1
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar dari Penerjemah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1. Pemilihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2. Persekutuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
3. Penyediaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
4. Pengurapan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
5. Percontohan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
6. Pengutusan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55
7. Pengawasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66
8. Berbuah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 73
Epiloog . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82
Catatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 90
2
KATA PENGANTAR DARI PENTERJEMAH
Dalam perkembangan gereja-gereja di Indonesia akhir-akhir ini makin
dirasai kekurangan tenaga untuk pelajaran rohani. Sering jadi bahwa seorang
Pendeta begitu sibuk dengan pelayanan kebaktian-kebaktian umum, pernikahan
dan penguburan bahwa tiada lagi sisa waktu untuk perkunjungan kepada
anggotan-anggotanya, bahkan sampai terbatas waktunya untuk mebimbing
mereka yang telah dalam kesulitan rohani.
Telah lama kita insaf akan dan untuk membicarakan peranan kaum
awam dalam tugas pelayanan gereja. Kita mengetahui bahwa kalau tenaga
awam dapat diikutsertakan dengan bijaksana dalam pelayanan rohani, taraf
kerohanian jemaat-jemaat kita akan meningkat dan gereja-gereja kita akan
berkembang dengan lebih pesat. Kami telah membaca dua karangan mengenai
kebutuhan ini, yaitu Kaum Awam Kristen, karangan Ds. G. Probowinoto, dan
Jemaat yang dikarang oleh Dr.J.L. Ch. Abineno. Kita sangat berterima kasih
kepada rekan-rekan kita ini karena konstribusinya dalam meletakkan dasar
teologia untuk pengikutsertaan kaum awam serta garis besar kebutuhan dalam
mendidik tenaga baru ini.
Tetapi kita masih menantikan suatu karangan yang akan memberikan
perizinannya untuk pelaksanaan pendidikan awam tersebut. Dalam karangan Dr.
Coleman ini, kita menganggap kita telah menemukan sebuah buku yang dapat
mengantar kita kedalam pelaksanaan suatu program latihan awam yang
bermutu tinggi. Dengan mengupas riwayat serta prinsip-prinsip pelayanan Yesus
sendiri terhadap kelompok inti pilihan-Nya, Prof. Coleman telah menjanjikan
kepada kaum Kristen prinsip-prinsip serta metode untuk melatih tenaga yang
dibutuhkan. Kami telah berbicara dengan beberapa hamba Tuhan mengenai
sumber ini. Setiap mereka yang pernah membaca buku The Master Plan of
Evangelism ini berkeyakinan bahwa inilah karangan yang dapat membuka jalan
bagi kita.
3
Kami harap bahwa saudara-saudara rekan akan menikmati serta
mempraktikkan rencana ini. Tetapi kami merasa ada faedahnya menjelaskan
sedikit tentang pengistilahan yang dipakai disini. Istilah-istilah yang digunakan
adalah sesuai dengan pengalaman-pengalaman penginjilan umum maupun
pribadi selama beberapa tahun yang lalu didaerah Jawa Barat. “ Penginjilan”
dipakai untuk “evangelism” karena istilah ini mencakup segala fungsi
evangelism, yaitu 1) pemberitaan Injil, dan 2) penyelesaian proses evangelisasi
itu dalam arti melayani sampai Yesus telah diterima selaku Juruselamat. Banyak
istilah lain telah menjadi lazim di Indonesia, tetapi kami merasa istilah-istilah
tersebut kurang tepat untuk maksud ini karena hanya mencakup fungsi yang
pertama, sehingga mungkin para pendengar masih dibiarkan dalam keadaan
memikir-mikirkan berita Injil itu tanpa bertindak.
“Petobat” dipakai untuk “convert”. Istilah ini dipilih dalam perundingan
persiapan usaha GERAPI (Gerakan Pekabaran Injil) di kota Bandung pada tahun
1966. Petobat berarti seorang yang telah memutuskan untuk berpaling dari
dosanya serta menerima keselamatan itu yang ditawarkan oleh Yesus Kristus.
“Massa” dipakai untuk menerjemahkan “mass” (misalnya : “mass evangelism”)
supaya selalu spesifik maksudnya. Perkataan “umum” kami sangka kurang tepat,
karena belum tentu bahwa yang umum itu adalah rakyat jelata ataupun suatu
perhimpunan besar-besaran.
“Follow-up” tidak diterjemahkan karena belum terdapat sebuah kata yang tepat.
Yang dimaksudkan adalah pelayanan pelanjutan yang diberikan untuk
meneguhkan seorang yang beriman kemudian daripada ia ikutsertakan diri pada
Yesus selaku Juruselamat ataupun serahkan diri kepadaNya selaku Tuhan.
“Metode” dipakai untuk “method” kalau dimaksudkan suatu sistem pelayanan
yang tertentu, sebagai keseluruhannya. Kata “cara” dipakai kalau yang
dimaksudkan adalah sikap atau jalan pelaksanaan suatu unsur dari metode itu.
Masih ada dua istilah lain yang sedikit-sedikitnya harus diterangkan
karena tidak biasa untuk banyak golongan gereja Injili. Yaitu “sinode” untuk
4
sidang organisasi daerah dari suatu gereja (denominasi); “Sidi” dipakai untuk
proses menjadi anggota penuh dari suatu jemaat.
Penjelasan dari nomor-nomor berurutan yang terdapat dalam naskah
dapat dicari dalam catatan pada bagian belakang dari Buku ini.
Dengan ini kami para penterjemah menyerahkan buku Rencana Agung
Penginjilan ini dengan penuh pengharapan bahwa buku ini akan memberi
manfaat yang sebesar-besarnya dalam pelayanan saudara.
Untuk kemuliaan Yesus Kristus
5
PENDAHULUAN
YESUS DAN RENCANANYA
“Aku inilah jalan”
(Yoh. 14:6)
Segala penginjilan harus diperiksa/dibenarkan dengan dua ukuran yaitu
apakah usaha itu menuju kepada suatu tujuan tertentu dan apakah usaha itu
mempunyai arti terhadap dunia sekarang ini. Kecakapan untuk mengerjakan
sesuatu atau kesibukan membuat sesuatu belum tentu berarti kita
merampungkan sesuatu. Terhadap setiap aktivitas kita harus bertanya : “Apakah
aktivitas ini sangat penting ?” ; “ apakah usaha ini akan mencapai tujuannya ?”
Segala aktivitas penginjilan di gereja-gereja harus terus-menerus diuji
demikian : “Apakah segala usaha kita memenuhi dengan sebaik-baiknya amanat
Yesus ?” “Apakah sebagai hasil pekerjaan, kita melihat suatu kader pekerja-
pekerja rohani yang selalu bertambah jumlahnya?” Memang benar kita sibuk
dengan macam-macam rencana penginjilan, tetapi apakah kita sedang
mencapai suatu tujuan yang benar ?
FUNGSI YANG MENENTUKAN CORAK KERJA
Bila kita menggunakan ukuran-ukuran tertentu seperti diatas tersebut,
untuk mencapai tujuan yang masih jauh didepan, kita terpaksa membuat suatu
rencana kerja yang matang serta lengkap. Hanya dengan demikian yakinlah kita
bahwa aktivitas-aktivitas kita memainkan suatu peranan yang penting dalam
“rencana total” dari Tuhan sehingga kita disegarkan oleh perasaan berfaedahnya
pekerjaan kita. Inilah hal yang benar bagi setiap rencan dan metode yang hendak
kita pergunakan dalam pemberitaan injil. Sama seperti sebuah gedung selalu
dibangun sesuai dengan rencana penggunaannya, demikian juga rencana-
rencana serta cara-cara kerja kita harus mempunyai tujuan. Kalau tidak, maka
aktivitas-aktivitas kita akan kacau.
6
MENCARI PRINSIP-PRINSIP DASAR
Inilah yang menjadi tujuan dari penyelidikan ini. Untuk menyesuaikan
usaha-usaha kita dengan patokan yang benar, terlebih dahulu kita harus melihat
prinsip-prinsip dasar yang telah mempengaruhi metode Yesus. Karena itu, buku
kecil ini tidak merupakan suatu penafsiran dari metode-metode Yesus yang khas
dalam penginjilan pribadi maupun massal melainkan adalah suatu penyelidikan
dari prinsip-prinsip dalam pelayanan Yesus. Yaitu kita menyelidiki apa yang
mendasari rencana penginjilanNya selama Ia melayani manusia sementara
berjalan didunia ini.
PENYELIDIKAN INI
Buku-buku dalam bidang ini jarang ditemukan. Memang hampir setiap
karangan mengenai kehidupan Yesus memuat beberapa penjelasan terhadap
prinsip-prinsip penginjilanNya. Buku-buku penyelidikan dari segi-segi tertentu,
misalnya metode-metode mengajar dari Yesus, umumnya menyinggung
persoalan ini juga. Sebuah buku yang paling berfaedah bagi kita adalah “The
Training of the Twelve” (latihan terhadap Keduabelas murid itu) oleh A.B Bruce.
Buku ini pertama-tama diterbitkan pada tahun 1871, diredaksikan kembali pada
tahu 1899, mengisahkan tentang pertumbuhan para murid dibawah asuhan
Yesus. Sebuah buku yang lain, Pastor Pastorum (Pelayanan Pendeta) oleh Henry
Latham, ditulis dalam tahun 1890, mengupas tentang cara Yesus melatih orang-
orang. Kemudian terbit beberapa buku kecil, yang menguraikan pekerjaaan
Yesus. Baru-baru ini ditambahi beberapa buku lagi mengenai pertumbuhan
kelompok-kelompok kecil dan kesaksian awam. Walaupun para pengarang buku-
buku tersebut kurang mementingkan penginjilan, namun kita harus berterima
kasih karena penerangan mereka terhadap prinsip-prinsip dasar dari pelayanan
dan pekerjaan Tuhan kita.
Oleh karena rencana dasar penginjilan Yesus harus diberi perhatian yang
baik dan layak, maka kita senantiasa memerlukan penyelidikan dan penerangan
lebih lanjut, khususnya dari sumber Alkitab.
7
RENCANA PENYELIDIKAN KITA
Untuk dapat mengerti betul-betul rencana kerja Yesus kita harus
mempelajari Perjanjian Baru, khususnya Injil-Injil. Kitab-Kitab ini adalah satu-
satunya kisah kesaksian mengenai Yesus dalam pekerjaanNya (Luk. 1:2,3; Yoh.
20:24; 1 Yoh. 1:1).
Injil-Injil itu pertama-tama dikarang untuk menunjukkan kepada kita
bahwa Kristus itu Anak Allah, dan bagaimana dengan iman kita beroleh hidup
dengan namaNya (Yoh. 20:31). Tetapi apa yang kadang-kadang kita tidak insafi
adalah, bahwa peryataan itu mancakup cara hidupNya sendiri dan cara hidup
yang diajarkanNya kepada orang lain. Pengarang-pengarang kitab Injil tidak
hanya melihat kebenaran itu; kehidupan mereka telah diubah oleh kebenaran
itu. Itulah sebabnya dalam tuturannya, mereka menjelaskan hal-hal yang telah
menyebabkan mereka meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus. Tentu
saja tidak semuanya diceritakan. Seperti semua pengarang sejarah, pengarang
Injil melukiskan suatu gambaran lengkap dengan menonjolkan beberapa oknum
tertentu, dan pengalaman mereka mengikuti Yesus. Akan tetapi kita dapat
meyakini bahwa segala sesuatu yang telah dengan cermat dipilih dan dicatat
dibawah pimpinan Roh Kudus, adalah untuk mengajar kita bagaimana mengikuti
Yesus. Itulah sebabnya kisah Yesus itu merupakan buku pelajaran yang terbaik
dan satu-satunya yang sempurna tentang penginjilan.
Rencana penelitian ini adalah untuk melihat jejak Yesus dalam Injil-Injil,
meneliti riwayat hidupNya dari banyak sudut untuk mengerti alasan penyebab
cara Ia mengajar/bekerja, dan menganalisa rencana pelayananNya secara umum
serta luas untuk dapat menanggapi makna yang lebih luas dari pada metode-
metode yang digunakanNya dengan manusia. Diakui bahwa tugas ini tidaklah
mudah dan banyak yang masih harus dipelajari. Kesempurnaan dari Tuhan yang
mulia tak dapat dibatasi oleh pengertian seorang manusia. Makin lama kita
memandang kepadaNya, makin jelas kita melihat kebenaran itu.
8
KRISTUSLAH TELADAN YANG SEMPURNA
Tidak ada lain penelitian yang lebih menguntungkan. Walaupun kita tak
dapat mengerti seluruhnya, kita tahu bahwa Yesuslah guru yang sempurna.
Dalam keMahatauanNya Ia tak pernah berbuat salah. Walaupun sebagai
manusia Ia sering dicobai seperti kita, Ia tak dibatasi oleh dagingNya. Sekalipun
Ia tidak mempergunakan sifat keilahianNya, pikiranNya adalah jernih. Ia
senantiasa tahu apa yang benar dan sebagai orang yang sempurna, Ia hidup
sebagai Allah diantar manusia.
TUJUANNYA JELAS
Hidupnya di dunia hanya untuk menyatakan rencana Allah sejak
permulaanya. Hal ini yang senantiasa dipikirkanNya. Ia ingin menyelamatkan
bagiNya suatu kaum dan membangun suatu sidang yang rohani yang tidak akan
binasa. Ia menantikan kerajaanNya yang akan datang dalam kemuliaan dan
kuasa. Ia tidak ingin menjadikan dunia ciptaanNya ini tempat tinggalNya yang
abadi, melainkan surgalah tempatNya. Disanalah Ia menyediakan tempat bagi
kaumNya.
Tidak seorangpun yang diluar tujuan anugerahNya. Janganlah salah
paham tentang kasihNya yang besar itu. Ia adalah “Juruselamat dunia ini” (Yoh.
4:42). Allah menghendaki setiap manusia diselamatkan dan mengetahui
kebenaran. Untuk itu Yesus sudah mati. Yesus tidak membedakan pekabaran Injil
didalam negeri dan diluar negeri, karena bagi Dia dunia ini seluruhnya harus
diinjili.
IA MERENCANAKAN UNTUK MENANG
Tujuan hidupNya hanya satu, yakni penebusan dunia ini bagi Allah. tujuan
inilah yang menjadi latar belakang dari setiap kata dan perbuatanNya. Tujuan ini
yang mengatur segala langkahNya.
Itulah sebabnya sangat penting bagi kita untuk meneliti cara kerja Yesus
yang merupakan cara Allah untuk menaklukkan dunia ini. Ia tak pernah
9
sembarangan, tak pernah memboroskan tenagaNya dan kata-kataNya. Ia ada
dalam pekerjaan Allah (Luk. 2:49). Ia hidup, mati dan bangkit pula sesuai dengan
rencana. Sebagai seorang Jendral mempersiapkan peperangan, Anak Allah sudah
datang untuk menang. Dengan mempertimbangkan setiap alternatif dan faktor
yang berubah-ubah dalam pengalaman manusia, Ia telah membuat suatu
rencana yang tak mungkin gagal.
SUATU PENELITIAN YANG TEPAT
Banyak rahasia terungkap akibat mempelajari rencana Yesus. Dengan
merenungkan pokok ini bersungguh-sungguh, seorang murid Kristus akan
memperoleh kesimpulan-kesimpulan yang dalam dan mungkin beraneka ragam,
walaupun perwujudan kesimpulan-kesimpulan ini akan lambat dan sukar.
Nampaknya Yesus, seakan-akan tidak mempunyai suatu rencana kerja. Dengan
penyelidikan lain, mungkin nampak bahwa Yesus menggunakan suatu teknik
tertentu, tetapi pola dasar teknik inipun tetap tersembunyi. Cara kerjaNya
demikian sederhana dan tenang, sehingga tidak nampak oleh petugas-petugas
yang tergesa-gesa. Tetapi apabila metodeNya menerangi pikiran para muridNya,
mereka akan terharu akan kesederhanaanNya yang tak mereka sadari
sebelumnya. Namun, bila rencanaNya ini dipikirkan, nampak bahwa falsafah
dasar rencanaNya berbeda sekali dari pada falsafah dasar gereja modern dan
jelas bahwa implikasi-implikasinya benar revolusioner.
Pasal-pasal berikut hendak menerangkan 8 prinsip dasar dari rencana
Yesus. Sebenarnya semua prinsip itu tersimpul dalam masing-masing
prinsip/langkah. Rangka ini dimaksudkan untuk memberikan suatu susunan
kepada metode Yesus dan untuk menunjukkan rencanaNya. Dengan mempelajari
lebih lanjut, akan makin jelas prinsi-prinsip/langkah-langkah itu masing-masing,
demikian urutannya dalam susunan ini.
10
PASAL 1
PEMILIHAN
“ Ia memilih dari antara mereka Itu dua belas orang”
(Lukas 6:13)
ORANG-ORANG ADALAH METODENYA
Semuanya mulai pada saat Yesus memanggil beberapa orang untuk
mengikut Dia. Hal ini langsung mengatakan siasat penginjilanNya. PerhatianNya
tidak ditujukan kepada cara mendekati orang-orang banyak tetapi kepada
beberapa orang yang kemudian hari akan diikuti oleh orang banyak. Sangat
menyolok sekali bahwa Yesus mulai mengumpulkan orang-orang ini sebelum Ia
mengusahakan satu kampanye penginjilan atau bahkan berkhotbah dimuka
umum. Pribadi-pribadi adalah metodeNya untuk memenangkan dunia ini kepada
Allah.
Tujuan utama dari rencana Yesus adalah memilih orang-orang yang
dapat memberi kesaksian tentang hidupnya dan melanjutkan pekerjaanNya
sesudah Ia kembali kepada Bapa. Yohanes dan Andreas adalah orang-orang
pertama yang dipanggil oleh Yesus sewaktu Ia meninggalkan Betani, diseberang
sungai Jordan dimana Yohanes membaptiskan orang (Yohanes 1: 35-40). Andreas
kemudian membawa saudaranya Petrus (Yoh. 1: 41-42). Pada keesokan harinya
dalam perjalananNya ke Galilea, Yesus bertemu dengan Pilipus, dan Pilipus
berjumpa dengan Natanael (Yoh. 1:43-51). Ia tidak memilih murid-muridNya
dengan terburu-buru. Yakobus, saudara Yohanes tidak disebut sebagai salah
seorang murid dalam rombongan itu, sampai keempat nelayan itu dipanggil
kembali beberapa bulan kemudian (Mark. 1:19; Mat. 4:21). Sesaat kemudian
Lewi dipanggil untuk ikut sewaktu Yesus melalui Kapernaum (Mark. 2:13,14;
Mat. 9:9; Luk. 5:27,28). Perincian mengenai pemanggilan murid-murid yang lain
tidak ada dalam Alkitab, akan tetapi diperkirakan bahwa semuanya dipanggil
pada tahun pertama dari pelayanan Tuhan.
11
Seperti dapat diduga, usaha-usaha pertama untuk memenangkan jiwa ini
hanya mempunyai sedikit pengaruh atas kehidupan rohani dari zamanNya,
tetapi hal itu tidak mengapa. Karena sebagaimana ternyata kemudian beberapa
orang yang bertobat kepada Tuhan yang pertama inilah yang menjadi pemimpin-
pemimpin gereja Tuhan, yang pergi keseluruh dunia mengabarkan Injil. Dari segi
tujuanNya pengaruh mereka dapat dirasakan untuk selama-lamanya.
ORANG-ORANG INGIN BELAJAR
Apa yang mengesankan tentang orang-orang ini adalah bahwa mereka
tidak mempunyai tanda-tanda kecakapan yang akan berhasil. Kita merasa heran,
bahwa Yesus dapat memakai mereka. Mereka adalah buruh-buruh biasa,
mungkin tidak mempunyai keahlian khusus. Mungkin beberapa dari mereka
adalah orang-orang yang berada, seperti anak-anak Zebedeus, tetapi tak
seorangpun dapat digolongkan kaya. Mereka tidak mempunyai gelar-gelar
dalam ilmu sastra dan filsafat dari zaman mereka. Seperti juga Guru mereka,
mereka hanya tamat dari sekolah-sekolah sinagoge. Sebagian besar dari mereka
dibesarkan dalam lingkungan miskin sekitar Galilea. Kenyataan satu-satunya dari
kedua belas itu yang datang dari daerah terkemuka Yudea, adalah Yudas
Iskariot. Dengan ukuran kebudayaan apapun mereka harus dianggap sebagai
rombongan orang-orang yang tidak layak. Mereka adalah orang-orang yang
mudah terpengaruh dan tersinggung perasaan. Dengan singkat, mereka yang
dipilih oleh Tuhan menjadi pembantu-pembantuNya terdiri dari orang-orang dari
bermacam-macam tingkatan dan golongan masyarakat pad waktu itu. Bukanlah
orang-orang yang kita anggap dapat memenangkan dunia ini untuk Kristus.
Namun Yesus melihat didalam orang-orang ini suatu sumber
kepemimpinan untuk kerajaanNya. Mereka sesungguhnya adalah “orang tanpa
didikan dan bodoh” menurut ukuran dunia (Kis. 4:13), tetapi mereka dapat
diajar. Walaupun sering mengambil keputusan yang salah dan tidak tepat
mengerti hal-hal rohani, namun mereka adalah orang-orang yang jujur, dan
berterus terang mengenai kebutuhan mereka. Tata cara mereka janggal dan
12
kecakapan mereka sangat terbatas, tetapi kecuali pengkhianat itu, hati mereka
adalah besar. Apa yang terpenting bagi mereka adalah kerinduan mereka
terhadap Allah dan kenyataan dari hidupNya. Kedangkalan kehidupan agama
sekeliling mereka tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk bertemu dengan
Mesias (Yoh. 1:41,59; 6:69). Mereka sudah bosan akan kemunafikan dari
golongan ningrat, yang memerintah. Sebagian mereka sudah menggabungkan
diri dalam gerakan pembaruan dari Yohanes (Yoh. 1:35). Orang-orang ini sedang
mencari seorang yang dapat memimpin mereka pada jalan keselamatan. Orang-
orang demikian, lemah lembut dalam tangan Sang-Guru dapat dijadikan satu
bentuk yang baru—Yesus dapat memakai siapa saja yang mau dipakai.
MEMUSATKAN PERHATIAN ATAS PRIBADI-PRIBADI
Dalam menguraikan fakta ini janganlah sampai kita melepaskan
kebenaran praktis dari cara Yesus bekerja. Inilah kebijaksanaan dari metodeNya,
dan dalam memperhatikan hal ini, kita kembali lagi pada prinsip pokok dari
pemusatan perhatianNya kepada mereka yang hendak dipakaiNya. Tak dapat
diubah bentuk dari satu dunia kecuali jika orang-orang yang dalam dunia ini
diubahkan dahulu dan masing-masing orang tak dapat diubah, kecuali mereka
telah diubah didalam tangan Yesus. Sudahlah jelas bahwa perlu, bukan hanya
memilih beberapa kaum awam saja, tetapi membatasi jumlah golongan itu,
sehingga dapat bekerja dengan mereka dengan berhasil.
Oleh sebab itu, selagi rombongan pengikut Yesus bertambah, dirasa perlu
pada pertengahan tahun kedua dari pelayananNya untuk memperkecil
pilihanNya ini menjadi satu rombongan inti, yang gampang dikuasaiNya. Jadi
Yesus “memanggil murid-muridNya dan Ia memilih dari antara mereka hanya
dua belas orang, yang Ia gelari Rasul” (Luk. 6:13-17; Mark. 3:13-19). Terlepas
dari arti simbolik yang hendak kita kita kenakan pada angka duabelas ini, sudah
jelas, bahwa Yesus ingin supaya orang-orang ini mempunyai hak istimewa yang
unik serta kewajiban khusus dalam KerajaanNya.
13
Ini tidak berarti bahwa dengan pilihan itu Yesus menolak orang-orang lain
daripada mengikut Dia. Karena seperti kita ketahui, banyak lagi dibilangkan
antara pengikut-pengikutNya dan beberapa dari mereka menjadi pekerja-pekerja
yang baik didalam Gereja. Yang tujuh puluh (Luk. 10:1); Markus dan Lukas,
pengarang-pengarang Injil, Yakobus, Saudaranya sendiri (1 Kor. 15:7; Gal. 2:9;
Yoh. 2:12; dan 7:2-10); adalah conton-contoh yang nyata dalam dari hal ini.
Namun kita harus akui bahwa prioritas yang diberikan kepada mereka yang
diluar keduabelas murid itu dengan cepat dikurangi.
Prinsip yang sama dipakai pula seterusnya, karena dalam golongan rasul-
rasul yang terpilih itu, Petrus, Yakobus, dan Yohanes mempunyai hubungan yang
lebih istimewa dengan Tuhan daripada sembilan lainnya. Hanya orang-orang
yang mempunyai hak istimewa inilah yang diminta masuk kedalam kamar sakit
dari anak Yairus (Mark. 5:37; Luk. 8:51); mereka inilah yang naik bersama Yesus
dan melihat kemuliaanNya diatas Gunung (Mark. 9:2; Mat. 17:1; Luk. 9:20); dan
ditengah-tengah pohon zaitun dari Getsemani yang melemparkan bayangannya
dalam fajar paskah, orang-orang inilah yang menunggu terdekat dengan Tuhan
sedang ia berdoa (Mark. 14:33; Mat. 26:37). Begitu jelas pilihan yang diberikan
kepada ketiga orang ini sehingga jika tidak karena hal Kristus yang tidak
mementingkan diriNya sendiri, tentu murid-murid lain tidak senang akan pilihan
ini. Fakta bahwa tidak tercatat didalam Alkitab tentang murid-murid mengeluh
perihal keistimewaan ketiga orang ini, walaupun mereka pernah mengomel
tentang hal-hal lain, adalah bukti bahwa dimana pilihan dinyatakan dalam
semangat yang benar dan untuk maksud yang benar, hal tersinggung tak perlu
timbul.
PRINSIP YANG DIPAKAI
Semuanya ini tentunya mengesankan seseorang yaitu bagaimana Yesus
dengan seksama membagikan waktuNya kepada orang-orang yang hendak Ia
latih. Hal ini juga menunjukkan satu prinsip pokok dari cara mengajar. Lebih kecil
14
jumlah orang-orang yang diajar, lebih besar kemungkinan untuk pengajaran
yang baik hasilnya.
Yesus mencurahkan sebagian besar dari sisa hidupNya diatas bumi ini
kepada murid-murid pilihan ini. Ia dalam arti kata mempertaruhkan seluruh
pelayananNya keatas mereka. Dunia ini dapat bersikap acuh tak acuh terhadap
Dia namun tak dapat mengalahkan siasatNya. Ia bahkan tidak kuatir sama sekali
pada waktu pengikut-pengikutNya yang biasa melepaskan kesetiaan mereka
waktu diperhadapkan dengan arti sebenarnya dari Kerajaan Allah (Yoh. 6:66).
Tetapi Ia tidak dapat membiarkan murid-muridNya yang terdekat meloloskan diri
dari maksudNya. Mereka harus mengerti kebenaran itu dan disucikan olehNya
(Yoh. 17:7), jika tidak, segala sesuatu akan lenyap. Jadi, Ia berdoa “tidak untuk
dunia ini”, akan tetapi untuk beberapa yang Allah berikan kepadaNya “dari
antara dunia ini” (Yoh. 17:6, 9). Segalanya bergantung kepada kesetiaan mereka;
kalau dunia ini mau percaya kepadaNya “melalui pemberitaan mereka” (Yoh.
17:20).
TIDAK MELALAIKAN MASSA
Adalah salah, berdasarkan apa yang telah ditekankan disini, untuk
menganggap bahwa Yesus melalaikan massa. Ini tidaklah benar. Yesus telah
melampaui segala yang dapat diminta manusia dalam menghubungi massa. Hal
yang pertama-tama dilakukanNya sewaktu Ia mulai dengan pelayananNya
adalah memihak dengan berani kepada gerakan kebangunan rohani
sezamanNya dengan dibaptiskan oleh Yohanes (Mark. 1:9-11; Mat. 3:13-17; Luk.
3: 21-22), dan kemudian Ia sangat memuji pekerjaan dari Nabi besar itu (Mat.
11:7-15; Luk. 7:24-28). Ia sendiri tak berhentinya berkhotbah kepada massa yang
mengikuti pelayananNya yang ajaib. Ia mengajar mereka. Ia memberi makanan
kepada mereka apabila mereka lapar. Ia menyembuhkan mereka yang sakit dan
mengusir setan dari dalam mereka. Ia memberkati anak-anak mereka, sehingga
Ia tak “mempunyai waktu lagi untuk makan” (Mark. 6:31). Sedapat mungkin
Yesus menunjukkan kepada massa tentang perhatian yang sejati. Merekalah
15
orang-orang yang Ia datangi untuk menyelamatkan – Ia mengasihi mereka,
menangisi mereka, dan akhirnya mati untuk menyelamatkan mereka dari
dosanya. Tak seorangpun dapat menganggap bahwa Yesus menghindari
penginjilan massa.
MASSA DIBANGKITKAN
Sesungguhnya. Kecakapan Yesus untuk menarik perhatian massa telah
menjadikan satu masalah yang serius dalam pelayananNya. Ia telah begitu
berhasil dalam menyatakan rahmatNya dan kuasaNya kepada mereka, sehingga
mereka pernah mencoba “mengambil Dia dengan kekerasan, menjadikan Dia
Raja” (Yoh. 6:15). Laporan dari para pengikut Yohanes Pembaptis mengatakan
bahwa “semua orang” sedang menyerukan perhatianNya (Yoh. 3:26). Bahkan
orang-orang Parisi mengakui bahwa dunia telah mengikut Dia (Yoh. 12:19), dan
para imam menyadari bahwa jika halNya terus berkembang seluruh rakyat akan
percaya akan Dia (Yoh. 11:47, 48). Alkitab tentunya tidak menyatakan bahwa
Yesus kurang diikuti massa, meskipun mereka segan menyatakan kesetiaan
mereka; dan keadaan ini terus berlangsung sampai akhir. Sebenarnya, justru
karena takut akan sikap bersahabat dari pada masa terhadap Yesus, maka
penuduh-penuduhNya mencari jalan menangkap Dia pada waktu orang-orang
banyak tidak berada bersama-sama Dia (Mark. 12:12; Mat. 21:26; Luk. 20:19).
Jika Yesus pernah perkenankan sentiment populer ini kepada massa tentu
Ia dapat dengan mudah menguasai segala kerajaan manusia. Apa yang Ia harus
perbuat hanyalah memuaskan keinginan daging dan rasa ingin tahu dari pada
orang-orang itu dengan kuasaNya. Semacam inilah pencobaan yang diberikan
oleh Iblis dalm padang belantara waktu Yesus dibujuk untuk mengubahkan batu
menjadi roti dan menjatuhkan diriNya kebawah dari bubung Bait Allah agar Allah
menatang Dia dalam tanganNya (Mat. 4:1-7; Luk. 4:1-4; 9-13).
Hal yang menyolok mata ini tentu akan menggemparkan orang-orang
sekelilingnya. Iblis tidak menawarkan sesuatu kepada Yesus tatkala ia
menjanjikan semua kerajaan dunia ini apabila Yesus hanya mau menyembah dia
16
(Mat. 4:8-10). Penghulu penipu dari manusia itu mengetahui dengan jelas,
bahwa Yesus dengan sendirinya mendapat segalanya jika Ia mau melepaskan
perhatianNya dari hal-hal asasi dalam kerajaan yang kekal itu.
Tetapi Yesus tidak bermaksud hanya menyenangkan rakyat jelata.
Bahkan sebaliknya, berulang-ulang kali dengan susah payah Ia menghindarkan
sokongan massa yang digerakkan oleh kuasa mujizatNya (Yoh.2:23; 3:3; 6:26,
27). Seringkali Ia minta kepada orang-orang yang sudah menerima kesembuhan
agar tidak memberitakan hal tersebut kepada orang-orang lain, agar tak
menimbulkan demonstrasi oleh massa yang gampang digerakkan itu. Demikian
juga dengan murid-murid yang melihat Ia berubah rupaNya diatas gunung “Ia
berpesan kepada mereka agar jangan memberi tahu kepada seorang jugapun
yang telah mereka lihat”, sehingga lepas daripada Ia bangkit dari antara orang
mati (Mark. 9:9; Mat. 17:9). Pada lain peristiwa sewaktu orang-orang banyak
bersorak memuji Dia, Yesus langsung menjauhkan diri bersama murid-muridNya
ketempat lain. Caranya bekerja yang demikian seringkali tidak menyenangkan
para pengikutNya yang tidak mengerti akan siasatNya. Bahkan saudara-
saudaraNya perempuan dan laki-laki sendiri yang pada waktu itu belum percaya
akan Dia, menganjurkan Dia untuk melepaskan siasat ini dan dengan terang-
terangan menonjolkan DiriNya kepada dunia, tetapi Ia menolak nasihat mereka
(Yoh. 7:2-9).
HANYA SEDIKIT SAJA YANG MENGERTI
Mengingat siasat inilah maka tidak heran kalau hanya sedikit yang benar-
benar bertobat pada masa pelayanan Kristus. Tentu saja, banyak yang percaya
akan Kristus dalam arti bahwa pelayanan IlahiNya dapat diterima, tetapi hanya
sedikit yang mengerti arti dari pada Injil. Mungkin jumlah seluruh pengikutNya
yang setia pada akhir pelayananNya didunia ini hanya berkisar pada 500 orang
kepada siapa Yesus menampakkan diriNya setelah Ia bangkit (1 Kor. 15:6), dan
hanya kira-kira 120 orang tinggal tetap di Yerusalem untuk menerima baptisan
Rohol Kudus (Kis 1:15). Sekalipun jumlah ini tidak kecil mengingat bahwa
17
pelayananNya yang aktif hanya meliputi jangka waktu tiga tahun, namun jika
dari segi ini seseorang ingin mengukur hasil dari penginjilanNya atas dasar
jumlah orang-orang yang dibawaNya pada pertobatan, Yesus dengan pasti tidak
akan digolongkan antara penginjil-penginjil umum yang paling berhasil.
SIASATNYA
Mengapa Yesus dengan sengaja memusatkan usahaNya atas hanya
beberapa orang saja ? Bukankah Ia datang untuk menyelamatkan seluruh dunia
ini ? Dengan pengumuman yang membara dari Yohanes Pembaptis yang
berkumandang didalam telinga orang banyak, Sang Guru dengan mudah dapat
mengumpulkan ribuan orang dengan segera untuk mengikut Dia jika Ia
mengkehendakinya. Mengapa Ia tidak menggunakan kesempatan ini untuk
mengumpulkan suatu pasukan besar dari para petobat untuk merebut dunia ini
dengan suatu “serangan” mendadak ? Tentu Anak Allah dapat memakai suatu
cara yang lebih menarik untuk mengumpulkan massa. Bukankah mengecewakan
bahwa seseorang dengan segala kuasa didunia ini dalam tanganNya, yang hidup
dan kemudian mati untuk menyelamatkan dunia ini, tetapi akhirnya hanya
mempunyai beberapa murid sebagai hasil pekerjaanNya ?
Jawaban dari pertanyaan ini segera menyoroti maksud yang sebenarnya
dari rencanaNya untuk penginjilan. Yesus tidak berusaha untuk mempengaruhi
massa, tetapi untuk memproklamirkan kedatangan suatu Kerajaan. Ini berarti
bahwa Ia membutuhkan orang-orang yang dapat memimpin massa. Apa
gunanya bagi tujuanNya yang terakhir Ia membangunkan orang banyak
mengikut Dia, jika orang-orang ini tidak diamat-amati kemudian atau menerima
instruksi dalam jalan itu telah dibuktikan dalam beberapa peristiwa bahwa
orang-orang banyak itu dapat dengan mudah menjadi korban kepada berhala-
berhala jika mereka tidak diasuh dengan betul. Massa itu seperti domba-domba
yang tersesat kian kemari tanpa tujuan, kalau tidak digembalai (Mark. 6:34; Mat.
9:36;14:14). Mereka bersedia untuk mengikut siapa saja yang datang kepada
mereka dengan janji yang menyenangkan mereka, baik kawan maupun lawan.
18
Itulah tragedi waktu itu cita-cita luhur dari orang-orang ini dapat digerakkan
dengan mudah oleh Yesus, tetapi dengan sama cepatnya hal ini dipadamkan oleh
pembesar-pembesar agama palsu yang meguasai mereka.
Para pemimpin Yahudi yang buta rohani (Yoh. 8:44; 9:39-41; Mat. 23:1-
39), walaupun sedikit jumlahnya, menguasai orang-orang ini oleh sebab itu,
kecuali petobat-petobat Yesus diberi pemimpin rohani yang dari Tuhan untuk
memimpin dan melindungi mereka dalam kebenaran, mereka akan cepat jatuh
kedalam kekacauan dan putus harapan, dan keadaan yang terakhir akan lebih
menyedihkan dari yang pertama. Jadi, sebelum dunia ini dapat ditolong secara
kekal, orang-orang harus disiapkan menjadi pemimpin massa dalam hal-hal
rohani.
Yesus adalah seorang yang realistis. Ia sadar sepenuhnya akan sifat tidak
mantap dari keadaan manusia yang telah merosot serta kuasa iblis dalam dunia
ini yang selalu menyerang manusia. Dalam kesadaran inilah Ia dasarkan
pemberitaanNya atas suatu rencana yang dapat memenuhi kebutuhan. Massa
dari orang-orang yang berselisihan paham dan kebingungan akhirnya bersedia
mengikut Yesus, tetapi tidak mungkin Ia dapat memberikan asuhan pribadi yang
mereka masing-masing butuhkan. JalanNya yang satu-satunya adalah meresapi
pribadi-pribadi itu dengan hidupNya untuk melaksanakan tugas. Oleh sebab itu,
Ia memusatkan pergaulanNya kepada beberapa orang yang akan menjadi
pemimpin-pemimpin pertama. Walaupun Ia berusaha sedapat mungkin untuk
membantu semuanya, Ia harus memusatkan perhatianNya pertama-tama keatas
beberapa orang penting “kunci”, agar supaya pada akhirnya semuanya dapat
diselamatkan. Inilah kehebatan dari siasatNya.
PEMAKAIAN PRINSIPNYA DEWASA INI
Amat mengherankan, hal ini kurang nampak dalam cara bekerja pada
dewasa ini. Sebagian besar dari penginjilan gerejani mulai dengan massa dengan
dugaan bahwa Gereja sanggup melayani selanjutnya. Hasilnya ialah kita terlalu
mementingkan statistik petobat-petobat calon-calon untuk pembaptisan, dan
19
berusaha menambah anggota-anggota. Hanya sedikit perhatian terhadap
peneguhan jiwa-jiwa ini kepada kasih dan kuasa Allah.
Sesungguhnya jika cara Yesus bekerja pada segi ini benar-benar berarti,
maka hal ini mengajar bahwa kewajiban utama dari seorang Pendeta serta
perhatian utama dari seorang penginjil, ialah meletakkan suatu dasar penginjilan
yang efektif dan terus-menerus kepada massa. Ini akan memerlukan lebih
banyak pemusatan waktu dan bakat-bakat keatas beberapa orang didalam
gereja, tetapi dengan tidak melalaikan kepentingan massa. Ini akan berarti
melatih pemimpin “bagi pekerjaan melayani” bersama Pendeta (Efs. 4:12).
Beberapa yang sudah demikian menyerahkan diri akan menggoncangkan dunia
bagi Allah. Kemenangan tidak pernah dicapai secara massa.
Mungkin ada orang yang menentang prinsip, karena seolah-olah la lebih
menghargai segolongan orang-orang saja didalam gereja. Meskipun demikian
itulah cara Yesus dan cara ini perlu jika pemimpin-pemimpin yang tetap hendak
dilatih. Dimana hal ini dipraktekkan dengan kasih yang murni demi kebutuhan
orang-orang banyak, keberatan-keberatan dapat diamankan. Sesungguhnya,
tujuan pokok harus menjadi jelas kepada pekerja-pekerja yang bersangkutan.
Orang-orang yang hendak dilatih harus dipilih dengan sopan dan bijkasana.
Segala sesuatu yang dikerjakan melalui beberapa orang ini adalah demi untuk
keselamatan orang banyak.
SATU DEMONSTRASI MODERN
Prinsip pemilihan dan konsentrasi telah terukir di alam dunia ini dan akan
membawa hasil tak perduli siapa yang mempraktikkannya, baik gereja mau
terima atau tidak. Tentu satu hal yang penting adalah bahwa kaum komunis,
yang senantiasa waspada tentang hal-hal apa yang berhasil, mengambil alih
secara besar-besaran metode Tuhan ini. Dengan memakai cara ini untuk tujuan
yang bengkok, mereka telah bertambah dari sekelompok kecil orang-orang
fanatik tujuh puluh lima tahun berselang menjadi satu komplotan pengikut-
20
pengikut yang besar yang memperbudak hampir setengah isi dunia ini. Mereka
telah membuktikan dalam masa sekarang apa yang telah diperhatikan oleh
Yesus dengan jelas dalam jamanNya bahwa massa dapat dimenangkan dengan
mudah jika mereka hanya diberi pemimpin-pemimpin untuk diikuti. Bukankah
penyebaran filsafat yang menyesatkan oleh kaum komunis ini satu tempelakan
bagi gereja, bukan saja tehadap penyerahan kita yang kurang untuk menginjil,
tetapi juga kepada cara pelaksanaan kita yang tidak sungguh-sungguh?
SEKARANG WAKTUNYA UNTUK BERTINDAK
Sudah waktunya gereja menghadapi situasi ini dengan realistis. Masa kita
tak bersungguh-sungguh telah lewat. Cara penginjilan gereja telah terbentur
hampir disetiap tempat. Yang lebih diejek lagi, Injil yang diberitakan dengan cara
besar-besaran kedaerah-daerah yang baru sebagian besar telah lumpuh.
Dibanyak tempat gereja yang lemah bahkan tidak dapat berkembang sesuai
dengan pertumbuhan penduduk. Sepanjang masa kekuatan Iblis dalam dunia ini
menjadi bertambah buas dan kurang ajar dalam penyerangan mereka. Penuh
sindiran, jika kita berhenti untuk memikirkannya. Dalam zaman dimana fasilitas
komunikasi dan pengangkutan yang tepat dapat dimiliki oleh Gereja
sebagaimana belum pernah terjadi sebelumnya, kita sebetulnya kurang berhasil
dalam memenangkan dunia ini untuk Allah, dibandingkan dengan waktu
sebelum alat-alat modern diciptakan.
Dalam menilai keadaan yang menyedihkan pada masa ini, kita tak usah
menjadi kegila-gilaan untuk coba membalikkan arah tujuan dalam sekejap mata.
Mungkin inilah maslah kita. Dalam perhatian kita untuk membendung arus, kita
telah melangsungkan cara-cara kebangunan rohani untuk mencapai massa
dengan Firman Allah yang menyelamatkan. Tetapi apa yang kita sadari dalam
kegagalan kita ialah bahwa masalah yang sebenarnya bukanlah dengan massa –
apa yang mereka percaya, bagaimana mereka diperintah, apakah mereka diberi
makanan yang menyehatkan atau tidak. Semua hal ini yang dianggap begitu
penting akhirnya dapat dikerjakan oleh orang-orang lain. Sebab itulah, sebelum
21
kita dapat mengutamakan massa, kita harus mendapatkan orang-orang yang
akan diikuti oleh massa itu.
Ini tentunya meletakkan prioritas untuk memenangkan dan melatih
mereka yang telah menjadi pemimpin jemaat. Jika kita tak dapat mulai dari
golongan atas, sekarang marilah kita mulai dimana kita berada dan melatih
beberapa orang-orang yang sederhana untuk menjadi orang-orang besar. Dan
marilah kita ingat juga, bahwa seorang tak perlu mempunyai kedudukan dunia
untuk menjadi pekerja dalam kerajaan Allah. Semua orang yang rela mengikuti
Kristus dapat menjadi pengaruh besar kepada dunia, asal orang ini mempunyai
didikan seperlunya.
Disinilah kita harus mulai seperti Yesus. hal itu akan berjalan perlahan,
meletihkan, susah dan mungkin tidak terpandang oleh umum pada
permualaannya, tetapi hasil yang akan mulia, sekalipun kita tidak hidup lagi
untuk melihat hasil itu. Ditinjau dari sudut ini, dalam pelayanan dibutuhkan satu
ketetapan besar. Seorang harus mengambil keputusan dimana ia mau
pelayanannya berhasil – dalam penerimaan umum yang bersorak-sorai yang
tidak kekal atau didalam menciptakan kembali hidupnya kedalam beberapa
orang pilihan yang akan meneruskan pekerjaannya setelah ia meninggal dunia.
Sesungguhnya persoalannya ialah untuk generasi mana kita ini sebenarnya
hidup. Tetapi kita harus jalan terus. Kita perlu sekarang melihat bagaiman Yesus
melatih orang-orangNya untuk melanjutkan pekerjaanNya. Seluruh cara kerja
adalah bagian dari metode yang satu, dan kita tak dapat memisahkan satu
tahap dari yang lain tanpa merusak hasil kerjanya.
22
PASAL 2
PERSEKUTUAN
“Aku ini beserta dengan kamu senantiasa” (Matius 28:20)
IA TINGGAL BERSAMA-SAMA MEREKA
Kebiasaan Tuhan Yesus adalah: setelah memanggil murid-muridNya, lalu
Ia tinggal bersama-sama mereka, dan memberi kesempatan kepada mereka
untuk mengikut Dia. Beginilah inti rencanaNya untuk melatih murid-murid.
Bila kita renungkan hal ini, maka sesungguhnya, ini adalah suatu cara
yang resmi, rencana pelajaran yang tertentu, atau kelas yang khusus menerima
pendaftaran pengikut-pengikutNya. Suatu sistem pendidikan yang teratur yang
pada dewasa ini dianggap sangat penting, tidak terdapat dalam pelayananNya.
Sungguh mengagumkan cara Yesus ini, karena Ia tidak berbuat lain, daripada
mendekatkan mereka kepadaNya saja. DiriNya mencakup sekaligus sekolah dan
mata-mata pelajaranNya.
Metode pendidikan yang bebas ini sangat berbeda dengan metode kaum
ahli torat. Para guru agama itu mengaharuskan murid-muridNya mentaati cara-
cara pendidikan tertentu dan cara-cara tersebut yang membedakan satu guru
dari yang lain; sedangkan Yesus hanya menghendaki supaya murid-muridnya
mengikuti Dia. Tuhan kita tidak menyalurkan pengajaranNya dalam bentuk-
bentuk hukum dan doktrin-doktrin, melainkan pribadiNya sendiri memancarkan
pengajaranNya itu. Murid-muridNya menjadi termahsyur bukan karena mereka
diharuskan menyesuaikan diri dengan cara-cara tertentu, melainkan oleh karena
persekutuanNya dengan Dia yang mengikutsertakan mereka dalam
pengajaranNya (Yoh. 18:19).
BERESEKUTU UNTUK MENGERTI
Melalui persekutuan ini murid-muridNya dapat “mengetahui rahasia
Kerajaan Allah” (Luk. 8:10). Sebelum suatu pelajaran dijelaskan, pelajaran itu
sudah menjadi terang berkat persekutuan mereka. Hal ini nyata pada waktu
23
salah seorang murid menanyakan “bagaimana kami tahu jalannya” yang
menandai bahwa ia tidak mengerti tentang Tritunggal yang kudus. Yesus segera
menjawab pertanyaan ini: “Aku inilah Jalan, dan Kebenaran dan Hidup” (Yoh.
14:5,6). Sebenarnya pertanyaan ini sudah terjawab, bila murid-murid mau
melihat akan kenyataan rohani yang terjelma ditengah-tengah mereka.
Cara mengajar yang sederhana ini telah diungkapkan sejak mulanya,
pada waktu Yesus memanggil murid-muridNya kepadaNya. Yohanes dan Andreas
disuruh “Marilah kita melihat !” tempat dimana Yesus tinggal (Yoh. 1:39). Alkitab
tidak lebih lanjut menceritakan mengenai hal ini. Namun dirumah mereka
sempat membicarakan segala sesuatu dengan Yesus dan disitulah mereka
masing-masing dapat menyaksikan pribadi dan pekerjaan Yesus. Pilipus juga
dipanggil dengan cara yang sama : “Ikutlah Aku” (Yoh. 1:43). Tertarik oleh cara
pendekatan yang sederhana ini, Pilipus membawa pula Natanael kepada
TuhanNya: “Marilah engkau lihat” (Yoh. 1:46). (Sebuah khotbah yang hidup
adalah lebih berharga daripada seratus penjelasan). Kemudian, waktu Yakobus,
Petrus dan Andreas didapati sedang memperbaiki pukatnya, Yesus memanggil
mereka dengan kata-kata lemah lembut yang sama: “Marilah ikutlah Aku”.
Hanya kali ini ditambahkan maksud daripada panggilan itu, “maka Aku
menjadikan kamu kelak penjala orang” (Mark. 1:17; bd. Mat. 4:19; Luk. 5:10).
Demikian pula panggilan Matius dari rumah percukaiannya, “Ikutlah Aku”
(Mark.. 9:9; Luk. 5:27).
PRINSIP INI DIJELASKAN
Lihatlah betapa hebatnya cara ini. Dengan menjawab panggilan itu, para
pengikut sebenarnya telah mengikutsertakan diri dalam sekolahnya Tuhan
dimana pengertian mereka dapat bertumbuh dan imannya dapat diteguhkan.
Tentu saja ada banyak hal yang tidak jelas bagi mereka— hal-hal yang mereka
kemukakan dengan terus terang kepadaNya sewaktu mereka berjalan-jalan
beserta Yesus. Tetapi melalui persekutuan itu segala sesuatu yang tadinya belum
jelas, menjadi jelas.
24
Prinsip ini yang sudah terkandung sejak mulanya ditekankan dalam
perkataan Yesus pada waktu Ia memisahkan dua belas muridNya dari suatu
rombongan yang agak besar, “supaya mereka itu bersama-sama dengan Dia”
(Mark. 3:14; bd. Luk. 6:13). Memang Ia mengatakan, bahwa Ia akan menyuruh
mereka “pergi mengajar orang dan mereka akan beroleh kuasa membuangkan
setan”, akan tetapi sering kita lupa langkah persiapannya. Yesus menjelaskan
bahwa sebelum orang-orang ini, “Pergi mengajar” atau “membuangkan setan”
mereka terlebih dahulu harus “bersama-sama dengan Dia, merupakan bagian
penahbisan sepenting dengan penetapan kuasa untuk menginjil, bahkan lebih
penting lagi, karena dengan demikian mereka dipersiapkan untuk diutuskan.
MAKIN LAMA MAKIN ERAT
Tekad Yesus untuk memenuhi tugas ini menjadi jelas apabila kita
membaca kisah selanjutnya dalam Injil-Injil. Dalam tahun pelayanan yang kedua
dan ketiga Ia memberikan lebih banyak waktu kepada murid-murid yang
dipilhNya. Hal ini bertentangan dengan cara berfikir biasa.
Sering ia membawa murid-muirdNya jauh kegunung dimana Ia tidak
dikenal orang, sekedar untuk menghindari perhatian umum. Mereka pernah
berangkat bersama-sama ke Tsur dan Sidon (Mark. 7:24; Mat. 15:21), ke
“perbatasan Dekapolis” (Mark. 7:31; bd. Mat. 15:29), dan “kedaerah-daerah
Dalmanuta” disebelah tenggara Galilea (Mark. 8:10; bd. Mat. 16:13). Perjalanan-
perjalanan ini dilakukan juga karena perlawanan kaum Parisi dan kebencian
Herodes, akan tetapi yang terpenting adalah : Yesus ingin bersendiri dengan
murid-muridNya. Kemudian Ia bersama-sama dengan murid-muridNya untuk
beberapa bulan di Perea sebelah Timur Jordan (Luk. 13:22; 19:18; Yoh 10:40;
11:54; Mat. 19:1; 20:34; Mark. 10:52). Apabila perlawanan semakin memuncak,
“Yesus tiada lagi berjalan dengan terang-terangan diantara orang-orang Yahudi,
melainkan undurlah Ia dari sana kedaerah jajahan yang dekat padang belantara,
kesebuah negeri yang bernama Efraim, disitulah Ia tinggal dengan murid-
muirdNya” (Yoh. 11:54). Bila waktunya tiba dimana Ia harus pergi ke Yerusalem,
25
Ia “ membawa dua belas muridNya” dari antara yang lain takala Ia menuju
kekota dengan perlahan-lahan (Mat. 20:17; bd. Mark. 10:23).
Dilihat dari sudut ini, tidaklah mengherankan bahwa pada Minggu
Sengsara, Yesus hampir-hampir tak melepaskan murid-muridNya jauh dari
padaNya: pada waktu Ia berdoa di Getsemani, murid-muridNya hanya sekira-kira
sepelempar batu jauhnya dari Dia (Luk. 22:41). Bukankah demikian halnya
apabila waktu perpisahan dalam suatu keluarga sudah mendekat ? Tiap-tiap
menit dihargai, sebab sudah mengetahui bahwa persekutuan yang demikian
indahnya tidak akan berlangsung lama lagi. Kata-kata yang diucapkan pada
waktu-waktu itu adalah senantiasa sangat berharga. Sesungguhnya, tatkala
saat-saat perpisahan sudah hampir tiba, barulah murid-murid dapat melihat
dengan lebih mendalam arti persekutuan mereka dengan Dia (Yoh. 16:4). Tak
dapat disangsikan lagi mengapa pengarang-pengarang Injil, dengan sendirinya
mencurahkan lebih banyak perhatian mereka pada hari-hari terakhir itu.
Setengah dari apa yang tercatat mengenai Yesus adalah kejadian-kejadian
menjelang bulan-bulan terakhir dari hidupNya dan bagian yang terbesar adalah
mengenai minggu terkahir.
Jalan yang ditempuh oleh Yesus dalam hidupNya telah digambarkan
dengan sebaik-baiknya pada hari-hari sesudah kebangkitanNya. Sangat
menonjol bahwa Ia menampkkan diriNya hanya kepada murid-murid pilihanNya
saja. Alkitab mengatakan, bahwa tak seorang yang belum percaya dapat melihat
Yesus dalam kemuliaanNya. Hal ini tidak mengherankan karena tak ada gunanya
untuk menggemparkan orang banyak dengan memperlihatkan DiriNya. Apa
gerangan yang telah mereka perbuat ! Akan tetapi murid-murid yang melarikan
diri pada waktu penyalibanNya perlu Ia hidupkan iman mereka dan menegaskan
kembali tugas mereka, karena melalui merekalah pelajaranNya dapat
berkembang.
Demikianlah segala sesuatu sudah terjadi menurut rencanaNya. Ia
menghabiskan lebih banyak waktu untuk beberapa muridNya, dari pada untuk
orang-orang lain. Ia makan bersama-sama mereka, tidur bersama-sama dan
26
bercakap-cakap dengan mereka sepanjang pelayananNya. Mereka berjalan
bersama-sama sepanjang jalan yang sepi, mereka bersama-sama mengunjungi
kota-kota yang ramai, mereka berlajar dan menangkap ikan bersama-sama
ditasik Galilea; mereka berdoa bersama-sama digurun dan di gunung-gunung;
dan mereka beribadat bersama-sama didalam sinagoge dan di Bait Allah di
Yerusalem.
YESUS SENANTIASA MELAYANI MURID-MURIDNYA DISAMPING MELAYANI
MASSA
Jangan kita melupakan bahwa murid-muridNya senantiasa berada
dengan Dia, walaupun Ia sedang melayani orang-orang lain, pada waktu Ia
berbicara dengan massa yang mendesak-desak kepadaNya, bercakap-cakap
denga ahli-ahli torat dan orang-orang parisi yang berusaha menjerat Dia dan
berbicara dengan seorang minta-minta dipinggir jalan, senantiasa murid-
muridNya berada dekat Dia untuk turut memperhatikan serta mendengarkan.
Dengan cara ini, Yesus menerima dua kali ganda hasil atau waktu yang
dipergunakannya. Dengan tidak mengabaikan pelayanan yang tertentu kepada
orang-orang yang membutuhkan, Ia senantiasa ada dengan murid-muridNya
untuk melayani mereka juga. Dengan demikian mereka menerima pelajaran dari
percakapan-perckapan atau Yesus terhadap orang-orang lain, disamping
bimbingan kepada mereka sendri.
CARA INI MEMAKAN WAKTU
Persekutuan yang erat dan terus menerus ini menunjukkan bahwa Yesus
tidak mempunyai waktu untuk diriNya sendiri. Seperti kanak-kanak yang
menuntut perhatian sang Ayah, demikian murid-murid senantiasa berada dikaki
sang Guru. Juga pada waktu Ia pergi mengasingkan diri untuk berdoa, tak luput
Ia dari gangguan atas kebutuhan murid-muridNya (Mark. 6:46-48; bd. Luk. 11:1).
Namun Yesus tidak merobah caraNya, Ia ingin bersama-sama dengan mereka.
27
Mereka adalah anak-anak rohaniNya (Mark. 10:17; Yoh. 13:13) dan satu-satunya
cara seorang ayah mendidik keluarganya adalah, bersekutu dengan mereka.
DASAR PELANJUTAN
Tidak ada yang lebih jelas, namun lebih diabaikan daripada pelaksanaan
prinsip ini. Hal ini begitu sederhana sehingga orang cenderung untuk
mengabaikannya. Akan tetapi Yesus tidak mengingnkannya. Akan tetapi Yesus
tidak menginginkan murid-muridNya melalaikan hal ini. Pada perjalananNya
yang terakhir, Yesus merasa sangat perlu untuk memperjelas dalam pikiran
mereka tentang apa yang telah Ia lakukan selama ini. Sebagai contoh, Yesus
pernah berpaling kepada mereka yang sudah mengikuti Dia selama tiga tahun
dan berkata : “kamupun akan menjadi saksiKu, oleh sebab kamu telah ada
bersama-sama dengan Aku dari mulanya” (Yoh. 15:27). Tanpa banyak publikasi,
Yesus mengatakan bahwa Ia sedang mendidik orang-orang yang akan menjadi
saksi-saksiNya setelah Ia pergi nanti, dan caranya adalah hanya dengan
bersama-sama mereka”. Seperti apa yang Ia katakan pada kesempatan lain, oleh
sebab mereka “bertekun bersama-sama dengan Dia” pada saat-saat
pencobaanNya maka mereka diangkat menjadi pemimpin-pemimpin dalam
kerajaanNya yang kekal dimana mereka akan makan minum semeja dengan Dia
dan duduk diatas takhta menghakimkan dua belas suku bangsa Israel (Luk.
22:28-30).
Tiadalah benar untuk menyangka bahwa prinsip follow-up pribadi yang
demikian, hanya terbatas kepada murid-muridnya saja. Memang benar, Yesus
memusatkan perhatianNya pada beberapa orang pilihanNya ini, tetapi walaupun
secara kurang luas Ia juga menunjukkan perhatianNya kepada orang-orang lain
yang mengikuti Dia. Sebagai contoh : Ia pulang bersama Zakeus setelah ia
bertobat dijalan menuju Yeriko (Luk. 19:7), dan tinggal untuk beberapa waktu
dengan dia sebelum meninggalkan kota itu. Yesus menginap dua hari lagi di
Sikhar sesudah pertobatan perempuan Samaria itu, untuk membimbing orang-
orang disana yang “percaya akan Dia oleh sebab perkataan perempuan yang
28
menyaksikan itu”. Dan oleh persekutuan pribadiNya dengan mereka ini “banyak
lagi yang percaya”. Hal ini bukan disebabkan oleh kesaksian perempuan itu, akan
tetapi sebab mereka mendengar sendiri dari sang Guru (Yoh. 4:39-42). Sering
terjadi bahwa seorang yang sudah ditolong oleh Yesus diberi kesempatan untuk
ikut dalam rombongan, seperti Bartimeus (Mark. 10:52; mat. 20:34; Luk. 18:43).
Dengan jalan demikian banyak orang ikut dalam rombongan murid-muridNya
seperti nyata dari tujuh puluh orang yang ikut dalam pelayananNya di Judea
(Luk. 10:1, 17). Semua petobat ini menerima perhatianNya pribadi akan tetapi
tidak sama dengan yang Ia curahkan kepada kedua belas muridNya.
Perlu juga disebutkan tentang sekelompok kecil perempuan-perempuan
yang dengan setia melayani Dia seperti Maria dan Marta (Luk. 10:38-42), Maria
Magdalena, Yohanna, Susana, dan banyak lagi perempuan lain (Luk. 8:1-3).
Beberapa dari mereka mengikuti Dia sampai akhir. Ia tidak menolak kebaikan
mereka dan Ia sering membantu mereka dalam iman mereka, tetapi Yesus sadar
betul akan adanya dinding pemisah secara kelamin dan walaupun Ia menyambut
dengan senang hati bantuan mereka, Ia tidak mencoba untuk memasukkan
perempuan-perempuan ini kedalam rombonganNya. Dalam follow-up ada batas-
batas yang harus kita akui dan taati.
Tetapi terlepas dari aturan sopan santun, Yesus tidak mempunyai waktu
untuk terus menerus memberi perhatian secara pribadi kepada orang-orang ini,
baik perempuan maupun laki-laki. Namun Ia berusaha sedapat mungkin dan
usahaNya ini meyakinkan murid-muridNya akan perlunya pelayanan pribadi
yang segera terhadap petobat-petobat baru. Yesus harus membatasi
bimbinganNya pada beberapa orang saja dan kemudian mereka inilah dengan
cara yang sama harus melayani orang-orang lain.
GEREJA SEBAGAI TEMPAT PERSEKUTUAN
Sebenarnya seluruh masalah penggembalaan pribadi kepada para
petobat dapat dipecahkan jikalau gereja mengerti akan hakekat dirinya dan
tugasnya. Baik diperhatikan disini, bahwa tumbuhnya prinsip gereja disekitar
29
murid-murid Yesus, dimana seorang petobat dapat dibawa kedalam persekutuan
dengan orang-orang percaya lain, adalah sama dengan apa yang diperbuat oleh
Yesus dengan dua belas muridNya, hanya dalam bentuk yang lebih luas. Gereja
adalah tubuh yang menampung orang-orang yang mau mengikuti Dia
selanjutnya. Orang-orang yang percaya ini menjadi tubuh Kristus, yang saling
melayani secara perseorangan maupun kelompok.
Setiap anggota gereja mempunyai peranan dalam pelayanan ini. Tetapi
ini hanya dapat mereka kerjakan, jika mereka dididik dan didorong. Selama Yesus
tinggal bersama-sama dengan muris-muridNya secara manusia, Ia menjadi
Pemimpin mereka, akan tetapi kemudian, mereka yang digerejalah yang harus
menanggung kepemimpinan itu. Jadi Yesus harus melatih mereka dalam tugas
ini, yang berarti, bahwa Ia harus terus menerus bersekutu dengan mereka yang
sudah dipanggilNya.
MASALAH KITA
Bilakah gereja mau memakai cara Yesus ini ? Berkhotbah kepada massa
sekalipun perlu, tidaklah cukup untuk mempersiapkan pemimpin-pemimpin
untuk pekerjaan penginjilan. Juga pertemuan doa yang sekali-sekali dilakukan
dan kelas yang mendidik pekerja-pekerja Kristen belum mencukupi keperluan.
Menyiapkan orang tidaklah semudah itu, melainkan membutuhkan perhatian
pribadi yang terus-menerus, sama seperti perhatian seorang ayah kepada anak-
anakNya. Ini tidak dapat dikerjakan oleh organisasi atau kelas, sama seperti
anak-anak tidak dapat dididik dengan baik oleh seorang wakil. Apa yang Tuhan
Yesus telah lakukan, mengajar kepada kita, bahwa tugas ini hanya terlaksana
jika pemimpin-pemimpin bersekutu dengan mereka yang hendak dipimpinnya.
Ternyata gereja telah gagal dengan menyedihkan dalam tugas ini.
Banyak yang dibicarakan tentang penginjilan dan pelayanan Kristus, akan tetapi
hanya sedikit perhatian yag diberikan kepada persekutuan pribadi. Kebanyakan
gereja-gereja ingin membawa petobat-petobat baru melalui semacam kelas sidi
yang berhimpun satu jam satu minggu untuk jangka waktu satu bulan atau lebih.
30
Tetapi selanjutnya petobat baru itu tidak mempunyai kontak sama sekali dengan
cara pendidikan Kristen yang tertentu, selain mengikuti kebaktian-kebaktian
gereja dan sekolah Minggu. Dengan demikian ia diperhadapkan seorang diri
kepada masalah-masalah hidup yang dapat menghancurkan imannya, kecuali
jikalau ia mempunyai orang tua atau teman-teman yang dapat menolong dia.
Dengan cara pelanjutan yang tidak teratur itu, maka tidaklah
mengherankan bahwa hampir separuh dari orang-orang yang percaya dan
masuk gereja akhirnya menjadi murtad; yang bertumbuh dalam marifat dan
anugerah sehingga berfaedah bagi kerajaan Allah, adalah lebih sedikit lagi.
Apabila kebaktian-kebaktian hari minggu dan kelas-kelas sidi dianggap sudah
cukup untuk membangun petobat-petobat baru dan menjadikan mereka murid
murid-murid yang matang, maka gereja gagal dalam tugasnya, dan jika kita
mengikuti cara ini, kita juga turut merusak petobat-petobat baru ini. Tak ada
cara lain daripada persekutuan orantg-orang pecaya dan dengan keajaiban cara
ini saja, kita dapat membangun suatu pimpinan Kristen yang kuat. Jikalau Yesus,
Anak Allah, sendiri menganggap perlu untuk terus menerus bersekutu dengan
murid-muridNya untuk tiga tahun lamanya, namun masih ada seorang dri
mereka terhilang, bagaimana gereja dapat mengerjakan ini hanya dengan cara
berkumpul beberapa hari dalam setahun?
PRINSIP INI HARUS DIPAKAI DEWASA INI
Dengan jelas Yesus mengajar kita bahwa metode followup apapun yang
dipakai oleh gereja, perlu berdasarkan atas bimbingan pribadi. Jika hal ini tidak
dilakukan, maka ini berarti, seolah-olah menyerahkan petobat baru kepada Iblis.
Bimbingan pribadi berarti bahwa setiap petobat baru diberi seorang
teman Kristen yang membimbingnya sampai pada masa dimana dia juga sudah
dapat membimbing orang lain. Sipembimbing harus bersekutu dengan dia,
selama mungkin, mempelajari alkitab bersama-sama, berdoa bersama-sama,
menjawab pertanyaan-pertanyaan, menjelaskan kebenaran-kebenaran dan
bersama-sama menolong orang lain. Jika gereja tidak mempunyai pembimbing-
31
pembimbing yang demikian, maka ia harus menunjuk pemimpin-pemimpin yang
harus mendidik beberapa orang untuk tugas itu.
Cara ini telah menjawab persoalannya, akan tetapi kita harus menyadari
bahwa cara ini hanya dapat berhasil apabila para pengikut memperaktekkan apa
yang telah mereka pelajari. Oleh sebab itu, prinsip dasar yang lain yang dipakai
oleh sang guru harus juga dipahami.
32
Pasal 3
PENYEDIAAN
“Tanggunglah kuk Aku”
(Matius 11 : 29)
IA MINTA KETAATAN
Yang Yesus kehendaki dari pengikut-pengikutNya adalah ketaatan.
Mereka tak perlu cerdas, asal setia. Inilah sifat yang menjadi tanda pengenal
mereka. Mereka disebut “murid-murid”, berarti bahwa mereka adalah “pelajar-
pelajar” dari sang guru. Jauh sesudah itu barulah mereka disebut orang-orang
Kristen (Kis 11 : 26), karena pada waktunya para pengikut yang setia itu akan
memiliki sifat pemimpin mereka.
Cara pendekatan yang sederhana ini sangat mengagumkan. Tak seorang
pun dari murid-murid ini diminta untuk membuat suatu “pengakuan iman” atau
menerima suatu ikrar tertentu, walaupun jelas mereka mengakui Yesus sebagai
Juruselamat (Yoh 1 : 14, 45, 49; Luk 5 : 8). Pada permulaan mereka hanya
diminta untuk mengikut Yesus. Dalam panggilan pertama ini sudah jelas, bahwa
mereka dipanggil kepada iman akan pribadi Yesus dan taat pada perintahNya.
Jika hal ini pada permulaannya tidak mereka mengerti, maka lambat laun
mereka menyadarinya. Tidak seorang pun akan ingin mengikuti dan mentaati
seorang pemimpin, kecuali bila ia dapat mempercayainya dan menaruh iman
kepadanya.
JALAN SALIB
Oleh karena mereka belum cukup lama mengikut Yesus, maka pada
mulanya hal ini nampaknya mudah sekali. Kemudian semakin nyata, bahwa
untuk hidup sebagai murid Yesus bukan berarti hanya menerima janji Kristus,
melainkan menuntut dari pada mereka suatu penyerahan diri secara mutlak;
tanpa syarat dan tanpa kompromi. “Seorang hamba tidak dapat mengabdi
kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan
33
mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak
mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada
Mamon.” (Luk 16 : 13). Dosa harus ditinggalkan seluruhnya! Semua pemikiran
dan kebiasaan dan hiburan-hiburan duniawi harus disesuaikan pada hukum-
hukum kerajaan Allah (Mat 5 : 7 - 29; Luk 6 : 20 – 49). Kini kasih yang sempurna
adalah satu-satunya ukuran. (Mat 5 : 48) dan kasih ini harus nampak didalam
ketaatan kepada Kristus (Yoh 14 : 21, 23) dan didalam pelayanan sekalian
bangsa manusia, karena untuk keselamatan mereka Kristus sudah mati (Mat 25 :
31 – 36). Didalam kasih ini terletak satu salib yaitu penyangkalan diri dengan rela
demi kepentingan orang lain (Mrk 8 : 34 – 38; 10 : 32 – 45; Mat 16 : 24 26; 20 :
17 – 28; Luk 9 : 23-25; Yoh 12 : 25, 26; 13 : 1 – 20).
Ini adalah suatu tuntutan yang berat, tidak banyak dari pengikutNya
dapat melaksanakannya. Mereka mau mengikut pada waktu Yesus memberi roti
dan ikan, tetapi apabila Ia mulai berbicara tentang nilai rohani yang sebenarnya
dari kerajaan surga dan pengorbanan yang diperlukan untuk mendapatkannya
(Yoh 6 : 25 – 29) maka kebanyakan dari muridNya mundur dari padaNya (Yoh 6 :
66). Seperti mereka katakana”Perkataan ini sukar diartikan, siapakah gerangan
dapat mendengarnya” (Yoh 6 : 60). Hal yang mengherankan adalah, bahwa
Yesus tidak memaksa mereka untuk tinggal tetap bersama Dia. Ia sedang
memndidik para pemimpin bagi kerajaan surga yang akan siap untuk melayani
dan siap untuk berkorban.
Mereka yang tidak memenuhi syarat-syarat ini pada waktunya akan tidak
dapat ikut serta. Mereka memisahkan diri dari kelompok yang terpilih karena
sifat keakuan mereka. Judas yang dinyatakan sebagai iblis (Yoh 6 : 70) mengikut
Yesus terus sampai akhir, akan tetapi kemudian ketamakannya membinasakan
dia (Mrk 14 : 10, 11, 43, 44; Mat 26 : 14 – 16, 47-50; Luk 22 : 3 – 6’ 47 – 49; Yoh
18 : 2 – 9). Tak seorang pun dapat mengikut Yesus tanpa melepaskan dunia ini
dan mereka yang hanya berpura-pura akan membawa siksaan dan kesedihan
bagi jiwanya sendiri (Mat 27 : 3 – 10; Kis 1 : 18, 19).
34
Mungkin inilah sebabya mengapa Yesus berbicara dengan nada keras
kepada ahli taurat yang datang kepadaNya, dan berkata: ‘Guru saya hendak
mengikut barang kemana pun guru pergi’. Yesus dengan terus terang
mengatakan kepada sukarelawan ini bahwa tugasnya tidaklah mudah. “bagi
serigala ada lobangnya dan bagi segala burungpun ada sarangnya, tetapi Anak
Manusia tiada bertempat hendak membaringkan kepalaNya” (Mat 8 : 19, 20; Luk
9 : 57, 58). Murid yang lain minta agar ia dibebaskan dari keharusan untuk
segera mengikut Yesus agar ia dapat pergi dan mengurus ayahnya yang sudah
tua, akan tetapi Yesus tidak meluluskannya untuk menunda “Ikutlah Aku”,
kataNya “biarlah yang mati menguburkan orangnya yang mati. Pergilah engkau
dan memasyurkan kerajaan Allah” (Mrk 8 : 21, 22; Luk 9 : 59, 60). Yang lain
menyatakan bahwa ia mau mengikut Yesus tetapi dengan caranya sendiri. Ia
mau minta diri dahulu dari keluarganya mungkin dengan harapan untuk
berpesta perpisahan, akan tetapi Yesus dengan terus terang mengatakan
kepadanya: Tiada seorang pun yang berpegang kepada tenggala serta menoleh
kebelakang, berlayak bagi kerajaan Allah (Luk 9 : 62). Yesus tidak mempunyai
waktu dan tidak bersedia untuk memberikan diriNya kepada orang-orang yang
hanya mau menjadi muridNya dengan cara mereka sendiri.
Oleh sebab itu, seorang calon murid Tuhan harus membuat perhitungan
semasak-masaknya. “Karena siapakah diantara kamu yang hendak membangun
sebuah menara, tiada duduk dahulu menganggarkan belanjanya kalau-kalau
cukup akan melengkapkannya?” (Luk 14 : 28). Jikalau tidak berbuat demikian
adalah sama dengan mengharapkan ejekan dunia dikemudian hari. Sama halnya
dengan seorang raja yang pergi berperang, tanpa menghiraukan kalah
menangnya sebelum pertarungan dimulai. Sebagai kesimpulan Yesus berkata:
“Sedemikan juga barang siapa diantara kamu yang tiada meninggalkan segala
sesuatu yang dipunyainya, tiada dapat menjadi muridku” (Luk 14 : 33; band Mrk
10 : 31; Mat 19 : 21; Luk 18 : 22).
35
HANYA SEDIKIT YANG RELA BERKORBAN
Setelah kaum ‘opurtunis’ meninggalkan Tuhan di Kapernaum karena
keinginan mereka tidak dipenuhi, maka sebenarnya pengikutNya tinggal
beberapa orang saja. Berpaling kepada kedua belas muridNya Ia berkata: “Kamu
ini hendak pergi jugakah?” (Yoh 6 : 67). Ini adalah pertanyaan yang menentukan.
Jika mereka ini meninggalkan Dia, apa yang akan terjadi dengan pelayananNya?
Tetapi Simon Petrus menjawab: “Ya Tuhan, kepada sipakah kami akan pergi?
Hanya Tuhan saja yang menaruh perkataan hidup yang kekal. Kami ini sudah
percaya dan yakin, bahwa Tuhanlah yang kudus yang datang daripada Allah”
(Yoh 6 ; 68, 69). Sudah pasti kata-kata rasul ini memuaskan sang Guru, karena
saat itu Yesus bercakap-cakap dengan rasul-rasulNya lebih banyak dan terus
terang tentang sengsara dan kematianNya.
MEMATUHI UNTUK BELAJAR
Ini bukan berarti murid-muridNya dengan cepat dapat mengerti apa yang
dikatakan oleh Tuhan. Sekali-kali tidak! Kecakapan mereka untuk memahami
lebih mendalam tentang pelayanan penebusan Tuhan sangat dibatasi oleh
kelemahan-kelemahan sifat manusia. Waktu Yesus memberitahukan kepada
murid-muridNya bahwa Ia akan dibunuh oleh pemimpin-pemimpin agama di
Yerusalem, Petrus sebenarnya menegur Dia dan berkata: “Jaukanlah ya Tuhan!
Sekali-kali jangan perkara ini akan jadi padaMu! (Mat 16 : 22; band Mrk 8 : 32).
Disitu juga Yesus harus memberitahukan kepada nelayan besar itu bahwa iblis
juga menipu dia dalam hal itu : karena bukannya engkau memikirkan apa yang
dipikirkan Allah, melainkan yang dipikirkan manusia” (Mat 16 : 23; Mrk 8 : 33).
Tidak sampai disini saja. Berulang-ulang Yesus terpaksa berbicara tentang
kematianNya dan artinya kepada mereka, tetapi hal itu tidak mereka mengerti,
sampai pada saat Ia dihianati kedalam tangan musuhNya.
Oleh karena berita salib tidak jelas, maka pada mulanya murid-murid
merasa ragu-ragu tentang tempat mereka didalam kerajaan Allah. Mereka agak
sukar menerima pengajaran tentang merendahkan diri untuk kepentingan orang
36
lain (Luk 22 : 24 – 30; Yoh 13 : 1 – 20). Mereka bertengkar mengenai siapa yang
terbesar didalam kerajaan surga (Mrk 9 : 33 – 37; Mat 18 : 1 – 5; Luk 9 : 46 – 48).
Yakobus dan Yohanes ingin menduduki tempat-tempat yang paling utama (Mrk
10 : 35 – 37; Mat 20 : 20), dan yang sepuluh orang lagi memperlihatkan sikap iri
hati; mereka tidak senang dengan hal itu (Mrk 10 : 41; Mat 20 : 24) mereka
terlalu keras dalam menghakimi orang-orang yang tidak sepaham dengan
mereka (Luk 9 : 51 – 54). Mereka marah terhadap orang tua yang minta agar
Yesus memberkati anak-anak mereka (Mrk 10 : 13). Semua perkara ini
menunjukkan bahwa arti mengikut Kristus itu belum mereka pahami
sepenuhnya.
Sekalipun demikian, Yesus dengan sabar menerima kekurangan murid-
murid yang dipilihNya karena mereka masih mau mengikuti Dia. Tidak lama
setelah panggilan pertama, mereka kembali lagi kepada usaha menangkap ikan
(Mrk 1 : 16; Mat 4 : 18; Luk 5 : 2 – 5; band Yoh 1 : 35 – 42) akan tetapi
kembalinya mereka bukan karena ketidaktaatan mereka. Mereka belum
menyadari maksud Tuhan untuk menjadikan mereka pemimpin atau mungkin
mereka belum diberitahukan tentang hal itu. Namun demikian, sejak Tuhan
memperlihatkan diri ketempat usaha mereka dan memanggil mereka untuk
mengikuti Dia menjadi penjala orang”, mereka itupun meninggalkan semuanya
lalu mengikut Dia” (Luk 5 : 11; band Mat 4 : 22; Mrk 1 : 20). Kemudian walaupun
masih banyak yang mereka harus pelajari, mereka dapat mengatakan bahwa
mereka masih tetap setia kepada Kristus (Mrk 10 : 28; Mat 19 : 27; Luk 18 : 28).
Untuk orang-orang ini Yesus rela memikul akibat ketidakmatangan iman mereka.
Ia bahwa kekurangan-kekurangan ini dapat apabila mereka sudah bertumbuh
dalam anugerah dan pengetahuan. Kecakapan dalam menerima wahyu akan
bertumbuh, asal mereka mau terus melatih diri degan kebenaran yang sudah
mereka fahami.
Ketaatan adalah satu-satunya jalan bagi pengikut-pengikutNya untuk
dapat belajar lebih banyak tentang kebenaran. Ia tidak minta dari pada murid-
muridNya untuk mengikut apa yang mereka anggap tidak benar, karena tidak
37
seorang pun akan mengikut Dia jika ia tidak yakin akan kebenaranNya (Yoh 7 :
17). Oleh sebab itu Yesus menyuruh murid-muridNya berpegang teguh pada
suatu pelajaran, tetapi membiarkan mereka terus mendengarkan perkatanNya
sehingga mereka dapat mengerti kebenaran itu (Yoh 8 : 31, 32).
BUKTI DARI PADA KASIH
Taat dengan sungguh-sungguh adalah pancaran dari pada kasih.
Pelajaran inilah yang ditekankan pada malam menjelang kematianNya. Pada
waktu murid-murid berkumpul dengan Dia di loteng setelah perjamuan malam
berakhir Yesus berkata: “Jikalau kamu mengasihi Aku, turutilah segala hukumKu.
Barang siapa memeliharakan hukumKu serta menurutinya, ia itulah mengasihi
Aku; dan siapa yang mengasihi Aku, iapun dikasihi oleh BapaKu dan Aku juga
mengasihi dia sambil menyatakan diriKu kepadanya” . . . jika barang seorang
mengasihi Aku, ia akan menurut perkataanKu, maka BapaKu itu mengasihi dia,
dan Kami akan datang kepadanya dan akan diam bersama-sama dengan dia.
Siapa yang tiada mengasihi Aku, tiada juga ia menurut perkataanKu; dan
perkataan yang kamu dengar itu bukan perkataanKu, melainkan Firman Bapa
itu, yang menyuruh Aku. Jikalau kamu menurut segala hukumKu, niscaya kamu
akan tetap didalam kasihKu . . . ; Inilah hukumKu yaitu hendaklah kamu saling
mengasihi sama seperti Aku sudah mengasihi kamu. Kamu inilah sahabatKu,
jikalau kamu berbuat apa yang Aku pesankan kepada kamu ( Yoh 14 : 15, 21, 23,
24; 15 : 12, 14).
YESUS MEMPERTUNJUKKANNYA
Ketaatan mutlak pada kehendak Allah adalah prinsip yang meguasai
seluruh kehidupan sang Guru! Dalam sifat kemanusiaanNYa Ia tidak pernah
menentang kehendak Bapa, hal mana menyebabkan hidupNya dipakai
sepenuhnya oleh Allah untuk tujuan yang telah ditentukanNya. Ia senantiasa
berkata: “Adapun hidupKu , yaitu melakukan kehendak Dia yang menyuruhkan
Aku dan menyempurnakan pekerjaanNya” (Yoh 4 : 34). “Bukannya Aku mencari
38
kehendak diriKu, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku” (Yoh 5 : 30 band
6 : 38), “Aku sudah menurut segala hukum BapaKu dan tetaplah didalam
kasihNya” (Yoh 15 : 10 band 17 : 4). Ini dapat disimpulkan dalam seruanNya
ditaman Getsemani, “Bukannya kehendakKu melainkan kehendakMu saja yang
jadi” (Luk 22 : 42; band Mrk 14 : 36; Mat 26 : 39, 42, 44). Prinsip inilah yang
menguasai seluruh kehidupanNya mulai dari permulaan. Salib adalah puncak
kemenangan dari ketaatan ini (Ibr 5 : 8).
Pada waktu Yesus berbicara tentang ketaatan, murid-murid dapat
melihat itu terjelma dalam bentuk manusia. Seperti kata Yesus “Sesungguh-
sungguhnya Aku berkata kepada kamu: seorang hamba tidaklah lebih besar dari
pada tuannya dan seorang pesuruhpun tiadalah lebih besar dari pada yang
menyuruh dia. Jikalau kamu mengetahui segala perkara ini, berbahagialah kamu
jikalau kamu melakukannya” (Yoh 13 : 15, 16). Tiada seorang pun dapat luput
dari pengajaran ini. Sebagaimana Yesus berbahagia melakukan kehendak
BapaNya, demikian pula pengikut-pengikutNya, jika mereka taat kepadaNya.
Inilah satu-satunya kewajiban bagi seorang hamba. Kristus benar, dan syarat
untuk menjadi murid Yesus tak dapat ditawar sedikitpun (Luk 17 : 6 – 10; band 8 :
21; Mrk 3 : 35; Mat 12 : 50).
PRINSIP YANG DITEKANKAN
Ditinjau dari sudut siasat kerja, maka ketaatan itu adalah satu-satunya
jalan bagi Yesus untuk mengubah hidup mereka dengan perkatan-perkataanNya.
Tanpa ketaatan, tidaklah mungkin akan ada pertumbuhan sifat atau tujuan
dalam diri murid-murid itu. Jika seorang ayah menghendaki supaya anak-
anaknya menjadi sama seperti dia, maka dia harus mengajar mereka untuk taat
kepada dia.
Harus diingat pula bahwa Yesus sedang mempersiapkan orang-orangNya
untuk memimpin gerejaNya kedalam perang dan tak seorang dapat menjadi
pemimpin, sebelum ia terlebih dahulu belajar mengikuti seorang pemimpin. Oleh
sebab itu, Ia memilih calon-calon panglimaNya dari rakyat jelata, melatih mereka
39
dalam hal disiplin dan menghargai kekuasaan. Ketidaktaatan sekali-kali tak
boleh terdapat dalam komandonya. Tidak seorangpun, kecuali Yesus,
mengetahui tentang kuat kuasa kegelapan iblis yang dapat menggagalkan usaha
penginjilan yang tidak sunguh-sungguh. Mereka tak dapat mengalahkan kuasa
iblis di dunia ini, kecuali mereka taat kepada Dia, karena hanya Yesus yang
mengetahui jalan kemenangan. Hal ini membutuhkan ketaatan mutlak kepada
kehendak Sang Guru, sekalipun ini berarti harus meninggalkan segala
sesuatunya.
PEMAKAIAN PRINSIPNYA DEWASA INI
Kita harus mempelajari lagi pelajaran ini dewasa ini. Kita tak dapat
berlengah-lengah terhadap perintah Kristus. Kita senantiasa berada didalam
suatu peperangan yang membawa akibat mati atau hidup; setiap kali kita acuh
tak acuh terhadap tanggung jawab kita berarti suatu kekalahan bagi pekerjaan
Kristus. Sekalipun kita baru mempelajari dasar-dasar kebenaran yang
tersederhana tentang pemuridan, namun kita sudah harus mengetahui, bahwa
kita telah terpanggil sebagai hamba-hamba Tuhan, kita dan oleh karena itu
harus taat kepada firmanNya. Bukan kewajiban kita untuk mempersoalkan
mengapa Ia memerintahkan sesuatu, melainkan untuk menjalankan perintah-
perintahNya. Sangat disangsikan apakah kita dapat maju terus dalam kehidupan
dan tugasNya, kecuali kita menyerahkan diri untuk melakukan segala
kehendakNya, betapapun ketidakmatangan pengertian kita. Di dalam kerajaan
surga tak ada tempat untuk pemalas-pemalas, karena sikap demikian bukan saja
mencegah pertumbuhan dalam anugerah dan pengetahuan, tetapi juga merusak
makna penginjilan kepada dunia.
Kita harus bertanya, mengapa kini terdapat banyak orang yang mengakui
dirinya Kristen, tetapi tidak bertumbuh dan gagal dalam kesaksiannya? Atau
mengapa gereja-gereja kini tidak berhasil dalam kesaksiannya kepada dunia ?
Bukankah ini kelalaian para pendeta dan kaum awam terhadap perintah-
perintah Tuhan atau sedikit-dikitnya karena ketamakan diri ? Dimanakah
40
ketaatan kepada salib itu ? seakan-akan ajaran Kristus tentang menyangkal dan
penyerahan diri telah diganti dengan semacam filsafah akal bulus yang berbuat
sesuka hati.
Sangat menyedihkan bahwa tidak diadakan perbaikan terutama oleh
mereka yang mengetahui apa yang sedang terjadi. Yang diperlukan segera,
bukanlah berputus asa melainkan supaya berbuat sesuatu. Waktunya sudah tiba,
untuk menjadikan “pemuridan Kristen yang murni” sebagai syarat penerimaan
anggota jemaat. Tetapi inipun belum cukup. Para pengikut harus mempunyai
juga pemimpin-pemimpin dan ini berarti bahwa para petugas gereja harus lebih
dahulu beres. Jika syarat-syarat ini terlalu berat, maka kita dapat mulai dengan
beberapa orang pilihan saja dan mengajar mereka tentang arti ketaatan,
sebagaimana yang telah dilakukan oleh Yesus.
Apabila prinsip ini dipraktekkan, barulah kita dapat maju selangkah lagi
dalam rencana kemenangan Tuhan Yesus.
41
PASAL 4
PENGURAPAN
“Terimalah olehmu Rohulkudus”
(Yoh. 20:22)
IA MENYERAHKAN DIRINYA
Yesus menghendaki ketaatan dari pengikut-pengikutNya karena dengan
demikian dapat mereka mengalami RohNya didalam hidupnya. Dengan Rohnya
mereka dapat melihat kasih Allah bagi dunia ini yang sudah terhilang. Oleh
sebab itu mereka menerima syarat ketentuan ini tanpa komentar. Murid-
muridNya mengerti bahwa bukan perlu bagi mereka mentaati suatu hukum saja,
melainkan mentaati “Dia” yang sangat mengasihi mereka dan yang rela
menyerahkan nyawaNya untuk mereka (Yoh. 16:33 bd. Mat. 11:28).
HidupNya adalah untuk memberi kepada manusia apa yang telah
diberikan Bapa kepadaNya, (Yoh. 15:15; 17:4, 8, 14) yaitu sentosa yang Ia telah
menangkan dengan sengsaraNya dan kesukaanNya (Yoh. 15:11; 17:13). Ia
memberi kepada mereka anak kunci KerajaanNya yang tak dapat dikalahkan
oleh kuasa kegelapan (Mat. 16:19 bd. Luk. 12:32), bahkan Ia memberi kepada
mereka kemuliaanNya sendiri yang telah ada sebelum dunia ini diciptakan, agar
mereka menjadi satu sebagaimana Ia satu didalam Bapa (Yoh. 17:22, 24). Ia
menyerahkan segala-galanya yang ada padaNya, sampai kepada NyawaNya
sendiri.
Demikian besar kasihNya itu. Jika Ia menahankan Dirinya, maka itu
bukanlah kasih. Dalam arti ini, Yesus menekankan kepada para pengikutNya apa
artinya: “Demikianlah Allah mengasihi isi dunia ini” (Yoh. 3:16). Yaitu bahwa
Allah memberikan segala-galanya kepada orang-orang yang dikasihiNya, sampai
pada “AnakNya yang tunggal itu”. Dan untuk memancarkan kasih itu, AnakNya
melepaskan hak hidupNya untuk memberi NyawaNya menjadi tebusan bagi
orang banyak (Mat. 20:28). Hanya dalam pengertian ini – pengorbanan Anak
Manusia untuk dunia ini—seorang dapat mengerti makna salib itu, yang tak
42
dapat di elakkan, karena kasih Tuhan yang tidak terbatas itu hanya dapat di
nyatakan dengan suatu perbuatan yang tak terbatas pula. Sebagaimana
manusia harus mati karena dosanya, demikian juga Tuhan karena kasihNya
mengirimkan AnakNya untuk mati bagi dosa-dosa kita. “pada seorangpun tiada
kasih yang lebih dari pada ini, yaitu sehingga ia menyerahkan nyawanya karena
segala sahabatnya” (Yoh.15:13).
KEHARUSAN UNTUK MEMBERITAKAN INJIL
Oleh sebab itu Ia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menekankan
kepada pengikut-pengikutNya tentang kasih Allah kepada dunia yang terhilang
ini. Semua yang dibuatNya dan di katakanNya di landaskan atas kasih ini.
Hidupnya mencerminkan maksud Allah yang kekal untuk menyelamatkan
bagiNya satu kaum. Inilah yang harus di mengerti oleh murid-muridNya, bukan
dalam teori tetapi dalam praktek.
Setiap hari mereka dapat melihat kasih ini di peraktekkan dalam banyak
cara. Walaupun sangat sukar untuk di terima, seperti pada waktu Yesus mencuci
kaki murid-muridNya (Yoh.13:1-20), namun akhirnya mereka mengerti apa yang
di maksudkan. Mereka melihat bagaimana sang Guru menolak kesenangan
dunia dan menjadi hamba di antara mereka. Mereka melihat bagaimana Ia
menolak perkara-perkara yang mereka idam-idamkan – kesenangan jasmani,
kemasyuran, pengaruh – sedangkan yang mereka usahakan untuk menghindari –
sengsara, penghinaan, kesedihan, sampai kepada kematian – Ia terima dengan
rela untuk keselamatan mereka. Dengan menyaksikan pelayananNya kepada
orang-orang sakit, penghiburanNya kepada yang berdukacita dan pengabaran
Injil kepada orang-orang miskin, maka jelaslah bagi mereka, bahwa bagi sang
Guru tak ada pelayanan terlalu kecil dan pengorbanan terlalu besar, jika untuk
kemuliaan Allah. Mungkin tidak selalu mereka dapat mengerti hal ini dan pasti
tak dapat menerangkannya, akan tetapi tak dapat mereka menyangsikannya.
43
MATERAI PELAYANANNYA
Ini harus menjadi ukuran untuk menilai pelayanan mereka atas nama
Yesus. mereka harus memberi dengan cuma-cuma sebagaimana mereka telah
menerima (Mat. 10:8). Mereka harus berkasih-kasih sama sendiri seperti Ia
sudah mengasihi mereka (Yoh.13:34,35). Dengan tanda ini mereka dinyatakan
murid-muridNya (Yoh.15:9.10). Didalamnya telah tercakup semua hukumNya
(Yoh.15:12,17;bd. Mat. 22:37-40; Mark.12:30,31; Luk.10:27). Kasih—Kasih
Golgota – menjadi ukurannya. Sebagaimana mereka sudah melihat selama tiga
tahun, demikian juga murid-murid harus mencurahkan segenap perhatian
mereka kepada orang-orang yang di kasihi Bapa untuk siapa Guru mereka sudah
mati (Yoh.17:23).
Kasih yang mereka perilihatkan adalah jalan dengannya dunia dapat
mengenal kebenaran Injil. Dengan cara apalagi orang banyak dapat di yakinkan?
Satu-satunya jalan untuk mendapat sambutan bebas, adalah kasih dan ini hanya
dapat terwujud, apabila Kristus ada di dalam hati. Yesus sudah berdoa: “ya, Bapa
yang adil, walaupun isi dunia ini tiada mengenal Engkau, tetapi Aku ini kenal
Engkau, dan mereka itupun sudah mengetahui, bahwa Engkau yang menyuruh
Aku. Dan Aku sudah memberitahu namaMu kepada mereka itu dan Aku
memasyurkan pula, supaya kasih yang seperti Engkau kasih akan Daku itu tetap
didalam mereka itu dan Akupun tetap didalam mereka itu juga” (Yoh. 17:25,26).
PEKERJAAN ROHUL KUDUS
Janganlah kita mengira bahwa pengalaman dengan Yesus dapat
terwujud oleh akal manusia. Yesus menyatakan dengan jelas bahwa hidupNya
diberikan hanya melalui Rohul Kudus. “Roh itulah yang menghidupkan ; tubuh
satupun tiada gunanya” (Yoh. 6:63). Itulah sebabnya, bahwa untuk dapat mulai
hidup dalam Yesus, seseorang harus dilahirkan baru (Yoh. 3:3-9). Sifat manusia
yang rusak harus dilahirkan kembali oleh Roh Tuhan, sebelum ia dapat
disesuaikan dengan maksud penciptaan yang murni dalam peta Allah. Dengan
cara yang sama, Rohlah yang menguatkan dan melanjutkan hidup baru
44
seseorang murid, sementara ia terus bertumbuh didalam hikmat dan anugerah
(Yoh. 4:14; 7:38, 39). Roh itu juga yang menyucikan seseorang melalui
FirmanNya dan menyediakan untuk Tuhan sebagai ibadat yang kudus ( Yoh. 15:3,
17:17; bd. 5:26). Dari permulaan sampai akhir, hal mengalami Kristus-yang-
Hidup, secara pribadi, adalah pekerjaan Rohul Kudus.
Demikian juga, hanya Roh Allah saja dapat menyanggupkan seorang
menjalankan tugas penginjilan. Yesus menekankan kebenaran ini dalam
hubungan kerjasama dengan “Roh Allah”. Dengan kebajikanNya Ia
memberitakan Injil kepada orang-orang miskin, menyembuhkan yang patah hati,
membebaskan yang tertawan, menyelikkan mata orang buta, mengeluarkan
setan dan melepaskan orang yang tertindih (Luk. 4:18; Mat. 12:28). Yesus adalah
Allah yang menyatakan DiriNya dan Roh adalah Allah yang bekerja. Ia adalah
perantara Allah yang menjalankan rencana-keselamatan kekal melalui orang-
orang. Maka Yesus menjelaskan kepada murid-muridNya bahwa Roh itu akan
menyediakan jalan bagi pelayanan mereka. Ia akan mengaruniakan kepada
mereka barang yang wajib mereka katakan (Mat. 10:19, 20; Mark. 13:11; Luk.
12:12). “Ia akan menerangkan kepada dunia dari hal dosa, keadilan dan
hukuman” (Yoh. 16:9). Ia akan memberikan terang kebenaran agar manusia
mengenal Tuhan (Mat. 22:43; bd. Mark. 12:36; Yoh. 16:14). Dengan kuasaNya
murid-murid dijanjikan kecakapan untuk bekerja bagi Tuhan (Yoh. 14:12). Dalam
pengertian ini, penginjilan bukanlah sama sekali pekerjaan manusia, melainkan
suatu rencana (pekerjaan) Allah yang telah berjalan sejak permulaan dan akan
terus berlangsung hingga tercapai maksud Tuhan. Penginjilan adalah semata-
mata pekerjaan Roh Kudus. Kewajiban murid-muridNya adalah menyerahkan diri
mereka untuk dikuasai sepenuhnya oleh Roh.
PENGHIBUR YANG LAIN
Untuk kepuasan mereka sendiri, murid-murid perlu belajar lebih
mendalam mengenai hubungannya antara Roh dan Oknum Tuhan mereka.
Sudah tentu Yesus mengetahui hal ini dan itulah sebabnya Ia menekankan itu
45
menjelang kematianNya. Sampai pada saat itu Ia senantiasa berada dengan
mereka, sebagai Penghibur, Guru, dan Pandu mereka. Dalam persekutuan
dengan Dia mereka mendapat keberanian dan kekuatan. Dengan Dia mereka
meraskan bahwa segala-galanya adalah mungkin; akan tetapi kebimbangan
mereka ialah, bahwa Yesus akan kembali ke surga. Untuk menyelesaikan
masalah ini, Yesus perlu menjelaskan kepada mereka bagaimana mereka akan
tetap terpelihara setelah Ia pulang.
Pada waktu inilah Yesus memberitahukan kepada mereka tentang Roh
sebagai “Penghibur yang lain”, suatu Pembela, suatu Pribadi, yang senantiasa
akan mendampingi mereka. Oknum yang akan mengambil tempat dengan
mereka dalam kebenaran yang tak terlihat, seperti telah dilakukan Yesus dalam
hidupNya didunia ini (Yoh. 14:16). Sama seperti Yesus telah melayani mereka
selama tiga tahun, sekarang Roh itu akan membawa mereka kepada segala
kebenaran (Yoh. 16:13), ia akan mengabarkan kepada mereka segala perkara
yang akan datang (Yoh. 16:13), Ia akan mengajarkan kepada mereka segal
perkara yang patut mereka ketahui (Yoh. 14:26). Ia akan menolong mereka
berdoa (Yoh. 14:12, 13, 16:23, 24). Kesimpulannya, ia akan memuliakan Anak itu
dengan mengambil hak Kristus dan menyatakan hak itu kepada dan didalam
pengikut-pengikutNya. Dunia tak dapat menerima kebenaran ini, sebab ia tidak
mengenal Yesus, akan tetapi murid-murid mengenal Dia karena Ia bersama-
sama dengan mereka dan didalam Roh Ia akan terus bersama-sama dengan
mereka senantiasa (Yoh. 14:17).
Ini bukanlah suatu teori, atau suatu kepercayaan atau suatu penyelesaian
sementara, yang dipercakapkan oleh Yesus, melainkan suatu janji dari hal
imbangan yang benar terhadap kerugian yang akan diderita oleh murid-
muridNya. Penghibur yang lain itu yang sama sama seperti Yesus sendiri akan
mengambil tempat didalam diri mereka. Sesungguhnya, sesuatu yang istimewa
yang akan dialami oleh murid-murid, karena peresukutuan yang mendalam
dengan Roh ini adalah lebih agung daripada yang dikenal mereka semasa Yesus
berjalan-jalan dengan mereka disepanjang jalan Galilea. Pada masa hidupNya,
46
Yesus terbatas pada tubuh dan tempat, tetapi didalam Roh batas-batas itu
ditiadakan. Kini Ia dapat beserta dengan mereka senantiasa dan tidak terpisah
atau meninggalkan mereka (Mat. 28:20; bd. Yoh. 14:16). Dilihat dari sudut ini,
maka adalah lebih baik setelah Ia menggenapi pekerjaanNya, Ia kembali kepada
Bapa dan mengirim Penolong lain itu untuk menggantikan Dia (Yoh. 16:7).
RAHASIA HIDUP KEMENANGAN
Mudah untuk dimengerti, mengapa Yesus menghendaki murid-muridNya
menanti hingga perjanjian itu menjadi kenyataan bagi mereka (Luk. 24:49; Kis.
1:4,5,8; 2:33). Bagaimana lagi mereka dapat menggenapi tugas Tuhan dengan
kesukaan dan sejahtera ? mereka begitu membutuhkan pengalaman Kristus
sehingga hidup mereka dapat dipenuhi dengan kehadiranNya. Penginjilan harus
menjadi suatu desakan yang menyala-nyala dalam diri mereka, yang menyucikan
keinginan mereka dan membimbing pikiran mereka; hanya pembaptisan Rohul
Kudus secara pribadi dapat melakukan itu. Untuk pekerjaan yang maha besar itu
mereka membutuhkan bantuan yang luar biasa – suatu kepenuhan kuasa dari
atas. Ini berarti bahwa murid harus mengakui kesombongan dan kebencian
mereka yang sudah berakar, dan menyerahkan diri tanpa syarat kepada Kristus
dan dengan iman harus datang untuk mendapatkan kepenuhan Rohul Kudus.
Bahwa mereka adalah dari rakyat jelata, tidak menjadi rintangan. Hal ini
menjadi peringatan bagi kita tentang kuasa Rohul Kudus yang melaksanakan
kehendakNya dengan sempurna didalam orang-orang yang menyerah penuh
kepadaNya. Tegasnya, kuasa adalah didalam Roh Kristus. Yang penting,
bukanlah siapa kita, melainkan siapa Dia yang mengubahkan kita.
SUATU KEBENARAN YANG TAK TERLIHAT OLEH ORANG-ORANG YANG BELUM
PERCAYA
Namun, adalah baik ditekankan lagi bahwa hanya orang-orang yang
senantiasa mengikut Yesus dapat mengetahui kemuliaan pengalaman ini. Orang-
orang yang hanya mengikut dari jauh, seperti orang-orang banyak dan juga
47
mereka yang berkeras hati tidak mau menerima FirmanNya, seperti orang-orang
Farisi, tak dapat mengerti tentang pekerjaan Penghibur itu. Seperti telah kita
ketahui sebelumnya, Yesus tidak ingin mencampakkan mutiaraNya dihadapan
mereka yang tidak memerlukannya.
Inilah ciri pengajaranNya dalam seluruh hidupNya. Yesus dengan sengaja
mencadangkan bagi beberapa muridNya yang terpilih dan teristimewa yang dua
belas orang, perkara-perkara yang sangat rahasia (Luk. 10:22; Mat. 11:27; bd.
16:17). Sesungguhnya mata dan telinga mereka telah diberkati. Banyak nabi dan
raja ingin melihat apa yang mereka telah lihat dan dengar perkara-perkara yang
mereka sudah dengar tetapi tidak dapat melihat dan mendengarkannya (Mat.
13:16, 17; Luk. 10:23, 24; bd. Mat. 13:10, 11; Mark. 4:10, 11; Luk. 8:9, 10). Cara
demikian kelihatannya mengherankan, sehingga nyata, bahwa Yesus dengan
sengaja menaruhkan segala-galanya kedalam beberapa orang pilihanNya saja
agar dapat dipersiapkan dengan sebenarnya untuk bekerja bagi Dia.
HAL YANG POKOK DEWASA INI
Seluruh persoalan berkisar pada Oknum sang Guru. Pada pokonya,
caraNya adalah hidupNya. Demikian pula seharusnya dengan pengikut-
pengikutNya. Kita harus mempunyai RohNya didalam kita, apabila kita hendak
bekerja bagi Dia dan menjalankan pengajaranNya. Sesuatu pekerjaan penginjilan
tanpa hal ini adalah mati dan tak ada artinya. Hanya apabila Roh Kristus yang
didalam kita memuliakan Anak itu barulah orang-orang ditarik kepada Bapa.
Tentu kita tak dapat memberi sesuatu yang kita tidak miliki. Kesanggupan
kita untuk memberikan hidup kita kepada Kristus adalah bukti dari apa yang kita
miliki. Kitapun tak dapat menahan dan tetap menyimpan apa yang kita miliki
dalam Rohul Kudus. Roh itu senantiasa mendorong kita untuk menyatakan
Kristus kepada orang-orang lain. Disinilah letaknya “paradox” hidup yang besar
itu – kita harus mati terhadap diri kita, agar dapat hidup didalam Kristus. Dalam
penyangkalan diri itu, kita harus menyerahkan diri dan mengabdi kepada Tuhan
kita. Inilah caranya Yesus menginjili, mula-mula cara ini hanya terlihat oleh
48
beberapa pengikutNya saja, tetapi melalui mereka, cara ini menjadi suatu kuasa
Tuhan untuk memenangkan dunia ini.
Akan tetapi kita tidak dapat berhenti sampai disitu saja. Adalah penting
untuk memperlihatkan hidup kita didalam Yesus kepada mereka yang belum
percaya. Maka haruslah kita mengerti segi lain dari rencana Yesus dengan murid-
muridNya.
49
PASAL 5
PERCONTOHAN
“Aku sudah memberi teladan kepada kamu “
(Yoh. 13:15)
IA MEMPERLIHATKAN CARA HIDUPNYA
Yesus menghendaki supaya murid-muridNya mempelajari caranya Ia
hidup, baik terhadap Allah maupun terhadap manusia. Ia mengetahui, bahwa
tidaklah cukup sekedar hanya menerima seseorang kedalam persekutuan rohani
dengan Dia. Murid-muridNya perlu mengetahui, bagaimana caranya supaya
pengalaman persekutuan itu dapat dipeliharakan dan dibagikan dalam
penginjilan. Dalam pemeliharaan hidup jasmaniah kita harus bernafas, makan,
bekerja, dan sebagainya untuk bertumbuh. Kalau-kalau fungsi-fungsi aktivitas
tersebut berhenti, hidup akan berhenti juga. Itulah sebabnya Yesus berusaha
menanamkan pada para pengikutNya rahasia-rahasia rohani dan hal ini harus
diterima sebagai suatu unsur mutlak dalam rencana kerjaNya. Tentu saja, Ia tahu
apa yang penting.
PERANAN DOA
Perhatikanlah peranan dalam hidup Yesus. Sungguh bukanlah suatu hal
yang kebetulan bahwa Yesus sering-sering memberi kesempatan kepada murid-
muridNya menyaksikan Ia bercakap-cakap dengan Bapa. Mereka dapat melihat,
bahwa ia memberi kekuatan dalam hidupNya, dan meskipun mereka tidak dapat
mengerti akan hal doa itu, mereka harus insaf akan peranan doa sebagai unsur
dalam kemenangan hidupNya. Yesus tidak memaksakan pelajaran ini kepada
murid-muridNya, tetapi Ia hanya berdoa terus sehingga mereka tergerak untuk
minta supaya diterangkan mengenai hal doa itu.
Dengan memegang pada kesempatan yang diberikan itu, Yesus mulai
memberi suatu pelajaran sesuai dengan kesanggupan mereka untuk menerima.
Ia menerangkan kepada mereka beberapa prinsip dasar dari doa, kemudian
memberi ilustrasi dengan suatu contoh doa (Luk. 11:1-11; Mat. 6:9-13). Mungkin
50
saudara akan merasa penjelasanNya itu kurang dari apa yang para murid cakap
untuk mengerti, yaitu dengan menjadikan kepada mereka perincian dari apa
yang mereka layak mendoakan; tetapi Yesus tidak mau membiarkan sesuatu
yang begitu penting. Memang benar, sering cara mengajar yang sangat
sederhana dibutuhkan supaya orang-orang dimulaikan dalam disiplin ini. Dan
Yesus berkeputusan supaya pelajaran ini diterima dengan sejelas-jelasnya.
Setelah itu, ia berulang kali menegaskan kepada para murid tentang
kehidupan berdoa, dengan terus menerus menambah/ memperdalam arti dan
aplikasinya, sebagai mana mereka sanggup menerima kebenaran-kebenaran. Ini
adalah sebagian dari pendidikan mereka yang tak dpat diabaikan dan harus
mereka teruskan kemudian kepada orang-orang lain. Satu hal yang pasti ialah
mereka tak dapat mengharapkan banyak hasil, kecuali memahami arti daripada
doa, dan tahu bagaimana cara berdoa dengan sungguh-sungguh.
MENGGUNAKAN ALKITAB
Segi lain dari kehidupan Kristus yang dinyatakan kepada murid-muridNya
adalah pentingnya dan cara pemakaian Alkitab. Hal ini nampak jelas dalam Ia
berbakti dan dalam hal Ia memenangkan jiwa-jiwa. Tidak cara ia bertekun untuk
menerangkan arti dari beberapa nats Alkitab kepada murid-muridNya dan dalam
percakapan ia tidak berhenti menggunakan Alkitab. Didalam keempat Injil, Yesus
telah mengutip paling sedikit lebih dari enam puluh enam kali ayat dari
perjanjian lama didalam percakapanNya dengan murid-muridNya. Ini belum
terhitung percakapanNya dengan orang-orang lain didalam mana Dia
menyinggung pula kurang lebih sembilan puluh kali ayat-ayat dari perjanjian
lama.
Semuanya ini menunjukkan kepada murid-muridNya bagaimana dalam
kehidupan mereka, mereka juga harus mengetahui dan menggunakan Alkitab.
Yesus begitu sering memperlihatkan kepada mereka bagaimana cara
menerangkan isi Alkitab serta menggunakannya, sehingga tak mungkin mereka
acuh tak acuh dalam hal ini.
51
Dalam segala hal menjadi nyata bahwa isi Alkitab dan Firman hidupNya
tidaklah bertentangan, melainkan saling melengkapi. Apa yang Yesus percaya
harus dipegang baik-baik oleh muridNya juga. Jadi Alkitab serta perkataan-
perkataan Yesus menjadi dasar yang obyektif daripada iman murid-muridNya
kepada Kristus. Selanjutnya, dijelaskannya juga kepada mereka, bahwa jika
mereka ingin tetap bersekutu dengan Dia didalam Roh setelah ia meninggalkan
mereka secara jasmani, maka harus tetap didalam perkataanNya (Yoh. 15:7).
TERUTAMA MEMENANGKAN JIWA
Dengan cara mempercontohkan pribadiNya ini, setiap segi dari kehidupan
Yesus diwariskan kepada murid-muridNya, tetapi sesuatu yang penting sekali
untuk tujuan agung Yesus, adalah memenangkan jiwa yang senantiasa diajarkan
secara praktis; setiap ucapan dan perbuatan Yesus ada hubungannya dengan
pekerjaan penginjilan, baik hal itu berupa penjelasan suatu kebenaran Rohaniah,
maupun berupa pengajaran dari hal cara-cara berhubungan dengan manusia.
Yesus tidak menciptakan situasi mengajar, melainkan hanya menggunakan
situasi-situasi (kesempatan-kesempatan) yang ada dengan sebaik-baiknya. Itulah
sebabnya caraNya mengajar nampak realistis sekali. Dengan jalan ini murid-
muridNya dapat menerima pelajaran dengan mudah tanpa menyadari bahwa
mereka sedang dilatih untuk memenangkan jiwa bagi Tuhan dalam keadaan-
keadaan yang sama.
PRINSIP YANG DITEKANKAN
Yesus demikian menguasai pengajaranNya, sehingga Ia tidak
membiarkan metodeNya mengaburkan pelajaranNya. Ia membuat agar
kebenaran itu sendiri menarik perhatian orang dan bukan caraNya. Cara yang
demikian, menunjukkan seoalah-olah Ia tidak mempunyai suatu metode.
Dalam zaman teknik dewasa ini sukar untuk dimengerti hal serupa ini,
dimana tiada suatu cara yang terperinci sampai sekecil-kecilnya untuk manjadi
pegangan. Pada zaman modern ini, untuk setiap tugas yang ingin dilaksanakan
52
kita mempunyai buku-buku pegangan atau denah-denah peraga yang serba
menarik. Pada hemat kita, sedikit-dikitnya Yesus harus memberikan suatu kelas
pelajaran dalam penginjilan pribadi. Namun demikian, heran, murid-muridNya
tak pernah mempunyai teknik dan alat-alat khusus untuk memenangkan jiwa-
jiwa.
Murid-murid Yesus hanya mempunyai seorang Guru saja, yang hanya
menjadi contoh menampakkan kepadanya apa yang hendak mereka pelajari.
Mereka belajar dengan melihat Ia bekerja: cara mengenal sifat orang-orang dan
bagaimana mendekati mereka; cara mendapatkan kepercayaan mereka; cara
membuka jalan bagi keselamatan mereka dan membawa mereka untuk
mengambil suatu keputusan. Mereka menyaksikan Ia bekerja dalam segala
keadaan dan dengan bermacam-macam orang. Metode-metodeNya adalah
demikian jelas dan praktis sehingga nampaknya wajar saja.
KELAS-KELAS YANG TIDAK BERPUTUS-PUTUSAN
Para murid senantiasa berada disamping Yesus untuk menyaksikan
bagaimana Ia bekerja, baik cara Ia mendekati massa maupun cara Ia
menghadapi pribadi-pribadi. Apabila ada sesuatu yang tidak jelas bagi mereka,
Yesus selalu dapat diminta untuk menjelaskannya. Sebagai contoh, setelah Yesus
memberikan perumpamaan “seorang penabur” yang ditujukan kepada “satu
perhimpunan orang-orang banyak” (Mark. 4:1 dst; Mat.13:1-9; Luk. 8:4-8),
murid-muridNya lalu menanyakan maksud daripada perumpamaan itu (Luk. 9:9;
Mark.4:10; Mat.13:10). Lalu Yesus menjelaskan secara terperinci artinya
perumpamaan itu. Nampaknya dari nas-nas ini Yesus memakai tiga kali lebih
banyak waktu untuk menjelaskan kisah ini kepada murid-muridNya daripada
waktu yang digunakan untuk menceritakan kepada orang banyak itu (Mat.
13:10-25; Luk. 8:9-18).
Jika nampak bahwa para murid mulai bingung tentang sesuatu tetapi
tidak mau menanyakan dengan terus-terang, maka Yesus sering mengambil
inisiatif untuk menyelesaikan persoalan itu. Sebagai contoh seorang muda yang
53
kaya. Setelah Yesus melayani orang muda ini dengan tegas dan ia pergi dengan
sedih, karena mengasihi hartanya lebih daripada kerajaan Allah, Yesus berpaling
kepada murid-muridNya dan berkata: “ sukarlah seorang yang kaya masuk
kedalam kerajaan Sorga” (Mat. 19:23; Mark. 10:23; Luk. 18:24). “ maka
tercengang-cenganglah murid-muridNya oleh sebab perkataan itu” (Mark.
10:24). Kemudian Yesus berbicara dengan lebih mendalam dan menjelaskan
sebabnya Ia bersikap demikian terhadap orang yang baik budi ini. Kesempatan
ini digunakanNya pula untuk mengenakan prinsip ini kepada iman mereka (Mark.
10:24-31; Mat. 19:16; Luk. 18:25-30).
Metode Yesus ini lebih daripada suatu khotbah yang tidak putus-
putusnya, juga menjadi suatu metode pengajaran berdasarkan demonstrasi.
Inilah rahasia pengaruhNya dalam pengajaran. Ia tidak minta seorang
melakukan sesuatu yang Ia sendiri belum mendemonstrasikan dalam hidup
pribadiNya, dan dengan jalan inilah terbukti, bahwa metodeNya bukan saja
sempurna dalam praktek tetapi juga berhubungan erat dengan tugas hidupNya.
Cara ini dapat dilaksanakanNya sebab Ia terus-menerus hidup bersama-sama
murid-muridNya. Setiap apa yang Ia katakan ataupun lakukan menjadi suatu
pelajaran yang riil dan murid-murid dapat belajar setiap saat dari apa yang
mereka saksikan sendiri.
Cara inilah yang terbaik. Kita dapat mengatakan kepada seseorang
dengan cukup jelas apa yang kita maksudkan, tetapi adalah jauh lebih baik
menunjukkan kepada mereka bagaimana cara mengerjakannya. Manusia
meminta contoh, bukan hanya penjelasan.
PEMAKAIAN PRINSIPNYA DEWASA INI
Bila kita ingin melatih orang-orang, kita sendiri sudah harus siap untuk
mengajar mereka menurut teladan kita, seperti kitapun menurut teladan Kristus
(1 Kor. 11:1). Kita menjadi contoh (Fil. 3:17; I Tes. 2:7, 8; 2 Tim. 1:13). Mereka
akan lakukan apa yang mereka dengar dan tampak pada kita ( Fil.4:9). Dengan
54
jalan bimbingan semacam inilah dapat kita memasukkan corak hidup kita
kepada mereka yang selalu berhimpun dengan kita.
Kita harus benar-benar insaf dalam hidup kita bahwa adalah kewajiban
pribadi kita untuk menunjukkan jalan ini kepada mereka yang sedang kita latih.
Dan keinsafan ini harus meliputi serta menjadi contoh menyatakan buah-buah
dari berkat-berkat Roh dalam hidup kita. Inilah metode Tuhan sendiri dan tidak
cara lain yang laku dalam menyiapkan orang-orang untuk pekerjaanNya.
Tetapi, seperti kita telah ketahui, pengetahuan saja tidaklah cukup. Ini
harus dipraktekkan, jika tidak, apa yang kita telah miliki dalam pelajaran akan
sia-sia belaka. Sebenarnya, pengetahuan yang tidak dipakai dalam hidup dapat
menjadi rintangan dalam mencapai kebenaran yang lebih lanjut. Tiada seorang
yang mengetahui hal ini lebih baik daripada Tuhan Yesus sendiri. Ia sedang
melatih orang-orang untuk mengerjakan sesuatu, dan apabila mereka telah
cukup paham untuk mulai, Ia mengatur supaya mereka menggunakan
persiapannya. Kenyataan terakhir ini demikian pentingnya, sehingga dapat
dianggap sebagai bagian dari rencana pekerjaanNya.
55
PASAL 6
PENGUTUSAN
“Aku akan menjadikan kamu penjala orang”
(Mat. 4:19)
YESUS MEMBERI TUGAS
Yesus senantiasa melatih murid-muridNya menuju suatu ketika dimana
mereka harus menjalankan pekerjaanNya, serta masuk kedalam dunia
memberitakan Injil penebusan itu. Rencana ini makin hari makin jelas pada
mereka sebagaimana mereka mengikut Dia.
Kesabaran Yesus dalam memperkembangkan murid-muridNya akan
menunjukkan pada kita perhatianNya terhadap kemajuan mereka. Ia tak pernah
terburu-buru menyuruh mereka berbuat sesuatu. Pada waktu Ia pertama-tama
memanggil para murid mengikut Dia, Ia tidak membicarakan tugas mereka
untuk keluar menginjili dunia ini; walaupun itulah rencanaNya sejak semula.
Caranya adalah mengikut sertakan murid-muridNya kedalam pengalamanNya
dan menunjukkan kepada mereka bagaimana cara Ia bekerja, sebelum
menyuruh mereka mengerjakannya sendiri.
Di pihak lain, Yesus tidak memadamkan reaksi spontan mereka untuk
bersaksi mengenai iman mereka, dan sebenarnya, Ia kelihatan girang bahwa
mereka ingin membawa orang-orang lain untuk menyaksikan apa yang telah
mereka temukan. Andreas menemukan Petrus; Filipus mendapatkan Natanael,
Matius membawa teman-temannya ke dalam suatu pesta makan di rumahnya—
dan Yesus memberikan suatu respon dengan girang kepada ajakan-ajakan baru
ini. Baik juga diperhatikan bahwa dalam beberapa peristiwa Yesus istimewa
meminta kepada orang-orang yang telah dibantu oleh perjalananNya untuk
bersaksi kepada orang-orang lain. Tetapi pada peristiwa-peristiwa awal ini Yesus
tidak memerintahkan dengan terang akan tugas ini.
Ia juga memakai murid-muridNya dengan cara-cara lain untuk membantu
pekerjaanNya, seperti beban mencari makanan dan mengatur tempat tinggal
bagi regu yang mengikut Dia. Ia juga membiarkan mereka membaptiskan orang-
56
orang yang digerakkan oleh pemberitaanNya (Yoh. 4:2). Di luar ini, sangatlah
mengherankan bahwa dalam Alkitab murid-muridNya tidak banyak berbuat apa-
apa selama satu tahun atau lebih, daripada melihat saja Yesus bekerja. Dalam
panggilan ulangannya kepada keempat nelayan Ia memperingatkan mereka
untuk mengikut Dia menjadi penjala-penjala orang (Mark. 1:17; Mat. 4:19; Luk.
5:10), tetapi tidak kelihatan mereka berbuat banyak untuk mencapai tugas
tersebut. Sungguhpun setelah tugas perjalanan mereka telah ditetapkan secara
resmi pada beberapa bulan kemudian (Mark. 3:14-19; Luk. 6:13-16), mereka
tidak mulai menunjukkan tanda-tanda mengerjakan tugas penginjilan sendiri.
Pengamatan ini hendaknya membuat kita lebih sabar dengan petobat-petobat
baru yang bergaul dengan kita.
PENGUTUSAN PERTAMA TERHADAP KEDUA BELAS
Tetapi tatkala Yesus mulai dengan perjalanan umumnya yang ketiga di
Galilea (Mark. 6:6; Mat. 9:35), sudah tiba waktunya bagi murid-muridNya untuk
dapat ikut serta dalam pekerjaannya secara lebih langsung. Mereka sudah
menyaksikan cukup banyak untuk dapat mulai bekerja sendiri. Apa yang mereka
butuhkan sekarang adalah mempraktekkan apa yang telah mereka lihat. Sang
Guru mulai menyuruh mereka keluar (Mark. 6:7; Mat. 10 :5; Luk. 9:1,2). Seperti
seekor induk rajawali mengajar anak-anaknya untuk terbang dengan mengusir
mereka keluar dari sarangnya, demikian pula Yesus menyuruh murid-muridNya
keluar kedalam dunia ini untuk memakai sayapnya sendiri.
MEMBERI PETUNJUK-PETUNJUK AKHIR
Sebelum melepaskan mereka, Yesus memberi petunjuk-petunjuk kerja
kepada mereka. Apa yang Ia katakan kepada mereka adalah penting sekali bagi
penelitian kita ini, sebab pada saat itu Ia mengikhtisarkan bagi mereka dengan
tegas inti dari pada segala yang telah disampaikan sedikit demi sedikit dalam
pengajaranNya kepada mereka.
57
Pertama-tama Ia menegaskan kembali maksduNya bagi hidup mereka.
Mereka harus pergi “mengabarkan kerajaan Allah dan menyembuhkan orang-
orang sakit” (Luk. 9:1,2; Mat. 10:1; Mark. 6:7). Tak ada sesuatu yang baru dalam
penugasan ini, tetapi berfaedah untuk menjelaskan lebih mendalam tentang
tugas-tugas mereka. Namun, petunjuk-petunjuk mereka yang baru ini benar-
benar lebih menekankan pada segeranya mereka harus bekerja dengan
pemberitaan bahwa “kerajaan surga sudah dekat” (Mat. 10:7). Juga dinyatakan
dengan lebih lengkap bidang kuasa mereka yang bukan meliputi penyembuhan
saja, tetapi juga untuk “mentahirkan orang yang kena bala zara’at,
membuangkan segala setan, dan menghidupkan orang mati” (Mat. 10:8).
Tetapi Yesus tidak berhenti sampai disini saja. Ia memberitahukan
mereka siapa-siapa yang harus mereka kunjungi lebih dahulu. “Jangan kamu
pergi ke negeri orang kafir dan jangan kamu masuk negeri orang Samaria;
melainkan pergilah kamu kepada segala domba kaum Israel yang sesat itu”
(Mat. 10:5, 6). Seolah-olah Yesus memerintahkan kepada murid-muridNya untuk
pergi dimana ada orang-orang yang paling bersedia menerima berita mereka.
Itulah caranya Yesus maju dalam perjalananNya, walaupun setelah itu Ia tidak
lagi mengikatkan diriNya kepada batas itu. Oleh sebab orang-orang
sebangsaNya mempunyai latar belakang kebudayaan dan agama yang serupa,
adalah wajar kalau murid-murid mulai dengan mereka. Sangat menarik, bahwa
beberapa bulan kemudian, tatkala yang tujuh puluh diutus keluar, batasan ini
tidak diulangi lagi, mungkin untuk menunjukkan bahwa sudah tiba waktunya
mereka harus melampaui ikatan-ikatan ini untuk memberitakan hal kristus.
Mengenai kebutuhan jasmaniah mereka, mereka harus bersandar hanya
pada Allah untuk mencukupi mereka. Mereka dipesan untuk melayani dengan
cuma-cuma, mengingat bahwa mereka juga sudah menerima dengan cuma-
cuma dari Tuhan (Mat. 10:8). Oleh karena itu, Yesus menginstruksikan mereka
untuk tidak membebani diri dengan banyak barang-barang dan makanan (Mat.
10:9, 10; Mark. 6:8, 9; Luk. 9:3). Kalau mereka taat kepada Allah, maka Allah
58
memenuhi kebutuhan mereka. “Tiap-tiap orang yang bekerja patut mendapat
makanannya” (Mat. 10:10).
MENCONTOH METODENYA
Rencana Yesus, bahkan lebih khusus lagi untuk murid-muridNya, adalah
untuk menemukan orang yang paling layak dalam setiap negeri yang mereka
kunjungi dan tinggal dengan dia selama mereka menyebarkan Injil didaerah itu.
“Apabila kamu masuk kedalam sesuatu negeri atau kampung, periksalah
olehmu, siapa yang patut disana, lalu tinggallah disitu, sehingga kamu berangkat
pula dari tempat itu” (Mat. 10:11; Mark. 6:10; Luk. 9:4). Dengan kata lain, murid-
murid diperintahkan untuk memusatkan waktu mereka pada pribadi-pribadi
yang paling cocok untuk melanjutkan pekerjaanNya setelah mereka pergi. Dan
calon inilah harus sudah dibayangkan sebelum pengabaran Injil yang sebenarnya
diadakan ditempat itu. Sebelum hal ini terlaksana, tiada gunanya untuk memulai
sesuatu dinegeri itu. Sesungguhnya, apabila mereka tidak dapat menemukan
orang yang layak itu, mereka diharuskan mengebaskan debu kaki mereka
sebagai suatu kesaksian penolakan. Adalah “terlebih ringan siksa tanah Sodom
dan Gomora pada hari kiamat, daripada negeri itu” (Mat. 10”14, 15: Luk. 9:5;
Mark. 6:11). Prinsip untuk memilih tempat landasan dalam daerah kerja baru
dengan menggunakan seorang calon pemimpin untuk meneruskannya, tak dapat
diabaikan. Yesus telah berpegang kepada prinsip itu selama Ia hidup dengan
murid-muridNya dan Ia menghendaki agar mereka juga melakukan hal yang
sama. Seluruh rencana pengabaran InjilNya, dilandaskan atas prinsip itu, dan
tempat-tempat yang menolak mempraktekkan prinsip tersebut akan membawa
siksa kegelapan keatas diri mereka sendiri.
KESULITAN PASTI AKAN DIALAMI
Yesus memperingatkan murid-muridNya bahwa hanya sebagian manusia
akan menerima beritanya dan bahwa fakta itu akan mengakibatkan murid-murid
itu diperlakukan dengan tidak baik. “Berjaga-jagalah dirimu daripada orang,
59
karena kamu akan disesah oleh mereka; dan lagi kamu akan dibawa menghadap
pemerintah dan raja-raja oleh sebab Aku, yaitu akan manjadi suatu kesaksian
pada mereka itu dan pada segala orang kafirpun” (Mat. 10:17, 18). Hal ini wajar
karena “Seorang murid tiada lebih daripada gurunya, atau seorang hamba tiada
lebih dariapada tuannya” (Mat. 10:24). Para penghulu itu telah menamai Yesus
Baalzebul, dan orang-orang isi rumah Yesus tiada dapat meangharapkan cacian
yang kurang (Mat. 10:25). Ini juga menyatakan bahwa caranya adalah
bertentangan dengan corak umum hikmat dunia. Itulah sebabnya mereka akan
dibenci oleh sekalian orang (Mat. 10:22, 3). Namun demikian, Yesus menyatakan
kepada mereka agar “tak usah takut”. Allah tak pernah akan meninggalkan
mereka. Dan walaupun kesaksian mereka akan membahayakan jiwa-jiwa
mereka, Roh Kudus akan membantu sehingga mereka dapat menghadapi segala
sesuatu (Mat. 10:20, 21). Apapun yang akan terjadi keatas diri mereka, Yesus
menjamin bahwa setiap orang yang mengaku Dia dihadapan manusia tidak akan
dilupakan dihadirat Bapa disurga (Mat. 10:32).
Hal yang sangat mengesankan kita adalah cara realistis Yesus dalam hal
Ia selalu berterus-terang kepada murid-muridNya mengenai kekuatan musuh-
musuh dan penolakan lazim dari manusia terhadap Injil Penebusan. Mereka tidak
ingin mencari kesukaran. PeringatanNya kepada mereka adalah untuk menjadi
“cerdik seperti ular dan tulus hati seperti burung merpati” (Mat. 10:16),
menekankan akan perlunya sopan-santun dan kebijaksanaan. Tetapi sekalipun
mereka sudah berjaga-jaga, kenyataan masih tetap, bahwa dunia tidak akan
dapat menerima murid-murid apabila mereka dengan setia mengabarkan Injil.
Mereka diutus “seperti domba diantara serigala” (Mat. 10:16).
INJIL AKAN MEMISAHKAN
Sesungguhnya penting juga bahwa Yesus memperingatkan mereka
tentang Injil itu yang sifatnya menentukan. Tidak ada kompromi dengan dosa;
oleh sebab itu, jika seseorang masih merasa senang dan damai dengan
perbuatannya yang keji, ia pasti akan terganggu oleh pemberitaan mereka.
60
Mereka bukanlah merupakan duta-duta yang menina-nina bobokkan kepuasan
diri yang demikian. Bahakn Yesus berkata: “Jangan sangkakan Aku datang
membawa keamanan diatas bumi ini. Bukannya Aku datang membawa
keamanan, melainkan pedang. Karena Aku datang menceraikan orang dengan
bapanya, dan akan yang perempuan denga ibunya, dan menantu yang
perempuan dengan mak mertuanya; dan orang yang serumahnya masing-
masing akan menjadi seterunya. Siapa yang mengasihi bapanya atau ibunya
lebih dari padaKu, tiada ia berlayak kepadaKu; dan siapa yang mengasihi
anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, tiada ia berlayak kepadaKu.
Dan barang siapa yang tiada menanggung salibnya serta mengikut Aku, tiada ia
berlayak kepadaKu” (Mat. 10:34-38). Apabila pada permulaannya para murid
menyangka bahwa tugas mereka adalah mudah, sekarang pikiran semacam itu
pasti lenyap. Mereka akan keluar dengan suatu Injil yang revolusioner, dan
apabila Injil itu ditaati, ia itu akan mengakibatkan suatu perubahan yang
revolusioner pula dalam masyarakat.
SATU DENGAN KRISTUS
Dalam segala instruksiNya Yesus seoalah-olah menjelaskan bahwa dalam
prinsip dan metode tugas murid-muridNya tidak berada dari tugas Dia. Ia
memulai dengan memberi kuasaNya sendiri kepada mereka untuk mengerjakan
tugas itu (Mark. 6:7; Mat. 10:1; Luk. 9:1), dan Ia mengakhiri dengan meyakinkan
mereka, bahwa apa yang mereka kerejakan seolah-olah Ia sendiri yang
mengerjakannya “Siapa yang menyambut kamu, ialah menyambut Aku, dan
siapa yang menyambut Aku, ialah menyambut Dia, yang menyuruh Aku” (Mat.
10:40; Yoh. 13:20). Camkanlah persamaan ini ! Murid-murid dimaksudkan untuk
menjadi wakil yang sesungguhnya dari Kristus sedang mereka menjalankan
tugas. Begitu jelas persekutuan ini sehingga barang siapa memberi minum,
meskipun secawan air sejuk sahaja, kepada seorang dari pada yang kecil ini
sebab murid namanya, sekali-kali tiada akan hilang pahalanya (Mat. 10:42).
61
BERDUA-DUA
Itulah instruksi-instruksi yang Yesus berikan kepada murid-muridNya.
Tetapi sebelum mereka keluar, Ia meregukan mereka berdua-dua (Mark. 6:7).
Tak dapat disangkal bahwa rencan ini dimaksudkan untuk memberi kepada
murid-muridNya hubungan persaudaraan yang mereka butuhkan dalam tugas
ini. Mereka akan saling membantu dan dalam keadaan malang yang tidak selalu
dapat dihindarkan, mereka masih dapat menghibur satu sama yang lain. Ini
menunjukkan perhatian yang khas dari Yesus terhadap hal persekutuan.
“Maka keluarlah mereka itu pergi keseluruh kampung sambil
memberitakan kabar kesukaan dan menyembuhkan orang sana sini” (Luk. 9:6;
Mark. 6:12). Murid-murid yang sedikit jumlahnya ini akhirnya dapat mulai
dengan pelayanan mereka sendiri.
Bagi Yesus sudah tentu hal itu tidak menjadi alasan untuk meninggalkan
pekerjaanNya sendiri. Ia tak pernah menyuruh seorang untuk mengerjakan
sesuatu yang Ia sendiri tak ingin mengerjakan. Maka setelah murid-muridNya
pergi, demikian juga sang Guru “berangkat dari sana hendak mengajar dan
mengabarkan Injil didalam segala negeri mereka itu” (Mat. 11:1).
PENUGASAN YANG TUJUH PULUH
Selang beberapa bulan kemudian tujuh puluh murid yang lain diutus lagi
berdua-dua untuk bersaksi bagi Tuhan (Luk. 10:1). Tidak jelas siapa murid-murid
yang lain ini, tetapi ada tanda-tanda menyatakan bahwa diantara mereka
termasuk dua belas muris yang pertama. Besarnya regu ini juga menunjukkan
hasil dari pekerjaan dari keduabelas murid dalam bersaksi bagi Kristus.
Instruksi-instruksi yang diberikan kepada regu yang lebih besar ini dalam
banyak hal serupa dengan apa yang sudah diberikan kepada yang dua belas
sebelumnya (Luk. 10:2-6). Suatu tambahan dalam tugas baru ini adalah
peringatan bahwa mereka harus pergi “ke tiap-tiap negeri dan tempat, yang Ia
sendiri hendak singgah” (Luk. 10:1). Yakni, murid-murid ini menjadi bentara-
bentara bagi Tuhan, menyediakan segala sesuatu bagi pelayananNya. Pesan
62
yang khusus ini dijelaskan kepada mereka beberapa minggu sebelumnya,
sementara mereka menuju ke Samaria (Luk. 9:52), jadi sebenarnya bukanlah
sesuatu yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Ini menandakan lagi bahwa
mereka semuanya harus mempraktekkan apa yang telah mereka pelajari sebagai
siasat (strategi) penginjilan dari Tuhannya.
AMANAT-AMANAT SETELAH KEBANGKITAN
Prinsip memberi tugas-tugas yang tertentu kepada murid-muridNya telah
dipertunjukkan kembali sebelum Ia kembali kesurga setelah penyaliban dan
kebangkitanNya. Sedikitnya pada empat pertemuan sewaktu Ia mendatangi
murid-muridNya, Ia menyuruh supaya mereka keluar dan mengerjakan
pekerjaanNya. Pertama kali diucapkanNya itu kepada murid-muridNya, kecuali
Tomas, pada malam pertama selagi mereka berhimpun diruangan atas. Setelah
Yesus menunjukkan tangan dan kakiNya yang luka kepada murid-muridNya yang
terkejut (Luk. 24:38-40), dan makan bersama mereka (Luk. 24:41-43). Ia lalu
berkata: “Sejahteralah kamu. Sebagaimana Bapa telah menyuruh Aku, demikian
juga Aku ini menyuruh kamu” (Yoh. 2:21). Maka Yesus mengingatkan mereka
kembali akan janjiNya, yaitu akan kedatangan dan kuasa dari Roh Kudus yang
akan menyertai mereka dalam pekerjaannya.
Setelah itu, selagi Yesus makan pagi dengan murid-muridNya ditepi tasik
Tiberias, tiga kali Ia menyuruh Petrus untuk menggembalakan domba-dombaNya
(Yoh. 21:15-17). Teguran ini diberikan kepada nelayan besar itu sebagai bukti
kasihnya kepada Tuhan Yesus.
Diatas sebuah gunung di Galilea Ia memberi perintahNya yang agung itu
bukan hanya kepada sebelas muridNya (Mat. 28:16), tetapi juga kepada seluruh
gereja yang pada waktu itu berjumlah limaratus saudara (1 Kor. 15:6). Itu adalah
suatu proklamasi yang jelas dari rencanaNya untuk memenangkan dunia.
“Segala kuasa dikaruniakan kepadaKu, baik disurga baik diatas bumi ini. Sebab
itu pegilah kamu jadikanlah sekalian bangsa muridKu, serta membaptiskan dia
dengan nama Bapa, dan Anak dan Rohul Kudus, dan mengajar dia menurut
63
segala sesuatu yang Aku pesankan kepadamu: Maka ketahuilah olehmu : Aku ini
beserta dengan kamu senantiasa hingga kepada kesudahan alam” (Mat. 28:18-
20; Mark. 16:15-18).
Akhirnya, sebelum Ia naik kepada Bapa, Yesus mengulangi lagi segala
sesuatu kepada murid-muridNya untuk kali terakhir menjelaskan kepada mereka
segala sesuatu yang perlu digenapkan, sementara Ia lagi bersama-sama dengan
mereka (Luk. 24:44, 45). Dengan demikian, sengsara dan kematianNya dan juga
kebangkitanNya dari antara orang mati padad hari yang ketiga, semuanya
adalah sesuai dengan apa yang telah direncanakan (Luk. 24:46). Selanjutnya
Yesus menunjukkan kepada murid-muridNya “bahwa jalan bertobat dan
keampunan dosa harus dikabarkan kepada sekalian bangsa dengan namaNya,
mulai dari Yerusalem” (Luk. 24:47). Dan untuk melaksanakan tujuan ilahi ini para
murid harus mengambil bagian juga dengan Guru mereka. Mereka harus
bertindak sebagai alat untuk mengabarkan berita kesukaan, dan Rohul Kudus
akan menjadi kuas Allah sendiri atas diri mereka untuk melaksanakan tugasnya.
“ Kamu akan beroleh kuasa kelak apabila Rohul Kudus turun keatas kamu, dan
kamu akan menjadi saksi bagiKu, baik di Yerusalem, baik diseluruh tanah Yudea
atau di Samaria, sehingga sampai keujung bumi” (Kis. 1:8; Luk. 24:48, 49).
PRINSIPNYA TELAH JELAS
Telah menjadi jelas bahwa Yesus tidak membiarkan pekerjaan penginjilan
ini untuk berjalan saja sesuai dengan kesan-kesan dan perasaan hati manusia.
Kepada murid-muridNya, panggilan itu pada permulaan hanya merupakan
kesan, kemudian mulai menjadi terang dalam pengertiannya, sewaktu mereka
mengikut Tuhan Yesus, dan akhirnya diamanatkan kepada mereka dalam
perintah tegas sehingga tidak mungkin lagi mereka salah paham. Tidak
seorangpun yang mengikut Yesus untuk beberapa waktu, yang dapat
menghindari keinsafan akan maksudNya itu. Hal itu benar pada waktu itu: dan
tetap berlaku demikian sampai pada hari itu juga.
64
Murid-murid Kristen adalah utusan-utusan—mereka diutus kedalam
pekerjaan menginjili dunia ini. Pengutusan tersebut adalah serupa dengan
pengutusan terhadapa diri Tuhan Yesus dan untuk mana Ia telah menyerahkan
nyawaNya. Evangelisasi bukan semata-mata sesuatu tambahan yang baik atas
tugas kehidupan kita, tetapi harus menjiwai segala sesuatu dalam hidup dan
pekerjaan kita. Hanya amanat itu yang telah diberikan kepada gereja inilah yang
semata-mata dapat memberi arti kepada segala sesuatu yang dilaksanakan atas
nama Kristus. Dengan memusatkan pengabaran Injil itu suatu sasaran yang
tegas, maka semuanya yang dikerjakan dan dikatakan itu akan dengan mulia
memenuhi tujuan penebusan Allah – lembaga-lembaga pendidikan, acara-acara
sosial, rumah-rumah sakit, pertemuan-pertemuan gereja dalam segala bentuk –
segala sesuatu yang dikerjakan atas nama Kristus itu hanya akan dapat
dibenarkan bila merupakan pelaksanaan dari pada tugas ini.
PEMAKAIAN PRINSIPNYA DEWASA INI
Tidaklah cukup menjadikan ini hanya sebagai cita-cita saja, melainkan
harus dilaksanakan oleh mereka yang sedang mengikuti Juruselamat itu. Jalan
yang terbaik untuk memastikan hal ini adalah memberi tugas latihan dan
menyuruh orang-orang mengerjakannya. Dengan demikian mereka akan mulai
bekerja, dan kalau mereka telah melihat pekerjaan itu dipercontohkan dalam
kehidupan gurunya, tak ada alasan untuk tidak dapat menyelesaikan tugas yang
diserahkan kepada mereka. Apabila gereja sungguh-sungguh memperhatikan
pelajaran ini dan mulai menginjili, maka mereka yang duduk dibangku gereja
akan segera mulai keluar untuk Tuhan.
Namun demikian, kenyataan bahwa seseorang sudah mulai dengan tugas
ini belum berarti satu jaminan, bahwa ia akan meneruskannya. Sekalipun sudah
dimulai, masih perlu untuk mendorong mereka maju terus pada jurusan yang
benar. Sudah tentu, bahwa tugas-tugas yang Yesus serahkan kepada murid-
muridNya, bukanlah pertama-tama berarti bahwa mereka telah tamat dari
sekolah latihanNya. Masih banyak yang mereka harus belajar, sebelum dapat
65
dianggap siap untuk menamatkan pelajaran mereka, dan sebelum saat itu tiba,
Ia tidak ingin melepaskan mereka dari pimpinan pribadiNya. PerhatianNya dalam
hal ini begitu jelas, sehingga pengawasan dapat dianggap sebagai suatu langkah
lain dalam rencana Yesus.
66
Pasal 7
PENGAWASAN
“Belumkah kamu tahu?”
(Mrk 8 : 17)
IA MENGAMATI MEREKA
Setiap kali murid-murid selesai dengan suatu perjalanan tugas, Yesus lalu
mendekati mereka, untuk mendengarkan laporan-laporan kerja mereka dan
memberikan pengalaman-pengalamanNya dalam hal-hal yang sama. Ini berarti,
bahwa pengajaranNya berkisar antara petunjuk-petunjuk dan pemberian tugas-
tugas. Sewaktu Ia bersama-sama dengan mereka, Ia menjelaskan sebab-
sebabnya sesuatu hal dilakukan dan menyiapkan mereka untuk pengalaman-
pengalaman baru. Pertanyaan-pertanyaanNya, ilustrasi-ilustrasiNya, peringatan-
peringatanNya dan teguran-teguranNya dimaksudkan untuk menunjukkan hal-
hal yang perlu mereka ketahui dalam menyelesaikan pekerjaanNya, yaitu
penginjilan dunia ini.
Sesuai dengan prinsip ini, dengan segera setelah keduabelas murid selesai
diutus, mereka berhimpun “bersama-sama Yesus” lalu mengabarkan kepadaNya
“segala perkara”, baik yang diperbuatnya atau yang diajarkannya (Mrk 6 : 30;
Luk 9 : 10). Seolah-olah alkitab mengatakan bahwa pertemuan kembali ini telah
diatur sebelumnya, dan oleh sebab itu, perjalanan keluar yang pertama dari para
murid hanya merupakan suatu tugas latihan, sementara mereka melanjutkan
pelajaran mereka dengan sang guru.
Sudah tentu, bahwa dengan berkumpul kembali sesudah perjalanan
penginjilaan selesai, para murid mendapat kesempatan untuk beristirahat,
jasmani dan rohani yang sangat mereka butuhkan. Tentang berapa lama para
murid telah keluar, alkitab tidak menjelaskan hal itu. Mungkin hanya beberapa
hari atau seminggu. Unsur waktu tidak dipentingkan. Yang penting, seperti
tercatat, adalah, bahwa setelah para murid diutus keluar, mereka kemudian
harus saling bertukar pengalaman masing-masing.
67
Demikian juga, setelah ketujuhpuluh murid itu keluar, Yesus memanggil
mereka kembali untuk memberi laporan mengenai pekerjaan mereka, selama
perjalanan. “Maka kembaalilah ketujuhpuluh murid itu dengan sukacita dan
berkata: ‘Ya Tuhan, segala setan juga takluk kepada kami atas nama Tuhan’ (Luk
10 : 17). Setelah penugasan pertama, keduabelas murid tidak melaporkan
sesuatu hasil yang menyolok tentang pekerjaan mereka, tetapi kini mereka
mempunyai suatu laporan yang sangat gemilang. Mungkin, perbedaannya
adalah persiapan tambahan ini yang didapati oleh para murid itu.
Tak ada hal lain yang dapat membuat Yesus lebih bersukacita dari pada
ini. Melihat kemenangan yang akhirnya akan dicapai oleh para murid, Yesus
berkata: “Aku nampak iblis jatuh seperti kilat dari langit” (Luk 10 : 18). “Pada
ketika itu juga bergemarlah Yesus didalam Rohol Kudus” dan kemudian Ia
mengangkat suaraNya, memuji Allah karena segala yang telah diperbuat (Luk 10
: 21, 22). Demikianlah cara Yesus bekerja selama berbulan-bulan dan sekarang Ia
mulai melihat buah-buahnya. Untuk menunjukkan bagaimana Yesus
memperhatikan kebenaran yang patut dipelajari dari pengalaman-pengalaman,
peristiwa ini juga dimanfaatkanNya untuk memperingatkan para murid agar
jangan sombong, karena berhasil; Ia berkata: “Tetapi didalam hal ini jangan
kamu bersukacita, yaitu bahwa segala setan takluk kepadamu; melainkan
bersukacitalah sebab namamu tersurat didalam surga” (Luk 10 : 20).
TERUS MENERUS DITINJAU KEMBALI DAN DITERAPKAN
Dalam perhimpunan para murid dimana pengalaman-pengalaman
mereka dicek sekembalinya mereka dari perkunjungan-perkunjungan, kita lihat
dengan jelas sekali, rencana kerja Yesus dalam seluruh pelayananNya. Apabila Ia
meninjau kembali suatu pengalaman dari para murid, Ia menunjukkan juga cara
menerapkannya dalam hidup mereka.
Ambillah sebagai contoh, cara Ia menjawab para murid yang tidak
berhasil menyembuhkan seorang anak. Peristiwa ini terjadi pada waktu Ia
bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes berada diatas gunung, dimana Ia
68
dipermuliakan. Sebelum Ia datang, beberapa murid telah berusaha untuk
menyembuhkan seorang anak yang dirasuk setan yang dibawa oleh bapanya
kepada mereka. Mereka gagal, karena iman mereka belum cukup teguh. Apabila
Yesus kembali dari gunung, Ia memeriksa apa yang telah terjadi. Ditengah murid-
muridNya Ia melihat seorang bapak dengan anaknya yang berguling-guling
karena sakit. Tentu Yesus menyembuhkan anak itu, tetapi peristiwa ini tidak
dilakukanNya begitut saja, melainkan dipakaiNya untuk memberi pelajaran-
pelajaran yang mereka perlukan tentang bagaiman dengan lebih banyak doa
dan puasa mereka dapat memegang janji Allah (Mrk 9 : 17 – 29; Mat 17 : 14 –
20; Luk 9 : 37 – 43).
Contoh lain, perhatikan cara Yesus mengingatkan kembali peranan
mereka pada waktu memberi makan kepada orang banyak itu, untuk
meyakinkan mereka akan kuasaNya dalam segala perkara serta memberi juga
pelajaran kepada mereka tentang daya tangkap rohani (Mrk 6 : 30 – 44; 7 : 31; 9
: 9; 13 – 22; Mat 14 : 13 – 21; 15 : 29 – 38; Luk 9 : 10 – 17; Yoh 6 : 1 – 13).
Peristiwa ini terjadi tatkala mereka sedang didalam sebuah perahu
menyeberangi tasik Galilea, sesaat setelah sang Guru mencela dengan keras
sikap kaum agama pada waktu itu, yang menuntut suatu tanda ajaib dari langit
(Mrk 8 : 10 – 12; Mat 15 : 39; 16 : 4). Yesus, dengan merasa suatu beban yang
berat karena kejadian diseberang tasik itu, berpaling kepada murid-muridNya
dan berkata: :Ingatlah baik-baik, jagalah dirimu dari pada ragi orang Farisi”.
Tetapi murid-murid yang rohaninya kurang cerdas, mengira, bahwa maksud
Yesus adalah bahwa mereka tidak boleh membeli roti dari orang-orang yang
tidak percaya. Dan ketika mereka merasa lapar, sedang mereka hanya
mempunyai satu ketul roti, mereka mulai menjadi bimbang dari mana mereka
dapat makanan selanjutnya. Melihat, bahwa murid-murid sama sekali tidak
mengerti akan ucapanNya yang mengandung pelajaran rohaniah agar berhati-
hati terhadap ketidakpercayaan, Yesus berkata: “Hai kamu yang kurang percaya,
apakah sebabnya kamu berbicara sebab tiada roti padamu? Belumkah kamu
tahu, dan belumkah kamu mengerti? Keraskah hatimu lagi? Kamu bermata,
69
tiadakah kamu nampak? Kamu bertelinga, tiadakah kamu mendengar? Dan
tiadakah kamu ingat, tatkala Aku pecahkan roti yang lima ketul diantara lima
ribu orang itu, berapa bakul sisa roti kamu angkat?” Maka kata mereka itu
kepadaNya: “Dua belas bakul” (Mrk 8 : 17 – 19). Setelah perkataan itu, tentu saja
mereka teringat kembali dengan jelas akan peristiwa tatkala mereka menyuruh
orang banyak duduk makan, serta menyaksikan Tuhan Yesus melakukan mujizat
dengan 5 ketul roti. Mereka juga ingat, bagaimana Ia memakai mereka untuk
membagikan makanan itu sampai setiap orang kenyang dan kemudian Ia
menyuruh mereka mengumpulkan sisanya. Sesungguhnya mereka dapat
mengingatnya dengan jelas, karena masing-masing dua belas murid mendapat
satu bakul penuh dengan sisa makanan itu. Demikian pula mereka teringat
bahwa dengan cara yang sama, mereka mendapat tujuh bakul sisa setelah
memberi makan kepada empat ribu orang. Dengan bukti kuasaNya ini, tak dapat
mereka sangsikan lagi, bahwa apabila perlu, Yesus senantiasa dapat memberi
makanan kepada mereka meskipun hanya satu ketul roti ada pada mereka.
“Maka barulah mereka itu mengerti, bahwa bukan Ia berkata tentang menjaga
dirinya dari pada ragi, melainkan dari pada pengajaran orang Farisi dan orang
Saduki” (Mat 16 : 12).
Salah satu yang sangat mengesankan, dari sekian banyak teguran Tuhan
terhadap kegiatan murid-muridNya, adalah mengenai sikap mereka terhadap
pekerjaan orang lain yang tidak termasuk dalam rombongan para murid. Dalam
suatu perjalanan, mereka pernah bertemu, dengan orang-orang yang sedang
mengusir setan dengan nama Yesus, maka mereka melarang orang-orang
tersebut karena mereka dari persekutuan lain (Mat 9 : 38; Luk 9 : 49). Murid-
murid mengira, bahwa tindakan itu sudah benar, tetapi waktu hal itu dilaporkan
kepada sang Guru, Yesus merasa terdesak untuk menguraikan kepada mereka
dengan panjang lebar, tentang bahayanya melarang, pekerjaan iklas apapun
yang dikerjakan bagi pihak Yesus (Mrk 9 : 39 – 50; Mat 18 : 6 – 14). “Tetapi kata
Yesus kepadanya: jangan dilarang dia, karena barang siapa yang tiada melawan
kamu, ialah kawan kamu (Luk 9 : 50). Lalu, untuk membuat penggunaan yang
70
lebih luas, Ia menekankan tentang orang-orang yang tidak bersalah, teristimewa
kanak-kanak. Ia berkata: ‘barang siapa yang mendatangkan kesalahan kepada
seorang juapun kepada kanak-kanak yang percaya akan Daku ini, maka lebih
baik padanya jikalau pada lehernya dikenakan sebuah batu kisaran, lalu dia
dicampakkan kedalam laut’ (Mrk 9 : 42). “Demikian juga BapaKu yang disurga
bukan kehendakNya, supaya binasa satu orang dari pada yang kecil ini (Mat
18:14).
Dalam perjalanan lain, para murid mengalami perlawanan terhadap
pekerjaannya sementara menjalankan tugas bagi Tuhan di Samaria. Dengan
spontan, mereka ingin minta menurunkan api dari surga untuk menghanguskan
orang-orang itu (Luk 9 : 51 – 54). Tetapi Yesus yang sedang berdiri dekat mereka,
berpaling dan menghardik mereka. Karena bukannya Anak Manusia datang
menghukum isi dunia ini, melainkan hendak menyelamatkan isi dunia (Yoh
12:47). Lalu sambil Ia menunjukkan kepada mereka, caranya mengatasi masalah
semacam ini: Maka pergilah mereka itu kesebuah kampung yang lain (Luk 9 : 56).
PRINSIP YANG KITA SIMPULKAN
Banyak ilustrasi lain dapat dipakai untuk menunjukkan, bagaimana Yesus
senantiasa mengecek aksi dan reaksi murid-muridNya dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan. Ia terus-menerus mendekati dan makin dekat penyelesaian
pelayananNya diatas bumi, makin Ia mencurahkan perhatian kepada mereka. Ia
tidak membiarkan mereka tinggal statis dalam sukses ataupun dalam kegagalan.
Apapun yang telah mereka lakukan, namun banyak lagi yang harus dikerjakan
dan dipelajari. Ia bersukacita melihat sukses mereka, tetapi tujuanNya adalah
seluruh dunia ini, dan untuk maksud itu Ia senantiasa mengawasi segala usaha
mereka.
Inilah latihan praktek yang terbaik. Yesus membiarkan murid-muridNya
mencari pengalaman-pengalaman atau membuat komentar-komentarnya
sendiri, kemudian Ia menggunakan itu sebagai titik tolak untuk melanjutkan
pelajaranNya dalam hal pemuridan. Apabila mereka dalam usahanya untuk
71
mengerjakan pekerjaanNya, menemukan kegagalan, mereka akan lebih
menyadari kekurangan mereka dan karenanya akan bersedia menerima koreksi
dari sang Guru. Disamping itu, Yesus dapat pula menekankan pelajaranNya tepat
pada beberapa perkara hidup yang tertentu dengan menjelaskan cara pelayanan
yang sesuai. Seseorang senantiasa lebih menghargai suatu pelajaran, setelah
beroleh kesempaatan memperaktekkan apa yang sudah diketahuinya.
Hal yang penting dalam pekerjaan pengawasan Yesus ini ialah, bahwa Ia
senantiasa mendorong murid-muridNya berjalan kearah tujuan yang Ia telah
gariskan bagi mereka. Ia tidak mengharapkan lebih dari pada apa yang mereka
sanggup kerjakan tetapi Ia menginginkan supaya mereka berusaha sekuat
tenaga. Dan kini Ia mengharapkan supaya mereka senantiasa maju, selagi
mereka bertumbuh dalam marifat dan anugerah. Rencana pengajaranNya, yang
terdiri dari: memberi teladan, memberi tugas dan mengecek terus-menerus
adalah siasatNya untuk mendorong mereka mencapai hasil yang setingi-tinginya.
PEMAKAIAN PERINSIP DEWASA INI
Pengawasan serupa yang tekun dan penuh sabar sangat dibutuhkan
dewasa ini antara orang-orang yang berusaha untuk melatih orang-orang lain
dalam penginjilan. Jangan kita menganggap bahwa pekerjaan ini dapat
dilakukan dengan baik hanya oleh karena yang melakukannya telah dilatih lalu
diutus keluar dengan harapan yang meluap-luap. Banyak hal dapat
menggagalkan dan membelokkan pekerjaan ini. Dan jikalau hal-hal ini belum
dihadapi secara realistis oleh pelatih-pelatih yang mengerti serta cakap, maka
sipelaku dapat dengan mudah menjadi kecil hati dan cemas. Demikian pula
banyak pengalaman anugerah yang membawa kesukaan hati harus dijelaskan
dan diperdalam, sehingga dipandang sebagai sebagian rahmat total dari Kristus
terhadap dunia. Oleh sebab itu, adalah penting sekali bagi orang-orang yang
bekerja dalam bidang penginjilan untuk mendapat pengawasan dan bimbingan
pribadi sampai pada saat mereka boleh dilepaskan untuk dapat meneruskannya
sendiri.
72
JAGALAH AGAR TUJUANNYA SELALU JELAS
Kita senantiasa harus ingat juga, bahwa tujuan penginjilan adalah
memenangkan seluruh dunia. Janganlah memberi sesuatu yang belum perlu
menangkap seluruh perhatian kita. Sering terjadi bahwa seorang dibawa
ketempat pelayanan, tanpa diberi latihan atau inspirasi. Akibatnya ialah
kegiatan-kegiatannya akan terbatas hanya pada suatu lingkungan yang kecil
saja, yang menghabiskan tenaganya dengan kesibukan-kesibukan, dengan tiada
pertumbuhan. Kecakapan yang ada pada pekerja itu tidak diperkembangkan dan
dengan demikian seorang calon pemimpin yang cakap menjadi percuma belaka,
disebabkan kekurangan pengawasan. Hasilnya hilang lenyap, justru pada saat
kemenangan sudah berada diambang pintu. Apa yang pada permulaan kelihatan
begitu baik, akhirnya menjadi suatu batu penghalang.
Tak dapat disangkal lagi bahwa kebanyakan dari usaha-usaha kita bagi
kerajaan terbuang karena kelalaian semacam itu. Kita gagal bukan karena kita
berusaha mengerjakan sesuatu, tetapi sebab kita membiarkan usaha-usaha kita
yang kecil menjadi alasan untuk tidak berbuat yang lebih besar. Akibatnya ialah,
bahwa karena kelalaian seperti tersebut diatas, kita kehilangan dengan sia-sia
hasil kerja dan pengorbanan yang bertahun-tahun lainnya.
Bilakah kita akan belajar dari Kristus untuk tidak menjadi puas hanya
dengan hasil bungaran dari mereka yang diutus untuk bersaksi? Murid-murid
harus dibimbing sampai matang. Kemenangan total tak dapat ditawar-tawar
dan ladang kita adalah seluruh dunia ini. Kita tidak dipanggil untuk
mempertahankan benteng, tetapi untuk menyerbu sampai kepuncak-puncak.
Hanya dengan demikian kita dapat mengerti langkah terakhir dari rencana
penginjilan Yesus.
73
ASAL 8
B E R B U A H
“Pergi mengeluarkan buah”
(Yoh 15 : 16)
YESUS MENGHARAPKAN SUPAYA MEREKA MENDUPLIKASIKAN DIRI
Yesus menghendaki supaya murid-muridNya menjadi seperti Ia sendiri
didalam dan melalui gereja yang sedang dihimpunkanNya dari dunia ini. Jadi
pelayananNya didalam Roh harus berbuah berlipat ganda melalui murid-
muridNya. Melalui mereka dan orang-orang lain seperti mereka, pelayanan
tersebut akan terus berkembang, sehingga orang banyak dapat mengalami
hidup yang sama seperti yang telah mereka alami dengan Yesus. Dengan
rencana demikian kemenangan atas dunia ini hanya tergantung dari waktu dan
ketaatan mereka kepadaNya.
Dalam diri murid-muridNya, Yesus telah menanam suatu susunan gereja
yang akan menantang kuasa maut dan neraka dan menang atasnya. Ia telah
mulai sebagai biji sesawi yang kecil, akan tetapi ia akan bertumbuh, sehingga
menjadi suatu pohon ‘lebih besar dari pada sekalian sayur-sayuran’ (Mat 13 : 32;
Luk 13 : 18, 19). Atau seumpama ragi dalam tepung, ia akan berkembang hingga
khamir seluruhnya (Mat 13 : 33). Yesus tahu bahwa tidak semua orang akan
diselamatkan, (Ia secara nyata mengakui adanya pemberontakan manusia
sekalipun anugerah telah disediakan) akan tetapi Ia melihat jauh kedepan
dimana Injil keselamatan akan diberitakan dengan kuasa namaNya kepada
setiap manusia. Melalui kesaksian ini gerejaNya yang agresif itu, pada suatu
ketika akan menjadi gereja am serta gereja yang telah menang.
Kemenangan ini tidaklah mudah. Banyak yang akan mengalami aniaya
dan mati sahid dalam peperangan itu. Tetapi bagaimanapun beratnya ujian-
ujian yang akan dialami oleh orang-orangNya, dan bagaimanapun banyaknya
perkelahian-perkelahian kecil yang akan membawa kegagalan, pada akhirnya
gerejaNya akan menang. Hal ini sudah pasti. Tiada suatupun dapat
74
menggagalkannya, “segala pintu alam mautpun tiada akan dapat mengalahkan
dia” (Mat 16 : 18).
KEMENANGAN MELALUI KESAKSIAN
Keyakinan yang teguh akan kemenanganNya pada hari depan itu
dilandaskan atas pengenalanNya akan orang-orang yang sekarang ini berbakti
kepadaNya. Ia mengetahui bahwa murid-muridNya sudah mengerti setidak-
tidaknya kebenaran kemuliaanNya. Petrus, yang menjadi juru bicara dari
regunya, sudah menyimpulkan semua ini dalam pengakuannya kepada Yesus:
“Kristus Anak Allah yang hidup”(Mat 16 : 16; Mrk 8 : 29; Luk 9 : 20). Ini adalah
suatu kebenaran yang tak dapat dimusnahkan dan atas dasar inilah Yesus
memperlihatkan bagaimana kemenanganNya akan tercapai, seperti ternyata
dalam jawabanNya kepada Petrus: “Engkau inilah Petrus, dan diatas batu ini Aku
akan membangunkan sidangKu” (Mat 16 : 18).
Tekanan kata-kata ini menunjukkan pentingnya inisiatif manusia untuk
mewujudkannya. Kata-kata ini ditujukan Yesus kepada seseorang yang sudah
menyatakan iman pribadinya akan TuhanNya. Sesungguhnya kesadaran Petrus
bahwa Gurunya adalah Anak Allah, sebenarnya bukanlah satu hal yang
disimpulkannya sendiri, sebagaimana dijelaskan oleh Yesus (Mat 16 : 17). Namun
demikian, wahyu yang sudah dialaminya sendiri dalam hidupnya itu nyata sekali
telah menempati darah dagingnya dan dengan mengucapkan fakta itu kepada
orang-orang lain, maka kemenangan bagi Sidang Kristus sudah tersedia dengan
pasti. Bagaimanakah ia dapat dimusnahkan? Iman rasul itu kepada Kristus sudah
tertanam didalam hidupnya, sehingga sudah menjadi sebuah batu karang –
sebuah batu yang Petrus mengaku adalah Tuhan, “Batu penjuru yang terpilih”,
diatas mana semua orang-orang percaya adalah “batu-batu yang hidup” dalam
susunan GerejaNya (1 Pet 2 : 4 – 8; Ef 2 : 20 – 22).
Tetapi kiranya jangan kita gagal melihat hubungan yang erat antara
memberi kesaksian tentang Kristus dan kemenangan akhir atas dunia ini. Kita tak
dapat mencapai yang satu tanpa yang lain. Mempersatukan kedua kenyataan
75
yang hidup ini dengan kuasa Rohol Kudus adalah puncak kebijaksanaan Tuhan
dalam rencana penginjilanNya.
PRINSIP YANG KITA SIMPULKAN
Semuanya berpangkal pada murid-muridNya. Mereka adalah pelopor-
pelopor dalam gerakanNya yang sedang berkembang itu. “Melalui pengajaran
murid-muridNya” Ia mengharapkan orang-orang lain pun akan percaya padaNya
(Yoh 17 : 20) dan orang-orang ini kemudian melanjutkan pemberitaan itu kepada
orang lain pula, sehingga pada suatu ketika dunia ini akan mengetahui siapakah
Dia dan apakah tugasNya (Yoh 17 : 21, 23). Seluruh rencana penginjilanNya,
bahkan penggenapan maksud sebenarnya dari kedatanganNya kedalam dunia
ini, mati dikayu salib dan bangkit dari kubur, bersandarkan kepada ketaatan
murid-murid yang telah dipilihnya untuk tugas ini. Jumlah anggota inti yang
mulai bertugas, tidaklah penting asal mereka berbuah dan mengajar murid-
murid mereka selanjutnya untuk mengeluarkan buah-buah. Dengan cara ini
sidangNya akan mencapai kemenangan, yaitu melalui penyerahan hidup orang-
orang yang sudah begitu kenal akan Juruselamatnya sehingga RohNya dan
metodeNya menggerakkan untuk memberitakanNya kepada orang lain.
Walaupun kelihatannya sederhana, tetapi demikianlah caranya Injil
memenangkan dunia ini. Cara lain tidak ada.
UJIAN TERHADAP PELAYANANNYA
Inilah batu ujiannya: Dapatkah murid-muridNya meneruskan
pekerjaannya setelah Yesus pergi? Atau yang lebih penting lagi, dapatkah
mereka mengerjakannya dengan baik, tanpa pengawasanNya pribadi? Soal-soal
ini rupanya banyak dipikirkanNya. Sesungguhnya secara manusia Yesus tidak
dapat merasa pasti, bahwa penanamanNya dalam diri mereka akan berfaedah
bagi kerajaan Allah, sebelum ada kedewasaan iman ini dalam hidup mereka.
Apabila mereka gagal untuk memberikan RohNya dan MetodeNya kepada
76
orang-orang lain yang akan meneruskan pekerjaanNya, maka sia-sialah
pelayananNya bersama mereka selama tahun-tanun ini.
Tidak mengherankan, bahwa Yesus senantiasa menegaskan kepada
murid-muridNya akan perlunya untuk mengeluarkan buah-buah. Suatu lukisan
tentang ini adalah perumpamaan dari pokok anggur dan carang-carangnya (Yoh
15 : 1-17). Disini dalam suatu gambaran yang sangat sederhana tapi mendalam,
Kristus menjelaskan bahwa tujuan dari pokok (Ia sendiri) dan carang-carangnya
(yang percaya akan Dia) adalah untuk mengelurkan buah-buah. Oleh sebab itu,
setiap carang yang tiada berbuah dikerat oleh pembelanya, karena tiada
berguna. Yang lebih indah ialah carang-carang yang berbuah dibersihkannya
supaya makin lebat lagi ia berbuah (Yoh 15 : 2). Sudah jelas bahwa kekuatan
yang memberi hidup pokok anggur itu tak dapat diberikan terus menerus kepada
carang-carang yang mati. Tiap-tiap carang yang hidup dari pada pokok anggur
itu harus berbuah, karena demikianlah sifatnya yang diharapkan. Maka Yesus
membuat aplikasi ini kepada murid-muridNya. Jikalau mereka tetap didalam Dia
pasti mereka akan mengelurkan buah-buah (Yoh 15 : 5, 8) dan buah-buah
mereka itu kekal adanya (Yoh 15 : 16). Seorang kristen yang tiada berbuah
adalah sesuatu yang bertentangan. Sebuah pohon dikenal dari buahnya.
Dalam seluruh pelayananNya prinsip ini selalu ditekankanNya. Ia
melihatnya sebagai pahala yang harus timbul sebagai akibat dari
pengorbananNya sendiri bagi dunia ini. (Yoh 12 : 24; 17 : 19). Orang-orang yang
mengerjakan kehendak BapaNya yang disorga dibedakanNya dari orang-orang
lain (Mat 7 : 16 – 23; Luk 6 : 43 – 45). Ini dilukiskanNya sebagai upah yang
diberikan kepada murid-muridNya yang menuai (Yoh 4 : 36 – 38). Inilah suatu
penghiburan yang tidak boleh diberikan kepada mereka yang membiarkan
percintaan dunia ini, segala tipu daya kekayaan, dan keinginan akan berbagai-
bagai perkara yang lain membantukan perkataan Allah itu, sehingga tiada ia
berbuah (Mrk 4 : 18 – 20; Mat 13 : 22, 23; Luk 8 : 14, 15). Ini dilihatNya sebagai
suatu kekurangan dalam kehidupan orang-orang Saduki dan Parisi yang
membuat mereka begitu jahat dalam pandanganNya (Mat 3 : 7, 8; 12:33, 34; Luk
77
13 : 6 – 9). Dengan bermacam-macam cara, dan kepada berbagai-bagai macam
manusia Yesus menyuruh orang-orang menilai buah-buah kehidupan mereka,
supaya mengenal keadaan mereka sendiri. Jikalau hal mengelurkan buah-buah
rohani, dilihat dalam konteksnya yang lebih luas yaitu, menghasilkan kehidupan
Kristus didalam diri manusia, pertama-tama dalam diri kita sendiri dan kemudian
dalam diri orang-orang lain, maka sesungguhnya hampir segala sesuatu yang
dikatakan dan diperbuat oleh Yesus, menunjuk kearah prinsip ini.
AMANAT AGUNG
Tugas agung Kristus yang telah diberikan kepada gerejaNya bersimpulkan
“menjadikan sekalian bangsa itu muridKu” (Mat 28 : 19). Arti dari amanat ini
ialah murid-murid itu harus masuk kedalam dunia dan memenangkan jiwa-jiwa
untuk kemudian dijadikan murid-murid Kristus seperti mereka sendiri. Tugas ini
lebih ditekankan lagi apabila dalam nas bahasa Yunani dipelajari. Dalam nas
tersebut kata-kata “pergi, membaptiskan, dan mengajar” semuanya adalah
dalam bentuk tata bahasa “partisip” yang semuanya diintikan dari kata kerja
yang mengontrolnya: “menjadikan murid”. Ini berarti bahwa tugas agung itu
bukan hanya pergi keseluruh bumi mengajarkan Injil (Mrk 16 : 15), juga bukan
hanya membabtiskan banyak petobat-petobat dalam nama Allah Tritunggal
ataupun mengajarkan mereka ajaran-ajaran Kristus, melainkan : “menjadikan
mereka itu murid” – membangun manusia-manusia menjadi seperti mereka
sendiri. Terdorong oleh perintah Kristus ini, mereka kemudian bukan saja
mengikut Yesus, akan tetapi membawa orang-orang lain untuk mengikut
jalanNya. Hanya dengan menjadikan mereka murid-murid barulah aktivitas-
aktivitasnya akan mencapai tujuannya.
BERDOA BAGI PENUAI-PENUAI
Hal yang ditekankan adalah soal pemimpin. Yesus telah
mendemonstrasikan dalam pelayananNya bahwa massa sudah matang untuk
menuai, akan tetapi adanya gembala-gembala rohaniah yang memimpin mereka
78
bagaimanakah mereka dapat dimenangkan? “Pintalah kepada Tuhan yang
empunya tuaian itu”, Yesus mengingatkan murid-muridNya “supaya Ia menyuruh
orang menuai ketempat tuaiannya” (Mat 9 : 37, 38; Luk 10 : 2). Kata-kata ini
hampir-hampir mengandung keputusasaan – suatu keputusasaan yang
ditimbulkan karena dirasai kebutuhan yang sangat dalam dunia ini. Tiada
gunanya untuk mendoakan dunia ini. Apakah hasilnya? Allah telah mengasihi
mereka dan telah mengaruniakan AnakNya untuk menyelamatkan mereka. Tiada
gunanya hanya mendoakan dunia ini dengan cara yang samar-samar. Dunia
telah terhilang dan dibutakan oleh dosa. Satu-satunya harapan bagi dunia ini
adalah mengutus orang-orang pergi mengabarkan Injil keselamatan, dan setelah
memenangkan jiwa-jiwa bagi Juruselamat, tidak akan meninggalkan mereka,
tetapi bekerja bersama-sama dengan mereka dengan setia, sabar dan iklas
sehingga mereka juga menjadi orang-orang kristen yang berbuah yang
mengharumkan dunia ini dengan kasih Penebus itu.
PEMAKAIAN PRINSIP INI DALAM HIDUP KITA
Akhirnya, disini kita menjumpai titik penilaian terhadap segala
sumbangan dari kehidupan dan kesaksian kita. Segala sesuatu harus sesuai
dengan tujuan luhur dari Dia yang menjadi Juruselamat dunia. Apakah mereka
yang telah kita bawa kepada Kristus juga telah memimpin orang-orang lain
kepada Dia serta menjadikan mereka murid-murid seperti kita sendiri?
Perhatikanlah: tidaklah cukup hanya untuk menyelamatkan mereka yang sedang
menuju kebinasaan, walaupun hal ini suatu kewajiban kita; juga tidaklah cukup
hanya mendapatkan lebih banyak pengikut, melainkan yang benar-benar penting
dalam pekerjaan kita, ialah ketaatan petobat-petobat kita, yang pergi kelur
untuk menjadikan petobat-petobat dan pemimpin-pemimpin baru. Soal apakah
kita dapat memenangkan generasi kita bagi Kristus, kiranya bukan menjadi
perhatian kita yang utama, tetapi apa yang kita kerjakan sekarang mencapai
generasi-generasi kemudian dari pada kita. Pekerjaan kita belum dapat
79
dikatakan selesai, sebelum pelanjutan tugas ini telah terjamin dalam hidup
orang-orang lain yang ditebus oleh Injil.
Nilai dari setiap pekerjaan penginjilan bukanlah terletak pada apa yang
dilihat sekarang, atau dalam laporan sinodepun , melainkan dalam kemampuan
berlangsungnya pekerjaan itu. Demikianlah juga ukuran dari suatu Sidang
bukanlah terletak pada jumlah nama-nama baru yang ditambahkan dalam
daftar keanggotaannya, juga bukan dalam hal berapa banyak anggaran belanja
sudah diperbesar, tetapi terletak pada jumlah orang-orang kristen yang dengan
aktif memenangkan serta meneguhkan jiwa yang selanjutnya akan
memenangkan massa. Yang penting adalah luasnya pengaruh kesaksian kita;
oleh sebab itu nilai-nilai hasil pekerjaan kita hanya dapat diukur dalam
kekekalan.
Bukanlah telah waktunya kita meninjau hidup dalam pelayanan kita dari
sudut ini? Sebagaimana Dowson Trotman (dalam bukunya BORN TO
REPRODUCE), “Dimanakah pekerja-pekerja kita?” Apakah yang mereka lakukan
bagi Allah? Camkanlah artinya bagi hari depan Sidang, meskipun kita sekarang
hanya memperoleh seorang murid yang benar sebagai bukti hasil jerih payah
kita. Apakah ini tidak segera menambah pengaruh kita. Dan andai kata kita telah
menambah seorang lain lagi menjadi seperti kita sendiri, apakah ini tidak
menambah hidup kita empat kali ganda lebih? Secara teori setidak-tidaknya,
dengan cara penambahan demikian dalam waktu singkat Injil sudah dapat
mencapai massa. Yaitu, bila orang yang kita namakan murid itu benar-benar
mengikut jejak Tuhan Yesus.
GEREJA KRISTEN TELAH MENJADI BUKTINYA
Kita dapat bersyukur bahwa murid-murid pertama itu telah
melaksanakan hal ini. Mereka telah memberitakan Injil kepada massa, tetapi
selama itu juga mereka membina persekutuan dari antara orang-orang yang
percaya. Sebagaimana Tuhan menambahkan kepada Sidang pada tiap-tiap hari
orang yang diselamatkan, demikian juga para rasul, telah mendidik orang-orang
80
lain untuk membawa pelayanannya keujung bumi. Kisah Rasul keseluruhannya
merupakan riwayat yang membentangkan bagaimana prinsip penginjilan ini
telah dipakai didalam pertumbuhan Sidang abad pertama; yaitu prinsip-prinsip
yang telah kita ikhtisarkan disini dari kehidupan Kristus.
Cukup kiranya jika kita mengatakan bahwa Sidang pertama telah
membuktikan berhasilnya rencana Sang Guru untuk menaklukkan dunia. Begitu
hebat pengaruh kesaksian mereka sehingga sebelum abad itu berakhir
masyarakat kafir digoncangkan sampai keakarnya dan jemaat-jemaat telah
dibangunkan dibanyak tempat pusat penduduk. Apabila kelanjutan penginjilan
Sidang pertama diteruskan dengan sama pesatnya, dalam beberapa abad saja
massa dunia ini sudah dapat merasakan sentuhan tangan Yesus.
POTONG JALAN TERBUKTI GAGAL
Tetapi waktu berganti waktu, dan lambat laun cara penginjilan Yesus
yang sederhana itu dipaksakan kedalam suatu bentuk baru. Sudah tentu,
penyesuaian prinsip kepada perubahan keadaan senantiasa perlu, tetapi entah
apa sebabnya, prinsip-prinsip itu sendiri dicampurbaurkan dengan suatu
keinginan untuk memberi bentuk baru kepada Injil. Prinsip-prinsip perkembangan
kepemimpinan dan pengeluaran buah-buah yang berharga itu telah dikaburkan
oleh suatu rencana pengumpulan massa yang lebih mudah. Metode-metode
penginjilan yang dipakai oleh sidang secara berkelompok maupun perseorangan
lebih condong untuk memakai cara baru yang melihat kepada tujuan dekat dan
bukan kepada tujuan jauh kedepan untuk mencapai dunia. Tidak jarang, seperti
dalam masa kebangunan rohani yang besar, prinsip dari metode Yesus ini tampil
kedepan, tetapi menurut ahli sejarah gereja, keadaan-keadaan yang demikian
tidak lama hidupnya dan tidak disukai oleh sebagian besar anggota gereja.
Rencana Yesus tidak disangkal, hanya dilalaikan untuk sementara. Yaitu sesuatu
yang dipandang harus diingat untuk menghargai yang lampau, tetapi bukan
untuk dipakai secara sunguh-sungguh sebagai suatu peraturan tata kerja pada
dewasa ini.
81
MASALAH PADA DEWASA INI
Masalah kita dewasa ini adalah tentang metode. Upacara-upacara,
panitia-panitia, organisasi-organisasi, tugas-tugas dan kampanye-kampanye
yang tersusun baik dimaksudkan menunaikan pekerjaan yang hanya dapat
dikerjakan oleh pribadi-pribadi yang diurapi Rohol Kudus. Ini bukanlah untuk
merendahkan usaha-usaha manusia, karena tanpa usaha-usaha tersebut gereja
tak dapat berjalan sebagaimana biasa. Namun demikian, Sidang itu tiada dapat
bekerja sebagaimana mestinya, kecuali jika tugas pribadi dari Yesus menentukan
tujuan-tujuan dan rencana-rencana ini.
Bilakah kita menginsafi bahwa penginjilan tidak dilaksanakan oleh
sesuatu, melainkan oleh seseorang? Penginjilan adalah suatu pernyataan kasih
Allah, dan Allah adalah suatu oknum. HakekatNya sebagai pribadi, hanya
dinyatakan melalui oknum, pertama-tama dinyatakan sepenuhnya dalam Kristus,
dan sekarang dinyatakan melalui RohNya didalam kehidupan orang-orang yang
menyerahkan diri kepadaNya. Panitia-panitia mungkin dapat mengatur dan
memimpin kearah tercapainya maksud itu, akan tetapi pekerjaan itu sendiri
dilaksanakan oleh manusia bagi Kristus.
Itulah sebabnya kita sefaham dengan E.M Bounds (dalam bukunya
POWER THROUGH PRAYER) yang menyatakan bahwa “manusia adalah metode
Allah”. sebelum kita mempunyai orang-orang yang dipenuhi dengan RohNya dan
yang mengerjakan rencanaNya, tak satu dari cara kita akan berhasil.
Inilah cara penginjilan baru yang kita butuhkan. Cara tersebut bukanlah
metode yang lebih baik, tetapi orang-orang yang lebih baik – orang-orang yang
sudah mengenal Penebusnya dengan sungguh-sungguh – orang-orang yang
sudah melihat tujuanNya dan merasakan kasihNya bagi dunia ini – orang-orang
yang rela menjadi kecil supaya Ia saja yang dibesarkan – orang-orang yang
semata-mata menginginkan Kristus menciptakan hidupNya didalam dan melalui
mereka, menurut kehendakNya sendiri. Akhirnya, inilah jalan yang direncanakan
oleh Tuhan Yesus untuk mewujudkan tujuanNya diatas bumi ini, dan apabila ini
dilaksanakan, pintu-pintu neraka tak dapat mengalahkan penginjilan dunia ini.
82
EPILOOG
TUHAN DAN RENCANA SAUDARA
“Aku inilah Awal dan Akhir”
(Wahyu 1:8)
SETIAP KEHIDUPAN MEMPUNYAI RENCANA
Apakah rencana kehidupan saudara ? setiap orang harus mempunyai
rencana. Rencana adalah suatu prinsip yang mengatur terwujudnya tujuan hidup
seseorang. Mungkin kita belum menyadari, bahwa hidup kitapun mengandung
suatu rencana, namun tindakan-tindakan kita senantiasa mengungkapkan
adanya rencana itu.
Apabila kita berusaha dengan seteliti-telitinya menilai tujuan hidup kita
serta rencana pelaksanaan untuk mencapai tujuan itu, yang kita ketemukan
mungkin tidak akan memuaskan. Akan tetapi suatu penilaian yang jujur dapat
membawa kita pada kesadaran akan panggilan kita. Setidak-tidaknya bagi orang
percaya, cara Yesus ini haruslah menjadi ujian setiap tindakannya.
Suatu rencana pelayanan yang kita hargai mungkin harus disesuaikan
atau mungkin juga harus dibuang sama sekali. Demikian pula mungkin
pengertian anggota-anggota jemaat kita terhadap pelayanan sang pendeta
harus berubah sesuai dengan pandangan Yesus. Malahan, besar
kemungkinannya, bahwa seluruh pandangan kita mengenai pengertian “sukses”
harus ditinjau kembali. Tetapi, apabila prinsip-prinsip yang telah dijelaskan disini
ternyata benar, pakailah itu sebagai pedoman kerja. Agar bermanfaat bagi hidup
kita, prinsip-prinsip ini perlu sekali diapakai untuk tugas-tugas kehidupan sehari-
hari.
METODE AKAN BERBEDA
Masing-masing kita harus mencari jalan untuk memasukkan hikmat
rencana Yesus kedalam cara penginjilan kita. Tidak setiap orang akan mengambil
suatu cara yang sama, atau diharuskan menyesuaikan diri kedalam suatu bentuk
kerja sama. Ketidak seragaman adalah bagian daripada struktur alam semesta,
83
dan metode manapun harus diakui baik, kalau Allah mau memakainya,
walaupun banyak cara memerlukan perbaikan dahulu. Tuhan telah memberikan
kepada kita suatu bagan kerja, tetapi Ia menghendaki supaya kita mengisi detail-
detailnya, sesuai dengan keadaan dan kebiasaan setempat. Hal ini
membutuhkan segala kemampuan kita. Mungkin kita akan mencoba cara-cara
pendekatan yang baru dan berani menurut perobahan keadaan dan massa. Jika
kita takut gagal untuk melaksanakan suatu cara kerja, kita tidak akan pernah
memulainya; dan jika kita takut untuk mencobanya berulang-ulang kali, kitapun
tak akan mendapat banyak kemajuan.
PRIORITAS MANUSIA
Metode apapun yang hendak kita pakai, Yesus telah mengajar kepada
kita, bahwa prioritas harus diberikan kepada tugas mencari dan melatih orang-
orang menjadi pemberita-pemberita. Massa hanya sempat mengenal Injil
melalui saksi-saksi yang hidup. Tidaklah cukup sekedar memberi penjelasan saja
kepada mereka. Dunia ini harus diberi suatu demonstrasi iman. Untuk maksud
itu, harus ada seorang yang berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata:
“ikutlah Aku, Aku tahu jalan itu”. Inilah yang menjadi titik pusat segala rencana
kita. Bagaimanapun rohaninya rencana kita itu, petalian abadi dari segala
pekerjaan kita bergantung pada taraf kesempurnaan penyelesaian pekerjaan itu.
Namun demikian kita harus sadar, bahwa jenis-jenis orang yang
dibutuhkan oleh Kristus tidaklah datang secara kebetulan. Hal ini membutuhkan
suatu rencana dan usaha yang sungguh-sungguh. Jika kita hendak melatih
orang-orang, maka kita harus bekerja bagi mereka. Kita harus mencari mereka.
Kita harus memenangkan mereka. Dan yang terpenting, kita harus berdoa bagi
mereka. Beberapa diantara mereka mungkin telah mempunyai kedudukan yang
baik dalam Gereja, yang lain sedang menunggu-nunggu panggilan untuk datang
kepada Kristus. Tetapi dimanapun mereka berada, kita harus mendekati mereka
dan melatih mereka menjadi murid-murid Tuhan yang berbuah-buah.
84
MULAILAH DENGAN BEBERAPA ORANG SAJA
Kita tidak perlu mulai dengan banyak orang. Pekerjaan-pekerjaan yang
terbaik adalah senantiasa yang dikerjakan dengan sedikit orang. Lebih baik
mencurahkan setahun kepada satu atau dua orang yang sungguh-sungguh
belajar untuk dapat bekerja bagi Kristus daripada menghabiskan waktu seumur
hidup dengan sebuah jemaat yang hanya berusaha menggenapi acara-acara.
Kecilnya kelompok pertama tidak menjadi soal; yang penting ialah supaya orang-
orang yang kita berikan prioritas, benar-benar meneruskan pelayanan itu kepada
orang-orang lain.
BERSEKUTU CUKUP WAKTU KEPADA MEREKA
Supaya kelompok-kelompok perskutuan ini berjalan lancar, adalah perlu
juga untuk menyusun waktu-waktu tertentu untuk bertemu, baik dengan seluruh
kelompok maupun dengan sebagian. Dalam pertemuan-pertemuan ini kita dapat
bersama-sama menyelidiki Alkitab, berdoa, dan pada umumnya saling menukar
pengalaman-pengalaman mengenai cita-cita dan beban-beban bersama. Tidak
perlu mewartakan apa yang kelompok kita ingin kerjakan, atau untuk mengupas
apa yang harus menjadi rencana kita terakhir, tetapi biarlah pertemuan-
pertemuan itu betumbuh dalam suasana persekutuan. Pada waktunya kelompok
ini dapat menyusun tata tertib khusus baginya sebagian daripada gereja.
Gagasan berkelompok ini sedang ditemukan kembali dewasa ini dibanyak
tempat. Ini menandakan suatu kebangunan kembali yang mengandung harapan
besar. Dalam segala lapangan hidup dan didalam setiap macam gereja,
organisme-organisme rohaniah yang kecil sedang bertumbuh, sebagian mereka
mencari tujuan, sebagian lagi telah menyimpang. Pada umumnya gerakan ini
mengungkapkan suatu kerinduan yang dalam untuk mengalami kenyataan-
kenyataan pengalaman Kristen. Oleh karena kelompok-kelompok ini tidak terikat
oleh tradisi atau peraturan-peraturan tertentu dari luar, tekanan dan bentuk sel-
sel ini tidaklah sama, akan tetapi prinsip persekutuan yang erat dan berdisiplin
didalam kelompok adalah ciri khasnya. Hal menitik pusatkan prinsip inilah yang
85
menyebabkan metode itu bertumbuh, dan oleh sebab itu selalu baik bagi kita
semua untuk menggunakan prinsip itu dalam pelayanan kita.
Disinilah kita lihat betapa pentingnya pengakuan penginjil-penginjil
terkemuka seperti Billy Graham, mengenai kuasa rencana kerja ini jika dipakai
dengan tepat dalam Gereja. Atas pertanyaan: “Bila saudara adalah seorang
pendeta dari suatu gereja yang besar dalam sebuah kota besar, apakah yang
menjadi rencana kerja saudara?” Saudara Graham berkata: “Saya pikir, salah
satu tindakan saya yang pertama adalah membentuk suatu kelompok kecil dari
kira-kira delapan sampai dua belas orang yang akan bersekutu beberapa jam
seminggu. Hal ini berarti pengurbanan waktu dan usaha pada pihak mereka.
Untuk beberapa tahun lamanya saya akan membagi-bagikan kepada mereka
segala sesuatu yang saya miliki. Demikian saya akan mempunyai dua belas
pelayan kaum awam yang selanjutnya akan melatih delapan sampai dua belas
orang lain lagi. Saya tahu, bahwa ada satu atau dua gereja yang sudah
mempraktekkan cara ini dan sebab itu gereja-gereja itu sedang mengalami
pembaharuan besar. Saya kira Kristuslah yang mulai dengan cara demikian.
Sebagian besar dari waktuNya dihabiskanNya bersama dua belas muridNya. Ia
tidak menghabiskan bagia besar waktuNya dengan orang banyak. Sebenarnya,
saya kira setiap kali Ia bersama orang banyak, hasilnya sangat sedikit. Hasil yang
terbesar datangnya dari perckapan-percakapanNya dengan pribadi-pribadi dan
dalam persekutuanNya dengan dua belas muridNya. Disini saudara Billy Graham
hanya menekankan hikmat dari cara Yesus.
HARAPKAN SESUATU DARI MEREKA
Tetapi belumlah cukup kalau hanya membawa orang-orang kedalam
suatu persekutuan berkelompok yang merupakan sidang. Mereka harus diberi
kesempatan untuk mempraktekkan hal-hal yang telah mereka pelajari. Jika
kesmpatan mereka bekerja keluar ini tidak diberikan, maka mereka akan merasa
puas dalam lingkungan kelompok kecil masing-masing dengan hanya hormat-
menghormati, dan akhirnya mereka akan menjadi beku. Kita harus melihat
86
tujuan kita dengan jelas. Bahwa kita sudah dipisahkan dari dunia ini tidak berarti
bahwa kita sudah bebas dari peperangan. Justru kesempatan ini harus
digunakan sebagai suatu kesempatan untuk menghimpun kekuatan yang lebih
besar untuk menyerang pada kemudian hari.
Oleh sebab itu adalah kewajiban kita untuk menyalurkan kecakapan
mereka kedalam tugas-tugas tertentu. Masing-masing dapat berbuat sesuatu.
Pemberian tugas-tugas harus dimulai dengan yang ringan dan rutin, seperti
mengirim surat-surat, mengatur alat pengeras suara untuk kebaktian-kebaktian
diluar, atau hanya dengan memberi tugas sebagai tuan rumah untuk suatu
pertemuan. Lambat laun dapat ditambah tugas lain yang lebih berat, setelah
terbukti bahwa mereka dapat mengerjakan lebih banyak. Yang mempunyai
bakat mengajar dapat ditempatkan di sekolah-sekolah minggu. Kemudian kita
mungkin dapat memberi tugas penggembalaan yang sesuai dengan kecakapan
mereka. Mungkin beberapa dapat ditugaskan mengunjungi orang-orang sakit
atau mengunjungi rumah-rumah sakit. Mungkin juga beberapa dapat ditugaskan
untuk berkhotbah. Dan tentunya, setiap orang harus diberi tugas khusus dalam
penginjilan pribadi.
Suatu pelajaran yang terbaik bagi mereka, adalah bimbingan lanjutan
bagi petobat-petobat baru. Disini mereka dapat memegang peranan yang sangat
penting dalam memimpin bayi-bayi rohani kearah disiplin dengan cara yang
sama seperti yang mereka pernah pelajari. Mereka itu yang kita latih untuk
pekerjaan ini selanjutnya akan menjadi kunci-kunci untuk meneruskan setiap
usaha penginjilan gereja.
DORONG MEREKA
Semuanya ini membutuhkan banyak pengawasan, baik terhadap
perkembangan pribadi mereka maupun dalam hal mereka melayani orang-orang
lain. Kita harus senantiasa bertemu dengan mereka dan mendengarkan hasil-
hasil pekerjaan mereka. Persoalan-persoalan yang timbul dalam pengalaman
mereka harus dipecahkan selagi hal itu masih segar dalam ingatan mereka. Sikap
87
dan reaksi yang duniawi perlu segera diketahui dan dibereskan karena hal-hal ini
dapat menjadi penghalang bagi pelayanan mereka terhadap Tuhan maupun
terhadap manusia.
Hal yang penting adalah membimbing mereka ke arah pertumbuhan
dalam anugerah dan marifat. Mengingat bahwa ingatan kita sering lemah
mungkin ada baiknya untuk sediakan sekedar suatu daftar acara kerja dari
latihan mereka dan kemudian membuat catatan-catatan mengenai kemajuan
mereka. Hal ini perlu sekali, lebih-lebih jika kita bekerja dengan beberapa orang
pada waktu yang bersamaan, dimana masing-masing mempunyai pengalaman-
pengalaman yang beralainan. Kita harus sabar karena pertumbuhan mereka
mungkin akan perlahan karena pengaruh-pengaruh luar. Tetapi apabila mereka
sungguh-sungguh ingin mencari kebenaran dan bersedia mengikutinya, maka
sekali kelak mereka akan bertumbuh menjadi matang dalam Kristus.
BANTU MEREKA DALAM MEMIKUL TUGAS-TUGAS
Bagian yang tersulit dari seluruh proses latihan ini, mungkin, adalah
bahwa kita harus dapat membayangkan kesulitan-kesulitannya sebelum
dialaminya, dan mempersiapkan mereka untuk menghadapinya. Hal ini sangat
sulit dan kadang-kadang sangat mengecewakan. Ini berarti bahwa kita tidak
boleh melupakan mereka. Sekalipun kita sedang bermeditasi dan belajar, namun
murid-murid kita tetap ada dalam pikiran dan doa kita. Tetapi adakah jalan lain
bagi seorang bapak yang mengasihi anak-anaknya ? kita harus memikul
tanggung jawab selama masa pra dewasa mereka sampai kepada waktu dimana
kita sudah dapat melepaskan mereka untuk bekerja sendiri. Jika kita membiarkan
mereka berdiri sendiri sebelum waktunya, mereka mungkin mengalami
kegagalan total. Hal ini haruslah kita sadari. Sebagai wali dan penasihat, kita
bertanggung jawab mengajar anak-anak rohani kita bagaimana cara untuk
hidup bagi Yesus.
88
HARUS KITA RELA MEMBEBASKAN MEREKA
Segala usaha harus diarahkan pada satu tujuan, yaitu memimpin orang-
orang pilihan ini sampai kesuatu masa dimana mereka dapat bekerja sendiri
ditempat mereka masing-masing. Jika masa tersebut sudah dekat orang-orang
itu harus sudah matang dalam memilih jiwa-jiwa yang telah dimenangkan
melalui kesaksian-kesaksiannya atau dalam membimbing jiwa-jiwa yang telah
diserahkan untuk follow-up. Tanpa mereka sadari rencana kita telah dimasukkan
kedalam latihan mereka. Sebelum kita menarik kembali pengawasan kita, kita
harus menjelaskan kepada mereka, apa sebenarnya yang telah menjadi rencana
kita sejak permulaan. Hal ini harus jelas sekali bagi mereka, supaya mereka
dapat menilai sendiri dan juga memberitakannya kepada orang-orang yang
sedang mereka layani.
PENGALAMAN ROHANILAH YANG DI ATAS SEGALA-GALANYA
Hal yang menentukan ialah pengalaman rohani mereka sendiri. Sebelum
mereka dapat dibebaskan dari pengawasan kita mereka harus diteguhkan dalam
iman yang telah mengalahkan dunia ini. Iblis yang dibantu oleh roh-roh jahat
akan berusaha dengan segala akal liciknya, untuk mengalahkan mereka. Dunia
yang akan mereka injili berada di bawah kuasa jahatnya dan sepanjang jalan
mereka harus berperang. Setiap kemajuan yang terkecil pun harus mereka capai
dengan peperangan karena musuh tidak pernah mau menyerah. Hanya dengan
kepenuhan Rohol Kudus tantangan itu dapat dihadapi. Jika mereka tidak hidup
dalam persekutuan dengan Dia, dan tidak maju di dalam kesucian dan kuasaNya,
mereka dengan mudah dapat dikalahkan dan dengan demikian segala hasil
pekerjaan kita dengan mereka akan menjadi sia-sia.
Oleh sebab itu, segala sesuatu yang telah kita kerjakan bergantung pada
kesetiaan mereka. Berapa banyaknya orang yang telah kita himpunkan untuk
maksud itu, tidaklah penting. Yang penting adalah berapa yang beroleh
kemenangan bagi Kristus. Itulah sebabnya, mutu jiwa selalu harus kita
89
perhatikan. Apabila kita mendapat mutu pimpinan yang tepat, yang lain-lainnya
akan menyusul; jika tidak, yang lain pun akan tidak berarti.
KEMENANGAN MAHAL HARGANYA
Mutu tinggi yang demikian itu yang kita harapkan, sesungguhnya mahal
harganya. Mungkin banyak di antara mereka yang kita bimbing akan merasa
terlalu berat dan mundur. Hal ini baik kita hadapi sekarang juga. Pelayanan
kristen menuntut sesuatu, dan orang-orang yang ingin berguna bagi Tuhan,
harus pertama-tama belajar mengutamakan Kerajaan Allah. Ya, pasti akan ada
kekecewaan-kekecewaan. Akan tetapi mereka yang lulus ujian ini dan keluar
memancarkan kehidupan kita kedalam ladang tuaian Tuhan, akan menerima
kesukaan besar.
Kita tidak hidup untuk waktu sekarang saja. Kepuasan kita terletak pada
pengetahuan, bahwa dalam generasi-generasi yang akan datang kesaksian kita
bagi Kristus akan terus mengluarkan buah melalui mereka, yang terus menerus
memenangkan sampai ke ujung-ujung bumi dan kesudahan alam.
APAKAH INI TELAH MENJADI KERINDUAN SAUDARA ?
Dunia ini sedang mencari dengan sungguh-sunguh seseorang untuk
diikuti. Hal ini sudah pasti. Akan tetapi, apakah orang yang akan diikuti itu
mengetahui jalan Kristus, atau apakah ia akan serupa dengan mereka sendiri
yang hanya membawa orang-orang kepada kegelapan yang lebih dahsyat lagi?
Pertanyaan inilah yang menentukan rencana hidup kita. Kebenaran
segala sesuatu yang kita perbuat masih menantikan buktinya dan oleh sebab itu
nasib orang banyak tergantung pada saudara.
90
CATATAN
1. Salah satu syarat bagi seorang rasul seperti yang diterangkan dalam Kis. 1:21,22
ialah bahwa ia harus berada bersama-sama dengan Yesus, “semenjak baptisan
Yohanes hingga kepada hari Ia dinaikkan dari hadapan kita”. Walaupun hal ini
tidak menjelaskan pada kita dari mulai kapan kita harus menghitung (tentu tidak
mulai dari permulaan pembaptisannya atau pembaptisan Yesus sendiri), tidaklah
perlu diragukan adanya persekutuan dari semua rasul-rasul dengan Yesus,
mungkin mulai dari masa Yohanes dipenjara. Lihat Samuel J. Andrews, The Life of
Our Lord, Grand Rapids, Zondervan, 1958, hal. 268; bd. Alfred Edershein, The Life
and Times of Jesus the Messiah, I,New York, E.R. Herrick and Co.,1886 hal. 521.
2. Berbagai pendapat telah dikemukakan tentang sebab mengapa kedua belas
murid itu diberi gelar rasul, karena Yesus dapat memilih lebih dari jumlah itu
ataupun berjalan terus dengan jumlah yang lebih kecil, tetapi mungkin teori yang
paling dapat diterima ialah bahwa jumlah itu mengumpamakan hubungan
rohani dari persekutuan rasuli dengan Kerajaan Allah dibawah Messias.
Sebagaimana Edwin Schell mengatakan: “dua belasa adalah jumlah dari Israel
secara rohani. Baik ditinjau dari kedua belas kepala-kepala keluarga, dari kedua
belas suku, apapun dari kedua belas dasar dari pintu-pintu sorgawi dari
Yerusalem baru, angka dua belas selalu melambangkan berdiamnya Allah dalam
keluarga-keluarga di dunia ini – peleburan dari dunia dalam keTuhanan”, Edwin
A. Schell, Traits of the Twelve, Cincinnati, Jennings and Graham, 1911, hal. 32.
Memang ada kemungkinan bahwa para rasul melihat dalam jumlah itu arti
angka itu sendiri, dan membangun diatasnya harapan-harapan yang khayal
tentang pemulihan kembali dari Israel dalam arti politis. Mereka pasti sadar akan
tempat masing-masing didalam persekutuan duabelas orang itu, dan telah siap
untuk mengisi kekosongan yang ditimbulkan perginya Yudas (Kis. 1:15-26; bd.
Mat. 19:28). Bagaimanapun juga ada satu yang pasti, angka ini memberikan
tekanan tentang pentingnya mereka yang terpilih dalam pekerjaan yang akan
datang didalam kerajaan itu.
91
3. Prinsip dari pemusatan yang dipakai dalam pelayanan oleh Yesus, tidaklah baru
untuknya. Memang selalu merupakan cara Allah Bapa dari permulaannya.
Perjanjian lama menunjukkan bagaimana Allah memilih sejumlah kecil bangsa
Israel yang dalamnya dilancarkan maksudnya bagi seluruh umat manusia.
Bahkan didalam bangsa ini, kepemimpinan dipusatkan biasanya dalam tali-tali
kekeluargaan, khususnya garis Daud dari suku Yehuda.
4. Doa Kristus sebagai imam besar dalam pasl 17 dari injil Yohanes, mempunyai arti
yang khusus didalam hubungan ini. Dari 26 ayat-ayat tentang doa itu, 14
langsung ditujukan kepada dua belas murid. (Yoh. 17:6-19)
5. Contoh-contoh dari hal ini adalah perkara penyembuhan orang-orang kusta
(Mark. 1:44, 45; Mat. 8:4; Luk. 5:14-16); mereka yang disembuhkan dari
kerasukan setan ditasik Galilea (Mark. 3:11,12); Yairus setelah melihat anak
perempuannya dihidupkan kembali (Mark. 5:42,43; Luk. 8:55,56); kedua orang
buta yang dicelikkan (Mat. 9:30); dan penyembuhan orang buta di Betsaida
(Mark. 8:25, 26)
6. Contoh-contoh dari hal ini terdapat dalam Yoh.1:29-43; 6:14, 15; Mark. 4:35, 36;
6:1, 45,46; 7:24-8:30; Mat. 8:18, 23; 14:22, 23; 15:21, 39; 16:4; Luk. 5:16; 8:22
dan lain-lain.
7. Orang-orang farisi dan saduki adalah pemimpin-pemimpin utama Israel diluar
kekuatan Roma yang memerintah, dan seluruh kehidupan agama sosial,
pendidikan, dan sampai batas tertentu, kehidupan politik dari kira-kira 2.000.000
orang di Palestina telah dibentuk oleh tata cara mereka. Walaupun demikian
jumlah orang yang termasuk gabungan orang farisi, terdiri kebanyakan dari
guru-guru dan orang-orang tingkat atas, sesuai dengan tafsiran Josephus (Ant.
XVII, 2,4), tidak mencapai jumlah 6.000; sedang jumlah seluruhnya dari orang
saduki, yang terdiri hampir seluruhnya dari kepala-kepala imam dan keluarga-
keluarga Sanhedrin di Yerusalem, mungkin tidak mencapai jumlah lebih dari
beberapa ratus. Lihat Anthony C. Deane, The World Christ Knew, London, Guild
Books, 1944, hal. 57, 60; Edersheim op. Cit., I, hal. 311. Bilamana dianggap
bahwa jumlah kelompok istimewa yang kecil ini hanya terdiri dari 7.000 orang,
92
kira-kira sepertiga dari satu persen dari seluruh penduduk Israel, memimpin
kehidupan rohani dari suatu bangsa, tidaklah sukar untuk memahami mengapa
Yesus begitu banyak bercakap tentang mereka, sementara itu juga mengajar
murid-muridNya, kebutuhan yang mendesak bagi kepemimpinan yang lebih baik.
8. Tiap-tiap orang tidak dapat tidak mendapatkan didalam hubungan ini bahwa
penunjukan kepada “murid-murid” itu sebagai suatu golongan/kelompok yang
bersatu jauh lebih banyak kali didalam keempat injil daripada penunjukan
kepada seorang murid pribadi. T. Ralph Morton bahkan menerangkan lebih
lanjut tentang hal ini dan menegaskan bahwa penunjukan kepada pribadi-pribadi
mengarah kepada kekalahan-kekalahan dari pihak mereka, sedang penunjukan
kepada kelompok itu sebagai satu kesatuan seringkali membicarakan tentang
kesukaan mereka, pengertian atau prestasi mereka. Ketika diingatkan bahwa hal
ini ditulis dengan ilham oleh para murid, dan bukan oleh Yesus, jelaslah berarti
bahwa mereka akan menegaskan tempat mereka dalam arti demikian. Lihat. T.
Ralph Morton, The Twelve Together, Glasgow, The Iona Community, 1956, hal.
24-30, 100. Kita tidak perlu menarik kesimpulan dari ini bahwa para murid tidak
penting sebagai pribadi-pribadi, karena hal itu tidaklah demikian, tetapi hal itu
menunjukkan pada kita tentang kenyataan bahwa para murid mengerti bahwa
Tuhan mereka melihat pada mereka sebagai sebuah tubuh dari orang-orang
yang beriman yang dialatih bersama untuk suatu pengutusan yang umum.
Mereka melihat diri mereka sendiri melalui Kristus, pertama sebagai sebuah
gereja, dan kedua sebagai pribadi-pribadi didalam tubuh itu.
9. Paling sedikit enam belas kali sebelum penangkapaNya yang sesungguhnya oleh
tentara-tentara itu, Yesus bercakap tentang kesengsaraan dan kematianNya.
Penyebutan tentang hal ini pada pertama kali diliputi oleh suatu rahasia, tetapi
maksunya jelas sekali—perbandingan dari tubuhNya dengan penghancuran Bait
Allah (Yoh. 2:19); penunjukan pada Anak Manusia dinaikkan seperti ular
tembaga (Yoh. 3:14); suatu pernyaataan tentang hari didalam mana Dia sebagai
mempelai laki-laki akan diambil pergi (Mark. 2:20; Mat. 9:15; Luk. 5:35); kiasan
tentang diriNya dengan roti hidup yang harus dipecah-pecahkan dan dimakan
93
(Yoh. 6:51-58); dan mungkin penunjukan pada nabi Yunus sebagai suatu tanda
(Mat. 16:4). Sesudah penyataan yang tegas dari Petrus di Kaisaria Filipi, Yesus
mulai menunjukkan kepada murid-muridNya dengan lebih tegas bahwa Dia
wajib pergi ke Yerusalem, lalu merasai banyak sengsara dari para orang tua-tua,
dan dari para kepala imam dan ahli taurat, sehingga dibunuh, kemudian Ia
bangkit pula pada hari yang ketiga” (Mark.8:21; Mat. 16:21; Luk. 9:22).
Kemudian Dia memberitahu tentang kematianNya dan kebangkitanNya secara
terperinci pada waktu berjalan di tanah Galilea dengan murid-muridNya (Mark.
9:30-32; Mat. 17:22,23;Luk. 9:43-45); juga pada perjalananNya yang terakhir ke
Yerusalem sesudah perjalananNya di Perea (Mark. 10:33,34; Mat. 20:18-19; Luk.
18:32-33). KematianNya merupakan pokok pembicaraanNya dengan Musa dan
Elia di atas gunung yang tinggi itu (Luk. 9:31). PernyataanNya itu juga
menunjukkan tentang seorang nabi yang tidak boleh dibunuh diluar Yerusalem
(Luk. 13:33), begitu pula penunjukan kepada kesengsaraan dan penolakan oleh
orang-orang sebelum kembaliNya dalam kemuliaan (Luk. 17:25). Dia banyak
menyamakan diriNya dengan gembala yang baik “yang menyerahkan nyawanya
ganti segala domba itu” (Yoh.10:11, 18), dan seperti sebiji gandum yang jatuh
ketanah dan mati sebelum ia berbuah banyak (Yoh. 12:24). Beberapa hari
sebelum hari raya paskah, Yesus sekali lagi mengingatkan murid-muridNya
bahwa Dia akan “ diserahkan supaya Ia disalibkan” (Mat. 26:2), dan kemudian
pada hari itu juga Dia menerangkan didalam rumah Simon yang kena bala
zaraat, bahwa minyak wangi yang mahal yang oleh Maria curahkan di atas
kakiNya adalah sebagai persediaan bagi penguburanNya (Mark. 14:8; Mat.
26:12). Akhirnya, pada perjamuan yang terakhir dengan murid-muridNya, Yesus
menceritakan tentang kesengsaraanNya (Luk.22:15), dan kemudian menetapkan
peringatan dari kematianNya dengan makan roti dan minum anggur
(Mark.14:22-25; Mat. 26 :26-29; Luk. 22:17-20).
10. Ayat dalam Yoh. 14:12 ini, mempunyai penunjukan pada penginjilan yang
megherankan untuk diketahui, karena ia tidak hanya mengatakan bahwa para
murid akan melakukan pekerjaan-pekerjaan Kristus, tetapi Ia juga berkata
94
bahwa mereka akan mengerjakan “perbuatan yang lebih besar” karena Yesus
akan pergi kepada Bapa. Mengambil hal ini sebagaimana adanya, bagian ini
akan mengajar pada kita bahwa para murid dengan kuasa Roh Kudus akan
melakukan semua hal yang telah dibuat oleh Tuhan mereka—dan hal ini
memang sedikit—dan bahkan berbuat lebih banyak. Mengenai apa sebenarnya
pekerjaan yang lebih besar ini Yesus tidak menerangkan tetapi kisah rasul-rasul
akan nyata bahwa hal ini terjadi dalam penginjilan yang besar-besaran.
Setidaknya, dalam pengertian demikian, para murid benar-benar melihat hasil
yang lebih besar dari Kristus. Dalam kenyataannya , hanya dalam satu hari saja
yaitu pada hari pentakosta, lebih banyak orang ditambahkan pada gereja
daripada jumlah yang dicapai selama tiga tahun pelayanan Kristus.
11. Perkataan “lain” disini, dalam bahasa Yunani asli, mempunyai arti yang khusus.
Ini bukanlah perkataan yang dipakai untuk memperbandingkan dua hal dari
kualitas yang tidak sama, akan tetapi perkataan ini lebih banyak dipakai untuk
memperbandingkan dua hal dari kualitas yang sama, hanyalah dengan
perbedaan dalam oknumnya saja. Karena itu fungsi dari perkataan ini ialah
menyatakan persamaan kualitas Roh itu dengan Anak Manusia yang telah
dijelmakan, sehingga Roh itu walaupun berbeda dalam oknumnya, adalah sama
seperti Yesus dalam pelayananNya terhadap murid-muridNya. Lihat G. Campbell
Morgan, The Teaching of Christ, New York, Revell, 1913, hal. 65. Pembahasan
yang baik tentang pengajaran Yesus mengenai pekerjaan Roh, dapat ditemukan
dalam Louis Burton Crane, The Teaching of Jesus Concerning The Holy Spirit, New
York, American Track Society, 1905; dan J. Ritchie Smith, The Holy Spirit in The
Gospels, New York, Macmillan, 1926.
12. Janji ini telah dipenuhi kepada murid-muridNya pada hari Pentakosta (Kis. 2:4),
tetapi hal itu belum berakhir disitu saja. Berulang-ulang Lukas mengingatkan kita
bahwa kepenuhan Roh Kudus adalah pengalaman yang tepat dan dijunjung
tinggi pada masa penganut sidang jemaat yang mula-mula (Kis. 4:8, 31; 6:3, 5;
7:55; 9:17; 11:24; 13:9, 52). Semua mereka yang mempunyai suatu bagian yang
menarik perhatian dalam memperkembangkan orang jemaat ini adalah orang-
95
orang yang telah mengalami pengalaman ini. Jelaslah dari hal ini bahwa
kehidupan yang dpenuhi Roh itu tampakanya diterima sebagai suatu ukuran
ukuran biasa tentang pengalaman-pengalaman kekristenan pada masa sidang
jemaat yang mula-mula, walaupun hal ini tidak merupakan pengalaman yang
umum dari mereka semuanya. Karena itulah, misalnya Paulus terpaksa
menasihati orang-orang Epesus supaya “penuh dengan Roh” (Ef. 5:8). Dalam
hubungan ini baik sekali bila Saudara membaca buku-buku William Arthur, The
Tongue of Fire, London, The Epworth Press, 1956; John Wesley, A Plain Acount of
Christian Perfection, London, Samuel Chadwick, The Way to Pentecost, New York,
Fleming H. Revell, 1932; Charles G. Finney, “BeFilled with The Spirit” didalam
Revival Lectures, New York, Fleming H. Revell, 1958; Andrew Murray, Thr Full
Blessing of Pentecost, London, Oliphants Ltd. 1954; Samuel Logan Brengle, When
the Holy Ghost is Come, New York, Salvation Army Printing an Publishing House,
1911: R.A. Torrey, The Baptism with the Holy Spirit, New York, Fleming H. Revell,
1895; dan khotbah “How to be filled with the with the Holy Spirit” oleh Billy
Graham, Revival in Our Time, Wheaton, Van Kampen, 1950, hanya untuk
menyebut beberapa hari dari sekian banyak pembahasan-pembahasan yang
populer tentang pokok ini. Istilah-istilah yang diapakai untuk melukiskan
pengalaman ini dapat berlainan, tergantung pada segi pandangan teologi
masing-masing, tetapi dengan mempelajari Sejarah Kristen akan terbuka
kenyataan bahwa pengalaman itu sendiri bagaimanapun didefinisikan, telah
umum bagi mereka yang dipakai Tuhan dalam menyaksikan Injil itu kepada
orang lain.
13. Contoh yang baik tentang ini adalah khotbah diatas bukit yang terkenal itu (Mat.
5:3-7:27; Luk. 6:20-49). Ini tidak terutama ditujukan pada massa yang
mengikutinya, walaupun mereka secara kebetulan mendengarnya (Mat. 7:28,
29). Sebenarnya khotbah ini mengenai kelakuan yang bermoral dan bersusila
tentang kerajaan ini, ditujukan hanya kepada bebrapa pengikut terdekat yang
dapat menerimanya. “Apabila Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia keatas
sebuah bukit, setelah Ia duduk, murid-muridNya pun datanglah kepadaNya. Lalu
96
Ia membuka mulutNya sambil mengajar mereka itu” (Mat. 5:1; bd. Luk. 6:17-20).
Mungkin lukisan yang paling mudah dipahami yaitu bagaimana Yesus dengan
sengaja tidak mau mengajarkan kepada mereka yang tidak dapat menerimanya,
hal mengenai hubungan antara Dia sendiri dengan janji kedatangan Messias itu.
Walaupun Dia menunjukkan bahwa Dialah Messias itu kepada murid-muridNya
dimasa permulaan pelayananNya (Yoh. 4:25, 26, 42), dan mengijinkan murid-
muridNya menegaskan hal ini dari permulaannya (Yoh. 1:41, 45, 49), tidak
pernah ada catatan bahwa Dia pernah menyatakan DiriNya sebagai Messias
kepada pemimpin-pemimpin keagamaan di Yerusalem sampai pada waktu Dia
diadili, dan waktu itupun hanya sesudah imam besar itu menanyakan secara
tegas apakah Dia benar Kristus (Mark. 14:61-62; Mat. 26:63, 64).
14. Kebiasaan berdoa dari Yesus ditunjukkan lebih dari dua puluh kali dalam keempat
Injil. Kebiasaan berdoa selalu disebut pada waktu Yesus mengalami hal-hal yang
menuntut suatu keputusan dalam kehidupanNya misalnya pembaptisanNya (Luk.
3:21); pemilihan kedua belas rasul (Luk. 6:21); peristiwa diatas gunung tinggi,
diamana terjadi pertemuan dengan Musa dan Elia (Luk. 9:29); perjamuan kudus
yang terakhir (Mat. 26:27); doa didalam taman Getsemani (Luk. 22:39-46); dan
diatas salib (Luk. 22:46). Para rasul dalam karangan-karangan mereka telah
menulis tentang Yesus yang selalu mendoakan pelayanan dan supaya mereka
menyadari bahwa Dialah Messias itu (Luk. 9:28); juga misalnya pada waktu
mendengar laporan-laporan penginjilan mereka (Luk. 10:21, 22); waktu
mengajar mereka untuk berdoa (Luk. 11:1). Lain-lain contoh kebiasaan berdoa
dari Yesus ialah doaNya sebagai Imam yang besar sebelum Dia disalibkan (Yoh.
17:6-19); doaNya yang penuh kasih untuk Petrus (Luk. 22:32); dan dirumah
kedua murid di Emmaus sesudah kebangkitanNya (Luk. 24:30). Doa juga
diutamakan dan dipakai dalam perbuatan-perbuatan mujizatNya yang penuh
kuasa misalnya pada penyembuhan orang banyak (Mark. 1:35); pada waktu
memberi makan kepada lima ribu orang (Mark. 6:41; Mat. 14:19; Luk. 9:16: Yoh.
6:11); selanjutnya pada waktu memberi makan kepada empat ribu orang (Mark.
8:6; Mat. 15:36); pada waktu penyembuhan orang bisu dan tuli (Mark. 7:34);
97
dan pada waktu membangkitkan Lazarus dari anatar orang mati (Yoh. 11:41).
Lebih dari itu, doa itu selalu siap diucapkan oleh Yesus, pada waktu Dia melihat
orang banyak untuk mana Dia sebenarnya datang menyelamatkan itu – sebelum
pertengkaran dengan pemimpin-pemimpin agama (Luk. 5:16; didalam
percakapan dengan orang-orang Gerika yang datang untuk menemuiNya (Yoh.
12:27); setelah menyuruh pulang keliam ribu orang yang telah diberi makan
(Mark. 6:46; Mat. 14:23); memberkati kanak-kanak (Mark. 10:16); dan akhirnya
mendoakan mereka yang memakukan Dia pada kayu salib (Luk. 23:34).
15. Tidak pernah terjadi kekacauan didalam pikiranNya mengenai kuasa dan
kesaksian Firman Tuhan, karena Dia mengetahui bahwa Alkitab itu diilhami oleh
Roh Kudus (Mark. 12:36; Mat. 22:43). Ayat-ayat yang ditulis, bagiNya merupakan
“Firman Allah” (Yoh. 10:35; Mark. 7:13; Mat. 15:6; bd. Luk. 8:12). Memang,
dalam arti yang khas, Firman ini adalah perkataanNya sendiri yang telah
ditafsirkan dan diperjelas (mis. Mat. 5:21, 22, 27, 28), sebagaimana Dia
menyatakan, “maka kita itu juga menyaksikan dari halku” (Yoh. 5:39; bd. Mat.
5:17, 18). Dengan kesadaran akan hal ini, Dia insaf sepenuhnya bahwa
kehidupanNya adalah pemenuhan dari Firman itu, dan seringkali Dia meminta
perhatian tentang hal itu (Mat. 5:18; 8:17; 13:14; 26:54, 56; Mark. 14:49; Luk.
4:21; 21:22; Yoh. 13:18; 15:25; 17:21). Tidak mengherankan bahwa Yesus
mempergunakan Firman yang telah tersedia mengenai pengetahuan yang
tertentu ini didalam pekerjaanNya. Inilah makanan rohani yang mencukupi
jiwaNya (mat. 4:4) dan menguatkan jiwaNya melawan pencobaan (mat. 4:4, 7,
10; 12:3; Luk. 4:4, 8, 12). Tetapi lebih penting dari pada segala hal diatas, Firman
ini merupakan Buku PedomanNya untuk mengajar didepan umum dan secara
pribadi mengenai kebenaran yang kekal tentang Allah (mis. Luk. 4:17-21; 24:27,
32, 44, 45).
16. Ini adalah lukisan yang masing-masing terpisah tentang perkataan yang
diucapkannya yang diambil dari Perjanjian Lama, kadang-kadang dengan
kutipan langsung menyinggung suatu kejadian, atau dengan istilah-istilah yang
dipergunakan dalam Kitab-kitab suci orang Yahudi. Jika dihitung semua kutipan
98
yang sama dalam keempat Injil, maka akan terdapat kira-kira 160 penyebutan
dimana Yesus mengutip perkataan-perkataan dari Alkitab sebagaimana Alkitab
itu terbentuk pada masa hidupNya. Selanjutnya telah diadakan kutipan-kutipan
dari dua pertiga bagian dari seluruh kitab-kitab Perjanjian Lama mengenai hal
ini. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa perkataan-perkataan Kristus telah
benar memuat pengajaran dari imam-imam, raja-raja dan nabi-nabi. Seluruh
alam pikiranNya senantiasa sesuai dengan Firman yang diilhamkan sampai pada
hidupNya itu. Lihat Herman Harrel Horne. Jesus the Master, New York,
Association Press, 1920, hal. 93-106; dan J.M. Price, Jesus the Teacher, Nashville,
Convention Prss, 1954, hal. 8-11, 62-64. Sebenarnya daftar yang lengkap dari
kutipan Perjanjian Lama yang terdapat dalam kitab-kitab Injil dapat ditemukan
dalam A.T. Robertson, Harmony ofthe Gospels for Students of the Life of Christ,
New York, 1922, hal. 295-301.
17. Contoh-contoh lain tentang hal yang sama dengan ini terdapat pada
perumpamaan tentang lalang diladang (Mat. 13:36 dst.); celaanNya terhadap
orang Farisi yang mengingkari Firman Allah dengan tradisi-tradisi mereka (Mat.
15:15 dst.); Pengajaran tentang orang kaya yang bodoh (Luk. 12:22 dst.)
Perumpamaan tentang orang kaya dengan Lazarus (Luk. 16:19 dst.);
perkataanNya kepada orang Farisi mengenai kedatangan Allah (Luk. 17:22 dst.).
dan persoalan mengenai ijin perceraian menurut hukum Musa (Mark. 10:10 dst.;
Mat. 19:7 dst.)
18. Saya tidak dapat tidak harus mengemukakan disini bahwa murid-murid Yesus
diberikan hak untuk membaptiskan orang sebelum mereka diijinkan untuk
berkhotbah. Bilaman kita menarik kesimpulan dari sini bagi adanya sebuah
peraturan gerejani, hal ini akan benar-benar menyatakan bahwa pelayanan
khotbah lebih penting serta penuh dengan bahaya dan hak-hak istimewa dari
pada sebuah pelayanan sakramen, atau setidaknya, hal pembatisan. Tiap-tiap
orang yang dipercayai dengan pelayanan yang suci bagi Firman itu mempunyai
kedudukan yang meminta tanggung jawab yang jauh lebih besar dari pelayanan
pembaptisan saja, dan dengan demikian pertanggungan jawab yang lebih besar
99
ini akan meliputi yang lebih kecil. Penerapan dari kebijaksanaan ini,
bagaimanapun juga, akan menimbulkan beberapa persoalan yang sukar
dipecahkan didalam banyak jemaat dari gereja modern.
19. Rencana bepergian dalam pasangan-pasangan, kelihatannya menjadi cara yang
sering diikuti didalam Injil-Injil, umpamanya, dua orang murid disuruh mencari
keledai muda yang akan digunakan Yesus untuk memasuki Yerusalem (Luk.
19:29). Petrus dan Yohanes bersama-sama disuruh mempersiapkan Paskah (Luk.
22:8). Mungkin Yakobus dan Yohanes bersama-sama mengadakan perjalanan
sebelum Yesus memasuki Samaria, karena mereka berdualah yang amat marah
dengan penyambutan terhadap kedatangan mereka itu (Luk. 9:52, 54). James I.
Vancer didalam bukunya yang kecil, The College of Apostles, New York, Fleming
H. Revell, 1896, bahkan mencoba menggambarkan semua rasulpun didalam
pasangan-pasangan, membuat semuanya enam kelompok yang terdiri dari dua
orang didalam keseluruhan gabungan itu. Dalam pikirannya ialah bahwa para
murid dijadikan berpasangan untuk melengkapi kebajikan masing-masing dan
memperkecil kesalahan-kesalahan masing-masing. Pengelompokan ini
menjadikan satu Petrus yang radikal dengan Andreas yang kuno; Yakobus yang
sudah agak tua dengan Yohanes yang masih muda; Filpusa yang kurang
bijaksana dengan Bartolomeus yang cerdik; Tomas yang selalu bimbang dengan
Matius yang berkeyakinan teguh; Yakobus yang selalu cemerlang dalam
melakukan tugas dengan Yudas yang cemerlang dalam keteguhan memegang
azas; dan Simon yang diberi gelar Zelotis dengan Yudas si pengkhianat.
Penyokongan terhadap dugaan ini terletak hampir seluruhnya pada daftar dari
para rasul itu dalam pasangan-pasangan oleh Matius (Mat. 10:2-4). Latham op.
Cit., hal. 192. Bagaimanapun juga, secara terus terang, saya kira kita harus
menyadari bahwa pengelompokan ini kebanyakan dilakukan dengan sebuah
hypotese (pendugaan). Walaupun demikian, dengan jelas kisah rasul-rasul
menyebut kepergian para rasul dan para penginjil dari gereja itu dilakukan
dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.
100
20. Sebelum Yesus memberi makan kepada lima ribu orang Dia minta lebih dahulu
murid-muridNya untuk memberi orang-orang itu sesuatu untuk makan. Ini
dilakukanNya dengan maksud untuk menunjukkan kepada mereka betapa
kecilnya iman mereka (Yoh. 6:6), dan juga untuk memaparkan pada mereka
kesulitan yang timbul karenanya. Hanya sesudah para murid yakin tentang
ketidakmampuan mereka dalam menghadapi keadaan ini Yesus turun tangan,
tetapi pada waktu itupun Dia menggunakan murid-murid itu didalam pemecahan
persoalan itu olehNya.
21. Jelas sekali bahwa Dia sangat berhati-hati dalam mengajar mereka bahwa Roh
Kudus akan terus menilik pekerjaan mereka sesudah Dia bercerai dari mereka
secara badani. Pekerja Kristen tidak pernah berjalan tanpa penilikan pribadi.
22. Patut dicatat bahwa Petrus sendiri membuat perumpamaan ini. Selanjutnya,
ketiadaan suatu tuntutan bagi kedudukan pribadi yang tinggi didalam surat-
suratnya menunjukkan dengan tegas bahwa Petrus tidak mengerti akan sikap
Tuhannya dalam hal menganugerahkan suatu kekuasaan keimaman atau
kerohanian kepadanya.
Dikutip dari buku: RENTJANA AGUNG PENGINDJILAN
ROBERT E. COLEMAN
KALAM HIDUP 1968
Terjemahan dari buku :
Judul Buku : Ministerial Life and Work
Pengarang : Thomas, Grifftih W.H.
Bibliografi
Thomas, Griffith W.H., Ministerial Life and Work
Top Related