DUKUNGAN PENANGANAN
PASCAPANEN DAN PEMBINAAN
USAHA
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015
PEDOMAN TEKNIS (REVISI)
Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan
TAHUN 2015
i
KATA PENGANTAR
Pedoman Teknis ini merupakan hasil revisi yang disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan di daerah karena adanya alokasi APBN-P
tahun 2015. Revisi Pedoman teknis ini menjelaskan
mengenai pelaksanaan kegiatan penanganan pascapanen perkebunan tahun 2015 di daerah terutama dalam kaitannya dengan penyediaan sarana pascapanen dan bimbingan teknis untuk kelompok tani. Pada tahun 2015 alokasi anggaran diprioritaskan untuk komoditas kakao, kopi, pala, lada, cengkeh, karet, kelapa dan jambu mete.
Untuk mendukung tercapainya pelaksanaan kegiatan secara tertib, baik administrasi maupun teknis, agar dinas yang membidangi perkebunan dapat menjadikan pedoman teknis ini sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan.
Jakarta, 10 Maret 2015 Direktur Jenderal Perkebunan
Ir. Gamal Nasir, MSNIP. 195607281986031001
ii
DAFTAR ISI
Hal. KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR LAMPIRAN iv
I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Sasaran Nasional 3 C. Tujuan 3
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 4 A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan
Kegiatan B. Spesifikasi Teknis
4 5
III. PELAKSANAAN KEGIATAN 6 A. Ruang LingkupB. Pelaksana KegiatanC. Lokasi, Jenis dan VolumeD. Simpul Kritis
6 7 8
13
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURANBANTUAN 13 A. Pelaksanaan Pengadaan BarangB. Mekanisme Penyaluran BarangC. Pelaksanaan Kegiatan Lainnya
14 14 16
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN 16
iii
VI. MONITORING , EVALUASI DAN PELAPORAN
18
A. Jenis Laporan B. Waktu Penyampaian Laporan
18 19
VII. PEMBIAYAAN
20
VIII. PENUTUP
20
iv
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Lokasi Kegiatan Penanganan
Pascapanen Perkebunan Refocusing dan APBN-P 2015
22
Lampiran 2 Spesifikasi Sarana/Alat/Mesin Pascapanen Perkebunan
33
Lampiran 3. Peningkatan Keterampilan SDM Kelompok tani
50
Lampiran 4. Format Laporan Monitoring Dan Evaluasi Pembangunan Perkebunan 2015 Satker Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten
51
Lampiran 5. Format Laporan Perkembangan fisik Pelaksanaan Kegiatan Satker Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten
52
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkebunan merupakan salah satu sektor andalan bagi perkembangan perekonomian di Indonesia. Selain sebagai penyumbang devisa negara, sektor perkebunan juga berkontribusi sebagai penyedia lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Perkebunan sebagai sektor andalan perekonomian Indonesia tidak lepas dari permasalahan yang harus dihadapi antara lain masih rendahnya kualitas hasil (produk) yang diperoleh dari usaha perkebunan, baik itu produk primer maupun produk sekunder. Kualitas produk primer yang kurang baik akan berdampak pada kualitas hasil pengolahan sekundernya. Hal ini dapat mengakibatkan permasalahan dalam pemasaran produk komoditas perkebunan. Rendahnya mutu selain karena pengaruh perlakuan budidaya, juga karena penanganan pascapanen yang belum diterapkan sesuai standar.
Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap kualitas produk primer adalah penanganan pascapanen. Pascapanen hasil perkebunan adalah tahapan kegiatan yang dimulai dari pemanenan sampai hasil tersebut dipasarkan baik untuk dikonsumsi langsung maupun untuk bahan baku industri. Berdasarkan UU Nomor 12 tahun 1992, Pascapanen adalah meliputi kegiatan pembersihan, pengupasan, sortasi, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, standardisasi mutu, dan transportasi hasil produksi budidaya pertanian. Pascapanen bertujuan untuk meningkatkan mutu, menekan tingkat kehilangan dan/atau kerusakan, memperpanjang daya simpan dan meningkatkan daya guna dan nilai tambah hasil produk budidaya pertanian. Sedangkan di dalam Permentan Nomor 44/Permentan/
2
OT.140/10/2009, dijelaskan bahwa penanganan pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah panen sampai dengan siap dikonsumsi dan/atau diolah, meliputi : pengumpulan, perontokan, pembersihan, pengupasan, trimming, sortasi, perendaman, pencelupan, pelilinan, pelayuan, pemeraman, fermentasi, penggulungan, penirisan, perajangan, pengepresan, pengawetan, pengkelasan, pengemasan, penyimpanan, standarisasi mutu dan pengangkutan hasil pertanian asal tanaman.
Kegiatan penanganan pascapanen tanaman perkebunan di tingkat petani umumnya belum memperhatikan penerapan teknologi penanganan pascapanen sesuai anjuran, juga masih dijumpai penggunaan alat yang sederhana dengan perlakuan secara tradisional, serta panen yang dilakukan tidak tepat waktu, sehingga mutu produk yang dihasilkan rendah dan kurang memiliki daya saing.
Berdasarkan kenyataan tersebut, untuk mendorong peningkatan produksi tanaman perkebunan baik secara kuantitas maupun kualitas, diperlukan upaya pembinaan kepada para petani perkebunan agar dapat menerapkan teknologi pascapanen yang baik dan benar berbasis Good Handling Practices (GHP) serta menerapkan prinsip-prinsip Good Agricultural Practices (GAP), sehingga pada akhirnya bisa mendapatkan nilai tambah dan kesejahteraan yang lebih baik dari hasil usaha taninya.
3
B. Sasaran Nasional
1. Mendukung Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas melalui kegiatan penanganan pascapanen di provinsi sentra produksi.
2. Dihasilkannya produk yang bermutu sesuai dengan permintaan pasar sehingga memiliki nilai tambah dan daya saing baik di tingkat lokal maupun global.
3. Terfasilitasinya kebutuhan kelompok tani/ gapoktan dalam memperoleh dan memanfaatkan teknologi pascapanen secara optimal.
C. Tujuan
Tujuan disusunnya pedoman teknis peralatan penanganan pascapanen tanaman perkebunan adalah :
1. Memberikan petunjuk dan acuan bagi petugas di provinsi dan kabupaten/kota dalam pelaksanaan kegiatan penanganan pascapanen tanaman perkebunan.
2. Meningkatkan pencapaian mutu produk hasil perkebunan melalui penanganan pascapanen di tingkat petani/kelompok tani.
3. Meningkatkan nilai tambah, daya saing dan harga jual hasil perkebunan.
4
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
Pada era industri sekarang ini dan dalam rangka memasuki era globalisasi upaya peningkatan mutu hasil perkebunan rakyat sudah saatnya diarahkan melalui pendekatan agrobisnis. Dengan pola ini, petani tidak lagi dilihat sebagai individu dengan kemampuan bidang produksi yang terbatas. Untuk itu, upaya yang perlu dilakukan adalah :
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
1. Pelaksanaan kegiatan ditempuh melalui pendekatan kelompok pada satu wilayah pertanaman perkebunan dengan harapan para petani mampu melakukan penanganan pascapanen dengan menghasilkan produk primer yang bermutu.
2. Kelompok tani terpilih adalah kelompok tani yang aktif dan berfungsi serta jelas kepengurusannya. Penentuan kelompok tani terpilih dilakukan melalui seleksi oleh petugas dinas yang membidangi perkebunan serta ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan.
3. Paket bantuan yang akan diberikan untuk kelompok tani dilakukan melalui proses pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh
5
panitia/pejabat pengadaan di Dinas yang membidangi Perkebunan setempat.
4. Proses pengadaan barang/jasa yang dilakukan harus berdasarkan Perpres No. 54 tahun 2010 dan No. 70 tahun 2012 beserta perubahannya tentang pengadaan barang/jasa pemerintah.
5. Seluruh tahapan kegiatan yang dilakukan oleh petani atau kelembagaannya dilaksanakan dengan bimbingan dan pendampingan oleh petugas daerah yang ditunjuk.
6. Seluruh tahapan dan pelaksanaan kegiatan harus dilakukan pencatatan secara tertib sebagai bahan penyusunan laporan akhir.
B. Spesifikasi Teknis
Alat dan mesin yang digunakan untuk penanganan pascapanen harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Perawatan dan pengoperasiannya mudah;
2. Permukaan peralatan yang berhubungan dengan bahan yang diproses tidak boleh berkarat dan tidak mudah mengelupas;
3. Tidak mencemari hasil seperti unsur atau fragmen logam yang lepas, minyak pelumas, bahan bakar, tidak bereaksi dengan produk, jasad renik, dan lain-lain;
4. Mudah dikenakan tindakan sanitasi.
6
Lokasi kegiatan secara rinci sebagaimana pada lampiran 1. Spesifikasi alat dan mesin pascapanen perkebunan yang akan diberikan untuk kelompok tani seperti pada lampiran 2.
Selain kegiatan pengadaan alat dan mesin pascapanen untuk kelompok tani, dalam kegiatan penanganan pascapanen tanaman perkebunan terdapat kegiatan peningkatan keterampilan dan kemampuan kelompok tani melalui pertemuan teknis pascapanen perkebunan (materi seperti pada lampiran 3).
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup
Pada Tahun Anggaran 2015 alokasi anggaran untuk kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan diprioritaskan untuk komoditas sebagai berikut :
1. Tanaman semusim : nilam dan tebu.
2. Tanaman rempah dan penyegar terdiri dari : kakao, kopi, pala, lada dan cengkeh.
3. Tanaman Tahunan terdiri dari: karet, kelapa dan jambu mete.
Kegiatan penanganan pascapanen di daerah meliputi fasilitasi alat/mesin pascapanen, bangunan, peningkatan keterampilan dan
7
kemampuan kelompok tani melalui pertemuan teknis.
B. Pelaksana Kegiatan
Tugas dan fungsi petugas tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/kota sebagai berikut :
1. Kegiatan Tingkat Pusat : a. Penyusunan Pedoman Teknis. b. Sosialisasi, Pembinaan dan Pengawalan
kegiatan. c. Monitoring dan Evaluasi kegiatan. d. Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan.
2. Kegiatan Tingkat Provinsi :
a. Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak). b. Sosialisasi kegiatan dan Identifikasi Calon
kelompok Sasaran. c. Penetapan Kelompok Sasaran untuk alokasi
APBN melalui TP Propinsi. d. Pembinaan, pengawalan dan pelaksanaan
kegiatan. e. Monitoring serta evaluasi kegiatan. f. Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan.
3. Kegiatan Tingkat Kabupaten/kota :
a. Penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis). b. Sosialisasi kegiatan dan Identifikasi Calon
kelompok Sasaran.
8
c. Penetapan Kelompok Sasaran untuk alokasi APBN melalui TP kabupaten/kota.
d. Koordinasi/konsultasi ke provinsi dan koordinasi ke lokasi dalam rangka persiapan, pelaksanaan, pembinaan dan pengawalan kegiatan.
e. Monitoring serta evaluasi. f. Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan.
C. Lokasi, Jenis dan Volume : Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan
penanganan pascapanen tanaman perkebunan tahun 2015 adalah sebagai berikut :
1. Penanganan Pascapanen Nilam
No Lokasi Jenis Volume (KT)
Refocusing APBN-P Jumlah
1 Aceh Pengadaan sarana, alat dan mesin pascapanen serta peningkatan keterampilan kelompok tani
- 1 1
2 Jabar - 1 1
3 Jatim - 2 2
4 Gorontalo - 3 3
2. Penanganan Pascapanen Tebu
No Lokasi Jenis Volume (KT)
Refocusing APBN-P Jumlah
1 Aceh Pengadaan sarana, alat dan mesin pascapanen serta peningkatan keterampilan kelompok tani
- 2 2
9
3. Penanganan Pascapanen Kakao
No Lokasi Jenis Volume (KT)
Refocusing APBN-P Jumlah
1 Aceh Pengadaan sarana, alat dan mesin pascapanen serta peningkatan keterampilan SDM petani
1 1 2
2 Sumbar 2 1 3
3 Banten 1 1 2
4 Jatim 1 1 2
5 Jateng 1 - 1
6 Bali 1 1 2
7 NTB 1 1 2
8 NTT 1 - 1
9 Kalteng 1 1 2
10 Sulteng 2 - 1
11 Sulsel 3 3 6
12 Sultra 2 2 4
13 Sulbar 2 1 3
14 Gorontalo 3 - 3
4. Penanganan Pascapanen Kopi
No Lokasi Jenis Volume (KT)
Refocusing APBN-P Jumlah
1 Aceh Pengadaan sarana, alat dan mesin pascapanen serta peningkatan keterampilan SDM petani
1 - 1
2 Sumut 1 1 2
3 Lampung 2 2 4
4 Bengkulu 2 2 4
5 Jabar 1 2 3
6 Jateng - 5 5
7 Jatim - 3 3
8 NTT 2 2 4
9 Sulsel 1 1 2
10 Bali 1 - 1
10
No Lokasi Jenis Volume (KT)
Refocusing APBN-P Jumlah
11 Sumsel 2 - 2
12 NTB 1 - 1
5. Penanganan Pascapanen Pala
No Lokasi Jenis Volume (KT)
Refocusing APBN-P Jumlah
1 Sulut Pengadaan sarana, alat dan mesin pascapanen serta peningkatan keterampilan SDM petani
2 2 4
2 Maluku * 1 1 2
3 Maluku Utara
4 4 8
4 Papua Barat
1 1 2
5 Jabar * 2 - 2
* Khusus untuk Maluku dan Jabar kegiatan berupa penyediaan sarana/alat pascapanen
6. Penanganan Pascapanen Lada
No Lokasi Jenis Volume (KT)
Refocusing APBN-P Jumlah
1 Kep. Babel Pengadaan sarana, alat dan mesin pascapanen serta peningkatan keterampilan SDM petani
1 1 2
2 Lampung 1 1 2
11
7. Penanganan Pascapanen Cengkeh
No Lokasi Jenis Volume (KT)
Refocusing APBN-P Jumlah
1 Jateng Pengadaan sarana, alat dan mesin pascapanen
2 - 2
2 Gorontalo 3 - 3
3 Jabar 1 - 1
4 Banten 2 - 2
5 NTT 2 - 2
6 Maluku 2 - 2
8. Penanganan Pascapanen Karet
No Lokasi Jenis Volume (KT)
Refocusing APBN-P Jumlah
1 Aceh Penyediaan sarana/ alat pascapanen
8 6 14
2 Sumut 4 2 6
3 Sumbar 4 2 6
4 Riau 4 5 9
5 Sumsel 15 4 19
6 Bengkulu 4 2 6
7 Jambi 2 1 3
8 Jabar 8 - 8
9 Banten 3 5 8
10 Jateng 2 - 2
11 Kalsel 5 3 8
12 Babel 2 1 3
13 Kalbar* 4 2 6
14 Kaltim* 4 1 5
* Khusus untuk Kalbar dan Kaltim kegiatan berupa penyediaan sarana/alat pascapanen dan peningkatan kapasitas kelompok tani.
12
9. Penanganan Pascapanen Kelapa
No Lokasi Jenis Volume (KT)
Refocusing APBN-P Jumlah
1 Sumut* Penyediaan sarana/alat pascapanen
2 - 2
2 Jabar* 3 2 5
3 Banten 2 1 3
4 Jateng 6 2 8
5 DIY 2 - 2
6 Kalbar 2 1 3
7 Sulsel* 2 1 3
8 Sulbar 2 1 3
9 Sulut 14 3 17
10 Sultra 7 1 8
11 Gorontalo 2 - 2
12 NTT 2 - 2
13 Maluku 4 - 4
14 Malut* 4 - 4
* Khusus untuk Sumut, Jabar, Sulsel dan Malut kegiatan berupa penyediaan sarana/alat pascapanen dan peningkatan kapasitas kelompok tani
10. Penanganan Pascapanen Jambu Mete
No Lokasi Jenis Volume (KT)
Refocusing APBN-P Jumlah
1 Sultra 3 - 3
2 NTB 9 - 9
3 NTT 4 - 4
4 Malut 3 - 3
13
D. Simpul Kritis
Beberapa hal yang harus diperhatikan yang menjadi simpul kritis dalam pelaksanaan kegiatan :
1. Kelompok sasaran penerima bantuan bukan kelompok yang baru dibentuk dan organisasinya berfungsi dengan baik sehingga bantuan yang diberikan dapat dimanfaatkan dan dikelola secara optimal.
2. Proses pelaksanaan pengadaan barang dilakukan sesuai peraturan dan tepat waktu untuk menghindari keterlambatan pelaksanaan program.
3. Penyerahan barang kepada kelompok tani harus dilengkapi dengan berita acara serah terima barang.
4. Penggunaan lahan untuk kelompok tani harus dilengkapi dengan surat hibah atau pinjam pakai dan diketahui pihak dinas setempat dan aparat desa.
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN
Pengadaan alat/mesin/bangunan dilakukan melalui metode kontraktual.
14
A. Pelaksanaan Pengadaan Barang
1. Proses pengadaan barang yang dilakukan harus mengacu kepada Perpres no. 54 tahun 2010 berikut perubahannya (Perpres No. 70 tahun 2012) tentang Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa.
2. Dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan, persiapan pengadaan barang dimulai dari Maret 2015 sekaligus pengumuman pelelangan.
3. Kontrak pengadaan alat/mesin paling lambat harus sudah ditandatangani awal triwulan II tahun 2015.
B. Mekanisme Penyaluran Barang
1. Pengelolaan dan penyaluran barang harus mengacu kepada Permenkeu No.248 tahun 2010
2. Dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan, identifikasi serta penetapan kelompok sasaran penerima alat/ mesin dilaksanakan pada bulan Maret 2015.
3. Penentuan kelompok tani terpilih dilakukan melalui seleksi oleh petugas dinas yang membidangi perkebunan serta ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan. Adapun kriteria
15
penetapan kelompok tani sasaran adalah sebagai berikut :
a. Kelompok yang bersangkutan sudah ada/telah eksis dan aktif, berpengalaman, bukan bentukan baru, dapat dipercaya serta mampu mengembangkan usaha/kegiatan melalui kerjasama kelompok, dengan jumlah anggota minimal 20 orang.
b. Kelompok yang bersangkutan tidak mendapat penguatan modal atau fasilitasi lain untuk kegiatan yang sama/sejenis pada saat yang bersamaan atau mendapat modal pada tahun-tahun sebelumnya (kecuali kegiatan yang diprogramkan secara bertahap dan saling mendukung).
c. Kelompok yang bersangkutan tidak bermasalah dengan perbankan, kredit atau sumber permodalan lainnya .
d. Kelompok yang mengalami kesulitan untuk mengakses sumber permodalan, sehingga sulit untuk menerapkan rekomendasi teknologi anjuran secara penuh dan memanfaatkan peluang pasar.
4. Penyerahan sarana/alat/mesin pascapanen kepada kelompok tani harus dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima Barang antara PPK pelaksana kegiatan dengan Ketua Kelompok Tani yang bersangkutan dengan dibubuhi Materai 6.000 rupiah.
16
5. Penyerahan sarana/alat/mesin pascapanen kepada kelompok tani paling lambat harus sudah dilakukan pada akhir triwulan 2 (bulan Juni) 2015
C. Pelaksanaan Kegiatan Lainnya
Pelaksanaan kegiatan pendukung seperti sosialiasi dilaksanakan di awal kegiatan, sedangkan kegiatan pertemuan teknis petani dilaksanakan setelah proses pengadaan alat/mesin/bangunan selesai dan diserahkan kepada kelompok tani.
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN
1. Pembinaan kelompok dilakukan secara
terorganisir dan berkelanjutan sehingga kelompok mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari APBD.
2. Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi kaidah pengelolaan sesuai prinsip pelaksanaan kepemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintah yang bersih (clean governance), maka pelaksanaan kegiatan harus mematuhi prinsip-prinsip: mentaati ketentuan peraturan
17
dan perundangan, membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), menjunjung tinggi keterbukaan informasi, transparansi dan demokratisasi, serta memenuhi asas akuntabilitas.
3. Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan ini berada pada dinas/kantor perkebunan atau yang melaksanakan fungsi perkebunan lingkup kabupaten/kota. Tanggung jawab koordinasi pembinaan program berada pada Dinas perkebunan Provinsi. Tanggung jawab atas program dan kegiatan adalah Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian.
4. Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan oleh tim teknis kabupaten, tim pembina provinsi dan pusat, sedangkan pengendalian kegiatan dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Proses penegendalian di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh masing masing instansi.
5. Pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku agar penyelenggaraan kegiatan dapat menerapkan prinsip-prinsip partisipatif, transparansi dan akuntabel.
18
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian nomor 31/Permentan/OT.140/3/2010 tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian.
Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten dan provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dengan ketentuan sebagai berikut :
A. Jenis Laporan
Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim Pembina Provinsi wajib membuat laporan tentang pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari :
1. SIMONEV yang meliputi :
Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja;
Perkembangan kelompok sasaran dalam pengelolaan kegiatan lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan;
Permasalahan yang dihadapi dan upaya penyelesaian di tingkat kabupaten dan provinsi;
19
Format laporan menggunakan format yang telah ditentukan. Format laporan Monev seperti pada Lampiran 4.
2. Laporan Perkembangan fisik yang sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan dengan materi meliputi : nama petani/kelompok tani, desa/kecamatan/ kabupaten, luas areal kebun (milik kelompok tani), waktu pelaksanaan, perkembangan, kendala dan permasalahan, upaya pemecahan masalah.
3. Laporan Akhir, berisi realisasi kegiatan yang berhasil dilaksanakan hingga akhir tahun anggaran, permasalahan yang dihadapi dan usulan tindak lanjut yang perlu dilakukan, yang dibuat setelah program berakhir.
B. Waktu Penyampaian Laporan 1. Simonev dibuat per bulan dengan ketentuan :
Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan kabupaten ditujukan kepada provinsi, disampaikan paling lambat tanggal 5 bulan laporan,
Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan provinsi ditujukan kepada Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat tanggal 7 bulan laporan.
2. Laporan perkembangan fisik dibuat pertriwulan ditujukan kepada Direktorat Pascapanen dan
20
Pembinaan Usaha Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat tanggal 7 bulan laporan.
3. Laporan akhir ditujukan kepada Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2015.
Laporan pelaksanaan kegiatan tersebut dikirim melalui email dengan alamat : [email protected].
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan penanganan pascapanen perkebunan dibiayai dengan dana APBN (refocusing dan APBNP) yang dialokasikan pada DIPA Ditjen Perkebunan Tugas Pembantuan provinsi atau Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2015.
VIII. PENUTUP
Kegiatan pembangunan perkebunan oleh Pemerintah dilakukan antara lain melalui fasilitasi pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas kelompok dan partisipasi masyarakat. Fasilitasi sarana alat mesin kelompok tani merupakan salah
21
satu cara untuk memfasilitasi kelompok-kelompok petani yang bergerak dalam bidang perkebunan agar mandiri dalam menjalankan usahataninya yang pada akhirnya kelompok-kelompok tersebut berkembang dan menjadi kekuatan ekonomi di perdesaan, yang tidak saja dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan mengurangi kemiskinan, tetapi juga dapat meningkatkan ekonomi secara nasional.
22
Lampiran 1
Lokasi Kegiatan Penanganan Pascapanen Perkebunan Refocusing dan APBN-P 2015
1) Komoditas Nilam
PROVINSI
KABUPATEN
REFOCUSING (KT)
APBNP (KT)
- 7
1 Aceh 1 Aceh Utara - 1
2 Jabar 2 Sumedang - 1
3 Jatim 3 Trenggalek - 1
4 Nganjuk - 1
4 Gorontalo 5 Gorontalo - 1
6 Pohuwato - 1
7 Gorontalo Utara
- 1
KT : Kelompok Tani
2) Komoditas Tebu
PROVINSI
KABUPATEN
REFOCUSING (KT)
APBNP (KT)
- 2
1 Aceh 1 Bener Meriah - 1
2 Aceh Tengah - 1
23
3) Komoditas Kakao
PROVINSI
KABUPATEN REFOCUSING
(KT) APBNP (KT)
23 13
1 Aceh 1 Gayo Lues 1 1
2 Ntb 2 Lombok Tengah 1 1
3 NTT 3 Ende 1 -
4 Manggarai
Timur
1 -
4 Sulbar 5 Polewali
Mandar
1 1
6 Majene 1 -
5 Sultra 7 Kolaka 1 1
8 Konawe 1 1
6 Banten 9 Lebak 1 1
7 Sulsel 10 Luwu Utara 1 1
11 Luwu Timur 1 1
12 Bantaeng 1 1
8 Sulteng 13 Morowali Utara 1 -
14 Kota Palu 1 -
9 Kalteng 15 Barito Utara 1 1
10 Jateng 16 Jepara 1 -
11 Jatim 17 Kediri 1 1
24
PROVINSI
KABUPATEN REFOCUSING
(KT) APBNP (KT)
12 Bali 18 Jembrana 1 1
13 Sumbar 19 Padang
Pariaman
2 1
14 Gorontalo 20 Gorontalo Kab. 1 -
21 Boalemo 1 -
22 Gorontalo
Utara
1 -
4) Komoditas Kopi
PROVINSI
KABUPATEN REFOCUSING
(KT) APBNP (KT)
14 18
1 Aceh 1 Aceh tengah 1 -
2 Sulsel 2 Enrekang 1 1
3 Ntb 3 Sumbawa 1 -
4 Jabar 4 Kuningan 1 1
5 Garut - 1
5 Jateng 6 Kendal - 2
7 Magelang - 1
8 Semarang - 2
6 Jatim 9 Lumajang - 1
10 Blitar - 1
25
PROVINSI
KABUPATEN REFOCUSING
(KT) APBNP (KT)
11 Pasuruan - 1
7 Bali 12 Buleleng 1 -
8 NTT 13 Manggarai
Timur 1 1
14 Ngada 1 1
9 Lampung 15 Lampung Barat 2 2
10 Sumut 16 Samosir 1 1
11 Sumsel 17 Muara Enim 1 -
18 OKU Selatan 1 -
12 Bengkulu 19 Rejang lebong 1 1
20 Kepahyang 1 1
5) Komoditas Pala
PROVINSI
KABUPATEN
REFOCUSING (KT)
APBNP (KT)
10 8
1 Maluku Utara
1 Halmahera Barat 1 1
2 Tidore Kepulauan 1 1
3 Halmahera Utara 1 1
26
PROVINSI
KABUPATEN
REFOCUSING (KT)
APBNP (KT)
4 Kota Ternate 1 1
2 Maluku 5 SBT 1 1
3 Jawa Barat 6 Sukabumi 1 -
7 Kuningan 1 -
4 Sulawesi Utara
8 Kep. Sangihe 1 1
9 Kota Bitung 1 1
5 Papua barat 10 Fakfak 1 1
6) Komoditas Lada
PROVINSI KABUPATEN REFOCUSING (KT)
APBNP (KT)
2 2
1 Babel 1 Bangka Selatan 1 1
2 Lampung 2 lampung Timur 1 1
7) Komoditas Cengkeh
PROVINSI
KABUPATEN
REFOCUSING (KT)
APBNP (KT)
12 -
1 Jateng 1 Semarang 2 -
27
PROVINSI
KABUPATEN
REFOCUSING (KT)
APBNP (KT)
2 Gorontalo 2 Gorontalo 2 -
3 Bone Bolango 1 -
3 Jabar 4 Sukabumi 1 -
4 Banten 5 Pandeglang 2 -
5 NTT 6 Manggarai
Timur 2 -
6 Maluku 7 Buru Selatan 2 -
8) Komoditas Karet
PROVINSI KABUPATEN REFOCUSING
(KT) APBNP (KT)
69 34
1 Aceh
8 6
1 Aceh Tamiang 2 2
2 Aceh Utara 2 2
3 Biereun 2 1
4 Aceh Jaya 2 1
2 Sumut
4 2
5
Labuhan Bt. Utara
2 1
6 Asahan 2 1
28
PROVINSI KABUPATEN REFOCUSING
(KT) APBNP (KT)
3 Sumbar
4 2
7 Dharmasraya 2 1
8 Sijunjung 2 1
4 Riau
4 5
9
Kuantan Singingi
2 2
10 Kampar 2 3
5 Sumsel
15 4
11 OKU 2 2
12 Musi Rawas 9 -
13
Ogan Komering Ilir
4 2
6 Bengkulu
4 2
14
Bengkulu Utara
2 1
15 Lebong 2 1
7 Jambi
2 1
16 Batang Hari 2 1
8 Jabar
8 0
17 Sukabumi 2 -
18 Cianjur 2 -
19 Pangandaran 2 -
29
PROVINSI KABUPATEN REFOCUSING
(KT) APBNP (KT)
20 Ciamis 2 -
9 Banten
3 5
21 Lebak 1 3
22 Pandeglang 2 2
10 Jateng
2 -
23 Cilacap 2 -
11 Kalsel
5 3
24 Balangan 2 2
25 Banjar 1 -
26 Tapin 2 1
12 Babel
2 1
27 Belitung Timur
2 1
13 Kalbar
4 2
28 Ketapang 2 1
29 Sanggau 2 1
14 Kaltim
4 1
30 Kutai Barat 2 1
31 Kutai Kartanegara 2 0
30
9) Komoditas Kelapa
PROVINSI KABUPATEN REFOCUSING
(KT) APBNP (KT)
54 12
1 Sumut
2 -
1 Batu Bara 2 -
2 Jabar
3 2
2 Sukabumi 1 2
3 Ciamis 2 -
3 Banten
2 1
4 Pandeglang 2 1
4 Jateng
6 2
5 Cilacap 2 1
6 Kebumen 2 1
7 Purworejo 2 -
5 DIY
2 -
8 Bantul 2 -
6 Kalbar
2 1
9 Pontianak 2 1
7 Sulsel
2 1
10 Bulukumba 2 1
8 Sulbar
2 1
31
11
Mamuju Tengah
2 1
9 Sulut
14 3
12
Minahasa Utara
5 1
13
Minahasa Selatan
6 2
14
Bolaang Mongondow
3 -
10 Sulawesi Tenggara
7 1
15 Bombana 4 -
16
Kolaka Utara
3 1
11 Gorontalo
2 -
17
Bone Bolango
2 -
12 NTT
2 -
18
Timor Tengah Selatan
2 -
13 Maluku
4 -
19
Maluku Tenggara
2 -
20 Kota Tual 2 -
14 Malut
4 -
21
Halmahera Barat
2 -
32
22
Halmahera Utara
2 -
10) Komoditas Jambu Mete
PROVINSI KABUPATEN REFOCUSING
(KT) APBNP (KT)
19 -
1 Sultra
3 -
1 Muna 3 -
2 NTB
9 -
2 Sumbawa 3 -
3
Lombok Tengah
3 -
4 Bima 3 -
3 NTT
4 -
5
Flores Timur
2 -
6 Sikka 2 -
4 Malut
3 -
7 Kep. Sula 3 -
33
Lampiran 2
SPESIFIKASI SARANA/ALAT/MESIN PASCAPANEN PERKEBUNAN
A. KOMODITAS NILAM 1. Alat Penyuling Nilam
Spesifikasi :
Kapasitas : 100-200 Kg
Diameter tabung : 760 mm
Material tabung : stainless steel 3 mm
Sumber Pemanas : Kayu bakar 2. Bangunan UPH nilam
Spesifikasi :
Bangunan terdiri dari 2 lantai : - Lantai pertama untuk ruang produksi,
tungku, ruang penampungan minyak dan bak pendinginan,
- Lantai kedua untuk ruang pelayuan dan input ketel suling.
Bahan : - Lantai pertama : lantai plester, luas 7.5 x
4 m2, dinding tembok bata merah di plester dan acian semen, dengan ventilasi dari kawat ram,
- Pondasi batu kali dengan tiang beton bertulang,
- Lantai kedua : lantai papan dengan pagar keliling bahan kayu, tiang kolom kayu,
- Atap rangka kayu dan asbes, - Tangga kayu, posisi dari samping luar.
34
B. KOMODITAS TEBU 2. Alat pengolah gula tebu
Spesifikasi :
Kapasitas giling : 900 – 1.500 Kg/jam
Motor Penggerak ber-SNI 24 PK
Wajan stainless steel
Pengaduk stainless steel
Timbangan duduk
Cetakan gula
3. Rumah produksi Spesifikasi :
Terdiri dari dua bangunan : penggilingan dan pemasak gula tebu
Ukuran bangunan penggilingan : 4 x 6 m2, tinggi 3.25 m, atap seng, rangka atap kayu, pintu rolling door, lantai keramik, plafon triplek
Ukuran bangunan pemasak gula merah : 4 x 6 m2, tinggi 1,2 m, atap seng dan lantai semen.
C. KOMODITAS KAKAO 1. Kotak Fermentasi Kakao
Spesifikasi :
Kapasitas 40-50 Kg/ Batch tipe bak kayu
Jenis kayu meranti
Ketebalan papan kayu : 20 – 30 mm
Siku penguat : plat aluminium
Dimensi : 40 x 40 x 50 cm3
35
1 set terdiri dari dua kotak kayu yang dilengkapi dengan 1 unit kaki/ dudukan sebagai penyangga salah satu kotak
2. Alat Ukur Kadar Air
Spesifikasi :
Skala meter : 5-15 %
Tipe Digital
3. Terpal Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2
Type bahan terpal A 12 4. Para para
Spesifikasi :
Ukuran : 80 x 200 cm2
Tinggi kaki : 1 m
Sungkup dengan plastik tranparan
5. Lantai Jemur Spesifikasi :
Ukuran : 15 x 10 m2
ketebalan : 0.2 m
coran bertulang beton 6. Timbangan duduk
Spesifikasi :
Kapasitas 500 Kg
Ukuran : 48 x 62 cm
36
D. KOMODITAS KOPI 1. Pulper 1.000 Kg/ jam
Spesifikasi :
Kapasitas 1.000 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
2. Pulper 200 Kg/ jam Spesifikasi :
Kapasitas 200 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
3. Pulper 470 Kg/ jam Spesifikasi :
Kapasitas 470 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
4. Huller 500 Kg/ jam Spesifikasi :
Kapasitas 500 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
5. Huller 110 Kg/ jam Spesifikasi :
Kapasitas 110 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI 6. Huller 1000 Kg/ jam
Spesifikasi :
Kapasitas 1000 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
37
7. Alat Ukur Kadar Air Spesifikasi :
Skala meter : 9-20 %
Tipe Digital
8. Terpal Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2
Type bahan terpal A 12
9. Para para Spesifikasi :
Ukuran : 80 x 200 cm2
Tinggi kaki : 1 m
Sungkup dengan plastik tranparan
10. Lantai Jemur Spesifikasi :
Ukuran : 15 x 10 m2
ketebalan jadi : 0.2 m
coran beton bertulang
11. Box Dryer
Spesifikasi :
Kapasitas 500 Kg/batch
Model box dryer
Sistem pemanasan indirect
38
E. KOMODITAS PALA 1. Mesin pemecah cangkang
Spesifikasi :
Kapasitas : 300-400 kg/ jam
Motor Penggerak ber-SNI
2. Terpal Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2 ,
Type bahan terpal A 12
3. Para para sungkup Spesifikasi :
Ukuran : 80 x 200 cm2
Tinggi kaki : 1 m
Sungkup dengan plastik tranparan
4. Alat Penyuling pala Spesifikasi :
Kapasitas 100 Kg/batch
Pemanas kayu bakar
Material tabung stainless steel
Material rangka besi mild steel 5. Bangunan penyulingan
Spesifikasi :
Ukuran 30 m2
Terdiri dari ruang penyulingan, bak pendingin dan gudang
39
6. Rumah asar pala (pengeringan) Spesifikasi :
Ukuran luas 20 m2 F. KOMODITAS LADA 1. Mesin Perontok Lada
Spesifikasi :
Kapasitas 650 – 700 Kg/Jam
Motor penggerak ber-SNI
2. Terpal Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2 ,
Type bahan terpal A 12
3. Lantai Jemur Spesifikasi :
Ukuran : 15 x 10 m2
ketebalan jadi : 0.2 m
coran beton bertulang
4. Bak Perendaman Spesifikasi :
Ukuran luas : 8 x 6 m2 , Kedalaman : 1.2 m
Dinding bak : batu merah
pondasi batu kali
saluran inlet/outlet : pipa PVC
40
G. KOMODITAS CENGKEH 1. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2 ,
Type bahan terpal A 12
2. Lantai Jemur Spesifikasi :
Ukuran : 15 x 10 m2
ketebalan jadi : 0.2 m
coran beton bertulang
H. KOMODITAS KARET 1. Pisau sadap
Spesifikasi :
Mata pisau terbuat dari baja, sudut mata (dalam 40o bentuk V sedang)
Panjang gagang terbuat dari besi 19,5 cm
Panjang dari gagang ke lubang 8,5 cm
Panjang lengkungan 6,5 cm
Panjang gagang 13,5 - 14,5 cm
Panjang pisau berikut gagang keseluruhan 34,5 cm
Lebar gagang pisau 2,5 cm
Tebal gagang pisau ± 0,2 cm
Lebar mata pisau 3,0 cm 2. Mangkok sadap
Spesifikasi :
Bahan plastik pilyproline
41
Volume ± 500 cc
Tinggi ± 9 cm, diameter bibir 13 cm
Berat ± 25 gram
3. Talang sadap Spesifikasi :
Bahan dari besi tipis
Ukuran panjang 6 – 6,5 cm
Lebar permukaan 1,5 cm
Lebar pangkal yang bergerigi untuk ditancapkan ke pohon 2,5 cm
4. Ring mangkok sadap Spesifikasi :
Bahan terbuat dari kawat ukuran 2 mm
Lebar diameter lingkaran ring ± 10 cm
5. Bak pembeku Spesifikasi :
Bahan terbuat dari alumunium
Tebal ± 0,8 mm
Volume ± 12 liter
Bagian atas 60 x 40 cm
Bagian bawah 55 x 35 cm
Tinggi ± 10 cm – 20 cm
Bibir ditekuk, didalam tekukan diberi kawat/tulang
42
6. Bahan pembeku Spesifikasi : Sesuai dengan bahan kebutuhan petani/masyarakat setempat
7. Hand mangel polos Spesifikasi :
Diameter roll 4 inchi
Panjang 76 cm
Tinggi 50 cm
Bahan besi tuang garing/cor 8. Hand mangel batik
Spesifikasi :
Diameter roll 4 inchi
Panjang 76 cm
Tinggi 50 cm
Bahan besi tuang garing/cor
9. Rumah pengasapan Spesifikasi :
Bangunan permanen ukuran (4 x 6 m)
Tinggi 7 – 8 m
Peralatan pendukung lainya
10. Gudang pengolahan Spesifikasi :
Semi permanen ukuran 4 x 5 m
Tinggi 7 – 8 m
Peralatan pendukung lainya
43
11. Tabung Lateks Spesifikasi : Terbuat dari alumunim
12. Keranjang Mangkok Spesifikasi : Sesuai dengan kebutuhan petani/masyarakat setempat.
I. KOMODITAS KELAPA 1. Rumah pengasapan
Spesifikasi :
Bangunan semi permanen (4 x 5 m), penutup atap (5 x 6 m)
Terdapat para-para terbuat dari bambu kayu atau rongga kawat setinggi 2 m
Terdapat lubang pemasukan bahan bakar 60 x 60 cm
Ruang pembakaran 3 m
2. Lantai jemur Spesifikasi :
Permanen disemen dengan memakai besi beton
Pinggir/dinding keliling memakai batu kali (4 x 6 m)
3. Alat uji kadar air
Spesifikasi :
Tipe Digital MC – 7825G
Sumber arus : Batery tipe AA2500mAh
1 Rechargable 6 buah, saklar meter 5 – 15%
44
Dimensi 13,5 x 12 x 8 cm
Berat 690 gram
4. Alat cungkil daging kelapa Spesifikasi :
Bahan ditempa/rakit yang sesuai dengan selera petani
Bahan dari stainless 2. Alat pengupas (Slumbat)
Spesifikasi :
Bahan ditempa/rakit yang sesuai dengan selera petani
Bahan dari baja
3. Alat pembelah (Parang) Spesifikasi :
Bahan ditempa/rakit yang sesuai dengan selera petani
Bahan dari baja
4. Egrek baja Spesifikasi :
Terbuat dari besi dan diisi dengan baja
5. Kereta sorong Spesifikasi :
Kapasitas angkut : 3 sak semen (± 160 kg)
Terbuat dari plat baja
45
6. Mesin pemeras santan
Spesifikasi :
Tipe mesin : PRS – M50
Kapasitas : 30 kg/ jam atau 50 – 80 butir per jam
Listrik : 1500 watt, 220 Volt
Dimensi : 82 x 48 x 96 cm
7. Wajan alumunium Spesifikasi :
Dimensi : dia ф 800 – 900 mm
Bahan alumunium/besi 3 mm
8. Tungku hemat energi Spesifikasi :
Bahan dari semen cor memakai besi
Diameter disesuaikan dengan wajan
9. Oven pengering gula kelapa kristal Spesifikasi :
Kapasitas 200 kg/proses
Panjang 1200 mm
Lebar 800 mm
Tinggi 1850 mm
Pemanas LPG/listrik
Blower fan axial
46
10. Pengayak gula kristal Spesifikasi :
Kapasitas 200 – 300 kg/jam
Penggerak elektrik motor 1 Hp
Panjang 1000 mm
Lebar 1000 mm
Tinggi 800 mm
11. Pisau sadap Spesifikasi :
Bahan mata pisau dari besi baja
Bahan tangkai dari kayu
12. Alat pengasapan Spesifikasi :
Dimensi 2000 x 2000 x 2400 mm
Pemanas biomassa
Bahan paltizer 1 mm, siku 5/5
Kapasitas 1 ton/proses
Lama pengeringan 18 – 22 jam
Suhu udara ruang 80 0C
Penggerak EM 1 Hp 220 V 1 Ph
Sistem siklon blower, automatic thermocople
13. Mesin pengurai sabuk kelapa Spesifikasi :
Type : Beje-UPK01
Panjang 1800 mm
Lebar 850 mm
47
Tinggi 1350 mm
Kapasitas 300 - 500 kg/jam
Penggerak Diesel 24 HP
BBM Solar
14. Mesin pengayak sabut kelapa Spesifikasi :
Type : Beje-UK27
Panjang 3000 mm
Lebar 1500 mm
Tinggi 1400 mm
Kapasitas 300 - 500 kg/jam
Penggerak Diesel 5 - 8 HP
BBM Solar
15. Alat pembuat arang tempurung kelapa Spesifikasi :
Bahan dari drum minyak dimodifikasi menjadi alat pembuat arang dari tempurung kelapa
Permukaan atas drum harus tertutup rapat agar tidak keluar udara/bara/asap
J Jambu Mete 1. Kacip mete model Rem dan model Engkol
(sistem terpadu) Spesifikasi :
Tipe REM
Kapasitas 30 – 50 kg/hari
Penggerak manual
48
2. Timbangan duduk
Spesifikasi :
Kapasitas 150 kg
Kapasitas 10 kg
3. Oven dryer Spesifikasi :
Kapasitas 100 – 125 mete
Suhu pengeringan 70 – 80 0C
Sumber panas Burner minyak tanah
Aliran udara blower
Bahan kontruksi stainless steel
4. Vaccum packing Spesifikasi :
Ukuran ruang 440 x 420 x 75 mm
Kapasitas 20 m kubik per jam
Dimensi alat 550 x 485 x 960 mm
Bahan kontruksi stainless steel
5. Genset 5 KVA
6. Alat ukur kadar air Spesifikasi :
Panjang 165 mm
Lebar 62 mm
Tinggi 26 mm
Display LCD
PC Interface RS232C
49
Rhange content 7 – 30%
7. Lantai jemur Spesifikasi :
Permanen disemen dengan memakai besi beton
Pinggir/dinding keliling memakai batu kali (4 x 6 m)
8. Plastik kemasan ukuran 5 kg dan 0,5 kg
9. Meja kerja terbuat dari kayu
50
Lampiran 3
PENINGKATAN KETERAMPILAN SDM KELOMPOK TANI
1) Materi yang disampaikan :
Penanganan Pascapanen
Jaminan mutu dan keamanan Pangan
Strategi dan Jaringan Pemasaran
Kelembagaan Usaha
Praktek pascapanen
2) Peserta
Peserta pertemuan teknis adalah petani yang berasal dari kelompok tani penerima bantuan sarana pascapanen di kabupaten setempat.
Lampiran 4
Posisi :
SERAPAN % VOLUME %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
FORMAT LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN 2015
FISIK
SATKER DINAS PERKEBUNAN PROVINSI/KABUPATEN
UPAYA TINDAK
LANJUTPERMASALAHAN
KEUANGAN
TARGET REALISASI
KEUANGAN FISIKNAMA KEGIATANKODE
51
Lampiran 5.
Posisi :
NO NAMA KEGIATANLOKASI
KEGIATANNAMA POKTAN
JML
ANGGOTA
LUAS AREAL
(Ha)PROGRESS FISIK KENDALA
UPAYA TINDAK
LANJUT
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Format Laporan Perkembangan fisik Pelaksanaan Kegiatan
Satker Dinas Perkebunan Propinsi/Kabupaten/Kota
52
Top Related