STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
Nama : Susi Sulastri Tanda Tangan
NIM : 11-2011-102
Dr. Pembimbing : dr. Soekasno, Sp.A
I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : An. ARH Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat /tanggal lahir : Kudus, 30 Agustus 2002 Suku bangsa : Jawa
Usia : 10 tahun Agama : Islam
Pendidikan: SD Alamat : Prawoto RT 04/04 Sukolito,
Pati.Hubungan dengan orang tua : Anak Kandung
IDENTITAS ORANG TUA
Ayah : Tn. A Ibu : Ny. AK
Usia : 32 tahun Usia : 30
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : swasta Pekerjaan : IRT
A. ANAMNESIS
Diambil dari : Alloanamnesis (dengan ibu pasien) Tanggal : 31 agustus 2012 Jam:12.00
Keluhan Utama:
Demam sejak tujuh hari SMRS
Keluhan Tambahan:
Nyeri diseluruh sendi, mual dan pusing berputar.
Riwayat Penyakit Sekarang :
1
Tujuh hari SMRS pasien demam. Saat ditanya, ibu pasien tidak mengukur suhu
anaknya dengan thermometer, demam tidak disertai menggigil dan tidak sampai mengigau.
Demamnya naik turun, panas tinggi terutama pada sore atau malam hari sedangkan saat
pagi dan siang anaknya hanya sumeng saja. Pasien sudah diberi obat penurun panas yang
dibelinya di toko obat, namun tidak ada perubahan yang terlalu besar. Demam pasien turun
setelah diberi obat, tapi beberapa jam kemudian demamnya kembali naik lagi. Saat siang
pasien masih bisa beraktivitas seperti biasa. Ibu pasien juga pengeluh batuk disertai pilek,
batuknya batuk berdahak, namun pasien mengeluh tidak dapat mengeluarkan dahaknya.
Tidak ada kesulitan buang air besar ataupun diare. Tidak ada mimisan ataupun gusi
berdarah.
Tiga hari SMRS pasien demam tinggi dan sepanjang hari walaupun sudah diberikan
obat penurun panas. Oleh ibu pasien akhirnya dibawa berobat ke puskesmas terdekat dan
dirawat. Di puskesmas diperikan obat penurun panas dan antibiotik, namun demamnya
tidak turun. Pasien juga merasa mual tapi tidak dapat muntah. Nafsu makannya juga
menurun, dan pasien terlihat lemas. Tidak ada kesulitan buang air besar dan buang air kecil.
Satu hari SMRS akhirnya pasien di rujuk ke RS Mardi Rahayu untuk mendapatkan
perawatan lebih intensif karena demamnya tak turun setelah 3 hari dirawat di puskesmas.
Pasien mengeluh pusing berputar, perut kanan atasnya terasa nyeri dan terasa mual namun
tidak bisa muntah. Pasien mengeluh belum buang air besar sejak kemarin, tapi buang air
kecil masih seperti biasa. Pasien juga mengeluh seluruh sendinya terasa linu pada saat
digerakan.
Di sekolah anaknya sangat aktif, sering bermain bersama teman-temannya di luar
rumah. Ia juga sering membeli makan dan minum di kantin sekolahnya. Ia jarang membawa
makan atau minum dari rumah.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah sakit berat hingga dirawat di rumah sakit. Ibu pasien
mengatakan biasanya hanya mengalami batuk dan pilek, namun biasanya beberapa hari
kemudian sakitnya bisa sembuh sendiri setelah minum obat yang dibelinya dari warung.
Riwayat Penyakit Keluarga
2
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi - -
Asma - -
Tuberkulosis - -
Hipertensi - -
Diabetes - -
Kejang Demam - -
Demam berdarah - -
Di dalam keluarga, tidak ada yang sedang menderita batuk dan pilek, tidak ada yang
sedang demam dan diare.
Riwayat Kelahiran
Os lahir spontan, cukup bulan, ditolong oleh bidan di rumah bersalin. Berat badan
lahir 3400 gram. Panjang badan waktu lahir 49 cm. Tidak ditemukan kelainan yang dapat
menimbulkan kecacatan dalam proses kelahirannya.
Silsilah keluarga (Family’s Tree)
Legenda :
: ayah : ibu
: anak sakit, anak pertama : anak kedua, ketiga
3
32t 30th
10t 6 th 5th
Ayah bekerja sebagai wiraswasta dan ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga. Anak
sakit merupakan anak pertama dari 3 bersudara. Anak sakit sekarang bersekolah di SD kelas
5, adik kedua berusia 6 tahun dan bersekolah di kelas 1 SD. Adik terakhirnya berusia 5
tahun dan sekarang duduk di TK 0 besar.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Kehamilan
Perawatan antenatal : Ke bidan
Penyakit kehamilan : -
Kelahiran
Tempat kelahiran : Kudus, 30 agustus 2002
Penolong persalinan : Bidan
Cara persalinan : Normal
Masa gestasi : Cukup bulan
Keadaan bayi : Berat badan lahir : 3,4 Kg
Panjang badan lahir : 49 cm
Lingkar kepala : Ibu lupa
Langsung menangis
Tidak pucat, tidak biru, tidak kuning, tidak kejang
Kelainan bawaan:
Riwayat Imunisasi
VAKSIN Dasar (Umur) Booster (Umur)
BCG + - - - - - -
DPT / DT + + + - - - -
Polio + + + - - -
Campak + - - - - - -
Hepatitis B + + + - - - -
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
Riwayat Nutrisi :
4
Susu : minum ASI sampai usia 2 tahun sebanyak 6-9x sehari, kemudian minum susu
sapi sampai usia 3 tahun. Sebanyak 3-4 kali sehari.
Makanan padat : mulai makan makanan padat usia 7 bulan berupa bubur tepung dan
kemudian nasi tim usia 9 bulan dan nasi lunak saat usia 11 bulan.
Makanan sekarang : nasi, sayur serta lauk pauk. Frekuensi makan 2-3x sehari
Kesan : kuantitas baik, kualitas cukup.
Riwayat Tumbuh Kembang (Developmental history)
Usia 3 bulan sudah bisa memiringkan badan, usia 4 bulan sudah bisa tengkurap.
Usia 1 tahun sudah mulai belajar berjalan dan bicara mama papa. Usia 1,3 tahun sudah bisa
berjalan. Usia 2 tahun sudah dapat berbicara lancar.
Kesan : tidak ada gangguan dalam proses tumbuh kembang
B. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan : 31 Agustus 2012 jam 10 wib
Keadaan umum : anak tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Denyut nadi : 118 kali/ menit
Suhu : 37.5oC
Laju nafas : 20 kali/ menit
Sat O2 : 99%
Antropometri
Lingkar Kepala: 49cm
Lingkar lengan atas:19 cm
Status Gizi (menurut Z Score):
Tinggi badan : 125 cm
Berat badan : 29 kg
IMT = BB
TB2= 29
1,252=18.56
Penilaian:
5
<18,5 = Underweight
18,5-22,9 = Normal
23-24,9 = At risk
25-29,9 = Obese I
>=30 = Obese II
Kesan : gizi baik
Pemeriksaan Sistematis
Kepala : Bentuk normal, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut,
ubun- ubun besar sudah menutup.
Mata : Kedudukan simetris, Mata cekung (-/-), Konjungtiva anemis (-/-) ,
sklera ikterik -/- , pupil isokor (+/+), refleks cahaya langsung (+/+)
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, sekret tidak ada, membran timpani
utuh.
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum tidak ada. Nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bentuk normal, lidah kotor dengan putih di tengah dan kemerahan di
pinggirnya disertai tremor , bibir kering, tidak sianosis. Tonsil T1-T1
tenang, faring tidak hiperemis
Leher : KGB tidak teraba membesar, kel.tiroid tidak teraba membesar di leher.
Thorax
- Inspeksi : Tampak simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi sela iga (-),
pulsasi ictus cordis terlihat
- Palpasi : Sela-sela iga tak tampak retraksi, tidak ada nyeri tekan. teraba ictus cordis
pada garis midklavikula sela iga V
- Perkusi :
Paru-paru : Bunyi sonor diseluruh lapang paru.
Jantung
Batas kanan : pada intercostal 3 parasternal kanan
Batas kiri : pada intercostal 5, 1 cm sebelah media linea midclavicula kiri
Batas atas : pada intercostal 2 parasternalis kiri
- Auskultasi :
6
Paru-paru : Suara nafas vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : datar, tidak tampak benjolan, dan ruam di abdomen
- Palpasi : supel, nyeri tekan (+) di kuadran kanan atas.
o Hepar : teraba membesar 3 jari dibawah costae. Konsistensi kenyal.
o Lien : tidak teraba membesar
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus (N)
Kulit: warna sawo matang, turgor kulit normal
Extremitas (lengan & tungkai): akral hangat dan denyut nadi kuat.
Akral hangat : + + udem - -
+ + - -
CRT: < 2 dtk
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Lab darah rutin. Tanggal 30 Agustus 2012 Jam : 16.10 WIB
Hemoglobin : 12.3 g/dl (10.8-15.6)
Leukosit : 8.840 (4.5-13.5)
Eosinofil : 0 % (1-5)
Basofil : 0.1 % (0-1)
Netrofil Segmen : 65.1 % (50-70)
Limfosit : 24.9% (25-50)
Monosit : 9.9% (1-6)
Luc : 0%
MCV : 77.3 mikro m3 (80-100)
MCH : 26.6 pg (26-34)
MCHC : 34.5 g/dl (32-36)
Hematokrit : 35.7 % (40-52)
Trombosit : 286.000 (181-521)
7
Eritrosit : 4.620.000 (4.4-5.9)
RDW : 13% (11.5-14.5)
PDW : 11.9fl (10-18)
MPV : 9.7 mikro/m3 (6.8-10)
LED : 15/40 mm/jam (0-10)
Golongan darah : O/+
RESUME.
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun datang dengan keluhan demam sejak tujuh
hari SMRS pasien demam. Demam tidak disertai menggigil dan tidak sampai mengigau.
Demamnya naik turun, panas tinggi terutama pada sore atau malam hari sedangkan saat
pagi dan siang anaknya hanya sumeng saja. Pasien sudah diberi obat penurun panas yang
dibelinya di toko obat, namun tidak turun panasnya. Pasien juga mengeluh batuk dan pilek,
batuknya bersifat produktif namun pasien tidak dapat mengeluarkan dahaknya. Tidak ada
kesulitan buang air besar ataupun diare. Tidak ada mimisan ataupun gusi berdarah. Tiga hari
SMRS pasien dirawat di puskesmas karena demam tinggi , sudah diberi obat tapi tidak turun
panasnya. Pasien merasa mual tapi tidak dapat muntah. Nafsu makannya juga menurun,
dan pasien terlihat lemas. Tidak ada kesulitan buang air besar dan buang air kecil. Satu hari
SMRS pasien dibawa ke RS Mardi Rahayu. Pasien mengeluh pusing berputar, perut kanan
atasnya terasa nyeri dan terasa mual namun tidak bisa muntah. Pasien mengeluh belum
buang air besar sejak kemarin, tapi buang air kecil masih seperti biasa. Di sekolah anaknya
sering membeli makan dan minum di kantin sekolahnya.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD: 100/60mmHg, Suhu : 38oC, RR :
20X/menit dan HR: 118x/menit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lidah kotor disertai
tremor dan nyeri tekan abdomen kuadran kanan atas (+). Pada pemeriksaa labortorium
didapatkan Hb: 12.3 g/dl, Ht : 35,7%, leukosit 8.480/uL, dan trombosit 286.000/uL
DIAGNOSIS KERJA
- Demam tifoid
- Gizi baik
DIAGNOSIS DEFERENSIAL
8
1. Demam berdarah dengue
2. Malaria
3. ISK
4. Bronchitis
PEMERIKSAAN ANJURAN :
- Tes Widal
- IgM salmonella
- Pemeriksaan urinalisis
- Pemeriksaan feces rutin
- X-foto torax
- Pemeriksaan hapus darah tepi
- Pemeriksaan virologi dengue
- Tes mantux
PENATALAKSANAAN
Non-Medika mentosa:
Infus RL 40 tetes/menit
Medikamentosa
Paracetamol syrup 3x2 cth peroral
Kloramfenikol 3x350 mg IV
Ondansetron 2x4mg peroral
EDUKASI
- Istirahat tirah baring
- Jaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan serta hygiene perorangan.
- Makan makanan lunak, rendah serat dan tinggi protein kemudian ditingkatkan
menjadi bubur kasar dan akhirnya nasi yang perubahannya disesuaikan dengan
tingkat kesembuhan anak.
- Merubah posisi tidur, miring kiri/miring kanan selama tirah baring untuk mencegah
dekubitus dan pneumonia ortostatik.
PROGNOSIS
9
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal : 1 September 2012 jam : 08.00 WIB
S : Demam sudah turun, nyeri kepala (-), pusing (-), nyeri perut (+), mual (-), muntah (-),
batuk (+), pilek (+), BAB dan BAK normal, nafsu makan dan minum baik.
O : TTV : T : 36,5OC
HR : 82x/ menit
RR : 20x/menit
Cor/pulmo : Bunyi Jantung I dan II regular (+), mur-mur (-), gallop (-)
: Suara Napas vesicular (+/+), ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Abdomen : nyeri tekan (+) pada kuadran kanan atas. Bising Usus (+)
Ekstremitas : akral hangat, nadi kuat.
Pemeriksaan lab :
Dyncell
Hemoglobin : 11.8 g/dl
Leukosit : 12.740/uL
Hematokrit : 35%
Trombosit : 302.000/uL
Imunoserologi
Widal
Salmonella thypi O : - -
Salmonella thypi H : - -
Salmonella paratyphi AO : - -
Salmonella paratyphi BO : 1/80 -
Salmonella paratyphi CO : 1/80 -
Salmonella paratyphi AH : - -
Salmonella paratyphi BH : 1/80 -
10
Salmonella paratyphi CH : 1/320 -
IgM salmonella : 4 1-2 : negatif
3 : border
4-5 : positif
>6 : positif kuat
URINE LENGKAP
Albumin - -
Reduksi - -
Bilirubin - -
Reaksi/pH 8.0 H 4.8-7.4
Urobilinogen N -
Benda keton - -
Nitrit - -
Berat Jenis 1.015 1.05-1025
Darah samar - -
Leukosit - -
Vitamin C - -
Epitel ren (sedimen) 0 0
Epitel sel 0-1 5-15
Eritrosit 0-1 0-1
Leukosit 0-1 3-5
Silinder 0 0-1
Parasit - -
Bakteri - -
Jamur - -
Kristal -
FAECES
Konsistensi biasa
Darah -
Lendir -
Eritrosit -
Leukosit -
11
Entamoeba histolitica -
Ankylos -
Trichuris -
Ascaris -
Bakteri ++
Jamur +
Sisa makan -
Fat -
RADIOLOGI:
Pemeriksaan X-Foto Torax:
COR : bentuk dan letak dalam batas normal
PULMO : tampak kesuraman pada perihiler dan pericardial kanan.
Corakan bronkovaskular meningkat
Hillus kanan melebar
Diafragma dan sinus kanan & kiri normal
KESAN:
COR : Tak membesar
PULMO : Suspek gambaran spesifik
A : Demam tifoid dengan perbaikan
12
Suspek bronchitis
Suspek TBC
P: boleh pulang
infus lepas
paracetamol syrup 3x2 cth diminum bila panas
Kloramfenikol 3x350 mg IV
Ondansetron 2x4mg peroral jika masih mual
Mantux tes, senin, 3 september 2012, datang ke klinik untuk kontrol.
Hari/tanggal : Senin, 03 september 2012
Poliklinik :
- Uji mantux tes negatif
Kesimpulan :
- Diagnosa : febris typhoid dan bronchitis
PEMBAHASAN :
A.. THYPOID
Epidemiologi :
Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia,
Afrika, Amerika Latin Karibia dan Oceania, termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong
penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 2002
sekitar 16 juta per tahun, 600.000 di antaranya menyebabkan kematian. Di Indonesia
penderita demam thypoid cukup banyak diperkirakan 800/100.000 penduduk per tahun
dabandingan 2-3:1 tersebar di mana-mana. Demam thypoid dapat ditemukan pada semua
umur, tetapi paling sering pada anak besar umur 5-9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari
perempuan. Prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian
meningkat setelah umur 5 tahun Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama pada
musim panas.
ETIOLOGI
13
Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri Gram-negatif,
mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora fakultatif anaerob. Mempunyai
antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari
protein dan envelope antigen (K) yang terdiri polisakarida. Mempunyai makromolekular
lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan
endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan
dengan resistensi terhadap multipel antibiotik.
PATOFISIOLOGI
Kuman Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut bersamaan
dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Setelah kuman sampai di lambung
maka mula-mula timbul usaha pertahanan non-spesifik yang bersifat kimiawi yaitu adanya
suasana asam oleh asam lambung dan enzim yang dihasilkannya. Ada beberapa faktor yang
menentukan apakah kuman dapat melewati barier asam lambung, yaitu (1) jumlah kuman
yang masuk dan (2) kondisi asam lambung.
Untuk menimbulkan infeksi diperlukan S.typhi sebanyak 105-109 yang tertelan
melalui makanan atau minuman. Keadaan asam lambung dapat menghambat multiplikasi
Salmonella dan pada pH 2,0 sebagian besar kuman akan terbunuh dengan cepat. Pada
penderita yang mengalami gastrotektomi, hipoklorhidria atau aklorhidria maka akan
mempengaruhi kondisi asam lambung. Pada keadaan tersebut S.typhi lebih mudah
melewati pertahanan tubuh.
Sebagian kuman yang tidak mati akan mencapai usus halus yang memiliki
mekanisme pertahanan lokal berupa motilitas dan flora normal usus. Tubuh berusaha
menghanyutkan kuman keluar dengan usaha pertahanan tubuh non spesifik yaitu oleh
kekuatan peristaltik usus. Di samping itu adanya bakteri anaerob di usus juga akan
merintangi pertumbuhan kuman dengan pembentukan asam lemak rantai pendek yang
akan menimbulkan suasana asam. Bila kuman berhasil mengatasi mekanisme pertahanan
tubuh di lambung, maka kuman akan melekat pada permukaan usus. Setelah menembus
epitel usus, kuman akan masuk ke dalam kripti lamina propria, berkembang biak dan
selanjutnya akan difagositosis oleh monosit dan makrofag. Namun demikian S.typhi dapat
14
bertahan hidup dan berkembang biak dalam fagosit karena adanya perlindungan oleh
kapsul kuman.
GEJALA KLINIS
Timbulnya gejala klinis biasanya bertahap dengan manifestasi demam dan gejala
konstitusional seperti nyeri kepala, malaise, anoreksia, letargi, nyeri dan kekakuan
abdomen, pembesaran hati dan limpa, serta gangguan status mental.
Pada minggu pertama sering ditemukan keluhan dan gejala yang mirip penyakit
infeksi akut pada umunya seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, kadamg-kadang (tapi jarang)
batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu badan meningkat. Sifat
demam adalah kontinyu, meningkat perlahan-lahan, terutama sore dan malam hari.. Dalam
waktu seminggu panas dapat meningkat. Lemah, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri
abdomen dan diare, menjadi berat. Dapat dijumpai depresi mental dan delirium.
Pada minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikadi
relative, lidah yang berselaput (kotor ditengah tepi dan ujung merah, serta tremor),
hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental, berupa stupor, koma, atau
delirium. Bradikardi relatif adalah peningkatan suhu 1oC yang tidak diikuti peningkatan
denyut nadi 8 kali permenit.
PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan darah tepi
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosis terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Dapat pula ditemukan anemia
ringan dan trombositopenia. Pemeriksaan jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun
limfopeni. Diduga leukopenia disebabkan oleh destruksi leukosit oleh toksin dalam
peredaran darah. Laju endap darah juga dapat meningkat.
15
2. Uji Widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri Salmonella
thypi. Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen bakteri salmonella dengan
antibody yang disebut aglutinin.
Di Indonesia pengambilan angka titer O aglutinin ≥ 1/40 dengan memakai uji widal
slide aglutination menunjukkan nilai ramal positif 96%. Banyak senter mengatur pendapat
apabila titer O aglutinin sekali periksa ≥ 1/200 atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4
kali maka diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan. Aglutinin H banyak dikaitkan dengan
pasca imunisasi atau infeksi masa lampau, sedang Vi aglutinin dipakai pada deteksi
pembawa kuman Salmonella typhi (karier).
3. Pemeriksaan Kultur Darah
Diagnosis demam tifoid dengan biakan kuman sebenarnya amat diagnostik namun
identifikasi kuman S.typhi memerlukan waktu 3-5 hari. Biakan darah seringkali positif pada
awal penyakit sedangkan biakan urin dan tinja, positif setelah terjadi septikemia sekunder
pada minggu kedua.
PENATALAKSANAAN
1. Lini pertama
Kloramfenikol, masih merupakan pilihan pertama dalam urutan antibiotik,
diberikan dengan dosis 50-100 mg/kgBB/hari secara intravena dalam 4 dosis
selama 10-14 hari. Banyak penelitian membuktikan bahwa obat ini masih cukup
sensitif untuk Salmonella typhi namun perhatian khusus harus diberikan pada
kasus dengan leukopenia (tidak dianjurkan pada leukosit <2000/ul)>
Ampisilin dengan dosis 150-200 mg/kgBB/hari diberikan peroral/iv selama 14 hari,
atau
Kotrimoksazol dengan dosis 10 mg/kgBB/hari trimetoprim, dibagi 2 dosis, selama
14 hari.
16
2. Lini ke dua, diberikan pada kasus-kasus demam tifoid yang disebabkan S.typhi yang
resisten terhadap berbagai obat (MDR=multidrug resistance), yang terdiri atas :
Seftriakson dengan dosis 50-80 mg/kgBB/hari, dosis tunggal selama 10 hari .
Penyembuhan sampai 90% juga dilaporkan pada pengobatan 3-5 hari.
Sefiksim dengan dosis 10-12 mg/kgBB/hari peroral, dibagi dalam 2 dosis selama
14 hari, adalah alternatif pengganti seftriakson yang cukup handal.
Florokinolon dilaporkan lebih superior daripada derivat sefalosporin diatas,
dengan angka penyembuhan mendekati 100% dalam kesembuhan kinis dan
bakteriologis, di samping kemudahan pemberian secara oral. Namun pemberian
obat ini masih kontroversial dalam pemberian untuk anak mengingat adanya
pengaruh buruk terhadap pertumbuhan kartilago.
Siprofloksasin, 10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, sudah dipakai untuk pengobatan.
Demam biasanya turun dalam 5 hari. Lama pemberian obat dianjurkan 2-10 hari.
Penggunaan obat-obat ini dianjurkan pada kasus demam tifoid dengan MDR.
Asitromisin dengan pemberian 5-7 hari juga telah dicoba dalam beberapa
penelitian dengan hasil baik, berupa penurunan demam sebelum hari ke 4.
Aztreonam juga diuji pada beberapa kasus demam tifoid pada anak dengan hasil
baik, namun tidak dianjurkan sebagai pengobatan lini pertama.
B. BRONCHITIS
1. EPIDEMIOLOGI
Menurut perkiraan dari wawancara nasional diambil oleh Pusat Statistik Kesehatan
Nasional tahun 2006, sekitar 9,5 juta orang, atau 4% dari populasi, didiagnosis dengan
bronkitis kronis. Statistik ini mungkin meremehkan prevalensi penyakit paru obstruktif
kronik sebanyak 50%, karena banyak pasien mengecilkan gejala mereka, dan kondisi mereka
tetap tidak terdiagnosis..
Dalam sebuah penelitian, bronkitis akut dipengaruhi 44 dari 1000 orang dewasa per
tahun, dan 82% dari episode terjadi di musim gugur atau musim dingin. Sebagai
17
perbandingan, 91 juta kasus influenza, 66 juta kasus flu biasa, dan 31 juta kasus lainnya akut
infeksi saluran pernapasan atas terjadi tahun itu.
2. ETIOLOGI
Sebagian besar bronkhitis disebabkan oleh virus antara lain virus Rhinovirus, RSV,
virus Influenza, virus parainfluenza, adenovirus, virus Rubeola, dan paramyxovirus. Akan
tetapi zat iritan seperti asam lambung atau polusi lingkungan dapat menyebabkan
bronkhitis akut. Bronkhitis juga dapat ditemukan setelah pajanan berat, seperti saat aspirasi
setelah muntah atau pajanan besar dalam jumlah besar terhadap zat kimia.
3. PATOFISIOLOGI DAN GEJALA KLINIS
Bronkhitis akut biasanya mengikuti g ejala-gejala infekasi saluran pernapasan seperti
rhinitis dan faringitis. Bentuk biasanya muncul 3-4 hari setelah rhinitis. Batuk pada mulanya
keras dan kering, kemudian sering kali berkembang menjadi batuk lepas yang ringan dan
produktif. Karena anak-anak biasanya tidak membuang lendir tetapi menelannya, maka
dapat terjadi gejala muntah pada saat batuk keras dan memuncak. Pada anak yang lebih
tua, keluhan utama dapat berupa produksi sputum dengan batuk, serta nyeri dada pada
keadaan yang lebih berat.
Karena bronkhitis akut biasanya merupakan kondisi yang tidak berat dan dapat
membaik sendiri, maka proses patologis yang terjadi masih belum diketahui secara jelas
karena kurangnya ketersediaan jaringan untuk pemeriksaan. Yang diketahui adalah adanya
peningkatan aktivitas kelenjar mukus dan terjadinya deskuamasi sel-sel epitel bersilia.
Adanya infiltrasi leukosit PMN ke dalam dinding serta lumen saluran respiratory
menyebabkan sekresi tampak purulen. Akan tetapi, karena migrasi leukosit ini merupakan
reaksi nonspesifik terhadap kerusakan jalan napas, maka sputum yang purulen tidak harus
menunjukkan adanya superinfeksi bakteri.
Pemeriksaan auskultasi dada biasanya tidak khas pada stadium awal. Seiring
perkembangan dan progresivitas batu, dapat terdengar berbagai macam ronkhi, suara
napas yang berat dan kasar, wheezing ataupun suatu kombinasi. Hasil pemeriksaan
radiologis biasanya normal atau didapatkan peningkatan corakan bronkhial. Pada umumnya,
18
gejala akan menghilang dalam 10-14 hari. Bila tanda-tanda klinis menetap hingga 2-3
minggu, perlu dicurigai adanya proses. Selain itu, dapat juga terjadi infeksi bakteri sekunder.
4. PENATALAKSANAAN
Sebagian besar terapi bronkhitis akut viral bersifat supportif. Pada kenyataanya,
kebanyakan rhinitis dapat sembuh tanpa pengobatan sama sekali. Istirahat yang cukup,
kelembaban udara yang cukup, masukan cairan yang adekuat serta pemberian
asetaminofen pada keadaan demam perlu, sudah mencukupi untuk beberapa kasus.
Antibiotik hanya digunakan bila dicurigai adanya infeksi bakteri atau telah dibuktikan
dengan pemeriksaan penunjang lainnya. Pemberian antibiotik berdasarkan terapi empiris
biasanya disesuaikan dengan usia, jenis organisme yang biasanya menginfeksi dan
sensitivitas di komunitas tersebut. Antibiotik juga telah dibuktikan tidak mencegah
terjadinya infeksi bakteri sekunder, sehingga tidak ada tempatnya diberikan pada bronkhitis
akut viral.
Obat-obat penekan batuk sebaik tidak diberikan karena batuk diperlukan untuk
mengeluarkan sputum. Fisioterapi dada tidak perlu dilakukan pada anak sehat yang yang
sedang dalam fase bronkhitis akut. Bila ditemukan wheezing pada pemeriksaan fisis, dapat
diberikan bronkodilator β2-agonis, tetapi diperlukan evaluasi yang seksama terhadap respon
bronkus untuk mencegah pemberian bronkodilator yang berlebihan.
KESIMPULAN
Diagnosa akhir : Demam thypoid dan bronchitis dengan alasan:
- Demam sejak tujuh hari. Sifat demamnya intermiten naik turun, meningkat terutama
pada sore/malam hari.
- Terdapat lidah kotor dan tremor
- Terdapat nyeri perut kanan atas dan terdapat pembesaran hepar.
- Riwayat sering jajan sembarangan
- Pada pemeriksaan IgM salmonella : 4
- Terdapat keluhan batuk
- Gambaran radiologis sesuai dengan gambaran klinis.
19