Download - Draft Skb Kepiting

Transcript
Page 1: Draft Skb Kepiting

POTENSI KEPITING

Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia dengan luas perairan laut termasuk zona ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI) sekitar 5.8 juta kilometer persegi atau 75% dari total wilayah Indonesia. Wilayah laut tersebut ditaburi lebih dari 17.500 pulau dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan terpanjang di dunia setelah Kanada. Di sepanjang pantai tersebut, yang potensil sebagai lahan tambak ± 1.2 juta Ha. Yang digunakan sebagai tambak udang baru 300.000 Ha. (Dahuri, 2005). Sisanya masih tidur. Artinya, peluang membangunkan potensi tambak tidur tersebut untuk budidaya kepiting masih terbuka lebar.

Kepiting dapat ditemukan di sepanjang pantai Indonesia. Ada dua jenis kepiting yang memiliki nilai komersil, yakni kepiting bakau dan rajungan. Di dunia, kepiting bakau sendiri terdiri atas 4 spesies dan keempatnya ditemukan di Indonesia, yakni: kepiting bakau merah (Scylla olivacea) atau di dunia internasional dikenal dengan nama “mud crab”;, kepiting bakau hijau (S.serrata) yang dikenal sebagai “giant mud crab”; karena ukurannya yang dapat mencapai 2-3 kg per ekor, S. tranquebarica (Kepiting bakau ungu) juga dapat mencapai ukuran besar dan S. paramamosain (kepiting bakau putih). Di Indonesia, spesies rajungan yang terkenal dan memiliki nilai ekspor adalah Portunus pelagicus, juga dikenal sebagai Swimming Crab.

Potensi kepiting bakau yang melimpah di negeri kita ini, terlihat ketika penulis berkunjung ke salah satu pendaratan ikan di Malili (Kabupaten Luwu Timur) sebagai salah satu rangkaian kegiatan mencari sumber induk kepiting bermutu. Hanya dalam hitungan menit, ratusan kepiting dari berbagai spesies dan ukuran didaratkan disana. Ternyata, pengumpul kepiting dari Makassar telah menunggu dan segera mensortir kepiting layak ekspor, sisanya (Grade BS/rejected live mud crab) dijual kepada pedagang lokal. Menurut pengelola pendaratan ikan tersebut, setiap harinya didaratkan sekitar 800- 1000 kg kepiting dan langsung habis terjual. Hal yang sama juga terjadi di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Papua.

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Analisa peluang pasar

Nilai ekonomis komoditas ini dapat terlihat dari permintaan konsumen dunia yang rata-rata naik

sebesar 11,5% per tahun. Hal ini tentu menjadi salah satu daya tarik yang baik untuk dikembangkan

lebih lanjut.

Manfaat Udang :

1. Udang merupakan bahan makanan yang mengandung protein tinggi, yaitu 21%, dan rendah

kolesterol karena kandungan lemaknya hanya 0,2%, mengandung vitamin A dan B1, dan

mengandung mineral seperti : Zat kapur dan fosfor.

2. Udang dapat diolah dengan beberapa cara seperti : Udang beku, udang kering, udang kaleng,

terasi, krupuk, dll.

3. Limbah pengolahan udang yaitu daging di pangkal kepala dapat dimanfaatkan untuk membuat

pasta udang dan hidrolisat protein.

4. Limbah yang berupa kepala dan kaki udang dapat dibuat tepung udang, sebagai sumber

kolesterol bagi pakan udang budidaya

Page 2: Draft Skb Kepiting

5. Limbah berupa kulit udang mengandung chitin 25% dan di negara maju sudah dapat

dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik, bioteknologi, tekstil, kertas, pangan dan lain-

lain.

6. Chitosan yang terdapat dalam kepala udang dapat dimanfaatkan dalam industri kain, karena

tahan api dan dapat menambah kekuatan zat pewarna dengan sifatnya yang tidak mudah

larut dalam air.

Pemasaran kepiting bakau tidak hanya di pasaran dalam negeri tetapi juga telah menerobos pasar

Manca Negara seperti Singapura, Hongkong, taiwan, Jepang, Taiwan dan negara lain yang

membutuhkan.

Arus lalu lintas pemasaran kepiting bakau dari petani tambak ke eksportir cukup lancar karena

ditunjang dengan sarana dan prasarana perhubungan berupa transportasi yang memadai dan jalanan

dari daerah pertambakan ke kota Makassar cukup baik serta didukung oleh Bandara Hasanuddin dan

pelabuhan  yang akan memobilisasi pendistribusian kepiting bakau Kabupaten Bone ke Manca Negara.

Peluang pemasaran untuk komoditi perikanan lainnya adalah selain untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam lingkup pemasaran regional juga untuk memenuhi  permintaan pasar nasional

untuk kebutuhan industri pengalengan ikan dan restoran-restoran sebagai menu harian.

60 Persen Kebutuhan Rajungan Amerika Dipasok Indonesia

Palu, 20 Juli 2002 22:49Menteri Kelautan dan Perikanan Rokmin Dahuri mengatakan komoditi rajungan (kepiting laut) Indonesia sudah mendapat tempat di pasaran internasional karena 60 persen kebutuhan Amerika dipasok dari Indonesia. "Menurut laporan yang saya terima sekitar 60 persen kebutuhan daging rajungan masyarakat Amerika Serikat dipasok dari Indonesia," katanya di Palu, Sabtu.

Ia tidak menyebutkan total kebutuhan rajungan di negera Paman Sam itu, kecuali mengatakan: "Daging rajungan Indonesia juga kabarnya sangat digemari Presiden Bush".Itu berarti pasaran rajungan Indonesia sudah mendapat tempat khusus di pasaran internasional dan nelayan di tanah air pun secara tidak langsung mendapat tambahan penghasilan lewat komonditi tersebut.

"Rajungan Indonesia yang masuk ke pasaran Amerika di ekspor oleh PT Phillips Seafoods Indonesia (PSI), perusahaan patunghan Indonesia-Amerika yang berdiri sejak 1990 dan melakukan ekspor perdana empat tahun kemudian.

Perusahaan PMA tersebut merupakan perusahaan terbesar di Asia Tenggara yang khusus menggeluti komonditi rajungan

Presiden PT PSI Muchlison Zaini di tempat terpisah mengatakan setiap tahunnya produksi daging rajungan Indonesia yang masuk ke pasaran Amerika 8-9 juta pon.

Menurut Zaini rajungan yang di ekspor itu hasil penangkaran yang dilakukan sekitar 5.000 nelayan. Rajungan dipanen pada usia empat bulan.

Page 3: Draft Skb Kepiting

Guna melancarkan proses ekspornya, PT PSI telah mendirikan enam pabrik pemprosesan rajungan hingga menjadi produk siap saji di Indonesia masing-masing berlokasi di Medan, Lampung, Pemalang (Jateng), Pare-Pare (Sulsel), Pasuruan (Jatim) dan Pontianak.

"Melalui pabrik tersebut kami langsung mengekspor berbagai produk daging rajungan siap saji ke Amerika Serikat sebagai pasar utama," katanya.

Zaini mengatakan pihaknya juga berminat menanam modal di Sulteng jika hasil studi kelayakan menguntungkan. Khusus di Sulteng PT PSI berminat mengembangkan komoditi rumput laut.

"Kami melihat budidaya rumput laut cocok dikembangkan di daerah ini," katanya.

Kadis Perikanan dan Kelautan Sulteng Ir Faisal Shahab mengatakan menyambut baik niat PT PSI tersebut. "Kami jamin potensi pengembangan rumput laut di daerah ini menguntungkan," katanya," katanya.

Wilayah perairan Sulteng yang potensial untuk lokasi budidaya rumput laut antara lain Kabupaten Banggai dan Tolitoli.

Menteri Dahuri berada di Palu untuk menutup Pertemuan Pembangunan Perikanan dan Kelautan Regional Sulawesi yang berlanghsung tiga hari 17-20 Juli 2002 di ibukota Provinsi Sulawesi Tengah itu. [Dh, Ant]

.

Analisa kemampuan bersaing

Jangkauan pemasaran sub sektor perikanan selain dipasarkan di pasar dalam negeri juga sudah

menjangkau pasar intrnasional (ekspor) terutama untuk komoditi udang dan kepiting. Mengingat

komoditas yang ada merupakan produk yang dibutuhkan sebagai bahan baku pada industri makanan

didalam negeri maupun diluar negeri, yang berarti daya terobos (penetrasi) pasar kedua komoditas

semakin luas dan sudah memasuki pasar nasional bahkan pasar manca negara, dapat pula ditafsirkan

bahwa  komoditas udang dan kepiting Kabupaten Bone sudah mampu bersaing dengan provinsi lain di

Page 4: Draft Skb Kepiting

Indonesia bahkan sudah mampu bersaing dengan negara-negara pengekspor udang dan kepiting pada

internasional.

Komoditas perikanan lainnya Kabupaten Bone seperti Ikan Tuna, Cakalang, Ekor Kuning, Tenggiri,

Rumput laut, Tongkol, bandeng dan Pari memiliki luas wilayah pemasaran antar kabupaten di dalam

provinsi (luas wilayah pemasaran regional), pemasaran nasional bahkan sebagian telah memasuki

wilayah Pemasaran internasional, ini bisa ditafsirkan komoditas ini memiliki peminat yang banyak,

mengingat komoditas-komoditas ini dibutuhkan oleh industri makanan dalam negeri maupun luar

negeri.

Komoditas perikanan lainnya seperti Layang, Kakap, Kerapu, Cumi-cumi, Gurita, Teripang

Pasir,Tembang, Cucut, Layur, Belanak, Teri, Merah bambangan, selar, Lemuru, Kerang-kerangan,

Baronang, Titang, Bandeng dan ikan emas. Sebagian memiliki wilayah pemasaran yang terbatas yaitu

hanya pada wilayah pemasaran regional dan sebagiannya lagi dipasarkan di pasar nasional.

Analisa keterkaitan industri hulu-hilir

Derajat Pemencaran ( for-ward-lingkage)

Derajat pemencaran (ketrkaitan dengan industri hilir) diartikan sebagai seberapa jauh sektor atau

industri mampu menciptakan output sebagai input dalam penggunaan akhir sehingga menciptakan

penawaran turunan.

Hasil produksi sektor perikanan menjadi input pada industri hilir seperti udang windu, udang galah,

udang putih dan udang api-api menjadi input pada industri pengolahan udang menjadi udang beku,

udang kaleng, udang kering, industri krupuk, industri pembuatan pasta udang, industri pembuatan

tepung udang untuk pakan udang budidaya industri farmasi, industri kosmetik, industri tekstil dan 

industri kertas.

Rumput laut  menjadi input pada industri makanan misalnya industri pembuatan agar-agar dan mejadi

input pada industri kosmetik. Kerang-kerangan menjadi input pada industri pembuatan hiasan dinding

dan pembuatan souvenir.

Produksi perikanan  lainnya juga menjadi input pada industri penggaraman/pengeringan ikan (ikan

asing/ ikan kering), industri pengasapan/pengolahan ikan dan biota perairan lainnya (ikan asap,

tepung ikan, abon ikan dan kepiting)  industri pembuatan ikan kaleng, restoran, pedagang besar,

pedagang perantara dan pedagang eceran.

Derajat kepekaaan (Backward-linkage)

Derajat kepekaan (keterkaitan dengan industri hulu) diartikan sebagai seberapa jauh suatu sektor

menciptakan permintaan turunan (derived demand) dengan kata lain apabila terjadi perubahan pada

permintaan akhir akan mempengaruhi perubahan produk yang dipakai sebagai inputnya dalam proses

produksi.

Perubahan pada permintaan akhir komoditas perikanan budi daya akan mempengaruhi  permintaan

pada industri hulu seperti industri pakan udang budidaya. Sedangkan pada perikanan tangkap

mempengaruhi permintaan pada industri pembuatan peralatan tangkap.

Analisa kemudahan memperoleh bahan baku

Analisa ini merupakan salah satu aspek teknis yang mencerminkan sektor tertentu memeperoleh

bahan baku untuk produksinya. Bahan baku dapat mendorong kemampuan sektor  tanaman pangan

dalam produksinya. Sebaliknya bisa menjadi penghambat apabila bahan baku sulit diperoleh.

Page 5: Draft Skb Kepiting

Bahan baku untuk perikanan budidaya sebagian diperoleh dari dalam negeri dan sebagiannya lagi

diperoleh dari luar negeri, hal ini menunjukkan tingkat kemudahan  sedang, dimana untuk

mendapatkan bibit  dan pakan diperoleh dari dalam negeri sedangkan untuk peralatan mesin sebagian

diperoleh dari luar negeri dan sebagiannya diperoleh dari dalam negeri.

Analisa daya serap tenaga kerja

Analisa ini merupakan aspek ekonomi secara makro, ukuran daya serap tenaga kerja adalah elastisitas

tenaga kerja dan konsep hulu-hilir atau kaitan antar sektor. Konsep elastisitas tenaga kerja adalah

mengukur sampai seberapa jauh pengaruh perubahan produksi (pendapatan) terhadap perubahan

tenaga kerja

Perubahan pada permintaan akhir sektor perikanan akan mempengaruhi permintaan tenaga kerja

pada industri hulu ( tenaga kerja pada usaha pembibitan dan tenaga kerja pada industri pakan untuk

perikanan budidaya serta tenaga kerja pada usaha pembuatan peralatan tangkap, adan industri

peralatan mesin untuk perikanan tangkap dan perikanan budidaya). Demikian pila pada industri hilir

( tenaga kerja pada industri penggaraman/pengeringan ikan, tenaga kerja pada industri pengasapan

ikan, tenaga kerja pada industri pengolahan ikan dan biota perairan lainnya).

Analisa kelayakan bagi produsen

Analisa ini memperkirakan pendapatan dan biaya bagi produsen komoditi yang terpilih yang

selanjutnya akan memperkirakan kelayakan usaha. Kelayakan bisa diukur dengan menggunakan

kriteria penilaian keuangan pengembangan komoditas yaitu dengan menggunakan kriteria : payback,

net present value, internal rate of return dan benefit cost ratio.

Sarana Dan Prasarana pendukung Budidaya  Laut/Tambak

1. Perahu Tanpa Motor : Jumlah perahu tanpa motor sebanyak 600 buah terdiri dari jenis perahu

jukung, perahu kecil dan perahu sedang.

2. Motor Tempel   : 1.104 buah

3. Kapal Motor  : 1.447 buah

4. Alat Penangkap Ikan   : 4.057 buah

5. Unit Pembenihan Rakyat (UPR)  : 3 Unit

6. RTP : 6.933 buah terdiri dari RTP Laut, RTP Tambak, RTP Kolam, RTP Perairan Umum, RTP Mina Padi,

RTP Budidaya Laut dan RTP Pengolah Ikan.

7. Pabrik Es : 7 Unit

8. TPI : 20 (tidak aktif beroperasi)

9. PPI : 1 (belum beroperasi)

10. Cold Stroge : 2 unit

11. Backyard : 1 area

12. Hetchery : 2 area

Sarana Dan Prasarana penunjang Budidaya  Laut/Tambak

1. Wilayah pertambakan pada umumnya kaya akan kayu bakau dengan pertumbuhan yang

subur.

2. Sarana jalan yang mempermudah pencapaian ke areal pertambakan cukup memadai dan

dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat, roda dua atau dengan perahu.

3. Telah dibangun pengairan areal pertambakan sehingga mempermudah  pengaturan

penggunaan air pasang.

Page 6: Draft Skb Kepiting

4. Jaringan listrik telah menjangkau kepelosok pedesaan sampai ke lokasi tambak atau tempat

kegiatan usaha.

5. Sarana penghubung berupa kantor Pos dan Giro pembantu telah tersedia di setiap kecamatan.

6. Tersedia sekolah Pembangunan Perikanan yang dilengkapi dengan sarana laboratorim untuk

keperluan pendidikan perikanan.

7. Tersedia tenaga kerja buruh  dan tenaga Ahli bidang perikanan.

8. Tersedia sarana pelabuhan sungai dan laut untuk keperluan pelayaran rakyat dan sebagai

sarana perhubungan antar pulau

9. Tersedia  9 lembaga perbankan baik bank pemerintah maupun bank swasta.

10. Pemerintah daerah beserta instansi terkait memeberikan kemudahan dalam kelengkapan

administrasi usaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

11. Jaringan telekomunikasi telah menjangkau ke pelosok pedesaan sampai ke daerah

pertambakan.

Page 7: Draft Skb Kepiting

ASPEK TEKNOLOGI

A. Teknologi Budidaya

Bila ingin menjadikan kepiting sebagai komoditas andalan maka penangkapan dari alam saja tidaklah cukup. Bahkan penangkapan yang berlebihan dapat mengancam kelestarian hewan ini. Karena itu, budidaya adalah pilihan yang tepat. Ada beberapa teknologi yang mendukung kegiatan budidaya tersebut, yakni: pembenihan, pembesaran, penggemukan, produksi kepiting bertelur, dan produksi kepiting lunak/soka.

Pembibitan kepiting dilakukan di hatchery sebagaimana udang. Hatchery sebaiknya dibangun di daerah dekat pantai, berpasir, banyak tumbuh karang sehingga dengan mudah mendapatkan air bersih melalui pemompaan sehingga lebih ekonomis. Diusahakan jauh dari muara sungai atau arus tempat aliran air tawar yang dapat menurunkan salinitas, bebas limbah, baik limbah industri, pertanian, maupun rumah tangga. Untuk kebutuhan pembenihan rajungan, induk yang digunakan berukuran minimal 200 g per ekor, sehat, bersih, organ tubuh lengkap, dan sudah mulai matang gonad. Sedangkan untuk pembenihan kepiting bakau, ukuran induk yang digunakan lebih besar, sebaiknya beratnya minimal 500 g. Kurang lebih 2 minggu pemeliharaan biasanya kepiting sudah bertelur dan 9-12 hari kemudian telur-telur akan menetas. Jumlah larva untuk sekali peneluran dapat mencapai jutaan ekor. Pada hari ke 50-60, kepiting/rajungan sudah mencapai fase kepiting muda dan sudah siap di tebar di tambak.

Pembesaran umumnya dilakukan di dalam tambak baik dengan maupun tanpa pagar bambu atau waring, juga dapat ditumpangsarikan dengan rumput laut. Penggemukan dan produksi kepiting bertelur dilakukan dalam kurungan yang terbuat dari bambu atau dalam keramba apung, dan kepiting lunak dipelihara dalam keranjang secara individu. Ukuran keramba dapat dimodifikasi, tergantung pada target produksi, kemampuan dan permodalan. Keramba diberi pelampung pada setiap sisinya, kemudian dapat diletakkan dalam tambak, saluran pemasukan air, atau daerah pinggiran sungai.

Pemilihan spesies dan teknik budidaya perlu dilakukan dengan cermat agar usaha ini lebih menguntungkan. Untuk tujuan produksi daging, budidaya sebaiknya di arahkan ke kultur monoseks jantan terutama spesies S. serrata dan S. transquebarica (kepiting bakau hijau dan ungu/hitam) karena lebih cepat besar sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran ekspor lebih singkat. Untuk produksi kepiting bertelur, sebaiknya menggunakan spesies S. olivacea (kepiting bakau merah/orange) karena lebih cepat bertelur. Untuk produksi kepiting lunak/soka kepiting yang dijadikan bahan baku dapat dari semua spesies dengan ukuran lebar karapas 5-7 cm. Setelah molting atau berganti kulit, ukurankepiting akan bertambah sekitar 30%. *