Download - Bayi Prematur

Transcript
Page 1: Bayi Prematur

MODUL II TRIGER I

Bayi Inkubator

Coas Christina dan coas Grelin sedang bertugas di ruang rawat bayi baru

lahir RSUD Dok II Jayapura. Didalam inkubator ada bayi yang baru dilahirkan

tadi pagi tampak terpasang infus dan oksigen, tampak sianosis. Christina berkata

“kasihan ya….baru lahir sudah penuh selang”. Grelin menambahkan “ia tidak

seperti bayi-bayi lain yang menangis kuat, kata perawat dia lahir prematur dan

tidak menangis, hanya merintih itupun setelah diberi rangsang”.

1

Page 2: Bayi Prematur

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Energi penting bagi berbagai aktivitas sel yang ditujukan untuk

mempertahankan hidup, misalnya sintesis protein dan transportasi aktif

menembus membran plasma. Sel-sel tubuh memerlukan pasokan O₂ secara

terus-menerus untuk menunjang reaksi-reaksi kimia yang menghasilkan

energi. CO₂ yang dihasilkan oleh reaksi-reaksi tersebut harus dieliminasi oleh

tubuh dengan kecepatan yang sama dengan pembentukannya agar tidak

terjadi fluktuasi pH yang berbahaya (untuk mempertahankan keseimbangan

asam basa) karena CO₂ menghasilkan asam karbonat. Inilah yang merupakan

sistem respirasi (pernapasan).

Sebagian besar orang menganggap bahwa pernapasan sebagai proses

menarik dan mengeluarkan napas. Namun, secara fisiologi pernapasan

memiliki makna yang lebih luas. Respirasi (pernapasan) merupakan

keseluruhan proses yang melibatkan pergerakan pasif O₂ dari atmosfir

jaringan untuk menunjang metabolime sel, serta pergerakan pasif CO₂

selanjutnya yang merupakan produk sisa metabolisme dari jaringan ke

atmosfir. Sistem pernapasan ikut berperan dalam homeostasis dengan

mempertukarkan O₂ dan CO₂ antara atmosfir dan darah. Darah mengangkut

O₂ dan CO₂ antara sistem pernapasan dan jaringan.

1.2 KATA KUNCI

1.2.1 Oksigen

1.2.2 Sianosis

1.2.3 Tidak Menangis

2

Page 3: Bayi Prematur

1.3 KATA SULIT

1.3.1 Sianosis

Kebiruan pada kulit dan disebabkan oleh jumlah hemoglobin

deoksigenisasi yang berlebihan di dalam pembuluh darah kulit,

terutama di dalam kapiler. Dimana, peningkatan Hb yang terjadi

adalah Hb yang tidak berikatan dengan O2 .

1.3.2 Prematur

Terjadi sebelum waktu yang tepat (persalinan prematur adalah

persalinan sebelum kehamilan 37 minggu).

1.3.3 Inkubator

Alat untuk memelihara bayi prematur dalam lingkungan dengan

temperatur dan kelembaban yang sesuai.

1.3.4 Oksigen

Suatu elemen gas yang terdapat bebas dalam udara dan dalam

kombinasi pada kebanyakan zat padat, cair, dan gas nonelementer.

1.4 MASALAH

1.4.1 Bayi yang baru lahir prematur, tidak menangis dan tampak sianosis.

1.5 PERTANYAAN

1.5.1 Mengapa bayi prematur saat lahir tidak menangis?

1.5.2 Mengapa bayi yang lahir prematur tampak sianosis?

1.6 HIPOTESA

1.6.1 Bayi lahir prematur saat lahir tidak menangis dan tampak sianosis

kemungkinan disebabkan karena bayi lahir belum pada waktunya.

1.7 ILMU PENGETAHUAN YANG DIPERLUKAN

1.7.1 Anatomi : Sistem respirasi

1.7.2 Histologi : Sistem respirasi

1.7.3 Fisiologi : Sistem respirasi

3

Page 4: Bayi Prematur

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 ASPEK ANATOMI (8,9)

2.1.1 Sistem Pernapasan Atas

2.1.1.1 Hidung

Fungsi hidung adalah sebagai bagian utama sistem respirasi

dan sebagai alat pembau.

1. External nose (nasus externus)

Terdiri dari :

- Apex yaitu bagian yang bebas.

- Radix yaitu bagian yang melekat pada dahi.

- Dorsum nasi yaitu bagian yang terletak antara apex dan

radix.

Lubang luarnya dinamakan nares (nostril) yang

dibentuk dari ala nasi sebelah lateral dan septum nasi

sebelah medial. Bagian cranial dari external nose dibentuk

dari tulang-tulang yaitu os nasale dan bagian-bagian dari os

frontale dan os maxillare, sedang bagian caudal oleh

cartilago alaris dan cartilago septi. Arterialisasinya yaitu

cabang-cabang a.facialis dan cabang-cabang a.opthalamica.

Adapun persarafan yaitu cabang-cabang N. opthalamicus

dan cabang-cabang N. maxillaris.

2. Cavum nasi

Adalah suatu ruangan di dalam nasus yang

mempunyai lubang ke luar yaitu nares dan lubang ke dalam

yang disebut choane menghubungkan cavum nasi dengan

nasopharynx. Pembagian cavum nasi berdasarkan atas

mucosanya atau lapisannya dan fungsinya:

1) Vestibulum nasi : adalah bagian cavum nasi yang

merupakan cekungan setelah nares. Bagian ini dilapisi

4

Page 5: Bayi Prematur

oleh kulit yang berambut dan mengandung banyak

kelenjar-kelenjar sebacea dan kelenjar keringat.

Rambut-rambut pada vestibulum nasi disebut vibrissae,

yang berfungsi untuk menyaring debu-debu yang

terbawa oleh udara yang masuk. Batas cranial dan

dorsal adalah suatu peninggian yang disebut limen nasi,

yang merupakan batas peralihan dari kulit ke mucosa.

2) Region respiratorius : bagian ini dilapisi oleh mucosa

yang melekat erat dengan peritoneum karena itu disebut

juga jaringan mucoperiosteum, yang ada hubungannya

dengan lapisan dari nasopharynx sinus paranasalis dan

vestibulum nasi. Di dalam lamina proprianya terdapat

banyak kelenjar-kelenjar mucosa dan serous,

sedangkan epitelnya mempunyai banyak sel-sel goblet.

Sekresi dan kelenjar tersebut dan sel-sel goblet

berfungsi untuk menarik debu yang masuk. Di dalam

mucosanya terdapat banyak sekali pembuluh darah

yang banyak terdapat pada concha nasalis, terutama

pada concha nasalis medius et inferior, di mana terdapat

arteriovenosus anastomase, apabila ada infeksi pada

daerah ini mucosanya cepat membengkak sehingga

hidung terasa buntu.

3) Region olfactoria : adalah bagian cavum nasi yang

terletak cranial dari concha nasalis superior, di

dalamnya terdapat banyak sabut-sabut saraf yang keluar

dari lamina cribosa, cabang-cabang dari N. olfactorius

yang berfungsi sebagai alat pembau. (8)

5

Page 6: Bayi Prematur

2.1.1.2 Pharynx

Panjang pharynx seluruhnya mulai dari basis cranii

sampai tepi bawah cartilago cricoidea adalah kira-kira 12 cm.

selanjutnya ke bawah menjadi oesophagus. Pharynx merupakan

saluran yang terdiri dari lapisan-lapisan otot dan jaringan

fibrous, dan dilapisi sebelah dalam oleh mucosa.

Pharynx berfungsi sebagai saluran bersama untuk

proses menelan dan bernapas, dan kedua saluran tersebut

bersilangan satu dengan yang lain di dalam pharynx. Ke

sebelah atas pharynx berhubungan dengan corpus ossis

sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis, serta ke bawah

menjadi oesophagus. Ke arah depan membuka ke arah cavitas

nasi dan cavitas oris serta larynx. Ke arah belakang

berhubungan dengan lamina prevertebralis fascia cervicalis dan

Mm. prevertebrales cervicales teratas. Ke arah samping,

pharynx berhubungan dengan processus styloideus dengan

otot-ototnya M. pterygoideus medialis, vagina carotica dan gld.

Thyroidea, serta berhubungan dengan tuba auditiva.

Pharynx terletak di belakang cavitas oris dan cavitas

nasi dan di belakang larynx. Oleh karena itu, pharynx dan

cavitas pharyngis dibagi menjadi tiga bagian :

1. Pars nasalis (nasopharynx)

Bagian pharynx ini seringkali dianggap sebagai lanjutan

cavitas nasi ke arah belakang. Kedua ruangan, cavitas nasi

dan pars nasalis pharyngis ini merupakan bagian fungsional

sistema respiratorius. Pars nasalis berhubungan dengan pars

oralis melalui isthmus pharyngealis yang dibatasi oleh

palatum molle, arcus palatopharyngeus kanan dan kiri dan

dinding posterior pharynx. Pada waktu proses menelan

isthmus ini tertutup.

6

Page 7: Bayi Prematur

2. Pars oralis (oropharynx)

Dimulai dari palatum molle di sebelah atas sampai setinggi

tepi atas epiglottis di sebelah bawah. Ke arah depan

berhubungan dengan cavitas oralis melalui isthmus

faucium, yang dibatasi di atas oleh palatum molle dan di

sebelah lateral oleh arcus palatoglossus dan di bawah oleh

lidah. Di daerah isthmus faucium banyak terdapat

kumpulan jaringan lymphoid yang membentuk lingkaran,

yaitu tonsilla pharyngealis di atas dan di samping tonsilla

palatina serta di bawah tonsilla lingualis.

3. Pars laryngea (laryngopharynx)

Terdapat antara tepi atas epiglottis sampai tepi bawah

cartilage cricoidea, dimana terus melanjutkan diri menjadi

oesophagus. Ke arah depan mempunyai lubang masuk

larynx, aditus larynges, dan di sisi belakang berhubungan

dengan cartilago arytenoidea dan cartilago cricoidea. Ke

arah belakang, pars larynge berhubungan dengan corpus

vertebrae cervicalis keempat sampai keenam (C.IV s.d

C.VI).(9)

2.1.2 Sistem Pernapasan Bawah

2.1.2.1 Larynx

Larynx adalah organ yang menghubungkan bagian bawah

pharynx dengan trachea. Larynx dalam keadaan dewasa

panjangnya kira-kira 5 cm pada pria lebih besar karena

pertumbuhan waktu puberitas pada pria terus berlanjut. Letak

larynx di sebelah anterior letaknya superficial. Di sebelah

posterior, berhubungan dengan pars laryngea pharynx, fascia

prevertebralis dan corpus vertebrae cervicalis (C.II s.d C.VI). di

sebelah lateral, larynx berhubungan dengan vagina carotica dan

isinya, Mm. infrahyoidei, M. sternocleidomastoideus dan gld.

Thyroidea. Larynx akan terangkat (terutama oleh M.

palatopharynx) pada waktu proses menelan dan ekstensi kepala.

7

Page 8: Bayi Prematur

Larynx terdiri dari 6 cartilago yaitu cartilago thyroidea,

cricoidea, arytenoidea, corniculata, cuneiformis dan epiglottis.(9)

2.1.2.2 Trachea

Trachea adalah saluran udara yang terdiri dari cincin-

cincin (yang terbuka di sebelah belakang, berbentuk tapal kuda)

jaringan tulang rawan hyaline dan masing-masing dihubungkan

oleh jaringan ikat yang mengandung jaringan elastis.

Trachea sebagian terletak di dalam leher dan sebagian

lain di dalam thorax. Dalam keadaan hidup panjang kira-kira 15

cm dengan diameter kira-kira 12 mm pada orang dewasa.

Trachea ke atas melanjutkan diri menjadi larynx dan ke bawah

membagi menjadi dua buah bronchi principalis dexter dan

sinister. Terdapat setinggi vertebra C.VI s.d Th.VI atau VII (in

vivo). (9)

Setinggi angulus sternalis atau vertebra thoracalis ke 5,

trachea akan bercabang 2, yaitu bronchus primarius

(principalis) dexter et sinester. Trachea terdiri dari pars

cartilagines dan pars membranaceus. Pars cartilagines tersusun

oleh 16-20 tulang rawan berbentuk tapal kuda yang menghadap

ke ventral. Pars membranaceus menghubungkan kedua ujung

pars cartilagines yang terbuka di bagian dorsal dan terdiri dari

otot dan jaringan ikat. Di sebelah dalam bifurcation trachea

terdapat tonjolan cincin trachea terakhir yang disebut carina. (9)

Trachea pars cervicalis mempunyai topografi sebagai

berikut : sebelah anterior terdapat arcus venosus juguli (vena

yang menghubungkan kedua Vv.jugularis anteriores ke bawah,

yang terapat di atas sternum dalam spatium suprasternale),

M.sternohyoideus, M. sternothyroideus, isthmus gld. Thyroidea

(yang menutupi cincin trachea ke-2, 3, dan 4), V. thyroidea

inferior dan plexus venosus, A. thyroidea ima dan pada anak-

anak trunchus brachiocephalicus yang terdapat di atas

8

Page 9: Bayi Prematur

manubrium sterni. Di sebelah posterior terdapat oesophagus dan

N. laryngeus recurrens. Di sebelah lateral terdapat lobi lateral

gld Thyroidea dan A. carotis communis. Vaskularisasi trachea

terutama dari a. thyroidea inferior dan cabang-cabangnya.

Adapun inervasinya dari N. laryngeus recurrens.(9)

2.1.2.3 Bronchus

Bronchus terdiri dari 2 yaitu bronchus primarius dexter

dan sinister. Bronchus primarius dexter, bila dibandingksn

dengan yang sinistra maka bronchus ini lebih pendek,

berpenampang lebih besar dan membuat sudut yang lebih kecil

terhadap trachea. Ia juga lebih cepat mengeluarkan cabang

pertamanya yaitu bronchus lobaris superior. A. pulmonalis

berjalan caudal dari cabang pertama ini, oleh karena itu maka

bronchus lobaris superior dexter disebut bronchus eparterialis.

Jarak percabangan pertama ini dengan percabangan berikutnya

agak panjang dan bagian bronchus primarius dexter antara

percabangan pertama dan percabangan kedua disebut bronchus

intermedius.

Percabangan bronchus sebagai berikut yaitu :

1. Bronchus primarius dexter

a. bronchus lobaris superior dexter

1) bronchus segmentalis apicalis

2) bronchus segmentalis posterior

3) bronchus segmentalis anterior

b. bronchus lobaris medius

1) bronchus segmentalis lateralis

2) bronchus segmentalis medialis

c. bronchus lobaris inferior dexter

1) bronchus segmentalis apicalis (superior)

2) bronchus segmentalis basalis medialis (cardiacus)

3) bronchus segmentalis basalis anterior

9

Page 10: Bayi Prematur

4) bronchus segmentalis vasalis lateralis

5) bronchus segmentalis posterior

2. Bronchus primarius sinister

a. bronchus lobaris superior sinister

1) Ramus ascendens

1. bronchus segmentalis apicoposterior

2. bronchus segmentalis anterior

2) Ramus descendens

1. bronchus segmentalis lingularis superior

2. bronchus segmentalis lingularis inferior

b. bronchus lobaris inferior sinister

1) bronchus segmentalis apicalis (superior)

2) bronchus segmentalis basalis anteromedial

3) bronchus segmentalis lateralis

4) bronchus segmentalis posterior.(8)

2.1.2.4 Pulmo

Pulmo adalah organ respirasi yang berbentuk seperti

kerucut, melekat pada trachea dan cor melalui radix pulmonis

dan ligamentum pulmonale. Organ ini konsistensinya lunak,

spongiosus dan elastis. Pulmo dexter lebih berat, lebih lebar

(oleh karena sinistra didesak cor) dan lebih pendek (sebab kubah

diaphragma yang kanan lebih dalam karena adanya hepar)

dibandingkan pulmo sinistra.

Pembagian pulmo sebagai berikut:

1. Pulmo dexter

a. Lobus superior

1) Segmentum apicale

2) Segmentum posterius

3) Segmentum anterius

b. Lobus medius

1) Segmentum laterale

10

Page 11: Bayi Prematur

2) Segmentum mediale

c. Lobus inferior

1) Segmentum apicale (superius)

2) Segmentum basale mediale (cardiacum)

3) Segmentum basale anterius

4) Segmentum basale laterale

5) Segmentum basale posterius

2. Pulmo sinister

a. Lobus superior

1) Segmentum apicoposterius

2) Segmentum anterius

3) Segmentum lingulare superius

4) Segmentum lingulare inferius

b. Lobus inferior

1) Segmentum apicale (superius)

2) Segmentum basale anteromediale

3) Segmentum laterale

4) Segmentum basale posterius

Pada pulmo, terdapat suatu membrane/selaput yang

membungkusnya yang disebut pleura. Pleura dapat dibedakan

menjadi :

1. Pleura parietalis

Pleura parietalis sebagian besar tediri dari serabut-

serabut kolagen dan sedikit serabut elastis. Permukaan

dalamnya licin dan dilapisi oleh mesothelium. Berdasarkan

letaknya dengan struktur yang berdekatan, dapat dibedakan

menjadi:

a. Pleura costalis

b. Pleura mediastinalis

c. Pleura diaphragmatica

d. Cupula pleurae (pleura cervicalis)

11

Page 12: Bayi Prematur

2. Pleura visceralis (pulmonalis), lapisan ini langsung meliputi

permukaan luar pulmo.

Kedua lapisan pleura ini dapat menahan regangan

cukup lama tanpa mengalami kerusakan. Pleura parietalis

akan bertemu dengan pleura visceralis pada radix pulmonis

dan ligamentum pulmonale, sehingga terbentuk suatu

ruangan tertutup yang disebut cavitas pleuralis. Ruangan ini

dalam keadaan normal hanya berisi cairan setipis kapiler,

yang berfungsi untuk memudahkan pergeseran permukaan

kedua pleura yang berhadapan pada waktu berlangsungnya

pernapasan.(8)

2.2 ASPEK HISTOLOGI (7)

Sistem respirasi dibagi menjadi 2 yaitu bagian penyalur dan bagian

respiratorik. Bagian penyalur dimulai dari rongga hidung (cavum nasi)

sampai dengan bronchioli dimana belum berfungsi dalam pertukaran gas

karena belum ada muara alveoli. Bagian penyalur berfungsi untuk menyaring,

membasuh, melembabkan dan menghangatkan udara. Sedangkan bagian

respiratorik dimulai dari bronchioli respiratorii sampai dengan alveoli.

2.2.1 Struktur sistem pernapasan

2.2.1.1 Cavum nasi

Tengah cavum nasi dipisahkan oleh septum nasi. Cavum

nasi mempunyai lubang di depan yang disebut nares anterior

(nostril) dan lubang dibelakang yang disebut nares posterior

yang berhubungan dengan nasopharynx. Cavum nasi dibagi

menjadi vestibulum nasi (regio vestibularis) dan bagian

respiratorik dari cavum nasi. Regio vestibularis merupakan

rongga yang terlebar, dilapisi oleh epitel berlapis pipih

bertanduk dengan rambut-rambut tebal yang mengarah keluar

(vibrissae). Mempunyai kelenjar keringat dan lemak yang makin

kearah dalam epitel menjadi tak bertanduk dan tipis serta tidak

ada lagi kelenjar keringat dan kelenjar lemak. Sedangkan bagian

12

Page 13: Bayi Prematur

respiratorik dibagi menjadi regio respiratoria (mukosa

respiratoria) dan regio olfaktoria (dilapisi oleh mukosa

olfaktoria).

2.2.1.2 Mukosa Respiratoria

Permukaannnya dilapisi oleh epitel berderet silindris

dengan kinosilia dan sel goblet. Kinosilia selalu bergerak

kearah nasopharynx untuk menghalau kotoran-kotoran yang

memasuki rongga hidung. Sel goblet menghasilkan lendir

untuk membasahi mukosa rongga hidung. Pada mukosa ini

tidak terdapat sel-sel pembau, sel penyangga dan sel basal.

Lamina basalisnya jelas sedangkan lamina propria terdiri atas

jaringan ikat kendor yang didalamnya berisi sinus venosus,

banyak sabut-sabut elastis, makrofag, lymfosit, sel plasma,

tissue eosinophyl dan kelenjar sero-mukous. Tetapi pada

mukosa ini tidak terdapat fila olfaktoria.

2.2.1.3 Mukosa Olfaktoria

Terdapat pada seluruh atap dari rongga hidung, choncha

nasalis superior bagian atas dan septum nasi bagian atas.

Permukaannya dilapisi oleh epitel berderet silindris yang tebal.

Tidak mempunyai sel goblet, tetapi mempunyai sel pembau,

sel penyangga dan sel basal. Lamina basalisnya tidak dan

lamina propria terdiri atas jaringan ikat kendor dan berisi sinus

venosus, sabut elastis, sel plasma, makrofag, lymfosit, tissue

eosinophyl, kelenjar serous murni yaitu kelenjar dari

Bowmann dan berkas-berkas saraf yang disebut fila olfaktoria.

2.2.1.4 Septum nasi

Struktur histologi dari septum nasi adalah mempunyai

kerangka jaringan tulang rawan hyalin dan jaringan tulang

13

Page 14: Bayi Prematur

serta kedua sisinya dilapisi oleh mukosa olfaktoria atau

mukosa respiratoria (tergantung lokasinya).

2.2.1.5 Choncha nasalis

Choncha nasalis merupakan 3 penonjolan tulang yang

melengkung pada dinding lateral cavum nasi dan dilapisi oleh

mukosa. Mempunyai struktur histologi dengan kerangka terdiri

dari jaringan tulang yang disebut turbinate bone, permukaan

dilapisi oleh mukosa respiratoria atau mukosa olfaktoria

(tergantung lokasinya), mempunyai sinus venosus yang sangat

banyak dan sangat lebar-lebar yang disebut plexus venosus dan

jaringan yang ditempatinya disebut jaringan erektil. Ada 3

buah choncha nasalis yaitu choncha nasalis superior, medius

dan inferior (tergantung letaknya, struktur histologi sama).

2.2.1.6 Sinus Paranasalis

Rongga-rongga berisi udara di dalam tulang di sekitar

rongga hidung dan mempunyai hubungan dengan rongga

hidung. Yang termasuk sinus paranasalis adalah sinus frontalis,

maksilaris, ethmoidalis, dan sphenoidalis.

2.2.1.7 Pharynx

Rongga yang bentuknya pipih dan dilewati oleh udara

dan makanan. Terdiri atas 3 bagian yaitu nasopharynx,

oropharynx, dan laryngopharynx. Pharynx dapat membuka dan

menutup, kecuali nasopharynx tak dapat menutup total pada

waktu menelan. Palatum molle menempel pada dinding

posterior pharynx sehingga nasopharynx akan terpisah dari

oropharynx yang mengakibatkan makanan tidak salah masuk

ke nasopharynx.

2.2.1.8 Larynx

14

Page 15: Bayi Prematur

Larynx adalah penghubung pharynx dan trachea,

merupakan organ pembentuk suara. Mempunyai kerangka

tulang rawan hyalin yang besar-besar dan tulang rawan elastis

yang kecil-kecil yang dihubungkan bersama os hyoid oleh

membran yang terdiri dari jaringan ikat padat yang

mengandung sabut-sabut elastis. Mempunyai 2 lipatan mukosa

yaitu plika ventrikularis (falls vocal cord) dan plika vokalis

(true vocal cord). Diantaranya terdapat rongga yang disebut

ventriculus dari Morgagni.

2.2.1.9 Epiglotis

Epiglotis mempunyai kerangka tulang rawan elastis dan

mempunyai 2 permukaan yaitu permukaan pharyngeal

(permukaan oral) yang dilapisi oleh epitel berlapis pipih yang

tebal dengan propria papil tetapi tidak memiliki kelenjar dan

permukaan laryngeal yang dilapisi oleh epitel berlapis pipih

yang tipis dengan kelenjar tetapi tidak memiliki propria papil.

2.2.1.10 Trachea

Tunika mukosa

Permukaan trachea dilapisi oleh epitel berderet silindris

dengan kinosilia dan sel goblet. Terdiri atas sel silindris

bersilia, sel goblet (sel piala mukosa), sel silindris dengan

striated border (brush cells) yang merupakan reseptor sensorik,

sel basal (sel cadangan), sel lymfosit dan makrofag. Pada

lamina propria terdiri atas jaringan ikat kendor, merupakan

lapisan yang tipis dengan sabut-sabut elastis yang jelas.

Terdapat infiltrasi dari sel-sel lymfosit.

Tunika submukosa

Terdiri atas jaringan ikat kendor, dimana di dalamnya

terdapat kelenjar campur (serous) terutama terletak di sela-sela

2 cincin tulang rawan sedangkan pada bagian posterior terletak

15

Page 16: Bayi Prematur

di luar atau di dalam otot polos. Dan terdapat juga pembuluh

darah dan pembuluh lymfa.

Tulang rawan hyalin

Berbentuk seperti tapal kuda dengan ujung posterior

terbuka yang dihubungkan oleh otot polos dengan arah

transversal dan longitudinal. Terdiri atas sekitar 20 cincin yang

mengakibatkan lumen trachea selalu terbuka.

Tunika adventitia

Terletak diluar tulang rawan, terdiri atas jaringan ikat

kendor yang berisi pembuluh darah dan saraf otonom.

2.2.1.11 Bronchus extra Pulmonalis

Bronchus extra pulmonalis adalah bronchus yang terletak

diluar paru yang pada gross anatomi disebut main bronchus.

Mempunyai struktur yang sama dengan trachea.

2.2.1.12 Bronchus intra pulmonalis

Bronchus intra pulmonalis adalah bronchus yang sudah

memasuki jaringan paru. Selalu berjalan interlobular,

diselubungi oleh jaringan ikat interlobularis yang merupakan

kelanjutan jaringan ikat dari hilus. Di dekatnya berjalan

pembuluh darah yang merupakan cabang dari arteria dan vena

pulmonalis.

2.2.1.13 Bronchiolus

Dilapisi oleh epitel selapis silindris rendah atau selapis

kubis, mempunyai kinosilia dan sel goblet. Pada bronchiolus

kecil tidak terdapat sel goblet dan sebagai gantinya terdapat sel

clara (bronchiolar sel). Lamina propria mengandung sabut-

sabut elastis dan otot polos yang lebih tebal dibandingkan

dengan otot polos pada bronchus intra pulmonalis. Tidak

16

Page 17: Bayi Prematur

terdapat tulang rawan, kelenjar, dan lymfonoduli. Selain itu,

tunika adventitianya tipis.

Bronchiolus terminalis

Hanya dapat didiagnosa pada potongan membujur

dimana dia merupakan segmen pendek sebelum menjadi

bronchiolus respiratorius. Dilapisi oleh epitel selapis kubis

dengan sel-sel yang bersilia (penting untuk drainage yang

kemudian fungsi ini akan diambil oleh makrofag) yang terletak

di antara sel-sel kubis yang tidak bersilia. Belum ada muara

alveoli. Pada potongan melintang, struktur bronchioles

terminalis tidak bisa dibedakan dengan bronchoilus kecil.

Bronchiolus respiratorius

Dilapisi oleh epitel selapis kubis bersilia sampai selapis

pipih. Muara alveoli sudah mulai ada, sehingga pertukaran gas

sudah mulai terjadi. Mempunyai sabut otot polos tetepi tidak

melingkari lumen, hanya tampak sebagai benjolan-benjolan

atau garis tebal yang terputus-putus karena di sela oleh muara-

muara alveoli. Sabut elastis dan sabut retikuler tetap ada.

2.2.1.14 Ductus Alveolaris

Saluran berbentuk kerucut, berdinding tipis dilapisi oleh

epitel selapis pipih. Sabut otot polos hanya tampak seperti

titik-titik saja karena disela oleh muara alveoli yang sangat

banyak dan otot polos ini tampak jelas diujung-ujung muara

alveoli. Mempunyai sabut elastis dan sabut retikuler.

2.2.1.15 Saccus Alveolaris

17

Page 18: Bayi Prematur

Ruangan multilokuler berbentuk seperti bunga, dibentuk

oleh beberapa alveoli. Tidak mempunyai otot polos, antara

alveolus yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh septum

interalveolaris. Mempunyai sabut elastis untuk mengembang

kempiskan alveoli dan juga sabut retikuler untuk mencegah

over distensi dari alveoli.

2.2.1.16 Alveoli

Alveoli adalah ruang yang berbentuk heksagonal dengan

lubang besar untuk keluar masuknya udara. Mempunyai sabut

elastis, sabut retikuler, dan septum interalveolaris (mempunyai

lubang-lubang halus yang disebut alveolar pores untuk

menjaga keseimbangan tekanan antar alveoli). Sel-sel yang

terdapat pada septum interalveolaris adalah sel type I (sel

epitel permukaan), sel type II (septal sel), sel endotel dan

alveolar makrofag.

2.2.1.17 Pleura

Terdiri dari pleura parietalis yang melapisi rongga thorax

sampai hilus pulmonalis dan pleura visceralis yang

membungkus permukaan paru. Diantara keduanya terdapat

rongga yang disebut cavum pleura atau pleural cavity yang

pada keadaan normal berisi cairan serous. Pleura terdiri atas

jaringan ikat padat yang dilapisi oleh mesotel dan berisi sabut

elastic, sabut kolagen, makrofag, kapiler, pembuluh limfa dan

sabut saraf.

2.2.2 Pembuluh Darah Pada Paru dan Peredaran Limfa.

2.2.2.1 Arteri dan Vena Pulmonalis

Arteria pulmonalis membawa darah yang deoxygenated

(miskin oksigen) dari ventrikel kanan jantung. Cabang-cabang

arteria pulmonalis mengikuti bronchial tree sampai bronchioles

18

Page 19: Bayi Prematur

respiratorius sebagai terminal arteriole, kemudian membentuk

pleksus kapiler didalam septum interalveolaris dann kembali

sebagai venule yang membawa darah oxygenated (kaya

oksigen) berjalan sendirian di dalam jaringan ikat dari septum

interlobularis. Mulai apex lobulus, cabang vena pulmonalis ini

akan berjalan berdampingan lagi dengan cabang arteriae

pulmonalis dan berjalan bertiga dengan bronchus intra

pulmonalis.

2.2.2.2 Arteri dan vena bronchialis

Bersifat nutritif, memberi makan pada paru dan

sekitarnya. Berasal dari aorta. Cabang-cabangnya lebih kecil

dari cabang vasa pulmonlais. Berjalan pada tunika adventitia

dari bronchus dan bronchiolus dan sesudah bronchioles

respiratorius. Cabang terakhir dari vasa bronchialis akan

beranastomose dengan kapiler-kapiler dari cabang arteria

pulmonalis.

2.2.2.3 Peredaran limfa

Mengalirkan cairan limfa dari perifer paru ke hilus.

Deep atau pulponary set terdiri dari pembuluh limfa yang

berasal dari septum interlobularis akan berjalan bersama

dengan cabang-cabang vena pulmonalis dan pembuluh limfa

yang berasal dari dalam lobulus paru akan berjalan mengikuti

bronchial tree. Kedua pembuluh limfa ini akan menuju hilus

dan akan berhubungan dengan yang superficial set.

2.2.3 Persarafan

Cabang N. Vagus untuk bronchoconstrictor. Cabang thoracic

sympathetic ganglia untuk brichodilator.Sabut-sabut saraf berjalan

mengikuti bronchial tree.

19

Page 20: Bayi Prematur

2.3 ASPEK FISIOLOGI

2.3.1 Saluran Pernapasan Menyalurkan udara antara atmosfer dan

alveolus

Sistem pernapasan mencakup saluran pernapasan yang berjalan

ke paru, paru itu sendiri, dan struktur-struktur thorax yang

menimbulkan gerakan udara masuk-keluar paru melalui saluran

pernapasan. Saluran pernapasan adalah saluran yang mengangkut

udara antara atmosfer dan alveolus, tempat terakhir yang merupakan

satu-satunya tempat pertukaran gas antara udara dan darah dapat

berlangsung.

Saluran pernapasan berawal di saluran hidung (nasal). Saluran

hidung berjalan ke pharynx, yang berfungsi sebagai saluran bersama

bagi sistem pernapasan dan pencernaan. Terdapat dua saluran yang

berjalan di pharynx yaitu trachea (windpipe), tempat lewatnya udara

ke paru-paru, dan oesophagus tempat berjalannya makanan ke

lambung. Udara dalam keadaan normal masuk ke pharynx melalui

hidung. Di pharynx terdapat mekanisme-mekanisme refleks untuk

menutup trachea selama proses menelan, sehingga makanan masuk ke

oesophagus dan bukan ke saluran napas, oesophagus tetap tertutup

kecuali pada waktu menelan, untuk mencegah udara masuk ke dalam

lambung ketika sedang bernapas.

Larynx terletak di pintu masuk kotak suara, memiliki penonjolan

di bagian posterior yang disebut jakun (adam’s apple). Pada larynx

juga terdapat pita suara.

Setelah larynx, trachea terbagi menjadi dua cabang utama,

bronchus kanan dan kiri, yang masing-masing masuk ke paru-paru

kanan dan kiri. Di dalam setiap paru, bronchus terus bercabang

menjadi saluran napas yang semakin sempit, pendek dan banyak,

seperti percabangan pohon. Cabang terkecil dikenal sebagai

bronchiolus. Di ujung-ujung bronchiolus terkumpul alveolus, yang

merupakan kantung udara kecil yang menjadi tempat pertukaran gas-

gas antara udara dan darah.

20

Page 21: Bayi Prematur

Agar udara dapat masuk-keluar bagian paru tempat terjadinya

pertukaran gas tersebut keseluruhan pernapasan dari pintu masuk

melalui bronchiolus terminal ke alveoli harus tetap terbuka.

Bronchiolus yang ukurannya lebih kecil tidak memiliki tulang rawan

yang dapat menahannya tetap terbuka. Dinding bronchiolus

mengandung otot polos yang dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan

peka terhadap hormon dan zat kimia lokasi tertentu. Faktor-faktor ini,

dengan mengubah-ubah derajat kontraksi otot polos bronchiolus

mampu mengatur jumlah udara yang mengalir antara astmosfir dan

setiap kelompok alveolus.

Alveolus tempat pertukaran gas adalah suatu kantung udara

kecil, berdinding tipis, dan dapat mengembang yang dikelilingi oleh

kapiler paru. Paru memiliki struktur ideal untuk melaksanakan

fungsinya melalukan pertukaran gas. Sesuai dengan hokum Fick yang

menyatakan bahwa semakin pendek jarak yang ditempuh melewati

tempat difusi terjadi, semakin tinggi kecepatan difusi. Demikian juga,

semakin luas permukaan difusi, semakin tinggi kecepatan difusi.

Alveolus adalah kantung udara berdinding tipis, dapat

mengembang, dan berbentuk seperti anggur yang terdapat di ujung

percabangan saluran pernapasan, dinding alveolus terdiri dari dua

jenis sel, yaitu :

1. Sel alveolus type 1

Bentuknya gepeng dan jaringan padat kapiler paru

mengelilingi setiap alveolus juga hanya setebal lapisan sel. Ruang

intertisium antara alveolus dan jaringan kapiler disekitarnya

membentuk sawar yang sangat tipis, dengan ketebalan hanya 0,2

μmyang memisahkan udara di dalam alveolus dan darah di dalam

kapiler paru. Ketipisan sawar tersebut mempermudah pertukaran

gas.

21

Page 22: Bayi Prematur

2. Sel alveolus type 2

Mengeluarkan surfaktan paru, suatu kompleks

fosfolipoprotein yang mempermudah pengembangan (ekspansi)

paru. Di dalam lumen kantung udara juga terdapat makrofag

alveolus untuk pertahanan tubuh. Surfaktan paru menurunkan

tegangan permukaan dan berperan dalam stabilitas paru. Gaya-gaya

kohesif antara molekul-molekul air sedemikian kuatnya, sehingga

apabila alveolus dilapisi oleh air tegangan permukaan akan menjadi

sedemikian besar dan paru akan kolaps; gaya recoil yang

ditimbulkan oleh serat-serat elastin dan tingginya tegangan

permukaan akan mengalah gaya regang yang ditimbulkan oleh

gradien tekanan transmural. Selain itu, compliance paru menjadi

sangat rendah, sehingga diperlukan kerja otot yang melelahkan

untuk meregangkan dan mengembangkan alveoli.

Besarnya tegangan permukaan yang ditimbulkan oleh air

murni dalam keadaaan normal dilawan oleh surfaktan paru yang

disekresikan oleh sel-sel alveolus type dua. Surfaktan yang terselip

diantara molekul-molekul air dalam cairan yang melapisi alveolus

akan menurukan tegangan permukaan alveoli karena gaya kohesif

antara sebuah molekul air dengan sebuah molekul surfaktan sangat

rendah. Dengan menurunkan tegangan permukaan alveolus,

surfaktan memberi 2 keuntungan penting yaitu :

1) Meningkatkan compliance paru, sehingga mengurangi kerja

yang diperlukan untuk mengembangkan paru.

2) Menurunkan kecenderungan paru menciut, sehingga paru tidak

mudah kolaps.

2.3.2 Mekanisme Pernapasan

Hubungan timbal-balik antara tekanan atmosfer, tekanan intra-

alveolus, dan tekanan intra pleura penting dalam mekanisme

pernapasan. Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi

ke daerah bertekanan rendah yaitu menuruni gradient tekanan. Udara

22

Page 23: Bayi Prematur

mengalir masuk dari luar paru selama proses bernapas dengan

mengikuti penurunan gradien tekanan yang berubah berselang-seling

antara alveolus dan atmosfer akibat aktivitas siklik otot-otot

pernapasan. Terdapat tiga tekanan berbeda yang penting pada

ventilasi, yaitu :

1. Tekanan atmosfer (barometik), adalah tekanan yang

ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer terhadapa benda-benda

di permukaan bumi.

2. Tekanan intra-alveolus, yang juga dikenal sebagai tekanan

intrapulmonalis. Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer

melalui saluran pernapasan, udara dengan cepat mengalir

mengikuti penurunan gradien tekanan setiap kali terjadi

perubahan tekanan intra-alveolus dan tekanan atmosfer; udara

terus mengalir sampai tekanan keduannya seimbang. Karena

udara mengalir mengikuti penurunan gradien tekanan, tekanan

intra-alveolus harus lebih rendah dari pada tekanan atmosfer agar

udara mengalir masuk ke paru selama inspirasi. Demikian juga

tekanan intra-alveolus harus lebih besar daripada tekanan

atmosfer agar udara mengalir ke luar dari paru selama ekspirasi.

Tekanan intra-alveolus dapat juga diubah dengan mengubah-ubah

volume paru sesuai dengan hokum Boyle. Otot-otot pernapasan

yang berfungsi melaksanakan proses bernapas (ventilasi) tidak

secara langsung pada paru untuk mengubah volumenya.

3. Tekanan intrapleura, adalah tekanan di dalam kantung pleura.

Tekanan ini juga dikenal sebagai tekanan intrathorax, yaitu

tekanan yang terjadi di luar paru dan di dalam rongga thorax.

Tekanan intrapleura biasanya lebih kecil dari tekanan atmosfer,

rata-rata 756 mmHg saat istirahat. Seperti tekanan darah yang

dicatat dengan menggunakan tekanan sebagai titik rujukan (yaitu

tekanan sistolik 120 mmHg adalah 120 mmHg lebih besar

daripada tekanan atmosfer 760 mmHg. Tekanan intrapleura tidak

diseimbangkan dengan tekanan atmosfer atau tekanan intra-

23

Page 24: Bayi Prematur

alveolus, karena tidak terdapat hubungan langsung antara rongga

pleura dan atmosfer atau paru. Karena kantung pleura adalah

suatu kantung tertutup tanpa lubang, udara tidak dapat masuk atau

keluar walaupun terdapat gradien konsentrasi antara kantung itu

dan sekitarnya.

2.3.3 Siklus Respirasi

Siklus pernapasan yaitu, satu tarikan napas (inspirasi) dan satu

pengeluaran napas (ekspirasi). Sebelum pernapasan dimulai otot-otot

pernapasan melemas, tidak ada udara yang mengalir, dan tekanan

intra-alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Pada awal inspirasi

otot-otot inspirasi diafragma dan otot antar iga eksternal (M.

Intercostalis eksternus) terangsang untuk berkontraksi, sehingga

terjadi perubahan rongga thorax. Otot inspirasi utama adalah M.

Intercostalis Eksternus yang mana serat-seratnya berjalan ke arah

bawah dan depan antara iga-iga yang berdekatan berkontraksi, iga

terangkat ke atas dan semakin memperbesar rongga thorax dalam

dimensi anteropesterior (depan ke belakang) dan laterolateral (sisi ke

sisi). Otot-otot ini diaktifkan oleh saraf interkostalis.

Pada saat rongga thorax mengembang, paru juga dipaksa

mengembang untuk mengisi rongga thorax yang membesar. Sewaktu

paru mengembang, tekanan intra-alveolus menurun karena molekul

dalam jumlah yang sama ini menempati volume paru yang lebih besar.

Pada inspirasi biasa tekanan intra-alveolus menurun 1 mmHg menjadi

759 mmHg. Karena sekarang tekanan intra alveolus lebih rendah

daripada tekanan atmosfer, udara mengalir masuk ke paru mengikuti

perubahan gradien tekanan dari tinggi ke rendah. Udara terus mengalir

ke paru sampai tak ada lagi terdapat gradien yaitu sampai tekanan

intra-alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Dengan demikian,

pengembangan paru bukan disebabkan oleh perpindahan ke dalam

paru, melainkan karena udara mengalir ke dalam paru Karena

turunnya tekanan intra-alveolus akibat paru yang mengembang.

24

Page 25: Bayi Prematur

Inspirasi yang lebih dalam (lebih banyak udara yang masuk)

dapat dilakukan dengan mengkontraksikan diafragma antariga

eksternal secara lebih kuat dan dengan mengaktifkan otot-otot

inspirasi tambahan (accessory inspiratory muscules) untuk semakin

memperbesar rongga thorax. Kontraksi otot-otot tambahan ini, yang

terletak di leher, mengangkat sternum dan dua otot iga pertama,

memperbesar bagian atas rongga thorax. Pada saat rongga thorax

semakin membesar volumenya dibandingkan dengan keadaan

istirahat, paru juga semakin membesar sehingga tekanan intra alveolus

semakin turun. Akibatnya, terjadi peningkatan aliran udara masuk

paru sebelum terjadi keseimbangan dengan tekanan atmosfer yaitu

pernapasan menjadi lebih dalam.

Pada akhir inspirasi, otot-otot inspirasi melemas. Saat melemas,

diafragma kembali ke bentuknya seperti kubah; sewaktu otot antar iga

melemas, sangkar iga yang terangkat turun karena adanya gravitasi

sewaktu otot antar iga eksternal; dan dinding dada dan paru yang

terenggang kembali menciut ke ukuran prainspirasi mereka karena

adanya sifat elastic, seperti membuka balon yang sudah ditutup.

Sewaktu paru menciut dan berkurang volumenya, tekanan

intraalveolus meningkat, karena jumlah molekul yang lebih besar

yang terkandung di dalam volume paru besar pada akhir inspirasi

terkompresi ke dalam volume yang lebih kecil. Pada ekspirasi

istirahat, tekanan intraalveolus meningkat sekitar 1 mmHg di atas

tekanan atmosfer menjadi 761 mmHg. Udara sekarang keluar dari

paru mengikuti perubahan gradien tekanan, dari tekanan intraalveolus

yang tinggi ke tekanan atmosfer yang lebih rendah. Aliran keluar

udara berhenti jika tekanan intraalveolus menjadi sama dengan

tekanan atmosfer dan tidak lagi terdapat gradien tekanan.

Dalam keadaan normal, ekspirasi adalah suatu proses pasif

karena terjadi akibat penciutan elastis paru saat otot-otot inspirasi

melemas tanpa memerlukan kontraksi otot atau pengeluaran energi.

Sebaliknya, inspirasi selalu aktif, karena hanya ditimbulkan oleh

25

Page 26: Bayi Prematur

kontraksi otot-otot inspirasi dan menggunakan energi. Otot-otot

ekspirasi tambahan adalah otot-otot antariga internal (M. Intercostalis

Intern), yang kontraksinya menarik iga-iga ke bawah dan ke dalam,

meratakan dinding dada dan semakin memperkecil ukuran rongga

thorax; aksi otot-otot ini berlawanan dengan aksi otot antariga

eksternal. Perbedaan antara tekanan intraalveolus dan atmosfer

semakin besar dibandingkan saat ekspirasi pasif , sehingga lebih

banyak udara keluar mengikuti penurunan gradien tekanan sebelum

keseimbangan tercapai. Dengan cara ini, paru dapat mengalami

pengosongan yang lebih sempurna selama ekspirasi aktif paksa

dibandingkan selama ekspirasi pasif tenang.

2.3.4 Respirasi Eksternal dan Internal

1. Respirasi Eksternal

Proses difusi :

- O2 dari alveoli ke darah

- CO2 dari darah ke alveoli

Darah keluar dari kapiler pulmoner untuk dibersihkan oleh jaringan

paru.

2. Respirasi Internal

Proses Difusi :

- O2 dari darah ke jaringan

- CO2 dari jaringan ke darah

2.3.5 Respirasi eksternal dan internal di pengaruhi oleh :

- Perbedaan tekanan parsial

Gas berpindah dari tekanan parsial tinggi ke tekanan parsial

rendah.

- Luas area untuk pertukaran gas

- Jarak difusi

26

Page 27: Bayi Prematur

- Berat molekul dan kelarutan gas

1) Berat molekul O2 lebih rendah dibandingksn CO2, dimana O2

akan mampu berdifusi 1,2 x lebih cepat

2) CO2 24 x lebih muda larut dibandingkan O2

3) Hasil akhir: proses difusi CO2 20 x lebih cepat dari pada difusi

O2

2.3.6 Transport Oksigen

1) Transport oksigen

- 1,5% terlarut di dalam plasma

- 98,5% terikat pada Hb

2) Disosiasi Hb-O2 dipengaruhi oleh :

- PO2 (terutama)

- pH (Bohr effect)

- PCO2

- Temperatur

- 2-3BPG

3) Transport carbon dioxside

- Sekitar 9 % terlarut dalam plasma

- Sekitar 13 % sebagai komponen carbamino (sebagian besar

terkombinasi dengan Hb)

- Sekitar 78% terkonversi pada HCO3−¿ ¿

CO2 + H 2 O ↔ H 2 CO3↔ H+¿¿ + HCO3−¿ ¿

Efek Haldane dipengaruhi oleh hubungan antara kemampuan

darah untuk membawa O2 dan CO2.

1) Hb cenderung mengikat dan membawa CO2 dibandingkan O2

2) Hb cenderung mengadakan ikatan dengan H + daripada Hb-O2

merangsang konversi CO2 menjadi HCO3−¿ ¿

melalui reaksi carbonic

anhydrase.

2.3.7 Pertukaran Gas (O2 dan CO2)

27

Page 28: Bayi Prematur

Pertukaran O2 dan CO2 antara udara alveoli dan darah

merupakan proses difusi pasif dan mengikuti :

- Hukum Dalton

Setiap gas yang terlarut mempunyai tekanan masing-masing

(tekanan parsial gas)

- Hukum Henry

Jumlah gas yang terlarut dipengaruhi oleh tekanan partial dan

koefisien kelarutan gas (CO2 lebih mudah terlarut 24x

dibandingkan O2)

2.3.8 Kontrol Pernapasan

Pusat pernapasan di belakang otak menentukan pola bernapas

ritmik. Bernapas, seperti denyut jantung, harus berlangsung dalam

pola siklik dan kontinu agar proses kehidupan dapat terus berjalan.

Otot jantung harus berkontraksi dan berelaksasi secara berirama untuk

secara bergantian mengosongkan darah dari jantung dan mengisinya

kembali. Demikian juga, otot-otot pernapasan harus secara berima

berkontraksi dan berlaksasi agar udara dapat masuk dan keluar paru

secara bergantian. Kedua aktivitas tersebut berlangsung secara

otomatis tanpa usaha sadar. Akan tetapi, mekanisme yang mendasari

dan kontrol terhadap kedua sistem ini sangat berbeda. Jantung mampu

menghasilkan iramanya sendiri melalui aktivitas pemacu intrinsik,

sedangkan otot pernapasan karena memrupakan otot rangka

memerlukan rangsangan saraf agar berkontraksi. Pola ritmik bernapas

diciptakan oleh aktivitas saraf siklis ke otot-otot pernapasan. Dengan

kata lain, aktivitas pemacu yang menciptakn ritmisitas bernapas

terletak di pusat kontrol pernapasan di otak, bukan di paru atau otot

pernapasan itu sendiri. Persarafan ke jantung karena tidak diperlukan

untuk memulai denyut jantung, hanya berfungsi untuk memodifikasi

kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung.

Kontrol saraf atas pernapasan melibatkan 3 komponen terpisah :

28

Page 29: Bayi Prematur

1. Faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk menghasilkan irama

inspirasi atau ekspirasi berganti-ganti

2. Faktor-faktor yang mengatur kekuatan ventilasi (yaitu, kecepatan

dan kedalaman bernapas) agar sesuai dengan kebutuhan tubuh.

3. Faktor-faktor yang memodifikasi aktivitas pernapasan untuk

memenuhi tujuan lain.

Modifikasi yang terakhir dapat bersifat volunter, misalnya

kontrol bernapas pada saat berbicara atau involunter misalnya manufer

pernapasan yang terjadi pada saat batuk atau bersin.

Pusat control pernapasan yang terletak di batang otak (Medula

Oblongata) bertanggung jawab untuk menghasilkan pola bernapas

dan berirama. Pusat control pernapasan primer, pusat pernapasan

medulla (meullary respiratory center) terdiri dari beberapa agregat

badan sel saraf di dalam medulla yang menghasilkan keluaran otot

pernapasan. Selain itu, terdapat dua pusat pernapasan lain yang lebih

tinggi di batang otak yaitu di pons yang terdiri dari :

- Pneumotaxic area, yang menghambat inspiratory area untuk

menghentikan inhalasi. Dan aktif ketika bernapas cepat.

- Apneustic area, merangsang inspiratory area untuk memperpanjang

proses inhalasi.

Pusat-pusat di pons ini mempengaruhi keluaran dari pusat

pernapasan medula. Neuron inspirasi dan ekspirasi di pusat medulla.

Dalam keadaan tenang, kita bernapas secara berirama karena kontraksi

dan relaksasi berganti-ganti otot-otot pernapasan, yaitu diafragma dan

otot antariga eksternal yang masing-masing dipersarafi oleh saraf

frenikus dan saraf intercostalis. Badan sel dari serat-serat saraf yang

membentuk saraf-saraf tersebut terletak di corda spinalis.impuls yang

berasal dari pusat medulla berakhir di badan sel neuron motorik ini.

Pada saat diaktifkan, neuron-neuron motorik ini kemudian

merangsang otot-otot pernapasan sehingga terjadi inspirasi; sewaktu

29

Page 30: Bayi Prematur

neuron-neuron ini tidak aktif, otot-otot inispirasi melemas dan terjadi

ekspirasi.

2.3.9 Respirasi Pada Janin

Pengaruh kelahiran yang paling nyata pada bayi adalah putusnya

hubungan plasenta dengan ibu, dan oleh karena itu putusnya cara

untuk menyokong metabolisme. Yang sangat penting adalah putusnya

suplai oksigen oleh plasenta dan ekskresi karbon dioksida plasenta.

Oleh karena itu, sejauh ini, penyesuaian segera yang paling penting

yang diperlukan bayi adalah mulainya pernapasan. Sistem respirasi

pada perkembangan pranatal dibagi menjadi lima periode sebagai

berikut.

(Fisiologi Manusia, Gayton, halaman 767)

1. Periode Embrionik

Periode ini dimulai kira-kira minggu ke-4 kehamilan, ketika

saluran respiratori primitif muncul sebagai tonjolan keluar

(divertikulum) di bagian ventral pada epithelium endodermal usus

depan. Tonjolan keluar ini segera membela menjadi dua tangkai

tunas bronchial utama, yang dengan cepat masuk ke dalam

mesenkim yang memisahkan usus depan dan rongga selomik.

Tunas-tunas bronchial mulai membentuk cabang, mula-mula

dengan membentuk pertumbuhan keluar yag monopodal (cabang

sekunder yang tumbuh keluar dari cabang utama), kemudian secara

dikotomi asimetris (dua cabang sekunder yang berasal dari satu

cabang utama).

2. Periode Pseudoglandular

Menuju minggu ke-6 kehamilan, pada awal periode

pseudoglandular, paru menyerupai kelenjar eksokrin dengan stroma

yang tebal dan duktus-duktus sempit dan dilapisi epitel berupa sel-

sel tinggi dan yang hampir penuh mengisi lumen. Saluran

respiratori utama telah terbentuk dan memiliki hubungan yang erat

dengan arteri dan vena pulmonal.

30

Page 31: Bayi Prematur

Pada periode ini, saluran respiratori terus membentuk

cabang hingga seluruh sistem saluran respiratorik terbentuk,

termasuk bronkioli primitif yang akhirnya akan meningkatkan porsi

pertukaran udara paru. Pada waktu yang bersamaan, dibawah

pengaruh kontrol mesenkimal, sel pluripotensial yang melapisi

saluran respiratori berdiferensiasi mulai dari trachea dan bronchus

utama. Sel-sel tersebut kemudian segera membentuk lapisan epitel

berlapis semu yang mengandung sel-sel bersilia, sekretoris (sel

clara), globular, dan neuroendokrin yang berasal dari

neuroektodermal. Kelenjar mucous, cartilago, dan otot polos dapat

dibedakan dengan mudah pada minggu ke-16 kahamilan.

Diafragma dibentuk pada periode ini.

3. Periode Kanalikular

Selama periode ini, yaitu antar minggu ke-16 dan minggu

ke 26-28 kehamilan, pertumbuhan epitelial lebih pesat daripada

pertumbuhan mesenkimal. Akibatnya, pertumbuhan bronchial

menjadi tampak lebih tubular, sementara daerah distalnya terus

membagi untuk membentuk pondasi struktural asinus paru. Sel-sel

epitel di daerah ini menjadi lebih kuboid dan mulai menyerupai

pneumosit tipe II.

4. Periode Sakular

Di antara minggu ke-26 dan ke-28 kehamilan, morfogenesis

paru memasuki periode sakular. Pada saat ini, saluran respiratori

terminal terus melebar dan membentuk struktur silindris yamg

disebut sakula.

5. Periode Alveolar

Kapan tepatnya periode sakular berakhir dan periode

alveolar dimulai, bergantung pada definisi mengenai pembentuk

31

Page 32: Bayi Prematur

alveolus. Pembentukan alveolus sebelum lahir tidak dibutuhkan

untuk bertahan hidup. Pada janin manusia, pembentukan septum

sakula yang dimulai dengan munculnya Krista-krista sekunder

terjadi dengan cepat, sehingga struktur multifaset yang analog

dengan alveolus paru matur dapat dilihat pada minggu ke-32

kehamilan.

(Buku Ajar Respiratorik Anak edisi 1, halaman 1-6)

2.3.9 Penyebab Pernapasan Pada Waktu Lahir.

Setelah kelahiran normal lengkap dari ibu yang tidak didepresi

oleh zat anestesi, biasanya anak mulai bernapas segera dan

mempunyai irama pernapasan yang benar-benar normal. Kecepatan

fetus mulai bernapas menunjukkan bahwa bernapas dimulai oleh

terpaparnya mendadak ke dunia luar, mungkin akibat dari keadaan

asfiksia ringan karena proses kelahiran tetapi juga akibat impuls

sensorik yang berasal dari kulit yang mendadak dingin. Akan tetapi,

bila bayi tidak segera bernapas, badannya secara progresif menjadi

lebih hipoksia dan hiperkapnia, yang memberi rangsang tambahan

pada pusat bernapas dalam beberapa detik sampai beberapa menit

setelah lahir.

2.3.10 Pernapasan Yang Terlambat dan Abnormal

Bila ibu didepresi oleh zat anestesi selama persalinan, yang

paling sedikit secara parsial juga menganestesi anak, pernapasan

biasanya terlambat selama beberapa menit, jadi menggambarkan

pentingnya menggunakan sedikit mungkin anestesi obstetrik. Juga,

banyak bayi yang mengalami trauma kapitis selama kelahiran juga

bernapas lambat atau kadang-kadang tidak bernapas sama sekali. Hal

ini mungkin dapat akibat dua faktor: pertama, pada beberapa bayi,

perdarahan intrakarnial atau kontusio otak menyebabkan sindrom

gegar otak yang sangat menekan pusat pernapasan. Kedua, dan

mungkin yang jauh lebih penting, hipoksia fetus yang berlangsung

lama selama persalinan juga menyebabkan penekanan pusat

32

Page 33: Bayi Prematur

pernapasan yang berat. Hipoksia sering timbul selama persalinan

karena (1) penekanan tali pusat; (2) pelepasan plasenta yang prematur;

(3) kontraksi berlebihan pada plasenta, atau (4) anestesi berlebihan

pada ibu.

Pada orang dewasa, kegagalan bernapas selama hanya 4 menit

sering menyebabkan kematian, tetapi bayi yang baru lahir dapat hidup

terus selama 15 menit kegagalan bernapas setelah lahir. Walaupun

yang sering timbul gangguan otak permanen bila bernapas terlambat

lebih dari 8 sampai 10 menit. Memang timbul lesi-lesi yang nyata,

terutama pada inti-inti batang otak, jadi mempengaruhi banyak fungsi

motorik stereotype tubuh. Ini dianggap merupakan salah satu

penyebab utama “cerebral palsy”.

2.3.11 Pengembangan Paru Waktu Lahir.

Waktu lahir, dinding alveoli disatukan oleh tegangan permukaan

cairan kental yang melapisinya. Diperlukan lebih dari 26 mmHg

tekanan negatif untuk melawan pengaruh tegangan permukaan

tersebut dan oleh karena itu juga untuk membuka alveoli pertama

kalinya. Tetapi sekali alveoli terbuka, pernapasan selanjutnya dapat

dilakukan oleh pergerakan pernapasan yang relatif lemah. Untunglah,

inspirasi pertama bayi baru lahir sangat kuat, biasanya mampu

menimbulkan tekanan negatif sebesar 50 mmHg dalam ruang

intrapleura.

(Fisiologi Manusia Guyton, halaman 767-768)

2.3.12 Masalah Khusus Prematurisasi

Semua masalah yang baru saja dibicarakan selama kehidupan

neonatal sangat diperberat pada prematuritas. Hal ini dapat

digolongkan dalam dua hal: (1) imaruritas sistem organ tertentu dan

(2) ketakstabilan berbagai system pengatur sistem homeostatik.

Karena efek-efek ini, bayi prematur jarang hidup bila dilahirkan lebih

dari dua setengah sampai tiga bulan sebelum genap bulan.

33

Page 34: Bayi Prematur

Sistem pernapasan sangat mungkin kurang berkembang pada

bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residu fungsional paru

sangat kecil dalam hubungannya dengan ukuran bayi. Juga, sekresi

surfaktan sangat tertekan. Sebagai akibatnya, gawat pernapasan lazim

menyebabkan kematian. Juga, kapasitas residu fungsional yang rendah

pada bayi prematur sering dihubungkan dengan pernapasan periodik

jenis Cheyne-Stokes.

Problem utama pada bayi prematur adalah ketidakmampuan

mencernakan dan mengabsorpsi makanan secara adekuat. Bila bayi

prematur lebih dari dua bulan, sistem pencernaan dan absorpsi hampir

selalu tak adekuat. Absorpsi lemak begitu jelek sehingga bayi

prematur harus mendapatkan diet rendah lemak. Selanjutnya, bayi

prematur disangat sulit mengabsorpsi kalsium, dan karena itu dapat

menderita “ricket” berat sebelum keadaan ini dikenali. Berdasarkan

alasan ini, perhatian khusus harus diberikan terhadap masukan

kalsium dan vitamin D yang adekuat.

(Fisiologi Manusia Guyton, halaman 771-772)

BAB III

PEMBAHASAN

34

Page 35: Bayi Prematur

Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan di atas maka kami dapat

menyimpulkan bahwa hal-hal yang dialami oleh bayi yang lahir secara prematur

ialah lahir dengan tidak menangis dan tampak sianosis.

Tangisan bayi pada saat lahir menandakan bahwa bayi memiliki sistem

pernapasan yang baik, kecepatan bernapas menunjukkan bahwa bernapas dimulai

oleh terpaparnya si bayi nmendadak ke dunia luar. Sedangkan pada bayi prematur

sering tidak awali oleh tangisan. Hal ini menandai bahwa sistem pernapasan bayi

tersebut belum sempurna khususnya pada organ paru-parunya, karena ukuran

alveolusnya masih sangat kecil yang menandakan bahwa surfaktan yang

dihasilkan sangat sedikit bahkan belum ada. Hal ini menyebabkan suatu kondisi

yang disebut sindrome gawat napas. Sebagaimana diketahui bahwa surfaktan

dalam jumlah yang adekuat adalah suatu zat yang dalam keadaan normal disekresi

ke alveoli dan yang menurunkan tegangan permukaan cairan alveoli. Surfaktan

juga berfungsi sebagai zat yang mencegah gagalnya alveolus untuk tetap

mengembang pada saat bayi mengeluarkan napas. Selanjutnya, alveolus tempat

pertukaran oksigen dan karbondioksida ini sulit mengembang kembali ketika

hendak mengambil udara dari luar. Hal inilah yang menyebabkan bayi prematur

sulit bernapas.

Keadaan minim O2 inilah yang menyebabkan bayi tampak sianosis,

dimana jumlah hemoglobin yang tidak terikat dengan O2 lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah hemoglobin yang berikatan dengan O2 .

BAB IV

KESIMPULAN

35

Page 36: Bayi Prematur

Dari landasan teori dan pembahasan pada kasus yang ada, maka dapat

disimpulkan bahwa adalah :

1. Bayi prematur sering tidak awali oleh tangisan karena sistem pernapasan bayi

tersebut belum sempurna khususnya pada organ paru-parunya terutama

ukuran alveolusnya masih sangat kecil sehingga surfaktan yang dihasilkan

sangat sedikit bahkan tidak ada, sehingga bayi mengalami kesulitan dalam

bernapas dan ditandai dengan tidak adanya tangisan pada saat bayi di

lahirkan.

2. Sianosis yang terjadi pada bayi prematur terjadi karena jumlah hemoglobulin

yang tidak terikat dengan O2 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

hemoglobin yang berikatan dengan O2 .

36