1
DESAIN SARANA JUAL ES CAMPUR DENGAN SISTEMWARALABA, STUDI KASUS "MINUMAN ES CAMPURYANG MENGGUNAKAN PRODUK SUSU KENTAL MANISPT. FRISIAN FLAGAdhi Prathama NugrahaJurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS.Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Telp./Fax (031) 5931147
ABSTRAKSI
Adalah sarana jual es campur yang mempunyai satu kesatuan bentuk, memiliki ciri
khas branding produk yang dipromosikan dengan tampilan bentuk yang komunikatif
dan menarik.
Karena permasalahan utama PKL minuman ini adalah masalah lokasi berjualan dan
kebutuhan akan space untuk mendisplay bahan minuman maka konsep
ringkas/COMPACT dibutuhkan agar desain rombong ini tidak banyak membutuhkan
tempat dan lebih ringkas, disamping itu faktor keamanan/SAFETY sangat penting
karena rombong ini dititipkan pada pemilik minimarket saat tidak berjualan
SSarana rombong yang komunikatif/COMMUNICATED diterapkan pada desain
rombong ini agar nantinya rombong tersebut mudah digunakan oleh user dan
mempunyai cri khas bentuk perpaduan tabung dan box berdasarkan morfologi bentuk
logo omela dan bentuk kaleng susu yang dapat menarik minat pelanggan.
Ketiga konsep tersebut diterapkan pada desain rombong ini sehingga menghasilkan
rombong jual es yang mempunyai dimensi lebih kecil ringkas PxLxT (100x60x180)
berciri khas dan memiliki penerapan sistem keamanan (adjustable stand pipe).
ABSTRACT
Is a means of selling ice mixed with a unified form, a typical product branding are
promoted with the view of the communicative and interesting.
Because the main problem of this beverage vendors are selling the location problem
and the need for space for the beverage ingredients displaying then compact concept
required for this design does not require a lot more concise and, in addition to the
safety factor is very important because this selling facility left with owner minimarket
when not selling.
Selling facilities that communicative applied to design this so that later this selling
facility easily used by users and has the typical form of fusion cri tubes and boxes
2
based on morphology, shape and form of the logo Omela milk cans that can attract
customers.
These three concepts are applied to this design resulting rombong selling ice rombong
having smaller dimensions LxWxH concise (100x60x180) and a typical application of
the security system (adjustable stand pipe).
KATA KUNCICFC (Compact, Folded, Communicated)Compact : Kesan rombong yang ringkas dengan meminimalisir komponen yang
ada.Folded : Keamanan rombong yang dapat disetel sesuai dengan kebutuhan
(Adjustable Stand Pipe)Communicated : Keserasian bentuk/garis pada komponen rombong dapat
terkomunikasikan dengan baik dan mempunyai ciri khasDibagi menjadi 2 yaitu
> Interaction : Komunikasi antara penjual dan pembeli mudah danrombong mudah dioperasionalkan
> Promotion : Sebagai sarana promosi produk yang komunikatif danpemberian warna yang mencitrakan produk tersebut.
PENDAHULUANLatar BelakangSalah satu usaha dagang kaki lima yang mempunyai peluang bisnis pada brand
produk SKM (Susu Kental Manis) adalah PKL minuman Es Campur hal ini
dikarenakan setiap menyajikan sebuah es campur salah satu unsur utama pemanis
minuman tersebut adalah SKM sehingga sarana bantu jual ini nantinya dapat juga
sebagai sarana promosi brand Susu Kental Manis dalam studi kasus berikut
menggunakan brand produk dari PT. Frisian Flag Indonesia.
Dasar tumbuh berkembangnya ragam PKL minuman dan makanan di kota besar
seperti Surabaya adalah sesuatu yang wajar karena pembangunan tidak merata
hanya ditujukan dikota-kota sedang daerah tidak tersentuh sama sekali hal inilah yang
menjadi tujuan urbanisasi. Dan hukum berjualan pun juga akan berlaku seperti ada
gula ada semut, dimana satu tempat ramai dengan masyarakat maka tumbuhlah PKL-
PKL.
3
Tabel 1: Peluang bisnis di Indonesia 20081
Peluang bisnis makanan dan minuman di Indonesia yang didukung oleh pola
konsumtif masyarakat Indonesia merupakan peluang bisnis yang masih memiliki
peluang besar bagi para investor, ini juga ditandai dengan munculnya berbagai
macam penjaja makanan dan minuman yang disuguhkan oleh PKL di Indonesia
khususnya di Surabaya.
Kota Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan terbesar kedua setelah
Jakarta dengan pertumbahan penduduk yang sangat cepat serta tingkat kepadatan
penduduknya sudah mencapai 7.899 / km persegi2 (hasil survey BPS tahun 2002) dan
adanya krisis berkepanjangan telah melahirkan berbagai tekanan/ masalah baru
maupun sempitnya kesempatan kerja dipedesaan, sehingga situasi semacam ini
menyebabkan penduduk pedesaan mengadu nasib di Kota besar seperti Surabaya,
terutama pekerjaan sector informal. Hal inilah yang melatar belakangi peningkatan
jumlah PKL di Surabaya hingga mencapai 65%. (Prioritas dan Plafon Anggaran
Pemerintah Kota Surabaya 2008).
Gambar 1: Peningkatan jumlah PKL di Surabaya. 3
1 www.wartaekonomi.com2 Hasil Survey Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Surabaya BPS, 2002.3 Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Surabaya, 2009.
4
”Perkembangan sektor dagang dan jasa pada tahun 2009 sangat meningkat drastis
sekitar 65% dari tahun lalu. Dengan demikian Pemerintah Kota berencana untuk
menjadikan Surabaya sebagai kota dagang dan jasa, maka dari itu akan dipersiapkan
pembenahan-pembenahan pada sarana pendukungnya”.4
Sumber : BPS Kota Surabaya
Kini pada akhir 2009 jumlah PK5 di Surabaya meningkat hingga 20% menjadi 18.000
PK5. Dari data tahun 2000, sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan
kontribusi yang cukup signifikan membangun perekonomian Kota Surabaya yaitu
(32,22%), setelah sektor industri pengolahan (35,84%). Fakta ini jadi dilema tersendiri
bagi masyarakat, pemerintah, dan produsen. Dimana keadaan seperti itu saat ini
menjadi sesuatu yang lazim terjadi di kota pahlawan ini. Keadaan ini terjadi karena
himpitan berbagai kepentingan yaitu :
Produsen yang ingin produknya lebih dikenal masyarakat dan diterima
masyarakat dan mempertahankan pelanggan.
Pedagang Kaki Lima yang ingin mencari nafkah.
Pemerintah yang berkewajiban menyelenggarakan dan mengatur kehidupan
masyarakat agar tertib dan teratur.
Oleh karena itu saat ini pemerintah Kota Surabaya tengah menggalakkan
PKL binaan. Dengan program ini nantinya para PKL akan lebih terarah dan tidak lagi
semrawut di jalan sehingga menimbulkan kemacetan.
Pedagang Kaki Lima yang merupakan usaha perdagangan sektor informal perlu
diberdayakan guna menunjang pertumbuhan perekonomian masyarakat dan
sekaligus sebagai salah satu pilihan dalam penyediaan barang dagangan yang
dibutuhkan oleh masyarakat dengan harga yang relatif terjangkau.5
4 Wawali Kota Surabaya Arif Afandi5 Rancangan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 17Tahun2003,halaman1,point b
Tabel 2: Distribusi Persentase Kegiatan Ekonomi di Kota Surabaya
5
Sesuai dengan data tersebut diatas tumbuhnya perkembangan PKL di daerah kota
besar seperti Surabaya memberikan peluang bisnis bagi penjual minuman Es Campur
sebagai Usaha Kecil Menengah yang setidaknya mampu mengurangi angka
pengangguran yang meningkat secara drastis dari tahun ke tahun, nantinya sarana
bantu jual ini harus sesuai dengan regulasi dan aturan-aturan yang ditetapkan oleh
pemerintah juga sebagai sarana promosi branding SKM (Susu Kental Manis).
Tujuan
Mendesain sarana jual minuman es campur yang secara desain komunikatif
mengoptimalkan fungsi ruang dimensi rombong dan berciri khas terhadap branding
yang dipromosikan melalui sarana jual ini.
Masalah
Masalah yang diangkat dari makalah ini adalah : Program Selling Promotion PT.
Frisian Flag yang tiap tahun memiliki rencara mempromosikan brandingnya dan pada
tahun ini memiliki rencana membranding rombong paguyuban PKL minuman es
campur. Dalam penerapanya timbul berbagai masalah mengenai sistem jual PKL dan
kelemahan kelemahan sarana jual terdahulu sehingga sangat dibutuhkan sarana jual
yang mampu mengatasi berbagai masalah tersebut.
Metode Pendekatan
Gambar 2: Skema penelitian
6
Metode Analisis Menggunakan metode komparatif, yaitu dengan membandingkan hasil
pengamatan dan penelitian antara rombong PKL yang sudah ada dengan
ide awal dan kebutuhan yang disimpulkan dari beberapa analisa.
Metode deduktif, yaitu data-data yang diperoleh dari hasil observasi
maupun wawancara dikumpulkan dan diamati untuk kemudian ditarik
kesimpulan yang selanjutnya diterapkan ke dalam perancangan karya
untuk memecahkan masalah.
Metode Konsep Desain
Konsep desain yang ditekankan adalah kesesuaian desain sarana
bantu jual pkl minuman es campur ini dengan segmentasi, jenis usaha,
budaya/ kebiasaan yang ada dan berkembang, dan image yang diharapkan.
Kesesuaian image PKL minuman ini dapat diidentifikasi dari bentuk dan
ragam komposisi campuran minuman yang dibawanya pengaruh barang
bawaan tersebut berperan besar pada tata system display dan sarana
bantunya terhadap penciptaan kesan tersendiri sehingga dapat menjadi daya
tarik bagi calon konsumen.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari konsumen sebagai sumber
informasi melalui wawancara langsung, dalam hal ini melalui diskusi dua
arah..
Wawancara
Sasaran interview :
Penjual minuman es campur keliling dan yang semi permanen
pada area binaan PEMKOT Surabaya.
Pihak bengkel pembuat rombong PKL
Pihak Sponsor yang akan memberi image brand produknya pada
rombong yang akan dibuat ini.
Khalayak ramai yang membeli produk minuman es campur ini.
Stakeholder dan pihak terkait yang dapat dipercaya sebagi
sumber data.
Observasi
dilakukan langsung pada area PKL binaan PEMKOT Surabaya yang
telah mendapatkan ijin resmi berdagang di wilayah tersebut dan
7
lokasi yang merupakan tempat strategis bagi penjual minuman es
campur ini. Juga pada tempat perusahaan yang merakit rombong ini.
Observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran permasalahan
dengan mengamati fakta / bukti secara langsung.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil analisis terhadap data-
data yang mendukung oleh peneliti. Data-data tersebut termasuk data dari
jurnal, internet, surat kabar, hasil penelitian seorang ahli, dan laporan-
laporan.
Metode Studi dan AnalisaStudi dan Analisis data bertujuan untuk melengkapi dan mengolah data
primer yang telah diperoleh melalui wawancara, kuisioner dan observasi
terhadap stake holder yang berhubungan langsung dengan sarana bantu jual
pkl minuman ini.
Berikut ini adalah data objective tree dari desain Sistem sarana penjualan minuman
Es Campur yang merupakan dasar atau penuangan ide dan pemikiran untuk
menemukan karakteristik dari produk yang akan didesain.
PembahasanLangkah awal penelitian ini dimulai dari pembahasan Analisa aktifitas yang bertujuan
untuk mengetahui aktifitas apa saja yang dilakukan, baik oleh penjual maupun
pembeli dari ketika penjual menerima pesanan dari pembeli hingga memberikan
Gambar 3: Objectives tree
8
Gambar 4: Aktifitas utama.
Gambar 5: Lingkup modul terkecil.
Gambar 6: Aktifitas - Konfigurasi
kepada pembeli, Hal ini kemudian diperlukan untuk mengidentifikasi permasalahan
dan kebutuhan apa saja untuk mendukung aktifitas dari penjual.
Pada studi berikut memiliki beberapa rangkaian proses aktifitas yaitu Pembahasan
pada aktifitas Pedagang kaki Lima (PKL) terbagi atas tiga tahap yaitu tahap PRA,
SEDANG, dan PASCA.
Hasil pada analisa ini adalah rangkaian aktifitas utama dan modul awal eksisting yang
dapat dipakai sebagai acuan
Berdasarkan hasil dari analisa aktifitas yaitu berupa aktifitas utama dan lingkup modul
terkecil maka dibutuhkan sistem baru yang dijadikan usulan sarana jual ini sebagai
berikut.
9
Tabel 1: Matriks Komponen Konfigurasi
Gambar 7: Dimensi Keseluruhan Rombong
Kesimpulan:
dari matrik pemilihan diatas adalah menggunakan sarana baru dengan sistem jual
waralaba adapun untuk pemilihan konfigurasi tata letak adalah sebagai berikut
Penentuan pemilihan konfigurasi diatas berdasarkan dari perolehan poin tertinggi
pada tabel matriks diatas dan poin total terbesar diraih oleh Penataan toples dengan
konfigurasi sejajar.
Langkah berikutnya adalah dengan menentukan dimensi rombong sesuai dengan
konfigurasi tersebut diatas dan menerapkan analisa antropometri pada ukuran sarana
jual ini agar nantinya dimensi rombong lebih optimal dan mengedepankan
kenyamanan user adapun hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Dimensi Rombong Utama> Panjang = 160 cm> Lebar = 55 cm> Tinggi = 80 cm
Dimensi Meja Storage> Panjang = 100 cm> Lebar = 35 cm> Tinggi = 60 cm
10
Tabel 4.3 Antropometri user Gambar 8: Dimensi workstation
Dengan menerapkan acuan antropometri Julius panero maka didapatkan dimensi
keseluruhan rombong sebagai berikut.
Setelah mengetahui dimensi rombong dan penerapan antropometri pada sarana jual
ini maka langkah selanjutnya adalah proses desain dengan membandingkan
alternative desain menggunakan parameter yang sama, hal ini bertujuan untuk
menentukan desain final berdasarkan proses awal desain hingga akhir.
11
Kesimpulan: Alternatif Terpilih Desain 2
Alternatif ini terpilih karena dimensi rombong menjadi lebih ringkas dan sesuai
dengan konsep desain.
HasilBab ini merupakan kesimpulan dari seluruh proses analisa dan studi desain yang
disesuaikan dengan konsep desain dan mengacu pada batasan desain yang telah
ditetapkan diawal.
Konsep desain yang diambil adalah :
Compact
Kesan rombong yang ringkas dengan meminimalisir komponen yang ada
Desain atap rombong yang dapat ditutup ketika selesai berjualan
Dimensi rombong menjadi lebih mini atau ringkas
12
Gambar 10: Saat masih tertutup Gambar 12: Penjual mendorongke tempat jualan
Gambar 9: Rombong ketika ditutup
Gambar 11: Menyiapkan rombong
Folded
Keamanan rombong yang dapat disetel sesuai dengan kebutuhan
(Adjustable Stand Pipe)
Desain rangka atap rombong menggunakan mekanisme teleskopik berbasis
sistem seat clamp sehingga saat akan berjualan rangka atap rombong bisa
dinaik turunkan/ adjustable
Bertujuan agar rombong lebih aman ketika tutup dan dititipkan pada pemilik
minimarket
13
Gambar 17: Mekanisme Sistem Kuncian
Gambar 13: Langkah ke 1 Gambar 14: Langkah ke 2 Gambar 15: Langkah ke 3
Gambar 16: Rombong siap berjualan
Meknisme ini menggunakan sistem jepit yang diaplikasikan pada rangka tiangpenyangga atap
14
Gambar 18: Alur morfologi bentuk garis outline logo omela
Gambar 19: Bentuk dasar rombong
Gambar 20: Alternatif warna 1
Communicated
Keserasian bentuk/garis pada komponen rombong dapat terkomunikasikan dengan
baik dan mempunyai ciri khas
Konsep bentuk diambil dari morfologi bentuk kaleng dan logo Susu Kental
Manis Omela yang lebih menonjolkan image bulat
Berdasarkan bahan yang dipakai, yaitu multiplek, maka bentuk body utama
rombong yang menonjol adalah bentuk kotak, pada proses pengolahan dan
finishing terhadap bahan ini, kemungkinan menggunakan bentuk lengkung
atau tidak menyudut masih bisa dilakukan.
Bentukan lingkaran atau bulat lebih ditonjolkan pada image luar rombong
karena kombinasi bentuk kotak lebih optimal pada pemanfaatan dimensi, dan
bentuk bulat yang sesuai dengan konsep bentuk kaleng
Alternatif WarnaBerikut merupakan alternatif warna
dari sarana jual es campur.
15
Gambar 21: Alternatif warna 2
Gambar 22: Alternatif warna 3
Gambar 23: Alternatif warna 4
16
Gambar 24: Alternatif warna 5
Kesimpulan dan SaranKesimpulan yang dapat diambil dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan sistem jual waralaba atau francize mempengaruhi hasil desain
grafis dari bentuk rombong ini sehingga pemilik francizor mempunyai hak
penuh merubah branding yang diaplikasikan pada rombong ini nantinya.
2. Telah dirancang sebuah sarana jual minuman yang dapat mengakomodasi
kebutuhan pemilik dan konsumen.
3. Dengan rancangan sarana jual ini operasional rombong semakin aman,
image produk yang dipromosikan mampu terkomunikasikan dengan baik.
Saran
1. Hasil perancangan tugas akhir ini dapat diterapkan langsung untuk berjualan
minuman yang mendisplay bahan minumannya dan yang mencampur banyak
bahan sebelum disajikan pada konsumen.
2. Untuk rencana kedepan dikembangkan bentuk desain rombong dengan
sistem PKL sehingga rombong nantinya tidak lagi menggunakan roda cluster
tetapi menggunakan roda 27" inch sebagai upaya untuk mengakomodasi
kebutuhan penjual akan mobilitas menjangkau area berjualan atau mangkal.
17
DAFTAR PUSTAKABUKU DAN NARASUMBER
Afandi, Arif. Wawali kota Surabaya. 31 Mei 2007, Rencana pembangunan Surabaya
: Suara Surabaya
Dreyfuss, H. 1960, The Measure Of Man Human Factor in Design. New York :
Whitney Publication.
Jawa Pos (Surabaya) ”Keberadaan PK5 sebenarnya diperbolehkan .........”. 2006, 15
Februari
Panero, J. 1978, Human Dimension And Interior Space, New York : The Whitney
Library Of Design.
Peraturan daerah kota Surabaya No.17 tahun 2003, mengenai Pedagang Kaki Lima
(PK5)
Sumber data, 2008. Surabaya : Bappeko (Badan Perencanaan dan Pembangunan
Kota)
Ulrich, Karl T. and Steven D. Eppinger. 2001. Perancangan dan PengembanganProduk. Jakarta : Salemba Teknika.
LAPORAN PAPER / STUDILaporan Tugas Akhir Desain Produk Industri ITS, “ Desain Sistem Fasilitas
Pedagang Kaki Lima (PK5) bagi penjual Makanan setengah siap saji”
Handy Octoriawan S. 2008
Vol 1. no 2, 2006, “Vernakularisme Pada Desain Perangkat Jual PedagangMakanan Keliling di Bandung” Jurnal Ilmu Desain, FSRD-ITB, Bandung.
MEDIA ONLINE / INTERNET
http//www.endahgf.blogspot.com
http://www.fatkur.pks-surabaya.or.id
http://www.google.com
http://www.kompas.com
http://www.surabaya.go.id
Top Related