7/27/2019 CRS Epidural Hematoma
1/13
EPIDURAL HEMATOMA
Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang palingsering terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak di tutupi olek tulang tengkorak yang
kaku dan keras. Otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna sebagai pembungkus
yang di sebut dura. Fungsinya untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena, dan
membentuk periosteum tabula interna.. Ketika seorang mendapat benturan yang hebat di
kepala kemungkinan akan terbentuk suatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan
menyebabkan pengikisan atau robekan dari pembuluh darah yang mengelilingi otak dan
dura, ketika pembuluh darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi dalam
ruang antara dura dan tulang tengkorak, keadaan inlah yang di kenal dengan sebutan
epidural hematom
Epidural hematom sebagai keadaan neurologist yang bersifat emergency dan
biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang lebih besar,
sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematom berhubungan dengan
robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahan-lahan. Arterial hematom terjadi pada
middle meningeal artery yang terletak di bawah tulang temporal. Perdarahan masuk kedalam ruang epidural, bila terjadi perdarahan arteri maka hematom akan cepat terjadi.
DEFINISI
Epidural hematom adalah suatu akumulasi darah yang terletak diantara meningen
(membran duramter) dan tulang tengkorak yang terjadi akibat trauma. Duramater
merupakan suatu jaringan fibrosa atau membran yang melapisi otak dan medulla spinalis.
Epidural dimaksudkan untuk organ yang berada disisi luar duramater dan hematomadimaksudkan sebagai masa dari darah.
1
7/27/2019 CRS Epidural Hematoma
2/13
INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, 2% dari kasus trauma kepala mengakibatkan hematoma
epidural dan sekitar 10% mengakibatkan koma. Secara Internasional frekuensi kejadian
hematoma epidural hampir sama dengan angka kejadian di Amerika Serikat.Orang yang
beresiko mengalami EDH adalah orang tua yang memiliki masalah berjalan dan sering
jatuh. 60 % penderita hematoma epidural adalah berusia dibawah 20 tahun, dan jarang
terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan di atas 60 tahun. Angka kematian meningkat
pada pasien yang berusia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 55 tahun. Lebih banyak
terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan 4:1.
Tipe- tipe :
1. Epidural hematoma akut (58%) perdarahan dari arteri
2. Subacute hematoma ( 31 % )
3. Cronic hematoma ( 11%) perdarahan dari vena
ETIOLOGI
Hematoma Epidural dapat terjadi pada siapa saja dan umur berapa saja, beberapa keadaan
yang bisa menyebabkan epidural hematom adalah misalnya benturan pada kepala pada
kecelakaan motor. Hematoma epidural terjadi akibat trauma kepala, yang biasanya
berhubungan dengan fraktur tulang tengkorak dan laserasi pembuluh darah.
ANATOMI OTAK
Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang membungkusnya,
tanpa perlindungan ini, otak yang lembut yang membuat kita seperti adanya, akan mudah
sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan. Selain itu, sekali neuron rusak, tidak
dapat di perbaiki lagi. Cedera kepala dapat mengakibatkan malapetaka besar bagi
seseorang. Sebagian masalah merupakan akibat langsung dari cedera kepala. Efek-efek
ini harus dihindari dan di temukan secepatnya dari tim medis untuk menghindari
rangkaian kejadian yang menimbulkan gangguan mental dan fisik dan bahkan kematian
2
7/27/2019 CRS Epidural Hematoma
3/13
Tepat di atas tengkorak terletak galea aponeurotika, suatu jaringan fibrosa, padat
dapat di gerakkan dengan bebas, yang memebantu menyerap kekuatan trauma eksternal.
Di antar kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan membrane dalam yang
mngandung pembuluh-pembuluih besar. Bila robek pembuluh ini sukar mengadakan
vasokontriksi dan dapat menyebabkan kehilangan darah yang berarti pada penderita
dengan laserasi pada kulit kepala. Tepat di bawah galea terdapat ruang subaponeurotik
yang mengandung vena emisaria dan diploika. Pembuluh-pembuluh ini dapat emmbawa
infeksi dari kulit kepala sampai jauh ke dalam tengkorak, yang jelas memperlihatkan
betapa pentingnya pembersihan dan debridement kulit kepala yang seksama bila galea
terkoyak.
Pada orang dewasa, tengkorak merupakan ruangan keras yang tidakmemungkinkan perluasan intracranial. Tulang sebenarnya terdiri dari dua dinding atau
tabula yang di pisahkan oleh tulang berongga. Dinding luar di sebit tabula eksterna, dan
dinding bagian dalam di sebut tabula interna. Struktur demikian memungkinkan suatu
kekuatan dan isolasi yang lebih besar, dengan bobot yang lebih ringan . tabula interna
mengandung alur-alur yang berisiskan arteria meningea anterior, media, dan p0osterior.
Apabila fraktur tulang tengkorak menyebabkan tekopyaknya salah satu dari artery-artery
ini, perdarahan arterial yang di akibatkannya, yang tertimbun dalam ruang epidural, dapat
manimbulkan akibat yang fatal kecuali bila di temukan dan diobati dengan segera.
Pelindung lain yang melapisi otak adalah meninges. Ketiga lapisan meninges adalah dura
mater, arachnoid, dan pia mater
1. Dura mater cranialis, lapisan luar yang tebal dan kuat. Terdiri atas dua lapisan:
- Lapisan endosteal (periosteal) sebelah luar dibentuk oleh periosteum yang
membungkus dalam calvaria
- Lapisan meningeal sebelah dalam adalah suatu selaput fibrosa yang kuat yang
berlanjut terus di foramen mgnum dengan dura mater spinalis yang membungkus
medulla spinalis
2. Arachnoidea mater cranialis, lapisan antara yang menyerupai sarang laba-laba
3
7/27/2019 CRS Epidural Hematoma
4/13
3. Pia mater cranialis, lapis terdalam yang halus yang mengandung banyak pembuluh
darah.
PATOFISIOLOGI
Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan dura
meter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu cabang arteria
meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang tengkorak di daerah
bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di daerah frontal atau oksipital.
Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan
jalan antara durameter dan tulang di permukaan dan os temporale. Perdarahan yang
terjadi menimbulkan hematom epidural, desakan oleh hematoma akan melepaskan
durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom bertambah besar.
Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan tekanan pada lobus
temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus
mengalami herniasi di bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya
tanda-tanda neurologik yang dapat dikenal oleh tim medis.
Tekanan dari herniasi unkus pda sirkulasi arteria yang mengurus formation
retikularis di medulla oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Di tempat initerdapat nuclei saraf cranial ketiga (okulomotorius). Tekanan pada saraf ini
mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata. Tekanan pada lintasan
kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah ini, menyebabkan kelemahan respons
motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda babinski positif.
Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan terdorong kearah
yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang besar. Timbul tanda-tanda
lanjut peningkatan tekanan intracranial antara lain kekakuan deserebrasi dan gangguan
tanda-tanda vital dan fungsi pernafasan. Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka
darah akan terpompa terus keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala
terbanting atau terbentur mungkin penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali.
Dalam waktu beberapa jam , penderita akan merasakan nyeri kepala yang progersif
memberat, kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara dua penurunan
4
7/27/2019 CRS Epidural Hematoma
5/13
kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan di sebut interval lucid.
Fenomena lucid interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada Epidural
hematom. Kalau pada subdural hematoma cedera primernya hamper selalu berat atau
epidural hematoma dengan trauma primer berat tidak terjadi lucid interval karena pasien
langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase sadar.
Sumber perdarahan
- Artery meningea ( lucid interval : 2 3 jam )
- Sinus duramatis
- Diploe (lubang yang mengisis kalvaria kranii) yang berisi a. diploica dan vena
diploica
Epidural hematoma merupakan kasus yang paling emergensi di bedah saraf karena
progresifitasnya yang cepat karena durameter melekat erat pada sutura sehingga langsung
mendesak ke parenkim otak menyebabkan mudah herniasi trans dan infra
tentorial.Karena itu setiap penderita dengan trauma kepala yang mengeluh nyeri kepala
yang berlangsung lama, apalagi progresif memberat, harus segera di rawat dan diperiksa
dengan teliti.
5
7/27/2019 CRS Epidural Hematoma
6/13
GANBARAN KLINIS
Pada anamnesa didapatkan riwayat cedera kepala dengan penurunan kesadaran.Pada kurang lebih 50 persen kasus kesadaran pasien membaik dan adanya lucid interval
diikuti adanya penurunan kesadaran secara perlahan sebagaimana peningkatan TIK. Pada
kasus lainnya, lucid interval tidak dijumpai, dan penurunan kesadaran berlangsung diikuti
oleh detoriasi progresif. Epidural hematoma terkadang terdapat pada fossa posterior yang
pada beberapa kasus dapat terjadi sudden death sebagai akibat kompresi dari pusat
kardiorespiratori pada medulla. Pasien yang tidak mengalami lucid interval dan mereka
yang terlibat pada kecelakaan mobil pada kecepatan tinggi biasanya akan mempunyai
prognosis yang lebih buruk.
Gejala neurologik yang terpenting adalah pupil mata anisokor, yaitu pupil
ipsilateral melebar. Pada perjalanannya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan
reaksi cahaya yang pada permulaan masih positif akan menjadi negatif. Terjadi pula
kenaikan tekanan darah dan bradikardia. Pada tahap akhir kesadaran akan menurun
sampai koma yang dalam, pupil kontralaterak juga akan mengalami pelebaran sampai
akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi, yang merupakan tandakematian.
Tanda Diagnostik Klinik Epidural Hematoma :
1. Lucid interval (+)
2. Kesadaran makin menurun
3. Late hemiparese kontralateral lesi
4. Pupil anisokor
5. Babinsky (+) kontralateral lesi
6. Fraktur daerah temporal
Gejala dan Tanda Klinis Epidural Hematoma di Fossa Posterior :
6
7/27/2019 CRS Epidural Hematoma
7/13
1. Lucid interval tidak jelas
2. Fraktir kranii oksipital
3. Kehilangan kesadaran cepat
4. Gangguan serebellum, batang otak, dan pernafasan
5. Pupil isokor
GAMBARAN RADIOLOGI
Dengan CT-scan dan MRI, perdarahan intrakranial akibat trauma kepala lebih mudah
dikenali.
Foto Polos Kepala
Pada foto polos kepala, kita tidak dapat mendiagnosa pasti sebagai epidural hematoma.
Dengan proyeksi Antero-Posterior (A-P), lateral dengan sisi yang mengalami trauma
pada film untuk mencari adanya fraktur tulang yang memotong sulcus arteria meningea
media.
Computed Tomography (CT-Scan)
Pemeriksaan CT-Scan dapat menunjukkan lokasi, volume, efek, dan potensi cedara
intracranial lainnya. Pada epidural biasanya pada satu bagian saja (single) tetapi dapat
pula terjadi pada kedua sisi (bilateral), berbentuk bikonfeks, paling sering di daerah
temporoparietal. Densitas darah yang homogen (hiperdens), berbatas tegas, midline
terdorong ke sisi kontralateral. Terdapat pula garis fraktur pada area epidural hematoma,
Densitas yang tinggi pada stage yang akut ( 60 90 HU), ditandai dengan adanya
peregangan dari pembuluh darah.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI akan menggambarkan massa hiperintens bikonveks yang menggeser posisi
duramater, berada diantara tulang tengkorak dan duramater. MRI juga dapat
menggambarkan batas fraktur yang terjadi. MRI merupakan salah satu jenis pemeriksaan
yang dipilih untuk menegakkan diagnosis.
7
7/27/2019 CRS Epidural Hematoma
8/13
DIAGNOSA BANDING
1.Hematoma subdural
Hematoma subdural terjadi akibat pengumpulan darah diantara dura mater dan arachnoid.
Secara klinis hematoma subdural akut sukar dibedakan dengan hematoma epidural yang
berkembang lambat. Bisa di sebabkan oleh trauma hebat pada kepala yang menyebabkan
bergesernya seluruh parenkim otak mengenai tulang sehingga merusak a. kortikalis.
Biasanya di sertai dengan perdarahan jaringan otak. Gambaran CT-Scan hematoma
subdural, tampak penumpukan cairan ekstraaksial yang hiperdens berbentuk bulan sabit.
2.Hematoma Subarachnoid
Perdarahan subarakhnoid terjadi karena robeknya pembuluh-pembuluh darah di
dalamnya.
8
7/27/2019 CRS Epidural Hematoma
9/13
PENATALAKSANAAN
Penanganan darurat :
- Dekompresi dengan trepanasi sederhana
- Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom
Terapi medikamentosa
Elevasi kepala 30 dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera spinal atau
gunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang tekanan intracranial dan
meningkakan drainase vena. Pengobatan yang lazim diberikan pada cedera kepala adalah
golongan dexametason (dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam),
9
7/27/2019 CRS Epidural Hematoma
10/13
mannitol 20% (dosis 1-3 mg/kgBB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema cerebri
yang terjadi akan tetapi hal ini masih kontroversi dalam memilih mana yang terbaik.
Dianjurkan untuk memberikan terapi profilaksis dengan fenitoin sedini mungkin (24 jam
pertama) untuk mencegah timbulnya focus epileptogenic dan untuk penggunaan jangka
panjang dapat dilanjutkan dengan karbamazepin. Tri-hidroksimetil-amino-metana
(THAM) merupakan suatu buffer yang dapat masuk ke susunan saraf pusat dan secara
teoritis lebih superior dari natrium bikarbonat, dalam hal ini untuk mengurangi tekanan
intracranial. Barbiturat dapat dipakai unuk mengatasi tekanan inrakranial yang meninggi
dan mempunyai efek protektif terhadap otak dari anoksia dan iskemik dosis yang biasa
diterapkan adalah diawali dengan 10 mg/kgBB dalam 30 menit dan kemudian dilanjutkan
dengan 5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta drip 1 mg/kgBB/jam unuk mencapai kadar serum
3-4mg%.(8)
Terapi Operatif
Operasi di lakukan bila terdapat :
Volume hamatom > 30 ml ( kepustakaan lain > 44 ml)
Keadaan pasien memburuk
Pendorongan garis tengah > 3 mm
Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life saving dan untuk fungsional
saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi operasi emergensi.
Biasanya keadaan emergensi ini di sebabkan oleh lesi desak ruang
Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang bervolume :
o > 25 cc = desak ruang supra tentorial
o > 10 cc = desak ruang infratentorial
o > 5 cc = desak ruang thalamus
Sedangakan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan :
- Penurunan klinis
10
7/27/2019 CRS Epidural Hematoma
11/13
- Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan
penurunan klinis yang progresif.
- Tebal epidural hematoma > 1 cm dengan midline shift > 5 mm dengan
penurunan klinis yang progresif.
KOMPLIKASI
Kelainan neurologik (deficit neurologis), berupa sindrom gegar otak dapat terjadi
dalam beberapa jam sampai bebrapa bulan.
Kondisi yang kacau, baik fisik maupun mental
Kematian
PROGNOSA
Prognosa biasanya baik, kematian tidak akan terjadi untuk pasien pasien yang belum
koma sebelum operasi.
Kematian terjadi sekitar 9% pada pasien epidural hematom dengan kesadaran yang
menurun.
20% terjadi kematian terhadap pasien pasien yang mengalami koma yang dalam
sebelum dilakukan pembedahan.
KESIMPULAN
Otak dan medulla spinalis terbungkus dalam tiga sarung membranosa yang
konsentrik. Membran yang paling luar tebal, kuat dan fibrosa disebut duramater,
membrane tengah tipis dan halus serta diketahui sebagai arachnoidea mater, dan
membrane paling dalam halus dan bersifat vaskuler serta berhubungan erat dengan
permukaan otak dan medulla spinalis serta dikenal sebagai piamater.
Epidural hematom adalah suatu akumulasi darah yang terletak diantara meningen
(membran duramter) dan tulang tengkorak yang terjadi akibat trauma. Duramater
11
7/27/2019 CRS Epidural Hematoma
12/13
merupakan suatu jaringan fibrosa atau membran yang melapisi otak dan medulla spinalis.
Epidural dimaksudkan untuk organ yang berada disisi luar duramater dan hematoma
dimaksudkan sebagai masa dari darah.
Epidural hematom terjadi akibat suatu trauma kepala, biasanya disertai dengan
fraktur pada tulang tengkorak dan adanya laserasi arteri. Epidural hematom juga bisa
disebabkan akibat pemakaian obat obatan antikoagulan, hemophilia, penyakit liver,
penggunaan aspirin, sistemik lupus erimatosus, fungsi lumbal. Spinal epidural hematom
disebabkan akibat adanya kompresi pada medulla spinalis.
Manifestasi Klinis dari epidural hematom dapat berupa; sakit kepala, muntah
muntah, kejang kejang. Pasien dengan epidural hematom yang mengenai fossa
posterior akan menyebabkan keterlambatan atau kemunduran aktivitas yang drastis.
Penderita akan merasa kebingungan dan berbicara kacau, lalu beberapa saat kemudian
menjadi apneu, koma, kemudian meninggal.Respon chusing yang menetap dapat timbul
sejalan dengan adanya peningkatan tekanan intara kranial, dimana gejalanya dapat berupa
: hipertensi, bradikardi, bradipneu.
Kontusio, laserasi atau tulang yang retak dapat diobservasi di area trauma, dilatasi pupil,
lebam, pupil yang terfixasi, bilateral atau ipsilateral kearah lesi, adanya gejala gejalapeningkatan tekanan intrakranial, atau herniasi. Adanya tiga gejala klasik sebagai indikasi
dari adanya herniasi yang menetap, yaitu: coma, fixasi dan dilatasi pupil, deserebrasi.
Adanya hemiplegi kontralateral lesi dengan gejala herniasi harus dicurigai adanya
epidural hematom.
Penatalaksanaan dapat berupa perawatan sebelum di bawa kerumah sakit, perawatan
di bagian emergensi dan terapi obat obatan.
Komplikasi dapat berupa; Kelainan neurologik (deficit neurologis), berupa sindrom
gegar otak dapat terjadi dalam beberapa jam sampai bebrapa bulan. Kondisi yang kacau,
baik fisik maupun mental serta kematian.
12
7/27/2019 CRS Epidural Hematoma
13/13
Prognosa biasanya baik, kematian tidak akan terjadi untuk pasien pasien yang
belum koma sebelum operasi. Kematian terjadi sekitar 9% pada pasien epidural hematom
dengan kesadaran yang menurun. 20% terjadi kematian terhadap pasien pasien yang
mengalami koma yang dalam sebelum dilakukan pembedahan
13
Top Related