TUJUAN :
1. Menjelaskan jasa penjaminan serta membedakan jasa audit dengan jasa
penjaminan dan jasa non penjaminan lainnya.
2. Menjelaskan pentingnya auditing dalam mengurangi resiko informasi.
3. Menyebutkan sebab-sebab resiko informasi, dan menjelaskan bagaimana
resiko bisa dikurangi.
4. Menjelaskan auditing.
5. Membedakan antara auditing dan accounting.
6. Membedakan tiga jenis audit.
7. Menjelaskan strategi pendekatan untuk auditing.
8. Mengidentifikasi jenis utama auditor.
9. Menjelaskan syarat-syarat untuk menjadi akuntan publik.
10. Menjelaskan pengaruh e-commerce terhadap akuntan publik.
I. JASA PENJAMINAN
1. Jasa Penjaminan merupakan jasa profesional independen yang
mengembangkan kualitas informasi untuk pihak pengambil keputusan,
yang dianggap memberikan informasi yang tidak bias.
2. Individu yang bertanggung jawab untuk mengambil keputusan, mencari
jasa penjaminan untuk mengembangkan informasi yang reliabel dan valid
sebagai dasar pengambilan keputusan.
3. Jasa penjaminan dapat juga diberikan oleh akuntan publik maupun oleh
professional lainnya. Misalnya YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia), merupakan lembaga independen, yang rutin mempublikasikan
produk-produk apa saja yang aman dikonsumsi masyarakat Indonesia.
4. Kebutuhan penjaminan bukan hal baru. Akuntan publik memberikan jasa
penjaminan selama bertahun-tahun, khususnya yang berhubungan dengan
jaminan tentang informasi laporan keuangan.
1. JASA ATESTASI
a. Jasa Atestasi meliputi semua kegiatan dimana kantor akuntan publik
(KAP) mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan atas
asersi (pernyataan) tertulis yang telah dibuat dan dipertanggungjawabkan
oleh pihak lain.
b. Terdapat 3 jenis, Jasa Atestasi yaitu :
a). Audit atas laporan keuangan historis.
- Audit atas laporan keuangan merupakan bentuk jasa atestasi dimana
auditor menerbitkan laporan tertulis yang memberikan opini,
apakah laporan keuangan sudah berjalan sesuai dengan prinsip
akuntansi keuangan yang berlaku. (bentuk utama jasa yang diberikan
KAP)
- Pada saat klien memberikan informasi laporan keuangannya ,maka
external user informasi keuangan tersebut, yang akan membuat
keputusan bisnis pasti akan melihat laporan auditor sebagai suatu
indikasi reliabilitas atas laporan tersebut,
1. JASA ATESTASI
- Saham-saham perusahaan yang diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia (BEI) perlu untuk memiliki laporan audit yang diawasi
oleh BAPEPAM-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Laporan
Keuangan).
- Laporan auditor dapat ditemukan di laporan keuangan tiap tahun,
dan sebagian besar dapat diakses melalui website BEI maupun
website masing-masing perusahaan.
- Lembaga non profit dan pemerintah pun juga memerlukan
laporan audit untuk pendonor dana, sedangkan perusahaan-
perusahaan yang non go public juga memerlukan laporan audit
untuk keperluan pinjaman dari bank.
1. JASA ATESTASI
b) Review laporan keuangan historis
- Banyak perusahaan non publik menerbitkan laporan keuangan kepada
berbagai pemakai tetapi tidak bersedia membiayai audit atas laporan
tersebut. Dalam kondisi tersebut, akuntan publik dapat membantu
mengadakan jasa review (review services)
- Audit dan review berbeda dalam hal luasnya pemeriksaan dan jaminan
keakuratan yang diberikan, hasil review sering cukup memadai untuk
memenuhi kebutuhan user.
c) Jasa Atestasi lainnya.
- Jasa-jasa ini merupakan perluasan jasa audit laporan keuangan historis.
User seringkali memerlukan penjamin informasi yang independen,
termasuk di dalamnya adalah proyeksi keuangan perusahaan klien.
2. JASA PENJAMINAN LAINNYA
a) Jasa akuntansi dan pembukuan
Banyak klien kecil dengan staf akuntansi yang terbatas menyerahkan
pembuatan laporan keuangannya kepada KAP.
b) Jasa perpajakan
KAP menyusun SPT PPh dari perusahaan dan perseorangan, baik klien
maupun bukan juga memberikan jasa yang berhubungan dengan PPN
dan PPnBM
c) Jasa konsultasi manajemen.
Tujuan utama konsultasi manajemen adalah untuk menghasilkan
rekomendasi terhadap manajemen, dimana tujuan utama dari jasa
penjaminan adalah mengembangkan kualitas informasi.
d) Jasa penjaminan atas teknologi informasi.
Permintaan sangat besar akan jaminan keamanan informasi yang
berhubungan dengan transaksi.
II. KEBUTUHAN AUDITING
Kebutuhan akan laporan keuangan yang dapat diandalkan oleh external
user, oleh karenanya kemampuan untuk membuat opini atas laporan
keuangan hanya terbatas bagi akuntan publik yang memiliki ijin. Keahlian
dan konsep penting perlu dikuasai untuk meng-audit laporan keuangan
historis .
Untuk menggambarkan kebutuhan akan audit, maka kita perlu asumsikan
bahwa pihak bank akan memberikan kredit kepada nasabah. Bank
menetapkan tingakt suku bunga dengan pertimbangan 3 faktor, yaitu :
a) Tingkat suku bunga bebas resiko.
Hal ini merupakan perkiraan tingkat suku bunga yang dapat diperoleh
bank dengan menginvestasikan dana di SBI.
b)Resiko bisnis konsumen.
Resiko ini mencerminkan kemungkinan bahwa bisnis tidak akan dapat
membayar kembali pinjaman karena bisnis dan ekonomi, seperti resesi,
kebijakan manajemen yang buruk, atau kompetisi yang tidak diprediksi
dalam sebuah industry.
II. KEBUTUHAN AUDITING
c) Resiko informasi.
Resiko informasi mencerminkan kemungkinan bahwa informasi
sepanjang keputusan resiko bisnis dibuat tidak akurat, seperti misalnya
kemungkinan laporan keuangan yang tidak akurat.
Auditing tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat suku bunga bebas resiko
maupun resiko bisnis, tetapi berpengaruh signifikan terhadap resiko
informasi. Jika manajer bank puas bahwa informasi bisnis laporan keuangan
peminjam telah diaudit, resiko berkurang secara substansial dan tingkat suku
bunga debitur dapat dikurangi. Pengurangan resiko informasi dapat
berpengaruh signifikan terhadap kemmapuan untuk memperoleh modal
dengan biaya yang wajar.
III. PENYEBAB RESIKO INFORMASI
dan PENGURANGAN RESIKO INFORMASI
1. Sebab-sebab Resiko Informasi
a) Kesulitan akses informasi
Di jaman sekarang, sebenarnya tidak mungkin bagi pengambil
keputusan untuk memiliki pengetahuan tentang organisasi dari pihak
pertama, dimana dia melakukan bisnis.
b) Bias dan alasan-alasan dari penyedia informasi.
Jika informasi diberikan oleh pihak yang tujuannya tidak sama dengan
pengambil keputusan, maka informasi mungkin bias.
c) Data yang sangat besar.
Organisasi yang semakin besar, berarti volume transaksi juga semakin
besar. Hal ini meningkatkan kemungkinan informasi yang tercatat tidak
tepat.
III. PENYEBAB RESIKO INFORMASI
dan PENGURANGAN RESIKO INFORMASI
1) Sebab-sebab Resiko Informasi
d) Transaksi yang semakin kompleks
- Pada dekade belakangan ini, transaksi antar perusahaan atau organisasi
berkembang menjadi kompleks.
2) Pengurangan Resiko Informasi.
a) User mem-verifikasi informasi.
User akan menggunakan dasar untuk memeriksa catatan-catatan dan
memperoleh informasi tentang reliabilitas pernyataan.
b) User menyebarkan atau membagi resiko informasi dengan pihak
manajemen.
Terdapat pertimbangan hukum yang mengindikasikan bahwa pihak
manajemen bertanggung jawab memberikan informasi yang reliable
terhadap user. Jika user mendasarkan keputusan atas laporan keuangan
yang tidak akurat, sehingga mengalami kerugian keuangan, sehingga bisa
terjadi tuntutan hukum terhadap manajemen perusahaan.
III. PENYEBAB RESIKO INFORMASI
dan PENGURANGAN RESIKO INFORMASI
2) Pengurangan Resiko Informasi.
c) Menggunakan laporan keuangan yang telah di-audit.
Cara paling wajar bagi user untuk memperoleh informasi yang reliable
adalah dengan memiliki hasil audit independen. Informasi yang telah
diaudit kemudian digunakan dalam proses pengambilan keputusan,
berdasarkan asumsi yang lengkap, akurat dan tidak bias.
Pada dasarnya, manajemen perusahaan swasta atau komite audit untuk
perusahaan yang go public menggunakan jasa auditor untuk
memberikan jaminan pada user bahwa laporan keuangannya reliable.
Jika laporan keuangan pada akhirnya ditentukan salah, maka auditor
dapat dituntut baik oleh pihak manajemen maupun user. Auditor
memiliki tanggungjawab hukum atas semua pekerjaannya.
IV. PENGERTIAN AUDITING
Auditing adalah
Proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi
yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang
yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan
kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan.
1) Informasi Yang Dapat Diukur dan Kriteria Yang Ditetapkan
a) Untuk melaksanakan audit, diperlukan informasi yang dapat
diverifikasi dan sejumlah standar (kriteria) yang dapat digunakan
sebagai pegangan pengevaluasian informasi tersebut.
b) Agar dapat diverifikasi, informasi harus dapat diukur.
c) Kriteria yang digunakan dalam audit akan tergantung pada tujuan audit
yang bersangkutan.
IV. PENGERTIAN AUDITING
2) Entitas Ekonomi.
a) Setiap kali audit dilakukan, lingkup tanggungjawab auditor harus jelas,
terutama mengenai entitas ekonomi dan periode waktu yang diaudit.
b) Entitas ekonomi dapat berupa PT,Firma,CV, Koperasi, atau dapat juga
divisi, departemen bahkan manusia.
3) Pengumpulan dan Pengevaluasian Bahan Bukti.
a) Bahan bukti diartikan sebagai segala merupakan informasi yang
digunakan auditor dalam menentukan kesesuaian informasi yang
sedang diaudit dengan kriteria yang ditetapkan.
b) Bahan bukti terdiri dari bermacam bentuk yang berbeda, termasuk
pernyataan lisan dari pihak yang diaudit, komunikasi tertulis dengan
pihak ketiga dan hasil pengamatan auditor.
c) Penting untuk memperoleh bahan bukti dalam jumlah dan kualitas
yang cukup untuk memenuhi tujuan audit, guna menilai kelayakan
informasi.
IV. PENGERTIAN AUDITING
4) Orang yang Kompeten dan Independen
a) Seorang auditor harus mempunyai kemampuan memahami kriteria
yang digunakan serta mampu menentukan jumlah bahan bukti yang
dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan yang diambilnya.
b) Auditor harus pula memiliki sikap independen, sebab informasi yang
digunakan untuk mengambil keputusan haruslah tidak bias.
5) Pelaporan.
a) Penyusunan laporan audit yang merupakan alat penyampaian temuan-
temuan kepada para pemakai laporan tersebut.
b) Laporan harus mampu memberikan informasi mengenai keseuaian
informasi-informasi yang diperiksa dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
V. PERBEDAAN AUDITING dan ACCOUNTING
1) Akuntansi merupakan proses pencatatan, pengelompokan, dan
pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam bentuk yang teratur dan
logis dengan tujuan menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan
untuk pengambilan keputusan.
2) Fungsi akuntansi bagi badan usaha dan masyarakat adalah menyajikan
informasi kuantitatif tertentu yang dapat digunakan oleh pimpinan entitas
ekonomi maupun pihak lainnya untuk mengambil keputusan.
3) Agar penyajian informasi tepat, maka akuntan harus memiliki pengetahuan
yang baik mengenai prinsip-prinsip dan aturan-aturan dalam penyusunan
informasi akuntansi.
4) Dalam auditing, yang menjadi pokok adalah menentukan apakah informasi
yang tercatat telah mencerminkan dengan benar kejadian ekonomi pada
periode akuntansi.
V. PERBEDAAN AUDITING dan ACCOUNTING
5) Oleh karena kriterianya adalah aturan-aturan akuntansi, maka seorang
auditor harus memahami aturan-aturan dimaksud dengan baik, aturan yang
dimaksud adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
6) Auditor juga harus memiliki keahlian dalam mengumpulkan dan
menafsirkan bahan bukti audit. Hal inilah yang menjadi prinsip utama
dalam membedakan akuntan dan auditor.
7) Dalam melakukan audit, masalah khusus yang dihadapi adalah: penentuan
prosedur audit yang tepat, penentuan sampel, penentuan pos-pos yang
diperiksa, saat pengujian dan pengevaluasian hasilnya.
VI. JENIS-JENIS AUDIT
Terdapat tiga jenis audit, yaitu :
1) Audit laporan keuangan
a) bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara
keseluruhan, yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi,
telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya kriteria
itu adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b) Asumsi dasarnya adalah bahwa laporan tersebut akan dimanfaatkan oleh
berbagai pihak.
c) Jika audit umum masih belum dapat memenuhi kebutuhan beberapa
pihak, misalnya untuk kepentingan merger ataupun pihak kreditur
(bank), maka pihak tersebut dapat menggunakan auditornya sendiri
untuk menmperoleh informasi yang dibutuhkan.
2) Audit operasional
3) Audit ketaatan (Compliance Audit) .
VI. JENIS-JENIS AUDIT
Terdapat tiga jenis audit, yaitu :
2) Audit operasional
a) Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari
prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi
dan efektifitasnya.
b) Umumnya, pada saat selesai audit operasional, maka auditor akan
memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki
jalannya operasi perusahaan.
c) Efisiensi dan efektifitas operasi suatu organisasi jauh lebih sulit
pengevaluasiannya secara obyektif dibandingkan penerapan dan
penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
d) Kriteria yang digunakan untuk evaluasi cenderung subyektif.
VI. JENIS-JENIS AUDIT
Terdapat tiga jenis audit, yaitu :
3) Audit ketaatan (compliance audit)
a) Bertujuan untuntuk mempertimbangkan apakah auditi (klien) telah
mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang
memiliki otoritas lebih tinggi.
b) Audit ketaatan pada perusahaan swasta, dapat termasuk penentuan
apakah para pelaksana akuntansi telah mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan oleh perusahaan, peninjauan tingkat upah untuk menentukan
kesesuaian dengan peraturan upha minimum.
c) Hasil audit umumnya dilaporkan kepada pihak tertentu dalam
organisasi.
VII. STRATEGI PENDEKATAN untuk AUDITING
1) Auditor harus memahami dengan saksama dan cermat dalam memahami
entitas dan lingkungannya.
2) Pemahaman ini termasuk di dalamnya adalah pengetahuan atas industri
klien beserta peraturannya, memahami operasionalnya, seperti hubungan
dengan supplier, customer dan kreditur.
3) Terlebih lagi, auditor harus mempertimbangkan strategi bisnis klien,
prosesnya, serta indikator pengukuran untuk faktor- faktor kritis yang
berhubungan dengan strategi tersebut.
4) Analisis ini membantu auditor mengidentifikasi resiko yang mungkin timbul
sebagai konsekuensi dari strategi yang diambil perusahaan, yang mungkin
mempengaruhi laporan keuangan.
VIII. JENIS AUDITOR
1) Akuntan Publik Terdaftar
a) KAP sebagai auditor independen bertanggung jawab atas audit laporan
keuangan historis dari seluruh perusahaan publik dan perusahaan besar
lainnya.
2) Auditor Pemerintah
a) Terdapat beberapa lembaga yang secara fungsional bertanggung jawab
atas keuangan negara
b) BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) merupakan auditor tingkat pusat.
c) BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan).
Tugas BPKP tidak jauh berbeda dengan auditor independen, sebagian
besar informasi keuangan yang dibuat oleh instansi pemerintah sudah
diaudit oleh BPKP. Disamping mengaudit laporan keuangan, BPKP
juga melakukan audit operasional atas instansi pemerintah
d) Itjen (Inspektorat Jenderal) pada departemen-departemen pemerintah.
VIII. JENIS AUDITOR
3) Auditor Pajak
a) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada di bawah Kemenkeu RI,
bertanggungjawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan
penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan.
b) Aparat pelaksana DJP di lapangan adalah KPP dan Kantor Pemeriksaan
dan Penyidikan Pajak, yang bertanggungjawab melakukan audit terhadap
WP tertentu, untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan
perundangan perpajakan.
4) Auditor Intern
a) Auditor intern bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi
kepentingan manajemen perusahaan.
b) Bagian audit perusahaan bertanggungjawab langsung pada presdir,
direktur eksekutif atau dewan komisaris.
c) Untuk menjalankan tugas dengan baik, sebaiknya, bagian audit terlepas
dari lini organisasi, tetapi tidak terlepas dari hubungan atas bawah.
IX. AKUNTAN PUBLIK TERDAFTAR
1) Persyaratan pendidikan, diperlukan gelar sarjana ekonomi, jurusan
akuntansi.
2) Menempuh pendidikan PPAk selama 2 semester.
3) Untuk membuka KAP, maka perlu mengikuti ujian CPA (certified public
accountant) terlebih dulu
X. PENGARUH e-commerce
TERHADAP AKUNTAN PUBLIK
1) Hampir semua bisnis mengandalkan teknologi informasi untuk membantu
transaksi bisnis dalam akuntansi. Kemajuan teknologi informasi dan
internet, memperkenalkan cara baru untuk mengendalikan bisnis secara
elektronik, yang seringkali disebut e-commerce.
2) Perkembangan metode baru dalam mengendalikan bisnis yang cepat
mempengaruhi semua aspek jasa penjaminan yang diberikan akuntan
publik.
3) Meskipun tidak ahli dalam teknologi informasi dan e-commerce, tetapi
akuntan publik harus memahami teknologi informasi, sehingga dapat
memperhitungkan resiko informasi yang dihasilkan oleh teknologi
informasi.
Top Related