ORGAN REPRODUKSI DAN KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus) YANG MENDAPAT PAKAN TAMBAHAN
KEMANGI (Ocimum basilicum) SEGAR
SKRIPSI
ADITYA DWI SETYADI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
ORGAN REPRODUKSI DAN KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus) YANG MENDAPAT PAKAN TAMBAHAN
KEMANGI (Ocimum basilicum) SEGAR
SKRIPSI
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
Aditya Dwi Setyadi D14101039
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
ORGAN REPRODUKSI DAN KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus) YANG MENDAPAT PAKAN TAMBAHAN
KEMANGI (Ocimum basilicum) SEGAR
Oleh :
ADITYA DWI SETYADI
D14101039
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 28 Maret 2006
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer NIP. 131 624 187 NIP. 130 354 159
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur.Sc NIP. 131 624 188
i
RINGKASAN
ADITYA DWI SETYADI. D14101039. 2006. Organ Reproduksi dan Kualitas Sperma Mencit (Mus musculus) yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Segar. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Cece Sumantri M.Agr.Sc Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer Kemangi (Ocimum basilicum) merupakan salah satu jenis tanaman obat yang mempunyai banyak kegunaan diantaranya merangsang faktor kekebalan tubuh, mencegah kemandulan, menurunkan kolesterol, mencegah ejakulasi prematur dan dapat mengatasi masalah reproduksi. Komponen kimia yang terkandung di dalamnya yang menjadikan kemangi sebagai tanaman obat yang populer. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi pengaruh penambahan kemangi terhadap sifat-sifat reproduksi mencit (Mus musculus) jantan, yang meliputi karakteristik organ reproduksi dan kualitas spermanya. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Analisis Bagian Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan IPB Darmaga, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2005. Perlakuan yang diberikan terhadap mencit adalah pemberian kemangi segar sebagai pakan tambahan pada taraf perlakuan 2,5 dan 5,0%. Sebagai pembanding, digunakan kontrol yaitu kelompok mencit yang tidak diberi kemangi. Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah kualitas sperma mencit meliputi konsentrasi, daya hidup (viabilitas), motilitas, abnormalitas dan gerakan massa. Pengukuran organ-organ reproduksi meliputi testis, penis, epididimis dan vas deferens.Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dan akan diuji lanjut Tukey apabila didapat beda nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa viabilitas (daya hidup) spermatozoa pada pemberian kemangi 2,5% lebih tinggi (P<0,05) dibanding kontrol dan pemberian kemangi 5,0%, sedangkan pada pengukuran organ reproduksi menunjukkan bahwa pemberian kemangi 2,5 dan 5,0% menurunkan bobot testis (P<0,01) dibanding kontrol. Kata kunci : kemangi (Ocimum basilicum), mencit (Mus musculus), kualitas sperma
dan organ reproduksi.
ii
ABSTRACT
Reproduction Organs and Sperm Quality of Mice (Mus musculus) Fed by Fresh Basil (Ocimum basilicum) Suplementary Diet
Setyadi, A.D., C. Sumantri dan S. S. Mansjoer
Kemangi (basil : Ocimum basilicum) has been well known as a medicine herbal because of its benefits, such as stimulating body immunity factor, preventing barrenness, reducing cholesterols, preventing premature ejaculation, especially in reproduction problems. This experiment observed the effect of using basil as a supplement in a diet on reproduction characteristics of male mice (Mus musculus) which pervade reproduction organs and sperm quality. Experiment was done at Field Laboratory of Genetic and Breeding Division, Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University, from May up to July 2005. Treatments were done by adding fresh basil to its diet at the level of 2.5 and 5.0% and as comparison, a control diet which was a group of mice without basil. Observation of variables were sperm qualities in example concentration, viability, motility, abnormality and mass movement. Reproduction organs were observed were size of testis, penis, epididymis, and vas deferens. Data were analyzed by Completely Randomized Design and Tukey’s multiple comparison test. The results were adding fresh basil either 2,5 or 5,0% level did not gave significant effect on concentration, motility, abnormality and mass movement of sperm. However, sperm viability was affected by this treatment and gave significantly different (p<0,05) on level of 2.5%, but not on 5,0%. Size of male mice reproduction organs that were penis weight, penis length, penis width, testis length, testis width, epididymis length, and vas deferens length gave not significantly different result between treatments but gave different outcome (p<0,01) in testis weight with control group. Testis in group of control were heavier than group of treatments. Keywords: kemangi, basil, mice, sperm quality and reproduction organs.
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1983 di Bogor Jawa Barat. Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Undang Saefudin
dan Ibu Mimi Suwarmi.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN Bojong I, pendidikan
lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SLTP Harapan Siswa
Bogor dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di
SMUN 6 Bogor.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2001.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Forum Aktivitas Mahasiswa
Muslim Al-An’Aam (FAMM Al-An’Aam) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor dan pernah ikut serta dalam kepengurusan DKM Al-Huriyyah. Selain itu juga,
penulis pernah menjadi Asisten Pendidikan Agama Islam (PAI) di Institut Pertanian
Bogor (IPB).
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohim.
Alhamdulillahirobbil ‘alamiin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Organ Reproduksi dan Kualitas Sperma Mencit (Mus
musculus) yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum)
Segar” ini sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana peternakan. Shalawat
serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada junjungan tercinta Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari jalan yang gelap gulita kepada
jalan yang terang benderang.
Sepenuh hati penulis sadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan skripsi ini. Saran dan masukan sangat diharapkan dan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat untuk kemajuan dunia peternakan.
Bogor, Maret 2006
Penulis
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN ……………………………….…………….………………………. i
ABSTRACT ……………………………………………………………………..... ii
RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………………..… iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...…….. iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….… v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….…. vii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………...……….…. viii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………… ix
PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 1
Latar Belakang ……………………………………………………….......... 1 Tujuan ……………………………………………………………...……… 1 Manfaat ………………………………………………………...........……. 2
TINJAUAN PUSTAKA …………………….……………..……………………... 3
Mencit (Mus musculus) ……………………...…………………………… 3 Konsumsi Ransum dan Minum …………………………………………… 4 Organ Reproduksi Hewan Jantan ………...………………………….……. 5
Testis ……………………………………...………………………. 5 Penis ……………………………………………………………… 6 Epididimis …….……………………………..……………………. 6 Vas deferens ……………………………………………………… 7
Karakteristik Spermatozoa …………………..……………………………. 7 Bagian Kepala Spermatozoa …………...………………………….. 8 Bagian Ekor Spermatozoa ………………...……………………….. 8 Penilaian Kualitas Spermatozoa ………...………………………… 9 Metabolisme Spermatozoa ………………………………………... 9 Pewarnaan Diferensial ………….………...…………………….... 10
Kemangi (Ocimum basilicum) ..…………..………………………………. 11
METODE …………………………………….……………..……………………. 15
Tempat dan Waktu ………………………………...……………………... 15 Materi Penelitian ………………………………..……………………….. 15
Mencit Percobaan …………………...…………………………… 15 Kandang dan Peralatan ……………..…………………………… 15 Pakan …………………….……………………………………… 16
Bahan Lain yang Digunakan ………..…………………………… 17 Metode Penelitian ………………………….……………………………. 17
Prosedur Penelitian di Laboratorium Lapang …...………………. 17 Prosedur Penelitian di Laboratorium Analisis ……………..……. 18
Halaman
vi
Peubah yang Diamati ……………………..……………………... 19 Rancangan Percobaan …………………………..….…………….. 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ……………….………………………………… 22
Pakan Penelitian …………………………………………………………. 22 Suhu dan Kelembaban Selama Penelitian …….…………………………. 23 Ukuran Organ Reproduksi Mencit Jantan ……………………………..… 24
Testis ………………………………………………………………... 24 Penis ………………………………………………………………… 26 Epididimis ………...………………………………………………..... 28 Vas deferens …………………...…………………………………….. 29
Pengaruh Perlakuan terhadap Kualitas Spermatozoa Mencit …..…....…. 30 Konsentrasi Spermatozoa ………………………………………….… 30 Daya Hidup (Viabilitas) Spermatozoa ………………………………. 31 Abnormalitas Spermatozoa ………………...………………………... 33 Motilitas Spermatozoa …………...………………………………….. 35 Gerakan Massa Spermatozoa …...…………………………………… 36
KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………..…… 38
Kesimpulan …………………………..……………………………… 38 Saran ………………………...………………………….……………. 38
UCAPAN TERIMA KASIH ……………………..………...……………………. 39
DAFTAR PUSTAKA ………………….….…………………………………….. 40
LAMPIRAN ……………………………..……………………………………… 43
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Sifat Biologis Mencit ........................................................................... 4
2. Kegunaan Tanaman Kemangi .............................................................. 12
3. Komposisi Nilai Gizi Daun Kemangi per 100 g Bahan Kering .......... 13
4. Komponen Kimia Kemangi ................................................................. 14
5. Kombinasi Pemberian Pakan ............................................................... 18
6. Hasil Analisis Proksimat Pakan Penelitian ......................................... 22
7. Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian .................................................. 23
8. Ukuran Organ Testis Mencit Hasil Penelitian .................................... 24
9. Ukuran Organ Penis Mencit Hasil Penelitian ..................................... 27
10. Ukuran Panjang Organ Epididimis Mencit Hasil Penelitian .............. 28
11. Ukuran Panjang Organ Vas deferens Mencit Hasil Penelitian ........... 30
12. Konsentrasi Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian ............................. 31
13. Viabilitas Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian ................................ 32
14. Abnormalitas Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian .......................... 34
15. Motilitas Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian ................................. 35
16. Gerakan Massa Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian ....................... 37
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Skema Perubahan ATP Menjadi Energi yang Digunakan untuk Metabolisme dan Motilitas Spermatozoa ......................................... 10
2. Peralatan yang Digunakan dalam Penelitian di Kandang dan Laboratorium Analisis ................................................................ 16
3. Pakan yang Digunakan dalam Penelitian Pakan Ayam Peranggang dan Kemangi Segar ........................................................ 16
4. Penempatan Kemangi dalam Kandang Mencit ................................. 17
5. Pengambilan Organ Reproduksi Mencit Jantan ................................ 19
6. Organ Reproduksi Mencit Jantan ...................................................... 20
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Ukuran Bobot Penis Mencit dan Analisis Ragam …………….. 44
2. Data Ukuran Panjang Penis Mencit dan Analisis Ragam …………... 45
3. Data Ukuran Lebar Penis Mencit dan Analisis Ragam …………….. 46
4. Data Ukuran Bobot Testis Mencit dan Analisis Ragam dan Uji Lanjut Tukey ……………………………………………………….... 47
5. Data Ukuran Panjang Testis Mencit dan Analisis Ragam ………….. 48
6. Data Ukuran Lebar Testis Mencit dan Analisis Ragam ……………. 49
7. Data Ukuran Panjang Epididimis Mencit dan Analisis Ragam … …. 50
8. Data Ukuran Panjang Vas deferens Mencit dan Analisis Ragam … .. 51
9. Data Abnormalitas spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam ……... 52
10. Data Viabilitas Spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam dan Uji Lanjut Tukey ………………………………………………………… 53
11. Data Konsentrasi Spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam ………. 54
12. Data Motilitas Spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam …………. 55
13. Data Gerakan Massa Spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam …… 56
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Populasi ternak dapat ditingkatkan dengan memperbaiki penampilan
reproduksi ternak. Reproduksi ternak ditentukan oleh kemampuan ternak untuk
menghasilkan spermatozoa yang berkualitas dan melakukan aktivitas reproduksi.
Selain itu, untuk menghasilkan spermatozoa yang baik dibutuhkan dukungan organ-
organ kelamin yang dapat berfungsi dengan normal.
Sekarang ini, banyak peneliti di dunia mulai menyoroti tanaman-tanaman
obat untuk dijadikan alternatif guna mengatasi permasalahan reproduksi diatas,
karena penggunaan tanaman obat (herba) bersifat alami dan tidak berbahaya bagi
pemakainya. Salah satu contoh adalah tanaman kemangi yang diduga merupakan
tanaman yang bisa digunakan untuk mengatasi permasalahan reproduksi.
Pengujian terhadap berbagai jenis obat biasanya dilakukan terlebih dahulu
sebelum diberikan kepada ternak atau manusia. Oleh karena itu, diperlukan hewan
model untuk pengujian. Hewan model yang bisa digunakan adalah mencit. Hewan ini
memiliki anatomi dan fisiologi yang hampir sama dengan manusia. Mencit
merupakan hewan yang tersebar di berbagai belahan bumi yang bisa hidup pada
iklim panas, dingin maupun sedang dan bisa bertahan hidup terus menerus dalam
kandang. Keuntungan lain yang bisa diambil dari mencit sebagai hewan percobaan
atau hewan model adalah memiliki jumlah anak sepelahiran yang tinggi, interval
generasi relatif pendek, harganya murah, mudah berkembangbiak dan bisa dipelihara
dalam jumlah besar serta tidak berbahaya bagi peneliti.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi pengaruh penambahan
kemangi (Ocimum basilicum) segar dalam ransum terhadap sifat-sifat reproduksi
mencit (Mus musculus) jantan, yang meliputi karakteristik organ reproduksi dan
kualitas spermanya.
2
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk
pengembangan penggunaan tanaman obat (herba) sebagai alternatif dalam mengatasi
permasalahan di bidang kesehatan terutama yang menyangkut permasalahan
reproduksi. Selain itu, agar pemanfaatan hewan percobaan antara lain mencit dapat
tercapai semaksimal mungkin sejalan dengan meningkatnya pemanfaatan hewan
percobaan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Mencit (Mus musculus)
Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang paling banyak digunakan
sebagai hewan model untuk percobaan laboratorium dengan kisaran 40-80%
(Arrington, 1972). Hal ini disebabkan karena mencit sangat produktif dan mudah
dikelola (Inglis, 1980). Hewan ini termasuk filum Chordata, kelas Mammalia, ordo
Rodentia, famili Muridae, genus Mus dan spesies Mus musculus (Arrington, 1972).
Malole dan Pramono (1989) menyatakan mencit adalah hewan pengerat (Rodentia)
yang cepat berbiak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya
cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik.
Mencit juga merupakan hewan prolifik (Smith dan Mangkoewidjojo, 1987).
Menurut Malole dan Pramono (1989), mencit digunakan dalam berbagai
penelitian dan diagnosis dalam bidang obat-obatan dan kosmetik seperti penelitian
tentang ketuaan, virologi, anemia, kegemukan, kekerdilan, diabetes mellitus,
penyakit ginjal dan tingkah laku (behaviour). Pemanfaatan hewan percobaan untuk
penelitian adalah yang mendasarkan pengamatan aktivitas biologis. Arrington (1972)
menambahkan bahwa alasan digunakannya hewan laboratorium sebagai objek
penelitian dalam bidang peternakan, diantaranya karena biaya yang dibutuhkan tidak
begitu mahal, efisien dalam waktu, kemampuan reproduksi yang tinggi dalam waktu
singkat dan sifat genetik dapat dibuat seseragam mungkin dalam waktu yang lebih
pendek dibanding ternak yang lebih besar.
Mencit juga terkadang terkena penyakit. Menurut Malole dan Pramono
(1989), penyakit yang terdapat pada mencit terutama penyakit reproduksi penyebab
infertilitas ditimbulkan oleh stimulasi estrogen, kesalahan pengaturan cahaya, mencit
terlalu muda dan tua.
Konsumsi Ransum dan Minum
Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan bila
makanan tersebut diberikan ad libitum dalam jangka waktu tertentu (Parakkasi,
1999) dan pakan yang dikonsumsi pada berbagai tingkat umur tidak tetap sesuai
dengan laju pertumbuhan dan tingkat produksi (Amrullah, 2003). Berikut ini
beberapa sifat biologis mencit yang disajikan dalam Tabel 1 menurut Smith dan
Mangkoewidjojo (1988).
4
Tabel 1. Sifat Biologis Mencit
Kriteria (satuan) Keterangan
Lama hidup (tahun)
Bobot badan dewasa :
Jantan (g)
Betina (g)
Umur dewasa (hari)
Umur sapih (hari)
Umur jantan dan betina dikawinkan (minggu)
Siklus estrus / berahi (jam)
Lama estrus (jam)
Perkawinan
Fertilisasi (hari)
Lama bunting (hari)
Jumlah anak (ekor)
Bobot lahir (g)
Bobot sapih (g)
Suhu rektal (oC)
Aktivitas
Kecepatan tumbuh (g/hari)
1-4
20-40
18-35
35
21
8
4-5
12-14
pada saat estrus
2
19-21
4-15
0,5-1,5
18-20
35-39 (rata–rata 37,4)
nokturnal (malam)
1
Sumber : Smith dan Mangkoewidjojo (1988)
Seekor mencit dewasa dapat mengkonsumsi makanan 3-5 g setiap hari.
Mencit bunting atau menyusui memerlukan makanan yang lebih banyak. Makanan
yang sering digunakan adalah makanan ayam dengan kandungan protein 20–25%,
lemak 5%, pati 45–50%, serat kasar 5%, abu 4–5% (Smith dan Mangkoewidjojo,
1987). Malole dan Pramono (1989) menyatakan bahwa mencit membutuhkan
makanan berkadar protein diatas 14%. Kebutuhan protein untuk kondisi Indonesia
dapat dipenuhi dari makanan ayam petelur (17% protein) dan seekor mencit dewasa
membutuhkan 15 g makanan dan 15 ml air per 100 g bobot badan per hari (Malole
dan Pramono, 1989).
5
Organ Reproduksi Hewan jantan
Testis
Testis merupakan salah satu organ yang penting dalam reproduksi jantan.
Testis berfungsi untuk memproduksi sperma dan hormon reproduksi yaitu testosteron
(Falk, 2001). Wischnitzers (1967) menyatakan bahwa testis terdiri dari sepasang
gonad yang berbentuk oval. Testis dibungkus skrotum yang terdiri dari tiga atau
empat lapisan. Lapis superficial kulit, dibawahnya terdapat lapis fibrosa dan jaringan
otot yaitu tunica dartos dibawahnya terdapat tunica vaginalis yang menutupi dinding
skrotum (Hartono, 1988). Bagian dalam testis terdapat lobuli-lobuli yang didalamnya
terdiri dari saluran-saluran kecil yang bergulung yang disebut tubulus seminiferus
yang menghasilkan dan berisi spermatozoa (Toelihere, 1985). Dinding tubulus
seminiferus terdiri dari dua tipe sel yaitu sel yang memproduksi sperma dan sel
pendukung yang memproduksi cairan sumber makanan sperma (Lane, 1980). Sel-sel
pendukung tersebut dikenal sebagai sel sertoli. Disamping itu, terdapat sel interstitial
yang berada diantara tubulus seminiferus yang memproduksi hormon testosteron
(Hartono, 1988).
Ketika masa pubertas tiba, tubulus seminiferus akan bekerja dengan optimal
menghasilkan sperma dan hormon-hormon reproduksi seperti testosteron dan
androgen. Pada saat itu, secara tidak langsung dibutuhkan kapasitas yang besar dari
tubulus seminiferus yang akan meningkatkan bobot dan volume testis untuk
mendukung proses tersebut. Perkembangan dan peningkatan produksi sperma
merupakan suatu hal yang berjalan seiring dengan perkembangan bobot testis
(Amann, 1970). Pineda (1989) menambahkan bahwa susunan testis yang terdiri dari
90% tubulus seminiferus akan mempengaruhi bobot testis hewan dewasa.
Testis sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu
menghasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan mengsekresikan hormon
kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa dihasilkan didalam tubulus seminiferus atas
pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone) sedangkan testosteron diproduksi
oleh sel-sel interstitial dari Leydig atas pengaruh ICSH (Interstitial Cell Stimulating
Hormone) (Toelihere, 1985).
FSH merupakan glikoprotein yang salah satu fungsinya adalah bersama-sama
dengan androgen dalam proses spermatogenesis, sedangkan ICSH merupakan
6
glikoprotein yang memiliki fungsi untuk proses ovulasi dan merangsang sel Leydig
untuk mensekresi androgen (Hafez, 1970).
Penis
Organ kopulatoris hewan jantan, penis, mempunyai tugas ganda yaitu
pengeluaran urin dan peletakan semen ke dalam saluran reproduksi hewan betina.
Penis terdiri dari akar, badan dan ujung bebas yang berakhir pada kepala penis
(Toelihere, 1985).
Badan penis terdiri dari corpus cavernosum penis yang relatif besar dan
diselaputi oleh suatu selubung fibrosa tebal berwarna putih, tunica albuginea. Di
bagian ventral terdapat corpus cavernicum urethrae, suatu struktur yang relatif lebih
kecil yang mengelilingi urethrae (Toelihere, 1985).
Epididimis
Epididimis adalah suatu struktur memanjang yang bertaut rapat dengan testis.
Ia mengandung ductus epididymidis yang sangat berliku-liku. Epididimis dapat
dibagi atas kepala, badan dan ekor (Toelihere, 1985). Epididimis terletak dibagian
permukaan dorsal testis. Organ tersebut terdiri dari tubulus-tubulus yang bersambung
dari testis melalui ductus efferentes yang lembut (Wischnitzers, 1967). Secara
makroskopis dibedakan adanya kepala (caput), badan (corpus) dan ekor (cauda)
epididimis (Hartono, 1988).
Epididimis mempunyai fungsi utama: pengangkutan, konsentrasi, maturasi
dan penyimpanan sperma (Toelihere, 1985). Menurut Clermont (1962) dan Sutyarso
(1992), pada fase maturasi sperma yang telah matang akan segera dilepaskan
kedalam lumen tubulus seminiferus. Menurut Toelihere (1985), pada proses
maturasi, spermatozoa membutuhkan bahan utama yang terdiri atas ion (Ca, Na, K,
Cl), substrat (protein, asam sialat, glikogen, asam laktat, gliserol fosforilkolin) serta
enzim yang semuanya dihasilkan oleh lumen epididimis.
Poerwodihardjo (1985) menambahkan bahwa epididimis merupakan
penghubung antara kelenjar testis dengan vas deferens. Epididimis berfungsi untuk
pematangan spermatozoa dan untuk menyimpan spermatozoa yang sudah matang
(dewasa). Saluran epididimis dan vas deferens juga berfungsi untuk transpor
spermatozoa.
7
Proses pendewasaan sperma (maturasi sperma) merupakan hal yang sangat
penting untuk memperoleh kualitas sperma yang baik. Sperma yang memasuki
epididimis akan mengalami perubahan morfologis dan biokimia untuk memperoleh
kapasitas fertilisasi maksimum. Proses maturasi ini meliputi juga perubahan
struktural diantara bagian kepala dan ekor sperma serta perubahan unsur-unsur
permukaan kepala sperma disertai peningkatan motilitas sperma progresif (Bellve
dan O’Brien, 1983).
Penyimpanan sperma pada epididimis dilakukan pada bagian kauda
epididimis (Hafez, 1987). Pada daerah ini, konsentrasi sperma relatif tinggi dengan
lumen duktus epididimis yang lebar. Proses perkembangan epididimis berjalan
seiring dengan perkembangan reproduksi itu sendiri. Perkembangan epididimis yang
optimal diperlukan untuk mendukung proses spermatogenesis yang telah dilakukan
pada organ testis terlebih dahulu. Hubungan antara produksi sperma dengan
cadangan atau depot sperma di dalam epididimis adalah rendah (Amann, 1970).
Vas Deferens
Vas deferens atau ductus deferens adalah saluran yang berliku-liku yang
berjalan sejajar dengan epididimis yang mengangkut sperma dari ekor epididimis ke
urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisasi
pengangkutan semen waktu ejakulasi (Toelihere, 1985). Menurut Poerwodihardjo
(1985), Fungsi vas deferens adalah untuk transportasi spermatozoa.
Kedua vas deferens yang terletak bersebelahan diatas vesica urinaria lambat
laun akan menebal dan membesar membentuk ampula. Penebalan ampula
disebabkan karena banyak terdapat kelenjar pada dinding saluran. Kelenjar-kelenjar
ini bersifat tubuler dan secara histologis sangat mirip dengan struktur kelenjar
vesicularis (Toelihere, 1985).
Karakteristik Spermatozoa
Semen terdiri atas dua komponen, yaitu plasma semen dan spermatozoa.
Plasma semen adalah cairan yang berfungsi sebagai medium bagi spermatozoa,
diproduksi oleh kelenjar–kelenjar tambahan yaitu kelenjar bulbourethralis (kelenjar
cowper), kelenjar prostat dan kelenjar vesikularis. Spermatozoa adalah sel kelamin
(gamet) yang diproduksi di dalam testis melalui proses spermatogenesis, yang
8
bersama–sama dengan plasma semen akan dikeluarkan melalui saluran kelamin
jantan untuk membuahi sel telur (Soeharso, 1985).
Spermatozoa adalah sel kelamin yang memegang peranan penting dalam
proses pembuahan. Cikal bakal spermatozoa sudah ada sejak embrio berupa sel–sel
gonosit yang sudah aktif mengadakan pembelahan, sehingga menghasilkan
spermatogonia (Hafez, 1987). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pada masa pubertas,
spermatogonia akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi Spermatosit I yang
kemudian memasuki fase miosis, sehingga membentuk spermatid yang mempunyai
jumlah kromosom separuh dari jumlah kromosom sel sebelum miosis (haploid).
Spermatid kemudian akan mengalami proses perubahan bentuk melalui tahap–tahap
yang panjang yang disebut dengan proses spermiogenesis dan pada akhir
spermiogenesis ini akan dihasilkan spermatozoa yang mempunyai struktur spesifik
sesuai dengan fungsinya untuk membuahi sel telur. Spermatozoa terdiri atas bagian
kepala, leher dan ekor spermatozoa (Hafez, 1987).
Bagian Kepala Spermatozoa
Soeharso (1985) melaporkan bahwa kepala spermatozoa berasal dari
kondensasi nukleus spermatid. Kondensasi tersebut meliputi perubahan-perubahan
kromatid menjadi lebih ringkas, pemantapan membran luar menjadi kuat dan
pembentukan tudung depan (akrosom). Akrosom merupakan suatu kantung kecil
yang mengandung enzim–enzim yang sangat penting untuk menembus dinding sel
telur pada saat pembuahan. Enzim hialuronidase berfungsi membuka dinding luar
telur. Bagian leher spermatozoa merupakan bagian yang menghubungkan kepala dan
ekor.
Bagian Ekor Spermatozoa
Soeharso (1985) melaporkan bahwa bagian ekor spermatozoa terdiri dari dua
bagian ujung (end piece). Pada bagian pangkal (middle piece) terdapat mitokondria
yang telah memanjang dengan susunan teratur membentuk spiral yang berfungsi
dalam kegiatan metabolisme spermatozoa dalam menghasilkan energi berupa ATP
(Adenosin Tri Phosphate) melalui proses respirasi. Gadjahnata (1989) menyatakan
bahwa bagian ujung (end piece) berfungsi sebagai alat mekanik untuk pergerakan
spermatozoa.
9
Penilaian Kualitas Spermatozoa
Penilaian kualitas spermatozoa meliputi konsentrasi, motilitas, viabilitas,
abnormalitas dan gerakan massa spermatozoa. Menurut Toelihere (1985), penentuan
kualitas pada motilitas spermatozoa dilakukan berdasarkan pemberian nilai 0-5. Nilai
0 diberikan bila spermatozoa imotil atau tidak bergerak; Nilai 1 bila gerakan berputar
di tempat; Nilai 2 bila gerakan spermatozoa berayun atau melingkar (kurang dari
50% bergerak progresif dan tidak ada gelombang); Nilai 3 bila spermatozoa bergerak
progresif dan menghasilkan gerakan massa (50-80%); Nilai 4 bila gerakan progresif,
gesit dan segera membentuk gelombang dengan 90% sperma motil; Nilai 5 bila
gerakan spermatozoa terjadi sangat progresif, gelombang sangat cepat dan
spermatozoa menunjukkan 100% motil aktif. Perhitungan motilitas dapat juga
dilakukan dengan menaksir spermatozoa yang bergerak progresif (maju) dari
keseluruhan lapangan pandang yaitu dengan cara mengalikan daerah taksir dengan
100% (Partodiharjo, 1980)
Perhitungan persentase daya hidup (viabilitas) dan abnormalitas spermatozoa
menggunakan preparat ulas berdasarkan perbedaan afinitas zat warna antara sel-sel
sperma yang mati dan hidup. Jumlah sperma yang hidup dihitung secara objektif.
Abnormalitas spermatozoa meliputi kelainan pada kepala, badan dan ekor
spermatozoa (Toelihere, 1985). Partodiharjo (1980) menambahkan bahwa
abnormalitas spermatozoa dibedakan antara bentuk abnormalitas primer dan
sekunder. Bentuk abnormalitas primer berasal dari gangguan pada testis dan
abnormalitas sekunder berasal dari kesalahan perlakuan setelah semen dikeluarkan
dari testis (karena goncangan yang keras, dikeringkan terlalu cepat, dipanaskan
terlalu tinggi, kesalahan dalam membuat preparat ulas). Abnormalitas spermatozoa
primer meliputi kepala kecil, besar, miring, bulat, kepala dua, ekor dua, akrosom
salah bentuk, leher besar, sedangkan abnormalitas sekunder meliputi leher patah,
leher ekor kusut, ekor patah, ekor bergulung dan kepala terpisah dari leher.
Metabolisme Spermatozoa
Dua prinsip metabolisme spermatozoa adalah glikolisis dan respirasi
(Salisbury dan Van Demark, 1985). Energi untuk motilitas spermatozoa berasal dari
perombakan Adenosin Tri Phosphat (ATP) di dalam selubung mitokondria melalui
10
reaksi-reaksi pengurainya menjadi Adenosin Di Phosphat (ADP) dan Adenosin Mono
Phosphat (AMP) seperti Gambar 1 yang disajikan dibawah ini.
Enzim Fosfatase
Gambar 1. Skema Perubahan ATP Menjadi Energi yang Digunakan untuk Metabolisme dan Motilitas Spermatozoa (Toelihere, 1985).
Dalam keadaan normal, energi yang dilepaskan dapat dipakai sebagai energi
mekanik (pergerakan) dan energi kimiawi (biosintesis). Jika tidak dipakai maka
energi tersebut dilepas sebagai panas dan apabila pemberian energi berupa senyawa
fosfor dalam ATP dan ADP habis, maka kontraksi fibril-fibril spermatozoa akan
terhenti dan spermatozoa tidak bergerak. Untuk melangsungkan pergerakan
spermatozoa, ATP dan ADP harus dibangun kembali dan untuk membangun kembali
ATP dari ADP atau ADP dari AMP dengan penambahan gugus phosphoryl
diperlukan sumber energi dari luar. Dalam kebanyakan aktivitas fisiologis sumber
energi tersebut dapat dipenuhi oleh hidrat arang atau lemak (Toelihere, 1985).
Terdapat empat macam zat yang dapat digunakan langsung maupun tidak
langsung oleh spermatozoa sebagai sumber energi. Zat-zat tersebut adalah fruktosa,
sorbitol, Glicerylphosphorylcholine (GPC) dan plasmalogen (Hafez, 1987).
Pewarnaan Diferensial
Hafez (1987) menyatakan bahwa perbedaan afinitas zat warna antara sel-sel
sperma yang mati dan hidup digunakan untuk menghitung jumlah sperma hidup
secara objektif, yang dilakukan pada saat semen segar dicampurkan dengan zat
warna (larutan eosin 2%). Sel-sel sperma yang hidup tidak atau sedikit sekali
menghisap warna, sedangkan sel yang mati akan mengambil warna karena
permeabilitas dindingnya meningkat. Dijelaskan lebih lanjut bahwa tujuan
pewarnaan diferensial adalah untuk mengetahui persentase sel-sel sperma yang mati
dan hidup.
ATP ADP HPO3 Energi
AMP HPO3 Energi
11
Kemangi (Ocimum basilicum)
Menurut Gunawan (2004), kemangi (Ocimum basilicum) termasuk famili
Labiatae, sedangkan menurut Winarto (2004), kemangi termasuk famili Ocinaceae,
spesies Ocimum basilicum. Banyak nama-nama lain dari kemangi yang disebutkan
oleh Tindall (1983) yaitu diantaranya memiliki beberapa nama latin seperti Ocimum
africanum (Lour), Ocimum canum dan Ocimum brachiatum (Blume).
Nama lokal yang umum dikenal adalah kemangi (umum, Indonesia),
surawung (Sunda), telasi, solasi, kemangen (Jawa, Madura, Sumatera) (Mulyani dan
Gunawan, 2004). Kemangi berasal dari Asia Barat, dan tersebar secara alami ke
Amerika, Afrika dan Asia (Sutarno dan Atmowidjojo, 2001).
Kemangi merupakan tanaman semak semusim dan berkayu, daun tunggal
berhadapan, berbulu, tepi bergerigi dan mengeluarkan bau aromatis khas kemangi.
Bunga majemuk bentuk malai, kelopak warna hijau, mahkota dan benang sari
berwarna putih (Gunawan, 2004). Daun berwarna hijau ke hijau tua dan berbentuk
bujur telur, tepi daun bergerigi dan ujung daun runcing. Batang segi empat,
bercabang–cabang dan berbulu. Bunga terdapat diujung batang. Bunga jenis
hermaprodit, panjang 5-7 mm, berbau wangi (www. mahkotadewa.com, 2005).
Kemangi merupakan tanaman setahun yang tumbuhnya tegak dengan cabang
yang banyak. Tanaman ini berbentuk perdu, dengan tinggi 0,3 hingga 1,0 m. Daun–
daunnya sederhana, berwarna hijau dan berbau harum. Bagian tangkai daun
mempunyai panjang 2,5 cm, luas daun berbentuk elips dengan ukuran 2,5-5,0 x 1,0-
2,5 cm (Tindall 1983).
Kemangi tidak menuntut syarat tumbuh yang rumit, sehingga dapat ditanam
di berbagai daerah, khususnya yang bertanah asam (Nazaruddin, 1999). Kemangi
tumbuh di tepi–tepi jalan, ladang dan sawah–sawah kering, dalam hutan jati dan
disemaikan di kebun–kebun. Tanaman ini dapat ditemukan di seluruh Pulau Jawa
pada ketinggian 450-1.100 m di atas permukaan laut (Heyne, 1987). Kemangi tahan
terhadap cuaca panas dan dingin. Jika ditanam di daerah dingin daunnya lebih lebar
dan lebih hijau, sedangkan di daerah panas daunnya kecil, tipis dan berwarna lebih
pucat (Nazaruddin, 1999).
Wijayakusuma et al. (1994) menyatakan kemangi menyukai tempat-tempat
yang lembab dan teduh, tumbuh liar di tepi jalan, tepi ladang, sawah-sawah kering,
12
hutan jati atau dipelihara di pekarangan dan disemai di kebun-kebun dan dapat
ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 450 m dan kadang-kadang ditanam
sampai 1.100 m diatas permukaan laut.
Wijayakusuma et al. (1994) menyatakan seluruh bagian herba ini memiliki
rasa pedas, hangat dan wangi serta bisa merangsang penyerapan (absorpsi), peluruh
keringat (diaphoretic), peluruh air seni (diuretic), melancarkan peredaran darah,
menghilangkan sakit (analgetic) dan membersihkan racun. Daun Ocimum basilicum
berkhasiat sebagai peluruh kentut, peluruh haid, peluruh air susu ibu, obat demam,
obat sariawan dan obat mual. Bijinya berkhasiat sebagai obat kencing nanah
(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
Kemangi dapat digunakan sebagai obat. Bagian–bagian yang dapat digunakan
sebagai obat adalah akar, daun dan biji. Kegunaan tanaman kemangi dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Kegunaan Tanaman Kemangi
Bagian tanaman Kegunaan
Daun tonikum, karminatif, stomakikum, borok, batuk, obat peluruh
haid, demam, sariawan
Biji obat penyakit mata, borok, sedatif, pencahar, sembelit, obat
perangsang aktivitas seksual, kejang perut, obat kencing
nanah
Semua bagian pewangi, obat perangsang aktivitas seksual, disentri, demam,
melancarkan ASI, mengatasi ejakulasi prematur, sariawan,
meluruhkan gas perut, meluruhkan haid
Sumber : www. mahkotadewa. Com (2005) ; Winarto, (2004) ; Sutarno dan Atmowidjojo (2001)
Selain bermanfaat sebagai tanaman obat, kemangi juga dapat digunakan
sebagai bahan makanan. Daun kemangi dapat digunakan sebagai makanan sebab
mengandung vitamin A dan C, dan mineral P, Ca dan Fe dalam jumlah yang banyak
(www.sinarharapan.co.id, 2003). Komposisi nilai gizi daun kemangi dapat dilihat
pada Tabel 3.
13
Tabel 3. Komposisi Nilai Gizi Daun Kemangi per 100 g Bahan Kering
Nilai gizi Besar Nilai
Kalori (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Serat (g)
Abu (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
β-karoten (µg)
Thiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)
Asam askorbat (mg)
Air (%)
43,00
3,30
1,20
7,00
2,00
2,00
320,00
38,00
4,80
4.500,00
0,08
0,35
0,08
27,00
86,50
Sumber : Leung et al. (1972) ; Sutarno dan Atmowidjojo (2001) Kemangi merupakan tanaman bumbu penyedap makanan. Baik daun yang
dikeringkan atau daun segar digunakan untuk memberikan keharuman, rasa manis,
panas, pedas dan rasa seperti cengkeh pada masakan dan minuman. Selain itu
digunakan sebagai bahan baku dalam industri kosmetik karena menghasilkan minyak
atsiri serta sebagai obat tradisional untuk beberapa penyakit (Sutarno dan
Atmowidjojo, 2001).
Secara anatomi, tanaman kemangi merupakan tanaman yang berbatang lunak,
berdaun tipis, berbunga putih dan banyak mengandung komponen kimia aktif yang
kegunaannya berkaitan erat dengan aktivitas seksual (Gunawan, 2004). Komponen
kimia yang terdapat dalam kemangi lebih banyak berkaitan dengan aktivitas seksual
betina. Komponen kimia pada kemangi dapat dilihat pada Tabel 4 yang disajikan
berikut ini.
14
Tabel 4. Komponen Kimia Kemangi
Komponen kimia Bagian tanaman Kegunaan
1,8-Sineol Seluruh bagian
Anestesi (mati rasa), membantu mengatasi ejakulasi prematur, anti kholinesterase, perangsang aktivitas syaraf pusat, melebarkan pembuluh kapiler (merangsang ereksi)
Anetol Seluruh bagian Merangsang hormon estrogen, merangsang faktor kekebalan tubuh, merangsang keluarnya ASI
Apigenin Seluruh bagian
Melebarkan pembuluh darah, mencegah penjendalan darah, melancarkan sirkulasi darah, penekan syaraf pusat
Arginin Daun Memperkuat daya tahan hidup sperma, mencegah kemandulan, menurunkan gula darah
Boron Seluruh bagian Merangsang keluarnya hormon androgen dan hormon estrogen, mencegah pengeroposan tulang
Eriodiktiol Daun Merangsang peremajaan sel
Eugenol Daun Mencegah ejakulasi prematur, anestetik, mematikan jamur penyebab keputihan
Fenkhona Seluruh bagian Melebarkan pembuluh darah kapiler, antikholinesterase
Germakrena-D Seluruh bagian Feromon
Asam p-kumarat Daun Antifertilitas, penghambat sintesis prostaglandin
Stigmasterol Seluruh bagian
Merangsang hormon estrogen, menurunkan kolesterol, merangsang terjadinya proses ovulasi, bahan baku hormon steroid
Tannin Kultur jaringan tanaman
Mengurangi sekresi cairan pada liang vagina
Seng Daun Anti impotensi, merangsang keluarnya hormon testosteron, merangsang kekebalan tubuh
Sumber : Gunawan (2004)
15
METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Analisis
Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama tiga bulan dari
bulan Mei sampai dengan Juli 2005.
Materi Penelitian
Mencit Percobaan
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih lepas sapih
yang berumur 21 hari. Mencit diperoleh dari Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak,
Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Jumlah mencit yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 ekor mencit
jantan dengan rataan bobot badan 10,36+0,88 g yang digunakan dalam tiga taraf
perlakuan yaitu 10 ekor sebagai kontrol, 10 ekor diberi pakan tambahan kemangi
segar sebanyak 2,5% dan 10 ekor lagi diberi pakan tambahan kemangi segar
sebanyak 5,0%.
Mencit betina digunakan sebagai acuan untuk melihat sifat-sifat reproduksi
mencit jantan dengan cara mengawinkannya. Mencit betina yang digunakan adalah
sebanyak 60 ekor dengan rataan bobot badan 10,61+0,85 g yang mendapat perlakuan
sama dengan mencit jantan dan dibagi kedalam tiga kelompok taraf perlakuan.
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari seng dan kawat
berukuran 30x25x20 cm sebanyak 30 buah. Kandang ditempatkan dalam ruangan
berukuran 4x3x3 m dengan penyimpanan mencit secara acak. Setiap kandang
dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum.
Tempat pakan yang digunakan adalah mangkok kecil yang terbuat dari plastic
dan tempat minum mencit menggunakan botol yang terbuat dari kaca yang
dilengkapi karet penutup dan pipa logam.
Peralatan lain yang digunakan selama penelitian di laboratorium lapang
antara lain timbangan Dial-O-Gram dengan merek O-Haus dengan skala terkecil 0,1
g, alat tulis, nampan, jangka sorong, mikroskop, pipet Pasteur, ember, pisau, sikat
16
botol, gelas plastik, gunting kuku, kapas, alkohol, bak plastik, gunting, kertas label
dan spidol sedangkan peralatan yang digunakan selama penelitian di Laboratorium
Analisis Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak adalah nampan plastik, gunting
bedah, alat penghitung, jangka sorong, spoit, tissue, gelas objek, kertas milimeter
block, pinset, kamar hitung Neubauer, gelas cembung, cover glass, pipet eritrosit,
selotip, pipet mikro, dan sedotan. Berikut adalah gambar yang menampilkan
peralatan-peralatan yang digunakan dalam penelitian ini.
Gambar 2. Peralatan yang Digunakan dalam Penelitian di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Analisis
Pakan
Pakan yang diberikan dalam penelitian ini terdiri atas ransum ayam
peranggang (broiler) dan kemangi. Ransum ayam peranggang yang digunakan
berbentuk crumble dengan kandungan protein 22%. Kemangi yang ditambahkan
dalam kondisi segar.
Gambar 3. Pakan yang Digunakan dalam Penelitian Pakan Ayam Peranggang dan
Kemangi Segar
17
Pakan yang diberikan adalah pakan ayam peranggang merek CP 511-B yang
diperoleh dari Toko Maju di daerah Leuwiliang. Kemangi yang ditambahkan dalam
komposisi pakan pada penelitian ini diperoleh dari warung-warung sayur di sekitar
Darmaga. Kemangi diberikan dalam bentuk kemasan pasar (bagian daun dan batang)
yang diikat dengan tali dan digantung didalam kandang mencit setinggi kurang lebih
sekitar 15 cm.
Gambar 4. Penempatan Kemangi dalam Kandang Mencit
Bahan Lain yang Digunakan
Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pewarna diferensial
yaitu cairan eosin 0,2% untuk membantu melihat kualitas semen mencit dan PBS
untuk membantu mengencerkan dan memberi makan sperma agar tidak mati. Perlu
diketahui juga bahwa semen yang dihasilkan oleh mencit sangat sedikit dan kental
sehingga perlu adanya pengencer.
Metode Penelitian Prosedur Penelitian di Laboratorium Lapang
Kandang dan semua peralatan dibersihkan beberapa hari sebelum penelitian
dimulai. Lantai disapu dan ruangan dibebaskan dari hewan pengganggu. Mencit
jantan lepas sapih yang berjumlah 30 ekor dibagi kedalam tiga kelompok
berdasarkan taraf perlakuan yang diberikan dan masing–masing terdiri dari 10 ekor.
Kelompok pertama merupakan kontrol; kedua diberi pakan tambahan kemangi segar
18
2,5%; dan yang ketiga diberi pakan tambahan kemangi segar sebanyak 5,0%. Setiap
jantan ditempatkan pada setiap kandang yang berbeda. Pada saat perlakuan, mencit
betina disatukan dengan mencit jantan dengan perbandingan 2:1 dalam satu kandang.
Ransum yang diberikan berupa kombinasi pakan ayam peranggang CP 511
dengan kemangi segar. Kombinasi pemberian pakan disajikan pada Tabel 5 dibawah
ini.
Tabel 5. Kombinasi Pemberian Pakan
Perlakuan Pakan
Pakan Ayam Peranggang Kemangi Segar
---------------(g/ekor)---------------
Kontrol
2,5% Kemangi Segar
5,0% Kemangi Segar
8,0
6,5
5,0
0
1,5
3,0
Mencit mulai diadaptasi dengan kemangi pada umur tiga minggu.
Sebelumnya, dilakukan penelitian pendahuluan untuk melihat palatabilitas kemangi
terhadap mencit. Kemangi diberikan setiap hari pada jam 8-10 pagi.
Setelah mencit berumur delapan minggu, atau sudah kawin, mencit jantan
dipisahkan dengan mencit betina dan anak mencit dari kandang perlakuan. Mencit
jantan dipisahkan dalam kandang yang berbeda.
Prosedur Penelitian di Laboratorium Analisis
Mencit jantan yang telah dipisah satu persatu dibunuh menggunakan metode
pengekangan yaitu dengan cara memegang bagian belakang kepalanya dengan salah
satu tangan dan tangan yang satunya lagi menarik ekor mencit tersebut. Hal ini
dilakukan untuk memutuskan urat syaraf yang berada di tulang belakang mencit.
Setelah itu, proses berikutnya adalah pembedahan dan pengambilan organ-organ
reproduksinya yang meliputi testis, penis, epididimis dan vas deferens untuk dilihat
secara mikroskopis dan makroskopis. Hal ini dilakukan untuk melihat kualitas
sperma dan karakteristik organ reproduksi mencit jantan.
Organ-organ reproduksi yang telah diambil kemudian disimpan dalam larutan
Phosphate Buffered Saline (PBS) agar spermatozoa yang berada didalam testis tidak
mati dan konsistensi organ-organ lainnya tetap terjaga. PBS merupakan medium
19
yang sering digunakan dalam penelitian yang menggunakan sel hidup karena
mengandung komposisi zat-zat nutrisi seperti glukosa dan garam-garam anorganik
serta mengandalkan kemampuan buffer dari Fospat (Malole, 1990). Pengukuran
organ-organ reproduksi mencit jantan meliputi bobot testis dan penis, panjang testis,
penis, epididimis dan vas deferens serta lebar testis dan penis. Berikut adalah gambar
pengambilan organ reproduksi mencit jantan yang disajikan pada Gambar 5 dibawah
ini.
Gambar 5. Pengambilan Organ Reproduksi Mencit Jantan Pengamatan selanjutnya adalah pengamatan terhadap kualitas spermatozoa
yang meliputi gerakan massa dan motilitas yang dilihat diatas mikroskop pada
perbesaran 10x10. Tahap selanjutnya adalah pengamatan terhadap konsentrasi
spermatozoa dengan menggunakan kamar hitung Neubauer diatas mikroskop pada
perbesaran 10x40 dilanjutkan dengan pengamatan terhadap abnormalitas dan
viabilitas spermatozoa dengan menggunakan preparat ulas diatas mikroskop pada
perbesaran 10x40. Pada pengamatan konsentrasi, abnormalitas dan viabilitas
spermatozoa, semen yang didapat dicampur dengan eosin 0,2% untuk melihat
dengan jelas keadaan spermatozoa tersebut.
Peubah yang Diamati
1. Motilitas spermatozoa (daya gerak spermatozoa).
2. Abnormalitas spermatozoa; dengan melihat bentuk, keutuhan bagian dan
ketidaklaziman spermatozoa.
20
3. Viabilitas spermatozoa (persentase spermatozoa yang hidup). Spermatozoa
yang hidup menunjukkan kepala berwarana bening (putih) sedangkan
spermatozoa yang mati menunjukkan kepala berwarna merah.
4. Jumlah spermatozoa (konsentrasi); dihitung dengan menggunakan kamar
hitung Neubauer dengan menjumlahkan spermatozoa yang terlihat di 5
kamar yaitu tiap pojok dan tengah.
5. Gerakan massa; dengan melihat gerakan menggumpal pada spermatozoa
dan bentukan awannya diatas mikroskop dengan perbesaran 10x10.
6. Ukuran panjang dan lebar serta bobot organ reproduksi mencit jantan yang
meliputi testis, epididimis, penis dan vas deferens.
a
c b d
e Gambar 6. Organ Reproduksi Mencit Jantan (Hafez, 1987).
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap dengan tiga taraf perlakuan dan sepuluh pengulangan
Model matematika yang digunakan:
Yijk = µ + αi + εij (Gaspersz, 1991)
Keterangan : Yijk = data pengamatan,
μ = nilai tengah populasi (rata–rata yang sesungguhnya),
αi = pengaruh perlakuan (pemberian daun kemangi segar),
εij = pengaruh galat dari satuan percobaan,
i = taraf pengulangan (1,2,3, …,10), dan
j = taraf perlakuan pemberian daun kemangi (2,5 dan 5,0%).
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA). Jika hasil
analisis berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda Tukey untuk
a. Testis b. Vas defferent c. Ureter d. Epididimis e. Penis
21
melihat perbedaan antar perlakuan. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak
Minitab 11 for Windows.
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pakan Penelitian
Pakan adalah komponen yang penting dalam pemeliharaan mencit selama
penelitian. Kebutuhan pakan harus selalu tercukupi agar tidak terjadi kekurangan
nutrisi dan kanibalisme. Berikut adalah hasil analisis proksimat pakan penelitian
yang disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Analisis Proksimat Pakan Penelitian
Komponen Pakan
Pakan Ayam Perangganga Kemangi Bahan Segarb
----------------------(%)----------------------
Bahan Kering (BK)
Kadar Air
Protein Kasar
Lemak
Serat Kasar
Abu
Kalsium
Fosfor
BETN
87,00
13,00
26,44
5,75
13,79
8,05
1,03
0,69
45,97
85,71
14,29
29,82
2,21
31,59
14,06
2,26
0,72
22,32
Keterangan : a = PT Charoen Pokhpan b = Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan, IPB
Analisis proksimat pakan ini digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
ransum yang akan diberikan kepada mencit agar komponen zat pakan penelitian
sesuai dengan kebutuhan mencit itu sendiri. Kandungan nutrisi pakan penelitian
disajikan pada Tabel 7. Hasil analisis proksimat diatas menunjukkan komponen-
komponen zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Dari hasil analisis diatas dapat kita lihat
bahwa, komposisi nilai gizi dalam pakan ayam peranggang maupun kemangi segar
sesuai dengan kebutuhan mencit, hanya saja serat kasarnya tidak sesuai dengan
kebutuhan mencit. Hal inilah yang menjadikan jumlah feses yang dikeluarkan mencit
sangat banyak karena serat kasar merupakan komponen zat yang bisa melancarkan
saluran metabolisme dalam tubuh.
23
Tabel 7. Penghitungan Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian
Komponen Perlakuan
Kontrola Kemangi 2,5%b Kemangi 5,0%b
-------------------------------(%)-------------------------------
Bahan Kering (BK)
Kadar Air
Protein Kasar
Lemak
Serat Kasar
Abu
Kalsium
Fosfor
BETN
87,00
13,00
26,44
5,75
13,79
8,05
1,03
0,69
45,97
86,97
13,03
24,40
5,67
14,23
8,19
1,59
0,70
52,49
86,94
13,06
26,59
5,57
14,67
8,33
2,14
0,70
55,15
Keterangan : a = Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, IPB
b = Penghitungan manual
Hasil penghitungan komponen zat pakan dalam ransum penelitian ini
menunjukkan bahwa kandungan nutrisinya sudah mencukupi kebutuhan mencit.
Seekor mencit dewasa mengkonsumsi pakan dengan kandungan protein 20-25%,
lemak 4-5%, pati 45-50%, serat kasar 5% abu 4-5% (Smith dan Mangkoewidjojo,
1988).
Kandungan serat kasar yang tinggi pada ransum penelitian menyebabkan
mencit banyak mengeluarkan feses. Serat kasar yang tinggi akan mengakibatkan
sistem metabolisme meningkat dan melancarkan metabolisme sehingga pengeluaran
feses banyak.
Suhu dan Kelembaban Selama Penelitian
Suhu dan kelembaban lingkungan tempat berlangsungnya penelitian harus
diperhatikan, ini merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
produktivitas hewan penelitian. Kondisi lingkungan yang tidak baik atau tidak sesuai
akan mengakibatkan produktivitas yang dicapai tidak optimal.
Suhu ruang pemeliharaan mencit pada saat penelitian adalah berkisar antara
25,9-26,2 oC dengan kelembaban ruangan berkisar antara 85-87%. Hal tersebut
24
sesuai dengan pernyataan Malole dan Pramono (1989) yang menyebutkan bahwa
suhu yang ideal untuk pertumbuhan mencit adalah 21-29 oC dengan kelembaban
yang ideal adalah 30-70%.
Ukuran Organ Reproduksi Mencit Jantan
Testis
Testis merupakan salah satu organ yang penting dalam reproduksi jantan.
Testis berfungsi untuk memproduksi sperma dan hormon reproduksi yaitu testosteron
(Falk, 2001). Testis berkedudukan didalam skrotum dan memiliki temperatur sekitar
4 oC lebih rendah dibandingkan tubuh. Ini merupakan temperatur yang optimal untuk
memproduksi sperma. Menurut sumber lain menyatakan bahwa temperatur testis
adalah +34 oC. Kedudukan testis diluar tubuh membuatnya selalu dalam kondisi
yang lebih sejuk dari temperatur tubuh.
Hasil sidik ragam pengukuran bobot testis mencit kontrol menunjukkan
perbedaan yang mencolok (berbeda sangat nyata) dengan mencit yang mendapat
pakan tambahan kemangi segar 2,5 dan 5,0%. Rerata bobot testis mencit kontrol
adalah 192,80 mg, sedangkan pada mencit yang mendapat penambahan kemangi
segar sebesar 2,5 dan 5,0% dalam pakan berturut-turut adalah 86,40 mg dan 94,70
mg. Hasil tersebut disajikan dalam Tabel 8 dibawah ini.
Tabel 8. Ukuran Organ Testis Mencit Hasil Penelitian
Peubah Perlakuan Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%
Bobot Rerata (mg) : n (ekor) : KK : Panjang Rerata (cm) : n (ekor) : KK : Lebar Rerata (cm) : n (ekor) : KK :
192,80 + 63,25b
5 32,81%
0,75 + 0,06 5
8,0%
0,46 + 0,06 5
13,04%
86,40 + 8,89a
5 10,29%
0,69 + 0,02 5
2,90%
0,44 + 0,02 5
4,55%
94,70 + 11,02a
5 11,64%
0,72 + 0,05 5
6,94%
0,45 + 0,03 5
6,67% Keterangan : Huruf yang berbeda pada nilai rataan baris yang sama menunjukkan beda nyata pada taraf 1% (P<0,01); n = jumlah contoh; KK = koefisien keragaman
25
Gabor et al.(1994) menyatakan bahwa pengukuran diameter testis merupakan
metode untuk menentukan volume testis yang dipengaruhi oleh umur dan frekuensi
kawin. Pada saat pengambilan organ testis, umur mencit pada saat itu adalah 15
minggu, sedangkan menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) umur jantan dan
betina yang baik untuk dikawinkan adalah pada saat mencit berumur 8 minggu. Ini
memungkinkan perkembangan testis telah menurun sehingga bobot testis yang
didapat tidak pada titik tertingginya. Thompson et al. (1992) menambahkan bahwa
penurunan volume testis terjadi karena kehilangan sel-sel germinal epitelium yang
tidak dapat beregenerasi kembali yang disebabkan oleh faktor umur.
Komponen kimia dalam kemangi banyak yang berfungsi sebagai perangsang
hormon estrogen dan sedikit yang merangsang hormon testosteron. Pemberian
kemangi pada mencit mengakibatkan kandungan estrogen dalam tubuh mencit
meningkat padahal kandungan testosteron diharapkan lebih tinggi dibandingkan
estrogen pada mencit jantan. Kandungan estrogen dalam tubuh mencit yang tinggi
menekan pembentukan testosteron sehingga sifat reproduksi yang muncul pada
mencit jantan ini adalah feminisme (kebetinaan) dan sifat kejantanan mencit tidak
muncul dominan. Hal ini bisa dilihat dari ukuran bobot testis mencit perlakuan
kemangi lebih kecil daripada mencit kontrol. Ini disebabkan oleh pengaruh hormon
estrogen dalam tubuh mencit jantan tersebut.
Sutarno dan Atmowidjojo (2001) menyatakan bahwa daun kemangi banyak
digunakan untuk memberikan keharuman, rasa manis, panas dan pedas pada
masakan atau minuman. Panas akibat pengaruh pemberian kemangi kemungkinan
sampai pada organ reproduksi juga terutama testis. Pembentukan spermatozoa sangat
dipengaruhi oleh temperatur tubuhnya. Temperatur testis yang optimal untuk
pembentukan spermatozoa adalah +34 oC dan 4 oC lebih rendah dari suhu tubuh.
Peningkatan temperatur pada testis akan mempengaruhi pembentukan spermatozoa.
Kemungkinan pemberian kemangi segar 2,5 dan 5,0% memberikan pengaruh panas
pada tubuh dan testis mencit dan mempengaruhi pembentukan spermatozoa pada
tubulus seminiferus sedangkan tubulus seminiferus adalah 90% penyusun testis.
Panjang dan lebar testis mencit kontrol lebih besar dibandingkan dengan
mencit yang mendapat penambahan kemangi 2,5 dan 5,0%, tetapi hal tersebut tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata (signifikan). Hal ini dapat dilihat pada tabel
26
diatas. Besarnya bobot testis ternyata tidak mempengaruhi panjang dan lebar testis.
Hal ini disebabkan oleh pemanfaatan kapasitas tubulus seminiferus secara optimal
dalam testis dengan tidak memperbesar ukuran testis sehingga akan meningkatkan
bobot dan volume testis saja (Amann, 1970).
Ukuran organ testis mencit kontrol memiliki keragaman lebih besar
dibandingkan dengan mencit yang mendapat penambahan kemangi segar 2,5 dan
5,0% baik bobot, panjang maupun lebar testis. Hal tersebut untuk sementara dapat
disimpulkan bahwa penambahan kemangi dalam pakan ternyata menekan atau
menurunkan keragaman ukuran organ testis mencit.
Penis
Penis merupakan organ kopulasi yang digunakan untuk menempatkan sperma
ke dalam vagina betina. Oleh karena itu, peranan penis dalam reproduksi jantan
adalah salah satu hal yang penting. Seekor jantan yang tidak memiliki organ penis
tidak akan bisa mendapatkan keturunan karena tidak dapat meletakkan spermanya ke
dalam vagina betina.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan kemangi segar dalam
pakan tidak berpengaruh terhadap bobot, panjang dan lebar penis. Hal tersebut dapat
dilihat pada Tabel 9 dibawah ini.
Rerata bobot penis mencit kontrol adalah 54,66 mg, pada penambahan
kemangi segar 2,5% adalah 47,54 mg dan pada penambahan kemangi segar 5,0%
adalah 54,28 mg. Rerata bobot penis diatas menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata antara kontrol, penambahan kemangi 2,5% dan 5,0%.
Rerata panjang penis juga menunjukan hasil yang tidak berbeda antara
kontrol dengan penambahan kemangi segar 2,5 dan 5,0%. Rerata panjang penis
mencit kontrol adalah 1,20 cm, pada penambahan kemangi segar 2,5% adalah 1,14
cm dan pada penambahan kemangi segar 5,0% adalah 1,22 cm sedangkan rerata
lebar penis mencit kontrol adalah 0,24 cm, pada penambahan kemangi segar 2,5 dan
5,0% menunjukkan nilai yang sama yaitu 0,21 cm.
27
Tabel 9. Ukuran Organ Penis Mencit Hasil Penelitian
Peubah Perlakuan Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%
Bobot Rerata (mg) : n (ekor) : KK : Panjang Rerata (cm) : n (ekor) : KK : Lebar Rerata (cm) : n (ekor) : KK :
54,66 + 10,06
5 18,41%
1,20 + 0,09 5
7,26%
0,24 + 0,05 5
21,07%
47,54 + 3,86
5 8,2%
1,14 + 0,15 5
12,96%
0,21 + 0,02 5
7,94%
54,28 + 1,43
5 2,63%
1,22 + 0,06 5
4,85%
0,21 + 0,02 5
7,28% Keterangan : n = jumlah contoh; KK = koefisien keragaman
Ukuran organ penis mencit kontrol menunjukkan keragaman yang tinggi
dibandingkan dengan mencit yang mendapat taraf perlakuan pemberian kemangi
segar 2,5 dan 5,0% pada peubah bobot dan lebar penis. Ini menunjukkan bahwa
penambahan kemangi dalam pakan mencit menekan atau menurunkan keragaman
ukuran organ penis karena keragaman bobot dan lebar penis kontrol terlihat jauh
lebih tinggi dibandingkan taraf perlakuan pemberian kemangi segar 2,5 dan 5,0%,
sedangkan pada peubah panjang penis keragaman paling tinggi diperlihatkan mencit
yang mendapat penambahan kemangi segar pada taraf 2,5%, tetapi secara rata-rata
keragaman tertinggi diperlihatkan oleh kontrol. Hal ini bisa dilihat dari koefisien
keragaman pada tabel diatas.
Penis memiliki ukuran yang beragam. Pemanjangan dan pembesaran penis
dipengaruhi oleh aliran darah yang mengalir di dalamnya. Penis tidak memiliki
tulang, hanya otot daging yang dipenuhi dengan pembuluh darah. Penis dapat
menegang yang disebut ereksi. Ereksi terjadi karena rangsangan yang menyebabkan
darah dalam jumlah besar mengalir dan memenuhi pembuluh darah yang ada di
dalam penis, dan membuat penis menjadi besar, tegang dan keras selain itu juga
ujung penis dipenuhi oleh serabut syaraf yang peka.
Penambahan kemangi dalam pakan mencit jantan ternyata tidak berpengaruh
terhadap bobot, panjang dan lebar penis. Gunawan (2004) yang menyatakan bahwa
28
pengaruh yang diberikan oleh 1,8 sineol, apigenina, arginina dan yang terkandung di
dalam kemangi yang dapat melebarkan pembuluh darah ternyata tidak memberikan
pengaruh yang positif terhadap bobot, panjang dan lebar penis. Ini terbukti dari hasil
sidik ragam yang menunjukkan antara kontrol dengan penambahan kemangi 2,5 dan
5,0% tidak berbeda nyata. Hanya saja keragaman yang diperlihatkan mencit yang
mendapat perlakuan kemangi segar pada taraf 2,5 dan 5,0% lebih kecil atau dapat
diartikan lebih seragam. Kemungkinan pemberian kemangi segar memberikan
pengaruh dalam menurunkan keragaman terhadap bobot, panjang dan lebar penis.
Epididimis
Epididimis adalah saluran panjang yang menempel pada testis dari atas
sampai bawah yang berada pada bagian belakang testis. Epididimis akan
menyalurkan sperma (yang diproduksi oleh testis) ke luar. Perjalanan yang cukup
panjang harus ditempuh oleh sperma dan epididimis merupakan tempat pematangan
sperma setelah diproduksi di dalam testis.
Hasil sidik ragam pengukuran panjang epididimis menunjukkan tidak ada
perbedaan yang nyata antara kontrol dengan penambahan kemangi 2,5 dan 5,0%.
Panjang epididimis mencit kontrol, penambahan kemangi segar 2,5 dan 5,0% relatif
tidak jauh berbeda. Rerata panjang epididimis mencit kontrol adalah 1,75 cm, pada
penambahan kemangi segar 2,5% adalah 1,73 cm, sedangkan pada penambahan
kemangi segar 5,0% adalah 1,97 cm. Ukuran organ epididimis mencit hasil
penelitian disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Ukuran Panjang Organ Epididimis Mencit Hasil Penelitian.
Taraf Perlakuan Jumlah Panjang Epididimis Mencit (cm) KK (%)
Kontrol
Kemangi 2,5%
Kemangi 5,0%
5
5
5
1,75 + 0,39
1,73 + 0,32
1,97 + 0,17
22,17
18,62
8,80
Keterangan : KK = koefisien keragaman
Ukuran panjang epididimis mencit kontrol memiliki keragaman lebih besar
dibandingkan dengan mencit yang mendapat penambahan kemangi 2,5 dan 5,0%.
Dengan melihat hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberian kemangi pada
mencit ternyata menurunkan keragaman terhadap panjang epididimis, hanya saja
29
pada pemberian kemangi segar 2,5% keragamannya lebih tinggi dibandingkan
dengan pemberian kemangi 5,0%.
Setelah sperma diproduksi oleh testis maka perjalanannya dilanjutkan ke
epididimis. Sperma akan dimatangkan di bagian kauda epididimis. Perkembangan
epididimis tentu tidak terlepas dari fungsi epididimis itu sendiri yaitu untuk
menunjang fungsi maturasi sperma dari tubulus seminiferus yang belum dapat
melaksanakan fertilisasi (Bellve et al., 1983). Proses maturasi yang berjalan
sempurna akan mempengaruhi peningkatan motilitas sperma yang progresif.
Keberhasilan reproduksi pada jantan dipengaruhi oleh optimalnya
perkembangan organ-organ reproduksi itu sendiri, salah satunya adalah epididimis.
Amann (1970) menyatakan bahwa perkembangan epididimis yang optimal
diperlukan untuk mendukung proses spermatogenesis yang telah dilakukan pada
testis terlebih dahulu.
Penambahan kemangi segar dalam pakan mencit ternyata tidak menyebabkan
proses perkembangan epididimis terganggu. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil sidik
ragam dan pengukuran yang menyatakan bahwa relatif tidak ada perbedaan ukuran
epididimis antara mencit kontrol dengan mencit yang mendapat perlakuan kemangi
segar. Perkembangan epididimis berjalan seiring dengan perkembangan reproduksi
itu sendiri.
Vas Deferens
Vas deferens merupakan sebuah tabung yang dibentuk dari otot yang
membentang dari epididimis ke uretra dan mempunyai fungsi sebagai tempat
penyimpanan sperma sebelum dikeluarkan melalui penis. Sperma setelah
dimatangkan didalam epididimis sebelum dikeluarkan akan diteruskan ke vas
deferens dan disinilah sperma akan diberi ekor kemudian akan ditampung di organ
bernama ampula. Di sini sperma menyatu dengan cairan nutrisi yang diproduksi oleh
prostat dan semi vesikel, sebelum keluar lewat penis dalam bentuk air mani waktu
ejakulasi. Berikut adalah data yang menampilkan ukuran panjang organ vas deferens
mencit hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 11.
30
Tabel 11. Ukuran Panjang Organ Vas deferens Mencit Hasil Penelitian
Taraf Perlakuan Jumlah Panjang Vas Deferens Mencit (cm) KK (%)
Kontrol
Kemangi 2,5%
Kemangi 5,0%
5
5
5
2,49 + 0,49
2,16 + 0,16
2,56 + 0,32
19,85
7,44
12,65
Keterangan : KK = koefisien keragaman
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata
terhadap panjang vas deferens antara mencit kontrol dengan mencit dengan
penambahan kemangi 2,5 dan 5,0%. Rerata yang didapat mencit kontrol adalah 2,49
cm, pada taraf pemberian kemangi segar 2,5% adalah 2,16 cm dan pada taraf
penberian kemangi segar 5,0% adalah 2,56 cm, sedangkan keragaman tertinggi
ditunjukkan oleh mencit kontrol walaupun tidak terlalu jauh dibandingkan dengan
yang lainnya. Ini menandakan bahwa penambahan kemangi pada pakan mencit tidak
mengganggu proses perkembangan vas deferens. Pada saat ejakulasi, sperma beserta
cairan semen akan dikeluarkan melalui penis. Bila terjadi penyumbatan pada vas
deferens akan mengakibatkan semen yang keluar tidak disertai dengan sperma,
sebagai contoh adalah vasektomi.
Pengaruh Perlakuan terhadap Kualitas Spermatozoa Mencit
Konsentrasi Spermatozoa
Konsentrasi sperma mencit hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan
yang nyata antara kontrol, pemberian kemangi segar 2,5% maupun dengan
pemberian kemangi segar 5,0% walaupun menunjukkan nilai yang terlihat signifikan.
Ini disebabkan oleh nilai simpangan baku yang besar. Rerata konsentrasi sperma
mencit kontrol adalah sebesar 103,4x10,06 sperma/ml, sedangkan rerata mencit
dengan pemberian kemangi segar 2,5% adalah sebesar 63,0x10,06 sperma/ml dan
rerata mencit dengan pemberian kemangi segar 5,0% sebesar 50,6x10,06 sperma/ml.
Hal tersebut bisa dilihat pada Tabel 12 yang menyajikan data konsentrasi sperma
mencit hasil penelitian.
31
Tabel 12. Konsentrasi Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian
Taraf Perlakuan Jumlah Konsentrasi Sperma Mencit (x106) KK (%)
Kontrol
Kemangi 2,5%
Kemangi 5,0%
5
5
5
103,40 + 88,47
50,60 + 17,94
63,00 + 22,10
85,56
35,45
35,08
Keterangan : KK = koefisien keragaman
Keragaman konsentrasi spermatozoa relatif sama antara mencit kontrol
dengan mencit perlakuan pemberian kemangi segar pada taraf 2,5 dan 5,0%.
Keragaman yang didapat cukup besar. Beragamnya konsentrasi sperma pada semua
taraf perlakuan disebabkan oleh adanya perbedaan ukuran testis dan bobot badan
mencit itu sendiri. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai pearson correlation antara
konsentrasi sperma dengan bobot badan, bobot testis dan lebar testis lebih tinggi
dibandingkan peubah lainnya. Secara berurutan nilainya adalah 0,420; 0,415 dan
0,488 jadi bisa dinyatakan bahwa ketiga peubah diatas memiliki keeratan hubungan
yang lebih dibandingkan peubah lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Amann
(1970) yang menyatakan bahwa perkembangan dan peningkatan produksi sperma
merupakan suatu hal yang berjalan seiring dengan perkembangan bobot testis.
Kandungan kemangi yang berupa boron dan seng secara tidak langsung
berperan dalam meningkatkan konsentrasi spermatozoa. Boron dan seng mempunyai
peran untuk merangsang keluarnya hormon androgen (testosteron) (Gunawan, 2004).
Menurut Toelihere (1985), testosteron merupakan hormon reproduksi primer yang
mempunyai peran dalam proses spermatogenesis (pembentukan sperma).
Pada proses spermatogenesis, testosteron bekerjasama dengan hormon
Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) membentuk
spermatozoa, tetapi apabila terjadi penigkatan kadar testosteron dalam plasma, dia
akan menghambat pelepasan kedua hormon ini. Dengan kata lain bisa dinyatakan
bahwa harus adanya keseimbangan antar ketiganya (Toelihere, 1985).
Daya Hidup (Viabilitas) Spermatozoa
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kelompok mencit yang diberi
perlakuan pemberian kemangi pada taraf 2,5% memiliki nilai daya hidup (viabilitas)
tertinggi dan menunjukkan beda nyata dengan kontrol (P<0,01), tetapi tidak berbeda
nyata dengan taraf 5,0%. Rataan viabilitas pada mencit dengan pemberian kemangi
32
segar 2,5% adalah 50,32, mencit kontrol sebesar 28,14 sedangkan pada mencit
dengan pemberian kemangi segar 5,0% nilainya adalah 34,12.
Keragaman daya hidup (viabilitas) sperma kontrol menunjukkan nilai yang
tinggi dan relatif sama dengan penambahan kemangi 5,0% tetapi pada penambahan
kemangi 2,5% nilai keragamannya paling kecil. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada Tabel 13 yang menyajikan nilai viabilitas spermatozoa mencit hasil penelitian.
Tabel 13. Viabilitas Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian
Taraf Perlakuan Jumlah Viabilitas Sperma Mencit KK
------------------------------(%)-------------------- Kontrol
Kemangi 2,5%
Kemangi 5,0%
5
5
5
28,14 + 9,28a
50,32 + 13,80b
34,12 + 11,03ab
32,98
27,42
32,33
Keterangan : Huruf yang berbeda pada nilai rataan menunjukkan beda nyata;KK = Koefisien Keragaman.
Pemberian kemangi pada taraf 2,5% ternyata meningkatkan daya hidup
(viabilitas) spermatozoa. Taraf pemberian kemangi 2,5% merupakan taraf yang
optimal untuk meningkatkan daya hidup spermatozoa. Pemberian kemangi yang
lebih besar atau lebih kecil dari 2,5% tidak dianjurkan diberikan kepada mencit
karena dilihat dari hasil penelitian menunjukkan nilai daya hidup (viabilitas)
spermatozoa yang lebih kecil dibanding pemberian kemangi 2,5%.
Kemangi seperti kita kenal memiliki kandungan minyak atsiri. Salah satu
fungsinya adalah sebagai cadangan makanan dalam tanaman (Ketaren, 1985). Leung
et al. (1972) menambahkan bahwa nilai gizi yang terkandung dalam kemangi
meliputi karbohidrat, protein, lemak, kalori, serat dan masih banyak lainya.
Cadangan makanan ini juga bisa digunakan sebagai cadangan makanan bagi
spermatozoa.
Berdasarkan jenis unsur penyusun senyawa atsiri, komponen minyak atsiri
yang terdapat dalam kemangi terbagi menjadi dua golongan yang salah satunya
adalah golongan Hidrokarbon-O yang tersusun atas unsur C, H dan O (Ketaren,
1985). Salisbury dan Van Demark (1985) meyatakan bahwa spermatozoa dapat juga
menggunakan oksigen didalam proses metabolisme dan respirasi untuk mengoksidasi
substrat-substrat pokok dan mengembalikan ikatan fosfat untuk membangun kembali
33
ATP (Adenosin Tri Phosphat). ATP yang bisa diubah menjadi energi inilah yang
digunakan oleh spermatozoa untuk hidup dan bergerak.
Tingginya nilai viabilitas pada perlakuan 2,5% kemungkinan karena
pengaruh yang diberikan oleh beberapa komponen kemangi antara lain adalah 1,8-
sineol, Apigenina, Arginina, Boron, dan Eugenol. Pengaruh yang diberikan oleh
komponen kimia 1,8-Sineol adalah membantu mengatasi ejakulasi prematur dan
melebarkan pembuluh kapiler (merangsang ereksi) (Gunawan, 2004). Ejakulasi yang
tidak sempurna (prematur) akan menghasilkan semen yang tidak sempurna juga.
Salah satu ketidaksempurnaan semen adalah spermatozoa yang tidak normal atau
juga aspermia. Spermatozoa yang tidak normal akan rentan terhadap kematian.
Apigenina berperan dalam memperlancar jalannya makanan untuk sperma-
tozoa. Makanan kemudian disalurkan lewat aliran darah dan peran apigenina adalah
melancarkan sirkulasi dan melebarkan aliran darah, sedangkan Boron dan Arginina
berperan dalam memperkuat daya tahan hidup spermatozoa itu sendiri, sedangkan
Eugenol merupakan komponen yang bisa dirombak menjadi energi bagi spermatozoa
dengan proses tertentu (Gunawan, 2004).
Abnormalitas Spermatozoa
Dalam pembentukan spermatozoa, peran testosteron sangat dibutuhkan. Bila
suplai testosteron terganggu, maka akan berakibat pada fungsi epididimis sebagai
tempat pemantangan spermatozoa. Spermatozoa tidak mempunyai kemampuan untuk
fertilisasi dan menyerap kembali cairan pada kauda epididimis (De Larminant et al.,
1978).
Testosteron yang merupakan hormon yang berperan dalam proses spermato-
genesis bila ketersediaannya sedikit akan menyebabkan proses itu terganggu dan
dapat mengakibatkan abnormalitas primer yaitu abnormalitas yang terjadi karena
kelainan-kelainan pada spermatogenesis seperti kepala terlalu besar, kepala terlalu
kecil, ekor ganda dan lainnya (Toelihere, 1985). Selain itu, keutuhan membran
plasma juga harus diperhatikan.
Keutuhan membran plasma adalah salah satu indikator yang menunjukkan
kemampuan spermatozoa dalam melakukan penetrasi terhadap oosit saat fertilisasi.
Kerusakan pada membran plasma spermatozoa akan mengakibatkan terganggunya
transfer aktif zat-zat yang menjadi sumber bagi spermatozoa seperti glukosa, asam
34
amino dan asam lemak. Akibat terganggunya mekanisme ini, maka spermatozoa
akan kekurangan energi sehingga daya hidupnya akan menurun, demikian juga
dengan motilitasnya. Rusaknya mebran plasma juga akan mengganggu
keseimbangan ion-ion yang esensial bagi spermatozoa (Correa dan Zavos, 1994).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi abnormalitas spermatozoa
mencit pada semua kelompok perlakuan tidak berbeda nyata. Semuanya
menunjukkan data yang relatif sama. Hal tersebut disajikan dalam Tabel 14.
Tabel 14. Abnormalitas Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian
Taraf Perlakuan Jumlah Abnormalitas Sperma Mencit KK
----------------------------(%)-----------------
Kontrol
Kemangi 2,5%
Kemangi 5,0%
5
5
5
24,40 + 9,01
29,69 + 3,45
37,31 + 10,97
36,93
11,69
29,40
Keterangan : KK = koefisien keragaman
Rerata morfologi abnormalitas spermatozoa mencit kontrol adalah 24,40%,
pada pemberian kemangi segar 2,5% memiliki nilai rerata morfologi abnormalitas
sebesar 29,69% dan pada pemberian kemangi segar 5,0% memiliki nilai morfologi
abnormalitas sebesar 37,31%. Rerata abnormalitas tertinggi diperoleh pada mencit
dengan taraf perlakuan 5,0% diikuti mencit dengan taraf perlakuan 2,5% dan kontrol
tetapi hal tersebut tidak menjadikan ketiga taraf perlakuan tersebut berbeda nyata
karena faktor lainpun seperti koefisien keragaman (KK) dan simpangan baku (SB)
juga berpengaruh. Keragaman tertinggi diperoleh oleh kontrol. Hal ini menunjukkan
bahwa penambahan kemangi sebesar 2,5 dan 5,0% dapat menekan keragaman
abnormalitas sperma mencit karena koefisien keragaman yang terlihat berbeda cukup
signifikan antara mencit kontrol dengan mencit perlakuan.
Abnormalitas yang terjadi pada spermatozoa hasil penelitian diantaranya
adalah spermatozoa tanpa ekor ataupun sebaliknya, satu kepala spermatozoa dengan
dua ekor ataupun sebaliknya, ekor yang bengkok atau patah dan kepala spermatozoa
yang terlalu kecil. Hal tersebut sama dengan yang dipaparkan oleh Toelihere (1985).
Abnormalitas spermatozoa yang terjadi disebabkan oleh kesalahan pada saat
pengambilan (secara teknis), gangguan patologis, aplikasi panas dan dingin pada
35
testis atau defisiensi makanan. Beberapa abnormalitas spermatozoa bersifat genetik
(Toelihere, 1985).
Motilitas Spermatozoa
Motilitas merupakan suatu kemampuan spermatozoa untuk bergerak secara
progresif dan dapat dijadikan patokan yang sederhana dalam penilaian semen untuk
inseminasi buatan pada ternak-ternak besar. Motilitas spermatozoa ini berasal dari
gerakan mendorong spermatozoa pada bagian ekor yang menyerupai gerakan
cambuk.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian perlakuan kemangi segar
2,5 dan 5,0% tidak berbeda nyata dengan kontrol sedangkan keragaman motilitas
sperma menunjukkan keragaman yang tinggi terutama pada mencit yang mendapat
tambahan kemangi 5,0%. Semuanya menunjukkan hasil yang relatif sama. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 15 dibawah ini.
Tabel 15. Motilitas Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian
Taraf Perlakuan Jumlah Motilitas Sperma Mencit KK
------------------------------(%)---------------------
Kontrol
Kemangi 2,5%
Kemangi 5,0%
5
5
5
56,00 + 17,10
54,00 + 17,82
45,00 + 20,00
30,54
33,00
44,44
Keterangan : KK = koefisien keragaman
Pada kelompok pemberian kemangi segar 2,5%, rerata motilitas yang didapat
adalah sebesar 54%, pada kelompok pemberian kemangi segar 5,0%, rerata motilitas
yang didapat adalah sebesar 45% dan pada kelompok kontrol memiliki rataan
motilitas sebesar 56%. Hasil pengukuran diatas relatif tidak jauh berbeda.
Keragaman motilitas spermatozoa mencit yang diberi kemangi segar 5,0%
menunjukkan nilai tertinggi sedangkan mencit kontrol menunjukkan nilai terendah.
Ini menunjukkan bahwa pemberian kemangi segar ternyata dapat meningkatkan
keragaman motilitas spermatozoa mencit.
Spermatozoa yang hidup berhubungan erat dengan motilitas sperma karena
spermatozoa hidup merupakan syarat mutlak bagi spermatozoa untuk dapat
menghasilkan energi dan melakukan pergerakan. Semen mamalia yang mempunyai
36
fertilitas tinggi ditunjukkan dengan persentase spermatozoa hidup yang tinggi dengan
morfologi normal (Martinez et al., 1996). Motilitas akan berlangsung dengan baik
jika ditopang oleh banyak hal diantaranya adalah morfologi dari spermatozoa itu
sendiri. Morfologi yang baik adalah kepala berbentuk ‘koma’ dengan besaran yang
normal, ekor panjang tidak melingkar ataupun ganda. Penambahan kemangi pada
pakan mencit (2,5 dan 5,0%) ternyata tidak berpengaruh terhadap daya motilitas
spermatozoa mencit, hal ini bisa dilihat dari hasil sidik ragam yang menunjukkan
nilai yang relatif tidak jauh berbeda.
Ekor digunakan oleh spermatozoa untuk melakukan gerakan. Bagian utama
ekor mengandung sebagian besar mekanisme daya gerak spermatozoa dan memiliki
peranan fital terhadap motilitas (Toelihere, 1985). Ekor spermatozoa terdiri dari tiga
bagian yaitu bagian tengah, utama dan bagian ujung. Bagian tengah ekor merupakan
gudang energi untuk kehidupan dan gerakan spermatozoa yang dihasilkan melalui
proses metabolik. Energi inilah yang digunakan oleh ekor untuk menggerakkan
spermatozoa untuk bergerak.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi motilitas sperma yaitu faktor
endogen dan faktor eksogen (Hafez, 1993). Ketersediaan sumber energi merupakan
faktor endogen yang sangat penting. Sumber energi yang digunakan dalam motilitas
sperma adalah Adenosin Tri Phosphat (ATP). Proses pembentukan ATP sebagai
sumber energi dapat terjadi pada keadaan tanpa oksigen (anaerob) atau dengan
oksigen melalui siklus krebs (Toelihere, 1985).
Gerakan Massa Spermatozoa
Gerakan massa spermatozoa menggambarkan secara kasar motilitas dan
konsentrasi spermatozoa tersebut. Evans dan Maxwell (1982) menyatakan bahwa
gerakan massa spermatozoa yang normal harus terletak antara (++) sampai (+++)
sedangkan semen dengan nilai (+) sangat tidak layak digunakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerakan massa yang terjadi pada semen
yang diamati diatas mikroskop pada semua taraf kelompok perlakuan tidak
menunjukkan hasil yang berbeda satu sama lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel
16.
37
Tabel 16. Gerakan Massa Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian
Taraf Perlakuan Jumlah Gerakan massa Sperma Mencit KK (%)
Kontrol
Kemangi 2,5%
Kemangi 5,0%
5
5
5
1,80 + 0,84
1,80 + 0,84
1,80 + 0,84
46,48
46,48
46,48
Keterangan : KK = koefisien keragaman
Pada kelompok kontrol, pemberian kemangi segar 2,5% maupun kemangi
5,0% memiliki nilai yang sama yaitu 1,80. Pada pengamatan gerakan massa ini,
digunakan skala 3,00. Bila dipersentasekan, nilai gerakan massa yang didapat saat
penelitian adalah sebesar 60%. Keragaman gerakan massa yang didapat
menunjukkan nilai yang sama juga antara kontrol, perlakuan kemangi 2,5 dan 5,%.
Dengan melihat hasil sidik ragam, bisa dipastikan bahwa nilai gerakan massa
yang terjadi mendekati kisaran normal. Gerakan massa terjadi karena adanya
gabungan dari gerakan individu dalam semen. Apabila volume semen kecil dan
kental, gerakan massa yang terjadi tidak akan besar karena jarak antar kepala
spermatozoa cukup kecil sehingga gerakan yang terjadi tidak leluasa.
38
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian kemangi segar dapat meningkatkan (P<0,05) daya hidup
(viabilitas) dan motilitas spermatozoa mencit dengan tingkat abnormalitas
spermatozoa yang lebih kecil. Walaupun demikian, pemberian kemangi 2,5 dan 5,0%
dapat menurunkan (P<0,01) bobot testis mencit dibandingkan kontrol.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui informasi dosis
pemberian kemangi yang paling optimal untuk meningkatkan kualitas spermatozoa
mencit, mengetahui pengaruh kemangi terhadap karakteristik organ reproduksi
mencit jantan serta mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah hormon testosteron
akibat pengaruh pemberian kemangi segar.
39
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia dan rahmat yang tak terhingga dan atas pertolongan dari-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua
orangtua yang telah menyokong baik materi, motivasi, do’a serta kasih sayang yang
tiada henti tercurah. Terima kasih atas kesabarannya. Tak lupa juga kepada Dr. Ir.
Cece Sumantri, M.Agr.Sc dan Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer yang telah
membimbing, mengarahkan dan membantu penyusunan skripsi ini dari mulai usulan
penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. Selain itu, ucapan terima kasih tak
luput penulis sampaikan kepada Jakaria S.Pt, M.Si selaku dosen penguji seminar dan
pembimbing akademik yang telah memberikan masukan,bimbingan dan nasihatnya.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada kakak tercinta Eka dan
Adik tercinta Pipit juga kepada temanku Puguh,Slamet dan Iwan atas kebersamaan,
semangat dan doanya. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih untuk saudaraku di
BNC, IRMAH dan ILMA atas pengertiannya. Saudaraku di Crew D, terima kasih
atas kebersamaan yang terbina, motivasi, do’a dan bantuannya. My circle family
terima kasih juga atas kebersamaan, motivasi dan doanya. Terima kasih juga untuk
Al-Izzah Crew atas kebersamaannya. Tak lupa ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada Surawung Crew (Lala, Cakra, Zym, Tri dan Teija) atas
kebersamaan dan semangat yang diberikan. Suka duka kita lewati bersama, karena
kita adalah satu.
Terakhir penulis ucapkan terima kasih banyak kepada teman-teman di TPT
atas bantuan dan kebersamaannya dan untuk semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga
sebuah karya ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya.
Bogor, Maret 2006
Penulis
40
DAFTAR PUSTAKA
Amann, P.R. 1970. Sperm Production Rates. In The Testis (A.D. Johnson, W. R Gomes and N.L. Vandemark, eds), pp. 455-471. Vol. I. Academic Press New York, London.
Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Satu Gunungbudi, Bogor.
Arrrington, L.R. 1972. Introductory Laboratory Animal Sciene, The Breeding, Care and Management of Experimental Animal. The Interstate Printers and Publishers. Inc. Danville.
Bellve, A.R. and O’Brien. 1983. The Mammalian Spermatozoon: Structure and Temporal Assembly. In Mechanism and Control of Animal Fertilization (J.F. Hartman, eds), pp 56-112. Academic Press. Inc, London.
Correa, J.R and P.M. Zavos. 1994. The hypoosmotic swelling test. Its employment as an assay to evaluate. The function integrity of the frozen-thawed bovine sperm membrane. Theriogenology 42: 351-360.
Clermont, Y. 1962. Quantitative analysis of spermatogenesis of rat: a revised model for renewel of spermatogenia. Am. J. Anat. 111:111-127.
De Larminant, N.S., A. Monsalve, E.H. Charreau, R. S. Calandra and J. A. Blaquer. 1978. Hormonal regulation of 5-alfa-reductase activity in rat epdidymis. J. Endoor. 79 : 157-167.
Evans, G. and W.M.C. Maxwell. 1982. Goat and Sheep Production in The Tropics. Intermediate Tropical Agricultural Series. Payne, W.J.A. (General eds) Longman Group Limited Longman House, Burn Mill, Harlow, Essex, UK.
Falk, H.R. 2001. Reproduction. http://www1.br.cc.va.us/murray/Serendipity /Biology/lecture/Human/reproduction.htm. [ 9 Januari 2005 ].
Gabor, G., M. Mezes, J. Tozser, S. Bozo, E. Szucs and I. Barany. 1994. Relationship among testosterone respone to GnRH administration, testes size and sperm parameters in holstein frisian bulls. Theriogenology 43: 1318-1323.
Gadjahnata, K.H.O. 1989. Biologi Kedokteran I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor.
Gasperz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Penerbit CV Armico. Bandung.
Gunawan, D. 2004. Ramuan Tradisional untuk Keharmonisan Suami Istri. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hafez, E.S.E. 1970. Reproduction and Breeding Techniques for Laboratory Animals. Lea and Febiger. Philadelphia.
Hafez, E.S.E. 1987. Semen Evaluation. In Hafez, E.S.E (Ed.). Reproduction in Farm Animals. Lea and Febiger. Philadelphia.
Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals. Lea and Febiger. Philadelphia. 6th edition.
41
Hartono. 1988. Histologi Veteriner Jilid II, Organologi. Laboratorium Histologi, Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Heyne, K. 1987. Tumbuh–tumbuhan Berguna Indonesia III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan RI. Jakarta.
Inglis, J.K. 1980. Introduction to Laboratory Animal Sciene and Technology. Pergamon Press Ltd. Oxford.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. PN Balai Pustaka. Jakarta.
Lane, D.R. 1980. Visceral System. In Jone’s Animal Nursing (D.R Lane, eds), pp. 77-80. 3rd Ed. Pergamon Press, London.
Leung, W.W., R.R. Butrum, and F.H Chang. 1972. Food Composition Table for Use in East Asia Part 1. US Departement of HEW. Bethesda. MD.
Mahkotadewa.com. Kemangi (Ocimum basilicum ferina citratum). http : // www. mahkotadewa.com / INFO-TO / kemangi.htm. [5 Februari 2005].
Malole, M.B.M dan C.S.U. Pramono. 1989. Penggunaan Hewan – hewan Percobaan di Laboratorium. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Malole, M.B.M. 1990. Kultur Sel dan Jaringan Hewan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Perguruan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Martinez, H.R., B. Larson, H. Pertoff. 1996. Evaluation of Sperm Damage and Techniques for Gamete Manipulation and Storage. Hamilton. New Zealand.
Mulyani, S dan D. Gunawan. 2004. Ramuan Tradisional untuk Penderita Asma. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nazaruddin. 1999. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia, Jakarta.
Partodiharjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara. Jakarta.
Pineda, M. H. 1989. The Biology of Sex. In Veterinary Endocrinology and Reproduction (L. E. Mc. Donald and M. H. Pineda, eds), pp. 242-245. 4th Ed. Lea and Febiger, Philadelphia.
Poerwodihardjo, S. 1985. Peranan Kelenjar-Kelenjar Kelamin Pada Alat Kelamin Pria dalam Proses Reproduksi, Kesuburan dan Seks Pria dalam Perkawinan. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Salisbury, G.W. and N.L. Van Demark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sinarharapan. co. id. 2003. Terapi alam, cara alami hilangkan bau badan. http : // www. sinarharapan. co. id / iptek / kesehatan / 2003 / 0725 / kes 2. html. [5 Februari 2005].
42
Smith, B.J. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Soeharso, P. 1985. Beberapa Aspek Biokimia Plasma Semen dan Spermatozoa dalam Proses Reproduksi, Kesuburan dan Seks Pria dalam Perkawinan. Penerbit Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.
Sutarno, H dan S. Atmowidjojo. 2001. Tantangan Pengembangan dan Fakta Jenis Tanaman Rempah. Prosea Indonesia – Yayasan Prosea. Bogor.
Syamsuhidayat, S.S. dan J.R Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Departemen Kesehatan RI – Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Thompson, J.A., M.M. Buhr and W.H. Johnson. 1992. Scrotal circumference does not accurately predict degree of germinal epithelial loss or semen quality in yearling hereford and simmental bulls. Therionology 38: 1023-1032.
Tindall, H.D. 1983. Vegetables in the Tropics. Macmillan. New York.
Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Wijayakusuma, H.,A.S. Wirian, T.Yaputra, S Dalimartha. dan B. Wibowo. 1994. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid II. Pustaka Kartini. Jakarta.
Winarto, W.P dan Tim Lentera. 2004. Memanfaatkan Tanaman Sayur Untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Wischnitzer, S. 1967. Anatomy of The Cat: Atlas and Dissection Guide for Comparative Anatomy. 2nd Edition. W.H. Freeman and Company, San Francisco.
43
LAMPIRAN
44
Lampiran 1. Data Ukuran Bobot Penis Mencit dan Analisis Ragam
Ulangan Perlakuan
Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%
------------------------------(g/ekor) ------------------------------
1
2
3
4
5
0,0494
0,0512
0,0592
0,0697
0,0438
0,0478
0,0524
0,0416
0,0475
0,0484
0,0528
0,0548
0,0527
0,0554
0,0557
Rerata
SB
KK
0,054660
0,010055
18,39
0,047540
0,003864
8,13
0,054280
0,001434
2,64 Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman
Sumber Keragaman
db JK KT F P
Perlakuan
Galat
2
12
0,0001604
0,0004723
0,0000802
0,0000394
2,04 0,173
Total 14 0,0006328
45
Lampiran 2. Data Ukuran Panjang Penis Mencit dan Analisis Ragam
Ulangan Perlakuan
Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%
------------------------------(cm/ekor) ------------------------------
1
2
3
4
5
1,25
1,10
1,24
1,11
1,29
1,30
1,20
1,16
1,15
0,90
1,16
1,26
1,21
1,29
1,16
Rerata
SB
KK
1,1980
0,0870
7,26
1,1420
0,1477
12,93
1,2160
0,0586
4,82 Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman Sumber Keragaman
db JK KT F P
Perlakuan
Galat
2
12
0,0149
0,1313
0,0074
0,0109
0,68 0,525
Total 14 0,1462
46
Lampiran 3. Data Ukuran Lebar Penis Mencit dan Analisis Ragam
Ulangan Perlakuan
Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%
------------------------------(cm/ekor) ------------------------------
1
2
3
4
5
0,25
0,16
0,25
0,30
0,25
0,24
0,22
0,20
0,20
0,21
0,21
0,21
0,21
0,18
0,22
Rerata
SB
KK
0,24200
0,05070
20,95
0,21400
0,01673
7,82
0,20600
0,01517
7,36 Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman Sumber Keragaman
db JK KT F P
Perlakuan
Galat
2
12
0,00357
0,01232
0,00179
0,00103
1,74 0,217
Total 14 0,01589
47
Lampiran 4. Data Ukuran Bobot Testis Mencit dan Analisis Ragam dan Uji Lanjut Tukey
Ulangan Perlakuan
Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%
------------------------------(gram/ekor) ------------------------------
1
2
3
4
5
0,1925
0,1961
0,1936
0,2803
0,1015
0,0938
0,0913
0,0751
0,0785
0,0933
0,1085
0,0787
0,0908
0,0994
0,0961
Rerata
SB
KK
0,19280
0,06325
32,81
0,08640
0,00889
10,29
0,09470
0,01102
11,64 Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman Sumber Keragaman
db JK KT F P
Perlakuan
Galat
2
12
0,03502
0,01681
0,01751
0,00140
12,50 0,001
Total 14 0,05183
Uji Lanjut Tukey
Galat kelompok = 0,0500
Galat individu = 0,0206
Titik kritis = 3,77
Rerata dengan tanda yang sama berbeda nyata
0,0 2,5
2,5 0,04331
0,16949
5,0 0,03501 -0,07139
0,16119 0,05479
48
Lampiran 5. Data Ukuran Panjang Testis Mencit dan Analisis Ragam
Ulangan Perlakuan
Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%
------------------------------(cm/ekor) ------------------------------
1
2
3
4
5
0,700
0,690
0,750
0,830
0,785
0,700
0,710
0,655
0,695
0,705
0,755
0,630
0,720
0,735
0,735
Rerata
SB
KK
0,75100
0,05857
7,80
0,69300
0,02197
3,44
0,71500
0,04912
6,87 Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman Sumber Keragaman
db JK KT F P
Perlakuan
Galat
2
12
0,00857
0,02530
0,00429
0,00211
2,03 0,174
Total 14 0,03387
49
Lampiran 6. Data Ukuran Lebar Testis Mencit dan Analisis Ragam
Ulangan Perlakuan
Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%
------------------------------(cm/ekor) ------------------------------
1
2
3
4
5
0,470
0,460
0,395
0,540
0,410
0,435
0,455
0,425
0,410
0,465
0,495
0,430
0,450
0,430
0,440
Rerata
SB
KK
0,45500
0,05723
12,58
0,43800
0,02225
5,08
0,44900
0,02702
6,02 Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman Sumber Keragaman
db JK KT F P
Perlakuan
Galat
2
12
0,00074
0,01800
0,00037
0,00150
0,25 0,784
Total 14 0,01874
50
Lampiran 7. Data Ukuran Panjang Epididimis Mencit dan Analisis Ragam
Ulangan Perlakuan
Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%
------------------------------(cm/ekor) ------------------------------
1
2
3
4
5
1,505
1,400
2,085
1,510
2,250
1,705
1,915
1,215
2,070
1,740
2,190
1,865
2,070
1,745
1,960
Rerata
SB
KK
1,750
0,388
22,17
1,729
0,322
18,62
1,966
0,173
8,80 Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman Sumber Keragaman
db JK KT F P
Perlakuan
Galat
2
12
0,1721
1,1382
0,0861
0,0948
0,91 0,430
Total 14 1,3103
51
Lampiran 8. Data Ukuran Panjang Vas deferens Mencit dan Analisis Ragam
Ulangan Perlakuan
Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%
------------------------------(cm/ekor) ------------------------------
1
2
3
4
5
2,070
1,910
3,060
2,550
2,855
2,315
2,350
2,105
2,070
1,980
2,745
2,250
2,445
3,035
2,335
Rerata
SB
KK
2,489
0,494
19,85
2,164
0,161
7,44
2,562
0,324
12,65 Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman Sumber Keragaman
db JK KT F P
Perlakuan
Galat
2
12
0,449
1,498
0,224
0,125
1,80 0,207
Total 14 1,947
52
Lampiran 9. Data Abnormalitas spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam
Ulangan Perlakuan
Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%
------------------------------(%) ------------------------------
1
2
3
4
5
33,33
22,22
14,29
17,95
34,21
27,27
27,91
28,00
29,55
35,71
41,18
31,82
21,05
48,65
43,86
Rerata
SB
KK
24,4
9,01
36,93
29,68
3,47
11,69
37,31
10,97
29,40 Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman Sumber Keragaman
db JK KT F P
Perlakuan
Galat
2
12
421,3
853,7
210,7
71,1
2,96 0,090
Total 14 1275,0
53
Lampiran 10. Data Viabilitas Spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam dan Uji Lanjut Tukey
Ulangan Perlakuan
Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%
------------------------------(%) ------------------------------
1
2
3
4
5
21,43
36,00
15,38
35,90
32,00
55,00
47,22
53,66
66,67
29,07
31,71
46,43
25,00
44,83
22,64
Rerata
SB
KK
28,14
9,28
32,98
50,32
13,80
27,42
34,12
11,03
32,33 Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman Sumber Keragaman
db JK KT F P
Perlakuan
Galat
2
12
1317
1593
659
133
4,96 0,027
Total 14 2910
Uji Lanjut Tukey
Galat kelompok = 0,0500
Galat individu = 0,0206
Titik kritis = 3,77
Rerata dengan tanda yang sama berbeda nyata
0,0 2,5
2,5 -41,61
-2,75
5,0 -25,41 -3,23
13,45 35,63
54
Lampiran 11. Data Konsentrasi Spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam
Ulangan Perlakuan
Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%
------------------------------(juta ekor) ------------------------------
1
2
3
4
5
70
236
26
149
36
34
42
48
81
48
57
94
43
44
77
Rerata
SB
KK
103,4
88,47
85,56
50,60
17,94
35,45
63,00
22,10
35,08 Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman Sumber Keragaman
db JK KT F P
Perlakuan
Galat
2
12
7623
34552
3811
2879
1,32 0,302
Total 14 42175
55
Lampiran 12. Data Motilitas Spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam
Ulangan Perlakuan
Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%
------------------------------(%) ------------------------------
1
2
3
4
5
40
35
70
65
70
35
60
70
35
70
80
40
35
30
40
Rerata
SB
KK
56
17,10
30,54
54
17,82
33,00
45
20,00
44,44 Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman Sumber Keragaman
db JK KT F P
Perlakuan
Galat
2
12
343
4040
172
337
0,51 0,613
Total 14 4383
56
Lampiran 13. Data Gerakan Massa Spermatozoa Mencit dan Analisis Ragam
Ulangan Perlakuan
Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%
------------------------------(satuan/ekor) -----------------------------
1
2
3
4
5
1
1
2
3
2
1
2
3
1
2
3
1
1
2
2
Rerata
SB
KK
1,8
0,8367
46,48
1,8
0,8367
46,48
1,8
0,8367
46,48 Keterangan : SB = Simpangan Baku KK= Koefisien Keragaman Sumber Keragaman
db JK KT F P
Perlakuan
Galat
2
12
0,000
8,400
0,000
0,700
0,00 1,000
Total 14 8,400