DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI VII DPR RI
DENGAN DIRJEN KETENAGALISTRIKAN & DIRUT PLN
Tahun Sidang : 2016-2017
Masa Persidangan : III (tiga)
Rapat ke- :
Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat
Hari, Tanggal : Selasa, 24 Januari 2016
Waktu : 19.09 WIB – 22.50 WIB
Tempat : R. Rapat Komisi VII
Ketua Rapat : Ir. H. MULYADI (Wakil Ketua Komisi VII/F-PD)
Sekretaris Rapat :
Dra. Nanik Herry Murti (Kepala Bagian Sekretariat Komisi
VII)
Acara : 1. Tindak lanjut RDP Komisi VII DPR RI Dirjen
Ketenagalistrikan Kementerian ESDM dan Direktur
Utama PT PLN (Persero) tanggal 25 Oktober 2016,
terutama kesimpulan Rapat buitr 1, 2, 3 dan 4
2. RUPTL (Rencana Perubahan yang akan ditetapkan)
Hadir : 31 Anggota
Dengan rincian:
Fraksi PDI-P 7 orang dari 10 Anggota
Fraksi Partai Gerindra 3 orang dari 6 Anggota
Fraksi Partai Golkar 6 orang dari 7 Anggota
Fraksi PAN 3 orang dari 5 Anggota
Fraksi Partai Demokrat 6 orang dari 6 Anggota
Fraksi PKB ... orang dari 4 Anggota
Fraksi PKS 2 orang dari 4 Anggota
Fraksi PPP 2 orang dari 4 Anggota
Fraksi Partai Hanura ...orang dari 2 Anggota
Fraksi Partai Nasdem 2 orang dari 3 Anggota
JALANNYA RAPAT:
KETUA RAPAT (Ir. H. MULYADI/F-PD):
Kita mulai Pak Dirut, Pak ini mewakili Pak Dirjen, Pak Jarman lagi ke Myanmar ya. Kalau ke
Myanmar Pak Ramson tidak tertarik di ajak Pak.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Yang kami hormati Bapak-Ibu Anggota Komisi VII DPR RI.
Yang kami hormati Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM.
Yang kami hormati Direktr Utama PT PLN beserta seluruh jajarannya, serta
Hadirin sekalian yang kami hormati.
Pertama-tama mari kita mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga pada hari ini kita dapat
bertemu dalam melaksanakan tugas-tugas konstitusional kita. Pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih atas perhatian serta kehadiran Bapak-Ibu Anggota Komisi VII DPR RI
serta undangan yang hadir dalam acara Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI.
Sesuai undangan yang telah disampaikan berdasarkan jadwal rapat Komisi VII DPR RI
pada Masa Persidangan III Tahun 2016-2017. Pada hari ini Komisi VII DPR ini akan
melaksanakan Rapat Dengar Pendapat dengan Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM dan
Direktur Utama PT PLN dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan. Dengan agenda tindak
lanjut Rapat Dengar Pendapat Komisi VII dengan Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM
dan Dirut PLN pada tanggal 5 Oktober 2016. Kemudian sekaligus menyampaikan rencana
perubahan RUU PTL yang tentu pada suatu saat nanti akan disahkan oleh kementerian,
ditetapkan.
Pada rapat terdahulu telah disimpulkan beberapa hal, pertama adalah untuk daftar
pembangkit yang PPA-nya sudah terminasi, seperti tabel 1 mungkin kesimpulannya dipegang oleh
Pak Dirut. Untuk segera melakukan proses administrasi mengganti pengembang paling lambat 25
November 2016. Jadi sudah kurang lebih November, Desember, Januari, 2 bulan Pak ya. Di sini
ada 21 waktu itu disampaikan yang sudah determinasi, ada yang 2x10, 2x7, 2x3, 2x25, ada yang
2x100, ada yang 55. Nomor 21 itu Tangkuban Perahu ya, tugu termal, tentu PLN apalagi dalam
rangka program 35 ribu megawatt tentu harus segera melakukan penggantian dari
pengembangnya. Sehingga program yang sudah dicanangkan oleh PLN itu bisa berjalan sesuai
dengan yang sudah direncanakan.
Kemudian nomor 2 untuk daftar pembangkit yang PPA-nya dalam proses terminasi,
Komisi VII DPR RI mendesak Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM dan Direktur Utama
PLN untuk memproses, mempercepat proses terminasi paling lambat 25 November juga,
harusnya sudah ada statusnya saat ini apa dia sudah terminasi atau tidak. Sehingga PLN dapat
segera memproses penggantian pengembang. Jadi ada 7 waktu itu di tabel 2, Pak Dirut pegang
Pak ya ininya kesimpulan rapatnya, 7, yang besar itu ada 2 Kaltim FTV 2, Graha Power Kaltim,
Kalsel FTV 2 2x100PT Tanjung Power Indonesia. Ini waktu itu dalam proses terminasi, 21 yang
sudah terminasi, 7 dalam proses terminasi.
Untuk pembangkit yang PPA-nya tidak terminasi dan tidak dalam proses terminasi agar
disampaikan proses, prosentase progres fisiknya paling lambat tanggal 16 November. Mungkin
kita enggak sempat iya menerima atau mempelajari. Jadi pada kesempatan ini kan langsung saja
presentasikan atau disampaikan.
Keempat dalam rangka mewujudkan program 35 ribu megawatt, Komisi VII DPR RI
mendesak Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM dan Direktur Utama PLN untuk segera
merealisasikan PLT milik tambang di Pulau Kalimantan, waktu itu juga disebutkan juga Sumatera
ya, sebagian Sumatera yang kaya dengan tambang. Khususnya untuk mengganti
pembangkit-pembangkit yang tidak berjalan selama ini.
Jadi sebetulnya ada 4 yang menjadi utama pembahasan kita pada hari ini ditambah 1
rencana RUU PTL. Sehingga kita harapkan pada rapat malam hari ini kita bisa memberi input dan
juga Pak Dirut dan kementerian bisa menyampaikan progresnya secara terukur, sehingga
program yang sudah dicanangkan pemerintah itu betul-betul masih dalam on the track sesuai
dengan schedule yang sudah dibuat.
Saya rasa itu sebagai pengantar, beberapa hal yang perlu disampaikan, namun sebelum
kita mulai rapat hari ini saya mendapat catatan dari belakang sudah dihadiri oleh 27 Anggota yang
tanda tangan. Jadi cukup banyak penggemarnya, penggemarnya Pak Dirjen cukup banyak Pak,
biasanya paling 10-15 ya, 27 Anggota dan fraksinya juga cukup banyak. Sehingga sesuai dengan
Pasal 251 ayat (1) Peraturan DPR RI tentang Tata Tertib rapat ini telah memenuhi kuorum. Oleh
karena itu dengan ucapkan bismillahirrahmanirrahim izinkan saya membuka Rapat Dengar
Pendapat Komisi VII DPR RI.
(RAPAT DIBUKA PUKUL 19.09 WIB)
Kemudian saya minta persetujuan dari Rekan-rekan Anggota, apakah rapat ini sifatnya
terbuka atau tertutup. Sesuai dengan Pasal 246 ayat (1) Tata Tertib, menyatakan bahwa setiap
rapat DPR bersifat terbuka, kecuali dinyatakan tertutup. Pada kesempatan ini yang kami
mengusulkan rapat ini bersifat terbuka, Pak Ramson dapat disetujui.
(RAPAT:SETUJU)
Pak Ramson ini paling seneng kalau yang buka-bukaan Pak dan kurang semangat kalau
yang tertutup-tutup.
Bapak-Ibu yang saya hormati.
Tadi sebagai pengantar sebelum saya buka tadi saya sampaikan agenda kita pada hari ini,
mudah-mudahan rapat kita malam ini cukup produktif dan juga bisa selesai dengan waktu yang
diharapkan karena besok ada lagi tugas luar kota membahas Undang-Undang. Maka dari itu
untuk menyingkat waktu kami persilakan kepada Pak Dirjen dulu ya yang mewakili pemerintah,
setelah itu Pak Dirut menyampaikan sesuai dengan agenda Pak, agendanya sama Cuma kami
ingin mendengar pandangan pemerintah walaupun nanti detilnya tentu PLN yang akan
menyampaikan secara mendetail karena ini semuanya data-data yang dibahas hari ini adalah
data-data yang terjadi di PT PLN, yang disampaikan oleh PT PLN yang dalam hal ini tentu
pemerintah juga ikut membantu dan bertanggung jawab terkait semua hal yang dibahas dengan
Komisi VII.
Kami silakan Pak.
DIRJEN KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ESDM:
Izin Pimpinan.
Yang terhormat Pimpinan dan Anggota Komisi VII DPR RI.
Yang terhormat Direktur PT PLN Persero beserta jajarannya.
Hadirin yang berbahagia.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Sebelum Rapat Dengar Pendapat ini dimulai pertama-tama izinkan kami untuk
menyampaikan permohonan maaf dari Direktur Jenderal Ketenagalistrikan yang pada hari ini tidak
dapat hadir karena sejak tanggal 23 sampai 25 Januari 2017 beliau harus menghadiri special
Some and 19 ACE ......meeting di Jangun Myanmar. Selanjutnya Beliau menugaskan saya
selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan untuk mewakili Beliau pada RDP antara
Komisi VII DPR RI dengan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan dan Direktur Utama PT PLN
Persero pada malam hari ini.
Bapak-Ibu, Pimpinan dan Anggota Komisi VII DPR RI yang saya hormati.
Sesuai dengan Surat Pimpinan DPR RI Nomor PW/00476/DPR RI/2017 tanggal 13 Januari
2017 bahwa pokok bahasan pada RDP hari adalah tindak lanjut RDP Komisi VII DPR RI dengan
Dirjen Ketenagalistrikan dan Dirut PT PLN persero yang telah dilaksanakan pada tanggal 25
Oktober 2016.
Yang kedua adalah rencana perubahan RUU PTL PT PLN Persero. Berkenaan dengan
kesimpulan RDP tanggal 25 Oktober 2016, di mana penggantian pengembang yang sudah
terminasi maupun yang dalam proses terminasi dapat kami sampaikan bahwa proses administrasi
penggantian pengembang pembangkit tenaga listrik PLN dan proses terminasi PPA pembangkit
ITP merupakan mekanisme, merupakan mekanisme korporasi dan proses bisnis antara PLN
dengan pengembang listrik swasta atau ITP. Untuk itu penggantian pengembang pembangkitan
proses terminasi PPA menjadi kewenangan dari PT PLN Persero.
Berkenaan dengan pokok bahasan rencana perubahan RUU PTL PT PLN Persero dapat
kami jelaskan sebagai berikut:
PT PLN Persero telah menyampaikan revisi RUU PTL yaitu draft RUU PTL 2017-2026
kepada pemerintah pada tanggal 30 Desember 2016. Draft RUU PTL 2017- 2026 saat ini masih
dalam pembahasan yang sangat intensif antara pemerintah dan PT PLN Persero. Beberapa hal
yang menjadi perhatian pemerintah atas draft RUU PTL tersebut adalah:
1. PLN agar melakukan cost efficiency secara menyeluruh termasuk pengembangan
pembangkit dengan mengutamakan energi tempat sehingga dalam jangka panjang
biaya pokok penyediaan tenaga listrik semakin menurun.
2. PLN perlu fokus pada dalam melistriki desa-desa yang belum berlistrik terutama di
regional Maluku dan Papua melalui program listrik perdesaan.
3. Target COD pembangkit dalam program 35 ribu Mw tidak dimundurkan dalam neraca
daya dengan tujuan agar semua pihak tetap berkomitmen untuk menyelesaikan
program 35 ribu megawatt semaksimal mungkin dan pada akhir 2019 telah selesai
proses pengadaannya.
4. Sesuai dengan kebijakan energi nasional target total kapasitas terpasang pembangkit
tahun 2019 adalah sebesar 73 watt dan pada tahun 2025 sebesar 114 mega watt. PLN
diharapkan berkomitmen agar target-target tersebut dapat tercapai dengan
penyelesaian pembangkit dan jaringan transmisi serta gardu yang terkait.
Mengutamakan pembangunan, selain itu PLN diharapkan untuk mengutamakan
pembangunan PLTU Mulutambang dan PLTU Mulutambang untuk mendapatkan harga yang
murah dengan dibuat harga patokan untuk PLTU Mulutambang.
Pimpinan dan Anggota Komisi VII DPR RI yang kami hormati.
Demikian pembukaan terkait pelaksanaan RDP malam ini selanjutnya kami mohon kepada
Direktur Utama PT PLN untuk menjelaskan lebih lanjut terkait pokok bahasan RDP hari ini.
Demikian kami sampaikan Bapak.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Tadi sudah disampaikan oleh pemerintah, untuk detilnya juga sudah disampaikan tadi PLN
yang akan menyampaikan secara menyeluruh.
Selanjutnya kami persilakan Pak.
F-GERINDRA (RAMSON SIAGIAN):
Pak Ketua, interupsi sebelum ke ini.
Saya permisi mohon maaf juga Pak Dirjen, ada tugas dari Pimpinan partai ini.
Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Tugas ke mana Pak, kalau mau menyampaikannya dibisikin saja ke sini Pak ke Pimpinan.
Silakan Pak Dirut.
DIRUT PT PLN PERSERO:
Yang terhormat Bapak Pimpinan, Bapak-Ibu Anggota Komisi VII DPR RI.
Yang kami hormati Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat malam dan salam sejahtera untuk kita semua.
Kami ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk
menyampaikan paparan singkat tentang, yang pertama tindak lanjut kesimpulan RDP Komisi VII
DPR RI 25 Oktober 2016 tentang beberapa project ITP yang terminasi dan yang kedua usulan
perubahan RUU PTL. Tindak lanjut kesimpulan RDP Komisi VII DPR RI 25 Oktober 2016 tentang
beberapa proyek ITP yang terminasi dan proses terminasi yang tidak dan yang tidak di terminasi
sudah kami sampaikan dokumen kepada Bapak dan Ibu sekalian. Prinsipnya kami akan tetap
menjaga mutu dan keandalan pasokan listrik di seluruh wilayah Indonesia mulai pembangunan
infrastruktur kelistrikan beberapa daerah. Untuk daftar pembangkit yang PPA-nya sudah terminasi
seperti tabel 1 dalam tayangan berikut.
Kami lanjutkan Bapak, beberapa pembangkit yang sudah terminasi ada yang diganti
dengan pembangunan pembangkit baru di lokasi yang sama, ada yang diganti dengan mobile
powerplan dan ada yang digantikan dengan pembangunan gardu induk beserta transmisinya.
Untuk daftar pembangkit yang PPA-nya dalam proses terminasi yang seperti dalam tabel 2
sebagai berikut.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Interupsi Pimpinan.
Mungkin ini yang terminasi nilainya nggak tercantum ya Pak, mungkin dikasih nilai Pak jadi
kita tahu berapa besar nilai angkanya, jadi kita biar tahu berapa nilainya atau dihitungkan
seluruhnya berapa.
DIRUT PT PLN PERSERO:
Baik, kami susulkan nanti Pak.
Kami lanjutkan, untuk pembangkit yang PPA-nya yang tidak diterminasi ke PLTU
Kalselteng, Kalteng 1 dan PLTU Kalsel saat ini proses pembangunan di lapangan berjalan baik
dan sedang dalam tahap konstruksi. Untuk rencana PLTU Mulutambang di Kalimantan mengganti
pembangkit yang diterminasi akan dibangun PLTU Kaltimra kapasitas 200 mega yang ditargetkan
beroperasi 2021.
Bapak-Ibu sekalian yang terhormat.
PLN senantiasa berupaya melakukan perencanaan terintegritas dan komprehensif dalam
pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, contoh adalah integrasi perencanaan tol Sumatera
dengan jalur Suket Sumatera. Integrasi perencanaan kawasan ekonomi khusus dengan supply
daya dan kesiapan pasokan listrik untuk LRT Palembang. Dalam hal manajemen organisasi untuk
kelancaran pelaksanaan proyek-proyek PLN dan menekankan pada 2 hal, yaitu perbaikan
struktural dan perbaikan sistem. Dalam perbaikan struktural telah dilakukan regionalisasi
organisasi PLN terdapat 7 direktorat regional, juga penguatan induk pembangunan dengan
menambah unit-unit induk pembangunan yang semula 16 menjadi 18 induk dan unit pelaksana
yang semula 59 untuk dilaksanakan untuk pelaksana proyek menjadi 65 unit pelaksana proyek
dan penguatan struktural dengan menambah bidang hukum komunikasi pertanahan yang
bertanggung jawab terhadap proses penyediaan lahan dan unit pelaksana ditambahkan
supervisor-supervisor pertanahan.
Dalam hal perbaikan sistem PLN telah mengimplementasikan sistem yang dapat
mengintegrasikan seluruh tahap project dari tahap studi kelayakan, perencanaan, pelelangan,
konstruksi sampai dengan operasi. Sistem ini disebut PMO atau project management office yang
sangat membantu PLN dalam memonitor dan mengendalikan seluruh proyek pembangkit
transmisi gardu induk yang tersebar di seluruh Indonesia.
Bapak-Ibu sekalian yang kami hormati.
Mohon izin agar diperkenankan mungkin untuk selanjutnya Direktur Perencanaan Korporat
PLN untuk menyampaikan draft RUU PTL 2017-2026.
Terima kasih.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
DIREKTUR PERENCANAAN PT PLN PERSERO:
Mohon izin Pak Ketua.
Kami akan menyampaikan pokok-pokok revisi RUU PTL yang terbaru, jadi tahun
2017-2026. Beberapa dasar yang kita gunakan untuk revisi ini adalah, yang pertama karena
adanya perubahan asumsi pertumbuhan ekonomi yang digunakan. Sehingga ini berpengaruh
terhadap asumsi pertumbuhan penjualan listrik yang di RUU PTL sebelumnya kita asumsikan
8,6% selama 10 tahun ke depan rata-rata terjadi penurunan 8,3%. Namun demikian penurunan
hanya terjadi di Jawa-Bali, namun untuk di luar Jawa-Bali ini terjadi malah peningkatan antara 0,1
sampai 0,2%. Jadi luar Jawa-Bali ini terjadi malah peningkatan antara 0,1 sampai 0,2% jadi
pemerataan lebih kita tingkatkan. Program 35 ribu ini akan tetap berjalan namun realisasi
COD-nya disesuaikan dengan pertumbuhan demand listrik, untuk meningkatkan DPP kita akan
memprioritaskan pembangunan PLTU mulut tambang dan juga PLTG Wilhed untuk gas, sehingga
dengan demikian kita akan meningkatkan keekonomian dari energi primer setempat.
Kemudian untuk meningkatkan rasio elektrifikasi khususnya di daerah-daerah yang
isolated, kususnya Indonesia Timur kita akan melakukan program-program percepatan pasokan di
wilayah yang masih crisis, yang isolated dengan menggunakan mobile powerplan hybrid dengan
renewble energy secara off hybrid maupun on hybrid dengan mengutamakan sumber energi
primer lokal. Kemudian menyediakan marine mobile powerplan sebagai research margin yang
bergerak di Indonesia Timur karena interkoneksi tidak dimungkinkan di sana secara ekonomis dan
juga teknis, sehingga riset marginnya akan bergerak di sana. Research margin di seluruh sistem
di tahun 2019 minimal 30%, pengembangan EBT dalam rangka meningkatkan bauran LG sesuai
dengan kebijakan energi nasional, kita tetap akan mengacu ke dalam, sesuai dengan PP Nomor
79 Tahun 2014.
Peningkatan TKDN baik itu untuk pembangkit, transmisi dan juga gardu induk dan
peningkatan efisiensi dalam pengadaan pasokan energi primer. Next, ini adalah detail yang
disampaikan jadi ratio elektrifikasi 100% di dalam RUU PTL yang terbaru akan terjadi lebih cepat
yang sebelumnya adalah setelah tahun 2027 ini kita dorong, sehingga tahun 2024 kita targetkan
akan terjadi tercapai 100% ratio elektrifikasi. Selanjutnya beberapa rumah tangga tetap harus kita
amankan karena ini terkait dengan rasio elektrifikasi yang terjadi penurunan memang di industri
dan sebagian bisnis, tetapi kita coba di industri ini kita, pasokan untuk seluruh kawasan ekonomi
khusus dan kawasan industri kita siapkan kita masukkan di dalam perencanaan ini. Next, ini
adalah summary Pak, penambahan pembangkit dan transmisi juga gardu induk selama 10 tahun
ke depan. Total pembangkit yang akan dibangun adalah 75,9 gigawatt, transmisi 67.785 kilometer
sirkit dan gardu induk adalah 164.544 mega watt ampere yang tersebar di seluruh Indonesia
sesuai dengan target pertumbuhan dan juga rasio elektrifikasi yang sudah disampaikan di depan.
Next, ini menggambarkan dengan tambahan kapasitas tersebut kondisi kelistrikan tahun
2016 dari 17 sistem, hari ini kondisinya normal 7 sistem dan siaga 10 system. Jadi kalau kita
bandingkan kondisi di akhir 2015 masih ada yang kondisi defisit, kita di akhir 2016 sudah tidak
ada yang defisit, masih ada yang siaga. Next slide berikutnya, dengan tambahan pasokan di akhir
tahun 2019 seluruh kondisi seluruh sistem dalam kondisi normal. Next, ini adalah sebaran COD
dari tambahan pembangkit dari tahun ke tahun berikut jenis pembangkitnya, di mana nanti akan
terlihat tambahan pasokan terbesar akan terjadi 2018-2019 ketika kontrak PLTU-PLTU yang
kapasitas besar akan COD.
Next, transmisi gardu induk. Perencanaan yang terintegrasi ini sangat penting karena
ketika nanti seluruh pembangkit yang besar, COD sangat penting transmisi gardu induk harus
selesai 1 tahun sebelumnya agar tidak terjadi, harus pembayaran take or pay. Nah dengan
demikian sebetulnya walaupun terjadi penurunan tadi tambahan pasokan tetapi kita tetap menjaga
tambahan kapasitas khususnya di luar Jawa, Papua, Nusa Tenggara itu malah meningkat secara
percentage riset margin di atas 30%, rasio elektrifikasi tercapai lebih cepat, seluruh industri
kebutuhan industri kita penuhi listriknya dan rencana 2500 listrik yang hari ini belum, desa yang
belum listrik itu kita akan listrik sampai 2019, jadi totalnya ada 2500 desa. Sebagai gambaran ini
Pak, jadi kawasan ekonomi khusus seluruhnya ini, ini sudah masuk di dalam perencanaan RUU
PTL ini, kita alokasikan kita sudah identifikasi jenis industri yang akan dibangun di sini berikut
schedulenya dan berapa kebutuhan listriknya yang direncanakan.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Pak Ketua sebentar, sebelum dilanjutkan kita nggak dikasih bahannya ini, yang ini nggak
ada, kok nggak saya punya.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Interupsi Pimpinan, izin Pimpinan.
Maksud saya begini Pimpinan, kita kan ingin lihat perencanaannya nggak sampai 2026 ya,
perencanaan yang kita ingin tahu kalau Ibu mau menyampaikan di sini perencanaan, mungkin
2017 saja dulu yang akan kita jalani atau 2018 atau sampai 2019 terakhir. Jadi kita tahu berapa
sih perkembangan PLN ini sampai 2019, kalau Ibu sampaikan 2026 wah barangnya nanti nggak
jelas kita nanti bacanya sudah. Kita ingin 2019 saja Bu, kalaupun Ibu sampai 2019. Nah terus
saya di sini kan kesimpulan kita itu minta penjelasan tentang proyek-proyek terminasi ini mana
datanya, di mana lokasinya, berapa nilainya, apa yang sudah dilakukan untuk merupakan satu
langkah yang untuk membenahi proyek-proyek yang mangkrak ini.
Ada kesimpulan kita Pak, tanggal 25 Oktober atau diperbaiki datanya ada yang salah, iya
tapi itu saja Pak kita fokus dulu ke situ, bagaimana nanti memecahkan permasalahan itu terus
kalau, adapun pengembangan perencanaan BNPB 2019 jelaskan kita, jadi kita berarti berapa
anggaran setiap tahun yang dikeluarkan PLN untuk membangun perencanaan yang Beliau
sampaikan tadi Direktur Perencanaan tadi. Kalau sampai 2026 jauh sekali Pak.
DIRUT PLN:
Begini boleh Bapak, mungkin yang di maksud RKP-nya rencana kerja dan anggaran
mungkin Pak, bukan RUU PTL, mohon maaf kami belum siap RKP-nya Pak, kai siapkan RUU
PTL.
KETUA RAPAT:
Jadi memang kita fokus pada yang terminasi, saya garisbawahi lagi Pak, yang proses
terminasi ini statusnya sudah terminasi ya sekarang karena itu paling lambat 16 November waktu
itu, sudah terminasi kan.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Pak Ketua
KETUA RAPAT:
Yang proses, yang tabel 2 ini yang 7 ini, yang 7 biji. Kalau itu kan sudah terminasi yang 21.
Silakan.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Pak Ketua, kiri Pak Ketua, Mercy.
Pak Ketua, terima kasih.
Pak Dir, kalau boleh sedikit menginterupsi ya sebenarnya untuk kita bisa mudah membaca
data. Seluruh proyek terminasi dalam beberapa tahun pembahasan kita ini kan fast track 1 fast
track 2, termasuk dengan yang reguler lain-lain juga gitu loh. Kalau kaya gini kan kita agak sulit
untuk membedahnya. Jadi saya lebih mengusulkan mestinya itu semuanya di tracking, kan untuk
Maluku punya misalnya hilang untuk yang PLTU WAY mulai dari tahun 2010. Tahun lalu itu,
bahkan Pak Dirut sendiri sudah mengeluarkan statement untuk itu juga masuk dan diselesaikan.
Ibu Dirut BUMN juga sudah mengeluarkan statement dalam 1,5 tahun diselesaikan dengan APBN,
itu pun semuanya tidak selesai gitu, tidak clear. Jadi dan buat saya ini dia hilang,........ tiba-tiba
hilang gitu loh. Nah kami juga mengusulkan Pak Ketua biar enak, seluruh apa proyek terminasi
seluruhnya di tracting aja jadi supaya kita clear total seluruhnya, fast track 1 fast track 2 ditambah
dengan yang lain-lain gitu lah. Jadi supaya kita tuntas semuanya berapa banyak yang terminasi
dan berapa banyak yang harus kita selesaikan satu demi satu sampai selesai, kaya gini kan
banyak proyek gagal dan hilang gitu loh, untuk Maluku saja itu 800 miliar Pak Ketua, Pak Dir tadi
sudah dikeluarkan 800 miliar, sia-sia nggak ada artinya gitu loh. Ada indikasi potensi korupsi tapi
juga ada mungkin hal-hal yang lain kita enggak tahu dan ini pasti juga berlangsung di provinsi
kabupaten kota yang lain. Jadi ini masukan konkrit saja pak ketua, supaya semua data terminasi
di tracking. Jadi masing-masing wilayah di 34 provinsi bisa lihat daerahnya masing-masing.
Saya minta maaf tapi saya kira ini masukan ke Pak Dir, supaya juga kita bisa clear satu
demi satu seluruh kita punya persoalan proyek-proyek yang memang bermasalah gitu loh.
Terima kasih Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Kanan.
F-PAN (Dr. Ir. Hj. ANDI YULIANI PARIS, M.Sc):
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Menyambung apa yang disampaikan oleh Pak Nasir dan BU Mercy tadi bahwa terkait
dengan proyek-proyek terminasi dalam rapat di Komisi VII tanggal 25 November. Di sini
kelihatannya kalau saya mempelajari dari 21 proyek yang terminasi ini beberapa tindak lanjutnya
itu banyak dikerjakan oleh PLN sendiri ya, beberapa dikerjakan PLN sendiri. Kemudian nilainya
juga perlu disebutkan kembali apakah masih nilai yang dulu atau memang ada tambahan
anggaran lagi untuk ini. Nah ini tidak jelas di sini di dalam tabel ini.
Kemudian beberapa yang sudah ada bahwa akan operasi tahun sekian, kemudian juga di
sini solusinya ada beberapa pembangunan gardu induk. Kenapa saya tanyakan ini karena jangan
sampai terjadi kemandekan lagi, jadi kita mulai lagi dari 0 lagi, dari 0 lagi padahal kan target dari
21 produk itu harus selesai ada yang 2018, rata-rata 2018-2009, bagaimana dengan kondisi
tindak lanjut sekarang ini, progres tindak lanjut yang dilakukan oleh PLN, apakah ada tambahan
biayanya, kemudian memang tidak ada pengembang kelihatannya banyak dikerjakan oleh
beberapa anak perusahaan PLN sendiri. Kemudian dalam RDP tanggal 25 Oktober juga diminta
menghitung kerugian, nilai kerugian dan potensi kerugian ini, apakah memang sudah dilampirkan
atau ada tambahan lampiran dari ini.
Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Masih ada interupsi.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Pimpinan saya kira mungkin kita ini dulu interaktif saja dulu untuk klarifikasi soal tracking
data karena saya ingat waktu kita rapat paling perdana sekali itu seluruh data di tracking jadi kita
berapa banyak kerugian dana yang sudah dikeluarkan, kemudian apa namanya kontraktornya lari
atau ada masalah macam-macam gitu loh. Nah rapat-rapat selanjutnya kemudian apa namanya
listing-nya menjadi demikian gitu lho, ada saat mungkin kita hadir ada saat kita tidak hadir gitu.
Jadi ada banyak data yang hilang di dalam perjalanan rapat gitu, saya minta ini mungkin yang
harus kita kejar dan kita selesaikan dulu Pak Ketua, bisa kita minta pendapat dari Pak Dirut dulu
interaktif ketua.
Pak Ketua, saya minta interaktif dulu Pak Ketua tadi soal data dulu baru mungkin, izin ya.
KETUA RAPAT:
Mungkin saya perjelas, mungkin begini sedikit ........
Jadi sebetulnya begini Pak Duirut waktu itu ada, tidak hanya sekedar setelah dia gagal
tidak mampu bahwa setelah PPA-nya diberi 1 tahun atau 1,5 tahun dia tidak ada pembangkitnya
0% progress fisiknya, kan keputusan diganti. Jadi teman-teman melihatnya bukan hanya sekedar
diganti, dia harus mengganti potensial loss yang ada akibat tidak munculnya, tidak keluarnya
listrik. Itu yang diminta teman-teman, diharapkan PLN bisa nggak menghitung akibat sebuah
perusahaan yang harusnya membangun tahun, misalnya 2016 atau 2017 sudah menjadi
pembangkit tapi itu pasti tidak laksana, sudah terlambat teman-teman mengatakan berapa
potensi kerugian akibat dia tidak jadi membangun itu, bukan hanya sekedar enak dia, sudah
nggak mampu sudah tinggal diganti yang baru. Jadi kesannya dulu dikasih kepercayaan, terus
kepercayaan itu tidak dia lakukan dan tidak laksanakan ya sudah tinggal ganti saja yang baru. Itu
sebetulnya yang salah satu Bu ya yang dipertanyakan.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Pak Ketua izin, Pak Ketua maksudnya itu betul juga tapi syukur kalau itu ada penggantinya.
Ini datanya hilang Pak Ketua, itu yang maksudnya kita ada kebingungan gitu loh. Ini yang mau kita
bantu supaya kita juga kalau balik ke daerah juga clear menjelaskannya ke masyarakat dan
pemerintah.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Iya silakan Pak, itu saya ingat waktu itu juga dari sektor kanan Pak Ramson waktu itu yang
menyampaikan.
Silakan Pak.
DIRUT PT PLN:
Baik Bapak, memang mohon maaf tadi memang kami terbatas hanya kepada hal-hal waktu
terminasi apa yang sesuai dengan rapat sebelumnya Pak, tapi bukan itu tidak ada dan hilang Ibu
semuanya ada, mungkin termasuk yang ibu sering dengar 34 proyek mangkrak, baik itu EPC, IPP
ya memang kami sedang menelusuri itu dengan baik. Akantetapi mohon maaf, tanggung jawab
mereka pada umumnya memang tidak ada pak karena memang sesuai apa yang tertulis
perjanjian itu memang kami agak lemah posisinya. Sehingga kami tidak bisa menuntut balik, nah
kami kan prinsipnya pada hari itu, mohon maaf pada saat itu kami minta izin kepada melalui
Perpres, bahwa kami bisa melanjutkan proyek-proyek mangkrak yang mohon maaf ditinggal
dengan menghitung cost and benefit analysis-nya, karena kalau tidak yang menjadi korban hari ini
adalah masyarakat yang tidak terlistriki pak. Kalau hanya ingin menunggu-menunggu
proyek-proyek yang mangkrak itu, nanti proses hukumnya itu tidak akan pernah selesai pak.
Kalau beberapa project kami bisa selesaikan dengan menarik jaringan dan membangun gardu
induk atau mohon maaf yang belum dibuat, kami buat segera di sebelahnya. Banyak juga
tanah-tanah memang, mohon maaf dari mulai perencanaan banyak kekeliruan. Misalkan tanah
ditunjuk kontraktor masuk lahannya gambut, tidak pindah karena tanah sudah dibeli kontraktornya
tidak mau melanjutkan, ada yang sudah terima uang muka ada yang belum terima uang muka.
nah ini dispute secara hukum pak tapi kalau kami tetap, mohon maaf ini kan kami kemarin buka
semua persoalan ini kan fakta di lapangan kan gitu pak. Nah kami ingin memperbaiki ini pak, kami
sudah satu per satu ada detil sekali, apa yang kami harus lakukan, apakah putus, apakah lanjut,
tambahan biayanya berapa. Itu kami sudah punya semua, tapi memang waktu itu kami minta
Perpres untuk melaksanakan itu pak, supaya kami tidak terkena sanksi hukum waktu awal-awal
bicara sama Komisi VII kami punya risiko akhirnya kami minta Perpres itu pak.
Kami sudah dapat Perpres itu pak, bulan Maret tahun 2016 baru mulai kami tracking. Kami
kerja sama dengan Kejaksaan pak dan BPKP. Jadi kami datang, Kejaksaan datang, BPKP datang
periksa perjanjian apa, baru kami jalankan lagi. Nah itu hal-hal yang sedang kami laksanakan hari
ini tapi karena dari bulan Maret baru efektif kemarin Juni pak, Juni 2016 karena Perpres-nya kan
bulan Maret 2016. Juni 2016 kami baru beberapa yang selesai dari BPKP untuk menilai progres
dan kerugian. Banyak juga proyek misalkan sudah kontrak, tanda tangan, sudah terima uang
muka, dengan perjanjian yang lemah barang di lapangan sudah tahun ke 6, sudah karat semua
pak, sudah tidak bisa dipakai. Nah kalau mau melanjutkan kami seperti membangun baru, kami
supaya tidak disalahkan kami panggil BPKP, kami panggil Kejaksaan untuk menilai itu semua satu
per satu project pak harus secara fisik didatangi, dihitung, dievaluasi. Nah ini memang pekerjaan
tambahan di luar 35 ribu ini pak karena kecil-kecil pak, 2x7, 2x3, 2x10, kecil-kecil mereka totalnya
semua itu 800, 700 sekian mega pak, tapi projectnya ada 34, ada swasta ada BUMN gitu yang
melaksanakan project itu, ada EPC, ada IPP Pak.
WAKIL KETUA RAPAT (Ir. H. SATYA WIDYA YUDHA, ME, M.Sc./F-PG):
Bisa ini Pak Ketua, gini pak kan ini memang sudah pernah diceritakan pada beberapa
waktu yang lalu. Justru kita juga ingin menanyakan antisipasi apa yang mesti kita lakukan untuk
ke depan, kan ini berarti banyak sekali kontraktor-kontraktor yang tidak profesional kan, seperti
yang saya dengar untuk dikonfirmasi saja performance bounds sekarang ditingkatkan dan lain
sebagainya, bapak jelaskan juga bahwa ini bakal tidak terjadi karena kita menyaksikan sesuatu
yang luar biasa ini. Mereka dapat project, ya mungkin dia brokerin habis itu nggak selesai, dia
dapat fee, dia pergi, terus kita sekarang dihadapkan atau bapak dihadapkan pada rakyat gitu.
Kalau enggak rakyat tidak terlistriki di dipetakompli lagi PLN-nya. Nah sekarang apa ini,
antisipasinya gimana ini.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Nasir.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Interupsi sedikit Pimpinan, terima kasih.
Maksud kita gini Pak Dirut, Pak Dirut masuk mungkin di awal 2014, 2015 ya. Nah tidak
semua tahu Pak Dirut kondisi seperti ini, mungkin dilapori para direktur. Pak Dirut juga mungkin
benar, ada yang bener ada yang nggak laporinnya. Nah saya minta Pimpinan, izin Pimpinan, kita
juga Komisi VII minta dalam kasus-kasus PLN ini kita bentuk Panja, membantu Pak Dirut supaya
kita juga ikut mengawal proses-proses kondisi kasus-kasus seperti ini. Nah jadi supaya kita juga
lihat kondisi Pak Dirut menjelaskan ada yang mempunyai kontrak, tapi tidak melaksanakan
pekerjaan. Terus pekerjaan ini kalau kita lihat 34 yang mangkrak, nah 34 ini apa saja. Nah kita
kan sudah jelaskan 21 di sini, yang lain apa, nilainya berapa, kita biar tahu juga di sini, kan ini
yang kita pertanyakan dalam kesimpulan kemarin.
Nah jadi proses ini yang ingin kita lihat, saya lihat Pak Dirut baru, ada beberapa juga yang
baru, ada direktur lama, nah ingin kita minta kejelasan dari proses ini. pak Dirut juga udah
sampaikan ini diproses rapat kita kemarin sama yang bapak sampaikan, sudah bapak sampaikan,
tapi di data ini dia belum lengkap. Nah kita ingin melihat seperti apa sih strukturnya, terus seperti
yang disampaikan Pak Yuda tadi apa yang ke depan harus kita lakukan dengan kondisi seperti ini
karena kerugiannya pasti sangat besar. Ini pak yang perlu nah makanya Komisi VII bagaimana
sistem mengawal ini dan meninjau kondisi proyek mangkrak ini, sampai sejauhmana nah kita
saran saya kita membentuk Panja Komisi VII untuk mengawal proyek-proyek mangkrak di Komisi
VII ini.
Mungkin itu Pimpinan, terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Ini baru interupsi, belum pendalaman Pak Dirut. Baru interupsi karena saya belum buka.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Mungkin diskors dulu Pimpinan, biar kita diskusi.
KETUA RAPAT:
Ya memang saya .....Pak Dirut ini ada beberapa data yang mungkin diperbaiki pak sesuai
dengan informasi terakhir, seperti kasus yang satu ini kan masih, kemarin itu kan sudah ini
mungkin diperbaiki aja dulu sebentar pak, supaya karena rapat kita formal. Kita kasih skor 5 menit
saja.
F-GERINDRA (BAMBANG HARYADI, SE):
Pak Ketua, saya pikir jangan diskors karena besok kita kan mesti pergi ke Bali. Saya pikir
dilanjutin saja biar cepet selesai.
ANGGOTA:
Skors Ketua, ada data yang harus yang diperbaiki.
KETUA RAPAT:
Apa yang diperbaiki, ini realisasi rapat kemarin ya.
F-GERINDRA (BAMBANG HARYADI, SE):
Saya pikir langsung saja.
KETUA RAPAT:
Jadi begitu Pak Dirut ya, supaya nanti kan nggak ada masalah kan nanti. Sebentar saja
Pak Dirut.
F-GERINDRA (BAMBANG HARYADI, SE):
Bisa disampaikan langsung lah, nggak usah terlalu ribet-ribet lah. Nggak usah diskors lah
Pak, langsung saja Pak Dirut.
KETUA RAPAT:
Kita skors saja sebentar ya.
(RAPAT DISKORS PUKUL 19.53 WIB)
Pak Dirut kita mulai lagi.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Skors saya cabut.
(SKORS RAPAT DICABUT PUKUL 20.32 WIB)
Rapat kita lanjutkan, ada beberapa hal yang tadi di perdalam atau dilengkapi oleh Pak
Dirut. Namun memang tadi disampaikan mungkin tidak semuanya detil itu yang diharapkan
memang yang tidk masuk dalam Bu Mercy yang tidak masuk dalam agenda rapat kita pada hari
ini proyek mangkrak yang terkait dengan fisik ya. Kalau ini kan terkait dengan yang belum
dilaksanakan, mangkraknya, mangkrak yang belum sempat fisiknya dilaksanakan. Kalau yang Bu
Mercy tadi ada yang mangkrak, fisiknya sudah dilaksanakan tapi ditinggalkan atau hilang atau apa
istilahnya tadi. Bagaimana ke depannya Bu Mercy, supaya misalnya daerah Maluku tidak merasa
dirugikan begitu ya. Jadi oleh karena itu kita beri kesempatan kepada Pak Dirut untuk
menyampaikan supaya bisa mengakomodasikan pertanyaan-pertanyaan tadi yang disampaikan
oleh Rekan-rekan Pak, termasuk rencana ke depan, sehingga tidak menimbulkan kerugian atau
rencana pembangunan listrik yang sudah dicanangkan di daerah itu sebelumnya gitu.
Saya persilakan Pak.
DIRUT PT PLN:
Baik Bapak, melanjutkan tadi pembicaraan dengan ibu Mercy. Kalau boleh kami sampaikan
memang betul bapak bahwa ada 34 project mangkrak yang secara detil banyak sekali
persoalannya. Mungkin yang tadi kami sampaikan, yang pertama adalah proyek itu dimiliki,
merupakan IPP maupun EPC. Jadi IPP investor dan EPC milik PLN yang dibangun oleh
kontraktor. Sebagian BUMN, sebagian lagi pihak swasta, dari 34 projek itu sudah kami pilah dan
pilih pak, bahwa kami posisinya hari sebahagian sudah mendapatkan keputusan, dalam arti kata
kami lanjutkan atau diganti transmisi, apa kami berhentikan sama sekali karena kami gantikan
dengan mesin yang baru yang lain dan ini memang konsekuensinya pasti ada kerugian.
Kerugian atau ada biaya tambahan yang harus kami lakukan, kalau memang nanti dibutuhkan pak
kami akan kirimkan kepada bapak dan ibu yang terhormat di sini untuk data detilnya dan lokasi
serta segala macam aspek yang menyangkut mengenai proyek-proyek tersebut, apakah
dilanjutkan terminasi atau digantikan dengan proyek lain atau digantikan dengan jalur transmisi
baru. Mungkin hal-hal itu yang kami bisa nanti sampaikan dan kebetulan pada hari ini kami tidak
membawa data yang seperti yang kami tadi sampaikan. Dan untuk proyek-proyek yang tadi kami
sebutkan di awal pak, mungkin kami sebutkan saja seperti yang tadi di dalam bagan.
Proyek-proyek yang, ada 3 tahap proyek pak yaitu daftar pembangkit yang PPA-nya sudah di
terminasi yaitu ada beberapa yang memang beberapa hal, satu Bengkalis, Buntok, Kuala
Pembuang, Tarakan, Sampit, Kotabaru dan Bau-bau. Lalu yang selanjutnya adalah Jayapura
yang ada pengganti pak, lalu Nias, nomor 10 pengganti dibnagun mobile powerplan. Nomor 11
Nabire, itu dalam proses financing, Kailin dalam, dibangun PLTMG di Sorong, Gorontalo juga
demikian pak, PLTMG Gorontalo. Katteng I Kalimantan yang memang ini sudah terminasi
dibutuhkan IPV pengganti karena memang sangat dayak dibutuhkan di lokasi tersebut. Biak,
Maluku terminasi diganti oleh PLTMG Biak 16 mega dan Andai Maluku, Papua diganti dalam
proses pengadilan, diganti dibangun MPP Manokwari 20 mega. Dan daftar pembangkit, yang kami
lanjutkan 17 Tapatuan, Sumatera juga pengganti di Tapatuan, 18 ribu Sumatera diganti GI Tebo,
lalu Selat Panjang Sumatera GI Selat Panjang dibangun. Rengat itu juga diganti dengan
pembangunan PLTMG dan yang di pusat Tangkuban Perahu sedang mengajukan izin wilayah
kerja pertambangan, supaya proyek PLTU utama perahu dikerjakan oleh PLN.
Demikian mungkin hal-hal yang perlu kami sampaikan kepada Bapak.
Terima kasih Pak.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Interupsi Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Iya, silakan.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Selamat malam pak Dirut PLN.
Saya mau menanyakan tentang Tarakan yang di determinasi ya. Terus itu kemarin sempat
saya nanyakan sama Pak Joko ya untuk regional Kalimantan, bisa nggak Pak dijelaskan yang
pembangunan Sumemaya kan diganti itu. Bisa dijelaskan dengan saya nggak pak sedikit, itu satu.
Terus yang kedua untuk Gunung Seriang yang di Tanjung Selor, kemarin kan yang
mengerjakan PT Adhi Karya ya yang mangkrak itu, kenapa kok sekarang PT Adhi Karya lagi yang
mengerjakan.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Kalau ini, kalau bisa gini kita mulai dulu yang belum ada fisik, ini kan belum ada fisik, ini
masih ada PPA, setelah ini bau masuk kita yang persoalan mangkrak fisik ini, ini sudah ada fisik
ya. Jadi kita urut dulu nanti masuk ke sana Bu, karena kita baru masih cara yang PPA yang belum
terlaksana. Mau konfirmasi pak, ini yang Tebo ini kan tadinya PLTU 2x7, ini menjadi 60 itu
maksudnya menjadi 60 ya Pak, jadi meningkat. Hanya konfirmasi pak, 2x7 menjadi 30 Mpa
maksudnya apa ini.
DIRUT PT PLN:
Nomor berapa, maaf pak.
KETUA RAPAT:
GI Tapaktuan 30 maksudnya apa itu pak, yang nomor 17 itu. Pengganti dibangun GI, GI itu
maksudnya apa itu pak, gardu induk ya Pak.
DIRUT PT PLN:
Gardu induk.
KETUA RAPAT:
Oke, teruskan saja Pak. Saya tadi enggak begini, terus yang 2x5,5 ini dilanjut, dilanjut,
dibangun PLT 30 berarti dia naik ya jadi 30.
Oke ini yang ini yang IPP sudah cukup jelas, tinggal yang dilanjut saja yang 7 itu pak.yang
7, yang proses mungkin masih ada yang apa dilakukan proses, tidak semua bisa diputuskan ya
sampaikan saja pak, dalam proses terminasi itu pak.
DIRUT PT PLN:
Kuala Tungkal Sumatera 2x7 saat ini sedang dalam proses memutus kontrak dan kemarin
baru kami panggil kembali pak yang bersangkutan. Lalu Ibuk Sebelak Sumatera Konsorsium
Amata Karya dalam proses pemutusan kontrak yang akan bangun PLTG Mukomuko 30 mega.
Tembilahan Sumatera oleh PT Profesi Energi sudah diterminasi, sudah diganti dengan PLTG 30
mega. Raha 2x3 PT Hutama Karya akan diganti melalui jaringan transmisi GI 150,
mudah-mudahan 2018 ini COD. Wangi-wangi Sulawesi Nusa Tenggara Hutama Kaya juga akan
diganti PLTMG 5 mega Pak dan COD 2017. Kaltim ETP 2 powers sedang dalam evaluasi untuk
posisi kajian, untuk terminasi tapi masih dalam kajian bapak. L7 Kalsel Kalimantan ....Power
Indonesia sedang dalam, sudah dalam proses kajian dan di lapangan sudah terjadi pembangunan
fisik di lapangan bapak.
Demikian mungkin hal-hal yang kami sampaikan untuk 7 pembangkit PPA ini dalam proses
terminasi.
Terima kasih Bapak.
KETUA RAPAT:
Di lanjut yang ketiga agenda kita pak, untuk pembangkit yang PPA-nya tidak terminasi dan
tidak dalam proses terminasi disampaikan progres fisiknya. Mungkin itu, mungkin ya saya nggak
tahu mungkin ada kaitan dengan yang ditanyakan oleh Bu Ari tadi, kalau enggak atau mungkin
yang di luar itu, mungkin itu di lanjut pak.
DIRUT PT PLN:
Baik Bapak, mungkin karena kami tidak bawa data untuk yang itu pak. Jadi mungkin secara
bisa dibantu oleh direktur terkait karena Direktur Regional langsung mengetahui posisi-posisi
proyek yang mangkrak itu pak.
Terima kasih Bapak.
Silakan Pak Joko.
KETUA RAPAT:
Sebetulnya ini bukan mangkrak Pak, yang tidak di terminasi kira-kira arahnya, apakah
arahnya memang tetap lanjut atau ada juga potensi arah mau di terminasi itu sebetulnya arah
rapatnya pak. Jadi maka dari itu kemarin indikatornya sebetulnya di sini kesimpulan nomor 3 itu.
Melihat bahwa progres fisiknya gitu, tapi kalau progres fisiknya kelihatannya enggak ada
kemajuan sama sekali tentu PLN tidak mau juga melihat itu, apa berlarut-larut tidak ada kemajuan
tentu akan evaluasi, akan dilakukan terminasi. Tapi kalau ada progres fisik tentu itu akan lanjut, itu
sebetulnya tujuannya pak.
Silakan Pak.
DIRUT PT PLN:
Baik Bapak, sesuai dengan apa yang tadi kami sampaikan memang beberapa kasus tadi
pak, itu sebagian besar memang akan dilanjutkan pak karena sebagian 17 itu BUMN dan mereka
sudah siap untuk melanjutkan. Tapi ada beberapa bagian dari BUMN itu sendiri yang memang
ada kealpaan perencanaan PLN, kita sharing pak. Misalkan masalah fondasi yang tadinya dalam
analisa perencanaan tanah liat, tapi pada saat di lokasi sebenarnya tanah gambut. Kontrak sudah
ditanda tangan pak, nah ini dikaji oleh BPKP legalnya dibantu oleh TP4P Kejaksaan untuk kami
lanjutkan dan kami bayar biaya tambahan pak, untuk hanya pondasinya saja. Misalkan case-case
kasus-kasusnya seperti itu pak dan itu untuk 34 projek itu sudah ada sebenarnya pak datanya,
sudah ada semua dan ini sebagian masih dalam kajian-kajian dari BPKP dalam perhitungan
rupiahnya pak. Dan sebagian dalam perhitungan, eh dalam penelaahan dari Kejaksaan pak,
aspek legalnya supaya mohon maaf, walaupun kami sudah punya Perpres untuk bisa melanjutkan
dengan cost benefit analysis tapi kami diberikan payung hukum oleh Kejaksaan dan secara
financial diberikan payung oleh BPKP, sebenarnya itu tapi kalau boleh kami sampaikan kalau
tidak salah hanya ada 5 yang betul-betul sama sekali tidak di terminasi. Dalam arti kata kalau
tidak 3 itu kami belum bayar uang muka, jadi batal. 2 sudah bayar uang muka sedang kami minta
kembali. Kalau tidak dia membayar nanti pihak Kejaksaan yang akan melanjutkan persoalan
hukumnya perdata atau di pidana.
Demikian Bapak mungkin tambahan dari kami untuk yang proyek-proyek sudah fisik dan
ada yang belum fisik.
Demikian.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Sudah disampaikan tadi saya rasa biar cepat kita buka pendalaman saja ya, tidak perlu
lihat data, tidak trerlalu banyak, mulai dari Pak Kurtubi, habis itu Pak Nasir, Pak Harry, setelah itu
3 berikutnya lanjut BU Mercy dan lain-lainnya. Ada daftarnya, mana daftarnya, iya benar Pak
Kurtubi ternyata, tapi yang kedua Bu Mercy, ketiga Pak Harry, baru Pak Nasir. Iya urutan berubah.
Silakan Pak, biar cepat juga.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Iya, saya cepat saja, beberapa saya tanyakan. Pertama, ada PLTU di Bima yang
mangkrak. Dari jauh kelihatan itu sudah rangkanya berdiri, bertahun-tahun dibiarin, apakah
dilanjutkan atau bagaimana yang di Bima Pak. Itu satu, bisa pendalaman soal RUU PTL, sudah
masuk ya. RUU PTL saya berpendapat sebaiknya disempurnakan lagi lah RUPTL ini yang 2026.
Menurut Undang-Undang Nomor, Undang-Undang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional. Lalu PP 14 Tahun 2015 sebenarnya nuklir itu sudah harus masuk pak, PLTN, sudah
harus masuk paling lambat sudah dibangun tahun 2019 hingga tahun 2025 sudah berkoperasi gitu
loh ya. Jadi RUU PTL-nya ini disesuaikan dengan Undang-Undang RPJM dan PP 14 Tahun 2015.
Saya buka-buka di sini ada disebut PLTN di sistem Jawa sudah masuk juga ini ada PLTN di
sistem Jawa ini di mana dan berapa megawatt ini PLTN-nya ini sebab 2025 kan sasarannya EBT
itu kan 23% iya kan sasarannya. Itu termasuk energi baru itu EBT terbarukan, energi baruv itu
nuklir dan ada di Undang-undang RPJM nasional. Saya menghimbau, Komisi VII menghimbau
agar RUU PTL PLN ini disempurnakan dan harus masuk nuklir secara konkrit. Ini sudah masuk di
gambarnya ini, di grafiknya ini PLTN di sistem Jawa-Bali. Jadi ini mestinya bisa dipercepat
sehingga sasaran 23% energi mix dari EBT itu akan bisa tercapai gitu lho, ini ada
undang-undangnya, RUU Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Kalau sudah
tercantum di RUU PTL-nya PLN nanti kita desak BATAN atau Dirjen Kelistrikan segera melakukan
study yang konkrit, lokasi Tapaknya di mana, kapasitas berapa dan seterusnya, dan seterusnya,
konkrit-konkrit gitu loh, pakai anggaran APBN. Jadi saya menghimbau kebetulan saya Ketua
Kaukus Nuklir, jadi saya harus menyuarakan suara teman-teman saya yang masuk dalam Kaukus
Nuklir ini bercita-cita, berangan-angan agar PLTN ini terwujud gitu loh dan ada
undang-undangnya. Sehingga sebaiknya direncanakan masuk dalam RUU PTL-nya PLN, kalau
mengacu pada Undang-Undang Rencana Jangka Panjang Nasional itu tahun 2025 sudah
beroperasi itu barang itu. Kalau 2025 beroperasi energi mix EBT akan tercapai, sehingga
seyogyanya 2019 sudah mulai dibangun, sebelum dibangun harus ada visibility study yang konkrit
pakai anggaran APBN, nggak tahu ini apakah PLN yang melakukan visibility study-nya atau
BATAN atau Dirjen Kelistrikan, Ditjen Kelistrikan ini nggak tahu lah pokoknya siapapun lah nanti di
Komisi VII kita dorong pakai dana APBN itu kita dukung gitu loh. Jangan di pulau Jawa dulu
mungkin di Kalbar ya, di Kalimantan Barat, nah di Jawanya di mana, apakah Semenanjung Muria
dihidupkan atau ada lokasi lainnya. Ini harus ada visibility study yang terbaru mungkin ya,
sehingga tidak hanya ngomong-ngomong doang, tidak hanya disebut dalam Undang-Undang
supaya ada. Memang ada sedikit hambatan karena dalam Ken maupun Ruwen PLTN
ditempatkan pada opsi terakhir tapi bukan berarti dilarang. Undang-Undang Jangka Panjang
Nasional mengharuskan PLTN itu. Jadi tidak salah kalau RUU PTL yang dibkin oleh PTN sudah
mencantumkan PLTN nggak salah itu, ada dasar undang-undangnya. Adapun Ruwen yang
menempatkan opsi terakhir itu tidak melarang, itu Ken sama Ruwen sambil jalan nanti kita
sempurnakan, nanti dengan DEN kita minta itu supaya di hapus kalimat opsi terakhir begitu.
Demikian dari saya, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan selanjutnya BU Mercy.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Baik, terima kasih Pak Ketua.
Pak Dirut dan Bapak-Ibu yang saya hormati.
Saya langsung saja, yang pertama untuk seluruh data proyek-proyek terminasi, baik untuk
tabel 1 maupun tabel 2 ini apa namanya ada penjelasan bagian terakhir untuk potensi
kerugiannya masih dihitung dengan BPKP. Mungkin kita bisa minta penjelasan sedikit Pak,
terkait dengan apa namanya daftar pembangkit yang PPA-nya sudah terminasi, yang datanya
masuk hari ini. Dalam pengertian bahwa, dalam pemahaman kami mungkin sebagian ini ada
dalam fase administrasi, fase awal atau fase awal membangun. Saya nggak tahu apakah negara
sudah dirugikan berapa banyak persen di situ. Nah jadi belum ada ya, nggak ada, nah itu dia
kalau dia memang masih pada tahapan nonfisik. Dia dikategorikan apa itu terminasi dan segera
diganti, mungkin ini kita butuh penjelasan Pak supaya juga clear di kita gitu. Kalau misalnya dia
sudah dalam proses panjang, misalnya Termin 1, Termin 2 sudah diselesaikan dan proyeknya
masih tetap mangkrak mungkin itu bisa kami terima. Tapi ini yang dimaksudkan adalah
administrasi yang lambat kali yah, saya tidak tahu apakah seperti itu. Ini mungkin bisa dapat
penjelasan juga gitu loh, yang dimaksudkan dengan administrasi yang lambat itu disesuaikan
dengan ketentuan kontraktualnya, ada batas waktunya ya pak karena ini kan masih pada tahapan
saya nggak tahu ya masih dalam tahapan administrasi kontraktual ini supaya kita clear saja gitu
antara proyek yang terminasi administrasi di tahap awal dan proyek yang terminasi pada saat
sudah kegiatan fisik gitu loh. Artinya kan juga mungkin di antara ini ada juga
pengusaha-pengusaha lokal kita, saya enggak kenal ini pengusaha-pengusaha ini satu pun gitu
loh mungkin ada yang lokal, mungkin ada yang BUMN, mungkin ada yang manapun dan kan ini
kita bicara tentang peningkatan capacity building dan pemanfaatan komponen lokal yang ada,
apakah ini berkaitan, apa persoalan mendasarnya di sini gitu lho. Ini kan kita ingin tahu apa
persoalan mendasarnya, kan sebenarnya kan bukan pendekatan kuratifnya, terminasinya tapi apa
persoalannya kalau tiap tahun terjadi kaya begini, ini kan ada system yang salah gitu loh. Ini yang
saya ingin dapat kejelasan gitu lho, apa yang salah di sini sehingga masalah di tahap administrasi
sudah terjadi persoalan 20 sekian proyek mangkrak, terminasi gitu, itu satu.
Yang kedua, ini berkaitan dengan apa namanya kondisi sistem kelistrikan tahun 2016 yang
berjalan, 2017 dan seterusnya. Di sini ada potensi-potensi penjelasan dari pihak PLN tapi ini kan
dia sifatnya ini apa namanya ya statistik berbasis pulau seperti itu. Nah padahal karena ini dia
sifatnya itu proyektif dengan data aktualnya ini memang agak jauh sekali pak. Kami ingin dapat
kejelasan juga gitu loh karena ini kan penting juga untuk kita menyusun anggaran. Misalnya untuk
data kelistrikan 2016 dengan proyeksi desa-desa yang tidak terlistriki itu bedanya langit dan bumi.
Ini kita bicara proyeksi sesuai dengan data statistik yang ada gitu loh, angka aktualnya beda
sekali. Misalnya data riil tadi saya coba lihat satu contoh yang punya Maluku tadi dengan Pak
Harry per setiap tahun itu sampai dengan 2019 kurang lebih sekitar 300 sekian desa gitu loh.
Padahal di 2015 tinggal 12 desa, ini kan menggunakan data-data statistik yang buat saya ini kan
agak rancu seperti itu. Jadi ini mungkin juga bisa kami dapatkan kejelasan supaya tata cara PLN
mengembangkan proyeksi kondisi kelistrikan yang ada di Indonesia termasuk proyeksi desa tidak
berlistrik ini basisnya ini menggunakan mana gitu loh karena lagi-lagi kalau mengunakan BPS
sudah pasti salah besar. Ini data yang ada di sini ada 0 semua gitu loh, ada yang cuma 2, ada
yang cuma 12 dan seterusnya.
Yang berikut yang ketiga, ine berkaitan dengan apa namanya satu bagian tadi, ini inter
connecting atau integrasi perencanaan integrasi antar wilayah Kalimantan, Sumatera, kemudian
Jawa, Bali dan seterusnya. Untuk yang wilayah pulau-pulau ini kan kita juga harus asumsikan
harus ada integrited Sistem juga gitu loh walaupun di pulau-pulau kecil. Tidak bisa pendekatan
integrited sistem hanya diberlakukan kepada wilayah-wilayah yang basisnya kontinental. Kita di
daerah Indonesia Timur kita juga butuh apa namanya industri masuk, kita juga butuh bisnis
masuk, kita juga butuh pengembangan kapasitas terjadi di wilayah kita gitu loh. Kalau basisnya
masih lokal based dan basisnya masih pendekatannya itu sangat mikro. Maka yang terjadi adalah
kita menyelesaikan persoalan itu apa namanya sporadik gitu loh, di mana ada pulau di situ jeder
gitu loh, padahal tidak dalam kerangka pendekatan makro yang menyeluruh. Kalau kita bisa dapat
kejelasan berkaitan dengan integrasi kelistrikan untuk wilayah-wilayah berbasis kepulauan ini juga
sangat menyenangkan sekali buat kami dan saya kira ini akan menjadi apa namanya berita yang
sangat luar biasa untuk Indonesia Timur juga. Angka yang ada di Papua misalnya sampai dengan
hari ini 2 ribu lebih desa tidak berlistrik, untuk Maluku 300 lebih desa tidak berlistrik dan
seterusnya. Ini kita juga butuh paparan yang clear soal kita bicara integritas system hari ini. Jadi
antar seluruh wilayah yang ada di Indonesia tidak ada perbedaan perlakuan yang basisnya
kontinental dan yang basisnya Islands ini juga bisa mendapat tempat yang layak kalau kita bicara
integritas sistem.
Saya kira itu Pak 3 hal yang menjadi perhatian saya, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Harry.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Terima kasih Pimpinan.
Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang saya hormati Pimpinan serta Rekan-rekan sejawat Anggota Komisi VII yang saya
hormati.
Direktur Utama PLN beserta segenap jajaran yang saya hormati.
Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan, saya pertanyakan tidak hanya terbatas pada
proyek-proyek yang terkendala. Walaupun saya juga menyinggung diantaranya tetapi saya akan
mencoba satu hal juga mengantisipasi agar supaya ini tidak terulang. Saya ingin mendapat
penjelasan dari PLN langkah-langkah apa yang sifatnya tadi sudah singgung dengan reorganisasi
berdasarkan kewilayahan. Tetapi saya melihat dengan kewilayahan ini belum cukup, saya ingin
melihat lebih dalam lagi bagaimana pemberian atau batasan kewenangan Direksi Regional ini
sampai di mana sih pengawasannya, apa kewenangannya.
Yang pertama, saya ingin mengulas lagi pada waktu kami Komisi VII ke kunjungan kerja ke
Lampung atau ke Jambi waktu itu saya agak lupa. Dijelaskan oleh Direktur Sumatera wilayah
Sumatera, itu ada tanah untuk jaringan di perkebunan tebu di Lampung apa di Jambi ya. Di
Lampung yang sampai hari ini belum terselesaikan, hal-hal begini diangkat ke kabinet lah karena
katanya hanya karena arogansi gubernur karena lahan itu milik gubernur. Tidak bisa begitu,
sayang waktu itu kami tidak ketemu langsung dengan gubernur karena gubernur tidak menemui.
Jadi hal-hal begini juga disampaikan ke kabinet karena kan direksi ini kan ada, walaupun tidak
langsung ya ke Presiden, supaya Menteri Energi sebagai penanggung jawab sektoral juga
pemegang saham, Menteri BUMN ini memahami kendala-kendala yang dialami PLN di daerah
terkait dengan pemerintah otonom. Ini usul saya, jadi PLN juga harus lebih berani minta dukungan
dari pimpinan yang tertinggi, pemegang saham atau menteri teknis terkait, kalau perlu pada waktu
dipanggil presiden disampaikan kendala-kendala ini. Presiden itu harus diberitahukan apa adanya
karena kita akan bekerja mendukung program presiden, jangan ABS saja, artinya dilaporkan
hal-hal yang menghibur, tapi yang kendala-kendala juga dilaporkan.
Yang kedua, tadi Direktur Utama menyampaikan reorganisasi dalam rangka supaya
kegagalan proyek-proyek mangkrak yang lalu tidak terulang, regional. Saya sangat sependapat ini
bahkan menurut saya ini masih tanggung. Mungkin ke depan dibutuhkan pre restrukturisasi yang
lebih berani lagi memberikan kewenangan yang lebih luas kepada Direksi Regional. Saya tidak
tahu tolong dijelaskan nanti ya, apa sih kewenangan Rireksi Regional ini khususnya di dalam
penanganan proyek-proyek ini. Yang saya lihat kan memutuskan tender tidak, penyiapan
engeeniring-nya mungkin juga tidak, itu di kantor pusat. Tetapi project managementnya sampai
seberapa jauh mereka, apa ini tetap masih di kantor pusat, apa dilimpahkan kepada Direksi
Regional. Saya melihat bisa saja saya keliru karena bagaimanapun pengamatan saya dari luar.
Salah satu kelambanan PLN ini terlalu sentralistik, dari awal saya sinyalir sejak menterinya Pak
Sudirman said. Menangani proyek ini saya sangat pesimis, bisa on time penyelesaiannya, bukan
hanya sekali ini saya sampaikan. Coba tolong dijelaskan nanti sekarang kalau di dalam
maintenance misalnya, berapa sih kewenangan menandatangani kontrak Drektur Regional itu.
Kalau boleh seizin Pimpinan, interaksi, berapa kewenangan kontrak Direksi wilayah itu atau
penuh tak terbatas, untuk operation saja, operasi, otorisasi direktur wilayah, untuk pemeliharaan
saja operasi.
DIRUT PT PLN:
Sampai 500 milyar Pak.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
500, cukup besar kalau sampai 500. Kalau memang 500 ini untuk proyek-proyek investasi
seberapa besar kewenangannya. Katakanlah proyek-proyek mangkrak tadi kan kapasitas yang
dibangun tidak lebih dari 10 mega, ada 2x3, 2x7 ya mungkin 20 mega. Nilainya kalau saya pelajari
dari data yang lalu kita sudah berkali-kali membahas juga tidak semuanya di atas 500. Dalam
proyek yang 35 ribu ini kalau proyek-proyek yang di bawah 50 milyar, apakah juga bisa diberikan
kewenangan ke direksi wilayah, jadi sepenuhnya diberikan kewenangan ke mereka.
Masing-masing ada plus minusnya tapi dengan pendekatan ini saya lebih yakin karena
pengambilan keputusannya itu lebih cepat. Jadi penyelesaian proyek-proyek itu bisa lebih cepat.
Sudah barang tentu saya menganggap personil PLN ini semuanya punya kompetensi yang
memadai, nanti tolong dijelaskan saja. Kalau 500 milyar saya pikir cukup baguslah, artinya tidak
perlu semuanya tergantung dari pusat tapi untuk proyek-proyek investasi bagaimana, berapa
kalau untuk kontrak-kontrak baru investasi ini, apakah juga 500 milyar Pak Dirut.
DIRUT PT PLN:
Lebih kurang kalau untuk investasi itu 500 miliar pak dan untuk.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Sama berarti dengan biaya operasi.
DIRUT PT PLN:
Tapi untuk pembangkit itu 25 mega dan untuk yang 34 mangkrak ini pak karena punya
risiko hukum itu di board pak. Jadi setiap keputusan kami akan amankan Direktur Regional untuk
board yang mengambil alih ini.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Okelah kalau untuk kelanjutan proyek mangkrak bisa jadi, tapi untuk yang kondisi normal
Itu 500, 500. Harapan saya harusnya ke depan dengan reorganisasi seperti ini akan lebih cepat
penyelesaiannya karena seringkali pengawasan di kantor pusat yang sentralistik itu juga membuat
apa berkepanjangan.
Oke pertanyaan yang berikut, di dalam program terminasi nanti di dalam penyajian data
yang dijanjikan kepada kami, coba diberikan rincian data juga, apakah ada di antara
proyek-proyek yang terminasi ini kita kena pinalti finansial, apakah kita pada posisi menang
semua, tadi kan disebutkan ada yang pondasi sudah ada, kita terpaksa bayar, mungkin dia ada
klaim-klaim yang lain. Intinya begini pada waktu nanti menyajikan data-data terkait penanganan
kelanjutan proyek-proyek mangkrak ini tidak hanya diuraikan proyek-proyek dan nilainya, tapi juga
konsekuensi terminasi ini. Tadi oleh pimpinan ditanyakan potensi kerugian yang kita alami, tetapi
juga dalam terminasi ini juga kan keluar ongkos-ongkos. Itu juga tolong disajikan jadi sehingga
total loss atau upaya-upaya apa, cut loss yang kita lakukan ini kira-kira berapa besar, bukan
hanya potensi yang hilang saja karena keterlambatan kegagalan proyek, tetapi juga di dalam
pengambilan keputusan terminasi ini mungkin ada extra cost, bukan ekstra untuk melanjutkan
proyeknya, tetapi ekstra untuk proses legalnya mungkin tadi kan belum disampaikan itu. Mungkin
saja ada perusahaan yang ngeklaim, oke putus tapi saya klaim. Nanti tolong juga disajikan itu,
kami ingin melihat total kerugian yang kita alami.
Kemudian terkait dengan BUMN karya yang gagal, saya usul jangan dikasih kerjaan lagi
lah, di skors dulu 5 tahun tidak boleh kerja di PLN dululah. Jangan BUMN ini prestasinya buruk
tapi di entertaint terus, lapor kepada pemegang saham, Menteri BUMN enggak bisa caranya
begini, kapan mau maju tuh karya kalau disuapin terus, nggak tender, nggak tender, tunjuk
langsung, tunjuk langsung di ESDM juga tunjuk langsung itu. Kemarin nilai ratusan milyar tunjuk
langsung, memang pekerjaan sederhana tapi kan ini mematikan swasta yang lain. Itu hanya
memasang tiang-tiang listrik tenaga surya itu sampai 300, 400 milyar, waktu itu dipermasalahkan
oleh Pimpinan Sidang. Ke depan enggak boleh lagi, usul saya BUMN Karya ini kalau memang
one prestasi harus diberikan sanksi juga. Mungkin 2 tahun, 3 tahun, setahun tidak boleh kerja di
PLN dulu, kalau enggak begitu waduh enggak maju-maju nanti, mereka tidak di ini kan, apa tidak
diberi pelajaran. Kemudian tadi kan sudah disinggung masalah mangkrak sudah cukup banyak
dibahas oleh teman-teman yang terhormat.
Yang berikut, bicara elektrifikasi. Kami-kami ini Anggota DPR kan mewakili daerah, khusus
daerah pemilihan saya walaupun di Jawa Tengah yang menurut pengamatan publik itu relatif
dibandingkan elektrifikasi di Maluku misalnya, Dapilnya Ibu Mercy mohon maaf Ibu Mercy. Tetapi
faktanya di daerah saya itu juga banyak rumah-rumah yang belum teraliri listrik. Ini ironis,
harusnya Jawa Tengah itu 100% harusnya, tetapi faktanya tidak demikian. Saya amati di daerah
saya rata-rata setiap desa itu 25 rumah belum teraliri listrik padahal berapa ratus desa itu mungkin
ada 2 ribu desa Dapil saya itu, ada 4 kabupaten 1 kota. Nah ini bagaimana penyelesaian PLN,
saya pelajari dan terima kasih saya juga bekerja sama dengan PLN untuk memperluas jaringan
ini. Setelah saya pelajari masyarakat desa yang tidak mampu yang kita akan subsidi dengan daya
450 dan atau 900 watt, itu sebetulnya mampu mereka membayar langganan listrik yang subsidi.
Tetapi mereka tidak punya kemampuan cukup membayar biaya pemasangan. Usul saya kalau
pemerintah mau memperluas jaringan elektrifikasi atau meningkatkan rasio elektrifikasi, kalau
mau memotong bea subsidi berikan saja kompensasi bea pemasangan kali ini, untuk ini
menaikkan rasio 50% syukur-syukur gratis. Inikan ini sekali seumur hidup gitu, coba dihitung itu di
exercise, berapa juta yang mau dipotong subsidinya kalikan biaya pemasangan, mungkin hanya
10% di Jawa tapi tapi di daerah lain saya nggak tahu, Maluku mungkin persentasenya besar
sekali yang belum dialiri, itu pemasangannya di, bagaimana caranya bisa dibebankan ke subsidi
mungkin, tapi sekali pukul. Ini coba di exercise kalau perlu diusulkan ke pemerintah. Jadi PLN itu
memang tugasnya memasang jaringan sampai ke lokasi terdekat, saya tidak tahu kriterianya
jaringan PLN itu akan mengikuti jalan desa atau jalan raya, saya enggak tahu. Tetapi yang jelas
kita punya tugas yang tidak bisa ditinggalkan mengaliri seluruh rumah tangga di seluruh
Indonesia kan begitu. Tugas PLN hanya satu itu tidak lain, tidak lebih, jadi kalau ada rumah yang
tidak teraliri listrik apapun alasannya PLN salah. Nah kalau memang ternyata tidak mampu biaya
pemasangan, kita carikan solusi.
Oleh karena itu kalau pemerintah memang mau targetnya 2019 menjelang pilpres itu 100%
elektrifikasi ratio harus ada terobosan ini, kalau biaya pemasangan yang sekarang yang 900 watt
itu 800 ribu enggak kuat. Mungkin bisa diatasi misalnya dengan CSR PLN mungkin untuk
beberapa daerah. Saya tidak tahu harus, banyaklah pasti terobosan. Ini pesan saya supaya ini di
exercise diusulkan ke menteri sektoral maupun pemegang saham. Hadir juga kan Dirjen
Ketenagalistrikan ini supaya dipikirkan karena seumur hidup masyarakat ini tidak akan teraliri
karena tidak mampu membayar biaya pemasangan.
Yang terakhir yang ingin saya pertanyakan, hari-hari ini banyak kami disuguhi media cetak
maupun media elektronik masalah tender Jawa 1. Tolong diklarifikasi lah di depan kami ini, apa
yang sesungguhnya terjadi. Apa sikap PLN, kenapa ini bisa terjadi, jelaskan kepada kami supaya
kami juga mendapatkan sumber informasi yang bukan hoax, bukan informasi palsu yang sering
kali menjerumuskan.
Yang terakhir kepada Pimpinan, saya usul Pimpinan, kalau nanti kita sudah punya data
yang konkret mengenai proyek mangkrak ini. Kita programkan kunjungan spesifik, proyek-proyek
mangkrak yang akan dilanjutkan oleh PLN ini. Kita sekali-sekali melihat proyek, jangan proyek
yang berhasil tapi proyek yang mangkrak lah. Jadi supaya tahu persis ini usul saya saja.
Dari saya hanya itu, mohon nanti bisa jelaskan terutama yang aktual ini yang Jawa 1, apa
sih yang sesungguhnya terjadi, apakah ini memang ada kendala teknis, finansial atau ada yang
dalam tanda petik main-main. Kami punya cukup kewenangan untuk bisa mendapat klarifikasi
yang A 1 lah, bicara apa adanya saja, apa masalahnya.
Terima kasih.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Muhammad Nasir.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Terima kasih Pimpinan.
Yang saya hormati Pimpinan Sidang maupun teman-teman Komisi VII.
Menindaklanjuti yang disampaikan Pak Harry tadi, untuk kita mendalami proyek-proyek
mangkrak tadi, kalau saya lihak kan semuanya juga belum lengkap ya pak datanya, karena belum
ada semua saya lihat tadi hanya penjelasan, tapi nilai-nilainya tidak tahu berapa, ditambah
berapa, selesainya kapan, apa yang akan terjadi. Untuk melakukan peninjauan itu saya rasa
saran teman-teman Komisi VII tadi untuk dilakukan pembentukan Panja pimpinan, supaya lebih
fokus kita menangani kasus-kasus proyek mangkrak ini maupun proyek-proyek yang sudah
berjalan, mungkin dari 2014 sampai sekarang, supaya kita tahu apa yang dikerjakan di daerah,
apa yang dilaksanakan, bagaimana melaksanakannya, ada masalah atau tidak, nah Panja ini
nanti akan mengikuti dan membantu Dirut PLN karena tidak semua, mungkin yang dilaporkan ke
Pak Dirut benar dan apa adanya, tapi nanti kita akan melihat perkembangan Panja ini bagaimana
menjelaskan dan melihat dan memantau penyelesaian pekerjaan-pekerjaan yang bermasalah
maupun yang akan diselesaikan ataupun yang ada solusinya. Mungkin saran pertama izin
Pimpinan, jadi Anggota Komisi VII meminta supaya di PLN ini kita bentuk Panja untuk melakukan
fungsi pengawasan dan pemantauan pekerjaan-pekerjaan yang bermasalah maupun mangkrak,
maupun yang terlaksana.
Mungkin yang kedua, baik dari kementerian Dirjen Kelistrikan maupun Dirut PLN saya
menanyakan beberapa hal. Yang pertama masalah pemasokan listrik di pulau-pulau terdepan, ini
tadi saya lihat ada Selat Panjang. Selat Panjang inikan satu permasalahan yang jadi masalah
sekarang di Riau itu masuknya narkoba Pak, karena kondisi lokasi ini terpencil dan memang jauh
dari kondisi kebutuhan maupun penerangan yang cukup ya. Jadi daerah-daerah yang cukup
terpencil tapi tidak terbantukan dengan penerangan-penerangan yang cukup. Nah tadi ada saya
lihat Selat Panjang, mungkin saya mohon izin dengan pimpinan untuk interaktif kepada Pak Dirut,
maupun yang mewakili Dirjen Kelistrikan. Bagaimana kondisi pembangkit yang di Selat Panjang
ini kondisinya mangkrak atau ada proyek-proyek lain yang dilakukan di sana.
Mungkin mohon izin Pimpinan, silakan Pak Dirut.
DIRUT PT PLN:
Baik Pak Nasir, mungkin kami dibantu oleh Direktur Regional langsung pak untuk Selat
Panjang.
Silakan Pak.
DIREKTUR REGIONAL PT PLN:
Mohon izin Pimpinan, untuk menyampaikan Selat Panjang.
Terima kasih.
Kepada Pak Nasir, jadi memang Selat Panjang ini adalah proyek 2x22 mega watt.
Kemudian kontraknya ini dari tahun 2011 dan di sana memang belum ada kegiatan. Pada saat itu
tanahnya itu ternyata tanahnya gambut, pada saat di piling 65 meter itu ternyata tidak bertemu
tanah keras. Sehingga dilakukan negosiasi dan mereka meminta nilai yang cukup besar, akhirnya
kontrak itu dibatalkan.
Terima kasih Pak.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Izin Pimpinan.
Sedikit mungkin Pak Dirut, selama Pak Dirut jadi dirut mungkin belum pernah ya melihat
laporan kondisi Selat Panjang seperti yang saya sampaikan tadi. Nah ini mungkin bisa menjadi
potensi pak karena memang dibutuhkan. Saya juga sudah ketemu dengan kepala daerahnya dan
sampai sekarang memang tidak ada tanggapan kementerian maupun PLN. Ini karena memang
bukan Dapil saya tapi memang daerah Riau karena bupatinya sudah menyampaikan ke saya
Dapilnya Pak Saudara saya tadi yang dari Demokrat juga. Ini harus diperhatikan pak karena
memang kondisi ini sangat-sangat dibutuhkan, memang kondisi ini sangat terisolir dan perbatasan
dengan Malaysia. Nah ini programnya Pak Jokowi pada waktu itu kan, ingin membangun
pulau-pulau terdepan dan pintu-pintu masuk yang masuk ke Indonesia. Ini perlu menjadi catatan
penting buat Pak Dirjen atau yang mewakili atau Pak Direktur PLN, ini menjadi potensi pak, yang
paling yang penting kapan ini akan bisa dilaksanakan. Itu yang saya ingin jawaban dari Pak Dirut.
DIRUT PT PLN:
Baik, silakan pak mungkin bisa dibantu Perencanaan.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Kalau Pak Direktur sudah banyak ngomongnya Pak, mungkin Pak Dirut saja. Saya sudah
pening juga melihat pak direktur ini, jadi lama-lama saya keluarkan. Jadi Pak Dirut saya yang
ngomong langsung.
DIRUT PT PLN:
Oke, baik.
Jadi rencana untuk Selat Panjang itu karena untuk jangka waktu pendek Pak, itu kita harus
elektrifikasi harus sampai, sementara kita tangani dengan diesel Pak, rencananya. Jadi dalam
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Rencananya biar saya bisa sampaikan juga kepada kepala daerahnya.
DIRUT PT PLN:
mungkin sudah akan tender ya, maksimum mungkin per tengah, akhir tahun ini sudah
selesai, maksimum.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Pekerjaannya awal tahun ini atau penyelesaiannya.
DIRUT PT PLN:
Awal tahun ini Pak sudah, akan kita laksanakan tendernya.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Jadi saya bisa sampaikan kepada pak bupati ataupun kepala daerah sana. Kira-kira
kapasitas berapa Pak.
DIRUT PT PLN:
Saya lupa persisnya Pak.
DIREKTUR REGIONAL PT PLN:
Terima kasih Pak Dirut.
Rencananya di sana itu ada 5 mega Pak.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Mungkin nanti bisa saya sampaikan, yang Pak Indra mungkin saya sampaikan lagi di sini
untuk revisi RUU PTL ini, saya lihat kan dari 2016 sampai 2025. Nah ini mungkin perlu pengkajian
ulang, menurut saya seperti tadi kajian-kajian yang sudah bapak lakukan mungkin perlu masukan
teman-teman dari komisi yang bersangkutan maupunkom VII. Daerah-daerah mungkin sudah
masuk dalam RUU PTL bapak tapi ada yang menjadi potensi. Nah ini mungkin nanti ada
beberapa daerah yang mungkin kita bisa sampaikan ini bisa menjadi potensi dan sangat
dibutuhkan di daerah itu karena memang sumbernya ada dan potensinya baik, tapi mungkin ada
kepentingan-kepentingan orang yang membuat RUU PTL ini, mungkin ini lebih baik tapi ada
kepentingan. Mungkin kita bisa memberi masukan, bapak bisa bertemu dengan kepala daerahnya
supaya ini bisa menjadi potensi daerah itu bisa lebih cepat maju.
Nah mungkin itu masukan saya tapi yang paling penting, kita minta mohon izin Pimpinan
untuk rapat berikutnya, saya minta seluruh GM pembangkit maupun teknis-teknis yang lain nanti
bisa dihadirkan untuk daerah-daerah yang kita lihat perlu kita awasi bagaimana
pembangunan-pembangunan pembangkit-pembangkit yang dilakukan maupun jaringan-jaringan
yang selama ini bermasalah tapi mungkin dilaporkan kepada Pak Dirut baik-baik saja. Mungkin itu
yang ingin saya dalamin dan seluruh teman-teman kan tadi mohon izin mungkin di rapat
berikutnya Panja ini sudah bisa terbentuk untuk melakukan fungsi pengawasan dan menjadi
acuan kita untuk mengawasi PLN ini supaya lebih baik dan membantu pak dirut, supaya PLN ini
bisa terwujud dengan baik.
Mungkin itu mohon izin pimpinan, yang bisa saya sampaikan terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan Bu Ari, lanjut yang tadi yang mau di.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Terima kasih Pimpinan, mohon izin.
Pak Joko saya minta tolong penjelasan yang tadi karena saya ingin menyampaikan juga
sama Pak ....Walikota Tarakan, tolong disampaikan ke saya pak yang 2 pertanyaan tadi.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak Joko.
DIREKSI PLN (JOKO):
Pimpinan, saya langsung interaktif.
Jadi izin saya tanggal 6 kemarin ke Tarakan, mungkin juga ibu calling saya. Kadi untuk Ta
rakan itu tanah bermasalah waktu itu, kemudian kontrak diputus, tanahnya tidak terjadi,
kontraknya dianggap selesai. Dan ini kesepakatan bersama karena pelaksananya juga Adhi
Karya, kami sudah sepakat di sana karena ini kan per 1 Januari diserahkan ke kami bu, ke
perseroan. Di dalam RUU PTL ini yang sedang dibahas dengan ESDM, regulator, itu kami
menggantikan dahulu karena dioperasikan PLN dengan pembangkit PLTMG Bu, itu 40 mega. Jadi
pembangkit yang dulu 3x7 PLTU yang sudah terminet kami ganti dengan PLTMG 40 mega di kota
Tarakan. Di 2019 kami memang membangun transmisi dari Kalimantan daratan dan kabel laut ke
landing point di pulau Tarakan. Ini sesuai RUU PTL 2019, jadi Tarakan dengan diambil alih kami
memasukkan di RUU PTL yang sekarang sedang di revisi. Itu untuk Tarakan.
Kemudian untuk 2 PLTU, yang 1 di Tanjung Selor yang 1 lagi di Malino, kebetulan
dua-duanya adalah BUMN dan keduanya sepakat untuk melanjutkan dengan seperti yang
dijelaskan oleh pak dirut tadi dengan konsekuensi kita bawa ke TP4P dan BPKP atas
potensi-potensi klaimnya. Jadi seharusnya minggu ini sudah mulai kerja di Tanjung Selor,
demikian juga Malino, Waskita Karya. Itu yang kami bisa jelaskan Bu.
Terima kasih.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Itu kan untuk jangka mungkin jangka menengah atau jangka panjang Pak, sekarang di
Tarakan itu kan mati lampunya luar biasa, untuk kalau untuk jangka pendeknya gimana caranya.
DIREKSI PLN (JOKO):
Hari ini kita sewa diesel Bu, PLN mennyewakan diesel masuk ke pulau Tarakan. Ini
harusnya sudah nggak terjadi karena ini tanggal 24, Jumat yang lalu harusnya udah gngak Bu
karena terakhir Jumat minggu kemarin overall-nya sudah selesai. Tapi kami sudah siapkan 5
mega karena pertumbuhannya untuk berapa hari ini Bu, 5 mega, sewa, sewa PLN dipindahkan di
Pulau Tarakan, HSD.
F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Jadi pertanyaan sudah tidak ada lagi, kita persilakan kepada Pak Dirut untuk
menyampaikan tanggapan atau jawaban yang disampaikan Rekan-rekan tadi Pak.
Kami persilakan Pak Dirut.
DIRUT PT PLN:
Baik.
Bapak Pimpinan yang terhormat.
Yang pertama dari Pak Kurtubi, mungkin khususnya untuk yang nuklir pak. Itu memang
kami tentunya harus kepada Kementerian ESDM Pak, karena PLN mungkin tidak bisa mengambil
sikap pada posisi itu. Itu yang menurut hemat kami pak untuk nuklir.
Yang kedua mungkin dari Bu Mercy, itu beberapa hal yang tadi mungkin kami sampaikan
kepada ibu. Untuk Maluku memang betul pak, kira-kira di 300 desa dan kami sudah mulai
melakukan evaluasi dari desa ke desa dan perencanaannya ke depan itu kami sementara
menggunakan diesel yang skala-skala kecil Pak, dan diesel ini tidak lagi sewa tapi diesel ini beli
Bu dan tentunya kami harapkan waktunya untuk penyelesaiannya jauh lebih cepat, karena
memang dari skala ekonomi dengan batu bara tidak mungkin, dengan gas tidak mungkin, dengan
energi terbarukan pun hanya sebagian kecil mungkin hanya 4 jam. Jadi tidak ada alternatif lain
walaupun sangat mahal terpaksa untuk daerah-daerah terpencil itu kami harus dukungan dengan
diesel Pak. Itu untuk daerah-daerah Maluku dan kami yakini totalnya hampir 300 desa, itu saja
mungkin tambahan buar Ibu.
Kalau untuk Pak Harry Bapak beberapa hal tadi, regionalisasi sudah kami laksanakan pak
dan juga tambahan-tambahan untuk unit-unit pembangunan, unit konstruksi itu juga kami tambah
untuk daerah-daerah provinsi dan kewenangan kami tambah juga kecuali hal-hal yang khusus ya
seperti yang tadi kami sampaikan, terjadinya permasalahan-permasalahan kasus kami bawa ke
tingkat direksi untuk mengamankan hukumnya dan keputusan-keputusan keuangannya. Sehingga
yang memutuskan itu adalah board, walaupun skalanya kecil Pak, kadang-kadang hanya 2x7
mega, kewenangannya jauh melebihi tapi karena ada bobot hukum yang berat di situ kami ambil
alih ke tingkat board untuk diputuskan bersama sesuai dengan Perpres Nomor 4 Tahun 2016.
Untuk Jawa 1 mungkin kami minta bantuan dari Pak Iwan, sebagai Direktur Pengadaan dan
tentunya pada dasarnya kami sangat sadar bahwa tender ini adalah tender internasional yang
kami harus sangat hati-hati dalam mensikapi.
Mungkin silakan secara detil, mungkin Pak Iwan akan menyampaikan terima kasih.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Pimpinan, mohon izin interupsi.
Pak Dirut sebelum meningkat ke Direktur Pengadaan, kembali mengenai regionalisasi tadi.
Kewenangan otorisasi penandatangan kontrak atau spending, expenditure ini memang sudah
memadai. Tapi yang ingin saya pertanyakan ke depan ini, terkait dengan proyek-proyek besar ini
35 ribu ini kewenangan Direksi Regional untuk mengelola proyek, pengawasan, approval,
engeneering approval ini, apakah dilibatkan apa itu ditangani kantor pusat semua.
DIRUT PT PLN:
Maaf Bapak untuk IPP dan EPC sepenuhnya begitu kontak ditandatangani pindah kepada
Direktur Regional. Untuk IPP tentunya segala masalah teknis pembangunan prosesnya tentunya
antara mereka dengan pihak EPC, kontraktor Pak, IPP. Yang untuk EPC, ini Direktur Regional
dengan pihak divisi di kantor pusat untuk permasalahan pengawasan ini.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Jadi Direksi Regional ini sebetulnya belum dilengkapi dengan flit atau dengan tim kerja
yang apa, yang lengkap ya, beberapa masih harus ke kantor pusat masalah engineering,
approval.
DIRUT PT PLN:
Ada unit unit pembangkitan Pak.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Khususnya untuk pembangkit sajalah, proyek-proyekn pembangkit, apakah misalnya begini
walaupun itu proyek IPP tapi kan ada di dalam perjalanan kontrak ini ada proses yang harus minta
persetujuan PLN, apalagi yang EPC ada engineerng approval, kemudian persetujuan untuk
vendor dan lain sebagainya. Apakah itu masih lari ke kantor pusat atau cukup ke Direktur
Regional di mana proyek itu berada. Seperti ini masalah waktu seringkali katoppo 1 lamban.
Pengalaman di mana proyek itu berada karena ini masalah waktu, seringkali ke kantor pusat itu
lamban, pengalaman saya biasanya begitu.
Terima kasih.
DIRUT PT PLN:
Sementara ini Pak, seluruhnya ditangani oleh Direktur Regional Pak. Kalau mungkin ada
hal Pak yang khusus, kalau mungkin kami ingin kalau boleh tahu pak, mungkin terjadi dispute itu
di daerah mana begitu pak.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Tidak, saya mengantisipasi di dalam pengelolaan atau project management proyek-proyek
yang akan datang ini, supaya jangan sampai terulang lagi masalah-masalah seperti yang lalu
karena masalah yang lalu itu sebetulnya masalahnya menurut saya ya, itu kekeliruan lebih banyak
di PLN, milih lokasi kok keliru itu sudah, untuk PLN ini sebetulnya tidak boleh terjadi untuk
perusahaan sebesar PLN memilih lokasi itu. Itu fatal, sangat fatal, milih lokasi keliru itu sudah
tidak boleh terjadi di PLN, sebesar PLN itu, monopoli lagi. Nah saya khawatirnya ke depan yang
EPC juga begitu, belum lagi hal-hal yang pemilihan peralatan utama. Nah kalaupun itu
dilimpahkan ke regional untuk mempercepat proses penyelesaian proyek itu bagus, tapi ini juga
menuntut kesiapan tim di regional. Memang tidak mudah menangani proyek sebesar itu serentak
spread di berbagai lokasi, tidak mudah. Oleh karena itu saya masih punya keraguan project ini
bisa ontime selesainya dan outcome-nya bagus sesuai dengan rencana. Ya kalau sekedar jadi
saja sih banyak, pengalaman kita banyak itu, PLTU-PLTU, PLTG-PLTG yang jadi, tapi kinerjanya
hasil akhirnya tidak sesuai dengan yang direncanakan, artinya under capacity lah kinerjanya.
Akhirnya PLN juga yang rugi, efisiensinya rendah sekali itu saja.
Terima kasih.
DIRUT PT PLN:
Baik Bapak, kalau boleh kami tambahkan Pak Harry.
Berdasarkan apa yang ada, apa yang bapak sampaikan memang sebenarnya terjadi pak,
dari mulai perencanaan pun keliru, belum penunjukan lahan, belum proses, kontrak. Memang
faktanya setelah kami periksa, setahun lebih kami periksa itu satu per satu project. Memang itu
terjadi pak dan memang ini menjadi PR kami mudah-mudahan untuk bisa memperbaiki dan
mudah-mudahan kami tidak mengulangi hal temuan kami seperti itu. Kira-kira demikian mungkin
Pak Harry.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Pertanyaan saya yang terakhir seizin pimpinan, interupsi.
Pejabat-pejabat yang terlibat di dalam proyek mangkrak ini ......lagi enggak di program ini,
nggak bisa itu.
DIRUT PT PLN:
Baik Bapak, mungkin sekali lagi kami sampaikan kepada Bapak memang.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Interupsi Pimpinan, izin Pimpinan.
Maksud saya Pak Dirut, pertanyaan Pak Harry tadi perlu dijawab supaya kita jelas.
Makanya saya mendesak Komisi VII ini harus membentuk Panja karena kita ingin tahu apa yang
terjadi di dalam permasalahan ini. Itu yang saya desak, makanya Komisi VII hari ini kita minta
membentuk Panja dan Panja ini kita sama-sama mengawal untuk pelaksanaan ini, kalau mana
ada permasalahan tadi kemudian tanah, kita bingung juga pak. Kita, ini apa, ini uangnya sudah
keluar, uangnya berantakan, terus saya tanya nilainya enggak keluar-keluar dari tadi. Saya
bingung gitu, ini apa gitu kok saya nanya kok enggak dijawab dari tadi itu. Nilainya saja sampai
sekarang pak enggak keluar ini angkanya. Bapak bilang lagi di audit, lagi begini, angkanya pak,
angkanya itu ada di bapak sekarang. Terterain di sini berapa angkanya, berapa angkanya
sekarang Pak, di cantumin di sini jadi kita tahu berapa angka permasalahan ini dan siapa yang
membuat masalah ini, timbulnya dari mana masalah ini, itu pak. Jadi kita bingung ini apa maunya
ini, kita diajak ngomong, kita undang rapat udah 2 kali konsepnya enggak keluar gitu, tujuannya
mau ke mana gitu. Padahal kita ingin PLN ini pulih gitu loh, dari tadi kita tanya, saya tanya mana
ini proyek yang 34 nih, berapa nilainya, sebentar kita break kita skors, enggak keluar juga
angkanya.
Nah sekarang Pak Harry nanya itu Bapak jawab, nah kalau nggak bapak jawab nanti bapak
kita pikir pak sofyan ada di mana ini.
Terima kasih Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Pertanyaannya udah semua ya, silakan Bapak.
DIRUT PT PLN:
Baik Bapak, Pak Harry dan Pak Nasir.
Semua data itu ada pak dan kalau tidak salah pada saat pertemuan 25 Oktober kami sudah
sampaikan pak, kami ulas di .......dan hari ini ada cuma kami tidak bawa karena memang yang
diminta oleh Komisi VII pada catatan itu adalah proyek-proyek yang belum berjalan yaitu yang tadi
disebutkan 7 sama 19 tadi pak. Kalau yang 34 itu pernah kami tayangkan pak semua beserta
seluruh datanya pada tanggal Oktober tahun lalu pak. Dan memang kami sudah sampaikan pada
saat itu, kami baru temukan persoalannya. Lalu kami kan ke Kejaksaan dan ke BPKP untuk
mengkaji satu per satu, tapi ini semua, saya ingin menyampaikan mohon maaf, bukan kami tidak
mau mencari siapa yang salah pak, tapi prioritas utama bagaimana kami harus jalankan ini project
ke depan supaya masyarakat tidak lagi menunggu lebih lama.
Oleh karena itu kami mengambil skala prioritasnya gitu pak, skala prioritasnya mana yang
kami butuhkan segera kami laksanakan gitu dan memang dari 34 tadi, 17 itu sudah pasti langsung
jalan, 17 sudah langsung jalan kembali. Lalu sebagian lagi masih dalam negosiasi, jadi memang
angkanya sudah ada. Itu pernah kami tayangkan pada Oktober tahun lalu.
Iya terima kasih.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Interupsi Pimpinan.
Pak Dirut begini Bapak bilang 17 tadi pasti jalan, berapa angka yang akan dikeluarkan lagi.
DIRUT PT PLN:
Sudah ada juga nanti kalau perlu kami serahkan karena kami sudah pernah tayangkan
angkanya, rupiahnya sudah ada semua di sini.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Enggak, waktu itu bapak rapat dengan kita bapak akan meminta PP untuk melakukan
pekerjaan ini. sorry, Permen ya, bukan ada keputusan karena ada permasalahan ini, ada harga
bertambah, Bapak minta keputusan itu kan. Tapi angka sekarang kalau untuk menyelesaikan
pekerjaan ini, ada Bapak sampaikan tadi proyek ini sudah berkarat, sudah tidak bisa dikerjakan.
Nah berapa kerugian ini, berapa yang akan ditimbulkan, kita harus, saya tanya ini pak berapa
angkanya karena uang negara ini kita hutang pak dan kita harus meletakkan uang ini azaz
manfaatnya di mana. Bermanfaat uang ini dan bisa difungsikan kembali untuk memulihkan uang
ini dan berapa kerugian negara yang terjadi di sini.
Itu yang kita tanya dan tadi pertanyaan Pak Harry juga jelas itu, apa yang harus bapak
jelaskan di situ kita minta dijelaskan. Makanya saya minta ke depan Panja ini sudah terbentuk ini
yang akan mengawal bagaimana. Ijin pimpinan mungkin masalah Panja tadi mungkin kita
sepakatin apakah bisa Panja di Komisi VII untuk masalah proyek-proyek mangkrak ini ataupun
kegiatan-kegiatan lain kita bentuk dalam wadah Panja untuk melakukan fungsi pengawasan
mungkin itu Pimpinan, setuju ya pak, oke. Mungkin yang teman-teman yang lain.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Mungkin sebelum Pak Dirut sebenarnya begini, saya sampaikan saja karena saya jadi
pimpinan dari awal sampai saat ini pak paling lama ya. Jadi sebetulnya Panja ini sudah lama Pak,
kesimpulan rapat komisi ini sudah lama sekali, sudah lebih 1 tahun yang lalu bahwa ada
kesimpulan rapat komisi yang membentuk Panja, tapi waktu itu sama Pak Dirut belum perlu
diaktifkan karena masih banyak Panja-panja lain yang harus dilakukan. Jadi saya bantu
tema-teman, waktu itu saya sampaikan di Rapat Internal itu Panja itu kita hidupkan kalau memang
kita perlukan dan kita juga dan PLN juga merasa perlu. Jadi supaya juga dalam hal ini kan
tujuannya membantu, kalau sifatnya membantu menginventarisir yang mangkrak itu. Sehingga
apa yang disampaikan pak dirut, bagaimana sasaran itu bisa terlaksana kan gitu ya Pak Dirut ya,
supaya masyarakat tidak lagi menunggu tanpa mencari siapa yang salah dan lain sebagainya.
Jadi tergantung di internal kita saja sebetulnya tidak perlu lagi kita minta persetujuan di rapat ini,
sebetulnya di rapat kita sudah ada, tinggal internal kita apakah akan kita mulai aktifkan, Pimpinan
siapa yang akan memimpin dan lain sebagainya.
Saya rasa memang saya pernah, Pak Dirut pernah menyampaikan yang 34 proyek
mangkrak itu. Saya juga pernah punya datanya, cuma waktu itu kan memang tidak sangat detil
sekali persoalan-persoalan apa di sini, nggak memang, ini kalau untuk mendalami itu enggak
mungkin di Rapat Dengar Pendapat karena itu kasus, memang di Panja. Saya lihat kalau sudah
segitu kan forumnya bukan RDP. Kalau untuk mendalami permasalahan mangkrak per proyek
misalnya ada 34, yang parahnya berapa itu dului dulu kalau memang itu tujuannya. Artinya tidak
....... sebetulnya dulu sudah ada, cuma belum diaktifkan karena ada .....jadi tinggal kita saja.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Pimpinan, koreksi Pimpinan, izin Pimpinan.
Artinya kita sudah memutuskan untuk membentuk Panja berkaitan dengan kasus ini,
kenapa tidak kita laksanakan Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Bukan laksanakan waktu itukan Panja ada beebrapa kan, Panja Freeport, Panja Minerba,
Panja Migas, Panja Undang-Undang 2. Jadi waktu itu, ini dulu setelah ini ada sudah running well
baru nanti ini. Kalau memang ini momentum pas ya segera kita aktifkan gitu saja.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Aktifkan saja segera.
KETUA RAPAT:
Jadi enggak perlu lagi di rapat.
Selanjutnya kita geser itu ke permasalahannya supaya nggak terlalu detil karena itu sudah
case ya, per detil supaya Pak Dirut juga nggak kesulitan menjawabnya gitu itu sudah sangat detil.
Sekarang kita masuk lagi ke yang jadwal kita pada hari ini, mungkin pertanyaan-pertanyaan dari
Pak Harry tadi Pak, silakan Pak Jawa I tadi.
Silakan Pak.
DIRUT PT PLN:
Bismillahirrahmanirrahim.
Izin Pimpinan, saya menambahkan penjelasan untuk Jawa I Pak. Jadi sebagaimana
disampaikan Pak Sofyan tender ini competitive bidding diikuti oleh 4 peserta. Kemudian 1 peserta
tidak lolos administrasi teknik, sehingga tinggal 3 peserta yang lolos administrasi teknik.
Kemudian dievaluasi finansial, konsorsium Pertamina Marubeni dan Sojitz ini dinyatakan sebagai
pemenang. Setelah dinyatakan sebagai pemenang dilakukan LoI jadi terbitkanlah letter of intent
penunjukan sebagai pemenang dengan dasar atau dengan acuan apa yang ada di dalam request
for proposal.......dan di situ juga dilampirkan format PPA, PPA yang standar. Kemudian ada
proses selama 45 hari, waktu 45 hari untuk menyelesaikan PPA, jadi mulai LoI ditandatangani
pada 28 Oktober 2016 ditambah 45 hari yang jatuh pada 13 Desember 2016, itu adalah hatuh
tempo penandatanganan PPA.
Dalam perjalanannya pihak konsorsium mengajukan perpanjangan karena belum
menyelesaikan persyaratan-persyaratan untuk menandatangi PPA dan ada beberapa isu yang
masih harus dibahas. Jadi pada awalnya ada 8 pending item yang perlu dibahas yang
membutuhkan waktu dan tidak cukup 45 hari, jadi 13 Desember tidak selesai. PLN
mempertimbangkan karena adanya good faith sebetulnya, PLN maupun pihak konsorsium
sama-sama punya itikad baik untuk menyelesaikan PPA. Dari 8 pending item tadi bisa
diselesaikan 6 pending item itu jadi tanggal 2. Nah 2 inilah yang mungkin sering diberitakan di
media, yang pertama angka projectiv ability factor atau faktor ketersediaan yang diproyeksikan ke
depan itu 60%. AFP adalah angka perkiraan karena pembangkit ini adalah pembangkit nuke fluer
yang bebannya naik-turun atau kadang-kadang stop. Sehingga dalam perencanaan sistem PLN
diperkirakan capacity faktor atau mungkin disebut kalau dalam .....take or pay 60%. Produksinya
kira-kira ada akan 60% dari kapasitasnya. Ini menjadi dispute karena di dalam penawaran
konsorsium setelah diteliti lebih lanjut atau disampaikan oleh konsorsium ada perhitungan
finansial dalam financial model, yang berbeda dengan yang namanya ....evalution spreadsheet.
Untuk evaluasi semua, ini supaya equal treatment supaya apple to apple maka yang digunakan
untuk evaluasi adalah ....evaluation spreadsheet tadi. Apa yang berbeda? yang berbeda dalam
peraturan finansial konsorsium ini menggunakan AFP 60% plus 25% itu 80%. Jadi proyeksinya
akan 85% kira-kira .......Perbedaan inilah yang menimbulkan inkonsistensi dan ini diminta oleh
konsorsium kepada PLN, disampaikan bahwa perhitungan finansial kelayakan investasi adalah
menggunakan 85%. Dari sini kita teliti ternyata ada ketidakcermatan gitu ya, jadi
ketidakcermatan didalam memahami request pproposal bahwa yang digunakan untuk evaluasi
adalah evaluation spreadsheet. Ini yang awal mula dari dispute gitu.
Dispute yang kedua adalah isu bank ability, terutama bank ability terhadap LNG SPA
supply and purchase aggreement. Di dalam proyek ini gas disediakan oleh PLN, ini mungkin
sedikit background kami sampaikan. Kenapa gas disediakan oleh PLN? Pemerintah
mensyaratkan bahwa sepanjang ada gas domestik, maka PLN tidak boleh menggunakan impor,
jadi harus domestik. Kalau gas tidak disediakan PLN, artinya jadi satu dengan IPP maka IPP
berarti akan membawa gas dari masing-masing, apalagi ini asing. Sehingga gas disediakan PLN
dan bersamaan dengan itu juga diantara pemerintah ESDM dan SKK Migas dan PLN, ini
disepakati bahwa gas-gas untuk PLN karena kita pengguna terbesar, ini diminta kontrak langsung
dengan produsennya.
Dalam diskusi berikutnya karena minta waktu, maka Pertamina menyadari ada kesalahan
sehingga menyetujui dengan .....6 %. Jadi ini artinya konsorsium mengambil resiko mengenai
kelayakan investasi tadi karena setuju dengan angka AFP 60% maka ini bisa diterima.
Sedangkan isu mengenai bank ability, ini muncul belakangan kenapa? karena pada saat awal,
pada saat evaluasi maupun pada saat penjelasan ..........PLN pun memahami pasti dalam semua
IPP itu ada hal-hal yang harus dipahami adalah bank ability dari proyek karena ini proyek
finance. Pada saat itu ada komentar memang dari lenders, calon lenders bahwa kontrak-kontrak
gas karena ada impact juga kepada IPP, maka ada concern mengenai bank ability tadi. Sehingga
di dalam pada saat penandatangan LoI inipun disadari dan Pertamina atau konsorsium apabila
nanti ini tidak bankable bagi lenders, maka di situ juga di dalam minus of meeting maka pihak
konsorsium akan melakukan on medication, itilahnya nanti dia akan mediasi sehingga LoI
ditandatangani. Walaupun banyak isu yang tidak ada sedikitpun dari PLN Bapak-Ibu, PLN inikan
ada isu membatalkan dan sebagainya atau memberikan dan sebagainya, tidak ada sama sekali.
Jadi ini kita tunjukkan dengan memberikan perpanjangan dan yang kedua karena waktu PLN
memberikan batas waktu untuk menandatangani PWA dan bersurat. Kita berkirim surat bahwa
posisi PLN seperti ini, mohon kalau setuju ditandatangani. Itu pada hari Senin kemarin
seharusnya.
Pihak konsorsium tetap mengajukan isu bank ability, kami menggunakan konsultan Pak
kaya lawyer maupun itu. Walaupun batas waktu habis, kita apabila permintaan ini bisa di konsider
dan tidak menyebabkan cost feeding karena niat itikad baik, ini juga akhirnya kita consider. Jadi ini
kelihatan bahwa PLN memang betul-betul good faith. Kami pun tetap memandang Pertamina ada
keinginan atau ada itikad baik untuk menyelesaikan. Jadi kita tidak, kalaupun ada isu kita tidak
melihat Pertamina ingin membatalkan, tetap berusaha untuk, dengan itikad baik untuk mencapai
kesepakatan.
Nah terakhir di dalam permintaan, pihak konsorsium meminta kontrak LNG, ini yang
diminta. Kontrak LNG pada umumnya kontrak LNG ini ditandatangani setelah ada off taker saya
kira Pak Harry sangat memahami karena risikonya sangat besar kalau belum ada off taker.
Sehingga tentu saja akan menunggu PPA, tetapi ini kita jadikan condition perseden jadi nanti
setelah tanda tangan PPA, kemudian LNG SB ditandatangani ini akan diberikan gitu. Jadi ini
posisi terakhir Pak Harry dan Bapak-bapak sekalian, sekaligus menjawab. Jadi mungkin ada
pertanyaan, memang PLN tidak menanggapi Pak. Kami selalu menyampaikan secara langsung
dengan Pertamina atau pihak-pihak lain tidak menanggapi adanya isu-isu di media, karena
kalaupun kami di tanya mungkin ada yang di sini juga, kami selalu menjawab bahwa ini dalam
proses sehingga belum jadi konsumsi publik. Kalau pihak lain ada yang memberitakan maka kami
tidak menanggapi karena jadi polemik. Jadi ini juga apa namanya etika kami untuk berbicara di
media terhadap hal-hal yang belum menjadi konsumsi publik. Mudah-mudahan ini bisa menjadi
jawaban bahwa kami tentu menjalankan proses-proses ini dengan government yang baik
mengikuti RFP yang ini menjadi acuan, juga dengan PPA dan apalagi ini juga tender terbuka yang
ada kompetitor lain yang tentu harus kita perlakukan sama. Jadi apabila kita mengadopsi
keinginan yang akhirnjya menyebabkan .......ini tentu kami tidak akan lakukan.
Demikian Pak, terima kasih.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Pimpinan, mohon izin saya ingin menanggapi ini.
Saya melihat ada 2 isu tapi kedua-duanya ujungnya adalah masalah pasokan gas. Yang
pertama yang saya pertanyakan persisnya bank ability ini apa, tolong di elaborate lagi. Kaitannjya
bank ability dengan supply LNG yang mana Pertamina sebetulnya sudah konsorsium Pertamina
sudah menyepakati LNG by PLN kan, itu sudah done. Nah faktor apa yang membuat bank ability
ini belum terselesaikan, apa, persisnya apa, tolong di elaborate lagi supaya kami jelas.
DIRUT PT PLN:
Jadi ini yang kami tanyakan Pak, ke konsorsium, apa yang anda khawatirkan dengan bank
ability dari kontak gas karena tanggung jawab terhadap resiko gas sudah ada di PLN. Jadi
misalnya gas tidak tersedia maka PLN akan ......ini yang kita tanyakan, tidak dijawab tapi tetap
meminta. Akhirnya dalam diskusi ya kami menganalisa Pak, di dalam PPA kalau FSRU misalnya
terjadi gangguan misalnya tidak siap, gasnya tersedia, maka PLN bisa membayar take or pay,
bisa kena resiko take or pay. Jadi karena gas ada datang, tapi tidak bisa di unloading gitu, ini
mungkin isu pertama, sehingga seperti apa kira-kira clause mengenai take or pay. Ini salah satu
yang kita elaborate Pak Harry.
Kemudian yang kedua, nah sekarang sebaliknya apabila FSRU dan pembangkit siap,
gasnya tidak tersedia maka akan PLN akan kena dispatch setelah 30 hari gitu, di dalam RFP pun
bunyinya demikian. Inipun dalam diskusi akhirnya dibatasi tanpa melanggar RFP, kalau
terus-menerus kan mungkin akan besar kerugian pihak konsorsium. Sehingga selama 25 tahun
dibatasi 45, eh 400 hari, 400 hari ini kira-kira setahun 15 hari, tapi selebihnya ditanggung oleh
PLN. Jadi jauh lebih besar PLN ini menunjukkan bahwa tentu PLN yang lebihy beresiko. Ini juga
yang ini juga sudah disepakati tetapi itikad baik kami Pak, kami tetap berikan LNG SPA untuk
dibaca atau dipelajari apakah diterima atau tidak dan nantinya kemungkinan akan diberi waktu 15
hari, atas permintaan konsorsium Pak.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Begini, saya membaca di media pagi ini, itu hanya perbedaan antara 30 hari tadi,
sementara konasorsium minta 15 hari. Kalau memang benar adanya isu ini, pandangan saya
sebetulnya, kalau memang PLN sudah berani mengambil resiko untuk menyediakan LNG-nya,
kalau di challenge 15 hari mestinya berani dong, kenapa mesti minta mesti 30 hari atau dibalik,
saya juga tidak tahu pertimbangan apa dulu, kenapa LNG-nya tidak dimasukkan di dalam satu
paket proyek, notabene yang saya pernah dengar term and con semula itu LNG itu masuk di
paket proyek, tapi di perjalanan di ubah, tolong nanti diklarifikasi juga. Kalau dibalik misalkan,
kalau Pertamina yang provide LNG, Pertamina sanggup lebih meningkatkan reliabilitas sehingga
kelambatan LNG atau kegagalan pasokan LNG itu maksimum hanya 15 hari sebetulnya
masalahnya bisa selesai.
Saya melihatnya begini, saya melihat secara nasional sebetulnya, PLN PGN, Pertamina,
SKK Migas itu di mata kami itu satu. Semuanya tugasnya menyediakan energi untuk negara ini,
PGN punya FSR, Pertamina punya, PLN sekarang mau bangun lagi. Kalau di pantai utara ini
bangun saja onshore terminal besar, itu kita benefitnya lebih efisien, lebih banyak karena dengan
onshore LNG ini, LNG-nya bisa diintegrasikan dengan trunk line yang dimiliki PGN maupun
Pertamina. Kedua kali proses regasifikasinya itu bisa untuk industri cold storage karena letaknya
pasti di pinggir laut, untuk industri perikanan atau pengwetan atau papun lah.
Saya melihat Pertamina, PGN, PLN masing-masing investasi FSRU inikan secara nasional
inefisien, itu loh yang kami lihat. Kami ini di Komisi VII bicara bukan korporasi PLN, PGN,
Pertamina tapi nasional. Apakah ini oleh pemegang saham juga tidak pernah di challenge PLN
untuk itu. Memang saya lihat pemerintah juga banci, Kementerian ESDM sebagai
penanggungjawab energi nasional ini juga tidak bisa menjamin pasokan LNG dari domestik, kok
ada kalimat kalau cukup tadi kalau tidak salah direktur menjelaskan begitu. Artinya pemerintah
akan menjamin LNG dari dalam negeri kalau cukup, sementara tidak boleh impor kan tadikan ada
penjelasan begitu.
Pimpinan, saya pikir kita perlu memanggil menteri penanggung jawab sektor energi
masalah ini. Ini masalah nasional, mindset-nya nggak match, bagaimanapun menteri energi ini
harus punya tanggung jawab dijalankan memenuhi kebutuhan gas dalam negeri, apalagi untuk
PLN, kalau perlu menugaskan PGN atau Pertamina untuk membantu PLN untuk ini, bukan harus
PLN bersusah payah nyari LNG sendiri. itu pandangan saya.
Baiklah kalau begitu saya harapkan ini segera diselesaikan, jangan proyek ini yang
dinanti-nanti hanya terkendala masalah realibilitas pasokan LNG. Kita sudah cukup lama lah
bermain LNG ini, Indonesia saya tidak mengatakan PLN atau PGN atau Pertamina, sudah 40
tahun main di LNG itu. Kita memasok LNG ke Jepang, Korea, tidak pernah gagal, kenapa kita
takut mesti import LNG, itu bisnis yang sederhana kok LNG itu. Bontang Arun itu 40 tahun tidak
pernah miss deliver LNG ke customer, kenapa kita deliver ke diri kita sendiri, ke rumah kita sendiri
kok takut. Ini menjadi pertanyaan saya, nah di sini kesimpulan saya sederhana saja supaya antara
PGN, Pertamina, PLN ini harus lebih solid lagi sinergitas ini, jangan hanya masalah, inikan
masalahnya hanya PLN tidak mau 15 hari, sementara konsorsium maunya 15 hari. PLN minta 30
hari, hanya dispute itu, persis seperti berita di koran tadi pagi, menurut saya tidak perlu lah hanya
masalah itu.
Baiklah, terima kasih penjelasan ini tapi saya, kita boleh menduga-duga ada pressre itu
yang kami pertanyakan gitu, ada pressure, ada hidden agenda atau apa itu. Itu saja.
Terima kasih Pimpinan, nanti kita pertanyakan ke Menteri besok kalau kita ketemu Wamen,
kita minta klarifikasi.
Terima kasih.
F-PD (H. IHWAN DATU ADAM, SE.):
Interupsi Pimpinan, menambahkan saja dari teman.
Ihwan Datu Adam Dapil Kaltim Kaltara, kalau memang nggak dibuka ingin tertutup kita bisa
tutup, supaya ini semua nggak dengar, kita-kita saja. Tadi yang ditanyakan oleh Pak Harry dan
Pak Nasir, kalau nggak dibuka angkanya itu. Kalau bisa kita tertutup Ketua.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Saya rasa inikan tidak perlu lah tertutup, kalau yang proyek mangkrak Panja. Mungkin
kalau ada hal yang mau diklarifikasi Pak, silakan Pak penjelasan tambahan kalau diperlukan,
kalau tidak saya ini.
DIRUT PT PLN:
Mungkin untuk masalah ini mungkin cukup Pak, karena tadi kan mohon maaf sebenarnya
kan di pihak lain, tadi sudah terlampau terbuka mungkin ke wartawan yang kita punya resiko.
KETUA RAPAT:
Oke, ini saya rasa cukup ya.
Silakan.
F-PDIP (MERCY CHRIESTY BARENDS, ST.):
Pak Ketua, tambahan terakhir Pak Ketua.
Ini atensi saja Pak Ketua, artinya bahwa kita udah dapat data tabel untuk terminasi data
pembangkit yang PPA-nya sudah terminasi, baik tabel 1 maupun tabel 2. Harapan kita adalah
bahwa terminasinya cukup sampai di sini, kita tidak inghin bahwa ketika proyek jalan lagi di tingkat
fisik terjadi terminasi lagi gitu. Saya nggak tahu bagaimana caranya tapi harus masuk juga di
kesimpulan, tambahan itu saja Pak Ketua.
KETUA RAPAT:
Makanya di kesimpulan rapat saya ini nanti kita lihat, kita sudah minta jadwalnya Pak. Jadi
seperti konsorsium I kan masih dicari, masih difinalisasi. Kemudian kita minta jadwal mulai dari
PPA sampai koperasinya, jadi kapan fisiknya, kapan ininya jadi tidak hanya sampai ini Pak Dirut.
Kalau di sinikan penggantinya sedang dibuatkan penggantinya 50 mkega watt misalnya, tapi
jadwalnya belum ada. Jadi mungkin nanti PLN akan menyiapkan jadwalnya, kapan fisik ininya,
kapan finalisasi closing-nya, kalau koperasinya mungkin itu. Jadi tidak hanya ditarget oh nanti di
tahun 2018 koperasi, itukan sulit kalau Cuma begitu ininya. Jadi itu ada jadwal yang rinci terkait
rencana pengembang pengganti ini Pak. Jadi betul-betul dalam aspek pengawasan Bapak,
maupun kita membantu mengawasi Bapak karena kalau hanya penggantinya nanti akan siap
selesai 2018, takutnya mangkrak lagi gitu, dia nggak commit lagi. Jadi jadwalnya itu betul-betul di
publish, jadi Bapak melakukan pengawasan, DPR RI juga melakukan pengawasan karena ini
terkait listrik ini di tunggu oleh rakyat sebetulnya. Walaupun kaya TV kan duitnya duit dia tapi kan
nggak bisa dilihat dari sisi itu, begitu dia nggak commit yang rugi itu memang secara finansial
nggak ada kerugian negara, tapi ada, masyarakat jadi belum menikmati listrik yang seharusnya
sudah dinikmati. Karena itu aspek pengawasan perlu kita lakukan, makanya ini kesimpulan nanti
kita perkuat.
Silakan Pak Kurtubi.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Ketua, karena rapat hari ini disamping soal yang mangkrak-mangkrak ya juga soal RUU
PTL yang tidak mendapatkan perhatian. Begini tadi oleh Pak Dirut dikatakan ini urusannya ESDM,
nah Dirjen Kelistrikan itu bisa menjawab mengapa, apa namanya, PLTN tidak dimasukkan dalam
RUU PTL yang sekarang ini, apakah ini memang dari ESDM ada garis kebijakan seperti itu, satu.
Kedua, sebenarnya Pak Dirut di dalam paparan PLN ini sudah ada di tulis PLTN untuk sistem
Jawa-Bali, apakah ini tanpa sepengetahuan ESDM atau bagaimana dan PLTN yang di sistem
Jawa ini saya mau tanya berapa mega watt, seyogayanya memang sudah harsu ada berdasarkan
Undang-undang RPJMN yang saya sebutkan tadi itu, mestinya sudah harus ada.
Jadi itu sebabnya saya menyarankan, Komisi VII menyarankan agar RUU PTL PLN ini
disempurnakan dengan memasukkan PLTN, harus selesai tahun 2025. Sehingga EBT itu bisa
23% dalam energi mix-nya, kira-kira begitu. Jadi tolong dimasukkan dalam kesimpulan bahwa
RUU PTL PLN ini supaya disempurnakan dengan memasukkan PLTN sejalan dengan
Undang-undang RPJMN dan sesuai dengan PP nomor berapa tadi saya lupa itu.
KETUA RAPAT:
Pak Kurtubi mungkin sebelum lanjut, kalau inikan sebetulnya, kalau merubah sampai ke
tatanan nuklir ini kita dengan menteri itu Pak, bukan kapasitasnya dirjen Pak. Kalau kita mau
memasukkan itu pada saat kira Rapat Kerja dengan menteri Pak, kalau nggak, nggak ada ininya
di sini. Makanya di sini Pak, sebentar Pak, kesimpulan 4 ini Komisi VII DPR RI meminta Direktur
Utama PLN untuk melakukan kajian komprehansif terhadap perubahan RUU PTL dengan
mempertimbangkan beberapa aspek. Salah satu aspek kan yang bapak sampaikan, serta
disampaikan Komisi VII DPR RI sehingga selanjutnya dapat dijadwalkan Rapat Kerja dengan
Menteri ESDM Pak. Jadi kewenangannya di menteri pak, kalau di sini mungkin tidak mengikat.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Begini mungkin, menterjemahkan maksud Pak Kurtubi ini Pak. Jadi apa ayng disampaikan
Pak Kurtubi tadi program PLTN Pak ya, disampaikan di sini nanti dalam revisi RUU PTL-nya bisa
masuk melalui Menteri ESDM.
KETUA RAPAT:
Kan udah ada itu Pak.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Iya, nggak apa-apa disampaikan saja Pak Ketua, dicatet saja sama PLN-nya selesai kan
begitu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Jadi kita tambah saja mempertimbangkan berbagai aspek diantaranya PLTN, oke nggak
apa-apa, bisa kita akomodasikan masalah itu Pak. Terus, saya rasa masih ada lagi.
Silakan.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Pimpinan, saya ada yang ingin saya tanyakan lagi, kelupaan tadi. Tadi disebutkan oleh
Direksi PLN, seizin Pimpinan, peserta lelangnya Jawa I ini siapa, Pertamina, Konsorsium
Marubeni, terus yang kedua siapa, ada 3 tolong sebutkan.
DIRUT PT PLN:
Yang kedua, Adaro dengan Semcorp Pak.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Adaro.
DIRUT PT PLN:
Dengan Semcorp namanya, Sembawang Corporation.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Sembawang.
DIRUT PT PLN:
Sem Corp Singapura.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Singapura, yang ketiga.
DIRUT PT PLN:
Kemudian yang ketiga PT Pembangkitan Jawa-Bali, ini anak perusahaan PLN Pak.
Mitsubishi, kemudian Cera ini Jepang Pak, kemudian Rukun Raharja.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Rukun Raharja ini perusahaan nasional.
DIRUT PT PLN:
Nasional Pak.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Kalau boleh saya tahu siapa ini ya, perusahaan besar lah ini.
DIRUT PT PLN:
Nanti kami sampaikan Pak.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Iya, oke. Nah posisi dari masing-masing ini kalau tadi dinyatakan pemenangnya Pertamina,
yang kedua siapa? Adaro, PJB.
DIRUT PT PLN:
Kita menyebutnya second ring feeder, Adaro dan Semcorp.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Oh ini kedua ya. Kalau just in case satu gagal, otomatis kedua begitu.
DIRUT PT PLN:
Tidak otomatis Pak, itu ada opsi kalau kita mau menggunakan second ring, opsi saja bagi
kita.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Oke, terus yang terakhir saya ingatkan tadi supaya tidak lupa oleh Dirut karena tadi Dirut
belum menyebut. Saya minta pekerja PLN yang dulu terlibat proyek-proyek gagal ini sementara
jangan diberikan tanggung jawab yang sama, dimutasikan jangan menangani proyek dulu. Saya
tidak usul diberhentikan tapi harus alih tugas lah, kalau ada gitu, itu saja siapapun dia. Saya
khawatir terulang lagi karena ini kegagalan ini sebetulnya ya mohon maaf nggak bisa ditolerir
kalau salah lokasi, pondasinya nggak bener lah, waduh fatal,l fatal attraction kalau di film itu.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Fatal attraction, itu judul film kalau nggak salah, saya nonton itu filmnya. Pasti Pak Dirut
nggak nonton Pak, karena Pak Dirut kerja tersu saya lihat. Sudah ya, sudah cukup ya, Pak
Gunhar ada, Pak ini, sedikit ya.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Sedikit Pimpinan, terima kasih.
Tadi menindaklanjuti yang disampaikan Pak Harry, ada anak perusahaan yang ikut lelang.
Berarti kalau di PLN ini anak perusahaan itu harus ikut lelang Pak ya, setiap mengambil
pekerjaan, nggak ya. Walaupun proyek multi years 5 tahun kaya gitu, bisa ditunjuk langsung.
Saya tanya dulu sama Pak Dirut nanti datanya saya siapin, ada proyek multi years jasa-jasa dan
konstruksi gitu ya, tapi katanya di anak perusahaan di PL kan gitu. makanya nanti itu yang satu.
Yang kedua, ada laporan ke kita Pak, kita kan sudah subsidi jaringan sebesar 24 trilyun.
Tapi ada beberapa developer yang melapor ke kita itu PLN minta dana untuk memasang jaringan
ke mereka, dikenakan dana incharge 2 milyar, nanti datanya saya siapin biar nanti ke Pak Dirut
biar lebih jelas.
Terima kasih.
KETUA RAPAT:
Sudah, nggak ada.
Jadi terima kasih rapat kita bisa di bilang produktif bisa juga terlalu produktif sudah
setengah sebelas ini. Kita masuk sekarang draft kesimpulan, draft kesimpulan Rapat Dengar
Pendapat ada 5:
1. Komisi VII DPR RI mendesak Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM,
Direktur Utama PT PLN terkait pembangkit listrik yang power purchase aggreement
atau PPA-nya sudah terminasi untuk segera memfinalisasi pengembang pengganti agar
proses fisiknya dapat dilaksanakan sesuai jadwal untuk disampaikan secara tertulis
maksimal 3 Februari.
Silakan Pak.
DIRUT PT PLN:
Kalau 1 minggu tidak mungkin kayanya Pak.
KETUA RAPAT:
Ini saya lihat sudah hampir semua, mungkin ada 1-2 yang belum, perlu 2 minggu.
DIRUT PT PLN:
Karena memang inikan banyak sekali Pak, persoalannya Pak, mungkin beberapa lokasi
bisa Pak, tapi beberapa lokasi mungkin tidak mungkin.
KETUA RAPAT:
Kalau saya lihat di sini kan sudah hampirnya sudah semua ini Pak Dirut. Nomor 1,
pengganti PLTG Bengkalis direncanakan ......berarti kan sudah ada penggantinya,
pengganti-pengganti yang belum itu ada, Cuma 2 kan yang proses pengadilan, pengadilan kan
nggak bisa kita percepat. Kedua yang ....... bukan PPA ini Pak, ininya rencana, bukan PPA,
finalisasi ya. Jadi berapa Pak Dirut, tanggal atau yang di bawahnya, coba tanggal yang di bawah
17 Februari. Kalau 17 Februari itu tadi kita maunya jadwal seperti di nomor inikan sebenarnya
sudah ada seperti contohnya pergantian.
DIRUT PT PLN:
Bapak mungkin kalau ada beberapa yang mungkin bisa cepat yang sudah ada kepastian,
tapi yang lain mungkin sebagian yang tidak dialokasikan harus ditenderkan Pak, kan perlu waktu
yang cukup panjang untuk yang lain maksud saya Pak, tapi ada beberapa yang ........
KETUA RAPAT:
Tapi inikan Cuma 1, 2 Pak kan bisa langsung, ini nggak masuk yang lain ini Pak, yang
sudah terminasi, bukan yang proses terminasi Pak.
DIRUT PT PLN:
Atau mungkin kami nanti berikan secara tertulis mana-mana saja yang bisa cepat,
mana-mana yang mungkin perlu waktu gitu Pak.
KETUA RAPAT:
Nggak, Bapak lihat nomor 1-21 saja Pak, ini saya lihat semua sudah ada ini Pak, kaya di
nomor 15 pengganti dibangun PLTG 15 mega watt target operasi, kan sudah ada Pak.
DIRUT PT PLN:
Calon itu Pak, yang segera kita evaluasi lagi Pak.
KETUA RAPAT:
Terus yang nomor 12 dibangun PLTMG Sorong 50 mega waat, ini belum ya Pak.
DIRUT PT PLN:
Belum.
KETUA RAPAT:
Oh belum, baru rencana ya.
DIRUT PT PLN:
Iya, nanti kami secara tertulis saja Pak, untuk mana yang bisa segera, mana yang.
KETUA RAPAT:
Oke, jadi begini kalimatnya akan disampaikan sesegera mungkin itu saja Pak ya, tidak
pakai tanggal ya, 2 minggu tadi 17 itu, nggak sanggup. Kalau ada yang cepat ada yang nggak,
yang cepat yang mana. Ini yang belum ada beberapa sih Pak, banyak ya Pak yang belum,
bagaimana Pak bahasanya.
DIRUT PT PLN:
Bahasanya itu bahwa .......gas itu Pak, kami menyerahkan kepada Bapak, daftar, jadwal
mana-mana pembangkit yang akan dilaksanakan PPA-nya dan tanggal berapa waktunya, berapa
lama, berapa lama. Jadi schedule-nya Pak yang kami buat.
KETUA RAPAT:
Schedule di kesimpulan nomor 2 itu Pak, schedule itukan rencana sepihaknya PLN Pak.
Jadi kalau ini tidak mengikat ke ini, tidak mengikat bahwa sudah ada penggantinya. Jadi bapak itu
sepihak itu kalau yang nomor 2 ini, kalau yang nomor 1 itu 2 pihak ya, Bapak harus memunculkan
PPA, pengganti PPA-nya siapa. Kalau nomor 2 sih jadwal saja kan, melaporkan pengerjaan
pengembang pengganti. Jadi misalnya Bapak merencanakan PPA-nya mulai tanggal awal Maret,
beroperasinya 2018, itu Bapak saja yang nyusun, walaupun namanya belum tahu. Itu yang nomor
2 nggak ada masalah pasti, yang nomor 1 Bapak pasti agak masalah karena harus menyebutkan
nama ininya, itu maksudnya Pak. Kalimatnya bagaimana kira-kira, agar disampaikan secara
tertulis kepada Komisi VII, itu saja, nggak, tapi kalau namanya itu belum Pak karena itu saja, akan
disampaikan secara tertulis kepada Komisi VII, lelang, karena kalau yang ini mulut tambang bisa
langsung, cepat, tapi kalau yang bukan mulut tambang atau yang lain kan harus lelang Pak,
nggak berhenti di Komisi VII saja, coba. Kalau mau ini khusus untuk mulut tambang, coba dan
yang di luar mulut tambang paling lambat berapa 2 bulan, tentu ada juga Pak, khusus untuk,
jangan pakai dan lagi, mulut tambang paling lambat tanggal 17 Februari di luar tersebut paling
lambat, jadi ada 2 Pak, kasusnya ada yang cepat ada yang nggak, Bapak paling aman saja
berapa Pak, 3 Februari di luar dan yang lainnya paling lambat mau 3 bulan, mau berapa terserah
Bapak, mau 6 bulan karena tender, paling lambat 6 bulan kemudian. 6 bulan itu bulan apa Pak
dari sekarang, awal Juli Pak ya, ya sudah paling lambat tanggal 1 Juli 2017, supaya ...bukan 1, 3
Juli.....tapi Bapak yang menentukan begitu maksudnya. Jadi kalau Bapak sudah merasa nyaman
inikan 6 bulan, kita tetapkan 6 bulan, setuju ya.
(RAPAT:SETUJU)
2. Komisi VII DPR RI meminta Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM
dan Direktur Utama PT PLN untuk melaporkan rencana pelaksanaan dan
pengembangan, dari pengembang pengganti mulai dari terbitnya PPA sampi mulai
beroperasi untuk disampaikan secara tertulis kepada Komisi VII paling lambat 17
Februari.
Kalau ini Cuma jadwal saja Pak, tidak menyebutkan siapa pengembang penggantinya,
nggak ada masalah Pak.
Silakan Pak.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Pimpinan, tapi kalau itu dimaksudkan paling lambat 17 Februari 2017 sementara ada
kata-kata atau naak kalimat sampai mulai beroperasi maksudnya beroperasi pembangkitnya atau
operasi proyeknya. Kalau beroperasi kan berapa tahun selesainya powerplan.
KETUA RAPAT:
Nggak, itu 17 Februari itu bukan membuat jadwal Pak, mulai dari PPA sampai beroperasi.
Membuat jadwal, membuat rencana Pak.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Tapi kalimatnya laporan.
KETUA RAPAT:
Untuk melaporkan Pak.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Sampai beroperasi, sampai mulai beroperasi. Beroperasi ini pengembangnya beroperasi
atau pembangkitnya beroperasi, selesai mechanical complition.
KETUA RAPAT:
Pembangkit lah Pak.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Pembangkitnya selesai, pembangkitnya selesai kan masih berapa tahun lagi.
KETUA RAPAT:
Ya mungkin 2018, 2019.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Iya tapi laporannya.
KETUA RAPAT:
Itu laporan rencana Pak.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Rencana saja.
KETUA RAPAT:
Iya.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Bukan laporan progres.
KETUA RAPAT:
Bukan.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Baik, kalau dimaksudkan itu ya terima kasih.
KETUA RAPAT:
Setuju ya.
(RAPAT:SETUJU)
Kemudian
3. Komisi VII DPR RI meminta Direktur Utama PT PLN untuk menyampaikan informasi
secara detil, ini tadi ya yang Pak Nasir tadi, 34 proyek....yang mangkrak serta tindak
lanjut yang telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk disampaikan secara tertulis
pada Komisi VII paling lambat 3 Februari.
Kalau inikan sebetulnya datanya sudah ada, Pak Dirut bagaimana, setuju? Melaporkan
saja Pak, tindak lanjut apa yang telah dilakukan selama ini.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Izin Pimpinan, kan tadi, nggak ini laporan.
KETUA RAPAT:
Yang telah Pak, tindak lanjut yang selama ini misalnya tindak lanjutnya yang mungkin
sudah dengan Kejaksaan, sudah ini, itukan tindak lanjut sebetulnya Pak, kan tidak semuanya juga
dengan kejaksaan mungkin pak, kita nggak tahu juga. Semua Pak ya, tindak lanjut yang telah,
sedang, berarti sedang inikan sekarang kan berlangsung dan akan. Jadi ada 3 ini ceritanya Pak,
jadi kalau bahasa Inggrisnya kan pasten, present tense sama future. Sudah kalau gitu, bagaimana
Pak Dirut? Bisa atau diperbaiki, nggak, 17 Pak ya.
(RAPAT:SETUJU)
4. Komisi VII DPR RI, ini Pak Kurtubi ini, meminta Direktur Utama PT PLN untuk
melakukan kajian komprehensif terhadap perubahan RUU PTL dengan
mempertimbangkan berbagai aspek, diantaranya memasukkan pembangkit listrik
tenaga nuklir sebagia alternatif jangka panjang serta disampaikan kepada Komisi VII
DPR RI.
Perbaiki Pak Kurtubi kalau ada yang .....
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Alternatif jangka panjang sebagai bagian dari sistem kelistrikan nasional.
KETUA RAPAT:
Coba perbaiki, ini kalau nuklirnya spesialisasinya Pak, ini ada tanggapan, sebentar dulu
ada.
Silakan Pak.
WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:
Pimpinan, mohon izin.
Kalau sebenarnya kalau PLTN ini berdasarkan Ken atau, Ken itu kebijakan energi nasional
itu memang dinyatakan di situ bahwa PLTN itu merupakan opsi terakhir dari pemerintah untuk
dalam rangka penyediaan tenaga listrik Pak. Jadi kalau mau dimasukkan ke dalam RUU PTL-nya
PLN jadi kennya harus diubah dulu.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Jadi Ken itu bukan Undang-undang, Undang-undang Pembangunan Jangka Panjang
Nasional itu di atas ya. Itu mencantumkan nuklir, Undang-undang menang Mas dari pada.
KETUA RAPAT:
Jadi bagaimana?.
Silakan Pak nasir.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Itu masalah RUU PTL-nya termasuk merubah dan melihat potensi-potensi yang mendesak
untuk didahulukan ya, jadi kita minta ditambah klausulnya merubah atau memasukkan tapi yang
sudah masuk di RUU PTL kalau dia memang sangat dibutuhkan untuk diubah lebih cepat
dibangun atau di.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Mungkin begini Pak Ketua, izin menambahkan nomenklaturnya. Dengan
mempertimbangkan berbagai aspek, berbagai aspek ini diantaranya memasukkan tenaga nuklir
dan kebutuhan atau kebutuhan mendesak, dengan mempertimbangkan berbagai aspek
kebutuhan mendesak daerah masing-masing diantaranya memasukkan pembangkit tenaga listrik.
Iya, sebelum nuklir itu ada kebutuhan yang mendesak di wilayah daerah masing-masing.
KETUA RAPAT:
Itu sudah masuk di berbagai aspek itu Pak, aspek itu memperhatikan kepentingan daerah,
memperhatikan kebutuhan mendesak. Jadi kalau kita bikin satu-satu itu panjang Pak, makanya di
sana di bawahnya 5 kan memperhatikan menindaklanjuti masukan yang telah disampaikan
Anggota Komisi VII.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Jadi begini saja kalau nggak Ketua, dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang
mendesak diantaranya. Aspek inikan mendesak di lihat dari kebutuhan, hanya menambahkan
kata aspek yang mendesak diantaranya memasukkan pembangkit listrik itu.
KETUA RAPAT:
Ini Pka Kurtubi sudah nggak ada masalah, asal masuk sistem kelistrikan nasional iya Pak.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Iya, sesuai dengan rencana, Undang-undang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional III tahun 2015-2019 itu jelas nuklir di situ.
KETUA RAPAT:
Nuklir di Undang-undang ada ya, betul Pak ya, di Undang-undang ada ya.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Ada.
WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:
Pimpinan, saya belum mendalami Undang-undangnya, Cuma kalau PLTN memang kalau
di kebijakan energi nasional itu PLTN menjadi opsi terakhir dan itu menjadi keputusan, harus
pemerintah yang memberikan memutuskan Pak. Saya rasa kalau PLN belum bisa memutuskan
secara sepihak memasukkan nuklir.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Nggak, ini saran dari pendapat dari Komisi VII.
KETUA RAPAT:
Nggak soalnya tanda tangan bersama Pak ya. Jadi kalau begini gini, dengan
mempertimbangkan saja Pak, karena ini harus menjadi kesepakatan bersama Pak karena kita
Rapat Dengar Pendapat kan. Jadi sebagai bagian berbagai aspek dengan mempertimbangkan
pembangkit listrik tenaga PLTN diantaranya dengan mempertimbangkan, diantaranya coba,l
jangan memasukkan, memasukkannya dihapus, dengan mempertimbangkan berbagai aspek,
sudah bener ya, diantaranya ya sudah yang tadi sudah bener, balik lagi ke awal, diantaranya tadi
rencana tadi memasukkan itu diganti dengan diantaranya rencana, memasukkan ganti,
diantaranya yang memasukkan rencana ya, namanya rencana ini Pak, bapak nggak usah
keberatan.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Dengan mempertimbangkan berbagai aspek lainnya, dengan memasukkan rencana PLTN
sebagia bagian dari sistem ketenagalistrikan nasional. Dengan mempertimbangkan berbagai
aspek lainnya, lain-lain maksudnya dan memasukkan rencana pembangkit listrik tenaga nuklir
sebagai bagian dari rencana sistem kelistrikan nasional.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Saya pikir bagus Pimpinan, pendapat Pak Gunhar cukup baik menurut saya, tegas.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Nomenklaturnya begitu.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Artinya PLTN ini mandatory dimasukkan di RUU PTL nantinya, bukan hanya diantaranya
tapi keharusan, wajib, dipertegas.
Terima kasih, substansi intinya kan itu, terima kasih.
KETUA RAPAT:
Kalimatnya dibalik Pak, nuklirnya yang di depan. Dengan mempertimbangkan rencana
pembangkit listrik tenaga nuklir dan aspek lainnya, jadi dibalik aspek lainnya di belakang. Coba
dengan mempertimbangkan bla, bla, mana kata-kata saya itu diikutin nggak saya jadi bingung ini,
dengan mempertimbangkan kok ini jadi begini.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Jadi begini Ketua, maksudnya dalam kata ini memasukkan PLTN ini menjadi suatu
keharusan kan begitu Pak Kurtubi, tidak hanya menjadi pertimbangan. Kalau kita meletakkan
nuklir ini menjadi pertimbangan itu berbeda lagi makna, tetapi kalau kita menyampaikan dengan
mempertimbangkan, mana tadi coba dihapus lagi, dengan mempertimbangkan berbagai aspek
lainnya dan memasukkan, kan jelas itu tegas, PLTN sebagai program nuklir nasional.
KETUA RAPAT:
Nggak inikan.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Atau Pak Dirjen dengan Pak Dirut ada masukan, bagaimana.
KETUA RAPAT:
Nggak sebentar biar saya tulis dulu yang lengkap ya.
Dengan mempertimbangkan rencana pembangkit listrik tenaga nuklir, coba ikutin hapus
yang saya nggak sebut, dengan mempertimbangkan rencana pembangkit listrik tenaga nuklir
serta berbagai aspek lainnya, diantaranya itu hilangin, diantara, memasukkan, sebagainya
berhenti, sebagai bagian dari rencana sistem kelistrikan nasional. Kenapa kita nggak bisa
menghilangkan pertimbangan karena memang di pemerintah itu belum, ini kita belum ini masih.
Rapat Dengar Pendapat inikan harus persetujuan kedua belah pihak Pak, nggak bisa satu sisi
ditandatangani oleh pemerintah, ditandatangani saya mewakili komisi. Jadi tetap kita
menekankannya supaya pemerintah itu harus mempertimbangkan ini sebagai bagian dari rencana
sistem kelistrikan nasional, jadi tidak bisa satu pihak harus gitu, nggak bisa pak karena ini rapat
antara pemerintah dengan DPR RI 2 sisi.
Silakan masukan.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Pimpinan, kalau boleh saya usul.
Kalau mempertimbangkan itu lemah sekali, kalau mempertimbangkan itu lemah bisa iya
bisa tidak, tetapi kalau kita supaya kita mempunyai keinginan ini lebih kuat lagi, bagaimana saya
tawarkan dengan menggunakan sebutan memprioritaskan, walaupun itu bisa iya bisa tidak, tapi
kita prioritas gitu.
KETUA RAPAT:
Silakan masukan dari PLN.
DIRUT PT PLN:
Mohon maaf Pak, apa memang kami punya kapasitas Pak untuk ini, inikan kami mohon
maaf rasanya tidak punya kapasitas.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Inikan masukan Pak, kita minta nggak apa-apa pendapat.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Kan kita topik rapatnya RUU PTL.
DIRUT PT PLN:
Memasukkan RUU PTL sebagai bahan rapat mungkin menurut kami mungkin sebaiknya
permintaan itu kepada pemerintah Pak.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Tapi kan hadir Direktur Jenderal ini, paling tidak kan mewakili, punya posisi cukup lah kalau
hanya mempertimbangkan saja.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Begini sekalipun inikan ditakutkan Ken sama Ruwen yang menempatkan PLTN sebagai
opsi terakhir iya kan, itu nggak melarang opsi terakhir itu, kecuali dilarang tidak boleh PLTN nah
itu baru jadi masalah. Jadi tetap terbuka Cuma sekarang kita anjurkan, kita syaratkan ke
pemerintah agar dalam RUU PTL yang sekarang ini PLTN-nya dimasukkan gitu. jadi kalau nggak
masukkan nggak ada nuklirnya kita rapat tentang RUU PTL ya percuma sama juga RUU PTL
sebelum-sebelumnya.
KETUA RAPAT:
Iya mungkin itu Pak mempertimbangkan mungkin tidak terlalu keras Pak karena ini nanti
waktu dengan menteri baru kita minta, tapi bawahan menteri sudah kita kasih, you kasih
pertimbangan yang bener ke Pak Menteri supaya menteri punya pikiran yang jernih terhadap
PLTN ini, mungkin begitu.
Silakan Pak Dirut, pertimbangan itukan sebetulnya kan ada parameternya, ada kajiannya,
ya coba mempertimbangkan ganti lagi.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Setditjen ini bagaimana mewakili dirjennya.
KETUA RAPAT:
Nah ini dari tadi Setditjen ini gara-gara PLT kok kurang bunyi ini.
F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):
Setditjen lah.
KETUA RAPAT:
Bapak ini mewakili dirjen Pak, jadi anggap diri bapak itu sekarang dirjen Pak.
Silakan Pak.
WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:
Mohon maaf Pak, tadi sudah kami sampaikan bahwa di dalam kebijakan energi nasional itu
nuklir adalah menjadi opsi terakhir. Memang di situ tidak tertutup kemungkinan PLTN tetap
dikembangkan tetapi menjadi opsi terakhir setelah opsi-opsi yang lain.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Tenaga matahari habis ya nggak bisa.
WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:
Nah dalam hal, itu di Ken ngomong gitu Pak saya menyampaikan ini.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Ken itu dibawah Undang-undang Mas, Undang-undang Jangka Panjang Nasional jelas
nuklir disebut UUJPN, Undang-undang RPJPN, tinggi mana.
WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:
Artinya begini Pak, artinya kalau keputusan mau memasukkan nuklir atau tidak, kalau
mempertimbangkan perlu studi-studi lagi Pak......segala macem.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Izin Pimpinan.
KETUA RAPAT:
Sebentar kalau RPJM itu saya terangkan dulu Pak, RPJM itu sebetulnya penjabaran dari
visi-misi presiden terpilih ya. Visi-misi dari presiden terpilih turunannya Renstra kalau dulu ya,
saya nggak tahu sekarang, dari RPJMN turun ke Renstra per masing-masing kementerian.
Visi-misi dulu waktu jamannya Pak SBY-Boediono turun visi-misi SBY-Boediono turun namanya
RPJMN, nanti visi-misi Jokowi-JK turun RPJMN. Saya tanya turunan dari visi-misi Jokowi-JK di
RPJMn ini ada Pak, itu yang saya tanya dulu ada nggak.
WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:
Sejauh yang saya tahu tidak ada Pak dan yang namanya RUU PTL itu ...acuannya
aturan-aturan diatasnya itu melalui RUKN, melalui Ruwen segala macam.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
RPJMN ke-3 tahun 2015-2019 jamannya SBY itu siapa, itu ada di situ, tapi tetap menjadi
Undang-undang.
F-PD (MUHAMMAD NASIR):
Izin Pimpinan, mungkin kalaupun mau dimasukkan setelah sistem kelistrikan nasional nah
di situ saja ditambahkan apa kalimatnya gitu, yang atas di hapus, ditambahkan di bawah saja.
KETUA RAPAT:
Sebelum kita tambah kita tanya Pak, kalau dengan mempertimbangkan inikan nggak ada
masalah sebetulnya, sudah clear kan. Kalau tadi prioritas kan baru masalah, jadi supaya tidak
terlalu panjang ini sudah jam 23.00, cuma mempertimbangkan masa pemerintah masih keberatan,
oh PLN ya.
WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:
Kalau mempertimbangkan iya di RUU PTL ini mempertimbangkan opsi nuklir atas
kesediaan listrik nasional ini Pak.
KETUA RAPAT:
Silakan meminta Direktur Jenderal benar ini kewenangan pemerintah bukan PLN kalau
RUU PTL ini karena yang mengesahkan menteri, karena yang menetapkan RUU PTL itu menteri
Pak, menteri yang tanda tangan Pak ya, Pak Dirut menteri tanda tangan RUU PTL gitu Pak. Jadi
kuncinya, saya rasa cukup lah ya, udah habis waktu kita, sudah apalagi.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Masukan lagi, ini begini nomenklaturnya itu dibaca lagi biar lebih jelas. Komisi VII DPR RI
meminta Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM untuk melakukan kajian komprehensif
terhadap perubahan RUU PTL dengan mempertimbangkan rencana pembangkit listrik tenaga
nuklir serta berbagai aspek lainnya, sebagian bagian dari sistem ketenagalistrikan nasional.
Maksudnya serta berbagai aspek lainnya ini apa maksudnya.
KETUA RAPAT:
Yang tadi yang mendesak itu salah satunya.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Kenapa tidak disebut mendesak aspeknya.
KETUA RAPAT:
Misalnya begini, dia itu tidak masuk dalam RUU PTL tapi setelah dikaji itu sangat
mendesak.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Ini kalimat mendesak ini.
KETUA RAPAT:
Nggak itu tidak ada mendesak, aspek lainnya itu kan mendesak itukan hanya salah
satunya saja Pak, banyak aspek lainnya Pak.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Apa contohnya.
KETUA RAPAT:
Aspek lainnya misalnya begini
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Masukan, usulan, saran.
KETUA RAPAT:
Keterbatasan sumber daya, keterbatasan energi, sumber dayanya. Jadi misalnya di sana
misalnya harus, misalnya Jambi banyak sekali batu bara tapi misalnya nggak ada RUU PTL untuk
batu bara kan sayang potensi batu bara yang ada di Jambi dibiarin begitu saja. Inikan aspek
lainnya, aspek potensi yang ada di daerah.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Aspek potensi yang ada di daerah tambahin, jangan lainnya, jangan ngegantung. Aspek
potensi yang ada di daerah.
KETUA RAPAT:
Boleh kalau itu, bebas lah biar cepat.
F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):
Saya kutip kata-kata Pak Mul itu.
WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:
Pimpinan, saya boleh memberikan masukan Pak.
KETUA RAPAT:
Silakan Pak.
WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:
Jadi kalau disetujui bahwasanya kata-kata rencana umum usaha penyediaan tenaga listrik
itu yang diterbitkan oleh PLN itu dihapus. Jadi melakukan kajian komprehensif terhadap rencana
pembangkit listrik nuklir serta berbagai aspek potensi dan seterusnya itu Pak. Jadi untuk
kelistrikan nasional, jadi jangan dimasukkan ke RUU PTL dulu karena RUU PTL itu menjadi.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Topik rapat malam ini RUU PTL kok.
KETUA RAPAT:
Makin jauh Pak, Bapak nggak usah khawatirkan nanti ujungnya di menteri Pak, ujungnya
nanti di menteri Pak.
F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):
Kita akan ke menteri Pak, kami akan desak menteri itu untuk menyetujui RUU PTL PLN.
KETUA RAPAT:
Sudah ya, setuju ya.
(RAPAT:SETUJU)
Ini 5 normatif.
5. Komisi VII DPR RI minta Direktur Jenderal Ketenagalistrik Kementerian ESDM Direktur
Utama PT PLN untuk memperhatikan menindaklanjuti masukan-masukan yang telah
disampaikan oleh.
Iya normatif.
(RAPAT:SETUJU)
Terima kasih.
Sudah ada 5 kesimpulan rapat kita, sehingga kita selesainya pas jam 23.00 kurang ya,
diharapkan dengan 5 kesimpulan ini ke depan tentunya kemenerian maupun PLN dapat
meningkatkan kinerjanya serta yang paling penting mencapai sasaran rencana program yang
sudah dicanangkan oleh PLN, terutama program 35 ribu mega watt. Sehingga sesuai jadwal dan
waktu yang ditetapkan itu dapat dinikmati listik oleh masyarakat Pak, ujungnya kan masyarakat.
Sekali lagi saya uacpkan terima kasih kepada Rekan-rekan yang sudah mapu bertahan
sampai jam 23.00 WIB dan selanjutnya sebagai kata penutup kami persilakan kepada pemerintah
untuk menyampaikan closing statement.
WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:
Bapak Pimpinan dan yang terhoram Anggota Komisi VII DPR RI.
Kami mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang baik dalam rangka pembahasan
hari ini. atas nama pemerintah sekali lagi kami ucapkan terima kasih.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETUA RAPAT:
Terima kasih.
Karena tidak ada lagi yang perlu kita diskusi dan kita bahas karena sudah lengkap ya,
sudah sampai kesimpulan. Maka rapat saya tutup dengan ucapan terima kasih.
Wabillahittaufiq wal hidayah.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
(RAPAT DITUTUP PUKUL 22.50 WIB)
a.n. KETUA RAPAT
SEKRETARIS RAPAT
Dra. Nanik Herry Murti
NIP. 196505061994032002