KONTRIBUSI PENANAMAN MODAL ASING, PENANAMAN MODAL
DALAM NEGERI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUK
DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI BEBERAPA PROVINSI
INDONESIA PERIODE 2012-2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
Nabilla Frimalita
NIM : 11140840000072
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1439H
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Nabilla Frimalita
2. Tempat/Tanggal Lahir : Padang, 17 April 1996
3. Alamat : Jl. M. Kahfi1 Komplek Damkar A3
jagakarsa, Jakarta Selatan.
4. Telepon : 087883014628
5. Email : [email protected]
II. Pendidikan Formal
1. SDN 01 Cilandak Timur tahun 2002-2008
2. SMPN 96 Jakarta tahun 2008-2011
3. SMAN 60 Jakarta tahun 2011-2014
III. Pengalaman Bekerja
1. Internsip RTD Generali Indonesia
2. WikiDPR batch 9
IV. Pengalaman Organisasi
1. OSIS SMAN 60 Jakarta sebagai wakil tahun 2012-2013
2. Remaja Masjid Lingkungan Damkar 2013-2014
3. HMJ IESP UIN Jakarta 2014-2015
4. Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisns UIN Jakarta 2016-2017
ii
ABSTRACT
This study aims to see the contribution of Foreign Investment, Domestic
Investment and Manpower on Gross Regional Domestic Product in Some
Provinces of Indonesia Period 2012 - 2016. This study uses secondary data and
using panel data analysis with Fixed Effects Model (FEM) . The results of this
study show that Foreign Investment contributes positively but not significantly to
the Gross Regional Domestic Product in Several Provinces of Indonesia Period
2012 - 2016. But Domestic Investment and Manpower contribute positively and
significantly to Gross Regional Domestic Product in Several Provinces Indonesia
Period 2012 - 2016. Simultaneously, Foreign Investment, Domestic Investment
and Manpower contribute significantly to the Gross Regional Domestic Product in
Several Provinces of Indonesia Period 2012 - 2016.
Keywords: Foreign Direct Investment, Domestic Investment, Manpower, Gross
Regional Domestic Product, Fixed Effect Model (FEM).
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi dari Penanaman Modal
Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan Tenaga Kerja Terhadap Produk
Domestik Regional Bruto di Beberapa Provinsi Indonesia Periode 2012 – 2016.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan menggunakan analisis data panel
dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM). Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa Penanaman Modal Asing berkontribusi secara positif tetapi
tidak signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Beberapa Provinsi
Indonesia Periode 2012 – 2016. Tetapi Penanaman Modal Dalam Negeri dan
Tenaga Kerja berkontribusi secara positif dan signifikan Terhadap Produk
Domestik Regional Bruto di Beberapa Provinsi Indonesia Periode 2012 – 2016.
Secara simultan, Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan
Tenaga Kerja berkontribusi secara signifikan Terhadap Produk Domestik
Regional Bruto di Beberapa Provinsi Indonesia Periode 2012 – 2016.
Kata Kunci: Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN), Tenaga Kerja, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Fixed Effect
Model (FEM).
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan segala nikmat yang
tidak terhitung kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Kontribusi Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam
Negeri dan Tenaga kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto
Beberapa Provinsi Indonesia Periode 2012-2016” dengan baik. Sholawat dan
salam tak lupa saya haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa seluruh umatnya dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan
ilmu-ilmu pengetahuan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Segala proses
dari mulai perencanaan latar belakang hingga selesainya skripsi ini tentu banyak
pihak yang mendukung saya. Oleh karena itu izinkan saya untuk menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Orangtua saya, Ibunda terkasih Desnita dan Ayahnda tercinta
Syafrimal yang selalu memberikan dukungan baik secara moral dan
material sehingga saya dapat mengenyam pendidikan sampai saat ini.
Segala jerih payah ibunda dan ayahnda sudah terbayarkan. Terima
kasih atas segala dukungan dan motivasi teruntuk kedua orang tua
saya.
2. Terima Kasih teruntuk Faizul Umam yang selama ini sudah menemani
dan selalu memberikan dukungan penuh kepada saya. Orang yang siap
mengantarkan saya kemana saja dan juga sebagai tempat saya
menangis ketika ada hambatan dalam pengerjaan skripsi. Dan juga
penghibur dikala saya sedang bosan dengan sesuatu hal.
3. Terima kasih untuk Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bapak Dr.
M. Arief Mufraini, Lc., M.Si yang selama ini telah memberikan
banyak ilmu kepada saya.
v
4. Terima kasih kepada Bapak Aizirman Djusan, M.Sc.Econ. selaku
dosen pembimbing skripsi saya. Terima kasih saya haturkan atas
segala arahan dan bimbingan Bapak dalam penyelesaian skripsi saya.
Semoga ilmu yang telah bapak berikan bermanfaat bagi saya. Dan
semoga bapak selalu dalam lindungan Allah SWT.
5. Terima kasih kepada Bapak Arief Fitrijanto, M.Si selaku Ketua
Program Studi Ekonomi Pembangunan dan Ibu Najwa Khairina, M.Sc
selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan yang telah
memberikan saya bimbingan dan arahan.
6. Terima kasih untuk Robiatul Adawiyah sebagai salah satu orang yang
paling mengerti saya dalam keadaan apapun.
7. Terima kasih untuk Slamet Ryadi, Vanya Alverissa, Yunita Ria dan
Wini Mulyagustina Raharja yang telah membantu saya dalam
pengerjaan skripsi dan juga sebagai teman bermain saya.
8. Terima kasih untuk Andini Apriliani, Tashqia Anindita, dan Putri
Dewi yang sampai saat ini masih bersama-sama saya, tempat berbagi
keluh kesah dan kebahagiaan.
9. Terima kasih untuk Terong Anti Jamur (Titianan Rahma, Intan Ayu,
Citra Nabila, Putri Hernawati, Puspita, Hesti Setyaningsih, dan Agnur
Kumala) yang juga masih menemani saya sampai saat ini.
10. Terima kasih untuk teman-teman konsentrasi Perencanaan
Pembangunan, Mala Hayati, Syavira Nadya Kirana, Malik, Tina,
Gilang dan semuanya yang telah membantu saya dalam proses
perkuliahan baik dalam belajar maupun membantu saya dalam belajar
untuk sidang komprehensif.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi saya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 03 Mei 2018
Nabilla Frimalita
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………… i
ABSTRACT …………………………………………………………….. ii
ABSTRAK ……………………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………. iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………. viii
DAFTAR GRAFIK ……………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….. x
BAB I PENDAHULUAN………………….…………………………... 1
A. Latar Belakang Penelitian…………………………………..….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………….... 10
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………... 10
D. Manfaat Penulisan …………………………………………........ 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......……………………………..…… 12
A. Landasan Teori…………………………………………………. 12
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi……………………..………….. 12
2. Produk Domestik Regional Bruto………………………….… 15
3. Investasi……..………………………………………………. 18
4.Penanaman Modal Asing……………….………….…….…… 19
5. Penanaman Modal Dalam Negeri…………………...……. 20
6. Tenaga Kerja…………………..…………….……….…… 22
B. Penelitian Terdahulu…………………………….………...….… 23
C. Hubungan Antar Variabel…….……………………………….… 42
D. Kerangkan Berfikir…………………………….…………...…... 45
E. Hipotesis…………………………….………………….….……. 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………….. 47
A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………… 47
B. Teknik Penentuan Sampel ……………………………….…….. 47
C. Teknik Pengumpulan data……………………………….….….. 47
D. Teknik Analisis Data……………………………………………. 48
E. Uji Hipotesis.…………………………………………...………. 51
vii
F.Uji Asumsi Klasik………...……………..………….…………… 52
G. Oprasional Variabel………………..…..……………………….. 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………..………….. 56
A. Gambaran Umum Objek Penelitian………………...………... 56
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif Antar Variabel di Beberapa
Provinsi Indonesia…………..………………………….... 56
2. Analisis Statistik Deskriptif di Beberapa Provinsi
Indonesia………………………………………………..... 77
3. Analisis Model PDRB dengan Variabel Independen
PMA, PMDN dan TK………………………...……...….. 78
4. Analisis Ekonomi PDRB dengan Variabel Indepneden
PMA, PMDN dan TK………………………….……..…. 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………….… 90
B.Saran ……………………………………………………….….. 91
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 92
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………….………… 96
viii
DAFTAR TABEL
No KETERANGAN HALAMAN
1.1.Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Indonesia 3
1.2.Produk Domestik Regional Bruto Enam Provinsi
Indonesia tahun 2016 4
1.3. Total Investasi PMA dan PMDN 2012-2016 7
1.4. Penanaman Modal Asing dan Modal Dalam Negeri tahun 2016 8
4.1. Statistik Deskriptif 78
4.2. Lagrange Multiplier 79
4.3. Uji Chow 79
4.4. Hausman Test 80
4.5. Data Panel 81
4.6. Interpretasi FEM 82
4.7. Uji F-statistik 84
4.8. Uji t-statistik 84
4.9. Uji-R2 86
ix
DAFTAR GRAFIK
No KETERANGAN HALAMAN
1.1. Tren Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2015 2
1.1. PDRB Sumatera Utara 57
1.2. PMA Sumatera Utara 58
1.3. PDMN Sumatera Utara 59
1.4. Tenaga Kerja Sumatera Utara 60
1.5. PDRB Sumatera Selatan 61
1.6. Penanaman Modal Asing Sumatera Selatan 62
1.7. Penanaman Modal Dalam Negeri Sumatera Selatan 63
1.8. Tenaga Kerja Sumatera Selatan 64
1.9. Produk Domestik Regional Bruto Banten 65
1.10. Penanaman Modal Asing Banten 66
1.11. Penanaman Modal Dalam Negeri Banten 67
1.12. Tenaga Kerja Banten 68
1.13. Produk Domestik Regional Bruto Sulawesi Tengah 69
1.14. Penanaman Modal Asing Sulawesi Tengah 70
1.15. Penanaman Modal Dalam Negeri Sulawesi Tengah 70
1.16. Tenaga Kerja Sulawesi Tengah 71
1.17. Produk Domestik Regional Bruto Kalimantan Timur 72
1.18. Penanaman Modal Asing Kalimantan Timur 73
1.19. Penanaman Modal Dalam Negeri Kalimantan Timur 73
1.20. Tenaga Kerja Kalimantan Timur 74
1.21. Produk Domestik Regional Bruto Aceh 75
1.22. Penanaman Modal Asing Aceh 75
1.23. Penanaman Modal Dalam Negeri 76
1.24. Tenaga Kerja Aceh 77
x
DAFTAR GAMBAR
No KETERANGAN HALAMAN
2.1.Kerangka Pemikiran 45
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara menuju ke arah perekonomian yang lebih baik.
Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan suatu proses kenaikan jumlah
produksi suatu perekonomian yang digambarkan dengan bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan sebagai
perkembangan kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa
yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah (Sukirno 2008:9).
Pertumbuhan ekonomi sangat berkaitan erat dengan proses peningkatan
kapasitas produksi barang dan jasa.
Produk Domestik Bruto atau biasanya disingkat PDB adalah nilai total
dari output suatu negara. PDB merupakan nilai semua barang dan jasa yang
dihasilkan dalam periode tertentu yang ditentukan oleh faktor-faktor produksi
dalam suatu negara. (Case & Fair, 2007:21). Pertumbuhan ekonomi
merupakan tolak ukur untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan
pembangunan ekonomi suatu negara dan sebagai indikator penentu adanya
kebijakan pembangunan selanjutnya. Suatu negara dapat dikatakan sedang
mengalami pertumbuhan ekonomi jika terjadi kenaikan pendapatan nasional
dan juga peningkatan output. Kenaikan pendapatan nasional ini dapat dilihat
dari besarnya jumlah Produk Domestik Bruto yang dihasilkan setiap tahunnya.
Bagi suatu daerah untuk melihat pendapatan daerahnya dapat dilihat dari
jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan setiap
tahunnya.
2
Grafik 1.1. Tren Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2015
Sumber: BPS dan BI, data diolah
Dapat dilihat dari grafik 1.1. di atas, pertumbuhan ekonomi Indonesia
mengalami penurunan dari tahun 2011 hingga 2015. Dapat disimpulkan pula,
pendapatan nasional atau biasanya diukur Produk Domestik Bruto (PDB)
mengalami penurunan pula.
Untuk mengukur suatu perekonomian daerah sebagai hasil dari
program pembangunan daerah diperlukan pengukuran yang tepat, yaitu
dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Tujuan dari Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), adalah sebagai berikut:
1. Sebagai indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah
2. Untuk mengetahui struktur perekonomian dan perubahan-perubahan di
suatu daerah.
3. Sebagai informasi dan data untuk menganalisis elastisitas kesempatan
kerja dengan dukungan data ketenagakerjaan
4. Perencanaan pembangunan suatu daerah dapat lebih terarah
5. Dalam suatu daerah bisa dihitung jumlah investasi yang dibutuhkan
untuk mencapai proyeksi PDRB dari target pertumbuhan ekonomi
yang telah ditetapkan.
01234567
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
Q1
-20
15
Q2
-20
15
Q3
-20
15
Q4
-20
15
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
PERTUMBUHANEKONOMI INDONESIA
3
Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Indonesia 2017
Provinsi PDRB
Aceh 137.277,42
Sumatera Utara 628.394,16
Sumatera Barat 195.682,53
Riau 682.351,09
Jambi 171.711,45
Sumatera Selatan 355.419,17
Bengkulu 55.402,51
Lampung 281.113,14
Kep. Bangka Belitung 65.125,29
Kep. Riau 216.579,90
DKI Jakarta 2.177.119,88
Jawa Barat 1.652.598,44
Jawa Tengah 1.092.030,92
DI Yogyakarta 110.098,34
Jawa Timur 1.855.042,70
Banten 516.326,90
Bali 195.376,31
NTB 116.246,72
NTT 84.172,64
Kalimantan Barat 161.491,92
Kalimantan Tengah 112.441,20
Kalimantan Selatan 146.325,62
Kalimantan Timur 507.073,76
Kalimantan Utara 66.778,55
Sulawesi Utara 100.537,36
Sulawesi Tengah 120.232,87
4
Sulawesi Selatan 379.209,48
Sulawesi Tenggara 96.982,96
Gorontalo 31.823,65
Sulawesi Barat 35.974,49
Maluku 37.062,64
Maluku Utara 29.165,23
Papua 66.635,51
Papua Barat 178.370,34
Sumber: Badan Pusat Statistik 2017
Dari tabel 1.1. di atas, dapat dijelaskan bahwa Produk Domestik
Regional Bruto pada setiap provinsi di Indonesia berbeda-beda. Hal itu
disebabkan karena perbedaan masing-masing keunggulan yang dimiliki oleh
daerah tersebut. Seperti yang diketahui, sekarang ini Indonesia sedang
membuat suatu kawasan khusus. Kawasan tersebut adalah Kawasan Ekonomi
Khusus. Kawasan ekonomi Khusus (KEK) merupakan wilayah yang
memiliki fungsi perekonomian dan mendapatkan fasilitas-fasilitas tertentu.
Kawasan Ekonomi Khusus ini dibentuk guna membangun lingkungan
kondusif bagi seluruh aktifitas investasi, ekspor dan perdagangan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto Enam Provinsi Indonesia
Tahun 2016
Provinsi Jumlah PDRB
Sumatera utara 44.557,76
Sumatera Selatan 43.551,46
Kalimantan Timur 144.827,24
Aceh 26.936,96
Sulawesi Tengah 41.151,47
Banten 43.310,96
Sumber data: BPS Pusat 2017
5
Dari tabel di atas, provinsi yang paling besar jumlah PDRB nya adalah
provinsi Kalimantan Timur dengan Rp. 144.827,24 milyar rupiah. Disusul
oleh Provinsi Sumatera Utara dengan besar PDRB Rp. 44.557,76 milyar
rupiah. Dan yang paling kecil diantara provinsi-provinsi Kawasan Ekonomi
Khusus di atas adalah provinsi Aceh PDRB tahun 2016 sebesar Rp. 26.936,96
milyar rupiah.
Menurut Mukhlis (2015:122) Indonesia sebagai negara berkembang
memiliki karakter yang tidak berbeda jauh dengan negara berkembang
lainnya, untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam
pembangunannya dihadapkan dengan keterbatasan modal untuk investasi.
Sedangkan menurut Todaro (2006:92) salah satu yang menjadi komponen
utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap negara adalah total
pertambahan modal. Menurut Dumairy (1996:130), Penanaman modal yang
merupakan cara untuk menjalankan pembangunan. Penanaman modal yang
berasal dari dalam negeri biasa disebut Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan penanaman modal yang berasal dari luar negeri biasa disebut
Penanaman Modal Asing (PMA). Keduanya sama pentingnya dan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Menurut Todaro
(1999), ada tiga komponen utama yang berpengaruh dalam pertumbuhan
ekonomi suatu daerah, yaitu Akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan
kemajuan teknologi. Akumulasi modal yang meliputi semua jenis investasi
baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun swasta yang diinvestasikan
dengan berbagai bentuk. Akumulasi modal akan terjadi apabila pendapatan
yang diinvestasikan kembali dengan tujuan untuk memperbesar output atau
pendapatan dimasa yang akan datang. Menurut Sadono Sukirno (2000),
kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja, serta
meningkatkan pendapatan nasional dan juga meningkatkan taraf kemakmuran
masyarakat. Peranan ini didasarkan dari tiga fungsi utama dari kegiatan
investasi, yaitu:
6
1) Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat,
sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat,
pendapatan nasional serta kesempatan kerja.
2) Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah
kapasitas produksi.
3) Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.
Masalah yang dihadapi negara-negara berkembang seperti Indonesia
adalah kebutuhan dana investasi yang cukup besar. Penanaman Modal Asing
dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) merupakan salah satu
komponen penting dalam pembiayaan pembangunan dan pertumbuhan suatu
negara, maka dari itu, pemerintah menetapkan sebuah dasar kebijakan
penanaman modal yang mendorong terciptanya suasana usaha nasional yang
kondusif bagi investor untuk memperkuat daya saing perekonomian dan
mempercepat peningkatan penanaman modal.
Perkembangan investasi asing langsung di Indonesia pada dasarnya
dilatarbelakangi karena adanya permasalahan yang berkaitan dengan
infrastruktur yang buruk, birokrasi yang tidak efisien, keterbatasan akses dana,
regulasi tenaga kerja tidak kondusif, dan kebijakan yang tidak stabil.
Selanjutnya, modal asing juga mendorong pengusaha-pengusaha sekitar untuk
bekerja sama dengan perusahaan asing tersebut. Sehingga penggunaan dari
modal asing sangat penting guna mempercepat pembangunan. Oleh karena itu,
guna membiayai investasi yang bertujuan untuk mencapai tahap dalam
pembangunan, dengan pemasukan modal dari luas negeri tanpa harus
mengurangi kewajiban pemerintah untuk terus meningkatkan tabungan dalam
negeri.
Sumber dari pertumbuhan ekonomi salah satunya adalah penanaman
modal asing dan penanaman modal dalam negeri yang termasuk sebagai
komponen dalam pembiayaan pembangunan. Oleh sebab itu pemerintah
menetapkan sebuah dasar kebijakan penanaman modal sehingga dapat
menciptakan kondisi yang kondusif bagi investor untuk memperkuat daya
7
saing perekonomian dan juga dapat mempercepat peningkatan penanaman
modal.
Akumulasi modal saat ini tidak hanya berfokus pada invetstasi dari
pemerintah saja, melainkan saat ini sudah banyak investor-investor asing yang
melirik Indonesia. Terlebih, kini Indonesia memiliki Kawasan Ekonomi
Khusus. Adapun beberapa Provinsi yang dipilih adalah Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Banten, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur dan juga
Aceh. Kawasan Ekonomi Khusus di Sumatera Utara ditetapkan melalui
Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 2012 dan merupakan KEK pertama di
Indonesia. KEK Si Mangkei yang berletak di Provinsi Sumatera Utara
memiliki bisnis utama berupa industri kelapa sawit dan karet. Kawasan
Ekonomi Khusus di Sumatera Selatan yang berlokasi di Tanjung Api memiliki
keunggulan geoekonomi, yaitu penghasil karet dan kelapa sawit di Indoneisa
dan juga gas bumi dan batu bara yang melimpah. Selain itu, KEK Tanjung
Api memiliki keunggulan geostrategis yaitu dekat dengan akses utama
Sumatera bagian selatan ke Alur Laut Kepulauan Indonesia I dan sebagai
pintu gerbang kegiatan ekspor dan impor wilayah Sumatera Selatan. Kawasan
ekonomi khusus lainnya terletak di Banten yang berlokasi di Tanjung Lesung.
KEK Tanjung Lesung berpotensi pariwisata yang beragam. Mulai dari
keindahan alam pantai, keragaman flora dan fauna serta kekayaan budaya
sekitar. Kawasan Ekonomi Khusus di Provinsi Sulawesi Tengah berlokasi di
Palu, yang dirancang oleh pemerintah sebagai pusat logistik terpadu dan
industri pengolahan petambangan di Sulawesi. Berdasarkan potensi dan
keunggulan geostrategis yang dimiliki, Kawasan Ekonomi Khusus Palu
memiliki beberapa bisnis utama, yaitu nikel, bijih besi, kakao serta rotan.
Namun, Kawasan Ekonomi Khusus Palu juga memberikan kesempatan bagi
pengembangan industri lain, seperti kelapa, manufaktur, logistik dan
pengolahan karet. Kawasan Ekonomi Khusus di Kalimantan Timur memiliki
kegiatan utama atau biasa yang disebut dengan sektor unggulan, yaitu industri
pengolahan kayu dan kelapa sawit. Kawasan Ekonomi Khusus di Aceh yang
bernama KEK Arun Lhokseumawe yang terletak di Kabupaten Aceh utara
berfokus pada beberapa sektor yaitu, energi petrokimia, agro industri
8
pendukung ketahanan pangan, logistik serta industri penghasil kertas kraf.
Dapat dilihat rinciannya ditabel berikut ini:
Tabel 1.3. Total Investasi PMA dan PMDN 2012-2016
daerah Total Sektor Unggulan
PMA
(Milyar)
PMDN
(Milyar)
Sumatera
Utara
4.843,35 19.974,3 industri kelapa
sawit dan karet
Sumatera
Selatan
5.968,2 32.847,6 penghasil karet
dan kelapa sawit
dan juga gas bumi
dan batu bara
Kalimantan
timur
9.016,2 31.279,3 industri
pengolahan kayu
dan kelapa sawit
Aceh
753,3
14.455,4 Energi petrokimia,
agro industri
pendukung
ketahanan pangan,
logistik serta
industri penghasil
kertas kraf
Banten 13.925,2 40.343,7 Pariwisata
Sulawesi
tengah
5.841,2 4.208,7 Pusat logistik
terpadu dan
industri
pengolahan
petambangan
Sumber data: BPS Pusat dan KEK.go.id
Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri sangat
diperlukan dalam kondisi sekarang ini. Terutama di provinsi-provinsi seperti
9
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Banten, Sulawesi Tengah, Kalimantan
Timur dan Nanggroe Aceh Darussalam. Karena inilah kesempatan bagi
Indonesia untuk bersaing dan memperlihatkan keunggulan-keunggulan yang
ada dan memang seharusnya dikembangan sudah sejak lama.
Tabel 1.4. Penanaman Modal Asing dan Modal Dalam Negeri tahun 2016
Provinsi PMA
(milyar)
PMDN
(milyar)
Sumatera utara 1.014,7 4.864,2
Sumatera Selatan 2.793,5 8.534,1
Aceh 13,45 2.456,1
Kalimantan Timur 1.139,6 6.885,1
Sulawesi Tengah 1.600,3 1.081,2
Banten 2.912,1 12.426,3
Sumber data: BPS Indonesia
Dapat dilihat dari data di atas, hampir rata-rata keseluruhan penanaman
modal asing diungguli oleh Penanaman Modal Dalam Negeri. Ini berarti fokus
pemerintah sangatlah kuat di provinsi-provinsi di atas. Tetapi, tidak bisa lepas
begitu saja, harus ada campur tangan dari pihak asing guna mempercepat
proses pengembangan daerah. Maka dari itu, nilai Penanaman Modal Asing
tidak kalah besarnya dengan Modal Dalam Negeri.
Selain dalam bentuk Penanaman modal, baik asing maupun dalam
negeri, pertumbuhan juga harusnya dapat berkembang karena adanya tenaga
kerja. Faktor tenaga kerja dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat
meningkat pendapatan nasional ataupun daerah. Jumlah yang bekeja dan yang
pencari kerja dinamakan angkatan kerja. Dengan kata lain, angkatan kerja
merupakan bagian dari tenaga kerja (Payaman Simanjuntak, 2001).
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka hal ini
mendorong penulis untuk membahas secara rinci mengenai kontribusi
investasi asing, investasi dalam negeri dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan
10
di Indonesia dalam bentuk skripsi yang bejudul: “Kontribusi Penanaman
Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan Tenaga kerja
Terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Beberapa Provinsi
Indonesia Periode 2012-2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kontribusi secara parsial dari Penanaman modal asing
terhadap PDRB di masing-masing provinsi tersebut.
2. Bagaimanakah kontribusi secara parsial dari penanaman modal dalam
negeri terhadap PDRB di masing-masing provinsi tersebut.
3. Bagaimanakah kontribusi secara parsial dari tenaga kerja terhadap
PDRB di masing-masing provinsi tersebut.
4. Bagaimanakah kontribusi secara simultan dari Penanaman modal
asing, penanaman modal dalam negeri dan tenaga kerja terhadap
PDRB.
5. Pada provinsi manakah alokasi PMA, PMDN dan Tenaga Kerja
memberikan dampak paling besar dalam kinerja perekonomian.
6. Manakah yang lebih efektif antara penanaman modal asing dan
penanaman modal dalam negeri dalam mendukung peningkatan
pertumbuhan ekonomi di masing-masing provinsi.
C. Tujuan Penelitian
Dilihat dari latar belakang penelitian, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk melihat kontribusi secara simultan dari Penanaman modal asing,
penanaman modal dalam negeri dan tenaga kerja terhadap PDRB.
2. Untuk melihat kontribusi secara parsial dari Penanaman modal asing,
penanaman modal dalam negeri dan tenaga kerja terhadap PDRB di
masing-masing provinsi tersebut.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis Pada provinsi manakah alokasi
investasi memberikan dampak paling besar dalam kinerja
perekonomian.
11
4. Untuk mengukur dan melihat Manakah yang jauh lebih efektif antara
penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri dalam
mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi di masing-masing
provinsi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat untuk pemerintah dan instansi terkait dari penelitian ini
adalah dapat dijadikan sebagai indikator pengambilan kebijakan
pada masing-masing daerah sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi pada masing-masing daerah
2. Manfaat untuk masyarakat umum dari penelitian ini adalah dapat
dijadikan sebagai indikator penilaian terhadap kinerja pemerintah
daerah dan sebagai bahan informasi mengenai kegiatan
perekonomian.
3. Manfaat untuk peneliti dari penelitian ini adalah dapat dijadikan
sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Tentang Pertumbuhan Ekonomi
1.1. Teori pertumbuhan Ekonomi Klasik
Ekonom yang mengembangkan teori pertumbuhan ekonomi klasik,
yaitu Adam Smith dan David Ricardo. Menurut Arsyad (1999), Adam Smith
merupakan ekonomi pertama kali yang membahas mengenai pertumbuhan
ekonomi secara sistematis. Adam Smith juga membahas tentang proses
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang serta aspek utama pertumbuhan
ekonomi yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk dalam
bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of The Wealth
of Nations (1976).
Menurut Suparmoko (2002), Adam Smith dalam perkembangan
ekonomi diperlukan adanya spesialisasi kerja dan pembagian kerja.
Spesialisasi kerja dan pembagian kerja ini akan menghasilkan output, karena
dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan setiap pekerja. Adanya
pembagian kerja harus diimbangi dengan akumulasi modal. Dan juga
perluasan juga perlu dilakukan guna menampung hasil produksi. Perluasan
pasar juga dilakukan. Hal ini akan menambah luasnya pasar sehingga pasar
akan terdiri dari pasar dalam negeri dan luar negeri. Jika perluasan pasar,
akumulasi modal dan pembagian kerja telah tercukupi, maka akan menaikkan
tingkat produktivitas tenaga kerja, dan kenaikan produktivitas tenaga kerja ini
akan menaikan pendapatan nasional. Menurut Arsyad (1999), David Ricardo
juga menjadi pemikir dalam aliran teori pertumbuhan klasik. Teori yang
dikembangkan Ricardo dalam bukunya The Principles of Political Economy
and Taxation yang diterbitkan tahun 1917, membahas mengenai empat
kelompok pemasalahan sebagai berikut:
1. Teori tentang nilai dan harga barang
13
2. Teori tentang distribusi pendapatan sebagai pembagian hasil dan
disajikan dalam bentuk teori upah, teori sewa tanah, teori bunga
dan laba
3. Teori tentang perdagangan internasional
4. Teori tentang akumulasi dan pertumbuhan ekonomi.
1.2. Teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar
Menurut Sukirno (2006:33) teori pertumbuhan ekonomi Harrod-
Domar bertujuan untuk mempertegas syarat yang harus dipenuhi agar
perekonomian dapat mencapai pertumbuhan dalam jangka panjang. Teori
pertumbuhan Harrod-Domar dikembangkan oleh ekonomi Evsey Domar dan
R.F. Harrod-Domar. Menurut Jhingan (2003:229), Harrod dan Domar
memberikan fungsi kunci kepada investasi dalam proses oetumbuhan
ekonomi. Pertama, menciptakan pendapatan sebagai permintaan dan stok
modal sebagai penawaan. Karena itu, selama kegiatan investasi masih
berlangsung, pendapatan nyata dan output akan terus meningkat. Namun,
untuk mempertahankan tingkat equilibrium pendapatan pada pekerjaan
penuh, makaa baik pendapatan maupun output keduanya harus meningkat
dalam laju yang sama pada saat kapasitas produktif meningkat.
Dalam teori Harrod-Domar, guna menumbuhkan suatu perekonomian
diperlukan pembentukan modal. Pembentukan dilihat sebagai pengeluaran
yang akan menambah kesanggupan suatu perekonomian untuk menghasilkan
suatu barang-barang maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah
permintaan yang ada dimasyarakat. Menurut Todaro (2006:96) itni dari teori
Harrod-Domar adalah setiap perekonomian dapat menyisakan suatu propoersi
tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-
barang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan
perekonomian tersebut diperlukan investasi baru.
1.3 Teori Pertumbuhan Neo Klasik
Teori pertumbuhan Neo Klasik melihat dari sudut pandangan yang
berbeda, yaitu dari sisi panawaran. Menurut teori yang dikembangkan oleh
Abramovis dan Solow bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung kepada
14
perkembangan faktor-faktor produksi. Pandangan ini dapat dinyatakan dengan
persamaan:
ΔY= f (ΔK, ΔL, ΔT)
dimana : ΔY= tingkat pertumbuhan ekonomi
ΔK= tingkat pertumbuhan modal
ΔL= tingkat pertumbuhan penduduk
ΔT= tingkat pertumbuhan teknologi
Menurut Teori pertumbuhan Solow yang dapat memberikan
pandangan yang dinamis tentang bagaimana tabungan mempengaruhi
perekonomian dari waktu ke waktu. Teori ini merupakan modifikasi dari
model pertumbuhan Harrod-Domar, yang menyatakan bahwa secara
kondisional perekonomian berbagai negara akan bertemu (convergence) pada
tingkat pendapatan yang sama. Syarat yang harus dipenuhi adalah negara-
negara tersebut harus memiliki tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan
angkatan kerja dan pertumbuhan produktifitas yang sama. Konvergensi
peningkatan pendapatan akan terjadi bila terdapat hubungan perdagangan,
investasi dan sebagainya dengan negara lain atau pihak luar.
Model pertumbuhan Solow (Solow Growth Model) menghasilkan
hubungan pertumbuhan ketersediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja dan
kemajuan teknologi dalam suatu perekonomian dan bagaimana pengaruhnya
terhadap output total barang dan jasa pada suatu negara (Mankiw, 2007).
Asumsi utama yang digunakan dalam model Solow adalah modal mengalami
diminishing returns. Jika persediaan tenaga kerja dianggap tetap, akibat dari
akumulasi modal terhadap penambahan output akan selalu lebih kecil dari
penambahan sebelumnya, menggambarkan produk marjinal modal (marginal
product of capital) yang terus menurun. Jika diasumsikan bahwa tidak ada
perkembangan teknologi atau pertumbuhan tenaga kerja, maka diminishing
return pada modal mengindikasikan bahwa penambahan jumlah modal hanya
cukup untuk menutupi jumlah modal yang berkurang karena adanya
depresiasi. Pada titik ini pertumbuhan ekonomi akan terhenti, karena
diasumsikan bahwa tidak ada perkembangan teknologi atau pertumbuhan
tenaga kerja (Mankiw, 2007).
15
1.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Baru
Teori ini memberikan gambaran untuk menganalisis pertumbuhan
yang bersifat endogen, pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari dalam
sistem ekonomi. Menurut Todaro (2006) teori ini menganggap bahwa
pertumbuhan ekonomi lebih fokus ditentukan oleh faktor produksi, bukan
berasal dari luar faktor produksi. Kemajuan teknologi merupakan hal yang
endogen, pertumbuhan merupakan bagian dari keputusan pelaku-pelaku
ekonomi untuk berinvestasi dalam pengetahuan. Peran modal lebih besar dari
pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan hanya modal fisik, tetapi juga
sumberdaya manusia. Akumulasi modal merupakan sumber utama dalam
pertumbuhan ekonomi. Definisi modal diperluas dengan memasukkan modal
ilmu pengetahuan dan modal sumberdaya manusia. Teori pertumbuhan
endogen, peran investasi dan modal manusia juga menentukan pertumbuhan
ekonomi jangka panjang (Mankiw, 2007). Teori pertumbuhan Baru dapat
dinyatakan oleh persamaan sederhana Y=AK yang memiliki arti A mewakili
semua faktor yang mempengaruhi Teknologi dan K mencerminkan modal
fisik dan sumber daya manusia
Ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu
masyarakat atau negara (Arsyad, 2010), yaitu:
a. Akumulasi modal, semua investasi yang baru yang terwujud tanah,
mesin dan sumber daya manusia.
b. Pertumbuhan penduduk yang diantaranya hal-hal yang
berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja.
c. Kemajuan teknologi, hal ini disebabkan karena adanya inovasi-
inovasi baru.
d. Sumber daya institusi, yang meliputi aturan informal dan aturan
formal.
2. Produk Domestik Regional Bruto
PDRB adalah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa
yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu wilayah dalam suatu
periode tertentu, biasanya satu tahun. Pengertian nilai tambah bruto adalah
nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost).
16
Komponen-komponen nilai tambah bruto diantaranya komponen-komponen
faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan laba), dan
penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan menghitung nilai
tambah bruto dari masing-masing sektor dan kemudian menjumlahkannya
akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Produk domestik regional bruto (PDRB) dapat di golongkan atas dasar
harga berlaku atau nominal maupun atas dasar harga konstan atau riil. Produk
domestik regional bruto atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun,
sedang produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan menunjukkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun
tertentu sebagai dasar. Produk domestik regional bruto atas dasar harga
berlaku digunakan untuk melihat struktur ekonomi sedangkan produk
domestik regional bruto atas dasar konstan digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun. Nilai PDRB dengan harga konstan
atau riil penting karena dapat mencerminkan pertumbuhan output atau
produksi yang sesungguhnya.
Metode yang dilakukan oleh ekonom untuk menghitung besar Produk
Domestik Regional Bruto dengan beberapa pendekatan (Basri, 2002: 38),
yaitu :
1. Menurut pendekatan produksi, pendekatan dari produksi adalah
menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh
seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangi nilai output dari
masing-masing sektor atau sub sektor dengan biaya antaranya.
Pendekatan ini biasa disebut pendekatan nilai tambah. Nilai
tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa
yang dihasilkan oleh unit produksi dalam proses produksi dari
input antara yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa
tersebut. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa faktor
produksi atas ikut sertanya dalam proses produksi.
2. Menurut pendekatan pendapatan, dalam pendekatan pendapatan
ini, nilai tambah dari suatu kegiatan ekonomi dihitung dengan
17
menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi. Dalam sektor
pemerintah dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari untung.
Metode pendekatan pendapatan ini banyak dipakai pada sektor
yang produksinya berupa usaha jasa seperti pemerintahan.
3. Menurut pendekatan pengeluaran, pendekatan dari sisi penawaran
befokus pada penggunaan barang dan jasa di wilayah domestik.
Jadi Produk Domestik Regional Bruto dihitung dengan cara
menghitung berbagai komponen pengeluaran akhir yang
membentuk Produk Domestik Regional Bruto. Pada hakekatnya
cara ini ditujukan guna memperkirakan komponen-komponen
permintaan seperti: konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga
swasta, konsumi pemerintah, pembentukan modal bruto dan
perdagangan antar daerah(termasuk ekspor dan impor).
Pada kenyataannya terdapat hubungan antara investasi dengan
pendapatan nasional. Investasi merupakan funsi dari pendapatan nasional.
Meningkatnya pendapatan nasional seperti tercermin dalam PDB (untuk
tingkat nasional) dan PDRB (untuk tingkat regional) maka terdapat
kecenderungan peningkatan pula dalam penbentukan modal domestik bruto.
Investor akan menanamakan modalnya jika proyek yang dilaksanakan
menguntungkan. Salah satu faktor yang menyebabkan sebuah investasi dapat
diperkirakan mendatangkan keuntungan ialah adanya permintaan akan barang
dan jasa dari masyarakat meningkat. Adapun peningkatan permintaan akan
barang dan jasa merupakan salah satu dampak dari adanya peningkatan
pendapatan. Adanya peningkatan pendapatan akan menimbulkan dampak
terhadap meningkatnya permintaan barang dan jasa yang diminta.
Peningkatan pendapatan regional menggambarkan kemampuan masyarakat di
dalam wilayah tersebut untuk menyerap hasil produksi (Ability to Purchase),
sehingga akan merangsang para investor untuk meningkatkan investasinya.
Disamping itu tingginya pendapatan masyarakat juga mencerminkan
kemampuan didalam mengembalikan modal (Ability to Pay). Hal tersebut
akan menarik investor untuk menanamkan modalnya dengan pertimbangan
18
modal yang ditanamkan, di masa yang akan datang bisa kembali
(menguntungkan).
3. Teori Investasi
Teori ekonomi mengartikan investasi sebagai pengeluaran pemerintah
untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan
tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal yang
akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa yang akan
datang. Investasi adalah suatu komponen dari PDB = C + I + G + (X-M).
Investasi merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Investasi
dapat dilakukan baik oleh pihak swasta, pemerintah atau kerjasama antara
pemerintah dan swasta. Investasi merupakan suatu cara yang dapat dilakukan
oleh pemerintah yang bertujuan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan untuk jangka panjang dapat menaikan standar hidup masyarkatnya
(Mankiw, 2007).
3.1. Teori Investasi Klasik
Menurut Teori Investasi Klasik, investasi merupakan pengeluaran
yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
meningkatkan produksi. Jadi investasi merupakan pengeluaran yang akan
menambah jumlah alat-alat produksi dalam masyarakat. Kaum Klasik juga
menganggap akumulasi kapital atau modal sebagai suatu syarat wajib bagi
pembangunan ekonomi. Jadi secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa
dengan melakukan penanaman modal maka dapat meningkatkan pendapatan.
3.2. Teori Investasi Neo Klasik
Teori Neo Klasik menekankan pentingnya tabungan sebagai sumber
investasi. Investasi dipandang sebagai salah satu motor penggerak utama
dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Makin cepat perkembangan
investasi dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk, makin cepat
perkembangan jumlah stok kapital rata-rata per tenaga kerja. Makin tinggi
rasio kapital per tenaga kerja cenderung makin tinggi kapasitas produksi per
tenaga kerja. Tokoh Neo Klasisk, Sollow dan Swan memusatkan perhatiannya
pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi capital, kemajuan
19
teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi
(Arsyad, 2010: 88-89).
3.3. Teori Investasi Harrod-Domar
Teori Harrod-Domar. Harrod-Domar mempertahankan pendapat dari
para ahli ekonomi sebelumnya yang merupakan gabungan dari pendapat
kaum klasik dan Keynes, dimana dia memfokuskan peranan pertumbuhan
modal dalam mencipatkan pertumbuhan ekonomi. Teori Harrod-Domar
memandang bahwa pembentukan modal dianggap sebagai pengeluaran yang
akan menambah kemampuan suatu perekonomian guna menghasilkan barang
dan atau jasa, maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan
efektif seluruh masyarakat. Dimana apabila pada suatu waktu tertentu
dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada waktu berikutnya
perekonomian tersebut mempunyai kemampuan untuk menghasilkan barang-
barang dan atau jasa yang jauh lebih besar (Sadono, 2007: 256-257).
4. Penanaman Modal Asing (PMA)
Penanaman Modal Asing (PMA) dapat diartikan sebagai penanaman
modal yang dilakukan oleh pihak swasta di negara asal pemilik modal, atau
penanaman modal suatu negara ke negara lain atas nama pemerintah negara
pemilik modal (Jhinggan, 1994). Penanaman modal merupakan langkah awal
dari kegiatan produksi. Investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah
awal kegiatan pembangunan. Dinamika penanaman modal mempengaruhi
tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan langkah dalam
pembangunan. (Dumairy, 1999).
Demikian menurut Jhinggan (1990), negara berkembang tidak
sanggup mengawali industri dasar secara individu. Sehingga melalui modal
asinglah mereka dapat mendirikan pabrik baja, alat-alat mesin, pabrik
elektronika berat dan kimia, dan lain-lain. Penggunaan modal asing pada
suatu industri akan dapat mendorong perusahaan setempat dengan
mengurangi biaya pada industri-industri lain yang dapat mengarah pada
perluasan rata industri terkait lainnya. Dalam hal ini modal asing akan
membantu mengindustrialisasikannya.
20
Menurut UU no 25 tahun 2007 pasal 3 angka 3, penanaman modal
asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah
negara Republik Indonesia yang dilakukan oeh penanam modal asing, baik
yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan penanam modal dalam negeri. Menurut UU no. 1 tahun 1967 dan UU
no 11 tahun. 1970 tentang PMA yang kini telah diperbarui menjadi UU no 25
tahun 2007, yang dimaksud dengan (PMA) adalah penanaman modal asing
secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-
ketentuan undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan
perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung
menanggung risiko dari penanaman modal tersebut. Sedangkan pengertian
Modal Asing, antara lain :
1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian
kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah
digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
2. Alat untuk perusahaan, termasuk penemuan baru milik orang asing
dan bahan-bahan yang dimasukan dari luar negeri ke dalam
wilayah Indonesiaselama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari
kekayaan Indonesia.
3. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang-undang ini
diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai
perusahaan di Indonesia.
Menurut Salim H.S dan Budi Sutrisno (2008:39), banyaknyaa
keuntungan yang dapat dirasakan oleh Indonesia dari penanam modal asing
membuat negara semakin tegantung dengan keberadaan si penanam modal
asing, terutama dalam kegiatan pembangunan ekonomi.
5. Penanaman Modal Dalam Negeri
Menurut Undang-Undang Repubilik Indonesia No. 25 tahun 2007
tentang penanaman modal, modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk
lain yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis.
Penanam modal sendiri adalah seseorang atau berbentuk badan usaha yang
21
menanamkan modalnya, dapat berupa penanam modal asing dan penanam
modal dalam negeri.
Pengertian PMDN yang terkandung dalam Undang-Undang No. 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanaman modal dalam negeri. Sedangkan modal dalam negeri adalah
modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga
negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak
berbadan hukum. Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam
bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum
atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara
Indonesia, badan usaha Indonesia, negara republik Indonesia, atau daerah
yang melakukan penanaman modal di wilayah negara republik Indonesia.
Sedangkan modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara
republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha
yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum. Penanaman modal
dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk
badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Tujuan penyelenggaraan
penanaman modal antara lain untuk:
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
2. Menciptakan lapangan kerja
3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional
5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi
nasional
6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi
riil dengan menggunakan dana yang berasal baik dari dalam
negeri maupun dari luar negeri
8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
22
Undang-Undang tentang penanaman modal, juga menjelaskan bahwa
pemerintah menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal,
baik asing maupun dalam negeri. Dengan didasarkan pada kriteria seperti
kesehatan, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan
nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Pemerintah menetapkan bidang
usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan kriteria kepentingan
nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan
usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan
distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri,
serta kerja sama dengan badan usaha yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
6. Teori Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk yang dianggap dapat bekerja. Menurut
UU No. 13 tahun 2003 bab 1 ayat 2, tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Dalam undang-
undang tenaga kerja yang termasuk golongan tenaga kerja adalah mereka
yang berumur 15 tahun sampai 64 tahun. Dan jika yang bukan angkatan kerja
adalah mereka yang tidak mau bekerja meskipun ada permintaan bekerja.
Payaman J. Simanjuntak (1985) menyebutkan bahwa tenaga kerja
adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan
dan melakukan kegiatan lain, seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.
Jumlah angkatan kerja yang sedang bekerja merupakan gambaran kondisi dari
lapangan kerja yang tersedia. Semakin besarnya lapangan kerja yang tersedia
maka akan menyebabkan meningkatkan total produksi suatu daerah. Jumlah
angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja
yang tersedia. Semakin bertambah besar lapangan kerja yang tersedia, maka
akan menyebabkan semakin meningkatnya total produksi di suatu daerah
(Kuncoro, 2004).
Menurut Suparmoko (2002), pengertian tenaga kerja adalah penduduk
dalam usia keja atau penduduk suatu negara dalam memproduksi barang atau
jasa, yang dalam usia kerja yaitu antara 15-64 tahun. Kebutuhan akan tenaga
kerja menjadi penting di masyarakat karena tenaga kerja salah satu faktor
23
yang potensial dalam proses pembangunan ekonomi. Tenaga kerja menjadi
sangat penting perannya dalam proses pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi karena akan meningkatkan output dalam perekonomian berupa
PDRB. Karena, semakin besar jumlah penduduk akan semakin besar pula
angkatan kerja yang nantinya akan menjadi input dalam proses produksi.
Teori klasik menjelaskan, tingkat output dan harga keseimbangan bisa
dicapai bila tingkat tenaga kerja dalam keadaan full employment. Dalam teori
ini juga mengungkapkan bahwa terjadinya pengangguran sifatny hanya
sementara dan akan hilang dengan sendirinya dengan adanya mekanisme
pasar. Teori Keynes mengungkapkan hal yang berbeda, dimana tenaga kerja
akan mengalami kenaikan jika pertumbuhan ekonomi mengalami
peningkatan.
Tenaga kerja dapat diartikan juga sebagai permintaan tenaga kerja.
Tersedianya lapangan pekerjaan yang nantinya akan diisi oleh para pencari
kerja. Pandangan yang umum ekonomi terhadap permintaan tenaga kerja
adalah bagaimana permintaan terhadap faktor produksinya. Angkatan kerja
penduduk yang bekerja dan angka pengangguran merupakan penggerak roda
pembangunan ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi dan tenaga
kerja harus berjalan seiiringan. Ketika pertumbuhan mengalami peningkaran,
dan harus diiringi dengan penambahan tenaga kerja atau perluasan lapangan
pekerjaan. Dan jika sebaliknya akan menghambat proses pembangunan sutau
wilayah.
B. Penelitian terdahulu
1. (Sayekti, 2009) Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Pengluaran
Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Timur.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh investasi,
tenaga kerja dan belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di
provinsi Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah regresi linier berganda. Penelitian ini menunjukan bahwa
variabel investasi, tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap petumbuhan ekonomi.
24
2. (Reza, Grisvia & Imam,2016) Pengaruh Penanaman Modal Asing,
Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Belanja Modal Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Di Indonesia. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh investasi langsung asing, investasi
langsung dalam negeri dan belanja modal terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia 2010-2013. Metode analisis yang digunakan adalah
regresi panel dengan model fixed effect. Hasil penelitian ini
menunjukan adanya pengaruh positif dan signifikan dari investasi
langsung asing, investasi langsung dalam negeri dan belanja modal
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia 2010-2013 secara simultan
dan parsial.
3. (Salim, 2011) Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PRDB
Provinsi Papua. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
investasi dan tenaga kerja baik secara parsial maupun simultan
terhadap PDRB Provinsi Papua tahun 2006-2010. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Hasil
dari penelitian ini adalah secara simultan dan parsial PMA, PMDN dan
jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap PDRB Papua.
4. (Maharani,2016) Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja
Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Di Sumatera
Utara. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat Pengaruh Investasi Dan
Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Di
Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi fixed effect. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa investasi
dan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap PDRB di Sumatera
Utara. Dan presentase investasi domesik, investasi asing dan tenaga
kerja berpengaruh positif terhadap PDRB Sumatera Utara.
5. (Martikasari,2016) Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman
Modal Dalam Negeri, Angkatan Kerja, Inflasi dan Ekspor Netto
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi-Provinsi
di Pulau Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri,
25
angkatan kerja, inflasi dan ekspor netto terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dengan model
Fixed Effec dengan SUR. Hasil penelitian menjunjukan bahwa
PMA,PMDN dan inflasi tidak mempengaruhi PDRB provinsi-provinsi
di Pulau Jawa. Sedangkan angkatan kerja dan eskpor neto
mempengaruhi PDRB provinsi-provinsi di Pulau Jawa.
6. (Assist. Prof. Dr. Ali Rıza Sandalcilar,2012) Foreign Direct
Investment and Gross Domestic Product: An Application on ECO
Region. Penelitian ini mengemukakan hubungan anara arus masuk FDI
dan PDB wilayah ECO koheren dengan teori. Metode yang digunakan
adalah Granger Causality Test. Hasil dari penelitian ini adalah adanya
kausalitas positif yang kuat dari FDI terhadap PDB di wilayah ECO.
7. (Karlita,2013) Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Ekspor terhadap
PDRB Sektor Industri di Kota Semarang tahun 1993-2010. Tujuan dari
penelitian ini adalah mencari seberapa besar pengaruh investasi, tenaga
kerja dan ekspor terhadap PDRB sektor industri di Kota Semarang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa investasi
beerpengaruh signifikan dan positif terhadap PDRB sektor industri di
Kota Semarang. Sedangkan tenaga kerja dan ekspor pengaruhnya tidak
signifikan namum berpengaruh positif terhadap PDRB sektor industri
di Kota Semarang.
8. (Afrizal,2013) Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Belanja
Pemerintah dan Tenaga Kerja terhadap PDRB di Provinsi Sulawesi
Selatan tahun 2001-2011. Tujuan penelitian ini untuk melihat
pengaruh tingkat investasi, belanja pemerintah dan tenaga kerja
terhadap PDRB di Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi linier berganda. hasil dari penelitian ini
adalah investasi PMDN dan PMA berpengaruh positif dan signifikan
terhadap PDRB di Sulawesi Selatan. Sedangkan belanja pemerintah
26
dan tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PDRB di
Sulawesi Selatan.
9. (Dhanang,2013) Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Jumlah Tenaga
Kerja dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Kota Surakata tahun 1991-2011. Tujuan dar penelitain ini adalah untuk
melihat pengaruh jumlah penduduk, jumlah tenaga kerja dan
pendapatan asli daerah terhadap ertumbuhan konomi di Kota Surakata.
Metode yang digunakan dala penelitian ini adalah uji regresi berganda
dengan OLS. Hasil dari penelitian ini adalah variabel jumlah tenaga
kerja dan jumlah penduduk tidak berpengaruh terhadap PDRB.
Sedangka PAD berpengaruh signifikan terhadap PDRB. Dan secara
simultan seluruh variable independen mempengaruhi variabel PDRB.
10. (Ibnurrasyad,2016) Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Jumlah
Penduduk dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2004-2014.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
investasi, tenaga kerja, jumlah penduduk dan pengeluaran pemerintah
terhadap pertumbuhan ekonomi rovinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dengan penelitian ini nantinya dapat membantu menentukan kebijakan
yang tepat dalam meningkatkan faktor produksiyang berdampak pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dengan fixed
effect model. Hasil dari penelitian ini adalah secara simultan investasi,
tenaga kerja, jumlah penduduk dan pengeluaran pemerintah
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dan secara parsial investasi dan pengeluaran pemerintah
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Sednagkan tenaga kerja dan jumlah penduduk
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
11. (Utami,2013) Pengaruh Tenaga Kerja, Upah Minimum Regional dan
Pendapatan Asli Daerah terhadap PDRB Perkapita Kabupaten/Kota
27
di Kawasan Kedungseur (Kendal, Demak, Ungaran, Semarang,
Grobogan dan Salatiga). Tujuan penelitian in adalah untuk mengetahui
pengaruh tenaga kerja, UMR dan PAD terhadap PDRB di kawasan
Kedungsepur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi data panel dengan metode GLS. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa variabel UMR dan PAD berpengaruh positif dan
signifikan terhadap PDRB perkapita kabupaten/kota di kawasan
Kedunsepur. Sedangkan tenaga kerja berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap PDRB perkapita kabupaten/kota di kawasan
Kedunsepur.
12. (Prasetyo,2011) Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),
Penanaman Modal Asing (PMA), Tenaga Kerja dan Ekspor terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah Periode 1985-2009. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh PMDN, PMA, tenaga kerja
dan ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah. Data
yang digunakan data sekunder. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi log linier dengan metode OLS.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, secara simultan PMDN,
PMA, tenaga kerja dan ekspor berpengaruh terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan secara parsial, PMA
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Jawa Tengah. Dan PMDN, tenaga kerja dan ekspor
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Jawa Tengah. Berdasarkan penelitian tersebut, saran yang dapat
diajukan dalam penelitian tersebut menunjukan, yaitu pemerintah
daeah diharapkan menjaga stabilitas ekonomi, politik dan keamanan
dalam negeri serta mempermudah peraturan dalam berinvestasi untuk
meningkatkan PMDN, menciptakan iklim investasi yang kondusif dan
memberikan prosedur yang sederhana dala proses perijinan
berinvestasi untuk menarik investasi asing. Selain itu pemerintah
daerah juga diharapkan meningkatkan pendidikan dan keterampilan
tenaga kerja guna mempertinggi kualitas dan produktifitas tenaga
28
kerja, dan juga meningkatkan kegiatan ekospor sehingga dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah.
13. (Wihda,2013) Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),
Penanaman Modal Asing (PMA), Pengeluaran Pemerintah dan Tenaga
Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta
tahun 1996-2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh PMDN, PMA, pengeluaran pemerintah dan tenaga kerja
terhadap pertumbuhan ekonomi di DIY. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linier dengan metode OLS. Hasil
penelitian menunjukan bahwa PMDN berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di DIY, PMA berpengaruh
positif dan signifikan terhadap terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
DIY, pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan tidak signifkan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di DIY, dan tenaga kerja berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di DIY.
Dan secara simultan variabel PMDN, PMA, pengeluaran pemerintah
dan tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di DIY.
14. (Hadidtya Surya Nugraha,2014) Pengaruh Penanaman Modal Asing,
Penanaman Modal Dalam Negeri dan Belanja Daerah terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah tahun 1980-
2012. Tujuan dari peneliitian ini adalah untuk pengetahui pengaru dari
Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan
Belanja Daeah terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Provinsi Jawa Tengah tahun 1980-2012. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS). Hasil
penelitian menunjukan Belanja Modal berpengaruh postifi dan
signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa
Tengah. Sedangkan PMA dan PMDN bepengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa
Tengah. Dan secara simultan, PMA, PMDN dan Belanja Modal
29
bepengaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa
Tengah.
15. (Junaedi,2016) Analisis Pengaruh Investasi, Belanja Pemerintah,
Penyrapan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Sulawesi Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
Investasi, Belanja Pemerintah, Penyrapan Tenaga Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan selama 11 tahun
2003-2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
linear berganda. Hasil penelitian ini adalah vaiabel PMA tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi
Selatan, sedangkan variabel PMDN memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan. Variabel
belanja pemerintah juga berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan. Dan angkatan kerja
berpengaruh signifikan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi
Selatan.
30
a. Sumber berdasarkan Jurnal
No Nama/Th Judul Variabel Metode Hasil
1 Sayekti S.
(2009)
Pengaruh Investasi,
Tenaga Kerja dan
Pengluaran Pemerintah
terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Propinsi
Jawa Timur
Dependen:
pertumbuhan
ekonomi.
Independen:
investasi,
tenaga kerja
dan
pengeluaran
pemerintah
analisis
regresi
linear
berganda
yang
menggunak
an
Logaritma
Natural
secara parsial
variabel bebas
jumlah investasi
asing (PMA)
(X1), jumlah
tenaga kerja
(X2) dan
pengeluaran
pemerintah (X3)
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi Jawa
Timur.
2 Reza
Lainatul
Rizky,
Grisvia
Agustin,
Imam
Mukhlis
(2016)
Pengaruh Penanaman
Modal Asing,
Penanaman Modal
Dalam Negeri Dan
Belanja Modal
Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Di
Indonesia
Dependen:
pertumbuhan
ekonomi
Independen:
FDI, PMDN
dan belanja
modal
Analisis
regresi
panel
dengan
fixed effect.
Adanya FDI,
PMDN dan
belanja modal
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
provinsi di
Indonesia tahun
2010-2013
Tabel Penelitian Terdahulu
31
3 Mursalam
Salim, SE.,
M.Si
(2011)
Pengaruh Investasi dan
Tenaga Kerja terhadap
PRDB Provinsi Papua
Dependen:
PDRB
Independen:
PMA, PMDN
dan Tenaga
Kerja
analisa
regresi
linier
berganda
Secara simultan
dan parsial
Jumlah Tenaga
Kerja,
Penanaman
Modal Asing
(PMA),
Penanaman
Modal Dalam
Negeri
berpengaruh
signifikan
terhadap
Pendapatan
Domestik
Regional Bruto
(PDRB) pada
Pemerintah
Provinsi Papua.
Variabel
independen
tersebut dapat
menjelaskan
variabel
dependen
sebesar 98,9%.
Sedangkan
sisanya sebesar
1,1% dijelaskan
oleh faktor-
faktor lain yang
tidak disertakan
32
dalam
penelitian ini.
4 Dewi
Maharani
(2016)
Analisis Pengaruh
Investasi Dan Tenaga
Kerja Terhadap Produk
Domestik Regional
Bruto (PDRB) Di
Sumatera Utara
Dependen:
PDRB
Independen:
Investasi
Asing,
Investasi
Domestik dan
Tenaga kerja
regresi
Fixed
Effect
Model
terpilih
Hasil penelitian
ini
menunjukkan
bahwa dari tiga
variabel diduga
mempengaruhi
Produk
Domestik
Regional Bruto
(PDRB) di
Sumatera Utara,
dengan asumsi
kondisi ceteris
paribus bahwa:
Investasi,
Tenaga Kerja
berpengaruh
positif terhadap
Produk
Domestik
Regional Bruto
(PDRB) di
Sumatera Utara.
Persentase
Investasi
Domestik,
Investasi Asing
dan Tenaga
Kerja
berpengaruh
33
positif terhadap
Produk
Domestik
Regional Bruto
(PDRB) di
Sumatera Utara.
5 Kurnia
Martikasari
(2016)
Pengaruh Penanaman
Modal Asing,
Penanaman Modal
Dalam Negeri,
Angkatan Kerja, Inflasi
dan Ekspor Netto
terhadap Produk
Domestik Regional
Bruto (PDRB)
Provinsi-Provinsi di
Pulau Jawa
Dependen:
Produk
Domestik
Regional
Bruto
(PDRB).
Independen:
PMA,
PMDN,
Angkatan
Kerja, Inflasi
dan Ekspor
Neto.
Pengujian
model
dalam
penelitian
ini
menggunak
an metode
Fixed
Effect with
Seemingly
Unrelated
Regression
(SUR) atau
dikenal
sebagai
Park
estimator
PMA, PMDN,
maupun inflasi
tidak
mempengaruhi
PDRB provinsi-
provinsi di
Pulau Jawa.
PDRB provinsi-
provinsi di
Pulau Jawa
selama periode
1988-2010
dipengaruhi
secara
signifikan oleh
angkatan kerja
dan ekspor
neto.
6 Assist.
Prof. Dr.
Ali Rıza
SANDALC
ILAR
Foreign Direct
Investment and Gross
Domestic Product: An
Application on ECO
Region (2012)
Dependen:
Pertumbuhan
Independen:
FDI
Granger
Causality
Test
uji kausalitas,
kausalitas
positif yang
kuat dari FDI
terhadap PDB
dan kausalitas
kurang positif
dari PDB ke
34
FDI di wilayah
ECO telah
terdeteksi.
b. Sumber berdasarkan Skripsi dan Tesis
No Nama/Th Judul Variabel Metode Hasil
1 Batari
Saraswati
Karlita
(2013)
Pengaruh Investasi,
Tenaga Kerja dan
Ekspor terhadap PDRB
Sektor Industri di Kota
Semarang tahun 1993-
2010.
Dependen:
PDRB
Independen:
investasi,
tenaga kerja
dan ekspor.
regresi
linier
bergand
a
Hasil analisis
menunjukkan bahwa
investasi
berpengaruh
signifikan dan
memiliki pengaruh
yang positif dalam
pembentukan PDRB
sektor industri Kota
Semarang,
sedangkan tenaga
kerja dan ekspor
pengaruhnya tidak
signifikan namun
berpengaruh positif
dalam
mempengaruhi
PDRB sektor
industri di Kota
Semarang.
2 Fitrah
Afrizal
Analisis Pengaruh
Tingkat Investasi,
Dependen:
PDRB
Analisi
s
hasil penelitian maka
di dapat hasil,
35
(2013) Belanja Pemerintah
dan Tenaga Kerja
terhadap PDRB di
Provinsi Sulawesi
Selatan tahun 2001-
2011
Independen:
PMA,
PMDN,
Belanja
Pemerintah
dan Tenaga
Kerja
regresi
linier
bergand
a
investasi PMDN dan
PMA berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap PDRB
disulawesi Selatan
sedangkan belanja
pemerintah dan
tenaga kerja
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap PDRB di
Provinsi Sulawesi
Selatan
3 Sulistiyanto
Dhanang
(2013)
Pengaruh Jumlah
Penduduk, Jumlah
Tenaga Kerja dan
Pendapatan Asli
Daerah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
di Kota Surakata tahun
1991-2011
Dependen:
PDRB
Independen:
Jumlah
Penduduk,
Tenaga Kerja
dan PAD
Metode
peneliti
an yang
dilakuk
an
dalam
peneliti
an ini
adalah
dengan
uji
regresi
bergand
a
menggu
nakan
Ordinar
y Least
Square
Berdasarkan dari
hasil penelitian dapat
diketahui bahwa
variabel Jumlah
Penduduk dan
variabel Jumlah
Tenaga Kerja tidak
berpengaruh
terhadap variabel
pertumbuhan
ekonomi (PDRB),
sementara variabel
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
berpengaruh
signifikan terhadap
pertumbuhan
ekonomi (PDRB).
Dalam uji kelayakan
36
(OLS). model (uji F)
diketahui bahwa
variabel independen
secara bersama-sama
berpengaruh
terhadap variabel
dependen. 95,04%
nilai pertumbuhan
ekonomi (PDRB)
dapat dijelaskan oleh
variabel jumlah
penduduk, jumlah
tenaga kerja dan
pendapatan asli
daerah (PAD),
sisanya dijelaskan
oleh variabel diluar
model.
4 Zainuddin
Ibnurrasyad
(2016)
Analisis Pengaruh
Investasi, Tenaga
Kerja, Jumlah
Penduduk dan
Pengeluaran
Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta
Tahun 2004-2014
Dependen:
PDRB
Independen:
Investasi,
Tenaga kerja,
jumlah
penduduk
dan
Pengeluaran
pemerintah
Model
Fixed
effect
model
investasi, tenaga
kerja, jumlah
penduduk dan
pengeluaran
pemerintah secara
simultan
berpengaruh
terhadap PDRB.
Secara parsial,
invetasi dan
pengeluaran
pemerintah
berpengaruh positif
terhadap
37
pertumbuhan
ekonomi dan tenaga
kerja dan jumlah
penduduk tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
PDRB DIY.
38
5 Ratri
Heningtyas
Utami
(2013)
Pengaruh Tenaga
Kerja, Upah Minimum
Regional dan
Pendapatan Asli
Daerah terhadap PDRB
Perkapita
Kabupaten/Kota di
Kawasan Kedungseur
(Kendal, Demak,
Ungaran, Semarang,
Grobogan dan
Salatiga)
Dependen:
PDRB
Independen:
UMR, tenaga
kerja dan
PAD
Metode
dalam
peneliti
an ini
menggu
nakan
analisis
regresi
data
panel
dengan
menggu
nakan
metode
General
Least
Square
(GLS).
hasil penelitian
didapatkan hasil
bahwa variabel
UMR, dan PAD
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap PDRB per
kapita
Kabupaten/Kota di
kawasan
Kedungsepur,
sedangkan Tenaga
kerja berpengaruh
negatif dan
signifikan terhadap
PDRB per kapita
Kabupaten/Kota di
kawasan Kedung
sepur.
6 Eko Pengaruh Penanaman Dependen: analisis Hasil penelitian
39
Prasetyo
(2011)
Modal Dalam Negeri
(PMDN), Penanaman
Modal Asing (PMA),
Tenaga Kerja dan
Ekspor terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
di Jawa Tengah
Periode 1985-2009
PDRB
Independen:
PMA,
PMDN,
tenaga keja
dan ekspor
regresi
log
linier
dengan
metode
Ordinar
y Least
Square
(OLS)
menunjukan bahwa
PMDN, tenaga kerja,
dan ekspor
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi di Jawa
Tengah. Sedangkan
PMA berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
pertumbuhan
ekonomi di Jawa
Tengah. Berdasarkan
hasil uji F pada
tingkat kepercayaan
95 % (α = 5 %)
diperoleh nilai F-
hitung sebesar
173,7557 dengan
nilai probabilitas
0,000 berarti
variabel PMDN,
PMA, tenaga kerja,
dan ekspor secara
bersama-sama
berpengaruh secara
nyata terhadap
pertumbuhan
ekonomi di Jawa
Tengah.
40
7 Bambang
Muqsyithu
Wihda
(2013)
Pengaruh Penanaman
Modal Dalam Negeri
(PMDN), Penanaman
Modal Asing (PMA),
Pengeluaran
Pemerintah dan Tenaga
Kerja terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
di Daerah Istimewa
Yogyakarta tahun 1996-
2012
Dependen:
pertumbuhan
ekonomi
Independen:
PMA,
PMDN,
pengeluaran
pemerintah
dan tenaga
kerja
OrdinO
LS
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
PMDN berpengaruh
positif dan tidak
signifikan sebesar
0.019724, PMA
berpengaruh positif
dan signifikan
sebesar 0.142914,
pengeluaran
pemerintah
berpengaruh positif
dan tidak signifikan
sebesar 0.140872
dan tenaga kerja
berpengaruh positif
dan tidak signifikan
sebesar 0.055265
terhadap
pertumbuhan
ekonomi di Daerah
Istimewa
Yogyakarta.
Berdasarkan hasil uji
F pada tingkat
kepercayaan 95 % (α
= 5 %) diperoleh
nilai F-hitung
sebesar 19.88998
dengan nilai
probabilitas 0,000
41
berarti variabel
PMDN, PMA,
pengeluaran
pemerintah, dan
tenaga kerja secara
bersama- sama
berpengaruh secara
signifikan terhadap
pertumbuhan
ekonomi di D.I.
Yogyakarta.
Hadidtya
Surya
Nugraha,2
014
Pengaruh Penanaman
Modal Asing,
Penanaman Modal
Dalam Negeri dan
Belanja Daerah
terhadap Produk
Domestik Regional
Bruto (PDRB) Provinsi
Jawa Tengah tahun
1980-2012.
Dependen:
PDRB
Independen:
PMA,
PMDN, dan
Belanja
Modal
OLS Belanja Modal
berpengaruh postifi
dan signifikan
terhadap Produk
Domestik Regional
Bruto (PDRB) Jawa
Tengah. Sedangkan
PMA dan PMDN
bepengaruh positif
dan tidak signifikan
terhadap Produk
Domestik Regional
Bruto (PDRB) Jawa
Tengah. Dan secara
simultan, PMA,
PMDN dan Belanja
Modal bepengaruh
terhadap Produk
Domestik Regional
Bruto (PDRB) Jawa
Tenga
42
C. Hubungan antar variabel
Dalam rumusan masalah peneliti telah menetapkan akan meneliti
tentang pengaruh PMA, PMDN dan Tenaga Kerja terhadap Produk Domestik
Regional Bruto di beberapa provinsi Indonesia tahun 2010-2015. Berdasarkan
penelitian sebelumnya, Mursalam Salim, SE., M.Si yang menganalisis
Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Provinsi Papua pada
penelitian ini ditemukan bahwa hasilnya Jumlah Tenaga Kerja, Penanaman
Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri berpengaruh
signifikan terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) pada
Pemerintah Provinsi Papua.
Kemudian pada skripsi yang berjudul Analisis pengaruh Investasi,
Tenaga Kerja, Jumlah Penduduk dan Pengeluaran Pemerintah Terhdap
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2004-
2014 oleh Zainuddin Ibnurrasyad ditemukan hasil investasi, tenaga kerja,
jumlah penduduk dan pengeluaran pemerintah secara simultan berpengaruh
terhadap PDRB. Secara parsial, invetasi dan pengeluaran pemerintah
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja dan
jumlah penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB DIY.
Dan juga pada skripsi yang ditulis oleh Fitrah Afrizal yang berjudul
Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Belanja Pemerintah dan Tenaga Kerja
Terhadap PDRB di Provinsi Sulawesi Selatam TAHUN 2001-2011
ditemukan hasil investasi PMDN dan PMA berpengaruh positif dan
signifikan terhadap PDRB di Sulawesi Selatan sedangkan belanja pemerintah
dan tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PDRB di
Provinsi Sulawesi Selatan.
Hal inilah yang menjadi pertimbangan penulis untuk menggunakan
variabel Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan
Tenaga Kerja sebagai variabel independen dan Produk Domestik Regional
Bruto sebagai variabel dependen. Dan dapat diduga Produk Domestik
Regional Bruto dipengaruhi oleh Penanaman Modal Asing, Penanaman
Modal Dalam Negeri dan Tenaga Kerja. Sehingga dapat dibuat rumus
persamaan sebagai berikut:
43
PDRB = f(PMA,PMDN,TK)
Keterangan
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
PMA : Penanaman Modal Asing
PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri
TK : Tenaga kerja
1. Hubungan PMA dengan PDRB
Penanaman Modal Asing sangatlah diperlukan bagi negara-negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia. Modal pemerintah saja tidak
cukup untuk mengimbangi kegiatan pembangunan yang terus berjalan.
Diperlukannya kerja sama yang kuat antar negara sehingga pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi dapat terus berjalan. Menurut Jhinggan (1990), negara
berkembang tidak sanggup mengawali industri dasar dan industri kunci
secara sendiri-sendiri. Sekali lagi melalui modal asinglah mereka dapat
mendirikan pabrik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronika berat dan kimia,
dan lain-lain. Lebih dari itu, penggunaan modal asing pada suatu industri
akan dapat mendorong perusahaan setempat dengan mengurangi biaya pada
industri-industri lain yang dapat mengarah pada perluasan mata rata industri
terkait lainnya. Dalam hal ini modal asing akan membantu
mengindustrialisasikannya.
2. Hubungan PMDN dengan PDRB
Modal yang diberikan atau yang diinvetasikan oleh pemerintah
sangatlah diperlukan. Modal ini telah dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat merata keseluruh daerah yang ada di Indonesia. Hal ini beralasan guna
mempercepat pembangunan daerah dan meratanya pembangunan daerah.
Pengertian PMDN yang terkandung dalam Undang-Undang No. 25
Tahun 1997 tentang Penanaman Modal adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanaman modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara
indonesia, badan usaha indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah
yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.
44
Sedangkan modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara
Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha
yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.
3. Hubungan Tenaga Kerja dengan PDRB
Tenaga kerja merupakan hal yang sangat krusial dalam pembangunan
ekonomi. Jumlah angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi
dari lapangan kerja yang tersedia. Semakin bertambah besar lapangan kerja
yang tersedia, maka akan menyebabkan semakin meningkatnya total produksi
di suatu daerah. (Kuncoro, 2004). Tenaga kerja menjadi sangat penting
perannya dalam proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi karena akan
meningkatkan output dalam perekonomian berupa PDRB. Karena, semakin
besar jumlah penduduk akan semakin besar pula angkatan kerja yang
nantinya akan menjadi input dalam proses produksi.
45
D. Kerangka Pemikiran
2.1 Kerangka Pemikiran
Kontribusi Penanaman Modal Asing,
Penanaman Modal Dalam Negeri dan
Tenaga kerja Terhadap Produk Domestik
Regional Bruto Beberapa Provinsi Indonesia
Periode 2012-2016
Variabel Dependen
- Produk Domestik
Regional Bruto
(Y)
Variabel Independen
- PMA (X1)
- PMDN (X2)
- Tenaga kerja( X3)
- Metode Analisis
Data Panel
Pemilihan Model
1. Uji Chow
2. Uji lagrange multiplier
3. Uji hausman
Fixed effect model (FEM)
Hasil hipotesis
1. Uji simultan
2. Uji parsial
3. Uji R2 4.
Kesimpulan
46
E. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil
untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang
sebenarnya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis yang dimaksud
merupakan dugaan yang mungkin benar atau mengkin salah. Hipotesis
yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
1. H0 : diduga tidak terdapat pengaruh PMA secara parsial terhadap
PDRB di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2012-2016.
H1 : diduga terdapat pengaruh PMA secara parsial terhadap PDRB di
beberapa provinsi di Indonesia tahun 2012-2016.
2. H0 : diduga tidak terdapat pengaruh PMDN secara parsial terhadap
PDRB di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2012-2016.
H1 : diduga terdapat pengaruh PMDN secara parsial terhadap PDRB di
beberapa provinsi di Indonesia tahun 2012-2016.
3. H0 : diduga tidak terdapat pengaruh tenaga kerja secara parsial
terhadap PDRB di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2012-
2016.
H1 : diduga terdapat pengaruh tenaga kerja secara parsial terhadap
PDRB di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2012-2016.
4. H0 : diduga tidak terdapat pengaruh PMA, PMDN dan tenaga kerja
secara simultan terhadap PDRB di beberapa provinsi di Indonesia
tahun
2012-2016.
H1 : diduga terdapat pengaruh PMA, PMDN dan tenaga kerja secara
simultan terhadap PDRB di beberapa provinsi di Indonesia tahun
2012-2016.
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini berfokus pada enam provinsi di
Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Banten, Aceh,
Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel dependen atau terikat, yaitu produk domestik
regional bruto (PDRB) dan tiga variabel independen atau bebas, yaitu
Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
dan Tenaga Kerja. Periode yang digunakan dalam penelitian ini selama
periode 2012-2016.
B. Teknik penentuan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Indonesia. Menurut Sugiyono
(2015), sampel adalah bagian dari total dan mempunyai ciri yang dimiliki
oleh populasi. Sampel yang ditemukan tidak selalu sama atau tidak selalu
memenuhi syarat yang sudah ada dalam penelitian. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah enam provinsi di Indonesia. Enam provinsi
tersebut adalah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Banten, Aceh, Kalimantan
Timur dan Sulawesi Tengah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah teknik purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang
diserahkan kepada peneliti yang berdasarkan atas maksud dan tujuan.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dengan runtut waktu dari tahun 2012-2016. Menurut Wijaya (2013), data
sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang bersifat siap pakai.
Data sekunder yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data yang
berhubungan langsung dengan penelitian dan bersumber dari Badan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Badan Pusat Statistik pusat (BPS),
Badan Pusat Statistik Daerah (BPS) dan Kemenentrian Keuangan.
48
2. Studi Kepustakaan
Merupakan teknik pengambilan data yang dilakukan dengan cara
membaca, memahami dan menganalisa sumber-sumber yang bersumber dari
berbagai macam buku dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal
tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan landasan teori dan
konep. Penulis melakukan penelitian dengan membaca dan menganalisa serta
mengutip bahan-bahan yang berkaitan dengan penelitian.
D. Teknik Analisis Data
1. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan data yang telah diambil, maka pendekatan yang
dipakai adalah pendekatan kuantitatif. Yang berarti, pendekatan yang
menekankan pada angka dalam penelitiannya.
2. Analisis data Panel
Menurut (Kuncoro, 2011) data panel kombinasi antara data silang
(cross section) dengan data runtut waktu (time series). Data panel
adalah data yang terdiri dari data silang beberapa objek dan data runtut
waktu (Winarno,2015).
Analisis regresi data panel adalah regresi yang didasarkan pada
data panel. Hal ini sama dengan penelitian yang akan dilakukan.
Hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.
Mengenai masalah pertumbuhan produk domestik regional bruto di
beberapa provinsi di Indonesia dengan tahun yang akan diteliti dari
tahun 2012-2016.
Keuntungan data panel menurut Wibisono (2005), antara lain:
1. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara
ekspilisit.
2. Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan
data panel dapat digunakan dalam menguji dan membabngun
model yang lebih rumit.
49
3. Data panel mendasarkan pada observasi cross section yang
berulang-ulang, sehingga metode data panel cocok digunakan
sebagai study of dynamic adjustment.
4. Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang
lebih informatif, leboh variatif dan kolinieritas antar data semakin
berkurang dan degree of freedom lebih tinggi sehingga dapat
diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.
5. Data panel digunakan untuk mempelajari model-model perilaku
yang kompleks.
6. Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias.
Dengan keuntungan-keuntungan dalam menggunakan data panel
tersebut, maka dampaknya tidak harus dilakukannya pengujian asumsi
klasik dalam data panel (Gujarati, 2006; Wibisono,2005)
3. Estimasi Model Data Panel
Dalam metode estimasi model regresi dengan menggunakan data
panel dapat ditentukan melalui tiga cara atau tiga pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Comomon effect model atau Pooled Least Square
(PLS)
Merupakan pendekatan model data panel yang paling
sederhana. Hal tersebut dikarenakan model ini hanya
menggabungkan data time series dan cross section. Pada model ini
diasumsikan bahwa perilaku data perusahaan sama dalam berbagai
kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan pendekatan OLS atau
teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.
b. Pendekatan Fixed Effect Model
Model ini mengasumsikan perbedaan antar objek dapat
dilihat dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel
model fixed effect menggunakan teknik variabel dummy untuk
mendapatkan perbedaannya. Model estimasi ini sering disebut
teknik Least Squares Dummy Variable (LSDV).
50
Keunggulan model ini adalah dapat membedakan efek
antara individual dengan efek waktu dan tidak perlu
mengasumsikan komponen eror. Dan kelemahannya adalah
ketidaksesuaian model dengan keadaan yang sebenarnya.
c. Pendekatan Random Effect Model
Model ini akan mengestimasi data panel dimana
didalamnya melibatkan hubungan antara error term. Pada model
Random Effect perbedaan intersep diakomodasi oleh error term
masing-masing. Keuntungan menggunakan model ini adalah
menghilangkan heteroskedastisitas.
4. Penentuan Metode Estimasi Data Panel
Menurut Widarjono (2007:258), ada tiga uji untuk memlih teknik
estimasi data panel. Yang pertama, untuk memilih PLS atau FEM dengan
uji Chow. Yang kedua, untuk memlih antara FEM atau REM dengan cara
Uji Hausman. Dan yang ketiga, untuk memilih antara PLS dengan REM
adalah dengan uji Lagrange Multiplier.
a. Uji Chow atau uji statistik F
Uji Chow digunakan untuk menetukan model mana yang akan
digunakan untuk regresi data panel, apakah fixed effect model atau
PLS. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikasi α 5%
maka artinya model panel yang baik digunakan adalah fixed effect
model dan begitu juga sebaliknya Jika nilai probabilitas lebih besar
dari tingkat signifikasi α 5% maka artinya model regresi data panel
yang baik digunakan adalah PLS. Dan kemudian jika nilai
probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikasi α 5%, maka fixed
effect model harus diuji kembali untuk memilih antara Random
Effect Model atau fixed effect model.
b. Uji Hausman
Uji ini untuk menentukan memilih metode apa yang akan
digunakan, apakah fixed effect model atau random effect model.
Dapat dilihat dari niali Chi-square statistic. Jika nilai
51
probabilitasnya lebih kecil dari tingkat signifikasi α 5%, maka
artinya model yang digunakan adalah fixed effect model.
c. Uji Lagrange Multiplier
Uji ini dilakukan untuk menentukan memilih model apa yang akan
digunakan, apakah PLS atau random effect model. Dapat dilihat
dari nilai Breusch-pahannya. Jika nilainya lebih kecil dari tingkat
signifikasi α 5% maka model yang digunakan adalah PLS.
E. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk meguji koefisien regresi hasilnya signifikan
atau tidak. Ada dua uji hipotesis koefisien regresi, yaitu:
a. Uji t Statistik
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh secara masing-
masing atau biasanya disebut parsial antaa variabel x terhadap y. Uji t
dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Jika t
hitung lebih besar dari t tabel, maka variabel x berpengaruh terhadap
variabel y. Dan begitu juga sebaliknya jika t hitung lebih kecil dari t
tabel, maka variabel x tidak berpengaruh terhadap variabel y.
Tingkat kepercayaan yang dipakai adalah 95% atau taraf
signifikasi α = 0,05 dan 90% atau taraf signifikasi α = 0,1. Jika nilai
signifikasi lebih kecil dari α = 0,05 atau α = 0,1 maka, variabel x
berpengaruh signifikan terhadap variabel y. Dan begitu pula
sebaliknya, jika nilai signifikasi lebih besar dari α = 0,05 atau α = 0,1,
maka variabel x tidak bepengaruh signifikan terhadap variabel y.
b. Uji f statistik
Uji ini digunaka untuk menguji apakah semua variabel x secara
bersama berpengaruh terhadap variabel y. Pengujian dilakukan
demham cara membandingkan nilai f hitung dengan f tabel. Jika f
hitung lebih besar dari f tabel, maka artinya secara bersama-sama atau
simultan variabel x berpengaruh terhadap variabel y. Dan begitu pula
sebaliknya, jika f hitung lebih kecil dari f tabel, maka artinya secara
simultan semua variabel x tidak berpengaruh terhadap variabel y.
52
Tingkat kepercayaan yang dipakai adalah 95% atau taraf
signifikasi α = 0,05.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah besarnya kontribusi variabel independen
terhadap variabel dependen. Semakin tinggi nilai koefisien
determinasi, semakin tinggi pula kemampuan variabel independen
dalam menjelaskan perubahan padavariabel dependennya. Besarnya
koefisien determinasi antara 0 samoau dengan 1. Yang memiliki arti
variasi dari variabel independen semakin dapat menjelaskan variasi
dari variabel dependen bila angkanya semakin mendekati angka 1.
Dalam penelitian ini juga akan menggunakan adjusted R2 dengan
definisi koefisien determinasi yang telah disesuaikan dengan jumlah
variabel dan obeservasinya. adjusted R2 lebih menggambarkan
kemampuan yang sebenarnya dari variabel independen guna
menjelaskan variabel dependennya.
F. Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang baik merupakan yang menghasilkan estimasih linier
yang tidak bias. Kondisi ini akan terjadi bila memenuhi beberapa asumsi,
asumsi tersebut dinamakan Asumsi Klasik. Menurut Gujarati & Porter
(2009) apabila pesamaan regresi menggunakan common effect atau fixed
effect perlu dilakukan uji asumsi klasik. Berikut dijabarkan beberapa
tahapan uji asumsi klasik:
a. Uji Autokorelasi
Menurut Gujarati (2006:112), autokorelasi bertujuan untuk mengetahui
apakah di model tersebut ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya t-i. Menurut
Kuncoro (2011), autokorelasi timbul karena ada residuan yang tidak
bebas antar observasi. Menurut Gujarati (2012), Mendeteksi
autokorelasi pada data panel dapat melalui uji Durbin-Watson. Nilai
Durbin-Watson dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watsin untuk
mengetahui keberadaan korelasi positif atau negatif. Adapun
keputusan untuk mendeteksi keberadaan autokorelasi, yaitu:
53
1. Jika d < dL, berarti terdapat autokorelasi positif
2. Jika d > (4-dL), berarti terdapat autokorelasi negatif
3. Jika du < d <(4-dL), berarti tidak terdapat autokorelasi.
4. Jika dL < d < du atau (4-du), berarti tidak dapat disimpulkan
b. Uji Normalitas
Menurut Winarno (2011), uji normalitas memiliki tujuan untuk
menguji apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak
pada variabel dependen dan variabel independen. Model regresi yang
baik, adalah model regresi yang memiliki nilai residual yang
terdistribusi secara normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu melihat histogram dan uji Jarque-Bera (J-B). Untuk melihat
data terdistribusi secara normal atau tidak dengan cara melihat
koefisen J-B dan nilai Probabilitasnya. Bila nilai probabilitas lebih dari
α = 0,05 atau 5%, maka data terdistribusi secara normal dan nilai J-B
lebih kecil dari dua maka, data terdistribusi secara normal.
c. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi panel ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Model yang baik adalah
model yang tidak terdapat korelasi antar variabel independennya.
Multikolinearitas muncul karena diantara variabel independek
memiliki hubungan yang cukup tinggi. Jika koefisien korelasi di atas
nilai 0,85 maka di dgua ada multikolinearitas dalam model. Dan
sebaliknya jika koefisien korelasi kurang dari 0,85, maka diduga
model tidak mengandung untuk multikolinearitas. Menurut Winarno
(2011) ada beberapa cara untuk menghadapai masalah
mutikolinearitas, yaitu:
1. Biarkan saja model mengandung multikolinearitas, karena hasil
estimasinya masih bersifat BLUE. Sifat BLUE tidak terpengaruh
oleh ada atau tidaknya hubungan antar variabel independen.
2. Menambahkan data bila mungkin, karena masalah
multikolinearitas timbul karena jumlah observasinya sedikit.
54
3. Menghilangkan salah variabel independen. Salah satu cara
sederhana adalah menghilangkan salah satu variabel independen
yang memiliki korelasi yang kuat. Namun, menghilangkan variabel
independen ini akan menimbulkan bias spesifikasi model regresi.
4. Transformasi variabel. Transfromasi variabel dapat dilakukan
dengan cara melakukan transformasi ke dalam bentuk first
different. Bentuk diferensiansi pertama ini akan mnegurangi
masalah multikolinearitas.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model dalam regresi terjadi
ketidak samaan varian dari residual model regresi. Data dikatakan baik
jika data yang homoskedastisitas. Menurut Kuncoro (2011),
heteroskedastisitas timbul apabila nila residual model tidak memiliki
varians yang sama. Yang berarti setiap observasi mempunyai realibitas
yang berbeda. Menurut Gujarati (2012), gejala heteroskedastisitas
sering terjadi pada data cross section, sehingga pada data panel
dimungkinkan terjadi heteroskedastisitas. Apabila nilai signifikasi
lebih dari 0,05, diartikan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
G. Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi Satuan Skala
Produk
Domestik
Regional Bruto
(Y)
Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) adalah jumlah nilai
tambah barang dan jasa yang
dihasilkan dari seluruh kegiatan
perekonomia suatu daerah. PDRB
digunakan untuk melihat tingkat
pertumbuhan perekonomian suatu
daerah.
Milyar
Rupiah
Interval
Penanaman
Modal Asing
(X1)
Penanaman Modal Asing (PMA)
adalah kegiatan menanam modal
untuk mendirikan usaha di wilayah
Indonesia.
Milyar
rupiah
Interval
55
Penanaman
Modal Dalam
Negeri
(X2)
kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah
negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanaman modal
dalam negeri
Milyar
rupiah
Interval
Tenaga Kerja
(X3)
Tenaga kerja adalah seluruh
jumlah penduduk yang dianggap
dapat bekerja dan sanggup bekeja.
Dan menurut UU tenaga keja,
mereka yang dikelompokan
sebagai tenaga kerja, yaitu mereka
yang berusia antara 15 tahun
sampai 64 tahun.
Jiwa Interval
56
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Negara Indonesia memiliki target yang fokus pada sektor
pengembangan ekonomi. Tujuan utama Negara Indonesia adalah mencapai
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan merata, sehingga
dapat menciptakan lapangan-lapangan pekerjaan yang baru dan juga
pengembangan daerah-daerah yang dijadikan sasaran investasi. Kegiatan
investasi-investasi baik asing maupun dalam negeri terus di genjot
pemerintah guna mengejar nilai pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintah
melakukan berbagai cara guna meningkatkan pertumbuhan dan pemertaan
pembangunan ekonomi di berbagai daerah. Mengingat Indonesia terdiri dari
34 provinsi, pemerintah memberikan mandat kepada daerah untuk mengatur
perekonomian masing-masing daerah. Yang tujuannya agar terjadinya
pemerataan pertumbuhan dan pembangunan. Peran investasi menjadi sesuatu
yang penting dalam membantu kegiatan proses peningkatan pertumbuhan di
Indonesia.
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Deskiptif Antar Variabel di Beberapa Provinsi Indonesia
a. Sumatera Utara
Sumatera Utara menduduki provinsi keempat terbesar jumlah
penduduknya. Pada sensus penduduk 2015, penduduk Sumatera Utara
kurang lebihnya 13 juta jiwa. Pembangunan infrastruktur dan kawasan
industri sangat dirasakan manfaatnya bagi pertumbuhan ekonomi di
Sumatera Utara. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan juga menekan ketergantungan
yang besar pada komoditi ekspor. Sektor pertanian menempati
peringkat tertinggi terhadap PDRB Sumatera Utara dengan 23,06
persen, selanjutnya peringkat ke dua ditempati oleh industri pengolahan
dengan persentase sebesar 22,45 persen. Dan sisanya sektor-sektor
perekonomian yang lainnya. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara
57
sempat melambat dari 2 persen menjadi 4,5 persen. Penyebabnya
adalah perlambatan kinerja ekspor yang khususnya antar daerah
sementara ekspor luar negeri membaik. Kegiatan ekonomi domestik
didukung oleh semakin kuatnya konsumsi diantara kinerja investasi
yang dapat dikatakan stabil.
4.1. Grafik PDRB Sumatera Utara
Sumber: BPS
Dalam grafik di atas menunjukan tren yang baik dan positif dalam
aspek pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Pertumbuhan ekonomi
yang baik ditandai dengan adanya peningkatan nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) di daerah tersebut. Dalam kurun waktu lima
tahun, PDRB Sumatera Utara mengalami peningkatan yang baik dalam
setiap tahunnya. Ditambah provinsi ini menjadi salah satu provinsi
pilihan yang tergolong dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Sumatera Utara tergolong provinsi yang memiliki nilai PDRB yang
tinggi diantara provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. Pemerintah
provinsi Sumatera Utara akan memberikan fokusnya dalam peningkatan
prioritas unggulan sebagai trigger peningkatan perekonomian melalui
peningkatan produktifitas pertanian, peningkatan dan pengembangan
wisata dan juga peningkatan infrastruktur dan juga mendukung kegiatan
investasi-investasi.
-
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
25,000.00
30,000.00
35,000.00
40,000.00
45,000.00
50,000.00
2012 2013 2014 2015 2016
PDRB Sumatera Utara
58
Sumatera Utara menjadi salah satu provinsi yang masuk ke dalam
target para investor-investor baik asing maupun dalam negeri.
Mengingat provinsi Sumatera Utara ditunjuk sebagai salah satu provinsi
yang masuk ke dalam Kawasan Ekonomi Khusus, menjadi daya tarik
tersendiri bagi para investor-investor. Ditunjuknya provinsi Sumatera
Utara menjadi salah satu provinsi yang tergabung dalam Kawasan
Ekonomi Khusus, memiliki multiplier effect bagi semua sektor-sektor.
Penanaman modal asing merupakan hal yang penting dalam suatu
proses peningkatan pertumbuhan ekonomi bagi sebuah negara. Karena
penanaman modal dalam negeri saja tidak cukup untuk mengejar target
pertumbuhan ekonomi. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
telah mengatur tentang cara, perizinan dan sebagainya tentang
penanaman modal asing di Indonesia.
4.2. Grafik PMA Sumatera Utara
Sumber:BPS
Badan pusat statistik Indonesia telah meliris nilai Penanaman
modal asing bagi setaip provinsi di Indonesia. Penanaman modal asing di
provinsi Sumatera Utara menduduki provnsi ke-11. Pemerintah
mengatakan bahwa negara Singapura menjadi negara Penanaman Modal
Asing terbesar dengan penyumbang nilai realisasi penanaman modal di
-
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
1,200.00
1,400.00
2012 2013 2014 2015 2016
Penanaman Modal Asing Sumatera Utara
59
Sumatera Utara pada lima tahun terakhir. dalam grafik di atas, terlihatlah
dalam waktu kurun lima tahun terjadi penurunan PMA pada tahun 2013
ke tahun 2014, tetapi diterjadi peningkatan kembali di tahun 2014 ke
2015 karena di tahun inilah Kawasan Ekonomi Khusus di fokuskan. Dan
terjadi penurunan kembali di tahun 2016 tetapi tidak memberikan
pengaruh yang berarti. Banyak perusahaan-perusahaan yang mendirikan
dan menanamkan modalnya di provinsi Sumatera Utara ini. Karena
mereka melihat banyak yang dapat di kembangkan dan juga banyak yang
diperlukan guna mengejar target pertumbuhan dan pembanguan di
provinsi ini. Berikut adalah perusahan-perusahan yang menjadi
penyumbang terbesar di realisasi PMA di Sumatera utara PT. Agincourt
Resources, PT. Medco dan lain sebagainya.
4.3. Grafik PDMN Sumatera Utara
Sumber: BPS
Selain Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam
Negeri juga diperlukan guna mengejar target pertumbuhan dan
pembangunan di suatu daerah atau wilayah. Penanaman Modal Dalam
Negeri telah diatur dalan UU No. 25 tahun 2007 tentang penanaman
modal. Penanaman Modal Dalam Negeri di provinsi Sumatera Utara
-
1,000.0
2,000.0
3,000.0
4,000.0
5,000.0
6,000.0
2012 2013 2014 2015 2016
Penanaman Modal Dalam Negeri Sumatera Utara
60
menduduki peringkat ke-7 sebagai provinsi yang paling besar penanaman
modal dalam negerinya. Fokus pemerintah adalah pada sektor-sektor
unggulan yang ada di Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan pemerintah
ingin meningkatkan sektor-sektor unggulan yang ada di suatu wilayah
sehingga dapat bersaing baik dengan daerah lain maupun di internasional.
Tujuan dari penyelenggaran penanaman modal adalah meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan
daya saing dan lain sebagainya.
4.4. Grafik Tenaga Kerja Sumatera Utara
Sumber: BPS
Pada tahun 2016, tenaga kerja di Sumatera Utara sebagian besar
didominasi oleh yang berpendidikan SMA. Dalam kurun lima tahun
persentase angkatan kerja bernilai baik dengan tren positif. Ini mungkin
dikarenakan sudah adanya keseriusan pemerintah daerah dalam hal
meningkatkan kualitas pendidikan dan faktor-faktor lainnya yang
mendukung kualitas dari tenaga kerja.
b. Sumatra Selatan
Provinsi Sumatera Selatan merupaka provinsi peringkat ke-6
sebagai jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Dari tahun ke tahun
jumlah penduduk di Sumatera Selatan terus bertambah. Karena itulah
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
2012 2013 2014 2015 2016
Tenaga Kerja Sumatera Utara
61
upaya pengendalian pertumbuhan yang disertai dengan upaya peningkatan
kesejahertaan penduduk harus berjalan beriringan dengan program-
progran pembangunan yang sedang berjalan atau yang akan dilaksanakan.
Terdapat empat sektor yang memberikan sumbangan yang cukup besar
terhadap Produk Domestik Bruto (PDRB) Sumatera Selatan. Empat sektor
tersebut, yaitu sektor industri pengolahan, sektor penggalian dan
pertambangan, sektor pertanian dan yang terakhir adalah sekotr
perdagangan. Pada 2016 pertumbuhan Provinsi Sumatera Selatan
mengalami penurunan akibat karena adanya penyusuaian asumsi.
Perlambatan kegiatan ekspor yang diakibatkan dari pengaruh Brexit.
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan ditopang dengan adanya
pembangunan infrastruktur, karena kota Palembang akan menjadi tuan
rumah Asian Games XVII tahun 2018. Hadirnya acara terbesar di ASEAN
ini akan memberikan dampak baik dalam pertumbuhan perekonomian
provinsi Sumatera Selatan.
4.5. PDRB Sumatera Selatan
Sumber: BPS
Dapat dilihat dari tabel di atas, nilai Produk Domestik Regional
Bruto Sumatera Selatan mengalami peningkatan yang sangat baik selama
kurun waktu lima tahun belakangan ini. Pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto Sumatera Selatan lebih cepat dibandingkan pertumbuhan
-
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
25,000.00
30,000.00
35,000.00
40,000.00
45,000.00
50,000.00
2012 2013 2014 2015 2016
PDRB Sumatera Selatan
62
nasional. Secara umum, Produk Domestik Regional Bruto Sumatera
Selatan tumbuh sebesar 5,03 persen, sedangkan pertumbuhan nasiona
hanya 5,02 persen. Sumbangan terbesar dalam Produk Domestik Regional
Bruto Sumatera Selatan adalah dari lapangan usaha indusri pengolahan
dan lapangan usaha konstruksi perdangan besar dan sektor-sektor lainnya.
Di pilihnya provinsi Sumatera Selatan menjadi tuan rumah
Asian Games XVII tahun 2018 mendatang, menciptakan banyak
perubahan yang dirasakan, mulai dari peningkatan nilai Produk Domestik
Regional Bruto Sumatera Selatan, pembangunan infrastruktur seperti
pembangunan jalur kereta api Light Rail Transit (LRT), pembanguan dua
jembatan layang, underpass, tiga ruas jalan tol, perluasan bandara,
perbaikan rumah sakit yang bertarat internasional dan lain sebagainya.
Peningkatan investasi sudah dirasakan sejak awal tahun 2015 kemarin.
Seiring dengan banyaknya calon investor-investor. Kondisi ini akan sangat
menguntungkan bagi Sumatera Selatan, ditambah dengan diresmikannya
Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu provinsi yang masuk ke
dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
4.6. Penanaman Modal Asing Sumatera Selatan
Sumber:BPS
Dapat dilihat dari grafik di atsas, realisasi Penanaman Modal Asing
di Sumatera Selatan mengalami peningkatan yang cukup baik, terutama
-
500.0
1,000.0
1,500.0
2,000.0
2,500.0
3,000.0
2012 2013 2014 2015 2016
Penanaman Modal Asing Sumatera Selatan
63
pada tahun 2016, peningkatan Penanaman Modal Asing meningkat sangat
tinggi. Peningkatan penanaman modal asing ini dipicu oleh kegiatan-
kegiatan pembangunan provinsi Sumatera Selatan, dan ditambah provinsi
Sumatera Selatan akan menjadi tuan rumah Asian Games XVII tahun
2018. Pada kawasan Sriwijaya CBD dirancang sebagai penggerak utama
ekonomi di Sumatera Selatan. Hal ini ditujukan untuk mendukung
kegiatan investasi agar memudahkan investor yang akan berinvestasi.
Sumatera selatan merupakan provinsi tujuan investasi di Indonesia. Dan
sudah banyak jumlah investor yang akan berinvestasi, salah satunya yaitu
beberapa investor dari Negara Korea.
Pada tahun 2015 tercatat sudah ada 104 perusahaan dari berbagai
negara telah menanamkan modal nya di provinsi Sumatera Selatan.
Negara-negara tersebut antara lain Cina, Korea, Malaysia dan Singapura.
Ditunjuknya Sumatera Selatan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus juga
mendatangkan ketertarikan tersendiri. Perusahaan minyak swasta Asing
PT. Palembang GMA Refinery Consortium sudah melakukan kerja sama
yang berlokasi di Tanjung Api-Api Sumatera selatan dengan perusahaan
EPCkontraktor nasioanl PMA dari Jepang.
4.7. Penanaman Modal Dalam Negeri Sumatera Selatan
Sumber:BPS
Selain menjalin kerja sama dengan negara-negara lain dan juga
investor-investor asing, pemerintah juga memberikan modal guna
pembangunan provinsi Sumater Selatan. Tak sedikit yang dikeluarkan oleh
-
2,000.0
4,000.0
6,000.0
8,000.0
10,000.0
12,000.0
2012 2013 2014 2015 2016
Penanaman Modal Dalam Negeri Sumatera Selatan
64
para penanam modal dalam negeri. Jumlah investasi dalam negeri lebih
besar dari investasi asing. Hal ini menunjukan bahwa investor-investor di
dalam negeri ikut tertarik dengan provinsi Sumatera Selatan. Investor-
investor ini melihat provinsi Sumatera Selatan ini merupakan provinsi
yang memiliki peluang-peluang investasi yang menjanjikan. Tentunya hal
ini dapat menggerakan roda pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di
Sumatera Selatan.
4.8. Tenaga Kerja Sumatera Selatan
Sumber:BPS
Lapangan kerja terbentuk dari kegiatan investasi yang terus
bertambah di provinsi Sumatera Selatan. Dilihat dari seiring bertambahnya
angkatan kerja, harusnya dibarengi dengan perluasan kesempatan kerja,
sehingga tidak terjadinya pengangguran. Dari tahun ke tahun jumlah
angkatan kerja di Sumatera Selatan semakin bertambah. Dengan
bertambahnya angkatan kerja ini diharapkan dapat meningkatkan proses
pembangunan ekonomi Sumatera Selatan.
c. Banten
Banten merupakan provinsi penyangga Ibukota Negara, yaitu
Jakarta. Pesatnya pertumbuhan Provinsi Banten ditandai dengan semakin
banyaknya industri-industri besar hingga kecil yang terdapat di Banten.
Pertumbuhan ekonomi provinsi Banten tumbuh sebesar 5,90 persen pada
3,200,000
3,300,000
3,400,000
3,500,000
3,600,000
3,700,000
3,800,000
3,900,000
4,000,000
4,100,000
2012 2013 2014 2015 2016
Tenaga Kerja Sumatera Selatan
65
tahun 2017. Infrastruktur yang semakin baik mendorong kegiatan ekonomi
rakyat. Kuatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten di karenakan
konsumsi rumah tangga dan investor. Dan juga beberapa faktor yang
mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi diantaranya optimisme
perbaikan ekonomi. Seluruh komponen PDB akan terus tumbuh lebih
tinggi dan jga kinerja lapangan kerja utama seperti industri pengolahan
akan tumbuh semakin baik dengan ditunjukan semakin baiknya kinerja
korporasi provinsi Banten sekarang ini. Provinsi Banten juga merupakan
wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) tepatnya di Tanjung Lesung.
Dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus ini, menjadikan Banten
mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik setiap tahunnya.
4.9. PDRB Banten
Sumber:BPS
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Banten mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan pembanguan daerah
Banten berorietntasi pada output. Hal ini tercermin dari kondisi Banten
bagian Utara dan Banten bagian Selatan. Di Banten Utara memiliki
infrastruktur seperti Bandara Internasional Soekarno Hatta dengan julukan
lapangan terbang terbesar dan tersibuk di Indonesia dan juga pelabujan
Merak. Letak Provinsi Banten juga mempengaruhi pertumbuhan dan
-
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
25,000.00
30,000.00
35,000.00
40,000.00
45,000.00
50,000.00
2012 2013 2014 2015 2016
PDRB BANTEN
66
pembangunan ekonominya. Dengan posisi yang strategis, sebagai
penghubung Pulau Jawa dan Sumatra.
Tersedianya infrastruktur dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi, menyebabkan output akibat kebijakan pembangunannya yang
lebih mengedepankan pertumbuhan daripada pemerataan. Sehingga
dinobatkanlah Provinsi Banten sebagai Provinsi kedua tingkat
pengangguran tertinggi di Indonesia menurut BPS. Provinsi Banten terus
mengalami peningkatan yang sangat baik dan signifikan dan juga
memberikan kontribusi yang besar dalam pertumbuhan ekonomi. Sebagai
roda penggerak pertumbuhan ekonomi di Banten, industri pengolahan juga
memiliki perannya. Ekonomi Provinsi Banten ditopang oleh industri yang
berorientasi ekspor.
4.10. Penanaman Modal Asing Banten
Sumber:BPS
Provinsi Banten merupakan salah satu penerima investasi di
Indonesia. Pencapaian nilai realisasi penanaman modal asing di Provinsi
Banten menunjukan angka yang cukup baik, sehingga berdampak terhadap
pertumbuhan ekonomi masyarakat dan penyerapan lapangan kerja. Banten
sudah menjadi incaran bagi investor asing karena letaknya yang sangat
strategis dengan adanya bandara internasional Soekarno hatta dan
Pelabuhan Merak dan juga berdekatan dengan Ibukota negara. Kekayaan
-
500.0
1,000.0
1,500.0
2,000.0
2,500.0
3,000.0
3,500.0
4,000.0
2012 2013 2014 2015 2016
Penanaman Modal Asing Banten
67
sumber daya alam termasuk pariwisata provinsi Banten memiliki nilai jual
bagi investor asing. Karena itulah investasi di provinsi Banten menjanjikan
terhadap pangsa pasar berbagai negara.
Lima tahun terakhir Provinsi Banten menempati sebagai lima besar
daerah tujuan utama investasi di Indonesia. Meningkatnya Penanaman
Modal Asing (PMA) secara langsung akan meingkatkan pertumbuhan
ekonomi regional dan juga pendapatan asli daerah Banten itu sendiri.
Daerah tujuan investasi di Banten terfokus di wilayah Kabupaten
Tangerang.
4.11. Penanaman Modal Dalam Negeri Banten
Sumber:BPS
Jumlah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) provinsi Banten
menunjukan angka yang cukup baik. Menrut data nasional, jumlah
Penanaman Modal Dalam Negeri provinsi Bnaten merupakan tertinggi
keempat di Indonesia. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) provinsi Banten telah menyerap tenaga kerja sebanyak kurang
lebih 400 ribu orang. Banyaknya jumlah proyek di Banten dengan proyek
sebanyak 93 proyek. Dilihat dari grafik di atas, Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) provinsi Banten lebih besar dibandingkan Penanaman
Modal Asing (PMA) provinsi Banten.
-
2,000.0
4,000.0
6,000.0
8,000.0
10,000.0
12,000.0
14,000.0
2012 2013 2014 2015 2016
Penanaman Modal Dalam NegeriBanten
68
Sektor yang menjadi lirikan bagi Penanam modal dalam negeri di
provinsi Banten adalah industri logam, mesin dan elektronik. Dan daerah
yang menempati urutan pertama adalah Kabupaten Tangerang. Pemerintah
sangat mengatur investasi-investasi yang masuk di provinsi Banten. Hal
ini dikarenakan pemerintah bertujuan untuk menjaga kestabilan
pertumbuhan ekonomi.
4.12. Tenaga Kerja Banten
Sumber :BPS
Dengan berkembangnya kawasan industri di Provinsi Banten,
peluang kerja terbuka lebar bagi penduduk Banten. Menurut BPS tahun
2015 angkatan kerja di Provinsi Banten mencapai 5 juta orang.. Kenaikan
tenaga kerja dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah penduduk.
d. Sulawesi Tengah
Perekonomian Sulawesi Tengah mengalami peningkatan yang baik
setiap tahunnya. Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang selama ini
menjadi fondasi ekonomi Sulawesi Tengah seperti sektor industri
pengolahan dan pertambangan. Provinsi Sulawesi Tengah menjadi salah
satu provinsi yang masuk ke dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Hal ini sangat memberikan dampak yang cukup besar bagi proses
pertumbuhan dan pembangunan di provinsi Sulawesi Tengah.
Seluruh sektor mengalami pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan
tertinggi terjadi pada sektor kauangan dan jasa perusahaan sebesar 10,65
persen. Provinsi Sulawesi Tengah menjadi provinsi dengan pertumbuhan
4,400,000
4,500,000
4,600,000
4,700,000
4,800,000
4,900,000
5,000,000
5,100,000
5,200,000
2012 2013 2014 2015 2016
Tenaga Kerja Banten
69
ekonomi tertinggi pada tahun 2016, hal ini disampaikan oleh BPS. Pada
tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah banyak di
topang oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Namun,
pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor pertambangan dan penggalian
dan juga industri pengolahan.
4.13. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah
Sumber:BPS
Peningkatan pertumbuhan ekonomi provinsi Sulawesi Tengah
tidak lepas dari investasi-investasi. Salah satunya kerja sama antara
Indonesia dan Cina, yaitu pembangunan pabrik carbon steel di kawasan
industri Sulawesi Tengah. Dan juga negara Jepang yang berminat
menanamkan investasinya dalam sektor energi listrik. Sasaran investsi
terbesar masih berlokasi di daerah tambang
-
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
25,000.00
30,000.00
35,000.00
40,000.00
45,000.00
2012 2013 2014 2015 2016
PDRB Sulawesi Tengah
70
4.14 Penanaman Modal Asing Sulawesi Tengah
Sumber:BPS
Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) Sulawesi
Tengah menempati urutan keenam se Indonesia. Pada tahun 2013, nilai
reaslisasi Penanaman Modal Asing Sulawesi Tengah mengalami
peningkatan, katena adanya proyek kilang gas alam cair. Proyek gas DS
LNG merupakan salah satu kegiatan utama provinsi Sulawesi Tengah
dalam master plan percepatan pembangunan ekonomi. Provinsi Sulawesi
tengah masih menjadi daerah yang banyak diminati oleh investor-investor
asing.
4.15. Penanaman Modal Dalam Negeri Sulawesi Tengah
Sumber:BPS
-
500.0
1,000.0
1,500.0
2,000.0
2012 2013 2014 2015 2016
Penanaman Modal Asing Sulawesi Tengah
-
200.0
400.0
600.0
800.0
1,000.0
1,200.0
2012 2013 2014 2015 2016
Penanaman Modal Dalam Negeri Sulawesi Tengah
71
Realisasi investasi provinsi Sulawesi Tengah melebihi dari target
yang ditetapkan. Realisasi penanaman modal terbesar berdasarkan lima
wilayah, yaitu Kabupetn Morowali, Kabupaten Banggai, Kabupaten
Morowal Utara, Kabupaten Poso dan Kota Palu. Dan sektor bidang usaha
yang memiliki nilai realisasi investasi terbesar dari sektor industri logam,
barang logam, mesin dan elektronik. Dilanjutkan dengan industri kimia
dasar, farmasi dan diikuti oleh sektor transportasi, gudang dan
telekomunikasi dan sektor-sektor lainnya. Dengan semakin tingginya
realisasi investasi tahun 2016 menandakan bawa investor yang
menanamkan modalnya di provinsi Sulawesi Tengah, semakin serius
untuk merealisasikan investasinya. Hal ini tidak saja dari penanaman
modal asing saja, penanaman modal dalam negeripun ikut mendorong
terealisasinya rencana investasi demi pertumbuhan dan proses
pembangunan dan juga kesejahteraan masyarakat.
4.16. Tenaga Kerja Sulawesi Tengah
Sumber:BPS
Terjadinya peningkatan angakatan kerja dari tahun 2013 hingga
tahu 2016, hal ini tercermin dari naiknya jumlah penduduk dan penurunan
tingkat pengangguan. Hal ini juga menunjukan lapangan kerja yang ada
telah menyerap banyak tenaga kerja. Tiga sektor yang menjadi
penyumbang penyerapan tenaga kerja yaitu, sektor pertanian,
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
2012 2013 2014 2015 2016
Tenaga Kerja Sulawesi Tengah
72
perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi. Bila dilihat dari sisi
pendidikan, tenaga keja masih didominasi oleh penduduk berpendidikan
rendah.
e. Kalimantan Timur
Kondisi perekonomian Provinsi Kalimantan Timur membaik
ditahun 2017. Lambatnya jalan pertumbuhan ekonomi di Kalimantan
Timur disebabkan karena adanya penurunan komponen pemacu laju
perekonomian Kalimantan Timur. Provinsi Kalimantan Timur juga
merupakan salah satu provinsi sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
4.17. Produk Domestik Regional Bruto Kalimantan Timur
Sumber: BPS
Penurunan yang terjadi pada PDRB Provinsi Kalimantan Timur ini
dikarenakan adanya penurunan ekonomi global. Provinsi ini dulunya
dikenal sebagai provinsi yang kaya. Kini, provinsi Kalimantan Timur lebih
berfokus pada membangun industri hilir dan bergeser juga ke sektor usaha
jasa dan akomodasi.
135,000.00
140,000.00
145,000.00
150,000.00
155,000.00
160,000.00
2012 2013 2014 2015 2016
PDRB Kalimatan Timur
73
4.18. Penananman Modal Asing Kalimantan Timur
Sumber: BPS
Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) Provinsi Kalimantan
Timur mengalami fluktiasi setiap tahunnya. Naik turunnya Penanaman
Modal Asing (PMA) ini disebabkan adanya dampak dari krisis global.
Penanaman Modal Asing (PMA) tersebut tersebar pada 10 kabupaten dan
kota di Provinsi Kalimantan Timur dengan jumlah proyek sebanyak 105
unit.
4.19. Penanaman Modal Dalam Negeri Kalimantan Timur
Sumber: BPS
-
500.0
1,000.0
1,500.0
2,000.0
2,500.0
3,000.0
2012 2013 2014 2015 2016
Penanaman Modal Asing Kalimantan Timur
-
2,000.0
4,000.0
6,000.0
8,000.0
10,000.0
12,000.0
2012 2013 2014 2015 2016
Penanaman Modal Dalam Negeri Kalimantan Timur
74
Sektor pertambangan adalah sektor utama yang menjadi tujuan dari
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Kalimantan Timur. Selanjutnya
adalah sub sektor tanaman pangan yang menjadi urutan kedua sebagai
tujuan dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Kalimantan Timur.
Pada tingkat nasional, PMDN provinsi Kalimantan Timur menempati
urutan keenam.
4.20. Tenaga Kerja Kalimantan Timur
Sumber: BPS
Dari grafik di atas, jumlah tenaga kerja di Provinsi Kalimantan
Timur mengalami naik turun yang terjadi setiap tahunnya. Provinsi
Kalimantan Timur giat membangun seluruh sektor dan hal ini tentu
memberikan peluang pekerjaan untuk para pencari kerja. Hal ini tentunya
diperlukan keseriusan pemerintah dalam memperbaiki kualifikasi dari
Sumber Daya Manusia (SDM).
f. Nanggroe Aceh Darussalam
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Aceh pada tahun 2014
merupakan tingkat PDRB terendah se-Pulau Sumatera. Hal ini
dikarenakan Aceh belum bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Aceh
masih banyak melakukan kegiatan impor. Sebetulnya, Aceh sendiri
memiliki tempat penggilingan tetapi sudah ditelantarkan begitu saja.
1,460,000
1,480,000
1,500,000
1,520,000
1,540,000
1,560,000
1,580,000
1,600,000
2012 2013 2014 2015 2016
Tenaga Kerja Kalimantan Timur
75
4.21. Produk Domestik Regional Bruto Aceh
Sumber: BPS
Kegiatan investasi juga mengalami tren negatif. Hal ini
dikarenakan pandangan wilayah bekas konflik dan sebagai daerah yang
rawan bencana. Dengan kejadian dimasa lampau Aceh sebagai daerah
yang sering terjadi konflik dan juga bencana, para investor akan berpikir
dua kali untuk menanamkan modalnya di Provinsi Aceh tersebut. Hal ini
harus ada kerja sama berbagai pihak untuk kembali menyakinkan para
investor untuk menanamkan modalnya di Aceh.
4.22. Penanaman Modal Asing Aceh
Sumber:BPS
22,500.00
23,000.00
23,500.00
24,000.00
24,500.00
25,000.00
25,500.00
26,000.00
26,500.00
27,000.00
27,500.00
2012 2013 2014 2015 2016
PDRB Aceh
-
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
2012 2013 2014 2015 2016
Penanaman Modal Asing Aceh
76
Kegiatan penanaman modal asing di Provinsi Aceh terjadi
penurunan dari tahun 2013 sampai tahun 2016. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya ketakutan-ketakukan yang di takutkan oleh para investor. Dan
juga masih sedikitnya lahan untuk dijadikan laha investasi. Dan juga
belum adanya kesiapan oleh masyarakatnya dan juga belum ada
keseriusan pemerintah terkait investasi.
4.23.Penanaman Modal Dalam Negeri Aceh
Sumber: BPS
Bukan hanya para investor asing saja yang berpikir dua kali untuk
menginvestasikan modalnya di Povinsi Aceh tersebut, tetapi para investor
dalam negeri pun melakukan hal yang sama. Mengingat seluruh kegiatan
investasi memiliki orientasinya adalah profit. Maka dari itulah tren negatif
terjadi pada tingkat Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Provinsi
Aceh.
-
1,000.0
2,000.0
3,000.0
4,000.0
5,000.0
6,000.0
2012 2013 2014 2015 2016
Penanaman Modal Dalam Negeri Aceh
77
4.24.Tenaga Kerja Aceh
Sumber: BPS
Penduduk yang bekerja di Provinsi Aceh masih didominasi oleh
pekerja dengan pendidikan SD ke bawah. Pada tingkat SD ini banyak
terserap pada sektor pertanian dan industri mikro kecil. Tren positif yang
digambarkan dari grafik di atas menunjukan bahwa, kegiatan memperbaiki
kualitas tenaga kerja di Provinsi Aceh sudah dilakukan dengan sangat
baik,
2. Analisis Statistik Deskriptif di Beberapa Provinsi Indonesia
Hasil analisis deskriptif pada tabel menunjukan bahwa jumlah
observasi dari penelitian ini ada 30 sampel dari 6 provinsi. Berdasarkan 30
observasi ini nilai PMA nilai yang terkecil adalah sebesar 4.797352 yang
ada di provinsi Aceh dan yang terbesar adalah yang ada di provinsi
Banten, dengan nilai 8.221541 serta nilai standar deviasi sebesar 0.977850
dan juga dengan rata-rata 6.858616 . Nilai tersebut menggambarkan
bahwa realisasi Penanaman Modal Asing di masing-masing provinsi masih
rendah, hanya di Provinsi Banten saja yang realisasi Penanaman Modal
Asing(PMA) yang sudah baik.
Pada nilai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), nilai terkecil
sebesar 6.401600 yang ada pada provinsi Sulawesi Tengah dan yang
terbesar ada pada provinsi Banten, dengan nilai sebesar 9.427571 dan
1,650,000
1,700,000
1,750,000
1,800,000
1,850,000
1,900,000
1,950,000
2,000,000
2,050,000
2,100,000
2,150,000
2012 2013 2014 2015 2016
Tenaga Kerja Aceh
78
dengan nilai standar deviasi sebesar 0.862352 dan juga dengan nilai rata-
rata 8.175177. nilai tersebut menunjunkan bahwa realisasi Penanaman
Modal Dalam Negeri (PDMN) di Indonesia masih tergolong rendah dan
hanya di provinsi Banten saja yang realisasi Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) yang sudah baik.
Pada nilai Tenaga Kerja (TK), nilai terkecil sebesar 13.93249 yang
ada pada provinsi Sulawesi Tengah dan yang terbesar ada di provinsi
Sumatera Utara sebesar 15.75602. Dengan standar deviasi 0.566705 dan
juga dengan nilai rata-rata 14.82217. Nilai ini menunjukan bahwa masing-
masing provinsi harus lebih memperbaiki sistem tenaga kerja dan harus
menambah pelatihan dan pendidikan bagi setiap tenaga kerja.
Pada nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), nilai terkecil
adalah sebesar 10.09801 yang ada pada daerah Aceh. Dan yang terbesar
ada di provinsi Kalimantan Timur dengan nilai 11.97334. Dengan nilai
rata-rata sebesar 10.67182 dan dengan standar deviasi 0.595334. nilai ini
menunjukan bahwa peningkatan pertumbuhan haruslah dilaksanakan
dengan baik terutama bagi enam provinsi kecuali Kalimantan Timur.
Tabel 4.1. Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.
Deviasi
PMA 30 4.797352 8.221541 6.858616 0.977850
PMDN 30 6.401600 9.427571 8.175177 0.862352
TK 30 13.93249 15.75602 14.82217 0.566705
PDRB 30 10.09801 11.97334 10.67182 0.595334
Sumber: Hasil Pengolahan data E-views 9
3. Analisis model PDRB dengan Variabel independen PMA, PMDN dan
TK
a. Uji Lagrange Multiplier
Uji ini dilakukan untuk menentukan memilih model apa yang akan
digunakan, apakah PLS atau random effect model. Dapat dilihat dari nilai
79
Breusch-pahannya. Jika nilainya lebih kecil dari tingkat signifikasi α 5%
maka model yang digunakan adalah PLS.
Berdasarkan metode PLS dengan Random Effect diperoleh nilai
sebagai berikut:
Tabel 4.2. Lagrange Multiplier
Cross section Time Both
Breusch-pagan 23.66665
(0.0000)
2.754372
(0.0970)
26.42102
(0.0000)
Sumber: hasil Pengolahan data dengan eviews 9
Berdasarkan dari hasil di atas, nilai probabilitas cross-section
sebesar 0.000, sehingga nilainya lebih kecil dari tingkat signifikasi α 5%
maka model yang digunakan adalah PLS.
b. Uji Chow
Untuk menetukan model panel mana yang akan digunakan untuk
regresi data panel, apakah fixed effect model atau PLS. Jika nilai
probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikasi α 5% maka artinya model
panel yang baik digunakan adalah fixed effect model dan begitu juga
sebaliknya Jika nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikasi α 5%
maka artinya model regresi data panel yang baik digunakan adalah PLS.
Dengan hipotesis, sebagai berikut:
H0 : Model PLS
H1 : Model FE
Berdasarkan metode FE dan PLS, diperoleh nilai probabilitas F-
statistik, sebagai berikut:
Tabel 4.3. Uji Chow
Effects test Statistic d.f Prob
Cross-section F 112.543131 (5,21) 0.0000
Cross-section
Chi-Square
99.746746 5 0.0000
Sumber: hasil Pengolahan data dengan eviews 9
80
Dari tabel diatas, diperoleh nilai f-statistik adalah 102.782492
dengan nilai d.f (5.21) dan nilai probabilitas f-statistik lebih kecil dari
signifikasi α 5% maka artinya model panel yang baik digunakan adalah
fixed effect model.
c. Uji hausman
Uji ini untuk menentukan memilih metode apa yang akan
digunakan, apakah fixed effect model atau random effect model. Dapat
dilihat dari niali Chi-square statistic. Jika nilai probabilitasnya lebih kecil
dari tingkat signifikasi α 5%, maka artinya model yang digunakan adalah
fixed effect model.
Berdasarkan metode fixed effect dengan Random Effect diperoleh
nilai sebagai berikut:
Tabel 4.4. Hausman Test
Test Summary Chi-Square Stat Chi-aq. d.f Prob.
Cross-section random 8.764693 3 0.0326
Sumber: hasil Pengolahan data dengan eviews 9
Dari hasil tabel di atas, nilai probalitas Chi-square lebih besar dari
signifikasi α 5% maka artinya model panel yang baik digunakan adalah
random effect model. Tetapi, dari tiga uji tersebut, yang model yang paling
baiknya adalah Fixed effect model.
d. Fixed Effect Model
Model data panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan Fixed Effect Model. Dapat dijelaskan melalui persamaan sebagai
berikut:
LnPDRB = 3.655655 + 0.124248 LnPMDN + 0.368869 LNTK + e
Keterangan:
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri
TK : Tenaga Kerja
e : errror term
81
berdasarkan dari test lagrange multiplier, chow test dan Hausman
test yang telah dijalankan dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Fixed Effect Model.
Tabel 4.5. Data Panel
Sumber: Hasil Pengolahan data dengan eviews
Variabel PMA memiliki arah yang positif terhadap Produk
Domestik Regional Bruto. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang
menyatakan bahwa PMA berpengaruh terhadap Produk Domestik
Regional Bruto di beberapa provinsi Indonesia. Hubungan ini bearti ketika
nilai PMA naik yang berarti realisasi PMA bertambah, maka nilai Produk
Domestik Regional Bruto di beberapa provinsi Indonesia mengalami
kenaikan.
Variabel PMDN memiliki arah yang positif terhadap Produk
Domestik Regional Bruto. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang
menyatakan bahwa PMDN berpengaruh terhadap Produk Domestik
Regional Bruto di beberapa provinsi Indonesia. Hubungan ini bearrti
ketika nilai PMN naik yang berarti realisasi PMDN bertambah, maka nilai
Produk Domestik Regional Bruto di beberapa provinsi Indonesia
mengalami kenaikan.
Variabel Koefisien Prob.
C 3.6556655 0.0220
PMA 0.077710 0.1109
PMDN 0.124248 0.0023
TK 0.368869 0.0026
F-stat 220.1837 0.0000
R2 0.988219
Adj R2 0.983730
82
Variabel TK memiliki arah yang positif terhadap Produk Domestik
Regional Bruto. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa
TK berpengaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto di beberapa
provinsi Indonesia. Hubungan ini bearti ketika nilai TK naik yang berarti
realisasi TK bertambah, maka nilai Produk Domestik Regional Bruto di
beberapa provinsi Indonesia mengalami kenaikan.
Berikut adalah tabel yang menunjukan lima provinsi memiliki
pengauh secara individu yang berbeda-beda untuk setiap perubahannya.
Tabel 4.6. interpetasi FEM
e.Variabel Koefisien Indv. Effect Prob.
C 3.655655 0.0220
PMA 0.077710 0.1109
PMDN 0.124248 0.0023
TK 0.368869 0.0026
Fixed Effect Cross
_ACEH--C -0.193614 3.462041
_SUMUT—C -0.424001 3.231434
_SUMSEL--C -0.296347 3.359308
_SULTENG--C 0.113810 3.769465
_BANTEN--C -0.554874 3.100781
_KALTIM—C 1.355026 5.010681
Sumber: Hasil Pengolahan data dengan eviews 9
Provinsi Aceh
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada PMA, PMDN
dan Tenaga Kerja, maka Povinsi Aceh akan mendapatkan
pengaruh individu terhadap Produk Domestik Regional
Bruto sebesar 3.462041%
Provinsi Sumatera Utara
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada PMA, PMDN
dan Tenaga Kerja, maka Povinsi Sumatera Utara akan
83
mendapatkan pengaruh individu terhadap Produk Domestik
Regional Bruto sebesar 3.231434%
Provinsi Sumatera Selatan
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada PMA, PMDN
dan Tenaga Kerja, maka Povinsi Sumatera Selatan akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap Produk Domestik
Regional Bruto sebesar 3.359308%
Provinsi Sulawesi Tengah
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada PMA, PMDN
dan Tenaga Kerja, maka Povinsi Sulawesi Tengah akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap Produk Domestik
Regional Bruto sebesar 3.769465%
Provinsi Banten
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada PMA, PMDN
dan Tenaga Kerja, maka Povinsi Banten akan mendapatkan
pengaruh individu terhadap Produk Domestik Regional
Bruto sebesar 3.100781%
Provinsi Kalimantan Timur
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada PMA, PMDN
dan Tenaga Kerja, maka Povinsi Kalimantan Timur akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap Produk Domestik
Regional Bruto sebesar 5.010681%
e. Hasil pengujian hipotesis
1) Uji-F dan interpretasi Hasil Analisis
Untuk menguji apakah semua variabel x secara bersama
berpengaruh terhadap variabel y. Pengujian dilakukan demham cara
membandingkan nilai f hitung dengan f tabel. Jika f hitung lebih besar
dari f tabel, maka artinya secara bersama-sama atau simultan variabel x
berpengaruh terhadap variabel y.
84
Tabel 4.7. uji f-statistik
f-statistik Prob
220.1837 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan data dengan eviews 9
Bedasakan tabel di atas, hasil regresi data panel diperoleh nilai f-
statistik sebesar 220.1837 dengan probabilitas 0.0000, pada signifikasi α
5%, k=3, n=30, sehingga didapatkan hasil nilai f-tabel dengan df yaitu
(3,28419) maka menunjukan bawa f-statistik lebih besar dari f-tabel
220.1837 > 3,28419, maka artinya variabel independen secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).
2) Uji t-statistik dan hasil analisis
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh secara
masing-masing atau biasanya disebut parsial antaa variabel x terhadap y.
Uji t dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Jika t
hitung lebih besar dari t tabel, maka variabel x berpengaruh terhadap
variabel y.
Tabel t-statistik
Variabel t-statistik Prob.
PMA 1.664255 0.1109
PMDN 3.468336 0.0023
TK 3.409374 0.0026
Sumber:hasil Pengolahan Data dengan eviews 9
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa PMA dan PMDN secara
parsial mempengaruhi PDRB. Di lihat dari tingkat probability PMA
sebesar 0.1109 lebih besar dari α 5% dan juga t-hitung lebih kecil dari t-
tabel 1.664255 < 2.036933, artinya variabel PMA secara signifikan tidak
berpengaruh dalam model dalam dapat diambil kesimpulan. Untuk
variabel PMDN sebesar 0.0023 lebih kecil dari α 5% dan juga t-hitung
85
lebih besar dari t-tabel 3.468336 > 2.036933 , artinya variabel PMDN
secara signifikan berpengaruh dalam model dalam dapat diambil
kesimpulan. Untuk variabel Tenaga Kerja, memiliki tingkat probability
0.0026 lebih kecil dari α 5% dan juga t-hitung lebih besar dari t-tabel
3.409374> 2.036933, artinya variabel Tenaga Kerja berpengaruh
signifikan dalam model dan dapat diambil kesimpulan.
Tabel di atas juga menunjukan bahwa hipotesis yang telah dibuat
dapat dibuktikan. Adapun hipotesisnya sebagai berikut:
1. H0 : diduga tidak terdapat pengaruh PMA secara parsial terhadap
PDRB di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2012-2016.
H1 : diduga terdapat pengaruh PMA secara parsial terhadap PDRB di
beberapa provinsi di Indonesia tahun 2012-2016.
2. H0 : diduga tidak terdapat pengaruh PMDN secara parsial terhadap
PDRB di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2012-2016.
H1 : diduga terdapat pengaruh PMDN secara parsial terhadap PDRB di
beberapa provinsi di Indonesia tahun 2012-2016.
3. H0 : diduga tidak terdapat pengaruh tenaga kerja secara parsial
terhadap PDRB di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2012-
2016.
H1 : diduga terdapat pengaruh tenaga kerja secara parsial terhadap
PDRB di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2012-2016.
4. H0 : diduga tidak terdapat pengaruh PMA, PMDN dan tenaga kerja
secara simultan terhadap PDRB di beberapa provinsi di Indonesia
tahun 2012-2016.
H1 : diduga terdapat pengaruh PMA, PMDN dan tenaga kerja secara
simultan terhadap PDRB di beberapa provinsi di Indonesia tahun
2012-2016.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka pembuktian dari
hipotesis yang telah dijelaskan sebagai berikut:
86
1. Nilai t-statistic PMA sebesar 1.664255 dan nilai t-tabelnya
sebesar 2.036933. maka dapat disimpulakan bahwa t-hitung
lebih kecil dari t-tabel, yang berarti H0 diterima
2. Nilai t-statistic PMDN sebesar 3.468336 dan nilai t-
tabelnya sebesar 2.036933. maka dapat disimpulakan
bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel, yang berarti H1
diterima
3. Nilai t-statistic TK sebesar 3.409374 dan nilai t-tabelnya
sebesar 2,036933. maka dapat disimpulakan bahwa t-hitung
lebih besar dari t-tabel, yang berarti H1 diterima.
3) Uji Koefisien Deterninasi (R2) dan Hasil Analisis
Tabel 4.9. Uji R2
Adjs R-
Square
0.983730
Sumber: Hasil Pengolahan data dengan eviews 9
Berdasarkan tabel, dapat dilihat nilai determinasi sebesar 0.983730
atau 98.37%. Hal ini menunjukan bahawa 98.37% Produk Domestik
Regional Bruto di beberapa provinsi Indonesia dapat dijelaskan oleh
Penananman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan Tenaga Kerja. Dan sisanya sebesar 1.63%, Produk
Domestik Regional Bruto dijelaskan oleh varibael lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
4. Analisis Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto dengan Variabel
bebas Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan
Tenaga kerja
a. Penanaman Modal Asing terhadap Produk Domestik Regional Bruto
Penanaman Modal Asing diperlukan guna mempercepat proses
pembangunan dan pertumbuhan. Dengan adanya modal asing, kerja
sama antar negara dapat terjalin dan hubungan antar negarapun
menjadi sangat baik. Banyaknya keuntungan dan manfaat yang
87
diterima oleh negara Indonesia dengan adanya modal asing tersebut.
Proses penanaman modal asing harus tetap dijalankan demi
kelangsungan dan percepatan proses pembangunan dan pertumbuhan.
Dalam penelitian ini, Penanaman Modal Asing berhubungan positif
dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang
diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Hal tersebut
bertentangan dengan teori-teori yang sudah ada. Karena selama ini
kegiatan penanaman modal, merupakan salah satu kunci dari proses
pembangunan dan juga kegiatan penanaman modal asing merupakan
awal dari kegiatan industrialisasi. Menurut penulis, hal ini disebabkan
karena ada kebijakan-kebijakan dari pemerintah daerah yang tidak
sejalan dengan kegiatan Penanaman Modal Asing tersebut. Kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah belum dapat
memberikan suasana yang aman bagi para investor asing, serta
kurangnya dukungan baik dari masyarakat atau potensi-potensi sumber
daya yang tersedia. Dan juga menurut data yang telah diambil, dapat
disimpulkan besaran Penanaman Modal Asing lebih kecil
dibandingkan dengan besaran Penanaman Modal Dalam Negeri.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh (Hadidtya Surya Nugraha,2014) yang berjudul tentang
Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri
dan Belanja Daerah terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Provinsi Jawa Tengah tahun 1980-2012. Hasil penelitian
tersebut menunjukan bahwa Penanaman Modal Asing tidak
berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto di
provinsi Jawa Tengah. Dan juga didukung oleh penelitian
(Junaedi,2016) Analisis Pengaruh Investasi, Belanja Pemerintah,
Penyrapan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Sulawesi Selatan. Hasil penelitian ini adalah vaiabel PMA tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi
Selatan, sedangkan variabel PMDN memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan. Variabel
88
belanja pemerintah juga berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan. Dan angkatan kerja
berpengaruh signifikan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi
Selatan.
b. Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap Produk Domestik Regional
Bruto
Penanaman Modal di Indonesia terbagi atas dua, yaitu Penanaman
Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri. Kegiatan
penanaman modal dalam negeri ini dilakukan baik perseorangan atau
berbentuk badan usaha. Kegiatan penanaman modal dalam negeri
sendiri sangat diperlukan guna meningkatkan daya saing investasi dan
juga menumbuhkan iklim investasi yang lebih kompetitif. Penanaman
modal dalam negeri sendiri dapat memberikan manfaat yang baik
untuk menciptakan investor-investor yang hebat dan memiliki daya
saing internasional.
Dalam penelitian ini Penanaman Modal Dalam Negeri
berpengaruh positif dan juga signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi suatu daerah yang diukur dengan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Semakin tinggi tingkat penanaman modal dalam
negeri, maka semakin tinggi pula tingkat pertumbuhan suatu daerah
atau provinsi yang diukur melalui Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya, yang dilakukan
oleh (Reza,Grisvia & Imam, 2016) yang berjudul Pengaruh Penanaman
Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan Belanja Modal
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Indonesia. Hasil dari
penelitian tersebut adalah adanya pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel Penanaman Modal Dalam Negeri.
c. Tenaga Kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto
Tenaga kerja merupakan modal utama selain kegiatan penanaman
modal. Tanpa adanya tenaga kerja, maka kegiatan perekonomian tidak
bisa berjalan. Tenaga kerja yang terampil dan memiliki keahlian sesuai
89
bidangnya, akan memberikan output yang baik untuk kegiatan
perekonomian di suatu daerah.
Dalam penelitian ini, tenaga kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang diukur
dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Hasil ini sejalan
dengan teori-teori yang sudah ada. Seperti teori Keynes menjelaskan
bahwa jika tenaga kerja mengalami kenaikan, maka akan
mengakibatkan kenaikan pada pertumbuhan ekonomi.
Penelitian ini didukung oleh peneltian sebelumnya yang diteliti
oleh (Prasetyo,2011) yang berjudul Pengaruh Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA), Tenaga
Kerja dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah
Periode 1985-2009. Hasil dari penelitian tersebut Sedangkan secara
parsial, PMA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah. Dan PMDN, tenaga kerja dan
ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Jawa Tengah.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan juga pembahasan yang telah dilakukan,
Penulis memperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai
Kontribusi Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan
Tenaga kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Beberapa Provinsi
Indonesia Periode 2012-2016, yaitu sebagai berikut :
1. Penanaman Modal Asing mempunyai kontribusi yang positif tetapi
tidak signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto di beberapa
provinsi Indonesia Periode 2012-2016.
2. Penanaman Modal Dalam Negeri mempunyai kontribusi yang positif
dan signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto di beberapa
provinsi Indonesia Periode 2012-2016.
3. Tenaga Kerja mempunyai kontribusi yang positif dan signifikan
terhadap Produk Domestik Regional Bruto di beberapa provinsi
Indonesia Periode 2012-2016.
4. Secara Simultan Variabel Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal
Dalam Negeri dan Tenaga Kerja berpengaruh signifikan terhadap
Produk Domestik Regional Bruto di beberapa provinsi Indonesia
Periode 2012-2016.
5. Provinsi Kalimantan Timur merupakan daerah yang memberikan
dampak yang paling besar dari kontribusi baik PMA, PMDN maupun
Tenaga Kerja dalam kinerja perekonomian daerah.
6. Penanaman Modal Asing maupun Penanaman Modal Dalam Negeri
merupakan hal yang sama-sama harus didorong. Tetapi dalam
penelitian ini ternyata Penanaman Modal Dalam Negeri yang
memberikan kontribusi secara postitif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
Penanaman Modal Dalam Negeri harus lebih diperhatikan karena
memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dan juga kegiatan Penanaman Modal Dalam Negeri ini juga
91
akan mendorong investor-investor dalam negeri dapat bersaing baik
dengan investor dalam maupun luar.
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Daerah
a. Penanaman Modal Asing memberikan kontribusi yang positif
tetapi tidak signifikan dalam peningkatan Produk Domestik
Regional Bruto di beberapa Provinsi di Indonesia yang diteliti,
maka seharusnya kegiatan Penanaman Modal Asing (PMA) terus
ditekan dan harus tetap terus dikontrol sehingga akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam bentuk Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB).
b. Penanaman Modal Dalam Negeri dan Tenaga Kerja memberikan
kontribusi yang positif dan signifikan dalam peningkatan Produk
Domestik Regional Bruto di beberapa Provinsi di Indonesia yang
diteliti, maka kegiatan Penanaman Modal Dalam Negeri harus
terus dilangsungkan dan tetap diawasi guna dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Selain, Kontribusi Penanaman Modal
Dalam Negeri, faktor Tenaga Kerja juga merupakan factor utama
dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertambahan
Modal harus tetap diikuti dengan penambahan Tenaga Kerja.
2. Bagi Masyarakat
a. Tinggi atau rendahnya ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB)
pada provinsi-provinsi yang diteliti, memberikan penilaian atas
kinerja dari pemerintah dan juga penilaian terhadap efisiensi
kebijakan pemerintah yang telah diterapkan.
92
DAFTAR PUSTAKA Afrizal. (2013). Analisis Pengaruh Tingkat Investasi. Belanja Pemerintah dan
Tenaga Kerja Terhadap PDRB di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001-
2011. Arsyad, L. (2010). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta. Arsyad, L. (1999). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan EKonomi Daerah.
Yogyakarta: BPFE. Basri, F. (2002). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Basri, Faisal;. (2002). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Dhanang. (2013). Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Jumlah Tenaga Kerja dan
Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di kota Surakarta
tahun 1991-2011. Dumairy. (1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Dumairy. (1999). Perekonomian Indonesia. Yogyakarta: Erlangga. Fair., K. E. (2007). Prinsip-Prinsip EKonomi. jakarta: erlangga. Gujarati, D. (2012). Dasar-Dasar Ekonometrika . Jakarta: Salemba Empat. Gujarati, D. (2006). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
HS Salim, S. B. (2008). Hukum Investasi di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada .
Ibnurrasyad. (2016). Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Jumlah
Penduduk dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2004-2014.
Jhingan, M. (2003). Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian. Jakarta: PT.
Raya Grafindo Persada.
Jhingan, M. (1994). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan . Jakarta: CVRajawali.
Jhingan, M. (1990). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali.
93
Junaedi. (2016). ANALISIS PENGARUH INVESTASI, BELANJA PEMERINTAH,
PENYERAPAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN . Makassar.
Karlita. (2013). Pengaruh Investasi. Tenaga Kerja dan Ekspor Terhadap PDRB
Sektor Industri di Kota Semarang tahun 1993-2010. Keynes, J. (1936). The General Theory of Employment, Interest and Money .
Harcout: Brace and World.
Kuncoro, M. (2011). Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Kuncoro, M. (2004). Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga.
Maharani. (2016). Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB
di Sumatera Utara. Mankiw, G. N. (2007). Principle of Macroeconomics. Jakarta: Erlangga. Mankiw, G. N. (2004). Principles of Macroeconomics. South Western.
Martikasari. (2016). Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal
Dalam Negeri, Angkatan Kerja, Inflasi dan Ekspor Netto terhadap PDRB
Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa. Mukhlis, I. (2015). Ekonomi KEuangan dan Perbankan Teori dan APlikasi.
Jakarta: Salemba Empat.
Nugraha, H. S. (2014). Pengaruh Penanaman Modal Asing,Penanaman Modal
Dalam Negeri dan Belanja Daerah terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah tahun 1980-2012. Semarang.
Prasetyo, E. (2011). Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman
Modal Asing, Tenaga Kerja dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Jawa Tengah Periode 1985-2009. Ray, K. E. (2007). Prinsip-prindip Ekonomi. Jakarta : Erlangga.
Reza, G. d. (2016). Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam
Negeri dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di
Indonesia.
Salim. (2011). Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Provinsi
Papua.
SANDACILAR, A. P. (2012). Foreign Direct Investment and Gross Domestic
Product: An Application on ECO Region.
94
Sayekti. (2009). Pengaruh Investasi. Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Timur.
Simanjuntak, P. (2001). Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Simanjuntak, P. (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta. Sukirno, S. (2007). Makro Eknomi Modern. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Sukirno, S. (2000). Makro Ekonomi Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sukirno, S. (2006). Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Sukirno, S. (2008). Mikroekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Suparmoko, M. (2002). Ekonomi Publik, Untuk Keuangan dan Pembangunan
Daerah. Yogyakarta: Andi.
Todaro. (1999). Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Suatu
Daerah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Pustaka. Todaro, M. (2006). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga . Jakarta: Erlangga.
Utami. (2013). Pengaruh Tenaga Kerja, Upah Minimum Regional dan Pendapatan
Asli Daerah terhadap PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Kawasan
Kedungseur.
Wibisono, D. (2005). Metode Penelitian & Analisis Data . Jakarta: Salemba
Medika.
Widarjono, A. (2007). Ekonometrika Teori dan Aplikasi . Yogyakarta: Ekonisia
FE UII.
Wihda, B. M. (2013). Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman
Modal Asing, Pengeluaran Pemerintah dan Tenaga Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1996-2012.
Wijaya, T. (2013). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
95
Winarno, W. W. (2015). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews . Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Winarno, W. W. (2011). Analisis Ekonomterika dan Statistika dengan Eviews.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
96
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Panel Least Squares
Dependent Variable: LNPDRBLAKU
Method: Panel Least Squares
Date: 05/24/18 Time: 23:10
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 30
White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LNPMA 0.077710 0.038964 1.994405 0.0593
LNPMDN 0.124248 0.040322 3.081422 0.0057
LNJML 0.368869 0.078031 4.727203 0.0001
C 3.655655 1.225644 2.982639 0.0071
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.988219 Mean dependent var 10.67182
Adjusted R-squared 0.983730 S.D. dependent var 0.595334
S.E. of regression 0.075936 Akaike info criterion -2.074521
Sum squared resid 0.121092 Schwarz criterion -1.654162
Log likelihood 40.11782 Hannan-Quinn criter. -1.940045
F-statistic 220.1837 Durbin-Watson stat 1.873220
Prob(F-statistic) 0.000000
97
B. Fixed Effect Model
Dependent Variable: LNPDRBLAKU?
Method: Pooled Least Squares
Date: 05/24/18 Time: 23:26
Sample: 1 5
Included observations: 5
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 30
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3.655655 1.477760 2.473781 0.0220
LNPMA? 0.077710 0.046693 1.664255 0.1109
LNPMDN? 0.124248 0.035824 3.468336 0.0023
LNJML? 0.368869 0.108192 3.409374 0.0026
Fixed Effects
(Cross)
_ACEH--C -0.193614
_BANTEN--C -0.554874
_KALTIM--C 1.355026
_SULTENG--C 0.113810
_SUMSEL--C -0.296347
_SUMUT--C -0.424001
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.988219 Mean dependent var 10.67182
Adjusted R-squared 0.983730 S.D. dependent var 0.595334
S.E. of regression 0.075936 Akaike info criterion -2.074521
Sum squared resid 0.121092 Schwarz criterion -1.654162
Log likelihood 40.11782 Hannan-Quinn criter. -1.940045
F-statistic 220.1837 Durbin-Watson stat 1.873220
Prob(F-statistic) 0.000000
98
C. Lagrange Multiplier
Lagrange Multiplier Tests for Random Effects
Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 23.66665 2.754372 26.42102
(0.0000) (0.0970) (0.0000)
Honda 4.864838 -1.659630 2.266424
(0.0000) -- (0.0117)
King-Wu 4.864838 -1.659630 2.006210
(0.0000) -- (0.0224)
Standardized Honda 8.468723 -1.517472 0.657607
(0.0000) -- (0.2554)
Standardized King-Wu 8.468723 -1.517472 0.298683
(0.0000) -- (0.3826)
Gourierioux, et al.* -- -- 23.66665
(< 0.01)
*Mixed chi-square asymptotic critical values:
1% 7.289
5% 4.321
10% 2.952
99
D. Hausmant Test
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: FIXX
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 8.764693 3 0.0326
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
LNPMA 0.077710 0.091993 0.000095 0.1426
LNPMDN 0.124248 0.131712 0.000016 0.0644
LNJML 0.368869 0.291427 0.000822 0.0069
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: LNPDRBLAKU
Method: Panel Least Squares
Date: 05/30/18 Time: 23:17
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 30
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3.655655 1.477760 2.473781 0.0220
LNPMA 0.077710 0.046693 1.664255 0.1109
LNPMDN 0.124248 0.035824 3.468336 0.0023
LNJML 0.368869 0.108192 3.409374 0.0026
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.988219 Mean dependent var 10.67182
Adjusted R-squared 0.983730 S.D. dependent var 0.595334
S.E. of regression 0.075936 Akaike info criterion -2.074521
Sum squared resid 0.121092 Schwarz criterion -1.654162
Log likelihood 40.11782 Hannan-Quinn criter. -1.940045
F-statistic 220.1837 Durbin-Watson stat 1.873220
Prob(F-statistic) 0.000000
100
E. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: FIXX
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 112.543131 (5,21) 0.0000
Cross-section Chi-square 99.746746 5 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: LNPDRBLAKU
Method: Panel Least Squares
Date: 05/30/18 Time: 23:18
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 30
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LNPMA 0.284663 0.072947 3.902300 0.0006
LNPMDN 0.438543 0.093055 4.712718 0.0001
LNJML -0.777156 0.139797 -5.559164 0.0000
C 16.65340 1.780050 9.355577 0.0000
R-squared 0.672524 Mean dependent var 10.67182
Adjusted R-squared 0.634739 S.D. dependent var 0.595334
S.E. of regression 0.359801 Akaike info criterion 0.917037
Sum squared resid 3.365884 Schwarz criterion 1.103863
Log likelihood -9.755555 Hannan-Quinn criter. 0.976804
F-statistic 17.79839 Durbin-Watson stat 0.690979
Prob(F-statistic) 0.000002
101
daerah tahun PMA PMN lnpma lnpmdn bekerja jml lnjml pdrblaku lnpdrblaku
sumut 2012 644,30 2.530,3 6,468164 7,836093
3.880.885 15,17157 31.109,35 10,3452637
sumut 2013 787,50 3.068,9 6,668863 8,029074
5.081.301 15,44108 32.544,18 10,39035383
sumut 2014 950,80 4.223,9 6,857304 8,348514
5.881.371 15,5873 36.913,90 10,51634345
sumut 2015 1.246,10 4.287 7,127771 8,363342
6.962.304 15,75602 40.019,54 10,59712311
sumut 2016 1.214,7 5.864,2 7,102215 8,676628
5.991.229 15,60581 44.557,76 10,7045416
sulteng 2012 806,5 602,8 6,692742 6,4016
1.124.095 13,93249 25.421,64 10,14335606
sulteng 2013 855,0 605,3 6,751139 6,405795
1.239.122 14,02991 28.663,64 10,2633847
sulteng 2014 1.494,2 950,8 7,309321 6,857339
1.293.226 14,07265 31.874,69 10,36956756
sulteng 2015 1.085,2 968,4 6,989486 6,875694
2.427.418 14,70234 37.403,81 10,52952785
sulteng 2016 1.600,3 1.081,2 7,37797 6,985864
1.559.803 14,26007 41.151,47 10,62501493
sumsel 2012 786,4 2.930,6 6,667527 7,982961
3.582.099 15,09146 32.830,49 10,39911294
sumsel 2013 685,9 3.396,0 6,530765 8,13035
3.524.883 15,07536 35.810,16 10,48598693
sumsel 2014 1.056,5 7.042,8 6,962731 8,859756 3.692.806 15,1219 38.584,88 10,56061577
102
sumsel 2015 645,8 10.944,1 6,470524 9,300554
3.695.866 15,12273 41.341,24 10,62961583
sumsel 2016 2.793,5 8.534,1 7,935056 9,051831
3.998.637 15,20146 43.551,46 10,68169851
banten 2012 2.716,3 5.117,5 7,907013 8,540428
4.662.368 15,35503 30.202,44 10,31567799
banten 2013 3.720,2 4.008,7 8,221541 8,296212
4.687.626 15,36044 32.991,61 10,40400857
banten 2014 2.034,6 8.081,3 7,618068 8,997308
4.853.992 15,39531 36.629,18 10,50860047
banten 2015 2.542,0 10.709,9 7,840694 9,278923
4.925.460 15,40993 40.027,96 10,59733349
banten 2016 2.912,1 12.426,3 7,976617 9,427571
5.088.497 15,44249 43.310,96 10,676161
aceh 2012 172,3 1.060,2 5,149079 6,966202
1.808.357 14,40793 24.294,69 10,09801309
aceh 2013 194,2 2.636,4 5,268713 7,877178
1.842.671 14,42673 25.218,83 10,13534622
aceh 2014 131,1 5.110,3 4,876208 8,539011
1.831.823 14,42082 26.065,08 10,16835177
aceh 2015 121,2 3.192,4 4,797352 8,068533
1.966.018 14,49152 26.785,95 10,19563278
aceh 2016 134,5 2.456,1 4,901601 7,806327
2.087.045 14,55126 26.936,96 10,2012546
kaltim 2012 2.014,1 5.889,3 7,60792 8,680888
1.507.526 14,22598 145.998,48 11,89135149
103
kaltim 2013 1.335,4 6.034,6 7,196978 8,705259
1.503.915 14,22358 158.472,71 11,97333768
kaltim 2014 2.145,7 2.859,0 7,671205 7,958243
1.577.466 14,27133 157.399,96 11,96654536
kaltim 2015 2.381,4 9.611,3 7,775462 9,170696
1.523.957 14,23682 146.992,80 11,89813888
kaltim 2016 1.139,6 6.885,1 7,038439 8,837119
1.581.239 14,27372 144.827,24 11,88329686
Top Related