REFLEKSI KASUS DESEMBER 2014
“BAYI ATERM (SMK) + ASFIKSIA BERAT + GANGGUAN
NAPAS SEDANG + CAPUT SUKSADANEUM + DUGAAN
SEPSIS”
Nama :Rika Irena Dwiputri
No. Stambuk :N 101 10 048
Pembimbing :dr. Suldiah, Sp.A
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2014
PENDAHULUAN
Pernapasan spontan pada neonatus biasanya terjadi beberapa detik setelah
bayi lahir. Bila bayi setelah satu menit tidak memperlihatkan pernapasan, maka
perlu dipikirkan kemungkinan adanya gangguan patologis yaitu asfiksia
neonatorum. Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan, teratur dan adekuat. Keadaan ini harus ditangani secara
tepat dan sebaik mungkin untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala lanjut yang mungkin timbul.1
Tanda dan gejala asfiksia adalah tidak bernafas atau bernafas megap-
megap, warna kulit kebiruan, penurunan kesadaran, DJJ lebih dari
16Ox/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur, mekonium dalam air ketuban
pada janin letak kepala. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan
dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. Penanganan asfiksia pada
bayi berupa penanganan awal dan tindakan resusitasi.1
Gangguan nafas sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor penting
sebagai penyebab tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada masa
neonatus. Di Indonesia berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun
2010, sebesar 20% kematian neonatus disebabkan oleh kelainan saluran nafas.
Gangguan napas dapat disebabkan oleh kelainan paru seperti pneumonia, kelainan
jantung yaitu penyakit jantung bawaan, disfungsi miokardium, kelainan susunan
saraf pusat akibat yaitu asfiksia, perdarahan otak, kelainan metabolik yaitu
hipoglikemia, asidosis metabolik, hernia diafragmatika, dan kelainan lain seperti
Sindrom Aspirasi Mekonium, “Transient tachypnea of the Newborn “ dan
Penyakit Membran Hialin 2
Caput suksedaneum adalah salah satu bentuk trauma lahir akibat faktor
eksternal. Pembengkakan kulit kepala pada bayi yang baru lahir.Sebagian kulit
1
kepala bayi terlihat bengkak, lembek dan mungkin berubah warna
kemerahan/memar. Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah,
melewati sutura dan batas yang tidak jelas. Caput suksedaneum disebabkan oleh
tekanan dari rahim atau dinding vagina selama persalinan dengan kepala terlebih
dulu. Penanganan caput suksedaneum sama dengan bayi normal lainnya, biasanya
menghilang dalam 2-3 hari setelah lahir.
Sepsis neonatorum adalah sindrom klinis yang timbul akibat invasi
mikroorganisme dalam aliran darah yang timbul pada 1 bulan pertama kehidupan.
Sepsis neonatorum terbagi menjadi sepsis neonatorum awitan dini (SNAD) yang
terjadi pada usia 18 jam, ibu demam saat intrapartum, usia gestasi < 37 minggu,
kehamilan ganda, riwayat infeksi saluran kemih dan keputihan pada ibu yang
tidak diobati. Gambaran klinis yang dapat terlihat antara lain adalah adanya gawat
napas, apneu, suhu yang tidak stabil, menurunnya aktivitas, asupan yang buruk,
distensi abdomen, kejang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan kultur (darah, cairan serebrospinal, urin), pemeriksaan hematologis
seperti hitung leukosit. Penanganan untuk sepsis neonatorum adalah dengan
pemberian antibiotik.6
2
LAPORAN KASUS
INDENTITAS
Nama : By. SM
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 14 Desember 2014 pukul 00.10 Wita
Tanggal Masuk : 14 Desember 2014 pukul 00.20 Wita
ANAMNESIS
Bayi perempuan lahir tanggal 14 Desember 2014 pukul 00.10 di RSUD
UNDATA PALU pervaginam dengan spontan LBK. Berat badan lahir 3100 gram,
panjang badan 48 cm. Saat lahir tidak langsung menangis. Sianosis (+), merintih
(+), retraksi dinding dada (+). Air ketuban warna biasa. Apgar Score 3-5-7.
Kelainan kongenital (-),anus (+), palatum (+), trauma lahir (+) caput
suksadaneum, mic/mec -/-, pusat baik, Riwayat maternal G1P0A0, Ibu bayi
melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur di Puskesmas. Tidak mengalami
demam saat kehamilan.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital
Denyut Jantung : 140 kali/ menit
Respirasi : 61 kali/menit
Suhu : 36,6oC
3
Capillary Refill Time: < 2 detik
Berat Badan : 3100 gram
Panjang Badan : 48 cm
Lingkar Kepala : 36,5 cm
Lingkar Dada : 35,5 cm
Lingkar Perut : 34 cm
Lingkar Lengan : 13 cm
Sistem Pernapasan
- Sianosis : (+)
- Merintih : (+)
- Apnea : (-)
- Retraksi dinding dada : (+)
- Pergerakan dinding dada : Simetris bilateral
- Pernapasan cuping hidung : (+)
- Stridor : (-)
- Bunyi Pernapasan : Bronchovesikuler
- Bunyi Tambahan : (-)
- Skor DOWN
Frekuensi Napas : 61 (1)
Retraksi dinding dada: + ringan (1)
Sianosis : + menghilang dengan 02 (1)
Udara masuk : Simetris (0)
Merintih : (+) (1)
Total Skor : 4
Kesimpulan : Gawat napas
Kriteria WHO : Gangguan napas sedang
Sistem Kardiovaskuler
4
- Bunyi Jantung : Bunyi jantung I dan II Murni reguler
- Murmur : (-)
Sistem Hematologi
- Pucat : (-)
- Ikterus : (-)
Sistem Gastrointestinal
- Kelainan dinding abdomen : (-)
- Muntah : (-)
- Diare : (-)
- Organomegali : (-)
- Bisisng Usus : (+) Kesan Normal
- Umbilikus
Keluaran : (-)
Warna kemerahan : (-)
Edema : (-)
Sistem Saraf
- Aktivitas : Bayi kurang aktif
- Kesadaran : Compos Mentis
- Fontanela : Datar
- Sutura : Belum menyatu
- Refleks Cahaya : (+)
- Kejang : (-)
Sistem Genitalia
- Perempuan
Keluaran : (-)
Pemeriksaan Lain
- Ekstremitas : Lengkap
- Turgor : baik
- Tulang Belakang : Normal
- Kelainan Kongenital : (-)
- Trauma Lahir : Caput suksadaneum
5
Skor BALLARD
- Maturitas Neuromuskular
Sikap Tubuh : 3
Persegi Jendela : 3
Rekoil Lengan : 3
Sudut Poplitea : 4
Tanda Selempang : 4
Tumit ke Kuping : 4
- Maturitas Fisik
Kulit : 2
Lanugo : 2
Permukaan Plantar : 3
Payudara : 2
Mata/Telinga : 3
Genitalia (Perempuan) : 3
Total Skor : 39
Minggu : 38-40 minggu
Estimasi Umur Kehamilan : Aterm
6
Sesuai Masa Kehamilan berdasarkan berat badan dan masa kehamilan pada kurva
Lubchenco
Kategori Sepsis Neonatorum
Kategori A: Gangguan napas
Kategori B: aktivitas berkurang
Resume :
Bayi perempuan baru lahir secara spontan. Berat badan lahir 3100 gram,
panjang badan 48 cm. Saat lahir tidak langsung menangis. Sianosis (+), merintih
(+), retraksi dinding dada (+). Air ketuban warna biasa. Apgar Score 3 pada menit
pertama yaitu tubuh kemerahan, esktremitas biru, denyut jantung <100 kali/menit,
dan pernapasan lambat, pada menit ke-5 apgar score di dapatkan 5 yaitu tubuh
kemerahan, ekstremitas masih agak kebiruan, denyut jantung >100 kali/menit,
ekstremitas flekasi sedikit dan pernapasan masih lambat dan pada menit ke-10
apgar score didapatkan 7 yaitu seluruh tubuh kemerahan, denyut jantung > 100
7
kali/menit, gerakan sedikit, ekstremitas fleksi sedikit dan pernapasan masih
lambat. Kelainan kongenital (-),anus (+), palatum (+), trauma lahir (+) caput
suksadaneum, mic/mec -/-, pusat baik. Dari hasil pemeriksaan didapatkan skor
down 4 dan skor ballard 38-40 minggu
DIAGNOSIS KERJA : By Aterm (SMK) + Asfiksia berat + Gangguan
napas sedang + Caput Suksadaneum + Dugaan
Sepsis neonatorum
TERAPI :
Jaga kehangatan
Atur posisi bayi
Isap lendir
Keringkan tubuh bayi sambil berikan rangsangan taktil
Reposisi kembali
Menilai kondisi bayi didapatkan denyut jantung <100 kali/menit dan
pernapasan lambat
Memberikan ventilasi tekanan positif
Evaluasi, bayi masih tampak sianosis
Melakukan koreksi ventilasi tekanan positif
Memberikan Oksigen
Bayi tampak kemerahan
Pantau tanda vital
Injeksi Vit. K 1 mg secara intramuskular
Gentamicin tetes mata
Oksigen 1 liter/menit
IVFD: Dekstrosa 5% 6 tetes/menit (mikrodrips)
Injeksi Cefotaksim 2 X 150 mg
Injeksi Gentamisin 1 X 15 mg
Anjuran pemeriksaan : periksa gula darah sewaktu, darah rutin dan foto thorax
FOLLOW UP
8
15 Desember 2014
S: Febris (-), retraksi dinding dada (+), kejang (-), letargi (-), muntah (-).
O:
Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 120x/menit Suhu : 36,5 ºC
Pernapasan : 56x/menit CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (+), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas pasif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela
datar, kejang (-).
A: Bayi Aterm (SMK) + asfiksia berat (post) + Gangguan napas sedang + Caput
Suksadaneum + Dugaan Sepsis Neonatorum
P: - IVFD dextrose 5% 6 tetes/menit
- O2 1 liter per menit
- Inj. Gentamisin 1 x 15 mg/IV
- Inj. Cefotaxime 2 x 150 mg/IV
- Asi/Pasi 17 cc/3jam
PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN KELUARGA
DISKUSI
9
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia, tidak bernafas atau bernafas megap-megap,
sianosis, merintih, refleks iritabilitas tidak ada, penurunan kesadaran, DJJ lebih
dari 16Ox/mnt atau kurang dari lOOx/menit tidak teratur. Berikut beberapa
masalah tersebut 1
a. Faktor ibu. Kurangnya aliran darah ibu melalui plasenta sehingga terjadi
hipoksia janin dan menyebabkan gawat janin serta asfiksia setelah lahir.
Beberapa faktor predispoosisinya, yaitu:
1. Preeklampsia dan eklampsia,
2. Perdarahan antepartum abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta),
3. Partus lama atau partus macet,
4. Partus dengan tindakan misalnya sectio cesaria,
5. Demam sebelum dan selama persalinan,
6. Infeksi berat ( malaria, sifilid, TBC, HIV), dan
7. Kehamilan lebih bulan ( lebih 42 minggu kehamilan).
b. Faktor plasenta dan talipusat. Penurunan aliran darah dan oksigen melalui
talipusat bayi akan menyebabkan kejadian asfiksia. Beberapa faktor
predispoosisinya, yaitu:
1. Infark plasenta,
2. Hematom plasenta,
3. Lilitan talipusat,
4. Talipusat pendek,
5. Simpul talipusat, dan
6. Prolapsus talipusat.
c. Faktor bayi. Beberapa keadaan bayi yang dapat mengalami asfiksia
walaupun kadang kadang tanpa didahului tanda gawat janin diantaranya,
yaitu :
10
1. Bayi kurang bulan/prematur ( kurang 37 minggu kehamilan),
2. Air ketuban bercampur mekonium, dan
3. Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernapasan bayi.
Pada kasus ini faktor predisposisi terjadinya asfiksia adalah dari faktor ibu,
yaitu partus lama atau lama di jalan lahir karena bayi akan berusaha mehirup
udara karena pasokan oksigen melalui plasenta tidak mencukupi dan saat
menghirup udara ketuban masuk ke alveoli paru-paru bayi sehingga terisi cairan
yang menyebabkan kesulitan bernafas ketika lahir atau beberapa saat setelah
lahir.1,2
Pada bayi mengalami asfiksia berat yang dapat berlanjut menjadi
gangguan napas. Gangguan napas adalah adalah suatu keadaan meningkatnya
kerja pernapasan yang ditandai dengan; 2
1. Takipneu : frekuensi napas > 60-80 kali/menit
2. Retraksi intercostal atau substernal
3. Napas cuping hidung selama inspirasi
4. Merintih saat inspirasi
5. Sianosis ; sianosis sentral yaitu warna kebiruan pada bibir. Dapat
mencerminkan abnormalitas jantung, hematologi, atau pernapasan yang
harus dilakukan tindakan segera
6. Apnu atau henti napas
7. Bila takipneu, retraksi, cuping hidung dan merintih menetap beberapa
pada beberapa jam setelah lahir harus dilakukan tindakan segera.
Gangguan napas memiliki faktor predisposisi diantaranya sebagai berikut :
1. Bayi kurang bulan : Paru bayi secara biokimiawi masih imatur dengan
kekurangan surfaktan yang melapisi rongga alveoli
2. Depresi neonatal ( kegawatan neonatal )
3. Bayi dari ibu DM : terjadi distres respirasi akibat kelambatan pematangan
paru
4. Bayi lahir dengan operasi sesar : bayi yang lahir dengan operasi sesar, dapat
mengakibatkan terlambatnya absorpsi cairan paru (TTN)
11
5. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini atau air
ketuban yang berbau dapat mengakibatkan pneumonia bakterialis atau sepsis
6. Bayi dengan kulit berwarna seperti mekonium yang kemungkinan terjadi
akibat aspirasi mekonium2.
Faktor penyebab terjadinya gangguan nafas :
1. Kelainan paru: Pnemonia
2. Kelainan jantung : Penyakit Jantung Bawaan, Disfungsi miokardium
3. Kelainan Susunan Syaraf Pusat akibat : Asfiksia, Perdarahan otak
4. Kelainan metabolik : Hipoglikemia, Asidosis metabolik
5. Kelainan Bedah : Pneumotoraks, Fistel Trakheoesofageal, Hernia
diafragmatika
6. Kelainan lain : Sindrom Aspirasi Mekonium, “Transient tachypnea of the
Newborn“ dan Penyakit Membran Hialin2.
Penyebab gangguan nafas menurut masa gestasi :
1. Pada Bayi Kurang Bulan :
a. Penyakit Membran Hialin
b. Pneumonia
c. Asfiksia
d. Kelainan atau Malformasi Kongenital
2. Pada Bayi Cukup Bulan :
a. Sindrom Aspirasi Mekonium
b. Pneumonia
c. ”Transient Tachypnea of the Newborn ”
d. Asidosis metabolik
e. Kelainan atau Malformasi Kongenital4
Frekuensi napas Gejala tambahan gangguan napas Klasifikasi
> 60 kali/menit Dengan Sianosis sentral dan tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi.
Gangguan napas beratAtau > 90 kali/
menitDengan Sianosis sentral atau tarikan dinding
dada atau merintih saat ekspirasi.
12
Atau < 30 kali/ menit
Dengan Atau tanpa
Gejala lain dari gangguan napas.
60-90 kali/menit Dengan Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi
Gangguan napas sedangTetapiTanpa Sianosis sentral
Atau > 90 kali/ menit
Tanpa Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral.
60-90 kali/menit Tanpa Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral.
Gangguan napas ringan
60-90 kali/menit Dengan Sianosis sentral Kelainan jantung kongenitalTetapiTanpa Tarikan dinding dada atau merintih.
Berdasarkan pedoman di atas, bayi pada kasus ini termasuk ke dalam
gangguan napas sedang. Penangan bayi dengan gangguan napas dibagi menjadi 2
yaitu management umum dan management spesifik, yaitu diantaranya ;
A. Manajemen secara umum yaitu :
1. Pasang jalur infus intravena Dekstrosa 5% berdasarkan kebutuhan cairan
perhari
2. Pantau selalu tanda vital
3. Jaga patensi jalan napas dan memberikan oksigen 2-3 liter/menit
4. Jika bayi mengalami apnea:
a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
b. Lakukan penilaian lanjut
5. Bila terjadi kejang potong kejang
6. Segera periksa kadar glukosa darah2
B. Management spesifik
Management gangguan napas berat adalah
- Dengan pemberian 02 dengan kecepatan aliran sedangMenangani sepsis
- Bila byi menunjukan tanda perburukan atau terdapat sianosis sentral,
naikkan pemberian 02 pada kecepatan aliran tinggi. Jika gangguan napas
13
bayi semakin berat dan sianosis sentral menetap walaupun diberikan 02
100% , segera rujuk
- Jika gangguan napas masih menetap setelah 2 jam, pasang pipa lambung
untuk mengosongkan cairan lambung dan udara.
- Jika bayi sudah menunjukkan tanda perbaikan ( frekuensi napas menurun,
tarikan dinding dada berkurang dan warna kulit membaik). 2
Management gangguan napas sedang adalah
- Lanjutkan pemberian 02 dengan kecepatan aliran sedang
- Bayi dipuasakan
- Bila suhu aksila 34-36,50 C atau 37,5-390 C tangani untuk suhu abnormal
- Bila suhu normal terus amati, pada kasus ini suhu bayi normal
- Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam.
Apabila bayi tidak menunjukkan perbaikan atau tanda-tanda perburukan
setalah 2 jam. Kemungkinan besar sepsis. Pada bayi ini ditemukkan
adanya tanda-tanda sepsis neonatorm.
- Bila telah menunjukan perbaikan (frekuensi napas menurun, tarikan
dinding dada berkurang atau suara merintih berkurang
- Kurangi terapi 02 secara bertahap. 2
Management gangguan napas ringan
- Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya
- Bila dalam pengamatan gangguan napas memburuk atau timbul gejala
sespsis lainnya terapi dengan kemungkinan sepsis dan tangani gangguan
napas sedang atau berat
- Beri ASI bila bayi mampu mengisap
- Kurangi pemberian 02 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas.
Hentikan pemberian 02 jika frekuensi napas antara 30-60 x/menit. Jika
frekuensi napas menetap 30-60 x/menit dan tidak ada tanda-tanda sepsis
pasien dapat dipulangkan.2
Pada kasus ini bayi mendapatkan terapi gangguan napas sedang, bayi
mendapatkan 02 1-2 Lpm.
14
Sepsis neonatal merupakan sindrom klinis penyakit akibat infeksi yang
terjadi dalam satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur dan protozoa
dapat menyebabkan sepsis pada neonatus. Insidennya berkisar 1 – 8 di antara
1000 kelahiran hidup dan meningkat menjadi 13 – 27 per 1000 kelahiran hidup
pada bayi dengan berat <1500 gram. Mortalitas akibat sepsis neonatal adalah
sekitar 13 – 15 %.6
Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak spesifik, sehingga skrining
dan pengelolaan terhadap faktor resiko perlu dilakukan. Terapi awal pada
neonatus yang mengalami sepsis harus segera dilakukan tanpa menunggu hasil
kultur.5
Sepsis dapat dibedakan menjadi :
Early Onset Sepsis (EOS), timbul dalam 3 hari pertama, berupa gangguan
multisystem dengan gejala pernapasan yang menonjol ; ditandai dengan
awitan tiba-tiba dan cepat berkembang menjadi syok septik dengan
mortalitas tinggi. Infeksi terjadi secara vertikal karena penyait ibu atau
infeksi yang diderita ibu selama persalinan atau kelahiran.
Late Onset Sepsis (LOS), timbul setelah umur 3 hari, lebih sering di atas 1
minggu. Pada sepsis awitan lambat, biasanya ditemukan focus infeksi dan
sering disertai meningitis. Proses infeksi semacam ini disebut juga infeksi
dengan transmisi horizontal dan termasuk didalamnya infeksi karena
kuman nosokomial. Sepsis nosocomial, ditemukan pada bayi resiko tinggi
yang dirawat, berhubungan dengan monitor invasive dan berbagai teknik
yang digunakan di ruang rawat intensif.3
Sepsis kategori A :
Kesulitan bernapas (apnea, takipnea, retraksi dinding dada, grunting,
sianosis).
Kejang.
Tidak sadar.
Susu tubuh tidak normal.
15
Persalinan di lingkungan yang kurang higienis.
Kondisis memburuk dengan cepat dan dramatis.
Sespsis kategori B :
Tremor
Letargi atau lunglai.
Mengantuk atau aktivitas berkurang.
Irritabel/rewel.
Muntah.
Perut kembung.
Air ketuban bercampur mekonium.
Malas minum, padahal sebelumnya minum dengan baik.
Tanda-tanda mulai muncul sesudah hari ke empat.
Pada bayi termasuk dugaan sepsis karena pada kategori A didapatkan
gangguan napas dan pada kategori B didapatkan bayi kurang aktif. Penanganan
sepsis neonatorum diberikan antibiotik cefotaksim 50 mg/kg/12jam dan
gentamisin 5 mg/kg/sekali sehari.
Prognosis pada bayi ini adalah dubia. Karena pasien pulang sebelum terapi
selesai diberikan. Neonatus yang mengalami asfiksia dapat mengalami kematian
atau kelainan saraf pada hari-hari pertama kehidupannya. Asfiksia juga dapat
menyebabkan kejang sampai koma dan kelainan neurologis permanes seperti
serebral palsi atau retardasi mental. Sepsis neonatus jika tidak ditangani dengan
sesuai dapat menyebabkan infeksi kronik sehingga menyebabkan kematian pada
bayi.
KESIMPULAN
Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan, teratur dan adekuat.
Gangguan napas adalah adalah suatu keadaan meningkatnya kerja
pernapasan yang ditandai dengan adanya takipneu, retraksi intercostal atau
16
substernal, napas cuping hidung selama inspirasi, merintih saat inspirasi,
Sianosis
Caput suksedaneum adalah salah satu bentuk trauma lahir akibat faktor
eksternal. Pembengkakan kulit kepala pada bayi yang baru lahir.
Sepsis neonatal merupakan sindrom klinis penyakit akibat infeksi yang
terjadi dalam satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur dan
protozoa dapat menyebabkan sepsis pada neonatus. Insidennya berkisar 1
– 8 di antara 1000 kelahiran hidup dan meningkat menjadi 13 – 27 per
1000 kelahiran hidup pada bayi dengan berat <1500 gram. Mortalitas
akibat sepsis neonatal adalah sekitar 13 – 15 %. Penanganannya dilakukan
dengan memberikan antibiotik seperti ampisilin dan gentamisin atau
cefotaksim dan gentamisin.
Prognosis pada bayi ini adalah dubia. Karena pasien pulang sebelum terapi
selesai diberikan. Neonatus yang mengalami asfiksia dapat mengalami
kematian atau kelainan saraf pada hari-hari pertama kehidupannya.
Asfiksia juga dapat menyebabkan kejang sampai koma dan kelainan
neurologis permanes seperti serebral palsi atau retardasi mental. Sepsis
neonatus jika tidak ditangani dengan sesuai dapat menyebabkan infeksi
kronik sehingga menyebabkan kematian pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kosim M.S., Yunato A., Dewi R., Sarosa G.I., dan Usman A., 2008. Buku Ajar
Neonatologi. ed I. pp: 127-137. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
2. Tim Paket Pelatihan Klinik PONED. Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jakarta. 2008
17
3. Friedland I R, McCracken G H Jr. Sepsis dan Meningitis pada Neonatus.
Dalam : Rudolf A M, Hoffman J I E, Rudolph C D, ed. Buku Ajar Pediatri
RUDOLPH volume 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC 2006; 601-
609.
4. Rosiswatmo R., 2012. Sari Pediatri, Vol. 14. Pp: 79-82. Jakarta. Badan
Penerbit IDAI
5. Behrman, Kliegman & Arvin., 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol I, ed
15. pp: 589-598. Jakarta. EGC
6. Health Technology Assessment Indonesia Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Penatalaksanaan Sepsis Neonatorum. 2007. Hal. 1-85
18
Top Related