Cervical Syndrome
Adalah sekelompok gejala yang timbul pada daerah leher akibat proses patologis pada
neurofisiologis akar syaraf yang menimbulkan gejala radikulopaty, kelemhan otot myotom,
paraestesi, gangguan sensorik dan sistem reflek, nyeri yang timbul di daerah leher ini
mengakibatkan hipereksibiliti pada akar syaraf yang terkena.
Epedemiologi:
Angka kejadian 83,2 per 100000 orang di AS.
Diagnosis:
Penderita mengaku nyeri aksial pada leher di ikuti oleh nyeri pada lengan. Nyeri radikuler
berupa nyeri tumpul atau tajam dengan lokasi yang berbeda-beda.
- Bagian medial scapula ( C5, C6, atau C7)
- Superiortrapesius (C5 atau C6)
- Precordium (C5 atau C6)
- Daerah deltoid dan lengan lateral (C5 atau C6)
- Posteromedial lengan (C7, C8 atau T1)
- Anterolateral lengan atas (C6 atau C7)
- Posterior lengan atas (C7 atau C8)
- Jari-jari tangan (C6, C7, C8 atau T1)
Nyeri akan diperberat oleh aktifitas yang meningkatkan tekanan pada subaraknoid, batuk,
bersin atau pada tes valsava.
Pada pemeriksaan fisik perlu di observasi:
1. Posisi leher dengan karakteristik pasien mengangkat ke depan bagian yang terkena
2. Atropi otot menunjukkan lesi yang sudah lama
3. Sensasi pada rabaan ringan, pinprick dan vibrasi berubah
4. Pemeriksaan lebih lanjut berupa hoffman’s sign dan respons barbinski untuk
meyakinkan tidak ada gangguan pada spinal cord.
5. Sperling manuver flexi cervical ekstensi dan ipsilateral aksial rotasion
6. L’hermite sign
Pemeriksaan lain:
- X-ray: AP. Lateral dan myelografi atau CT MRI
- Elektrodiagnostik evaluasi
Treatment secara PMR (physical medicine and rehabilitation) bertujuan:
- Perbaikan nyeri radikulopati
- Kelemahan otot yang membaik
- Mencegah rekurensi
Modalitas:
- Pasien edukasi tentang modifikasi aktifitas dan mengurangi nyeri adalah usaha yang
pertama yang dilakukan oleh dokter, properpsition ergonomic, dll
- Thermotherapy
- TENS
- Cervical orthosis (colar)
- Cervical traction tidak boleh dilakukan pada myolopathy L’hermite sign positif, RA
dan sublexation atlatantoaksial
Obat-obatan: NSAID
Surgery: anterior cervical diskectomy and fusion (80-96% baik)
Penyakit Otot (Myopathies)
Pembagian:
I. Hereditary myopathies
1. Muscular dystrophies
a. Dystrophinopaties
- Duchenne Muscular Dystrophy (DMD)
- Becker muscular dystrophies
b. Myotonic MD
c. Facioscapula humeral MD
d. Limb girdle MD
e. Congenital MD
f. Oculopharyngeal MD
g. Emery-Dreifuss MD
2. Congenital myopathies
3. Metabolic myopathies
4. Distal myopathies
5. Mitochondrial myopathies
6. Channelopathies
II. Acquired myopathies
1. Inflammatory myopathies
2. Toxic myopathies
3. Endocrine myopathies
4. Infection and granulomatous myopathies
5. Myopathies associated with systemic disease.
DMD (Duchenne Muscular Dystrophy)
Adalah kelainan x-linked dan penyebabnya adalah abnormalitas Xp21 gene loci.
Pemeriksaan:
1. CK sangat tinggi 10.000 – 50.000
2. AST dan ALT tinggi
3. Aldolase tinggi
Onset :
- umur 4-5 tahun
- Abnormal gait: toe gait
- Lumbar lordosis, kelemahan otot proximal
- Kesulitan naik tangga, cenderung mudah jatuh
- Kelemahan otot ekstensor lutut.
- Selalu progresive
- Fungsi motorik berkurang sampai usia 2-3 tahun, sangat menurun dan menetap usia
selanjutnya.
- Life span <35 tahun
- Kehilangan ambulasi 7-13 tahun (no corticosteroid), 9-15 tahun (kortikosteroid)
Cor: - Dilatasi (pada dekade 1 dan dekade 2)
Gejala timbul pada dekade 2
Respirasi: - Vital capacity menurun (dekade 2)
Ukuran otot: - betis hipertrofi
Musculoskeletal: - kontraktur hip, ankle, knee,
- scoliosis terjadi setelah ambulasi
- Tidak dapat dilakukan kemampuan
CNS: - kemampuan cognitive dan verbal menurun
Muscle pathology: (+)
Prinsip rehabilitasi:
1. Multidisipliner care
2. Exercise : strengthening exercise
3. Aerobic excercise
4. Management of limb contracture and deformity
5. Bracing pada proximal, spinal dan distal
6. Manajemen pulmonal
7. Nutrisi
8. Manajemen jantung
9. Farmakologi berupa corticosteroid seperti prednison (high dose week-end
administration) dengan dosis 5 mg/kg BB
10. Nyeri kronik,psikososial dan vocational.
11. Equipment:
- Kamar mandi
- Power wheelchair
- Wheel-walker, quad-cane, dan cruch.
Peripheral Neuropathy
Klasifikasi menurut Seddon:
1. Neuropraxia
Konduksi fokal terhambat tanpa kerusakan akson
2. Aksonotmesis
Kerusakan akson, degenerasi Walleri, struktur penunjang saraf masih intak.
3. Neuronetmesis
Tingkat 1: kerusakan akson dan endoneurium
Tingkat 2: kerusakan perineurium dan endoneurium
Tingkat 3 : kerusakan akson dan struktur penunjang
Evaluasi pada peripheral neuropathy
Evaluasi riwayat: - gejala
- gangguan fungsi
- komorbiditas
- Riwayat keluarga
Pemeriksaan:
- Atrofi otot tangan dan kaki
- Deformitas berupa pes-kavus, hammer toes
- Autonom: kurang berkeringat, kulit kering, kaki dingin.
- Sensory testing: sentuhan halus, pinprick, propioceptive, vibrasi.
- Muscle strech reflex
- Distribution of motor and sensory deficit
Pemeriksaan lain: EMG
Komplikasi:
1. Pada kaki: - ulserasi (DM 15%)
- kurang berkeringat
- Charcot changes berupa destruksi sendi kaki, dislokasi, fraktur
patologik, yang semuanya akan menyebabkan deformitas yang hebat.
Nasehat pada penderita: selalu melihat kaki dengan cermin setiap hari.
2. Nyer: tumpul, dalam, seperti sakit gigi.
Pakai : - krem capsaisin 3-4x/hari,
- transdermal lidocain.
- Triciclic antidepresant
3. Fungtional impairment:
- resiko jatuh 20x lebih besar dari orang normal
- Perlu pemeriksaan mata secara rutin
- Sepatu yang cocok
- pemberian cane, tongkat
- memberikan excersice khusus berupa penguatan otot abduktor hip dan stabilitas
tulang belakang.
- Penguatan genggaman, depresi bahu, ekstensi siku pada saat memakai cane atau alat
bantu.
- Penguatan lengan.
Neuopathy Khusus
A. Diabetic neuropathy: focal, simetris, asimetris
a. Chronic sensori-motor distal polyneuropathy
b. Proximal motor neuropathy
c. Focal mononeuropathy
d. Autonomic neuropathy
B. Gullian Bare Syndrom (GBS) Polio
a. Onset berupa kelemahan otot tungkai yang progresif
b. Reflex menghilang
c. Sensoris menghilang
d. Saraf otak kemungkinan terkena yaitu pada facial palsy, kelemahan otot mata,
terjadi gangguan respirasi, gangguan takikardi dan hipertensi.
Tindakan rehabilitasi berupa:
- Cegah kontraktur dengan proper positioning, ROM, dan splinting
Top Related