DEMAM TIFOID
ade
Definisi
Demam tifoid adalah penyakit sistemik dikarakterisasikan oleh demam dan nyeri abdomen oleh karena diseminasi S. typhi atau S. paratyphi. Dinamai demam tifoid karena kemiripan gejala klinisnya dengan tifus.
Epidemiologi
Insiders demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan; di daeral rural (Jawa Barat) 157 kasus per 100.000 penduduk, sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 per 100.00 penduduk. Perbedaan insidens di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan.
Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi, dapat juga disebabkan oleh S. Paratyphi.Salmonela adalah bakteri gram negatif, termasuk ke dalam famili Enterobactericeae.
Salmonela thypi
Salmonela memiliki tiga antigen utama: antigen O [lipopolisakarida (LPS)], antigen Vi (surface antigen; S. typhi dan S. paratyphi C), dan antigen H (flagel). Secara umum, pada pemeriksaan laboratorium, Salmonella dibagi menjadi serogrup A, B, C1, C2, D, dan E.
Cont’
S. typhi merupakan patogen enterik yang sangat virulen dan invasif yang menyerang manusia. Sumber penularan terutama melalui pencemaran makanan atau minuman oleh bakteri tersebut yang dikeluarkan melalui tinja penderita demam tifoid
Patofisiologi
Berkmbang biak di lamina propria
Menembus epitel terutama sel
Cont’
Manifestasi klinis
Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian.
Cont’
Pada minggu 1 : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis(mimisan). Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari
Cont’
minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif (bradikardia relatif adalah peningkatan suhu 1oC tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit, lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis
P. Penunjang
Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan darah perifer lengkap sering
ditemukan leukopenia, dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis.
Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun limfopenia
Laju endap darah pada demam tifoid dapat meningkat.
SGOT dan SGPT seringkali meningkat
Uji WidalPada uji Widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. typhi dengan antibodi yang disebut aglutinin
Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demam, kemudian meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada minggu ke-empat, dan tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase akut mula-mula timbul aglutinin 0, kemudian diikuti dengan aglutinin H. Pada orang yang telah sembuh aglutinin 0 masih tetap dijumpai setelah 4-6 bulan, sedangkan aglutinin H menetap Iebih lama antara 9-12 bulan. Oleh karena itu uji Widal bukan untuk menentukan kesembuhan penyakit.
ELISA Kultur Darah “Hasil biakan darah yang
positif memastikan demam tifoid”
Penatalaksanaan
Istirahat dan Perawatan Diet dan Terapi Penunjang Pemberian Antimikroba
Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid adalah kloramfenikol (pilihan utama), tiamfenikol, ampisilin dan amoksisilin, sefalosporin generasi ketiga, golongan florokuinon, dan dapat diberikan kombinasi obat antimikroba, dan kortikosteroid bila diperlukan.
komplikasi
Komplikasi intestinal: Perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik, pankreatitis
Komplikasi ekstra-intestinal: Komplikasi kardiovaskular: gagal sirkulasi perifer,
miokarditis, tromboflebitis. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia, KID,
trombosis. Komplikasi paru: pneumonia, empiema, pleuritic. Komplikasi hepatobilier: hepatitis, kolesistitis. komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis. komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis,
artritis. komplikasi neuropsikiatrik/tifoid toksik.
PENCEGAHAAN
Vaksinasi Ty21a (Vivotif Berna, Swiss Serum and
Vaccine Institute) ViCPS (Typhim Vi, Pasteur Merieux)
Referensi
Widodo D. Demam tifoid. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI; 2006. h. 1774-6.
Lesser CF, Miller SI. Salmonellosis. In: Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, editors. Harrison’s principles of internal medicine. 15th ed. USA: McGraw Hill; 2001.p. 970-3.
Brusch JL. Typhoid fever. Diunduh dari http://www.emedicine.com/MED/topic2331.htm pada tanggal 3 April 2008 pukul 09.20 WIB.
Brooks GF, Butel JS, Ornston LN, Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. Jawetz, melnick & adelberg mikrobiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC; 1996. h. 243-7.
Rafli A, Hidayati AD, Abdaly MS, Ekaputri K, Widiyanti R, Satrio S, et al. Aspek Molekular demam tifoid. Modul Biologi Molekular. FKUI: 2006.
Lesser CF & Miller SI. Salmonellosis. Harrison’s Principle of Internal Medicine, 16th ed. USA: McGraw Hill Inc. 2005. p926-929.