BORANG PORTOFOLIO KASUS 2 (MEDIK)
No. ID dan Nama Peserta : dr. Muznida Z. AhmadNo. ID dan Nama Wahana : RSUD Salewangang MarosTopik : Demam TifoidTanggal (kasus) : Presenter : dr. Muznida Z. AhmadTanggal Presentasi : Pendamping : dr. HasmiahTempat Presentasi : RSUD Salewangang MarosObyektif Presentasi : Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia BumilDeskripsi : Perempuan berusia 18 tahun datang dengan keluhan demam sejak tujuh hari yang lalu. Demam dirasakan naik turun, demam terutama pada malam hari disertai menggigil dan keringat dingin, batuk +, sakit kepala + seperti ditusuk-tusuk. Pasien juga mengeluhkan mual,muntah tiap makan dan minum, nafsu makan menurun, BAK lancar, belum buang air besar sejak 3 hari SMRSTujuan : memberikan penanganan pertama pada pasien demamBahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus AuditCara Membahas : Diskusi Presentasi & Diskusi E-mail PosData Pasien : Nama : Nn. R No.RM : 149322Nama Klinik : UGD Telp. : - Terdaftar sejak : Data Utama Untuk Bahasan Diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis : Demam sejak tujuh hari yang lalu, tidak terus menerus, demam terutama pada malam hari disertai menggigil dan keringat dingin,batuk +, sakit kepala seperti ditusuk tusuk, mual-muntah + tiap makan dan minum, nafsu makan menurun, BAK lancar, belum buang air besar sejak 3 hari SMRS. Keadaan umum pasien tampak lemas, dengan kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 80 x/menit irama reguler, respiration rate 20 x/ menit, dan suhu 38˚C
2. Riwayat pengobatan : -3. Riwayat kesehatan/penyakit :-4. Riwayat keluarga : tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien.5. Riwayat pekerjaan : Mahasiswi6. Lain-lain : Laboratorium: leukosit 8000, Hb 11, GDS 98, widal titeo O: 1/320
DAFTAR PUSTAKA Background Document.2003.The Diagnosis, Treatment and Prevention of Thypoid Fever. Comunicable Disease Surveillance and Response Vaccinase and Biologicals. WHO. Bhutta ZA. 2006.Clinical Review. Current Concepts in the Diagnosis and Treatment of Thypoid Fever. BMJ; 333: 78-82 Braunwald. 2008.Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th Edition, New York, Brush john L.2009. typhoid fever, in http://emedicine.medscape.com Jawetz Ernest et al. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Alih Bahasa : Nugroho Edi, Maulani RF. Jakarta EGC Ranjan L.Fernando et al. 2001. Tropical Infectious Diseases Epidemiology, Investigation, Diagnosis and Management, London,;45:270-272 Widodo Djoko. 2007. Demam Tifoid didalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi IV. Jakarta FKUIHasil Pembelajaran :
1. Etiologi yang mungkin pada pasien dengan demam
2. Diagnosis demam tifoid3. Faktor-faktor risiko demam tifoid4. Penanganan awal demam tifoid5. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk demam tifoid6. Konsultasi yang diperlukan untuk demam tifoid
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio1. Subyektif
Pasien datang dengan keluhan demam sejak tujuh hari yang lalu. Demam dirasakan naik turun, demam terutama pada malam hari disertai menggigil dan keringat dingin, batuk +, sakit kepala + seperti ditusuk-tusuk. Pasien juga mengeluhkan mual,muntah tiap makan dan minum, nafsu makan menurun, BAK lancar, belum buang air besar sejak 3 hari SMRS
2. Obyektif Keadaan umum: Sakit sedang, gizi cukup, compos mentisTanda vital: tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 80 x/menit irama reguler, respiration rate 20 x/ menit, dan suhu 38,00C.Pada pemeriksaan kepala leher, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pada lidah ditemukan lidah kotor ditengah dan hiperemis di pinggir, tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening pada leher.Pada pemeriksaan thoraks pulmo dan cor dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan pada regio hipocondriaca dextra et sinistra, regio epigastrica, regio abdominal lateralis dextra dan regio inguinalis dextra.Pada pemeriksaan ekstremitas dalam batas normal tidak ditemukan edema.Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan adalah laboratorium darah rutin dan widal. Pada hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin dan widal yang dilakukan pada tanggal 18 April 2013: HCT (34,2%), trombosit (320x103/μL), Hb (11,7 g/dL).Widal, S.typhi : titer O (+) 1/320, H (+) 1/320, S.Paratyphi A: titer O : (+) 1/80, H (-). S. Paratyphi B : titer O (+) 1/160, titer H (+) 1/160, S.Paratyphi C: titer O (+) 1/320. Titer H (+) 1/160
3. Assessment (penalaran klinis)
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium, pasien ini di
diagnosis dengan demam tifoid Melalui anamnesis, ditemukan adanya gejala panas yang
dialami pasien sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit. Panas tinggi pada perabaan,
bersifat naik turun, Panas terutama pada malam hari. Tipe panas yang ditemui pada pasien ini
berupa panas yang naik secara bertahap lalu menentap selama beberapa hari (1 minggu) dan
panas terutama pada malam hari. Poin ini memenuhi salah satu komponen kriteria
penegakkan diagnosis demam tifoid yaitu demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari)
dengan sifat demam yang naik secara bertahap lalu menentap selama beberapa hari, demam
terutama pada sore/ malam hari. Panas yang naik turun dan terus menerus menggambarkan
demam yang bersifat remitten juga bersifat kontinua. Demam tifoid merupakan salah satu
bekteremia yang disertai oleh infeksi menyeluruh. Demam disebabkan karena salmonella
thypi dan endotoksinnya merangsang pembentukan dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit
pada jaringan yang meradang. Sakit kepala juga dikeluhkan pasien, seperti ditusuk-tusuk.
Demam yang tinggi dapat menimbulkan sakit kepala, sakit kepala pada demam tifoid
biasanya terjadi di daerah frontal. Sakit kepala juga merupakan salah satu tanda gangguan
sistem saraf pusat. Mual dan muntah dialami pasien bersamaan dengan panas. Nyeri ulu hati
juga dialami penderita. Nafsu makan penderita menurun dan diikuti lemah badan. Pasien
tidak bisa buang air besar sejak 3 hari yang lalu. Buang air kecil biasa. Bakteri Salmonella
typhi berkembang biak di hati dan limpa, akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya
menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya
makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi dimuntahkan lewat mulut.
Diare atau mencret terjadi karena sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan
gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi konstipasi. Tanda vital lain yang
ditemukan adalah bradikardi relatif dimana pada suhu badan 38,00C denyut nadi 80x/ menit.
Yang semestinya nadi akan meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi
lebih lambat dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Normalnya frekuensi nadi akan
meningkat sebanyak 8x/ menit pada setiap peningkatan suhu tubuh sebanyak 1oC, pada
demam tifoid denyut nadi akan lebih lambat dari perhitungan yang seharusnya, hal ini
disebabkan oleh karena efek endotoksin pada miokard. Pada pemeriksaan mulut ditemukan
ada lidah kotor. Khas lidah pada penderita demam tifoid adalah kotor di tengah, tepi dan
ujung merah serta bergetar atau tremor. Pada pemeriksaan abdomen, ditemukan adanya nyeri
tekan epigastrium tetapi tidak didapatkan hepatomegali. Sebagaimana diketahui bahwa
bakteri Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman, sehingga
terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Kemudian mengikuti peredaran darah,
menyebabkan bakterimia kemudian akan masuk melalui sirkulasi portal dari usus kemudian
berkembang biak di hati dan limpa, akibatnya terjadi pembengkakan (hepatomegali) dan
akhirnya menekan lambung. Hal inilah yang menyebabkan adanya rasa nyeri ketika
epigastrium ditekan. Hepatomegali terjadi pada 25% dari kasus, terjadi pada minggu ke II
sampai dengan masa konvalesens5. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukosit
8000mm3. Pada demam tifoid darah tepi dapat terjadi kekurangan darah dari ringan sampai
sedang karena efek kuman yang menekan sumsum tulang. Leukosit dapat menurun hingga <
3.000/mm3 dan ini ditemukan pada fase demam. Pemeriksaan serologi test WIDAL diperoleh
titer Typhi O 1/320. Tes Widal dilakukan untuk mengukur antibodi terhadap antigen O dan H
pada Salmonella Typhi. Tes widal (O dan H agglutinin) mulai positif pada hari kesepuluh dan
titer akan semakin meningkat sampai berakhirnya penyakit. Reaksi WIDAL tunggal dengan
titer antibodi O 1:320 atau titer antibodi H 1:640 menyokong diagnosis demam tifoid pada
pasien dengan gambaran klinis yang khas. 4. Plan :
Diagnosis:
Berdasarkan anamnesis pasien demam 7 hari, sakit kepala, mual dan muntah serta terjadi
penurunan nafsu makan dan tidak BAB sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan fisis
didapatkan shuhu pasien 38 derajat celcius dan pada pemeriksaan widal didapatkan titer O yang
bermakna yaitu 1/320 menunjang diagnosis demam tifoid
Pengobatan:
Penanganan Awal dan hari I pada pasien ini:
1. Bed rest
2. Infus RL 30 tpm 1 flabot dilanjutkan dengan maintenance 20 tpm
3. Ceftriaxone 1gr/12 jam
4. Novalgin1amp/8 jam
5. Metoclopramide1amp/8jam
6. Ranitidin 1amp/12jam
7. Antasid syr 3 dd CI
Penatalaksanaan
Penegakan diagnosis awal demam tifoid dan penatalakasaan yang tepat merupakan hal
yang penting. Sebagian besar pasien dengan tifoid dapat dirawat dirumah dengan antibiotic
oral dan dilakukan follow-up untuk mengikuti perkembangan penyakit dan melihat
apakah ada komplikasi atau kegagalan terapi. Pasien dengan muntah yang persisten, diare
berta dan distensi abdomen memerlukan perawatan di rumah sakit dan terapi antibiotic
parenteral. Secara umum terdapat tiga prinsip penatalaksanaan demam tifoid. Istirahat yang
adekuat, hydrasi dan pengobatan penting untuk mengoreksi ketidakseimbangan cairan-
elektrolit. Terapi antipiretik (aceminophen 120-750 mg stiap 4-6 jam PO) harus diberikan
jika diperlukan. Makanan yang lunak, harus dilanjutkan pada pasien distensi abdomen atau
ileus. Terapi antibiotic penting untuk meminimalisir komplikasi. Pengggunaan
chloramphenicol atau amoxicillin diketahhui mempunyai angka kekambuhan masing-masing
5-15% dan 4-14%. Berikut adalah antibiotik yang biasa digunakan pada demam tifoid.
Sebagai tambahan untuk antibiotik, terapi suportif juga penting dan pemeliharaan
keseimbangan cairan dan elektrolit juga harus diperhatikan. Pemberian terapi tambahan
dengan dexametason 3mg/kgBB dosis awal, diikuti 1 mg/kg setiap 6 jam selama 48 jam)
telah diekomendasikan pada pasien dengan syok, penurunan kesadaran, stupor atau koma, hal
ini harus dilakukan dengan pengawasan
Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan
Penanganan
Demam Tifoid
4 hari pertama Gejala berkurang
Nasihat Selama perawatan Pasien dan keluarga mendapat edukasi tentang penyakit dan penanganan Demam Tifoid dan menghindari berulangnya penyakit ini
Top Related