perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PRIBADI AKUNTAN DENGAN
PERILAKU TAX EVASION MELALUI KODE ETIK SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagai salah satu syarat untuk mencapai
derajat
Sarjana Strata-1 jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi UNS
Oleh :
Murdiani Agustiati
F 0307066
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“Man Jadda Wa Jada”
“La Tahzan Wa La Takhouf Innallaha Ma’ Ana”
“Sebaik-baiknya Manusia Adalah Yang Bermanfaat Bagi Orang Lain”
“You’ll Never Walk Alone”
“Sungguh bersama kesulitan itu ada kemudahan, karenanya jika kamu
telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah sungguh-sungguh (urusan
yang lain).
Dan kepada Tuhanmulah kamu berharap”
(Q.S. Alam Nasyrah : 6-8)
“Sebesar kengerian dan kesulitan dalam mencapai sesuatu, sebesar itulah
kesenangan dan kelezatan yang dirasakan”
(Ibnul Qoyyim)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulilllah……..sujud serta syukur kehadirat Allah swt mengiringi penulisan skripsi. Sanjungan shalawat dan salam selalu kami hanturkan kepada nabi Allah yang menjadi qudwah amaliyah bagi seluruh umat.
Kupersembahkan karya kecil ini teruntuk:
1. Bapak dan Ibuku tercinta
2. Mas Agung, Mbak Mega, Kak Mimin, Bg
Silo dan keponakan-keponakanku (M’Sasa,
Wawa & Guntur)
3. My Special One yang selalu ada untukku,
Muchammad Agung Laksono
4. Sahabat-sahabatku
5. Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya ucapkan kepada Rabb Semesta Alam, Allah SWT atas
limpahan Rahmat, nikmat, dan karunia yang tealah diberikan. Sholawat serta
salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabiyullah Muhammad
SAW. Hanya karena dengan ridha Allah SWT, Skripsi dengan judul Hubungan
Karakteristik Pribadi Akuntan Dengan Perilaku Tax Evasion Melalui Kode
Etik Sebagai Variabel Intervening , dapat diselesaikan.
Skripsi ini berisi hubungan locus of control dan equity sensitivity
dengan perilaku Tax evasion melalui koe etik sebagai variabel intervening. Skripsi
ini ditulis dalam upaya melengkapi syarat untuk mencapai derajat Sarjana Strata-
1. Penulis menyadaribahwa sepenuhnya apa yang telah dicapai ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak baik csecara langsug maupun tidak. Untuk itud engan
ketulusan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
2. Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Dra. Evi Gantyowati, M.Si., Ak. Selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
4. Lulus Kurniasih, S.E., M.Si., Ak. Selaku Dosen pembimbing Skripsi yang
telah memberikan saran, arahan, bimbingan, support dan perhatian sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Anis Widjajanto, SE, Msi.,Ak. selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan masukan dan saran demi kelancaran kuliah penulis.
6. Bapak Drs. Yacob Suparno, Msi., Ak , Bapak Sri Suranta , S.E., M.Si., Ak &
Ibu Lulus Kurniasih, S.E., M.Si., Ak selaku Tim Penguji Skripsi.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
8. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret” Pak
Timin yang uda baik bgt”
9. Ibu dan Bapak ,..Terima kasih atas segala pengorbananmu, doa, cinta,
dukungan dan kasih sayangmu....
10. Makasih buat Mas Agung dan Kak Mini + keponakanku ( sasa dan guntur)
dan Mbak Mega dan bg Silo +keponakanku (wawa) atas doa, dukungan dan
canda selama ini.Seluruh keluarga besarku di rumah, terima kasih banyak atas
dukungan dan doanya selama ini. Buat mbah putri dan lek hari trimakasih
banyak ya.
11. Julia, Ega, Id, Bg dedy makasih2 bgt atas kesetiaan dan ketulusan kalian
menjadi sahabat terbaik buat tya…..kalian selalu ada suka dan duka
tya…mkasih ya Friends
12. Dewilis, Anis, Dela, dan Nopi makasih uda mengisi hari-hari dengan tawa dan
canda selama 4 thn ini
13. Irla, Nanik, Erlangga dan makasih atas semangat, dukungannya, dan ilmu
yang diberikan ke tya…Oh iya buat Faris yang uda nganter belajar kompre
14. Temen2 akuntansi 2007 yang tidak bisa disebut satu persatu. Terima kasih
banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15. Buat mbak nur, mbak desi, mas iyach, mbak reisya, mbak puput, mbak finik
terimakasih atas ilmu-ilmu dan waktu yang mbak2 dan mas2 berikan untuk
tya.
16. Buat mas Agung Laksono makasih ya uda mengisi hari-hariku penuh dengan
canda, tawa dan menjadi pacar + teman diskusi dan tukar pikiran yang baik.
17. Buat mbah putri solo trimakasih atas kebaikannya, Lek hari, Ahmad,
Sepupu2ku dan keluarga besarku…..
18. Bude menik…..smg selalu dberikan kesehatan ma allah ya bude, Almahrum
mbah putri tomang….tya sayang ma mbah.
19. Semua guru-guruku………TK, SD, SMP, SMA dan Kuliah
20. Semua pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi. Yang tidak
mampu penulis sebutkan satu persatu.semoga amal baik dan bantuan yang
telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa dalam skripsi ini pasti terdapat kekurangan dan masih jauh
dari sempurna sehingga masukan baik berupa kritik dan saran sangat
diharapkan dari pembaca.
Surakarta, Maret 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ......................................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
ABSTRACT ................................................................................................. iii
PERSETUJUAN .......................................................................................... iv
PENGESAHAN ........................................................................................... v
MOTTO ....................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Tax Evasion ................................................................................ 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Tax Evasion dan Etika ................................................................ 15
C. Kode Etik ........................................................................................ 17
D. Karakteristik Pribadi......................................................................... 18
E. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis ....................... 21
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................. 27
B. Populasi,dan Pemilihan Sampel........................................................ 28
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 28
D. Definisi Operasional Variabel.......................................................... 29
E. Metode Analisis................................................................................ 34
IV. ANALISIS DATA
A. Pengumpulan Data ....................................................................... 41
B. Data Demografi Responden .......................................................... 43
C. Persepsi Responden ......................................................................... 47
D. Hasil Pengujian Data ....................................................................... 63
E. Evaluasi atas Kinerja Goodnees of Fit ............................................. 68
F. Uji Hipotesis ..................................................................................... 70
V. PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 76
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 77
C. Saran ................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 78
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Indikator Goodness-of-fit Model .......................................... 39
Tabel IV.1 Rincian Penyebaran Kuesioner dan Pengambilan .................. 42
Tabel IV.2 Data Demografi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin......... 44
Tabel IV.3 Data Demografi Responden Berdasarkan Usia ........................ 45
Tabel IV.4 Data Demografi Responden Berdasarkan Kepemilikan Gelar .. 45
Tabel IV.5 Data Demografi Responden Berdasaran Lama Pengalaman Kerja 46
Tabel IV.6 Persepsi Responden Terhadap Locus Of Control....................... 47
Tabel IV.7 Persepsi Responden Terhadap Equity Sensitivity....................... 50
Tabel IV.8 Persepsi Responden Terhadap Kode Etik .................................. 52
Tabel IV.9 Persepsi Responden Terhadap Tax Evasion................................ 56
Tabel IV.10 Hasil Uji Validita Locus Of Control............................................ 63
Tabel IV.11 Hasil Uji Validita Equity Sensitivity........................................... 64
Tabel IV.12 Hasil Uji Validita Kode Etik...................................................... 65
Tabel IV.13 Hasil Uji Validita Tax Evasion.................................................. 66
Tabel IV.14 Hasil Uji Realibilitas............................................................... 67
Tabel IV.15 Hasil Goodness Of fit Model................................................... 68
Tabel IV.16 Hasil Goodness Of fit Model setelah modifikasi model.......... 69
Tabel IV.18 Hasil Uji Hipotesis .................................................................. 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kerangka Konseptual .............................................................. 26
Gambar IV.17 Model Analisis Jalur .............................................................. 70
Gambar IV.18 Hasil Uji Hipotesis .............................................................. 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRAK
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PRIBADI AKUNTAN DENGAN
PERILAKU TAX EVASION MELALUI KODE ETIK SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING
MURDIANI AGUSTIATI
F0307066
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan karakteristik pribadi akuntan dengan perilaku penghindaran pajak melalui tax evasion dengan kode etik sebagai variabel intervening. Populasi dalam penelitian ini adalah internal akuntan perusahaan yang berada di wilayah Surakrta, Sukoharjo, dan Karanganyar. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling, sehingga sampel yang dperoleh sebanyak 101 responden, 42,57% responden pria dan 57,42% responden wanita. Responden yang memiliki gelar Akt 12,87% dan 87,12% tidak memiliki gelar. Data dianalisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) melalui program AMOS versi 18. Goodness of fit setelah dilakukan modifikasi atas model yang diajukan menunjukkan hasil yang baik dan marginal antara lain Chi-Square (c2) sebesar 981,30, CMIN/DF sebesar 1,633, GFI sebesar 0,686, AGFI sebesar 0,633, TLI sebesar 0,799, CFI sebesar 0,819, dan RMSEA sebesar 0,080. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) terdapat hubungan yang signifikan antara locus of control dengan kode etik (2) terdapat hubungan yang signifikan antara equity sensitivity dengan kode etik (3) terdapat hubungan yang signifikan antara kode etik dengan tax evasion. Dengan demikian terdapat hubungan tidak langsung antara karakteristik pribadi (locus of control dan equity sensitivity) dengan tax evasion melalui kode etik sebagai variabel intervening. Kata kunci: locus of contro, equity sensitivity, kode etik, tax evasion
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ABSTRACT
THE RELATION OF PERSONAL ACCOUNTANT CHARACTERISTICS TO TAX EVASION BEHAVIOR WITH THE ETHIC CODE AS INTERVENING
VARIABLE
MURDIANI AGUSTIATI
F0307066
This research aims to know how the relation of personal accountant characteristics to tax evasion behaviour with the etic code as intervening variable.
The population of this research is internal accountant company working in surakarta, sukoharjo and karanganyar region. Sampling method used purposive sampling, so that sample obtained 101 respondents, 42,57 % male and 57,42 % female respondents. The respondent who has accountant degree is 12,87 % and 87,12 % isn’t accountant degree. Data analysis used Structural Equation Modeling (SEM) using AMOS program of 18 version. After modificated Goodness of fit on the proposed model showed better result and marginal such as Chi-Square (c2) is 981,30, CMIN/DF is 1,633, GFI is 0,686, AGFI is 0,633, TLI is 0,799, CFI is 0,819 and RMSEA is 0,080.
The results show that (1) there is significant relationship between locus of control and etic code,(2) there is significant relationship between equity sensitivity and etic code, (3) there is significant relationship between etic code and tax evasion. Thus, there is an indirect relationship between personal characteristic (locus of control and equity sentivity) and tax evasion with the etic code as intervening variable. keywords: locus of contro, equity sensitivity, etic code, tax evasion
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Meningkatnya perkembangan teknologi informasi dan semakin
terbukanya perekonomian suatu negara tentu akan memberikan peluang bagi
perusahaan untuk mengembangkan bisnis mereka dengan cara menciptakan
berbagai inovasi produk barang maupun jasa. Sebagai perusahaan yang
berorientasi laba sudah tentu suatu perusahaan akan berusaha untuk mendapatkan
keuntungan yang sebanyak-banyaknya melalui berbagai macam efisiensi biaya,
termasuk efiesiensi beban (biaya) pajak (Gilbert, 2005).
Terkait dengan hal-hal tersebut di atas, yaitu semakin canggihnya skema-
skema transaksi keuangan yang ada dalam dunia bisnis tentu juga akan
menciptakan peluang bagi perusahaan untuk melakukan skema-skema transaksi
penghindaran pajak dalam rangka mengurangi beban pajak mereka, apalagi jika
terjadi kekosongan peraturan perundang-undangan terhadap skema-skema
penghindaran pajak tersebut.
Dalam dunia pajak dikenal dua istilah penghindaran pajak, yaitu tax
avoidance dan tax evasion. Pada dasarnya tax avoidance adalah menekan dan
mengendalikan jumlah pajak serendah mungkin sehingga mencapai angka yang
minimum, sepanjang tidak menyalahi peraturan yang berlaku. Prinsip yang
digunakan adalah memanfaatkan secara optimal adanya celah-celah dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
peraturan perpajakan yang berlaku. Sementara itu, tax evasion merupakan
penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan peraturan perpajakan
(Darussalam dan Danny, 2009).
Tax evasion terjadi sebelum surat keterangan pajak dikeluarkan. Hal ini
merupakan pelanggaran terhadap undang-undang dengan maksud melepaskan diri
dari pajak/mengurangi dasar penetapan pajak dengan cara menyembunyikan
sebagian dari penghasilannya. Wajib pajak di setiap negara terdiri dari wajib
pajak besar (berasal dari multinational corporation yang terdiri dari perusahaan-
perusahaan penting nasional) dan wajib pajak kecil (berasal dari profesional bebas
yang terdiri dari dokter yang membuka praktek sendiri dan pengacara yang
bekerja sendiri). Kecenderungan wajib pajak melakukan tax avoidance atau tax
evasion terkait dengan negara yang mempunyai sistem penegakan hukum yang
bagus dan orang-orang yang tidak mudah disuap (dalam www. wikipedia.com).
Dampak dari tax evasion dibagi menjadi dua, yaitu bidang keuangan dan
bidang ekonomi. Dalam bidang keuangan, tax evasion merupakan pos kerugian
bagi kas negara karena dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara anggaran
dan konsekuensi-konsekuensi lainnya seperti kenaikan tarif pajak dan keadaan
inflasi. Sementara itu, dalam bidang ekonomi tax evasion sangat mempengaruhi
persaingan sehat di antara para pengusaha. Maksudnya, pengusaha yang
melakukan tax evasion dengan cara menekan biayanya secara tidak wajar
sehingga perusahaan yang mengelakkan pajak memperoleh keuntungan yang
lebih besar dibandingkan pengusaha yang jujur. Walaupun dengan usaha dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
produktifitas yang sama, pengusaha tax evasion mendapat keuntungan yang lebih
besar dibandingkan dengan pengusaha yang jujur.
Tax evasion menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi atau
perputaran roda ekonomi. Jika mereka terbiasa melakukan pengelakan pajak,
mereka tidak akan meningkatkan produktifitas mereka. Untuk memperoleh laba
yang lebih besar, mereka akan melakukan penghindaran pajak (Darussalam,
2009). Hal ini merupakan kerugian yang harus ditanggung oleh negara sehingga
diperlukan penerapan kode etik yang mengatur tentang norma perilaku hubungan
antara akuntan dengan para klien, antara akuntan dengan sejawatnya dan antara
profesi dengan masyarakat. Alasan yang mendasar diperlukannya kode etik
sebagai standar perilaku profesional tertinggi pada profesi akuntan adalah
kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi
akuntan, terlepas dari yang dilakukan perorangan.
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik serta apa yang tidak benar dan
tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau
salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan
kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai.
Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Kode etik
terkait dengan karakteristik pribadi akuntan terhadap perilaku penghindaran pajak
(dalam www.blogger.com).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Perilaku yang terkait dengan karakteristik pribadi meliputi locus of control
dan equity sensitivity. Rotter dalam Prasetyo (2002) mendefinisikan islitah locus
of control (LOC) adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa yang
terjadi pada dirinya. Reissa dan Mitra (1998) membagi locus of control menjadi
dua, yaitu: internal locus of control adalah cara pandang bahwa segala hasil yang
didapat, baik atau buruk adalah karena tindakan, kapasitas dan faktor-faktor dari
dalam diri mereka sendiri. External locus of control adalah cara pandang dimana
segala hasil yang didapat, baik atau buruk berada diluar kontrol diri mereka tetapi
karena faktor luar seperti keberuntungan, kesempatan, dan takdir. Individu
termasuk dalam kategori ini meletakkan tanggung jawab diluar kendalinya. Hasil
penelitian Reiss dan Mitra (1998) menunjukkan bahwa individu dengan internal
locus of control cenderung lebih tidak menerima tindakan tertentu yang kurang
etis, sedangkan individu dengan external locus of control cenderung lebih
menerima tindakan tertentu yang kurang etis. Selain locus of control, karakteristik
pribadi lainnya adalah equity sensitivity.
Menurut Fauzi (2001) equity sensitivity menjelaskan perbedaan perilaku
etis dan tidak etis yang disebabkan oleh karakteristik pribadi. Chhokar et al.
dalam Nugrahaningsih (2005) mengemukakan konsep yang dikembangkan
melalui equity theory oleh Adam bahwa terdapat tiga tipe individu equity
sensitives yang merasa adil ketika inputs sama dengan outputs, individu
benevolents merasa adil (equity) ketika inputs lebih besar dari outputs, individu
entitleds merasa adil (equity) ketika outputs lebih besar dari input. Fauzi (2001)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
menunjukkan bahwa individu yang termasuk kategori benevolents secara
signifikan lebih etis daripada individu yang termasuk kategori entitleds. Hasil
yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Nugrahaningsih
(2005) terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor benevolents
dan auditor entitleds. Dengan kata lain para kelompok akuntan tersebut memiliki
persepsi yang sama tentang equity sensitivity.
Berbagai artikel penelitian tentang tax evasion belum banyak yang
meneliti tentang karakteristik pribadi akuntan. Sebagian besar artikel yang
membahas mengenai tax evasion mengambil sudut pandang dari segi hukum,
belum banyak artikel penelitian yang melihat tax evasion dari segi karakteristik
pribadi yang meliputi locus of control dan equity sensitivity.
Penelitian ini mengembangkan penelitian sebelumnya, di mana penelitian
ini menguji tax evasion dari sudut pandang karateristik pribadi akuntan sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan
Karakteristik Pribadi Akuntan Dengan Perilaku Tax Evasion Melalui Kode
Etik Sebagai Variabel Intervening”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara locus of control dengan kode etik?
2. Apakah terdapat hubungan antara equity sensitivity dengan kode etik?
3. Apakah terdapat hubungan antara kode etik dengan tax evasion?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk membuktikan bagaimana hubungan antara locus of control dengan kode
etik .
2. Untuk membuktikan bagaimana hubungan antara equity sensitivity dengan
kode etik .
3. Untuk membuktikan hubungan antara kode etik dengan tax evasion
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. MANFAAT PENELITIAN
Bagi Ilmu Pengetahuan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis berupa tambahan
literatur mengenai penghindaran pajak, khususnya tax evasion karena belum
banyak penelitian yang membahas tentang tax evasion dari segi karakteristik
pribadi.
Bagi Pembuat Kebijakan Perpajakan.
Bagi pembuat kebijakan, khususnya kebijakan perpajakan, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang dapat digunakan sebagai dasar
membuat ketentuan perpajakan sehingga dapat meminimalisir tax evasion yang
mungkin dilakukan oleh wajib pajak.
Bagi Pemerintah.
Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan untuk
menggunakan pemasukkan pajak dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan
masyarakat, tidak untuk disalah gunakan untuk kepentingan pribadi sehingga
masyarakat merasa tidak ragu untuk membayar pajak karena merasakan
manfaatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memperoleh gambaran yang singkat dari penelitian ini, maka dalam bagian
ini penulis perlu mengembangkan sistematika dari penelitian ini.
Adapun sistematika penelitian ini adalah:
BAB I : PENDAHULAN
Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat, dan sistematika penulisan yang
menggambarkan garis besar pokok pembahasan secara
menyeluruh.
BAB II : TINJANUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai konsep dan teori-teori yang
mendasari penelitian ini, telaah literatur penelitian terdahulu,
kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yang meliputi populasi dan
sampel, definisi variabel penelitian, metode pengambilan data
dan metode analisis data.
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan hasil penelitian yang meliputi deskripsi
variabel, pengujian data, pengujian hipotesis, dan pembahasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi uraian yang berupa kesimpulan, keterbatasan,
dan saran yang didasarkan pada hasil penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. TAX EVASION
Andriani dalam Lubis (2010) mengatakan bahwa pajak adalah iuran
masyarakat kepada negara (yang dapat dipakasakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarkan menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan
tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan
dengan tegas untuk menyelenggarakan pemerintah.
Soemitro dalam Lubis (2010) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan
jasa timbal balik (kontrak prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian dikoreksi yang akhirnya berbunyi, pajak
adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan
sumber utama untuk membiayai public investment.
Sementara itu, menurut Herschel dan Horace dalam Perdana (2009),
pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah,
bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapatkan imbalan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya
untuk menjalankan pemerintah.
Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya
sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa
adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya
kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan
penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara
dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.
Pajak menurut pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum
dan tata cara perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa yang membuat wajib pajak
melakukan usaha-usaha untuk menghindarkan diri dari pajak, dalam pajak tidak
dapat ditunjukkan kontra prestasi bagi individu secara langsung dari pemerintah.
Ketika wajib pajak membayar tidak mendapat imbalan langsung dari pengeluaran
wajib pajak, melainkan semua jenis pajak yang dibayarkan, dikumpulkan dan
kemudian didistribusikan pada pos-pos pengeluran pemerintah (Mangoting,
1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
a. Tax Avoidance dan Tax Evasion
Untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan
berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan maupun yang
melanggar peraturan perpajakan. Istilah yang sering dipakai adalah tax
avoidance dan tax evasion. Pengertian tax avoidance dan tax evasion
dikemukakan oleh Susan (1996) sebagai berikut.
Tax avoidance is a term used to describe the legal arrangements of tax payer’s affairs so as to reduce his tax liability. It is often to pejorative overtones for example it is use to describe avoidance archieved by artificial arrangement of personal or business affair to take advantage of loopholes, ambiguities, anomalies or other deficiencies of tax law. Legislation designed to counter avoidance has become more commonplace and often highly complex provision. Tax evasion is the reduction of tax by illegal means. The distinction, however, is not almays easy. Some example of tax avoidance schemes include location asets in offshore jurisdictions, delayimg repatriation of profet earn in low-tax foreign jurisdictions, ensuring that gains are capital rether than income so the gains are not subject to tax (or a subject at a lower rate), spreading of income to other tax payers with longer marginal tax rates and taking advantages of tax incentive.
Kedua cara diatas dimaksudkan untuk menghindarkan pajak, tapi tax evasion
merupakan penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan peraturan
perpajakan, yang lebih dikenal dengan nama penyeludupan atau penggelapan
pajak (Wahyati, 2008).
Dalam beberapa literatur, tax avoidance diartikan sebagai
penghindaran pajak, sedangakan tax evasion diartikan sebagai pengelakan
atau penyeludupan pajak. Tax avoidance dapat dibedakan menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
penghindaran pajak yang diperkenakan (acceplable tax avoidance) dan
penghindaran pajak yang tidak diperkenankan (unacceptable tax avoidance).
Penghindaran pajak yang diperkenankan dapat dilakukan melalui defensive
tax planning sedangkan penghindaran pajak yang tidak diperkenankan
dilakukan melalui aggressive tax planing (Darussalam, 2009).
Tax avoidance adalah upaya untuk meminimalkan jumlah pajak yang
dibayarakan dengan tujuan keuntungan pribadi dengan cara-cara yang tidak
melanggar Undang-Undang (Biron dan Murray, 2010). Darussalam (2009)
mendefinisikan istilah tax avoidance sebagai suatu skema transaksi yang
ditunjukkan untuk meminimalkan beban pajak dengan memafaatkan
kelemahan-kelemahan (Loophole) ketentuan perpajakan suatu negara. Dengan
demikian, banyak ahli pajak berpendapat bahwa tax avoidance tidak
melanggar ketentuan perpajakan. Tax avoidance tidak ditunjukan untuk
melanggar aturan perpajakan, namun berusaha untuk mengelak dari aturan
perpajakan (Deak, 2004). Tax avoidance secara hukum pajak tidak dilarang
meskipun seringkali mendapat sorotan yang kurang baik dari kantor pajak
karena dianggap memiliki konotasi negatif ataupun dianggap kurang
nasionalis (Defiandry, 2007).
Sedangkan tax evasion diartikan sebagai suatau skema memperkecil
pajak yang terutang dengan cara melanggar ketentuan perpajakan seperti
dengan cara tidak melaporkan sebagain penjualan atau memperbesar biaya
dengan cara fiktif (Darussalam, 2009). Tax evasion adalah wajib pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
melakukan penghindaran pajak dengan cara melanggar Undang-undang
Perpajakan sehingga penerimaan negara dirugikan. Dalam hal ini wajib pajak
telah melakukan penyelundupan atau pelanggaran pajak yang tentunya tidak
diperkenankan oleh negara (sifatnya ilegal). Contoh tax avoidance dan tax
evasion secara sederhana menurut Lumbantoruan (2006) “Apabila seseorang
yang hendak ke Bogor via jalan tol, harus membayar uang tol. Jika ia pergi
via jalan tol namun tidak membayar uang tol, maka tindakannya digolongkan
sebagai pelanggaran pajak (tax evasion). Tetapi jika ia ke Bogor via jalan
alternatif yang tidak perlu membayar uang tol, maka tindakannya digolongkan
sebagai penghindaran pajak (tax avoidance)”.
Tax evasion memiliki beberapa elemen, yaitu sebagai berikut (Biron, 2010)
a. Akhir yang ingin dicapai, yaitu pembayaran pajak yang lebih rendah dari
yang seharusnya, atau tidak membayar pajak atas pendapatan yang
seharusnya dikenakan pajak.
b. Berbagai tindakan yang melanggar undang-undang, misalnya dengan
menyuap petugas pajak .
Tax evasion seharusnya dapat dikendalikan. Tingkat tax evasion tergantung
beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
a. Wajib pajak cenderung untuk mengelak dari pembayaran pajak jika
dirasakan imbal balik dari pemerintah atas pembayaran pajak yang
dilakukan tidak jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Penghindaran pajak juga tergantung dari korupsi yang dilakukan oleh
petugas pajak. Petugas pajak dan wajib pajak dapat berkerja sama
melakukan pengelakan pajak dengan memperkecil pembayaran pajak dan
memberikan suap kepada petugas pajak. Kasus ini seperti yang terjadi di
Indonesia, kasus Gayus Tambuan yang kini marak diperbincangkan.
c. Korupsi yang dilakukan pemerintah dari hasil pembayaran pajak. Wajib
pajak enggan melakukan pembayaran pajak yang seharusnya, dapat
dikarenakan wajib pajak menganggap pemerintah melakukan korupsi
melalui pos-pos anggaran yang dipenuhi dari penerimaan pajak.
B. TAX EVASION DAN ETIKA
Terdapat tiga sudut pandang mengenai etika atas tax evasion, yaitu sebagai
berikut (Mc. Gee et al., 2006).
a) Sudut pandang pertama
Sudut pandang pertama memposisikan tax evasion selalu atau hampir
selalu tidak etis. Terdapat tiga alasan yang mendasari sudut pandang ini.
Pertama, adanya keyakinan bahwa setiap individu memiliki kewajiban
terhadap negara untuk membayar jenis pajak apapun yang dikehendaki oleh
negara. Hal ini merupakan pandangan yang umum dalam negara demokrasi,
yang mana setiap individu harus menyesuaikan dengan peraturan yang
berlaku secara umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Kedua, setiap individu memiliki kewajiban terhadap anggota lain
dalam komunitas sehingga setiap individu diwajibkan membayar pajak. Setiap
individu tidak diperkenankan mengambil keuntungan dengan memanfaatkan
fasilitas yang disediakan pemerintah dari hasil pajak tanpa ikut serta dalam
membayar pajak (Freerider).
Ketiga, setiap individu yang beragama memiliki kewajiaban terhadap
Tuhan untuk membayar pajak, atau dengan kata lain Tuhan telah
memerintahkan setiap individu untuk membayar pajak.
b) Sudut pandang kedua
Sudut pandang kedua dapat disebutkan sebagai sudut pandang anarkis.
Sudut pandang ini menilai bahwa tidak ada kewajiban untuk membayar pajak
karena negara tidak memiliki legitimasi. Negara dianggap sebagai pencuri keji
yang tidak memilki moral dan menggunakan otoritasnya untuk mengambil
apapun yang dikehendaki dari setiap orang.
c) Sudut pandang ketiga
Sudut pandang ketiga menyatakan bahwa tax evasion dapat menjadi
tidak etis dan etis dalam kondisi tertentu. Sudut pandang inilah yang paling
umum, baik dari literatur maupun dari beberapa hasil survey.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
C. KODE ETIK
Kata “ethic” dalam bahasa inggris memeliki dua arti, yaitu prinsip-prinsip
benar dan salah yang diterima individu atau suatu kelompok sosial dan suatu
sistem prinsip-prinsip yang mengatur tentang moralitas dan perilaku yang
diterima. Dalam kamus bahasa indonesia “etika” adalah kumpulan atas asas atau
nilai yang berkenan dengan akhlak , dan nilai mengenai benar atau salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat. Norma etika lebih sering disebut sebagai
norma moral, keberadaannya pada kesadaran pribadi tentang hakikat diri sebagai
manusia pribadi, manusia ciptaan Tuhan.
Perkembangan dari sistem etika adalah dilakukan upaya penegakan melalui
pembentukan kode etik perilaku (code of conduct) dan infrastruktur yang
diperlukan untuk menegakkannya. Kode etik adalah etika yang disusun dalam
bentuk suatu bentuk tata aturan etis yang berlaku bagi individu dalam suatu
kelompok tertentu (Lubis, 2010). Kode etika adalah sistem norma, nilai dan
aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik
serta apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Menyangkut profesionalisme profesi mutlak diperlukan profesionalisme
suatu profesi masyarakat tiga hal utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota
profesi dalam mewujudkan profesionalisme yaitu keahlian, berpengetahuan, dan
berkarakter (Machfoedz dalam Retnowati, 2004). Disamping tiga hal tersebut,
dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa, seorang akuntan diatur oleh
suatu kode etika profesi di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Ikatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Akuntan Indonesia. Kode etik menurut ikatan akuntansi indonesia merupakan
suatu prinsip moral dan pelaksanaan aturan yang memberi pedoman dalam
berhubungan dengan klien, masyarakat, sesama rekan akuntansi dana pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya. Kode etik mengatur tentang norma perilaku yang
mengatur hubungan antara akuntan dengan para klien, antara akuntan dengan
sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakatnya (Retnowati, 2004). Dengan
adanya kode etik, masyarakat akan dapat dinilai sejauh mana seorang pemeriksa
atau akuntan telah bekerja sesuai standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh
profesinya (Machfoedz dalam Husein, 2004).
D. KARAKTERISTIK PRIBADI
Penelitian ini akan meneliti mengenai karakteristik pribadi yang meliputi locus of
control dan equity sensitivity.
a. Locus of control
Locus of control menggambarkan tingkat keyakinan masing-masing individu
tentang kemampuannya untuk bisa mempengaruhi semua kejadian yang
berkaitan dengan dirinya dan pekerjaannya (Greenhalgh dan Rosenblatt,
1984). Menurut Rotter dalam Caliendo (2010) locus of control merupakan
harapan umum tentang pengendalain dari internal dan eksternal. Seseorang
yang termasuk dalam eksternal locus of control mendominasi cenderung
percaya bahwa apa yang terjadi dalam dirinya diluar kendali. Sebaliknya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
seorang yang termasuk dalam internal locus of control melihat masa depan
sebagai hasil pada diri sendiri atas keputusan dan perilaku.
Kreitner dan Kinicki (2003 dalam Abdulloh 2006) membagi locus of control
menjadi dua yaitu sebagai berikut.
1. Internal locus of control merupakan cara pandang seseorang yang
meyakini bahwa apa yang terjadi selalu berada dalam kontrolnya dan
selalu mengambil peran serta tanggung jawab dalam setiap pengambilan
keputusan. Seperti menunjukkan motivasi yang lebih besar, menyukai hal-
hal yang bersifat kompetitif, suka berkerja keras, merasa dikejar waktu
dan ingin selalu berusaha lebih baik daripada kondisi sebelumnya,
sehingga mengarah pada pencapain prestasi yang lebih tinggi
2. Eksternal locus of control merupakan cara pandang seseorang yang
meyakini bahwa kejadian dalam hidupnya berada diluar kontrolnya.
Seperti keberuntungan, kesempatan dan takdir.
Secara lebih jelas dapat digambarakan bahwa individu dengan internal locus
of control percaya bahwa peristiwa dalam hidupnya ditentukan oleh usaha dan
perilaku sendiri, sedangkan seseorang dengan eksternal locus of control
percaya bahwa dalam hidupnya ditentukan oleh nasib dan kekuatan lain yang
berada di luar kendali individu tersebut.
b. Equity sensitivity
Equity merupakan keadilan (fairness) yang dirasakan oleh seorang dibanding
orang lain (Sashkin dan Williams, 1990). Chhoker et al., dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Nugrahaningsih (2005) mengemukakan konsep yang dikembangkan melalui
equity theory oleh Adam bahwa terdapat tiga tipe individu yaitu sebagai
berikut.
1) Equty senitives, individu yang merasa adil ketika input sama dengan
output.
2) Benevolents, individu yang merasa adil (equity) ketika input lebih besar
dari output.
3) Entitleds, individu yang merasa adil (equity) ketika output lebih besar dari
input.
Equity sensitives menggambarkan keseimbangan antara input dan outcomes
sehingga berada ditengah-tengah antara benevolents dan entitleds. Entitleds
(takers) menggambarkan individual yang memiliki persepsi bahwa mereka
lebih suka untuk memperoleh lebih banyak dari pada yang dapat mereka
berikan kepada organisasi (outcomes >input). Entitleds akan lebih banyak
menuntut haknya daripada memikirkan tindakan yang akan dapat diberikan.
Individual dengan karakter entitleds akan cenderung untuk melakukan
tindakan tidak etis bila hasil yang diperoleh lebih kecil dari input yang
diberikan (Mudrack, 1999). Sementara itu, benevolent lebih cenderung untuk
menerima keadaan inequity dan intrinsic outcames, sehingga lebih kecil
kemungkinannya untuk melakukan tindakan tidak etis (King et al., dan Miles
et al.,1994).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
E. PENELITIAN TERDAHULU DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan locus of control dan equity
sensitivity dengan perilaku tax evasion melalui kode etik sebagai variabel
intervening.
1. Locus of control dan Kode Etik
Konsep locus of control terutama didasarkan pada teori pembelajaran
sosial. Teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa pilihan dibuat oleh
individu dari berbagai perilaku potensial dan kepercayaan merupakan
kekuatan dari dalam diri masing-masing (Reiss dan Mitra, 1998, dalam
Zoraifi, 2005). Sejalan dengan hal tersebut menurut Rotter dalam Caliendo
(2010) locus of control merupakan cara pandang seseorang terhadap suatu
peristiwa apakah dia mampu mengendalikan (control) peristiwa yang terjadi
pada dirinya. locus of control dibagi menjadi dua bagian yaitu, internal locus
of control dan eksternal locus of control. Seseorang yang terkait dengan
internal locus of control memiliki tingkat keyakinan yang lebih tinggi
dibandingkan external locus of control (Caliendo 2010). Sementara itu,
Falikhatun (2003) juga menyatakan bahwa berdasarkan teori locus of control,
seseorang yang merasa tidak nyaman dalam satu lingkungan budaya tertentu
akan mengalami ketidakberdayaan dan kekhawatiran.
Disisi lain kode etik merupakan norma perilaku yang mengatur
hubungan antara akuntan dengan para klien, antara akuntan dengan
sejawatnya, dan anatra profesi dengan masyarakat (Sihwahjoeni dan Gudono,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2000). Alasan yang mendasari diperlukan kode etik sebagai standar perilaku
profesional tertinggi pada profesi akuntan adalah kebutuhan akan kepercayaan
publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi akuntan terlepas dari yang
dilakukan perorangan. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa profesi
akuntan akan meningkat jika profesi mewujudkan standar yang tinggi dan
memenuhi semua kebutuhan (Winarna dan Retnowati, 2004).
Penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan kode etik,
diantaranya adalah penelitian Winarna dan Retnowati (2004) yang
menunjukkan bahwa antara akuntan publik, akuntan pendidik dan mahasiswa
akuntan mempunyai persepsi yang berbeda terhadap kode etik ikatan akuntan
Indonesia. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Desriani (1983),
Ambarrini (1996), Ludigdo dan Machfoedz (1999), Wulandari dan Sularso
(2002). Untuk persepsi etika secara keseluruhan disimpulkan bahwa antara
akuntan publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa akuntan mempunyai
perbedaan persepsi yang signifikan terhadap kode etik. Namun hasil ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihwahjoeni dan Gondono
(2000) yang berjudul persepsi akuntan terhadap kode etika akuntan yang
menyatakn bahwa dari keseluruhan kode etik menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan persepsi yang signifikan.
Sementara penelitian yang menghubungkan antara locus of control
dengan etika adalah penelitian dari Reiss dan Mitra (1998) yang
mengemukakan bahwa individu dengan internal locus of control cenderung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
lebih tidak menerima tindakan tertentu yang kurang etis dibandingkan dengan
individu dengan external locus of control. Muawanah dan Indriantoro (2001)
menemukan bukti yang sama bahwa individu dengan internal locus of control
akan lebih mungkin berperilaku etis dalam situasi konflik dibanding dengan
individu dengan external locus of control (Hamiseno, 2010). Hal ini didukung
dengan penelitian yang dilakukan Nugrhaningsih (2005) menemukan bahwa
terdapat perbedaan perilaku etis antara auditor internal locus of control dan
auditor eksternal locus of control. Dalam penelitian Nugrahaningsih (2005)
dikatakan bahwa auditor internal locus of control cenderung berperilaku lebih
etis daripada auditor eksternal locus of control. Penelitain mengenai hal
tersebut juga pernah dilakukan oleh Jones dan Kavanagh (1996), Ustadi dan
Utami (2005) yang menemukan individu dengan internal locus of control
mempunyai perilaku yang lebih etis dibandingkan dengan individu dengan
external locus of control. Berdasarkan landasan teori tersebut di atas maka
penelitian ini menarik hipotesis dengan model sebagai berikut.
H₁: terdapat hubungan antara locus of control dengan kode etik
2. Equity Sensitivity dan Kode Etik
Equity merupakan keadilan (fairness) yang dirasakan oleh seorang
dibanding orang lain (Sashkin dan Williams, 1990). Equity sensitivity adalah
perbedaan perilaku etis dan tidak etis yang disebabkan oleh karakteristik
individual (Fauzi, 2001). Huseman dalam Nugrahaningsih (2005)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
menyebutkan tiga tipe individual yang memiliki berbagai tingkat sensitivity to
equity, yaitu individu equity sensitives yang merasa merasa adil ketika input
sama dengan output, individu benevolents yang merasa adil ketika input lebih
besar daripada output dan individu entitleds yang merasa adil ketika output
lebih besar daripada input.
Beberapa studi telah membandingkan equity sensitivitys dengan kode
etik, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Fauzi (2001) yang
menyatakan bahawa individu yang termasuk dalam kategori benevolents
secara signifikan lebih etis daripada individu yang termasuk kategori entitleds.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Ustadi dan Utami (2005),
Nugrahaningsih (2005), Mudrack (1999) bahwa individu yang termasuk
dalam kategori benevolents secara signifikan mempunyai perilaku yang lebih
etis daripada individu dengan kategori entitleds. Berdasarkan landasan teori
tersebut di atas maka penelitian ini menarik hipotesis dengan model sebagai
berikut:
H2: terdapat hubungan antara equity sensitivity dengan kode etik
3. Kode Etik dan Tax Evasion
Dalam penelitian ini penulis akan mencoba menghubungan kode etik
dengan tax evasion. Kode etika adalah adalah etika yang disusun dalam
bentuk suatu bentuk tata aturan etis yang berlaku bagi individu dalam suatu
kelompok tertentu (Lubis, 2010). Kode etik mengatur tentang norma perilaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
yang mengatur hubungan antara akuntan dengan para klien, antara akuntan
dengan sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakatnya (Retnowati,
2004). Kode etika adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis
yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak
benar dan tidak baik bagi profesional.
Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etika
tertinggi mereka kepada organisasi di mana mereka bernaung, profesi mereka,
masyarakat dan diri mereka sendiri. Akuntan mempunyai tanggung jawab
menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan objektifitas mereka.
Analisis terhadap sikap etis dalam profesi akuntan menunjukkan bahwa
akuntan mempunyai kesempatan untuk melakukan tindakan tidak etis dalam
profesi mereka (Nugrahaningsih, 2005). Dalam menjalankan tugas sebagai
auditor atau akuntan, seorang akuntan sering dihadapkan pada berbagai
macam dilema, baik menyangkut etika maupun sikap profesional dan
independensi (Leung dalam Husein, 2004). Kesadaran etika dan sikap
profesional memegang peran yang sangat besar bagi akuntan (Louwers et al.
dalam Husein, 2004). Jadi dapat disimpulkan bahwa kode etik menyatakan
perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan
apa yang harus dihindari. Sementara itu, tax evasion merupakan suatu skema
memperkecil pajak yang terutang dengan cara melanggar ketentuan
perpajakan, seperti dengan cara tidak melaporkan sebagain penjualan atau
memperbesar biaya dengan cara fiktif ( Darussalam, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Dari penjelasan kode etik dan tax evasion di atas penulis ingin
menguji bagaimana hubungan antara kode etik dengan penghindaran pajak
melalui tax evasion. Berdasarkan landasan teori tersebut di atas maka
penelitian ini menarik hipotesis dengan model sebagai berikut:
H3 : Terdapat hubungan antara kode etik dengan tax evasion.
Variabel Independen Variabel Intervening Variabel dependen
Gambar II.1
Kerangka Konseptual
Locus of control
Equity Sensitivity
Kode etik Penghindaran
Pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang
mengarahkan proses dari hasil sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efisien,
dan efektif. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan menyebarkan
kuesioner baik secara langsung maupun melalui e-mail yang ditujukan kepada
akuntan internal perusahaan di Surakarta, Sukoharjo, dan Karanganyar. Survey
adalah metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan kepada responden individu (Jogiyanto, 2004). Penelitian ini didesain
untuk mengetahui apakah karakteristik pribadi mempengaruhi persepsi etika atas
tax evasion.
Dimensi waktu yang digunakan adalah cross sectional, yaitu artinya
penelitian ini dilakukan pada suatu waktu tertentu, sehingga penelitian ini tidak
bisa menjelaskan fenomena yang disebabkan pergeseran waktu. Lokasi dalam
penelitian ini adalah wilayah Surakarta, Sukoharjo, dan Karanganyar. Wilayah
Surakarta, Sukoharjo, dan Karanganyar dipilih sebagai lokasi penelitian karena
keterjangkauan dalam perolehan data secara langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
B. POPULASI DAN PEMILIHAN SAMPEL
a) Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau
objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2001). Populasi dalam penelitian ini adalah akuntan internal perusahaan yang
berada di Surakarta, Sukoharjo dan Karanganyar.
b) Sampel
Sampel adalah sebagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiono, 2001). Menurut Djarwanto (1990) sampel
merupakan sebagain dari polulasi yang karakteristiknya hendak diselidiki.
Dalam penentuan sampel tersebut, teknik sampling yang dipergunakan adalah
metode purposive convenience sampling. Purposive convenience sampling
adalah sampel yang diambil dengan tujuan tertentu atas dasar pertimbangan
penelitian
C. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner meliputi sebagai berikut.
1. Data mengenai gambaran atau profil responden.
2. Data mengenai persepsi responden terhadap karakteristik pribadi, kode etik
dan tax evasion.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu untuk pengumpulan data
primer. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada
responden. Kuesioner dibagaikan kepada responden untuk mengetahui dan
menganalisis masalah yang sedang diteliti.
D. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
1. Variabel independen
a) Locus Of Control
Locus of control merupakan gambaran tingkat keyakinan masing-masing
individu tentang kemampuannya untuk bisa mempegaruhi semua kejadian
yang berkaitan dengan dirinya dan pekerjaannya (Greenhalgh dan
Rosenblatt, 1984). Menurut Rotter (dalam Caliendo 2010) locus of control
merupakan harapan umum tentang pengendalain dari internal dan
eksternal. Seseorang yang termasuk dalam eksternal locus of control
mendominasi cenderung percaya bahwa apa yang terjadi dalam dirinya
diluar kendali. Sebaliknya, seorang yang termasuk dalam internal locus of
control melihat masa depan sebagai hasil pada diri sendiri atas keputusan
dan perilaku. Locus of control merupakan salah satu variabel independen
dalam penelitian ini. Variabel diukur menggunakan skala likert dari 1
sampai 7 dengan nilai 1 sangat setuju, 2 setuju, 3 agak setuju, 4 netral, 5
agak tidak setuju, 6 tidak setuju, dan 7 sangat tidak setuju. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan 16 item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
pertanyaan mengenai locus of control. Instrumen ini diadopsi dari
penelitian Nugrahanigsih (2005). Ada beberapa nilai dari pertanyaan yang
dibalik untuk menyesuaikan dengan pertanyaan tax evasion, karena dalam
pertanyaan tax evasion semakin tinggi nilainya maka semakin etis. Nilai
yang dibalik pada variabel locus of control nomor 2, 3, 4, 5, 8, 11, dan 14.
b) Equity Sensitivity
Equity merupakan keadilan (fairness) yang dirasakan oleh seorang
dibanding orang lain (Sashkin dan Williams, 1990). Equity theory
pertama kali dikemukakan oleh Adams pada tahun 1963 dan 1965.
Menurut Adams, seseorang menilai hubungannya dengan menganalisa
apa yang ia berikan (inputs) kepada hubungan tersebut, kemudian apa
yang ia terima (outcomes) dibandingkan dengan yang diberikan (inputs)
orang lain dan outcomes yang diterima orang lain. Inti dari teori ini
adalah keadilan yang diterima (dalam www.zamanfam.com). Equity
sensitivity adalah perbedaan perilaku etis dan tidak etis yang disebabkan
oleh karakteristik individual (Fauzi, 2001). Huseman dalam
Nugrahaningsih (2005) menyebutkan tiga tipe individual yang memiliki
berbagai tingkat sensitivity to equity, yaitu individu equity sensitives yang
merasa merasa adil ketika input sama dengan outputs, individu
benevolents yang merasa adil ketika input lebih besar daripada output dan
individu entitleds yang merasa adil ketika output lebih besar daripada
input. Equity sensitivity merupakan salah satu karakteristik pribadi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dijadikan variabel independen dalam penelitian ini. Variabel ini diukur
menggunakan skala likert dari 1 sampai 7 dengan nilai 1 untuk sangat
setuju, 2 untuk setuju, 3 untuk agak setuju, 4 untuk netral, 5 untuk agak
tidak setuju, 6 untuk tidak setuju, dan 7 untuk sangat tidak setuju.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan
10 item pertanyaan mengenai equity sensitivity. Instrumen ini diadopsi
dari penelitian Nugrahaningsih (2005). Ada beberapa nilai dari pertanyaan
yang dibalik untuk menyesuaikan dengan pertanyaan tax evasion, karena
dalam pertanyaan tax evasion semakin tinggi nilainya maka semakin etis.
Nilai yang dibalik dari variabel equity sensitivity nomor 1, 3, 5, 7, dan 9.
2. Variabel Dependen
Menurut Darussalam (2009) tax evasion merupakan suatu skema
memperkecil pajak yang terutang dengan cara melanggar ketentuan
perpajakan seperti dengan cara tidak melaporkan sebagian penjualan atau
memperbesar biaya dengan cara fiktif. Tax evasion adalah wajib pajak
melakukan penghindaran pajak dengan cara melanggar Undang-undang
Perpajakan sehingga penerimaan negara dirugikan. Dalam hal ini wajib pajak
telah melakukan penyeludupan atau pelanggaran pajak yang tentunya tidak
diperkenankan oleh negara (sifatnya ilegal).
Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan 17 item pertanyaan
yang diukur dengan 7 poin skala likert, yaitu (1) sangat setuju, (2) setuju, (3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
agak setuju, (4) netral, (5) agak tidak setuju, (6) tidak setuju, dan (7) sangat
tidak setuju. Responden diminta untuk memberikan jawaban seberapa jauh
persepsinya terhadap tax evasion. Pertanyaan ini diambil atau diadopsi dari
penelitian yang dilakukan oleh MC. Gee (2005), dengan menghilangkan 1
pertanyaan ‘human rights’ yang tidak sesuai dengan keadaan di Indonesia
yaitu pertanyaan apakah penggelapan pajak etis jika orang Yahudi dan hidup
di jaman Nazi Germany tahun 1935.
Jika hasil menunjukkan angka kurang dari atau sama dengan 2
mengindikasikan bahwa penggelapan pajak merupakan hal yang etis, angka
2< skor <6 mengindikasikan bahwa penggelapan pajak kadang-kadang etis,
sedangkan angka lebih dari atau sama dengan 6 mengindikasikan bahwa
penggelapan pajak tidak etis. Etis di sini merupakan nilai dari jawaban
pertanyaan. Artinya semakin tinggi nilai yang dijawab semakin responden
menentang tax evasion yang merupakan suatu tindakan tidak etis.
3. Variabel Intervening
Kode etik mengatur tentang norma perilaku yang mengatur hubungan
antara akuntan dengan para klien, antara akuntan dengan sejawatnya dan
antara profesi dengan masyarakatnya (Retnowati, 2004). Dengan adanya kode
Etik, masyarakat akan dapat dinilai sejauh mana seorang pemeriksa atau
akuntan telah berkerja sesuai standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh
profesinya (Machfoedz dalam Husein, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dalam penelitian ini pengukuran persepsi terhadap kode etik
menggunakan “pernyataan mengenai persepsi terhadap kode etik” yang telah
dikembangkan oleh Nugrahanigsih (2005) yang mengutip dari Sihwahjoeni
dan Gudono (2000). Penelitian ini akan memfokuskan pada faktor-faktor atau
substansi kode etik akuntan yang meliputi (1) pelaksanaan kode etik, dan (2)
penafsiran dan penyempurnaan kode etik. Responden diminta untuk
memberikan jawaban seberapa jauh persepsinya terhadap kode etik ikatan
akuntan Indonesia. Khusus untuk item pertanyaan nomor 1, 2, 3, 5, 8, 9, 10,
dan 11 dari faktor kode etik termasuk kedalam kategori nilai yang harus
menyesuaikan dengan tax evasion, karena dalam pertanyaan tax evasion
semakin tinggi nilainya maka semakin etis. Sehingga proses penskoran
dilakukan terbalik (reversing) agar sesuai dengan penskoran item pertanyaan
lain. Instrumen persepsi ini terdiri dari 11 item pertanyaan yang diukur dengan
skala likert 1 sampai 7 dengan nilai 1 untuk sangat setuju, 2 untuk setuju, 3
untuk agak setuju, 4 untuk netral, 5 untuk agak tidak setuju, 6 untuk tidak
setuju, dan 7 untuk sangat tidak setuju. Untuk dapat mengetahui bagaimana
persepsi akuntan internal perusahaan terhadap kode etik maka dilakukan
analisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
E. METODE ANALISIS
1. Teknik Pengujian Data
Sebelum melakukan pengolahan data, maka langkah awal yang dilakukan
dalam pengujian statistik adalah dengan pengujian validitas dan reabilitas. Hal
ini bertujuan untuk melihat apakah data yang diperoleh dapat menggambarkan
secara tepat konsep yang diukur.
a) Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir
dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu
variabel. Daftar pertanyaan ini pada umumnya mendukung suatu
kelompok variabel tertentu (Nugroho, 2005). Menurut Singarimbun dalam
Fadhilah (2003) pengujian validitas dapat digolongkan dalam beberapa
jenis, yakni validitas konstrak( costruct validity), validitas isi (content
validity), validitas eksternal (external validity), validitas predektif
(predictive validity), validitas budaya dan validitas rupa.
Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini dengan
menggunakan pendekatan validitas konstruk (construk validity) karena
pendekatan ini lebih objektif, cukup sederhana dan banyak digunakan.
Validitas konstruk yaitu pengujian validitas yang digunkan unutk melihat
hubungan antara hasil pengukuran suatu alat ukur dengan konsep yang
melatarbelakanginya. Jadi validitas konstruk merupakan proses yang terus
berlanjut sejalan dengan perkembangan pengetahuan tentang konsep atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
sifat dimensi yang diukur. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
membuktikan bahwa suatu alat ukur mempunyai validitas konstruk adalah
dengan Confirmantory Faktor analysis dengan bantuan AMOS, di mana
setiap item pertanyaan harus mempunyai faktor loanding >0,40 (Hair et
al., 2006).
b) Uji Reliabilitas
Reabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan
konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-
konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi sautu variabel dan disusun
dalam suatu bentuk kuesioner. Uji reabilitas ini hanya dilakukan untuk
pertanyaan yang dianggap valid dalam uji validitas. Untuk mengukur
realibilitas konsisten dapat menggunakan nilai construct reliability dengan
menggunakan program AMOS 18. Ghozali (2007) mengklasifikasikan nilai
construct reliability, sebagai berikut.
a) Koefisien antara 0.80-1.0 menunjukkan reliabilitas yang baik.
b) Koefisien antara 0.60-0.799 menunjukkan reliabilitas yang dapat diterima.
c) Koefisien < 0.60 menunjukkan reliabilitas yang kurang baik
construct Reliability = (∑ standardized loading)²
(∑ standardized loading)² + ∑ɛj
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
1) Analisis Data
SEM adalah singkatan dari model persamaan struktual
(structural equation models) yang merupakan generasi kedua teknik
analisis multivariate yang menmungkinkan peneliti untuk menguji
hubungan antara variabel yang kompleks baik recursive maupun non-
recursive untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai suatu
model. Menurut Bollen dalam Ramadiani (2010) SEM merupakan
pengujian yang dapat dilakukan secara bersama-sama, melalui model
struktural yang mengukur hubungan independent dan dependen
construct, serta model measurement yang mengukur hubungan (nilai
loading) antara variabel indikator dengan konstruk (variabel laten).
Dalam studi ini data diolah dengan menggunakan Analysis of Moment
Structure atau AMOS.
2) Asumsi Structural Equation Model (SEM )
a) Ukuran Sampel
Ukuran sampel merupakan peran penting dalam interpretasi model
SEM. Menurut Sekaran (2003) analisis SEM membutuhkan
sampel paling sedikit lima kali jumlah variabel indikator yang
digunakan. Namun Wijaya (2005) mengemukakan bahwa ukuran
sampel menggunakan teknik maximum likelihood estimation
membutuhkan sampel berkisar 100-200. Hal yang sama juga yang
diungkapkan oleh Ghozali (2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
3) Evaluasi Atas Kinerja Goodnees Of FitI
Untuk dapat mengetahui kelayakan akan suatu data maka langkah
yang harus dilakukan dengan menguji kelayakan dari model
struktural. Model struktural adalah alat uji yang digunakan untuk
menilai apakah data yang akan diolah memenuhi asumsi model
persamaan struktural. Hal ini dapat diuji dengan Goodness of Fit
berdasarkan kreteria sebagai berikut:
a) Chi square
Chi square merupakan alat uji fundamental yang digunakan untuk
mengukur overall fit. Overall fit adalah likelihood ratio chi
square statistic. Chi square memiliki tingkat signifikan yang lebih
besar dari 0,05 yang berarti matriks input sebenarnya dengan
matriks input yang diprediksi tidak berbeda secara statistik.
b) CMIN/DF
CMIN/DF adalah ukuran yang diperolah dari nilai chi-square
dibagi dengan degree of freedom. Nilai yang direkomendasikan
untuk menerima kesesuaian sebuah model adalah nilai CMIN/DF
< 2,0.
c) RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation)
Root Mean Square Error of Approximation adalah merupakan
indeks yang digunakan untuk ukuran yang mencoba memperbaiki
kecenderungan statistic chi-square menolak model dengan ukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
sampel yang besar. Hal yang berbeda diungkapkan oleh Wijaya
(2004) RMSEA merupakan indeks pengukuran yang tidak
dipengaruhi oleh besarnya sampel sehingga biasanya indeks ini
digunakan untuk mengukur fit model pada jumlah sampel besar.
Nilai RMSEA antara 0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran yang
digunakan untuk menerima kelayakan sebuah model.
d) GFI( Goodness of Fit Index )
GFI (Goodness of Fit Index) merupakan indeks yang
mencerminkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan yang
dihitung dari residual kuadrat model yang diprediksi dibandingkan
dengan data yang sebenarnya. Nilai yang baik mendekati 1
merupakan model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik.
e) AGFI (Adjusted GFI)
Adjusted GFI merupakan pengembangan dari GFI yang
disesuaikan dengan degree of freedom yang tersedia untuk menguji
diterima tidaknya model. Nilai yang direkomendasikan untuk
menerima kesesuaian sebuah model adalah lebih besar dari 0,9.
f) TLI (Tucker-Lewis Index)
TLI merupakan sebuah indeks alternatif incremental fitindex yang
membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah
baseline model. Nilai yang direkomendasikan adalah > 0,9 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit. TLI
merupakan indeks yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel.
g) CFI (Comparative Fit Index)
CFI sama degan TLI yang merupakan indeks kesesuian
incremental. Nilai yang direkomendasikan untuk menerima
kesesuaian sebuah model adalah CFI > 0,90. Indeks ini merupkan
indeks yang tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel.
h) NFI (Normed Fit Index)
NFI merupakan indeks yang mengukur perbandingan antara
proposed model dan null model. Nilai yang direkomendasikan
umumnya adalah > 0,90.
Tabe III.1 Indikator Goodness-of-fit Model
Kriteria Nilai Acuan Keterangan
X²-Chi Square Sekecil mungkin Baik
CMIN/ DF < 2,00/< 3,00 Baik
RMSEA < 0,08 Baik
GFI Mendekati 1 Baik
AGFI > 0,90 Baik
TLI > 0,90 Baik
CFI > 0,90 Baik
NFI > 0,90 Baik
Sumber : data primer yang diolah (2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Didalam SEM untuk menentukan signifikasi variabel intervening dengan
melakukan dua pengujian , yaitu (1) model dengan parameter yang diberikan
kendala dan (2) model dengan parameter yang tidak diberikan kendala. Variabel
intervening dikatakan signifikan jika model dengan parameter yang dibebaskan
lebih baik daripada model dengan parameter yang diberi kendala (Ibtida, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB IV
ANALISIS DATA
A. PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini diawali dengan perencanaan kuesioner kemudian dilanjutkan
dengan menunggu surat ijin penelitian yang merupakan syarat untuk melakukan
penelitian di perusahaan yang terdapat di Surakarta, Sukoharjo, dan Karanganyar.
Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner yang
dibagikan kepada responden. Responden dalam penelitian ini adalah para
akuntan internal perusahaan yang terdapat di Surakarta, Sukoharjo, dan
Karanganyar. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 207 eksemplar.
Penyebaran kuesioner dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan
cara mendatangi langsung tempat usaha atau perusahaan untuk bertemu langsung
dengan pempinan atau pegawai yang terkait dengan bidang akuntan. Adapun cara
lainnya melalui telepon maupun mengirimkan kuesioner melalui email. Waktu
yang digunakan dalam melakukan penyebaran kuesioner ini kurang lebih 8
minggu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel IV. 1
Rincian Penyebaran Kuesioner dan Pengembalian
Kuesioner yang dikirim 207
Kuesioner yang dikembalikan 159
Kuesioner yang tidak dapat diolah 58
Kuesioner yang dapat diolah 101
Persentasi tingkat pengembalian kuesioner 76.81%
Persentasi tingkat pengelolahan kuesioner 63.52%
Sumber : Data Primer yang diolah (2010)
Penyebaran kuesioner kepada para akuntan internal perusahaan sedikitnya
terdapat sedikit kendala. Ada beberapa perusahaan tidak memberikan ijin utuk
melakukan penelitian baik dibidang apapun terkait dengan perusahaan yang
dimiliki akan tetapi ada juga perusahaan yang tidak mau menerima kuesioner
penelitian ini karna terkait dengan masalah perpajakan. Dari jumlah kuesioner
yang disebarkan sebanyak 207 kuesioner , 48 kuesioner yang tidak kemabli atau
sebesar 28.18% dari jumlah kuesioner yang disebar. Sedangkan kuesioner yang
kembali sejumlah 159 kuesioner atau 76.81%. Dari keseluruhan kuesioner yang
kembali tidak semua dapat digunakan dalam analisis. Terdapat 58 kuesioner dari
internal akuntan perusahaan yang gugur atau tidak dapat digunkan karena tidak
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, misalnya tidak mengisi jenjang
pendidikan dan jawaban pada bagaian pertanyaan tidak lengkap sehingga total
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kuesioner yang dapat digunakan sebesar 101 kuesioner. Hal ini telah memenuhi
ukuran sampel minimum yang disyaratkan, yaitu sampel minimal yang sesuai
untuk metode SEM adalah antara 100-200 (Hair et al., dalam Ferdinand, 2002).
B. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN
Data demografi responden terdapat diawal kuesioner. Dimana responden
merupakan akuntan internal perusahaan. Menurut IAI dalam Susanti (2008)
profesi akuntan adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi
kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu :
1) Kredibilitas artinya masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan
sistem informasi.
2) Profesionalisme artinya diperlukan individu yang dengan jelas dapat
diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang
akuntansi.
3) Kualitas jasa artinya terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang
diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
4) Kepercayaan artinya pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin
bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa
oleh akuntan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Sementara itu yang dimaksud akuntan internal adalah profesi akuntan yang
berkerja pada sebuah organisasi. Lingkup pekerjaan akuntan meliputi penyediaan
informasi akuntansi dan keuangan bagi perusahaan (dalam
www.unisys.uii.ac.id). Adapun data demografi yang diolah berdasarkan
kuesioner yang telah memenuhi syarat dan kriteria yaitu:
a. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin responden, terdiri dari 2 kategori, yaitu:
pria dan wanita dapat dilihat pada tabel IV.2
Table IV.2 Data Demografi Responden Penelitian
Berdasar Jenis Kelamin
Keterangan Jumlah Persentase
Jenis Kelamin 1. Pria 43 42,57% 2. Wanita 58 57,42% 3. Total 101 100%
Sumber : Data Primer yang diolah (2010)
Dari tabel IV.2 dapat diketahui bahwa dari 101 responden, 42,57%
atau 43 orang berjenis kelamin pria dan 57,42% atau 58 orang berjenis
kelamin wanita sehingga sampel terbanyak adalah wanita.
b. Usia
Berdasarkan usia responden, terdiri dari 3 kategori, yaitu: 20-30, 31-
40, dan > 40 tahun dapat dilihat pada tabel IV.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Table IV.3 Data Demografi Responden Penelitian
Berdasar Usia Keterangan Jumlah Persentase
Usia 1. 20-30 62 61,38% 2. 31-40 36 35,64% 3. > 40 3 2,97 4. Total 101 100%
Sumber : Data Primer yang diolah (2010)
Dari tabel IV.3 dapat diketahui bahwa dari 101 responden, 61,38%
atau 62 orang berusia kurang dari 20 sampai 30 tahun, 35,64% atau 36 orang
berusia 31 samapi 40 dan 2,97% atau 3 orang berusia lebih dari 40 tahun
sehingga sampel terbanyak adalah usia 20 sampai 30 tahun.
c. Kepemilikan Gelar Akuntan
Dari data yang terkumpul, diperoleh distribusi responden sampel
berdasarkan kepemilikan gelar dapat dilihat pada tabel IV.4
Table IV.4 Data Demografi Responden Penelitian Berdasar Kepemilikan Gelar Akuntan
Keterangan Jumlah Persentase
Kepemilikan gelar 1. Punya 13 12,87% 2. Tidak 88 87,12% 3. Total 101 100% Sumber : Data Primer yang diolah (2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Dari tabel IV.4 dapat diketahui bahwa dari 101 responden, 12,87%
atau 13 orang mempunyai gelar dan 87,12% atau 88 orang tidak mempunyai
gelar sehingga sampel terbanyak adalah tidak memiliki gelar akuntan.
d. Lama Pengalaman Kerja
Berdasarkan lama pengalaman kerja responden, terdiri dari 3 kategori,
yaitu: 1-5 tahun, 6-10 tahun, dan > 10 dapat dilihat pada tabel IV.5
Table IV.5 Data Demografi Responden Penelitian
Berdasar Lama Pengalaman Kerja Keterangan Jumlah Persentase
Lama pengalaman Kerja 1. 1-5 thn 71 70,29% 2. 6-10 thn 25 24,75% 3. > 10 5 4,9% 4. Total 101 100%
Sumber : Data Primer yang diolah (2010)
Berdasarkan tabel IV.5 dapat diketahui bahwa dari 101 responden,
70,29 % atau 71 orang dengan pengalaman kerja 1 samapi 5 tahun, 24,75%
atau 25 orang dengan pengalaman kerja 6 sampai 10 tahun, dan 4,9% atau 5
orang dengan pengalaman kerja diatas 10 tahun sehingga sampel terbanyak
adalah responden dengan lama pengalaman kerja 1 sampai 5 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
C. PERSEPSI RESPONDEN
Persepsi responden merupakan pernyataan, pendapat, maupun persepsi
responden mengenai variabel penelitian yang dapat dilihat pada jawaban
responden pada kuesioner yang diberikan peneliti. Analisis ini mendeskripsikan
mengenai kecenderungan pendapat dan Persepsi dari para akuntan di Surakarta,
Sukoharjo, dan Karanganyar selaku responden dalam penelitian ini. Persepsi para
responden pada kuesioner dengan menggunakan tujuh skala likert.
a. Persepsi responden menggenai locus of control
Deskripsi Persepsi responden sebanyak 101 orang terhadap item
pernyataan locus of control sebanyak 7 item. Dari data kuesioner yang
terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi Persepsi responden pada setiap
item pernyataan adalah sebagai berikut :
Tabel IV.6 Persepsi Responden Terhadap Locus of Control
No. Locus of Control
Jumlah Jawaban
Responden
SS S AS N ATS TS STS
2. Bekerja adalah merupakan jati diri anda. 23 58 10 7 2 1 0
3 Bila anda tahu apa yang anda inginkan dari suatu pekerjaan, maka anda bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keinginan anda.
21 60 10 6 4 0 0
4 Pada umumnya seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya bila ia memiliki kemauan.
47 46 5 0
2 1 0
5 Bila para pegawai merasa kurang senang terhadap suatu keputusan yang dibuat
19 55 17 7 1 1 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
oleh pimpinan, maka mereka harus mempertanyakannya.
8 Pada umumnya orang dapat melakukan pekerjaannya dengan baik jika mereka mau berusaha.
50 45
2 3 1 0 0
11 Kenaikan jabatan (promosi) akan diberikan pada pegawai yang menunjukkan kinerja yang baik.
42 43 10 2 3 1 0
14 Seseorang yang bekerja dengan baik akan mendapatkan imbalan yang sesuai.
32 48 14 4 2 1 0
Sumber : data primer yang diolah (2010)
1. Dari tabel IV.6 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 58
orang atau 57,42% menyatakan setuju atas item pertanyaan berkerja
adalah merupakan jati diri saya. Artinya responden berpendapat bahwa
bekerja bukan semata-mata untuk mencari uang melainkan sebuah
kebutuhan jati diri yang harus dipenuhi.
2. Dari tabel IV.6 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 60
orang atau 59,40% menyatakan setuju atas item pertanyaan bila anda tahu
yang anda inginkan dari suatu pekerjaan, maka anda bisa mendapatkan
pekerjaan sesuai dengan keinginan anda. Artinya responden berpendapat
bahwa dalam bekerja diperlukan visi dan misi yang jelas sehingga memicu
seseorang mendapatkan apa yang mereka inginkan.
3. Dari tabel IV.6 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 47
orang atau 46,53% menyatakan sangat setuju atas item pertanyaan pada
umumnya seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan bila ia memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
kemauan. Artinya responden berpendapat bahwa niat atau kemauan yang
kuat merupakan modal penting dalam menyelesaikan pekerjaan.
4. Dari tabel IV.6 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 55
orang atau 54,45% menyatakan setuju atas item pertanyaan bila para
pegawai merasa kurang senang terhadap suatu keputusan yang dibuat oleh
pimpinan, maka mereka harus mempertanyakan. Artinya responden
berpendapat bahwa setiap kebijakan yang dibuat oleh perusahaan harus
jelas.
5. Dari tabel IV.6 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 50
orang atau 49,50% menyatakan sangat setuju atas item pertanyaan pada
umumnya orang dapat melakukan pekerjaanya dengan baik jika mereka
mau berusaha. Artinya responden berpendapat bahwa untuk
menyelesaikan setiap pekerjaan harus dilakukan dengan sungguh-
sungguh.
6. Dari tabel IV.6 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 43
orang atau 42,57% menyatakan setuju atas item pertanyaan kenaikan
jabatan (promosi) akan diberikan pada pegawai yang menunjukkan kinerja
yang baik. Artinya responden berpendapat bahwa totalitas yang diberikan
untuk perusahaan akan membuahkan hasil baik dari segi jabatan ataupun
kemajuan untuk perusahaan.
7. Dari tabel IV.6 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 48
orang atau 47,52% menyatakan setuju atas item pertanyaan seseorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
yang bekerja dengan baik mendapatkan imbalan yang sesuai. Artinya
responden berpendapat bahwa hasil dari kerja keras akan membauhkan
hasil yang sesuai dengan apa yang dikerjakan.
b. Persepsi responden menggenai Equity Sensitivity
Deskripsi Persepsi responden sebanyak 101 orang terhadap item
pernyataan equity sensitivity sebanyak 4 item. Dari data kuesioner yang
terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi Persepsi responden pada setiap
item pernyataan adalah sebagai berikut.
Tabel IV.7 Persepsi Responden Terhadap Equity Sensitivity
No. Equity Sensitivity
Jumlah Jawaban
Responden
SS S AS N ATS TS STS
1 Saya akan lebih mementingkan untuk membantu orang lain
18
40 23 13 5 2 0
3 Saya akan bekerja dengan giat untuk Keuntungan perusahaan
21 49 20 8 2 0 1
6 Motto hidup saya adalah Lebih baik memberi daripada menerima
39 49 10 5 7 0 0
8 Saya akan lebih mementingkan untuk Memberi sesuatu kepada perusahaan
16 40 22 14 4 3 2
Sumber : data primer yang diolah (2010) 1. Dari tabel IV.7 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 40
orang atau 39,60% menyatakan setuju atas item pertanyaan saya akan
lebih mementingkan untuk membantu orang lain. Artinya responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
berpendapat bahwa manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa
hidup tanpa bantuan orang lain.
2. Dari tabel IV.7 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 49
orang atau 48,51% menyatakan setuju atas item pertanyaan saya akan
berkerja giat untuk keuntungan perusahaan.Artinya responden
berpendapat bahwa seorang karyawan harus memberikan kinerja yang
terbaik bagi perusahaan.
3. Dari tabel IV.7 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 40
orang atau 39,60% menyatakan setuju atas item pertanyaan motto hidup
saya adalah kamu harus memperhatikan dirimu sendiri. Artinya
responden berpendapat bahwa manusia tidak boleh berpangku tangan
atau bergantung kepada orang lain.
4. Dari tabel IV.7 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 40
orang atau 39,60% menyatakan setuju atas item pertanyaan saya akan
lebih mementingkan untuk memberi sesuatu kepada perusahaan. Artinya
responden berpendapat bahwa saat sesorang bekerja maka ia harus
memberikan yang terbaik untuk kelangsungan dan kemajuan perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
c. Persepsi responden menggenai Kode Etik
Deskripsi Persepsi responden sebanyak 101 orang terhadap item
pernyataan kode etik sebanyak 10 item. Dari data kuesioner yang terdapat
pada lampiran dapat dilihat deskripsi Persepsi responden pada setiap item
pernyataan adalah sebagai berikut.
Tabel IV.8 Persepsi Responden Terhadap Kode Etik
No. Kode Etik
Jumlah Jawaban
Responden
SS S AS N ATS TS STS
1 Saya wajib menghayati dan mengamalkan kode etik akuntan dengan penuh rasa tanggung jawab.
39 50 5 6 1 0 0
2 Saya berkewajiban moral untuk memelihara pelaksanaan kode etik, sehingga hasil pekerjaan saya sebagai akutan berkualitas.
38 53 5 3 2 0 0
3 Saya mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang terlibat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip obyektifitas.
28 54 8 9 1 1 0
4 Saya tidak wajib menghayati dan mengamalkan kode etik.
2 1 4 9 13 35 37
6. Saya boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment yang dapat menimbulkan pengaruh terhadap pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang–orang yang berhubungan dengan mereka.
2 6 7 16 13 31 26
7. Saya harus melaksanakan jasa profesional sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang revelan.
32 57 4 6 2 0 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
8 IAI menertibkan penafsiran kode etik, guna memenuhi pertanyaan yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan kode etik dikemudian hari.
23 56 12 7 2 0 1
9 Kepatuhan para anggota dalam melaksanakan kode etik dipantau sebagai dasar penyempuraan pelaksanaannya dalam menjalankan tugas profesi.
23 55 17 4 2 0 0
10 Dalam kepengurusan pusat IAI perlu dibentuk komite kode etik, yang tata kerjanya ditentukan sendiri.
18 33 15 20 6 9 0
11 Kongres IAI berhak melakukan penyempurnaan kode etik jika diperlukan.
24 44 15 14 2 1 1
Sumber : data primer yang diolah (2010)
1. Dari tabel IV.8 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 50
orang atau 49,50% menyatakan setuju atas item pertanyaan saya wajib
menghayati dan mengamalkan kode etik akuntan dengan penuh
rasa tanggung jawab. Artinya responden berpendapat bahwa dalam
menjalankan pekerjaannya sebagai akuntan harus sesuai dengan norma-
norma yang berlaku sehingga dapat dipertanggung jawabkan dengan
semestinya.
2. Dari tabel IV.8 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 53
orang atau 52,47% menyatakan setuju atas item pertanyaan saya
berkewajiban moral untuk memelihara pelaksanaan kode etik, sehingga
hasil pekerjaan saya sebagai akutan berkualitas. Artinya responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
berpendapat bahwa dalam menjalankan profesi sebagai akuntan harus
bertanggung jawab penuh.
3. Dari tabel IV.8 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 54
orang atau 53,46% menyatakan setuju atas item pertanyaan saya
mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang
terlibat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip obyektifitas.
Artinya responden berpendapat bahwa dalam menjalankan pekerjaannya
seorang akuntan dituntut untuk bersikap independensi sehingga mereka
dapat menjaga profasionalisme sebagai akuntan.
4. Dari tabel IV.8 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 37
orang atau 36,63% menyatakan sangat tidak setuju atas item pertanyaan
saya tidak wajib menghayati dan mengamalkan kode etik. Artinya
responden berependapat bahwa seorang akuntan harus mematuhi aturan-
aturan yang berlaku.
5. Dari tabel IV.8 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 31
orang atau 30,69% menyatakan tidak setuju atas item pertanyaan saya
boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment yang dapat
menimbulkan pengaruh terhadap pertimbangan profesional mereka atau
terhadap orang–orang yang berhubungan dengan mereka. Artinya
responden berependapat independensi dalam sebuah pekerjaan
merupakan satu hal yang sangat penting sehingga tidak mempengaruhi
keputusan yang akan dibuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
6. Dari tabel IV.8 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 57
orang atau 56,43% menyatakan setuju atas item pertanyaan saya harus
melaksanakan jasa profesional sesuai dengan standar teknis dan standar
profesional yang revelan. Artinya responden berpendapat bahwa dalam
setiap melaksanakan pekerjaan harus sesuai dengan setandar-setandar
yang berlaku agar pekerjaan dapat selesai dengan baik.
7. Dari tabel IV.8 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 56
orang atau 55,44% menyatakan setuju atas item pertanyaan IAI
menertibkan penafsiran kode etik, guna memenuhi pertanyaan yang
timbul sehubungan dengan pelaksanaan kode etik dikemudian hari.
Artinya responden bependapat bahwa penapsiran yang dikeluarkan oleh
IAI sangat penting guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul
ketika akuntan melakukan pekerjaan.
8. Dari tabel IV.8 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 55
orang atau 54,45% menyatakan setuju atas item pertanyaan kepatuhan
para anggota dalam melaksanakan kode etik dipantau sebagai dasar
penyempuraan pelaksanaannya dalam menjalankan tugas profesi. Artinya
responden berpendapat bahwa dalam menyelesaikan pekerjaan perlu
adanya pengawasan agar pekerjaan dapat selesai dengan baik dan sesuai
dengan kode etik.
9. Dari tabel IV.8 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 33
orang atau 32,67% menyatakan setuju atas item pertanyaan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
kepengurusan pusat IAI perlu dibentuk komite kode etik, yang tata
kerjanya ditentukan sendiri. Artinya responden berpendapat bahwa kode
etik sangat penting sehingga diperlukan adanya komite-komite yang
mengatur kode etik itu sendiri.
10. Dari tabel IV.8 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 44
orang atau 43,56% menyatakan setuju atas item pertanyaan kongres IAI
berhak melakukan penyempurnaan kode etik jika diperlukan. Artinya
responden berependapat bahwa kode etik perlu untuk disempurnakan dari
waktu-kewaktu sehingga dapat terbentuk kode etik yang sebaik-baiknya.
d. Persepsi responden menggenai Tax Evasion
Deskripsi Persepsi responden sebanyak 101 orang terhadap item
pernyataan kode etik sebanyak 16 item. Dari data kuesioner yang terdapat
pada lampiran dapat dilihat deskripsi Persepsi responden pada setiap item
pernyataan adalah sebagai berikut.
Tabel IV.9 Persepsi Responden Terhadap Tax Evasion
No. Tax evasion
Jumlah Jawaban
Responden Rata-
rata SS S AS N ATS TS STS
1 Tax evasion dapat dianggap etis jika tariff pajak terlalu tinggi
11 14 18 9 9 28 12 4,22
2 Tax evasion dapat dianggap etis meskipun jika tariff pajak tidak terlalu tinggi karena pemerintah tidak berhak mengambil apapun dari saya
2 9 13 7 12 33 25 5,15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3 Tax evasion dapat dianggap etis jika system perpajakan tidak adil
17 21 14 11 11 16 11 3,69
4 Tax evasion dapat dianggap etis jika sebagian besar uang yang terkumpul terbuang sia-sia
10 20 13 12 11 21 14 4,12
5 Tax evasion dapat dianggap etis meskipun jika sebagian besar uang yang terkumpul digunakan secara bijak ( bermanfaat
5 12 6 10 14 26 28 5,04
6 Tax evasion dapat dianggap etis jika sebagian besar uang yang terkumpul digunakan dalam proyek yang tidak saya setujui
1 5 10 19 9 33 24 5,23
7 Tax evasion dapat dianggap etis jika sebagian besar uang yang terkumpul digunakn dalam proyek yang cukup bermanfaat
7 14 9 7 10 26 28 4,87
8 Tax evasion dapat dianggap etis jika sebagian besar uang yang terkumpul digunakn dalam proyek yang tidak menguntungkan saya
0 4 1 19 13 40 24 5,54
9 Tax evasion dapat dianggap etis jika sebagian besar uang yang terkumpul digunakn dalam proyek yang menguntungkan saya
3 4 8 14 13 38 21 5,26
10 Tax evasion dapat dianggap etis jika semua orang melakukannya
4 6 8 19 13 29 22 5,04
11 Tax evasion dapat dianggap etis jika sebagian besar uang yang terkumpul dikorupsi oleh pemerintah / departemen pajak
20 18 10 6 7 18 22 4,03
12 Tax evasion dapat dianggap etis jika kemungkinan ketahuannya kecil
0 5 6 21 15 31 23 5,29
14 Tax evasion dapat dianggap etis jika saya tidak mampu membayar
7 13 14 21 13 21 12 4,30
15 Tax evasion dapat dianggap etis meskipun jika saya membayar
0 7 6 21 19 28 20 5,14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
lebih sedikit dan orang lain membayar lebih banyak
16 Tax evasion dapat dianggap etis jika pemerintah melakukan diskriminasi terhadap latar belakang suku, ras dan agama yang saya anut
11 13 8 16 16 16 21 4,44
17 Tax evasion dapat dianggap etis jika pemerintah memenjarakan orang atas dasar kepentingan politik mereka
6 18 7 12 15 17 26 4,65
Sumber : data primer yang diolah (2010)
1. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 28
orang atau 27,72% menyatakan tidak setuju atas item pertanyaan tax
evasion dapat dianggap etis jika tarif pajak terlalu tinggi. Artinya
responden berpendapat bahwa pengelapan pajak tidak etis meskipun tarif
pajak itu sendiri terlalu tinggi.
2. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 33
orang atau 32,67% menyatakan tidak setuju atas item pertanyaan tax
evasion dapat dianggap etis meskipun jika tariff pajak tidak terlalu tinggi
karena pemerintah tidak berhak mengambil apapun dari saya. Artinya
reponden berpendapat bahwa pajak perlu dipungut oleh negara terhadap
warga negaranya dengan tarif tertentu dalam rangka kemakmuran warga
negara.
3. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 21
orang atau 20,79% menyatakan setuju atas item pertanyaan tax evasion
dapat dianggap etis jika system perpajakan tidak adil. Artinya responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
berpendapat bahwa penggelapan pajak dibolehkan jika sistem pajak yang
berlaku dipandang tidak adil dan tidak baik sehingga warga negara merasa
dirugikan.
4. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 20
orang atau 19,80% menyatakan setuju atas item pertanyaan tax evasion
dapat dianggap etis jika sebagian besar uang yang terkumpul terbuang sia-
sia. Artinya responden berpendapat bahwa penggelapan pajak boleh
dilakukan jika warga negara merasa dirugikan dengan adanya pemungutan
pajak yang tidak dialokasikan secara tepat.
5. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 28
orang atau 27,72% menyatakan sangat tidak setuju atas item pertanyaan
tax evasion dapat dianggap etis meskipun jika sebagian besar uang yang
terkumpul digunakan secara bijak (bermanfaat). Artinya responden
berpendapat bahwa penggelapan pajak pada kondisi apapun sebenarnya
tidak etis untuk dilakukan.
6. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 33
orang atau 32,67% menyatakan tidak setuju atas item pertanyaan tax
evasion dapat dianggap etis jika sebagian besar uang yang terkumpul
digunakan dalam proyek yang tidak saya setujui. Artinya responden
berpendapat bahwa penggelapan pajak tidak diperbolehkan karena pajak
yang dipunggut akan digunkan untuk kepentingan masyarakat umum
bukan untuk kepentingan pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
7. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 28
orang atau 27,72% menyatakan sangat tidak setuju atas item pertanyaan
tax evasion dapat dianggap etis jika sebagian besar uang yang terkumpul
digunakn dalam proyek yang cukup bermanfaat. Artinya responden
berpendapat bahwa penggelapan pajak tidak etis meskipun digunakan
untuk kegiatan yang bermanfaat.
8. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 40
orang atau 39,60% menyatakan tidak setuju atas item pertanyaan tax
evasion dapat dianggap etis jika sebagian besar uang yang terkumpul
digunakn dalam proyek yang tidak menguntungkan saya. Artinya
responden berpendapat bahwa penggelapan pajak tidak etis karena
manfaat pajak itu sendiri dirasakan masyarakat umum bukan oleh
golongan tertentu.
9. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 38
orang atau 37,62% menyatakan tidak setuju atas item pertanyaan tax
evasion dapat dianggap etis jika sebagian besar uang yang terkumpul
digunakn dalam proyek yang menguntungkan saya. Artinya responden
berpendapat bahwa penggelapan pajak tidak etis karena manfaat pajak itu
sendiri dirasakan masyarakat umum bukan oleh golongan tertentu.
10. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 29
orang atau 28,71% menyatakan tidak setuju atas item pertanyaan tax
evasion dapat dianggap etis jika semua orang melakukannya. Artinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
responden berpendapat bahwa penggelapan pajak tidak etis karena
melanggar hukum baik dilakukan oleh masyarakat maupun sebagian
masyarakat.
11. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 22
orang atau 21,78% menyatakan sangat tidak setuju atas item pertanyaan
tax evasion dapat dianggap etis jika sebagian besar uang yang terkumpul
dikorupsi oleh pemerintah/departemen pajak. Artinya responden
berpendapat bahwa penggelapan pajak tidak etis meskipun pemerintah
sendiri mengkorupsi dana itu sendiri.
12. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 31
orang atau 30,69% menyatakan tidak setuju atas item pertanyaan tax
evasion dapat dianggap etis jika kemungkinan ketahuannya kecil. Artinya
responden berpendapat bahwa penggelapan pajak tidak boleh dilakukan
meskipun responden memiliki tingkat ketahuan besar maupun kecil.
13. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 21
orang atau 20,79% menyatakan tidak setuju atas item pertanyaan tax
evasion dapat dianggap etis jika saya tidak mampu membayar. Artinya
responden berpendapat bahwa dengan kondisi apapun tidak boleh karena
penghindaran pajak akan menghambat pembangunan dan kesejahteraan
rakyat.
14. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 28
orang atau 27,72% menyatakan tidak setuju atas item pertanyaan tax
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
evasion dapat dianggap etis meskipun jika saya membayar lebih sedikit
dan orang lain membayar lebih banyak. Artinya responden berpendapat
bahwa penggelapan pajak tidak etis dilakukan meskipun pajak yang
dibayarkan oleh warga negara dengan tarif yang berbeda-beda.
15. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 21
orang atau 20,79% menyatakan sangat tidak setuju atas item pertanyaan
Tax evasion dapat dianggap etis jika pemerintah melakukan diskriminasi
terhadap latar belakang suku, ras dan agama yang saya anut. Artinya
responden berpendapat bahwa penggelapan pajak tidak etis meskipun
perlakuan perlakuan masyarakat oleh negara berbeda-beda.
16. Dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebanyak 26
orang atau 25,74% menyatakan sangat tidak setuju atas item pertanyaan
tax evasion dapat dianggap etis jika pemerintah memenjarakan orang atas
dasar kepentingan politik mereka. Artinya responden berpendapat bahwa
penggelpan pajak tidak boleh dilakukan meskipun negara memenjarakan
orang atas kepentingan pribadi.
Dari tabel IV.9 dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden
menjawaban pertanyaan dari nomor 1 sampai 16 dengan jawaban yang
bervariasi antara 3,69 sampai 5,54 pada skala Likert tujuh poin, yang
menunjukkan bahwa rata-rata tampilan jatuh ke kategori sedang, yaitu
penghindaran pajak dapat dikatakan etis dan tidak etis pada situasi tertentu
(McGee, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
D. HASIL PENGUJIAN DATA
a. Uji Validitas
Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini dengan
menggunakan pendekatan validitas konstruk (construct validity) karena
pendekatan ini lebih objektif, cukup sederhana dan banyak digunakan.
Validitas konstruk yaitu pengujian validitas yang digunkan unutk melihat
hubungan antara hasil pengukuran suatu alat ukur dengan konsep yang
melatarbelakanginya. Jadi validitas konstruk merupakan proses yang terus
berlanjut sejalan dengan perkembangan pengetahuan tentang konsep atau sifat
dimensi yang diukur. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
membuktikan bahwa suatu alat ukur mempunyai validitas konstruk adalah
dengan Confirmantory Faktor analysis dengan bantuan AMOS 18, di mana
setiap item pertanyaan harus mempunyai faktor londing >0,40 (Hair et al.,
2006).Hasil uji validitas disajikan sebagai berikut:
Tabel IV.10
Hasil Uji Validitas Variable Locus Of Control
N= 101
No Item Standardized Loading Keterangan
1 0,351 Tidak Valid 2 0,559 Valid 3 0,647 Valid 4 0,849 Valid 5 0,525 Valid 6 0,134 Tidak Valid 7 0,368 Tidak Valid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
8 0,755 Valid 9 0,215 Tidak Valid 10 0,161 Tidak Valid 11 0,610 Valid 12 0,315 Tidak Valid 13 0,350 Tidak Valid 14 0,509 Valid 15 -0,166 Tidak Valid 16 0,346 Tidak Valid Sumber : data primer yang diolah (2010)
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian item pertanyaan vaild
kecuali item nomor 1, 7, 6, 9, 10, 12, 13, 15, dan 16. Ketidak valid item-item
di atas karena nilai loading < dari 0,40 sehingga dari 16 item pertanyaan locus
of control, 9 item pertanyaan yang tidak valid harus di hilangkan dari
pengujian selanjutnya.
Tabel IV.11 Hasil Uji Validitas Variabel Equity Sensitivity
N= 101 No Item Standardized Loading Keterangan
1 0,435 Valid 2 -0,024 Tidak Valid 3 0,838 Valid 4 -0,285 Tidak Valid 5 0,337 Tidak Valid 6 0,536 Valid 7 0,305 Tidak Valid 8 0,655 Valid 9 0,187 Tidak Valid 10 0,378 Tidak Valid Sumber : data primer yang diolah (2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 10 item pertanyaan terdapat 6
item pertanyaan yang tidak valid. Ketidak-validan item pertanyaan pada
nomor 2, 4,5, 7,9, dan 10 dapat dilihat dari standardized loading < 0,40
sehingga dari 10 item pertanyaan equity sensitivity, 6 item pertanyaan yang
tidak valid harus di hilangkan dari pengujian selanjutnya.
Tabel IV.12
Hasil Uji Validitas Variabel Kode Etika
N= 101
No Item Standardized Loading Keterangan
1 0,828 Valid 2 0,821 Valid 3 0,748 Valid 4 0,488 Valid 5 0,337 Tidak Valid 6 0,423 Valid 7 0,832 Valid 8 0,594 Valid 9 0,687 Valid 10 0,415 Valid 11 0,619 Valid Sumber : data primer yang diolah (2010)
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 11 item pertanyaan
terdapat 1 item pertanyaan yang tidak valid. Ketidak-validan item pertanyaan
pada nomor 5 dapat dilihat dari standardized loading < 0,40 sehingga dari 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
item pertanyaan kode etik, 1 item pertanyaan yang tidak valid harus di
hilangkan dari pengujian selanjutnya.
Tabel IV.13 Hasil Uji Validitas Variabel Tax evasion
N= 101 No Item Standardized Loading Keterangan
1 0,758 Valid 2 0,605 Valid 3 0,616 Valid 4 0,663 Valid 5 0,594 Valid 6 0,673 Valid 7 0,547 Valid 8 0,680 Valid 9 0,566 Valid 10 0,597 Valid 11 0,588 Valid 12 0,687 Valid 13 0,360 Tidak Valid 14 0,518 Valid 15 0,769 Valid 16 0,639 Valid 17 0,537 Valid Sumber : data primer yang diolah (2010)
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 17 item pertanyaan terdapat 1
item pertanyaan yang tidak valid. Ketidak-validan item pertanyaan pada
nomor 13 dapat dilihat dari standardized loading < 0,40 sehingga dari 17 item
pertanyaan tax evasion, 1 item pertanyaan yang tidak valid harus di hilangkan
dari pengujian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
b. Uji Reliabilitas
Setelah pengujian validitas, maka tahap selanjutnya adalah pengujian
realibilitas. Realibilitas adalah pengukuran suatu kesetabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variable dan disusun dalam suatu
bentuk kuesioner. Untuk mengukur realibilitas konsisten dapat menggunakan
nilai construct reliability dengan menggunakan program AMOS 18. Ghozali
(2007) mengklasifikasikan nilai construct reliability, sebagai berikut.
a) Koefisien antara 0.80-1.00 menunjukkan reliabilitas yang baik.
b) Koefisien antara 0.60-0.799 menunjukkan reliabilitas yang dapat diterima.
c) Koefisien < 0.60 menunjukkan reliabilitas yang kurang baik
construct Reliability = (∑ standardized loading)²
(∑ standardized loading)² + ∑ɛj
Berikut disajikan tabel yang berisi nilai construct reliability hasil uji
realibilitas dengan bantuan AMOS 18.
Tabel IV.14
Hasil Uji Realibilitas Variabel
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Locus of Control (LC) 0,829 Baik Equity Sensitivity(EQ) 0,717 Dapat Diterima Kode Etik (KE) 0,881 Baik Tax evasion (TE) 0,912 Baik Sumber : data primer yang diolah (2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Dari tabel IV.10 dapat diketahui bahwa secara umum variabel locus of
control, equity sensitivity, kode etik dan tax evasion memiliki realibilitas
yang baik karena koefisien construct reliability lebih dari 0,70 yakni LC
(0,829), EQ (0,717),KE (0,881), dan TE (0,912).
E. EVALUASI ATAS KINERJA GOODNESS OF FIT
Sebelum melakukan teknik pengujian hipotesis, langkah yang pertama
adalah menilai kesesuaian goodness of fit. Evaluasi nilai goodness-of-fit dari
model penelitian yang diajukan dapat dilihat pada tabel IV.12
Tabel IV.15
Hasil Goodness-of-fit Model
Kriteria Nilai Acuan Hasil Keterangan
X²-Chi square Sekecil mungkin 1326,81 Marginal
Df Positif 623 Baik
CMIN/DF < 2,0 / < 3.0 2,130 Baik
RMSEA < 0,08 0.106 Buruk
GFI Mendekati 1 0,595 Marginal
AGFI Mendekati 1 0,543 Buruk
TLI Mendekati 1 0,642 Marginal
CFI Mendekati 1 0,665 Marginal
NFI Mendekati 1 0,520 Buruk
Sumber : data primer yang diolah (2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Pada tabel IV terlihat nilai chi square sebesar 1326,81 dengan degree of freedom
sebesar 623 adalah signifikansi secara statistik pada level signifikansi 0,000.
Nilai CMIN/ df sebesar 2,130 merupakan indikasi yang baik. Kriteria fit lainnya
tidak menunjukkan nilai yang tidak fit atau buruk. Selanjutnya penelitian harus
menganalisis beberapa hasil yang bisa digunakan sebagai dasar modifikasi model
guna untuk membuat model alternatif yang diharapkan memiliki goodness of fit
yang lebih baik.
a. Modifikasi Model
Hasil dari goodness of fit model belum diterima, maka peneliti
mempertimbangkan untuk melakukan modifikasi model guna mendapatkan
model yang fit. Untuk mendapatkan kriteria model yang dapat diterima,
peneliti mencoba mengestimasikan hubungan korelasi antara error term yang
tidak memerlukan justifikasi teoritis dan yang memiliki nilai modification
indices lebih besar atau sama dengan 4,0 (Ferdinand, 2006). Dengan demikian
peneliti telah melakukan sebanyak 23 korelasi pada model penelitian,
sehingga akan diperoleh kriteria goodness of fit yang baru.
IV.16
Hasil Goodness-of-Fit Setelah Modifikasi Model
Kriteria Nilai Acuan Hasil Sebelum Hasil Sesudah Keterangan Modifikasi Modifikasi
Chi square Sekecil mungkin 1326,81 981,30 Baik Df Positif 623 601 Baik CMIN/DF < 2.0/ < 3.0 2,130 1,633 Baik RMSEA < 0,08 0,106 0,080 Baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
GFI Mendekati 1 0,595 0,686 Marginal AGFI Mendekati 1 0,543 0,633 Marginal TLI Mendekati 1 0,642 0,799 Marginal CFI Mendekati 1 0,665 0,819 Marginal NFI Mendekati 1 0,520 0,645 Marginal Sumber : data primer yang diolah (2010)
Pada tabel IV.13 dapat dilihat indeks goodness of fit yang mempunyai
kriteria baik adalah chi square (X²) sebesar 981,30, nilai Df sebesar 601, nilai
CMIN/DF sebesar 1,633, dan nilai RMSEA sebesar 0,080.
Indeks goodness of fit yang mempunyai kriteria marginal. Terdiri dari
kriteria marginal adalah GFI sebesar 0,686, nilai AGFI sebesar 0,633, nilai
TLI sebesar 0,799, nilai CFI sebesar 0,819, dan nilai NFI sebesar 0,645.
F. UJI HIPOTESIS
Pada penelitian ini hubungan antara karakteristik pribadi antara tax
evasion dimediasi oleh variabel kode etik. Kode etik merupakan variabel
intervening / mediating dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar IV.17
Model Analisis Jalur
***
***
0,007
Locus of Control
Kode Etik Tax evasion
Equity Sensitivity
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Dari gambar analisis jalur pada gambar IV dapat dijelaskan bahwa
karakteistik pribadi berpengaruh tidak langsung yaitu melewati variabel kode
etik lebih dahulu baru ke tax evasion.
Untuk dapat mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung maka
dengan melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan structual equation modeling (SEM) dengan bantuan program
AMOS versi 18. Analisis ini dilihat dari signifikasi besaran regression weight
model yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Gambar IV.18
Hasil Uji Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel IV.18 Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis Estimate S.E. C.R. P Locus of Control à Kode Etik 0,574 0,145 3,947 ***
Equity Sensitivityà Kode Etik -0,253 0,094 -2,677 0,007
Kode Etik à Tax evasion 1,918 0,530 3,620 ***
Locus of Controlà Tax evasion -1,301 0,487 -2,670 0,008
Equity Sensitivityà Tax evasion -0,127 0,263 -0,482 0,630
Sumber : data primer yang diolah (2010)
1. H1 : terdapat hubungan antara locus of control dengan kode etik
Hipotesis 1 bertujuan untuk melihat apakah karakteristik pribadi yaitu
locus of control memiliki hubungan dengan kode etik. Berdasarkan hasil
perhitungan pada tabel IV.15, uji signifikansi terhadap hipotesis 1
membuktikan bahwa hubungan tidak langsung memiliki hasil yang signifikan
pada nilai probabilitas *** atau lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan
bahwa locus of control memiliki hubungan dengan kode etik.
2. H2 : terdapat hubungan antara equity sensitivity dengan kode etik
Hipotesis 2 bertujuan untuk melihat apakah karakteristik pribadi yaitu
equity sensitivity memiliki hubungan dengan kode etik. Berdasarkan hasil
perhitungan pada tabel IV.15, uji signifikansi terhadap hipotesis 2
membuktikan bahwa pengaruh tidak langsung memiliki hasil yang signifikan
pada nilai probabilitas 0,007 atau lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat
dikatakan bahwa equity sensitivity memiliki hubungan dengan kode etik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Antara equity sensitivity dengan kode etik memiliki hubungan yang negatif
artinya saat keadilan yang dirasakan semakin tinggi maka menggambarkan
pemahaman dan pelaksanaan kode etik rendah. Hal yang menyebabkan
pemahaman dan pelaksanaan kode etik rendah dikarenakan beberapa faktor
yaitu kebutuhan individu,tidak ada pedoman, lingkungan yang tidak eits, dan
perilaku dari komunitas (Susanti, 2008). Artinya ketika seseorang merasa adil
ternyata mereka tidak menjalankan kepercayaan publik atau masyarakat atas
jasa yang mereka berikan. Sehingga menyebabakan penurunan akan
pemahaman dan pelaksanaan kode etik atas rasa keadilan yang dirasakan.
3. H3 : terdapat hubungan antara kode etik dengan tax evasion
Hipotesis 3 bertujuan untuk melihat secara keseluruhan hubungan
antara karakteristik pribadi dengan tax evasion yang dimediasi oleh kode etik.
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.15, uji signifikansi terhadap
hubungan antara kode etik dengan tax evasion memiliki hasil yang signifikan
pada nilai probabilitas *** atau lebih kecil dari 0,05. Dari tabel IV.15 dapat
diketahui bahwa locus of control memiliki nilai uji signifikansi pada nilai
probabilitas 0,008 atau lebih kecil dari 0,05 sehingga locus of control
memiliki hubungan langsung dengan tax evasion. Di samping itu hasil
pengujian juga menunjukkan hasil yang signifikan atas hubungan tidak
langsung antara locus of control dengan tax evasion yang dimediasi oleh kode
etik dengan nilai probabilitas *** atau lebih kecil dari 0,05 sehingga kode etik
mampu memediasi hubungan antara locus of control dengan tax evasion.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Selanjutnya, hasil pengujian equity sensitivity dengan tax evasion yang
memiliki hubungan langsung maupun tidak langsung yang dimediasi oleh
kode etik. Di mana hasil pengujian menunjukkan hasil yang tidak signifikan
dengan nilai probabilitas 0,630 atau lebih besar dari 0,05 sehingga dapat
dikatakan bahwa equity sensitivity tidak memiliki hubungan langsung dengan
tax evasion. Sementara itu, hubungan tidak langsung equity sensitivity dengan
tax evasion yang dimediasi oleh kode etik memiliki tingkat signifikansi pada
nilai probabilitas 0,007 atau lebih kecil dari 0,05 sehingga kode etik mampu
memediasi hubungan antara equity sensitivity dengan tax evasion.
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa kode etik merupakan
variabel intervening antara hubungan equity sensitivity dengan tax evasion dan
antara hubungan locus of control dengan tax evasion.
Hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan dan dipaparkan seperti
tersaji sebelumnya menunjukkan bahwa locus of control memiliki hubungan
tidak langsung dengan tax evasion melalui kode etik sebagai variabel intervening
Di samping itu, hasil ini juga menunjukkan bahwa tingkat keyakinan seseorang
atas dirinya sendiri memiliki hubungan dengan tingkat perilaku etisnya sehingga
orang tersebut tidak akan melakukan penghindaran pajak. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa orang yang memahami dan mengetahui kode etik akan
berusaha untuk menghindari penggelapan pajak. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Reiss dan Mitra (1998) yang
mengemukakan bahwa individu dengan locus of control cenderung tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
menerima tindakan tertentu yang kurang etis. Nugrahaningsih (2005) juga
menemukan hasil yang sama di mana auditor dengan locus of control yang tinggi
cenderung berperilaku etis.
Sementara itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa equity
sensitivity memiliki hubungan dengan tax evasions secara tidak langsung jika
melalui kode etik sebagai variabel intervening. Jadi, orang yang memiliki rasa
kedailan dalam dirinya memiliki hubungan dengan pemahaman kode etik yang
akan berhubungan dengan etika penghindaran pajak. Hal ini sama dengan
penelitian Fauzi (2001), Irawati (2004), dan Nugrahaningsih (2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
BAB V
PENUTUP
Setelah melakukan analisis data dan pembahasan hasil penelitian di Bab
IV, maka pada Bab V ini dijelaskan mengenai kesimpulan ini didasarkan pada
hasil analisis data yang telah dilakukan dan akan menjawab permasalahan yang
telah dirumuskan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian ini. Selain
kesimpulan akan disertakan keterbatasan dari penelitian ini dan saran-saran yang
diharapkan berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.
A. KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan berdasarkan keterkaitan penulis terhadap
penelitian sebelumnya yaitu penelitian McGee (2006) tentang etika dalam
penggelapan pajak. Penelitian ini menguji hubungan karakteristik pribadi
akuntan dengan perilaku penghindaran pajak melalui tax evasion dengan kode
etik sebagai variabel intervening.
Dari hasil pengujian ditemukan bahwa locus of control berhubungan
signifikan dengan kode etik, dengan demikian H₁ diterima. H₂ yang menguji
hubungan antara equity sensitivity dengan kode etik juga ditemukan
signifikan. Demikian pula H₃ yang menguji hubungan antara kode etik dengan
tax evasion ditemukan signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
karakteristik pribadi locus of control dan equity sensitivity berhubungan secara
tidak langsung dengan tax evasion melalui variabel kode etik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
B. KETERBATASAN PENELITIAN
1. Instrumen yang diambil diadopsi langsung dari luar negeri, sehingga
memungkinkan adanya kelemahan. Karena perbedaan situasi dan kondisi
antara Indonesia dan negara lain
2. Di dalam kuesioner penelitian tidak ada keterangan apakah responden
selaku wajib pajak pribadi atau wajib pajak perusahaan sehingga
memungkinkan terjadi salah persepsi dalam pengisian kuesioner.
3. Di dalam kuesioner belum ada pemisahan apakah status responden sebagai
karyawan akuntansi yang menangani masalah perpajakan atau menangani
masalah keuangan secara umum.
4. Didalam penelitian ini tidak semua sample memiliki gelar akuntan.
C. SARAN
1. Untuk penelitian selanjutnya dilakukan pilot project terlebih dahulu untuk
kuesioner yang diadopsi langsung dari luar negeri.
2. Di dalam kuesioner penelitian selanjutnya perlu ada keterangan yang
menyatakan responden sebagai wajib pajak perusahaan sehingga tidak
menimbulkan persepsi yang berbeda.
3. Di dalam kuesioner penelitian selanjutnya perlu ada pemisahan responden
yang memiliki status sebagai karyawan di bagian akuntansi yang
menangani perpajakan dan yang menangani keuangan secara umum.
4. Untuk penelitian selanjutnya sample sebaiknya memiliki gelar akuntan
semua.
Top Related