CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. POSO ENERGY
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA SULEWANA,
KECAMATAN PAMONA UTARA, KABUPATEN POSO,
SULAWESI TENGAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
OLEH:
DESHINTA RIA LIANY
NIM: 1113054100024
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017/1438H
ABSTRAK
Deshinta Ria Liany
1113054100024
Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Poso Energy dalam Pemberdayaan
Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso,
Sulawesi Tengah
Kata Kunci : Pemberdayaan Masyarakat, Corporare Social Responsibility (CSR)
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan kemampuan dan
potensi yang dimiliki masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri,
harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri
secara mandiri. Sedangkan, Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu
konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap sosial maupun
lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui CSR PT. Poso Energy dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulewana,
Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, dimana penulis meneliti data primer di lapangan dan data sekunder.
Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif, karena penelitian
ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan oleh CSR PT. Poso Energy sebagai tanggung jawab sosial perusahaan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan studi
dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan adanya program-program CSR PT. Poso
Energy yang termasuk kategori Pemberdayaan Masyarakat yaitu budidaya ikan sidat,
kebun percontohan dan penyelamatan danau poso. Berdasarkan teori CSR dari
PIRAC Pola CSR yang diterapkan oleh CSR PT. Poso Energy ada tiga, yaitu
keterlibatan langsung, pola ini diterapkan di dalam setiap program yang
dilaksanakan; melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, pola ini diterapkan
pada program penyelamatan danau poso, dan program pendidikan/beasiswa. Dalam
pola ini, PT. Poso Energy menjalankan CSR dengan melalui Yayasan Hadji Kalla;
dan bermitra dengan pihak lain, yaitu dengan Kementerian Lingkungan Hidup dalam
program penyelamatan danau poso. Sesuai dengan teori dari Isbandi Rukminto Adi
tentang tahapan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh CSR PT. Poso
Energy yaitu ada 5, seleksi lokasi/wilayah, sosialisasi pemberdayaan masyarakat,
proses pemberdayaan masyarakat, pemandirian masyarakat dan pendampingan
masyarakat. Perbedaan dengan teori tersebut adalah dalam tahapan pemandirian
masyarakat, CSR PT. Poso Energy tidak melaksanakan tahapan tersebut secara detail.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Poso Energy dalam
Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten
Poso, Sulawesi Tengah”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, baik dari materi, maupun sistematika pembahasannya. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang membangun guna perbaikan skripsi ini lebih lanjut,
penulis akan terima dengan senang hati.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak, baik berupa bimbingan, saran, data, maupun dorongan moril. Oleh
karena itu penulis sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Ismet Firdaus, M.Si. selaku pembimbing skripsi yang di dalam
kesibukannya beliau masih meluangkan waktunya untuk penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan
Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Suhaimi selaku Ketua Sidang, Bapak Ahmad Zaky selaku Penguji I, dan
Ibu Rosita Tandos selaku Penguji II. Terimakasih telah bersedia untuk menjadi
penguji sidang dan memberikan nilai terbaik untuk penulis.
4. Bapak dan mama tercinta yang telah sangat banyak memberikan do’a dan
dukungan kepada penulis baik secara moril maupun materil sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan penulis.
5. Kakakku dan adikku yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
6. Staff dan karyawan PT. Poso Energy terutama staff CSR yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
7. Iqbal Fatahilah yang selalu setia mendampingi, memberikan semangat, dan
mendo’akan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku di Cileungsi Rahmalia Herwindani, Ella Floresty Nasution,
Rizky Nurul, Garcia Muthiasari, Nadia Putri Riyadi, Annisa Rahayu, Eriska
Martiana, Esti Widyastuti, dan Marina Susan. Terimakasih atas do’a dan
semangat dari kalian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuanganku Aisyah Perwitasari, Julia Rahmania, Elita
Noveliyanti, Nur Yaumil Fithroh, Anindia Prestiawani Rizky, Noor Rachmawaty,
dan Rahmah Adhawiyah. Terimakasih telah menjadi teman di kampus sejak awal
menjadi mahasiswi hingga hari ini. Persahabatan dan kenangan indah bersama
kalian tidak akan pernah penulis lupakan.
10. Teman-teman baikku Enung Khoeriyyah, Della Azizah, Fitta Fauziah, Indah
Choirunnisa, Vita Renita, dan teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2013
yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kerjasama kalian
selama 4 tahun ini, semoga tali silaturahmi kita tidak akan pernah putus.
11. Sahabatku di kosan permata, Ima Halimatussadiyah, Fauziah Nuruk Khotimah,
Nindy Mahira, Imroatul Azizah, Khairotun Nihlah, Ajrine Rahmah, Zahra Nadhia,
dan Siti Fathiyah. Terimakasih telah menjadi sahabatku sejak awal masuk kuliah.
Aku tidak akan pernah melupakan kalian. Semoga sukses untuk kita semua.
Jakarta, 18 Mei 2017
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan Masalah 9
C. Perumusan Masalah 9
D. Tujuan Penelitian 10
E. Manfaat Penelitian 11
F. Tinjauan Pustaka 12
G. Metodologi Penelitian 14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Corporate Social Responsibility (CSR) 22
B. Pemberdayaan Masyarakat 28
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat 28
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat 36
3. Ruang Lingkup Pemberdayaan Masyarakat 38
4. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat 47
5. Pendampingan Masyarakat 55
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Profil Perusahaan 61
1. Sejarah Kalla Group 61
2. Sejarah PT. Poso Energy 64
3. Visi dan Misi Perusahaan 68
4. Lokasi PLTA Pamona 2 69
5. Gambaran Umum Lokasi 70
6. Kondisi Topografi 70
B. Gambaran Program CSR PT. Poso Energy 73
1. Visi dan Misi CSR PT. Poso Energy 74
2. Struktur Organisasi CSR PT. Poso Energy 74
3. Master Plan CSR PT. Poso Energy 74
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Temuan Data 84
1. Gambaran Desa Sulewana 84
2. Gambaran Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Sulewana 92
a. Budidaya Ikan Sidat 92
b. Kebun Percontohan 97
c. Penyelamatan Danau Poso 100
B. Analisis Data 107
1. Pola CSR 107
2. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat 109
BAB V PENUTUP 117
DAFTAR PUSTAKA 119
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Teknik Pemilihan Informan 16
Tabel 2.1 Tiga Model Intervensi dalam Intervensi Komunitas 33
Tabel 3.1 Perusahaan Milik Kalla Group 64
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Sulewana 85
Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sulewana 86
Tabel 4.3 Tingkat Kesehatan Masyarakat Desa Sulewana 87
Tabel 4.4 Tingkat Penerangan Desa Sulewana 88
Tabel 4.5 Tingkat Lingkungan Desa Sulewana 89
Tabel 4.6 Tingkat Pendapatan Masyarakat Desa Sulewana 90
Tabel 4.7 Tingkat Tenaga Kerja Desa Sulewana 91
Tabel 4.8 Tingkat Kesejahteraan Desa Sulewana 91
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Lokasi PLTA Pamona 2 69
Gambar 3.2 Kondisi Aliran Sungai di Lokasi PLTA Pamona 2 72
Gambar 4.1 Kegiatan Budidaya Ikan Sidat 97
Gambar 4.2 Kebun Percontohan CSR PT. Poso Energy 99
Gambar 4.3 Kebun Percontohan CSR PT. Poso Energy 100
Gambar 4.4 Pendekatan Penyelamatan DAS Poso 104
Gambar 4.5 Kegiatan Pengarahan dalam Penyelamatan DAS Poso 106
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 3.1 Alokasi Dana CSR Bidang Pendidikan 75
Diagram 3.2 Alokasi Dana CSR Bidang Society 77
Diagram 3.3 Alokasi Dana CSR Bidang Kesehatan 79
Diagram 3.4 Alokasi Dana CSR Bidang Environmental Protection 80
Diagram 3.5 Alokasi Dana CSR Bidang Community Development 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia
mencapai 28,01 juta orang (10,86%), berkurang sebesar 2,5 juta orang
dibandingkan dengan kondisi September 2015 yang sebesar 28,51 juta orang
(11,13%). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September
2015 sebesar 8,22%, turun menjadi 7,79% pada Maret 2016. Sementara
persentase penduduk miskin di daerah pedesaan naik dari 14,09% pada
September 2015 menjadi 14,11% pada Maret 2016.1
Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses perubahan
yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan. Pembangunan
suatu negara tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, akan tetapi
juga tanggung jawab sektor swasta dan masyarakat. Dalam hal ini, partisipasi
dari masyarakat sangat dibutuhkan sebagai sarana checks and balances bagi
pemerintah, mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah, serta
mempengaruhi kebijakan pemerintah.2
Berbagai program pembangunan senantiasa terus dilakukan oleh
pemerintah, dengan tujuan untuk suatu perubahan ke arah kehidupan
1 http://www.bps.go.id (diakses pada Hari Kamis, 15 November 2016, pukul 10:25 WIB)
2 Yuniarti Wahyuningrum, dkk., Pengaruh Program Corporate Social Responsibility
terhadap Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Implementasi CSR PT. Amerta
Indah Otsuka Desa Pacarkeling, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan),(Jurnal Administrasi
Publik (JAP), Vol.I No.5) h. 109
2
masyarakat yang lebih baik. Dinamika program pembangunan telah
membawa keragaman program serta berbagai konsep pembangunan yang
akan menjadi pilihan untuk program pembangunan. Konsep pemberdayaan
masyarakat, pada akhir-akhir ini telah menjadi salah satu pendekatan penting
dalam program pembangunan masyarakat. Konsep yang lebih dikenal dengan
Community Development (CD) ini, merupakan perpaduan antara program
pembangunan dengan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.
Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari
Stakeholder pembangunan di Indonesia.Setiap perusahaan di Indonesia
melakukan berbagai kegiatan terencana untuk mencapai tujuan khusus
maupun tujuan umum yang telah mereka tentukan. Kegiatan-kegiatan yang
direncanakan oleh perusahaan umumnya akan melibatkan berbagai macam
pihak, baik dari dalam perusahaan itu sendiri, maupun dari pihak luar, seperti
pemerintah, pihak asing, masyarakat, dan sebagainya. Kegiatan inilah yang
dapat membantu mempercepat pembangunan diIndonesia.
Pembangunan nasional hendaknya dimaknai dengan
pengembangan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.3
Pembangunan nasional pada dasarnya tidak hanya tanggung jawab
pemerintah untuk melaksanakannya, tetapi juga anggota masyarakat dan juga
pihak swasta yang berwujud korporat untuk terlibat langsung maupun tidak
langsung dalam usaha pengembangan masyarakat. Hal ini dimaknai sebagai
tanggung jawab sosial korporat (CSR) yang mengarah pada pengembangan
3Bambang Rudito dan Melia Famiola, CSR (Corporate Social Responsibility), (Bandung:
Rekayasa Sains, 2013) h. 25
3
masyarakat lokal sekitar korporat itu berdiri. Sedangkan pemerintah baik
pusat maupun daerah menyediakan perangkat peraturannya sebagai regulator
dalam hubungan antara masyarakat, swasta, dan pemerintah.4
Seperti yang telah dibahas oleh penelitian sebelumnya oleh
Syamsudin Moh. Bahar, bahwa pada hakikatnya berdirinya sebuah entitas
bisnis di latar belakangi oleh motif mengumpulkan profit bagi para
shareholder nya. Namun tidak dapat dipungkiri selain dampak positif dari
berdirinya sebuah entitas bisnis di sisi yang lain terdapat pula dampak negatif
yang ditimbulkan seperti kerusakan lingkungan, ketimpangan sosial,
penghilangan mata pencaharian, krisis air, dan pelanggaran HAM. Hal ini
tentu sangat merugikan terutama terhadap masyarakat terdampak yang tidak
jarang menimbulkan resistensi dari masyarakat yang merasakan dampak
buruk dari usaha mengumpulkan profit.5Hal ini tentu dapat mengganggu
eksistensi perusahaan tersebut. Salah satu kasus dampak negatif yang
ditimbulkan oleh perusahaan dan merugikan masyarakat yaitu kasus PT.
Unocal yang bergerak di bidang penambangan minyak. Perusahaan tersebut
menimbulkan pencemaran akibat limbah minyak yang menyebabkan
rusaknya ekosistem dan kesuburan tambak yang menjadi mata pencaharian
masyarakat sekitar. Hal ini menimbulkan resistensi masyarakat terhadap PT.
Unocal bahkan hingga tuntutan penutupan perusahaan.6
4Ibid, h. 12
5Syamsudin Moh. Bahar, Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. PLN
(PERSERO) Wilayah Sulsel, Sultra dan Sulbar terhadap Pemberdayaan Masyarakat Desa Ulu
Saddang Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang, Sulsel, (Makassar, Universitas Hasanuddin,
2016) h. 1 6Ibid, h. 1
4
Dalam Islam diakui adanya suatu tanggung jawab sosial. Al-
Qur‟an telah memberi petunjuk sebagaimana yang tertera dalam (Al-Qashash
: 77)
Artinya :” Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang
telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan
bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”7
Ayat tersebut mengandung makna bahwa manusia hidup tidak
hanya untuk mencari kebahagiaan duniawi, namun juga harus mementingkan
kehidupan di akhirat kelak. Maka, Allah memerintahkan manusia untuk
berbuat baik kepada orang lain. Seperti hal nya suatu perusahaan,
perusahaaan dibangun tidak hanya untuk mendapatkan keuntungan, namun
juga untuk memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan
tersebut.Jangan sampai perusahaan tersebut melupakan kelestarian
lingkungan sehingga membuat kerusakan alam.
Seperti yang telah dibahas dalam skripsi sebelumnya oleh Zulfitri,
ayat di atas menjadi isyarat bahwa lembaga bisnis harus memiliki landasan
filosofi yaitu economic/professionalism philoshopy yang merupakan pijakan
umum sebuah bisnis untuk merealisasikan tujuan yang bersifat profit oriented.
7Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta, Mekar Surabaya, 2004),
h. 556
5
Ini berarti bahwa semua lembaga bisnis harus dikelola secara profesional
agar menghasilkan keuntungan dan perkembangan yang baik.Citra
perusahaan di mata masyarakat sangat berpengaruh terhadap produk yang
dihasilkan oleh perusahaan tersebut.8
Penerapan CSR di Indonesia telah diatur dalam beberapa peraturan
perundang-undangan dan keputusan menteri. Pelaksanaan CSR bagi
Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007.
Undang-Undang ini berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007.
UU PT No. 40 Tahun 20079
Pasal 74 (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan)
1) Perseroan yang menjalankan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan.
2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan kewajiban Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial san Lingkungan
diatur dengan peraturan pemerintah.
Kemudian pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (UUPM)10
, Pasal 15 huruf (b) mewajibkan setiap
penanam modal di Indonesia melakukan tanggungjawab sosial perusahaan.
Apabila penanam modal tidak melakukan kewajiban tersebut maka undang-
8
Zulfitri, Pemberdayaan Masyarakat melalui Corporate Social Responsibility PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., (Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011), h. 6 9Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 (di download dari tka-online.naker.go.id/pdf/uu40-
2007_PT pada tanggal 7 November 2016) 10
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (di download
bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU25Tahun2007PenanamanModal, pada tanggal 07
November 2016)
6
undang memberikan sanksi mulai dari peringatan tertulis, pembatasan
kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha dan/atau pencabutan kegiatan
usaha.
Pasal 16 huruf (d) UUPM, menyatakan bahwa setiap penanam
modal bertanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan hidup, selanjutnya
pasal 16 huruf (e) UUPM, menyatakan bahwa setiap penanam modal
bertanggung jawab untuk menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan
dan kesejahteraan pekerja. Selanjutnya pasal 17 UUPM menentukan bahwa
penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam wajib
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang
memenuhi standarkelayakan lingkungan hidup yang pelaksanaannya diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.11
Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggungjawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada
keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan
lingkungan.12
Dalam pengertian lain, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(CSR) diartikan sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak
dengan cara-cara mereka sendiri untuk melayani kepentingan organisasi dan
kepentingan publik eksternal. Secara konseptual, CSR adalah sebuah
11
Nancy S. Haliwela, Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate
Social Rsponsibility/CSR), (Jurnal Sasi Vol. 17 No. 4, 2011) h. 52 12
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta, Sinar Grafika, 2008),
h. 1
7
pendekatan dimana perusahaan menintegrasikan kepedulian sosial dalam
operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku
kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan
kemitraan.13
Dalam menerapkan CSR, umumnya perusahaan akan melibatkan
partisipasi masyarakat, baik sebagai objek maupun sebagai subjek program
CSR. Hal ini dikarenakan masyarakat adalah salah satu pihak yang cukup
berpengaruhdalam menjaga eksistensi suatu perusahaan. Masyarakat adalah
pihak yang paling merasakan dampak dari kegiatan produksi suatu
perusahaan, baik itu dampakpositif ataupun negatif. Dampak ini dapat terjadi
dalam bidang sosial, ekonomi, politik maupun lingkungan. Berbagai macam
dampak negatif dapat diminimalisir dengan menerapkan CSR, misalnya
dengan melakukan pemberdayaan masyarakat, bantuan pendidikan, bakti
lingkungan, dan sebagainya.
Salah satu perusahaan di Indonesia yang melaksanakan CSR yaitu
PT Poso Energy. PT Poso Energy adalah perusahaan dari Kalla Group milik
Drs. H. M. Jusuf Kalla. Kalla Group merupakan salah satu kelompok usaha
yang terbesar di kawasan timur Indonesia, kendali usaha berpusat di
Makassar, Sulawesi Selatan. Adapun bidang usaha inti tersebar di berbagai
wilayah Indonesia. PT Poso Energy diresmikan pada pada 31 Mei 2005, 14
dengan bertujuan untuk menyuplai listrik Sulawesi dengan air. PT. Poso
Energy membangun PLTA di Danau Poso yang terletak di Desa Sulewana,
13
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social
Responsibility), (Bandung: Refika Aditama, 2007) h. 102-103 14
www.posoenergy.com di akses pada tanggal 02 Desember 2016
8
Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. PT. Poso Energy saat ini merupakan
perusahaan yang memiliki PLTA terbesar di Indonesia dan merupakan
perusahaan swasta pertama yang telah memiliki 3 (tiga) Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) yang mengaliri listrik ke seluruh daerah Sulawesi.
Perusahaan-perusahaan milik Kalla Group masing-masing
memiliki CSR. Kalla Group yang saat ini terus berkembang di berbagai unit
bisnisnya, tak hanya sibuk mengurusi bisnis tapi juga memberikan perhatian
yang besar terhadap kemajuan masyarakat. Mengapa pemberdayaan
masyarakat oleh CSR PT. Poso Energy ini penting untuk diteliti?Karena
pembangunan nasional yang dijalankan oleh pemerintah masih belum
menyeluruh ke seluruh wilayah di Indonesia, maka perusahaan juga berperan
penting dalam pembangunan nasional. Salah satunya yaitu dalam
pemberdayaan masyarakat dengan tujuan agar terwujudnya tingkat
kesejahteraan yang lebih baik.15
Penelitian ini menarik bagi penulis karena
Desa Sulewana adalah desa yang tertinggal sebelum masuknya PLTA dari PT
Poso Energy. PT Poso Energy juga dikenal sebagai CSR terbaik di Kota Poso
dan tidak hanya itu, Kalla Group juga terkenal dengan CSR terbaik di
Indonesia.16
Atas dasar latar belakang diatas, penulis menjadi tertarik
dan ingin mengetahui gambaran CSR PT Poso Energy dalam Pemberdayaan
15
http://www.mediakalla.co.id/membincangkan-csr-kalla-group-di-syiar-fm (di akses
pada tanggal 26 November 2016, pukul 15.00 WIB) 16
Pernyataan Ketua Komisi VIII DPR-RI dalam Forum CSR Kessos Pusat dan CSR
Kessos Daerah pada tanggal 17 November 2016 pukul 10.00 WIB
9
Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso,
Sulawesi Tengah
B. Pembatasan Masalah
Melihat luasnya pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan
yang penulis teliti, untuk itu perlu adanya pembatasan masalah yang
berkaitan dengan penelitian ini. Karena penulis menyadari adanya
keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis. Pembatasan
masalah dilakukan agar pengkajian dalam penelitian ini tidak terlampau jauh
sehingga menjadi lebih terfokus dan efektif terhadap apa yang akan
disimpulkan. Penelitian ini hanya mengkaji CSR PT. Poso Energy dari tahun
2016 sampai awal tahun 2017.Penulis membatasi ini pada:
a. Gambaran CSR PT. Poso Energy dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa
Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah
b. Pola CSR dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan oleh
PT. Poso Energy di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara,
Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari pemaparan latar belakang di atas dan pembatasan
masalah, dengan ini penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
10
a. Bagaimana Gambaran CSR PT Poso Energy dalam Pemberdayaan
Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso,
Sulawesi Tengah?
b. Bagaimana Pola CSR dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat yang
dilakukan oleh PT. Poso Energy di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona
Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan
diatas.Makatujuan diadakan penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu
tujuan utama dantujuan spesifik.Tujuan utama dari penelitian ini adalah
untuk menjawabpertanyaan utama dari penelitian ini.Adapuntujuan utama
tersebut dapat dijawab melalui tujuan-tujuan penelitian ini, yaitumemahami
dan mengkaji:
a. Untuk menggambarkan pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan oleh CSR PT. Poso Energy di Desa Sulewana, Kecamatan
Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah
b. Untuk menjabarkan pola CSR dan tahapan pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh PT. Poso Energy di Desa Sulewana,
Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah
11
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
yangbermanfaat bagi berbagai pihak yang berminat maupun yang terkait
denganmasalah CSR.
a) Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah
wawasan keilmuan bagi mahasiswa Kesejahteraan Sosial tentang
Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Poso Energy dalam
Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara,
Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Serta dapat dijadikan sebagai bahan
referensi atau bahan kepustakaan bagi pengembangan ilmu Kesejahteraan
Sosial.
b) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan kepada berbagai
pihak terkait dengan isu CSR, baik pemerintah maupun swasta tentang
Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Poso Energy dalam
Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara,
Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Juga dapat berkontribusi dalam
memberikan gambaran tentang Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
Poso Energy dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulewana,
Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Sehingga
bisa menjadi bahan rujukan dalam penerapan CSR di Indonesia.
12
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis melakukan tinjauan pustaka sebagai
langkah dari penyusunan skripsi yang diteliti agar terhindar dari kesamaan
judul dan lain-lain. Dari skripsi yang sudah ada sebelumnya, serta sebagai
referensi penelitian yang berhubungan dengan pelayanan lembaga sosial.
Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka peneliti menemukan skripsi yang
berhubungan dengan CSR dan Pemberdayaan Masyarakat, tetapi penulis
akan menemukan dari sudut yang berbeda, yaitu:
1. Nama : Zulfitri
Tahun : 2011
Jurusan/Fakultas :Muamalat/Fakultas Syariah dan Hukum/
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Judul skripsi :Pemberdayaan Masyarakat melalui Corporate
Social Responsibility PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk.
Skripsi tersebut membahas tentang Pemberdayaan Masyarakat di
PT. Indocement Tunggal Prakarsa. Yang menjadi pembeda yakni penulis
mengambil lokasi penelitian di PT. Poso Energy. Selain itu, di dalam
rumusan masalah pun berbeda, skripsi tersebut juga membahas strategi
CSR dan manfaat program pemberdayaan masyarakat tersebut. Berbeda
dengan skripsi ini, skripsi ini lebih fokus membahas implementasi
13
program pemberdayaan masyarakat. Penulis menggunakan beberapa
kutipan dari skripsi tersebut di bagian latar belakang masalah.
2. Nama : Syamsudin Moh Bahar
Tahun : 2016
Jurusan/Fakultas : Manajemen/ Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin Makassar
Judul skripsi : Implementasi Corporate Social Responsibility
(CSR) PT. PLN (PERSERO) Wilayah Sulsel,
Sultra, dan Sulbar terhadap Pemberdayaan
Masyarakat Desa Ulu Saddang, Kecamatan
Lembang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
Skripsi tersebut membahas tentang Pemberdayaan Masyarakat
yang dilaksanakan oleh PT. PLN (PERSERO). Yang menjadi pembeda
yakni penulis mengambil lokasi penelitian di PT. Poso Energy.Selain itu,
di dalam rumusan masalah pun berbeda, skripsi tersebut membahas
tentang implementasi CSR dan kendala-kendala yang dihadapi oleh PT.
PLN dalampengimplementasian program CSR tersebut.Berbeda dengan
skripsi ini, skripsi ini lebih fokus membahas implementasi program
pemberdayaan masyarakat, serta pola CSR dan tahapan dalam pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat. Dalam skripsi ini penulis menggunakan kasus
yang sama seperti yang terdapat di LBM dari skripsi tersebut.
14
3. Nama : Yuniarti Wahyuningrum, Irwan Noor, Abdul Wachid
Tahun : 2013
Judul Jurnal : Pengaruh Program Corporate Social Responsibility
terhadap Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat (Studi
pada Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa
Pacarkeling, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan)
Jurnal tersebut membahas tentang pengaruh program CSR terhadap
peningkatan pemberdayaan masyarakat. Yang berbeda dengan skripsi ini
yaitu skripsi tersebut menggunakan pendekatan penilitian kuantitatif,
sedangkan penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penulis
menggutip beberapa alinea dari latar belakang skripsi tersebut untuk
digunakan sebagai bahan literatur di latar belakang skripsi ini.
G. Metodologi Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di PT. Poso Energy kantor
Cileungsi dan di Desa Sulewana, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Hal
ini disebabkan lokasi PT Poso Energy berada di Jl. Raya Narogong KM
19,5 Cileungsi, Bogor dan studi kasus implementasi CSR yang diambil
berada di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso,
Sulawesi Tengah. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2016
sampai Maret 2017.
15
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui Corporate Social
Responsibility (CSR) PT. Poso Energy dalam Pemberdayaan Masyarakat
Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi
Tengah ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
digunakan untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai
CSR PT. Poso Energy dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan
memperhatikan konteks yang relevan. Pendekatan penelitian kualitatif
memiliki dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan dan
mengungkap (to describe and explore); kedua, menggambarkan dan
menjelaskan (to describe and explain). Penelitian kualitatif bersifat
deskriptif dan penjelasan.17
3. Teknik Pemilihan Informan
Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive
(bertujuan) sampling yang memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam
menyeleksi informan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Karena
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang
tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan
sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang
17
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2012), h. 29
16
diteliti.18
Dan apabila dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi
ditemukan variasi informan maka peneliti tidak perlu untuk mencari
informan baru, proses pengumpulan informasi sudah selesai.
Berikut ini tabel subjek dan informan dalam pengumpulan data
yang diperlukan dalam penelitian:
Tabel 1.1 Teknik Pemilihan Informan
No Informan Informasi yang
dicari
Metode Jml Alasan
1 CSR
Manager
Program
Pemberdayaan
Masyarakat yang
dilaksanakan oleh
PT. Poso Energy
di Desa Sulewana,
Kec. Pamona
Utara, Kab. Poso,
Sulawesi Tengah
Wawancara
1 Sebagai
penentu
kebijakan
program
pemberdayaan
masyarakat
CSR PT. Poso
Energy
2 CSR Officer 3 Sebagai
pelaksana
teknis dan
controlling
program
pemberdayaan
masyarakat
4 Masyarakat
Desa
Sulewana
3 Sebagai pihak
netral dan
pihak ke 3
dalam
program
pemberdayaan
masyarakat
18
Prof.Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,2009),cet: 5,h.
54.
17
4. Jenis dan Sumber Data
Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan 2 jenis sumber yaitu:
a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil
wawancara pihak PT. Poso Energy, yang ditujukan pada divisi yang
berwenang dan beberapa divisi lainnya dan hasil pertanyaan yang
berkaitan dengan masalah yang ditulis.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur
kepustakaan seperti buku-buku serta sumber yang berkaitan dengan
materi penulisan skripsi.
5. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam
pengumpulan data skripsi ini, penulis menggunakan teknik sebagai
berikut:
a. Penelitian kepustakaan (Library Research), merupakan data sekunder
yang mendukung data primer. Dalam hal ini penulis mengadakan
penelitian terhadap literatur yang ada kaitannya dengan penulisan
skripsi ini, literatur ini berupa buku, majalah, surat kabar, internet dan
lain-lain yang berkaitan dengan tema skripsitersebut.
b. Penelitian lapangan (Field Research), merupakan data Primer yang
diperoleh dari PT. Poso Energy. Dengan metode ini penulis
memperoleh data dan informasi tentang Pemberdayaan Masyarakat
18
yang dilaksanakan Corporate Social Responsibility PT. Poso Energy.
Teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a) Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
peneliti untuk mengamati suatu peristiwa dengan penyaksian
langsung dan biasanya peneliti dapat sebagai partisipan atau
observer dalam menyaksikan atau mengamati suatu objek
peristiwa yang sedang ditelitinya.19
Hal-hal ini yang dilakukan
dalam observasi adalah mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi
di lokasi penelitian yang berkaitan dengan kegiatan CSR PT. Poso
Energy.
b) Dokumentasi yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan data
berdasarkan laporan yang didapat dari pihak PT. Poso Energy dan
laporan lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitianini.
c) Wawancara (Interview) merupakan suatu alat pengumpulan
informasi langsung tentang beberapa jenis data.20
Dalam
Penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara dengan
merekam proses wawancara. Dalam hal ini peneliti dibantu oleh
co-researcher (pendamping penelitian) untuk mewawancarai
informan (masyarakat di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona
Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah). Peneliti juga
wawancara langsung kepada divisi CSR PT Poso Energy
19
Rosady Ruslan, Metode Penelitian: Public Relation dan Komunikasi,(Jakarta: Rajawali
Pers, 2006),h.32. 20
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andy Offset, 1983), h. 49
19
mengenai kegiatan yang dilakukan terkait dengan
Pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan CSR terhadap
masyarakat Desa Sulewana.
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.
Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dikemukakan disini bahwa, analisis
data adalah proses mencari dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.
7. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data dapat dicapai dengan jalan membandingkan data
hasil pengamatan, membandingkan keadaan dan perpektif seseorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang dan membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Namun, dalam hal
ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil perbandingan
tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau pemikiran, yang
terpenting disini ialah bias mengetahui adanya alas an-alasan terjadinya
20
perbedaan.
8. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini penulis
mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) yang diterbitkan oleh CEQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2007.
9. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini disajikan ke dalam 5 Bab, berikut adalah sistematikan
penulisan skripsi:
1) BAB I PENDAHULUAN
Pada BAB ini disajikan tentang Latar Belakang, Pembatasan Masalah,
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
2) BAB II LANDASAN TEORI
Pada BAB ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang
diambil dari kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan laporan
skripsi serta beberapa literatur review yang berhubungan dengan
penelitian.
3) BAB III GAMBARAN UMUM PT. POSO ENERGY
Dalam BAB ini, penulis membahas tentang Profil PT. Poso Energy,
danGambaran Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
21
Poso Energy secara umum dan di Desa Sulewana
4) BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Dalam BAB ini dijelaskan tentang pembahasan yaitu Gambaran
Program Pemberdayaan Masyarakat yang dilaksanakan oleh Corporate
Social Responsibility (CSR) PT. Poso Energy di Desa Sulewana,
Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, dan
Pola CSR dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat CSR PT. Poso
Energy.
5) BAB V PENUTUP
Dalam BAB ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan pembahasan
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang
dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.
22
BAB II
LANDASAN TEORI
Penelitian ini menggunakan beberapa teori untuk mengkaji tema pokok
dalam penelitian, yaitu tentang, Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Poso
Energy dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona
Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Sehingga teori yang digunakan yaitu:
A. Corporate Social Responsibility atau Tanggungjawab Sosial Perusahaan
Schermerhorn (1993) memberi definisi Tanggungjawab Sosial
Perusahaan CSR) sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak
dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan
kepentingan publik eksternal. Secara konseptual, CSR adalah sebuah
pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam
operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku
kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan.
(Nuryana, 2005)21
Menurut Lord Holme dan Richards Watss, tanggungjawab sosial
perusahaan merupakan bentuk komitmen berkelanjutan dari perusahaan atau
pelaku bisnis untuk menjalankan etika bisnis dalam beroperasional, turut
memberi kontribusi dalam pembangunan berkelanjutan, serta ikut berupaya
dalam proses peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan bagi pekerja, dan juga
21
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social
Responsibility), (Bandung: Refika Aditama, 2007) h. 103
23
lainnya menyatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan adalah
komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan
tanggungjawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan
antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.22
Dalam
pengertian lain, tanggungjawab sosial perusahaan diartikan sebagai suatu
kepeduliaan organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara mereka sendiri
untuk melayani kepentingan organisasi maupun kepentingan publik
eksternal.23
Selain itu, ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility
juga memberikan definisi CSR. Meskipun pedoman CSR standard
internasional ini baru akan ditetapkan tahun 2010, draft pedoman ini bias
dijadikan rujukan. Menurut ISO 26000, CSR adalah:
Tanggungjawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari
keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan
lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan
etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan
kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku
kepentingan sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma
perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara
menyeluruh (draft 3, 2007)24
Beberapa konsep tentang corporate social responsibility dapat
dijelaskan dengan menurut pendapat-pendapat dari beberapa ahli yang
didasari oleh beberapa penelitian terhadap kegiatan perusahaan.Salah satu
22
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta, Sinar Grafika, 2008),
h.1 23
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social
Responsibility), (Bandung: Refika Aditama, 2007) h. 102-103 24
Ibid, h. 104
24
konsep menyebutkan tentang corporate social responsibility adalah komitmen
usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi
untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup
dari karyawan dan keluarganya, komunitas local dan masyarakat secara lebih
luas (K Clement Sankat, dalan Rudito, 2002).25
Menurut The World Business Council for Sustainable Development
(WBCSD) dinyatakan bahwa Corporate Social Responsibility adalah
komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan
tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara
keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Dari pernyataan
ini, terlihat adanya usaha untuk ikut terlibat dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan sehingga dengan demikian kemandirian sebuah masyarakat
menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah usaha.26
Konsep corporate social responsibility melibatkan tanggung jawab
kemitraan antara pemerintah, lembaga sumber daya masyarakat, juga
komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan
statis.Kemitraan ini merupakan tanggung jawab sosial tidak lagi memadai,
karena itu konsep tersebut tidak melibatkan kemitraan tanggung jawab
perusahaan secara sosial dengan stakeholderslainnya.27
25
Bambang Rudito dan Melia Famiola, CSR (Corporate Social Responsibility), (Bandung:
Rekayasa Sains, 2013) h. 105 26
Ibid, h. 106 27
Ibid, h. 107
25
Secara lebih teoritis dan sistematis, konsep Piramida Tanggungjawab
Sosial Perusahaan yang dikembangkan Archie B. Carrol memberi jutifikasi
logis mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan CSR bagi masyarakat di
sekitarnya (Saidi dan Abidin, 2004: 59-60).28
a. Tanggungjawab ekonomis. Kata kuncinya adalah: make a profit. Motif
utama perusahaan adalah menghasilkan laba. Laba adalah fondasi
perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai
prasyarat agar perusahaan dapat terus hidup (survive) dan berkembang.
b. Tanggungjawab legal. Kata kuncinya: obey the law. Perusahaan harus
taat hukum. Dalam proses mencari laba, perusahaan tidak boleh
melanggar kebijakan dan hukum yang telah ditetapkan pemerintah.
c. Tanggungjawab etis. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan
praktek bisnis yang baik, benar, adil, dan fair. Norma-norma masyarakat
perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahana. Kata kuncinya:
be ethical.
d. Tanggungjawab filantropis. Selain perusahaan harus memperoleh laba,
taat hukum dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat memberi
kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua. Kata
kuncinya: be a good citizen. Para pemilik dan pegawai yang bekerja di
perusahaan memiliki tanggungjawab ganda, yakni kepada perusahaan dan
kepada publik yang kini dikenal dengan istilah nonfiduciary responsibility.
28
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social
Responsibility), (Bandung: Refika Aditama, 2007) h. 102
26
Pola CSR
Berdasarkan teori PIRAC, ada empat model atau pola CSR yang
umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:29
1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara
langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk
menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah
satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair
manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan
mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya.
Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di
perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan
menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat
digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan
yang didirikan perusahaan diantaranya adalah Yayasan Coca Cola
Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan
Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund.
3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR
melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah
29
Zaim Saidi dan Hamid Abidin, Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek
Kedermawanan Sosial di Indonesia, (Jakarta:Piramedia, 2004), h. 64
27
(NGO/LSM), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik
dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan
sosialnya. Beberapa lembaga sosial/Ornop yang bekerjasama dengan
perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah
Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI),
Dompet Dhuafa; instansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos); universitas (UI, ITB,
IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar).
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan
turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga
sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan
dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian
hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak
konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh
perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari
mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian
mengembangkan program yang disepakati bersama.30
30
Ibid, h. 65
28
B. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata „power‟ (kekuasaan atau
keberdayaan).31
Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik
yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalan kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan
seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan
sebagai sebuah proses.32
Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai suatu upaya
untuk memulihkan atau meningkatkan keberdayaan suatu komunitas agar
mampu berbuat sesuai dengan harkat dan martabat mereka dalam
melaksanakan hak-hak dan tanggung jawab mereka sebagai komunitas
31
Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2009) , h. 57 32
Ibid, h. 59-60
29
manusia dan warga Negara. Tujuan akhir pemberdayaan masyarakat
adalah pulihnya nilai-nilai manusia sesuai harkat dan martabatnya
sebagai pribadi yang unik, merdeka, dan mandiri. Unik dalam konteks
kemajemukan manusia; merdeka dan segala belenggu internal maupun
eksternal termasuk belenggu keduniawian dan kemiskinan; serta mandiri
untuk mampu menjadi programmer bagi dirinya dan
Rees (1991) mengidentifikasikan lima praktik penting dalam
pemberdayaan pekerjaan sosial:33
1. Biografi (biography) menganalisis pengalaman dan pemahaman klien
tentang dunia. Ia menempatkan perjuangan masa kini sesuai konteks,
membolehkan kita untuk mengidentifikasi hal-hal apa saja yang dapat
dilakukan untuk mencegah orang untuk melakukan aksi.
2. Kekuatan (power) harus dipahami sebagai sesuatu yang
membebaskan sekaligus sesuatu yang dapat digunakan secara positif,
dan tidak opresif sebagaimana dalam teori radikal.
3. Pemahaman politik (political understanding) dibutuhkan untuk
meyakinkan praktik baik dalam observasi terhadap kesempatan
maupun hambatan.
4. Keterampilan (skills) mampu memberikan kekuatan. Menggunakan
keterampilan akan menjadi sangat penting untuk mendapatkan
kebebasan.
5. Saling tergantung akan kebijakan dan praktik harus ditegakkan.
33
Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial,
(Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) h. 50-51
30
Zastrow mendefinisikan konsep pemberdayaan (empowerment)
sebagai proses menolong individu, keluarga, kelompok dan komunitas
untuk meningkatkan kekuatan personal, interpersonal, sosial ekonomi,
dan politik serta pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas hidupnya:
“the process of helping individuals, families, groups, and communities
increase their personal, interpersonal, socioeconomics, and political
strength and influence toward improving their circumstances.”34
Konsep CSR diindentikan dengan metode Pengembangan
Masyarakat (Community Development) yang akhir-akhir ini banyak
diterapkan oleh perusahaan dengan istilah ComDev.35
Community
Development adalah kegiatan pembangunan masyarakat yang dilakukan
secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses
masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas
kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan
pembangunan sebelumnya (Budimanta, 2002). Secara hakikat,
community development merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya
yang dilakukan oleh industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap
kehidupan komunitas lokal (Rudito, 2003).36
Terkait dengan sumber daya pemberdayaan pada level komunitas,
Rothman (1995) menggambarkan bahwa proses pemberdayaan
masyarakat melalui intervensi komunitas ini dapat dilakukan melalui
34
Ibid, h. 51 35
Edi Suharto, Pekerja Sosial di Dunia Industri: Memperkuat CSR (Corporate Social
Responsibility), (Bandung: Refika Aditama, 2007) h. 112 36
Bambang Rudito dan Melia Famiola, CSR (Corporate Social Responsibility), (Bandung:
Rekayasa Sains, 2013) h. 142
31
beberapa model (pendekatan) intervensi, seperti pengembangan
masyarakat lokal, perencanaan dan kebijakan sosial, dan aksi sosial. Dari
ketiga model intervensi diatas, maka proses pemberdayaan terhadap
masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan yang bersifat konsensus
seperti pengembangan Masyarakat Lokal (Locality Development);
kepatuhan seperti pendekatan perencanaan dan kebijakan sosial (Social
Planning/Policy); ataupun melallui pendekatan konflik seperti aksi sosial
(Social Action).
Melanjutkan pembahasan mengenai intervensi makro dalam ilmu
Kesejahteraan Sosial, tabel berikut ini merupakan pandangan dari
Rothman dan Tropman (1987:10) mengenai pengorganisasian
masyarakat, yang menurut mereka mempunyai tiga model intervensi
yang kemudian disempurnakan menjadi lima bentuk intervensi. Dibawah
ini, pada Tabel 2.1 dikemukakan pandangan Rothman, Tropman dan
Erlich mengenai pengorgansasian masyarakat (yang kemudian istilahnya
diubah menjadi intervensi komunitas) yang merupakan gabungan dari
model intervensi.
Pada dasarnya pembagian kedua kelompok pakar dalam bidang
intervensi komunitas ini mempunyai beberapa titik persamaan, seperti
penempatan pengembangan masyarakat yang diarahkan pada intervensi
pada tingkat komunitas lokal; dan penempatan aksi komunitas ataupun
aksi sosialsebagai pendekatan yang bersifat konflik dan konfrontatif.
Meskipun adapula perbedaan seperti penempatan tiga model intervensi
32
(kebijakan sosial, perencaaan sosial, dan administrasi) yang dilakukan
oleh Rothman dan kawan-kawan, sedangkan Glen lebih menitikberatkan
model intervensi ketigaya pada pendekatan „pengembangan layanan
masyarakat. (community service approach).37
Rothman (1987 dan 1995) menggunakan dua belas variable untuk
membedakan ketiga model intervensi (pendekatan) yang dilakukan dalam
intervensi sosial dilevel komunitas, yaitu;
1. Kategori tindakan terhadap masyarakat.
2. Asumsi mengenai struktur komunitas dan kondisi permasalahannya.
3. Strategi dasar permasalahannya.
4. Karakteristik taktik dan teknik perubahan.
5. Peran praktisi yang menonjol.
6. Media perubahan.
7. Orientasi terhadap struktur perubahan.
8. Batasan definisi penerima layanan (beneficiaries).
9. Asumsi mengenai kepentingan dari kelompok-kelompok didalam
suatu komunitas.
10. Konsepsi mengenai penerima pelayanan (beneficiaries).
11. Konsepsi mengenai peran penerima pelayanan (beneficiaries).
12. Pemanfaatan pemberdayaan.
37
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat (Sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat), (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2012) h. 86
33
Untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang tiga model
intervensi dalam intervensi komunitas, yang dikemukakan Rothman
pada tahun 1987 (tabel 2.1) 38
Tabel 2.1 Tiga Model Intervensi dalam Intervensi Komunitas
(Pada tahun 1987 masih disebut Pengorganisasian Masyarakat)
Model A
(Pengembangan
Masyarakat
Lokal)
Model B
(Kebijakan
Sosial/
Perencanaan
Sosial)
Model C
(Aksi Sosial)
1. Kategori
tujuan
tindakan
terhadap
masyarakat
Kemandirian;
pengembangan
kapasitas dan
pengintegrasian
masyarakat (tujuan
yang
dititikberatkan
pada proses :
process goals)
Pemecahan
masalah dengan
memerhatikan
masalah yang
penting yang ada
pada masyarakat
(tujuan
dititikberatkan
pada tugas = task-
goals)
Pergeseran(pengali
han) sumber daya
dan relasi
kekuasaan;
perubahan institusi
dasar (task
ataupunprocess
goals)
2. Asumsi
mengenai
struktur
komunitas
dan
permasalah
annya
Adanya anomie
dan kemurungan
dalam masyarakat;
kesenjangan relasi
dan kapasitas
dalam
memecahkan
masalah secara
demokratis;
komunitas
berbentuk
tradisional statis.
Masalah sosial
yang
sesungguhnya;
kesehatan fisik
dan mental,
perumahan dan
rekreasional.
Populasi yang
dirugikan;
kesenjangan sosial,
perampasan hak,
dan ketidakadilan.
38
Ibid, h. 87-88
34
3. Strategi
dalam
melakukan
perubahan
Pelibatkan sebagai
kelompok wrga
dalam menentukan
dan memecahkan
msalah mereka
sendiri.
Pengumpulan
data yang terkait
dalam masalah,
dan memilih serta
menentukan
bentuk tindakan
yang paling
rasional.
Kristalisasi dari isu
dan
pengorganisasian
masssa untuk
menghadapi
sasaran yang
menjadi musuh
mereka.
4. Karakteristi
k taktik
dan teknik
perubahan
Konsensus;
komunikasi antar
kelompok dan
kelompok
kepentingan dalam
masyarakat(komun
itas);diskusi
kelompok.
Konsensus atau
konflik.
Konflik atau
kontes,
konfrontasi; aksi
yang bersifat
langsung negosiasi.
5. Peran
paktisi
yang
menonjol
Sebagai Enabler-
katalis, coordinator
orang yang
mengajarkan
keterampilan
memecahkan
masalah dan nilai-
nilai etis.
Pengumpul dan
penganalisis data,
pengimplementas
i program, dan
fasilitator.
Aktivis, advokat;
agitator, pialang,
negosiator,
partisan.
6. Media
perubahan
Manipulasi
kelompok kecil
yang berorientasi
pada
terselesaikannya
suatu tugas (small
talk oriented
groups).
Manipulasi
organisasi formal
dan data yang
tersedia.
Manipulasi
organisasi massa
dan proses-proses
politik.
7. Orientasi
terhadap
struktur
kekuasaan
Anggota dari
struktur kekuasaan
bertindak sebagai
kolaborator dalam
suatu `ventura`
yang bersigat
umum.
Struktur
kekuasaan
sebagai pemilik
dan sponsor
(pendukung).
Struktur kekuasaan
sebagai sasaran
eksternal dari
tindakan yang
dilakukan; mereka
yang memberikan
tekanan harus
dilawan dengan
memberikan
tekanan baik.
35
8. Batasan
definisi
penerima
layanan
(beneficiari
es)
Keseluruhan
komunitas
geografis
Keseluruhan
komunitas atau
dapat pula suatu
segmen dalam
komunitas
(termasuk
komunitas
fungsional)
Segmen dalam
komunitas
9. Asumsi
mengenai
kepentinga
n dari
kelompok
di dalam
suatu
komunitas
Kepentingan
umum atau
permufakatan dari
berbagai
perbedaan.
Permufakatan
kepentingan atau
konflik.
Konflik
kepentingan yang
sulit dicapai kata
mufakat;
kelangkaan sumber
daya.
10. Konsepsi
mengenai
penerima
layanan
(beneficia
ries)
Warga masyarakat Konsumen
(pengguna jasa)
`korban`
11. Konsepsi
mengenai
peran
penerima
layanan
(beneficia
ries)
Partisipan pada
proses
interaksional
pemecahan
masalah.
Konsumen atau
resipien
(penerima
pelayanan).
Employer,
konstituen,
anggota.
36
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan
masyarakat khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan,
baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun
karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak
adil).39
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa
yang mereka lakukan tersebut. Lebih lanjut perlu ditelusuri apa yang
sesungguhnya dimaknai sebagai suatu masyarakat yang mandiri.40
Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang
dialami masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan,
memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi
mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan
mempergunakan daya dan kemampuan yang terdiri atas kemampuan
kognitif, konatif, psikomotorik, dengan pengerahan sumber daya yang
dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut, dengan demikian
untuk menuju mandiri perlu dukungan kemampuan berupa sumber daya
manusia yang utuh dengan kondisi kognitif, konatif, psikomotorik dan
39
Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2009) , h. 60 40
Ambar Teguh Sulistyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2004) h. 80
37
afektif, dan sumber daya lainnya yang bersifat fisikmaterial. Terjadinya
keberdayaan pada empat aspek tersebut (kognitif, konatif, afektif dan
psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya
kemandirian masyarakat yang dicita-citakan, karena dengan demikian
dalam masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan yang dilengkapi
dengan kecakapan ketrampilan yang memadai, diperkuat oleh rasa
memerlukan pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhannya
tersebut, untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan sebuah
proses. Melalui proses belajar maka masyarakat secara bertahap akan
memperoleh kemampuan/ daya dari waktu ke waktu, dengan demikian
akan terakumulasi kemampuan yang memadai untuk mengantarkan
kemandirian mereka, apa yang diharapkan dari pemberdayaan yang
merupakan visualisasi dari pembangunan sosial ini diharapkan dapat
mewujudkan komunitas yang baik dan masyarakat yang ideal.41
41
Ambar Teguh Sulistyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2004) h. 81
38
3. Ruang Lingkup Pemberdayaan Masyarakat
Dalam pengertian yang diberikan terhadap pemberdayaan, jelas
dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah proses pemberian dan atau
optimasi daya (yang dimiliki dan atau dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat), baik daya dalam pengertian “kemampuan dan keberanian”
maupun daya dalam arti “kekuasaan atau posisi-tawar”. Dalam praktek
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh banyak pihak, seringkali
terbatas pada pemberdayaan ekonomi dalam rangka pengentasan
kemiskinan (proverty alleviation) atau penanggulangan kemiskinan
(proverty reduction).Karena itu, kegiatan pemberdayaan masyarakat selalu
dilakukan dalam bentuk pengembangan kegiatan produktif untuk
peningkatan pendapatan (income generating).42
Tentang hal ini, Sumadyo (2001) merumuskan tiga upaya pokok
dalam setiap pemberdayaan masyarakat, yang disebutnya sebagai Tri
Bina, yaitu: Bina Manusia, Bina Usaha, dan Bina Lingkungan.
Terhadap rumusan ini, Mardikanto (2003) menambahkan
pentingnya Bina Kelembagaan, karena ketiga Bina yang dikemukakan
(Bina Manusia, Bina Usaha, dan Bina Lingkungan) itu hanya akan
terwujud seperti yang diharapkan, manakala didukung oleh efektivitas
beragam kelembagaan yang diperlukan.
42
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.S. dan Dr. Ir. H. Poerwoko Soebianto, M.Si.,
Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung:Alfabeta, 2013), h. 113
39
1. Bina Manusia
Bina Manusia, merupakan upaya yang pertama dan utama yang
harus diperhatikan dalam setiap upaya pemberdayaan masyarakat. Hal
ini, dilandasi oleh pemahaman bahwa tujuan pembangunan adalah
untuk perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan manusia.43
Disamping itu, dalam ilmu manajemen, manusia menempati unsur
yang paling unik.Sebab selain sebagai salah satu sumberdaya juga
sekaligus sebagai pelaku atau pengelola manajemen itu sendiri.
Termasuk dalam upaya Bina Manusia, adalah semua kegiatan yang
termasuk dalam upaya penguatan/pengembangan kapasitas yaitu:
(1) Pengembangan Kapasitas Individu,yang meliputi kapasitas
kepribadian, kapasitas di dunia kerja, dan pengembangan
keprofesionalan;
(2) Pengembangan Kapasitas Entitas/Kelembagaan, yang meliputi:
a) Kejelasan visi, misi, dan budaya organisasi;
b) Kejelasan struktur organisasi, kompetensi, dan strategi
organisasi;
c) Proses organisasi atau pengelolaan organisasi;
d) Pengembangan jumlah dan mutu sumberdaya
e) Interaksi antar individu di dalam organisasi;
43
Ibid, h. 114
40
f) Interaksi dengan entitas organisasi dengan pemangku
kepentingan (stakeholder) yang lain.
(3) Pengembangan Kapasitas Sistem (Jejaring), yang meliputi:
a) Pengembangan interaksi antar entitas (organisasi) dalam
system yang sama;
b) Penembangan interaksi dengan entitas/organisasi di luar
sistem.
2. Bina Usaha
Bina usaha menjadi suatu upaya penting dalam setiap
pemberdayaan, sebab, Bina Manusia yang tanpa memberikan dampak
atau manfaat bagi perbaikan kesejahteraan (ekonomi dan atau
ekonomi) tidak akan laku, dan bahkan menambah kekecewaan.
Sebaliknya, hanya Bina Manusia yang mampu (dalam waktu
dekat/cepat) memberikan dampak atau manfaat bagi perbaikan
kesejahteraan (ekonomi dan atau ekonomi) yang akan laku atau
memperoleh dukungan dalam bentuk partisipasi masyarakat.44Tentang
hal ini, Bina Usaha mencakup:
1. Pemilihan komoditas dan jenis usaha;
2. Studi kelayakan dan perencanaan bisnis;
3. Pembentukan badan ssaha
4. Perencanaan investasi dan penetapan sumber-sumber pembiayaan;
44
Ibid, h. 115
41
5. Pengelolaan SDM dan pengembangan karir
6. Manajemen produksi dan operasi;
7. Manajemen logistic dan finansial;
8. Penelitian dan pengembangan;
9. Pengembangan dan pengelolaan system informasi bisnis;
10. Pengembangan jejaring dan kemitraan;
11. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung;45
3. Bina Lingkungan
Sejak dikembangkan mazhab pembangunan berkelanjutan
(suistainable development), isu lingkungan menjadi sangat penting.
Hal ini terlihat pada kewajiban dilakukannya AMDAL (Analisis
Manfaat dan Dampak Lingkungan) dalam setiap kegiatan investasi,
ISO 1400 tentang keamanan lingkungan, sertifikat ekolebel. Hal ini
dinilai penting, karena pelestarian lingkungan (fisik) akan sangat
menentukan keberlanjutan kegiatan investasi maupun operasi
(utamanya yang terkait dengan tersedianya bahan-baku).46
Selama ini, pengertian lingkungan, seringkali dimaknai sekadar
lingkungan fisik, utamanya yang menyangkut pelestarian sumber daya
alam dan lingkungan hidup.Tetapi, dalam praktek perlu disadari bahwa
lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan
bisnis dan kehidupan. Kesadaran seperti itulah yang mendorong
45
Ibid, h. 115 46
Ibid, h. 115
42
diterbitkannya Undang - Undang No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal dan Undang – Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan yang di dalamnya mencantumkan tanggungjawab sosial dan
lingkungan oleh penanam modal/perseroan. Di lingkungan
internasional, sejak 2007 telah ditetapkan ISO 26000 tentang
tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility).
Termasuk dalam tanggungjawab sosial adalah segala
kewajiban yang harus dilakukan yang terkait dengan upaya perbaikan
kesejahteraan sosial masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar
kawasan (areal kerja), maupun yang mengalami dampak negatif yang
diakibatkan oleh kegiatan yang dilakukan oleh penanam
modal/perseroan.Sedang yang termasuk tanggungjawab lingkungan,
adalah kewajiban dipenuhinya segala kewajiban yang ditetapkan
dalam persayaratan investasi dan operasi yang terkait dengan
perlindungan, pelestarian, dan pemulihan (rehabilitasi/reklamasi)
sumber daya alam dan lingkungan hidup.
4. Bina Kelembagaan
Hayami dan Kikuchi (1981) mengartikan kelembagaan sebagai
suatu perangkat umum yang ditaati oleh anggota suatu komunitas
(masyarakat). Dalam kehidupan sehari-hari, kelembagaan yang
merupakan terjemahan dari kata “institution” adalah satu konsep yang
43
tergolong membingungkan dan dapat dikatakan belum memperoleh
pengertian yang mantap dalam ilmu sosiologi.47
Kata kelembagaan sering dikaitkan dengan dua pengertian,
yaitu “social institution” atau pranata sosial dan “social organization”
atau organisasi sosial. Apapun itu, pada prinsipnya, suatu bentuk
relasi-sosial dapat disebut sebagai sebuah kelembagaan apabila
memiliki empat komponen, yaitu adanya:
(1) Komponen person, di mana orang-orang yang terlibat di dalam satu
kelembagaan dapat diidentifikasi dengan jelas;
(2) Komponen kepentingan, di mana orang-orang tersebut pasti sedang
diikat oleh satu kepentingan atau tujuan, sehingga di antara mereka
terpaksa harus saling berinteraksi;
(3) Komponen aturan, di mana setiap kelembagaan mengembangkan
seperangkat kesepakatan yang dipegang secara bersama, sehingga
seseorang dapat menduga perilaku orang lain dalam lembaga
tersebut;
(4) Komponen struktur, di mana setiap orang memiliki posisi dan
peran yang harus dijalankannya secara benar. Orang tidak bisa
merubah-rubah posisinya dengan kemauan sendiri.
Lebih lanjut, dari beragam pengertian yang diberikan, kelembagaan
memiliki cirri-ciri:48
47
Ibid, h. 116
44
(1) Kelembagaan berkenaan dengan sesuatu yang permanen. Ia
menjadi permanen, karena dipandang rasional dan disadari
kebutuhannya dalam kehidupan;
(2) Kelembagaan, berkaitan dengan hal-hal yang abstrak yang
menentukan perilaku. Sesuatu yang abstrak tersebut merupakan
suatu kompleks dari beberapa hal yang sesungguhnya terdiri dari
beberapa bentuk yang tidak sepadan (selevel).
(3) Berkaitan dengan perilaku, atau seperangkat mores (tata kelakuan),
atau cara bertindak yang mantap yang berjalan di masyarakat
(establish way of behaving). Perilaku yang terpola merupakan
kunci keteraturan hidup.
(4) Kelembagaan juga menekankan kepada pola perilaku yang
disetujui dan memiliki sanksi.
(5) Kelembagaan merupakan cara-cara yang standar untuk
memecahkan masalah. Tekanannya adalah pada kemampuannya
untuk memecahkan masalah.
Secara umum ruang lingkup program-program community
development dapat dibagi berdasarkan tiga kategori yang secara
keseluruhan akan bergerak secara bersama-sama, ketiga kategori dapat
digambarkan sebagai berikut:49
48
Ibid, h. 117 49
Bambang Rudito dan Melia Famiola, CSR (Corporate Social Responsibility), (Bandung:
Rekayasa Sains, 2013) h. 145-146
45
a) Community relation; yaitu kegiatan-kegiatan yang menyangkut
pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi
kepada para pihak yang terkait. Seperti seringnya pihak perusahaan
dengan anggota komunitas lokal bertukar pikiran dalam suatu hal,
atau membangun pertemuan-pertemuan yang kerap dilakukan.
dalam kategori ini, program lebih cenderung mengarah pada
bentuk-bentuk kedermawanan (charity) perusahaan. Kegiatan-
kegiatan yang menyangkut hubungan sosial antara perusahaan dan
komunitas lokal pada dasarnya merupakan kegiatan yang harus
dilakukan pertama kali dalam kaitannya hubungan antara
perusahaan dan komunitas lokal. Dari hubungan ini maka dapat
dirancang pengembangan hubungan yang lebih mendalam yang
terkait dengan bagaimana mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan
masalah-masalah yang ada di komunitas lokal sehingga perusahaan
dapat menerapkan program selanjutnya.
b) Community Services; merupakan pelayanan perusahaan untuk
memenuhi kepentingan masyarakat ataupun kepentingan umum.
Ini dapat ditunjukkan dengan adanya pembangunan secara fisik
sektor-sektor kesehatan, keagamaan, pendidikan, trasnportasi dan
sebagainya yang berupa puskesmas, sekolah, rumah ibadah, jalan
raya, sumber air minum dan sebagainya. Inti dari kategori ini
adalah memberikan kebutuhan yang ada di masyarakat dan
pemecahan tentangmasalah yang ada di masyarakat dilakukan oleh
46
masyarakat sendiri, sedangkan perusahaan hanyalah sebagai
fasilitator dari pemecahan masalah yang ada di masyarakat.
Kebutuhan-kebutuhan yang ada di masyarakat dianalisis oleh para
community development officer, dengan menggunakan metode
yang bersifat kualitatif. Hal ini berkaitan dengan untuk menggali
kebutuhan yang muncul di masyarakat dapat digali dengan cara
mengidentifikasi sifat-sifat dari masyarakat itu sendiri secara
fungsional yang bersumber dari masyarakat itu sendiri.
c) Community Empowerment; adalah program-program yang
berkaitan dengan memberikan akses yang lebih luas kepada
masyarakat untuk menunjang kemandiriannya, seperti
pembentukkan koperasi, usaha industri kecil lainnya yang secara
natural anggota masyarakat sudah mempunyai pranata-pranata
sosial yang ada tersebut agar dapat berlanjut. Kategori ini pada
dasarnya lebih mendalam daripada community services, hal ini
menyangkut keberlanjutan dari kegiatan yang ditanamkan pada
pranata-pranata sosial yang ada di masyarakat. Sehingga dalam
kategori ini, kemandirian masyarakat adalah sasaran utama dari
program pembangunan masyarakat. Selain masyarakat dapat
menjaring permasalahannya serta pemecahan masalahnya sendiri,
masyarakat dapat melaksanakan program secara mandiri dengan
„pancingan‟ akses yang diberikan oleh perusahaan dalam program
pembangunan masyarakat. Kategori ini pada dasarnya melalui
47
tahapan-tahapan kategori lain seprti melakukan community relation
pada awalnya, yang kemudian berkembang pada community
services dengan segala metodologi penggalian data dan kemudian
diperdalam melalui ketersediaan pranata sosial yang sudah lahir
dan muncul di masyarakat melalui program kategori ini.
Program community development ini khususnya community
empowerment (pemberdayaan masyarakat) memang memerlukan
strategi yang baik.Hal ini berkaitan dengan adanya usaha untuk
mengubah kebudayaan yang sudah ada dan berkembang sebelum
adanya program. Kebiasaan masyarakat yang berupa tradisi kadang
dan sering berbeda dengan kebiasaan yang akan diterapkan.50
4. Tahapan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
Tim Delivery (2004) menawarkan tahapan-tahapan kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang dimulai dari proses seleksi lokasi sampai
dengan pemandirian masyarakat. 51 Secara jelas masing-masing tahap
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Seleksi Lokasi/Wilayah
Seleksi wilayah dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati oleh
lembaga, pihak-pihak terkait dan masyarakat. Penetapan kriteria
50
Bambang Rudito dan Melia Famiola, CSR (Corporate Social Responsibility), (Bandung:
Rekayasa Sains, 2013) h. 146 51
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.S. dan Dr. Ir. H. Poerwoko soebianto, M.Si.,
Pemberdayaan Masyarakat, (bandung:Alfabeta, 2013), h. 125
48
penting agar pemilihan lokasi dilakukan sebaik mungkin, sehingga
tujuan pemberdayaan masyarakat akan tercapai seperti yang
diharapkan.
2) Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat
Sosialisasi, merupakan upaya mengkomunikasikan kegiatan untuk
menciptakan dialog dengan masyarakat. Melalui sosialisasi akan
membantu untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan pihak
terkait tentang program dan atau kegiatan pemberdayaan masyarakat
yang telah direncanakan. Proses sosialisasi menjadi sangat penting,
karena akan menentukan minat atau ketertarikan masyarakat untuk
berpartisipasi (berperan dan terlibat) dalam program pemberdayaan
masyarakat yang dikomunikasikan.
3) Proses Pemberdayaan Masyarakat
Hakikat pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf
hidupnya. Dalam proses tersebut masyarakat bersama-sama
melakukanhal-hal berikut:52
a. Mengidentifikasi dan mengkaji potensi wilayah, permasalahan,
serta peluang-peluangnya. Kegiatan ini dimaksudkan agar
masyarakat mampu danpercaya diri dalam mengidentifikasi serta
menganalisa keadaannya, baik potensi maupun permasalahannya.
52
Ibid, h. 126
49
Pada tahp ini diharapkan dapat memperoleh gambaran mengenai
aspek sosial, ekonomi, dan kelembagaan.
Proses ini meliputi :
a) Persiapan masyarakat dan pemerintah setempat untuk
melakukan pertemuan-awal dan teknis pelaksanaanya
b) Persiapan penyelenggara pertemuan
c) Pelaksanaan kajian dan penilaian keadaan
d) Pembahasan hasil dan penyusunan rencna tindak lanjut.
b. Menyusun rencana kegiatan kelompok, berdasarkan hasil
kajian,meliputi:53
a) Memprioritaskan dan menganalisa masalah-masalah
b) Identifikasi alternatif pemecahan masalah yang terbaik
c) Identifikasi sumberdaya yang tersedia untuk pemecahan
masalah
d) Pengembangan rencana kegiatan serta pengorganisasian
pelaksanaannya.
c. Menerapkan rencana kegiatan kelompok. Rencana yang telah
disusun bersama dengan dukungan fasilitas dari pendamping
selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan yang konkrit
dengan tetap memperhatikan realisasi dan rencana awal. Termasuk
dalam kegiatan ini adalah, pemantauan pelaksanaan dan kemajuan
53
Ibid, h. 126
50
kegiatan menjadi perhatian semua pihak, selain itu juga
dilakukanperbaikan jika diperlukan.
d. Memantau proses dan hasil kegiatan secara terus menerus secara
partisipatif (participatory monitoring and evaluation / PME). PME
ini dilakukan secara mendalam pada semua tahapan pemberdayaan
masyarakat agar prosesnya berjalan sesuai dengan tujuannya. PME
adalah suatu proses penilaian, pengkajian dan pemantauan
kegiatan, baik prosesnya (pelaksanaan) maupun hasil dan
dampaknya agar dapat disusun proses perbaikan kalau diperlukan.
4) Pemandirian Masyarakat
Berpegang dalam prinsip pemberdayaan masyarakat yang
bertujuan untuk memandirikan masyarakat dan meningkatkan taraf
hidupnya, maka arah pemandirian masyarakat adalah berupa
pendampingan menyiapkan masyarakat agar benar-benar mampu
mengelola sendiri kegiatannya.54
Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor
internal dan eksternal. Dalam hubungan ini, meskipun faktor faktor
internal sangat penting sebagai salah satu wujud self organizing dari
masyarakat, namun kita juga perlu memberikan perhatian pada faktor
eksternalnya. Proses pemberdayaan masyarakat mestinya juga
didampingi oleh suatu tim fasilitator yang bersifat multidisiplin. Tim
54
Ibid, h. 127
51
pendamping ini merupakan salah satu external factor dalam
pemberdayaan masyarakat. Peran tim pada awal proses sangat aktif
tetapi akan berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai
masyarakat sudah mampu melanjutkan kegiatan secara mandiri.
Dalam oprasionalnya inisiatif tim pemberdayaan masyarakat
secara perlahan akan dikurangi dan akhirnya berhenti. Peran tim
fasilitator akan dipenuhi oleh pengurus kelompok atau pihak lain yang
dianggap mampu oleh masyarakat. Kapan waktu pemunduran tim
fasilitator tergantung kesepakatan bersama yang telah ditetapkan sejak
awal program dengan masyarakat.55
Berdasarkan pengalaman dilaporkan bahwa tim fasilitator
dapat dilakukan minimal 3 tahun setelah proses dimulai dengan tahap
sosialisasi. Walapun tim sudah mundur, anggotanya tetap berperan,
yaitu sebagai penasihat atau konsultan bila diperlukan masyarakat.
Selaras dengan tahapan-tahapan kegiatan pemberdayaan
sebagai telah dikemukakan tersebut, tahapan yaitu:56
1) Penetapan dan pengenalan wilayah kerja: sebelum melakukan
kegiatan, penempatan wilayah kerja perlu memperoleh
kesepakatan antara tim fasilitator, aparat pemerintah setempat,
(perwakilan) masyarakat setempat , dan pemangku kepentingan
yang lain (pelaku bisnis, tokoh masyarakat, aktivis LSM,
akademisi, dll). Hal ini tidak saja untuk menghindari gesekan atau
55
Ibid, h. 127 56
Ibid, h. 127
52
konflik kepentingan antar semua pemangku kepentingan, tetapi
juga untuk membangun sinergi dan memperoleh dukungan berupa
partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan, demi keberhasilan
program da kegiatan pemberdayaan masyarakat yang akan
dilakukan.
2) Sosialisasi kegiatan: yaitu upaya mengkomunikasikan rencana
kegiatan pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan diwilayah
tersebut. Termasuk dalam sosialisasi kegiatan, perlu juga
dikemukakan tentang pihak-pihak terkait yang akan diminta
partisipasi/keterlibatannya, pembagian peran yang diharapkan,
pendekatan, strategi serta langkah-langkahyang akan dilakukan.
3) Penyadaran masyarakat: dilakukan untuk menyadarkan
masyarakat tentang keberadaannya, baik sebagai individu dan
anggota masyarakat, maupun kondisi lingkungannya yang
menyangkut lingkungan fisik/teknis, sosial-budaya, ekonomi dan
politik.57
Termasuk dalam penyadarannya adalah :
a) Bersama-sama masyarakat melakukan analisis keadaan yang
menyangkut potensi dan masalah, serta analisis faktor-faktor
penyebab terjadinya masalah yang menyangkut kelemahan internal
dan ancaman eksternalnya.
57
Ibid, h. 128
53
b) Melakukan analisis akar masalah, analisis alternatif pemecahan
terbaik yang dapat dilakukan.
c) Menunjukkan pentingnya perubahan untuk memperbaiki
keadaanya, termasuk merumuskan prioritas perubahan, tahapan
perubahan, cara melakukan dan mencapai perubahan, sumberdaya
yang diperlukan, maupun peran bantuan (modal, teknologi,
manajeman, kelembagaan, dll) yang diperlukan.
4) Pengorganisasian masyarakat: termasuk pemilihan pemimpin
kelompok-kelompok tugas yang akan dibentuk pengorganisasian
masyarakat ini penting dilakukan, karena untuk melaksanakan
perubahan guna memecahkan masalah dan atau memperbaiki
keadaan seringkali tidak dapat dilakukan secara individual
(perorangan), tetapi memerlukan pengorganisasian masyarakat.
Termasuk dalam pengorganisasian adalah pembagian peran, dan
pengembangan jejaringan kemitraan.
5) Pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari :
a. Berbagai pelatihan untuk menambah dan atau memperbaiki
pengetahuan teknis, keterampilan manajerial serta perubahan
sikap/wawasan.
b. Pengembangan kegiatan, utamanya yang berkaitan dengan
peningkatan pendapatan serta pelindungan, pelestarian dan
perbaikan/rehabilitasi sumberdaya alam, maupun pengembangan
efektivitas kelembagaan .kegiatan peningkatan pendapatan
54
merupakan upaya terpenting untuk membiayai kegiatan-kegiatan
yang diperlukan maupun untuk meningkatkan posisi-tawar dan
membangun kemandirian. Peningkatan pendapatan, juga memiliki
arti penting agar masyarakat semakin yakin bahwa peran bantuan
yang diberikan benar-benar mampu memperbaiki kehidupan
mereka, minimal seacara ekonomi.
6) Advokasi kebijakan karena semua upaya pemberdayaan masyarakat
(peningkatan pendapatan, peguatan posisi tawar , dll) memerlukan
dukungan kebijakan yang berpihak kepada kepentingan masyarakat.
Kegiatan advokasi ini diperlukan guna memperoleh dukungan politik
dan legimitasi dari elit masyarakat (aparat pemerintah, pelaku bisnis,
tokoh masyarakat, pegiat LSM, akademisi, dll)
7) Politisasi: dalam arti terus menerus memelihara dan meningkatkan
posisi tawar melalui kegiatan - kegiatan politik praktis.58
Hal ini
diperlukan untuk memperoleh dan melestarikan legitimasi dan
keberlanjutan kebijakan yang ingin dicapai dan pengembangan melalui
pemberdayaan masyarakat. Politisasi ini perlu dilakukan melalui
berbagai cara seperti:
a. Menanam “virus” atau kader-kader perubahan yang memiliki
komitmen untuk mendukung pemberdayaan masyarakat, ke dalam
jajaran birokrasi, politisi, pelaku bisnis dll.
58
Ibid, h. 129
55
b. Melakukan “pressure” melalui media masa, forum ilmiah
“kelompok penekan” (pressure group)
c. Melakukan kegiatan aksi nyata melalui kelompok kecil yang
menunjukan manfaat pemberdayaan masyarakat yang ditawarkan.
5. Pendampingan Masyarakat
Membangun dan memberdayakan masyarakat melibatkan proses
dan tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas
mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan
kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan
sosial sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya
(Suharto, 2006).59
Proses tersebut tidak muncul secara otomatis, melainkan tumbuh
dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat setempat dengan pihak
luar atau para pendamping baik yang bekerja berdasarkan dorongan
karitatif maupun misi professional (Peksos). Dalam program penanganan
masalah kemiskinan, misalnya, masyarakat miskin yang dibantu seringkali
merupakan kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan internal
dari dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya.
Pendampingan sosial kemudian hadir sebagai agen perubah yang
turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi mereka.
Dengan demikian, pendampingan masyarakat dapat diartikan sebagai
59
Edi Suharto, Ph.D, CSR dan ComDev Investasi Kreatif Perusahaan di Era Globalisasi,
(Bandung: Alfabeta, 2010) , h. 75
56
interaksi dinamis antara kelompok masyarakat dan pendamping untuk
secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti:
a) Merancang program perbaikan kehidupan sosial ekonomi
b) Memobilisasi sumberdaya setempat
c) Memecahkan masalah sosial
d) Menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan
e) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang relevan dengan
konteks pemberdayaan masyarakat.
Merujuk pada Payne (1986), prinsip utama pendampingan adalah
“making the best of the client’s resources”.Sejalan dengan perspektif
kekuatan (strengths perspektif), para pendamping masyarakat tidak
memandang klien dan lingkungannya sebagai system yang pasif dan tidak
memiliki potensi apa-apa. Melainkan mereka dipandang sebagai sistem
sosial yang memiliki kekuatan positif dan bermanfaat bagi proses
pemecahan masalah. Bagian dari pendekatan pekerjaan sosial adalah
menemukan sesuatu yang baik dan membantu klien memanfaatkan hal itu.
Sebagaimana dinyatakan oleh Payne (1986:26):60
Whenever a social worker tries to help someone, he or she is
starting from a position in which there are some useful, positive
things in the client’s life and surroundings which will help them
move forward, as well as the problems or blocks which they are
trying to overcome. Part of social work is finding the good things,
and helping the client to take advantage of them.
60
Ibid, h. 76 - 77
57
Pendampingan sosial memiliki peran yang sangat menentukan
keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip
pemberdayaan, PM sangat perlu memperhatikan pentingnya partisipasi
publik yang kuat. Dalam konteks ini, peraan seorang pekerja sosial atau
pendamping masyarakat seringkali diwujudkan dalam kapasitasnya
sebagai pendamping, bukan sebagai penyembuh atau pemecah masalah
(problem solver) secara langsung. Mereka biasanya terlibat dalam
penguatan partisipasi rakyat dalam proses perencanaan, implementasi,
maupun monitoring serta evaluasi program kegiatannya.61
Para pendamping memungkinkan warga masyarakat mampu
mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang ada pada diri mereka, maupun
mengakses sumber-sumber kemasyarakatan yang berada di
sekitarnya.Pendamping juga biasanya membantu membangun dan
memperkuat jaringan dan hubungan antara komunitas setempat dan
kebijakan-kebijakan pembangunan yang lebih luas.Para pendamping
masyarakat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai
bagaimana bekerja dengan individu-individu dalam konteks masyarakat
local, maupun bagaimana mempengaruhi posisi-posisi masyarakat dalam
konteks lembaga-lembaga sosial yang lebih luas.62
61
Edi Suharto, PhD, CSR & ComDev, (Bandung, Alfabeta, 2010), h. 77 62
Ibid, h. 78
58
Peran Pendamping
Ada beberapa peran pendamping dalam pendampingan
masyarakat.Empat peran di bawah ini sangat relevan diketahu:
1) Fasilitator. Dalam literatur pekerjaan sosial, peranan “fasilitator”
sering disebut sebagai “pemungkin” (enabler). Keduanya bahkan
sering dipertukarkan satu sama lain. Seperti dinyatakan Parsons,
Jorgensen dan Hernandez (1994:188), “The traditional role of
enabler in social work implies education, facilitation, and promotion
of interaction and action.”Selanjutnya Barker (1987) memberi
definisi pemungkin atau fasilitator sebagai tanggungjawab untuk
membantu masyarakat menjadi mampu menangani tekanan
situasional atau transisional.63
Strategi-strategi khusus untuk mencapai
tujuan tersebut meliputi: pemberian harapan, pengurangan penolakan
dan ambivalensi, pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan,
pengidentifikasian dan pendorongan kekuatan-kekuatan personal dan
asset-asset sosial, pemilahan masalah menjadi beberapa bagian
sehingga lebih mudah dipecahkan, dan pemeliharaan sebuah fokus
pada tujuan dan cara-cara pencapaiannya.
2) Broker.Peran sebagai broker dalam pendampingan masyarakat
tidak jauh berbeda dengan peran broker di pasar modal. Seperti
halnya di pasar modal, terdapat klien atau konsumen. Namun
63
Ibid, h. 79
59
demikian, pendamping melakukan transaksi dalam pasar lain, yakni
jaringan pelayanan sosial. Pemahaman pendamping yang menjadi
broker mengenai kualitas pelayanan sosial di sekitar lingkungannya
menjadi sangat penting dalam memenuhi keinginan kliennya
memperoleh “keuntungan” maksimal. Dalam proses pendampingan
sosial, ada tiga prinsip utama dalam melakukan peranan sebagai
broker: (a) mampu mengidentifikasi dan melokalisir sumber-sumber
kemasyarakatan yang tepat, (b) mampu menghubungkan konsumen
atau klien dengan sumber secara konsisten, (c) mampu mengevaluasi
efektifitas sumber dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan
klien.64
3) Pembela.Seringkali pendamping masyarakat harus berhadapan
dnegan system politik dalam rangka menjamin kebutuhan dan sumber
yang diperlukan oleh klien atau dalam melaksanakan tujuan-tujuan
pendampingan sosial. Manakala pelayanan dan sumber-sumber sulit
dijangkau oleh klien, pendamping harus memainkan peranan sebagai
pembela (advokat). Peran pembelaan atau advokasi bersentuhan
dengan kegiatan politik. Peran pembelaan dapat dibagi dua: advokasi
kasus (case advocacy) (DuBois dan Miley, 1992; Parsons, Jorgensen,
dan Hernandez, 1994). Apabila pendamping melakukan pembelaan
atas nama seorang klien secara individual, maka ia berperan sebagai
64
Ibid, h. 80
60
pembela kasus. Pembelaan kelas terjadi manakala klien yang dibela
bukanlah individu melainkan sekelompok anggota masyarakat.
4) Mediator. Peran mediator diperlukan terutama pada saat terdapat
perbedaan yang mencolok dan mengarah pada konflik antara berbagai
pihak. Lee dan Swenson (1986) memberikan contoh bahwa
pendamping dapat memerankan sebagai “fungsi kekuatan ketiga”
untuk menjembatani antara anggota kelompok dan sistem lingkungan
yang menghambatnya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
melakukan peran mediator meliputi kontrak perilaku, negosiasi,
pendamai pihak ketiga, serta berbagai macam resolusi konflik.
Dalam mediasi, upaya-upaya yang dilakukan pada hakikatnya
diarahkan untuk mencapai “solusi menang-menang” (win-win
solution) dengan strategi lobby atau negosiasi. Hal ini berbeda dengan
peran sebagai pembela, dimana bantuan pendamping diarahkan untuk
memenangkan kasus klien melalui strategis kontes.65
65
Ibid, h. 81
61
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Profil Perusahaan
1. Sejarah Kalla Group
Bermula dari Haji Kalla dan Hajjah Athirah Kalla menjalankan usaha
di bidang tekstil di kota Watampone di Sulawesi Selatan. Sukses di kota
terbesar kedua di Sulawesi Selatan, Haji Kalla merambah berdagang ke
Makassar pada 18 Oktober 1952. Bisnisnya terus berkembang, lima tahun
kemudian merambah bisnis transportasi dan membeli mobil truk internasional
untuk mengangkut hasil bumi dari Bone ke Makassar. Selain itu,
mengoperasikan mobil penumpang jenis station wagon yang melayani trayek
Makassar-Bone, dan diberi nama Cahaya Bone. Selanjutnya memberanikan
diri mendirikan NV (Namlozee Venonchap) Hadji Kalla Trading Company,
yang fokus menekuni bidang perdagangan dan logistik.66
Haji Kalla menyerahkan tongkat kepemimpinan bisnisnya kepada
Jusuf Kalla pada 1967, dan didirikanlah perusahaan kontraktor konstruksi
Bumi Karsa.Pada 1969, memasuki bisnis otomotif dengan menjadi importir
mobil merek Toyota.
Mula-mula mengimpor mobil Toyota dengan semi knocked down,
kemudian mobil dirakit di Makassar. Kemudian NV Hadji Kalla menjadi agen
66
http://kallagroup.com diakses pada tanggal 05 Januari 2017
62
traktor mini merek Kubota untuk keperluan pertanian.Pada 1980 NV Hadji
Kalla melebarkan sayap bisnis otomotif melalui PT Makassar Raya Motor,
menjadi dealer mobil Daihatsu dan dealer truk Nissan Diesel.Seiring dengan
program mobil nasional maka perusahaan ikut menjadi dealer Timor dan
kemudian menjadi KIA.
Di era 1990-an perusahaan merambah ke bidang perdagangan, ada PT
Bumi Sarana Utama yang bergerak sebagai dealer aspal curah, yang banyak
mengerjakan proyek infrastruktur jalan dan bandara. Ekspansi tidak berhenti
di sana. Di bidang properti, didirikan PT Baruga Asrinusa Development, yang
mengembangkan berbagai kawasan perumahan elit dengan berbagai fasilitas
seperti perkantoran, malruko, pusat niaga, turisme agro, tempat rekreasi,
sarana pendidikan, dan sarana keagamaan. Bukan hanya rumah mewah, rumah
tipe kecil pun dikembangkan untuk membantu masyarakat menjangkau
perumahan yang layak huni. Ada juga PT Kalla Inti Karsa (KIK) yang
menjangkau pengembangan pasar tradisional, sampai membangun Mal Ratu
Indah, pusat perbelanjaan terbesar dan termegah di kawasan Indonesia Timur
serta mengoperasikan Hotel Sahid Makassar.67
Saat Jusuf Kalla diminta menjadi Menteri Perdagangan dan
Perindustrian pada 1999, maka tampuk kepemimpinan dilimpahkan kepada
Fatimah Kalla.NV Hadji Kalla telah berkembang menjadi perusahaan berskala
nasional dan mempunyai misi untuk menjangkau kesuksesan di pasar global
dan bertransformasi menjadi Kalla Group.
67
Ibid
63
Kini bisnisnya terus menggurita dari mulai sektor perdagangan
otomotif konstruksi, properti, transportasi darat, laut dan udara, juga
merambah ke sektor energi, dan perdagangan karbon, pembiayaan &
logistik.Ekspansi yang luar biasa ini merupakan hasil dari kerja keras penuh
ketekunan selama bertahun-tahun, dengan mengatasi berbagai kesulitan dan
krisis ekonomi di negeri ini dilandasi keyakinan bahwa bekerja merupakan
ibadah.68
Sebagai perusahaan swasta berskala nasional, Kalla Group memiliki
semangat kedaerahan dan kebangsaan yang tidak perlu diragukan lagi.Kalla
Group adalah salah satu perusahaan terbesar di kawasan timur Indonesia.
Menjejaki tahun-tahun ke depan Kalla Group semakin optimis dan sangat
antusias untuk terus melanjutkan pengembangan usaha dan menyediakan
berbagai layanan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sehingga pada akhirnya memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
pembangunan bangsa.
68
Ibid
64
Berikut beberapa perusahaan Kalla Group:
Tabel 3.1
Perusahaan Milik Kalla Group
Sumber: Kallagroup.co.id
2. SejarahPT. Poso Energy
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 70%
lautan dan 30% daratan.Hal ini menjadi sumber potensial bagi Indonesia
untuk mengembangkan sumber daya alam berupa perairan, dimana salah
No Jenis Usaha Nama Perusahaan
1 Kalla Otomotif
a. PT. Hadji Kalla, dulu bernama
NV.
b. PT. Kars Inti Amanah
c. PT. Bumi Jasa Utama
d. PT. Makassar Raya Motor
2 Kalla Konstruksi
a. PT. Bumi Karsa
b. PT. Bumi Barito
c. PT. Bumi Sarana Beton
d. PT. Bukaka Teknik Utama
3 Kalla Properti
a. PT. Kalla Inti Karsa
b. PT. Baruga Asrinusa
Development
c. PT. Sahid Makassar Perkasa
4 Kalla Energy
a. PT. Poso Energy
b. PT. Kalla Electrical System
5 Kalla Finance
PT Amanah Finance
65
satunya untuk menghasilkan listrik.69
Sebagaimana diketahui, tidak semua
daerah di Indonesia mendapatkan listrik terutama di pelosok
daerah.Dengan kekayaan sumber daya air yang dimiliki, sebenarnya
Indonesia dapat memanfaatkan energi dari air tersebut menjadi energi
listrik.
Saat ini sebagian besar kebutuhan listrik nasional masih banyak
bergantung pada energi thermal dan diesel terutama untuk wilayah di luar
Pulau Jawa.Untuk mengurangi pemakaian sumber daya alam tidak
terbarukan (unrennewable) serta menjaga lingkungan terhadap
pencemaran akibat pembakaran bahan bakar minyak dan gas,
pengembangan potensi sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan
kelistrikan merupakan sumber daya alternatif yang harus mendapat
perhatian khusus.Indonesia dengan kondisi topografi dan iklim
geografisnya mempunyai potensi yang sangat besar untuk pengembangan
dan pemanfaatan sumber daya air.Sejalan dengan kebijaksanaan
pemerintah dalam hal penganekaragaman energi serta aman terhadap
lingkungan, dan potensi tenaga air mendapatkan prioritas utama untuk
dikembangkan lebih lanjut.70
Pengembangan kelistrikan di indonesia di kelola oleh PT. PLN
(Persero) - sebagai pihak yang mendapatkan wewenang pemerintah yang
bertanggung jawab terhadap pengadaan, pengelolaan, dan pengembangan
tenaga kelistrikan termasuk perencanaan, pekerjaan konstruksi,
69
Buku Profil Perusahaan, h. 1 70
Ibid, h. 1
66
pengoperasian, jaringan transmisi dan system distribusinya. Disamping itu
juga merencanakan pemenuhan kebutuhan energi listrik dan harga jual
energi listrik dengan tetap berpedoman kapada peraturan pemerintah.
Dari tahun 1945 kebutuhan energi listrik nasional sebesar ± 157
MW kemudian meningkat menjadi ± 258 MW pada tahun 1955.Sepuluh
tahun kemudian kebutuhan ini meningkat hampir dua kalinya menjadi ±
460 MW.Tetapi peningkatan tersebut masih relatif kecil bila dibandingkan
dengan pertumbuhan kebutuhan sepuluh tahun berikutnya yaitu menjadi
1.129 MW pada tahun 1975, dan 3.935 MW pada akhir tahun 1983. Pada
periode yang sama (1983), PT. PLN (Persero) telah melakukan studi
potensi tenaga air untuk pembangkit tenaga listrik di seluruh indonesia,
meliputi 1. 275 lokasi dengan total potensi sebesar ± 75.000 MW, namun
demikian hingga pada saat ini potensi yang telah dimanfaatkan baru
sekitar 21.000 MW. Melihat besarnya potensi tersebut, maka peluang
untuk pengembangan tenaga air untuk pembangkitan tenaga listrik di
indonesia adalah masih cukup besar.71
Salah satu potensi tersebut adalah pengembangan PLTA Pamona
yang memanfaatkan Sungai Poso, yang berasal dari aliran air Danau Poso
di Propinsi Sulawesi Tengah. Dengan adanya rencana PLTA Pamona,
PT.PLN (Persero) merencanakan program untuk membangun transmisi
dari Ujung Pandang ke daerah Palopo hingga ke Sulawesi Utara, disebut
Sistem Sulawesi. Pengembangan PLTA di daerah Poso ini selain untuk
71
Ibid, h. 2
67
melayani kebutuhan daerah sekitar proyek (Sulawesi Tengah), juga
diharapkan dapat mendukung pelayanan kebutuhan tenaga listrik diseluruh
Sulawesi, khususnya industri tambang yang tersebar di Sulawesi Selatan
dan Tenggara. Sejalan dengan kebijakan pengembangan energi di atas,
pertumbuhan kebutuhan energi dan tenaga listrik di daerah Sulawesi
Tengah tercatat sangat tinggi ± 19 % per tahun, maka pengembangan
PLTA POSO-2 yang terletak di Sungai Poso dengan sumber airnya berasal
dari Danau Poso,Sulawesi Tengah, merupakan bagian yang sangat penting
dalam rangka merealisasikan kebijaksanaan tersebut di atas.
Berdasarkan hasil Studi Pendahuluan (Reconnaissance Study) yang
telah dilakukan oleh Tepsco Consulting Engineers, Jepang, tahun 1984,
hasil identifikasi potensi pembangkit energi listrik tenaga air di daerah ini
terdapat 3 skema yang cukup potensial, yaitu PLTA POSO-1 tipe run-off
river dengan pengaturan tampungan aktif Danau Poso sebesar 570 x 106
m³ dan diperkirakan dapat membangkitkan daya sebesar ± 60 W. PLTA
POSO-2 adalah tipe run-off river dengan pengaturan tampungan danau
yang dapat membangkitkan daya sebesar ± 195 MW, dan paling hilir
adalah PLTA POSO-3 dengan daya sebesar ± 240 MW.72
Sistem tenaga air mengubah energi dari air yang mengalir menjadi
energi mekanik dan kemudian dikonversi menjadi energi listrik. Air
mengalir melalui kanal (penstock) melewati kincir air atau turbin dimana
air akan menggerakkan sudu-sudu yang menyebabkan kincir air ataupun
72
Ibid, h. 3
68
turbin berputar. Ketika digunakan untuk membangkitkan energi listrik,
perputaran turbin menyebabkan perputaran poros rotor pada
generator.Energi yang dibangkitkan dapat digunakan secara langsung,
disimpan dalam baterai ataupun digunakan untuk memperbaiki kualitas
listrik pada jaringan.
PLTA Poso Energy terdiri dari tiga proyek dimana PLTA Poso-1
memiliki kapasitas potensi 60 MW, PLTA Poso-2 memiliki kapasitas
potensi 180 MW, dan PLTA Poso-3 memiliki kapasitas 300 MW. Ketiga
PLTA ini menggunakan sumber daya air Sungai Poso, Desa Sulewana,
Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah.
Adapun PLTA yang sudah beroperasi adalah PLTA Poso-2 dimana kini
sudah mulai menjalankan aktifitas produksi listrik melalui energi air.
Secara resmi, PLTA Poso-2 ini menjadi sebuah perusahaan yang bernama
PT Poso Energy sejak tanggal 31 Mei 2005 melalui akta pendirian No. 5 di
hadapan Notaris Andy Azis, S. H.73
3. Visi dan Misi Perusahaan
Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya, akan selalu berusaha
untuk menjadi perusahaan yang terdepan. PT Poso Energy yang bergerak
dalam bidang jasa energi berusaha menjadi perusahaan yang terdepan di
73
Ibid, h. 4
69
bidangnya.Setiap perusahaan pasti mempunyai visi dan misi untuk
menjalankan usahanya tersebut.74
Visi
Menjadi kelas dunia keunggulan perusahaan multi-nasional di bidang
teknik, konstruksi dan energy
Misi
Perusahaan untuk terus meningkatkan kepuasan dalam segala bidang,
mengembangkan hubungan saling menguntungkan dengan semua
pemangku kepentingan, terus menerus memperbaiki system manajemen
dan mengembangkan karyawan sebagai sumber daya berkualitas.
4. Lokasi PLTA Pamona 2
PT Poso Energi membangun PLTA Pamona-2 dengan kapasitas
terpasang sebesar 3 x 65 MW di Pamona, Kabupaten Poso.Lokasi PLTA
Pamona-2 terletak di desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara,
Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.Secara geografis, lokasi PLTA
Pamona-2 terletak pada posisi 0q10c-3q40c.75
Lintang Selatan, dan 120q10c-123q23c Bujur Timur. Berikut ini
ilustrasi lokasi PLTA Pamona-2:
Gambar 3.1 Lokasi PLTA Pamona 2
74
Ibid, h. 4 75
Ibid, h. 5
70
5. Gambaran Umum Lokasi
PLTA Pamona terletak di Sungai Poso yang pada bagian hulunya
terdapat danau alam yang besar (Danau Poso) dengan luas permukaan
danau 362 km2 pada muka air normal serta mempunyai luas daerah
tangkapan hujan (Catchment area) 1.340 km2 dengan sungai-sungai kecil
yang mengelilingi danau.
Danau Poso yang terletak di Sulawesi Tengah merupakan salah
satu dari dua danau yang besar setelah Danau Towoti di Sulawesi Selatan.
Danau Poso mempunyai luas tangkapan hujan sekitar 1.340 km2 yang
terdiri dari arah anak sungai kecil mengelilingi Danau.Elevasi muka air
yang cukup tinggi (515 m), maka secara topografi sangat baik untuk Pusat
Pembangkit Listrik.76
Outlet Danau terletak di sebelah Utara dan mengalir melalui
Sungai Poso melewati Kota Poso sebelum ke laut.Lebar sungai mula-mula
lebar dan menyempit pada jarak kurang lebih 12 km dari Outlet Danau dan
kemiringan dasar sungai semakin tajam dan aliran air menjadi cepat.
Antara lokasi bendung PLTA Pamona-2 dengan Power House, dasar
sungai menjadi datar sampai di laut.
76
Ibid, h. 6
71
6. Kondisi Topografi
PLTA Pamona terletak di Sungai Poso yang pada bagian hulunya
terdapat danau alam yang besar (Danau Poso) dengan luas permukaan
danau 362 km2 pada muka air normal serta mempunyai luas daerah
tangkapan hujan (Catchment area) 1.340 km2.
Secara umum kondisi topografi di bagian hulu (Selatan) adalah
perbukitan terjal dan bagian hilir melebar ke arah Barat-Utara berupa
dataran rendah hingga pantai. Kemiringan rata-rata Sungai Sadang adalah
0,010 (sepuluh permil) yang diperoleh dari perbedaan elevasi muka air
normal (NWL) keluaran Danau Poso 511,21m terhadap muara sungai di
pantai Poso dengan jarak 50km.
Dilihat dari bentuknya, kondisi topografi di sepanjang aliran sungai,
dari keluaran Danau Poso adalah daerah lembah dengan bentuk relatif
datar sampai pada jarak 12 km ke arah hilir (Poso-1), selanjutnya berubah
menjadi cekungan curam yang membentuk celah terjal (bentuk huruf V)
hingga di muara. Volume efektif danau diperkirakan lebih besar dari 700 x
106 m3 pada elevasi muka air normal (511, 21 m) di atas permukaan laut
disertai dengan bentuk topografi yang relatif curam hingga dataran pantai
(50 km). Kondisi ini sangat potensial untuk pengembangan pembangkit
listrik tenaga air.77
77
Ibid, h. 8
72
Berdasarkan hasil survei topografi, elevasi dasar sungai pada lokasi
bendung yang direncanakan (alternatif Poso-3) adalah 264,17 m dan
elevasi keluaran pada pembuang akhir (tailrace) 20,90 m, dan lokasi
keluaran alternatif yang lain +26m, sehingga tinggi jatuh (head)
diperkirakan 250 m.
Danau Poso yang terletak di Sulawesi Tengah merupakan salah
satu dari dua danau yang besar setelah Danau Towoti di Sulawesi Selatan.
Danau Poso mempunyai luas tangkapan hujan sekitar 1271 km2 yang
terdiri dari arah anak sungai kecil mengelilingi Danau. Elevasi muka air
yang cukup tinggi (515 m), maka secara topografi sangat baik untuk Pusat
Pembangkit Listrik.
Outlet Danau terletak di sebelah Utara dan mengalir melalui
Sungai Poso melewati Kota Poso sebelum ke laut.Lebar sungai mula-mula
lebar dan menyempit pada jarak kurang lebih 12 km dari Outlet Danau dan
kemiringan dasar sungai semakin tajam dan aliran air menjadi cepat.78
Gambar 3.2
Kondisi Aliran Sungai di Lokasi PLTA Pamona-2
78
Ibid, h. 7
73
B. Gambaran Program CSR PT. Poso Energy
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi Pasal 74
Undang-undang Perseroran Terbatas (UUPT) yang baru. Undang-undang ini
disahkan dalam sidang paripurna DPR.Dengan adanya undang-undang
tersebut industri atau korporasi-korporasi wajib untuk melaksanakannya,
tetapi kewajiban ini bukan merupakan suatu beban yang memberatkan.Perlu
diingat pembangunan suatu negara bukan hanya tanggungjawab pemerintah
dan industri saja, melainkan setiap insan menusia berperan untuk mewujudkan
kesejahteraan sosial dan pengelolaan kualitas hidup karyawan, industri dan
korporasi berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat
dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup.Kini dunia usaha
tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single
bottom line), tetapi sudah meliputi keuangan, sosial, dan aspek lingkungan
biasa disebut (tripple bottom line) sinergi tiga elemen ini merupakan kunci
dari konsep pembangunan berkelanjutan.CSR PT. Poso Energy sudah
menjalankan aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan sejak tahun 2012.79
79
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 1
74
a. Visi Misi CSR PT. Poso Energy
Visi :
Mewujudkan perusahaan yang secara terus menerus memiliki hubungan
yang harmonis dan memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan
sekitarnya.
Misi :
a. Melaksanakan komitmen perusahaan atas tanggung jawab sosial dan
lingkungan
b. Membantu dan berperan aktif dalam peningkatan kehidupan
masyarakat dan lingkungan
c. Membangun hubungan yang harmonis dan kondusif dengan semua
stakeholder untuk mencapai visi dan misi Perusahaan
b. Struktur Organisasi CSR PT. Poso Energy
75
c. Master Plan CSR PT. Poso Energy
1. Poso Energy and Education
Pendidikan adalah pondasi pembangunan bangsa dalam
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.PT Poso Energy berupaya
turut serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui program
pendidikan.80
Pendidikan merupakan investasi sosial yang strategis
melahirkan generasi yang unggul dan masyarakat yang
berkualitas.Keberhasilan mutu pendidikan sangat bergantung pada
proses belajar mengajar atau interaksi tenaga pengajar dan siswa/(i)
serta ketersediaan sarana pendukung yang memadai. Kualitas tenaga
pengajar akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
siswa/(i) yang dihasilkan. PT Poso Energy yang memprioritaskan
masalah pendidikan memfokuskan peningkatan kualitas tenaga
pengajar dan penyediaan sarana pendukung.81
Dana yang dialokasikan
untuk CSR bidang Pendidikan adalah sebagai berikut:
Diagram 3.1
Alokasi Dana CSR Bidang Pendidikan
80
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 2 81
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 2
76
77
Program CSR bidang pendidikan yang dilakukan oleh PT Poso
Energy bertujuan untuk:
a. Mendukung penyediaan infrastruktur pendidikan yang nyaman,
bersih dan sehat
b. Meningkatkan kecakapan dan kemandirian siswa/(i)yang siap
bersaing
c. Mendukung semangat pendidikan siswa/(i) kurang mampu
Program pendidikan merupakan program CSR prioritas utama
PT Poso Energy. Saat ini program pendidikan yang telah dilakukan
oleh PT Poso Energy adalah sebagai berikut:82
a. Perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana belajar tingkat
PAUD sampai Universitas. Di tahun 2016, PT Poso Energy
memiliki data sekolahan se Kabupaten Poso tingkat PAUD dan TK
adalah 183; Sekolah Dasar 234; SMP 80; SMK 16; SMA 24; dan
Perguruan Tinggi swasta sebanyak 2 Universitas. Saat ini terdata 4
PAUD yang telah menerima program CSR PT Poso Energy.
b. Pelatihan guru dan siswa dalam rangka peningkatan mutu belajar
mengajar.
c. Pengenalan lingkungan bersih dan sehat kepada usia dini sampai
tingkat SD
d. Pengenalan pelestarian lingkungan bersih dan sehat tingkat SMA
82
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 3
78
e. Beasiswa kepada mahasiswa/(i) kurang mampu dan kepada yang
berprestasi
2. Poso Energy and Society
Masyarakat merupakan aset berharga bagi PT Poso Energy.
Masyarakat telah memberikan andil besar dalam berbagai hal sejak
awal perisapan, konstruksi dan operasional PT Poso Energy. Salah
satu program CSR yang dilakukan PT Poso Energy adalah
pengembangan kemasyarakatan dari sisi infrastruktur dan
kelembagaan. Infrastruktur adalah hal yang mendukung segela aktifitas
masyarakat dan kelembagaan merupakan wadah aktualisasi
masyarakat. Disamping itu PT Poso Energy juga memiliki program
dukungan kepada korban bencana alam, kegiatan ini merupakan
wujud kepedulian dan dukungan moril dan materil dalam proses
recovery pasca bencana.83
Dana yang dialokasikan untuk CSR bidang
Society adalah sebagai berikut:
83
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 4
79
Diagram 3.2
Alokasi Dana CSR Bidang Society
Program CSR bidang kemasyarakatan bertujuan untuk :
a) Mendukung penyediaan infrastruktur yang berkualitas
b) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat
c) Memberikan dukungan moril dan materiil kepada korban bencana
alam
Program CSR Kemasyarakatan saat ini yang sudah dilakukan adalah
sebagai berikut:84
a) Perbaikan ruas jalan
b) Subsidi pemakaian energi listrik gratis
c) Perbaikan Kantor Desa Sulewana dan Balai Desa Sulewana
d) Perbaikan MCK
e) Penyediaan sarana air bersih
84
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 5
80
f) Kepedulian terhadap korban bencana alam (banjir)
3. Poso Energy and Health
Investasi terbesar bagi kehidupan manusia adalah kesehatan.
Masyarakat yang sehat akan meuwujudkan kehidupan yang
berkualitas. Masyarakat yang sehat dapat diraih dengan lingkungan
yang bersih dan nyaman. PT. Poso Energi dengan program CSR
bidang kesehatan lebih fokus kepada tindakan preventif dan
penyediaan sarana pendukung kesehatan. Tindakan preventif
dilakukan dengan menanamkan prinsip hidup sehat yang disiplin sejak
usia dini. Untuk penyediaan sarana pendukung kesehatan lebih
difokuskan kepada peremajaan sarana yang ada saat ini.85
Dana yang
dialokasikan untuk CSR bidang Kesehatan adalah sebagai berikut:
Diagram 3.3
Alokasi Dana CSR Bidang Kesehatan
85
Ibid, h. 5
81
Program CSR bidang kesehatan bertujuan untuk :
a. Memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat
b. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat
c. Mendukung perbaikan sarana kesehatan
PT Poso Energy melalui program CSR bidang kesehatan
telah melakukan beberapa program kesehatan yaitu :
a. Pemeriksaan Mata dan Pemberian Kacamata baca kepada
siswa/siswi SMP dan SMA (Bright with Poso Energy)
b. Bantuan Sarana kesehatan (Puskesmas)
c. Ambulans persembahan Poso Energy
4. Poso Energy and Environmental Protection
Menjaga kelestarian lingkungan merupakan bagian dari
upaya jaminan penyediaan air sebagai sumber bahan baku kegiatan
PT Poso Energy. Kelestarian lingkungan difokuskan pada rehabilitasi
daerah aliran sungai (DAS) poso area upstream maupun downstream.
Pelaksanaan rehabilitasi DAS poso dilakukan dengan melibatkan
seluruh karyawan, masyarakat dan instansi terkait pemda setempat.
Kegiatan ini juga termasuk dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu
masyarakat tidak hanya melestarikan lingkungan, namun masyarakat
diberi pelatihan terlebih dahulu sebelum melaksanakan kegiatan
82
tersebut.86
Dana yang dialokasikan untuk CSR bidang Environmental
Protection adalah sebagai berikut:
Diagram 3.4
Alokasi Dana CSR Bidang Environmental Protection
Program CSR bidang kelestarian lingkungan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:87
a. Save Green (gerakan menanam pohon di area DAS poso). Salah
satu kegiatan yang telah dilakukan adalah rehabilitasi DAS di area
catchment area Danau Poso. Pelaksanaan penanaman pohon area
danau poso dan sekitarnya juga telah dilakukan bekerja sama
dengan Pemda Propinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten Poso.
b. Take and Give (tebang satu tanam satu)
c. Save endemic species (penebaran bibit ikan sidat / ikan sogili di
danau poso)
86
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 6 87
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 8
83
5. Poso Energy and Community Development
Secara umum community development dapat didefinisikan
sebagai kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk
memperbesar akses masyarakat untuk lebih baik apabila dibandingkan
dengan sebelum adanya kegiatan pembangunan.Kegiatan community
development Poso Energy menjalankan program ini untuk masyarakat
agar menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan
kesejahteraan yang lebih baik.Program Community Development
memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat, berbasis
sumber daya setempat (local resource based) dan berkelanjutan
(sustainable).Dua sasaran yang ingin dicapai yaitu sasaran kapasitas
masyarakat dan sasaran kesejahteraan masyarakat. Sasaran utama yaitu
kapasitas masyarakat dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan
(empowerment) agar anggota masyarakat dapat ikut dalam proses
produksi atau institusi penunjang dalam proses produksi, kesetaraan
(equity) dengan tidak membedakan status dan keahlian, keamanan
(security), keberlanjutan (sustainability) dan kerjasama
(cooperation).88
Dana yang dialokasikan untuk CSR bidangPartnership dan
Community Developmentadalah sebagai berikut:
88
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 9
84
Diagram 3.5
Alokasi Dana CSR Bidang Community Development
Program CSR Community Development yang sudah dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Budidaya Ikan Sidat
2. Kebun Percontohan
3. Penyelamatan DAS Poso
85
C. Gambaran Desa Sulewana
a. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Desa sulewana adalah ibukota Kecamatan Pamona Utara, dalam
kawasan dataran Kabupaten Poso. Bentuk permukaan tanah (Keadaan
Topografi) Desa Sulewana rata-rata ketinggian dari permukaan laut
650 mm berdasarkan hasil pengukuran menggunakan JPS pada titik di
kantor desa. Desa Sulewana dapat ditempuh dengan kendaraan roda
empat maupun roda dua dengan jarak 40 Km dari Kota Poso.Dengan
kondisi itu, maka alat transportasi darat saat ini sudah lancer dan dapat
di tempuh kira-kira 1 jam.89
Selain itu Desa Sulewana memiliki luas 294 Ha berbatasan dengan:
1) Sebealah Selatan : Desa Saojo
2) Sebelah Utara : Desa Sangira
3) Sebelah Timur : Desa Lena
4) Sebelah Barat : Hutan Lindung
89
Hasil Social Mapping PT. Poso Energy 2016 h. 2
86
b. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk yang mendiami Desa Sulewana pada tahun 2016
mencapai 2.752 jiwa dengan komposisi berdasarkan jenis kelaminya
itu laki-laki 1.528 dan perempuan 1.224 jiwa. Dilihat dari komposisi
penduduknya, desa ini di dominasi oleh suku asli 95% dan suku
pendatang 5%. Berikut ini disajikan tabel penduduk berdasarkan usia
dan jenis kelamin.90
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Desa Sulewana
No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Persentase (%)
1 Laki-laki 1.528 54,15
2 Perempuan 1.224 48,84
Jumlah 2.752 100
Sumber: PT. Poso Energy
c. Kondisi Sosial
Kondisi sosial Desa Sulewana dipengaruhi oleh beberapa faktor,
meliputi tingkat pendidikan, kesehatan dan keamanan. Ketiga factor ini
merupakan faktor-faktor yang menonjol untuk diamati mengingat
kondisi desa yang kaya akan sumber daya alam (SDA) yaitu sungai
poso yakni sebagai lokasi pembangunan PLTA, masyarakat yang
plural, dan mengalami konflik sosial di antara masyarakatnya.91
90
Ibid, h. 2
91 Ibid, h. 3
87
d. Tingkat Pendidikan
Keadaan rumah tangga masyarakat Desa Sulewana tingkat
pendidikannya sudah berkembang sejalan dengan adanya
pembangunan PLTA dibandingkan sebelum masuknya perusahaan ini.
Namun di sisi lain berkembangnya pendidikan bukan hanya karena
faktor keuangan namun karena adanya kemauan dan kemampuan
seseorang untuk lebih mengembangkan DesaSulewana. Dengan
adanya saling mendukung antara orang tua dan anak-anak di samping
kebutuhan yang mencukupi, anak-anak bahkan orang tua melanjutkan
sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi.Dapat dilihat
perkembangan pendidikan melalui tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sulewana
No Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 SD 9 11,25
2 SLTP 25 31,25
3 SLTA 26 32,5
4 PT 20 25
Jumlah 80 100
Sumber: PT. Poso Energy
88
e. Tingkat Kesehatan
Tabel 4.3
Tingkat Kesehatan Masyarakat Desa Sulewana
No Kesehatan Jumlah Persentase (%)
1 Dukun 0 0
2 Bidan 2 2,5
3 Puskesmas 47 58,75
4 Rumah Sakit 31 38,75
Jumlah 80 100
Sumber: PT. Poso Energy
f. Tingkat Keamanan
a) Penerangan
Penerangan merupakan proses dan alat-alat untuk menerangi
seperti aliran listrik yang dimiliki oleh Desa Sulewana yang berasal
dari PLTA Sulewana yang sebelum adanya pembangunan PLTA
masih memakai aliran listrik Negara dari PLN dan yang sebagian
besar masih menyambung listrik dari tetangga karena dipengaruhi
oleh pendapatan yang masih rendah sehingga belum bisa
memasang sendiri. Namun setelah pembangunan PLTA sudah
selesai maka Desa Sulewana memakai listrik gratis tanpa harus
berkewajiban membayar lagi kepada PLN. Hal tersebut termasuk
bentuk program dari CSR PT. Poso Energy.92
Seperti yang terlihat
pada tabel berikut ini:
92
Ibid, h. 4
89
Tabel 4.4
Tingkat Penerangan Desa Sulewana
No Penerangan Jumlah
Sebelum
Ada
PLTA
Jumlah
Sesudah
Ada
PLTA
Persentase
Sebelum
Ada
PLTA
Persentase
Sesudah
Ada
PLTA
1 Aliran
Listrik
18 80 22,5 100
2 Generator 6 0 7,5 0
3 Sambung
dari
Tetangga
36 0 70 0
Jumlah 80 80 100 100
Sumber: PT. Poso Energy
b) Lingkungan
Seiring dengan berjalannya pembangunan di zaman sekarang ini,
maka kebutuhan akan pasokan listrik juga semakin bertambah.
Untuk memenuhi kebutuhan akan listrik tersebut, maka banyak
daerah-daerah yang membangun PLTA, dalam hal ini
pembangunan PLTA yang ada di Desa Sulewana sekarang.
Tentunya pengembangan PLTA ini telah disesuaikan dengan daya
dukung lingkungan dimana PLTA ini layak di bangun.Oleh karena
itu dengan adanya listrik maka di sepanjang jalan terdapat lampu
jalan yang menerangi Desa Sulewana dan disamping itu juga
kegiatan-kegiatan sosial yang biasanya hanya dilaksanakan pada
siang hari tetapi sekarang dilakukan pada malam hari karena di
90
dukung oleh penerangan tersebut.93
Hal ini dapat kita lihat dari
Tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5
Tingkat Lingkungan Desa Sulewana
No Lingkungan Jumlah
Sebelum
Ada
PLTA
Jumlah
Sesudah
Ada PLTA
Persentase
Sebelum
Ada PLTA
(%)
Persentase
Sesudah
Ada PLTA
(%)
1 Ada lampu
jalan
0 80 0 100
2 Kegiatan
sosial
0 80 0 100
Jumlah 0 80 0 100
Sumber: PT. Poso Energy
g. Kondisi Ekonomi Desa Sulewana
a) Tingkat pendapatan
Pendapatan adalah jumlah keseluruhan dari hasil yang diperoleh
baik dari pokok maupun pekerjaan sampingan yang dapat dilihat
dan diukur dengan rupiah dalam waktu tertentu. Sehubungan
dengan tingkat pendapatan berikut kriteria golongan pendapatan
yakni pendapatan rendah, pendapatan sedang, dan pendapatan
tinggi. Jika pendapatan suatu rumah tangga tinggi, maka sudah
pasti kebutuhan pokok rumah tangga tersebut akan terpenuhi. Pada
kenyataannya, di Desa Sulewana, wujud tingkat pendapatan warga
yang cukup beragam dari tingkat pendapatan rendah hingga
pendapatan yang cukup tinggi sebelum dan sesudah adanya
93
Ibid, h. 4
91
pembangunan PLTA, sebagaimana distribusi jawaban dari
respondes pada tabel di bawah ini:94
Tabel 4. 6
Tingkat Pendapatan Masyarakat Desa Sulewana
No Pendapatan Jumlah
Sebelum
ada
PLTA
Jumlah
Sesuda
h ada
PLTA
Persentase
Sebelum
ada PLTA
(%)
Persentas
e Sesudah
ada
PLTA
(%)
1 <100.000 2 0 2,5 0
2 100.000 – 500.000 58 0 725 0
3 500.000 – 1.000.000 20 1 25 1,25
4 1.000.000 – 1.500.000 0 60 0 75
5 1.500.000 – 2.000.000 0 19 0 23,75
Jumlah 0 80 0 100
Sumber: PT. Poso Energy
b) Tingkat Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam suatu usaha atau
industri karena berhasil tidaknya suatu usaha atau industri
dipengaruhi oleh tenaga kerja yang tersedia dan mampu untuk
bekerja sesuai dengan tugasnya. Semakin banyak lapangan kerja,
maka semakin besar tenaga kerja yang diperlukan dalam suatu
usaha. Kedudukan yang diperoleh dari pekerjaan sebagai buruh dan
karyawan di PLTA dan dilihat dalam tabel sebelum adanya
Pembangunan PLTA dan sesudah adanya pembangunan PLTA
yakni:
Tabel 4.7
94
Ibid, h. 5
92
Tingkat Tenaga Kerja Desa Sulewana
No Tenaga
Kerja
Jumlah
Sebelum
Ada
PLTA
Jumlah
Sesudah
Ada
PLTA
Persentase
Sebelum
Ada
PLTA (%)
Persentase
Sesudah
Ada
PLTA (%)
1 Berkebun 80 0 100 0
2 Karyawan
PLTA
0 80 0 100
Jumlah 80 80 100 100
Sumber: PT. Poso Energy
c) Tingkat Kesejahteraan
Dalam hal ini tingkat kesejahteraan diukur dengan melihat
perubahan-perubahan yang terjadi dari bentuk tempat tinggal
masyarakat Desa Sulewana sebelum dan sesudah adanya
pembangunan PLTA. Hasil penelitian menunjukkan tingkat
kesejahteraan masyarakatnya disajikan dalam Tabel berikut:95
Tabel 4.8
Tingkat Kesejahteraan Desa Sulewana
No Tempat
Tinggal
Jumlah
Sebelum
Ada
PLTA
Jumlah
Sebelum
Ada
PLTA
Persentase
Sebelum
Ada
PLTA (%)
Persentase
Sesudah
Ada
PLTA (%)
1 Papan 72 1 90 1,25
2 Permanen 8 79 10 98,75
Jumlah 80 80 100 100
Sumber: PT. Poso Energy
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Temuan Data
95
Ibid, h. 8
93
1. Gambaran Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Sulewana
Secara umum community development dapat didefinisikan sebagai
kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar
akses masyarakat untuk lebih baik apabila dibandingkan dengan sebelum
adanya kegiatan pembangunan. Kegiatan community development Poso
Energy menjalankan program ini untuk masyarakat agar menjadi lebih
mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik.
Program Community Development memiliki tiga karakter utama yaitu
berbasis masyarakat, berbasis sumber daya setempat (local resource
based) dan berkelanjutan (sustainable). Dua sasaran yang ingin dicapai
yaitu sasaran kapasitas masyarakat dan sasaran kesejahteraan masyarakat.
Sasaran utama yaitu kapasitas masyarakat dapat dicapai melalui upaya
pemberdayaan (empowerment) agar anggota masyarakat dapat ikut dalam
proses produksi atau institusi penunjang dalam proses produksi, kesetaraan
(equity) dengan tidak membedakan status dan keahlian, keamanan
(security), keberlanjutan (sustainability) dan kerjasama (cooperation).96
Program CSR Community Development yang sudah dilakukan
adalah sebagai berikut:
a) Budidaya Ikan Sidat
Ikan Sidat atau Unagi banyak dikonsumsi sebagai makanan
mewah di Jepang, Hongkong dan Korea karena kandungan tinggi
96
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 12
94
protein dan omega-3 yang berkhasiat untuk kesehatan tubuh. Namun
benih ikan sidat yang banyak di perairan Indonesia belum banyak
dimanfaatkan di negeri sendiri.97
Di Indonesia, paling sedikit ada enam jenis ikan sidat (Anguilla
sp), yaitu Anguilla Marmorata, Anguilla Celebensis, Anguilla
Ancentralis, Anguilla Borneensis, Anguilla Bicolor Bicolor, dan
Anguilla Bicolor Pacifica.
Ikan sidat adalah jenis karnivora (pemakan ikan) yang memiliki
sifat katadromos, yaitu awalnya berkembangbiak di laut dan
selanjutnya mencari perairan umum (air tawar) untuk membesarkan
diri. Sifat itu membuat ikan sidat sulit beradaptasi dan mengubah pola
makan di habitat baru kolam air tawar.
Ikan sidat Marmorata yang banyak terdapat di aliran Sungai
Poso, merupakan jenis ikan yang khusus hanya ada di daerah Poso.
Sebagai ikan komoditas eksport, ikan ini banyak ditangkap oleh
masyarakat dengan berbagai ukuran dan teknik, salah satunya dengan
perangkap Sidat (Wayamassapi). Penangkapan yang besar-besaran
tentunya akan mengurangi jumlah habitat Sidat baik di hulu maupun
hilir sungai Poso.98
Pelestarian dan budidaya Ikan Sidat ini sudah berjalan sejak
Januari 2016. Ikan sidat yang dibudidayakan oleh CSR PT. Poso
97
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 20
98Ibid, h. 21
95
Energy adalah jenis ikan sidat Marmorata,seperti yang diungkapkan
oleh Bapak Herman sebagai ketua RT setempat,
“Disini yang dibudidayakan ikan sidat Marmorata pak. Karena
habitat aslinya memang disini. Dari dulu sudah terkenal ada ikan
sidat di danau ini, tapi belum pernah di buat kegiatan macam
ini.”99
Lalu, Bapak Agus Syamsi selaku penanggungjawab dari program ini
menambahkan,
“jenisnya sidat Marmorata ta”100
ujarnya.
Ikan sidat jenis Marmorata sudah sejak dahulu berada di danau
poso, oleh sebab itu, PT. Poso Energy melakukan budidaya ikan
tersebut baik untuk dikonsumsi ataupun di ekspor ke luar
negeri.Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Herman,
“Biasanya hasil budidaya ini dibuat abon sidat dan sidat asap,
tapi ada juga yang diekspor ke Jepang. Kalau di ekspor nya sih
baru-baru tahun kemarin.Lumayan buat penghasilan kami jadi
nambah.”101
Bapak Agus Syamsyi mempertegas,
“Jadi di lokasi itu ada pelatihan gimana mengelola hasil budidaya
sidat. Ada 2 produk, abon sidat dan sidat asap. Agar bernilai
ekonomis”102
99
Wawancara dengan Bapak Agus Syamsi pada tanggal 06 Februari 2017 di Kantor PT.
Poso Energy
100Ibid
101 Wawancara dengan Bapak Herman tanggal 15 Januari 2017 di lokasi Budidaya Ikan
Sidat Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
102Ibid
96
Perencanaan pelestarian dan budidaya ikan sidat ini diawali
dengan sosialisasi, seperti yang disampaikan oleh Bapak Agus Syamsi
selaku staff CSR di PT. Poso Energy di bawah ini,
“Ya jadi dalam perencanaan pelestarian dan budidaya ikan sidat
ini awalnya kami mengadakan sosialisasi dulu. Sosialisasinya
bukan untuk orang dewasa saja, dari anak-anak sampai orang tua
pun kami ajak. Karena dalam menjaga kelestarian lingkungan
itukan bukan kewajiban dari perusahaan saja, tetapi semua
masyarakat yang tinggal di desa ini. Nah, kalo untuk budidaya
nya itu kami lakukan sosialisasi untuk yang muda-mudi sampai
dewasa.”103
Sosialisasi tersebut dilakukan agar masyarakat antusias untuk
berpartisipasi dalam program CSR ini. Masyarakat antusias karena
menurut mereka hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan mereka dari
segi ekonomi dan pengetahuan.104
Seperti yang diutarakan oleh Oscar
(20 tahun) selaku masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan ini,
“Saya mau ikut budidaya sidat ini awalnya karena sejak saya
lulus sekolah itu saya nggak ada kerjaan, otomatis penghasilan
nggak ada. Waktu ada undangan sosialisasi dari Poso Energy ini
saya hadir. Terus saya tertarik kak sama program nya.
Ketikasudah dijalani, Puji Tuhan akhirnya sekarang ada
penghasilan setiap bulan nya. Jadi lumayan yang tadinya nggak
jelas, sekarang ya pengetahuan dapat, kesejahteraan hidup pun
dapat.”105
103
Wawancara dengan Bapak Agus Syamsyi pada tanggal 06 Februari di Kantor PT.
Poso Energy Cileungsi
104 Observasi tanggal 15 Januari 2017 di lokasi Budidaya Ikan Sidat Desa Sulewana,
Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
105 Wawancara dengan Oscar pada tanggal 15 Januari 2017 di lokasi Budidaya Ikan Sidat
di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
97
Setelah dilakukan sosialisasi, kemudian diadakan pembinaan dan
pendampingan untuk memberikan arahan.Berikut pernyataan dari
bapak Agus Syamsi,
“Setelah sosialisasi kita kumpulin masyarakat yang bersedia jadi
pengurusnya. Setelah itu kita bikin pertemuan buat pemberian
materi, seperti pembinaan awal gitu supaya masyarakat paham
dulu nih kayak gimana cara budidaya ikan sidat. Pembinaannya
itu materinya seputar cara pemeliharaan ikan sidat, cara
membesarkannya, dan cara memasarkan ikan sidat.
Pembinaannya itu kita ada pendampingnya dari staff perusahaan
yang berlatar belakang Sarjana Perikanan. Sementara ini ada 2
pendamping.”106
Sesuai pernyataan Bapak Agus Syamsi di atas, jadi masyarakat di
berdayakan dengan adanya pengarahan cara budidaya ikan sidat
tersebut dan cara memasarkan ikan sidat untuk menambah ekonomi
masyarakat Desa Sulewana.
Ikan sidat marmorata terbukti tumbuh subur dengan tingkat
hidup (SR) 80 persen. Jika dalam kurun waktu 6 bulan pertumbuhan
benih sidat hanya dari ukuran 0,2gram menjadi 40gram per ekor,
dalam bulan ke-7 sampai ke-10 benih tumbuh pesat dari ukuran 40
gram ke 1 kilogram (kg) per ekor.
Seperti yang terlihat saat itu, benih ikan sidat yang baru
akan disebar di danau poso oleh Bapak Agus Syamsi bersama
dengan masyarakat yang tergabung dalam kegiatan Budidaya Ikan
Sidat. Danau itu terlihat sangat jernih sehingga ikan sidat pun
106
Wawancara dengan Bapak Agus Syamsi pada tanggal 06 Februari 2017 di kantor PT.
Poso Energy Cileungsi
98
terlihat. Di tepi danau di buat berpetak-petak kolam ikan sidat dari
mulai petak benih ikan sidat hingga ikan sidat yang paling besar.107
Gambar 4.1
Kegiatan Budidaya Ikan Sidat
Sumber: PT. Poso Energy
Biaya operasional budidaya ikan sidat adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Biaya Operasional Budidaya Ikan Sidat
Item Jumlah Harga
Satuan
Total
Benih ikan sidat 6000 ekor 500 3.000.000
Pakan 72 kg 24.000 1.728.000
Garem ikan 48 kantong 2.500 120.000
Obat-obatan 4 pack 80.000 320.000
Packing+transport 4 kali 40.000 160.000
Listrik 3 bulan 40.000 120.000
Mesin pembuat
abon
1 39.800.000
Alat pemanggang 5 160.000 800.000
Total Keseluruhan 46.048.000
Jumlah penghasilan budidaya ikan sidat per 3 bulan:
Tabel 4.10
Hasil Budidaya Ikan Sidat
107
Observasi pada tanggal 15 Januari 2017 di lokasi Budidaya Ikan Sidat di Desa
Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
99
Item Jumlah Harga Satuan Total
Ikan sidat yang
di ekspor
1000 ekor 60.000 60.000.000
Abon sidat 200 pcs 50.000 10.000.000
Sidat asap 150 pcs 150.000 22.500.000
Total Keseluruhan 92.500.000
Keuntungan yang didapat dari hasil budidaya ikan sidat seutuhnya
diberikan kepada masyarakat Desa Sulewana.
b) Kebun Percontohan
Pengertian Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa Latin
hortus, yang berarti tanaman kebun dan cultura/colere, berarti
budidaya, sehingga dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun.
Istilah hortikultura digunakan pada jenis tanaman yang dibudidayakan.
Bidang kerja hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur
jaringan, produksi tanaman, hama dan penyakit, panen, pengemasan
dan distribusi. Hortikultura merupakan salah satu metode budidaya
pertanian modern.108
Hortikultura merupakan cabang dari ilmu agronomi. Berbeda
dengan agronomi, hortikultura memfokuskan pada budidaya tanaman
buah (pomologi/frutikultur), tanaman bunga (florikultura), tanaman
sayuran (olerikultura), tanaman herbal (biofarmaka), dan taman
108
Lilis Suciani, Laporan Tahunan CSR PT. Poso Energy, h. 27
100
(lansekap). Salah satu ciri khas produk hortikultura adalah perisabel
atau mudah rusak karena segar.109
Kebun percontohan hortikultura ini sudah berjalan sejak Maret
2016. Kebun ini memiliki luas 1,8 ha. Di kebun ini ada 10 petani dan 2
pendamping. Tanaman yang ada di kebun ini adalah tanaman sayuran.
Seperti yang disampaikan oleh Bapak Ruslan selaku petani di kebun
percontohan milik PT. Poso Energy ini,
“Tanaman yang ada di lapangan itu buncis, ketimun, bawang
varietas palu, cabe rawit, sawi, dan cabe merah keriting.”110
Tanaman yang berada di kebun tersebut adalah sayuran
musiman. Sayuran musiman adalah sayuran yang tumbuh pada
musimnya saja, dan tidak tumbuh sepanjang tahun. Contohnya saat ini
sayuran yang sedang panen adalah ketimun, cabe rawit, dan buncis.
Terlihat para petani sedang memanen sayuran-sayuran tersebut di
bawah terik matahari, di kebun seluas 1,8 ha dengan pemandangan
pegunungan yang sejuk di pandang mata.111
Kegiatan pemberdayaan dikebun percontohan hortikultura
mencakup aspek produksi dan penanganan pasca panen, yaitu:
teknologi perbanyakan, penanaman, pemeliharaan, panen serta pasca
panen.Hasil panen dari kebun biasanya dijual ke pasar sentral di
109
Ibid, h. 27
110 Wawancara dengan Bapak Ruslan pada tanggal 16 Januari 2017 di Kebun Percontohan
PT. Poso Energy di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
111Observasi pada tanggal 16 Januari 2017 di lokasi Kebun Percontohan PT. Poso Energy
di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
101
Tentena dan masyarakat lokal, seperti yang disampaikan oleh Bapak
Ruslan berikut ini,
“Hasil panen ini dijual ke pasar sentral di Tentena dan
masyarakat-masyarakat lokal sini. Selama saya disini,
diusahakan selalu ada yang dijual, makanya nanamnya dikasih
bertahap. Hitungan tanaman horti seperti sawi masa panen 45
hari setelah tanam. Jadi setiap bulannya pasti ada yang
dijual.”112
Petani di kebun percontohan berjumlah 10 orang dan semuanya
asli dari suku pamona. Ada 7 petani yang sudah menjalankan
perkebunan hortikultura di kebun pribadi mereka, dan 3 orang lainnya
sedang proses untuk memulai menanam kebun hortikultura di kebun
pribadi mereka.
Gambar 4.2
Kebun Percontohan CSR PT. Poso Energy
Sumber: PT. Poso Energy
Gambar 4.3
Kebun Percontohan CSR PT. Poso Energy
112
Wawancara dengan Bapak Ruslan pada tanggal 16 Januari di lokasi Kebun
Percontohan di Desa Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah
102
Sumber: PT. Poso Energy
Harga benih tanaman kebun percontohan:
Tabel 4.11
Biaya Pembibitan Kebun Percontohan
No Janis Benih Kemasan Harga (Rp)
1 Bayam 500 g 30.000
2 Buncis 500g 32.500
3 Cabe rawit 10 g 12.500
4 Cabe keriting 10 g 57.500
5 kangkung 1000 g 21.000
6 Kacang panjang 500 g 33.000
7 Sawi 25 g 4.250
8 Timun 20 g 19.000
9 Terong 10 g 8.650
10 Tomat 10 g 57.500
11 Wortel 15 g 26.500
12 Bawang merah 50 g 85.000
13 Bawang putih 50 g 80.000
14 Bawang daun 5 g 25.000
Total Keseluruhan 492.400
Hasil panen dan harga jual dari kebun percontohan:
103
Tabel 4.12
Harga Jual Hasil Panen Kebun Percontohan
No Jenis tanaman
hasil panen
Harga jual
1 Bayam 2.000 / ikat
2 Buncis 2.500 / ikat
3 Cabe rawit 35.000 / kg
4 Cabe keriting 30.000 / kg
5 Kangkung 2.000 / ikat
6 Kacang panjang 2.000 / ikat
7 Sawi 2.000 / ikat
8 Timun 10.000 / kg
9 Terong 10.000 / kg
10 Tomat 9.000 / kg
11 Wortel 15.000 / kg
12 Bawang merah 30.000 / kg
13 Bawang putih 30.000 / kg
14 Bawang daun 1.500 / ikat
Hasil penjualan hasil panen perbulan tidak menentu, sehingga hasil
panen yang dijual setiap bulannya tidak dapat diprediksi. Selain itu,
hasil panen dari setiap tanaman berbeda-beda. Namun, setiap bulannya
para petani mendapatkan hasil sekitar 1.000.000 – 1.500.000 per orang
dari setiap penjualan hasil panen.
c) Penyelamatan Danau Poso/ Rehabilitasi DAS Poso
Danau poso merupakan salah satu dari 15 (lima belas) danau
prioritas yang disepakati pada Kesepakatan Bali tentang Pengelolaan
Danau Berkelanjutan saat penyelenggaraan Konferensi Nasional
Danau Indonesia I tahun 2009 di Denpasar Bali. Kesepakatan Bali
yang ditandatangani oleh 9 Menteri yakni, Menteri Lingkungan Hidup,
Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan
104
Umum, Menteri Pertanian, Menteri Energi Sumber Daya Mineral,
Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Menteri Riset dan Teknologi
telah melahirkan komitmen untuk mempertahankan, melestarikan dan
memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan
ekosistem dan daya dukung lingkungannya.113
Danau poso yang terletak di Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi
Tengah merupakan danau terdalam ketiga di Indonesia setelah Danau
Matano dan Danau Toba. Danau poso adalah danau tektonik yang
memiliki sumberdaya alam dan budaya yang cukup besar. Salah satu
keunikan danau poso adalah terdapatnya pasir berwarna kuning di
sepanjang pinggiran danau, serta keberadaan ikan endemik ikan sidat
(Anguilla sp). Beberapa tahun terakhir ini kondisi lingkungan danau
poso menghadapi tantangan yang cukup besar, seperti tingginya
tingkat sedimentasi serta penurunan kualitas air akibat pencemaran
oleh limbah domestik, industri, dan pertanian. Selain itu terdapat pula
ancaman penurunan keberadaan biota endemik di danau poso akibat
introduksi ikan invasif serta terputusnya jalur ruaya ikan. Menghadapi
berbagai permasalahan danau poso tersebut, maka PT. Poso Energy
melakukan upaya penyelamatan danau yang melibatkan berbagai pihak
untuk secara bersama-sama dan bersinergi segera menyelamatkan
danau poso.
113
SK Penyelamatan DAS Poso PT. Poso Energy, h. 9
105
Kebijakan pengelolaan ekosistem danau poso didasarkan pada
Visi melestarikan fungsi ekosistem danau untuk kepentingan generasi
sekarang dan yang akan datang. Sedangkan Misi pengelolaan
ekosistem danau poso adalah melakukan tindakan konservasi dan
pemanfaatan yang bijak atas danau dan daerah tangkapan airnya
melalui kegiatan inventarisasi, penelitian, dan kajian ekosistem danau
serta mengikut sertakan peran aktif masyarakat setempat dan
meningkatkan kapasitas kelembagaan dengan kerjasama, koordinasi,
dan keterpaduan antar pemangku kepentingan.114
Strategi pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sulawesi
Tengah ditempuh dengan pendekatan perencanaan pembangunan
secara holistik yang memungkinkan kebijakan-kebijakan direncanakan
dan diimplementasikan secara terpadu. Prinsip ini ditetapkan dalam
Pola Dasar Pembangunan Daerah dan Rencana Tata Ruang Wilayah,
dengan mempertimbangkan segi-segi konservasi serta pemulihan
kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan.115
Ruang lingkup penyelamatan ekosistem danau poso diawali
dengan identifikasi masalah dan analisis permasalahan untuk
menemukenali akar masalah dari kondisinya sekarang. Degradasi
lahan kawasan danau poso terutama pada Daerah Aliran Sungai
(DAS) ditandai dengan semakin meluasnya lahan kritis, sehingga
114
Ibid, h. 10
115Ibid, h. 11
106
terjadi erosi pada lereng-lereng curam, pada lahan yang digunakan
untuk pertanian maupun peruntukan lain seperti pemukiman,
pertambangan dan sebagainya. Terjadinya fenomena tersebut tidak
terlepas dari kurang efektifnya pengelolaan DAS, terutama karena
tidak adanya keterpaduan tindak dan upaya yang dilakukan oleh
berbagai sektor, instansi, atau pihak-pihak yang berkepentingan
dengan DAS. Oleh karena itu pendekatan menyeluruh dan terpadu
sangat diperlukan dalam mengurangi degradasi lahan di kawasan
danau poso. 116
Program ini sudah dijalankan sejak Maret 2010. Seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Agus Syamsi selaku staff CSR PT. Poso
Energy dan penanggung jawab program ini,
“Rehabilitasi DAS Poso ini sudah sejak 2010 dijalankan”117
Lalu beliau menambahkan,
“Program ini kami jalankan karena memang ada SK dari
Kementerian Lingkungan Hidup. Jadi kami menjalankannya
bekerjasama dengan KLH, Pemda Kabupaten Poso, Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tengah dan masyarakat setempat. Karena
program ini juga berkelanjutan untuk masyarakat juga
nantinya.”118
Program tersebut dijalankan sesuai dengan SK yang dikeluarkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup. Program tersebut juga dijalankan atas
dasar untuk kepentingan masyarakat setempat.
116
Ibid, h. 13
117Wawancara dengan Bapak Agus Syamsi pada tanggal 06 Februari di Kantor PT. Poso
Energy Cileungsi 118
Ibid
107
Pendekatan untuk penyelamatan danau poso terdiri dari
Aplikasi Sains dan Teknologi untuk Remediasi Badan Danau dan DTA,
Pengembangan Kelembagaan untuk Peningkatan Pengelolaan Danau,
dan Peningkatan peran serta masyarakat dalam Pengelolaan dan
Konservasi Danau.119
Gambar 4.4
Pendekatan Gerakan Penyelamatan Danau Poso
Sumber: PT. Poso Energy
Program penyelamatan danau poso memiliki tujuan dan
manfaat sebagai berikut:
a. Tujuan Program Penyelamatan DAS Poso
Program Penyelamatan Danau Poso bertujuan untuk
menkonservasi danau sehingga fungsi dan peranannya sebagai
reservoir alami untuk sumber baku air minum, irigasi pertanian,
perikanan, PLTA dan wisata dapat terjaga. Adapun tujuan khusus
dari program ini adalah:120
119
Ibid, h. 15
120Ibid, h. 16
108
1. Mengembangkan proses kebijakan pengelolaan ekosistem
Danau Poso yang didukung oleh kelembagaan yang baik
2. Mengaplikasikan sains dan teknologi untuk remediasi badan air
dan Daerah Tangkapan Air (DTA)
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan
konservasi Danau Poso dengan berbasis kearifan lokal
b. Manfaat
Sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai, manfaat yang
dapat diperoleh melalui Program Penyelamatan Danau Poso adalah
sebagai berikut:121
1. Mencegah kerusakan ekosistem danau yang dapat diakibatkan
oleh berbagai aktivitas masyarakat
2. Sebagai acuan pemerintah dalam menilai kesesuaian antara
rencana kegiatan penyelamatan danau dengan kebijakan dan
rencana pembangunan daerah; dan
3. Melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan
pengelolaan Danau poso. Melalui partisipasi masyarakat dalam
proses penyelamatan Danau Poso diharapkan pada masa
mendatang masyarakat juga akan terlibat secara aktif dalam
pengembilan keputusan mengenai kelayakan lingkungan suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan.
121
Ibid, h. 16
109
Masyarakat memiliki peranan sangat penting dalam
keberhasilan gerakan penyelamatan danau. Kearifan lokal yang ada
perlu dilestarikan, dimana dalam implementasinya pengelolaan dan
konservasi danau poso dapat diperkaya dengan pengetahuan dan
keterampilan. Hal ini sangat diperlukan karena pengelolaan yang
bottom up, yaitu pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat
dilaksanakan secara terpadu, desentralistik dan partisipatif untuk
menangani permasalahan lingkungan dengan partisipasi aktif dan
peran serta masyarakat (KLH, 2008). Kegiatan untuk mendorong
partisipasi juga memperhatikan nilai-nilai lokal yang selama ini
dipraktekkan oleh masyarakat. Keikutsertaan masyarakat tersebut
selain menumbuhkan rasa memiliki dan berdampak pemanfaatan
sumberdaya alam secara lestari, juga diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat secara berkelanjutan.122
Gambar 4.5
Kegiatan Pengarahan dalam Penyelamatan DAS Poso
122
Ibid, h. 19
110
Sumber: PT. Poso Energy
111
B. Analisis Data
1. Pola CSR
Pola CSR diterapkan oleh perusahaan, yaitu:
a) Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara
langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Ibu Irma
Suriani menyampaikan,
“Kita sih selalu melaksanakan setiap program itu dengan terlibat
langsung. Karena program itu kan kita sendiri yang buat. Jadi ya
kita juga yang jalan. Biasanya kalo memberikan sumbangan itu
kita langsung. Misalnya sumbangan ke sekolah-sekolah terus ke
tempat ibadah. Yang sering terlibat kalau pemberian sumbangan
itu Mba Lilis sama Pak Sony.”123
Seorang staff CSR PT. Poso Energy yang berasal dari Desa
Sulewana, Bapak Sony, mempertegas kembali bahwa,
“Selama ini kami selalu menjalankan program dengan terlibat
langsung.”124
Lalu beliau juga menambahkan,
“program yang dijalankannya itu semua program, meskipun ada
program yang memang bekerjasama dengan pihak lain, kami
tetap terlibat langsung.”125
Semua program yang dijalankan oleh CSR PT. Poso Energy
dilaksanakan dengan terlibat langsung.
123
Wawancara dengan Ibu Irma Suriani pada tanggal 16 Februari 2017, di kantor PT.
Poso Energy
124Wawancara dengan Bapak Sony pada tanggal 06 Februari 2017 di Kantor PT. Poso
Energy 125
Ibid
112
b) Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan
mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya.
dalam hal ini, PT. Poso Energy tidak mendirikan yayasan dengan
sendirinya. Namun, PT. Poso Energy tergabung dalam Yayasan Hadji
Kalla yang didirikan oleh Bapak Drs. H. M. Jusuf Kalla melalui Kalla
Group. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Lilis Suciani,
“kalo di Sulawesi memang Kalla Group sudah terkenal dengan
CSR nya. Salah satunya didirikannya Yayasan Hadji Kalla. Itu
sudah terkenal dan memang programnya sangat bagus. Kita juga
tergabung di dalamnya untuk beberapa program.”126
Ibu Lilis menambahkan bahwa program yang dijalankan tersebut
adalah program penyelamatan danau poso dan program
pendidikan/beasiswa, berikut yang disampaikan oleh beliau,
“programnya itu ya penyelamatan danau poso dan program
pendidikan atau beasiswa. Itu bergabung juga dengan melalui
Yayasan Hadji Kalla.”127
c) Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR
melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah
(NGO/LSM), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik
dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan
sosialnya. Untuk pola ini, perusahaan bekerja sama dengan
Kementerian Lingkungan Hidup, Pemda Provinsi Sulawesi Tengah,
126
Wawancara dengan Ibu Lilis Suciani pada tanggal 16 Februari 2017, di kantor PT.
Poso Energy
127Ibid
113
Universitas Kristen Tentena, dan Media Kalla.Seperti pernyataan
Bapak Agus Syamsi,
“... kami menjalankannya bekerjasama dengan KLH, Pemda
Kabupaten Poso, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan
masyarakat setempat ...”128
Selain itu, beliau menambahkan,
“oh ya ada, kita juga kerjasama dengan Universitas Kristen
Tentena untuk program beasiswa.”129
CSR PT. Poso Energy bermitra dengan KLH (Kementerian
Lingkungan Hidup), Pemda Kabupaten Poso, Pemprov Sulawesi
Tengah, dan Universitas/perguruan tinggi.
2. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
1) Seleksi Lokasi/Wilayah
Seleksi wilayah dilakukan sesuai dengan kriteria yang
disepakati oleh perusahaan, pihak-pihak terkait dan masyarakat.
Penetapan kriteria penting agar pemilihan lokasi dilakukan sebaik
mungkin, sehingga tujuan pemberdayaan masyarakat akan tercapai
seperti yang diharapkan.
Dalam pemberdayaan masyarakat yang dilakukan PT. Poso
Energy, desa yang diutamakan adalah Desa Sulewana, Kecamatan
Pamona Utara, Kabupaten Poso, karena PT. Poso Energy berlokasi di
Desa Sulewana. Selain itu, desa ini juga termasuk desa yang tertinggal.
128
Wawancara dengan Bapak Agus Syamsi pada tanggal 06 Februari 2017, di kantor PT.
Poso Energy 129
Ibid
114
Desa ini belum dimasuki aliran listrik, akses jalan yang sulit, fasilitas
yang kurang memadai, angka pengangguran tinggi, tingkat pendidikan
rendah, dan tingkat kesehatan yang kurang baik.
Seperti yang disampaikan oleh Ibu Irma Suriani selaku CSR
Manager di PT. Poso Energy,
“desa yang kami jadikan acuan itu Desa Sulewana, karena letak
PLTA ini kan ada di desa tersebut. Seperti yang ada di Undang-
Undang itu kan perusahaan harus bertanggung jawab terhadap
masyarakat sekitar. Walaupun sekarang memang kami sudah
ada 2 desa yang diberdayakan. Namun tetap Desa Sulewana ini
masih nomor 1 bagi kami. Dulunya desa ini desa yang
tertinggal, jalanannya aja masih jelek banget deh dulu itu.
Sekarang alhamdulillah sudah berkembang.”130
2) Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat
Sosialisasi merupakan upaya mengkomunikasikan kegiatan
untuk menciptakan dialog dengan masyarakat. Melalui sosialisasi akan
membantu untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan pihak
terkait tentang program dan atau kegiatan pemberdayaan masyarakat
yang telah direncanakan. Proses sosialisasi menjadi sangat penting,
karena akan menentukan minat atau ketertarikan masyarakat untuk
berpartisipasi (berperan dan terlibat) dalam program pemberdayaan
masyarakat yang dikomunikasikan.
Sosialisasi yang dilakukan oleh CSR PT. Poso Energy selalu
dilakukan sebelum menjalankan program-program Pemberdayaan
130
Wawancara dengan Ibu Irma Suriani tanggal 16 Februari 2017 di kantor PT. Poso
Energy
115
Masyarakat. Hal itu dilakukan untuk menarik masyarakat agar
memiliki keinginan untuk berpartisipasi dalam program yang akan
dijalankan. Menurut Ibu Lilis Suciani sosialisasi sangat penting,
berikut penjelasannya,
“sosialisasi itu hal yang paling penting kalau menurut aku sih.
Karena dengan sosialisasi justru program kita bisa berjalan
dengan baik. Dari sosialisasi itu masyarakat diberi pengetahuan
dan pemahaman tentang program yang akan kita jalankan.
Dengan begitu mereka akan paham apa maksud dan tujuan dari
progrm kita. Mereka juga bisa menilai seberapa penting
program tersebut untuk kehidupan mereka, sehingga mereka
mau berpartisipasi”131
Jadi, sosialisasi yang dilakukan juga memberikan pemahaman
kepada masyarakat akan pentingnya program yang diberikan oleh CSR
PT Poso Energy. Semua itu dilakukan agar masyarakat memiliki
keinginan untuk berpartisipasi.
Sama halnya dengan yang disampaikan oleh Oscar selaku
masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan Penyelamatan
Danau Poso,
“iya pertama kali mau ada kegiatan kayak begini memang kami
diundang untuk ikut rapat apa sosialisasi itu pak. Karena saya
juga ndak paham jadi saya ikut aja. Ternyata sudah itu saya
tertarik untuk ikut kegiatan itu. Karena itu untuk kita-kita juga
hasilnya pak.”132
131
Wawancara dengan Ibu Lilis Suciani pada tanggal 15 Februari 2017 di Kantor PT.
Poso Energy
132 Wawancara dengan Oscarpada tanggal 15 Januari di lokasi Kebun Percontohan Desa
Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
116
Masyarakat ingin berpartisipasi dikarenakan hasil dari program
yang dijalankan tersebut nantinya untuk kehidupan mereka di masa
mendatang.
3) Proses Pemberdayaan Masyarakat
Dalam tahap ini, staff CSR PT. Poso Energy bersama-sama
dengan masyarakat melakukan hal-hal berikut ini:
a. Mengidentifikasi dan mengkaji potensi wilayah, permasalahan,
serta peluang-peluangnya. Kegiatan ini dimaksudkan agar
masyarakat mampu danpercaya diri dalam mengidentifikasi serta
menganalisa keadaannya, baik potensi maupun permasalahannya.
Hal ini dilakukan dengan social mapping, seperti yang
disampaikan oleh Ibu Irma Suriani sebagai berikut,
“sebelum membuat program, kita melakukan social mapping.
Supaya kita tahu apa permasalahan yang ada di desa dan apa
potensinya. Semua itu dilakuin karena biar program kita
sesuai dengan yang ada di desa”133
Proses ini meliputi :
1. Persiapan tim CSR PT. Poso Energy dan masyarakat untuk
melakukan pertemuan-awal dan teknis pelaksanaanya
2. Persiapan penyelenggara pertemuan
3. Pelaksanaan kajian dan penilaian keadaan (sesuai dengan hasil
social mapping yang dilakukan)
4. Pembahasan hasil dan penyusunan rencana tindak lanjut.
133
Wawancara dengan Ibu Irma Suriani pada tanggal 16 Februari 2017 di Kantor PT.
Poso Energy
117
b. Menyusun rencana program pemberdayaan masyarakat,
berdasarkan hasil social mapping, meliputi:
a) Memprioritaskan dan menganalisa masalah-masalah yang ada
di Desa Sulewana
b) Identifikasi alternatif pemecahan masalah yang terbaik
c) Identifikasi sumberdaya yang tersedia untuk pemecahan
masalah
d) Pengembangan rencana program serta pengorganisasian
pelaksanaannya.
c. Menerapkan rencana program. Rencana yang telah disusun
bersama dengan dukungan fasilitas dari CSR PT. Poso Energy
selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan yang konkrit
dengan tetap memperhatikan realisasi dan rencana awal. Termasuk
dalam kegiatan ini adalah, pemantauan pelakasanaan dan kemajuan
kegiatan menjadi perhatian semua pihak, selain itu juga
dilakukanperbaikan jika diperlukan.
d. Memantau proses dan hasil kegiatan secara terus menerus secara
partisipatif (participatory monitoring and evaluation / PME). PME
ini dilakukan secara mendalam agar prosesnya berjalan sesuai
dengan tujuannya. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat sejauh
mana pelaksanaan program yang telah dilaksanakan dan
dampaknya terhadap masyarakat.
118
4) Pemandirian Masyarakat
Prinsip pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk
memandirikan masyarakat dan meningkatkan taraf hidupnya.Arah
pemandirian masyarakat adalah berupa pendampingan menyiapkan
masyarakat agar benar-benar mampu mengelola sendiri kegiatannya.
PT. Poso Energy dalam setiap program pemberdayaan masyarakat
menyiapkan pendamping untuk memberikan pengarahan kepada
masyarakat, seperti yang disampaikan oleh Ibu Lilis Suciani sebagai
berikut,
“Dalam menjalankan program pemberdayaan kami memang
selalu ada pendamping. Untuk program kebun percontohan itu
pendampingnya 3, 1 pendamping dari CSR PT. Poso Energy, 2
lagi petani hortikultura dari Jawa Barat. Untuk program
budidaya ikan sidat itu ada 2 pendamping. Untuk program
penyelamatan DAS Poso itu pendampingnya ada 4, ada dari
KLH juga.”134
Peran pendamping pada awal proses sangat aktif tetapi akan
berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat
sudah mampu melanjutkan kegiatan secara mandiri seperti yang
disampaikan oleh Ibu Irma Suriani,
“Pendamping akan mendampingi masyarakat sampai mereka
benar-benar bisa mandiri. Nantinya program yang dijalankan
akan mereka jalankan sendiri secara berkelanjutan.”135
134
Wawancara dengan Ibu Lilis Suciani pada tanggal 15 Februari 2017 di Kantor PT.
Poso Energy 135
Wawancara dengan Ibu Irma Suriani pada tanggal 16 Februari 2017 di kantor PT.
Poso Energy
119
Dalam oprasionalnya inisiatif pendamping pemberdayaan
masyarakat secara perlahan akan dikurangi dan akhirnya berhenti.
Peran pendamping akan dipenuhi oleh pengurus kelompok atau pihak
lain yang dianggap mampu oleh masyarakat. Waktu pemunduran
pendampingsesuai kesepakatan bersama yang telah ditetapkan sejak
awal program dengan masyarakat. Sejak awal sosialisasi, sudah
disepakati bahwa pendampingan dilakukan minimal 3 tahun setelah
proses dimulai. Namun, tidak terputus karena pendamping tetap
menjadi penasihat/konsultan bila diperlukan oleh masyarakat.
5) Pendampingan Masyarakat
Pendampingan masyarakat hadir sebagai agen perubah yang
turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi
masyarakat. Dengan demikian, pendampingan masyarakat dapat
diartikan sebagai interaksi dinamis antara kelompok masyarakat dan
pendamping untuk secara bersama-sama menghadapi beragam
tantangan seperti:
1. Merancang program perbaikan kehidupan sosial ekonomi
2. Memobilisasi sumberdaya setempat
3. Memecahkan masalah sosial
4. Menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan
5. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang relevan
dengan konteks pemberdayaan masyarakat.
120
Menurut Bapak Sony, pendampingan masyarakat memiliki
peranyang sangat penting. Beliau menjelaskan sebagai berikut,
“Pendampingan masyarakat menentukan keberhasilan program
pemberdayaan masyarakat yang dijalankan. Karena
pendamping memberikan arahan kepada masyarakat untuk
menjadikan mereka memiliki keterampilan, memiliki rasa
tanggungjawab, dan dapat mensejahterakan dirinya sendiri.”136
Para pendamping memungkinkan warga masyarakat mampu
mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang ada pada diri mereka,
maupun mengakses sumber-sumber kemasyarakatan yang berada di
sekitarnya. Pendamping juga biasanya membantu membangun dan
memperkuat jaringan dan hubungan antara komunitas setempat dan
kebijakan-kebijakan pembangunan yang lebih luas. Para pendamping
masyarakat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai
bagaimana bekerja dengan individu-individu dalam konteks
masyarakat lokal, maupun bagaimana mempengaruhi posisi-posisi
masyarakat dalam konteks lembaga-lembaga sosial yang lebih luas.
136
Wawancara dengan Bapak Sony pada tanggal 06 Februari 2017 di kantor PT. Poso
Energy Cileungsi
121
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis uraikan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai
Pemberdayaan CSR yang dilaksanakan oleh PT. Poso Energy di Desa
Sulewana, Kecamatan Pamona Utara, Kabupaten Poso Sulawesi Tengah, dan
melalui kajian serta analisis dari seluruh hasil penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa,
1. CSR PT. Poso Energy sudah melaksanakan aktivitas tanggungjawab sosial
perusahaan sejak tahun 2012. Ada 5 bidang program diantaranya yaitu
Program Pendidikan (Poso Energy and Education), Kesehatan (Poso
Energy and Health), Kemasyarakatan (Poso Energy and Society),
Perlindungan Lingkungan (Poso Energy and Environmental Protection),
dan Pengembangan Masyarakat (Poso Energy and Community
Development). Program-program yang termasuk bidang Pengembangan
Masyarakat adalah Budidaya Ikan Sidat, Kebun Percontohan dan
Penyelamatan Danau Poso.
2. Berdasarkan teori CSR dari PIRAC Pola CSR yang diterapkan oleh CSR
PT. Poso Energy ada tiga, yaitu keterlibatan langsung, pola ini diterapkan
di dalam setiap program yang dilaksanakan;melalui yayasan atau
organisasi sosial perusahaan, pola ini diterapkan pada program
penyelamatan danau poso, dan program pendidikan/beasiswa. Dalam pola
122
ini, PT. Poso Energy menjalankan CSR dengan melalui Yayasan Hadji
Kalla; dan bermitra dengan pihak lain, yaitu dengan Kementerian
Lingkungan Hidup dalam program penyelamatan danau poso.
3. Tahapan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh CSR PT. Poso
Energy yaitu, seleksi lokasi/wilayah, sosialisasi pemberdayaan masyarakat,
proses pemberdayaan masyarakat, pemandirian masyarakat dan
pendampingan masyarakat.
B. Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan, berikut saran yang penulis berikan:
1. Bagi perusahaan diharapkan pihak perusahaan dapat mempertahankan
serta meningkatkan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang
sudah dijalankan terutama dalam program pemberdayaan masyarakat.
2. Penulis merasa hal-hal yang berkaitan dengan Pemberdayaan Masyarakat
yang dilaksanakan oleh CSR perusahaan masih kurang, mudah-mudahan
dengan adanya penelitian ini dapat memberikan semangat untuk
mahasiswa/i lainnya untuk meneliti lebih jauh mengenai Corporate Social
Responsibility dalam Pemberdayaan Masyarakat.
123
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adi, Isbandi Rukminto. 2012. Intervensi Komunitas dan Pengembangan
Masyarakat (Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat). Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Ariefuzzaman, Siti Napsiyah dan Fuaida, Lisma Diawati. 2011. Belajar Teori
Pekerjaan Sosial. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Hadi, Sutrisno. 1983. Metodologi Research. Yogyakarta: Andy Offset.
Mardikanto, Totok dan Soebianto, Poerwoko. 2013. Pemberdayaan Masyarakat.
Bandung: Alfabeta
Rudito, Bambang dan Famiola, Meilia. 2013. CSR (Corporate
SocialResponsibility). Bandung: Rekayasa Sains.
Ruslan, Rosady. 2006. Metode Penelitian: Public Relation dan Komunikasi.
Jakarta: Rajawali Pers
Saidi, Zaim dan Abidin, Hamid. 2004. Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan
Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia. Jakarta: Piramedia
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Suharto, Edi. 2007. Pekerja Sosial di Dunia Industri: Memperkuat CSR
(Corporate Social Responsibilit). Bandung: Refika Aditama.
Suharto, Edi. 2010.CSR dan ComDev Investasi Kreatif Perusahaan di Era
Globalisasi. Bandung: Alfabeta.
Sulistyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Untung, Hendrik Budi. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar
Grafika.
Skripsi dan Jurnal
Bahar, Syamsudin Moh. 2016. Implementasi Corporate Social Responsibility
(CSR) PT. PLN (PERSERO) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar terhadap
Pemberdayaan Masyarakat Desa Ulu Saddang, Kecamatan Lembang,
Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.Universitas Hasanuddin Makassar.
Haliwela, Nancy S. 2011. Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Corporate Social Responsibility).Jurnal Sasi Vol. 17 No. 4.
Wahyuningrum, Yuniarti, dkk. 2013. Pengaruh Program Corporate Social
Responsibility terhadap Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat (Studi
pada Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling,
Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan). Jurnal Administrasi Publik
(JAP), Vol. I No. 5.
124
Zulfitri. 2011. Pemberdayaan Masyarakat melalui CorporateSocial
Responsibility PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Narasumber : Irma Suriani
Tanggal wawancara : 16 Februari 2017
Lokasi wawancara : Kantor PT. Poso Energy, Jl. Raya Narogong Km. 19,5
Cileungsi, Kab. Bogor
1. Permisi Bu Irma, saya mau tanya mengenai CSR yang dilaksanakan oleh PT.
Poso Energy.
Iya neng silahkan.
2. Begini bu, apakah perusahaan memiliki aturan tertulis tentang CSR PT.
Poso Energy, Bu?
Kalau itu masih dalam proses penyusunan, tuh yang kerjain mbak Tya.
3. Oh begitu Bu, lalu apakah ada laporan tertulis tahunan tentang berbagai
kegiatan yang dilakukan perusahaan, Bu?
Ada, kalau laporan tahunan selalu dibuat, yang buatnya mbak Lilis kalau itu.
4. Sudah berapa lama, Bu, perusahaan melaksanakan program CSR?
Bagaimana sejarahnya perusahaan tergerak untuk melaksanakan program-
program CSR?
Kalau program CSR ini sudah dijalankan sejak tahun 2012. Awalnya kita cuma
jalanin program bantuan-bantuan kayak sumbangan aja ke masyarakat, ke
sekolah-sekolah, atau ke tempat ibadah, terus perbaikan jalan. Semuanya kita
jalanin karena memang ada peraturan undang-undangnya juga, selain itu semua
perusahaan yang termasuk dalam Kalla Group itu pasti harus menjalankan CSR.
Dananya pun tidak sedikit.
5. Apa saja program CSR yang sudah dijalankan oleh PT. Poso Energy, Bu?
Banyak sekali program yang sudah dijalankan, dari segi pendidikan, kesehatan,
kemasyarakatan, lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat.
6. Apakah dalam menjalankan program nya CSR PT. Poso Energy selalu
terlibat langsung?
Kita sih selalu melaksanakan setiap program itu dengan terlibat langsung. Karena
program itu kan kita sendiri yang buat. Jadi ya kita juga yang jalan. Biasanya kalo
memberikan sumbangan itu kita langsung. Misalnya sumbangan ke sekolah-
sekolah terus ke tempat ibadah. Yang sering terlibat kalau pemberian sumbangan
itu Mba Lilis sama Pak Sony.
7. Desa mana saja yang dijadikan sasaran oleh CSR PT. Poso Energy?
Desa yang kami jadikan acuan itu Desa Sulewana, karena letak PLTA ini kan ada
di desa tersebut. Seperti yang ada di undang-undang itu kan perusahaan harus
bertanggungjawab terhadap masyarakat sekitar. Walaupun sekarang memang
kami sudah ada 2 desa yang diberdayakan. Namun tetap Desa Sulewana ini masih
nomor 1 bagi kami. Dulunya desa ini desa tertinggal, jalanannya ja masih jelek
banget deh dulu itu. Sekarang Alhamdulillah sudah berkembang.
8. Oh ya, Bu, apa saja program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
oleh CSR PT. Poso Energy?
Program nya ada 3, ada kebun percontohan, terus budidaya ikan sidat, sama satu
lagi itu penyelamatan DAS poso.
9. Apakah dalam program pemberdayaan masyarakat itu ada pendamping
khusus?
Iya dari masing-masing program itu memang ada pendampingnya.
10. Lalu, apakah pendamping akan mendampingi masyarakat selamanya, Bu?
Atau ada masa berakhirnya dalam pendampingan?
Pendamping akan mendampingi masyarakat sampai mereka benar-benar bisa
mandiri. Nantinya program yang dijalankan akan mereka jalankan sendiri secara
berkelanjutan.
11. Kalau boleh tahu, adakah program yang sudah direncanakan namun belum
direalisasikan?
Ada, rencananya mau buat program kerjasama dengan LSM Bina Desa, cuman
masih rencana aja sih belum fix.
12. Apakah perusahaan melakukan need assessment terlebih dahulu sebelum
memulai kegiatan CSR?
Sebelum membuat program, kami melakukan social mapping. Supaya kita tahu
apa permasalahan yang ada di desa dan apa potensinya. Semua itu dilakuin karena
biar program kita sesuai dengan yang ada di desa.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Narasumber : Lilis Suciani
Tanggal wawancara : 15 Februari 2017
Lokasi wawancara : Kantor PT. Poso Energy, Jl. Raya Narogong Km. 19,5
Cileungsi, Kab. Bogor
1. Bu, apakah perusahaan memiliki aturan tertulis tentang CSR PT. Poso
Energy?
Kalau aturan tertulis masih disusun tuh ta sama mbak Tya
2. Lalu, apakah ada laporan tahunan mengenai program-program yang sudah
dijalankan?
Kalau laporan tahunan ada, aku yang buat sendiri.
3. Apakah CSR PT. Poso Energy menjalankan program CSR nya juga dengan
melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan seperti bergabung dengan
CSR dari Kalla Group misalnya?
Kalau di Sulawesi memang Kalla Group sudah terkenal dengan CSR nya. Salah
satunya didirikannya Yayasan Hadji Kalla. Itu sudah terkenal memang
programnya sangat bagus. Kita juga tergabung di dalamnya untuk beberapa
program.
4. Program apa saja yang dijalankan dengan melalui Yayasan Hadji Kalla
tersebut?
Programnya itu ya penyelamatan danau poso dan program pendidikan atau
beasiswa. Itu bergabung juga dengan melalui Yayasan Hadji Kalla.
5. Untuk menjalankan semua program yang ada kan PT. Poso Energy selalu
melakukan sosialisasi ke masyarakat. Menurut ibu seberapa penting
sosialisasi itu?
Sosialisasi itu hal yang paling penting kalau menurut aku sih. Karena dengan
sosialisasi justru program kita bisa berjalan dengan baik. Dari sosialisasi itu
masyarakat akan paham apa maksud dan tujuan dari program kita. Mereka juga
bisa menilai seberapa penting program tersebut untuk kehidupan mereka,
sehingga mereka mau berpartisipasi.
6. Apakah ada pendamping khusus dalam menjalankan kegiatan
pemberdayaan masyarakat?
Dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat kami emang selalu ada
pendamping. Untuk program kebun percontohan itu pendampingnya 3, 1
pendamping dari CSR PT. Poso Energy, 2 lagi petani hortikultura dari Jawa Barat.
Untuk program budidaya ikan sidat itu ada 2 pendamping. Untuk program
penyelamatan DAS poso itu pendampingnya ada 4, ada dari KLH juga.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama Narasumber : Agus Syamsi
Tanggal Wawancara : 06 Februari 2017
Lokasi Wawancara : Kantor PT. Poso Energy, Jl. Raya Narogong Cileungsi-Bekasi
Km. 19,5 Cileungsi, Kab. Bogor
1. Permisi Pak Agus, saya mau tanya tentang program budidaya ikan sidat dan
penyelamatan DAS poso.
Ya boleh, apa yang bisa saya bantu?
2. Begini pak, program budidaya ikan sidat sudah berapa berjalan pak?
Kalau itu sudah dari Januari tahun 2016 programnya, memang terbilang masih
baru sih.
3. Jenis ikan sidat yang dibudidayakan itu apa pak?
Jenisnya sidat Marmorata, ta.
4. Bagaimana ceritanya pak sampai ada program ini?
Awalnya karena memang di danau poso ini kan habitatnya ikan sidat, jadi saya
membuat program ini. Program ini juga kan bertujuan untuk memandirikan
masyarakat, karena ini kan untuk mereka juga nantinya.
5. Awalnya bagaimana pak untuk membuat masyarakat antusias dan mau
berpartisipasi dengan kegiatan ini?
Ya jadi dalam perencanaan pelestarian dan budidaya ikan sidat ini awalnya kami
mengadakan sosialisasi dulu. Sosialisasinya bukan untuk orang dewasa saja, dari
anak-anak sampai orang tua pun kami ajak. Karena dalam menjaga kelestarian
lingkungan itukan bukan kewajiban dari perusahaan saja, tetapi semua
masyarakat yang tinggal di desa ini. Nah, kalo untuk budidaya nya itu kami
lakukan sosialisasi untuk yang muda-mudi sampai dewasa.
6. Oh jadi dengan sosialisasi ya pak awalnya, lalu kegiatan apa yang dilakukan
setelah sosialisasi? Dan untuk kegiatannya apakah ada pendampingnya?
Setelah sosialisasi kita kumpulin masyarakat yang bersedia jadi pengurusnya.
Setelah itu kita bikin pertemuan buat pemberian materi, seperti pembinaan awal
gitu supaya masyarakat paham dulu nih kayak gimana cara budidaya ikan sidat.
Pembinaannya itu materinya seputar cara pemeliharaan ikan sidat, cara
membesarkannya, dan cara memasarkan ikan sidat. Pembinaannya itu kita ada
pendampingnya dari staff perusahaan yang berlatar belakang Sarjana Perikanan.
Sementara ini ada 2 pendamping.
7. Untuk program penyelamatan DAS poso sudah dijalankan sejak kapan pak?
Rehabilitasi DAS Poso ini sudah sejak 2010 dijalankan.
8. Bagaimana program ini dapat berjalan? Bisa di ceritakan pak.
Program ini kami jalankan karena memang ada SK dari Kementerian Lingkungan
Hidup. Jadi kami menjalankannya bekerjasama dengan KLH, Pemda Kabupaten
Poso, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan masyarakat setempat. Karena
program ini juga berkelanjutan untuk masyarakat juga nantinya.
9. Bagaimana proses kegiatan ini agar bisa dijalankan dengan masyarakat?
Ya karena ada pengarahannya setiap minggunya, ada pembinaannya juga oleh
pendamping. Pendampingnya dari KLH dan pemerintah sini juga. Jadi
masyarakat bisa memahami dan mau menjalankan program nya. Karena untuk
program ini kan memang untuk terus-menerus, danau poso ini lama-lama kering
kalau sekitarnya tidak dijaga. Kalau danau saja kekurangan air, masyarakat pun
kekeringan. Itu kan jangka panjang. Makanya mereka harus memahami dan
benar-benar menjalankannya.
10. Pak kalau untuk pembinaan/pengarahan dalam kegiatan Rehabilitasi DAS
Poso ini dilakukan berapa bulan sekali?
Rehab DAS Poso sekarang ini bagian dari kewajiban IPPKH dalam
pelaksanaannya diberikan ke pihak ke 3 alias kontraktor. Melibatkan masyarakat
sekitar sesuai peraturan. Rehab DAS dilakukan selama 3 tahun. Nah setiap akan
ada kegiatan mulai dari awal persiapan selalu ada pengarahan ke masyarakat.
Selama 3 tahun itu masyarakat ikut terlibat. Tahapannya persiapan, penanaman &
pemeliharaan. Nantinya yang memelihara selanjutnya masyarakat sekitar.
11. Oh ya pak, selain bermitra dengan KLH dan pemerintah setempat, apakah
CSR PT. Poso Energy juga memiliki kerjasama dengan pihak lain?
Oh iya ada, kita juga kerjasama dengan Universitas Kristen Tentena untuk
program beasiswa.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama narasumber : Bapak Ruslan
Tanggal wawancara : 16 Januari 2017
Lokasi wawancara : Kebun Percontohan CSR PT. Poso Energy di Desa Sulewana,
Kec. Pamona Utara, Kab. Poso, Sulawesi Tengah
1. Selamat siang Pak Ruslan, saya mau tanya-tanya seputar kebun
percontohan nih pak kalau bapak tidak sibuk.
Ya silahkan pak, ndak sibuk kok.
2. Sejak kapan bapak bekerja di kebun percontohan ini?
Sejak awal kebun ini dibuat, itu 2015 lah sekitar itu.
3. Sayuran apa saja pak yang ada di kebun ini?
Tanaman yang ada di lapangan itu buncis, ketimun, bawang varietas palu, cabe
rawit, sawi, dan cabe merah keriting.
4. Apakah sayurannya sama setiap tahunnya? Atau ada perbedaan?
Sudah 2 tahun ini sama belum ada perbedaan
5. Berapa kali panen dalam setahun?
Kalau dalam setahun panen itu ndak tentu, tanamannya beda-beda panennya
karena ini musiman.
6. Kalau untuk hasil panennya ini dijual kemana pak? Dan kapan waktu untuk
menjual hasil panennya ini?
Hasil panen ini dijual ke pasar sentral di Tentena dan masyarakat-masyarakat
lokal sini. Selama saya disini, diusahakan selalu ada yang dijual, makanya
nanamnya dikasih bertahap. Hitungan tanaman horti seperti sawi masa panen 45
hari setelah tanam. Jadi setiap bulannya pasti ada yang dijual.
7. Disini total petani semuanya ada berapa pak?
Petani ada 10 termasuk saya
8. Apakah bapak menanam horti juga di kebun bapak?
Ya saya menanam horti juga
9. Dari semua petani yang ada di kebun ini, apakah mereka menanam horti
juga di kebunnya?
Ada 7 yang sudah nanam horti, tapi 3 lagi sedang proses katanya mau nanam juga
di kebunnya.
10. Kalau bapak sendiri apakah ada perubahan setelah menanam horti di kebun
pribadi bapak?
Ya, penghasilan jadi bertambah. Jadi lebih baik dari sebelumnya.
11. Dari yang bapak ketahui, apakah ada perubahan setelah para petani
menanam horti di kebun pribadinya? Misalnya penghasilannya meningkat
gitu pak?
Mereka sih bilang lebih banyak penghasilannya sekarang dibanding dulu, karena
sekarang itu jadi lebih banyak jual ke pasar. Dulu mereka cuma jual beras aja,
sekarang sudah tambah sayur sayuran.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama narasumber : Bapak Herman
Tanggal wawancara : 15 Januari 2017
Lokasi wawancara : Kolam budidaya ikan sidat samping Kantor Desa
Sulewana, Kec. Pamona Utara, Kab. Poso, Sulawesi Tengah.
1. Ikan sidat disini jenis apa pak?
Disini yang dibudidayakan ikan sidat Marmorata pak. Karena habitat aslinya
memang disini. Dari dulu sudah terkenal ada ikan sidat di danau ini, tapi belum
pernah di buat kegiatan macam ini.
2. Sudah berapa lama pak ikut kegiatan ini?
Sudah 14 bulan.
3. Bagaimana bapak bisa bergabung dengan program budidaya ikan sidat ini
pak?
Awalnya karena tertarik itu waktu ada macam perkumpulan apa itu… iya
sosialisasi itu. Dijelasin nanti diajarkan cara kelola sidat itu, dijadiin makanan
terus di jual. Jadi penasaran kita ni.
4. Oh iya pak, kalau untuk pelestarian sidat itu benihnya disebar di danau poso
setiap bulan pak?
Iya tiap bulan rutin 30 kg, sekitar 500-600 ekor per bulannya.
5. Bibit nya darimana pak?
Ikannya diambil atau dibeli di Kota Poso
6. Ukuran per ekor saat dibeli berapa pak?
Rata-rata ukurannya 50-70 gram/ekor
7. Kegiatan nya disini apa saja pak?
Setiap bulan pelestarian sidat itu sebar bibit sidat ke danau poso, kalau di kolam
budidaya ini di produksi
8. Di produksi menjadi apa ikan sidat hasil budidaya itu pak?
Biasanya hasil budidaya ini dibuat abon sidat dan sidat asap, tapi ada juga yang
diekspor ke Jepang. Kalau di ekspor nya sih baru-baru tahun kemarin. Lumayan
buat penghasilan kami jadi nambah.
9. Apa yang bapak rasakan sejak adanya kegiatan seperti ini?
Perubahan yang luar biasa. Perusahaan Pak JK memang ndak buat kecewa. Saya
tadinya buruh tani, pemasukan itu ndak besar, kecil betul. Sekarang jadi sejahtera.
10. Apakah menurut bapak kegiatan seperti ini sangat bagus untuk masyarakat
Desa Sulewana?
Ndak perlu ditanya, bagus kali.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama narasumber : Oscar Kawanga
Tanggal wawancara : 15 Januari 2017
Lokasi Observasi : Kolam budidaya sidat di samping Kantor Desa Sulewana
1. Sejak kapan kamu bergabung dengan kegiatan ini?
Sejak awal ada kegiatan ini
2. Bagaimana kamu bisa bergabung dengan kegiatan ini?
Saya mau ikut budidaya sidat ini awalnya karena sejak saya lulus sekolah itu
saya nggak ada kerjaan, otomatis penghasilan nggak ada. Waktu ada undangan
sosialisasi dari Poso Energy ini saya hadir. Terus saya tertarik kak sama program
nya. Ketika sudah dijalani, Puji Tuhan akhirnya sekarang ada penghasilan setiap
bulan nya. Jadi lumayan yang tadinya nggak jelas, sekarang ya pengetahuan dapat,
kesejahteraan hidup pun dapat
3. Oh, jadi sebelumnya ada undangan untuk sosialisasi ya?
Iya pertama kali mau ada kegiatan kayak begini memang kami diundang untuk
ikut rapat apa sosialisasi itu pak. Karena saya juga ndak paham jadi saya ikut aja.
Ternyata sudah itu saya tertarik untuk ikut kegiatan itu. Karena itu untuk kita-kita
juga hasilnya pak.
4. Apa yang kamu rasakan sejak mengikuti kegiatan ini?
Senang pak, banyak kawan disini. Bisa kerja, tau bisnis. Banyak betul
pengalaman disini. Banyak ilmunya.
5. Menurut kamu apakah kegiatan ini sudah berjalan dengan baik?
Ya, baik betul.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama narasumber : Bapak Sony Lakausu
Tanggal wawancara : 06 Februari 2017
Lokasi wawancara : Kantor PT. Poso Energy Cileungsi
1. Bapak sudah berapa lama bekerja disini?
Sudah sejak 2011
2. Apa saja program yang bapak handle?
Saya disini sebagai penanggungjawab program bantuan-bantuan, seperti program
bantuan pemberian dana ke sekolah-sekolah, pemberian kacamata gratis,
pemberian dana ke tempat ibadah, ya program sumbangan-sumbangan gitu.
3. Apakah dalam menjalankan programnya CSR PT. Poso Energy selalu
terlibat langsung?
Selama ini kami selalu menjalankan program dengan terlibat langsung
4. Program nya apa saja pak?
Program yang dijalankannya itu semua program, meskipun ada program yang
memang bekerjasama dengan pihak lain, kami tetap terlibat langsung
5. Ohiya pak untuk setiap program pemberdayaan masyarakat nya apakah
selalu ada pendamping?
Ada dong
6. Menurut bapak, apakah pendamping dapat menentukan keberhasilan
program tersebut?
Pendampingan masyarakat menentukan keberhasilan program pemberdayaan
masyarakat yang dijalankan. Karena pendamping memberikan arahan kepada
masyarakat untuk menjadikan mereka memiliki keterampilan, memiliki rasa
tanggungjawab, dan dapat mensejahterakan dirinya sendiri.
HASIL OBSERVASI
Tanggal observasi : 06 Februari 2017
Lokasi : Kantor PT. Poso Energy Cileungsi
Aspek yang diamati : Lingkungan dan Ruangan Kantor PT. Poso Energy
Hari ini peneliti melakukan observasi ke kantor PT. Poso Energy yang terletak di Jl.
Raya Narogong Km 19,5 Cileungsi-Bogor. Kantor tersebut masih 1 lokasi dengan PT.
Bukaka, Tbk. yang juga merupakan perusahaan milik seorang Wakil Presiden RI
yaitu Bapak Drs. H. Jusuf Kalla. Sesampainya disana, saya langsung meunju lobby
kantor dan disana disambut oleh 2 orang resepsionis. Lalu, saya diminta untuk
menunggu di lounge. Lounge tersebut tidak jauh letaknya dari lobby. Di gedung
tersebut di desain dengan dinding terbuat dari kaca, sehingga siapapun yang ada di
dalam ruangan dapat terlihat. Dari lounge, saya dapat melihat ruangan Bapak
Achmad Kalla beliau adalah adik dari Bapak Jusuf Kalla, yang saat itu beliau sedang
duduk di kursinya. Beliau menjabat sebagai Direktur Utama dari PT. Poso Energy.
Disana saya bertemu dengan Bapak Agus Syamsi, Ibu Irma, Ibu Lilis, Bapak Sony,
Kak Setyawidiana, dan masih banyak lagi. Saya juga bertemu dengan para direktur
serta manager dari PT. Poso Energy. Ruangan kantor yang sangat besar, bersih, dan
juga nyaman. Di dalam gedung tersebut terbagi atas ruangan Direktur, ruangan
Mechanical Engineer, ruangan Keuangan, ruangan CSR/AMDAL, dan lain-lain.
Semua terlihat sama. Dari karyawan biasa, manager atau direktur, pakaian mereka
sama yaitu berkemeja, dan rapih. Mereka semua sangat ramah dan menyambut saya
dengan baik. Hari itu saya mewawancarai Bapak Agus Syamsi dan Bapak Sony.
Bapak Sony bekerja di bidang CSR juga, namun beliau bekerja di CSR daerah yaitu
di Desa Sulewana. Saya mendapatkan banyak informasi dari mereka. Mereka sangat
terbuka. Tetapi ada beberapa hal yang saya tidak boleh publikasikan, karena
perusahaan pun memiliki privacy yang harus kita hormati.
HASIL OBSERVASI
Tanggal observasi : 15 Januari 2017
Lokasi : Kebun Percontohan CSR PT. Poso Energy di Desa Sulewana
Aspek yang diamati : Lingkungan sekitar Kebun, Tanaman di Kebun dan Petani
Pada pukul 09.00 peneliti melaju dari lokasi proyek PLTA menuju kebun
percontohan milik CSR PT. Poso Energy. Waktu yang diperlukan hanya sekitar 15
menit. Saat itu cuaca sedang sangat cerah namun tetap dingin di Desa Sulewana, Kec.
Pamona Utara, Kab. Poso, Sulawesi Tengah. Ketika peneliti mengunjungi kebun
percontohan, terlihat perkebunan sekitar 1,8ha tersebut sangat indah dipandang mata.
Kehijauannya sangat indah dinikmati oleh mata. Selain itu, dikelilingi oleh
pegunungan yang cantik. Terlihat banyak sayuran segar yang tumbuh di kebun
tersebut. Terpampang jelas plang yang bertuliskan “kebun percontohan CSR PT.
Poso Energy” dari sisi jalan. Sesampainya disana, peneliti disambut dengan hangat
oleh para petani. Mereka sangat ramah, tersenyum sambil tangan memegang alat
bertaninya dan dengan mengenakan topi khasnya. Terlihat sayuran yang sudah panen
sedang di petik.
Para petani datang ke kebun setiap hari, namun hanya waktunya bergantian. Disana
petani belajar cara menanam hortikultura, dikarenakan petani disana sebelumnya
tidak mengetahui tentang perkebunan hortikultura. Setelah mengikuti kegiatan,
beberapa petani mulai menerapkan hal itu di kebun pribadinya. Dari 10 petani, baru 7
petani yang menerapkan kebun hortikultura di perkebunan miliknya. Dan 3 petani
yang lain masih dalam proses untuk menerapkan kebun tersebut dan akan segera
memulai menanam di kebun pribadinya.
Setiap bulannya, di kebun percontohan selalu menjual hasil panen. Petani juga
diajarkan untuk memasarkan hasil panen. Hasil panen tersebut dijual ke Pasar
Tentena. Hasil penjualannya pun diberikan kepada petani. Dengan begitu para petani
merasa memiliki kebun tersebut dan terus ingin belajar.
HASIL OBSERVASI
Tanggal observasi : 16 Februari 2017
Lokasi : Kolam Budidaya Ikan Sidat dan Danau Poso
Aspek yang diamati : Masyarakat, lingkungan sekitar dan ikan sidat
Pada pukul 08.00 peneliti bergegas menuju lokasi budidaya ikan sidat. Lokasi
budidaya ikan sidat tersebut terletak di Kantor Desa Sulewana, Kecamatan Pamona
Utara, Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Perjalanan menuju kesana ditempuh dengan
waktu 10 menit dari lokasi proyek PLTA Poso Energy. Sepanjang perjalanan kesana,
peneliti melewati rumah-rumah warga. Sesampainya disana, ada sekitar 8 petak
kolam ikan sidat yang terlihat. Dari 8 petak tersebut terdiri dari 4 petak kolam benih
ikan sidat dan 4 petak untuk ikan sidat yang sudah berukuran besar. Pergantiannya
setiap 6 bulan, per 6 bulan ikan sidat yang sudah tumbuh besar dipindahkan ke petak
khusus ikan sidat besar. Ikan sidat yang sudah besar siap di produksi menjadi abon
sidat dan sidat asap. Sebagian ikan sidat tersebut akan dijual ke Jepang.
Kemudian, disana peneliti bertemu dengan Bapak Agus Syamsi dan Bapak Sony.
Kebetulan disana sedang ada pelatihan untuk pembuatan abon sidat dan sidat asap.
CSR PT. Poso Energy bekerja sama dengan mahasiswa dari perguruan tinggi sekitar
Sulawesi Tengah, salah satunya adalah UNKRIT. Pelatihan tersebut dilaksanakan
setiap Hari Senin, Rabu dan Sabtu. Pelatihannya dipimpin oleh Bapak Agus Syamsi
selaku CSR Officer PT. Poso Energy. Pelatihan awal yang diberikan yaitu, pertama,
cara untuk merawat ikan sidat dari benih hingga tumbuh besar. Ikan sidat harus selalu
dengan air kolam yang bersih, jadi setiap air kolam sudah mulai keruh, air kolam
tersebut harus diganti. Selain itu, pakan ikan sidat pun harus khusus, pakan ikan sidat
diracik sendiri oleh masyaraka. Kedua, cara mengelola hasil budidaya ikan sidat,
yaitu dengan membuat abon sidat dan sidat asap. Tujuannya adalah untuk bernilai
ekonomis bagi masyarakat. Selain itu, nantinya produk tersebut akan dikenal sebagai
makanan khas dari Desa Sulewana. Ketiga, cara untuk pemasarannya. Cara
pemasaran dari abon sidat dan sidat asap yaitu dengan di jual ke pasar swalayan dan
pasar tradisional. Setiap kegiatan budidaya ini selalu melibatkan masyarakat, karena
kegiatan ini nantinya untuk masyarakat.
DOKUMENTASI
Lokasi PLTA PT Poso Energy Pelepasan ikan sidat di danau poso
Benih ikan sidat untuk budidaya ikan sidat Pembibitan dalam Penyelamatan
DAS Poso
Sosialisasi Penyelamatan DAS Poso Kegiatan Penyelamatan DAS Poso
Kebun Percontohan
Top Related