BUPATI TAPANULI SELATAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH TAPANULI SELATAN
NOMOR … TAHUN .........
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
KAWASAN PERKOTAAN BATANG TORU TAHUN 2020-2040
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TAPANULI SELATAN,
Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan pembangunan dan
mengatasi keterbatasan lahan dalam menghadapi
perkembangan perekonomian wilayah, perlu didukung
rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi;
b. bahwa rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi
sebagai salah satu pedoman untuk rencana
pembangunan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang perlu diberikan landasan hukum
untuk lebih memacu pembangunan yang berwawasan
lingkungan;
c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dan Pasal 96 ayat (2) huruf b
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tapanuli
Selatan Tahun 2017-2037;
- 2 -
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu
menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli
Selatan tentang Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan Batang Toru;
Mengingat: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonomi Kabupaten-Kabupaten
Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara
(Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1092)
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
5. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tapanuli
Selatan Tahun 2017-2037 (Lembaran Daerah
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 Nomor 289,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tapanuli
Selatan Nomor 19);
- 3 -
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN
dan
BUPATI TAPANULI SELATAN
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA DETAIL TATA
RUANG DAN PERATURAN ZONASI KAWASAN PERKOTAAN
BATANG TORU TAHUN 2020-2040
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan,
ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam
bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan
memelihara kelangsungan kehidupannya.
2. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola
ruang.
3. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
4. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata
ruang.
5. Rencana Detail Tata Ruang adalah rencana rinci dari
rencana tata ruang wilayah kabupaten.
6. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai
kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
- 4 -
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
7. Kawasan Perkotaan Batang Toru adalah kawasan
perkotaan yang berperan sebagai ibukota Kecamatan
Batang Toru dan berfungsi sebagai Pusat Kegiatan
Lokal.
8. Bagian Wilayah Perencanaan yang selanjutnya
disingkat BWP adalah bagian dari kabupaten/kota
dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota yang
akan atau perlu disusun rencana rincinya.
9. Sub Bagian Wilayah Perencanaan yang selanjutnya
disingkat Sub BWP adalah bagian dari BWP yang
dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri dari beberapa
blok.
10. Blok adalah blok peruntukan yang dibagi ke dalam
petak/persil peruntukan.
11. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsional.
12. Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan yang selanjutnya
disingkat PPKP adalah pusat pelayanan ekonomi,
sosial, dan/atau administrasi yang melayani kegiatan
seluruh kawasan perkotaan atau beberapa kecamatan.
13. Sub Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan yang
selanjutnya disingkat SPPKP adalah pusat pelayanan
ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani
sub kawasan perkotaan.
14. Pusat Lingkungan yang selanjutnya disingkat PL
adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau
administrasi lingkungan perumahan.
15. Jaringan adalah satu kesatuan yang saling
menghubungkan dan berada dalam pengaruh
pelayanan dalam satu hubungan hierarki.
- 5 -
16. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan
hunian yang memenuhi standar tertentu untuk
kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman,
dan nyaman.
17. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya
disingkat SPAM adalah satu kesatuan sarana dan
prasarana penyediaan air minum.
18. Sistem Pengelolaan Air Limbah yang selanjutnya
disingkat SPAL adalah satu kesatuan sarana dan
prasarana pengelolaan air limbah.
19. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budi daya.
20. Zona adalah suatu bagian wilayah atau kawasan yang
ditetapkan dalam rencana tata ruang untuk
mengemban suatu fungsi tertentu sesuai dengan
karakteristik zonanya.
21. Zona Lindung adalah zona yang ditetapkan
karakteristik pemanfaatan ruangnya berdasarkan
dominasi fungsi kegiatan masing-masing zona pada
kawasan lindung.
22. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH
adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam.
23. Zona Budi Daya adalah zona yang ditetapkan
karakteristik pemanfaatan ruangnya berdasarkan
dominasi fungsi kegiatan masing-masing zona pada
kawasan budi daya.
24. Zona Perumahan yang selanjutnya disebut Zona R
adalah suatu bagian wilayah yang meliputi kumpulan
rumah sebagai bagian dari permukiman, yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum
- 6 -
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak
huni.
25. Zona Perdagangan dan Jasa yang selanjutnya disebut
Zona K adalah suatu bagian wilayah tempat kegiatan
yang terkait dengan transaksi barang dan/atau jasa
berupa pasar rakyat, pertokoan, pusat perbelanjaan,
toko modern, gudang, pusat distribusi, pusat
perbankaan, jasa informasi, jasa keuangan, jasa
perusahaan, penyediaan akomodasi, penyediaan
makan minum, dan lainnya, untuk mendukung
kelancaran arus distribusi barang.
26. Zona Perkantoran yang selanjutnya disebut Zona KT
adalah suatu bagian wilayah dengan karakteristik
sebagai tempat bekerja.
27. Zona Sarana Pelayanan Umum yang selanjutnya
disebut Zona SPU adalah suatu bagian wilayah dengan
karakteristik kegiatan pendidikan, kesehatan,
olahraga, sosial budaya, peribadatan, dan transportasi
yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan
dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi.
28. Zona Pariwisata yang selanjutnya disebut Zona W
adalah adalah suatu bagian wilayah yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling
terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
29. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur
tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap
blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam
rencana rinci tata ruang.
30. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat
KDB adalah angka persentase perbandingan antara
luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas
lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
- 7 -
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata
bangunan dan lingkungan.
31. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat
KLB adalah angka persentase perbandingan antara
luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan
lingkungan.
32. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat
KDH adalah angka persentase perbandingan antara
luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung
yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan
dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata
bangunan dan lingkungan.
33. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat
GSB adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh
denah bangunan ke arah garis sempadan jalan.
34. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok
orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi,
dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain
dalam penyelenggaraan penataan ruang.
35. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat
dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
36. Pemerintah Pusat selanjutnya adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu
oleh Wakil Presiden dan Menteri sebagaimana
dimaksud Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
37. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
- 8 -
38. Bupati adalah Bupati Tapanuli Selatan.
Pasal 2
Ruang lingkup pengaturan Peraturan Daerah ini meliputi:
a. peran dan fungsi Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi serta cakupan Kawasan Perkotaan
Batang Toru;
b. tujuan dan sasaran penataan ruang Kawasan
Perkotaan Batang Toru;
c. rencana struktur ruang Kawasan Perkotaan Batang
Toru;
d. rencana pola ruang Kawasan Perkotaan Batang Toru;
e. penetapan Sub BW prioritas;
f. ketentuan pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan
Batang Toru;
g. peraturan zonasi Kawasan Perkotaan Batang Toru.
h. ketentuan perizinan;
i. pemberian insentif dan disinsentif;
j. hak, kewajiban, dan peran Masyarakat;
k. sanksi administratif;
l. pengawasan penataan ruang;
m. penyidikan;
n. ketentuan pidana;
o. jangka waktu dan peninjauan kembali;
p. ketentuan peralihan; dan
q. ketentuan penutup.
BAB II
PERAN DAN FUNGSI RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN
PERATURAN ZONASI SERTA CAKUPAN KAWASAN
PERKOTAAN BATANG TORU
Bagian Kesatu
Peran dan Fungsi Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan Batang Toru
- 9 -
Pasal 3
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kawasan
Perkotaan Batang Toru berperan sebagai alat
operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Tapanuli Selatan dan alat koordinasi pelaksanaan
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
di Kawasan Perkotaan Batang Toru.
Pasal 4
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kawasan
Perkotaan Batang Toru berfungsi sebagai pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan di Kawasan
Perkotaan Batang Toru;
b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang di Kawasan Perkotaan Batang Toru;
c. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan
keseimbangan perkembangan antarzona, serta
keserasian antarsektor di Kawasan Perkotaan Batang
Toru;
d. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di
Kawasan Perkotaan Batang Toru;
e. pengelolaan Kawasan Perkotaan Batang Toru; dan
f. perwujudan keterpaduan rencana pengembangan
Kawasan Perkotaan Batang Toru.
Bagian Kedua
Cakupan BWP
Pasal 5
(1) Kawasan Perkotaan Batang Toru merupakan satu
kesatuan BWP yang ditetapkan berdasarkan fungsi
kawasan perkotaan, daya dukung lahan untuk fungsi
kawasan perkotaan, karakteristik pusat pelayanan,
- 10 -
perkiraan jumlah penduduk, kebutuhan lahan,
potensi, masalah, dan isu-isu strategis.
(2) Cakupan BWP Batang Toru meliputi wilayah dengan
luas 2.330,12 (dua ribu tiga ratus tiga puluh koma
dua belas) hektar beserta ruang perairan, ruang udara
di atasnya, dan ruang di dalam bumi.
(3) Cakupan BWP Batang Toru mencakup 6 (enam) Sub
BWP terdiri atas:
a. Sub BWP A mencakup 3 (tiga) Blok dengan luas
kurang lebih 531,38 (lima ratus tiga puluh satu
koma tiga puluh delapan) hektar meliputi:
1. Blok A-1 berupa sebagian wilayah Desa
Sipenggeng;
2. Blok A-2 berupa sebagian wilayah Kelurahan
Hapseong Baru;
3. Blok A-3 berupa sebagian wilayah sebagian
wilayah Kelurahan Hapseong Baru; dan
4. Blok A-4 berupa sebagian wilayah Desa
Perkebunan Hapesong;
b. Sub BWP B mencakup 8 (delapan) Blok dengan
luas kurang lebih 178,21 (dua ratus delapan puluh
lima, koma satu) hektar meliputi:
1. Blok B-1 berupa KelurahanWek I;
2. Blok B-2 berupa Kelurahan Wek II;
3. Blok B-3 berupa sebagian wilayah Kelurahan
Perkebunan Batang Toru;
4. Blok B-4 berupa sebagian wilayah Kelurahan
Perkebunan Batang Toru;
5. Blok B-5 berupa sebagian wilayah Desa Wek III;
6. Blok B-6 berupa sebagian wilayah Desa Wek IV;
7. Blok B-7 berupa sebagian wilayah Desa Telo;
dan
8. Blok B-8 berupa sebagian wilayah Desa Napa;
- 11 -
c. Sub BWP C mencakup 4 (empat) Blok dengan luas
kurang lebih 178,21 (seratus tujuh puluh delapan
koma dua puluh satu) hektar meliputi:
1. Blok C-1 berupa sebagian wilayah Kelurahan
Aek Pining;
2. Blok C-2 berupa sebagian wilayah Kelurahan
Aek Pining;
3. Blok C-3 berupa sebagian wilayah Desa Napa;
dan
4. Blok C-4 berupa sebagian wilayah Desa
Sumuran;
d. Sub BWP D mencakup 4 (empat) Blok dengan luas
kurang lebih 356 (tiga ratus lima puluh enam
koma delapan belas) hektar meliputi:
1. Blok D-1 berupa sebagian wilayah Kelurahan
Perkebunan Batang Toru;
2. Blok D-2 berupa sebagian wilayah Kelurahan
Aek Pining;
3. Blok D-3 berupa sebagian wilayah Desa
Sumuran; dan
4. Blok D-4 berupa sebagian wilayah Desa Batu
Hula;
e. Sub BWP E mencakup 2 (dua) Blok dengan luas
kurang lebih 226,36 (dua ratus dua puluh enam
koma tiga puluh enam) hektar meliputi:
1. Blok E-1 berupa sebagian wilayah Kelurahan
Perkebunan Batang Toru; dan
2. Blok E-2 berupa sebagian wilayah Desa Batu
Hula;
f. Sub BWP F mencakup 5 (lima) Blok dengan luas
kurang lebih 633,27 (enam ratus tiga puluh tiga
koma dua puluh tujuh) hektar meliputi:
1. Blok F-1 berupa sebagian wilayah Desa Batu
Hula;
- 12 -
2. Blok F-2 berupa sebagian wilayah Desa Batu
Hula;
3. Blok F-3 berupa sebagian wilayah Desa Aek
Ngadol Sitinjak;
4. Blok F-4 berupa sebagian wilayah Desa Huta
Godang; dan
5. Blok F-5 berupa sebagian wilayah Desa Garoga.
(4) Cakupan BWP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digambarkan dalam Peta Cakupan BWP dengan
menggunakan tingkat ketelitian sumber data skala
1:5.000 (satu banding lima ribu), tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
BAB III
TUJUAN DAN SASARAN PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 6
Penataan ruang Kawasan Perkotaan Batang Toru bertujuan
untuk mewujudkan pusat perdagangan dan jasa
pendukung kegiatan tanaman pangan, perkebunan, dan
pertambangan yang berdaya saing dan berketahanan
terhadap bencana.
Bagian Kedua
Sasaran Penataan Ruang
Pasal 7
Sasaran penataan ruang untuk mewujudkan pusat
perdagangan dan jasa pendukung kegiatan tanaman
pangan, perkebunan, dan pertambangan yang berdaya
- 13 -
saing dan berketahanan terhadap bencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 terdiri atas:
a. meningkatnya kualitas konektivitas transportasi,
jaringan energi, dan jaringan telekomunikasi
antarzona dan antar wilayah yang handal;
b. meningkatnya kualitas dan kuantitas prasarana
SPAM, jaringan drainase, SPAL, dan pengelolaan
sampah yang ramah lingkungan;
c. berkembangnya zona perlindungan setempat dan RTH
sepanjang sungai untuk mendukung kelestarian
lingkungan;
d. berkembangnya zona perdagangan dan jasa skala
provinsi yang berdaya saing;
e. berkembangnya zona budi daya pendukung kegiatan
tanaman pangan, perkebunan, dan pertambangan;
f. bertahannya zona tanaman pangan untuk mendukung
ketahanan pangan;
g. terkendalinya pemanfaatan ruang melalui pelaksanaan
peraturan zonasi.
BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
(1) Rencana Struktur Ruang Kawasan Perkotaan Batang
Toru ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas pusat pelayanan, meningkatkan kualitas dan
jangkauan pelayanan jaringan prasarana, serta
meningkatkan fungsi Kawasan Perkotaan Batang Toru
sebagai Pusat Kegiatn Lokal yang mandiri dengan
mengedepankan pelestarian lingkungan.
- 14 -
(2) Rencana struktur ruang Kawasan Perkotaan Batang
Toru berfungsi sebagai penunjang dan penggerak
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarki memiliki hubungan fungsional.
(3) Rencana Struktur Ruang terdiri atas:
a. rencana pengembangan pusat pelayanan; dan
b. rencana jaringan prasarana.
Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan
Pasal 9
(1) Rencana pengembangan pusat pelayanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf a
merupakan distribusi pusat-pusat pelayanan yang
ditetapkan dengan tujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas dan jangkauan pusat
pelayanan Kawasan Perkotaan Batang Toru.
(2) Rencana pengembangan pusat pelayanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. PPKP;
b. SPPKP; dan
c. PL.
Pasal 10
(1) PPKP sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(2) huruf a merupakan pusat kegiatan utama dalam
peningkatan pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang ditetapkan untuk mendorong
pengembangan Kawasan Perkotaan Batang Toru.
(2) PPKP sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan di Pasar Batang Toru dan Sekitarnya di
sebagian wilayah Blok B-1 KelurahanWek I dan
sebagian wilayah Blok B-2 berupa Kelurahan Wek II.
- 15 -
(3) PPKP Pasar Batang Toru dan Sekitarnya sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (2) memiliki fungsi sebagai:
a. pusat pemerintahan;
b. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
c. pusat perdagangan dan jasa skala beberapa
kecamatan;
d. pusat kegiatan industri pengolahan dan industri
jasa hasil tanaman pangan dan perkebunan;
e. pusat kegiatan pertahanan dan keamanan; dan
f. pusat pelayanan sistem angkutan umum
penumpang dan angkutan barang.
Pasal 11
(1) SPPK sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(2) huruf b merupakan pusat kegiatan pendukung
PPKP yang ditetapkan untuk mendorong
pengembangan sub Kawasan Perkotaan Batang Toru.
(2) SPPK sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan di:
a. Taman Wisata Alam Raya dan Sekitarnya di Blok
A-1 sebagian wilayah Desa Sipenggeng;
b. Simpang Puskesmas Kelurahan Aek Pining dan
Sekitarnya di sebagian wilayah Blok C;
c. Pasar Hutang Godang dan Sekitarnya di sebagian
wilayah Blok F-4 Desa Huta Godang.
(3) Taman Wisata Alam Raya dan Sekitarnya sebagaimana
yang dimaksud pada ayat (2) huruf a memiliki fungsi
sebagai:
a. pusat kegiatan pariwisata berbasis alam; dan
b. pusat pelayanan pendidikan skala kecamatan.
(4) Simpang Puskesmas Kelurahan Aek Pining dan
Sekitarnya sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)
huruf b memiliki fungsi sebagai:
a. pusat pelayanan kesehatan skala kecamatan;
b. pusat pelayanan pendidikan skala kecamatan; dan
- 16 -
c. pusat kegiatan pelayanan pertambangan.
(5) Pasar Huta Godang dan Sekitarnya sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (2) huruf c memiliki fungsi
sebagai:
a. pusat perdagangan dan jasa skala beberapa
kelurahan atau desa;
b. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan;
c. pusat kegiatan industri pengolahan dan industri
jasa hasil tanaman pangan dan perkebunan; dan
d. pusat pelayanan sistem angkutan umum
penumpang dan angkutan barang.
Pasal 12
(1) PL sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2)
huruf c ditetapkan dalam rangka meningkatkan
pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi
yang memiliki fungsi pelayanan tersier untuk melayani
permukiman.
(2) PL sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 9 ayat (5)
terdiri atas:
a. PL kelurahan ditetapkan di:
1. Kantor Lurah Perkebunan Batang Toru; dan
2. Kantor Lurah Wek II;
b. PL desa ditetapkan di:
3. Kantor Desa Perkebunan Hapesong;
4. Kantor Desa Sipenggeng;
5. Kantor Desa Hapesong Baru;
6. Kantor Desa Telo;
7. Kantor Desa Wek III;
8. Kantor Desa Wek IV;
9. Kantor Desa Napa;
10. Kantor Desa Sumuran;
11. Kantor Desa Batu Hula;
12. Kantor Desa Huta Godang;
13. Kantor Desa Garoga; dan
- 17 -
14. Kantor Desa Aek Ngadol Sitinjak.
(3) PL memiliki fungsi sebagai:
a. pusat pemerintahan skala lingkungan; dan
b. pusat pelayanan perdagangan dan jasa skala
lingkungan.
Pasal 13
Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan
Perkotaan Batang Toru sebagaimana dimaksud dalam
Bagian Kedua digambarkan dalam Peta Rencana
Pengembangan Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan
Perkotaan Batang Toru dengan menggunakan tingkat
ketelitian sumber data skala 1:5.000 (satu banding lima
ribu), tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketiga
Rencana Jaringan Prasarana
Paragraf 1
Umum
Pasal 14
Rencana jaringan prasarana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (3) huruf b terdiri atas:
a. rencana jaringan transportasi;
b. rencana jaringan energi;
c. rencana jaringan telekomunikasi;
d. rencana SPAM;
e. rencana jaringan drainase;
f. rencana SPAL; dan
g. rencana jalur evakuasi bencana.
- 18 -
Paragraf 2
Rencana Jaringan Transportasi
Pasal 15
(1) Rencana jaringan transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 huruf a ditetapkan dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan pergerakan orang dan barang serta
memfungsikannya sebagai pendorong pertumbuhan
ekonomi.
(2) Rencana jaringan transportasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. jaringan jalan;
b. jalur pejalan kaki; dan
c. jalur sepeda.
Pasal 16
(1) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (2) huruf a ditetapkan dengan tujuan untuk
menghubungkan antar Rencana Pengembangan Pusat
Pelayanan dan antarsistem perkotaan dalam lingkup
regional.
(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. jaringan jalan arteri sekunder;
b. jaringan jalan kolektor primer satu;
c. jaringan jalan kolektor primer tiga;
d. jaringan jalan kolektor sekunder;
e. jaringan jalan lokal pimer;
f. jaringan jalan lokal sekunder;
g. jaringan jalan lingkungan primer;
h. jaringan jalan lingkungan sekunder; dan
i. jaringan jalan khusus.
(3) Jaringan jalan arteri sekunder sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a terdiri atas:
- 19 -
a. Jalan Keliling SMK Tambang; dan
b. Simpang Jalan Nasional-SMA.
(4) Jaringan kolektor primer satu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b meliputi jalan yang
menghubungkan:
a. batas Kabupaten Tapanuli Tengah/Tapanuli
Selatan-Batang Toru;
b. Batang Toru-Rianiate-Simpang Aek Rambe; dan
c. Batang Toru-batas Kota Padang Sidempuan.
(5) Jaringan kolektor primer tiga sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c berupa jalan yang
menghubungkan Sipenggeng-Marancar-Sipirok.
(6) Jaringan kolektor sekunder sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf d meliputi jalan yang
menghubungkan:
a. Simpang Jalan Nasional (Aek Ngadol) SMK
Pertanian;
b. Jalan Keliling SMK Tambang; dan
c. Jalan Keliling Batangtoru.
(7) Jaringan lokal primer sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf e meliputi jalan yang menghubungkan:
a. Simpang Jalan Nasional (Batang Toru)-Bandar
Hapinis; dan
b. Simpang Jalan Nasional-Rambin.
(8) Jaringan lokal sekunder sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf f meliputi jalan yang menghubungkan:
a. Simpang Jalan Nasional-Bidan Sarifa;
b. Simpang Jalan Nasional (Sumuran)-Aek Sirara;
c. Simpang Jalan Nasional (Aek Pining)-Tanah Wakaf;
d. Simpang Jalan Nasional (Napa)-Kampung Telo;
e. Simpang Jalan Nasional-Partodungan-Sipette; dan
f. Jalan Keliling Batangtoru.
(9) Jaringan jalan lingkungan primer sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf g meliputi jalan yang
- 20 -
menghubungkan Simpang Jalan Nasional (Huta
Godang)-Silaiya.
(10) Jaringan jalan lingkungan sekunder sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf h merupakan jalan yang
menghubungkan antarpersil yang tersebar merata dan
seimbang di seluruh Blok.
(11) Jaringan jalan khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf h meliputi:
a. jalan dalam Zona Perkebunan; dan
b. jalan dalam Zona Pertambangan.
Pasal 17
(1) Jalur pejalan kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15 ayat (2) huruf b ditetapkan dengan tujuan untuk
memfasilitasi pergerakan pejalan kaki dari satu tempat
ke tempat lainnya dengan menjamin aspek
keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki.
(2) Jalur pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan di:
a. jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf g di Zona
RTH, Zona R, Zona K, Zona KT, Zona SPU, Zona I,
dan Zona W; dan
b. jaringan jalan lingkungan sekunder sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf h.
Pasal 18
(1) Jalur sepeda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (2) huruf c ditetapkan dengan tujuan untuk
memfasilitasi pergerakan sepeda dari satu tempat ke
tempat lainnya dengan menjamin aspek keselamatan
dan kenyamanan bersepeda.
(2) Jalur sepeda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan di:
- 21 -
a. jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf g di Zona
RTH, Zona R, Zona K, Zona KT, Zona SPU, Zona I,
dan Zona W; dan
b. jaringan jalan lingkungan sekunder sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf h.
Pasal 19
Rencana jaringan transportasi Kawasan Perkotaan Batang
Toru sebagaimana dimaksud dalam Bagian Ketiga
digambarkan dalam Peta Rencana Jaringan Transportasi
Kawasan Perkotaan Batang Toru dengan menggunakan
tingkat ketelitian sumber data skala 1:5.000 (satu banding
lima ribu), tercantum dalam Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 2
Rencana Jaringan Energi
Pasal 20
(1) Rencana jaringan energi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 huruf b ditetapkan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan energi dalam jumlah
cukup dan menyediakan akses berbagai jenis energi
bagi masyarakat untuk kebutuhan sekarang dan masa
datang.
(2) Rencana jaringan energi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. jaringan transmisi tenaga listrik; dan
b. jaringan distribusi tenaga listrik.
(3) Jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) ditetapkan
pada:
- 22 -
1. jaringan transmisi tenaga listrik Sibolga-
Labuhan Angin;
2. jaringan transmisi tenaga listrik Mariana-
Borang;
3. jaringan transmisi tenaga listrik PLTA Batang
Toru-Gardu Induk (GI) Martabe;
b. Garudu Induk (GI) ditetapkan di GI Martabe di
Blok E-1 sebagian wilayah Kelurahan Perkebunan
Batang Toru.
(4) Jaringan distribusi tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. Saluran Kabel Tegangan Menengah di ruang dalam
bumi ditetapkan di jaringan jalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf a sampai
dengan huruf f;
b. Saluran Kabel Tegangan Rendah di ruang dalam
bumi ditetapkan di jaringan jalan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf e sampai
dengan huruf h;
c. Gardu Hubung ditetapkan menyebar dan seimbang
di setiap Sub BWP; dan
d. Gardu Distribusi ditetapkan menyebar dan
seimbang di setiap Blok.
Pasal 21
Rencana jaringan energi Kawasan Perkotaan Batang Toru
sebagaimana dimaksud dalam Bagian Keempat
digambarkan dalam Peta Rencana Jaringan Energi
Kawasan Perkotaan Batang Toru dengan menggunakan
tingkat ketelitian sumber data skala 1:5.000 (satu banding
lima ribu), tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
- 23 -
Paragraf 3
Rencana Jaringan Telekomunikasi
Pasal 22
(1) Rencana jaringan telekomunikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 huruf c ditetapkan dengan
tujuan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat
dan dunia usaha terhadap layanan komunikasi baik
nasional maupun internasional.
(2) Rencana jaringan telekomunikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. jaringan tetap;
b. jaringan bergerak meliputi:
1. jaringan bergerak terestrial;
2. jaringan bergerak seluler; dan
3. jaringan bergerak satelit.
(3) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi:
a. jaringan serat optik ditetapkan di jaringan jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2)
huruf a sampai dengan huruf h untuk melayani
seluruh Blok; dan
b. Stasiun Telepon Otomat (STO) ditetapkan di Pasar
Batang Toru di Blok B-1 Kelurahan Wek I.
(4) Jaringan terestrial sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b angka 1 meliputi jaringan radio trunking
dan radio panggil untuk umum ditetapkan menyebar
dan seimbang untuk melayani seluruh Blok.
(5) Jaringan bergerak seluler sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b angka 2 meliputi menara Base
Transceiver Station (BTS) mandiri dan menara BTS
bersama ditetapkan oleh penyelenggara
telekomunikasi dengan memperhatikan efisiensi
pelayanan, keamanan dan kenyamanan lingkungan
- 24 -
sekitarnya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(6) Menara BTS mandiri dan menara BTS bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan
menyebar dan seimbang untuk melayani seluruh Blok.
(7) Jaringan bergerak satelit sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b angka 3 meliputi jaringan satelit
ditetapkan menyebar dan seimbang untuk melayani
seluruh Blok.
Pasal 23
Rencana jaringan telekomunikasi Kawasan Perkotaan
Batang Toru sebagaimana dimaksud dalam Bagian Kelima
digambarkan dalam Peta Rencana Jaringan
Telekomunikasi Kawasan Perkotaan Batang Toru dengan
menggunakan tingkat ketelitian sumber data skala 1:5.000
(satu banding lima ribu), tercantum dalam Lampiran V
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Paragraf 4
Rencana SPAM
Pasal 24
(1) Rencana SPAM sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 huruf d ditetapkan dengan tujuan untuk menjamin
kuantitas, kualitas, dan kontinuitas penyediaan air
minum bagi masyarakat dan kegiatan ekonomi, serta
meningkatkan efisiensi dan cakupan pelayanan.
(2) Rencana SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. SPAM jaringan perpipaan; dan
b. SPAM bukan jaringan perpipaan.
(3) SPAM jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a meliputi unit air baku, unit
- 25 -
produksi, unit distribusi, dan unit pelayanan dengan
kapasitas produksi sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan Kawasan Perkotaan Batang Toru .
(4) SPAM jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) terdiri atas:
a. sumber air baku meliputi:
1. sumber air berupa air permukaan pada Sungai
Batang Toru dan Sungai Garoga; dan
2. sumber air berupa air tanah pada Mata Air di
Desa Sipenggeng dan Desa Marancar
b. unit air baku meliputi:
1. bangunan pengambilan air ditetapkan di:
a) intake Sungai Batang Toru di Blok B-2
Kelurahan Wek II;
b) intake Sungai Garoga di Blok F-5 di Desa
Garoga; dan
c) bangunan penampung air di Mata Air di
Desa Sipenggeng dan Mata Air di
Kecamatan Marancar, yang berada di luar
Kawasan Perkotaan Batang Toru;
2. jaringan pipa transmisi menghubungkan
bangunan pengambilan air dengan unit
produksi air minum terdapat di jaringan jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2)
huruf a sampai dengan huruf d;
c. unit produksi air minum meliputi:
1. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Batang Toru di
Blok B-2 Kelurahan Wek II; dan
2. IPA Garoga di Blok F-5 di Desa Garoga;
d. unit distribusi air minum meliputi:
1. jaringan pipa distribusi utama ditetapkan di
jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf
d;
- 26 -
2. jaringan pipa distribusi pembawa atau
distribusi sekunder ditetapkan di jaringan jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2)
huruf a sampai dengan huruf d; dan
3. jaringan pipa distribusi pembagi atau distribusi
tersier ditetapkan di jaringan jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2)
huruf a sampai dengan huruf f untuk melayani
seluruh Blok.
e. unit pelayanan air minum meliputi:
1. jaringan pipa pelayanan ditetapkan di jaringan
jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (2) huruf a sampai dengan huruf h untuk
melayani seluruh Blok;
2. sambungan rumah untuk melayani Zona RTH,
Zona R, Zona K, Zona KT, Zona SPU, Zona I,
dan Zona W;
3. hidran umum untuk melayani di Zona RTH,
Zona R, Zona K, Zona KT, Zona SPU, Zona I,
dan Zona W; dan
4. hidran kebakaran untuk melayani di Zona
RTH, Zona R, Zona K, Zona KT, Zona SPU,
Zona I, dan Zona W.
(5) SPAM bukan jaringan perpipaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi sumur
dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air
hujan, terminal air, dan bangunan penangkap mata
air diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(6) SPAM bukan jaringan perpipaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) berada di Zona R-3 yang
merupakan sub zona perumahan kepadatan rendah.
(7) Rencana SPAM sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
- 27 -
Pasal 25
Rencana SPAM Kawasan Perkotaan Batang Toru
sebagaimana dimaksud dalam Bagian Keenam
digambarkan dalam Peta Rencana SPAM Kawasan
Perkotaan Batang Toru dengan menggunakan tingkat
ketelitian sumber data skala 1:5.000 (satu banding lima
ribu), tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 4
Rencana Jaringan Drainase
Pasal 26
(1) Rencana jaringan drainase sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 huruf e ditetapkan dengan tujuan
untuk mengurangi genangan air dan mendukung
pengendalian banjir, terutama di Zona R, Zona K, Zona
KT, Zona SPU, Zona I, dan Zona W.
(2) Rencana jaringan drainase sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. saluran drainase; dan
b. kolam konservasi air.
(3) Salura drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a terdiri atas:
a. saluran drainase induk/primer;
b. saluran drainase sekunder;
c. saluran drainase tersier; dan
d. saluran drainase lokal.
(4) Saluran drainase induk/primer sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a dikembangkan melalui
saluran pembuangan utama pada sungai dan/atau
anak sungai dan/atau kanal buatan di:
a. Sungai Batang Toru;
b. Sungai Garoga;
- 28 -
c. Sungai Aek Parsarian; dan
d. jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (2) huruf a dan huruf b.
(5) Saluran drainase sekunder sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b dikembangkan melalui saluran
pembuangan kedua pada saluran buatan di jaringan
jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2)
huruf b sampai dengan huruf d.
(6) Saluran drainase tersier sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf c dikembangkan melalui saluran
pembuangan ketiga pada di jaringan jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf
e dan huruf f.
(7) Saluran drainase lokal sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf d dikembangkan di jaringan jalan
lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 ayat (2) huruf g, huruf h, dan/atau jaringan
jalan lain di Zona R, Zona K, Zona KT, Zona SPU, Zona
I, dan Zona W.
(8) Kolam konservasi air sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. sumur resapan air tanah dangkal atau sumur
resapan air tanah dalam; dan
b. kolam retensi dan/atau kolam detensi.
(9) Sumur resapan air tanah dangkal atau sumur resapan
air tanah dalam sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
huruf a meliputi:
a. sumur resapan air tanah dangkal ditetapkan di
Zona RTH, Zona R, Zona SPU, dan Zona W; dan
b. sumur resapan air tanah dalam ditetapkan di Zona
K, Zona KT, adn Zona I untuk tetap menjaga
kuantitas air tanah dalam.
(10) Kolam retensi dan/atau kolam detensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) huruf b dikembangkan dengan
- 29 -
sistem polder di samping atau di badan sungai untuk
menampung dan/atau menyerapkan air hujan di .....
(11) Rencana jaringan drainase sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilaksanakan secara terpadu dengan
sistem pengendalian banjir.
Pasal 27
Rencana jaringan drainase Kawasan Perkotaan Batang
Toru sebagaimana dimaksud dalam Bagian Ketujuh
digambarkan dalam Peta Rencana Jaringan Drainase
Kawasan Perkotaan Batang Toru dengan menggunakan
tingkat ketelitian sumber data skala 1:5.000 (satu banding
lima ribu), tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 5
Rencana SPAL
Pasal 28
(1) Rencana SPAL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf f ditetapkan dengan tujuan untuk
meningkatkan pelayanan air limbah yang berkualitas,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitas
lingkungan, melindungi kualitas air baku dari
pencemaran air limbah, dan mendorong upaya
pemanfaatan hasil pengolahan air limbah.
(2) Rencana SPAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. SPAL Setempat; dan
b. SPAL Terpusat.
(3) SPAL Setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dilakukan secara individual melalui
pengolahan dan pembuangan air limbah setempat
serta dikembangkan pada zona yang belum memiliki
SPAL Terpusat.
- 30 -
(4) SPAL Setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b meliputi jamban individual, tangki septik
individual, dan tangki septik bersama ditetapkan di
Zona R, Zona K, Zona KT, Zona SPU, dan Zona W yang
belum memiliki SPAL Terpusat.
(5) SPAL Terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan secara kolektif melalui jaringan
pengumpulan air limbah, pengolahan, dan
pembuangan air limbah secara terpusat.
(6) Jaringan pengumpulan air limbah sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) ditetapkan di jaringan jalan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf
a sampai dengan huruf h di Zona R, Zona K, Zona KT,
Zona SPU, Zona I, dan Zona W.
(7) Pengolahan dan pembuangan air limbah secara
terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) terdiri
atas:
a. pengolahan dan pembuangan air limbah skala
kawasan ditetapkan menyebar dan seimbang di
Zona R, Zona K, Zona KT, Zona SPU, Zona I, dan
Zona W untuk melayani seluruh Blok; dan
b. pengolahan dan pembuangan air limbah skala kota
ditetapkan di Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah Tinja
(IPLT) di sebagian wilayah Blok .....
(8) SPAL Terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
Pasal 29
Rencana SPAL Kawasan Perkotaan Batang Toru
sebagaimana dimaksud dalam Bagian Kedelapan
digambarkan dalam Peta Rencana SPAL Kawasan
Perkotaan Batang Toru dengan menggunakan tingkat
ketelitian sumber data skala 1:5.000 (satu banding lima
- 31 -
ribu), tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 6
Rencana Jalur Evakuasi Bencana
Pasal 30
(1) Rencana jalur evakuasi bencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 huruf g ditetapkan dengan
tujuan untuk memudahkan proses evakuasi
pengungsi dari lokasi bencana ke tempat evakuasi
sementara, dan dari tempat evakuasi sementara ke
tempat evakuasi akhir.
(2) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. jalur evakuasi bencana banjir;
b. jalur evakuasi bencana tanah longsor; dan
c. jalur evakuasi bencana gempa bumi.
(3) Jalur evakuasi bencana banjir sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a meliputi:
jaringan jalan.
(4) Jalur evakuasi bencana tanah longsor sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
jaringan jalan.
(5) Jalur evakuasi bencana gempa bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:
jaringan jalan.
Pasal 31
Rencana jalur evakuasi bencana Kawasan Perkotaan
Batang Toru sebagaimana dimaksud dalam Bagian
Kesembilan digambarkan dalam Peta Rencana Jalur
Evakuasi Bencana Kawasan Perkotaan Batang Toru dengan
menggunakan tingkat ketelitian sumber data skala 1:5.000
- 32 -
(satu banding lima ribu), tercantum dalam Lampiran IX
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
BAB V
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 32
(1) Rencana pola ruang Kawasan Perkotaan Batang Toru
ditetapkan dengan tujuan mengoptimalkan
pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukannya
sebagai Zona Lindung dan Zona Budi Daya secara
berkelanjutan berdasarkan daya dukung dan daya
tampung lingkungan guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
(2) Rencana pola ruang Kawasan Perkotaan Batang Toru
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. rencana Zona Lindung; dan
b. rencana Zona Budi Daya.
Bagian Kedua
Rencana Zona Lindung
Pasal 33
Rencana Zona Lindung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. Zona Perlindungan Setempat (Zona PS); dan
b. Zona Ruang Terbuka Hijau (Zona RTH).
Pasal 34
(1) Zona PS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf
b ditetapkan dengan tujuan untuk melindungi sungai
- 33 -
dari kegiatan budi daya yang dapat mengganggu
kelestarian fungsinya.
(2) Zona PS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
Sub Zona SS yang merupakan sub zona sempadan
sungai.
(3) Sub Zona SS yang merupakan sub zona sempadan
sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
ditetapkan dengan kriteria:
a. sempadan sungai bertanggul ditentukan paling
sedikit berjarak 3 (tiga) meter dari tepi luar kaki
tanggul sepanjang alur sungai;
b. sempadan sungai tidak bertanggul terdiri atas:
1. paling sedikit berjarak 10 (sepuluh) meter dari
tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang
alur sungai, dalam hal kedalaman sungai
kurang dari atau sama dengan 3 (tiga) meter;
2. paling sedikit berjarak 15 (lima belas) meter
dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman
sungai lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan
20 (dua puluh) meter; dan/atau
3. paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter
dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman
sungai lebih dari 20 (dua puluh) meter.
(4) Sub Zona SS yang merupakan sub zona sempadan
sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
ditetapkan di daratan sepanjang tepian pada:
a. Sungai Batang Toru, Sungai Garoga, dan Sungai
Aek Parsarian ditetapkan berjarak 15 (lima belas)
meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai.
b. sungai kecil ditetapkan berjarak 3 (tiga) meter dari
tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.
- 34 -
(5) Ketentuan mengenai Sub Zona SS yang merupakan
sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur lebih rinci sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 35
(1) Zona RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
huruf c ditetapkan dengan tujuan untuk menciptakan
keindahan, kenyamanan, pembersih udara,
pemeliharaan kelangsungan persediaan air tanah, dan
pelestarian fungsi lingkungan.
(2) Zona RTH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. Sub Zona RTH-1 yang merupakan hutan kota;
b. Sub Zona RTH-3 yang merupakan taman
kecamatan;
c. Sub Zona RTH-4 yang merupakan taman
kelurahan/desa;
d. Sub Zona RTH-5 yang merupakan taman RW;
e. Sub Zona RTH-6 yang merupakan taman RT; dan
f. Sub Zona RTH-7 yang merupakan pemakaman.
Pasal 36
(1) Sub Zona RTH-1 yang merupakan hutan kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf
a ditetapkan dengan kriteria:
a. vegetasi yang mengelompok pada satu areal,
dengan jumlah vegetasi minimal 100 (seratus)
pohon dengan jarak tanam rapat tidak beraturan;
b. vegetasi tumbuh menyebar terpencar-pencar dalam
bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil
dengan luas minimal 2.500 (dua ribu lima ratus)
meter persegi; dan/atau
- 35 -
c. vegetasi berbentuk jalur mengikuti bentukan
sungai, jalan, pantai, dan saluran dengan lebar
jalur minimal 30 (tiga puluh) meter.
(2) Sub Zona RTH-1 yang merupakan hutan kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan luas
kurang lebih 75,81 (tujuh puluh lima koma delapan
puluh satu) hektar ditetapkan di sebagian wilayah
Blok A2 Desa Hapesong Baru, sebagian wilayah Blok
C1 Desa Batu Horing dan sebagian wilayah Kelurahan
Wek I, sebagian wilayah Blok C4 Desa Batu Horing
dan sebagian wilayah Desa Wek III, dan sebagian
wilayah Blok C5 Desa Wek IV.
Pasal 37
(1) Sub Zona RTH-3 yang merupakan taman kecamatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf
c, Sub Zona RTH-4 yang merupakan taman kelurahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf
d, Sub Zona RTH-5 yang merupakan taman RW
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf
e, dan Sub Zona RTH-6 yang merupakan taman RT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf f
ditetapkan dengan kriteria:
a. jumlah penduduk yang dilayani;
b. luas minimal taman; dan
c. lokasi penempatan taman.
(2) Sub Zona RTH-3 yang merupakan taman kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan luas
kurang lebih 4,96 (empat koma sembilan puluh
hektar) hektar ditetapkan di sebagian wilayah Blok B-1
Desa Napa dan sebagian wilayah Blok C-8 Desa Napa.
(3) Sub Zona RTH-4 yang merupakan taman
kelurahan/desa pada ayat (1) dengan luas kurang
lebih 80,72 (delapan puluh koma tujuh dua) hektar
ditetapkan menyebar dan seimbang untuk melayani
- 36 -
Zona R, Zona K, Zona KT, Zona SPU, Zona I, Zona PG,
dan Zona W dalam satu wilayah kelurahan di sebagian
wilayah Blok A1 dan Desa Sipenggeng, sebagian
wilayah Blok A2 Desa Hapesong Baru, sebagian
wilayah Blok A3 Desa Hapesong Baru, sebagian
wilayah Blok B1 Desa Napa, sebagian wilayah Blok B2
Kelurahan Aek Pining, sebagian wilayah Blok B3
Kelurahan Aek Pining, sebagian wilayah Blok B4 Desa
Sumuran, sebagian wilayah Blok C1 Kelurahan Wek I,
sebagian wilayah Blok C2 Kelurahan Wek II, sebagian
wilayah Blok C3 Kelurahan Perkebunan Batang Toru,
sebagian wilayah Blok C4 Desa Wek III, sebagian
wilayah Blok C5 Desa Wek IV, sebagian wilayah Blok
C6 Desa Telo, sebagian wilayah Blok C7 Kelurahan
Perkebunan Batang Toru, sebagian wilayah Blok C8
Desa Napa, sebagian wilayah Blok D1 Kelurahan Aek
Pining, sebagian wilayah Blok D3 Desa Sumuran,
sebagian wilayah Blok D4 Desa Batu Hula, sebagian
wilayah Blok E1 Kelurahan Perkebunan Batang Toru,
sebagian wilayah Blok F1 Desa Batu Hula, sebagian
wilayah Blok F3 Desa Aek Ngadol Sitinjak, sebagian
wilayah Blok F4 Desa Huta Godang, dan sebagian
wilayah Blok F5 Desa Garoga.
(4) Sub Zona RTH-5 yang merupakan taman RW
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan luas
kurang lebih 3,14 (tiga koma empat belas) hektar
ditetapkan menyebar dan seimbang untuk melayani
Zona R, Zona K, Zona KT, Zona SPU, Zona I, Zona PG,
dan Zona W dalam satu wilayah RW di sebagian
wilayah Blok D.3 Desa Batu Hula dan Desa Sumuran,
serta sebagian wilayah Blok F.4 Desa Huta Godang.
(5) Sub Zona RTH-6 yang merupakan taman RT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan luas
kurang lebih 183,3 (seratus delapan puluh tiga koma
tiga) hektar ditetapkan menyebar dan seimbang untuk
- 37 -
melayani Zona R, Zona K, Zona KT, Zona SPU, Zona I,
Zona PG, dan Zona W dalam satu wilayah RT.
Pasal 38
(1) Sub Zona RTH-7 yang merupakan pemakaman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf
g ditetapkan dengan kriteria:
a. menghindari penggunaan tanah yang subur;
b. memperhatikan keserasian dan keselarasan
lingkungan hidup;
c. mencegah pengerusakan tanah dan lingkungan
hidup; dan
d. mencegah penggunaan tanah yang berlebih-
lebihan.
(2) Sub Zona RTH-7 yang merupakan pemakaman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan luas
kurang lebih 3,67 (tiga koma enam puluh tujuh)
hektar ditetapkan di sebagian wilayah Blok C-1
Kelurahan Wek I.
Bagian Ketiga
Rencana Zona Budi Daya
Pasal 39
Rencana zona budi daya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. Zona Perumahan (Zona R);
b. Zona Perdagangan dan Jasa (Zona K);
c. Zona Perkantoran (Zona KT);
d. Zona Sarana Pelayanan Umum (Zona SPU);
e. Zona Industri (Zona I);
f. Zona Pertanian (Zona P);
g. Zona Perikanan (Zona IK);
h. Zona Pariwisata (Zona W);
- 38 -
i. Zona Pertahanan dan Keamanan (Zona HK); dan
j. Zona Peruntukan Lainnya (PL).
Pasal 40
(1) Zona R sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf
a terdiri atas:
a. Sub Zona R-2 yang merupakan sub zona
perumahan kepadatan sedang; dan
b. Sub Zona R-3 yang merupakan sub zona
perumahan kepadatan rendah.
(2) Sub Zona R-3 yang merupakan sub zona perumahan
kepadatan sedang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b merupakan sub zona dengan karakteristik
sebagai perumahan kepadatan sedang yang memiliki
kualitas daya dukung lahan tinggi, dan bangunan
gedung intensitas sedang secara horizontal dan
vertikal.
(3) Sub Zona R-3 yang merupakan sub zona perumahan
kepadatan sedang sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dengan luas kurang lebih 44,76 (empat puluh
empat koma tujuh puluh enam) hektar ditetapkan di
sebagian wilayah Blok A3 Desa Hapesong Baru,
sebagian wilayah Blok A4 Desa Perkebunan Hapesong,
sebagian wilayah Blok B3 Kelurahan Aek Pining,
sebagian wilayah Blok C1 Kelurahan Wek I, sebagian
wilayah Blok F1 Desa Batu Hula, sebagian wilayah
Blok F2 Desa Batu Hula, sebagian wilayah Blok F3
Desa Aek Ngadol Sitinjak, sebagian wilayah Blok F4
Desa Huta Godang, dan sebagian wilayah Blok F5
Desa Garoga.
(4) Sub Zona R-3 yang merupakan sub zona perumahan
kepadatan rendah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c merupakan sub zona dengan karakteristik
sebagai perumahan kepadatan rendah yang memiliki
- 39 -
kualitas daya dukung lahan tinggi, dan bangunan
gedung intensitas rendah.
(5) Sub Zona R-3 yang merupakan sub zona perumahan
kepadatan rendah sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) dengan luas kurang lebih 412,42 (empat ratus dua
belas koma empat puluh dua) hektar ditetapkan di
sebagian wilayah Blok A1 Desa Sipenggeng, sebagian
wilayah Blok A2 Desa Hapesong Baru, sebagian
wilayah Blok A3 Desa Hapesong Baru dan sebagian
wilayah Blok Perkebunan Hapesong, sebagian wilayah
Blok A4 Desa Perkebunan Hapesong, sebagian wilayah
Blok B1 Desa Napa, sebagian wilayah Blok B2
Kelurahan Aek Pining, sebagian wilayah Blok C1
Kelurahan Wek I, sebagian wilayah Blok C2 Kelurahan
Wek II, sebagian wilayah Blok C4 Desa Wek III,
sebagian wilayah Blok C5 Desa Wek IV, sebagian
wilayah Blok C6 Desa Telo, sebagian wilayah Blok C7
Keluahan Perkebunan Batang Toru, sebagian wilayah
Blok C8 Desa Napa, sebagian wilayah Blok D1
Kelurahan Aek Pining, sebagian wilayah Blok D2
Kelurahan Perkebunan Batang Toru, sebagian wilayah
Blok D3 Desa Batu Hula dan sebagian wilayah Desa
Sumuran, sebagian wilayah Blok D4 Desa Batu Hula,
sebagian wilayah Blok E1 Kelurahan Perkebunan
Batang Toru, sebagian wilayah Blok E2 Desa Batu
Hula, sebagian wilayah Blok F1 Desa Batu Hula,
sebagian wilayah Blok F3 Desa Aek Ngadol Sitinjak,
sebagian wilayah Blok F4 Desa Huta Godang, dan
sebagian wilayah Blok F5 Desa Garoga.
- 40 -
Pasal 41
(1) Zona K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf
b terdiri atas:
a. Sub Zona K-2 yang merupakan sub zona
perdagangan dan jasa skala pelayanan BWP; dan
b. Sub Zona K-3 yang merupakan sub zona
perdagangan dan jasa skala pelayanan Sub BWP.
(2) Sub Zona K-2 yang merupakan sub zona perdagangan
dan jasa skala pelayanan BWP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a merupakan sub zona dengan
karakteristik sebagai pasar rakyat, pertokoan, pusat
perbelanjaan, toko modern, jasa keuangan, jasa
informasi, jasa perusahaan, penyediaan akomodasi,
penyediaan makan minum, dan lainnya, yang memiliki
kualitas daya dukung lahan tinggi, dan bangunan
gedung intensitas sedang secara horizontal dan
vertikal yang mempunyai fungsi skala pelayanan
untuk BWP dan wilayah di sekitarnya.
(3) Sub Zona K-2 yang merupakan sub zona perdagangan
dan jasa skala pelayanan BWP sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dengan luas kurang lebih 38,31 (tiga
puluh delapan koma tiga puluh satu) hektar
ditetapkan di sebagian wilayah Blok A2 Desa
Hapesong Baru, sebagian wilayah Blok A3 Desa
Hapesong Baru, sebagian wilayah Blok B3 Kelurahan
Aek Pining, sebagian wilayah Blok C1 Kelurahan Wek
I, sebagian wilayah Blok C2 Kelurahan Wek II,
sebagian wilayah Blok C4 Desa Wek III, sebagian
wilayah Blok C5 Desa Wek IV, sebagian wilayah Blok
C6 Desa Telo, sebagian wilayah Blok C8 Desa Napa,
sebagian wilayah Blok D1 Kelurahan Aek Pining,
sebagian wilayah Blok D3 Desa Sumuran, sebagian
wilayah Blok F1 Desa Batu Hula, dan sebagian
wilayah Blok F4 Desa Huta Godang.
- 41 -
(4) Sub Zona K-3 yang merupakan sub zona perdagangan
dan jasa skala pelayanan Sub BWP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan sub zona
dengan karakteristik sebagai pasar rakyat, pertokoan,
toko modern, jasa keuangan, jasa informasi, jasa
perusahaan, penyediaan akomodasi, penyediaan
makan minum dan lainnya, yang memiliki kualitas
daya dukung lahan tinggi, dan bangunan gedung
intensitas sedang secara horizontal dan vertikal yang
mempunyai fungsi skala pelayanan untuk sebagian
BWP.
(5) Sub Zona K-3 yang merupakan sub zona perdagangan
dan jasa skala pelayanan Sub BWP sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dengan luas kurang lebih 0,08
(nol koma nol delapan) hektar ditetapkan di sebagian
wilayah Blok
A2 Desa Hapesong Baru.
Pasal 42
(1) Zona KT yang merupakan zona perkantoran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf c terdiri
atas:
a. Sub Zona KT-1 yang merupakan sub zona
perkantoran pemerintah; dan
b. Sub Zona KT-2 yang merupakan sub zona
perkantoran swasta.
(2) Sub Zona KT-1 yang merupakan sub zona perkantoran
pemerintahan pusat dan pemerintahan provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan sub zona dengan karakteristik sebagai
perkantoran pemerintah dengan bangunan gedung
intensitas sedang dan rendah secara horizontal dan
vertikal.
(3) Sub Zona KT-1 yang merupakan sub zona perkantoran
pemerintahan pusat dan pemerintahan provinsi
- 42 -
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan luas
kurang lebih 1,36 (satu koma tiga puluh enam) hektar
ditetapkan di sebagian wilayah Blok A1 Desa
Sipenggeng, sebagian wilayah Blok A2 Desa Hapesong
Baru, sebagian wilayah Blok A3 Desa Hapesong Baru,
sebagian wilayah Blok C1 Kelurahan Wek I, sebagian
wilayah Blok C2 Kelurahan Wek II, sebagian wilayah
Blok C5 Desa Wek IV, sebagian wilayah Blok C8 Desa
Napa, sebagian wilayah Blok D1 Kelurahan Aek Pining,
sebagian wilayah Blok D3 Desa Sumuran, sebagian
wilayah Blok F1 Desa Batu Hula, dan sebagian
wilayah Blok F5 Desa Garoga.
(4) Sub Zona KT-2 yang merupakan sub zona perkantoran
pemerintahan kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b merupakan sub zona dengan karakteristik
sebagai perkantoran swasta dengan bangunan gedung
intensitas sedang dan rendah secara horizontal dan
vertikal.
(5) Sub Zona KT-2 yang merupakan sub zona perkantoran
pemerintahan kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dengan luas kurang lebih 37,77 (tiga puluh tuju
koma tujuh puluh tujuh) hektar ditetapkan di
sebagian wilayah Blok B2 Kelurahan Aek Pining,
sebagian wilayah Blok B3 Kelurahan Aek Pining,
sebagian wilayah Blok C2 Kelurahan Wek II, sebagian
wilayah Blok C7 Kelurahan Perkebunan Batang Toru,
sebagian wilayah Blok C8 Desa Napa, sebagian
wilayah Blok D1 Kelurahan Aek Pining, dan sebagian
wilayah Blok D2 Kelurahan Perkebunan Batang Toru.
- 43 -
Pasal 43
Zona SPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf d
terdiri atas:
a. Sub Zona SPU-1 yang merupakan sub zona SPU skala
kawasan perkotaan;
b. Sub Zona SPU-2 yang merupakan sub zona SPU skala
kecamatan;
c. Sub Zona SPU-3 yang merupakan sub zona SPU skala
kelurahan; dan
d. Sub Zona SPU-4 yang merupakan sub zona SPU skala
RW.
Pasal 44
(1) Sub Zona SPU-1 yang merupakan sub zona SPU skala
kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 huruf a merupakan suatu bagian wilayah
atau kawasan dengan karakteristik kegiatan
pendidikan, kesehatan, olahraga, sosial budaya,
peribadatan, dan transportasi yang berfungsi untuk
mendukung penyelenggaraan dan pengembangan
kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi, dengan
bangunan gedung intensitas tinggi dan sedang secara
horizontal dan vertikal yang mempunyai fungsi skala
pelayanan untuk kota dan wilayah di sekitarnya.
(2) Sub Zona SPU-1 yang merupakan sub zona SPU skala
kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dengan luas kurang lebih 6,7 (enam koma tujuh)
hektar terdiri atas:
a. Sub Zona SPU-1.1 yang merupakan sarana
pendidikan ditetapkan di sebagian wilayah Blok
A.1 Desa Sipenggeng dan sebagian wilayah Blok
F.3 Desa Aek Ngadol Sitinjak;
b. Sub Zona SPU-1.2 yang merupakan sarana
transportasi berupa terminal penumpang tipe C
- 44 -
ditetapkan di Blok yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan sebagai terminal penumpang tipe C;
c. Sub Zona SPU-1.3 yang merupakan sarana
kesehatan berupa rumah sakit ditetapkan di
sebagian wilayah Blok 1.4 Desa Hapesong Baru;
d. Sub Zona SPU-1.4 yang merupakan sarana
olahraga ditetapkan di sebagian wilayah Blok A3
Desa Hapesong Baru dan sebagian wilayah Blok
B3 Kelurahan Aek Pining; dan
e. Sub Zona SPU-1.6 yang merupakan sarana sosial
budaya ditetapkan di sebagian wilayah Blok C.8
Desa Napa.
Pasal 45
(1) Sub Zona SPU-2 yang merupakan sub zona SPU skala
kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
huruf b merupakan suatu bagian wilayah atau
kawasan dengan karakteristik kegiatan pendidikan,
kesehatan, olahraga, sosial budaya, peribadatan, dan
transportasi yang berfungsi untuk mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan
sosial, budaya, dan ekonomi, dengan bangunan
gedung intensitas tinggi dan sedang secara horizontal
dan vertikal yang mempunyai fungsi skala pelayanan
untuk kecamatan.
(2) Sub Zona SPU-2 yang merupakan sub zona SPU skala
kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan luas kurang lebih 102,13 (seratus dua koma
tiga belas) terdiri atas:
a. Sub Zona SPU-2.1 yang merupakan sarana
pendidikan berupa pendidikan menengah
ditetapkan di sebagian wilayah Blok D.1 Kelurahan
Aek Pining;
- 45 -
b. Sub Zona SPU-2.3 yang merupakan sarana
kesehatan berupa puskesmas ditetapkan di
sebagian wilayah Blok D.1 Kelurahan Aek Pining;
c. Sub Zona SPU-2.4 yang merupakan sarana
olahraga ditetapkan menyebar dan seimbang di
seluruh Blok untuk melayani satu kelurahan;
d. Sub Zona SPU-2.5 yang merupakan sarana
peribadatan ditetapkan menyebar dan seimbang di
sebagian wilayah Blok untuk melayani satu
kecamatan; dan
e. Sub Zona SPU-2.5 yang merupakan sarana sosial
budaya ditetapkan menyebar dan seimbang di
sebagian wilayah Blok untuk melayani satu
kecamatan.
Pasal 46
(1) Sub Zona SPU-3 yang merupakan sub zona SPU skala
kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
huruf c merupakan suatu bagian wilayah atau
kawasan dengan karakteristik kegiatan pendidikan,
kesehatan, olahraga, sosial budaya, peribadatan, dan
transportasi yang berfungsi untuk mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan
sosial, budaya, dan ekonomi, dengan bangunan
gedung intensitas sedang dan rendah secara horizontal
dan vertikal yang mempunyai fungsi skala pelayanan
untuk kelurahan.
(2) Sub Zona SPU-3 yang merupakan sub zona SPU skala
kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan luas kurang lebih 3,28 (tiga koma dua puluh
delapan) terdiri atas:
a. Sub Zona SPU-3.1 yang merupakan sarana
pendidikan berupa pendidikan menengah
ditetapkan di sebagian wilayah Blok C6 Desa Telo,
sebagian wilayah Blok C7 Kelurahan Perkebunan
- 46 -
Batang Toru, sebagian wilayah Blok C8 Desa Napa,
dan sebagian wilayah Blok D3 Desa Sumuran.
b. Sub Zona SPU-3.3 yang merupakan sarana
kesehatan ditetapkan menyebar dan seimbang di
seluruh Blok untuk melayani satu kelurahan;
c. Sub Zona SPU-3.4 yang merupakan sarana
olahraga ditetapkan menyebar dan seimbang di
seluruh Blok untuk melayani satu kelurahan;
d. Sub Zona SPU-3.5 yang merupakan sarana
peribadatan ditetapkan menyebar dan seimbang di
sebagian wilayah Blok untuk melayani satu
kelurahan; dan
e. Sub Zona SPU-3.6 yang merupakan sarana sosial
budaya ditetapkan menyebar dan seimbang di
sebagian wilayah Blok untuk melayani satu
kelurahan.
Pasal 47
(1) Sub Zona SPU-4 yang merupakan sub zona SPU skala
RW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 huruf d
merupakan suatu bagian wilayah atau kawasan
dengan karakteristik kegiatan pendidikan, kesehatan,
olahraga, sosial budaya, peribadatan, dan transportasi
yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan
dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi, dengan bangunan gedung intensitas sedang
dan rendah secara horizontal dan vertikal yang
mempunyai fungsi skala pelayanan untuk RW.
(2) Sub Zona SPU-4 yang merupakan sub zona SPU skala
RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan luas
kurang lebih 99,75 (sembilan puluh sembilan koma
tujuh puluh lima) terdiri atas:
a. Sub Zona SPU-4.1 yang merupakan sarana
pendidikan berupa pendidikan anak usia dini dan
pendidikan dasar ditetapkan menyebar dan
- 47 -
seimbang di sebagian wilayah Blok untuk melayani
satu RW;
b. Sub Zona SPU-4.3 yang merupakan sarana
kesehatan berupa sarana kesehatan lainnya
ditetapkan menyebar dan seimbang di sebagian
wilayah Blok di untuk melayani satu RW;
c. Sub Zona SPU-4.4 yang merupakan sarana
olahraga ditetapkan menyebar dan seimbang di
sebagian wilayah Blok di untuk melayani satu RW;
d. Sub Zona SPU-4.5 yang merupakan sarana
peribadatan ditetapkan menyebar dan seimbang di
sebagian wilayah Blok di untuk melayani satu RW;
dan
e. Sub Zona SPU-4.6 yang merupakan sarana sosial
budaya ditetapkan menyebar dan seimbang di
sebagian wilayah Blok di untuk melayani satu RW.
Pasal 48
(industri)
Pasal 49
(1) Zona P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf e
terdiri atas:
a. Sub Zona P-1 yang merupakan sub zona tanaman
pangan; dan
b. Sub Zona P-3 yang merupakan sub zona
perkebunan.
(2) Sub Zona P-1 yang merupakan sub zona tanaman
pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan sub zona dengan karakteristik sebagai
hamparan sebaran usaha tanaman pangan yang
disatukan oleh faktor alamiah, sosial budaya, dan
infrastruktur fisik buatan serta dibatasi oleh
kesamaan tipologi agroekosistem untuk mencapai.
- 48 -
skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha
tanaman pangan.
(3) Sub Zona P-1 yang merupakan sub zona tanaman
pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan
luas kurang lebih 171,89 (seratus tujuh puluh satu
koma delapan puluh sembilan) ditetapkan di sebagian
wilayah Blok A1 Desa Sipenggeng, sebagian wilayah
Blok A2 Desa Hapesong Baru, sebagian wilayah Blok
A3 Desa Hapesong Baru, sebagian wilayah Blok B1
Desa Napa, sebagian wilayah Blok C2 Kelurahan Wek
II, sebagian wilayah Blok C3 Kelurahan Perkebunan
Batang Toru, sebagian wilayah Blok C6 Desa Telo,
sebagian wilayah Blok F1 Desa Batu Hula, sebagian
wilayah Blok F3 Desa Aek Ngadol Sitinjak, sebagian
wilayah Blok F4 Desa Huta Godang, dan sebagian
wilayah Blok F5 Desa Garoga.
(4) Sub Zona P-3 yang merupakan sub zona perkebunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan sub zona dengan karakteristik sebagai
hamparan sebaran usaha perkebunan yang
dikembangkan untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi kota, memiliki kualitas daya dukung
lingkungan rendah, dan prasarana dan sarana
perkebunan.
(5) Sub Zona P-3 yang merupakan sub zona perkebunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan luas
kurang lebih 1.131,18 (seribu seratus tiga puluh satu
koma delapan belas) ditetapkan di sebagian wilayah
Blok A1 Desa Sipenggeng, sebagian wilayah Blok A2
Desa Hapesong Baru, sebagian wilayah Blok A3 Desa
Hapesong Baru, sebagian wilayah Blok A4 Desa
Perkebunan Hapesong, sebagian wilayah Blok B1 Desa
Napa, sebagian wilayah Blok B2 Kelurahan Aek Pining,
sebagian wilayah Blok B3 Kelurahan Aek Pining,
sebagian wilayah Blok B4 Desa Batu Hula dan Desa
- 49 -
Sumuran, sebagian wilayah Blok C2 Kelurahan Wek II,
sebagian wilayah Blok C3 Kelurahan Perkebunan
Batang Toru, sebagian wilayah Blok C4 Desa Wek III,
sebagian wilayah Blok C5 Desa Batu Horing, sebagian
wilayah Blok Wek IV C6 Desa Telo, sebagian wilayah
Blok C7 Kelurahan Perkebunan Batang Toru, sebagian
wilayah Blok C8 Desa Napa, sebagian wilayah Blok D1
Kelurahan Aek Pining, sebagian wilayah Blok D2
Kelurahan Perkebunan Batang Toru, sebagian wilayah
Blok D3 Desa Batu Hula dan Desa Sumuran, sebagian
wilayah Blok D4 Desa Batu Hula, sebagian wilayah
Blok E1 Kelurahan Perkebunan Batang Toru, sebagian
wilayah Blok E2 Desa Batu Hula, sebagian wilayah
Blok F1 Desa Batu Hula, sebagian wilayah Blok F2
Desa Batu Hula, sebagian wilayah Blok F3 Desa Aek
Ngadol Sitinjak, sebagian wilayah Blok F4 Desa Huta
Godang, dan sebagian wilayah Blok F5 Desa Garoga.
(6) Sub Zona P-1 yang merupakan sub zona tanaman
pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
Pasal 5
(1) Zona IK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf
e berupa Sub Zona IK-2 yang merupakan sub zona
perikanan budi daya.
(2) Sub Zona IK-2 yang merupakan sub zona perikanan
budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan sub zona dengan karakteristik sebagai
kegiatan perikanan budi daya di perairan sungai dan
kolam.
(3) Sub Zona IK-2 yang merupakan sub zona perikanan
budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dengan luas kurang lebih 3,32 (tiga koma tiga puluh
dua) ditetapkan di sebagian wilayah Blok A1 Desa
- 50 -
Sipenggeng, sebagian wilayah Blok A2 Desa Hapesong
Baru, sebagian wilayah Blok C4 Desa Wek III, sebagian
wilayah Blok C5 Desa Wek IV, sebagian wilayah Blok
D1 Kelurahan Aek Pining, sebagian wilayah Blok D3
Desa Sumuran, sebagian wilayah Blok F1 Desa Batu
Hula, sebagian wilayah Blok F2 Desa Batu Hula,
sebagian wilayah Blok F3 Desa Aek Ngadol Sitinjak,
dan F4 Desa Huta Godang.
Pasal 50
(Perikanan)
Pasal 51
(1) Zona W sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf
e terdiri atas:
a. Sub Zona W-1 yang merupakan sub zona wisata
alam; dan
b. Sub Zona W-2 yang merupakan sub zona wisata
buatan.
(2) Sub Zona W-1 yang merupakan sub zona wisata alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan sub zona dengan karakteristik sebagai
segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,
dan hasil buatan alam yang menjadi sasaran atau
tujuan kunjungan wisatawan dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, dan pemerintah.
(3) Sub Zona W-1 yang merupakan sub zona wisata alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan di
sebagian wilayah Blok A1 Desa Sipenggeng.
(4) Sub Zona W-2 yang merupakan sub zona wisata
buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan sub zona dengan karakteristik sebagai
segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,
dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
- 51 -
tujuan kunjungan wisatawan dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, dan pemerintah.
(5) Sub Zona W-2 yang merupakan sub zona wisata
buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditetapkan di sebagian wilayah Blok B3 Kelurahan Aek
Pining.
Pasal 52
(1) Zona HK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf
e berupa Sub Zona yang merupakan sub zona
pertahanan dan keamanan.
(2) Sub Zona yang merupakan sub zona pertahanan dan
keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan di sebagian wialyah Blok C4 Desa Wek III.
Pasal 53
Zona PL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf f
terdiri atas:
a. Zona PL-1 yang merupakan sub zona pergudangan;
b. Zona PL-2 yang merupakan sub zona prasarana energi;
c. Zona PL-3 yang merupakan sub zona sistem
penyediaan air minum;
d. Zona PL-4 yang merupakan sub zona prasarana
drainase;
e. Zona PL-5 yang merupakan sub zona sistem
pengelolaan air limbah; dan
f. Zona PL-6 yang merupakan sub zona pengelolaan
sampah.
Pasal 54
(1) Zona PL-1 yang merupakan zona pergudangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf c berupa
Sub Zona PL-1 yang merupakan sub zona
pergudangan.
- 52 -
(2) Sub Zona PG yang merupakan sub zona pergudangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan luas
kurang lebih 0,98 (nol koma sembilan puluh delapan)
ditetapkan di sebagian wilayah Blok A2 Desa
Hapesong Baru..
Pasal 55
(1) Zona PL-2 yang merupakan zona prasarana energi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf f
merupakan zona dengan karakteristik sebagai
pemanfaatan dan pengembangan enegi dan listrik.
(2) Zona PL-2 yang merupakan zona prasarana energi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Gardu Induk (GI); dan
b. Gardu Distribusi (GD)
(3) GI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
ditetapkan di GI Martabe ditetapkan di Blok E1
Kelurahan Perkebunan Batang Toru.
(4) GD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
ditetapkan menyebar dan seimbang untuk melayani
seluruh Blok.
Pasal 56
(1) Zona PL-3 yang merupakan zona sistem penyediaan
air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53
huruf g merupakan zona dengan karakteristik sebagai
prasarana yang dapat digunakan untuk menampung
air, pengambilan/penyadapan air, mengolah air baku
menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi,
dan/atau biologi.
(2) Zona PL-3 yang merupakan zona sistem penyediaan
air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. unit air baku dan unit produksi; dan
b. unit distribusi;
- 53 -
(3) Unit air baku dan unit produksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. sumber air baku berupa air permukaan pada
Sungai Batang Toru dan Sungai Garoga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (4)
huruf a angka 1;
b. unit air baku berupa bangunan pengambilan air
ditetapkan di:
1. intake Sungai Batang Toru di Blok B-2
Kelurahan Wek II; dan
2. intake Sungai Garoga di Blok F-5 di Desa
Garoga,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (4)
huruf b angka 1;
c. unit produksi air minum meliputi:
1. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Batang Toru di
Blok B-2 Kelurahan Wek II; dan
2. IPA Garoga di Blok F-5 di Desa Garoga,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (4)
huruf c.
(4) Unit distribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b berupa bangunan penampung air minum
(reservoar) distribusi ditetapkan menyebar dan
seimbang untuk melayani seluruh Blok.
Pasal 57
(1) Zona PL-4 yang merupakan zona prasarana drainase
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf h
merupakan zona dengan karakteristik sebagai
prasarana yang berupa lengkungan di permukaan
tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun
dibuat oleh manusia, yang berfungsi menyalurkan
kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air
penerima.
- 54 -
(2) Zona PL-4 yang merupakan zona prasarana drainase
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
c. sumur resapan air tanah dangkal;
d. sumur resapan air tanah dalam; dan
e. kolam retensi dan/atau kolam detensi.
(3) Sumur resapan air tanah dangkal sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a ditetapkan di Zona
RTH, Zona R, Zona SPU, dan Zona W.
(4) Sumur resapan air tanah dalam sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b wajib untuk seluruh
kegiatan di Zona K, Zona KT, Zona I, dan Zona PG
untuk tetap menjaga kuantitas air tanah dalam.
(5) Kolam retensi dan/atau kolam detensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c dikembangkan dengan
sistem polder di samping atau di badan sungai untuk
menampung dan/atau menyerapkan air hujan di
sebagian wilayah Blok dalam rangka mengendalikan
banjir.
Pasal 58
(1) Zona PL-5 yang merupakan zona sistem pengolahan
air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53
huruf i merupakan zona dengan karakteristik sebagai
prasarana yang dapat digunakan untuk mengolah air
limbah yang dilakukan secara kolektif agar tidak
mencemari wilayah tangkapan air atau resapan air
baku.
(2) Zona PL-5 yang merupakan zona sistem pengolahan
air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. SPAL Setempat; dan
b. SPAL Terpusat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (2).
(3) SPAL Setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dilakukan secara individual melalui
- 55 -
pengolahan dan pembuangan air limbah setempat
serta dikembangkan pada zona yang belum memiliki
SPAL Terpusat.
(4) SPAL Setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi jamban individual, tangki septik individual,
dan tangki septik bersama ditetapkan di Zona R, Zona
K, Zona KT, Zona SPU, dan Zona W yang belum
memiliki SPAL Terpusat.
(5) SPAL Terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dilakukan secara kolektif melalui jaringan
pengumpulan air limbah, pengolahan, dan
pembuangan air limbah secara terpusat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3).
(6) Pengolahan dan pembuangan air limbah secara
terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
meliputi:
a. pengolahan dan pembuangan air limbah skala
kawasan ditetapkan menyebar dan seimbang di
Zona R, Zona K, Zona KT, Zona SPU, Zona I, Zona
PG, dan Zona W untuk melayani seluruh Blok; dan
b. pengolahan dan pembuangan air limbah skala kota
ditetapkan di Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah Tinja
(IPLT) di sebagian wilayah Blok .
Pasal 59
(1) Zona PL-6 yang merupakan zona pengolahan sampah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf j
merupakan zona dengan karakteristik sebagai tempat
dilaksanakannya kegiatan penampungan,
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang,
pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir
sampah.
(2) Zona PL-6 yang merupakan zona pengolahan sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
- 56 -
a. Tempat Penampungan Sementara (TPS);
b. TPS dengan prinsip 3 (tiga) reduce, reuse, dan
recycle (R); dan/atau
c. Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu (TPST).
(3) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
ditetapkan menyebar dan seimbang di pusat Zona R,
Zona K, Zona KT, Zona SPU, Zona I, Zona PG, dan
Zona W.
(4) TPS dengan prinsip 3R sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b ditetapkan di pinggiran Zona R, Zona
K, Zona KT, Zona SPU, Zona I, Zona PG, dan Zona W.
(5) TPA sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dengan luas kurang lebih 5 lima) hektar
ditetapkan di sebagian wilayah Blok D4 Desa Batu
Hula.
Pasal 60
Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Batang Toru
sebagaimana dimaksud dalam Bab V digambarkan dalam
Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Batang Toru
dengan menggunakan tingkat ketelitian sumber data skala
1:5.000 (satu banding lima ribu), tercantum dalam
Lampiran X yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
BAB VI
PENETAPAN SUB BWP PRIORITAS
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 61
Sub BWP Prioritas ditetapkan dengan tujuan untuk
mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki,
mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan, dan/atau
- 57 -
melaksanakan revitalisasi di Sub BWP yang memiliki
prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya.
Bagian Kedua
Penetapan Lokasi dan Tema Penanganan
Pasal 62
(1) Sub BWP Prioritas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 61 terdiri atas penetapan lokasi dan tema
penanganan.
(2) Penetapan lokasi dan tema penanganan Sub BWP
Prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. Koridor Pasar Batang Toru dengan tema
penanganan pengembangan dan peningkatan
pusat perdagangan dan jasa skala beberapa
kecamatan; dan
b. Koridor Pasar Huta Godang dengan tema
penanganan pengembangan dan peningkatan
pusat perdagangan dan jasa skala beberapa
kecamatan.
(3) Ketentuan lebih lanjut Sub BWP Prioritas diatur lebih
rinci sesuai dengan peraturan Bupati tentang rencana
tata bangunan dan lingkungan.
Pasal 63
Sub BWP Prioritas Kawasan Perkotaan Batang Toru
sebagaimana dimaksud dalam Bab VI digambarkan dalam
Peta Sub BWP Prioritas Kawasan Perkotaan Batang Toru
dengan menggunakan tingkat ketelitian sumber data skala
1:5.000 (satu banding lima ribu), tercantum dalam
Lampiran XI yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
- 58 -
BAB VII
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 64
(1) Ketentuan pemanfaatan ruang merupakan acuan
dalam mewujudkan rencana struktur ruang, rencana
pola ruang, dan Sub BWP Prioritas.
(2) Ketentuan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. indikasi program prioritas;
b. indikasi sumber pendanaan;
c. indikasi instansi pelaksana; dan
d. indikasi waktu pelaksanaan.
(3) Indikasi program prioritas sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. indikasi program prioritas perwujudan rencana
struktur ruang;
b. indikasi program prioritas rencana pola ruang; dan
c. indikasi program perwujudan Sub BWP Prioritas.
(4) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan/atau
sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(5) Instansi instansi pelaksana sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c terdiri atas Pemerintah Pusat,
pemerintah provinsi, pemerintah kota, dan/atau
Masyarakat.
(6) Indikasi waktu pelaksanaan pelaksana sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d terdiri atas 4 (empat)
tahapan, sebagai dasar bagi instansi pelaksana, baik
- 59 -
pusat maupun daerah, dalam menetapkan prioritas
pembangunan pada Kawasan Perkotaan Batang Toru,
yang meliputi:
a. tahap pertama pada periode tahun 2020-2025;
b. tahap kedua pada periode tahun 2026-2030;
c. tahap ketiga pada periode tahun 2031-2035; dan
d. tahap keempat pada periode tahun 2036-2040.
(7) Rincian indikasi program prioritas, indikasi sumber
pendanaan, indikasi instansi pelaksana, dan indikasi
waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tercantum dalam Lampiran XII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Indikasi Program Prioritas Perwujudan Rencana Struktur
Ruang
Pasal 65
Indikasi program prioritas perwujudan rencana struktur
ruang Kawasan Perkotaan Batang Toru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) huruf a diprioritaskan
pada:
a. pengembangan dan peningkatan pusat pelayanan kota
sebagai pusat pelayanan perdagangan dan jasa kota,
provinsi, nasional, dan internasional, pusat pelayanan
wisata budaya mancanegara dan domestik, pusat
pelayanan pemerintah kota, pusat pelayanan
pemerintah provinsi, dan pusat pelayanan transportasi
laut nasional dan internasional;
b. pengembangan dan peningkatan sub pusat pelayanan
kota sebagai pusat pendidikan tinggi, pusat
pemerintahan, pendidikan, dan perdagangan, dan
pusat perdagangan sebagian wilayah kota;
c. pengembangan dan peningkatan sub pusat pelayanan
lingkungan sebagai pusat lingkungan kecamatan,
- 60 -
pusat lingkungan kelurahan, dan pusat lingkungan
pendidikan, kesehatan, perdagangan, transportasi,
dan rekreasi lokal;
d. pengembangan dan peningkatan kualitas jaringan
transportasi meliputi jaringan jalan, jalur pejalan kaki,
jalur sepeda, jaringan jalur kereta api, alur pelayaran,
lintas penyeberangan, dan alur pelayaran di laut;
e. pengembangan dan peningkatan jaringan energi
meliputi jaringan pipa minyak dan gas bumi, jaringan
transmisi tenaga listrik, dan jaringan distribusi tenaga
listrik;
f. pengembangan dan peningkatan jaringan
telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan jaringan
bergerak;
g. pengembangan dan peningkatan SPAM meliputi SPAM
jaringan perpipaan dan SPAM bukan jaringan
perpipaan;
h. pengembangan dan peningkatan jaringan drainase
meliputi saluran drainase induk/primer, saluran
drainase sekunder, saluran drainase tersier, dan
saluran drainase lokal;
i. pengembangan dan peningkatan SPAL; dan
j. pengembangan dan peningkatan jalur evakuasi
bencana.
Bagian Ketiga
Indikasi Program Prioritas Perwujudan Rencana Pola Ruang
Pasal 66
Indikasi program prioritas perwujudan rencana pola ruang
Kawasan Perkotaan Batang Toru sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 ayat (3) huruf b diprioritaskan pada:
a. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan
peningkatan fungsi Zona SS yang merupakan sub
zona sempadan sungai;
- 61 -
b. pengembangan, rehabilitasi, revitalisasi, dan
peningkatan fungsi Zona RTH meliputi Sub Zona RTH-
1 yang merupakan hutan kota, Sub Zona RTH-3 yang
merupakan taman kecamatan, Sub Zona RTH-4 yang
merupakan taman kelurahan, Sub Zona RTH-5 yang
merupakan taman RW, dan Sub Zona RTH-7 yang
merupakan pemakaman;
c. pembangunan baru rumah swadaya, peningkatan
kualitas rumah swadaya, pengembangan dan
peningkatan perumahan formal horizontal dan
vertikal, peningkatan kualitas perumahan kumuh dan
permukiman kumuh, dan pengembangan dan
peningkatan rumah khusus di Zona R meliputi Sub
Sub Zona R-2 yang merupakan sub zona perumahan
kepadatan sedang, dan Sub Zona R-3 yang merupakan
sub zona perumahan kepadatan rendah;
d. pengembangan dan peningkatan Zona K meliputi Sub
Sub Zona K-2 yang merupakan sub zona perdagangan
dan jasa skala pelayanan sebagian kota, dan Sub Zona
K-3 yang merupakan sub zona perdagangan dan jasa
skala pelayanan lingkungan;
e. pengembangan dan peningkatan pada Zona KT
meliputi Sub Zona KT-1 yang merupakan sub zona
perkantoran pemerintahan pusat dan pemerintah
provinsi dan Sub Zona KT-2 yang merupakan sub zona
perkantoran pemerintahan kota;
f. pengembangan dan peningkatan Zona SPU meliputi
Sub Zona SPU-1 yang merupakan sub zona SPU skala
kota, Sub Zona SPU-2 yang merupakan sub zona SPU
skala kecamatan, Sub Zona SPU-3 yang merupakan
sub zona SPU skala kelurahan, dan Sub Zona SPU-4
yang merupakan sub zona SPU skala RW;
g. pengembangan dan peningkatan Zona P meliputi Sub
Zona P-1 yang merupakan sub zona tanaman pangan,
- 62 -
dan Sub Zona P-3 yang merupakan sub zona
perkebunan;
h. pengembangan dan peningkatan Zona PG berupa Sub
Zona PG yang merupakan sub zona pergudangan;
i. pengembangan dan peningkatan Zona W meliputi Sub
Zona W-1 yang merupakan sub zona pariwisata
budaya dan Sub Zona W-2 yang merupakan sub zona
pariwisata buatan;
j. pengembangan dan peningkatan Zona PK;
k. pengembangan dan peningkatan Zona PE meliputi Sub
Zona GI, dan Sub Zona PE-4 yang merupakan sub
zona Gardu Distribusi GD;
l. pengembangan dan peningkatan Zona SPAM meliputi
Sub Zona SPAM-1 yang merupakan unit air baku dan
unit produksi dan Sub Zona SPAM-2 yang merupakan
unit distribusi;
m. pengembangan dan peningkatan Zona SPAL meliputi
SPAL Setempat dan SPAL Terpusat;
Bagian Keempat
Indikasi Program Prioritas Perwujudan Sub BWP Prioritas
Pasal 67
Indikasi program prioritas perwujudan Sub BWP Prioritas
di Kawasan Perkotaan Batang Toru sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 ayat (3) huruf c diprioritaskan pada:
a. penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan
Sub BWP Prioritas di SBWP C;
b. penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan
Sub BWP Prioritas di SBWP C;
- 63 -
BAB VIII
PERATURAN ZONASI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 68
(1) Peraturan zonasi digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang
Kawasan Perkotaan Batang Toru .
(2) Peraturan zonasi terdiri atas:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
c. ketentuan tata bangunan;
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal;
e. ketentuan khusus;
f. standar teknis;
g. ketentuan pelaksanaan; dan
h. teknik pengaturan zonasi.
Bagian Kedua
Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
Pasal 69
(1) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (2) huruf
a terdiri atas:
a. klasifikasi zona menurut Rencana Pola Ruang;
b. klasifikasi kegiatan penggunaan lahan; dan
c. ketentuan kegiatan penggunaan lahan.
(2) Klasifikasi zona menurut Rencana Pola Ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
- 64 -
a. zona yang merupakan zona di dalam Rencana Zona
Lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33;
dan
b. zona yang merupakan zona di dalam Rencana Zona
Budi Daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39.
(3) Klasifikasi kegiatan penggunaan lahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas jenis
kegiatan penggunaan lahan yang sudah ada dan
diperkirakan akan berkembang pada setiap zona.
(4) Ketentuan kegiatan penggunaan lahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. kegiatan I yang merupakan kegiatan penggunaan
lahan yang diperbolehkan;
b. kegiatan T yang merupakan kegiatan penggunaan
lahan terbatas;
c. kegiatan B yang merupakan kegiatan penggunaan
lahan bersyarat; dan
d. kegiatan X yang merupakan kegiatan penggunaan
lahan yang tidak diperbolehkan.
(5) Kualitas ruang menurut Rencana Pola Ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam
Lampiran XIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6) Rincian klasifikasi zona menurut Rencana Pola Ruang,
klasifikasi kegiatan penggunaan ruang, dan ketentuan
kegiatan penggunaan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran XIV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Pasal 70
(1) Kegiatan I yang merupakan kegiatan penggunaan
lahan yang diperbolehkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 ayat (4) huruf a wajib mempunyai izin
dari Pemerintah Daerah.
- 65 -
(2) Kegiatan I yang merupakan kegiatan penggunaan
lahan yang diperbolehkan dapat dilaksanakan di
seluruh zona, kecuali Zona PB, Zona PS, dan Zona
RTH.
(3) Kegiatan yang diperbolehkan di Zona PB, Zona PS, dan
Zona RTH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilakukan secara terbatas untuk:
a. penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
dan/atau jasa lingkungan; dan/atau
b. bangunan prasarana sumber daya air, fasilitas
jembatan dan dermaga, jalur pipa gas dan air
minum, rentangan kabel listrik dan
telekomunikasi, bangunan ketenagalistrikan, dan
kegiatan lain sepanjang tidak mengganggu fungsi
zona.
(4) Kegiatan RTH diperboleh di seluruh zona untuk
menyediakan RTH publik paling sedikit 20 (dua puluh)
persen dari luas Kawasan Perkotaan Batang Toru.
Pasal 71
(1) Kegiatan T yang merupakan kegiatan penggunaan
lahan terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
ayat (4) huruf b terdiri atas:
a. T1 yang merupakan kegiatan penggunaan lahan
yang terbatas jumlah tenaga kerjanya (maksimal 9
orang);
b. T2 yang merupakan kegiatan penggunaan lahan
yang terbatas pengoperasian, baik waktu operasi
kegiatan maupun jangka waktu penggunaan
lahan;
c. T3 yang merupakan kegiatan penggunaan lahan
yang terbatas luas lantai bangunan dalam satu
kavling;
d. T4 yang merupakan kegiatan penggunaan lahan
yang terbatas untuk kegiatan luar ruang;
- 66 -
e. T5 yang merupakan kegiatan dibatasi hanya
sebagai fasilitas penunjang;
f. T6 yang merupakan kegiatan dibatasi tidak
menghasilkan polusi suara, udara dan air;
g. T7 yang merupakan kegiatan dibatasi tidak
mengganggu lalu lintas;
h. T8 yang merupakan kegiatan dibatasi bentuk dan
ukuran bangunannya; dan/atau
i. T9 yang merupakan kegiatan dibatasi dan diatur
sektor.
(2) Ketentuan mengenai kegiatan T yang merupakan
kegiatan penggunaan lahan terbatas diatur dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 72
(1) Kegiatan B yang merupakan kegiatan penggunaan
lahan bersyarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
69 ayat (4) huruf c terdiri atas:
a. B1 yang merupakan kegiatan wajib membatasi
jumlah tenaga kerjanya (maksimal 9 orang);
b. B2 yang merupakan kegiatan penggunaan lahan
yang wajib membatasi waktu operasionalnya;
c. B3 yang merupakan kegiatan penggunaan lahan
yang wajib membatasi luas lantai bangunannya;
d. B4 yang merupakan kegiatan penggunaan lahan
yang wajib membatasi kegiatan luar ruang;
e. B5 yang merupakan kegiatan penggunaan lahan
hanya sebagai fasilitas penunjang;
f. B6 yang merupakan kegiatan penggunaan lahan
disyaratkan untuk tidak menghasilkan polusi
suara, udara dan air;
g. B7 yang merupakan kegiatan penggunaan lahan
disyaratkan untuk tidak mengganggu lalu lintas;
h. B8 yang merupakan kegiatan penggunaan lahan
disyaratkan bentuk dan ukuran bangunannya;
- 67 -
i. B9 yang merupakan kegiatan penggunaan lahan
wajib diatur dalam syarat khusus suatu sektor.
(2) Kegiatan B yang merupakan kegiatan penggunaan
lahan bersyarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam di Keterangan Rencana Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 73
Kegiatan X yang merupakan kegiatan penggunaan lahan
yang tidak diperbolehkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 ayat (4) huruf d merupakan kegiatan yang tidak
sesuai dengan rencana pola ruang.
Bagian Ketiga
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
Pasal 74
(1) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 68 ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. KDB maksimal;
b. KLB maksimal;
c. KDH minimal; dan
d. KTB maksimal.
(2) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud ayat (1) berlaku untuk Zona dan Sub Zona
yang sudah ditentukan di setiap Blok.
(3) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
XVI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
- 68 -
Pasal 75
(1) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1) terhadap suatu
lahan terdiri atas:
a. jika suatu lahan memiliki lebih dari satu intensitas
pemanfaatan ruang di satu zona dan/atau suatu
lahan dimiliki satu kepemilikan dan dibatasi
prasarana kota di satu zona, intensitas
pemanfaatan ruang dapat dihitung secara rata-rata
dan ketinggian bangunan mengikuti batasan
bangunan tertinggi; dan/atau
b. jika suatu lahan dimiliki satu kepemilikan yang
memiliki lebih dari satu zona, intensitas
pemanfaatan ruang dapat dihitung secara
proporsional.
(2) KDB maksimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74
ayat (1) huruf a dilaksanakan sesuai Pasal 74, kecuali:
a. luas kaveling kurang dari 60 (enam puluh) meter
persegi sesuai kepemilikan lahan dan bukan
bagian dari pemecahan kaveling, diberikan KDB
maksimal 80 (delapan puluh) persen di pada Sub
Zona R-2 dan Sub Zona R-3;
b. KDB tidak berlaku untuk:
1. bangunan penghubung antarbangunan gedung
berbentuk selasar, beratap, dan tidak
berdinding dengan lebar sekurang-kurangnya 3
(tiga) meter; dan
2. lahan yang dimanfaatkan untuk kegiatan
pedagang kaki lima di bangunan tidak
permanen dan tidak berdinding.
(3) KLB maksimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74
ayat (1) huruf b dilaksanakan sesuai Pasal 74, kecuali:
a. luas lantai yang digunakan untuk parkir tidak
termasuk perhitungan KLB dengan syarat tidak
melebihi 50 (lima puluh) persen dari KLB yang
- 69 -
ditetapkan, sedangkan sisanya 50 (lima puluh)
persen tetap sebagai KLB;
b. luas lantai mencapai 150 (seratus lima puluh)
persen dari KLB yang ditetapkan untuk bangunan
khusus parkir yang fungsinya bukan bangunan
pelengkap dari bangunan utama;
c. luas lantai mencapai 200 (dua ratus) persen dari
KLB yang ditetapkan untuk bangunan khusus
parkir berfungsi sebagai prasarana parkir
perpindahan moda (park and ride), terintegrasi
dengan angkutan umum massal, dan bukan
bangunan pelengkap dari bangunan utama;
d. pemanfaatan ruang untuk prasarana penunjang
maksimal 20 (dua puluh) persen dari luas seluruh
lantai bangunan;
e. pembebasan perhitungan KLB diberikan pada:
1. jembatan penghubung antarbangunan yang
digunakan jalur pejalan kaki dan terbuka
untuk umum;
2. bangunan gedung di bangunan bertingkat
sedang dan bertingkat tinggi yang menyediakan
ruang mekanikal dan elektrikal, instalasi air,
tangga, mushola, ruang tunggu pengemudi,
dan ruang untuk pedagang kaki lima kurang
dari 20 (dua puluh) persen; dan/atau
3. bangunan gedung di bangunan bertingkat di
atas 24 (dua puluh empat) lantai yang
menyediakan ruang evakuasi bencana satu
lantai atau lebih dan tidak dimanfaatkan untuk
kegiatan lain.
(4) KDH minimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74
ayat (1) huruf c dilaksanakan sesuai Pasal 74, kecuali
perkerasan permukaan tanah untuk jalan, parkir, dan
plaza.
- 70 -
Bagian Keempat
Ketentuan Tata Bangunan
Pasal 76
(1) Ketentuan tata bangunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 68 ayat (2) huruf c terdiri atas:
a. ketinggian bangunan maksimal;
b. GSB minimal;
c. jarak antarbangunan minimal;
d. jarak bebas samping dan jarak bebas belakang;
dan
e. tampilan bangunan.
(2) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud ayat (1) berlaku untuk luas kavling efektif
bangun termasuk rencana jalur pejalan kaki atau
plaza.
(3) Luas kavling efektif sebagaimana dimaksud ayat (2)
dapat dilakukan pemecahan kavling hunian sesuai
batasan luas pada Sub Zona, kecuali di lingkungan
yang sudah tertata dengan baik berdasarkan izin yang
terbit sebelumnya agar pola perpetakan yang sudah
ditetapkan tidak berubah.
Pasal 77
Ketinggian bangunan maksimal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76 ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. ketinggian bangunan maksimal sesuai ketentuan
intesitas pemanfaatan ruang;
b. penambahan jumlah lantai bangunan gedung boleh
dilakukan selama masih memenuhi batasan KDB
dan/atau KLB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82
ayat (3), kecuali di Sub Zona R-2 yang merupakan
perumahan kepadatan sedang dan Sub Zona R-3 yang
merupakan perumahan kepadatan rendah yang
merupakan perumahan tapak; dan/atau
- 71 -
c. bangunan dan/atau bangun-bangunan yang melebihi
batas ketinggian yang berada dalam Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan harus mendapatkan
rekomendasi dari pejabat yang berwenang.
Pasal 78
(1) GSB minimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76
ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. GSB minimal berjarak setengah lebar ruang milik
jalan, diukur dari as jalan di Zona R, Zona K, Zona,
KT, Zona SPU, Zona I, Zona W, Zona PG, dan Zona
BL;
b. GSB minimal berjarak 2 (dua) meter diukur dari
tepi jalan atau pagar untuk luas kaveling kurang
dari 60 (enam puluh) meter persegi;
c. GSB berjarak 0 (nol) meter di Zona K dengan tema
shopping street dan/atau di Zona K yang
menyediakan bangunan parkir atau parkir bawah
tanah; dan/atau
d. kewajiban GSB mininum untuk kegiatan yang
membutuhkan ruang tambahan bagi prasarana
penunjang kegiatan dalam kavling.
(2) Ketentuan mengenai GSB minimal di setiap Zona
diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 79
Jarak antar bangunan minimal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76 ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. jarak antarbangunan minimal 2 (dua) meter di lantai
pertama bangunan;
b. jarak antarbangunan bertambah 0,5 (setengah) meter
dari jarak bebas lantai di bawahnya, setiap terjadi
pembahan lantai bangunan; dan/atau
c. bangunan deret ditetapkan di Sub Zona R-1 yang
perumahan kepadatan tinggi, Sub Zona R-2 yang
- 72 -
perumahan kepadatan sedang, dan Zona K dengan
jumlah bangunan maksimal 10 (sepuluh) unit atau
panjang maksimal 50 (lima puluh) meter.
Pasal 80
(1) Jarak bebas samping dan jarak bebas belakang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (1) huruf
d minimal 1,5 (satu setengah) meter.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jarak bebas samping
dan jarak bebas belakang di setiap Zona diatur dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 81
(1) Tampilan bangunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76 ayat (1) huruf d mempertimbangkan warna
bangunan, bahan bangunan, tekstur bangunan, muka
bangunan, gaya bangunan, keindahan bangunan, dan
keserasian bangunan dengan lingkungan sekitarnya.
(2) Ketentuan mengenai tampilan bangunan di setiap
Zona diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kelima
Ketentuan Prasarana Sarana Minimal
Pasal 82
(1) Ketentuan prasarana sarana minimal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 68 ayat (2) huruf d terdiri atas:
a. prasarana dasar; dan
b. sarana dasar.
(2) Prasarana dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. parkir; dan
b. prasarana pengelolaan lingkungan.
- 73 -
(3) Sarana dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas Zona SPU sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48.
(4) Parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
wajib bagi Zona R, Zona K, Zona KT, Zona SPU, Zona I,
Zona W, dan Zona PG dengan kapasitas yang
seimbang antara kebutuhan kendaraan dengan
jumlah luas lantai bangunan.
(5) Prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas SPAM,
jaringan drainase, SPAL, pengelolaan sampah, dan
jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8.
(6) Selain prasarana dasar dan sarana dasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), prasarana sarana minimal
diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Bagian Keenam
Ketentuan Khusus
Pasal 83
(1) Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 68 ayat (2) huruf e merupakan yang mengatur
penggunaan lahan yang memiliki fungsi khusus dan
diberlakukan ketentuan khusus sesuai dengan
karakteristik zona dan kegiatannya.
(2) Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menambahkan aturan dengan fungsi khusus pada
ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan, ketentuan
intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata
bangunan, dan ketentuan prasarana dan sarana
minimal.
- 74 -
(3) Ketentuan mengenai ketentuan khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Bupati.
Bagian Ketujuh
Standar Teknis
Pasal 84
Standar teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat
(2) huruf f sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Bagian Kedelapan
Ketentuan Pelaksanaan
Pasal 85
(1) Ketentuan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 68 ayat (2) huruf g terdiri atas:
a. ketentuan variansi pemanfaatan ruang;
b. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; dan
c. ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah
ada dan tidak sesuai dengan peraturan zonasi.
(2) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. jika penggunaan lahan dengan kegiatan
penggunaan lahan, fungsi bangunan, intensitas
pemanfaatan ruang, atau tata bangunan yang
sudah ada tidak sesuai dengan Peraturan Daerah
ini, kegiatan penggunaan lahan masih boleh,
selama tidak merubah penggunaan lahan yang
sudah ada; dan/atau
b. jika penggunaan lahan dengan kegiatan
penggunaan lahan, fungsi bangunan, intensitas
pemanfaatan ruang, atau tata bangunan yang
sudah ada tidak sesuai dengan Peraturan Daerah
- 75 -
ini, dapat ditetapkan izin penggunaan lahan
sementara.
(3) Ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada
dan tidak sesuai dengan peraturan zonasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
atas:
a. jika penggunaan lahan dengan kegiatan
penggunaan lahan, fungsi bangunan, intensitas
pemanfaatan ruang, atau tata bangunan yang
sudah ada sesuai dengan izin mendirikan
bangunan yang diterbitkan, penggunaan lahan
tersebut tetap berlaku; dan/atau
b. jika penggunaan lahan dengan kegiatan
penggunaan lahan, fungsi bangunan, intensitas
pemanfaatan ruang, atau tata bangunan yang
sudah ada tidak sesuai dengan izin mendirikan
bangunan yang diterbitkan, izin tersebut tidak
berlaku lagi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan variansi
pemanfaatan ruang dan ketentuan untuk penggunaan
lahan yang sudah ada dan tidak sesuai dengan
peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan huruf c di setiap Zona diatur dengan
Peraturan Bupati.
Bagian Kesembilan
Teknik Pengaturan Zonasi
Pasal 86
(1) Teknik pengaturan zonasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 68 ayat (2) huruf h merupakan aturan
untuk mengatasi kekakuan Peraturan Zonasi dalam
pelaksanaan pembangunan kota.
(2) Teknik pengaturan zonasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
- 76 -
a. zona bonus dengan kode a; dan
b. zona pertampalan aturan dengan kode g.
Pasal 87
(1) Zona bonus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86
ayat (1) huruf a berbentuk peningkatan luas lantai
atau KLB yang ditetapkan di:
a. Koridor
(2) Zona bonus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten kepada
Masyarakat, dengan kewajiban masyarakat untuk:
a. menyediakan lahan dan/atau membangun RTH
publik;
b. menyediakan lahan dan/atau membangun rumah
susun umum;
c. menyediakan infrastruktur;
d. menyediakan fasilitas pendukung;
e. menyediakan jalur dan meningkatkan kualitas
fasilitas pejalan kaki yang terintegrasi dengan
angkutan umum; dan/atau
f. menyediakan jalur sepeda yang terintegrasi dengan
angkutan umum.
Pasal 6
(1) Zona pertampalan aturan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 86 ayat (1) huruf b merupakan zona yang
menggunakan satu atau beberapa peraturan zonasi.
(2) Zona pertampalan aturan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa zona rawan bencana.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan Zona
pertampalan aturan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dengan Peraturan Bupati
- 77 -
BAB IX
KETENTUAN PERIZINAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 88
(1) Dalam pemanfaatan ruang setiap orang wajib memiliki
izin pemanfataan ruang dan wajib melaksanakan
setiap ketentuan perizinan dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan untuk:
a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan
rencana tata ruang, peraturan zonasi, dan standar
pelayanan minimal bidang penataan ruang;
b. mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan
c. melindungi kepentingan umum dan masyarakat
luas.
(3) Izin pemanfaatan ruang diberikan kepada calon
pengguna ruang yang akan melakukan kegiatan
pemanfaatan ruang pada suatu zona berdasarkan
Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Jenis Izin
Pasal 89
(1) Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 89 dapat berupa:
a. izin prinsip;
b. izin lokasi;
c. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. izin mendirikan bangunan;
e. izin lingkungan; dan
- 78 -
f. izin lain berdasarkan ketentuan peraturan
perundangundangan.
(2) Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diberikan oleh Pemerintah Kabupaten
Tapanuli Selatan.
(3) Izin pemanfaatan ruang yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat dan pemerintah provinsi diberikan
kepada calon pengguna ruang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 90
(1) Izin prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90
ayat (1) huruf a diberikan berdasarkan rencana tata
ruang wilayah kabupaten.
(2) Izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat
(1) huruf b diberikan berdasarkan rencana tata ruang
wilayah kabupaten dan Peraturan Daerah ini.
(3) Izin penggunaan pemanfaatan tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 99 ayat (1) huruf c diberikan
berdasarkan izin lokasi.
(4) Izin mendirikan bangunan dan izin lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 ayat (1) huruf
d dan huruf e diberikan berdasarkan Peraturan
Daerah ini.
Pasal 91
Pemberian izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 90 ayat (1) disertai dengan persyaratan teknis
dan persyaratan administratif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
- 79 -
Bagian Ketiga
Prosedur Pemberian Izin
Pasal 92
(1) Prosedur pemberian izin pemanfaatan ruang
ditetapkan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah
sesuai dengan kewenangannya.
(2) Pemberian izin diberikan oleh pejabat yang berwenang
dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah
kabupaten dan Peraturan Daerah ini.
(3) Pemberian izin dilakukan secara terkoordinasi dengan
memperhatikan kewenangan dan kepentingan
berbagai instansi terkait sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah memberikan
rekomendasi pemberian izin kegiatan pemanfaatan
ruang yang berdampak penting.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pemberian
izin pemanfaatan ruang diatur dengan Peraturan
Bupati.
BAB X
PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 93
(1) Pemberian insentif bertujuan untuk:
a. meningkatkan RTH publik;
b. meningkatkan karakteristik budaya Melayu atau
lingkungan setempat; dan/atau
c. meningkatkan kegiatan pemanfaatan ruang pada
zona pertumbuhan ekonomi.
(2) Pemberian disinsentif bertujuan untuk:
- 80 -
a. melestarikan fungsi gambut; dan/atau
b. melestarikan kualitas Sungai Kapuas dan Sungai
Landak.
Bagian Kedua
Pemberian Insentif
Pasal 94
(1) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 94 ayat (1) dilakukan terhadap:
a. pengembangan Zona RTH;dan/atau
b. pengembangan Sub Zona K-2 yang merupakan sub
zona perdagangan dan jasa skala pelayanan BWP
(2) Insentif yang diberikan kepada masyarakat untuk
pengembangan Zona RTH sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf a berupa:
a. insentif fiskal berupa pemberian keringanan pajak
dan/atau pengurangan retribusi; dan/atau
b. insentif non fiskal berupa kemudahan perizinan,
penghargaan, dan/atau publikasi atau promosi.
(3) Insentif yang diberikan kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b berupa:
a. insentif fiskal berupa pemberian keringanan pajak
dan/atau pengurangan retribusi; dan/atau
b. insentif non fiskal berupa subsidi silang,
kemudahan perizinan, penyediaan prasrana dan
sarana, penghargaan, dan/atau publikasi atau
promosi.
(4) Insentif yang diberikan kepada masyarakat untuk
pengembangan Sub Zona K-1 yang merupakan sub
zona perdagangan dan jasa skala pelayanan kota
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c berupa:
a. insentif fiskal berupa pemberian keringanan pajak
dan/atau pengurangan retribusi; dan/atau
- 81 -
b. insentif non fiskal berupa subsidi silang,
kemudahan perizinan, dan/atau penyediaan
prasrana dan sarana penghargaan.
Bagian Ketiga
Pemberian Disinsentif
Pasal 95
(1) Pemberian disinsentif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 94 ayat (2) dilakukan terhadap:
a. peningkatan Zona SS yang merupakan sub zona
sempadan sungai; dan/atau
b. pengembangan Zona RTH;
(2) Disinsentif yang diberikan kepada masyarakat untuk
peningkatan Zona SS yang merupakan sub zona
sempadan sungai sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf b berupa:
a. disinsentif fiskal berupa pengenaan pajak yang
tinggi; dan/atau
b. disinsentif non fiskal berupa persyaratan khusus
dalam perizinan dan/atau pembatasan penyediaan
prasarana sarana.
(3) Disinsentif yang diberikan kepada masyarakat untuk
pengembangan Zona RTH sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf a berupa:
a. persyaratan khusus dalam perizinan; dan/atau
b. pembatasan penyediaan prasarana sarana.
Pasal 96
Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pemberian
insentif dan disinsentif pemanfaatan ruang diatur dengan
Peraturan Bupati.
- 82 -
BAB XI
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban Masyarakat
Pasal 97
Dalam penataan ruang, Masyarakat berhak untuk:
a. mendapatkan informasi dan akses informasi tentang
Peraturan Daerah ini;
b. mendapatkan sosialisasi Peraturan Daerah ini;
c. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat
penataan ruang;
d. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian
yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan
pembangunan yang sesuai dengan Peraturan Daerah
ini;
e. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang
terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan
Peraturan Daerah ini;
f. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan
penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan
Peraturan Daerah ini kepada pejabat berwenang; dan
g. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada
pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan
pembangunan yang tidak sesuai dengan Peraturan
Daerah ini menimbulkan kerugian.
Pasal 98
Dalam pemanfaatan ruang, Masyarakat wajib:
a. menaati Peraturan Daerah ini;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang dari pejabat yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
- 83 -
d. memberikan akses terhadap zona yang oleh ketentuan
peraturan perundang‐undangan dinyatakan sebagai
milik umum.
Bagian Kedua
Peran Masyarakat
Pasal 99
(1) Peran Masyarakat dalam penataan ruang dilakukan
melalui:
a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan
ruang.
(2) Partisipasi dalam penyusunan rencana ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berbentuk:
a. masukan mengenai:
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan Zona;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah
pembangunan Zona;
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang;
dan/atau
5. penetapan rencana tata ruang.
b. kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten
Tapanuli Selatan dan/atau sesama unsur
Masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
(3) Partisipasi dalam pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b berbentuk:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten
Tapanuli Selatan dan/atau sesama unsur
Masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
- 84 -
c. kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
kearifan lokal dan Peraturan Daerah ini;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian
dalam pemanfaatan ruang darat, ruang udara, dan
ruang di dalam bumi dengan memperhatikan
kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan
keamanan serta memelihara dan meningkatkan
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber
daya alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berbentuk:
a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan
zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi
pelaksanaan Peraturan Daerah ini;
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang
berwenang dalam hal menemukan dugaan
penyimpangan atau pelanggaran kegiatan
pemanfaatan ruang yang melanggar Peraturan
Daerah ini; dan
d. mengajukan keberatan terhadap keputusan
pejabat yang berwenang terhadap pembangunan
yang dianggap tidak sesuai dengan Peraturan
Daerah ini.
- 85 -
BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF
Bagian Kesatu
Bentuk dan Jenis Pelanggaran Bidang Penataan Ruang
Pasal 100
(1) Setiap Masyarakat yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99, dikenai
sanksi administratif.
(2) Pelanggaran di bidang penataan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
Peraturan Daerah ini;
b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pejabat
berwenang;
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
persyaratan izin yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang; dan/atau
d. menghalangi akses terhadap kawasan yang
dinyatakan oleh peraturan perundang-undangan
sebagai milik umum.
Pasal 101
(1) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
Peraturan Daerah ini sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 101 ayat (2) huruf a meliputi:
a. memanfaatkan ruang dengan izin pemanfaatan
ruang di lokasi yang tidak sesuai dengan
peruntukkannya;
b. memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan
ruang di lokasi yang sesuai peruntukannya;
dan/atau
- 86 -
c. memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan
ruang di lokasi yang tidak sesuai peruntukannya.
(2) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang yang diberikan oleh pejabat
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101
ayat (2) huruf b meliputi:
a. tidak menindaklanjuti izin pemanfaatan ruang
yang telah dikeluarkan; dan/atau
b. memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan fungsi
ruang yang tercantum dalam izin pemanfaatan
ruang.
(3) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
persyaratan izin yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101
ayat (2) huruf c meliputi:
a. melanggar batas sempadan yang telah ditentukan;
b. melanggar ketentuan KLB yang telah ditentukan;
c. melanggar ketentuan KDB dan KDH;
d. melakukan perubahan sebagian atau keseluruhan
fungsi bangunan;
e. melakukan perubahan sebagian atau keseluruhan
fungsi lahan; dan/atau
f. tidak menyediakan fasilitas sosial atau fasilitas
umum sesuai dengan persyaratan dalam izin
pemanfaatan ruang.
(4) Menghalangi akses terhadap zona yang dinyatakan
oleh peraturan perundang-undangan sebagai milik
umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat
(2) huruf d meliputi:
a. menutup akses ke sungai, dan sumber daya alam
serta prasarana publik;
b. menutup akses terhadap sumber air;
c. menutup akses terhadap taman dan ruang terbuka
hijau;
d. menutup akses terhadap fasilitas pejalan kaki;
- 87 -
e. menutup akses terhadap lokasi dan jalur evakuasi
bencana; dan/atau
f. menutup akses terhadap jalan umum tanpa izin
pejabat yang berwenang.
Bagian Kedua
Bentuk, Kriteria, dan Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif
Pasal 102
(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 102 ayat (1) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikenakan berdasarkan kriteria:
a. besar atau kecilnya dampak yang ditimbulkan
akibat pelanggaran penataan ruang;
b. nilai manfaat pemberian sanksi yang diberikan
terhadap pelanggaran penataan ruang; dan/atau
c. kerugian publik yang ditimbulkan akibat
pelanggaran penataan ruang.
(3) Tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 88 -
BAB XIII
PENGAWASAN PENATAAN RUANG
Pasal 103
(1) Pengawasan penataan ruang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri atas
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan melibatkan peran Masyarakat.
(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat dilakukan dengan menyampaikan laporan
dan/atau pengaduan kepada Pemerintah Kabupaten
Tapanuli Selatan.
Pasal 104
(1) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 103 ayat (1) dilakukan dengan mengamati
dan memeriksa kesesuaian antara penyelenggaraan
penataan ruang Kawasan Perkotaan Batang Toru
dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan.
(2) Apabila hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terbukti terjadi penyimpangan
administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109
ayat (2) dalam penyelenggaraan penataan ruang,
Menteri, Gubernur, dan Bupati mengambil langkah
penyelesaian sesuai dengan kewenangannya.
(3) Dalam hal Bupati tidak melaksanakan langkah
penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Gubernur mengambil langkah penyelesaian yang tidak
dilaksanakan Bupati.
(4) Dalam hal penyimpangan dalam penyelenggaraan
penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
pihak yang melakukan penyimpangan dapat dikenai
sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111.
- 89 -
Pasal 105
Bentuk dan tata cara pengawasan penataan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (1) diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XIV
PENYIDIKAN
Pasal 106
(1) Penyidik pegawai negeri sipil berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan
atau keterangan yang berkenaan dengan tindak
pidana Peraturan Daerah ini;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang
diduga melakukan tindak pidana Peraturan
Daerah ini;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang
sehubungan dengan peristiwa tindak pidana
Peraturan Daerah ini;
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen‐dokumen
yang berkenaan dengan tindak pidana Peraturan
Daerah ini;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang
diduga terdapat bahan bukti dan dokumen lain
serta melakukan penyitaan dan penyegelan
terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran
yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak
pidana Peraturan Daerah ini; dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
Peraturan Daerah ini.
(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan
kepada pejabat penyidik kepolisian negara Republik
Indonesia.
- 90 -
(3) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) memerlukan tindakan
penangkapan dan penahanan, penyidik pegawai negeri
sipil melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik
kepolisian negara Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada
penuntut umum melalui pejabat penyidik kepolisian
negara Republik Indonesia.
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 107
(1) Apabila orang yang melakukan pelanggaran telah
diberikan sanksi administratif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 103 ayat (1) dalam jangka waktu yang
ditentukan kewajibannya tidak dipenuhi, dapat
diancam sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait.
(2) Dalam hal orang yang melakukan pelanggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengakibatkan
berkurangnya luas kawasan lindung diancam pidana
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
terkait.
Pasal 108
Setiap orang dengan sengaja melakukan kegiatan
pemanfaatan ruang pada zona yang tidak diizinkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73, dapat diancam
pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 91 -
Pasal 109
Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1)
wajib disetorkan ke kas daerah atau sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB XVI
JANGKA WAKTU DAN PENINJAUAN KEMBALI
Pasal 110
(1) Jangka waktu Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Kabupaten Tapanuli Selatan berlaku
untuk 20 (dua puluh) tahun sejak diundangkannya
Peraturan Daerah ini.
(2) Peninjauan kembali Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Kabupaten Tapanuli Selatan
dilakukan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Kabupaten Tapanuli Selatan dapat
dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun:
a. bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan;
b. perubahan batas wilayah daerah yang ditetapkan
dengan undang-undang; dan/atau
c. apabila terjadi perubahan Rencana Tata Ruang
Wilayah.
BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 111
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan,
dan telah sesuai dengan ketentuan Peraturan
Daerah ini, tetap berlaku sesuai dengan masa
berlakunya;
- 92 -
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan
tetapi tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan
Daerah ini dilakukan penyesuaian izin terhadap
Peraturan Daerah ini, dengan ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan
pembangunannya, izin tersebut disesuaikan
dengan fungsi zona berdasarkan Peraturan
Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan
pembangunannya:
a) pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin
terkait habis masa berlakunya dan
dilakukan dengan menerapkan rekayasa
teknis sesuai dengan fungsi zona
berdasarkan Peraturan Daerah ini; dan
b) dalam hal tidak memungkinkan untuk
menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan
fungsi zona dalam berdasarkan Peraturan
Daerah ini, atas izin yang telah diterbitkan
dapat dibatalkan dan terhadap kerugian
yang timbul sebagai akibat pembatalan izin
tersebut dapat diberikan penggantian
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan
tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini
dilakukan penyesuaian dengan fungsi zona
berdasarkan Peraturan Daerah ini;
d. pemanfaatan ruang di Kabupaten Tapanuli Selatan
yang diselenggarakan tanpa izin ditentukan
sebagai berikut:
1. yang bertentangan dengan ketentuan
Peraturan Daerah ini, pemanfaatan ruang yang
bersangkutan ditertibkan dan disesuaikan
- 93 -
dengan fungsi zona berdasarkan Peraturan
Daerah ini; dan
2. yang sesuai dengan Peraturan Daerah ini,
dipercepat untuk mendapatkan izin yang
diperlukan;
e. Masyarakat yang menguasai tanahnya
berdasarkan hak adat dan/atau hak-hak atas
tanah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, yang karena Rencana Detail
Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten
Tapanuli Selatan ini pemanfaatannya tidak sesuai
lagi, maka penyelesaiannya diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Sepanjang rencana tata ruang wilayah di Kabupaten
Tapanuli Selatan belum disesuaikan dengan Peraturan
Daerah ini, digunakan Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan Batang Toru
sebagai acuan pemberian izin pemanfaatan ruang.
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 112
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kawasan
Perkotaan Batang Toru .
- 94 -
Ditetapkan di Sipirok
Pada tanggal .....
BUPATI TAPANULI SELATAN,
------------------
Diundangkan di Sipirok
pada tanggal .....
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN TAPANULI SELATAN,
---------
LEMBARAN KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN …… NOMOR ....
- 95 -
Contents
BAB I ................................................................................................................................................3 KETENTUAN UMUM.....................................................................................................................3 BAB II ...............................................................................................................................................8 PERAN DAN FUNGSI RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
SERTA CAKUPAN KAWASAN PERKOTAAN BATANG TORU ..............................................8 Peran dan Fungsi Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kawasan
Perkotaan Batang Toru ............................................................................................................8 Cakupan BWP ............................................................................................................................9
BAB III ............................................................................................................................................ 12 TUJUAN DAN SASARAN PENATAAN RUANG ...................................................................... 12
Tujuan Penataan Ruang ........................................................................................................ 12 Sasaran Penataan Ruang ...................................................................................................... 12
BAB IV............................................................................................................................................ 13 RENCANA STRUKTUR RUANG ................................................................................................ 13
Umum ........................................................................................................................................ 13 Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan ....................................................................... 14 Rencana Jaringan Prasarana ............................................................................................... 17
Umum..................................................................................................................................... 17 Rencana Jaringan Transportasi ...................................................................................... 18 Rencana Jaringan Energi .................................................................................................. 21 Rencana Jaringan Telekomunikasi ................................................................................ 23 Rencana SPAM ..................................................................................................................... 24 Rencana Jaringan Drainase ............................................................................................. 27 Rencana SPAL ...................................................................................................................... 29 Rencana Jalur Evakuasi Bencana .................................................................................. 31
BAB V ............................................................................................................................................. 32 RENCANA POLA RUANG ........................................................................................................... 32
Umum ........................................................................................................................................ 32 Rencana Zona Lindung .......................................................................................................... 32 Rencana Zona Budi Daya ..................................................................................................... 37
BAB VI............................................................................................................................................ 56 PENETAPAN SUB BWP PRIORITAS ........................................................................................ 56
Umum ........................................................................................................................................ 56 Penetapan Lokasi dan Tema Penanganan ........................................................................ 57
BAB VII .......................................................................................................................................... 58 KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG ................................................................................... 58
Umum ........................................................................................................................................ 58 Indikasi Program Prioritas Perwujudan Rencana Struktur Ruang ............................ 59 Indikasi Program Prioritas Perwujudan Rencana Pola Ruang..................................... 60 Indikasi Program Prioritas Perwujudan Sub BWP Prioritas......................................... 62
BAB VIII ......................................................................................................................................... 63 PERATURAN ZONASI ................................................................................................................. 63
Umum ........................................................................................................................................ 63 Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan .................................................................. 63 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang ....................................................................... 67 Ketentuan Tata Bangunan ................................................................................................... 70 Ketentuan Prasarana Sarana Minimal .............................................................................. 72 Ketentuan Khusus .................................................................................................................. 73 Standar Teknis......................................................................................................................... 74 Ketentuan Pelaksanaan ......................................................................................................... 74 Teknik Pengaturan Zonasi .................................................................................................... 75
BAB IX ........................................................................................................................................... 77 KETENTUAN PERIZINAN .......................................................................................................... 77
Umum ........................................................................................................................................ 77
- 96 -
Jenis Izin ................................................................................................................................... 77 Prosedur Pemberian Izin ....................................................................................................... 79
BAB X ............................................................................................................................................. 79 PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF .......................................................................... 79
Umum ........................................................................................................................................ 79 Pemberian Insentif .................................................................................................................. 80 Pemberian Disinsentif ............................................................................................................ 81
BAB XI ........................................................................................................................................... 82 HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT ................................................................. 82
Hak dan KewajibanMasyarakat ........................................................................................... 82 Peran Masyarakat ................................................................................................................... 83
BAB XII .......................................................................................................................................... 85 SANKSI ADMINISTRATIF .......................................................................................................... 85
Bentuk dan Jenis Pelanggaran Bidang Penataan Ruang ............................................. 85 Bentuk, Kriteria, dan Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif ............................ 87
BAB XIII ......................................................................................................................................... 88 PENGAWASAN PENATAAN RUANG........................................................................................ 88 BAB XIV ......................................................................................................................................... 89 PENYIDIKAN ................................................................................................................................. 89 BAB XV .......................................................................................................................................... 90 KETENTUAN PIDANA ................................................................................................................. 90 BAB XVI ......................................................................................................................................... 91 JANGKA WAKTU DAN PENINJAUAN KEMBALI .................................................................. 91 BAB XVII ....................................................................................................................................... 91 KETENTUAN PERALIHAN ......................................................................................................... 91 BAB XVIII ...................................................................................................................................... 93 KETENTUAN PENUTUP ............................................................................................................. 93
- 97 -
LAMPIRAN KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA DETAIL KAWASAN PERKOTAAN BATANG TORU
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
I. PERWUJUDAN RENCANA STRUKTUR RUANG
A. RENCANA PENGEMBANGAN PUSAT PELAYANAN
A.1. Pusat Pelayanan Kawasan
1. Pengembangan dan
peningkatan pusat
pelayanan
perdagangan dan
jasa
1. Koridor
Pasar
Batangto
ru dan
Sekitarn
ya
(SBWP B)
2. Pasar
Hutagod
ang dan
Sekitarn
ya
(SBWP F)
2 lokasi APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kementerian
Pekerjaan
Umum dan
Perumahan
Rakyat
(Kemen
PUPR),
Kementerian
Perdagangan
(Kemendag),
Pemerintah
Provinsi
(Pemprov),
Pemerintah
Kabupaten,
dan
Masyarakat
2. Pengembangan dan
peningkatan pusat
pelayanan SBWP A
Desa
Sipenggeng
1 lokasi APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
Kementerian
Pariwisata
(Kemenpar),
Pemprov,
Kabupaten,
dan
Masyarakat
- 98 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
2. Pengembangan dan
peningkatan pusat
pelayanan SBWP C
(pertambangan)
Desa Aek
Pining
1 lokasi APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
Kementerian
Pariwisata
(Kemenpar),
Pemprov,
Kabupaten,
dan
Masyarakat
2. Pengembangan dan
peningkatan pusat
pelayanan SBWP D
Desa
Sumuran
1 lokasi APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
Kementerian
Pariwisata
(Kemenpar),
Pemprov,
Kabupaten,
dan
Masyarakat
2. Pengembangan dan
peningkatan pusat
pelayanan SBWP E
Desa Batu
Hula
1 lokasi APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
Kementerian
Pariwisata
(Kemenpar),
Pemprov,
Kabupaten,
dan
Masyarakat
A.2. Sub Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan Batang Toru
1. Pengembangan dan
peningkatan pusat
pendidikan .....
ST/PT dan
Sekitarnya
....
lokasi
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
(Kemendikbu
d), Pemprov,
- 99 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Pengembangan dan
peningkatan pusat
pemerintahan dan
pendidikan
Pusat Sub
BWK B dan
Sekitarnya
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
Kemendikbu
d,
Kemendag,
Pemprov,
Kabubapten,
dan
Masyarakat
3. Pengembangan dan
peningkatan pusat
perdagangan
sebagian wilayah
kawasan
1. Pusat
Sub
BWK....
2. Pusat
Sub
BWK....
3. Pusat
Sub
BWK....
4.
....
lokasi
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
Kemendag,
Pemprov,
Kabubapten,
dan
Masyarakat
B. RENCANA JARINGAN TRANSPORTASI
1. Jaringan Jalan
1.1. Jaringan Jalan Kolektor Primer I
1. Pemeliharaan
(pemeliharaan rutin/
pemeliharaan
berkala/ rehabilitasi)
jalan kolektor primer
Seluruh
wilayah
Blok
... km APBN,
APBD Prov
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov
1.2. Jaringan Jalan Kolektor Primer III
1. Pemeliharaan
(pemeliharaan rutin/
pemeliharaan
berkala/ rehabilitasi)
jalan kolektor primer
Seluruh
wilayah
Blok
... km APBN,
APBD Prov
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov
1.3. Jaringan Jalan Arteri Sekunder
- 100 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
1. Pembangunan jalan
baru
2. Pelebaran jalan
menuju standar
Zona....Zon
a....
... km APBD Kab DPUPR
Kabubapten
3. Pemeliharaan
(pemeliharaan rutin/
pemeliharaan
berkala/ rehabilitasi)
jalan arteri sekunder
Seluruh
wilayah
Blok
Km APBD Kab DPUPR
Kabubapten
1.4. Jaringan Jalan Kolektor Sekunder
1. Pelebaran jalan
menuju standar
Zona....Zon
a....
... km APBD Kab DPUPR
Kabubapten
2. Pemeliharaan
(pemeliharaan rutin/
pemeliharaan
berkala/ rehabilitasi)
jalan kolektor
sekunder
Seluruh
wilayah
Blok
Km APBD Kab DPUPR
Kabubapten
1.5. Jaringan Jalan Lokal Sekunder
1. Pembangunan jalan
lokal sekunder
... km APBD Kab DPUPR
Kabubapten
2. Pelebaran jalan
menuju standar
Zona....Zon
a....
... km APBD Kab DPUPR
Kabubapten
3. Pemeliharaan
(pemeliharaan rutin/
pemeliharaan
berkala/ rehabilitasi)
jalan lokal sekunder
Seluruh
wilayah
Blok
... km APBD Kab DPUPR
Kabubapten
1.6. Jaringan Jalan Lingkungan Sekunder
1. Pembangunan jalan
lingkungan sekunder
... km APBD Kab DPUPR
Kabubapten
dan
Masyarakat
2. Pemeliharaan
(pemeliharaan rutin/
pemeliharaan
berkala/ rehabilitasi)
Seluruh
wilayah
Blok
... km APBD Kab DPUPR
Kabubapten
dan
Masyarakat
- 101 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
jalan lingkungan
sekunder
1.7. Jaringan Jalur Bebas Hambatan
2. Jalur Pejalan Kaki
Peningkatan jalur
pejalan kaki yang
sudah ada
1. Jalan ...
2. Jalan ...
3. Kawasan
Tepian
....
4. Taman
.....
APBD Kab
dan
sumber
lain yang
sah
DPUPR
Kabubapten
dan
Masyarakat
Pembangunan jalur
pejalan kaki
APBD Kab
dan
sumber
lain yang
sah
DPUPR
Kabubapten
dan
Masyarakat
Pemeliharaan jalur
pejalan kaki
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
DPUPR
Kabubapten
dan
Masyarakat
Penyediaan sistem
pembuangan air
hujan dan drainase
pada jalur pejalan
kaki
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
DPUPR
Kabubapten
dan
Masyarakat
3. Jalur Sepeda
Pembangunan jalur
sepeda
APBD Kab DPUPR
Kabubapten
dan Dishub
Kabubapten
Pemeliharaan jalur
sepeda
APBD Kab DPUPR
Kabubapten
dan Dishub
Kabubapten
C. RENCANA JARINGAN ENERGI
. Jaringan Transmisi Tenaga Listrik
- 102 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
Peningkatan dan
pemantapan jaringan
transmisi saluan
udara tegangan
tinggi
Sub BWP 6
dan Sub
BWP 7
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
ESDM, PT.
PLN, DESDM
Prov, dan
Masyarakat
Peningkatan dan
pemantapan GI
Martabe
3. Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Pengembangan dan
peningkatan jaringan
distribusi Saluran
Kabel Tegangan
Menengah
jaringan
jalan arteri
primer,
jaringan
jalan arteri
sekunder,
jaringan
jalan
kolektor
primer,
jaringan
jalan
kolektor
sekunder,
dan
jaringan
jalan lokal
sekunder
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
ESDM, PT.
PLN, DESDM
Prov, dan
Masyarakat
Pengembangan dan
peningkatan jaringan
distribusi Saluran
Kabel Tegangan
Rendah
jaringan
jalan arteri
primer,
jaringan
jalan arteri
sekunder,
jaringan
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
Kemen
ESDM, PT.
PLN, DESDM
Prov, dan
Masyarakat
- 103 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
jalan
kolektor
primer,
jaringan
jalan
kolektor
sekunder,
dan
jaringan
jalan lokal
sekunder,
jaringan
jalan
lingkungan
sekunder
sah
D. RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI
1. Jaringan Tetap
Pengembangan dan
peningkatan jaringan
serat optik
jaringan
jalan arteri
primer,
jaringan
jalan arteri
sekunder,
jaringan
jalan
kolektor
primer,
jaringan
jalan
kolektor
sekunder,
dan
jaringan
jalan lokal
sekunder,
jaringan
jalan
APBN dan
sumber
lain yang
sah
Kementerian
Komunikasi
dan
Informasi
(Kemeninfo),
PT. Telkom,
dan
Masyarakat
- 104 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
lingkungan
sekunder
Pengembangan dan
peningkatan Sentra
Telepon Otomat
menyebar
dan
seimbang
untuk
melayani
seluruh
Blok
APBN dan
sumber
lain yang
sah
Kemeninfo,
PT. Telkom,
dan
Masyarakat
2. Jaringan Bergerak
Pengembangan dan
peningkatan jaringan
radio trunking dan
radio panggil untuk
umum
menyebar
dan
seimbang
untuk
melayani
seluruh
Blok
APBN dan
sumber
lain yang
sah
Kemeninfo,
PT. Telkom,
dan
Masyarakat
Pengembangan dan
peningkatan menara
Base Transceiver Station (BTS) mandiri
dan menara BTS
bersama
menyebar
dan
seimbang
untuk
melayani
seluruh
Blok
APBN dan
sumber
lain yang
sah
Kemeninfo,
PT. Telkom,
dan
Masyarakat
Pengembangan dan
peningkatan jaringan
teleponi dasar dan
dapat
menyelenggarakan
jaringan multimedia
menyebar
dan
seimbang
untuk
melayani
seluruh
Blok
APBN dan
sumber
lain yang
sah
Kemeninfo,
PT. Telkom,
dan
Masyarakat
E. RENCANA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)
1. SPAM Jaringan Perpipaan
Peningkatan dan
pemantapan jaringan
pipa transmisi
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
- 105 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kabubapten,
PDAM, dan
Masyarakat
Pengembangan dan
peningkatan jaringan
pipa distribusi
(utama, pembawa
atau sekunder, dan
pembagi atau tersier)
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
PDAM, dan
Masyarakat
Pengembangan dan
peningkatan pompa
penguat (booster pump)
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
PDAM, dan
Masyarakat
Pengembangan dan
peningkatan jaringan
pipa pelayanan
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
PDAM, dan
Masyarakat
Pengembangan dan
peningkatan
sambungan rumah
Zona RTH,
Zona R,
Zona K,
Zona KT,
Zona SPU
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
PDAM, dan
Masyarakat
Pengembangan dan Zona RTH, APBN, Kemen
- 106 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
peningkatan hidran
umum dan hidran
kebakaran
Zona R,
Zona K,
Zona KT,
Zona SPU.
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
PDAM, dan
Masyarakat
2. SPAM Bukan Jaringan Perpipaan
Pengembangan dan
peningkatan bak
penampungan air
hujan, terminal air,
mobil tangki air,
atau bangunan
perlindungan mata
air
Zona R-3
yang
merupakan
sub zona
perumahan
kepadatan
rendah
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
PDAM, dan
Masyarakat
F. RENCANA JARINGAN DRAINASE
1. Saluran Drainase Induk/ Primer
Pengembangan dan
peningkatan jaringan
drainase primer
Normalisasi sungai:
Sungai Batang Toru
Sebagian
wilayah Sub
BWP A, Sub
BWP B .....
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
dan
Masyarakat
Normalisasi sungai:
Sungai Garoga
Sebagian
wilayah Sub
BWP A, Sub
BWP B .....
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
dan
Masyarakat
- 107 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
Saluran drainase
primer di jaringan
jalan arteri primer
dan jaringan jalan
arteri sekunder
Sebagian
wilayah Sub
BWP A, Sub
BWP B .....
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Saluran Drainase Sekunder
Pembangunan
jaringan drainase
sekunder
jaringan
jalan
kolektor
primer dan
jaringan
jalan
kolektor
sekunder
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR, Dinas
Perumahan
Rakyat dan
Kawasan
Permukiman
(DPRKP)
Prov, DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
Peningkatan jaringan
drainase sekunder
jaringan
jalan
kolektor
primer dan
jaringan
jalan
kolektor
sekunder
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
3. Saluran Drainase Tersier
Pembangunan
jaringan drainase
tersier
jaringan
jalan lokal
sekunder
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
- 108 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
Peningkatan jaringan
drainase tersier
jaringan
jalan lokal
sekunder
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
4. Saluran Drainase Lokal
Pembangunan
jaringan drainase
lokal
jaringan
jalan
lingkungan
sekunder
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
Peningkatan jaringan
drainase lokal
jaringan
jalan
lingkungan
sekunder
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
G. RENCANA SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (SPAL)
1. Pengembangan
jaringan
pengumpulan air
limbah
Zona R,
Zona K,
Zona KT,
Zona SPU,
Zona I,
Zona PG,
dan Zona
PW
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR, Dinas
Lingkungan
Hidup (DLH)
Prov, DLH
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Peningkatan jaringan
pengumpulan air
limbah
Zona R,
Zona K,
Zona KT,
APBN,
APBD
Prov,
Kemen
PUPR, DLH
Prov, DLH
- 109 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
Zona SPU,
Zona I,
Zona PG,
dan Zona
PW
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kabubapten,
dan
Masyarakat
H. RENCANA JALUR EVAKUASI BENCANA
1. Pengembangan dan
peningkatan sarana
jalur evakuasi
bencana banjir
Kebun
Karet,
Kantor
Kecamatan
Hapesong
Baru,
Gedung
Serba Guna
PT. AR
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Badan
Nasional
Penanggulan
Bencana
(BNPB),
BPBD Prov,
Badan
Penanggulan
gan Bencana
Daerah
(BPBD)
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Pengembangan dan
peningkatan sarana
tempat evakuasi
bencana longsor
Tempat
Wisata
Buatan,
SMK
Pertambang
an
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
BNPB, BPBD
Prov, BPBD
Kabubapten,
dan
Masyarakat
3. Pengembangan dan
peningkatan sarana
tempat evakuasi
bencana gempa bumi
Kebun
Karet,
Lapangan
Olahraga
Kelurahan
Hapesong
Baru,
Pesantren
Pertambang
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
BNPB, BPBD
Prov, BPBD
Kabubapten,
dan
Masyarakat
- 110 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
an
II. PERWUJUDAN RENCANA POLA RUANG
A. ZONA LINDUNG
A.2. Zona Perlindungan Setempat (Zona PS)
Sub Zona SS yang merupakan Sub Zona Sempadan Sungai
1. Pengembangan dan
peningkatan tanggul
sungai di sungai
yang belum
mempunyai tanggul
sungai
Seluruh
sungai
Sungai
Garoga
dan
Sungai
Batang
Toru
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
DLH
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Pemertahanan dan
rehabilitasi vegetasi
di tepian sungai agar
sesuai dengan
kondisi alami
Seluruh
sungai
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
DLH
Kabubapten,
dan
Masyarakat
3. Pengembangan dan
peningkatan Sub
Zona SS di Zona
Budi Daya terbangun
yang belum
mempunyai Zona SS:
1. Pengembangan
Zona SS; dan
2. Pengembangan
jalan inspeksi di
Zona SS.
Blok A.1,
A.2, A.3,
A.4, B.2,
B.3, B.3,
B.4, C.1,
C.2, C.3,
D.1, D.2,
D.3, D.4, E.
1, E.2, F.1,
F.2, F.3,
F.4, F.5
83,38 APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
DLH
Kabubapten,
dan
Masyarakat
A.3. Zona Ruang Terbuka Hijau (Zona RTH)
Sub Zona RTH-1 yang merupakan Hutan Kota
1. Pembangunan dan Blok A.2, 76,61 APBN, Kemen
- 111 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
peningkatan rencana
Sub Zona RTH-1
C.1, C.4,
C.5
Ha APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
PUPR,
DPUPR
Kabubapten,
DLH
Kabubapten,
dan
Masyarakat
Sub Zona RTH-3 yang merupakan Taman Kecamatan
1. Pembangunan dan
peningkatan rencana
Sub Zona RTH-3
Blok B.1
dan C.8
9,43 Ha APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR
Kabubapten,
DLH
Kabubapten,
dan
Masyarakat
Sub Zona RTH-4 yang merupakan Taman Kelurahan
1. Pembangunan dan
peningkatan rencana
Sub Zona RTH-4
Blok A.1,
A.2, B.2,
B.3, B.4,
C.2, C.3,
C.6, C.7,
D.1, D.3,
D.4, E.1,
F.1, F.4, F.5
80,72
Ha
APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR
Kabubapten,
DLH
Kabubapten,
dan
Masyarakat
Sub Zona RTH-5 yang merupakan Taman RW
1. Pembangunan dan
peningkatan rencana
Sub Zona RTH-5
Blok D.3,
F.4
6,3 Ha APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR
Kabubapten,
DLH
Kabubapten,
dan
Masyarakat
Sub Zona RTH-7 yang merupakan Pemakaman
1. Pemertahanan dan
rehabilitasi Sub Zona
Blok C.2 APBN,
APBD
Kemen
PUPR,
- 112 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
RTH-7 yang sudah
ada
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
DPUPR
Kabubapten,
DLH
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Pembangunan dan
peningkatan rencana
Sub Zona RTH-7
Blok C.2 3,66
hektar
APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR
Kabubapten,
DLH
Kabubapten,
dan
Masyarakat
A.4. Zona Lindung Lainnya (Zona LL)
Sub Zona rawan Gempa Bumi
1. 1. sebagian
wilayah
Blok ...
Desa
APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemenpar,
Dinas
Kepemudaan
, Olahraga,
dan
Pariwisata
(DisKeporapa
r)
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. 1. sebagian
wilayah
Blok ...
Desa
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
DisKeporapa
r
Kabubapten,
DPMTKPTSP
Kabubapten,
Satpol PP,
dan
Masyarakat
B. ZONA BUDI DAYA
B.1. Zona Perumahan (Zona R)
- 113 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
Sub Zona R-3 yang merupakan Sub Zona Perumahan Kepadatan Sedang
1. Pembangunan baru
rumah swadaya
Blok A.4,
B.3, F.2,
F.3, F.4, F.5
25,58
Ha
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Peningkatan kualitas
rumah swadaya
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
3. Pengembangan dan
peningkatan
perumahan formal
horizontal (rumah
tunggal dan rumah
deret)
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
4. Pengembangan dan
peningkatan
perumahan formal
vertikal (rumah
susun milik dan
rumah susun sewa)
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
5. Peningkatan kualitas
perumahan
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
- 114 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kabubapten,
dan
Masyarakat
6. Peningkatan kualitas
perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
7. Pengembangan
rumah khusus
(dalam konsisi sesuai
syarat pembangunan
rumah khusus)
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
Sub Zona R-4 yang merupakan Sub Zona Perumahan Kepadatan Rendah
1. Pembangunan baru
rumah swadaya
Blok A.1,
A.3, B.1,
B.2, C.1,
C.2, C.4,
C.5, C.6,
C.7, C.8,
D.1, D.2,
D.3, D.4,
E.1, E.2 ,
F.1
361,45
Ha
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Peningkatan kualitas
rumah swadaya
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
- 115 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
sah
3. Pengembangan dan
peningkatan
perumahan formal
horizontal (rumah
tunggal dan rumah
deret)
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
5. Peningkatan kualitas
perumahan
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
6. Peningkatan kualitas
perumahan kumuh
dan permukiman
kumuh
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
7. Pengembangan
rumah khusus
(dalam kondisi
sesuai syarat
pembangunan
rumah khusus)
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPRKP Prov,
DPRKP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
B.2. Zona Perdagangan dan Jasa (Zona K)
Sub Zona K-2 yang merupakan Sub Zona Perdagangan dan Jasa Skala BWP
1. Peningkatan dan
pemantapan pasar
Blok A.2,
A.3, B.3,
38,57
Ha
APBN,
APBD
Kemendag,
DiskopUMda
- 116 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
skala pelayanan
kecamatan
C.1, C.2,
C.4, C.5,
C.6, C.8,
D.1, D.3,
F.1, F.4
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
g
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Pengembangan dan
peningkatan
pertokoan
APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemendag,
DiskopUMda
g
Kabubapten,
dan
Masyarakat
3. Pengembangan dan
peningkatan toko
modern
APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemendag,
DiskopUMda
g
Kabubapten,
dan
Masyarakat
4. Pengembangan dan
peningkatan jasa
keuangan, jasa
informasi, jasa
perusahaan,
penyediaan
akomodasi,
penyediaan makan
minum, dan lainnya
APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemendag,
DiskopUMda
g
Kabubapten,
dan
Masyarakat
Sub Zona K-3 yang merupakan Sub Zona Perdagangan dan Jasa Skala Sub BWP
1. Peningkatan dan
pemantapan pasar
skala pelayanan
kecamatan
Blok A.2 0,08 Ha APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemendag,
DiskopUMda
g
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Pengembangan dan
peningkatan
pertokoan
APBN,
APBD
Kab, dan
Kemendag,
DiskopUMda
g
- 117 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
sumber
lain yang
sah
Kabubapten,
dan
Masyarakat
3. Pengembangan dan
peningkatan toko
modern
APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemendag,
DiskopUMda
g
Kabubapten,
dan
Masyarakat
4. Pengembangan dan
peningkatan
penyediaan makan
minum, dan lainnya
APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemendag,
DiskopUMda
g
Kabubapten,
dan
Masyarakat
B.3. Zona Perkantoran (Zona KT)
Sub Zona KT-1 yang merupakan Sub Zona Perkantoran Pemerintah
1. Pemeliharaan
perkantoran
pemerintah
Blok A.1,
A.2, A.3,
C.1, C.2,
C.5, C.8,
D.1, D.3,
F.1, F.5
1,35 Ha APBN dan
APBD Prov
Kemen PUPR
dan DPUPR
Prov
2. Pengembangan dan
peningkatan
perkantoran
pemerintah
APBN dan
APBD Prov
Kemen PUPR
dan DPUPR
Prov
Sub Zona KT-2 yang merupakan Sub Zona Perkantoran Swasta
1. Pemeliharaan
perkantoran
pemerintah
Blok B.2,
B.3, C.7,
C.8, D.1,
D.2
97,67
Ha
APBN dan
APBD Kab
Kemen PUPR
dan DPUPR
Kabubapten
2. Pengembangan dan
peningkatan
perkantoran
pemerintah
APBN dan
APBD Kab
Kemen PUPR
dan DPUPR
Kabubapten
B.4. Zona Sarana Pelayanan Umum (Zona SPU)
Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kawasan
1. Pengembangan
kuantitas dan
peningkatan kualitas
Blok A.1 Menyeb
ar dan
seimban
APBN,
APBD
Prov,
Kementerian
Kesehatan
(Kemenkes),
- 118 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
rumah sakit dan
klinik
g di
seluruh
Kecama
tan
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Dinkes Prov,
Dinkes
Kabubapten,
dan
Masyarakat
Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan
1. Pengembangan
kuantitas dan
peningkatan kualitas
sarana pendidikan
menengah atas,
pendidikan
menengah pertama,
dan pendidikan
dasar
Blok A.1,
A.3, B.3,
F.3
Menyeb
ar dan
seimban
g di
seluruh
Kecama
tan
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemendikbu
d, Dikbud
Prov, Dikbud
Kabubapten,
dan
Masyarakat
3. Pengembangan
kuantitas dan
peningkatan kualitas
sarana olahraga
terbuka maupun
tertutup
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemenpora,
Dispora Prov,
DisKeporapa
r
Kabubapten,
dan
Masyarakat
Sub Zona SPU-3 yang merupakan Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan
1. Pengembangan
kuantitas dan
peningkatan kualitas
sarana pendidikan
menengah pertama
dan pendidikan
dasar
Blok C.2 Menyeb
ar dan
seimban
g di
seluruh
Kecama
tan
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemendikbu
d, Dikbud
Prov, Dikbud
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Pengembangan
kuantitas dan
peningkatan kualitas
klinik, puskesmas,
dan balai
Blok C.6,
C.7, C.8,
D.3
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
Kemenkes,
Dinkes Prov,
Dinkes
Kabubapten,
dan
- 119 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
pengobatan sumber
lain yang
sah
Masyarakat
Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala RW
1. Pengembangan
kuantitas dan
peningkatan kualitas
sarana pendidikan
dasar dan
pendidikan anak
usia dini
Blok A.1,
C.1, C.2,
C.4, C.5,
D.1, D.3,
E.2, F.3,
dan F.4
Menyeb
ar dan
seimban
g di
seluruh
Kecama
tan
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemendikbu
d, Dikbud
Prov, Dikbud
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Pengembangan
kuantitas dan
peningkatan kualitas
posyandu
Blok C.4,
C.6, C.8,
D.1
2,12 Ha APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemenkes,
Dinkes Prov,
Dinkes
Kabubapten,
dan
Masyarakat
3. Pengembangan
kuantitas dan
peningkatan kualitas
sarana peribadatan
Blok A.1,
C.2, C.4,
C.5, C.6,
C.8, D.1,
D.2, D.3,
F.1, F.2,
F.3, F.4, F.5
2,64 Ha APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemenag,
DPUPR
Kabubapten,
dan
Masyarakat
B.6. Zona Pertanian
Sub Zona P-1 yang merupakan Sub Zona Tanaman Pangan
1. Pengembangan sub
zona tanaman
pangan
Blok A.1,
A.2, A.3,
B.1, C.2,
C.3, C.6,
F.4, F.5
171,89
Ha
APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kementan,
DPP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Peningkatan sub
zona tanaman
APBN,
APBD
Kementan,
DPP
- 120 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
pangan Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kabubapten,
dan
Masyarakat
3. Pemertahanan
pertanian LP2B
Sub Zona P-3 yang merupakan Sub Zona Perkebunan
1. Pelindungan
tanaman
perkebunan (kelapa
sawit & karet) dari
organisme
pengganggu
tumbuhan
Blok A.2,
B.2, B.3,
B.4, C.2,
C.3, C.4,
C.5, C.6,
C.7, C.8.,
D.2, D.3,
D.4, E.1,
E.2, F.1,
F.2, F.3, F,4
dan F.5
1.114,
83
hektar
APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kementan,
DPP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Pengembangan
usaha budi daya
tanaman
perkebunan (kelapa
sawit & karet) yang
berkelanjutan
APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kementan,
DPP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
B.6.2. Zona PI yang merupakan Zona Perikanan
Sub Zona IK-2 yang merupakan Sub Zona Perikanan Budi Daya
1. Pengembangan dan
peningkatan sub
zona budi daya
perikanan sungai
(keramba) dan kolam
Blok A.1,
C.4,
C.5,D.1,
D.3, F.1,
F.2, F.3
3,32 Ha APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kementerian
Kelautan
Perikanan
(KKP), DPP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Pengembangan
sistem kesehatan
ikan
APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
KKP, DPP
Kabubapten,
dan
Masyarakat
3. Peningkatan
pembenihan ikan
APBN,
APBD
KKP, DPP
Kabubapten,
- 121 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
dan
Masyarakat
B.6.4. Zona W yang merupakan Zona Pariwisata
Sub Zona W-1 yang merupakan Sub Zona Wisata Alam
1. Pengembangan sub
zona pariwisata alam
Blok A.1
2,32 Ha APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemenpar,
DisKeporapa
r
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Peningkatan sub
zona pariwisata alam
APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemenpar,
DisKeporapa
r
Kabubapten,
dan
Masyarakat
Sub Zona W-2 yang merupakan Sub Zona Wisata Buatan
1. Pengembangan sub
zona pariwisata
buatan
Blok B.3
0,26 Ha APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemenpar,
DisKeporapa
r
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Peningkatan sub
zona pariwisata
buatan
APBN,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemenpar,
DisKeporapa
r
Kabubapten,
dan
Masyarakat
B.6.5. Zona HK yang merupakan Zona Pertahanan dan Keamanan
1. Peningkatan fungsi
dan kualitas
prasarana sarana
Pertahanan dan
Keamanan
Blok C.4 0,19 Ha APBN dan
APBD Kab
Kementeria
Pertahanan
(Kemenhan)
dan TNI
- 122 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
B.6.6. Zona Lainnya
Sub Zona Gardu Induk
1. Pengembangan dan
peningkatan Gardu
Induk
Blok E.1 1,29 Ha APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
ESDM, PT.
Pertamina,
DESDM
Prov, dan
Masyarakat
Sub Zona Pergudangan
1. Pengembangan
Pergudangan
Blok A.2 0,99 Ha APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR dan
Masyarakat
Sub Zona
Penampungan
Sampah Terpadu
1. Pengembangan
Penampungan
Sampah Terpadu
Blok D.4 5,05 Ha APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR dan
Masyarakat
B.6.7. Zona SPAM yang merupakan Zona Sistem Penyediaan Air Minum
Sub Zona SPAM-1 yang merupakan Sub Zona Unit Air Baku dan Unit Produksi
1. Pengembangan dan
peningkatan
prasarana
pengambilan atau
pengambilan/penyad
sebagian
wilayah
Blok ...
Desa ....
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
- 123 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
apan air:
a. Intake (nama
lokasi);
b. Intake (nama
lokasi);
c. ......
sumber
lain yang
sah
PDAM, dan
Masyarakat
2. Pengembangan dan
peningkatan
prasarana pengolah
air baku menjadi air
minum/Instalasi
Pengolahan Air
Minum:
a. IPA .....
sebagian
wilayah
Blok ...
Desa ....
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
PDAM, dan
Masyarakat
Sub Zona SPAM-2 yang merupakan Sub Zona Unit Distribusi
1. Pengembangan dan
peningkatan
prasarana bangunan
penampung air
minum (reservoar)
menyebar
dan
seimbang
untuk
melayani
seluruh
Blok
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
PDAM, dan
Masyarakat
B.6.8. Zona DR yang merupakan Zona Prasarana Drainase
1. Pengembangan dan
peningkatan sumur
resapan tanah
dangkal
Zona RTH,
Zona R,
Zona SPU,
dan Zona
PW
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
DPUPR
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Pengembangan dan
peningkatan sumur
resapan tanah dalam
Zona K,
Zona KT,
Zona I, dan
Zona PG
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
DPUPR
Kabubapten,
dan
Masyarakat
3. Pengembangan dan
peningkatan kolam
tandon kolam
sebagian
wilayah
Blok ...
APBN,
APBD
Prov,
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
- 124 -
NO
INDIKASI
PROGRAM
PRIORITAS
LOKASI BESAR
AN
SUMBER
PENDANA
AN
PELAKSANA
WAKTU PELAKSANAAN
I II III IV
2020 2021 2022 2023 2024 2025-
2029
2030-
2035
2035-
2040
retensi, dan/atau
kolam detensi
Desa .... APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
DPUPR
Kabubapten,
dan
Masyarakat
4. Pengembangan dan
peningkatan dam
pengendali, dam
penahan, dan
pengendali jurang
(gully plug)
menyebar
dan
seimbang
untuk
melayani
seluruh
sungai
dan/atau
parit
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
dan
Masyarakat
III. PERWUJUDAN SUB BWP PRIORITAS
A. PERWUJUDAN DI SUB BWP C
1. Penyusunan RTBL SBWP C .342,42
hektar
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabubapten,
dan
Masyarakat
2. Pelestarian dan
peningkatan kualitas
keindahan beranda
utama kawasan
RTBL .....
APBN,
APBD
Prov,
APBD
Kab, dan
sumber
lain yang
sah
Kemen
PUPR,
DPUPR Prov,
DPUPR
Kabupaten,
dan
Masyarakat
Top Related