CAMPUR KODE DAN GEJALA BAHASA PADA CERPEN
SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI 19
JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Ariani Soleha
NIM: 109013000103
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PERSEMBAHAN
Teruntuk: Yang Terkasih
Mama..
Setiap doamu adalah kekuatanku
Bapak..
Setiap keringatmu adalah semangatku
Nenek..
Setiap ucapanmu adalah inspirasiku
Adik-adikku..
Senyum kalian adalah harapanku
A-J..
Tangis dan tawa melahirkan kedewasaan
Sepatah kata menjadi ilmu, seuntai motivasi menjadi
guru. Terima kasih
Sahabat Seperjuangan..
Kerikil yang menghampar di setiap langkah
Canda, tawa, dan kebersamaan
Hitam putih dunia kita
Kini telah menjadi sejarah
Sejarah terindah dalam lembar kehidupanku..
~Ariani Soleha~
i
ABSTRAK
Ariani Soleha, NIM: 109013000103, 2014, “Campur kode dan Gejala Bahasa
pada Cerpen Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta Tahun Pelajaran
2012/2013”, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pembimbing: Dr. Darsita, S.M.Hum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui campur kode dan
mendeskripsikan gejala bahasa yang muncul dalam kata yang berasal dari campur
kode pada cerpen siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta. Metode
yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi dan pengamatan
langsung dengan teknik simak dan mencatat. Penelitian ini termasuk ke dalam
jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan menganalisis data cerpen siswa.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada hasil tulisan cerpen
siswa, ditemukan bentuk campur kode intern dan ekstern yang meliputi delapan
bahasa, yakni bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasaBetawi,
bahasa Belanda, bahasa Jawa, bahasa slang, dan bahasa Batak. Campur kode yang
ditemukan berupa kata, frasa, dan reduplikasi. Sementara gejala bahasa yang
muncul dari bahasa yang terdapat dalam campur kode berupa protesis, epentesis,
paragos, aferesis, sinkope, apokop, kontraksi, dan monoftongisasi.
Kata Kunci: Sosiolinguistik, Campur Kode, Gejala Bahasa.
ii
ABSTRACT
Ariani Soleha, NIM: 109013000103, 2014, "Code mixing and Language
Symptoms in the Short Story Class X Islamic Senior High School of 19 Jakarta
(MAN 19 Jakarta) Academic Periode 2012/2013", Department of Education
Indonesian Language and Literature, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif
Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. Supervisor: Dr. Darsita,
S.M.Hum.
This research aims to find out describe the code mixing and language
symptoms that appear in the language that the word is derived from code mixing
on the short story class X Islamic Senior High School of 19 Jakarta (Madrasah
Aliyah Negeri 19 Jakarta). The method usedin this study is the observation
method and direct observation techniques and refer to notes. This study belongs to
the qualitative descriptive researchby analyzing the data of short stories students.
Based on the analysis and discussion of the results of short story writing
student, found forms of internal and external code mixing. Which includes eight
languages, namely Indonesian, Arabic, English, Dutch, Betawi, Javanese, slang,
and Batak. Mix the code found in the form of words, phrases, and reduplication.
While the language of symptoms that appear from the language contained in the
form of code mixing namely, protesis, epentesis, paragos, aferesis, syncope,
apokop, contraction, andmonoftongisasi.
Keywords: Sociolinguistics, Code Mixing, Languages Symptoms.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, Tuhan semesta alam,
karena dengan karunia-Nya skripsi ini dengan judul “Campur Kode dan Gejala
Bahasa pada Cerpen Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 19 Tahun Pelajaran
2012/2013” ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam juga penulis sampaikan
kepada Nabi Muhamad SAW yang telah memberikan bimbingan kebaikan kepada
seluruh umat.
Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Selama proses penulisan skripsi ini tidak
luput dari berbagai bentuk kesalahan, namun berkat usaha penulis dan bantuan
dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan yang dapat
memotivasi penulis.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku ketua jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, karena dengan perhatian dan kesabaran dalam membimbing
mahasiswanya penulis termotivasi untuk mengerjakan penulisan skripsi
hingga selesai.
3. Dr. Darsita S., M. Hum, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan yang luar biasa sampai selesainya penulisan
skripsi ini dan memberikan ilmu yang baru bagi penulis.
4. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang telah membekali penulis berbagai ilmu pengetahuan.
5. Orangtua penulis yang selalu memberikan motivasi, doa, materi, dan kasih
sayang yang tiada akhir.
iv
6. Seluruh keluarga besar MAN 19 Jakarta, baik kepala sekolah, guru, staf,
dan siswa-siswi, atas partisipasinya selama penelitian skripsi ini
berlangsung.
7. Seluruh keluarga besar penulis yang tak henti-henti memberikan motivasi
dan doa kepada penulis.
8. Teman-teman seperjuangan di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, juga
pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu, terima kasih atas partisipasinya dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman sepermainan, teman-teman mengajar, serta murid-murid
tercinta yang selalu memberikan motivasi sampai selesainya skripsi ini.
Semoga semua bantuan, bimbingan, ilmu, dan doa yang telah diberikan
mendapat balasan kebaikan dari Allah Swt. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat menjadi masukan yang positif dalam rangka meningkatkan mutu pengajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.
Jakarta, 23 Maret 2014
Penulis
Ariani Soleha
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORETIS ................................................................ 6
A. Sosiolinguistik…….. ............................................................................ 6
B. Campur Kode ....................................................................................... 7
C. Gejala Bahasa ....................................................................................... 8
1. Pengertian Gejala Bahasa ............................................................... 8
2. Macam-macam Gejala Bahasa ....................................................... 9
D. Diksi ..................................................................................................... 12
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 14
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 15
B. Rancangan Penelitian ........................................................................... 15
vi
C. Metode Penelitian................................................................................. 16
D. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 16
E. Objek Penelitian ................................................................................... 17
F. Pengumpulan Data .............................................................................. 18
G. Jenis Data ............................................................................................ 20
H. Analisis Data ....................................................................................... 20
I. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 20
J. Fokus Penelitian ................................................................................... 21
BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ....................... 22
A. HASIL PENELITIAN .......................................................................... 22
1. Identitas MAN 19 Jakarta .............................................................. 22
2. Sejarah Singkat............................................................................... 22
3. Visi, Misi, dan Tujuan .................................................................... 23
4. Tenaga pendidik ............................................................................. 24
B. PEMBAHASAN .................................................................................. 35
1. Hasil Analisis Data Penelitian ........................................................ 27
a. Campur Kode ........................................................................... 27
b. Gejala Bahasa ........................................................................... 32
2. Pembahasan Hasil Analisis Data Penelitian ................................... 40
a. Campur Kode ........................................................................... 40
b. Gejala Bahasa ........................................................................... 52
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 64
A. Simpulan .............................................................................................. 64
B. Saran ..................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 66
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Alih Kode
2. Hasil Tulisan Cerpen Siswa Kelas X
3. Uji Referensi
4. Surat Permohonan Izin Observasi
5. Surat Permohonan Izin Penelitian
6. Surat Perubahan Judul Skripsi
7. Surat Keterangan Sekolah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari bahasa.
Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Untuk menyampaikan dan
mengetahui maksud antar sesamanya, manusia memerlukan bahasa. Berkaitan
dengan hal komunikasi, bahasa yang baik dan benar tidak selalu harus
digunakan di setiap waktu dan tempat, melainkan tergantung pada keperluan
tertentu.
Indonesia merupakan masyarakat multilingual, di mana terdapat berbagai
macam bahasa daerah dalam setiap wilayah. Umumnya, ketika berbicara
orang menggunakan lebih dari satu bahasa, secara disadari maupun tanpa
disadari. Baik dari satu bahasa daerah ke dalam bahasa daerah lain, maupun
dari bahasa daerah ke dalam bahasa asing ataupun sebaliknya. Penggunaan
bahasa tersebut jika dilihat dari sudut pandang sosiolinguistik dinamakan
campur kode dan campur kode. Peristiwa campur kode dan campur kode
bukan hanya terjadi dalam satu bahasa ke dalam bahasa lain, tetapi juga bisa
terjadi dari ragam resmi ke dalam ragam santai ataupun sebaliknya.
Membicarakan masalah bahasa tidak terlepas dari unsur inti bahasa itu sendiri,
yakni kata.
Kata merupakan alat untuk menyampaikan gagasan atau pikiran. Jadi,
dalam memilih kata, baik dalam berbicara maupun menulis, memerlukan
ketelitian dan kekreatifan. Seseorang yang memiliki banyak kosa kata akan
lebih bervariasi dalam memilih kata untuk berkomunikasi, baik dalam bentuk
lisan maupun tulisan. Ketika seseorang berbicara berarti orang tersebut ingin
menyampaikan pikirannya dan mengaharapkan lawan bicaranya mampu
memahami maksud dari ucapannya. Namun, pada kenyatannya dalam
berbicara seorang petutur sering menggunakan kata-kata yang kurang tepat.
Sehingga apa yang ingin disampaikan oleh petutur tidak bisa diterima dengan
2
baik oleh mitra tuturnya. Sama halnya dengan menulis, melalui tulisannya,
seseorang hendak menyampaikan pesan kepada pembaca. Menulis
membutuhkan penguasaan kosa kata yang banyak dan tepat. Sebab, bahasa
tulis berbeda dengan bahasa lisan, apabila pilihan kata yang digunakan tidak
tepat maka pembaca sulit untuk memahaminya. Bahkan bisa menimbulkan
makna yang ambigu, sehingga apa yang ingin disampaikan penulis tidak
tersampaikan kepada pembaca.
Berbeda halnya ketika seseorang menulis sebuah cerpen. Dalam menulis
cerpen, penulis bebas mengekspresikan perasaannya. Salah satunya yaitu
dalam memilih kata yang diinginkan. Semakin bervariasi kata yang digunakan
maka akan semakin menarik cerpen tersebut untuk dibaca. Pembaca tidak
akan merasa bosan dengan kosa kata yang monoton. Cerpen bukanlah jenis
tulisan yang resmi, cerpen berfungsi untuk menghibur pembaca. Oleh sebab
itu, diksi yang digunakan tidak hanya sekadar tepat tetapi juga menarik. Setiap
penulis memiliki gaya masing-masing dalam memilih kata untuk karyanya.
Biasanya penulis memilih kata yang berkaitan erat dengan lingkungannya.
Cerpen merupakan salah satu karya sastra fiksi yang diajarkan di sekolah.
Cerpen tidak terlepas dari diksi atau pilihan kata. Setiap penulis memiliki gaya
masing-masing dalam memilih kata untuk karyanya. Namun, penggunaan
pilihan kata tidak hanya mengutamakan ketepatan kaidah bahasa Indonesia,
tetapi juga harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan di mana bahasa itu
digunakan. Biasanya penulis memilih kata yang berkaitan erat dengan
lingkungannya. Cerpen bukanlah jenis tulisan yang resmi, cerpen berfungsi
untuk menghibur pembaca. Oleh sebab itu, diksi yang digunakan tidak hanya
sekadar tepat tetapi juga menarik.
Jika dalam sebuah cerpen seorang penulis biasanya memilih satu ragam
bahasa yang sangat dominan sebagai ciri karyanya, pada penelitian di
Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta, peneliti menemukan cerpen yang terdiri
dari beragam bahasa pada setiap judul. Penggunaan bahasa pada tiap kalimat
terdiri lebih dari satu bahasa. Ada beberapa kalimat dalam tiap judul yang
menggunakan percampuran bahasa daerah dengan bahasa asing. Ada pula
3
yang menggunakan percampuran bahasa suatu daerah dengan bahasa daerah
lain. Selain percampuran antar bahasa daerah dan bahasa asing, terdapat pula
percampuran dalam bahaha resmi dengan bahasa pergaulan sehari-hari.
Cerpen tersebut merupakan karya siswa-siswi kelas X IPS 1 Madrasah Aliyah
Negeri Jakarata. Selain peralihan dan percampuran bahasa, terdapat juga
gejala-gejala bahasa yang unik pada cerpen tersebut. Gejala bahasa seperti
hilang dan bertambahnnya suatu fonem atau pun suku kata pada kata yang
dipilih oleh siswa. Peristiwa gejala bahasa tersebut terjadi pada kata yang
tercatat sebagai campur kode.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil judul
penelitian ”Campur Kode dan Gejala Bahasa pada Cerpen Siswa Kelas X
Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta Tahun Pelajaran 2012/2013.”
Judul tersebut menjadi semakin kuat ketika penulis membaca pernyataan
Nababan (1984) yang senada dengan pernyataan Haliday, yaitu
“sosiolinguistik adalah kajian atau pembahasan bahasa sehubungan dengan
penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat.” Kemudian dikuatkan oleh
Sumarsono bahwa “seorang penutur bahasa adalah anggota masyarakat
tutur.”1
Berangkat dari pernyataan tersebut, ternyata peneliti menemukan hal yang
berbeda pada cerpen siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta. Pada
cerpen tersebut, seorang penutur dari suatu anggota masyarakat menggunakan
bahasa anggota masyarakat lain. Hal tersebut semakin menarik hati peneliti
untuk menemukan keunikan-keunikan diksi pada cerpen tersebut.
1 Sumarsono, Sosiolinguistik, (Yogyakarta: SABDA, 2012), cet. 8, h. 4.
4
B. Identifikasi Masalah
1. Siswa menggunakan beragam bahasa pada cerpen yang ditulisnya.
2. Terdapat percampuran bahasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa
Asing dalam satu kalimat.
3. Terdapat percampuran bahasa dari satu bahasa daerah ke dalam bahasa
daerah lainnya.
4. Terdapat percampuran bahasa dari ragam resmi ke dalam ragam santai.
5. Terdapat berbagai gejala bahasa pada kata yang mengalami campur kode.
C. Pembatasan Masalah
Berangkat dari identifikasi masalah di atas, masalah pada penelitian ini
dibatasi atas:
1. Keunikan diksi berdasarkan campur kode.
2. Keunikan diksi berdasarkan gejala bahasa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, perumusan masalah pada
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana campur kode yang terdapat pada cerpen siswa kelas X IPS
Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta tahun pelajaran 2012/2013?
2. Bagaimana gejala bahasa yang terdapat pada cerpen siswa kelas X IPS
Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta tahun pelajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui campur kode yang terdapat pada cerpen siswa kelas X IPS 1
Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta tahun pelajaran 2012/2013.
2. Mendeskripsikan gejala bahasa yang terdapat pada cerpen siswa kelas X
IPS 1 Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta tahun pelajaran 2012/2013.
5
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Manfaat Teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah bahan bagi
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh:
a. Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru agar tidak
hanya fokus pada kesalahan yang dibuat oleh siswa. Karena di sisi lain,
ada keunikan-keunikan pada hasil kerja siswa yang jarang
diperhatikan.
b. Siswa
Hasil penelitian ini dapat membantu siswa memahami bahwa bahasa
cerpen bukanlah bahasa yang resmi. Bahasa cerpen mementingkan
keindahan dan memiliki ciri khas bagi penulisnya.
c. Peneliti
Untuk peneliti sendiri, penelitian ini sangat bermanfaat sebagai ilmu
pengetahuan dalam memahami keunikan diksi pada sebuah kalimat,
mengetahui berbagai gejala bahasa dan asal kata, sehingga menambah
wawasan.
d. Peneliti lain
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat membantu para peneliti
yang lain sebagai bahan rujukan atau pun untuk data relevan.
6
BAB II
LANDASAN TEORETIS
Penelitian ini menggunakan teori sosiolinguistik sebagai berikut.
A. Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan gabungan ilmu sosiologi dan linguistik, ada juga
yang menyebutnya dengan sosiologi bahasa. Perbedaan keduanya yaitu terdapat
pada titik pusat kajiannya. Sosiologi bahasa menitikberatkan kajiannya pada
masyarakatnya sedangkan sosiolinguistik menitikberatkan kajiannya pada
bahasanya. Sosiolingistik membahas beragam bahasa dan gejala bahasa yang ada
di masyarakat, kapan dan dalam situasi seperti apa suatu ragam bahasa digunakan.
Trudgill menyatakan bahwa sociolinguistics is that part of linguistics which is
concerned with language as a social and cultural phenomenom.2Sementara itu,
Wardhaugh dalam bukunya An Introduction To Sociolinguistics menyatakan
bahwa sociolinguistics is concerned with investigating the relationships between
language and society with the goal being a better understanding of the structure
of language and of how languages function in communication.
J.A Fishman menyatakan sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi
bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini
selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu
masyarakat tutur.3 Sedangkan Appel, dkk. menyatakan bahwa sosiolinguistik
adalah kajian mengenai bahasa dan pemakaiannya dalam konteks sosial dan
kebudayaan.4
Senada dengan Appel, sebagaimana dikutip oleh Agustina dan Chaer,
Kridalaksana menyatakan bahwa sosiolinguistik lazim didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para
bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat
2 Jendra, Made Iwan Indrawan,Sociolinguistics: The Study Of Societies’ Languages
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), ed. Pertama, h. 10 3 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), ed. Revisi, h. 3 4Ibid, h. 4
7
bahasa. Sementara itu, Nancy Parrot Hickerson, yang juga dikutip oleh Agustina
dan Chaer menyatakan bahwa sosiolinguistik adalah pengembangan subbidang
linguistik yang memfokuskan penelitian pada variasi ujaran, serta mengkajinya
dalam suatu konteks sosial. Sosiolinguistik meneliti korelasi antara faktor-faktor
sosial itu dengan variasi bahasa‟.5
Berdasarkan beberapa pendapat dari ahli linguistik di atas, dapat disimpulkan
bahwa sosiolinguistik yaitu ilmu bahasa yang mengkaji tentang variasi fungsi-
fungsi bahasa yang terdapat dalam suatu masyarakat.
B. Campur Kode
Chaer dan Agustina menyatakan bahwa dalam campur kode ada sebuah kode
utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan keotonomiannya,
sedangkan kode-kode lain yang telibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah berupa
serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah
kode. Thelander, sebagaimana dikutip dalam Agustina, menyatakan bahwa
campur kode yaitu apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun
frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran dan masing-
masing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri.
Pendapat lain tentang campur kode yaitu dari Muysken, yang menyatakan I
am using the term code-mixing to refer to all cases where lexical items and
grammatical features from two languages appear in one sentence. „Saya
menggunakan istilah campur kode untuk mengacu pada semua kasus di
manaunsur leksikal dan fitur gramatikal dari dua bahasam uncul dalam satu
kalimat.‟
Sementara itu, Gumperz menyatakan, In code-mixing, pieces of one language
are used while a speaker is basically using another language.„Dalam campur
kode, potongan satu bahasa yang digunakan sesekali oleh pembicara pada
dasarnya menggunakan bahasa lain.‟ Sedangkan Pfaff mengatakan, Coversational
code-mixing involves the deliberate mixing of two languages without an
5 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, h. 4
8
associated topic or situation change. „Percakapan campur kode melibatkan
pencampuran sengaja dua bahasa tanpa topik terkait atau perubahan situasi.
Dari beberapa pendapat ahli linguistik yang telah dipaparkan, dapat
disimpulkan bahwa campur kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih secara
tidak sengaja dalam satu kalimat yang berupa serpihan dan tidak memiliki
keotonomian sebagai sebuah kode.
C. Gejala Bahasa
1. Pengertian Gejala Bahasa
Ngajenan menyatakan bahwa gejala bahasa adalah peristiwa yang
mengakibatkan perubahan bentuk suatu kata.6 Sementara itu Chaer dan Agustina,
menyatakan bahwa perubahan bahasa lazim diartikan sebagai adanya perubahan
kaidah, entah kaidahnya itu direvisi, kaidahnya menghilang, atau munculnya
kaidah baru; dan semuanya itu dapat terjadi pada semua tataran linguistik:
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun leksikon.7
Senada dengan Ngajenan, Muslich menyatakan bahwa perubahan-perubahan
bentuk kata apa pun dalam suatu bahasa lazim disebut gejala bahasa. Selanjutnya,
Badudu dalam bukunya Pelik-pelik Bahasa Indonesia, sebagaimana dikutip oleh
Muslich, menjelaskan bahwa gejala bahasa ialah peristiwa yang menyangkut
bentukan-bentukan kata atau kalimat dengan segala macam proses
pembentukannya.8
Wardhaught, sebagaimana dikutip oleh Chaer dan Agustina, membedakan
adanya dua macam perubahan bahasa, yaitu perubahan internal dan perubahan
eksternal. Perubahan internal terjadi dari dalam bahasa itu sendiri, seperti
berubahnya sistem fonologi, sistem morfologi, dan sistem sintaksis. Sedangkan
perubahan eksternal terjadi sebagai akibat adanya pengaruh dari luar, seperti
6 Mohamad Ngajenan, Kamus Etimologi Bahasa Indonesia, (Semarang: Dahara Prize,
1990), h. 10 7 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, h. 136
8 Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tata Bahasa
deskriptif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), cet.1, h. 101
9
peminjaman atau penyerapan kosakata, penambahan fonem dari bahasa lain, dan
sebagainya.9
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gejala
bahasa merupakan perubahan suatu bentuk bahasa berupa hilang dan
bertambahnya suatu kaidah bahasa dalam tataran linguistik.
2. Macam-macam Gejala Bahasa
Notosudirjo mengemukakan gejala bahasa meliputi protesis, epentesis,
paragos, aferesis, singkop apokop, metatesis, desimilasi, asimilasi, kontraksi,
reduplikasi.10
Lebih lengkapnya, Ngajenan, menjelaskan gejala bahasa sebagai
berikut:
a. Aferesis, yaitu gejala bahasa yang berupa hilangnya suatu fonem pada awal
kata, misalnya: empunyapunya, tathapi tapi.
b. Apokope, yaitu gejala bahasa berupa hilangnya fonem pada akhir kata,
misalnya: riangria, ularula.
c. Asimilasi, yaitu gejala bahasa berupa penyamaan fonem yang semula berbeda,
misalnya: alsalamassalam, asalam.
d. Desimilasi, yaitu gejala bahasa berupa penidaksamaan dua fonem yang
semula sama, misalnya: sajjanasarjana, cittacinta, cipta.
e. Epentesis, yaitu gejala bahasa berupa penambahan fonem di tengah kata,
misalnya: akasaangkasa, makinmangkin, jeneral jenderal, upama
umpama.
f. Hiplologi, yaitu gejala bahasa berupa hilangnya suku kata di tengah suku kata,
misalnya: merdehekamerdeka.
g. Kontaminasi, yaitu gejala bahasa berupa perancuan dua bentuk menjadi
bentuk baru yang salah, misalnya: musna + punahmusnah.
h. Kontraksi, yaitu gejala bahasa berupa pemendekan satu bentuk, misalnya:
praja-muda-karanapramuka.
9 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik, h. 142
10 Suwardi Notosudirjo, Etimologi, (Jakarta: Mutiara, 1981), cet. 3, h. 11-12
10
i. Metatesis, yaitu gejala bahasa berupa pertukaran tempat suatu fonem dalam
kata, misalnya: kerikil kelikir, lainlian, rontallontar.
j. Paragoge, yaitu gejala bahasa berupa penambahan fonem pada akhir kata,
misalnya: hulubalahulubalang, book buku, lamplampu, bankbangku.
k. Protesis, yaitu gejala bahasa penambahan fonem pada awal kata, misalnya:
stri istri, smara asmara, langelang, mpu empu.
l. Reduplikasi, yaitu gejala bahasa berupa pengulangan kata, misalnya:
tontonton, tuntuntun.
m. Sinkope, yaitu gejala bahasa berupa hilangnya fonem di tengah kata,
misalnya: tahadi tadi, baharu, sahajasaja.
n. Hibridis, yaitu gejala perpaduan atau percampuran bahasa yang membentuk
satu kata baru, misalnya: akal budi.
Muslich dalam bukunya Tata Bentuk Bahasa Indonesia, menguraikan gejala
bahasa sebagai berikut:
a. Analogi, yaitu salah satu cara pembentukan kata baru. Dalam suatu bahasa,
yang disebut analogi adalah suatu bentukan bahasa dengan meniru contoh
yang sudah ada. Misalnya: saudara-saudari, pemuda-pemudi.
b. Adaptasi, yaitu perubahan bunyi dan struktur bahasa asing menjadi bunyi dan
struktur yang sesuai dengan peneriamaan pendengaran atau ucapan lidah
bangsa pemakai bahasa yang dimasukinya. Misalnya: fadhuli (Arab) peduli,
prahara (Sansekerta) perkara.
c. Kontaminasi, dalam bahasa Indonesia, kata kontaminasisama dengan
kerancuan. Kata rancu berarti „campur aduk‟, „tumpang tindih‟, „kacau‟.
Dalam bidang bahasa, kata rancu (kerancuan) dipakai sebagai istilah yang
berkaitan dengan pencampuradukan dua unsur bahasa (imbuhan, kata, frase,
atau kallimat) yang tidak wajar. Misalnya: dinasionalisirkan.
d. Hiperkorek, yaitu proses pembetulan bentuk yang sudah betul lalu malah
menjadi salah. Misalnya: sehat syehat.
e. Varian, gejala varian sering dijumpai dalam ucapan pejabat pada Era Orde
Baru. Misalnya: direncanakandirencanaken.
11
f. Asimilasi, gejala asimilasi berarti proses penyamaan atau penghampirsamaan
bunyi yang tidak sama. Misalnya: alsalamassalamasalam.
g. Disimilasi, yaitu proses berubahnyadua buah fonem yang sama menjadi tidak
sama. Misalnya: sajjana sarjana.
h. Adisi, yaitu perubahan yang terjadi dalam suatu tuturan yang ditandai oleh
penambahan fonem. Gejala adisi dapat dibedakan atas protesis, epentesis, dan
paragog.
1) Protesis ialah proses penambahan fonem pada awal kata.
Contoh: langelang, mas emas
2) Epentesis ialah proses penambahan fonem di tengah kata.
Contoh: upama umpama, kapakkampak
3) Paragog ialah proses penambahan fonem pada akhir kata.
Contoh: lamplampu, hulubala hulubalang
i. Reduksi, yaitu peristiwa pengurangan fonem dalam suatu kata. Gejala reduksi
dapat dibedakan atas aferesis, singkop, dan apokop.
1) Aferesis ialah proses penghilangan fonem pada awal kata.
Contoh: telentang tentang, tatapi tetapitapi
2) Singkop ialah penghilangan fonem di tengah-tengah kata.
Contoh: sahaya saya
3) Apokop ialah proses penghilangan fonem pada akhir kata.
Contoh: pelangit pelangi
j. Metatesis, yaitu perubahan kata yang fonem-fonemnya bertukar
tempatnya.Misalnya: rontal lontar.
k. Diftongisasi, yaitu proses perubahan suatu monoftong jadi diftong.Misalnya:
sodara saudara.
l. Monoftongisasi, yaitu proses perubahan suatu diftong (gugus vokal) menjadi
monoftong. Misalnya: gurauguro, bakaubako.
m. Anaptiksis, yaitu proses penambahan suatu bunyi dalam suatu kata guna
melancarkan ucapannya. Misalnya: putra putera, srigala serigala.
n. Haplologi, yaitu penghilangan suku kata yang ada di tenga-tengah kata.
Misalnya: budhidayabudaya.
12
o. Kontraksi, yaitu gejala yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem
yang dihilangkan. Kadang-kadang ada perubahan atau penggantian fonem.
Misalnya: tidak adatiada, bahagianda baginda.
D. Diksi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat, diksi adalah pilihan
kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan
gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (peperti yang diharapkan). Sedangkan
dalam Kamus Linguistik karya Harimuti Kridalaksana, edisi keempat, diksi
(diction) adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu
dalam berbicara di depan umum atau dalam karang-mengarang.
Gorys Keraf dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa mengemukakan tiga
pernyataan mengenai diksi atau pilihan kata. Pertama pilihan kata atau diksi
mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu
gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau
menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik
digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah adalah
kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang
ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai
(cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat
pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh
penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan pustaka yang peneliti lakukan, penelitian yang terkait
dengan alih kode dan gejala bahasa bukan pertama kalinya dilakukan. Seperti
penelitian yang pernah dilakukan oleh Dedi Rohmadi, mahasiswa Universitas
Sebelas Maret, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Jurusan Sastra Indonesia. Dedi
melakukan penelitian yang berjudul “Pemakaian Bahasa dalam Rubrik Celathu
Butet pada Surat Kabar Suara Merdeka: Suatu Tinjauan Sosiolinguistik”. Dedi
dalam penelitiannya membahas tentang penggunan bahasa yang terjadi dalam
13
sebuah surat kabar yang berupa alih kode, campur kode, interferensi, interjeksi,
pelesapan dan penambahan fonem. Penelitian tersebut merupakan penelitian
deskriptif kualitatif.
Penelitian lain dilakukan oleh Siti Rohmani, mahasiswi Universitas Sebelas
Maret tahun 2013. Siti melakukan penelitian yang berjudul Analisis “Alih Kode
dan Campur Kode pada Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi”. Penelitian
tersebut membahas tentang bentuk alih kode dan campur kode, faktor penyebab
alih kode dan campur kode, dan fungsi alih kode dan campur kode. Sama halnya
dengan Dedi, penelitian yang dilakukan Siti pun merupakan penelitian deskriptif
kualitatif.
Berdasarkan tinjauan yang telah dilakukan, peneliti tidak menemukan
kesamaan antara penelitian yang peneliti lakukan dengan kedua penelitian
tersebut. Kedua peneliti yang telah disubutkan meneliti peristiwa kebahasaan pada
karya yang menjadi sajian bagi masyarakat luas. Sementara peneliti mengambil
data yang berupa hasil tulisan cerpen siswa untuk mengetahui peristiwa
kebahasaan yang terjadi pada kegiatan pembelajaran menulis di sekolah.
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Menurut Djajasudarma, metodologi adalah ilmu tentang metode atau uraian
tentang metode. Metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk
mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb.); cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.15
Bidang linguistik yang berhubungan dengan pemakaian bahasa merupakan
salah satu bagian dari bidang studi sosio-linguistik. dengan demikian, penelitian
pemakaian bahasa masuk ke dalam penelitian sosiolinguistik, terutama jika yang
dibicarakan adalah pemakaian bahasa menurut konteks sosial penggunaannya.16
Unsur-unsur pada penelitian ini digambarkan pada tabel berikut.
15
T. Fatimah Djajasudarma, Metode Lingustik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian,
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), cet. 2, h. 1
16 Mahsun, M. S, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. 6, ed. Revisi, h. 226-227
15
Skema Konseptual
Sumber (Mahsun, 2012) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai campur kode dan gejala bahasa dalam penulisan cerpen
siswa kelas X, dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta. Berlokasi di Jalan H.
Jaelani III, H. Muchtar Raya, Petukangan Utara, Jakarta Selatan. Waktu yang
digunakan dalam proses penelitian ini dimulai tanggal 1 Juni 2013 sampai dengan 4
April 2014.
B. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini terdiri dari tiga aspek yang tercakup dalam istilah
metodologi penelitian, yaitu aspek aksiologi dari satu paradigma aspek itu merupakan
aspek nyata yang menunjukan cara melaksanakan penelitian yang terdiri dari:
M
E
T
O
D
O
L
O
G
I
P
E
N
E
L
I
T
I
A
N
Ancangan
Metode
Teknik
Sosiolinguistik yang berfokus
pada campur kode dan gejala
bahasa
Kualitatif
Bebas Libat Cakap
Catat
Pendeskripsian
hasil analisis
16
ancangan, metode, dan teknik. Ancangan merupakan disiplin ilmu yang digunakan
sebagai paradigma berpikir yaitu ilmu sosiolinguistik dengan fokus kajian campur
kode dan gejala bahasa.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode observasi dan pengamatan langsung dengan
teknik simak dan mencatat. Metode penyediaan data ini diberi nama metode simak
karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak
penggunaan bahasa. Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan
penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis.17
Penelitian ini dimulai dengan menganalisis cerpen siswa, yaitu membaca dan
mencatat kata-kata yang unik dalam cerpen. Kata-kata yang dikatakan unik dalam
cerpen tersebut yaitu kata-kata yang mengalami campur kode dari bahasa Indonesia
ke bahasa lain.
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan
menganalisis data cerpen siswa. Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk
mengklasifikasi, mengelompokkan data.18
D. Ruang Lingkup Penelitian
1. Campur kode, yaitu penggunaan lebih dari satu ragam bahasa dalam suatu
komunikasi sesuai dengan siatuasi di mana komunikasi itu terjadi. Pada
penelitian ini yaitu campur kode yang terjadi dalam teks cerpen siswa.
2. Gejala bahasa, yaitu perubahan-perubahan bentuk yang terjadi pada suatu
kata. Gejala bahasa terdiri dari beberapa macam, namun ruang lingkup pada
17
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Stategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2007), h. 92
18 Ibid, h. 253
17
penelitian ini yaitu terbatas pada protesis, epentesis, paragos, aferesis,
sinkope, apokop, disimilasi, kontraksi, monoftongisasi.
E. Objek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.19
Sevilla
dkk. (1993) sebagaimana dikutip oleh Mahsun (2012), mendefinisikan
populasi sebagai kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi. Dalam
hubungan dengan penelitian bahasa, pengertian populasi terkait dengan dua
hal, yaitu masalah satuan penutur dan masalah satuan territorial.
Pada penelitian ini, populasi yang diambil pada penelitian ini adalah seluruh
teks cerpen siswa kelas X IPS 1 yang berjumlah 31 lembar.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi.20
Pemilihan sebagian dari
keseluruhan penutur atau wilayah pakai bahasa yang menjadi objek penelitian
sebagai wakil yang memungkinkan untuk membuat generalisasi terhadap
populasi itulah yang disebut sampel penelitian.21
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 7 teks
cerpen. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini digunakan teknik
19
Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&B, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.
80.
20 Ibid, h. 86
21 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Stategi, Metode, dan Tekniknya, h. 29
18
sampling. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel, untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.22
Terdapat
berbagai teknik sampling yang digunakan dalam sebuah penelitian, dalam
penelitian ini menggunakan probability sampling.
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi sampel meliputi teknik simple random sampling. Dikatakan
simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak dan hanya mengambil teks cerpen yang memiliki
kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Secara konten atau isi, cerpen mengandung enam unsur, yakni tema, tokoh
dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, sudut pandang, amanat.
b. Penggunaan bahasa dilihat dari aspek campur kode dari bahasa Indonesia
ke bahasa lain (bahasa daerah dan bahasa asing).
c. Gejala bahasa, yaitu jumlah gejala atau perubahan bentuk kata yang
banyak dilakukan dari bahasa Indonesia ke bahasa lain (bahasa daerah dan
bahasa asing).
F. Pengumpulan Data
Data penelitian ini dikumpulkan menggunakan metode simak
(Pengamatan/Observasi) menggunakan pengamatan langsung dengan teknik simak
bebas libat cakap catat.
Metode simak merupakan metode yang digunakan dalam penyediaan data dengan
cara peneliti melakukan penyimakan penggunaan bahasa. Dalam ilmu sosial, metode
ini dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi.23
Metode
penyediaan data ini diberi nama metode simak karena cara yang digunakan untuk
22
Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&B, h. 86
23 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Stategi, Metode, dan Tekniknya, h. 242
19
memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak
di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga
penggunaan bahasa secara terulis. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud
teknik sadap.24
Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada
hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Dalam arti, peneliti dalam
upaya mendapatkan data dilakukan dengan penyadap penggunaan bahasa seseorang
atau beberapa orang yang menjadi informan. Perlu ditekankan bahwa penyadap
penggunaan bahasa yang dimaksudkan menyangkut penggunaan bahasa baik secara
lisan maupun tertulis.25
Sadap merupakan kegiatan permulaan untuk menyediakan
data. Untuk itu, diperlukan langkah atau aktivitas berikutnya dengan teknik tertentu.
Metode simak memiliki beberapa teknik lanjutan. Pada penelitian ini teknik lanjutan
yang digunakan yaitu teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat.
1. Teknik simak bebas libat cakap
Untuk mejalankan metode simak atau teknik sadap, peneliti hanya menjadi
pengamat atau penyimak. Peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan
bahasa oleh para informannya. Tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang
bahasanya sedang diteliti.26
Peneliti tidak ikut angkat bicara sama sekali dengan
mitranya. Teknik ini sangat mungkin dilakukan bila data penelitiannya adalah
data tertulis atau dokumen.
2. Teknik catat
Selain menggunakan teknik simak bebas cakap untuk menjalankan metode
simak, peneliti dapat menggunakan teknik catat. Pencatatan dapat dilakukan pada
kartu data yang telah disediakan atau akan disediakan. Setelah pencatatan
dilakukan, peneliti melakukan klasifikasi atau pengelompokkan penggunaan
24
Ibid, h. 92
25 Ibid, h. 92
26 Ibid, h. 93
20
teknik catat ini sangat fleksibel. Bila teknik sadap sebagai teknik lanjutan
digunakan, peneliti dapat langsung mencacat data yang diperoleh. Wujud data
yang disediakan melalui metode simak adalah transkrip fonetik, fonemik, atau
ortografis. Dalam pencatatan, peneliti dapat menandai data yang disediakan
tersebut sesuai dengan kiat masing-masing peneliti.27
G. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data berupa, teks tertulis berupa teks cerpen
sebagai data kualitatif.
H. Analisis Data
Hubungan konsep dengan cara menganalisis data, semua data yang telah
dikumpulkan melalui metode observasi dengan tenik catat, dianalisis dengan sifat
data dan tujuan penelitian. Data yang diperoleh lewat teknik catat yang berupa teks
yang dianggap sebagai data kualitatif dianalsis melalui konsep campur kode dan
gejala bahasa untuk mengetahui setiap keunikan kata yang ditulis oleh siswa dan
menemukan gejala-gejala bahasa berdasarkan data campur kode yang telah
terkumpul.
I. Pelakasanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap orientasi yaitu tahap merumuskan masalah berdasarkan realitas
empatik di lapangan.
2. Mengidentifikasi dan mendeskripsi fokus terhadap masalah berdasarkan ide-
ide pokok dalam rumusan masalah.
3. Merancang kegiatan penelitian berupa pengambilan data dengan cara
27
Ibid, h. 208-211.
21
mengumpulkan teks cerpen siswa atas izin dari guru bidang studi yang
bersangkutan.
4. Mengidentifikasi dan menentukan sumber data teks cerpen siswa kelas X IPS
1 Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta.
5. Menyusun dan menyimpulkan data yang sudah dianalisis menjadi sebuah
laporan.
J. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini terbatas pada:
a. Campur kode
Peristiwa campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia dalam bahasa asing
dan bahasa daerah pada cerpen siswa.
b. Gejala bahasa
Peristiwa gejala bahasa yang berupa Protesis, Epentesis, Paragos, Aferesis,
Sinkope, Apokop, Kontraksi, Monoftongisasi berdasarkan campur kode.
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Identitas MAN 19 Jakarta
a. Nama Madrasah : MANegeri 19 Jakarta
b. Alamat Madrasah : Jl. H. Muchtar Raya H. Jaelani III
RT.05/01Petukangan Utara Jakarta
Selatan, Kel. Petukangan Utara,
Kec. Pesangrahan, Jakarta Selatan,
DKI Jakarta. 12260
c. No. Telepon, Fax. : (021) 7362836, (021) 7362987
d. Status Madrasah : Negeri
e. Akreditasi Madrasah : A
f. Standar Madrasah : Rintisan MSN
g. Keadaan Gedung : Permanen
h. Nomor Statistik Madrasah (NSM): 311317131013
i. Tahun Didirikan/Dibangun : 2008/2009
j. Tahun Beroperasi : 2009/2010
2. Sejarah Singkat
MOTO “INOVATIF, TERAMPIL DAN CERDAS”
MAN 19 Jakarta berdiri di tengah-tengah komunitas masyarakat yang
agamis. Kehadiran madrasah ini sudah lama dinanti masyarakat untuk
menjawab kehausan akan kehadiran sebuah lembaga pendidikan yang kuat
untuk membentuk masyarakat madani yang mandiri, penuh inovasi
menghadapi perkembangan zaman yang sangat cepat. Hasil lulusan madrasah
ini diharapkan memiliki keterampilan dan kemandirian, dan siap menghadapi
masa depan yang cerah. Semula madrasah ini merupakan kelas jauh dari MAN
10 Joglo Jakarta Barat dan menjadi madrasah yang berdiri sendiri pada tanggal
19 Juni 2009 yang diresmikan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementeriann
23
Agama Provinsi DKI Jakarta Bapak H. Fauzan Harun, SH. Selaku kepala
madrasah yang pertama, Bapak Drs. Barkat Guna Harahap, dengan
kepemimpinannya yang berwibawa mampu membawa madrasah ini ke level
yang lebih bergengsi di antara madrasah yang ada di DKI Jakarta. Guna
meraih cita-cita dan harapan yang tinggi, kami dari segenap Civitas
Akademika MAN 19 Jakarta memiliki visi “Mewujudkan MAN 19 Jakarta
sebagai wadah pembentukan insan mandiri untuk masa depan Bangsa,
Negara dan Agama”.
3. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Visi
Terwujudnya MA Negeri 19 Jakarta sebagai wadah pembentukan insane
mandiri untuk masa depan bangsa, Negara, dan agama.
b. Misi
1) Menyempurnakan sarana prasarana MA Negeri 19 Jakarta sesuai
perkembangan teknologi dan tuntutan akademik.
2) Meningkatkan profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan MA
Negeri 19 Jakarta.
3) Mengembangkan kemandirian, inovasi, dan kreativitas peserta didik
MA Negeri 19 Jakarta melalui proses pembelajaran.
4) Menciptakan lingkungan MA Negeri 19 Jakarta yang islamik, baik
dalam pergaulan maupun penataan.
5) Mengikutsertakan peran masyarakat dalam mengembangkan dan
meningkatkan mutu hasil pendidikan dan pembelajaran di MA Negeri
19 Jakarta.
c. Tujuan
1) Sebagai rintisan madrasah kategori mandiri, yakni madrasah yang
menuju madrasah bertaraf internasional.
24
2) Inovasi pembelajaran bervariasi sesuai kompetensi (Problem Based
Learning, Inquiry Based Learning, Project Based Learning, Contextual
Teaching and Learning) dengan pendekatan Team Learning.
3) Peningkatan prestasi akademik (OSN, computer/TIK, kebumian, debat
bahasa Inggris, layanan anak berbakat/keterbakatan majemuk
“Multiple Intelegence”) dan non-akademik (sanggar seni, marching
band, klub OR, dan lain-lain).
4) Peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan
menyongsong sertifikasi pendidik (guru) serta penataan administrasi
madrasah berbasis komputer/TIK.
5) Pemantapan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa
6) Lingkungan madrasah yang menyenangkan “hidup sehat ramah
lingkungan” yang menunjang “Joyfull Learning” yang dinamis.
7) Penerapan manajemen berbasis sekolah (School Based Management)
dalam berbagai aspek kehidupan warga madrasah serta pemberdayaan
partisipasi masyarakat terhadap pendidikan.
8) Tercipta hubungan antarwarga madrasah yang santun dan ramah.
9) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam penguasaan teknologi
baik intra maupun ekstra.
4. Tenaga Pendidik
No Nama J/K Jabatan Mata Pelajaran
1. H. Ismail Nur,
Lc. M. Ag. L Kepala Madrasah
2. Bahrullah, S. Pd. L Wakabid.
Kurikulum Matematika
3. Dra. Septidewi,
M. Si. P
Wakabid.
Kesiswaan Biologi
25
4. Dra. Zainah P Wakabid. Humas
& Sarpras Bahasa Inggris
5. Dra. Hj. Tri
Suciati P Staf Kurikulum Kimia
6. Mariatul Kibtiah,
S.Si P Staf Kurikulum Kimia
7. Ramdan Fauzi,
S.Pd L Staf Kesiswaan Ekonomi
8. Heri Siswanto,
S.Pd.I L
Staf Humas &
Sarpras
PKN, Al-Qur‟an
Hadits, Ilmu
Kalam
9. Drs. H. M.
Masruri H, M.Si L Guru
Akhlak, Aqidah
Akhlak
10. Sri Hidayati,
S.Pd P Guru
BimbinganKonseli
ng
11. H. Ahmad
Ansori, S.Ag L Guru Fiqih
12. Drs. H.
FasyaniHata L Guru
Tafsir, Bahasa
Arab
13. Drs. H. Abdullah L Kaprog
Keagamaan
Bahasa Arab,
hadits, Al-Qur‟an
Hadits
14. Syarifuddin HA,
S.Ag L Guru Bahasa Indonesia
15. Muhamad Bakir,
S.Pd L Guu Matematika
16. Dian Hadiyani
Sundari, S. Pd P Kaprog Bahasa Bahasa Inggris
17. Ariyanti Puspita
R, S.Pd P Guru Ekonomi
26
18. Rasunah, S.Pd P Kaprog IPA Biologi
19. Alfira Firnanda,
S.Pd P Guru Geografi
20. Lafifah Resti
Aulia, S.S P Guru Sejarah
21. Arfan Fitriyadi,
S.Si L Guru Fisika
22. Dwiana Puji
Rahayu, S.Pd P Kaprog IPS Geografi
23. Nur Shoimah,
S.Pd P Guru Bahasa Jepang
24. Habiybah
Hanum, S.Ag P Guru SKI
25. Mujahar
Randanu, S.Pd L Guru Matematika
26. Achmad Fauzi,
S. Kom L Guru TIK, Desain Grafis
27. Hendi Irawan,
S.Pd L Guru Sosiologi
28. Muhammad
Khaddafi, S. Pd L Guru Penjas Orkes
29. Ekawati, S.Pd P Guru Al-Qur‟an Hadits
30. Wahidatul
Hanifah, S.Pd P Guru
Bahasa Indonesia,
Seni Budaya
31. DiyahWidiHartat
i, S.Pd P Guru Bahasa Indonesia
32. Munjiyah, S.Pd P Guru Bahasa Inggris
33. Khairul Fajri,
S.S L Guru Al-Qur‟an hadits
27
34. Heru Wibowo,
S.Pd.I L Guru
Bimbingan
Konseling
35. Frida Agusta,
S.Pd P Guru
Bimbingan
Konseling
B. PEMBAHASAN
Berangkat dari analisis campur kode yang dibuat dalam bentuk tabel, pada
bagian ini dikemukakan data yang telah dianalisis. Hasil analisis tersebut dibagi
menjadi dua, yaitu hasil dianalisis data melalui konsep campur kode dan hasil
analisis data dengan konsep gejala bahasa. Analisis dibuat beradasarkan tabel
yang berupa lampiran. Setelah hasil analisis data selesai dilakukan, kemudian
peneliti melakukan pembahasan berdasarkan hasil analisis data. Sama halnya
seperti analisis, pembahasan pun dibagi menjadi dua, yakni pembahasan hasil
analisis data melalui campur kode dan pembahasan hasil analisis data gejala
bahasa. Analisis dan pembahasan pada penelitian ini dipaparkan sebagai berikut:
1. Hasil Analisis Data Penelitian
a. Campur kode
Berangkat dari penelitian ini, diperoleh hasil analisis data dari cerpen
siswa berupa campur kode dari bahasa Indonesia ke bahasa asing dan bahasa
daerah. Hasil data yang berupa campur kode tersebut dianalisis per kalimat
dan menggunakan tabel agar lebih mudah dipahami. Satu judul cerpen yang
dibuat oleh satu orang siswa dibagi ke dalam beberapa tabel. Setiap tabel
terdiri dari nomor urut, kutipan per kalimat, campur kode yang terjadi, dan
asal data. Nomor urut tabel, nama penulis cerpen dan judul cerpen berada di
atas tabel. Hasil analisis yang berupa campur kode tersebut sebegai berikut:
1) Analisis Data 1
Bertumpu pada tabel 1-3 (lihat lampiran 1), artinya penulis cerpen
menggunakan campur kodekosakata untuk menunjukkan keunikan
28
penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya
campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Jawa (BJ)
Rumusan pola: BI BJ
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB)
Rumusan pola: BI BB
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Inggris (BE)
Rumusan pola: BI BE
Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur
kode yang dilakukan oleh Muhammad Ridwan Audhityas dengan judul
cerpen “Serba Serbi LDKS” menggunakan campur kode intern dan
campur kode ekstern. Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke
bahasa Jawa dan bahasa Betawi. Sementara campur kode ekstern terjadi
dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris.
2) Analisis Data 2
Bertumpu pada tabel 5-15 (lihat lampiran 1), artinya, penulis cerpen
menggunakan campur kodekosakata untuk menunjukkan keunikan
penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya
campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Inggris (BE)
Rumusan pola: (BI) (BE)
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB)
Rumusan pola: (BI) (BB)
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Slang (BS)
Rumusan pola: (BI) (BS)
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Arab (BA)
Rumusan pola: (BI) (BA)
Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur
kode yang dilakukan oleh Intan Rahmadany dengan judul cerpen “Ini
29
Ceritaku, Apa Ceritamu” menggunakan campur kode intern dan campur
kode ekstern. Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa
Betawi dan bahasa Jawa. Sementara campur kode ekstern terjadi dari
bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dan bahasa Arab.
3) Analisis Data 3
Bertumpu pada tabel 17-22 (lihat lampiran 1), artinya, penulis cerpen
menggunakan campur kode kosakata untuk menunjukkan keunikan
penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya
campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB)
Rumusan pola: (BI) (BB)
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Jawa (BJ)
Rumusan pola: (BI) (BJ)
Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur
kode yang dilakukan oleh Anne Rifaidah dengan judul cerpen “Mancing di
Kolam Orang”menggunakan campur kode intern dan campur kode ekstern.
Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Betawi dan
bahasaJawa. Sementara campur kode ekstern terjadi dari bahasa Indonesia
ke bahasa Inggris dan bahasa Arab.
4) Analisis Data 4
Bertumpu pada tabel 24-29(lihat lampiran 1), artinya penuliscerpen
menggunakancampur kode kosakata untuk menunjukkan keunikan
penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya
campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB)
Rumusan pola: (BI) (BB)
Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur
kode yang dilakukan oleh Desvia Nursita dengan judul cerpen
“Kehilangan Cinta Bukan Berarti Kehilangan Sahabat” hanya
30
menggunakan campur kode intern.Campur kode intern terjadi dari bahasa
Indonesia ke bahasa Betawi.
5) Analisis Data 5
Bertumpu pada tabel 31-39 (lihat lampiran 1), artinya penulis cerpen
menggunakan campur kode kosakata untuk menunjukkan keunikan
penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya
campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Jawa (BJ)
Rumusan pola: (BI) (BJ)
Bahasa Indonesia (BI)ke bahasa Betawi (BB)
Rumusan pola: (BI) (BB)
Bahasa Indonesia (BI)ke bahasa Inggris (BE)
Rumusan pola: (BI) (BE)
Bahasa Indonesia (BI)ke bahasa Arab (BA)
Rumusan pola: (BI) (BA)
Bahasa Indonesia (BI)ke bahasa Belanda (Bld)
Rumusan pola: (BI) (Bld)
Bahasa Indonesia (BI)ke Batak (Btk)
Rumusan pola: (BI) (Btk)
Bahasa Indonesia (BI)ke bahasa Slang (Slg)
Rumusan pola: (BI) (Slg)
Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur
kode yang dilakukan oleh Annisa Rachmayanti dengan judul cerpen
“Persahabatan X-5”menggunakan campur kode intern dan campur kode
ekstern. Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke
bahasaJawabahasaBetawi, bahasa Indonesia ke bahasa Batak, bahasa
slang. Sementara campur kode ekstern terjadi dari bahasa Indonesia ke
bahasa Inggris, bahasa Arab, danbahasa Belanda.
31
6) Analisis Data 6
Bertumpu pada tabel 41-52 (lihat lampiran 1), artinya penulis cerpen
menggunakan campur kodekosakata untuk menunjukkan keunikan
penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya
campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Inggris (BE)
Rumusan pola: BI BE
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Jawa (BJ)
Rumusan pola: BI BJ
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB)
Rumusan pola: BI BB
Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur
kode yang dilakukan oleh Siti Rafidah dengan judul cerpen “Me And My
Best Friend” menggunakan campur kode intern dan campur kode ekstern.
Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasaJawa dan
bahasaBetawi. Sementara campur kode ekstern terjadi dari bahasa
Indonesia ke bahasaInggris.
7) Analisis Data 7
Bertumpu pada tabel 54-61 (lihat lampiran 1), artinya penulis cerpen
menggunakan campur kodekosakata untuk menunjukkan keunikan
penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan terjadinya
campur kode, dengan pola campur kode sebagai berikut:
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Jawa (BJ)
Rumusan pola: BI BJ
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Betawi (BB)
Rumusan pola: BI BB
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Inggris (BE)
Rumusan pola: BI BE
32
Bahasa Indonesia (BI) ke bahasa Inggris (BS)
Rumusan pola: BI BS
Berdasarkan rumusan pola, di atas dapat disimpulkan bahwa campur
kode yang dilakukan oleh Amallia Apinah dengan judul cerpen “Pelajaran
yang Menguras Ongkos” menggunakan campur kode intern dan campur
kode ekstern. Campur kode intern terjadi dari bahasa Indonesia ke
bahasaJawa, bahasa Betawi, dan bahasa Slang. Sementara campur kode
ekstern terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasaInggris.
b. Gejala Bahasa
Berangkat darihasil analisis data melaluicampur kode, selanjutnya
dilakukan analisis ke-2 yaitu analisis gejala bahasa yang terdapat pada cerpen
siswa. Gejala bahasa yang ditemukan pada penelitian ini diambil dari hasil
analisis data yang berupa campur kode. Jadi, setiap gejala bahasa yang
dianalisis berasal dari analisis pertama, yakni analisis campur kode. Bentuk-
bentuk gejala bahasa yang terdapat pada cerpen siswa tersebut dapat diketahui
pada tabel berikut.Bentuk-bentuk gejala bahasa yang tertera di dalam tabel
kemudian diuraikan satu persatu berdasarkan data yang ditemukan pada
analisis campur kode. Berikut tabel dan penguraiannya.
Tabel. 62
Keunikan Diksi dalam Gejala Bahasa
Gejala Bahasa DATA
1 3 7 9 10 11 15
Protesis √ √ √ √
Epentesis √ √ √ √ √
Paragos √ √ √ √
Aferesis √ √ √ √ √ √ √
Sinkope √ √ √ √ √ √ √
Apokop √ √ √ √
√
Kontraksi √ √ √ √ √
Monoftongisasi √ √ √ √ √ √ √
33
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui gejala bahasa yang muncul dari
campur kode pada setiap data yaitu gejala bahasa berupa protesis, epentesis,
paragos, aferesis, sinkope, apokop, kontraksi, dan monoftongisasi. Gejala-
gejala tersebut diijelaskan sebagai berikut:
1) Analisis Protesis
Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi
Pengen
Pengen berasal dari kata ingin, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan huruf
awal pada kata tersebut, yakni huruf “p”.
Gitu
Gitu berasal dari kata itu, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami
perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan huruf awal pada kata
tersebut, yakni huruf “g”.
Gini
Gini berasal dari kata ini, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami
perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan huruf awal pada kata
tersebut, yakni huruf “g”.
2) Analisis Epentesis
Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi
Sangking
Sangking berasal dari kata saking, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penyisipan bunyi di
tengah kata tersebut, yakni bunyi “ng”.
Semenjak
Semenjak berasal dari kata sejak, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penyisipan bunyi di
tengah kata tersebut, yakni bunyi “men”.
34
Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Slang
Gaswat
Gaswat berasal dari kata gawat, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penyisipan huruf di
tengah kata tersebut, yakni huruf “s”.
3) Analisis Paragos
Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi
Cuman
Cuman berasal dari kata cuma, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan huruf
akhir pada kata tersebut, yakni huruf “n”.
Apaan
Apaan berasal dari kata apa, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan bunyi di
akhir kata tersebut, yakni bunyi “an”.
Pantesan
Pantesan memiliki asal kata pantas, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh penambahan bunyi di
akhir kata tersebut, yakni bunyi “an”.
4) Analisis Aferesis
Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi
Abis
Abis berasal dari kata habis, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal
pada kata tersebut, yakni huruf “h”.
Udah
Udah berasal dari kata sudah, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal
yakni huruf “s”.
35
Gak
Gak berasal dari kata enggak, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya bunyi awal
yakni bunyi “eng”.
Aja
Aja berasal dari kata saja, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami
perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal yakni huruf
“s”.
Gitu
Gitu berasal dari kata begitu, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya bunyi awal
yakni bunyi “be”.
Gimana
Gimana berasal dari kata bagaimana, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya bunyi awal
yakni bunyi “ba”.
Entar
Entar berasal dari kata sebentar.Dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya bunyi awal
yakni bunyi “seb”.
Emangnya
Emangnya memiliki kata dasar emang, berasal dari kata memang.Dalam
bahasa Betawi kata tersebut mengalami perubahan fonem yang
ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal yakni huruf “m”.
Ni
Ni berasal dari kata ini, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami
perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal yakni huruf
“i”.
36
Moga
Moga berasal dari kata semoga, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal
yakni huruf “s”.
Tu
Tu berasal dari kata itu, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami
perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf awal yakni huruf
“i”.
Ama
Ama berasal dari kata sama, kata tersebut merupakan kosakata bahasa
Betawi. Ama mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh
hilangnya huruf awal yakni huruf “s”.
Ngantuk
Kata yang seharusnya adalah mengantuk, tetapi dalam bahasa Betawi kata
tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya
morfem awal yakni “me-”.
Ngambek
Kata yang seharusnya adalah mengambek, tetapi dalam bahasa Betawi
kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh
hilangnya morfem awal yakni “me-”.
Nyuruh
Kata yang seharusnya adalah menyuruh, tetapi dalam bahasa Betawi kata
tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya
morfem awal yakni “me-”.
Maksa
Kata yang seharusnya adalah memaksa, tetapi dalam bahasa Betawi kata
tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya
morfem awal yakni “me-”.
37
Mancing
Kata yang seharusnya adalah memancing, tetapi dalam bahasa Betawi
kata tersebut mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh
hilangnya morfem awal yakni “me-”.
Gak
Gak berasal dari kata enggak yang mengalami perubahan yang
ditunjukkan oleh hilangnya morfem awal yakni morfem “eng”.
Tapi
Tapi berasal dari kata tetapi, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya bunyi awal
yakni bunyi “te”.
5) Analisis Sinkope
Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi
Tau
Tau berasal dari kata tahu, dalam bahasa Betawi katatersebut mengalami
perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf tengah pada kata
tersebut, yakni huruf “h”.
Sapa
Sapa berasal dari kata siapa, dalam bahasa Betawi katatersebut mengalami
perubahan fonem yang ditunjukkan pada hilangnya huruf tengah pada kata
tersebut, yakni huruf “i”.
Dulu
Dulu berasal dari bahasa Jawa Kuno, yaitu rahulu. Kata tersebut
mengalami dua jenis perubahan fonem tetapi pada bagian ini peneliti
merujuk pada kata sebelumnya, bukan kata asalnya. Perubahan fonem
tersebut ditunjukkan oleh hilangnya dua huruf di tengah kata, yakni huruf
“a” dan “h”.
38
Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Jawa
Malang
Malang berasal dari bahasa Jawa yaitu ma-alang. Kata tersebut mengalami
perubahan fonem yang ditunjukkan oleh pemendekan kata dengan
menghilangkan satu huruf di tengah kata, yakni huruf “a”.
6) Analisis Apokop
Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi
Engga
Engga berasal dari kata enggak, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf akhir
pada kata tersebut, yakni huruf “k”.
Ok
Ok berasal dari kata oke, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami
perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf akhir pada kata
tersebut, yakni huruf “e”.
Ko
Ko berasal dari kata kok, dalam bahasa Betawi kata tersebut mengalami
perubahan fonem yang ditunjukkan oleh hilangnya huruf akhir pada kata
tersebut, yakni huruf “k”.
7) Analisis Kontraksi
Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi
Makasih
Makasih berasal dari kata terima kasih, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehpemendekan kata
dengan menghilangkan beberapa huruf.
Oya
Oya berasal dari kata oh iya, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehpemendekan kata
39
dengan menghilangkan dua huruf, yakni huruf terakhir pada kata pertama
“h” dan huruf pertama pada kata kedua.
Yaudah
Yaudah berasal dari kata ya sudah, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehpemendekan kata
dengan menghilangkan satu huruf, yakni huruf pertama pada kata kedua.
8) Analisis Monoftongisasi
Gejala bahasa yang muncul dari bahasa Betawi
Pake
Pake berasal dari kata pakai, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehberubahnya diftong di
akhir kata, yakni “ai” menjadi “e”.
Rame
Rame berasal dari kata ramai, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehberubahnya diftong di
akhir kata, yakni “ai” menjadi “e”.
Kalo
Kalo berasal dari kata kalau, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehberubahnya diftong di
akhir kata, yakni “au” menjadi “o”.
Sampe
Sampe berasal dari kata sampai, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehberubahnya diftong di
akhir kata, yakni “ai” menjadi “e”.
Cape
Cape berasal dari kata capai, dalam bahasa Betawi kata tersebut
mengalami perubahan fonem yang ditunjukkan olehberubahnya diftong di
akhir kata, yakni “ai” menjadi “e”.
40
2. Pembahasan Hasil Analisis Data Penelitian
a. Campur kode
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dapat diketahui bahwa cerpen
yang ditulis oleh siswa SMA kelas X Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta
menunjukkan penggunaan bahasa Indonesia di kalangan siswa banyak terjadi
peristiwa campur kode. Campur kode tersebut melibatkan penggunaan delapan
bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Belanda,
bahasa Jawa, bahasa Betawi, bahasa slang, dan bahasa Batak. Campur kode
yang dilakukan oleh setiap siswa menggunakan bahasa yang berbeda-beda,
sesuai dengan kebutuhan dalam tulisan masing-masing dengan jumlah yang
berbeda pula. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penulis
menemukan campur kode yang sering dilakukan oleh siswa yaitu percampuran
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi.
Campur kode dibedakan menjadi dua macam, yaitu campur kode intern
dan campur kodeekstern. Campur kode intern yaitu campur kode yang
berlangsung antar bahasa sendiri, sedangkan campur kode ekstern terjadi
antara bahasa sendiri dengan bahasa asing. Campur kode intern pada
penelitian ini terdiri dari bahasa Indonesia, bahasa Jawa,bahasa Betawi,bahasa
slang, dan bahasa Batak. Sementara campur kode ekstern terdiri dari bahasa
Arab dan bahasa Inggris. Selanjutnya, untuk mengetahui peristiwa campur
kode tersebut, peneliti akan mengambil beberapa contoh campur kode yang
terdapat pada bab analisis untuk dijelaskan pada bab pembahasan ini.
1) Campur kode Intern
Campur kode intern merupakan campur kode yang terjadi antar ragam
bahasa sendiri. Campur kode intern pada penelitian ini ditemukan
sebanyak empat bentuk percampuran, yakni dari bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Jawa, bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi, bahasa
Indonesia ke dalam bahasa slang, bahasa Indonesia ke dalam bahasa
Batak, dancampur kode yang beralih dari bahasa Indonesia ke dalam
41
beberapa bahasa (campuran). Pemaparan lebih jelas akan dikemukakan
sebagai berikut.
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa
Campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa
Jawa pada cerpen siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta cukup
dominan. Hal tersebut disebabkan kosakatabaku bahasa Indonesia banyak
diambil dari bahasa Jawa. Apabila menengok keadaan penduduk, di mana
banyak orang Jawa yang berdatangan ke Jakarta. Mereka yang menjadi
pendatang baru, tentu saja masih menggunakan bahasa Jawa dalam
berkomunikasi. Perhatikan beberapa data berikut!
(1) Anak-anak di kelas pun kerap memanggilnya dengan sebutan
“inyong.” (Data 5, paragraf ke-3, kalimat ke-5)
Campur kode yang terjadi pada tuturan (1) yaitu pada kata “inyong”.
Inyong adalah bahasa Jawa yang artinya “saya”. Kata inyong sudah sangat
popular di kalangan masyarakat luas, bahkan hampir semua orang
megetahui kata tersebut. Penggunaan kata “inyong” pada kutipan cerita di
atas dimaksudkan untuk memberi julukan kepada seseorang yang berasal
dari Jawa yang logat Jawanya masih sangat terdengar jelas.
(2) Beberapa menit sebelum masuk untuk melaksanakan UN, aku
mencatat jawaban di kertas barengteman-temanku juga.(Data 15,
paragraf ke-3, kalimat ke-8)
Campur kode yang terjadi pada tuturan (2) yaitu pada kata “bareng”.
Kata “bareng” adalah bahasa Jawa yang memiliki arti “bersama-sama”.
Penggunaan kata “bareng” pada kalimat tersebut dimaksudkan untuk
menciptakan suasana akrab dengan pembaca. Selain itu, kata bareng
bukanlah sebuah kata yang asing lagi bagi masyarakat Jakarta. Kata
tersebut sudah menjadi bahasa sehari-hari yang digunakan dalam
masyarakat di mana cerpen tersebut ditulis.
42
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Betawi
Campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa
Betawi pada penelitian ini merupakan peritiwa campur kode yang paling
dominan. Peristiwa campur kode ke dalam bahasa Betawi ini dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Bahasa Betawi lahir dan berkembang di wilayah
Kota Jakarta dan sekitarnya. Perkembangan bahasa Betawi didukung oleh
penggunanya. Pengguna bahasa Betawi bukan hanya dari suku Betawi
saja, melainkan setiap orang yang tinggal di lingkungan suku Betawi dan
bergaul dengan orang-orang yang mayoritas adalah suku Betawi. Dewasa
ini, marak berkembang bahasa remaja yang disebut dengan bahasa gaul, di
mana bahasa gaul tersebut berasala dari bahasa Betawi.
Menengok ke wilayah, Jakarta adalah kota yang penduduknya
mayoritas orang Betawi, di mana bahasa sehari-hari yang digunakan
penduduknya adalah bahasa Betawi. Jakarta adalah kota metropolitan yang
identik dengan pergaulan modern. Jadi, segala sesuatu yang digunakan
oleh masyarakat Jakarta dapat dikatakan menjadi ciri tingkatan status
sosial dalam pergaulan. Begitu pun dengan bahasa, orang, khususnya
remaja akan merasa memiliki status sosial yang tinggi apabila
menggunakan bahasa Jakarta yaitu bahasa Betawi. Oleh sebab itu, bahasa
Betawi menjadi bahasa gaul di kalangan remaja. Berikut ini akan
dijelaskan campur kode ke dalam bahasa Betawi yang dilakukan oleh
siswa kelas X.
(3) Jaraknya cuman 100 meter dari sini.” ajak Kapi lagi. (Data 3,
paragraf ke-6, kalimat ke-6)
Campur kode yang terdapat pada tuturan (3) yaitu kata “cuman”. Kata
“cuman” dikatakan tidak baku pada situasi-situasi tertentu, tetapi sebuah
cerpen tidak mementingkan kebakuan kata. Kata yang sepadan dengan
“cuman” yaitu hanya. Penulis menggunakan kata “cuman” dikarenakan
cerpen yang ditulis berlatar belakang Betawi. Selain latar tempat yang
digunakan berada di lingkungan Betawi, lawan bicara yang berperan
sebagai temannya tersebut juga orang Betawi, dan situasi saat terjadi
43
percakapan tersebut juga dalam keadaan santai. Percakapan terjadi saat
memancing. Jadi, untuk menciptakan suasana yang lebih akrab digunakan
bahasa betawi
(4) Kalau ada atletik berangkatnya berame-rame dan masih banyak lagi.
(Data 5, paragraf ke-9, kalimat ke-9)
Campur kode yang terdapat pada tuturan (4) berupa reduplikasi, yakni
kata “berame-rame”, yang dalam bahasa Indonesia adalah beramai-ramai.
Tuturan tersebut terjadi pada saat si tokoh menceritakan tentang
keakrabannya dengan teman-teman satu kelasnya, yaitu kelas X-5.
Percampuran dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi kemudian
kembali lagi ke dalam bahasa Indonesia pada tuturan tersebut digunakan
untuk megalihkan situasi yang terasa resmi menjadi lebih santai.
Tujuannya agar pembaca tidak merasa kaku dengan bahasa yang monoton,
karena lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
(5) Kulihat raut wajah mereka berubah, lalu Tika menyela, “Agha lagi
nganter Mira ke toko buku.” (Data 6, paragraf ke-4, kalimat ke-17)
Campur kode yang terdapat pada tuturan (5) yaitu berupa frasa, yakni
“lagi nganter”, yang artinya “sedang mengantar”. Percampuran dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Betawi kemudian kembali lagi ke dalam
bahasa Indonesia pada tuturan tersebut disebabkan oleh faktor lawan
bicara. Sebelum masuk ke dalam dialog, si pencerita menggunakan bahasa
Indonesia, yaitu Kulihat raut wajah mereka berubah, lalu Tika menyela.
Selanjutmya, setelah masuk ke bagian dialog, penulis bercampur kode dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi kemudian kembali lagi ke
dalam bahasa Indonesia, yaitu “Agha lagi nganter Mira ke toko
buku.”Frasa “lagi nganter” yang berupa bahasa Betawi tersebut digunakan
karena si tokoh “aku” pada saat itu berbicara kepada teman sebayanya,
yaitu sedang memberitahu temannya bahwa Agha (orang yang dicari)
44
sedang mengantar Mira (anak baru di sekolah mereka). Campur kode
tersebut dilakukan agar suasana terasa lebih akrab dan tidak terasa kaku.
(6) Dilihat dari mana pun, kami memang hanya cocok untuk sahabatan.
(Data 6, paragraf ke-9, kalimat ke-1)
Campur kode yang terdapat pada tuturan (6) yaitu berupa kata, yakni
kata “sahabatan” yang artinya “menjadi sahabat”. Salah satu ciri bahasa
Betawi yaitu menambahkan akhiran –an pada kata benda dan kata kerja.
Percampuran yang terjadi pada tuturan di atas yakni dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Betawi tersebut terjadi diakhir tuturan. Tujuan yang
dilakukannya campur kode, sama seperti campur kode pada tuturan
sebelumnya, yakni agar suasana lebih terasa santai. Selain itu, kata
“sahabatan” lebih terasa dekat daripada kata “menjadi sahabat”. Penulis
cerpen ingin pembaca merasakan apa yang dirasakan oleh penulis.
Sehingga maksud penulis dapat diterima dengan baik oleh pembaca.
(7) Sudah dulu ya, cerpen aku.(Data 2, paragraf ke-5, kalimat ke-10)
Campur kode yang terjadi pada tuturan (7) yaitu berupa kata, yakni
kata “dulu”. Kata tersebut mengalami pemendekan dari kata “dahulu”,
yang berasal dari bahasa Jawa Kuno, yakni “rahulu” yang memiliki arti
“nenek moyang”. Setelah mengalami penyerapan ke dalam bahasa
Indonesia, kata tersebut berarti untuk menjelaskan waktu yang telah lalu.
Kata “dulu” yang dipakai pada cerpen tersebut disebabkan karena tidak
adanya kata yang sepadan dari bahasa Indonesia. Percampuran tersebut
dilakukan untuk kebutuhan penegasan, bahwa si penulis cerpen ingin
mengakhiri ceritanya dengan cara yang sopan dan berkenan di hati
pembaca.
45
(8) Buktinya, pas kelas 9 SMPN aku pacaran lagi, hohoho. (Data 2,
paragraf ke-2, kalimat ke-10
Campur kode yang terdapat pada tuturan (8) yaitu pada kata “pas”.
Percampuran tersebut terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa
Betawi. Bercampurnya bahasa Indonesia dengan bahasa Betawi pada
tuturan (8) terjadi secara tidak disadari oleh penutur. “Pas”adalah kata
serapan dari bahasa melayu kuno yang telah dikenal sebagai bahasa
Indonesia asli yang memiliki arti “tepat”. Maksud kata pas dalam tuturan
tersebut yaitu si tokoh ingin membaeritahukan kepada pembaca bahwa
tepat pada kelas 9 ketika duduk di Sekolah Menengah Pertama ia menjalin
hubungan kasih dengan seseorang. Kata pas pun sering digunakan dalam
bahasa sehari-hari, di mana sebagian orang mengenal kata tersebut sebagai
bahasa Betawi. Sebab kata tersebut berkembang di Jakarta, yaitu daerah
yang berlatar belakang dan berdialek Betawi.
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Slang
Bahasa slang merupakan bahasa yang diciptakan oleh para remaja
sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Bahasa slang berasal dari bahasa
Indonesia yang ditambakan atau dibolak-balik struktur gramatikal.
Hasilnya tidak jauh berbeda dengan bahasa aslinya. Ditemukan beberapa
bentuk bahasa slag pada penelitian ini.
(9) Aku punya sahabat yang kece dan baik loh, yaitu Shintia, Anisha,
Denni, Bima, Erdin, Husna, dan Umy.(Data 2, paragraf ke-1, kalimat
ke-5)
Campur kode yang terjadi pada tuturan (9) yaitu pada kata “kece”.
Kata aslinya adalah keren dan cantik yang memiliki arti tidak jauh dari
kata aslinya. Campur kode di atas dilakukan secara sadar oleh penulis
cerpen agar terlihat bahwa si “aku” adalah seorang anak yang gaul. “Kece”
merupakan bahasa gaul yang banyak dipakai di kalangan remaja.
Penggunaan kata tersebut dalam pergaulan sehari-hari sudah sangat
populer. Kata tersebut terdengar sangat meyenangkan dan sudah menjadi
46
bahasa wajib di kalangan remaja. Hal tersebut terbukti apabila seseorang
yang tidak mengerti bahasa pergaulan yang digunakan oleh teman
sebayanya, maka ia akan dikatakan norak atau kuper (kurang pergaulan).
(10) Kedengarannya terlalu lebay ya? (Data 2, paragraf ke-2, kalimat ke-
5)
Campur kode yang terjadi pada tuturan (10) terdapat pada kata
“lebay”. Lebay berarti berlebihan, yang berasal dari kata “lebih”. Sama
halnya seperti tuturan (9), penggunaan kata “lebay” pada tuturan (10) pun
dilakukan secara sadar bahkan disengaja oleh penulis cerpen. Pertanyaan
pada kutipan cerita tersebut ditujukan untuk pembaca cerpen, oleh karena
itu, penulis cerpen memilih kata “lebay” agar memiliki kesan akrab
dengan pembacanya. Kata “lebay” sebenarnya memiliki arti yang lebih
berlebihan dari kata aslinya. Berbeda dengan kata “kece”, kata lebay lebih
popular. Bukan hanya di kalangan remaja, tetapi juga di kalangan orang
tua dan anak-anak.
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Batak
Campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa
Batak pada penelitian ini tidak terlalu mendominasi. Kosakata yang dipilih
pun tidak terlalu bervariasi.
(11) Begitu pun dengan Faris, anak-anak memanggilnya “Ucok”,
hehehe. (Data 5, paragraf ke-3, kalimat ke-6)
Campur kode yang terjadi pada tuturan (11) adalah kata “Ucok”,
bahasa Batak, yang berarti “anak laki-laki”. Penggunaan kata “Ucok”
dipilih untuk menunjukkan bahwa Fariz adalah orang yang berasal dari
suku Batak. Campur kode pada tuturan tersebut disebabkan oleh tujuan
penulis cerpen, yang ingin menegaskan dan menunjukkan bahwa dalam
cerpennya terdapat banyak lelucon.
Selain campur kode yang telah dijelaskan di atas, terdapat pula kalimat
yang terdiri lebih dari satu kata dan satu bahasa daerah. Campur kode yang
47
terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam beberapa bahasa ini penulis sebut
sebagai campur kode campuran. Sebab pada percampuran ini terdapat
lebih dari satu bahasa daerah yang digunakan dalam satu kalimat.
(12) Entah kenapa gue rindu Agha yang dulu, Agha yang selalu ngejek
gue jelek. (Data 6, paragraf ke-6, kalimat ke-9)
Campur kode yang terjadi pada tuturan (12) terjadi dalam bahasa
Betawi. Kutipan tersebut menunjukkan berberapa kali perulis cerpen
melakukan campur kode yang berupa kata dan frasa.Yakni kata “kenapa”
yang berarti “mengapa” dan “gue” yang berarti saya. Setelah itu kembali
ke dalam bahasa Indonesia, kemudian menyisipka lagi bahasa Betawi,
yakni “dulu” yang merupakan pemendekan dari kata “dahulu”.
Selanjutnya penulis cerpen kembali menggunakan bahasa Indonesia dan
mencampurkan lagi ke bahasa Betawi dalam bentuk frasa, yakni
“ngejekgue”.
(13) Pas kita semua rombongan dateng langsung beres-beres ke kamar,
abisitusholat ashar. (Data 1, paragraf ke-2, kalimat ke-1)
Tuturan (13) menunjukkan beberapa kali terjadi campur kode dalam
satu kalimat. Pertama diawali oleh bahasa Betawi yakni kata “pas”
kemudian kata “rombongan”, kata “dateng” dan kata “abis”. Selain bahasa
Betawi, terdapat pula bahasa Jawa yang berbentuk reduplikasi, yakni
“beres-beres”. Percampuran ke dalam bahasa Betawi dilakukan dengan
sengaja oleh peulis. Bahasa Betawi yang digunakan merupakan bahasa
sehari-hari yang digunakan oleh penulis. Sementara bahasa Jawa tersebut
terjadi tanpa disadari oleh penulis cerpen. “Beres-beres” merupakan
bahasa yang sangat umum, bahkan tidak banyak yang mengetahui bahwa
beres-beres merupakan bahasa Jawa.
2) Campur kode Ekstern
Campur kode ektern pada penelitian ini merupakan campur kode yang
terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Asing. Campur kode
48
eksterndari bahasa Indonesia ke dalalam bahasa Asing ditemukan dalam
tiga bahasa, yakni dari bahasa Indonesia ke dalam Arab, bahasa Inggris,
dan bahasa Belanda.
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Arab
Campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab
pada penelitian ini tidak mendominasi. Percampuran dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Arab yaitu berupa frasa.
(14) Panggil saja aku Intan, usiaku 16 tahun, seorang pelajar di
Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta. (Data 2, paragraf ke-1, kalimat
ke-1)
Campur kode yang terjadi pada tuturan (14) yaitu pada kata “madrasah
aliyah” Percampuran yang terjadi pada tuturan ini disebabkan oleh faktor
keadaan yang mengharuskan menggunakan dua kata tersebut. Pencerita
yang juga penulis cerpen ini, ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa
ia adalah seorang pelajar di Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta, yaitu
nama sebuah sekolah, di mana tingkatannya setara dengan Sekolah
Menengah Atas. Tidak ada kata lain yang bisa menggantikan dua kata
tersebut. Sebab apabila “Madrasah Aliyah” diganti dengan “Sekolah
Menengah Atas”, maksud yang ingin disampaikan oleh penulis cerpen
tidak akan sampai secara utuh kepada pembaca.
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris
Berbeda dengan bahasa Arab, campur kode yang terjadi dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Inggris pada penelitian ini pun cukup
mendominasi. Percampuran dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris
yang ditemukan pada penelitian ini berupa kata.
(15) Saatnya melanjutkan perjalanan menuju villa. (Data 1, paragraf ke-1,
kalimat ke-7)
Percampuran pada tuturan (15) terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Inggris. Campur kode yang terjadi pada tuturan tersebut yaitu pada
49
kata “villa” yang terjadi tanpa disadari. Sebab kata “villa” sudah sangat
populer di telinga orang Indonesia.“Villa” adalah bahasa Inggris asli tanpa
unsur serapan. “Villa” memiliki arti “rumah indah di luar kota”.
Penggunaan bahasa Inggris pada tuturan tersebut disebabkan oleh faktor
kebutuhan. Sesuai dengan makna villa yang sebenarnya, latar pada cerita
tersebut memang si tokoh dalam situasi berada di luar kota. Penggunaan
kata tersebut dipilih oleh pencerita untuk menegaskan bahwa ia berada di
luar kota. Selain itu, penggunaan kata “villa” juga lebih memiliki prestise
dibandingkan dengan kata “penginapan”.
(16) Di waktu luangku, aku pun menyalurkan hobby dengan bersepeda
dan mencari objek untuk hunting. (Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke-
2)
Campur kode yang terjadi pada tuturan (16) yaitu pada kata “hobby”
dan “hunting”. Tuturan tersebut mengalami beberapa kali percampuran,
yakni dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris kemudian kembali
lagi ke dalam bahasa Indonesia dan diakhir kalimat beralih lagi ke dalam
bahasa Inggris. Dua kata tersebut adalah bahasa Inggris tanpa unsur
serapan. “Hobby” memiliki arti “kegemaran” sedangkan “hunting”
memiliki arti “berburu”. Penggunaan bahasa Inggris pada tuturan tersebut
ingin menunjukkan bahwa tokoh dalam cerpen merupakan anak “gaul”
dan memiliki pengetahuan yang cukup dalam berbahasa Inggris yang bisaa
digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Selain itu, percampuran tersebut
juga terjadi karena faktor lingkungan. Ketika seseorang berbicara dengan
sesekali beralih ke dalam bahasa Inggris maka ia akan dipandang sebagai
orang yang memiliki nilai tinggi.
(17) Aku pun sudah fix duduk dengan Widya. (Data 5, paragraf ke-2,
kalimat ke-2)
Campur kode yang terjadi pada tuturan (17) yaitu pada kata “fix”.
Percampuran ini terjadi di tengah kalimat, yakni tokoh dalam cerita
50
mengalihkan bahasa yang digunakan dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Inggris kemudian kembali lagi ke dalam bahasa Indonesia. Fix
adalah bahasa Inggris asli tanpa unsur serapan yang memiliki arti
“penentuan”.Masih berhubungan dengan arti yang sebenarnya, makna kata
fix pada tuturan tersebut memiliki arti “sudah pasti dan tidak akan
berubah”. Maksudnya, tokoh utama dalam cerita, yakni „aku‟, ingin
memberitahu kepada pembaca bahwa posisi duduknya bersebelahan
dengan Widya dan tidak akan berubah lagi seperti sebelumnya.
Penggunaan kata “fix” disebabkan oleh faktor lingkungan, di mana jika
diamati ceritanya dari awal, si tokoh utama yang merupakan penulis
sendiri adalah seseorang yang sangat mengutamakan nilai pergaulan.
Ketika ia menggunakan bahasa Inggris dalam bahasa pergaulannya, maka
ia akan dipandang sebagai anak “gaul” atau “tidak norak”. Sebab, fix
merupakan salah satu bahasa Inggris yang sudah sangat familiar di
kalangan terpelajar.
(18) Dan entah dari mana, Putri tiba-tiba membawa blackforest yang
berisi angka 16 ke hadapanku. (Data 6, paragraf ke-4, kalimat ke-12)
Campur kode pada tuturan (18) yaitu pada kata “blackforest”.
Percampuran ini terjadi di tengah-tengah kalimat, sebagai bentuk
keunikan. “Blackforest” merupakan bahasa Inggris asli tanpa unsur
serapan. Secara bahasa, blackforest memiliki arti “hutan hitam”,
tetapiblackforest yang dimaksud dalam tuturan tersebut adalah “kue
cokelat”. Sebenarnya bisa saja penulis cerpen memilih kata kue cokelat
atau kue ulang tahun sebagai padanan kata blackforest. Namun, untuk
mendapatkan kesan yang benar-benar menunjukkan kue yang biasa
diberikan untuk kejutan dalam rangka ulang tahun, penulis menggunakan
percampuran ke dalam bahasa Inggris. Selain itu, kata blackforest
menunjukkan trend setter yang kebarat-baratan sehingga dengan
menggunakan kata tersebut seseorang dianggap lebih berkelas.
51
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Belanda
Campur kode yang menggunakan bahasa Belanda pada penelitian ini
hanya ditemukan dalam satu kalimat saja dan hanya satu kata.
Percampuran yang menggunakan bahasa Bahasa pada penelitia ini berupa
kata.
(19) Kita sering memanggil wali kelas kita dengan sebutan “Daddy”
hehehe. (Data 5, paragraf ke-3, Kalimat ke-2 )
Campur kode yang terjadi pada tuturan (19) yaitu pada kata
“Daddy”. Percampuran ini terjadi sebagai bentuk hiburan, sebab si tokoh
sedang menceritakan pengalaman yang dialaminya. “Daddy” merupakan
bahasa Belanda asli tanpa unsur serapan, yang berarti “Ayah”. Cerita
tersebut dapat dikatakan sebagai fakta sehingga tidak percampuran
tersebut tidak dapat diganti dengan kata lain. Seperti halnya percampuran
ke dalam bahasa Inggris, percampuran ke dalam bahasa Belanda pun
terjadi karena dinilai lebih bergengsi di kalangan remaja. Bahkan dapat
dikatakan lebih bergensi dibandingkan dengan bahasa Inggris. Selain itu,
penggunaan kata daddy pada tuturan tersebut menunjukkan tentang
keakraban siswa dengan guru dan antar sesama siswa itu sendiri. Selain
menunjukkan keakraban, kata daddy juga menunjukkan kekonyolan dan
kekompakkan di antara penghuni kelas X-5 yang diceritakan. Cerita
tersebut menggunakan berbagai macam sebutan bagi orang-orang tertentu
untuk menciptakan suasana akrab dan humor di dalam kelas.
Selain campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam satu
bahasa asing ataupun ke dalam bahasa daerah tertentu, terdapat pula
campur kode yangterjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa asing
sekaligus bahasa daerah dalam satu kalimat. Hal tersebut dapat dilihat
pada tuturan berikut:
52
(20) “Sangat malang nasibku, ingin memancing tapi tidak ada tempat.”
ucapku di dalam hati. (Data 3, paragraf ke-1, kalimat ke-3)
Tuturan (20) menunjukkan dua bentuk campur kode yang terdiri atas
campur kode intern dan campur kode ekstern. Percampuran terjadi dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa kemudian kembali lagi ke dalam
bahasa Indonesia. Setelah itu, dari bahasa Indonesia disisipkan lagi bahasa
Betawi. Campur kodetersebut berupa kata, yakni ditunjukkan oleh kata
“malang”, yang berasal dari bahasa Jawa yakni “ma-alang” yang berarti
“sial” da bahasa Betawi, yakni ditunjukkan oleh kata “tapi”. Percampuran
ke dalam dua bentuk campur kode tersebut terjadi secara tidak disengaja.
Kata malang dan tapi sudah sangat sering digunakan dalam komunikasi
sehari-hari.
Penggunaan kata malang dipilih penulis untuk menunjukkan keadaan
yang sangat memprihatinkan. Kata tersebut memiliki nilai rasa yang lebih
menyentuh dan lebih halus dari pada kata “sial”. Selain itu juga dapat
mempengaruhi pembaca sehingga merasa kasihan terhadap tokoh tersebut.
Sementara itu, penggunaan kata “tapi” lebih umum, lebih santai, dan lebih
mudah diucapkan daripada kata “tetapi.
b. Gejala Bahasa
Gejala bahasa merupakan peristiwa perubahan bentuk kata, baik
penghilangan, penambahan, maupun penyisipan fonem dalam sebuah kata.
Peneliti menemukan perubahan bentuk kata yang cukup banyak dan bervariasi
pada penelitian ini. Satu jenis perubahan terdiri dari beberapa bahasa.
Perubahan-perubahan bentuk kata yang terdapat pada penelitian ini terjadi
karena pengaruh lingkungan. Selain itu, penulis yang cerpennya dijadikan
sebagai data adalah remaja, sehingga bahasa yang digunakan identik dengan
pergaulan sehari-hari. Berikut adalah gejala bahasa yang terjadi dalam
penelitian ini.
53
1) Protesis
Gejala bahasa yang berupa protesis, sebagai data dijelaskan pada
tuturan berikut.
(21) Rasanya pengen kebersamaan kaya gitu bareng temen-temen. (Data
1, paragraf ke-2, kalimat ke-9)
(22) Dan ada temanku yang berkata seperti ini, “Kita gak boleh terus-
terusan sedih kaya gini, sekarang kita mikir gimana caranya kelas
baru kita bisa kaya X-5 yang solid. (Data 5, paragraf ke-9, kalimat
ke-5)
(23) “Ya ampun, gitu aja ngambek, sini gue kasih lagi.” (Data 6,
paragraf ke-4, kalimat ke-3)
Peristiwa penambahan fonem pada tuturan (21), (22), dan (23)
terlihat sangat jelas yang terjadi pada katapengen,gini, gitu, dan ngambek.
Kosakata tersebut merupakan protesis yang terjadi dalam bahasa Betawi,
sekaligus kosakata yang paling banyak digunakan oleh siswa dalam
membuat cerpen yang diambil sebagai sampel pada penelitian ini. Pada
kata pengen, terjadi penambahan fonem /p/, sedangkan pada kata gini dan
gitu, terjadi penambahan fonen /g/, dan pada kata ngambek terjadi
penambahan suku kata /ng/. Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
ingin [p]ingin pingin = pengen
ini [g]ini gini
itu [g]itu gitu
ambek [ng]ambek ngambek
Penambahan fonem sebuah kata merupakan salah satu ciri khas
bahasa Betawi. Hal tersebut dikarenakan bahasa Betawi merupakan bahasa
daerah yang menjadi bahasa pergaulan, khususnya di kalangan remaja.
Bahasa Betawi menyebar luas di daerah Jakarta, yang merupakan kota
metropolitarn. Penambahan fonem pada beberapa kata memiliki makna
tersendiri pada setiap penambahannya. Misalnya pada kata gitu pada
tuturan (21) dan (23), maksud kata gitu pada tuturan tersebut ada “seperti
itu”. Kata gitu lebih terdengar santai dan akrab daripada kata seperti itu,
54
terlebih lagi di kalangan remaja. Selain itu, penggunaan kata gitu
memberikan kesan yang lebih menyentuh dan lebih “tajam” untuk
menegaskan maksud penutur.
2) Epentesis
Bentuk gejala bahasa kedua yang ditemukan pada penelitian ini berupa
epentesis. Epentesis yang ditemukan pada penelitian ini terdiri dari bahasa
Betawi dan bahasa slang. Gejala bahasa berupa epentesis yang terjadi
dalam bahasa Betawi pada peelitian ini ditemukan sebanyak dua kata.
Sementara dalam bahasa slang hanya ditemukan satu kata. Selanjutnya
akan dijelaskan berdasarkan tuturan berikut.
(24) Semenjak kita pacaran, rasanya ada yang berubah dari diri kita.
(Data 6, paragraf ke-6, kalimat ke-12)
(25) Bisa nangis bareng, ketawa bareng, satu bis bareng, dan mandi pun
bareng (sangking solidnya), hahaha. (Data 5, paragraf ke-8, kalimat
ke-2)
Peristiwa epentesis pada tuturan (24) ditunjukkan oleh kata semenjak
dan pada tuturan (25) ditunjukkan oleh kata sangking. Kata semenjak
mengalami penyisipan bunyi /men/, dan kata sangking mengalami
penyisipan bunyi /ng/. Lebih jelasnya perhatikan uraian berikut.
sejak se[men]jak semenjak
saking sa[ng]king sangking
Kedua kata di atas mengalami gejala bahasa berupa epentesis yang
sama. Kata semenjak dan sangking mendapat sisipan berupa bunyi.
Penyisipan bunyi pada kedua kata tersebut merupakan ciri khas bahasa
Betawi. Di samping itu, penggunaan kata semenjak dan sangking dalam
penulisan cerpen ini bertujuan untuk menciptakan keakraban dengan
suasana yang lebih santai dan tidak terkesan kaku. Kedua kata tersebut
juga menunjukkan bahwa cerpen yang ditulis berlatar Betawi sehingga
budaya Betawi dapat dirasakan secara utuh.
55
Selanjutnya, gejala bahasa berupa epentesis yang terjadi dalam
bahasa slang pada penelitian ini hanya ditemukan satu kata, perhatikan
tuturan berikut.
(26) Kalo ditanya bisa gaswat. (Data 7, paragraf ke-6, kalimat ke-9)
Peristiwa epentesis pada tuturan (26) ditunjukkan oleh kata gaswat.
Kata gaswat mengalami penyisipan fonem /s/.
gawat ga[s]wat gaswat
Kata gawat yang merupakan bahasa Indonesia, dalam bahasa remaja
di Jakarta, mendapat sisipan fonem /s/. Tujuannya adalah untuk memberi
tekanan pada kata gawat itu sendiri agar lebih terasa bahwa seseorang
sedang berada dalam keadaan yang sangat panik. Selain itu, kata kata
gaswat terdengar berlebihan sehingga lebih terasa nilai gaulnya. Sebab
kata gaswat lebih sering dipakai di kalangan remaja dan bahasa pergaulan
yang berkembang sekarang ini banyak bermunculan dari remaja di
lingkungan Jakarta, yang merupakan daerah metropolitan.
3) Paragos
Gejala bahasa berupa paragos pada penelitian ini ditemukan dalam satu
bahasa, yakni bahasa Betawi. Peristiwa paragos dalam bahasa Betawi
terlihat pada tuturan berikut sebagai data.
(27) Jaraknya cuman 100 meter dari sini.” ajak Kapi lagi. (Data 3,
paragraf ke-2, kalimat ke-8)
(28) “Apaan nih?” tanya heran. (Data 4, paragraf ke-6, kalimat ke-7)
(29) Pantesanajah polisi jarang ada yang kurus, kerjaanya enak banget.
(Data 7, paragraf ke-6, kalimat ke-13)
Peristiwa paragos pada tuturan (27) ditunjukkan oleh kata cuman,
pada tuturan (28) ditunjukkan oleh kata apaan, dan pada tuturan (29)
ditunjukkan oleh kata pantesan. Kata cuman mengalami penambahan
berupa fonem, yakni fonem /n/, sedangkan kata apaan dan pantesan
mengalami penambahan berupa morfem, yakni morfem /an/. Lebih
jelasnya diuraikan sebahgai berikut.
56
cuma cuma[n] cuman
apa apa[an] apaan
pantas pantas[an] pantasan/pantesan
Penambahan yang terjadi pada tiga kata di atas merupakan ciri khas
pada bahasa Betawi. Penambahan morfem /an/ pada kata apaan dan
pantesan termasuk ke dalam ciri morfologis yang terjadi dalam bahasa
Betawi. Penambahan fonem dan morfem tersebut berfungsi untuk
menambah ketegasab pada kata itu sendiri. Selain itu juga lebih terasa
keakrabannya dalam berkomunikasi.
4) Aferesis
Gejala bahasa berupa aferesis yang ditemukan pada penelitian ini
cukup mendominasi. Kosakata yang mengalami aferesis terdiridari bahasa
Betawi, bahasa Arab, dan bahasa Sansekerta. Kosakata yang megalami
aferesis dalam bahasa Betawisangat beragam. Beberapa tuturan terdapat
lebih dari satu kata yang mengalami aferesis pada setiap kalimat. Berikut
tuturannya.
(30) Pas kita semua rombongan dateng langsung beres-beres ke kamar,
abis itu sholat ashar. (Data 1, paragraf ke-2, kalimat ke-1)
(31) Tiaraa… lo denger nggak sih? Panggilan Agha membuyarkan
lamunanku. (Data 6, paragraf ke-6, kalimat ke-2)
(32) Paling tinggi kalo di TK yaitu aku loh, tanya Ridho anak X IPS 2,
hehe (kalo gak percaya). (Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke-8)
(33) “Udah dapet 10 ikan ni, Pi, pulang lah, yukk!” (Data 3, paragraf ke-
5, kalimat ke-4)
(34) Kakak TS nya marah-marah melulu, nyuruh ini-itu dengan maksa.
(Data 1, paragraf ke-2, kalimat ke-6)
(35) Udara dingin, ngantuk, males, dikerjain, rasanya udah engga
terasa pas udah mau pulang. (Data 1, paragraf ke-2, kalimat ke-8)
(36) Udah ah, cape bahas tentang itu, kita kembali ke masa SMP aja ya,
cekidot! (Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke-13)
57
(37) “Loh-loh, kok kolam orang, entar kalo ketauan sama yang punya
kolam gimana ini? Aduhh!” jawab Anne bingung. (Data 3, paragraf
ke-3, kalimat ke-5)
(38) “Ok lah, Pi, kalau gitu.Gak mandang kolam orang atau tidak, yang
penting kita mancing.” (Data 3, paragraf ke-4, kalimat ke-2)
(39) PS: Mogalu seneng amatu kalung. (Data 6, paragraf ke-8, kalimat
ke-1)
(40) “Apa? Pulang? Emangnyaudah dapet berapa ikan, Ne?” (Data 3,
paragraf ke-5, kalimat ke-3)
(41) Tapi semuanya engga terasa, soalnya kita lewati itu bareng-bareng.
(Data 1, paragraf ke-1, kalimat ke-4)
Aferesis yang terjadi pada ketiga tuturan pertama terdapat satu kata
yang mengalami aferesis dalam setiap kalimatnya. Tuturan (30)
ditunjukkan oleh kata abis, pada tuturan (31) ditunjukkan oleh kata
nggak, pada tuturan (32) ditunjukkan oleh kata gak, dan pada tuturan (33)
ditunjukkan oleh kata udah dan ni. Sementara itu, pada tuturan
selanjutnya terdapat lebih dari satu kata yang mengalami aferesis dalam
setiap kalimatnya. Pada tuturan (34) aferesis ditunjukkan oleh kata
nyuruh dan maksa, pada tuturan (35) ditunjukkan oleh kata ngantukdan
udah, pada tuturan (36) ditunjukkan oleh kata udah danaja, pada tuturan
(37) ditunjukkan oleh kata entar dan gimana, pada tuturan (38)
ditunjukkan oleh kata gak dan mancing, pada tuturan (39) ditunjukkan
oleh kata moga, ama, dan tu, dan pada tuturan (40) ditunjukkan oleh kata
emangnya dan udah, dan pada tuturan (41) ditunjukkan oleh kata tapi.
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa kata abis mengalami
pelesapan fonem /h/, kata nggak mengalami pelesapan fonem /e/, kata
gak mengalami pelesapan morfem /eng/, kata udah, ama dan aja
mengalami pelesapan fonem /s/, kata ngantuk, mancing, maksa, dan
nyuruh, mengalami pelesapan morfem /me/, kata entar mengalami
pelesapan bunyi /seb/, kata moga mengalami pelesapan morfem /se/, kata
tu mengalami pelesapan fonem /i/, dan kata emangnya mengalami
58
pelesapan fonem /m/, kata tetapi mengalami pelesapa morfem /te/.
Sementara kata bagiamana, mengalami dua kali pelesapan, yakni morfem
/ba/ pada suku kata pertama dan fonem /a/ pada suku kata kedua. Proses
aferesis pada kosakata tersebut diuraikan sebagai berikut.
habis [h]abis abis
enggak [e]nggak nggak
enggak [eng]gak gak
sudah [s]udah udah
ini [i]ni ni
menyuruh [me]nyuruh nyuruh
memaksa [me]maksa maksa
mengantuk [me]ngantuk ngantuk
saja [s]aja saja
sebentar [seb]entar entar
bagaimana [ba]g[a]imana gimana
memancing [me]mancing mancing
Semoga [se]moga moga
sama [s]ama ama
itu [i]tu itu
memangnya [m]emangnya emangnya
tatapi/tetapi [ta/te]tapi tapi
Pelesapan yang terjadi pada kosakata di atas merupakan hal yang
biasa terjadi dalam bahasa Betawi. Berbagai bentuk pelesapan kosakata
tersebut menjadi salah satu ciri bahasa Betawi. Dari beberapa kata di atas
seperti kata ngantuk, mancing, maksa, nyuruh, merupakan salah satu ciri
khusus pada bidang morfologis dalam bentuk awalan kata kerja prenasal.
Pelesapan tersebut merupakan ciri yang paling menonjol dalam bidang
sistem pembentukan kata. Kata yang mengalami pelesapan ini lebih terasa
ringan dalam pengucapannya dan memberikan kesan yang lebih santai.
Penggunaan kosakata tersebut pada cerpen yang menjadi data penelitian
ini juga berfungsi untuk menciptkan keakraban. Selain itu, tidak membuat
59
pembaca bosan seperti menggunakan kata baku, sebab cerpen merupakan
karya sastra yang bersifat menghibur.
5) Sinkope
Gejala bahasa berupa sinkopeterjadi dalam bahasa Betawi dan bahasa
Jawa. Berikut ini akan dibahas sinkope dalam bahasa Betawi terlebih dulu.
Berikut tuturannya.
(42) Kita mempunyai kata-kata yang menurut kita sangat
mencerminkankelas X-5, tapi enggak tau deh buat yang lain. (Data
5, paragraf ke-9, kalimat ke-10)
(43) Mereka semua adalah sahabat di SMP, oya, dulu aku SMPN 219
loh. (Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke-6)
(44) “Ih muka lu merah, abis ketemu sapa si?” katanya menggodaku.
(Data 4, paragraf ke-5, kalimat ke-4)
Kata yang mengalami gejala bahasa berupa sinkope pada tuturan
(42) ditunjukkan oleh kata tau, pada tuturan (43)ditunjukkan oleh kata
dulu, dan pada tuturan (44) ditunjukkan oleh kata sapa. Kata tau
mengalami pelesapan fonem /h/, kata dulu mengalami pelesapan bunyi
/ah/, dan kata sapa mengalami pelesapan fonem /i/. Proses pelesapan
kedua kata tersebut diuraikan sebagai berikut.
dahulu d[ah]ulu dulu
tahu ta[h]u tau
siapa s[i]apa sapa
Peristiwa pelesapan yang terjadi pada kedua kata tersebut merupakan
salah satu ciri bahasa Betawi dari segi pembentukan kata. Terlepas dari
kata baku, kedua kata tersebut memiliki fungsi tertentu dalam penulisan
cerpen yang diambil sebagai data pada penelitian ini. Kata dulu, tau dan
sapa merupakan bahasa Betawi yang sering digunakan oleh orang-orang
sebagai bahasa sehari-hari. Penggunaan kedua kata tersebut pada data
penelitian ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang santai dan akrab.
60
Selain itu, menyesuaikan di mana latar dan keseluruhan bahasa yang
digunakan pada cerpen tersebut.
Kemudian gejala bahasa intern berupa sinkope pada penelitian ini
terjadi dalam bahasa Jawa. Berikut beberapa tuturannya.
(45) “Sangat malang nasibku, ingin memancing tapi tidak ada tempat.”
ucapku di dalam hati. (Data 3, paragraf ke-1, kalimat ke-3)
Sinkope pada tuturan (45) ditunjukkan oleh kata malang. Kata
malang adalah bahasa Jawa, hanya saja bentuk aslinya adalah ma-alang,
yang memiliki arti “sial”. Proses sinkope pada kata malangseperti berikut.
ma-alang ma[a]lang malang
Berdasarkan proses pembentukan tiga kata di atas dapat diketahui
bahwa katamalang mengalami pelesapan fonem /a/. Pelesapan yang terjadi
pada kata tersebut lebih cenderung kepada proses pembakuan kata ke
dalam bahasa Indonesia.
6) Apokop
Gejala bahasa berikutnya yang ditemukan pada penelitian ini berupa
apokop. Bentuk gejala bahasa ini hanya terdiri dari bahasa Betawi yang
ditemukan sebanyak tiga kata. Berikut tuturannya.
(46) Tapi semuanya engga terasa, soalnya kita lewati itu bareng-bareng.
(Data 1, paragraf ke-1, kalimat ke-4)
(47) Tapi ko banyak sekali orang yang mengeluarkan STNK, apa jangan-
jangan? (Data 7, paragraf ke-3, kalimat ke-5)
(48) “Ok lah, Pi, kalau gitu. Gak mandang kolam orang atau tidak, yang
penting kita mancing.” (Data 3, paragraf ke-4, kalimat ke-2)
Ketiga tuturan di atas adalah apokop yang terjadi dalam bahasa
Betawi. Kata yang mengalami gejala apokop pada tuturan (46)
ditunjukkan oleh kata engga, pada tuturan (47) ditunjukkan oleh kata ko,
61
dan pada tuturan (48) ditunjukkan oleh kata ok.Proses pelesapan pada
ketiga kata tersebut sebagai berikut.
enggak engga[k] engga
kok ko[k] ko
oke ok[e] ok
Ketiga pembentukan kata di atas menunjukkan pelesapan dengan
jelas dan sama. Ketiganya mengalami satu kali proses pelesapan dalam
bentuk fonem. Kata engga dan kok mengalami pelesapan fonem /k/ dan
kata ok mengalami pelesapan fonem /e/. Pelesapan yang terjadi pada
ketiga kata tersebut dimaksudkan untuk memendekkan pengucapan saja.
Hal ini terlepas dari proses pembakuan kata.
7) Kontraksi
Gejala bahasa yang berupa kontraksi pada penelitian ini ditemukan
sebanyak tiga kata dari tiga tuturan dalam bahasa Betawi. Kontraksi pada
ketiga kata tersebut terjadi dari bentuk frasa. Berikut adalah tuturannya.
(49) Mereka semua adalah sahabat di SMP, oya, dulu aku SMPN 219 loh.
(Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke-6)
(50) “Makasih ya, Sin.” katanya lalu tersenyum. (Data 4, paragraf ke-4,
kalimat ke-13)
(51) “Yaudah, coba kamu buka tas aku terus bawa smsnya!” (Data 7,
paragraf ke-5, kalimat ke-3)
Kontraksi yang terdapat pada tuturan (49) ditunjukkan oleh kata oya,
pada tuturan (50) ditunjukkan oleh kata makasih, dan pada tuturan (51)
ditunjukkan oleh kata yaudah. Kata oya berasal dari frasa oh iya, kata
makasih berasal dari frasa terima kasih, dan kata yaudah berasal dari
frasa ya sudah. Berikut proses pembentukan ketiga kata tersebut.
oh iya o[h] [i]ya oya
terima kasih [teri]ma kasih makasih
ya sudah ya [s]udah yaudah
62
Berdasarkan proses pembentukan kata di atas, dapat diketahui
perbedaan perubahan tersebut. Kata oya menglami pelesapan fonem akhir
pada kata pertama, yakni fonem /h/ dan fonem awal kata kedua, yakni
fonem /i/. Kata pertama dan kata kedua dipendekkan menjadi satu kata.
Sementara kata makasih hanya mengalami pelesapan bunyi di awal kata
pertama, yakni /teri/. Sama halnya dengan kata oya, kata makasih juga
mengalami pemendekan dengan menyatukan dua kat menjadi satu.
Kemudian kata yaudah mengalami pelesapan fonem awal pada kata kedua,
yakni fonem /s/. Kata yaudah pun mengalami proses pemendekan dengan
menggabungkan kata pertama dengan kata kedua yang telah mengalami
pelesapan. Kata yang mengalami gejala kontraksi ini bisa dikatakan ke
dalam kategori ragam bahasa santai. Pemendekan tersebut umumnya
terjadi di kalangan remaja, yang senang menggunakan bahasa ragam santai
dalam pergaulannya.
8) Monoftongisasi
Sama halnya dengan gejala kontraksi, gejala monoftongisasi pada
penelitian ini pun hanya ditemukan dalam bahasa Betawi. Bentuk yang
ditemukan sebanyak lima kata. Sebagai data, berikutdapat dilihat
tuturannya.
(52) Mungkin yang laki bener-bener ngerasain solidaritas, harus pake
baju kaos saat cuaca hujan rame-rame. (Data 1, paragraf ke-2,
kalimat ke-3)
(53) Tinggiku cukup ideal dari dulu sampe sekarang, hihihi. (Data 2,
paragraf ke-1, kalimat ke-7
(54) Paling tinggi kalo di TK yaitu aku loh, tanya Ridho anak X IPS 2,
hehe (kalo gak percaya). (Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke-8)
Tuturan (52) ditunjukkan oleh kata pake dan rame-rame, tuturan (53)
ditunjukkan oleh kata sampe, dan tuturan (54) ditunjukkan oleh kata
kalo. Kata rame-rame merupakan pengulangan dari kata rame. Ketiga
kata tersebut mengalami perubahan dari diftong menjadi monoftong.
63
Gejala monoftongisasi pada ketiga kata tersebut diuraikan sebagai
berikut.
ramai ram[ai] ram[e]
sampai samp[ai] samp[e]
kalau kal[au] kal[o]
Perubahan pada bentuk diftong ke dalam bentuk monoftong
merupakan ciri lain dalam pembentukan bahasa Betawi selain yang telah
disinggung pada gejala bahasa sebelumnya. Monoftongisasi dalam bahasa
Betawi ini merupakan bagian dari ciri tata ucap. Berdasarkan penguraian
di atas dapat diketahui secara jelas monoftongisasi dari ketiga kata yang
ditemukan. Kata rame dan sampe telah mengalami perubahan diftong /ai/
menjadi monoftong /e/. Sementara kata kalo, telah mengalami
monoftongisasi dari diftong /au/ menjadi monoftong /o/. Gejala perubahan
ini merupakan bentukan dari suatu bahasa yang menjadi ciri khas bahasa
tersebut, dalam hal ini bahasa Betawi.
64
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah melakukan analisis dan pembahasan dari data yang telah
terkumpul, dapat disimpulkan dua hal yang menjawab rumusan masalah pada
penelitian ini, yaitu:
1. Campur kode pada cerpen kelas X Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta
terjadi dalam bentuk campur kode intern dan campur kode ekstern. Kedua
campur kode tersebut meliputi delapan bahasa, yakni bahasa Indonesia
bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Belanda, bahasa Jawa, bahasa Betawi,
bahasa Slang, dan bahasa Batak. Campur kode tersebut ditemukan dalam
bentuk kata, frasa, dan reduplikasi. Campur kode yang paling sering
terjadiya itu campur kode intern dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa
Betawi.
2. Gejala bahasa yang muncul pada penelitan ini terdiri dari delapan bentuk,
yakni protesis, epentesis, paragos, aferesis, sinkope, apokop, kontraksi, dan
monoftongisasi. Masing-masing gejala muncul dari bahasa yang berbeda-
beda. Protesis, kontraksi, apokop, paragos, aferesis, dan monftongisasi
muncul dari bahasa Betawi; epentesis muncul dari bahasa Betawi dan
bahasa slang; sinkope muncul dari bahasa Betawi dan bahasa Jawa.
Sementara bahasa yang paling sering muncul pada gejala yang ada adalah
bahasa Betawi.
65
B. Saran
Merujuk pada simpulan, peneliti meyarankan beberapa hal terkait dengan
pembelajaran cerpen di sekolah, yaitu:
1. Cerpen bukanlah karya ilmiah yang harus menggunakan bahasa baku.
Oleh karena itu, guru diharapkan tidak sembarang menyalahkan pilihan
kata yang digunakan oleh siswa.
2. Selesainya penelitian ini belum mengungkap semua hal yang berkaitan
dengan gejala bahasa. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti
meyarankan kepada peneliti lain untuk menncoba mengungkap masalah-
masalah kebahasaan yang masih tersembunyi.
66
DAFTAR PUSTAKA
Aslinda dan Leni Syafyahya. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: PT. Refika
Aditama, 2007.
Alwasilah, Chaedar. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa, 1993.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2008. Edisi keempat. Cetakan Pertama.
Djajasudarma, T. Fatimah. Metode Lingustik: Ancangan Metode Penelitian dan
Kajian. Bandung: PT. Refika Aditama, 2006. Cetakan kedua.
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2008. Cetakan pertama. Edisi keempat.
Mastuti, Indri. Bahasa Baku Vs Bahasa Gaul. Jakarta: Hi Fest Publishing, 2008.
Cetakan pertama.
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Stategi, Metode, dan Tekniknya,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Muhadjir. Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2000.
Muslich, Masnur. Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tata Bahasa
deskriptif. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008. Cetakan pertama.
Ngajenan, Mohamad. Kamus Etimologi Bahasa Indonesia. Semarang: Dahara
Prize, 1990.
Notosudirjo, Suwardi Etimologi. Jakarta: Mutiara, 1981. Cetakan ketiga.
Parera, Jos Daniel. Morfologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012.
Cetakan ketiga. Edisi kedua.
Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta,
2009.
Sumarlan, dkk. Pelangi Nusantara: Kajian Berbagai Variasi Bahasa. Yogyakarta:
Graha Ilmi, 2012.
67
Sumarsono. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA, 2012.
Tarigan, Henry Guntur. Metodologi Pengajaran Bahasa 1. Bandung: angkasa,
2009. Cetakan pertama. Edisi revisi
Siti Rohmani, dkk. Analisis Alih Kode dan Campur Kode pada Novel Negeri 5
Menara Karya Ahmad Fuadi: BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa,
Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume 2 Nomor 1, April 2013,
ISSN I2302-6405, diakses pada Sabtu, 18 Januari 2014, 11:15.
Wardhaugh, Ronald. An Introduction To Sociolinguistics. UK: Willey Blackwell,
2010. 6th
ed.
Jendra, Made Iwan Indrawan, Sociolinguistics: The Study Of Societies’
Language. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, ed. Pertama.
Lampiran 1
Tabel 1
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Muhammad Ridwan Audhityas (Serba Serbi LDKS)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
1. Tapi semuanya engga terasa,
soalnya kita lewati itu bareng-
bareng.
a. Tapi (Btw): Tetapi
b. Engga => Enggak (Btw): Tidak
c. Soalnya (Btw): Karena
d. Bareng-bareng (Jw): Bersama-
sama dengan
Data 1
Paragraf ke-1
Kalimat ke-4
2. Saatnya melanjutkan
perjalanan menuju villa.
a. Villa (Ing): Rumah indah di luar
kota
Data 1
Paragraf ke-1
Kalimat ke-7
3. Pas kita semua rombongan
dateng langsung beres-beres ke
kamar, abis itu sholat ashar.
a. Pas (Btw): Tepat
b. Rombongan (Btw):
Sekumpulan orang
c. Dateng (Btw): Datang
d. Beres-beres => Beres (Jw):
Teratur baik-baik; Rapi
e. Abis (Btw): Habi
Data 1
Paragraf ke-2
Kalimat ke-1
4. Abis sholat ashar, kita
berkumpul di depan ruang
makan, dimarah-marahin.
a. Abis (Btw): Habis
b. Dimarah-marahin (Btw):
Dimarahi berulang kali
Data 1
Paragraf ke-2
Kalimat ke-2
Tabel 2
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Muhammad Ridwan Audhityas (Serba Serbi LDKS)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
5. Mungkin yang laki bener-bener
ngerasain solidaritas, harus
pake baju kaos saat cuaca
hujan rame-rame.
a. Bener-bener (Btw): Benar-
benar
b. Ngerasain (Btw): Merasakan
c. Pake (Btw): Memakai
d. Kaos (Btw) => Kaus: Baju tipis
e. Rame-rame (Btw): Ramai-
ramai
Data 1
Paragraf ke-2
Kalimat ke-3
6. Tapi ada yang enggak enak. a. Tapi (Btw): Tetapi
b. Enggak (Btw): Tidak
Data 1
Paragraf ke-2
Kalimat ke-5
7. Kakak TS nya marah-marah
melulu, nyuruh ini-itu dengan
maksa.
a. Melulu (Btw): Tiada lain hanya
b. Nyuruh (Btw): Menyuruh
c. Maksa (Btw): Memaksa
Data 1
Paragraf ke-2
Kalimat ke-6
8. Malem-malem waktu itu ada
misi dari pos 1 ke pos terakhir
buat latihan dasar.
a. Malem-malem (Btw) =>
Malam-malam: Larut malam
b. Buat (Btw): Untuk
Data 1
Paragraf ke-2
Kalimat ke-7
Tabel 3
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Muhammad Ridwan Audhityas (Serba Serbi LDKS)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
9. Udara dingin, ngantuk, males,
dikerjain, rasanya udah engga
terasa pas udah mau pulang.
a. Ngantuk (Btw): Mengantuk
b. Males (Btw): Malas
c. Dikerjain (Btw): Dikerjakan
d. Pas (Btw): Tepat
e. Udah (Btw): Sudah
f. Engga => Enggak (Btw): Tidak
g. Udah (Btw): Sudah
Data 1
Paragraf ke-2
Kalimat ke-8
10. Rasanya pengen kebersamaan
kaya gitu bareng temen-temen. a. Pengen (Btw): Ingin
b. Kaya (Btw): Seperti
c. Gitu (Btw): Itu
d. Bareng (Jw): Bersama dengan
e. Temen-temen (Btw): Teman-
teman
Data 1
Paragraf ke-2
Kalimat ke-9
11. Panggil saja aku Intan, usiaku
16 tahun, seorang pelajar di
Madrasah Aliyah Negeri 19
Jakarta.
a. Madrasah => Madrasat (Arb):
Sekolah
b. Aliyah (Arb): Tinggi
Data 2
Paragraf ke-1
Kalimat ke-1
12. Di waktu luangku, aku pun
menyalurkan hobby dengan
bersepeda dan mencari objek
untuk hunting.
a. Hobby (Ing): Kegemaran
b. Hunting (Ing): Pemburuan
Data 2
Paragraf ke-1
Kalimat ke-2
Tabel 5
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
1. Aku punya sahabat yang kece
dan baik loh, yaitu Shintia,
Anisha, Denni, Bima, Erdin,
Husna, dan Umy.
a. Kece (Slg): Keren, Cantik
b. Loh (Btw): Kata seru yang
menyatakan penegasan
Data 2
Paragraf ke-1
Kalimat ke-5
2. Mereka semua adalah sahabat
di SMP, oya, dulu aku SMPN
219 loh.
a. Oya (Btw): Oh iya
b. Dulu (Btw): Dahulu
c. Loh (Btw): Kata seru yang
menyatakan penegasan
Data 2
Paragraf ke-1
Kalimat ke-6
3. Tinggiku cukup ideal dari dulu
sampe sekarang, hihihi.
a. Dulu (Btw): Dahulu Sampe
(Btw): Sampai
Data 2
Paragraf ke-1
Kalimat ke-7
4. Paling tinggi kalo di TK yaitu
aku loh, tanya Ridho anak X
IPS 2, hehe (kalo gak percaya).
a. Kalo (Btw): Kalau
b. Loh (Btw): Kata seru yang
menyatakan penegasan
c. Kalo (Btw): Kalau
d. Gak => Enggak (Btw): Tidak
Data 2
Paragraf ke-1
Kalimat ke-8
Tabel 6
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
5. Kata ibuku yang penting sehat
dan engga sakit-sakitan.
a. Engga (Btw): Tidak Data 2
Paragraf ke-1
Kalimat ke-12
6. Udah ah, cape bahas tentang
itu, kita kembali ke masa SMP
aja ya, cekidot!
a. Udah (Btw): Sudah
b. Cape (Btw): Capai
c. Aja (Btw): Saja
d. Cekidot (Slg): Ayo
Data 2
Paragraf ke-1
Kalimat ke-13
7. Sejak aku SMP, aku sering di
bully dari teman-temanku.
a. Bully(Ing): Penggertak Data 2
Paragraf ke-2
Kalimat ke-1
8. Tapi pernah juga sih rasain
cinta bertepuk sebelah tangan
juga.
a. Tapi (Btw): Tetapi
b. Sih (Btw): Kata penambah
atau penegas dalam kalimat
tanya
c. Rasain (Btw): Merasakan
Data 2
Paragraf ke-2
Kalimat ke-3
Tabel 7
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
9. Waktu ngerasain cinta pertama
itu rasanya engga mau
kehilangan, nge-fix banget,
pokoknya gitu deh.
a. Ngerasain (Btw): Merasakan–
Nya
b. Engga =>Enggak (Btw): Tidak
c. Nge-fix => Fix (Ing):
Penentuan
d. Banget (Btw): Sangat
e. Gitu (Btw): Begitu
f. Deh (Btw): Kata yang
digunakan untuk
mengukuhkan kata-kata atau
maksud kawan bicara
Data 2
Paragraf ke-2
Kalimat ke-4
10. Kedengarannya terlalu lebay
ya?
a. Lebay (Slg): Berlebihan Data 2
Paragraf ke-2
Kalimat ke-5
11. Okedeh, waktu cinta pertama
aku backstreet dari orang tua.
a. Okedeh (Btw): Kata partikel
untuk menyatakan setuju
b. Backstreet (Ing): Secara
sembunyi
Data 2
Paragraf ke-2
Kalimat ke-6
12. Takut engga diijinin, terus
katanya takut ganggu pelajaran
juga.
a. Engga => Enggak (Btw):
Tidak
b. Diijinin (Btw): Diizinkan
Data 2
Paragraf ke-2
Kalimat ke-7
Tabel 8
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
13. Pas 5 bulan berjalan, akhirnya
ketauan juga sama orang tua
dan akhirnya kita berpisah.
a. Pas (Btw): Tepat
b. Ketauan (Btw): Ketahuan
c. Sama (Btw): Oleh
Data 2
Paragraf ke-2
Kalimat ke-8
14. Kata orang-orang, aku ini
orangnya gak kapokan.
a. Gak => Enggak (Btw): Tidak
b. Kapokan (Btw): Jera; Sudah
tidak akan berbuat lagi.
Data 2
Paragraf ke-2
Kalimat ke-9
15. Kali ini pacarannya sama
orang Arab loh.
a. Pacaran (Btw): Bercintaan
b. Sama (Btw): Dengan
c. Loh (Btw): Kata seru yang
menyatakan penegasan
Data 2
Paragraf ke-2
Kalimat ke-11
16. Berjalan setengah tahun, kami
memutuskan untuk berpisah
karena ketauan selingkuh,
wah!
a. Ketauan (Btw): Ketahuan Data 2
Paragraf ke-2
Kalimat ke-12
Tabel 9
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
17. Pas UN tiba, deg-degan, takut
engga bisa jawab soal, takut
ngecewain orang tua.
a. Pas (Btw): Tepat
b. Deg-degan (Cak): Berdebar-
debar
c. Engga =>Enggak (Btw): Tidak
d. Ngecewain (Btw):
Mengecewakan
Data 2
Paragraf ke-3
Kalimat ke-1
18. Pas UN tiba, temen banyak
banget yang menawarkan
bocoran jawaban.
a. Pas (Btw): Tepat
b. Temen (Btw):Teman
c. Banget (Btw): Sangat
Data 2
Paragraf ke-3
Kalimat ke-2
19. Tapi aku sama sekali engga
terpikat, yakin sama jawaban
aku sendiri.
a. Tapi (Btw): Tetapi
b. Sama (Btw): Dengan
c. Engga => Enggak (Btw):
Tidak
Data 2
Paragraf ke-3
Kalimat ke-3
20. Hari keempat aku sudah
pesimis banget.
a. Banget (Btw): Sangat Data 2
Paragraf ke-3
Kalimat ke-5
Tabel 10
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
21. Entah kenapa aku jadi tergoda
sama bocoran jawaban itu.
a. Kenapa ( Btw): Kata tanya
untuk menanyakan sebab atau
alasan
b. Sama (Btw): Oleh
Data 2
Paragraf ke-3
Kalimat ke-7
22. Beberapa menit sebelum
masuk untuk melaksanakan
UN, aku mencatat jawaban di
kertas bareng teman-temanku
juga.
a. Bareng (Jw): Bersama dengan Data 2
Paragraf ke-3
Kalimat ke-8
23. Bel tiba, aku masuk ke ruang
ujian, saat baca soal agak
nyerah sih.
a. Nyerah (Btw): Menyerah
b. Sih (Btw): Kata penambah
atau penegas dalam kalimat
Tanya
Data 2
Paragraf ke-3
Kalimat ke-9
24. Tapi ragu juga sama contekan
yang aku catet tadi (takut
salah semua)
a. Tapi (Btw): Tetapi
b. Sama (Btw): Dengan
c. Catet (Btw): Catat
Data 2
Paragraf ke-3
Kalimat ke-10
Tabel 11
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
25. Dalam hati sih pengen make
bocoran dan takut juga.
a. Sih (Btw): Kata penambah
atau penegas dalam kalimat
tanya
b. Pengen (Btw): Ingin
c. Make (Btw): Memakai
Data 2
Paragraf ke-3
Kalimat ke-11
26. Dan alhasil, soal UN tadi aku
kerjain sendiri tanpa bocoran
sama sekali.
a. Kerjain (Btw): Kerjakan Data 2
Paragraf ke-3
Kalimat ke-12
27. Deg-degan banget, mau nangis
rasanya.
a. Deg-degan (Cak): Berdebar-
debar
b. Banget (Btw): Sangat
c. Nangis (Btw): Menangis
Data 2
Paragraf ke-4
Kalimat ke-2
28. Waktu ada pengumuman NEM
sama kelulusan sih lewat
sekolah, eh dari surat sekolah
maksudnya.
a. Sama (Btw): Dan
b. Sih(Btw): Kata penambah atau
penegas dalam kalimat tanya
Data 2
Paragraf ke-4
Kalimat ke-3
Tabel 12
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
29. Guru pun manggil satu per satu
nama murid, hingga tiba
saatnya “Intan Rahmadany!”
kata guru aku.
a. Manggil (Btw): Memanggil Data 2
Paragraf ke-4
Kalimat ke-4
30. Alhamdulillah, akhirnya aku
pun lulus.
a. Alhamdulillah (Arb): Segala
puji bagi Allah
Data 2
Paragraf ke-4
Kalimat ke-6
31. Tapi ada rasa kecewa juga,
kecewa sama NEM yang
minim banget buat masuk
negeri.
a. Tapi (Btw): Tetapi
b. Sama (Btw): Oleh
c. Banget(Btw): Sangat
d. Buat (Btw): Untuk
Data 2
Paragraf ke-4
Kalimat ke-7
32. Tapi mau gimana pun harus
bersyukur.
a. Tapi (Btw): Tetapi
b. Gimana => Pagimana (Btw):
Bagaimana
Data 2
Paragraf ke-4
Kalimat ke-8
Tabel 13
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
33. Tapi ada kok temen aku yang
pake bocoran tapi engga dapet
negeri alias NEM-nya di
bawah aku.
a. Tapi (Btw): Tetapi
b. Kok (Btw): Kata yang
digunakan untuk menekankan
atau menguatkan maksud
c. Temen (Btw): Teman
d. Pake (Btw): Memakai
e. Tapi (Btw): Tetapi
f. Engga => Enggak (Btw): Tidak
g. Dapet (Btw): Dapat
Data 2
Paragraf ke-4
Kalimat ke-9
34. Sekarang aku duduk di kelas
X, bersekolah di sebuah
sekolah Madrasah Aliyah
Negeri 19 Jakarta, lumayan
deket dari rumah, hehe.
a. Madrasah => Madrasat (Arb):
Sekolah
b. Aliyah (Arb): Tinggi
c. Lumayan (Btw): Cukup
d. Deket (Btw): Dekat
Data 2
Paragraf ke-5
Kalimat ke-1
35. Oke, hal yang paling engga
ngenakin pas waktu masuk
sini, pas waktu MOS.
a. Oke (Btw): Kata partikel untuk
menyatakan setuju
b. Engga => Enggak (Btw): Tidak
c. Ngenakin (Btw): Mengenakkan
d. Pas (Btw): Tepat
e. Pas (Btw): Tepat
Data 2
Paragraf ke-5
Kalimat ke-2
36. Itu engga enak banget, udah itu
pulangnya lama banget.
a. Engga =>Enggak (Btw): Tidak
b. Banget (Btw): Sangat
c. Udah (Btw): Sudah
d. Banget (Btw): Sangat
Data 2
Paragraf ke-5
Kalimat ke-3
Tabel 14
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
37. Sekarang aku kelas X IPS 1,
sebelum penjurusan aku di X2,
kelas kocak, kelas gokil, sering
banget bully Santi.
a. Kocak (Btw): Lucu
b. Gokil (Slg): Gila
c. Banget (Btw): Sangat
d. Bully (Ing): Penggertak
Data 2
Paragraf ke-5
Kalimat ke-4
38. Hem, waktu di kelas dulu aku
naksir seseorang loh, pernah
ngungkapin perasaan juga ke
dia.
a. Dulu (Btw): Dahulu Naksir
(Btw): Suka
b. Ngungkapin (Btw):
Mengungkapkan
Data 2
Paragraf ke-5
Kalimat ke-6
39. Tapi bukan nembak loh, tapi
cuma mengungkapkan saja,
engga bermaksud buat lebih.
a. Tapi (Btw): Tetapi
b. Nembak (Btw): Menyatakan
cinta
c. Tapi (Btw): Tetapi
d. Engga => Enggak (Btw):
Tidak
e. Buat (Btw): Untuk
Data 2
Paragraf ke-5
Kalimat ke-7
40. Kata temen-temen, aku itu
kece, gokil, parah pokoknya,
berani banget ngungkapin ke
cowo.
a. Temen-temen (Btw): Teman-
teman
b. Kece (Slg): Keren, Cantik
c. Gokil (Slg): Gila
d. Banget (Btw): Sangat
e. Ngungkapin (Btw):
Mengungkapkan
f. Cowo => Cowok (Btw):
Sebutan kepada pria atau laki-
laki yang bisaanya masih
muda
Data 2
Paragraf ke-5
Kalimat ke-8
Tabel 15
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Intan Rahmadany (Ini Ceritaku, Apa Ceritamu)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
41. Pas diungkapin aku engga
malu sih, biasa aja, hehe.
a. Pas (Btw): Tepat
b. Diungkapin (Btw):
Diungkapkan
c. Engga => Enggak (Btw):
Tidak
d. Sih (Btw): Kata penambah
atau penegas dalam kalimat
tanya
e. Aja (Btw): Saja
Data 2
Paragraf ke-5
Kalimat ke-9
42. Sudah dulu ya, cerpen aku. a. Dulu (Btw): Dahulu Data 2
Paragraf ke-5
Kalimat ke-10
43. Kelihatannya sih engga
nyambung, ya namanya juga
lagi belajar buat cerpen.
a. Sih (Btw): Kata penambah
atau penegas dalam kalimat
tanya
b. Engga => Enggak (Btw):
Tidak
c. Nyambung (Btw):
Berhubungan
d. Lagi (Btw): Sedang
Data 2
Paragraf ke-5
Kalimat ke-11
44. Jadi gapapalah agak engga
nyambung.
a. Gapapalah (Btw): Tidak apa-
apa
b. Engga => Enggak (Btw):
Tidak
c. Nyambung (Btw):
Berhubungan
Data 2
Paragraf ke-5
Kalimat ke-12
Tabel 17
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Anne Rifaidah (Mancing di Kolam Orang)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
1. Mancing di kolam orang. a. Mancing (Btw): Menangkap
ikan
Data 3
Judul
2. Dulu ketika aku masih SMP,
aku hobi sekali memancing
ikan.
a. Dulu (Btw): Dahulu
b. Hobi => Hobby (Ing):
Kesukaan
Data 8
Paragraf ke-1
Kalimat ke-1
3. “Sangat malang nasibku, ingin
memancing tapi tidak ada
tempat.” ucapku di dalam hati.
a. Malang => Ma-alang (Jw):
Sial
b. Tapi (Btw): Tetapi
Data 3
Paragraf ke-1
Kalimat ke-3
4. Ia bernama Kapi, ia memiliki
hobi yang sama denganku,
yaitu memancing.
a. Hobi => Hobby (Ing):
Kesukaan
Data 3
Paragraf ke-2
Kalimat ke-2
Tabel 18
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Anne Rifaidah (Mancing di Kolam Orang)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
5. “Ada apa, Pi, manggil-
manggil?” jawabku ketika
membuka pintu rumahku.
a. Manggil-manggil (Btw):
Memanggil berulang kali
Data 3
Paragraf ke-2
Kalimat ke-4
6. “Ne, ayo mancing ikan!” ajak
Kapi mancing ikan.
a. Mancing (Btw): Menangkap
ikan
b. Mancing (Btw): Menangkap
ikan
Data 3
Paragraf ke-2
Kalimat ke-5
7. “Emangnya kita mau mancing
ikan di mana, kita kan gak
punya kolam?” jawabku cetus.
a. Emangnya (Btw): Memangnya
b. Mancing (Btw) =>
Menangkap ikan
c. Gak => Engga (Btw): Tidak
Data 3
Paragraf ke-2
Kalimat ke-6
8. Jaraknya cuman 100 meter dari
sini.” ajak Kapi lagi.
a. Cuman (Btw): Cuma; Hanya Data 3
Paragraf ke-2
Kalimat ke-8
Tabel 19
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Anne Rifaidah (Mancing di Kolam Orang)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
9. “Ok lah, Pi, aku juga udah
lama gak mancing ikan nih.”
Jawab Anne.
a. Ok => Oke (Btw): Kata
partikel untuk menyatakan
setuju
b. Lah (Btw): Kata seru untuk
memberikan tekanan atau
menyungguhkan
c. Udah (Btw): Sudah
d. Gak => Enggak (Btw): Tidak.
e. Mancing (Btw): Memancing;
Menangkap ikan
f. Nih (Btw): Ini, dengan
penegasan
Data 3
Paragraf ke-2
Kalimat ke-9
10. “Loh-loh, kok kolam orang,
entar kalo ketauan sama yang
punya kolam gimana ini?
Aduhh!” jawab Anne bingung.
a. Loh-loh (Btw): Menyatakan
sikap heran dan kaget
b. Kok (Btw): Kata yang
digunakan untuk menekankan
atau menguatkan maksud
c. Entar (Btw): Sebentar
d. Kalo (Btw): Kalau
e. Ketauan (Btw): Ketahuan
f. Sama (Btw): Oleh
g. Gimana =>Pagimana (Btw):
Bagaimana
Data 3
Paragraf ke-3
Kalimat ke-5
11. “Allaahhh, tenang saja lah
kamu, mentalmu kecut bener,
jam segini yang punya kolam
lagi tidur tauuu..jadi gak perlu
takut.” Jawab Kapi dengan
percaya diri.
a. Bener => Bener-bener (Jw):
Sesuai; tepat; betul
a. Segini (Btw): Sebesar ini;
Sebanyak ini
b. Lagi (Btw): Sedang
c. Tauu (Btw): Tahu
d. Gak => Enggak (Btw): Tidak
Data 3
Paragraf ke-3
Kalimat ke-6
12. “Ok lah, Pi, kalau gitu. Gak
mandang kolam orang atau
tidak, yang penting kita
mancing.”
a. Ok => Oke (Btw): Kata
partikel untuk menyatakan
setuju
b. Gitu (Btw): Begitu
c. Gak => Enggak (Btw): Tidak
d. Mandang (Btw): Tidak mau
tahu
e. Mancing (Btw):
Memancing;Menangkap ikan
Data 3
Paragraf ke-4
Kalimat ke-2
Tabel 20
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Anne Rifaidah (Mancing di Kolam Orang)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
13. “Ha… kan gitu enak, Ne,
hehhee”
a. Gitu (Btw): Begitu Data 3
Paragraf ke-4
Kalimat ke-3
14. “Apa? Pulang? Emangnya
udah dapet berapa ikan, Ne?”
a. Emangnya (Btw): Memangnya
b. Udah (Btw): Sudah
c. Dapet (Btw): Mendapatkan
Data 3
Paragraf ke-5
Kalimat ke-3
15. “Udah dapet 10 ikan ni, Pi,
pulang lah, yukk!”
a. Udah (Btw): Sudah
b. Dapet (Btw): Mendapatkan
c. Ni => Nih (Btw): Ini
Data 3
Paragraf ke-5
Kalimat ke-4
16. “Ah, nanti aja lah, Pi, baru juga
10 ikan.
a. Aja (Btw): Saja Data 3
Paragraf ke-5
Kalimat ke-5
Tabel 21
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Anne Rifaidah (Mancing di Kolam Orang)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
17. “Heyy… kenapa mancing di
kolamku? awas kalian!”
a. Kenapa (Btw): Mengapa
b. Mancing (Btw): Memancing;
Menangkap ikan
c. Awas (JK): Jelas
Data 3
Paragraf ke-5
Kalimat ke-8
18. “Pi, gimana ni?” tanya Anne
dalam kondisi bingung.
a. Gimana => Pagimana (Btw):
Bagaimana
b. Ni => Nih (Cak): Ini
Data 3
Paragraf ke-6
Kalimat ke-1
19. “Untung kita, Ne, kalau tadi
kita dapat, gak tau bakal jadi
apa nantinya, Huft!”
a. Gak => Enggak (Btw): Tidak
b. Tau (Btw):Tahu
c. Bakal (Btw): Akan
Data 3
Paragraf ke-6
Kalimat ke-5
20. “Iya, Ne, ikan tadi gimana?
tanya Kapi.
a. Gimana =>Pagimana (Btw):
Bagaimana
Data 3
Paragraf ke-6
Kalimat ke-6
Tabel 22
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Anne Rifaidah (Mancing di Kolam Orang)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
21. “Udah aku buang, Pi, habis
bingung mau gimana.”
jawabku.
a. Udah (Btw): Sudah
b. Gimana => Pagimana (Btw):
Bagaimana
Data 3
Paragraf ke-6
Kalimat ke-7
22. “Aduhh, gak apa lah, yang
penting kita selamat.
a. Gak => Enggak (Btw): Tidak Data 3
Paragraf ke-6
Kalimat ke-8
23. Yook kita pulang aja!” ajak
Kapi.
a. Yook (Btw): Ayo
b. Aja (Btw): Saja
Data 3
Paragraf ke-6
Kalimat ke-9
24. “Ayo, Pi, udah sore juga ini.”
jawabku.
a. Udah (Btw): Sudah
Data 3
Paragraf ke-6
Kalimat ke-10
Tabel 24
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Desvia Nursita (Kehilangan Cinta Bukan Berarti Kehilangan Sahabat)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
1. Tapi itu harus tetap kita terima
walau pahit terasa, seperti
halnya kehilangan cinta.
a. Tapi (Btw): Tetapi Data 4
Paragraf ke-1
Kalimat ke-2
2. “Sin, lu engga apa-apa?”
tanyanya khawatir.
a. Lu (Btw): Kamu
b. Engga => Enggak (Btw):
Tidak
Data 4
Paragraf ke-4
Kalimat ke-9
3. “Engga, gue engga apa-apa.”
kata datar.
a. Engga (Btw): Tidak
b. Gue (Btw): Saya
c. Engga (Btw): Tidak
Data 4
Paragraf ke-4
Kalimat ke-10
4. “Oh, ya udah deh, tolong
kasihin ke Indah ya!” katanya
tersenyum.
a. Udah (Btw): Sudah
b. Deh (Btw): Kata yang
digunakan untuk
mengukuhkan kata-kata atau
maksud kawan bicara
c. Kasihin (Btw): Berikan
Data 4
Paragraf ke-4
Kalimat ke-11
Tabel 25
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Desvia Nursita (Kehilangan Cinta Bukan Berarti Kehilangan Sahabat)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
5. “Makasih ya, Sin.” katanya
lalu tersenyum.
a. Makasih (Btw): Terima kasih Data 4
Paragraf ke-4
Kalimat ke-13
6. “Mimpii apa ya gua semalem.”
bisikku dalam hati.
a. Gua (Btw): Saya
b. Semalem (Btw): Semalam
Data 4
Paragraf ke-4
Kalimat ke-17
7. “Hai… ngapa lu?” katanya
heran.
a. Ngapa (Btw): Mengapa
b. Lu (Btw): Kamu
Data 4
Paragraf ke-5
Kalimat ke-2
8. “Ah, engga apa-apa.” kataku
malu-malu.
a. Engga => enggak (Btw):
Tidak
Data 4
Paragraf ke-5
Kalimat ke-3
Tabel 26
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Desvia Nursita (Kehilangan Cinta Bukan Berarti Kehilangan Sahabat)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
9. “Ih muka lu merah, abis
ketemu sapa si?” katanya
menggodaku.
a. Lu (Btw): Kamu
b. Abis (Btw): Baru saja
c. Ketemu (Btw): Bertemu
d. Sapa (Btw): Siapa
e. Si => Sih (Btw): Kata penegas
atau penambah kalimat tanya,
menyatakan masih bimbang
atau belum pasti benar
Data 4
Paragraf ke-5
Kalimat ke-4
10. “Ada deh, udah ayo ke kelas,
dikit lagi bel!” kataku sambil
berlari ke kelas.
a. Deh (Btw): Kata yang
digunakan untuk
mengukuhkan kata-kata atau
maksud kawan bicara
b. Udah (Btw): Sudah
c. Dikit (Btw): sebentar
Data 4
Paragraf ke-5
Kalimat ke-5
11. Ih engga jelas.” kata Indah lalu
mengikuti langkahku.
a. Engga (Btw): Tidak Data 4
Paragraf ke-5
Kalimat ke-6
12. Tapi tak disangka Indahlah
yang merebut cinta pertamaku.
a. Tapi (Btw): Tetapi Data 4
Paragraf ke-5
Kalimat ke-11
Tabel 27
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Desvia Nursita (Kehilangan Cinta Bukan Berarti Kehilangan Sahabat)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
13. “Oia Ndah, gua lupa sesuatu.”
kataku.
a. Oia (Btw): Oh iya
b. Gua (Btw): Saya
Data 4
Paragraf ke-6
Kalimat ke-2
14. Aku pun merogoh saku tasku
dan meraih cokelat yang
diberikan Ghifar tadi.
a. Merogoh (Btw): Mengambil
sesuatu dengan memasukkan
tangan ke dalam saku
Data 4
Paragraf ke-6
Kalimat ke-4
15. “Nih!” kataku sambil
menyodorkan cokelatnya.
b. Nih (Btw): Ini, dengan
penegasan
Data 4
Paragraf ke-6
Kalimat ke-6
16. . “Apaan nih?” tanya heran. a. Apaan (Btw): Apa
b. Nih (Btw): Ini, dengan
penegasan
Data 4
Paragraf ke-6
Kalimat ke-7
Tabel 28
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Desvia Nursita (Kehilangan Cinta Bukan Berarti Kehilangan Sahabat)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
17. “Woii… kenapa?” tanyaku
heran.
a. Woii (Cak): Kata seru untuk
memanggil dengan nada tinggi
b. Kenapa (Btw): Mengapa
Data 4
Paragraf ke-6
Kalimat ke-14
18. “Engga, ayo pulang!” katanya
sambil menarik tanganku.
a. Engga (Btw): Tidak
Data 4
Paragraf ke-6
Kalimat ke-5
19. Tapi sepertinya aku salah. a. Tapi (Btw) Tetapi Data 4
Paragraf ke-7
Kalimat ke-3
20. “Sinta! Gua minta maaf, gua
engga tau kalo ternyata lu
mencintai Ghifar lebih dulu.
a. Gua (Btw): Saya
b. Gua (Btw): Saya
c. Engga (Btw): Tidak
d. Tau (Btw): Tahu
e. Kalo (Btw): Kalau
f. Lu (Btw): Kamu
g. Dulu (Btw): Dahulu
Data4
Paragraf ke-8
Kalimat ke-6
Tabel 29
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Desvia Nursita (Kehilangan Cinta Bukan Berarti Kehilangan Sahabat)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
21. Kenapa lo engga bilang? a. Kenapa (Cak): Mengapa
b. Lo (Btw): Kamu
c. Engga => Enggak (Btw):
Tidak
Data 4
Paragraf ke-8
Kalimat ke-7
22. Kalau suka yang bilang saja
suka, kalau benci bilang aja
benci.
a. Aja (Btw): Saja Data 4
Paragraf ke-8
Kalimat ke-8
23. Kalau begini kan gua engga tau
perasaan lu.” kata Indah
bersalah, sambil terurai air
mata
a. Begini (Btw): Sesuatu yang
seperti ini
b. Gua (Btw): Saya
c. Engga(Btw): Tidak
d. Tau (Btw): Tahu
e. Lu (Btw): Kamu
Data 4
Paragraf ke-8
Kalimat ke-9
24. “Gua juga minta maaf, lu
engga salah ko, Ndah, gua
yang salah.” kataku lalu ikut
menangis.
a. Gua (Btw): Saya
b. Lu (Btw): Kamu
c. Engga (Btw): Tidak
d. Kok (Btw): Kata yang
digunakan untuk menekankan
atau menguatkan maksud
e. Gua (Btw): Saya
Data 4
Paragraf ke-8
Kalimat ke-11
Tabel 31
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
1. Ia tidak bisa dinasehati oleh
teman-teman dan dia orangnya
rada-rada ngeselin.
a. Rada-rada => Rada (Jw):
Agak
b. Ngeselin (Btw): Mengesalkan
Data 5
Paragraf ke-1
Kalimat ke-4
2. Sebenarnya ia orang yang
humoris, tetapi apabila ada
guru yang sedang menjelaskan,
ia selalu menyautinya dengan
rada nyolot.
a. Rada (Jw): Agak
b. Nyolot (Slg): Bicara dengan
nada tidak enak dan
menantang
Data 5
Paragraf ke-1
Kalimat ke-6
3. Aku pun sudah fix duduk
dengan Widya.
a. Fix (Ing): penentuan Data 5
Paragraf ke-2
Kalimat ke-2
4. Tapi entah mengapa ada anak
yang tidak suka dengan aku
dan widya.
a. Tapi (Btw): Tetapi Data 5
Paragraf ke-2
Kalimat ke-4
Tabel 32
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
5. Kata mereka aku terlalu
sombong dan cuek.
a. Cuek (Btw): Masa bodoh;
Tidak acuh
Data 5
Paragraf ke-2
Kalimat ke-5
6. Lama kelamaan aku pun sudah
mulai beradaptasi dengan
mereka.
a. Kelamaan (Btw): Terlalu lama Data 5
Paragraf ke-3
Kalimat ke-1
7. Kita sering memanggil wali
kelas kita dengan sebutan
“Daddy” hehehe.
a. Daddy (Bld): Ayah
Data 5
Paragraf ke-3
Kalimat ke-2
8. Walaupun agak terdengar
lebay tapi kita senang dengan
panggilan itu.
a. Lebay (Slg): Berlebihan
b. Tapi (Btw): Tetapi
Data 5
Paragraf ke-3
Kalimat ke-3
Tabel 33
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
9. Alfiyah pun yang semula aku
anggap orang yang tidak
sopan, lama kelamaan menjadi
orang yang sangat asik.
a. Kelamaan (Btw): Terlalu lama Data 5
Paragraf ke-3
Kalimat ke-4
10. Anak-anak di kelas pun kerap
memanggilnya dengan sebutan
“Inyong”.
a. Inyong (Jw): Saya Data 5
Paragraf ke-3
Kalimat ke-5
11. Begitu pun dengan Faris, anak-
anak memanggilnya “Ucok”,
hehehe.
a. Ucok (Btk): Anak laki-laki Data 5
Paragraf ke-3
Kalimat ke-6
12. Karena sebelum kita punya
kantin, kita kerap jajan
berombongan (kayak orang
ngajakin ribut), hehehe.
a. Jajan (Btw): Membeli kue atau
makanan
b. Berombongan(Btw): Beramai-
ramai
c. Kayak (Btw): Seperti
d. Ngajakin (Btw): Mengajak
Data 5
Paragraf ke-4
Kalimat ke-2
Tabel 34
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
13. Tapi disitulah serunya kita. a. Tapi (Btw): Tetapi Data 5
Paragraf ke-4
Kalimat ke-3
14. Kadang jika sedang malas
untuk jajan di kantin sekolah
orang, kita pun janjian untuk
membawa bekal dari rumah.
a. Jajan (Btw): Membeli kue atau
makanan
b. Janjian (Btw): Membuat janji
Data 5
Paragraf ke-4
Kalimat ke-4
15. Setau aku, anak laki-laki kan
suka gengsi kalau soal kayak
gitu-gituan.
a. Setau (Btw): Setahu;
Sepengetahuan
b. Kayak (Btw): Seperti
c. Gitu-gituan (Btw): Seperti itu
Data 5
Paragraf ke-4
Kalimat ke-6
16. Suatu hari di sekolah
mengadakan lomba nasyid,
hehehe
a. Nasyid (Arb): Lagu yang
mengandung unsur keislaman
Data 5
Paragraf ke-5
Kalimat ke-1
Tabel 35
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
17. Walaupun agak pesimis bisa
menang karena suara yang pas-
pasan dan kurang PD.
a. Pas-pasan (Btw): Tidak kurang
dan tidak lebih
Data 5
Paragraf ke-5
Kalimat ke-3
18. Dan sebenernya sih rada-rada
malu karena diliat satu sekolah.
a. Sih(Btw): Kata penambah atau
penegas dalam kalimat tanya
b. Rada-rada => Rada (Jw):
Agak
c. Diliat (Btw): Dilihat
Data 5
Paragraf ke-5
Kalimat ke-6
19. Kadang ejek-ejekan, marah-
marahan, dan kadang ejek-
ejekan itu pun menjadi
masalah yang cukup serius.
a. Marah-marahan (Btw): Tidak
mau bergaul keran marah
Data 5
Paragraf ke-6
Kalimat ke-2
20. Tapi marah itu pun tidak
pernah berkepanjangan, karena
pada salah satu pihak pasti
akan meminta maaf terlebih
dahulu.
a. Tapi (Btw): Tetapi
Data 5
Paragraf ke-6
Kalimat ke-9
Tabel 36
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
21. Suasana kelas pun menjadi
kacau karena ingin dulu-duluan
mendaftar agar bisa ikut.
a. Dulu-duluan (Btw): Dahulu Data 5
Paragraf ke-7
Kalimat ke-3
22. Tapi kita sepakat apabila ada
satu orang yang tidak ikut,
maka tidak akan ada yang ikut
dari X-5.
a. Tapi (Btw): Tetapi Data 5
Paragraf ke-7
Kalimat ke-4
23. Pak Hendi pun langsung
bingung, mungkin di dalam
hatinya bilang “kalo anak-anak
pada kaga ikut, siapa yang mau
nombok buat bayar bis yah?”
hehehe, bercanda.
a. Kalo (Btw): Kalau
b. Kaga (Btw): Tidak
c. Nombok (Btw):
Menambahkan uang
d. Buat (Btw): Untuk
Data 5
Paragraf ke-7
Kalimat ke-5
24. Kebesokan harinya pun kakak-
kakak OSIS masuk kelas kita
dan memberitahu bahwa kelas
kita bisa ikut LDKS semua.
a. Kebesokan (Btw): Besok;
Keesokan
Data 5
Paragraf ke-7
Kalimat ke-6
Tabel 37
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
25. LDKS pun berjalan lancar
walau kita sempat dibikin
nangis sama kakak-kakaknya,
tapi itulah kesannya.
a. Dibikin (Btw): Dijadikan
b. Nangis (Btw): Menangis
c. Sama (Btw): Oleh
d. Tapi (Btw) Tetapi
Data 5
Paragraf ke-8
Kalimat ke-1
26. Bisa nangis bareng, ketawa
bareng, satu bis bareng, dan
mandi pun bareng (sangking
solidnya), hahaha.
a. Nangis (Btw): Menangis
b. Bareng(Jw): Bersama dengan
c. Ketawa (Btw): tertawa
d. Bareng(Jw): Bersama dengan
e. Bareng(Jw): Bersama dengan
f. Bareng(Jw): Bersama dengan
g. Sangking (Btw): Saking; Kata
depan untuk menandai sumber
atau sebab
Data 5
Paragraf ke-8
Kalimat ke-2
27. Tapi kebersamaan itu harus
terpisah karena penjurusan.
a. Tapi (Btw): Tetapi Data 5
Paragraf ke-9
Kalimat ke-1
28. Karena aku merasa baru saja
menemukan sahabat sejati, tapi
harus terpisah karena
penjurusan.
a. Tapi (Btw): Tetapi Data 5
Paragraf ke-9
Kalimat ke-3
Tabel 38
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
29. Dan ada temanku yang berkata
seperti ini, “Kita gak boleh
terus-terusan sedih kaya gini,
sekarang kita mikir gimana
caranya kelas baru kita bisa
kaya X-5 yang solid.
a. Gak => Enggak (Btw): Tidak
b. Terus-terusan (Btw): Terus-
menerus
c. Kaya (Btw): Seperti
d. Gini (Btw): Ini
e. Mikir (Btw): Berpikir
f. Gimana => Pagimana (Btw):
Bagaimana
Data 5
Paragraf ke-9
Kalimat ke-5
30. Jadikan contoh tapi jangan
jadikan masalah, gue yakin
kelas-kelas lain juga bakal
ngecontoh X-5 yang selalu
solid.”
a. Tapi (Btw): Tetapi
b. Gue (Btw): Saya
c. Bakal (Btw): Akan
d. Ngecontoh (Btw): Mencontoh
Data 5
Paragraf ke-9
Kalimat ke-6
31. Dan sampai sekarang pun
kekompakan itu masih dapat
dirasakan, seperti ngumpul
bareng.
a. Ngumpul (Btw): Berkumpul
b. Bareng (Jw): Bersama dengan
Data 5
Paragraf ke-9
Kalimat ke-8
32. Kalau ada atletik berangkatnya
berame-rame dan masih
banyak lagi.
a. Berame-rame (Btw): Beramai-
ramai => Ramya (Snk): Gaduh
Data 5
Paragraf ke-9
Kalimat ke-9
Tabel 39
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Annisa Rachmayanti (Persahabatan X-5)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
33. Kita mempunyai kata-kata
yang menurut kita sangat
mencerminkan kelas X-5, tapi
enggak tau deh buat yang lain.
a. Tapi (Btw): Tetapi Enggak
(Btw): Tidak
b. Tau (Btw): Tahu
c. Deh(Btw): Kata yang
digunakan untuk
mengukuhkan kata-kata atau
maksud kawan bicara
d. Buat (Btw): Untuk
Data 5
Paragraf ke-9
Kalimat ke-10
34. Kata-katanya kayak gini,
“Persahabatan itu bagaikan
kilauan pelangi, walaupun
berbeda warna tetapi tetap satu,
memberikan keindahan dan
keindahan bagi siapa pun yang
melihatnya.” Hehehe,
baguskan?
a. Kayak (Btw): Seperti
b. Gini (Btw): Ini
Data 5
Paragraf ke-9
Kalimat ke-11
Tabel 41
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Siti Rafidah (Me and My Best Friend)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
1. Waktunya pulang, batinku
lirih.
a. Lirih (Jw): Lembut Data 6
Paragraf ke-1
Kalimat ke-2
2. Kenapa mereka semua bisa
lupa hari ulang tahunku?
b. Kenapa (Cak): Mengapa Data 6
Paragraf ke-1
Kalimat ke-6
3. Tapi segitu burukkah ingatan
mereka?
a. Tapi (Btw): Tetapi Data 6
Paragraf ke-1
Kalimat ke-10
Tabel 42
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Siti Rafidah (Me And My Best Friend)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
4. Apakah penguntit? a. Penguntit (Btw): Orang yang
mengikuti dari belakang
Data 6
Paragraf ke-2
Kalimat ke-6
5. Tunggu, kenapa aku
mendengar banyak langkah
kaki?
a. Kenapa (Btw): Mengapa Data 6
Paragraf ke-2
Kalimat ke-8
6. Jangan-jangan aku akan
dikeroyok.
a. Dikeroyok => Keroyokan
(Jw): ramai-ramai
Data 6
Paragraf ke-2
Kalimat ke-9
7. “Happy Birthday Tiara” ujar
mereka serempak.
a. Happy (Ing): Senang
b. Birthday (Ing): Hari kelahiran
Data 6
Paragraf ke-3
Kalimat ke-4
Tabel 43
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Siti Rafidah (Me And My Best Friend)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
8. “Ya ampun, gitu aja ngambek,
sini gue kasih lagi.”
a. Gitu (Btw) => Begitu: Seperti
itu
b. Aja (Btw): Saja
c. Ngambek (Btw): Agak marah
=> ambek (Jw): Watak
d. Gue (Btw): Saya
Data 6
Paragraf ke-4
Kalimat ke-3
9. Ya, Dimas, kenapa gue jadi
kena sih?
a. Kenapa (Cak): Mengapa
b. Gue (Btw): Saya
c. Sih(Btw): Kata penambah
atau penegas dalam kalimat
Tanya
Data 6
Paragraf ke-4
Kalimat ke-8
10. Ini kan air bekas pel pak Komar,
sialan lo!” rengek Olive lalu
melempar tepung ke arah
Dimas.
a. Lo (Btw): Kamu
b. Rengek (Btw): Meminta
sesuatu dengan mendesak
Data 6
Paragraf ke-4
Kalimat ke-9
11. Dan entah dari mana, putri tiba-
tiba membawa blackforest yang
berisi angka 16 ke hadapanku.
a. Blackforest (Ing): Kue
Cokelat
Data 6
Paragraf ke-4
Kalimat ke-12
Tabel 44
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Siti Rafidah (Me And My Best Friend)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
12. “Make a wish dulu dong, Ra.” a. Make (Ing): Membuat
b. A wish (Ing): Suatu
keinginan
c. Dulu (Btw): Dahulu Dong
(Btw): Kata yang dipakai di
belakang kata atau kalimat
untuk pemanis atau pelembut
maksud
Data 6
Paragraf ke-4
Kalimat ke-13
13. Kulihat raut wajah mereka
berubah, lalu Tika menyela,
“Agha lagi nganter Mira ke toko
buku.
a. Lagi (Btw): Sedang
b. Nganter (Btw): Mengantar
Data 6
Paragraf ke-4
Kalimat ke-17
14. Lo tau lah Mira, ee..dia anak
baru.” kulihat Tika sejenak
ragu-ragu.
a. Lo (Btw): Kamu
b. Tau (Btw): Tahu
Data 6
Paragraf ke-4
Kalimat ke-18
15. ”Bu Lia tadi nyuruh Agha buat
nemenin Mira beli buku
pelajaran.”
a. Nyuruh (Btw): Menyuruh
b. Buat (Btw): Untuk
c. Nemenin (Btw): Menemani
Data 6
Paragraf ke-4
Kalimat ke-19
Tabel 45
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Siti Rafidah (Me And My Best Friend)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
16. Alunan lagu Only Hope milik
Mandy Moore terdengar dari
meja belajarku.
a. Only (Ing): Hanya
b. Hope (Ing): Berharap
Data 6
Paragraf ke-5
Kalimat ke-5
17. Siapa sih yang nelpon malam-
malam?
a. Sih(Btw): Kata penambah
atau penegas dalam kalimat
tanya
b. Nelpon (Btw): Menelepon
Data 6
Paragraf ke-5
Kalimat ke-6
18. Dengan kesal ku tekan salah
satu tombol di Hp, tanpa
melihat nama yang tertera di
layar.
a. Hp => Handphone (Ing):
Telepon genggam
Data 6
Paragraf ke-5
Kalimat ke-7
19. “Hallo,” sapaku enggan. a. Hallo (Ing): Menyeru Data 6
Paragraf ke-5
Kalimat ke-8
Tabel 46
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Siti Rafidah (Me And My Best Friend)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
20. “Akhirnya diangkat juga, Ra,
buruan ke balkon sekarang,”
ujar seseorang yang aku kenal.
a. Buruan (Btw): Cepat-cepat Data 6
Paragraf ke-5
Kalimat ke-9
21. “Jangan lupa pake jaket, dingin
banget di sini.
a. Pake (Btw): Memakai
b. Banget (Btw): Sangat
Data 6
Paragraf ke-5
Kalimat ke-10
22. Gue tunggu, Ra. a. Gue (Btw): Saya Data 6
Paragraf ke-5
Kalimat ke-11
23. “Lo belum tidur kan?” tanya
Agha dari balkonnya.
a. Lo (Btw): Kamu
b. Balkonnya => Balkon (Bld):
Teras lantai atas pada
bangunan bertingkat
Data 6
Paragraf ke-5
Kalimat ke-13
Tabel 47
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Siti Rafidah (Me And My Best Friend)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
24. Lo sendiri baru pulang? a. Lo (Btw): Kamu Data 6
Paragraf ke-5
Kalimat ke-15
25. “Iya, tadi gue nganter Mira beli
buku.
a. Gue (Btw): Saya
b. Nganter (Btw): Mengantar
Data 6
Paragraf ke-5
Kalimat ke-16
26. Capek banget, Ra. c. Capek (Btw): Capai
d. Banget (Btw): Sangat
Data 6
Paragraf ke-5
Kalimat ke-17
27. Nggak nyangka kalo si Mira
suka baca novel, sama kaya lo.
a. Nggak (Btw): Tidak
b. Nyangka (Btw): Menyangka
c. Kalo (Btw): Kalau
d. Kaya (Btw): Seperti
e. Lo (Btw): Kamu
Data 6
Paragraf ke-5
Kalimat ke-18
Tabel 48
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Siti Rafidah (Me And My Best Friend)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
28. Hallo… Tiara? a. Hallo (Ing): Menyeru
Data 6
Paragraf ke-6
Kalimat ke-2
29. Tiaraa… lo denger nggak sih?
panggilan Agha membuyarkan
lamunanku.
a. Lo (Btw): Kamu
b. Denger (Btw): Mendengar
c. Nggak (Btw): Tidak
d. Sih(Btw): Kata penambah
atau penegas dalam kalimat
tanya
e. Membuyarkan => Buyar
(Btw): Tidak berpusat;
Bersebar
Data 6
Paragraf ke-6
Kalimat ke-2
30. Eh maksud gue, gue denger
kok.” ucapku terbata-bata.
a. Gue (Btw): Saya
b. Gue (Btw): Saya
c. Denger (Btw): Mendengar
d. Kok (Btw): Kata yang
digunakan untuk menekankan
atau menguatkan maksud
Data 6
Paragraf ke-6
Kalimat ke-4
31. Agha mendengus. “Gue tau lo
nggak denger omongan gue, lo
lagi mikir apa sih?”
a. Gue (Btw): Saya
b. Tau (Btw): Tahu
c. Lo (Btw): Kamu
d. Nggak (Btw): Tidak
e. Denger (Btw): Mendengar
f. Omongan => Omong (Jw):
Berbicara
g. Gue (Btw): Saya
h. Lo (Btw): Kamu
i. Lagi (Btw): Sedang
j. Mikir (Btw): Memikirkan
k. Sih (Btw): Kata penambah
atau penegas dalam kalimat
Tanya
Data 6
Paragraf ke-6
Kalimat ke-5
Tabel 49
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Siti Rafidah (Me And My Best Friend)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
32. Kita pacaran sampai sini aja,
lagian lo sama gue lebih cocok
buat sahabatan.
a. Pacaran (Btw): Bercintaan
b. Aja (Btw): Saja
c. Lagian (Btw):Sebab
d. Lo (Btw): Kamu
e. Sama (Btw): Dan
f. Gue (Btw): Saya
g. Buat (Btw): Untuk
h. Sahabatan (Btw): Menjadi
sahabat
Data 6
Paragraf ke-6
Kalimat ke-8
33. Entah kenapa gue rindu Agha
yang dulu, Agha yang selalu
ngejek gue jelek.
a. Kenapa (Btw): Mengapa
b. Gue (Btw): Saya
c. Dulu (Btw): Dahulu
d. Ngejek (Btw): Mengejek =>
Ejek (Mkb): Cemooh;
Mengatakan keburukan orang
lain
e. Gue (Btw): Saya
Data 6
Paragraf ke-6
Kalimat ke-9
34. Agha yang selalu bandingin
gue sama cewek-cewek
populer waktu SMP.
a. Bandingin (Btw):
Membandingkan
b. Gue (Btw): Saya
c. Sama (Btw): Dengan
d. Cewek (Btw): Sebutan kepada
wanita atau perempuan yang
masih muda
Data 6
Paragraf ke-6
Kalimat ke-10
35. Sampai Agha yang selalu
bangunin gue kalo gue telat
bangun.
a. Bangunin (Btw):
Membangunkan
b. Gue (Btw): Saya
c. Kalo (Btw): Kalau
d. Gue (Btw): Saya
Data 6
Paragraf ke-6
Kalimat ke-11
Tabel 50
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Siti Rafidah (Me And My Best Friend)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
36. Semenjak kita pacaran, rasanya
ada yang berubah dari diri kita.
a. Semenjak (Btw): sejak
b. Pacaran (Btw): Bercintaan
Data 6
Paragraf ke-6
Kalimat ke-12
37. “Lo mau kan kalo kita
sahabatan lagi?” tanyaku ragu.
a. Lo (Btw): Kamu
b. Kalo (Btw): Kalau
c. Sahabatan (Btw): Menjadi
sahabat
Data 6
Paragraf ke-6
Kalimat ke-13
38. “Kalo itu mau lo gue terima,
asalkan kita bisa sahabatan
kaya dulu.
a. Kalo (Btw): Kalau
b. Lo (Btw): Kamu
c. Gue (Btw): Saya
d. Sahabatan (Btw): Menjadi
sahabat
e. Kaya (Btw): Seperti
f. Dulu (Btw): Dahulu
Data 6
Paragraf ke-6
Kalimat ke-15
39. Jangan gara-gara masalah ini,
kita jadi diem-dieman.” ujar
Agha lirih.
a. Gara-gara (Jw): Penimbul
kericuhan
b. Lirih (Jw): Lembut
Data 6
Paragraf ke-6
Kalimat ke-16
Tabel 51
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Siti Rafidah (Me And My Best Friend)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
40. “Ya udah, gue duluan balik ke
kamar ya, dingin banget di
sini.”
a. Udah (Btw): Sudah
b. Gue (Btw): Saya
c. Duluan (Btw) => Dulu =>
Dahulu =>
d. Banget (Btw): Sangat
Data 6
Paragraf ke-6
Kalimat ke-17
41. “Happy Birthday,Tiara,
maunya ngucapin satu tahun
kita jadian, tapi kan kita baru
aja putus.
a. Happy (Ing): Gembira
b. Birthday (Ing): Hari kelahiran
c. Ngucapin (Btw):
Mengucapkan
d. Jadian (Btw): Baru resmi
pacaran
e. Tapi (Btw): Tetapi
f. Aja (Btw): Saja
Data 6
Paragraf ke-6
Kalimat ke-19
42. Gue doain semoga
persahabatan kita langgeng
sampai tua nanti.
a. Gue (Btw): Saya
b. Doain (Btw): Doakan
c. Langgeng (Jw): Sejahtera
Data 6
Paragraf ke-6
Kalimat ke-20
43. ”Happy Birthday peri kecilku
dan Happy 1st anniversary buat
hubungan kita.”
a. Happy (Ing): Gembira
b. Birthday (Ing): Hari kelahiran
c. Happy (Ing): Gembira
d. 1st(Ing): Pertama
e. Anniversary (Ing): Hari
peringatan; Hari jadi
f. Buat (Btw): Untuk
Data 6
Paragraf ke-7
Kalimat ke-1
Tabel 52
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Siti Rafidah (Me And My Best Friend)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
44. PS: Moga lu seneng ama tu
kalung
a. Moga (Btw): Semoga
b. Lu (Btw): Kamu
c. Seneng (Btw): Senang
d. Ama (Btw): Dengan
e. Tu (Btw): Itu
Data 6
Paragraf ke-8
Kalimat ke-1
45. Dilihat dari mana pun, kami
memang hanya cocok untuk
sahabatan.
a. Sahabatan (Btw): Menjadi
sahabat
Data 6
Paragraf ke-9
Kalimat ke-1
Tabel 54
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Amallia Apinah (Pelajaran yang Menguras Ongkos)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
1. Aku mau ke sekolahan mau
ngumpulin tugas.”
a. Sekolahan (Btw): Gedung
sekolah
b. Ngumpulin (Btw):
Mengumpulkan
Data 7
Paragraf ke-2
Kalimat ke-7
2. “Engga sarapan dulu?” a. Engga (Btw): Tidak
b. Dulu (Btw): Dahulu
Data 7
Paragraf ke-2
Kalimat ke-8
3. “Tadi udah minum susu, aku
pergi dulu ya bu.”
a. Udah (Btw): Sudah
b. Dulu (Btw): Dahulu
Data 7
Paragraf ke-2
Kalimat ke-9
4. Aku segera mengendarai motor
dan bergegas untuk menyamper
Hanifa.
a. Menyamper (Btw):
Menjemput
Data 7
Paragraf ke-3
Kalimat ke-1
Tabel 55
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Amallia Apinah (Pelajaran yang Menguras Ongkos)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
5. Tapi di perjalanan tiba-tiba saja
perasaanku enggak enak, seperti
ada sesuatu.
a. Tapi (Btw): Tetapi
b. Enggak (Btw): Tidak
Data 7
Paragraf ke-3
Kalimat ke-2
6. Tapi ko banyak sekali orang
yang mengeluarkan STNK, apa
jangan-jangan?
a. Tapi (Btw): Tetapi
b. Ko => Kok (Btw): Kata yang
digunakan untuk menekankan
atau menguatkan maksud
Data 7
Paragraf ke-3
Kalimat ke-5
7. Ini gaswat a. Gaswat (Slg): Gawat;
Berbahaya
Data 7
Paragraf ke-4
Kalimat ke-4
8. Pasti gara-gara aku engga pake
helm, jadi kena tilang deh.
a. Gara-gara (Jw): Penimbul
kericuhan
b. Engga (Btw): Tidak
c. Pake (Btw): Pakai
d. Deh (Btw):Kata yang
digunakan untuk
mengukuhkan kata-kata atau
maksud kawan bicara
Data 7
Paragraf ke-4
Kalimat ke-5
Tabel 56
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Amallia Apinah (Pelajaran yang Menguras Ongkos)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
9. Dengan terpaksa akhirnya aku
ngasih STNK ku kepada pak
polisi, dan STNK ku disita dulu
karena aku tidak membawa
uang denda.
a. Ngasih (Betawi):
Memberikan
b. Dulu (Btw): Dahulu
Data 7
Paragraf ke-4
Kalimat ke-6
10. Yang lebih parahnya lagi uang
dendanya tuh sebesar Rp
180.000, tuh polisi engga mikir
apa, uang darimana coba.
a. Tuh (Btw): Itu
b. Tuh (Btw): Itu
c. Engga (Btw): Tidak
d. Mikir (Btw): Memikirkan
Data 7
Paragraf ke-4
Kalimat ke-7
11. Minta sama ibu engga mungkin,
pasti bakalan ditanyain.
a. Engga (Btw): Tidak
b. Bakalan (Btw): Akan
c. Ditayain (Btw): Ditanya
Data 7
Paragraf ke-4
Kalimat ke-8
12. Ahirnya aku memutuskan untuk
langsung menyamper Hanifa.
a. Menyamper (Btw):
Menjemput
Data 7
Paragraf ke-4
Kalimat ke-9
Tabel 57
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Amallia Apinah (Pelajaran yang Menguras Ongkos)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
13. Tapi sebelum ke sekolahan aku
pulang dulu ke rumah untuk
mengambil uang, dengan
terpaksa menggunakan uang
BSM.
a. Tapi (Btw): Tetapi
b. Sekolahan (Btw): Gedung
sekolah
c. Dulu (Btw): Dahulu
Data 7
Paragraf ke-4
Kalimat ke-12
14. “Lia HP kamu geter tuh!” a. HP => Handphone (Ing):
Telepon genggam
b. Geter (Btw): Bergetar
c. Tuh (Btw) : Itu
Data 7
Paragraf ke-5
Kalimat ke-2
15. “Yaudah, coba kamu buka tas
aku terus bawa smsnya!”
a. Yaudah => Udah (Btw):
Sudah
b. Sms => Short Message
Service (Ing): Layanan pesan
singkat
Data 7
Paragraf ke-5
Kalimat ke-3
16. “Oke deh” a. Oke (Btw): Kata untuk
menyatakan setuju
b. Deh (Btw): Kata yang
digunakan untuk
mengukuhkan kata-kata atau
maksud kawan bicara
Data 7
Paragraf ke-5
Kalimat ke-4
Tabel 58
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Amallia Apinah (Pelajaran yang Menguras Ongkos)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
17. Bilang ajah kita ada di jalan. a. Ajah (Btw): Saja Data 7
Paragraf ke-5
Kalimat ke-6
18. Katanya cepetan a. Cepetan (Btw): Lebih cepat Data 7
Paragraf ke-5
Kalimat ke-7
19. Akhirnya aku menancapkan gas
lebih dalam lagi agar cepet
sampai ke sekolahan.
a. Cepet (Btw): Cepat Data 7
Paragraf ke-5
Kalimat ke-9
20. Akhirnya aku dan Hanifa sampe
juga di sekolah, di sanah sudah
ada Rina dan Nispa.
a. Sampe (Btw): Sampai
Data 7
Paragraf ke-5
Kalimat ke-10
Tabel 59
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Amallia Apinah (Pelajaran yang Menguras Ongkos)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
21. Setelah sampe di tempat polisi
aku langsung buru-buru
menemuinya dan langsung
membayar uang dendanya.
a. Sampe (Btw): Sampai Data 7
Paragraf ke-5
Kalimat ke-13
22. Setelah itu STNK aku dibalikan. a. Dibalikan (Btw):
Dikembalikan
Data 7
Paragraf ke-5
Kalimat ke-14
23. “Jangan dilakuin lagi ya, de?” a. Dilakuin (Btw): Dilakukan
b. De (Btw): Adik
Data 7
Paragraf ke-6
Kalimat ke-1
24. “Iya, Pak, Makasih, Pak. a. Makasih (Btw): Terima kasih Data 7
Paragraf ke-6
Kalimat ke-2
Tabel 60
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Amallia Apinah (Pelajaran yang Menguras Ongkos)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
25. Huuuhh, untung saja ibu engga
nanyain kenapa tadi aku pulang
lagi.
a. Engga (Btw): Tidak
b. Nanyain (Btw): Menanyakan
c. Kenapa (Btw): Mengapa
Data 7
Paragraf ke-6
Kalimat ke-8
26. Kalo ditanya bisa gaswat. a. Kalo (Btw): Kalau
b. Gaswat (Slg): Berbahaya
Data 7
Paragraf ke-6
Kalimat ke-9
27. Jangan sampe ibu tau hal ini. a. Sampe (Btw): Sampai
b. Tau (Btw): Tahu
Data 7
Paragraf ke-6
Kalimat ke-10
28. Hari ini aku lagi tidak
beruntung, kenapa harus kena
tilang.
a. Lagi (Btw): Sedang
b. Kenapa (Btw): Mengapa
Data 7
Paragraf ke-6
Kalimat ke-11
Tabel 61
Tabel Analisis Keunikan Diksi dalam Campur Kode
Amallia Apinah (Pelajaran yang Menguras Ongkos)
No. Kalimat Campur Kode Asal Data
29. Mana dendanya 180.000 lagi. a. Mana (Btw): Menyatakan
perasaan kecewa
Data 7
Paragraf ke-6
Kalimat ke-12
30. Pantesan ajah polisi jarang ada
yang kurus, kerjaanya enak
banget.
a. Pantesan (Btw): Pernyataan
baru mengetahui sesuatu
b. Ajah (Btw): Saja
c. Banget (Btw): Sangat
Data 7
Paragraf ke-6
Kalimat ke-13
31. Ini bener-bener pelajaran yang
menguras ongkos.
a. Bener-bener (Jw): Sesuai;
Betul
Data 7
Paragraf ke-6
Kalimat ke-14
32. Jangan sampeee aku kena lagi,
cukup satu kali aja aku
merasakan ini semua.
a. Sampe (Btw): Sampai Data 7
Paragraf ke-6
Kalimat ke-15
33. Gara-gara kena tilang, aku harus
bawa helm kemana pun aku
pergi.
a. Gara-gara (Jw): Penimbul
kericuhan
Data 7
Paragraf ke-6
Kalimat ke-16
RIWAYAT HIDUP
ARIANI SOLEHA, lahir di Kota Tangerang pada
tanggal 4 Desember 1990. Biasa dipanggil Rian, anak
pertama dari empat bersaudara dari pasangan Sarnalih
dan Mutmainah. Ia memulai pendidikannya di SDN
Pondok Bahar 02, Ciledug selama enam tahun dan lulus
pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan ke SMP
YPPUI, Ciledug, selama tiga tahun dan lulus pada
tahun 2005. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya
ke SMA al-Mubarak, Pondok Aren, jurusan IPS, selama
tiga tahun dan lulus pada tahun 2008.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta adalah kampus
idamannya sejak SMA. Akhirnya, pada tahun 2009 ia melanjutkan pendidikan
S1 di kampus idamannya. Sesuai dengan cita-citanya sejak SD yang ingin
menjadi guru Bahasa Indonesia, ia pun memilih jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Sejak duduk di semester V (lima), sudah mulai mengajar di
bimbingan belajar Primagama cabang Cidodol, Jakarta Selatan sampai semester
VIII (delapan). Saat ini ia mengajar di SMP Islam Kaffah Unggul, Karang Tengah
dan bimbingan belajar Ganesha Knowledge Ciledug.
“Harus bisa, yakin bisa, dan pasti bisa” merupakan rangkaian kata yang
pernah dicoretkan dalam buku hariannya semasa SMA. Maksudnya yaitu setiap
orang pasti bisa melakukan sesuatu apabila ada keyakinan di dalam diri dan
mengatakan kepada diri sendiri “harus bisa!” Sejak mendapat mata kuliah
Pengembangan Profesi Keguruan di semester VII (tujuh), ia mulai berpandangan
bahwa profesi seorang guru sebagai profesi yang luar biasa. Sampai saat ini ia
memandang bahwa “guru adalah induk dari segala profesi”.
Top Related