Menyongsong Tahun Yubileum UKI ke-40
W W W . U K I . C A U K I T O R O N T O S E P T E M B E R 2 0 1 9 / N O . 3 2 7
Gereja: St Anselm’s Church, 1 Mc Naughton Rd. Toronto, ON M4G 3H3 Alamat Redaksi: c/o Priests of the Sacred Heart, 58 High Park Blvd. Toronto, ON M6R 1M8 Email: [email protected]
Dirgahayu ke-74
INDONESIA
Fo
to:
Ko
nsu
lat
Jen
dra
l R
I -T
oro
nto
Pastor Pamong
Romo Johanes Juliwan Maslim, SCJ (647) 532-1318
Deacon Deacon Val Danukarjanto
(416) 497-2274 [email protected]
D E W A N P E N G U R U S
U M A T K A T O L I K I N D O N E S I A
Koordinator
Angelina Hanapie (647) 463-2058 [email protected] Wakil Koordinator
Rudy S B H (416) 671-2648 [email protected]
Sekretaris Christianita Kuswoyo (647) 774-3801
[email protected] Bendahara
Evy Suwarni (647) 500-5969 [email protected]
WILAYAH TIMUR
Ketua Wilayah Esther Kurniadi (416) 371-2593
[email protected] Seksi-seksi
Liturgi: Erny Ruslim (416) 871-2773 [email protected]
Bina Iman: Hendry Wijaya (416) 450-6536 [email protected]
Sosial: Darwin Budiman (647) 403-3530 [email protected]
Rumah Tangga: Natali Saputra (647) 293-5338 [email protected]
Usher: Sugianto Tanojo (647) 625-2497 [email protected]
WILAYAH BARAT
Ketua Wilayah Bambang Micha (416) 709-7989
[email protected] Seksi-seksi
Liturgi: Antonius Haryanto (905) 781-4689 [email protected]
Bina Iman: Tiny Tjongson (416) 616-9354 [email protected]
Sosial: Diana Lucas (416) 824.4069 [email protected]
Wakil: Eric I. Kurniawan (416) 704-2681 [email protected]
Rumah Tangga: Marsela Tan Malaka (647) 300-3563 / [email protected]
Wakil: Meti Tan (416)827-5394 [email protected]
Usher: Andrei Sutandar (647) 772-2117 [email protected]
BIDANG KHUSUS
MUDIKA Gabriela Lyona dan Evan Goldwin
PELAKSANA KHUSUS Ketua Lektor
Lilian Tjokro (416) 616-6393 [email protected]
Ketua Sakristan/Pembagi Komuni
Hendry Wijaya (416) 450-6536 [email protected]
Ketua Altar Server
Maria I. Cherie (416) 880-3385 [email protected]
Bersambung ke halaman 4
man yang kosong
Perjalanan hidup orang beriman mengalami
pergolakan yang tidak mudah di jaman sekarang ini.
Sebenarnya situasi ini sudah mulai
menjadi serius di abad yang lalu
dan terus bergerak hingga saat ini.
Goncangan dunia dan perubahan
jaman telah membawa pula
pengaruh ke dalam hidup orang
beriman, termasuk ke dalam hidup
Gereja. Situasi ini telah membawa
sebuah gelombang yang serius di
dalam kehidupan beriman dan
menggereja sehingga terjadilah
pula exodus. Istilah exodus ini mau
menggambarkan gerakan sebagian
orang yang meninggalkan imannya
dan Gereja, mereka memilih cara
hidup yang lain.
Tuhan Yesus pernah
menyampaikan perumpamaan akan
sebuah rumah yang didirikan di
atas pasir dan di atas batu. Rumah
yang didirikan di atas pasir ketika
badai datang melanda, maka rusak
dan hancurlah karena dasarnya
tidak kuat. Sedangkan rumah yang
didirikan di atas batu, walaupun
dilanda angin badai, tetap berdiri
kuat karena dasarnya kokoh. Itulah
gambaran hidup kita sebagai orang
beriman, yang berdiri di atas batu yang kuat atau di atas
pasir! Realita merosotnya hidup beriman yang terjadi selama
ini menunjukkan bahwa cukup banyak dari kita yang
menanamkan iman kita di atas pasir. Oleh sebab itulah
bangunan hidup beriman kita menjadi rapuh walaupun
tampaknya bagus, sehingga keadaaan dunia membuatnya
hancur berantakan. Lihatlah berbagai negara yang sangat
berwarna kristiani, sekarang mulai meredup dan pudar
imannya bahkan memprihatinkan.
Iman yang selama ini dihidupi ternyata adalah iman
yang kosong, iman yang hafalan dan ucapan bibir tanpa
dimaknai dan dihidupi secara mendalam. Dasar iman kurang
digali dan dipahami melainkan hanya diteruskan dan dijalani
sebagai sebuah kebiasaan. Iman hanya
berhenti pada ajaran, pengetahuan dan
belum menjadi bagian keyakinan dan
nyata di dalam kehidupan harian. Ketika
iman dikurung dalam sebuah rumusan
dan definisi, maka matilah iman itu dan
kosong karena tidak bisa bergerak.
Maka diperlukan sebuah pembaharuan
dan semangat untuk bergerak dan
membangun pondasi yang kuat, di atas
batu karang, yakni Tuhan sendiri.
Iman punya bentuk
Iman bukanlah serangkaian kata yang
tanpa isi, karena jika demikian iman itu
mati dan bukanlah iman. Oleh sebab
itulah Santo Yakobus sudah
mengingatkan kita semua di dalam
suratnya, “Jika iman itu tidak disertai
perbuatan, maka iman itu pada
hakekatnya adalah mati” (Yak 2:17).
Perkataan ini mengandung pesan yang
mendalam bagi kita semua apalagi di
dunia sekarang ini. Iman sering dilihat
sebagai pengakuan dan ungkapan lewat
kata, sebagai pernyataan kepercayaan.
Namun Santo Yakobus mengatakan
lebih tegas lagi, “Engkau percaya,
bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-
setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka
gemetar” (Yak 2:19). Ternyata setan juga mengakui dan
percaya akan adanya Tuhan, makanya mereka takut kepada
Tuhan. Namun demikian setan tidak mau taat dan
melakukan Kehendak Tuhan, makanya mereka hidup
terpisah dari Tuhan dan terus berusaha menarik manusia
menjauh juga dari Tuhan.
dan
Romo J. Juliwan Maslim, SCJ
Iman nyata dalam realita kehidupan
S E P T E M B E R 2 0 1 9 / N O . 3 2 7 H A L A M A N 3
Sambungan dari halaman 3 H A L A M A N 4
Kepercayaan dan iman selalu tampak dalam
tindakan nyata atau mempunyai bentuknya yang jelas. Jika
kita sungguh percaya dan beriman, maka akan tampak jelas
dari sikap hidup dan perbuatan yang kita lakukan setiap saat.
Iman dan kepercayaan itu sudah menjadi milik dan bagian
integral di dalam hidup kita, maka segala sesuatu yang kita
lakukan seharusnya mengalir dari iman kita. Memang
perjalanan sebagai orang beriman bukanlah instan dan sekali
jadi, namun melalui sebuh proses panjang dengan berbagai
tantangannya. Tindakan dan perbuatan itu sederhana saja,
namun sungguh mengalir dari hati dan iman yang
mendalam.
Perumpamaan Tuhan Yesus tentang Penghakiman
Terakhir, yang menggambarkan Akhir Jaman, ditulis oleh
Matius (25:31-46) dengan indah sekali. Sang Raja, yang
adalah Tuhan sendiri akan menerima semua orang yang
digambarkan sebagai domba ke dalam KerajaanNya dan
memperoleh hidup yang kekal. Sementara itu semua orang
yang digambarkan sebagai kambing akan memasuki api
yang kekal. Apa yang menjadi kriteria penentuan ini,
sehingga akibatnya sangat fatal? Tuhan Yesus bersabda,
“sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk
salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu
telah melakukannya untuk Aku”. Ternyata Tuhan hadir di
dalam setiap pribadi manusia dan bahkan Ia menyamakan
diriNya dengan manusia yang paling hina dan menderita.
Memang Tuhan Yesus sendiri menjadi manusia yang hina
dan menderita bahkan mati di salib.
Maka jelaslah bahwa iman dan kepercayaan kita
mendapat bentuk yang nyata dalam tindakan kita terhadap
sesama kita yang kecil, tersingkir dan menderita bahkan
dalam setiap pribadi sesama kita. Jika kita mengaku beriman
namun masih membenci dan menyingkirkan sesama kita,
maka iman kita itu mati dan sama saja kita sedang menolak
kehadiran Tuhan di dalam diri sesama kita. Sangat
diperlukan keselarasan iman dan perbuatan atau tindakan
nyata.
Badai dan goncangan iman jaman ini
Kita sekarang hidup dalam dunia yang sedang
merusak tatanan iman dan moral serta mulai menjadikan
segala sesuatu biasa walaupun melawan kehidupan dan
Tuhan, Sang Sumber Hidup itu sendiri. Dengan mudah
manusia mencari pembenaran diri secara rasional untuk
segala yang dilakukannya, yang menyenangkan dan
menguntungkan walaupun itu jelas melawan Kehendak
Tuhan dan Kasih. Realita ini akan terus berkembang seiring
dengan intelektualitas manusia yang semakin maju sehingga
manusia mulai cenderung ingin menjadi tuhan dan mulai
membangun kembali menara Babel yang telah hancur.
Padahal intelektualitas yang Tuhan berikan kepada kita
adalah untuk semakin memuji dan mengarah kepadaNya.
Dalam situasi inilah, maka kita sebagai orang
beriman, harus bangun dan bangkit dengan sikap, perbuatan
dan tindakan nyata. Iman kita perlu nyata di dalam sikap kita
yang justru berjuang untuk meneruskan gerak kehidupan dan
api kasih di dunia ini. Kita harus terus berjuang dan
disemangati dengan darah para kudus yang telah tertumpah
demi mewartakan iman dan kebenaran. Suara kenabian tetap
harus didengungkan, janganlah kita takut. Jika kita tidak
bersuara dan tindakan iman kita tidak tampak, siapa lagi
yang akan menjadi nabi-nabi cinta kasih di jaman sekarang
ini! Jangan pernah takut untuk melawan mereka yang hanya
bisa membinasakan tubuh dan bukan jiwa!
Masih adakah iman di bumi?
Yesus bersabda, “Akan tetapi, jika Anak Manusia
itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Luk
18:8b). Kita semua telah diselamatkan oleh penebusan
Tuhan Yesus dan diangkat menjadi anak-anak Allah.
Dengan demikian kita sudah dibenarkan dan dibebaskan dari
dosa dan hidup baru telah kita terima sebagai orang
beriman. Namun demikian dalam kenyataan sekarang ini,
sudah banyak orang yang tidak lagi menghidupi imannya
atau sudah suam-suam kuku. Sedikit demi sedikit orang
mulai diseret ke luar dari jalur keselamatan ini walaupun
mereka sudah dibaptis dan diselamatkan. Oleh sebab itulah
Yesus mengingatkan kia semua, apakah kita akan tetap
bertahan setia sebagai orang beriman hingga kedatangan
Tuhan nanti? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing,
sejauh mana kita masih kuat beriman sekarang ini dan
jangan menunda lagi!
“Faith is to believe what you do not see;
the reward of faith is to see what you believe” St. Augustine
S E P T E M B E R 2 0 1 9 / N O . 3 2 7 H A L A M A N 5
Pernahkah kamu merasa telah melakukan sesuatu yang
jahat sehingga kamu berpikir bahwa Tuhan tidak mau
mengampunimu? Baiklah, kalau saja kamu tahu kehidupan
St. Agustinus kamu akan menyadari bahwa tidak peduli
seberapa jauh kamu berontak dan menyimpang dari Tuhan,
Ia pasti akan membawamu kembali.
Agustinus dilahirkan pada tanggal 13 November 354 di Ta-
gaste, Algeria, Afrika Utara. Ayahnya bernama Patrisius,
seorang kafir. Ibunya ialah St. Monika, seorang Kristen yang
saleh. St. Monika mendidik ketiga putera-puterinya dalam
iman Kristen. Namun demikian, menginjak dewasa Agusti-
nus mulai berontak dan hidup liar. Pernah suatu ketika ia dan
teman-temannya yang tergabung dalam kelompok “7 Penan-
tang Tagaste” mencuri buah-buah pir yang siap dipanen
milik Pak Tallus, seorang petani miskin, untuk dilemparkan
kepada babi-babi.
Pada umur 29 tahun Agustinus dan Alypius, sahabatnya,
pergi ke Italia. Agustinus menjadi mahaguru terkenal di Mi-
lan. Sementara itu, hatinya merasa gelisah. Sama seperti ke-
banyakan dari kita di jaman sekarang, ia mencari-cari sesua-
tu dalam berbagai aliran kepercayaan untuk mengisi
kekosongan jiwanya. Sembilan tahun lamanya Agustinus
menganut aliran Manikisme, yaitu bidaah yang menolak Al-
lah dan mengutamakan rasionalisme. Tetapi tanpa kehadiran
Tuhan dalam hidupnya, jiwanya itu tetap kosong. Semua
buku-buku ilmu pengetahuan telah dibacanya, tapi ia tidak
menemukan kebenaran dan ketentraman jiwa.
Sejak awal tak bosan-bosannya ibunya menyarankan kepada
Agustinus untuk membaca Kitab Suci di mana dapat
ditemukan lebih banyak kebijaksanaan dan kebenaran da-
ripada dalam ilmu pengetahuan. Tetapi, Agustinus mereme-
hkan nasehat ibunya. Kitab Suci dianggapnya terlalu seder-
hana dan tidak akan menambah pengetahuannya sedikit pun.
Pada usia 31 tahun Agustinus mulai tergerak hatinya untuk
kembali kepada Tuhan berkat doa-doa ibunya serta berkat
ajaran St. Ambrosius, Uskup kota Milan. Namun demikian ia
belum bersedia dibaptis karena belum siap untuk mengubah
sikap hidupnya. Suatu hari, ia mendengar tentang dua orang
yang serta-merta bertobat setelah membaca riwayat hidup St.
Antonius Pertapa. Agustinus merasa malu. “Apa ini yang
kita lakukan?” teriaknya kepada Alypius. “Orang-orang yang
tak terpelajar memilih surga dengan berani. Tetapi kita,
dengan segala ilmu pengetahuan kita, demikian pengecut
sehingga terus hidup bergelimang dosa!” Dengan hati yang
sedih, Agustinus pergi ke taman dan berdoa, “Berapa lama
lagi, ya Tuhan? Mengapa aku tidak mengakhiri perbuatan
dosaku sekarang?” Sekonyong-konyong ia mendengar
seorang anak menyanyi, “Ambillah dan bacalah!” Agustinus
mengambil Kitab Suci dan membukanya tepat pada ayat,
“Marilah kita hidup dengan sopan seperti pada siang hari…
kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan sen-
jata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuas-
kan keinginannya.” (Roma 13:13-14). Ini dia! Sejak saat itu,
Agustinus memulai hidup baru.
Pada tanggal 24 April 387 Agustinus dibaptis oleh Uskup
Ambrosius. Ia memutuskan untuk mengabdikan diri pada
Tuhan dan dengan beberapa teman dan saudara hidup bersa-
ma dalam doa dan meditasi. Pada tahun 388, setelah ibunya
wafat, Agustinus tiba kembali di Afrika. Ia menjual segala
harta miliknya dan membagi-bagikannya kepada mereka
yang miskin papa. Ia sendiri mendirikan sebuah komunitas
religius. Atas desakan Uskup Valerius dan umat, maka
Agustinus St.
Berontak tetapi
Dicengkeram Tuhan
Bersambung ke halaman 8
Konsulat Jendral RI - Toronto, 17 Agustus 2019
Foto-foto selengkapnya dapat dilihat di website www.uki.ca
Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu BahasaINDONESIA
Toronto, 17 Agustus 2019
Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa INDONESIA
Foto-foto: Konsulat Jendral RI - Toronto
Agustinus bersedia menjadi imam. Empat tahun kemudian Agu-
tinus diangkat menjadi Uskup kota Hippo.
Semasa hidupnya Agustinus adalah seorang pengkhotbah yang
ulung. Banyak orang tak percaya kembali ke gereja Katolik se-
mentara orang-orang Katolik semakin diperteguh imannya.
Agustinus menulis surat-surat, khotbah-khotbah serta buku-
buku dan mendirikan biara di Hippo untuk mendidik biarawan-
biarawan agar dapat mewartakan injil ke daerah-daerah lain,
bahkan ke luar negeri. Gereja Katolik di Afrika mulai tumbuh
dan berkembang pesat.
Di dinding kamarnya, terdapat kalimat berikut yang ditulis
dengan huruf-huruf yang besar: “Di sini kami tidak membicara-
kan yang buruk tentang siapa pun.” “Terlambat aku mencintai-
Mu, Tuhan,” serunya kepada Tuhan suatu ketika. Agustinus
menghabiskan sisa hidupnya untuk mencintai Tuhan dan mem-
bawa orang-orang lain untuk juga mencintai-Nya.
Agustinus wafat pada tanggal 28 Agustus 430 di Hippo dalam
usia 76 tahun. Makamnya terletak di Basilik Santo Petrus. Kum-
pulan surat, khotbah serta tulisan-tulisannya adalah warisan
Gereja yang amat berharga. Di antara ratusan buku karangann-
ya, yang paling terkenal ialah “Pengakuan-Pengakuan” (di
Indonesia diterbitkan bersama oleh Penerbit Kanisius dan BPK
Gunung Mulia) dan “Kota Tuhan”. Santo Agustinus dikenang
sebagai Uskup dan Pujangga Gereja serta dijadikan Santo pelin-
dung para seminaris. Pestanya dirayakan setiap tanggal 28
Agustus.
Jadi tidak peduli berapa jauh kamu menyimpang dari Tuhan, Ia
selalu siap untuk membawamu kembali. Sama seperti Agusti-
nus, seorang kafir yang dipanggil menjadi seorang Uskup, kamu
pun juga dapat bertumbuh dalam kasih dan kuasa Tuhan.
Iman sejati sungguh sangat indah.
Engkau telah menciptakan kami bagi Diri-Mu, ya Allahku,
dan hati kami tiada tenang sebelum beristirahat di dalam
Dikau.” catatan St. Agustinus "Pengakuan-Pengakuan"
Sumber: 1. Saints For The Teenage Soul; www.angelfire.com/ar/
tjhsaint; 2. “Augustinus: Pengakuan-Pengakuan”; Penerbit Kanis-
ius dan BPK Gunung Mulia
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan
mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA:
www.indocell.net/yesaya”
Sambungan dari halaman 3 H A L A M A N 8
Menyongsong Tahun Yubileum UKI ke-40 (1980-2020)
Bila Anda memiliki foto kegiatan ataupun informasi berkaitan dengan Yubileum UKI ke-40, silakan Anda kirim ke:
Team Redaksi Berita UKI: [email protected] atau Panitia Tahun Yubileum UKI ke-40: [email protected]
Top Related