DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI iv
KATA PENGANTAR v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xiii
ABSTRACK xiv
ABSTRAK xv
BAB I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang Masalah 1
12 Rumusan Masalah 11
13 Ruang Lingkup Masalah 12
14 Orisinalitas Penelitian 12
15 Tujuan Penelitian 15
151 Tujuan Umum 15
152 Tujuan Khusus 15
16 Manfaat Penelitian 16
161 Manfaat Teoritis 16
162 Manfaat Praktis 17
17 Landasan Teoritis 18
171 Konsep Negara Hukum Indonesia 18
172 Konsep Good Governance 20
173 Teori Efektifitas Hukum 23
174 Teori Pemungutan Pajak 24
18 Metode Penelitian 27
181 Jenis Penelitian 28
182 Jenis Pendekatan 28
183 Sifat Penelitian 29
184 Data dan Sumber Data 29
185 Teknik Pengumpulan Data 33
186 Pengolahan dan Analisis Data 35
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG OTONOMI DAERAH
PEMERINTAHAN DAERAH DAN PAJAK AIR PERMUKAAN
36
21 Otonomi Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 36
22 Pajak dan Pajak Air Permukaan 41
23 Kewenangan Pemerintah Daerah sebagai Daerah Otonom dalam
Pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Permukaan
4
6
BAB III PEMUNGUTAN PAJAK AIR PERMUKAAN TERKAIT
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH 52
31 Pendapatan Asli Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah
5
2
32 Pajak Daerah sebagai Bagian dari Pendapatan Asli Daerah
5
8
33 Landasan Yuridis Pemungutan Pajak Air Permukaan
5
9
34 Prosedur Perizinan Penggunaan danatau Pemanfaatan Air
Permukaan di Bali
6
4
35 Pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
7
3
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR PERMUKAAN
DI PROVINSI BALI 89
41 Faktor Pendukung Pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali 89
42 Faktor Penghambat Pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali 95
BAB V PENUTUP 101
51 Kesimpulan 101
52 Saran 102
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
RINGKASAN SKRIPSI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 11 Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 5
Tabel 12 Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota 7
Tabel 13 Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air 13
Tabel 14 Perbandingan Istilah Government dan Governance 21
Tabel 31 Daftar Alamat Ditujukan Permohonan Izin Pengusahaan Sumber
Daya Air 67
Tabel 32 Target dan Realisasi serta Efektifitas Pajak Air Permukaan (AP)
Provinsi Bali Tahun 2012-2016 80
Tabel 33 Kontribusi Pajak Air Permukaan (AP) Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Provinsi Bali Tahun 2011-2015 81
Tabel 34 Penerimaan Pajak Air Permukaan (AP) UPT Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Bali Kota Denpasar per Bulan Januari ndash Desember
2016 82
Tabel 35 Penerimaan Pajak Air Permukaan (AP) UPT Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Bali Kabupaten Badung per Bulan Januari ndash
Desember 2016 84
ABSTRACT
Surface water is all the water contained in the soil surface not including sea
water both at sea and on land Surface Water Tax Collection was conducted to
explore the regional revenue Surface Water Tax Collection in addition to the
implementation of regional autonomy as well as to minimize the impact of
environmental damage caused particularly in the field of water resources The
purpose of this writing was to find out more details about the implementation of the
Surface Water Tax collection in the province of Bali as well as understand the
enabling and inhibiting factors of surface water for collection of the tax in the
province of Bali itself
This research applies empirical legal research methods with qualitative data
collection techniques The data was collected through several techniques including
interviewing techniques technical document studies and processing and data
analysis
For collection of water tax Surface in Bali Province is basically effective
which has been proven by the data processing polling Tax surface water in the
province of Bali within a period of 5 (five) years where the level of realization is
always above the range of 100 (one hundred percent) from the target However
although the degree of realization of Surface Water Tax collection in Bali Province is
high apparently contributing to the Surface Water Tax revenue (known as PAD) of
Bali is relatively small which averaged under 01 (zero point one percent) In
order to increase the contribution of surface water tax to the PAD to the regional
administration so it needed the addition of Surface Water Tax subject classification
itself
Keywords Surface Water Tax State Government Water Resources
ABSTRAK
Air Permukaan merupakan semua air yang terdapat pada permukaan tanah
tidak termasuk air laut baik yang berada di laut maupun di darat Pemungutan Pajak
Air Permukaan dilakukan guna menggali Pendapatan Asli Daerah Pemungutan Pajak
Air Permukaan disamping guna penyelenggaraan otonomi Daerah juga untuk
meminimalisir dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan khususnya dalam
bidang sumber daya air Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
lebih rinci tentang pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
serta memahami faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan pemungutan
Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali itu sendiri
Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian hukum empiris dengan
teknik pengumpulan data kualitatif Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
beberapa teknik diantaranya teknik wawancara teknik studi dokumen serta teknik
pengolahan dan analisis data
Pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali pada dasarnya
sudah efektif hal ini dibuktikan dengan hasil pengolahan data pemungutan Pajak Air
Permukaan di Provinsi Bali dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir dimana
tingkat realisasinya selalu berada di atas kisaran 100 (seratus persen) dari yang
ditargetkan Namun meskipun tingkat realisasi pemungutan Pajak Air Permukaan di
Provinsi Bali terbilang tinggi rupanya kontribusi Pajak Air Permukaan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali masih terbilang kecil yakni rata-rata
dibawah 01 (nol koma satu persen) Dalam rangka meningkatkan kontribusi Pajak
Air Permukaan terhadap PAD guna penyelenggaraan Pemerintahan Daerah tersebut
maka diperlukan penambahan klasifikasi subjek Pajak Air Permukaan itu sendiri
Kata Kunci Pajak Air Permukaan Pemerintahan Daerah Sumber Daya Air
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan daerah1 termasuk pendapatan
daerah Provinsi Bali yang merupakan daerah otonom2 Sumber pendapatan daerah
dari pajak tidak hanya dipungut oleh daerah tetapi Pemerintah Pusat juga dapat
melakukannya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Malahan dalam
praktiknya pemungutan pajak tidak hanya dilakukan di Indonesia namun hampir
seluruh negara di dunia memasukkan pajak sebagai sumber pendapatan negaranya
hal ini dibuktikan dengan adanya suatu jenis perjanjian internasional yang disebut
dengan perjanjian penghindaran pajak berganda (tax treaty) dalam kaitannya dengan
transaksi internasional3 Perjanjian penghindaran pajak berganda sendiri diartikan
sebagai perjanjian pajak antara dua negara bilateral yang mengatur mengenai
pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang diperoleh atau diterima oleh
1 Seperti yang tercantum di dalam konsideran menimbang huruf c Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menentukan bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan
pemerintahan daerah
2 Daerah otonom sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia
3 Wiratni Ahmadi 2007 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Tax Treaty) dalam
Kaitannya dengan Transaksi Internasionalrdquo
httpjournalunparacidindexphpprojustitiaarticleviewFile11181085 diakses tanggal 21
November 2016
penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan (Both
Constracting States)4
Pemungutan atas pajak yang dilakukan oleh negara-negara tersebut bertujuan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan yang pada era globalisasi ini
kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang memerlukan keterlibatan pemerintah
semakin kompleks Kebutuhan negara dalam penyelenggaraan pemerintahan
dimaksud termasuk negara Indonesia yaitu mencakup kebutuhan mengenai pelayanan
umum pertahanan ketertiban dan keamanan ekonomi lingkungan hidup perumahan
dan fasilitas umum kesehatan pariwisata dan budaya agama pendidikan dan
perlindungan sosial Guna memenuhi kebutuhan negara tersebut diperlukan anggaran
yang dapat digali dari berbagai sumber Seperti halnya negara Indonesia keseluruhan
aspek-aspek kebutuhan negara Indonesia yang disebutkan di atas memerlukan
anggaran biaya pemerintah pusat berdasarkan fungsi pada tahun 2013-2015 sebesar
(dalam miliar) Rp 1392442- (Seribu Tiga Ratus Sembilan Puluh Dua Triliun Empat
Ratus Empat Puluh Dua Miliar Rupiah)5
Dalam rangka menunjang kebutuhan negara yang semakin kompleks maka
suatu negara membutuhkan penerimaan negara Sumber-sumber penerimaan negara
secara umum dapat digali dari bumi air dan kekayaan alam pajak-pajak bea dan
4 Hilda Wagiri 2016 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Bergandardquo
httpswwwscribdcomdoc157949713Pengertian-Dan-Tujuan-Perjanjian-Penghindaran-Pajak-
Berganda diakses tanggal 21 November 2016
5 Badan Pusat Statistik 2015 ldquoAnggaran Biaya Pemerintah Pusat berdasarkan Fungsirdquo
httpswwwbpsgoidSubjekviewid101subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1 diakses tanggal
12 Oktober 2016
cukai penerimaan negara bukan pajak (non-tax) hasil perusahaan negara dan
sumber-sumber lain seperti percetakan uang dan pinjaman6 Dari sumber pendapatan
negara tersebut pajak merupakan suatu pendapatan negara yang menyumbang
nominal tertinggi dan sektor penerimaan pajak Indonesia sendiri menyumbangkan
sekitar 70 (tujuh puluh persen) dari keseluruhan pendapatan nasional7
Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No 16 Tahun
2009 dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa
ldquopajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyatrdquo
Kemudian pajak menurut Feldmann sebagaimana dikutip oleh Muhammad
Djafar Saidi merupakan prestasi yang terutang pada penguasa dan dipaksakan secara
sepihak menurut norma-norma yang ditetapkan oleh penguasa itu sendiri tanpa ada
jasa balik dan semata-mata guna menutup pengeluaran-pengeluaran umum8 Dari
definisi-definisi mengenai pajak tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pajak adalah suatu iuran wajib yang dikenakan kepada wajib pajak dengan
6 H Bohari 2010 Pengantar Hukum Pajak (Edisi Revisi 8) Rajawali Pers Jakarta h 11
7Muhammad Iqbal 2015 ldquoPajak Sebagai Ujung Tombak Pembangunanrdquo
httpwwwpajakgoidcontentarticlepajak-sebagai-ujung-tombak-pembangunan diakses tanggal 3
Oktober 2016
8 Muhammad Djafar Saidi 2010 Pembaharuan Hukum Pajak (Edisi Revisi) Rajawali Pers
Makassar h 27
sifat yang dipaksakan oleh penguasa atau negara melalui undang-undang tanpa
adanya kontra prestasi secara langsung yang dirasakan oleh si wajib pajak
Dilihat dari segi kewenangannya di Indonesia pajak dibagi atas pajak pusat
dan pajak daerah Perbedaan antara kriteria pajak pusat dan pajak daerah terlihat dari
pihak pemungutnya di mana pajak pusat dipungut oleh Pemerintah Pusat dan pajak
daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah Salah satu faktor pembagian atas pajak
yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah didasarkan pada
otonomi yang diberikan kepada daerah-daerah di Indonesia melalui tugas otonomi
dan tugas pembantuan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No
2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang No 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Penerapan otonomi yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah ini tentu saja banyak berimplikasi pada sektor finansial atau keuangan daerah
Maka dari itu dalam menjalankan tugasnya tentu saja pemerintah dalam hal ini
pemerintah daerah harus diberikan hak untuk memperoleh sumber keuangan yang
selanjutnya digunakan sebagai pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya9
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
menentukan secara rinci kewenangan pemerintah daerah yang selanjutnya dalam
9 Gunarto Suhardi 2006 Negara Kesatuan dan Otonomi Daerah Andi Offset Yogyakarta h 16
undang-undang ini disebut dengan istilah ldquourusanrdquo10
Rincian kewenangan
Pemerintah Pusat Provinsi KabupatenKota dapat dilihat dalam lampiran Undang-
Undang No 23 Tahun 2014 Khusus mengenai pengaturan Sumber Daya Air (SDA)
dapat dijumpai pada angka 1 (satu) lampiran huruf c yang mengatur mengenai
pembagian urusan pemerintah bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
Perbandingan kewenangan (urusan) Pemerintah Pusat Daerah Provinsi dan Daerah
KabupatenKota di dalam pengelolaan Sumber Daya Air dapat dilihat sebagaimana
tabel di bawah
Tabel 11
Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
No Sub Urusan Pemerintah
Pusat
Daerah Provinsi Daerah
KabupatenKota
1 Sumber Daya
Air (SDA)
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah Provinsi
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai dalam 1
(satu) Daerah
10 Urusan pemerintahan sebagaimana ketentuan Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dibagi ke dalam 3 (tiga) urusan yang terdiri dari urusan
pemerintah absolut urusan pemerintah konkuren dan urusan pemerintahan umum
wilayah sungai
lintas negara dan
wilayah sungai
strategis nasional
KabupatenKota KabupatenKota
Sumber Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran
huruf c angka 1
Secara spesifik diuraikan kriteria pajak daerah oleh Davey dalam
bukunya yang berjudul Financing Regional Government yang dikutip oleh Kesit
Bambang Prakoso terdiri dari 4 (empat) hal yaitu11
1 Pajak yang pungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
pengaturan dari daerah sendiri
2 Pajak yang penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah tetapi
pungutannya berdasarkan peraturan pemerintah pusat
3 Pajak yang penetapan dan atau pungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah
4 Pajak yang pungutan dan administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat
tetapi hasil pungutan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah
Mengacu pada kriteria pajak daerah yang diuraikan oleh Davey di atas maka
dapat ditarik suatu definisi mengenai pajak daerah adalah pajak yang terdiri dari
berbagai jenis pajak penetapan danatau pemungutannya dilakukan di wilayah daerah
serta merupakan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat Kemudian pajak daerah
dalam hal kewenangan pemungutan pajak atas objek pajak di daerah juga dapat
dibagi lagi menjadi dua yakni pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
11 Kesit Bambang Prakosa 2005 Pajak dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi) UII Press
Yogyakarta h 2
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota12
Berikut tabel indikator pembeda pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota sebagai
indikator pembedanya yakni
Tabel 12
Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota
No Keterangan Pajak Provinsi Pajak KabupatenKota
1 Kewenangan
pemungutan
Pemerintah Daerah
Provinsi
Pemerintah Daerah
KabupatenKota
2 Objek pajak Cakupan lebih sempit
dibanding objek pajak
KabupatenKota dan
apabila ingin diperluas
objeknya harus melalui
perubahan dalam undang-
undang
Cakupan lebih luas
dibanding objek dengan
objek pajak Provinsi dan
masih dapat diperluas
berdasarkan peraturan
pemerintah sepanjang tidak
bertentangan dengan
ketentuan yang ada
3 Jenis Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Pajak Hotel Pajak
Restoran Pajak Hiburan
Pajak Reklame Pajak
12 Sunarto 2005 Pajak dan Retribusi Daerah AMUS dan Citra Pustaka Yogyakarta h 15
Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok
Penerangan Jalan Pajak
Mineral Bukan Logam dan
Batuan Pajak Parkir Pajak
Air Tanah Pajak Sarang
Burung Walet Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangungan
Sumber Diolah dari UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Sunarto dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Retribusi
Daerah13
Mengacu pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Air Permukaan
kewenangan pemungutannya berada di tangan Pemerintah Provinsi Air Permukaan
berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan sebagai seluruh air yang terdapat pada
permukaan tanah tidak termasuk air laut baik yang ada di laut maupun di darat
Selanjutnya yang termasuk ke dalam objek air permukaan merupakan pengambilan
danatau pemanfaatan Air Permukaan Pengambilan danatau pemanfaatan dimaksud
di luar dari tujuan keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan perikanan
rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-
13 Ibid
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
161 Manfaat Teoritis 16
162 Manfaat Praktis 17
17 Landasan Teoritis 18
171 Konsep Negara Hukum Indonesia 18
172 Konsep Good Governance 20
173 Teori Efektifitas Hukum 23
174 Teori Pemungutan Pajak 24
18 Metode Penelitian 27
181 Jenis Penelitian 28
182 Jenis Pendekatan 28
183 Sifat Penelitian 29
184 Data dan Sumber Data 29
185 Teknik Pengumpulan Data 33
186 Pengolahan dan Analisis Data 35
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG OTONOMI DAERAH
PEMERINTAHAN DAERAH DAN PAJAK AIR PERMUKAAN
36
21 Otonomi Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 36
22 Pajak dan Pajak Air Permukaan 41
23 Kewenangan Pemerintah Daerah sebagai Daerah Otonom dalam
Pelaksanaan Pemungutan Pajak Air Permukaan
4
6
BAB III PEMUNGUTAN PAJAK AIR PERMUKAAN TERKAIT
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH 52
31 Pendapatan Asli Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah
5
2
32 Pajak Daerah sebagai Bagian dari Pendapatan Asli Daerah
5
8
33 Landasan Yuridis Pemungutan Pajak Air Permukaan
5
9
34 Prosedur Perizinan Penggunaan danatau Pemanfaatan Air
Permukaan di Bali
6
4
35 Pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
7
3
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR PERMUKAAN
DI PROVINSI BALI 89
41 Faktor Pendukung Pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali 89
42 Faktor Penghambat Pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali 95
BAB V PENUTUP 101
51 Kesimpulan 101
52 Saran 102
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
RINGKASAN SKRIPSI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 11 Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 5
Tabel 12 Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota 7
Tabel 13 Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air 13
Tabel 14 Perbandingan Istilah Government dan Governance 21
Tabel 31 Daftar Alamat Ditujukan Permohonan Izin Pengusahaan Sumber
Daya Air 67
Tabel 32 Target dan Realisasi serta Efektifitas Pajak Air Permukaan (AP)
Provinsi Bali Tahun 2012-2016 80
Tabel 33 Kontribusi Pajak Air Permukaan (AP) Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Provinsi Bali Tahun 2011-2015 81
Tabel 34 Penerimaan Pajak Air Permukaan (AP) UPT Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Bali Kota Denpasar per Bulan Januari ndash Desember
2016 82
Tabel 35 Penerimaan Pajak Air Permukaan (AP) UPT Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Bali Kabupaten Badung per Bulan Januari ndash
Desember 2016 84
ABSTRACT
Surface water is all the water contained in the soil surface not including sea
water both at sea and on land Surface Water Tax Collection was conducted to
explore the regional revenue Surface Water Tax Collection in addition to the
implementation of regional autonomy as well as to minimize the impact of
environmental damage caused particularly in the field of water resources The
purpose of this writing was to find out more details about the implementation of the
Surface Water Tax collection in the province of Bali as well as understand the
enabling and inhibiting factors of surface water for collection of the tax in the
province of Bali itself
This research applies empirical legal research methods with qualitative data
collection techniques The data was collected through several techniques including
interviewing techniques technical document studies and processing and data
analysis
For collection of water tax Surface in Bali Province is basically effective
which has been proven by the data processing polling Tax surface water in the
province of Bali within a period of 5 (five) years where the level of realization is
always above the range of 100 (one hundred percent) from the target However
although the degree of realization of Surface Water Tax collection in Bali Province is
high apparently contributing to the Surface Water Tax revenue (known as PAD) of
Bali is relatively small which averaged under 01 (zero point one percent) In
order to increase the contribution of surface water tax to the PAD to the regional
administration so it needed the addition of Surface Water Tax subject classification
itself
Keywords Surface Water Tax State Government Water Resources
ABSTRAK
Air Permukaan merupakan semua air yang terdapat pada permukaan tanah
tidak termasuk air laut baik yang berada di laut maupun di darat Pemungutan Pajak
Air Permukaan dilakukan guna menggali Pendapatan Asli Daerah Pemungutan Pajak
Air Permukaan disamping guna penyelenggaraan otonomi Daerah juga untuk
meminimalisir dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan khususnya dalam
bidang sumber daya air Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
lebih rinci tentang pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
serta memahami faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan pemungutan
Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali itu sendiri
Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian hukum empiris dengan
teknik pengumpulan data kualitatif Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
beberapa teknik diantaranya teknik wawancara teknik studi dokumen serta teknik
pengolahan dan analisis data
Pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali pada dasarnya
sudah efektif hal ini dibuktikan dengan hasil pengolahan data pemungutan Pajak Air
Permukaan di Provinsi Bali dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir dimana
tingkat realisasinya selalu berada di atas kisaran 100 (seratus persen) dari yang
ditargetkan Namun meskipun tingkat realisasi pemungutan Pajak Air Permukaan di
Provinsi Bali terbilang tinggi rupanya kontribusi Pajak Air Permukaan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali masih terbilang kecil yakni rata-rata
dibawah 01 (nol koma satu persen) Dalam rangka meningkatkan kontribusi Pajak
Air Permukaan terhadap PAD guna penyelenggaraan Pemerintahan Daerah tersebut
maka diperlukan penambahan klasifikasi subjek Pajak Air Permukaan itu sendiri
Kata Kunci Pajak Air Permukaan Pemerintahan Daerah Sumber Daya Air
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan daerah1 termasuk pendapatan
daerah Provinsi Bali yang merupakan daerah otonom2 Sumber pendapatan daerah
dari pajak tidak hanya dipungut oleh daerah tetapi Pemerintah Pusat juga dapat
melakukannya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Malahan dalam
praktiknya pemungutan pajak tidak hanya dilakukan di Indonesia namun hampir
seluruh negara di dunia memasukkan pajak sebagai sumber pendapatan negaranya
hal ini dibuktikan dengan adanya suatu jenis perjanjian internasional yang disebut
dengan perjanjian penghindaran pajak berganda (tax treaty) dalam kaitannya dengan
transaksi internasional3 Perjanjian penghindaran pajak berganda sendiri diartikan
sebagai perjanjian pajak antara dua negara bilateral yang mengatur mengenai
pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang diperoleh atau diterima oleh
1 Seperti yang tercantum di dalam konsideran menimbang huruf c Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menentukan bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan
pemerintahan daerah
2 Daerah otonom sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia
3 Wiratni Ahmadi 2007 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Tax Treaty) dalam
Kaitannya dengan Transaksi Internasionalrdquo
httpjournalunparacidindexphpprojustitiaarticleviewFile11181085 diakses tanggal 21
November 2016
penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan (Both
Constracting States)4
Pemungutan atas pajak yang dilakukan oleh negara-negara tersebut bertujuan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan yang pada era globalisasi ini
kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang memerlukan keterlibatan pemerintah
semakin kompleks Kebutuhan negara dalam penyelenggaraan pemerintahan
dimaksud termasuk negara Indonesia yaitu mencakup kebutuhan mengenai pelayanan
umum pertahanan ketertiban dan keamanan ekonomi lingkungan hidup perumahan
dan fasilitas umum kesehatan pariwisata dan budaya agama pendidikan dan
perlindungan sosial Guna memenuhi kebutuhan negara tersebut diperlukan anggaran
yang dapat digali dari berbagai sumber Seperti halnya negara Indonesia keseluruhan
aspek-aspek kebutuhan negara Indonesia yang disebutkan di atas memerlukan
anggaran biaya pemerintah pusat berdasarkan fungsi pada tahun 2013-2015 sebesar
(dalam miliar) Rp 1392442- (Seribu Tiga Ratus Sembilan Puluh Dua Triliun Empat
Ratus Empat Puluh Dua Miliar Rupiah)5
Dalam rangka menunjang kebutuhan negara yang semakin kompleks maka
suatu negara membutuhkan penerimaan negara Sumber-sumber penerimaan negara
secara umum dapat digali dari bumi air dan kekayaan alam pajak-pajak bea dan
4 Hilda Wagiri 2016 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Bergandardquo
httpswwwscribdcomdoc157949713Pengertian-Dan-Tujuan-Perjanjian-Penghindaran-Pajak-
Berganda diakses tanggal 21 November 2016
5 Badan Pusat Statistik 2015 ldquoAnggaran Biaya Pemerintah Pusat berdasarkan Fungsirdquo
httpswwwbpsgoidSubjekviewid101subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1 diakses tanggal
12 Oktober 2016
cukai penerimaan negara bukan pajak (non-tax) hasil perusahaan negara dan
sumber-sumber lain seperti percetakan uang dan pinjaman6 Dari sumber pendapatan
negara tersebut pajak merupakan suatu pendapatan negara yang menyumbang
nominal tertinggi dan sektor penerimaan pajak Indonesia sendiri menyumbangkan
sekitar 70 (tujuh puluh persen) dari keseluruhan pendapatan nasional7
Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No 16 Tahun
2009 dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa
ldquopajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyatrdquo
Kemudian pajak menurut Feldmann sebagaimana dikutip oleh Muhammad
Djafar Saidi merupakan prestasi yang terutang pada penguasa dan dipaksakan secara
sepihak menurut norma-norma yang ditetapkan oleh penguasa itu sendiri tanpa ada
jasa balik dan semata-mata guna menutup pengeluaran-pengeluaran umum8 Dari
definisi-definisi mengenai pajak tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pajak adalah suatu iuran wajib yang dikenakan kepada wajib pajak dengan
6 H Bohari 2010 Pengantar Hukum Pajak (Edisi Revisi 8) Rajawali Pers Jakarta h 11
7Muhammad Iqbal 2015 ldquoPajak Sebagai Ujung Tombak Pembangunanrdquo
httpwwwpajakgoidcontentarticlepajak-sebagai-ujung-tombak-pembangunan diakses tanggal 3
Oktober 2016
8 Muhammad Djafar Saidi 2010 Pembaharuan Hukum Pajak (Edisi Revisi) Rajawali Pers
Makassar h 27
sifat yang dipaksakan oleh penguasa atau negara melalui undang-undang tanpa
adanya kontra prestasi secara langsung yang dirasakan oleh si wajib pajak
Dilihat dari segi kewenangannya di Indonesia pajak dibagi atas pajak pusat
dan pajak daerah Perbedaan antara kriteria pajak pusat dan pajak daerah terlihat dari
pihak pemungutnya di mana pajak pusat dipungut oleh Pemerintah Pusat dan pajak
daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah Salah satu faktor pembagian atas pajak
yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah didasarkan pada
otonomi yang diberikan kepada daerah-daerah di Indonesia melalui tugas otonomi
dan tugas pembantuan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No
2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang No 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Penerapan otonomi yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah ini tentu saja banyak berimplikasi pada sektor finansial atau keuangan daerah
Maka dari itu dalam menjalankan tugasnya tentu saja pemerintah dalam hal ini
pemerintah daerah harus diberikan hak untuk memperoleh sumber keuangan yang
selanjutnya digunakan sebagai pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya9
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
menentukan secara rinci kewenangan pemerintah daerah yang selanjutnya dalam
9 Gunarto Suhardi 2006 Negara Kesatuan dan Otonomi Daerah Andi Offset Yogyakarta h 16
undang-undang ini disebut dengan istilah ldquourusanrdquo10
Rincian kewenangan
Pemerintah Pusat Provinsi KabupatenKota dapat dilihat dalam lampiran Undang-
Undang No 23 Tahun 2014 Khusus mengenai pengaturan Sumber Daya Air (SDA)
dapat dijumpai pada angka 1 (satu) lampiran huruf c yang mengatur mengenai
pembagian urusan pemerintah bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
Perbandingan kewenangan (urusan) Pemerintah Pusat Daerah Provinsi dan Daerah
KabupatenKota di dalam pengelolaan Sumber Daya Air dapat dilihat sebagaimana
tabel di bawah
Tabel 11
Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
No Sub Urusan Pemerintah
Pusat
Daerah Provinsi Daerah
KabupatenKota
1 Sumber Daya
Air (SDA)
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah Provinsi
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai dalam 1
(satu) Daerah
10 Urusan pemerintahan sebagaimana ketentuan Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dibagi ke dalam 3 (tiga) urusan yang terdiri dari urusan
pemerintah absolut urusan pemerintah konkuren dan urusan pemerintahan umum
wilayah sungai
lintas negara dan
wilayah sungai
strategis nasional
KabupatenKota KabupatenKota
Sumber Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran
huruf c angka 1
Secara spesifik diuraikan kriteria pajak daerah oleh Davey dalam
bukunya yang berjudul Financing Regional Government yang dikutip oleh Kesit
Bambang Prakoso terdiri dari 4 (empat) hal yaitu11
1 Pajak yang pungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
pengaturan dari daerah sendiri
2 Pajak yang penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah tetapi
pungutannya berdasarkan peraturan pemerintah pusat
3 Pajak yang penetapan dan atau pungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah
4 Pajak yang pungutan dan administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat
tetapi hasil pungutan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah
Mengacu pada kriteria pajak daerah yang diuraikan oleh Davey di atas maka
dapat ditarik suatu definisi mengenai pajak daerah adalah pajak yang terdiri dari
berbagai jenis pajak penetapan danatau pemungutannya dilakukan di wilayah daerah
serta merupakan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat Kemudian pajak daerah
dalam hal kewenangan pemungutan pajak atas objek pajak di daerah juga dapat
dibagi lagi menjadi dua yakni pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
11 Kesit Bambang Prakosa 2005 Pajak dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi) UII Press
Yogyakarta h 2
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota12
Berikut tabel indikator pembeda pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota sebagai
indikator pembedanya yakni
Tabel 12
Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota
No Keterangan Pajak Provinsi Pajak KabupatenKota
1 Kewenangan
pemungutan
Pemerintah Daerah
Provinsi
Pemerintah Daerah
KabupatenKota
2 Objek pajak Cakupan lebih sempit
dibanding objek pajak
KabupatenKota dan
apabila ingin diperluas
objeknya harus melalui
perubahan dalam undang-
undang
Cakupan lebih luas
dibanding objek dengan
objek pajak Provinsi dan
masih dapat diperluas
berdasarkan peraturan
pemerintah sepanjang tidak
bertentangan dengan
ketentuan yang ada
3 Jenis Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Pajak Hotel Pajak
Restoran Pajak Hiburan
Pajak Reklame Pajak
12 Sunarto 2005 Pajak dan Retribusi Daerah AMUS dan Citra Pustaka Yogyakarta h 15
Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok
Penerangan Jalan Pajak
Mineral Bukan Logam dan
Batuan Pajak Parkir Pajak
Air Tanah Pajak Sarang
Burung Walet Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangungan
Sumber Diolah dari UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Sunarto dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Retribusi
Daerah13
Mengacu pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Air Permukaan
kewenangan pemungutannya berada di tangan Pemerintah Provinsi Air Permukaan
berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan sebagai seluruh air yang terdapat pada
permukaan tanah tidak termasuk air laut baik yang ada di laut maupun di darat
Selanjutnya yang termasuk ke dalam objek air permukaan merupakan pengambilan
danatau pemanfaatan Air Permukaan Pengambilan danatau pemanfaatan dimaksud
di luar dari tujuan keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan perikanan
rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-
13 Ibid
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
4
6
BAB III PEMUNGUTAN PAJAK AIR PERMUKAAN TERKAIT
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH 52
31 Pendapatan Asli Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah
5
2
32 Pajak Daerah sebagai Bagian dari Pendapatan Asli Daerah
5
8
33 Landasan Yuridis Pemungutan Pajak Air Permukaan
5
9
34 Prosedur Perizinan Penggunaan danatau Pemanfaatan Air
Permukaan di Bali
6
4
35 Pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
7
3
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR PERMUKAAN
DI PROVINSI BALI 89
41 Faktor Pendukung Pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali 89
42 Faktor Penghambat Pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali 95
BAB V PENUTUP 101
51 Kesimpulan 101
52 Saran 102
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
RINGKASAN SKRIPSI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 11 Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 5
Tabel 12 Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota 7
Tabel 13 Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air 13
Tabel 14 Perbandingan Istilah Government dan Governance 21
Tabel 31 Daftar Alamat Ditujukan Permohonan Izin Pengusahaan Sumber
Daya Air 67
Tabel 32 Target dan Realisasi serta Efektifitas Pajak Air Permukaan (AP)
Provinsi Bali Tahun 2012-2016 80
Tabel 33 Kontribusi Pajak Air Permukaan (AP) Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Provinsi Bali Tahun 2011-2015 81
Tabel 34 Penerimaan Pajak Air Permukaan (AP) UPT Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Bali Kota Denpasar per Bulan Januari ndash Desember
2016 82
Tabel 35 Penerimaan Pajak Air Permukaan (AP) UPT Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Bali Kabupaten Badung per Bulan Januari ndash
Desember 2016 84
ABSTRACT
Surface water is all the water contained in the soil surface not including sea
water both at sea and on land Surface Water Tax Collection was conducted to
explore the regional revenue Surface Water Tax Collection in addition to the
implementation of regional autonomy as well as to minimize the impact of
environmental damage caused particularly in the field of water resources The
purpose of this writing was to find out more details about the implementation of the
Surface Water Tax collection in the province of Bali as well as understand the
enabling and inhibiting factors of surface water for collection of the tax in the
province of Bali itself
This research applies empirical legal research methods with qualitative data
collection techniques The data was collected through several techniques including
interviewing techniques technical document studies and processing and data
analysis
For collection of water tax Surface in Bali Province is basically effective
which has been proven by the data processing polling Tax surface water in the
province of Bali within a period of 5 (five) years where the level of realization is
always above the range of 100 (one hundred percent) from the target However
although the degree of realization of Surface Water Tax collection in Bali Province is
high apparently contributing to the Surface Water Tax revenue (known as PAD) of
Bali is relatively small which averaged under 01 (zero point one percent) In
order to increase the contribution of surface water tax to the PAD to the regional
administration so it needed the addition of Surface Water Tax subject classification
itself
Keywords Surface Water Tax State Government Water Resources
ABSTRAK
Air Permukaan merupakan semua air yang terdapat pada permukaan tanah
tidak termasuk air laut baik yang berada di laut maupun di darat Pemungutan Pajak
Air Permukaan dilakukan guna menggali Pendapatan Asli Daerah Pemungutan Pajak
Air Permukaan disamping guna penyelenggaraan otonomi Daerah juga untuk
meminimalisir dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan khususnya dalam
bidang sumber daya air Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
lebih rinci tentang pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
serta memahami faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan pemungutan
Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali itu sendiri
Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian hukum empiris dengan
teknik pengumpulan data kualitatif Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
beberapa teknik diantaranya teknik wawancara teknik studi dokumen serta teknik
pengolahan dan analisis data
Pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali pada dasarnya
sudah efektif hal ini dibuktikan dengan hasil pengolahan data pemungutan Pajak Air
Permukaan di Provinsi Bali dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir dimana
tingkat realisasinya selalu berada di atas kisaran 100 (seratus persen) dari yang
ditargetkan Namun meskipun tingkat realisasi pemungutan Pajak Air Permukaan di
Provinsi Bali terbilang tinggi rupanya kontribusi Pajak Air Permukaan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali masih terbilang kecil yakni rata-rata
dibawah 01 (nol koma satu persen) Dalam rangka meningkatkan kontribusi Pajak
Air Permukaan terhadap PAD guna penyelenggaraan Pemerintahan Daerah tersebut
maka diperlukan penambahan klasifikasi subjek Pajak Air Permukaan itu sendiri
Kata Kunci Pajak Air Permukaan Pemerintahan Daerah Sumber Daya Air
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan daerah1 termasuk pendapatan
daerah Provinsi Bali yang merupakan daerah otonom2 Sumber pendapatan daerah
dari pajak tidak hanya dipungut oleh daerah tetapi Pemerintah Pusat juga dapat
melakukannya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Malahan dalam
praktiknya pemungutan pajak tidak hanya dilakukan di Indonesia namun hampir
seluruh negara di dunia memasukkan pajak sebagai sumber pendapatan negaranya
hal ini dibuktikan dengan adanya suatu jenis perjanjian internasional yang disebut
dengan perjanjian penghindaran pajak berganda (tax treaty) dalam kaitannya dengan
transaksi internasional3 Perjanjian penghindaran pajak berganda sendiri diartikan
sebagai perjanjian pajak antara dua negara bilateral yang mengatur mengenai
pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang diperoleh atau diterima oleh
1 Seperti yang tercantum di dalam konsideran menimbang huruf c Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menentukan bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan
pemerintahan daerah
2 Daerah otonom sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia
3 Wiratni Ahmadi 2007 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Tax Treaty) dalam
Kaitannya dengan Transaksi Internasionalrdquo
httpjournalunparacidindexphpprojustitiaarticleviewFile11181085 diakses tanggal 21
November 2016
penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan (Both
Constracting States)4
Pemungutan atas pajak yang dilakukan oleh negara-negara tersebut bertujuan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan yang pada era globalisasi ini
kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang memerlukan keterlibatan pemerintah
semakin kompleks Kebutuhan negara dalam penyelenggaraan pemerintahan
dimaksud termasuk negara Indonesia yaitu mencakup kebutuhan mengenai pelayanan
umum pertahanan ketertiban dan keamanan ekonomi lingkungan hidup perumahan
dan fasilitas umum kesehatan pariwisata dan budaya agama pendidikan dan
perlindungan sosial Guna memenuhi kebutuhan negara tersebut diperlukan anggaran
yang dapat digali dari berbagai sumber Seperti halnya negara Indonesia keseluruhan
aspek-aspek kebutuhan negara Indonesia yang disebutkan di atas memerlukan
anggaran biaya pemerintah pusat berdasarkan fungsi pada tahun 2013-2015 sebesar
(dalam miliar) Rp 1392442- (Seribu Tiga Ratus Sembilan Puluh Dua Triliun Empat
Ratus Empat Puluh Dua Miliar Rupiah)5
Dalam rangka menunjang kebutuhan negara yang semakin kompleks maka
suatu negara membutuhkan penerimaan negara Sumber-sumber penerimaan negara
secara umum dapat digali dari bumi air dan kekayaan alam pajak-pajak bea dan
4 Hilda Wagiri 2016 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Bergandardquo
httpswwwscribdcomdoc157949713Pengertian-Dan-Tujuan-Perjanjian-Penghindaran-Pajak-
Berganda diakses tanggal 21 November 2016
5 Badan Pusat Statistik 2015 ldquoAnggaran Biaya Pemerintah Pusat berdasarkan Fungsirdquo
httpswwwbpsgoidSubjekviewid101subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1 diakses tanggal
12 Oktober 2016
cukai penerimaan negara bukan pajak (non-tax) hasil perusahaan negara dan
sumber-sumber lain seperti percetakan uang dan pinjaman6 Dari sumber pendapatan
negara tersebut pajak merupakan suatu pendapatan negara yang menyumbang
nominal tertinggi dan sektor penerimaan pajak Indonesia sendiri menyumbangkan
sekitar 70 (tujuh puluh persen) dari keseluruhan pendapatan nasional7
Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No 16 Tahun
2009 dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa
ldquopajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyatrdquo
Kemudian pajak menurut Feldmann sebagaimana dikutip oleh Muhammad
Djafar Saidi merupakan prestasi yang terutang pada penguasa dan dipaksakan secara
sepihak menurut norma-norma yang ditetapkan oleh penguasa itu sendiri tanpa ada
jasa balik dan semata-mata guna menutup pengeluaran-pengeluaran umum8 Dari
definisi-definisi mengenai pajak tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pajak adalah suatu iuran wajib yang dikenakan kepada wajib pajak dengan
6 H Bohari 2010 Pengantar Hukum Pajak (Edisi Revisi 8) Rajawali Pers Jakarta h 11
7Muhammad Iqbal 2015 ldquoPajak Sebagai Ujung Tombak Pembangunanrdquo
httpwwwpajakgoidcontentarticlepajak-sebagai-ujung-tombak-pembangunan diakses tanggal 3
Oktober 2016
8 Muhammad Djafar Saidi 2010 Pembaharuan Hukum Pajak (Edisi Revisi) Rajawali Pers
Makassar h 27
sifat yang dipaksakan oleh penguasa atau negara melalui undang-undang tanpa
adanya kontra prestasi secara langsung yang dirasakan oleh si wajib pajak
Dilihat dari segi kewenangannya di Indonesia pajak dibagi atas pajak pusat
dan pajak daerah Perbedaan antara kriteria pajak pusat dan pajak daerah terlihat dari
pihak pemungutnya di mana pajak pusat dipungut oleh Pemerintah Pusat dan pajak
daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah Salah satu faktor pembagian atas pajak
yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah didasarkan pada
otonomi yang diberikan kepada daerah-daerah di Indonesia melalui tugas otonomi
dan tugas pembantuan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No
2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang No 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Penerapan otonomi yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah ini tentu saja banyak berimplikasi pada sektor finansial atau keuangan daerah
Maka dari itu dalam menjalankan tugasnya tentu saja pemerintah dalam hal ini
pemerintah daerah harus diberikan hak untuk memperoleh sumber keuangan yang
selanjutnya digunakan sebagai pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya9
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
menentukan secara rinci kewenangan pemerintah daerah yang selanjutnya dalam
9 Gunarto Suhardi 2006 Negara Kesatuan dan Otonomi Daerah Andi Offset Yogyakarta h 16
undang-undang ini disebut dengan istilah ldquourusanrdquo10
Rincian kewenangan
Pemerintah Pusat Provinsi KabupatenKota dapat dilihat dalam lampiran Undang-
Undang No 23 Tahun 2014 Khusus mengenai pengaturan Sumber Daya Air (SDA)
dapat dijumpai pada angka 1 (satu) lampiran huruf c yang mengatur mengenai
pembagian urusan pemerintah bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
Perbandingan kewenangan (urusan) Pemerintah Pusat Daerah Provinsi dan Daerah
KabupatenKota di dalam pengelolaan Sumber Daya Air dapat dilihat sebagaimana
tabel di bawah
Tabel 11
Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
No Sub Urusan Pemerintah
Pusat
Daerah Provinsi Daerah
KabupatenKota
1 Sumber Daya
Air (SDA)
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah Provinsi
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai dalam 1
(satu) Daerah
10 Urusan pemerintahan sebagaimana ketentuan Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dibagi ke dalam 3 (tiga) urusan yang terdiri dari urusan
pemerintah absolut urusan pemerintah konkuren dan urusan pemerintahan umum
wilayah sungai
lintas negara dan
wilayah sungai
strategis nasional
KabupatenKota KabupatenKota
Sumber Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran
huruf c angka 1
Secara spesifik diuraikan kriteria pajak daerah oleh Davey dalam
bukunya yang berjudul Financing Regional Government yang dikutip oleh Kesit
Bambang Prakoso terdiri dari 4 (empat) hal yaitu11
1 Pajak yang pungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
pengaturan dari daerah sendiri
2 Pajak yang penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah tetapi
pungutannya berdasarkan peraturan pemerintah pusat
3 Pajak yang penetapan dan atau pungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah
4 Pajak yang pungutan dan administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat
tetapi hasil pungutan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah
Mengacu pada kriteria pajak daerah yang diuraikan oleh Davey di atas maka
dapat ditarik suatu definisi mengenai pajak daerah adalah pajak yang terdiri dari
berbagai jenis pajak penetapan danatau pemungutannya dilakukan di wilayah daerah
serta merupakan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat Kemudian pajak daerah
dalam hal kewenangan pemungutan pajak atas objek pajak di daerah juga dapat
dibagi lagi menjadi dua yakni pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
11 Kesit Bambang Prakosa 2005 Pajak dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi) UII Press
Yogyakarta h 2
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota12
Berikut tabel indikator pembeda pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota sebagai
indikator pembedanya yakni
Tabel 12
Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota
No Keterangan Pajak Provinsi Pajak KabupatenKota
1 Kewenangan
pemungutan
Pemerintah Daerah
Provinsi
Pemerintah Daerah
KabupatenKota
2 Objek pajak Cakupan lebih sempit
dibanding objek pajak
KabupatenKota dan
apabila ingin diperluas
objeknya harus melalui
perubahan dalam undang-
undang
Cakupan lebih luas
dibanding objek dengan
objek pajak Provinsi dan
masih dapat diperluas
berdasarkan peraturan
pemerintah sepanjang tidak
bertentangan dengan
ketentuan yang ada
3 Jenis Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Pajak Hotel Pajak
Restoran Pajak Hiburan
Pajak Reklame Pajak
12 Sunarto 2005 Pajak dan Retribusi Daerah AMUS dan Citra Pustaka Yogyakarta h 15
Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok
Penerangan Jalan Pajak
Mineral Bukan Logam dan
Batuan Pajak Parkir Pajak
Air Tanah Pajak Sarang
Burung Walet Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangungan
Sumber Diolah dari UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Sunarto dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Retribusi
Daerah13
Mengacu pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Air Permukaan
kewenangan pemungutannya berada di tangan Pemerintah Provinsi Air Permukaan
berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan sebagai seluruh air yang terdapat pada
permukaan tanah tidak termasuk air laut baik yang ada di laut maupun di darat
Selanjutnya yang termasuk ke dalam objek air permukaan merupakan pengambilan
danatau pemanfaatan Air Permukaan Pengambilan danatau pemanfaatan dimaksud
di luar dari tujuan keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan perikanan
rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-
13 Ibid
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR PERMUKAAN
DI PROVINSI BALI 89
41 Faktor Pendukung Pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali 89
42 Faktor Penghambat Pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali 95
BAB V PENUTUP 101
51 Kesimpulan 101
52 Saran 102
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
RINGKASAN SKRIPSI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 11 Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 5
Tabel 12 Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota 7
Tabel 13 Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air 13
Tabel 14 Perbandingan Istilah Government dan Governance 21
Tabel 31 Daftar Alamat Ditujukan Permohonan Izin Pengusahaan Sumber
Daya Air 67
Tabel 32 Target dan Realisasi serta Efektifitas Pajak Air Permukaan (AP)
Provinsi Bali Tahun 2012-2016 80
Tabel 33 Kontribusi Pajak Air Permukaan (AP) Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Provinsi Bali Tahun 2011-2015 81
Tabel 34 Penerimaan Pajak Air Permukaan (AP) UPT Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Bali Kota Denpasar per Bulan Januari ndash Desember
2016 82
Tabel 35 Penerimaan Pajak Air Permukaan (AP) UPT Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Bali Kabupaten Badung per Bulan Januari ndash
Desember 2016 84
ABSTRACT
Surface water is all the water contained in the soil surface not including sea
water both at sea and on land Surface Water Tax Collection was conducted to
explore the regional revenue Surface Water Tax Collection in addition to the
implementation of regional autonomy as well as to minimize the impact of
environmental damage caused particularly in the field of water resources The
purpose of this writing was to find out more details about the implementation of the
Surface Water Tax collection in the province of Bali as well as understand the
enabling and inhibiting factors of surface water for collection of the tax in the
province of Bali itself
This research applies empirical legal research methods with qualitative data
collection techniques The data was collected through several techniques including
interviewing techniques technical document studies and processing and data
analysis
For collection of water tax Surface in Bali Province is basically effective
which has been proven by the data processing polling Tax surface water in the
province of Bali within a period of 5 (five) years where the level of realization is
always above the range of 100 (one hundred percent) from the target However
although the degree of realization of Surface Water Tax collection in Bali Province is
high apparently contributing to the Surface Water Tax revenue (known as PAD) of
Bali is relatively small which averaged under 01 (zero point one percent) In
order to increase the contribution of surface water tax to the PAD to the regional
administration so it needed the addition of Surface Water Tax subject classification
itself
Keywords Surface Water Tax State Government Water Resources
ABSTRAK
Air Permukaan merupakan semua air yang terdapat pada permukaan tanah
tidak termasuk air laut baik yang berada di laut maupun di darat Pemungutan Pajak
Air Permukaan dilakukan guna menggali Pendapatan Asli Daerah Pemungutan Pajak
Air Permukaan disamping guna penyelenggaraan otonomi Daerah juga untuk
meminimalisir dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan khususnya dalam
bidang sumber daya air Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
lebih rinci tentang pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
serta memahami faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan pemungutan
Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali itu sendiri
Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian hukum empiris dengan
teknik pengumpulan data kualitatif Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
beberapa teknik diantaranya teknik wawancara teknik studi dokumen serta teknik
pengolahan dan analisis data
Pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali pada dasarnya
sudah efektif hal ini dibuktikan dengan hasil pengolahan data pemungutan Pajak Air
Permukaan di Provinsi Bali dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir dimana
tingkat realisasinya selalu berada di atas kisaran 100 (seratus persen) dari yang
ditargetkan Namun meskipun tingkat realisasi pemungutan Pajak Air Permukaan di
Provinsi Bali terbilang tinggi rupanya kontribusi Pajak Air Permukaan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali masih terbilang kecil yakni rata-rata
dibawah 01 (nol koma satu persen) Dalam rangka meningkatkan kontribusi Pajak
Air Permukaan terhadap PAD guna penyelenggaraan Pemerintahan Daerah tersebut
maka diperlukan penambahan klasifikasi subjek Pajak Air Permukaan itu sendiri
Kata Kunci Pajak Air Permukaan Pemerintahan Daerah Sumber Daya Air
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan daerah1 termasuk pendapatan
daerah Provinsi Bali yang merupakan daerah otonom2 Sumber pendapatan daerah
dari pajak tidak hanya dipungut oleh daerah tetapi Pemerintah Pusat juga dapat
melakukannya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Malahan dalam
praktiknya pemungutan pajak tidak hanya dilakukan di Indonesia namun hampir
seluruh negara di dunia memasukkan pajak sebagai sumber pendapatan negaranya
hal ini dibuktikan dengan adanya suatu jenis perjanjian internasional yang disebut
dengan perjanjian penghindaran pajak berganda (tax treaty) dalam kaitannya dengan
transaksi internasional3 Perjanjian penghindaran pajak berganda sendiri diartikan
sebagai perjanjian pajak antara dua negara bilateral yang mengatur mengenai
pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang diperoleh atau diterima oleh
1 Seperti yang tercantum di dalam konsideran menimbang huruf c Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menentukan bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan
pemerintahan daerah
2 Daerah otonom sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia
3 Wiratni Ahmadi 2007 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Tax Treaty) dalam
Kaitannya dengan Transaksi Internasionalrdquo
httpjournalunparacidindexphpprojustitiaarticleviewFile11181085 diakses tanggal 21
November 2016
penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan (Both
Constracting States)4
Pemungutan atas pajak yang dilakukan oleh negara-negara tersebut bertujuan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan yang pada era globalisasi ini
kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang memerlukan keterlibatan pemerintah
semakin kompleks Kebutuhan negara dalam penyelenggaraan pemerintahan
dimaksud termasuk negara Indonesia yaitu mencakup kebutuhan mengenai pelayanan
umum pertahanan ketertiban dan keamanan ekonomi lingkungan hidup perumahan
dan fasilitas umum kesehatan pariwisata dan budaya agama pendidikan dan
perlindungan sosial Guna memenuhi kebutuhan negara tersebut diperlukan anggaran
yang dapat digali dari berbagai sumber Seperti halnya negara Indonesia keseluruhan
aspek-aspek kebutuhan negara Indonesia yang disebutkan di atas memerlukan
anggaran biaya pemerintah pusat berdasarkan fungsi pada tahun 2013-2015 sebesar
(dalam miliar) Rp 1392442- (Seribu Tiga Ratus Sembilan Puluh Dua Triliun Empat
Ratus Empat Puluh Dua Miliar Rupiah)5
Dalam rangka menunjang kebutuhan negara yang semakin kompleks maka
suatu negara membutuhkan penerimaan negara Sumber-sumber penerimaan negara
secara umum dapat digali dari bumi air dan kekayaan alam pajak-pajak bea dan
4 Hilda Wagiri 2016 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Bergandardquo
httpswwwscribdcomdoc157949713Pengertian-Dan-Tujuan-Perjanjian-Penghindaran-Pajak-
Berganda diakses tanggal 21 November 2016
5 Badan Pusat Statistik 2015 ldquoAnggaran Biaya Pemerintah Pusat berdasarkan Fungsirdquo
httpswwwbpsgoidSubjekviewid101subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1 diakses tanggal
12 Oktober 2016
cukai penerimaan negara bukan pajak (non-tax) hasil perusahaan negara dan
sumber-sumber lain seperti percetakan uang dan pinjaman6 Dari sumber pendapatan
negara tersebut pajak merupakan suatu pendapatan negara yang menyumbang
nominal tertinggi dan sektor penerimaan pajak Indonesia sendiri menyumbangkan
sekitar 70 (tujuh puluh persen) dari keseluruhan pendapatan nasional7
Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No 16 Tahun
2009 dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa
ldquopajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyatrdquo
Kemudian pajak menurut Feldmann sebagaimana dikutip oleh Muhammad
Djafar Saidi merupakan prestasi yang terutang pada penguasa dan dipaksakan secara
sepihak menurut norma-norma yang ditetapkan oleh penguasa itu sendiri tanpa ada
jasa balik dan semata-mata guna menutup pengeluaran-pengeluaran umum8 Dari
definisi-definisi mengenai pajak tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pajak adalah suatu iuran wajib yang dikenakan kepada wajib pajak dengan
6 H Bohari 2010 Pengantar Hukum Pajak (Edisi Revisi 8) Rajawali Pers Jakarta h 11
7Muhammad Iqbal 2015 ldquoPajak Sebagai Ujung Tombak Pembangunanrdquo
httpwwwpajakgoidcontentarticlepajak-sebagai-ujung-tombak-pembangunan diakses tanggal 3
Oktober 2016
8 Muhammad Djafar Saidi 2010 Pembaharuan Hukum Pajak (Edisi Revisi) Rajawali Pers
Makassar h 27
sifat yang dipaksakan oleh penguasa atau negara melalui undang-undang tanpa
adanya kontra prestasi secara langsung yang dirasakan oleh si wajib pajak
Dilihat dari segi kewenangannya di Indonesia pajak dibagi atas pajak pusat
dan pajak daerah Perbedaan antara kriteria pajak pusat dan pajak daerah terlihat dari
pihak pemungutnya di mana pajak pusat dipungut oleh Pemerintah Pusat dan pajak
daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah Salah satu faktor pembagian atas pajak
yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah didasarkan pada
otonomi yang diberikan kepada daerah-daerah di Indonesia melalui tugas otonomi
dan tugas pembantuan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No
2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang No 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Penerapan otonomi yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah ini tentu saja banyak berimplikasi pada sektor finansial atau keuangan daerah
Maka dari itu dalam menjalankan tugasnya tentu saja pemerintah dalam hal ini
pemerintah daerah harus diberikan hak untuk memperoleh sumber keuangan yang
selanjutnya digunakan sebagai pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya9
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
menentukan secara rinci kewenangan pemerintah daerah yang selanjutnya dalam
9 Gunarto Suhardi 2006 Negara Kesatuan dan Otonomi Daerah Andi Offset Yogyakarta h 16
undang-undang ini disebut dengan istilah ldquourusanrdquo10
Rincian kewenangan
Pemerintah Pusat Provinsi KabupatenKota dapat dilihat dalam lampiran Undang-
Undang No 23 Tahun 2014 Khusus mengenai pengaturan Sumber Daya Air (SDA)
dapat dijumpai pada angka 1 (satu) lampiran huruf c yang mengatur mengenai
pembagian urusan pemerintah bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
Perbandingan kewenangan (urusan) Pemerintah Pusat Daerah Provinsi dan Daerah
KabupatenKota di dalam pengelolaan Sumber Daya Air dapat dilihat sebagaimana
tabel di bawah
Tabel 11
Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
No Sub Urusan Pemerintah
Pusat
Daerah Provinsi Daerah
KabupatenKota
1 Sumber Daya
Air (SDA)
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah Provinsi
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai dalam 1
(satu) Daerah
10 Urusan pemerintahan sebagaimana ketentuan Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dibagi ke dalam 3 (tiga) urusan yang terdiri dari urusan
pemerintah absolut urusan pemerintah konkuren dan urusan pemerintahan umum
wilayah sungai
lintas negara dan
wilayah sungai
strategis nasional
KabupatenKota KabupatenKota
Sumber Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran
huruf c angka 1
Secara spesifik diuraikan kriteria pajak daerah oleh Davey dalam
bukunya yang berjudul Financing Regional Government yang dikutip oleh Kesit
Bambang Prakoso terdiri dari 4 (empat) hal yaitu11
1 Pajak yang pungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
pengaturan dari daerah sendiri
2 Pajak yang penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah tetapi
pungutannya berdasarkan peraturan pemerintah pusat
3 Pajak yang penetapan dan atau pungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah
4 Pajak yang pungutan dan administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat
tetapi hasil pungutan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah
Mengacu pada kriteria pajak daerah yang diuraikan oleh Davey di atas maka
dapat ditarik suatu definisi mengenai pajak daerah adalah pajak yang terdiri dari
berbagai jenis pajak penetapan danatau pemungutannya dilakukan di wilayah daerah
serta merupakan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat Kemudian pajak daerah
dalam hal kewenangan pemungutan pajak atas objek pajak di daerah juga dapat
dibagi lagi menjadi dua yakni pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
11 Kesit Bambang Prakosa 2005 Pajak dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi) UII Press
Yogyakarta h 2
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota12
Berikut tabel indikator pembeda pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota sebagai
indikator pembedanya yakni
Tabel 12
Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota
No Keterangan Pajak Provinsi Pajak KabupatenKota
1 Kewenangan
pemungutan
Pemerintah Daerah
Provinsi
Pemerintah Daerah
KabupatenKota
2 Objek pajak Cakupan lebih sempit
dibanding objek pajak
KabupatenKota dan
apabila ingin diperluas
objeknya harus melalui
perubahan dalam undang-
undang
Cakupan lebih luas
dibanding objek dengan
objek pajak Provinsi dan
masih dapat diperluas
berdasarkan peraturan
pemerintah sepanjang tidak
bertentangan dengan
ketentuan yang ada
3 Jenis Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Pajak Hotel Pajak
Restoran Pajak Hiburan
Pajak Reklame Pajak
12 Sunarto 2005 Pajak dan Retribusi Daerah AMUS dan Citra Pustaka Yogyakarta h 15
Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok
Penerangan Jalan Pajak
Mineral Bukan Logam dan
Batuan Pajak Parkir Pajak
Air Tanah Pajak Sarang
Burung Walet Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangungan
Sumber Diolah dari UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Sunarto dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Retribusi
Daerah13
Mengacu pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Air Permukaan
kewenangan pemungutannya berada di tangan Pemerintah Provinsi Air Permukaan
berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan sebagai seluruh air yang terdapat pada
permukaan tanah tidak termasuk air laut baik yang ada di laut maupun di darat
Selanjutnya yang termasuk ke dalam objek air permukaan merupakan pengambilan
danatau pemanfaatan Air Permukaan Pengambilan danatau pemanfaatan dimaksud
di luar dari tujuan keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan perikanan
rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-
13 Ibid
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
Tabel 14 Perbandingan Istilah Government dan Governance 21
Tabel 31 Daftar Alamat Ditujukan Permohonan Izin Pengusahaan Sumber
Daya Air 67
Tabel 32 Target dan Realisasi serta Efektifitas Pajak Air Permukaan (AP)
Provinsi Bali Tahun 2012-2016 80
Tabel 33 Kontribusi Pajak Air Permukaan (AP) Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Provinsi Bali Tahun 2011-2015 81
Tabel 34 Penerimaan Pajak Air Permukaan (AP) UPT Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Bali Kota Denpasar per Bulan Januari ndash Desember
2016 82
Tabel 35 Penerimaan Pajak Air Permukaan (AP) UPT Dinas Pendapatan
Daerah Provinsi Bali Kabupaten Badung per Bulan Januari ndash
Desember 2016 84
ABSTRACT
Surface water is all the water contained in the soil surface not including sea
water both at sea and on land Surface Water Tax Collection was conducted to
explore the regional revenue Surface Water Tax Collection in addition to the
implementation of regional autonomy as well as to minimize the impact of
environmental damage caused particularly in the field of water resources The
purpose of this writing was to find out more details about the implementation of the
Surface Water Tax collection in the province of Bali as well as understand the
enabling and inhibiting factors of surface water for collection of the tax in the
province of Bali itself
This research applies empirical legal research methods with qualitative data
collection techniques The data was collected through several techniques including
interviewing techniques technical document studies and processing and data
analysis
For collection of water tax Surface in Bali Province is basically effective
which has been proven by the data processing polling Tax surface water in the
province of Bali within a period of 5 (five) years where the level of realization is
always above the range of 100 (one hundred percent) from the target However
although the degree of realization of Surface Water Tax collection in Bali Province is
high apparently contributing to the Surface Water Tax revenue (known as PAD) of
Bali is relatively small which averaged under 01 (zero point one percent) In
order to increase the contribution of surface water tax to the PAD to the regional
administration so it needed the addition of Surface Water Tax subject classification
itself
Keywords Surface Water Tax State Government Water Resources
ABSTRAK
Air Permukaan merupakan semua air yang terdapat pada permukaan tanah
tidak termasuk air laut baik yang berada di laut maupun di darat Pemungutan Pajak
Air Permukaan dilakukan guna menggali Pendapatan Asli Daerah Pemungutan Pajak
Air Permukaan disamping guna penyelenggaraan otonomi Daerah juga untuk
meminimalisir dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan khususnya dalam
bidang sumber daya air Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
lebih rinci tentang pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
serta memahami faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan pemungutan
Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali itu sendiri
Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian hukum empiris dengan
teknik pengumpulan data kualitatif Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
beberapa teknik diantaranya teknik wawancara teknik studi dokumen serta teknik
pengolahan dan analisis data
Pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali pada dasarnya
sudah efektif hal ini dibuktikan dengan hasil pengolahan data pemungutan Pajak Air
Permukaan di Provinsi Bali dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir dimana
tingkat realisasinya selalu berada di atas kisaran 100 (seratus persen) dari yang
ditargetkan Namun meskipun tingkat realisasi pemungutan Pajak Air Permukaan di
Provinsi Bali terbilang tinggi rupanya kontribusi Pajak Air Permukaan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali masih terbilang kecil yakni rata-rata
dibawah 01 (nol koma satu persen) Dalam rangka meningkatkan kontribusi Pajak
Air Permukaan terhadap PAD guna penyelenggaraan Pemerintahan Daerah tersebut
maka diperlukan penambahan klasifikasi subjek Pajak Air Permukaan itu sendiri
Kata Kunci Pajak Air Permukaan Pemerintahan Daerah Sumber Daya Air
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan daerah1 termasuk pendapatan
daerah Provinsi Bali yang merupakan daerah otonom2 Sumber pendapatan daerah
dari pajak tidak hanya dipungut oleh daerah tetapi Pemerintah Pusat juga dapat
melakukannya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Malahan dalam
praktiknya pemungutan pajak tidak hanya dilakukan di Indonesia namun hampir
seluruh negara di dunia memasukkan pajak sebagai sumber pendapatan negaranya
hal ini dibuktikan dengan adanya suatu jenis perjanjian internasional yang disebut
dengan perjanjian penghindaran pajak berganda (tax treaty) dalam kaitannya dengan
transaksi internasional3 Perjanjian penghindaran pajak berganda sendiri diartikan
sebagai perjanjian pajak antara dua negara bilateral yang mengatur mengenai
pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang diperoleh atau diterima oleh
1 Seperti yang tercantum di dalam konsideran menimbang huruf c Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menentukan bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan
pemerintahan daerah
2 Daerah otonom sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia
3 Wiratni Ahmadi 2007 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Tax Treaty) dalam
Kaitannya dengan Transaksi Internasionalrdquo
httpjournalunparacidindexphpprojustitiaarticleviewFile11181085 diakses tanggal 21
November 2016
penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan (Both
Constracting States)4
Pemungutan atas pajak yang dilakukan oleh negara-negara tersebut bertujuan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan yang pada era globalisasi ini
kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang memerlukan keterlibatan pemerintah
semakin kompleks Kebutuhan negara dalam penyelenggaraan pemerintahan
dimaksud termasuk negara Indonesia yaitu mencakup kebutuhan mengenai pelayanan
umum pertahanan ketertiban dan keamanan ekonomi lingkungan hidup perumahan
dan fasilitas umum kesehatan pariwisata dan budaya agama pendidikan dan
perlindungan sosial Guna memenuhi kebutuhan negara tersebut diperlukan anggaran
yang dapat digali dari berbagai sumber Seperti halnya negara Indonesia keseluruhan
aspek-aspek kebutuhan negara Indonesia yang disebutkan di atas memerlukan
anggaran biaya pemerintah pusat berdasarkan fungsi pada tahun 2013-2015 sebesar
(dalam miliar) Rp 1392442- (Seribu Tiga Ratus Sembilan Puluh Dua Triliun Empat
Ratus Empat Puluh Dua Miliar Rupiah)5
Dalam rangka menunjang kebutuhan negara yang semakin kompleks maka
suatu negara membutuhkan penerimaan negara Sumber-sumber penerimaan negara
secara umum dapat digali dari bumi air dan kekayaan alam pajak-pajak bea dan
4 Hilda Wagiri 2016 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Bergandardquo
httpswwwscribdcomdoc157949713Pengertian-Dan-Tujuan-Perjanjian-Penghindaran-Pajak-
Berganda diakses tanggal 21 November 2016
5 Badan Pusat Statistik 2015 ldquoAnggaran Biaya Pemerintah Pusat berdasarkan Fungsirdquo
httpswwwbpsgoidSubjekviewid101subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1 diakses tanggal
12 Oktober 2016
cukai penerimaan negara bukan pajak (non-tax) hasil perusahaan negara dan
sumber-sumber lain seperti percetakan uang dan pinjaman6 Dari sumber pendapatan
negara tersebut pajak merupakan suatu pendapatan negara yang menyumbang
nominal tertinggi dan sektor penerimaan pajak Indonesia sendiri menyumbangkan
sekitar 70 (tujuh puluh persen) dari keseluruhan pendapatan nasional7
Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No 16 Tahun
2009 dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa
ldquopajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyatrdquo
Kemudian pajak menurut Feldmann sebagaimana dikutip oleh Muhammad
Djafar Saidi merupakan prestasi yang terutang pada penguasa dan dipaksakan secara
sepihak menurut norma-norma yang ditetapkan oleh penguasa itu sendiri tanpa ada
jasa balik dan semata-mata guna menutup pengeluaran-pengeluaran umum8 Dari
definisi-definisi mengenai pajak tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pajak adalah suatu iuran wajib yang dikenakan kepada wajib pajak dengan
6 H Bohari 2010 Pengantar Hukum Pajak (Edisi Revisi 8) Rajawali Pers Jakarta h 11
7Muhammad Iqbal 2015 ldquoPajak Sebagai Ujung Tombak Pembangunanrdquo
httpwwwpajakgoidcontentarticlepajak-sebagai-ujung-tombak-pembangunan diakses tanggal 3
Oktober 2016
8 Muhammad Djafar Saidi 2010 Pembaharuan Hukum Pajak (Edisi Revisi) Rajawali Pers
Makassar h 27
sifat yang dipaksakan oleh penguasa atau negara melalui undang-undang tanpa
adanya kontra prestasi secara langsung yang dirasakan oleh si wajib pajak
Dilihat dari segi kewenangannya di Indonesia pajak dibagi atas pajak pusat
dan pajak daerah Perbedaan antara kriteria pajak pusat dan pajak daerah terlihat dari
pihak pemungutnya di mana pajak pusat dipungut oleh Pemerintah Pusat dan pajak
daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah Salah satu faktor pembagian atas pajak
yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah didasarkan pada
otonomi yang diberikan kepada daerah-daerah di Indonesia melalui tugas otonomi
dan tugas pembantuan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No
2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang No 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Penerapan otonomi yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah ini tentu saja banyak berimplikasi pada sektor finansial atau keuangan daerah
Maka dari itu dalam menjalankan tugasnya tentu saja pemerintah dalam hal ini
pemerintah daerah harus diberikan hak untuk memperoleh sumber keuangan yang
selanjutnya digunakan sebagai pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya9
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
menentukan secara rinci kewenangan pemerintah daerah yang selanjutnya dalam
9 Gunarto Suhardi 2006 Negara Kesatuan dan Otonomi Daerah Andi Offset Yogyakarta h 16
undang-undang ini disebut dengan istilah ldquourusanrdquo10
Rincian kewenangan
Pemerintah Pusat Provinsi KabupatenKota dapat dilihat dalam lampiran Undang-
Undang No 23 Tahun 2014 Khusus mengenai pengaturan Sumber Daya Air (SDA)
dapat dijumpai pada angka 1 (satu) lampiran huruf c yang mengatur mengenai
pembagian urusan pemerintah bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
Perbandingan kewenangan (urusan) Pemerintah Pusat Daerah Provinsi dan Daerah
KabupatenKota di dalam pengelolaan Sumber Daya Air dapat dilihat sebagaimana
tabel di bawah
Tabel 11
Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
No Sub Urusan Pemerintah
Pusat
Daerah Provinsi Daerah
KabupatenKota
1 Sumber Daya
Air (SDA)
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah Provinsi
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai dalam 1
(satu) Daerah
10 Urusan pemerintahan sebagaimana ketentuan Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dibagi ke dalam 3 (tiga) urusan yang terdiri dari urusan
pemerintah absolut urusan pemerintah konkuren dan urusan pemerintahan umum
wilayah sungai
lintas negara dan
wilayah sungai
strategis nasional
KabupatenKota KabupatenKota
Sumber Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran
huruf c angka 1
Secara spesifik diuraikan kriteria pajak daerah oleh Davey dalam
bukunya yang berjudul Financing Regional Government yang dikutip oleh Kesit
Bambang Prakoso terdiri dari 4 (empat) hal yaitu11
1 Pajak yang pungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
pengaturan dari daerah sendiri
2 Pajak yang penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah tetapi
pungutannya berdasarkan peraturan pemerintah pusat
3 Pajak yang penetapan dan atau pungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah
4 Pajak yang pungutan dan administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat
tetapi hasil pungutan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah
Mengacu pada kriteria pajak daerah yang diuraikan oleh Davey di atas maka
dapat ditarik suatu definisi mengenai pajak daerah adalah pajak yang terdiri dari
berbagai jenis pajak penetapan danatau pemungutannya dilakukan di wilayah daerah
serta merupakan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat Kemudian pajak daerah
dalam hal kewenangan pemungutan pajak atas objek pajak di daerah juga dapat
dibagi lagi menjadi dua yakni pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
11 Kesit Bambang Prakosa 2005 Pajak dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi) UII Press
Yogyakarta h 2
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota12
Berikut tabel indikator pembeda pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota sebagai
indikator pembedanya yakni
Tabel 12
Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota
No Keterangan Pajak Provinsi Pajak KabupatenKota
1 Kewenangan
pemungutan
Pemerintah Daerah
Provinsi
Pemerintah Daerah
KabupatenKota
2 Objek pajak Cakupan lebih sempit
dibanding objek pajak
KabupatenKota dan
apabila ingin diperluas
objeknya harus melalui
perubahan dalam undang-
undang
Cakupan lebih luas
dibanding objek dengan
objek pajak Provinsi dan
masih dapat diperluas
berdasarkan peraturan
pemerintah sepanjang tidak
bertentangan dengan
ketentuan yang ada
3 Jenis Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Pajak Hotel Pajak
Restoran Pajak Hiburan
Pajak Reklame Pajak
12 Sunarto 2005 Pajak dan Retribusi Daerah AMUS dan Citra Pustaka Yogyakarta h 15
Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok
Penerangan Jalan Pajak
Mineral Bukan Logam dan
Batuan Pajak Parkir Pajak
Air Tanah Pajak Sarang
Burung Walet Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangungan
Sumber Diolah dari UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Sunarto dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Retribusi
Daerah13
Mengacu pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Air Permukaan
kewenangan pemungutannya berada di tangan Pemerintah Provinsi Air Permukaan
berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan sebagai seluruh air yang terdapat pada
permukaan tanah tidak termasuk air laut baik yang ada di laut maupun di darat
Selanjutnya yang termasuk ke dalam objek air permukaan merupakan pengambilan
danatau pemanfaatan Air Permukaan Pengambilan danatau pemanfaatan dimaksud
di luar dari tujuan keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan perikanan
rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-
13 Ibid
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
purpose of this writing was to find out more details about the implementation of the
Surface Water Tax collection in the province of Bali as well as understand the
enabling and inhibiting factors of surface water for collection of the tax in the
province of Bali itself
This research applies empirical legal research methods with qualitative data
collection techniques The data was collected through several techniques including
interviewing techniques technical document studies and processing and data
analysis
For collection of water tax Surface in Bali Province is basically effective
which has been proven by the data processing polling Tax surface water in the
province of Bali within a period of 5 (five) years where the level of realization is
always above the range of 100 (one hundred percent) from the target However
although the degree of realization of Surface Water Tax collection in Bali Province is
high apparently contributing to the Surface Water Tax revenue (known as PAD) of
Bali is relatively small which averaged under 01 (zero point one percent) In
order to increase the contribution of surface water tax to the PAD to the regional
administration so it needed the addition of Surface Water Tax subject classification
itself
Keywords Surface Water Tax State Government Water Resources
ABSTRAK
Air Permukaan merupakan semua air yang terdapat pada permukaan tanah
tidak termasuk air laut baik yang berada di laut maupun di darat Pemungutan Pajak
Air Permukaan dilakukan guna menggali Pendapatan Asli Daerah Pemungutan Pajak
Air Permukaan disamping guna penyelenggaraan otonomi Daerah juga untuk
meminimalisir dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan khususnya dalam
bidang sumber daya air Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
lebih rinci tentang pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
serta memahami faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan pemungutan
Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali itu sendiri
Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian hukum empiris dengan
teknik pengumpulan data kualitatif Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
beberapa teknik diantaranya teknik wawancara teknik studi dokumen serta teknik
pengolahan dan analisis data
Pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali pada dasarnya
sudah efektif hal ini dibuktikan dengan hasil pengolahan data pemungutan Pajak Air
Permukaan di Provinsi Bali dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir dimana
tingkat realisasinya selalu berada di atas kisaran 100 (seratus persen) dari yang
ditargetkan Namun meskipun tingkat realisasi pemungutan Pajak Air Permukaan di
Provinsi Bali terbilang tinggi rupanya kontribusi Pajak Air Permukaan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali masih terbilang kecil yakni rata-rata
dibawah 01 (nol koma satu persen) Dalam rangka meningkatkan kontribusi Pajak
Air Permukaan terhadap PAD guna penyelenggaraan Pemerintahan Daerah tersebut
maka diperlukan penambahan klasifikasi subjek Pajak Air Permukaan itu sendiri
Kata Kunci Pajak Air Permukaan Pemerintahan Daerah Sumber Daya Air
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan daerah1 termasuk pendapatan
daerah Provinsi Bali yang merupakan daerah otonom2 Sumber pendapatan daerah
dari pajak tidak hanya dipungut oleh daerah tetapi Pemerintah Pusat juga dapat
melakukannya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Malahan dalam
praktiknya pemungutan pajak tidak hanya dilakukan di Indonesia namun hampir
seluruh negara di dunia memasukkan pajak sebagai sumber pendapatan negaranya
hal ini dibuktikan dengan adanya suatu jenis perjanjian internasional yang disebut
dengan perjanjian penghindaran pajak berganda (tax treaty) dalam kaitannya dengan
transaksi internasional3 Perjanjian penghindaran pajak berganda sendiri diartikan
sebagai perjanjian pajak antara dua negara bilateral yang mengatur mengenai
pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang diperoleh atau diterima oleh
1 Seperti yang tercantum di dalam konsideran menimbang huruf c Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menentukan bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan
pemerintahan daerah
2 Daerah otonom sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia
3 Wiratni Ahmadi 2007 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Tax Treaty) dalam
Kaitannya dengan Transaksi Internasionalrdquo
httpjournalunparacidindexphpprojustitiaarticleviewFile11181085 diakses tanggal 21
November 2016
penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan (Both
Constracting States)4
Pemungutan atas pajak yang dilakukan oleh negara-negara tersebut bertujuan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan yang pada era globalisasi ini
kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang memerlukan keterlibatan pemerintah
semakin kompleks Kebutuhan negara dalam penyelenggaraan pemerintahan
dimaksud termasuk negara Indonesia yaitu mencakup kebutuhan mengenai pelayanan
umum pertahanan ketertiban dan keamanan ekonomi lingkungan hidup perumahan
dan fasilitas umum kesehatan pariwisata dan budaya agama pendidikan dan
perlindungan sosial Guna memenuhi kebutuhan negara tersebut diperlukan anggaran
yang dapat digali dari berbagai sumber Seperti halnya negara Indonesia keseluruhan
aspek-aspek kebutuhan negara Indonesia yang disebutkan di atas memerlukan
anggaran biaya pemerintah pusat berdasarkan fungsi pada tahun 2013-2015 sebesar
(dalam miliar) Rp 1392442- (Seribu Tiga Ratus Sembilan Puluh Dua Triliun Empat
Ratus Empat Puluh Dua Miliar Rupiah)5
Dalam rangka menunjang kebutuhan negara yang semakin kompleks maka
suatu negara membutuhkan penerimaan negara Sumber-sumber penerimaan negara
secara umum dapat digali dari bumi air dan kekayaan alam pajak-pajak bea dan
4 Hilda Wagiri 2016 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Bergandardquo
httpswwwscribdcomdoc157949713Pengertian-Dan-Tujuan-Perjanjian-Penghindaran-Pajak-
Berganda diakses tanggal 21 November 2016
5 Badan Pusat Statistik 2015 ldquoAnggaran Biaya Pemerintah Pusat berdasarkan Fungsirdquo
httpswwwbpsgoidSubjekviewid101subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1 diakses tanggal
12 Oktober 2016
cukai penerimaan negara bukan pajak (non-tax) hasil perusahaan negara dan
sumber-sumber lain seperti percetakan uang dan pinjaman6 Dari sumber pendapatan
negara tersebut pajak merupakan suatu pendapatan negara yang menyumbang
nominal tertinggi dan sektor penerimaan pajak Indonesia sendiri menyumbangkan
sekitar 70 (tujuh puluh persen) dari keseluruhan pendapatan nasional7
Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No 16 Tahun
2009 dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa
ldquopajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyatrdquo
Kemudian pajak menurut Feldmann sebagaimana dikutip oleh Muhammad
Djafar Saidi merupakan prestasi yang terutang pada penguasa dan dipaksakan secara
sepihak menurut norma-norma yang ditetapkan oleh penguasa itu sendiri tanpa ada
jasa balik dan semata-mata guna menutup pengeluaran-pengeluaran umum8 Dari
definisi-definisi mengenai pajak tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pajak adalah suatu iuran wajib yang dikenakan kepada wajib pajak dengan
6 H Bohari 2010 Pengantar Hukum Pajak (Edisi Revisi 8) Rajawali Pers Jakarta h 11
7Muhammad Iqbal 2015 ldquoPajak Sebagai Ujung Tombak Pembangunanrdquo
httpwwwpajakgoidcontentarticlepajak-sebagai-ujung-tombak-pembangunan diakses tanggal 3
Oktober 2016
8 Muhammad Djafar Saidi 2010 Pembaharuan Hukum Pajak (Edisi Revisi) Rajawali Pers
Makassar h 27
sifat yang dipaksakan oleh penguasa atau negara melalui undang-undang tanpa
adanya kontra prestasi secara langsung yang dirasakan oleh si wajib pajak
Dilihat dari segi kewenangannya di Indonesia pajak dibagi atas pajak pusat
dan pajak daerah Perbedaan antara kriteria pajak pusat dan pajak daerah terlihat dari
pihak pemungutnya di mana pajak pusat dipungut oleh Pemerintah Pusat dan pajak
daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah Salah satu faktor pembagian atas pajak
yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah didasarkan pada
otonomi yang diberikan kepada daerah-daerah di Indonesia melalui tugas otonomi
dan tugas pembantuan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No
2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang No 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Penerapan otonomi yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah ini tentu saja banyak berimplikasi pada sektor finansial atau keuangan daerah
Maka dari itu dalam menjalankan tugasnya tentu saja pemerintah dalam hal ini
pemerintah daerah harus diberikan hak untuk memperoleh sumber keuangan yang
selanjutnya digunakan sebagai pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya9
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
menentukan secara rinci kewenangan pemerintah daerah yang selanjutnya dalam
9 Gunarto Suhardi 2006 Negara Kesatuan dan Otonomi Daerah Andi Offset Yogyakarta h 16
undang-undang ini disebut dengan istilah ldquourusanrdquo10
Rincian kewenangan
Pemerintah Pusat Provinsi KabupatenKota dapat dilihat dalam lampiran Undang-
Undang No 23 Tahun 2014 Khusus mengenai pengaturan Sumber Daya Air (SDA)
dapat dijumpai pada angka 1 (satu) lampiran huruf c yang mengatur mengenai
pembagian urusan pemerintah bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
Perbandingan kewenangan (urusan) Pemerintah Pusat Daerah Provinsi dan Daerah
KabupatenKota di dalam pengelolaan Sumber Daya Air dapat dilihat sebagaimana
tabel di bawah
Tabel 11
Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
No Sub Urusan Pemerintah
Pusat
Daerah Provinsi Daerah
KabupatenKota
1 Sumber Daya
Air (SDA)
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah Provinsi
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai dalam 1
(satu) Daerah
10 Urusan pemerintahan sebagaimana ketentuan Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dibagi ke dalam 3 (tiga) urusan yang terdiri dari urusan
pemerintah absolut urusan pemerintah konkuren dan urusan pemerintahan umum
wilayah sungai
lintas negara dan
wilayah sungai
strategis nasional
KabupatenKota KabupatenKota
Sumber Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran
huruf c angka 1
Secara spesifik diuraikan kriteria pajak daerah oleh Davey dalam
bukunya yang berjudul Financing Regional Government yang dikutip oleh Kesit
Bambang Prakoso terdiri dari 4 (empat) hal yaitu11
1 Pajak yang pungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
pengaturan dari daerah sendiri
2 Pajak yang penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah tetapi
pungutannya berdasarkan peraturan pemerintah pusat
3 Pajak yang penetapan dan atau pungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah
4 Pajak yang pungutan dan administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat
tetapi hasil pungutan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah
Mengacu pada kriteria pajak daerah yang diuraikan oleh Davey di atas maka
dapat ditarik suatu definisi mengenai pajak daerah adalah pajak yang terdiri dari
berbagai jenis pajak penetapan danatau pemungutannya dilakukan di wilayah daerah
serta merupakan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat Kemudian pajak daerah
dalam hal kewenangan pemungutan pajak atas objek pajak di daerah juga dapat
dibagi lagi menjadi dua yakni pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
11 Kesit Bambang Prakosa 2005 Pajak dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi) UII Press
Yogyakarta h 2
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota12
Berikut tabel indikator pembeda pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota sebagai
indikator pembedanya yakni
Tabel 12
Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota
No Keterangan Pajak Provinsi Pajak KabupatenKota
1 Kewenangan
pemungutan
Pemerintah Daerah
Provinsi
Pemerintah Daerah
KabupatenKota
2 Objek pajak Cakupan lebih sempit
dibanding objek pajak
KabupatenKota dan
apabila ingin diperluas
objeknya harus melalui
perubahan dalam undang-
undang
Cakupan lebih luas
dibanding objek dengan
objek pajak Provinsi dan
masih dapat diperluas
berdasarkan peraturan
pemerintah sepanjang tidak
bertentangan dengan
ketentuan yang ada
3 Jenis Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Pajak Hotel Pajak
Restoran Pajak Hiburan
Pajak Reklame Pajak
12 Sunarto 2005 Pajak dan Retribusi Daerah AMUS dan Citra Pustaka Yogyakarta h 15
Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok
Penerangan Jalan Pajak
Mineral Bukan Logam dan
Batuan Pajak Parkir Pajak
Air Tanah Pajak Sarang
Burung Walet Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangungan
Sumber Diolah dari UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Sunarto dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Retribusi
Daerah13
Mengacu pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Air Permukaan
kewenangan pemungutannya berada di tangan Pemerintah Provinsi Air Permukaan
berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan sebagai seluruh air yang terdapat pada
permukaan tanah tidak termasuk air laut baik yang ada di laut maupun di darat
Selanjutnya yang termasuk ke dalam objek air permukaan merupakan pengambilan
danatau pemanfaatan Air Permukaan Pengambilan danatau pemanfaatan dimaksud
di luar dari tujuan keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan perikanan
rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-
13 Ibid
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
Air Permukaan merupakan semua air yang terdapat pada permukaan tanah
tidak termasuk air laut baik yang berada di laut maupun di darat Pemungutan Pajak
Air Permukaan dilakukan guna menggali Pendapatan Asli Daerah Pemungutan Pajak
Air Permukaan disamping guna penyelenggaraan otonomi Daerah juga untuk
meminimalisir dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan khususnya dalam
bidang sumber daya air Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
lebih rinci tentang pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
serta memahami faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan pemungutan
Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali itu sendiri
Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian hukum empiris dengan
teknik pengumpulan data kualitatif Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
beberapa teknik diantaranya teknik wawancara teknik studi dokumen serta teknik
pengolahan dan analisis data
Pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali pada dasarnya
sudah efektif hal ini dibuktikan dengan hasil pengolahan data pemungutan Pajak Air
Permukaan di Provinsi Bali dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir dimana
tingkat realisasinya selalu berada di atas kisaran 100 (seratus persen) dari yang
ditargetkan Namun meskipun tingkat realisasi pemungutan Pajak Air Permukaan di
Provinsi Bali terbilang tinggi rupanya kontribusi Pajak Air Permukaan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali masih terbilang kecil yakni rata-rata
dibawah 01 (nol koma satu persen) Dalam rangka meningkatkan kontribusi Pajak
Air Permukaan terhadap PAD guna penyelenggaraan Pemerintahan Daerah tersebut
maka diperlukan penambahan klasifikasi subjek Pajak Air Permukaan itu sendiri
Kata Kunci Pajak Air Permukaan Pemerintahan Daerah Sumber Daya Air
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan daerah1 termasuk pendapatan
daerah Provinsi Bali yang merupakan daerah otonom2 Sumber pendapatan daerah
dari pajak tidak hanya dipungut oleh daerah tetapi Pemerintah Pusat juga dapat
melakukannya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Malahan dalam
praktiknya pemungutan pajak tidak hanya dilakukan di Indonesia namun hampir
seluruh negara di dunia memasukkan pajak sebagai sumber pendapatan negaranya
hal ini dibuktikan dengan adanya suatu jenis perjanjian internasional yang disebut
dengan perjanjian penghindaran pajak berganda (tax treaty) dalam kaitannya dengan
transaksi internasional3 Perjanjian penghindaran pajak berganda sendiri diartikan
sebagai perjanjian pajak antara dua negara bilateral yang mengatur mengenai
pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang diperoleh atau diterima oleh
1 Seperti yang tercantum di dalam konsideran menimbang huruf c Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menentukan bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan
pemerintahan daerah
2 Daerah otonom sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia
3 Wiratni Ahmadi 2007 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Tax Treaty) dalam
Kaitannya dengan Transaksi Internasionalrdquo
httpjournalunparacidindexphpprojustitiaarticleviewFile11181085 diakses tanggal 21
November 2016
penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan (Both
Constracting States)4
Pemungutan atas pajak yang dilakukan oleh negara-negara tersebut bertujuan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan yang pada era globalisasi ini
kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang memerlukan keterlibatan pemerintah
semakin kompleks Kebutuhan negara dalam penyelenggaraan pemerintahan
dimaksud termasuk negara Indonesia yaitu mencakup kebutuhan mengenai pelayanan
umum pertahanan ketertiban dan keamanan ekonomi lingkungan hidup perumahan
dan fasilitas umum kesehatan pariwisata dan budaya agama pendidikan dan
perlindungan sosial Guna memenuhi kebutuhan negara tersebut diperlukan anggaran
yang dapat digali dari berbagai sumber Seperti halnya negara Indonesia keseluruhan
aspek-aspek kebutuhan negara Indonesia yang disebutkan di atas memerlukan
anggaran biaya pemerintah pusat berdasarkan fungsi pada tahun 2013-2015 sebesar
(dalam miliar) Rp 1392442- (Seribu Tiga Ratus Sembilan Puluh Dua Triliun Empat
Ratus Empat Puluh Dua Miliar Rupiah)5
Dalam rangka menunjang kebutuhan negara yang semakin kompleks maka
suatu negara membutuhkan penerimaan negara Sumber-sumber penerimaan negara
secara umum dapat digali dari bumi air dan kekayaan alam pajak-pajak bea dan
4 Hilda Wagiri 2016 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Bergandardquo
httpswwwscribdcomdoc157949713Pengertian-Dan-Tujuan-Perjanjian-Penghindaran-Pajak-
Berganda diakses tanggal 21 November 2016
5 Badan Pusat Statistik 2015 ldquoAnggaran Biaya Pemerintah Pusat berdasarkan Fungsirdquo
httpswwwbpsgoidSubjekviewid101subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1 diakses tanggal
12 Oktober 2016
cukai penerimaan negara bukan pajak (non-tax) hasil perusahaan negara dan
sumber-sumber lain seperti percetakan uang dan pinjaman6 Dari sumber pendapatan
negara tersebut pajak merupakan suatu pendapatan negara yang menyumbang
nominal tertinggi dan sektor penerimaan pajak Indonesia sendiri menyumbangkan
sekitar 70 (tujuh puluh persen) dari keseluruhan pendapatan nasional7
Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No 16 Tahun
2009 dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa
ldquopajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyatrdquo
Kemudian pajak menurut Feldmann sebagaimana dikutip oleh Muhammad
Djafar Saidi merupakan prestasi yang terutang pada penguasa dan dipaksakan secara
sepihak menurut norma-norma yang ditetapkan oleh penguasa itu sendiri tanpa ada
jasa balik dan semata-mata guna menutup pengeluaran-pengeluaran umum8 Dari
definisi-definisi mengenai pajak tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pajak adalah suatu iuran wajib yang dikenakan kepada wajib pajak dengan
6 H Bohari 2010 Pengantar Hukum Pajak (Edisi Revisi 8) Rajawali Pers Jakarta h 11
7Muhammad Iqbal 2015 ldquoPajak Sebagai Ujung Tombak Pembangunanrdquo
httpwwwpajakgoidcontentarticlepajak-sebagai-ujung-tombak-pembangunan diakses tanggal 3
Oktober 2016
8 Muhammad Djafar Saidi 2010 Pembaharuan Hukum Pajak (Edisi Revisi) Rajawali Pers
Makassar h 27
sifat yang dipaksakan oleh penguasa atau negara melalui undang-undang tanpa
adanya kontra prestasi secara langsung yang dirasakan oleh si wajib pajak
Dilihat dari segi kewenangannya di Indonesia pajak dibagi atas pajak pusat
dan pajak daerah Perbedaan antara kriteria pajak pusat dan pajak daerah terlihat dari
pihak pemungutnya di mana pajak pusat dipungut oleh Pemerintah Pusat dan pajak
daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah Salah satu faktor pembagian atas pajak
yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah didasarkan pada
otonomi yang diberikan kepada daerah-daerah di Indonesia melalui tugas otonomi
dan tugas pembantuan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No
2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang No 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Penerapan otonomi yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah ini tentu saja banyak berimplikasi pada sektor finansial atau keuangan daerah
Maka dari itu dalam menjalankan tugasnya tentu saja pemerintah dalam hal ini
pemerintah daerah harus diberikan hak untuk memperoleh sumber keuangan yang
selanjutnya digunakan sebagai pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya9
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
menentukan secara rinci kewenangan pemerintah daerah yang selanjutnya dalam
9 Gunarto Suhardi 2006 Negara Kesatuan dan Otonomi Daerah Andi Offset Yogyakarta h 16
undang-undang ini disebut dengan istilah ldquourusanrdquo10
Rincian kewenangan
Pemerintah Pusat Provinsi KabupatenKota dapat dilihat dalam lampiran Undang-
Undang No 23 Tahun 2014 Khusus mengenai pengaturan Sumber Daya Air (SDA)
dapat dijumpai pada angka 1 (satu) lampiran huruf c yang mengatur mengenai
pembagian urusan pemerintah bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
Perbandingan kewenangan (urusan) Pemerintah Pusat Daerah Provinsi dan Daerah
KabupatenKota di dalam pengelolaan Sumber Daya Air dapat dilihat sebagaimana
tabel di bawah
Tabel 11
Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
No Sub Urusan Pemerintah
Pusat
Daerah Provinsi Daerah
KabupatenKota
1 Sumber Daya
Air (SDA)
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah Provinsi
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai dalam 1
(satu) Daerah
10 Urusan pemerintahan sebagaimana ketentuan Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dibagi ke dalam 3 (tiga) urusan yang terdiri dari urusan
pemerintah absolut urusan pemerintah konkuren dan urusan pemerintahan umum
wilayah sungai
lintas negara dan
wilayah sungai
strategis nasional
KabupatenKota KabupatenKota
Sumber Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran
huruf c angka 1
Secara spesifik diuraikan kriteria pajak daerah oleh Davey dalam
bukunya yang berjudul Financing Regional Government yang dikutip oleh Kesit
Bambang Prakoso terdiri dari 4 (empat) hal yaitu11
1 Pajak yang pungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
pengaturan dari daerah sendiri
2 Pajak yang penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah tetapi
pungutannya berdasarkan peraturan pemerintah pusat
3 Pajak yang penetapan dan atau pungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah
4 Pajak yang pungutan dan administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat
tetapi hasil pungutan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah
Mengacu pada kriteria pajak daerah yang diuraikan oleh Davey di atas maka
dapat ditarik suatu definisi mengenai pajak daerah adalah pajak yang terdiri dari
berbagai jenis pajak penetapan danatau pemungutannya dilakukan di wilayah daerah
serta merupakan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat Kemudian pajak daerah
dalam hal kewenangan pemungutan pajak atas objek pajak di daerah juga dapat
dibagi lagi menjadi dua yakni pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
11 Kesit Bambang Prakosa 2005 Pajak dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi) UII Press
Yogyakarta h 2
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota12
Berikut tabel indikator pembeda pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota sebagai
indikator pembedanya yakni
Tabel 12
Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota
No Keterangan Pajak Provinsi Pajak KabupatenKota
1 Kewenangan
pemungutan
Pemerintah Daerah
Provinsi
Pemerintah Daerah
KabupatenKota
2 Objek pajak Cakupan lebih sempit
dibanding objek pajak
KabupatenKota dan
apabila ingin diperluas
objeknya harus melalui
perubahan dalam undang-
undang
Cakupan lebih luas
dibanding objek dengan
objek pajak Provinsi dan
masih dapat diperluas
berdasarkan peraturan
pemerintah sepanjang tidak
bertentangan dengan
ketentuan yang ada
3 Jenis Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Pajak Hotel Pajak
Restoran Pajak Hiburan
Pajak Reklame Pajak
12 Sunarto 2005 Pajak dan Retribusi Daerah AMUS dan Citra Pustaka Yogyakarta h 15
Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok
Penerangan Jalan Pajak
Mineral Bukan Logam dan
Batuan Pajak Parkir Pajak
Air Tanah Pajak Sarang
Burung Walet Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangungan
Sumber Diolah dari UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Sunarto dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Retribusi
Daerah13
Mengacu pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Air Permukaan
kewenangan pemungutannya berada di tangan Pemerintah Provinsi Air Permukaan
berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan sebagai seluruh air yang terdapat pada
permukaan tanah tidak termasuk air laut baik yang ada di laut maupun di darat
Selanjutnya yang termasuk ke dalam objek air permukaan merupakan pengambilan
danatau pemanfaatan Air Permukaan Pengambilan danatau pemanfaatan dimaksud
di luar dari tujuan keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan perikanan
rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-
13 Ibid
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
Air Permukaan terhadap PAD guna penyelenggaraan Pemerintahan Daerah tersebut
maka diperlukan penambahan klasifikasi subjek Pajak Air Permukaan itu sendiri
Kata Kunci Pajak Air Permukaan Pemerintahan Daerah Sumber Daya Air
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan daerah1 termasuk pendapatan
daerah Provinsi Bali yang merupakan daerah otonom2 Sumber pendapatan daerah
dari pajak tidak hanya dipungut oleh daerah tetapi Pemerintah Pusat juga dapat
melakukannya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Malahan dalam
praktiknya pemungutan pajak tidak hanya dilakukan di Indonesia namun hampir
seluruh negara di dunia memasukkan pajak sebagai sumber pendapatan negaranya
hal ini dibuktikan dengan adanya suatu jenis perjanjian internasional yang disebut
dengan perjanjian penghindaran pajak berganda (tax treaty) dalam kaitannya dengan
transaksi internasional3 Perjanjian penghindaran pajak berganda sendiri diartikan
sebagai perjanjian pajak antara dua negara bilateral yang mengatur mengenai
pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang diperoleh atau diterima oleh
1 Seperti yang tercantum di dalam konsideran menimbang huruf c Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menentukan bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan
pemerintahan daerah
2 Daerah otonom sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia
3 Wiratni Ahmadi 2007 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Tax Treaty) dalam
Kaitannya dengan Transaksi Internasionalrdquo
httpjournalunparacidindexphpprojustitiaarticleviewFile11181085 diakses tanggal 21
November 2016
penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan (Both
Constracting States)4
Pemungutan atas pajak yang dilakukan oleh negara-negara tersebut bertujuan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan yang pada era globalisasi ini
kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang memerlukan keterlibatan pemerintah
semakin kompleks Kebutuhan negara dalam penyelenggaraan pemerintahan
dimaksud termasuk negara Indonesia yaitu mencakup kebutuhan mengenai pelayanan
umum pertahanan ketertiban dan keamanan ekonomi lingkungan hidup perumahan
dan fasilitas umum kesehatan pariwisata dan budaya agama pendidikan dan
perlindungan sosial Guna memenuhi kebutuhan negara tersebut diperlukan anggaran
yang dapat digali dari berbagai sumber Seperti halnya negara Indonesia keseluruhan
aspek-aspek kebutuhan negara Indonesia yang disebutkan di atas memerlukan
anggaran biaya pemerintah pusat berdasarkan fungsi pada tahun 2013-2015 sebesar
(dalam miliar) Rp 1392442- (Seribu Tiga Ratus Sembilan Puluh Dua Triliun Empat
Ratus Empat Puluh Dua Miliar Rupiah)5
Dalam rangka menunjang kebutuhan negara yang semakin kompleks maka
suatu negara membutuhkan penerimaan negara Sumber-sumber penerimaan negara
secara umum dapat digali dari bumi air dan kekayaan alam pajak-pajak bea dan
4 Hilda Wagiri 2016 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Bergandardquo
httpswwwscribdcomdoc157949713Pengertian-Dan-Tujuan-Perjanjian-Penghindaran-Pajak-
Berganda diakses tanggal 21 November 2016
5 Badan Pusat Statistik 2015 ldquoAnggaran Biaya Pemerintah Pusat berdasarkan Fungsirdquo
httpswwwbpsgoidSubjekviewid101subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1 diakses tanggal
12 Oktober 2016
cukai penerimaan negara bukan pajak (non-tax) hasil perusahaan negara dan
sumber-sumber lain seperti percetakan uang dan pinjaman6 Dari sumber pendapatan
negara tersebut pajak merupakan suatu pendapatan negara yang menyumbang
nominal tertinggi dan sektor penerimaan pajak Indonesia sendiri menyumbangkan
sekitar 70 (tujuh puluh persen) dari keseluruhan pendapatan nasional7
Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No 16 Tahun
2009 dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa
ldquopajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyatrdquo
Kemudian pajak menurut Feldmann sebagaimana dikutip oleh Muhammad
Djafar Saidi merupakan prestasi yang terutang pada penguasa dan dipaksakan secara
sepihak menurut norma-norma yang ditetapkan oleh penguasa itu sendiri tanpa ada
jasa balik dan semata-mata guna menutup pengeluaran-pengeluaran umum8 Dari
definisi-definisi mengenai pajak tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pajak adalah suatu iuran wajib yang dikenakan kepada wajib pajak dengan
6 H Bohari 2010 Pengantar Hukum Pajak (Edisi Revisi 8) Rajawali Pers Jakarta h 11
7Muhammad Iqbal 2015 ldquoPajak Sebagai Ujung Tombak Pembangunanrdquo
httpwwwpajakgoidcontentarticlepajak-sebagai-ujung-tombak-pembangunan diakses tanggal 3
Oktober 2016
8 Muhammad Djafar Saidi 2010 Pembaharuan Hukum Pajak (Edisi Revisi) Rajawali Pers
Makassar h 27
sifat yang dipaksakan oleh penguasa atau negara melalui undang-undang tanpa
adanya kontra prestasi secara langsung yang dirasakan oleh si wajib pajak
Dilihat dari segi kewenangannya di Indonesia pajak dibagi atas pajak pusat
dan pajak daerah Perbedaan antara kriteria pajak pusat dan pajak daerah terlihat dari
pihak pemungutnya di mana pajak pusat dipungut oleh Pemerintah Pusat dan pajak
daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah Salah satu faktor pembagian atas pajak
yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah didasarkan pada
otonomi yang diberikan kepada daerah-daerah di Indonesia melalui tugas otonomi
dan tugas pembantuan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No
2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang No 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Penerapan otonomi yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah ini tentu saja banyak berimplikasi pada sektor finansial atau keuangan daerah
Maka dari itu dalam menjalankan tugasnya tentu saja pemerintah dalam hal ini
pemerintah daerah harus diberikan hak untuk memperoleh sumber keuangan yang
selanjutnya digunakan sebagai pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya9
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
menentukan secara rinci kewenangan pemerintah daerah yang selanjutnya dalam
9 Gunarto Suhardi 2006 Negara Kesatuan dan Otonomi Daerah Andi Offset Yogyakarta h 16
undang-undang ini disebut dengan istilah ldquourusanrdquo10
Rincian kewenangan
Pemerintah Pusat Provinsi KabupatenKota dapat dilihat dalam lampiran Undang-
Undang No 23 Tahun 2014 Khusus mengenai pengaturan Sumber Daya Air (SDA)
dapat dijumpai pada angka 1 (satu) lampiran huruf c yang mengatur mengenai
pembagian urusan pemerintah bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
Perbandingan kewenangan (urusan) Pemerintah Pusat Daerah Provinsi dan Daerah
KabupatenKota di dalam pengelolaan Sumber Daya Air dapat dilihat sebagaimana
tabel di bawah
Tabel 11
Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
No Sub Urusan Pemerintah
Pusat
Daerah Provinsi Daerah
KabupatenKota
1 Sumber Daya
Air (SDA)
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah Provinsi
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai dalam 1
(satu) Daerah
10 Urusan pemerintahan sebagaimana ketentuan Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dibagi ke dalam 3 (tiga) urusan yang terdiri dari urusan
pemerintah absolut urusan pemerintah konkuren dan urusan pemerintahan umum
wilayah sungai
lintas negara dan
wilayah sungai
strategis nasional
KabupatenKota KabupatenKota
Sumber Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran
huruf c angka 1
Secara spesifik diuraikan kriteria pajak daerah oleh Davey dalam
bukunya yang berjudul Financing Regional Government yang dikutip oleh Kesit
Bambang Prakoso terdiri dari 4 (empat) hal yaitu11
1 Pajak yang pungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
pengaturan dari daerah sendiri
2 Pajak yang penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah tetapi
pungutannya berdasarkan peraturan pemerintah pusat
3 Pajak yang penetapan dan atau pungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah
4 Pajak yang pungutan dan administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat
tetapi hasil pungutan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah
Mengacu pada kriteria pajak daerah yang diuraikan oleh Davey di atas maka
dapat ditarik suatu definisi mengenai pajak daerah adalah pajak yang terdiri dari
berbagai jenis pajak penetapan danatau pemungutannya dilakukan di wilayah daerah
serta merupakan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat Kemudian pajak daerah
dalam hal kewenangan pemungutan pajak atas objek pajak di daerah juga dapat
dibagi lagi menjadi dua yakni pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
11 Kesit Bambang Prakosa 2005 Pajak dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi) UII Press
Yogyakarta h 2
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota12
Berikut tabel indikator pembeda pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota sebagai
indikator pembedanya yakni
Tabel 12
Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota
No Keterangan Pajak Provinsi Pajak KabupatenKota
1 Kewenangan
pemungutan
Pemerintah Daerah
Provinsi
Pemerintah Daerah
KabupatenKota
2 Objek pajak Cakupan lebih sempit
dibanding objek pajak
KabupatenKota dan
apabila ingin diperluas
objeknya harus melalui
perubahan dalam undang-
undang
Cakupan lebih luas
dibanding objek dengan
objek pajak Provinsi dan
masih dapat diperluas
berdasarkan peraturan
pemerintah sepanjang tidak
bertentangan dengan
ketentuan yang ada
3 Jenis Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Pajak Hotel Pajak
Restoran Pajak Hiburan
Pajak Reklame Pajak
12 Sunarto 2005 Pajak dan Retribusi Daerah AMUS dan Citra Pustaka Yogyakarta h 15
Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok
Penerangan Jalan Pajak
Mineral Bukan Logam dan
Batuan Pajak Parkir Pajak
Air Tanah Pajak Sarang
Burung Walet Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangungan
Sumber Diolah dari UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Sunarto dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Retribusi
Daerah13
Mengacu pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Air Permukaan
kewenangan pemungutannya berada di tangan Pemerintah Provinsi Air Permukaan
berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan sebagai seluruh air yang terdapat pada
permukaan tanah tidak termasuk air laut baik yang ada di laut maupun di darat
Selanjutnya yang termasuk ke dalam objek air permukaan merupakan pengambilan
danatau pemanfaatan Air Permukaan Pengambilan danatau pemanfaatan dimaksud
di luar dari tujuan keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan perikanan
rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-
13 Ibid
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan daerah1 termasuk pendapatan
daerah Provinsi Bali yang merupakan daerah otonom2 Sumber pendapatan daerah
dari pajak tidak hanya dipungut oleh daerah tetapi Pemerintah Pusat juga dapat
melakukannya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Malahan dalam
praktiknya pemungutan pajak tidak hanya dilakukan di Indonesia namun hampir
seluruh negara di dunia memasukkan pajak sebagai sumber pendapatan negaranya
hal ini dibuktikan dengan adanya suatu jenis perjanjian internasional yang disebut
dengan perjanjian penghindaran pajak berganda (tax treaty) dalam kaitannya dengan
transaksi internasional3 Perjanjian penghindaran pajak berganda sendiri diartikan
sebagai perjanjian pajak antara dua negara bilateral yang mengatur mengenai
pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang diperoleh atau diterima oleh
1 Seperti yang tercantum di dalam konsideran menimbang huruf c Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menentukan bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan
pemerintahan daerah
2 Daerah otonom sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia
3 Wiratni Ahmadi 2007 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Tax Treaty) dalam
Kaitannya dengan Transaksi Internasionalrdquo
httpjournalunparacidindexphpprojustitiaarticleviewFile11181085 diakses tanggal 21
November 2016
penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan (Both
Constracting States)4
Pemungutan atas pajak yang dilakukan oleh negara-negara tersebut bertujuan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan yang pada era globalisasi ini
kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang memerlukan keterlibatan pemerintah
semakin kompleks Kebutuhan negara dalam penyelenggaraan pemerintahan
dimaksud termasuk negara Indonesia yaitu mencakup kebutuhan mengenai pelayanan
umum pertahanan ketertiban dan keamanan ekonomi lingkungan hidup perumahan
dan fasilitas umum kesehatan pariwisata dan budaya agama pendidikan dan
perlindungan sosial Guna memenuhi kebutuhan negara tersebut diperlukan anggaran
yang dapat digali dari berbagai sumber Seperti halnya negara Indonesia keseluruhan
aspek-aspek kebutuhan negara Indonesia yang disebutkan di atas memerlukan
anggaran biaya pemerintah pusat berdasarkan fungsi pada tahun 2013-2015 sebesar
(dalam miliar) Rp 1392442- (Seribu Tiga Ratus Sembilan Puluh Dua Triliun Empat
Ratus Empat Puluh Dua Miliar Rupiah)5
Dalam rangka menunjang kebutuhan negara yang semakin kompleks maka
suatu negara membutuhkan penerimaan negara Sumber-sumber penerimaan negara
secara umum dapat digali dari bumi air dan kekayaan alam pajak-pajak bea dan
4 Hilda Wagiri 2016 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Bergandardquo
httpswwwscribdcomdoc157949713Pengertian-Dan-Tujuan-Perjanjian-Penghindaran-Pajak-
Berganda diakses tanggal 21 November 2016
5 Badan Pusat Statistik 2015 ldquoAnggaran Biaya Pemerintah Pusat berdasarkan Fungsirdquo
httpswwwbpsgoidSubjekviewid101subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1 diakses tanggal
12 Oktober 2016
cukai penerimaan negara bukan pajak (non-tax) hasil perusahaan negara dan
sumber-sumber lain seperti percetakan uang dan pinjaman6 Dari sumber pendapatan
negara tersebut pajak merupakan suatu pendapatan negara yang menyumbang
nominal tertinggi dan sektor penerimaan pajak Indonesia sendiri menyumbangkan
sekitar 70 (tujuh puluh persen) dari keseluruhan pendapatan nasional7
Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No 16 Tahun
2009 dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa
ldquopajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyatrdquo
Kemudian pajak menurut Feldmann sebagaimana dikutip oleh Muhammad
Djafar Saidi merupakan prestasi yang terutang pada penguasa dan dipaksakan secara
sepihak menurut norma-norma yang ditetapkan oleh penguasa itu sendiri tanpa ada
jasa balik dan semata-mata guna menutup pengeluaran-pengeluaran umum8 Dari
definisi-definisi mengenai pajak tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pajak adalah suatu iuran wajib yang dikenakan kepada wajib pajak dengan
6 H Bohari 2010 Pengantar Hukum Pajak (Edisi Revisi 8) Rajawali Pers Jakarta h 11
7Muhammad Iqbal 2015 ldquoPajak Sebagai Ujung Tombak Pembangunanrdquo
httpwwwpajakgoidcontentarticlepajak-sebagai-ujung-tombak-pembangunan diakses tanggal 3
Oktober 2016
8 Muhammad Djafar Saidi 2010 Pembaharuan Hukum Pajak (Edisi Revisi) Rajawali Pers
Makassar h 27
sifat yang dipaksakan oleh penguasa atau negara melalui undang-undang tanpa
adanya kontra prestasi secara langsung yang dirasakan oleh si wajib pajak
Dilihat dari segi kewenangannya di Indonesia pajak dibagi atas pajak pusat
dan pajak daerah Perbedaan antara kriteria pajak pusat dan pajak daerah terlihat dari
pihak pemungutnya di mana pajak pusat dipungut oleh Pemerintah Pusat dan pajak
daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah Salah satu faktor pembagian atas pajak
yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah didasarkan pada
otonomi yang diberikan kepada daerah-daerah di Indonesia melalui tugas otonomi
dan tugas pembantuan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No
2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang No 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Penerapan otonomi yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah ini tentu saja banyak berimplikasi pada sektor finansial atau keuangan daerah
Maka dari itu dalam menjalankan tugasnya tentu saja pemerintah dalam hal ini
pemerintah daerah harus diberikan hak untuk memperoleh sumber keuangan yang
selanjutnya digunakan sebagai pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya9
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
menentukan secara rinci kewenangan pemerintah daerah yang selanjutnya dalam
9 Gunarto Suhardi 2006 Negara Kesatuan dan Otonomi Daerah Andi Offset Yogyakarta h 16
undang-undang ini disebut dengan istilah ldquourusanrdquo10
Rincian kewenangan
Pemerintah Pusat Provinsi KabupatenKota dapat dilihat dalam lampiran Undang-
Undang No 23 Tahun 2014 Khusus mengenai pengaturan Sumber Daya Air (SDA)
dapat dijumpai pada angka 1 (satu) lampiran huruf c yang mengatur mengenai
pembagian urusan pemerintah bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
Perbandingan kewenangan (urusan) Pemerintah Pusat Daerah Provinsi dan Daerah
KabupatenKota di dalam pengelolaan Sumber Daya Air dapat dilihat sebagaimana
tabel di bawah
Tabel 11
Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
No Sub Urusan Pemerintah
Pusat
Daerah Provinsi Daerah
KabupatenKota
1 Sumber Daya
Air (SDA)
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah Provinsi
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai dalam 1
(satu) Daerah
10 Urusan pemerintahan sebagaimana ketentuan Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dibagi ke dalam 3 (tiga) urusan yang terdiri dari urusan
pemerintah absolut urusan pemerintah konkuren dan urusan pemerintahan umum
wilayah sungai
lintas negara dan
wilayah sungai
strategis nasional
KabupatenKota KabupatenKota
Sumber Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran
huruf c angka 1
Secara spesifik diuraikan kriteria pajak daerah oleh Davey dalam
bukunya yang berjudul Financing Regional Government yang dikutip oleh Kesit
Bambang Prakoso terdiri dari 4 (empat) hal yaitu11
1 Pajak yang pungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
pengaturan dari daerah sendiri
2 Pajak yang penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah tetapi
pungutannya berdasarkan peraturan pemerintah pusat
3 Pajak yang penetapan dan atau pungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah
4 Pajak yang pungutan dan administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat
tetapi hasil pungutan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah
Mengacu pada kriteria pajak daerah yang diuraikan oleh Davey di atas maka
dapat ditarik suatu definisi mengenai pajak daerah adalah pajak yang terdiri dari
berbagai jenis pajak penetapan danatau pemungutannya dilakukan di wilayah daerah
serta merupakan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat Kemudian pajak daerah
dalam hal kewenangan pemungutan pajak atas objek pajak di daerah juga dapat
dibagi lagi menjadi dua yakni pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
11 Kesit Bambang Prakosa 2005 Pajak dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi) UII Press
Yogyakarta h 2
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota12
Berikut tabel indikator pembeda pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota sebagai
indikator pembedanya yakni
Tabel 12
Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota
No Keterangan Pajak Provinsi Pajak KabupatenKota
1 Kewenangan
pemungutan
Pemerintah Daerah
Provinsi
Pemerintah Daerah
KabupatenKota
2 Objek pajak Cakupan lebih sempit
dibanding objek pajak
KabupatenKota dan
apabila ingin diperluas
objeknya harus melalui
perubahan dalam undang-
undang
Cakupan lebih luas
dibanding objek dengan
objek pajak Provinsi dan
masih dapat diperluas
berdasarkan peraturan
pemerintah sepanjang tidak
bertentangan dengan
ketentuan yang ada
3 Jenis Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Pajak Hotel Pajak
Restoran Pajak Hiburan
Pajak Reklame Pajak
12 Sunarto 2005 Pajak dan Retribusi Daerah AMUS dan Citra Pustaka Yogyakarta h 15
Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok
Penerangan Jalan Pajak
Mineral Bukan Logam dan
Batuan Pajak Parkir Pajak
Air Tanah Pajak Sarang
Burung Walet Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangungan
Sumber Diolah dari UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Sunarto dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Retribusi
Daerah13
Mengacu pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Air Permukaan
kewenangan pemungutannya berada di tangan Pemerintah Provinsi Air Permukaan
berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan sebagai seluruh air yang terdapat pada
permukaan tanah tidak termasuk air laut baik yang ada di laut maupun di darat
Selanjutnya yang termasuk ke dalam objek air permukaan merupakan pengambilan
danatau pemanfaatan Air Permukaan Pengambilan danatau pemanfaatan dimaksud
di luar dari tujuan keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan perikanan
rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-
13 Ibid
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak pada persetujuan (Both
Constracting States)4
Pemungutan atas pajak yang dilakukan oleh negara-negara tersebut bertujuan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan yang pada era globalisasi ini
kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang memerlukan keterlibatan pemerintah
semakin kompleks Kebutuhan negara dalam penyelenggaraan pemerintahan
dimaksud termasuk negara Indonesia yaitu mencakup kebutuhan mengenai pelayanan
umum pertahanan ketertiban dan keamanan ekonomi lingkungan hidup perumahan
dan fasilitas umum kesehatan pariwisata dan budaya agama pendidikan dan
perlindungan sosial Guna memenuhi kebutuhan negara tersebut diperlukan anggaran
yang dapat digali dari berbagai sumber Seperti halnya negara Indonesia keseluruhan
aspek-aspek kebutuhan negara Indonesia yang disebutkan di atas memerlukan
anggaran biaya pemerintah pusat berdasarkan fungsi pada tahun 2013-2015 sebesar
(dalam miliar) Rp 1392442- (Seribu Tiga Ratus Sembilan Puluh Dua Triliun Empat
Ratus Empat Puluh Dua Miliar Rupiah)5
Dalam rangka menunjang kebutuhan negara yang semakin kompleks maka
suatu negara membutuhkan penerimaan negara Sumber-sumber penerimaan negara
secara umum dapat digali dari bumi air dan kekayaan alam pajak-pajak bea dan
4 Hilda Wagiri 2016 ldquoPerjanjian Penghindaran Pajak Bergandardquo
httpswwwscribdcomdoc157949713Pengertian-Dan-Tujuan-Perjanjian-Penghindaran-Pajak-
Berganda diakses tanggal 21 November 2016
5 Badan Pusat Statistik 2015 ldquoAnggaran Biaya Pemerintah Pusat berdasarkan Fungsirdquo
httpswwwbpsgoidSubjekviewid101subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1 diakses tanggal
12 Oktober 2016
cukai penerimaan negara bukan pajak (non-tax) hasil perusahaan negara dan
sumber-sumber lain seperti percetakan uang dan pinjaman6 Dari sumber pendapatan
negara tersebut pajak merupakan suatu pendapatan negara yang menyumbang
nominal tertinggi dan sektor penerimaan pajak Indonesia sendiri menyumbangkan
sekitar 70 (tujuh puluh persen) dari keseluruhan pendapatan nasional7
Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No 16 Tahun
2009 dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa
ldquopajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyatrdquo
Kemudian pajak menurut Feldmann sebagaimana dikutip oleh Muhammad
Djafar Saidi merupakan prestasi yang terutang pada penguasa dan dipaksakan secara
sepihak menurut norma-norma yang ditetapkan oleh penguasa itu sendiri tanpa ada
jasa balik dan semata-mata guna menutup pengeluaran-pengeluaran umum8 Dari
definisi-definisi mengenai pajak tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pajak adalah suatu iuran wajib yang dikenakan kepada wajib pajak dengan
6 H Bohari 2010 Pengantar Hukum Pajak (Edisi Revisi 8) Rajawali Pers Jakarta h 11
7Muhammad Iqbal 2015 ldquoPajak Sebagai Ujung Tombak Pembangunanrdquo
httpwwwpajakgoidcontentarticlepajak-sebagai-ujung-tombak-pembangunan diakses tanggal 3
Oktober 2016
8 Muhammad Djafar Saidi 2010 Pembaharuan Hukum Pajak (Edisi Revisi) Rajawali Pers
Makassar h 27
sifat yang dipaksakan oleh penguasa atau negara melalui undang-undang tanpa
adanya kontra prestasi secara langsung yang dirasakan oleh si wajib pajak
Dilihat dari segi kewenangannya di Indonesia pajak dibagi atas pajak pusat
dan pajak daerah Perbedaan antara kriteria pajak pusat dan pajak daerah terlihat dari
pihak pemungutnya di mana pajak pusat dipungut oleh Pemerintah Pusat dan pajak
daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah Salah satu faktor pembagian atas pajak
yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah didasarkan pada
otonomi yang diberikan kepada daerah-daerah di Indonesia melalui tugas otonomi
dan tugas pembantuan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No
2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang No 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Penerapan otonomi yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah ini tentu saja banyak berimplikasi pada sektor finansial atau keuangan daerah
Maka dari itu dalam menjalankan tugasnya tentu saja pemerintah dalam hal ini
pemerintah daerah harus diberikan hak untuk memperoleh sumber keuangan yang
selanjutnya digunakan sebagai pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya9
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
menentukan secara rinci kewenangan pemerintah daerah yang selanjutnya dalam
9 Gunarto Suhardi 2006 Negara Kesatuan dan Otonomi Daerah Andi Offset Yogyakarta h 16
undang-undang ini disebut dengan istilah ldquourusanrdquo10
Rincian kewenangan
Pemerintah Pusat Provinsi KabupatenKota dapat dilihat dalam lampiran Undang-
Undang No 23 Tahun 2014 Khusus mengenai pengaturan Sumber Daya Air (SDA)
dapat dijumpai pada angka 1 (satu) lampiran huruf c yang mengatur mengenai
pembagian urusan pemerintah bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
Perbandingan kewenangan (urusan) Pemerintah Pusat Daerah Provinsi dan Daerah
KabupatenKota di dalam pengelolaan Sumber Daya Air dapat dilihat sebagaimana
tabel di bawah
Tabel 11
Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
No Sub Urusan Pemerintah
Pusat
Daerah Provinsi Daerah
KabupatenKota
1 Sumber Daya
Air (SDA)
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah Provinsi
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai dalam 1
(satu) Daerah
10 Urusan pemerintahan sebagaimana ketentuan Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dibagi ke dalam 3 (tiga) urusan yang terdiri dari urusan
pemerintah absolut urusan pemerintah konkuren dan urusan pemerintahan umum
wilayah sungai
lintas negara dan
wilayah sungai
strategis nasional
KabupatenKota KabupatenKota
Sumber Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran
huruf c angka 1
Secara spesifik diuraikan kriteria pajak daerah oleh Davey dalam
bukunya yang berjudul Financing Regional Government yang dikutip oleh Kesit
Bambang Prakoso terdiri dari 4 (empat) hal yaitu11
1 Pajak yang pungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
pengaturan dari daerah sendiri
2 Pajak yang penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah tetapi
pungutannya berdasarkan peraturan pemerintah pusat
3 Pajak yang penetapan dan atau pungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah
4 Pajak yang pungutan dan administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat
tetapi hasil pungutan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah
Mengacu pada kriteria pajak daerah yang diuraikan oleh Davey di atas maka
dapat ditarik suatu definisi mengenai pajak daerah adalah pajak yang terdiri dari
berbagai jenis pajak penetapan danatau pemungutannya dilakukan di wilayah daerah
serta merupakan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat Kemudian pajak daerah
dalam hal kewenangan pemungutan pajak atas objek pajak di daerah juga dapat
dibagi lagi menjadi dua yakni pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
11 Kesit Bambang Prakosa 2005 Pajak dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi) UII Press
Yogyakarta h 2
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota12
Berikut tabel indikator pembeda pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota sebagai
indikator pembedanya yakni
Tabel 12
Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota
No Keterangan Pajak Provinsi Pajak KabupatenKota
1 Kewenangan
pemungutan
Pemerintah Daerah
Provinsi
Pemerintah Daerah
KabupatenKota
2 Objek pajak Cakupan lebih sempit
dibanding objek pajak
KabupatenKota dan
apabila ingin diperluas
objeknya harus melalui
perubahan dalam undang-
undang
Cakupan lebih luas
dibanding objek dengan
objek pajak Provinsi dan
masih dapat diperluas
berdasarkan peraturan
pemerintah sepanjang tidak
bertentangan dengan
ketentuan yang ada
3 Jenis Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Pajak Hotel Pajak
Restoran Pajak Hiburan
Pajak Reklame Pajak
12 Sunarto 2005 Pajak dan Retribusi Daerah AMUS dan Citra Pustaka Yogyakarta h 15
Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok
Penerangan Jalan Pajak
Mineral Bukan Logam dan
Batuan Pajak Parkir Pajak
Air Tanah Pajak Sarang
Burung Walet Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangungan
Sumber Diolah dari UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Sunarto dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Retribusi
Daerah13
Mengacu pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Air Permukaan
kewenangan pemungutannya berada di tangan Pemerintah Provinsi Air Permukaan
berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan sebagai seluruh air yang terdapat pada
permukaan tanah tidak termasuk air laut baik yang ada di laut maupun di darat
Selanjutnya yang termasuk ke dalam objek air permukaan merupakan pengambilan
danatau pemanfaatan Air Permukaan Pengambilan danatau pemanfaatan dimaksud
di luar dari tujuan keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan perikanan
rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-
13 Ibid
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
cukai penerimaan negara bukan pajak (non-tax) hasil perusahaan negara dan
sumber-sumber lain seperti percetakan uang dan pinjaman6 Dari sumber pendapatan
negara tersebut pajak merupakan suatu pendapatan negara yang menyumbang
nominal tertinggi dan sektor penerimaan pajak Indonesia sendiri menyumbangkan
sekitar 70 (tujuh puluh persen) dari keseluruhan pendapatan nasional7
Undang-Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No 16 Tahun
2009 dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa
ldquopajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyatrdquo
Kemudian pajak menurut Feldmann sebagaimana dikutip oleh Muhammad
Djafar Saidi merupakan prestasi yang terutang pada penguasa dan dipaksakan secara
sepihak menurut norma-norma yang ditetapkan oleh penguasa itu sendiri tanpa ada
jasa balik dan semata-mata guna menutup pengeluaran-pengeluaran umum8 Dari
definisi-definisi mengenai pajak tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pajak adalah suatu iuran wajib yang dikenakan kepada wajib pajak dengan
6 H Bohari 2010 Pengantar Hukum Pajak (Edisi Revisi 8) Rajawali Pers Jakarta h 11
7Muhammad Iqbal 2015 ldquoPajak Sebagai Ujung Tombak Pembangunanrdquo
httpwwwpajakgoidcontentarticlepajak-sebagai-ujung-tombak-pembangunan diakses tanggal 3
Oktober 2016
8 Muhammad Djafar Saidi 2010 Pembaharuan Hukum Pajak (Edisi Revisi) Rajawali Pers
Makassar h 27
sifat yang dipaksakan oleh penguasa atau negara melalui undang-undang tanpa
adanya kontra prestasi secara langsung yang dirasakan oleh si wajib pajak
Dilihat dari segi kewenangannya di Indonesia pajak dibagi atas pajak pusat
dan pajak daerah Perbedaan antara kriteria pajak pusat dan pajak daerah terlihat dari
pihak pemungutnya di mana pajak pusat dipungut oleh Pemerintah Pusat dan pajak
daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah Salah satu faktor pembagian atas pajak
yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah didasarkan pada
otonomi yang diberikan kepada daerah-daerah di Indonesia melalui tugas otonomi
dan tugas pembantuan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No
2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang No 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Penerapan otonomi yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah ini tentu saja banyak berimplikasi pada sektor finansial atau keuangan daerah
Maka dari itu dalam menjalankan tugasnya tentu saja pemerintah dalam hal ini
pemerintah daerah harus diberikan hak untuk memperoleh sumber keuangan yang
selanjutnya digunakan sebagai pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya9
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
menentukan secara rinci kewenangan pemerintah daerah yang selanjutnya dalam
9 Gunarto Suhardi 2006 Negara Kesatuan dan Otonomi Daerah Andi Offset Yogyakarta h 16
undang-undang ini disebut dengan istilah ldquourusanrdquo10
Rincian kewenangan
Pemerintah Pusat Provinsi KabupatenKota dapat dilihat dalam lampiran Undang-
Undang No 23 Tahun 2014 Khusus mengenai pengaturan Sumber Daya Air (SDA)
dapat dijumpai pada angka 1 (satu) lampiran huruf c yang mengatur mengenai
pembagian urusan pemerintah bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
Perbandingan kewenangan (urusan) Pemerintah Pusat Daerah Provinsi dan Daerah
KabupatenKota di dalam pengelolaan Sumber Daya Air dapat dilihat sebagaimana
tabel di bawah
Tabel 11
Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
No Sub Urusan Pemerintah
Pusat
Daerah Provinsi Daerah
KabupatenKota
1 Sumber Daya
Air (SDA)
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah Provinsi
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai dalam 1
(satu) Daerah
10 Urusan pemerintahan sebagaimana ketentuan Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dibagi ke dalam 3 (tiga) urusan yang terdiri dari urusan
pemerintah absolut urusan pemerintah konkuren dan urusan pemerintahan umum
wilayah sungai
lintas negara dan
wilayah sungai
strategis nasional
KabupatenKota KabupatenKota
Sumber Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran
huruf c angka 1
Secara spesifik diuraikan kriteria pajak daerah oleh Davey dalam
bukunya yang berjudul Financing Regional Government yang dikutip oleh Kesit
Bambang Prakoso terdiri dari 4 (empat) hal yaitu11
1 Pajak yang pungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
pengaturan dari daerah sendiri
2 Pajak yang penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah tetapi
pungutannya berdasarkan peraturan pemerintah pusat
3 Pajak yang penetapan dan atau pungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah
4 Pajak yang pungutan dan administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat
tetapi hasil pungutan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah
Mengacu pada kriteria pajak daerah yang diuraikan oleh Davey di atas maka
dapat ditarik suatu definisi mengenai pajak daerah adalah pajak yang terdiri dari
berbagai jenis pajak penetapan danatau pemungutannya dilakukan di wilayah daerah
serta merupakan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat Kemudian pajak daerah
dalam hal kewenangan pemungutan pajak atas objek pajak di daerah juga dapat
dibagi lagi menjadi dua yakni pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
11 Kesit Bambang Prakosa 2005 Pajak dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi) UII Press
Yogyakarta h 2
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota12
Berikut tabel indikator pembeda pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota sebagai
indikator pembedanya yakni
Tabel 12
Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota
No Keterangan Pajak Provinsi Pajak KabupatenKota
1 Kewenangan
pemungutan
Pemerintah Daerah
Provinsi
Pemerintah Daerah
KabupatenKota
2 Objek pajak Cakupan lebih sempit
dibanding objek pajak
KabupatenKota dan
apabila ingin diperluas
objeknya harus melalui
perubahan dalam undang-
undang
Cakupan lebih luas
dibanding objek dengan
objek pajak Provinsi dan
masih dapat diperluas
berdasarkan peraturan
pemerintah sepanjang tidak
bertentangan dengan
ketentuan yang ada
3 Jenis Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Pajak Hotel Pajak
Restoran Pajak Hiburan
Pajak Reklame Pajak
12 Sunarto 2005 Pajak dan Retribusi Daerah AMUS dan Citra Pustaka Yogyakarta h 15
Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok
Penerangan Jalan Pajak
Mineral Bukan Logam dan
Batuan Pajak Parkir Pajak
Air Tanah Pajak Sarang
Burung Walet Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangungan
Sumber Diolah dari UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Sunarto dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Retribusi
Daerah13
Mengacu pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Air Permukaan
kewenangan pemungutannya berada di tangan Pemerintah Provinsi Air Permukaan
berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan sebagai seluruh air yang terdapat pada
permukaan tanah tidak termasuk air laut baik yang ada di laut maupun di darat
Selanjutnya yang termasuk ke dalam objek air permukaan merupakan pengambilan
danatau pemanfaatan Air Permukaan Pengambilan danatau pemanfaatan dimaksud
di luar dari tujuan keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan perikanan
rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-
13 Ibid
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
sifat yang dipaksakan oleh penguasa atau negara melalui undang-undang tanpa
adanya kontra prestasi secara langsung yang dirasakan oleh si wajib pajak
Dilihat dari segi kewenangannya di Indonesia pajak dibagi atas pajak pusat
dan pajak daerah Perbedaan antara kriteria pajak pusat dan pajak daerah terlihat dari
pihak pemungutnya di mana pajak pusat dipungut oleh Pemerintah Pusat dan pajak
daerah dipungut oleh Pemerintah Daerah Salah satu faktor pembagian atas pajak
yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah didasarkan pada
otonomi yang diberikan kepada daerah-daerah di Indonesia melalui tugas otonomi
dan tugas pembantuan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No
2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
No 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang No 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah Penerapan otonomi yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah ini tentu saja banyak berimplikasi pada sektor finansial atau keuangan daerah
Maka dari itu dalam menjalankan tugasnya tentu saja pemerintah dalam hal ini
pemerintah daerah harus diberikan hak untuk memperoleh sumber keuangan yang
selanjutnya digunakan sebagai pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya9
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
menentukan secara rinci kewenangan pemerintah daerah yang selanjutnya dalam
9 Gunarto Suhardi 2006 Negara Kesatuan dan Otonomi Daerah Andi Offset Yogyakarta h 16
undang-undang ini disebut dengan istilah ldquourusanrdquo10
Rincian kewenangan
Pemerintah Pusat Provinsi KabupatenKota dapat dilihat dalam lampiran Undang-
Undang No 23 Tahun 2014 Khusus mengenai pengaturan Sumber Daya Air (SDA)
dapat dijumpai pada angka 1 (satu) lampiran huruf c yang mengatur mengenai
pembagian urusan pemerintah bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
Perbandingan kewenangan (urusan) Pemerintah Pusat Daerah Provinsi dan Daerah
KabupatenKota di dalam pengelolaan Sumber Daya Air dapat dilihat sebagaimana
tabel di bawah
Tabel 11
Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
No Sub Urusan Pemerintah
Pusat
Daerah Provinsi Daerah
KabupatenKota
1 Sumber Daya
Air (SDA)
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah Provinsi
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai dalam 1
(satu) Daerah
10 Urusan pemerintahan sebagaimana ketentuan Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dibagi ke dalam 3 (tiga) urusan yang terdiri dari urusan
pemerintah absolut urusan pemerintah konkuren dan urusan pemerintahan umum
wilayah sungai
lintas negara dan
wilayah sungai
strategis nasional
KabupatenKota KabupatenKota
Sumber Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran
huruf c angka 1
Secara spesifik diuraikan kriteria pajak daerah oleh Davey dalam
bukunya yang berjudul Financing Regional Government yang dikutip oleh Kesit
Bambang Prakoso terdiri dari 4 (empat) hal yaitu11
1 Pajak yang pungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
pengaturan dari daerah sendiri
2 Pajak yang penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah tetapi
pungutannya berdasarkan peraturan pemerintah pusat
3 Pajak yang penetapan dan atau pungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah
4 Pajak yang pungutan dan administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat
tetapi hasil pungutan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah
Mengacu pada kriteria pajak daerah yang diuraikan oleh Davey di atas maka
dapat ditarik suatu definisi mengenai pajak daerah adalah pajak yang terdiri dari
berbagai jenis pajak penetapan danatau pemungutannya dilakukan di wilayah daerah
serta merupakan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat Kemudian pajak daerah
dalam hal kewenangan pemungutan pajak atas objek pajak di daerah juga dapat
dibagi lagi menjadi dua yakni pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
11 Kesit Bambang Prakosa 2005 Pajak dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi) UII Press
Yogyakarta h 2
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota12
Berikut tabel indikator pembeda pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota sebagai
indikator pembedanya yakni
Tabel 12
Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota
No Keterangan Pajak Provinsi Pajak KabupatenKota
1 Kewenangan
pemungutan
Pemerintah Daerah
Provinsi
Pemerintah Daerah
KabupatenKota
2 Objek pajak Cakupan lebih sempit
dibanding objek pajak
KabupatenKota dan
apabila ingin diperluas
objeknya harus melalui
perubahan dalam undang-
undang
Cakupan lebih luas
dibanding objek dengan
objek pajak Provinsi dan
masih dapat diperluas
berdasarkan peraturan
pemerintah sepanjang tidak
bertentangan dengan
ketentuan yang ada
3 Jenis Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Pajak Hotel Pajak
Restoran Pajak Hiburan
Pajak Reklame Pajak
12 Sunarto 2005 Pajak dan Retribusi Daerah AMUS dan Citra Pustaka Yogyakarta h 15
Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok
Penerangan Jalan Pajak
Mineral Bukan Logam dan
Batuan Pajak Parkir Pajak
Air Tanah Pajak Sarang
Burung Walet Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangungan
Sumber Diolah dari UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Sunarto dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Retribusi
Daerah13
Mengacu pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Air Permukaan
kewenangan pemungutannya berada di tangan Pemerintah Provinsi Air Permukaan
berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan sebagai seluruh air yang terdapat pada
permukaan tanah tidak termasuk air laut baik yang ada di laut maupun di darat
Selanjutnya yang termasuk ke dalam objek air permukaan merupakan pengambilan
danatau pemanfaatan Air Permukaan Pengambilan danatau pemanfaatan dimaksud
di luar dari tujuan keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan perikanan
rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-
13 Ibid
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
undang-undang ini disebut dengan istilah ldquourusanrdquo10
Rincian kewenangan
Pemerintah Pusat Provinsi KabupatenKota dapat dilihat dalam lampiran Undang-
Undang No 23 Tahun 2014 Khusus mengenai pengaturan Sumber Daya Air (SDA)
dapat dijumpai pada angka 1 (satu) lampiran huruf c yang mengatur mengenai
pembagian urusan pemerintah bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
Perbandingan kewenangan (urusan) Pemerintah Pusat Daerah Provinsi dan Daerah
KabupatenKota di dalam pengelolaan Sumber Daya Air dapat dilihat sebagaimana
tabel di bawah
Tabel 11
Sumber Daya Air dalam Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
No Sub Urusan Pemerintah
Pusat
Daerah Provinsi Daerah
KabupatenKota
1 Sumber Daya
Air (SDA)
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah Provinsi
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai lintas
Daerah
Pengelolaan SDA
dan bangunan
pengaman pantai
pada wilayah
sungai dalam 1
(satu) Daerah
10 Urusan pemerintahan sebagaimana ketentuan Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dibagi ke dalam 3 (tiga) urusan yang terdiri dari urusan
pemerintah absolut urusan pemerintah konkuren dan urusan pemerintahan umum
wilayah sungai
lintas negara dan
wilayah sungai
strategis nasional
KabupatenKota KabupatenKota
Sumber Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran
huruf c angka 1
Secara spesifik diuraikan kriteria pajak daerah oleh Davey dalam
bukunya yang berjudul Financing Regional Government yang dikutip oleh Kesit
Bambang Prakoso terdiri dari 4 (empat) hal yaitu11
1 Pajak yang pungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
pengaturan dari daerah sendiri
2 Pajak yang penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah tetapi
pungutannya berdasarkan peraturan pemerintah pusat
3 Pajak yang penetapan dan atau pungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah
4 Pajak yang pungutan dan administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat
tetapi hasil pungutan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah
Mengacu pada kriteria pajak daerah yang diuraikan oleh Davey di atas maka
dapat ditarik suatu definisi mengenai pajak daerah adalah pajak yang terdiri dari
berbagai jenis pajak penetapan danatau pemungutannya dilakukan di wilayah daerah
serta merupakan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat Kemudian pajak daerah
dalam hal kewenangan pemungutan pajak atas objek pajak di daerah juga dapat
dibagi lagi menjadi dua yakni pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
11 Kesit Bambang Prakosa 2005 Pajak dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi) UII Press
Yogyakarta h 2
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota12
Berikut tabel indikator pembeda pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota sebagai
indikator pembedanya yakni
Tabel 12
Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota
No Keterangan Pajak Provinsi Pajak KabupatenKota
1 Kewenangan
pemungutan
Pemerintah Daerah
Provinsi
Pemerintah Daerah
KabupatenKota
2 Objek pajak Cakupan lebih sempit
dibanding objek pajak
KabupatenKota dan
apabila ingin diperluas
objeknya harus melalui
perubahan dalam undang-
undang
Cakupan lebih luas
dibanding objek dengan
objek pajak Provinsi dan
masih dapat diperluas
berdasarkan peraturan
pemerintah sepanjang tidak
bertentangan dengan
ketentuan yang ada
3 Jenis Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Pajak Hotel Pajak
Restoran Pajak Hiburan
Pajak Reklame Pajak
12 Sunarto 2005 Pajak dan Retribusi Daerah AMUS dan Citra Pustaka Yogyakarta h 15
Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok
Penerangan Jalan Pajak
Mineral Bukan Logam dan
Batuan Pajak Parkir Pajak
Air Tanah Pajak Sarang
Burung Walet Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangungan
Sumber Diolah dari UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Sunarto dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Retribusi
Daerah13
Mengacu pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Air Permukaan
kewenangan pemungutannya berada di tangan Pemerintah Provinsi Air Permukaan
berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan sebagai seluruh air yang terdapat pada
permukaan tanah tidak termasuk air laut baik yang ada di laut maupun di darat
Selanjutnya yang termasuk ke dalam objek air permukaan merupakan pengambilan
danatau pemanfaatan Air Permukaan Pengambilan danatau pemanfaatan dimaksud
di luar dari tujuan keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan perikanan
rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-
13 Ibid
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
wilayah sungai
lintas negara dan
wilayah sungai
strategis nasional
KabupatenKota KabupatenKota
Sumber Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Lampiran
huruf c angka 1
Secara spesifik diuraikan kriteria pajak daerah oleh Davey dalam
bukunya yang berjudul Financing Regional Government yang dikutip oleh Kesit
Bambang Prakoso terdiri dari 4 (empat) hal yaitu11
1 Pajak yang pungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
pengaturan dari daerah sendiri
2 Pajak yang penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah tetapi
pungutannya berdasarkan peraturan pemerintah pusat
3 Pajak yang penetapan dan atau pungutannya dilakukan oleh pemerintah
daerah
4 Pajak yang pungutan dan administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat
tetapi hasil pungutan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah
Mengacu pada kriteria pajak daerah yang diuraikan oleh Davey di atas maka
dapat ditarik suatu definisi mengenai pajak daerah adalah pajak yang terdiri dari
berbagai jenis pajak penetapan danatau pemungutannya dilakukan di wilayah daerah
serta merupakan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat Kemudian pajak daerah
dalam hal kewenangan pemungutan pajak atas objek pajak di daerah juga dapat
dibagi lagi menjadi dua yakni pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
11 Kesit Bambang Prakosa 2005 Pajak dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi) UII Press
Yogyakarta h 2
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota12
Berikut tabel indikator pembeda pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota sebagai
indikator pembedanya yakni
Tabel 12
Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota
No Keterangan Pajak Provinsi Pajak KabupatenKota
1 Kewenangan
pemungutan
Pemerintah Daerah
Provinsi
Pemerintah Daerah
KabupatenKota
2 Objek pajak Cakupan lebih sempit
dibanding objek pajak
KabupatenKota dan
apabila ingin diperluas
objeknya harus melalui
perubahan dalam undang-
undang
Cakupan lebih luas
dibanding objek dengan
objek pajak Provinsi dan
masih dapat diperluas
berdasarkan peraturan
pemerintah sepanjang tidak
bertentangan dengan
ketentuan yang ada
3 Jenis Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Pajak Hotel Pajak
Restoran Pajak Hiburan
Pajak Reklame Pajak
12 Sunarto 2005 Pajak dan Retribusi Daerah AMUS dan Citra Pustaka Yogyakarta h 15
Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok
Penerangan Jalan Pajak
Mineral Bukan Logam dan
Batuan Pajak Parkir Pajak
Air Tanah Pajak Sarang
Burung Walet Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangungan
Sumber Diolah dari UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Sunarto dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Retribusi
Daerah13
Mengacu pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Air Permukaan
kewenangan pemungutannya berada di tangan Pemerintah Provinsi Air Permukaan
berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan sebagai seluruh air yang terdapat pada
permukaan tanah tidak termasuk air laut baik yang ada di laut maupun di darat
Selanjutnya yang termasuk ke dalam objek air permukaan merupakan pengambilan
danatau pemanfaatan Air Permukaan Pengambilan danatau pemanfaatan dimaksud
di luar dari tujuan keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan perikanan
rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-
13 Ibid
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota12
Berikut tabel indikator pembeda pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh
Provinsi dan pajak daerah yang pungutannya dilakukan oleh KabupatenKota sebagai
indikator pembedanya yakni
Tabel 12
Pembedaan Pajak Provinsi dengan Pajak KabupatenKota
No Keterangan Pajak Provinsi Pajak KabupatenKota
1 Kewenangan
pemungutan
Pemerintah Daerah
Provinsi
Pemerintah Daerah
KabupatenKota
2 Objek pajak Cakupan lebih sempit
dibanding objek pajak
KabupatenKota dan
apabila ingin diperluas
objeknya harus melalui
perubahan dalam undang-
undang
Cakupan lebih luas
dibanding objek dengan
objek pajak Provinsi dan
masih dapat diperluas
berdasarkan peraturan
pemerintah sepanjang tidak
bertentangan dengan
ketentuan yang ada
3 Jenis Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Pajak Hotel Pajak
Restoran Pajak Hiburan
Pajak Reklame Pajak
12 Sunarto 2005 Pajak dan Retribusi Daerah AMUS dan Citra Pustaka Yogyakarta h 15
Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok
Penerangan Jalan Pajak
Mineral Bukan Logam dan
Batuan Pajak Parkir Pajak
Air Tanah Pajak Sarang
Burung Walet Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangungan
Sumber Diolah dari UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Sunarto dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Retribusi
Daerah13
Mengacu pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Air Permukaan
kewenangan pemungutannya berada di tangan Pemerintah Provinsi Air Permukaan
berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan sebagai seluruh air yang terdapat pada
permukaan tanah tidak termasuk air laut baik yang ada di laut maupun di darat
Selanjutnya yang termasuk ke dalam objek air permukaan merupakan pengambilan
danatau pemanfaatan Air Permukaan Pengambilan danatau pemanfaatan dimaksud
di luar dari tujuan keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan perikanan
rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-
13 Ibid
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor
Pajak Air Permukaan dan
Pajak Rokok
Penerangan Jalan Pajak
Mineral Bukan Logam dan
Batuan Pajak Parkir Pajak
Air Tanah Pajak Sarang
Burung Walet Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
dan Bangungan
Sumber Diolah dari UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Sunarto dalam bukunya yang berjudul Pajak dan Retribusi
Daerah13
Mengacu pada tabel di atas dapat diketahui bahwa Pajak Air Permukaan
kewenangan pemungutannya berada di tangan Pemerintah Provinsi Air Permukaan
berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dinyatakan sebagai seluruh air yang terdapat pada
permukaan tanah tidak termasuk air laut baik yang ada di laut maupun di darat
Selanjutnya yang termasuk ke dalam objek air permukaan merupakan pengambilan
danatau pemanfaatan Air Permukaan Pengambilan danatau pemanfaatan dimaksud
di luar dari tujuan keperluan dasar rumah tangga pengairan pertanian dan perikanan
rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-
13 Ibid
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
undangan Berdasarkan atas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No
28 Tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah Pemerintah Provinsi Bali kemudian
membentuk Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar Air Pengenaan
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pemungutan pajak air permukaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilakukan salah satunya karena usaha
pengambilan danatau pemanfaatan sumber daya air permukaan secara langsung
berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi Kerusakan yang terjadi
merupakan akibat dari pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan yang tak
terkontrol jumlahnya Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa disetiap
pelaksanaan pembangunan yang sesungguhnya dilakukan dalam rangka usaha
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari isu-isu kerusakan
lingkungan hidup yang ditimbulkan
Upaya pemerintah dalam hal pemungutan pajak air permukaan kemudian
dapat dikatakan sangatlah penting Penting dimaksud karena hal ini merupakan suatu
wujud pengaplikasian secara konkret terhadap ketentuan dalam Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional
diselenggarakn berdasarkan atas prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
development) dan berwawasan lingkungan (environmentally sound) Disebut
pengaplikasian secara konkret dari konstitusi karena pemungutan pajak air
permukaan pada hakikatnya merupakan suatu upaya preventif (pencegahan) sekaligus
represif (penyembuhan) yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup secara lebih besar dan untuk menghindari terjadinya
kerugian negara yang lebih besar lagi akibat pengeksploitasian sumber daya air
permukaan yang dilakukan tanpa batas secara ilegal
Pencegahan terjadinya perusakan lingkungan hidup secara lebih besar
sebagaimana dimaksud di atas yakni bahwa dengan diberikannya kewenangan
kepada pemerintah untuk memungut pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan dengan tujuan tertentu seperti yang diatur oleh undang-undang secara
otomatis akan membuat subyek yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan
air permukaan tersebut berpikir 2 (dua) kali lagi Hal ini dikarenakan adanya beban
pajak yang harus ditanggungnya Dilihat dari perspektif kausalitas maka pemungutan
pajak atas air permukaan secara langsung memiliki fungsi preventif terhadap
terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi air permukaan yang
berlebihan secara ilegal
Sedangkan yang dimaksud dengan menghindari kerugian negara yang lebih
besar lagi adalah karena tanpa adanya upaya pemungutan pajak atas air permukaan
dapat dipastikan akan terjadi kerusakan lingkungan yang lebih besar lagi Kerusakan
lingkungan yang lebih besar ini tidak lain sebagai dampak dari tidak adanya norma
hukum yang mengharuskan pembebanan atas pajak kepada mereka yang melakukan
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
usaha pengambilan danatau pemanfaatan air permukaan Keadaan yang demikian
tentu akan mengakibatkan kerugian yang kemudian ditanggung oleh negara sangat
besar jumlahnya sebagai implikasi dari ekspoitasi sumber daya air dengan bebas
secara berlebihan Maka selanjutnya terhadap usaha pemungutan pajak atas
pengambilan danatau pemanfaatan air tanah terdapat tujuan preventif dan juga tujuan
represif yang terkandung di dalamnya
Beranjak dari permasalahan yang dipaparkan diatas maka jenis tugas yang
diberikan kepada pemerintah daerah dalam hal ini pemungutan pajak air permukaan
menjadi penting bagi rakyat dan juga negara Sehingga dalam perjalanan otonomi
daerah ini pemerintah daerah tidak dapat dianggap sebagai subjek yang memiliki
kedudukan inferior atau lebih rendah dibandingkan pemerintah pusat14
Tujuan dari
pemungutan pajak air permukaan yang sangat krusial selanjutnya menjadi hal yang
memaksakan agar pemungutan pajak air permukaan di lapangan haruslah dilakukan
secara bijak dan berintegritas Sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dari
pembentukan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dapat terwujud
Dengan kata lain agar tidak sampai terjadi kesenjangan antara das sollen (yang
dihukumkan) dengan das sein (yang senyatanya)15
14 Gunarto Suhardi opcit h 14
15
Bambang Widiyantoro dan Evi Rumata Parapat 2011 ldquoDas Sein dan Das Sollen dalam Sistem
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) di Indonesiardquo
httpwwwunsikaacidsitesdefaultfilesuploadDAS20SEIN202620DAS20SOLLENpdf
diakses tanggal 5 Oktober 2016
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
Bertolak dari latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian ilmiah dengan
judul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Bidang Penyelenggaraan Sumber Daya Air Di Provinsi
Balirdquo
12 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
13 Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya agar pembahasannya lebih
terarah Penelitian ini menitikberatkan pada pelaksanaan pemungutan Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Provinsi Bali
14 Orisinalitas Penelitian
Sampai sejauh ini penelitian mengenai ldquoPemungutan Pajak Air
Permukaan dalam Kaitannya dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah di
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
Provinsi Balirdquo belum pernah diangkatdilakukan Hal ini diperoleh dari hasil
observasi perpustakaan pada Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Udayana Dilihat secara spesifik tidak ada penelitian yang
mengangkat mengenai hal Pemungutan Pajak Air Permukaan dalam Kaitannya
dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali Namun berdasarkan
sistematika penulisan harus mencantumkan penelitian-penelitian terkait Adapun
penelitian terkait penelitian ini dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah
Tabel 13
Penelitian yang Berkaitan dengan Sektor Pajak Sumber Daya Air
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Titin Oktalina
Safitri Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2016
ldquoPelaksanaan
Pemungutan Pajak Air
Tanah Kepada Pelaku
Usaha Hotel sebagai
Penunjang Pendapatan
Asli Daerah di
Kabupaten Badungrdquo
1 Bagaimana
mekanisme
pemungutan pajak
air tanah kepada
pelaku usaha hotel
yang dilakukan oleh
Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
Badung
2 Faktor-faktor apa
saja yang
mempengaruhi
pelaksanaan
pemungutan pajak
air tanah sebagai
penunjang
pendapatan asli
daerah di
Kabupaten Badung
2 Anugrah Diva
Apriana Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana tahun
2015
ldquoPelaksanaan
Peraturan Daerah
Kabupaten Badung
No 25 Tahun Tahun
2013 terkait
Pengawasan Atas Izin
Pengelolaan Air Tanah
Di Kecamatan Kuta
Selatanrdquo
1 Bagaimanakah
pelaksanaan hak dan
kewajiban
masyarakat dalam
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
2 Bagaimanakah
pelaksanaan
perizinan terhadap
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
penggunaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
3 Bagaimanakah
pengawasan
Pemerintah
Kabupaten Badung
terhadap
penyelenggaraan
pengelolaan air
tanah di Kecamatan
Kuta Selatan
Berdasarkan tabel di atas bila dibandingkan dengan penelitian ini yang
berjudul ldquoPemungutan Pajak Air Permukaan Terkait Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Di Provinsi Balirdquo dengan masalah
1 Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan terkait
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi Bali
2 Apakah yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
Jika dibandingkan terdapat perbedaan pokok bahasan dalam penelitian
mengenai pemungutan pajak atas sumber daya air dengan kedua skripsi terdahulu
Dari 2 (dua) penelitian pada tabel 12 tersebut diketahui bahwa keduanya membahas
mengenai pajak air tanah Sedangkan penelitian ini membahas mengenai
pemungutan pajak air permukaan kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan lokasi
penelitian di Provinsi Bali
15Tujuan Penelitian
151 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
mengenai pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali
152 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengetahui dan memahami mengenai bagaimana pelaksanaan
pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi Bali terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
2 Mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penghambat dan
pendukung pelaksanaan pemungutan Pajak Air Permukaan di Provinsi
Bali
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
16 Manfaat Penelitian
Di setiap penulisan suatu karya ilmiah yang dihasilkan melalui sebuah
penelitian selalu terdapat manfaat yang bisa dipetik oleh pembacanya Manfaat dari
penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis Dalam pemahamannya
manfaat teoritis memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum Sedangkan
manfaat praktis memberikan kontribusi untuk keperluan praktek16
Dengan demikian
dalam penelitian ini juga diarahkan pada manfaat teoritis dan manfaat praktis
161 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal
pengembangan ilmu hukum khususnya hukum Pajak Sehingga dapat menunjang
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya peningkatan percepatan
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
162 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat
mengenai pentingnya manfaat dari diadakannya pemungutan atas Pajak Air
Permukaan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah Sehingga
masyarakat kedepannya diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam proses
pengawasan pemungutan Pajak Air Permukaan Hal ini dilakukan agar
16 Fakultas Hukum Universitas Udayana 2013 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana Udayana Press Denpasar h 79
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih terarah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan pemberdayaan dan peran
serta masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman
bagi pemerintah daerah Provinsi dalam membuat suatu kebijakan danatau regulasi
baru yang berkaitan dengan pemungutan pajak air permukaan di daerahnya masing-
masing Indikator acuan yang dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
perumusan kebijakan baru terletak pada faktor-faktor penghambat dan pendukung
pemungutan pajak air permukaan yang menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini
Sehingga pemungutan Pajak Air Permukaan dapat berjalan secara efektif dan efisien
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17 Landasan Teoritis
Untuk membahas suatu permasalahan dalam hukum diperlukan adanya teori-
teori konsep dan asas pendukung sebagai landasan dalam penyelesaian suatu
permasalahan Begitu pula dalam penyelesaian masalah penelitian ini diperlukan
beberapa teori konsep dan asas yang dapat mendukung penyelesaian masalah yang
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
meliputi Konsep Negara Hukum Indonesia Konsep Good Governance Teori
Efektifitas Hukum dan Teori Pemungutan Pajak
171 Konsep Negara Hukum Indonesia
Plato adalah seorang tokoh yang mengawali mengenai pemikiran negara
hukum dengan konsep ldquobahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik yang disebutkannya dengan istilah
nomoirdquo17
Didalam perkembangannya dikenal adanya dua konsep yang terkait
dengan negara hukum yang berkembang pada sistem hukum negara-negara Eropa
Kontinental (Rechtsstaat) dan sistem hukum negara-negara Anglo Saxon (Rule of
Law)
Immanuel Kant dan Frederich Julius Stahl adalah para pelopor konsep negara
hukum Eropa Kontinental (Rechtsstaat) Menurut Stahl Rechtsstaat ini ditandai oleh
empat unsur pokok diantaranya 18
1) Pengakuan dan perlindungan terhdap hak-hak asasi manusia
2) Negara didasarkan pada teori trias politica
3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig
bertuur) dan
4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus
perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige
overheidsdaad)
Sedangkan konsep negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law) dipelopori oleh
AV Dicey (Inggris) Menurutnya konsep Rule of Law ini ditekankan pada tiga tolak
17 Ibid h 162
18
Muhammad Tahir Azhary 1992 Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini
Bulan Binting Jakarta h 66
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
ukur yang terdiri dari supremasi hukum persamaan dihadapan hukum dan
konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan19
Kedudukan Indonesia sebagai negara hukum secara tegas dapat dijumpai pada
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi ldquoIndonesia ialah negara yang
berdasar atas hukumrdquo Selain dalam ketentuan pasal tersebut ada beberapa pasal lagi
dalam UUD NRI Tahun 1945 yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum
dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum antara lain prinsip kedaulatan rakyat
(Pasal 1 ayat (2)) pemerintahan berdasarkan konstitusi (penjelasan UUD NRI Tahun
1945) jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (Pasal 27282931) pembagian
kekuasaan (Pasal 2 4 16 19) pengawasan peradilan (Pasal 24) partisipasi warga
negara (Pasal 28) dan sistem perekonomian (Pasal 33)
Philipus M Hadjon berpendapat bahwa karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia yakni 20
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara
3) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir
4) Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka negara hukum pada hakikatnya
merupakan negara yang menolak untuk melepaskan kekuasaan yang dimilikinya
19 Titik Triwulan Tutik 2010 Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia Prestasi
Pustakaraya Jakarta h 162-163
20
Philipus M Hadjon 1987 Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia Bina Ilmu
Surabaya h 90
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
tanpa kendali Unsur-unsur negara hukum sendiri biasanya dapat dijumpai dalam
suatu konstitusi negara Oleh karena itu keberadaan konstitusi dalam suatu negara
hukum merupakan sebuah keharusan Dalam konsep negara hukum ini negara hadir
dengan pola hidup yang berdasarkan hukum yang adil dan demokratis
172 Konsep Good Governance
Caroline G Hernandez mengatakan bahwa isu-isu mengenai governance atau
good governance mulai merebak setelah berakhirnya masa perang dingin21
Dalam
bahasa Indonesia istilah governance ada yang menerjemahkannya sebagai ldquotata
pemerintahanrdquo dan ada pula yang menerjemahkannya sebagai ldquokepemerintahanrdquo22
Pada Undang-Undang No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(PROPERNAS) Tahun 2000-2004 dipergunakan istilah pemerintahan yang baik
dalam konteks mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik23
Dalam rangka memberikan pemahaman tentang governance secara lebih rinci
berikut tabel perbandingan istilah government dan governance
Tabel 14
Perbandingan Istilah Government dan Governance
21 Titik Triwulan Tutik opcit h 157
22
Sadu Wasistiono 2003 Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Fokusmedia
Bandung h 29
23
Titik Triwulan Tutik opcit h 158
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
No Unsur
Perbandingan
Government Governance
1 Pengertian Dapat berarti
badanlembaga atau
fungsi yang dijalankan
oleh suatu organ
tertinggi dalam suatu
negara
Dapat berarti cara
penggunaan atau
pelaksanaan
2 Sifat hubungan Hierarkis dalam arti
yang memerintah
berada di atas
sedangkan warga
negara yang diperintah
berada di bawah
Hierarkis dalam arti
ada kesetaraan
kedudukan dan hanya
berada dalam fungsi
3 Komponen yang
terlibat
Sebagai subyek hanya
ada satu yaitu institusi
pemerintahan
Ada 3 (tiga)
komponen yang
terlibat meliputi
sektor publik sektor
swasta dan
masyarakat
4 Pemegang peran Sektor pemerintah Semua memegang
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
dominan peran sesuai dengan
fungsinya masing-
masing
5 Efek yang
diharapkan
Kepatuhan warga
negara
Partisipasi warga
negara
6 Hasil akhir yang
diharapkan
Pencapaian tujuan
negara melalui
kepatuhan warga
negara
Pencapaian tujuan
negara dan tujuan
masyarakat melalui
partisipasi sebagai
warga negara maupun
sebagai warga
masyarakat
Sumber Sadu Wasistiono24
Jika dilihat dari sudut pandang hukum administrasi negara konsep good
governance berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan fungsi untuk menyelenggarakan
kepentingan umum Good governance juga berkaitan dengan penyelenggaraan tiga
tugas dasar pemerintah antara lain 25
1) Menjamin keamanan setiap orang dan masyarakat (to guarantee the
security of all persons and society itself)
2) Mengelola suatu struktur yang efektif untuk sektor publik sektor swasta
dan masyarakat (to manage an effective framework for the public sector
the private sector and civil society) dan
24
Sadu Wasistiono opcit h 32
25
Ibid h 159
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
3) Memajukan sasaran ekonomi sosial dan bidang lainnya sesuai dengan
kehendak rakyat (to promote economic social and other aims in
accordance with the wishes of the population)
173 Teori Efektifitas Hukum
Hukum pada hakikatnya adalah perlindungan kepentingan manusia yang
merupakan pedoman tentang bagaimana sepatutnya orang harus bertindak26
Akan
tetapi hukum tidak sekedar merupakan pedoman belaka perhiasan atau dekorasi
Hukum harus ditaati dilaksanakan dipertahankan dan ditegakkan27
Soetjipto
Rahardjo dalam buku Titik Triwulan Tutik mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang
keadilan kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan Proses
perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakan hukum28
Terkait dengan teori efektifitas hukum Soerjono Soekanto menentukan
kedalam 5 (lima) faktor efektif atau tidaknya suatu hukum diantaranya 29
1 Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)
2 Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
3 Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4 Faktor masyarakat yakni faktor dimana hukum itu berlaku dan diterapkan
5 Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup
26 Sudikno Mertokusumo 2012 Bunga Rampai Ilmu Hukum Liberty Yogyakarta h 107
27
Titik Triwulan Tutik opcit h 257
28
Ibid h 258
29
Soerjono Soekanto 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Raja
Grafindo Persada Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h 8
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
Jika berbicara mengenai implementasi hukum di dalam masyarakat berarti
membicarakan mengenai pelaksanaan hukum di lapangan Dimana diadakannya
hukum adalah untuk dijalankan Kinerja hukum dalam proses mengatur danatau
memaksa warga masyarakat ditujukan agar masyarakat tunduk dan taat
terhadapnya30
Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat yang
diaturnya maka semakin efektif hukum itu begitu pula sebaliknya Jika
efektifitas dari suatu hukum itu baik maka apa yang menjadi tujuan dan cita-cita
dibangunnya kaidah hukum dapat terwujud
174 Teori Pemungutan Pajak
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara dalam masyarakat kemudian
dibenarkan berdasarkan teori yang memberikan justifikasi mengenai pemungutan
pajak antara lain 31
a Teori Asuransi
Dalam teori ini pajak tersebut diibaratkan sebagai suatu premi
asuransi yang harus dibayarkan oleh setiap orang karena atas hak-haknya yang
mendapatkan perlindungan dari pemerintah Selanjutnya hal demikianlah yang
melatarbelakangi istilah pemungutan pajak adalah dalam rangka kepentingan
pihak yang membayar pajak (wajib pajak)
b Teori Daya Pikul
30 H Zainuddin Ali 2006 Filsafat Hukum Sinar Grafika Jakarta h 94
31
Rochmat Soemitro 1986 Asas dan Dasar Perpajakan 1 Eresco Bandung h 29
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
Teori ini memberikan pemahaman bahwa setiap orang wajib
membayar pajak sesuai dengan daya pikul masing-masing atau dengan kata
lain beban pajak yang harus dipikul masing-masing wajib pajak sebanding
dengan kemampuannya32
Prof de Langen mengatakan bahwa daya pikul
adalah kekuatan seseorang untuk memikul suatu beban dari apa yang tersisa
setelah seluruh penghasilannya dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran
yang mutlak untuk kehidupan primer diri sendiri beserta keluarganya33
c Teori Kepentingan
Menurut teori ini besar kecilnya pajak yang harus dibayarkan oleh
wajib pajak diukur dari besar kecilnya kepentingan wajib pajak yang
dilindungi oleh pemerintah Jadi semakin besar kepentingan yang dilindungi
maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak
Dari uraian seperti di atas maka teori kepentingan dalam konteks
teori pemungutan pajak ini pajak dan retribusi disamakan Hal ini sebenarnya
bertentangan dengan sifat pajak Sebab sifat pajak itu justru suatu pembayaran
yang tidak ada imbalannya (kontra prestasi) yang secara langsung dapat
ditunjuk
d Teori Daya Beli
32 Dewi Kania Sugiharti 2009 Kontribusi Fungsi Pajak terhadap Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Unpad Press Bandung h 5
33
Rochmat Soemitro opcit h 30
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
Dalam teori daya beli pajak diumpamakan sebagai sebuah pompa
yang menyedot daya beli masyarakat sebagai wajib pajak untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam rumah tangga negara sebagai sumber pendapatan
negara yang pada akhirnya dikembalikan kepada masyarakat lagi dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik oleh pemerintah Sehingga pada hakikatnya
pajak tidaklah merugikan rakyat Disini negara hadir dalam rangka
penyelenggaraan berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan
masyarakat Maka atasnya pungutan pajak yang dilakukan oleh negara dapat
dibenarkan
e Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori ini didasarkan atas ldquoOrgaantheorierdquo dari Otto von Gierke
yang memberikan pemikiran bahwa negara itu adalah sebuah kesatuan
dimana sifat warga negara didalamnya adalah terikat Tanpa adanya ldquoorganrdquo
atau lembaga negara ini individu tidak mungkin dapat bertahan hidup34
Sehingga keberadaan dari teori ini adalah untuk lebih menekankan pada
kolektivitas yang ditentang oleh para penganut paham individualisme yang
mengganggap individu tetap bisa eksis keberadaanya meskipun tanpa adanya
negara Maka selanjutnya menurut pemahaman yang dianut para penganut
paham individualisme pembayaran pajak adalah bentuk partisipasi rakyat
34 Ibid h 31
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
untuk turut membantu pemerintah dalam penyediaan dana bagi
penyelenggaraan urusan pemerintah35
f Teori Pembenaran Pajak menurut Pancasila
Salah satu sifat dari Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia
adalah kekeluargaan dan gotong-royong Gotong royong berbeda dengan
tolong menolong dimana gotong royong diartikan sebagai usaha yang
dilakukan rakyatmasyarakat secara bersama tanpa adanya imbalan Usaha
yang dilakukan sepenuhnya ditujukan untuk kepentingan umum (bersama)
seperti pembuatan jalan umum penjagaan keamanan daerah dan sebagainya
Pajak dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari gotong-royong
yang tidak perlu disyaratkan melainkan sudah hidup di dalam raga
masyarakat Indonesia dalam hal ini Hanya saja keberadaannya yang
memerlukan pengembangan lebih lanjut Maka pembayaran pajak dalam
konteks pemikiran yang demikian merupakan sesuatu yang gampang saja
diberikan pembenarannya Selanjutnya pajak di sini tidak lain daripada
pengorbanan setiap anggota masyarakat untuk kepentingan bersama tanpa
adanya imbalan secara langsung Berdasarkan Pancasila yang berisikan nilai-
nilai bangsa pungutan atas pajak sendiri dapat dibenarkan
18 Metode Penelitian
35 Dewi Kania Sugiharti loccit
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
Di setiap penelitian yang sifatnya ilmiah harus menggunakan suatu metode
penelitian tertentu Metode penelitian ilmiah merupakan suatu prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu36
Tujuan dari penggunaan metode
penelitian adalah agar penelitian tersebut dapat memenuhi syarat dari suatu karya
ilmiah Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini terdiri dari beberapa
tahap sebagaimana terurai di bawah
181 Jenis Penelitian
Secara garis besar penelitian hukum yang ditinjau dari sudut tujuan
penelitiannya dibedakan menjadi 2 (dua) yakni penelitian hukum normatif dan
penelitian hukum sosiologis atau empiris37
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis
penelitian hukum empiris Dalam konteks penelitian hukum empiris ini hukum tidak
semata-mata dikonsepkan sebagai suatu gejala normatif yang otonom sebagai ius
constituendum (law as what ought to be) dan tidak juga semata-mata sebagai ius
constitutum (law as what it is in the book) akan tetapi secara empiris sebagai ius
operatum (law as what it is in society)38
182 Jenis Pendekatan
36 Bambang Sunggono 2009 Metodologi Penelitian Hukum Rajawali Pers Jakarta h 44
37
Soerjono Soekanto 1986 Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia (UI-Press)
Jakarta (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h 51
38
Fakultas Hukum Universitas Udayana loccit
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
Dalam penelitian hukum pada umumnya terdapat beberapa jenis pendekatan
terdiri dari pendekatan perundang-undangan (statute approach) pendekatan fakta
(facta approach) pendekatan analitikal dan konseptual (analytical and conceptual
approach) Pendekatan dimaksudkan agar peneliti mampu mendapatkan informasi
dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya39
Dari beberapa jenis pendekatan sebagaimana disebutkan di atas pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Pendekatan perundang-undangan
(statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi40
dan Pendekatan historis (historical approach) yakni jenis pendekatan yang sangat
membantu peneliti dalam hal memahami filosofi suatu aturan hukum dari waktu ke
waktu41
183 Sifat Penelitian
Pada penulisan penelitian ini penulis menggunakan sifat penelitian deskriptif
Dimana tujuan dari penelitian deskriptif ini sebagai suatu penggambaran secara tepat
mengenai sifat-sifat suatu individu keadaan gejala atau kelompok tertentu atau
untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada atau tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat42
Selanjutnya bahwa yang diteliti dalam skripsi ini adalah tentang bagaimana
39 Peter Mahmud Marzuki 2013 Penelitian Hukum Kencana Prenada Media Group Jakarta
h 133
40
Ibid h 137
41
Ibid h 166
42
Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 81
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
pemungutan pajak air permukaan di Provinsi Bali terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah
184 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari
1 Data Primer
Data primer adalah data asli yang diperoleh dengan mengadakan
penelitian langsung di lapangan dari sumber pertama dari sumber asalnya
yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain43
Data primer
dalam skripsi ini diperoleh dari pemerintahan daerah Provinsi Bali
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan
(library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada
kaitannya dengan permasalahan Diperoleh dari buku-buku peraturan
perundang-undangan majalah artikel serta dokumen-dokumen resmi dari
pemerintah44
Jenis data sekunder yaitu
43
H Hilman Hadikusuma 1995 Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Cet
I Mandar Maju Bandung h 62 44
Amiruddin dan Zaenal Asikin 2006 Pengantar Metode Penelitian Hukum PT Raja Grafindo
Persada Jakarta h30
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
a Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas45
Bahan-bahan hukum primer sendiri
berupa perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dalam
penelitian ini meliputi
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No 16 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No
5 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999)
c) Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)
d) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049)
45 Peter Mahmud Marzuki opcit h 181
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
e) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059)
f) Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)
g) Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4858)
h) Peraturan Pemerintah No 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 344 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5801)
i) Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P
39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142)
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
j) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
50PRTM2015 tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1822)
k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
01PRTM2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan
Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 139)
l) Peraturan Daerah Provinsi Bali No 1 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran daerah Provinsi Bali Tahun 2011 Nomor 1
Tambahan Lembaran daerah Provinsi Bali Nomor 1)
m) Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2009 tentang Harga Dasar
Air Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun
2009 Nomor 16)
b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dapat berupa
rancangan perundang-undangan hasil penelitian buku-buku teks
jurnal ilmiah surat kabar (koran) pamflet brosur berita internet46
46 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad 2010 Dualisme Penelitian Hukum Normatif amp Empiris
Pustaka Pelajar Yogyakarta h 157-158
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
c Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang sifatnya dapat
menunjang baik bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder berupa kamus ensiklopedia leksikon dan lain-lain47
185 Teknik Pengumpulan Data
a Teknik Wawancara (interview)
Penggunaan teknik wawancara bertujuan sebagai pengumpulan data
primer dalam penelitian ini Wawancara sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses tanya jawab dengan seseorang
(pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai suatu hal Jadi teknik wawancara merupakan suatu
teknik dalam penelitian hukum empiris yang bertujuan untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data melalui proses tanya-jawab kepada responden dan
informan
Tanya jawab dalam kegiatan penelitian ilmiah ini bukanlah sekedar
bertanya saja tetapi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada
responden yang selanjutnya disebut informan sebelumnya telah dirancang
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan jawaban yang relevan dengan yang
menjadi permasalahan pada penelitian ini Kemudian jawaban-jawaban dari
pertanyaan yang diajukan tersebut selanjutnya digunakan sebagai data dalam
47 Ibid h 158
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
rangka menunjang data-data yang diperoleh dari studi dokumen Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terkait dengan
masalah yang akan diteliti
b Teknik Studi Dokumen
Selain penggunaan teknik wawancara teknik studi dokumen juga
dapat digunakan sebagai opsi lain dalam hal pengumpulan data penelitian ini
Dimana data yang dihasilkan dari teknik studi dokumen ini digunakan sebagai
data sekunder Teknik studi dokumen dihasilkan melalui penelitian
kepustakaan yang bersumber dari berbagai peraturan perundang-undangan
buku-buku dokumen dan publikasi serta hasil-hasil penelitian yang tentunya
memiliki keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yakni terkait
dengan pemungutan pajak air permukaan dalam konteks otonomi daerah di
Provinsi Bali
186 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
Cara kerja analisis kualitatif ini dengan memisahkan atau memilih bahan hukum
yang ada dan yang sesuai terhadap pembahasan dalam penelitian ini Sedangkan
penyajiannya dilakukan dengan metode deskriptif analisis Data yang dikumpulkan
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
dari metode ini adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi) data sulit
diukur dengan angka berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam
suatu struktur klasifikasi hubungan antar variabel tidak jelas sampel bersifat
probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan
observasi48
Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kebenaran untuk
selanjutnya ditarik kesimpulan
48 Fakultas Hukum Universitas Udayana opcit h 88
Top Related