TUGAS TERSTRUKTUR
DASAR AGRONOMI
( PNU2312 )
LINGKUNGAN TUMBUH TANAMAN TEH
Oleh :
YULIANA ROSALINDA
A1C014012
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman teh termasuk genus Camellia yang memiliki sekitar 82 species,
terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30° sebelah utara
maupun selatan khatulistiwa. Selain tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) yang dikonsumsi sebagai minuman penyegar, genus Cammelia ini juga
mencakup banyak jenis tanaman hias. Kebiasaan minum teh diduga berasal dari
China yang kemudian berkembang ke Jepang dan juga Eropa. Tanaman teh
berasal dari wilayah perbatasan negara-negara China selatan (Yunan), Laos Barat
Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut, yang merupakan
vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis.
Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh
dari jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan
ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta
bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari China
tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta. Pada tahun
1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada
tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat. Berhasilnya
penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung
(Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson,
seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa. Teh dari
Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835. Teh jenis Assam
mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan
ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan masuknya
teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh China diganti
dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang
semakin luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di daerah
Simalungun, Sumatera Utara.
B. Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi tanaman teh.
2. Mengetahui botani tanaman teh.
3. Mengetahui syarat tumbuh tanaman teh.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze) merupakan minuman non alcohol yang
banyak digemari oleh masyarakat. Teh sebagai bahan minuman, dibuat dari pucuk
muda yang telah mengalami proses pengolahan tertentu. Daun the mengandung
khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia, salah satunya adalah
sebagai antioksidan. Khasiat yang dimiliki oleh minuman the berasal dari
kandungan bahan kimia yang terdapat dalam daun teh. Teh merupakan salah satu
komoditas ekspor nonmigas yang telah dikenal sejak lama dan menjadi penghasil
devisa bagi Indonesia. Dewasa ini, Indonesia menjadi salah satu dari lima negara
penghasil dan pengekspor teh utama di dunia, yang pemasaran hasilnya tersebar
ke negara-negara konsumen yang berada di lima benua.
Tanaman teh merupakan tanaman perkebunan yang mempunyai kemampuan
produksi relatif lebih cepat dibandingkan tanaman perkebunan lainnya. Kelebihan
lainnya yaitu dapat berfungsi hidrologis dan dengan pengaturan rotasi petik,
tanaman teh dapat dipanen menurut petak pemetikan sehingga hasil tanaman teh
tersedia setiap hari. Umur ekonomisnya dapat mencapai 70 tahun, sehingga akan
dapat memberi peluang bisnis yang cukup handal pada kondisi pasar yang
cenderung naik turun (Anonim, 1992).
Tanaman teh berasal dari daerah subtropis, oleh karena itu di Indonesia teh
lebih cocok ditanam di daerah dataran tinggi. Lingkungan fisik yang paling
berpengaruh terhadap pertumbuhan teh ialah iklim dan tanah. Faktor iklim yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh adalah curah hujan, suhu udara,
tinggi tempat, sinar matahari, dan angin. Di Indonesia tanaman teh hanya ditanam
di dataran tinggi. Ada kaitan erat antara tinggi tempat (elevasi) dengan suhu, yaitu
semakin rendah elevasi suhu udara akan semakin tinggi. Perbedaan ketinggian
tempat menyebabkan perbedaan suhu dan mempengaruhi pertumbuhan perdu teh
(Setyamidjaja, 2000).
Di Indonesia tanaman teh ditanam sebagai tanaman perkebunan pada
ketinggian 700 – 2.000 m dpl. Di negara tropis seperti Indonesia, teh diperoleh
sepanjang tahun dengan gilir petik 6 - 12 hari. Tanaman teh bila dibiarkan tumbuh
dapat mencapai 15 m, tetapi di perkebunan tingginya dipertahankan sekitar 70 –
150 cm. Iklim yang sesuai untuk tanaman teh adalah curah hujan minimum 2000
mm dan merata sepanjang tahun dengan suhu 11°C – 25°C disamping tingkat
kesuburan tanah yang baik (Anonim, 2010). Menurut Schoorel (1974),
perkebunan teh di Indonesia berdasarkan tinggi tempat dibedakan menjadi 3
golongan, yaitu :
1. Perkebunan daerah rendah, yaitu kebun-kebun pada ketinggian di bawah
800 m dpl dengan suhu rata-rata 23,86°C.
2. Perkebunan daerah sedang, yaitu kebun-kebun pada ketinggian antara
800-1.200 m dpl dengan suhu rata-rata 21,24°C.
3. Perkebunan daerah tinggi, yaitu kebun-kebun pada ketinggian di atas
1.200 m dpl dengan suhu rata-rata 18,98°C.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh yaitu
faktor internal tanaman meliputi sifat-sifat unggul, umur, dan klon tanaman yang
dibudidayakan. Faktor eksternal (lingkungan) yaitu kondisi iklim yang meliputi
suhu, curah hujan, kecepatan angin, dan kelembaban serta kondisi tanah seperti
jenis tanah, pH, dan mikroorganisme tanah. Agar interaksi kedua faktor tersebut
mendukung proses pencapaian target produksi, maka dilakukan pengelolaan
dalam bentuk tindakan budidaya yang berorientasi dan disesuaikan dengan proses-
proses yang terjadi di dalam tubuh tanaman (Anonim, 2011).
Membudidayakan tanaman teh perlu diketahui syarat tumbuh tanaman dan
cara budidaya yang baik. Dengan mengetahui syarat tumbuh dan cara budidaya
yang baik maka dapat diperoleh pertumbuhan tanaman teh yang optimal sehingga
hasil yang diperoleh pun optimal. Tinggi tempat merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas pucuk teh. Suhu yang
berbeda pada setiap tinggi tempat akan mempengaruhi proses fisiologis tanaman
teh. Semakin tinggi tempat maka suhu semakin rendah dan proses metabolisme
pada tanaman teh akan berjalan semakin lambat. Suhu juga berpengaruh terhadap
laju pertumbuhan pucuk, dimana laju pertumbuhan pucuk semakin lambat pada
suhu yang lebih rendah. Hingga saat ini belum diketahui berapa ketinggian tempat
optimum untuk perkebunan teh di Indonesia yang dapat menghasilkan
pertumbuhan, hasil dan kualitas pucuk teh yang tinggi. Dalam hal ini perlu
dilakukan suatu penelitian untuk mendapatkan informasi yang cukup lengkap
mengenai pengaruh ketinggian tempat terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas
pucuk teh di perkebunan teh Indonesia (Suwarto dan Octavianty, 2012).
III. PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Tanaman Teh
Klasifikasi teh menurut Graham (1984); Steenis (1987); dan Tjitrosoepomo
(1989), genus Camellia dibedakan menjadi beberapa spesies teh yaitu sinensis,
assamica, irrawadiensis. Sejak tahun 1958 semua teh dikenal sebagai suatu spesies
tunggal Camellia sinensis dengan beberapa varietas khusus, yaitu sinensis,
assamica dan irrawadiensis. Tanaman teh Camellia sinensis O.K.Var.assamica
(Mast) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan biji)
Sub Divisi : Angiospermae (tumbuhan biji terbuka)
Kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah)
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo (Bangsa) : Guttiferales (Clusiales)
Familia (Suku) : Camelliaceae (Tehaceae)
Genus (Marga) : Camellia
Spesies (Jenis) : Camellia sinensis
Varietas : Assamica
Teh banyak dikembangkan di Negara-negara tropis dan subtropis.
Perkebunan teh di Indonesia sebagian besar berlokasi di Jawa Barat dengan 72%
dari total areal perkebunan teh di Indonesia. Dengan demikian Jawa Barat juga
mendominasi produksi teh dengan pangsa pasar 66% pada tahun 2001, disusul
Sumatera Utara dengan pangsa pasar 13%, Jawa Tengah sebesar 10%, Jawa
Timur sebesar 4%. Saat ini perkebunan teh PTPN telah berkembang menjadi 44
kebun dengan luas areal 48.815 ha atau 30,99% total area Indonesia,
menghasilkan 82.500 ton atau setara 54,73% total produksi teh Indonesia.
Produksi teh PTPN sebagian besar adalah teh hitam (Orthodox dan CTC).
Produksi teh PTPN sebagian besar dipasarkan untuk tujuan ekspor ke berbagai
belahan dunia. Pembeli teh PTPN yang saat ini masih aktif di Jakarta Tea Auction
antara lain : Unilever, Van Rees, Les Rayner, Suruchi, Sariwangi, Pada Kersa,
Jakarta Tea Trader, Sinar Maluku dan Yousuf Akbani (Setyamidjaja, 2000).
Jenis Teh
Teh dalam bahan minuman terbuat dari pucuk tanaman teh (Camellia
sinensis (L.) O. Kuntze) melalui pengolahan tertentu. Menurut Ghani (2002),
penanganan pasca panen teh dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
Teh Hijau
Teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi. Daun teh diperlakukan dengan panas
sehingga terjadi inaktivasi enzim. Pemanasan ini dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan udara kering dan pemanasan basah dengan uap panas (steam). Komponen
kimia dari teh hijau dapat dilihat pada Tabel 3.
Teh Hitam
Teh hitam diperoleh melalui proses fermentasi. Dalam hal ini fermentasi tidak
menggunakan mikrobia sebagai sumber enzim, melainkan dilakukan oleh enzim
polifenol oksidase yang terdapat di dalam daun teh itu sendiri. Komponen-
komponen kimia dari teh hitam dapat dilihat pada Tabel 4.
Menurut Ghani (2002), berdasarkan sistem pengolahannya maka teh hitam dapat
dibagi dua yaitu:
a. Teh Orthodox : teh yang diolah melalui proses pelayuan sekitar 16 jam,
penggulungan, fermentasi, pengeringan, sortasi, hingga bentuk teh jadi.
b. Teh CTC (Crushing, Tearing, Curling) : teh yang diolah melalui
perajangan, penyobekan, dan penggulungan daun basah menjadi bubuk
kemudian dilanjutkan dengan fermentasi, pengeringan, dan sortasi.
Teh Oolong
Teh oolong diproses secara semi fermentasi dan dibuat dengan bahan baku
khusus, yaitu varietas tertentu yang memberikan aroma khusus. Daun the
dilayukan lebih dahulu, kemudian dipanaskan pada suhu 160 °C sampai 240 °C
selama tiga sampai tujuh menit untuk inaktivasi enzim, selanjutnya digulung dan
dikeringkan.
B. Botani Tanaman Teh
Akar
Secara umum tanaman teh berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah,
dan cukup sulit untuk dapat menembus lapisan tanah. Kebanyakan perdu
mempertahankan akar tunggang sedalam 90 – 150 cm dengan diameter sekitar
7,5cm. Pertumbuhan akar ke arah lateral, penyebarannya dibatasi perdu di
dekatnya. Perdu yang ditanam dengan jarak 120 cm, dipangkas dan dipetik,
setelah 4 tahun ujung akarnya saling bertemu. Tetapi di kebun induk biji yang
berjarak 4,5 – 5,5m, akar kemudian dapat saling bertemu juga. Perakaran utama
berkembang padalapisan tanah atas sedalam 0 – 25 cm, yang merupakan tempat
utama berakumulasinya unsur-unsur hara tanaman di dalam tanah.
Daun
Pertumbuhan daun pada semaian atau stek dimulai dari poros utama dan duduk
secara filotaksis berselang-seling. Ranting dan daun baru, tumbuh dari tunas pada
ketiak daun tua. Daun selalu berwarna hijau, berbentuk lonjong, ujungnya
runcing, dan tepinya bergerigi. Daun-daun baru mulai tumbuh setelah
pemangkasan, lebih besar daripada daun-daun yang terbentuk sesudahnya.
Besarnya daun berkisar antara 2,5 – 25 cm tergantung pada varietasnya. Pucuk
dan ruasnya berambut. Daun tua bertekstur seperti kulit, permukaan atasnya
berkilat dan berwarna hijau kelam.
Bunga
Perkembangan bunga mengikuti tahap pertumbuhan daun. Bunga teh sebagian
besar self steril, dan biji yang berasal dari bunga yang menyerbuk sendiri
menghasilkan tanaman yang tumbuh merana. Bunga sempurna mempunyai putik
dengan 5 – 7 mahkota. Daun bunga berjumlah sama dengan mahkota, berwarna
putih halus berlilin. Daun bunga berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari panjang
dengan benang sari kuning bersel kembar, menonjol 2 – 3 mm ke atas. Putik
berambut 3 – 5 helai. Hanya sekitar 2 % dari keseluruhan
pada sebuah pohon, berhasil membentuk biji. Penyerbukan buatan hanya
meningkatkan jumlah buah sampai 14%.
Buah
Buah yang masih muda, berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal. Mula-
mula berkilat, tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar.
Bijinya berwarna coklat berruang tiga, berkulit tipis, berbentuk bundar di satu sisi
dan datar di sisi lain. Biji berbelah dua dengan kotiledon besar, yang jika dibelah
akan secara jelas memperlihatkan embrio akar dan tunas. Biji mengandung
minyak dengan kadar yang tinggi.
Rahayu, P. S, 2009
C. Syarat Tumbuh Tanaman Teh
Benih pada tanaman teh ini diambil dari kebun biji, berupa biji jatuhan, tidak
terserang kepik biji dan besar. Biji disimpan di dalam kaleng yang ditutup rapat
dengan kelembaban 35-38% dan segera disemaikan setelah dipungut.
Perkecambahan dalam badengan Pasir setebal biji teh dihamparkan pada kotak
papan 1 x 2 m. Taburkan benih di atas hamparan pasir. Hamparkan kembali pasir
di atas benih. Lakukan kembali langkah b dan c sampai didapat tumpukan pasir-
benih sebanyak 3 tumpuk. Tutup bagian karung goni basah. Naungi bedengan
dengan daun kering. Setelah 1 minggu, biji yang retak atau berkecambah
ditanamkan pada bedengan atau polibag. Ada 3 syarat yang perlu di perhatikan :
1. Iklim
Curah hujan sebaiknya tidak kurang dari 2.000 mm/ tahun.
Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Tanaman teh tidak tahan
kekeringan.
Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25 oC.
Kelembaban udara kurang dari 70%.
2. Media Tanaman
Jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andosol, Regosol dan
Latosol. Dibudidayakan di tanah Podsolik (Ultisol), Gley Humik,
Litosol dan Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang
tebal, struktur remah, berlempung sampai berdebu, gembur.
Derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,5-6,0.
Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi
2 daerah yaitu: dataran rendah sampai 800 m dpl; dataran sedang:
800-1.200 m dpl dan dataran tinggi: lebih dari 1.200 m dpl.
3. Ketinggian Tempat
Tanaman teh di Indonesia hanya ditanam di dataran tinggi. Daerah
pertanaman ini umumnya terletak pada ketinggian lebih dari 400 meter di atas
permukaan laut. Ada kaitan erat antara tinggi tempat (elevasi) dengan suhu, yaitu
makin rendah elevasi, suhu udara makin tinggi. Untuk mengatasi hal ini,
pertanaman teh di daerah rendah memerlukan bantuan pohon pelindung yang
dapat mengurangi intensitas sinar matahari, sehingga dapat sedikit menurunkan
suhu.
Di Indonesia, pertanaman teh dilakukan pada ketinggian antara 400 meter
sampai 1200 meter di atas permukaan laut (mdpl), pertanaman teh dapat dibagi
menjadi tiga daerah berdasarkan ketinggian tempat yaitu:
Daerah dataran rendah, 400 sampai 800 m (dpl) dengan suhu mencapai 23-24oC.
Daerah dataran sedang 800 sampai 1200 m (dpl), dengan suhu mencapai 21-22oC.
Daerah dataran tinggi di atas 1200 m (dpl), dengan suhu mencapai 18-19oC.
Perkebunan teh yang terletak pada ketinggian di atas 1500 meter dpl,
sering mengalami kerusakan karena terjadinya embun beku (night frost) pada
bulan terkering di musim kemarau. Perbedaan ketinggian tempat yang
menyebabkan perbedaan suhu, sifat pertumbuhan perdu teh, karena perbedaan
sifat pertumbuhan tersebut, maka terdapat perbedaan mutu dari teh jadi. Teh
produksi dataran tinggi mempunyai aroma yang lebih baik daripada teh produksi
dataran rendah (Setyamidjaja, 2000).
IV. KESIMPULAN
Tanaman teh termasuk genus Camellia yang memiliki sekitar 82 species,
terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara. Tanaman teh berasal dari wilayah
perbatasan negara-negara China selatan (Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai
Utara, Burma Timur dan India Timur Laut, yang merupakan vegetasi hutan
daerah peralihan tropis dan subtropis. Teh dalam bahan minuman terbuat dari
pucuk tanaman teh , penanganan pasca panen teh dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
teh hijau, teh hitam dan teh oolong. Syarat tumbuh tanaman teh ada 3 yaitu: iklim,
media tanaman dan ketinggian tempat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1992. Pengendalian hama, penyakit dan gulma di perkebunan teh:
Pengendalian Hama. Pusat Penelitian Perkebunan Gambung:
Bandung,Indonesia.
Anonim. 2011. Tanaman Teh. (online). http//: Wikipedia-tanaman the. diakses
pada tanggal 21 Sepetember 2015, pukul 17.40.
Ghani, Mohammad A. 2002. Dasar-Dasar Budi Daya Teh. Penebar Swadaya;
Jakarta.
Rahayu, P. S .2009. Pedoman teknis Praktek Budidaya Teh Yang Baik (Good
agriculture Practices/GAP For Tea).Ditjen Perkebunan : Yogyakarta.
Setyamidjaja, Djoehana. 2000. Teh Budi Daya dan Pengolahan Pascapanen.
Kanisius; Yogyakarta.
Suwarto dan Octavianty. 2012. Budidaya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Top Related