BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES
2.1 Kelapa Sawit
Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun kenyataannya mampu hadir
dan berkiprah di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan baik dan produk olahannya
minyak sawit menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal (tim penulis, kelapa
sawit).
Tanaman kelapa sawit semula berasal dari Guninea di pesisirkan Afrika Barat,
kemudian diperkenalkan kebagian Afrika yang lainnya, Asia tenggara dan Amerika Latin
sepanjang garis Equator (antara garis lintang utara 150 dan lintang selatan 120C). Pada
awalnya kelapa sawit di Indonesia sekedar berperan sebagai tanaman hias langka di
kebun Raya Bogor. Kemudian pada tahun 1911 kelapa sawit dibudidayakan secara
komersil.
Dalam klasifikasi tanaman, kelapa sawit dapat digolongkan ke dalam :
Philum : Angiospermae
Subphilum : Monocotil
Divisio : Palmales
Family : Palmaceae
Subfamily : Palminae
Genus : Elaeis
Spesis : Guineneensis
Bagian-bagian yang terpenting dari kelapa sawit adalah sebagai berikut :
a. Mesocarp (Daging buah) Mesocarp terdiri dari serabut dan daging buah. Serabut terdiri dari tenunan tenunan
serat yang keras dan sels-selanya terdapat tenunan sel yang lunak dan buah yang
masak mengandung minyak.
b. Endocarp (temputung atau cangkang) Pada buah masak, tempurung ini tebal dan keras sekali karena mengandung SiO2.
Tempurung (cangkang) dapat digunakan sebagai bahan bakar atau pengeras jalan-II-1
Universitas Sumatera Utara
jalan kebun dan belakangan ini dapat diolah menjadi Activated carbon, yang
sangat berguna untuk mengatasi polusi udara.
c. Kernel (Inti) Bagian ini terletak disebelah dalam tempurung. Dalam satu buah terdapat satu biji
yang mengandung inti. Inti ini mengandung minyak yang warnanya jernih, dan
kualitas minyak inti lebih jika dibandingkan dengan kualitas minyak daging buah
(mesocarp). Hanya saja kandungan minyaknya lebih sedikit dibanding dengan
kandungan minyak daging buah. Minyak inti sawit sangat baik digunakan dalam
industri, misalnya industri pembuatan minyak margarine. Selain dari minyak inti
yang dihasilkan, terdapat juga ampas dari inti sawit yang digunakan pada industri
fermentasi alkohol.
Pada dasarnya kelapa sawit diklasifikasikan kedalam 3 varietas yaitu :
a. Dura Cangkang tebal, daging buah tipis, intinya besar, dan dikelilingi serabut dan hasil
ekstraksi minyaknya rendah yaitu berkisar 17-18%.
b. Pesifera Tidak mempunyai cangkang, serat tebal mengelilingi inti yang kecil. Jenis ini tidak
dikembangkan untuk tujuan komersil.
c. Tenera Suatu hibrida yang diperoleh dari hasil penyulingan dura dengan pesifera.
Cangkangnya tipis, mempunyai cincin disekelilingi biji hasil ekstraksi minyaknya
tinggi berkisar 23-26%.
Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis, daerah suhu antara 24-270C
dengan kelembaban yang tinggi dan curah hujan 20 cm/tahun. Kelapa sawit
menghasilkan minyak 2 macam yang sangat berlainan sifatnya yaitu :
a. Minyak sawit (CPO) yang berasal dari daging buah (mesocarp) kelapa sawit.
b. Minyak inti sawit (PKO) yang berasal dari inti (kernel) kelapa sawit.
Buah kelapa sawit mengandung 35-60% daging buah dan 6-13% inti sawit,
kandungan minyak dan daging buah kelapa sawit adalah 50-55%. Minyak inti sawit mirip
Universitas Sumatera Utara
sekali dengan minyak kelapa baik dalam tetapan-tetapan kimia seperti Iodium dan
bilangan penyabunan kandungan asam lemak bebas terutama asam laurat. Oleh karena
itu minyak inti sawit bersama-sama dengan minyak kelapa sawit digolongkan dalam
minyak laurik. Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam
palmitat, oleat dan linoleat dibandingkan dengan minyak inti.
Tabel 2.1 Karakteristik Minyak Sawit
Karakteristik Harga
Iodine value 50-58
Melting point, 0C 27-50
Saponification value, % 195-205
Unsaponification value, % 0,5-2
Titre, 0C 40-47
(Sumber : Berdaninis, 1987)
Minyak sawit merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak,
sehingga titik lebur dari gliserida tersebut tergantung kepada kejenuhan asam lemaknya.
Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik leburnya dari minyak tersebut.
Tabel 2.2 Titik Lebur Beberapa Gliserida dan Berbagai Asam Lemak
Gliserida Titik Lebur (0C) Asam Lemak Titik Lebur (0C)
Tri-Laurin 46,6 Laurat 43,6
Tri-Miristat 57 Miristat 54,4
Tri-Palmitat 65,5 Palmitat 62,2
Tri-Stesrin 75,5 Stearat 69,9
Tri-Olein 4,9 Oleat 16
Tri-Linolein -12,5 Linoleat -5
(Sumber : Ling,AK., 1986)
Universitas Sumatera Utara
Kegunaan minyak sawit adalah sebagai bahan baku untuk internal combustion
engine, minyak pelumas, bahan baku pembuatan deterjen, lilin, sabun, dan lain-lain.
Kegunaannya adalah sebagai bahan pangan seperti bakery, table margarine, convectinery
fat, minyak goreng, dan lain-lain.
2.2 Mutu Minyak Kelapa Sawit
Warna minyak kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh kandungan karoten dan
minyak tersebut. Karoten dikenal sebagai sumber vitamin A, pada umumnya terdapat
pada tumbuh-tumbuhan yang berwarna hijau dan kuning termasuk pada kelapa sawit,
tetapi pada konsumen tidak menyukainya. Oleh karena itu para produsen berusaha untuk
menghasilkan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan
menggunakan bleaching earth.
Adapun sifat-sifat kimia dan fisika dari karoten tersebut adalah :
- Mudah dioksidasi oleh enzim lepoxudae
- Dapat mengadsorpsi cahaya
- Tidak larut dalam air
- Larut dalam minyak, kloroform, benzena, petroleum, dan eter
- Sedikit larut dalam alkohol.
- Sensitif terhadap oksidasi dan cahaya.
Mutu minyak sawit juga dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebasnya, karena
jika kadar asam lemak bebasnya tinggi maka akan timbul bau tengik, disamping itu juga
dapat merusak peralatan karena akan dapat mengakibatkan timbulnya korosi.
Oleh karena itu kadar asam lemak bebas karena air pada CPO dapat menyebabkan
terjadinya hidrolisa pada trigliserida dengan bantuan enzim lipase dalam CPO tersebut.
Reaksi hidrolisa ini akan menghasilkan asam lemak bebas (ALB) dan semak
meningkatkan kadar asam lemak bebas. Reaksi antara keduanya dapat ditunjukkan
sebagai berikut :
Log A = Log (A0 + KT /2,3) ..(Soepadiyo M., 2003)
Dimana : A = Kandungan ALB pada waktu T
A0 = Kandungan ALB mula-mula
K = Tetapan kecepatan
T = Waktunya pengasaman
Universitas Sumatera Utara
2.3 Sifat-sifat Minyak Kelapa Sawit (CPO)
Minyak kelapa sawit adalah campuran semi padat pada temperatur kamar.
Minyak ini diperoleh dari buah kelapa sawit yang terutama mengandung asam palmitat,
oleat, dan linoleat. Sifat dari minyak dipengaruhi oleh ikatan kimia, unsur C, dan jumlah
ataom C yang mengandung asam lemak tersebut. Sedangkan sifat fisika minyak juga
dipengaruhi oleh sifat-sifat kimianya.
Tabel 2.3 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kelapa Sawit Asam Lemak CPO (%) Palm Olein (%) Palm Stearin (%)
C12:0 0,2 0,2 1,1-0,6 C12:0 1,1 1 1,1-1,9 C12:0 44 39,8 47,2-73,8 C12:1 0,1 0,2 0-0,2 C12:0 4,5 4,4 4,4-5,6 C12:1 39,2 42,5 15,6-37 C12:2 10,1 11,2 3,2-9,8 C12:3 0,4 0,4 0,1-0,6 C12:0 0,4 0,4 0,1-0,6
(Sumber : Palm Oil Converences, 1987) 2.3.1 Sifat-sifat Fisika
a. Densitas
Densitas minyak tergantung pada bilangan penyabunan, bilangan iodium,
kandungan asam lemak bebas, air. Densitas dari trigliserida pad fase padat lebih besar
dari 10% dari keadaan fase cairnya.
Tabel 2.4 Densitas Minyak Kelapa Sawit dan Inti Sawit
Suhu (0C) CPO (kg/m3) PKO (kg/m3) 57 891 898 75 874 881 100 857 864 200 789 796
(Sumber : JAOCS, 1985)
b. Panas Spesifik
Dalam keadaan padat perubahan yang terjadi pada panas spesifik sangat kecil akibat
adanya variasi dari berat molekul, tapi peningkatan panas spesifik terutama disebabkan
Universitas Sumatera Utara
oleh peningkatan bilangan iodiumnya. Dalam keadaan cair panas spesifik meningkat
dengan tajam akibat perubahan berat molekulnya dan menurun dengan tajam akibat
perubahan bilangan iodiumnya. Secara praktek panas spesifik dari minyak cair (termasuk
minyak kelapa sawit) dapat ditulis dengan rumus :
Cp = 0,47 + 0,00073 T kkal/kg (T0C)
c. Panas Pembentukan
Panas pembentukan adalah suatu sifat empiris yang tergantung pada panas pra
pengolahan atau panas yang diberikan pada minyak.
Tabel 2.5 Panas Pembentukan Minyak Kelapa Sawit Senyawa Hf (kkal/kg) RBDPO 22,6
RBDPKO 29,7
(Sumber : JAOCS, 1985)
d. Viskositas
Minyak dan lemak menunjukkan sifat-sifat dari cairan Newton nyata, pendekatan
dari titik leleh cairan Newton terjadi karena adanya kristal lemak. Viskositas dari minyak
dan lemak alam tidak jauh berbeda. Viskositas naik dengan naiknya berat molekul dan
menurun dengan peningkatan ketidakjenuhan dan kenaikan temperatur. Viskositas
minyak menurun sebesar 30% untuk setiap kenaikan 100C.
Tabel 2.6 Viskositas dari Beberapa Minyak Suhu (0C) Minyak
20 25 30 35 40 45 50
Sawit >100a >100a >100a 96,3a 40,4 33,3 27
Olein 85,3 69,2 56,3 43,3 38,6 32,6 26,5
Inti >100a >100a 44 35,6 30 25,4 21
Kelapa >100a 48,1 39,8 32,9 27,4 23,3 19
Kedelai 63,6 51,6 43,1 36,8 31,7 26,8 22,5
(Sumber : JAOCS, 1985)
Keterangan : a = Turbulen, terjadi aliran non Newton b = Hasil-hasil ekstrapolasi, log viskositas vs T
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Sifat-sifat Kimia
Sifat-sifat Kimia CPO meliputi beberapa reaksi penting, antara lain :
a. Hidrolisa Ikatan ester dari molekul trigliserida dapat dihidrolisa menjadi asam lemak bebas.
Hidrolisa ini terjadi karena adanya air atau kelmbaban tinggi dan temperatur
tinggi mempercepat hidrolisa dalam asam lemak bebas yang tinggi. Jumlah FFA
dalam minyak, tidak hanya berpengaruh terhadap rafinasi, tetapi juga kualitas
minyak keseluruhan, sehingga reaksi ini tidak diinginkan.
b. Oksidasi Minyak sawit relatif stabil dengan panas dan oksidasi disebabkan kandungan
asam lemak rendah. Akan tetapi minyak masih dapat dipengaruhi oleh beberapa
oksidasi disebabkan tingginya persentasi asam oleat yang bersama-sama asam
linoleat dan lain-lainnya membentuk labih kurang setengah asam lemak yang
berat molekulnya rendah di dalam sawit, aldehid dan keton.
Senyawa senyawa ini menimbulakan bau dan rasa yang tidak diinginkan (bau
tengik). Tipe dari bau tengik yang tidak diinginkan ini tergantung pada komposisi
asam lemak minyak, ketidak jenuhannya (asam oleat), dan adanya anti oksidasi
asam.
2.4 Komponen komponen Pada Minyak Sawit
Lemak dan minyak merupakan senyawa yang tidak terlarut dalam air dan
komponen penyusutan utamanya adalah trigliserida dan non trigliserida.
2.4.1 Komponen Trigliserida
Asam lemak penyusun trigliserida dapat merupakan asam lemak jenuh asam
lemak non jenuh. Contoh-contoh asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh dapat
dilihat pada Tabel 2.7 dan Tabel 2.8.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.7 Asam Lemak tidak Jenuh dengan jumlah atom C genap dan memiliki satu Ikatan Rangkap.
Nama Sistematis Nama Umum Titik leleh (0C) Sumber
4,dodesenoat Linderat 1,3 Lemak linderat
9-dodesenoat Laurat - Lemak hewani
4-T.dodesenoat Tsuzuluat 18,5 Lemak litsea glacula
5-T.dodesenoat Physterat - Minyak ikan paus
Miristat Palmitoleat - Lemak hewani
Palmitat Oleat 14,0 Minyak zaitun
(Sumber :Young, 1981)
Tabel 2.8 Asam lemak jenuh dalam Minyak/Lemak
Nama
Asam
Jumlah
Atom
Titik
Didih (0C)
Titik leleh
Asam (0C)
Titk leleh
trigliserida
Kaporat 6 107 -3,4 -
Kaplirat 8 135 16,7 -
Kapriat 10 159 31,6 31,5
Laurat 14 182 44,2 46,4
Marastat 14 202 54,4 57,0
Palmitat 16 222 62,9 65,5
Stearat 18 240 69,9 37,1
Aracminat 20 - 75,5 -
(Sumber :Young, 1981)
Semakin jenuh molekul asam lemak dalam molekul trigliserida makin tinggi
pula titik leleh atau titik didihnya.CPO terdiri dari dua trigliserida utama yaitu
oleodipalmitin dan palmito diolin serta sejumlah kecil linoleopalmitolein, tripamlitin,
oleopalpitostearin, oleopalmito bersama sama dengan sejumlah kecil trigliserida dengan
knfigurasi berbeda- beda.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Komponen Non Trigliseridas
komponen non trigliserida merupakan komponen yang tidak baik
diharapkandalam minyak sehingga harus dipsahkan. Komponen ini menyebabkan bau
yang tidak sedap , aroma dan warna yang kurang baik.Kandungan minyak sawit yang
trdapat dalam jumlah sedikitini sering memegang peranan penting dalam menetukan
mutu minyal.
a. Karoten
senyawa ini menimbulkan warna orange tua pada CPO.Karoten lerut dalam
minyak, lemak dan pelarut minyak serta pelarut lemak akan tetapi tidak larut dalam
air.senyawa ini dapat dihilangkan dengen proses adsorbsi dengan tanah pemucat.Fraksi
akroten yang paling berpengaruh dalam CPO adalah B- karoten,pigmen ini juga tidak
tahan terhadap pemanasan.
Tabel 2.9 Kandungan Minor dan Kotoran Pada Minyak Sawit
Komponen Ppm
Karoten 500-700
Tokoferol 800-900
Sterol
c. Senyawa Sterol
Sterol adalah komponen karakteristik semua minyak. Senyawa ini merupakan
senyawa unsaponifiable. Pengambilan senyawa ini dari minyak banyak dilakukan karena
senyawa ini penting karena senyawa ini penting untuk pembentukan vitamin D dan untuk
membuet obat obatan lain. Senyawa sterol yang berasal dari tumbuh tumbuhan
disebut phytosterol. Dua senyawa phytosterol yang telah dapat diidentifikasikan adalah sitosterol dan stigmasterol. -CH(CH3)CH2CH2CHCH(CH3)2- -CH(CH3)CH-CHCHCH(CH3)2 C2H5 C2H5
( sitosterol) ( stigmasterol)
d. Senyawa Phosphatida
Senyawa ini diangggap sebagai senyawa trigliserida yang salah satu asam lemak
nya digantikan oleh asam phospat yang terpenting dalam CPO adalah lecithin. Senyawa
inilarut dalam alkohol. Kontaminan logam besi (Fe) dan tembaga (Cu) merupakan
katalisator yang baik dalam proses oksidasi, walaupun dalam jumlah yang sedikit.
Kotoran merupakan sumber makanan bagi pertumbuhan jamur lipolitik yang
mengakibatkan hidrolisis.
Air merupakan bahan perangsang tumbuhnya mikroorganisme lipolitik karena itu
dalam perdagangan kadar air juga menetukan kualitas minyak, jika kandungan air dalam
minyak tinggi maka dapat menaikkan kadar FFAnya pada waktu tertentu . Tetapi minyak
yangterlalu kering mudah teroksidasi, jadi nilai optimum kadar air dan bahan menguap
harus diuji.
Petualang Eropa, yang mengunjungi Afrika pada abad 15 dan 16, adalah yang
pertama kalinya mengembangkan dan memperkenalakannya, Petualang sebelumnya
seperti orang Arab dan Marcopolo belum ada yang menyebutnya. Petualangan Diego
Gomes ada menyebut palm tetapi tidak begitu jelas maksudnya. Petualang Cada Mosto
(1435-1460) ada menulis beberapa kalimat yang jelas maksudnya adalah kelapa sawit,
sevagai berikut Dinegeri ini dapat dijumpai spesies pohon yang berbuah banyak tetapi
Universitas Sumatera Utara
kecil-kecil berwarna merah dan hitam, memiliki tiga bagian, harum, rasanya seperti olive
berwarna kuning kunyit tetapi lebih aktif.
Clasius pada tahun 1605 menyebutkan bahwa buahnya setelah dicampur dengan
sebangsa tepung dari akar pohon tertentu (ubi kayu) digunakan orang portugis sebagai
makanan budak-budak mereka sepanjang perjalanan ke Eropa dan Amerika. Ini awal
diperkenalkannya sawit adalah makanan yang 300 tahun kemudian berubah menjadi
makanan kelas saru seperti mentega, minyak goreng dan lain-lain serta menjadi bahan
lain seperti obat, kosmetik dan lain-lain. Dengan meningkatnya kemajuan teknik dan
industri di Eropa maka penggunaannya juga turut berkembang. Jika semula dipakai
sebagai sabun cuci, sabun mandi, lilin maka saat ini sudah sangat meluas sekali sampai
ke bidang industri ringan dan berat.
2.6 Deskripsi Proses
Proses pengolahan dimulai dari loading ramp (LR-01) TBS dimasukkan ke dalam
lori rebusan, kemudian lori dimasukkan ke dalam rebusan atau sterilizer (S-01) untuk
direbus dengan tujuan :
- Memudahkan berondolan lepas dari tandan buah atau janjangan.
- Melunakkan daging buah.
- Mematikan enzim-enzim yang merusak mutu minyak.
- Melekangkan inti supaya mudah lepas dari cangkang.
Perubasan dilaksanakan dengan sistem 3 puncak dengan kondisi operasi sebagai berikut :
- Puncak pertama dengan tekanan 2 kg/cm2, puncak kedua 2,5 kg/cm2. - Hal penting yang harus diperhatikan adalah :
- Waktu menahan steam pada puncak ketiga 45-60 menit (tergantung pada kondisi buah yang direbus).
- Pembuangan air kondensat harus benar-benar kering (8-9 kali) untuk mempertahankan suhu.
- Pembuangan udara. - Kebersihan berondolan pada saringan kondensat. - Harus ada komunikasi atau koordinasi antara operator rebusan dan petugas
pengisi lori yang mengetahui kondisi buah yang akan direbus.
Universitas Sumatera Utara
Setelah direbus, tandan buahdimasukkan kedalam alat penebahan atau thresser
(TP-01) dengan alat hoisting crane (HC-01). Tujuannya untuk melepaskan berondolan
dari janjangan. Proses perontokan berlangsung akibat adanya bantingan tandan buah di
dalam alat penebahan yang berputar dengan kecepatan kurang lebih 23 rpm. Dalam
pengoperasian alat penebahan, hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
- Sewaktu tandan buah diputar dalam alat penebahan harus dapat mencapai ketinggian maksimal, baru jatuh dan terbanting pada as thresser.
- Pengaturan buah yang masuk ke dalam alat penebahan disesuaikan dengan kapasitas alat. Sehingga tidak terlalu banyak yang menumpuk dalam alat
penebahan.
Berondolan yang telah rontok pada proses penebahan, sementara janjangan
kosong diteruskan ke hopper tankos (HT-01) untuk diangkut kelahan pertanian.
Selanjutnya buah dialirkan dengan timba buah dan ularan buah kedalam alat
pengaduk atau thresser (KA-01). Didalam alat pengadukan berondolan diremas dengan
pisau pengaduk yang berputar sambil dipanaskan. Pada bagian bawah alat pengaduk
(bottom plat) dibuat lobang-lobang berdiameter 5 mm dan jumlahnya 120 buah untuk
mengalirkan minyak selama pengadukan. Proses pengadukan berlangsung akibat adanya
gesekan antara pisau dengan berondolan yang terisi penuh dalam alat pengaduk.
Tujuan dari proses pengadukan adalah untuk mendapatkan massa adukan yang
mudah diproses dalam pengepresan (SP-01). Pengadukan dilakukan dengan kondisi
sebagai berikut :
- Ketel adukan dalam keadaan penuh, minimal bagian. - Waktu pengadukan 24-30 menit. - Pisau adukan tidak aus. - Suhu dipertahankan pada 90-950C dengan menginjeksikan steam 3 kg/cm2. - Tekanan dipertahankan pada 20 barr. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, maka ampas pressan masih kasar dan berakibat
tingginya kehilangan minyak dalam ampas pressan.
Massa adukan yang berasal dari alat pengaduk, dialirkan dalam alat pengempaan
atau pressan (SP-01). Tujuan pengepressan adalah semaksimal mungkin memisahkan
minyak yang masih ada dalam massa adukan, pada tekanan 35-40 atm. Minyak kasar
Universitas Sumatera Utara
yang diperoleh dialirkan kestasiun pemurnian minyak untuk dimurnikan. Sedangkan
ampasnya diteruskan dengan alat cake breaker conveyor (CBC) ke depericarper (DP-01).
Kapasitas pressan perlu disesuaikan dengan volume digester agar diperoleh waktu tinggal
di dalam alat pengaduk 24-30 menit.
Pada awalnya olah dilakukan penampungan ampas pressan kira-kira 5 menit dan
mengembalikan ampas yang ditampung tersebut ke timba buah. Pengoprasian
dilaksanakan pad kondisi sebagai berikut :
- Temperatur massa yang diproses 85-900C. - Air pengencer diberikan pada talang minyak (setelah pressan) sebanyak 15%. - Screw press dan selinder press tidak aus. Minyak kasar yang keluar dari pressan dialirkan ke stasiun minyak (klarifikasi)
melalui talang, sand trap dan vibrating screen. Pada talang diberikan air pengencer kira-
kira 15% dengan suhu 98-1000C. Pada sand trap diberi injeksi uap langsung sehingga
cairan minyak kasar mempunyai suhu 95-1000C. Sand trap berfungsi untuk
mengendapkan pasir. Pembuangan pasir yang mengendap di dasar sand trap dilakukan
secara rutin setiap 4 jam. Vibrating screen (saringan getar) berfungsi untuk menyaring
benda-benda kasar dari cairan minyak. Vibrating screen terdiri dari dua buah tingkat.
Tingkat pertama menggunakan kawat saringan ukuran 30 mesh, sedangkan tingkat kedua
menggunakan kawat saringan ukuran 40 mesh. Minyak kasar dari vibrating screen
ditampung dalam bak minyak kasar atau bak RO (T-01), kemudian dipompa (P-01) ke
continous settling tank (T-02). Didalam CST (T-02) kotoran lumpur (sludge) dipisahkan
dari minyak. Prinsip berlangsung berdasarkan gaya berat (gravitasi).
Minyak yang lebih ringan akan naik, sedangkan cairan Lumpur akan turun
kekentalan, suhu dan ketenangan cairan dalam CST (T-02) merupakan faktor yang sangat
penting dalam proses pemisahan minyak. Pemisahan minyak di CST (T-02) memerlukan
kondisi berikut :
- Suhu cairan minimal 920C. - Ketebalan minyak minimal 60 cm. - Waktu tinggal minyak kasar di CST minimal 6 jam. Cairan minyak yang sudah dipisahkan di CST (T-02) mengandung kadar air 0,40-
0,80% dan kotoran 0,20-0,40% dialirkan ke oil tank (T-04). Selanjutnya minyak dialirkan
Universitas Sumatera Utara
ke dalam oil purifier (OP-01) untuk dipisahkan kotorannya. Minyak yang tinggal dari oil
purifier (OP-01) mengandung kadar air 0,20-0,50% dan kadar kotoran 0,02%. Sedangkan
untuk mengurangi kadar air, minyak dialirkan ke vacuum drayer (VD-01) yang sudah
memenuhi standart mutu yang kadar air 0,15% dan kadar kotoran 0,02% dialirkan
ketangki tibun (T-05).
Sementara itu, cairan sludge yang keluar dari CST (T-02) dialirkan ke dalam
sludge tank (ST-02) dan dipanaskan dengan menginjeksikan uap langsung sampai 95-
1000C. Selanjutnya cairan sludge dialirkan ke sludge dialirkan ke sludge seperator (SS-
01) melalui stariner (S-01) dan pre cleaner (PC-02).
Stariner berfungsi untuk memisahkan atau menghilangkan serat-serat halus yang
masih ada dalam cairan sludge dengan maksud untuk meringankan beban kerja di sludge
seperator. Sedangkan fungsi dari pre cleaner adalah untuk menghilangkan pasir.
Sludge seperator dioperasikan dalam konsisi suhu cairan sludge 90-950C. Sisa
cairan sludge yang telah dihilangkan serat-serat kasar dan pasirnya dialirkan ke sludge
seperator untuk dikutip minyaknya. Cairan minyak yang dikutip di sludge seperator
dipompakan ke CST (T-02), sedangkan sisanya berupa sludge yang masih mengandung
minyak
II-15
bawah 600C. Biji yang berasal dari silo biji melalui shaking grade atau nut grading
screen (NG-01) dimasukkan ke dalam creaker untuk dipecah.
Biji yang sudah dimasukkan ke dalam hidrocyclone seperator atau claybath (HC-
01) untuk dipisahkan cangkangnya selama minimal 12 jam dan dipanasi dengan suhu
bagian atas 800C, tengah 700C dan bawah 600C. Sedangkan cangkang yang telah
dipisahkan dari inti dimasukkan kedalam silo cangkang (SC-01) sebagai bahan bakar
ketel uap. Dan inti sawit dimasukkan ketangki silo (KS-01) untuk dikeringkan.
Inti sawit yang sudah kering dibersihkan dengan blower yang dimasukkan
kedalam tangki timbun silo inti (KS-03). Kenudian digonikan, ditimbang dan selanjutnya
dimasukkan kedalam gudang inti. Mutu inti akan baik dan persentase kehilangan inti
akan kecil bila proses pengolahan biji sampai pengeringan atau pnghisapan kotoran
dilaksanakan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Family : PalmaceaeSpesis : GuineneensisTri-LaurinLaurat2.2 Mutu Minyak Kelapa Sawit2.3.1 Sifat-sifat Fisika b. Panas Spesifik
d. Viskositas2.3.2 Sifat-sifat Kimia 2.4 Komponen komponen Pada Minyak Sawit2.4.1 Komponen TrigliseridaLinderatKaporatKaroten
Senyawa ini diangggap sebagai senyawa trigliserida yang salah satu asam lemak nya digantikan oleh asam phospat yang terpenting dalam CPO adalah lecithin. Senyawa inilarut dalam alkohol. Kontaminan logam besi (Fe) dan tembaga (Cu) merupakan katalisator yang baik dalam proses oksidasi, walaupun dalam jumlah yang sedikit. Kotoran merupakan sumber makanan bagi pertumbuhan jamur lipolitik yang mengakibatkan hidrolisis.
2.6 Deskripsi Proses