Judul : Jelaskan etika profesi yang spesifik dalam tugas atau
profesi saudara masing-masing dan bagaimana pula
mengatasi conflict interest dalam profesi saudara
masing-masing.
Tugas : Forum 14 BE dan GG
Nama Mahasiswa : Purwono Sutoyo
NIM : 55117110006
Dosen Pengampu : Prof. DR. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA
Etika Profesi Project Manager (PM)
Seorang manajer proyek adalah orang yang bertanggung jawab untuk mencapai
tujuan proyek yang dinyatakan. Tanggung jawab manajemen proyek utama meliputi
menciptakan tujuan proyek yang jelas dan dapat dicapai, membangun persyaratan proyek,
dan mengelola kendala dari segitiga manajemen proyek , yaitu biaya, waktu, ruang lingkup
dan kualitas.
Pengertian lain dari Project manager adalah seorang yang diberikan tanggung jawab
untuk memimpin tim proyek di dalam mengelola, merancang, mengeksekusi dan menutup
proyek sesuai dengan tujuan dari proyek yang telah ditetapkan. Peran kunci dari project
manager di dalam project management diantaranya adalah menentukan tujuan proyek yang
ingin dicapai, membangun requirement proyek dan mengelola 3 batasan dari proyek yaitu
scope, cost dan schedule ditambah batasan kualitas secara efektif.
Menurut Project Mangement Body of Knowledge Guide (PMI 2001) mengatakan
bahwa manajer proyek seseorang yang bertanggung jawab dalam mengurus sebuah
proyek. Menurut Ritz (1994) seorang manajer proyek berasal dari suatu institusi atau
seorang pengusaha yang sinonim dengan pengurus, eksekutif, supervisor dan boss.
Peranan Manajer Proyek sebagai berikut:
Berperan untuk mengintegrasikan beberapa kegiatan yang berbeda untuk mencapai
tujuan tertentu.
Berperan juga sebagai seorang komunikator. Dengan ini berarti manajer proyek menjadi
tempat terakhir menujunya laporan-laporan, memo, permintaan dan keluhan. Manajer
proyek juga mengambil input dari banyak sumber, mengolah dan menyampaikan
informasi ke beberapa pihak dan memastikan bahwa semua orang yang punya peran
dalam proyek mengetahui informasi mengenai kebijaksanaan, tujuan, anggaran, jadwal
kebutuhan, dan perubahan yang ada dalam proyek sesuai peran yang dimiliki.
Berperan untuk mengambil keputusan yang menjadi wewenangnya, antara lain
mengenai realokasi sumber daya, mengubah lingkup proyek, menyeimbangkan kriteria
biaya, jadwal dan performansi.
Merupakan seorang enterpreuneur yang harus berusaha untuk melakukan pengadaan
dana, fasilitas dan orang agar proyek dapat berjalan.
Merupakan seorang agen pengubah yang mempelopori pemakaian ide yang baru dan
inovatif dan berusaha keras mengatasi halangan untuk melakukan perubahan.
Tanggung Jawab Manajer Proyek
Tanggung jawab manajer proyek didelegasikan oleh pihak manajemen yang diatasnya.
Seorang manajer proyek memiliki tanggung jawab utama yaitu menyerahkan hasil akhir
proyek dalam kriteria waktu, biaya, dan informasi yang telah ditetapkan, termasuk profit
yang ditargetkan. Secara garis besar tanggung jawab manajer proyek adalah (Soeharto,
1997):
Merencanakan kegiatan-kegiatan dalam proyek, tugas-tugas dan hasil akhir, termasuk
pemecahan pekerjaan, penjadwalan dan anggaran.
Mengorganisasikan, memilih dan menempatkan orang-orang dalam tim proyek.
Mengorganisasikan dan mengalokasikan sumber daya.
Memonitor status proyek.
Mengindentifikasikan masalah-masalah teknis.
Titik temu dari para konstituen: subkontraktor, user, konsultan, top management.
Menyelesaikan konflik yang terjadi dalam proyek.
Merekomendasikan penghentian proyek atau pengerahan kembali sumber daya.
Shtub (1994) menggambarkan diagram kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh
seorang manajer proyek, diantaranya adalah:
1. Budgeting and Cost Skills: Kemampuan dalam hal membuat anggaran biaya proyek
baik dalam hal analisis biaya proyek, analisis kelayakan investasi agar keuangan
proyek dapat berjalan optimal sesuai dengan keinginan penyedia dana.
2. Schedulling and Time Management Skills: Manajer proyek dituntut untuk dapat
mengelola waktu secara baik agar proyek dapat selesai tepat waktu seperti yang
diharapkan. Untuk mengelola waktu ini manajer proyek harus mendefinisikan
aktivitas-aktivitas yang diperlukan, misalnya dengan teknik WBS (Work Breakdown
Structure). Selain itu, manajer proyek harus mampu memperkirakan waktu bagi
setiap aktivitas secara realistis.
3. Technical Skills: Kemampuan teknis melingkupi pengetahuan dan pengalaman dalam
hal proyek itu sendiri, dengan mengetahui prosedur-prosedur dan mekanisme
proyek. Kemampuan ini biasanya didapatkan dari penimbaan ilmu khusus, misalnya
Institut Manajemen Proyek, dsb
4. Resource Management and Human Relationship Skills: Manajer proyek perlu
memahami akibat dari kegagalan dalam mengelola sumber daya, sehingga
diperlukan kehati-hatian dalam menempatkan sumberdaya yang ada dan
menjadwalkannya. Hal ini membutuhkan kemampuan untuk membangun jaringan
sosial dengan orang-orang yang terlibat di dalam proyek, seperti para stakeholder.
5. Communication Skills: Perencanaan sebuah proyek akan menjadi tidak berguna
ketika tidak ada komunikasi yang efektif antara manajer proyek dengan timnya.
Setiap anggota tim harus mengetahui tanggung jawab mereka.
6. Negotiating Skills: Selain kemampuan komunikasi yang baik, negosiasi juga
memerlukan strategi dalam menarik dukungan manajemen atas atau sponsor
mereka, bagaimanapun, pihak yang bernegosiasi harus dapat melihat loyalitas sang
manajer terhadap mereka, baru kemudian akan muncul kepercayaan.
7. Marketing, Contracting, Customer Relationship Skills: Manajer proyek juga harus
memiliki kemampuan untuk memasarkan hasil proyeknya, karena akan sangat tragis
ketika sebuah proyek yang sukses secara implementatif, tetapi outputnya tidak
dibutuhkan oleh para penggunanya. Selain itu, kedekatan dengan konsumen sangat
diperlukan. Sang manajer perlu responsif terhadap perubahan kebutuhan dan
persyaratan pelanggan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dalam konsep TQM,
kunci utama untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan adalah komunikasi secara
terus-menerus anatar pelanggan maupun antar tim proyek (Tjiptono&Diana, 2003).
8. Leadership Skills: Kepemimpinan menjadi salah satu peranan penting yang dimiliki
oleh seorang manajer proyek. Apa yang dilakukan oleh manajer proyek menendakan
bagaimana seharusnya orang lain atau timnya bekerja.
Grey&Larson (2006) memberikan contoh gaya kepemimpinan dengan memberi teladan
sebagai syarat menuju manajer proyek yang efektif. Ada enam aspek yang melingkupinya,
antara lain :
1. Prioritas, hal ini berbicara mengenai penggunaan waktu. Manajer proyek
memerlukan banyak waktu untuk mengamati sebuah pengujian kritis daripada
menunggu laporan, menyatakan pentingnya penguji dan pekerjaan tim.
2. Urgensi, dengan meningkatkan pola interaksi dengan tim seperti laporan dan rapat
penting dengan sering akan membuat tim merasa bahwa pekerjaan ini sangat
penting.
3. Pemecahan masalah, manajer proyek yang efektif akan lebih memusatkan kepada
bagaimana tim dapat mengubah masalah menjadi kesempatan atau apa yang
dipelajari dari suatu kesalahan untuk lebih proaktif dalam memecahkan maslah.
4. Kerjasama, berbicara mengenai bagaimana manajer proyek bertindak terhadap
orang luar dan memengaruhi bagaimana anggota tim berinteraksi dengan orang
luar.
5. Standar kinerja, manajer proyek harus menetapkan standar yang tinggi untuk
kinerja proyek melalui respon yang cepat atas kebutuhan tim, mengikuti isu-isu
penting, berprinsip teguh, serta hati-hati dalam menjalankan pertemuan-pertemuan
kritis.
6. Etika, jika seorang manajer proyek dengan bebas menyalahgunakan atau menahan
informasi penting dari manajemen atas atau pelanggan, hal ini memberi isyarat
kepada anggota tim bahwa perilaku seperti ini dapat diterima dan dilakukan.
Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok
masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada
kode etik yang memiliki sanksi yang agak uk dalam kategori norma hukum yang didasari
kesusilaan.
Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku dan berbudaya. Tujuan kode etik agar profesionalisme
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai jasa atau nasabahnya. Adanya kode etik
akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Fungsi Kode Etik Profesi
Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai
seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok
yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:
1) Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana
profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
2) Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan
kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).
3) Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para
pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri
pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan
Dalam syariat Islam, beberapa kode etik seorang Project Manager berdasarkan tugas dan
tanggung jawab profesi sebagai Project Manager dapat di jelaskan sebagai berikut:
1. Menerapkan kejujuran dan berlaku adil dan amanah sesuai dengan ajaran Agama Islam.
"Wa auful kaila wal mīzāna bil qisthi lā nukallifu nafsan Illā wus‘ahā Wa idzā qultum
fa‘dilū Wa lau kāna dzā qurbā Wa bi ‘ahdillāhi aufū Dzālikum wash shākum bihī.
La‘allakum tadzakkarūn." (Al ana’am 152).
Yang artinya :
"Dan sempurnakanlah oleh kalian takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
Memikulkan beban kepada seseorang kecuali menurut kesanggupannya. Dan apabila
kalian berkata, maka hendaklah kalian berlaku adil walaupun ia adalah kerabat, dan
penuhilah Janji Allah. Itulah yang Dia Perintahkan kepada kalian agar kalian ingat."
(Al An’am : 152).
"Innallāha ya’muru bil ‘adli Wal ihsāni Wa ītā-i dzil qurbā Wa yanhā ‘anil fahsyā-i Wal
mungkari Wal baghyi Ya‘izhukum La‘allakum tadzakkarūn. "(An-Nahl : 90)
Yang artinya :
"Sesungguhnya Allah Menyuruh kepada keadilan dan kebaikan serta memberi kepada
kaum kerabat, dan Dia Melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan kezaliman. Dia
Memberi pengajaran kepada kalian supaya kalian dapat mengambil pelajaran."
Abdullah bin ‘amru bin al ‘ash r.a berkata: rasulullah saw bersabda: sesungguhnya
orang-orang yang berlaku adil, kelak disisi allah ditempatkan diatas mimbar dari cahaya,
ialah mereka yang adil dalam hokum terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan
(dikuasakan) kepada mereka. (muslim)
Berusaha dengan cara yang halal dalam pekerjaan.
Firman Allah SWT :
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu
menyembah.” (al-Baqarah: 172)
2. Saling menghormati antar umat beragama didalam lingkungan organisasi ataupun Tim.
Anas r.a berkata : bersabda rasulullah saw: dengarlah dan ta’atlah meskipun yang
terangkat dalam pemerintahanmu seorang budak habasyah yang kepalanya bagaikan
kismis. (buchary)
3. Memilik integritas yang tinggi.
4. Toleransi terhadap sifat ambiguitas.
5. Toleransi terhadap ketidakpastian.
6. Memiliki keyakinan yang tinggi.
7. Tegas dalam berbagai hal.
8. Percaya diri/reflektif.
Selalu optimis dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Meskipun sikap ulet memerlukan
sikap yang optimis, tidak optimis yang berlebihan, sebab dapat menimbulkan
kesombongan. Oleh karena itu, sikap ulet hendaknya diiringi dengan sifat tawakal kepada
Allah SWT. Berhasil tidaknya usaha yang kita lakukan tidak terlepas dari kehendak dan
kekuasaan Allah. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali Imran: 159, yang artinya:
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
9. Terbuka terhadap rekan kerja.
10. Memiliki kemampuan, wawasan yang luas dan ketrampilan dalam bidang pekerjaan IT,
diantaranya :
1. Project Management process skill.
2. Interpersonal & behavioral skill.
3. Technology management skill.
4. Desire personal traits.
11. Memiiliki kemampuan dalam analisa dan tanggap terhadap masalah yang terjadi.
Teliti, berhati-hati, penuh perhitungan dalam berpikir dan bertindak, serta tidak tergesa-
gesa dan tidak ceroboh dalam melaksanakan pekerjaan. Sikap ketelitian sangat
dibutuhkan dalam mencapai hasil yang maksimal. Islam mengajarkan kepada setiap
muslim untuk bersikap teliti dalam setiap pekerjaan. Allah tidak menyukai makhluknya
yang bekerja dengan tergesa-gesa karena bisa menimbulkan kesalahan dan kegagalan
dalam mencapai suatu tujuan.
Dalam Quran surat Al-Anbiya’ : 37 yang artinya: Manusia telah dijadikan (bertabiat)
tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab)-Ku. Maka
janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.
Oleh karena itu bekerjalah dengan hati-hati dan jauhilah bekerja yang tergesa-gesa.
12. Mempunyai kemampuan analisis resiko yang baik.
13. Mampu berkerjasama dan dapat menjalin hubungan baik dengan rekan-rekan kerja.
14. Dapat menjaga kerahasian dari sebuah data dan informasi.
15. Merencanakan, memberi arahan dan melaksanakan aktivitas manajemen proyek untuk
suatu divisi / area.
16. Memonitor progress terhadap jadwal dan anggaran proyek dengan membuat bar chart &
critical path serta dan mengalokasikan atau membantu mengalokasi sumber daya sesuai
dengan hasil proyek yang harus diselesaikan.
17. Memastikan bahwa instalasi sistem yang terdiri dari hardware komputer dan jaringan
bersama dengan software sistem dan aplikasi.
18. Membuat keutuhan sinergis yang memungkinkan bisnis untuk mendapatkan manfaat
dari keuntungan yang dijanjikan tersebut.
19. Project Manager membawa semua sumber daya yang diperlukan bersama-sama untuk
komisi sistem baru dalam waktu singkat dan dengan biaya minimal bagi perusahaan.
20. Dapat menjunjung tinggi kode etik dan displin etika.
21. Taat / disiplin kepada setiap kebijakan yang di keluarkan organisasi.
Untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharus untuk tunduk
kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku.
Dalam ajaran Islam banyak ayat Al Qur’an dan Hadist yang memerintahkan disiplin
dalam artiketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan, antara lain surat An Nisa
ayat 59:
“Yā ayyuhal ladzīna āmanū Athī‘ullāha Wa athī‘ur rasūla Wa ulil amri mingkum Fa iη
tanāza‘tum Fī syai-iη fa ruddūhu ilallāhi War rasūli Tu’minūna billāhi wal yaumil ākhir
Dzālika Khairuw wa ahsanu ta’wīlā.”(an-nisa: 59)
yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul, dan ulul amri di
antara kalian. Kemudian jika kalian bersilang pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah dan rasul, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah
dan hari akhirat. Hal itu lebih utama dan lebih baik akibatnya (bagi kalian).”
22. Harus mengambil keputusan dengan wewenang yang terbatas dari organisasi.
23. Mengambil keputusan yang bukan yang terbaik bagi poyek tetapi terbaik buat
Organisasi.
24. Memberikan feedback dari hasil pekerjaan proyek jika diperlukan.
25. Memberikan perhargaan terhadap anggota tim proyek yang mempunyai prestasi yang
baik.
26. Menyeimbangkan antara kepentingan anggota tim, kepentingan tim, dan kepentingan
proyek.
Conflict Interest atau Konflik Kepentingan
Dalam suatu organisasi terdapat adanya perbedaan opini, tujuan dan nilai yang
dianut yang dapat menyebabkan terjadinya konflik. Apalagi untuk organisasi proyek yang
sering dibentuk jika ada proyek baru akan seringkali terjadi pergantian personil yang
sebelumnya mungkin tidak saling kenal, sehingga harus bekerjasama dengan orang-orang
yang baru. Mengutamakan kepentingan sendiri agar pekerjaan di bagiannya berhasil, juga
dapat memperbesar potensi konflik antar departemen atau seksi. Konflik bisa muncul antar
orang dalam organisasi, orang-orang dalam tim, antar departemen, antara user dan
kontraktor, antara tim proyek dan staf fungsional.
Konflik pasti tak diinginkan terjadi namun hampir tak mungkin tak terjadi. Konflik mulai
berpotensi terjadi ketika orang mulai berinteraksi dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Perbedaan background, skill, pendidikan, pola pikir atau cara pandang tiap orang berperan
dalam memicu konflik. Konflik tidak hanya di proyek, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Mengatasinya harus dimulai dengan memahami konflik itu sendiri, identifikasi, analisa, dan
menentukan resolusinya. Dalam tulisan ini diusulkan cara untuk menemukan resolusi
konflik.
Sumber konflik di proyek adalah semua stakeholder (Project Manager, Project Team,
Sponsor, Owner, Consultant, Supplier, Subcontractor, dll). Beberapa penyebab konflik yang
biasa terjadi di proyek adalah:
Ketidak-cocokan tujuan
Hubungan struktural organisasi
Sumberdaya yang terbatas
Masalah komunikasi
Perbedaan individual
Dalam menyelesaikan dan mengelola konflik, Project Manager harus memahami kategori
konflik. Adapun kategori konflik adalah:
1. Konflik orientasi tujuan: berhubungan dengan hasil akhir, performa spesifikasi dan
kriteria, prioritas, dan obyektif.
2. Konflik administratif: berhubungan dengan struktur management, filosofi dan teknik,
dan terutama pendefinisian tanggung jawab dan otoritas tugas, fungsi dan
keputusan.
3. Interpersonal Konflik: merupakan hasil dari perbedaan dalam etika bekerja, cara
bekerja, egoisme, dan kepribadian dari tiap orang yang terlibat.
Project Manager harus mampu mendapatkan conflict resolution yang tepat. Untuk
mendapatkannya, Project Manager harus melakukan:
- Analisa dan evaluasi teknik resolusi konflik
- Memahami dinamika penanganan konflik dua pihak
- Memilih pendekatan resolusi konflik yang terbaik (Win-win solution)
Tambahan:
Penyebab Konflik Kepentingan:
Konflik kepentingan di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
A. Faktor Manusia
1. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
2. Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
3. Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap egoistis,
temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
B. Faktor Organisasi
1. Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.
Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau
dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan
potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.
2. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan
bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut.
Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan
untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang
tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.
3. Interdependensi tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil
kerja dari kelompok lainnya.
4. Perbedaan nilai dan persepsi.
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa
mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda memiliki
presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit,
sedangkan para manajer senior men¬dapat tugas yang ringan dan sederhana.
5. Kekaburan yurisdiksional. Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu
adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.
6. Masalah “status”. Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba
memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain
menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki
organisasi.
7. Hambatan komunikasi. Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan,
pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar
unit/ departemen.
Cara atau Taktik Mengatasi Konflik kepentingan
Mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik kepentingan bukanlah suatu yang sederhana.
Cepat-tidaknya suatu konflik kepentingan dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan
keterbukaan pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya
bobot atau tingkat konflik tersebut serta kemampuan campur tangan (intervensi) pihak
ketiga yang turut berusaha mengatasi konflik yang muncul.
Diatasi oleh pihak-pihak yang bersengketa:
Rujuk: Merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerja-sama dan menjalani
hubungan yang lebih baik, demi kepentingan bersama.
Persuasi: Usaha mengubah po-sisi pihak lain, dengan menunjukkan kerugian yang mungkin
timbul, dengan bukti faktual serta dengan menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan
dan konsisten dengan norma dan standar keadilan yang berlaku.
Tawar-menawar: Suatu penyelesaian yang dapat diterima kedua pihak, dengan saling
mempertukarkan konsesi yang dapat diterima. Dalam cara ini dapat digunakan komunikasi
tidak langsung, tanpa mengemukakan janji secara eksplisit.
Pemecahan masalah terpadu: Usaha menyelesaikan masalah dengan memadukan
kebutuhan kedua pihak. Proses pertukaran informasi, fakta, perasaan, dan kebutuhan
berlangsung secara terbuka dan jujur. Menimbulkan rasa saling percaya dengan
merumuskan alternatif pemecahan secara bersama de¬ngan keuntungan yang berimbang
bagi kedua pihak.
Penarikan diri: Suatu penyelesaian masalah, yaitu salah satu atau kedua pihak menarik diri
dari hubungan. Cara ini efektif apabila dalam tugas kedua pihak tidak perlu berinteraksi dan
tidak efektif apabila tugas saling bergantung satu sama lain.
Pemaksaan dan penekanan: Cara ini memaksa dan menekan pihak lain agar menyerah;
akan lebih efektif bila salah satu pihak mempunyai wewenang formal atas pihak lain.
Apabila tidak terdapat perbedaan wewenang, dapat dipergunakan ancaman atau bentuk-
bentuk intimidasi lainnya. Cara ini sering kurang efektif karena salah satu pihak hams
mengalah dan menyerah secara terpaksa.
Intervensi (campur tangan) pihak ketiga:
Apabila pihak yang bersengketa tidak bersedia berunding atau usaha kedua pihak menemui
jalan buntu, maka pihak ketiga dapat dilibatkan dalam penyelesaian konflik.
Arbitrase (arbitration): Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan berfungsi
sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat. Cara ini mungkin tidak
menguntungkan kedua pihak secara sama, tetapi dianggap lebih baik daripada terjadi
muncul perilaku saling agresi atau tindakan destruktif.
Penengahan (mediation): Menggunakan mediator yang diundang untuk menengahi
sengketa. Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta, menjalin komunikasi yang
terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah serta mela-pangkan jalan untuk
pemecahan masalah secara terpadu. Efektivitas penengahan tergantung juga pada bakat
dan ciri perilaku mediator.
Konsultasi: Tujuannya untuk memperbaiki hubungan antar kedua pihak serta
mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk menyelesaikan konflik. Konsultan tidak
mempunyai wewenang untuk memutuskan dan tidak berusaha untuk menengahi. la
menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan persepsi dan kesadaran bahwa tingkah
laku kedua pihak terganggu dan tidak berfungsi, sehingga menghambat proses
penyelesaian masalah yang menjadi pokok sengketa.
Demikian penjelasannya.
Terimakasih
Daftar Pustaka:
1. Modul Perkuliahan UMB, Hapzi Ali, BE & GG, Ethics and Marketing
2. http://daryatilahtanza.blogspot.co.id/2013/06/analisis-etika-profesi-seorang-
projek.html (12 Nov17, jam 21.47)
3. http://rahmaekaputri.blogspot.co.id/2012/04/manajer-proyek.html (12 Nov17, jam
21.53)
4. http://ahmadfaisyal.blogspot.co.id/2013/10/etika-profesi.htm (12 Nov17, jam
21.53)
5. https://yoggiwidianto.wordpress.com/2014/12/30/munculnya-konflik/ (12
Nov17, jam 21.53)
Judul : 1. Jelaskan norma-norma ethics dan kaitannya dengan
tugas sebagai staf di perusahaan/kantor saudara.
2. Apa yang saudara ketahui tentang Conflict Interest
dan bagaimana cara mengatasi hal ini kalau terjadi
perusahaan saudara
Tugas : Quiz 14 BE dan GG
Nama Mahasiswa : Purwono Sutoyo
NIM : 55117110006
Dosen Pengampu : Prof. DR. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA
1. Penerapan Norma-norma etika dan budaya kerja pada seluruh karyawan di
MNC Group
Perusahaan dalam hal ini adalah MNC Group (“Perseroan”) memandang bahwa
implementasi penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance) yang selanjutnya disingkat “GCG”, merupakan hal yang mutlak diperlukan bagi
kelangsungan usaha Perseroan. Untuk itulah Perseroan berupaya menerapkan prinsip-
prinsip GCG secara bertahap dan berkelanjutan.
Manfaat penerapan prinsip-prinsip GCG selain menjaga kelangsungan usaha juga menjaga
kepercayaan para pemangku kepentingan dan menumbuhkan integritas Perseroan.
Perusahaan terus berupaya mengikuti perkembangan praktik prinsip GCG yang terbaik,
selain mengikuti regulasi yang sudah ditetapkan oleh pihak berwenang.
Penerapan prinsip-prinsip GCG secara konsisten dan berkesinambungan merupakan
komitmen Perseroan dalam pengelolaan perusahaan dengan menjaga kepentingan
pemegang saham maupun pemangku kepentingan lainnya. Dengan melakukan praktik GCG
secara konsisten dan berkesinambungan akan meningkatkan kinerja Perseroan dengan
terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional Perseroan serta peningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
Perusahaan berkomitmen untuk menyempurnakan penerapan Tata Kelola Perusahaan
dengan terus melakukan pengkajian, pengembangan Pedoman Tata Kelola Perusahaan dan
penyempurnaan pada struktur tata kelola, proses dan pelaporan.
Penerapan Asas GCG
Pelaksanaan GCG di Perseroan dijalankan dengan senantiasa memperhatikan prinsip yang
mendasari pelaksanaan GCG yang meliputi keterbukaan informasi, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, kemandirian, dan kesetaraan & kewajaran. Seluruh unsur di dalam
sosialisasi Perseroan dilibatkan, mulai dari tahap persiapan, internalisasi, implementasi,
hingga evaluasi.
Visi, Misi dan Nilai Budaya Perusahaan yang harus di terapkan kepada seluruh karyawan di
MMNC Group, meliputi:
Visi : Menjadi salah satu perusahaan yang terkemuka di kawasan Asia Pasific melalui
pengelolaan yang solid, inovasi, dan sumber daya manusia yang kompeten.
Misi:
1. Secara konsisten memberikan pelayanan yang terbaik dengan cepat dan terukur,
agar menjadi nilai tambah bagi para pemegang saham, investor, dan mitra bisnis.
2. Bekerja sama dan bersinergi untuk menjadi perusahaan yang terus tumbuh dan
berkembang.
3. Menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
4. Menjaga keseimbangan antara aspek komersial dan aspek sosial melalui komitmen
dalam pengembangan masyarakat.
Nilai Budaya Perusahaan
Vision : Pandangan ke masa depan untuk menciptakan kesempatan usaha dan
memenangkan pasar (menjadi market leader).
Quality : Totalitas untuk menjadi yang terbaik.
Speed : Selalu memberikan karya lebih cepat dan lebih cerdas untuk menjadi yang
terdepan.
Pokok-Pokok Etika Perusahaan menjadi Pedoman Perilaku bagi seluruh karyawan di MNC
Group. Pedoman ini berisi tentang pedoman umum atas hubungan karyawan dengan
Perusahaan, hubungan antar karyawan, hubungan dengan konsumen, hubungan dengan
pemegang saham, hubungan dengan Pemerintah, dan hubungan dengan masyarakat.
Seluruh manajemen dan karyawan dituntut komitmennya untuk membaca dan memahami
Pedoman Perilaku ini sebagai dasar penerapan perilaku yang boleh dan tidak boleh
dilakukan di lingkungan Perseroan. Dengan begitu, diharapkan karyawan dapat lebih
memahami bagaimana harus bersikap dan bertindak dalam upaya mengimplementasikan
visi, misi, dan filosofi perusahaan. Adapun pedoman perilaku tersebut meliputi:
1. Integritas dalam berusaha yang merupakan bentuk kepatuhan pada peraturan yang
berlaku.
2. Tidak membuat pernyataan palsu dan klaim palsu terutama terkait pemasaran dan
negosiasi termasuk akun untuk biaya dan pengeluaran, kajian atas proyek tertentu
dan penulisan laporan.
3. Menghindari terjadinya benturan kepentingan, terutama terkait dengan kepemilikan
saham baik langsung maupun tidak langsung, insider trading, memakai aset
perusahaan untuk kepentingan pribadi, melakukan pekerjaan lain di luar perusahaan
yang berpotensi mengganggu produktivitas, dan memberikan informasi yang
menguntungkan orang lain.
4. Pemberian/penerimaan hadiah, mengikuti kebijakan yang ditetapkan Perseroan,
misalnya: hadiah tidak berupa uang tunai ataupun voucher dan nominal tidak lebih
dari Rp500.000.
5. Tidak menerima atau melakukan suap dalam bentuk apapun.
6. Tidak melakukan penyelewengan seperti menipu, menggelapkan, memalsukan,
penyalahgunaan aset, pengalihan kas, dan lain-lain.
Norma-norma etika seluruh karyawan di dalam lingkungan MNC Group yang berkaitan
dengan kegiatan pekerjaannya tentu harus disesuaikan dengan Kode Etik Karyawan yang
berlaku dan yang telah di sosialisasikan oleh para HR di masing-masing unitnya.
Beberapa hal norma etika yang menjadi kewajiban karyawan dapat di sebutkan antara lain:
Mengajukan Keluhan dan Masalah-Masalah Etika
Setiap pihak di Perseroan bertanggung jawab untuk memelihara standar-standar etika.
Karyawan diharapkan untuk mematuhi standar-standar etika sebagai suatu unsur yang
utama dalam setiap tanggung jawab dalam proses bekerja di Perseroan.
Kode Etik ini bertujuan untuk sebagai pedoman umum didalam proses bekerja , namun
dalam hal Karyawan merasa tidak yakin tentang apa yang harus diperbuat dalam situasi
tertentu, maka sangat disarankan untuk mencari petunjuk dan informasi tambahan dari
Atasan atau HR Manager.
Pada situasi di mana Karyawan mencurigai adanya pelanggaran terhadap hukum,
peraturan atau peraturan dari Perseroan, maka Karyawan harus segera menyampaikan
kecurigaannya kepada Atasan, Business Unit Head atau HR Manager atau perwakilan
Internal Audit yang ada.
Benturan Kepentingan
Karyawan harus menghindari konflik pribadi atau konflik dengan tugas mereka pada
Perseroan. Keadaan di mana konflik tersebut dapat terjadi dan yang mana dapat
dihindari, kecuali telah disetujui terlebih dahulu oleh Senior Management Committee.
Dalam hal ini, Perseroan mengandalkan komitmen Karyawan untuk memegang teguh
standar etika tertinggi dengan perilaku profesional. Setiap Unit Bisnis dimungkinkan
untuk memiliki kebijakan sendiri untuk mengantisipasi adanya benturan kepentingan
yang khas di Unit Bisnis tersebut.
Hubungan dengan Pihak Ketiga
Perlakuan Adil
Perseroan berkomitmen untuk berlaku adil terhadap para pelanggan, pemasok, pesaing
dan Karyawannya.
Hadiah dan Perjamuan
Secara umum, Karyawan tidak diperbolehkan menerima hadiah, pelayanan, pinjaman
atau perlakuan istimewa dari pihak manapun juga – apakah itu dari pelanggan atau
pemasok atau pihak lainnya – sebagai imbalan untuk hubungan usaha di masa lalu,
sekarang atau yang akan datang dengan Perseroan.
Karyawan harus melaporkan hadiah dan jamuan yang diterima dalam form Gift &
Entertainment. Jika Hadiah diterima dalam bentuk makanan atau minuman, hadiah
harus dibagi kepada karyawan lainnya.
Hubungan dengan Para Pemasok
Semua pembelian barang-barang atau pengadaan servis harus didasari oleh harga,
kualitas, ketersediaan, syarat dan kondisi. Dalam melakukan perjanjian dengan para
pemasok, maka transaksi dan harga tersebut harus didasari oleh praktek-praktek pasar
yang bijaksana, dengan melalui sedikitnya 3 (tiga) pemasok.
Kebebasan Pribadi
Aturan Kerahasiaan Informasi
Selama masa kerja dan setelah pemutusan hubungan kerja dari Perseroan, Karyawan
harus tetap menjaga dan tidak menyebarluaskan hak milik, informasi non-publik dan
informasi rahasia tentang Perseroan, serta para nasabah, pemasok dan distributornya.
Kebebasan Pribadi Tentang Informasi Karyawan
Perseroan akan melindungi kebebasan pribadi dan kerahasiaan dari catatan-catatan
kesehatan dan personalia Karyawan. Catatan-catatan tersebut tidak boleh disebarkan
atau dibicarakan di luar Perseroan. Permintaan atas catatan-catatan tersebut dari luar
Perseroan dalam situasi tertentu, harus mendapat persetujuan dari pihak yang
berwenang.
2. Conflict Interest atau Konflik Kepentingan dan cara mengatasi hal ini kalau
terjadi perusahaan
Dalam suatu organisasi terdapat adanya perbedaan opini, tujuan dan nilai yang
dianut yang dapat menyebabkan terjadinya konflik. Apalagi untuk organisasi proyek yang
sering dibentuk jika ada proyek baru akan seringkali terjadi pergantian personil yang
sebelumnya mungkin tidak saling kenal, sehingga harus bekerjasama dengan orang-orang
yang baru. Mengutamakan kepentingan sendiri agar pekerjaan di bagiannya berhasil, juga
dapat memperbesar potensi konflik antar departemen atau seksi. Konflik bisa muncul antar
orang dalam organisasi, orang-orang dalam tim, antar departemen, antara user dan
kontraktor, antara tim proyek dan staf fungsional.
Konflik pasti tak diinginkan terjadi namun hampir tak mungkin tak terjadi. Konflik mulai
berpotensi terjadi ketika orang mulai berinteraksi dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Perbedaan background, skill, pendidikan, pola pikir atau cara pandang tiap orang berperan
dalam memicu konflik. Konflik tidak hanya di proyek, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Mengatasinya harus dimulai dengan memahami konflik itu sendiri, identifikasi, analisa, dan
menentukan resolusinya.
Penyebab Konflik Kepentingan:
Konflik kepentingan di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
C. Faktor Manusia
4. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
5. Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
6. Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap egoistis,
temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
D. Faktor Organisasi
1. Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.
Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau
dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan
potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.
2. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan
bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut.
Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan
untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang
tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.
3. Interdependensi tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil
kerja dari kelompok lainnya.
4. Perbedaan nilai dan persepsi.
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa
mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda memiliki
presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit,
sedangkan para manajer senior men¬dapat tugas yang ringan dan sederhana.
5. Kekaburan yurisdiksional. Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu
adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.
6. Masalah “status”. Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba
memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain
menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki
organisasi.
7. Hambatan komunikasi. Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan,
pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar
unit/ departemen.
Akibat-akibat Konflik
Konflik dapat berakibat negatif maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik
tersebut.
Akibat negatif
• Menghambat komunikasi.
• Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).
• Mengganggu kerjasama atau “team work”.
• Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi.
• Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
• Individu atau personil menga-lami tekanan (stress), mengganggu konsentrasi,
menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi, dan apatisme.
Akibat Positif dari konflik:
• Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.
• Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.
• Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan per-baikan dalam sistem dan
prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi.
• Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif.
• Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.
Bila mengamati dalam suatu korporasi besar seperti MNC Group, dapat di klasifikasikan
berbagai konflik yang ada sesuai dengan Baden Eunson (Conflict Management, 2007,
diadaptasi) sebagai berikut:
Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki,seperti antara manajemen puncak dan
manajemen menengah, manajemen menengah dan penyelia, dan penyelia dan subordinasi.
Bentuk konflik bisa berupa bagaimana mengalokasi sumberdaya secara optimum,
mendeskripsikan tujuan, pencapaian kinerja organisasi, manajemen kompensasi dan karir.
Konflik Horisontal, yang terjadi di antara orang-orang yang bekerja pada tingkat hirarki
yang sama di dalam perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang perumusan
tujuan yang tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan
pemasaran.
Konflik di antara staf lini, yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas
berbeda. Misalnya antara divisi pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi pembelian
mengganggap akan efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar dibanding sedikit-
sedikit tetapi makan waktu berulang-ulang. Sementara divisi keuangan menghendaki
jumlah yang lebih kecil karena terbatasnya anggaran. Misal lainnya antara divisi produksi
dan divisi pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan produk yang beragam sesuai
permintaan pasar. Sementara divisi produksi hanya mampu memproduksi jumlah produksi
secara terbatas karena langkanya sumberdaya manusia yang akhli dan teknologi yang
tepat.
Konflik peran berupa kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh
seseorang. Konflik bisa terjadi antarkaryawan karena tidak lengkapnya uraian pekerjaan,
pihak karyawan memiliki lebih dari seorang manajer, dan sistem koordinasi yang tidak
jelas.
Mengatasi konflik yang terjadi di perusahaan
Beberapa cara berikut ini dapat digunakan dalam mengatasi konflik atau solusi untuk
mengatasi konflik-konflik tersebut, terutama yang terjadi di dalam MNC Group antara lain:
a. Tanggung jawab lini dan staf harus ditegaskan.
Secara umum, para anggota lini beranggung jawab atas keputusan –keputusan organisasi,
atau dengan kata lain, mereka harus bebas menerima, mengubah, atu menolak saran-saran
staf. Di lain pihak , para anggota staf harus bebas untuk memberikan saran bila mereka
merasa hal itu diperlukan tidak hanya bila anggota lini memintanya.
b. Mengintegrasikan kegiatan-kegiatan lini dan staf.
Saran-saran staf akan lebih realistis bila berkonsultasi terlebih dahulu dengan anggota lini
dalam proses penyusunan saran-saran mereka. Konsultasi staf lini ini juga akan membuat
para anggota lini bersedia mengimplementasikan gagasan-gagasan staf.
c. Mengajarkan lini untuk menggunakan staf.
Manajer lini akan lebih efektif memanfaatkan keahlian staf bila mereka mengetahui
kegunaan staf spesialis bagi mereka.
d. Mendapatkan pertanggung jawaban staf atas hasil-hasil.
Para anggota staf lebih bersedia melaksanakan saran –saran staf bila para anggota staf ikut
bertanggung jawab atas kegagalan yang terjadi. Pertangungjawaban ini juga akan
membuat para anggota staf lebih berhati-hati dalam menyusun saran-saran mereka.
Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam mengatasi konflik di dalam perusahaan agar
dapat di temukan solusinya untuk kepentingan bersama seluruh karyawan adalah:
1. Mengakui adanya konflik.
Langkah awal dari mengatasi konflik dalam perusahaan yang harus dilakukan adalah
mengakui bahwa didalam perusahaan telah terjadi suatu konflik. Dalam proses ini, tidak
hanya atasan sebagai pemimpin perusahaan yang harus mengakui adanya konflik namun
juga semua pihak yang terkait atau terlibat dalam konflik tersebut harus mengakui adanya
konflik dalam perusahaan. Dengan adanya pengakuan bahwa suatu konflik dalam
perusahaan sedang terjadi maka akan memudahkan proses pemecahan masalahnya.
2. Mengidentifikasi konflik.
Hal kedua untuk mengatasi sebuah konflik dalam perusahaan adalah memulai
mengidentifikasi masalah secara mendalam. Dalam proses identifikasi konflik, dibutuhkan
pengelolaan emosi yang baik, dengan pengelolaan emosi yang baik maka konflik dalam
perusahaan dapat diatasi dengan mudah. Apabila pengelolaan emosi tidak dilakukan dengan
baik bisa jadi hal tersebut justru semakin memperkeruh konflik yang sedang terjadi dalam
perusahaan.
3. Sharing pendapat atau saran
Dengan memperhatikan pendapat atau saran merupakan hasil pemikiran atau sudut
pandang seseorang. Didalam proses tukar pendapat atau saran haruslah melibatkan semua
pihak yang terlibat dalam konflik, maksudnya adalah agar pihak-pihak yang bersangkutan
dapat saling mengungkapkan pendapatnya secara terbuka. Didalam proses sharing
pendapat atau saran hendaknya masing-masing individu menghindari kepentingan pribadi
agar ranah pembicaraan tidak keluar dari jalur yang ingin dituju, selain itu hindari pula
pandangan salah benar dalam proses sharing pendapat.
4. Mencari solusi
Setelah semua pendapat atau saran ditampung, bersama-sama dengan semua pihak yang
terlibat mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan konflik dengan cara musyawarah.
Mencari solusi bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan karena mencari sebuah
solusi diharapkan tidak menimbulkan kerugian bagi satu pihak atau justru menimbulkan
perpecahan dalam perusahaan. Dalam menentukan solusi dibutuhkan pula solusi alternative
bila solusi awal tidak berjalan dengan baik. Adanya rasa saling percaya antar pihak juga
sangat diperlukan guna menumbuhkan kembali hubungan yang sehat antar pihak yang
bersangkutan.
Permasalahan atau konflik yang terjadi dalam perusahaan hendaknya dapat diatasi dengan
baik. Tidak hanya pemimpin, namun semua anggotapun harus saling menempatkan diri dan
mengambil peran dalam perusahaan. Hindari perasaan kecil hati dan merasa tidak berperan
penting didalam perusahaan. Dengan selalu menjaga komunikasi yang baik serta terus
berpikiran positif satu dengan yang lain maka kemungkinan terjadinya konflik dalam
perusahaan dapat diminimalisir.
Daftar Pustaka:
1. http://mnc.co.id/data/editor/files/code_of_conduct.html (13 Nov17, jam 18.52)
2. http://www.mncgroup.com/page/corporate-governance/pedoman-perilaku
(13 Nov17, jam 22.32)
3. http://diasdiari.blogspot.co.id/2013/04/cara-mengatasi-konflik-dalam-
perusahaan.html (14 Nov17, jam 05.15)
4. http://solusisupersukses.com/rahasia-mengatasi-konflik-dalam-perusahaan/
(14 Nov17, jam 05.18)
Top Related