BAB I
PENGERTIAN DAN PELAYANAN BIDAN DESA
1.1. Definisi
Menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan
diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan telah diakui oleh
WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO),
definisi bidan dapat dijelaskan sebagai berikut.
”Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.”(International
Confederation Of Midwives 2005)
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,
asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas. Bidan
juga memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses
bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan
kegawatdaruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang
tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau
kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan dapat praktik di berbagai tatanan
pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, rumah sakit, klinik atau unit
kesehatan lainnya.
Ikatan Bidan Indonesia atau IBI telah menjadi anggota ICM sejak tahun
1956. Dengan demikian, seluruh kebijakan dan pengembangan profesi kebidanan
di Indonesia merujuk dan mempertimbangkan kebijakan ICM. Pengertian bidan
lainnya dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat
Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan definisi bidan sebagai
berikut.
”Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara
Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan.”(Ikatan Bidan Indonesia)
Dari kedua definisi bidan di atas, yaitu menurut (International
Confederation Of Midwives) ICM dan (Ikatan Bidan Indonesia) IBI maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa bidan merupakan seseorang yang dalam hal ini adalah
wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan diakui secara sah
serta memiliki kualifikasi untuk menjalankan praktik kebidanan.
Salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan
kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu. Selain itu, program KIA juga
bertujuan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak dengan
meningkatkan mutu pelayanan. Program lainnya yaitu menjaga kesinambungan
pelayanan kesehatan ibu dan perinatal.
Umumnya, masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan memiliki tingkat
kesadaran yang rendah mengenai kesehatan. Terutama dalam hal ini adalah
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Sangat jarang wanita yang sedang dalam masa
kehamilan memiliki kemauan untuk cek kandungan kepada bidan. Banyak faktor
yang menjadi pertimbangannya, diantaranya adalah jarak lokasi pemeriksaan
yang jauh, biaya yang dikeluarkan cukup mahal, pelayanan yang kurang
memuaskan, atau kepercayaan daerah setempat yang melarang melakukan proses
persalinan selain ke dukun bayi. Oleh karena itu, masyarakat desa lebih
mempercayakan masalah ini kepada dukun bayi.
Dukun bayi lebih dipercaya dan diyakini dapat membantu proses persalinan
secara baik dengan harga yang relatif terjangkau. Padahal belum tentu alat yang
digunakan steril sehingga dapat menimbulkan risiko tinggi terhadap kematian ibu
dan anak. Berdasarkan fakta tersebut, maka pemerintah berinisiatif untuk
mencanangkan sebuah program yaitu bidan di desa. Bidan desa adalah bidan
yang ditempatkan dan bertugas, mempunyai wilayah kerja satu sampai dua desa,
dan dalam melaksanakan tugas pelayanan medik baik di dalam maupun di luar
jam kerjanya, bidan harus bertanggung jawab langsung kepada kepala
puskesmas.
Diharapkan dengan adanya bidan di desa ini maka angka kematian ibu dan
anak bisa menurun serta meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak di wilayah
desa. Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan kerjasama yang baik antara
bidan dengan dukun bayi yaitu mengajak dukun untuk melakukan pelatihan
dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan,
dan dapat mengenal beberapa tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan.
Selain itu, dibutuhkan juga kerja sama yang baik dengan masyarakat yang peduli
akan kesehatan dan dengan sukarela mau membantu.
1.2. Pelayanan Bidan Desa
Pelayanan adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk memberikan
pertolongan, bimbingan, pendidikan, dan perlindungan kepada individu,
kelompok, atau masyarakat agar dapat melaksanakan fungsi sosial dengan baik.
Secara luas pelayanan mencakup fungsi pengembangan yang menyangkut bidang
pelayanan seperti kesehatan. Memasuki tahun 1989, pemerintah melaksanakan
program pengangkatan dan penempatan bidan desa di seluruh tanah air. Dasar
penempatan bidan desa adalah Permenkes RI Nomor 363/Menkes/Per/IX/1989
tentang wewenang bidan serta surat edaran Dirjen Binkesmas Nomor
429/Binkesmas/Per/IX/1989 tentang kebijaksanaan penempatan bidan desa.
Demi mewujudkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan maka
diselenggarakan pendidikan bidan satu tahun dengan dasar pendidikan lulusan
SPK. Pemerintah mempunyai beberapa tujuan khusus dalam menempatkan bidan
di desa ini. Tujuan khusus tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat
2. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan khususnya 5 program
prioritas di desa
3. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan prenatal, serta pelayanan kontrasepsi.
4. Menurunkan jumlah kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan,
persalinan, dan perinatal
5. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk hidup sehat dengan
membantu pembinaan kesehatan kelompok dasa wisma
6. Menurunkan jumlah balita dengan gizi buruk dan diare.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan kebidanan
atau midwife service adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar serta dapat dilakukan secara mandiri,
kolaborasi, atau rujukan. Program pengangkatan dan penempatan bidan di desa
mulai dicanangkan oleh pemerintah sejak tahun 1989 dengan berlandaskan pada
Permenkes RI Nomor 363/Menkes/Per/IX/1989 dan surat edaran Dirjen
Binkesmas Nomor 429/Binkesmas/Per/IX/1989. Melalui program tersebut,
pemerintah bertujuan untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan
dan kematian) dan meningkatkan mutu pelayanan persalinan di desa. Adanya
program bidan desa diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan anak
akibat persalinan.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga, sesuai dengan
kewenangan dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang
meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Masalah
kematian ibu akibat persalinan menjadi perhatian utama pemerintah, terutama di
wilayah yang jauh dari pusat pelayanan kesehatan. Untuk itulah diperlukan suatu
upaya yang terintegrasi agar ibu hamil di seluruh Indonesia mendapat pelayanan
yang sama dan memadai dari petugas kesehatan. Upaya tersebut haruslah secara
konsisten dilakukan sejak dini yakni sejak janin dalam kandungan, masa bayi dan
balita, masa remaja hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting
dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang
berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan. Selain itu,
bidan juga melakukan promosi dengan berlandaskan kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat bersama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
senantiasa siap melayani masyarakat yang membutuhkannya.
Bidan sangat dibutuhkan terutama di daerah yang memiliki keterbatasan
akses kesehatan. Letak geografis sangat menentukan pelayanan kesehatan, sebab
di tempat yang terpencil membuat ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya.
Hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil,
seperti beberapa pulau di luar Jawa. Dengan penempatan bidan di desa, maka
semua ibu hamil akan mendapatkan pelayanan yang memadai sehingga angka
kematian ibu dan bayi dapat diturunkan.
BAB 2
TUGAS DAN WEWENANG BIDAN DESA
Bidan desa merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Bidan desa bertugas dan
ditempatkan pada suatu wilayah di desa tertentu. Bidan desa melaksanakan tugasnya
dalam pelayanan medik baik di dalam maupun di luar jam kerjanya. Bidan desa
sebagai tenaga kesehatan mempunyai tugas dan wewenang di wilayah kerjanya.
Bidan desa berkewajiban untuk meningkatkan mutu kesehatan ibu dan anak
(KIA) serta menurunkan Angka kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) di pedesaan. Kewajiban tersebut merupakan tujuan utama dari berbagai tugas
dan wewenang yang dilaksanakan oleh bidan desa. Pelaksanaan tugas dan wewenang
bidan desa sangat menentukan keberhasilan program pelayanan kesehatan. Program
pelayanan kesehatan yang diberikan bidan desa yaitu seperti pemeriksaan kehamilan,
perawatan persalinan, pemberian alat kontrasepsi dan lain sebagainya.
Pada Kepmenkes no. 900 tahun 2002 mengenai registrasi dan praktik bidan,
dalam menjalankan praktik, bidan berwewenang dalam pelayanan kesehatan meliputi:
a. Pelayanan kebidanan
b. Pelayanan keluarga berencana
c. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kebidanan yang dimaksudkan pada poin a adalah ditujukan kepada
ibu dan anak. Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, menyusui dan masa antara (periode interval).
Pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada masa bayi baru lahir, masa bayi,
masa anak balita dan masa pra sekolah.
Tugas pokok bidan di desa adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan kegiatan puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan
prioritas masalah kesehatan yang dihadapi sesuai dengan kewenangan yang
dimiliki dan diberikan,
b. Menyelenggarakan dan membantu masyarakat desa di wilayah kerjanya agar
berperilaku sehat.
Bidan desa selain mempunyai tugas, juga mempunyai wewenang antara lain sebagai
berikut:
a. Memberi penyuluhan tentang kehamilan, persalinan, keluarga berencana,
perawatan bayi, gizi, dan perawatan anak pra sekolah
b. Melaksanakan bimbingan dan pembinaan tenaga kesehatan lain yang juga
bekerja dalam pelayanan kebidanan dengan kemampuan yang lebih rendah
termasuk para dukun
c. Melayani khusus ibu:
1. Pengawasan kehamilan
2. Pertolongan persalinan normal termasuk persalinan letak sungsang
3. Pemakaian cara kontrasepsi tertentu sesuai dengan kebijakan pemerintah
4. Perawatan nifas dan termasuk pemberian uterotoni
d. Melayani bayi, anak pra sekolah untuk pengawasan pertumbuhan dan
perkembangan, memberikan kekebalan, perawatan dan petunjuk pemberian
makanan
e. Memberi obat-obatan: roboransia, pengobatan tertentu dalam bidang kebidanan,
sepanjang hal itu tidak melalui suntikan
Bidan desa juga mempunyai tugas dan wewenang yang diatur dalam
Permenkes. Tugas dan wewenang bidan desa yang ada di dalam Permenkes adalah
sebagai berikut:
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan:
a. Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi:
1) Pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa pra hamil, kehamilan,
masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
Pelayanan kesehatan ibu meliputi:
a) pelayanan konseling pada masa pra hamil,
b) pelayanan antenatal pada kehamilan normal,
c) pelayanan persalinan normal,
d) pelayanan ibu nifas normal,
e) pelayanan ibu menyusui,
f) pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
Bidan dalam memberikan pelayanan tersebut juga berwenang untuk:
a) episiotomi,
b) penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II,
c) penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan,
d) pemberian tablet Fe pada ibu hamil,
e) pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas,
f) fasilitasi / bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu
eksklusif,
g) pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum,
h) penyuluhan dan konseling,
i) bimbingan pada kelompok ibu hamil,
j) pemberian surat keterangan kematian,
k) pemberian surat keterangan cuti bersalin.
2) Pelayanan kesehatan anak yang diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak
balita, dan anak pra sekolah. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
anak berwenang untuk:
a) melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1,
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan
tali pusat,
b) penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk,
c) penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan,
d) pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah,
e) pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah,
f) pemberian konseling dan penyuluhan,
g) pemberian surat keterangan kelahiran,
h) pemberian surat keterangan kematian.
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Bidan
dalam memberikan pelayanan ini berwenang untuk:
a) memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana,
b) memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
b. Bidan dalam menjalankan program pemerintah berwenang untuk melakukan
pelayanan kesehatan meliputi:
1) pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan
memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit,
2) asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis
tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter,
3) penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan,
4) melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan
anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan,
5) pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak
sekolah,
6) melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas,
7) melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap
Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom dan penyakit
lainnya,
8) pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) melalui informasi dan edukasi,
9) pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah.
Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit; asuhan antenatal terintegrasi;
penanganan bayi dan anak balita sakit; pelaksanaan deteksi dini, merujuk dan
memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit
lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang dilatih untuk
itu.
Bidan desa selain mempunyai tugas dan wewenang, juga mempunyai kegiatan
yang dilakukan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangan bidan yang diatur
oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980. Kegiatan bidan
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Mengenal wilayah, struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta
sistem pemerintahan desa,
2. Merencanakan dan menganalisa data serta mengidentifikasi masalah kesehatan
untuk merencanakan penanggulangannya,
3. Memberikan pertolongan persalinan,
4. Perawatan dan pemeriksaan payudara serta pemberian ASI dan gizi serta
keberhasilan pribadi,
5. Pertolongan pertama pada orang sakit, kecelakaan dan kedaruratan serta merujuk
penderita kelainan jiwa,
6. Kunjungan rumah untuk melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat di
wilayah kerja bidan,
7. Bimbingan teknis kepada kader kesehatan, serta pemberian pelayanan kesehatan
termasuk KB langsung di posyandu,
8. Melatih dan membina dukun bayi agar mampu melaksanakan penyuluhan dan
membantu deteksi ibu hamil resiko tinggi,
9. Menggerakkan masyarakat agar melaksanakan kegiatan dana sehat di wilayah
kerjanya,
10. Bimbingan teknis kepada ketua kelompok dasawisma dan kader peminat,
11. Melaksanakan kegiatan lain dalam kaitan dengan puskesmas.
Berdasarkan buku pedoman Bidan tingkat Desa, Bidan di Desa mempunyai
tugas dan wewenang sebagai berikut:
1. Mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
2. Untuk meningkatkan cakupan dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan
ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas, kesehatan bayi dan anak
balita serta pelayanan dan konseling pemakaian kontrasepsi serta keluarga
berencana melalui upaya strategis antara lain melalui Posyandu dan Polindes.
3. Terjaringnya seluruh kasus resiko tinggi ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru
lahir untuk mendapatkan penanganan yang memadai sesuai kasus dan
rujukannya.
Indikator kinerja makro pelaksanaan program pelayanan bidan desa adalah
sebagai berikut:
1. Kegiatan yang berhubungan dengan upaya penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI). Kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini merupakan prioritas utama
dan meliputi:
a. Pemeriksaan ibu hamil/pelayanan antenatal standar, termasuk pengenalan
dini tanda dan gejala kehamilan berisiko, konseling sesuai risiko,
konseling gizi dan konseling KB pasca persalinan.
b. Pertolongan persalinan yang aman, termasuk pengenalan dini tanda dan
gejala persalinan yang membahayakan jiwa ibu dan janin/bayi dan
rujukannya.
c. Perawatan nifas terutama pasca persalinan, termasuk pengenalan dini
tanda bahaya dan rujukannya.
d. Penanganan kehamilan berisiko dan rujukannya.
e. Pertolongan pertama pada keadaan gawat darurat kebidanan dan
rujukannya.
f. Pembinaan dukun bayi dalam pertolongan persalinan, pengenalan faktor
risiko dan keadaan bahaya pada kehamilan serta persalinan.
g. Pelayanan dan konseling KB serta pertolongan pertama pada efek
samping sesuai kewenangan.
2. Kegiatan yang berhubungan dengan upaya penurunan Angka Kematian Bayi
(AKB), kegiatan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah:
a. Perawatan bayi baru lahir.
b. Penanganan neonatus berisiko, khususnya BBLR dan tetanus neonatorum
serta rujukannya.
c. Pertolongan pertama pada keadaan gawat darurat neonatal.
d. Pelayanan kesehatan bayim anak balita dan prasekolah termasuk
imunisasi dasar dan pemantauan tumbuh kembang anak.
e. Pertolongan pertama pada kesakitan yang sering ditemukan pada balita
atau menjadi masalah kesehatan setempat misalnya ISPA, diare,
kecacingan, malaria di daerah endemis, pencegahan gondok di daerah
endemis.
f. Penyuluhan dan konseling kesehatan bayi dan anak balita.
3. Kegiatan manajerial program KIA dan upaya pendukungnya, kegiatan yang
termasuk dalam kelompok ini adalah:
a. Pendataan sasaran kesehatan ibu dan anak.
b. Pencatatan kelahiran dan pencatatan kematian ibu dan bayi serta
pelacakannya untuk melakukan otopsi verbal maternal perinatal/neonatal.
c. Pemantauan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak di wilayah desa
dengan menggunakan PWS-KIA.
d. Penggunaan format pencatatan dan pelaporan kesehatan ibu dan anak
meliputi : Register kohort ibu dan bayi, KMS ibu hamil dan KMS balita,
e. Pencatatan hasil pemeriksaan/pelayanan perorangan, misalnya kartu
pemeriksaan ibu hamil, kartu persalinan, Otopsi verbal maternal-
perinatal/neonatal dan format pelaporan yang berlaku untuk program
KIA.
f. Penggerakan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam program
KIA yang meliputi : pembinaan dukun bayi dan kader dalam hal :
pertolongan persalinan serta kewajibannya untuk lapor pada petugas
kesehatan, pengenalan kehamilan dan persalinan berisiko, perawatan bayi
baru lahir, khususnya perawatan tali pusat dan pemberian ASI ekslusif,
pengenalan neonatus berisiko, khususnya BBLR dan tetanus neonatorum
serta pertolongan pertamanya sebelum ditangani oleh petugas kesehatan,
pelaporan persalinan dan kematian ibu serta bayi, penyuluhan bagi ibu
hamil (gizi, perawatan panyudara, tanda bahaya) dan penyuluhan KB.
g. Pengembangan dan pembinaan wahana/forum peran serta masyarakat,
misalnya : Posyandu, Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-
KIA), Polindes dan dasa wisma.
h. Pendekatan kepada pamong dan tokoh setempat untuk mendapatkan
dukungan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga
berencana di wilayah desa.
Berdasarkan berbagai sumber tersebut, secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa tugas pokok bidan desa adalah melaksanakan berbagai kegiatan yang ada di
puskesmas tempat dia bekerja. Bidan desa ini membantu menyelesaikan masalah
kesehatan yang terjadi sesuai dengan urutan prioritasnya. Bidan desa melaksanakan
tugasnya sesuai dengan berbagai kewenangan yang dimiliki dan diberikan kepadanya.
Bidan desa melakukan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Pelayanan kesehatan tersebut dapat meliputi
ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir. Bidan desa dalam melaksanakan
tugasnya mengadakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya.
Bidan desa juga mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta
mengembangkan Pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Bidan desa juga membantu masyarakat di wilayah kerjanya untuk berperilaku
sehat. Bidan desa berperan penting dalam penurunan angka kematian serta
peningkatan kesehatan ibu dan anak. Bidan desa memberikan pengobatan pertama
pada masyarakat yang membutuhkan pertolongan dalam pelayanan kesehatan.
Pengobatan tersebut dilakukan sebelum pasien mendapat pertolongan yang lebih
efisien di Rumah Sakit.
Wewenang yang dilakukan bidan desa secara garis besar meliputi pelayanan
kesehatan saat kehamilan, persalinan dan pasca persalinan. Pelayanan yang dilakukan
oleh bidan desa berorientasi pada kesehatan masyarakat. Bidan desa juga mempunyai
wewenang untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada bayi dan anak pra
sekolah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pengawasan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Masyarakat di desa mempunyai budaya yang sangat mereka junjung tinggi
keberadaannya. Adanya budaya yang sangat kental, kadang membuat masyarakat
tidak ingin untuk melakukan pemeriksaan serta persalinan di bidan. Masyarakat
hanya mau melakukan persalinan pada beberapa dukun yang ada di desa tersebut.
Jarak dan sarana transportasi juga menjadi salah satu faktor masyarakat tidak mau
melakukan persalinan di bidan.
Bidan mempunyai wewenang untuk memberi bimbingan dan pembinaan
kepada tenaga kesehatan yang lain. Tenaga kesehatan ini bekerja dalam pelayanan
kebidanan yang berkemampuan rendah seperti dukun. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya dampak negatif pada masyarakat yang
bersalin di dukun.
Bidan desa menjalin kerjasama yang baik dengan dukun yang ada di wilayah
kerjanya. Bidan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dalam menangani
pertolongan persalinan. Pelatihan dilakukan dengan harapan meningkatkan
kemampuan dukun dalam menolong persalinan. Dukun diharapkan juga mampu
mengenal berbagai tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan.
Bidan desa juga bekerja sama dengan kader Posyandu untuk mencari sasaran
ibu hamil. Hal ini dilakukan dengan kunjungan rumah dan sosialisasi pentingnya
pemeriksaan kesehatan antenatal. Bidan desa juga memotivasi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilan secara rutin minimal empat kali selama kehamilannya.
Kehadiran bidan di desa diharapkan mampu memperluas jangkauan pelayanan
yang telah ada. Bidan di desa juga dapat meningkatkan cakupan program pelayanan
KIA melalui:
1. Peningkatan pemeriksaan kesehatan ibu hamil yang bermutu,
2. Pertolongan persalinan,
3. Deteksi dini faktor kehamilan dan peningkatan pelayanan neonatal,
4. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi.
BAB 3
HAK DAN KEWAJIBAN BIDAN
1. Hak Bidan
Hak adalah kekuasaan, kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu
badan hukum untuk melakukan sesuatu. Demikian pula dengan bidan, sebagai
tenaga kesehatan bidan tentu memiliki beberapa hak. Hak seorang bidan, salah
satunya tercantum pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Salah satu pasal yang membahas hak bidan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
tersebut adalah :
Pasal 19
Dalam melaksanakan praktik, bidan mempunyai hak:
(1) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik sepanjang
sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan.
(2) Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/ atau
keluarganya;
(3) Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan, standar profesi dan
standar pelayanan; dan
(4) Menerima imbalan jasa profesi.
Beberapa hak yang dimiliki oleh bidan dalam pasal tersebut sudah cukup baik
dan pantas diberikan selaku tenaga kesehatan. Seorang bidan yang juga merupakan
warga negara Indonesia berhak mendapatkan perlindungan hukum agar dapat
menjalankan profesinya sesuai standar yang telah ditetapkan. Perlindungan hukum
yang diperoleh bidan juga dapat digunakan untuk menjamin dan membantu bidan
apabila mengalami suatu permasalahan yang berkaitan dengan profesinya.
Seorang bidan tidak boleh hanya menuntut haknya saja dalam menjalankan
tugasnya, namun juga harus mampu menaati kode etik dan hukum yang berlaku.
Negara juga harus mendukung program bidan desa untuk keselamatan ibu hamil
ataupun persalinan. Hal ini dimaksudkan untuk memajukan kesehatan dan
kesejahteraan keluarga di desa dengan adanya tenaga kesehatan yang berada di
desa.
Bidan berhak untuk memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari
pasiennya agar dapat memeriksa serta menangani pasien secara tepat. Hal ini juga
bertujuan untuk menghindari terjadinya kesalahan pengobatan atau malpraktik
yang mungkin saja dapat dilakukan oleh bidan. Seorang bidan juga berhak
menerima imbalan jasa profesi yaitu berupa gaji untuk memenuhi kebutuhan dan
kesejahteraan hidupnya.
Imbalan jasa yang diberikan kepada bidan harus berdasarkan standar yang
telah ditetapkan dan memenuhi standar kelayakan hidup yang sepantasnya
diterima sesuai profesinya. Apabila ada seorang ibu dari keluarga tidak mampu,
maka pemerintah daerah wajib membantu biaya persalinannya di bidan. Hal
tersebuit berguna untuk mencegah kematian ibu dalam proses persalinan.
Bidan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya berhak untuk
melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan. Pasien yang
berobat harus menjelaskan keluhannya kepada bidan supaya bidan dapat secara
optimal dalam melakukan pemeriksaan. Bidan yang ditempatkan di desa ataupun
daerah terpencil memiliki wewenang dalam melaksanakan profesinya sesuai
standar pelayanan dan melaksanakan tugasnya secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Kepmenkes no. 900 tahun 2002 mengenai registrasi dan praktik bidan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
Permenkes RI Nomor 363/Menkes/Per/IX/1989 tentang wewenang bidan
Surat edaran Dirjen Binkesmas Nomor 429/Binkesmas/Per/IX/1989 tentang
kebijaksanaan penempatan bidan desa
http://duniabidan.blogspot.com/ viewed 1 Juni 2011
Top Related