7/22/2019 Dokumen polidaktili
1/12
Quina-cute.blogspot.com
Askepku
Minggu, 04 November 2012
POLIDAKTILI
disusun oleh: LUh Putu Yuniartini, S.Kep
4 NOv 2012
A. PENGERTIAN
Polidaktili atau polidaktilisme (berasal dari bahasa Yunani kuno (polus) yang artinya
banyak dan (daktulos) yang artinya jari, dikenal sebagai hiperdaktilisme, yaitu anomali
kongenital pada manusia dengan jumlah jari tangan atau kaki berlebihan. Kelainan ekstremitas
kongenital bervariasi dari kelainan yang hampir tak terlihat hingga tidak adanya ekstremitas.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Polydactyly)
Suatu kelainan yang diwariskan gen autosomal dominan P, sehingga penderita akan mendapatkan
tambahan jari pada satu atau dua tangannya dan atau pada kakinya. Orang normalnya adalah yang
memiliki homozigotik resesif pp. Polidaktili juga dikenal sebagai Hyperdaktili, bisa terjadi
ditangan atau dikaki manusia ataupun hewan. Tempat jari tambahan tersebut berbeda-beda ada
yang di dekat ibu jari dan ada pula yang berada di dekat jari kelingking.(http://dokteryudabedah.com/tentang-polidaktili/)
Orang normal adalah homozigotik resesip pp. pada individu heterozigotik Pp derajat ekspresi gen
dominan itu dapat berbeda-beda, sehingga lokasi tambahan jari dapat bervariasi. Bila seorang laki-
laki polidaktili heterizigotik menikah dengan orang perempuan normal, maka dalam keturunan
kemungkinan timbulnya polidaktili ialah 50%
p pp x Pp
normal polidaktili
F1 Pp = polidaktili (50%)
Pp = normal (50%)
B. KLASIFIKASI
Ada 3 derajat polidaktili, yaitu:
1. Tipe 1: jari tambahan melekat pada kulit dan nervus.
2. Tipe 2: jari tambahan dengan bagian normalnya melekat pada tulang atau sendi.
3. Tipe 3: jari tambahan dengan bagian normalnya berhubungan dengan os metakarpal tambahan
pada tangan.
(http://www.cornellsurgery.org/patients/health/congenital-hand-defor-mities.html)Duplikasi dapat bervariasi dari jari dengan persendian yang terbentuk baik hingga jari yang
7/22/2019 Dokumen polidaktili
2/12
mengalami rudimenter. Kelainan pada metatarsal yang berhubungan biasa didapatkan nervus
Klasifikasi morfologi dideskripsikan oleh Venn-Watson, sebagaimana gambar di bawah ini:
Gambar . Klasifikasi Venn-Watson berdasarkan konfigurasi anatomi metatarsal dan bagian tulang
yang mengalami duplikasi.(http://emedicine.medscape.com/article/ 1260255-overview)
C. ETIOLOGI
Adapun etiologinya yaitu sebagai berikut:
Asphyxiating thoracic dystrophy
Carpenter syndrome
Ellis-van Creveld syndrome (chondroectodermal dysplasia)
Familial polydactyly
Laurence-Moon-Biedl syndrome
Rubinstein-Taybi syndrome
Smith-Lemli-Opitz syndrome
Trisomi 13
Trisomi 21
Tibial hemimelia. (http://www.umm.edu/ency/article/ 003176trt.htm)
Sebagaimana telah disebutkan di atas, polidaktili dapat bermanifestasi tunggal atau sebagai bagian
dari suatu sindrom anomali kongenital. Bila diagnosis berdiri sendiri maka berhubungan dengan
mutasi dominan autosom pada gen tunggal, namun variasi pada berbagai gen juga mungkin
terjadi. Secara khusus gen mutasi yang terlibat dalam pola perkembangan, akan menyebabkananomali kongenital dengan polidaktili sebagai salah satu sindromnya.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Polydactyly)
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya polidaktili antara lain :
1. Kelainan Genetik dan Kromosom
Diturunkan secara genetik (autosomal dominan). Jika salah satu pasangan suami istri memiliki
polidaktili, kemungkinan 50% anaknya juga polidaktili. Kelainan genetik pada ayah atau ibu
kemungkinan besar akan berpengaruh atas polidaktili pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan
ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang
bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur
resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama
dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya.
2. Faktor Teratogenik
Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti
membuat monster. Dalam istilah medis, teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal
dari sel selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan
organ-organ berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir). Di dalam Keputusan Menteri
Pertanian nomor 434.1 (2001), teratogenik adalah sifat bahan kimia yang dapat menghasilkankecacatan tubuh pada kelahiran.
7/22/2019 Dokumen polidaktili
3/12
Teratogenik adalah perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang dihasilkan dari perubahan
fisiologi dan biokimia. Senyawa teratogen akan berefek teratogenik pada suatu organisme, bila
diberikan pada saat organogenesis. Apabila teratogen diberikan setelah terbentuknya sel jaringan,
sistem fisiologis dan sistem biokimia, maka efek teratogenik tidak akan terjadi. Teratogenesis
merupakan pembentukan cacat bawaan. Malformasi (kelainan bentuk) janin disebut terata,sedangkan zat kimia yang menimbulkan terata disebut zat teratogen atau teratogenik.
(http://faudinocent.blogspot.com/2011/10/teratogenik.htmlnn)
Perubahan yang disebabkan teratogen meliputi perubahan dalam pembentukan sel, jaringan dan
organ sehingga menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang terjadi pada fase
organogenesis. Umumnya bahan teratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan golongan nya
yakni bahan teratogenik fisik, kimia dan biologis.
a. Faktor teratogenik fisik
Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsur-unsur fisik misalnya
Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen). Bila ibu terkena radiasi nuklir (misal
pada tragedi chernobil) atau terpajan dengan agen fisik tersebut, maka janin akan lahir dengan
berbagai kecacatan fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu pada paparan ibu hamil dengan
radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik karena mengganggu berbagai macam
organ. Dalam menghindari terpaaan agen teratogen fisik, maka ibu sebaiknya menghindari
melakukan foto rontgen apabila ibu sedang hamil. Foto rontgen yang terlalu sering dan berulang
pada kehamilan kurang dari 12 minggu dapat memberikan gangguan berupa kecacatan lahir pada
janin. (http://faudinocent.blogspot.com/2011/10/teratogenik.htmlnn)
b. Faktor teratogenik kimiaBahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa kimia yang bila masuk
dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan organ tubuh janin dapat menyebabkan
gangguan pada proses tersebut. Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan obat-
obatan yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek
teratogenik.
Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik yang umum terjadi terutama di negara-negara yang
konsumi alkohol tinggi. Konsumsi alkohol pada ibu hamil selama kehamilannya terutama di
trisemester pertama, dapat menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan terjadinya kelainan yang
dikenal dengan fetal alkoholic syndrome . Konsumsi alkohol ibu dapat turut masuk kedalam
plasenta dan memperngaruhi janin sehingga pertumbuhan otak terganggu dan terjadi penurunan
kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga dapat menimbulkan bayi mengalami berbagai kelainan
bentuk muka, tubuh dan anggota gerak bayi begitu ia dilahirkan. Obat-obatan untuk kemoterapi
kanker umumnya juga bersifat teratogenik. Beberapa polutan lingkungan seperti gas CO, senyawa
karbon dan berbagai senyawa polimer dalam lingkungan juga dapat menimbulkan efek
teratogenik.
(http://faudinocent.blogspot.com/2011/10/teratogenik.htmlnn)
c. Faktor teratogenik biologis
Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh ibu hamil. Istilah TORCHatau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan herpes merupakan agen teratogenik biologis yang
7/22/2019 Dokumen polidaktili
4/12
umum dihadapi oleh ibu hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai
kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu, beberapa infeksi virus dan
bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga dapat memberikan efek teratogenik.
(http://faudinocent.blogspot.com/2011/10/teratogenik.htmlnn)
D. PATOFISIOLOGI
Polidaktili, disebabkan kelainan kromosom pada waktu pembentukan organ tubuh janin. Ini
terjadi pada waktu ibu hamil muda atau semester pertama pembentukan organ tubuh.
Kemungkinan ibunya banyak mengonsumsi makanan mengandung bahan pengawet. Atau ada
unsur steratogenik yang menyebabkan gangguan pertumbuhan. Kelebihan jumlah jari bukan
masalah selain kelainan bentuk tubuh. Namun demikian, sebaiknya diperiksa kondisi jantung dan
paru bayi, karena mungkin terjadi multiple anomali.
Orang normalnya adalah yang memiliki homozigotik resesif pp. Pada individu heterozigotik Pp
derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda sehingga lokasi tambahan jari dapat
bervariasi. Bila seorang laki-laki polidaktili heterozigotik menikah dengan perempuan normal,
maka dalam keturunan kemungkinan timbulnya polidaktili adalah 50% (teori mendel). Ayah
polidaktili (heterozigot) Pp x, ibu normal homozigot (pp) maka anaknya polidaktili (heterozigot
Pp) 50%, normal (homozigot pp) 50%.
(http://dokteryudabedah.com/tentang-polidaktili/)
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Ditemukan sejak lahir.2. Dapat terjadi pada salah satu atau kedua jari tangan atau kaki.
3. Jari tambahan bisa melekat pada kulit ataupun saraf, bahkan dapat melekat sampai ke tulang.
4. Jari tambahan bisa terdapat di jempol (paling sering) dan keempat jari lainnya.
5. Dapat terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya, walaupun jarang.
(http://engzkatroxz.blogspot.com/2010/12/polidaktili.html)
G. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakn dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Anamnesis:
Apakah ada anggota keluarga yang dilahirkan dengan jari tambahan?
Apakah ada riwayat keluarga dengan kelainan yang berhubungan dengan polidaktili
Apakah ada gejala lain?
2. Pemeriksaan Fisis
Terlihat adanya jari tambahan (inspeksi)
3. Pemeriksaan Penunjang
7/22/2019 Dokumen polidaktili
5/12
Analisa kromosom
Foto polos
(http://www.umm.edu/ency/article/ 003176trt.htm)
H. PENATALAKSANAAN
Pembedahan diindikasikan untuk memperbaiki kosmetik dan bila ada keluhan kecocokan untuk
memakai sepatu (bila polidaktili terdapat pada kaki). Biasanya operasi dilakukan saat usia pasien
lebih dari 1 tahun agar pengaruh pada perkembangan dan gaya jalan minimal. Operasi sebaiknya
ditunda hingga perkembangan tulang (ossifikasi) selesai sehingga memungkinkan penilaian
anatomi yang akurat. (http://emedicine.medscape.com/article/ 1260255-overview)
1. Polidaktili pada tangan
Klasifikasi Waffel digunakan untuk menyederhanakan pengkategorian secara klinis dan
perencanaan prosedur pembedahan. (http://jos.online.org-pdfov14i3p295.pdf)
Pedoman dalam mengoperasi polidaktili pada jari tangan:
a. Jari radial hipoplastik yang direseksi.
b. Pada polidaktili tipe II dan III dengan kaliber yang simetris dan memiliki komponen tulang,
dipillih prosedur Bilhaut Cloquet yang memungkinkan stabilitas sendi karena mempertahankan
ligamentum kolateral ulnar dan radial sendi interphalanx. Komplikasi prosedur antara lain
kekakuan sendi, hipertrofi jaringan parut, deformitas punggung kuku. Perbaikan nail bed yang
cermat dan rekonstruksi ukuran kuku yang serupa untuk mencegah masalah kecacatan ini. Penting
pula untuk memperingatkan pasien akan jari yang tersisa pasti akan mengalami hipoplasia, yaitu
dalam hal lebar dan lingkarannya.c. Untuk polidaktili tipe II, instabilitas sendi sering terjadi karena kelainan berkembang pada
level sendi. Ligamentum kolateral, perlekatan kapsul, dan tendon ekstrinsik dari jari hipoplastik
merupakan struktur esensial untuk menjaga stabilitas sendi. Instabilitas yang mucul belakangan
akibat gangguan pada jaringan lunak yang mengakibatkan peregangan kronik dan rekonstruksi
jaringan lunak yang tidak seimbang. Oleh karena itu, lebih baik dilakukan over-tensioning pada
rekonstruksi jaringan lunak. Namun penilaian instabilitas sendi (>5% angulasi pada IPJ) sering
pula tidak tepat.
d. Pada polidaktili tipe III, anomali tidak mencapai IPJ sehingga diharapkan hasil yang
memuaskan setelah dilakukan eksisi sederhana. Meskipun demikian, dilaporkan pula adanya
komplikasi setelah ligasi sederhana pada bifid thumb yaitu deformitas Z ibu jari (Z thumb
deformity), instabilitas sendi, dan deformitas sendi. Namun instabilitas sendi ini dapat pula berasal
dari instabilitas preoperatif. Tarikan eksentrik pada oto-otot ekstensor pada IPJ mungkin berperan
dalam perubahan sekunder dalam kapsul sendi dan ligamentum kolateral. Over-tightening
ligament kolateral dan re-alignment tendon ekstrinsik yang tepat dapat memperbaiki instabilitas
sendi. Prosedur Bilhaut-Cloquet tidak dapat memperbaiki instabilitas sendi pada polidaktiili tipe
III akibat eksisi sederhana, namun bisa pada tipe II.
Gambar Distal phalanx dengan prosedur Bilhaut-Cloquet
e. Ligamentum kolateral radial dengan perlekatannya pada flap periosteal dipertahankan dan
7/22/2019 Dokumen polidaktili
6/12
over-tightened untuk menjaga stabilitas sendi dan mencegah deformitas.
f. Jari tipe II dan IV biasanya berhubungan dengan phalanx proksimal dan kepala metakarpal
yang sangat besar.
g. Osteotomi korektif lebih dipilih untuk deformitas angular residual tulang.
(http://jos.online.org-pdfov14i3p295.pdf)h. Realignment dengan atau tanpa augmentasi tendon penting untuk mengembalikan kelurusan
aksial dan mencegah deformitas Z karena tarikan tendon yang eksentris. Pada tipe IV, prosedur
yang biasa dilakukan adalah suturing duplicated extensor jari radial ke ekstensor longus jari ulnar
dan melekatkan kembali m. abductor pollicis brevis dan m. extensor pollicis brevis ke basis
phalanx proksimal. Delapan dari sebelas penderita polidaktili tipe IV mengalami instabilitas sendi,
dan tiga mengalami deformitas sendi. Komplikasi ini lebih nyata pada MCPJ yang besar dan pada
proksimal deformitas. Empat pasien dengan kaput metacarpal I yang bifaset dan membesar yang
melalui rekonstruksi mengalami kekakuan sendi. Hal ini disebabkan oleh ukuran dan kontur
permukaan artikulasi kaput metacarpal, yang dapat diatasi dengan kondroplasti yang teliti dengan
scalpel tajam untuk membuat permukaan artikulasi yang sesuai dengan basis phalanx proksimal.
Suatu on-top plasty (transposisi bagian distal sebuah jari terhadap bagian proksimal dari jari lain)
pada kasus ini menghasilkan keluaran yang bagus dan ibu jari dengan alignment normal. Pada
polidaktili tipe IV, jari ulnar dengan kaliber yang sama dan unit tendon fungsional yang intak
dipindahkan ke basis komponen radial, tepatnya phalanx proksimal komponen ulnar. Permukaan
artikular ulnar dengan kaput metacarpal dirapikan untuk membentuk basis yang stabil, dan
disesuaikan ukurannya degan phalanx proksimal komponen radial. Prosedur ini menjaga integritas
pembungkus jaringan lunak yang penting pada sisi radial, khususnya ligamentum kolateral, kapsul
dan otot abduktor pollicis. K-wire intraosseus dipasang sementara untuk mentransfikskan
osteotomi. Perlu diperhatikan re-alignment pada tendon dengan aksis baru pada jari yangdirekonstruksi. Prosedur ini menghasilkan penyatuan tulang yang lebih baik dan mencegah
komplikasi lambat. (http://emedicine.medscape.com/article/ 1260255-overview)
i. Tujuan terapi polidaktili adalah untuk mempertahankan jari yang paling fungsional, tanpa
mengingat apakah berupa bi- atau tri-phalangeal (http://jos.online.org-pdfov14i3p295.pdf)
2. Polidaktili pada kaki
Penanganan termasuk eksisi jari tambahan dan rekonstruksi jaringan lunak di sekitar jari yang
tersisa untuk memperbaiki kesejajaran bila terdapat deviasi. Jari paling medial pada polidaktili
preaksial dan jari paling lateral pada polidaktili postaksial adalah jari yang dipilih untuk direseksi
agar kaki bisa menyempit dengan tepi lateral atau medial yang lurus. Pada polidaktili postaksial,
dilakukan insisi oval atau racquet-shaped pada jari paling lateral melalui kulit dan fasia. Tendon
dibelah ke distal sejauh mungkin. Kapsul sendi metatarsophalangeal (MTP) dibelah dan jari
dipisahkan dari artikulasinya. Ketelitian diperlukan untuk menyeimbangkan dengan tepat antara
musculus hallucis abductor dan adductor serta meminimalkan hallux varus. Koreksi terhadap
longitudinal bracket epiphysis mencegah berkembangnya hallux varus dan metatarsal I yang
kependekan. Kapsul diperbaiki seakurat mungkin. Bila jari yang lebih lateral yang hipoplastik dan
dieksisi, ligamentum intermetatarsal harus ditaksir ulang. Penempatan Kirschner wire (K-wire)
selama 4-6 minggu dapat membantu mempertahankan posisi dan mencegah deformitas varus atau
dapat pula dibalut atau digips (cast). Pada polidaktili sentral, insisi racquet-shaped dorsaldilakukan pada dasar/lantai duplikasi. Jari tambahan dieksisi melalui disartikulasi. Ligamentum
7/22/2019 Dokumen polidaktili
7/12
7/22/2019 Dokumen polidaktili
8/12
1) Gangguan konsep diri (citra diri) b/d anomali kongenital / perubahan bentuk tubuh
(kaki/tangan)
2) Ansietas b/d rencana pembedahan.
3) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang informasi mengenai penyakit atau pengobatan.b. Pasca Operasi
1) Nyeri b/d luka pascaoperasi
2) Kerusakan integritas kulit b/d pembedahan
3) Resiko tinggi infeksi b/d tindakan pembedahan
4) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang informasi mengenai penyakit atau pengobatan.
3. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Gangguan konsep diri (citra diri) b/d anomali kongenital / perubahan bentuk tubuh
(kaki/tangan)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat menunjukkan harga diri
dengan mengungkapkan penerimaan diri secara verbal.
Intervensi :
a) Dorong individu mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai bagaimana individu
merasakan, memikirkan atau memandang dirinya.
R/ : dapat membantu klien berfikiran positif terhadap dirinya sendiri
b) Dorong interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa yang mendukung.
R/ : memberikan rasa percaya diri klienc) Kaji dan jelaskan kepada klien tentang keadaan penambahan jari klien
R/ intervensi awal bisa mencegah distress psikologis pada klien
d) Bantu klien menggunakan mekanisme koping yang positif
R/ mekanisme koping yang positif dapat membantu klien lebih percaya diri, kooperatif terhadap
tindakan yang akan dilakukan dan mencegah terjadinya kecemasan tambahan
e) Orientsikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan
R/ orientasi dapat menurunkan kecemasan
f) Libatkan system pendukung dalam perawatan klien
R/ kehadiran system pendukung meningkatkan citra diri klien.
2) Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.
Tujuan : setelah klien diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat menunjukkan
perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam berhadapan dengan mereka, tampil santai,
dapat beristirahat / tidur cukup, dan melaporkan penurunan rasa takut dan cemas berkurang ke
tingkat yang dapat diatasi.
Intervensi :
a) Informasikan pasien / orang terdekat tentang peran advokat perawat intraoperasi.
R/ : Kembangkan rasapercaya / hubungan, turunkan rasa takut akan kehilangan control pada
lingkungan yang asing.b) Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya penundaan prosedur
7/22/2019 Dokumen polidaktili
9/12
pembedahan.
R/ : Rasa takut yang berlebihan atau terus menerus akan mengakibatkan reaksi stress yang
berlebihan, resiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap prosedur / zat-zat anestesi.
c) Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan faktual.
R/ : Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien untuk menghadapinya secararealistis, misalnya kesalahan identifikasi / operasi yang salah, kesalahan anggota tubuh yang di
operasi.penggambaran yang salah, dll.
d) Diskusikan penundaan / penangguhan pembedahan pembedahan dengan dokter,
anestesiologis, pasien dan keluarga sesuai kebutuhan.
R/ : Mungkin diperlukan jika rasa takut yang berlebihan tidak berkurang / teratasi.
3) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang informasi.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mengutarakan pemahaman
proses penyakit / proses pra operasi dan harapan pasca operasi, dapat melakukan prosedur yang
dilakukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan, dan memulai perubahan gaya hidup yang
diperlukan dan ikut serta dalam perawatan.
Intervensi :
a) Kaji tingkat pemahaman pasien.
R/ : Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pasca operasi.
b) Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.
R/ : Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat pilihan terapi
berdasarkan informasi dan setuju untuk menikuti prosedur dan adanya kesempatan untuk
menjelaskan kesalahan konsep.c) Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan.
R/ : Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasien untuk belajar.
d) Melaksanakan program pengajaran pra operasi individual : pembatasan dan prosedur pra
operasi / pasca operasi misalnya perubahan urinarius dan usus, pertimbangan diet, tingkat /
perubahan aktivitas, latihan pernapasan dan kardiovaskuler dan control rasa sakit.
R/ : Meningkatkan pemahaman / kontrol pasien dan meungkinkan partisipasi dalam perawatan
pasca operasi.
b. Pasca Operasi
1) Nyeri b/d luka pasca operasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan nyeri klien
berkurang bahkan hilang
Intervensi :
a) Kaji karakteristik, lokasi dan intensitas nyeri klien (skala 0-10).
R/ : Mengetahui tingkat rasa nyeri, berguna dalam pengawasan keefektifan obat.
b) Ajarkan teknik relaksasi seperti : imajinasi, musik yang lembut.
R/ : Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi
nyeri / rasa tidak nyaman.c) Berikan posisi yang nyaman.
7/22/2019 Dokumen polidaktili
10/12
R/ : Posisi dapat membantu mengurangi nyeri.
d) Kolaborasi dengan medik pemberian analgetik.
R/ : Terapi analgetik dapat mengurangi nyeri
2) Kerusakan integritas kulit b/d tindakan pembedahanTujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan klien menunjukkan
penyembuhan jaringan progresif.
Intervensi :
a) Kaji daerah sekitar luka, apakah ada pus, atau jahitan basah.
R/ : Deteksi awal jika terjadi gangguan dalam proses penyembuhan.
b) Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.
R/ : Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka / berkembangnya komplikasi
secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius.
c) Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
R/ : Menurunnya cairan menandakan adanya evolusi dari proses penyembuhan, apabila
pengeluaran cairan terus menerus / adanya eksudat yang bau menunjukkan terjadinya komplikasi
(misalnya perdarahan, infeksi).
d) Beri penguatan pada balutan awal / penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptik yang
ketat.
R/ : Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah akumulasi cairan yang
dapat menyebabkan ekskoriasi (pengikisan kulit).
e) Gunakan teknik aseptik saat merawat luka
R/ : Mencegah infeksi dan mencegah transmisi infeksi bakterial pada luka
f) Perhatikan intake nutrisi klien.R/ : Penting untuk mempercepat penyembuhan luka.
3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mengidentifikasikan
factor-faktor resiko individu dan intervensi untuk mengurangi potensial infeksi, dan dapat
mempertahankan lingkungan aseptik yang aman.
Intervensi :
a) Tetap pada fasilitas control infeksi, sterilisasi dan prosedur / kebijakan aseptik.
R/ : tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi.
b) Uji kesterilan semua peralatan.
R/ : Benda-benda yang dipaket mungkin tampak steril, meskipun demikian, setiap benda harus
secara teliti diperiksa kesterilannya, adanya kerusakan pada pemaketan, efek lingkungan pada
paket, dan teknik pengiriman.
c) Identifikasi gangguan pada teknik aseptik dan atasi dengan segera pada waktu terjadi.
R/ : Kontaminasi dengan lingkungan / kontak personal akan menyebabkan daerah yang steril
menjadi tidak steril sehingga meningkatkan resiko infeksi.
d) Berikan antibiotik sesuai petunjuk.
R/ : Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi atau kontaminasi.
4) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan
7/22/2019 Dokumen polidaktili
11/12
pengobatan b/d kurang informasi mengenai penyakit atau pengobatan.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat mengutarakan pemahaman
proses penyakit / harapan pasca operasi, melakukan prosedur yang dilakukan dan menjelaskan
alasan dari suatu tindakan, memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam
perawatan.Intervensi :
a) Kaji tingkat pemahaman pasien.
R/ : Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pasca operasi.
b) Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.
R/ : Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat membuat pilihan terapi
berdasarkan informasi dan setuju untuk menikuti prosedur dan adanya kesempatan untuk
menjelaskan kesalahan konsep.
c) Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai keadaan.
R/ : Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasien untuk belajar.
d) Melaksanakan program pengajaran pasca operasi individual : pembatasan dan prosedur pasca
operasi misalnya perubahan urinarius dan usus, pertimbangan diet, tingkat / perubahan aktivitas,
latihan pernapasan dan kardiovaskuler dan control rasa sakit.
R/ : Meningkatkan pemahaman / kontrol pasien dan meungkinkan partisipasi dalam perawatan
pasca operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Engz katroxz .2010 [cited 2012 November 4];.Available from: URLhttp://engzkatroxz.blogspot.com/2010/12/polidaktili.html
Novick C. Polydactyly of the foot [Online]. 2009 Dec 4 [cited 2012 November 4]; [5 screens].
Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/ 1260255-overview
University of Maryland Medical Center. Polydactyly-treatment. [Online]. 2009 [cited 2012
November 4]; Available from: URL: http://www.umm.edu/ency/article/ 003176trt.htm
Weill Cornell Medical College [Online]. [cited 2012 November 4]; Available from: URL:
http://www.cornellsurgery.org/patients/health/congenital-hand-defor-mities.html
Wikipedia [Online]. 2008 June [cited 2012 November 4 ]; Available from:
URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Polydactyly
Yen CH, Chan WL, Leung HB, Mak KH. Thumb polydactyly: clinical outcome after
reconstruction. Journal of Orthopaedic Surgery [serial online] 2006 [cited 2012 November
4];14(3):295-302. Available from: URL: http://jos.online.org-pdfov14i3p295.pdf
Yuda handaya[ONLINE]. 2010 Dec 28 [cited 2012 November 4]; Available from:URL:http://dokteryudabedah.com/tentang-polidaktili/
7/22/2019 Dokumen polidaktili
12/12
;http://faudinocent.blogspot.com/2011/10/teratogenik.htmlnn
TUu Tha di 08.12
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya
Foto Saya
TUu Tha
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger
Top Related