout Waste Flour to
the Male Bali Duck Digestion System
Maulana A, I M. Suasta, I M. Suasta, D. P. M. A. Candrawati 216-231
1. Artikel eJPT 8(2)_Maulana, A.,et.al (Bahasa Indonesia)
EFFECT OF REPLACEMENT OF COMMERCIAL RATION WITH FERMENTED GREEN
BEAN SPROUT WASTE FLOUR ON THE APPEARANCE OF BALI DUCKS COMMERCIAL
RATION WITH FERMENTED GREEN BEAN SPROUT WASTE FLOUR ON THE APPEARANCE OF
BALI DUCKS
Witarja N. M. L.E, N W. Siti, A. A. P. P. Wibawa 232-242
2. Artikel eJPT 8(2)_Witarja, N. M. L. E.,et.al (Bahasa Indonesia)
PERSENTAGE OF INTERNAL ORGANS IN BALI PIGS FED POLLARD-CORN BASE FEED
WITH ESENTIAL AMINO ACID SUPLEMENTATION
Budiadnyana I G., A. A. P. P. Wibawa, I K. Sumadi 243-255
3. Artikel eJPT 8(2)_Budiadnyana, G. I.,et.al (Bahasa Indonesia)
THE INFLUENCE OF ESSENTIAL AMINO ACIDS ON POLLARD-CORN FEED BASE TO
THE BODY DIMENSIONS OF THE BALI PIG
Lewis I K. L., I K. Sumadi, A. A. P. P. Wibawa 255-267
4. Artikel eJPT 8(2)_Lewis, L. K. I.,et.al (Bahasa Indonesia)
e-Journal
Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
e-journal
FAPET UNUD Universitas
Udayana
PANDUAN BAGI PENULIS
Ketentuan Umum
1. Naskah yang dikirim merupakan naskah asli/orisinil dan belum pernah diterbitkan
(Naskah dari mahasiswa untuk penyelesaian tugas akhir dalam level S1 minimal berasal
dari naskah seminar tugas akhir (Seminar hasil penelitian/Pra-Skripsi) yang telah
disahkan/Acc oleh tim penguji dan pembimbing, sedangkan untuk penulis lain naskah
disesuaikan dengan aturan ilmiah yang berlaku umum)
2. Lingkup ejurnal ini memuat hal-hal yang menyangkut dunia peternakan dalam bentuk
hasil penelitian, kegiatan ilmiah, kajian pustaka dan/atau gagasan dengan topik aktual.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang
ditentukan
4. Penulis mengirim 2 (dua) eksemplar naskah ke redaksi yang dilengkapi dengan softcopy
(berupa CD) atau naskah dapat pula dikirim via email dalam bentuk program Microsoft
Word.
5. Naskah dan Softcopy (CD) dikirim kepada:
Redaksi eJournal Peternakan Tropika
d.a Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Gedung Agrokompleks Lantai 1 Kampus UNUD Denpasar
Jl. P. B. Sudirman Denpasar, Bali
Telp. 0361-222096 / HP. 081338791005
Email: [email protected]
Standar Penulisan
1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word dengan jarak 1.5 spasi kecuali
Judul, Abstrak, Judul Tabel, Judul Gambar, dan lampiran yang diketik 1 spasi. Naskah
dicetak pada kertas ukuran A4, dengan huruf Time New Roman berukuran 12 point
(kecuali Judul berukuran font 14); margin atas dan margin kiri berukuran 3 cm,
sedangkan margin kanan dan margin bawah berukuran 2 cm.
2. Judul dari Makalah, Abstrak, Abstract, bab (Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil
dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan Terima Kasih), dan Daftar Pustaka
ditulis dengan Huruf Kapital. 12 point (Bold) (kecuali Judul memakai font 14 point).
Font Time New Roman.
3. Nama Penulis, Sub Bab, Institusi, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya. ditulis dengan
diawali dengan Huruf Kapital. 12 point. Time New Roman. Institusi penulisan tidak di
Bold, sedangkan Nama Penulis, Sub Bab, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya,
penulisan di Bold
4. Naskah ditulis maksimum 20 halaman dan setiap halaman tidak perlu diberi nomor
(Nomor akan diisi oleh tim penyusun, disesuaikan dengan urutan publikasi naskah).
5. Naskah hasil penelitian disusun dengan urutan judul, nama penulis dan nama instansi,
alamat korerspondensi (email dan No. Telpon/HP), abstrak (dalam bahasa Inggris dan
Bahasa Indonesia), pendahuluan, metode (sosial ekonomi) atau materi dan metode
(eksakta), hasil dan pembahasan, simpulan (+ saran), ucapan terima kasih, dan daftar
pustaka.
Sedangkan naskah kajian pustaka/gagasan aktual disusun dengan urutan judul, nama
penulis dan nama instansi/institusi, alamat korespondensi (email dan No. Telpon/HP),
abstrak (dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), pendahuluan, masalah dan
pembahasan, ucapan terima kasih, dan daftar pustaka.
TATA CARA PENULISAN NASKAH
1. JUDUL, harus singkat, spesifik dan informatif yang menggambarkan isi naskah,
maksimal 20 kata. Untuk kajian pustaka, dibelakang judul agar ditulis: Suatu kajian
Pustaka. Untuk gagasan Aktual, dibelakang judul agar ditulis: Suatu Gagasan Aktual.
Judul ditulis dengan hurup kapital. Time New Roman berukuran 14 point (Bold), jarak
1 (satu) spasi dan terletak ditengah-tengah tanpa titik.
2. Nama Penulis, ditulis nama lengkap tanpa gelar akademis. Artikel yang ditulis oleh
Mahasiswa melibatkan juga pembimbing dan/atau orang yang terlibat dengan
penelitian/artikel yang ditulis. Sedangkan penulis dari kalangan umum, penulis
mencerminkan pemilik dari artikel/penelitian/gagasan yang akan dimuat. Penulisan
nama penulis pertama artikel dimulai dari nama utama yang akan dimuat, diikuti
dengan pendukung (nama urutan kelahiran/marga/dll) sedangkan penulisan nama
penulis ke-2 dan selanjutnya disusun sesuai dengan urutan nama bersangkutan. Nama
utama ditulis utuh, sedangkan nama pendukung disingkat dengan satu huruf/singkatan
umum yang berlaku.
3. Nama Lembaga/Instansi/Institusi, nama lembaga/institusi ditulis secara lengkap
disertai alamat.
4. Alamat Korespondensi (No. Telpon dan email), No. Telp dan alamat email yang
ditulis adalah yang aktif untuk memudahkan komunikasi terkait artikel yang akan
dipublikasikan
5. ABSTRAK, ditulis dalam Bahasa Indonesia (ABSTRAK) dan Bahasa Inggris
(ABSTRACT). Abstrak ditulis dalam 1 paragraf yang berisikan tujuan penelitian,
metode, hasil dan simpulan. Abstrak tidak lebih dari 250 kata. diketik satu spasi
6. Kata Kunci (key Word), diketik miring, maksimal 5 kata yang merupakan kata-kata
utama dari artikel, 1 (dua) spasi setelah abstrak + 12 pt setelah abstrak.
7. PENDAHULUAN. Berisi latar belakang permasalahan, fakta/data dari pustaka
mendukung, solusi/alternative solusi serta tujuan penulisan. Dalam mengutip pendapat
orang dipakai sistem nama dan tahun. Contoh: Udayana (2005); Quan et al. (2002)
8. MATERI DAN METODE. ditulis lengkap dan terperinci terutama desain penelitian.
Metode penelitian mengikuti acuan yang berlaku dengan mencantumkan sumbernya.
9. HASIL DAN PEMBAHASAN. Menyajikan uraian hasil penelitian dan pembahasan
hasil secara jelas dan komprehensif . Penulisan hasil dan pembahasan disatukan
(bukan terpisah hasil saja / pembahasan saja)
Ilustrasi (Tabel, Grafik, Histogram, Sketsa, Gambar)
a. Judul Tabel, grafik, histogram, sketsa, dan/atau gambar diberi nomor urut, judul
singkat tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ditulis menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 12 point (Bold), awal kata menggunakan hurup
kapital (kecuali kata penghubung), dengan jarak 1 (satu) spasi
b. Isi Tabel/Ilustrasi lain ditulis dengan Font Time New Roman 11 - 12 point
(disesuaikan dengan ukuran/isi table). Isi item Tabel/Ilustrasi lain yang
disingkat/istilah khusus dapat diisi notasi baik berupa huruf/angka yang selanjutnya
wajib diberi keterangan terkait notasi tersebut
c. Keterangan Tabel/Ilustrasi ditulis dari disebelah kiri bawah menjulur ke kanan (bisa
dipisah setiap notasi atau menjalur terus untuk kesemua notasi), menggunakan
huruf Times New Roman berukuran 11 point, dengan jarak 1 (satu) spasi + 6 pt
setelah Ilustrasi. Penulisan tanda atau notasi untuk data yang dianalisis dengaan
analisis statistik menggunakan superskrip berbeda pada baris/kolom yang sama
yang menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) atau berbeda sangat nyata (P<0,01)
d. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan
tanda koma ( , ), untuk bahasa Inggris digunakan titik ( . ).
e. Grafik, gambar dan Foto: Grafik dibuat dalam program excel, Gambar baik berupa
gambar biasa/foto harus tajam dengan resolusi tinggi
f. Satuan pengukuran menggunakan sistem internasional (SI)
g. Nama Latin, Yunani/Daerah dicetak miring. Istilah asing/khusus diberi tanda petik
10. SIMPULAN DAN SARAN (bila diperlukan). ditulis secara singkat dan jelas
11. UCAPAN TERIMA KASIH. disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu
sehingga penelitian/artikel dapat dihasilkan, misalnya pemberi gagasan, pemilik
proyek/penyandang dana (pembimbing tugas akhir tidak perlu diberi ucapan terima
kasih, pembimbing tugas akhir langsung diisi sebagai penulis) dll
12. DAFTAR PUSTAKA. Memuat nama pengarang yang dirujuk dalam naskah, disusun
menurut abjad pengarang dan tahun penerbitan. Untuk buku dicantumkan semua nama
penulis, tahun, judul buku, penerbit dan tempat. Untuk jurnal dicantumkan nama
penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi dan halaman.
Artikel dalam buku dcicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul
buku, penerbit dan tempat. Artikel internet dicantumkan nama penulis, tahun dibuat,
judul tulisan, alamat web, waktu akses.
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA
REDAKTUR / KETUA EDITOR
I Made Mudita, S.Pt., MP
EDITOR
Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS
Prof. Dr. I Komang Budaarsa, MS
Prof. Dr. I Gusti Nyoman Bidura, MS
Ir. Desak Putu Mas Ari Candrawati, MSi
Eny Puspani, SPt., MSi
I Wayan Wirawan, SPt., MP
Anak Agung Putu Putra Wibawa, SPt., MSi
Dr. Ir. Tjokorda Gde Belawa Yadnya, MS
Dr. Ir. Ni Wayan Siti, MSi
Dr. Ir. Ni Putu Mariani, MSi
Ir. Ni Putu Sarini, MSc
Dr. Budi Rahayu Tanama Putri, SPt, MM
I Wayan Sukanata, SPt., MSi
ALAMAT REDAKSI:
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA Jl. P.B. Sudirman Denpasar. GedungAgrokompleks Lantai 1
Telp. 0361- 222096 / 235231
Email: [email protected]
Email: [email protected] www.ojs.unud.ac.id
e-Journal
Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
e-journal
FAPET UNUD
232
PENGARUH PENGGANTIAN RANSUM KOMERSIAL DENGAN
TEPUNG LIMBAH KECAMBAH KACANG HIJAU DIFERMENTASI
TERHADAP PENAMPILAN ITIK BALI
Witarja, N. M. L. E., N. W. Siti, A. A. P. P. Wibawa Program Studi Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali
e-mail: [email protected], Telp +62878 6134 6710
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggantian ransum komersial
dengan tepung limbah kecambah kacang hijau difermentasi terhadap penampilan itik bali
jantan umur 0-8 minggu. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
tiga perlakuan, tiap perlakuan menggunakan lima ulangan dan setiap ulangan menggunakan
tiga ekor itik bali jantan dengan berat badan itik 43,8 ± 0,96 g. Perlakuan yang diberikan
yaitu; P0 (ransum komersial 100%), P1 (penggantian 12,5% ransum komersial dengan tepung
limbah kecambah kacang hijau difermentasi) dan P2 (penggantian 25% ransum komersial
dengan tepung limbah kecambah kacang hijau difermentasi). Variabel yang diamati dalam
penelitian ini adalah berat badan awal, konsumsi ransum, konsumsi air minum, berat badan
akhir, pertambahan berat badan dan Feed Convertion Ratio. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penggantian 12,5% dan 25% ransum komersial dengan tepung limbah kecambah
kacang hijau difermentasi berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum,
konsumsi air minum, berat badan akhir, pertambahan berat badan dan FCR. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan penggantian sampai 25% ransum komersial dengan tepung
limbah kecambah kacang hijau difermentasi tidak menurunkan penampilan itik bali jantan.
Kata kunci : Itik bali, limbah,kacang hijau, ransum komersial, fermentasi
EFFECT OF REPLACEMENT OF COMMERCIAL RATION WITH
FERMENTED GREEN BEAN SPROUT WASTE FLOUR ON
THE APPEARANCE OF BALI DUCKS
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of replacing commercial rations with
fermented mung bean sprouts flour on the appearance of male Bali ducks aged 0-8 weeks.
The study used a Completely Randomized Design (CRD) with three treatments, each
treatment using five replications and each repetition used three male Bali ducks with a duck
weight of 43,8 ± 0,96g. The treatment given is; P0 (100% commercial ration), P1
(replacement of 12,5% commercial ration with fermented mung bean sprout waste flour) and
P2 (replacement of 25% commercial ration with fermented mung bean sprout waste flour).
The variables observed in this study were initial body weight, feed consumption, drinking
Submitted Date: May 15, 2020 Accepted Date: Juny 17, 2020 Editor-Reviewer Article;: N. Pt. Mariana & Dsk. P.M.A Candrawati
Witarja, N. M. L. E., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 2 Th. 2020: 232 – 242 Page 233
water consumption, final body weight, weight gain and Feed Convertion Ratio. The results
showed that the replacement of 12,5% and 25% commercial rations with fermented mung
bean sprouts flour had no significant effect (P>0,05) on ration consumption, drinking water
consumption, final body weight, weight gain and FCR. Based on the results of the study it can
be concluded that the replacement of up to 25% of the commercial ration with fermented
mung bean sprouts did not lose the superiority of male Bali ducks.
Keywords :Bali ducks, waste, green beans, commercial rations, fermentation
PENDAHULUAN
Kontribusi ternak itik terhadap penyedia daging nasional tergolong sangat kecil.
Tahun 2015, produksi daging itik secara nasional hanya 34,08 ton, jauh lebih kecil
dibandingkan dengan produksi daging ayam broiler yang mencapai 1.627,1 ton (Dirjennak
dan Kesehatan Hewan, 2015). Kurangnya produksi daging itik disebabkan oleh berbagai
kendala, antara lain masih rendahnya populasi itik yang ada, selain kenyataan bahwa daging
itik mempunyai citra sebagai daging merah dengan aroma anyir dan cenderung amis
(Udayana, 2000). Salah satu itik lokal Indonesia yang paling potensial untuk dikembangkan
adalah itik bali.
Meningkatnya kebutuhan daging itik setiap tahun membuat minat masyarakat untuk
beternak itik terus meningkat. Salah satu kendala utama dalam beternak itik adalah tingginya
biaya ransum. MenurutYadnya et al., 2014 biaya ransum dapat mencapai 60% dari total
biaya produksi. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dicari bahan pakan alternatif yang
lebih murah, memiliki kandungan nutrisi yang baik, terjamin ketersediaanya dan tidak
bersaing dengan manusia seperti limbah kecambah kacang hijau (Rasyaf, 2000).
Limbah kecambah kacang hijau merupakan sisa produksi kecambah yang terdiri atas
kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan kecambah (Christiana, 2012). Produksi kacang hijau
secara nasional sekitar 271.463 ton pada tahun 2015 dan berpeluang untuk menghasilkan
limbah kecambah sebesar 407.194,5 ton.Limbah kecambah kacang hijau mengandung energi
metabolisme (EM) 2689 kkal/kg3, protein kasar (PK) 12,09%, lemak kasar (LK) 1,18%, dan
serat kasar (SK) 50,89% (Puspitasary et al., 2018). Pakan yang berserat kasar tinggi tidak bisa
diberikan secara langsung pada unggas karena didalam saluran pencernaan unggas tidak
terdapat mikroba yang mampu mencernaserat kasar tersebut, sehingga memerlukan perlakuan
fermentasi untuk menurunkan kadar serat kasar (Pamungkas, 2011).
Fermentasi merupakan suatu proses pengolahan bahan yang umumnya mengandung
serat kasar yang tinggi dengan menggunakan mikroorganisme seperti Effective
Witarja, N. M. L. E., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 2 Th. 2020: 232 – 242 Page 234
Microorganisme (EM). Proses fermentasi dengan menggunakan mikroba seperti Effective
Microorganisme (EM) dapat meningkatkan nilai kecernaan dan menambah rasa dan aroma
serta meningkatkan vitamin dan mineral. Ada penelitian dari Puspitasary et al. (2018)
menyatakan bahwa pemberian pakan yang mengandung limbah kecambah kacang hijau yang
difermentasi sampai 15% tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot
badan dan konversi ransum itik lokal. Informasi tentang penelitian penggantian limbah
kecambah kacang hijau difermentasi dalam ransum terhadap penampilan itik bali jantan umur
0-8 minggu masih kurang.
Berdasarkan uraian di atas, penting dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh
penggantian ransum komersial dengan tepung limbah kecambah kacang hijau difermentasi
terhadap penampilan itik bali jantan umur 0-8 minggu.
MATERI DAN METODE
Tempat dan lama penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Peternakan, Universitas Udayana
yang berlokasi di jalan Raya Sesetan Gang Markisa no 5, Kelurahan Sesetan, Kecamatan
Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Lama penelitian yaitu selama 8 minggu dari bulan Juni
sampai Agustus tahun 2019.
Ternak
Itik yang di gunakan dalam penelitian ini adalah itik bali jantan berjumlah 45 ekor
dengan bobot badan 43,8 ± 0,96 g. Bibit itik bali ini diperoleh dari peternakan UD. Erna
beralamat di Kediri, Kabupaten Tabanan.
Kandang dan perlengkapan
Dalam penelitian ini menggunakan kandang Battery Colony sebanyak 15 petak,
kerangka utama dari bambu dengan ukuran kandang panjang 80 cm, lebar 65 cm, tinggi 50
cm, alas kandang terbuat dari kawat dengan jarak dari lantai 57 cm dan bagian atap kandang
terbuat dari asbes dan lantai dari beton. Semua petak kandang terletak dalam sebuah
bangunan berukuran 7,96 m x 4,98 m, membujur dari timur ke barat.Setiap petak kandang di
lengkapi dengan tempat pakan yang terbuat dari pipa paralon dengan ukuran 40 cm dan
tempat minum terbuat dari botol minuman mineral 1,5 L. Di bawah tempat pakan diletakkan
selembar plastik untuk menampung ransum yang jatuh. Untuk mengurangi bau dan
kelembaban akibat kotoran itik, serta memudahkan pembersihan, maka lantai kandang diberi
sekam yang akan diganti setiap tiga hari sekali.
Witarja, N. M. L. E., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 2 Th. 2020: 232 – 242 Page 235
Peralatan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu alat tulis untuk mencatat setiap
kegiatan yang di laksanakan dari awal pemeliharaan sampai akhir pemotongan ternak;
timbangan elektrik 5 kg dengan kepekaan 1 g yang digunakan untuk menimbang berat badan
itik, bahan-bahan penyusun ransum, dan sisa ransum; baskom yang berukuran sedang untuk
mencampur ransum, kantong plastik untuk tempat perlakuan ransum; gelas ukur 1 liter untuk
mengukur volume air dan sisa air; ember yang berukuran besar untuk menampung air dan sisa
air; lembaran plastik dan nampan diletakan di bawah tempat makan dan minum untuk
menampung pakan dan air yang berjatuhan.
Ransum dan air minum
Ransum yang digunakan terdiri dari ransum komersial 511 dan tepung limbah
kecambah kacang hijau difermentasi. Air minum yang digunakan adalah air yang berasal dari
sumur. Komposisi penyusun ransum dapat dilihat pada Tabel 1. dan kandungan nutrien dalam
ransum terdapat pada Tabel 2.
Tabel 1. Komposisi penyusun ransum
Komposisi Ransum
Perlakuan1)
P0 P1 P2
CP 511 100 87,5 75
Tepung limbah Kecambah Kacang Hijau Fermentasi 0 12,5 25
Total 100 100 100 Keterangan:
1) P0 : Ransum kontrol tanpa tepung limbah kecambah kacang hijau fermentasi.
P1 : Ransum mengandung 12,5% tepung limbah kecambah kacang hijau fermentasi.
P2 : Ransum mengandung 25% tepung limbah kecambah kacang hijau fermentasi.
Tabel 2. Kandungan nutrien dalam ransum
Kandungan Nutrien
Ransum Perlakuan1)
Standar2)
P0 P1 P2
Energi Metabolis (kkal/kg) 3.100 3023,5 2947 Min. 2.700
Protein Kasar (%) 22 20,9525 19,905 Min. 18
Lemak kasar (%) 7 6,20625 5,4125 7,0
Serat kasar (%) 4 9,35375 14,7075 7,0
Kalsium (Ca) (%) 0,9 0,835 0,77 0,9-1,2
Fospor (P) (%) 0,6 0,57375 0,5475 0,6 – 1,0 Keterangan
1) P0 : Ransum kontrol tanpa tepung limbah kecambah kacang hijau difermentasi.
P1 : Ransum mengandung 12,5% tepung limbah kecambah kacang hijau dfermentasi.
P2 : Ransum mengandung 25% tepung limbah kecambah kacang hijau fermentasi.
2) Standar SNI 2008.
Witarja, N. M. L. E., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 2 Th. 2020: 232 – 242 Page 236
Pengacakan itik
Sebelum penelitian dimulai, untuk mendapatkan berat badan itik yang homogen, maka
semua itik sebanyak (60 ekor), ditimbang untuk mencari bobot badan rata-rata (x) g dan
standar deviasinya. Itik yang digunakan adalah yang memiliki kisaran bobot badan rata-rata
43,8 ± 0,96 g sebanyak 45 ekor. Itik tersebut kemudian dimasukan ke dalam 15 unit kandang
secara acak dan masing-masing unit diisi 3 ekor.
Pembuatan tepung limbah kecambah kacang hijau difermentasi
Limbah kecambah kacang hijau di jemur di bawah sinar matahari hingga kering
setelah itu di giling sampai halus lalu tepung limbah kecambah lalu fermentasi menggunakan
EM (Effective Microorganisme) yang telah dicampur dengan molases (Produk CV. Timan
Agung) simpan di dalam wadah tertutup rapat dalam keadaaan anaerob (tanpa oksigen).
Diamkan selama 3 hari, setelah itu siap untuk dicampur pada ransum.
Pencampuran ransum
Sebelum mencampur ransum terlebih dahulu mempersiapkan alat-alat seperti
timbangan, wadah plastik dan baskom yang sudah di beri label perlakuan. Pencampuran
ransum dilakukan dengan cara menimbang terlebih dahulu bahan-bahan penyusun ransum.
Penimbangan di mulai dari bahan-bahan yang jumlahnya paling banyak, dilanjutkan dengan
penimbangan bahan yang jumlahnya lebih sedikit. Bahan ransum yang sudah ditimbang
diratakan diatas karung agar tidak berserakan, untuk bahan yang paling banyak ditempatkan
paling awal kemudian bahan yang menengah hingga bahan paling sedikit, kemudian diaduk
secara silang sampai homogen dan di aduk secara menyeluruh, begitu pula dengan perlakuan
berikutnya. Setelah bahan-bahan tercampur rata masukan ransum pada baskom yang telah
beri label.
Pemberian ransum dan air minum
Ransum dan air minum diberikan ad libitum (tersedia setiap saat). Penambahan
ransum dan air minum diberikan sesuai kebutuhan. Tempat pakan diisi 3/4 untuk menghindari
ransum tercecer pada saat itik makan.
Rancangan penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) terdiri dari 3 perlakuan yaitu; (P0): pemberian ransum tanpa tepung limbah kecambah
kacang hijau fermentasi, (P1): Ransum mengandung 12,5% tepung limbah kecambah kacang
hijau fermentasi, (P2): Ransum mengandung 25% tepung limbah kecambah kacang hijau
Witarja, N. M. L. E., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 2 Th. 2020: 232 – 242 Page 237
fermentasi. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali dan setiap ulangan menggunakan 3 ekor
itik, sehingga total itik yang digunakan adalah 3 x 5 x 3 = 45 ekor.
Variabel yang diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini yakni :
1. Berat Badan Awal (BB Awal) : Penimbangan dilakukan pada awal penelitian.
2. Konsumsi ransum, diukur dengan cara jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan
jumlah pakan yang tersisa, pengukuran pakan dilakukan dengan menggunakan timbangan.
3. Konsumsi air minum, diukur setiap hari dengan cara jumlah air minum yang diberikan
dikurangi dengan jumlah air minum yang tersisa, pengukuran air minum dilakukan dengan
menggunakan gelas ukur.
4. Berat Badan Akhir (BB Akhir) : Penimbangan dilakukan pada akhir penelitian. Sebelum
penimbangan, terlebih dahulu itik dipuasakan selama 12 jam.
5. Pertambahan Berat Badan (PBB), dengan menghitung selisih antara berat badan akhir
dikurangi berat badan awal.
6. “Feed Convertion Ratio” (FCR) merupakan pembagian antara konsumsi ransum dengan
pertambahan berat badan.
Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila diantara perlakuan terdapat
perbedaan yang nyata (P < 0,05) maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan
(Steel dan Torrie, 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian penggantian ransum komersial dengan tepung limbah kecambah
kacang hijau difermentasi terhadap penampilan itik bali jantan umur 0-8 minggu yang
meliputi : berat awal, konsumsi ransum, konsumsi air minum, berat badan akhir, pertambahan
berat badan, dan Feed Convertion Ratio(FCR) disajikan pada Tabel 3.
Witarja, N. M. L. E., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 2 Th. 2020: 232 – 242 Page 238
Tabel 3. Pengaruh penggantian ransum komersial dengan tepung limbah kecambah
kacang hijau difermentasi terhadap penampilan itik bali jantan umur 0-8
minggu
Variabel Perlakuan
1)
SEM3)
P0 P1 P2
Berat Badan Awal (g) 43,87a2)
43,80a
43,80a
0,12
Konsumsi Ransum (g/ekor) 5.232,27a
5.428,87a
5.663,93a
117,28
Konsumsi Air Minum (ml/ekor) 8.254,22a
7.674,44a
8.213,16a
257,54
Berat Badan Akhir (g/ekor) 1.454,27a
1.478,20a
1.445,60a
35,25
Pertambahan Berat Badan (g/ekor) 1.410,40a
1.434,40a
1.401,80a
35,25
FCR 3,71a
3,79a
4,05a
0,10 Keterangan :
1) P0 : Itik yang diberi ransum komersial 100%.
P1 : Penggantian 12,5% ransum komersial dengan tepung limbah kecambah kacang hijau fermentasi.
P2 : Penggantian 25% ransum komersial dengan tepung limbah kecambah kacang hijau fermentasi.
2) Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukan berbeda tidak nyata (P>0,05).
3) SEM (Standart Error of the Treatment Means).
Berat badan awal
Rataan berat badan awal pada perlakuan P0 (Itik yang diberi ransum komersial 100%)
memiliki berat 43,87 g (Tabel 3.), sedangkan perlakuan penggantian 12,5% (P1) dan 25%
(P2) ransum komersial dengan tepung limbah kecambah kacang hijau sama sebesar 0,15%
lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan P0 dan pada perlakuan P2 menghasilkan berat
badan awal sama dengan perlakuan P1, secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).
Konsumsi ransum
Rataan jumlah ransum yang dikonsumsi selama delapan minggu pada perlakuan P0
yaitu 5.232,27 g/ekor/8minggu (Tabel 3.), sedangkan pada perlakuan P1 dan P2 meningkat
masing – masing 3,62% dan 7,62% jika dibandingkan dengan perlakuan P0, dan pada
perlakuan P2 mengkonsumsi ransum lebih tinggi 4,15% dibandingkan dengan perlakuan P1,
secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).Hal ini disebabkan kandungan nutrisi ransum
pada ketiga perlakuan tidak berbeda baik kandungan energi maupun protein. Sesuai dengan
pernyataan Wahyu (2004), faktor utama yang mempengaruhi konsumsi ransum adalah
kandungan energi metabolisme dan unggas akan berhenti makan apabila kebutuhan akan
energi sudah terpenuhi walaupun tembolok belum penuh. Pernyataan tersebut diperkuat oleh
Zurmiati et al. (2017) yang menyatakan konsumsi dipengaruhi oleh kandungan nutrisinya,
semakin rendah energi dan protein yang diberikan semakin tinggi konsumsi ransum karena
ternak akan terus makan sampai energinya terpenuhi dan sebaliknya. Semakin banyak itik
mengkonsumsi ransum maka semakin banyak air minum yang dikonsumsi. Hasil ini sesuai
dengan hasil penelitian Puspitasary et al.(2018), bahwa pemberian pakan mengandung limbah
Witarja, N. M. L. E., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 2 Th. 2020: 232 – 242 Page 239
tauge kacang hijau fermentasi tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum, pertambahan
bobot badan, dan konversi ransum itik lokal.
Konsumsi air minum
Rataan jumlah air minum yang dikonsumsi selama delapan minggu penelitian pada
perlakuan P0 adalah 8.254,22 ml/ekor/8minggu (Tabel 3.), sedangkan pada perlakuan P1 dan
P2 masing – masing 7,02% dan 0,50% lebih rendah dari perlakuan P0 dan perlakuan P2
mengkonsumsi air minum lebih tinggi 6,56% dibandingkan dengan perlakuan P1, secara
statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).Rataan konsumsi air minum itik selama delapan minggu
penelitian tersaji dalam Tabel 3. Pengaruh penggantian ransum komersial 12,5% (P1) dan
25% (P2) dengan tepung limbah kecambah kacang hijau difermentasi secara statistik
memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi air minum. Hal ini
disebabkan konsumsi air minum berbanding lurus dengan konsumsi ransum. Makin banyak
itik mengkonsumsi ransum maka akan semakin banyak memerlukan air. Hal ini disebabkan
air minum sangat diperlukan untuk melarutkan ransum dalam saluran pencernaan ternak
(Anggrodi, 1985) dan sebagai alat transportasi zat-zat makanan untuk disebarkan ke seluruh
tubuh sehingga dibutuhkan lebih banyak air dari pada makanannya (Dewi, 2014). Faktor
meningkatnya konsumsi air minum pada unggas dipengaruhi oleh jenis dan jumlah ransum
yang dikonsumsi, suhu lingkungan, serta besar kecilnya tubuh ternak (Wahyu, 2004). Hasil
ini sama dengan hasil penelitian Laksmana et al. (2019), bahwa pengaruh penggantian 12%
ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau memberikan pengaruh berbeda
tidak nyata terhadap konsumsi air minum.
Berat badan akhir
Rataan hasil penelitian menunjukan bahwa itik yang diberikan perlakuan P0 mencapai
berat badan akhir 1.454,27 g/ekor/8minggu (Tabel 3.), sedangkan pada perlakuan P1 lebih
tinggi 1,62% dan P2 lebih rendah 0,60% bila dibandingkan dengan perlakuan P0 dan
perlakuan P2 memiliki berat badan akhir lebih rendah 2,21% dibandingkan dengan perlakuan
P1, secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan karena konsumsi ransum
pada setiap perlakuan secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Laksmana et al. (2019),
bahwa pengaruh penggantian 12% ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang
hijau memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap berat badan akhir.
Pertambahan berat badan
Rataan pertambahan berat badan itik selama delapan minggu pada perlakuan P0
adalah 1.410,40 g/ekor/8minggu (Tabel 3.), sedangkan pada itik yang mendapat perlakuan P1
Witarja, N. M. L. E., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 2 Th. 2020: 232 – 242 Page 240
lebih tinggi 1,67% dan P2 lebih rendah 0,61% dibandingkan itik pada perlakuan P0 dan pada
perlakuan P2 memiliki pertambahan berat badan lebih rendah 2,27% dibandingkan dengan
perlakuan P1, secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan karena
konsumsi ransum pada setiap perlakuan secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).
Laksmana et al. (2019), bahwa pengaruh penggantian 12% ransum komersial dengan tepung
kulit kecambah kacang hijau memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap
pertambahan berat badan. Hasil ini juga sama dengan hasil penelitian Puspitasary et al. (2018)
menyatakan bahwa pemberian pakan yang mengandung limbah kecambah kacang hijau yang
difermentasi sampai 15% tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan. Dikarenakan
perlakuan yang diberikan juga tidak mempengaruhi konsumsi ransum. Pendapat tersebut
diperkuat oleh Rasyid (2009) melaporkan bahwa konsumsi ransum merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan dan berkaitan dengan nutrien yang
terkandung dalam ransum.
FCR
FCR (Feed Convertion Ratio) merupakan salah satu indikator yang sangat penting
untuk mengetahui efisiensi penggunaan ransum. Semakin rendah nilai FCR, semakin tinggi
efisiensi penggunaan ransum (Anggrodi, 1985). Rataan hasil penelitian pada perlakuan P0
menghasilkan FCR 3,71 (Tabel 3.) sedangkan pada perlakuan P1 dan P2 masing – masing
sebesar 2,04% dan 8,34% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P0 dan pada perlakuan
P2 memiliki FCR lebih tinggi 6,43% dibandingkan dengan perlakuan P1, secara statistik
berbeda tidak nyata (P>0,05).Hal ini disebabkan karena konsumsi ransum dan pertambahan
berat badannya berbeda tidak nyata merupakan faktor yang mempengaruhi berbeda tidak
nyata nilai FCR pada setiap perlakuan. Nilai FCR pada penelitian ini lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil penelitian Puger et al. (2019) dimana nilai FCR itik bali jantan
yang diberikan penggantian tepung ikan dengan keong mas dalam ransum terhadap
penampilan itik bali jantan berkisar antara 3,48-3,66.Nilai FCR pada penelitian ini juga lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Laksmana et al. (2019) dimana nilai FCR itik bali
jantan yang diberikan penggantian ransum komersial dengan tepung kulit kecambah kacang
hijau terhadap penampilan itik bali jantan umur 0-8 minggu berkisar antara 3,03-3,20. Tetapi
lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Pradana et al.(2019) dimana nilai FCR itik
bali jantan yang diberikan probiotik dalam air minum berkisar antara 4,22-4,33.
Witarja, N. M. L. E., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 2 Th. 2020: 232 – 242 Page 241
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
penggantian sampai 25% ransum komersial dengan tepung limbah kecambah kacang hijau
difermentasi tidak menurunkan penampilan itik bali jantan umur 0-8 minggu. Berdasarkan
hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada peternak dan peneliti selanjutnya, bahwa
sampai 25% tepung limbah kecambah kacang hijau difermentasi dapat digunakan sebagai
pakan ternak untuk pengganti ransum komersial.
UCAPAN TERIMAKASIH
Perkenankan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Rektor
Universitas Udayana Prof. Dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S (K)., Dekan Fakultas Peternakan Dr.
Ir. I Nyoman Tirta Ariana, MS., Koordinator Program Studi Sarjana Peternakan Dr. Ir. Ni
Wayan Siti, M.Si, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Sarjana Peternakan, Fakultas
Peternakan, Universitas Udayana. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga kami
ucapkan kepada Pembibing Akademik Dr. Ir. I Ketut Sukada, M.Si. yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan kepada penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Anggrodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. UI Press, Jakarta
Christiana, N. 2012. Efisien dan Kecernaan Serat Ransum Mengandung Limbah Tauge pada
Kelinci Lokal Jantan Masa Pertumbuhan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor. (Skripsi).
Dewi, K. T., I. G. N. G, Bidura, dan D. P. M. A. Candrawati. 2014. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Daun Kelor (Moriga oleifera) Dan Bawang Putih (Allium sativum)
Melalui Air Minum Terhadap Penampilan Broiler Umur 2-6 Minggu. Peternakan
Tropika. Vol. 2. No.3. Hal 461 - 475. Situs internet :
https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/18497
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2015. Statistik Peternakan dan
Kesehatan Hewan Tahun 2015. Kementerian Pertanian RI, Jakarta.
Laksmana, K. Y. P., N. W. Siti, dan E. Puspani. 2019.Pengaruh penggantian ransum
komersial dengan tepung kulit kecambah kacang hijau terhadap penampilan itik
bali jantan umur 0-8 minggu. Peternakan Tropika. Vol. 7. No. 2. Hal 911- 921.
Situs internet : https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/18497
McNamara JP. 2006. Principles of Companion Animal Nutrition. New Jersey (US): Pearson
Prentice Hall.
Witarja, N. M. L. E., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 2 Th. 2020: 232 – 242 Page 242
Pamungkas, W. 2011. Teknologi fermentasi alternatif solusi dalam upaya pemanfaatan bahan
pakan lokal. J. Media Akuakultur6 (1) : 43-48
Pradana. I. G. G.Y., N. W. Siti, dan I. N. Ardika. 2019. Penampilan Itik Bali Jantan yang
Diberi Probiotik melalui Air Minum. Peternakan Tropika Vol. 7 No. 3 Hal 1193-
1203. Situs internet : https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/54302
Puger, A. W., E. Puspani., I. M. Nuriyasa., dan I. W. Yupardhi. 2019. Effect of replacement
of fish mill with golden snail mill in ratio to performance of male bali duck.
International Journal of Life Sciences. Vol. 3. No. 1. Page 25-30. Available at :
https://sciencescholar.us/journal/index.php/ijls/article/view/243
Puspitasary, D., R. I. Pujaningsih., dan I. Mangisah. 2018. Pengaruh Pemberian Pakan
Mengandung Limbah Tauge Kacang Hijau Fermentasi Terhadap Konsumsi
Ransum, Pertambahan Bobot Badan, dan Konversi Ransum Itik Lokal. Fakultas
Peternakan dan Pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang. (Laporan
Penelitian)
Rasyaf, M. 2000. Beternak Itik Komersial. Cetakan I Kanisius, Yogyakarta.
Rasyid H. 2009. Performa Produksi Kelinci Lokal Jantan Pada Pemberian Rumput Lapang
dan Berbagai Level Ampas Tahu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
SNI (Standar Nasional Indonesia). 2008. Kumpulan SNI Bidang Pakan Direktorat Budidaya
Ternak Non Ruminansia, Direktorat Jendral Peternakan, Departemen Pertanian,
Jakarta.
Steel, R. G. D. and J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan
Biometrik. Penerjemah: Sumantri, B. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.
Udayana, I. D. G. A. 2000. Memanfaatkan Itik Petelur Afkir. Poult. Ind. No. 246 Ed. 25
Oktober - 24 November 2000. Hal 56.
Wahyu, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Kelima. Gajah Mada University Press,
Yogjakarta.
Yadnya, T. G. B., N. G. K. Roni., dan N. M. S. Sukmawati. 2014. Pengaruh pemberian
tepung daun salam (Syzygium polyanthum walp) dalam ransum yang
disuplementasi dengan larutan Effective Microorganisme 4 (em-4) melalui air
minum terhadap karkas itik bali jantan. Majalah Ilmiah Peternakan. 17(1) : 30-32.
Zurmiati, W. M. H. Abbas, dan M. E. Mahata. 2017. Pengaruh imbangan energi dan protein
ransum terhadap pertumbuhan itik pitalah yang diberi probiotik Bacillus
amyloliquefaciens. J. Peternakan Indonesia. 19 (2) : 78–8.
Top Related