i
DAKWAH RIJALUL ANSOR
DALAM MAJELIS DZIKIR DAN SHALAWAT
DI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO
S K R I P S I
O l e h:
Risyatul Into Maisyaroh
NIM: 211016049
Pembimbing:
Drs. H. Agus Romdlon S, M.H.I
NIP. 195704271986031003
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
2020
ii
DAKWAH RIJALUL ANSOR
DALAM MAJELIS DZIKIR DAN SHALAWAT
DI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO
S K R I P S I
Diajukan untuk melengkapi sebagian syarat-syarat
guna memperoleh gelar sarjana program strata satu (S-1)
pada Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri
P o n o r o g o
Oleh:
Risyatul Into Maisyaroh
NIM. 211016049
Pembimbing:
Drs. H. Agus Romdlon S, M.H.I
NIP. 195704271986031003
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
2020
iii
iv
NOTA PEMBIMBING
Ponorogo,27 April 2020
Hal : Persetujuan Munaqosah Skripsi
Kepada :Yth. Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN
Ponorogo
Assalamu’alaikumWr.Wb.
Setelah secara cermat kami baca/ teliti kembali dan setelah diadakan
perbaikan/ penyempurnaan sesuai petunjuk dan arahan kami maka kami
berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama : Risyatul Into Maisyaroh
NIM : 211016049
Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam
Judul : Dakwah Rijalul Ansor dalam Majelis Dzikir dan Shalawat
di Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo
telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqosah skripsi Fakultas
Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Ponorogo. Untuk itu kami ikut mengharap
agar segera dimunaqosahkan.
Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb.
Pembimbing
Drs. H. Agus Romdlon S, M.HI.
NIP. 195704271986031003
v
Skripsi atas nama Saudara:
Nama : Risyatul Into Maisyaroh
NIM : 211016049
Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
Judul : Dakwah Rijalul Ansor dalam Majelis Dzikir dan Shalawat
di Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam ujian munaqosah.
Ponorogo, 27 April 2020
Mengetahui, Menyetujui,
Kajur Pembimbing
Dr. Iswahyudi, M.Ag.
NIP. 197903072003121003
Drs. H. Agus Romdlon S, M.HI.
NIP. 195704271986031003
vi
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
PENGESAHAN
Nama : Risyatul Into Maisyaroh NIM : 211016049
Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam
Judul : Dakwah Rijalul Ansor dalam Majelis Dzikir dan Shalawat di Kec. Sawoo Kab. Ponorogo
Skripsi ini telah dipertahankan pada sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Adab dan
Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo pada: Hari : Kamis
Tanggal : 14 Mei 2020
Dan telah diterima oleh tim penguji dan disahkan oleh Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab
dan Dakwah sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam Komunikasi dan Penyiaran Islam (S.Sos) pada:
Hari : Jum’at
Tanggal : 29 Mei 2020
Tim Penguji:
1. Ketua Sidang : Dr. Ahmad Munir, M.Ag
2. Penguji : Dr. Ahmad Choirul Rofiq, M.Fil.I
3. Sekretaris : Drs. H. Agus Romdlon Saputra, M.HI
Ponorogo, 29 Mei 2020 Mengesahkan
Dekan,
Dr. H. Ahmad Munir, M.Ag.
NIP. 196806161998031002
vii
MOTTO
بات ا ٱكتاسا ا ما عالايها بات وا ا كاسا ا ما ا لاها نافسا إله وسعاها ل ف ٱلله لا يكا
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya.
ABSTRAK
viii
Risyatul Into Maisyaroh. 2020. NIM. 211016049. Dakwah Rijalul Ansor dalam
Majelis Dzikir dan Shalawat di Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo. Skripsi.
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
IAIN Ponorogo. Pembimbing, Drs. H. Agus Romdlon S, M.HI.
Kata kunci : Da’wah, Rijālul Anṣor, Dzikir dan Shalawat.
Rijālul Anṣor Kecamatan Sawoo merupakan organisasi yang masih
tergolong sebagai anggota Ansor baru di Kabupaten Ponorogo. Namun, hal ini
tidak membuat mereka minder, justru mereka lebih berkembang dengan cepat
melaui berbagai program, salah satunya ialah MDS. Oleh karena itu, skripsi ini
fokus terhadap masalah dakwah dalam MDS.
Dalam program tersebut, peneliti membuat rumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimanakah metode dakwah yang digunakan Rijālul Anṣor dalam
Majelis Dzikir dan Shalawat di Kec. Sawoo Kab. Ponorogo? Apakah faktor-faktor
pendukung dan penghambat dakwah Rijālul Anṣor di Kec. Sawoo Kab.
Ponorogo? Bagaimanakah respon masyarakat terhadap dakwah Rijālul Anṣor
dalam Majelis Dzikir dan Shalawat di Kec. Sawoo Kab. Ponorogo?
Untuk menjawab dari rumusan masalah tersebut, peneliti menggunakan
metode penelitian kualitatif melalui pendekatan teori sosiologi dakwah, dengan
teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dan data yang
telah terkumpul kemudian dianalisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dakwah yang dilakukan Rijālul Anṣor
di Kecamatan Sawoo menggunakan dua metode yakni da’wah bil ḥikmah dan
da’wah bil mau’iẓah ḥasanah. Metode tersebut diaplikasikan dalam bentuk
kegiatan berbagai majelis, salah satunya melalui Majelis Dzikir dan Shalawat
(MDS) dan kegiatan sosial.
Faktor pendukung dari upaya dakwah di Kecamatan Sawoo adalah
mayoritas masyarakat di Kecamatan Sawoo adalah NU, dan mereka juga
mempunyai anggota yang semakin banyak diberbagai wilayah Kecamatan sawoo.
Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan dakwah adalah adanya kegiatan yang
bersifat pribadi dan kebanyakan jadwal berbenturan dengan acara Rijālul Anṣor,
kurangnya komunikasi dan kekompakan antara anggota satu dengan yang lainnya,
dan terbatasnya sumber daya manusia untuk menggali ide-ide kreatif dalam proses
dakwah dan cara memperluas medianya.
Dakwah Rijālul Anṣor ini juga mendapat respon positif dari masyarakat dan
pemerintah. Masyarakat selalu mendukung apa yang telah menjadi kegiatan
Anṣor. Selain itu, terdapat pula hubungan yang amat erat antara pihak pemerintah
dan Rijālul Anṣor Kecamatan Sawoo.
PERSEMBAHAN
ix
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapat dorongan dan
semangat penuh dari keluarga, sahabat dan juga kerabat dekat. Sehingga, penulis
dapat menyelesaikan tulisan ini. Tanpa dukungan moril tentunya penulis akan
mendapatkan hambatan baik menyangkut teknis maupun waktu, atas dasar itu
penulis mempersembahkan karya ini kepada :
1. AyahNda Suminto dan IbuNda Suin Daryani, terimakasih atas segala do’a,
dukungan dan pengorbanan yang telah engkau berikan di setiap langkah
perjalananku. Tanpa riḍo kalian tak mungkin anakmu bisa berdiri tegak seperti
saat ini.
2. Bapak Sukaryadi beserta Ibu Siti Nuryana, terimakasih kalian telah banyak
membantuku dalam segala hal, mulai dari awal perkuliahan hingga saat ini.
3. Alm. Ustad Moch. Syaiful Anwar, hanyalah do’a yang bisa kupanjatkan
untukmu yang telah tenang di alam sana. Terimakasih sudah membimbingku
selama ini, hingga masih sempat membantuku dalam menyusun proposal
skripsi ini.
4. Seluruh ustad/ustadzah MA AL IMAM, khususnya kepada ust. Sutik Hariyanto
yang telah mendukung dan membantuku selama perjalanan ini.
5. Keluarga yang tidak sedarah tetapi kasih sayangnya lebih dari keluargaku, para
sahabat yang selalu menemaniku dan seluruh kerabat yang telah
menyayangiku.
x
KATA PENGANTAR
Assalāmu’alaikum Waraḥmatullāhi Wabarakātuh,
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
sekiranya tak ada kata yang pantas terucap selain ucapan syukur Alḥamdulilahi
rabbil ‘alamīn, karena atas rahmat dan riḍoNya penulis telah menyelesaikan
skripsi dengan judul “Dakwah Rijalul Ansor dalam Majelis Dzikir dan Shalawat
di Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo”.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad Saw, keluarga beserta para sahabat yang senantiasa berjuang dalam
mengemban amanah agama Allah di bumi ini.
Proses demi proses telah berlalu, perjalanan panjang dalam ṭālabu’l ‘ilmi
di IAIN Ponorogo yang terbungkus dalam ruang dialektika telah memberikan
berbagai warna tentang kehidupan. Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu
hasil dari proses perjalanan hidup yang telah penulis alami.
Penulis menyadari, tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan segala motivasi
dari berbagai pihak, mustahil skripsi ini mampu terselesaikan. Untuk itu, penulis
mengucapkan terimakasih dengan setulus-tulusnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan riḍoNya kepada penulis;
2. Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat yang sangat
menginspirasi dalam penulisan skripsi ini;
3. Ibu Dr. Hj. Siti Maryam Yusuf, M.Ag., Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Ponorogo;
4. Bapak Dr. Ahmad Munir, M.Ag., Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan
Dakwah;
5. Bapak Dr. Iswahyudi, M.Ag., Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam;
xi
6. Bapak Drs. H. Agus Romdlon S, M.H.I., Pembimbing skripsi yang sangat
sabar dalam memberikan masukan, arahan dan motivasi;
7. Ust. Jaka Irawan dan seluruh sahabat Ansor Kecamatan Sawoo yang telah
berkenan untuk membantu dan memberikan berbagai motivasi;
8. AyahNda Suminto dan IbuNda Suin Daryani, Bapak Sukaryadi beserta Ibu
Siti Nuryana, orang tua yang selalu memberikan do’a, dukungan dan
pengorbanan di setiap langkah perjalananku;
9. Ust. Sutik Hariyanto dan segenap ustad/ustadzah MA AL IMAM, yang
selalu gigih dan ulet membantu saya dalam berbagai hal;
10. Segenap saudara, sahabat, dan teman-teman KPI angkatan 2016, kalian
adalah motivator terbaikku.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengharap kritik
konstruktif dari semua pihak sebagai bahan evaluasi demi kemaṣlaḥatan di masa
mendatang. Akhir kata, penulis mohon maaf kepada seluruh pihak atas segala
keḥilāfan, dan semoga penulisan skripsi ini bisa bermanfaat dengan sebagaimana
mestinya.
Wāllāhu al-muwāfiq, ilā aqwami al-ṭarīq. Wassalāmu‘alaikum Waraḥmatullāhi
Wabarakātuh.
Ponorogo, 26 April 2020
Risyatul Into Maisyaroh
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………… i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………………………... iii
NOTA PEMBIMBING ………………………………………... iv
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………... v
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………….. vi
MOTTO ………………………………………………………… vii
ABSTRAK ………………………………………………………… viii
PERSEMBAHAN ………………………………………………... ix
KATA PENGANTAR ………………………………………… x
DAFTAR ISI ………………………………………………… xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ………………………………… xv
BAB I PEMBUKAAN
A. Latar Belakang ………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………… 4
C. Tujuan ………………………………………………………... 4
D. Kegunaan Penelitian ………………………………………… 5
E. Telaah Pustaka ………………………………………………… 5
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian ………………………...………………. 7
2. Data dan Sumber Data ………………...………………. 7
3. Metode Pengumpulan Data ………………...………………. 9
xiii
4. Analisis Data ………………………...………………. 10
G. Sistematika Pembahasan ………………...………………. 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Dakwah
1. Pengertian Dakwah …………………………………….…... 12
2. Tujuan Dakwah ………………………………….……... 13
3. Unsur-unsur Dakwah ……………………….………... 14
4. Ilmu Sosiologi Dakwah ………………………………… 22
B. Rijalul Ansor ………………………………………………… 27
C. Majelis Dzikir dan Shalawat
1. Pengertian Majelis Dzikir dan Shalawat .……….………... 31
2. Fungsi, Tugas dan Tanggung Jawab Lembaga …………. 33
3. Teknis pelaksanaan kegiatan Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS)
Pemuda Ansor ………………………………………… 34
BAB III GAMBARAN UMUM DAKWAH RIJALUL
ANSOR KECAMATAN SAWOO
A. Gambaran Dakwah Rijalul Ansor dalam Majelis Dzikir dan Shalawat
di Kecamatan Sawoo
1. Gambaran Lokasi Kecamatan Sawoo …………….…… 35
2. Sejarah Berdirinya Rijalul Ansor di Kecamatan Sawoo …. 36
3. Sejarah Berdirinya MDS (Majelis Dzikir dan Shalawat)
xiv
Rijalul Ansor PAC GP Ansor Sawoo ……….……….... 41
B. Gambaran Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah Rijalul Ansor
1. Faktor Pendukung ……………………………..…………. 44
2. Faktor Penghambat …………………..……………………. 44
C. Respon Masyarakat Terhadap Dakwah Rijalul Ansor di Kecamatan
Sawoo Kabupaten Ponorogo ……………………………..….. 45
BAB IV ANALISIS DAKWAH RIJALUL ANSOR DALAM
MAJELIS DZIKIR DAN SHALAWAT DI KECAMATAN
SAWOO
A. Analisis Metode Dakwah Rijalul Ansor di Kecamatan Sawoo
Kabupaten Ponorogo ……………………..…………………. 49
B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah Rijalul Ansor
dalam MDS di Kecamatan Sawoo ………………………… 66
C. Analisis Respon Masyarakat Terhadap Dakwah Rijalul Ansor di
Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo …………………. 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………… 74
B. Saran ………………………………………………………… 75
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………… 76
LAMPIRAN ………………………………………………………… 79
xv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Sistem transliterasi Arab-Indonesia yang dijadikan pedoman dalam penulisan
skripsi ini adalah sistem Institute Islamic Studies, McGill University, Yaitu
sebagai berikut:
HURUF
’ = ء
z = ز
q = ق
b = ب
s = س
k = ك
t = ت
sh = ش
l = ل
th = ث
ṣ = ص
m = م
j = ج
ḍ = ض
n = ن
ḥ = ح
ṭ = ط
w = و
kh = خ
ẓ = ظ
h = ه
d = د
‘ = ع
y = ي
dh = ذ
gh = غ
r = ر
f = ف
Tā’ marbūṭa tidak ditampakkan kecuali dalam susunan idāfa, huruf tersebut
ditulis t. Misalnya: فطانة = faṭāna; فطانة النبي = faṭānat al-nabī.
xvi
DIFTONG DAN KONSONAN RANGKAP
Aw = او
Ay = أي
Konsonan rangkap ditulis rangkap, kecuali huruf waw yang didahului ḍamma dan
huruf yā’ yang didahului kasra seperti tersebut dalam tabel.
BACAAN PANJANG
ū = او ī = اي ā = ا
Kata Sandang
wa ‘l = وال al-sh = الش -al = ال
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-rijālu adalah salah satu kata terapan yang berasal dari bahasa Arab
yang memiliki arti pemuda. Pemuda merupakan aset terbesar bangsa sekaligus
tumpuan harapan yang akan menegakkan kembali cita-cita bangsa.1 Oleh
karena itu, pemuda mempunyai tanggung jawab yang besar bagi bangsanya.
Dari tanggung jawab yang besar ini, maka pemuda memiliki peran
normatif yang besar pula demi menjaga keberlangsungan dan kemajuan bangsa
Indonesia. Peran itu meliputi peran pemuda sebagai kekuatan moral, pemuda
sebagai kontrol sosial, dan pemuda sebagai agen perubahan sosial (agen of
change).2
Agar peran pemuda bisa tercapai, maka selain menempa pendidikan di
sekolah, pemuda juga sangat memerlukan wadah untuk mengembangkan diri
dalam nilai kemasyarakatan, kebangsaan (nasionalis) dan juga pengembangan
nilai rohani (religius).
Dan salah satu wadah pemuda untuk mengembangkan nilai positif dalam
organisasi masyarakat ialah organisasi Rijālul Anṣor. Rijālul Anṣor atau yang
kerap kita sebut dengan Pemuda Ansor ini merupakan salah satu perkumpulan
pemuda Islam yang ada di Indonesia. Organisasi ini lahir dari rahim Nahdlatul
1 Pipit Widiatmaka, dkk, “Peran Organisasi Kepemudaan Dalam Membangun Karakter
Pemuda Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Pemuda,” Ketahanan Nasional, 2,
(Agustus, 2016), 181. 2 Pratin Nurdian, dkk, “Peran Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Dalam Menumbuhkan
Nasionalisme Dikalangan Pemuda Kelurahan Karangroto Kecamatan Genuk Kota Semarang,”
Education, 2 (Agustus - November, 2014), 42.
2
Ulama (NU) akibat dari situasi “konflik” internal dan tuntutan kebutuhan
alamiah. Kelahiran Rijālul Anṣor ini diwarnai oleh semangat perjuangan,
nasionalisme, kerakyatan dan juga spirit keagamaan.3
Aktivis Rijālul Anṣor ini mendapat antusias yang tinggi di masyarakat
dan pemerintah. Keantusiasan tersebut dapat dilihat dari respon baik
masyarakat di daerah Sawoo Ponorogo. Dalam wilayah ini terdapat kurang
lebih dua ratus pemuda yang terdaftar dalam anggota Rijālul Anṣor. Para
pemuda tersebut berkumpul dengan berbagai usia dan latar belakang, mulai
dari SMP, SMA, mahasiswa hingga para pemuda yang sudah tidak sekolah.
Meskipun Rijālul Anṣor di Sawoo baru berkembang pada tahun 2017 dan
dengan anggota yang masih minim, akan tetapi mereka sudah bisa memberikan
nilai-nilai positif terhadap etika dan tingkah laku pemuda di masyarakat.
Terlebihnya dalam urusan kegiatan agama, mereka nampak lebih semangat dan
gigih dalam melaksanakannya.
Rijālul Anṣor juga membawa perubahan yang amat memukau terhadap
mindset dan pola pikir pemuda dalam masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan
para pemuda yang sudah menjadi anggota Anṣor menjadi bersikap antusias
tinggi dalam segala kegiatan di masyarakat. Dan bahkan, pemuda yang belum
ikut anggota juga turut antusias untuk membantu melancarkan kegiatan-
kegiatan yang telah menjadi agenda Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan juga
masyarakat.
3 Syamsul Ma’arif, DTD Ansor, (Ponorogo:Pengkaderan, 2014), 29.
3
Terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan Rijālul Anṣor di lingkungan
masyarakat. Di antaranya, bakti sosial, ikut mengatur proses jalannya kegiatan
pengajian dan kemasyarakatan, Majelis Tafsir Al-Qur’an, Majelis Dzikir dan
Shalawat, dan lain sebagainya.
Namun, dalam penelitian ini peneliti menggambil dakwah dalam Majelis
Dzikir dan Shalawat (MDS). Karena program ini termasuk agenda baru yang
dijalankan dan tentuya banyak hal yang perlu diteliti. Sehingga dapat
memberikan konstribusi positif untuk mengembangkan proses penyiaran
agama Islam di Kecamatan Sawoo.
Dengan melalui Majelis Dzikir dan Shalawat ini mereka mewujudkan
visi misinya untuk selalu menjaga dan mempertahankan paham aqidah Ahlu al-
sunnat wa’l jamā’ah dan dakwah Islam raḥmat al-'ālamīn menurut Nahdlatul
Ulama. Selain itu, Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) merupakan salah satu
cerminan diri bahwa Rijālul Anṣor merupakan pemuda Islam yang ramah
lingkungan. Sehingga, kegiatan MDS ini bisa berkembang dengan baik serta
mendapatkan respon yang tinggi di masyarakat dan pihak pemerintah
Kecamatan Sawoo.
Dalam kesuksesan dakwah yang mereka lakukan, pastinya terdapat suatu
metode yang digunakan. Akan tetapi, bukan berarti pula mereka juga tak kenal
dengan hal-hal yang menjadi penghalang untuk kegiatan dakwahnya.
Dan berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengkaji dakwah yang
dikembangkan oleh Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo ini. Khususnya untuk
menelah metode dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat serta
4
mengupas respon masyarakat terhadap Majelis Dzikir dan Shalawat yang telah
dilaksanakan oleh Rijālul Anṣor.
Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap Rijālul Anṣor, yakni dengan melalui judul “Dakwah Rijālul Anṣor
Dalam Majelis Dzikir dan Shalawat Di Kecamatan Sawoo Kabupaten
Ponorogo”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah metode dakwah yang digunakan Rijālul Anṣor dalam
Majelis Dzikir dan Shalawat di Kec. Sawoo Kab. Ponorogo?
2. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dakwah Rijālul Anṣor di
Kec. Sawoo Kab. Ponorogo ?
3. Bagaimanakah respon masyarakat terhadap dakwah Rijālul Anṣor dalam
Majelis Dzikir dan Shalawat di Kec. Sawoo Kab. Ponorogo?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk menelah metode dan
menganalisis faktor pendukung dan penghambat serta mengupas respon
masyarakat terhadap dakwah Rijālul Anṣor dalam Majelis Dzikir dan Shalawat
di Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo.
5
D. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini ialah:
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi
kontribusi dalam studi sosial kepemudaan dalam bermasyarakat. Dalam
pengertiannya, peneliti mengharapkan studi ini menjadi salah satu tolok
ukur bahwa eksistensi Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) di lingkungan
masyarakat sangat memberikan nilai dan dampak positif terhadap
masyarakat.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa pola
dan proses dakwah yang terjadi di masyarakat tidaklah mudah seperti
sebuah teori. Karena semua itu sangat membutuhkan ide-ide kreatif agar
masyarakat mau mengikuti apa yang menjadi visi dan misi kita. Selain itu,
hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai literatur dan dorongan
untuk mengkaji manfaat pemuda di lingkungan masyarakat.
E. Telaah Pustaka
Terdapat banyak peneliti yang telah meneliti aktivitas Rijālul Anṣor, akan
tetapi yang meneliti tentang dakwah Rijālul Anṣor di Sawoo masih belum ada.
Adapun di antara penelitian-penelitian yang telah membahas Rijālul Anṣor
ialah:
6
Pertama, Skripsi yang telah disusun oleh mahasiswa IAIN Salatiga atas
nama Ashnan Habib pada tahun 2016, dengan judul “Implementasi Sikap
Toleran Keberagamaan Jama’ah Rijālul Anṣor di Desa Kalibening Kecamatan
Tingkir Kota Salatiga”. Dalam karya tulis ini, peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif melalui kajian perspektif partisipan dengan multi strategi.
Adapun penelitian ini pembahasannya fokus terhadap implementasi toleran
jama’ah terhadap berbagai keberagamaan aliran agama Islam yang ada di Desa
Kalibening.4
Kedua, Tesis yang telah disusun oleh Muhammad Ainun Najib, seorang
mahasiswa Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2018. Tesis ini berjudul “ Peran
Gerakan Pemuda (GP) Ansor dalam Deradikalisasi Keagamaan di Kecamatan
Wonoayu Kabupaten Sidoarjo”. Dalam tesis ini peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif dan melalui teknik
induktif. Penelitian ini fokus terhadap pembahasan perubahan sosial
keagamaan dan faktor pendukung dan penghambat GP Ansor dalam
deradikalisasi keagamaan di Wonoayu Sidoarjo.5
Ketiga, skripsi yang telah disusun oleh seorang mahasiswa UIN Walisongo
Semarang atas nama Siti Maslachah, dengan judul “Aktivitas Dakwah Gerakan
Pemuda (GP) Ansor Nahdlatul Ulama Kecamatan Mranggen Kabupaten
Demak” pada tahun 2019. Dalam karya tulis ini, penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.
4 Ashnan Habib, “Implementasi Sikap Toleran Keberagamaan Jama’ah Rijalul Ansor di
Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016,” (Skripsi, IAIN Salatiga, 2017). 5 Muhammad Ainun Najib, “Peran Gerakan Pemuda (GP) Ansor dalam Deradikalisasi
Keagamaan di Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo,” (Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya,
2018).
7
Penelitian ini berfokus pada aktivitas dakwah dan faktor pendukung dan
penghambat dakwah GP Anṣor di Kecamatan Mranggen.6
Melihat dari penelitian-penelitian di atas, maka ada kesamaan tema yang
diambil dengan penulis. Akan tetapi, terdapat perbedaan dalam pembahasan
dan lokasi penelitian. Dan pada penelitian ini, penulis fokus pada metode,
faktor pendukung dan penghambat, dan juga respon masyarakat terhadap
dakwah Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo.
F. Metode Penelitian
Metode sangatlah penting bagi proses penelitian. Karena, dengan metode
penelitian inilah seorang peneliti bisa mengungkapkan dan menyelesaikan serta
mencari jawaban dari persoalan yang telah diteliti. Adapun dalam penyusunan
penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif. Yakni peneliti langsung terjun dalam kegiatan dakwah yang
dilakukan oleh Rijālul Anṣor Kecamatan Sawoo. Dan mengumpulkan
serta menganalisis data sebagaimana yang telah diperoleh dalam lapangan.
2. Data dan Sumber Data
Data merupakan sesuatu yang menjadi tolok ukur dalam proses
pertimbangan dan juga pemutusan permasalahan. Dengan adanya data maka
6 Siti Maslachah, “Aktivitas Dakwah Gerakan Pemuda (GP) Ansor Nahdlatul Ulama
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak,” (Skripsi, UIN Walisongo Semarang, 2019).
8
segala permasalahan akan dapat terjawab dengan mudah dan sesuai dengan
keadaan.
Adapun dalam penelitian ini, data yang akan dicari peneliti untuk
menjawab berbagai rumusan masalah ialah sebagai berikut:
1. Metode dan cara dakwah Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo.
2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dakwah Rijālul Anṣor di
Kecamatan Sawoo.
3. Respon masyarakat terhadap dakwah Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo.
Sedangkan sumber data merupakan subjek dari data yang diperoleh
peneliti. Subjek penelitian dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu :
a. Sumber Primer
Dalam penelitian ini sumber data primer diperoleh dari pengurus
dan masyarakat yang telah berpartisipasi dan berperan aktif dalam
Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) di Kec. Sawoo, di antaranya:
1) Aktivis GP Anṣor Kecamatan Sawoo.
2) Tokoh pemerintah di Kecamatan Sawoo.
3) Jama’ah kegiatan MDS Kecamatan Sawoo.
b. Sumber sekunder
Sedangkan sumber data sekunder didapat dari buku, jurnal dan
karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan Rijālul Anṣor maupun
Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS). Selain itu, data sekunder juga
9
didapatkan melalui foto, dokumentasi kegiatan Rijālul Anṣor khususnya
dalam MDS di Kecamatan Sawoo.
3. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah:
a. Observasi (Pengamatan)
Melalui teknik ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan
cara, ikut berpartisipasi langsung dan mengamati serta mencatat apa yang
telah di dapatkan dalam kegiatan Rijālul Anṣor utamanya dalam Majelis
Dzikir dan Shalawat. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi keadaan majelis dan Rijālul Anṣor.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
informasi yang jelas dan mendalam tentang proses dan perkembangan
dakwah Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo melalui program Majelis
Dzikir dan Shalawat (MDS). Adapun narasumber dalam wawancara ini
ialah:
1) Jaka Irawan (Ketua GP Ansor Kec. Sawoo).
2) Edi Suryono (Ketua GP Ansor Kec. Sawoo tahun 2015).
3) Supriyanto (Kepala Desa Pangkal Kec. Sawoo).
4) Suparto (Jama’ah Majelis Dzikir dan Shalawat Kec. Sawoo).
10
c. Dokumentasi
Studi dokumentasi ini digunakan oleh peneliti untuk menggali data-
data sekunder. Di antara dokumentasi tersebut ialah berbagai foto dan
arsip kegiatan yang dilakukan Rijālul Anṣor khususnya dalam kegiatan
MDS di Sawoo.
4. Analisis Data
Analisis data merupakan proses memeriksa data yang sudah
terkumpul sehingga dapat dilihat dan disimpulkan berdasarkan keadaan
yang telah diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data
deskriptif kualitatif dengan teknik induktif yaitu dengan cara
mengumpulkan data-data di lapangan, mereduksi data dan memverifikasi
data untuk selanjutnya diambil kesimpulan.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk membahas kajian proses dakwah tersebut, maka peneliti akan
membahas sesuai dengan sistematika berikut:
BAB I: Berisi pendahuluan yang meliputi: latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan
sistematika penulisan skripsi.
BAB II: Berisi tentang tinjauan umum tentang proses dakwah Rijālul
Anṣor dan Majelis Dzikir dan Shalawat. Teori dakwah Rijālul Anṣor yang
berisi: pengertian dakwah, metode dan media dakwah, pengertian dan sejarah
11
Rijālul Anṣor, serta fungsi dan tujuan Rijālul Anṣor. Teori tentang Majelis
Dzikir dan Shalawat (MDS) meliputi: pengertian dan fungsi MDS.
BAB III: Berisi tentang dakwah Rijālul Anṣor dalam Majelis Dzikir dan
Shalawat yang meliputi : Gambaran umum Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo,
metode, faktor pendukung dan penghambat dan respon masyarakat mengenai
kegiatan MDS Rijālul Anṣor.
BAB IV: Berisi analisis dakwah Rijālul Anṣor dalam Majelis Dzikir dan
Shalawat dengan pembahasan: a) Analisis Metode Dakwah Rijālul Anṣor
dalam Majelis Dzikir dan Shalawat di Kecamatan Sawoo. b) Analisis faktor
pendukung dan penghambat Rijālul Anṣor dalam Majelis Dzikir dan Shalawat.
c) Analisis respon masyarakat terhadap dakwah Rijālul Anṣor dalam Majelis
Dzikir dan Shalawat.
BAB V: Penutup, dalam bab ini berisi kesimpulan sebagai jawaban yang
sesuai dengan rumusan masalah dan saran untuk penelitian selanjutnya.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologis, dakwah berasal dari kata da’a-yad’u-da’watan
yang artinya ialah mengajak atau menyeru. Sedangkan secara terminologis,
dakwah adalah mengajak atau menyeru manusia agar menempuh kehidupan
di jalan Allah SWT.1
Berikut merupakan pengertian dakwah yang telah dipaparkan oleh
beberapa pakar ilmuan, di antaranya ialah:
a) Syaiḥ Muhammad Al-Ṣawwaf mengungkapkan bahwa dakwah ialah
risalah langit yang diturunkan ke bumi, berupa hidayah sang khaliq
kepada makhluknya.
b) M. Qurai Ṣihab menyatakan bahwa dakwah merupakan seruan atau
ajakan kepada keinṣafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang
lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun masyarakat.
c) Muhammad Sayyid Al-Wakil mendefinisikan bahwa dakwah merupakan
aktivitas untuk mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan
serta membimbing mereka kepada petunjuk dengan cara amr ma’rūf
nahy munkar.
d) M. Masyhur Amin, mengungkapkan bahwa dakwah adalah suatu
aktivitas yang mendorong manusia memeluk agama Islam melalui cara
1 Syamsuddin AB, Pengantar Sosiologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2016), 6-7.
13
yang bijaksana, dengan materi ajaran Islam, agar mereka mendapatkan
kesejahteraan dunia dan kebahagiaan akhirat.
e) Syeḥ Muhammad Al-Khadir Husen, juga menyatakan bahwa dakwah
adalah menyeru manusia kepada kebaikan dan melarang kemungkaran
agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.2
Berdasarkan argument tokoh-tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa
dakwah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang dā’ī untuk
menyebarluaskan agama Islam, dan membimbing serta mengajarkan umat
pada kehidupan yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Ḥadith, dengan
harapan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kegiatan dakwah ini memberikan fungsi yang banyak bagi
masyarakat. Karena dengan adanya dakwah, Islam dapat diketahui, dihayati
dan diamalkan oleh manusia dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dan,
andai tidak ada kegiatan dakwah maka akan terjadi putusnya generasi
muslim dalam pengamalan Islam.3 Oleh karena itu, dakwah merupakan
kegiatan yang amat penting dalam agama Islam.
2. Tujuan Dakwah
Pada dasarnya, setiap perbuatan didasarkan atas motivasi dan tujuan
tertentu. Adapun tujuan dari dakwah ialah:
a) Menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan, dan pengenalan
terhadap ajaran agama yang dibawa oleh para juru dakwah.
2 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), 35. 3 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), 55.
14
b) Menawarkan solusi untuk meringankan beban umat manusia.
c) Memanggil manusia kembali pada shariat atau hukum-hukum agama,
agar dapat mengatur dirinya sesuai dengan ketentuan agama.
d) Mempertegas fungsi hidup manusia dimuka bumi ini, yakni untuk
mengabdi dan menyembah Allah semata, sebagaimana yang telah
tertulis dalam Al-Qur’an dan Al-Ḥadith.
e) Memberikan gambaran secara jelas tentang bagaimana konsep Islam
mengatur kehidupan dalam kesehariannya.4
3. Unsur-unsur Dakwah
Dalam proses dakwah, terdapat beberapa unsur yang harus ada di
dalamnya, dengan tujuan agar dakwah yang dilaksanakan dapat berjalan
dengan lancar dan sesuai dengan apa yang menjadi planning. Di antara
unsur-unsur tersebut ialah dā’ī (pemberi pesan), mad’ū (penerima pesan),
materi yang disampaikan, media dan juga metode dalam berdakwah.5
a. Da’i
Da’i merupakan seorang komunikator yang bertugas untuk
menyampaikan pesan kepada mad’ū. Mengenai hal tersebut seorang dā’ī
harus mempunyai ilmu agama yang luas dan pengalaman yang banyak.
Sehingga jika terdapat penyelewengan di masyarakat, ia mampu
meluruskannya.6
4 Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah : Bekal Perjuangan Para Da’i, (Jakarta :
Amzah, 2008), 58-59. 5 Ibid,. 230. 6 Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: Rosda, 2013), 21.
15
Selain itu, seorang dā’ī juga harus memiliki sifat dan akhlaq yang
sesuai dengan shariat Islam. Di antara sifat-sifat tersebut ialah:
1) Beriman
Iman merupakan motivator yang dapat menggerakkan kekuatan
dalam jiwa manusia. Dengan adanya iman, maka seorang mu’min
akan lebih merasa senang dan semangat untuk menjalankan segala
aktivitas di jalan Allah Swt.
2) Bertaqwa
Taqwa mempunyai arti aktivitas untuk selalu taat atas segala
perintah Allah dan menjahui segala larangan-Nya. Untuk itu, seorang
dā’ī harus mempunyai jiwa taqwa. Dengan jiwa taqwa, ia akan
melaksanakan tugasnya berdasarkan riḍo Allah semata dan tak akan
terpesona oleh kenikmatan dunia karena ia menyadari dengan
sepenuhnya bahwa dunia hanyalah kesenangan sementara.
3) Ikhlaṣ
Ikhlaṣ merupakan sifat yang sangat penting untuk meraih
keberhasilan. Oleh karena itu, segala yang keluar dari seorang dā’ī
harusnya senantiasa dilandasi dengan rasa ikhlaṣ.
4) Tawaḍu’
Tawaḍu’ merupakan sikap merendahkan diri kepada orang lain.
Seorang dā’ī yang mempunyai sifat tawaḍu’ cenderung tidak suka
menonjolkan diri, menghargai orang lain, dan tidak memaksakan
orang lain untuk bisa menerima perkataannya.
16
5) Amanāh
Seorang dā’ī juga harus mempunyai sifat amanāh, yakni
menyampaikan segala apa yang telah diketahuinya dan harus
tersampaikan kepada mad’ū.
6) Sabar dan Tabah
Sabar berarti menerima dengan sepenuh hati, atas segala cobaan
dan ujian yang telah dialami. Dalam melaksanakan dakwahnya,
seorang dā’ī harus menanamkan sifat sabar. Karena pada hakikatnya,
dakwah tidak akan berjalan dengan mudah dan lurus seperti dalam
teori.
7) Tawakal
Untuk menghindari sifat patah semangat dan putus asa dalam
berdakwah, maka seorang dā’ī sangat membutuhkan sifat tawakal
dalam hatinya. Karena dengan tawakal seseorang mampu lebih
percaya diri dan selalu ḥusnuẓan dengan hasil yang terbaik.
8) Ramah (Kasih Sayang)
Ramah merupakan kunci pokok keberhasilan dakwah. Seorang
dā’ī yang bersikap ramah dan sopan kepada mad’ū akan membawa
nilai tersendiri terhadap proses dakwahnya.
9) Jujur
Jujur juga termasuk sifat yang amat penting bagi seorang dā’ī.
Tanpa perkataan jujur, maka pesan yang disampaikan tidak akan
dipercaya oleh orang lain.
17
10) Uswah dan Qudwah Ḥasanah
Uswah dan qudwah ḥasanah merupakan sikap tauladan yang
baik yang diberikan oleh dā’ī kepada mad’ū. Hal ini merupakan
sarana yang paling efektif untuk berdakwah.
11) Cerdas
Yang dimaksud dengan cerdas ialah seorang dā’ī mampu
bersikap secara professional, tidak menambah dan mengurangi materi
yang disampaikan dan mengerti akan keadaan mad’ū. Selain itu, dā’ī
juga harus cerdas dalam bersikap kepada mad’ū yang mungkin harus
menggunakan pendekatan khusus dan serius dalam menangani
permasalahan.
b. Mad’ū
Mad’ū merupakan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi
sasaran dakwah untuk menerima pesan-pesan yang telah disampaikan
oleh dā’ī. Dalam hal ini tidak hanya terbatas pada satu golongan atau
stratara tertentu, melainkan semua umat yang ada di dunia ini, baik yang
Islam, kafir, musyrik, maupun yang munafiq semua bisa menjadi sasaran
dakwah.7 Untuk itu, berdasarkan kondisinya mad’ū dakwah
diklasifikasikan menjadi dua bagian, di antaranya:
Pertama, objek intern yaitu dakwah yang dilakukan untuk orang-
orang yang sudah memeluk Islam dengan segala kualitasnya, baik dari
segi yang masih awam atau yang sudah berpengalaman. Dakwah ini
7 Ibid.
18
dilakukan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang Islam dan segala
ruang lingkupnya. Selain itu, dakwah intern juga sebagai pembentuk
kepribadian muslim yang sesuai dengan hukum-hukum yang telah
menjadi shariat. Hal ini sesuai dengan Q.S Al-Baqarah ayat 208 yang
berbunyi:
ت لا تاتهبعوا خطوا افهة وا لم كا نوا ٱدخلوا فى ٱلس اما ينا ءا ا ٱلهذ ايها أ يا
بين ن إنههۥ لاكم عادو م ٱلشهيطا
Artinya: ”wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kedalam Islam
secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah
setan. Sungguh ia musuh yang nyata bagimu.”
Kedua, objek ekstern yaitu dakwah yang dilakukan untuk orang-
orang yang masih di luar agama Islam.8 Tujuan dakwah ekstern ini tidak
lain untuk menyebar luaskan agama Islam dan memberikan pengajaran
untuk selalu berjalan di jalan Allah Swt. Selain itu, dakwah ini juga
sebagai bentuk pemberantasan adanya sifat munkar dan mushrik.
c. Pesan Dakwah
Pesan dakwah merupakan materi yang telah disampaikan oleh dā’ī
kepada mad’ū. Karena yang dibahas ialah dakwah Islam maka materi
yang disampaikan juga hal-hal yang berkaitan dengan ajaran Islam,
seperti: aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlaq yang telah diajarkan oleh
Allah dan Rasul-Nya dalam Al-Qur’an dan al-ḥadith. Selain itu, dā’ī juga
8 Ibid., 165.
19
dapat menyampaikan materi dakwahnya berdasarkan ijma’, Qiyas dan
juga hasil mufakat dari para ulama.
d. Metode Dakwah
Metode merupakan cara yang ditempuh oleh seseorang untuk
melakukan kegiatan berdasarkan kreatifitasnya masing-masing.9
Sedangkan yang dimaksud dengan metode dakwah ialah cara
penyampaian pesan dakwah dari seorang dā’ī terhadap mad’ū. Metode
merupakan salah satu unsur penting dalam berdakwah. Karena sukses
tidaknya dakwah juga sangat berpengaruh besar akibat pola metode
dakwah yang digunakan.
Begitu pentingnya metode dalam berdakwah, sehingga Allah
menganjurkan umatnya agar berdakwah dengan menggunakan cara yang
baik. Sebagaimana dalam firmannya Q.S. An-Nahl ayat 125 berkut:
ظا ع و ما ال ة وا ما ك ح ال كا ب ب بيل را لاى سا ع إ حا ة اد ة ال نا م وا سا ه ل اد جا
وا كا ه به ن إنه را سا اح يا أ تي هاله م ب ب لا اع ن سا ن ضا ما أ ه له عا يل ب
ينا اد ت ه م ال م ب لا اع وا أ ه وا
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan ḥikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Dalam firman tersebut dijelaskan bahwa ketika seorang dā’ī akan
mengajak dan menyeru kepada orang lain agar mudah untuk diterima dan
9 Abdul Rani Usman, “Metode Dakwah Kontemporer,” Al-Bayan, 28 (Juli - Desember,
2013), 110.
20
dalam kategori berjalan di jalan Allah, maka dianjurkan ia menggunakan
metode-metode tersebut, di antaranya ialah:
1) Da’wah bil Ḥikmah
Yaitu suatu metode dakwah yang dilakukan dengan pendekatan
komunikasi persuasif. Dalam hal ini seorang dā’ī menyajikan materi
dengan strategi yang efisien atas dasar luasnya pengetahuan dan
pengalaman dalam berdakwah.10 Selain itu, pada metode ini dā’ī harus
memberikan suri tauladan yang baik kepada mad’ū. Sehingga mereka
mampu mengamati dan mencontoh dengan sendirinya dan tanpa
merasa adanya paksaan dari orang lain.
2) Da’wah bil Mau’iẓatil Ḥasanah
Yaitu metode dakwah yang dilakukan dengan cara dā’ī
memberikan penjelasan, pengajaran atau kajian khusus terhadap
mad’ū. Penjelasan tersebut disampaikan dengan singkat dan lebih
menggunakan bahasa yang sederhana. Hal ini dilakukan agar pesan
lebih mudah di terima, dicerna dan dihayati oleh mad’ū. Sehingga
dakwah bisa berjalan dengan lancar.
3) Da’wah bil Mujadalah
Yaitu metode dakwah yang dilakukan dengan cara berdiskusi
dan saling memberikan argumentasi dari pihak satu ke pihak lainnya
sehingga dapat melahirkan titik tengah atau kebenaran yang haqiqi
dari masalah yang diangkat. Dalam metode ini tidak diharapkan
10 An-Nabiri, Meniti Jalan Dakwah, 240-241.
21
adanya permusuhan akan tetapi, dengan adanya mujadalah diharapkan
lawan dapat menerima pendapat yang telah diajukan melalui
argumentasi dan bukti-bukti yang kuat.11
e. Media Dakwah
Media dakwah merupakan salah satu alat untuk mencapi tujuan
dakwah yaitu menyampaikan segala pesan kepada mad’ū. Di Era
milineal ini terdapat berbagai media yang dapat digunakan para da’i
sehingga dapat dengan mudah dijangkau oleh masyarakat (mad’ū).
Seperti, dakwah melalui media cetak (buku, majalah, tabloid, artikel, dll),
media elektronik (radio/televisi), media online (facebook, instagram,
youtube, blog, dll) dan juga bisa dengan cara dakwah mimbariyah atau
ceramah.12
Selain itu, dakwah juga bisa dilakukan dengan menggunakan
musik, drama atau melalui budaya yang ada di masyarakat. Seperti
halnya yang telah dicontohkan oleh Sunan Kalijaga. Ia menggunakan
seni dan budaya (wayang) untuk melaksanakan dakwahnya.13
4. Ilmu Sosiologi Dakwah
a. Sosiologi
11 Syamsuddin, Pengantar Ilmu Dakwah, 301. 12 Suhandang, Ilmu Dakwah, 22. 13Ahmd Zuhdi, Dakwah Sebagai Ilmu dan Prespektif Masa Depannya, (Bandung: Alfabeta,
2016).
22
Kata sosiologi berasal dari paduan kata Socius (Latin) yang artinya
masyarakat dan Logos (Yunani) yang artinya ilmu. Dengan kata lain,
sosiologi merupakan ilmu yang memiliki obyek studi masyarakat.
Menurut Roucek and Warren sosiologi merupakan ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok lainnya.
Sedangkan menurut William F. Ogburn and Meyer F. Nimkoff
berpendapat bahwa sosiologi merupakan penelitian secara ilmiah
mengenai interaksi sosial dan organisasi sosial. 14
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu sosilogi adalah
ilmu yang membahas tentang segala keadaan yang ada dalam
masyarakat, dari proses interaksi sampai perubahannya.
Dalam ilmu sosiologi, juga terdapat ciri-ciri yang bisa diketahui
bahwa sosiologi merupakan bagian dari sebuah ilmu. Di antara ciri-ciri
tersebut ialah: 15
1) Bersifat empiris, yakni ilmu sosiologi didasari atas observasi terhadap
kenyataan, akal sehat, dan hasilnya tidak bersifat spekulatif (hanya
berdasarkan teori).
2) Bersifat teoritis, yaitu ilmu sosiologi berusaha menyusun secara rapi
atas segala observasinya, serta mengungkapkan dengan rinci segala
sebab dan akibat dari suatu permasalahan sosial, sehingga terpapar
dengan jelas teori yang diperolehnya.
14 Abdulsyani, Sosiologi: Skematika Teori dan Terapan,(Jakarta: Bumi Aksara, 2015), 5. 15 Nina W. Syam, Sosiologi Komunikasi, (Bandung: Humaniora, 2009), 7.
23
3) Bersifat komulatif, yakni ilmu sosiologi membentuk teori dengan
pedoman teori sebelumnya yang telah diperbaiki, diperluas, dan
diperhalus dari teori sebelumnya.
4) Bersifat nonetis, yaitu ilmu sosiologi menjelaskan fakta secara analisis
mendalam, sehingga tidak hanya mempersoalkan baik atau buruknya
fakta tertentu.
b. Sosiologi Dakwah
Sosiologi dakwah merupakan salah satu cabang ilmu sosiologi di
era perkembangan ini. Secara etimologi sosiologi dakwah ialah ilmu
yang mempelajari tentang upaya untuk pemecahan masalah-masalah
dakwah melalui pendekatan sosiologis.16 Ilmu sosiologi dan sosiologi
dakwah memiliki obyek kajian yang sama, yaitu masyarakat.17
Sedangkan yang membedakannya ialah pada pokok
pembahasannya. Sosiologi dakwah hanya membahas ranah masyarakat
dalam dakwah. Sedangkan sosiologi membahas semua keadaan dan
tingkah laku yang ada dalam masyarakat (dari segi apapun).
Dengan kata lain, sosiologi dakwah dapat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan yang berupaya untuk menyelesaikan masalah dalam
cangkupan dakwah melalui pendekatan dan analisis sosiologis.18 Dalam
hal ini, sosiologi dakwah berusaha mencari batasan lebih empiris
terhadap kajian dakwah sebagai bentuk interaksi sosial dakwah, yaitu sisi
16 Syamsuddin, Pengantar Sosiologi Dakwah, 19. 17 Mawardi Ms, Sosiologi Dakwah: Kajian Teori Sosiologi Al-Qur’an Al-Ḥadith,
(Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2018), 1. 18 Syamsuddin, Pengantar Sosiologi Dakwah, 19.
24
misi sosiologis dalam agama.19 Dengan melalui kajian sosiologi dakwah,
segala dimensi kehidupan masyarakat dalam sehari-hari akan mudah
terbaca dengan jelas. Sehingga akan memudahkan proses jalannya
dakwah di dalam masyarakat.20
Sosiologi dakwah juga menelaah bagaimana interaksi antara dā’ī
dan mad’ū, dā’ī dengan dā’ī, ataupun mad’ū dengan mad’ū.21 Persepsi
dari kaca mata dā’ī dan mad’ū inilah yang menjadi pembahasan yang
menarik dalam ilmu sosiologi dakwah. Untuk itu, dalam sosiologi
dakwah selalu mencoba untuk mengungkap dan membaca bagaimana
dialektika interaktif unsur-unsur dalam dakwah dengan lingkungannya.
Termasuk dalam hal bagaimana cara berdakwah di dalam tatanan
masyarakat dan segala perkembangannya.
Sosiologi dakwah ini secara tidak langsung sudah diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya dalam bidang dakwah. Hanya saja,
orang-orang belum mengetahui dan memahami apa yang telah
diterapkannya ialah ilmu sosiologi dakwah. Salah satu contoh penerapan
ilmu ini ialah ketika seorang ustad/ustadzah yang mengajarkan cara
mengaji dengan benar terhadap anak-anak didiknya dengan suka rela dan
penuh perhatian. Mereka tidak ada kata mengeluh untuk membimbing
anak didiknya, bahkan mereka senantiasa membimbing dari anak satu ke
anak yang lain secara individu.
19 Acep Aripudin, Sosiologi Dakwah, (Bandung: Rosdakarya, 2013), 14. 20 Mawardi, Kajian Teori Sosiologi Al-Qur’an Al-Hadits, 10. 21 Aripudin, Sosiologi Dakwah, 15.
25
Adapun tujuan sosiologi dakwah ialah : a) Menganalisis proses
sosialisasi yang beragam, baik dalam keluarga atau masyarakat. b)
Menganalisis perkembangan dan kemajuan dakwah. c) Menganalisis
tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan dakwah. d) Membantu
menentukan tujuan dari dakwah. e) Memberikan pelatihan yang efektif
terhadap para dā’ī dalam bidang sosiologi, sehingga dakwah dapat
berjalan dengan lancar.
c. Teori Struktural Fungsional
Merupakan teori sosiologi yang terhimpun dalam paradigma fakta
sosial. Tokoh dari paradigma ini ialah Emile Durkheim, Max Weber,
Vilfredo Pareto dan beberapa tokoh dari Inggris lainnya. Teori ini
mempunyai paham bahwa corak perilaku masyarakat akan timbul, jika
adanya fungsional dari suatu tatanan struktur.
Teori struktural fungsional mempunyai dua asumsi dasar, di
antaranya: 1) Masyarakat terbentuk dalam tatanan berbagai struktur yang
memiliki fungsi saling bergantungan antara satu dengan yang lainnya.
Sehingga, jika terdapat perubahan dalam masyarakat, sudah pasti
perubahan tersebut merupakan dampak dari salah satu organisasi yang
telah ada. 2) Setiap struktur yang sudah mapan akan berfungsi sebagai
penopang aktivitas atau struktur lainnya.22
Menurut teori struktural fungsional, struktur sosial dan pranata
sosial tersebut berada dalam suatu sistem sosial yang berdiri atas bagian-
22 Ibid., 8.
26
bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan menyatu dalam
keseimbangan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori ini
(fungsional–struktural) menekankan kepada keteraturan dan
mengabaikan konflik serta perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial,
fungsional terhadap yang lain, sebaliknya kalau tidak fungsional maka
struktur itu tidak akan ada atau hilang dengan sendirinya.
Pendekatan struktural fungsional ini dapat digunakan untuk
mencandra lembaga-lembaga dakwah yang sudah mapan di masyarakat.
Semisal, lembaga pesantren, ormas sosial keagamaan, dan partai politik
yang berbasis agama.23 Selain itu, teori ini juga dapat menjelaskan
dengan mudah bahwa pengajian, ceramah, konseling agama, dan
pemberdayaan masyarakat ternyata mempunyai interaksi fungsional
terhadap masyarakat. untuk itu, dapat dilihat bahwa aktivitas dakwah
dapat menciptakan pembaharuan.24
Teori struktural fungsionalisme menekankan pada empat hal, yaitu:
a) Masyarakat tidak bisa hidup, kecuali anggota-anggotanya membagi
persamaan persepsi, sikap dan nilai. b) Setiap bagian mempunyai
kontribusi pada keseluruhan. c) Masing-masing bagian terintegrasi satu
sama lain dan saling memberi dukungan. d) Masing-masing bagian
memberikan kekuatan sehingga keseluruhan masyarakat menjadi stabil.25
23 Ibid., 10. 24 Syamsuddin, Pengantar Sosiologi Dakwah, 25. 25 Sunyoto Usman, Sosiologi : Sejarah, Teori, dan Meteologi,(Yogyakarta:Pustaka pelajar,
2015), 54.
27
B. Rijālul Anṣor
Setelah NU berdiri (31 Januari 1926), aktifitas organisasi pemuda
pendukung KH.Abdul Wahab terasa agak mengendur. Hal ini terjadi karena
kebanyakan tokoh yang menjadi aktivis pemuda ikut terlibat dalam kegiatan
NU. Akan tetapi, bukan berarti pula mereka melepaskan organisasi pemuda
begitu saja. Justru dibalik ini, mereka mengembangkan pemikirannya agar
organisasi pemuda dapat berkesan dan membesar kedepannya.26
Cita-cita mulia ini pada akhirnya tercapai, Abdullah Ubaid dan para
aktivis lainnya menghimbau kepada seluruh pemuda binaannya agar menyatu
dalam barisan pemuda NU. Imbauan ini tersambut dengan antusias di seluruh
penjuru Surabaya. Sehingga pada tahun 1931 terbentuklah organisasi baru yang
dikenal dengan Persatuan Pemuda Nahdlatul Ulama (PPNU) dan langsung
diketuai oleh Abdullah Ubaid sendiri.
Dianggap belum sempurna dan kurang sesuainya nama organisasi dengan
tujuan awal pergerakannya, maka pada tanggal 26 Sya’ban 1352 H bertepatan
dengan tanggal 14 Desember 1932 nama PPNU diubah menjadi PNU (Pemuda
Nahdlatul Ulama). Pergantian nama ini masih belum selesai, setelah PNU
dikonsultasikan dengan KH. Abdul Wahab dan setelah beliau menceritakan
bagaimana perjuangan kaum Anṣor pada masa Rasulullah, maka PNU diubah
kembali dengan nama ANO, yakni Ansor Nahdlatul Oelama.
26 Choirul Anam, Gerak Langkah Pemuda Ansor, (Surabaya: Aula, 1990), 17-18.
28
KH Abdul Wahab mengambil nama Anṣor karena nama tersebut
merupakan nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada
penduduk madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan
menegakkan agama Allah SWT. Dengan demikian, beliau berharap dengan
nama tersebut para pemuda dapat mengambil suri tauladan sikap, perilaku, dan
semangat perjuangan para sahabat Nabi yang telah mendapat predikat Anṣor
tersebut.27
Pergerakan ANO ini sempat terombang-ambing dan bahkan tersapu
bersih akibat dari terjajahnya Indonesia oleh Jepang dan Belanda. Akan tetapi
setelah revolusi usai, dan Belanda memberikan kedaulatan Republik Indonesia
serta terlahirnya RIS (Republik Indonesia Serikat), maka tokoh ANO mulai
bergerak dan membangun kembali organisasi pemuda dengan melalui dua
dasar, yakni: 1) Organisasi pemuda NU sebagai benteng perjuangan umat
Islam Indonesia. 2) Ajang persiapan kader penerus di masa mendatang
(pengarahan dari KH. A. Wachid Hasyim).28 Melalui dasar inilah ANO
kembali bangkit melalui pergantian nama menjadi Gerakan Pemuda Ansor
atau yang telah disingkat dengan Pemuda Ansor (Rijālul Anṣor).
Rijālul Anṣor (Pemuda Ansor) merupakan suatu perkumpulan pemuda
yang dilahirkan oleh rahim Nahdlatul Ulama (NU) akibat dari situasi “konflik”
internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Kelahiran pemuda ansor ini diwarnai
27 Ibid., 19. 28 Ibid., 59-61.
29
oleh semangat perjuangan, nasionalisme, kerakyatan dan juga spirit
keagamaan.29
Dengan kata lain, Rijālul Anṣor dapat juga disebut dengan salah satu
organisasi yang menjadi tulang punggung ormas keagamaan yang sangat
penting dan berpengaruh di Indonesia.30 Hal ini terjadi karena, pemuda
merupakan cikal bakal untuk generasi negara dan agama di masa mendatang.
Dengan kata lain, perkumpulan dari pemuda sangat mempunyai kekuasaan
untuk memberikan perubahan terhadap lingkungannya.
Dengan demikian, untuk mencapai kesuksesan tersebut maka Indonesia
berhak mempunyai perkumpulan pemuda Islam. Yakni pemuda Islam yang
memiliki potensi, kekuatan, tanggung jawab, kemauan dan perbuatan untuk
membangkitkan umat dari tidur dan kelesuannya untuk mencapai tujuan
khilāfat.31
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, maka pada tahun 1936 para
Pemuda Ansor yang namanya masih disebut dengan ANO, memutuskan untuk
membuat barisan yang berseragam. Barisan ini dibuat dan diputuskan melalui
kongres pemuda sebanyak tiga tahapan yakni, kongres pemuda I pada tahun
1936, kongres pemuda II tahun 1937, dan kongres pemuda III tahun 1938.
Dari hasil kongres tersebutlah akhirnya barisan berseragam dapat berdiri
dan diberi nama dengan Banoe (Barisan Nahdlatul Oelama). Dan setelah ada
29 Syamsul Ma’arif, DTD Ansor, (Ponorogo: Pengkaderan, 2014), 29. 30 A. Syafi’I Ma’arif dan Salahuddin Wahid, Muhammadiyah-NU : Mendayung Ukhuwah
di Tengah Perbedaan, (Malang : Umm Press, 2004), 119. 31 M. Manzoor Alam, Peranan Pemuda Muslim: Menata Dunia Masa Kini, (Bandung:
Gema Risalah, 1983), 38.
30
berbagai perkembangan, nama tersebut diubah menjadi BANSER (Barisan
Ansor Serbaguna).32
Hingga sekarang, BANSER inilah yang menjadi tenaga inti Rijālul
Anṣor untuk menjadi penggerak, pengemban, dan pengaman program-program
sosial kemasyarakatan yang mempunyai jiwa disiplin, penuh daya juang, dan
mental yang tangguh. Sehingga mereka dapat mewujudkan cita-cita Rijālul
Anṣor dan kemaslaḥatan umum.
Anggota BANSER ini juga mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
harus diemban, di antaranya ialah:
Tugas anggota BANSER
1. Melaksanakan kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan.
2. Mengamankan lingkungan.
3. Melaksanakan dan mengikuti kegiatan bela negara.
Tanggung Jawab BANSER
1. Menjaga, memelihara, menjamin kelangsungan hidup dan kejayaan
organisasi khususnya bagi keluarga Nahdlatul Ulama.
2. Bersama dengan bangsa lain untuk tetap menjaga dan menjamin keutuhan
bangsa dari segala ancaman, hambatan, gangguan dan tantangan.33
32 Ma’arif, DTD Ansor, 33. 33 Ibid., 34.
31
C. Majelis Dzikir dan Shalawat
1. Pengertian Majelis Dzikir dan Shalawat
Dzikir merupakan upaya manusia untuk senantiasa mengingat Allah
Swt. Dzikir juga merupakan amalan yang paling utama, yang wajib
dikerjakan oleh umat Muslim.34 Karena dengan dzikir manusia lebih dekat
dengan Rabb-Nya dan juga mendapatkan riḍo dari-Nya. Hal ini bisa
dibuktikan melalui janji Allah pada firmannya Qs. Al-Baqarah Ayat 152:
لا تاكف رون ٱشكروا لى وا فاٱذكرونى أاذكركم وا
Artinya: “karena itu, ingatlah kalian pada-Ku, niscaya Aku akan mengingat
kalian. Serta bersyukurlah kepada-Ku dan jangan mengingkari
nikmat-Ku.”
Dzikir bukan hanya untuk hiasan lisan belaka. Namun, dzikir harus
bisa melibatkan gerak hati dengan sungguh-sungguh.35 Dengan
demikianlah, apa yang menjadi hajatnya bisa tersampaikan.
Menurut Munawir, bacaan dzikir yang paling utama ialah ketika bisa
dilakukan di dalam hati. Meskipun hal ini sulit untuk dicapai, tetapi jika
dibiasakan akan memberikan pengaruh yang luar biasa bagi pembacanya.
Pengaruh tersebut tidak lain ialah, selalu ingat kepada Allah kapanpun dan
dimanapun.36
34 Muhammad Hisyam Kabbani, Energi Dikir dan Salawat, (Jakarta: Serambi, 2007), 10. 35 Ibnu‘Athaillah al-Sakandari, Terapi Makrifat, Zikr Penentram Hati, ( Jakarta:Zaman,
2013), 8. 36 Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orang-Orang NU, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2008), 67.
32
Selain itu, berdzikir juga bisa dilaksanakan dengan cara berjama’ah
baik dilakukan ketika habis shalat berjama’ah atau waktu-waktu tertentu
lainnya.37 Hal ini telah dijelaskan oleh hadits Rasulullah, sebagai berikut:
يا الل ض را : إذاا عان أاناس سالهما قاالا لايه وا لهى الل عا سولا الل صا عانه، أانه را
نهة يااض الجا رتم بر را (رواه احمد و الترمذي)ما يااض ار ما فاارتاعوا، قاالا وا
لاق الذ كر ؟ قاالا ح نهة الجا
Artinya: Dari Anas R.A ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:
“Apabila kalian melewati taman surga, maka berdzikirlah
bersama mereka.” Mereka bertanya: “ Apa yang dimaksud
taman Surga Wahai Rasulullah?” Beliau menjawab:
“kumpulan orang-orang yang berdzikir.” (HR. Ahmad dan
Al-Tirmidzi).
Sedangkan shalawat merupakan sanjungan dan rasa kehormatan umat
Islam kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagai umat Islam sangat dianjurkan
untuk membaca shalawat. Karena, shalawat merupakan wujud rasa cinta dan
kasih sayang kita kepada Nabi Muhammad SAW. Dan bahkan tidak hanya
umat Islam, Allah beserta malaikat-malaikat-Nya juga turut melantunkan
shalawat kepada Nabi Saw. Seperti yang telah dijelaskan pada Q.S Al-
Ahzab ayat 56 sebagai berikut:
لائكتاه يصلونا عالى النهبى ا وا ما لايه وا إنه الله نوا صلوا عا اما ينا ءا ا الهذ ايها ياأ
سل موا تاسليما
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatnya bershalawat
kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah
37Muhyiddin Abdusshomad, Hujjah NU : Akidah, Amaliah, Tradisi, (Surabaya: Khalista,
2008), 64.
33
kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya.”
Adapun Majelis Dzikir dan Shalawat sendiri merupakan kegiatan
keagamaan yang berada di bawah naungan dakwah Nahdlatul Ulama (NU)
dengan tujuan sebagai penguatan aqidah Ahlu al-sunnat wa’l jamā’ah dan
dakwah Islam raḥmat al-'ālamīn kyai muda Gerakan Pemuda Ansor (GP
Ansor).38
Majelis Dzikir dan shalawat juga merupakan lembaga semi otonom
yang dibentuk oleh gerakan Pemuda Ansor sebagai implementasi visi,
revitalisasi nilai dan tradisi, dan misi internalisasi nilai aswaja serta sifatur
rasul dalam gerakan Pemuda Ansor.
2. Fungsi, Tugas dan Tanggung Jawab Lembaga
a. Fungsi MDS Rijālul Anṣor
1) Sebagai upaya menjaga dan mempertahankan paham aqidah Ahlu al-
sunnat wa’l jamā’ah ala Nahdlatul Ulama.
2) Sebagai upaya melakukan konsolidasi kyai dan ulama muda Gerakan
Pemuda Ansor di setiap tingkatan.
b. Tugas MDS Rijālul Anṣor
1) Mensyiarkan ajaran-ajaran dan amalan-amalan keagamaan yang telah
diajarkan oleh para Mashayih NU dan para wali penyebar agama
Islam di Nusantara.
2) Melaksanakan program-program kegiatan PHBI sebagai upaya
dakwah Islam Ahlu al-sunnat wa’l jamā’ah ala Nahdlatul Ulama.
38 Ma’arif, DTD Ansor, 36.
34
c. Tanggung jawab MDS Rijālul Anṣor
1) Menjaga, memelihara dan menjamin kelangsungan hidup dan
kejayaan aqidah Ahlu al-sunnat wa’l jamā’ah ala Nahdlatul Ulama.
2) Menjaga gerakan Islam Indonesia tetap sebagai agama Islam yang
raḥmat al-'ālamīn dan menolak cara-cara kekerasan atas nama Islam.
d. Majelis Dzikir dan Shalawat Rijālul Anṣor bertanggung jawab kepada
pimpinan Gerakan Pemuda Ansor di setiap tingkatan.
3. Teknis pelaksanaan kegiatan Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) Pemuda
Ansor:
a. Pimpinan Ranting Gerakan Pemuda Ansor melaksanakan kegiatan
Majelis Dzikir dan Shalawat Rijālul Anṣor 1 kali per minggu.
b. Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor melaksanakan kegiatan
Majelis Dzikir dan Shalawat Rijālul Anṣor 2 kali per bulan.
c. Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor melaksanakan kegiatan
Majelis Dzikir dan Shalawat Rijālul Anṣor 1 kali per bulan.
d. Pimpinan wilayah Gerakan Pemuda Ansor melaksanakan kegiatan
Majelis Dzikir dan Shalawat Rijālul Anṣor 1 kali per bulan.
e. Pimpinan pusat Gerakan Pemuda Ansor melaksanakan kegiatan Majelis
Dzikir dan Shalawat Rijālul Anṣor 1 kali per bulan.
35
BAB III
GAMBARAN UMUM DAKWAH RIJALUL ANSOR
DALAM MAJELIS DZIKIR DAN SHALAWAT DI SAWOO
A. Gambaran Dakwah Rijālul Anṣor dalam Majelis Dzikir dan Shalawat di
Kecamatan Sawoo
1. Gambaran Lokasi Kecamatan Sawoo
Gambar Peta Kecamatan Sawoo
36
Sawoo adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Ponorogo, Provinsi
Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan ini berada diujung tenggara Kabupaten
Ponorogo, dengan batas: 1
Sebelah barat: Kecamatan Sambit
Sebelah timur: Kecamatan Pulung
Sebelah selatan: Kecamatan Tugu (Kabupaten Trenggalek)
Sebelah utara: Kecamatan Sooko dan Mlarak
Wilayah kerja Kecamatan Sawoo terdiri atas 14 Desa, di antaranya ialah:2
a. Tumpuk
b. Pangkal
c. Tumpakpelem
d. Tempuran
e. Sriti
f. Temon
g. Sawoo
h. Prayungan
i. Tugurejo
j. Grogol
k. Kori
l. Ketro
m. Bondrang
n. Ngindeng
2. Sejarah Berdirinya Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo
Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, Rijālul Anṣor
merupakan badan otonom pemuda yang telah bergerak dalam naungan
organisasi Islam Nahdlatul Ulama. Badan ini telah berdiri beriringan dengan
masa kemerdekaan Republik Indonesia.
1 https://id.m.wikipedia.org/wiki/sawoo,_ponorogo&hl=id-ID 2 https://sawoo.ponorogo.go.id/profil/&hl=id-ID
37
Dan bahkan, Rijālul Anṣor juga sempat disebut dengan salah satu
organisasi yang menjadi tulang punggung ormas keagamaan yang sangat
penting dan berpengaruh di Indonesia.3 Hal ini terjadi karena, pemuda
merupakan cikal bakal untuk generasi negara dan agama di masa
mendatang. Dengan kata lain, perkumpulan dari pemuda inilah sangat
mempunyai kekuasaan untuk memberikan perubahan terhadap
lingkungannya.
Adapun Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo telah berdiri sejak tahun
1997, yakni pada masa partai PKB masih unggul di kota-kota besar hingga
di pelosok desa. Namun, Rijālul Anṣor pada masa ini tidak begitu aktif
bahkan bisa dikatakan fakum. Karena mereka tidak mempunyai tujuan
sendiri, mereka hanya mengikuti alur yang telah terjadi dalam kepentingan
partai.
Hingga pada saat partai PKB ini merosot, Rijālul Anṣor juga ikut
kehilangan arah. Pada akhirnya mereka sempat mati suri (tidak ada kegiatan
sama sekali). Dan mulai berkembang lagi pada tahun 2013, sebagaimana
yang telah terpapar dalam penjelasan Edi Suryono (ketua Rijālul Anṣor
pertama di Kecamatan Sawoo) pada saat diwawancarai oleh peneliti. Di
antara penjelasannya ialah sebagai berikut:
Sebenarnya, Anṣor di Kecamatan Sawoo sudah ada sejak tahun
1997. Pada waktu itu barengan dengan maraknya partai PKB
diberbagai daerah, termasuk di Kecamatan Sawoo. Akan tetapi pada
masa itu tidak maksimal, sehingga Anṣor fakum. Hal ini terjadi
3 Ma’arif dan Wahid, Muhammadiyah-NU : Mendayung Ukhuwah di Tengah Perbedaan,
(Malang: Umm Press, 2004), 119.
38
karena Anṣor tidak punya misi maupun visi sendiri, mereka hanya ikut
jalannya partai saja.
Dan setelah tahun 2013, saya dan beberapa pemuda NU Sawoo
mengikuti pelatihan dan pelantikan Pemuda Ansor yang telah
diselenggarakan oleh PAC GP Ansor Kecamatan Sambit. Dan
berketepatan pula pada masa itu yang terpilih sebagai ketua ialah
saudara Moh. Nasrudin dan wakilnya ialah saya sendiri.
Pada masa itu, sempat pula organisasi hampir kurang perhatian
karena saudara Nasrudin lebih fokus terhadap CPNS nya di wilayah
Madiun. Sehingga hal ini membuat saya dan teman-teman untuk lebih
berjuang dalam dakwah walaupun keadaan belum begitu maksimal.
Dan memasuki tahun 2015, melalui musyawarah kecil-kecilan
dan dengan persetujuan para hadirin saya terpilih sebagai ketua
Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo ini. Sehingga saya pun dilantik
pada tahun itu pula dengan masa khidmad 2015 s/d 2017. Dan pada
tahun 2018 awal terpilih lah saudara Jaka Irawan ini sebagai ketua
Rijālul Anṣor Sawoo hingga sekarang.4
Seperti halnya organisasi-organisasi lain, Rijālul Anṣor di Kecamatan
Sawoo juga mempunyai visi dan misi serta tujuan dalam melaksanakan
segala kegiatannya. Adapun visi misi tersebut ialah sebagai berikut:
VISI MISI DAN TUJUAN PAC GP ANSOR SAWOO
VISI
1. Revitialisasi Nilai dan Tradisi
2. Penguatan Sistem Kaderisasi
3. Pemberdayaan Potensi Kader
4. Kemandirian Organisasi
MISI
1. Internalisasi nilai aswaja dan sifat Rasul dalam Gerakan Pemuda GP
Ansor.
2. Membangun disiplin organisasi dan kadersasi berbasis profesi.
4 Transkrip Wawancara 01/3-W/04-IV/2020.
39
3. Menjadi sentrum lalulintas informasi dan peluang usaha antar kader
dengan stakeholder.
4. Mempercepat kemandirian ekonomi kader dan organisasi.
TUJUAN
1. Membentuk dan mengembangkan generasi muda Indonesia sebagai kader
bangsa yang cerdas dan tangguh, memiliki keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah SWT, berkepribadian luhur, berakhlaq mulia, sehat,
terampil, patriotik, ikhlas dan beramal ṣalih.
2. Menegakkan ajaran Islam Ahlu al-sunnat wa’l jamā’ah dengan
menempuh manhaj salah satu madzhab empat di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
3. Berperan secara aktif dan kritis dalam pembangunan nasional demi
terwujudnya cita-cita kemerdekaan Indonesia yang berkeadilan,
berkemakmuran, berkemanusiaan dan bermartabat bagi seluruh rakyat
Indonesia yang diriḍoi Allah SWT.
Selain visi dan misi Rijālul Anṣor juga memiliki tatanan pengurus
organisasi. Tatanan ini bertujuan untuk menata dan mengatur segala urusan
dan kegiatan yang telah diselenggarakan oleh Rijālul Anṣor di wilayah
Sawoo. Dan juga sebagai bentuk penegakan dan perwujudkan apa yang
telah menjadi visi misinya.
40
Berikut merupakan tatanan pengurus berdasarkan data yang diperoleh
dari lampiran berita acara rapat tim formatur penyusunan pengurus PAC GP
Ansor Kecamatan Sawoo masa kidmah 2019-2021.
SUSUNAN PENGURUS PIMPINAN ANAK CABANG
GERAKAN PEMUDA ANSOR KECAMATAN SAWOO
MASA KHIDMAH 2019-2021
Ketua : Jaka Irawan
Wakil Ketua 1 : Aan Habib Ardiansyah
Wakil Ketua 2 : Edi Sukarni
Wakil Ketua 3 : Siswanto
Sekretaris : Ahmad Tri Susilo
Wakil Sekretaris : Sahrul Kiro S.
Bendahara : Sugianto
Wakil Bendahara : Yuriko Setiawan
Departemen
Pendidikan dan Kaderisasi : Ahmad Daimulloh
Ahmad Jaya
Budi Doyo Winoto
Advokasi dan Pemberdayaan Masyarakat : Jemadi
Agus Efendi
Dwi Nur Wahyudi
41
Agama dan Idiologi : M.Arifin
Eko Sunyono
Informasi, Iptek dan Kajian Strategis : Bayu Aji
Ahmad Abrori
Pemberdayaan Ekonomi : Yakun
Lusa Widya Pratama
Olahraga dan Kebudayaan : Nur Huda
Nur Kholi Abusopyan
Lingkungan Hidup : Agung Prianto
Arif
3. Sejarah Berdirinya MDS (Majelis Dzikir Dan Shalawat) Rijālul Anṣor
PAC GP Ansor Sawoo
Majelis Dzikir dan Shalawat atau yang kerap disebut dengan MDS ini
merupakan badan semi otonom yang dibentuk oleh GP Ansor sebagai
implementasi visi revitalisasi nilai tradisi dan misi internalisasi nilai Islam
Ahlu al-sunnat wa’l jamā’ah Nahdlatul Ulama. Pada umumnya, kegiatan ini
diterapkan oleh sebagian besar dari organisasi Rijālul Anṣor di berbagai
daerah di Indonesia. Karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang sudah
disepakati oleh seluruh pimpinan baik dari pimpinan ranting hingga
pimpinan pusat Rijālul Anṣor.
Sementara itu, Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo sendiri mulai
mendirikan Majelis Dzikir dan Shalawat ini pada tanggal 2 Februari 2015,
42
berketepatan Rijālul Anṣor Sawoo masih diketuai oleh Edi Suryono.
Adapun kegiatan ini dilaksanakan atas dasar visi dan misi sebagai berikut;
VISI
Meningkatkan kualitas ibadah melalui ajaran Islam dan amaliah tradisi
Aswaja.
MISI
1. Mensyiarkan ajaran-ajaran dan amalan-amalan keagamaan yang telah
diajarkan oleh para masayyih Nahdlatul Ulama dan para Wali penyebar
agama Islam di Nusantara.
2. Melaksanakan program-program kegiatan peringatan hari besar Islam
sebagai upaya dakwah Islam Ahlu al-sunnat wa’l jamā’ah ala Nahdlatul
Ulama.
Kegiatan Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) ini bermula dengan
penuh perjuangan. Jama’ah juga masih minim yaitu berjumlah sekitar 20
orang saja, itu pun masih sebagian besar yang hadir adalah dari kalangan
Anṣor sendiri. Tempat pelaksanaannya juga masih di rumah Edi selaku
ketua GP Ansor pada saat itu. Kegiatan ini bermula dengan dibarenginya
hari peringatan 7 bulanan putranya. Dari kegiatan itulah MDS berkembang
hingga saat ini.
Tahun ke tahun telah terlewati, perkembangan MDS semakin
berkembang dengan pesat, jama’ahnya juga semakin bertambah dan bahkan
jama’ah sudah meluas dari berbagai jama’ah yasin baik ibu-ibu atau bapak-
bapak di berbagai daerah Sawoo. Sehingga saat ini jama’ah bisa mencapai
43
dua ratus lebih di setiap pertemuannya. Kegiatan ini dilaksanakan setiap
malam Ahad Wage dengan sistem bergantian tempat dari masjid/mushola
satu ke yang lainnya, yang ada di Kecamatan Sawoo.
Ada beberapa agenda yang dibuat oleh anggota Rijālul Anṣor Sawoo
dalam melancarkan acara MDS ini yakni dengan melantunkan shalawat
banjari al-habsy, dzikr jama’i, pembacaan rotib, dan dilanjutkan dengan
taushiah. Serta, terkadang pula ditambah dengan acara lainnya, semisal bakti
sosial dan khataman Al-Qur’an disiang harinya. Dalam kegiatan ini Rijālul
Anṣor juga mempunyai pengurus sendiri. Pengurus ini bisa disebut dengan
pengurus harian, yakni anggota yang diberi kewajiban untuk mengatur dan
melancarkan jalannya kegiatan Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS).
Adapun susunan pengurus MDS ialah ;
SUSUNAN PENGURUS HARIAN
MAJELIS DZIKIR DAN SHOLAWAT
RIJĀLUL ANṢOR PAC SAWOO
Ketua : Muhammad Arifin
Sekretaris : Rendra Ngainun Najib
Bendahara : Sugianto
Bidang-bidang
Public Relation : Edi Sukarni
Dokumentasi : Bayu Aji
Mobilisasi : Jemadi
44
B. Gambaran Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah Rijālul Anṣor
1. Faktor Pendukung
a. Mayoritas masyarakat di Kecamatan Sawoo adalah Nahdlatul Ulama
(NU), maka dalam pelaksanaan dakwahnya tidak terlalu mengalami
kesulitan justru anggota Rijālul Anṣor mendapatkan banyak dukungan
dari masyarakat, pemerintah daerah dan juga aparat kepolisian.
b. Rijālul Anṣor Sawoo mengadakan pertemuan rutin tiap bulan (lailatul
ijtima’) yang dihadiri oleh seluruh Banom di Kecamatan Sawoo yang
bisa dijadikan sarana dakwah untuk para pemuda wilayah Sawoo dan
dapat sebagai ajang silaturahmi dengan para anggota.
c. Rijālul Anṣor mempunyai kader penggerak yang semakin banyak. Selain
itu, terdapat pula struktur kepengurusan dari Pengurus Anak Cabang
(PAC) hingga ranting. Dengan demikian, setiap kader dan kepengurusan
mempunyai tugas untuk daerahnya masing-masing. Sehingga, secara
tidak langsung dapat memudahkan langkah dakwahnya di berbagai
lingkungan masyarakat.
d. Rijālul Anṣor Kecamatan Sawoo juga memiliki SATKORYON (Satuan
Koordinasi Rayon) Banser, yang telah mempunyai tugas khusus yaitu
membantu keamanan yang bekerjasama langsung dengan kepolisian yang
ada di Kecamatan Sawoo.
2. Faktor Penghambat
a. Adanya kegiatan yang bersifat pribadi dan kebanyakan jadwal
berbenturan dengan acara Rijālul Anṣor Kecamatan Sawoo. Sehingga
45
para pengurus banyak yang lengah dan kurang begitu perhatian dalam
melaksanakan agenda rutinan, seperti halnya dalam kegiatan Majelis
Dzikir dan Shalawat (MDS). Kegiatan MDS Mulai dari tahun 2019
menuju tahun 2020 ini justru malah banyak penurunan. Padahal
masyarakat selalu menanti untuk diagendakan kembali dengan rutin.
b. Kurangnya komunikasi dan kekompakan antar anggota satu dengan yang
lainnya. Sehingga masih minim dalam hal kerjasama dalam setiap
kegiatan.
c. Terbatasnya sumber daya manusia untuk menggali ide-ide kreatif dalam
proses dakwah dan cara memperluas medianya. Sebenaranya Rijālul
Anṣor di Kecamatan Sawoo ini mempunyai banyak personil. Namun,
yang bisa aktif untuk terjun dalam kegiatan hanya beberapa saja.
C. Respon Masyarakat Terhadap Dakwah Rijālul Anṣor di Kecamatan
Sawoo Kabupaten Ponorogo
Respon masyarakat merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan
keberhasilan kegiatan dakwah. Bisa dikatakan pula bahwa keberhasilan
dakwah itu sangat berpengaruh terhadap respon dari mad’ū. Untuk itu, sebuah
respon sangat mempunyai arti sendiri yakni sebagai penumbuh semangat
seorang dā’ī dalam berdakwah.
Terdapat beberapa ragam respon masyarakat terhadap dakwah yang
dilakukan oleh Rijālul Anṣor Kecamatan Sawoo. Di antara respon tersebut
ialah sebagai berikut:
46
“Menurut pandangan saya kegiatan MDS mempunyai segi positif yang
banyak. Hal ini termasuk dapat menarik kalangan remaja dan pemuda-
pemudi untuk direkrut menjadi generasi Islami untuk diarahkan kearah
yang lebih unggul dalam hal keagamaan. Selain itu, kegiatan ini juga
mampu menjadi wadah untuk menyatukan masyarakat khususnya para
pemuda agar saling bertukar pengalaman.”5
Ungkapan di atas merupakan ungkapan dari salah satu jama’ah Majelis
Dzikir dan shalawat yang berasal dari Prayungan Sawoo. Ia menyatakan bahwa
kegiatan MDS dapat memberikan nilai positif bagi masyarakat, terutama bagi
para remaja. Karena menurutnya, MDS merupakan wadah bagi masyarakat
untuk menggali ilmu dan saling bertukar pengalaman.
Selain masyarakat, pihak pemerintahan desa juga merespon baik dalam
segala kegiatan yang telah diselenggarakan oleh Rijālul Anṣor di Kecamatan
Sawoo. Bahkan, kedua belah pihak juga mempunyai hubungan yang amat erat.
Mereka saling membantu satu sama lainnya. Artinya, pemerintah sangat
mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan Rijālul Anṣor, begitu pula
dengan Rijālul Anṣor mereka juga sering dan bahkan selalu dilibatkan dalam
penanganan masyarakat dalam bidang keagamaan dan bidang sosial. Sehingga
pihak pemerintah desa ikut terbantu dengan adanya Rijālul Anṣor di
Kecamatan Sawoo ini. Seperti halnya pernyataan dari Kepala Desa Pangkal
berikut ini:
“Untuk hubungan sangat erat. Pemerintah selalu melibatkan Rijālul
Anṣor dalam segi keagamaan dan juga keamanan masyarakat. Selain itu,
Rijālul Anṣor ini juga sebagai mitra pemerintah desa untuk membangun
masyarakat dari segi akhlaq dan agama. Karena pemerintah tidak
mampu hanya menghandalkan infrastruktur untuk membangun
masyarakat, tapi juga dengan akhlaqul karimah. Termasuk juga dalam
5 Transkrip wawancara, 01/2-W/16-III /2020.
47
membangun meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
dengan kata lain, walaupun infrastruktur bagus, akan tetapi akhlaq
masih buruk maka pembangunan masih belum bisa dikatakan berhasil.
Jadi bisa dikatakan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh Rijālul Anṣor
sebagai agen pembangunan SDM di Desa Pangkal ini.”6
Ia juga menyatakan bahwa pemuda Ansor merupakan kader untuk
penggerak para pemuda-pemudi dan masyarakat untuk selalu menampilkan
kreativitasnya dalam mendidik dan membangun masyarakat, khususnya dalam
bidang keagamaan. Ia berharap agar Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo tetap
ulet dan gigih dalam membantu masyarakat. Harapan tersebut ia sampaikan
dalam ungkapannya sebagai berikut:
“Rijālul Anṣor merupakan pemuda yang akan kita gerakan menjadi
kader-kader untuk membangun masyarakat agar lebih baik dan menuju
jalan yang lurus dalam hal agama dan lainnya dengan harapan menuju
pembangunan SDM yang bagus.
“janganlah kendor semangatnya, tunjukan bahwasanya pemuda adalah
peran utama dalam membangun masyarakat dan umumnya negara.
Karena tanpa peran pemuda negara ini tidak mungkin akan maju.” 7
6 Transkrip Wawancara, 01/03-W/17- III/2020. 7 Ibid.
49
BAB IV
ANALISIS DAKWAH RIJĀLUL ANṢOR
DALAM MAJELIS DZIKIR DAN SHALAWAT DI KEC. SAWOO
A. Analisis Metode Dakwah Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo Kabupaten
Ponorogo
Dakwah merupakan tugas yang amat mulia di sisi Allah Swt, karena
dengan dakwah agama Islam dapat tersebar luaskan. Selain itu, dengan melalui
dakwah umat Islam juga semakin paham dan mengerti apa Islam itu
sebenarnya dan bagaimana sistem penerapan beragama Islam dengan baik dan
benar.
Salah satu bentuk kemuliaan dalam berdakwah ini telah diungkapkan
oleh salah seorang tokoh Islam yakni H. M. Masyhur Amin. Ia
mengungkapkan bahwa dakwah adalah suatu aktivitas yang mendorong
manusia memeluk agama Islam melalui cara yang bijaksana, dengan materi
ajaran Islam, agar mereka mendapatkan kesejahteraan dunia dan kebahagiaan
akhirat.
Namun, untuk mencapai kemuliaan dalam berdakwah tidaklah mudah.
Dalam hal ini, seorang pendakwah (dā’ī) harus mempunyai Skill dan metode
untuk dapat menyampaikan pesan yang sesuai dengan mad’ū dan dapat
diterima dengan baik. Begitu pula dengan Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo,
Sebagai kader kyai muda yang bergerak dibidang keagamaan, tentunya
memiliki aktivitas dakwah yang beragam. Dan dari aktivitas tersebut
50
melahirkan beberapa metode yang digunakan untuk melancarkan aktivitas
dakwahnya.
Adapun untuk memaparkan metode dakwah yang diterapkan oleh Rijālul
Anṣor Kecamatan Sawoo, peneliti menggunakan tabulasi sebagai berikut:
Seperti yang telah dijelaskan dalam data tabulasi di atas, dapat diketahui
bahwa terdapat beberapa kegiatan dakwah yang dilakukan oleh organisasi
tersebut. Di antaranya ialah bakti sosial (baksos), mengatur proses jalannya
kegiatan pengajian dan kemasyarakatan, bersih wilayah Kecamatan Sawoo
bersama anggota kepolisian Kec.Sawoo, Majelis Tafsir Al-Qur’an, dan juga
Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS).
Dan berdasarkan analisis dan observasi peneliti, dapat diketahui
bahwasanya Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo menggunakan dua metode
dalam melaksanakan dakwahnya, yakni melalui bil ḥikmah dan bil mau’iẓah
ḥasanah. Melalui metode-metode tersebut diharapkan dapat mencapai apa
Metode Dakwah
Rijalul Ansor Kec. Sawoo
MDS
(Majelis Dzikir dan Shalawat)
Majelis Tafsir Al-Qur'an
Baksos
mengatur dan membantu jalannya kegiatan
masyarakat
51
yang menjadi tujuan awal, yakni memperluas agama Islam dengan
menggunakan sistem keaswajaan NU untuk mensejahterakan masyarakat.
1. Metode Bil Ḥikmah
Bil ḥikmah merupakan metode dakwah yang dilakukan dengan
pendekatan komunikasi persuasif. Melalui metode ini seorang dā’ī
menyajikan materi dengan strategi yang efisien atas dasar luasnya
pengetahuan dan pengalaman dalam berdakwah.1 Dalam metode ini seorang
dā’ī mencontohkan kegiatan dakwah agar masyarakat dapat menerima
dakwah dengan mudah dan juga dapat mengikuti contoh tersebut dengan
sendirinya.
Seperti halnya Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo juga menggunakan
metode ini untuk menjalankan aktivitas dakwahnya. Adapun kegiatan
dakwah mereka yang menggunakan metode ini ialah:
a. Baksos
Bakti sosial atau yang kerap disebut dengan baksos ini merupakan
salah satu agenda dakwah yang dilakukan oleh Rijālul Anṣor di
Kecamatan Sawoo. Di antara kegiatan ini ialah: 1) Memberikan
sumbangsih terhadap korban bencana alam, baik di dalam maupun di luar
wilayah Kecamatan Sawoo.2 2) Melakukan kerja bakti membersihkan
lingkungan di wilayah Kecamatan Sawoo, seperti masjid, pasar dan
beberapa tempat lainnya.3
1 Fathul Bahri An-Nabiri, Meniti Jalan Dakwah: Bekal Perjuangan Para Da’i, (Jakarta:
Amzah, 2008), 240-241. 2 Transkrip dokumentasi, 04/1-D/21- IX /2019. 3 Transkrip dokumentasi, 04/2-D/15-III/2020.
52
Melalui kegiatan ini mereka berharap dapat meringankan beban
masyarakat. Dan juga sebagai upaya untuk memberikan contoh
masyarakat agar selalu menjaga solidaritas satu sama lainnya. Sehingga
masyarakat mampu hidup sejahtera melalui saling peduli, tolong-
menolong, dan bergotong royong satu dengan yang lainnya.
b. Mengatur Jalannya Kegiatan Masyarakat
Pada saat ini sudah menjadi kewajaran bahkan populeritas, para
anggota Rijālul Anṣor menjadi media untuk segala kegiatan yang ada di
masyarakat. Dalam kegiatan ini mereka mempunyai tim sendiri. Tim ini
terkenal di berbagai mancanegara dengan sebutan BANSER (Barisan
Ansor Serbaguna).
BANSER merupakan tenaga inti Rijālul Anṣor sebagai penggerak,
pengemban, dan pengaman program-program sosial kemasyarakatan.4
Misalnya, membantu kepolisian untuk mengamankan dan mengatur lalu
lintas dalam kegiatan pengajian, peringatan HUT RI, dan kegiatan
masyarakat lainnya. Selain itu, mereka juga sering membuat posko-posko
lebaran di beberapa titik tempat.
Pengabdian anggota BANSER pada masyarakat tidak bisa dinilai
dengan angka. Bahkan, maraknya COVID 19 juga tidak membuat
anggota BANSER Kecamatan Sawoo tumbang untuk mengabdi kepada
masyarakat dan negara. Justru mereka lebih bergerak dengan
semangatnya untuk selalu berdakwah dan mengabdi untuk agama dan
4 Syamsul Ma’arif, DTD Ansor, (Ponorogo: Pengkaderan, 2014), 33.
53
negara. Yakni dengan ikut andil dalam berjaga dengan anggota polri di
Perbatasan Ponorogo-Trenggalek.
Melalui program ini dapat diketahui bahwa Rijālul Anṣor
mewujudkan dan memberi contoh bagi para remaja bahwa pemuda dapat
bermanfaat untuk segalanya dan selalu siap serta tanggap dalam segala
keadaan yang ada dalam masyarakat.
c. Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS)
Untuk mensukseskan kegiatan Majelis Dzikir dan Shalawat, Rijālul
Anṣor Kecamatan Sawoo juga menggunakan metode dakwah bil ḥikmah.
Di antara kegiatan MDS yang termasuk dalam kategori metode ini ialah
ketika pembacaan Rātib al-Ḥadād dan pada lantunan shalawat.
Melalui kegiatan tersebutlah diharapkan agar masyarakat selalu
senantiasa berdzikir kepada Allah SWT baik setelah shalat atau waktu
lainnya. Selain itu, masyarakat juga diharap untuk selalu bershalawat
kepada Nabi Muhammad SAW, dalam keadaan bagaimanapun baik
dengan menggunakan irama seperti yang telah dilantunkan dalam majelis
atau dengan tanpa irama.
2. Metode Bil Mau’iẓah Ḥasanah
Bil mau’iẓah ḥasanah merupakan metode dakwah yang dilakukan
dengan cara dā’ī memberikan penjelasan, pengajaran atau kajian khusus
terhadap mad’ū. Biasanya, metode ini sering kali digunakan dengan
khalayak ramai. Dalam artian, mad’ū yang berada dalam majelis berjumlah
lebih dari satu.
54
Dalam melaksanakan dakwahnya, Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo
juga menggunakan metode ini. Melalui metode ini, mereka berharap agar
masyarakat dapat menambah ilmu agamanya, dan juga dapat mengerti serta
memahami dengan benar apa yang telah disampaikan oleh dā’ī. Berdasarkan
data yang telah diperoleh peneliti, terdapat dua majelis yang menggunakan
metode ini, di antaranya ialah:
a. Majelis Tafsir Al-Qur’an
Majelis Tafsir Al-Qur’an merupakan majelis yang telah
diselenggarakan oleh tim gabungan dari Shuriah dan Rijālul Anṣor di
Kecamatan Sawoo sendiri. Majelis ini dilaksanakan di Balai Desa
Pangkal setiap hari Kamis Pahing bersama Kyai Shalekhan, pengasuh
pondok pesantren Nurul Qur’an Pakunden Ponorogo.
Dalam majelis ini jama’ah wajib untuk menyimak apa yang telah
disampaikan oleh Kyai Shalekhan selaku dā’ī. Selain itu, jama’ah juga
diberikan kesempatan untuk bertanya jika belum paham apa yang telah
disampaikannya.
Namun, majelis ini tidak sesuai dengan harapan. Karena suatu hal
yang kurang jelas alasannya, majelis hanya berjalan beberapa pertemuan
aja. Dan pada akhirnya, majelis off hingga sekarang.
b. Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS)
Majelis Dzikir dan Shalawat merupakan kegiatan keagamaan yang
berada di bawah naungan dakwah Nahdlatul Ulama (NU) dengan tujuan
sebagai penguatan aqidah Ahlu al-sunnat wa’l jamā’ah dan dakwah
55
Islam raḥmat al-'ālamīn kyai muda Gerakan Pemuda Ansor.5 Majelis
Dzikir dan shalawat dibentuk oleh gerakan Pemuda Ansor sebagai
implementasi visi, revitalisasi nilai dan tradisi, dan misi internalisasi nilai
aswaja serta sifatur rasul dalam gerakan Pemuda Ansor.
Selain dengan metode bil ḥikmah, kegiatan MDS yang
diselenggarakan oleh Rijālul Anṣor Kecamatan Sawoo juga
menggunakan metode dakwah bil mau’iẓah ḥasanah. Dalam kegiatan ini
mereka memanfatkan waktu ditengah acara untuk memberikan tausyiah
dan beberapa kisah inspirasi kepada para jama’ah.
Adapun rangkaian dari kegiatan yang dijalankan dalam majelis
dzikir dan shalawat (MDS) adalah:
1) Shalat Isya’ Berjama’ah
Sebelum acara inti dimulai, jama’ah melaksanakan shalat secara
jama’ah di masjid/mushala yang telah disepakati sebagai tempat
pelaksanaan MDS. Dan setelah jama’ah selesai acara dilanjutkan
dengan do’a dan dzikir bersama.
Dzikir bersama tersebut dikenal masyarakat dengan sebutan
Dzikir Jama’i. Dzikir jama’i merupakan dzikir yang diamalkan secara
bersama-sama (berjama’ah) dengan seorang imam. Dzikir ini
diamalkan berdasarkan karangan K.H. Ihya’ Ulumuddin, yakni
seorang tokoh agama dan sekaligus pengasuh pondok pesantren Nurul
Haromain Pujon, Malang.
5 Ibid., 36.
56
Berdasarkan observasi peneliti, Dzikir jama’i merupakan dzikir
favorit masyarakat, karena bacaanya sudah termasuk mencangkup
seluruh bacaan dzikir baik dari tasbih, tahmid, dan juga ta’bir serta
shalawat. Selain itu, terdapat pula bacaan dzikir yang menggunakan
bahasa jawa. Dan inilah yang membuat rasa mantap masyarakat,
terutama bagi orang tua yang masih awam. Hal tersebut dibuktikan
dengan suara semangat dan penuh khidmat ketika membaca bacaan
tersebut. Adapun bacaan dari dzikir ini ialah sebagai berikut:
لا إلها إله الل
(100 X)
Tiada Tuhan Selain Allah
االل
(100 X)
Allah
د مه لهى الل عالاى النهبي محا صا
(100 X)
Semoga Allah mencurahkan rahmat dan pengagungan kepada
Nabi Muhammad
يل ك نعما الوا سبناا الل وا حا
(450 X)
Cukuplah bagi kami Allah sebagai pelindung
يف يف االل لاط ا لاط يف يا يف ياا لاط ياا لاط
(129 X)
Wahai Dzat yang Maha Lembut
لقه، الطف بناا، بيرا بخا لقه، ياا خا ليما بخا لقه، ياا عا يفا بخا ياا لاط
57
بير يم ياا خا ل يف ياا عا ياا لاط
(3 X)
Wahai Dzat Yang Maha Lembut kepada segenap makhluk-Nya,
wahai Dzat yang Maha Mengetahui kepada segenap makhluk-Nya,
wahai Dzat yang Maha Mengawasi kepada segenap makhluk-Nya,
berbuat lembutlah (kasihani) kepada kami wahai Dzat yang Maha
Lembut, wahai Dzat yang Maha Mengetahui, wahai Dzat yang Maha
Mengawasi
، إ لا ا نازا ل، الطف بناا فيما يفا لام يازا ل،ياا لاط يف لام تازا نهكا لاط
ينا المسلم الطف بناا وا
(3 X)
Wahai Dzat Yang Maha Lemah Lembut, selamatkanlah kami
dari musibah-musibah yang turun, sesungguhnya Engkau Dzat yang
Maha Lemah Lembut, berbuat lemah lembutlah kepada kami dan kepada
seluruh umat Islam
ا نافاس عادادا ما ة وا سول الل، في كل لامحا د را مه لا إلاها اله الل، محالم الل عاه ع س وا
(4 X)
Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Nabi
Muhammad adalah utusan Allah, dalam setiap kedipan mata dan desah
nafas, sehitungan segala sesuatu yang diketahui Allah
ا في قالبي إله الل، له الل، ما ب ي جا سبي را لهى الل حا ي صا اد لاى الها عا
لايه صالااة الل ×( 3)لا إلها إله الل سول الل عا د را مه محا
Cukuplah bagiku Allah sebagai penolongku, Allah Maha Agung,
tiada terlintas di dalam hatiku selain-Nya dan semoga Allah selalu
mencurahkan rahmat dan pengagungan kepada al Hadi, Muhammad,
utusan Allah (tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah 3x)
semoga rahmat dan pengagungan selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad
اعف عانها، عاافناا وا ف الس ترا عانها، وا نها، لا تاكش ما الس ر م ياا عاال
يث كنها كن لاناا حا وا
58
(3 X)
Wahai Dzat yang Maha Mengetahui rahasia–rahasia kami,
janganlah engkau buka aib cela kami, berikanlah kesehatan dan
ampunan kepada kami, serta jagalah kami dimanapun kami berada
يه يت أك يه دو اس أك انو برا بهناا جوكوفونو لوبيرا االل همه ياا راالي ي نابي وا اكااه ي باارا اج ي لوغو حا كااغكو غااج
(7 X)
Ya Allah Ya Tuhanku cukupkanlah dan limpahkanlah, beras dan
uamg yang banyak untuk mengaji dan berangkat menunaikan ibadah haji
berkahnya Nabi dan Wali
ب بال دانا ياارا قااص عا مصطافاى بال غ ما اس ا ماضاى ياا وا اغفر لاناا ما وام الكارا
(7X)
Duhai Tuhanku, dengan berkat Al-Musthofa, sampaikanlah
kami kepada tujuan kami, dan ampunilah dosa-dosa kami yang telah
lampau, duhai Dzat yang Maha Pemurah
ولاناا االل االل مناا أانتا ما ا لاناا غايرك إرحا اقبالناا ما االل االل وا
(3 X)
Ya Allah – Ya Allah, kabulkanlah doa kami, sungguh kami tidak
punya siapa-siapa lagi selain Engkau
2) Lantunan Shalawat Al-Habsy
Shalawat Al-Habsy merupakan salah satu metode terkuat untuk
menarik masyarakat terlebihnya untuk para remaja agar mau hadir dan
ikut kegiatan dalam majelis tersebut. Lantunan shalawat ini
dibawakan oleh group habsy terdekat dari masjid/mushola yang telah
ditunjuk sebagai tempat pelaksanaan kegiatan. Dan juga dimeriahkan
oleh beberapa tim relawan dari beberapa daerah yang telah hadir.
59
Bahkan group hadroh ibu-ibu juga tidak mau kalah. Mereka juga ikut
andil di dalamnya.
Lantunan shalawat Al-Habsy dilantunkan pada waktu pra dan
pasca kegiatan serta di pertengahan kegiatan ketika waktu masih
longgar. Ada beberapa lagu yang dibawakan dalam kegiatan ini. Di
antara lagunya ialah Assalamu‘alaik, Yalal Waṭon, mahallul qiyam,
dan beberapa lagu lainnya yang familiar disaat ini seperti, mān anna,
tiket suargo, dan beberapa lagu karangan dari Nisa Sabyan dan
Subban Al-Habsy.
3) Pembukaan
Seperti halnya kegiatan lainnya, kegiatan Majelis Dzikir dan
Shalawat ini juga dibuka dengan acara pembukaan. Pembukaan ini
dipimpin oleh seorang pembawa acara yang telah diberi amanat
sebelumnya. Setelah itu disusul dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an.
4) Menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Mars Subbanul Waṭon
Karena Rijālul Anṣor termasuk dalam perkumpulan pemuda
yang cinta negara dan agama, untuk itu mereka selalu memulai setiap
acaranya dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mars
Subbanul Waṭon. Kegiatan ini sebagai bentuk rasa cinta dan rasa
tanggung jawab terhadap iklar mereka terhadap agama dan tanah air.
5) Pembacaan Rātib Al-Ḥadād
60
Rātib al-ḥadād merupakan salah satu amalan yang terkenal bagi
organisasi NU. Amalan ini kerap kali diaplikasikan diberbagai majelis
di masyarakat. Rātib al-ḥadād diambil dari sebuah nama penyusunnya
yakni al-Ḥabib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Ḥadād.
Sebenarnya ada berbagai doa dan wirid yang ia susun. Akan tetapi,
rātib inilah yang paling termashur. Berdasarkan sejarah, Rātib ini
disusun berdasarkan inspirasi, pada malam lailatul Qodar 27
Ramadhan 1071 H.
Rātib al-ḥadād ini disusun atas dasar permintaan dari Amir
(murid dari Muhammad Al-Ḥadād) sendiri. Hal ini bertujuan agar
masyarakat lingkungannya mau untuk mengamalkan wirid dan dzikir
sehingga dapat mempertahankan dan menyelamatkan diri dari ajaran
sesat yang telah beredar di lingkungannya.
Meskipun pada awalnya rātib ini hanya diamalkan oleh Amir
beserta jama’ahnya, namun lama-kelamaan amalan ini tersebar
luaskan juga hingga mancanegara. Sedangkan pembacaan rātib ini
bertujuan untuk memperoleh riḍo Allah agar terkabulnya segala hajat,
dan dijauhkan dari gangguan jin dan syetan serta segala bala’ lainnya.6
Adapun pembacaan Rātib Al-ḥadād dalam kegiatan MDS yang
diselenggarakan oleh Rijālul Anṣor Kecamatan Sawoo ini dipimpin
oleh sesepuh atau tokoh agama yang berasal dari Kecamatan Sawoo
sendiri. Akan tetapi terkadang pula juga dipimpin oleh kyai muda
6 https://tebuireng.online/sejarah-khasiat-bacaan-ratib-al-haddad/&hl=en-ID
61
yang berasal dari anggota Anṣor sendiri. Hal ini sebagai bentuk
bahwasanya setiap orang berhak dan wajib belajar. Selain itu, sebagai
upaya agar para pemuda lebih action dan tidak hanya menghandalkan
orang lain. Adapun pembacaan Rātib Al-ḥadād ialah sebagai berikut:
الحداد الفاتحةالراتب الشهير للحبيب عبد الله بن علوي
د صلى الل عليه وسلم مه ولناا محا ما نابي ناا وا ناا وا فيع شا ناا وا ي د ة سا ضرا إلاى حا
حمن - . االره ينا العاالام ب مد لل را يم االحا ح حمن الره الفاتحة بسم الل الره
ين إي اكا نا الك ياوم الد . ما يم ح اطا الره را ناا الص ين. اهد إيهاكا ناستاع عبد والا م وا غضوب عالايه م غاير الما ينا أانعامتا عالايه اطا الهذ را المستاقيما. ص
ين . آم آل ينا الضه
لا ناة وا ي القايوم لا تاأخذه س ات االل لا إلاها إله هوا الحا ا في السهموا ناوم لاه ما
م يه ا باينا أايد نداه إله بإذنه ياعلام ما ي ياشفاع ع ن ذاا الهذ ا في الأارض ما ما وا
يه عا كرس س ا شاآءا وا ه إله بما لم ن ع يطونا بشايء م لا يح لفاهم وا ا خا ما واالأار ات وا وا يم السهما هوا العالي العاظ ا وا فظهما لا ياؤده ح ضا وا
لآئكاته ما نا بالل وا نونا كل آما المؤم ب ه وا ن را لا إلايه م آ أنز سول بما نا الره آماأاطاع ا وا عنا قاالوا سام ن رسله وا د م ق باينا أاحا رسله لا نفار كتبه وا ناا غفرااناكا وا
لايهاا عا ا كاسابات وا ا ما ا لاها ل ف الل نافسا إله وسعاها ير لا يكا ص إلايكا الما بهناا وا را
لايناا ل عا لا تاحم بهناا وا يناآ أاو أاخطاأناا را ذناآ إن ناس اخ بهناا لا تؤا ا اكتاسابات را مالتاه ما ا حا الا طااقاةا لاناا به إصرا كاما لناا ما م لا تحا بهناا وا ن قابلناا را ينا م لاى الهذ عا
لاى القاوم ا عا ولاناا فاانصرنا منآ أانتا ما ارحا ر لاناا وا اغف اعف عانها وا واينا الكاافر
يكا لاه، لاه الم حداه لا شار هوا لا إلاها إله الل وا يت وا يم مد يحيي وا لاه الحا لك واير لاى كل شايء قاد x۳عا
الل ااكبار لا إلاها إله الل وا وا ه مد لل الحا انا الل وا x۳س بحا
يم ه سبحاانا الل العاظ مد بحا انا الل وا x۳سبحا
تب ر لاناا وا بهناا اغف يم را ح اب الره لايناا إنهكا أانتا التهوه x۳عا
سال م لايه وا ل عا ، االلههمه صا د مه لاى محا ل عا x۳ االلههمه صا
62
لاقا ا خا ما ن شار ات م ات الل التهآمه لما x۳ أاعوذ بكا
ه شايء في عا اسـم ـآء بسـم الل الهذي لا ياضـر ما لا في السهما الأارض وايـع العاليـم هوا السهم x۳وا
د نابي ـا مه بمحا ينـا وا سـلاام د بالإ با وا يناـا بالل را ض x۳را
ة الل يئاـ ش الشهـر بما ير وا الخا وا ه مد لل الحا x۳بسم الل وا
الياوم نها بالل وا ظااهرا آما نا وا ا إلاى الل بااط ر تبنا x۳الآخ
نها ي كاانا م امح الهذ اعف عانها وا بهناا وا x۳ياا را
سلاام ين الإ لاى د ا عا تنا كراام أام الإ لاال وا ا ذاا الجا x۷ يا
يـنا تيـن إاكف شاره الظهالم ا ما ي يا ا قاو x۳يا
ينا أاصلاحا الل فا الل شاره المؤذ ينا صارا x۳ أمورا المسلم
بير يف يـاا خا ير يـاا لاط يع يـاا باص ير يـاا سام يم يـاا قاد لي يـاا كابير يـاا عال يا عاx۳
م يارحا ه ياغفر وا ن لعابد فا الغهم ياا ما م ياا كااش جا الها ا فاار x۳يا
ا طاايا نا الخا اياا أاستاغفر اللا م به البارا x۴أاستاغفر اللا را
x۵۰ لا إلاها إله الل
سالهما. آله وا لايه وا لهى الل عا سول الل صا د را مه دا محا جه ما ما...وا كاره فا وا شاره ..واابه أاصحا ...وا ينا ر الاى عان ااهل بايته المطاهه يا الل تاعا ض را ما... وا عاظه وا
ين ينا لاهم بإحساان إلاى ياوم الد التهابع ...وا ينا المهتاد
د. لام ي ولاـ ـد. لام يالـد وا ما ـد . االل الصه . قل هوا الل أاحا يم ح حمن الره بسم الل الرهـد لام ياكـن لاه كفـوا أاحا x۳وا
ن م ، وا لاقا ا خا ن شار ما الفالاق، م ب يم قل أاعوذ برا ح حمن الره بسم الل الره
د إذاا شار غا اس ن شار حا م ، وا ن شار النهفهاثاات في العقاد م ، وا قابا ق إذاا وا اسساد حا
، ، إلاه النهاس لك النهاس ، ما النهاس ب يم قل أاعوذ برا ح حمن الره بسم الل الره
س سو ي يوا ، االهذ نهاس اس الخا سوا ن شار الوا نهة م نا الج ، م في صدور النهاسالنهاس وا
63
د بن عابد الل مه سول الل محا يناا را شافع بيبناا وا حا ناا وا ةا إلاى روح ساي د االفااتحا
ااهل بايته ياته وا ذر ه وا اج اازوا ابه وا ااصحا االه وا ناا ال وا إلاى روح ساي د ر وا مهااجم ه فروع اصوله وا يساى وا دا بن ع م في الاى الل ااحما اته جا أانه اللا يعلي دارا
م يانفاعناا به م وا ه اه ياحفاظناا بجا م وا سانااته ف حا اع يضا م وا ثوبااته ث ر ما يكا نهة وا الجا
كاات ن بارا لايناا م يد عا يع م في وا اته نافاحا م وا ه علوم م وا ه ار أانوا م وا ه ار أاسرا م وا هةا الفااتحا ة.ا را الآخ ا وا الدنيا ين وا الد
لي باا د بن عا مه م الفاقيه المقادهم محا ناا الستااذ الاعظا ي د ةا إلاى روح سا االفااتحاف أصوله وا ي وا لاو م عا أصوله وا ي لاو يع سااذااتناا آل أابي عا م جا م...وا ه روع
ف اع يضا م وا ثوبااته ث ر ما يكا نهة وا م في الجا اته جا م أانه اللا يعلي دارا ه فروع وا
لايناا يد عا يع م وا يانفاعناا به م...وا ه اه ياحفاظناا بجا م وا سانااته م حا كااته ن بارا ما الدنيا ين وا م في الد اته نافاحا م وا ه علوم م وا ه ار أانوا م وا ه ار أاسرا وا
لهت حا ا كاانوا وا وفيهة أايناما ادااتناا الص اح سا رواةا إلاى أا ةا االفااتحا ة.االفااتحا را الآخ وا
ق الأارض شاار ن ما احهم م م في أاروا اته جا ا...أانه اللا يعلي دارا بها غاار الاى مام ه اه ياحفاظناا بجا م...وا سانااته ف حا اع يضا م وا ثوبااته ث ر ما يكا نهة وا الجا
ه علوم م وا ه ار أانوا م وا ه ار أاسرا م وا كااته ن بارا لايناا م يد عا يع م وا يانفاعناابه م واةا ة.االفااتحا را الآخ ا وا الدنيا ين وا م في الد اته نافاحا وا
بااد غاوث الع رشااد وا اتب...قطب الإ ب الره ناا صااح ي د ةا إلاى روح سا االفااتحا
أص دهاد...وا د الحا مه لاوي بن محا بيب عابد الل بن عا ...الحا البلااد وله واف اع يضا م وا ثوبااته ث ر ما يكا نهة وا م في الجا اته جا م...أانه اللا يعلي دارا ه فروع وا
م كااته ن بارا لايناا م يد عا يع م...وا يانفاعناابه م وا ه اه ياحفاظناا بجا م...وا سانااته حا
علو م وا ه ار أانوا م وا ه ار أاسرا ا وا الدنيا ين وا م في الد اته نافاحا م وا ه مةا ة.االفااتحا را الآخ وا
ناا في شاائخ ما يناا وا د ال وا ينا وا الح بااد الل الص اح كاافهة ع رواة إلاى أا االفااتحا
ه البالداة ات ااهل هاذ ااموا لايناا وا ذاوي الحقوق عا ...وا ين ن ااهل لا إلاها إله الد م
ااحيااهم الاى ياوم ينا وا ات المسلم اح ااموا رواالاى أا ...وا ينا ع الل ااجما
ينا ج كروبا المسلم يفار مهم وا يارحا ...أان اللا ياغفر لاهم وا ين الد ياج اهم وا رضا ياشفي ما مهم...وا يارحا ل ف ذااتا وا يؤا لاى الهداى...وا ع شاملاهم عا ما
يناا ياكف هم...وا ارا را ف عانهم ش يصر هم... وا ياارا م خ لايه ل ي عا يوا م وا باينه
يب ن قار ينا م المتاعاد ي ينا وا المؤذ ن وا حا الم ايهاهم شاره الفتان وا وا... يد نها ااوباع ي كله ساائل م يعط هم وا ر اامطاارا يغاز هم...وا ي ااسعاارا يرخ وا
لايناا فتوحا يافتاح عا سولاه...وا را ى الل وا ا يرض لاى ما نكم سولاه...عا م وا
لط ير وا اض عانها فى خا هوا را ياختم لاناا بالحسناى وا ...وا فينا عاافيهة العاار ف واةا الفااتحا .ا سالهما آله وا لايه وا لهى الل عا د صا مه ناا محا ي د سا ة النهبي را ضا الىا حا وا
64
Doa Ratib Al Haddad
ه افى نعاما مدا يوا ينا حا العاالام ب را ه مدلل يم االـحا ح حمن الره بسم الل الرهيكاافئ ما م وا لعاظ كا وا جه ل وا لاا ى لجا ا يانباغ مد كاما بهناا لاكا الحا يداه ياارا ز سلطاانك
مد ...فالاكا الحا كا لاى نافس ا ااثنايتا عا لايكا اانتا كاما ى ثانااء عا اناكا لانحص سبحامد لاكا الحا يتا وا ض مد اذاا را لاكا الحا تهى تارصاى وا ضاى حا باعدا الر
ناا لاى ساي د سال م عا ل وا صا ...وا لينا د فى الاوه مه ناا محا لاى ساي د سال م عا ل وا االهلهمه صا
قت د فى كل وا مه ناا محا ي د م عالاى سا ل سا ل وا صا ...وا ينا ر د فى الاخ مه محا
م عالاى ل سا ل وا صا ...وا ين ح اعلاى الاى ياوم وا لااء الأ د فى الما مه ناا محا ي د سان ما ثا الارضا وا تهى تار د حا مه ناا محا ي د لاى سا ل م عا سا ل وا صا ...وا ين الد
ثينا ر ير الوا اانتا خا اوا لايها عا
ااب عكا ااديااناناا وا ناستاود الاناا االلههمه انها ناستاحفظكا وا ااموا ااولاداناا وا اانفساناا وا داناناا وا
انكا ااما ... وا ايهاهم فى كانافكا يتاناا...االلههمه اجعالناا وا كله شايئ ااعطا ااهلاناا وا وا
ذى ذى عاين وا بهار عانيد وا جا ...وا يد ر ن كل شايطاان ما كا م ار وا ج كا وا يااذ ع وايرباغ لاى كل شايئ قاد ...انهكا عا ن شار كل ذى شار م ي وا
ال ة...فى الحا باات النهداما ن موج ذناا م ااع ة وا ستقااما ال ى وا االلههمه حطناا بالتهقوالاا جا الكا وا ما ل اللههمه بجا صا ...وا يع الدعااء ال انهكا سام ا الما ناا وا ي د لاى سا لكا عا
را الا المتااباعاة لاه ظااه ارزقناا كاما ...وا ينا ع حبه ااجما صا لاى االه وا عا د وا مه محا
ا ة عامه زه الع ب ب كا را انا را ...بفاضل سبحا ينا م ح ما الره نا ياااارحا بااط وال لاى المرسا سالاام عا ...وا يفونا .ياص ينا العاالام ب را ه مد لل الحا ...وا ينا
نهـةا الجا ـاكا وا ضا الكا ر النهـار االلههمه إنها ناسـأ كا وا ط ن ساـخا ناـعوذ بكا م x۳ وا
يث كن لاناا حا اعف عانها وا عاافناا وا ترا عانها وا نها لاتاهتك الس ر م م الس يااعاال x۳ كنها
ة اتما ا ياااالل بحسن الخا ا ياااالل بها x۳ ياااالل بها
ل الطف بناا يف لام تازا ل...انهكا لاط ا نازا ل الطف بناا فيما يفا لام يازا ياالاطينا المسلم x۳ وا
65
6) Tausyiah
Seperti yang sudah kita ketahui bahwasanya tausyiah merupakan
pemberian materi dan berbagai motivasi untuk hadirin agar selalu taat
dan berjalan pada jalan Allah swt. Kegiatan ini tidak berlangsung
lama, mereka hanya mempersiapkan waktu sekitar 30 hingga 45 menit
saja. Hal ini sengaja dilakukan dengan tujuan agar jama’ah tidak
mudah bosan dan jenuh. Sehingga bisa mendengar dan memaknai apa
yang telah disampaikan dā’ī dengan baik.
Tausyiah ini disampaikan oleh ustad/ kyai/ tokoh agama
setempat, dengan cara bergantian di setiap pekannya. Adapun tokoh
tersebut ialah :
a. Rama Nawawi, yaitu tokoh agama sekaligus ketua MWCNU
Kecamatan Sawoo.
b. Rama Sutarlin, yaitu seorang tokoh agama sekaligus ketua ranting
NU Desa Pangkal.
c. Rama Tawar,S.Pd, yaitu seorang pengajar MTs Al-Imam Sawoo
dan juga sekaligus modin di wilayah Sawoo.
d. Rama Suprapto, yakni salah satu tokoh agama diwilayah Sawoo.
e. Rama Suminto, yakni seorang tokoh agama di masyarakat Desa
Pangkal.
B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah Rijālul Anṣor
dalam Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) di Kecamatan Sawoo
66
Dakwah bukan kegiatan yang mudah, oleh karena itu sudah menjadi hal
yang wajar jika dalam menggapai tujuan tersebut terdapat berbagai faktor baik
pendukung maupun penghambat. Begitu pula dengan dakwah Rijālul Anṣor di
Kecamatan Sawoo, mereka juga merasakan bagaimana rasa senang dan keluh
kesah dalam menjalankan tugas yang mulia ini.
Adapun untuk mempermudah peneliti untuk menjelaskan bagaimana
faktor-faktor yang telah menjadi pendukung dan penghambat dakwah Rijālul
Anṣor di Sawoo, maka peneliti menggunakan analisis sebagai berikut:
1. Analisis Kekuatan-Kelemahan
Karena mayoritas masyarakat Sawoo adalah NU (Nahdlatul Ulama),
maka dalam pelaksanaan kegiatan MDS tidak terlalu mengalami kesulitan
bahkan penolakan, justru kebanyakan masyarakat Sawoo sangat mendukung
adanya program-program yang telah menjadi agenda Rijālul Anṣor.
Di sisi lain, Rijālul Anṣor juga memiliki struktur kepengurusan mulai
dari Pengurus Cabang (PC), Pengurus Anak Cabang (PAC), hingga ranting.
Hal tersebut dapat memudahkan proses dakwah menurut ajaran Aswaja di
masing-masing wilayah. Rijālul Anṣor juga didukung oleh berbagai fasilitas
media sosisal, yang dapat dijadikan sebagai sarana media dalam
mengembangkan dan menyebarluaskan dakwahnya.
Namun, karena berbagai pekerjaan yang bersifat individu yang
dilakukan oleh masing-masing pengurus, dan terbatasnya anggota yang
dapat aktif serta kreatif dalam mengelola media sosial, maka
mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan MDS.
67
Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam melaksanakan
tugas, sebaiknya para anggota dapat memilah dan memilih apa yang harus
dikerjakan. Sehingga mereka dapat menjalankan dan bertangggung jawab
dalam tugasnya dan lebih bisa professional dalam segala hal.
2. Analisis Peluang-Ancaman
Rijālul Anṣor Kecamatan Sawoo memiliki kader-kader yang
mempunyai latar belakang berbeda, baik dari segi pendidikan dan
pengalaman. Tentunya, dalam hal ini dapat sebagai peluang untuk saling
melengkapi dalam segala kegiatan. Misalnya, kader yang pernah belajar di
pondok atau yang bisa dinilai mempunyai ilmu agama lebih, maka bisa
dijadikan sebagai penggerak anggota yang lain dalam menempa ilmu
agama.
Selain itu, Rijālul Anṣor memiliki media sosial yang bisa dijadikan
peluang untuk media komunikasi antar anggota. Sehingga tidak ada istilah
miscommucation.
Dan dari uraian di atas, penulis menyederhanakannya melalui tabel
analisis SWOT sebagai berikut:
NO Kekuatan
(Strength)
Kelemahan
(Weaknesses)
Peluang
(Opportunitis)
Ancaman
(Threats) Kesimpulan
1 Memiliki
struktur
kepengurusan
dari cabang
hingga ranting
Komunikasi
antar pengurus
masih lemah
Mayoritas
masyarakat
kecamatan
Sawoo berlatar
belakang NU
Dakwah dari
luar paham
Ahlu al-
sunnat wa’l
jamā’ah
Meningkatkan
rasa tanggung
jawab individu
dan kelompok,
dan saling
menguatkan
komunikasi
2 Adanya
kegiatan
Pengurus
masih belum
Banyakya
pemuda dan
Turunnya
semangat
Pengurus harus
bisa professional
68
Majelis Dzikir
dan Shalawat
mampu
membagi
waktu dengan
kepentingan
individu
masyarakat
pecinta shalawat
masyarakat
3 Adanya
Kegiatan
Majelis Dzikir
dan Shalawat
Kegiatan
Hanya di
wilayah
tertentu
Dukungan
masyarakat
diberbagai
wilayah
Adanya
kesenjangan
sosial
Pengurus harus
mempunyai
schedule, agar
kegiatan mampu
merata
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa peluang untuk menggerakan
dakwah dalam masyarakat sangatlah kuat. Oleh karena itu, untuk seluruh
pengurus kegiatan dan anggotanya harus bisa semangat kembali untuk
menegakan dakwahnya.
C. Analisis Respon Masyarakat Terhadap Dakwah Rijalul Ansor di
Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo
Masyarakat (mad’ū) merupakan sekelompok orang yang menjadi sasaran
dakwah untuk menerima pesan-pesan yang telah disampaikan oleh dā’ī. Hal ini
tidak hanya terbatas pada satu golongan atau stratara tertentu, melainkan semua
umat yang ada didunia ini, baik yang Islam, kafir, mushrik, maupun yang
munafiq semua bisa menjadi sasaran dakwah.7 Seperti yang telah dijelaskan
dalam bab II, mad’ū dakwah diklasifikasikan menjadi dua bagian, yakni intern
dan ekstern.
Adapun dalam dakwah Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo ini lebih
menekankan dalam objek intern. Yaitu dengan melakukan dakwah kepada
7 Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: Rosda, 2013), 21.
69
masyarakat yang sudah memeluk Islam dengan segala kualitasnya, terutama
untuk masyarakat yang masih awam. Untuk itu, mereka menciptakan suatu
majelis untuk melancarkan apa yang menjadi visi dan misinya.
Sedangkan setiap kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat sudah
pasti mempunyai kesan-kesan tersendiri bagi masyarakatnya, baik kesan
positif maupun negatif. Begitu pula dengan kegiatan Majelis Dzikir dan
Shalawat (MDS) Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo juga mempunyai berbagai
respon dari kalangan masyarakat dan pemerintah.
Sedangkan untuk menggali seluruh respon-respon tersebut, peneliti
melakukan pendekatatan khusus dengan masyarakat melalui kajian sosiologi
dakwah. Berdasarkan kajian tersebut, peneliti berusaha mencari batasan lebih
empiris terhadap kajian dakwah sebagai bentuk interaksi sosial dakwah, yaitu
sisi misi sosiologis dalam agama.8
Dan untuk menggali respon tersebut peneliti menggunakan pendekatan
langsung dengan yang bersangkutan. Yaitu melalui tanya jawab dengan
beberapa narasumber tentang kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Rijālul
Anṣor Kecamatan Sawoo di masyarakat. Khususnya dalam kegiatan Majelis
Dzikir dan Shalawat. Berikut merupakan pendapat Suparto, salah seorang
tokoh masyarakat di Desa Prayungan tentang kegiatan MDS:
“Menurut pandangan saya, kegiatan MDS mempunyai segi positif yang
banyak. Hal ini termasuk dapat menarik kalangan remaja dan pemuda-
pemudi untuk direkrut menjadi generasi Islami untuk diarahkan kearah
yang lebih unggul dalam hal keagamaan. Selain itu, kegiatan ini juga
8 Acep Aripudin, Sosiologi Dakwah, (Bandung: Rosdakarya, 2013), 14.
70
mampu menjadi wadah untuk menyatukan masyarakat khususnya para
pemuda agar saling bertukar pengalaman”.9
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan MDS
mempunyai pengaruh yang positif, terutama bagi para pemuda/pemudi di
wilayah Desa Prayungan. Mereka bisa memanfaatkan kegiatan ini untuk ajang
silaturahmi dan sharing dengan berbagai ilmu, baik dalam bidang ilmu
pengetahuan atau ilmu agama.
Hal tersebut juga serupa dengan masyarakat Desa Pangkal. Menurut
keterangan yang telah di dapat peneliti, perkembangan agama di Desa Pangkal
sangat pesat setelah datangnya Rijālul Anṣor di wilayah ini. Padahal
sebelumnya Pangkal di cap sebagai lingkungan masyarakat yang terkenal
dengan kalangan orang nakal, terutama para remajanya. Hal ini seperti halnya
yang telah dijelaskan oleh Kepala Desa Pangkal, yakni sebagai berikut:
“Kalau saya amati dari sebelum tahun 2012 kemarin, di mana pada
saat saya masih menjadi orang biasa, belum kenal dengan sistem
pemerintahan dan sebagainya. Dan pada waktu Anṣor,
Fatayat/Muslimat masih belum bergerak di Desa Pangkal, Pangkal
masih dalam fenomena seperti apa yang telah dikatakan masyarakat
bahwasanya Pangkal adalah pok pok ane wong nakal. Tapi setelah
Anṣor dan Fatayat/Muslimat masuk di Pangkal, dan dengan melalui
berbagai kegiatan pembinaan dari PBNU, adanya majelis-majelis
ilmu (Majelis Tafsir Al-Qur’an, Majelis Dzikir dan Shalawat), jamaah
yasin ibu-ibu, dan lain sebagainya, justru semua itu berbalik menjadi
360 derajat”.10
Masyarakat juga sangat berharap kegiatan ini bisa dilaksanakan dengan
istiqomah. Karena menurut mereka, kegiatan ini mengandung berbagai faedah,
9 Transkrip Wawancara, 01/2-W/16-III /2020. 10 Transkrip Wawancara, 01/03-W/17- III/ 2020.
71
di antaranya ialah: a) Dapat menjalin silaturahmi dengan hadirin lainnya. b)
Menambah ukhwah Islamiyah (menguatkan satu dengan yang lainnya). c)
Dapat saling bertukar pengalaman. d) Menambah ilmu agama dan
pengetahuan. e) Dapat menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT.11
Selain itu, kegiatan ini menurut masyarakat juga ada beberapa hal yang
harus diteliti dan diperbaiki, di antaranya ialah:
1. Tempat pelaksanaan harus bisa menyeluruh. Karena selama ini masih hanya
wilayah tertentu saja yang digunakan sebagai pelaksanaan kegiatan.
Sehingga dakwah mereka belum bisa maksimal di Kecamatan Sawoo.
2. Kesakralan dan kekhusyu’an dalam beribadah. Dalam artian, ada sebagian
masyarakat yang berpendapat bahwa masih terdapat sikap yg kurang
khusyu’ ketika kegiatan berlangsung. Apalagi ketika berdzikir, masih
ditemukan banyak yang kurang fokus.12
Dan untuk mempermudah pemahaman uraian di atas, maka peneliti
menyimpulkan dalam bentuk tabulasi berikut:
11 Transkrip Wawancara, 01/2-W/16-III / 2020. 12 Transkrip Wawancara 01/2-W/16-III /2020.
72
Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa Rijālul Anṣor Kecamatan
Sawoo sesuai dengan teori struktural fungsional yang telah tercangkup dalam teori
sosiologi dakwah. Karena mereka telah berhasil dalam melaksanakan kegiatan
yang dapat menarik perhatiaan masyarakat. Dan masyarakat juga merasa banyak
terbantu, baik dari segi agama atau pun sosial melalui kegiatan yang telah mereka
laksanakan dimasyarakat.
MDS
menurut
Masyara
kat
Menarik pemuda
untuk selalu bernuansa
Islami
Ajang sharing
para pemuda
wadah persatuan umat dan
masyarakat
Menambah rasa Iman & taqwa
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai hasil penelitian tentang dakwah Rijālul Anṣor di Kecamatan
Sawoo dan sebagaimana data yang telah diperoleh peneliti di lapangan, maka
peneliti menyimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam melaksanakan dakwahnya di masyarakat, Rijālul Anṣor
menggunakan dua metode sekaligus yakni melalui metode dakwah bil
ḥikmah dan dakwah bil mau’iẓah ḥasanah.
2. Faktor pendukung dan penghambat dakwah Rijālul Anṣor Kecamatan
Sawoo, khusunya dalam kegiatan MDS ialah :
a. Faktor Pendukung: Mayoritas masyarakat di Kecamatan Sawoo adalah
Nahdlatul Ulama (NU) yang berlatar belakang pencinta shalawat.
Selain itu, mereka juga mempunyai sub anggota yang dapat memantau
setiap kegiatan di berbagai wilayah.
b. Faktor Penghambat : Miscommunication antar pengurus dan
anggotanya sendiri. Selain itu, mereka juga banyak yang punya jadwal
pribadi yang sering berbenturan dengan kegiatan Rijālul Anṣor .
3. Adapun Respon masyarakat terhadap dakwah Rijālul Anṣor dalam
kegiatan MDS di Kecamatan Sawoo juga sangat baik, mereka selalu
mendukung setiap agenda yang telah diterapkan.
75
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan pengkajian sebagaimana mestinya,
maka penulis menyatakan ada beberapa catatan saran untuk melancarkan
dakwah Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo. Yaitu sebagai berikut:
1. Untuk seluruh pengurus dan khususnya ketua Rijālul Anṣor Sawoo,
disarankan untuk selalu semangat dan senantiasa menjaga peran dan
tanggung jawab serta saling berkomunikasi dengan anggota lainnya.
2. Segenap Pengurus disarankan untuk membuat schedule yang di dalamnya
tertera waktu dan tempat pelaksanaan, sehingga kegiatan mampu berjalan
dengan tepat waktu dan merata.
76
DAFTAR PUSTAKA
AB, Syamsuddin. Pengantar Sosiologi Dakwah. Jakarta: Kencana. 2016.
Abdulsyani. Sosiologi: Skematika Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.2015.
Abdusshomad, Muhyiddin. Hujjah NU : Akidah, Amaliah, Tradisi. Surabaya:
Khalista. 2008.
Ainun Najib, Muhammad. Peran Gerakan Pemuda (GP) Ansor dalam
Deradikalisasi Keagamaan di Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.
Tesis. Universitas Sunan Ampel Surabaya: Dirasah Islamiyah. 2018.
Al-Sakandari, Ibnu ‘Attaillah. Terapi Makrifat, Zikir Penentram Hati.
Jakarta:Zaman. 2013.
Anam, Chairul. Gerak Langkah Pemuda Ansor. Surabaya: Aula. 1990.
An-Nabiry, Fathul Bahri. Meniti Jalan Dakwah : Bekal Perjuangan Para Da’i.
Jakarta : Amzah. 2008.
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu. 2011
Aripudin, Acep. Sosiologi Dakwah. Bandung: Rosdakarya. 2013.
Aziz, Moh Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana. 2004.
Fattah, Munawir Abdul. Tradisi Orang-Orang NU. Yogyakarta:Pustaka
Pesantren. 2008.
Habib, Ashnan. Implementasi Sikap Toleran Keberagamaan Jama’ah Rijalul
Ansor di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga Tahun 2016.
Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Salatiga: Pendidikan Agama Islam.
2017.
77
https://id.m.wikipedia.org/wiki/sawoo,_ponorogo&hl=id-ID
https://sawoo.ponorogo.go.id/profil/&hl=id-ID
https://tebuireng.online/sejarah-khasiat-bacaan-ratib-al-haddad/&hl=en-ID,
diakses 3 Agustus 2017.
Kabbani, Muhammad Hisyam. Energi Dikir dan Salawat. Jakarta: Serambi. 2007.
Maslachah, Siti. Aktivitas Dakwah Gerakan Pemuda (GP) Ansor Nahdlatul
Ulama Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Walisongo Semarang: Manajemen Dakwah. 2019.
Ma’arif, A. Syafi’i dan Salahuddin Wahid. Muhammadiyah-NU : Mendayung
Ukhuwah di Tengah Perbedaan. Malang : Umm Press. 2004.
Ma’arif, Syamsul. DTD Ansor. Ponorogo: Pengkaderan. 2014.
Manzoor, Alam M. Peranan Pemuda Muslim: Menata Dunia Masa Kini.
Bandung: Gema Risalah. 1983.
Ms, Mawardi. Sosiologi Dakwah:Kajian Teori Sosiologi Al-Qur’an Al-Hadits.
Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia. 2018.
Nurdian, Pratin, dkk. Peran Gerakn Pemuda Ansor (GP Ansor) Dalam
Menumbuhkan Nasionalisme Dikalangan Pemuda Kelurahan Karangroto
Kecamatan Genuk Kota Semarang. Education Journal, (online), Jilid 3, No.
2 Tahun 2014. https://journal.unnes.ac.id, diakses 20 Januari 2020.
Rani Usman, Abdul. Metode Dakwah Kontemporer. Jurnal Al-Bayan, (online),
Vol. 19. No.28 Tahun 2013. http://jurnal.ar-raniry.ac.id, diakses 22 Januari
2020.
Suhandang, Kustadi. Ilmu Dakwah. Bandung: Rosda. 2013.
78
Syamsuddin. Pengantar Sosiologi Dakwah. Jakarta: Kencana. 2016.
Usman, Sunyoto. Sosiologi : Sejarah, Teori, dan Meteologi. Yogyakarta: Pustaka
pelajar. 2015.
Widiatmaka, Pipit, dkk. Peran Organisasi Kepemudaan Dalam Membangun
Karakter Pemuda Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Pemuda.
Jurnal Ketahanan Nasional, (online), Vol 22. No.2 Tahun 2016.
http://journal.ugm.ac.id, diakses 22 Januari 2020.
W. Syam, Nina. Sosiologi Komunikasi. Bandung: Humaniora. 2009.
Zuhdi, Ahmad. Dakwah Sebagai Ilmu dan Prespektif Masa Depannya. Bandung:
Alfabeta. 2016.
79
LAMPIRAN
Transkrip Wawancara
Kode : 01/1-W/15-II/2020
Informan : Jaka Irawan (Ketua Rijālul Anṣor Kecamatan Sawoo)
Tanggal : 15 Februari 2020
Waktu : 22.00-22.25 WIB
Tempat Wawancara : Rumah Ibu Dewi Susiana
Topik Wawancara : Sistem Dakwah Rijālul Anṣor Kec. Sawoo
NO
Materi Wawancara
Peneliti Informan
1 Mulai tahun berapakah Rijālul
Anṣor di Kec. Sawoo berdiri ?
Rijālul Anṣor di Kec. Sawoo berdiri sejak
tahun 2000 kemarin.
2 Apa yang melatar belakangi
berdirinya Rijālul Anṣor, di
Kec. Sawoo ?
Organisasi ini berdiri atas dasar rasa
keantusiasan para pemuda Nahdlatul
Ulama di Kecamatan Sawoo, untuk
mengembangkan agama Islam yang
berlandasan Ahlu al-sunnat wa’l jamā’ah.
Selain itu, organisasi ini juga dilatar
belakangi oleh semangat juang bagi para
pemuda NU di Kec. Sawoo untuk selalu
belajar ilmu agama dan yang
mempengaruhinya terhadap para kaum
pemuda. Serta untuk mengabdi kepada
80
para ulama dan masyarakat.
3 Bagaimanakah perkembangan
Rijālul Anṣor dari awal hingga
sekarang ?
Alhamdulilah, untuk perkembangan
Rijālul Anṣor di Kec. Sawoo sangat bagus.
Meskipun diawal-awal hanya beberapa
orang saja yang mengikuti organisasi ini,
tetapi setelah tahun pertama hingga saat
ini, anggota semakin bertambah. Dan
kegiatan-kegiatan juga banyak yang kita
laksanakan di setiap bulannya, serta pada
hari-hari tertentu (perayaan hari besar
Islam & hari besar NU).
4 Kegiatan apa saja yang
dilakukan Rijālul Anṣor dalam
melaksanakan program
dakwahnya ?
Ada berbagai kegiatan yang kita
laksanakan diantaranya:
1. Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS).
2. Majelis Tafsir Al-Qur’an.
3. Mengatur kegiatan pengajian dan
kemasyarakatan.
4. Baksos terhadap saudara yang
membutuhkan.
5. Kerja bakti bersama anggota kepolisian
Kec. Sawoo dalam rangka hari bersih
Kec. Sawoo.
5 Faktor-faktor apakah yang Faktor yang dapat mendukung segala
81
dapat mendukung dan
menghambat proses dakwah
Rijālul Anṣor?
aktifitas dakwah Rijālul Anṣor ialah:
adanya kader penggerak yang semakin
banyak, selain itu dukungan dari
masyarakat juga sangat membangun
terhadap apa yang menjadi program
kegiatan kami.
Sedangkan faktor yang telah menghambat
jalannya aktifitas kegiatan kami ialah
kurangnya komunikasi dan kekompakan
antar anggota satu dengan yang lainnya.
Sehingga masih minim dalam hal kerja
sama dalam setiap kegiatan.
82
Transkrip Wawancara
Kode : 01/2-W/16-III /2020
Informan : Suparto
Tanggal : 16 Maret 2020
Waktu : 09.00-09.30 WIB
Tempat Wawancara : Ruang guru MTs Al-Imam Sawoo
Topik Wawancara : Respon Masyarakat terhadap dakwah Rijālul Anṣor
Kec.Sawoo
NO
Materi Wawancara
Peneliti Informan
1 Apakah yang anda ketahui
tentang Rijālul Anṣor?
Rijālul Anṣor merupakan suatu organisasi
pemuda Islam milik Nahdlatul Ulama, yang
bergerak untuk memajukan kemasalaḥatan
agama, khususnya untuk para pemuda NU.
2 kegiatan Rijālul Anṣor
apakah yang anda ketahui
saat ini?
Sejauh ini kegiatan yang saya ketahui ialah
kegiatan shalawat rutinan (MDS), mengatur
proses lancarnya pengajian serta aneka
kegiatan masyarakat dan Baksos.
3 Apakah yang anda ketahui
tentang Majelis Dzikir dan
Shalawat (MDS) ?
Menurut pandangan saya kegiatan MDS
mempunyai segi positif yang banyak. Hal ini
termasuk dapat menarik kalangan remaja dan
pemuda-pemudi untuk direkrut menjadi
83
generasi Islami untuk diarahkan kearah yang
lebih unggul dalam hal keagamaan. Selain
itu, kegiatan ini juga mampu menjadi wadah
untuk menyatukan masyarakat khususnya
para pemuda agar saling bertukar
pengalaman.
4 Manfaat apakah yang anda
dapatkan, setelah mengikuti
kegiatan MDS?
Manfaat yang saya dapatkan ialah:
1. Dapat menjalin silaturahmi dengan hadirin
lainnya.
2. Menambah ukhwah Islamiyah
(menguatkan satu dengan yang lainnya).
3. Dapat saling bertukar pengalaman.
4. Menambah ilmu agama dan pengetahuan.
5. Dapat menambah keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT.
5 Menurut anda, apakah
kegiatan MDS ini perlu
dilestarikan?
Kegiatan ini sangat perlu dilestarikan, akan
tetapi harus dikemas dengan lebih baik lagi.
Karena saya lihat masih terdapat berbagai
kekurangan, di antaranya ialah:
Kegiatan masih belum bisa maksimal,
karena pelaksanaan masih hanya di
wilayah tertentu dan belum bisa
menyeluruh di seluruh wilayah Kecamatan
84
Sawoo. Misalnya saja di wilayah
Prayungan, dalam wilayah ini masih
belum ada separuh yang mengikuti
kegiatan ini. Dan sebagian dari mereka
juga banyak yang belum mengetahui
tentang kegiatan yang dilakukan oleh
Rijālul Anṣor.
Selain itu, menurut saya kesakralan dari
kegiatan juga masih kurang. Maksudnya
ialah kekhusyu’an dalam hal beribadah
(berdzikir atau shalawat) masih kurang.
Termasuk juga dalam tempat jangkauan
antara ikhwan dan akhwat juga sering
tercampurkan.
Dan hal tersebutlah yang menurut saya harus
dikoreksi sehingga kegiatan mampu
terlaksana dengan apa yang menjadi
tujuannya. Dan syariat ke Islamannya juga
akan nampak dengan baik.
6 Apakah kesan dan saran
anda untuk kegiatan Rijālul
Anṣor Sawoo, khususnya
dalam kegiatan MDS?
Sarannya ialah kegiatan ini harus dilanjutkan
terus, dan untuk pengurus serta penggerak
harus tetap semangat jangan pantang
menyerah, meskipun ada berbagai rintangan.
85
Transkrip Wawancara
Kode : 01/03-W/17- III/2020
Informan : Supriyanto (Kepala Desa Pangkal)
Tanggal : 17 Maret 2020
Waktu : 11.30 - 11.55 WIB
Tempat Wawancara : Balai Desa Pangkal
Topik Wawancara : Hubungan dan Respon Pemerintah Desa dengan Rijālul
Anṣor Kec. Sawoo
NO
Materi Wawancara
Peneliti Informan
1 Apakah yang anda ketahui
tentang Rijālul Anṣor?
Rijālul Anṣor merupakan organisasi yang
bernaung di NU, dan sebagai kader-kader
muda NU. Intinya adalah pejuang – pejuang
muda sebagai upaya memperjuangkan agama
melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang
tergabung dan bernotabene organisasi NU.
2 Bagaimanakah hubungan
antara Rijālul Anṣor di
Kecamatan Sawoo dengan
Desa Pangkal ini?
Untuk hubungan sangat erat. Pemerintah
selalu melibatkan Rijālul Anṣor dalam segi
keagamaan dan juga keamanan masyarakat.
Selain itu, Rijālul Anṣor ini juga sebagai
mitra pemerintah desa untuk membangun
masyarakat dari segi akhlaq dan agama.
86
Karena pemerintah tidak mampu hanya
menghandalkan infrastruktur untuk
membangun masyarakat, tapi juga dengan
akhlaqul karimah. Termasuk juga dalam
membangun meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Meskipun
infrastruktur bagus, akan tetapi akhlaq masih
buruk maka pembangunan masih belum bisa
dikatakan berhasil. Jadi bisa dikatakan bahwa
kegiatan yang dilakukan oleh Rijālul Anṣor
sebagai agen pembangunan SDM di Desa
Pangkal ini.
3 Bagaimanakah
perkembangan pemuda-
pemudi serta masyarakat
Desa Pangkal atas
kehadiran Rijālul Anṣor?
Kalau saya amati dari sebelum tahun 2012
kemarin, dan pada saat saya masih menjadi
orang biasa, belum kenal dengan sistem
pemerintahan. Anṣor dan Fatayat/ Muslimat
masih belum bergerak di Desa Pangkal,
Pangkal masih dalam fenomena seperti apa
yang telah dikatakan masyarakat bahwasanya
Pangkal adalah pok pok ane wong nakal. Tapi
setelah Anṣor dan Fatayat/Muslimat masuk di
Pangkal, dan dengan melalui berbagai
kegiatan pembinaan dari PBNU, adanya
87
berbagai majelis ilmu, jamaah yasin ibu-ibu,
dan lain sebagainya, justru semua itu berbalik
menjadi 360 derajat.
Dan bahkan saya amati dari tahun 2012
hingga sekarang tahun 2020, kegiatan
keagamaan di Desa Pangkal ini berkembang
dengan pesat, termasuk dalam perkembangan
tingkah laku dan cara hidup anak-anak muda
bener-bener sudah berbeda dengan yang lalu.
Kita pun sudah jarang menemukan
perkumpulan-perkumpulan remaja yang
berjudi ataupun miras dan lain sebagainya.
4 Apakah kesan dan pesan
anda untuk Rijālul Anṣor
Kecamatan Sawoo?
Kesan: Rijālul Anṣor merupakan pemuda
yang akan kita gerakan menjadi kader-kader
untuk membangun masyarakat agar lebih
baik dan menuju jalan yang lurus dalam
perihal agama dan lainnya dengan harapan
menuju pembangunan SDM yang bagus.
Pesan: janganlah kendor semangatnya,
tunjukan bahwasanya pemuda adalah peran
utama dalam membangun masyarakat dan
umumnya negara. Karena tanpa peran
pemuda negara ini tidak mungkin akan maju.
88
Transkrip Wawancara
Kode : 01/3-W/04-IV/2020
Informan : Edi Suryono
Tanggal : 08 April 2020
Waktu : 14.00-14.30 WIB
Tempat Wawancara : Rumah Rama Suminto Pangkal
Topik Wawancara : Sejarah Rijālul Anṣor Kec. Sawoo
NO
Materi Wawancara
Peneliti Informan
1 Kapankah Rijālul Anṣor di
Kecamatan Sawoo berdiri?
Sebenarnya, Anṣor di Kecamatan Sawoo
sudah ada sejak tahun 1997. Pada waktu itu
barengan dengan maraknya partai PKB
diberbagai daerah, termasuk di Kecamatan
Sawoo. Akan tetapi pada masa itu tidak
maksimal, sehingga Anṣor Fakum. Hal ini
terjadi karena Anṣor tidak punya misi
maupun visi sendiri, mereka hanya ikut
jalannya partai saja.
Dan setelah tahun 2013, saya dan beberapa
pemuda NU Sawoo mengikuti pelatihan dan
pelantikan Pemuda Ansor yang telah
89
diselenggarakan oleh PAC GP Ansor
Kecamatan Sambit. Dan berketepatan pula
pada masa itu yang terpilih sebagai ketua
ialah saudara Moh. Nasrudin dan wakilnya
ialah saya sendiri.
Pada masa itu, sempat pula organisasi hampir
kurang perhatian karena saudara Nasrudin
lebih fokus terhadap CPNS nya di wilayah
Madiun. Sehingga hal ini membuat saya dan
teman-teman untuk lebih berjuang dalam
dakwah walaupun keadaan belum begitu
maksimal.
Dan memasuki tahun 2015, melalui
musyawarah kecil-kecilan dan dengan
persetujuan para hadirin saya terpilih sebagai
ketua Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo ini.
Sehingga saya dilantik pada tahun itu pula
dengan masa khidmad 2015 s/d 2017. Dan
pada tahun 2018 awal terpilihlah saudara
Jaka Irawan ini sebagai ketua Rijālul Anṣor
Sawoo hingga sekarang.
2 Upaya apakah yang
dilakukan Rijālul Anṣor
Kalau upaya untuk mencetak kader, sama aja
pada masa kemarin maupun sekarang yakni
90
Sawoo untuk mencetak
generasi pada masa awal
berdiri ?
dengan melalui DTD. DTD merupakan
Diklat Terpada Dasar yang telah
diselenggarakan oleh PAC setempat untuk
mencetak kader-kader banser yang selalu
tanggap dalam segala hal.
Dan yang lebih uniknya dalam hal ini Rijālul
Anṣor Kecamatan Sawoo, tidak memungut
biaya untuk para peserta dalam kegiatan ini.
Padahal di Kecamatan lain pada bayar,
bahkan ada pula yang biaya @/Rp.100.000.
Dan demi terlaksananya kegiatan tersebut,
para panitia rela membanting tulang kesana
kemari untuk mencari dana.
Yaa…meskipun kegiatan Anṣor sendiri
belum bisa maksimal, karena seharusnya
Anṣor sendiri juga harus bisa meningkatkan
ilmu dan pengalamannya melalui PKD
(pelatihan khusus untuk anggota Anṣor). Dan
hal tersebutlah masih belum bisa kami
selenggarakan.
Mungkin jika PKD ini juga bisa terlaksana,
kegiatan-kegiatan Anṣor seperti halnya MDS
bisa berjalan dengan lancar.
91
3 Bagaimanakah keantusiasan
para pemuda di Kecamatan
Sawoo dalam proses
pengembangan kader-kader
Rijālul Anṣor di Kecamatan
Sawoo ?
Alḥamdulilah untuk angka keantusiasan
pemuda di Kecamatan Sawoo bisa dibilang
memuaskan. Karena, setiap kami
memberikan pelatihan DTD dalam setiap
tahunnya jumlah peserta selalu meningkat.
Dan peserta pun tidak hanya diikuti oleh para
pemuda saja, para pemudi juga ikut andil di
dalamnya.
Tahun 2016 DTD di Grogol dengan
54 peserta.
Tahun 2017 DTD di Pangkal dengan
65 peserta.
Tahun 2018 DTD di Tumpuk dengan
98 peserta.
Tahun 2019 DTD di Temon dengan
54 peserta.
92
Transkrip Observasi
Kode : 01/O/31-VIII/2019
Tanggal : 31 Agustus 2019
Kegiatan yang diobservasi : Kegiatan MDS (Majelis Dzikir dan Shalawat)
Transkrip Observasi:
Dari tinjauan observasi peneliti pada tanggal 31 Agustus 2019, kegiatan
MDS berlangsung sekitar kurang lebih 4 s/d 5 jam. Kegiatan ini di laksanakan di
masjid Al-Huda Desa Pangkal Kec. Sawoo. Adapun rangkaian acaranya ialah :
1. Shalat isya’ berjama’ah
2. Dzikir Jama’i
3. Shalawat Al-Banjari
4. Pembukaan
5. Pembacaan Rātib
6. Shalawat Al-Banjari
7. Tausyiah
8. Penutup
Tanggapan Pengamat:
Dilihat dari rangkaian acara Majelis Dzikir dan Shalawat ini bisa
dikategorikan sebagai kegiatan dakwah yang lengkap. Karena di dalamnya sudah
terdapat dzikir, shalawat dan juga ditambah tausyiah.
93
Transkrip Observasi
Kode : 02/O/31-VIII/2019
Tanggal : 31 Agustus 2019
Kegiatan yang diobservasi : Shalat Isya’ dan Dzikir Jama’i
Transkrip Observasi
Dari tinjauan observasi peneliti pada tanggal 31 Agustus 2019, sebelum
melaksakan acara inti banyak dari jamaah setempat dan para jama’ah yang sudah
datang melakukan shalat Isya’ secara jama’ah terlebih dahulu. Dan setelah itu
para jama’ah melakukan dzikir rutin lingkungan setempat, yang telah dikenal
dengan dzikir jama’i. Meskipun tidak diwajibkan bagi jama’ah lain tetapi para
jama’ah luar juga banyak yang antusias mengikuti.
Tanggapan Pengamat
Shalat jama’ah dan dzikir jama’i merupakan wujud positif yang dilakukan
jama’ah setempat sebagai upaya untuk menunggu datangnya jama’ah lain.
94
Transkrip Observasi
Kode : 03/O/31-VIII/2019
Tanggal : 31 Agustus 2019
Kegiatan yang diobservasi : Shalawat Al-Banjari
Transkrip Observasi:
Berdasarkan observasi peneliti pada 31 Agustus 2019, shalawat banjari ini
dilakukan sebanyak tiga periode, di antaranya pra acara, pertengahan acara dan
pasca acara. Pada kegiatan ini lantunan shalawat di iringi oleh group Nuru al-
shifa’ Al-ḥabsy dan juga group hadroh ibu-ibu Miftahul Jannah serta juga para
relawan yang mampu dan mau menyumbang.
Melalui kegiatan ini peneliti melihat jama’ah yang telah hadir nampak
senang dan lebih semangat dalam mengikuti acara demi acara. Dan dapat dilihat
pula bahwasanya dari rangkaian acara yang paling digemari oleh jama’ah baik
yang tua ataupun muda dan bahkan anak-anak adalah kegiatan ini.
Tanggapan Peneliti:
Kegiatan shalawat banjari merupakan metode kegiatan dakwah yang dapat
mendorong masyarakat agar tetap dan mau hadir dalam majelis. Karena bisa
dilihat bahwa dimana-mana masyarakat sanggat menggemari shalawatan dan
bahkan tidak hanya kaum remaja, para ibu-ibu pun juga andil di dalamnya.
95
Transkrip Observasi
Kode : 04/O/31-VIII/2019
Tanggal : 31 Agustus 2019
Kegiatan yang diobservasi : Pembacaan Rātib
Transkrip Observasi:
Melalui pengamatan peneliti pada tanggal 31 Agustus 2019, pembacaan
rātib ini dilaksanakan setelah acara inti dibuka. Dalam kegiatan ini peneliti
melihat bahwa para jama’ah di kasih salinan dari bacaan (sebelum acara dimulai)
dan ada pula yang sudah membawa buku sendiri dari rumah.
Dalam kegiatan ini pembacaan di pimpin oleh ketua Majelis Dzikir dan
Shalawat (MDS) yakni Ust. Muhammad Arifin atau yang sering dikenal dengan
kang Ipin.
Peneliti juga mengamati bahwa para jama’ah sangat antusias dan nampak
lebih semangat di awal pembacaan. Akan tetapi, pada pertengahan dan akhir
jama’ah sudah terlihat jenuh dan tidak semangat lagi.
Tanggapan Peneliti :
Kegiatan ini termasuk dalam kegiatan inti MDS, akan tetapi sayangnya
masih banyak masyarakat yang belum mengetahui lebih dalam apa makna dalam
pembacaan tersebut. Sehingga jama’ah nampak kurang semangat dalam
mengikuti.
96
Transkrip Observasi
Kode : 05/O/31-VIII/2019
Tanggal : 31 Agustus 2019
Kegiatan yang diobservasi : Tausyiah
Transkrip Observasi:
Berdasarkan observasi peneliti, kegiatan tausyiah merupakan kegiatan
puncak acara MDS. Dalam hal ini Rijālul Anṣor memanfaatkan para sesepuh
wilayah Kecamatan Sawoo untuk memberikan tausyiahnya.
Pada 31 Agustus 2019 tausyiah disampaikan oleh Rama Tawar, S.Pd.
dengan tema kebangsaan dan ketahanan NKRI. Kegiatan ini tidak begitu lama
hanya sekitar 30 menitan sudah selesai.
Tanggapan Peneliti :
Kegiatan ini dapat digunakan sebagai cerminan dakwah dalam
berorganisasi. Karena mereka dapat memanfaatkan anggotanya sendiri dalam segi
apapun, termasuk dalam tausyiah.
97
Transkrip Dokumentasi
Kode : 01/1-D/15-II/2020
Bentuk : Foto
Isi Dokumentasi : Sistem dakwah Rijālul Anṣor di Kec. Sawoo
Tanggal : 15 Februari 2020
Waktu : 22.00-22.25 WIB
Refleksi : Aktivitas wawancara peneliti dengan Ust. Jaka Irawan (ketua GP Ansor
Kec. Sawoo) di rumah ibu Dewi Susiana (ketua muslimat ranting
Pangkal) mengenai sistem pelaksanaan dakwah Rijālul Anṣor di
Kecamatan Sawoo.
98
Transkrip Dokumentasi
Kode : 02/1-D/31-VIII/2019
Bentuk : Foto
Isi Dokumentasi : Dakwah Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo
Tanggal : 31 Agustus 2019
Waktu : 20.00-23.30 WIB
Refleksi : Hadirin nampak sungguh-sungguh dalam kegiatan mahallul qiyam pada
waktu MDS di masjid Al-Huda Desa Pangkal Kecamatan Sawoo.
99
Transkrip Dokumentasi
Kode : 02/2-D/11-III/2020
Bentuk : Foto
Isi Dokumentasi : Dakwah Rijālul Anṣor di Kecamatan Sawoo
Tanggal : 11 Maret 2020
Waktu : 20.00-23.30 WIB
Refleksi : Rijālul Anṣor turut mensukseskan dan mengamankan serta mengawal
KH.Syahroni Fadlan dalam Rangka pengajian akbar yang
diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Ponorogo di Desa
Tumpakpelem Kecamatan Sawoo.
100
Transkrip Dokumentasi
Kode : 03/1-D/31-VIII/2019
Bentuk : Foto
Isi Dokumentasi : Kegiatan Shalawat
Tanggal : 31 Agustus 2019
Refleksi: Kegiatan lantunan shalat bersama Nuru al-shifa’ al-ḥabsy dan beberapa
tim gabungan dari seluruh personil ḥabsy di Kecamatan Sawoo.
101
Transkrip Dokumentasi
Kode : 03/2-D/17-X/2019
Bentuk : Foto
Isi Dokumentasi : Kegiatan Shalawat
Tanggal : 17 Oktober 2019
Refleksi: Kegiatan Majelis Dzikir dan Shalawat di kantor Polsek Kecamatan
Sawoo yang diselenggarakan oleh Rijālul Anṣor Sawoo dan Kapolsek
Sawoo dengan tujuan untuk mempererat tali silaturahmi sekaligus
deklarasi anti hoax dan radikalisme.
102
Transkrip Dokumentasi
Kode : 04/1-D/21- IX /2019
Bentuk : Foto
Isi Dokumentasi : Kegiatan Bakti Sosial
Tanggal : 21 September 2019
Refleksi : Rijālul Anṣor Sawoo bekerja sama dengan BPBD Kabupaten Ponorogo
dalam pendistribusian air bersih bagi masyarakat Kecamatan Sawoo
yang membutuhkan.
103
Transkrip Dokumentasi
Kode : 04/2-D/15-III/2020
Bentuk : Foto
Isi Dokumentasi : Kegiatan Sosial
Tanggal : 15 Maret 2020
Waktu : 08.00-11.00 WIB
Refleksi : Pada hari minggu, 15/3/2020 Rijālul Anṣor Kecamatan Sawoo
melaksanakan agenda rutinan setiap bulan pembersihan pasar Sawoo
sekaligus untuk menghindari virus corona bersama Kapolsek Sawoo,
Koramil dan SATPOL PP Sawoo.
104
Transkrip Dokumentasi
Kode : 05/1-D/17-III/2020
Bentuk : Foto
Isi Dokumentasi : Hubungan Rijālul Anṣor dengan Pemerintah
Tanggal : 17 Maret 2020
Waktu : 11.30-11.55 WIB
Refleksi :foto peneliti bersama Kepala Desa Pangkal di Balai Desa Pangkal
setelah pelaksanaan wawancara berkaitan hubungan dakwah Rijālul
Anṣor Kec. Sawoo dengan pemerintahan desa.
105
106
BIOGRAFI PENULIS
Nama : Risyatul Into Maisyaroh
Tempat/ Tanggal Lahir : Ponorogo/ 3 Oktober 1996
Riwayat Pendidikan : TK Al-Jihad Pangkal Sawoo Ponorogo (2003)
SDN 4 Pangkal Sawoo Ponorogo (2009)
MTsN Jetis Ponorogo (2012)
MA Al-Imam Sawoo Ponorogo (2015)
Pengalaman dalam bidang organisasi kemahasiswaan:
1. HMJ KPI IAIN Ponorogo (2017-2018)
2. Komunitas Dakwah KPI IAIN Ponorogo (2017-2020)
3. HMI IAIN Ponorogo (2018-2020)
Pengalaman dalam bidang keagamaan dan sosial kemasyarakatan:
1. IPPNU Ranting Pangkal Sawoo Ponorogo
2. PKP NU MWCNU Kec. Sawoo
3. Admin Laziz Al-Haromain cabang Ponorogo
Top Related