CARA MENGAJAR GURU MEMPENGARUHI PRESTASI SISWA?
Oleh: Setia
Pertanyaan tersebut mungkin pernah terlintas di hati kita. Benarkah prestasi belajar dipengaruhi oleh cara mengajar guru? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita simak ilustrasi berikut ini.Bella sangat suka dengan pelajaran bahasa Inggris. Demi meningkatkan prestasi, Bella berusaha mati-matian agar bisa masuk di sekolah idaman. Bella tak segan-segan merogoh kantongnya untuk membeli setumpuk literatur. Uang saku bulanan dari orang tuanya, dikorbankan untuk membeli kamus, ensiklopedi serta beberapa media yang relefan bagi kelancaran belajar bahasa Inggrisnya. Setelah diterima di sekolah idaman ternyata Bella harus berhadapan dengan guru bahasa Inggris yang cara mengajarnya tidak seperti harapan. Tidak ramah, suka menghukum dan hanya bisa memberi tugas tanpa mau memikirkan keinginan para siswanya.Dari ilustrasi di atas, sudah dapat ditebak dan dipastikan jawabannya, bahwa Bella akan malas mengikuti pelajaran, protes bahkan frustrasi.Pendekatan, metode, strategi dan model mengajar memang sangat berfariasi. Banyak guru yang masih memilih metode ceramah ketika mengajar. Itu bukan metode yang salah sebab ternyata masih banyak siswa yang lebih cepat menangkap pelajaran melalui cara mendengar. Namun guru juga harus menyadari bahwa ada kelompok siswa yang lebih cepat menyerap materi pelajaran lewat diskusi dan debat. Ada juga kelompok siswa yang lebih suka belajar melalui membaca, melihat gambar, bahkan ada yang menyukai belajar dengan iringan musik.Beraneka metode dan strategi inilah yang kadang kurang mendapat porsi yang seimbang sehingga sering mengakibatkan kejenuhan dan pada akhirnya memunculkan bentuk “protes” siswa yang terkadang menimbulkan hubungan yang kurang harmonis antara guru dengan siswa.Tidak jarang kelompok siswa terlibat ‘ngrasani’ guru pada saat pembelajaran sehingga menimbulkan konflik antara guru dengan siswa yang ujung-ujungnya mengakibatkan perolehan nilai yang jauh dari harapan.Salah satu faktor keberhasilan proses pembelajaran adalah adanya korelasi yang sinergis antara guru, metode pembelajaran dan siswa. Disinilah sesungguhnya pentingnya jalinan kerjasama yang berupa keharmonisan hubungan antara siswa dengan guru yang sangat berhubungan erat dengan masalah kejiwaan.Antara guru dengan siswa sebaiknya tidak perlu saling menyalahkan ketika terjadi permasalahan pembelajaran. Pada saat siswa menunjukkan indikasi malas belajar dan kurang merespon pembelajaran, guru tidak boleh serta merta memojokkan, memarahi dan membenci bahkan seharusnya segera berusaha menemukan akar permasalahan yang menyebabkan siswa kurang merespon pembelajaran. Sebaliknya ketika guru memiliki gaya mengajar dan menentukan pilihan menggunakan metode tertentu yang tidak sesuai dengan keinginan siswa dalam proses pembelajaran, siswa tidak boleh menunjukkan sikap yang apatis,
masabodoh, frustrasi, tidak mau mengikuti pembelajaran atau bahkan berusaha mengacaukan pembelajaran yang sudah dapat dipastikan akan semakin memperparah keadaan, sebab guru juga manusia, punya rasa punya jiwa.Lalu bagaimana seharusnya tindakan siswa bila mengalami persoalan pembelajaran? Jawabannya yang paling tepat ialah “KOMUNIKASI”.Coba kita renungkan kembali persoalan Bella pada ilustrasi di atas. Di satu sisi Bella ingin banget meniti prestasi di sekolah yang sudah lama ia idam-idamkan. Namun di sisi lain Bella harus pula berhadapan dengan problem pembelajaran. Mau tidak mau bagaimanapun pahitnya, Bella harus belajar bahasa Inggris dengan guru yang sama sekali tidak mendapat simpati di hatinya. Haruskah Bella memaksa guru tersebut untuk mengubah gaya mengajarnya? Ataukah ia harus memprovokasi teman-temanya untuk unjuk rasa agar guru bahasa Inggrisnya segera pindah dari sekolahnya?Ada dua kemungkinan dampak yang diakibatkan oleh problem pembelajaran yang dialami Bella. Yang pertama dampak negatif, yaitu jika Bella benar-benar menuruti kata hatinya untuk tidak mau berkompromi lagi dengan gaya mengajar guru bahasa Inggrisnya. Bagaimanapun bentuk pembelajaran yang disampaikan guru bahasa Inggrisnya, sama sekali tidak akan mengundang seleranya untuk aktif di dalamnya. Belajar bahasa Inggris bagi Bella kini merupakan sebuah siksaan batin sebab harus berhadapan dengan guru yang benar-benar menyebalkan hatinya. Kekesalan Bella dituangkan dalam bentuk provokasi kepada teman-temannya agar memboikot pembelajaran oleh guru bahasa Inggrisnya. Akibatnya Bella harus menerima kenyataan pahit, nilai bahasa Inggrisnya turun drastis dan hatinya pasti “tidak nyaman” setiap kali bertemu dengan guru bahasa Inggrisnya.Solusi yang diambil Bella untuk menyelesaikan problem pembelajarannya tidak akan menjadi “malapetaka” apabila ditempuh melalui jalan kompromi. Pada Timing yang tepat, sesungguhnya Bella bisa menyampaikan unek-unek dalam hatinya kepada sang guru. Bella bisa menyampaikan kritik dan keinginannya terhadap fariasi metode mengajar sang guru bahasa Inggris. Bahkan bila perlu Bella dapat menyampaikan bahwa ia lebih cocok belajar bahasa Inggris dengan metode tertentu.Kadang-kadang komunikasi antara guru dengan siswa mengalami kebuntuan. Sebagian siswa terkadang masih memiliki perasaan takut terhadap akibat kritik yang disampaikan jangan-jangan akan berakibat buruk terhadap nilai akademiknya. Di sinilah sesungguhnya peran guru Bimbingan dan Konseling (BK) yang sangat strategis untuk bertindak sebagai jembatan dalam rangka menyelesaikan problem antara siswa dan guru. Artinya jika siswa tidak mampu berkomunikasi secara langsung dengan guru tertentu untuk menyelesaikan problem pembelajaran, guru BKlah yang bertindak selaku penengah. Dalam hal ini sangat dibutuhkan guru BK yang benar-benar memposisikan diri selaku penengah, pelindung dan moderat, bukan sebaliknya sebagai pihak yang mudah terpancing dengan opini siswa yang kadang merupakan argumentasi dari satu sisi sudut pandang.http://playingfoxgreencanyon.blogspot.com/2012/03/cara-mengajar-guru-
mempengaruhi.html
Pengaruh cara mengajar guru dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangPembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia
yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, makmur dan jauh dari kebodohan.
Namun, untuk mewujudkan maksud diatas bukan hal mudah. Membutuhkan waktu, dukungan dari seluru komponen bangsa serta usaha yang harus direncanakan secara matang, berkelanjutan dan berlangsung terus-menerus.
Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya ini antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidik, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.
Dengan demikian tenaga pendidik memiliki peran serta tanggung jawab untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam hal ini tenaga pendidik harus mampu mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada siswa.
Adakalanya seorang tenaga pendidik tidak mampu melakukan tugas dan tanggungjawabnya karena cara mengajar yang terlalu monoton sehingga para siswa kehilangan minat belajar. Hilangnya minta belajar bisa mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan diatas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “ PENGARUH CARA MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI......”
B. Identifikasi Masalah Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain :
Apakah dengan perubahan cara mengajar guru dapat mempengaruhi prestasi belajar?
2. Apakah dengan memanfaatkan perpustakaan sebagai suatu tempat belajar bisa meningkatkan prestasi belajar?
3. Apakah dengan adanya fasilitas belajar yang dimiliki oleh sekolah termasuk media pendidikan bisa meningkatkan prestasi belajar siswa?
4. Apakah suasana lingkungan sekolah dapat menunjang prestasi belajar?5. Apakah dengan adanya minat belajar prestasi belajar akan meningkat?
C. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Pengaruh cara mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa di SMK Kristen 1 Tomohon
2. pengaruh Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMK Kristen 1 Tomohon
3. pengaruh prestasi belajar siswa di SMK Kristen 1 Tomohon terhadap cara mengajar guru dan minat belajar
D. Rumusan Masalah1. Adakah pengaruh Cara Mengajar Guru terhadap prestasi belajar di ..........?2. Adakah pengaruh Minat Belajar siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa di .........?3. Adakah pengaruh Cara mengajar Guru terhadap Minat Belajar siswa di ......?4. Adakah pengaruh Cara Mengajar Guru dan Minat Belajar terhadap Prestasi
Belajar Siswa di .........?
E. Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui pengaruh cara mengajar guru terhadap prestasi belajar di....2. Untuk mengetahui pengaruh Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa
di............3. Untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar siswa di ................. terhadap cara
mengajar guru dan minat belajar
F. Kegunaan Hasil Penelitian- Dapat meningkatkan minat belajar serta prestasi belajar2. Bagi mahasiswa- Memperluas dan meningkatkan ilmu pengetahuan serta pemahaman tentang cara
mengajar guru yang baik.
BAB IIKAJIAN TEORI
A. Landasan Teori1. Cara Mengajar Guru1 1. Kedudukan dan Peranan Guru
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggungjawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini, sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa / anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.
Sehubungan dengan fungsinya sebagai “pengajar”, “pendidik” dan “pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun dengan staf yang lain sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya.
Mengenai apa peranan guru itu ada beberapa pendapat yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.
2. Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru disekolah sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawad, sebagi mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagi pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.
3. James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain : menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
4. Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa peranan guru disekolah, tidak hanya sebagai transmiter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.
Dari beberapa pendapat di atas maka secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut :
Informator Sebagai pelaksanan cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
Organisator Guru sebagai organisator, pengelolah kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajar dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.
MotivatorPeranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktifitas) dan daya cipta (kreatifitas), sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar mengajar. Peranan guru sebagai motivator ini sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri.
Pengarah/ DirektorJiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang di cita-citakan.
InisiatorGuru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar.
TransmiterDalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
FasilitatorBerperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar.
Mediator Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa
EvaluatorAda kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
1.2.Metode mengajarBerdasarkan persyaratan teknis guru dalam melakukan peranan dan
melaksanankan tugas serta tanggungjawabnya, seorang guru harus berijazah pendidikan guru. Hal ini mempunyai konotasi bahwa seseorang yang memiliki ijazah pendidikan guru itu dinilai sudah mampu mengajar. Kemudian syarat-syarat yang lain adalah menguasai cara dan teknik mengajar.
Cara dan teknik mengajar seorang guru bisa mempengaruhi besar kecilnya minat belajar siswa. Karena seringkali seorang guru tidak memahami cara dan teknik mengajar yang baik. Hal ini selain membuat anak didik kehilangan minat belajar juga tujuan pengajaran yang dirumuskan oleh guru tidak akan tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka guru harus mengetahui, mempelajari metode mengajar serta dipraktekkan pada saat guru mengajar.Beberapa metode mengajar guru yaitu :
1. Metode ceramah (Preaching Method)
http://imaemmdisgaul.blogspot.com/2012/02/pengaruh-cara-mengajar-guru-dan-
minat.html
Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar | Majalah Siantar –
Setelah sekian lama tidak mengisi kategori pendidikan, kali ini admin MS mau
lanjutin bahas artikel sebelumnya yakni Faktor Yang Mempengaruhi Proses
Belajar, karena jika semua langsung sekaligus diposting akan sangat panjang, jadi
saya putuskan untuk membuatnya secara terpisah. Meski jarak waktu update antar
artikel pendidikan ini memang sangat lama, terakhir itu 3 atau 5 bulan yang lalu,
namun tidak akan membuat admin melupakan kategori pendidikan karena ini
disengaja untuk para siswa, mahasiswa atau guru yang sedang mencari materi
mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar disekolah.
Langsung saja ke inti topik kali ini. Ini juga belum secara langsung keseluruhan,
tetapi hanya sebahagian, untuk sisanya akan diposting dimasa yang akan
datang. :D
FAKTOR INTERNALFaktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi
faktor fisiologis dan faktor psikologis.
A. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi
fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam:
1. Keadaan Jasmani.
Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit
akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu
keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk
menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :
a. Menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk
kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh
cepat lelah, lesu , dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar.
b. Rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat.
c. Istirahat yang cukup dan sehat.
2. Keadaan Fungsi Jasmani/Fisiologis.
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia
sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang
berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula .
Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang
diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehingga manusia dapat menangkap dunia
luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata
dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra
dengan baik. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan,
memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi
makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
B. Faktor psikologis
Faktor – faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.
– Kecerdasan/Intelegensi Siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam
mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara
yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas
otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan
kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ
yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive
control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar
siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi inteligensi
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan
belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor
psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan
dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru
professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua
dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan
psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat
kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah
lemah mental.
Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga
untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat
kecerdasan peserta didik akan membantu megarahkan dan merencanakan bantuan
yang akan diberikan kepada siswa.
- Motivasi
Motivasi adalah salah satu factor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar
siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para
ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang
aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin,
1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari
dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti
seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk
membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi
bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi
intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relatif lebih
lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang dating dari luar diri individu tetapi
memberi pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan,
tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
- Minat
Secara sederhana,minat (interest) mengandung kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah,
2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan
ketergantungannya terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan
perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan
motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak
bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks
belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat
siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau
dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.
Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik
mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi dan desain.
- Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap
terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun
negative (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak
senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap
profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian
sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha
untuk menyajikan pelajaranyang diampunya dengan baik dan menarik sehingga
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan;
meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi diri siswa.
- Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara
umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003).
Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai
kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian,
bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang diperlukan
dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang
yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya
sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai
prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat
juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai
bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan
bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih
mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka
para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang
dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak
sesuai dengan bakatnya.
FAKTOR – FAKTOR EKSTERNAL
Selain karakteristik siswa, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses
belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor
eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu faktor lingkungan social dan faktor lingkungan non-sosial.
1) Lingkungan sosial
a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas
dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah.
Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal
siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa,
paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
c. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan
belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak
rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap
aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak,
atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar
dengan baik.
2) Lingkungan Non - Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah :
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana
yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor
yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi
lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b. Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua
macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas
belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti
kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain
sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode
mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar
guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajr siswa,
maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang
dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
Sekian dulu untuk postingan kedua mengenai pembahasan tentang Faktor Yang
Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar, jika ada kesempatan lain, admin akan
melengkapi agar seluruh pembaca mendapatkan info lengkap apa yang menjadi
permasalahan seputar dunia pendidikan kita khususnya untuk wilayah Indonesia,
sampai jumpa lagi pada edisi selanjutnya.. hehe.
http://majalahsiantar.blogspot.com/2012/10/faktor-yang-mempengaruhi-proses-
belajar.html
Pengertian BelajarSebelum membicarakan pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selaku mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik (1983:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.”
B. Pengertian Prestasi BelajarKemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap oengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasi-belajar/
Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah
menjalani serangkaian proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut digambarkan
secara kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas dinyatakan dengan angka antara 0
sampai 100. Sedangkan secara kualitas digambarkan dengan katagori sangat baik ,
baik, sedang dan kurang.
Prestasi belajar siswa dikatakan baik apabila telah mencapai syarat kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Sedangkan secara kualitas dikatakan baik apabila
sudah mencapai katagori minimal, baik. Pola ini berlaku universal untuk lembaga
sekolah.
http://swardik.blogspot.com/2012/05/prestasi-belajar-siswa.html
Top Related