BEDAH PLASTIK DALAM PERSPEKTIF AGAMA
Kodim Abdullah
Pengertian Bedah Plastik
Bedah plastik adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang bertujuan untuk merekonstruksi atau
memperbaiki bagian tubuh manusia melalui operasi kedokteran. Operasi plastik atau dikenal
dengan “Plastic Surgery” atau dalam bahasa arab “Jirahah Tajmil” adalah bedah/operasi yang
dilakukan untuk mempercantik atau memperbaiki satu bagian didalam anggota badan, baik yang
nampak atau tidak, dengan cara ditambah, dikurangi atau dibuang, bertujuan untuk memperbaiki
fungsi dan estetika (seni) tubuh. Bedah plastik berasal dari kata Yunani Platikos yang berarti
“membentuk”.
Pengklasifikasian operasi plastik adalah :
1. Mengobati cacat fisik (bersifat rekonstruktif), seperti disebabkan perang a tau kecelakaan
lainnya yang bertujuan mengobati.
2. Memperindah apa yang telah ada (bersifat kosmetik), sebagai usaha mencari kepuasan
tersendiri dan menambah apa yang telah dikodratkan dan tujuannnya adalah agar nampak
“lebih muda”.
Semua jenis operasi yang dilakukan dibagian tubuh tidak disebut operasi plastik walaupun
operasi plastik itu bagian dari operasi. Operasi plastik adalah bagian dari operasi lainnya. Dan
operasi yang kebanyakan dilakukan di dalam ilmu kedokteran adalah operasi medis saja. Dan
operasi plastik ini juga hanya terjadi sebelum meninggal. Pembedahan pada jasad yang sudah
meninggal itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian:
1. Pembedahan karena tindak kriminal atau lebih dikenal dengan nama otopsi. Yang dilakukan
pada tubuh seseorang yang sudah meninggal dan tidak mungkin mengetahui sebab-sebab
meninggalnya kecuali melalui proses otopsi tersebut.
2. Pembedahan yang dilakukan sebagai proses pembelajaran. Yaitu yang berlangsung di
fakultas-fakultas kedokteran dan bertujuan untuk memberi pemahaman terhadap mahasiswa
tentang organ manusia dan lainnya yang berkaitan dengan tubuh manusia. 2
3. Pembedahan yang dilakukan untuk mengetahui penyakit yang diderita seorang pasien
dimana penyakit tersebut adalah penyakit yang baru dan belum diketahui sebab-sebabnya.
Jenis- jenis Bedah Plastik
1. Operasi Ghairu Ikhtiyariyah. Yaitu suatu operasi yang bertujuan untuk mengobati penyakit
yang terjadi tanpa kekuasaan seseorang di dalam penyakit tersebut. Apakah penyakit yang
telah ada ketika seseorang baru lahir seperti bergabungnya jari tangan atau kaki, bibir
sumbing, tertutupnya lubang yang terbuka (hidung atau telinga,dll) dan berbagai jenis
penyakit lainnya yang terjadi tanpa dikehendaki. Operasi jenis ini hanya bertujuan untuk
mengobati penyakitdan pada nantinya akan menghasilkan keindahan pada orang yang telah
diobati. Dan keindahan itu hanya sebagai efek dari operasi.
2. Operasi Ikhtiyariyah (yang sengaja dilakukan) Yaitu operasi yang dilakukan bukan karena
alasan medis, namun mutlak hanya hasrat seseorang dalam memperindah diri dan berlebih –
lebihan didalam menafsirkan kata-kata indah itu. Mengobati cacat fisik (bersifat
rekonstruktif), seperti disebabkan perang atau kecelakaan lainnya yang bertujuan mengobati.
Operasi model ini terbagi kepada dua bagian yaitu :
a. Operasi yang merubah bentuk, misalnya seperti :
Memperindah hidung, seperti membuatnya lebih mancung, dan lain-lain
Memperindah dagu, dengan meruncingkannya, dan lain-lain
Memperindah payudara dengan mengecilkannya jika terlalu besar atau
membesarkannya dengan suntik silicon atau dengan menambah hormon untuk
memontokkan payudara dengan berbagai cara yang telah ditemukan.
Memperindah kuping
Memperindah perut dengan menghilangkan lemak atau bagian yang lebih dari
tubuh
b. Operasi yang mengawetkan umur, misalnya seperti :
Memperindah wajah dengan menghilangkan kerutan yang ada dengan skaler atau
alat lainnya
Memperindah kulit dengan mengangkat lemak yang ada dan membentuk wajah
dengan apa yang dikehendaki
Memperindah kulit tangan dengan menghilangkan kerut seolah kulit masih padat
dan muda
Memperindah alis, baik dengan mencukurnya agar nampak lebih muda. mungkin
ini menurut penulis bagian-bagian yang sering kita temui dan yang paling umum
Bedah Plastik Menurut Hukum Islam
Dalam sebuah kaidah fiqih disebutkan bahwa:
األت لاأل ىفع ألبأللر ابإلا تع الد ل مدل ىلع مير ا ا
Artinya: Asal segala sesuatu itu dibolehkan sampai adanya daliL yangmengharamkannya.
Berdasarkan kaidah tersebut, maka apapun yang kita lakukan sebenarnya boleh kita lakukan, dan
selamanya boleh kita lakukan, hingga adanya dalil atau petunjuk yang menyatakan haramnya
melakukan sesuatu itu. Oleh karena itu, operasi plastik tampaknya mesti dilihat dari tujuannya.
Ada yang melakukan operasi karena ingin lebih cantik bagi perempuan atau lebih tampan bagi
laki- laki, ada pula yang melakukan operasi plastik karena menghilangkan bekas-bekas akibat
kecelakaan, cacat seperti bibir sumbing dan sebagainya.
Permasalahan yang sering kita dapati, tidak sedikit di antara para muslimah dan termasuk juga
para muslim yang melakukan operasi dengan tujuan agar lebih cantik atau lebih tampan.
Hukum melakukan Operasi Plastik dengan Tujuan untuk Kecantikan
Allah menyukai yang indah- indah dan Islam juga membolehkan seseorang untuk berhias atau
mempercantik diri selama tidak berlebih- lebihan, apalagi sampai mengubah ciptaan Allah..
Kalau kita pikir secara logika, apa ruginya Allah apabila ada yang melakukan operasi
kecantikan, sebab sesuatu yang telah baik diberikan Allah kemudian dilakukan lagi upaya lain
agar pemberian tersebut menjadi super lebih baik, tentunya kalau dipikir-pikir Allah pasti
senang, terlebih Allah juga menyukai hal-hal yang indah- indah. Diriwayatkan dari Imam
Bukhari dan Muslim Ra. dari Abdullah ibn Mas‟ud Ra.beliau pernah berkata “”Allah melaknat
wanita-wanita yang mentato dan yang meminta untuk ditatokan, yang mencukur (menipiskan)
alis dan yang meminta dicukur, yang mengikir gigi supaya kelihatan cantik dan merubah ciptaan
Allah.” (H.R Bukhari)[ dari hadits ini, dapat diambil sebuah dalil bahwa Allah Swt. melaknat
mereka yang melakukan perkara ini dan mengubah ciptaan-Nya. 3. Riwayat dari Ashabis Sunan
Dari Asmaa, bahwa ada seorang perempuan yang mendatangi Rasulullah Saw. dan berkata, ”
Wahai Rasululllah, dua orang anak perempuan ku akan menjadi pengantin, akan tetapi ia
mengadu kepadaku bahwa rambutnya rontok, apakah berdosa jika aku sambung rambutnya?”,
maka Rasulullah pun menjawab, “Sesungguhnya Allah me laknat perempuan yang menyambung
atau minta disambungkan (rambutnya)” Hadits ini dengan jelas mengatakan bahwa haram
hukumnya bagi orang yang menyambung rambutnya atau istilah sekrang dikenal dengan konde
atau wig dan jauh dari rahmat Allah Swt. Qias Untuk melengkapi pendapat ini,maka akan saya
coba menggunakan qias dan akal. Operasi plastik semacam ini tidak dibolehkan dengan meng-
qias larangan Nabi Saw. terhadap orang yang menyambung rambutnya, tattoo, mengikir
(menjarangkan) gigi atau apa saja yang berhubungan dengan perubahan terhadap apa yang telah
diciptakan Allah Swt. Segi Akal Secara akal kita akan menyangka bahwa orang itu kelihatannya
indah dan cantik akan tetapi, ia telah melakukan operasi plastik pada dirinya, perbuatan ini sama
dengan pemalsuan atau penipuan terhadap dirinya sendiri bahkan orang lain, adapun hukumnya
orang yang menipu adalah haram menurut syara‟. Begitu juga dengan bahaya yang akan terjadi
jika operasi itu gagal, bisa menambah kerusakan didalam tubuhnya dan sedikit sekali
berhasilnya, apapun caranya tetap membahayakan dirinya dan ini tidak sesuai dengan hukum
syara‟, sesuai dengan firman Allah yang berbunyi (wallahu „alam)”Jangan bawa diri kalian
dalam kerusakan.
1. Operasi plastik merubah ciptaan Allah Swt
2. Adanya unsur pemalsuan dan penipuan
3. Dari sisi lain, bahwa negatifnya lebih banyak dari manfaatnya, karena bahaya yang akan
terjadi sangat besar apabila operasi itu gagal, bisa menyebabkan kerusakan anggota badan
bahkan kematian.
Kebanyakan ulama hadits berpendapat bahwa tidak boleh melakukan operasi ini dengan dalil
diantaranya sebagai berikut: Allah berfirman (“Allah telah melaknatnya. setan berkata, “sungguh
akan kutarik bagian yang ditentukan dari hamba-hamabaMu. dan sungguh akan kusesatkan
mereka, dan akan kubangkitlan angan-angan kosong mereka, dan aku suruh mereka memotong
telinga binatang ternak lalu mereka benar-benar memotongnya, dan aku akan suruh mereka
(merobah ciptaan Allah), lalu mereka benar-benar merobahnya. dan barangsiapa yang
menjadikan setan sebagai pelindung maka sungguh dia telah merugi dengan kerugian yang
nyata” [Q.S An-Nisaa‟ ayat118-119] Ayat ini menjelaskan kepada kita dengan konteks celaan
dan haramnya melakukan pengubahan pada diri yang telah diciptakan Allah dengan sebaik-baik
penciptaan.
Persoalan inilah yang perlu kita sadari bahwa tidak semua yang dilakukan manusia yang menurut
manusia baik adalah baik pula dalam pandangan Allah. Merubah bentuk salah satu anggota
tubuh yang berbeda dari apa yang diberikan Allah, dalam logika manusia dipandang baik, karena
akan lebih cantik, tampan dan menarik. Asalnya kulit yang diberikan Allah hitam kemudian
dirubah menjadi putih atau warna lainnya. Asalnya hidung yang diberikan Allah pesek kemudian
dirubah menjadi mancung dan sebagainya. Namun demikian, apa yang dilakukan sebenarnya
merupakan tindakan yang tidak percaya dengan pemberian Allah dan dapat dikatakan sebagai
bentuk penghinaan terhadap Allah. Oleh karena itu merubah ciptaan atau pemberian Allah
sebagaimana dideskripsikan di atas sebenarnya bertentangan dengan kodrat dan iradat Allah.
Seharusnya manusia menyadari bahwa apapun yang diciptakan Allah di dunia ini bukan
merupakan hal yang sia-sia (lihat Q.S. al-Baqarah ayat 26): Artinya: Sesungguhnya Allah tiada
segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. adapun orang-
orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka,
tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan Ini untuk
perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan
perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan
Allah kecuali orang-orang yang fasik,
Menurut pandangan manusia atau seseorang yang melakukan operasi bahwa salah satu anggota
tubuhnya kurang menarik, sehingga ia pun berkeinginan untuk merubahnya melalui operasi.
Padahal dalam pandangan Allah pemberian-Nya itu yang dipandang manusia kurang menarik,
sebenarnya memiliki manfaat yang luar biasa, hanya saja ia tidak mengetahui dan menyadarinya.
Mestinya manusia dapat bersyukur terhadap apa yang diberikan Allah dan memberdayakan
pemberian tersebut dengan baik. Selain itu, apabila persoalan di atas dikembalikan kepada
sumber hukum Islam yaitu Alquran, maka Alquran telah secara jelas menyatakan orang yang
merubah ciptaan-Nya adalah orang yang mengikuti jalan dan ajakan syaithan.
Dari Qs An-Nissa ayat 119 ayat tersebut dapat dipahami, bahwa melakukan operasi plastik, yang
hanya bertujuan mempercantik diri termasuk perbuatan syetan yang dilaknat Allah. Contohnya,
operasi untuk memperindah bentuk hidung, dagu, buah dada, atau operasi untuk menghilangkan
kerutan-kerutan tanda tua di wajah, dan sebagainya. Persoalan ini apabila dilihat dari kaidah
yang disebutkan sebelumnya bahwa operasi plastik dengan tujuan untuk mempercantik [jirahah
at-tajmil], maka hukumnya adalah haram.
Operasi Plastik untuk Memperbaiki Cacat atau Akibat Kecelakaan
Yaitu suatu operasi yang bertujuan untuk mengobati penyakit yang terjadi tanpa kekuasaan
seseorang di dalam penyakit tersebut. Apakah penyakit yang telah ada ketika seseorang baru
lahir seperti bergabungnya jari tangan atau kaki, bibir sumbing, tertutupnya lubang yang terbuka
(hidung atau telinga,dll) dan berbagai jenis penyakit lainnya yang terjadi tanpa dikehendaki.
Operasi jenis ini hanya bertujuan untuk mengobati penyakitdan pada nantinya akan
menghasilkan keindahan pada orang yang telah diobati. Dan keindahan itu hanya sebagai efek
dari operasi dan ini dibolehkan di dalam syariat islam.
Alasan operasi ini dibolehkan adalah sesuai sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah bahwasannya Nabi Muhammad Saw bersabda : “Allah tidak menurunkan penyakit
kecuali menurunkan pula obatnya (shahih Bukhari halaman 204 jilid 2, bab pengobatan). Selain
itu juga terdapat hadits dari Usmah bin Syaiik berkata, Seorang arab badui bertanya kepada
Rasulullah SAW ”Wahai Rasulullah apakah kami harus berobat dari suatu penyakit?”.
Rasulullah SAW berkata : “Benar, wahai hamba Allah berobatlah karena Allah tidak
menciptakan suatu penyakit melainkan ada obatnya, dan kecuali satu penyakit. Lalu orang badui
bertanya :”Penyakit apa wahai Rasulullah?”. Rasul berkata : “Tua”(Turmudzi hal 383 jilid 4
hadits ke 2038).
Dua hadits tersebut menunjukan bahwa setiap penyakit yang diberikan Allah SWT memiliki
obatnya maka hendakmya seseorang yang sakit berobat dari segala penyakit yang menimpa agar
bisa sehat seperti sedia kala dan dapat melakukan berbagai aktivitas serta agar tidak menular
kepada orang lain sehingga ulama Hanafi mengatakan bahwa pengobatan melalui suntikan itu
dibolehkan.
Tiada beda pula bagi laki- laki dan perempuan (syarah fathul qadir hal.500 jilid 8). Juga
dikatakan bahwa tindakan diperbolehkan menggunakan benda yang haram untuk berobat seperti
Khamar (miras) dan sejenisnya kecuali telah diusahakan namun tidak ada lagi obat lain yang
lebih sesuai dan hanya pada khamar itu saja obatnya (darurat). Hukum melakukan operasi plastik
dengan tujuan untuk memperbaiki cacat yang dibawa sejak lahir (al-’uyub al-khalqiyyah) seperti
bibir sumbing, atau cacat yang datang kemudian (al-’uyub at-thari`ah) akibat kecelakaan,
kebakaran, atau semisalnya, seperti wajah yang rusak akibat kebakaran/kecelakaan, maka dapat
dikategorikan sebagai mubah atau dibolehkan melakukan operasi tersebut.
Dalam ushul fikih, cacat atau akibat kecelakaan dapat dikategorikan sebagai mudharat atau
disebut kemudaratan. Kemudaratan mengakibatkan ketidakbaikan yang akhirnya membuat orang
yang mengalami kemudaratan ini tidak merasa nyaman beragama. Oleh karena itu, Islam
memang bukan agama yang memudah-mudahkan sesuatu, tetapi bukan pula agama yang
mempersulit. Kemudaratan mesti dihilangkan atau setidaknya menguranginya melalui operasi
plastik.
Bolehnya menghilangkan kemudaratan berupa cacat sejak lahir atau cacat akibat kecelakaan
adalah berdasarkan kaidah fikih yang berbunyi:
ضلر زاإل األ ا
Artinya: Kemudaratan itu mesti dihilangkan”,
Sehingga operasi plastik pun legal dilakukan dengan ketentuan sesuai dengan tujuan yang
disebutkan. Selain itu, bolehnya melakukan operasi plastik adalah berdasarkan keumuman
(‘amm) dalil yang menganjurkan untuk berobat (at-tadawiy). Nabi SAW bersabda:
زإل ر مأأن زإل ال دآى ه أل ه أن فآى إ أل د
Artinya: Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, kecuali Allah menurunkan pula obatnya.
(HR Bukhari).
Dalam hadits yang lain Nabi SAW bersabda pula:
عض اآىآ د دفآى أله عْهللا إال داى اف هللا ألأل لي ا دباع
Artinya: Wahai hamba-hamba Allah berobatlah kalian, karena sesungguhnya Allah tidak
menurunkan satu penyakit, kecuali menurunkan pula obatnya.” (HR Tirmidzi)
Dalam ushul fikih disebutkan bahwa selama tidak ada dalil yang mengkhususkan dalil umum,
maka selama itu pula dalil umum dapat diamalkan. Hadis di atas dipandang sebagai hadis yang
umum, dan dapat diamalkan atau dapat dijadikan hujjah, karena tidak ditemukan adanya dalil
yang mengkhususkannya
Bahkan dalam kondisi tertentu dibolehkan bagi seseorang untuk mengobati penyakitnya
walaupun harus memindahkan bagian tubuhnya kepada bagian yang lain. Jika bagian yang cacat
tersebut akan membawa kepada penyakit yang telah membahayakan, baik itu amputasi atau
pemindahan bagian tubuh, karena ditakutkan jika itu tidak dilakukan maka akan membahayakan
nyawa seseorang dan allah sendiri mengingatkan manusia agar jangan mencampakkan dirinya ke
dalam jurang kehancuran bahkan kematian (Al-baqarah ayat 195, Annisa : 29).
Para ahli fikih membolehkan seseorang memasang gigi palsu namun mereka berbeda pendapat
pada hal menggunakan gigi palsu yang terbuat dari emas. Di dalam kitab hidayah hal.61 jilid 4
disebutkan, bahwa dilarang menggunakan gigi palsu dari emas. Namun boleh dengan perak. Ini
adalah pendapat Imam Hanafi dan Muhammad bahkan berkata bahwa tidak apa-apa
menggunakan gigi emas. Nabi Muhammad SAW membolehkan menggunakan emas jika itu
adalah suatu keharusan karena kritis dan darurat. Menindik telinga anak perempuan dibolehkan
(kitab ikhtiyar maushuly hal.122 jilid 30) karena dengan menindik telinga tersebut dapat
menambah keindahan.
Selanjutnya disebutkan bahwa operasi di dalam model ini tidak menyebabkan meroboh ciptaan
Allah dengan semena-mena dimana meroboh ciptaan itu diharamkan oleh Allah karena operasi
ini sangat perlu dilakukan dengan kondisi yang mendesak, maka diperbolehkan. Imam Nabawi
dari Madzhab Syafi‟i ketika mensyarah hadits Ibnu Mas‟ud tentang perkataan orang yang
meregangkan gigi untuk keindahan maknanya adalah dia meregangakan gigi itu tidak karena
sakit namun hanya untuk mempercantik diri dan ini menunjuki bahwa operasi untuk mengoba ti
cacat tentu dibolehkan. Operasi yang demikian itu tidak menjadikan alasan mempercantik diri
sebagai landasan pertama namun kecantikan yang dihasilkan dari operasi tersebut hanya sebagai
hasil luar biasa saja. Kemudian operasi model ini juga tidak bermaksud meroboh ciptaan Allah
dengan sengaja. Namun sebagai sarana berobat saja. Maka oleh karena itu berdasarkan dalildalil
yang telah kami sebutkan maka operasi semacam ini dibolehkan oleh syariat.
Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian materi yang telah diungkapkan pada halaman sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa operasi plastik boleh dilakukan apabila bertujuan untuk memperbaiki cacat
sejak lahir seperti bibir sumbing, atau cacat yang datang kemudian akibat kecelakaan, kebakaran,
atau semisalnya, seperti wajah yang rusak akibat kebakaran/kecelakaan. Sedangkan operasi
plastik yang bertujuan untuk mempercantik diri dengan sengaja merubah ciptaan ALLAH
diharamkan karena merupakan salah satu bentuk penyamaran yang bertentangan dengan syari’at
ISLAM.
DAFTAR PUSTAKA
Http://blog.re.or.id/operasi- face-off.html 2.
http://tugasbidan2008.blogspot.com/2008/12/makalah-bedah-plastik-besertahukum.html 3.
http://www.wanita-wanita.com/dampak-operasi-plastik//
Bustanul Arifin, dan M. Atho Mudzar, Permasalahan Fiqih Kontemporer dalam Keluarga Islam,
Jakarta: Gema Insani Press, 2002
http://sukriyanahcute.blogspot.com/2012/03/makalah-opresi-plastik.html
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Islam, Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1997.
Yevita, 2012, Pandangan Agama Terhadap Masalah dan Tindakan,
http://yevitadiaries.wordpress.com/2012/04/07/pandangan-agama-terhadap-masalah-dan-
tindakan/ , 11122012 jam 10.10
Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer: Jilid 2. Jakarta: Gema
Insani Press, 1995.
Top Related